INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD NEGERI BANYUSOCO II ARTIKEL JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Oleh Anggar Ratman NIM 10108244094 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FEBRUARI 2015 Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 1 INTERAKSI SOSIAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SD NEGERI BANYUSOCO II SOCIAL INTERACTION OF CHILDREN WITH LEARNING DISABILITIES IN SD NEGERI BANYUSOCO II Oleh : Anggar Ratman, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung terjadinya interaksi sosial anak berkesulitan belajar di SD N Banyusoco II. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif jenis deskriptif. Subjek penelitian adalah anak berkesulitan belajar di kelas tinggi (kelas IV,V,VI). Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data menggunakan model Interaktif Huberman & Miles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mendukung interaksi sosial anak berkesulitan belajar berupa (1) imitasi dengan melihat seseorang di lingkungannya dan televisi, (2) sugesti eksternal dan sugesti internal, (3) identifikasi berupa ketertarikan dan keinginan menjadi seperti orang tertentu, (4) simpati bersifat intelektual berupa perasaan sedih atau senang menanggapi sebuah peristiwa dan simpati respon reflek berupa trauma terhadap suatu kejadian yang pernah dialami, (5) komunikasi, (6) faktor yang sangat berpengaruh adalah pemberian sugesti langsung oleh orangtua, guru, teman, dan (7) upaya yang ditempuh sekolah melalui program ekstrakurikuler serta pendampingan khusus. Kata kunci: interaksi sosial, anak berkesulitan belajar, sekolah dasar Abstract The purpose of this research was to know and describe the factors that encourage social interaction of children with learning disabilities in SDN Banyusoco II. This research used descriptive qualitative method. Subjects were children with learning disabilities in grade IV, V, and VI. Data collection was conducted through interviews, observation, and documentation. Data had been analyzed by interactive model of Huberman & Miles method. The results showed that the support factors social interaction of children with learning disabilities were (1) imitation to see someone in the neighborhood and television, (2) external suggestions and internal suggestion, (3) identification in the form of interest and a desire to be like a certain person, (4) intellectual sympathy in the form of feeling sad or happy to respond to an event and be traumatic reflex sympathetic response to an event that never happened, (5) communication, (6) a affacting factor is the provision of direct suggestion by parents, teachers, friends, and (7) school taken effort through by extracurricular programs and special assistance. Keywords: social interaction, children with learning disabilities, elementary school 2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 seiring dengan pola hubungan dengan PENDAHULUAN Pendidikan kemajuan menjadi suatu indikator sesama peserta didik maupun warga Bangsa sekolah lainnya dalam bentuk interaksi bangsa. berpendidikan dan terpelajar dipercaya sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan memiliki kualitas sumber daya manusia sosial yang dinamis, yang menyangkut yang unggul dan mampu bersaing. H.A.R. Tilaar mengemukakan pendidikan bahwa adalah 28) hubungan timbal balik antarindividu, hakikat antarkelompok manusia, maupun antara (2000: suatu proses orang dengan kelompok manusia eksistensi (Herimanto dan Winarno, 2011 : 52). memasyarakat, Pendidikan yang dapat memfasilitasi membudaya, dalam tata kehidupan yang peserta didik dalam berinteraksi sosial berdimensi lokal, nasional, dan global. harus diwujudkan dalam kesatuan sistem Pendapat ini menunjukkan bahwa peran yang sentral pendidikan yaitu mendorong memberikan keadilan tanpa memandang eksistensi peserta didik dalam berbagai status, kemampuan, dan keadaan peserta bidang. Eksistensi dalam masyarakat, didik. menumbuhkembangkan