PDF (Naskah publikasi) - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION KELAS X
SMK FARMASI PUTRA BANGSA SALATIGA
Oleh :
AJI WIDIYARDANI
Q 100.110.129
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION KELAS X
SMK FARMASI PUTRA BANGSA SALATIGA
Oleh
Aji Widiyardani1, Sutama 2, dan Haryoto3
1)
Guru SMK Swasta di Salatiga, [email protected]
2), 3)
Universitas Muhammadiyah Surakarta, [email protected]
Abstract
This study has aims to describe management and development of
mathematics learning is done in SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga. This type of
research is a qualitative with phenomenological research design. Implementation
research in SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga. The informants are teachers,
students, and head school at SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga. The data
validity using source and method triangulation. Conclusion of this study are:
Implementation of learning management mathematics with a realistic
mathematics education approach is learning to use the four-stage model of
development, namely: the real world, the establishment of the scheme, the
builder of knowledge, formal abstract. Development of learning mathematics
using realistic mathematics education approach increased the ability to think
mathematically in the content area of students as indicated by the results of
tests on the ability of cycle I and cycle II.
Keywords: learning management development, realistic mathematics education
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika di SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga memiliki
beberapa kendala yang menyebabkan tujuan pengajaran tidak dapat dicapai
secara optimal. Ada kecenderungan siswa SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga
tidak secara sungguh-sungguh mengikuti mata pelajaran matematika, dimana
siswa
lebih
sering
bincang-bincang
sendiri
dengan
temannya,
tidak
memperhatikan saat guru menyampaikan materi pelajaran. Kendala lain adalah
Rendahnya minat belajar matematika juga dialami siswa SMK Farmasi Putra
Bangsa Salatiga. Hal ini terlihat ketika pembelajaran mengenai materi yang
berhubungan dengan rumus-rumus matematika, siswa terlihat kurang antusias.
Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih
2
menyukai menerapkan rumus-rumus yang dituliskan oleh guru dari pada
menemukan sendiri rumus-rumus tersebut sehingga pemahaman siswa tentang
rumus tersebut kurang maksimal karena siswa hanya menghafalkan rumus saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, hendaknya guru mampu
memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan
memacu keaktifan siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menarik dan
dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar adalah dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME). Dwi (2009: 1) menyatakan RME adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi peserta didik, menekankan
keterampilan “proses of doing mathematics”, berdiskusi dan berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika tersebut untuk
menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dengan cara ini
diharapkan siswa dapat menemukan sendiri bentuk penyelesaian suatu soal atau
masalah yang diberikan kepada mereka.
Hamalik (2007: 16) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses
sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan
manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien
dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara
rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan
perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya
pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar
yang
ada
(Sanjaya,
2008:
28-29).
Pelaksanaan
pembelajaran
mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan
sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri (Majid, 2008:
24). Sedangka evaluasi pembelajaran adalah kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan
membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh simpulan
Sutikno (2009: 117).
3
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan dan
pengembangan pengelolaan pembelajaran Matematika yang dilakukan di SMK
Putra Bangsa Salatiga. Pengembangan pengelolaan pembelajaran matematika
berkaitan dengan pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian
Penelitian fenomenologis yaitu penelitian yang berusaha untuk memahami
makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa dalam situasi tertentu
(Subadi, 2009:67). Penelitian ini dilakukan di SMK Putra Bangsa Salatiga.
Data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data dapat
berupa arsip dan dokumen, serta foto. Adapun subjek data dalam penelitian ini
adalah guru, siswa, maupun kepala sekolah di SMK Putra Bangsa Salatiga.
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif. Proses analisis interaktif yaitu analisis data yang meliputi tiga
langkah pokok yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan kesimpulan
atau verifikasi (Miles dan Huberman, 2008: 20). Keabsahan data yang digunakan
adalah triangulasi sumber dan metode (Patton dalam Moleong, 2006: 330-331).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengelolaan pembelajaran Matematika yang dilakukan di SMK Farmasi
Putra Bangsa Salatiga
Pengelolaan pembelajaran matematika di SMK Farmasi Putra Bangsa
Salatiga diawali dari kegiatan guru menyusun RPP. Hal ini terkait perangkat
pembelajaran matematika yang pertama kali digunakan adalah RPP. Hasil
penelitian tersebut dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vermette,
et.al. (2010) yang menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran yang
disebut Rencana Pembelajaran Pengalaman (PLE/ Planned Learning
Experience) adalah perencanaan pembelajaran yang paling berguna adalah
4
yang telah disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan guru kelas, format
perencanaan pembelajaran menunjukkan keberhasilan dalam memberikan
guru landasan untuk merancang pengajaran dengan mengintegrasikan teori
konstruktivisme, desain pembelajaran umum dan pengajaran budaya yang
relevan dengan realitas praktek kelas yang sebenarnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan menyiapkan RPP
dirancang sebagai landasan guru untuk mengintegrasikan teori dan
menerapkan tujuan pembelajaran.
