BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar membaca Al-Qur'an lebih baik jika dilaksanakan sejak kecil agar anak mampu membaca Al-Qur'an dengan baik, karena daya ingatan anak yang masih bagus maka akan menimbulkan keterbiasaan. Sehingga kemampuan anak dalam membaca Al-Qur'an akan meningkat. Setiap orang Islam yakin bahwa membaca Al-Qur'an saja termasuk amal yang mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Perintah untuk membaca Al-Qur’an juga tertera dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5: ﴾ ا ْﻗ َﺮ ْأ٢﴿ٍﻦ ﻋَﻠَﻖ ْ ن ِﻣ َ ﻖ اﻹ ْﻧﺴَﺎ َ ﺧَﻠ َ ﴾١﴿َﻚ اَّﻟﺬِي ﺧَﻠَﻖ َ ﺴ ِﻢ َر ِّﺑ ْ ِا ْﻗ َﺮ ْأ ِﺑ ن ﻣَﺎ َﻟ ْﻢ َ ﻋَّﻠ َﻢ اﻹ ْﻧﺴَﺎ َ ﴾٤﴿ِﻋَّﻠ َﻢ ﺑِﺎ ْﻟﻘَﻠَﻢ َ ﴾ اّﻟَﺬِي٣﴿ُﻚ اﻷ ْآ َﺮم َ َو َر ُّﺑ ﴾٥﴿ْﻳَ ْﻌﻠَﻢ Artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar dengan perantaran kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). Seorang anak dikatakan tamyiz ketika berumur 5-6 tahun, sehingga pada usia itu anak mampu memahami pelajaran membaca Al-Qur'an. Maka ideal anak yang berusia 11-12 tahun mempunyai kemampuan membaca Al-Qur'an karena pada usia itu anak mempunyai daya menghafal yang sangat tinggi, selain itu dengan perkembangan intelegensi anak yang tinggi juga berdampak pada perkembangan bahasa. 1 2 Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensi, ini diperkuat dengan pendapat Lindgren bahwa perkembangan bahasa anak secara cepat pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas normal (Yusuf, 2001:121). Adapun dasar dari perkembangan bahasa anak adalah Teori Jean Piaget, berisi penekanan pada aspek kognitif tidak mengenai struktur intelegensi semata tetapi mengenai teori intelegensi (Azwar, 1999:37). Kemampuan anak dalam berbahasa dipengaruhi oleh perkembangan intelektual atau kognisinya. Peningkatan kemampuan penguasaan alat berkomunikasi secara lisan dan tertulis terjadi pada anak usia sekolah antara usia 6-7 tahun. Sehingga daya serap anak untuk menghafal mencapai intensitas terbesar dan daya ingatan anak akan bersifat tetap bila anak telah mencapai umur + 4 tahun. Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan peneliti pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2, diperoleh informasi mengenai fakta yang ada. Data riil siswa berkemampuan membaca rendah ditunjukkan dengan nilai ulangan siswa yang masih sangat rendah yaitu: Tabel 1.1 Daftar Nilai Ulangan PAI Semester I No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Nilai 4 4 3 5 6,5 4 3 3 Pada kenyataanya, banyak sekali masalah yang muncul yaitu lingkungan sekolah yang sekaligus area tempat tinggal siswa islam berada di lingkungan non muslim, membuat pengatahuan anak tentang agama kurang khususnya kemampuan anak dalam membaca Al Qur’an karena tidak adanya kelompok belajar mengaji yang biasanya dilaksanakan di masjid, musola atau rumah warga. Dengan kondisi yang demikian membuat potensi membaca pada diri anak tidak berkembang dan bisa saja menghilangkan minat siswa. Selain itu guru masih sering menggunakan metode konvensional yaitu metode terdahulu yang sering digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, jadi guru tidak mempertimbangkan kesesuaian materi dengan metode terlebih dahulu, melainkan langsung menerapkan pembelajaranya. Maka anak cenderung bosan dengan tidak adanya alat peraga dan metode dari guru. Guru juga kurang menguasai materi yang diajarkan, sehingga membuat pengajaran tidak total sereta pengelolaan kelas yang kurang kondusif membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar Berdasarkan analisis masalah diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa yaitu tidak adanya perhatian dan motivasi untuk belajar membaca Al-Qur'an, jumlah jam pengajaran PAI masih kurang. Berdasarkan pengamatan, tepatnya pada tanggal 24 Oktober 2009 pada siswa kelas V SD N Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang kurang memperhatikan pelajaran PAI materi membaca Al-Qur'an. Hal ini, disebabkan kegiatan guru dalam mengajar kurang menarik sehingga cenderung monoton. Selain itu, tidak adanya 4 perhatian belajar membaca Al-Qur’an siswa membuat motivasi belajar tidak cenderung meningkat tetapi berkurang, karena perhatian adalah indikator dari motivasi. Sehingga berbagai alternatif penyelesaian masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran dapat teratasi. Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Ada kemungkinan siswa tidak merespon pelajaran seperti yang diharapkan atau suasana kelas kurang kondusif untuk pembelajaran yang sedang ditampilkan. Indikator dari kegagalan itu adalah prestasi belajar rendah atau lebih spesifiknya kemampuan membaca Al-Qur’an rendah. Oleh karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar. Guru bertindak sebagai pengembang kurikulum di kelas, maka penelitian tindakan kelas cukup potensial untuk membantu memecahkan masalah guru dalam menjalankan profesinya sekaligus meningkatkan kinerjanya. Akan tetapi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas masih banyak kendala yang dihadapi oleh guru, seperti menurut proyono yang dikutip oleh Prof. Dr. Syamsuddin dan Dr.Vismaia S. Damaianti dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Pendidikan Bahasa’’ yaitu: 1. Masih lemahnya pemahaman guru tentang konsep penelitian tindakan kelas. 2. Belum diyakininya penelitian tindakan kelas sebagai strategi pengembangan profesi guru. 5 3. Belum membudayanya keinginan untuk merefleksi pembelajaran di kalangan guru (Syamsuddin, 2007:227). Dengan demikian, penulis beranggapan bahwa dengan meningkatkan keahlian dan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi siswa SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang perlu adanya dukungan dari para guru. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membaca AlQur’an agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar tentunya sesuai dengan tajwid. Mencermati permasalahan tersebut diatas, peneliti memandang perlu untuj mengatasi dengan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul: “PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MELALUI METODE QIRO’ATI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BUTUH 2 KEC. TENGARAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2009” B. Rumusan Masalah 1. Apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan perhatian belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009? 2. Apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009? 6 3. Apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan kemampuan membaca AlQur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan perhatian belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009. 2. Untuk mengetahui apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009. 3. Untuk mengetahui apakah metode qiro’ati dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2009. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1.Manfaat Teoritis Model pembelajaran dengan menggunakan metode qira’ati dapat dijadikan perkembangan strategi dalam memperbaiki mutu pembelajaran membaca Al Qur’an. 2.Manfaat praktis 1. Bagi Guru 7 1) Untuk memperbaiki proses pembelajaran. 2) Untuk mengetahui ketepatan penggunaan metode qiro'ati. 3) Untuk meningkatkan motivasi guru dalam proses pembelajaran PAI mengenai membaca Al-Qur'an. 2. Bagi Siswa 1) Untuk meningkatkan perhatian, motivasi dan kemampuan membaca Al-Qur’an. 2) Menambah pengetahuan agama khususnya dalam membaca Al-Qur'an. 3) Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran PAI mengenai membaca Al-Qur'an. 3. Bagi Sekolah Dapat memberi masukan kepada pelaksana pendidikan bahwa keberhasilan kegiatan belajar mengajar tergantung pada partisipasi semua pelaksana pendidikan dalam ikut serta meningkatkan perhatian, motivasi dan kemampuan membaca Al-Qur’an. E. Hipotesis 1. Penerapan metode qiro’ati dapat meningkatkan perhatian membaca AlQur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2009. 2. Penerapan metode qiro’ati dapat meningkatkan motivasi belajar membaca Al-Qur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2009. 8 3. Penerapan metode qiro’ati dapat meningkatkan kemampuan membaca AlQur’an pada siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2009. F. Definisi Operasional Meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an melalui metode qiro’ati pada mata pelajaran PAI pada siswa kelas V SD N Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun 2009 adalah usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas siswa dalam membaca Al-Qur’an. Untuk menghindari dari berberbagai inteprestasi yang keliru dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan kata kunci yang terkandung judul skripsi, yaitu: 1. Peningkatan Berasal dari kata tingkat yang mendapat imbuhan pe- dan akhiran -an, sehingga diperoleh pengertian "suatu usaha untuk mencapai hasil yang mendekati maksimal dengan menggunakan metode tertentu" (Skripsi M. Eko Yudha A., 2005:24). Sedang menurut penulis peningkatan adalah suatu perubahan ke arah yang lebih baik secara signifikan, sehingga yang berkembang secara dinamis menuju/mengarah pada tujuan yang diinginkan/ditentukan. 2. Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan untuk membaca Al-Qur’an dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu sesuai dengan makhorijul huruf 9 dan bacaan tajwid (I. Zarkasyi, 1990:5). Mendasarkan pengertian tersebut penulis mengartikan kemampuan sebagai suatu kapasitas yang dimiliki untuk melakukan sesuatu hal. 3. Membaca Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an adalah salah satu kegiatan belajar melafalkan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan tajwid (Hasanuddin AF, 1995:188). Menurut pendapat penulis, membaca Al-Qur’an adalah melafalkan hurufhuruf hijaiyah yang terangkai menjadi sebuah ayat, lafazd yang tertera dalam mushaf, sesuai dengan tajwid serta membacanya mempunyai nilai ibadah. 4. Metode Qiro’ati Metode qiro’ati adalah suatu metode atau cara pengucapan lafadzlafadz Al-Qur'an, berkenaan dengan kebahasaan yang digunakan dalam belajar membaca Al-Qur'an (Syaiful Bahri Dajamarah dan Arwan Zain, 1996:53-118). Menurut penulis metode qiro’ati diartikan sebagai salah satu cara/metode yang digunakan untuk belajar membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid dan makhorijul huruf yang benar. G. Metodologi Penelitian 1. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk menilai seberapa kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dan perbaikan kualitas pendidikan khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu membaca Al-Qur’an. Maka berbagai 10 persoalan yang dihadapi, seperti: siswa yang tidak merespon pelajaran, membuat siswa kurang memahami materi serta suasana yang kurang kondusif membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai, akibatnya siswa tidak bisa membaca Al-Qur’an. 2. Subyek Penelitian Subyek yang akan dikenai tindakan adalah guru PAI dan siswa kelas V, pada pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur'an berjumlah 7 siswa terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 1 siswa putri. 3. Siklus Penelitian Secara garis besar terdapat empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: (Arikunto, 2008:16) a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Pengamatan d. Refleksi Secara visual langkah-langkah ini adalah : Perencanaan Siklus I Siklus I Siklus I Pengamatan Perencanaan Siklus II Siklus II Siklus II Pengamatan ? Gambar 1 Siklus PTK Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada 4 Januari 2010 sampai dengan 30 Januari 2010. 11 a. Siklus Pertama Penelitian siklus pertama dengan bahan kajian materi bacaan Al-Qur’an. Dalam siklus pertama kegiatannya, antara lain: 1) Perencanaan a) Siswa mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. b) Mengubah cara mengajar di kelas untuk mendorong siswa dalam mengikuti pelajaran membaca Al-Qur’an. 2) Pelaksanaan Mempraktekkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan makhorijul huruf dan bacaan tajwid. 3) Pengamatan a) Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil kurang maksimal, sehingga prestasi belajar rendah atau lebih spesifiknya kemampuan membaca Al-Qur’an rendah b) Proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional. c) Suasana kelas kurang kondusif untuk pembelajaran. 4) Refleksi Bagaimana membuat seluruh siswa dapat melafalkan AlQur’an sesuai dengan makhorijul huruf dan bacaan tajwid, namun guru dapat mengelola kelas dan menerapkan pembelajaran. b. Siklus Kedua Penelitian siklus kedua, meliputi: 12 1) Perencanaan Mengubah cara mengajar, memberi contoh cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhorijul huruf dan bacaan tajwid, kemudian meminta setiap siswa untuk mempraktekkan/ menirukannya. 2) Pelaksanaan a) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan menyiapkan beberapa perangkat untuk mempraktekkan cara membaca Al-Qur’an yang benar. b) Memberi contoh cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, kemudian meminta kelompok untuk mempraktekkan cara tersebut. 3) Pengamatan a) Pada setiap kelompok masih didapati siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an. b) Melalui serangkaian pertanyaan yang disampaikan kepada siswa sebagian diantaranya belum memahami dan bahkan tidak tahu apa yang dipraktekkan dalam kelompoknya. 4) Refleksi Bagaimana membuat siswa dalam kelompok mampu mengenai cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhorijul huruf dan bacaan tajwid yang ditugaskan, tanpa memberi kesempatan anggota kelompok berbicara sendiri. 13 c. Siklus ketiga Mengurangi jumlah anggota dalam setiap kelompok agar dapat aktif mengamati, mempraktekkan serta membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhorijul huruf dan bacaan tajwid yang ditugaskan. 4. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur: a. Pedoman observasi Pedoman ini digunakan untuk menggali data/pengamatan objek-objek yang diteliti dalam hal ini adalah pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an kelas V SD N Butuh 2 Kec. Tengaran Kab. Semarang. Adapun pedoman ini berisi mengenai penerapan metode Qiro’ati dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an (mengenai cara membaca dan pelafalan yang benar). b. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan/latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan/bakad yang dimiliki oleh individu/kelompok (Suharsini Arikunto, 2002:127). Instrumen tes berupa soal-soal mengenai PAI materinya membaca Al-Qur’an, hal ini dilakukan untuk menggali data seberapa kemampuan siswa kelas V SD N Butuh 2 dalam membaca Al-Qur’an sebelum dan sesudah diterapkan metode Qiro’ati, dalam tes terdiri dari 10 soal. 14 c. Pedoman dokumentasi Pedoman dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dsb. Pedoman ini berfungsi untuk mengetahui data yang dipercaya kebenarannya dengan cara melihat/mengambil secara langsung dari catatan/dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penilaian (Suharsini Arikunto, 2002:135). Pedoman ini berupa catatan-catatan siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 dalam mengikuti proses pembelajaran PAI. Pedoman dokumentasi dipakai untuk menggali data-data mengenai kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dan cara peningkatannya. d. Pedoman wawancara Pedoman ini menggunakan angket, berupa point-point yang isinya meliputi sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadi/hal-hal yang diketahui (Suharsini Arikunto, 2002:128). Pedoman wawancara dipakai untuk menggali data seberapa kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dilihat dari cara penyampaian pelajaran oleh guru, pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran tersebut 5. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dalam bentuk instrumen penelitian, sebagai berikut : 15 a. Observasi Observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan siklus berlangsung. Observasi juga dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disediakan oleh peneliti, agar peneliti dapat mengetahui informasi dari pre tes dan pelaksanaan kegiatan tiap siklus. b. Tes Tes dilaksanakan, dilakukan untuk kemampuan membaca sebelum mengetahui dan sesudah sejauh tindakan mana kelas peningkatan Al-Qur’an dengan menerapkan metode qiro’ati. Dalam hal ini, digunakan lembar tes yang dikerjakan siswa untuk mengetahui penguasaan materi siswa baik tes awal maupun tes akhir. c. Dokumentasi Untuk memperkuat informasi atau data dalam penelitian, maka peneliti juga menggunakan lembar evaluasi yang dimiliki oleh guru. Serta menggunakan lembar dokumentasi yang berupa foto-foto kegiatan PTK untuk memperkuat hasil penelitian. d. Wawancara Peneliti melakukan tes wawancara kepada siswa dan orang tua siswa untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Dengan informasi yang diperoleh, peneliti dapat 16 mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an. 6. Analisis Data Data yang dianalisis dari siklus I, siklus II, dan siklus III melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hal ini, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa. Hasil tes awal (pretes) dan sesudah tindakan dianalisis serta dibandingkan. Analisa data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: a. Tahap deskripsi yaitu suatu tahap dimana peneliti mendeskripsikan atau memaparkan data-data yang diperoleh. b. Tahap klasifikasi yaitu tahap pengelompokan data-data yang telah di deskripsikan sesuai dengan permasalahan. c. Tahap analisa yaitu tahap menganalisis berdasarkan teori-teori yang ada dalam tahap ini membahas tentang data primer, kendala-kendala yang muncul selama tindakan maupun cara mengatasi kendala tersebut. Tahap interprestasi yaitu tahap pemahaman dan penafsiran terhadap analisis dan penelitian. d. Tahap evaluasi yaitu tahap menilai/mengevaluasi terhadap hasil interprestasi. H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan 17 Yang berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II Kajian Pustaka Kajian pustaka di sini menguraikan tentang pengertian kemampuan membaca Al-Qur’an dan metode qiro’ati. BAB III Pelaksanaan Penelitian Laporan hasil penelitian menguraikan tentang gambaran lokasi penelitian; tempat, waktu dan subjek penelitian; rencana penelitian, instrumen penelitian, kriteria penilaian, pelaksanaan penelitian berisi deskripsi pelaksanaan siklus I, II dan III. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Analisis data dan pembahasan berisi analisi data penelitian per siklus dan pembahasan. BAB V Penutup Dalam bab ini penulis menyampaikan tentang beberapa kesimpulan dan beberapa saran, serta pada akhir penulisan ini dilengkapi dengan penutup dan daftar pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian kemampuan Menurut Lyle M. Spencer yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya yang berjudul “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran”, mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu situasi (2008:139). Pendapat R.M. Guion yang dikutip oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya yang berjudul “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran”, mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berfikir dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama (2008:129). Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang dalam suatu situasi yang dapat dilihat dari pola pikir, sikap dan perilaku. Kemampuan awal sangat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran yang selanjutnya berdampak dalam memudahkan proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. Adapun Reigeluth yang dikutip Hamzah B. Uno menegaskan dalam bukunya “Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran”, 18 19 karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan awal yang berguna sebagai dasar dalam pemilihan strategi pengajaran yang optimal, antara lain: a. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. b. Pengetahuan analogis, yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa; yang berada di luar isi yang sedang dibicarakan. c. Pengetahuan tingkat lebih tinggi yang dapat berfungsi sebagai kerangka contohan bagi pengetahuan baru. d. Pengetahuan setingkat yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatik/komparatif. e. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh. f. Pengetahuan pengalaman yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh bagi pengetahuan baru. g. Strategi kognitif yang menyediakan cara mengolah pengetahuan baru mulai dari penyandian, penyimpanan sampai pada pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan (2008:160). Dari ketujuh karakteristik Reigeluth diatas dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan: a. Pengetahuan yang akan diajarkan, meliputi: pengetahuan tingkat lebih tinggi, pengetahuan setingkat, pengetahuan tingkat lebih rendah dan pengetahuan pengalaman. 20 b. Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan, meliputi: pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analogis. c. Pengetahuan tentang ketrampilan generik hanya meliputi: strategi kognitif. Setiap kemampuan awal yang diidentifikasi Reigeluth, dapat disimpulkan bahwa setiap kemampuan awal dapat bervariasi tingkat penguasaannya antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Maka yang harus diperhatikan oleh perancang pengajaran adalah mana dari sejumlah kemampuan awal yang dapat memudahkan belajar sudah termasuk siap pakai, siap ulang, pengenalan dan untuk siswa yang mana. 2. Pengertian Membaca Al-Qur’an Menurut Munawar Khalil yang dikutip oleh Howard M. Federspiel dalam bukunya yang berjudul “Kajian al-Qur’an di Indonesia”, mendefinisikan membaca Al-Qur’an adalah suatu bentuk ibadah, sebagaimana shalat dan puasa (1996:49). Sedangkan menurut Ahmad Syarifuddin dalam bukunya “Mendidik Anak”, membaca adalah jembatan menuju pemahaman, pengalaman dan penerapan dalam Al-Qur’an (2002:49). Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Soedarso menjabarkan sebagaimana dikutip oleh Mulyono mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. mencakup 21 Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Membaca adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh seseorang, disamping keterampilan menulis. Membaca merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Menurut Haris seperti dikutip oleh Mulyono dalam buku yang berjudul “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar”, ada lima tahap perkembangan membaca: a. Kesiapan Membaca Tahap ini mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca yang diberikan umumnya pada saat masuk kelas satu Sekolah Dasar. Kesiapan menunjukkan pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien. b. Membaca Permulaan Umumnya tahap membaca permulaan dimulai sejak anak masuk kelas 1 SD, yaitu saat anak berusia 6 tahun. c. Ketrampilan Membaca Cepat Tahap ketrampilan membaca cepat atau lancar biasanya terjadi pada data anak-anak duduk dikelas dua atau tiga Sekolah Dasar. d. Membaca Luas Biasanya terjadi pada saat anak-anak duduk dikelas 4 atau 5 Sekolah Dasar. 22 e. Membaca Yang Sesungguhnya. Tahap membaca yang terakhir yaitu tahap membaca yang sesungguhnya (refinement of reading stage) umumnya terjadi ketika anak-anak sudah duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa. (1986: 200) Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca yang diberikan. Umumnya pada saat masuk kelas satu Sekolah Dasar. Kesiapan menunjukkan pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien (1986: 201). Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas 1 Sekolah Dasar, yaitu saat anak berusia 6 tahun. Tahap ketrampilan membaca cepat atau lancar biasanya terjadi pada data anak-anak duduk dikelas dua atau tiga Sekolah Dasar. Tahap membaca luas biasanya terjadi pada saat anak-anak duduk dikelas 4 atau 5 Sekolah Dasar. Tahap membaca yang terakhir yaitu tahap membaca yang sesungguhnya (refinement of reading stage) umumnya terjadi ketika anak-anak sudah duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa (1986: 201-203). Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca diberikan oleh Hans E Giehrl, ia merincinya menurut tiga rangsangan dasar. Rangsangan pertama untuk membaca adalah keinginan untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia. Dalamnya, disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya itu. Rangsangan dasar 23 kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia. Dari akar yang sama, seperti rangsangan dasar untuk membaca yang kedua yaitu pengalaman ketidakpuasan dalam keadaan diri sendiri. Tumbuh juga rangsangan yang ketiga didalamnya lebih terungkap suatu sikap yang terdapat dalam jiwa manusia yaitu mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia (Kurt Franz / Bernhard Meier, 1986: 8-9). Dengan membaca juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman. Kadang orang akan lebih memahami dengan membaca apabila dibanding dengan melihat secara langsung atau mendengar. Menurut YB. Sudarmanto dalam bukunya yang berjudul “Tuntunan Metodologi Belajar”, untuk meningkatkan kemampuan membaca ada beberapa langkah yang harus ditempuh: a. Telitilah kesehatan mata (misalnya: apakah kaca mata yang dipakai masih cocok) b. Membaca dengan sungguh-sungguh c. Mempercepat cara membaca atau membaca bacaan yang terasa mudah dengan lebih cepat d. Batinkanlah atau ulangilah dalam batin bahan yang telah dibaca. e. Tidak membaca selama dosen menerangkan atau dalam diskusi f. Menambah waktu membaca g. Berkonsentrasi pada saat membaca dan tidak mengikuti hal lain yang bukan bahan bacaan 24 h. Mengembangkan kosa kata asing maupun baru yang sering dipakai dengan cara membuka kamus, mengikuti acara pembinaan bahasa baik di televisi atau surat kabar (1993: 37). Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Dalam bukunya Abdurahman Mulyono yang berjudul “Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar” Kirk, Kliebhan dan Lerner berpendapat ada delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca, yaitu: a. Kematangan mental b. Kemampuan visual c. Kemampuan mendengarkan d. Perkembangan wicara dan bahasa e. Ketrampilan berfikir dan memperhatikan f. Perkembangan motorik g. Kematangan sosial dan emosional h. Motivasi dan minat. (1986: 201) Membaca adalah implikasi dari kemampuan awal yang berkembang yaitu kemampuan motorik dan kognitif. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Al-Qur’an secara bahasa menurut Hasanuddin dalam bukunya berjudul “Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur’an”, diartikan lafal Qur’an sama dengan Qira’at yang merupakan bentuk mashdar menurut wazn (pola) Fu’lan dan 25 Syukran. Bentuk kata kerjanya adalah qara’at yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dengan demikian, lafal Qur’an dan Qira’at secara bahasa berarti menghimpun dan memadukan sebagian huruf-huruf dan kata dengan sebagian lainnya (1995:13). Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Qiyamah, 75: 17-18 : ∩⊇∇∪ …çμtΡ#u™öè% ôìÎ7¨?$$sù çμ≈tΡù&ts% #sŒÎ*sù ∩⊇∠∪ …çμtΡ#u™öè%uρ …çμyè÷Ηsd $uΖøŠn=tã βÎ) Artinya : “Sesungguhnya atas tanggapan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacanya itu”. Kata Al-Qur’an menurut Fahmi Amrullah dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula” mengemukakan Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata kerja qara’a. Adapun menurut istilah para ulama Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad S.A.W disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya dan ditulis dalam mushafmushaf (2008: 1). Berdasarkan definisi diatas, jelas bahwa semua kalamullah yang tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw seperti : Zabur, Taurat dan Injil. Adapun pengertian Ibadah bagi yang membacanya ini membedakan Al-Qur’an dengan Hadist Qudsy. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara Malaikat Jibril a.s, wahyu pertama kali diterima oleh beliau adalah QS. Al-Alaq, ayat 1-5 : 26 ù&tø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ô⎯ÏΒ z⎯≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ ﻖ َ ﺧَﻠ َ ﻚ اَّﻟﺬِي َ ﺴ ِﻢ َر ِّﺑ ْ ِا ْﻗ َﺮ ْأ ِﺑ óΟs9 $tΒ z⎯≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”. Al-Qur’an adalah sumber hukum sekaligus bacaan yang diturunkan secara mutawatir, artinya kemutawatiran Al-Qur’an terjaga dari generasi ke generasi. Di masa Rasulullah saw para sabahat menerima Al-Qur’an secara langsung dari beliau, selanjutnya mereka sangat antusias menghafal, memahami dan menyampaikan Al-Qur’an kepada sahabat yang lain atau kepada generasi selanjutnya sesuai dengan yang mereka terima dari Rasulullah saw tanpa berkurang satu huruf pun. Menurut Fahmi Amrullah dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula”, mengemukakan bahwa kemutawatiran Al-Qur’an juga menjadikannya sebagai dalil yang qat’i (pasti). Menurut Jumhur Ulama, segala berita yang disampaikan secara mutawatir tidak mungkin diragukan lagi keabsahannya. Al-Qur’an terbagi dalam 30 juz, 114 surat dan kurang lebih 6666 ayat. Berdasarkan panjang pendeknya surat dalam Al-Qur’an, para ulama membagi ke dalam 4 kategori yaitu At-Tiwal, Al-Mi’un, Al-Masant, Al-Mufassal (2008:3). 27 a. Kedudukan Al-Qur’an, sebagai berikut: 1) Sebagai mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar Al-Qur’an sebagai mukjizat merupakan tantangan bagi orang Arab setelah mereka memberi persepsi yang keliru terhadap Al-Qur’an, sehingga para ulama sepakat bahwa Al-Qur’an itu merupakan mukjizat nabi Muhammad yang paling besar. Mukjizat Al-Qur’an dapat dilihat dari segi bahasa dan isi kandungannya. 2) Sebagai kitab suci umat Islam 3) Sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat Islam. Sesungguhnya Al-Qur’an ini sebagai tali hubungan kepada Allah yang sangat kukuh dan sebagai cahaya yang menerangi dan obat penyembuh yang sangat berguna, dapat memelihara siapa yang berpegang padanya dan menyelamatkan bagi siapa yang mengikutinya, tidak kuatir berbelok untuk ditegakkan dan tidak tersesat untuk diulang, tidak akan habis nikmat mutiaranya, tidak akan lapuk karena sering diulang-ulang. b. Keistimewaan Al-Qur’an 1) Dari segi bahasa Keistimewaan Al-Qur’an dari segi bahasa telah diakui oleh ahli sastra Arab, baik dimasa Nabi saw maupun masa sesudahnya. Selanjutnya Muhammad Abduh mengemukakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada masa yang terkenal dengan banyaknya ahli-ahli Arab. Akan tetapi sejarah membuktikan bahwa tidak seorangpun 28 diantara sastrawan-sastrawan Arab itu yang mampu membuat suatu gubahan yang seindah gubahan Al-Qur’an, ini merupakan bukti bahwa Al-Qur’an itu benar-benar istimewa / mukjizat. 