this PDF file - Jurnal UNTAN

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PREVALENSI
PENGGUNA INTRAUTERINE DEVICE (IUD) PADA PENGGUNA AKTIF
NON IUD DI KELURAHAN SIANTAN HULU PONTIANAK
PAULINA SARAGI
NIM I31110032
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PREVALENSI
PENGGUNA INTRAUTERINE DEVICE (IUD) PADA PENGGUNA AKTIF
NON IUD DI KELURAHAN SIANTAN HULU PONTIANAK
Oleh:
Paulina Saragi*
Ernawati**
Winarianti**
Abstrak
Latar Belakang: Penggunaan IUD merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengontrol Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka pengguna akseptor IUD tertulis dalam RPJMN
2010-2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menemukan bahwa pemanfaatan kontrasepsi non MKJP
tertinggi, yaitu terdapat di provinsi Kalimantan Barat. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya prevalensi pengguna IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian berjenis deskriptif kuantitatif dengan cross
sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan akan dilakukan analisis
univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Hasilnya menunjukkan 84.2% responden tidak memiliki keinginan untuk
menggunakan IUD dan 15.8% responden ada keinginan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi pemilihan IUD adalah sosial budaya (p = 0.012) dan rasa aman (p = 0.022). Uji regresi logistik
menunjukkan faktor dominan mempengaruhi pemilihan IUD ialah rasa aman dengan nilai p = 0.009 (OR = 3.905
dan 1.373). Kesimpulan: Faktor sosial budaya dan rasa aman merupakan faktor yang ditemukan mempengaruhi
pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Bagi petugas pelayanan KB
baiknya lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang IUD yang dapat dilakukan dengan memberikan
informasi secara lengkap dan jelas demi membangun pemahaman positif bagi masyarakat.
Kata kunci
: Kontrasepsi, Intrauterine Device, Pemilihan IUD
FACTORS AFFECTINGLOW PREVALENCE OF INTRAUTERINE DEVICE
(IUD) USE IN NON-IUDACTIVE USERS IN SIANTAN HULU PONTIANAK
Abstract
Background: IUD use is one of strategies to control the population growth rate (PGR). Strategies aimed to
increase the number of IUD user are listed on RPJMN 2010 – 2014. Basic Health Research (Riskesdas) 2013
found that the highest number of user of non MKJP contraception is in West Kalimantan. Aim: The aim of study is
to identify factors affecting the low prevalence of IUD user in non IUD active users in Siantan Hulu, Pontianak.
Methods: This is a descriptive quantitative study with cross-sectional approach. Sampelwas taken through random
sampling method. Univariat, bivariate, and multivariat analysis are included for data analysis. Results: Data
analysis shows 84.2% of respondents have no plan to use IUD while the rest of them are willing to do it. Bivariate
analysis shows that factors affecting IUD use preference are social-culture (p = 0.012) and sense of security (p =
0.022). While logistic regression disclosures the most dominant factor affecting IUD use is sense of security with p
value = 0.009 (OR = 3.905 and 1.373). Conclusions: Social-culture and sense of security are the factors affecting
IUD use preference in non-IUD active users in Siantan Hulu, Pontianak. It is highly encouraged for health
practitioners to enhance community’s knowledge about IUD, by providing clear and complete information in order
achieving positif understanding among community members.
Keywords
: Contraceptive, Intrauterine Device, IUD use preference
* Nursing Student of Tanjungpura University
** Nursing Lecturer of Tanjungpura University
PENDAHULUAN
Populasi manusia setiap tahunnya terus
mengalami
peningkatan.
Upaya
untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk guna
mencegah terjadinya booming population salah
satunya ialah melalui program family planning
atau yang dikenal dengan program Keluarga
Berencana
(KB)
melalui
penggunaan
kontrasepsi. Jurnal Sexual and Reproductive
Health 3 yang dipublikasikan oleh World
Health Organization (WHO) menegaskan
bahwa kontrasepsi memiliki peranan yang
sangat besar dalam pengendalian Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) (Cleland et al.,
2006).
Indonesia merupakan negara dengan
prakiraan
laju
pertumbuhan
penduduk
mencapai 1,1%. World Populations Data Sheet
tahun 2010 menyatakan, jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk di negara Association
of Southeast Asia Nations (ASEAN), Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk
terbanyak yakni sebesar lebih dari 235 juta
jiwa (Kemenkes, 2010). Estimasi tahun 2012
oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan dengan bantuan Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah
penduduk di Indonesia sebesar 244,7 juta jiwa.
Upaya pemerintah Indonesia dalam menekan
LPP, juga tentu tidak terlepas dari program KB
yang merupakan strategi untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan penggunaan
kontrasepsi (Kemenkes, 2012).
Prevalensi cakupan peserta KB di
Indonesia dari tahun 2010-2012 mengalami
peningkatan hingga mencapai 76,39% dengan
metode kontrasepsi yang digunakan berupa
implan, kondom, pil, suntikan, Metode
Operatif Wanita (MOW), Metode Operatif Pria
(MOP) dan Alat Kontrasepsi dalam Rahim
(AKDR) atau Intrauterine Device (IUD). Salah
satu dari metode kontrasepsi yang diketahui
memiliki efektifitas tinggi, aman dan nyaman
adalah Intrauterine Device (IUD) yang
tergolong dalam Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) (Glasier dan Gebbie, 2006).
Akan tetapi, Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 19912007 menunjukkan penggunaan IUD terus
mengalami penurunan hingga mencapai 4,9%.
Penggunaan MKJP nyatanya masih terlihat
sangat rendah jika dibandingkan dengan
kontrasepsi Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (Non MKJP) di tahun 2012 dengan
persentase sebesar 23% pada pengguna KB
aktif dan 76,5% persentase pada pengguna Non
MKJP (Kemenkes, 2012). Prevalensi pada
akseptor KB tahun 2013 ternyata masih juga
didominasi oleh metode Non MKJP dengan
persentase sebesar 51,8% pada metode Non
MKJP dan 7,5% pada metode MKJP. Tercatat
proporsi penggunaan KB Non MKJP tertinggi
di Indonesia pada tahun 2013 adalah di
Provinsi Kalimantan Barat dengan persentase
sebesar lebih dari 60% (Riskesdas, 2013).
