pengaruh inflasi dan bi rate terhadap indeks harga

advertisement
PENGARUH INFLASI DAN BI RATE
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
TAHUN 2012 – 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)
Oleh
SITI ALIYAH
NIM 21311029
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
i
ii
iii
iv
MOTTO DANERSEMBAHAN
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah, 5-8)
--------------------o-----------------“Do not put off doing a job
because nobody knows whether we can meet tomorrow or not”
--------------------o-----------------“Learn from the past, live for the today, and plan for tomorrow”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku, kakak dan adikku,
Sahabat-sahabatku yang selalu ada dikala susah maupun senang,
tiada hari yang indah tanpa kalian semua
serta,
Semua orang yang telah memberikan doa dan dukungan
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikun Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi
dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
Tahun 2012-2014” dengan baik tanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam
semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat-sahabat dan pengikutnya.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Syariah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bimbingan, motivasi serta doa sehingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik, yaitu kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan membantu
membimbing dalam penulisan skripsi ini.
3.
Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si., selaku Kepala Jurusan Perbankan Syariah S1
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4.
Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.Si., selaku dosen pembimbing atas
semua waktu, arahan, bimbingan, petunjuk, saran serta kesabaran dalam
proses penulisan skripsi ini sehingga dapat selesai dengan baik.
vi
5.
Bapak Farkhani, S.Hi., M.H., selaku dosen pembimbing akademik.
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam yang telah memberikan ilmu, motivasi dan bantuan kepada
penulis.
7.
Ayah dan ibu yang selalu mendoakan, memberi motivasi, mendidik dan
membesarkanku hingga saat ini. Kakak dan adikku yang selalu aku sayangi.
Kalian harta paling berharga yang Allah berikan untukku.
8.
Sahabatku selama lebih dari 10 tahun ini, Reny Kartikasari dan Titik Pujiwati
yang selalu ada dikala senang maupun susah, selalu memberikan dukungan
dan doa. Hidupku kurang berwarna tanpa kalian.
9.
Devi Nur Halimah, Siti Rodiyah, Nasrifah, Hanum Yunesha, Ikhsanudin
Pandu Saputra, M. Lutfi Hakim, Arifin Achmad Irfan, terimakasih atas harihari yang telah kita lewati bersama dengan canda, tawa dan air mata, semoga
jarak tidak memisahkan persahabatan kita.
10. Shiffa Fauziah dan Yudi Saputra yang telah memberikan ide, saran dan
dukungan dalam pembuatan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan
kalian.
11. Teman-teman Perbankan Syariah S1 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terimakasih telah memberikan warna, cerita dan pelajaran berharga.
12. Mas Sulis yang selalu aku repotkan, terimakasih atas bantuannya, Mas Reza
terimakasih atas semangat dan doanya.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa.
vii
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 11 Januari 2016
Penulis
Siti Aliyah
viii
ABSTRAK
Aliyah, Siti. 2016. Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham
Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah (S1). Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc.,
M.SI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan
variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII) tahun 2012-2014. Untuk memudahkan pemecahan masalah,
penelitian ini dilakukan menggunakan metode regresi linear berganda dengan
bantuan SPSS versi 21. Data yang digunakan yaitu data sekunder yang terdiri dari
variabel inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh transaksi indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari
tahun 2012-2014 dan sampel diambil sejumlah 36 data dengan metode purposive
sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), BI rate
berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic
Index (JII) dan variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI rate.
Kata Kunci: Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII).
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................
7
E. Sistematika Penulisan ..................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
9
A. Telaah Pustaka .............................................................................
9
B. Kerangka Teori ............................................................................ 12
1. Inflasi ...................................................................................... 12
a. Pengertian Inflasi ................................................................ 12
b. Macam-macam Inflasi ........................................................ 13
c. Dampak Inflasi ................................................................... 22
d. Solusi Pengendalian Inflasi ................................................. 25
2. BI Rate .................................................................................... 27
a. Pengertian BI Rate .............................................................. 27
b. Teori Suku Bunga ............................................................... 28
c. Fungsi Suku Bunga ............................................................. 32
d. Mekanisme Penetapan BI Rate ............................................ 33
3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) ..................... 33
a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) 33
b. Pengertian Harga Saham ..................................................... 35
c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah ............. 36
d. Macam-macam Harga Saham ............................................. 38
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ................ 39
C. Kerangka Penelitian ..................................................................... 40
1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) ................................................................... 40
2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) ................................................................... 41
3. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 41
D. Hipotesis ..................................................................................... 42
x
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................
A. Jenis Penelitian ............................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
C. Populasi dan Sampel ....................................................................
1. Populasi ..................................................................................
2. Sampel ....................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
E. Definisi Konsep dan Operasi .......................................................
1. Definisi Konsep ......................................................................
2. Definisi Operasi ......................................................................
F. Instrumen Penelitian ....................................................................
G. Uji Instrumen Penelitian ..............................................................
1. Uji Stasioneritas ......................................................................
2. Regresi Linear Berganda .........................................................
3. Uji Hipotesis ...........................................................................
a. Uji ttest .................................................................................
b. Uji Ftest ...............................................................................
c. Koefisien Determinasi (R2) .................................................
4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................
a. Uji Multicolliearity .............................................................
b. Uji Heteroscendasticity ......................................................
c. Uji Autocorrelation ............................................................
d. Uji Normality ....................................................................
H. Alat Analisis ................................................................................
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................
A. Deskripsi Obyek Penelitian ..........................................................
B. Analisis Data ................................................................................
1. Hasil Uji Stasioneritas .............................................................
a. Uji Stasioneritas Inflasi .......................................................
b. Uji Stasioneritas BI Rate ......................................................
c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII ...........................
2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ..................................
3. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................
a. Uji ttest ................................................................................
b. Uji Ftest ...............................................................................
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...........................................
4. Hasil Uji Asumsi Klasik ...........................................................
a. Uji Multicollinearity ............................................................
b. Uji Heteroscendasticity .......................................................
c. Uji Autocorrelation .............................................................
d. Uji Normality .....................................................................
5. Pembahasan .............................................................................
a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) ..............................................................
b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) ..............................................................
xi
44
44
44
44
44
45
45
46
46
47
48
49
49
49
50
50
51
52
53
53
53
54
54
54
55
55
57
57
57
58
59
60
61
61
63
63
64
65
66
67
68
69
69
70
c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Jakarta Islamic Index (JII) ......................................
BAB V PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN
xii
72
73
73
74
75
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham Jakarta
Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014 ...........................................
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif .......................................................................
Tabel 4.2 Hasil Uji Stasioneritas Inflasi........................................................
Tabel 4.3 Hasil Uji Stasioneritas BI Rate......................................................
Tabel 4.4 Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII) ..............................................................................................
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda ..................................................
Tabel 4.6 Hasil Uji ttest ....................................................................................................................................
Tabel 4.7 Hasil Uji Ftest ...................................................................................................................................
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................
Tabel 4.9 Hasil Uji Multicollinearity ............................................................
Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroscedasticity .........................................................
Tabel 4.11 Hasil Uji Autocorrelation ............................................................
Tabel 4.12 Perbaikan Uji Autocorrelation .....................................................
Tabel 4.13 Hasil Uji Normality .....................................................................
xiii
5
55
57
58
59
60
62
63
64
65
66
67
67
68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Inflationary Gap ........................................................................
Demand-pull Inflation ...............................................................
Cost Push Inflations ...................................................................
Teori Klasik tentang Tingkat Bunga ..........................................
Teori Keynes tentang Tingkat Bunga .........................................
Kerangka Pemikiran Teoritis .....................................................
xiv
15
16
17
29
30
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen)
Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen)
Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, tidak
terkecuali Indonesia. Hal tersebut dikemukakan oleh Tandelilin (2010: 61), karena
dengan adanya pasar modal, investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana
dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan
memperoleh imbalan (return). Sedangkan perusahaan sebagai pihak yang
memerlukan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan
proyek-proyeknya dengan alternatif pendanaan dari pasar modal, perusahaan
dapat beroperasi dan mengembangkan bisnisnya dan pemerintah dapat membiayai
berbagai kegiatannya sehingga meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan
kemakmuran masyarakat luas.
Kegiatan pasar modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 (UUPM). Pasal 1 butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek. Sedangkan Efek dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai
surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersil, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
kegiatan berjangka atas Efek dan derivatif Efek (Huda, 2008: 55).
1
Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Oleh sebab itu
investasi di pasar modal mempunyai peranan yang cukup penting untuk dapat
meningkatkan pangsa pasar industri keuangan syariah di Indonesia. Banyak
harapan bahwa investasi syariah di pasar modal Indonesia akan mengalami
pertumbuhan yang pesat. Meskipun perkembangannya relatif baru dibandingkan
dengan perbankan syariah maupun asuransi syariah (http://www.idx.co.id).
Sejak November 2007, Bapepam & LK (sekarang menjadi OJK) telah
mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar saham syariah yang
ada di Indonesia. Dengan adanya DES maka masyarakat akan semakin mudah
untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk saham syariah karena
DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar saham syariah di Indonesia
(http://www.idx.co.id).
Kinerja perdagangan saham-saham syariah di Bursa Efek Indonesia dapat
diwakili oleh saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Indeks
ini diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Danareksa Investment
Management (DIM) pada 3 Juli 2000. Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 saham
yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja
transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada
prinsip-prinsip syariah (Nafik, 2009: 260).
Menurut Khalwaty (2000: 263) investor membeli saham perusahaan
dengan harapan memperoleh keuntungan dikemudian hari untuk meningkatkan
pendapatan dan taraf hidupnya. Investasi dalam bentuk saham memberikan
keuntungan berupa capital gain, dividen dan bonus. Capital gain merupakan
2
keuntungan yang diperoleh dari selisih harga antara pembelian saham dan harga
yang lebih rendah daripada harga penjualannya. Dividen merupakan penghasilan
yang diperoleh pemilik saham berdasarkan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Sedangkan bonus adalah hak tambahan atau pemasukan potensial
yang diberikan kepada pemilik saham.
