universitas indonesia studi reaksi o

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI REAKSI O-METILASI EUGENOL DENGAN METANOL MENGGUNAKAN
KATALIS ZEOLIT KNAX
SKRIPSI
LIDYAWATI
0806326790
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
DEPOK
JUNI 2012
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI REAKSI O-METILASI EUGENOL DENGAN METANOL MENGGUNAKAN
KATALIS ZEOLIT KNAX
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
LIDYAWATI
0806326790
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
DEPOK
JUNI 2012
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirnjuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Lidyawati
NPM
: 080~f79~
~
Tanda Tangan:
Tanggal
: 30Mei2012
ii
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Sang Triratna, Buddha, Dhamma, dan Sangha, serta
Avalokitesvara, Bodhisatva yang Maha Welas Asih karena berkat rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. PT. Indesso Aroma Management, dan Pak Welliam yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan analisis dan atas saran yang telah diberikan yang sangat membantu penelitian
ini;
2. Pak Ridla Bakrie, selaku Ketua Departemen Kimia yang ketika penulisan skripsi ini
sedang dalam kondisi sakit, semoga dapat cepat sembuh;
3. Bu Widyastuti, selaku Koordinator Pendidikan yang telah membantu penulis dalam
mengisi SIAK NG selama perkuliahan, dan Bu Tresye, selaku Koordinator Penelitian;
4. Pak Ismunaryo, selaku pembimbing akademis yang telah banyak memberikan saran
selama perkuliahan;
5. Bu Widajanti Wibowo dan Pak Herry Cahyana, selaku pembimbing skripsi;
6. Seluruh Dosen yang telah berbagi ilmu pengetahuan selama perkuliahan;
7. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan;
8. Teman-teman, khususnya angkatan 2008, dan angkatan 2007 terutama Kak Intan yang
telah memberikan pinjaman buku kepada penulis dan berbagi info selama perkuliahan;
9. Asau Hamdany dan keluarga, sungguh berharap kamu bisa cepat sembuh dan
menyelesaikan kuliahmu kembali;
10. Teman-teman KMBUI
11. Pak Hedi yang telah membantu penulis dalam kegiatan lab;
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
12. Pihak Lab Afiliasi, Kak Dyo, Kak Daniel, Kak Rasyid yang telah membantu dalam
pengoperasian alat dan penjelasannya;
13. Seluruh karyawan Departemen Kimia UI terutama Pak Amin dan Pak Sutrisno
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Depok, 30 Mei 2012
Penulis
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di .
bawahini:
Nama
: Lidyawati
NPM
: 0806326790
Program Studi
: Kimia
Departemen
: Kimia
Fakultas
: Matematika dan llmu Pengetahuan Alam
Jenis karya
: Skripsi .
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty­
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Studi Reaksi G-Metilasi Eugenol dengan Metanol Menggunakan Katalis Zeolit
KNaX beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hale Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya se1ama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulislpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal
: 30 Mei 2012
( Lidyawati )
vi
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Lidyawati
: Kimia
: Studi Reaksi O-Metilasi Eugenol dengan Metanol
Menggunakan Katalis Zeolit KNaX
Eugenol merupakan bahan awal yang sangat berguna bagi sintesis senyawa-senyawa yang lebih
bermanfaat seperti metil eugenol yang banyak digunakan dalam industri parfum, dan farmasi.
Reaksi O-metilasi eugenol yaitu penambahan gugus metil yang terjadi pada atom O pada gugus
hidroksi eugenol dan dapat terjadi dengan adanya katalis basa. Eugenol direaksikan dengan
metanol yang berfungsi sebagai sumber metilasi dan katalis zeolit KNaX pada temperatur 70 0C.
Katalis zeolit KNaX yang digunakan sebesar 20% berat eugenol sedangkan perbandingan mol
yang digunakan antara eugenol dengan metanol adalah 1:20. Reaksi dilakukan dengan
menggunakan hot plate dan labu leher tiga yang dilengkapi kondesor. Variasi yang dilakukan
antara lain reaksi tanpa katalis, dengan katalis, dan variasi waktu yaitu 3, 6, 9, dan 12 jam.
Analisis uji katalitik dilakukan dengan GC-MS untuk kualitatif dan GC untuk kuantitatif. Hasil
optimum diperoleh dari reaksi menggunakan katalis selama 12 jam dengan persentase yield
sebesar 3,006%, persentase konversi sebesar 11,03%, dan persentase selektivitas sebesar
27,253%. Zeolit KNaX disintesis dari kaolin yang berasal dari Bangka Belitung dan memiliki
rasio Si/Al sebesar 0,63.
Kata kunci:
O-Metilasi, Eugenol, Metanol, Metil eugenol, Zeolit KNaX
xiv+56 halaman
: 27 gambar, 11 tabel
Daftar pustaka
: 1959-2011
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Lidyawati
: Chemistry
: Study Reaction of O-Methylation Eugenol with Methanol
Using Zeolite KNaX Catalyst
Eugenol is a very useful starting materials for the synthesis of compounds which are more useful
as methyl eugenol is widely used in the perfume industry, and pharmaceuticals. O-methylation of
eugenol is the addition of methyl groups occurred at the hydroxy O atom and eugenol may occur
in the presence of base catalyst. Eugenol is reacted with methanol which serves as a source of
methylation and a zeolite catalyst at a temperature of 700C. Zeolite of KNaX catalysts are used
by 20% by weight of eugenol used while the mole ratio of eugenol in methanol is 1:20.
Reactions were performed using a hot plate and a three neck flask equipped with condenser.
Variation among others the reaction without catalyst, the catalyst, and the time variation of the 3,
6, 9, and 12 hours. Analysis of the catalytic is carried out by GC-MS for qualitative and GC for
quantitave. The optimum results obtained from the reaction using the catalyst for 12 hours with a
percentage yield of 3.006%, the percentage conversion rate of 11.03%, and the percentage
selectivity of 27.253%. Zeolite of KNaX is synthesized from kaolin derived from Bangka
Belitung and has a ratio of Si / Al of 0.63.
Key words:
O-Methylation, Eugenol, Methanol, Methyl eugenol, Zeolite of KNaX
xiv+56 pages : 27 drawings, 11 tables
Bibliography : 1959-2011
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. …….i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………….vi
ABSTRAK……………………………………………………………………...vii
ABSTRACT…………………………………………………………………....viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiii
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
1.2. Perumusan Masalah………………………………………………………4
1.3. Hipotesis………………………………………………………………….4
1.4. Tujuan Penelitian…………………………………………………………4
1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………..5
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………6
2.1 Senyawa Fenilpropanoid…………………………………………………..6
2.1.1 Eugenol……………………………………………………………..6
2.2 Reaksi metilasi eugenol dengan metanol…………………………………8
2.2.1 Metanol……………………………………………………………..8
2.2.2 Metil eugenol……………………………………………………….8
2.3 Katalis…………………………………………………………………….9
2.4 Zeolit…………………………………………………………………….11
2.4.1 Zeolit sebagai katalis……………………………………………...12
2.4.2 Struktur kerangka zeolit…………………………………………..14
2.4.3 Zeolit KNaX……………………………………………………...16
2.5 Aktivasi zeolit…………………………………………………………...16
2.6 Sintesis zeolit……………………………………………………………17
2.6.1 Sintesis zeolit dari kaolin………………………………………….19
3. METODE PENELITIAN…………………………………………………...22
3.1 Diagram rancangan umum penelitian……………………………………..22
3.2 Alat dan bahan…………………………………………………………….23
3.2.1 Alat………………………………………………………………….23
3.2.1.1 Pembuatan zeolit KNaX…………………………………….23
3.2.1.2 Reaksi katalitik eugenol dan metanol……………………….23
3.2.2 Bahan………………………………………………………………..24
3.2.2.1 Pembuatan zeolit KNaX…………………………………….24
3.2.2.2 Reaksi katalitik eugenol dan metanol…………………….....24
3.3 Cara kerja………………………………………………………………….24
3.3.1 Pembuatan zeolit KNaX……………………………………………24
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3.3.2 Reaksi katalitik eugenol dan metanol………………………………24
3.3.3 Karakterisasi katalis zeolit KNaX………………………………….25
3.3.3.1 Analisis EDS……………………………………………….25
3.3.3.2 Analisis IR………………………………………………….25
3.3.4 Analisis uji katalitik………………………………………………...25
3.3.4.1 Analisis kromatografi gas (FID)……………………………25
4. PEMBAHASAN……………………………………………………………...27
5. KESIMPULAN………………………………………………………………47
DAFTAR REFERENSI………………………………………………………..48
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka dasar fenilpropanoid……………………………………6
Gambar 2.2 Eugenol……………………………………………………………7
Gambar 2.3 Reaksi O-metilasi eugenol………………………………………...8
Gambar 2.4 Metil eugenol……………………………………………………...9
Gambar 2.5 Tetrahedron………………………………………………………14
Gambar 2.6 Unit pembangun sekunder……………………………………….15
Gambar 2.7 Sistem saluran FAU……………………………………………...15
Gambar 2.8 Kerangka zeolit FAU…………………………………………….16
Gambar 2.9 Struktur kaolin……………………………………………………19
Gambar 2.10 Struktur metakaolin……………………………………………..20
Gambar 4.1 Difraktogram kaolin……………………………………………...28
Gambar 4.2 XRF Kaolin....................................................................................29
Gambar 4.3 Difraktogram XRD metakaolin......................................................31
Gambar 4.4 XRF metakaolin..............................................................................32
Gambar 4.5 IR KNaX sebelum reaksi…………………………………………36
Gambar 4.6 IR KNaX setelah reaksi…………………………………………..37
Gambar 4.7 Mekanisme reaksi O-metilasi eugenol…………………………...38
Gambar 4.8 Reaksi dengan katalis…………………………………………….40
Gambar 4.9 Reaksi tanpa katalis……………………........................................40
Gambar 4.10 Kromatogram standar eugenol………………………………….41
Gambar 4.11 Kromatogram standar metil eugenol……………………………42
Gambar 4.12 Kromatogram reaksi o-metilasi dengan katalis (3 jam)…………42
Gambar 4.13 Kromatogram reaksi o-metilasi tanpa katalis ( 3 jam)…………..43
Gambar 4.14 Kurva standar eugenol..................................................................44
Gambar 4.15 Kurva standar metil eugenol……………………………….……44
Gambar 4.16 Reaksi dengan TBAB……………………………………………46
Gambar 4.17 GC-MS reaksi dengan TBAB……………………………………46
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik FAU.................................................................................16
Tabel 4.1 Data EDS kaolin Lampung....................................................................27
Tabel 4.3 Data EDS metakaolin………………………………………………….31
Tabel 4.4 Data XRF metakaolin………………………………………………….32
Tabel 4.5 Data EDS zeolit KNaX Lampung……………………………………..34
Tabel 4.6 Data EDS zeolit KNaX Bangka Belitung……………………………..34
Tabel 4.7 Perbandingan data difraktogram XRD zeolit dengan standar zeolit X..35
Tabel 4.8 Hasil analisis GCMS dengan katalis (9 jam)………………………….40
Tabel 4.9 Hasil analisis GCMS tanpa katalis (9 jam)……………………………41
Tabel 4.10 Hasil reaksi eugenol dengan methanol 1:20 pada 700C......................45
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Difraktogram XRD Kaolin………………………………………….51
Lampiran 2 XRF Kaolin .......................................................................................53
Lampiran 3 Difraktogram Metakaolin ..................................................................54
Lampiran 4 XRF Metakaolin ................................................................................56
Lampiran 5 Kromatogram 3 jam reaksi+katalis ...................................................57
Lampiran 6 Kromatogram 6 jam reaksi+katalis ...................................................58
Lampiran 7 Kromatogram 9 jam reaksi+katalis ...................................................59
Lampiran 8 Kromatogram 12 jam reaksi+katalis .................................................60
Lampiran 9 Kromatogram 3 jam reaksi tanpa katalis ...........................................61
Lampiran 10 Kromatogram 6 jam reaksi tanpa katalis .........................................62
Lampiran 11 Kromatogram 9 jam reaksi tanpa katalis .........................................63
Lampiran 12 Kromatogram 12 jam reaksi tanpa katalis .......................................64
Lampiran 13 IR KNaX sebelum reaksi .................................................................65
Lampiran 14 IR KNaX setelah reaksi ..................................................................66
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan salah satu bahan ekspor non migas andalan Indonesia.
Beberapa contoh minyak atsiri yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ialah minyak
daun cengkeh, minyak sereh, minyak nilam, dan minyak akar wangi. Minyak atsiri awalnya
digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan aroma makanan. Dalam
perkembangannya, hasil sintesis senyawa turunan minyak atsiri dapat digunakan sebagai
feromon, aditif biodiesel, antioksidan, polimer, aromaterapi, sun screen, dan masih banyak
kegunaan lainnya. Salah satu contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, telah lama dikenal
sebagai mata perdagangan Indonesia. Cengkeh atau Eugenia caryophyllata adalah tanaman asli
Kepulauan Maluku yang kemudian dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia dan di dunia.
Pasokan minyak cengkeh Indonesia ke pasar dunia cukup besar yaitu sekitar 60% dari
kebutuhan dunia. Komponen terbesar minyak cengkeh yaitu sekitar 80-90% adalah eugenol.
Eugenol memegang peranan penting sebagai bahan dasar pembuatan produk dalam industri
farmasi dan parfum. Industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta dan formulasi bahan penambal
gigi) menggunakan bahan baku eugenol dalam minyak cengkeh karena mempunyai daya
antiseptik (Anonim, 2004). Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), eugenol banyak diproduksi
sebagai analgetikum, stimulansia, korigen odoris, obat mulas, serta menghilangkan rasa mual
dan muntah. Observasi Chaieb et al (2007) terhadap berbagai hasil penelitian menunjukkan
bahwa eugenol terbukti memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan, antifungi, dan antiseptik.
Eugenol merupakan bahan awal bagi sintesis senyawa-senyawa yang lebih bermanfaat seperti
metil eugenol, metil isoeugenol hingga vanili yang banyak digunakan dalam industri parfum, dan
farmasi. Senyawa eugenol yang diproses lebih lanjut menjadi berbagai produk dapat dijual
kembali dengan harga yang lebih tinggi, sehingga diperoleh nilai tambah serta keuntungan yang
tidak sedikit bagi negara importir (Busroni, 2000). Di luar negeri rninyak daun cengkeh diisolasi
dan disintesis menjadi turunan yang bernilai lebih tinggi salah satunya adalah sintesis metil
eugenol. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman memproduksi
senyawa turunan dari eugenol sehingga harga produk tersebut lebih mahal daripada harga
minyak cengkeh.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Dalam penelitian ini, reaksi o-metilasi eugenol dilakukan dengan metanol menggunakan
katalis zeolit KNaX. Beberapa penelitian sebelumnya yang melatar belakangi penelitian reaksi ometilasi eugenol dengan metanol menggunakan katalis zeolit KNaX ini ialah sebagai berikut:
1. Rudyanto, Marcellino dan Lanny Hartanti. 2006. Konversi Satu Tahap Eugenol Menjadi
Metil Isoeugenol dengan Iradiasi Gelombang Mikro pada Kondisi Bebas Pelarut.
Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala.
Dalam penelitian, mereka melakukan sintesis metil isoeugenol dari eugenol dengan
media natrium karbonat dan kalium karbonat menggunakan iradiasi gelombang mikro
dengan pelarut DMSO dan katalis transfer fasa TBAB ( Tetra Butil Amonium Bromida ).
Marcell dan Lanny melakukan variasi dengan penambahan NaOH dan tanpa NaOH. Dari
percobaan diketahui bahwa penggunaan kombinasi basa NaOH dengan TBAB
memberikan produk berupa campuran metil eugenol dan metil isoeugenol.
2. Riyanto, Ari Fajar. 2007. Studi Reaksi Katalitik O-Metilasi Fenol dan Metanol Menjadi
Anisol dengan Menggunakan Katalis Zeolit X dalam Fasa Cair. Depok: Departemen
Kimia UI.
Dalam penelitian ini, Ari Fajar melakukan reaksi O-metilasi fenol dan metanol dalam
fasa cair dengan menggunakan katalis zeolit X sebesar 10% berat reaktan (fenol dan
metanol) dan perbandingan volume pelarut DMSO yang digunakan 10:1 (DMSO :
reaktan) menghasilkan produk anisol yang optimum pada ratio molar 1:20 (fenol :
metanol) dan suhu reaksi 155oC. Fenol yang terkonversi mencapai sebesar 80,37%, yield
anisol yang terbentuk sebesar 79,02% dan selektifitas fenol terkonversi menjadi anisol
sebesar 98,32% dengan rasio Si/Al= 1,33. Ari Fajar menggunakan DMSO ( Dimetil
Sulfoksida ) sebagai pelarut dan metanol sebagai agen metilasi agar dapat melakukan Ometilasi fenol menjadi anisol.
3. Sekarini, Sara Ayu. 2009. Sintesis Zeolit X dengan Modifikasi Rasio Si/Al dan
Digunakan Sebagai Katalis Dalam Reaksi O-Metilasi Fenol dan Minyak Jambu Mete
dengan Metanol Dalam Fase Cair. Depok: Departemen Kimia UI.
Dalam penelitian ini, Sara Ayu melakukan reaksi O-metilasi minyak jambu mete sebagai
sumber fenol dengan metanol menggunakan zeolit X sebagai katalis. Sara Ayu
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
menggunakan dua zeolit dengan rasio Si/Al yang berbeda yaitu Si/Al = 1 dan Si/Al =
1,33.
Kondisi reaksi optimum berdasarkan penelitian Sara Ayu adalah waktu reaksi selama 10
jam, menggunakan berat katalis sebesar 15% berat reaktan, dan juga zeolit X dengan
rasio Si/Al=1,33. Dari kondisi tersebut diperoleh persentase selektivitas sebesar 99,3%.
4. Antra, Noer Fadlina. 2012. Studi Katalitik O-Metilasi Trans Isoeugenol dengan Dimetil
Karbonat dan Metanol Menggunakan Katalis Zeolit KNaX. Depok: Departemen Kimia.
Dalam penelitian, Noer Fadlina memperoleh persen selektifitas hasil reaksi katalitik Ometilasi trans isoeugenol dengan metanol sebesar 89,90%. Persen selektifitas dengan
metanol lebih besar daripada persen selektifitas dengan DMC yaitu sebesar 69,7%. Rasio
Si/Al yang diperoleh sebesar 0,63.
Selain itu,di industri sampai saat ini reaksi o-metilasi dilakukan pula dengan DMS
(Dimetil Sulfida). Padahal DMS memiliki sifat racun sehingga memerlukan adanya safety
equipment dan bersifat merusak lingkungan.
Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat ide untuk menggunakan metanol sebagai
sumber metilasi dan sebagai pelarut sekaligus sehingga dapat menghemat biaya reaksi.
Penggunaan katalis zeolit KNaX didasarkan pada pertimbangan bahwa zeolit KNaX merupakan
zeolit sintetis yang selektif terhadap reaksi o-metilasi. Zeolit KNaX dapat disintetis dari kaolin
yang mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Selain itu, katalis zeolit KNaX merupakan
katalis heterogen sehingga dapat dipisahkan dari produk dan dapat diregenerasi dengan cara
dikalsinasi kembali. Akan tetapi, reaksi O-metilasi dilakukan pada suhu 700C berdasarkan
pertimbangan metanol yang mudah menguap menggunakan hot plate, dan labu leher tiga yang
dilengkapi dengan kondensor. Berat katalis yang digunakan ialah 20% berat eugenol dengan
perbandingan mol antara eugenol dengan metanol yaitu 1:20 berdasarkan kondisi optimum dari
penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, reaksi O-metilasi juga diuji coba dengan katalis
TBAB ( Tetra Butil Amonium Bromida ) untuk membuktikan bahwa eugenol dapat langsung
dikonversi menjadi metil isoeugenol sekalipun tanpa iradiasi gelombang mikro.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
1.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan diamati:

Penggunaan metanol sebagai sumber metilasi khususnya reaksi o-metilasi dari
eugenol;

Keaktifan zeolit KNaX yang disintesis dari kaolin terhadap reaksi O-metilasi
eugenol;

Keaktifan katalis TBAB terhadap konversi langsung eugenol menjadi metil
isoeugenol.
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini:

Metanol dapat digunakan sebagai sumber metilasi dalam reaksi O-metilasi eugenol;

Adanya katalis zeolit KNaX dapat meningkatkan produk metil eugenol yang terbentuk;

Terbentuknya metil isoeugenol dengan katalis transfer TBAB.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

Melakukan sintesis zeolit KNaX dari kaolin yang sedianya dapat meningkatkan
produk metil eugenol;

Membuktikan bahwa metanol dapat berperan sebagai sumber metilasi dalam
reaksi o-metilasi eugenol;

Melakukan konversi langsung dari eugenol menjadi metil isoeugenol dengan
katalis TBAB.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini:

Menghasilkan senyawa turunan dari eugenol yaitu metil eugenol yang berguna
dalam industri parfum dan farmasi;

Menemukan sumber metilasi baru khususnya yang dapat digunakan dalam reaksi
o-metilasi;
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012

Menurunkan biaya produksi dengan menggunakan metanol sebagai sumber
metilasi sekaligus sebagai pelarut;

Menghemat biaya produksi dengan penggunaan katalis zeolit KNaX yang
disintesis dari kaolin, di mana kaolin tersedia melimpah di Indonesia dan
harganya relatif murah;