peserta budaya, didik dan yang tata kehidupan ini jelas. Peserta Sistem didik itu diharapkan dengan kondisi membutuhkan kemampuan sosial peserta menderita suatu kelainan, cacat, atau didik. Salah satu cara untuk membina luar biasa ini sering mendapat sebutan kemampuan sosial peserta didik ini sebagai anak berkebutuhan khusus. Jopy melalui proses pendidikan di lingkungan Liando dan Aldjo Dapa (2007: 21) sekolah. mendeskripsikan pengertian mengenai Pendidikan formal di Indonesia pada ABK (anak berkebutuhan khusus) yaitu tingkatan paling dasar dikenal dengan mencakup anak-anak yang menyandang sekolah dasar (SD). Sekolah dasar kecacatan tertentu (disable children) sebagai pondasi awal dalam pendidikan baik secara fisik, mental dan emosional formal pada (termasuk anak autis) maupun yang pengembangan kemampuan akademik mempunyai kebutuhan khusus dalam peserta didik. Sekolah dasar merupakan pendidikannya (children with special salah satu wahana membina kemampuan educational needs). sosial tidak bagi hanya peserta terbatas didik untuk SDN Banyusoco II merupakan salah mempersiapkan diri pada jenjang yang satu sekolah dasar inklusi yang berlokasi lebih tinggi. Kemampuan sosial peserta di didik di sekolah dasar akan berkembang Gunungkidul. Status SD inklusi yang Kecamatan Playen, Kabupaten Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 3 II Semua anak bisa saling membangun berdasarkan Keputusan Kepala Dinas komunikasi dan bertukar informasi tanpa Pendidikan dan Olahraga Kabupaten ada bentuk diskriminasi. Hal yang Gunungkidul No. 420/109/KPTS/2011 terpenting tentang penyelenggara pendidikan belajar tidak mendapat inklusif. Keputusan Disdikpora kurang baik dari teman-temannya. disandang SDN Kabupaten Banyusoco Gunungkidul adalah anak berkesulitan label yang Menurut guru dan komite di SDN itu menerangkan terdapat 22 sekolah dasar Banyusoco negeri dengan status inklusi khususnya tentang di Kecamatan Playen. program pendidikan inklusif diragukan Catatan hasil wawancara peneliti inklusif dan Sekolah berdasarkan Banyusoco I, SDN pada awal instruksi menyatakan bahwa dalam praktiknya dapat berjalan lancar dengan 3 narasumber yaitu Kepala SDN II harmonis. Fakta di lapangan keterangan guru Banyusoco II, dan SDN Sawah Lor menyatakan bahwa pada awalnya anak menyatakan bahwa di Kecamatan Playen berkesulitan belajar dinilai mengalami khususnya Desa Banyusoco terdapat 3 keadaan yang sulit berkembang dan sekolah dasar negeri dengan jumlah menyesuaikan diri. Anak berkesulitan populasi 228 siswa dan 15 siswa belajar dalam aktifitasnya di sekolah diantaranya termasuk dalam kategori merasa kurang percaya diri dan didapati anak berkebutuhan khusus. Lima belas kurang berkomunikasi dengan orang lain anak karena tekanan berkebutuhan khusus tersebut akibat kelemahanya sejumlah 12 siswa sedang menempuh dalam belajar. Anak berkesulitan belajar pendidikan di SD Banyusoco II dan bersikap pemalu menarik diri dari tergolong anak berkesulitan belajar. lingkungan sosialnya. Sebagai sekolah inklusif interaksi Seiring berjalannya proses sistem sosial secara khusus harus diperhatikan inklusif di SD Negeri Banyusoco II karena menyangkut hubungan antar dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, warga sekolah yang memiliki perbedaan perlahan menunjukkan kondisi yang kemampuan. Anak berkesulitan belajar berbeda. Keadaan siswa khususnya anak dengan anak lain harus mendapatkan berkesulitan kesempatan dikatakan yang sama dalam belajar saat memperoleh ini dapat kenyamanan aktivitasnya di kelas maupun di luar belajar. Peneliti melihat bahwa iklim kelas. Anak berkesulitan belajar harus yang terbangun sudah mengarah pada bisa menjalin hubungan dengan baik bentuk tanpa dipandang dari kelemahan dirinya. sesungguhnya. Bentuk ideal interaksi pendidikan inklusif yang 4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 sosial anak berkesulitan belajar dan anak lain sudah nampak. Anak berkesulitan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD belajar Negeri Banyusoco II pada tahun ajaran mengajar di kelas bersama anak lain kedua 2013/2014 yakni selama dua dapat berjalan dengan lancar. Guru bulan terhitung sejak bulan Juli 2014 memperlakukan hingga Agustus 2014. belajar belajar mengikuti kegiatan anak untuk berkesulitan terlibat aktif dalam kegiatan di kelas. Subjek Penelitian SDN Banyusoco II sebagai perintis pendidikan inklusif pertama di Subjek dalam penelitian ini berjumlah 9 anak berkesulitan belajar. Kabupaten Gunungkidul bisa menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah inklusif lain utamanya dari sisi interaksi Prosedur Penelitian Penelitian didahului dengan tahap sosial di lingkungan sekolah. Faktor- pra-lapangan faktor yang mempengaruhi terjadinya pendahuluan. interaksi sosial menarik untuk dikaji dan melakukan pengambilan data dengan menjadi dalam observasi dan wawancara. Penelitian ini pengembangan sekolah inklusif pada melihat gejala dan fakta yang muncul di tingkat sekolah dasar. Interaksi sosial lapangan kemudian dianalisis dan diberi yang penafsiran yang akurat. bahan saling referensi mendukung dalam yaitu observasi Selanjutnya peneliti kesuksesan belajar di sekolah inklusif ini harus ditularkan. Berdasarkan uraian masalah tersebut peneliti tertarik untuk menyelidiki interaksi sosial anak berkesulitan belajar melalui penelitian skripsi berjudul “Interaksi Sosial Anak Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Berkesulitan Belajar di SD Negeri Banyusoco II”. Teknik Analisis Data Keabsahan data di uji menggunakan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. trianggulasi sumber, perpanjangan pengamatan, kemudian dianalisis dengan menggunakan model interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi penyajian data dan verifikasi. data, Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 5 HASIL PENELITIAN DAN anak ini juga PEMBAHASAN pembicaraan anak. menjadi bahan Penelitian ini berupaya mengetahui Anak berkesulitan belajar di SDN dan mendeskripsikan faktor-faktor yang Banyusoco II mengalami bentuk imitasi mendukung interaksi anak yang dipengaruhi oleh proses melihat berkesulitan belajar Negeri seseorang di lingkungan tinggalnya dan sosial di SD Banyusoco II, akan diuraikan lebih publik figur di televisi. lanjut dalam pembahasan berikut ini. 2. Proses Sugesti Anak Berkesulitan 1. Proses Imitasi Anak Berkesulitan Belajar Anak berkesulitan belajar di SDN Belajar Proses imitasi anak berkesulitan Banyusoco II pernah mengalami sugesti belajar di SDN Banyusoco II banyak baik dalam bentuk nasihat, perintah, atau dipengaruhi proses inderawinya yaitu saran. melihat hal-hal menarik dari sosok menerima dan mematuhi sugesti untuk tertentu di lingkungannya dan artis segera dilaksanakan. Namun, dijumpai televisi. anak pada beberapa anak terdapat bentuk hal-hal respon penolakan yang disampaikan anak tidak langsung yaitu melalui teman. Bentuk berkesulitan sederhana mengimitasi belajar misal pada dikalangan Anak berkesulitan belajar perempuan terjadi saling meniru dalam Kemudian hal gaya berpakaian. Sedangkan anak menolak laki-laki banyak meniru dalam hal memberikan pandangan dan alasan- bermain alasan tertentu terhadap sugesti yang seperti gaya-gaya pemain ditemukan dalam juga bentuk keadaan anak bisa sepakbola. Ada juga beberapa anak yang diberikan. senang menirukan artis idola mereka menunjukkan ekspresi sedih saat di dalam hal bernyanyi. nasihati. Ada pula anak yang Imitasi merupakan tindakan manusia Ekspresi sedih berkaitan dengan untuk meniru tingkah pekerti orang lain emosional anak. Pendapat Etta Brown yang berbeda di sekitarnya. Imitasi (2008: 30) bahwa anak yang mengalami banyak tingkat trauma tetap dalam keadaan ketakutan jangkauan inderanya, yaitu sebatas yang dan merasa sulit memproses informasi dilihat, didengar, dan dirasakan (Elly M. verbal, maka akibatnya menjadi sulit Setiadi dan Usman Kolip, 2011: 67). untuk mengikuti petunjuk, mengingat Anak berkesulitan belajar mengalami apa yang