Berinvestasi dengan membeli saham memiliki resiko yang cukup banyak,
untuk meminimalisir resiko tersebut investor harus dapat menganalisis agar
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Secara garis besar terdapat dua jenis
analisis yang dapat digunakan dalam investasi di pasar modal, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah studi tentang
ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari
saham perusahaan. Analisis teknikal adalah metode analisis tentang pergerakan
harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri di masa
lalu.
Dalam
analisis
fundamental,
investor
dapat
melakukan
analisis
berdasarkan indikator ekonomi. Analisis ini menyangkut faktor-faktor yang
memberikan informasi tentang kondisi makro ekonomi yang dapat mempengaruhi
kondisi di pasar modal. Menurut Murhadi (2009: 19) secara teoritis ada beberapa
variabel/ indikator makroekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham
seperti Gross Domestic Product (GDP)/ Produk Domestic Bruto (PDB), interest
rate/ tingkat suku bunga, inflasi, exchange rate/ nilai tukar, Oil Prices and
Commodity Prices, Hedging, Business Cycle/ siklus bisnis dan lainnya.
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah inflasi. Inflasi
sebagai suatu fenomena ekonomi yang terutama terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia merupakan objek kajian yang sangat
menarik. Tajul Khalwaty (2000: 6) dalam bukunya Inflasi dan Solusinya
mengemukakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan
harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam
jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai
uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut.
Menurut Larissa (2014: 2) tinggi rendahnya tingkat inflasi dinilai memberi
pengaruh positif maupun negatif terhadap pergerakan harga saham sesuai dengan
tingkat inflasi itu sendiri. Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan harga
saham perusahaan, sementara tingkat inflasi yang sangat rendah akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban. Seperti yang
dikemukakan dalam website Bank Indonesia, kestabilan inflasi merupakan
prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya
pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan
tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
Faktor lain yang mempengaruhi harga saham adalah BI Rate. BI rate
merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik
(http://www.bi.go.id). Bagi sebagian orang, suku bunga yang tinggi merupakan
4
suatu peluang investasi yang menjanjikan karena adanya kepastian pendapatan
yang lebih besar. Akibatnya pasar modal akan mengalami tekanan karena
masyarakat akan lebih suka menabung di bank daripada menginvestasikan
dananya di pasar modal.
Suku bunga pada umumnya mempunyai hubungan yang negatif terhadap
harga saham. Suku bunga yang rendah menyebabkan biaya peminjaman yang
lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas
ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat, peningkatan harga
saham akan mempengaruhi peningkatan indeks harga saham pula.
Berikut perkembangan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
beserta inflasi dan BI Rate tahun 2012-2014:
Tabel 1.1
Perkembangan Inflasi, BI Rate dan Indeks Harga Saham
Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2012-2014
Tahun
Inflasi (%)
BI Rate (%)
IHS JII
2012
4,30
5,75
594,789
2013
8,38
7,50
585,110
2014
8,36
7,75
691,039
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia (2014)
Data dalam tabel 1.1 menunjukkan bahwa adanya fluktuasi dari tingkat
inflasi dan BI Rate yang diikuti terjadinya fluktuasi pada Indeks Harga Saham
Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2012-2014. Dapat dilihat bahwa IHS JII
tahun 2012 sebesar 594,789 mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu sebesar
585,110 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2014 sebesar 691,039. Hal ini
terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
5
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi dan BI Rate terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tersebut, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Inflasi dan BI Rate
terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 20122014”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul yang telah diajukan di atas beserta latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic
Index (JII) tahun 2012-2014?
2. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic
Index (JII) tahun 2012-2014?
3. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap indeks
harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.
2. Untuk menguji dan mengetahui bagaimana pengaruh BI rate terhadap indeks
harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.
3. Untuk menguji dan mengetahui variabel manakah yang paling berpengaruh
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.
6
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak,
diantaranya:
1. Bagi penulis
Memberi wawasan baru yang lebih mendalam bagi penulis tentang
dunia pasar modal khususnya tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
2. Bagi IAIN Salatiga
Menjadi sumber pembelajaran dan kajian lebih lanjut bagi penelitian
berikutnya yang berkenaan dengan pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
3. Bagi praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber
informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor maupun praktisi pasar
modal yang hendak berinvestasi saham di pasar modal.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan dari
penelitian yang dilakukan.
7
Bab II Landasan Teori
Landasan teori yang disajikan dalam penelitian ini bermaksud
untuk menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian
terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian, kerangka
penelitian yang berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis dan
model penelitian yang akan diuji, serta hipotesis penelitian yang menjadi
pedoman dalam analisis data.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, definisi konsep dan operasi, instrumen
penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis yang digunakan dalam
penelitian.
Bab IV Analisis Data
Bab ini menjabarkan tentang deskripsi obyek penelitian dan
analisis data penelitian.
Bab V Penutup
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan
saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut beberapa penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan variabel yang
digunakan dalam penelitian.
Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) dari
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk
Domestik Bruto (PDB), dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham
Jakarta Islamic Indeks (JII) Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009
hingga 2013. Metode pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu: tingkat bunga deposito, tingkat inflasi, Produk
Domestik Bruto (PDB), dan nilai tukar rupiah simultan pengaruhnya terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII), tingkat bunga deposito secara
parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index
(JII), tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII), Produk Domestik Bruto (PDB) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic
Index (JII), nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan
9
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel Produk
Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
Penelitian selanjutnya berjudul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013 yang dilakukan oleh Putu Fenta
Pramudya Cahya, I Wayan Suwendra, Fridayana Yudiatmaja (2015) dari Jurusan
Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dianalisis dengan analisis regresi
linear berganda. Hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa
ada pengaruh secara simultan yang signifikan dari nilai tukar rupiah dan inflasi
terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate, ada pengaruh secara
parsial yang positif dan signifikan dari nilai tukar rupiah terhadap indeks harga
saham sektor properti dan real estate, dan ada pengaruh secara parsial yang
negatif dan signifikan dari inflasi terhadap indeks harga saham sektor properti dan
real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.
Neny Mulyani (2014) dari Universitas Terbuka melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan Produk
Domestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index. Sampel penelitian adalah data
Jakarta Islamic Index periode 2009-2011. Metode analisis dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi
bepengaruh positif terhadap JII, suku bunga berpengaruh negatif terhadap JII,
10
nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap JII, dan PDB berpengaruh positif
terhadap JII.
Penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental Makro terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Tahun 20072012) yang dilakukan oleh Agus Suharno dan MG. Kentris Indarti (2014) dari
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeraitas Stikubank. Metode analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat suku
bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG, harga minyak dunia
dan harga emas dunia berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG, kurs tidak
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Dessy dan Sujito (2012) dari Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku
Bunga Bank Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2006-2010. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
berpengaruh negatif terhadap IHSG, tingkat suku bunga berpengaruh negatif
terhadap IHSG dan inflasi berpengaruh negatif terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan ini tidak sama dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini tidak semua faktor makroekonomi
dijadikan sebagai variabel penelitian. Peneliti hanya menggunakan inflasi dan BI
rate sebagai variabel independen dan indeks harga saham Jakarta Islamic Index
(JII) sebagai variabel dependen. Data yang diteliti adalah data 3 tahun terakhir
yang mendekati waktu penelitian yaitu dari tahun 2012-2014.
11
B. Kerangka Teori
1. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Dalam literatur ekonomi, definisi inflasi banyak ragamnya. Menurut
Khalwaty (2000: 5) keanekaragaman definisi tersebut terjadi karena luasnya
pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang
erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut
melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi kita tentang inflasi.
Menurut
Khalwaty (2000: 6) inflasi merupakan suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus
menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan hargaharga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan
kenaikan harga-harga tersebut.
Menurut Nopirin (2000: 25) yang dimaksud dengan inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus.
Sedangkan menurut Karim (2008: 135) inflasi merupakan kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang / komoditas dan jasa selama suatu periode
tertentu. Sebaliknya jika terjadi penurunan merupakan deflasi.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa inflasi
merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam
periode tertentu. Kenaikan harga hanya sekali saja bukanlah termasuk
inflasi.
12
b. Macam-macam Inflasi
1) Menurut Ekonom
Menurut penyebabnya, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut
(Karim, 2008: 138-139):
a) Natural Inflation dan Human Error Inflation
Sesuai dengan namanya Natural Inflation adalah inflasi
yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak
mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan Human
Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahankesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
b) Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/
Unexpected Inflation
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil
akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi
inflasi. Sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi
terhadap efek inflasi.
c) Demand Pull dan Cost Push Inflation
Demand Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena
adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi Permintaan
Agregatif (AD) dari barang-barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Sedangkan Cost Push Inflation terjadi karena
perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregatif (AS).
13
d) Spiralling Inflation
Inflasi jenis ini merupakan inflasi yang diakibatkan oleh
inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya
ini terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi
dan begitu seterusnya.
e) Imported Inflation dan Domestic Inflation
Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara
lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price
taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan Domestic
Inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri
suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara
lainnya.
Sedangkan menurut Nopirin (2009: 28-31) macam-macam
inflasi menurut sebabnya adalah sebagai berikut:
a) Demand-pull Inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan
kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja
penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan
permintaan total disamping
menaikkan
harga
dapat
juga
menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja
penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan permintaan
selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan
14
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas/
melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat
adanya inflationary gap. Inflationary gap inilah yang dapat
menimbulkan inflasi. Secara grafik dapatlah digambarkan sebagai
berikut:
Inflationary
Gap
C+1
A
C + I’
B
YFE
Y1
C+1
Y
Gambar 2.1
Inflationary Gap
Kenaikan pengeluaran total dari C + I menjadi C’ + I’ akan
menyebabkan keseimbangan pada titik B berada di atas GNP fullemployment (YFE). Jarak A – B atau YFE – Y1 menunjukkan
besarnya inflationary gap.
Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran
total proses terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan
sebagai berikut:
15
AS
P
Inflationary
Gap
P4
AD4
P3
AD3
P2
P1
AD2
AD1
Q1
QFE
Q
Gambar 2.2
Demand-pull Inflation
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan
permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian
permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada.
Akibatnya harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.
Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan
harga naik menjadi P3 sedangkan output tetap pada QFE. Kenaikan
harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.
b) Cost-push Inflation
Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan
harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan
resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregate supply) sebagai akibat
16
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul
karena beberapa faktor diantaranya:
1. Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut
kenaikan upah.
2. Suatu industri yang sifatnya monopolistik, manager dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga
yang lebih tinggi.
3. Kenaikan harga bahan baku industri. Biaya produksi naik,
akibatnya timbul stagflasi. Yakni inflasi yang disertai dengan
stagnasi.
Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan
harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus maka
timbullah cost push inflation.
AS3
P
AS2
AS1
P3
P2
P1
A
D
Q2
Gambar 2.3
Q QFE
1
1
Cost Push Inflations
1
1
1
17
Q
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi
akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2.
Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi
Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi
AS3, harga naik dan produksi ini (yang sering dibarengi dengan
turunnya produksi) disebut dengan cost-push inflation.
2) Menurut Ekonom Muslim
Menurut Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (Karim
(2008: 140) menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:
a) Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh
sebab-sebab alamiah, dimana orang tidak mempunyai kendali atasnya.
Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh turunnnya PenawaranAgregatif (AS) atau naiknya
Permintaan Agregatif (AD).
Jika memakai perangkat analisis konvensional yaitu persamaan
identitas:
MV = PT = Y
dimana: M = jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa (kadang dipakai juga notasi Q)
Y
= tingkat pendapatan nasional (GDP)
18
Maka Natural Inflation dapat diartikan sebagai:
1. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam
suatu perekonomian (T). Misalnya T  sedangkan M dan Y tetap,
maka konsekuensinya P.
2. Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor
lebih besar dari pada nilai impor, sehingga secara netto terjadi
impor uang yang mengakibatkan M sehingga jika V dan T tetap
maka P.
Lebih jauh jika dianalisis dengan persamaan:
AD = AS
dan:
AS = Y
AD = C + I + G + (X-M)
dimana: Y
=
pendapatan nasional
C
=
konsumsi
I
=
investasi
G
=
pengeluaran pemerintah
(X-M) =
net export
maka:
Y = C + I + G + (X-M)
Maka Natural Inflation akan dapat
dibedakan berdasarkan
penyebabnya menjadi dua golongan sebagai berikut:
19
1. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana
ekspor (X) sedangkan impor (M) sehingga net export nilainya
sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregatif
(AD).
2. Akibat dari turunnya tingkat produksi (AS) karena terjadinya
paceklik, perang, ataupun embargo dan boycott.
b) Human Error Inflation
Human Error Inflation merupakan inflasi yang diakibatkan
oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Menurut penyebabpenyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administration)
Jika merujuk pada persamaan MV = PT, maka korupsi akan
mengganggu tingkat harga (P) karena para produsen akan
menaikkan harga jual produksinya untuk menutupi biaya-biaya
“siluman” yang telah mereka keluarkan tersebut. Dimasukkannya
“biaya siluman” tersebut dalam COGS (Cost Of Good Sold).
COGS akan mendorong ATC dan MC naik ke ATC2 dan MC2,
sehingga harga jual pada keadaan normal profit naik dari P ke P2.
Hal ini akan mengakibatkan COGS menjadi tidak merefleksikan
nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses
produksi. Harga yang terdistorsi oleh komponen yang seharusnya
tidak ada sehingga akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi
20
(hight cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi
sumber daya yang akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax)
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada
perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh
korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva
Penawaran Agregatif (AS).
3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorage)
Menurut otoritas moneter di negara-negara barat umumnya
meyakini bahwa pencetakan uang akan menghasilkan keuntungan
bagi pemerintah (inflation tax), karena suatu tingkat pertumbuhan
uang yang tinggi akan menghasilkan tingkat pajak yang lebih
tinggi pula dari pajak memegang uang (tax for holding money).
Di lain pihak, ekonom Islam Ibn al-Maqrizi (Karim, 2008:
142) berpendapat bahwa pencetakan uang yang berlebihan jelasjelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P) secara
keseluruhan (inflasi). Menurut Ibn al-Maqrizi, kenaikan hargaharga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang atau
nominal, sedangkan jika diukur dalam emas, maka harga-harga
komoditas tersebut jarang sekali mengalami kenaikan.
21
c. Dampak Inflasi
1) Menurut Ekonom
Dampak inflasi sangat luas dan beraneka ragam, diantaranya
adalah sebagai berikut (Khalwaty, 2000: 53-57):
a) Equity Effect
Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan.
Dampak inflasi terhadap pendapatan bersifat tidak merata, ada yang
mengalami kerugian dan ada pula yang mengalami keuntungan.
Yang mengalami kerugian adalah mereka yang berpenghasilan tetap
karena akan mengalami penurunan nilai riil dari penghasilannya,
sehingga daya belinya menjadi lemah. Yang mengalami keuntungan
adalah mereka yang memperoleh kenaikan atau peningkatan
pendapatan dengan tingkat persentase yang lebih besar dari tingkat
inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk
uang tunai.
b) Efficiency Effect
Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
dan rumah tangga perusahaan karena lemahya daya beli masyarakat,
juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor
produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang
selanjutnya mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang
22
tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu
akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang
tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola
alokasi faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien.
c) Output Effect
Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi
bahwa produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan
upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan
terjadinya keuntungan yang diterima produsen. Keuntungan yang
telah dinikmati produsen tersebut akan mendorong produsen untuk
terus meningkatkan produksinya. Jika tingkat inflasi tinggi melebihi
dua digit dan berlangsung dalam jangka waktu lama maka biaya
produksi akan naik pula dan akibatnya keuntungan yang telah
dinikmati produsen menjadi berkurang. Karena keuntungan terus
berkurang sementara biaya produksi terus bertambah, akhirnya
produsen akan mengurangi produksinya sampai batas tertentu yang
dianggap aman dan masih dinilai memungkinkan untuk terus
melanjutkan usahanya. Jika dinilai sudah tidak menguntungkan lagi,
keputusan terbaik adalah menghentikan atau mengurangi jumlah
produksi. Penghentian produksi atau pengurangan produksi akan
berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran.
23
2) Menurut Ekonom Muslim
Menurut para ekonom Islam inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena (Karim, 2008: 139):
a) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit
perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali.
b) Melemahnya semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat.
c) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk nonprimer dan barang-barang mewah.
d) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata
uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti:
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
e) Mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi
seperti: apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan
dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual, pemeliharaan
modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner,
dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi (index) untuk
mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.
24
d. Solusi Pengendalian Inflasi
Secara umum terdapat empat macam cara atau kebijakan yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi dan mengendalikan laju pertumbuhan
inflasi hingga ke tingkat yang paling rendah dan aman bagi kinerja
perekonomian dan struktur ekonomi (Khalwaty, 2000: 59-71):
1) Kebijakan Moneter
Bank sentral harus dapat mengatur peredaran uang giral antara
lain dengan cara menentukan cadangan minimum atau Giro Wajib
Minimum bagi setiap bank, melakukan kebijakan uang ketat (tide-money
policy) dan tingkat diskonto (discount rate). Jika jumlah cadangan
minimum dinaikkan, maka uang yang beredar akan berkurang. Demikian
juga, jika tingkat bunga (discount rate) pinjaman dari Bank Sentral
kepada Bank Umum dinaikkan, maka gairah Bank Umum untuk
melakukan ekspansi atau meminjam uang dari Bank Sentral menjadi
berkurang dan akibatnya jumlah uang yang beredar menjadi berkurang.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal akan berpengaruh terhadap permintaan agregat
dan
pengeluaran
pemerintah
disamping
mempengaruhi
harga.
Pengurangan permintaan agregat pada batas wajar akan melindungi
anggaran negara dari defisit, serta dapat menjadi instrumen untuk
mencegah atau menekan laju pertumbuhan angka inflasi sampai pada
batas yang dinilai aman.
25
Kalangan moneteris berpendapat bahwa kebijakan fiskal akan
menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah yang selanjutnya dapat
mendorong kenaikan tingkat bunga dan menekan kenaikan investasi
swasta. Keadaan demikian disebut dengan istilah Crowding Out.
Kenaikan pengeluaran pemerintah yang diimbangi dengan penurunan
pengeluaran investasi swasta akan menghalangi kenaikan permintaan
agregat. Untuk menghindari defisit anggaran belanja negara yang
diakibatkan kenaikan pengeluaran belanja pemerintah, ada beberapa yang
dapat dilakukan. Misalnya mencari pinjaman dari masyarakat dengan
menjual obligasi di pasar modal, mencetak uang baru, menaikkan
penerimaan dari sektor pajak dan utang luar negeri. Pemerintah Indonesia
mengkombinasikan tiga cara, yaitu dengan menjual obligasi, melalui
sektor pajak dan utang luar negeri.
3) Kebijakan Output
Apabila jumlah output meningkat, maka dampaknya akan
menekan laju inflasi. Untuk meningkatkan jumlah output, banyak cara
yang dapat dilakukan. Misalnya dengan menurunkan tarif pajak,
mengurangi berbagai pungutan yang berdampak pada ekonomi biaya
tinggi (hight cost economic)
terhadap output, membebaskan atau
menurunkan tarif bea masuk terhadap barang-barang impor, melakukan
retrukturisasi ekonomi, debirokratisasi perizinan, deregulasi, dan
menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.
26
Dengan bertambahnya jumlah output, harga dapat ditekan
menjadi lebih murah. Jumlah uang yang beredar harus sebanding dengan
jumlah output. Kondisi demikian akan mencegah timbulnya inflasi atau
dapat mengendalikan laju pertumbuhan inflasi.
