BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah setingkat provinsi
di pulau Jawa yang memiliki wilayah terkecil ke dua setelah Jakarta.
Walaupun mempunyai wilayah yang kecil, Yogyakarta menjadi sebuah
provinsi yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Bahkan
Yogyakarta sudah lebih dulu berdaulat sebelum kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena adanya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, maka Pemerintah
pusat mensahkan Undang-Undang Keistimewaan untuk Yogyakarta.
Yogyakarta yang lebih sering diidentikkan dengan kota Yogyakarta
terkenal dengan banyak sebutan. Beberapa sebutan yang terkenal yaitu
kota pelajar, kota budaya, dan kota wisata. Sebutan kota pelajar berasal
dari lahirnya Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Dari
Taman Siswa ini pula menjadi awal munculnya pendidikan di Indonesia.
Sebutan tersebut menjadikan Yogyakarta didatangi oleh pelajar dari
berbagai penjuru Indonesia, bahkan dari luar negeri untuk belajar.
Sebutan kedua yaitu Yogyakarta kota budaya. Terdapat potensi
budaya yang sangat beragam, baik yang fisik atau dapat dilihat maupun
non fisik atau budaya yang dapat dirasakan. Yogyakarta memiliki
bangunan, kawasan serta benda-benda cagar budaya yang hingga kini
masih dijaga dengan baik seperti misalnya candi-candi dan Keraton
Yogyakarta yang masih berdiri kokoh dan menjadi pusat kebudayaan di
1
Yogyakarta. Sedangkan untuk budaya yang dapat dirasakan, terlihat dari
cara berprilaku masyarakat yang ramah terhadap pendatang dan sangat
menjunjung tinggi budayanya. Faktor lain yang menjadikan Yogyakarta
sebagai kota budaya adalah banyak seniman terkenal yang berasal dari
Yogyakarta.
Selain kedua sebutan tersebut, Yogyakarta juga dikenal sebagai
kota wisata atau destinasi wisata yang terkenal di Indonesia. Yogyakarta
sebagai sebuah destinasi wisata menawarkan berbagai daya tarik wisata
yang menarik mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,
wisata minat khusus, wisata kuliner, MICE (Meeting, Incentive,
Convention and Exhibition) dll. Potensi wisata yang ada juga terus
dikembangkan menjadi lebih beragam misalnya kabupaten Gunung Kidul
yang memiliki deretan pantai selatan yang terkenal cantik dengan pasir
putihnya. Deretan pantai tersebut awalnya hanya pantai biasa dan tidak
ada yang mengunjungi. Namun, kini deretan pantai tersebut dijadikan
tempat wisata dilengkapi fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat
parkir, warung makan, dll. Hingga saat ini Yogyakarta tetap menjadi
daerah yang mendatangkan wisatawan dengan jumlah yang cukup banyak
baik wisatawan asing maupun domestik.
Perkembangan industri pariwisata di Yogyakarta pun terbilang
pesat. Banyak investor yang menanamkan modalnya dalam industri
perhotelan. Hal tersebut terbukti dengan pembangunan hotel-hotel dalam
jumlah banyak di Yogyakarta. Selain hotel, industri lain yang berkembang
2
cukup pesat adalah biro perjalanan wisata atau yang lebih sering disebut
tour and travel. Tour and travel menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan. Mulai dari tiket pesawat, voucher hotel, ada pula paket wisata
yang menyediakan serangkaian jasa dari tiket pesawat, voucher hotel, tiket
masuk tempat wisata dalam satu paket. Banyak tour and travel yang
berdiri dan berusaha menarik minat wisatawan untuk menggunakan
jasanya. Hal ini menyebabkan munculnya tingkat persaingan yang cukup
tinggi antar perusahaan tour and travel. Para pengusaha di bidang tour and
travel harus pintar dalam membuat strategi untuk menarik pelanggan.
Kecerdasan pemasaran oleh perusahaan tour and travel sangat
menentukan keberlangsungan kegiatan usaha perusahaan tersebut.
