TUGAS MATA KULIAH REHABILITASI JANTUNG Dosen : Dr Winaresmi Dikerjakan oleh : Cahya Setiya 1205033008 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Pada Pasca Infark Miokard 1. Batasan. Infark miokard adalah kematian otot jantung akibat penyakit jantung koroner aterosklerotik yang bersifat progresif. Menurut WHO, kriteria diagnostik IMA adalah jika terdapat 2 dari faktor sbb. yaitu : nyeri dada spesifik, perubahan EKG ( gelombang Q patologis dengan elevasi segmen ST) dan peningkatan kadar enzim jantung. 2. Etiologi Lesi dini keadaan patologi arteria koronaria ( perubahan intima arteri) atau aterosklerosis adalah garis garis lemak, berlanjut ke plak fibrosa, yang kemudian mengalami ulserasi atau fissuring, dan akhirnya pecah (plaque rupture). Proses selanjutnya terjadi trombosis intraplaque dan intraluminal yang meluas hingga menyumbat arteri koroner (thrombus propagation). Trombosis koronaria ini bisa mencetuskan infark miokard. 3. Klasifikasi. a. Uncomplicated MI (low risk): Pada hari ke 4 pasca IMA, tidak terdapat iskemia, left ventricle failure, syok, serious.aritmia yang mengancam, gangguan konduksi ,dan penyakit berat lainnya. b. Uncomplicated high risk MI (moderate-risk): Kelompok low risk yang berlanjut terjadi penurunan fungsi ventrikel (EF <30%) dan cardiac reserve atau ada iskemia yang signifikan dengan aktifitas rendah (2-3METs) setelah hari ke 4. c. Complicated MI (high risk): Pada infark luas, oklusi subtotal derajat tinggi proksimal 2 atau 3 arteri koronaria, disertai tanda tanda iskemia yang proresif, gagal jantung kiri, syok, aritmia yang mengancam 4. Masalah yang dihadapi. Masalah yang dihadapi penderita dengan infark miokard adalah risiko terjadinya perikarditis, gagal jantung akut, aritmia, anuresma ventrikel, ruptur ventrikel, ruptur muskulus papilaris, emboli paru, syok kardiogenik dan kematian. Pasca infark miokard timbul masalah keterbatasan fungsi fisik, masalah psikososial / depresi mental, masalah vokasional dan penurunan kualitas hidup. 5. Penatalaksanaan. 5.1 Penatalaksanaan dari bidang kardiologi Penanganan dari bidang kardiologi meliputi pengobatan untuk memperbaiki aliran darah koroner serta mengurangi kebutuhan oksigen dengan cara istirahat total, pemberian infus, oksigen, dan obat-obatan seperti analgetik, nitrat, aspirin, reperfusi dengan terapi trombolitik atau dengan PTCA, betablocker, ACE-inhibitor. 5.2 Program Rehabilitasi Medik. Program Rehabilitasi Medik meliputi edukasi, program latihan fisik, terapi okupasi dan penanganan masalah psikososial. Cardiac Rehabilitation Program (CRP) dilakukan oleh tim rehabilitasi kardiak meliputi edukasi, mengurangi faktor risiko, mengatasi faktor psikologis yang ada, latihan fisik terstruktur yang dilakukan dengan progresi bertahap, serta konseling masalah vokasional. 5.2.1 Edukasi. Edukasi meliputi : pengetahuan mengenai IMA, faktor risiko, penyebab dan pencetus, pemakaian obat secara teratur, diet rendah garam (≤ 2 gram) dan rendah lemak, mengatur aktivitas sesuai kemampuan fungsional, pentingnya latihan fisik teratur dan pengaruh stress terhadap jantung dan kegiatan seksual penderita pasca IMA 5.2.2 Penanganan faktor risiko : Meliputi smoking cessation, lipid management, weight management, blood pressure control, stress management 5.2.3 Program latihan. Fase rawat inap : Indikasi : pasca MI dengan kondisi hemodinamik stabil yaitu : a. Tidak ada chest pain