BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
TEORI-TEORI DASAR/ UMUM
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Kata
atau
istilah
komunikasi
(dari
bahasa
Inggris
“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah
dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau
‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi
dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai
komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –
in relationships, group, organizations and societies—respond to and
create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu
dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang
merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan
satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat
dilancarkan secara efektif bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana
proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan
dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak
penerima yang menimbulkan efek tertentu.
2.1.2 Proses Komunikasi
Berangkat
dari
paradigma
Lasswell,
membedakan
proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
A.
Proses komunikasi secara primer
Proses
komunikasi
secara
primer
adalah
proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat,
gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu
menerjemahkan
pikiran
dan
atau
perasaan
komunikator kepada komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung
apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh
komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat
pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya
sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode)
pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan.
Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau
perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator
dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi
tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang
disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of
experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi.
Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama
dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran
untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang
diungkapkan oleh Sendjaja yakni : Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan
lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal
tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa.
Seandainya si A membicarakan hal tersebut dengan si C, seorang
pemuda desa tamatan SD, tentunya proses komunikaasi tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A.
Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut
tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin
juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara
pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita
ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita
harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan caracara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman,
orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain
komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan
budaya dari komunikan.
B.
Proses komunikasi sekunder
Proses
komunikasi
secara
sekunder
adalah
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb
adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi,
radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
Gambar 2.1 proses komunikasi
Proses
komunikasi
adalah
bagaimana
komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat
menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya.
Proses
komunikasi
ini
bertujuan
untuk
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui
perkembangan.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar
manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi.
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertiankomunikasi.html ( diakses pada tanggal 3 juli 2011 pukul 13.20 )
2.1.3
Konsep Komunikasi Massa
A.
Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang melalui media
massa
(
media
cetak
dan
elektronik
perkembangannya
saja,
komunikasi
).
Sebab,
awal
massa
berasal
dari
perkembangan kata media of mass communication ( media
komunikasi massa ). Media massa apa? Media massa yang
dihasilkan oleh teknologi modern. Media massa bentuknya antara
lain media elektronik ( televisi, radio ), media cetak ( surat kabar,
majalah, tabloid ). Dalam perkembangan komunikasi massa yang
sudah sangat modern dewasa ini, ada satu perkembangan tentang
media massa, yakni ditemukannya internet. ( Nurudin,M.Si :4 )
B.
Fungsi Komunikasi Massa
1.
Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang
dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan
agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.
Sosialisasi
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehinga ia dapat
aktif di dalam masyarakat.
3.
Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan
keinginannya, serta kegiatan individu dan kelompok yang akan
dikejar.
4.
Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan
persetujuan
atau
pendapat mengenai masalah publik.
menyelesaikan
perbedaan
5.
Pendidikan
Pengalihan ilmu Pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, pendidikan ketrampilan, dan
kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6.
Memajukan kebudayaan
Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan massa lalu, perkembangan kebudayaan,
membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan
estetikanya.
7.
Hiburan
Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra dari drama, tari,
kesenian, musik, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan
kelompok dan individu.
8.
Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu
kesempatan memperoleh fungsi berbagai pesan yang diperlukan
mereka agar mereka dapat saling mengenal dan mengerti serta
menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
(Onong;2002:122)
2.1.4 Pengertian Televisi, Stasiun, dan Siaran
Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir
semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan pada masyarakat Amerika, ditemukan bahwa setiap orang
dibenua itu menghabiskan waktunya antara 6-7 jam perminggu untuk
menonton tv. ( Cangara, 2010 : 142 )
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan
berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak
umum.
Dalam Baksin
(2006)
mendefinisikan
bahwa:
“Televisi
merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan
isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak
memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola
pikir, dan tindak individu”.
Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004) lebih luas
lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.
Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal
listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi
adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam
bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.
Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental,
pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual
merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilainilai yang konsumtif dan permisif.
Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau tempat
berkerja yang melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai
kemampuan atau keahlian dalam bidang penyiaran yang berupaya
menghasilkan siaran atau karya yang baik.
Stasiun Televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang
melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Juru kamera,
editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional lainnya harus
saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan
siaran yang sebaik mungkin.
Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi
sangat berpengaruh terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu
tempat atau kantor yang mengupayakan untuk menghasilkan siaran yang
sebaik mungkin, dengan demikian melibatkan banyak orang dalam
pengelolaan berita atau informasi yang akan di publikasikan.
Umumnya siaran bertujuan untuk memberi informasi yang dapat
dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat, menurut Morissan
(2004) bahwa: “Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang
membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan
sistem lensa dan suara”.
Sedangkan Sumadiria (2005) menyatakan bahwa:
Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal,
visual, teknologial, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan
kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual lebih banyak
menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat.
Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara,
kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat
televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti bersinggungan
dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian
gambar yang dihasilkan secara simultan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran
televisi adalah suatu pemancar yang diproyeksikan melalui pendekatan
sistem lensa, suara, dan menghasilkan gambar yang bergerak dan
berisikan suatu informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh
setiap kalangan masyarakat.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19201/4/Chapter%20
II.pdf ( diakses pada tanggal 3 Juli 2011 pada pukul 15.05 )
2.1.4.1 Fungsi Televisi
Fungsi Televisi adalah memberikan informasi, mendidik,
menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih
dominan pada media televisi pada umumnya. Tujuan utama
khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan,
selanjutnya untuk memperoleh informasi.
Tiga pokok Fungsi Televisi, yaitu:
1.
Fungsi Penerangan (The Information Function )
Televisi
merupakan
media
yang
mampu
menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini
disebabkan dua factor yang terdapat di dalamnya yaitu:
immediacy dan realism. Immediacy mencakup pengertian
langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh station
televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat
peristiwa itu berlangsung, seolah–seolah mereka berada di
tempat
peristiwa
mengandung
itu
makna
terjadi.
Sedangkan
kenyataan,
dimana
Realism
televisi
menyiarkan informasi secara audio visual sesuai fakta.
2.
Fungsi Pendidikan (The Educational Function )
Sebagai media massa, televisi merupakan sarana
yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada
khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara stimultan.
Sesuai dengan makna pendidikan, yakni pengetahuan dan
penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara
tertentu secara implicit mengandung pendidikan seperti
film, kuis, dan sebagainya yang disebut Educational
Television (ETV), yaitu acara pendidikan disisipkan dalam
siaran yang bersifat umum. Karena keampuhannya itulah,
maka
fungsi
pendidikan
yang
dikandung
televisi
ditingkatkan lagi, sehingga dinamakan saran pendidikan
jarak jauh yang disebut instruction Television.
3.
Fungsi Hiburan (The Entertainment Function )
Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran
sangat dominan. sebagian besar dari alokasi waktu masa
siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat
dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan
gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat
dinikmati sekalipun khalayak yang tidak mengerti bahasa
asing, bahkan tuna wicara. (Onong, 2002)
2.1.4.2 Format Acara Televisi
Adapun format acara televisi di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Gambar 2.2
Format Acara Televisi
Timeless & Imajinatif
Drama
Dokurama
(Fiksi)
Opera
Timeless & Factual
Non Drama
Factual& Actual
Infotainment
(Non Fiksi)
Berita
Sportainment
News
Musical
Other
Musik
Tragedy
Magazine Show
Aksi
Talk Show
Komedi
Variety Show
Cinta
Repackaging
Legenda
Game Show
Horor
Kuis
1.
Features
Sport
News
(Naratama, 2004: 64-66 )
Drama (Fiksi) adalah sebuah format acara televisi yang di produksi
dan di cipta melalui proses imaginasi kreatif dari kisah-kisah drama
atau fiksi yang di rekayasa ulang.
2.
Non Drama (Non Fiksi) adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif
dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi
ulang dan tapa harus menjadi dunia khayalan.
3.
Berita adalah sebuah format acara televisi yang di produksi
berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang
berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
4.
Infotainment merupakan gabungan atau hasil perpaduan antara
format acara non drama dengan berita. Dimana infotainment adalah
sebuah format acara televisi yang diproduksi dengan memperhatikan
nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan
kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.
2.2
TEORI KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN TOPIK YANG
DIBAHAS
2.2.1
Teori Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi –
energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.
Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah
yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan
semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya
semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok
identitas. Persepsi meliputi :
·
Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa,
indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ).
Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra
itu
mempunyai
andil
bagi
berlangsungnya
komunikasi
manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk
diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke
otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan,
terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau
parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam
dipantai.
