PENERAPAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN

advertisement
PENERAPAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN
KEPRIBADIAN SOSIAL ANAK USIA REMAJA
(Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam
Membentuk Kepribadian Sosial Remaja Santri Putri di Pesantren
Darularafah Raya Lau Bakeri)
CITRA NURANDHINI WALLAD
090904010
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh guru dalam membentuk
kepribadian sosial remaja santri putri di Pesantren Darularafah. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi, Komunikasi Antar
Pribadi, Self Disclosure, Teori Interaksi Simbolik, Kepribadian Sosial dan
Perkembangan Remaja. Temuan studi ini menunjukkan bahwa peranan
komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru terhadap remaja santri putri
berperan besar dalam membentuk kepribadian diri yang mencakup sikap, pola
pikir dan tingkah laku remaja. Survey membuktikan ternyata masih banyak santri
yang cenderung tertutup dan takut dalam berinteraksi secara langsung dengan
guru. Sehingga menyebabkan santri memilih menyendiri, tak mau berbagi serta
dipenuhi rasa takut jika sedang menghadapi kendala maupun masalah. Melihat
kondisi mereka yang terpisah jauh dari orang tua dan harus melakukan segala
sesuatu sendiri, hendaknya guru lebih proaktif dalam membina dan mendidik
remaja, peka dan turut merasakan kesulitan apa saja yang mereka hadapi untuk
selalu didukung dan diberikan motivasi agar tetap nyaman dalam menjalankan
pendidikan di pesantren. Komunikasi antar pribadi yang efektif telah
memunculkan terbentuknya kepribadian sosial remaja santri putri seperti
keterbukaan, kesadaran, penghargaan diri, serta menjalin hubungan yang
harmonis dengan sesama.
Kata Kunci : Komunikasi Antar Pribadi, Self Disclosure, Teori Interaksi
Simbolik, Kepribadian Sosial dan Perkembangan Remaja.
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan
orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk
sosialisasi, bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan
kelompok, dan interaksi antar kelompok. Mendefenisikan remaja itu sulit,
1
berbagai masalah-masalah yang menyangkut kelompok remaja kian hari kian
bertambah. Berbagai tulisan, ceramah maupun seminar yang mengupas berbagai
segi kehidupan remaja termasuk kenakalan remaja, perilaku seksual remaja, dan
hubungan remaja dengan orangtuanya, menunjukkan betapa seriusnya masalah ini
dirasakan oleh masyarakat.
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Remaja sebenarnya tidak mempunyai status yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak-anak dan tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,
psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja berkisar antara
usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui
masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Dariyo,
2004:13).
Kepribadian sendiri terbentuk melalui proses sosialisasi yang panjang sejak
kita dilahirkan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang
bisa berubah dan berkembang seiring proses sosialisasi yang dilakukan individu
tersebut. Lingkungan pertama tempat terbentuknya kepribadian remaja selain di
lingkungan remaja adalah sekolah, teman bergaul dan pihak yang cukup
berkompeten dalam mengenalkan bagaimana cara berinteraksi dengan
lingkungan.
Mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat remaja
saat di sekolah harus dirubah. Guru tidak lagi sebagai seorang dewasa dan
pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum. Guru adalah
orang dewasa yang harus disukai oleh remaja. Meski mungkin akan lebih sulit
mendidik remaja dibanding dengan anak-anak. Untuk mengambil simpati dari
para remaja, guru haruslah menjadi pribadi yang mampu memposisikan dirinya
dengan remaja sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
Peran guru sebagai pengajar, motivator, dan sahabat akan menjadikan
remaja merasa nyaman dan senang datang ke sekolah. Dengan demikian setiap
proses belajar akan menjadi bermakna bagi remaja. Inilah yang akan selalu
dituntut oleh masyarakat di era sekarang ini, di mana guru menjadi seorang
profesional yang mampu memahami watak remaja.
Fokus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru dalam membentuk
Kepribadian Sosial Remaja Santri Putri di Pesantren Darularafah Raya Lau
Bakeri?”