4) Kebijakan Harga dan Indexing
Kebijakan harga dan indexing dapat dilakukan dengan cara
menentukan harga dasar (ceiling price) atau Harga Patokan Setempat
(HPS) terhadap produk-produk tertentu. Penentuan besarnya gaji dan
upah atau penentuan tingkat Upah Minimum Regional (UMR) harus
berdasarkan indeks harga barang-barang kebutuhan hidup yang secara
berkala dilaporkan oleh Biro Pusat Statistik. Jika indeks harga atau biaya
hidup mengalami kenaikan, gaji dan upah juga harus dinaikkan
sebanding dengan besarnya jumlah kenaikan indeks harga atau indeks
biaya hidup tersebut. Tindakan demikian dapat dijadikan sebagai
instrumen untuk mencegah atau mengendalikan laju pertumbuhan inflasi.
Meskipun nilai nominal gaji dan upah mengalami kenaikan, namun nilai
riil (intrinsik) gaji dan upah tersebut tetap dan daya beli mereka terhadap
output tetap stabil. Jadi kenaikan gaji dan upah tidak mendorong
peningkatan permintaan agregat.
27
2. BI Rate
a. Pengertian BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik (http://www.bi.go.id).
b. Teori Suku Bunga
Ada beberapa teori tentang suku bunga, yaitu Teori Klasik dan Teori
Keynes. Teori Klasik tentang tingkat bunga adalah sebagai berikut (Nopirin,
2009: 70-72):
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan
lebih terdorong untuk mengorbankan/ mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menambah tabungan.
Investasi juga tergantung/ merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga
makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran
investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar
dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang
merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah
tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan
investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
28
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada
dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung
masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam
gambar 2.4.
Tabungan
i1
i0
Investasi1
Investasi 0
Jumlah Rupiah yang
Ditabung & Diinvestasikan
S0
Gambar 2.4
Teori Klasik tentang Tingkat Bunga
Keseimbangan pada tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah
tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas i0, jumlah
tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para
penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan
ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi i0. Sebaliknya, apabila
tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk
memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan
mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.
Kenaikan
efisiensi
produksi
misalnya,
akan
mengakibatkan
keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga pada tingkat bunga yang sama
29
pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai
investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha
bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dalam
gambar ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke
kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik i1.
Sedangkan Keynes mempunyai pandangan yang berbeda (Nopirin,
2009: 90-93). Tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya,
tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang
(ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
(GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat
bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedang menurut
kaum klasik, uang hanyalah mempengaruhi harga barang.
Permintaan akan uang tergantung tingkat bunga. Dalam gambar 2.5
sumbu horisontal mengukur jumlah dan permintaan uang dengan sumbu
vertikal untuk tingkat bunga.
Tingkat bunga (%)
Jumlah uang
req
Liquidity preference
Jumlah uang dan permintaan uang
Gambar 2.5
Teori Keynes tentang Tingkat Bunga
30
Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga
dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa
masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal.
Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang
yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal. Jika mereka
memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan
menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara
mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya
menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik.
Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka
melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan
datang. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity
cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula
ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga
turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang
uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.
Kedua pendekatan di atas semuanya menjelaskan adanya hubungan
negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang kas. Bersama
dengan jumlah uang beredar yang tetap, permintaan uang ini menentukan
tingkat bunga. Tingkat bunga dalam keseimbangan (r eq pada gambar)
apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (jumlah
uang beredar). Apabila pada suatu ketika tingkat bunga di bawah tingkat
31
keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak
dengan cara menjual surat berharga yang dipegangnya. Usaha menjual surat
berharga ini akan mendorong harganya turun, sampai ke tingkat
keseimbangan yang mana masyarakat sudah puas dengan komposisi
kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya,
apabila
tingkat
bunga
berada di
atas keseimbangan,
masyarakat
menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga.
Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat
bunga turun) sampai keseimbangan tercapai.
c. Fungsi Suku Bunga
Menurut Sunariyah fungsi suku bunga adalah sebagai berikut
(Hasibuan, 2015: 29):
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan.
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian.
3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam
suatu perekonomian.
32
d. Mekanisme Penetapan BI Rate
1) Jadwal Penetapan dan Penentuan
Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap
bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi
bulanan yaitu (http://www.bi.go.id):
a)
Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai
dengan RDG berikutnya.
b)
Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan
memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary
policy) dalam mempengaruhi inflasi.
c)
Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,
penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum
RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.
2) Besar Perubahan BI Rate
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate
secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).
Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih
besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate
dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.
3. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
a. Pengertian Indeks Harga Saham Jakarta Islamix Index (JII)
Indeks harga saham adalah indikator yang mencerminkan kinerja
saham-saham di pasar (Tandelilin, 2010: 86). Jakarta Islamic Index adalah
33
indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri
atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala
berdasarkan
kinerja
transaksi
di
perdagangan
bursa,
rasio-rasio
keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah sebagaimana
termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no 05/DSN-MU/IV/2000
tentang jual beli saham dan fatwa no. 40 DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar
Modal, serta Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar
Modal. Saham yang dapat masuk ke dalam saham syariah harus memenuhi
syariat yang disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia No: 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi untuk Reksadana Syariah, terutama pasal 8 dan pasal 10 (Nafik,
2009: 260).
Kriteria yang digunakan untuk menentukan saham-saham yang
masuk dalam perhitungan JII adalah:
a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali
termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
c. 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi
pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
34
Saham-saham syariah yang masuk dalam perhitungan Jakarta
Islamic Index (JII) terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsipprinsip syariah sebagaimana tertuang dalam fatwa DSN. Apabila sahamsaham tersebut tidak lagi memenuhi prinsip-prinsip syariah, otomatis akan
mengeluarkannya dari JII dan kedudukannya digantikan saham lain yang
memenuhi prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian, setiap saat ada saham
yang keluar dan yang masuk ke dalam JII. Evaluasi terhadap saham-saham
yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan setiap enam bulan sekali.
Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan terus diawasi berdasarkan
data-data publik yang tersedia (Nafik, 2009: 261).
b. Pengertian Harga Saham
Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan
terbatas (Anoraga dan Pakarti, 2008: 54). Menurut Marsis (2013: 86) saham
merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu
perusahaan,
selembar
saham
adalah
selembar
kertas
yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya dari suatu
perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Menurut Marsis (2013: 87) harga pasar adalah harga jual dari
investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah
saham tersebut dicatatkan di bursa. Anoraga dan Pakarti (2008: 59)
mengemukakan bahwa market price merupakan harga pada pasar riil, dan
merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga
dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah
35
tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga
ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama
maupun OTC (Over the counter market). Transaksi di sini sudah tidak lagi
melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga
jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai
harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik-turunnya
suatu saham dan setiap hari diumumkan di surat-surat kabar atau di mediamedia lainnya
Menurut Jogiyanto (Al Kautsar, 2015: 5) harga saham merupakan
harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
yang bersangkutan di pasar modal.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa harga
saham merupakan harga saham yang terjadi karena permintaan dan
penawaran dari investor yang satu dengan investor yang lain di pasar modal.
c. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Non Syariah
Menurut Luthvi (2014: 18) saham syariah adalah saham-saham yang
memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam. Sedangkan saham non
syariah adalah saham yang kegiatan usahanya tidak sesuai dengan prinsip
syariah Islam. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya.
Dalam website Bapepam (http://www.bapepam.go.id) disebutkan bahwa
suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh:
36
1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a)
kegiatan
usaha
tidak
bertentangan
dengan
prinsip
syariah
sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan
kegiatan usaha:
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4. bank berbasis bunga;
5. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
7. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi)
yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
8. melakukan transaksi yang 7 unsur suap (risywah);
37
b) rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 82%, dan
c)
rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya
tidak lebih dari 10%.
d. Macam-macam Harga Saham
Menurut Sawidji Widoatmojo, harga saham dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu (Marsis, 2013: 86-87):
1) Harga normal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan
oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen
minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2) Harga perdana
Harga ini merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di
bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan
diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat
biasanya untuk menentukan harga perdana.
3) Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi
38
harga ini yang disebut harga sebagai harga di pasar sekunder, kecil
sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit.
Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
Menurut
Alwi,
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
pergerakan harga saham atau indeks harga saham, antara lain (Marsis,
2013: 84-85):
1) Faktor internal (lingkungan mikro)
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk
baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan
penjualan produk.
b) Pengumuman pendanaan.
c) Pengumuman badan direksi manajemen.
d) Pengumuman
pengambilalihan
diversifikasi,
seperti
laporan
merger, invetasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan
diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
e) Pengumuman investasi.
f) Pengumuman ketenagakerjaan.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan.
39
2) Faktor eksternal
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai
regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan
tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements) seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga
saham perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya
pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka teoritis merupakan konsep dari suatu teori atau logika
pengertian yang saling berhubungan diantara beberapa faktor penting pada
masalah penelitian (Wijaya, 2013: 10). Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran
teoritis adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana:
Y = indeks harga saham JII
X1 = inflasi
40
X2 = BI rate
a
= konstanta
b1 = koefisien regresi inflasi
b2 = koefisien regresi BI rate
e
= standart error
INFLASI (X1)
INDEKS HARGA
SAHAM JII (Y)
BI RATE (X2)
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran Teoritis
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat
dugaan dari suatu penelitian. Dugaan ini harus dibuktikan kebenarannya melalui
data empiris (fakta lapangan). Hipotesis dapat benar atau terbukti dan tidak
terbukti setelah didukung oleh fakta-fakta dari hasil penelitian lapangan (Supardi,
2005: 69).
1. Hubungan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII)
Dalam keadaan inflasi, biaya modal dari suatu proyek investasi akan
menjadi semakin mahal karena harga-harga barang-barang naik relatif cepat
dan cukup tinggi. Daya beli masyarakat semakin melemah sehingga terjadi
41
kelesuan hampir di segala sektor riil. Di sektor industri penerimaan laba
menurun cukup drastis, sehingga menurunkan harga saham perusahaan publik
(Khalwaty, 2000: 105). Penurunan harga saham mengakibatkan menurunnya
indeks harga saham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Cahya dkk (2015), Dessy dan Sujito (2012) yang menyatakan inflasi
berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan:
H1 = Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga
saham Jakarta Islamic Index (JII).