Menghemat biaya produksi dengan melakukan konversi langsung dari eugenol
menjadi metil isoeugenol.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senyawa Fenilpropanoid
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol utama. Senyawasenyawa fenilpropanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzena (C 6)
yang terikat pada rantai ujung rantai karbon propana (C 3).
Gambar 2.1 Kerangka dasar fenilpropanoid [Sumber: Herry Cahyana, 2010]
Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid adalah:
1.Turunan alilfenol, contohnya adalah eugenol
2.Turunan propenil fenol, contohnya adalah isoeugenol
Senyawa-senyawa alilfenol dan propenil fenol adalah dua jenis senyawa fenilpropanoid yang
berkaitan satu sama lain. Senyawa-senyawa ini umumnya ditemukan bersama-sama dalam
minyak atsiri. Semua senyawa ini mempunyai gugus hidroksil atau gugus ester pada C 4.
Pembentukan turunan alilfenol dan propenil fenol pada prinsipnya adalah suatu reaksi subtitusi
nukleofilik, di mana ion hidrida berlaku sebagai nukleofil.
2.1.1 Eugenol
Eugenol merupakan suatu metoksifenol dengan rantai hidrokarbon pendek
2004) yang mempunyai nama lain 2-metoksi-4mudah menguap, tidak
(Anonim,
propenilfenol, dan memiliki sifat antara lain;
berwarna atau berwarna agak kuning, sedikit larut dalam air namun
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
mudah larut pada pelarut organik (Guenther, 1990). Eugenol mengandung beberapa
gugus
fungsional yaitu allil, fenol, dan eter (Busroni, 2000).
Beberapa manfaat dari eugenol yaitu:

bahan baku parfum dan pemberi flavor;

digunakan pada pembuatan isoeugenol untuk memproduksi vanilin
sintetis;

digunakan oleh dokter gigi untuk meredakan gangguan syaraf akibat
kerusakan
bagian dalam gigi (Cai and Wu, 1996 cit Alma et al., 2007);

menunjukkan aktivitas antifungi terhadap Candida albicans dengan
metode
Semisolid Agar Antifungal Susceptibility (SAAS);

