BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Mary Parker Folley, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas, maka Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan terhadap penggunaan sumber daya
manusia secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil.
Sedangkan Efektivitas sering digambarkan sebagai melakukan pekerjaan yang benar
yaitu aktivitas-aktivitas kerja yang membantu organisasi mencapai sasaran.
8 9 2.1.1.1 Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada didalam
proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah empat fungsi dari manajemen
antara lain:
h Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang
dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
h Pengorganisasian (Organizing) yaitu dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut.
h Pengarahan (Directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.
h Leading ( Kepemimpinan ) adalah suatu kegiatan untuk mengambil keputusan,
mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan
bawahan dan memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan
supaya mereka bertindak.
10 2.1.1.2 Jenjang Manajemen
Ada tiga jenjang manajemen yang kita kenal saat ini, antara lain :
h Manajemen Puncak ( Top Management ) adalah jenjang tertinggi. Adapun
yang termasuk dalam tingkatan ini adalah anggota-anggota dewan direksi dan
presiden perusahaan.
h Manajemen Menengah ( Middle Management ) biasanya terdiri dari para
pemimpin pabrik atau kepala divisi.
h Manajemen Pelaksana ( Supervisory Management ) adalah manajemen
tingkat paling bawah yang bertugas menjalankan rencana-rencana dan
keputusan yang telah ditentukan manajemen menengah. Adapun yang
termasuk dalam tingkatan ini adalah kepala mandor dan mandor.
2.1.1.3 Keterampilan Manajer
Sumber : Robert L. Katz
Gambar 2.1 Keterampilan yang dibutuhkan pada Tingkat Manajemen
11 Robert L. Katz mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga
keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
h Keterampilan Konseptual (Conceptional Skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk
membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Keterampilan
konsepsional merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
h Keterampilan Berhubungan dengan Orang Lain (Humanity Skill)
Manajer
perlu
dilengkapi
dengan
keterampilan
berkomunikasi
atau
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu
diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan
komunikasi yang persuasif dan bersahabat akan membuat karyawan merasa
dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
h Keterampilan Teknis (Technical Skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat
yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program
komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
12 2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Mathis dan Jackson Berdasarkan Mathis dan Jachson ( 2006 p67 ),
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
adalah
penggunaan
karyawan
secara
organisasional untuk mendapatkan atau memelihara keunggulan kompetitif terhadap
para pesaing. Sedangkan berdasarkan pendapat Cushway ( 2002 p4 - 6 ), Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah bagian dari proses organisasi dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
sistem dan kebijakan yang mengatur penggunaan karyawan secara organisasional
dengan cara yang etis untuk mempengaruhi kinerja karyawan dan memberikan
kontribusi terhadap efektifitas organisasi.
2.1.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Adapun fungsi – fungsi manajemen sumber daya manusia menurut M. Fuad
adalah sebagai berikut :
h Perencanaan Sumber Daya Manusia
Peramalan secara sistematik terhadap permintaan ( demand ) dan penawaran
(supply) tenaga kerja organisasi di waktu yang akan datang.
h Rekrutmen
Proses pencarian dan penarikan calon tenaga kerja yang mampu.
h Seleksi
13 Serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar
diterima atau tidak.
h Orientasi
Memperkenalkan karyawan baru pada peranan atau kedudukan mereka dalam
organisasi pada karyawan lain.
h Latihan dan Pengembangan
Latihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sedangkan pengembangan
bertujuan nuntuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan,
sikap dan kepribadian.
h Pemeliharaan
Fungsi personalia yang berkaitan dengan pemberian kompensasi, hubungan
pemburuhan, pelayanan karyawan dan program kesehatan serta keamanan
kerja.
h Pemberhentian
Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja bisa terjaadi karena karyawan
mengundurkan diri, pensiun, tidak mampu, dipecat atau dikeluarkan.
2.1.3 Pengertian Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang berkaitan dengan tindakan atau
perilaku manusia di tempat kerja. Perilaku Organisasi mempelajari tiga determinan
perilaku dalam organisasi yaitu perorangan, kelompok dan struktur.