ia dengar, dan memahami proses meniru dan peristiwa mengimitasi terhadap apa yang dikatakan. Anak dipengaruhi oleh berkesulitan belajar yang umumnya 6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 mendapat motivasi dari sugesti-sugesti Anak berkesulitan belajar di SDN dalam kasus ini menjadi ketakutan. Banyusoco II mengalami dua peristiwa Ketakutan yang berasal dari peristiwa di sugesti. masa dengan berupa nasihat, perintah, atau saran yang perkataan-perkataan yang mengganggu disampaikan orang lain. Kedua, sugesti kestabilan emosional anak. yang datang dari dalam dirinya sendiri lalunya berkaitan Sugesti yang mudah dipahami anak berupa perintah langsung yang Pertama, sugesti eksternal berupa bentuk motivasi diri. Anak saat menerima sugesti khususnya dari disampaikan dengan baik dan perlahan. orangtua dan guru selalu berusaha untuk Dalam hal pemberi sugesti yang paling melaksanakan berpengaruh, pelaksanaanya anak masih harus terus hasil penelitian walaupun pada menunjukkan sugesti yang disampaikan diingatkan. langsung oleh orangtua dan guru. berulang ini diterapkan pula pada saat Sugesti berlangsung apabila sesorang Sugesti yang diberikan menyampaikan materi pelajaran sebagai memberi pandangan atau sesuatu sikap upaya yang berasal dari dirinya yang kemudian pemahaman. Anak berkesulitan belajar diterima oleh pihak lain (Soerjono juga memiliki sugesti dari dalam diri Soekanto, 2010: 61). Sugesti yang yang banyak berkaitan dengan aktivitas sifatnya eksternal dialami oleh semua sehari-hari seperti mengajak bermain, anak menekuni berkesulitan belajar. Sesuai guru memberikan hobi penguatan tertentu, dan pendapat Soerjono Soekanto ada bentuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. sugesti yang berasal dari dalam diri 3. Proses Identifikasi Anak kemudian diterima pihak lain. Sugesti Berkesulitan Belajar internal dalam diri anak berkesulitan Anak berkesulitan belajar sebagian belajar tumbuh dengan bentuk-bentuk besar kalimat mengingatkan yang disampaikan identifikasi yang khas. Sementara anak orang lain. Beberapa anak diketahui yang dalam belajar dan menjalankan ibadah belum wajib harus diingatkan terlebih dahulu seperti orang lain atau berpikiran untuk tetapi ada anak yang memang sudah mengidentifikasi memiliki kemauan sendiri. Kemauan sebatas kagum tanpa disertai prilaku tersebut misalnya dalam bentuk motivasi khusus. Anak yang sudah mendekati belajar proses bermain, kelompok, dan mengajak membantu rumah tangga di rumah. teman pekerjaan belum sudah mengalami mengalami memiliki identifikasi keinginan menyeluruh identifikasi ini bentuk menjadi hanya biasanya menunjuk pada sosok orang terdekat dan sering dijumpai di lingkungan tempat Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 7 tinggalnya. Misalnya ada 3 anak dijadikan bahan pembicaraan anak berkesulitan belajar yang sangat tertarik dengan teman-temannya. dengan kesenian jathilan sampai-sampai 4. Proses Simpati Anak Berkesulitan dari mereka memiliki masing-masing. kemudian sosok Sosok menjadi idola Belajar tersebut gambaran cita- citanya di masa depan. Anak berkesulitan kesemuanya Ketika memiliki melihat belajar kepedulian. orang lain yang Identifikasi sifatnya lebih mendalam membutuhkan pertolongan anak sudah daripada imitasi, karena kepribadian memiliki kepedulian berbentuk rasa seseorang dapat terbentuk atas dasar ingin tahu dan ingin menolong tetapi proses ini (Soerjono Soekanto, 2010: terkadang hanya melihat atau membantu 61). secara beramai-ramai. Sementara saat Fakta kebiasaan yang anak terungkap berkesulitan dari belajar melihat suatu kebahagiaan yang memang belum bisa dikatakan sebagai dirasakan teman atau orang lain anak bentuk identifikasi karena bila berdasar tidak terlalu terpengaruh. Anak hanya pada teori identifikasi berpengaruh pada merasa kepribadian. Anak berkesulitan belajar motivasi memang cenderung berpikir mengalir kesenangan yang sama. Pada beberapa saja karena belum mencapai pemahaman anak memang ditemukan