I. ":RPUSTAKMT{ FK.UGM Pembedahan pada Trombosis Vena Dalam Sahal Falah, MD Depaiment of Surgery, Divisian of Thonx & Cardiovascula( Suryery Faculty of Medicine, Diponegorc University RSUP dr Kanadi, semarang Pendahuluan Trombosis vena dalam (DW) paling seing mengenai pembuluh darah vena tungkai atau pembuluh darah vena lengan, kondisi seperlj ini dapat menyebabkan pembengkakan kronis atau bahkan menyebabkan emboli puimonum yang berpolensi mengancam keselamatan jiwa. Ttombosis vena daiam (DVT) juga salah s3lu masalah kesehatan paling umum saat ini, data insiden/tahun diAmerika Seikat 117 kasus per 100.000 juga data diAmerika Serikat dari 200.000 kasus irombosis vena dalam {DVT) 2''k-nya akaa berkembang ke emboli pulmonum [1]. Oleh karena itu diagnosis awal serta ierapi yang tepat dan cepal sangat dipedukan untuk menyelamatkan penderita. Patofisiologi Lebih dai satu abad yang lalu, Rudolf Virchow menielaskan ada 3 faktor yang sangat penting dalam pembentukan trombosis vena: yaitu (1) stasis vena' (2) aktivasi koagulasi darah, dan yang ke (3) kerusakan pembuluh darah. Seiring dengan perkembangan penelitian, telah dibuat suatu langkah kemaiuan didalam menerangkan ledadinya trcmbosis vena, asaltrombosis vena sering multifaktorjal, dari liga faktor tersebut iuga masios individu. di pengaruha oieh beberapa variabel dari masing- Dari beberapa penelitian telah menunlukan bahwa pada tempaltempat seped daerah sinus, di belakang kaiup vena' dan pada iempal percabangan dari vena-vena, tempai ini paling beresiko untuk teiadinya trombosis 12, 31. Namun, kalau hanya stasis saja dalam waktu pendek lidak cukup untuk menjadikan trombosjs vena Dari eksperimental ligasi vena jugula s kelinci dalam waktu 60 menit tidak menyebabkan irombosis vena [4 5]. dimana aliran darah lambat, Sehingga waktu juga berpengsruh dalam hal ini, seperii pasien yang immobilisasi pada jangka waktu yang iama sangai berisiko untuk terjadinya trombosis vena, bila disertaidengan faktoFfaklor yang lain akan mempercepat terl-adinya t.ombosis vena dalam (DVT). Mechanical iniury dari dinding vena merupakan stimulus tambahan terjadinya trombosis vena. Seperti pada pasien-pasien operasi Hip artroplasti oleh karena s szt&.rP WtI trhb2all r@tstu Eds czdo@rotu kn4ercrt 31 manipulasi V femoralis atau V. lliaca disedai immobilisasi lama pasca operasi jni merupakan kelompok risiko tinggi untuk leiadinya irombosis vena, dari suatu pengamatan bahwa lebih da.i 50% trombus yang ada di V. Femoralis berasal vena safena yang terjadi oleh karena immobilisasi yans lama 16l. Cedera endotel dapat mengkonversi endotelium dari antiihrombogenic menjadi prottombot'k dengan merangsang p.ocllksi tissue factor, von Willebrand faktor, dan fibronektin. [,4utasi genetik dalam kaskade koagulasi darah berisiko iedinggi unruk tedadinya trombosis vena. Diffisiensi p.imer dari koagulasi inhibilor aniitrombin, protein C, dan protein S berpengaruh antara 5-10% darisemua kejadian trcmbosis [7]. Ketahanan faktor procoagulant ke sisiem antikoagulasi uiuh, ini juga baru' baru ini telah dijelaskan dengan pengakuan mulasi faktor V Leiden, merupakan 10-65% dari pasien densan trombosis vena dalam (DVT) t8l. Dalam seiing stasis vena, faktorfaklor yang menumpuk di situs trombosis, di mana akan merangsang endoiel uniuk menjadi protrombotik.lgl Trias Virchow