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah (RPJMN) 2010-2014 memiliki
beberapa sasaran program meliputi hal tentang
pencapaian Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) menjadi 65% termasuk peningkatan
pencapaian Pengguna Aktif (PA) MKJP
sebesar 25,9% dan pencapaian pada Pengguna
Baru (PB) MKJP sebesar 12,9%. Data Badan
Kependudukan dan Keluarga Berancana
Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan pada Februari 2014 tercatat dari
527.000 lebih Pengguna Aktif (PA) hanya
41.000 akseptor yang memilih untuk
menggunakan IUD.
Studi pendahuluan melalui wawancara
dengan salah satu koordinator lapangan
(korlap)
pada
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat Perempuan Anak dan Keluarga
Berencana (BPMPAKB) Kota Pontianak
didapatkan tiga kecamatan yang memiliki
prevalensi terendah dalam penggunaan
kontrasepsi IUD, yaitu Pontianak Timur (4%)
dan Pontianak Utara (4%) serta Pontianak
Barat (11%). Petugas korlap menambahkan
beberapa hal yang menyebabkan akseptor tidak
memilih IUD yakni antara lain dikarenakan
kurangnya dukungan atau partisipasi dari
suami, pendidikan, lingkungan sosial, budaya,
ekonomi dan sikap akseptor KB itu sendiri.
Salah satu pengguna KB non IUD
mengungkapkan alasan tidak adanya keinginan
untuk
menggunakan IUD ialah karena
akseptor merasa tidak nyaman dengan cara
pemasangan IUD yang harus berhubungan
dengan aurat (alat kelamin).
Manurung et al. (2012) menemukan
bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi
akseptor KB dalam memilih IUD pertama,
yaitu faktor motivasi yang terdiri dari tempat
pelayanan KB dan dukungan suami. Kedua
yaitu faktor kebutuhan yang terdiri dari
keamanan alat kontrasepsi IUD, ketersediaan
alat dan informasi serta faktor ketiga, yaitu
faktor sosio ekonomi yang terdiri dari petugas
kesehatan KB dan biaya pemasangan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross
sectional. Metode ini bertujuan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan suatu
fenomena yang ada pada suatu populasi secara
objektif. Sedangkan yang dimaksud dengan
pendekatan cross sectional, yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu observasi
dari variabel independen dan dependennya
hanya dalam satu waktu (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua PA yang menggunakan metode Non
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
yang berjumlah 3166 akseptor. Sampel yang
diambil ialah semua peserta KB aktif Non IUD
yang ada di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Metode pengambilan sampel menggunakan
probability sampling dengan teknik simple
random sampling yang baik digunakan dalam
penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi
yang besar (Gerish dan Lacey 2013). Dalam
penelitian ini teknik acak dilakukan dengan
cara arisan atau undian (lottery technique).
Besarnya sampel dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Nursalam, 2011):
( )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d= Tingkat signifikansi (d=0,05)
Maka besarnya sampel yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
(
)
n = 355,33 = 355 responden.
Kriteria responden dalam penelitian ini
ialah akseptor aktif yang menggunakan salah
satu metode kontrasepsi Non IUD (termasuk
pengguna baru), yang bertempat tinggal di area
penelitian, yaitu di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak dan dapat membaca serta menulis.
Instrumen penelitian yang digunakan
berupa kuesioner berisi 25 pernyataan yang
telah dimodifikasi dari kuesioner dalam
penelitian sebelumnya dengan topik terkait.
Modifikasi kuesioner dilakukan karena peneliti
ingin adanya penyesuaian dengan apa yang
ingin diteliti dan agar responden mudah
memahami setiap butir pernyataan dalam
kuesioner.
Instrumen pada penelitian ini telah
melalui uji validitas dan reliabilitas yang
dilakukan pada 25 PA aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Tengah Pontianak. Hasil
dari uji validitas yang dilakukan menunjukan
bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel,
dimana r tabel untuk 25 responden adalah
bernilai 0,396. Sehingga semua pertanyaan
yang dimuat dalam kuesioner ini dinyatakan
bernilai valid. Hasil uji reliabilitas di dalam
penelitian ini menunjukkan nilai yang reliabel
dengan nilai Cronbach Alpha 0.754 (> 0.60).
Data di dalam penelitian dianalisis melalui
analisis univariat, bivariat (Chi-Square) dan
multivariat (Regresi Logistik).
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
mendeskripsikan gambaran dari enam faktor
yang diteliti, meliputi faktor sosial budaya,
informasi, pelayanan KB, nilai, rasa aman,
dan partisipasi suami. Selain itu juga akan
diuraikan mengenai gambaran pemilihan
IUD pada pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sosial Budaya Responden di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Sosial Budaya
Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
%
143
141
71
355
40.3
39.7
20.0
100
Tabel di atas merupakan distribusi
frekuensi dari sosial budaya responden yang
menunjukkan hasil bahwa sebanyak 143
(40.3%) sosial budaya responden yang tidak
berpengaruh, 141 (39.7%) sosial budaya
responden cukup berpengaruh dan sebanyak
71 (20.0%) sosial budaya responden yang
berpengaruh.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Informasi Responden di Kelurahan Siantan
Hulu Pontianak
Informasi Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
76
103
176
355
%
21.4
29.0
49.6
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
informasi responden yang tidak berpengaruh
berjumlah 76 (21.4%). Untuk cukup
berpengaruh berjumlah 103 (29.0%) dan
berpengaruh berjumlah 176 (49.6%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pelayanan KB Responden di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Pelayanan KB Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
137
105
113
355
%
38.6
29.6
31.8
100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan
terdapat 137 (38.6%) pelayanan KB
responden tidak berpengaruh dan 105
(29.6%) cukup berpengaruh serta 113
(31.8%) pelayanan KB responden yang
berpengaruh.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Nilai Responden di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Nilai Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
93
171
91
355
%
26.2
48.2
25.6
100
Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa
nilai responden yang tidak berpengaruh
memiliki jumlah sebesar 93 (26.2%)
responden, cukup berpengaruh sebesar 171
(48.2%) responden dan berpengaruh sebesar
91 (25.6%) responden.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Rasa Aman Responden di Kelurahan Siantan
Hulu Pontianak
Rasa Aman Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
31
62
262
355
%
8.7
17.5
73.8
100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
bahwa sebanyak 31 (8.7%) rasa aman
responden tidak berpengaruh, 62 (17.5%)
cukup berpengaruh dan 262 (73.8%) rasa
aman responden yang berpengaruh.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Partisipasi Suami Responden di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Partisipasi Suami Responden
Tidak Berpengaruh
Cukup Berpengaruh
Berpengaruh
Total
f
13
177
165
355
%
3.7
49.9
46.5
100
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil,
yaitu sebesar 13 (3.7%) partisipasi suami
responden tidak berpengaruh, 177 (49.9%)
partisipasi
suami
responden
cukup
berpengaruh dan 165 (46.5%) partisipasi
suami responden berpengaruh.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pemilihan IUD
di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Pemilihan IUD
Tidak Ada Keinginan
Ada Keinginan
Total
f
299
56
355
%
84.2
15.8
100
Hasil dari analisis univariat pada tabel
7 menunjukkan bahwa dari 355 responden
terdapat 299 (84.2%) responden yang tidak
memiliki keinginan untuk menggunakan
IUD dan 56 (15.8%) responden yang
memiliki keinginan.
b. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji Chi-Square. Variabel yang
diuji melalui uji meliputi sosial budaya,
informasi, pelayanan KB, nilai, rasa aman
dan partisipasi suami. Nilai signifikansi (p)
yang digunakan ialah 0,05 (jika p < 0.05
maka dinyatakan terdapat pengaruh).
Tabel 8. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh
Faktor Sosial Budaya pada Pengguna Aktif
Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Sosial
budaya
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
f
%
f
%
129
36.3
14
3.9
f
143
%
40.3
117
33.0
24
6.8
141
39.7
53
299
14.9
84.2
18
56
5.1
15.8
71
355
20.0
100
Total
p
0.012
Tabel 8 menunjukkan bahwa 143
responden tidak berpengaruh terhadap sosial
budaya dengan 129 responden tidak ada
keinginan dan 14 responden ada keinginan.
Terdapat 141 responden yang cukup
berpengaruh terhadap sosial budaya, dengan
117 responden tidak ada keinginan dan 24
responden ada keinginan. Sedangkan
terdapat 71 responden yang berpengaruh
terhadap sosial budaya, dengan 53 responden
tidak ada keinginan dan 18 responden ada
keinginan. Berdasarkan uji Chi-Square
didapatkan hasil nilai p = 0.012 (p < 0.05)
yang menunjukkan terdapat pengaruh dari
sosial budaya pada pengguna aktif non IUD
terhadap pemilihan IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak.
Tabel 9. Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh
Faktor Informasi pada Pengguna Aktif Non
IUD Terhadap Pemilihan IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Informasi
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
%
F
f
%
59
16.6
17
4.8
F
76
%
21.4
89
25.1
14
3.9
103
29.0
151
299
42.5
84.2
25
56
7.0
15.8
176
355
49.6
100
Total
Tabel 9 menunjukkan 76 responden
tidak berpengaruh terhadap informasi,
dengan 59 responden tidak ada keinginan
dan 17 responden ada keinginan. Terdapat
103 responden yang cukup berpengaruh
terhadap informasi dengan yang tidak ada
keinginan memilih IUD berjumlah 89
responden dan 14 responden ada keinginan.
Sedangkan responden yang berpengaruh
terhadap informasi berjumlah 176 responden
dengan 151 responden tidak ada keinginan
memilih IUD dan 25 ada keinginan untuk.
Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p =
0.204 (p > 0.05) yang menunjukkan bahwa
p
0.204
tidak terdapat pengaruh dari informasi pada
pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
keinginan dan 10 responden ada keinginan
memilih IUD. Berdasarkan hasil analsis
bivariat dengan uji Chi-Square diperoleh
nilai p = 0.142 (p > 0.05) yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh dari faktor
nilai pada pengguna aktif non IUD terhadap
pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak.
Tabel 10. Hasil Analisis Chi-Square
Pengaruh Faktor Pelayanan KB pada
Pengguna Aktif Non IUD Terhadap
Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Pelayanan
KB
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
%
f
f
%
111
31.3
26
7.3
f
137
%
38.6
88
105
29.6
100
299
24.8
28.2
84.2
17
13
56
4.8
3.7
15.8
Total
113
355
p
0.269
31.8
100
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
F
93
%
26.2
145
40.8
26
7.3
171
48.2
81
299
22.8
84.2
10
56
2.8
15.8
91
355
25.6
100
Total
Tabel 11 menunjukkan hasil bahwa 93
responden tidak berpengaruh terhadap faktor
nilai, dengan responden yang tidak ada
keinginan memilih IUD berjumlah 73
responden dan 20 ada keinginan. Terdapat
171 responden yang cukup berpengaruh
terhadap faktor nilai dengan responden yang
tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah
145dan 26 reponden ada keinginan.
Sedangkan
jumlah
responden
yang
berpengaruh terhadap faktor nilai sebesar 91
responden, dengan 81 responden tidak ada
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
%
f
f
%
21
5.9
10
2.8
f
31
%
8.7
51
14.4
11
3.1
62
17.5
227
299
63.9
84.2
35
56
9.9
15.8
262
355
73.8
100
Total
P
0.022
Tabel diatas menunjukkan hasil
bahwa 31 responden tidak berpengaruh
terhadap rasa aman, dengan responden yang
tidak ada keinginan memilih IUD berjumlah
21 dan 10 responden ada keinginan.