Kegiatan pengelolaan pembelajaran matematika pada penelitian ini
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan
pengelolaan ini dilakukan agar pelaksanaan pembelajaran matematika yang
telah ditetapkan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Starnes dan Bakir (2011) yang
menyimpulkan bahwa dengan menggunakan fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengaturan, koordinasi, dan pengawasan dianggap sebagai
sebuah kerangka kerja mengenai pola pengembangan pembelajaran yang
bermuara pada kualitas hasil belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan kegiatan
pengelolaan pembelajaran adalah dengan menitikberatkan pada kesiapan
guru, siswa, dan warga sekolah lain dalam mengembangkan sekolah tersebut,
bila masyarakat sekolah tidak dapat mendukung kegiatan pengembangan
pembelajaran maka tidak akan tercapai metode pengajaran seperti yang
diharapkan.
2. Pengembangan pengelolaan pembelajaran Matematika berbasis RME di
SMK Farmasi Putra Bangsa Salatiga
Berdasarkan deskripsi pelaksanaan penelitian dan deskripsi hasil
penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengembangan pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics
5
Education telah mampu meningkatkan kemampuan berpikir matematis
dalam bidang konten siswa kelas X SMK Putra Bangsa Salatiga. Hal ini
ditunjukkan dari hasil tes kemampuan berpikir matematis dalam bidang
konten, hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Realistic Mathematics Education, hasil analisis angket dan hasil wawancara
terhadap siswa dan guru.
Proses pembelajaran dilakukan dengan pembentukan kelompok
belajar, diskusi kelas/kelompok dengan tiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa.
Kelompok yang dibuat oleh guru adalah kelompok yang heterogen.
Keberhasilan belajar kelompok tergantung pada kemampuan dan Latihan
anggota kelompok, baik secara individu atau kelompok. Dengan dipilihnya
anggota kelompok yang heterogen diharapkan mampu memperbanyak ide,
pendapat, sehingga benar-benar terjadi saling bertukar pikiran. Diskusi
kelompok ini melibatkan aktivitas fisik, indera siswa bekerja dan siswa dapat
membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.
Keberhasilan belajar dalam kelompok seperti ini bukan semata-mata
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan
belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam
kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari
teman sebaya dan dibawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan
pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang
dipelajari.
Pada saat diskusi kelompok (gambar 4.13), masing-masing siswa
mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi langkah-langkah untuk
menemukan konsep yang akan dipelajari siswa serta latihan soal. Ini
diharapkan akan menambah pemahaman mereka akan konsep yang akan
dipelajari.
6
Gambar Siswa berkelompok menyelesaikan permasalahan dalam LKS
Siswa dalam kelompok masing-masing berusaha untuk memahami,
mendiskusikan dan menemukan konsep Trigonometri dalam pemecahan
masalah melalui masalah dan Latihan yang ada pada setiap LKS. Melalui LKS
ini siswa dilatih untuk menemukan sendiri (dengan berkelompok) konsep
yang akan mereka pelajari. Melalui kegiatan pembelajaran ini pula, siswa
dapat bekerja sama dan berdiskusi tentang konsep baru yang akan mereka
temukan. Mereka membaca LKS dengan teliti, berulang-ulang, bertanya
kepada teman satu kelompok dan guru, mencoba-coba, berdebat dan
mengemukakan gagasan untuk memahami dan mengeksplorasi masalah
sehingga terjadi interaksi dan komunikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Webb, et.al. (2011) menunjukkan bahwa siswa mampu
mengusulkan struktur matematika yang lebih kompleks dan terkait dan
menawarkan generalisasi dari hubungan matematika. Siswa termotivasi
untuk bertanya secara tepat, pertanyaan yang tidak diminta yang
mendukung diskusi lebih lanjut tentang struktur matematika kompleks dan
mengusulkan aturan umum untuk fungsi eksponensial dan Trigonometri
sebelum disajikan secara eksplisit dalam kelas. Ini berarti bahwa kegiatan
siswa di atas meliputi, mandiri, tidak tergantung pada guru, menggunakan
cara sesuai dengan kemampuan, dan terakhir adalah melakukan berbagai
macam kegiatan dan akhirnya menemukan suatu pola. Kemudian siswa
mampu menemukan konsep baru serta menyelesaikan masalah dengan jalan
7
mengikuti aturan atau petunjuk yang ada pada LKS. Ketika setiap kelompok
menemukan konsep baru maka konsep itu akan dikomunikasikan dalam
kelompok sehingga semua anggota kelompok mengetahuinya.