2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh
guru dalam membentuk kepribadian sosial remaja santri putri di Pesantren
Darularafah Raya Lau Bakeri (PDAR).
PARADIGMA KAJIAN
Konstruktivisme
Menurut Von Glasersfeld (Ardianto, 2007: 154), konstruktivisme adalah
salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pendirian ini merupakan kritik langsung pada
perspektif positivisme yang meyakini bahwa pengetahuan itu adalah potret atau
tiruan dari kenyataan (realitas).
Komunikasi
Menurut Lasswell (1948), cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan “Who Says, What, In Which Channel, To
Whom, With What Effect.” (Effendi, 2003:10).
Komunikasi Antar Pribadi
Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung
dalam situasi antar pribadi. Tingkatan komunikasi antar pribadi dapat ditemui
dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok, maupun organisasi
(Cahyana, 1996:195).
Self Discosure
Self disclosure adalah pengungkapan informasi diri pribadi seseorang
kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan
seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya.
Teori ini terjadi ketika kita dengan sengaja memberikan informasi tentang diri kita
sendiri kepada orang lain. Di mana mereka tidak akan mengetahui dan memahami
jika kita tidak memberitahukannya kepada orang lain. Hubungan antar pribadi
tidak akan mencapai keintiman tanpa pengungkapan diri (self disclosure).Dalam
proses pengungkapan diri tampaknya individu-individu yang terlibat memiliki
kecenderungan mengikuti norma timbal balik (Dayakisni, 2003:88).
Konsep Johari Window
I
Terbuka (Open)
Diketahui sendiri, diketahui orang lain
II
Buta (Blind)
Tidak diketahui sendiri,
orang lain
3
diketahui
III
IV
Tersembunyi (Hidden)
Tidak Dikenal (Unknown)
Diketahui diri sendiri, tidak diketahui Tidak diketahui diri sendiri, tidak
orang lain
diketaui orang lain
Teori Interaksi Simbolik
Sejarah teori interaksionisme simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran
George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The
Theoretical Perspective”.
Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial pada hakikatnya adalah interaksi
simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan
simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Kepribadian Sosial
Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan
manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam suatu
fungsi.Memahami kepribadian sosial yang berarti berupa memahami diri sendiri
atau memahami manusia seutuhnya.
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan
integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya
perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi:
a. Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
b. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi
baru.
c. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarah diri dan
mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d. Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman
dengan pria dan wanita.
e. Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak
dan masa dewasa (Yusuf, 2009:201).
Perkembangan Remaja
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, kadangkadang lebih cepat dari pada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk
sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak
seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran yang mendalam karena pada
masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi
remaja sendiri merupakan salah satu penilaian yang penting terhadap badannya
sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya memenuhi
4
persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal
ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri (monks dkk, 1996).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilakuperilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005:4).
Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah kepribadian
sosial anak usia remaja. Yaitu dengan melihat bagaimana peranan guru dalam
membentuk kepribadian sosial remaja santri putri di Pesantren Darularafah Raya
Lau Bakeri.
Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil
penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat konstektual dan kausistik, yang berlaku
pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan. Karena itu, pada
penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif
disebut subjek penelitian atau informan (Kriyantono, 2007:161)
Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu kegiatan yang menunjukkan
pengorganisasian data kedalam susunan tertentu, ditabulasi sesuai sajian data yang
dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah (Singarimbun, 1995:122).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Informan
5
Peneliti memilih beberapa informan sebagai subjek dan objek penelitian
dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang penentuan sampelnya
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian.
Karakteristik Informan
No
Nama Informan
1.
2.
Jenis kelamin
Usia
Status
Lama
Menjabat
Drs. Zulfan Arifin Laki-laki
MA
45 tahun
Kepala Sekolah
20 Tahun
Laki-laki
46 tahun
Laki-laki
38 tahun
Kepala
Pengasuhan
Kabid.
Kesiswaan
23 Tahun
3.
Bambang
Widowasono .MA
Syahril Anwar S.Ag.