Terdapat 62 responden yang cukup
berpengaruh terhadap rasa aman, dengan
responden yang tidak ada keinginan
berjumlah 51 dan 11 responden ada
keinginan memilih IUD. Sedangkan
responden yang berpengaruh terhadap rasa
aman berjumlah 262 dengan sebanyak 227
responden tidak ada keinginan dan 35
responden ada keinginan memilih IUD. Hasil
dari uji Chi-Square didapatkan nilai p =
0.022 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh dari rasa aman pada
pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Tabel 11. Hasil Analisis Chi-Square
Pengaruh Faktor Nilai pada Pengguna Aktif
Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Nilai
Rasa Aman
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
Bardasarkan tabel 10 didapatkan
bahwa faktor pelayanan KB yang tidak
berpengaruh terhadap pemilihan IUD
berjumlah 137 dengan 111 responden tidak
ada keinginan dan 26 responden ada
keinginan memilih IUD. Terdapat 105
responden yang cukup berpengaruh terhadap
pelayanan KB dengan 88 responden tidak
ada keinginan dan 17 responden ada
keinginan memilih IUD. Sedangkan
responden yang berpengaruh terhadap
pelayanan KB berjumlah 113 responden
dengan 100 responden tidak ada keinginan
dan 13 responden ada keinginan untuk
memilih IUD. Berdasarkan uji Chi-Square
didapatkan nilai p = 0.269 (p > 0.05) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
dari pelayanan KB pada pengguna aktif non
IUD terhadap pemilihan IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak.
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
%
f
f
%
73
20.6
20
5.6
Tabel 12. Hasil Analisis Chi-Square
Pengaruh Faktor Rasa Aman pada Pengguna
Aktif Non IUD Terhadap Pemilihan IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
P
0.142
Tabel 13. Hasil Analisis Chi-Square
Pengaruh Faktor Partisipasi Suami pada
Pengguna Aktif Non IUD Terhadap
Pemilihan IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Partisipasi
Suami
Tidak
berpengaruh
Cukup
berpengaruh
Berpengaruh
Total
Pemilihan IUD
Tidak ada
Ada
keinginan
keinginan
%
f
f
%
11
3.1
2
0.6
f
13
%
3.7
149
42.0
28
7.9
177
49.9
139
299
39.2
84.2
26
56
7.3
15.8
165
355
46.5
100
Total
Tabel di atas menunjukkan bahwa
faktor partisipasi suami responden yang
tidak berpengaruh terhadap pemilihan IUD
berjumlah 13 dengan 11 responden tidak ada
keinginan dan 2 responden ada keinginan
memilih IUD. Terdapat 177 responden yang
cukup berpengaruh terhadap partisipasi
suami, dengan responden yang tidak ada
p
0.999
keinginan berjumlah 149 dan 28 responden
ada keinginan memilih IUD. Sedangkan
jumlah responden yang berpengaruh
berjumlah 165 responden, dengan responden
yang tidak ada keinginan berjumlah 139 dan
yang ada keinginan memilih IUD berjumlah
26 responden. Berdasarkan hasil uji ChiSquare didapatkan nilai p = 0.999 (p > 0.05).
hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh dari partisipasi suami pada
pengguna aktif non IUD terhadap pemilihan
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
c. Hasil Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang dilakukan
dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui variabel independen mana yang
paling
kuat
mempengaruhi
variabel
dependen. Dari hasil analisis bivariat
terdapat empat faktor yang memenuhi
persyaratan untuk dapat dimasukkan
kedalam uji regresi logistik. Adapun faktor
yang memenuhi persyaratan tersebut adalah
sosial budaya, informasi, nilai dan rasa
aman.
Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Logistik
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan IUD pada Pengguna Aktif Non
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Langkah
1
Variabel
Sosial
Budaya
Koefisien
(1) -1.458
(2) -0.803
p
0.003
Informasi
(1) 0.584
(2) -0.110
0.186
Nilai
(1) 0.929
(2) 0.508
0.173
Rasa Aman
(1) 1.028
(2) 0.223
0.110
-1.651
<
0.001
0.002
Konstanta
Langkah
2
Sosial
Budaya
(1) -1.455
(2) -0.772
Nilai
(1) 0.811
(2) 0.466
0.247
Rasa Aman
(1) 1.086
(2) 0.169
0.079
-1490
<
0.001
0.005
Konstanta
Langkah
3
Sosial
Budaya
(1) -1.311
(2) -0.604
Rasa Aman
(1) 1.362
(2) 0.317
0.009
-1.203
<
0.001
Konstanta
OR (IK95%)
(1) 0.233 (0.101 –
0.535)
(2) 0.448 (0.212 –
0.945)
(1) 1.792 (0.864 –
3.178)
(2) 0.896 (0.429 –
1.872)
(1) 2.532 (0.958 –
6.691)
(2) 1.662 (0.733 –
3.768)
(1) 2.795 (1.071 –
7.292)
(2) 1.250 (0.564 –
2.772)
0.192
(1) 0.233 (0.102 –
0.531
(2) 0.462 (0.220 –
0.969)
(1) 2.251 (0.869 –
5.828)
(2) 1.593 (0.709 –
3.557)
(1) 2.961 (1.149 –
7.643)
(2) 1.184 (0.537 –
2.610)
0.225
(1) 0.270 (0.122 –
0.598)
(2) 0.546 (0.269 –
1.109)
(1) 3.905 (1.635 –
9.326)
(2) 1.373 (0.643 –
2.931)
0.300
Tabel 14 menunjukkan hasil dari ke
empat faktor yang melalui analisis regresi
logistik. Hubungan terkuat didapatkan
pada variabel yang memiliki nilai OR
paling besar yaitu faktor rasa aman (OR =
3.905 dan 1.373) diikuti faktor sosial
budaya reponden (OR = 0.270 dan 0.546).