memiliki aktivitas biologis antioksidan (Ogata et al., 2000 cit Chaieb et
Gambar 2.2 Eugenol [Sumber: Jean Lessard, 2004]
Secara umum sifat fisik dan sifat kimia dari eugenol :
Nama trivial
: Eugenol
Nama IUPAC
: 2-metoksi-4-propenilfenol
Rumus molekul
: C10H12O2
Berat molekul
: 164,20 g/mol
Berat jenis
: 1,0651 g/cm³
Penampilan fisik
: Cairan tidak berwarna hingga kekuningan
Titik leleh
: -100C
Titik didih
: 250-2550C
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
al., 2007).
uji
Titik nyala
: 1100C
Indeks Bias
: 1,5410
Kelarutan
: Sedikit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik
2.2 Reaksi metilasi eugenol dengan metanol
Reaksi metilasi adalah reaksi penambahan gugus metil pada substrat. Reaksi yang terjadi
antara eugenol dengan metanol dapat berupa o-metilasi dan c-metilasi. Reaksi O-metilasi yaitu
penambahan gugus metil yang terjadi pada atom O pada gugus hidroksi eugenol dan dapat terjadi
dengan adanya katalis basa, sedangkan reaksi C-metilasi yaitu penambahan gugus metil pada
ikatan rangkap C=C yang terdapat pada eugenol yang dapat terjadi dengan katalis asam.
Gambar 2.3 Reaksi O-metilasi eugenol
2.2.1 Metanol
Metanol biasa dikenal sebagai metil alkohol atau karbinol. Metanol mempunyai rumus
molekul CH3OH. Metanol merupakan senyawa alkohol paling sederhana, mempunyai warna
yang bening, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan mempunyai bau yang khas.
Rumus Molekul
: CH3OH
Berat Molekul
: 32,04 g/mol
Berat Jenis
: 0,7918 g/cm³
Titik Didih
: 64,7 °C
Kelarutan
: sangat larut dalam air
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
2.2.2 Metil eugenol
Metil eugenol didapatkan dengan mereaksikan eugenol dengan
Berikut ini struktur, sifat fisik, dan sifat kimia dari metil
sumber
metilasi.
isoeugenol secara umum.
Gambar 2.4 Metil eugenol [Sumber: www.miltitz-aromatics.com]
Nama
: Metil eugenol
Rumus molekul
: C11H14O2
Berat molekul
: 178,23 g/mol
Penampilan fisik
: Cairan tidak berwarna hingga kekuningan
Titik leleh
: 16 0C
Titik didih
: 262 0C
Berat Jenis
: 1,04 g/cm³
Titik Nyal
: > 230 0C
2.3 Katalis
Katalis adalah zat lain selain reaktan dan produk, yang ditambahkan pada suatu sistem
reaksi untuk meningkatkan laju reaksi kimia
mencapai keadaan kesetimbangan kimianya.
Katalis berinteraksi dengan reaktan menghasilkan intermediet reaktif, menyangkut banyak reaksi
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
atomik atau molekular, di mana kemudian produk reaksi terbentuk. Tujuan umum pengunaan
katalis adalah untuk menyediakan suatu jalan reaksi di mana ikatan-ikatan dapat dilemahkan
atau diputuskan, dengan pembentukan intermediet reaktif pada permukaan yang selanjutnya
saling berinteraksi menghasilkan produk reaksi.
Beberapa parameter suatu katalis yang baik adalah:
1. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi produk yang
diinginkan.
2. Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara beberapa reaksi
yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan produk sampingan
seminimal mungkin.
3. Kestabilan, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti pada
keadaan semula.
4. Yield, yaitu jumlah produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang
terkonsumsi.
5. Kemudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan aktivitas dan selektivitas katalis
seperti semula.
Teknik-teknik yang relevan untuk karakterisasi katalis komersial :
- pengukuran luas permukaan dan volum pori
- electron microscopy (TEM, SEM)
- XRD
- XPS ; ESCA
- Mössbauer spectroscopy
- IR ; Raman ; ESR
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Jenis-jenis katalis:
1. Katalis enzim
Enzim adalah molekul‐molekul protein dengan ukuran koloid yang berada diantara
ranah homogen molekular dan heterogen makroskopik. Biasanya enzim merupakan katalis
yang sangat efisien dan selektif. Sebagai contoh, reaksi dekomposisi H2O2 yang dikatalisis
oleh enzim catalase
2. Katalis homogen
Katalis mempunyai fasa yang sama dengan reaktan dan produk reaksi. Proses
katalisis terjadi melalui perubahan senyawa menjadi senyawa yang kompleks di mana terjadi
pengubahan susunan molekul dan ligan katalis. Terdapat kesulitan memisahkan katalis
dengan produk setelah reaksi
3. Katalis heterogen
Pada umumnya katalis heterogen mengalami proses katalitik yang lebih rumit
daripada katalis homogen karena fasenya yang berbeda. Pada proses katalisis heterogen
terjadi tahapan reaksi sebagai berikut :
1. Transport reaktan ke permukaan katalis.
2. Interaksi antara reaktan dan katalis (adsorpsi).
3. Reaksi antara spesies-spesies teradsorpsi untuk menghasilkan produk.
4. Desorpsi produk dari permukaan katalis.
5. Transport produk menjauhi katalis.
Katalis heterogen dapat berupa logam, oksida logam dan zeolit. Pada penelitian ini digunakan
katalisis heterogen yaitu zeolit KNaX.
2.4 Zeolit
Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang tersusun atas tetrahedraltetrahedral alumina (AlO45-) dan silika (SiO44-) yang membentuk struktur bermuatan negatif dan
berongga terbuka atau berpori. Muatan negatif pada kerangka zeolit dinetralkan oleh kation yang
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
terikat lemah. Selain kation, rongga zeolit juga terisi oleh molekul air yang berkoordinasi dengan
kation.
Rumus umum zeolit adalah Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O
Dimana M adalah kation bervalensi n
(AlO2)x(SiO2)y adalah kerangka zeolit yang bermuatan negatif
H2O adalah molekul air yang terhidrat dalam kerangka zeolit.
Zeolit terbagi menjadi 2 kelompok besar:
a. Zeolit alam
Zeolit alam sering ditemukan dalam sedimentasi batu vulkanik, yang terbentuk
melalui proses disolusi abu vulkanik (F.A Mumpton, 1991).
Zeolit alam mempunyai
ketidakaturan pada ukuran pori-pori zeolit. Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation
K+ ,Na+, Ca2+ atau Mg2+. Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas
di permukaan seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O, K2O dapat menutupi pori-pori atau
situs aktif dari zeolit sehingga dapat menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat katalisis
dari zeolit tersebut. Oleh karena itu, zeolit alam perlu diaktivasi terlebih dahulu sebelum
digunakan.
b. Zeolit sintesis
Zeolit adalah kelompok senyawa kristalin aluminosilikat yang tersusun atas corner
sharing TO4 ( T = Si, Al) tetrahedral membentuk 3-D, keempat oksigen dari setiap
tetrahedral membentuk kerangka dengan keseragaman ukuran pori. Zeolit sintetik biasanya
hanya mengandung kation-kation K+ atau Na+. Zeolit Sintesis dibagi menjadi empat jenis,
berdasarkan perbandingan jumlah Si/Al yaitu ( Edith M. Flanigen, 2010) :
1. Zeolit kadar Si/Al rendah, sekitar < 2. Struktur zeolit sebagian besar dibentuk oleh
empat, enam, delapan, cincin tertrahedaral. Contoh : A,X
2. Zeolit kadar Si/Al sedang, sekitar 2-5. Struktur zeolit dibentuk oleh lima cincin Contoh:
Y, mordenite dengan pori besar, omega
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3. Zeolit kadar Si/Al tinggi, sekitar 10 – 100. Struktur zeolit dibentuk sebagian besar oleh
lima cincin tetrahedral. Contoh : ZSM-5, beta
4. Zeolit Si ( tanpa Al), sekitar Si/Al > 100. Contoh : Silicalite.
Rasio Si/Al merupakan perbandingan jumlah atom Si terhadap jumlah atom Al di dalam
kerangka zeolit. Perubahan rasio Si/Al dari zeolit akan mengubah muatan zeolit sehingga pada
akhirnya akan mengubah jumlah kation penyeimbang. Lebih sedikit atom Al artinya lebih sedikit
muatan negatif pada zeolit sehingga lebih sedikit pula kation penyeimbang yang ada. Zeolit
berkadar Si tinggi bersifat hidrofobik dan mempunyai affinitas terhadap hidrokarbon. Kerangka
Si/Al-O pada zeolit bersifat rigid, akan tetapi kation bukan merupakan bagian dari kerangka ini.
Kation yang berada di dalam rongga zeolit disebut exchangeable cations karena bersifat mobil
dan dapat digantikan oleh kation lainnya.
Keberadaan dan posisi kation pada zeolit sangat penting untuk berbagai alasan. Lingkar silang
dari cincin dan terowongan pada strukturnya dapat diubah dengan mengubah ukuran atau muatan
kation. Secara signifikan hal ini akan mempengaruhi ukuran molekul yang dapat teradsorbsi.
Pengubahan pada pengisian kationik juga akan mengubah distribusi muatan di dalam rongga
yang akan mempengaruhi sifat adsorptif dan aktivitas katalitik dari zeolit tersebut. Dengan
alasan ini maka sangat penting untuk mengatur posisi kation di dalam kerangka dan banyak
penelitian telah dilakukan untuk maksud tersebut.
2.4.1 Zeolit sebagai katalis
Zeolit merupakan katalis yang sangat berguna yang menunjukkan
beberapa sifat penting yang tidak ditemukan pada katalis amorf tradisional. Katalis amorf hampir
selalu dibuat dalam bentuk serbuk untuk memberikan luas permukaan yang besar sehingga
jumlah sisi katalitik semakin besar. Keberadaan rongga pada zeolit memberikan luas
permukaan internal yang sangat luas sehingga dapat menampung 100 kali molekul lebih
banyak daripada katalis amorf dengan jumlah yang sama.
dibuat dalam jumlah besar
bervariasi
Zeolit merupakan kristal yang mudah
mengingat zeolit tidak menunjukkan aktivitas katalitik yang
seperti pada katalis amorf. Sifat penyaring molekul dari zeolit dapat
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
mengontrol molekul yang masuk atau keluar dari situs aktif. Karena adanya pengontrolan
seperti ini maka zeolit disebut sebagai katalis selektif bentuk.
Aktivitas katalitik dari zeolit terdeionisasi dihubungkan dengan keberadaan situs asam
yang muncul dari unit tetrahedral [AlO4] pada kerangka. Situs asam ini bisa berkarakter asam
Bronsted maupun asam
Lewis. Zeolit sintetik biasanya mempunyai ion Na + yang dapat
dipertukarkan dengan proton secara langsung dengan asam, memberikan permukaan
gugus hidroksil (situs Bronsted). Jika zeolit tidak stabil pada larutan asam, situs Bronsted dapat
dibuat dengan mengubah zeolit menjadi
terjadi penguapan NH3
garam NH4+ kemudian memanaskannya sehingga
dengan meninggalkan proton. Pemanasan lebih lanjut akan
menguapkan air dari situs Bronsted menghasilkan ion Al terkoordinasi 3 yang
mempunyai
sifat akseptor pasangan elektron (situs lewis). Permukaan zeolit dapat menunjukkan situs
Bronsted, situs Lewis ataupun keduanya tergantung bagaimana zeolit tersebut dipreparasi. Tidak
semua katalis zeolit menggunakan prinsip deionisasi atau bentuk asam. Zeolit mempunyai 3 tipe
katalis selektif bentuk :
1. Katalis selektif reaktan
Katalis di mana hanya molekul (reaktan) dengan ukuran tertentu yang dapat
masuk ke dalam pori dan akan bereksi di dalam pori.
2. Katalis selektif produk
Katalis di mana hanya produk yang berukuran tertentu yang dapat meninggalkan
situs aktif dan berdifusi melewati saluran (channel) dan keluar sebagai produk.
3.Katalis selektif keadaan transisi
Katalis di mana reaksi yang terjadi melibatkan keadaan transisi dengan dimensi
yang terbatasi oleh ukuran pori.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
2.4.2. Struktur Kerangka Zeolit
Struktur zeolit berasal dari kerangka silika murni Si yang kemudian disubtitusi dengan Al
yang memberikan muatan negatif pada kerangka
alkali ( Na  , K  ) atau alkali
(Paul A. Wright
zeolit, dan selalu dinetralkan dengan kation
tanah ( Ca 2 , Ba 2 ) sebagai penyeimbang kerangka zeolit
dan Gordon M Pearce, 2010.
Rongga zeolit bergabung membentuk
saluran yang dapat diisi oleh molekul air dan kation yang dapat
Xu et al., 2007). Zeolit berdasarkan analisa struktur ,