ulang atau chest pain baru b. Tidak ada gejala baru uncompensated failure c. Tidak ada gejala baru ritme abnormal atau perubahan ECG dalam 8 jam terakhir Dosis latihan : Intensitas : RPE <13 (6-20scale) HR <120bpm or HRrest + 20bpm Durasi : intermittent bouts, 3-5 menit, periode istirahat 1-2 menit, total durasi 20 menit Frekuensi : hari 1-3 : 3-4x/hari Hari 4 dst : 2x/hari Progresi Mode : : menambah durasi 10-15 menit, baru intensitasnya mobilisasi duduk, berdiri, ambulasi dan ADL Fase rawat jalan : Latihan rekondisi . Latihan rekondisi pada pasca infark miokard meliputi latihan endurance dan resistance training. a. Latihan endurance. Intensitas latihan : Latihan endurance fase awal dimulai intensitas 40-50% VO2R atau THR = (Max HR-Resting HR)x 40-85% + resting HR RPE 11-13 (6-20 scale) untuk phase II CRP, RPE 12-15 untuk phase III-IV CRP setara dengan 60-80% VO2R Durasi : 20-60 menit, continuous atau intermittent activity dengan 10-15 menit exercise bouts Frekuensi minimal 3-5x /minggu Cara / mode latihan : Dapat dengan berjalan /dengan treadmill, bersepeda statik b. Latihan dengan beban Indikasi : Pasca Infark miokard yang telah mengikuti latihan endurance selama 3-6 minggu tanpa komplikasi Intensitas : RPE 11-14 (6-20 scale) setara dengan 30-50% dari 1RM yang dapat diangkat dengan usaha yang tidak terlalu berat (nyaman) sebanyak 8-10 repetisi Repetisi : 8-12 repetisi, ditingkatkan hingga 15 repetisi Set : jumlah set 2-3 set Progresi : bertahap dengan menambah intensitas dan repetisi Mode : latihan dengan tension bands, dumbbells, barbells, weighted bags,walking poles, machine/wal pulleys, bench presses, resistance cycle ergometers, rowing machine 5.2.3 Terapi okupasi. Edukasi dan latihan meliputi : a. Konservasi energi b. ADL c. Latihan relaksasi d. Koseling masalah vokasional 5.2.4 Penanganan masalah psikososial Stress management Merujuk ke psikiater jika diperlukan Algoritma Pasca Infark Miokard (fase rawat inap) Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil Tidak ada kontraindikasi absolut Ada kontraindikasi absolut Mobilisasi dan monitor Penanganan dari bidang kardiologi Edukasi Respon hemodinamik baik Progresi latihan Respon hemodinamik jelek Penanganan dari bidang Kardiologi Uji latih/tes jalan 6 menit Risk Stratification Criteria (AACVPR) Pasca Infark Miokard (fase rawat jalan) Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil Tidak ada kontraindikasi Ada kontraindikasi absolut absolut Edukasi Penanganan faktor risiko Penanganan dari bidang kardiologi Terapi okupasi Penanganan masalah psikososial Uji latih (bila waktu KRS belum ada) Risk Stratification Criteria (AACVPR) Latihan rekondisi Respon hemodinamik baik Respon hemodinamik jelek Progresi latihan dan monitor Penanganan dari bidang kardiologi Uji latih evaluasi CRP Rangkuman Cardiac Rehabilitation Program (CRP) dilaksanakan oleh tim rehabilitasi kardiak meliputi edukasi, mengurangi faktor risiko, mengatasi faktor psikologis yang ada, latihan fisik terstruktur yang dilakukan dengan progresi bertahap, serta konseling masalah vokasional. Asesmen lengkap termasuk uji latih diperlukan untuk menentukan kemampuan fungsi jantung dan kondisi hemodinamik, serta kapasitas fungsi penderita dan stratifikasi resiko penderita, untuk menentukan dosis latihan dan tingkat monitor / supervisi penderita. Daftar pustaka 1. Chakravarthy MV, Booth FW. Hot Topics Exercise. Philadelphia, Hanley & Belfus, 2003:173-190 2. Franklin BA, Whaley MH and Howley ET. ACSM’s Guidelines For Exercise Testing And Prescription. 