PEMBAHASAN
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada
Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
a. Faktor Sosial Budaya pada Pengguna Aktif
Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Lingkup sosial ialah hubungan antara
manusia dan manusia maupun manusia
dengan kelompok. Sedangkan budaya
merupakan suatu pandangan masyarakat atau
suatu sistem pedoman hidup yang ingin
dicapai. Perilaku merupakan hasil dari
pengalaman dan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya. Jadi, perilaku dan
lingkungan sosial budaya adalah suatu hal
yang mempengaruhi satu sama lain.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
40.3% sosial budaya responden tidak
berpengaruh, 39.7% sosial budaya responden
cukup berpengaruh dan sebanyak 20.0%
sosial budaya responden berpengaruh. Hasil
tersebut menyatakan nilai tertinggi terdapat
pada kategori tidak berpengaruh, yaitu
dengan persentase sebesar 40.3%. Adapun
hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernadus, Madianung &
Masi (2013) yang menemukan bahwa faktor
budaya
memiliki
pengaruh
terhadap
pemilihan IUD. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa walaupun pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak melakukan interaksi sosial dengan
orang lain, namun akseptor memiliki
pandangan tersendiri mengenai kontrasepsi.
Sebagian dari responden dalam
penelitian ini cukup berpengaruh dengan
sosial budaya di lingkungannya, yaitu
dengan jumlah 141 akseptor dan reponden
yang berpengaruh terhadap sosial budaya
berjumlah 71 akseptor. adapun temuan ini
didukung oleh analisis yang dilakukan
Handayani (2010) yang mengemukakan
bahwa dalam memilih IUD, akseptor dapat
dipengaruhi oleh anggota keluarga, orangtua,
teman dan tetangga. Responden yang
terpengaruh terhadap sosial budaya di dalam
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
untuk menggunakan IUD, pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
dipengaruhi
oleh
lingkungan
sosial
budayanya. Saran dari teman dan pengaruh
dari tetangga juga dapat mempengaruhi
akseptor dalam memilih metode kontrasepsi.
b. Faktor Informasi pada Pengguna Aktif Non
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Informasi
dapat
mempengaruhi
pengetahuan masyarakat atau individu
(akseptor KB). Pada dasarnya informasi
bertujuan
untuk
membantu
akseptor
memahami/mengerti tentang kesehatannya
(Manuaba, 2007; Manuaba, 2007; Manuaba,
2007).
Penelitian ini mendapatkan hasil
bahwa responden yang tidak berpengaruh
terhadap informasi berjumlah 21.4%
responden, cukup berpengaruh berjumlah
29.0%
responden
dan
berpengaruh
berjumlah 49.6% responden. Hasil ini
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi
terdapat pada ketegori berpengaruh, yaitu
dengan persentase sebesar 49.6%. Temuan
ini sejalan dengan analisis yang dilakukan
oleh Imbarwati (2009) yang menemukan
bahwa faktor informasi memiliki pengaruh
dalam pemilihan IUD.
Terdapat 76 responden pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu yang
tidak berpengaruh terhadap informasi. Hasil
ini tidak jauh berbeda dengan temuan yang
dilakukan oleh Permatasari, Wati & Ramani
(2013) yang mengemukakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara penyebaran atau
informasi terhadap penghentian penggunaan
IUD. Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian
dari pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu dalam memilih IUD tidak
terpengaruh oleh informasi. Ada atau
tidaknya informasi mengenai IUD yang
diterima oleh akseptor baik informasi positif
maupun negatif pada kenyataannya tidak
mempengaruhi akseptor untuk berpindah
menggunakan IUD.
c. Faktor Pelayanan KB pada Pengguna Aktif
Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Pelayanan merupakan hal penting
karena keberadaan fasilitas dan tenaga
kesehatan akan berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat. Namun adanya
fasilitas yang lengkap juga tidak akan
berfungsi dengan efektif jika tenaga pelayan
kesehatannya kurang mampu memberikan
pelayanan yang diperlukan masyarakat
(Blum, 1974; Azwar, 1983; Maulana, 2009).
Hasil penelitian menemukan bahwa
terdapat 38.6% pelayanan KB responden
yang tidak berpengaruh, 29.6% cukup
berpengaruh dan terdapat 31.8% pelayanan
KB responden yang berpengaruh. Hasil ini
menunjukkan jumlah tertinggi terdapat pada
kategori tidak berpengaruh yaitu dengan
persentase sebesar 38.6%. Temuan ini tidak
sejalan dengan analisis yang dilakukan
Pastuti dan Wilopo (2007) yang menemukan
bahwa terdapat hubungan antara pelayanan
KB dengan pemilihan IUD.
Terdapat 29,6% responden cukup
terpengaruh oleh pelayanan KB dan 31,8%
responden berpengaruh terhadap pelayanan
KB dalam penelitian ini. Temuan sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Woyanti (2005) yang menemukan bahwa
pelayanan KB merupakan suatu faktor
penentu terhadap permintaan kontrasepsi
yang memiliki pengaruh positif.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pelayanan KB mempengaruhi
sebagian pengguna aktif non IUD di
Kelurahan
Siantan
Hulu
Pontianak.
Beberapa tempat pelayanan kesehatan yang
tidak menyediakan akses dalam pemasangan
IUD, masih kurangnya keterampilan tenaga
kesehatan dalam pemasangan IUD dan
adanya kelalaian dari petugas pelayanan KB
dalam memberikan informasi tentang IUD
dengan jelas menjadikan akseptor kurang
mengenal IUD.
d. Faktor Nilai pada Pengguna Aktif Non IUD
di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Nilai menjadi standar bagi individu
dalam menentukan pilihan yang baik dan
yang akan dilakukannya dalam masyarakat.
Individu pasti akan menilai tentang IUD
menurut nilai yang ia yakini (Sudarma,
2008).
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 355 akseptor aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak ini
menemukan bahwa nilai responden yang
tidak berpengaruh memiliki jumlah sebesar
26.2%, cukup berpengaruh sebesar 48.2%
dan berpengaruh sebesar 25.6%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa angka tertinggi
terdapat pada kategori cukup berpengaruh
yaitu dengan persentase sebesar 48.2%.
Analisis yang dilakukan oleh Imbarwati
(2009) menemukan bahwa akseptor yang
memiliki rasa malu dengan cara pemasangan
IUD memperlihatkan hal ini sebagai suatu
hambatan dari penggunaan IUD, sedangkan
nilai agama bukanlah menjadi suatu
penghambat dalam pemanfaatan IUD.