2. Hubungan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII)
Jika BI rate sebagai suku bunga acuan mengalami peningkatan, maka
suku bunga industri perbankan akan mengalami peningkatan juga, dan ini
menarik investor untuk berinvestasi atau memindahkan investasi dari saham ke
sektor perbankan. Hal ini mengakibatkan permintaan saham menjadi menurun
dan penurunan permintaan saham membuat harga saham menurun, sehingga
indeks harga saham juga akan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani (2014), Dessy dan Sujito (2012) menyatakan bahwa suku bunga
berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan:
H2 = BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga
saham Jakarta Islamic Index (JII).
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengenai pengaruh inflasi dan BIrate terhadap indeks harga
saham Jakarta Islamic Index (JII). Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Menurut Arikunto (2010: 27) penelitian kuantitatif banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono
(2010: 23) yang mengemukakan bahwa data kuantitatif adalah data yang
berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
diperoleh melalui data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia
melalui website (www.idx.co.id). Dan data tingkat inflasi dan BIrate diperoleh
dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII), inflasi dan BI rate yang digunakan mulai dari tahun 2012
sampai 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Bawono (2006: 28), populasi adalah keseluruhan wilayah
objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis dan ditarik
kesimpulan oleh peneliti. Hal ini sependapat dengan Sugiyono (2010: 61) yang
43
mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian iniadalahJakarta Islamic Index (JII).
2. Sampel
Bawono (2006: 28), mengemukakan bahwa sampel adalah objek atau
subjek penelitian yang dipilih guna mewakili keseluruhan dari populasi. Hal ini
dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Sehingga di dalam menentukan
sampel harus hati-hati, karena kesimpulan yang dihasilkan nantinya merupakan
kesimpulan dari populasi. Penelitian yang menggunakan data sekunder, jumlah
sampel minimum yang dapat digunakan agar hasilnya representatif adalah 35
data.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan kriteria
tertentu (Sugiyono, 2010: 68). Kriteria yang digunakan untuk pengambilan
sampel adalah data indeks harga saham Jakarta Islamic Indeks (JII) akhir bulan
(closing price). Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dari tahun 2012-2014 sejumlah
36 sampel data.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data
yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Pada penelitian
kuantitatif dikenal beberapa metode, antara lain metode angket, wawancara,
44
observasi dan dokumentasi (Bungin, 2006: 123). Metode pengambilan data adalah
teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan
dianalisis atau diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Teknik atau cara
untuk mendapatkan data untuk penelitian adalah dari data primer dan data
sekunder. Pada penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang
memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder ini dapat diperoleh oleh peneliti dari
jurnal, majalah, buku, data statistik maupun dari internet (Bawono, 2006 : 29-30).
Sesuai dengan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
sekunder, maka teknik dalam pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi. Menurut Bungin (2006: 144), metode dokumentasi adalah metode
yang digunakan untuk menelusuri data historis. Data historis tersebut merupakan
data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) yang dipublikasikan oleh PT
Bursa Efek Indonesia melalui website (www.idx.co.id), data tingkat inflasi dan
BIrateyang diperoleh melaluiwebsite Bank Indonesia (www.bi.go.id).Pendekatan
waktu yang digunakan adalah data time series. Bawono (2006: 26)
mengemukakan bahwa data timeseries adalah data runtun waktu, bisa berupa data
bulanan, triwulanan, semesteran ataupun tahunan. Penelitian ini menggunakan
data runtun waktu bulanan.
E. Definisi Konsep dan Operasi
1. Definisi Konsep
Menurut Bawono (2006: 26), definisi konsep merupakan penentuan
metode penelitian yang akan dilakukan apakah merupakan eksperimen atau
45
non eksperimen (observasional). Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian yang sifatnya observasional karena penelitian ini meneliti hal yang
sudah ada.
2. Definisi Operasi
Definisi operasional menjelaskan mengenai definisi variabel-variabel
yang akan digunakan, baik variabel dependen maupun variabel independen.
Sehingga nantinya tidak menghasilkan data yang bias yang bisa membuat
interpretasi data yang bias (Bawono, 2006: 27).
a. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2010: 4), variabel independen merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
yaitu:
1) Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan terusmenerus dalam periode tertentu. Data tingkat inflasi diperoleh melalui
website Bank Indonesia (www.bi.go.id) yang dipublikasikan setiap
sebulan sekali.
2) BIRate
BIRate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik setiap sebulan sekali.
46
b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2010: 4).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII).
Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)adalah indeks saham
yang didasarkan atas prinsip syariah yang terdiri atas 30 saham yang
keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja
transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya
pada prinsip-prinsip syariah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
data indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akhir bulan
(closingprice) yang terdapat dalam data statistik yang dipublikasikan oleh
PT Bursa Efek Indonesia.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan
instrumen penelitian karena data yang dibutuhkan sudah tersedia pada data
statistik
yang
dipublikasikan oleh PT
Bursa
Efek
Indonesia
melalui
website(www.idx.co.id), data inflasi dan BIrate melalui website Bank Indonesia
(www.bi.go.id).
47
G. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas digunakan untuk mengetahui apakah data runtun
waktu yang digunakan dalam penelitian sudah stasioner (Winarno, 2015).
Untuk menguji stasioneritas, dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit
(Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Prosedur untuk
mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai
statistik ADF dengan nilai kritis distribusi Mac Kinnon. Nilai statistik ADF
ditunjukkan oleh nilai t statistik. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar
dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika
sebaliknya nilai statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak
stasioner.
2. Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel inflasi dan BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII). Dalam regresi berganda terdapat 3 variabel, yaitu:
1. Variabel Independen (X1), yaitu Inflasi
2. Variabel Independen (X2), yaitu BI rate
3. Variabel Dependen (Y), yaitu Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII)
Persamaan regresi berganda untuk menguji variabel di atas dengan
menggunakan rumus :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e
48
Dimana:
Y
=
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
X1 =
inflasi
X2 =
BI rate
a
konstanta
=
b1 =
koefisien regresi inflasi
b2 =
koefisien regresi BI rate
e
standart error
=
3. Uji Hipotesis
a. Uji ttest
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendirisendiri. Langkah-langkah pengujiannya yaitu (Bawono, 2006: 89):
1) Menentukan hipotesis
Ho : β1 = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ho : β1≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2) Menentukan t tabel
Untuk menentukan t tabel dengan menggunakan tingkat α 5%
dan derajat kepercayaan (dk) = n – 1 – k.
Di mana:
n : jumlah data
49
k : jumlah variabel
3) Pengambilan keputusan
Jika t hitung< t tabel maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan.
Jika t hitung≥ t tabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
yang signifikan.
b. Uji Ftest
Menurut Bawono (2006: 91) Uji F dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa jauh variabel independen atau bebas secara bersamasama dapat mempengaruhi variabel dependen atau terikat.
Langkah pengujiannya adalah:
1) Menentukan hipotesis
Ho: β1,β2,....βn = 0, artinya variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho: β1,β2,....βn ≠ 0, artinya variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Menentukan F tabel
Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikasi α = 5%
dan derajat kebebasan (dk) = (n – k).
3) Mencari F hitung dengan rumus
f=
R2 / (k-1)
( 1 - R2 ) / ( n – k )
Di mana:
R2 = koefisien determinasi
50
K = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
4) Pengambilan keputusan
Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Bawono (2006: 92) koefisien determinasi (R2) menunjukan
sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen, atau sejauh mana kontribusi variabel mempengaruhi variabel
dependen.
Ciri-ciri nilai R2 adalah:
1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai dengan 1,
atau (0 ≤ R2≤ 1).
2) Nilai 0 menunjukan tidak adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
3) Nilai 1 menunjukan adanya hubungan yang sempurna antara variabel
independen dengan variabel dependen.
51
4. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik merupakan tahapan yang penting dilakukan dalam
proses analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala asumsi klasik diharapkan
dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai dengan kaidah BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator), yang menghasilkan model regresi yang tidak bias
dan handal sebagai penaksir. Uji Asumsi Klasik terdiri dari (Bawono, 2006:
115):
a. Uji Multicollinearity
Multicollinearity adalah situasi dimana terdapat korelasi variabelvariabel bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini dapat disebut
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesamanya sama dengan nol.
Masalah multikoliniaritas biasanya muncul pada data timeseries yang
apabila masalah ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari
parameter estimasi.
b. Uji Heteroscedasticity
Heteroscedasticity terjadi apabila varian dari variabel pengganggu
tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi
heteroskendastisitas adalah penaksiran tidak bias tetapi tidak efisien lagi
baik dalam sampel besar maupun kecil, serta uji t-test dan F-test akan
menyebabkan kesimpulan yang salah.
52
c. Uji Autocorrelation
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukkan hubungan
antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama.
Autokorelasi ini dapat terjadi apabila suatu keadaan dimana variabel
gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu
pada periode lain. Jadi suatu penelitian memerlukan dilakukannya pengujian
autokorelasi jika penelitiannya menggunakan data runtun waktu.
d. Uji Normality
Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel
dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau
tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi
H. Alat Analisis
Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS dan
Eviews. SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan sebuah
program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses
data-data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang
dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Eviews adalah program komputer
berbasis Windows yang banyak dipakai untuk analisa statistika dan ekonometri
jenis runtun waktu.
53
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh
inflasi dan BI Rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun
2012 – 2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang peneliti peroleh dari
data statistik yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia melalui website
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan data tingkat inflasi & BI rate dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel independen
adalah inflasi dan BI rate.
Gambaran umum data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimu Maximu
Mean
m
m
36
3,56
8,79
5,8878
36
5,75
7,75
6,5868
36
525,05
691,13 621,1096
36
INFLASI
BI RATE
IHS JII
Valid N
(listwise)
Std.