Fun Holiday Tour and Travel yang selanjutnya disebut sebagai Fun
Holiday adalah salah satu perusahaan tour and travel di Yogyakarta yang
sedang berkembang. Perusahaan ini juga memiliki kantor representative di
Jakarta. Fun Holiday adalah perusahaan yang melakukan rebranding yang
awalnya bernama Smartrip Adventure menjadi Fun Holiday sejak akhir
tahun 2013. Dengan dilakukan rebranding dan konsep yang lebih baik
diharapkan semakin banyak konsumen yang menggunakan jasa Fun
Holiday. Perusahaan ini sangat memperhatikan tingkat penjualan pasca
rebranding karena dari tingkat penjualan produk tersebut dapat dilihat
berhasil atau tidaknya rebranding yang telah dilakukan. Dari uraian
tersebut, penulis tertarik untuk meneliti efektivitas rebranding terhadap
tingkat penjualan produk di Fun Holiday.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bagian Latar
Belakang, maka penelitian fokus pada efektivitas rebranding terhadap
tingkat penjualan produk yang dilakukan oleh Fun Holiday tour and travel
di Yogyakarta. Adapun rumusan masalah penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut ini:
1. Bagaimana strategi branding yang dilakukan Fun Holiday pasca
rebranding?
2. Bagaimana strategi pemasaran Fun Holiday pasca rebranding?
3. Apakah rebranding efektif untuk meningkatkan penjualan produk?
C. Ruang Lingkup
Tugas Akhir ini memfokuskan pembahasannya mengenai profil
Fun Holiday dan efektivitas rebranding Smartrip Adventure menjadi Fun
Holiday terhadap tingkat penjualan produk.
D. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi branding yang dilakukan Fun Holiday
pasca rebranding.
2. Untuk mengetahui strategi pemasaran Fun Holiday pasca rebranding.
3. Untuk mengetahui efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan
produk.
4
E. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi Fun Holiday yaitu dengan dapat dianalisisnya
strategi branding dan pemasaran
yang dapat mempengaruhi
peningkatan jumlah penjualan produk. Sehingga mempunyai manfaat
yang sangat penting bagi tour and travel sebagai masukan demi
kemajuan perusahaan maupun operasional kerja di Fun Holiday,
yang dapat berdampak maksimalnya pendapatan sesuai dengan target.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yaitu sebagai bahan pembelajaran dan menambah
ilmu pengetahuan dari hasil praktik kerja lapangan di Fun Holiday
yang selama ini belum didapat secara maksimal selama perkuliahan,
khususnya ilmu tentang pemasaran.
F. Tinjauan Pustaka
Penulis telah membaca empat penelitian yang dilakukan oleh
peneliti lain. Penelitian-penelitian menjadi bahan pembelajaran dan bahan
rujukan bagi penulis untuk penelitian ini. Berikut ini empat penelitian
yang telah dibaca peneliti :
1. Skripsi Hariyono dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya tahun
2005 yang berjudul “Analisa pengaruh brand model Panasonic
terhadap brand awareness dan kesesuaian karakter brand model
Panasonic dengan brand personality produk televisi Panasonic Dian
Series”. P.T National Panasonic Gobel merupakan perusahaan yang
5
memasarkan produk-produk elektronik dengan merek Panasonic
maupun merek National. Perusahaan tersebut melakukan strategi
pemasaran perubahan merek National menjadi satu dengan merek
Panasonic karena persaingan bisnis yang semakin ketat. Pemasaran
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan iklan di berbagai media
dan memilih Duta Panasonic sebagai usaha untuk mengenalkan
perubahan merek. Pemilihan tersebut dilakukan dengan memilih
seorang public figure yang dijadikan Brand Model perusahaan.
Hariyono dkk meneliti tentang pengaruh Brand Model Panasonic
terhadap brand awareness dan kesesuaian karakter brand model
Panasonic dengan brand personality pada produk televisi Panasonic
Dian Series. Dari penelitian tersebut didapat brand model yang telah
dipilih memberikan pengaruh yang cukup besar bagi brand awareness
masyarakat di Surabaya serta ada kesesuaian antara brand model
Panasonic dengan brand personality televisi merek Panasonic Dian
series.