Hasil penelitian ini menunjukkan
sebagian besar nilai responden cukup
mempengaruhi dalam pemilihan IUD. Dari
hasil analisis yang dilakukan peneliti
ditemukan bahwa faktor agama tidak
menjadi suatu penghambat bagi pengguna
aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak dalam menggunakan IUD karena
sebagian besar dari mereka menyatakan
kurang tahu dan menyatakan tidak ada
larangan dari segi agama untuk pemanfaatan
IUD. Akseptor juga tidak merasa malu
dengan prosedur pemasangan IUD yang
harus memperlihatkan alat kelamin. Karena
akseptor menyatakan sudah memiliki
pengalaman dalam proses partus sebelumnya
yang juga harus memperlihatkan alat
kelamin.
e. Faktor Rasa Aman pada Pengguna Aktif Non
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Imbarwati (2009) menyebutkan faktor
rasa aman dapat mempengaruhi pandangan
akseptor
terhadap
IUD.
Adanya
kekhawatiran dalam diri akseptor dapat
menghalangi keinginan akseptor untuk
memilih IUD.
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 355 akseptor aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu ini ditemukan
bahwa terdapat 8.7% rasa aman responden
yang tidak berpengaruh dan 17.5% cukup
berpengaruh serta 73.8% rasa aman
responden yang berpengaruh. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi dari
rasa aman responden terdapat pada kategori
berpengaruh, yaitu dengan persentase
sebesar 73.8%.
Family Planning and Contraceptive
Research (2011) yang melakukan adaptasi
dari penelitian yang dilakukan oleh Weston
et al. (2011) juga menemukan bahwa rasa
takut dan kesalahpahaman yang ada pada
akseptor KB tidak boleh dianggap remeh,
karena hal ini justru akan mendorong
akseptor untuk memilih metode yang kurang
efektif (non IUD). Hasil dari penelitian ini
didapatkan bahwa rasa aman responden
berpengaruh terhadap pemilihan IUD pada
pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak (73.8%). Hal ini
menunjukkan
bahwa
masih
banyak
responden yang memiliki pandangan dan
persepsi negatif mengenai IUD. Perasaan
takut dengan cara pemasangan dan efek
negatif yang ditimbulkan dari penggunaan
IUD membuat responden memilih untuk
tidak menggukanan IUD.
Sebagian kecil akseptor aktif non IUD
tidak terpengaruh oleh rasa aman (8.7%).
Hal ini menunjukkan bahwa adanya paparan
informasi yang diterima responden dari
orang lain mengenai efek samping IUD tidak
menjadikan
responden
takut
untuk
menggunakan IUD.
f. Faktor Partisipasi Suami pada Pengguna
Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Varney, Kriebs dan Gegor (2007)
menyatakan bahwa hubungan pasangan
dapat mempengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan
di Kelurahan Siantan Hulu ini didapatkan
hasil sebanyak 3.7% partisipasi suami
responden tidak berpengaruh dan 49.9%
partisipasi
suami
responden
cukup
berpengaruh serta 46.5% partisipasi suami
responden yang berpengaruh.
Hasil tersebut menemukan bahwa
partisipasi suami responden memiliki nilai
tertinggi pada kategori cukup berpengaruh,
yaitu dengan persentase sebesar 49.9%.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kidsley
(2009). Melalui hasil penelitiannya yang
dilakukan di Nepal, Kidsley mengungkapkan
bahwa bahwa suami memiliki peranan
penting dalam membuat keputusan dan
penerimaan dalam memilih IUD sebagai
kontrasepsi
yang
digunakan
oleh
pasangannya (istri). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa partisipasi suami
responden cukup mempengaruhi akseptor
dalam memilih kontrasepsi.
Akan tetapi, sebagian kecil pengguna
aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
tidak terpengaruh oleh partisipasi suami
dalam memilih IUD. Penelitian yang
dilakukan oleh Adhayani (2011) juga
mendukung hasil dari penelitian ini.
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan
atau partisipasi dari suami dengan pemilihan
IUD.
Adanya keterlibatan suami tidak
sepenuhnya mempengaruhi akseptor dalam
memilih kontrasepsi. Suami juga memiliki
hak untuk menentukan jenis kontrsepsi yang
digunakan pasangannya. Namun, dalam hal
ini istrilah yang menggunakan kontrasepsi.
Walaupun suami menyarankan untuk
menggunakan IUD, namun pasangan atau
istri menolak dengan alasan tertentu.
Tentunya hal ini menjadikan suami
menyerahkan
keputusan
kepada
pasangannya.
Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap
Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada
Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Hasil analisis dengan uji Chi-Square
ditemukan bahwa terdapat pengaruh antara
sosial budaya terhadap pemilihan IUD pada
pengguna aktif non IUD di Kelurahan Siantan
Hulu Pontianak. Hal ini dibuktikan dari hasil
uji Chi-Square yang menunjukkan nilai p =
0.012 (p < 0.05). Adanya pengaruh sosial
budaya dalam pemilihan IUD dalam penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bernadus, Madianung & Masi (2013)
yang meneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan
dengan
pemilihan
Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKdR). Dinyatakan
bahwa sejumlah faktor budaya di lingkungan
sosial (sosial budaya) akseptor dapat
mempengaruhi pengguna KB dalam pemilihan
metode kontrasepsi.
Manusia merupakan makhluk sosial
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain
di lingkungannya. Hasil dari interaksi dan
pengalaman manusia dengan lingkungannya
menimbulkan suatu hal yang disebut dengan
perilaku. Lingkungan sosial yang pada
umumnya memiliki perilaku tidak ingin
menggunakan
IUD
cenderung
akan
mempengaruhi individu lain untuk membentuk
perilaku yang sama. Sulit membentuk perilaku
yang sadar untuk menggunakan IUD jika
perilaku untuk tidak menggunakan IUD lebih
menonjol di dalam lingkungan akseptor sehariharinya.
Pengaruh Faktor Informasi Terhadap
Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada
Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Hasil analisis bivariat dengan uji ChiSquare ditemukan tidak terdapat pengaruh
antara informasi responden terhadap pemilihan
IUD pada pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak. Hal ini
dibuktikan dari hasil uji Chi-Square
menunjukkan nilai p = 0.204 (p > 0.05). Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Benson et al.