adalah komponen sangat penting didalam terbeniuknya s'ratu irombus, namun permulaan dan proses ini 3dalah kerusakan dan endoiel yang meranssanq sitokin lokal yang berakibat adhesi leukosil pada endotel. Di dalam perjalanannya trombus tersebut akan membentuk suatu orcanisasi trombus yang dimulai dengan infiltrasi s€l radang ke dalam trombus iersebuiSehingga terjadi penebalan dari intimal fibtoelastic pada lembatan lrombus lersebut dan fibrous synechjae 1101. Pada beberapa keadaan, interaksj antara dinding pembuluh darah vena dan trombus akan menyebbkan disfungsi endotel dan fibrosis danding pembuluh. Pemeriksaan histologj remodeling dinding pembuluh darah vena sesudah trombosis lerbentuk menunjukkan ketidakseimbangan antara regulasi matrik conective tissue dan hilangnya kontraktilitas dinding pembuluh darah vena, keadaan ini yang menyebabkan terjadinya insufisiensi vena kronis. [11,12] Relevansi Anatomi l-ungsr srstem penbLluh darah vena periler baik sebaga, oaya rampr,ng darah maupun sebagai saluran kembalinya darah dari pe fer ke jantung dan paru-paru. Dinding pembuluh dalah vena tidak seperti dinding pembuluh arieri, yang memiliki 3lapisan (tunica intima, lunica media berisi otot, dan iunica advenlitia), umumnya dinding pemb!luh vena ierdid dari lapisan tunggal. Hanya pada pembuluh vena besar yang memiliki membrana elastica interna, lapisan ini tipis dan iidak merata, fungsi dari membrana elastica interna uniuk penopang terhadap l€kanan inlernal yang tinggi. Pembuluh darah vena tungkai bawah hanya bersifal pasit, berdinding tipis yang dapat mengembang. Sebagian besar pembLrluh darah vena tungkai bawah diluarfasia yang dikeliting i jaringan ikat longgar dan jaringan lemak, kondisiseperti 32 a sa'€dv @sy uptu m11 tryllaldB.ddcal&6sa'{Lhn'c.Ml ini memungkinkan pembuluh darah tungkai dapat mengakomodasj volume darah dalam jumlah yang besar. Dan juga dengan peningkalan tekanan sedikit saia dapat mengalirkan darah kembali. Aliran darah dari vena superfisialis melalui vena penghubung (Pertorantes) yang dikelilingi oleh jaringan padal erat berada di subfasia, memiliki d'nding yang lebih tebai. Aliran ini pada akhirnya masuk Vena dalam, yang dalam petalananya akhirnya semua darah melalui sistim vem dalam untuk kembali ke Keluar dari pengumpulan vena adalah melalui saluran vena memiljki dinding sekunder yang tebal dan kurang yang dapai dilembungkan- Sebagian besat vena etak di subfascial dan dikelilingi oieh jar:ngan yang padal dan terikai erat Vena subfascial merupakan sislem vena dalam, dimana semua darah vena akhirnya harus melewati dalam perjalanan kembali ke attium kanan jantung te Sistem vena dalam pada tungkai bawah di bagi menjadidua bagian yang ierpisah, yaiiu sisiem vena di bawah lutut dan sistem vena dialas luiut. Sistem pembuluh darah vena dalam tungkai bawah Sistem Vena bawah lutut memiliki 3 kelompok vena dalam: vena tibialis anterior, mendapat aliran da dorsum pedis, vena tibialls posteriot, mendapat aliran dari planiar pedis, dan sistem vena peroneal, drainase dari aspek lateral pedis. Vena pada betis membentuk sistem sinusoid yang terdiri dari flexus venosus gastrocnemeus dan pleksus soleus di pertengahan betis yang bergabung dengan sistem vena dari peroneal. Anyaman ini memegang peran penting vena dalam menyalu otot betis untuk membentuk soleal dan