2. Skripsi Effendi dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya tahun
2007 yang berjudul “Analisa strategi pemasaran pasca rebranding Bali
Hilton International Hotel menjadi Ayodya Resort Bali: dampak
terhadap brand awareness konsumen”. Pada tahun 2006 Bali Hilton
International Hotel melakukan rebranding menjadi Ayodya Resort
Bali karena berakhirnya kontrak franchise. Strategi pemasaran yang
dilakukan pasca rebranding lebih difokuskan pada peningkatan
6
kualitas customer service. Dari hasil penelitian diperoleh brand
awareness Ayodya Resort Bali sudah cukup terkenal, dibuktikan
dengan survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa
responden dan menduduki peringkat ke tiga dalam daftar top of mind
hotel brand Nusa Dua Bali.
3. Skripsi Adhisty Saccharina dari Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jawa Timur tahun 2011 yang berjudul “Analisis strategi
rebranding dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan dan
profitabilitas di Mc. Donald’s Mayjen Sungkono Surabaya”. Mc.
Donald’s merupakan usaha waralaba atau franchise rumah makan
cepat saji yang terkenal. Namun, pada tahun 2005 muncul isu
kesehatan yang membuat citra Mc. Donald’s menjadi buruk. Hal ini
berdampak pada semua franchise Mc. Donald’s termasuk Mc.
Donald’s Mayjen Sungkono Surabaya. Isu tersebut membuat Mc.
Donald’s melakukan strategi rebranding untuk menggeser target pasar.
Hasil penelitian menunjukkan McDonald’s Mayjen Sungkono dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan dan perubahan profitabilitas yang
dicapai oleh penerapan strategi rebranding, namun masih ditemukan
fakta bahwa Mc Donald’s belum fokus pada satu target pasar tertentu.
4. Jurnal Suryo Brahmantyo dari Universitas Mercu Buana Jakarta tahun
2012 yang berjudul “Strategi rebranding Holycow! Steakhouse oleh
chef Afit”. Pada tahun 2010 di Jakarta telah dibuka restoran steak
bernama Holycow! Steak yang dimilki oleh dua pasangan suami istri
7
Wanda–Winda dan Afit Dwi Purwanto–Lucy Wiryono. Namun pada
tahun 2012 mereka memutuskan berpisah. Ada dua restoran yang telah
dibuka, kini Restoran yang bertempat di Radio Dalam menjadi milik
Wanda-Winda, sedangkan restoran di Senopati jatuh kepada pasangan
Afit-Lucy. Outlet yang bertempat di Jalan Bhakti, Senopati, Jakarta
Selatan pun berubah nama menjadi “Holycow! Steakhouse by Chef
Afit”, di bawah kepemilikan Afit Dwi Purwanto dan Lucy Wiryono
dengan nama resmi PT. Holycow! Danadipa Indonesia. Sejumlah
perubahan telah dilakukan untuk menyatakan kepada publik bahwa
sudah terjadi perubahan terhadap restoran steak ini. Mulai dari status
kepemilikan, pembaharuan nama, seragam karyawan, akun-akun
media sosial, berikut inovasi-inovasi baru yang berkenaan dengan
promosi “Holycow! Steakhouse by Chef Afit”. Strategi rebranding
dilakukan secara bertahap dan sangat mengandalkan sosial media baik
melalui akun pribadi pemilik maupun akun Holycow! Steakhouse by
Chef Afit.
Dari keempat penelitian yang menjadi rujukan oleh penulis dapat
disimpulkan bahwa rebranding dapat menjadi pilihan yang tepat bagi
sebuah perusahaan untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan
pendapatan perusahaan dengan dibarengi strategi pemasaran yang tepat
juga.