14 2.1.3.1 Model dalam Perilaku Organisasi
Pengembangan model melibatkan tiga variabel penting dalam perilaku organisasi,
yaitu:
h Variabel Tergantung (Dependent Variable) adalah sebuah respons yang
dipengaruhi variabel bebas. Hal yang penting adalah : produktivitas, absen
kerja, pindah kerja, pemutusan kerja, kepuasan kerja dan kadang stress di
tempat kerja.
h Variabel Bebas ( Independent Variable) adalah sebuah variabel yang
dianggap sebagai penyebab timbulnya perubahan pada variabel tergantung,
terdiri dari tiga tingkatan yaitu tingkat individual, tingkat kelompok dan
tingkat organisasi.
h Variabel Antara (Moderating Variable) adalah sebuah variabel yang
mempengaruhi efek dari variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi, salah satu aspek perilaku
organisasi yang penting disamping motivasi, adalah kepemimpinan. Bagi sebuah
organisasi, kepemimpinan jelas sekali mempunyai peran yang sangat penting. Karena
adanya kepemimpinan berarti terjadinya proses membantu dan mendorong orang lain
untuk bekerja dengan antusias mencapai tujuan.
15 2.1.4
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan,
kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai
tujuan bersama serta kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi,
memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan
Freeman dikutip dalam jurnal ilmiah manajemen dan bisnis vol. 04 2004).
Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam
kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi.
2.1.4.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan, Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah
laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hersey, Gaya
Kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.
2.1.4.2 Menentukan Gaya Kepemimpinan
Haris dalam Heidjrachman dan Husnan (2002 p173) membedakan adanya empat
gaya kepemimpinan, antara lain :
h Pemimpin Pengarah (Leader Directiveness) adalah perilaku yang diterapkan
apabila pimpinan dihadapkan pada tugas yang rumit dan bawahan belum
16 memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut atau
pimpinan berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Pimpinan
menjelaskan apa yang perlu dan harus dikerjakan.
h Pemimpin Konsultatif adalah perilaku yang diterapkan ketika bawahan telah
termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
pimpinan hanya perlu memberi penjelasan yang lebih terperinci dan
membantu mereka untuk mengerti dengan meluangkan waktu membangun
hubungan yang baik dengan mereka.
h Pemimpin Peranserta (Participative Leadership) yaitu diterapkan apabila
pegawai telah mengenal teknik - teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang dekat dengan pimpinan. Pimpinan
meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka untuk lebih
melibatkan
mereka
dengan
keputusan-keputusan
kerja
dan
untuk
mendengarkan saran-saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
h Pemimpin Delegaitf yaitu diterapkan apabila bawahan telah sepenuhnya
paham dan efisien dalam kinerja tugas, sehingga pimpinan dapat melepaskan
mereka untuk menjalankan tugasnya sendiri.
2.1.4.3 Type Kepemimpinan
Delapan Type Kepemimpinan Menurut Wahjosumidjo dalam Kartono, antara lain:
h Type Deserter (Pembelot)
17 Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.
h Type Birokrat
Sifatnya : patuh pada peraturan dan norma-norma.
h Type Missionary
Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati dan ramah tamah.
h Type Developer
Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan
wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahan.
h Type Otokrat
Sifatnya : keras, diktatoris mau menang sendiri, keras kepala, sombong dan
bandel.
h Type Benevolent Autocrat
Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir dan besar rasa keterlibatan
diri.
h Type Compromiser
Sifatnya : plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak
mempunyai keputusan dan berpandangan pendek.
h Type Eksekutif
Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,
berpandangan jauh dan tekun.
18 2.1.5 Pengertian Komunikasi Internal
Komunikasi adalah proses yang dipergunakan oleh manusia dalam usaha untuk
berbagi arti lewat transmisi pesan simbolik. Adapun pengertian komunikasi internal
itu sendiri adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antar anggota
organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan, pimpinan dengan
pimpinan maupun bawahan dengan bawahan.
2.1.5.1 Proses Komunikasi
Komuikasi dapat dibayangkan sebagai suatu proses atau aliran. Masalah
komunikasi terjadi apabila ada penyimpangan atau rintangan dalam aliran tersebut.