gastrocnemius pleksus vena intramuskular, yang bergabung dengan vena peroneal di perlengahan betis- Sistem vena ini berperan pentiog di dalam fungsi muscle pump pada betis. Tepat di bawah lutut, sistem vena-vena ini beQabung dengan vena popliteal. Keberadaan sistem vena betis yang berkatup bersama dengan olot-otot betis, sering disebul sebagai"jantung perifer," karena dapat mendorong darah ke aias dari kaki melawan gaya gravitasi. Keria pompa otolbets m;ip dengan pompa sphygmomanometer pengukur lekanan darah. Dimana ada model pengjsian dan model pemerasan sehingga darah mengalir Ketika otototot betis be.kontraksi, maka kaiup-katup vena pedorantes dipaksa metutup dan sistem vena outflow membuka sehingga darah akan mengalir ke pmximal. Dan ketika otot-otot betis relaks sistem vena dalam dan sinusoid-sinusoid diisi kembali melalui vena perfoaantes semenlara katup outllow tertutup untiik mencegah alkan retrograde. Dan bila otot betis berkontraksi proses yang seperti diatas bedalan kembali dengan mengalirkan sekitar 60% volome datah terpompa ke proximal. I13l satu1s cslrctaey Lrele 2011 rac.lhafuBevc4dbasaleMa6sfrz|,1 er Sistem vena dalam di paha dimulai dari vena poplitea (dlbelakang lutut), dari sini berjalan ke proximal melewati canalis adductorius, disini berubah nama menjadi vena femoralis. Sistem vena dalam pada paha adalah vena femoralis profunda dan vena femoralis superfisialis, vena femoralis profunda atau deep femoral vein model venanya pendek, yang berasal dari ujung cabang vena dari oiototot, hanya 10% da.i populasi yang meneruskan ke vena poplitea. Oi paha proksimal, vena femoralis supedisjalis dan vena femoralis profunda bersatu untuk membentuk vena femoralis communis untuk kemudian berjalan ke proximal di atas pelipatan paha menjadi v€na lliaka. Vena iliaka eksteana adalah merupakan kelanjutan dari vena femoralis sesudah melewati ligamentum inguinale. Setinggi sendi sacroiliaca Vena iliaka bergabung dengan vena hipogastrikus untuk membentuk vena iliaca commLrnisVena iliaka communis kiri umumnya lebih panjang d€.i pada vena ilika communis kanan dan berjalan mi ng (oblique) sampai kadans-kadang dalam perlalananya melewati dibelakang arteri iliaka communis kanan. Kondisi anatomi asimetri semacam ini mengakibatkan penekanan dariveoa iliaka communis kirioleh arteri iliaka communis kanan yang mengakibatkan sindroma May-Thurner Yaitu obtruksi vena iliaka kiri dengan fibrosis lokal dari tunika adventisia dan proliferasi dari tunika intima, kondisj inisering kali dikaiikan dengan trombosis vena dalam (DVT). Setinggi vertebra lumbal ke lima kedua vena il:aka communis bergabung menjadi satu untuk membentuk vena cava ;nferior Terapi Pembedahan Filter vena cava i.ferior Salah salLr hal yang paling ditakuti pada kasus tronbosis vena dalam adalah bila berkembang menjadi emboli paru, oleh karena itu di kembangkan tehnik sebagai prevensi emboli paru adalah dengan pemasangan filter vena cava inferior kecuali hal tersebut juga di indikasikan pada pendedia trombosis vena dalam dengan konka indikasi penggunaan antikoagulan. Pemasangan filtervena vaca yang idealadalah filter yang dapat menghalangi aliran emboli telapi dapat menjaga alkan vena tetap normal. Banyak model filter yang telah diguflakan, namun yang dianggap memadai adalah filter model Greenfield dalam. banyak penelitian