Edisi 118 TH. XLIV, 2014

advertisement
Edisi 118 TH. XLIV, 2014
PENGAWAS UMUM:
Pimpinan DPR-RI
PENANGGUNG JAWAB/
KETUA PENGARAH:
Dr. Winantuningtyastiti, M. Si
(Sekretaris Jenderal DPR-RI)
WAKIL KETUA PENGARAH:
Achmad Djuned SH, M.Hum
(Wakil Sekretaris Jenderal DPR-RI)
PIMPINAN PELAKSANA:
Drs. Djaka Dwi Winarko, M. Si.
(Karo Humas dan Pemberitaan)
PIMPINAN REDAKSI:
Dadang Prayitna, S.IP. M.H.
(Kabag Pemberitaan)
WK. PIMPINAN REDAKSI:
Dra. Tri Hastuti (Kasubag Penerbitan),
Mediantoro, SE (Kasubag Pemberitaan)
REDAKTUR:
Sugeng Irianto, S.Sos
M. Ibnur Khalid
Iwan Armanias
Mastur Prantono
SEKRETARIS REDAKSI:
Suciati, S.Sos
ANGGOTA REDAKSI:
Nita Juwita, S.Sos
Supriyanto
Agung Sulistiono, SH
Rahayu Setiowati
Muhammad Husen
Sofyan Effendi
PENANGGUNGJAWAB FOTO:
Eka Hindra
FOTOGRAFER:
Rizka Arinindya
Naefuroji
M. Andri Nurdriansyah
SEKRETARIAT REDAKSI:
I Ketut Sumerta, S. IP
SIRKULASI:
Abdul Kodir, SH
Bagus Mudji Harjanta
ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA:
BAGIAN PEMBERITAAN DPR-RI,
Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI,
Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta
Telp. (021) 5715348,5715586, 5715350
Fax. (021) 5715536,
e-mail: [email protected];
www.dpr.go.id/berita
2
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Pengantar Redaksi
Para anggota DPR periode 2014-2015
telah dilantik pada 1 Oktober lalu. Tak dapat
dipungkiri, Dewan periode ini terbentuk
adanya dua kubu seba­gai kelanjutan episode pilpres dimana satu pihak mendukung
pemerintah (eksekutif) dan kelompok lain
mendukung lembaga legislatif.
Di Indonesia peristiwa ini sebagai masalah yang baru, tetapi di negara lain AS
dan negara-negara Amerika Latin telah me­
laksanakannya dan berhasil menumbuh­kan
kedewasaan berpolitik yang pada ak­hirnya
tercipta check and balances.
Kita semua menunggu kiprah dan kinerja
DPR. Dengan menjunjung tinggi tugas dan
fungsi masing-masing, tidak menghalangi
terbangunnya pola hubungan secara konstruktif antara eksekutif dan legislatif. Sebab muaranya sama baik Presiden maupun
DPR ingin meningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Pada edisi ini dalam rubrik pengawasan
disajikan tulisan mengenai pencabutan hak
politik terpidana yang mengundang prokontra, rubrik anggaran menyoroti 20%
anggaran pendidikan dan legislasi dilaporkan sejumlah RUU yang berhasil diselesaikan di akhir periode DPR 2009-2014.
Parlementaria kali ini juga menyoroti janji
Presiden saat pemilu lalu. Diantaranya, indikator program pro rakyat yang mengacu
pada tiga hal, pengentasan kemiskinan harus menjadi prioritas, penyediaan lapangan
pekerjaan, dan menghilangkan ketimpa­
ngan sosial. Menurut anggota Dewan Fadel
Muhamad, program itu sudah jelas dan
sudah ada master plan, serta sudah punya
perencanaan blue print sampai 2045. Itu
harus diaplikasikan untuk pembangunan ke
depan.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
3
Dapatkan di:
Loby Gedung Nusantara 1 DPR RI
Loby Gedung Nusantara 2 DPR RI
Loby Gedung Nusantara 3 DPR RI
Loby Gedung Setjen DPR RI
Ruang Loby Ketua
Ruang Loby Wakil Ketua
Ruang Yankes
Terminal 1 dan 2
Bandara Soekarno Hatta
Semua Majalah dan Buletin Parlementaria dibagikan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Bagian Sirkulasi Majalah dan Buletin Parlementaria di
Bagian Pemberitaan DPR RI, Lt.II Gedung Nusantara III DPR RI, Jl. Jend. Gatot Soebroto-Senayan, Jakarta,
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV,5715350
2014
4 Telp.
(021) 5715348,5715586,
Fax. (021) 5715341, e-mail: [email protected].
|8
PROLOG
Kontrol Ideal DPR Baru
Kontrol Ideal DPR Baru
Kita akan Bersinergi dengan Pemerintah
Hubungan Eksekutif – Legislatif
Dan Mekanisme Checks and Balances
Sejak dilantik dan diambil sumpah para anggota
DPR, DPD dan MPR pada 1 Oktober lalu hingga akhir
Oktober 2014 situasi perpolitikan di tanah air di warnai
hiruk pikuk yang melelahkan dan menegangkan.
Begitu dilantik pagi harinya, malam hari hingga pagi
lagi suasana pemilihan Pimpinan DPR penuh interupsi
dan aksi walk out.
PROFIL SETYA NOVANTO
| 53
Panja JIS Minta Aparat Transparan
Pencabutan Hak Politik Melanggar HAM
Anggaran Pendidikan
Minimal 20 Persen APBN
Anggaran Pendidikan Jangan Dipecah
Tak Semudah Membalikkan
Telapak Tangan untuk menjadi
“Seseorang”. Dengan kejujuran,
keuletan, kegigihan dan doa,
semua kerikil kehidupan berhasil
dilaluinya. Apa saja kerikil yang
dimaksud dan bagaimana
perjalanan hidup Ketua DPR
RI, Setya Novanto, berikut
kisah yang disampaikannya
kepada Rahayu Setiowati dari
Majalah Parlementaria.
Mengenal dan Memahami Anatomi
Anggaran Pendidikan
Kado Istimewa DPR Periode 2009-2014
Hidup Sehat Kenapa Tidak
anggaran
| 29
Anggaran Pendidikan
Minimal 20 Persen APBN
Amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Setya Novanto
From Nobody To Somebody
DPR Dukung Program
Pemerintah Pro Rakyat
Sidang ke-VII Asia-Europe
Parliamentary Partnership
Dewi Yull
Sosialisasikan Bahasa Isyarat
Serba Serbi Pelantikan Anggota DPR
Anang Hermansyah
“Kehilangan” Anak Dan Istri
ASPIRASI
Status MPR dan Pemilihan Presiden Langsung dan DPD
Saya selaku Direk tur L SM
Government Policy Watch ingin
menyampaikan keberatan diu­
bahnya status MPR sebagai Lembaga
Tertinggi Negara menjadi Lembaga
Tinggi Negara, Pemilihan Presiden
Langsung dan Pemilihan DPD.
Bahwa berdasarkan pengamatan
dan analisa LSM Government Policy
Watch atas temuan-temuan dari
produk hukum selama tahun 1999
– 2004, dan hal-hal yang mendasari
serta alasan keberatan tersebut
antara lain adalah:
Perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat UUD 1945 tidak
terlebih dulu membatalkan dasar
hukum pemberlakuan UUD 1945,
yaitu Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
TAP MPRS No. XXII/1966 tentang
memorandum DPR-GR mengenai
sumber tertib hukum dan tata cara
urutan perundang-undangan seba­
gaimana diubah oleh TAP MPR No.
Tahun 2000.
Tujuan awal reformasi bukanlah
dimaksudkan untuk membuat Nega­
ra baru, UUD baru, Sistem Negara
baru, dan lain-lain, apalagi dengan
meninggalkan prinsip-prinsip dasar
dari ketatanegaraan dan tatanan asli
yang sudah ada sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila.
hasil perubahan UUD 1945 adalah
cacat hukum/batal demi hukum;
Kesalahan dan kegagalan MPR
RI atas amandemen UUD 1945 harus dikembalikan kepada UUD 1945
semula/asli, yang jika tidak dikembalikan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan tertinggi, maka
MPR RI dinyatakan dimisioner.
MPR RI mengadakan sidang istimewa dan kembali ke UUD 1945
sesuai Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
yang jika tidak dilakukan, maka
hasil pemilihan langsung Presiden,
DPD adalah cacat hukum, karena
hasil amandemen UUD 1945 tidak
disahkan oleh MPR RI sesuai dengan
ketentuan Pasal 3 UUD 1945.
Adapun usulan solusi atas permasalahan tersebut adalah Presiden
dan MPR RI dapat melakukan halhal sebagai berikut:
Presiden untuk mengeluarkan
Keppres yang isinya mempertegas
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sehingga
MPR RI membatalkan Tata Tertib
MPR tahun 2004 sebagaimana tercantum dalam Pasal 74 ayat 2 yang
menyatakan bahwa Perubahan dan
Penetapan UUD adalah putusan
Majelis.
Syamsoer Kono
Semarang, Jawa Tengah
Pemanfaatan Besi Bekas
Saya selaku Direktur Utama PT Mahkota Sultan
Sulaiman dan keluarga/para ahli waris alm. Sultan Siak
Syarif Kasim II, mengajukan permohonan kepada Ketua
DPR RI, mengenai rekomendasi agar besi bekas (scrap)
eks PT Caltex Pacifik Indonesia dapat dihibahkan kepada
keluarga/para ahli waris alm. Sultan Siak Syarif Kasim II
untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Perlu diketahui alm. Sultan Siak Syarif Kasim II semasa
hidupnya pernah berjasa membantu negara pada saat
kesulitan dengan menyumbangkan emas batangan
senilai 13.500.000 Gulden dan mengingat kondisi
keluarga/para ahli waris alm. Sultan Siak Syarif Kasim II
yang sangat memprihatinkan/kurang mampu pada saat
ini.
Saya juga melampirkan Surat dari Dirjen Kekayaan
Negara Kementerian Keuangan yang ditujukan kepada
Kementerian Sosial RI No. S-318/MK.5/ 2013 tanggal 19
Februari 2013 perihal persetujuan dan memerintahkan
pelaksanaan hibah besi bekas (scrap) eks. PT Caltex
6
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Pacifik Indonesia di Propinsi Riau,
intinya menyetujui permohonan
hibah dari Pemerintah Provinsi
Riau tersebut dengan berpedoman
pada PP No. 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan PP No. 38 Tahun 2008 dan
Permenkeu No. 96/ PMK.06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan
dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dan
pelaksanaannya dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga.
Demikian saya mengharapkan agar permohonan
rekomendasi ini dapat diberikan melalui PT Mahkota
Sultan Sulaiman.
Chaidir
Jakarta Timur
Kesejahteraan Serta Perkembangan Karier Panitera
Saya selaku Anggota IPASPI (Ikatan Panitera/Sekretaris
Peradilan Umum, Agama, Tata Usaha Negara dan
Militer) ingin menyampaikan aspirasi kepada Ketua
Komisi III DPR RI, mengenai permohonan perbaikan
kesejahteraan dan karir dari Anggota IPASPI, karena
tugas yang diemban sangat berat.
Adapun dasar permohonan tersebut adalah untuk
menunjang kemajuan peradilan yang bersih dan agung,
antara lain sebagai berikut:
Perbaikan karir, sebagai pejabat fungsional dan
struktural perkembangan karir untuk jabatan sebagai
Panitera/Panitera Pengganti dan Jurusita/ Jurusita
Pengganti sangat dibatasi walaupun mempunyai
jenjang pendidikan S1, S2 dan S3. Adapun karir tertinggi
hanya mencapai pada peradilan di tingkat Pengadilan
Tinggi, sedangkan pada tingkat MA RI didominasi oleh
para Hakim.
Perbaikan kesejahteraan yaitu peningkatan besarnya
tunjangan jabatan Panitera/Panitera Pengganti dan
Jurusita/ Jurusita Pengganti dengan alasan karena
tunjangan jabatan yang diterima selama ini sangat jauh
berbeda dengan Hakim serta tidak sepadan dengan
beban kerja dan tanggung jawab yang diberikan,
meskipun resikonya sama dengan para Hakim.
Gaji dan tunjangan Panitera/Panitera Pengganti dan
Jurusita/ Jurusita Pengganti semestinya terpisah dari
tunjangan remunerasi.
Jabatan Panitera/Panitera Pengganti dan Jurusita/
Jurusita Pengganti dapat dimasukkan dalam UU
No. 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum, yang
menyebutkan bahwa sebagai pejabat fungsional tidak
diberlakukan batasan pangkat/ golongan.
Pelapor berharap agar permohonan untuk perbaikan
kesejahteran dan karir bagi jabatan Panitera/Panitera
Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti tersebut
dapat disetujui.
Wayan S, SH
Surabaya
Kebijakan Obat BPJS
S ay a adalah p ensiunan PNS
yang saat ini sedang menderita
sakit darah tinggi dan asam urat
sedangkan isteri pelapor menderita
stroke, sakit jantung, darah tinggi
dan diabetes, yang setiap bulannya
berobat di Rumah Sakit Pontianak.
Selama ditangani oleh PT. Askes,
saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk berobat, namun setelah
ditangani BPJS muncul kesulitan dan
permasalahan, khususnya dalam
pemberian obat-obatan. Biasanya
PT. Askes memberikan obat untuk
1 (satu) bulan, tetapi BPJS hanya
memberikan obat untuk 7 (tujuh)
hari.
Bahwa keadaan tersebut sangat
memberatkan bagi saya dan isteri
yang sudah lanjut usia (62 tahun)
karena harus bolak-balik ke rumah
sakit. Selain itu ada beberapa jenis
obat yang dulunya ditanggung oleh
PT. Askes, tetapi sekarang tidak lagi
ditanggung BPJS.
kebijakan pemberian obat dapat
dilakukan 1 (satu) kali dalam sebulan
untuk menghindari pelayanan yang
terlalu lama dan penambahan
kunjungan berobat khususnya bagi
penderita penyakit akut.
Iskandar Ms
Pontianak, Kalimantan Barat
Saya memohon bantuan DPR RI
(khususnya Komisi IX DPR) agar
Ucapan Selamat Anggota DPR Baru
Selamat untuk anggota DPR RI periode 2014 - 2019
atas pelantikan pada 1 Oktober 2014.
Bapak/ ibu anggota dewan yang terhormat semoga
dapat melaksanakan amanat rakyat, memiliki nurani,
moral, iman, dan bapak/ibu ada karena rakyat...jadi
ingatlah rakyat dan harus merakyat..........TUHAN Maha
Tahu.....................
Pphp Wondama via email
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
7
PROLOG
S
ejak dilantik dan diambil
sumpah para anggota
DPR, DPD dan MPR pada
1 Oktober lalu hingga
akhir Oktober 2014 situasi perpolitikan di tanah air diwarnai
hiruk pikuk yang melelahkan dan
menegangkan. Begitu dilantik pagi
harinya, malam hari hingga pagi lagi
suasana pemilihan Pimpinan DPR
penuh interupsi dan aksi walk out.
Hampir sebulan setelah dilantik, suasana panas kembali terjadi
dengan tertundanya pengesahan
nama-nama anggota fraksi pada
alat kelengkapan Dewan (AKD)
dalam beberapa kali rapat paripurna. Puncaknya pada rapat paripurna
DPR tanggal 28 Oktober 2014 lalu,
kekisruhan terjadi lantaran ada dua
kubu yang menyerahkan nama anggota AKD dari kubu Surya Darma
Ali (SDA) langsung disahkan dalam
rapat paripurna yang dipimpin Wakil
Ketua DPR Agus Hermanto.
Sebelumnya lima fraksi yakni
FPG, Fraksi Partai Gerindra, Fraksi
PKS, Fraksi PAN dan Fraksi PD telah
menyerahkan nama-namanya, di­
tambah FPP maka menjadi 6 fraksi.
Fraksi yang belum menyerahkan
namanya adalah Fraksi PDI Perjua­
ngan, Fraksi PKB, Fraksi Partai Nas8
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
dem dan Fraksi Hanura. Pengesahan
ini mengundang protes dari kubu
Romahurmuziy.
Meski demikian, pelantikan dan
p enguc apan sumpah anggot a
DPR, DPD dan MPR periode 20142019 berjalan lancar dan khidmat.
Diawali dengan pelantikan anggota
DPR dengan lebih dulu Sekjen
DPR membacakan komposisi 560
anggota Dewan hasil pemilu 9 Juli
2014 yang terdiri 10 perwakilan
parpol, termasuk pengumuman
anggota tertua dan termuda yang
menjadi Pimpinan S ement ar a
DPR. Acara serupa dilakukan saat
p e l ant ik an an g g ot a D P D dan
terakhir bersama-sama anggota
DPR dan DPD ketika dilantik sebagai
anggota MPR.
Pada rapat Paripurna pertama
yang dipimpin Ketua Sementara
Popong Otje Djundjunan (FPG)
didampingi anggota termuda Ade
Rezki Pratama (F Gerindra) yang
beragendakan Pemilihan Pimpinan
DPR, suasana mulai memanas. Acara
yang dimulai kurang lebih pukul
22.00 WIB diwarnai hujan interupsi
dari para Anggota Dewan dan
skorsing yang dilontarkan pimpinan
berulang kali.
Dalam kesempatan ini, masingmasing fraksi di DPR menyampaikan
paket usulan Pimpinan DPR, terdiri
dari satu Ketua DPR dan empat Wakil
Ketua DPR. Namun, dari sepuluh
fraksi di DPR hanya enam fraksi saja
yang menyampaikan usulannya.
Enam partai tersebut yakni Fraksi
Partai Demokrat (F-PD), Fraksi Partai
Golkar (F-PG), Fraksi Partai Gerindra
(F-Gerindra), Fraksi Partai Persatuan
Pemb an gunan (F - P P P), Fr ak si
Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS)
dan Fraksi Partai Amanat Nasional
(F-PAN).
Sedangkan sisanya, melakukan
walk out sesaat sebelum penyampaian usulan, yaitu Fraksi PDI Perjuangan (F-PDIP), Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), Fraksi
Partai Nasional Demokrat (F-Nasdem) dan Fraksi Partai Hati Nurani
Rakyat (F-Hanura).
Enam fraksi mengusulkan paket
pimpinan yang terdiri dari Ketua
DPR dari F-PG yakni Setya Novanto.
Berikutnya, empat Wakil Ketua
yakni Agus Hermanto (F-PD), Fadli
Zon (F-Gerindra), Taufik Kurniawan
(F-PAN), dan Fahri Hamzah (F-PKS).
“Dari enam fraksi mengusulkan
paket yang sama. Karena hanya ada
satu paket dari enam fraksi, apakah
usulan ini dapat disetujui?” tanya
Pimpinan DPR sementara kepada
seluruh Anggota Dewan yang hadir.
Jawaban ‘setuju’ pun disuarakan
oleh seluruh peserta rapat.
Beberapa jam usai pelantikan,
akhirnya Pimpinan DPR-RI berhasil
dibentuk. Pengambilan sumpah
lima Pimpinan DPR-RI dilakukan oleh
Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali,
berlangsung hingga pukul 04.00
WIB dini hari, Kamis (2/10).
Proses pemilihan Pimpinan DPD
berlangsung relatif lancar dilakukan
melalui pemungutan suara. Setelah
melewati empat kali voting, akhirnya
terpilih Pimpinan DPD periode 20142019 Ketua Irman Gusman dengan
Wakil Ketua Farouk Muhamad dan
Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
Sementara dalam pemilihan Pim­
pinan MPR hampir sama dengan pemilihan Pimpinan DPR, meski tanpa
diwarnai walk out. Setelah melalui
proses voting yang melelahkan,
akhirnya politisi PAN Zulkifli Hasan
terpilih sebagai Ketua MPR RI yang
baru periode 2014-2019. Ia terpilih
lewat Paket B yang diusung 5 fraksi
dengan 347 suara. Sedangkan Oesman Sapta Odang meraih 330 suara
lewat Paket A yang diusulkan 5 fraksi dan 1 Kelompok DPD.
P ros e s vot in g y an g diambil
melalui pemungutan suara tertutup
itu dimulai sekitar pukul 03.00
WIB dini hari pada Rabu (8/10) dan
baru selesai pada pukul 05.30 WIB.
Pimpinan MPR baru dalam formasi
Paket B langsung dilantik sebagai
Pimpinan MPR oleh Ketua MA untuk
kemudian diambil sumpahnya.
Seperti diketahui Paket B yang
kini menjadi Pimpinan MPR terdiri
dari Zulkifli Hasan sebagai Ketua,
H i d a y a t N u r W a h i d ( F - P K S ),
Mahyudin (F-PG), EE. Mangindaan
(F-PD), dan Oesman Sapta Odang
(DPD) masing-masing sebagai Wakil
Ketua. Mereka secara resmi diusung
oleh F.Gerindra, F-PG, F-PD, dan
F-PKS.
Pemilihan suara untuk Pimpinan
MPR hanya menyisakan 1 suara abstain. Sebelumnya saat menyampaikan visi misi sebagai Ketua MPR,
Zulkifli mengutarakan, akan menciptakan keharmonisan antara DPR
dan DPD, selain juga tetap mengawal 4 pilar yang selama ini terus
disosialisasikan oleh MPR.
Kepada pers usai pelantikan,
Zulkifli menyatakan, akan segera
menyukseskan pelantikan Presiden
Terpilih Joko Widodo dan Wakil
Presiden Terpilih Jusuf Kalla pada 20
Oktober nanti. “Agenda terdekat kita
tanggal 20 mendatang pelantikan
presiden dan wakil presiden terpilih,
harus betul-betul kita sukseskan
karena jadi tonggak keberhasilan
demokrasi kita,” ucapnya.
Kekuatan Bersama
Satu agenda lagi yang dilakukan
adalah pemilihan Pimpinan alat-alat
kelengkapan dewan (AKD). Ketua
DPR Setya Novanto mengatakan,
dirinya sudah berdiskusi dengan
mantan Wakil Ketua DPR Pramono
Anung, namun, tentunya secara
bijaksana akan berdiskusi dengan
Koalisi Merah Putih, bagaimana
jalan keluarnya. “Apakah kita harus
sama-sama memberikan kontribusi
at au b agaimana? Ya, mudah mudahan ini bisa menjadi kekuatan
bersama,” katanya.
Sementara politikus muda PDI
Perjuangan Nico Siahaan, me nyatakan, meski tidak mendapat
posisi pimpinan AKD DPR tidak ada
masalah. Karena itu, kalaupun nanti
Koalisi Indonesia Hebat (KIH) tidak
mendapatkan jatah Pimpinan di
Alat Kelengkapan Dewan (AKD), tidak ada masalah. “ Kita mau kerja.
Dapat ketua atau tidak, tidak masalah. Malah kadang-kadang ketua
kerjanya berat. Apalagi pemerintahan nanti adalah partai kita, koalisi
kita, sehingga hubungan dengan
mitra kerja akan lebih baik,” pungkas Nico Siahaan.
Dalam hitungan diatas kertas,
menurut politikus Partai Nasdem
Patrice Rio Capella, KMP juga
menguasasi alat kelengkapan dewan
(AKD) termasuk Pimpinan Komisi.
Tetapi itu bisa dimusyawarahkan
dan jangan sampai tubuh di DPR
sendiri terbelah. Kalau di DPR saling
melemahkan yang rugi DPR sendiri,
harusnya kita bisa bekerja sama
dengan baik, sebab kita mewakili
Dapil kita masing-masing.
“Kalau itu membuat kita terpecah
di tubuh parlemen, bagaimana DPR
bisa melaksanakan fungsinya secara
maksimal, kalau dalam tubuh sendiri
masih terjadi tarik menarik bukan
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
9
PROLOG
kepentingan rakyat tetapi untuk
kepentingan kelompok masingmasing,” ungkap dia.
Kalaupun KMP akan menguasai
Pimpinan AKD dengan pemungutan
suara, apa boleh buat. Tapi yang
pas ti itu tidak baik untuk ke
depannya. Hal seperti ini, lanjutnya,
pernah terjadi tahun 2005 antara
Koalisi Kebangsaan dengan Koalisi
Kerak yat an menguasai semua
di tubuh MPR dan DPR tenyata
di Komisi di kocok ulang karena
Komisi tidak bisa bekerja. “ Kita
bekerja untuk negeri ini tidak bisa
sendiri, harus bekerja dengan baik.
Sepanjang kerja sama untuk hal
yang positif, akan menguntungkan
rakyat secara luas,” tegasnya lagi.
legislatif, sebagai hal yang wajar.
Di Indonesia ini masalah yang
baru, tetapi di negara lain AS dan
negara-negara Amerika Latin telah
melaksanakan ini. “Hal seperti ini
terjadi di Amerika dan beberapa
negara Amerika Latin, kemudian
tumbuh ke dewasaan berpolitik,
akhirnya terjadi check and balances
atau keseimbangan yang bagus,”
katanya
Politisi Partai Golkar ini mengakui,
munculnya dua kubu ini sebagai
hal agak baru dan sedikit canggung
untuk melaksanakan hal ini. Tetapi
berdasar teori ilmu pemerintahan,
hal seperti ini terjadi. Konsekuensi
dua kubu. “Insya Allah lima tahun
ke depan mungkin KMP di eksekutif
dan K I H ke mb ali di l e mb a ga
legislatif. Kita lihat apa yang akan
terbangun lima tahun ke depan,”
katanya.
Anggota FPAN DPR Sukiman
menanggapi proses pemilihan
pimpinan DPR menyatakan, terkait
dengan proses pemilihan Pimpinan
DPR dan MPR yang diwarnai aksi WO
itu merupakan proses demokrasi,
sebuah dinamika. “ Namun kalau
sudah diambil keputusan, saya
yakin teman-teman kita yang punya
pengalaman politik yang cukup
lama mereka berjiwa besar dan
secara sportif menerima keputusan
Di bagian lain Ketua DPR Setya
N ov a nto m e n e g as k a n , u nt u k
m e n g e m b a l i k a n ke p e r c ay a a n
publik tentu dibutuhkan parlemen
yang kuat. Selain itu, kinerja dalam
bidang legislasi, penganggaran,
dan pengawasan tentu juga harus
ditingkatkan. Khusus untuk bidang
pengawasan atau kontrol pada
pemerintah, sudah seharusnya
semua parpol di parlemen bersatu.
Selaku anggota DPR, semua harus
melakukan fungsinya bersama,
tidak boleh membedakan apakah ini
Koalisi Indonesia Hebat atau apakah
ini Koalisi Merah Putih.
Apabila pemerintah sekarang
b aik , m e l ak s an ak an p ro gr am
sesuai dengan ketentuan, tentu
harus didukung bersama-sama.
Sebaliknya, jika pemerintah ada
penyimpangan, tidak sesuai, harus
juga bersama-sama diluruskan.
Kontrol Ideal
Munculnya dua kubu yakni Koalisi
Merah Putih (KMP) dan Koalisi
Indonesia Hebat (KIH) di DPR pada
awal masa baktinya merupakan
sebuah dinamika politik. Menurut
politisi Golkar Fadel Muhamad,
dalam sebuah proses politik
munculnya dua kubu di parlemen
dimana satu pihak mendukung
p e m e r i n t a h (e k s e k u t i f ) d a n
kelompok lain mendukung lembaga
10
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
logisnya adalah seluruh pimpinan
AKD kemungkinan oleh Koalisi
Merah Putih dan di Pemerintahan
didominasi Kelompok Indonesia
Hebat terdiri PDI Perjuangan,
Hanura, Nasdem dan PKB.
Dampaknya bagi Indonesia ke
depan, memang ini hal baru dan
belum pernah terjadi seperti ini.
Ke depan wajah Indonesia akan
lain, karena ada sebuah tim KMP
yang kompak dalam pembangunan
parlemen ke depan. “Tentunya ini
menarik sekali,” ia menambahkan.
Ini konsekuensi logis dari
percaturan politik akhirnya menjadi
tersebut karena itu sebuah proses
yang telah terjadi,” katanya.
Dia berharap semua melihat ke
depan dengan kerja sama yang baik,
karena telah menunggu agenda DPR
diharapkan bisa dikerjakan bersamasama. Dengan terpilihnya Pimpinan
MPR baru dibawah Zulkifli Hasan
diharapkan jalin kebersamaan demi
menjaga Pancasila, NKRI dan UUD
45 serta Bhineka Tunggal Ika. Itu
tandas Sukiman, harga mati dan
harus dijaga di Majelis ini.
Tentang isu penjegalan pemerintahan Jokowi, saya kira jauh dari
itu. Manakala Pemerintah berjalan
budgeting dan legislasi, sementara
Pemerintah juga bertekad akan
bekerja maksimal.
“Jadi sepanjang kita masih dalam
rel konstitusi, masih dalam on the
track melaksanakan fungsinya, tidak masalah. Apakah pendukung
Prabowo kuasasi parlemen dan
pendukung Jokowi kuasi pemerintah, sepanjang melaksanakan
fungsinya dengan baik maka tidak
perlu ada yang dikhawatirkan. Tapi
kalau menyalahgunakan fungsi
untuk kepentingan kelompok, untuk kepentingan partai sesaat, di
situlah kemudian masyarakat khawatir, kalau dilakukan terus kapan
mengurusi rakyat,” ujarnya dengan
menambahkan, optimis pelan-pelan
suasana ini mencair.
baik dan memegang amanah rak­
yat dan berpihak pada kepentingan
rakyat, sebagaimana visi misi dan
program yang disampaikan saat
kampanye pilpres, Insya Allah KMP
akan istiqomah. Tapi selama tidak
dijalankan dan keluar dari apa yang
diucapkan atau dilakukan akan terjadi sebuah kritis yang tajam.
“Tapi yakinlah bahwa kita tidak
punya nawaitu atau niat seperti
itu. Itu jauh, apalagi menghambat
pelantikan Presiden, saya kira jauh
pikiran itu. Kita masih berpikir
jernih dan yakin teman-teman
KMP mempunyai jiwa kebangsaan,
dan kenegarawan,” kata Sukiman
menambahkan.
Hal yang sama dikemukakan Patrice Rio Capella, politisi Partai Nasonal Demokrat (Nasdem), dan berkeyakinan tidak ada niat dari para
anggota MPR yang menghambat
proses pelantikan Presiden pada 20
Oktober. “ Kita kan harus menghormati pilihan rakyat, tidak ada jegal
menjegal. Kita harus segera memikirkan bahwa Indonesia harus
maju ke depan, terlepas dari siapa
yang terpilih. Kita perlu proses untuk menenangkan ketegangan ini,
dengan harapan masyarakat bisa
tenang, investor juga bisa tenang
sehingga inves masuk dan situasi
pasar kembali bergairah.
Sudah waktunya, kata Sekjen
Partai Nasdem ini, kita mengakhiri
semua ini , kita segera bekerja untuk
rakyat Indonesia baik MPR maupun
DPR. Semuanya telah melalui proses
politik. Kita juga menghormati DPR
dengan Pimpinannya yang sudah
dilantik, meski kami tidak bisa
mencalonkan diri,” ujarnya.
Dengan jiwa besar Patrice menyatakan, pihaknya mengucapkan
selamat dan menerima apapun
hasilnya, dan telah mengucapkan
selamat kepada Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR yang baru. “ Kalau ini semua kita lakukan maka
telah menunjukkan kepada seluruh
rakyat Indonesia bahwa kita telah
belajar berdemokrasi, bisa maju demokrasinya. Bukan kemudian ada
kalah dan menang dan menjadi soal
terus menerus. Sikap seperti ini kan
nggak baik”.
Dia menambahkan, adanya
kekuatiran partai yang berkuasa dan
oposisi akan terjadi disharmoni, dan
itu wajar-wajar saja. Kalau niatnya
menguasai parlemen dalam rangka
check and balances, bisa terima.
