BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Defenisi Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan keuntungan secara maksimal. Berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung pada keahlian perusahaan di bidang pemasarannya. Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan dapat memberikan kepuasan terhadap konsumen apabila membeli suatu produk dari perusahaan sehingga konsumen akan memiliki pandangan yang baik kepada perusahaan. Pemasaran merupakan konsep menyeluruh yang menyangkut berbagai kegiatan pemasaran yang tercakup dalam satu sistem pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Menurut Kotler (2008 : 6), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan melalui proses menciptakan dan mempertukarkan nilai dari produk-produk tersebut dengan yang lain. 10 Universitas Sumatera Utara Program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen pemasaran ke dalam suatu program koordinasi, yang dirancang untuk meraih tujuan pemasaran perusahaan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen. Tujuan utama pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) bergantung pada kinerja produk dalam memberikan nilai, relatif terhadap harapan pembeli. Jika kinerja produk jauh lebih rendah dari harapan pelanggan, pembeli tidak terpuaskan. Jika kinerja melebihi yang diharapkan, pembeli lebih senang. Pelanggan yang merasa puas akan membeli kembali, dan mereka akan memberitahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan produk tersebut. Kuncinya adalah menyesuaikan harapan pelanggan dengan kinerja perusahaan. Dengan bauran pemasaran menciptakan seperangkat alat untuk membangun posisi yang kuat dalam pasar sasaran atas segala sesuatu yang dapat mempengaruhi permintaan produknya. American Marketing Association, sebuah asosiasi pemasaran Amerika, menyatakan bahwa “Pemasaran adalah merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan suatu konsep harga promosi dan distribusi sesuai jumlah ide barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan perusahaan dan organisasi.” Dari definisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli. 11 Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Perilaku Konsumen Pemasar perlu mempelajari konsumen dalam rangka memasarkan produknya. Sebab dengan mempelajari perilaku konsumen maka pemasar mampu menentukan strategi pemasaran yang tepat. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mampu mengetahui produk atau jasa seperti apa yang disukai konsumen sehingga produk atau jasa akan lebih mudah terjual. Menurut Setiadi (2003:4), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Model perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (2008:156) menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel di atas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian. Perilaku Konsumen menurut Schiffman, Kanuk (2004:8) adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: a)Tahap perolehan (acquisition) : mencari (searching) dan membeli (purchasing) 12 Universitas Sumatera Utara b) Tahap konsumsi (consumption) : menggunakan (using) dan mengevaluasi (evaluating) c) Tahap tindakan pascabeli (disposition) : apa yang dilakukan oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi. Perusahaan harus memahami betul siapa pasar sasarannya dan bagaimana perilaku mereka. Konsumen memakai atau membeli produk/jasa adalah untuk memuaskan berbagai keinginan dan kebutuhan. Dalam pengambilan keputusan pembelian atau pemakain, konsumen dapat dipengaruhi berbagai macam faktor. Berbagai macam faktor seperti: faktor psikologis, faktor sosiologis dan faktor antropologis juga menentukan perilaku seseorang untuk memakai produk tersebut. Sedangkan motif, termasuk didalam faktor psikologis. Karena hal tersebut sangat mempengaruhi perilaku konsumen. 