Pembahasan LKS dilakukan dengan presentasi di depan kelas.
Beberapa siswa perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok
masing-masing. Mereka menulis jawaban mereka di papan tulis kemudian
menjelaskan asal-muasalnya. Hal ini dilakukan agar siswa dapat mengetahui
berbagai penyelesaian masalah yang didapatkan dari kelompok lain, selain itu
juga melatih siswa untuk mengungkapkan ide-idenya di depan kelas. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Kholidin, 2011: 1) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Realistic Mathematic Education adalah model pembelajaran
yang dilaksanakan melalui proses belajar mandiri. Jadi dalam hal ini, model
pembelajaran Realistic Mathematics Education di kelas ditekankan pada
keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa
sehari-hari yang berarti matematika harus dekat dan relevan dengan siswa.
Langkah akhir dari pembelajaran ini adalah membuat kesimpulan dari
materi tentang Trigonometri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil
diskusi yang telah disampaikan oleh siswa di depan kelas, siswa
menyimpulkan konsep yang telah diperoleh. Hal ini melatih siswa untuk
menganalisis dan menarik kesimpulan dari berbagai pernyataan. Muafieq
(2011: 5) mengemukakan bahwa langkah terakhir atau kelima dalam
pembelajaran RME adalah menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau
prosedur. Jadi karakteristik pembelajaran matematika realistik yang
tergolong dalam langkah ini adalah adanya interaksi (interactivity) antara
siswa dengan guru (pembimbing).
Sesuai
dengan
tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematika siswa dalam bidang konten, maka
pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran
8
kegiatan investigasi dan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
ini dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan siswa agar
memiliki berbagai kemampuan berpikir matematis. Pada siklus I dan II,
ketercapaian peningkatan berpikir matematis dalam bidang konten dapat
dilihat dari Latihan siswa dalam menemukan konsep dan menyelesaikan LKS
pada setiap pertemuan serta hasil analisis tiap post tes akhir siklus.
Pada pembelajaran ini, siswa berpikir ‘idea of unit’ melalui proses
memperoleh dan memahami konsep Trigonometri sesuai petunjuk pada LKS
(LKS) ketika memberikan perlakuan pada persegi-persegi yang terdapat di
setiap kaki segitiga siku-siku. Siswa juga berpikir ‘idea of unit’ melalui proses
mengaplikasikan konsep Trigonometri pada soal dalam LKS tetapi dengan
menggunakan satuan yang berbeda-beda, termasuk ketika menjumpai
segitiga pada kertas berpetak. Ini membutuhkan ketelitian dan pemahaman
tentang ’unit’. Ketika siswa menuliskan hasil pengamatannya ke dalam
bentuk pernyataan matematika, berarti siswa berpikir “idea of expression”
yaitu mampu menyatakan masalah matematika dalam simbol atau
pernyataan matematika. Siswa mengetahui konsep baru yang mereka kenal
lewat pernyataan matematika yang baru mereka buat, ini disebut “rumusan
ide”.
Siswa berpikir “pendekatan ide, operasi ide, sifat dasar ide, dan
pemikiran fungsional ide melalui proses mengerjakan soal-soal cerita yang
penyelesaiannya menggunakan konsep Trigonometri dalam pemecahan
masalah. Dalam menyelesaikan soal-soal cerita, siswa memahami masalah
terlebih dahulu kemudian mengubah situasi soal ke dalam kalimat
matematika. Inilah yang disebut dengan “ekspresi ide”. Siswa berusaha
menggambarkan permasalahan serta berusaha untuk melakukan pendekatan
untuk menyelesaikannya. Inilah yang disebut pendekatan ide. Siswa
selanjutnya memutuskan akan menggunakan sifat dan rumus yang mana
untuk menyelesaikan soal cerita tersebut. Hal ini yang disebut dengan “sifat
9
dasar ide”. Ketika sudah mengetahui rumus yang mana maka siswa tinggal
melakukan operasi hitung (idea of operation).
