2.1.1 Pengertian Profitability (Profitabilitas)

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profitability (Profitabilitas)
2.1.1 Pengertian Profitability (Profitabilitas)
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.
Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan,
perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta
meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
Pada umumnya profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri
(Sartono, 2001:120). Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh tingkat
profitabilitas yang tinggi.
2.1.2 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas terdiri dari 2 jenis rasio (Syamsuddin, 2000: 63) yaitu:
1. Jika ditinjau berdasarkan hubungan antara laba dengan penjualan, rasio
profitabilitas dapat dibedakan atas:
a. Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan penjualan bersih.
14
b.
Operating Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba operasi dengan penjualan.
c.
Net Profit Margin
Margin laba bersih merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi
seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini menunjukkan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
2. Berdasarkan hubungan antara laba dengan investasi, rasio profitabilitas
dapat dibedakan atas:
a. Return on Investment
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan
total aktiva.
b.
Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal
sendiri atau ekuitas pemilik.
15
c.
Return on Assets
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.
2.2
Investment Opportunity Set (IOS)
2.2.1
Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)
Kesempatan
Investasi
atau
Investment
Opportunity
Set
(IOS)
menggambarkan tentang peluang investasi atau luasnya kesempatan bagi
perusahaan Hartono, (2003 : 58) dalam Ahmad, (2009) berdasarkan definisi di
atas bahwa pilihan investasi itu merupakan suatu kesempatan untuk berkembang,
namun sebagian perusahaan tidak dapat melaksanakan semua kesempatan
investasi di masa yang akan datang. Bagi perusahaan yang tidak dapat
menggunakan kesempatan investasi tersebut maka akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang.
Kesempatan investasi dapat diukur dengan peningkatan aktiva tetap bersih. Hal ini
sesuai dengan format laporan arus kas (statement of cash flow) yang mengukur
investasi dari investasi jangka panjang dan aktiva tetap berwujud.
Investment Opportunity Set merupakan kombinasi antara aktiva yang
dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan Net Present Value
(NPV) positif (Myers, 1977 dalam Saputro, 2003). Secara umum dapat dikatakan
bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi
bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure
16
perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS
bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat
dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel
pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain.
2.2.2
Proksi Investment Opportunity Set (IOS)
Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan
keuangan untuk memahami pemikiran IOS. Proksi IOS dapat digolongkan
menjadi tiga jenis dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan Investment
Opportunity Set (IOS) yang dikemukakan oleh Myers (1977)
dan banyak
digunakan dalam berbagai penelitian mengenai Investment Opportunity Set (IOS)
diantaranya dalam penelitian Kallapur dan Trombley (1999), Rokhayati (2005:
49) , Manik (2014: 8), Endiana, dkk (2011 : 9), Iswahyuni (2001: 29), Pratiwi
(2012: 65), Dadri (2011: 40), Barus (2008), serta Haryetti dan Ririn (2012: 4),
Menggunakan perhitungan proksi IOS Sebagai berikut:
1. Proksi IOS berbasis pada harga (Price-Based Proxies)
Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian
dinyatakan dalam harga pasar saham. Proksi ini didasari pada anggapan yang
menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan
dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar
yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place)
dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio-rasio yang telah digunakan
dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai
berikut:
17
a.
Market to Book Value Equity ( MVE/BVE)
Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran MVE/BVE mencerminkan
bahwa pasar menilai return atas investasi perusahaan pada masa depan akan
lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya. Rasio MVE/BVE dapat
dihitung dengan rumus yang digunakan dalam penelitian Manik (2014: 8),
Rokhayati (2005 : 49), dan Dadri (2011: 41) sebagai berikut :
b.
Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)
Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan
investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio MVA/BVA, semakin tinggi
kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut yang berkaitan
dengan aset di tempat. Rasio MVA/BVA digunakan rumus dalam penelitian
Manik (2014:8), Rokhayati (2005: 49), dan Dadri (2011: 42) sebagai berikut:
c. Property, Plant, and Equipment to Book Value of Assets (VPPE)
Rasio VPPE digunakan dengan dasar pemikiran VPPE bahwa prospek
pertumbuhan perusahaan tergambar dengan besarnya aset tetap yang dimiliki
oleh perusahaan. Rasio VPPE mengacu pada rumus yang digunakan dalam
penelitian Endiana dkk. (2011: 10), Rokhayati (2005: 49) sebagai berikut:
18
2.
Proksi IOS berbasis pada investasi (Investment-Based Proxies)
Proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi
yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Penelitian
dan pembangunan (R & D) merupakan investasi, dan selanjutnya akan
menghasilkan kesempatan investasi untuk perusahaan. Rasio-rasio yang sering
digunakan oleh peneliti antara lain:
a.
Capital Expenditure to Market Value of Assets (CAP/MVA)
Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar investasi
yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan semakin tinggi
kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CAP/MVA mengacu pada
rumus yang digunakan dalam penelitian Rokhayati (2005: 49), Barus (2008),
dan Haryetti dan Ririn Araji Ekawati (2012: 4) sebagai berikut:
b.
Capital Expenditure to Book Value Asset (CAP/BVA)
Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar investasi
yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan semakin tinggi
kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CAP/BVA dihitung dengan
mengacu pada rumus yang digunakan dalam penelitian Dadri (2011: 43),
Rokhayati (2005: 49),
d.
CAONS
Rasio Current Assets to Net Sales (CAONS) dengan dasar pemikiran bahwa
working capital dapat digunakan untuk investasi perusahaan yang berasal dari
19
aset perusahaan.
Dengan investasi pada current assets akan mampu
menghasilkan penjualan sebesar net sales yang diterima. Menghitung rasio
CAONS mengacu pada rumus yang digunakan dalam penelitian Rokyahati
(2005: 49), Endiana, dkk. (2011: 10), dan Barus (2008) sebagai berikut:
2.3
Deviden
Dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam
bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit (Dyckman et al. 2001 : 439). Pada
umumnya apabila pendapatan perusahaan stabil, maka untuk pembayaran dividen
juga akan stabil. Kebijaksanaan dividen perusahaan sangat penting karena alasanalasan (Tampubolon, 2004:183) sebagai berikut:
1. Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi
pemegang saham.
2. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital
budgeting perusahaan tersebut.
3. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi cash flow perusahaan.
4. Kebijaksanaan dividen dapat menurunkan nilai modal saham perusahaan karena
dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan
utang/modal (debt equity) rasio perusahaan.
Kebijakan pembagian dividen tergantung pada RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap (tidak
mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan, (ada kenaikan dan
penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang
20
dipandang cukup penting bagi investor yaitu informasi tentang naik turunnya
dividen tunai yang dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung
muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan
diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan
(Jogiyanto, 2003 : 109).
2.3.1. Pengertian Dividen Kas
Dividen kas adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba
ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen, karenanya
merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2003:380).
Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh
direksi perusahaan. Dalam hal pembagian dividen kepada para pemegang saham
suatu perusahaan membutuhkan pertimbangan yang matang, hal ini disebabkan
pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
perusahaan (going concern principal). Rasio pembayaran dividen tunai diukur
dengan Dividend Pay Out Ratio (DPR). Pengertian rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) menurut Sartono (2008: 491) menyatakan bahwa rasio
pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk
dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total
laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
21
2.3.2
Kebijakan Pembagian Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal
guna pembiayaan di masa yang akan datang.
Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara kas atau cash dividend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan
dividen tersebut (Sutrisno, 2000:323) adalah:
1. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil artinya dividen akan diberikan secara
tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh
perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang stabil ini banyak
dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan:
a. Dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil diprediksi
memiliki risiko yang kecil.
b. Dapat memberikan kesan pada investor bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang.
c. Menarik investor yang akan memanfaatkan dividen untuk keperluan
konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.
2. Kebijakan Dividen yang Meningkat
Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada
pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan
22
yang stabil. Kebijakan ini sangat diharapkan oleh para investor karena
memberikan dampak positif dan memuaskan bagi perusahaan tersebut.
3. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba
yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, maka semakin
besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, jika laba kecil
dividen yang dibayarkan juga kecil.
4. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Ditambah Ekstra
Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra
dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno, 2000:304) antara
lain:
a. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Perusahaan yang berada dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang
menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini
disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modal perusahaan.
b. Posisi Likuiditas Perusahaan
Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, sehingga
perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas
23
yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout
ratio-nya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas.
Perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung
memberikan dividen yang lebih besar.
c. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu
hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera
dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut
harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin
besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen
yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hutang yang jatuh tempo
berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang
bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa
dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan yang akan
memperkecil dividend payout ratio.
d. Rencana Perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan
perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh
perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan
yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk
membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut
bisa dipenuhi baik dari hutang , menambah modal sendiri, yang berasal dari
24
pemilik, dan juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar
laba yang ditahan. Semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan,
semakin kecil dividend payout-nya.
e. Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi,
semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk
memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang
baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.
f. Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada
pemegang
saham
lebih
besar
dibanding
dengan
perusahaan
yang
pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu
menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang
pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar
untuk berjaga-jaga.
g. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Pemilik perusahaan tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan apabila
perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri. Kemungkinan akan
masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama
dalam mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang dibelanjai dari hutang,
resikonya cukup besar sehingga perusahaan cenderung tidak membagi
dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
25
2.3.4 Teori-teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen (Keown et al. 2000
dalam Pradessya, 2006) antara lain:
a. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan
dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta
resiko bisnisnya, dengan kata lain nilai suatu perusahaan tergantung sematamata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana
pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau
pertumbuhan).
b. Bird In the Hand Theory
Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal yang tidak
penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa
pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda
besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Dividen lebih bisa
diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen
tetapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima
pendapatan dari perolehan modal daripada dividen. Mendapatkan dividen
(a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush)
karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai
dividen dimasa yang akan datang (it can fly away). Pandangan yang
26
mengatakan
dividen
lebih
pasti
daripada
perolehan
modal
disebut
“bird in the hand theory” (teori burung ditangan).
c. Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham
Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham,
sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada
perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal.
Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan modal
tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama terhadap
saham yang telah dikenakan pajak. Dividen yang rendah akan membantu
investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan return setelah
pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan meningkatkan
pembayaran pajak pendapatan investor akibatnya return setelah pajak yang
diperolehnya berkurang.
d. Teori Dividen Residu
Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari
modal yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan.
Perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung
mempengaruhi keputusan dividen maka perusahaan harus menerbitkan jumlah
sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk
kegiatan investasi.
e. Teori Dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)
Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
27
memandang prospek perusahaan. Dividend signaling theory merupakan suatu
teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen kas mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
Judul
Variabel
1.
Suharli, (2007)
Pengaruh Profitabilitas
dan
Invesment
Opportunity Set (IOS)
terhadap
Kebijakan
Dividen
Tunai
dengan
Likuiditas
sebagai
Variabel
Penguat (Studi pada
Perusahaan
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta Periode
2002 -2003)
Independen:
Return on
Invesment
(ROI),
Invesment
Opportunity Set
(IOS)
2.
Ekawati,
2012
3.
Ekasiwi, 2007
Pengaruh
Profitabilitas,
Invesment
Opportunity Set,
dan pertumbuhan
perusahaan terhadap
kebijakan deviden
pada Perusahaan
LQ 45 yang terdaftar
di BEI
Analisis Pengaruh
Manajemen Laba
dan Profitabilitas
terhadap Kebijakan
Dividen (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur Go
Dependen:
Dividend
Payout
Ratio
(DPR)
, Curent Ratio
(CR)
Independen :
Profitabilitas,
IOS,
Pertumbuhan
Perusahaan
Dependen :
Kebijakan
Dividen
Independen:
Likuiditas,
Leverage
.