2.1.3 Merek Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut Market Share. Salah satu asset yang mencapai keadaan tersebut adalah Brand (merek). Merek ( brand ) adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang dan jasa dari produk – produk milik pesaing ( Kotler, 2008: 275 ). Menurut UU merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau 13 Universitas Sumatera Utara kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dengan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Defenisi ini memiliki kesamaan dengan defenisi versi American Marketing Association yang menekankan peranan merek sebagai identifier dan diffrentiator. Kedua defenisi tersebut menjelaskan secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama logo, atau simbol baru untuk sebuah produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek (Tjiptono, 2005:2). Menurut Keller (dalam Tjiptono, 2005:19) “Merek adalah produk yang mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan serupa”. Merek mencerminkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek dan maknanya, dan perusahaan yang diasosiasikan dengan merek yang bersangkutan. Merek dapat juga dijadikan ciri untuk membedakan suatu produk dari produk pesaing. Selain itu, merek yang telah dipatenkan akan membuat produk tersebut menjadi lebih terlindungi dari upaya pemalsuan dan pembajakan. Merek yang memiliki nilai yang jernih dan jelas dapat lebih mudah dikomunikasikan dan diterima oleh konsumen. Sekarang saatnya untuk tidak lagi berpikir tentang cara merebut pasar, tetapi cara menciptakan pasar dengan powerful brand. Kecenderungan perkembangan perang pemasaran di masa mendatang akan menjadi perang antar merek, yaitu suatu persaingan untuk memperoleh dominasi merek. Merek akan menjadi aset perusahaan yang paling bernilai. Untuk itu merek perlu dikelola, dikembangkan, diperkuat dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. 14 Universitas Sumatera Utara Apabila suatu perusahaan memperlakukan merek sekedar suatu nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu set makna yang mendalam untuk merek tersebut ( distinctive values ) ( Rangkuti, 2002 : 4). Karakteristik merek (Rangkuti, 2002:37) adalah sebagai berikut: 1. Nama merek harus menunjukan manfaat dan mutu produk tersebut. 2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat. 3. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khusus. 4. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. 5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum. Suatu merek yang baik harus dapat memenuhi karakteristik di atas, meskipun pada kenyataannya tidak semua merek tersebut dapat memenuhi karakteristik tersebut. Tetapi bagi perusahaan yang ingin memiliki keunggulan bersaing, mereka akan berusaha untuk memenuhi kriteria-kriteria tersebut bagi produk yang dihasilkannya sehingga perusahaan dapat memenuhi tujuan dari pemberian merek. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian sebagai berikut (Durianto, dkk (2001:87): 1. Atribut produk Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain dan lain-lain. Merek mengingatkan pada atribut tertentu. 15 Universitas Sumatera Utara 2. Manfaat Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. 3. Nilai Merek juga menyatakan nilai produsen. 4. Budaya Merek mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian Merek mencerminkan kepribadian tertentu, misalnya mencerminkan kepribadian seorang yang terkenal. 6. Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. 2.1.4 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapatinya adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain ( Durianto, dkk ( 2001:126) Seorang pelangggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, 16 Universitas Sumatera Utara kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Sebaliknya, pelanggan yang tidak loyal terhadap suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena ketertarikan mereka akan mereknya tetapi lebih didasarkan pada kategori produk, harga dan kenyamanan pemakaiannya ataupun berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh merek produk alternatif. Berdasarkan defenisi tersebut mencerminkan bagaimana seseorang pelanggan mungkin tidak akan beralih ke merek lain jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga maupun unsur dalam produk. Loyalitas dapat didefinisikan berdasar perilaku membeli (Griffin, 2003:31). Pelanggan yang loyal adalah orang yang: 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur. 2. Membeli antar lini produk dan jasa. 3. Mereferensikan kepada orang lain. 4. Menunjukkan kekebalan terhadap produk dari pesaing. Dalam kaitannya dengan loyalitas merek terdapat beberapa tingkat loyalitas. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan tersebut adalah sebagai berikut (Durianto, dkk ( 2001:128): a) Switcher Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi 17 Universitas Sumatera Utara pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. b) Habitual buyer Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. c) Satisfied Buyer Pada tingkat ini pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam 18 Universitas Sumatera Utara kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal). d) Liking the brand Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Meskipun demikian seringkali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik. e) Commited buyer Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. 