dipertukarkan (Ruren
yaitu:
a.Unit Pembangun Primer
Unit pembangun primer adalah TO4 , setiap atom T dikoordinasikan dengan empat atom
oksigen (Gambar 2.2.a), dengan setiap atom oksigen menjembatani dua atom T ( Gambar 2.2.b
), maka tipe struktur zeolit dapat digambarkan sebagai koneksi 4: 2, dengan atom T yaitu Si dan
Al ( S.T Wilson, B.M Lok, C.A. Messian, T.R. Cannan, dan E.M. Flanigen, 1982). Struktur
zeolit mengikuti aturan Lӧweinstein yaitu
melarang ikatan Al-O-Al.
Gambar 2.5 (a) TO4 tetrahedron; (b) TO4 tetrahedral 4:2 [Sumber: Ruren Xu et al., 2007]
b.Unit Pembangun Sekunder
Konsep unit pembangun sekunder diperkenalkan oleh Meier dan Smith. Unit primer
saling berhubungan membentuk unit pembangun sekunder, terdapat 18 macam unit pembangun
sekunder penyusun kerangka zeolit (gambar 2.5).
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 2.6 Unit pembangun sekunder [Sumber: Ch. Baerlocher, W.M.Meier, and D.H.
Olson, Elsivier, Amsterdam, 2001]
c. Unit-unit polihedral simetris
Pada kerangka zeolit, cage-building unit yang sama, mempunyai kemungkinan
membentuk tipe kerangka yang berbeda tergantung linkage. Contoh β cage bisa tersusun
membentuk SOD, LTA, FAU dan EMT. Pada struktur SOD melalui sharing–4 rigs,
struktur LTA melalui double-4 rings ( gambar 2.6), struktur FAU dan EMT melalui
double 6 –rings (New Sam, JM, 1986). Kristal zeolit merupakan rangkaian tiga dimensi
unit tersier tersebut.
Gambar 2.7 (a) Sistem saluran dan (b) kerangka LTA [Sumber: Robert W. Broach, WileyVCH, 2010]
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
2.4.3 Zeolit KnaX
Zeolit KNaX adalah zeolit sintetik yang termasuk dalam kelompok FAU (Zeolit kadar
Si/Al rendah). Kerangka zeolit tipe FAU dibangun oleh sodalite yang saling berhubungan
melalui enam cincin ganda dengan sistem 12 cincin pori (gambar 2.8). Struktur kerangka FAU
adalah rigid
dan stabil, meyediakan ruangan yang besar dan mengandung 50% volume kristal
terhidrasi (Robert W. Broach, 2010).
(a)
(b)
Gambar 2.8 (a) Kerangka zeolit FAU (b) Lokasi kation pada zeolit FAU [Krista et
al., 2005]
Tabel 2.1 Karakteristik FAU [Krista et al., 2005]
Tipe Material
Faujasite
Formula Kimia
Na86 ( AlO2 )86 (SiO2 )102. 264( H 2O)
Space Group
Cubic a= 24,354
Struktur Pori
3-D 12-cincin
Bentuk Mineral
Faujasite
Bentuk Sintesis
Zeolit X ( Linde X)
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
2.5 Aktivasi Zeolit
Zeolit diaktivasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghilangkan air, kation, mineral
atau zat-zat organik pengganggu yang terdapat pada rongga zeolit.Terdapat dua cara yang pada
umumnya digunakan dalam proses aktivasi zeolit, yaitu dengan cara kimia dan cara pemanasan.
a. Aktivasi secara kimia
Aktivasi zeolit secara kimia dilakukan dengan cara perendaman dan pengadukan zeolit
dalam suatu larutan asam (H2SO4 atau HCl) ataupun dengan larutan basa (NaOH). Tujuannya
adalah untuk menghilangkan pengotor yang terdapat dalam rongga zeolit. Pengotor yang bersifat
asam akan larut dengan pencucian menggunakan larutan basa dan pengotor yang bersifat basa
akan larut dengan pencucian menggunakan larutan asam.
b.Aktivasi dengan pemanasan
Aktivasi dengan pemanasan dilakukan untuk memperoleh zeolit dengan pori-pori yang
lebih terbuka karena pemanasan dapat menghilangkan air yang terikat secara fisika dan
mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam rongga atau pori-pori zeolit.
Proses pemanasan ini dilakukan pada suhu berkisar antara 100-400oC selama 2-3jam, tergantung
besarnya kandungan pengotor yang ada serta stabilitas kestabilan zeolit terhadap panas. Stabilitas
ini dipengaruhi oleh jenis mineral zeolit yang terkandung, atau perbandingan atom Si dan Al.
2.6 Sintesis Zeolit
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses sintesis zeolit, yaitu komposisi dan jenis
reaktan, kondisi pencampuran, suhu dan lamanya waktu kristalisasi, pH pada gel, kehadiran
kation organik atau anorganik, dan wadah reaksi yang digunakan (Ruren Xu, 2007). Reaktan
utama yang digunakan dalam sintesis zeolit adalah sumber silika, sumber alumunium. Beberapa
tambahan seperti ion logam, basa, mineralisasi dan air, senyawa organik sebagai pencetak, atau
garam anorganik yang akan menghasilkan zeolit tertentu. Sumber silika yang sering digunakan
yaitu water glass ( Na2O.xSiO2 ) ; Natrium silikat (
Na2 SiO3 .9H 2O
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
) ; silika gel : Ludox-AS-40
colloidal sol:
SiO2 40 %w, NH 4  ( counter ion ) ; Ludox-HS-40 colloidal sol:
Na2 SiO2 40%w, Na  (counter ion) ; Fumed silika : Aerosil-200, Cab-Silm-5 ; ethyl orthosilikat (
TEOS) :
Si(OC2 H5 )4 ; methyl orthosilicate (TMOS) : Si(OCH3 )4 . Sumber Alumunium yang
sering digunakan yaitu Natrium aluminat:
Al2O3 70%, H 2O 30 %; Gibbsite
NaAlO2 ; Boehmite pseudo-boehmite : AlOOH,
Al (OH )3 ; alumunium isopropksida; alumunium nitrat;
metallic alumunium ( Ruren Xu, 2007).
Proses hidrotermal adalah proses sintesis yang terjadi pada suhu yang bervariasi antara suhu
kamar hingga 200⁰C dalam pelarut air ataupun organik dalam sistem tertutup. Pada kondisi
hidrotermal, sifat fisika dan kimia dari reaktan mengalami perubahan yang signifikan. Pelarut
dan zat terlarut mengalami interaksi seperti gaya coloumb, gaya induksi, gaya dispersi, ikatan
hidrogen. Proses hidrotermal menggunakan air sebagai pelarut, menghasilkan tekanan uap air
dari sistem itu sendiri sehingga menyerupai proses sintesis dialam.
Wadah reaksi yang
digunakan adalah autoklaf dari bahan stainless stell yang berlapiskan teflon yang dapat mencapai
volume mencapai 1000 mL. Selain menggunakan autoklaf, dapat juga menggunakan botol
propilen (pp) bila sintesis dilakukan dibawah 100⁰C. Sintesis zeolit secara hidrotermal yaitu
transformasi dari campuran senyawa silika, alumunium, kation logam alkali, molekul organik
dan air sebagai pelarut melalui larutan jenuh yang bersifat basa menjadi senyawa mikropori.
Proses sintesis kimia yang sangat kompleks ini disebut dengan zeolitisasi, dengan waktu dan
suhu yang bervariasi tergantung jenis zeolit yang ingin disintesis. Proses hidrotermal adalah
kondisi paling efektif
yang dapat meningkatkan kemampuan air dalam mensolvasi ,
meningkatkan kelarutan reaktan, dan mengaktivasi reaktifitas bahan baku, dapat mengarahkan
terjadinya penataaulangan, disolusi pada gel primer yang terbentuk dan menghasilkan
peningkatan laju nukleasi dan kristalisasi ( Ruren Xu, 2007).
Pada dasarnya, sintesis zeolit secara hidrotermal terdiri dari dua tahapan yaitu pembentukan
gel hidrasi aluminosilikat dan proses kristalisasi pada gel. Faktanya, proses kristalisasi pada gel
hidrasi aluminosilikat sangatlah kompleks. Proses kristalisasi terdiri dari empat tahapan, yaitu
kondensasi pada polisilikat dan alumunium, nukleasi pada zeolit, pertumbuhan inti, pertumbuhan
kristal zeolit yang terkadang berasal dari nukleasi sekunder. Mekanisme kristalisasi pada zeolit
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
memang sulit dipahami karena semua proses kristalisasi melibatkan reaksi kimia yang sangat
rumit, nukleasi dan pertumbuhan pada kristal terjadi dibawah kondisi heterogen, dan semua
proses bergantung dengan waktu (Ruren Xu, 2007).
2.6.1 Sintesis Zeolit dari Kaolin
Kaolin adalah alumina silika hidrat, merupakan salah satu jenis
clay dengan formula
Al2 Si2O5 (OH ) 4 (39,8% alumina, 46,3 %silika, 13,9 % air ). Struktur kaolin terdiri dari dua
lapisan, yaitu lapisan silikon-oksigen tetrahedral dan lapisan alumina oktahedral dengan
perbandingan 1:1. Beberapa penulisan rumus kimia dari kaolin yaitu
Al2 Si2O5 (OH ) 4
Al2O7 Si2 .2H 2O , dengan berat molekul sebesar 258,071 g/mol. Struktur Kaolin bisa diurutkan
sebagai berikut yaitu,
O6  Si4  O4  (OH )2  Al4  (OH )6
yang
dirancang
oleh
Nakahira.
Gambar 2.9 Struktur kaolin [Sumber: Nakahira 2007].
Sel yang ideal dari kaolin adalah bermuatan netral, dengan formula kristalnya yaitu
Al4 Si4O10 (OH )8 (Nakahira 2007). Proses pembentukan
kaolin
dialam
berasal
dari
dekomposisi feldspar (potassium feldsars), kaolin alam biasanya bercampur dengan berbagai
oksida logam seperti magnesium oksida, kalsium oksida, kalium oksida, besi oksida (Othmer,
1993).
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Kaolin pada umumnya berwarna putih , mempunyai kekerasan
sebesar 2 – 2,5 mohr,
titik leleh sebesar 1750 ⁰C dan massa jenis sebesar 2,6–2,63 gr / cm (Nakahira 2007). Kaolin
3
mempunyai struktur kimia yang stabil dan banyak digunakan dalam produksi keramik. Potensial
cadangan kaolin di Indonesia cukup besar, terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Pulau Bangka, Pulau Belitung.
Dehidroksilasi adalah sebuah reaksi dekomposisi pada kristal kaolin ke struktur yang
tidak teratur secara parsial yang dapat terjadi
dengan kalsinasi pada suhu sekitar 500⁰C -
925⁰C. Reaksi yang terjadi adalah Al2O3. 2SiO2 .2H 2O  Al2O3. 2SiO2  2H 2O( g ) .
Hasil
dari
dehidroksilasi adalah fasa baru yang disebut metakaolin (Nakahira, 2007). Transformasi kaolin
menjadi metakaolin, sebelumnya juga dipelajari oleh ahli mineralogi dari India yaitu Mitra dan J.
Bhattacherjee (1963), mereka
menyatakan bahwa transformasi kaolin menjadi metakaolin
dimulai pada suhu 200⁰C hingga 600⁰C dengan ditandainya kehilangan air pada struktur
metakaolin dan ketidakturan struktur pada metakaolin. Pada metakaolin ikatan antara Al2O3. dan
SiO2 putus menghasilkan senyawa amorphous.
Suhu kalsinasi yang cukup berhasil untuk
merubah struktur kaolin menjadi metakaolin yaitu sekitar 600⁰C-850⁰C, karena bila kalsinasi
dilakukan pada suhu yang lebih tinggi maka akan terbentuk mullite dan cristobalite (Caroline
Belver et al., 2002).
Struktur metakaolin yang diusulkan oleh Brindley dan Nakahira memperlihatkan bahwa
grup OH menghilang dan beberapa lapisan terlihat tidak teratur.
Gambar 2.10 Struktur metakaolin [Sumber: Brindley dan Nakahira]
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Tahap pembuatan metakaolin sangat penting dalam pembentukan zeolit karena menurut
Chandrasekhar dan Pramada (1998), apabila kaolin langsung di reaksikan (tidak dirubah dalam
bentuk aktif) dalam proses
hidrotermal dengan NaOH akan terbentuk hidroksisodalit. Sintesis
zeolit dari metakaolin dilakukan dengan proses hidrotermal dengan suhu dan
sesuai dengan jenis zeolit yang akan disintesis.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
waktu tertentu
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram rancangan umum penelitian
Kaolin
Karakterisasi dengan
alat EDS
Metakaolin
Karakterisasi dengan
alat EDS
Karakterisasi dengan
alat EDS, dan IR
Sintesis Zeolit KNaX
( 7.5 gram metakaolin
dicampur dengan 14
gram NaOH, 6.73
gram KOH, dan 98.64
gram aquademin)
Uji katalitik eugenol dan
metanol
Karakterisasi dengan
GC-MS, dan GC –FID
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.1.1 Pembuatan Zeolit KNaX
a. Pengaduk
b. Pengaduk bar
c. Oven
d. Kertas saring
e. Neraca analitik
f. Alat-alat gelas
g. Kertas pH
h. Botol Propilen
i. Desikator
j. Tanur
k. Cawan porselen
3.2.1.2 Reaksi Katalitik Eugenol dengan Metanol
a. Pengaduk
b. Pengaduk bar
c. Hot Plate
d. Reaktor
e. Neraca analitik
f. Alat-alat gelas
g. Pipet Ukur 1mL, 5mL
h. Bulp
i. Sentrifuge
j. Batang Pengaduk
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Pembuatan Zeolit KNaX
a. Kaolin
b. NaOH(pa)
c. KOH (pa)
d. Aquabidest
3.2.2.2 Reaksi Katalitik Eugenol dengan Metanol
a. Eugenol