perasaan ingin sejauh identifikasi. Hal ini berkaitan menjadi seperti temannya dikarenakan dengan usia dan pengalaman anak yang pernah mendapatkan prestasi, hadiah, memungkinkan masih dapat berubah- atau ditunjuk sebagai ketua kelas. ubah. ikut senang untuk tidak bersaing ditemui mendapat Menurut Bouman (1980: 22) simpati Anak berkesulitan belajar belum ialah kesanggupan untuk dengan mengalami bentuk identifikasi yang langsung turut merasakan barang sesuatu sesungguhnya. Proses identifikasi anak dengan orang lain. Sesuai pendapat berkesulitan berupa tersebut simpati memang tidak sebatas ketertarikan pada sosok tertentu dan pada kepedulian perasaan iba saja tetapi suatu saat ingin menjadi seperti sosok juga simpati terhadap peristiwa bahagia. tersebut. Seperti halnya anak berkesulitan belajar belajar Kaitannya masih dengan proses interaksi sosial di SDN Banyusoco II di yaitu identifikasi yang hanya sebatas pertolongan tergerak untuk membantu kagum kepada seseorang karena sifat, dan keahlian, dan profesi tertentu kemudian kebahagiaan dapat larut dalam suasana saat ada ketika senang. ada yang yang membutuhkan memperoleh 8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 Simpati juga memiliki bentuk dasar peristiwa tidak mengenakkan dengan sesuai dengan pendapat Adam Smith hewan tertentu. (Abu Ahmadi, 2002: 65) dibedakan 5. Proses menjadi 2 yaitu : Anak berkesulitan belajar yang ikut merasa senang saat teman mendapat kebahagiaan termasuk dalam simpati bersifat intelektual. Sementara simpati yang berbentuk respon reflek juga dalam diri anak. Anak banyak mengalami ketakutan bersifat reflek terhadap hewan tertentu dan ada anak yang merasa trauma psikis akibat bullying. Rasa peristiwa kemudian tertentu Anak berkesulitan belajar di SDN Banyusoco II menunjukkan keadaan yang normal dalam berinteraksi. Selama ini anak berkesulitan menjalin hubungan belajar dengan bisa warga sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini ditandai dengan komunikasi anak berkesulitan belajar berjalan normal ketika kontak langsung dan melakukan pembicaraan dengan teman, guru, maupun, warga sekolah. Interaksi sosial sendiri terjadi apabila memenuhi syarat yang membuat pihak-pihak yang mengalami berinteraksi hubungan timbal balik. Abdulsyani (2007:155) mengemukakan bahwa dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu simpati anak berkesulitan belajar berupa perasaan larut dalam suatu Anak Berkesulitan Belajar Pertama, yang menimbulkan response yang cepat hampir seperti reflek. Hal-hal seperti ini kita rasakan orang lain yang menderita, seperti halnya kita sendiri. Kedua, yang sifatnya lebih intelektuil kita dapat bersimpati terhadap seseorang, meskipun kita tak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan menyatakan simpati bila seseorang berhasil dalam usahanya. ditemukan Komunikasi dan diikuti untuk suasana dengan yang tindakan menunjukkan ekspresinya. Simpati bersifat intelektual yaitu perasaan sedih atau senang sesuai peristiwa yang dihadapinya. Simpati berupa respon reflek terhadap sesuatu yang membuat anak trauma seperti peristiwa takut dengan hewan karena sebelumnya anak pernah mengalami adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Anak berkesulitan belajar diketahui telah memenuhi menunjukkan telah syarat terjadi yang interaksi sosial. Kontak terjadi di lingkungan sekolah dan komunikasi terjadi dengan warga sekolah. Hanya saja terdapat kendala bahwa anak berkesulitan belajar dalam memahami informasi pembelajaran membutuhkan penjelasan berulang. Kendala lain yaitu saat Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 9 penyampaian materi pelajaran di kelas Fakta ditemukan pada kasus anak yaitu kurang bisa menanggapi dan berkesulitan belajar di SDN Banyusoco bertanya. II yang mengalami hambatan dalam Soerjono Soekanto (2010: mengemukakan bahwa adalah seseorang bahwa 59) berkomunikasi khususnya pemahaman komunikasi dan penggunaan bahasa formal dalam memberi tafsiran pada perilaku orang lain yang wujud pembicaraan Anak berkesulitan belajar di SDN gerak Banyusoco II dalam aktivitas di luar badaniah sikap, perasaan-perasaan apa kegiatan belajar mengajar berjalan baik. yang ingin disampaikan oleh orang Kendala komunikasi di kelas terjadi tersebut. Anak karena kekurangan anak berkesulitan ketika berkomunikasi pembahasan gerak kegiatan belajar mengajar. berkesulitan materi belajar di luar pelajaran dapat belajar yang lebih lambat merespon.. 