Deviation
1,73581
,84927
46,93964
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif memperlihatkan gambaran
umum sebagai berikut:
54
a. Inflasi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan
adalah 36. Nilai inflasi minimum 3,56 dan maximum 8,79. Rata-rata nilai
inflasi adalah 5,8878 dengan standart deviasi 1,73581. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa standart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 1,73581
< 5,8878, hal ini menunjukkan bahwa sebaran inflasi dalam kondisi baik.
b. BI Rate
Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai BI rate
minimum 5,75 dan maksimum 7,75. Rata-rata nilai BI rate adalah 6,5868
dengan standart deviasi 0,84927. Sebaran BI rate dalam kondisi yang baik
karena dapat dilihat bahwa stndart deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata
yaitu 0,84927 < 6,5868.
c. Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) minimum 525,05 dan maksimum 691,13. Rata-rata
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) adalah 621,1096 dengan
standart deviasi 46,93964. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa standart
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata yaitu 46,93964 < 621,1096, hal ini
menunjukkan bahwa sebaran indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
dalam kondisi baik.
55
B. Analisis Data
1. Hasil Uji Stasioneritas
Untuk menguji stasioneritas dalam penelitian ini menggunakan uji akar
unit (Unit Root Test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Hasil uji
stasioneritas adalah sebagai berikut:
a. Uji Stasioneritas Inflasi
Tabel 4.2
Hasil Uji Stasioneritas Inflasi
Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.684727
-4.273277
-3.557759
-3.212361
0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:27
Sample (adjusted): 2012M05 2014M12
Included observations: 32 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLASI(-1),2)
D(INFLASI(-1),3)
C
@TREND("2012M01")
-1.574847
0.348564
-0.002708
0.000170
0.277031
0.181561
0.003474
0.000161
-5.684727
1.919814
-0.779478
1.054580
0.0000
0.0651
0.4422
0.3006
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.629370
0.589660
0.008380
0.001966
109.7534
15.84901
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
56
0.000191
0.013081
-6.609585
-6.426368
-6.548854
2.127427
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai absolut statistik ADF
(-5.684727) lebih besar dari nilai critical values, maka data inflasi yang
diamati menunjukkan stasioner.
b. Uji Stasioneritas BI Rate
Tabel 4.3
Hasil Uji Stasioneritas BI Rate
Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.65481
-4.262735
-3.552973
-3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:28
Sample (adjusted): 2012M04 2014M12
Included observations: 33 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BI_RATE(-1),2)
C
@TREND("2012M01")
-1.542039
0.000221
-6.38E-06
0.144727
0.000471
2.21E-05
-10.65481
0.468141
-0.288251
0.0000
0.6431
0.7751
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.791479
0.777577
0.001206
4.36E-05
176.5274
56.93508
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
57
-7.58E-05
0.002557
-10.51681
-10.38077
-10.47104
1.823541
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai absolut statistik
ADF (-10.65481) lebih besar dari nilai critical values, maka data BI Rate
yang diamati stasioner.
c. Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
Tabel 4.4
Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham
Jakarta Islamic Index (JII)
Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-8.080328
-4.262735
-3.552973
-3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JII,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:29
Sample (adjusted): 2012M04 2014M12
Included observations: 33 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(JII(-1),2)
C
@TREND("2012M01")
-1.367337
-2518.354
122.6349
0.169218
11156.21
524.9825
-8.080328
-0.225736
0.233598
0.0000
0.8229
0.8169
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.685204
0.664218
28711.58
2.47E+10
-383.9992
32.64990
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
58
-534.3939
49548.22
23.45450
23.59054
23.50027
2.213063
Hasil output menunjukkan bahwa nilai absolut statistik ADF (8.080328) lebih besar dari nilai critical values, maka data Indeks Harga
Saham Jakarta Islamic Index (JII) yang diamati stasioner.
2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat
multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen
dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua variabel).
Kondisi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen dapat
bersifat positif atau negatif.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
T
Std.
B
Beta
Error
(Constant)
433,872 56,722
7,649
1
INFLASI
-6,501
5,214
-,240 -1,247
BI RATE
34,237 10,656
,619 3,213
a. Dependent Variable: IHS JII
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Sig.
,000
,221
,003
Dari hasil regresi yang didapat maka dapat dibuat persamaaan regresi
berganda sebagai berikut:
Y
=
a + b1 X1 + b2 X2
Y
=
433,872 - 6,501X1 + 34,237X2
Dimana:
Y
=
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
59
X1 =
inflasi
X2 =
BI rate
a
konstanta
=
b1 =
koefisien regresi inflasi
b2 =
koefisien regresi BI rate
Artinya:
Nilai constant (a) : 433,872, diartikan bahwa ketika variabel inflasi dan
BI rate konstan atau tidak ada atau sebesar 0, maka variabel indeks harga
saham Jakarta Islamic Index (JII) akan mengalami kenaikan sebesar 433,872
dengan asumsi cateris paribus.
Nilai Inflasi (X1) sebesar -6,501, diartikan bahwa jika inflasi
mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan BI Rate konstan atau tidak ada
atau sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan
mengalami penurunan sebesar 6,501 satuan dengan asumsi cateris paribus.
Nilai BI Rate (X2) sebesar 34,237, diartikan bahwa jika BI Rate
mengalami peningkatan 1 satuan sedangkan Inflasi konstan atau tidak ada atau
sebesar 0, maka indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) akan
mengalami peningkatan sebesar 34,237 satuan dengan asumsi cateris paribus.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji ttest
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendirisendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial atau individu, dengan uji t
60
statistik untuk masing-masing variabel bebas, dengan tingkat kepercayaan
tertentu (Bawono, 2006: 89).
Tabel 4.6
Hasil Uji ttest
Model
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
433,872
56,722
(Constant
)
1
INFLASI
-6,501
5,214
-,240
BI RATE
34,237
10,656
,619
a. Dependent Variable: IHS JII
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
t
Sig.
7,649
,000
-1,247
3,213
,221
,003
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel inflasi
sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test sebesar -1,247 lebih
kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest tidak berada di dalam daerah
penolakan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII).
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikan dari variabel BI rate
sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test sebesar 3,213 lebih besar
dari t tabel sebesar 2,034515 dan ttest berada di dalam daerah penolakan,
maka dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
61
b. Uji Ftest
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
semua variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel dependen (Y), (Bawono, 2006: 91).
Tabel 4.7
Hasil Uji Ftest
ANOVAa
Model
Sum of
Squares
19656,409
Df
Mean
Square
9828,205
Regressio
2
n
1
Residual
57460,121
33
1741,216
Total
77116,530
35
a. Dependent Variable: IHS JII
b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
F
5,644
Sig.
,008b
Dengan melihat tabel di atas, nilai F hitung = 5,644. F tabel dapat
dicari dengan melihat kolom df, yaitu dengan df pembilang = 3 dan df
penyebut = 34 sedangakan α : 5%, maka nilai F tabel = 2,883. Berdasarkan
nilai F hitung dan F tabel, maka F hitung > F tabel, sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini berarti BI rate dan
inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati dalam Bawono (2006: 92) Analisis koefisien
determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase
62
(%) pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan (X1, X2,
X3) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini dilakukan dengan
melihat R² pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila
angka koefisien determinasi (R²) semakin mendekati 1 berarti model regresi
yang digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap
variabel dependen (Y).
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Mode
Adjusted R Std. Error of
R
R Square
l
Square
the Estimate
a
1
,505
,255
,210
41,72788
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
b. Dependent Variable: IHS JII
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Dari tabel di atas diketahui nilai Adjusted R Square sebesar 0,210
yang artinya variabel independen berkontribusi mempengaruhi variabel
dependen sebesar 21%, sisanya 79% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
4. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan metode VIF
(Varian Inflation Factor) dan nilai Tolerance juga matrik kolerasi untuk
pengujian multikolinieritas, pengujian heteroskedastisitas menggunakan White
Test, selanjutnya pengujian autokorelasi menggunakan Durbin Watson, dan
pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorof-Smirnov Test. Hasil
uji tersebut adalah sebagai berikut:
63
a. Uji Multicollinearity (Multikolinieritas)
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi
di antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainya. Dalam pengujian
ini, peneliti menggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor) dan nilai
Tolerance juga matrik kolerasi.
Kedua nilai VIF dan Tolerance saling berlawanan, apabila nilai
tolerancenya besar maka nilai VIF nya kecil dan sebaliknya. Nilai VIF di
sini tidak boleh lebih besar dari 5 (lima), jika lebih besar maka bisa
dikatakan ada gejala multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF nya lebih
kecil dari 5 maka tidak ada gejala multikolinieritas. Demikian juga dengan
nilai Tolerance nya berarti sebaliknya (Bawono, 2006: 123).
Tabel 4.9
Hasil Uji Multicollinearity
Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model
Tolerance
VIF
(Constant)
1
INFLASI
,607
1,646
BI RATE
,607
1,646
a. Dependent Variable: IHS JII
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai VIF masing-masing
variabel lebih kecil dari 5 (lima) dan nilai tolerance tidak ada yang lebih
dari angka 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
multikolinieritas pada semua variabel.
64
b. Uji Heteroscedasticity (Heteroskedastisitas)
Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan metode White Test.
Secara manual uji ini dilakukan dengan meregres residual kuadrat (Ui2)
dengan variabel bebas dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R 2 untuk
menghitung x2, di mana x2 = n*R2. Pengujiannya adalah jika x2 hitung < x2
tabel, maka hipotesis adanya heteroskedasticity dalam model ditolak
(Bawono, 2006: 145). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
heteroskedastisitas maka dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Heteroscedasticity
Model
R
,540a
1
Model Summary
Adjusted R
R Square
Square
,292
,174
Std. Error of
the Estimate
1812,01619
a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
Dengan mengetahui nilai R2 sebesar 0,292, maka kita dapat
mengetahui besarnya x2 hitung yaitu R2 * n = 0,292 * 36 = 10,512.