b. Metanol
c. Zeolit KNaX
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan zeolit KNaX
a. Aktivasi
kaolin
dilakukan
dengan
cara
memanaskan
100
gram
kaolin pada suhu 7500C selama 24 jam dan menambahkan NaOH (50% berat kaolin)
selanjutnya memanaskan lagi pada suhu 850 oC selama 6 jam sehingga kaolin berubah
menjadi metakaolin. Dilakukan uji XRF dan IR terhadap kaolin dan metakaolin.
b. Zeolit KNaX dibuat dengan mencampurkan 7,5 gram metakaolin dengan 14 gram NaOH,
6,73 gram KOH dan 98,64 gram aquademin. Reaksi hidrotermal dilakukan pada suhu
900C selama 72 jam dengan botol propilen. Zeolit yang terbentuk disaring dan dicuci
dengan aquademin sampai pH dibawah 10 dan dikeingkan pada suhu 1100C selama 12
jam dalam oven. Selanjutnya dilakukan uji XRF dan IR.
3.3.2 Reaksi Katalitik Eugenol dengan Metanol
Reaktan eugenol dan
metanol dengan zeolit KNaX sebesar 20% dari berat eugenol
dicampurkan dengan perbandingan mol 1:20 ke dalam reaktor sistem tertutup.
Campuran
eugenol dan metanol direaksikan selama 6 jam dan selanjutnya hasil reaksi dianalisis dengan
menggunakan kromatografi gas. Percobaan uji katalitik dilakukan dengan menggunakan katalis
dan juga tanpa katalis sebagai variabel pembanding. Selain itu, reaksi dilakukan dengan variasi
waktu yang berbeda yaitu 3, 6, 9, dan 12 jam.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3.3.3 Karakterisasi katalis zeolit KNaX
3.3.3.1 Analisis EDS
Analisis EDS kaolin, metakaolin, dan zeolit KNaX sintesis dilakukan di Badan Penelitian
dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan Bogor.
3.3.3.2 Analisis IR
Analisis IR zeolit KNaX sintetis dilakukan di Departemen Kimia FMIPA UI,
menggunakan IR Shimadzu IR Prestige-21 dengan kondisi alat sebagai berikut:
Interferometer : Michelson interferometer ( sudut datang = 30⁰)
Sistem optikal : Single beam
Pemisah sinar : Ge yang dilapisi oleh KBr (standar)
Suber sinar : Nernst Glower (Cooling type ceramic system)
Pengerjaannya yaitu dengan mencampur sampel yang akan diukur terlebih dahulu dengan
serbuk KBr. Sampel yang digunakan tidak perlu terlalu banyak karena sampel yang terlalu
banyak menyebabkan bentuk grafik yang tidak tajam. Campuran kemudian dimasukkan ke
dalam wadah sampel untuk IR dan wadah tersebut dimasukkan ke dalam slot, tepat dibawah
sinar infra merah.
3.3.4 Analisa Uji Katalitik
3.3.4.1 Analisis Kromatografi Gas (FID)
Hasil uji katalitik diukur menggunakan kromatografi gas di Departemen FMIPA KIMIA
UI, sedangkan kromatografi gas spektrometri massa dilakukan di PT Indesso Aroma dengan
kondisi alat sebagai berikut :
a. Keadaan Injektor
Suhu : 275⁰C
Sampel Injeksi : 0,2µL
Gas Pembawa : N 2
Tekanan : 65 KPa
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
b. Keadaan Kolom
Suhu : 150⁰C
Jenis Kolom : Rtx-1
Serial Number : 946332
Suhu Maksimum Kolom : 320⁰C
Panjang : 30 m
Diameter dalam : 0.25 mmID
Laju kenaikan suhu : 150 ⁰C - 250⁰C , 10⁰C/menit
c. Keadaan Detektor FID
d. Suhu : 275⁰C
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
BAB 4
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan
besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai
komposisi alumunium silikat hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O. Komposisi ideal kaolin untuk
pembuatan zeolit KNaX adalah SiO2 49,75%; Al2O3 34,91%; Fe2O3 0,21%; TiO2 0,49% (%
berat). Kaolin yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Lampung dan Bangka Belitung.
Kaolin yang berasal dari Lampung dalam pengerjaannya hingga menjadi zeolit dikarakterisasi
dengan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Sedangkan kaolin yang berasal dari Bangka
Belitung dikarakterisasi dengan XRD (X Ray Diffraction) dan XRF (X Ray Fluorescence). Hal
ini disebabkan alat XRF yang digunakan untuk menentukan komposisi material sedang rusak.
4.1.1 Analisis EDS
Analisis EDS dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan
Bogor. EDS dihasilkan dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita ketahui
komposisinya. Setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak –
puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung.
Tabel 4.1 Data EDS Kaolin Lampung
No
Atom
Berat ( % )
At/mol ( % )
1
O
57,37
70,49
2
Na
1,99
1,71
3
Al
7,49
5,46
4
Si
28,82
20,17
5
K
4,32
2,17
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
4.1.2 Analisis XRD
Kaolin dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui bentuk dari struktur kristal
kaolin. Kaolin ini dikarakterisasi menggunakan XRD di laboratorium XRD PT BIN – BATAN.
XRD merupakan alat yang digunakan untuk mengkarakterisasi struktur kristal, dan ukuran kristal
dari suatu bahan padat. Semua bahan yang mengandung kristal tertentu ketika dianalisis
menggunakan XRD akan memunculkan puncak – puncak yang spesifik.
250
K
Intensity (count)
200
K
150
Mika
K
K K
100
Mika
50
K
K
K
K
K
K
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2 Theta
Gambar 4.1 Difraktogram Kaolin Bangka Belitung [Sumber: Ari Fajar Rianto 2007]
Berdasarkan difraktogram XRD kaolin pada Gambar 4.1, terlihat dua puncak khas dari
kaolin dengan intensitas tinggi, yaitu pada 2θ=12,338 dan 2θ=24,876. Selain puncak-puncak
khas kaolin, juga terdapat puncak-puncak lain yang merupakan pengotor kaolin, yaitu mika yang
teridentifikasi pada 2θ=20-22 dan juga pada 2θ=26,591 (Ari Fajar Rianto, 2007).
4.1.3 Analisis XRF
X-Ray Fluoresence (XRF) adalah teknik analisis unsur suatu material dengan dasar
interaksi sinar-X dan material analit. Teknik ini banyak digunakan dalam analisis batuan karena
membutuhkan jumlah sampel yang relatif kecil (sekitar 1 gram). Apabila elektron dari suatu kulit
atom bagian dalam dilepaskan, maka elektron yang terdapat pada bagian kulit luar akan
berpindah pada kulit yang ditinggalkan tadi menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang
yang spesifik bagi unsur tersebut. Berdasarkan grafik XRF pada Gambar 4.2 dapat diketahui
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
secara kualitatif dan kuantitatif atom-atom penyusun kaolin. Atom-atom tersebut adalah Al, Si,
K, Ti, Fe dan Y dengan persen komposisi masing-masing atom yang dapat dilihat pada tabel 4.2
Gambar 4.2 XRF Kaolin Bangka Belitung [Sumber: Ari Fajar Rianto, 2007]
Tabel 4.2 Data XRF Kaolin Bangka Belitung [Sumber: Ari
Fajar Rianto, 2007]
No.
Atom
Berat(%)
At/mol(%)
1
Al
35,00
36,97
2
Si
57,68
58,54
3
K
3,26
2,38
4
Ti
0,61
0,36
5
Fe
3,39
1,73
6
Y
0,06
0,02
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa atom Si dan Al merupakan komposisi utama kaolin dengan
persentase 57,68% berat dan 35,00% berat. Oleh karena itu, kaolin dapat dijadikan sebagai
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
sumber Si dan Al pada pembuatan zeolit. Sedangkan pada tabel 4.1 yaitu data EDS kaolin
Lampung menunjukkan persentase atom Si dan Al yang lebih kecil 28,82% dan 7,49%.
4.2 Metakaolin
4.2.1 Pembuatan Metakaolin
Proses transformasi kaolin menjadi metakaolin perlu dilakukan sebelum reaksi
hidrotermal. Apabila kaolin langsung direaksikan dalam proses hidrotermal dengan NaOH akan
terbentuk hidroksisodalit. Transformasi kaolin menjadi metakaolin terjadi dengan kehilangan air
pada penyusun kerangka kaolin, sesuai dengan persamaan kimia sebagai berikut :
Al2O3. 2SiO2 .2H 2O(kaolin)  Al2O3. 2SiO2 (metakaolin)  2H 2O( g ) .
Proses transformasi dimulai dengan melakukan kalsinasi yang dilakukan dalam dua tahap,
yaitu kalsinasi pada suhu 750⁰C selama 24 jam dan kalsinasi pada suhu 850⁰C selama 6 jam
yang disertai dengan penambahan NaOH sebesar 50% dari berat kaolin. Proses kalsinasi pada
suhu 750⁰C dimaksudkan untuk proses dehidroksilasi yaitu untuk menghilangkan pengotor dan
air yang terdapat pada rongga kaolin. Menurut Caroline Belver et al. (2002), proses
dehidroksilasi terjadi pada suhu sekitar 600⁰C sampai 850⁰C. Proses kalsinasi kedua dilakukan
pada suhu 850⁰C dengan tujuan yang sama yaitu untuk membuka pori kaolin. Kalsinasi dengan
suhu yang lebih tinggi akan terbentuk struktur mullite dan kristobalit (Akolekar et al., 1992 dan
Caroline Belver et al., 2002). Sedangkan penambahan NaOH dimaksudkan untuk pengisian
kationik yang akan mempengaruhi distribusi muatan di dalam rongga yang kemudian akan
mempengaruhi sifat adsorptif dan aktivitas katalitik dari zeolit. Kation yang berada di dalam
rongga zeolit disebut exchangeable cations karena bersifat mobil dan dapat digantikan oleh
kation lainnya.
4.2.2 Analisis EDS
Tabel 4.3 Data EDS Metakaolin Lampung
No
Atom
Berat ( % )
At/mol ( % )
1
O
52,64
63,59
2
Na
26,36
22,16
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
3
Al
3,71
2,66
4
Si
15,67
10,78
5
K
1,62
0,80
4.2.3 Analisis XRD
Pada difraktogram XRD Metakaolin yang terlihat pada Gambar 4.3, menunjukkan bahwa
telah terjadi tranformasi struktur dari kaolin menjadi metakaolin, dengan ditandai menghilangnya
peak khas dari kaolin, yaitu pada 2θ=12,338 dan 2θ=24,876 (Ari Fajar Rianto, 2007).
250
Intensity (count)
200
150
100
50
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2 Theta
Gambar 4.3 Difaktogram XRD Metakaolin Bangka Belitung [Ari Fajar Rianto 2007].
4.2.4 Analisis XRF
Pada grafik XRF metakaolin yang ditunjukkan pada Gambar 4.4, teridentifikasi beberapa
atom, yaitu Na, Al, Si, K, Ti, Cr, Mn, Fe, Rb dan Y, dengan komposisi berat masing-masing
atom yang dapat dilihat pada Tabel 4.4
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.4 XRF Metakaolin [Ari Fajar Rianto, 2007]
Tabel 4.4 Data XRF metakaolin Bangka Belitung [Sumber: Ari
Fajar Rianto, 2007]
No.
Atom
Berat(%)
At/mol(%)
1
Na
6,53
7,98
2
Al
33,73
35,11
3
Si
52,38
52,39
4
K
3,63
2,61
5
Ti
0,60
0,35
6
Fe
2,98
1,50
7
Y
0,03
0,01
4.3 Zeolit
4.3.1 Proses Sintesis Zeolit
Sintesis zeolit KNaX dilakukan dengan proses hidrotermal dengan sistem tertutup
menggunakan botol polipropilena (pp) yang tahan pada proses termal dengan suhu maksimum
mencapai 100⁰C. Zeolit KNaX disintesis pada suhu 90⁰C selama 72 jam. Proses hidrotermal
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
adalah proses sintesis yang terjadi pada suhu yang bervariasi antara suhu kamar hingga 200⁰C
dalam pelarut air ataupun organik dalam sistem tertutup.
Reaktan yang digunakan dalam proses sintesis zeolit adalah metakaolin (fasa aktif),
campuran basa (NaOH dan KOH) serta air. Semua reaktan diaging selama 24 jam. Proses aging
bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar reaktan. Lamanya proses aging merupakan salah
satu yang menentukan pembentukan zeolit, karena menurut Mark E. Davis dan Raul. F. Lobo
(1992), proses nukleasi sudah mulai terjadi pada proses aging. Nukleasi merupakan cikal bakal
terbentuknya kristal.
Setelah dilakukan proses aging, tahapan selanjutnya adalah zeolitisasi dengan proses
hidrotermal secara tertutup pada suhu 90⁰C selama 72 jam. Zeolitisasi dilakukan dalam medium
basa (Campuran NaOH dan KOH), karena pada medium basa akan terbentuk anion-anion
pembentuk kerangka zeolit, yaitu AlO33 atau AlO2 dan SiO44 . Spesies alumunium dalam pH
basa, berada pada bentuk anion AlO33 atau anion AlO2 . Sedangkan pada pH asam, alumunium
berada pada bentuk kation Al 3 yang akan mengganggu pembentukan kerangka zeolit, sehingga
proses zeolitisasi harus terjadi dalam medium basa. Kelarutan silika akan meningkat pada pH
basa ( kelarutan silika sangat rendah pada pH dibawah 10).
Penambahan NaOH dan KOH selain sebagai pemberi kondisi basa dalam sintesis zeolit,
