Z:\MONTHLY ECONOMIC REPORT\2012

advertisement
4 Oktober 2012
MONTHLY ECONOMIC RE P O R T
INDONESIA
Macro In sight
Quantitative Easing: 'Obat' Jangka Pendek
The Fed, Tidak Efektif Untuk Jangka Panjang
QE 3 akhinya diumumkan
pada FOMC meeting bulan
September 2012.
Pada 13 September 2012 yang lalu, dalam Federal Open Market Committee, the Fed
mengumumkan babak baru Quantitative Easing (QE) bernama QE3 dengan
merencanakan pembelian aset Mortgage-Backed Securities (MBS atau Efek Beragun
Aset Berupa Hipotek) sebesar USD 40 miliar per bulan. Sudah empat tahun terakhir
semenjak kebijakan QE1 serta QE2 diluncurkan oleh the Fed perekonomian Amerika
Serikat masih belum pulih. Akankah program QE3 ini akan berhasil mendorong
perekonomian Amerika Serikat?
Bagaimana Mekanisme
Quantitative Easing?
Pada umumnya, bank sentral melakukan kebijakan moneter konvensional (yakni
dengan penurunan suku bunga acuan) dalam mendorong perekonomian. Pada
kondisi resesi, bank sentral pada umumnya memangkas suku bunga acuan untuk
memacu kredit dan konsumsi. Namun, ketika suku bunga mendekati 0% atau kondisi
"zero bound", kebijakan moneter konvensional tidak dapat lagi diterapkan untuk
mendorong perekonomian. Jadi sebagai gantinya, bank sentral menerapkan quantitative easing (QE). Bank sentral khususnya the Fed melakukan stimulus kebijakan QE
untuk mendorong perekonomian dengan membeli obligasi pemerintah Amerika Serikat
atau US Treasury notes yang pada akhinya menurunkan imbal hasil atau yield jangka
panjang.
Sejak krisis finansial tahun 2008, the Fed secara agresif memperbesar neraca
keuangannya dengan membeli obligasi pemerintah Amerika Serikat guna menstabilkan
pasar keuangan dan merangsang perekonomian. Total aset the Fed secara significant meningkat dari USD 889 miliar pada 3 September 2008 menjadi USD 2,196
miliar pada 2 November 2008 dalam periode QE1. Lebih lanjut, neraca keuangan
telah melebar menjadi USD 2,806 miliar pada 12 September 2012, sehari sebelum
QE diumumkan.
Composition of the Fed's Balance Sheet: Assets Side
USD bn
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
All Other Federal Reserve Assets
U.S. Treasuries
Central Bank Liquidity Swaps
Lending to Financial Institutions
Lending to Key Credit Markets
Buying Longer-Term Securities
Jul-12
Sep-12
May-12
Jan-12
Mar-12
Nov-11
Jul-11
Sep-11
May-11
Jan-11
Mar-11
Sep-10
Nov-10
Jul-10
Mar-10
May-10
Jan-10
Sep-09
Nov-09
Jul-09
Mar-09
May-09
Jan-09
Sep-08
Nov-08
Jul-08
Mar-08
May-08
Jan-08
0
Sumber: The Federal Reserve Bank
Josua Pardede
Economist
Email : [email protected]
Phone : (62-21) 25543946 (Hunting)
Fax
: (62-21) 57935831
Please see the important disclaimer and information on the back of this report
1
4 Oktober 2012
Apakah Quantitative Easing Efektif?
The Fed telah meluncurkan 3 babak stimulus kebijakan QE. QE babak pertama diumumkan
pada 25 November 2008 dan berlanjut hingga akhir Maret 2010. Semula, the Fed hanya
berencana untuk menyuntikkan likuiditas sebesar USD 600 miliar, namun ditingkatkan hingga
mencapai total USD 1,75 triliun yang terdiri dari pembelian efek beragun aset, obligasi
korporasi dan obligasi pemerintah. Kemudian dilanjutkan dengan QE tahap kedua dimana
pembelian obligasi jangka panjang sebesar USD 600 miliar pada periode November 2010
hingga Juni 2011.
Quantitative Easing (QE) menyebabkan beberapa efek terhadap pasar keuangan Amerika
Serikat. Pertama, QE mendorong harga saham naik pesat. Setelah babak pertama QE
diumumkan, pasar saham mengalami kenaikan atau rally besar. Indeks S&P500 mencatat
peningkatan sebesar 36,4% dari posisi 857,4 pada 25 November 2008 menjadi 1,169.4
pada 31 Maret 2010. Kenaikan besar tersebut didorong oleh QE1 tahap kedua selama
semester 1-2011. Lebih lanjut, setelah QE2 diumumkan, indeks S&P500 kembali mengalami
rally sebesar 26% hingga mencapai level 1,320.
