NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PREVALENSI PENGGUNA INTRAUTERINE DEVICE (IUD) PADA PENGGUNA AKTIF NON IUD DI KELURAHAN SIANTAN HULU PONTIANAK PAULINA SARAGI NIM I31110032 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PREVALENSI PENGGUNA INTRAUTERINE DEVICE (IUD) PADA PENGGUNA AKTIF NON IUD DI KELURAHAN SIANTAN HULU PONTIANAK Oleh: Paulina Saragi* Ernawati** Winarianti** Abstrak Latar Belakang: Penggunaan IUD merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengontrol Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka pengguna akseptor IUD tertulis dalam RPJMN 2010-2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menemukan bahwa pemanfaatan kontrasepsi non MKJP tertinggi, yaitu terdapat di provinsi Kalimantan Barat. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prevalensi pengguna IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian berjenis deskriptif kuantitatif dengan cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan akan dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Hasilnya menunjukkan 84.2% responden tidak memiliki keinginan untuk menggunakan IUD dan 15.8% responden ada keinginan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD adalah sosial budaya (p = 0.012) dan rasa aman (p = 0.022). Uji regresi logistik menunjukkan faktor dominan mempengaruhi pemilihan IUD ialah rasa aman dengan nilai p = 0.009 (OR = 3.905 dan 1.373). Kesimpulan: Faktor sosial budaya dan rasa aman merupakan faktor yang ditemukan mempengaruhi pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Bagi petugas pelayanan KB baiknya lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang IUD yang dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara lengkap dan jelas demi membangun pemahaman positif bagi masyarakat. Kata kunci : Kontrasepsi, Intrauterine Device, Pemilihan IUD FACTORS AFFECTINGLOW PREVALENCE OF INTRAUTERINE DEVICE (IUD) USE IN NON-IUDACTIVE USERS IN SIANTAN HULU PONTIANAK Abstract Background: IUD use is one of strategies to control the population growth rate (PGR). Strategies aimed to increase the number of IUD user are listed on RPJMN 2010 – 2014. Basic Health Research (Riskesdas) 2013 found that the highest number of user of non MKJP contraception is in West Kalimantan. Aim: The aim of study is to identify factors affecting the low prevalence of IUD user in non IUD active users in Siantan Hulu, Pontianak. Methods: This is a descriptive quantitative study with cross-sectional approach. Sampelwas taken through random sampling method. Univariat, bivariate, and multivariat analysis are included for data analysis. Results: Data analysis shows 84.2% of respondents have no plan to use IUD while the rest of them are willing to do it. Bivariate analysis shows that factors affecting IUD use preference are social-culture (p = 0.012) and sense of security (p = 0.022). While logistic regression disclosures the most dominant factor affecting IUD use is sense of security with p value = 0.009 (OR = 3.905 and 1.373). Conclusions: Social-culture and sense of security are the factors affecting IUD use preference in non-IUD active users in Siantan Hulu, Pontianak. It is highly encouraged for health practitioners to enhance community’s knowledge about IUD, by providing clear and complete information in order achieving positif understanding among community members. Keywords : Contraceptive, Intrauterine Device, IUD use preference * Nursing Student of Tanjungpura University ** Nursing Lecturer of Tanjungpura University PENDAHULUAN Populasi manusia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk guna mencegah terjadinya booming population salah satunya ialah melalui program family planning atau yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi. Jurnal Sexual and Reproductive Health 3 yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa kontrasepsi memiliki peranan yang sangat besar dalam pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) (Cleland et al., 2006). Indonesia merupakan negara dengan prakiraan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,1%. World Populations Data Sheet tahun 2010 menyatakan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di negara Association of Southeast Asia Nations (ASEAN), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak yakni sebesar lebih dari 235 juta jiwa (Kemenkes, 2010). Estimasi tahun 2012 oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan dengan bantuan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk di Indonesia sebesar 244,7 juta jiwa. Upaya pemerintah Indonesia dalam menekan LPP, juga tentu tidak terlepas dari program KB yang merupakan strategi untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi (Kemenkes, 2012). Prevalensi cakupan peserta KB di Indonesia dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan hingga mencapai 76,39% dengan metode kontrasepsi yang digunakan berupa implan, kondom, pil, suntikan, Metode Operatif Wanita (MOW), Metode Operatif Pria (MOP) dan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intrauterine Device (IUD). Salah satu dari metode kontrasepsi yang diketahui memiliki efektifitas tinggi, aman dan nyaman adalah Intrauterine Device (IUD) yang tergolong dalam Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Glasier dan Gebbie, 2006). Akan tetapi, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 19912007 menunjukkan penggunaan IUD terus mengalami penurunan hingga mencapai 4,9%. Penggunaan MKJP nyatanya masih terlihat sangat rendah jika dibandingkan dengan kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) di tahun 2012 dengan persentase sebesar 23% pada pengguna KB aktif dan 76,5% persentase pada pengguna Non MKJP (Kemenkes, 2012). Prevalensi pada akseptor KB tahun 2013 ternyata masih juga didominasi oleh metode Non MKJP dengan persentase sebesar 51,8% pada metode Non MKJP dan 7,5% pada metode MKJP. Tercatat proporsi penggunaan KB Non MKJP tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 adalah di Provinsi Kalimantan Barat dengan persentase sebesar lebih dari 60% (Riskesdas, 2013). Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014 memiliki beberapa sasaran program meliputi hal tentang pencapaian Contraceptive Prevalence Rate (CPR) menjadi 65% termasuk peningkatan pencapaian Pengguna Aktif (PA) MKJP sebesar 25,9% dan pencapaian pada Pengguna Baru (PB) MKJP sebesar 12,9%. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan pada Februari 2014 tercatat dari 527.000 lebih Pengguna Aktif (PA) hanya 41.000 akseptor yang memilih untuk menggunakan IUD. Studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu koordinator lapangan (korlap) pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (BPMPAKB) Kota Pontianak didapatkan tiga kecamatan yang memiliki prevalensi terendah dalam penggunaan kontrasepsi IUD, yaitu Pontianak Timur (4%) dan Pontianak Utara (4%) serta Pontianak Barat (11%). Petugas korlap menambahkan beberapa hal yang menyebabkan akseptor tidak memilih IUD yakni antara lain dikarenakan kurangnya dukungan atau partisipasi dari suami, pendidikan, lingkungan sosial, budaya, ekonomi dan sikap akseptor KB itu sendiri. Salah satu pengguna KB non IUD mengungkapkan alasan tidak adanya keinginan untuk menggunakan IUD ialah karena akseptor merasa tidak nyaman dengan cara pemasangan IUD yang harus berhubungan dengan aurat (alat kelamin). Manurung et al. (2012) menemukan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih IUD pertama, yaitu faktor motivasi yang terdiri dari tempat pelayanan KB dan dukungan suami. Kedua yaitu faktor kebutuhan yang terdiri dari keamanan alat kontrasepsi IUD, ketersediaan alat dan informasi serta faktor ketiga, yaitu faktor sosio ekonomi yang terdiri dari petugas kesehatan KB dan biaya pemasangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena yang ada pada suatu populasi secara objektif. Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu observasi dari variabel independen dan dependennya hanya dalam satu waktu (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua PA yang menggunakan metode Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak yang berjumlah 3166 akseptor. Sampel yang diambil ialah semua peserta KB aktif Non IUD yang ada di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Metode pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling yang baik digunakan dalam penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi yang besar (Gerish dan Lacey 2013). Dalam penelitian ini teknik acak dilakukan dengan cara arisan atau undian (lottery technique). Besarnya sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Nursalam, 2011): ( ) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d= Tingkat signifikansi (d=0,05) Maka besarnya sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut: ( ) n = 355,33 = 355 responden. Kriteria responden dalam penelitian ini ialah akseptor aktif yang menggunakan salah satu metode kontrasepsi Non IUD (termasuk pengguna baru), yang bertempat tinggal di area penelitian, yaitu di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak dan dapat membaca serta menulis. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner berisi 25 pernyataan yang telah dimodifikasi dari kuesioner dalam penelitian sebelumnya dengan topik terkait. Modifikasi kuesioner dilakukan karena peneliti ingin adanya penyesuaian dengan apa yang ingin diteliti dan agar responden mudah memahami setiap butir pernyataan dalam kuesioner. Instrumen pada penelitian ini telah melalui uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada 25 PA aktif non IUD di Kelurahan Siantan Tengah Pontianak. Hasil dari uji validitas yang dilakukan menunjukan bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel, dimana r tabel untuk 25 responden adalah bernilai 0,396. Sehingga semua pertanyaan yang dimuat dalam kuesioner ini dinyatakan bernilai valid. Hasil uji reliabilitas di dalam penelitian ini menunjukkan nilai yang reliabel dengan nilai Cronbach Alpha 0.754 (> 0.60). Data di dalam penelitian dianalisis melalui analisis univariat, bivariat (Chi-Square) dan multivariat (Regresi Logistik). HASIL PENELITIAN a. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini mendeskripsikan gambaran dari enam faktor yang diteliti, meliputi faktor sosial budaya, informasi, pelayanan KB, nilai, rasa aman, dan partisipasi suami. Selain itu juga akan diuraikan mengenai gambaran pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sosial Budaya Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Sosial Budaya Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f % 143 141 71 355 40.3 39.7 20.0 100 Tabel di atas merupakan distribusi frekuensi dari sosial budaya responden yang menunjukkan hasil bahwa sebanyak 143 (40.3%) sosial budaya responden yang tidak berpengaruh, 141 (39.7%) sosial budaya responden cukup berpengaruh dan sebanyak 71 (20.0%) sosial budaya responden yang berpengaruh. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Informasi Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f 76 103 176 355 % 21.4 29.0 49.6 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa informasi responden yang tidak berpengaruh berjumlah 76 (21.4%). Untuk cukup berpengaruh berjumlah 103 (29.0%) dan berpengaruh berjumlah 176 (49.6%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelayanan KB Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Pelayanan KB Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f 137 105 113 355 % 38.6 29.6 31.8 100 Berdasarkan tabel diatas didapatkan terdapat 137 (38.6%) pelayanan KB responden tidak berpengaruh dan 105 (29.6%) cukup berpengaruh serta 113 (31.8%) pelayanan KB responden yang berpengaruh. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nilai Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Nilai Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f 93 171 91 355 % 26.2 48.2 25.6 100 Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa nilai responden yang tidak berpengaruh memiliki jumlah sebesar 93 (26.2%) responden, cukup berpengaruh sebesar 171 (48.2%) responden dan berpengaruh sebesar 91 (25.6%) responden. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rasa Aman Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Rasa Aman Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f 31 62 262 355 % 8.7 17.5 73.8 100 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 31 (8.7%) rasa aman responden tidak berpengaruh, 62 (17.5%) cukup berpengaruh dan 262 (73.8%) rasa aman responden yang berpengaruh. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Partisipasi Suami Responden di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Partisipasi Suami Responden Tidak Berpengaruh Cukup Berpengaruh Berpengaruh Total f 13 177 165 355 % 3.7 49.9 46.5 100 Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil, yaitu sebesar 13 (3.7%) partisipasi suami responden tidak berpengaruh, 177 (49.9%) partisipasi suami responden cukup berpengaruh dan 165 (46.5%) partisipasi suami responden berpengaruh. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Pemilihan IUD Tidak Ada Keinginan Ada Keinginan Total f 299 56 355 % 84.2 15.8 100 Hasil dari analisis univariat pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 355 responden terdapat 299 (84.2%) responden yang tidak memiliki keinginan untuk menggunakan IUD dan 56 (15.8%) responden yang memiliki keinginan. b. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square. Variabel yang diuji melalui uji meliputi sosial budaya, informasi, pelayanan KB, nilai, rasa aman dan partisipasi suami. Nilai signifikansi (p) yang digunakan ialah 0,05 (jika p < 0.05 maka dinyatakan terdapat pengaruh). Tabel 8. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Sosial Budaya pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Sosial budaya Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan f % f % 129 36.3 14 3.9 f 143 % 40.3 117 33.0 24 6.8 141 39.7 53 299 14.9 84.2 18 56 5.1 15.8 71 355 20.0 100 Total p 0.012 Tabel 8 menunjukkan bahwa 143 responden tidak berpengaruh terhadap sosial budaya dengan 129 responden tidak ada keinginan dan 14 responden ada keinginan. Terdapat 141 responden yang cukup berpengaruh terhadap sosial budaya, dengan 117 responden tidak ada keinginan dan 24 responden ada keinginan. Sedangkan terdapat 71 responden yang berpengaruh terhadap sosial budaya, dengan 53 responden tidak ada keinginan dan 18 responden ada keinginan. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai p = 0.012 (p < 0.05) yang menunjukkan terdapat pengaruh dari sosial budaya pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Tabel 9. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Informasi pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Informasi Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan % F f % 59 16.6 17 4.8 F 76 % 21.4 89 25.1 14 3.9 103 29.0 151 299 42.5 84.2 25 56 7.0 15.8 176 355 49.6 100 Total Tabel 9 menunjukkan 76 responden tidak berpengaruh terhadap informasi, dengan 59 responden tidak ada keinginan dan 17 responden ada keinginan. Terdapat 103 responden yang cukup berpengaruh terhadap informasi dengan yang tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah 89 responden dan 14 responden ada keinginan. Sedangkan responden yang berpengaruh terhadap informasi berjumlah 176 responden dengan 151 responden tidak ada keinginan memilih IUD dan 25 ada keinginan untuk. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0.204 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa p 0.204 tidak terdapat pengaruh dari informasi pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. keinginan dan 10 responden ada keinginan memilih IUD. Berdasarkan hasil analsis bivariat dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0.142 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari faktor nilai pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Tabel 10. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Pelayanan KB pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Pelayanan KB Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan % f f % 111 31.3 26 7.3 f 137 % 38.6 88 105 29.6 100 299 24.8 28.2 84.2 17 13 56 4.8 3.7 15.8 Total 113 355 p 0.269 31.8 100 Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total F 93 % 26.2 145 40.8 26 7.3 171 48.2 81 299 22.8 84.2 10 56 2.8 15.8 91 355 25.6 100 Total Tabel 11 menunjukkan hasil bahwa 93 responden tidak berpengaruh terhadap faktor nilai, dengan responden yang tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah 73 responden dan 20 ada keinginan. Terdapat 171 responden yang cukup berpengaruh terhadap faktor nilai dengan responden yang tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah 145dan 26 reponden ada keinginan. Sedangkan jumlah responden yang berpengaruh terhadap faktor nilai sebesar 91 responden, dengan 81 responden tidak ada Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan % f f % 21 5.9 10 2.8 f 31 % 8.7 51 14.4 11 3.1 62 17.5 227 299 63.9 84.2 35 56 9.9 15.8 262 355 73.8 100 Total P 0.022 Tabel diatas menunjukkan hasil bahwa 31 responden tidak berpengaruh terhadap rasa aman, dengan responden yang tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah 21 dan 10 responden ada keinginan. Terdapat 62 responden yang cukup berpengaruh terhadap rasa aman, dengan responden yang tidak ada keinginan berjumlah 51 dan 11 responden ada keinginan memilih IUD. Sedangkan responden yang berpengaruh terhadap rasa aman berjumlah 262 dengan sebanyak 227 responden tidak ada keinginan dan 35 responden ada keinginan memilih IUD. Hasil dari uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0.022 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari rasa aman pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Tabel 11. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Nilai pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Nilai Rasa Aman Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total Bardasarkan tabel 10 didapatkan bahwa faktor pelayanan KB yang tidak berpengaruh terhadap pemilihan IUD berjumlah 137 dengan 111 responden tidak ada keinginan dan 26 responden ada keinginan memilih IUD. Terdapat 105 responden yang cukup berpengaruh terhadap pelayanan KB dengan 88 responden tidak ada keinginan dan 17 responden ada keinginan memilih IUD. Sedangkan responden yang berpengaruh terhadap pelayanan KB berjumlah 113 responden dengan 100 responden tidak ada keinginan dan 13 responden ada keinginan untuk memilih IUD. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0.269 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari pelayanan KB pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan % f f % 73 20.6 20 5.6 Tabel 12. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Rasa Aman pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak P 0.142 Tabel 13. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Faktor Partisipasi Suami pada Pengguna Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Partisipasi Suami Tidak berpengaruh Cukup berpengaruh Berpengaruh Total Pemilihan IUD Tidak ada Ada keinginan keinginan % f f % 11 3.1 2 0.6 f 13 % 3.7 149 42.0 28 7.9 177 49.9 139 299 39.2 84.2 26 56 7.3 15.8 165 355 46.5 100 Total Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor partisipasi suami responden yang tidak berpengaruh terhadap pemilihan IUD berjumlah 13 dengan 11 responden tidak ada keinginan dan 2 responden ada keinginan memilih IUD. Terdapat 177 responden yang cukup berpengaruh terhadap partisipasi suami, dengan responden yang tidak ada p 0.999 keinginan berjumlah 149 dan 28 responden ada keinginan memilih IUD. Sedangkan jumlah responden yang berpengaruh berjumlah 165 responden, dengan responden yang tidak ada keinginan berjumlah 139 dan yang ada keinginan memilih IUD berjumlah 26 responden. Berdasarkan hasil uji ChiSquare didapatkan nilai p = 0.999 (p > 0.05). hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari partisipasi suami pada pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. c. Hasil Analisis Multivariat Analisis multivariat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen mana yang paling kuat mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil analisis bivariat terdapat empat faktor yang memenuhi persyaratan untuk dapat dimasukkan kedalam uji regresi logistik. Adapun faktor yang memenuhi persyaratan tersebut adalah sosial budaya, informasi, nilai dan rasa aman. Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan IUD pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Langkah 1 Variabel Sosial Budaya Koefisien (1) -1.458 (2) -0.803 p 0.003 Informasi (1) 0.584 (2) -0.110 0.186 Nilai (1) 0.929 (2) 0.508 0.173 Rasa Aman (1) 1.028 (2) 0.223 0.110 -1.651 < 0.001 0.002 Konstanta Langkah 2 Sosial Budaya (1) -1.455 (2) -0.772 Nilai (1) 0.811 (2) 0.466 0.247 Rasa Aman (1) 1.086 (2) 0.169 0.079 -1490 < 0.001 0.005 Konstanta Langkah 3 Sosial Budaya (1) -1.311 (2) -0.604 Rasa Aman (1) 1.362 (2) 0.317 0.009 -1.203 < 0.001 Konstanta OR (IK95%) (1) 0.233 (0.101 – 0.535) (2) 0.448 (0.212 – 0.945) (1) 1.792 (0.864 – 3.178) (2) 0.896 (0.429 – 1.872) (1) 2.532 (0.958 – 6.691) (2) 1.662 (0.733 – 3.768) (1) 2.795 (1.071 – 7.292) (2) 1.250 (0.564 – 2.772) 0.192 (1) 0.233 (0.102 – 0.531 (2) 0.462 (0.220 – 0.969) (1) 2.251 (0.869 – 5.828) (2) 1.593 (0.709 – 3.557) (1) 2.961 (1.149 – 7.643) (2) 1.184 (0.537 – 2.610) 0.225 (1) 0.270 (0.122 – 0.598) (2) 0.546 (0.269 – 1.109) (1) 3.905 (1.635 – 9.326) (2) 1.373 (0.643 – 2.931) 0.300 Tabel 14 menunjukkan hasil dari ke empat faktor yang melalui analisis regresi logistik. Hubungan terkuat didapatkan pada variabel yang memiliki nilai OR paling besar yaitu faktor rasa aman (OR = 3.905 dan 1.373) diikuti faktor sosial budaya reponden (OR = 0.270 dan 0.546). PEMBAHASAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak a. Faktor Sosial Budaya pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Lingkup sosial ialah hubungan antara manusia dan manusia maupun