BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 2.1.1 Landasan Teori dan Konsep Signaling Theory Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik dan penanam modal perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan tentang aktivitas CSR perusahaan ataupun laporan mengenai penerapan GCG (Good Corporate Governance) pada perusahaan. Tujuan dari laporan tambahan ini adalah untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal) kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang kepedulian perusahaan terhadap wilayah sekitarnya, atau tanda bahwa perusahaan tidak hanya menyediakan informasi berdasarkan ketentuan peraturan tetapi menyediakan informasi yang lebih bagi para stakeholders. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan. Menurut Wolk, et al. (2001) Signaling Theory menjelaskan menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetry Information) antara perusahaan dan pihak luar. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang independen memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Menurut Susilowati dan Turyanto (2011) Signaling Theory menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai sinyal, yang berarti bahwa apakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak atau belum. Teori sinyal juga memprediksikan bahwa pengumuman efek pada harga saham dan kenaikan deviden adalah positif. Menurut (Watts, 2003a) Signaling Theory menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak dilebih-lebihkan. Menurut Budiarto dan Badridwan (1999) Signaling Theory menyatakan asumsi utama dalam teori sinyal adalah manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkan, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibandingkan pihak luar perusahaan (investor) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. 2.1.2 Stakeholder Theory Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajemen, telah mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif. Terjadinya pergeseran orientasi di dalam dunia bisnis dari shareholders kepada stakeholders telah disebut sebagai penyebab munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada para pemilik saham (shareholder) namun kini telah meluas yaitu sampai pada wilayah masyarakat sosial yaitu (stakeholder) dengan melihat faktor-faktor sosial (sosial dimentions), sehingga dari sinilah muncul istilah tanggung jawab sosial, (sosial responsibility). Batas stakeholder tersebut diatas mengisyartkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder (Hadi,2011:94) Fenomena seperti ini terjadi karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat negatif externalitis yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi. Menurut merupakan Chariri perusahaan (2011), mengatakan bukanlah entitas bahwa yang hanya Stakeholder theory beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Menurut Freeman (1984: 46) mendefinisikan stakeholder sebagai ”setiap kelompok atau individu yang dapat mempegaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.’’ Pada awalnya yang dimaksudkan dengan stakeholder adalah para pemegang saham (stakeholders), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (lenders) dan masyarakat luas (society). Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. 2.1.3 Definisi Corporate Social Responsibility Dalam Draft ISO 26000, Corporate Social Responsibility didefinisikan sebagai tanggung jawab dari organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk prilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan peemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma prilaku internasional; serta terintegritas dengan organisasi secara menyeluruh. Menurut Wahyudi dan Azheri (2008 :36) Corporate Social Responsibility adalah sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya yang didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan para stakeholder dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku. Menurut Mulyadi dan Anwar (2012) Corporate Social Responsibility didefinisikan sebagai kontribusi bisnis untuk pembangunan berkelanjutan dan perilaku perusahaan tidak hanya harus memastikan kembali ke pemegang saham, upah kepada karyawan dan produk dan layanan kepada konsumen, tetapi mereka harus menanggapi keprihatinan sosial dan lingkungan dan nilai. Penerapan CSR sekarang tidak diperlakukan sebagai biaya, itu adalah investasi. CSR mengacu pada hubungan antara perusahaan dan semua pemangku kepentingan, termasuk pelanggan, karyawan, investor, pemasok, pemerintah, dan bahkan pesaing mereka. Konsep ini juga dikenal sebagai 3P (profit, people, planet). 2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Corporate Social Reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray, et al., 1987 dalam Rosmasita 2007). Pengungkapan (disclosure) terhadap aspek social, ethical, environmental dan sustainability merupakan suatu cara bagi perusahaan untuk menyampaikan bentuk akuntabilitasnya kepada para stakeholder. Praktik pengungkapan tanggung jawab sosial atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.1 Paragraf 9 yang menyatakan bahwa selain laporan keuangan, perusahaan dapat menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial juga terdapat dalam keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep 38/PM/1996 peraturan No.VIII.G.2 tentang laporan tahunan yang berisi mengenai kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan penjelasan umum (seperti kegiatan bakti sosial dan amal) mengenai perusahaan, selama hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi yang disajikan dalam bagian lainnya (Murwaningsari,2007). Jenis-jenis Program CSR,menurut Kotler dan Lee (2005) menyebutkan enam kategori aktivitas CSR yaitu: 1) Promosi kegiatan sosial (Cause Promotions) Pada aktivitas CSR ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. 