Berikut ini merupakan tahapan dalam proses komunikasi, antara lain :
1. Pengirim (Communicant) adalah individu atau orang yang mengirim pesan
baik berupa ide, gagasan, fakta-fakta dan sejenisnya yang ingin disampaikan
kepada penerima.
2. Pengkodean adalah penguasaan suatu pesan komunikasi dalam bentuk
simbolis.
3. Pesan (Message) adalah informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima,
pesan ini bisa berupa verbal maupun non verbal.
4. Saluran (Channel) adalah perantara yang dipakai pesan dalam menempuh
perjalanan.
19 5. Penerima merupakan sasaran arah pesan. Sebelum pesan dapat diterima,
simbol –simbol harus dapat diterjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat
dipahami oleh si penerima. Inilah Pengkodean Pesan.
6. Penerima Pesan (Communicant) adalah orang yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterima. Benar tidaknya interpretasi yang
diberikan oleh penerima dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: tingkat
kejelasan pesan yang disampaikan, jenis saluran yang digunakan dan tingkat
pengetahuan penerima yang terkait dengan pesan yang disampaikan.
7. Umpan Balik (Feed Back) adalah respon terhadap pesan yang dikirimkan
kepada si pengirim pesan.
Sumber
Pengkodean
Saluran Pesan Pengkodean Penerima Sumber : Stepphen P. Robbins, 2003, p6 -7
Gambar 2.2 Proses Komunikasi
2.1.5.2 Jenis Komunikasi Internal
h Komunikasi ke Bawah adalah komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan
dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah.
Komunikasi inilah yang digunakan oleh para pemimpin kelompok dan manajer
untuk menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi pekerjaan, menginformasikan
20 kebijakan
serta
prosedur
kepada
bawahan,
menunjukkan
persoalan
yang
membutuhkan perhatian dan menawarkan umpan balik.
h Komunikasi ke Atas adalah komunikasi yang digunakan untuk mensuplai
informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada
tingkatan bawah.
Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan saran, memberikan umpan
balik kepada atasan, menginformasikan bawahan mengenai kemajuan tujuan,
meneruskan masalah – masalah yang ada dan mengajukan pertanyaan, sehingga
komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan,
tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan.
Komunikasi ke atas membuat para manajer selalu mengerti apa yang dirasakan
para karyawan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja mereka dan organisasi secara
umum. Para manajer juga memanfaatkan komunikasi ke atas untuk memperoleh ideide tentang bagaimana memperbaiki kinerja.
h Komunikasi Horisontal biasanya terjadi antara orang-orang yang berada
dalam jenjang yang sama dalam hirarki kekuasaan (komunikasi horisontal)
atau antara orang-orang pada jenjang berbeda yang tidak memiliki kekuasaan
langsung atas satu dengan lainnya.
21 Pesan melalui komunikasi horisontal biasanya berhubungan dengan tugas-tugas
atau tujuan kemanusiaan seperti koordinasi. pemecahan masalah, penyelesaian
konflik dan saling memberikan informasi.
2.1.6 Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kesedian untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi
beberapa kebutuhan individu.
Teori Hirarki menurut A.H. Maslow menunjukan adanya lima tingkatan keinginan
dan kebutuhan manusia. Kebutuhan tersebut adalah :
1) Kebutuhan Fisiologis ( physiological needs )
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar
yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum,
perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2) Kebutuhan Rasa aman (safety needs)
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa
aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja,
jaminan akan kelangsungan kerja, kecelakaan kerja, pekerjaannya dan
jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak bekerja lagi
3) Kebutuhan Sosial ( social needs )
22 Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal,
maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan dan
interaksi yang lebih erat dengan orang lain.
4) Kebutuhan Penghargaan ( esteem needs )
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas
prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta
efektifitas kerja seseorang.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self actualization needs )
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.
Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang
sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan,
keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang.
2.1.6.1 Pengertian Motivasi Kerja
Menurut Liang Gie dalam bukunya Martoyo ( 2002 ), motivasi kerja adalah suautu
dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja.
Berdasarkan pendapat lainnya, motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja untuk
mencapai tujuan tertentu dan ikut menentukan prestasi kerja.