Bursa saham rally akibat
stimulus QE.
Sumber: Bloomberg
Kedua, quantitative easing (QE) secara tak terduga meningkatkan imbal hasil atau yield
obligasi Amerika Serikat berjangka 10 tahun. Setelah QE1 diumumkan, yield per posisi
Desember 2008 sebesar 2,0530% melonjak secara signifikan menjadi 3,8770% pada
akhir Maret 2010. Namun, setelah periode kebijakan stimulus QE1 tersebut berakhir, imbal
hasilnya kembali turun drastis hingga level 2,3833%. Trend perubahan arah yield serupa
juga terjadi kembali pada QE jilid kedua. Hal ini beralasan karena sejak the Fed melakukan
pembelian obligasi pemerintah berjangka panjang dalam jumlah yang besar, harga obligasi
pemerintah mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan investor justru cenderung
'keluar' dari pasar obligasi AS dan kemudian beralih membeli aset berisiko di pasar obligasi
Asia. Dan setelah periode QE berakhir, dimana yield sudah mencapai level tertingginya di
pasar obligasi AS, investor kembali memegang obligasi pemerintah AS.
%
4.5
US Treasury 10-year Bond Yield
QE 1
4
QE2
3.5
3
2.5
2
1.5
1
Jan-08
Mar-08
May-08
Jul-08
Sep-08
Nov-08
Jan-09
Mar-09
May-09
Jul-09
Sep-09
Nov-09
Jan-10
Mar-10
May-10
Jul-10
Sep-10
Nov-10
Jan-11
Mar-11
May-11
Jul-11
Sep-11
Nov-11
Jan-12
Mar-12
May-12
Jul-12
Sep-12
Quantitative
easing
menurunkan imbal hasil
(yield) obligasi jangka
panjang.
Sumber: Bloomberg
2
4 Oktober 2012
Ketiga, QE menyebabkan naiknya harga emas dan depresiasi USD. Di satu sisi, pembelian
obligasi AS oleh the Fed langsung membanjiri USD di pasar yang pada akhirnya
mengakibatkan permintaan akan USD juga turun. Di sisi lain, harga emas meroket selama
periode QE1 dan QE2 karena emas dianggap sebagai komoditas untuk keperluan hedging
(lindung nilai) dalam mengantisipasi ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh QE.
USD terapresiasi dan
harga emas melambung
secara signifikan.
Sumber: Bloomberg
Keempat, QE cenderung memicu kenaikan inflasi. Jumlah uang beredar meningkat karena
the Fed menyuntikkan likuiditas ke dalam perekonomian dengan membeli obligasi
pemerintah. Jumlah uang beredar mengalami peningkatan cukup signifikan setelah QE1
dan QE2 berjalan. Peningkatan jumlah uang beredar tersebut telah memicu kenaikan harga
komoditas, seperti emas dan minyak dunia, yang akhirnya mendorong inflasi. Namun
demikian, selama stimulus kebijakan QE1 berjalan, nampaknya inflasi menunjukkan tren
menurun pada beberapa bulan setelah QE1 diumumkan. Deflasi yang terjadi pada tahap
pertama dari QE1 dapat diartikan sebagai arus modal keluar (capital outflow) dari AS
sejak bulan Maret 2009 the Fed menambah pembelian MBS sebesar USD 750 miliar.
Kemudian, inflasi meningkat signifikan pada November 2009. Tidak seperti dampak yang
disebabkan oleh QE1, QE2 menyebabkan peningkatan inflasi secara gradual pada November 2010 yang mencapai level 1,0720% menjadi 3,5130% di bulan Juni 2011, dimana
program stimulus QE2 berakhir.
Ju m l a h u a n g b e r e d a r
dan inflasi cenderung
meningkat.
USD bn
10,500
M2
QE1
10,000
Inflation (RHS)
QE2
%
6
5
4
9,500
3
9,000
2
8,500
1
8,000
0
-1
7,500
-2
7,000
-3
Sumber: CEIC
3
4 Oktober 2012
Peningkatan arus modal
keluar dari AS ke negara
berkembang.
Kelima, dampak yang ditimbulkan oleh QE adalah peningkatan arus modal keluar (capital
outflow) dari Amerika Serikat (AS). Setelah capital outflow besar mencapai USD 232
miliar per kuartal sebagai dampak dari krisis keuangan global 2008, pasar keuangan AS
kembali didorong oleh capital inflow sejak kuartal 1 2009 walaupun dalam jumlah terbatas.
Walaupun AS mengalami capital inflow, namun secara keseluruhan pasar keuangan AS
mencatat sebesar USD 1,67 triliun sejak tahun 2008 hingga 2011. Hal ini beralasan karena
investor mulai beralih dalam berinvestasi di negara-negara berkembang yang menunjukkan
fundamental ekonomi yang lebih baik.
USD bn
200
US Gross Capital Outflow
100
0
-100
-200
-300
Direct Investment
Portfolio Investment
Other Investment
Sumber: CEIC
QE tidak signifikan
berdampak
pada
perekonomian.
Keenam, QE tidak selalu berdampak kepada perekonomian. Sejak QE1 diumumkan pada
kuartal 4 tahun 2008, tingkat pengangguran justru menunjukkan tren yang meningkat
mencapai 9,9% pada kuartal 4 tahun 2009. Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS mencapai
level terendahnya pada kuartal 2 tahun 2009 dimana perekonomian melambat 4,6%. Serupa
dengan QE1, QE2 juga tidak terlalu efektif untuk mendorong perekonomian AS. Hal ini
ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada level 2%. Hal ini terjadi
sejak kelebihan likuiditas di AS berpindah ke pasar negara berkembang dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi (emerging market) yang menawarkan imbal hasil lebih besar,
oleh sebab itu negara-negara emerging market dijadikan peluang emas bagi investor
sebagai tujuan investasi untuk menanamkan modalnya.
Sumber: CEIC
4
4 Oktober 2012
Ekspektasi Terhadap QE3
dan Dampaknya pada Indonesia
Tahap ketiga quantitative easing (QE3), yang diumumkan pada rapat FOMC bulan
September yang lalu, diharapkan dapat memberikan dampak positif pada
perekonomian AS. Harga komoditas seperti saham, emas dan minyak mentah
diperkirakan akan meningkat karena stimulus kebijakan the Fed. Namun, QE3
diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor riil karena
meningkatnya potensi arus modal keluar (capital outflow) dari AS.
Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? QE3 diperkirakan juga memberi dampak
pada ekonomi Indonesia. Pertama, QE3 akan menyebabkan capital inflow. Kelebihan
likuiditas USD akibat kebijakan stimulus the Fed meningkatkan potensi arus modal
masuk ke Indonesia karena pasar keuangan Indonesia menawarkan imbal hasil (return) yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Eropa dan AS.
Peningkatan arus modal masuk, berikutnya, akan mendorong penguatan pasar
keuangan Indonesia. Namun, aliran 'uang panas' tersebut bisa berdampak negatif
terhadap potensi peningkatan inflasi.
Kedua, likuditas tinggi USD yang disebabkan oleh QE3 akan menyebabkan nilai tukar
USD terhadap mata uang dunia lainnya terdepresiasi. Pelemahan nilai tukar USD ini
diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang diharapkan selanjutnya
dalam peningkatan permintaan konsumsi dalam negeri AS. Lebih lanjut, peningkatan
permintaan tersebut diharapkan dapat mendorong naik permintaan produk-produk
ekspor Indonesia pada waktu kemudian, serta mengurangi defisit neraca perdagangan
dan neraca pembayaran. Pada akhirnya, perbaikan kinerja ekspor diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa QE memberikan dampak positif dan buruk terhadap
perekonomian Indonesia. Meningkatnya potensi arus modal masuk, di satu sisi memberi
dampak positif pada penguatan pasar keuangan Indonesia namun tidak berdampak
signifikan pada ekonomi Indonesia karena potensi peningkatan inflasi. Lebih lanjut,
nilai tukar IDR terhadap USD cenderung mengalami penguatan dikhawatirkan dapat
memperburuk defisit neraca perdagangan. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank
Indonesia perlu meningkatan koordinasi antara otoritas perekonomian Indonesia untuk
memperkuat fundamental ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar dalam
mengantispasi dampak negatif QE kedepannya.
5
MAIN OFFICE - JAKARTA
PT BNI SECURITIES
Sudirman Plaza, Indofood Tower 16th Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78
Jakarta 12910, Indonesia
Phone: (62-21) 25543946 (Hunting)
Fax: (62-21) 57935831
e-mail: [email protected] (General)
Website: http://www.bnisecurities.co.id
JAKARTA - Mangga Dua
MALANG
Pertokoan Mangga Dua Blok E4 No. 7
Jl. Buring No. 58 Malang
Phone: (62-341) 321214, 321213, 341430
Fax: (62-341) 356876
e-mail: [email protected]
Jl. Mangga Dua, Jakarta Utara
Phone: (62-21) 6123804/5
Fax: (62-21) 6123806
e-mail: [email protected]
DENPASAR
JAKARTA - Wisma 46
Wisma BNI 46 Lantai 31 Kota BNI
Jl.Jend Sudirman Kav.1 Jakarta 10220
Phone: 021- 2515266
Fax.021-5749837
e-mail: [email protected]
Pertokoan Diponegoro Megah Blok. A5-A6, Lt. 2
Jl. Diponegoro No. 100 Denpasar - Bali
Phone: (62-361) 264376
Fax: (62-361) 229170
e-mail: [email protected]
JAKARTA - Puri Indah
Puri Niaga 3 Blok M8 No. 1B
Puri Kembangan, Jakarta Barat
Phone: (62-21) 58357464
Fax: (62-21) 58357465
e-mail: [email protected]
Jl. Pemuda No. 12
Phone: (62-61) 4579616
Fax: (62-61) 4579656
e-mail: [email protected]
JAKARTA - Central Park
Central Park Office Tower Ground Floor
Jl. Let. Jend. S Parman Kav 28, Jakarta 11470
Phone: (62-21) 29034215
Fax: (62-21) 29034216
Jl. Jend. Sudirman No. 132, Kotak Pos 165 PLG
Phone: (62-711) 3619662
Fax: (62-711) 3619663
e-mail: [email protected]
BANDUNG
Jl. Perintis Kemerdekaan No. 3
Phone: (62-22) 4213375
Fax: (62-22) 4213376
e-mail: [email protected]
MEDAN
PALEMBANG
PEKANBARU
BNI Cabang Pasar Pusat
Jl.Jend Sudirman No.365 Pekanbaru 28282
Phone: (62-761) 46757, 839698
Fax: (62-761) 856279
e-mail: [email protected]
YOGYAKARTA
Gedung BNI, Jl. Laksda Adi Sucipto No.137
Phone: (62-274) 581001
Fax: (62-274) 584023
e-mail: [email protected]
SOLO
Jl. Slamet Riyadi No. 348
Phone: (62-271) 729667
Fax: (62-271) 729668
e-mail: [email protected]
SEMARANG
Thamrin Square Blok B5
Jl.MH Thamrin No.5 Semarang
Phone: (62-24) 3566414-5, 64126413-7
Fax: (62-24) 3581713
e-mail: [email protected]
ACEH
Jl.KH Akhmad Dahlan No.111 Lt.2
Banda Aceh
Phone: (62-651) 31109
Fax: (62-651) 31107
SURABAYA
Jl. Pemuda No. 36
Phone: (62-31) 5320912
Fax: (62-31) 5318425
e-mail: [email protected]
Copyright 2009, BNI Securities. All rights reserved. This research report is prepared for the use of BNI Securities clients and may not be redistributed,
retransmitted or disclosed, in whole or in part, or in any form or manner, without the express written consent of BNI Securities. BNI Securities research
reports are distributed simultaneously to internal and client websites eligible to receive such research prior to any public dissemination by BNI Securities
of the research report or information or opinion contained therein. Any unauthorized use or disclosure is prohibited. Receipt and review of this research
report constitutes your agreement not to redistribute, retransmit, or disclose to others the contents, opinions, conclusion, or information contained in this
report (including any investment recommendations, estimates or price targets) prior to BNI Securities's public disclosure of such information. The
information herein (other than disclosure information relating to BNI Securities and its affiliates) was obtained from various sources and we do not
guarantee its accuracy. BNI Securities makes no representations or warranties whatsoever as to the data and information provided in any third party
referenced website and shall have no liability or responsibility arising out of or in connection with any such referenced website.
This document is not intended to be an offer, or a satisfaction of an offer, to buy or sell relevant securities (i.e. securities mentioned herein or of the same issuer
and options, warrants or rights to or interest in any such securities). The information and opinions contained in this document have been compiled from or
arrived at in good faith from sources believed to be reliable. No representation or warranty, expressed or implied, is made by BNI SECURITIES or any other
member of the BNI Group, including any other member of the BNI Group from whom this document may be received, as to the accuracy or completeness
of the information contained herein. All opinions and estimates in this report constitute our judgment as of this date and are subject to change without notice.
6
Download