2) Pemasaran terkait kegiatan sosial (Cause Relate Marketing) Ketika sebuah perusahaan menyatakan bahwa sebagian dari keuntungan atau penjualan produknya akan disumbangkan untuk kegiatan social tertentu, maka perusahaan tersebut sedang melakukan apa yang disebut sebagai cause related marketing (CRM). Pada aktivitas CSR ini perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas derma tertentu. Untuk konteks Indonesia, pelaksanaan cause related marketing terutama ditujukan untuk kegiatan beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan usaha kecil dan menengah. Dalam cause related marketing, perusahaan akan mengajak masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang atau jasa, dimana sebagian dari keuntungan yang didapat perusahaan akan didonasikan untuk membantu mengatasi atau mencegah masalah tertentu. 3) Pemasaran kemasyarakatan corporate (Corporate Societal Marketing) Pada aktivitas CSR ini perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4) Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy) Corporate philanthropy mungkin merupakan bentuk Corporate Social Responsibility yang paling tua. Pada aktivitas CSR ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cumacuma. Kegiatan filantropi biasanya berkaitan dengan berbagai kegiatan sosial yang menjadi prioritas perhatian perusahaan. 5) Pekerja Sosial Volunteering) Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community Pada aktivitas CSR ini perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. 6) Praktik Bisnis Yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business Practice) Pada aktivitas CSR ini perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor, organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat secara umum. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup di dalamnya aspek-aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional. 2.1.5 Manfaat Corporate Social Responsibility Keberadaan suatu perusahaan harusnya memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Menurut Cheng dan Yulius (2011), aktivitas CSR dapat memberikan banyak manfaat, seperti: dapat meningkatkan citra dan daya tarik perusahaan di mata investor serta analis keuangan penjualan, dapat menunjukan brand positioning, dan dapat meningkatkan penjualan dan market share. Seperti yang kita ketahui bersama prinsip dasar CSR yaitu memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari masyarakat sekitar perusahaan atau kepada masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup mereka, bagi yang notabene dikategorikan miskin. Muljati (2011) manfaat CSR bagi perusahaan antara lain: 1) Meningkatkan citra perusahaan, dengan melakukan CSR konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat. 2) Memperkuat “Brand” Perusahaan, melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan product perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan. 3) Membantu kerja sama dengan pemangku kepentingan, dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut. 4) Membedakan perusahaan dengan pesaingnya, jika CSR dilakukan oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama. 5) Menghasilkan inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan, memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global. 6) Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan, para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian dana perusahaan yang melakukan CSR. 7) Meningkatkan harga saham, pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan program CSR yang sesuai dengan bisnis utamannya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin maka masyarakat bisnis, investor, kreditur, pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat. 2.1.6 Pengertian Kinerja Perusahaan Menurut Mulyadi (2001) kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode. Roziqin (2010:41) mendefinisikan “Kinerja merupakan keseluruhan proses pekerjaan dari individu yang hasilnya dapat digunakan landasan untuk menentukan apakah pekerjaan individu tersebut baik atau sebaliknya”. Perusahaan yang mampu berkinerja baik serta memiliki kemampuan tumbuh atau berinvestasi akan lebih profitable, yang nanti pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan itu sendiri. Purwani (2010) Kinerja perusahaan merupakan hasil dari banyaknya keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan yang dibuat dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penelitian ini menggunakan dua ukuran kinerja yaitu: a. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan return on assets Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Profitabilitas dapat diukur melalui rasio profitabilitas yang akan menunjukan seberapa efektif perusahaan tersebut beroperasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. b. Kinerja pasar perusahaan yang diukur dengan cumulatuive abnormal return Dalam rangka melakukan suatu investasi, para investor bertujuan memaksimalkan return tanpa melupakan resiko investasi yang akan dihadapinya. Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi dan merupakan bentuk imbalan kepada investor yang telah berani berinvestasi dan menanggung resiko dari investasi yang dilakukan. Pada investasi pasar modal para investor akan memperoleh yield dan capital gain (loss). Yield berupa deviden yang diperoleh sedangkan capital gain berupa kenaikan ataupun sebaliknya penurunan harga saham. 2.1.7 Pengaruh Corporate Social Responsibiliy pada kinerja keuangan perusahaan Monika dan Hartanti (2008) menjelaskan bahwa secara konseptual ada tiga kemungkinan pengungkapan informasi sosial dengan kinerja keuangan perusahaan: positif, netral, dan negatif. Pihak yang berpandangan negative menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial yang tinggi membuat adanya biaya tambahan yang menempatkan perusahaan dalam keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan dibandingkan perusahaan lain yang kurang bertanggung jawab secara sosial. Disisi lain pengungkapan informasi sosial berpengaruh positif terhadap perusahaan, ini dibuktikan adanya pihak-pihak yang berpendapat seperti itu. Menurut mereka, dengan pengungkapan informasi sosial dengan dilandasi kinerja sosial yang baik akan meningkatkan goodwill karyawan dan konsumen. Monika dan Hartanti (2008) berpendapat bahwa perusahan yang menerapkan tanggung jawab sosial akan sedikit menghadapi masalah dengan tenaga kerja dan, konsumen akan setia terhadap perusahaan yang peduli akan masalah sosial dan lingkungan. 