Jadi, motivasi kerja adalah kemauan kerja suatu karyawan yang timbulnya karena
adanya dorongan dari dalam pribadi karyawan yang bersangkutan sebagai hasil
integrasi keseluruhan daripada kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik dan
pengaruh
lingkungan
sosial
dimana
kekuatannya
tergantung
pada
proses
23 pengintegrasian tersebut. Oleh karena itu untuk memberikan motivasi yang positif,
seorang supervisor atau pemimpin harus mengetahui dan bersifat peka terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja individu karyawanannya.
Dengan era persaingan sekarang, peran manajer atau pemimpin untuk
meningkatkan motivasi kerja para karyawannya adalah sesuatu yang sangat esensial
dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.
2.1.6.2 Manfaat dan Tujuan Motivasi
Manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi
adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Sesuatu yang dikerjakan karena
ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya.
Salah yang satu yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan adalah gaya
kepemimpinan.
Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para bawahan yang
digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai
sasaran organisasi tujuan pribadipun ikut pula tercapai. Beberapa variabel yang
mendorong motivasi kerja yaitu komunikasi internal, budaya organisasi dan reward
yang diterima karyawan.
2.1.6.3 Teori Motivasi
Teori motivasi dikelompokan dua aspek yaitu teori kepuasan dan teori motivasi
proses.
1) Teori Kepuasan
24 Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor – faktor kebutuhan dan
kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berprilaku dengan cara
tertentu.
a) Abraham H. Maslow dengan Teori Hierarki
Menurut Abraham H. Maslow ( 2009, p131 ), teori motivasi yang
dikembangkan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklarifikasikan kedalam
berikut ini :
h Kebutuhan Fisiologi ( Physiological )
Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga kebutuhan
psikologis ( physicological need ), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hidup dari kematian.
h Kebutuhan Rasa Aman ( Safety )
Setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi maka seseorang berusaha
memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman
dan keselamatannya.
h Kebutuhan Hubungan Sosial (Affiliation )
Kebutuhan yang sering pula disebut dengan social needs atau affiliation needs
adalah kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan sosial meliputi
kebutuhan untuk dihormati orang lain dan kebutuhan untuk berprestasi.
h Kebutuhan Pengakuan ( Esteem )
25 Setiap orang yang normal membutuhkan adanya penghargaan diri dan
penghargaan prestise diri dari lingkungannya.
h Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Selft Actualization )
Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinngi. Untuk
memenuhi kebutuhan ini biasanya orang bertindak bukan atas dorongan orang
lain, tetapi kesadaran dan keinginann diri sendiri.
Maslow memandang motivasi manusia sebagai hierarki dari lima kebutuhan di
atas. Para individu akan dimotivasi untuk memenuhi kebutuhan apa saja yang paling
kuat bagi mereka pada saat tertentu. Suatu kebutuhan bergantung pada situasi terakhir
dan pengalaman terakhir individu. Mulai dengan kebutuhan fisik, yang paling dasar,
setiap kebutuhan harus sekurang – kurangnya sebagian dipenuhi sebelum keinginan
individu untuk memuaskan kebutuhan pada tingkat berikut yang lebih tinggi.
b) F.W Taylor dengan Teori Motivasi Konvensional
Dengan teori ini, dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau berbuat atau
tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya imbalan yang akan
diperoleh yang bersangkutan.
c) David Mc. Clelland dengan Teori Motivasi Prestasi
Menurut teori ini ada tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk
memotivasi orang bekerja yaitu kebutuhan akan need for achievement, need
for affiliation dan need for power.
d) Frederick Herzberg dengan Teori Model dan Factor
26 Sebenarnya teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan
Maslow. Menurut teori ini pemerliharaan motivasi ada dua faktor yang
mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang yaitu factor pemeliharaan dan
factor motivasi.
e) Clayton P. Alderfer dengan Teori ERG
Teori ini merupakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan Maslow.
Dimaksudkan untuk memperbaiki beberapa kelemahan teori Maslow.
f) Douglas Mc Gregor dengan Teori X dan Y
Mengungkapkan dua cara yang dapat dilakukan dalam mendalami perilaku
manusia, yang tekandung dalam teori X ( Teori Konvensional ) dan teori Y
(Teori Potensial).