4.
Ahdar Muslim S.Pd.i Laki-laki
29 tahun
Kabid.
Administrasi
12 Tahun
5.
Tyas Dwi
Diningrum
16 tahun
Remaja
Putri
Bekti Perempuan
18 Tahun
Santri 5 Tahun
Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antar pribadi
antara guru dan murid. Komunikasi antara guru dan murid termasuk dalam
kategori komunikasi antar pribadi karena dilakukan antara dua orang yang saling
berhubungan, yaitu hubungan sebagai pendidik dan anak didik. Komunikasi yang
dilakukan oleh guru kepada santri merupakan usaha untuk mengayomi dan
mengajarkan mereka dalam bertingkah laku yang baik sebagaimana yang
diajarkan oleh guru setiap harinya. Serta menjadikan santri berkepribadian sosial
yang baik dan disenangi oleh siapapun. Melihat kondisi para santri yang jauh dari
kasih sayang serta orangtua mereka, membuat para guru lebih berperan aktif
dalam mendidik mereka sebaik mungkin sebagaimana yang telah diamanahkan
oleh orangtua santri masing-masing, dan guru merupakan orangtua santri selama
mereka menimba ilmu di pesantren.
Temuan menunjukkan, pembentukan kepribadian sosial di pesantren
Darularafah tidak lepas dari peran pihak guru sebagai pendidik para santri. Guru
sebagai acuan yang ditiru oleh santri, setiap perilaku serta ucapannya harus
mampu memberikan contoh yang baik kepada anak didik. Karena peran guru di
pesantren sangat diperlukan dalam upaya membimbing dan mengayomi seluruh
santri remaja yang sedang berada dalam situasi yang sangat labil yang cenderung
mudah terpengaruh dan sangat sensitif. Guru sebagai pengganti orangtua di
6
sekolah hendaknya mampu membawa remaja ke ruang yang lebih nyaman dan
jauh dari pengaruh-pengaruh buruk yang mampu merusak masa depan remaja.
Upaya yang dilakukan pihak guru terhadap santri yaitu membina mereka dan
menjadikan santri yang berakhlak mulia, agar mampu menjadi pemimpin bagi
dirinya dan orang lain kelak. Santri remaja di pesantren Darularafah cenderung
bersikap sangat agresif dan sensitif dalam menghadapi suatu masalah. Oleh
karena itu peran guru sangat dibutuhkan demi kelancaran pembentukan konsep
diri dan kepribadian yang baik khususnya bagi para santri Pesantren Darularafah
Raya.
Dari hasil wawancara dengan empat orang guru dan satu orang siswa remaja
di pesantren Darularafah Raya, diketahui bahwa keseluruhan guru di pesantren
Darularafah Raya selalu berupaya untuk membentuk kepribadian sosial pada
setiap anak didiknya di pesantren. Keseluruhan guru mengatakan bahwa
kepribadian sosial sangat penting bagi anak terutama pada usia remaja. Karena
kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia
menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam suatu fungsi. Memahami
kepribadian sosial yang berarti berupa memahami diri sendiri atau memahami
manusia seutuhnya. Kepribadian merupakan suatu gambaran setiap manusia
dalam bersikap baik maupun buruk. Hal ini diperlukan bagi remaja agar setiap
remaja mampu menjaga dan menghindar dari hal-hal yang tidak baik dan
dianggap mampu membuat remaja menjadi nakal, tidak mau mengikuti aturan dan
cenderung menyukai kebebasan dalam bertindak. Hal inilah yang disebut dengan
kenakalan remaja.