2.1.8 Pengaruh Corporate Social Responsibility pada kinerja pasar perusahan Bodie dkk (2002) dalam Junaedi (2005) mengatakan dalam melakukan investasi dipasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi maupun dalam bentuk investasi lainnya investor pada umumnya akan melakukan analisis fundamental menggunakan informasi yang berasal dari pergerakan earnings, prospek deviden, tingkat suku bunga yang diharapkan serta evaluasi resiko perusahaan tersebut dalam menentukan harga saham. Dan biasanya dengan dibantu dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut para investor menjadikannya bahan rujukan untuk melakukan investasi atau tidak. Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian Almilia dan Wijayanto (2007) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan direspon positif oleh para investor yang ditunjukkan dengan fluktuasi harga saham yang semakin meningkat dari periode ke periode dan juga sebaliknya perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan memunculkan keraguan pada para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan ditunjukkan dengan penurunan harga saham setiap tahunnya. Jadi pengungkapan aktivitas sosial memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. 2.2 Hipotesis Penelitian Tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Menurut Kemper, et al (2012) peran CSR memberikan pengaruh pada kinerja perusahaan saat ini masih kurang dipahami. Dalam meningkatkan kinerja perusahan saat ini perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Karena kinerja perusahaan yang diikuti dengan tiga aspek tersebut dapat menjamin perusahaan akan berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Kinerja perusahaan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yang salah satunya adalah tingkat profitabilitas sebagai ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan. Dulu tingkat profitabilitas dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahan serta menjadikan informasi kepada investor untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu banyak laporan keuangan yang palsu dan kini profitabilitas tidak menjadi informasi tunggal dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Saat ini investor melirik perusahaan yang melakukan aktivitas tanggung jawab sosial serta laporan keuangan yang baik. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan erat dengan profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan yang melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkan aktivitas CSR nya. Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkan aktivitas CSR nya dengan baik dapat meningkatkan reputasi serta mengurangi biaya, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penelitian Yaparto, dkk (2013) menemukan tidak berpengaruh signifikan CSR pada ROA, hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Cahyono (2011) tidak adanya pengaruh positif antara CSR pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan ROE, ini disebabkan oleh kondisi ekonomi Indonesia dan dunia yang sedang tidak stabil selama. Hal ini menyebabkan timbulnya fluktuasi nilai tukar mata uang asing, ketidakstabilan harga minyak, penurunan permintaan, penurunan pasar efek-efek, kenaikan suku bunga, likuiditas yang semakin ketat dan kenaikan risiko kredit yang pada akhirnya dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Menurut Richard dan Okoye (2013) dalam penelitiannya, menemukan adanya pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Dalam penelitian Choi, et al (2010), menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara CSR pada kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan ROA. Penelitian Rosiana, dkk (2013), menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara CSR pada kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Dalam penelitian Octavia dan Hermi (2014) menemukan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dimana dalam penelitiannya kinerja perusahaan diproksikan ke dalam variabel ROA. Penelitian heal dan garret (2004) menunjukan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan kepada manajemen resiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H1 : pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan Laporan tahunan memberikan gambaran sejauh mana informasi kinerja keuangan dan non keuangan berpengaruh terhadap indikator- indikator kinerja perusahaan seperti ROA, profitabilitas, harga saham, dan return. Kinerja pasar perusahaan merupakan gambaran perusahaan di mata para investor dan calon investor. Dengan melihat kinerja pasar perusahaan dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang diminati oleh investor atau tidak. Perusahaan-perusahaan yang menjalankan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial memiliki pengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan. Semakin tinggi tingkat pelaksanaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial oleh suatu perusahaan, semakin tinggi pula perhatian investor dan calon investor terhadap perusahaan tersebut. Perhatian investor dan calon investor yang tinggi terhadap perusahaan nantinya akan berdampak pada peningkatan kinerja pasar perusahaan. Junaedi (2005) mengatakan bahwa tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan return. Menurut Wang (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara tanggung jawab sosial perusahaan pada kinerja pasar perusahaan. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Almilia dan Wijayanto (2007) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Kinerja perusahaan inilah yang menjadi dasar para investor dalam melakukan investasi. Laporan keuangan perusahan dijadikan salah satu sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan investasi oleh para investor yang tercermin dari volume perdagangan serta return saham yang diperdagangkan (Junaedi 2005). Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) yang berjudul pengaruh Corporate Social Responsibility pada kinerja perusahaan, dalam penelitian Dahlia dan Siregar (2008) kinerja pasar yaitu CAR (Cumulative Abnormal Return) diukur menggunakan adjusted model. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap cumulative abnormal return (CAR) Dengan demikian hipotesis sebagai berikut : H2 : pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif pada kinerja pasar perusahaan.