6th ed. Philadelphia, Lippincott Williams Wilkins, 2000: 165-182 3. Roberts SO. Principles of Prescribing Exercise. In: Roberts SO, Robergs RA and Hanson P (Eds). Clinical Exercise Testing and Prescription.Theory and Application. New York, CRC Press, 1997: 245-246. 4. Temes WC,.Cardiac Rehabilitation. In: Hillegass EA and Sadowsky HS (Eds). Essentials of Cardiopulmonary Physical Therapy. USA, W.B.Sauders Company, 1994: 633-675. 5. William MA. Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary prevention Programs. 3 rd ed. USA, Human Kinetics, 1999:15-130 Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) 1.Batasan. Coronary Artery Bypass Graft Surgery (CABG) atau operasi pintas koroner, dilaksanakan dengan melakukan anastomosis transplant bagian distal dengan a koroner yang mengalami obstruksi yang dilakukan dengan pertolongan total sirkulasi ekstrakorporal (SEK), sedangkan bagian proksimalnya pada aorta dengan parsial SEK. 2. Indikasi CAD dengan asymptomatic atau mild AP CAD dengan stable AP CAD dengan unstable AP atau nonQwave MI CAD dengan ST segment elevation (Qwave) MI CAD dengan fungsi LV yang jelek CAD dengan ventricular arrhythmia yang mengancam nyawa CAD dengan kegagalan terapi PTCA 3. Masalah yang dihadapi Tindakan CABG dapat menimbulkan komplikasi tidak fatal (lebih kurang 15% kasus) dan komplikasi fatal sekitar 2%. Komplikasi tersebut meliputi tromboemboli, bronkhopneumonia, efusi pleura, efusi perikard, perdarahan, aritmia, curah jantung rendah, stroke dan infeksi luka operasi. 4.Penatalaksanaan. Program Rehabilitasi Kardiak Program Rehabilitasi Kardiak meliputi program pre dan pasca opreasi CABG. Program pre–op ditekankan pada latihan untuk menghindari komplikasi pasca operasi, terutama komplikasi sistem respirasi. Program Rehabilitasi Kardiak meliputi edukasi, program latihan fisik / rekondisi yang dilakukan dengan progresi bertahap, terapi okupasi, penanganan masalah psikososial dan penanganan faktor risiko meliputi smoking cessation, lipid management, weight management dan blood pressure contro. 5.Program latihan. 5.1 Pre-op CABG Evaluasi, breathing exercise dan latihan dengan incentive spirometer, latihan batuk efektif, edukasi latihan pasca operasi, chest physiotherapy atas indikasi. 5.2 Pasca CABG 5.2.1 Di ICU : Dimulai bila kondisi heodinamik stabil yaitu a. Tidak ada chest pain ulang atau chest pain baru b. Tidak ada gejala baru uncompensated heart failure c. Tidak ada gejala baru ritme abnormal atau perubahan ECG dalam 8 jam terakhir Latihan meliputi breathing exercise dan latihan dengan incentive spirometer bila sudah ekstubasi, latihan batuk efektif dan chest physiotherapy atas indikasi, ankle pumping exercise, ROM exercise, stretching dan mobilisasi bertahap, transfer dan ADL sesuai kondisi hemodinamik penderita. Dosis latihan mobilisasi: Intensitas HRrest +20bpm, RPE 10-11 (6-20 Borg scale) Durasi bertahap 3-5 menit, intermittent bouts dengan periode istirahat 1-2 menit, total durasi 10-20 menit Frekuensi 2-3 x /hari Progresi bertahap dengan monitor BP, HR, ECG dan SaO2 dan cardiac symptom 5.2.2 Di ruang transisi atau bangsal Dimulai bila kondisi medik stabil. Melanjutkan latihan breathing exercise dan latihan dengan incentive spirometri, latihan batuk efektif dan chest