2) Dari segi kandungan isi, Al-Qur’an dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: a) Merupakan isyarat ilmiah. Al-Qur’an banyak berisi informasi ilmu pengetahuan walaupun hanya dalam bentuk isyarat ilmiah seperti informasi ilmu pengetahuan alam, antara lain dikatakan bahwa bumi dan langit sebenarnya suatu yang padu dan setelah terpisah dijadikan suatu yang hidup (QS 21:30) dan bahwa seluruh kehidupan berasal dari air (QS 21:30) dan bahwa alam semesta terbentuk dari gumpalan gas (QS 4:11) b) Merupakan sumber hukum; Al-Qur’an memberikan andil yang kuat dalam pertumbuhan hukum bahkan Al-Qur’an tetap merupakan produk hukum yang ideal hingga masa kini. c) Menerangkan suatu ibrah (teladan) dan khabar ghoib baik yang terjadi pada masa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang, Al-Qur’an banyak mengandung berita-berita tentang hal-hal yang ghoib seperti surga, neraka, hari kiamat, dan hari perhitungan. Selain itu Al-Qur’an juga banyak mengungkapkan kisah-kisah para nabi dan kisah umat manusia pada lampau seperti, kisah fir’aun, kisah umat manusia 29 Samud, kisah nabi Yusuf dan nabi Ibrahim As Al-Qur’an banyak pula menyinggung. 3) Keutamaan membaca Al-Qur’an Al-Qur’an adalah salah satu bukti Allah SWT semata. Al-Qur’an mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia. Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan aturan yang utama bagi umat Islam dan merupakan rahmat yang tiada banding dalam kehidupan, karena didalamnya terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang mengimaninya. Orang yang beriman, kecintaan kepada Al-Qur’an akan bertambah sebagai bukti cintanya dia akan semakin bersemangat membacanya setiap waktu memperlajari isi kandungan dan memahaminya. Selanjutnya, akan mengamalkan Al-Qur-an dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan lingkungan sekitarnya. Tanda-tanda keimanan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa besar kecintaannya kepada Al-Qur’an. Semakin tebal keimanan seseorang, akan semakin dalam cintanya kepada Al-Qur’an. Sehingga tidak hanya menganggap sebagai ibadah, melainkan sudah menjadi kebutuhan dan penawar atas kegelisahan jiwanya. Allah SWT berfirman dalam: 30 Ÿωuρ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ Ö™!$xÏ© uθèδ $tΒ Èβ#u™öà)ø9$# z⎯ÏΒ ãΑÍi”t∴çΡuρ ∩∇⊄∪ #Y‘$|¡yz ωÎ) t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$# ߉ƒÌ“tƒ Artinya : “Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian”. (QS. Al-Isra, 17: 82) Menurut Salim Bahreisj dalam bukunya “Mabahis Fi Ulum Al Qur’an” bahwa Rasulullah Muhammad saw menganjurkan kepada kita agar selalu membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya karena di dalamnya mengandung banyak hikmah dan berkah. Sebagaimana dalam HR. Muslim, yaitu: ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل: ﻋﻦ اﺑﻲ اﻣﺎ ﻣﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل اﻗﺮؤا اﻟﻘﺮان ﻓﺎﺀ ﻧﻪ ﻳﺄ ﺗﻰ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎ: م ﻳﻘﻮل.اﷲ ص (ﻣﺔ ﺷﻔﻴﻌﺎﻷﺻﺤﺎﺑﻪ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya : “Abu Umamah ra berkata : saya telah mendengar Rasulullah S.A.W bersabda: Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pembela bagi orang yang mempelajari dan menaatinya”(1987: 122). 4) Adab membaca Al-Qur’an Al-Qur’an adalah kitab suci, sehingga untuk membacanya diperlukan aturan-aturan karena membaca Al-Qur’an merupakan ibadah. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah wajib, sebab Al-Qur’an adalah pedoman paling pokok bagi setiap muslim. Adab membaca Al-Qur’an menurut Ahmad Syarifuddin dalam bukunya berjudul “Mendidik Anak”, antara lain : 31 a) Berpenampilan bersih dan rapi. b) Membersihkan mulut. c) Di tempat yang bersih. d) Diawali dengan membaca ta’awudz. e) Membaca basmalah setiap awal surat. f) Dengan suara yang bagus. g) Bertajwid. h) Konsentrasi (2002 : 87-92). Dengan mempelajari Al-Qur’an, terbuktilah sebuah umat Islam bertanggung jawab terhadap kitab sucinya. Rasulullah saw telah menganjurkan kita untuk mempelajari dan mengajarkan AlQur’an kepada orang lain, sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw: ﻗﺎل رﺳﻮل:وﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﻋﻔﺎن رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﺧﻴﺮآﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠّﻢ اﻟﻘﺮﺁن: اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ .وﻋﻠّﻤﻪ Artinya: “Usman bin Affan ra berkata: Rasulullah saw bersabda: sebaik baik kamu yaitu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain” (HR Bukhari). Mempelajari Al-Qur’an merupakan keharusan bagi umat Islam. Dalam proses belajar, tentunya ada tingkatan-tingkatan mulai dari yang paling dasar yaitu mengeja huruf sampai lancar membacanya, setelah itu mempelajari arti dan maksudnya untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 32 Apabila sudah mampu melafalkan bacaan Al-Qur’an dengan lancar dan fasih, barulah diajarkan maksud dan arti yang terkandung dalam mengamalkannya Al-Qur’an dalam serta menghimbau untuk kehidupan sehari-hari. Cara menyampaikan maksud dan arti dari Al-Qur’an dapat ditempuh dengan berbagai cara, misalnya: dengan menyampaikan kisahkisah dalam Al-Qur’an atau mengkaitkan suatu kejadian. Bagi setiap muslim yang membaca Al-Qur'an tidak hanya mempunyai nilai ibadah yang akan mendapatkan pahala dari setiap hurufnya tetapi juga akan mendapatkan kesuksesan yang sejati dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat, karena di dalam pokok-pokok ibadah mengandung nilai-nilai yang agung membawa efek baik bagi yang melaksanakannya maupun kepada orang yang lain. Islam merupakan manifestasi rohaniah pengagungan terhadap dzat semesta pernyataan kerendahan dan kelemahan di hadapan dzat yang maha perkasa, sehingga dapat menghancurkan kesombongan hati, ia juga merupakan realisasi pernyataan terima kasih kepada Tuhannya. Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia yang diturunkan Allah sebagai salah satu rahmat yang tidak ada bandingannya dengan kitab-kitab lain. Dengan kata lain, Al-Qur'an merupakan sumber dari segala sumber hukum dan satu-satunya kitab suci yang dilegalisasi oleh 33 Allah sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Dan AlQur'an merupakan petunjuk (hidayah) dan penjelas terhadap jalan hidup manusia. Dalam membaca Al-Qur’an, Fahmi Amrullah dalam bukunya berjudul “Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula” menegaskan bahwa perlu diajarkan mengenai ilmu tajwid. Sedangkan yang dimaksud dari ilmu tajwid adalah suatu cabang ilmu yang mengatur tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (2008:71). Ilmu tajwid tersebut berisi cara pengucapan huruf yang benar, melatih lidah mengucapkan huruf sesuai makhrajnya, mengetahui panjang pendek suatu bacaan dan sebagainya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kita sebagai umat Islam harus ikut menjaga kemurnian Al-Qur’an dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan baik karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang menjadi sumber aqidah kita serta menjadi pedoman hidup yang abadi. B. Metode Qiro'ati 1. Pengertian Metode Pembelajaran. Syiful Bahri Djammarah berpendapat, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan 34 tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (1991:53). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan dan dapat menarik perhatian peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi juga harus tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologi anak didik. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Untuk mengetahui metode qiro'ati, maka kita perlu mengetahui apa itu metode pembelajaran karena metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. 2. Faktor Penggunaan Metode Pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, apabila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan. Menurut Winarno Surakhmad yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Strategi Belajar Mengajar” mengemukakan 5 (lima) macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, sebagai berikut : a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya. 35 b. Tingkat kematangan siswa yang berbagai macam. c. Situasi yang berubah-ubah keadaannya. d. Fasilitas. e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda (1995:54). Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dalam bentuk apapun akan ditentukan dari baik atau tidaknya penerapan suatu metode pengajaran terpilih sehingga sangat berpengaruh pada tujuan yang dicapai Berdasarkan model KTSP Departemen Pendidikan Nasional standar ketuntasan belajar PAI adalah 65% (2007:14) , apabila penguasaan bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% maka belum memenuhi standar ketuntasan yang ditentukan. 3. Metode Qiro'ati a. Definisi Dari pengertian metode pembelajaran diatas, penulis memilih metode Qiro'ati sebagai bahan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an siswa kelas V SD Negeri Butuh 2 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Tabel 2.1Komponen membaca Al-Qur’an Komponen Membaca Al-Qur’an No Komponen Keterangan 36 Makhroj Anak tidak keliru dalam membaca huruf yang satu dengan huruf yang lainya. Tajwid Anak dapat membaca bacaan hukum-hukum mad dengan benar. Kelancaran Anak dapat membaca bacaan secara cepat tanpa mengeja. 2 Anak masih keliru dalam membaca huruf yang satu dengan huruf yang lainya. Anak masih keliru dalam membaca bacaan mad yang benar. Anak belum dapat membaca bacaan secara cepat tanpa mengeja. 