Pertumbuhan
Perusahaan,
Collateralizable
Assets (COL
Teknik
Analisis
Data
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Hasil Penelitian
Return On Invesment
(ROI)
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
dividend payout ratio
(DPR) dan di perkuat
oleh Current Ratio
(CR).
Invesment
Opportunity Set (IOS)
berpengaruh
negatif
signifikan terhadap
dividen payout ratio
(DPR) dan di perkuat
oleh Current Ratio
(CR)
Return On Equity
(ROE)
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap dividend
payout ratio (DPR)
Capital Expenditure to
Book Value Asset
(CAP/MVA) tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap
dividend payout ratio
(DPR)
Growth
berpengaruh negatif
secara
signifikan
terhadap
dividend
payout ratio (DPR)
Descretionary accruals
tidak
berpengaruh
terhadap
dividend
payout ratio (DPR),
Profitabilitas
yang
diukur dengan
Return on
Asset
(ROA) berpengaruh
28
Public yang
Terdaftar di BEI
2007-2009)
4.
Latifasari,
2007
Analisis
Faktor
Faktor Yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen
(Studi Empiris pada
PerusahaanManufaktur
yang
Terdaftar di BEI
Periode 2005-2009)
) dan
Profitabilitas
Dependen :
Kebijakan
dividen
Independen:
Likuiditas,
Leverage
, Pertumbuhan
Perusahaan,
Collateralizable
Assets
(COL) dan
Profitabilitas
Dependen:
Kebijakan
Dividen
negatif dan signifikan
terhadap
dividend
payout ratio (DPR).
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Secara parsial variabel
(COL)
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap dividend
payout ratio (DPR),
Variabel
growth
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
Dividend
Payout Ratio (DPR),
Variabel Current Ratio
Return
on
(CR),
Equity(ROE)
2.5 Kerangka Konseptual
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang (Sartono, 2001: 281). Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan
yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua
belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan
pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak
mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang berhasil
diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Profitabilitas yang tinggi
menggambarkan keuntungan perusahaan yang meningkat yang berarti perusahaan
mampu untuk membayar dividen atau bahkan dividen yang dibayarkan juga
meningkat. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
merupakan fungsi dari keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2007)
29
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan kebijakan
dividen, namun Investment Opportunity Set menunjukkan kebalikannya yaitu
adanya pengaruh negatif antara Investment Opportunity Set dengan kebijakan
dividen.
Kesempatan investasi (Investment Opportunity Set) merupakan faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Apabila suatu perusahaan
memiliki set kesempatan investasi yang tinggi, hal ini berarti aliran kas bebas
dalam perusahaan atau laba yang dihasilkan sebagian besar akan digunakan untuk
mendanai investasi yang menguntungkan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi
jumlah dividen yang akan diterima pemegang saham. Subekti dan Indra (2001)
menyatakan bahwa terdapat korelasi antara IOS dengan realisasi perusahaan
bertumbuh signifikan positif.
Profitabilitas akan diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE)
dan Net Profit Margin (NPM) sedangkan Investment Opportunity Set (IOS) yang
digunakan adalah proksi berdasarkan harga yaitu Market to Book Value of Assets
(MVA/BVA). Proksi berdasarkan investasi yaitu Capital Addition to Market
Value of Assets (CAP/MVA) Proksi ini digunakan karena diketahui signifikan
sebagai proksi kesempatan tumbuh oleh penelitian terdahulu (Erlina, 2007:15).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang dipakai adalah:
30
ROE (X1)
NPM (X2)
Deviden Kas
(Y)
MVA/BVA (X3)
CAP/MVA (X4)
Sumber : Suharli (2004), Subekti dan Indra (2001) dan Erlina (2007) (diolah)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual
maka penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan
Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang
diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital
Expenditure to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.
2. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan
Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang
diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), dan Capital
Expenditure to Market Value of Assets (CAP/MVA) secara parsial mempunyai
pengaruh
terhadap
dividen
kas
pada
perusahaan
manufaktur
di
Bursa Efek Indonesia.
31
Download