Pada proses pembelajaran siswa melakukan berbagai macam
kegiatan, mencoba-coba untuk menemukan sebuah pola dari konsep yang
akan mereka temukan. Mereka juga saling bertukar pendapat, bertanya,
mengeluarkan gagasan untuk saling memahamkan sesama anggota
kelompok. Mereka tidak terlalu tergantung pada guru, dan pada akhirnya
mereka mampu menemukan konsep baru atau menyimpulkan dari berbagai
Latihan yang telah mereka lakukan. Dari kesimpulan itu diperolehlah konsep
baru. Hal ini berarti siswa melakukan kegiatan investigasi dalam
pembelajaran.
Pada setiap pembelajaran guru menggunakan bahan ajar berupa LKS.
Setiap awal materi dalam LKS dimulai dengan membawa siswa pada
permasalahan sehari-hari. Melalui langkah-langkah yang ada pada LKS
tersebut siswa memodelkan, mengkonstruksi pengetahuan mereka sehingga
akhirnya menemukan konsep baru. Siswa dilatih dengan mengerjakan
berbagai soal cerita tentang aplikasi dalam kehidupan sehari-hari konsep
yang baru mereka temukan. Inilah gambaran kegiatan investigasi pada
Realistic Mathematics Education.
Pada akhir setiap siklus dilaksanakan tes kemampuan berpikir
matematis dalam bidang konten untuk mengukur sejauh mana peningkatan
kemampuan berpikir matematis siswa dalam bidang konten setelah dikenai
tindakan. Pada tes siklus I, rata-rata kemampuan berpikir matematis siswa
berada pada kategori sedang yaitu 66,67% sedangkan pada tes siklus II, ratarata kemampuan berpikir matematis siswa berada pada kategori tinggi yaitu
76,79%.
Peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa dalam bidang
konten tersebut terjadi setelah siswa dikenai tindakan yaitu pembelajaran
menggunakan kegiatan investigasi pada pendekatan Realistic Mathematics
10
Education (RME). Pengembangan model matematika dalam RME melalui
empat tahapan yaitu dunia nyata, pembentukan skema, pembangun
pengetahuan, serta formal abstrak.
Kegiatan pembelajaran matematika berbasis RME yang dilakukan
siswa ketika pembelajaran melatih siswa untuk secara mandiri menemukan
konsep yang akan dipelajari sehingga pembelajaran berlangsung lebih
bermakna bagi siswa. Siswa tidak lagi mengalami kesulitan ketika
menghadapi soal yang lebih kompleks dan berbeda dengan contoh yang
diberikan guru. Ini menandakan pemahaman konsep siswa meningkat dari
sebelumnya, yaitu siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan
permasalahan yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.
Pendekatan Realistic Mathematics Education yang digunakan dalam
pembelajaran ini diawali dari memberikan permasalahan realistik yang
berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa. Hal ini sangat
mendukung siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan ini
terlihat
dari
jumlah
kelompok
yang
mengalami
kesulitan
dalam
menyelesaikan soal aplikasi pada LKS berkurang dari siklus I ke siklus II. Selain
itu, hal ini didukung dari hasil analisis tes siklus bahwa soal aplikasi yang
dibuat berdasarkan delapan aspek konten pada tes siklus dapat diselesaikan
oleh siswa sehingga ketika siklus II mencapai kategori tinggi untuk rata-rata
kemampuan
berpikir
matematis
dalam
bidang
konten,
sedangkan
pencapaian kemampuan berpikir matematis siswa pada siklus I mencapai
kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan
dapat meningkatkan delapan aspek konten. Hal tersebut menandakan bahwa
kegiatan investigasi pada pendekatan Realistic Mathematics Education yang
diterapkan dalam pembelajaran di kelas X SMK Putra Bangsa Salatiga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir matematis dalam bidang konten siswa,
terutama materi Trigonometri dalam pemecahan masalah. Hasil penelitian
11
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwansumrit (2011)
yang menunjukkan bahwa evaluasi hasil dari model pembelajaran efektif
memungkinkan siswa untuk memiliki prestasi belajar setelah diadakan
eksperimen. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Gujarati (2011)
menunjukkan guru memiliki orientasi bervariasi terhadap pelaksanaan
kurikulum matematika karena konteks khusus sekolah, harapan dari
pengelola sekolah masing-masing, dan keyakinan pribadi mereka tentang
pembelajaran matematika berpotensi menyebabkan meningkatnya prestasi
siswa matematika. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
memahami konsep meningkat secara umum karena siswa sudah mampu
mengaplikasikan konsep pembelajaran matematika berbasis RME yang telah
diajarkan oleh guru pada permasalahan sehari-hari.