mempunyai daya tahan yang lebih lama. Patensi rate lebih dari 95% dan tingkat emboli berulang kurang dari 5%. Bentuknya kerucut sehingga memungkinkan untuk menangkap emboli sementara darah dapat mengalir bebas pada bagian tepi filler u P sa'@a.Adit4 Lbeb N11 lqfufuwffijfuL4teM Bedah thrombectomy Operasi pengangkatan lrombus secara umum telah digunakan pada pasien dengan pembengkakan tungkai. Pada beberapa pasien' fibrinolisis saja sudah cuk;p efektif, tati bila trombosjsnya sangal luas, fibrinolisis saja mungkin iidak memadai untuk melarutkan trombus yang ada, atau bahkan sekalipun trombusnya minimal tapi oleh karena suatu hal sehingga kombolisis tidak dapat digunakan seperti pasien pasca dilakukan pembedahan, atau pasien pasca trauma yang melibatkan susunan saraf Pusat Sebelum dilakukan pembedahan pemeriksaan dengan Duplex ultrasound perlu dilakukan, untuk mengetahui lokasi dan luasnya trombus, heparlnisasi perlu diberikan sebelum pembedahan. Trcmbeciomy vena mutlak dilakukan dengan anaslesi umum (tidak seperti trcmbektomi arteri yang dapat dengan anastesi lokal) agar dapat memberikan tekanan positii pada daerah dada sehingga resiko emboli paru dapat di kurangi Thrombectomy vena biasanya melalui vena femoralis pada pertemuan saphenofemoral melalui sayatan kulit longiiudinal. Dengan kateier Fogarty dilewatkan melatui bekuan kearah proximal, dan balon dikembangkan kemudjan ditarik bersama dengan t.ombus yang ada keluar' Namun, perhatian jangan menjadikan trcmbus menjadi fragmenjragmen kecil yang dapat lepas ke protimal menyebabkan emboli Paftr. Untuk daerah distal dari inguinal katetet togarty sulit masuk oleh katena kehalang katub vena, oleh karena itu untuk mengeluarkan trombus bagian dista perlu dilakukan masase kual dimulai dari bagian telapak kaki, betis hingga paha dengan cara cepat dan kuat, dimungkinkan dengan cara initrombus akan keluar' venografi intra opemtiv sebaiknya dilakukan untuk mengkonllrmasi bahwa lrombus s'rdah bercih. Segera pasca operasi dilakukan pembebatan dengan bebat elastik atau menggunakan stocking komptesi, sesampai ruangan tungkai diposisikan elevasi 20 deraiat dan jangan lupa pemberian obalobat antikoagulan untuk mencegah trombosis ulang. Dan berbagai hasil penelitian telah menunjukkan tingkat rethtombosis pada minggu pertama sekitar 12'l". Dalam penelitian seca€ acak prospektif da.i Swedia membandingkan operasi dengan antikoagulan, pada 5 tahun 3T% dari pasien yang dioperasi adalah tanpa geiala, dibandingkan kelompok hanya dengan antikoagulan 18%. Patensi Vena adalah 77% pada kelompok bedah dibandingkan denqankelompok hanya antikoagulan 30%. h4l L4.hdt6 Htd ttdttt 'uerht tll,1&Mt Kontra indikasi Pembedahan Kontraindjkasi untuk tbrombectomy vena berhubungan dengan kondisi umum pasien-misalnya, pasien dengan keganasan lanjut, atau pasien terlalu gemuk. Yang berhubungan dengan laktor lokal, adanya infeksi daeEh inguinal, trombosis pada tungkai yang cacat sep€rti hemiplegi. Komplikasi Komplikasi akibat trombosis vena sangat bervariasi mulai dari komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jaiwa hingga insuffisiensi vena kronjs. . Pulmonary embolism terjadi oleh karena trombus yang lepas dari iempat asalnya mengalir kevena cafa inferior, masuk ke atrium kanan, ventrikelkanan dan akhimya menyumbat ke arteri pulmonalis, akibatnya