physiotherapy atas indikasi, ankle pumping exercise, ROM dan stretching serta mobilisasi dan ADL dengan progresi bertahap. Dosis latihan mobilisasi: Intensitas HRrest+20bpm, RPE 11-13 (6-20 Borg scale) Durasi 10-20 menit Frekuensi 2-3 x/hari Progresi bertahap dengan monitor hemodinamik Progresi dimulai bila respon exercise sebagai berikut : Ada peningkatan HR adekuat 5-20 bpm diatas resting HR Ada peningkatan systolic BP adekuat 10-40 mmHg diatas resting BP Tidak ada cardiac symptom yang abnormal : palpitasi, dyspneu, lelah berlebihan dan chest pain. 5.2.3. Fase rawat jalan Fase rawat jalan : Latihan rekondisi . Latihan rekondisi pada pasca infark miokard meliputi latihan endurance dan resistance training. a. Latihan endurance. Intensitas : HR rest + 30bpm RPE 11-13 (6-20 scale) untuk phase II CRP, RPE 12-15 untuk phase III-IV CRP setara dengan 60-80% VO2R Durasi : 20-60 menit, continuous atau intermittent activity dengan 10-15 menit exercise bouts Frekuensi : Frekuensi minimal 3-5x /minggu Cara / mode latihan : Dapat dengan berjalan /dengan treadmill, bersepeda statik b. Latihan dengan beban Indikasi : Pasca Infark miokard yang telah mengikuti latihan endurance selama 3-6 minggu tanpa komplikasi Intensitas : RPE 11-14 (6-20 scale) setara dengan 30-50% dari 1RM yang diangkat dengan usaha yang tidak terlalu berat (nyaman) sebanyak 8-10 repetisi. Repetisi : 8-12 repetisi, ditingkatkan hingga 15 repetisi Set : jumlah set 2-3 set Progresi : bertahap dengan menambah intensitas dan repetisi Mode : latihan dengan tension bands, dumbbells, barbells, weighted bags,walking poles, machine/wal resistance cycle ergometer pulleys, bench presses, rowing machine 5.2.4 Terapi okupasi. Edukasi dan latihan meliputi : a. Konservasi energi b. ADL c. Latihan relaksasi d. Koseling masalah vokasional 5.2.5 Penanganan masalah psikososial Stress management Merujuk ke psikiater jika diperlukan Algoritma Jaringan & sel darah kebutuhan O2 ↑ perfusi ginjal ↓ kerusakan eritrosit CABG Jantung & pemb. darah Sistim respirasi dan torak trauma op& perdarahan pergerakan silia ↓ akumulasi mucus ↑ restriksi pergerakan toraks gangguan elektrolit efusi perikardial Hb↓ pain kemampuan batuk lemah volume darah ↓ hipotensi atelektasis work of breathing ↑ work of heart ↑ perubahan postur Pasca CABG di ICU Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil Tidak ada kontraindikasi absolut Ada kontraindikasi absolut Mobilisasi dan monitor Penanganan dari bidang anestesi, kardiologi, bedah toraks Respon hemodinamik baik Progresi latihan Respon hemodinamik jelek Penanganan dari bidang Kardiologi Pasca CABG di ruang transisi/bangsal Hemodinamik stabil Hemodinamik tidak stabil Kontraindikasi absolut - Kontraindikasi absolut + Latihan rekondisi Penanganan dari bidang kardiologi Edukasi Penanganan faktor risiko Terapi okupasi Penanganan masalah psikososial Uji latih sebelum KRS Pasca CABG rawat jalan Hemodinamik sabil Hemodinamik tidak stabil Edukasi Penanganan bidang karddiologi Penanganan faktor risiko Terapi okupasi Penanganan masalah psikososial Latihan rekondisi Respon hemodinamik baik Respon hemodinamik jelek Progresi latihan dan monitor Penanganan dari bidang kardiologi Uji latih evaluasi CRP fase II, III, IV Rangkuman Materi Baku Program rehabilitasi medik pada penderita CABG sudah dimulai sejak fase pre-operatif, hal ini ditujukan untuk menghindari komplikasi pascaCABG, sehingga