manusia dengan kelompok. Sedangkan budaya merupakan suatu pandangan masyarakat atau suatu sistem pedoman hidup yang ingin dicapai. Perilaku merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Jadi, perilaku dan lingkungan sosial budaya adalah suatu hal yang mempengaruhi satu sama lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa 40.3% sosial budaya responden tidak berpengaruh, 39.7% sosial budaya responden cukup berpengaruh dan sebanyak 20.0% sosial budaya responden berpengaruh. Hasil tersebut menyatakan nilai tertinggi terdapat pada kategori tidak berpengaruh, yaitu dengan persentase sebesar 40.3%. Adapun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernadus, Madianung & Masi (2013) yang menemukan bahwa faktor budaya memiliki pengaruh terhadap pemilihan IUD. Hasil penelitian ini menemukan bahwa walaupun pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak melakukan interaksi sosial dengan orang lain, namun akseptor memiliki pandangan tersendiri mengenai kontrasepsi. Sebagian dari responden dalam penelitian ini cukup berpengaruh dengan sosial budaya di lingkungannya, yaitu dengan jumlah 141 akseptor dan reponden yang berpengaruh terhadap sosial budaya berjumlah 71 akseptor. adapun temuan ini didukung oleh analisis yang dilakukan Handayani (2010) yang mengemukakan bahwa dalam memilih IUD, akseptor dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga, orangtua, teman dan tetangga. Responden yang terpengaruh terhadap sosial budaya di dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menggunakan IUD, pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu dipengaruhi oleh lingkungan sosial budayanya. Saran dari teman dan pengaruh dari tetangga juga dapat mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi. b. Faktor Informasi pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat atau individu (akseptor KB). Pada dasarnya informasi bertujuan untuk membantu akseptor memahami/mengerti tentang kesehatannya (Manuaba, 2007; Manuaba, 2007; Manuaba, 2007). Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa responden yang tidak berpengaruh terhadap informasi berjumlah 21.4% responden, cukup berpengaruh berjumlah 29.0% responden dan berpengaruh berjumlah 49.6% responden. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah tertinggi terdapat pada ketegori berpengaruh, yaitu dengan persentase sebesar 49.6%. Temuan ini sejalan dengan analisis yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) yang menemukan bahwa faktor informasi memiliki pengaruh dalam pemilihan IUD. Terdapat 76 responden pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu yang tidak berpengaruh terhadap informasi. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan temuan yang dilakukan oleh Permatasari, Wati & Ramani (2013) yang mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan antara penyebaran atau informasi terhadap penghentian penggunaan IUD. Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian dari pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu dalam memilih IUD tidak terpengaruh oleh informasi. Ada atau tidaknya informasi mengenai IUD yang diterima oleh akseptor baik informasi positif maupun negatif pada kenyataannya tidak mempengaruhi akseptor untuk berpindah menggunakan IUD. c. Faktor Pelayanan KB pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Pelayanan merupakan hal penting karena keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Namun adanya fasilitas yang lengkap juga tidak akan berfungsi dengan efektif jika tenaga pelayan kesehatannya kurang mampu memberikan pelayanan yang diperlukan masyarakat (Blum, 1974; Azwar, 1983; Maulana, 2009). Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat 38.6% pelayanan KB responden yang tidak berpengaruh, 29.6% cukup berpengaruh dan terdapat 31.8% pelayanan KB responden yang berpengaruh. Hasil ini menunjukkan jumlah tertinggi terdapat pada kategori tidak berpengaruh yaitu dengan persentase sebesar 38.6%. Temuan ini tidak sejalan dengan analisis yang dilakukan Pastuti dan Wilopo (2007) yang menemukan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan KB dengan pemilihan IUD. Terdapat 29,6% responden cukup terpengaruh oleh pelayanan KB dan 31,8% responden berpengaruh terhadap pelayanan KB dalam penelitian ini. Temuan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Woyanti (2005) yang menemukan bahwa pelayanan KB merupakan suatu faktor penentu terhadap permintaan kontrasepsi yang memiliki pengaruh positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan KB mempengaruhi sebagian pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Beberapa tempat pelayanan kesehatan yang tidak menyediakan akses dalam pemasangan IUD, masih kurangnya keterampilan tenaga kesehatan dalam pemasangan IUD dan adanya kelalaian dari petugas pelayanan KB dalam memberikan informasi tentang IUD dengan jelas menjadikan akseptor kurang mengenal IUD. d. Faktor Nilai pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Nilai menjadi standar bagi individu dalam menentukan pilihan yang baik dan yang akan dilakukannya dalam masyarakat. Individu pasti akan menilai tentang IUD menurut nilai yang ia yakini (Sudarma, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 355 akseptor aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak ini menemukan bahwa nilai responden yang tidak berpengaruh memiliki jumlah sebesar 26.2%, cukup berpengaruh sebesar 48.2% dan berpengaruh sebesar 25.6%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa angka tertinggi terdapat pada kategori cukup berpengaruh yaitu dengan persentase sebesar 48.2%. Analisis yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) menemukan bahwa akseptor yang memiliki rasa malu dengan cara pemasangan IUD memperlihatkan hal ini sebagai suatu hambatan dari penggunaan IUD, sedangkan nilai agama bukanlah menjadi suatu penghambat dalam pemanfaatan IUD. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar nilai responden cukup mempengaruhi dalam pemilihan IUD. Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa faktor agama tidak menjadi suatu penghambat bagi pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak dalam menggunakan IUD karena sebagian besar dari mereka menyatakan kurang tahu dan menyatakan tidak ada larangan dari segi agama untuk pemanfaatan IUD. Akseptor juga tidak merasa malu dengan prosedur pemasangan IUD yang harus memperlihatkan alat kelamin. Karena akseptor menyatakan sudah memiliki pengalaman dalam proses partus sebelumnya yang juga harus memperlihatkan alat kelamin. e. Faktor Rasa Aman pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Imbarwati (2009) menyebutkan faktor rasa aman dapat mempengaruhi pandangan akseptor terhadap IUD. Adanya kekhawatiran dalam diri akseptor dapat menghalangi keinginan akseptor untuk memilih IUD. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 355 akseptor aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu ini ditemukan bahwa terdapat 8.7% rasa aman responden yang tidak berpengaruh dan 17.5% cukup berpengaruh serta 73.8% rasa aman responden yang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jumlah tertinggi dari rasa aman responden terdapat pada kategori berpengaruh, yaitu dengan persentase sebesar 73.8%. Family Planning and Contraceptive Research (2011) yang melakukan adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Weston et al. (2011) juga menemukan bahwa rasa takut dan kesalahpahaman yang ada pada akseptor KB tidak boleh dianggap remeh, karena hal ini justru akan mendorong akseptor untuk memilih metode yang kurang efektif (non IUD). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa rasa aman responden berpengaruh terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak (73.8%). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang memiliki pandangan dan persepsi negatif mengenai IUD. Perasaan takut dengan cara pemasangan dan efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan IUD membuat responden memilih untuk tidak menggukanan IUD. Sebagian kecil akseptor aktif non IUD tidak terpengaruh oleh rasa aman (8.7%). Hal ini menunjukkan bahwa adanya paparan informasi yang diterima responden dari orang lain mengenai efek samping IUD tidak menjadikan responden takut untuk menggunakan IUD. f. Faktor Partisipasi Suami pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Varney, Kriebs dan Gegor (2007) menyatakan bahwa hubungan pasangan dapat mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Siantan Hulu ini didapatkan hasil sebanyak 3.7% partisipasi suami responden tidak berpengaruh dan 49.9% partisipasi suami responden cukup berpengaruh serta 46.5% partisipasi suami responden yang berpengaruh. Hasil tersebut menemukan bahwa partisipasi suami responden memiliki nilai tertinggi pada kategori cukup berpengaruh, yaitu dengan persentase sebesar 49.9%. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kidsley (2009). Melalui hasil penelitiannya yang dilakukan di Nepal, Kidsley mengungkapkan bahwa bahwa suami memiliki peranan penting dalam membuat keputusan dan penerimaan dalam memilih IUD sebagai kontrasepsi yang digunakan oleh pasangannya (istri). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi suami responden cukup mempengaruhi akseptor dalam memilih kontrasepsi. Akan tetapi, sebagian kecil pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu tidak terpengaruh oleh partisipasi suami dalam memilih IUD. Penelitian yang dilakukan oleh Adhayani (2011) juga mendukung hasil dari penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan atau partisipasi dari suami dengan pemilihan IUD. Adanya keterlibatan suami tidak sepenuhnya mempengaruhi akseptor dalam memilih kontrasepsi. Suami juga memiliki hak untuk menentukan jenis kontrsepsi yang digunakan pasangannya. Namun, dalam hal ini istrilah yang menggunakan kontrasepsi. Walaupun suami menyarankan untuk menggunakan IUD, namun pasangan atau istri menolak dengan alasan tertentu. Tentunya hal ini menjadikan suami menyerahkan keputusan kepada pasangannya. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Hasil analisis dengan uji Chi-Square ditemukan bahwa terdapat pengaruh antara sosial budaya terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Chi-Square yang menunjukkan nilai p = 0.012 (p < 0.05). Adanya pengaruh sosial budaya dalam pemilihan IUD dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bernadus, Madianung & Masi (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKdR). Dinyatakan bahwa sejumlah faktor budaya di lingkungan sosial (sosial budaya) akseptor dapat mempengaruhi pengguna KB dalam pemilihan metode kontrasepsi. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain di lingkungannya. Hasil dari interaksi dan pengalaman manusia dengan lingkungannya menimbulkan suatu hal yang disebut dengan perilaku. Lingkungan sosial yang pada umumnya memiliki perilaku tidak ingin menggunakan IUD cenderung akan mempengaruhi individu lain untuk membentuk perilaku yang sama. Sulit membentuk perilaku yang sadar untuk menggunakan IUD jika perilaku untuk tidak menggunakan IUD lebih menonjol di dalam lingkungan akseptor sehariharinya. Pengaruh Faktor Informasi Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Hasil analisis bivariat dengan uji ChiSquare ditemukan tidak terdapat pengaruh antara informasi responden terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai p = 0.204 (p > 0.05). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Benson et al. (2011) yang menyatakan bahwa informasi yang lengkap dan jelas yang diberikan oleh konselor KB atau petugas kesehatan memberi kemungkinan besar untuk meningkatkan seseorang dalam memilih IUD. Hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti bahwa informasi tidak mempengaruhi rendahnya jumlah akseptor dalam memilih IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Akseptor yang mendapatkan informasi, baik yang positif maupun negatif tidak mempengaruhi ketertarikan akseptor mengenai IUD. Rasa ketidakingintahuan akseptor mengenai kontrasepsi selain yang akseptor gunakan, ditambah dengan petugas pelayanan KB yang terkadang lalai dalam memberikan informasi tentang IUD kepada akseptor semakin membuat akseptor tidak tahu tentang IUD. Sehingga hal ini menjadikan akseptor tidak memiliki keinginan untuk menggunakan IUD. Pengaruh Faktor Pelayanan KB Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pelayanan KB terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Hal ini dibuktikan degan nilai p = 0.269 (p > 0.05). Temuan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pastuti dan Wilopo (2007) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan KB dengan pemilihan IUD. Hal ini dapat dikarenakan ada atau tidaknya fasilitas yang memadai untuk pemasangan IUD tidak mempengaruhi responden untuk berpindah menggunakan IUD, karena responden merasa KB yang digunakannya saat ini merupakan kontrasepsi yang paling sesuai. Pengaruh Faktor Nilai Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Analisis dengan uji Chi-Square ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara faktor nilai terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak ( p = 0.142). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imbarwati (2009) yang menyatakan bahwa persepsi positif lebih banyak dimiliki akseptor dibandingkan dengan persepsi negatif yang dimilikinya. Dari hasil analisa peneliti terdapat sebagian responden menyatakan malu dengan cara pemasangan IUD. Namun sebagian besar dari pangguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak menyatakan rasa malu bukanlah menjadi alasan terbesar mereka untuk tidak menggunakan IUD mengingat mereka telah memiliki pengalaman partus sebalumnya yang dalam prosedurnya harus memperlihatkan alat kelamin. Nilai-nilai dalam agama juga bukanlah menjadi penghambat bagi akseptor, karena banyak dari akseptor mengungkapkan bahwa tidak ada larangan di dalam agama serta tidak ada larangan dari tokoh agama dalam pemanfaatan IUD sebagai alat kontrasepsi. Pengaruh Faktor Rasa Aman Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Melalui uji Chi-Square ditemukan terdapat pengaruh antara faktor rasa aman terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Chi-Square yang menunjukkan nilai p = 0.022 (p < 0.05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Najafi, Rahman dan Juni (2011) yang menemukan bahwa adanya hambatan pribadi, budaya, kesehatan dan rasa takut menjadi alasan akseptor menghindari penggunaan IUD. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh rasa aman terhadap pemilihan kontrasepsi IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu pontianak. Perasaan takut atau merasa tidak aman yang ada di dalam diri akseptor non IUD memang menjadi salah satu alasan terbesar akseptor untuk tidak menggunakan IUD. Pengaruh Faktor Partisipasi Suami Terhadap Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Pontianak Melalui uji Chi-Square ditemukan tidak terdapat pengaruh antara faktor partisipasi suami terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak (p = 0.999). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang dilakukan Adhayani (2011) yang menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan atau partisipasi dari suami dengan pemilihan IUD. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara partisipasi suami dengan pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Dari analisis peneliti tidak terdapatnya hubungan di dalam penelitian ini dikarenakan dukungan yang kurang dari suami, seperti suami yang jarang atau tidak pernah ikut konsultasi KB dengan istri menyebabkan suami tidak memiliki informasi yang baik mengenai kontrasepsi, khususnya IUD. Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemilihan IUD pada Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Penelitian yang dilakukan terhadap 355 responden pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak ini didapatkan hasil bahwa dari ke empat faktor yang melalui analisis regresi logistik, faktor yang ditemukan paling mempengaruhi atau paling dominan responden dalam memilih IUD ialah faktor rasa aman dengan nilai OR =.3.905 dan 1.373 (0.009). Adapun hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari Bernadus, Madianung & Masi (2013) yang menemukan bahwa faktor paling dominan yang berhubungan dalam pemilihan IUD adalah pendidikan akseptor. Walaupun pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi akseptor dalam mengambil keputusan dalam ber-KB. Namun, baik akseptor yang memiliki pendidikan tinggi ataupun pendidikan yang rendah dalam memilih kontrasepsi tentu memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai dan paling aman untuk digunakan. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prevalensi pengguna Intrauterine Device (IUD) pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak adalah sebagai berikut. a. Sosial budaya yang tidak berpengaruh terhadap pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu sebesar 40.3%, cukup berpengaruh 39.7% dan berpengaruh terhadap responden sebesar 20.0%. b. Informasi responden yang tidak mempengaruhi pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak memiliki persentase 21.4%, cukup berpengaruh 29.0% dan informasi berpengaruh 49.6%. c. Pelayanan KB yang tidak berpengaruh terhadap pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak sebesar 38.6% cukup berpengaruh 29.6% dan berpengaruh sebesar 31.8%. d. Nilai responden yang tidak mempengaruhi pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan hulu Pontianak memiliki persentase sebesar 26.2%, cukup berpengaruh 42.8% dan berpengaruh sebesar 25.6%. e. Rasa aman yang tidak berpengaruh terhadap pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu sebesar 8.7%, cukup berpengaruh 17.5% dan berpengaruh terhadap responden sebesar 73.8%. f. Partisipasi suami responden yang tidak mempengaruhi pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak memiliki persentase sebesar 3.7%, cukup berpengaruh 49.9% dan berpengaruh sebesar 46.5%. g. Hasil analisis menunjukkan adanya dua faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak yakni faktor sosial budaya (p = 0.012) dan faktor rasa aman (p = 0.002). h. Faktor rasa aman merupakan faktor yang paling dominan atau paling mempengaruhi pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak dengan nilai p = 0.009 (OR = 3.905 dan 1.373). Adapun saran dari penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prevalensi pengguna Intrauterine Device (IUD) pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak adalah perlu untuk meningkatkan adanya pemberian informasi yang jelas dan lengkap kepada masyarakat mengenai IUD, misalnya dengan meningkatkan aktivitas penyuluhan. Penting saat adanya penjelasan mengenai IUD suami juga ikut berpartisipasi agar memiliki persepsi positif mengenai IUD. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Adhayani, A.R. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun. Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran. Semarang. Benson, L.S., Perrucci, A., Drey, E.A., & Steinauer, J.E. (2012). Effect of Shared Contraceptive Experience on IUD Use at an Urban Abortion Clinic. Elsevier. Contraception 85. Hal 198-203. Bernadus, J.D., Madianung, A., & Masi, G. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo. Jurnal e-NERS (eNS). Vol 1. Hal 1-10. Cleland, J., Bernstein, S., Ezeh, A., Faundes, A., Glasier, A., & Innis, J. (2006). Family Planning: The Unfinished Agenda. Sexsual and Reproductive Health 3. Switzerland: Department of Reproductive Health and Research World Health Organization. Glasier, A., & Gebbie, A. (2006). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (Ed ke-4). Jakarta: EGC. Handayani, D. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pengambilan Keputusan Memilih Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti Boyolali. Jurnal KesMaDaSka. Vol 1. No.1:56-65. Imbarwati. (2009). Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pendurungan Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Diperoleh 10 Desember 2013. Diakses melalui www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_K ESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Diperoleh 10 Desember 2013. Diakses melalui http://www.depkes.go.id/downloads/Profil %20Kesehatan_2012%20%284%20Sept% 202013%29.pdf. 10. Kidsley, S. (2009). Contraceptive Use in Nepal. University of Southampton. School of Medicine. UK. 11. Manuaba, I.G., Manuaba, I.A.C., & Manuaba, I.B.G.F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 12. Manurung, P.M., Fitria, M., & Santosa, H. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi. Vol 1. No 2. 13. Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Yudha, E.K (Ed.). Jakarta: EGC. 14. Najafi, F.S.A., Rahman, H.A., & Juni, M.H. (2011). Barriers to Modern Contraceptive Practices among Selected Married Women in a Public University in Malaysia. Global Journal of Health Science. Vol 3. No 2. 15. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 16. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 17. Pastuti, R., & Wilopo, S.A. (2007). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi IUD di Indonesia Analisis Data SDKI 2002-2003. Berita Kedokeran Masyarakat. Vol 23. Hal 71-80. 18. Permatasari, N.E., Wati, D.M., & Ramani, A. (2013). Determinan Penghentian Penggunaan IUD di Indonesia. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol 1 (No. 1). 19. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 20. Sudarma, M. (2008). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 21. Varney, H., Kriebs, J.M., & Gegor, C.L. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Ed ke-4). Jakarta: EGC. 22. Weston, M.R.S., Martins, S.L., Neustadt, A.B., & Gilliam, M.L. (2012). Factors Influencing Uptake of Intrauterine Devices among Postpartum Adolescents: A Qualitative Study. Am J Obstet Gynecol. 206(1): 40.e1-40.e7. 23. Woyanti, N. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika Pembangunan. Vol. 2. No. 1: 40-56.