(2011) yang menyatakan bahwa informasi
yang lengkap dan jelas yang diberikan oleh
konselor KB atau petugas kesehatan memberi
kemungkinan besar untuk meningkatkan
seseorang dalam memilih IUD.
Hasil analisa yang dilakukan oleh
peneliti bahwa informasi tidak mempengaruhi
rendahnya jumlah akseptor dalam memilih
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Akseptor yang mendapatkan informasi, baik
yang
positif
maupun
negatif
tidak
mempengaruhi ketertarikan akseptor mengenai
IUD. Rasa ketidakingintahuan akseptor
mengenai kontrasepsi selain yang akseptor
gunakan, ditambah dengan petugas pelayanan
KB yang terkadang lalai dalam memberikan
informasi tentang IUD kepada akseptor
semakin membuat akseptor tidak tahu tentang
IUD. Sehingga hal ini menjadikan akseptor
tidak memiliki keinginan untuk menggunakan
IUD.
Pengaruh Faktor Pelayanan KB Terhadap
Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada
Pengguna Aktif Non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Uji Chi-Square menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara pelayanan KB
terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Hal ini dibuktikan degan nilai p = 0.269 (p >
0.05). Temuan dalam penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Pastuti dan Wilopo (2007) yang
mengemukakan bahwa terdapat hubungan
antara pelayanan KB dengan pemilihan IUD.
Hal ini dapat dikarenakan ada atau
tidaknya fasilitas yang memadai untuk
pemasangan IUD tidak mempengaruhi
responden untuk berpindah menggunakan IUD,
karena
responden
merasa
KB
yang
digunakannya saat ini merupakan kontrasepsi
yang paling sesuai.
Pengaruh Faktor Nilai Terhadap Pemilihan
Intrauterine Device (IUD) pada Pengguna
Aktif Non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak
Analisis
dengan
uji
Chi-Square
ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara faktor nilai terhadap pemilihan IUD
pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak ( p = 0.142). Hasil dari
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Imbarwati (2009) yang
menyatakan bahwa persepsi positif lebih
banyak dimiliki akseptor dibandingkan dengan
persepsi negatif yang dimilikinya.
Dari hasil analisa peneliti terdapat
sebagian responden menyatakan malu dengan
cara pemasangan IUD. Namun sebagian besar
dari pangguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak menyatakan rasa malu
bukanlah menjadi alasan terbesar mereka untuk
tidak menggunakan IUD mengingat mereka
telah memiliki pengalaman partus sebalumnya
yang dalam prosedurnya harus memperlihatkan
alat kelamin. Nilai-nilai dalam agama juga
bukanlah menjadi penghambat bagi akseptor,
karena banyak dari akseptor mengungkapkan
bahwa tidak ada larangan di dalam agama serta
tidak ada larangan dari tokoh agama dalam
pemanfaatan IUD sebagai alat kontrasepsi.
Pengaruh Faktor Rasa Aman Terhadap
Pemilihan Intrauterine Device (IUD) pada
Pengguna Aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak
Melalui uji Chi-Square ditemukan
terdapat pengaruh antara faktor rasa aman
terhadap pemilihan IUD pada pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Hal ini dibuktikan dari hasil uji Chi-Square
yang menunjukkan nilai p = 0.022 (p < 0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Najafi, Rahman dan Juni
(2011) yang menemukan bahwa adanya
hambatan pribadi, budaya, kesehatan dan rasa
takut menjadi alasan akseptor menghindari
penggunaan IUD.
Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya pengaruh rasa aman terhadap pemilihan
kontrasepsi IUD pada pengguna aktif non IUD
di Kelurahan Siantan Hulu pontianak. Perasaan
takut atau merasa tidak aman yang ada di
dalam diri akseptor non IUD memang menjadi
salah satu alasan terbesar akseptor untuk tidak
menggunakan IUD.
Pengaruh
Faktor
Partisipasi
Suami
Terhadap Pemilihan Intrauterine Device
(IUD) pada Pengguna Aktif Non IUD di
Kelurahan Siantan Pontianak
Melalui uji Chi-Square ditemukan tidak
terdapat pengaruh antara faktor partisipasi
suami terhadap pemilihan IUD pada pengguna
aktif non IUD di Kelurahan Siantan Hulu
Pontianak (p = 0.999). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil dari penelitian yang
dilakukan Adhayani (2011) yang menemukan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan atau partisipasi dari suami
dengan pemilihan IUD.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
terdapat pengaruh antara partisipasi suami
dengan pemilihan IUD pada pengguna aktif
non IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak.
Dari analisis peneliti tidak terdapatnya
hubungan di dalam penelitian ini dikarenakan
dukungan yang kurang dari suami, seperti
suami yang jarang atau tidak pernah ikut
konsultasi KB dengan istri menyebabkan
suami tidak memiliki informasi yang baik
mengenai kontrasepsi, khususnya IUD.
Faktor Dominan yang Mempengaruhi
Pemilihan IUD pada Pengguna Aktif Non
IUD di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak
Penelitian yang dilakukan terhadap 355
responden pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak ini
didapatkan hasil bahwa dari ke empat faktor
yang melalui analisis regresi logistik, faktor
yang ditemukan paling mempengaruhi atau
paling dominan responden dalam memilih IUD
ialah faktor rasa aman dengan nilai OR =.3.905
dan 1.373 (0.009). Adapun hasil dari penelitian
ini tidak sejalan dengan hasil dari Bernadus,
Madianung & Masi (2013) yang menemukan
bahwa
faktor
paling
dominan
yang
berhubungan dalam pemilihan IUD adalah
pendidikan akseptor.