evaluasi awal preoperatif perlu dilakukan meliputi fungsi kardiorespirasi, neuromuskuloskeletal dan faktor psikologis penderita. Mobilisasi dini setelah kondisi medis stabil sudah dimulai sejak di ICU dilanjutkan selama di ruang transisi dan bangsal. Tujuan mobilisasi dini adalah mencegah timbulnya ortostatik hipotensi dan tromboemboli, meningkatkan ventilasi paru, kemampuan fungsi serta support psikologis. Edukasi pencegahan faktor risiko sudah dimulai pada fase rawat inap dan dilanjutkan selama rawat jalan. Asesmen lengkap termasuk uji latih diperlukan untuk menentukan kemampuan fungsi jantung dan kondisi hemodinamik, kapasitas fungsi penderita dan stratifikasi resiko penderita, serta menentukan dosis latihan dan tingkat monitor / supervisi penderita. Daftar Pustaka 1.Chung EK, 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 1. Jakatra, EGC, pp421-439. 2.Dafoe WA and Koshal A, 1993. Noncardiologic Complications of Coronary Artery Bypass Surgery and Common Patient Concerns. In: Pashkow F and Dafoe WA (Eds). Baltimore, Williams & Wilkins, pp183-195. 3.Roberts SO, 1997. Principles of Prescribing Exercise. In: Roberts SO, Robergs RA and Hanson P (Eds). Clinical Exercise Testing and prescription. Theory and Application. New York, CRC Press, pp 245-246. 4.Tahalele P, 2001. Aspek Pembedahan penyakit Koroner Aterosklerotik. Media IDI 26(1): 44-55. 5.Temes WC, 1994.Cardiac Rehabilitation. In: Hillegass EA and Sadowsky HS (Eds). Essentials of Cardiopulmonary Physical Therapy. USA, W.B.Sauders Company, pp 633-675. 6.Williams MA, 1999. AACVPR Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary Prevention Programs. 3th ed. USA, Human Kinetics, pp 15-60. 7. Whaley MH, Brubaker PH and Otto RM, 2006. ACSM”s Guidelines For Exercise Testing And Prescription. 7 174-193 th ed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, pp Tatalaksana KFR pada Gagal Jantung Kronik 1. Batasan. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, disebabkan impairment dari cardiac output, penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri, disfungsi diastolik, abnormalitas metabolisme otot skeletal atau fungsi pulmonal atau kombinasi keduanya. 2. Etiologi. Etiologi gagal jantung dapat disebabkan penyakit miokard dan gangguan mekanik pada miokard. 1.Penyakit miokard : penyakit jantung koroner, kardiomiopati, miokarditis, penyakit jantung rematik. 2.Gangguan mekanik pada miokard : a.Pressure overload : hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta, hipertrofi kardiomiopati b.Volume overload : insufisiensi aorta atau mitral, left to right shunt, transfusi berlebihan c.Hambatan pengisian : constrictive pericarditis, tamponade 3. Klasifikasi. Klasifikasi gagal jantung menurut New-York Heart Association (NYHA) Functional Classification. Class I : No limitation of physical activity. Ordinary physical activity does not cause undue fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain Class II : Slight limitation of physical activity. Comfortable at rest, but ordinary physical activity results in fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain Class III : Marked limitation of physical activity. Comfortable at rest, but less than ordinary activity causes fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain Class IV :Unable to carry on any physical activity without discomfort. Symptons of cardiac insufficiency or of the anginal syndrome may present at rest. If any physical activity is undertaken, discomfort is increased. 