ventilasi-perfusi terganggu dan beban berat pada jantung kanan atau bahkan gagal jantung kanan. Kejadian emboli pulmonum pada sekilar'10% dad pasien dengan lrombosis vena dalam akut dan dapat menyebabkan hingga 10'l, darl kematian rumah sakil [15,16]. Namun, bila emboli kecil dan fungsi paru masih baik maka umumnya tidak menunjukan gejala (hingga 75%). Secara tasional, lrombosis vena proksimal mempunyai resiko risiko lertinggi menyebabkan emboli paru. namun kenyataanya dari seri otopsi tunggal dalam jumlah besar yang dilakukan oleh Havig pada tahon 1977, menemukan bahwa sepen'ga dari emboli fatal muncul langsung dari vena betis. [17] Trombosis pada vena menyebabkan cedeta pada lapisan endotel yang memicu reaksi kaskade inflamasi akibalnya fibros's dinding pembuluh darah vena, penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah vena dan disfungsi katup vena kondisi ini akan mengakibatkan insufisiensi vena kronis. Tekanan vena menjadi linggi sehjngga teiadi varice. edefia tungkai bawah dan ulcerasi vena. Beberapa bentuk insufisiensj vena kronis terjadi pada 29-79% pasien dengan trombosis vena dalam, sedangkan 4-6% ulkus kronis. [18,19] Dan risiko ini menjadj 6 kali lebih besar pada pasien dengan trombosis berulang. I20l Caval thrombectomy Trcmbektomi vena via vena cava inferior diindikasikan pada insufisiensi vena berat terutama jika terjadi oklusi iliofemoBl yang bilateral. Operasi yang agresif dan lebih awal diindikasikan untuk menghambal proses berlanjut dgn segala lndikasi lain dengan adanya bukti clot pada phlebograli di vena cava yang hal ini berhubungan dengan emboliparu dan hombektomivia vena femoral kommunis belum mendapatkan hasil yang memuaskandalam 3"satwczo*altlt*bu1 r@tuk)t Ndc,rllode,,r u*4enw Caval Ligation Hal yang perlu dilekankan sesuai dengan lujuan dari pembedahan pada tromboemboli vena cava atau itjofemorat adatah mengendatikan emboti dan mengembalikan parensi serta mempertahankan fungsi. S€cara umum,gangguan pada pembulLrh oarah uLama dr aras distat protundd dihrndad jika memu;g[i;an dan.lekhnrk yang rutin digunakan sepedi ligasi dan ptikasi a^an menjadi liat yang lidak bisa djabaikan terhadap morbjdiias dengan pengendatian emO6ti. Vesiipui demikian, kasus serius tromboemboli atau tigasi cava yang berulang masih menjadi indikasi uotuk mencoba mengendatjkan emboti dan m;nyetamaflian jiwa. Pada kasus trcmbeklomi biasanya tidak memuaskan karena du€si dari pen;akit lersebui. Tindak lanjut dari tigasi vena cava adatah adanya resiko gangiene vena.Meskipun ligasi dilakukan pada bagian proksimat dari ctot yang aitemutan, emboli bjsa terjadi dari thrombus yang terbeniuk di proksimal dari tig;si tersebut. Pembedahah pada emboli paru Keberhasilan intervensi bedah pada emboti paru (apakah berhubungan . dengan sejala dari thrombosis vena pada tungkai atau bukan) tersantung p;da lokasi.yang tepat dari trombosis venanya. pada segmen perifer, tekhnit< RUrinogen lebjh baik dib"nding phtebograf'_ pada segmen iliofemorat, tapi ada juga ;hli y€ng mengalakan , phlebograii biasanya tebih memuaskan. Hatyang dijngal bahwa thrombosis vena iliofemorat,apakah non oktusi atau oktu;i.;mboti adatah komplihasi yang senng, sedangkan emboti thrombosis pe fer sangat jarang dan sedikit menjadi serius.Oteh karenanya, sangat penting untuk mengeta_hui k;ndis' dari segmen iliofemoral dai rencana untuk pendekatan operasi Tinjauan pustaka 1. Silverslein MD, Heit JA, i/ohr DN, el at, Trends in rhe incidence of deeo vein lhbmbosis and purmonary embocm . 