juga berfungsi sebagai zat pengarah struktur zeolit (Balsadella, E. I dan J. C Tara, 1995).
Penambahan KOH dilakukan, karena tanpa adanya KOH, selain zeolit X yang terbentuk,
terbentuk pula zeolit A.
Setelah proses hidrotermal dilakukan, kemudian endapan disaring dan dicuci dengan
aquabidest sampai pH air cucian kurang dari 10, yang bertujuan untuk menghilangkan kelebihan
alkali.
Kemudian, endapan zeolit dikeringkan pada suhu 110⁰C , yang bertujuan untuk
menghilangkan molekul air. Sehingga pori-pori zeolit semakin terbuka dan tidak mengganggu
sisi aktif katalitik pada zeolit X.
4.3.2 Analisis EDS
Hasil analisis EDS terhadap zeolit KNaX yang disintesis dari kaolin Lampung
ditunjukkan oleh tabel 4.5
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Tabel 4.5 Data EDS Zeolit KNaX Lampung
No
Atom
Berat ( % )
At/mol ( % )
1
O
52,04
65,55
2
Na
8,45
7,41
3
Al
11,29
8,43
4
Si
20,10
14,43
5
K
8,11
4,18
Walau Rasio Si/Al yang diperoleh adalah 1,712 tetapi, kandungan Si dan Al dalam
komponen secara keseluruhan sedikit. Hal ini yang menyebabkan dalam uji coba reaksi Ometilasi menggunakan zeolit dari kaolin Lampung ini tidak pernah berhasil. Analisis EDS zeolit
KNaX Bangka Belitung dilakukan di Fakultas Teknik Metalurgi Universitas Indonesia, dan
didapatkan rasio Si/Al yaitu 0,63, tetapi memiliki kandungan Si dan Al yang lebih banyak.
Tabel 4.6 Tabel EDS Zeolit KNaX Bangka Belitung
TEST
C
O
Na
Al
Si
K
Fe
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
I
1,24
38,95
8,02
28,51
17,98
3,79
1,50
II
0,83
38,38
8,68
28,68
18,28
3,93
1,27
III
0,5
40,71
8,37
28,01
17,28
4,15
0,99
Rata-
0,86
39,35
8,36
28,4
17,85
3,96
1,25
rata
4.3.3 Analisis XRD
Zeolit
KNaX
standar
mempunyai
formula
kimia
sebagai
berikut
Na86(AlO2)86(SiO2)106.264H2O. Berdasarkan perbandingan data difraktogram XRD antara zeolit
hasil sintetis dari kaolin Bangka Belitung dengan standar zeolit X (Noer Fadlina Antra, 2012)
pada tabel 4.6, terlihat bahwa 2θ ( Sintetis ) telah memiliki kemiripan dengan 2θ (Standar).
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Tabel 4.7 Perbandingan data difraktogram XRD zeolit dengan standar zeolit X (Noer Fadlina
Antra, 2012).
No
2θ (Standar)
2 θ ( Sintesis)
I rel ( Standar)
I rel (Sintesis)
1
6,10
6,211
100
69,43
2
9,97
10,07
12,7
23,38
3
11,7
11,80
8,0
19,4
4
15,39
15,48
11,1
20,7
5
22,40
22,49
0,2
11,07
6
23,24
23,21
7,7
64,47
7
26,58
26,71
2,8
47,69
8
27,37
27,38
2,8
51,48
9
30,21
30,34
0,5
28,32
10
30,85
31,01
4,5
79,32
11
33,49
33,62
2,7
25,58
12
37,23
37,47
0,6
21,66
Berdasarkan data tersebut, akhirnya diputuskan bahwa katalis zeolit KNaX yang digunakan
adalah yang berasal dari Bangka Belitung karena memiliki kandungan Si dan Al yang lebih
tinggi.
4.3.4 Analisis IR
Analisis IR terhadap zeolit sebelum dan setelah reaksi dilakukan di laboratorium afiliasi
Kimia UI. Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1. Dalam
spektroskopi infra merah panjang gelombang dan bilangan gelombang adalah nilai yang
digunakan untuk menunjukkan posisi dalam spektrum serapan. Panjang gelombang biasanya
diukur dalam mikron atau mikro meter ( µm ). Sedangkan bilangan gelombang adalah frekwensi
dibagi dengan kecepatan cahaya, yaitu kebalikan dari panjang gelombang dalam satuan cm -1.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.5 IR KNaX Sebelum Reaksi
Gambar 4.6 IR KNaX Setelah Reaksi
Berdasarkan data IR terlihat bahwa tidak ada perubahan terhadap katalis sebelum dan
sesudah reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa katalis hanya bersifat membantu mempercepat
reaksi.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
4.4 Uji Aktivitas dan Selektifitas Katalis Zeolit KNaX melalui Reaksi O-Metilasi Eugenol
dan Metanol
Reaksi O-metilasi yaitu penambahan gugus metil pada atom oksigen dari suatu senyawa
organik. Reaksi O-metilasi eugenol terjadi pada atom oksigen yang terdapat pada gugus OH dari
eugenol. Reaksi O-metilasi ini terjadi jika dilakukan dengan menggunakan katalis basa. Apabila
digunakan katalis asam maka yang terjadi adalah reaksi C-metilasi, yaitu penambahan gugus
metil pada atom karbon. Pada penelitian ini, metanol digunakan sebagai sumber metilasi
sedangkan zeolit KNaX digunakan sebagai katalis basa yaitu sebesar 20% dari berat eugenol.
Reaksi O-metilasi antara eugenol dengan metanol dilakukan dengan perbandingan mol sebesar 1:
20. Menurut Widajanti Wibowo (2010), suhu optimum reaksi o-metilasi dengan menggunakan
metanol adalah 150⁰C. Akan tetapi, reaksi O-metilasi kali ini dilakukan pada suhu 70⁰C
berdasarkan atas pertimbangan bahwa metanol mudah menguap dan diperlukan alat khusus
untuk mereaksikan sedangkan penelitian ini dilakukan dengan peralatan reaktor sederhana.
Reaktor yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari labu bulat berleher dua, dimana satu
leher disambungkan pada kondenser dan leher lainnya dihubungkan dengan termometer untuk
mengetahui temperatur reaksi yang terjadi, hot plate, dan bak berisi air es, yang akan dialirkan
kedalam kondeser. Skema alat reaktor.
Pembentukan metil eugenol dari eugenol dengan metanol melalui mekanisme reaksi
substitusi nukleofilik bimolekular ( SN 2 ). Mekanisme reaksi O-metilasi pada eugenol dan
metanol dengan menggunakan katalis zeolit KNaX, ditunjukkan pada Gambar 4.17
R
R
OCH3
H3C
Oz
OH
H
Na
Oz
OCH3
H
O
Oz
Oz
Na
Oz +
O
H
Na
Oz
H
O
OCH3
H
Gambar 4.7 Mekanisme reaksi O-metilasi eugenol menggunakan katalis zeolit KNaX
[Tilman Beutel, 1998]
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
4.5 Analisis Uji Daya Katalitik
4.5.1 Analisis GC-MS dan Kromatografi Gas (GC-FID)
Hasil reaksi katalitik diuji dengan menggunakan GC-MS di PT Indesso Aroma untuk
analisis kualitatif dan kromatografi gas di FMIPA UI untuk analisis kuantitatif. GC-MS
merupakan gabungan dua buah alat yaitu kromatografi gas dan spektrometri massa, digunakan
sebagai teknik analisis untuk mengidentifikasi konstituen bahan menguap, long chain, rantai
cabang, hidrokarbon, asam alkohol, dan ester (Ruikar et al., 2009). Senyawa-senyawa yang dapat
ditetapkan dengan kromatografi gas sangat banyak namun memiliki keterbatasan. Senyawa
tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, terutama pada temperatur
50-3000C (Mardoni, 2007). GC-MS mendeteksi massa antara m/z 10 hingga m/z 700 (Hartomo
dan Purba, 1986 cit Yasmien et al., 2008). Spektrometri massa berfungsi untuk mendeteksi
masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas
(Agusta,2000). Prinsip kerja spektrometri massa adalah menembak bahan yang sedang dianalisis
dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen
ion positif. Fragmen-fragmen tersebut berkelompok sesuai dengan massanya (Hartomo dan
Purba, 1986 cit Yasmien et al., 2008). Analisis GC-MS memberikan dua informasi dasar yaitu
hasil analisis kromatografi gas dalam bentuk kromatogram dan hasil analisis spektrometri massa
dalam bentuk spektrum massa. Kromatogram menunjukkan jumlah komponen kimia dalam
campuran yang dianalisis dan spektrum massa menunjukkan jenis dan jumlah fragmen molekul
yang terbentuk dari suatu komponen kimia (Agusta, 2000). Kromatografi gas berfungsi sebagai
alat pemisah berbagai komponen campuran dalam sampel (Agusta, 2000). Prinsip kerja dari
kromatografi gas terkait dengan titik didih senyawa yang dianalisis dan perbedaan interaksi
analit dengan fase diam dan fase gerak. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih
tinggi daripada temperatur kolom, menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berkondensasi
sebagai cairan pada awal kolom. Senyawa dengan titik didih yang tinggi memiliki waktu retensi
yang lama. Senyawa yang lebih terikat dalam fase cair pada permukaan fase diam juga memiliki
waktu retensi yang lebih lama(Clark, 2007).
Pada penelitian ini dilakukan variasi waktu yaitu 3, 6, 9, dan 12 jam Selain itu, dilakukan
perbandingan antara reaksi menggunakan katalis dengan reaksi tanpa katalis. Dari kromatogram
GC-MS yang terdapat pada lampiran 6 sampai lampiran 13, dapat diketahui ada berbagai macam
senyawa yang terbentuk pada tiap sampel, tiap puncak menjelaskan secara spesifik senyawa
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
yang ada dalam sampel. Analisis MS (Mass Spectrophotometri) dapat mengidentifikasi
kemungkinan senyawa yang terbentuk yaitu, berdasarkan penelusuran berat molekul yang
kemudian molekul tersebut terpecah menurut urutan fragmentasinya.
Gambar 4.8 Reaksi dengan katalis
Gambar 4.9 Reaksi tanpa katalis
Tabel 4.7 Hasil analisis GC-MS dengan katalis ( 9 jam )
Puncak
Retensi
Luas Area
Senyawa
1
1,950
252423163
Metanol
2
4,622
1164232507
Eugenol
3
4,987
666427
Metil
Eugenol
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Tabel 4.8 Hasil analisis GC-MS tanpa katalis ( 9 jam )
Puncak
Retensi
Luas Area
Senyawa
1
1,951
258865605
Metanol
2
4,648
1523950619
Eugenol
3
4,990
1510095
Metil
Eugenol
Spektrum
fragmentasi metil eugenol dapat dilihat pada lampiran. Pada spektrum
fragmentasi dapat kita amati bahwa metil eugenol terdeteksi pada puncak 178,1 m/z.
Hasil reaksi katalitik juga diuji dengan menggunakan kromatografi gas di Kimia, FMIPA
UI. Analisis ini dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Sebagai standar, eugenol dan
metal eugenol dibuat ke dalam beberapa variasi persen volume yaitu 1%, 3%, 5%, dan 7% di
mana variasi ini diperoleh dari 10% volume eugenol dan 10% volume metil isoeugenol. Berikut
adalah kromatogram standar eugenol (1%) dan metil eugenol (1%) sebagai salah satu contoh
kromatogram standar.
Gambar 4.10 Kromatogram standar eugenol (1%)
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.11 Kromatogram standar metil eugenol (1%)
Berdasarkan kromatogram, terlihat bahwa eugenol berada pada puncak retensi 12,359,
dan metil eugenol berada pada puncak retensi 12,869 sedangkan puncak retensi di sekitar 6,3
merupakan puncak retensi dari metanol.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.12 Kromatogram reaksi O-metilasi selama 3 jam dengan katalis
Gambar 4.13 Kromatogram reaksi O-metilasi selama 3 jam tanpa katalis
Berdasarkan data kromatogram reaksi O-metilasi selama 3 jam baik dengan katalis
maupun tanpa katalis, metanol berada pada puncak retensi sekitar 6,3, eugenol pada puncak
retensi sekitar 12,1, sedangkan metil eugenol pada puncak retensi sekitar 12,5 dan memiliki
bentuk kromatogram yang tidak terlihat sehingga mengindikasikan bahwa metil eugenol yang
terbentuk sangat sedikit.
Untuk mengetahui produk metil eugenol secara kuantitatif, dilakukan perhitungan
sebagai berikut, sebelum menghitung ke dalam persen yield, persen konversi dan persen
selektifitas, luas area metil eugenol dan eugenol pada kromatogram GC, dikonversi terlebih
dahulu melalui persamaan linear yang didapatkan dari kurva standar eugenol ( Gambar 4.12 ),
dan metil eugenol (gambar 4.13).
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.14 Kurva standar eugenol
Gambar 4.15 Kurva standar metil eugenol
Berdasarkan kurva standar eugenol ( Gambar 4.12 ), didapatkan persamaan garis linear
yaitu y=39291x-53197 dengan nilai r2=0.988. Sedangkan pada kurva standar metal eugenol
(Gambar 4.24), didapatkan persamaan garis linear yaitu y=30503x+74326 dengan nilai r2=0.977.
Dari persamaan linear tersebut didapatkan konsentrasi masing-masing, yang kemudian
dikonversikan kedalam bentuk mol untuk mendapatkan nilai persen yield, persen konversi dan
persen selektifitas, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012