Mengerucut dari bahasan diatas, Tugas Akhir ini menjadi
penelitian pertama yang berkaitan dengan analisa efektivitas rebranding
8
terhadap tingkat penjualan produk di Fun Holiday Tour and Travel di
Yogyakarta dan belum pernah ada sebelumnya.
G. Landasan Teori
1. Pemasaran (Marketing)
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan
oleh sebuah perusahaan baik itu perusahaan yang memproduksi barang
maupun
penyedia
jasa
dalam
tujuan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran
merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang secara langsung
berhubungan dengan konsumen. Philip Kotler dan Paul N. Bloom dalam
bukunya berjudul Teknik dan Strategi Memasarkan Jasa Profesional
menyebutkan
definisi
pemasaran
adalah
analisis,
perencanaan,
implementasi, dan pengendalian atas program yang dirancang dengan
cermat untuk menciptakan pertukaran nilai yang dilakukan secara
sukarela dengan pasar sasaran demi tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
Pemasaran itu sangat mengandalkan pada perancangan penawaran
organisasi dilihat dari segi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, dan
pada penggunaan penetapan harga, komunikasi, serta distribusi yang
efektif untuk menginformasikan, memotivasi dan melayani pasar tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan
kunci kesuksesan dari suatu perusahaan. Beberapa hal yang perlu dicatat
sehubungan dengan definisi pemasaran :
9
1.
Pemasaran
berlangsung
sebelum
penjualan
dilakukan
dan
mencakup pengembangan rencana serta program yang dirumuskan
secara cermat.
2.
Pemasar berusaha merumuskan seperangkat manfaat yang cukup
menarik bagi pasar sasaran untuk mendapatkan pertukaran secara
sukarela.
3.
Pemasaran berarti pemilihan suatu pasar sasaran dan bukan suatu
usaha serampangan untuk melayani semua pasar dan semua
kebutuhan.
4.
Tujuan pemasaran adalah membantu organisasi untuk dapat
menjadi kelanggengan hidupnya dan tetap sehat melalui pelayanan
kepada pasarnya secara lebih efektif. Perencanaan pemasaran yang
efektif menghendaki agar sebuah organisasi haruslah benar-benar
spesifik dalam sasaran-sasarannya.
5.
Pemasaran yang efektif berorientasi pada pemakai, dan bukan
berorientasi pada penjual.
6.
Pemasaran menggunakan dan meramu seperangkat sarana yang
disebut ramuan atau bauran pemasaran (marketing mix) – yakni
rancangan penawaran, penetapan harga, komunikasi, dan distribusi.
Seringkali masyarakat menyamakan pemasaran dengan salah satu
dari sarana pemasaran itu saja, misalnya periklanan. Padahal
pemasaran diarahkan pada pencapaian hasil-hasil dan hal ini
10
menuntut konsepsi yang sangat luas dari semua faktor yang
mempengaruhi perilaku beli klien.
Sedangkan menurut Stanton (2001), definisi pemasaran adalah
suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan
dan
mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan rencanarencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan
keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan
melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin
mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Perusahaan harus
secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan
tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan, harusnya
diarahkan untuk dapat memuaskan konsumen yang pada akhirnya
bertujuan untuk memperoleh laba.
2. Merek (Brand)
Banyak pengertian terkait merek dari beberapa ahli dalam bidang
pemasaran. Selama ini masyarakat awam mengenal merek adalah nama
atau logo dari sebuah produk. Padahal merek mempunyai makna lebih
dari sekedar nama dan logo produk. American Marketing Association
11
pada tahun 1960 memberikan pengertian-pengertian pokok merek berikut
ini:
a. Merek (Brand)
Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau
gabungan
semua
unsur-unsur
tersebut
yang
diharapkan
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau
sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau
jasa dari produk-produk lain.
b. Nama Merek (Brand Name)
Nama Merek adalah sebagian dari nama merek yang dapat diucapkan.
c. Tanda Merek (Brand Mark)
Tanda Merek adalah sebagian dari merek yang dapat dikenali, namun
tidak dapat diucapkan seperti misalnya lambang, desain huruf atau
warna khusus.
d. Tanda Merek Dagang (Trademark)
Tanda Merek Dagang adalah merek atau sebagian dari merek yang
dilindungi oleh hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan
sesuatu yang istimewa. Tanda merek dagang ini melindungi penjual
dengan hak istimewanya untuk menggunakan nama merek dan atau
tanda merek.