·
Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil
informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi
didapatkan
dari
penginderaan,
ingatan
dan,
proses
kognitif
lainnya.Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya
mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan
reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses
sadar maupun tidak sadar.
·
Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan
antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbolsimbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi
simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).
http://kuliahkomunikasi.com/2008/11/persepsi/ ( diakses pada tanggal 3
Juli 2011 pada pukul 17.09 )
2.2.1.1 Proses terbentuknya persepsi
Manusia
secara
umum
menerima
informasi
dari
lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam
memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang
diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini
memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus
yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman
dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses
perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill. G, 2000).
Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses
menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang
kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional,
sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap
orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di
sekelilingnya.
Prinsip
penting
mengenai persepsi sosial adalah :
yang
menjadi
pembenaran
•
Persepsi
berdasarkan
pengalaman Pola-pola
perilaku
manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas
(social) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan
pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas
akan
membuat
seseorang
menafsirkan
obyek
tersebut
berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.
•
Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan
selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita
lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada
kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita
mendengar apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu
rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan
selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah
proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
•
Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh
mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap,
persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan.
Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita
tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng
lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat
dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek
dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang
manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses
pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan
rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional
tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna
lebih umum.
•
Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat
obyektif, karena masing-masing melakukan interpretasi
berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya.
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan
persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk
memaknai persepsi.
•
Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu
pengaruh paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika
kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kogniif, pengharapan dan oleh
karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam
konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami
komunikasi dan hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian
berdasarkan
kelengkapan.
prinsip
kemiripan
atau
kedekatan
dan
2.2.1.2 Jenis-Jenis Persepsi
Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terjadi
menjadi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap lingkungan manusia (persepsi sosial). Kedua
jenis persepsi tersebut mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut
mencakup:
Tabel 2.1
Perbedaan antara persepsi terhadap
objek dan persepsi terhadap lingkungan manusia
Persepsi terhadap objek
Persepsi terhadap lingkungan manusia
a. Melalui lambang-lambang fisik
a. Melalui lambang-lambang verbal & non
verbal
b. Lebih pasif
b. Lebih aktif & sulit diramalkan
c.Menanggapi sifat-sifat luar
c. Menanggapi sifat-sifat luar dan dalam
(perasaan,motif,dan lain-lain)
d. Tidak mempersepsi ketika kita
d. Mempersepsi pada saat kita
mempersepsikan objek
mempersepsi mereka
(deddy mulyana, 2005)
a.)
Persepsi terhadap objek (Lingkungan Fisik )
Persepsi
lingkungan
fisik
merupakan
proses
penafsiran terhadap objek-objek tidak bernyawa yang ada
di sekitar lingkungan kita. Terkadang dalam mempersepsi
lingkungan fisik, kita melakukan kekeliruan, karena indera
kita terkadang menipu kita itulah yang disebut ilusi.
Persepsi terhadap objek ini juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor: latar belakang pengalaman, latar belakang
budaya, latar belakang psikologis, latar belakang nilai,
keyakinan dan harapan, dan yang terakhir adalah kondisi
faktual alat indera.
Dalam Sinetron ini persepsi lingkungan fisik
terhadap objek bisa dilihat dari kemasan acara di dalam
studio, waktu penayangannya, serta bagaimana unsurunsur penyajian acara pada Sinetron tersebut mulai dari isi
cerita, bahasa yang dipakai, dan lain sebagainya.
b.)
Persepsi terhadap manusia (Lingkungan sosial )
Persepsi sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita. Oleh karena itu manusia bersifat
emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan
mengandung
resiko.
Persepsi
saya
terhadap
anda
mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan pada
gilirannya
persepsi
anda
terhadap
saya
juga
mempengaruhi persespi saya terhadap anda. Dan begitu
seterusnya. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda
mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang
mempunyai
persepsi
berbeda
terhadap
lingkungan
sosialnya. (Mulyana, 2005 : 171-176).
2.2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi
Wilson ( 2000 ) mengemukakan ada faktor dari luar dan
dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai
berikut :
A.
Faktor eksternal atau dari luar :
1. Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak
yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang
obyektif.
2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik
untuk di persepsikan dibanding dengan hal-hal yang baru.
3. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat
untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif di
bandingkan dengan gerakan yang lambat.
4. Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti
bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.
B.
Faktor internal atau dari dalam :
1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk
berespon untuk istirahat.
2. Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari
pada yang tidak menarik
3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat
perhatian
4. Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai
dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005) faktor-faktor personal yang
mempengaruhi persepsi interpersonal adalah:
• Pengalaman Seseorang
pengalaman
tentang
mempengaruhi
yang
telah
hak-hak
kecermatan
mempunyai
tertentu
seseorang
akan
dalam
memperbaiki persepsi.
• Motivasi Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi
interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai
“dunia yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini
telah diatur secara adil.
• Kepribadian Dalam
proyeksi
yaitu
psikoanalisis
usaha
untuk
dikenal
sebagai
mengeksternalisasi
pengalaman subyektif secara tidak sadar, orang
mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.
Krech
dan
Crutchfield
(1977)
menyebutkan
persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor
struktural.
Faktor-faktor
fungsional
berasal
dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental,
suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering
disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi
bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang
yang memberikan respon pada stimuli tersebut.
Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat
stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya
pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system
syaraf individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan
melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima
tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi
yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita
persepsikan.
2.2.2 Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi
yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan
dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan
efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus
Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa
komunikasi
merupakan
proses
aksi-reaksi.
Artinya
model
ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbolsimbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan
cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau
negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini
merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan
muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian
mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle
atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda
dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat
memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan
sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang
(S) dan menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
•
Pesan (stimulus, S)
•
Komunikan (organism, O)
•
Efek (Response, R)
1. Stimulus
Diartikan sebagai rangsangan atau sumber informasi. Stimulus
yang dimaksudkan disini adalah sinetron “Putri Yang Ditukar” yang
berfungsi sebagai media yang memberikan informasi kepada khalayak
(masyarakat Jakarta). Eksistensi televisi dalam menyampaikan pesan
kepada khalayak diharapkan dapat membantu sebagai hiburan tersebut
dapat menstimulus atau merangsang khalayak agar bersedia menonton
sinetron “Putri Yang Ditukar”
2. Organisme
Diartikan sebagai komunikan yang menerima informasi pesan.
Sinetron “Putri Yang Ditukar” yang menarik di televisi merupakan
stimulus atau rangsangan yang akan diterima serta dianggap oleh
khalayak dan diproses melalui tiga tahapan, yaitu :
a.
Perhatian (attention)
Menurut Chaplin, perhatian merupakan penyesuaian organ-organ
pengindraan dan system syaraf sentra bagi stimulasi maksimal. Perhatian
juga merupakan suatu proses mereaksi secara istimewa terhadap suatu
rangsangan atau sederet perangsang. (Chaplin,2004 ).
b.
Pengertian (understanding)
Pengertian berarti proses memahami atau kemampuan indidvidu
memahami makna atau arti. Seperti simpati; yaitu perasaan suka terhadap
titik pandang orang lain.Sedangkan pengertian artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator.
(Rakhmat,2000 ; hal.13)
c.
Penerimaan (acceptance)
Penerimaan merupakan proses menerima segala sesuatu baik
Barang atau jasa. Tapi dalam praktik klinis, perhatian diartikan
pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual, tanpa
menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya, atau tanpa keterkaitan
emosional yang terdapat dipihak terapis yang bersangkutan dan biasanya
ditandai dengan sikap positif atau menolak.
Jika dilihat dari tiga tahapan diatas, maka proses penyampaian
pesan lewat sinetron “Putri Yang Ditukar” akan berlangsung dengan baik,
apabila mendapatkan perhatian dari pemirsa (masyarakat Jakarta) yang
menyaksikannya di televisi. Setiap pesan dari acara televisi yang
diterima, nantinya akan diseleksi untuk mengetahui pesan atau berita
mana yang ia butuhkan dan tidak ia butuhkan. Setelah mereka menyeleksi
acara tersebut, barulah pemirsa mengolah pesan dari sinetron “Putri Yang
Ditukar” sehingga akhirnya menerima acara yang ditayangkan itu.
3. Response
Response disini yaitu tanggapan individu atau khalayak terhadap
sesuatu hal. Dalam menanggapi suatu pesan yang diterima khalayak,
reaksi yang mereka tunjukkan adalah dengan perubahan sikap atau
prilaku. Perubahan ini tentunya berbeda-beda satu sama lainnya, ini
dikarenakan oleh kepribadian mereka yang berbeda-beda pula, dimana
kepribadian dari masing-masing individu tersebut sangat penting dalam
mempengaruhi keputusan mereka saat menentukan acara atau program
televisi mana yang akan mereka tonton.