% Yield metil eugenol
= mol produk metil eugenol/mol feed eugenol x 100%

% Konversi produk keseluruhan
= mol produk keseluruhan/mol feed eugenol x 100%

% Selektivitas
= mol metil eugenol/mol produk keseluruhan x 100%
Tabel 4.9 Hasil Reaksi Eugenol dengan Metanol 1:20 pada 70⁰C.
Waktu
(jam)
% yield
Katalis
%konversi
Tanpa
Katalis
katalis
Tanpa
%selektifitas
Katalis
katalis
Tanpa
katalis
3
0,041
0,039
6,83
5,84
0,600
0,667
6
0,064
0,0593
8,72
8,48
0,734
0,699
9
0,096
0,0816
10,81
9,15
0,888
0,891
12
3,006
0.121
11,03
10,21
27,253
1,185
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa jumlah produk metil eugenol dipengaruhi oleh
waktu reaksi, seperti terlihat pada Tabel 4.9. Diketahui, semakin lama waktu reaksi, semakin
meningkat % yield, %konversi, dan %selektifitas. Hasil reaksi eugenol dengan metanol 1:20
pada 700C memiliki nilai %yield, %konversi, dan %selektifitas yang kecil disebabkan oleh
beberapa hal seperti:

Suhu reaksi yang tidak dapat melebihi 1000C karena metanol yang digunakan mudah
menguap;

Katalis zeolit KNaX yang digunakan memiliki rasio Si/Al yang kecil yaitu 0,63 ( Noer
Fadlina Antra, 2012).
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Gambar 4.16 Reaksi dengan TBAB
Gambar 4.17 GC-MS reaksi dengan TBAB
Berdasarkan hasil GC-MS reaksi O-metilasi eugenol dengan TBAB, terlihat adanya puncak m/z
178,1 yang menunjukkan adanya metil eugenol. Akan tetapi, berdasarkan hasil GC yang telah
dilakukan di Laboratorium Afiliasi Departemen Kimia UI, reaksi O-metilasi dengan TBAB ini
belum menghasilkan produk metil isoeugenol seperti yang diharapkan.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN
1. Metanol dapat digunakan sebagai sumber metilasi dalam reaksi O-metilasi eugenol
2. Katalis zeolit KNaX dapat meningkatkan hasil reaksi O-metilasi.
3. Semakin lama waktu reaksi, maka baik persentase yield, persentase konversi, maupun
persentase selektifitas yang diperoleh akan semakin besar
4. Waktu optimum pada persentase yield menggunakan katalis didapatkan pada jam ke-12
dengan hasil 3,006% , sedangkan tanpa menggunakan katalis didapatkan pada jam ke-12
dengan hasil 0,121%.
5. Waktu optimum pada persentase konversi menggunakan katalis didapatkan pada jam ke12 dengan hasil 11,03% , dan tanpa menggunakan katalis didapatkan pada jam ke12dengan hasil 10,21%.
6. Waktu optimum pada persentase selektifitas menggunakan katalis didapatkan pada jam
ke-12 dengan hasil 27,253% , sedangkan tanpa menggunakan katalis didapatkan pada
jam ke-12 dengan hasil 1,185%.
7. Reaksi O-metilasi dengan TBAB belum menghasilkan metil isoeugenol.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
DAFTAR REFERENSI
1. Akolekar, Deepak, Alan Chaffe and Russel F. Howe. 1997. The Transformation of
Kaolin to Low-Silica X Zeolit. Journal zeolites 19:359-365.
2. Belver, Carolina, Miguel Angel Banars Munaz and Miguel angel Vicente. Chemical
Activation of a Kaolinite under Acid and Alkaline Condition. Chem Mater. 14, 20332034. Salamanca, Spain: 2002.
3. Basaldella, E.I and J.C. Tara. 1995. Synthesis of LSX Zeolite in Na/K System: Influence
of Na/K Ratio. Journal Zeolite 7: 63-66. New York, USA.
4. B.Mitra, G., S. Bhattacherjee. X-ray Diffraction Studies on The Tranformation of
Kaolinite into Metakaolinite: I. Variability of Inter Layer Spacing. The American
Mineralogist, Vol. 54, India: September-October, 1959.
5. Bradley, Steven A. et al., X-Ray Powder Diffraction Characterization of Zeolite
Systems.Weinhem: 2010.
6. Breck, D.W. 1974. Zeolite Molecular Sieves, Structure, Chemistry and Use. John Wiley
and Sons, Inc., New York: reprinted by Krieger, Malabar, Florida, 1984.
7. Cahyana, Herry. 2010. Hand Out Kuliah Kimia Bahan Alam. Depok : Departemen
Kimia, F MIPA, UI.
8. Fu, Zi-hua and Yoshio Ono. 1993. Selective O-methylation of Phenol with Dimethyl
Carbonate Over X-Zeolites. Catalyst Letters. 21, 43-47, American Chemical Society.
9. Gooden, Peter N., Richard A. Bourne and Andrew J. Parrott. Continuous Acid-Catalyzed
Methylations in Supercritical Carbon Dioxide: Comparison of Methanol, Dimethyl Ether
and Dimethyl Carbonate as Methylating Agents. Organic Process Research &
Development, 1, 411-416,Nottingham, UK: 2010.
10. Gritter, Roy J., James M. Bobbitt and Arthur E. Schwarting Introduction to
Chromatogaphy.Holden-Day, Inc. Oakland, USA: 1985.
11. Itoh, Hirofumi et al., Role of Acid and Base Sites in the Side-Chain Alkylation of
Alkylbenzenes with Methanol on Two-Ion-Exchange Zeolites. Journal of Catslysis 79,
21-23, Nagoya, Japan: 1983.
12. Krisnandi, Yuni. 2011. Hand out Kuliah Aluminasilikat. Depok: Departemen Kimia,
FMIPA, UI.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
13. Kusnianingsih. 2011. Studi Identifikasi Produk Reaksi Oksidasi kouplingCis-Isoeugenol
dan trans isoeugenol dengan katalis peroksidase dari Raphanus sativus L. Karya Utama
Sarjana Kimia. Universitas Indonesia.
14. Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida.Medan:
Universitas Sumatera Utara
15. Ouk, Samedy. O-Methylation of phenolic compounds with dimethyl carbonate under
solid/liquid phase transfer system. Tetrahedron Letters 43 (2002) 2661–2663 118 route
de Narbonne, 31077 Toulouse cedex 4, France: 2002.
16. Riyanto, Ari Fajar. 2007. Studi reaksi Katalitik O-metilasi Fenol dan Metanol Menjadi
Anisol dengan Menggunakan Katalis Zeolit X dalam Fasa Cair. Depok: Departemen
Kimia UI.
17. Romero, Maria, et al. 2004. O Methylation of Phenol in Liquid Phase over Basic Zeolites.
Department of Chemical Engineering, Faculty of Chemistry, Complutense University of
Madrid,Madrid 28040, Spain. Ind. Eng. Chem. Res.
18. Rudyanto, Marcellino dan Lanny Hartanti. 2006. Konversi Satu Tahap Eugenol Menjadi
Metil Isoeugenol dengan Iradiasi Gelombang Mikro pada Kondisi Bebas Pelarut.
Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala.
19. Suwarjadi. 1997. Sekilas Tentang Zeolit. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral.
Bandung.
20. Varga, gabriel. The Structure of kaolinite and metakaolinite Constantine The Philosopher
University : 2007.
21. Weitkamp, Jens. Zeolite and Catalysis. Solid Ionic 131, 175-188, stattgart, Germany:
2000.
22. Wright, Paul. A and Gordon M Pearce. Structural Chemistry of Zeolite. Zeolite and
Catalyst, Synthesis, Raction, and Applications, Vol. 2, Weinheim, Valencia, Dolejskove,
Richmond: WILEY-VCH, 2010.
23. Wibowo, Widajanti. 2004. Hand Out Kuliah Katalis Heterogen dan reaksi Katalisis.
Depok : Departemen Kimia, F MIPA, UI.
24. Wibowo, Widajanti, Ari Fajar Rianto and Sara Ayu Sekarini. O-Methylation Of Phenol
With Methanol In Liquid Phase Over KNaX Zeoliet Synthesized From Kaolin. Middle-
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
East Journal of Scientific Research 5 (6): 435-440, Department of Chemistry, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia: 2010.
25. Mulja, Muhammad. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press.
26. Sunardi. 2009. Penutun Praktikum Analisa Instrumentasi. Depok; Departemen Kimia
FMIPA UI
27. Underwood, A.L. & Day, R.A.Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga.
Studi reaksi..., Lidyawati, FMIPAUI, 2012
Download