BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Simbol Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication atau communi care yang berarti “membuat sama” (to make common), istilah communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.1 Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.2 Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.3 Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang 1 Deddy Mulyana, dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2011:46. Richard West, Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi edisi Ketiga, Jakarta2008:5. 3 LukiatiKomala,IlmuKomunikasiPerspektif,ProsesDanKonteks,Bandung,2009,Hal73 2 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian dan mendalam.4 Menurut Hovland, Janis dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain (khlayak). Kemudian menurut Berelson dan Steiner, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, ahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain. Sedangkan menurut Harold Laswell, Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, apa”, “kepada siapa”, “dan “dengan akibat apa” atau“hasil apa”. (Who says what in which channel to whom and with what effect). 2.1.1 Tiga Konseptualisasi Komunikasi Sebagaimana dikemukakan John R Wenburg , William W Willmot, Kenneth K Sereno, dan Edward M Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi.5 a. Komunikasi sebagai tindakan satu arah Komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang atau lembaga kepada seseorang atau kelompok lainnya, baik 4 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses Dan Konteks, Bandung, 2009, Hal 73 Deddy Mulyana, dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar’, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011:67. 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah ini oleh Michael Bargoon. Menurut Michael Burgoon, komunikasi sebagai proses searah biasa disebut “definisi berorientasi sumber” (source – oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Komunikasi dianggap sebagai tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. b. Komunikasi sebagai interaksi Konseptualisasi kedua yang sering diterapkan pada komunikasi adalah interaksi. Dalam arti sempit interaksi berarti saling mempengaruhi (matual influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi pada sumber, meskipun kedua peran tersebut dianggap bergantian. Jadi, pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 c. Komunikasi sebagai transaksi Komunikasi dipahami sebagai kegiatan menafsirkan perilaku orang lain. Ada prosesencoding dan decoding pesan verbal maupun nonverbal. Semakin banyak peserta komunikasi maka transaksi yang akan terjadi akan semakin rumit. Kelebihan konsep ini adalah komunikasi dipahami sebagai konsep yang tidak membatasi pada komunikasi yang disengaja saja. 2.1.2 Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional.6 Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis”. Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap 6 Elvinaro Ardianto,Komunikasi MassaSuatu Pengantar, Bandung:Simbosa Rekatama Media 2007: 40. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu.7 Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993)8, interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970)9, Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain: (1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan 7 Soeprapto, InteraksiSimbolik, Yogyakarta :PustakaPelajar:2007. Richard West, Lynn H Turner, Op.cit, 96. 9 Ardianto, Op.cit, 136. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan (3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. ”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal10, dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan diantara individu. 11 Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: pentingnya makna bagi perilaku manusia, 10 Richard West, Lynn H Turner, Op.cit, 96. Morissan. Teori Komunikasi, individu hingga massa. Kencana, Jakarta:2013 hal 110-111 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 pentingnya konsep mengenai diri, hubungan antara individu dengan masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer dalam West-Turner12 dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan : 1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini 12 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: 1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, 2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer13 adalah sebagai berikut, Tiga tema konsep pemikiran Mead: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, 2. Pentingnya konsep diri, 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat. Tujuh asumsi karya Herbert Blumer14: 1. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif, 13 Herbert Blumer, Op.cit, 69 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku, 6. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, 7. 2.1.3 Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Implikasi Interaksi Simbolik Implikasi dari teori interaksi simbolik dapat dijelaskan dari beberapa teori atau ilmu dan metodologi berikut ini, antara lain Teori sosiologikal modern (Modern Sociological Theory) menurut Francis Abraham 1982 15 dalam Soeprapto 2007, dimana teori ini menjabarkan interaksi simbolik sebagai perspektif yang bersifat sosial-psikologis. Teori sosiologikal modern menekankan pada struktur sosial, bentuk konkret dari perilaku individu, bersifat dugaan, pembentukan sifatsifat batin, dan menekankan pada interaksi simbolik yang memfokuskan diri pada hakekat interaksi. Teori sosiologikal modern juga mengamati pola-pola yang dinamis dari suatu tindakan yang dilakukan oleh hubungan sosial, dan menjadikan interaksi itu sebagai unit utama analisis, serta meletakkan sikap-sikap dari individu yang diamati sebagai latar belakang analisis. Perspektif interaksional (Interactionist perspective) merupakan salah satu implikasi lain dari interaksi simbolik, dimana dalam mempelajari interaksi sosial yang ada perlu digunakan pendekatan tertentu, yang lebih kita kenal sebagai 15 M. Francis Abraham (1982), Modern Sociological Theory (An Introduction). Dalam buku Oxford: Oxford University Press. (Chapter 8. Simbolic Interacsionism 2007). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 perspektif interaksional. Perspektif ini menekankan pada pendekatan untuk mempelajari lebih jauh dari interaksi sosial masyarakat, dan mengacu dari penggunaan simbol-simbol yang pada akhirnya akan dimaknai secara kesepakan bersama oleh masyarakat dalam interaksi sosial mereka. Konsep definisi situasi (the definition of the situation) merupakan implikasi dari konsep interaksi simbolik mengenai interaksi sosial. Konsep definisi situasi merupakan perbaikan dari pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) secara langsung. Konsep definisi situasi mengganggap bahwa setiap individu dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan dari luar, maka perilaku dari individu tersebut didahului dari suatu tahap pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana rangsangan dari luar tidak ”langsung ditelan mentah-mentah”, tetapi perlu dilakukan proses selektif atau proses penafsiran situasi yang pada akhirnya individu tersebut akan memberi makna terhadap rangsangan yang diterimanya. Konstruksi sosial (Social construction) merupakan implikasi berikutnya dari interaksi simbolik yang merupakan buah karya Alfred Schutz, Peter Berger, dan Thomas Luckmann, dimana konstruksi sosial melihat individu yang melakukan proses komunikasi untuk menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiran-penafsiran tersebut dengan orang lain, dan realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi. Teori peran (Role Theory) merupakan implikasi selanjutnya dari interaksi simbolik menurut pandangan Mead. Dimana salah satu aktivitas paling penting http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 yang dilakukan manusia setelah proses pemikiran (thought) adalah pengambilan peran (role taking). Teori peran menekankan pada kemampuan individu secara simbolik dalam menempatkan diri diantara individu lainnya ditengah interaksi sosial masyarakat. Teori diri (Self theory) dalam sudut pandang konsep diri, merupakan bentuk kepedulian dari Ron HarrÄ›, dimana diri dikonstruksikan oleh sebuah teori pribadi (diri). Artinya, individu dalam belajar untuk memahami diri dengan menggunakan sebuah teori yang mendefinisikannya, sehingga pemikiran seseorang tentang diri sebagai person merupakan sebuah konsep yang diturunkan dari gagasan-gagasan tentang person hood yang diungkapkan melalui proses komunikasi. Teori dramatisme (Dramatism theory) merupakan implikasi yang terakhir yang akan dipaparkan oleh penulis, dimana teori dramatisme ini merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik. Teori ini memfokuskan pada diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang memainkan peran mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu. 2.2 Komunikasi Sebagai Transaksi Pesan Melalui Simbol dan Makna Manusia adalah makhluk sosial.Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 manusia adalah komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi. Dalam konteks ini komunikasi dapat dikatakan proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi dianggap berlangsung bila seseorang telah menafsirkan prilaku orang lain, baik prilaku verbal ataupun prilaku nonverbal. Beberapa definisi yang sesuai dengan pemahaman ini, antara lain: Menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss, “Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.” Menurut Diana K Ivy dan Phill Backlund“ Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagai makna.” Menurut Karl Erik Rosengren “Komunikasi adalah interaksi subjektif purposive melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol. Dari berbagai macam pengertian komunikasi secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Dengan demikian, penulis dapat mendefinisikan lima istilah kata kunci dalam perspektif pikiran kita mengenai komunikasi : sosial, proses, simbol, makna, dan lingkungan. Ketika kita http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksudnya adalah komunikasi yang selalu melibatkan interaksi / komunikasi dengan melibatkan 2 orang atau lebih. Komunikasi sebagai proses, hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Istilah selanjutnya adalah komunikasi sebagai simbol. Simbol adalah sebuah label atau representasi dari fenomena. Kata merupakan simbol untuk konsep dan benda. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan menggunakan media. Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor Budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Selain proses dan simbol, makna juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Dan istilah yang terakhir adalah komunikasi adalah lingkungan. Lingkungan adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri atas beberapa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 elemen seperti waktu, tempat, periode sejarah, relasi dan latar belakang Budaya. Dan tidak menutup kemungkinan juga lingkungan yang dimaksud adalah komunikasi dapat terjadi dengan adanya bantuan dari teknologi. Gambar 2.1 Definisi Komunikasi Sumber: Richard West, Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi edisi Ketiga, Jakarta, 2008:516 Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. 2.3 Bunga Sebagai Simbol Upacara Budaya Betawi Lambang atau simbol sering digunakan oleh masyarakat untuk menginformasikan sesuatu. Manusia memang makhluk bersimbol. Dalam 16 Richard West, Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi edisi Ketiga, Jakarta, 2008:5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 kehidupannya tidak terlepas dari lambang atau simbol. Lambang menandai sesuatu secara konvensional (dipelajari dan disepakati oleh para pemakainya), tidak secara alamiah dan langsung. Kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol. Komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the glue of society). Simbol dapat dimaknai juga sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi.Salah satu komunikasi simbol dilakukan manusia dalam budayanya masing-masing. Seperti simbol bunga dalam Budaya Betawi. Bunga adalah sebagian dari keindahan alam yang bisa membawa kita pada perasaan halus dan suci bersih, sehingga ia sering dipakai untuk mengekspresikan perasaan sayang, gembira, bersyukur, juga dukacita. Jenis bunga tertentu juga dikaitkan dengan legenda maupun Budaya tertentu. Bunga bermakna filosofis agar kita dan keluarga senantiasa mendapatkan “keharuman” dari para leluhur. Keharuman merupakan kiasan dari berkah-safa’at yang berlimpah dari para leluhur, dapat mengalir (sumrambah) kepada anak turunnya. Menurut beberapa filosofi, masing-masing aroma bunga dapat menjadi ciri khas masing-masing Budaya leluhur tertentu. Beda daerah, beda masyarakatnya, beda leluhurnya, beda pula tradisi dan tata cara penghormatannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Begitu pula dengan pemaknaan bunga pada Budaya Betawi. Seperti bunga tujuh rupa dalam peristiwa tujuh bulan yang mengandung arti tujuh sifat yaitu, hidup, kekuatan, penglihatan, pendengaran, perkataan, perasaan, dan kemauan. Adupun tujuh macam bunga tersebut : Mawar (bermahkota merah dan putih), Cempaka (Michelia champaca), Kantil (cempaka putih, M. alba), Kenanga, Melati, Sedap malam, Melati gambir. Makna-makna bunga tersebut yang sarat akan makna filosofis. Untuk jenis dan makna dari bunga tujuh rupa yaitu, Bunga Merah yang mempunyai makna kelahiran diri manusia ke dunia, Bunga Kantil memiliki jiwa spiritual yang kuat untuk meraih sukses lahir maupun batien, Bunga Melati dalam melakukan tindakan selalu melibatkan hati (kalbu) tidak semerta merta melakukan, Bunga Kenanga generasi penerus leluhur, Bunga Mawar Putih ketentraman, sejahtera, dan damai, Kembang mawar tulus, Kembang Telon yang terdiri dari bunga mawar dan melati, Bunga Kantil yang memiliki kesempurnaan http://digilib.mercubuana.ac.id/