Kesimpulannya, stimulus atau pesan yang disampaikan kepada
komunikan (pemirsa televisi) mungkin diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari penonton, apakah
komunikan dapat menerima dengan jelas atau tidak. Proses berikutnya
penonton mengerti atau tidak apa isi pesan yang sedang disampaikan.
Kemampuan pemirsa atau penonton untuk mengubah sikap apakah
pemirsa merasa terpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap acara-acara
televisi, dalam hal ini acara televisi yang dimaksud adalah sinetron “Putri
Yang Ditukar” sehingga terbentuknya sebuah persepsi dan terjadi
perubahan sikap dari persepsi yang mereka bentuk.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan
perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan
perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari :
•
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu
dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme
berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
•
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
•
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
•
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat
berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar
melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus
semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan
organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement
memegang peranan penting.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat
berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(a) perhatian,
(b) pengertian, dan
(c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung
jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,
kelompok atau masyarakat.
Iklan televisi merupakan sarana memperkenalkan produk kepada
konsumen. Keberadaanya sangat membantu pihak perusahaan dalam
mempengaruhi afeksi pemirsa. Ia menjadi kekuatan dalam menstimulus
pemirsa agar mau melakukan tindakan yang diinginkan.
Secara substansi iklan televisi memiliki kontribusi dalam
memformulasikan pesan-pesan kepada pemirsa. Akibatnya secara tidak
langsung pemirsa telah melakukan proses belajar dalam mencerna serta
mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa
disadari sebagai upaya mengubah sikap pemirsa.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan
Kelleydiatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R,
secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan
ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika
ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi
ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai
produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.
Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian
imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran
yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat
berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar
untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu
terjadi keseimbangan. Keseimbangan inilah yang merupakan system
dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan
arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku
tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan
eksternal.
Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi
stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan
tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka
komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar
penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam
barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan
cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai
suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini
dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat
dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung
terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang
efektif dan efisien.
Jika kita amati dari sisi keterpengaruhan, maka secara pragmatis
iklan televisi mudah mempengaruhi kelompok remaja dibandingkan
kelompok dewasa. Artinya, jika teori S-O-R kita hubungkan dengan
keberadaan remaja, maka kekuatan rangsangan iklan televisi begitu
kental dalam memantulkan respon yang sebanding. Sistem seleksi yang
semestinya melalui proses penyaringan yang ketat terkalahkan oleh sifat
mudah dipengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran implementasi toritikal
dari teori S-O-R menjadi teori S-R. Artinya, respon yang ditimbulkan
sebagai konsekuensi adanya stimulus iklan televisi yang diterima remaja
tanpa melalui filter organisme yang ketat.
Kontribusi Teori S-O-R begitu terlihat dalam iklan televisi.
Dilihat dari sudut pandang target sasaran, secara kondisional yang
gampang dipersuasi adalah remaja. Remaja. Remaja yang masih berada
pada masa transisi memiliki tingkat selekivitas yang lebih rendah di
bandingkan dengan dengan orang dewasa. Konsekuensinya, wajar jika
remaja menjadi kelompok sasaran utama iklan televisi. Akibatnya, tanpa
disadari remaja telah memposisikan diri sebagai kelompok hedonis
dengan rating tinggi. Keinginan yang selalu menggebu-gebu dalam
memenuhi kebutuhan hidup adalah indikasi yang pas sekaligus
menggambarkan betapa remaja begitu sukar untuk menunda desakan
kebutuhan emosinya.
Membeli dan mencoba seakan menjadi bagian hidup remaja yang
sejalan dengan mengkristalnya kognisi tentang aneka ragam kebutuhan
yang ditawarkan televisi melalui iklannya yang akomodatif dan fantastis.