Justru dengan itu DPR memaksimalkan fungsinya dengan tiga tugas pokooknya yakni pengawasan,
Terkait isu akan ada pemakzulan, menurut Patrice itu wajar tapi
akan sulit terjadi dan kawan-kawan
di DPR dan MPR berpikirnya luas,
negarawan. Diingatkan, jangan
sampai kita melakukan hal-hal kontraproduktif sehingga masyarakat
menilai DPR sekarang ini hanya
mengurusi kepentingannya sendiri
saja bukan kepentingan rakyat.
Sedangkan soal rencana kenaikan
BBM apakah dipakai sebagai senjata
untuk jatuhkan pemerintah, Patrice
Rio Capella menegaskan bahwa DPR
tahu hitung-hitungannya, jumlah
A PBN yang menc apai 20 0 0 T
lebih, dimana ada defisit APBN DPR
mengetahuinya. Bukan Presiden
mendatang yang harus melakukan
ke b i j a k a n i t u, t e t a p i ko n d i s i
keuangan kita yang defisit. Subsidi
BBM juga luar biasa besarnya
hampir 500 T, kemudian harus
dialihkan untuk program desa,
program Indonesia Pintar termasuk
membayar hutang.
“Kalau 500 T habis untuk subsidi,
saya kira tidak menguntungkan
masyarakat dan kalaupun akan
ada kenaikan BBM, tentu ada
reasoningnya. DPR paham dan
memaklumi kalau itu harus naik,”
kata Patrice menambahkan. (mp)
foto: iwan armanias, naefurodjie/parle/
iw
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
11
LAPORAN UTAMA
Kita akan Bersinergi
dengan Pemerintah
S
elepas terpilih menjadi Pimpinan DPR bersama Koalisi Merah Putih, DPR selalu dipersepsikan negatif. DPR kerap dihadapkan dengan
eksekutif secara diametral. Parlementaria
berhasil mewawancarai Setya Novanto Ke­
tua DPR RI pada beberapa kesempatan untuk mengklarifikasi berbagai isu dan wacana negatif.
Menurut politisi Partai Golkar tersebut, DPR yang
kini dipimpinnya justru akan menjaga keseimbangan
sebagai lembaga kontrol. Bahkan, berupaya bersinergi
dengan pemerintahan yang dipimpin Jokowi nanti.
Berikut ini petikan wawancaranya.
Pemilihan pimpinan DPR sangat alot, bahkan
12
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
diwarnai sedikit kegaduhan. Bagaimana Anda
mampu memimpin lembaga ini?
Hal biasa ketika terjadi banyak perbedaan dan
pendebatan di lembaga politik seperti DPR ini. Sejak
dipercaya memimpin lembaga ini, tentu saya akan
bekerja sebaik mungkin dan menjaga kesimbangan di
tengah keragaman warna politik yang ada di gedung
parlemen. Sebagai Ketua DPR RI, saya juga berupaya
bersikap netral, baik dengan kelompok Koalisi Merah
Putih (KMP) maupun dengan Koalisi Indonesia Hebat
(KIH).
D en gan teman - teman dar i K I H ap alagi P D I
Perjuangan, saya selalu berkomunikasi dengan erat dan
sangat bersahabat. Kalau pun ada perbedaan itu bukan
berarti permusuhan. Yang jelas tujuan kita sama, yaitu
memperjuangkan kepentingan rakyat, bangsa, dan
negara. Bahwa ada koalisi di DPR yang berseberangan
dengan koalisi yang mendukung pemerintahan
Jokowi-JK itu hal biasa, tak perlu dikhawatirkan secara
berlebihan.
DPR memang harus mengontrol jalannya
pemerintahan, justru agar pemerintahan nanti menjadi
kuat. Bila Presiden Jokowi menjalankan pemerintahan
ini dengan baik, tak ada alasan bagi DPR untuk tidak
mendukungnya.
Ada yang menilai, DPR kali ini benar-benar
berwarna oposisi. Bagaimana Anda membangun
check and balances di parlemen?
Ya, biar saja ada yang menilai seperti itu. Toh,
memang, kerja DPR mengawasi secara ketat lewat suara
oposisi. Justru dengan
adanya oposisi
akan
terwujud check and balances. Ada keseimbangan yang
ideal antara legislatif dan eksekutif.
Benarkah parlemen kali ini akan selalu menjegal
program pemerintahan mendatang?
Tak ada pikiran ke arah itu. Mengapa kami yang
berada di KMP harus selalu dipersepsikan seperti itu.
Pak Jokowi saja belum menjalankan pemerintahan,
masa sudah ada pikiran dan wacana tersebut. Itu pikiran
yang tidak sehat. Isu-isu seperti itu perlu disingkirkan.
Justru kita harus menjaga stabilitas politik agar tetap
kondusif. Panggung politik yang tidak kondusif akan
selalu direspon negatif oleh pasar. Ekonomi nasional
pun bisa terganggu.
Kami justru sepakat akan bersinergi dengan
pemerintah. Sekali lagi tak perlu ada kecurigaan dan
persepsi berlebihan soal itu. Doakan saja sistem kontrol
dan ketatanegaraan kita berjalan dengan baik. Pers juga
tak perlu membuat sensasi dan gosip tentang hubungan
legislatif dan eksekutif. Buatlah pemberiataan yang
konstruktif dan tidak mengadu domba antar-dua
lembaga negara ini.
Apa yang Anda ingin priorit askan selama
memimpin DPR ke depan?
Tentu saya dan pimpinan yang lain di DPR ingin
mengembalikan kepercayaan publik. Tiga fungsi
DPR yang di periode lalu sering dikritik dan menjadi
sorotan negatif harus ditingkatkan pada periode ini.
Semua anggota harus memberdayakan dirinya untuk
meningkatkan citra DPR. Untuk itu perlu bersatu
bagaimana memberdayakan DPR ke depan. Jangan
terus berkonflik antar-koalisi, karena sangat tidak sehat
bagi pendidikan politik kepada masyarakat.
Prolegnas yang pada periode lalu tidak mencapai
target, kini harus diupayakan sesuai target. Prolegnas
tak perlu muluk-muluk, yang penting realistis dan
menyentuh hajat hidup rakyat banyak. RUU yang akan
dirumuskan agar betul-betul diteliti dan tidak terburuburu dibahas. Masukan dari para akademisi dan
pakar harus betul-betul dipalajari, agar produk
UU yang dihasilkan tidak banyak digugat ke MK.
Ke depan kita juga akan membuat posko
pengaduan masyarakat. Posko ini diinisiasi
oleh saya sendiri. Terknisnya, posko akan
ditempatkan di depan gedung DPR RI dan
terbuka buat siapa saja rakyat Indonesia yang
ingin mengadukan nasib atau menyampaikan
aspirasinya. Dengan posko ini, kelak tak
ada jarak antara kami dan rakyat. Semua
pengaduan dari masyarakat itu boleh jadi
sebagai bahan evaluasi kami sekaligus
menyerap masukan dari masyarakat.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
13
LAPORAN UTAMA
Tahun 2015 kita segera
memasuki Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).
P e r an ap a y an g b i s a
dimainkan DPR?
DPR sudah menyiapkan
regulasi untuk melindungi
ke p e nt i n g an n as i o n al.
Misalnya UU Perdagangan
dan UU Perindustrian sudah
kita sahkan. Ada pula UU
Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian. S emuany a
tentu untuk memproteksi
pasar nasional dan produkproduk lokal dalam
menyambut pemberlakuan
MEA . Sosialisasi juga
sedang kita lakukan
bersama pemerintah
bahwa tahun depan kita
sudah masuk gerbang MEA.
Tentu persiapan harus kita
lakukan dari sekarang.
Apa langkah DPR untuk
p e r k u at ke b ij ak an d i
lingkungan Setjen DPR RI?
Tatib DPR dan UU MD3 diarahkan
untuk memperkuat kelembagaan.
Apa saja bentuk penguatan itu
nantinya?
Salah satunya adalah memperjuangkan program pembangunan
daerah pemilihan dari setiap anggota DPR. Hal ini diwujudkan dengan hak mengajukan program dan
kegiatan yang terkait langsung dengan kebutuhan dapilnya yang nanti
disampaikan dalam rapat paripurna
dan rapat komisi.
Dengan begitu, anggota DPR
akan lebih terlihat merakyat dan
tidak elitis, karena mampu secara
konkrit merespon dan memberikan
solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan rakyat di dapilnya
masing-masing. Selain itu, sesuai
Tatib DPR, kelembagaan Badan
Keahlian akan terus disempurnakan
agar mampu mendukung
penyediaan data, informasi, dan
pemikiran yang berkualitas yang
14
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
dibutuhkan DPR untuk menjalankan
3 fungsinya.
Ada lagi soal Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang terus
diperkuat untuk menjaga integritas
lembaga dan anggota DPR. MKD ini
dibentuk untuk menjaga kredibilitas dan menjamin anggota DPR tidak menjadi obyek perlakuan tidak
wajar berdasarkan pengaduan atau
laporan masyarakat.
Pasar sempat merespon negatif
apa yang terjadi di DPR, terutama
saat pemilihan pimpinan DPR.
Apa yang bisa dilakukan untuk
menenangkan pasar?
Itu hal wajar. Apa yang terjadi
di panggung politik kerap linier
dengan respon pasar. Untuk itu,
pers juga harus menjaga situasi agar
tetap kondusif. Pemberitaan yang
tendensius tentang situasi politik di
parlemen akan memengaruhi pasar
investasi dan nilai tukar rupiah.
Ke s e t j e n a n m e m a n g
perlu ditata dengan
baik. Disiplin kerja kita benahi.
Lalu, bagaimana menjalin kerja
sama dengan pers, sehingga ada
transparansi kerja di lingkungan
DPR. Dengan komunikasi yang baik,
maka kinerja para anggota Dewan
akan bisa ditingkatkan.
Sistem kesekretariatan harus
dibenahi betul, seperti protokoler
harus kita tingkatkan kinerjanya
supaya lebih profesional. Tanpa
didukung oleh kesekretariatan
yang kuat, kami tidak bisa
memberi banyak penjelasan
kepada masyarakat. Begitu juga
Pamdal, Kepolisian yang bertugas
di lingkungan komplek parlemen
harus dibenahi.
Bahkan, bagi para pekerja di
lingkungan D PR harus dilihat
kembali kesejahteraannya. Apalagi,
nanti setiap anggota punya 5 staf
ahli. (mh,mp) foto: iwan armanias/parle/
iw
SALING MENJAGA
KESEIMBANGAN
E
ksekutif kuat, legislatif
pun kuat. Tapi, bukan
ingin mengadu kekuatan. Di tangan para
nega­r awan, kedua kutub kekuasaan ini bisa saling mengisi dan bersinergi. Saling mengorek­si
dan mengevaluasi. Terjagalah kese­
imbangan kekuatan politik, yang
satu menguasai DPR, lainnya me­
nguasai pemerintahan.
Ruang kerja Willy Midel Yoseph
belum tertata rapi, setelah resmi
dilantik menjadi Anggota DPR
RI periode 2014 -2019. Dengan
penutup kepala khas dayak
Kalimantan, Willy ingin menegaskan
indentitas pribadinya, sekaligus
indentitas politiknya. Ditemani
secangkir kopi hitam, perbincangan
politik mengalir dari anggota F-PDI
Perjuangan ini. Polarisasi kekuatan
politik di DPR menjadi isu publik
yang terus dibincang hari itu.
Kali pertama menjadi anggota
DPR, Willy langsung disuguhkan
per tarungan dua kepentingan
besar yang membelah parlemen.
Koalisi Merah Putih (KMP) di satu
kutub, dan Koalisi Indonesia Hebat
(KIH) di kutub lainnya. Walau ia
sendiri berada di kutub KIH, tapi
mant an Bupati Murung R ay a,
Kalimant an Tengah (Kalteng),
ini ingin melihatny a dari sisi
positif. Menurutnya, biarlah KMP
menguas ai DPR , jus tru untuk
menciptakan keseimbangan.
“Kalau eksekutifnya terlalu kuat,
kontrol dari legislatif jadi lemah,
sehingga bisa kebablasan. Dengan
adanya keseimbangan ini, kedua
kekuatan bisa bersinergi melayani
masyarakat. Kita nikmati saja kondisi
yang ada dan sama-sama membawa
negara ini ke arah yang lebih baik,”
katanya, pertengahan Oktober lalu.
Perkara sapu bersih pimpinan
DPR dan MPR oleh KMP baginya tak
menjadi persoalan. Tatib DPR dan
UUD MD3 memungkinkan semua
itu terjadi. Betapa pun sebetulnya
pemilihan pimpinan DPR dan MPR
bisa mengedapankan musyawarah
untuk mufakat.
Sementara itu, Syarifuddin Su­
ding, politisi Partai Hanura yang
tergabung pula dalam KIH, melihat,
sebenarnya aksi sapu bersih itu sudah bisa diprediksi saat membahas
Tatib DPR dan UU MD3. Dua aturan
main itu dibahas setelah kekalahan
KMP di pilpres. Jadi sudah bisa ditebak arah anginnya.
“Dalam perebutan kursi pim­
pinan, saya sudah duga dari awal
pembahasan UU MD3. Ketika itu
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
15
LAPORAN UTAMA
dimunculkan sistem paket. Dan UU
ini dibahas pasca-pilpres, sehingga
sudah ketahuan arahnya. KIH,
kan, cuma 4 fraksi yang sangat
tidak mungkin mengusung paket
pimpinan DPR. UU itu mensyaratkan
minimal 5 fraksi. Sementara di KMP
ada 6 fraksi. Jadi, memungkinkan
untuk sapu bersih,” ujar mantan
anggota Komisi III DPR ini.
Namun, sebagai upaya menciptakan check and balances tak ada
salahnya. Hanya saja kekuatan
mayoritas di parlemen, rentan digunakan sebagai alat jegal kebijakan
pemerintah. Apalagi, bila pimpinan
komisi DPR juga ikut disapu bersih
oleh KMP, mengingat aturan mainnya sangat memungkinkan untuk
KMP menyapu bersih.
“Pimpinan alat kelengkapan yang
dikuasi itu, bisa menjadi instrumen
politik untuk membuat intrik yang
16
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
menggangu kinerja pemerintahan.
Tapi, dalam konteks mengkritisi
kebijakan pemerintah yang
tidak memihak masyarakat, saya
mengapresiasi dan menghargainya.
Itu merupkan salah satu fungsi check
and balances antara parlemen dan
pemerintah,” tutur Ketua F-Hanura
di MPR itu.
Setelah menguasai parlemen,
KMP diharapkan tidak melakukan
manuver politik lagi yang dipandang tidak perlu. Aksi sapu bersih,
memang, kerap dinilai oleh KIH sebagai balas dendam politik, setelah
kontestasi perebutan kekuasaan
eksekutif tidak bisa dimenangkan.
Dengan saling merebut kekuasaan,
masyarakat pun menilai panggung
politik nasional selalu dipenuhi
kega­duhan. “Kepentingan bangsa
dan negara harus diutamakan.
Membuat kegaduhan politik sungguh tidak elegan,” kilah Suding.
Menyoal prospek pemerintahan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla ke depan dengan formasi kekuatan politik yang ada di DPR, Suding optimis
berjalan lancar. “Saya sangat optimis
dengan satu syarat pemerintahan
Jokowi-JK fokus pada program kese­
jahteraan rakyat. Begitu pula pasar
akan merespon pemerintahan baru
ini dengan positif. Bila kemarin res­
pon pasar sempat negatif, itu karena
ada sedikit kegaduhan di parlemen.
Parlemen memegang peran pen­
ting dalam menciptakan kesejukan
politik. Ketika panggung politik
gaduh, ekonomi ikut bergoyang.
Parlemen yang sejuk dan terjaga
keseimbangannya, tentu akan menciptakan iklim investasi yang juga
baik. “Pemerintah dan parlemen
yang saling bersinergi akan menciptakan iklim investasi yang nyaman,”
imbuh Suding. (mh) foto: naefurodjie/
parle/iw
Pengamat Politik Said Salahudin
DPR SEKARANG LEBIH IDEAL
H
ari begitu terik, saat
Parlementaria me nyambangi sebuah
ap ar te m e n di k a wasan Jakarta Pusat.
Di lobi sebuah apartemen itu, secara
eksklusif Parlementaria menemui
pengamat politik Said Salahudin Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma). O­brolan
seputar dunia politik mutakhir me­
ngakrabkan pertemuan di te­n gah
udara Jakarta yang panas menye­
ngat.
Panggung politik nasional, memang, sedang mengalami dinamika
yang tinggi pascapilpres, terutama
di DPR. Menurut Said, sejak DPR
dikuasai oleh Koalisi Merah Putih
(KMP) dengan suara mayoritas, DPR
bisa berperan lebih ideal sebagai
lembaga kontrol. Ketika eksekutif dikuasai Koalisi Indonesia Hebat (KIH)
dan legislatif dikuasai KMP, maka
terjadi keseimbangan bandul politik.
Dalam mainstream sistem presi­
densial, DPR ditempatkan untuk
mendukung pemerintah sehingga
posisi presiden semakin kuat. “Tapi
saya agak berbeda pandangan
soal itu. Walaupun saya tidak me­
ngatakan itu keliru. Menurut saya
kalau kekuasaan eksekutif sudah
dikelola oleh kekuatan politik tertentu, katakanlah sekarang KIH, maka
kekuatan politik lain yang mendominasi legislatif menjadi penting
sebagai kelompok penyeimbang,”
jelas Said yang ditemui pertengahan
Oktober lalu.
Berkaca pada fakta empiris selama
Presiden SBY memerintah 10 tahun,
publik jarang mendapat pembelaan
dari parlemen ketika ada kebijakan
SBY yang merugikan masyarakat.
5 tahun per tama (2004 -2009)
ketika SBY memerintah, mayoritas
partai di DPR menjadi pendukung
pemerintah. Pada 5 tahun kedua
(20 09 -2014), Par tai Demokrat
yang dipimpin SBY mendapat suara
mayoritas di pemilu dan masih
didukung penuh mayoritas anggota
DPR.
“Apa dampaknya? Ketika ada kebijakan-kebijakan SBY yang ditentang
atau mendapat resistensi publik,
DPR tidak melakukan pembelaan.
DPR lebih berpihak pada presiden
terhadap hal yang sesungguhnya
ditolak rakyat.” Dengan kekuatan
politik yang ada di parlemen seperti
sekarang, di sinilah letak idealnya
posisi DPR dalam konteks politik. Ketika nanti ada kebijakan Jokowi yang
menimbulkan resitensi publik, KMP
di DPR akan memainkan perannya
untuk mengoreksi dan membela
publik.
Sebaliknya, bila kebijakan Jokowi
yang pro kepentingan rakyat dan
karenanya publik diuntungkan, lalu
KMP hendak menyoal kebijakan itu,
maka publiklah yang memberikan
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
17
LAPORAN UTAMA
Soliditas Koalisi
Dua kutub koalisi di parlemen
masih belum teruji soliditasnya
s e k ar an g. S e te l ah 1-2 t ah u n
pemerintahan Jokowi-JK berjalan,
barulah akan mulai terlihat
soliditasnya, baik KIH maupun
KMP. Ujian soliditas itu biasanya
menyangkut respon terhadap isu-isu
kebijakan publik dan power sharing.
Menurut Said, mungkin ada dua
partai yang memainkan resistensi
di dua kubu koalisi tersebut. PPP di
KMP dan PKB di KIH.
respon negatif kepada KMP. “Oleh
karena itu, saya kira kalau kebinet
Jokowi didominasi kekuatan politik
KIH, parlemen dikuasai KMP, akan
terjadi konsep mengawasi dan
mengimbangi. Jadi tidak ada yang
keliru dengan sistem kita yang ada
sekarang,” terang Said.
K arena K M P s angat kuat di
parlemen, sempat ada perbincangan
menarik tentang ancaman terbuka
pemakjulan Presiden Joko Widodo.
Menurut Said semua itu adalah
paranoid saja. Wacana itu tak perlu
dibesar-besarkan lagi. Kalau pun
ada kebijakan presiden yang coba
dijegal di parlemen, tentu ada
argumen logis dan legal. “Tidak
dengan sendirinya, karena KMP kuat
dan mayoritas di parlemen, lantas
dia bisa menjegal presiden. Harus
ada alasan-alasan konstitusional.”
Menurut Presidium Forum Pas­
casarjana Hukum Tata Negara UI ini,
tak mudah menjatuhkan presiden
di tengah jalan. Kelompok KIH di
DPR tak perlu khawatir dengan isu
dan wacana negatif impeachment.
“Sistem kita mendesain presiden
tidak mudah di-impeach, kecuali ada
kondisi-kondisi tertentu yang sudah
diatur dalam UU. Selama presiden
tidak melakukan perbuatan tercela,
tidak bisa di-impeac. Lalu apa yang
membuat kita khawatir dengan itu?”
18
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Said yang merupakan anggota
tim seleksi penyelenggara pemilu
di sejumlah daerah itu, merasa
prihatin terhadap para elite politik
yang kalah dalam pemilu lalu
membangun wacana provokatif
yang tidak menyehatkan bagi
pendidikan politik rakyat. Tentu
saja ini sangat tidak sehat untuk
m e m b an gun d e m o k r asi y an g
berkelas.
“Terus terang saya sedih dengan
upaya-upaya dari elit yang kalah
secara politik, lalu membangun
argumen-argumen yang justru
mempropokasi rakyat. Jadi, rakyat
tidak dib er ikan e dukasi y ang
baik dan benar tentang sistem
ketatanegaraan kita. Rakyat selalu
dipropokasi untuk benci kepada
kelompok tertentu. Menurut saya
itu enggak sehat.”
Dengan membangun wacana
dan argumen negatif itu, wajar bila
kemudian pasar merespon negatif
pula. Dampaknya nilai tukar rupiah
turun dan para investor masih
menahan diri untuk berinvestasi.
Said merasa senang, ketika Ketua
MPR RI Zulkifli Hasan menyatakan
ingin menyukseskan pelantikan
presiden segera setelah ia terpilih
menjadi Ketua MPR. Itu pernyataan
yang sejuk dan menyehatkan di
tengah ketegangan politik.
D a l a m k a s u s P P P d i K M P,
persoalannya lebih kepada power
sharing. Partai berlambang Ka’bah
i t u m u n g k i n ke c e w a k a r e n a
selalu ditinggal dalam meraih
kursi pimpinan DPR dan MPR .
Soliditas KMP akan banyak teruji
menyangkut satu partai ini. Namun,
Said mencermati bahwa garis
perjuangan dan sikap politik PPP
sebetulnya lebih cenderung ke KMP.
Kalau pun PPP menyeberang ke KIH,
kursinya di parlemen tidak signifikan
bagi KIH.
Perpecahan di internal PPP, memang, membuat kaki partai ini
menggantung di antara dua kubu
koalisi. Akhir episode dari perpecahan internalnya masih ditunggu publik, ke mana sesunggunya partai ini
mencari kawan politik. Sementara
itu di kubu KIH ada PKB yang memiliki posisi tawar tinggi. Partai yang
dipimpin Muhaimin Iskadar itu, jelas
Said, akan lebih tegas mengambil
sikap politik bila sharing powernya
tidak menguntungkan.
“Nah, yang paling rentan adalah
PKB. PKB saya lihat lebih berani
mengambil sikap dibanding Hanura
dan Nasdem dalam menentukan
sikap politik. Ketika partai yang lain
menerima koalisi tanpa syarat, PKB
berani bersikap tentang posisinya
di pemerintahan. Dalam dua koalisi
ini sama-sama punya potensi pecah,
tapi kadarnya lebih besar di KMP,”
ucap saksi ahli MK dalam kasus
sengketa hasil pemilu ini. (mh) foto:
iwan armanias, naefurodjie/parle/iw
SUMBANG SARAN
Hubungan Eksekutif – Legislatif
Dan Mekanisme
Checks and Balances
Indra Pahlevi
Perhelatan demokrasi
Indonesia tahun 2014 telah
usai dengan pengambilan
sumpah/janji presiden dan
wakil presiden terpilih 20
Oktober 2014. Diawali dengan
pelaksanaan pemilihan
umum untuk memilih
anggota DPR, DPD, dan DPRD
tanggal 9 April 2014 yang
menghasilkan DPR, DPD, dan
DPRD-DPRD periode 20142019 dilanjutkan pemilihan
umum untuk memilih presiden dan wakil presiden
tanggal 9 Juli 2014 yang diikuti oleh 2 (dua) pasangan
calon yaitu pasangan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa
yang diusung oleh Koalisi Merah Putih (Partai Golkar,
Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai
Bulan Bintang) serta pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
yang diusung Koalisi Indonesia Hebat (Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkkitan Bangsa,
Partai Nasdem, Partai Hanura, dan Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia). Satu partai politik peserta pemilu
yang tidak mengusung pasangan calon presiden dan
wakil presiden adalah Partai Demokrat.
Berdasarkan hasil pemilu Anggota DPR yang
ditetapkan KPU serta Putusan Mahkamah Konstitusi
telah menghasilkan komposisi kursi keanggotaan DPR
RI Periode 2014-2019 sebagai berikut:
1.
Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan
109 kursi
2.
Partai Golongan Karya
91 kursi
3.
Partai Gerakan Indonesia Raya
73 kursi
4.
Partai Demokrat
61 kursi
5.
Partai Amanat Nasional
48 kursi
6.
Partai Kebangkitan Bangsa
47 kursi
7.
Partai Keadilan Sejahtera
40 kursi
8.
Partai Persatuan Pembangunan
39 kursi
9.
Partai Nasdem
36 kursi
10. Partai Hati Nurani Rakyat
16 kursi
Selanjutnya pemenang pemilihan umum presiden
dan wakil presiden berdasarkan Keputusan KPU serta
Putusan Mahkamah Konstitusi adalah Pasangan Joko
Widodo-Jusuf Kalla yang diusung Koalisi Indonesia Hebat
yang terdiri atas PDI Perjuangan, PKB, Partai Nasdem,
dan Partai Hanura yang jika digabung kekuatannya
di DPR RI berjumlah 208 kursi. Sedangkan kekuatan
Koalisi Merah Putih yang terdiri dari Partai Golkar,
Partai Gerindra, PAN, PKS, dan PPP yang mengusung
Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berjumlah
291 kursi. Sisanya adalah kursi Partai Demokrat yang
berjumlah 61 kursi.
Dengan komposisi kekuatan antar dua koalisi
tersebut, maka muncul banyak analisis bagaimana
hubungan eksekutif dan legislatif selama 5 (lima)
tahun ke depan? Banyak yang menilai hal itu akan
memunculkan hubungan yang “tidak harmonis”
karena kekuatan Koalisi Merah Putih akan sering
“mengganjal” berbagai program dan usulan Presiden
terpilih Joko Widodo karena kekuatan pendukungnya
lebih sedikit dibandingkan dengan kekuatan kekuatan
pendukung pasangan presiden dan wakil presiden
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Apalagi jika melihat
hasil pemilihan pimpinan DPR secara paket yang
menghasilkan komposisi pimpinan DPR RI dengan
komposisi Ketua DPR Setya Novanto (Partai Golkar),
Agus Hermanto (Partai Demokrat), Fadli Zon (Partai
Gerindra), Fahri Hamzah (PKS), dan Taufik Kurniawan
(PAN) yang berarti ada kekuatan tambahan dengan
bergabungnya Partai Demokrat. Dalam konteks
inilah analisis singkat ini hendak melihat bagaimana
sesungguhnya pola hubungan (relasi) antara eksekutif
dan legislatif dalam sistem pemerintahan presidensial
di Indonesia.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
19
SUMBANG SARAN
Sistem Presidensial
Sebelum membahas lebih jauh tentang bagaimana
sistem presidensial di Indonesia serta bagaimana pola
hubungan antara eksekutif dan legislatif (PresidenDPR), alangkah baiknya kita lihat apa saja ciri-ciri
sistem presidensial secara umum. Arend Lijphart
menyampaikan beberapa ciri sistem pemerintahan
presidensial yaitu :
1.Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala
pemerintahan sekaligus kepala negara.
2.Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung oleh
mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
3.Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa)
untuk mengangkat dan memberhentikan menterimenteri yang memimpin departemen dan nondepartemen. Sehingga menteri-menteri hanya
tunduk dan bertanggung jawab kepada kekuasaan
eksekutif (bukan kepada kekuasaan legislatif).
4.Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab
kepada kekuasaan legislatif.
5.Kedudukan presiden dan parlemen tidak bisa
saling menjatuhkan, karena keduanya dipilih dan
bertanggung jawab kepada rakyat pemilih.
20
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
6.Kendati presiden tidak dapat dijatuhkan oleh
DPR, tetapi bila presiden melakukan pelanggaran
hukum, presiden dapat dikenai Impeachment yang
pelaksanaanya dilakukan oleh hakim tinggi dan tidak
dilakukan oleh anggota parlemen.
Jika kita melihat ciri-ciri utama sistem presidensial
yang dikemukakan Lijphart di atas, maka dapat
dinyatakan bahwa pola hubungan eksekutif dan
legislatif sesungguhnya saling mengisi dan bekerja
sesuai posinya masing-masing tanpa bisa saling
menjatuhkan. Karena dalam sistem demokrasi modern,
kehadiran 2 (dua) lembaga demokrasi utama yaitu
eksekutif dan legislatif selain yudikatif merupakan
sebuah syarat berlangsungnya sistem demokrasi di
suatu negara sebagaimana dikemukakan John Locke
dan Montesquieu. Sehingga diharapkan akan hadir
sebuah kondisi saling kontrol antar cabang kekuasaan
(checks and balances). Satu syarat utama dalam sistem
presidensial adalah adanya pergantian kekuasaan
secara periodik melalui pemilu sebagai sebuah upaya
kontrol masyarakat terhadap pemimpinnya. Oleh
karena itu syarat utama berlangsungnya demokrasi di
suatu negara adalah berlangsungnya pemilu demokratis
secara periodik.
Ahli lain, Scott Mainwaring mengaitkan sistem
presidensial dengan sistem kepartaian yang menilai
bahwa sistem presidensial tidak terlalu cocok dengan
sistem multi partai ekstrem. Dalam argumennya ia
menilai bahwa sistem kepartaian sangat berhubungan
erat dengan stabilitas dan instabilitas dalam partai
politik. Partai sendiri berada dan beroperasi dalam suatu
sistem kepartaian tertentu, tergantung sistem apa yang
dipakai oleh suatu negara untuk mengatur partai politik.
Sistem kepartaian memberikan gambaran tentang
interaksi antar partai dan struktur persaingan di antara
sesama partai politik dalam upaya meraih kekuasaan
pemerintahan sesuai dengan konstruksi regulasi yang
berlaku di negara tersebut. Sistem kepartaian yang
melembaga cenderung meningkatkan stabilitas politik
dan efektifitas dalam partai politik.
Berdasarkan pengalaman di Indonesia, argumen
Mainwaring ini terlihat dalam kasus
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono terutama periode 2009-2014
yang partai politiknya (Partai Demokrat)
menjadi mayoritas di DPR RI dengan 148
kursi ditambah beberapa partai politik
pendukungnya seperti PAN, Partai Golkar,
PKB, PKS, dan PPP. Tetapi prakteknya ternyata
tidak selalu memperlihatkan apa yang
direncanakan dan dilakukan oleh Pemerintah
senantiasa memperoleh dukungan penuh
dari DPR. Padahal kekuatan oposisi secara
formal hanya 3 (tiga) partai yaitu PDI
Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai
Hanura. Kasus-kasus seperti Bank Century
dan kenaikan harga BBM adalah salah
satu fakta yang menunjukkan kebenaran
argumen Mainwaring.