4. Masalah yang dihadapi. Masalah yang dihadapi penderita dengan gagal jantung adalah risiko terjadinya infark miokard, stroke dan atrial fibrillation serta risiko kematian disamping masalah keterbatasan melakukan aktivitas fisik, masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup. 5. Penatalaksanaan. Penatalaksanaan pada penderita dengan gagal jantung meliputi penanganan dari disilpin kardiolgi yaitu mengatasi sindroma gagal jantung, menangani faktor presipitasi atau kelainan yang mendasari dan mencegah komplikasi tromboemboli, serta penangan dari disiplin rehabilitasi medik. 5.1 Medikamentosa. Pemberian obat ditujukan untuk : a. Menurunkan “after load” : ACE-Inhibitor atau antagonis Kalsium b. Meningkatkan kontraktilitas jantung : digitalis, dopamine, dobutamin c. Menurunkan “preload” : nitrat, diuretika, vasodilator dan membatasi pemberian cairan 5.2 Program Rehabilitasi Medik. Program Rehabilitasi Medik meliputi edukasi, program latihan fisik, terapi okupasi dan penanganan masalah psikososial. 5.2.1 Edukasi. Edukasi meliputi : pengetahuan mengenai gagal jantung, faktor risiko, penyebab dan pencetus, pemakaian obat secara teratur, diet rendah garam (≤ 2 gram) dan rendah lemak, mengatur aktivitas sesuai kemamuan fungsional, pentingnya latihan fisik teratur dan edukasi dukungan psikologis penderita oleh keluarga. 5.2.2 Program latihan. Indikasi. a.Medis stabil b.Tidak ada kontraindikasi absolut (obstruksi left ventricular outflow, decompensated CHF, threatening arrhythmia) c.Kapasitas latihan >3 METs Hanya penderita yang stabil dan tidak mengalami exercise induced ventricular arrhytmia yang boleh mengikuti program latihan. Untuk itu diperlukan uji latih dengan six minute walk test dengan monitor (telemetri bila ada). Precaution. Pemakaian obat seperti digoxin, diuretik, vasodilator, ACE inhibitor dan antiaritmia berpotensi menambah perubahan ST segment, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung. Kombinasi digoxin dan adanya gangguan elektrolit (hipokalemia akibat pemakaian jangka panjang diuretik) menyebabkan disritmia ventrikel yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu selama latihan fisik perlu monitoring keluhan dan gejala sbb. a. Keluhan dan gejala yang menunjukkan penurunan kondisi medis seperti lelah berlebihan, sesak bertambah berat, timbul angina, edema, berat badan mendadak bertambah, disritmia bertambah berat. b. Mencacat secara rutin berat badan dan tekanan darah sebelum latihan c. Pemeriksaan rutin fungsi jantung dan paru d. Memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit e. Monitor tekanan darah f. Monitor dengan serial ECG g. Monitor Borg scale, Angina scale dan Dyspneu scale h. Monitor timbulnya efek samping obat, dan merujuk ke kardiolog bila ada i. Monitor gejala dini timbulnya dekompensasi kordis dan merujuk ke kardiolog bila ada Latihan rekondisi . Latihan rekondisi pada gagal jantung meliputi latihan endurance dan resistance. Latihan endurance. Intensitas latihan : Latihan endurance fase awal dimulai intensitas 40-60% VO2peak atau 10 bpm dibawah simptom yang signifikan seperti angina, exertional hypotension, dysrhytmia dan dyspnea. Progresi latihan dengan meningkatkan intensitas menjadi 40-75% VO2peak atau 7085% peak heart rate dari hasil uji latih. RPE 11-14 (”light” to ”somewhat