Sedangkan besarnya x2 tabel adalah 50,9985. Karena besarnya x2 hitung <
x2 tabel, maka model yang kita pakai tidak terdapat gejala penyakit
heteroskedastisitas.
c. Uji Autocorrelation (Autokorelasi)
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini
menggunakan Uji Durbin Watson. Hasil dari pengujian adalah sebagai
berikut:
65
Tabel 4.11
Hasil Uji Autocorrelation
Model Summaryb
Mode
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l
Square
the Estimate
a
1
,505
,255
,210
41,72788
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
b. Dependent Variable: IHS JII
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
DurbinWatson
,329
Nilai DW test nya sebesar 0,329, kemudian kita bandingkan dengan
nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan
asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel d L = 1,3537 dan nilai tabel
dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test tidak
di antara dU dan 4 – dU, bahkan lebih kecil dari dL, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat gejala penyakit autokorelasi dalam model regrasi.
Karena terdapat gejala penyakit autokeralasi, maka dilakukan teknik
perbaikan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Perbaikan Uji Autocorrelation
Mode
l
R
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
1
,892a
,796
,776
21,79498
a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE
b. Dependent Variable: Ln_IHS
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
DurbinWatson
1,694
Nilai DW test nya sebesar 1,694, kemudian kita bandingkan dengan
nilai tabel. Jumlah observasi = 36, jumlah variabel independen = 2, dengan
66
asumsi derajat kepercayaan 5% maka nilai tabel d L = 1,3537 dan nilai tabel
dU = 1,5872. Nilai 4 – dU = 4 - 1,5872 = 2,4128. Karena nilai DW test di
antara dU dan 4 – dU, maka dapat disimpulkan bahwa sekarang tidak terdapat
gejala penyakit autokorelasi.
d. Uji Normality (Normalitas)
Uji ini untuk menguji apakah dalam model regresi kita, data variabel
dependen dan independen yang kita pakai apakah berdistribusi normal atau
tidak. Sebuah data penelitian yang baik adalah yang datanya berdistribusi
normal (Bawono, 2006: 174). Pengujian dilakukan dengan menggunakan
metode Kolmogorof-Smirnov Test. Pengujian normalitas dilakukan dengan
melihat nilai 2-tailed significant melalui pengukuran tingkat signifikansi
sebesar 5% atau 0,05. Data bisa dikatakan berdistribusi normal bila nilai
Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 5%. Sebaliknya, apabila nilai Asymp.
Sig (2-tailed) kurang dari 5% maka data tidak berdistribusi normal. Hasil
pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Normality
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RES_1
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)
67
36
,0000000
40,51811615
,069
,069
-,052
,414
,996
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal. Hal ini karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari 0,05, yaitu 0,996 > 0,05.
5. Pembahasan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh inflasi dan BI rate terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Dari penelitian yang telah
dilakukan maka pengaruh variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII)
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index
(JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan dari
variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan nilai t test sebesar
-1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515 dan t test tidak berada di
dalam daerah penolakan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII) ditolak.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Hatman Maqdiyah, Sri Mangesti Rahayu, Topowijono (2014) yang
menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII). Tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Neny Mulyani (2014) yang menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
68
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII), berarti bahwa berapa besar pun perubahan
variabel inflasi yang terjadi secara parsial tidak akan berpengaruh terhadap
indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII). Tidak signifikannya
pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
tersebut disebabkan karena inflasi yang terjadi pada tahun 2012-2014 relatif
stabil, sehingga masih dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
membuat orang bergairah untuk mengadakan investasi. Investor percaya
bahwa keadaan inflasi tidak akan berpengaruh terhadap perubahan harga
saham karena kondisi inflasi yang terjadi masih dalam batas wajar.
Stabilnya inflasi membuat para investor tidak terlalu memperhatikan
komponen inflasi dalam mempertimbangkan penjualan atau pembelian
saham, sehingga perubahan inflasi tidak berdampak secara nyata terhadap
perubahan indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII).
Tidak signifikannya pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) tersebut juga bisa disebabkan karena para
investor lebih banyak mempertimbangkan faktor lain seperti faktor
fundamental perusahaan.
b. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII)
Dari penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel
BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII). Sehingga semakin tinggi tingkat BI rate akan
69
semakin tinggi pula indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) secara
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji ttest, di mana nilai signifikan
dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan nilai t test
sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515 dan t test berada di
dalam daerah penolakan. Hipotesis yang menyatakan bahwa BI rate
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII) maka ditolak.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Neny
Mulyani (2014) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif
terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dessy dan Sujito (2012) juga menyatakan bahwa tingkat suku bunga
berpengaruh negatif terhadap IHSG.
BI rate berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham Jakarta
Islamic Index (JII) disebabkan karena BI rate merupakan salah satu faktor
yang dominan berpengaruh dalam pengambilan keputusan investasi dalam
bentuk saham di kalangan investor. BI rate berpengaruh positif karena
apabila BI rate naik, investor tidak menjual saham yang dimilikinya dan
tidak beralih menginvestasikan dananya di bank untuk mendapatkan hasil
yang lebih tinggi. Hal ini karena investor percaya harga saham akan tumbuh
dan berkembang di masa yang akan datang. Hubungan positif yang terjadi
antara BI rate terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII)
mengindikasikan bahwa tidak adanya hubungan subtitusi antara sektor
perbankan dengan pasar modal. Hal ini berarti pasar modal bukan
70
merupakan subtitusi dari perbankan, akan tetapi merupakan komplementer
dari perbankan. Keputusan investasi tidak hanya melibatkan faktor teknikal
saja tetapi kondisi psikologis dari para investor juga ikut mempengaruhi,
sehingga tidak selamanya teori yang ada dapat sesuai dengan kenyataan di
pasar.
c. Variabel yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII)
Dari hasil uji t test nilai b1XI sebesar -6,501 dan b2X2 sebesar 34,237.
Dengan demikian nilai koefisien variabel X2 lebih besar dari koefisien
variabel X1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang
paling berpengaruh terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index
(JII) adalah BI rate.
BI Rate berpengaruh paling dominan terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) karena BI rate merupakan salah satu kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI rate dapat digunakan
sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan
permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan BI rate
terhadap indeks harga saham Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2012-2014.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana
nilai signifikan dari variabel inflasi sebesar 0,221 lebih besar dari α (0.05) dan
nilai ttest sebesar -1,247 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,034515.
2. BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji ttest, di mana
nilai signifikan dari variabel BI rate sebesar 0,003 lebih kecil dari α (0.05) dan
nilai ttest sebesar 3,213 lebih besar dari t tabel sebesar 2,034515.
3. Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap indeks harga saham
Jakarta Islamic Index (JII) adalah BI Rate. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji
ttest, di mana nilai koefisien variabel X2 sebesar 34,237 lebih besar dari
koefisien variabel X1 sebesar -6,501.
72
B. Saran
1. Bagi
investor
yang
menginvestasikan dana
pada
saham,
sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam melakukan investasi selain
variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti.
2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama
disarankan menambahkan variabel penelitian dan periode waktu yang lebih
panjang.
3. Bagi pemerintah harus bijak dalam mengendalikan kondisi-kondisi makro
ekonomi agar perekonomian tetap stabil sehingga dapat meningkatkan gairah
investasi di dalam negeri.
73
DAFTAR PUSTAKA
Al Kautsar, Odi & Atim Djazuli. 2015. “Analisis Return On Asset, Earning Per
Share, Price Earning Ratio, dan Nilai Kurs Terhadap Harga Saham (Studi
Pada Perusahaan Mining Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia)”.
http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1836/1679.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 10.48.
Anoraga, Panji & Piji Pakarti. 2008. “Pengantar Pasar Modal”. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bawono, Anton. 2006. “Multivariate Analysis dengan SPSS”. Salatiga: STAIN
Salatiga Press.
Bungin, Burhan. 2006. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi
dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.
Cahya, Putu Fenta Pramudya; I Wayan Suwendra & Fridayana Yudiatmaja. 2015.
“Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti dan Real Estate yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2013”. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen Vol. 2. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada tanggal
5 Juni 2015 pukul 11.27.
Dessy & Sujito. 2012. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia, Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun (2006-2010)”. Jurnal Vol. 11 No. 2 hlmn 107116. http://journal.usm.ac.id. Diakses pada 5 Juni 2015 pukul 10.37.
Hasibuan, Saida & Wahyu Ario Pratomo. 2015. “Mekanisme Transmisi Kebijakan
Moneter Melalui Suku Bunga SBI Sebagai Sasaran Operasional
Kebijakan Moneter dan Variabel Makroekonomi Indonesia”. Jurnal
Ekonomi
dan
Keuangan
1.12.
http://202.0.107.5/index.php/edk/article/view/9515. Diakses pada tanggal
10 Juni 2015 pukul 04.08.
Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. “Investasi pada Pasar Modal
Syariah”. Jakarta: Kencana.
Karim, Adiwarman. 2008. “Ekonomi Makro Islami”. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
74
Khalwaty, Tajul. 2000. “Inflasi dan Solusinya”. Jakarta: PT Gramedia Pusaka
Utama.
Luthvi, Dani Ahmad. 2014. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, Pertumbuhan
Ekonomi, Size terhadap Return Saham Syariah di Jakarta Islamic Index
(JII)
periode
2009-2013”.
Skripsi.http://eprints.uny.ac.id/15487/1/SKRIPSI%20DANI%20AHMAD
%20LUTHVI.pdf. Diakses pada tanggal 16 Juni 2015 pukul 08.49.
Maqdiyah, Hatman; Sri Mangesti Rahayu & Topowijono. 2014. “Pengaruh
Tingkat Bunga Deposito, Tingkat Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB)
dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham Jakarta Islamic Index
(JII) (Studi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 hingga 2013)”.
Jurnal
Administrasi
Bisnis
(JAB)
Vol.
17
No.
2.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 5
Juni 2015 pukul 16.31.
Marsis, Adi Setiawan. 2013. “Rahasia Terbesar Investasi”. Yogyakarta: Secon
Hope.
Mulyani, Neny. 2014. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, dan
Produk Dosestik Bruto terhadap Jakarta Islamic Index”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen
Eksekutif
Vol.
1
No.