L alu bagaimana sesungguhnya pola
hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam sistem
presidensial? Sejatinya dengan sistem pemerintahan
presidensial di atas, pola hubungan antar cabang
kekuasaan terutama antara eksekutif dan legislatif
harus dimaknai dalam koridor berjalannya mekanisme
checks and balances dan bekerja sesuai dengan
porsinya. Eksekutif menjalankan fungsi utama sebagai
eksekutor dari undang-undang yang dibentuk oleh
legislatif melalui berbagai penerbitan peraturan
pelaksananya dan eksekusi di lapangan. Sedangkan DPR
selain menjalankan fungsi legislasi (bersama Presiden
sesuai UUD NRI Tahun 1945) juga menjalankan fungsi
pengawasan atas jalannya pemerintahan. Dengan
demikian tujuan terciptanya mekanisme checks
and balances dapat terwujud sesuai koridor sistem
demokrasi serta konstitusi UUD NRI Tahun 1945.
Dalam ajaran Trias Politica, sesungguhnya cenderung
terciptanya pemisahan kekuasaan (separation atau
devided of power), tetapi konteks Indonesia yang
terjadi cenderung menggunakan asas pembagian
kekuasaan (distribution of power) seperti yang terlihat
dalam proses pembahasan undang-undang yang
melibatkan pemerintah. Kondisi tersebut memberikan
nuansa berbeda dalam penerapan mekanisme checks
and balances di Indonesia.
Hubungan Eksekutif dan Legislatif Pasca Pemilu
2014
S e b a g a i m a n a s u d a h d i ke m u k a k a n d i at a s ,
komposisi keanggotaan DPR RI periode 2014-2019
memperlihatkan seolah adanya kekuatan yang saling
berhadapan antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi
Merah Putih. 2 (dua) kekuatan ini muncul sebagai imbas
dari pemilihan umum presiden dan wakil presiden 9
Juli 2014 lalu karena adanya gabungan partai politik
yang mengusung salah satu pasangan calon. Sejatinya,
baik secara konsep maupun pengalaman empirik di
Indonesia, pola hubungan antara eksekutif dan legislatif
tidak akan banyak berubah. Artinya, apa yang pernah
terjadi pada periode sebelumnya baik periode 20042009 dan 2009-2014 akan kembali terjadi pada periode
2014-2019. Argumennya sederhana bahwa dalam
sistem presidensial kedua cabang kekuasaan tersebut
(eksekutif dan legislatif) tidak bisa saling menjatuhkan,
meskipun terdapat ruang bagi legislatif untuk mengimpeach Presiden atau Wakil Presiden tetapi dengan
syarat dan mekanisme yang panjang serta rumit.
Adanya semacam kontestasi antara Koalisi Indonesia
Hebat dan Koalisi Merah Putih di DPR RI periode 20142019 sesungguhnya hanya memberikan gambaran
bahwa adanya kekuatan yang mendukung kebijakan
pemerintah dan ada yang mengkritisi lebih intens
terhadap kebijakan pemerintah. Sebagaimana halnya
terjadi pada periode 2009-2014, terdapat beberapa
fr ak si yang senantiasa mendukung kebijakan
pemerintah terutama Fraksi Partai Demokrat karena
Presiden SBY merupakan kader dan bahkan pendiri
Partai Demokrat, tetapi di sisi lain fraksi-fraksi anggota
koalisi Presiden SBY tetap memberikan pandangan kritis
terhadap jalannya pemerintahan Presiden SBY, selain
yang juga disampaikan oleh fraksi “oposisi” terutama
Fraksi PDI Perjuangan.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
21
Menurut hemat penulis, apa yang terjadi dalam praktek
politik di Indonesia tidak menggambarkan adanya
kekuatan oposisi dan kekuatan pendukung pemerintah.
Argumennya adalah sistem presidensial sesungguhnya
tidak mengenal secara konseptual adanya kekuatan
oposisi. Yang dikenal adalah adanya mekanisme
checks and balances antar cabang kekuasaan. Artinya
yang menjadi kekuatan penyeimbang adalah lembaga
(DPR) dan bukan kelompok-kelompok (fraksi-fraksi)
yang ada di DPR karena tugas dan fungsi pengawasan
dimiliki oleh lembaga, sementara setiap anggota
memiliki hak bertanya pada setiap forum Rapat Kerja
atau Rapat Dengar Pendapat. Dengan argumentasi
seperti itu, maka sesungguhnya tidak hanya Koalisi
Merah Putih saja yang bisa mengkritisi Pemerintahan
Presiden Joko Widodo, tetapi juga dapat dilakukan oleh
Koalisi Indonesia Hebat termasuk Fraksi PDI Perjuangan
jika terdapat kebijakan Pemerintah yang dinilai tidak
sesuai dengan kepentingan rakyat. Sebaliknya dapat
terjadi kekuatan Koalisi Merah Putih akan mendukung
kebijakan Pemerintahan Presiden Joko Widodo jika
dinilai berpihak kepada kepentingan rakyat.
Memang, tidak dapat dipungkiri dengan adanya 2
22
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
(dua) kekuatan yang seolah saling berhadapan di DPR RI
priode 2014-2019 ini akan memunculkan kekhawatiran
hadirnya ketidakstabilan politik sebagaimana tesis
Mainwaring yang menyatakan sistem presidensial relatif
tidak cocok dengan sistem multipartai ekstrem seperti
Indonesia. Apalagi menurut Mainwaring terdapat
beberapa kelemahan sistem presidensial seperti saat
terjadinya pelengseran presiden. Hal ini terjadi ketika
negara mengalami krisis yang berkepanjangan kemudian
presiden tidak mampu mengatasinya lalu dampak dari
ketidakmampuan presiden menyebabkan hilangnya
dukungan dari mayoritas legislatif dan masyarakat.
Jika presiden dapat membaca situasi dengan baik
maka ia akan memilih mengundurkan diri namun jika
presiden tidak merasakan perubahan yang terjadi maka
dengan terpaksa legislatif bersama masyarakat akan
melengserkan jabatan presiden dan digantikan oleh
wakilnya. Masalah tidak akan selesai setelah presiden
tergantikan oleh wakilnya. Wakil presiden belum tentu
memiliki legitimasi sama dengan presiden, dampaknya
pada penyelesaian krisis justru akan semakin parah.
Contoh negara yang pernah mengalami hal tersebut
adalah Chile pada tahun 1973 saat Allende keluar yang
seharusnya menjabat dari tahun 1970 hingga 1976
Dengan elaborasi di atas dapat disimpulkan bahwa
pola hubungan antara eksekutif dan legislatif (Presiden
dan DPR) pada periode 2014-2019 ini tidak akan banyak
berubah dari pola yang terjadi pada periode sebelumnya.
Yang harus dipahami adalah sistem pemerintahan
presidensial sebagaimana dianut oleh Indonesia
tidak memperhadapkan antar 2 (dua) kekuatan yang
sekarang ini hadir di DPR RI periode 2014-2019. Sebagai
sebuah lembaga perwakilan yang memiliki tiga fungsi
utama yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan, DPR
RI menjadi penyeimbang bagi Pemerintah sekaligus
mitra dalam menjalankan pemerintahan. Sebagaimana
ajaran trias politica yang dianut Indonesia yang lebih
menganut ajaran distribution of power dibanding ajaran
separation of power, maka kerjasama antara eksekutif
dan legislatif menjadi sebuah kebutuhan dalam
mengelola pemerintahan ke depan yang memihak
kepada kepentingan rakyat secara keseluruhan.
Dinamika politik sebagai bagian dari dinamika demokrasi
yang sedang tumbuh di Indonesia hendaknya dimaknai
sebagai sebuah proses yang masih berlangsung dalam
rangka konsolidasi demokrasi setelah kita mengarungi
masa transisi demokrasi sejak tahun 1998.
Kekurangan lain sistem presidensial kurang mo­
bile dibandingkan dari sistem parlementer. Kebijakan
presiden bisa di block legislatif dan presiden tidak bisa
memaksakan kepentingannya terhadap legislatif. Kasus
Indonesia, kebijakan-kebijakan presiden sering ditolak
oleh legislatif karena adanya partai oposisi. Kasus
penolakan kebijakan Presiden SBY untuk mengurangi
subsidi BBM. Terjadi demonstrasi besar-besaran
dan penolakan dari seluruh partai oposisi, bahkan
partai koalisi pun ada yang ikut menolak saat terjadi
pembahasan kebijakan tersebut dalam rapat paripurna
DPR.
Kekurangan yang terakhir adalah lemahnya ikatan
presiden dengan partai politik karena orang yang
memiliki sedikit pengalaman dan masih diragukan
kredibilitasnya dapat dengan mudah terpilih. Selain itu,
sistem partai politik yang relatif lemah dan diperparah
dengan elite politik yang tidak mampu mengontrol
proses seleksi calon presiden juga ikut mempengaruhi
lemahnya ikatan antara individu dengan partai
politiknya. Hal semacam ini pernah terjadi di negara
Brazil pada tahun 1989 dan terjadi di negara Peru pada
tahun 1990.
Kolaborasi antara eksekutif dan legislatif secara
umum dan antar fraksi di DPR RI periode 2014-2019
harus berlangsung secara konstruktif melalui sebuah
pola hubungan saling menghargai sesuai tugas fungsi
masing-masing. Legislatif memberikan berbagai
masukan dan kritik atas berbagai kekurangan yang
dimiliki Pemerintah (eksekutif) dan selanjutnya
masukan-masukan itu benar-benar diperhatikan
dan ditindaklanjuti oleh Pemerintah (eksekutif)
dengan tujuan memperhatikan kepentingan rakyat.
Sebaliknya, legislatif (DPR) tetap menghargai
keberadaan Pemerintah sebagai eksekutor dengan
sejumlah program dan kegiatannya sepanjang sesuai
koridor untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan.
Meskipun Indonesia masih menggunakan sistem
multipartai ekstrem seperti tergambar dalam jumlah
fraksi di DPR (10 fraksi), namun tidak menghalangi
terbangunnya pola hubungan secara konstruktif
antara eksekutif dan legislatif. Sehingga akan tercapai
tujuan menyejahterakan rakyat berdasarkan kerjasama
Presiden dan DPR. Perlu dipertimbangkan oleh Presiden
Joko Widodo untuk mengangkat 1 (satu) pejabat
setingkat menteri yang secara khusus menjalankan
tugas membangun hubungan dengan DPR RI dan/atau
lembaga negara lainnya. Sehingga dapat terbangun
relasi lebih baik sekaligus membangun tradisi
komunikasi politik di Indonesia.
* Peneliti Bidang Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Pusat
Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, dapat dihubungi pada
alamat email [email protected]
foto: iwan armanias, andri/parle/iw
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
23
PENGAWASAN
PANJA JIS MINTA
APARAT TRANSPARAN
Ia kembali menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan. Ini sudah
beberapa kali dilakukannya seakan menggambarkan keprihatinan terhadap
kasus pelecehan seksual yang dialami beberapa anak usia pra-sekolah, Taman
Kanak-kanak di sekolah bertaraf internasional, Jakarta Internasional School
(JIS). Komisi III DPR RI yang membidangi masalah hukum, sedari awal telah
berbulat hati mengawal kasus yang menarik perhatian banyak pihak di tanah
air dengan membentuk Panitia Kerja - Panja JIS.
“K
ita prihatin karena kasus
ini diyakini merupakan
kasus yang sensistif dan
menarik perhatian masyarakat luas
dan dianggap perlu untuk diawasi
karena dapat berdampak sistemik.
Kejahatan Paedofilia merupakan
salah satu kejahatan yang dapat
menimbulkan dampak psikologis
bagi korban, yang kemudian dapat
beralih menjadi pelaku di kemudian
hari,” kata Ketua Panja JIS, Al Muzammil Yusuf dalam perbincangan
di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta,
beberapa waktu lalu.
24
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Kasus kekerasan seksual yang
terjadi di JIS sekitar bulan Maret
2 014 l a l u , m e r u p a k a n s u at u
peristiwa hukum yang hingga kini
banyak menimbulkan polemik, baik
di masyarakat luas, maupun antar
instansi. Kasus ini terkuak setelah
orang tua murid melapor pada pihak
yang berwajib mengenai pelecehan
yang menimpa anaknya. Publik
tersentak apalagi liputan media
baik cetak maupun elektronik yang
luar biasa. “Panja berkepentingan
mencermati respons dan penegakan
hukumnya maupun dari sisi
antisipatif perlindungan anak dan
pencegahan di kedepan hari,”
tekannya.
Komisi III yang membidangi
masalah hukum ini juga terkejut
pada saat pemeriksaan di tahap
p enyelidikan dan p enyidikan,
salah satu tersangka bernama
Azwar melakukan bunuh diri di
toilet kantor Mapolda Metro Jaya.
Peristiwa ini juga menimbulkan
keraguan di masyarakat terkait
perlakuan aparat penegak hukum
dan obyektifitasnya. Selain itu, pihak
keluarga korban juga mengaku
mendapat intimidasi untuk segera
mengakhiri kasus ini atau membuat
jalan cerita yang lain dari yang
dilaporkannya.
Terima Pengaduan
Dalam melaksanakan tugasnya
Panja menerima masukan dari
sejumlah pihak diantaranya Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
yang menyampaikan informasi
yang tidak kalah mengagetkan.
Selain kasus pelecehan yang sedang
dit angani kep olisian terny at a
ada kasus kekerasan serupa yang
dialami korban lainnya. “Yang juga
mencengangkan adalah berita
mengenai seorang guru yang
pernah mengajar di JIS bernama
William James Wahey (64) yang
masuk dalam daftar buronan FBI
untuk kasus paedofil,” tambah Al
Muzammil yang juga Wakil Ketua
Komisi III ini.
Terhadap kasus dan permasalahan
yang terjadi tersebut, KPAI kemudian
melaporkan kepada Panja mengenai
fakta-fakta atau data yang mereka
miliki. Secara garis besar, KPAI
KPAI juga menduga
pengaruh JIS terhadap
penanganan yang
dilakukan oleh aparat
penegak hukum, seperti
rekayasa, pemberian
perlakuan spesial
terhadap para guru dan
pihak JIS, intimidasi,
dan ketidakmaksimalan
aparat dalam
mengungkap akar
permasalahan atau
aktor-aktor utama dari
kasus kekerasan seksual
di JIS tersebut.
melaporkan perihal penanganan
hukum terhadap kasus ini bukanlah
hal yang mudah mengingat
banyaknya pihak yang dapat terkait
dan sulitnya mendapatkan alat
bukti kesaksian dari korban. Para
pelapor dan beberapa terlapor
sendiri statusnya Warga Negara
Asing (WNA) dan telah pergi ke luar
negeri.
KPAI juga menduga pengaruh
JIS terhadap penanganan yang
dilakukan oleh aparat penegak
hukum, seperti rekayasa, pemberian
perlakuan spesial terhadap para
guru dan pihak JIS, intimidasi, dan
ketidakmaksimalan aparat dalam
mengungkap akar permasalahan
atau aktor-aktor utama dari kasus
kekerasan seksual di JIS tersebut.
Selain petugas kebersihan yang
dijadikan tersangka, diduga oknum
guru dan pihak lain di JIS ikut terlibat
dalam kasus kekerasan seksual ini.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
25
PENGAWASAN
Langkah Pengawasan
Panja JIS telah mengunjungi atau
mengundang pihak-pihak terkait
untuk mencari dan menganalisa
data dan informasi. Dalam Rapat
Dengar Pendapat (RDP) dengan
Polda Metro Jaya (10/7) Panja
mendapat informasi para tersangka
telah dilimpahkan ke Kejaksaan
Tinggi DKI Jakar ta. Sedangkan
pemeriksaan terhadap tersangka
lainnya (para guru dan kepala
sekolah TK) masih berjalan dan
di dalami untuk kemun gk inan
perluasan saksi dan alat bukti.
Adapun Para guru tersebut adalah
dua orang WNA dan satu orang WNI.
Dua guru telah menjadi tersangka
dengan terpenuhinya alat bukti
(baik Saksi, Visum Et Repertum,
Alat bukti petunjuk, Keterangan
Psikolog) namun Kepala Sekolah
masih belum cukup bukti. Polisi juga
telah mengetahui bahwa ruangan
di sekolah JIS telah dilakukan
perubahan sejak Juni 2013 sampai
dengan Agustus 2013. Polda telah
melakukan pemeriksaan terhadap
11 (sebelas) Saksi termasuk Saksi
Korban.
Kemudian pada saat memanggil Direktorat Jenderal Imigrasi
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dan Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan Informal (PAUDNI)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terungkap JIS belum mempunyai lisensi atau ketetapan pada
level Play Grup. Ditjen PAUDNI telah
melakukan penutupan secara resmi
terhadap JIS dan diberikan larangan
untuk penerimaan siswa baru untuk
level Play Grup.
Sedangkan Ditjen Imigrasi men­
jelaskan telah melakukan pemeriksaan terhadap 26 orang Tenaga Kerja JIS. Setelah berkoordinasi dengan
Ditjen PAUDNI hasilnya, satu orang
tidak terbukti bersalah, dua puluh
orang bermasalah de­n gan keimigrasian, lima orang masih diperiksa
oleh Kemenakertrans.
Disetujui dilakukan tindakan
deportasi terhadap dua puluh Guru
26
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
JIS karena permasalahan Izin Kerja,
namun tidak dilakukan penangkalan.
Selanjutnya Kemenakertrans (26/6)
mengirim surat ke Kanim Jaksel
yang isinya lima orang tersebut
dinyatakan bersalah melanggar
izin ketenagakerjaan, sehingga
dilakukan deportasi. Satu orang
dilakukan deportasi sedangkan
e mp at l ainny a ditun da at as
permintaan pihak Polda.
“ Tim Panja juga mengunjungi
Lembaga Pemasyarakatan di
Cipinang, Jakarta dengan tujuan
mendapat data dan masukan terkait
dari pihak tersangka (petugas
kebersihan) yang kasusnya telah
diajukan ke Pengadilan. Dalam hal
ini, diperlukan kerja sama dari pihak
tersangka sehingga pengungkapan
kasus secara komprehensif dan
lengkap dapat dilakukan,” papar
Politisi PKS ini. Ia melanjutkan para
tersangka pada umumnya mengaku
mereka mendap at intimidasi,
bahkan kekerasan dari penyidik
selama proses pemeriksaan. Namun
mereka tidak mengakui perbuatan
kejahatan pedofilia atau merasa
direkayasa. “Hal ini memang perlu
dibuktikan di persidangan. Adapun
terkait dengan perluasan saksi
atau korban, Panja tidak mendapat
keterangan apapun terkait dengan
keterlibatan guru atau pihak sekolah
lainnya,” tandasnya.
Rekomendasi
Panja JIS pada akhirnya menetapkan sejumlah rekomendasi terhadap
kasus kekerasan seksual terhadap
anak di JIS yang masih dalam pro­
ses penegakan hukum. “Para pihak,
terutama aparat penegak hukum
harus terus melaksanakan tugas dan
kewenangannya dengan mengedepankan prinsip keterbukaan, pola
kerjasama dan koordinasi yang
efektif, dan obyektifitas dari semua
pihak baik aparat maupun pihak
sekolah dalam mengungkap kasus
ini,” kata Muzammil.
Ditemukan kendala dalam pe­
nanganan kasus ini, selain korban
adalah anak dibawah umur (Siswa
Taman Kanak-Kanak), juga adanya
Para pihak, terutama
aparat penegak
hukum harus terus
melaksanakan tugas
dan kewenangannya
dengan mengedepankan
prinsip keterbukaan,
pola kerjasama dan
koordinasi yang efektif,
dan obyektifitas dari
semua pihak baik aparat
maupun pihak sekolah
dalam mengungkap
kasus ini,” kata
Muzammil.
sifat lintas batas negara, dugaan
int imi d asi te r h a d ap ke lu ar g a
korban dan non-kooperatif dari
JIS serta dugaan peredaran zat
atau obat terlarang, permasalahan
tindakan deportasi yang akan atau
harus dilakukan Imigrasi, serta
Izin Penyelenggaraan PAUDNI di
JIS. “Oleh sebab itu, pemerintah
secara keseluruhan perlu memberi
perhatian serius, baik dari sisi
legislasi maupun programprogram implementatif, preventif
dan sosialisasi, demi mencegah
dan memberantas tindak pidana
kejahatan ini,” lanjutnya.
Langkah yang tidak kalah pen­
ting adalah perlunya peningkatan
dan pengawasan yang efektif terhadap kinerja seluruh pihak, terutama
dalam pengawasan terhadap orang
asing. Pengawasan yang dilakukan
oleh Ditjen Imigrasi dengan bekerja
sama dengan seluruh pihak perlu dilakukan secara efektif dan sinergis.
Pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang berbasis Internasional harus sama baiknya seperti
yang dilakukan terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional. Al Muzammil berharap kasus JIS menjadi
pembelajaran bagi semua pihak.
Semua bisa dimulai menurutnya
dengan memberikan sanksi optimal
bagi para pelaku kejahatan seksual di
JIS. (iky) foto: naefurodjie/parle/iw
PENCABUTAN HAK POLITIK
MELANGGAR HAM
Kalangan DPR menilai pencabutan hak politik yang dimasukan dalam vonis para terdakwa koruptor terlalu
berlebihan karena dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Vonis pengadilan harus betul-betul mengikuti
pertimbangan hukum serta terbebas dari unsur-unsur lain termasuk kepentingan politik.
“I
tu nggak bener pen­
cabutan hak politik, nggak
boleh dicabut seperti itu,
karena dalam hal ini, kalau kita mau
bicara jujur, ini kan kebanyakan
unsur politisnya. Misalnya dalam
kasus vonis Luthfi Hasan Ishak
(mantan Presiden PKS-red, ngga ada
hak pengadilan untuk mencabut,
hak politik LHI, terlalu berlebihan
itu,” kata anggota DPR Komisi VII
dari FPPP Tommy Adrian Firman
kepada Parlementaria, di Jakarta,
beberapa waktu lalu sebelum masa
jabatannya sebagai anggota DPR
periode 2009-2014 berakhir.
Seperti diketahui, keputusan Mahkamah Agung (MA) yang mencabut
hak politisi PKS Luthfi Hasan Ishaaq
sepertinya menjadi hal baru bagi
terpidana kasus korupsi, karena
keputusan ini diyakini akan bisa menimbulkan efek jera. Sebelumnya
pencabutan hak politik itu ini juga
telah dijatuhkan oleh Pengadilan
Tinggi Jakarta terhadap terpidana
kasus korupsi Korlantas Polri, Irjen
Djoko Susilo.
Menurut Tommy, pencabutan
hak politik itu tidak bisa dianggap
memberi efek jera, namun yang
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
27
PENGAWASAN
vonis pengadilan menggeneralisir
terdak wa kasus korupsi harus
dicabut hak politiknya. “ Kasus
korupsi kan macam-macam, kalau
korupsi yang ikut-ikutan kan beda
dengan korupsi yang terencana
dan dalam jumlah yang banyak
apalagi terdakwanya penyelenggara
negara. Itu kan beda, jadi harus
dilihat kasus per kasusnya, tidak
boleh digeneralisir atau disama
ratakan,” katanya.
Menurut Martin, pencabutan hak
politik seseorang harus di lihat dari
kasus korupsinya termasuk posisinya
sebagai penyelenggara negara.
“Misalnya seperti Akil Muchtar ya
sudah, kalau itu memang perlu
dicabut hak politiknya, karena Akil
sebagai Ketua MK tidak pantas
pasti ketika seseorang itu sudah
dihukum, hal itu sudah memberikan
efek jera. “ Tapi yang namanya
hak politik itu tidak bisa dicabut,”
ujarnya.
Tommy mengatakan korupsi di
level tertinggi atau pun terendah,
pengadilan tidak punya hak untuk
mencabut hak politik seseorang.
“Tidak bisa semudah itu mereka
(pengadilan-red) mencabut
begitu saja hak politik seseorang,
karena ini berkaitan dengan HAM,”
Tommy mengatakan
korupsi di level tertinggi
atau pun terendah,
pengadilan tidak punya
hak untuk mencabut
hak politik seseorang.
“Tidak bisa semudah
itu mereka (pengadilanred) mencabut begitu
saja hak politik
seseorang, karena ini
berkaitan dengan HAM,”
tambahnya.
28
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
tambahnya.
Sementara itu Anggota Komisi VI
DPR periode 2009-2014 dari Fraksi
Partai Hanura Erick Satya Wardhana
mengingatkan agar pencabutan
hak politik harus memiliki
pertimbangan yang kuat dimana
proses pengadilan harus betul-betul
bebas dari kepentingan apapun di
luar pertimbangan hukum. “Karena
mencabut hak politik itu adalah
bagian dari HAM,” ujarnya.
Politisi dari Partai Hanura itu
mengatakan bahwa menegakkan
hukum tidak boleh melanggar
hukum. Sejatinya, kalau memang
pencabutan hak politik itu bagian
dari upaya untuk membuat efek jera,
tidak bisa mengorbankan begitu
saja HAM. “Harus betul ditimbangtimbang pada kondisi apa manusia
itu boleh dicabut salah satu hak
asasinya,” demikian Erick.
Kasus Perkasus
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi
Partai Gerindra, Martin Hutabarat
mengatakan pencabutan hak politik
terdakwa kasus korupsi harus di
lihat kasus per kasus. Tidak bisa
begitu, dia perjual belikan putusan
pengadilan MK,” katanya.
Meski begitu, Martin setuju jika
memang pencabutan hak politik
terdak wa kasus korupsi dalam
rangka memberikan efek jera. “Jadi
harus selektif, harus dibedakan
dan melihat kasus korupsinya
bagaimana. Kalau Akil Mucthar
seribu persen cabutlah itu hak
politiknya. Ide pencabutan hak
politik ini perlu di apresiasi dalam
rangka memberikan efek jera,”
tutupnya. *w aw a nc a ra d i la k u k a n
sebelum pela nt ika n A nggota DPR R I
baru periode 2014-2019(nt) foto: iwan
armanias, nita/parle/iw
ANGGARAN
ANGGARAN PENDIDIKAN
MINIMAL 20 PERSEN APBN
Amanat Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Untuk
itu, Indonesia menganggarkan anggaran pendidikan minimal sebesar
20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah setiap tahunnya.
Untuk membahas hal ini, Tim Parle berkesempatan mewawancarai
Mantan Wakil Ketua Komisi X DPR
Syamsul Bachri, periode 2009-2014.
Politisi Partai Golkar ini juga terpilih
kembali menjadi Anggota DPR Periode 2014-2019. Sebagai Anggota
DPR yang pernah bermitra kerja
dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, tentunya Syamsul
memberikan perhatian besar terhadap pendidikan Indonesia. Berikut
petikan wawancaranya;
Tim Parle (TP): Anggaran pendidikan minimal 20 % APB N .
Bagaimana Komisi X sebagai
mitra dari Kemendikbud mempertahankan, dan meningkatkan
anggaran ini?
miliki lembaga pendidikan. Lalu sebagaian lagi di transfer ke daerah
dalam bentuk Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan sebagai­
nya. Termasuk untuk membayar gaji
guru dan seterusnya.
Syamsul Bachri (SB): Jadi anggaran pendidikan minimal 20% itu
adalah amanat konstitusi, oleh karena itu kawan-kawan di Badan Anggaran selalu mengacu pada amanat
itu. Setiap kenaikan APBN, otomatis
anggaran pendidikan naik. Komisi X
adalah komisi yang membahas secara rinci implementasi anggaran
20 % tersebut, bersama-sama dengan komisi lain.
Jadi garda terdepan untuk mengukur seberapa besar konsistensi
pemerintah itu ada di Badan Anggaran. Banggar selalu berusaha tidak bergeming dari minimal 20%
tersebut. Angka itulah yang menjadi
acuan, sesudah itu baru di teruskan
ke Komisi masing-masing. Komisi X
misalnya yang bermitra dengan Kemendikbud, tentu hanya bisa berkutik pada angka yang telah di tentukan untuk Kemendibud.
Sebagaimana diketahui anggaran
20% itu terbagi dua, yaitu anggaran
pusat dan anggaran yang di transfer
ke daerah. Anggaran pusat di kelola
oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama,
dan 16 Kementerian lain yang me-
Jadi selama ini Komisi X tidak
dalam posisi untuk bisa mendongkrak, meskipun setiap rapat kerja
dengan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan kita selalu menyampaikan rekomendasi bahwa
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
29
anggaran
anggaran pendidikan yng dikelola
oleh Kemendikbud harus dinaikkan
dengan berbagai pertimbangan dan
hasil kajian. Tapi tetap saja yang menentukan di Banggar.
Yang bisa kita lakukan di Komisi X
adalah bagaimana anggaran yang
dialokasikan untuk Kemendikbud
itu digunakan seefektif mungkin
sesuai dengan misi pendidikan itu
sen­diri yang tertuang dalam UUD
1945 maupun UU Sisdiknas. Acuan
Komisi X dalam melakukan penentuan anggaran alokasi setiap pro-
TP: Pada APBN-Perubahan 2014,
terdapat beberapa Kementerian
dan Lembaga yang anggarannya
dipotong, bagaimana dengan Kemendikbud yang merupakan mitra Komisi X?
SB: Sesuai dengan rekomendasi
kita, semua mitra Komisi X yang
lain itu di potong. Namun untuk Kemendikbud itu tidak di potong. Saya
kira ini patut di apresiasi bahwa
DPR dan pemerintah berpendapat
bahwa anggaran pendidikan yang
begitu strategis itu tidak boleh dikurangi karena itu akan mengganggu target-target pembangunan
pendidikan Indonesia. Anggaran pendidikan tidak boleh
berkurang, apalagi secara
keseluruhan APBN meningkat, namun anggaran pendidikan turun,
itu dapat melanggar
konstitusi. Pemerintah
tidak boleh melakukan
itu.
TP: Sebagaimana
kita tahu, anggaran
pendidikan sebesar
20% dari APBN tetapi
di dalamnya masih ada
gaji pendidik, dibagi ke
18 Kementerian atau
Lembaga. Terlihat
b e s a r, teta p i
masih dibagi-bagi.
gram adalah 8 standar pendidikan
kita, mulai dari standar isi, standar
proses dan standar output. Lalu
dalam standar proses itu sendiri ada
berbagai komponen lagi, seperti
standar sarana prasarana, standar
pembiayaan dan lain sebagainya.
30
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Bagaimana bapak menilainya?
SB: Anggaran pendidikan kita di
tahun 2015 sebesar 20,06% atau Rp
409,1 triliun, meningkat Rp 5,2 triliun dibanding tahun 2014. Anggaran
pendidikan melalui belanja pusat itu
Rp 154,2 triliun, termasuk anggaran
cadangan pendidikan Rp 9,3 triliun.
Anggaran pendidikan melalui transfer daerah ini cukup besar, yaitu Rp
254,9 triliun.
Kita bisa lihat anggaran yang di
pusat itu Rp 254,9 triliun, Kemendikbud Rp 88,3 triliun, Kementerian
Agama Rp 48,2 triliun, Kementrian
Negara yang lain dalam hal mengelola pendidikan sekitar Rp 8,5 triliun.
Lalu ada cadangan pendidikan yaitu
Rp 9,3 triliun. Tentunya anggaran
Kemendikbud yang Rp 88,3 triliun
itu Komisi X mengarahkan lagi untuk apa saja. Terjadi dialog dan diskusi yang sangat mendalam antara
DPR dengan pemerintah.
Komisi X melihatnya, salah satu
tujuan negara ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika kita melihat pendidikan secara sederhana,
bagaimana anak-anak Indonesia di
usia pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga tingkat
Komisi X
melihatnya, salah
satu tujuan negara ini
adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Jika kita melihat
pendidikan secara
sederhana, bagaimana
anak-anak Indonesia
di usia pendidikan
mulai dari Pendidikan
Anak Usia Dini hingga
tingkat Pendidikan
Tinggi sebanyak
mungkin menikmati
pendidikan
Pendidikan Tinggi sebanyak mungkin menikmati pendidikan. Apalagi
untuk Pendidikan Dasar tidak boleh
ada lagi anak yang tidak sekolah.