hard”), angina scale : tidak melebihi 2+ (”moderate to bothersome”), dyspnea scale tidak melebihi 2+ (”mild, some difficult”) Durasi dan frekuensi latihan: Fase awal diberikan dengan interval (periode istirahat 1-2 menit) selama 2-6 menit, 23 kali per hari. Progresi latihan dengan menambah durasi secara bertahap hingga mencapai 30 menit (20-40 menit) sesuai toleransi latihan. Frekuensi minimal 3x / minggu selama ≥ 12 minggu Cara / mode latihan : Dapat dengan berjalan, atau bersepeda statik Latihan dengan beban (light-to-moderate resistance training) Resistance training 2-3 x/minggu (low resistance dan high repetition) Indikasi : a. penderita gagal jantung kronik NYHA klas 1 atau 2 b. sudah menyelesaikan minimal 6-12 minggu program latihan tanpa komplikasi. 5.2.3 Terapi okupasi. Edukasi dan latihan meliputi : a. Konservasi energi b. ADL c. Stress management dan latihan relaksasi 5.2.4 Penanganan masalah psikososial Dukungan psikologis penderita Merujuk ke psikiater jika diperlukan Algoritma Gagal jantung kronik Medis stabil Medis tidak stabil Tidak ada kontraindikasi absolut Ada kontraindikasi absolut Uji latih : tes jalan 6 menit Penanganan dari bidang kardiologi Ventricular arrhytmia - Ventricular arrhythmia + Kapasitas latihan ≥3 METs Kapasitas latihan <3METs Program KFR Edukasi Latihan rekondisi Terapi okupasi Penanganan masalah psikososial Penanganan dari bidang Kardiologi Rangkuman Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, disebabkan impairment dari cardiac output, penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri, disfungsi diastolik, abnormalitas metabolisme otot skeletal atau fungsi pulmonal atau kombinasi keduanya. Masalah yang dihadapi penderita dengan gagal jantung kronik adalah risiko terjadinya infark miokard, stroke dan atrial fibrillation serta risiko kematian disamping masalah keterbatasan melakukan aktivitas fisik, masalah psikososial dan penurunan kualitas hidup.Latihan rekondisi penderita dengan gagal jantung menimbulkan perbaikan kapasitas fungsional dan kualitas hidup, mengurangi simptom, mortalitas dan kecepatan ulangan rawat inap karena gagal jantung. Adaptasi perifer (otot skeletal) meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik. Hanya penderita yang stabil dan tidak mengalami exercise induced ventricular arrhytmia yang boleh mengikuti program latihan. Untuk itu diperlukan uji latih dengan six minute walk test dengan monitor (telemetri bila ada). Oleh karena pemakaian obat pada gagal jantung kronik dapat menimbulkan efek samping, monitor selama pemberian latihan rekondisi mutlak dilakukan. Evaluasi berkala respon hemodinamik dan kapasitas fungsi perlu dilakukan untuk menentukan progresi dosis latihan. Kepustakaan 1. Braith RW, 2001.Exercise for Chronic Heart failure and Heart Transplant patients. In: Thompsom PD (Ed). Exercise & Sports Cardiology. Singapore,Mc Graw-Hill International Edition, 317-353. 2. Cahalin LP, 1994. Cardiac Muscle Dysfunction. In : Hillegass EA and Sadowsky HS (Eds). Essentials of Cardiopulmonary Physical Therapy. USA, W.B. Saunders Company, pp123-188. 3. Franklin BA, Whaley MH and Howley ET, 2000. ACSM’s Guidelines For Exercise Testing And Prescription. 6th ed. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, pp 186187 4. Williams MA, 1999. AACVPR Guidelines for Cardiac Rehabilitation and Secondary Prevention Programs. 3th ed. USA, Human Kinetics, pp 150-154.