1.
http://pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JBME/article/view/36/36. Diakses
pada tanggal 31 Oktober 2015 pukul 10.29.
Murhadi, Werner R. 2009. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”. Jakarta:
PT Indeks.
Nafik HR, Muhammad. 2009. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”. Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta.
Nopirin. 2000. “Ekonomi Moneter Buku II”. Yogyakarta: BPFE.
Nopirin. 2009. “Ekonomi Moneter Buku I”. Yogyakarta: BPFE.
Sugiharto; Dergibson Siagian; Lasmono Tri Sunaryanto & Denny S. Oetomo.
2003. “Teknik Sampling” .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suharno, Agus & MG. Kentris Indarti. 2014. “Pengaruh Faktor Fundamental
Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2012)”. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan
Vol.
3
No.
1
hal
10-21.
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe9/article/view/2874/809.
Diakses pada tanggal 6 November 2015 pukul 14.54.
75
Sugiyono. 2010. “Statistika untuk Penelitian”. Bandung: CV Alfabeta.
Supardi. 2005. “Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”. Yogyakarta: UII
Press.
Tandelilin, Eduardus. 2010. “Portofolio dan Investasi”. Yogyakarta: Kanisius.
Wijaya, Tony. 2013. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan
Praktik”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
http://www.bapepam.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
http://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
http://www.idx.co.id. Diakses pada tanggal 2 Juni 2015.
76
Lampiran
77
Lampiran 1. Data Inflasi (dalam persen)
No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
3,65
4,57
8,22
2.
Februari
3,56
5,31
7,75
3.
Maret
3,97
5,90
7,32
4.
April
4,50
5,57
7,25
5.
Mei
4,45
5,47
7,32
6.
Juni
4,53
5,90
6,70
7.
Juli
4,56
8,61
4,53
8.
Agustus
4,58
8,79
3,99
9.
September
4,31
8,40
4,53
10.
Oktober
4,61
8,32
4,83
11.
November
4,32
8,37
6,23
12.
Desember
4,30
8,38
8,36
78
Lampiran 2. Data BI Rate (dalam persen)
No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
6,00
5,75
7,50
2.
Februari
5,75
5,75
7,50
3.
Maret
5,75
5,75
7,50
4.
April
5,75
5,75
7,50
5.
Mei
5,75
5,75
7,50
6.
Juni
5,75
6,00
7,50
7.
Juli
5,75
6,50
7,50
Agustus
5,75
9.
September
5,75
7,25
7,50
10.
Oktober
5,75
7,25
7,50
November
5,75
7,50
Desember
5,75
7,50
8.
11.
12.
79
6,50
7,00
7,50
7,50
7,75
7,75
Lampiran 3. Data Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index (JII)
No.
Bulan
2012
2013
2014
1.
Januari
562,535
604,610
602,873
2.
Februari
566,754
645,219
626,864
3.
Maret
584,060
660,337
640,411
4.
April
575,088
682,691
647,674
5.
Mei
525,052
676,583
656,830
6.
Juni
544,190
660,165
654,999
7.
Juli
573,731
623,747
690,396
8.
Agustus
569,935
592,002
691,132
9.
September
600,840
585,593
687,619
10. Oktober
619,270
615,706
670,443
11. November
588,776
579,868
683,015
12. Desember
594,789
585,110
691,039
80
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Bulan
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
Mei-12
Jun-12
Jul-12
Agu-12
Sep-12
Okt-12
Nov-12
Des-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
Mei-13
Jun-13
Jul-13
Agu-13
Sep-13
Okt-13
Nov-13
Des-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
Mei-14
Jun-14
Jul-14
Agu-14
Sep-14
Okt-14
Nov-14
Des-14
Inflasi
0,0365
0,0356
0,0397
0,0450
0,0445
0,0453
0,0456
0,0458
0,0431
0,0461
0,0432
0,0430
0,0457
0,0531
0,0590
0,0557
0,0547
0,0590
0,0861
0,0879
0,0840
0,0832
0,0837
0,0838
0,0822
0,0775
0,0732
0,0725
0,0732
0,0670
0,0453
0,0399
0,0453
0,0483
0,0623
0,0836
81
BI Rate
0,0600
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0575
0,0600
0,0650
0,0675
0,0725
0,0725
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,0750
0,07625
0,0775
IHS JII
562,535
566,754
584,060
575,088
525,052
544,190
573,731
569,935
600,840
619,270
588,776
594,789
604,610
645,219
660,337
682,691
676,583
660,165
623,747
592,002
585,593
615,706
579,868
585,110
602,873
626,864
640,411
647,674
656,830
654,999
690,396
691,132
687,619
670,443
683,015
691,039
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data
a. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
INFLASI
36
3,56
8,79
5,8878
1,73581
BI RATE
36
5,75
7,75
6,5868
,84927
IHS JII
36
525,05
691,13
621,1096
46,93964
Valid N (listwise)
36
b. Hasil Uji Multicollinearity
a
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient
t
Sig.
Collinearity
Statistics
s
B
(Constant)
Std. Error
433,872
56,722
1 INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
Beta
Tolerance
7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,607
1,646
,619
3,213
,003
,607
1,646
a. Dependent Variable: IHS JII
c. Hasil Uji Heteroscedasticity
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
1
a
,540
,292
,174
Std. Error of the
Estimate
1812,01619
a. Predictors: (Constant), x2.x2, x1.x1, INFLASI, x1.x2, BI RATE
82
VIF
d. Hasil Uji Autocorrelation
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
,505
1
a
,255
Durbin-Watson
Estimate
,210
41,72788
,329
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
b. Dependent Variable: IHS JII
e. Perbaikan Uji Autocorrelation
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
a
1
,892
,796
Std. Error of the
Estimate
,776
21,79498
a. Predictors: (Constant), IHS JII, INFLASI, BI RATE
b. Dependent Variable: Ln_IHS
f. Hasil Uji Normality
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
RES_1
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
36
Mean
Std. Deviation
,0000000
40,51811615
Absolute
,069
Positive
,069
Negative
-,052
Kolmogorov-Smirnov Z
,414
Asymp. Sig. (2-tailed)
,996
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
83
Durbin-Watson
1,694
g. Hasil Uji Regresi Berganda
a
Coefficients
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficient
T
Sig.
s
B
Std.
Beta
Error
(Constant)
1
433,872
56,722
INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,619
3,213
,003
a. Dependent Variable: IHS JII
h. Hasil Uji ttest
a
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
1
Std. Error
433,872
56,722
INFLASI
-6,501
5,214
BI RATE
34,237
10,656
Beta
7,649
,000
-,240
-1,247
,221
,619
3,213
,003
a. Dependent Variable: IHS JII
i. Hasil Uji Ftest
ANOVAa
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
19656,409
2
9828,205
Residual
57460,121
33
1741,216
Total
77116,530
35
a. Dependent Variable: IHS JII
b. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
84
F
5,644
Sig.
,008b
j. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
1
a
,505
,255
,210
Estimate
41,72788
a. Predictors: (Constant), BI RATE, INFLASI
b. Dependent Variable: IHS JII
k. Hasil Uji Stasioneritas Inflasi
Null Hypothesis: D(INFLASI,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.684727
-4.273277
-3.557759
-3.212361
0.0003
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INFLASI,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:27
Sample (adjusted): 2012M05 2014M12
Included observations: 32 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(INFLASI(-1),2)
D(INFLASI(-1),3)
C
@TREND("2012M01")
-1.574847
0.348564
-0.002708
0.000170
0.277031
0.181561
0.003474
0.000161
-5.684727
1.919814
-0.779478
1.054580
0.0000
0.0651
0.4422
0.3006
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.629370
0.589660
0.008380
0.001966
109.7534
15.84901
0.000003
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
85
0.000191
0.013081
-6.609585
-6.426368
-6.548854
2.127427
l. Hasil Uji Stasioneritas BI Rate
Null Hypothesis: D(BI_RATE,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.65481
-4.262735
-3.552973
-3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(BI_RATE,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:28
Sample (adjusted): 2012M04 2014M12
Included observations: 33 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BI_RATE(-1),2)
C
@TREND("2012M01")
-1.542039
0.000221
-6.38E-06
0.144727
0.000471
2.21E-05
-10.65481
0.468141
-0.288251
0.0000
0.6431
0.7751
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.791479
0.777577
0.001206
4.36E-05
176.5274
56.93508
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
86
-7.58E-05
0.002557
-10.51681
-10.38077
-10.47104
1.823541
m. Hasil Uji Stasioneritas Indeks Harga Saham JII
Null Hypothesis: D(JII,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=9)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-8.080328
-4.262735
-3.552973
-3.209642
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JII,3)
Method: Least Squares
Date: 04/09/16 Time: 12:29
Sample (adjusted): 2012M04 2014M12
Included observations: 33 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(JII(-1),2)
C
@TREND("2012M01")
-1.367337
-2518.354
122.6349
0.169218
11156.21
524.9825
-8.080328
-0.225736
0.233598
0.0000
0.8229
0.8169
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.685204
0.664218
28711.58
2.47E+10
-383.9992
32.64990
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
87
-534.3939
49548.22
23.45450
23.59054
23.50027
2.213063
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama
NIM
Tempat, Tgl Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
:
:
:
:
:
:
Siti Aliyah
21311029
Salatiga, 01 Mei 1992
Perempuan
Islam
Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji,
Kec. Tuntang, Kab. Semarang
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah
Pekerjaan
Nama Ibu
Pekerjaan
Alamat
:
:
:
:
:
Solikin
Karyawan PDAM Salatiga
Sayem
Ibu Rumah Tangga
Bejirejo, RT: 03 RW: 03, Desa Kalibeji,
Kec. Tuntang, Kab. Semarang
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
2.
3.
4.
SD N Kalibeji 2, lulus tahun 2004
SMP N 2 Salatiga, lulus tahun 2007
SMK N 1 Salatiga, lulus tahun 2010
IAIN Salatiga Jurusan S1 Perbankan Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, angkatan 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 11 Januari
2016
Yang membuat,
Siti Aliyah
NIM. 21311029
88
Download