Walaupun pendidikan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi akseptor dalam
mengambil keputusan dalam ber-KB. Namun,
baik akseptor yang memiliki pendidikan tinggi
ataupun pendidikan yang rendah dalam
memilih kontrasepsi tentu memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai dan paling aman
untuk digunakan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
prevalensi pengguna Intrauterine Device (IUD)
pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak adalah sebagai berikut.
a. Sosial budaya yang tidak berpengaruh
terhadap pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu sebesar 40.3%,
cukup berpengaruh 39.7% dan berpengaruh
terhadap responden sebesar 20.0%.
b. Informasi
responden
yang
tidak
mempengaruhi pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak memiliki
persentase 21.4%, cukup berpengaruh 29.0%
dan informasi berpengaruh 49.6%.
c. Pelayanan KB yang tidak berpengaruh
terhadap pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak sebesar
38.6% cukup berpengaruh 29.6% dan
berpengaruh sebesar 31.8%.
d. Nilai responden yang tidak mempengaruhi
pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan hulu Pontianak memiliki persentase
sebesar 26.2%, cukup berpengaruh 42.8%
dan berpengaruh sebesar 25.6%.
e. Rasa aman yang tidak berpengaruh terhadap
pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu sebesar 8.7%, cukup
berpengaruh 17.5% dan berpengaruh
terhadap responden sebesar 73.8%.
f. Partisipasi suami responden yang tidak
mempengaruhi pengguna aktif non IUD di
Kelurahan Siantan Hulu Pontianak memiliki
persentase sebesar 3.7%, cukup berpengaruh
49.9% dan berpengaruh sebesar 46.5%.
g. Hasil analisis menunjukkan adanya dua
faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD
pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak yakni faktor sosial
budaya (p = 0.012) dan faktor rasa aman (p =
0.002).
h. Faktor rasa aman merupakan faktor yang
paling dominan atau paling mempengaruhi
pemilihan IUD pada pengguna aktif non IUD
di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak dengan
nilai p = 0.009 (OR = 3.905 dan 1.373).
Adapun saran dari penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
prevalensi pengguna Intrauterine Device (IUD)
pada pengguna aktif non IUD di Kelurahan
Siantan Hulu Pontianak adalah perlu untuk
meningkatkan adanya pemberian informasi
yang jelas dan lengkap kepada masyarakat
mengenai
IUD,
misalnya
dengan
meningkatkan aktivitas penyuluhan. Penting
saat adanya penjelasan mengenai IUD suami
juga ikut berpartisipasi agar memiliki persepsi
positif mengenai IUD.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Adhayani, A.R. (2011). Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Pemilihan
Kontrasepsi Non IUD Pada Akseptor KB
Wanita Usia 20-39 Tahun. Universitas
Diponegoro.
Fakultas
Kedokteran.
Semarang.
Benson, L.S., Perrucci, A., Drey, E.A., &
Steinauer, J.E. (2012). Effect of Shared
Contraceptive Experience on IUD Use at
an Urban Abortion Clinic. Elsevier.
Contraception 85. Hal 198-203.
Bernadus, J.D., Madianung, A., & Masi,
G.
(2013).
Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Bagi
Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo. Jurnal
e-NERS (eNS). Vol 1. Hal 1-10.
Cleland, J., Bernstein, S., Ezeh, A.,
Faundes, A., Glasier, A., & Innis, J.
(2006). Family Planning: The Unfinished
Agenda. Sexsual and Reproductive Health
3.
Switzerland:
Department
of
Reproductive Health and Research World
Health Organization.
Glasier, A., & Gebbie, A. (2006).
Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi (Ed ke-4). Jakarta: EGC.
Handayani, D. (2010). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ibu dalam Pengambilan
Keputusan Memilih Alat Kontrasepsi
dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja
Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti
Boyolali. Jurnal KesMaDaSka. Vol 1.
No.1:56-65.
Imbarwati. (2009). Beberapa Faktor yang
Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD
Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan
Pendurungan Kota Semarang. Universitas
Diponegoro Semarang. Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Semarang.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. (2011). Profil Kesehatan
Indonesia 2010. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI
Diperoleh 10 Desember 2013. Diakses
melalui
www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_K
ESEHATAN_INDONESIA_2010.pdf.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. (2013). Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI
Diperoleh 10 Desember 2013. Diakses
melalui
http://www.depkes.go.id/downloads/Profil
%20Kesehatan_2012%20%284%20Sept%
202013%29.pdf.
10. Kidsley, S. (2009). Contraceptive Use in
Nepal. University of Southampton. School
of Medicine. UK.
11. Manuaba, I.G., Manuaba, I.A.C., &
Manuaba, I.B.G.F. (2007). Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
12. Manurung, P.M., Fitria, M., & Santosa, H.
(2012). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Akseptor KB Dalam
Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Desa
Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.
Gizi,
Kesehatan
Reproduksi
dan
Epidemiologi. Vol 1. No 2.
13. Maulana,
H.D.J.
(2009).
Promosi
Kesehatan. Yudha, E.K (Ed.). Jakarta:
EGC.
14. Najafi, F.S.A., Rahman, H.A., & Juni,
M.H. (2011). Barriers to Modern
Contraceptive Practices among Selected
Married Women in a Public University in
Malaysia. Global Journal of Health
Science. Vol 3. No 2.
15. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
16. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
17. Pastuti, R., & Wilopo, S.A. (2007).
Determinan
Penggunaan
Metode
Kontrasepsi IUD di Indonesia Analisis
Data SDKI 2002-2003. Berita Kedokeran
Masyarakat. Vol 23. Hal 71-80.
18. Permatasari, N.E., Wati, D.M., & Ramani,
A. (2013). Determinan Penghentian
Penggunaan IUD di Indonesia. Jurnal
Pustaka Kesehatan. Vol 1 (No. 1).
19. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
20. Sudarma, M. (2008). Sosiologi Untuk
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
21. Varney, H., Kriebs, J.M., & Gegor, C.L.
(2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Ed
ke-4). Jakarta: EGC.
22. Weston, M.R.S., Martins, S.L., Neustadt,
A.B., & Gilliam, M.L. (2012). Factors
Influencing Uptake of Intrauterine Devices
among Postpartum Adolescents: A
Qualitative Study. Am J Obstet Gynecol.
206(1): 40.e1-40.e7.
23. Woyanti, N. (2005). Analisis Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan
Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika
Pembangunan. Vol. 2. No. 1: 40-56.
Download