3 Anak tidak dapat mengucapkan masing-masing huruf dengan benar. Anak tidak bacaan mad. Anak membaca dengan terbata-bata. 1 tahu T I N G G I S E D A N G R E N D A H Metode Qiro'ati berasal dari dua kata yaitu dalam bahasa Inggris adalah “metode” yang artinya cara. Sedangkan secara istilah metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan ”Qiro'ati” adalah suatu nama buku yang disusun oleh K.H. Ahmad Dachlan Salim Zarkasy yang berisi panduan praktis dalam belajar Al-Qur’an. Jadi, metode Qiro'ati adalah suatu metode dalam belajar Al-Qur’an dengan menggunakan panduan buku Qiro'ati yang disusun oleh K.H. Ahmad Dachlan Salim Zarkasy. Metode Qiro'ati pada awalnya merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an. Metode ini diadopsi untuk pembelajaran keaksaraan fungsional karena dipandang sistematis dan efektif. Konsep utama Qiro'ati adalah belajar secara sistematis dimulai dari hal sederhana, meningkat setahap demi setahap dari huruf menjadi suku 37 kata, dari suku kata menjadi kata, dan dari kata menjadi kalimat, sehingga terasa ringan bagi siswa. b. Prinsip dan sifat dari metode Qiro'ati : Dalam belajar membaca Al-Qur'an siswa sangat dituntut keaktifan dan kemandirian sedangkan guru hanya sebagai motivator saja. Hal ini yang menjadi prinsip dasar bagi siswa untuk dapat membaca dengan lancar. Menurut H. Dachlan Salim Zarkasyi yang dikutip oleh Imam Murjito dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qiro’ati”, mengemukakan : 1) Tujuan yang akan dicapai dari metode Qiro'ati. a) Menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian Al-Quran (dari segi bacaan tartil sesuai dengan kaidah tajwid). b) Menyebarkan Ilmu Bacaan Al-Quran yang benar dengan cara yang benar c) Mengingatkan para guru Al-Quran agar berhati-hati dalam mengajarkan Al-Quran d) Meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran Al-Quran (t.th, 17-19). 2) Sistem/aturan metode qiro'ati a) Membaca langsung tanpa mengeja. b) Praktek bacaan bertajwid secara mudah dan praktis. c) Susunan materi bertahap dan berkesinambungan d) Materi disusun dengan “Sistem Modul/Paket”. 38 e) Banyak latihan membaca (drill). f) Belajar sesuai dengan kesiapan dan kemampuan murid g) Evaluasi setiap pertemuan. h) Belajar dan mengajar secara “Talaqqi-Musyafahah”. i) Guru Pengajarnya harus ditashih/Ijasah billisani (t.th, 19-21). 3) Prinsip Dasar Metode Qiraati a) Prinsip bagi Guru: (1) DAKTUN (Tidak-Boleh-Menuntun). (2) TIWASGAS (Teliti-Waspada-Tegas). b) Prinsip bagi Murid: (1) CBSA+M (Cara-Belajar-Siswa-Aktif dan Mandiri). (2) LCTB/Lancar, Cepat, Tepat dan Benar (t.th : 22). 4) Filosofi Metode Qiraati a) Sampaikan materi peslajaran secara praktis, simpel dan sederhana (mudah dipahami oleh murid), jangan terlalu rumit dan berbelit-belit oleh Imam Ghazali. b) Berikan materi pelajaran secara bertahap, dengan penuh kesabaran oleh K.H. Arwani Amin Al-Hafizh. c) Jangan mengajarkan yang salah kepada anak-anak, karena mengajarkan yang benar itu mudah oleh K.H. Dachlan S.Z (t.th, 23). Dengan demikian belajar membaca Al-Qur'an dengan metode Qiro'ati ini dapat dilaksanakan secara sederhana sesuai bahasa yang 39 dimengerti siswa, sehingga siswa dapat memahami penjelasan dari guru. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya SD Negeri Butuh 2 kecamatan Tengaran kabupaten Semarang Sekolah Dasar ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1973, tepatnya Desa Butuh, Dusun Kemlaka, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang terletak di daerah pedesaan, dengan luas tanah 1800m2 dan luas banguna 1100m2. Status dari Sekolah Dasar ini adalah Negeri sebagaimana Surat Keputusan Nomer 4212/002/XIII/49/07 tanggal 1 Agustus 1987 yang ditanda tangani oleh kepala dinas P3K Propinsi Jawa Tengah pada tahun 1987. Sekolah Dasar Negeri Butuh 2 Terletak pada lintasan pedesaan yang jarak ke pusat kecamatan sejauh 5km dan sekolah dasar ini telah terakreditasi B. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pagi hari dengan jumlah siswa secara keseluruhan 59 orang siswa yang terdiri dari 41 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Adapun perincianya, sebagai berikut: kelas 1 berjumlah 11 orang siswa, kelas 2 berjumlah 6 orang siswa, kelas 3 berjumlah 9 orang siswa, kelas 4 berjumlah 12 orang siswa, kelas 5 berjumlah 11 orang siswa dan kelas 6 berjumlah 10 orang siswa (lihat lampiran). 2. Struktur organisasi SD Negeri Butuh 2 kecamatan Tengaran kabupaten Seamarang Tahun Ajaran 2009/2010 Sekolah Dasar Negeri Butuh 2 dipimpin oleh Kepala Sekolah yang bernama Hirlan,S.Pd. beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah sejak 12 40 41 Mei 2008. Sedangkan M Irfani,S.PdI menjabat sebagai wakil kepala sekolah merangkap guru agama islam.Endang Sri Wahyuni,A.Ma menjabat sebagai sekertaris merangkap guru agama kristen dan Mardiartati,A.Ma menjabat sebagai bendahara sekolah. Selain itu, terdapat 4 orang guru wiyata bakti, 3 orang guru CPNS dan 1 orang guru PNS menjabat sebagai anggota dan Turutan Hari selaku sekertaris desa menjabat sebagai komite sekolah (lihat lampiran). 3. Keadaan Guru SD Negeri Butuh 2 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 Sekolah Dasar ini mempunyai 12 orang guru dan 1 orang karyawan, mereka terdiri dari 5 orang guru PNS: M Irfani S.PdI, Hirlan,S.Pd, Endang Sri Wahyuni,A.Ma, Mardiartati,A.Ma, Sunyoto,A.Ma. Sedangkan 3 orang Guru CPNS yaitu: Asnah, A.ma, Adi Prasetyo Nugraha,A.Ma, Indiarti Dwi Hastuti,A.Ma. dan 4 orang Guru tidak tetap (GTT), yaitu: Mulyanto,A.Ma, Surmiyati,A.Ma, Romzanah A.Ma, Endang Wahyu Dari, A.Ma, (lihat lampiran). 4. Sarana dan prasarana sekolah Sekolah Dasar ini mempunyai 14 ruangan, mempunyai halaman sekolah yang cukup luas dan terdapat taman bunga serta tempat parkir. Adapun 14 ruangan di sekolah ini terdiri dari: a. Ruang Kelas Ada :6 b. Kantor Guru :1 c. Ruang Kesehatan : 1 d. Ruang Keagamaan : 1 e. Perpustakaan : 1 42 f. Ruang Olahraga :1 g. Kamar Mandi Guru :1 h. Kamar Mandi Siswa :1 i. Gudang :1 Keadaan gedung SD N Butuh 2 Cukup baik dan setiap ruang kelasnya layak untuk kegiatan pembelajaran, karena memang belum lama ini pihak sekolah mendapatkan bantuan untuk merehap gedung. B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian tindakan kelas ini bertempat di SD Negeri Butuh 2 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Dengan pertimbangan bahwa permasalahan yang timbul di sekolah tersebut mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an. Selain itu, juga karena lokasi penelitian tersebut merupakan tempat mengajar peneliti. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan pada 4 Januari 2010 sampai dengan 30 Januari 2010, pada semester II Tahun ajaran 2009/2010. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa kelas V yang beragama Islam, pada Mata Pelajaraan PAI Materi membaca Surat 43 pendek. adapun jumlah siswa beragama Islam sebanyak 7 orang siswa, terdiri dari 6 orang siswa laki-laki dan 1 orang siswa perempuan. C. Pelaksanaan Penelitian Penelitian kemampuan membaca Al-Qur’an akan dilaksanakan 3 kali pertemuan untuk 3 siklus. Tahap awal menggunakan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimulai dari pukul 09.35 WIB – 10.45 WIB (jam 5-6 jadwal pelajaran). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi Pendidikan Agama Islam dengan pokok bahasan melafalkan Al-Qur’an surat pendek pilihan. Adapun materi pokok pembelajaran dalam siklus ini adalah membaca Surat Al-Maun ayat 1-7. Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, tanya jawab serta yang paling dominan adalah penggunaan metode qiro’ati untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Adapun rencana pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Appersepsi 2) Penyampaian Materi Surat Pendek (Al-Ma’un) dengan metode Qiro’ati oleh guru 44 3) Penyampaian materi mengenai bacaan mad 4) Membagi 7 orang siswa ke dalam 2 kelompok 5) Mengerjakan lembar kerja per kelompok 6) Penyampaian hasil kerja dan refleksi dari guru 7) Kesimpilan dilanjutkan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini guru selalu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di desain, antara lain: 1) Kegiatan awal ( + 5 menit ), yakni ; a) Melaksanakan doa bersama untuk mengawali pembelajaran. b) Presentasi untuk mengetahui kehadiran siswa. c) Appersepsi (secara bersama-sama membaca QS. Al-Qur’an). d) Guru memandu tanya jawab. 2) Kegiatan inti ( + 50 menit ), yakni ; a) Menyampaikan tujuan pembelajaran b) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi Surat Al-Maun, yang mana dalam penyampaian materi guru menggunakan metode qiro’ati. c) Siswa mendengarkan, menirukan setiap pelajaran cara membaca sesuai tajwid dan makhorijul huruf pada surat Al-Maun. d) Secara berulang-ulang siswa menirukan pelafalan Surat AlMaun, seperti yang telah dicontohkan oleh guru. 45 e) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok secara acak untuk menyelesaikan lembar kerja yang telah disiapkan. f) Siswa secara perorangan atau kelompok, menyampaikan hasil kerja kelompok dan guru merefleksi. 3) Kegiatan akhir ( + 15 menit ), yakni; a) Guru mengulang kembali pelajaran dengan membaca Surat AlMaun. b) Mengadakan tanya-jawab materi yang telah dipelajari sebagai bahan refleksi materi maupun kegiatan pembelajaran untuk siklis berikutnya. c) Mengadakan evaluasi dengan mengerjakan 10 butir soal isian, membaca dan menghafal. d) Penguatan dengan pemberian motivasi. c. Pengamatan Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an serta guru dalam melakukan pengajaran metode qiro’ati selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui kemampuan membaca yang dimiliki tiap siswa dan penguasaan bahan pelajaran mengenai bacaan-bacaan mad dengan cara membaca dan mengidentifikasikan bacaan mad yang ada pada setiap ayat, antara lain: 1) Dengan lembar penilaian oleh guru untuk mengamati hasil belajar siswa pada akhir pelajaran yang berupa evaluasi. (lihat lampiran) 46 2) Dengan lembar observasi oleh guru untuk mengamati partisipasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.(lihat lampiran) 3) Dengan lembar observasi kolaborasi untuk mengamatik aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Sebagian besar siswa belum aktif bertanya, menjawab pertanyaan maupun pembelajaran mengemukakan berlangsung. Ada pendapat beberapa selama siswa yang proses tidak memperhatikan pelajaran, ada juga siswa yang terlihat sibuk sendiri seperti asyik bermain dengan alat tulis serta berbicara dengan teman. Pada tahap ini diketahui bahwa pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati belum dikatakan meningkat justru sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan, sebagai berikut: 1) Mengumpulkan, menganalisis dan membuat penafsiran hasil observasi. 2) Merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi pokok bahasan yang sama dengan siklus I yaitu mampu membaca Al-Qur’an 47 Surat pendek Al-Maun. Guru menggunakan pokok materi surat AlMaun, kemudian guru membagi siswa yang berjumlah 7 menjadi 3 kelompok, kelompok pertama terdiri dari 2 orang siswa, kelompok kedua terdiri dari 2 orang siswa dan kelompok ke 3 terdiri dari 3 orang siswa. Di mana ada 1 kelompok yang terdiri dari 3 siswa. Proses pembelajaran menggunakan metode ceramah, drill, tanya jawab dan metode qiro’ati. Media yang digunakan adalah kaset tape recorder yang berisikan bacaan QS. Al-Maun yang dibacakan secara tartil (murrotal). Adapun rencana pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Appersepsi 2) Penyampaian Materi Surat Pendek (Al-Ma’un) dengan metode qiro’ati oleh guru 3) Penyampaian materi mengenai bacaan mad 4) Membagi 7 orang siswa ke dalam 3 kelompok 5) Mengerjakan lembar kerja per kelompok 6) Penyampaian hasil kerja dan refleksi dari guru 7) Kesimpulan dilanjutkan evaluasi b. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan awal; a) Salam. b) Doa bersama. c) Appersepsi (secara bersama-sama membaca QS. Al-Qur’an). 48 d) Presentasi tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti; a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi Surat Al-Maun. b) Siswa mendengarkan, menirukan setiap pelajaran cara membaca sesuai tajwid dan makhorijul huruf pada surat Al-Maun. c) Secara berulang-ulang siswa menirukan pelafalan Surat AlMaun. d) Siswa secara perorangan/kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan mempraktekkan membaca surat AlMa’un. 3) Kegiatan akhir; a) Pemantapan/penguatan dengan mengajukan pertanyaan mengulang dan kesimpulan. b) Mengevaluasi dan refleksi untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran dan tindak lanjut. c. Pengamatan Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan perhatian dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu dalam membaca Al-Qur’an. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk 7 siswa, untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki siswa serta kemampuan membaca Al-Qur’an pada 49 pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil pengamatan siswa yang diperoleh peneliti yaitu aktifitas di dalam kelas. Selain itu, peneliti juga mengamati guru yang sedang mengajar apakah sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat atau masih menggunakan metode konvensional. Adapun tahapan observasi, sebagai berikut: 1) Digunakan lembar penilaian oleh guru untuk mengamati hasil belajar siswa pada akhir pelajaran. 2) Digunakan lembar observasi oleh guru untuk mengamati partisipasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 3) Digunakan lembar observasi kolaborasi untuk mengamatik aktifitas guru dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Hasil belajar siklus ini mulai menunjukkan adanya kemajuan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I. Nilai rata-rata siswa sudah meningkat dari nilai rata-rata sebelumnya pada siklus I dan beberapa siswa sudah mulai aktif bertanya, menjawab pertanyaan mamupun mengutarakan pendapat saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Walaupun masih ada siswa yang diam pada saat pembelajaran di kelas berlangsung. Sehingga dengan demikian belum dapat menghasilkan ketrampilan kooperatif yang diharapkan, maka masih perlu dilakukan suatu tindakan perbaikan terhadap pembelajaran selanjutnya. Diantaranya dengan memisahkan kelompok dan merubah 50 pembentukan kelompok agar siswa tidak malu lagi dalam belajar membaca Al-Qur’an pada pembelajaran siklus selanjutnya. Guru lebih mengarahkan siswa agar ketrampilan kooperatif dan kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa meningkat menjadi lebih baik perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan, sebagai berikut: 1) Mengumpulkan, menganalisis dan membuat penafsiran hasil observasi. 2) Merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. 3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Diawali dengan pembentukan kelompok dengan mengadakan perubahan anggota kelompok yaitu dengan memberi 1 anak yang dapat membaca Al-Qur’an sehingga bisa menjadi guru bagi anggotanya atau setiap kelompok 1 diantaranya adalah siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam membaca, sehingga bisa menjadi tutor sebaya bagi siswa lain. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan diuraikan, sebagai berikut: 1) Kegiatan awal; a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. b) Doa bersama. c) Appersepsi (secara bersama-sama membaca QS. Al-Maun). d) Presentasi tujuan pembelajaran. 51 2) Kegiatan inti; a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. b) Guru menyiapkan materi (papan tulis & tape recorder). c) Guru menjelaskan materi mengenai bacaan mad. d) Guru melafalkan ayat demi ayat dengan menunjukkan bacaan mad yang ada pada tiap ayat. e) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menyuruh siswa membaca dan menyebutkan bacaan-bacaan mad. f) Guru menyuruh siswa membaca dan menyebutkan bacaanbacaan mad secara berkelompok. 3) Kegiatan akhir; a) Pemantapan/penguatan dengan mengajukan pertanyaan secara klasikal, mengulang dan menyimpulkan. b) Penilaian, analisa hasil penilaian serta memotivasi belajar peserta didik. c) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam. c. Pengamatan Dalam pembelajaran langsung diadakan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan perhatian serta motivasi belajar dalam proses pembelajaran PAI (membaca Al-Qur’an). Pada pembelajaran siklus II siswa yang masuk 7 siswa. 52 Untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki dan kemampuan membaca Al-Qur’an serta keaktifan setiap siswa dalam pembelajaran PAI, dilakukan dengan cara: 1) Digunakan lembar penilaian oleh guru untuk mengamati hasil belajar siswa pada akhir pelajaran. 2) Digunakan lembar observasi oleh guru untuk mengamati partisipasi siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Berdasarkan pada pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode qiro’ati dapat meningkatkan perhatian, motivasi dan kemampuan membaca Al-Qur’an yang dapat dilihat dari nilai hasil test tertulis dengan peran aktif guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas. Pada tahap ini dilakukan kegiatan, antara lain: 1) Mengumpulkan, menganalisis dan membuat penafsiran hasil observasi. 2) Merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Berdasarkan hasil pre-test yang dilakukan sebelum penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an melalui metode qiro’ati dengan kompetensi dasar mengenai Surat Al-Maun untuk kelas V siswa SD Negeri Butuh 2 Kec. Tengaran, Kab. Semarang diperoleh data-data, sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Pre-Test Pembelajaran Membaca Al-Qur’an No 1 2 3 4 5 6 7 Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ - Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Rata-Rata Nilai 40 50 30 70 60 70 70 55,71 Tuntas Ya Tdk √ √ √ √ √ √ √ - Dari hasil Pre-Tes di atas dapat diperoleh data, sebagai berikut : Tabel 4.2 Prosentase Hasil Pre-Test Pembelajaran Membaca Al-Qur’an No. Kemampuan siswa 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah 53 F 3 4 7 % 42,86 57,14 100 54 Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa 3 dari 7 orang siswa mendapat nilai 70 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 42,86%, artinya 3 orang siswa tersebut telah menuntaskan kompetensi dasar yang akan ditargetkan pada kegiatan tiap siklus. Ada sebagian siswa yaitu 4 orang siswa mendapat rata-rata 45 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 57,14%. Sedangkan yang akan ditargetkan pada setiap siklus adalah 65%, siswa mendapatkan nilai minimal 65 atau dengan kata lain rata-rata nilai siswa minimal 65. Sedangkan rata-rata siswa pada nilai Pre-Tes sebesar 55,71. Dengan mengetahui rata-rata nilai siswa kita dapat mengetahui kemampuan kognitif siswa serta untuk mengetahui peningkatan kemampuan sekolah setelah diadakan penelitian tindakan atau siklus. 1. Siklus I a. Perencanaan 1) Pelaksanaan tes diaknostik untuk menyikapi masalah. Kegiatan ini dilakukan yaitu dengan jalan memberikan pre-test dan post test. 2) Pembuatan rencana RPP siklus I RPP ini disusun dengan mempertimbangkan hasil pre-test yang dilakukan sebelum tindakan dilakukan. 3) Mempersiapkan media pembelajaran yaitu Surat Al-Maun ayat 1-7 sesuai kompetensi pembelajaran, membuat lembar observasi kegiatan peserta didik dan membuat evaluasi. 55 b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I berupa upaya untuk meningkatkan perhatian dengan menggunakan metode qiro’ati, di mana metode ini merupakan hal baru dan cukup menarik siswa. Meskipun ada beberapa siswa yang belum dapat mengikuti sehingga terkesan kaku. Dalam rangka peningkatan motivasi, guru menggunakan metode drill. Selain itu guru sering memberikan pujian verbal serta mempergunakan tes dan memberikan nilai secara bijaksana. Dengan upaya pelaksanaan tindakan oleh guru, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca Al-Qor’an. Hasil evaluasi tindakan siklus I pada pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode qiro’ati diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Rata-Rata Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ - Nilai 40 40 30 60 60 60 70 51,43 Tuntas Ya Tdk √ √ √ √ √ √ √ - 56 Dari hasil evaluasi di atas dapat diperoleh data, sebagai berikut : Tabel 4.4 Prosentase Ketuntasan Siklus I No. Kemampuan siswa 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah F 1 6 7 % 14,29 85,71 100 Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat diketahui 1 dari 7 orang siswa mendapat nilai 70 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 14,29%, artinya 1 orang siswa tersebut telah menuntaskan kompetensi dasar yang telah ditargetkan. Ada sebagian siswa yaitu 6 orang siswa mendapat rata-rata 48,3 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 85,71%. Sedangkan target pada tiap siklus adalah 65% siswa mendapatkan nilai minimal 65 atau dengan kata lain ratarata nilai siswa adalah minimal 65. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada nilai evaluasi siklus I sebesar 51,43. Dengan mengetahui ratarata nilai siswa kita dapat mengetahui peningkatan kemampuan pada tiap siklus. c. Pengamatan Pada siklus I ini hasil evaluasi masih rendah, peneliti membuat penilaian siswa melalui pengamatan untuk mengetahui perhatian, motivasi dan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca AlQur’an dengan metode qiro’ati. Indikasi perolehan nilai ini, berupa 57 penguasaan materi siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: (1) perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran dan menerima penjelasan guru dalam bentuk: mau bertanya pada guru, (2) menjawab pertanyaan guru, (3) kesungguhan membaca QS. Al-Maun, (4) berusaha menghafal surat QS. Al-Maun. Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Jumlah Aktifitas 2 3 √ √ √ 3 0 1 √ √ √ 3 4 √ √ 2 Keterangan: 1. Perhatian 2. Motivasi 3. Membaca 4. Menghafal Adapun hasil penilaian skala motivasi siswa terhadap pembelajaran membaca Al Qur’an dengan metode Qiro’ati, yang diamati secara langsung pada siklus I, sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus I No Indikator 1 Mengajukan pertanyaan 2 Menjawab pertanyaan 3 Membaca surat al-maun 4 Menghafal surat al-maun Keterangan: SB : Sangat Baik (81%-100%) B : Baik (61%-80%) S : Sedang (41%-60%) K : Kurang (kurang dari 40%) Jumlah siswa 3 3 0 2 % 42,86 42,86 0 28,57 Skala penilaian SB - B - S √ √ - K √ √ 58 Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa skala motivasi pada siklus I adalah 42,86% dalam kategori “ sedang” dan belum mencapai skala indikasi “baik”, maka perli adanya tindak lanjut pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya dengan memperhatikan kekurangan untuk tindakan perbaikan. Kekurangan yang ditemukan peneliti dalam pembelajaran diantaranya: 1) Guru belum optimal dalam menyampaikan materi. 2) Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung, sehingga perlu diadakan pengulangan materi dengan rincian: a) Melafalkan per ayat Surat Al-Maun. b) Membacakan secara keseluruhan. c) Menyebutkan bacaan mad. d) Menunjukkan bacaan mad. e) Menghafalkan Surat Al-Maun d. Refleksi Dari data dan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa hasil yang ditunjukkan pada siklus I secara keseluruhan siswa belum tuntas. Upaya peningkatan atau perbaikan pada siklus berikutnya, sebagai berikut: 1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar/pembelajaran. 2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menggunakan media kaset dan tape recorder. 3) Memberi pujian (penguatan). menarik dengan 59 4) Membagi siswa menjadi tiga kelompok. 5) Menghilangkan suasana yang menegangkan. 2. Siklus II a. Perencanaan 1) Tes diaknostik yang berfungsi sebagai awal untuk menyikapi masalah sesuai data pada siklus I. 2) Pembuatan skenario Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada saat siklus I. 3) Menyiapkan media pembelajaran yaitu kaset dan tape recorder yang berisikan bacaan QS. Al-Maun yang dibacakan secara tartil (murrotal). b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II adalah refleksi dari upaya pelaksanaan tindakan pada Siklus I, berupa membagi jumlah siswa ke dalam 3 kelompok dan penggunaan media pembelajaran agar siswa semakin meningkatkan perhatiannya pada saat pelajaran serta merangsang hasrat anak didik dengan diskusi kelompok untuk menyelesaikan lembar kerja yang telah diberikan. Dengan upaya pelaksanaan tindakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan dengan perbaikan sesuai kelemahan pada siklus sebelumnya dan diperoleh 60 nilai hasil evaluasi sebagai berikut: dilaksanakan dengan perbaikan sesuai kelemahan pada siklus sebelumnya dan diperoleh nilai hasil evaluasi, sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Rata-Rata Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ - Tuntas Ya Tdk √ √ √ √ √ √ √ - Nilai 70 60 60 70 70 60 70 65,71 Dari hasil evaluasi di atas dapat diprosentasekan, berikut data hasil prosentase ketuntasan nilai siklus II: Tabel 4.8 Prosentase Ketuntasan Siklus II No. Kemampuan siswa 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah F 4 3 7 % 57,14 42,86 100 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui 4 dari 7 orang siswa mendapat nilai 70 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 57,14%, artinya 4 orang siswa tersebut telah menuntaskan kompetensi dasar yang ditargetkan. Ada sebagian kecil siswa yaitu 3 orang siswa 61 mendapat rata-rata 60 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 42,86%. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada nilai evaluasi siklus II sebesar 65,71. Dengan mengetahui rata-rata nilai siswa kita dapat mengetahui peningkatan kemampuan pada siklus berikutnya. c. Pengamatan Pada siklus II ini hasil evaluasi dalam kategori baik, hal ini sesuai dengan hasil pengamatan pembelajaran siklus II pada pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Jumlah Aktifitas 2 3 √ √ √ √ √ √ 3 3 1 √ √ √ √ √ √ √ 7 4 √ √ √ √ √ 5 Keterangan: 1. Perhatian 2. Motivasi 3. Membaca 4. Menghafal Adapun hasil penilaian skala motivasi siswa terhadap pembelajaran membaca Al Qur’an dengan metode Qiro’ati, yang diamati secara langsung pada siklus II, sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Observasi Siklus II No Indikator 1 2 3 4 Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Membaca surat al-maun Menghafal surat al-maun Jumlah siswa 7 3 3 5 % 100 42,86 42,86 71,43 Skala penilaian SB √ - B √ S √ √ - K - 62 Keterangan: SB : Sangat Baik (81%-100%) B : Baik (61%-80%) S : Sedang (41%-60%) K : Kurang (kurang dari 40%) Berdasarkan tabel diatas skala motivasi siswa pada pembelajaran membaca Al Qur’an dengan metode qiro’ati pada siklus II adalah 42,86% dalam kategori “sedang” dan belum mencapai skala indikasi “baik”, walaupun seluruh anak perhatian dan motivasinya sudah meningkat dengan mengajukan pertanyaan, tetapi perlu adanya tindak lanjut pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya dengan memperhatikan kekurangan untuk tindakan perbaikan. Kekurangan dalam proses pembelajaran siklus II ini diantaranya: 1) Guru belum optimal dalam pengelolaan waktu. 2) Suasana kelas masih gaduh. 3) Sehingga perlu diadakan pengulangan materi dengan rincian: a) Melafalkan per ayat Surat Al-Maun. b) Melafalkan per ayat surat Al-Maun secara individu. c) Mengidentifikasi bacaan mad per ayat secara individu. d) Membaca mad pada QS. Al-Maun secara berkelompok. d. Refleksi Dari evaluasi pada siklus II, masih ditemukan kelemahan yang menyebabkan belum terjadinya upaya guru dalam meningkatkan 63 motivasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca Al-Qur’an. Berawal dari kelemahan tersebut, peneliti merasa perlu untuk merencakan tindakan pada siklus berikutnya, yaitu: 1) Memperjelas tujuan pembelajaran. 2) Menciptakan suasana pembelajaran lebih menarik yaitu membagi menjadi 3 kelompok dengan tutor sebaya. 3) Memberi pujian pada siswa yang aktif. 4) Menghindari suasana yang menegangkan. 3. Siklus III a. Perencanaan 1) Tes diaknostik yang berfungsi sebagai awal untuk menyikapi masalah sesuai data pada siklus II. 2) Pembuatan skenario Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada saat siklus II. 3) Pembentukan kelompok dengan mengadakan perubahan anggota kelompok yaitu dengan memberi 1 anak yang dapat membaca Al-Qur’an pada setiap kelompok dengan tujuan agar anak tersebut dapat sebagai tutor bagi teman sekelompoknya. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada Siklus III adalah refleksi dari upaya pelaksanaan tindakan pada Sikllus II berupa penggunaan media pembelajaran yan glebih menarik agar siswa lebih meningkatkan 64 perhatian untuk belajar membaca Al – Qur’an. Dengan perhatian yang meningkat maka motivasi juga akan meningkat, yaitu dengan membangkitkan hal yang luar biasa, misalnya: meminta siswa untuk membuat soal sendiri, juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan berbagai upaya tersebut anak semakin mampu dan menguasai materi yang diajarkan, maka peningkatan kemampuan membaca akan dapat tercapai. Siklus III dilaksanakan dengan perbaikan sesuai kelemahan pada siklus sebelumnya dan diperoleh nilai hasil evaluasi sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Rata-Rata Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ - Tuntas Ya Tdk √ √ √ √ √ √ √ - Nilai 90 80 70 80 80 70 90 80 Dari hasil evaluasi di atas dapat diprosentasekan, berikut data hasil prosentase ketuntasan nilai siklus III: Tabel 4.12 Prosentase Ketuntasan Siklus III No. Kemampuan siswa 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah F 7 0 7 % 100 0 100 65 Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa seluruh siswa dapat memenuhi rata-rata nilai minimal 70 dengan rata-rata nilai siswa pada hasil evaluasi siklus III sebesar 80 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 100%, artinya 7 siswa tersebut dapat menuntaskan kompetensi dasar yang telah ditargetkan, yaitu 65 % siswa mendapatkan nilai minimal 65, atau dengan kata lain rata-rata nilai siswa adalah minimal 65. c. Pengamatan Pada siklus III ini hasil evaluasi dalam kategori sangat baik. Hal ini sesuai dengan pengamatan pembelajaran siklus III pada pembelajaran Al-Qur’an dengan metode qiro’ati, maka pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dinyatakan berhasil. Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Proses Belajar Mengajar Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Jumlah 1 √ √ √ √ √ √ √ 7 Aktifitas 2 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 6 4 √ √ √ √ √ √ √ 7 Keterangan: 1. Perhatian 2. Motivasi 3. Membaca 4. Menghafal Adapun hasil penilaian skala motivasi siswa terhadap pembelajaran membaca Al Qur’an dengan metode Qiro’ati, yang diamati secara langsung pada siklus III, sebagai berikut: 66 Tabel 4.14 Hasil Observasi Siklus III No Jumlah Indikator 1 Mengajukan pertanyaan 2 Menjawab pertanyaan 3 Membaca surat al-maun 4 Menghafal surat al-maun Keterangan: SB : Sangat Baik (81%-100%) B : Baik (61%-80%) S : Sedang (41%-60%) K : Kurang (kurang dari 40%) Berdasarkan siswa 7 5 6 7 tabel Skala penilaian % 100 71,43 85,71 100 diatas SB √ √ √ skala B √ - S - motivasi K - siswa pada pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati siklus III adalah 100% dalam kategori “sangat baik”, maka pelaksanaan pembelajaran silklus III dinyatakan berhasil. d. Refleksi Dari evaluasi pada siklus III, upaya guru dalam meningkatkan evaluasi siswa pada mata pelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an telah berhasil sesuai dengan apa yang direncanakan dalam RPP. Untuk memperkuat hasil penelitian keberhasilan pengamatan per siklus, peneliti memberikan hasil post tes yang dilakukan setelah penelitian tindakan kelas pada pembelajaran PAI melalui metode qiro’ati dengan kompetensi dasar membaca surat Al Maun untuk kelas V siswa SD Negeri Butuh 2 kec. Tenggaran, Kab. Semarang diperoleh data-data sebagai berikut: 67 Tabel 4.15 Hasil Post Tes Pembelajaran Membaca Al-Qur’an No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Wahyudi Eko Prasetyo Mirza Fuadi Budi Pramono Novianto Handoko Pangestu Hendriati Pangestu Wawan Setiawan Rata-Rata Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ - Tuntas Ya Tdk √ √ √ √ √ √ √ - Nilai 80 70 70 80 80 80 80 77 Dari hasil evaluasi di atas dapat diprosentasekan, berikut data hasil prosentase ketuntasan nilai hasil post tes: Tabel 4.16 Prosentase Hasil Post Tes Pembelajaran Membaca Al-Qur’an No. Kemampuan siswa 1 Tuntas 2 Belum Tuntas Jumlah F 7 0 7 % 100 0 100 Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa 7 orang siswa mendapat nilai rata-rata 77 yang apabila dihitung dengan prosentase sebesar 100%, artinya 7 orang siswa tersebut sudah menuntaskan kompetensi dasar yang ditargetkan. Adapun perinciannya, sebagai berikut: 2 orang siswa mendapat nilai 70 dengan prosentase 28,57% dan 5 orang siswa mendapat nilai 80 dengan prosentase 71,43%. Berdasarkan prosentase tersebut, maka pelaksanaan post tes sebagai tahap akhir penelitian tindakan kelas terjadi peningkatan kemampuan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. 68 B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga siklus diperoleh data bahwa kemampuan siswa meningkat dalam pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati. Hal ini dapat dilihat dari hasil-hasil evaluasi dan pengamatan motivasi siswa pada setiap siklus. Tabel 4.17 Hasil Frekuensi Siswa Dalam Perolehan Nilai No Kategori Rentang Nilai Pre-Tes Siklus I Siklus II Siklus III Post Tes F % F % F % F % F % 1 Tuntas 70-100 3 42,86 1 14,29 4 57,14 7 100 7 100 2 Belum Tuntas 0-69 4 57,14 6 85,71 3 42,86 0 0 0 0 Dari tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan bahwa pada tahap pre-tes siswa yang dapat menuntaskan kompetensi sebanyak 3 siswa (42,86%). Pada siklus I mengalami penurunan yaitu menjadi satu orang siswa (14,29%), siklus II meningkat menjadi 4 orang siswa (57,14%), siklus III menjadi 7 orang siswa (100%) dan pada tahap post tes 7 orang siswa (100%) menuntaskan kompetensi. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan siswa dalam menyerap kompetensi yang diajarkan mengalami peningkatan yang signifikan. Dari hasil skala motivasi siswa terhadap pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati dari siklus I ke siklus 69 berikutnya mengalami peningkatan. Sehingga pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati dapat meningkatkan kemampuan siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, beberapa siswa masih ada yang tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain masih suka berbicara dengan teman, menganggap pelajaran PAI itu sulit terutama dalam membaca Al-Qur’an, melamun, kurang siap menerima pelajaran dan tidak konsentrasi pada pelajaran. Oleh karena itu guru perlu memberikan motivasi berupa pujian, penghargaan dan tambahan nilai bagi siswa yang aktif (nilai pengamatan) serta memberikan peringatan atau teguran bagi siswa yang belum siap. Beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan lembar soal evaluasi belum dapat mengerjakan secara lengkap. Namun demikian, ada beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan dan mengerjakan secara lengkap. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus mengulangi kembali penjelasan materi agar lebih jelas dan kembali mempraktekkan membaca QS. Al Maun ayat 1-7 secara tartil (murrotal) berulang-ulang . 2. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar aktif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa guru memberikan motivasi terhadap setiap 70 aktifitas siswa dengan cara memeberikan nilai lebih kepada siswa yang aktif. Selain itu, guru harus dapat memantapkan proses pembelajaran dengan memeberikan evaluasi kepada sisa baik tertulis maupun lisan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan 3 siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapt disimpulkan, sebagai berikut : 1. Penerapan metode qiro’ati dapat meningkatkan perhatian, siswa dalam belajar membaca Al Qur’an ditunjukkan pada hasil dari siklus ke siklus yang terus mengalami peningkatan yaitu siklus I (14,29%), siklus II (57,14%), siklus III (100%). 2. Pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan metode qiro’ati dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa dalam setiap siklus yaitu siklus I (14,29%), siklus II (57,14%), siklus III (100%). 3. Pembelajaran PAI materi membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode qira’ati dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas V, dengan ditandai adanya peningkatan rata-rata hasil belajar setiap siklus yaitu siklus I (14,29%), siklus II (57,14%), siklus III (100%). B. Saran-saran Berdasarkan penelitian yang diperoleh maka penulis memberikan saran, sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah 71 72 Sebagai puncak pemimpin hendaknya selalu meninjau, memantau dan mengatur proses belajar terutama penggunaan metode pembelajaran, mengingat pentingnya penggunaan sebuah metode dalam pembelajaran. Karena memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada para siswanya. Bagi seorang pembina sebaiknya membuat program pembinaan yang terencana sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dengan cara menggali kebutuhan guru dan permasalahan yang dialami di lapangan. Hal tersebut dapat dilakukan, antara lain: melalui kuesioner, wawancara dengan guru dan lain sebagainya. Program pembinaan yang baik hendaknya: a. Dikembangkan berdasarkan kebutuhan sesungguhnya dari para guru. b. Tujuan sesuai dengan peningkatan mutu pendidikan. c. Sasaran jelas. d. Realitas dan dapat dilaksanakan. e. Luwes dalam arti dapat disesuaikan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan kebutuhan. 2. Bagi guru Sebaiknya guru lebih meningkatkan profesionalisme dalam pemilihan dan penggunaan metode yang cocok untuk menyampaikan semua pelajaran, menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan mengajar dengan menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, 73 tujuan dan pokok bahasan yang diajarkan. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif. Sebagai guru hendaknya menguasaim bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan. Guru hendaknya membantu perkembangan anak didiknya untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai kesempatan. Pendidik yang baik hendaknya memiliki komitmen yang mendalam terhadap tugasnya. Kecintaan terhadap tugas diwujudkan dalam bentuuk curahan tenaga, waktu dan pikiran. Guru yang demikian akan mencintai siswa dan tugasnya, sebagai guru hendaknya memberi teladan disiplin yang baik. Penerapan disiplin guru yang baik dan kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak dan kepribadian yang kuat. Karena di sekolah dasar anak didik sudah mulai belajar disiplin seperti dalam hal belajar membaca, belajar mencintai buku dan berbagai ilmu pengetahuan. 3. Bagi orang tua Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan orang tua. Orang tua adalah guru pertama dalam sebuah pendidikan. Rasulullah saw bersabda bahwa ”setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan berubah menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Dengan demikian 74 kegiatan pembelajaran hendaknya diarahkan pada pengasahan rasa dalam beragama sesuai dengan tingkatan usia siswa (peserta didik). 4. Bagi Siswa Karena ada keterkaitan antara metode qiro’ati dalam kemampuan membaca Al-Qur’an dengan sub pokok bacaan QS. Al-Maun ayat 1-7, maka untuk memperlancar dalam membaca Al-Qur’an hendaknya secara teratur siswa dibiasakan membaca, melafalkan dan menghafal Al-Qur’an (surat-surat pendek) dengan benar yaitu secara tartil. Kalau di sekolah guru yang menjadi pembimbing, sedangkan dirumah tentunya orang tua yang menjadi pembimbing atau dengan jalan disekolahkan di TPA/TPQ. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 1986. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Roneka Cipta dan Depdikbud. Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula. Jakarta:Artha Rivera. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas.2008. Bandung:Irama Widya. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi.2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri dan Arwan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Federspile, Howard M. 1996. Kajian Al-Quq;an Di Indonesia. Bandung:Mizan. Hassanudin. 1995. Perbedaan Qiro’at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam A-Qur’an. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Imam, Zarkasy.1990. Tajwid. Ponorogo:Trimurti. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan pembelajaran. Bandung:Remaja Rosdakarya. Murjito, Imam. T.th. Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qiro’ati.Semarang. Purwanto, M. Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:Rosdakarya. Safari. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Sudarmanto, YB. 1993. Tuntunan Bandung:Remaja Rosdakarya. Metodologi Pendidikan Bahasa, Sukmadinanta, AR dan Wimia S. Damaiamti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:Remaja Rosdakarya. Syariffudin, Ahmad. 2002. Mendidik Anak. Jakarta:Gema Insani. Yusuf, LN, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. Kurikulum GBPP.1994. Pedoman Penilaian dan Daftar Kontrol Pelaksanaan Penelitian Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penilaina dan Pengembangan Pendidikan Nasional. 2007. Model KTSP. Jakarta. Skripsi: Kuniah, SB. Pengaruh Pembiasaan Beribadah Di Sekolah terhadap Akhlak Mulia Pada Siswa SDIT Nurul Islam Butuh – Tengaran Tahun 2006, Skripsi ( Tidak diterbitkan ). PAI STAIN, Salatiga, 2006. Soratno, Studi Komparasi tentang Sikap Akhlakul Karimah Antara Siswa MTs Al Manar Bener dengan SLTP N 2 Tengaran Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2002 / 2003, Skripsi ( Tidak Diterbitkan ). PAI STAIN, Salatiga, 2003.