Lalu, bagaimana yang lulus Pendidikan Dasar itu bisa berlanjut ke Pendidikan Menengah, bahkan hingga
ke Pendidikan Tinggi. Ini yang kita
harapkan, agar anak-anak kita bisa
terlibat secara luas dan merata di bidang pendidikan.
Berikutnya, adalah bagaimana
mutu pendidikan kita bisa terus
meningkat. Mutu pendidikan tentu
saja terkait dengan relevansi antara
dunia pendidikan dengan dunia kerja. Kebutuhan dunia kerja sangat
berkontribusi terhadap peningkatan
daya saing bangsa. Ini merupakan
tali temali yang tidak boleh terputus. Kerangka berpikir inilah yang
menjadi acuan dalam memberikan
pandangan politis terhadap sektor
pendidikan.
Jadi keputusan-keputusan politik
DPR, yang diinginkan oleh DPR dan
Pemerintah menjadi satu keputusan lahirnya perundang-undangan
dalam bentuk penganggaran, dan
dengan diikuti pengawasan dilakukan oleh DPR.
TP: Tidak dipungkiri anggaran pendidikan sebesar 20% dari
APBN cukup besar. Namun masih ada banyak anak yang putus
sekolah. Bagaimana peran anggaran pendidikan yang cukup besar itu?
SB: Yang utama adalah Pendidikan
Dasar sudah tidak bayar. Pemerintah
wajib membiayainya, baik swasta,
apalagi negeri. Jadi jika dilihat siapa yang salah, pemerintah yang
kurang melakukan sosialisasi, sehingga masyarakat kurang memahaminya. Oleh karena itu, semua
bertanggung jawab.
Dalam melakukan fungsi peng­
awasan, Komisi 10 melakukan kunjungan kerja komisi maupun kunjungan kerja perorangan, memiliki
tugas untuk menyosialisasikan WAJAR (Wajib Belajar) atau wajib belajar 9 tahun. Namun, sekarang kita
terus menggelorakan WAJAR 12 tahun. Jadi kita inginkan, tak lama lagi
anggaran untuk sekolah menengah
sudah gratis, meskipun tidak dipe­
rintahkan dalam UUD.
Kami berpendapat Pendidikan
Dasar ini harus menyambung hing-
ga Pendidikan Menengah harus terus di biayai oleh Negara. Dan secara
bertahap pun hingga Perguruan
Tinggi. Itulah yang terus kita usahakan, bagaimana anak usia pendidikan ini menjadi tanggung jawab
pemerintah, DPR dan masyarakat.
Kami berpendapat
Pendidikan Dasar ini
harus menyambung
hingga Pendidikan
Menengah harus terus
di biayai oleh Negara.
Dan secara bertahap
pun hingga Perguruan
Tinggi.
TP: Di dalam anggaran pendidikan ada anggaran untuk infrastruktur ataupun sarana dan
prasarana. Namun ternyata kita
lihat banyak insfratuktur sekolah rusak bahkan sekolah hingga rubuh. Bagaimana Komisi X
dalam fungsi pengawasannya?
SB: Anggaran itu masuk dalam
standar sarana prasarana. Bagian
ini dalam upaya peningkatan, tetapi
ini tentu bertitik tolak dari anggaran
yang tersedia. Kebutuhan real lapangan itu begitu besar, mulai dari
sekolah rusak hingga rubuh, tetapi
anggaran yang tersedia tidak memadai, sehingga tidak nyambung.
Terkadang pemberitaan muncul di
televisi, ada sekolah yang berdampingan dengan kandang kam­bing,
hingga sekolah yang ambruk. Bahkan
ketika kami berkunjung di pedalaman
Nusa Tenggara Timur, dinding sekolahnya masih terbuat dari pelepah
lontar, lantainya masih tanah.
Ini menggambarkan kelalaian
pemerintah dalam bidang sarana
prasarana. Dengan realitas itu, menjadi bahan di Komisi X untuk menentukan anggaran sarana prasarana di
sektor pendidikan. Terkadang kami
harus menggeser pos-pos program
lain yang tadinya bukan untuk sarana prasarana, mengingat anggaran
sarana prasarana ini sangat dibutuhkan. Untuk meningkatkan anggaran
sudah tidak mungkin, karena sudah
di patok anggarannya. Namun ini
akan tetap menjadi perhatian DPR.
TP: Pada tahun anggaran 2015,
sudah di patok anggaran pendidikan sebesar 20,06%. Apakah ada
rencana dari DPR untuk dapat meningkatkan anggaran pendidikan
lebih dari 20,06 % di tahun-tahun
mendatang?
SB: Sebenarnya kita tidak perlu
patok pada persentase 20%, persyaratan utama memang lebih dari
20%, minimal 20%. Justru, yang
perlu kita lihat adalah optimalisasi
pemanfaatan anggaran. Menurut
kami, justru secara perlahan-lahan
gaji pendidik secara bertahap di
pisahkan dari anggaran pendidikan.
Jadi gaji pendidik tidak masuk pos
anggaran pendidikan, tetapi masuk
menjadi anggaran rutin pemerintah seperti gaji Pegawai Negeri Sipil
yang lain. Sehingga anggaran pendidikan yang 20% itu betul-betul digunakan untuk proses pendidikan,
seperti insfrakstruktur, kurikulum,
dan lain-lainnya.
Secara real, anggaran pendidikan
itu kecil meskipun secara persentase besar. Tapi untuk kebutuhan
dalam penyelenggara pendidikan,
menjadi sangat kecil, Jadi menurut
saya pemanfaatan anggaran yang
20% itu di optimalkan untuk proses
pendidikan. Kita berusaha untuk
sepakat gaji pendidik dimasukkan
pada anggaran belanja pegawai,
sama dengan PNS yang lain. Jika itu
terjadi, saya kira anggaran yang 20
% itu sudah cukup besar .
TP: Lalu bagaiman dengan anggaran pendidikan yang tersebar
di kementerian lain, apakah bisa
dipisahkan? Sehingga tidak perlu
mengambil anggaran pendidikan
yang 20% itu?
SB: Dulu ada semangat bahwa
bidang pendidikan ada di bawah
koordinasi Kemendikbud, jadi kementerian-kementerian lain tak
perlu lagi membuat program pendi-
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
31
anggaran
dikan. Tetapi itu sulit sekali, karena
ada pertimbangan-pertimbangan
urgensi, relevansi dan kebutuhan
instansi yang bersangkutan.
Yang perlu digarisbawahi, bahkan
dalam pengawasan anggaran pun
Komisi X tidak terlibat mengawasi
anggaran pendidikan di kementerian lain, termasuk anggaran pendidikan di daerah pun, Komisi X tidak
banyak tahu, apakah itu efektif atau
tidak. Jadi sementara ini memang
pengelolanya adalah Kemendikbud.
Menurut kami sudah tidak perlu
dipersoalkan lagi, yang penting bagi
kami adalah pengelola anggaran di
sektor pendidikan ini mengacu pada
kebijakan nasional Pasal 31 dan UU
Sisdiknas. Kalau semuanya mengacu pada amanat itu, saya kira siapapun penyelenggaranya tidak perlu
dikhawatirkan.
Persoalannya sekarang adalah
bagaimana semuanya memastikan
mengacu peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan. Komisi
32
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
X tidak tahu karena tidak dapat menjangkau penyelenggaraan pendidikan di kementerian atau lembaga
lain. Komisi X hanya mengutak-atik
anggaran Kemendikbud. Nah, ketika hal ini kita tanyakan bagaimana
koordinasi antara Kemendikbud dengan Kementerian lain, itu tidak bisa
di jawab secara tuntas.
Mestinya, jika melihat Undang-undang Pemerintahan Kementerian dan
yang harus bertanggung jawab di bidang pendidikan adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bukan Menteri Agama ataupun menteri yang
lain. Tetapi faktanya, Komisi X tidak
tahu penyelenggaraan pendidikan
yang dikelola oleh Kemendikbud dan
bagaimana hasilnya. Jadi masih terkesan sporadis (tidak merata), karena
terlihat komunikasinya tidak bagus .
TP: Sebagai penutup, apa harapan Bapak terhadap pendidikan
Indonesia untuk kedepannya?
SB: Yang pertama, saya berharap
ada kesinambungan penyelenggara
pendidikan dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ke Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dapat
terjadi kesinambungan program, sehingga tidak terjadi perubahan yang
drastis. Misalnya, tiba-tiba Kurikulum 2013 dihapus, ini kan kacau.
Silahkan dikoreksi dan disempurnakan, tapi ini kan sudah menelan
investasi yang cukup besar selama
Pemerintahan SBY. Sehingga harapannya, penerapan Kurikulum 2013
ini berjalan dengan baik. Kedepannya tinggal di tingkatkan dan disempurnakan.
Berikutnya, alokasi anggaran pendidikan konsisten dan terus meningkat seperti yang dianggarkan
sekarang ini. Angka 20% dari APBN
itu alokasinya harus benar benar
berkualitas, tidak boleh di recoki de­
ngan program-program yang tidak
relevan, sehingga anggaran yang
20% itu bisa memenuhi kebutuhan
untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa secara lebih berkualitas. (sf)
foto: naefurodjie/parle/hr
ANGGARAN PENDIDIKAN
JANGAN DIPECAH
Anggaran pendidikan yang
“menelan’ ’ hingga 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara setiap tahunnya, dirasa
sudah cukup besar. Tahun anggaran
2 015 m e n d a t a n g , a n g g a r a n
pendidikan dipatok sebesar 20,06%
dari APBN 2015, atau Rp 409,13
t r iliun. N amun, an g gar an ini
masih disebar ke 18 Kementerian
atau Lembaga, gaji pendidik, dan
termasuk dana transfer ke daerah.
Pemahaman masyarakat, anggaran pendidikan sebesar 20% dari
APBN itu murni untuk penyelenggaran pendidikan, sehingga dirasa
sa­ngatlah cukup. Namun, kenyataan di lapangan, masih ditemukan
sarana prasarana sekolah yang
kurang memadai, sekolah yang
masih memu­n gut biaya ke orang
tua siswa, hingga masih banyaknya
ang­ka anak putus sekolah.
“Sebenarnya, jika ada peningkatan di APBN, maka ada peningkatan
juga di anggaran pendidikan. Tapi
pengalokasian anggaran pendidikan 20% itu yang harus dipahami
oleh masyarakat adalah tidak serta
merta 20% itu dialokasikan kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Masih ada 17 Kementerian
yang juga mendapat alokasi anggaran tersebut. Belum lagi, alokasi
anggaran itu kemudian juga habis
karena ada ketentuan bahwa gaji
pendidik masuk ke dalam angka 20
% itu,” jelas Anggota DPR Puti Guntur Soekarno, ketika ditemui oleh
Tim Parle, beberapa waktu lalu.
Politisi yang pernah menjabat
Anggota Komisi X DPR periode
20 09 -2014 ini menambahkan,
saat ini DPR memperjuangkan agar
anggaran pendidikan 20% APBN
itu bisa sepenuhnya dikelola oleh
Kemendikbud, jadi tidak dipecah
ke Kementerian atau Lembaga lain
ataupun ditransfer ke daerah.
“Jadi bagaimana Kemendikbud
dapat mengatur alokasi anggaran
tidak dipecah ke institusi pendidikan
dari Kementerian-kementerian.
Kemudian, alokasi anggaran untuk
gaji pendidik itu bisa dikeluarkan
dari anggaran pendidikan 20%
itu. Selain itu, dukungan dari
Pemerintah Daerah, baik Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang juga
harus mengalokasikan 20%
APBD untuk pendidikan, dapat
mendukung p enyelenggar aan
pendidikan di daerah,” imbuh Politisi
PDI Perjuangan ini.
Politisi asal Dapil Jawa Barat X ini
menambahkan, problemnya saat
ini adalah gaji guru itu seharusnya
dikeluarkan dari anggaran 20% itu.
Namun hingga saat ini, anggaran
untuk gaji masih termasuk anggaran
tersebut.
“Harusnya terpisah. Tapi kan
waktu itu dalam Undang-undang,
jadinya kan dimasukkan di dalam
anggaran yang 20% itu. Kami dari
DPR berupaya untuk mengeluarkan
anggaran gaji pendidik dari
a n g g a r a n 20 % i t u, s e h i n g g a
anggaran 20% itu bisa fokus pada
penyelenggaraan pendidikan,”
imbuh cucu Presiden Soekarno ini.
Puti mengakui besaran anggaran
belum menyentuh seluruh aspek
pendidikan, seperti masih ditemukannya sarana prasarana sekolah
yang kurang memadai. Namun,
bukan berarti anggaran pendidikan
selalu kurang, namun ia mencatat,
justru alokasinya yang harus tepat
sasaran, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi.
“Sebenarnya, apabila alokasi itu
dapat kita serap dengan baik, kita
dapat mengalokasikan untuk seluruh penyelenggaraan pendidikan.
Lalu gaji pendidik bisa dipisahkan
dan seluruh anggaran pendidikan
sepenuhnya dikelola oleh Kemendikbud, seharusnya kualitas pendidikan juga meningkat, termasuk
sarana prasarana, kualitas guru dan
lain sebagainya,” tutup Puti. (sf) foto:
andri/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
33
anggaran
MENGENAL DAN MEMAHAMI
ANATOMI ANGGARAN PENDIDIKAN
A
rah yang diberikan pendidikan adalah untuk mengawali hidup seseorang
akan menentukan masa depannya.
Itulah kutipan terkenal dari Plato,
seorang filsuf dan matematikawan
Yunani, sekaligus pendiri Akademi
Platonik di Athena. Demikian pen­
tingnya pendidikan yang berperan
dalam menentukan masa depan
seseorang, hingga pendidikan perlu
diberikan sedini mungkin.
Indonesia, dengan jumlah penduduk 253 juta jiwa, dan lebih dari
58 juta penduduknya merupakan
pelajar, tentunya memberikan perhatian terbesar terhadap penye­
lenggaraan pendidikan nasional.
Yang tak luput harus diperhatikan
adalah anggaran pendidikan. Apalagi, tak tanggung-tanggung Peme­
rintah memberikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) setiap
tahunnya.
34
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Namun, sedikit menjadi salah
kaprah, ketika banyak pihak menilai
anggaran sebesar itu hanya ada
di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Untuk itu, rubrik
Anggaran di Majalah Parlementaria
kali ini mengupas tentang seluk
beluk anggaran pendidikan dari
berbagai sisi, mulai dari landasan
hukum pengalokasian anggaran
pendidikan, definisi, perkembangan
anggaran pendidikan serta sasaran
dan hasil pembangunan pendidikan
maupun permasalahannya.
Perjalanan panjang anggaran
dimulai dari Perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 31 ayat (4) yang
menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari APBN
dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. Hal tersebut dipertegas
juga dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa, dana pendidi-
kan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari
APBD.
Namun demikian, implementasinya dalam UU APBN pada awalnya
belum mampu memenuhi alokasi
tersebut. Hal ini mendorong berbagai elemen masyarakat untuk
mengajukan uji materi terhadap UU
APBN maupun UU Sisdiknas yang
melahirkan berbagai keputusan
Mahkamah Konstitusi. Setidaknya,
hingga tahun 2008 terdapat 6 keputusan MK berkenaan dengan belum
terpenuhinya alokasi anggaran 20%
dalam APBN maupun dalam APBN
Perubahan. Yang terakhir adalah
Putusan Nomor 013/PUU-VI/2008.
Menurut keputusan MK tersebut,
selambat-lambatnya dalam UU
APBN TA 2009 pemerintah dan DPR
harus memenuhi kewajiban konstitusionalnya untuk mengalokasikan
anggaran sekurang-kurangnya 20%
untuk pendidikan.
Alokasi Anggaran Pendidikan
Dalam APBN 2015, yang dimaksud
anggar an p endidikan adalah
alokasi anggaran pada fungsi
p endidikan yang dianggarkan
m e l a l u i ke m e n t e r i a n n e g a r a
atau lembaga, alokasi anggaran
pendidikan melalui transfer ke
daerah dan dana desa, dan alokasi
anggar an p endidikan melalui
pengeluaran pembiayaan, termasuk
gaji pendidik, tetapi tidak termasuk
anggaran pendidikan kedinasan,
untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah.
Sehingga, berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui bahwa
struk tur anggaran pendidikan
terdiri dari 3 komponen yaitu
anggar an p endidikan melalui
belanja pemerintah pusat,
anggar an p endidikan melalui
transfer ke daerah dan dana desa,
serta anggaran pendidikan melalui
pengeluaran pembiayaan.
Anggaran pendidikan melalui belanja pemerintah pusat dialokasikan
kepada kementerian negara atau
lembaga. Pada APBN 2015 terdapat
18 kementerian yang mendapat alokasi anggaran pendidikan yang digunakan untuk mendanai kegiatan
pendidikan. Misalnya, anggaran
pendidikan pada Kementerian Pertahanan untuk membiayai kegiatan
Universitas Pertahanan.
Bidang/Program
1. Program Pendidikan Dasar
Sasaran
• APK SMP/SMPLB/Paket B sebesar 81,60%
• 6.046.921 siswa SD/SDLB penerima bantuan siswa miskin
• 2.169.890 siswa MP/SMPLB penerima bantuan siswa miskin
• APK SMA/SMK/SMLB/Paket C sebesar 74,08 %
2. Program Pendidikan Menengah
• 9.399.236 siswa SMA/SMK sasaran BOS
• 975.033 siswa SMA/SMK mendapat bantuan siswa miskin (BSM)
• Pembangunan ruang kelas baru 500 ruang MI, 700 ruang MTs, dan 500 ruang MA
3. Program Pendidikan Islam
• 819.467 siswa MI, 765.491 siswa MTs, dan 354.929 siswa MA penerima BSM
• 3.616.758 siswa MI/Ula dan 3.377.950 siswa MTs/PPS Wustha penerima BOS
Alokasi Anggaran Pendidikan Tahun Anggaran 2015
Sumber : Pokok-pokok Kebijakan dan Postur Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN tahun 2015 pada Rapat Panitia Kerja
Belanja Pemerintah Pusat dan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta 23 September 2014
Anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah merupakan alokasi anggaran pendidikan yang
disa­lurkan melalui transfer ke daerah dalam
rangka pelaksanaan Otonomi Daerah.
Anggaran
pendidikan
yang ditransfer ke daerah
didistribusikan melalui
berbagai
mekanisme
antara lain
Dana Alokasi
Khusus Pendidikan (DAK)
Pendidikan,
Dana Alokasi
Umum (DAU),
Dana Bagi
Hasil (DBH), Dana Insentif Daerah
(DID), Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Anggaran pendidikan melalui
pengeluaran pembiayaan berupa
Dana Pengembangan Pendidikan
Nasiona (DPPN). Tujuannya adalah
menjamin keberlangsungan
program pendidikan bagi generasi
berikutnya sebagai bentuk
pertanggungjawaban antar generasi
(intergenerational equity) yang
pengelolaannya menggunakan
Komponen Anggaran Pendidikan
Belanja Pemerintah Pusat
Transfer ke Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Total Anggaran Pendidikan
2009
90,6
117,6
-
2010
96,5
127,7
1,0
mekanisme dana bergulir. Dana
cadangan pendidikan digunakan
untuk mengantisipasi keperluan
rehabilitasi fasilitas pendidikan yang
rusak akibat bencana alam. Pada
awalnya DPPN dikelola oleh Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) dan pada
akhir tahun 2011 pengelolaannya
dialihkan pada satker BLU Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Anggaran Pendidikan Selalu
Meningkat Tiap Tahun
Struktur anggaran pendidikan
sebagian besar disalurkan melalui
transfer ke daerah. Besarnya alokasi
anggaran pendidikan yang didistribusikan melalui transfer ke daerah
menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam melaksanakan otonomi daerah. Di sisi lain pemerintah
daerah dituntut untuk semakin bertanggungjawab terhadap keberha­
silan pelaksanaaan pembangunan
pendidikan di daerahnya.
Anggaran Pendidikan mulai dipenuhi sebesar 20% sejak APBN TA
2009 dan meningkat setiap tahun
seiring dengan peningkatan alokasi
belanja negara dalam APBN maupun
APBN-P. Sebagai contoh dalam APBN
2014 anggaran pendidikan ditetapkan sebesar Rp368,89 Triliun atau
20,02% dari belanja negara yang
sebesar Rp 1.842,4 triliun. Namun
dengan adanya peningkatan alo2011
105,4
158,9
2,6
2012
2013
126,2
214,1
7,0
5,0
208,2
266,9
310,8
345,3
225,2
Struktur Anggaran Pendidikan (dalam triliun rupiah)
117,2
186,6
2014
128,1
238,9
8,3
375,3
2015
154,2
254,9
409,1
Sumber : Kementerian Keuangan
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
35
anggaran
2.500,0
dalam triliun rupiah
2.000,0
1.500,0
1.000,0
500,0
-
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015*)
APBN
207,4
209,5
248,9
289,9
336,8
368,8
409,1
APBN-P
208,2
225,2
266,9
310,8
345,3
375,3
1.126,2
1.320,7
1.548,3
1.736,1
1.876,8
Belanja Negara (APBNP) 1.000,8
2.039,4
Perkembangan Anggaran Pendidikan dalam APBN dan APBNP
Ket: *) angka dalam APBN (Sumber: Kementerian Keuangan, diolah)
kasi anggaran belanja negara dalam
APBNP 2014 menjadi Rp 1.876,8
triliun maka alokasi anggaran pendidikan juga meningkat menjadi Rp
375,37 triliun atau naik sebesar Rp
6,48 triliun.
Di tahun anggaran 2015, DPR
dengan Pemerintah menyepakati
bahwa anggaran pendidikan dalam
APBN 2015 adalah sebesar Rp
409,13 triliun atau 20,06 % dari alokasi belanja negara yang sebesar Rp
2.039,5 triliun. Dari nilai tersebut,
anggaran yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebuda­
yaan adalah sebesar Rp 88,3 Triliun,
yang digunakan untuk membiayai
kegiatan pada program generic dan
kegiatan pada program teknis.
Anggaran pendidikan tersebut
digunakan untuk mencapai sasaran
pembangunan bidang pendidikan
tahun 2015 yang terbagi menjadi
tiga program besar, mencakup
Program Pendidikan Dasar, Program
Pendidikan Menengah dan Program
Pendidikan Islam.
Anggaran versus Mutu Pendidikan
Data The Education for All Devel­
opment Index (EDI) pada tahun 2012
melaporkan Indonesia menempati
peringkat 64 dari 120 negara. Hal
ini menunjukkan adanya kenaikan
yang baik dari peringkat 69 dari 127
negara pada tahun 2011. Namun, di
sisi lain laporan Education Public Ex­
36
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
penditure Review (Tinjauan Belanja
Publik di Sektor Pendidikan) yang
diluncurkan pada 14 Maret 2013
menyebutkan, meskipun anggaran
pendidikan Indonesia kini mencapai
20 persen dari APBN, meningkatnya pembiayaan pendidikan dalam
beberapa tahun terakhir belum
2013 meningkat menjadi 73,56%.
Dit ambah lagi, masih adany a
keluhan mas yar akat terhadap
kualitas sarana dan prasarana
pendidikan yang belum memadai.
Data infografi pendidikan tahun
2011/2012 menunjukkan bahwa dari
total 944.218 unit ruang kelas SD di
seluruh Indonesia terdapat 228.063
atau 24,15% unit ruang kelas yang
masuk kategori rusak.
Kondisi ini menjadi tanggung jawab seluruh unsur penyelenggaraan
pendidikan dan pola pengalokasian
anggaran pendidikan. Mungkin kata
pepatah bahwa semakin banyak ya
ng bertanggung jawab berarti semakin tidak ada yang bertanggung
jawab, berlaku dalam pengelolaan
anggaran pendidikan yang sangat
besar. Sehingga anggaran yang semakin besar pun belum memberikan kuantitas dan kualitas pela­
yanan pendidikan yang lebih baik.
Diperlukan koordinasi yang sinergis
180,00
160,00
140,00
120,00
100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI
Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs
membuahkan capaian pendidikan
yang diharapkan. Angka Partisipasi
Murni (APM) pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama menunjukkan perkembangan
yang kurang signifikan dalam satu
dasawarsa terakhir.
Pada tahun 2003 APM SD sebesar
92,55% , meningkat 2,92% menjadi
95,47% pada tahun 2013. Dalam
kurun waktu yang sama, APM SMP
semula sebesar 63,49%, pada tahun
antar pihak yang menerima alokasi
anggaran pendidikan, demi tercapainya pendidikan yang semakin
berkualitas untuk seluruh lapisan
masyarakat Indonesia.
Ditulis oleh: Kepala Biro Analisa Anggaran
dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR R I
Setyanta Nugraha,Analis APBN Biro Analisa
Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen
DPR RI Martiasih Nursanti
Disunting oleh: sf/parle
LEGISLASI
Kado Istimewa DPR
Periode 2009-2014
Detik-detik menjelang berakhirnya masa bakti Anggota DPR RI Periode 2009 – 2014, DPR berhasil
mempersembahkan beberapa undang-undang monumental yang telah lama dinantikan masyarakat.
Sejumlah undang-undang tersebut menjadi kado istimewa bagi seluruh bangsa Indonesia.
P
ada masa Persidangan bulan
Agustus hingga September,
Dewan berhasil menyelesaikan dan mengesahkan 21 Rancangan Undang- Undang untuk
disahkan menjadi Undang-Undang,
termasuk didalamnya 2 Rancangan
Undang-Undang Kumulatif Terbuka.
Di bawah ini merupakan rang­
k u m a n d a r i k e -19 U n d a n g Undang yang disahkan menjelang
berakhirnya DPR periode 20092014.
Sejumlah UU yang monumental seperti UU Hak Cipta, UU Keperawatan, dan UU Jaminan Produk Halal berhasil diselesaikan, walaupun
masih ada beberapa RUU yang target pembahasannya tidak tercapai.
Setelah sempat diskors beberapa
kali, Rapat Paripurna DPR, pada
Jum’at, (26/9) dini hari akhirnya
mengesahkan RUU Pilkada menjadi
UU, serta menyetujui opsi Pemilihan
Kepala Daerah melalui DPRD.
1. Undang-Undang (UU) tentang
Pemilihan Kepala Daerah
Keputusan tersebut, dilakukan
s ete l ah R ap at P ar p iur n a D P R
melakukan mekanisme pemungutan
suara atau voting. Hasilnya sebanyak
226 anggota DPR menyatakan
Pilkada sebaiknya dilakukan melalui
DPRD, dan 135 anggota dewan
memilih mendukung Pilkada
langsung.
Sebelum UU ini disahkan, sempat
terjadi hujan interupsi dan diwarnai
aksi walk out yang dilakukan Fraksi
Partai Demokrat (FPD), dimana
aksi tersebut dilakukan karena FPD
memilih bersikap netral atas opsi
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
37
LEGISLASI
Dengan begitu,
hal ini
mendorong daerah menggunakan
hasil pemetaan urusan
pemerintahan itu sebagai landasan
bagi penetapan kelembagaan,
perencanaan, dan penganggaran
dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah. Hasil
pemetaan ini juga dapat digunakan
oleh p emerint ah pusat untuk
melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada daerah yang
melaksanakan urusan pemerintahan
tersebut.
yang akan dipilih yakni Pilkada
langsung atau melalui DPRD, dan
memilih meninggalkan ruang
sidang Paripurna.
Proses pembahasan RUU Pilkada
hampir tiga tahun lamanya.
Bermula dari surat Presiden tanggal
15 Desember 2011 menyampaikan
R U U t e nt a n g P i l k a d a ke p a d a
DPR. Kemudian pada tanggal 12
Januari 2012 Badan Musyawarah
DPR (Bamus) dalam salah satu
keputusanny a memb eri tugas
konstitusi bidang legislasi kepada
Komisi II DPR untuk memproses
pembahasan terhadap RUU ini.
Menindaklanjuti penugasan Bamus tersebut, Komisi II DPR segera
melakukan proses pembicaraan
Tingkat I diawali dengan pembicaraan awal tingkat I antara DPR dengan
pemerintah hingga pada akhirnya
memasuki pembahasan tingkat
Panja, Timus dan Timsin.
Selanjutnya, pada 24 September
2014 Komisi II telah melakukan
Rapat Kerja dalam rangka Pengambilan Keputusan Tingkat I atas RUU
ini. Hasilnya, Komisi II menyerahkan
proses pengambilan keputusan kepada forum Rapat Paripurna Dewan
atas berbagai materi yang masih belum memperoleh kesepakatan antar
fraksi serta pemerintah.
38
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Adapun isu atau materi yang
masih memerlukan pembahasan
dan diambil keputusannya dalam
forum Rapat Paripurna antara lain
tentang mekanisme pemilihan
kepala daerah, paket atau tidak
paket pemilihan kepala daerah,
syarat tidak adanya konflik, proses
rekapitulasi dan pilihan satu atau
dua putaran untuk menentukan
pemenang jika mekanisme
pemilihannya secara langsung.
2. UU tentang Pemerintahan
Daerah
UU tentang Pemerintahan
Daerah (UU Pemda) yang disahkan
Rapat Paripurna DPR RI, Jumat
(26/09) memperjelas pembagian
urusan antara pemerintah pusat,
pemerintah provinsi dan pemerintah
k ab up aten at au kot a d en gan
susunan yang lebih sederhana dan
mudah dipahami.
UU ini menekankan pentingnya
kerjasama antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah, dengan
m e l ak uk an p e m et aan ur us an
pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar
dan urusan pemerintahan pilihan
y an g dip r ior it ask an ter hadap
provinsi dan daerah kabupaten atau
kota.
UU ini juga memuat substansi keharusan bagi para kepala daerah untuk melaksanakan program strategis
nasional yang ditetapkan Presiden,
sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, serta menjaga perta­
hanan dan keamanan. Hal ini dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Untuk menjamin penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan tidak
mengurangi hak dan keuntungan
ekonomi atas sumber daya alam
bagi setiap daerah, maka ada
beberapa kewenangan pemerintah
kabupaten atau kota yang ditarik ke
pemerintahan di tingkat atasnya.
D engan memp er timbangkan
aspek strategis bagi kepentingan
daerah dan nasional, kewenangan
itu ditarik ke urusan pemerintahan
bidang kehutanan, kelautan, serta
energi dan sumber daya mineral,
dengan dibagi antara pemerintah
pusat dan daerah provinsi.
Namun, bukan berarti kontrol
yang dilakukan pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah untuk
mematikan roh otonomi daerah
yang selama ini telah berlaku.
Justru, RUU Pemda ini memberikan
peluang bagi daerah dalam rangka
diskresi yang dapat digunakan
pejabat pemerintahan setempat
dalam melakukan inovasi daerah,
dalam bentuk pembaharuan dalam
p e nye l e n g gar aan p e m er int ah
daerah.
3. UU tent ang Administrasi
Pemerintahan
UU tentang Administrasi
P e m e r int ah an ini m e r up ak an
sebuah tonggak bagi terwujudnya
penyelengaraan pemerintahan
yang baik dan berkualitas, terutama
dalam hal penggunaan wewenang
badan atau pejabat pemerintahan
yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan mengacu
pada asas-asas umum pemerintahan
yang baik.
UU tentang Administrasi Pemerintahan yang disahkan Paripurna DPR,
Jumat (26/9) diharapkan dapat menciptakan tertib penyelenggagraan
administrasi pemerintahan, kepastian hukum, mencegah terjadinya
penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas badan dan atau
pejabat pemerintahan.
UU ini juga memberikan perlindungan hukum kepada warga
masyarakat dan aparatur pemerintahan, serta memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada masyarakat.
UU Keperawatan ini, perawat sebagai salah satu komponen utama
pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat didalam menjalankan
tugasnya mendapatkan ketenangan
dan perlindungan hukum.
Sehingga layanan praktek keperawatan yang diterima oleh masyarakat menjadi lebih profesional dan
akuntabel sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang dimiliki
oleh perawat.
diharapkan tenaga kesehatan di
Indonesia dapat memadai baik dari
segi kualitas, kuantitas maupun
penyebarannya. Sehingga kualitas
pelayanan kesehatan dapat
berkembang menuju ke arah yang
lebih baik di negeri tercinta ini.
UU Nakes memuat ketentuan yang
bersifat umum yang dapat menjadi
payung hukum bagi semua tenaga
kesehatan.
Pembahasan
UU Keperawatan
dilakukan secara
simultan dengan
pembahasan UU
Tenaga Kesehatan.
Hal ini dilakukan
semata untuk memastikan bahwa
masing-masing
UU yang saling
berkaitan ini tidak
bertentangan antara satu dengan
yang lain.
Sedangkan seb a g ai U U y an g
bersifat leks spesiRUU Keperawatan merupakan alis dari UU Tenaga
RUU Usul Inisiatif Komisi IX DPR dan Kesehatan, maka
tercantum dalam Program Legislasi UU Keperawatan ini memuat ketenNasional 2009-2014 disahkan tuan yang lebih terperinci khusus
menjadi Undang- undang (UU) bagi kelompok tenaga kesehatan
dalam rapat Paripurna DPR RI Kamis keperawatan, termasuk juga keten(25/9)
tuan mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan dan
Hal yang melatarbelakangi Komisi praktek keperawatan.
IX DPR mengajukan RUU Kepera­
watan ini, adalah fakta bahwa 5. UU tentang Tenaga Kesehatan
sampai dengan saat ini belum ada
UU yang mengatur masalah Kepera­
Rancangan Undang-undang
watan secara komprehensif yang tentang Tenaga Kesehatan (Nakes)
dapat memberikan perlindungan disetujui Rapat Paripurna DPR Kamis
dan kepastian hukum baik bagi pe­ (25/9) menjadi Undang-Undang,
rawat maupun bagi masyarakat lain. namun dengan catatan dari anggota
Fraksi PDI Perjuangan.
Menurut data dari Kementerian
Kesehatan hingga tahun 2014 ini
Anggota fraksi PDI Perjuangan
ada sekitar satu juta perawat di Rieke Diyah Pitaloka meminta seluruh Indonesia, angka tersebut pengesahan ditunda karena ada
adalah angka terbesar dari seluruh diskriminasi atas tenaga kesehatan
jenis tenaga kesehatan yang ada.
dan disabilitas.
4. UU tentang Keperawatan
Diharapkan dengan disahkannya
Dengan lahirnya UU Nakes ini,
UU Nakes mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan
pemerataan tenaga kesehatan ke
seluruh penjuru Indonesia, khususnya di daerah tertinggal perbatasan
dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan.
6. UU tentang Hukum Disiplin
Militer
Anggota TNI Merupakan warga
negara Indonesia yang berprofesi
sebagai prajurit yang dilatih, dididik,
disiapkan, diorganisasikan dan
dibina dengan tugas untuk menjaga,
mengawasi, mengamankan serta
menyelamatkan NKRI dari berbagai
bentuk ancaman. Namun dari realita
yang ada menggambarkan masih
adanya oknum TNI yang melakukan
pelanggaran di lapangan sehingga
menceder ai Sapt a Marga dan
Sumpah Prajurit, delapan wajib TNI
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
39
LEGISLASI
dan kode etik Keprajuritan.
Terkait hal tersebut, DPR berinisiatif mengusulkan RUU tentang Hukum Disiplin Militer yang pada awalnya berjudul RUU tentang Hukum
Disiplin Prajurit TNI. Dalam pembahasan antara DPR dan pemerintah
sependapat untuk merubah judul
menjadi RUU tentang Hukum Disi­
plin Militer.
Hukum Disiplin Militer yang saat
ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 1997 tentang
Hukum Disiplin Prajurit ABRI sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi
di dalam lingkungan TNI sehingga
perlu perubahan.
Dengan disahkannya UU Hukum
Disiplin Militer pada 24 September
2014 lalu, diharapkan dapat menjadi landasan hukum dalam memberikan pembinaan dan menjamin
hak dari militer dan pimpinan dalam
pembinaan disiplin dari sistem kemiliteran di Indonesia.
Undang-Undang Hukum Disiplin
Militer ini bersifat lex specialis dari
peraturan militer di Indonesia.
40
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
7. UU tent ang Perlindungan
Saksi dan Korban
8. UU tentang Jaminan Produk
Halal
UU tentang Perlindungan Saksi
dan Korban (UU PSK) ini mengatur
lebih tegas mengenai peran dari
dan hak-hak perlindungan terhadap
Saksi Pelaku (Justice Collaborator)
dan Pelapor (Whistleblower),
Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang sangat lama, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan Rancangan Undang-undang tentang
Jaminan Produk Halal (RUU JPH)
menjadi Undang-Undang dalam
Rapat Paripurna DPR RI, Kamis (25/9)
DPR dan pemerintah sepakat
dalam UU ini adanya perluasan
penger tian
saksi menjadi
siapa saja yang
keterangannya
terkait dengan
tindak pidana
m e n u r u t
K e p u t u s a n
L e m b a g a
Perlindungan
Saksi dan Korban
(LPSK), walaupun
tidak ia dengar,
tidak ia lihat, dan
tidak ia alami
sendiri. Disamping
itu penghargaan
terhadap saksi
juga menjadi
perhatian.
UU ini akan
menjamin penghargaan bagi Saksi
yang bekerja sama
dengan penegak
hukum. Dalam kondisi tertentu saksi akan dibantu mendapat identitas
baru dan tempat kediaman sementara atau tempat kediaman baru,
mendapat pendampingan di persidangan, serta hak-hak lainnya.
Sementara Pemerintah menya­
ta­k an dengan disahkannya revisi
UU ini pada 25 September 2014
diharapkan peran publik dalam me­
ngungkap tindak pidana meningkat. Karena UU ini menumbuhkan
p ar tisip asi mas y ar ak at dalam
mengungkap tindak pidana dengan
menciptakan iklim yang kondusif
bagi setiap orang yang hendak
melaporkan kepada penegak hukum
mengenai hal-hal dan bukti tindak
pidana yang diketahuinya.
Pembahasan UU JPH mengalami
penambahan waktu hingga lima kali
masa siding. Lamanya pembahasan
dikarenakan sikap kehati-hatian
DPR dan perbedaan persepsi antara
DPR dengan Pemerintah terhadap
beberapa substansi di dalam RUU
yang memerlukan pendalaman
serta penyamaan persepsi.
UU JPH ini merupakan langkahlangkah penerapan prinsip-prinsip
syariah ke dalam hukum positif,
dimana negara memiliki peran dan
harus hadir memberikan pelayanan,
perlindungan, dan jaminan kepada
seluruh rakyat Indonesia. Apabila hal
ini dapat diimplementasikan dengan
sungguh-sungguh, maka hakekat
perlindungan dan jaminan akan
kita rasakan ketika mengonsumsi
produk.
UU ini juga memberikan adanya
kepastian hukum dan jaminan
halal bagi konsumen, khususnya
masyarakat Islam sebagai konsumen
terbesar di Indonesia. Sehingga,
perlu adanya tindakan preventif
terhadap setiap produk berlabel
halal, namun ketika diperik sa
ternyata tidak halal.
Selain itu, UU ini sebagai landasan
pengawasan terhadap produksi dan
peredaran produk di pasar domestik
yang semakin sulit dikontrol akibat
meningkatnya teknologi pangan,
rekayasa genetik, bioteknologi,
dan proses kimia biologis, serta
sebagai landasan hukum tentang
sistem informasi produk halal yang
dijadikan pedoman bagi pelaku
usaha dan masyarakat.
Diharapkan, dengan adanya UU
ini, dapat memberikan rasa nyaman,
keamanan dan keselamatan kepada
masyarakat dalam mengonsumsi
atau menggunakan produk halal,
meningkatkan kemampuan pelaku
usaha untuk menjamin kehalalan
produknya, serta meningkatkan
keterbukaan serta akses untuk
mendapatkan informasi terhadap
produk halal.
9. UU tentang Perlindungan Anak
Undang-undang tentang Perlindungan Anak disahkan DPR 25 September 2014. UU ini menjadi kado
istimewa bagi seluruh anak-anak
Indonesia di tengah berbagai permasalahan anak yang sudah mengancam masa depan mereka. UU ini
juga penting untuk menyelamatkan
masa depan generasi bangsa ini.
UU tentang Perlindungan Anak ini
bertujuan untuk melindungi anak,
serta mewujudkan hak-hak anak
dengan memberikan pemenuhan
hak-hak anak di berbagai bidang,
seperti agama, sosial, pendidikan,
maupun kesehatan.
UU ini juga melindungi anak dari
perluasan ruang lingkup dari perlindungan khusus yang sebelumnya tidak diatur terhadap anak yang
menjadi korban kejahatan seksual,
anak korban pornografi, anak korban HIV/AIDS, anak korban jaringan
terorisme, anak dengan perilaku
sosial menyimpang, dan lain se­
bagainya.
Disamping itu, perlindungan anak
yang diatur dalam UU ini juga bertujuan untuk menjamin terpenuhi­
nya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, dan berkembang, serta
berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Serta perlindungan dari
kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Hal ini demi terwujudnya anak
Indonesia yang berkualitas, ber­
akhlak mulia, dan sejahtera.
UU ini merupakan inisiatif DPR
atas perubahan UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
Selama pembahasan, baik DPR maupun pemerintah telah membentuk
Panitia Kerja (Panja) yang bertugas
membahas substansi RUU yang
telah ditetapkan kedua belah pihak.
Panja secara intensif telah melakukan pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) baik dari DPR,
maupun dari Pemerintah.
10.U U t e nt an g P e n g e l o l aan
Keuangan Haji
Sidang paripurna DPR RI, Senin
(29/9) menyetujui Rancangan
Undang-undang Pengelolaan
Keuangan Haji (RUU PKH) untuk
disahkan menjadi Undang-undang. Disahkannya UU ini semata untuk
kemaslahatan umat, demi tercipta­
nya pengelolaan keuangan haji yang
professional dan amanah. Karena
sebagaimana diketahui penyelenggaraan ibadah haji itu sendiri kerap
menjadi sorotan publik. Dengan
adanya UU ini bisa menghindari
kecurigaan terhadap pengelolaan
keuangan haji.
Ada b eb er apa materi pokok
yang diketengahkan dalam UU
ini. Diantaranya penjelasan yang
dimaksud keuangan haji.
Keuangan Haji yang dimaksud
dalam UU ini adalah semua hak dan
kewajiban pemerintah yang dapat
dinilai dengan uang terkait dengan
penyelenggaraan ibadah haji serta
semua kekayaan dalam bentuk
uang atau barang yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut,
baik yang bersumber dari jemaah
haji maupun sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.
Dalam RUU ini juga dijelaskan tentang pembentukan badan atau lembaga khusus pengelola keuang­an
haji. Sebagaimana diketahui selama
ini pengelolaan dan penyelenggaraan ibadah haji dikelola oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian agama. Dengan adanya badan
khusus pengelolaan keuangan haji
yang dinamakan BPKH atau Badan
Pengelola Keuangan Haji. BPKH
merupakan lembaga yang melakukan pengelolaan keuangan haji.
BPKH ini sendiri bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presi­
den melalui Menteri. Pengelolaan
keuangan haji oleh BPKH ini dilakukan secara korporatif dan nirlaba.
Setoran Biaya Perjalanan Ibadah
Haji ini diperoleh dari jemaah haji
yang dibayarkan ke rekening atas
nama BPKH dalam kedudukannya
sebagai wakil yang sah dari jemaah
haji pada kas haji. Selain itu saldo
setoran BPIH yang telah dilakukan
oleh jemaah haji itu terdiri atas
setoran BPIH beserta nilai manfaatnya. Meski bisa melihat langsung
saldo BPIH namun jemaah tidak
dapat mengambilnya. Pengambilan
saldo setoran BPIH hanya dapat dilakuikan apabila jemaah haji membatalkan porsinya, baik karena
meninggal dunia maupun alasan
lainnya yang sah sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Nilai manfaat yang dapat diambil
dari setoran BPIH jemaah haji itu berasal dari investasi yang bisa dilakukan, antara lain berbentuk produk
perbankan, surat berharga, emas,
dan investasi langsung. Dalam me­
ngelola keuangan ibadah haji, BPKH
juga diawasi oleh dewan pengawas.
Dewan pengawas yang terdiri atas 7
orang anggota yang berasal dari unsure professional dimana lima diantaranya berasal dari unsur masyarakat dan dua dari unsur pemerintah.
Dewan pengawas inilah yang
bertugas untuk melaksanakan penilaian atas rumusan kebijakan,
rencana strategis, rencana kerja
dan anggaran tahunan pengelolaan keuangan haji. Melaksanakan
pengawasan dan pemantauan atas
pelaksanaan pengelolaan keuangan
haji, dan menilai serta memberika
pertimbangan terhadap laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan keuangan haji dan pe­
ngelolaan BPKH sebelum ditetapkan
menjadi laporan BPKH.
11. UU tentang Perkebunan
Diharapkan mampu menjawab
berbagai problematika perkemba­
ngan dan tantangan di sektor perke-
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
41
LEGISLASI
dan pelindungan lingkungan laut.
Disamping itu mengatur pertahanan, keamanan, penegakan hukum,
dan keselamatan di laut, dan tata
kelola serta kelembagaan.
Undang-Undang ini menegaskan
dan menjadi payung hukum
Indonesia sebagai negara kepulauan
berciri nusantara dan maritim.
bunan, Undang-Undang tentang
Perkebunan disahkan Paripurna
DPR Senin, (29/9)
UU tentang Perkebunan merupakan aturan di bidang perkebunan
yang komprehensif secara berimbang dan proporsional kepada berbagai pihak terkait di sektor perkebunan, yaitu pemerintah, pelaku
usaha, masyarakat dan pekebun
yang mampu mendorong pertanian
berkelanjutan dengan memberikan
prioritas kepada masyarakat sekitar
kebun untuk mendapatkan kebermanfaatan ekonomi.
Sektor perkebunan mempunyai
peranan penting dan strategis
dalam pembangunan nasional.
Penyel en ggar aan p er keb unan
dimaknai sebagai suatu kesisteman
mulai dari pengelolaan sumberdaya
sampai dengan pemasaran.
UU Perkebunan yang terdiri dari
19 Bab dan 118 Pasal, mengamanatkan kewajiban bagi pelaku usaha
perkebunan yang memerlukan tanah berupa tanah hak ulayat untuk
melakukan musyawarah dengan
masyarakat hukum adat pemegang
hak ulayat dan untuk memperoleh
persetujuan mengenai penyerahan
tanah dan imbalannya. Selain itu,
UU ini melarang untuk mengeluarkan sumber daya genetik tanaman
perkebunan yang terancam punah
42
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
dan/atau yang dapat merugikan
kepentingan nasional dari wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Amanat lainya, ada kewajiban
bagi perusahaan perkebunan yang
memiliki izin usaha perkebunan
atau izin usaha perkebunan untuk
budi daya wajib memfasilitasi
pembangunan kebun masyarakat
sekitar, melalui pola kredit, bagi
hasil, atau bentuk pendanaan lain.
Selain itu , kewajiban membangun
kebun bagi unit pengolahan hasil
perkebunan tertentu yang berbahan
baku impor dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) tahun setelah
unit pengolahannya beroperasi; dan
pembinaan teknis yang dilakukan
oleh Pemerintah untuk perusahaan
perkebunan milik negara, swasta
atau pekebun.
12. UU tentang Kelautan
Secara aklamasi Rapat Paripurna
DPR Senin 29 September 2014
mengesahkan Rancangan UndangUndang tentang Kelautan menjadi
Undang-undang.
UU tentang Kelautan ini terdiri atas
13 Bab dan 72 Pasal mengatur halhal yang berkaitan dengan wilayah
laut, pembangunan kelautan, pe­
ngelolaan kelautan, pengembangan
kelautan, pengelolaan ruang laut
UU tentang kelautan bertujuan
mendayagunakan sumber daya kelautan dan kegiatan di wilayah laut
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan hukum
laut internasional demi tercapainya
kemakmuran bangsa dan negara.
RUU ini juga dimaksudkan untuk
mewujudkan laut yang lestari serta
aman sebagai ruang hidup dan ruang juang bangsa Indonesia, memanfaatkan sumber daya kelautan
secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan bagi
ge­n erasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang,
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia dengan potensi dan kekayaan alam
yang berlimpah sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa. Laut sebagai
penghubung pulau-pulau yang
berada di dalamnya memiliki
makna yang sangat penting bagi
bangsa Indonesia sebagai ruang
hidup dan ruang juang serta media
pemersatu dalam satu kesatuan
ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, ser ta per tahanan dan
keamanan dalam suatu wadah
ruang wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dua pertiga wilayah Indonesia
merupakan laut, dan menjadi salah
satu negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia, serta memiliki lebih dari 17.500 pulau. Secara
geografis, Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Benua Asia
dan Benua Australia dan dua Samudera, yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik yang merupakan
kawasan paling dinamis dalam percaturan, baik secara ekonomis maupun politik. Letak geografis yang
strategis tersebut menjadikan Indonesia memiliki keunggulan serta
sekaligus ketergantungan yang
tinggi terhadap sektor kelautan.
dalam mengonservasi tanah dan air
akan berakibat pada degradasi ke­
suburan tanah dan penurunan fungsi hutan serta kawasan pertanian.
menjadi kegiatan bersama seluruh
komponen masyarakat sehingga
dapat menjadi just culture seluruh
lapisan.
Disamping itu, potensi sumber
daya alam di wilayah laut,baik yang
hayati ataupun non hayati, sangat
melimpah dan bermanfaat bagi
kelangsungan hidup masyarakat.
Potensi tersebut termasuk sumber
daya yang diperoleh dari dasar laut
dan tanah di bawahnya, kolom
air dan permukaan laut, termasuk
wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil. Sangat logis jika pemanfaatan
l au t d i j a d i k an t u m p u an b a g i
pembangunan ekonomi nasional.
Bila konservasi dilakukan dengan
t i d a k t e p at , m a k a a k h i r ny a
berdampak pula pada menurunnya
p ro duk si b er b agai kom o dit as
hasil hutan dan pangan. Dengan
begitu, kedaulatan, ketahanan, dan
kemandirian pangan nasional akan
ikut terganggu.
Definisi Pencarian dan pertolongan
mengandung arti sebagai segala
usaha mencari, menolong, dan
menyelamatkan manusia yang
berada dalam bencana. antara lain
untuk melakukan pencarian, secara
tepat, aman terpadu dengan SDM
yang memiliki kompetensi dan
profesional.
13. UU tentang Konservasi Tanah
dan Air
UU tentang Konservasi Tanah dan
Air (KTA) merupakan inisiatif DPR
RI yang pembahasannya dilakukan
secara lintas sek toral dengan
beberapa kementerian, dengan
leading sektor dari Kementerian
Kehutanan.
Selama ini sebetulnya sudah
ada Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air. Namun, UU ini dinilai hanya
mengatur air di permukaan (blue
water). Sementara, UU KTA yang
baru disahkan ini, mengatur lebih
khusus pada prilaku konservasi
tanah dan air yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat
dalam konsteks kesuburan tanah.
Dan UU ini tentu mengikat semua
kalangan, tidak saja pemerintah dan
masyarakat, tapi juga pihak swasta.
UU ini sendiri sejalan dengan kesepakatan hasil Konvensi PBB tentang
Penanggulangan Penggurunan/
degradasi lahan yang ditetapkan
dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro
1992 dan dimantapkan pada KTT
Bumi di Johanesburg 2002, serta
KTT Rio+20 di Rio Janeiro 2012,” imbuh Ibnu.
Konservasi tanah dan air yang selama ini dilakukan belum sistematis
dan terintegrasi dengan baik. Bahkan, teknik dan metode yang salah
14.UU tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Undang-Undang tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan
yang disahkan DPR 24 September
2014 adalah UU tentang perubahan
atas UU Nomor 18 Tahun 2009 dan
merupakan usul inisiatif DPR.
Perubahan atas UU Nomor 18
Tahun 2009 tentang Perternakan
dan Kesehatan Hewan dimaksudkan
agar penyelenggaraan peternakan
d a n ke s e h at a n h e w a n d a p at
mencapai tujuan yang diharapkan,
yaitu mengelola sumber daya hewan
secara bermartabat, bertanggung
jawab, dan berkelanjutan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Penyelenggaraan Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang telah diatur
dalam UU Nomor 18 Tahun 2009
tentang Perternakan dan Kesehatan
terkait dengan pemasukan benih,
bibit, bakalan, dan ternak ruminansia
indukan, serta pencegahan penyakit
hewan belum mencapai hasil yang
optimal.
DPR minta kepada pemerintah
untuk segera mensosialisasikan UU
ini dan segera menerbitkan empat
Peraturan Menteri sebagaimana
diamanatkan UU ini.
15.UU tentang Pencarian dan
Pertolongan
UU tentang Pencarian dan
Pertolongan merupakan UU Ini­
siatif DPR. UU ini mengandung
makna pencarian dan pertolongan
Didalam penyelenggaraan pencarian dan pertolongan negara bertanggung jawab menyusun rencana
induk pertolongan, SDM, kelembagaan, sarana dan prasarana, pendanaan, ataupun terkait kerjasama
internasional.
Penyelenggaran operasi penca­
rian dan pertolongan dilakukan
terhadap berbagai kecelakaan kapa
baik laut, udara, ataupun bencana
tanggap darurat dan kondisi yang
membahayakan manusia serta siaga
pertolongan.
Pemerintah bertanggung jawab
terhadap penyediaan SDM di bidang
pencarian dan pertolongan guna
mewujudkan SDM yang profesional,
disiplin, berintegrit as melalui
pendidikan dan pelatihan serta
kompetensi yang ada. Pemerintah
harus membentuk badan nasional
pencarian dan pertolongan yang
merupakan lembaga pemerintah
non kementerian dan bertanggung
jawab kepada presiden.
UU yang disahkan Dewan 16 September 2014 ini memberikan ruang
keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam rangka menyelenggaran pencarian dan pertolongan,
perseorangan, kelompok, badan
usaha ataupun organisasi kemasyarakatan yang sesuai prosedur
keselamatan yang ditetapkan oleh
BASARNAS.
16.UU tentang Perasuransian
Rapat Paripurna, Selasa (23/09)
menyetujui dan mengesahkan
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
43
LEGISLASI
UU Hak Cipta ini sudah ditunggu
banyak pihak, mudah-mudahan
keputusan yang diambil dalam rapat
paripurna dewan ini menjadi maha
karya DPR untuk masyarakat.
Salah keputusan penting yang
berhasil diambil saat pembahasan
UU ini adalah sanksi yang lebih
tegas bagi para pelaku pelanggar
hak cipta. Dalam kasus pembajakan
hak cipta misalnya UU memberikan
sanksi pidana penjara paling lama
sepuluh tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp4 miliar.
Rancangan Undang-undang
Perasuransian menjadi Undangundang.
Penyusunan RUU tentang Perasuransian ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan industri perasuransian,
baik secara nasional maupun global
yang mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya volume usa­
ha dan layanan jasa perasuransian
yang semakin bervariasi, sejalan
dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat.
Penyempurnaan p engatur an
dalam UU ini, mencerminkan perhatian dam dukungan besar bagi
upaya perlindungan konsumen jasa
perasuransian, sekaligus upaya antisipasi lingkungan perdagangan jasa
yang lebih terbuka pada tingkat regional, serta penyesuaian terhadap
praktik terbaik di tingkat internasional untuk penyelenggaraan, pe­
ngaturan dan pengawasan industri
perasuransian.
Pembahasan RUU tentang Per­
asuransian sudah dimulai pada Oktober 2012, dengan berbagai tahapan pembahasan baik di Panitia
Kerja, Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi.
Pada rapat kerja tanggal 8 Juli 2013
antara Komisi XI dengan Menteri
44
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Keuangan, Menteri Hukum dan
HAM, dan Menter BUMN disepkati
Daftar Inventarisasi Masalah RUU
Perasuransian berjumlah 597 DIM
dengan rincian 308 DIM tetap, 248
DIM perubahan dan 41 DIM usulan
baru.
Selanjutnya, pembahasan DIM dilakukan di Panitia Kerja, Tim Musya­
warah dan Tim Sinkronisasi. Pembahasan dilakukan secara intensif
selama 3 kali masa sidang, terhitung
sejak 10 Februari 2014 sampai 12
September 2014
Pembahasan yang telah dilakukan
telah menghasilkan beberapa perubahan sistematika penulisan RUU,
berupa penambahan jumlah pasal,
dari sebelumnya 72 pasal, menjadi
92 pasal. Kemudian, dari semula 15
bab, menjadi 18 bab.
17. UU tentang Hak Cipta
Rapat Paripurna DPR RI Selasa
(16/9) mengesahkan RUU tentang
Hak Cipta yang merupakan
perubahan dari Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002. Produk
legislasi yang sangat dinantikan
banyak pihak ini diharapkan menjadi
salah satu karya penting dari DPR
bagi perlindungan dan jaminan
kepastian hukum bagi pencipta,
pemegang hak cipta dan pemilik
hak terkait.
Pemerintah yang diwakili Men­
kumham Amir Syamsudin menjelaskan bercermin pada negara maju,
perlindungan yang memadai pada
hak cipta telah berhasil membawa
pertumbuhan ekonomi kreatif secara signifikan dan memberikan
kontribusi nyata bagi perekonomian
dan kesejahteraan rakyat.
Salah satu keputusan penting
adalah jangka waktu perlindungan
hak cipta di bidang tertentu diberlakukan lebih lama. Selama hidup
penciptanya ditambah 70 tahun
setelah penciptanya meninggal dunia.
18.UU tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian
UU ini sangat strategis dimana
bisa menjadi senjata bagi Indonesia
dalam menghadapi persaingan
di pasar global, ialah UU tentang
St andardisasi dan Penilaian
Kesesuaian (SPK).
DPR banyak melakukan perubahan
atas naskah RUU SPK yang diusulkan
pemerintah ini. Kehadiran UU ini
sangat ditunggu oleh para pelaku
usaha, baik ek spor tir maupun
importir, terutama pelaku usaha
kecil menengah di tanah air.
UU ini menjadi proteksi utama
dari serbuan produk-produk impor
yang bebas masuk ke pasar nasional
pada 2015 nanti. Produk-produk
imp or y ang t ak b ermutu dan
tidak memenuhi standar nasional
dilarang masuk. Bahkan, UU ini
sangat strategis untuk membimbing
pelaku usaha kecil menengah di
Indonesia agar semua produknya
memenuhi standar dan punya daya
saing di pasar global.
Sementara menurut pemerintah,
selama ini banyak peraturan me­
ngenai standardisasi yang bersifat
sektoral dan tidak memadai untuk kepentingan nasional. Dengan
disahkannya UU ini, semua peraturan terintegrasi dan melindungi
semua pelaku, baik konsumen maupun produsen di dalam negeri.
Indonesia adalah satu-satunya
negara di kelompok G20 yang belum memiliki UU yang mengatur
standardisasi. Dengan disahkannya UU SPK ini, tentu menjadi momentum berharga untuk memulai
persaingan di pasar global. Selain
menjadi payung hukum, UU ini juga
akan menstimulasi pelaku UKM untuk meningkatkan mutu produknya
dan berani bersaing di era pasar
bebas ini. Untuk itu, butuh duku­
ngan IPTEK agar produk UKM kian
berkualitas.
19. UU tentang Panas Bumi
Sebagaimana kita ketahui bahwa
Kebutuhan Indonesia terhadap
energi terus meningkat, namun
seiring pertumbuhan ekonomi tidak
diimbangi energi suplai.
Kebutuhan energi di Indonesia
masih tergantung energi fosil. Padahal kita ketahui Indonesia dilalui
jalur api mulai dari Pulau jawa, Sumatera dan maluku. Dimana potensi
energi panas bumi sangat berlimpah
bahkan mencapai 229 titik lokasi
yang tersebar di Indonesia. 207 MW
potensi panas bumi dunia, namun
pengembangan panas bumi baru
4.6 persen.
UU Panas Bumi ini akan menggantikan UU No. 27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi. Dengan disahkannya
UU ini maka Kebijakan Energi Nasio­
nal menegaskan pentingnya peran
panas bumi dimana kontribusinya
sesuai bauran energi mix yang ha­
rus mencapai 23 persen dalam tahun 2025.
Pasal dan isi terkait UU Panas Bumi
meliputi beberapa hal krusial diantaranya perijinan, insentif dan pengelolaan lahan. Pemda berhak bonus
produksi dalam pemanfaatan tidak
langsung terhadap panas bumi, hal
ini menjadi prioritas utama dalam
pengelolaan panas bumi. Selain itu,
pemanfaatan kawasan hutan untuk
panas bumi harus dapat menjaga
hutan agar tetap lestari. (sc) foto: iwan
armanias, naefurodjie, andri/parle/iw
RUU YANG SUDAH DISETUJUI MENJADI UU
(PERIODE FEBRUARI – SEPTEMBER 2014)
1.
RUU tentang Perdagangan
2.
RUU tentang Pengesahan Perjanjian Antara Republik Indonesia
dengan Republik India tentang Bantuan Hukum Timbal Balik
Masalah Pidana.
RUU tentang Pengesahan Perjanjian Antara Republik Indonesia
dengan Republik Korea tentang Bantuan Hukum Timbal Balik
Masalah Pidana.
RUU tentang Keinsinyuran.
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 11-2-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 18-2-2014.
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 18-2-2014.
DPR
RUU tentang Pengesahan International Convention for the
Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (Konvensi Internasional
Penanggulangan Tindakan Terorisme Nuklir).
RUU tentang Pembentukan Kabupaten Buton Tengah di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-2-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-2-2014.
DPR (Kumulatif
Terbuka)
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-6-2014.
3.
4.
5.
6.
Pemerintah
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
45
LEGISLASI
7.
RUU tentang Pembentukan Kabupaten Buton Selatan di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
DPR (Kumulatif
Terbuka)
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-6-2014.
8.
RUU tentang Pembentukan Kabupaten Muna Barat di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
RUU tentang Pengesahan Perjanjian Ekstradisi Antara Republik
Indonesia dan Republik India.
RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN Tahun
2013.
RUU tentang Kesehatan Jiwa.
DPR (Kumulatif
Terbuka)
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
DPR
13.
RUU tentang Pengesahan Persetujuan tentang Kerjasama
Industri Pertahanan Antara Pemerintah RI dan Pemerintah Turki.
RUU tentang MPR,DPR,DPD, dan DPRD.
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
DPR
14.
RUU tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
Pemerintah
15.
RUU tentang Panas Bumi
Pemerintah
16.
RUU tentang Hak Cipta (judul Prolegnas: RUU tentang Perubahan
atas UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta).
RUU tentang Pencarian dan Pertolongan.
Pemerintah
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-6-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-6-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 3-7-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 8-7-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 10-7-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 10-7-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 26-8-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 26-8-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 16-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 16-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 16-9-2014.
9.
10.
11.
12.
17.
18.
DPR
23.
RUU tentang Pengesahan ASEAN Agreement Transoundary Haze
Pemerintah
Pollution. (Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Asap Lintas (Kumulatif Terbuka)
Batas).
RUU tentang Perasuransian (Judul Prolegnas: RUU ttg Perubahan
Pemerintah
atas UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian).
RUU tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI (judul Prolegnas:
DPR
Hukum Disiplin Militer).
RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Pemerintah
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
RUU tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ( judul
DPR
Prolegnas:RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.)
RUU tentang Keperawatan.