2) Teori Motivasi Proses
Teori proses pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan bagaimana
menguatkan, mengarahkan dan menghentikan perilaku individu agar setiap
bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer.
Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal, antara lain :
h Teori Harapan ( Expectancy Theory )
Kekuatan yang memotivasi seseorang bekerja giat dalam melaksanakan
pekerjaannya bergantung pada hubungan timbal balik antara apa yang ia
inginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu.
h Teori Keadilan ( Equity Theory )
27 Menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam
pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relative
sama.
h Teori Pengukuhan ( Reinforcement Theory )
Teori ini didasarkan atau hubungan sebab dan akibat perilaku dengan
pemberian kompensasi.
2.1.6.4 Hal yang Diperhatikan dalam Pemberian Motivasi
Pemberian motivasi kepada para karyawan merupakan kewajiban para pimpinan,
agar para karyawan tersebut dapat lebih meningkatkan volume dan mutu pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab. Untuk itu seorang pimpinan harus memerhatikan halhal berikut agar pemberian motivasi dapat berhasil seperti yang diharapkan :
h Memahami Perilaku Bawahan
Pimpinan harus dapat memahami perilaku bawahan, artinya seorang pimpinan
dalam tugas keseluruhan hendaknya dapat memperhatikan, mengamati
perilaku para bawahan masing-masing.
h Harus Berbuat dan Berperilaku Realistis
Seorang pimpinan mengetahui bahwa kemampuan para bawahan tidak sama
sehingga dapat memberikan tugas yang kira-kira sama dengan kemampuan
mereka masing-masing.
h Tingkat Kebutuhan Setiap Orang Berbeda
28 Tingkat kebutuhan setiap orang tidak sama disebabkan karena adanya
kecenderungan, keinginan, perasaan dan harapan yang berbeda antara satu
orang dengan orang lain pada waktu yang sama.
h Mampu Menggunakan Keahlian
Seorang pimpinan yang dikehendaki dapat menjadi pelopor dalam setiap hal.
Diharapkan lebih menguasai seluk-beluk pekerjaan, mempunyai kiat sendiri
dalam menyelesaikan masalah, apalagi masalah yang dihadapi bawahan
dalam melaksanakan tugas.
h Pemberian Motivasi Harus Mengacu pada Orang
Pemberian motivasi adalah untuk orang atau karyawan secara pribadi dan
bukan untuk pimpinan sendiri. Seorang pimpinan harus memperlakukan
seorang bawahan sebagai bawahan bukan sebagai diri sendiri yang sedang
mempunyai kesadaran tinggi untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
h Harus Dapat Memberi Keteladanan
Keteladanan merupakan guru yang terbaik, tidak baik seribu kata apabila
perbuatan seseorang tidak menggambarkan perbuatannya. Keteladanan
merupakan contoh nyata yang dapat dilihat, disaksikan oleh seorang bawahan.
29 2.2
Kerangka Pemikiran
Gaya Kepemimpinan
Indikator :
a. Orientasi Direktif
b. Orientasi Konsultatif
Motivasi Kerja Karyawan
c. Orientasi Partisipatif
Indikator :
d. Orientasi Delegatif
a. Kebutuhan
Fisiologis
b. Kebutuhan Rasa
Komunikasi Internal
Aman
Sumber
: Penulis
Indikator
:
c. Kebutuhan Sosial
2.3 Hipotesis
a. Komunikasi ke Atas
d. Kebutuhan
b. Komunikasi ke Bawah
Penghargaan
c. Komunikasi Horisontal
e. Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
30 2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono ( 2005, p51 ), Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru pada teori yang releva belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data.
h Ho : Tidak ada pengaruh antar variabel.
h Ha : Ada pengaruh antar variabel.
1. Uji Koefisien Variabel X1 Terhadap Variabel Y
h Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
karyawan.
h Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan.
2. Uji Koefisien Variabel X2 Terhadap Variabel Y
h Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi internal terhadap motivasi kerja
karyawan.
h Ha : Ada pengaruh komunikasi internal terhadap motivasi kerja karyawan.
3. Uji Koefisien Variabel X1 dan X2 Terhadap Y
h Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal
terhadap motivasi kerja karyawan.
h Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal terhadap
motivasi kerja karyawan.
Download