12
e. Hak Cipta (Copy Right)
Hak cipta adalah hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang
untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis ataupun
karya seni.
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh M.Suyanto
(2007) bahwa merek atau brand adalah kombinasi dari nama, kata,
simbol, atau desain yang memberi identitas produk. Jadi saat seseorang
atau sekelompok orang pemasar membuat sebuah nama, logo, atau
simbol untuk sebuah produk yang mereka produksi, maka pemasar
tersebut telah mencipatakan sebuah merek.
Pendapat lain dari Prih Sarnianto (1996) sebuah brand bukan
hanya sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), symbol –atau
kombinasinya- adalah untuk membedakan satu penjual atau pembuat dari
yang lainnya. Lebih dari itu, merek pada dasarnya adalah ‘janji’ sang
penjual atau pembuat untuk secara konsisten memberikan sebentuk
tertentu features, benefits, dan services kepada para konsumen. Dan
‘janji’ inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut, lebih
dari merek lainnya.
Pemerintah Indonesia juga mengatur merek yang dituangkan
dalam UU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek sebagai berikut:
a. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
13
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
b. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
c. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa -jasa sejenis
lain nya.
d. Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau
jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh
beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
Ali Hasan (2013) menyebutkan beberapa makna merek. Sebuah
brand yang baik adalah mampu membedakan diri dari pesaing, dalam 6
makna:
1.
Atribut – merek mengingatkan atribut tertentu.
2.
Manfaat – atribut diubah menjadi manfaat emosional, sosial dan
fungsional, pelanggan bukan membeli atribut – mereka membeli
manfaat.
3.
Nilai – merek menyatakan sesuatu tentang nilai perusahaan (pembeda
dari pesaing).
14
4.
Budaya (brand culture), merupakan pencerminan dari himpunan
simbol, nilai, dan perilaku perusahaan tertentu. Secara internal,
budaya merek menjadi penuntun semua perilaku dan tindakan
karyawan (mitra internal) perusahaan harus cocok dengan budaya
merek yang yang tercermin dari merek itu sendiri. Secara eksternal,
budaya merek ini akan menjadi pertimbangan utama bagi konsumen
untuk membeli merek produk yang memiliki simbol, nilai-nilai, dan
perilaku yang sesuai dengan budaya, nilai-nilai, dan perilaku mereka
sendiri.
5.
Kepribadian – merek memproyeksikan kepribadian tertentu. Merek
akan menarik orang-orang yang diinginkan sesuai dengan citra merek.
6.
Pemakai, merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan produk.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
merek adalah kumpulan dari nama, lambang, simbol, kata yang menjadi
penanda dari sebuah produk atau jasa.
3. Perubahan Merek (Rebranding)
Rebranding merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali
dan branding yang memiliki arti proses menciptakan atau menetapkan
brand atau merek. Masyarakat awam sering menganggap bahwa
rebranding adalah perubahan logo, namun rebranding bisa lebih dari
sekedar mengubah logo. Seperti yang telah dituliskan oleh akun bernama
Creasionbrand pada www.kompasiana.com rebranding berarti langkah
15
perubahan yang diambil oleh brand atau produk atau perusahaan untuk
mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal maupun internal
bisnis. Rebranding juga dapat dikatakan sebagai langkah perubahan visual
yang mewakili perubahan strategi ataupun identitas brand atau perusahaan
atau
produk
tersebut.