DPR
24.
RUU tentang Tenaga Kesehatan.
25.
RUU tentang Jaminan Produk Halal.
DPR
26.
DPR
27.
RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Pelindungan Anak. (RUU tambahan Prolegnas 2014)
RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Pemerintah
28.
RUU tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah
29.
RUU tentang Administrasi Pemerintahan.
Pemerintah
30.
RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2015.
31.
RUU tentang Kelautan.
32.
RUU tentang Perkebunan
DPR
33.
RUU tentang Konservasi Tanah dan Air.
DPR
34.
RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji.
19.
20.
21.
22.
46
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Pemerintah
Pemerintah
(Kumulatif Terbuka)
DPD
Pemerintah
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 23-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 24-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 25-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 26-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 26-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 29-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 29-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 29-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 29-9-2014.
Disetujui menjadi UU dlm Rapat Paripurna
DPR RI tgl 29-9-2014.
FOTO BERITA
Khidmat
Suasana Sidang Paripurna DPR RI periode
2014-2019. Foto: Iwan Armanias
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
47
FOTO BERITA
Tegang
Rapat Paripurna pengesahan nama-nama
anggota Komisi di AKD berlangsung panas dan
hujan interupsi. Foto: Iwan Armanias
48
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Berbatik Ria
Pimpinan Lembaga Tinggi Negara termasuk
Ketua DPR Setya Novanto hadiri pelantikan
Menteri Kabinet Kerja. Foto: Andri
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
49
FOTO BERITA
50
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
KIAT SEHAT
dr. Naharus Surur, M.Kes
Wakil Ketua Baznas. Health Consultant
Sehat. Kita sering lupa nikmat
sehat ini, baru ingat begitu berharganya nikmat sehat ketika kita
jatuh sakit, apalagi sakit yang berat
sehingga merenggut kenikmatan
yang biasa didapat. Kita ingat ketika
masuk rumah sakit atau harus istirahat total di rumah, dimana untuk
sementara waktu atau bahkan seterusnya tak bisa beraktivitas dan
beribadah.
Nabi SAW pernah mensinyalirnya,
dua nikmat yang sering dilupakan
oleh manusia adalah nikmat sehat
dan waktu luang, sebagaimana
hadist ini; “ Dari Ibn Abbas R A
berkata : telah bersabda Rasulullah
SAW : “dua nikmat yang kebanyakan
manusia sering lupa dan lalai, yaitu
nikmat sehat dan nikmat waktu
lapang/luang.” (riwayat Bukhari).
Dua asset atau modal yang begitu
berharga ini sering disia-siakan
oleh kita bersama sebagai manusia
modern seperti sekarang ini, dimana
di era digital yang serba praktis dan
instan yang membuat manusia
juga mengharapkan kesehatan
bisa didapat dengan mudah dan
instan. Seakan-akan kesehatan itu
‘given dari Allah’ tanpa ada usaha
dari manusia. Wajarlah bila manusia
kemudian mengabaikan nikmat
sehat ini.
Hidup sehat yang berkelimpahan
itu harus direncanakan dan
diusahakan/diperjuangkan,
sehingga setiap kita harus menyadari
betul apa makna dan manfaat hidup
sehat. Seperti ungkapan ini,’ To
create health, you need a new kind
of knowledge, based on a deeper
concept of life (Deepak Chopra).
Ungkapan tersebut sangat
dalam, bila kita ingin mendapatkan
kehidupan yang sehat maka tidak
sekedar kita harus mengetahui
tentang kesehatan yang benar,
namun juga harus faham benar
tentang konsep kehidupan ini,
kenapa Allah menciptakan manusia
di muka bumi ini dan untuk apa kita
diciptakan?. (QS: 51:56)
Mindset Hidup Sehat
Kita bersama sudah menyadari
tentang apa dan mengapa kita
diciptakan Allah SWT dimuka bumi
ini, maka kita juga akan menyadari
betapa pentingnya ‘healthy life
style’. Hidup sehat harus sudah
ter-internalisasi dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak lagi hanya menjadi
slogan dan tema kampanye dalam
setiap pemilu ataupun hanya dalam
sebuah kebijakan pemerintah, akan
tetapi kosong dengan ruh dan
maknanya.
Kita bersama harus menyadari
bahwa hidup sehat itu tidak sekedar
mempertahan tubuh supaya tidak
sakit, namun harus dimaknai lebih.
Indikator hidup sehat harus kita
lenkapi, bahwa tubuh sehat adalah
tubuh yang mampu berkar ya
sepanjang umur/hidup dengan
kematian yang tanpa menyusahkan
pihak keluarga.
Hidup sehat yang hakiki harus
mampu mengantarkan manusia
hidup produktif sepanjang usia
dan sehat selalu sepanjang hidup,
sebagaimana dicontohkan oleh
R as u l u l l a h . B e g i t u p u l a p o l a
hidup sehat yang dilakukan oleh
orang-orang pedalaman Jepang
d a n T i o n g ko k , t e l a h m a m p u
mengant arkan har apan hidup
panjang sampai 90 sd 100 tahun.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
51
KIAT SEHAT
Namun bukan saja orang-orang
lama dan hidup dip e dalaman
yang bisa hidup panjang dan tetap
produktif sepanjang umurnya. Ada
Pablo Picassao yang tetap berkarya
dalam dunia ar tistknya di usia
90 tahun, dr Hiromi Shinya MD
hampir 80 tahun tetap praktek dan
produktif menulis, dan tentu banyak
lagi yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Hidup sehat dengan harapan
hidup yang panjang adalah sebuah
kondisi yang bisa kita wujudkan
bersama dimasa ke depan.
Dengan catatan, kita harus mau
dan mampu menerapakan pola
hidup sehat sepanjang hidup kita
ditengah gempuran iklan-iklan yang
menyesatkan dari industri makanan
dan obat-obatan.
Kesadaran akan hidup sehat,
menyadarkan kita tentang apa yang
kita makan dan minum itu harus
disesuaikan dengan kebutuhan
fisiologis tubuh kita. Bukan
sekedar melampiaskan selera yang
hakekatnya itu hanya di mulut saja.
Juga sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungan dan gaya hidup kita
sehari-hari.
Hidup Sehat Tanggung Jawab
Individu
Ada kesalahan berpikir selama ini,
bahwa sehat dan sakit itu bukan
menjadi tanggung jawab masingmasin g or an g, namun s er in g
dialihkan ke petugas kesehatan
(dokter, bidan, perawat, petugas
52
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
kesling ahli gizi dll). Apa akibat dari
pola pikir seperti ini bagi kesehatan
kita bersama? Seolah-olah sehat
dan tidaknya kita tergantung pada
orang lain.
Orang sering bersandar penuh
(100%) kepada dokter ketika sakit,
tentunya setelah bersandar kepada
Allah SWT. Hal ini mengakibatkan
petugas kesehatan begitu semenamena mengambil alih pemulihan
kesehatan pasien. Pasien lupa
bahwa tubuhnya adalah melekat
dengan dirinya, sehingga sehat dan
sakit sesungguhnya tergantung
dirinya. Walaupun, dokter telah
memberikan obat yang terbaik,
tapi kalau pasien abai terhadap
tanggung-jawabnya maka terapi
tersebut akan sia-sia. Bilamana
mulai saat ini, kita menyasadari
bahwa sesungguhnya sehat-sakit
itu sangat tergantung pada masingmasing individu kita.
Pihak-pihak diluar kita adalah
hanya bersifat suppor ter saja,
namun pelaku atau pemain utama
penentu hidup sehat itu ya kita
sendiri. Oleh sebab itu, kesadaran
dan pemahaman tentang urgensi
hidup sehat harus selalu di upgrade
dari waktu ke waktu. Kita harus
terbuka dengan perkembangan
ilmu kesehatan modern, jangan
sampai kita berpegang dengan
mitos-mitos kesehatan yang sudah
melegenda dari masa ke masa
selama ini. Walaupun mitos tersebut
adalah salah kaprah terhadap ilmu
kedokteran dan kesehatan.
Banyak kesalahan dalam pola
makan dan minum yang diakibatkan
o l eh k arena b er p e gan g p ada
teori lama tentang gizi sebagai
contohnya. Yang menjadi dasar kita
bertindak bukan sekedar ini atas
saran dokter dan petugas kesehatan
lainya, namun atas kesadaran diri
dengan berbasis pengetahuan yang
memadai tentang kesehatan. Di era
digital seperti ini, sudah tidak ada
lagi monopoli ilmu apapun oleh
suatu profesi apapun termasuk ilmu
kesehatan. Setiap orang dengan
mudahny a bis a m endap atkan
pengetahuan apapun melalui buku
dan internet. Kewajiban kita masingmasing adalah membuka dan
mengakses ilmu pengetahuan yang
begitu banyak dan luas tersebut.
Fungsi dokter masa depan itu
sebagai mediator dan fasilitator,
bukan lagi sebagai pihak satusatunya yang paling otoritatatif
dalam menyembuhkan pasiennya.
Sebagaimana ungkapan dibawah
ini; ‘the doctor of the future will
give no medicine, but will interest
his patient in the care of the human
frame, in diet and in the cause and
prevention of disease ( Thomas Alva
Edison).
Ada dua reposisi yang harus
dilakukan, pertama oleh dokter /
tenaga kesehatan di satu sisi dan
kedua pasien disisi yang lain. Bagi
dokter/tenaga kesehatan harus
merubah peran yang selama ini
begitu dominan dalam memegang
otoritas penyembuhan menuju
p e r an f asilit asi dan m e diasi.
P asien dijadikan subyek at au
par tner dalam menyembuhkan
suatu p eny ak it. Per an pasien
juga mengalami pergeseran yang
sebelumnya menjadi obyek dokter/
tenaga kesehatan bergeser menjadi
partner dokter. Perubahan peran
ini mengakibatkan perubahan
tanggung-jawab penyembuhan
tidak lagi ditangan dokter/tenaga
kesehatan sepenuhnya, namun
‘ take ownership your body’ atas
kesembuhan penyakit. Wallahu
a’lam (*/iky)
Setya Novanto
From Nobody
To Somebody
Tak Semudah Membalikkan Telapak Tangan untuk menjadi “Seseorang”. Dengan kejujuran, keuletan,
kegigihan dan doa, semua kerikil kehidupan berhasil dilaluinya. Apa saja kerikil yang dimaksud dan
bagaimana perjalanan hidup Ketua DPR RI, Setya Novanto, berikut kisah yang disampaikannya kepada
Rahayu Setiowati dari Majalah Parlementaria.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
53
12
November, 59 tahun
sil am m e nja di har i
yang sangat membahagiakan bagi pasangan R Suwondo
Mangunratsongko dan Julia Maria
Sulastri. Pasalnya, setelah menunggu Sembilan bulan lebih lamanya,
akhirnya putra yang dinantikannya
itu hadir ke muka bumi ini. Tangis
bahagia dari Julia sekaligus sebagai
ungkapan syukur akan kehadiran
sang buah hati. Dan sebagaimana
bulan kelahirannya, November,
keduanya pun sepakat menamai
putranya dengan mengambil bulan
kelahirannya tersebut,Novanto, tepatnya Setya Novanto.
Masa kecil Novanto tak berbeda
d e n g an d e l ap an s au d ar any a,
kedua orangtua selain menerapkan
pentingnya sekolah dan
kebersamaan diantara saudara. Tak
berlebihan jika usai sekolah, Novanto
membantu sang ibu berjualan
kue. Sama sekali tidak ada waktu
bermain untuk dirinya. Semua itu
54
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
dilakoni dengan ikhlas. Sayangnya
kebersamaan itu terenggut, tatkala
menerima kenyataan perpisahan
kedua orangtuanya. Penderitaan
pun bertambah. Pasalnya sang
bunda memboyong kesembilan
anaknya ke Jakarta.
Kejamnya Ibukota sangat
dirasakan Novanto. Betapa tidak,
biaya hidup yang tidak murah di kota
metropolis ini membuat sang bunda
dan anak-anaknya harus memeras
keringat dan memutar otak demi
bisa menyambung hidup. Seusai
pulang sekolah, Novanto langsung
menanggalkan seragamnya. Ia
langsung menjajakan kue kering
dari satu kampung ke kampung
lainny a. S ore hari menjelang
Magrib, Novanto sudah tiba kembali
ke rumah. Usai mandi, tak lupa ia
bergegas mengambil buku pelajaran
yang akan dipelajari keesokan
harinya. Tak berlebihan jika di kelas
ia sudah lebih dulu tahu tentang
pelajaran yang akan dibahasnya itu.
“Uang hasil jualan kue selain
saya berikan ke ibu saya untuk
tambah menyambung hidup, juga
saya tabung. Saya yakin dengan
usaha dan doa tidak ada yang tidak
mungkin. Tuhan tidak akan menguji
melebihi kemampuan umatnya,”
kisah Novanto.
Alhasil, Novanto kecil berhasil
melanjutkan sekolah ke bangku
SMP, bahkan ia berhasil masuk
sekolah negeri yakni SMPN 73
Tebet, Jakar t a Selat an. Meski
sudah beranjak remaja, namun
ia tak malu untuk tetap melakoni
rutinitas lamanya, berjualan kue
ker in g. B aginy a “p er juan gan ”
belum berakhir, selagi nafas masih
menderu. Hingga kemudian singkat
cerita Novanto berhasil meluluskan
sekolah hingga SMA.
Hijrah Ke Kota Pahlawan
Lulus SMA, jika pemuda daerah
ingin merantau ke ibukota
vanto berjualan beras dan madu di
pasar Keputran, Surabaya. Usai kumandang Adzan Shubuh Novanto
berangkat ke Pasar Wonokromo
Surabaya untuk menunggu orangorang desa yang membawa beras
dan madu. Ia kemudian membelinya
untuk dijual kembali di Pasar Keputran, Surabaya. Hasil keuntungan
menjual beras dan madu itulah yang
akhirnya bisa digunakan sebagai
penyambung hidup plus memenuhi
kebutuhan lainya.
Bukan Novanto namanya kalau
sudah puas dengan kondisinya saat
itu. “Untuk bisa merubah nasib, saya
harus kuliah,” pikirnya. Alhasil ia pun
memutar otak mencari peruntungan
lainnya yang lebih “menjanjikan” untuk bisa membiayai perkuliahannya
kelak. Suatu hari salah seorang teman melihat ajang pencarian bakat
dalam bidang modeling. Teman itu
kemudian langsung mendorong Novanto untuk mengikuti audisi ajang
tersebut. Awalnya ia ragu mengamini permintaan temannya, namun
karena dorongan teman begitu kuat
ditambah dengan keinginan untuk
mendapatkan penghasilan lebih,
Novanto pun akhirnya nekat mengikuti ajang tersebut.
guna mendapat pekerjaan dan
penghidupan yang layak, Novanto
malah sebaliknya. Berbekal ijazah
SMA yang baru saja dimilikinya,
Novanto pamit kepada sang bunda
untuk hijah ke Surabaya. Awalnya,
sangat berat bagi sang bunda untuk
melepas putranya. Namun melihat
tekad sang putra yang begitu kuat
untuk dapat mengadu nasib di Kota
Pahlawan, sang bunda pun tak kuasa
menampik keinginan Novanto.
“Restu, dan doa dari ibu itulah
yang kemudian memantapkan
tekad saya untuk merubah nasib di
Surabaya. Saya memilih Surabaya
karena di Jakarta sangat sulit bagi
lulusan SMA seperti saya ketika itu
untuk mendapatkan pekerjaan dan
mengembangkan diri. Paling-paling
di Jakarta saya menjadi buruh pabrik
atau kuli bangunan,” ungkapnya.
Sayangnya, kenyataan tak seindah
harapan. Alih-alih ingin merubah
nasib, di Surabaya Novanto malah
belum jua mendapat pekerjaan. Sementara itu tabungan dan perbekalan sudah semakin menipis. Namun,
ia tak ingin cepat-cepat berputus
asa. “Ketika satu pintu tertutup,
maka pintu lainnya akan terbuka
lebar,” pikir Novanto ketika itu. Dari
sana ia bertekad pantang kembali ke
Ibukota sebelum berhasil.
Demi menyambung hidup, No­
Meski belum memiliki pengalaman
di bidang modeling, namun dengan
tekad mendapatkan penghasilan
lebih, Novanto yang awalnya hanya
sekedar iseng-iseng mengikuti
ajang tersebut malah terlihat cukup
serius mengikutinya. Bak model
profesional, Novanto yang memiliki
wajah menarik dan kharismatik itu
tak ragu berlenggak-lenggok di atas
catwalk, padahal itu merupakan
kesempatan pertamanya berlaga
bak peragawan.
Dewi for tuna agaknya mulai
mendekatinya. Ia dinyatakan lolos
audisi tersebut. Ia pun bergabung
dalam agensi model, FIT dan CHIC
namanya. Bahkan tahun 1976 ia
dinobatkan menjadi Pria Tampan
Se-Surabaya. Wajah Novanto pun
semakin dikenal luas, tak hanya itu
pundi-pundi rupiah pun mulai dihasilkan Novanto melalui profesi
barunya sebagai peragawan.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
55
Sukses Sebagai Usahawan
Sedikit demi sedikit semua itu
ia kumpulkan sebagai tambahan
modal usaha plus mewujudkan
keinginan lamanya,melanjutkan
kuliah. Berbekal pengalamannya
bergabung dalam sebuah agency
model, public speaking Novanto pun
semakin terasah. Sampai kemudian
ia bergabung dalam sebuah
perusahaan distributor mobil.
Novanto pun menjalani pekerjaan
barunya sebagai marketing.
“Entah kenapa oleh manager, saya
dipercaya sebagai kepala penjualan
mobil di seluruh Indonesia bagian
T imur. A ngka p enjualan s ay a
memang mencapai target yang telah
ditetapkan, tapi sebenarnya temanteman saya juga demikian. Akhirnya
saya hanya bisa berucap syukur
Alhamdulillah atas kepercayaan
tersebut,” ujar Novanto.
Dari hasil jerih payahnya itu, pelan
tapi pasti penghasilan Novanto pun
meningkat. Ia tidak hanya dapat
56
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri di Surabaya, lebih dari itu
Novanto pun mulai bisa membantu
sang bunda bersama ke delapan
anak-anaknya yang lain di Ibukota.
Senang dan bangga dirasakan sang
bunda akan keberhasilan sang
putra.
Namun tentu kebahagian sese­
orang bukan hanya dilihat dari
materi. Novanto rindu kebersamaan
dengan sang bunda dan saudarasaudaranya yang lain. Ia teringat
akan peribahasa jawa “Mangan
ora mangan asal kumpul”. Usai
berhasil meraih gelar Sarjana Muda
dari jurusan Akuntansi Universitas
Widyamandala, Surabaya, Novanto
memutuskan diri untuk kembali ke
Jakarta, berkumpul bersama bunda
dan kedelapan saudaranya
Setibanya di ibukota Novanto memang sempat berkumpul bersama
sang bunda dan keluarganya. Tapi
itu tidak berlangsung lama, untuk
meringankan beban ibunya ia memilih tinggal di rumah sahabatnya
yang bernasib jauh lebih beruntung
dibanding dirinya, Hayono Isman. Di
rumah yang terletak di kawasan elit
Menteng, Jakarta Pusat itu meski
tidak diminta namun ia tak segansegan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mengurus
kebun, menyapu, mengepel, hingga
mencuci mobil.
“Saya tahu dirilah hidup di ru­
mah orang, jadi saya tidak malu
membantu mengerjakan pekerjaan
rumah. Namun sebenarnya disini
saya banyak belajar berbagai hal saat
berdiskusi dengan teman-teman,
mulai dari wacana kenegaraan
sampai masalah akar rumput atau
rakyat biasa seperti saya,” ungkap
Novanto.
Siapa sangka jika diskusi yang
sekedar pengisi waktu luang bersama
teman-temanya itu malah makin
menambah semangatnya untuk
mewujudkan mimpinya menjadi
orang sukses. Dari sana tekad
Novanto untuk terus melanjutkan
pendidikan akademisnya semakin
bulat. Berbekal penghasilannya
di Surabaya, ia masuk Fakultas
Ekonomi Universitas Trisakti.
Melanjutkan perkuliahan artinya
semakin mendekatkan dirinya
dengan kata “sukses”. Ia tentu
bangga dan senang dengan langkah
yang telah diambilnya itu. Namun
disisi lain, jantungnya pun mulai
berdegup kencang tatkala melihat
kenyataan tabungannya terkuras
untuk membiayai perkuliahannya.
Ia pun kembali memutar otak untuk
dapat kembali mengumpulkan
pundi-pundi rupiah.
Ide pun muncul, ia merintis bisnis
foto kopian. Kalau anda berpikiran
ia membuka kios foto kopian, itu
salah besar. Karena pastinya ia tidak
memiliki modal untuk hal tersebut.
ia membeli buku-buku kuliah yang
mahal, lalu difoto kopi dan hasil
kopiannya ia dijual kepada temanteman di kampusnya. Tidak hanya
itu, ia juga menitipkan beberapa barang dagangannya ke kantin kampus. Keuntungan itu digunakannya
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
57
untuk membeli dagangan lainnya,
sambil membiayai perkuliahannya.
Hingga kemudian ia berkenalan dengan ayah salah seorang
temannya. Ayah temannya itu meminta Novanto untuk mengembangkan bisnis SPBU disekitar Cikokol, Tangerang miliknya. Disinilah
jiwa bisnis Novanto kian terasah.
Berkat kejujuran dan keuletannya,
SPBU tersebut berkembang menjadi
besar.
Bukan manusia namanya jika sudah puas dengan kondisi yang ada.
Selain mengelola SPBU tersebut,
Novanto bersama beberapa temannya mulai mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang peternakan. Disinilah ia mulai mengenal
jasa bank. Ia mengajukan kredit untuk perluasan usahanya. Ia berhasil mendapatkan order pengadaan
bahan baku kertas untuk salah satu
pabrik kertas di Padalarang, Jawa
barat.
Tak lama berselang ia mulai
m e mb an gun p e r us ahan y an g
bergerak di bidang transportasi
dan perdagangan. Berkat sentuhan
“tangan emas” Novanto lagi-lagi
usaha tersebut membuahkan hasil.
Hingga kemudian kesuksesan demi
kesuksesan pun berhasil diraihnya.
58
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
K ini s e juml ah p e r us ah aan di
berbagai bidang, baik perhotelan,
biro perjalanan dan lain sebagainya
tercatat sebagai miliknya. Tentu
semua itu tak semudah membalikkan
telapak tangan. “Perlu usaha, kerja
keras, kegigihan, keuletan dan tentu
doa,” tegas Novanto.
Karir Politik
Sukses menjadi pengusaha de­
ngan menyerap ratusan tenaga kerja tentu sebuah prestasi tersendiri.
Ia tidak hanya membantu peme­
rintah mengatasi tingginya angka
pengangguran. Lebih dari itu ia
juga telah menyelamatkan ratusan
bahkan ribuan anak bangsa dari
kemiskinan dan keterbelakangan.
Meski demikian, ia masih merasa
belum berbuat banyak untuk nege­
ri ini. Oleh karenanya, ia bertekad
untuk bisa membangun bangsa ini
dengan ikut menyusun kebijakan
yang berpihak pada rakyat. Atas
dasar itulah ia masuk dalam sebuah
partai politik. Ia menjadikan Golkar
sebagai kendaraan untuk bisa mencapai tujuan utamanya, membangun bangsa.
“Sebelum masuk Golkar, saya
terlebih dahulu bergabung dengan
organisasi Bahumas Kosgoro
dan PPK Kosgoro. Baru kemudian
menjadi kader dan masuk dalam
dewan kepengurusan Partai Golkar,”
ujar Novanto.
Lewat Partai Golkar itu jualah
akhirnya Novanto terpilih menjadi
wakil rakyat selama tiga periode secara berturut-turut. Disini, Novanto
berusaha untuk menyuarakan aspirasi masyarakat tidak hanya yang
berada di Dapil (daerah pemilihan)
nya, NTT melainkan juga aspirasi seluruh masyarakat Indonesia.
Dan tepat di peringatan hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2014
kemarin, Setya Novanto secara aklamasi terpilih menjadi Ketua DPR RI
yang baru. Menjadi ketua DPR tentu
bukan akhir dari perjuangan No­
vanto, setelah itu sederet tugas harus diemban dan dijalankannya. Jika
ada peribahasa yang mengatakan
“condong yang akan menongkat,
rebak yang akan menegak ” (Pemimpin yang akan membantu atau
menjaga rakyatnya jika ada kesusahan yang menimpa rakyatnya) itulah
prinsip yang akan selalu dipegangnya dalam berpolitik dan bernegara.
Alhasil, ke depan ia terus berharap
dukungan dan bantuan dari seluruh elemen masyarakat untuk tetap
menjalankan prinsip hidupnya tersebut.(Ayu) foto: iwan armanias, naefur­
odjie, dok. pri/parle/iw
KUNJUNGAN KERJA
Tidak Boleh Lengah,
Melawan Narkoba
N
arkoba telah menjadi bahaya nyata
bagi bangsa. BNN
memperkirakan pada
t ahun 2015 nanti
pengguna narkoba di Indonesia
akan meningkat mencapai 5,1 juta
orang, lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya 4,7 juta. Data yang
lebih memprihatinkan adalah lima
ribu pengguna ternyata murid SD.
Fakta itulah yang membuat Komisi
III DPR RI menjadikan pengawasan
terhadap perang melawan narkoba
menjadi prioritas. Sejumlah agenda
kunjungan lapangan sebagai bagian
dari fungsi pengawasan dilakukan
komisi yang membidangi masalah
hukum dan HAM ini yaitu ke Pontianak, Yogyakarta dan Makasar.
Ketika genderang perang sedang
ditabuh, publik dikejutkan dengan
informasi seorang perwira mene­
ngah di Polda Kalbar AKBP IED bermain mata dengan para bandar dan
pengedar narkoba. Para wakil rakyat
di Senayan jelas prihatin karena ka-
sus ini seperti pagar makan tana­
man. Komisi III memberi perhatian
serius, penyelesaian perkara ini dipandang penting ditengah pembenahan yang dilakukan Korps Bhayangkara ini. “Kunjungan spesifik kita
ini diantaranya ingin mengetahui
penanganan narkoba di Polda Kalbar
dan yang paling jadi sorotan adalah
kasus AKBP EID. Kita datang dalam
menjalankan fungsi pengawasan,
kalau mengenai penyidikan kita tidak mencampuri, itu wilayahnya
Kapolda,” kata Ketua Tim Kunjungan
Spesifik Komisi III Aziz Syamsudin di
Kantor Polda Kalbar, Pontianak, beberapa waktu lalu. Ia menambahkan kasus ini merupakan tantangan
tersendiri bagi Polda Kalbar karena
memeriksa anggotanya sendiri.
Sejauh ini menurut Aziz yang juga
Wakil Ketua Komisi III penanganan
kasus sudah berjalan cukup baik.
“Kita akan terus mengawasi sampai
kasus ini tuntas, kita tidak boleh le­
ngah dalam penanganan narkoba,”
tekannya.
Sementara itu dalam penjelasannya Kapolda Kalbar Brigjen Pol.
Arief Sulistyanto menyebut akan
bertindak tegas mengungkap kasus yang menjadi isu nasional terutama setelah AKBP IEP ditangkap
Polisi Malaysia di Kutching. Dalam
pertemuan tersebut ia juga mengumumkan informasi terbaru telah ditangkapnya istri yang bersangkutan
karena diduga ikut berperan. “Kami
telah menangkap Titi istri AKBP IEP
yang diduga ikut berperan, indikasi
kuat kasus pencucian uang terkait
narkoba. Saya rasa ini juga informasi yang paling ditunggu rekanrekan media,” kata Kapolda dalam
pertemuan dengan anggota Komisi
III yang juga terbuka untuk kalangan
media ini.
Ia juga menyebut keterkaitan AKBP
IEP dengan kasus penyalahgunaan
wewenang penggelapan barang
bukti narkoba. “Kasus ini merupakan
pukulan bagi kami di Kalbar, saya
sendiri sudah melapor ke Kapolri dan
menyatakan siap mundur apabila
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
59
KUNJUNGAN KERJA
dianggap gagal. Tapi perintah beliau
minta kasus ini harus diungkap
sampai tuntas,” demikian Arief.
Tinjau Balai Rehabilitasi
Selain ke Provinsi Kalbar, Tim
Kunjungan Spesifik Komisi III DPR
RI melakukan peninjauan ke Balai
Rehabilitasi Korban Penyalahguna
Narkoba, BNN, Baddoka, di Makasar
Provinsi Sulawesi Selatan. Ketua
Tim, Andi Rio Idris Padjalangi
menjelaskan peninjauan ini untuk
melihat secara langsung terhadap
kesiapan dan kapasit as pusat
rehabilitasi narkoba yang saat ini
menjadi stategi utama BNN dan
aparat penegak hukum dalam
menangani penyalaguna narkoba
(bukan pengedar).
Hal ini diharapkan dapat membantu dalam mengawasi permasalahan kelebihan kapasitas di Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) dan mengurangi angka kejahatan narkoba.
“Program rehabilitasi untuk penya­
lahguna dan pecandu narkoba
dapat mengurangi over kapasitas
lapas dan penegakan hukum yang
menghabiskan biaya perkara de­
ngan output yang tidak seimbang,”
katanya. Andi Rio menambahkan
pecandu narkotika dapat dikatakan
adalah orang yang telah mengalami ketegantungan pada narkotika,
yang sejatinya perlu mendapat perlakuan khusus agar mereka terlepas
dari ketergantungan narkotika yang
merusak generasi bangsa. “Upaya
yang harus ditempuh pemerintah
untuk menekan angka pecandu narkotika adalah dengan merehabi­litasi
para penandu narkotika melalui
rekomendasi dari BNN,” tegasnya.
Lapas Narkotika Modern
Sejak awal Lapas Narkotika II A
Yogyakarta akan dijadikan lapas
model, percontohan modern. Oleh
karena itu perlu ada kerjasama
proaktif antara Kemenkumham,
BNNP (Badan Narkotika Nasional
Provinsi) dengan Pemerintah Daerah
setempat dalam membangun pola
kerja dan pelaksanaan program
rehabilitasi yang terwujud secara
60
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
fisik dalam sistem yang efektif. Ini
yang menjadi fokus perhatian Tim
Kunjungan Spesifik Komisi III DPR ke
Lapas Narkotika Kelas II A, Pakem,
Daerah Istimewa Yogyakarta, barubaru ini.
Seusai melakukan inspeksi ke
sejumlah sel, Ketua Tim Harr y
Witjaksono mengemukakan
penanganan rehabilitasi warga
binaan pengguna narkoba masih
tidak maksimal secara kualitas
maupun kuantitas. “ Saya lihat
secara keseluruhan masih seperti
lapas umum biasa, seharusnya
Lapas Narkotika didesain sekaligus
sebagai tempat rehabilitasi, baik
model bangunan maupun lokasi
yang seharusnya khusus, sehingga
dapat dilakukan upaya yang paling
efektif dalam program rehabilitasi
tersebut” ujarnya.
Sement ar a itu Anggot a T im
Kunjungan Spesifik Dodi Reza Alex
Noerdin mempertanyakan sinergi
kerjasama yang dijalin pihak lapas
dengan aparat hukum lain dan
pemerintah daerah. “Seberapa jauh
Pemda DIY ikut serta membantu
dalam pemberantasan narkoba?
Dan seharusnya antara pengedar,
importir, dan penderita narkoba di
dalam lapas harus dipisah. Software
nya dari Kemenkumham dan BNNP
untuk menangani hal ini apakah
sudah ada? Inilah yang harus
dikembangkan,” tegas Dodi.
Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham DIY Endang Sudirman
menjelaskan lapas narkotika ini diharapkan sejak awal menjadi lapas
modern yang merupakan lapas
model dan menjadi pusat rehabilitasi terhadap para penderita korban narkotika. Akan tetapi dalam
perkembangannya sejumlah kendala menghadang. “Kendala yang
dihadapi adalah fasilitas yang mi­
nim, tidak memenuhi syarat. Fasilitas kesehatan yang tidak ada tahun
ini sehingga kami berharap ada dukungan dari fasilitas anggaran agar
keinginan menjadikan Lapas Narkotika II A menjadi lapas model. Keterbatasan itu membuat pembatasan
napi pengedar, pemakai, dan korban narkotika tidak berjalan,” ungkapnya.
Bagi Harr y sejumlah temuan
lapangan akan menjadi catatan
penting Komisi III dan ditindaklanjuti
dalam rapat kerja dengan
pemerintah. Ia menekankan para
pelaku tindak kejahatan narkoba
memang selalu punya jurus
baru untuk berkelit, tantangan
di lapangan juga semakin rumit.
Namun aparat dan masyarakat tidak
boleh kalah. Dengan kerja sama
selalu ada cara memenangkan
perang melawan narkoba. (iky/as/ry)
KONSENTRASI DI PERIKANAN,
PERKEBUNAN DAN PERTANIAN
D
i penghujung masa
jabatan DPR periode
20 0 9 -2014, bukan
berarti kinerja seluruh Anggota Dewan
menurun. Justru, tiga fungsi DPR
semakin dimaksimalkan. Tak terkecuali Komisi IV DPR. Komisi yang
membidangi pertanian, kehutanan, kelautan serta pangan ini pun
melakukan kunjungan kerja spesifik ke tiga daerah untuk meninjau
kondisi pertanian dan bidang kerja
lainnya.
Satu tim Komisi IV yang dipimpin
oleh Wakil Ketua Komisi IV Herman
Khaeron, paling awal berangkat
menuju Padang, Sumatera Barat.
Tim ini bertolak dari Jakarta pada
Kamis, (28/08) lalu. Tak lama setelah
itu, dengan masih dipimpin Herman
Khaeron, Tim Kunker Komisi IV
mengunjungi Malang, Jawa Timur
pada Kamis (18/09). Berselang
satu minggu kemudian, Jumat
(5/09), Wakil Ketua Komisi IV Ibnu
Multazam memimpin kunjungan
kerja ke Tomohon, Sulawesi Utara.
Di Padang, Komisi IV meninjau
karamba budi daya ikan air tawar
di Danau Maninjau yang bulan
Agustus lalu terkena musibah
upwelling atau umbalan massa
air yang menyebabkan 450 ton
ikan mati. Sejumlah langkah perlu
dilakukan agar bencana seperti ini
bisa diantisipasi dan kerugian bisa
ditekan.
“Fenomena upwelling di Danau
Maninjau ini biasa, tapi jangan
dianggap hal biasa karena telah
mengakibatkan banyak kerugian.
Bagi Komisi I V ini adalah hal
serius, sehingga kami mendorong
pemerintah bekerja sama dengan
p e m d a m e n ce g a h i n i t e r j a d i
kembali,” kata Ketua Tim Kunjungan
Spesifik Komisi IV Herman Khaeron
di Maninjau, Sumbar, Kamis (28/08).
Politisi FP Demokrat ini mengaku
prihatin karena dalam tahun ini
bencana sudah terjadi sebanyak
tiga kali mengakibatkan kerugian
puluhan miliar rupiah. Pemerintah
perlu mengambil langkah karena
kasus seperti ini terjadi tidak hanya
di Maninjau tetapi juga disejumlah
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
61
KUNJUNGAN KERJA
danau lain di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama,
anggot a tim Kunjungan Kerja
Komisi IV Anak Agung Jelantik
mengingatkan agar usaha budi
daya disekitar Danau Maninjau
agar memprioritaskan penduduk
setempat. Masyarakat yang
berusaha di sekitar danau agar
bekerja berdasarkan zona yang
telah ditetapkan dan tetap menjaga
ekosistem.
“Kegiatan budi daya ini harus
mengutamakan rakyat sekitar. Kalau
melibatkan pengusaha dalam luas
dan skala tertentu harus memiliki
izin usaha perikanan,” tutur wakil
rakyat dari daerah pemilihan Bali ini.
Te r k a i t d e n g a n r e n c a n a
Pemerint ah Kot a Pariaman,
Sumatera Barat untuk membangun
dermaga agar dapat membantu
kapal nelayan merapat membongkar
62
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
hasil tangkapannya, Komisi IV
DPR RI menyambut baik upaya
tersebut. Namun pembangunan
dermaga di Pantai Pariaman ini
dihar ap k an m e milik i b at as an
yang jelas dengan objek wisata di
kawasan sama.
“Perlu batas-batas yang tegas,
kalau pelabuhan perikanan
bercampur dalam satu lokasi dengan
kawasan wisata pengelolaannya
akan susah nanti, tumpang tindih,”
kat a anggot a T im Kunjungan
Spesifik Komisi IV Darizal Basir.
Po lit isi P ar t ai D em o k r at ini
menyebut dapat memahami
pentingnya dermaga bagi para
nelayan. Kerusakan terumbu karang
bisa dicegah karena jangkar nelayan
tidak lagi menghujam ke laut karena
kapal sudah bisa ditambatkan di
dermaga.
Dalam kunjungan ini, Komisi IV
DPR RI juga mengapresiasi upaya
Pemerintah Kotamadya Pariaman,
Sumatera Barat untuk membangun
kawasan konser vasi penyu.
Kebijakan pembangunan yang
dipadukan dengan keseimbangan
lingkungan dipastikan pada saatnya
akan menghasilkan hal positif.
Hal itu diungkapkan Anggota
Komisi IV Sri Hidayati. Ia menyoroti
langkah Pemkot Pariaman untuk
meredam kebiasaan masyarakat
setempat mengkonsumsi telur
penyu dengan menyebut telur yang
mirip bola pingpong itu bisa bikin
impoten.
“ I y a s ay a r as a ke p e rc ay aan
masyarakat sebelumnya makan
telur penyu bagus untuk vitalitas
tidak didukung kajian ilmiah juga
kan. Lebih baik begitu ya, dari pada
penyu punah karena manusia terus
memburu telurnya,” tekannya.
Sementara itu Wakil Walikota
Pariaman Genius Umar menjelaskan
disamping mengoreksi kepercayaan
telur penyu untuk vitalitas,
dilakukan pula kebijakan jemput
bola membeli telur penyu milik
masyarakat Rp3000/butir. Langkah
ini cukup berhasil, pada akhirnya
secara berkala pemkot melepas
tukik ke laut.
dan masukan dari para pakar
Universitas Brawijaya, Malang,
dalam mengkritisi RUU Perkebunan
sangat positif. Satu masalah yang
menjadi perhatian adalah lahan.
Anton menekankan, sanksi jangan
hanya dikenakan kepada rakyat
dan pengusaha, tetapi juga harus
ada sanksi bagi pejabat-pejabat
pemerintah.
“Kawasan konservasi penyu kita
cukup luas sampai ke empat pulau
yang berhadapan langsung dengan
pantai Pariaman sekarang sudah
berkembang menjadi kawasan
wisata favorit. Masyarakat juga kami
ajak melepas anak penyu atau tukik
ke laut dan memberikan donasi
perkembangan program ini,” jelas
Genius Umar.
Kita akan minta
analisa harga-harga
dasar produksi,
kemudian kepemilikan
lahan di perkebunan
yang sekarang ini 5%
oleh bangsa Indonesia,
95% bangsa asing
itu akan kita ubah
menjadi 30% bangsa
asing dan 70% milik
bangsa Indonesia,”
tegasnya.
Himpun Masukan Tiga RUU
Selama kunjungan kerja spesifik
di Malang, Komisi IV bertandang
ke Universitas Brawijaya, Malang,
untuk melakukan konsultasi publik
dan jaring pendapat dalam bentuk
Focus Group Discussion (FGD). Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan
masukan-masukan berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya
alam mencakup tiga Rancangan
Undang-Undang, meliputi RUU
tentang Perkebunan, RUU tentang
Kelautan dan RUU tentang
Konservasi Tanah dan Air.
“ Masih bany ak p erkebunan perkebunan terutama BUMN-BUMN,
keuntungan mereka berlebihan
tetapi masyarakat sekeliling sangat
memprihatinkan kehidupannya.
Kita akan minta analisa hargaharga dasar produksi, kemudian
kepemilikan lahan di perkebunan
yang sekarang ini 5% oleh bangsa
Indonesia, 95% bangs a asing
itu akan kita ubah menjadi 30%
bangsa asing dan 70% milik bangsa
Indonesia,” tegasnya.
Terhadap RUU tentang Kelautan,
politisi Partai Golkar ini menjelaskan
bahwa RUU ini sudah diajukan
tahun 2003 tetapi sekarang di
inisiasi oleh DPD RI. Memang masih
sangat kurang bahan-bahannya,
terutama masalah pencemaran
di laut, pencemaran oleh perang.
Terhadap RUU tentang Konservasi
Tanah dan Air, DPR mendapatkan
masukan bahwa RUU tersebut masih
lebih banyak mengatur konservasi
tanah ketimbang masalah air.
Harusnya berimbang, karena RUU
ini mengatur bagaimana kelanjutan
tanah dan air kita ini di waktu-waktu
yang akan datang.
Menanggapi kunjungan Komisi
IV, Rektor Universitas Brawijay Bisri
menyatakan, konsultasi pulbik dan
jaring pendapat dalam bentuk FGD,
memberikan wacana yang luar
biasa kepada Universitas Brawijaja,
Malang, yang memberikan
kontribusi dalam perbaikan dan
saran terhadap ketiga RUU ini. Bisri
berharap kedepannya, DPR bisa
Herman menyatakan, kunjungan
ini sebagai proses untuk mencari
masukan yang lebih baik,
konprehensif, dan berorientasi
kepada tiga hal pokok. Pertama,
melahirkan sebuah pasalpasal yang afirmatif, kemudian
memberikan pengaturan yang lebih
konprehensif, lebih memberikan
kepastian hukum terhadap siapapun
yang tentunya aturan ini dapat
bermanfaat bagi para stackholders.
Dan yang terakhir undang-undang
sektoral yang dihasilkan dapat
memberikan satu kepastian hukum
pada para pelaku usaha.
Usai gelar FGD, Anggota Komisi
IV DPR Anthon Sihombing (FP G) m e n g a t a k a n p a n d a n g a n
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
63
KUNJUNGAN KERJA
lebih dekat lagi kepada perguruan
tinggi untuk mensinergikan
pemikiran dari legislatif. “Semoga
UU ini dapat memberikan manfaat
untuk masyarakat, bangsa dan
Republik Indonesia,” harapnya.
Dorong Petani Sulut Kembangkan Benih Lokal
dengan petani di Tomohon yang
sudah menggunakan bibit lokal,
daripada menggunakan bibit dari
luar daerah. Tapi, ia meminta agar
pengembangan terus ditingkatkan,
mengingat, persaingan juga
semakin ketat.
Sementara itu, di Desa Rurukan,
Kota Tomohon, Sulawesi Utara,
Komisi IV mendorong agar petani
dapat mengembangkan benih
lokal. Berdasarkan hasil pantauan
di Kota Tomohon, Tim Kunker
Spesifik Komisi IV menilai kualitas
benih local dirasa sudah baik. Benih
itu memiliki kandungan air yangs
sedikit, sehingga tidak mudah
membusuk.
“Penangkar harus terus
meningkatkan benih lokal, jangan
berhenti di satu titik. Sementara
research di tempat lain terus
berjalan, maka kita bisa semakin
jauh ter tinggal. Sekali kita
memproduksi benih, maka harus
maju terus. Untuk itu, diperlukan
dukungan dari pemerintah untuk
memajukan kualiatas dan kuantitas
benih lokal di Tomohon, terutama
wortel dan bunga krisan putih dan
kuning,” harap Siswono.
“Masalah benih, sebaiknya petani
meningkatkan kualitas benih lokal
saja. Meningat, benih dari luar
belum tentu cocok ditanam di
Namun di satu sisi, Tim Kunker
Komisi IV mengingatkan Pemprov
Sulut untuk memperhatikan tata
ruang dan wilayah. Pasalnya, pada
estate ataupun perumahan yang
dapat merusak masa depan suatu
daerah. Untuk itu, tata ruang dan
wilayah harus diprogramkan sebaik
mungkin.
“ Sekitar 6 bulan lalu di sini
(Provinsi Sulut) terjadi banjir, yang
sangat merusak dan menyebabkan
banyak korban. Hal ini karena alih
fungsi hutan menjadi pemukiman,
ditambah pohon-pohon di
hutan yang dibabat habis. Saya
menghimbau kepada masyarakat,
agar jangan hanya mementingkan
kepentingan sesaat, dan harus
memperhitungkan masa depan
bangsa,” himbau Ian.
Hal senada diungkapkan oleh
Anggota Komisi IV Mohammad
Jafar Hafsah. Ia melihat, selama
p erjalanan dari Kot a Manado
hingga Kota Tomohon terdapat
banyak galian dan perbukitan yang
dikeruk tanahnya. Sehingga, selain
mengganggu pemandangan, juga
berpotensi menyebabkan banjir dan
longsor.
“ Te r d ap at b any ak g al i an di
perbukitan. Ini menyalahi. Hal
ini bisa menyebabkan longsor,
juga tidak bisa ditanami pohon.
Hal ini harus dihindari. Jangan
terlalu banyak lahan digali, atau
bukit dipangkas. Pemerintah tidak
memperhatikan tata ruang dan
AMDAL. Pemerintah harus berikan
perhatian,” tegas Politisi Demokrat
ini.
Tomohon. Benih yang sudah cocok
itu ditingkatkan sedemikian rupa,
agar menghasilkan produksi yang
lebih baik,” ujar Ketua Tim Kunker
Komisi IV Ibnu Multazam di Kota
Tomohon, Sulut.
Hal senada diungkapkan
anggot a T im Kunker Sis wono
Yudo Husodo. Ia mengaku bangga
64
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
awal tahun ini, sempat terjadi banjir
bandang di Manado, termasuk Kota
Tomohon. Sehingga, bencana itu
tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Anggota Komisi IV Ian Siagian
mengingatkan kepada masyarakat
dan L SM harus mengontrol
pemerintah, agar lahan pertanian
jangan dialih fungsikan menjadi real
Ditemui usai pertemuan, Walikota
Tomohon Jimmy F Eman berharap,
kunjungan kerja Komisi IV ini dapat
meningkatkan produksi hortikultura
dan florikutura di Tomohon. Harapan
yang sama juga disampaikan para
petani setempat.
“Kami berharap, Komisi IV dapat
m e re ko m e n dasik an ap a y an g
menjadi harapan kami kepada
pihak terkait, untuk mendapatkan
bantuan, baik bantuan teknis
maupun bantuan dari sisi
pendanaan,” harap Jimmy. (iw,iky,sf)
KOMISI V BUKTIKAN KESUNGGUHAN
SERAP ASPIRASI KE DUA DAERAH
Membelah dada melihat hati. Peribahasa itulah yang pas untuk mengungkapkan kesungguhan
hati Komisi V untuk menyerap aspirasi masyarakat dan daerah. Beberapa waktu lalu Komisi V DPR
RI mengunjungi Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur dan Sumedang, Jawa-Barat secara bersamaan
guna menampung aspirasi dari mitra kerjanya, termasuk keluhan masyarakat sekitar.
Labuhan Bajo, NTT
Dalam kunjungan yang dipimpin
oleh anggota Komisi V Fary Djemi
Francis, para wakil rak yat ini
menampung beberapa aspirasi
dari b erbagai mitr a kerjanya.
Sebut saja penyelesaian bandara
K o m o d o , L a b u a n B a j o N T T.
Untuk mendukung percepatan
penyelesaian bandara yang menjadi
satu destinasi wisata yang baru
ini, Kementerian Perhubungan
m e namb ah at au m e mp e r luas
runway (lintasan bandara).
“Kami sudah melihat dan merasakan langsung runway yang ada
saat ini masih sangat kurang panjang sehingga hanya bisa digunakan
untuk pesawat kecil jenis ATR saja.
Padahal dengan menjadikan Pulau
Komodo menjadi satu dari tujuh
keajaiban dunia ini, sudah pasti pesawat kecil tidak efektif dalam mendatangkan wisatawan ke daerah
ini. Untuk diketahui dalam pesawat
yang kami tumpangi sebanyak sembilan puluh persennya adalah turis
asing, artinya daerah ini benarbenar telah menjadi daerah tujuan
wisata dunia yang baru,”jelas Tim
Kunjungan Kerja, Fary Djemi Francis pada wartawan di Labuhan Bajo,
NTT, Rabu (10/9).
Fary menambahkan penambahan
runway Bandara Komodo, Labuhan Bajo ini sangat diperlukan agar
mampu didarati oleh pesawat jenis
Boeing 737 yang notabene berukuran besar dan mampu mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi.
Selain itu peluasan runway juga semata untuk menghindari terjadinya
resiko kecelakaan dalam pendaratan
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
65
KUNJUNGAN KERJA
pesawat. Menurut laporan yang
diterimanyadari Ditjen Perhubu­ngan
udara, Kementerian Perhubungan,
Fary mengatakan bahwa panjang
runway Bandara Komodo saat ini
2.150 m X 30 m, sementara luas
apron 220 m X 80 m.
Selain perpanjangan runway,
Komisi V juga meninjau gedung
terminal baru yang telah dibangun
dari tahun 2012-2014. Disini terlihat
beberapa kekurangan yang harus
segera diselesaikan,seperti fasilitas
penunjang operasional bandara,
sebut saja ruang kantor yang masih belum memadai,tractor, flood
light dll. Tidak hanya itu Komisi V
juga mencermati akses menuju
66
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
bandara,salah satunya dengan rencana pembuatan jalan lingkar yang
akan memudahkan masyarakat
menuju bandara. Untuk hal tersebut, Kemenhub tengah menyelesaikan pekerjaan pemotongan ob­
stacle antara bukit kalumpang dan
bukit cinta.
“Pemotongan obstacle ini tidak
hanya bertujuan sebagai akses
menuju bandara, namun juga sebagai salah satu pemenuhan standard keselamatan dan keamanan
penerbangan, namun pembangunan ini juga seyogyanya tetap mempertimbangkan tata ruang kota atau
daerah. Dengan kata lain jangan
sampai menimbulkan dampak buruk
bagi warga sekitar, ” ungkap Fery.
Pada kesempatan itu Fary yang
didampingi anggota Tim Kunker
Komisi V lainnya yang terdiri dari Eri­
ko Sotarduga, Sonny Waplau, Hetifah, Sigit Sosiantomo, Etha Buloh,
Nurhasanah ini juga mengunjungi
Kampung ujung dan Kampung te­
ngah yang berada tepat di bibir
pantai. Jika gelombang laut pasang,
dua kampung ini pun ikut tergerus
ombak. Namun sejak Komisi V me­
nganggarkan pada mitra kerjanya
Kementerian Pekerjaan Umum untuk membangun pengamanan Pantai Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, kedua kampong ini dapat
dikatakan terbebas dari banjir.
Sumedang, Jawa Barat
Tim Kunjungan Spesifik Komisi V
DPR RI ke Sumedang, Jawa Barat ini
dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi V
DPR, Muhidin M.Said. Dalam kunjungannya tersebut Muhidin berjanji
akan membantu menyelesaikan hak
masyarakat korban proyek Waduk
Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.
Problem teknis konstruksi sudah 95
persen selesai, sementara problem utamanya, masalah sosial hingga
kini belum selesai. “Pada tanggal 22 - 24 September Komisi V akan membicarakan
anggaran 2015 dan mendiskusikan
dengan KemenPU untuk mencarikan jalan keluar, termasuk masalah
Bendungan Jatigede,” ujarnya kepada pers usai mengadakan pertemuan dengan pejabat PU dan
Pemda Sumedang, serta wakil masyarakat di lokasi proyek Waduk Jarigede, Kamis 11 September 2014.
Selama Rabu - Kamis (10 -11
September 2014) Tim Kunker Spesifik
Komisi V yang terdiri dari Roestanto
Wahidi, Bambang Sutrisno,
Jamaluddin Jafar, A.Bakri dan Andi
Muawiyah Ramli ini melakukan
peninjauan Pembangunan Jalan
Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan
(C isum dawu) dan B en dun gan
Jatigede, Sumedang, Jawa Barat.
Ditambahkan politisi dari Fraksi
Par tai Gerinda ini selain akan
mengantisipasi terjadinya banjir di
pemukiman warga, pengamanan
pantai berupa bangunan revet­
ment at au temb ok laut , juga
telah dibangun breakwater atau
bangunan pemecah gelombang
yang bertujuan untuk memininalisir
kerusakan dan perbaikan zona pantai
dalam kaitan penanggulangan
mitigasi bencana. Tidak hanya itu,
di wilayah ini juga telah dibangun
pelabuhan kecil selain sebagai
tempat sandar perahu-perahu
warga juga dapat dijadikan fasilitas
w ar g a u nt u k b e r k u m p u l d an
bermain. (Ayu)
sudah dilaksanakan. Konstruksi fisik
waduk telah selesai dan ditargetkan
pengisian waduk semula pada April
2014 dan mundur lagi pada September ini.
Manfaat Bendungan Jatigede antara lain akan mampu mengairi
irigasi seluas 90.000 ha, menghasilkan air baku 3.500 liter/detik,
menghasilkan PLTA 110 MW dan
pengendalian banjir seluas 14.000
hektar. Problem sosial yang perlu
segera diselesaikan menyangkut
11.400 KK terdiri sekitar 25.000 jiwa
akan kehilangan perumahan, lahan
pendapatan dan mata pencaharian.
Jadi lanjut Muhidin, itulah intinya kedatangan Tim Komisi V DPR
ke lokasi Waduk Jatigede adalah
untuk mengetahui persis apa masalah yang terjadi. Dengan hadirnya
para pemangku kepentingan dan melakukan diskusi, dia optimis akan
bisa menyelesaikan persoalan ini.
Langkah-langkah konkrit yang
akan dibicarakan di antaranya masalah kehutanan, pemukiman, pembebasan lahan, termasuk pembangunan perumahan. Kebetulan masalah
ini ada di lingkup tugas Komisi V.
“Mari duduk bersama dan setiap masalah akan dibicarakan,” ujarnya lagi.
Ditegaskan politisi Partai Golkar ini, rencana penggenangan
Dikatakan Muhidin, berlarutnya yang dilakukan sebaiknya setelah
penyelesaian masalah sosial terkait pengosongan. Hak-hak rakyat harus
Bendungan Jatigede ini tidak bisa diselesaikan dulu, baru dilakukan
dibiarkan, karena seluruh persoalan penggenangan, sebab tujuannya
itu tujuannya sangat mulia untuk semua untuk kepentingan rakyat.
kesejahteraan rakyat. “Rakyat juga “Boleh digenangi tapi hak-hak rak­
tidak bisa dirugikan. Karena itu yat diselesaikan,” katanya.
rakyat juga harus dicarikan jalan keluar bagaimana hak-hak rakyat
Sebagai anggota DPR kata dia,
ini bisa diselesaikan dengan baik,” akan mencari jalan keluar bagaimatandas Muhidin.
na agar proyek ini selesai. Apalagi
Jatigede merupakan target masa
Proyek Bendungan Jatigede meru- Kabinet SBY. Tekait dengan hal ini
pakan proyek terlama di dunia, diga- dia berharap dikeluarkan Keppres
gas oleh Presiden Soekarno tahun sebagai payung hukum untuk men1963 dan disiapkan detail desain cairkan uang nega­ra yang akan dibabendungan 23 tahun kemudian has dengan Kemen PU 22 Septem(1986) dan ditindaklanjuti dengan ber mendatang. DPR akan mendesak
beberapa studi dan detail desain. ganti rugi masyarakat yang tergusur
Pada tahun 2004 direview kembali proyek Jatigede harus diprirotaskan.
hingga akhirnya pembangunan fisik (mp)
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
67
SOROTAN
DPR DUKUNG PROGRAM
PEMERINTAH PRO RAKYAT
Program Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama lima tahun ke depan belum dimulai, namun nyatanya
muncul berbagai isu ketakutan bahwa program Jokowi akan dijegal.
K
ekhawatiran tersebut
cukup beralasan karena memang lembaga
L e gislat if te r p e c ah
menjadi dua koalisi besar yaitu Koalisi Merah Putih (KMP)
dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH)
dimotori oleh PDI Perjuangan yang
merupakan imbas pertarungan politik pasca Pilpres lalu antara Jokowi
dengan Prabowo Cs.
Munculnya Koalisi Merah Putih
(KMP) di DPR RI membuat peta
politik semakin menarik. Pasalnya,
kehadiran KMP dapat meningkatkan
check and balances antara
Pemerintah dan Parlemen.
68
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
bekerja di DPR,” ujarnya.
D i a m e n am b ah k an , ap ab i l a
program pemerintah Jokowi hanya
untuk golongan dan kelompok
tertentu kita juga akan berikan
warning keras. “Kalau program
pemerintah hanya untuk golongan
dan kelompok tertentu kita akan
m en gaw asiny a s e c ar a ket at ,”
ujarnya.
Fauzih menilai, usulan KMP yang
akan merombak 100 UU karena
dianggap tidak pro rak yat dan
liberal merupakan usul yang bagus.
“Kita setuju saja karena memang UU
harus pro rakyat,” terangnya.
Untuk menunjang itu, terangnya,
perlu disupport dari Kesetjenan DPR
RI. “Untuk drafting mulai dari awal
UU itu dirapikan di Kesetjenan,
jadi anggota hanya memberikan
masukan agar UU ini rigid dan
detail,” katanya.
“ Terbentuknya KMP di DPR RI
merupakan penyeimbang atas
terbentuknya pemerintahan JokowiJK,” ujar anggota DPR dari Partai
Golkar Fadel Muhammad kepada
wartawan.
Menurut Fadel, indikator program
pro rak yat Joko Widodo harus
mengacu pada tiga hal, pengentasan
kemiskinan harus menjadi prioritas,
penyediaan lapangan pekerjaan,
dan menghilangkan ketimpangan
sosial.
“Itu sudah jelas sudah ada master
plan, kita sudah punya perencanaan
blue print sampai 2045. Saya terlibat
membuatnya. Itu kita aplikasikan
untuk pembangunan ke depan,”
jelasnya.
Dia menegaskan, apabila program
Jokowi dan JK melenceng dari
Blue Print yang sudah ada, tidak
main-main Golkar bukan hanya
ak an m e m b e r i k an k r i t i k t ap i
warning yang besar. “Bukan hanya
mengkritisi, kita akan memberikan
masukan-masukan, kalau dia tidak
mau, kita akan berikan warningwarning politik yang besar pada
mereka,” ungkapnya.
Sementara anggota DPR dari
Partai Hanura Fauzih H. Amro dari
Partai Hanura mengatakan, kubukubu yang ada di DPR RI harus
berakhir, apalagi anggota DPR baru
sudah digodok di Lemhanas soal
kebangsaan.
“Saya lihat dengan dikuasainya
parlemen oleh KMP sementara
ek sekutif K IH, dapat menjadi
penyeimbang at au check and
balance. Jangan sampai ada lagi
saling jegal,” harapnya.
Menurutnya, teman-teman KIH
akan terus memback up program
Jokowi yang pro rakyat misalnya
swasembada pangan, infrastruktur
dan pembangunan tol laut. “Masa
program yang pro rakyat ini mau
dijegal. Ke depan jangan kubukubuan tetapi sebagai pengawas
program pemerintah bisa langsung
Terkait munculnya koalisi di DPR,
papar Fauzih, dalam politik tidak ada
yang abadi. Kita lihat perkembangan
setahun ke depan apakah dinamika
politik akan berubah atau tidak.
“Kita tahu dulu sempat ada koalisi
kebangsaan dan awal pemerintahan
juga banyak pertentangan tapi
f ak t any a ak hir ny a c air juga,”
terangnya.
Dia mengharapkan, dapat segera
terbangun kerjasama yang baik,
karena ekses koalisi ini merupakan
akibat efek domino Pilpres. “Semoga
ke depan kita bisa melebur menjadi
satu,” tandasnya.
Sebagai wakil rakyat, ujar Fauzih,
dirinya mengharapkan kabinet
Jokowi diisi oleh or ang y ang
profesional dibidangnya. Disisi lain,
program yang ada tidak memuat
unsur kapitalisme. “ Yang utama
Jokowi harus mengedepankan
supremasi hukum, kemudian kedua
penghematan dalam semua aspek.
Selain itu program harus pro rakyat,
sebagai negara maritim, program
kelautan dan pertanian itu yang
harus diprioritaskan,” ujarnya.
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
69
SOROTAN
SEMBILAN PROGRAM
PEMERINTAHAN JOKOWI-JK
6
1
Meningkatkan profesionalisme, menaikkan gaji, dan
kesejahteraan PNS, TNI dan Polri secara bertahap
selama 5 tahun. Program remunerasi PNS akan
dituntaskan di tingkat pusat dan diperluas sampai
ke level daerah.
2
Mensejahterakan desa dengan mengalokasikan
dana desa di mana setiap desa rata-rata 1,4 miliar
dalam bentuk program bantuan khusus dan
menjadikan perangkat desa menjadi PNS secara
bertahap.
Menurunkan tingkat pengangguran dengan
menciptakan 10 juta lapangan kerja baru selama
lima tahun. Bantuan dana Rp 10 juta per tahun untuk
UMKM/Koperasi. Mendorong, memperkuat dan
mempromosikan industri kreatif dan digital sebagai
salah satu upaya mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi.
7
Layanan kesehatan gratis rawat jalan/rawat inap
dengan Kartu Indonesia Sehat, 6.000 Puskesmas
dengan fasilitas rawat inap, serta air bersih untuk
seluruh rakyat.
3
8
4
9
M e nin gk at k an an g g ar an p e n an g gul an g an
kemiskinan, termasuk memberi subsidi Rp 1 juta
setiap bulannya untuk keluarga pra-sejahtera,
sepanjang pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas
7%.
Program kepemilikan tanah pertanian untuk 4,5
juta kepala keluarga. Pembangunan/perbaikan
irigasi di 3 juta hektare sawah. Pembangunan 25
bendungan, 1 juta hektar lahan pertanian baru di
luar Jawa. Pendirian Bank Petani dan UMKM serta
penguatan Bulog.
5
Perbaikan 5.000 pasar tradisional di seluruh
Indonesia dan membangun pusat pelelangan,
penyimpanan dan pengelolaan ikan. Membantu meningkatkan mutu pendidikan
pesantren untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional. Meningkatkan kesejahteraan guru-guru
pesantren sebagai bagian dari komponen pendidik
bangsa.
Mewujudkan pendidikan bagi seluruh warga
negara termasuk petani, nelayan, buruh, termasuk
difabel dan elemen masyarakat lain melalui Kartu
Indonesia Pintar. Menyediakan fasilitas pendidikan
yang baik dengan target partisipasi 100% untuk
SD, dan 95% untuk tingkat SLTP; mewujudkan kur
i­kulum berkualitas; menjamin kesejahteraan guru
dan meningkatkan tunjangan bagi para guru.
Meningkatkan kualitas guru dengan melanjutkan
program Sertifikasi guru. (si, as) foto: iwan armanias/
parle/iw
70
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
LIPUTAN KHUSUS
SIDANG KE-VIII ASIA-EUROPE
PARLIAMENTARY PARTNERSHIP
Peran Parlemen dalam Mendorong Kemitraan Asia-Eropa, Pertumbuhan
Berkelanjutan dan Struktur Pemerintahan yang Lebih Kuat
S
idang Asia-Europe Parlia­
mentary Partnership (ASEP)
ke-VIII telah diselenggarakan
pada Senin-Selasa (6-7/10/2014) di
Roma, Italia. Sidang yang dihadiri
oleh 41 negara anggota ASEP dari
kawasan Asia dan Eropa ini mengambil tema “The Role of Parlia­
ments in Fostering Europe - Asia
Dialogue, Sustainable Growth and
Stronger Governance Structures”
(Peran Parlemen dalam Mendorong
Kemitraan Asia-Eropa, Pertumbuhan Yang Berkelanjutan dan Struktur Pemerintahan Lebih Kuat).