25-year popu,ation-oased srudy Aeh lnllem Med. Mat 23 1994:158{6}5a5-93 rMedt,net. 2. 3. Gibbs NM. Venous lrrombosis of the tower timbs with pariicular reference resr. 8r J Surg, Nov 1957;45(191)::D936. tMedtinet. io bed- Sevilt S. The srructure and growlh of vatve-pocket thrombi in femoat veins_ J C/i, ht 1974i2717j:5.17 -2A. IMedtlnd. PathaL 4. Aronson DL, Thomas DP, Experimentat studies on venous thrombosis: eiiect coagL'lanls, procoagutants and vesset contusion. 1 s. 6. 985i54{4):866-70. rMedlinet. Ir.oDb Haenost. Dec .r 17 wessler s, Reimer sM. sheps lvc. B.otogic assay ot a thrombosisrnduc.no advitu in \lnan setun. J Appt Phrstol. rlov j959i14:9416. tMeo.inet Slamalakis JD, Kakkar W Sasar S, er al. Femoral vejn lnmmbosis and bral hip lqo|ldlqEdldc6rd',vae'alMabg.ft^ rcpla@fi]'enL B. Med f J. Jut 23 1977i2(6081):223-5. II4edInd. Dahlback B. lnhe,iied ihrombophilia: resislan@ to acliEied prolein C as a pathogenic facio. ol venoLs thromboembolism- B/ood Feb 1 1995;85(3):60714. IMedlinel. Schafer Al. Hypercoagulable states: molecular genelics to Oec 24.31 1994i344(a$98940):1739 42. Iuslllcl. 9. clini€l p€cti@- tarcea Meissnerl\rH, Skandness E. Pathophysiology and nalural history of acute deep venous hrombosis, R'rthedord's Vascular Suqery ?005,2124-2142. 10- Seviti S. The mechanism of canalization in deep venoos thrcmbosis. J Pa&o/, 1973;110:153. 11. Gandhi RH, Irlzarry E, Nackman G8, el al.Analysis of the connective tissLe matrix and proteoly$c aclivily oi primary varicose veins. J Vasc Su'g. Nov 1993:18(5):814-20. lMedlinel, '12. Rjzi A, Quaglio D. Vasquez G, et al. Effects of vasoactive agents in healihy and diseased human saphenous veins. J Vasc Sr.gr. Nov 1994;24(5):855-61. lMedlinel. 13. AtakiCl Back TL, Padbers FT, et al. The signifcance of calf muscle pump tunclion jn venous ulceElion. J yasc Su.g- Dec 1994:24(6):872-7i discussion 878-9. lMedlinel. 14, Plate G, Akesson H, EjnaGon E, el al. Long-term resulls of venous lhrombeclmy combined wilh a lempoEry adencvenous listuia. Eur J vasc Sury. Oct 1990;4(5):4839. t[,ledlinel. 15. Ae/h RJ, Cohen Al',1, landefeld CS. Longtem outcomes ot deep-vein thrcmbcis. Atch tntem Med. May 221995J55(10):1031-7. rr"4edlinel- 16. Kistner RL, BallJJ, Nodyke RA, €tal. lncidence otpulmonary embolism in tne couFe of thrombophlebitis of the lower enremiljes. An J Sutg. Aog 1972-,12412):169-76. lMedlinel. 17 Havig O. Deep vein l,hrombosis and puimonary embolism. An autopsy sludy with muiliple regression analysis of possible risk iaclors- ,4cta Chn Scand Suppl. 1977i478:1-120. {!!g!!!el. 1E. Monrcal M, Madorell A, Callejas Jrvl, et al- VenogEphic assessment ot deep vrein thrombosis and risk of developing post-thrombotic syndrome a p.ospeclive sludy. J /ntem Med [,1a. 1993;233(3]:233'8. tMedlinel. 19, Slrandness DE Jr, Lanslois Y C.3mer [r, el al. Longrerm seq'ielae of acule venous ihrombosis. JAMA. sep 9 l9a3i25o(10):1289-92, Il,ledlircl. 20. Prandoni 38 e Lensing Aw' cogo A, el al. The long-term clinical cou6e of acule deep wnous ihrcmbosis. Arn /ntem Med Jll 1 1996j125(i):1-7. IMedlinel. ssdqaEaa!.'.gyuphbfu1 rryn8l.'N@cajld]ir'6^/@rfuF4enat