2.1.5 Perpindahan Merek Brand Switching behavior adalah perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa lasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain yang dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap merek yang mereka beli. Ketidakpuasan tersebut terjadi 19 Universitas Sumatera Utara ketika harapan konsumen tidak terpenuhi, sehingga konsumen akan bersikap negatif terhadap suatu merek dan kecil kemungkianannya konsumen akan membeli lagi merek yang sama. Penilaian konsumen terhadap merek dapat timbul dari berbagai variabel, seperti pengalaman konsumen dengan produk sebelumnya dan pengetahuan konsumen tentang produk. Pengalaman konsumen dalam memakai produk dapat memunculkan komitmen terhadap merek produk tersebut. Ketidakpuasan emosional konsumen dari pengalaman dengan produk dapat menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek lain diluar merek yang biasanya. Pencarian merek ini dapat dilakukan konsumen dengan mendapatkan informasi melalui media cetak, media elektronik ataupun melalui interpersonal, dimana tujuan akhirnya adalah perilaku untuk berpindah merek (Brand Switching). Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dihipotesiskan sebagai konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran (Junaidi dan Dharmmesta, 2002:91). Penyebab lain perpindahan merek adalah beragamnya penawaran produk lain dan adanya masalah dengan produk yang sudah dibeli. Menurut Setyaningrum (2005:2-7), keputusan konsumen untuk berpindah merek merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku tertentu, skenario persaingan, dan waktu sehingga perpindahan merek tidak hanya terjadi karena faktor ketidakpuasan konsumen. Keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen juga dipengaruhi oleh adanya kebutuhan mencari variasi. 20 Universitas Sumatera Utara Menurut Van Trijp,dkk (1996: 282-283) menyebutkan bahwa keputusan perpindahan merek dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal terbagi menjadi keinginan mencari variasi, pengetahuan konsumen mengenai merek pada produk, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor eksternal terbagi lagi menjadi iklan, promosi dalam toko termasuk harga dan ketersediaan produk. 2.1.6 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Keputusan Perpindahan Merek Terdapat beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan perpindahan merek. Faktor- faktor tersebut antara lain : 2.1.6.1 Ketidakpuasan Konsumen Ketidakpuasan konsumen yaitu perbedaan yang timbul antara kinerja produk dengan harapan konsumen setelah mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari produsen. Jika produsen melebih-lebihkan manfaat suatu produk maka harapan konsumen tidak akan tercapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan (Kotler,2005:89). Pada akhirnya konsumen yang merasa terpuaskan kebutuhan dan keinginannya akan menindaklanjuti dengan melakukan pembelian ulang terhadap merek yang sama, membeli produk lain dari perusahaan tersebut, menceritakan hal-hal yang baik tentang merek tersebut kepada orang lain, kurang memperhatikan merek dan periklanan dari produk pesaing. Sedangkan konsumen yang mengalami ketidakpuasan pasca konsumsi akan cenderung merubah perilaku 21 Universitas Sumatera Utara pembelian masa depannya dengan melakukan perpindahan merek lain untuk meningkatkankepuasannya. Perilaku perpindahan merek oleh konsumen pada umumnya merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor behavioral, persaingan, dan waktu. Salah satu faktor yang juga muncul dalam diri konsumen yang menyebabkan ia mempunyai keinginan untuk berpindah merek adalah alasan ketidakpuasan konsumen yang tidak puas akan suatu produk maka ia akan berpindah mengkonsumsi merek lain. Ketidakpuasan akan dapat membawa konsumen pada sikap kecewa bahkan marah pada produk tersebut dan memiliki pertimbangan lebih lanjut untuk memutuskan atau meninggalkan produk tersebut. 