Ringkasan Khotbah Minggu, 13 November 2016, oleh Ps. Liem Pik Jiang, M. Th. KESEMPATAN DI DALAM KESEMPITAN Kisah Para Rasul 25:25 Ada banyak peristiwa dalam hidup kita, dimana kita sering berada dalam "kesempitan" (kesusahan dan penderitaan). Kita bisa belajar bahwa semua "kesempitan" itu merupakan "kesempatan" bagi Allah untuk menyatakan diri-Nya, kuasa-Nya dan pertolongan-Nya. Kitab Kisah Para Rasul sebagian besar berisikan kisah tentang dua Rasul terutama, yaitu Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Kekristenan mula-mula banyak diwarnai dengan dua kisah Rasul ini. Adapun konteks Kisah Para Rasul 25 ini adalah sebuah kondisi pada waktu itu yang diwarnai adanya penolakan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Yesus datang dalam misi untuk menyelamatkan umat manusia, termasuk bangsa Yahudi, namun ketika Yesus mengajarkan esensi Taurat yang sebenarnya, Ia malah ditolak oleh orang Yahudi, dan bahkan dibunuh dengan cara disalibkan, yang justru menggenapkan nubuatan yang telah diucapkan banyak nabi. Orang-orang Yahudi memiliki agama Yahudi dengan tafsir sesuai kelompok masing-masing, baik itu golongan Farisi, Saduki, Ahli Taurat sesuai aliran masing-masing, dll. Meskipun ada beberapa golongan yang sebenarnya berselisih atau tidak akur, namun mereka memiliki persamaan inti, yang mempersatukan mereka, yaitu sama-sama menolak Yesus Kristus Sang Juruselamat. Ajaran Paulus telah diterima dengan tidak teliti, dan banyak orang membenci dia karena salah memahami maksud yang sesungguhnya. Namun demikian, Rasul Paulus tetap dengan berani mengajar dan memberitakan kebenaran tentang hidup yang baru. Kehidupan yang baru yang dimerdekakan dan dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat Musa. Kemudian Rasul Paulus juga menceritakan kesaksian hidupnya yang banyak mengalami "kesempitan" di dalam melayani dan memberitakan tentang Tuhan. Paulus membuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia yang telah dijanjikan oleh Tuhan sejak zaman nenek moyang mereka (Kis. 21:1724). Paulus menghadapi aneka macam peradilan dan bertemu dengan banyak pembesar serta raja. Ia malah mendapatkan kesempatan untuk mengabarkan Injil kepada para pejabat, pembesar, dan pejabat kekaisaran. Ia harus menghadapi aneka macam pejabat dengan segala karakter mereka. “Kesempitan” yang dialami oleh Paulus rupanya menjadi kesempatan bagi Tuhan untuk bekerja dalam hidup Paulus. Rencana atau kerinduan hati Paulus untuk pergi ke Roma terlaksana oleh karena semua hal tidak mengenakkan yang harus dialaminya. Apa yang kita bisa pelajari disini? 1. Kesempitan yang kita alami dapat menjadi kesempatan Tuhan membentuk kita menjadi lebih kuat. Contohnya: Daud ketika mengalami penindasan dan penderitaan, dia tetap selalu belajar berlindung kepada Tuhan. Semua hal yang pahit yang dialaminya membuat Daud tambah kuat (2 Sam. 22:32-35). Demikian pula Rasul Paulus, meskipun banyak mengalami rintangan dan masalah yang dialami ketika memberitakan nama Tuhan, Rasul Paulus tetap kuat di dalam Tuhan (Kis. 19:2; 23:11). 2. Kesempitan yang kita alami dapat menjadi kesempatan Tuhan menyatakan kuasa-Nya. Tuhan menolong Rasul Paulus ketika di dalam sidang pembelaan dirinya di hadapan Raja Agripa (Kis. 26:3132). Demikian pula Daud, ketika menghadapi Goliat, Daud tidak melihat Goliat sebagai sebuah kemustahilan, justru ia dapat melihat sebuah kesempatan besar untuk mengalahkan Goliat sebagai sasaran ketapelnya. Hasilnya, Daud mampu mengalahkan Goliat, itu adalah bukti penyertaan Tuhan dalam hidup Daud (1 Sam. 17:46-47). Tuhan telah menyatakan kuasa-Nya melalui hidup Daud. 3. Kesempitan yang kita alami dapat menjadi kesempatan Tuhan menyelesaikan rencana-Nya melalui hidup kita. Rencana Allah bagi keselamatan bangsa-bangsa dapat dilakukan dan diselesaikan melalui hidup Paulus (Kis. 9:3-16; 28:30-31). Semua permasalahan dalam hidup kita seringkali menjadi rencana Tuhan yang indah dan besar dalam hidup kita orang percaya. Amin!