( http://ilmukomunikasi.blogspot.com/ diakses pada tanggal 3 juli pukul
18.08 )
2.3
OPERASIONALISASI KONSEP
Konsep yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah sinetron Putri
Yang Ditukar, dimana setelah pengertiannya dibatasi secara khusus sebagai
tayangan hiburan yang dibuat drama yang menarik mungkin.Sehingga persepsi
tayangan sinetron ”Putri Yang Ditukar”, merupakan sebuah konstruk yang
nantinya akan diamati dan diukur. Kemudian karena tayangan sinetron
merupakan salah satu acara yang sangat diminati oleh ibu-ibu, Sehingga penulis
menjadikan persepsi Khalayak terhadap tayangan sinetron ”Putri Yang Ditukar”
sebagai sebuah konstruk yang akan dibuat penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan satu variabel atau variabel mandiri yaitu variabel persepsi
khalayak yang meliputi persepsi terhadap manusia dan persepsi terhadap objek.
Pada variabel persepsi terhadap manusia terbagi menjadi dua dimensi yaitu tokoh
antagonis
dan tokoh protagonis dengan 10 indikatornya. Sedangkan pada
persepsi terhadap objek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu isi cerita, waktu
penayangan, dan soundtrack dengan 10 indikatornya.
Tabel 2.2
Operasional Konsep Dapat dijelaskan dalam tabel berikut :
Variabel
Dimensi
Indikator
1.Tokoh antagonis terlalu
banyak
2.Tokoh antagonis tidak
Persepsi terhadap
manusia
terlalu sadis
Peran
Antagonis
3.Adanya tokoh antagonis
membuat cerita sinetron
Keterangan
a. Sangat Setuju,
Nilai = 5
b. Setuju, Nilai
=4
c. Ragu – ragu = 3
d. Tidak Setuju,
Nilai = 2
e. Sangat Tidak
Setuju, Nilai =1
“Putri Yang Ditukar” lebih
Skala Interval
seru
4.Tak-tik untuk
merencanakan masalah
yang dilakukan oleh tokohtokoh antagonis sudah
cukup pintar
5.Tokoh Wisnu yang paling
digemari dalam
memerankan tokoh
antagonis dalam sinetron “
Putri Yang Ditukar”
6.Akting tokoh antagonis
sudah membuat penonton
ikut larut dalam cerita
Peran
Protagonis
7.Tokoh Amira sangat polos a. Sangat Setuju,
Nilai = 5
8.Peran protagonis terlalu
b. Setuju, Nilai
lemah
=4
c. Ragu – ragu
9.Tokoh Zahira membuat
=3
orang gemas karena mau
d. Tidak Setuju,
Nilai = 2
saja ditindas oleh suami
e. Sangat Tidak
10.Para tokoh protagonis
Setuju, Nilai
=1
saling menolong jika ada
yang tersiksa oleh tokoh
Skala Interval
antagonis
Persepsi terhadap
objek
Isi Cerita
11.Nilai kasih sayang
terkandung didalam
sinetron “Putri Yang
Ditukar”
12.Cara mereka saling
menolong satu sama lain
dalam menyelesaikan
a. Sangat Setuju,
Nilai = 5
b. Setuju, Nilai
=4
c. Ragu – ragu
=3
d. Tidak Setuju,
Nilai = 2
e. Sangat Tidak
Setuju, Nilai
=1
masalah sangat baik
Skala Interval
13.Nilai religius terkandung
dalam sinetron ini
14.Cerita semakin lama
semakin dipanjangpanjangkan
15.Penempatan jam tayang
sinetron Putri Yang
Ditukar sudah sangat
baik
16. Iklan terlalu banyak
Waktu
penayangan
setelah setengah jam
pertama
a. Sangat Setuju,
Nilai = 5
b. Setuju, Nilai
=4
c. Ragu – ragu
=3
d. Tidak Setuju,
Nilai = 2
e. Sangat Tidak
Setuju, Nilai
=1
17. Durasi kurang lebih 3
jam sudah membuat
Skala Interval
penonton puas
menyaksikan sinetron
Putri Yang Ditukar
18. Lagu D’masiv “ Sudah
Perih Ini” menjadi
disukai karena menjadi
soundtrack sinetron ini
19. Soundtrack ini langsung
Soundtrack
di download oleh para
penggemar sinetron “
Putri Yang Ditukar “
20. Setiap mendengar lagu
“Sudahi Perih Ini”
langsung terbayang
dalam pikiran kita
a. Sangat Setuju,
Nilai = 5
b. Setuju, Nilai
=4
c. Ragu – ragu
=3
d. Tidak Setuju,
Nilai = 2
e. Sangat Tidak
Setuju, Nilai
=1
Skala Interval
wajah-wajah pemain
sinetron “Putri Yang
Ditukar”
Download