6. Pengaruh berlangsung normal. Ditandai dengan isi Terjadinya pembicaraan Terhadap anak yang banyak Faktor-Faktor Interaksi Anak Sosial Berkesulitan membahas mengenai permainan, tugas Belajar guru, dan acara televisi. Sementara Anak berkesulitan belajar dalam hal ketika dalam kegiatan belajar mengajar interaksi sosial tidak ada perbedaan anak tidak terlalu lancar memahami dengan anak normal. Anak berkesulitan informasi pembelajaran. Sehingga dapat belajar dikatakan yang klasifikasi anak berkebutuhan khusus. proses komunikasi tidak lain menjadi bagian berakibat kepada anak sebagai Joppy Liando dan Dappa (2007: 37) komunikan dapat memberi tafsiran menyatakan penting untuk mengetahui belum tercapai utuh. Anak berdasarkan bahwa berkesulitan definisi federal anak berkebutuhan khusus belajar memiliki perasaan emosional yang sama adalah tentang kebutuhannya dalam berinteraksi sebagai berikut. Kesulitan belajar khusus (spesific learning disability) berarti suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan perhitungan matematis(Smith, 2006: 75) . dengan orang lain seperti halnya anak normal pada umumnya. Anak berkesulitan belajar ketika berkativitas di kelas seperti siswa lain pada umumnya. Berkomunikasi dengan teman dan mengikuti kegiatan belajar mengajar sesuai jam yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui interaksi sosial anak berkesulitan belajar 10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 di kelas banyak dipengaruhi faktor kelemahan anak berkesulitan belajar sugesti terutama yang berasal dari tersebut. pengarahan berulang dan Anak ketika berkomunikasi dengan pendampingan khusus. Anak jika tidak warga sekolah di luar aktivitas belajar dipantau akan mudah kehilangan fokus sangat baik, saat kontak dengan guru belajar dan tertinggal dalam pemahaman karyawan anak mau menyapa dan materi. perhatian membiasakan berjabat tangan. Beberapa makan anak akhirnya juga terpancimg anak menunjukkan perilaku yang sangat berkomunikasi berani apabila di luar kelas yaitu seperti Ketika guru diberikan dalam bentuk menanggapi pertanyaan guru maupun menyapa bekerja kelompok. dengan teman atau kurang sopan. Berbeda keadaannya ketika anak guru Munawir layaknya Yusuf berbicara (2005: 63) berkesulitan belajar di luar kelas. Anak menjelaskan anak berkesulitan belajar sudah bisa menyesuaikan diri secara mengalami kesulitan dalam penyesuaian pribadi yang banyak dipengaruhi ajakan, perilaku sosial yang terangkum dalam dukungan, dan pemahaman dari teman- kutipan berikut ini. masalah Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, baik sesama anak, guru, maupun orangtua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku negatif lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku ini tidak segera ditangani maka tidak hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya. Pendapat yang disampaikan seperti minder, berpura-pura, tersingung, Munawir Yusuf sesuai dengan keadaan menghindar, ketergantungan di lapangan bahwa ditemukan beberapa pada orang lain dan mencari perhatian. anak mengalami kesulitan penyesuian Keadaan temannya. Selain faktor sugesti eksternal maupun internal yang berpengaruh ditemukan bahwa aktivitas anak di luar kelas juga dipengaruhi faktor imitasi terhadap teman bermain. Padahal teori mengenai karakteristik anak berkesulitan belajar oleh Harwell (2001: 8) menyebutkan adanya kelemahan gelisah, hadap pernah dialami anak perilaku. Guru sering mengeluhkan ada belajar tetapi tidak anak yang sulit untuk diminta berbicara ditemukan kembali