BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam menjalankan perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja merupakan investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal merupakan komponen penting dalam pendanaan sebuah perusahaan. Modal terbagi dalam dua jenis, yaitu utang dan ekuitas. Pilihan struktur modal perusahaan menentukan alokasi arus kas operasi setiap periode antara pemegang utang dan pemegang saham. J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1997:239) memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut: “Working capital is defined as current assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the current assets.” Struktur modal merupakan faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Perdebatan mengenai pentingnya pilihan struktur modal perusahaan adalah hal yang esoteris. Namun, pada dasarnya, hal ini menyangkut dampak pada nilai pasar total perusahaan (yaitu; gabungan nilai utang dan ekuitas) dari pemecahan aliran arus kas ke dalam komponen utang dan komponen ekuitas. Dalam artikelnya pada tahun 1958, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa pasar menentukan earning power dari aset riil perusahaan dan jika investasi modal 1 perusahaan dipertahankan dengan tetap dan beberapa asumsi tertentu dipenuhi, maka kombinasi utang dan ekuitas dalam nilai pasar perusahaan adalah independen dari pilihan struktur modalnya. Beberapa asumsi yang menjadi fokus antara lain tidak adanya pajak, biaya kebangkrutan, dan ketidaksempurnaan lainnya yang ada di dunia nyata. Karena ketidaksempurnaan ini, pilihan struktur modal perusahaan tidak mempengaruhi total nilai pasar. Pentingnya leverage perusahaan tercermin dalam artikel dalam jurnal keuangan pada periode 1970-an ketika leverage meningkat secara signifikan. Namun, sejauh mana pilihan struktur modal mempengaruhi nilai pasar merupakan hal yang masih diperdebatkan. Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Hasil penelitiannya mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasukkan efek dari pajak perseorangan, Miller berpendapat bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas saham sebelum pajak yang relatif rendah dibandingkan dengan pengembalian atas obligasi sebelum pajak. Asumsi pasar modal sempurna yang digunakan oleh Modigliani-Miller mendapatkan banyak kritik dari para praktisi. Adanya ketidaksempurnaan pasar modal menyebabkan pemilik perusahaan atau pemegang saham mungkin keberatan untuk menggunakan leverage yang ekstrim karena akan menurunkan nilai 2 perusahaan. Apabila pasar modal tidak sempurna, kemungkinan antara lain munculnya biaya kebangkrutan, biaya keagenan/adanya informasi asimetris (Husnan, 1998 dalam Santika dan Sudiyanto, 2011). Menurut Brigham dan Hauston (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu: risiko, bisnis, posisi pajak, fleksibilitas, keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen merupakan faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal. Dalam trade-off theory, dijelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap penambahan utang akan menurunkan nilai perusahaan. Teori pecking order (Myers, 1984) tidak mengambil struktur modal yang optimal sebagai titik awal, melainkan menegaskan fakta empiris bahwa perusahaan menunjukkan preferensi yang berbeda untuk menggunakan keuangan internal (sebagai saldo laba atau kelebihan aset likuid) atas pembiayaan eksternal. Jika dana internal tidak cukup untuk membiayai peluang investasi, perusahaan mungkin atau tidak memperoleh pendanaan eksternal, dan jika dilakukan, perusahaan akan memilih di antara sumber-sumber pembiayaan eksternal yang berbeda sedemikian rupa untuk meminimalkan tambahan biaya informasi asimetris. Teori agensi menurut Horne (1995) dalam Hasa (2008) adalah teori yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dengan 3 pemegang saham (sebagai pemilik). Para pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, sekaligus memberikan keuntungan pada pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan intensif dan pengewasan yang baik. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan perusahaan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Menurut teori market timing, “Perusahaan-perusahaan akan menerbitkan ekuitas pada saat nilai pasar tinggi dan akan membeli kembali ekuitas pada saat nilai pasar rendah”. Praktik inilah yang kemudian disebut sebagai equity market timing (Baker dan Wurgler, 2002). Baker dan Wurgler menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat hutang rendah adalah perusahaan yang menerbitkan ekuitas pada saat nilai pasar tinggi dan perusahaan dengan tingkat utang tinggi adalah perusahaan yang menerbitkan ekuitas pada saat nilai pasar rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk menguji beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini menganalisis struktur modal dan faktor-faktor fundamental perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari penelitian ini akan diketahui hubungan korelasi antara faktorfaktor fundamental dan nilai perusahaan. 4 Hasil pengujian ini dapat membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam merancang struktur modal yang optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini tidak hanya diperlukan bagi para manajer keuangan, tetapi juga para investor untuk mengetahui lebih lanjut tentang penilaian terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia berdasarkan struktur modalnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data empiris dalam penentuan kebijakan terhadap perekonomian Indonesia. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh antara faktorfaktor fundamental dan nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh debt ratio, earning per share, dividend payout ratio, public shareholding, fixed asset turnover, current ratio, net profit margin, dan sales growth terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5 4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor fundamental perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Menjadi pedoman bagi para manajer keuangan dalam merancang struktur modal dan rasio-rasio yang optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. 3. Memberikan informasi kepada investor tentang faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi nilai pasar suatu perusahaan. 4. Menjadi referensi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya. 6