(kompasiana,http://ekonomi.kompasiana.com/
marketing/2011/04/04/brand-dan-re-branding-352926.html. Diakses pada
17 Februari 2014 pukul 16.10 WIB).
Sebuah perusahaan yang melakukan rebranding sudah pasti ada
alasan dan motivasi yang mendasarinya. Perusahaan tersebut juga
bertujuan agar menjadi lebih baik. Seperti yang telah dikutip Torentiose
Effendi dkk dari Universitas Kristen Petra Surabaya dalam skripsinya
yang berjudul “Analisa strategi pemasaran pasca rebranding Bali Hilton
International Hotel menjadi Ayodya Resort Bali : dampak terhadap brand
awareness konsumen” pada tahun 2007 Direct (2005) berpendapat dan
mengemukakan tiga alasan dan motivasi perusahaan melakukan
rebranding yaitu:
1. The company name doesn’t represent its services/capabilities
Kondisi
saat
produk
atau
jasa
yang
dihasilkan
tidak
mempresentasikan nama dari perusahaan yang terkait.
2. The current perception about the company and its product/services is
in stale
Kondisi persepsi aktual akan produk atau jasa yang ditawarkan
suatu perusahaan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
16
3. The company/organization is implementing important, new initiatives.
Hal ini mungkin dapat terjadi apabila struktur lama tidak cukup
kuat untuk menahan konstruksi baru. Dalam artian bahwa saat bisnis mulai
menghadapi tantangan baru atau bergerak menuju arah baru, rebranding
dapat menjadi suatu batu loncatan dalam memulai perubahan. Rebranding
mungkin diperlukan dalam situasi ini karena dapat memenuhi harapan
penjualan dan usaha pemasaran yang memungkinkan promosi inisiatif
baru pada prospek baru, para konsumen, dan bidang industri lainnya.
Pendapat lain dari Muller (2004) alasan dan motivasi rebranding :
1.
Untuk restrukturisasi, membuat start baru, atau penyegaran.
2.
Pemulihan dari krisis atau skandal.
3.
Merger.
4.
Cost Control.
5.
Untuk menyatukan brand secara global.
6.
Untuk mendukung arah baru, budaya baru perusahaan.
7.
Membentuk produk baru.
Keberhasilan rebranding dapat diukur. Menurut Ario Fajar dalam
majalah ekonomi online SWA pada tahun 2012, indikator keberhasilan
rebranding bukan hanya dikenal oleh banyak publik, melainkan juga
mampu mengangkat nilai merek sehingga mendorong bisnis perusahaan.
(Majalah online SWA, http://swa.co.id/business-strategy/marketing/ceomenentukan-keberhasilan-re-branding.html. Diakses pada tanggal 4 Juni
2014 pukul 07.00 WIB). Dengan kata lain hal pertama yang dilihat apabila
17
rebranding berhasil adalah brand awareness konsumen. Selanjutnya
keberhasilan tersebut dapat dilihat dari nilai merek mampu terangkat atau
tidak. Apabila kedua hal tersebut berhasil maka dapat mendorong bisnis
perusahaan termasuk tingkat penjualan produk.
4. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif. Efektif merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu kata effective
yang berarti ampuh,
manjur, mempan, dan yang berhasil. Sedangkan menurut kamus kata-kata
serapan asing dalam bahasa Indonesia, efektif mempunyai arti
mempunyai efek atau pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang
memuaskan, dan berhasil. Untuk kata efektivitas, di dalam kamus
diartikan
keefektifan.
Dari
pengertian-pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah sebuah ukuran yang menyatakan
seberapa jauh efek atau pengaruh atau akibat yang didapatkan.
5. Biro Perjalanan Wisata
Biro perjalanan wisata atau yang lebih sering disebut tour and
travel merupakan penyedia jasa dalam bidang pariwisata. Ada beberapa
pendapat mengenai pengertian biro perjalanan wisata. Seperti yang telah
dikutip oleh M.A Desky dalam bukunya berjudul Pengantar Bisnis Biro
Perjalanan Wisata tahun 1999 , Oka A. Joeti mendefinisikan Biro
Perjalanan Wisata (tour operator) adalah suatu perusahaan yang usaha
dan kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan orangorang untuk tujuan pariwisata (tours) atas inisiatif dan resiko sendiri,
18
dengan tujuan mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan
tersebut. Pendapat lain dari Nyoman S. Pendit, tetap mengutip dari buku
yang sama, menyebutkan bahwa travel bureau atau travel agency adalah
perusahaan yang mempunyai tujuan menyiapkan suatu perjalanan, yang
dalam bahasa asing disebut trip atau tour, bagi seseorang yang
merencanakan untuk melakukan perjalanan.
