LAPORAN KHUSUS Tatalaksana Eksaserbasi PPOK I APE/MLY/1203/Ins-1 nfeksi merupakan salah satu penyebab eksaserbasi pada pasien PPOK. Pasien Penyakit Pernafasan Obstruktif Kronik (PPOK) sering mengalami eksaserbasi akut. Faktor penyebabnya bermacammacam, seperti infeksi, polusi udara, dan kelelahan. Penyebab tersering adalah infeksi trakeobronkial dan polusi udara. Penelitian menunjukkan bahwa pada sekitar 50% penderita eksaserbasi terdapat bakteri di saluran nafas bawah. Pemberian fluoroquinolone respirasi, seperti levofloxacin, dapat mengeradikasi kuman hingga lebih dari 90%. Pengobatan yang diberikan pada eksaserbasi akut antara lain bronkodilator, kortikosteroid, dan antibiotik. “Jika kasusnya berat, pasien dapat diberi penunjang pernafasan, seperti masker oksigen atau alat bantu nafas mekanik non-invasif,” ucap dr. Priyanti Zuswayudha Soepandi Sp.P pada Kalbe Academia yang berlangsung pada tanggal 20 September 2014 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Antibiotik harus diberikan pada pasien dengan tiga gejala utama, yaitu sesak napas, banyaknya volume sputum, dan banyaknya sputum purulen. Antibiotik diberikan jika ada peningkatan sputum purulen disertai salah satu gejala lainnya. Selain itu, antibiotik diberikan pada pasien yang memerlukan alat bantu nafas mekanik (invasif atau non-invasif ). CDK-224/ vol. 42 no. 1, th. 2015 Pedoman Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2011 menyatakan bahwa sebagian besar eksaserbasi pada pasien PPOK memiliki pola kuman gram negatif dengan prognosis buruk. Oleh karena itu, diberikan pengobatan oral menggunakan antibiotik golongan beta laktam/penghambat beta laktamase (ko-amoksisilin asam klavulanat, ampisilin/sulbaktam). Alternatif antibiotik yang dapat digunakan adalah fluoroquinolone (levofloxacin, moxifloxasin). Fluoroquinolone respirasi Fluoroquinolone respirasi adalah fluoroquinolone yang digunakan untuk infeksi saluran pernafasan. Kelompok antibiotik ini mencakup levofloxacin, moxifloxasin, dan gatifloxasin. Ketiganya memiliki aktifitas terhadap bakteri gram negatif dan gram positif, bakteri anaerob dan bakteri tipikal. Fluoroquinolone respirasi berpenetrasi sangat baik ke dalam jaringan pernafasan, baik ekstrasel maupun intrasel. Levofloxacin diindikasikan untuk infeksi saluran nafas, seperti sinusitis maksilaris akut dan sinusitis yang disebabkan S. pneumoniae, H. influenzae, dan M. catarrhalis. Selain itu, levofloxacin juga diindikasikan untuk eksaserbasi bronkitis kronik akibat S. aureus, S. pneumoniae dan H. influenza, serta untuk pneumonia komunitas yang disebabkan oleh S. aureus, S. pneumoniae, H. influenza, K. pneumoniae, M. catarrhalis, C. pneumoniae, M. pneumoniae, L. pneumoniae dan P. aeriginosa. Di RS Persahabatan pernah dilakukan penelitian dari bulan November 2006 hingga April 2008 pada pasien eksaserbasi akut bronkitis kronik. Sejumlah 112 pasien dilibatkan dengan hasil kultur positif pada 59 pasien. Bakteri terbanyak yang ditemukan adalah K. pneumonia, S. aureus, P. aeruginosa, Anterobacter aerogenes, dan S. pneumonia. Sebanyak 95,7% kuman masih sensitif terhadap levofloxacin. Penelitian lainnya dilakukan terhadap 763 pasien eksaserbasi akut bronkitis kronis. Pada kasus tidak sulit, pasien diberi levofloxacin 750 mg/hari per oral selama 3 hari atau azithromycin 500 mg/hari per oral selama 5 hari. Untuk kasus sulit diberi levofloxacin 750 mg/hari per oral selama 5 hari atau amoksisilin 875 mg/klavulanat 125mg 2 kali/hari selama 10 hari. Dalam hal keberhasilan pengobatan secara klinis, levofloxacin lebih baik dibandingkan azithromycin. Levofloxacin mencapai eradikasi sebesar 93,8% dibandingkan 82,8% pada yang menggunakan azithromycin. Untuk kasus sulit dengan komorbiditas, levofloxacin mengeradikasi kuman sedikit lebih baik dibandingkan amoksisilin/klavulanat. (LVO) 75