pada anak lebih sopan dengan orang yang harus berkesulitan belajar SD Negeri ini berkesulitan di Banyusoco II saat ini. Kuatnya faktor sugesti diketahui dapat meminimalisir dihormati. Interaksi Sosial Anak…. (Anggar Ratman) 11 7. Upaya Sekolah Untuk Mengatasi Keterbatasan Interaksi Sosial memberikan interaksi pengaruh sosial anak terhadap berkesulitan Anak Berkesulitan Belajar belajar. Empat faktor yaitu imitasi, SDN sugesti, Banyusoco program-program II menerapkan khusus yang identifikasi, simpati memberikan pengaruh masing-masing. sistematis guna menunjang aktivitas Imitasi siswa secara keseluruhan. dipengaruhi Smith (2009: 45) mengemukakan dan anak berkesulitan dari belajar proses melihat kemudian munculah bentuk komunikasi bahwa inklusif dapat berarti penerimaan berkaitan anak-anak yang memiliki hambatan ke berasal dari eksternal dalam kurikulum, lingkungan, interaksi perintah, atau bujukan dan sugesti sosial, dan konsep diri (visi-misi) internal sekolah. Identifikasi berupa ketertarikan dan Pendapat ahli tersebut dengan meniru. berupa Sugesti berupa saran, motivasi menjadi menegaskan bahwa bentuk penerimaan keinginan anak-anak yang memiliki hambatan tertentu, yaitu pada 4 hal yaitu kurikulum, belajar baru sebatas tertarik saja belum lingkungan, interaksi sosial, dan visi- ada bentuk perilaku khusus. Simpati misi sekolah. bersifat intelektual berupa namun seperti diri. anak orang berkesulitan perasaan program sedih atau senang menanggapi sebuah membangun iklim interaksi sosial dapat peristiwa dan simpati respon reflek dijabarkan Guru berupa trauma terhadap suatu kejadian mencari kesukaan anak berkesulitan yang pernah dialami. Komunikasi anak belajar supaya mengembangkan diri berkesulitan belajar di sekolah baik dan menjadi dengan normal, kendala saat kegiatan belajar mengenalkan komputer, seni musik, dan dikarenakan anak lambat menanggapi seni rupa. Kegiatan ekstrakurikuler informasi. memancing interaksi dengan teman- berpengaruh adalah pemberian sugesti temannya. langsung oleh orangtua, guru, dan Berkaitan dengan sebagai lebih berikut. aktif Kurikulum sekolah menerapkan pemisahan isi muatan dan teman diberikan materi pendukung yang lebih sekolah ringan dicerna. interaksi Faktor dan upaya Faktor-faktor pendukung terjadinya interaksi sosial di SDN Banyusoco II khusus. yang mengatasi sosial ekstrakurikuler SIMPULAN yang ditempuh keterbatasan melalui dan sangat program pendampingan 12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke IV April 2015 SARAN Perlu adanya penelitian lanjutan yang berfokus pada faktor-faktor interaksi sosial dengan lingkungan yang lebih luas mencakup keluarga dan bermasyarakat hambatan serta interaksi M. Harwell, Joan. (2001). Compelete Learning Disabilities Handbook. California: Jossey Bass identifikasi pada anak berkesulitan belajar untuk menentukan penanganan yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. (2007). Sosiologi Skematika Teori Dan Terapan. Jakarta PT bumi aksara Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta Bimo Walgito. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset Bouman, P.J. (1976). Sosiologi: Pengertian dan MasalahMasalah.Yogyakarta: Yayasan Kanisius Brown, Etta. (2008). Learning Disabilities: Understanding The Problem and Managing The Challenges. Minneapolis: Langdon Street Press H.A.R. Tilaar. (2000). Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya Herimanto & Winarno. (2011). Ilmu sosial dan Budaya. Jakarta : Bumi Aksara Joppy Liando & Aldjo Dapa. (2007). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Prespektif Sistem Sosial. Jakarta: Depdiknas Munawir Yusuf. (2005). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta: Depdiknas Smith, J. David . 2009. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua (Editor Mohammad Sugiarmin, MIF Baihaqi). Bandung: Nuansa Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul Nomor : 420/109/KPTS/2011. Tentang Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif