TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)
Menurut Steenis (2005), tanaman jagung manis (Zea mays saccharata)
dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukkan
dalam klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Sub Divisio : Angiospermae, Klas : Monocotyledoneae, Ordo : Poales,
Familia : Poaceae, Genus : Zea, Species : Zea mays saccharata Sturt.
Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan.
Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan
tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar
adventif dengan percabangan yang amat lebat. Akar penyokong memberikan
tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar ini
tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak
bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Batang jagung manis berbantuk padat (solid). Batang mempunyai jumlah
ruas antara 8-21 ruas tetapi pada umumnya 14 ruas. Tinggi batang bergantung
pada varietasnya, yang normal antara 2-3 meter. Penampang batang 2-3 cm,
dimana kelopak daun membungkus batang (Tobing, et al, 1995).
Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang
dengan ujung meruncing dengan pelepah-pelepah daun yang berselang-seling
yang berasal dari setiap buku. Daun-daunnya lebar serta relatif panjang. Daunnya
berkisar 10
– 20
helai
tiap
tanaman.
Epidermis
daun
bagian
atas
biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip
Universitas Sumatera Utara
dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak
(Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga
jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman.Bunga betina (tongkol)
muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik
tumbuh apikal diujung tanaman.Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari
saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya
berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk
sari tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas
(Poehlman, 1987).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus.Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya.Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat
secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan
embrio (Fisher dan Goldsworthy, 1996).
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap
tanaman jagung ada satu tongkol , kadang-kadang ada yang dua. Setiap tongkol
terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung
(Tobing, et al, 1995).
Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk pertumbuhannya tanaman jagung manis dapat hidup baik pada suhu
antara 26,5 - 29,50C. Bila suhu diatas 29,50C maka air tanah cepat menguap
Universitas Sumatera Utara
sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Sedangkan suhu
dibawah 16,50C akan mengurangi kegiatan respirasi (Irfan, 1999).
Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500
mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan
menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan
setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan
vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning,
air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis membutuhkan curah
hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, et al, 1995).
Kekurangan air dalam waktu singkat pada umumnya dapat di toleransi dan
hanya berpengaruh kecil terhadap perkembangan biji. Namun, kekurangan air
yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot
kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong oleh
mobilisasi asimilat yang tersimpan di batang (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung manis menghendaki penyinaran sinar matahari yang
penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung manis akan merana dan
tidak mampu membentuk tongkol (Thompson dan Kelly, 1957).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh
karena
itu
waktu
penanaman
penyebarannya.Penanaman
harus
dimulai
bila
memperhatikan
curah
hujan
curah
sudah
hujan
dan
mencapai
100 mm/bulan.Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan
pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat
ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arief, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Tanah
Jagung manis dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, sehingga hal utama
yang menyebabkan produksi tidak baik pada pertanaman di daerah tropis adalah
produktivitas tanah yang rendah. Untuk meingkatkan produksi dapat dilakukan
dengan pembukaan areal baru (Leagreid, et all, 1999).
Pada tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan
baik dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah
berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida masih
dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata udara (aerasi)
diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung manis hibrida
adalah
tanah
lempung
berdebu,
lempung
berpasir
atau
lempung
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung manis tidak membutuhkan persyaratan yang khusus
karena tanaman ini dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah bila tanah
tersebut subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerase
baik. Jagung manis dapat tumbuh pada semua jenis tanah , dengan syarat drainase
baik serta persediaan humus dan pupuk tercukupi. Keasaman tanah yang baik
untuk pertumbuhan 5,5 – 7,0 (Tobing, et al, 1995).
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan
baik.Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak.Oleh karena
pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Botani Tanaman
Kedelai (Glycine max L. Merril)
Klasifikasi
kedelai
adalah
sebagai
berikut:
Kingdom:
Plantae,
Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Fabales, Family: Fabaceae,
Genus: Glycine, dan Spesies: Glycine max (L.) Merrill (Steenis, 2005).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik.Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang.Pada
akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium
jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari
udara
yang
kemudian
dipergunakan
untuk
menyuburkan
tanah
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros
berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian
batang kecambah.Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah
epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang
dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30–100 cm.
Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate
(Lamina, 1989).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak
daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk
daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini
tergantung pada varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah
tua, maka daun – daunnya mulai rontok (Andrianto dan Indarto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik).Bunga
berwarna ungu atau putih.Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk
polong.Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Bunga kedelai berada dalam berkas atau tandan. Berkas duduk bertangkai
panjangnya 3 cm. Bagian yang mendukung bunga 0,5-2 cm, anak tangkai bunga
sangat pendek. Tinggi kelopak 5-7 mm, berambut panjang, bertaju 5; taju sempit
dan runcing. Mahkota berwarna putih atau lila, dan panjang bendera 6-7 mm.
Benang sari bendera lepas atau mudah lepas, yang lainnya melekat, dan bakal
buah berambut tipis dan rapat (Steenis, 2005).
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji.Biji umumnya
berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong.Ukuran biji berkisar antara
6 – 30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil
(6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau
lebih/100 biji).Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam. Biji biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak mengandung
jaringan endosperm.Embrio terbentuk di antara keping biji.Bentuk biji pada
umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih, dengan
besar dan bobot biji kedelai antara 5–30g/100 biji (Lamina, 1989).
Universitas Sumatera Utara
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah
yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh
tanaman lain (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C
adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi
dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta
pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30º C,
fotorespirasi
cenderung
mengurangi
hasil
fotosintesis
(Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi
sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju
absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat
pertumbuhan
generative,
akan
menurunkan
produksi.
Kekeringan
juga
menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
diberikan pada musim tanam (Agung dan Rahayu, 2004).
Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai,
karena mangakibatkan akar membusuk.Banyaknya curah hujan juga sangat
mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen.Hasil
observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap
pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70%
(Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Universitas Sumatera Utara
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat –
tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan.Oleh karena itu,
kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas
permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah
beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran
terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua
varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).
Tanah
Kedelai sebenarnya bisa ditanam pada berbagai macam jenis tanah. Tetapi
yang paling baik adalah tanah yang cukup mengandung kapur dan memiliki
sistem drainase yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan terhadap
genangan air. Kedelai bisa tumbuh baik pada tanah yang struktur keasamannya
(PH) antara 5,8 – 7. Tanah yang baru pertama kali ditanam kedelai sebaiknya
diberi bakteri Rhizobium. Kedelai akan tumbuh dengan subur dan memuaskan jika
ditanam pada tanah yang mengandung kapur dan tanah bekas ditanami padi.
Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya
cukup baik. Tanah–tanah yang cocok yaitu, alluvial, regosol, grumusol, latotosol,
dan andosol (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun
pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah
yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol.Pada tanah –
tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik
atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Jarak Tanam
Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan
mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar maka
tingkat kompetisi tersebut semakin berkurang. Pada sistem tumpang sari,
kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama
sering terjadi, bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah
terbatas.
Kompetisi
ini
biasanya
diwujudkan
dalam
bentuk
hambatan
pertumbuhan terhadap tanaman lain (Catharina, 2009).
Jarak tanam terlalu sempit akan menyebabkan terjadinya kompetisi air,
unsur hara dan cahaya matahari yang semakin tinggi, sehingga pertumbuhan dan
hasil kedelai maupun jagung tidak optimal. Jarak ideal tanaman kedelai adalah 40
cm x 15 cm dan jarak ideal tanaman jagung adalah 75 cm x 40 cm. Jarak tanam
tersebut akan menentukan jumlah baris tanaman kedelai dalam jarak tanam jagung
yang ditumpang sarikan. Misalnya jika jarak tanam jagung tumpang sari 150 cm x
40 cm, maka akan terdapat tiga baris tanaman kedelai dalam satu jarak tanam
jagung. Penanaman kedelai 6 baris dalam satu kolom (jarak tanam) jagung dapat
memberikan hasil lebih banyak dibanding jumlah baris kedelai kurang dari 6
dengan nilai kesetaraan lahan. Pengaturan jarak tanam juga bertujuan agar tidak
terjadi tumpang tindih antara kedelai dengan tanaman lain yang menyebabkan
tanaman
kedelai
ternaungi
dan
kurang
mendapat
sinar
matahari
(Mawazin dan Hendi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Jarak tanam 75 X 25 cm (satu tanaman / lubang) pada musim hujan dan 75
X 20 (satu tanaman / lubang) pada musim kemarau , untuk memudahkan
penggunaan alat penyiang ataupun alsin pembuat alur. Untuk itu jarak tanam
dapat lebih ditingkatkan dengan pengaturan jarak tanam yang lebih rapat, yaitu 70
X 20 cm, satu tanaman/lubang (Bahri, 2011).
Pembuatan plot dikerjakan setelah pengolahan tanah selesai, yaitu dengan
membuat sebanyak 16 plot berukuran 375 cm x 150 cm. Pada saat pembuatan plot
sekaligus dibuat jarak antar plot masing-masing 75 cm yang juga berfungsi
sebagai pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan.Panjang saluran air
disesuaikan dengan panjang plot, lebar saluran 75 cm dengan kedalaman 25 cm
(Ayunda, 2009).
Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman
terhadap gulma, karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke
permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, laju
evaporasi dapat ditekan dan juga akan memberikan hasil yang
relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri.
Jarak tanam yang berbeda diperkirakan pertumbuhan tanaman berbeda
pula, terutama dalam penyerapan unsur hara, mendapatkan cahaya dan
pertumbuhan gulma. misalkan pada jarak tanam rapat persaingan
terhadap unsur hara dan cahaya matahari tinggi maka pertumbuhan
gulma
berkurang,
sedangkan
pada
jarak
tanam
yang renggang,
persaingan terhadap unsur hara sedikit dan pertumbuhan gulma akan
Universitas Sumatera Utara
banyak. Pada sisi lain jarak tanam memberikan pengaruh terhadap
pemakaian lahan (Catharina, 2009).
Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan
produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang
perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi
unsur
hara
yang
merata,
efektivitas
penggunaan
lahan,
memudahkan
pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk
mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman.
Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling
menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang karena
bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses
fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal (Nurlaili, 2010).
Tumpang Sari
Sistem tumpang sari yang merupakan suatu usaha menanam beberapa
jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa
dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada
dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kedelai
atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk
dapat melaksanakan pola tanam tumpang sari secara baik perlu diperhatikan
beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan
air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit (Catharina, 2009).
Untuk meningkatkan produktivitas lahan pada sistem tumpang sari
kedelai-jagung seharusnya digunakan kultivar kedelai yang memiliki kemampuan
memfiksasi N2 lebih tinggi dan tahan naungan dengan daya hasil tinggi. Bentuk
Universitas Sumatera Utara
interaksi saling menungtungkan antar jeni tanaman selain ditentukan oleh
kompatibilitas karakteristik dari kedua tanaman, juga dipengaruhi oleh fase
pertumbuhan saat berinteraksi. Hal ini sangat berhubungan dengan saat tanam di
antara kedua jenis tanaman yang di kombinasikan (Turmudi, 2002).
Tumpang sari adalah suatu bentuk pola tanam dengan menanam lebih dari
satu jenis tanaman pada lahan yang sama dalam waktu yang bersamaaan atau
hampir bersamaan. Tujuan dari penerapan pola tanam demikian adalah untuk
meningkatkan produktifitas lahan dengan memanfaatkan keragaman sifat
pertumbuhan tanaman, seperti sistem perakaran dan tajuk, serta perbedaan respon
tanaman terhadap faktor iklim, terutama cahaya dan suhu udara (Widodo, 2005).
Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpang sari senantiasa mendasarkan
pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain kedalaman dan
distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis, pola serapan unsur
hara sehingga diperoleh sauatu karakteristik pertumbuhan, perkembangan dan
hasil tumpang sari yang bersifat sinergis. Tanaman yang di tumpang sari kan
adalah tanaman dari lain famili dan yang memenuhi syarat-syarat yaitu berbeda
dalam kebutuhan zat hara, hama dan penyakit kepekaaan terhadap toksin dan
faktor-faktor lain yang mengendalikan yang sama pada waktu yang berbeda.
Pertanaman tumpang sari lebih banyak diketahui mampu memberikan hasil
tanaman secara keseluruhan yang lebih tinggi dibandingkan monokutur, apabila
tepat dalam pemilihan sepesies tanaman
yang di tumpang sari kan
(Permanasari dan Dody, 2012).
Kedelai dan jagung umumnya ditanam di lahan kering (tegalan) secara
tumpngsari maupun monokutur. Jagung dan kedelai memungkinkan untuk
Universitas Sumatera Utara
ditanam secara tumpang sari karena kedelai termasuk tanaman C3, jagung
tergolong tanaman C4 sehingga sangat serasi. Kedelai merupakan tanaman
semusim, berupa semak renah, tumbuh tegak, berdaun lebat dengan beragam
morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10-200 cm, dapat bercabang sedikiut
atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup. Jagung merupakan
tanaman yang mempunyai habitus yang lebih tinggi dibading kedelai. Panjang
daun jagung bervariasi antara 30-50 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang daun
yang sangat keras. Jagung merupakan tanaman berumah satu dimana bunga jantan
terbentuk pada ujung batang sedangkan bunga betina terbentuk dipertengahan
batang.
Sistem pola tanam tumpang sari memberikan beberapa manfaat antara lain
mendapatkan lebih dari satu komoditi pada saat bersamaan sehingga efisiensi dari
input yang digunakan menjadi lebih tinggi. Pengaruh Negatif dapat terjadi bila
jarak tanam yang tidak sesuai, dapat menyebabkan kompetisi diantara tanaman
utama dengan tanaman tumpang sari.Sehingga dapat menurunkan hasil
(Madkar, 2002).
Problematika dalam model tumpang sari ialah timbulnya persaingan
diantara dua atau lebih spesies yang ditanam.Persaingan dapat mencakup air, hara,
cahaya, dan ruang. Sebagai dampak persaingan, baik tanaman utama dan tanaman
sela mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil disbanding peetumbuhan dan
hasil tanaman monokultur spesies tanaman tersebut. Spesies tanaman yang
memiliki agresivitas tinggi lebih mampu bersaing. Tanaman jagung lebih agresif
disbanding tanaman kedelai dalam tumpang sari, terutama jika ketersediaan hara
cukup tersedia sehingga hasil kedelai sangat turun drastic (Zuchri, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Download