 Komunikasi Antar Pribadi
Setiap hari dari siang sampai malam, tidak bosan-bosannya para ustad
maupun ustadzah berkeliling asrama mendatangi para santri putri. Para guru
berusaha untuk selalu memberikan perhatian yang mendalam dan selalu ada disaat
mereka menemukan kesulitan. Jika ustad maupun ustadzah menemukan anak
yang bermasalah maka mereka akan siap untuk membimbing dan mengajarkan
anak tersebut hingga terlepas dari beban yang menggerogoti pikiran mereka. Para
guru akan selalu mendidik santri-santrinya dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang. Memperlakukan para santri seperti anak mereka sendiri dan tidak
membeda-bedakan. Menurut para guru hal ini merupakan cara yang efektif untuk
membentuk kepribadian sosial yang intensif pada remaja. Jika anak merasa
diberikan perhatian yang lebih oleh gurunya, maka akan timbul rasa kedekatan
dalam diri anak kepada gurunya. Sehingga segala hal yang disampaikan oleh guru
dapat diterima dengan baik oleh anak didik.
 Self Disclosure
Temuan menunjukkan bahwa proses komunikasi antara guru dan santri akan
berjalan dengan semestinya jika antara guru dengan santri mau saling terbuka
mengenai apa saja yang ada di kepala mereka. Sejauh mana kedalaman selfdisclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban antara guru dengan
7
muridnya. Semakin akrab komunikasi yang dijalin antara guru dengan santri,
maka akan semakin dalam pula proses keterbukaan diantara keduanya. Sehingga
tujuan dalam membentuk kepribadian terhadap para santri akan semakin
terwujudkan sesuai dengan usaha yang keras.
Dalam hal penyingkapan diri ini, hal yang paling mendasar adalah
kepercayaan. Biasanya seseorang akan mulai terbuka pada orang yang sudah lama
dikenalnya. Selain itu menyangkut kepercayaan beberapa ahli psikologi percaya
bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang
ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. Bila
seseorang telah menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia
cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.
 Kepribadian Sosial
Temuan menunjukkan bahwa kepribadian yang dibentuk di Darularafah
bersifat sangat efektif. Santri diajarkan untuk selalu rendah hati dan menjaga
sopan santun. Sikap saling tolong menolong dan hidup secara teratur sudah
menjadi budaya bagi mereka. Hal ini menjadikan para santri lebih mengetahui diri
mereka sebenarnya dan lebih menghargai pribadi satu sama lain. Para guru terlihat
sangat mahir dan tegas dalam mendidik mereka dengan tanpa lelah. Kepribadian
yang dimiliki para santri di pesantren membuat siapa saja yang mengetahuinya
merasa kagum dan senang dengan keramahan dan kerendahan hati dari mereka.
Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan
manusia yang menggambarkan karakter manusia yang ditunjukkan melalui sikap
dan perbuatannya. Untuk mengetahui pembentukan kepribadian sosial yang
diterapkan di Pesantren Darularafah kepada anak didik tidak hanya berlangsung
pada saat suasana belajar mengajar saja, namun proses pengembangan
kepribadian itu sendiri sudah menjadi budaya keseharian bagi setiap santri
dimanapun mereka berada. Seperti dalam menjaga sikap, sopan santun, ramah
tamah, saling menolong, tidak mengolok-olok teman, dan sebagainya. Remaja di
pesantren Darularafah sendiri tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan lawan
jenis atau santri putra. Hal inilah yang akan menghambat proses keremajaan dari
para santri yang mungkin dalam masa pubertas. Tapi hal ini tidak menjadi
masalah bagi para santri, karena hal ini bukan menjadi tujuan utama santri untuk
berproses di pesantren tersebut. Di sinilah tugas para guru dalam mendidik dan
membentuk kepribadian positif bagi seluruh remaja santri di Pesantren
Darularafah Raya.
 Interaksionisme Simbolis
Temuan menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh guru dengan
santrinya berlangsung sangat baik. Dalam berbicara dengan orang yang lebih tua
biasanya santri selalu menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung.
Santri cenderung sangat lemah jika dimarahi oleh guru atau kakak kelasnya.