Berdasarkan hasil analisis angket juga diketahui bahwa rata-rata
kemampuan berpikir matematis dalam bidang konten siswa berada pada
kategori tinggi yaitu 76,56%. Adapun hasil wawancara yang dilakukan
terhadap empat siswa diketahui bahwa siswa merasa senang, tertantang
terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Realistic Mathematics
Education. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
pengembangan
pengelolaan
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) mampu
meningkatkan kemampuan berpikir matematis dalam bidang konten siswa
kelas X di SMK Putra Bangsa Salatiga.
SIMPULAN
1. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran matematika dengan pendekatan
realistic mathematics education. Pembelajaran menggunakan empat tahap
pengembangan model yaitu dunia nyata, pembentukan skema, pembangun
pengetahuan serta formal abstrak. Kegiatan yang dilakukan di kelas meliputi
pemberian masalah yang bersifat open-ended, melatih siswa menemukan
12
pola (finding pattern), melakukan kegiatan yang beragam (divergent
exercise), menyampaikan kepada orang lain (being exposed), dan mandiri.
2. Pengembangan
pembelajaran
matematika
menggunakan
pendekatan
realistic mathematics education terjadi peningkatan kemampuan berpikir
matematis dalam bidang konten siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes
kemampuan pada siklus I dan siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi,
Oktiana. 2009. “Laporan Hasil Observasi Pembelajaran RME”.
http://oktianadwi.wordpress.com/2009/05/21/laporan-hasil-observasipembelajaran-rme/. Diakses jam 10.15 tanggal 23 Desember 2012.
Gujarati, Joan. 2011. “From Curriculum Guides to Classroom Enactment:
Examining Early Career Elementary Teachers’ Orientations Toward
Standards-Based Mathematics Curriculum Implementation”. Journal of
Mathematics Education at Teachers College. Spring-Summer 2011,
Volume 2, pp. 40-46
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Kholidin. 2011. “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Realistic Mathematics
Education (RME)”. http://kholidintegal.blogspot.com/2011/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipe.html diakses jam 10.27. Diakses jam 10.35
tanggal 23 Desember 2012.
Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Miles, B Matthew & A. Michael Huberman. 2008. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
UI Press.
Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muafieq, Dhonny. 2011. “Penerapan Model Pembelajaran dengan Pendekatan
Matematika
Realistik
Indonesia”.
http://www.dedenbinlaode.web.id/2010/01/realistik.html. diakses jam
10.55 tanggal 2 Maret 2013.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
13
Starnes, Becky J. dan Bakir, Saad T. 2011. Coaching Quality in the College
Classroom a Case Study of Continuous Improvement. Journal. Clarksville:
School of Technology and Public Management 537 Pond Apple Road.
Subadi, Tjipto, 2009. Sosiologi Dan Sosiologi Pendidikan. Solo: Fairuz Media.
Sutikno, Sobry. 2009. Belajar Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.
Suwansumrit, Chalabhorn, et.al. 2011. “Development of an Instructional Model
in Mathematics with the Use of Interactive Webcast for Sukhothai
Thammathirat Open University Students”. ASEAN Journal of Open
Distance Learning, Vol. 3, No. 1, pp. 79-87.
Vermette, Paul J; Jones, Karrie A; Jones, Jennifer L.; Werner, Ted; Kline, Cindy;
D’Angelo, James. “A Model for Planning Learning Experiences to Promote
Achievement in Diverse Secondary Classrooms”. SRATE Journal Summer
2010, Vol. 19, Number 2, pp. 70-83.
Webb, David C; Kooij, Henk van der, & Geist, Monica R. 2011. “Design Research
in the Netherlands: Introducing Logarithms Using Realistic Mathematics
Education”. Journal of Mathematics Education at Teachers College.
Spring-Summer 2011, Volume 2, pp. 47-52
14
Download