Sidang ini diikuti oleh Delegasi
P ar l emen dar i ne gar a - ne gar a
anggota ASEM - Australia, yaitu
Austria, Belgia, Brunei, Cina, Siprus,
Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani,
Hungaria, Indonesia, Italia, Jepang,
Laos , Latvia, Lithuania, Malaysia,
M a l t a , M o n g o l i a , M y a n m a r,
N o r we gia, P ak is t an, Filip ina,
Po lan dia, Por tu gal, R umania,
Federasi Rusia, Singapura, Slovakia,
Slovenia, Spanyol, Swiss, Thailand,
I n g g r i s R ay a, V i e t n am - d an
Parlemen Eropa.
Dewan Perwakilan Rakyat Repu­
blik Indonesia sebagai salah satu
anggota ASEP dari kawasan Asia turut berpartisipasi dengan mengirimkan tim delegasi. Delegasi dipimpin
oleh Evita Nursanty (F-PDIP), de­
ngan anggota terdiri dari Jefirstson
Richset Riwu Kore (F-PD), Meutya
Viada Hafidz (F-PG), dan Vanda Sarundajang (F-PDIP).
Sebagaimana diketahui, sidang
A SEP merupakan salah satu
forum berbagi ide, informasi, dan
pengetahuan untuk membangun
dan memperkuat kerja sama antar
Negara di kawasan Asia dan Eropa.
Dalam gelaran sidang kali ini
ditekankan dua subtema pada panel
yang dilaksanakan secara pararel.
Panel pertama membahas Struktur Tata Kelola Ekonomi dan Keuangan (Economic and financial go­
vernance structures). Setiap negara
menyampaikan pandangannya terkait kondisi ekonomi dan keuangan,
baik di negaranya masing-masing
maupun global. Panel dipimpin oleh
Standing Committee Republik Rak­
yat Tiongkok Hon. Shaohua Zhao
dan anggota Parlemen Eropa Hon.
Marc Tarabella.
Pertumbuhan ekonomi menjadi
tantangan untuk Uni Eropa dan
Asia, namun dengan tantangan
yang berbeda. Meskipun Eropa
telah membuat langkah-langkah
yang luar biasa untuk ke depannya,
kebijakan baru harus diadopsi untuk
menghindari stagnasi. Sementara
itu, p er tumb uhan A sia har us
memperoleh kekuatan dalam bulanbulan mendatang.
Saat ini, pemulihan ekonomi
global lebih lemah dari yang
diperkirakan. International
Monetary Fund telah menurunkan
angka p er tumbuhan ekonomi
dunia menjadi sebesar 3,3% pada
tahun 2014. Hal ini menunjukkan
lima aspek yang saling berkaitan,
yakni pertumbuhan ekonomi dunia,
ketidakseimbangan neraca global
saat ini, pengangguran, harga,
investasi.
Enam tahun usai memasuki era
krisis, Uni Eropa masih berkutat
dengan def lasi dan s t agnasi.
Sebaliknya, A sia dip erkir akan
akan terus mendorong pemulihan
global. Hubungan antara Uni Eropa
dengan Asia sangatlah penting,
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
71
LIPUTAN KHUSUS
ing (MODEL ASEM), yang diwakili
Evita Nursanty didampingi Vanda
Sarundajang. Acara ini diselenggarakan pada Kamis (9/10/2014) di
Politecnico di Milano Bovisa Campus, Milan. Model ASEM merupakan
forum pertemuan yang bertujuan
memberikan pemahaman mengenai ASEM yang lebih mendalam bagi
pelajar dari Asia dan Eropa.
Dalam pertemuan tersebut, selain menyampaikan hasil-hasil dari
Sidang ASEP VIII, Delegasi Indonesia juga menjelaskan peran dan
kegiatan ASEP dalam menjalin kerja sama antara kawasan Asia dan
Eropa, di depan sekitar 120 pelajar
yang berasal dari 40 negara anggota ASEM.
mengingat Asia merupakan mitra
dagang utama Uni Eropa, dan pada
saat yang sama, pertumbuhan masa
depan Asia tergantung pada akses
ke pasar Uni Eropa.
Delegasi Indonesia berkesempatan menyuarakan aspirasi nega­
r a - negar a b erkembang dalam
membangun kewaspadaan terhadap potensi resiko di pasar global
diperlukan coordinated regional
responses to crisis, kebijakan yang
kuat (strong and prudent policies)
dari setiap negara untuk menghadapi tantangan jangka menengah
dan jangka panjang, dan globally
coordinated policy measures untuk
mengatasi krisis keuangan global.
Selain itu, kerja sama ekonomi
regional perlu diperkuat tidak
hanya di antara negara berkembang
namun juga dengan negara-negara
maju guna menciptakan stabilitas
makro ekonomi yang berkelanjutan
melalui penguatan regional
financial arrangement (RFAS) dan
penciptaan bilateral safeguard.
“Resiko kegagalan untuk mencapai
pemulihan ekonomi global harus
dihindari. Dalam ASEP, anggota
parlemen harus melakukan yang
terbaik untuk menghadapi krisis
dengan menciptakan sistem Euro72
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
Asia yang mampu menghadapi
krisis. Komitmen dan kebijakan
y a n g a d i l u nt u k m e n d u k u n g
pertumbuhan jangka menengah
dan panjang,” jelas Anggota DPR
Jefirstson Richset Riwu Kore.
Pembahasan panel kedua adalah
Pertumbuhan dan Ketahanan Pa­
ngan yang Berkelanjutan (Sustain­
able growth and food security).
Pada pembahasan panel dua ini,
Delegasi Indonesia diwakili oleh
Meutya Viada Hafid, yang bertindak
sebagai co-chair mewakili kawasan
Asia, didampingi Anggota Parlemen
Finlandia Aila Paloniemi, Anggota
Senat Italia Lucio Malan.
“Indonesia mendukung sepenuhnya upaya untuk meningkatkan kemitraan Asia-Eropa dalam mencapai
pertumbuhan pertanian dan ketahanan pangan yang berkelanjutan
melalui pembangunan pertanian
yang inklusif pada kawasan Asia dan
Eropa. Melalui inisiatif sejenis ASEAN Plus Three Emergency Rice Re­
serve (APTERR) sebagai bentuk kerja
sama regional dalam kawasan Asia
dan Eropa untuk mencapai keta­
hanan pangan global,” jelas Meutya.
Selain Sidang ASEP, Indonesia
juga diundang sebagai pembicara
dalam The Model Asia-Europe Meet­
Hasilkan Kesepakatan Untuk
Dua Wilayah
Sidang ASEP VIII menghasilkan
Deklarasi tentang “The Role of Par­
liaments in Fostering Europe - Asia
Dialogue, Sustainable Growth and
Stronger Governance Structures
yang berisi kesepakatan dan harapan dari parlemen di kawasan Asia
dan Eropa. Kesepakatan itu antara
lain terkait pertumbuhan ekonomi,
perdagangan, dan investasi yang
bertujuan untuk mengurangi ang­
ka pengangguran dan mendukung
pertumbuhan ekonomi global yang
berkelanjutan. Deklarasi ini juga
menekankan isu ketahanan pangan
yang meliputi dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Delegasi Indonesia mengusulkan
perlunya perhatian terhadap isu
pengecualian sosial di samping kemiskinan yang timbul dalam krisis
dan perhatian khusus terhadap masyarakat lokal yang dirugikan seba­
gai akibat krisis ekonomi. Pendekatan produksi yang diusulkan oleh
Delegasi Indonesia adalah untuk
menciptakan ketahanan pangan
yang berkelanjutan.
Perlu dipertimbangkan juga diversifikasi produksi yang berbasis pola
konsumsi masyarakat lokal, mengi­
ngat bahwa Indonesia berpenduduk
lebih dari 250 juta orang dan memi-
liki pola konsumsi yang beragam.
Selain itu, Delegasi Indonesia turut
menyampaikan posisi Indonesia sebagai salah satu negara ASEAN terhadap keinginan negara Uni Eropa
yang ingin berpartisipasi dalam The
East Asia Summit yang semula diusulkan dalam deklarasi.
Sidang ini juga menyepakati untuk memperbaharui komitmen
Parlemen Anggota ASEP pada prinsip-prinsip yang tercantum dalam
Piagam PBB, dimana semua anggota wajib menghindari ancaman
pada hubungan internasional dan
penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan
politik negara manapun. Semua
pihak harus mencari solusi melalui
negosiasi, penyelidikan, mediasi,
konsiliasi, arbitrase, penyelesaian
hukum, kepada badan-badan regional, atau cara-cara damai lainnya
untuk setiap perselisihan.
pentingnya memperkenalkan kebijakan yang bertujuan mempromosikan pertumbuhan ekonomi global
yang berkelanjutan serta mempromosikan perdagangan dan investasi
mengalir di dua wilayah, memerangi pengangguran dan mendukung
pertumbuhan ekonomi yang inklusif
baik di Asia dan di Eropa.
Ditekankan pula pentingnya
memperkuat peran parlemen dalam
mekanisme tata kelola ekonomi internasional saat ini, sehingga membuat lebih transparan, akuntabel
dan mampu memenuhi kebutuhan
warga. Lingkungan ramah bisnis
peraturan juga perlu diciptakan untuk mendukung sosial bisnis, kredit
mikro, ketersediaan, aksesibilitas
dan keterjangkauan semua untuk
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) sebagai alat yang efektif untuk
memperkenalkan model bisnis baru,
sehingga menghasilkan sosial secara efisien dan efektif biaya.
menguatkan.
Partisipasi sektor swasta dan ke­
terlibatan masyarakat sipil perlu
didorong dalam desain dan implementasi langkah-langkah perlin­
dungan lingkungan, untuk memastikan bahwa langkah-langkah ini
memberikan kontribusi terhadap
perubahan sikap dan membawa
pola produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan. Pentingnya peran
pertanian yang merupakan sektor
lapangan kerja terbesar di mayoritas negara berkembang, dan pen­
tingnya perjanjian pertanian internasional untuk menjamin keamanan
pangan dan gizi di tingkat nasional,
regional dan global.
Untuk tujuan ini, sidang ASEP
menegaskan pentingnya untuk
bertindak dan segera menangani
perubahan iklim, termasuk langkah
menuju kesepakatan global yang
efektif mengenai perubahan iklim
pada tahun 2015. Hal ini mengingat
dampak negatif yang cukup besar
pada sektor pertanian dan penduduk, guna menjamin pertumbuh­
an yang berkelanjutan.
Saling percaya dan pengertian,
serta membina kerjasama multifaset antara negara-negara Asia dan
Eropa menjadi kesepakatan terkait
hubungan kemitraan di dua wilayah
ini. Sidang menggarisbawahi perlunya mempromosikan perdamaian,
stabilitas dan keamanan, yang harus sama, transparan, inklusif dan
tak terpisahkan.
Terkait dengan tata kelola ekonomi dan keuangan, Sidang ASEP
mengakui bahwa ekonomi dan pasar keuangan Eropa dan Asia telah
menjadi lebih terintegrasi dan saling
bergantung. Ditekankan perlunya
institusi regional dan sub-regional
untuk fokus pada kebutuhan khusus
dari kelompok yang diwakili, dan
mempromosikan representasi yang
lebih adil negara-negara berkembang.
Sidang juga menggarisbawahi
Sidang juga menghasilkan kesepakatan di bidang pertumbuhan
yang berkelanjutan dan ketahanan pangan. Seluruh delegasi menyatakan kekhawatirannya tentang keamanan pangan sebagai isu
pembangunan berkelanjutan yang
kompleks yang harus ditangani secara global. Mereka percaya bahwa
pembangunan berkelanjutan harus diupayakan dalam tiga dimensi
yang telah ditetapkan, yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan yang digerakkan secara seimbang dan saling
Sidang menekankan peran forum
ASEM sebagai platform penting untuk promosi, kerjasama dan pertukaran pandanngan antara Eropa dan
Asia. Pentingnya proses ASEM untuk
mencapai pemahaman yang lebih
baik antar daerah dengan diperkuatnya politik, ekonomi, sosial-budaya
dan kerja sama pendidikan. Dalam
perspektif ini ditekankan hubungan
antara parlemen Asia dan Eropa
melalui forum ASEM. Kesepakatan
paling akhir, sidang sepakat bahwa
Sidang ASEP ke-IX akan diadakan di
Mongolia, di tahun 2016. (sf) foto:
eka hindra/parle/hr
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
73
SELEBRITIS
Sosialisasikan
Bahasa Isyarat
74
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
D
ari penampilan dan kualitas
suara, tidak ada yang berbeda dari penyanyi yang
populer di era tahun 80-an ini, cantik dan suara yang sangat prima.
Namun, kini disetiap kesempatan
Dewi Yull selalu menyisipkan bahasa isyarat saat berkomunikasi. Apa
maksud dan tujuannya tersebut?
Ikuti kisahnya berikut ini.
pernah membeda-bedakan keempat
anaknya tersebut, di beberapa
kesempatan Dewi tidak ketinggalan
menyertakan anak-anaknya. Bahkan
ketika mendiang putri sulungnya,
Gisca berkeinginan untuk menjadi
model video klipnya, itu pun telah
diwujudkannya lewat video klip lagu
Putri yang dinyanyikannya sendiri.
Panji pun berhak mendapat fasilitas
yang dibutuhkan oleh mahasiswa
disabel saat belajar, mulai dari
penerjemah bahasa isyarat bagi
tunarungu dan tuna wicara, tutorial,
pendampingan bagi tuna netra,
serta kursi roda bagi tuna daksa.
Dewi meyakini bahwa di balik
kekurangannya, Allah SWT masih
memberikan segala kelebihan pada
alm Gisca dan Panji, yang notabene
menyandang Tuna Rungu. Bahkan
kemampuan Panji dikatakan Dewi
melebihi insan pada umumnya. Ya,
Panji Surya Putra berhasil masuk ke
Jurusan Bahasa Inggris Universitas
Brawijaya Malang yang notabene
merupakan universitas negeri
ternama, melalui jalur seleksi khusus
penyandang disabilitas (SKPD).
serangkaian test Panji terpilih masuk
Universitas Brawijaya, Malang
dengan nilai tertinggi. Bangga dan
bahagia pastinya. Bahwa di balik
kekurangannya, ada kelebihan yang
tidak dimiliki kebanyakan orang
umumnya,” papar Dewi Yull.
“Alhamdulillah, setelah melalui
Terimakasih, ucap Dewi Yull
sambil membuka telapak tangan
yang disentuhkan ke bibir kemudian
digerakkan ke depan. Ya, itulah salah
satu bahasa Isyarat yang dilakukan
Dewi Yull disetiap penampilannya.
D i te m u i d i a c ar a p e r p i s ah an
Anggota Komisi VIII DPR RI Periode
2009-2014 di hotel Santika, Jakarta
wanita bernama lengkap Raden ayu
Dewi Pujiati ini lantas menceritakan
ikhwal penggunaan bahasa Isyarat
tersebut.
“ Dua anak saya tuna rungu,
oleh karena itu saya ber tekad
harus tahu dan mengerti tentang
bahasa isyarat. Bahkan kini, anak
saya meminta saya untuk ikut
mensosialisasikan bahasa isyarat
tersebut. Tujuannya tidak lain agar
para penyandang tuna rungu dapat
mudah berkomunikasi dengan
orang lain. Beranjak dari sanalah
saya selalu menyisipkan bahasa
Isyarat di setiap penampilan saya,
walaupun di sekitar saya tidak ada
penyandang tuna rungu,” jelas Dewi
Yull.
Sontak, pengakuan Dewi itu
mengundang decak kagum dari
para audiens yang sebagian besar
merupakan anggota Komisi VIII
DPR RI Periode 2009-2014. Ya,
kekaguman dari sosok seorang
ibu yang gigih memperjuangkan
keinginan dan kemajuan putraputrinya yang diberikan keberkahan
tersendiri.
Bangga Dengan Putra Putrinya
Ibu empat orang anak ini
mengisahkan, sejak mengetahui
kenyataan bahwa dua anaknya
menyandang tunarungu, ia tidak
pernah malu mengakuinya. Ia tidak
Tidak hanya itu, Panji berhasil
meraih nilai terbaik pertama dari
19 peserta lain yang lulus tes tahun
ketiga di Universitas Brawijaya
Malang. Dari sana, Panji dan temanteman difable lainnya mendapat
kesempatan kuliah di universitas
tersebut bersama seluruh
mahasiswa lain di kelas reguler.
Penyanyi yang pernah
mengeluarkan banyak hits,
seperti Kau Bukan Dirimu Lagi,
Jangan Ada Dusta Diantara Kita
ini menambahkan bahwa anak
ketiganya itu, Panji sempat bercitacita ingin menjadi dosen atau
guru bahasa Inggris untuk para
tuna rungu. Sebagai orangtua,
ia sangat mendukung keinginan
putranya tersebut. Ditambah saat
ini kepedulian pemerintah terhadap
kaum difable semakin terlihat.
Sehingga terbuka luas kesempatan
bagi Panji untuk bisa meraih cita-
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
75
SELEBRITIS
Karir Seni
Tak berlebih jika Dewi kini me­
nganggap akan setia dengan dunia
seni yang telah membesarkan namanya. Bahkan ia menganggap lewat
panggung ke panggung itulah dirinya
bisa hidup seperti saat ini. Karirnya di
dunia seni berawal ketika tahun 1977
ia menjadi juara ke empat Penyanyi
Tingkat Nasional setelah Hetty Koes
Endang, Melky Goeslaw/Diana Nasution dan Ira Puspita.
citanya tersebut.
bon lewat sebuah sistem kandas di
tengah jalan.
RUU Disabilitas
Terkait dengan pengesahan RUU
tentang Penyandang Disabilitas
yang akan menjadi usulan DPR,
Dewi sangat menyambut positif hal
tersebut. Pasalnya, RUU tersebut
menjadi pay ung hukum y ang
kuat untuk memberikan hak yang
sama bagi penyandang disabilitas
sebagaimana warganegara lainnya.
Dengan demikian segala ketidak
adilan atau diskriminatif perlakuan
yang pernah diterima para difable
tidak akan terulang kembali.
Berbicara tentang Politik, diakuinya untuk bisa terlibat langsung
dalam penentu kebijakan, mau tidak mau dan suka tidak suka setiap
orang harus masuk dalam sebuah
sistem, baik itu sistem politik maupun sistem pemerintahan. Oleh
karena itulah beberapa waktu silam
pihaknya sempat masuk menjadi
kader salah satu partai politik. Bahkan Dewi sempat dicalonkan menjadi Wakil Walikota Cirebon. Ia konon meraih suara terbanyak kedua
saat rapat Tim Pilkada Partai tersebut. Sayangnya, langkahnya terjegal
dengan adanya konflik internal partainya sendiri. Keinginannya untuk
memajukan kota kelahirannya, Cire76
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
“ B agi s ay a mengab di untuk
kota kelahiran saya, Cirebon tidak
harus menjadi Walikota atau Wakil
Walikota. Dan apa yang sudah
terjadi merupakan pelajaran politik
yang berharga untuk saya,” aku
Dewi ketika itu.
Kini, Dewi kerap diminta mengisi
acara kampanye Pilkada untuk
beberapa tokoh politik.Tidak hanya
sekedar menyumbangkan suara
emasnya, namun Dewi juga kerap
te r jun l an gsun g m e n amp un g
aspirasi dan keluhan masyarakat
sekitar untuk kemudian disampaikan
kepada kandidat kepala daerah
yang diusungnya. Meski demikian
ia mengaku masih enggan untuk
kembali ke panggung politik.
“Sepertinya dunia saya bukan di
Politik. Saya lebih enjoy di panggung
hiburan dan seni tanah air. Walau
begitu saya melihat dunia politik Indonesia saat ini telah banyak mengalami kemajuan yang luar biasa.
Terutama peluang bagi perempuan
untuk ikut berpolitik saat ini terbuka
luas dengan ditambahnya kuota
perempuan dalam politik,” papar
wanita kelahiran Cirebon, 10 Mei
1961.
Dari ajang itu namanya mulai
dikenal luas sebagai penyanyi profesional. Bahkan tidak hanya bersenandung, Dewi Yull juga sempat
berakting lewat sinetron Losmen
dan film Kembang Kertas. Sejak
saat itu nama dan wajah Dewi Yull
semakin dikenal luas di masyarakat.
Bahkan terakhir, duetnya dengan
alm Broery Pesolima malah dinobatkan menjadi pasangan duet yang
mampu melahirkan lagu-lagu abadi
sepanjang masa.
Dalam kehidupan pribadi, lewat
Titiek Puspa pada tahun 1980 Dewi
Yull dipertemukan dengan aktor
Ray Sahetapy dalam sebuah syuting
film bertajuk GADIS. Dari perkawin­
an mereka dikaruniai empat orang
anak, Gizka Puteri Agustina Sahe­
tapy, Rama Putra, Panji Surya, Mohammad Raya Sahetapy. Sayangnya, pada tahun 2004 pernikahan
keduanya kandas saat Ray berencana menikahi teman kuliahnya Sri
Respatini Kusumawati. Dewi sendiri
di berbagai kesempatan, termasuk
saat perpisahan Komisi VIII Periode
2009-2014 lalu mengungkapkan
bahwa dirinya juga sudah tidak
sendiri lagi. Sejak beberapa tahun
silam, ia telah melepas masa jandanya dengan dinikahkan oleh se­
sama seniman.
“Alhamdulillah sudah lima tahun
saya tidak sendiri lagi, saya sudah
menikah, suami saya seniman juga,
tapi memang belum terpublikasi.
Karena biasanya berita baik malah
tidak disukai media, sebaliknya be­
rita buruk malah jadi incaran media,” ungkap Dewi diselingi tawa.
(Ayu) foto: rizka/parle/iw
SERBA SERBI PELANTIKAN
ANGGOTA DPR
Ade Rizki Grogi Tapi Terharu
Anggota termuda DPR periode 2014-2019 Ade Rizki
Pratama (26), tidak dapat membayangkan dirinya
menjadi Pimpinan sementara DPR mendampingi
Pimpinan ter tua Popong Otje Djundjunan (76).
Kesempatan seperti ini tidak dapat dirasakan oleh
semua anggota DPR. “Saya merasa grogi saat memimpin
sidang pelantikan anggota DPR periode 2014-2019 di
ruang Rapat paripurna Gedung Nusantara,” ungkapnya
belum lama ini.
Politisi muda dari Partai Gerindra ini mengaku, pada
saat memimpin sidang rasanya tidak karuan, ada rasa
bangga, ada rasa gugup juga ada rasa terharu. “ Inilah
pengalaman saya yang pertama kali duduk menjadi anggota Dewan termuda yang akan menjadi pengalaman
hidup yang sangat berharga. Apalagi bagi saya yang
berusia masih cukup muda sudah memimpin sidang paripurna baik sidang DPR maupun MPR,” sebut Ade.
Dengan menjadi pimpinan sidang sementara,
sekaligus anggota DPR termuda dia berharap, dapat
menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia
turut aktif dalam membangun bangsa.
Ditunjuk sebagai Pimpinan DPR sementara menurut
Ade, diterima pada saat acara gladi resik. Sangat
terkejut ketika diberi kepercayaan itu, namun dirinya
tidak mungkin menolaknya. “Mau tidak mau saya
harus memimpin sidang mendampingi anggota tertua
Popong Otje Djundjunan,” pungkas Ade.
Ceu Popong Ingatkan Anggota DPR
Tidak Korupsi
Salah satu bintang Senayan pada Sidang paripurna
saat pemilihan Pimpinan DPR periode 2014-2019
adalah anggota tertua Popong Otje Djundjunan. Meski
cukup berusia, namun ketahanan fisiknya masih cukup
prima, menghadapi berondongan interupsi toh bisa
menyelesaikan tugasnya memimpin rapat dari malam
hingga pagi hari.
Ceu Popong, panggilan akrab politisi Partai Golkar ini
berpesan pada anggota DPR tidak melakukan korupsi. Kalau betul-betul berpegang bahwa Tuhan selalu
melihat kita setiap saat, tidak mungkin akan melakukan
korupsi.
Lagi pula, dikatakan, anggota DPR sudah mengucap
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
77
sumpah dengan mengatakan Demi Allah. “Kalau
kita sudah bersumpah seperti itu, tentu kita akan
melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab.
Adapun kalau ada anggota DPR yang melakukan korupsi
itu lupa dengan sumpahnya, maka semua ini berpulang
pada pribadi anggota DPR masing-masing,” kilahnya.
Wanita yang sudah menjalani Puasa Nabi Dawud
(sehari puasa-sehari tidak) selama 15 tahun ini
mengatakan, untuk menjadi seorang politikus itu tidak
ada batas usia. Berbeda kalau menjadi Tentara atau
PNS, ada batas usia pensiun.
Di negara lain biasanya usia di atas enam puluh baru
tumbuh menjadi seorang politikus, kalau di Indonesia
beda. Anak-anak muda sudah hebat, makanya disini
sudah terbiasa menghadapi masalah seperti ini.
Mengungkap kiat tetap segarnya menggeluti dunia
politik, Ceu Popong hingga memasuki 5 periode ini
mengatakan, segala macam itu harus diterima dengan
ridho dan ikhlas Lillahi Ta’ala. Bagian orang hidup itu
ada manis, ada pahit, dan ada asin, ada kecut, juga ada
pedas.
“Nah karena itu bagian orang hidup, maka tentu harus
kita terima dengan ikhlas, jangan mau manisnya saja,
begitu dapat pahit lalu mengeluh. Mestinya kalau kita
mendapat yang manis alkhamdulillah, yang pahit juga
alkhamdulillah,” jelas Ceu Popong.
Pesan Ibu dan Pesan Partai
Pada saat acara pelantikan anggota DPR 1 Oktober
lalu, selain anggota DPR juga hadir ke Gedung Wakil
78
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
rakyat tersebut anggota keluarga termasuk bapak
dan ibunya. Salah seorang diantaranya Ny. Diah,
ibu kandung anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar
M. Sarmuji. Ia mendoakan dan mengingatkan agar
putranya melaksanakan tugas dengan amanah dan
menjauhi diri dari segala jerat pidana apalagi pidana
khusus seperti korupsi.
“Iya, Ibu sudah mengingatkan jangan sampai lupa diri
terjebak korupsi. Jadi pejabat negara suka lupa, ingat
saja wakil rakyat ya wakilnya rakyat,” kata Ny Diah saat
dijumpai di loby Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Dia bersama sejumlah keluarga besar sengaja datang
jauh-jauh dari Jawa Timur menyaksikan peristiwa
yang pastinya bermakna besar bagi mereka, Sambil
menanti putranya yang sedang rapat fraksi di ruang
sidang Komisi X, dia bersama anggota keluarga lainnya
memilih santai berselonjor di lobi Gedung Nusantara I.
Fraksi Partai Gerindra juga punya cara tersendiri
dalam menyambut anggota barunya. Satu buket besar
bunga dengan kombinasi warna merah dan putih di
pajang persis di pintu masuk ruang pertemuan yang
juga digunakan oleh Panitia Anggaran ini.
Bersebelahan dengan kembang merah putih ada
poster Ketua Umum mereka yang baru Prabowo Subianto.
Disisi kanannya ada tulisan besar berisi peringatan. “Jika
ada anggota legislatif yang tidak setia dan mengkhianati
rakyat Indonesia maka Partai Gerindra tidak akan
ragu-ragu untuk memecatnya,” demikian pesan partai
dibawah Pimpinan mantan capres Prabowo Subianto
tersebut.(spy) foto: naefurodjie, andri/parle/iw
POJOK PARLE
ANANG HERMANSYAH
“KEHILANGAN” ANAK DAN ISTRI
M
enjalani proses pelantikan DPR RI untuk pertama kalinya tentu menjadi momen yang
istimewa bagi anggota DPR terpilih, tak terkecuali artis penyanyi sekaligus pencipta lagu, Anang
Hermansyah. Tak berlebihan jika untuk acara bersejarah dalam hidupnya itu Anang mempersiapkan dengan
sangat baik.
Jika biasanya suami Ashanty ini jarang sekali
mengenakan jas, namun di hari tersebut pria kelahiran
Jember 18 Maret 1969 ini melengkapi kemeja putih dan
celana hitamnya dengan jas senada plus dasi warna
biru.
“Pas Subuh aku harus pasang dasi, pasang apalah.
Disiapin sih sama istri tapi saya memang enggak biasa
pakai seperti itu,” kata Anang pada wartawan di Gedung
Parlemen, Jakarta, Rabu (1/10).
Hal tersebut mungkin tidak terlalu aneh. Namun yang
cukup membuat orang tertawa adalah tatkala pelantun
lagu “Separuh Jiwaku Pergi” itu “kehilangan” istri dan
anaknya di Gedung DPR. Lho kok bisa? Ya pasalnya, usai
mengikuti acara pelantikan dan sumpah janji anggota
DPR RI Periode 2014-2019, seluruh anggota DPR pun
berhamburan keluar dari gedung Nusantara atau yang
biasa disebut gedung bulat. Sontak kondisi tersebut
membuat gedung yang berbentuk bak tempurung kurakura itu menjadi sangat penuh dan sesak.
Berbarengan dengan itu Anang yang sudah ditunggu
sejumlah pewarta termasuk wartawan infotaimen pun
kebingungan. Sejatinya ia ingin melayani pertanyaan
para wartawan, namun disaat yang bersamaan sang
istri menghubunginya lewat telpon selularnya.
“Kamu dimana? Kamu dimana? Aku juga di lobi ini,”
teriak Anang dengan logat Jawa Timurnya yang khas.
Kondisi tersebut berlangsung cukup lama. Tak ayal hal
itu mengundang tanya sekaligus tawa pengunjung yang
memenuhi gedung tersebut, termasuk wartawan yang
sejak lama mengikutinya. Anang mencari-cari lobi yang
dimaksud sang isteri dari ujung telpon genggamnya.
Ia merasa sudah berada di gedung yang sama dengan
sang istri, namun wajah sang istri dan putri sulungnya
tak jua diketemukannya.
Alhasil setelah beberapa lama mencari-cari, salah
seorang staf atau karyawan DPR sempat menanyakan
lobi yang dimaksud Anang. “Ada banyak lobi disini mas
Anang,” ucap orang tersebut. Ya, di gedung parlemen
sendiri memang ada enam gedung utama, yakni gedung
nusantara atau yang biasa disebut gedung bulat atau
gedung kura-kura, Gedung Nusantara I, Nusantara II,
Nusantara III, Nusantara IV dan Nusantara V. Masingmasing gedung memiliki lobi yang berbeda. Khusus
untuk acara pelantikan anggota DPR, tempat dimana
Anang dilantik berada di Gedung Nusantara.
Tak berapa lama, yang dinantikan pun tiba. Anang
menemukan istrinya yang tengah hamil bersama putri
sulungnya,Aurel. Kebahagiaanpun terpancar dari wajah
mereka. Anang yang didampingi istri dan anaknyapun
langsung melayani pertanyaan wartawan. Setelah
sebelummya mengungkapkan alasannya.
“Tadi datangnya terpisah, karena kasihan kan Ashanty
kalau bareng saya dan harus menunggu di luar. Makanya
istri dan anak saya datangnya belakangan,” ujar Anang
menjelaskan.(Ayu) foto: naefurodjie/parle/iw
PARLEMENTARIA
EDISI 118 TH. XLIV, 2014
79
Download