2.1.6.2 Kebutuhan Mencari Variasi Konsep kebutuhan mencari variasi berhubungan dengan studi marketing dan exploratory purchase behavior seperti perpindahan merek dan perilaku inovasi. Dari sudut pandang psikologi dihasilkan teori yang menyatakan bahwa sumber kebutuhan mencari variasi adalah kebutuhan internal untuk stimulasi. Kebutuhan mencari variasi adalah perilaku konsumen untuk melepaskan suatu kejenuhan karena keterlibatan rendah pada merek atau produk. Perilaku ini dikarakteristikkan dengan sedikitnya pencarian informasi dan pertimbangan memunculkan komitmen terhadap merek produk tersebut. Ketidakpuasan emosional konsumen dari pengalaman dengan produk dapat menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek lain diluar merek yang biasanya. Pencarian merek lain ini dapat dilakukan konsumen dengan mendapatkan 22 Universitas Sumatera Utara informasi melalui media cetak, media elektronik ataupun melalui interpersonal, dimana tujuan akhirnya adalah perilaku untuk berpindah merek (brand switching). Menurut Setyaningrum (2005:2-7), keputusan konsumen untuk berpindah merek merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku tertentu, skenario persaingan, dan waktu sehingga perpindahan merek tidak hanya terjadi karena faktor ketidakpuasan konsumen. Keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen juga dipengaruhi oleh adanya kebutuhan mencari variasi. Kebutuhan mencari variasi merupakan komitmen secara sadar untuk membeli merek lain karena individu terdorong untuk menjadi terlibat, terdorong ingin mencoba hal baru, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal baru yang tujuannya adalah untuk mencari kesenangan atau untuk melepaskan kejenuhan dari merek yang biasa dipakainya. Perilaku pembelian yang mencari variasi adalah situasi pembelian yang ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi perbedaan antar merek signifikan (Kotler, 2008:246). Dalam kasus semacam ini konsumen sering sekali mengganti merek. Dalam menghadapi pemimpin pasar, perusahaan-perusahaan penantang akan mendorong pencarian variasi dengan penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. Peneliti dalam mengidentifikasi kebutuhan mencari variasi, metode untuk mengetahui kebutuhan dalam keputusan mencari variasi tersebut dijabarkan lebih konkrit ke dalam sejumlah konstruk yang disebut sebagai Exploratory Acquisition of Product (EAP) yang dikutip dari Van Trijp, dkk (1996:291) yang telah disesuaikan sebagai berikut: 23 Universitas Sumatera Utara 1) Lebih suka merek yang belum pernah dicoba. 2) Merasa tertantang jika memesan merek yang belum familiar. 3) Meskipun menyukai merek tertentu, namun sering mencoba merek yang baru. 4) Tidak khawatir dalam mencoba merek baru atau berbeda. 5) Jika merek produk tersedia dalam sejumlah variasi, pasti akan mencobanya. 6) Menikmati peluang membeli merek yang tidak familiar demi mendapatkan variasi dalam suatu pembelian. 2.1.6.3 Pengaruh Iklan Pesaing Informasi media periklanan yang lancar dan mudah dipahami oleh masyarakat (konsumen) akan memberikan tanggapan yang positif bagi konsumen. Informasi yang jelas secara visual maupun verbal dan tidak menyinggung perasaan konsumen akan menguntungkan di pihak produsen. Harapan positif di hati masyarakat merupakan tujuan utama produsen dalam menawarkan produknya, sehingga bisa diterima di pasaran. Berbagai cara produsen dalam mempromosikan produknya melalui periklanan diharapkan mendapatkan citra positif konsumen. Periklanan merupakan alat promosi yang paling banyak digunakan untuk produk konsumsi. Meskipun secara tidak langsung berakibat pada pembelian, periklanan merupakan sarana untuk membantu pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi dalam usahanya untuk menghadapi pesaing. 24 Universitas Sumatera Utara Salah satu komponen dari bauran pemasaran adalah promosi,yang terdiri atas lima variable, yakni: Sales promotion, Personal Selling, Publishing Selling, Direct Marketing,dan Advertising (Kotler,2002). Dari kelima produk tersebut yang paling sering dan umum digunakan khususnya untuk produk konsumsi adalah Advertising. Advertising adalah sarana untuk membantu pemasaran yang efektif sehingga terjalin komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam usahanya menghadapi pesaing. Menurut Lupiyoadi (2009;184) iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal (Impersonal communication) yang digunakan oleh perusahaan barang atau jasa. Peran iklan dalam pemasaran adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan produk yang ditawarkan,menambah pengetahuan konsumen tentang produk yang ditawarkan,membujuk calon konsumen untuk membeli atau menggunakan produk tersebut dan membedakan perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung positioning produk. Di bawah ini merupakan beberapa macam tujuan dari periklanan,yaitu : 1. Iklan yang bersifat memberikan informasi (informative advertising),iklan secara panjang lebar menerangkan produk jasa dalam tahap rintisan (perkenalan) guna menciptakan permintaan atas produk tersebut. 