M.A Desky (1999) menyebutkan peran utama biro perjalanan
wisata adalah sebagai penghubung anatara wisatawan dan perusahaan
penyedia fasilitas perjalanan, yang diperlukan wisatawan untuk mencapai
tujuan dari perjalanannya.
Fungsi Perjalanan Wisata :
1.
Pusat Informasi Perjalanan
2.
Penasehat Perjalanan
3.
Perantara
4.
Sumber devisa Negara
5.
Promotor dalam pengenalan objek wisata
6. Produk
Di dalam kegiatan penjualan, objek yang diperjualbelikan oleh
pihak penjual dan pihak pembeli adalah sesuatu yang dinamakan dengan
produk. Produk memiliki dua bentuk, yaitu produk dalam bentuk barang
dan produk dalam bentuk jasa. (Sistaningrum, 2002:1)
19
H. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat Kerja Praktik Lapangan
Praktik kerja lapangan dilakukan selama 3 bulan terhitung mulai
tanggal 20 Januari 2014 sampai dengan 20 April 2014 di Fun Holiday
Tour and Travel.
Alamat
: Jalan Alamanda CTX 11 A, Gejayan Yogyakarta
No. Telp & Fax
: (0274) 558 407
No HP
: 081 325 000 833
Email
: [email protected]
Website
: www.funholiday.co
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan:
Senin-Jumat
: 09.00-17.00 WIB
Sabtu
: 09.00-12.30 WIB atau 13.00-16.30 WIB
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari pihak Fun Holiday untuk
mendapatkan gambaran tentang strategi branding, strategi pemasaran
pasca rebranding, informasi tentang faktor-faktor yang dibalik
rebranding dan data tingkat penjualan produk selama 1 tahun terakhir.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, literature
penunjang dan artikel yang berkaitan dengan rebranding di
perpustakaan pusat UGM, perpustakaan Kota Yogyakarta dan internet.
20
3. Cara Pengambilan Data
Untuk
memperoleh
data
dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi Langsung
Metode observasi langsung adalah cara pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti. Penulis secara langsung melakukan pengamatan di Fun
Holiday.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah cara pengumpulan data dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul
data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.
Penulis melakukan wawancara dengan direktur dan karyawan Fun
Holiday sebagai narasumber.
c. Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah cara pengumpulan data dengan
mencari literarur yang relevan dengan topik penelitian di
perpustakaan pusat UGM dan perpustakaan Kota Yogyakarta serta
internet.
4. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada tugas akhir ini merujuk
pada tujuan untuk mengetahui efektivitas rebranding terhadap tingkat
penjualan produk di Fun Holiday Yogyakarta. Berdasarkan tujuan
21
penelitian tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif. Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan seluruh gambaran obyek. Dari hasil analisis dapat
diketahui efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk di Fun
Holiday Yogyakarta.
I. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan
masalah, ruang lingkup, tujuan, manfaat, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II yaitu gambaran umum yang berisi sejarah singkat Fun
Holiday, struktur organisasi, visi dan misi, produk yang ditawarkan, dan
lokasi kantor.
Bab III yaitu pembahasan yang berisi tentang strategi branding,
strategi pemasaran yang dilakukan oleh Fun Holiday pasca rebranding,
analisa efektivitas tingkat penjualan produk pasca rebranding, dan analisa
hasil penelitian efektivitas rebranding terhadap tingkat penjualan produk.
Bab IV yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran untuk Fun
Holiday Tour and Travel.
22
Download