Dalam menjalin sillaturrahmi dengan guru dan para kerabat, mereka tidak pernah
8
berhenti dalam melakukan sebuah interaksi. Misalnya dalam menanyakan
pelajaran, diskusi, sharing, musyawarah atau sekedar bercanda, mereka tidak
pernah terlepas dari sebuah interaksi. Jika terdapat suatu masalah antara satu
dengan lain, maka mereka akan meyelesaikannya dengan sebuah interaksi yang
baik dan tidak menyinggung. Sebuah interaksi sangat dibutuhkan dalam proses
sosialisasi antara santri dengan orang-orang di lingkungannya. Tanpa sebuah
interaksi dan komunikasi, kehidupan tidak akan berjalan dengan lancar, karena
pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan dan saling
ketergantungan satu sama lain yang dihubungkan dengan sebuah interaksi
simbolik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu :
Peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru terhadap remaja santri
putri berperan besar dalam membentuk kepribadian diri. Peneliti melihat ternyata
masih banyak santri yang cenderung tertutup dan takut dalam berinteraksi secara
langsung dengan guru. Sehingga menyebabkan santri memilih menyendiri, tidak
mau berbagi serta dipenuhi rasa takut jika sedang menghadapi kendala maupun
masalah. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi antara guru
dengan remaja santri putri di PDAR berperan besar dalam membentuk
kepribadian sosial remaja santri putri. Santri-santri pesantren pada dasarnya
terkesan memiliki keingintahuan yang besar dan aktif, oleh karena itu tidak heran
jika mereka selalu melakukan pendekatan dengan akrab kepada semua pihak.
Mereka menyadari situasi dan kondisi mereka, namun walau kondisi mereka jauh
dari orangtua, keadaan tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk
berkarya dan berprestasi.
Temuan studi ini menunjukkan bahwa respon dari para santri bervariasi. Pada
awal pertama konseling, guru adalah pihak yang pertama sekali proaktif mengajak
santri. Seiring berjalannya waktu, selama proses pembelajaran di pesantren, satu
demi satu terlihat santri-santri yang aktif mendatangi gurunya untuk menanyakan
apa saja yang ada di hati mereka. Temuan studi ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan tingkat keaktifan guru dan santri selama proses pembelajaran
berlangsung. Para santri memiliki kepribadian sosial masing-masing karena
berdasarkan data penelitian di lapangan ditemukan ada dua sifat remaja santri
putri PDAR, yaitu terbuka dan tertutup. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat
beberapa jenis masalah yang umumnya dihadapi oleh remaja santri putri PDAR
dan memerlukan layanan sharing, yaitu bagaimana menghadapi situasi pubertas,
menciptakan masa depan yang cerah, menjadi remaja yang tangguh, sabar dan
ikhlas dan mempunyai kepribadian yang disenangi. Untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapi remaja santri putri, guru memberikan nasehat serta katakata motivasi yang kebanyakan diambil dari Al-Qur’an, Hadist, dan Mahfudzot.
Temuan menunjukkan bahwa guru telah membuktikan empati yang suportif
terhadap remaja santri putri.
9
Saran
Sebaiknya guru lebih proaktif dalam menemukan kesulitan yang dihadapi
remaja santri putri dan terus memantau siapa saja dari para santri yang bermasalah
dan membutuhkan layanan pemberi motivasi. Sehubungan dengan hal di atas,
sebaiknya guru mempunyai ide-ide cemerlang dalam memberikan apresiasi
berupa kejutan atau pun hadiah bagi santri yang berprestasi, sehingga menjadi
semangat baru bagi para santri dalam berjuang dan berusaha untuk menjadi yang
terbaik. Perlu diadakan berbagai kegiatan yang dapat lebih meningkatkan
kreatifitas dan kesadaran kognitif para santri seperti kegiatan menulis puisi,
cerpen dan mengadakan pentas seni.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Bambang, Q-anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung
: Simbiosa Rekatama Media.
Cahyana, Yan, Yan, Suyanto, Bagong. 1996. Kajian Komunikasi Dan Seluk
Beluknya. Surabaya : Airlangga University Press.
Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia.
Dayakisni, Tri, Hudaniah 2003. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.
Effendy, Onong Uchjana. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Moleong, J, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Monks dan Haditomo, S.R. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES
Yusuf, S. 2009. Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Bandung : Rizki
Press.
10
Download