2. Iklan membujuk (persuasive advertising),iklan menjadi penting dalam ituasi persaingan dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu. 3. Iklan pengingat (reminder advertising),iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan (maturity) suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut. 25 Universitas Sumatera Utara 4. Iklan pemantapan (reinforcement advertising),iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat. Lupiyoadi (2009;193) menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan pengiklanan adalah komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen. Untuk itu ada beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk melakukan pengiklanan,antara lain melalui : a. Surat Kabar b. Majalah c. Radio d. Televisi e. Papan reklame (outdoor advertising) f. Surat Langsung (direct mail) Iklan, jika bekerja dengan baik akan mempengaruhi pelanggan untuk berpindah atau bertahan dengan suatu merek. Ada 3 (tiga) kemungkinan konsekuensi dari ekposur iklan yang dapat mempengaruhi pemilihan merek. Iklan dapat memperbesar pengaruh konsumen berganti merek (brand switching), atau dapat juga mempengaruhi pelanggan untuk tetap bertahan dengan merek terakhir yang digunakannya (repeat purchase) atau tidak memiliki pengaruh apapun atas kemungkinan pemilihan merek. Efek perpindahan merek dapat dihasilkan dari iklan yang membangun kesadaran merek (building brand awareness) atau merubah keyakinan atas merek. 26 Universitas Sumatera Utara Peranan aktivitas iklan pesaing berbanding terbalik dengan dukungan iklan yang diberikan oleh perusahaan. Oleh karena itu semakin tinggi aktivitas iklan pesaing, maka semakin ketat persaingan di pasar dan akibat selanjutnya adalah semakin sulit perusahaan untuk mendapatkan kinerja penjualan dan pemasaran dengan baik. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang akan dilaksanakan tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai landasan dan acuan terhadap arah dari penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji tentang perpindahan merek. Penelitian itu dilakukan oleh: 1. Putra (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Ketidakpuasan Pasca Konsumsi, Harga, dan Iklan Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Sepeda Motor Honda”. Penelitian ini menggunakan alat Regresi Berganda dengan mengambil sampel pada konsumen sepeda motor Honda di Kota Semarang, dengan responden berjumlah 100 orang. Hasil uji regresi menunjukan bahwa variabel ketidakpuasan pasca konsumsi, harga dan iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek sepeda motor Honda. Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,780 yang menunjukkan bahwa antara ketidakpuasan pasca konsumsi (X1), harga (X2), iklan (X3) mampu menjelaskan secara bersamasama terhadap keputusan perpindahan merek sepeda motor Honda ke merek lain sebesar 78%, sedangkan sisanya 22% dipengaruhi oleh 27 Universitas Sumatera Utara variabel lain yang tidak diteliti, seperti kebutuhan mencari variasi, karakteristik kategori produk, dan lain-lain. 2. Rachmawati (2011), meneliti tentang pengaruh ketidakpuasan pasca konsumsi, kebutuhan mencari variasi dan iklan pesaing terhadap keputusan perpindahan merek dari Mie Sedaap ke Mie Instan Lain dengan memgambil sampel pada mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sampel yang diambil berjumlah 100 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa ketiga variable independen yaitu ketidakpuasan pasca konsumsi , kebutuhan mencari variasi dan pengaruh iklan pesaing yang diteliti terbukti secara positif dan signifikan mempengaruhi variabel dependen yaitu keputusan perpindahan merek. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,516. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel independen untuk menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar 51.6 persen dan selebihnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh. 3. Wardani (2010) meneliti tentang pengaruh ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan produk pesaing terhadap keputusan perpindahan merek dari sabun pembersih wajah Biore. Dalam penelitian ini digunakan sampel dengan jumlah 100 mahasiswa perguruan tinggi Universitas Diponegoro Semarang yang pernah melakukan perpindahan merek pada sabun pembersih wajah Biore. Hasil penelitian 28 Universitas Sumatera Utara menunjukkan variable ketidakpuasan pasca konsumsi, kebutuhan mencari variasi, harga, dan iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek. Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa keempat variabel independen yang diteliti terbukti secara signifikan mempengaruhi variabel dependen keputusan perpindahan merek. Kemudian melalui uji F dapat diketahui bahwa variabel ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan memang layak untuk menguji variabel dependen keputusan perpindahan merek. Angka Adjusted R Square sebesar 0,513 menunujukkan bahwa 51,3 persen variasi keputusan perpindahan merek dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya sebesar 48,7% persen dijelaskan oleh variabel lain diluar keempat variabel yang digunakan dalam penelitian itu. 4. Naibaho (2009) meneliti tentang Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen dan Kebutuhan Mencari Variasi terhadap Keputusan Perpindahan Merek Handphone GSM dari Nokia ke Sony Ericcson (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU). Sampel yang diambil berjumlah 100 orang dengan teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dari ketidakpuasan konsumen dan kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek. Angka Adjusted R Square sebesar 0,418 menunujukkan bahwa 41,8 % persen variasi keputusan perpindahan merek dapat dijelaskan oleh keempat variabel 29 Universitas Sumatera Utara independen dalam persamaan regresi. Sedangkan sisanya sebesar 58,2 % dijelaskan oleh variabel lain diluar keempat variabel yang digunakan dalam penelitian itu. 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2005 : 65). Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari produsen. Jika produsen melebih-lebihkan manfaat suatu produk maka harapan konsumen tidak akan tercapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan (Kotler,2005:89). Setyaningrum (2005:2-7), keputusan konsumen untuk berpindah merek merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku tertentu, skenario persaingan, dan waktu sehingga perpindahan merek tidak hanya terjadi karena faktor ketidakpuasan konsumen. Keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen juga dipengaruhi oleh adanya kebutuhan mencari variasi. Lupiyoadi (2009;193) menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan pengiklanan adalah komunikasi yang efektif dalam rangka mengubah sikap dan perilaku konsumen. Periklanan memberikan perangsang dan pendorong bagi konsumen untuk berpindah merek dan menyatakan bahwa konsumen dengan tingkat persepsi yang berbeda mempunyai berbagai macam kemungkinan untuk berpindah merek. 30 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan teori-teori tersebut, dapatlah dibuat skema sistematis kerangka konseptual penelitian, yaitu: Ketidakpuasan Konsumen ( X1 ) Kebutuhan Mencari Variasi ( X2 ) Keputusan Perpindahan Merek ( Y) Iklan Pesaing ( X3) Sumber : Kotler ( 2005:89), Setyaningrum (2005:2-7), Lupiyoadi (2009;193) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka pemikiran teoritis yang disajikan di atas menjelaskan bahwa keputusan perpindahan merek dipengaruhi faktor ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi dan iklan pesaing. 2.4 Hipotesis Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro,2009:59). Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman untuk dapat mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang peneliti harapkan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah peneliti kemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: 31 Universitas Sumatera Utara 1. Ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi dan iklan pesaing secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek dari pasta gigi Pepsodent ke pasta gigi lain Pada Mahasiswa Program S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU. 2. Ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi dan iklan pesaing secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek dari pasta gigi Pepsodent ke pasta gigi lain Pada Mahasiswa Program S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU. 32 Universitas Sumatera Utara