Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN .....................................................................................1 A. Latar Belakang ......................................................................................1 B. Permasalahan ..........................................................................................4 II. SISTEM REPRODUKSI .......................................................... ...............5 A. Reproduksi Manusia Menurut Al-Quran ......................................................5 B. Reproduksi Manusia Melalui Teknologi Kloning .........................................7 III. KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM .......................12 IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................16 DAFTAR PUSTAKA Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna apabila dilihat dari kejadiannya. Hal ini tercermin dalam Al Qur'an, seperti dalam surah At Tin : 4, berbunyi:l “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.” Selain itu, dapat juga dilihat pada surah Al Isra’ : 70, yang berbunyi :2 “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” Serta dalam surah Al-Hijr : 28 - 30 :3 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk.” (ayat : 28) “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dana telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (sebagai suatu bentuk penghormatan)” (ayat : 29) “Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama.” (ayat : 30) Berdasarkan pada ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, menunjukkan bahwa manusia itu mempunyai keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk lainnya. Dan Allah sendiri telah pula berkenan untuk memuliakan manusia. Oleh sebab itulah, adalah merupakan suatu keharusan bagi manusia itu sendiri untuk menghormati martabat sesama manusia. Taraf penghormatan terhadap martabat sesama manusia ini akan mengimplementasi menjadi suatu nilai moral yang mulia. Adapun nilai moral yang mulia ini akan berefleksi dalam suatu bentuk kewajiban hidup. Misal dalam kehidupan 1 Choli Uman, Agama Menjawab tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya, 1994. Hlm: 45 2 Ibid 3 Lih Al Qur’an dan Terjemahannya 1 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 berumah tangga, nilai moral ini akan tercermin dalam perilaku seorang laki-laki sebagai seorang ayah, anak atau suami untuk memenuhi kepentingan hajat hidup anak, istri, ibu ataupun saudara perempuannya.4 Oleh karena itulah, nilai moral mulia yang hendak dicapai dalam kehidupan manusia ini sedikit terusik dengan terciptanya teknologi-teknologi baru yang diciptakan oleh manusia, yang sedikit banyak telah merusak tatanan moral kehidupan manusia, seperti dalam hal terciptanya teknologi kloning pada manusia untuk menghasilkan manusia dengan “jalan pintas” yaitu tanpa melalui proses hubungan seks (yang halal) antara laki-laki dan perempuan. Teknologi kloning ini sedikit banyak telah mempengaruhi tujuan utama dari perkawinan menurut syariah Islam, yang menegaskan bahwa perkawinan dalam Islam itu bertujuan untuk : 1. Menyalurkan naluri seksual secara halal dan sah ; 2. Melestarikan keturunan dan terpeliharanya nasab dengan jelas ; 3. Menimbulkan rasa cinta, kasih sayang dan ramah tamah di antara kelompok keluarga dalam rumah tangga ; 4. Mendorong adanya rasa tanggung jawab untuk membiayai dan memelihara anggota keluarga ; 5. Timbulnya sikap tolong-menolong, toleransi, dan saling menghargai di antara anggota keluarga kedua belah pihak 6. Timbulnya pembagian tugas-tugas di antara suami dan isteri. Dengan demikian terlihat bahwa dalam Islam, aspek dari suatu perkawinan yang hendak dijaga adalah dengan pemeliharaan moral dan kesucian serta cinta dan kasih 4 Muhammad Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini: Gejala-gejala dan sejumlah Jawaban, Gema Insani Press. Jakarta, 1991. Hlm: 39 2 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 B. Permasalahan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli reproduksi genetik, di dapat suatu pandangan umum tentang pengertian atau defenisi dari kloning. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang jika dilihat secara genetik akan identik5 Dan pengertian yang diuraikan di atas, maka secara logika, upaya kloning adalah suatu upaya menciptakan makhluk atau individu yang persis sama dengan makhluk atau individu yang pernah ada sebelumnya. Melihat pada kenyataan bahwa kloning adalah sebagai suatu upaya penciptaan manusia melalui teknologi yang dirancang oleh manusia, maka dalam hal ini satu hal yang perlu dikaji adalah bagaimana pandangan Islam tentang teknologi kloning ini, sehingga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman dalam menerapkan teknologi kloning sebagai suatu ikhtiar dalam mendapatkan keturunan dan juga sebagai suatu upaya untuk mencapai suatu solusi yang baik dalam menyikapi eksistensi kloning pada masyarakat Muslim. 5 Http ://www.Hayati-IPB.Com/users/rudyet/grp 3 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 II. SISTEM REPRODUKSI A. Reproduksi Manusia Menurut Al Qur’an Al Qur’an dalam beberapa ayat-ayatnya telah menuliskan dan melukiskan secara umum tentang reproduksi manusia. Dalam surat Al Faathir : 11, disebutkan :6 “ Dan Allah menciptakan kamu dari tanah. kemudian dari air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan ( laki-laki dan perempuan ). Dan tidak ada seorang perempuan yang mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya..., sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Dari ayat ini terlihat bahwa manusia itu lahir dari setitik mani atau nuftah, yang bisa diartikan sebagai spermatozoa atau sperma, atau bisa diartikan sebagai hasil dari pembuahan atau zygote. 7 Dalam surah lain, yaitu surah Al-Mu’minum: 14, diuraikan tentang kejadian manusia yang berdasarkan pada tingkatan-tingkatan perkembangannya, yaitu yang diawali dengan setitik nuftah ini yang kemudian berevolusi menjadi embrio atau alaqah yaitu nuftah yang melekat/menggantung. Alaqah itulah yang kemudian menjadi segumpal daging, lalu daging itu kemudian menjadi tulang-tulang. Kemudian tulang-tulang ini dibungkus oleh daging. Dan dari sinilah Allah menjadikan dia satu kejadian yang lain sifatnya. 8 Selanjutnya, dalam surat Az-zumar : 6, Allah telah memfitrahkan kepada manusia secara alamiahnya bahwa kehamilan manusia adalah terjadi dalam perut ibunya:9 “ Ia (Tuhan) menjadikan kamu dalam perut ibu kamu, kejadian demi kejadian dalam 3 (tiga) kegelapan.” 6 Al. Qur’an dan terjemahan 7 Maria Bucaille, Asa-usul Manusia menurut Bible, Al Qur’an dan Sains, Mizan, Bandung. 1984. Hal: 215 8 M. Darudin, Reproduksi Bayi Tabung, Kalam Mulia, Jakarta, 1997. Hal: 13-25 9 Ibid 4 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 Dalam HR. Bukhan, Rasulullah SAW juga menerangkan tentang kejadian , manusia dengan dalil yang didapat beliau dari turunnya ayat-ayat dalam Al Qur’an. Adapun fase-fase yang dimaksud adalah sebagai berikut : 10 “Dari Abrirahman Abdullah bin Mas’ud berkata : Telah menceritakan kepada kami dari Rasulullah SAW dialah orang yang benar dan dibenarkan : “ Sesungguhnya seorang manusia kejadiannya dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian ia menjadi sesuatu yang menggantung atau alagah selama itu juga kemudian ia menjadi segumpal daging, selama itu juga, kemudian dikirim kepadanva malaikat, lalu ditiupkan padanya roh.” Dari uraian di atas, menurut pendapat Muhammad Darudin dalam bukunya mengenai “Reproduksi Bayi Tabung”, maka dalam ayat-ayat Al Qur’an tidak ada tercermin bahwa reproduksi manusia itu terjadi pembuahan sel telur oleh sperma hanya dalam tuba fallopi. Dengan dalil itulah, ada jalan untuk melakukan pembuahan dengan melalui cara yang tidak alamiah, baik melalui reproduksi bayi tabung maupun dengan kloning. 10 Ibid 5 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 B. Reproduksi Manusia melalui Teknologi Kloning Teknologi kloning pada dasarnya adalah merupakan teknologi kelanjutan logis dari teknologi bayi tabung. Seperti halnya kloning, teknologi bayi tabung yang telah banyak diterapkan di berbagai negara, akan tetap masih banyak menimbulkan kontroversi. Adapun perbedaan yang ada dalam teknologi bayi tabung dan kloning ini terletak pada saat dilakukannya (prosedur) pertemuan antara sel telur dengan sperma. Pada prosedur kloning, langkah awal yang dilakukan adalah dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) yang telah diambil inti selnya (nukleus)11. Inti sel telur yang terdiri dari 23 kromoson ini dibuang, kemudian dilakukan penggantian dengan inti sel “dewasa” sebanyak 46 kromosom. Setelah dilakukan penggantian atau pemindahan ini, maka untuk selanjutnya, sel-sel ini dibiarkan berkembang menjadi beberapa sel. Setelah berkembang menjadi beberapa sel baru, maka sel-sel yang terbentuk ini akan dikembalikan ke dalam rahim ibunya untuk dilanjutkan perkembangannya menjadi manusia atau makhluk baru. 12 Dengan prosedur kloning ini, maka akan dihasilkan janin manusia atau makhluk baru yang akan sepenuhnya membawa gen baru dari ciri khas yang baru sesuai dengan ciri dari sumber sel yang intinya dimasukkan ke sel telur. Hal terakhir dari prosedur kloning inilah yang membedakannya dengan proses bayi tabung. Jika dalam bayi tabung, janin yang dihasilkan masih membawa campuran ciri ibu dan ciri bapaknya seperti halnya janin-janin pada umumnya, namun tidak demikian halnya dengan kloning. 11 Http://www.angelfire.com/ri/ricoaries8/kloning.Html. 12 Http: // www.kompas.com/kompascctak/0204/21/nas/prpe 30.Htm 6 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 Manfaat dan Keburukan Reproduksi Melalui Kloning Seperti halnya pada reproduksi melalui bayi tabung, maka dari beberapa hasil penelitian teknologi reproduksi, ada beberapa hal yang dapat dijadikan manfaat dari pengembangan teknologi kloning ini. Hal ini ditarik dari beberapa kasus yang memanfaatkan jasa reproduksi genetika, seperti antara lain, yaitu :13 1. Kloning memberikan manfaat bagi pasangan-pasangan yang intertil, yaitu pasangan-pasangan yang mengalami kesulitan untuk mendapat keturunan 2. Kloning yang pernah dilakukan di Colorado, Amerika Serikat, dimanfaatkan untuk alasan kesehatan. Dalam rublik kesehatan yang ada di majalah Gatra tanggal 14 Oktober 2000, dilaporkan bahwa pasangan Jack dan Lisa menggunakan reproduksi secara rekayasa genetika untuk mendapatkan anak kedua, guna menolong anak pertamanya, Molly yang menderita penyakit fanconi anemia, penyakit ini jika dibiarkan lebih lanjut akan berakibat menjadi leukimia, untuk itulah anak yang kedua ini dipersiapkan secara genetik untuk menolong atau menopang hidup kakaknya.14 Dengan demikian, para ahli percaya dan berkesimpulan bahwa kloning embrio dan DNA manusia dewasa dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain, adalah :15 a. Dapat mernbantu wanita yang kurang subur. Bila wanita itu hanya dapat memproduksi 1 sel telur, maka dengan kloning embrio, yang dihasilkan dari 1 sel telur dapat diduplikasi, misal menjadi 8 embrio untuk diimplantasikan. 13 Http://www.Hayati.Op.Cit 14 Gatra, 14 Oktober 2000 15 Http://www. Hayati.Op.Cit 7 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 b. Orang tua yang diketahui mempunyai kelainan genetik yang dapat diturunkan pada anaknya, dengan teknologi kloning, telur yang terbuahi dapat diduplikasi dan dievaluasi genetiknya. Hanya klon yang bebas dari kelainan genetik yang diimplantasikan ke rahim ibunya. c. Kloning juga dikembangkan untuk menghasilkan individu yang mempunyai bakat atau kelebihan tertentu. Misal : kloning DNA dari keluarga yang memiliki kemampuan musikal dilakukan untuk menghasilkan anak yang memiliki potensi serupa. Dalam segala hal yang baru, sudah pasti ada sisi positif dan juga negatif. Demikian pula halnya dengan kloning, maka sisi negatif yang ditimbulkannya adalah : 16 1) Keragaman populasi akan hilang, akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama 2) Bila manusia secara genetik sama, maka terdapat resiko besar dari patogen tunggal, yaitu penyakit yang fatal dapat memusnahkan semua individu. 3) Kloning dianggap tidak etis, tidak manusiawi dan juga tidak normal. Oleh sebab itulah, dalam penerapan teknologi kloning ini, harus berhadapan atau berkontradiksi langsung dengan 4 (empat) aspek kehidupan manusia, yaitu aspek teologi (keagamaan), aspek etika, aspek legalitas dan aspek sosial atau kemasyarakatan. Dalam dimensi teologi, penerapan teknologi ini ditanggapi secara beragam. Sebahagian besar menolak teknologi ini diterapkan terhadap manusia, akan tetapi dimaklumi jika diterapkan pada hewan atau tumbuhan. Baik ulama Islam, Kristen maupun Yahudi beranggapan tidak ada alasan kloning untuk manusia, selain tidak bermoral, tidak etis juga tidak manusiawi. Penolakan ini juga dilandasi dengan alasan karena adanya suatu keyakinan bahwa kegiatan ini sama artinya dengan mempermainkan 16 Ibid 8 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 Allah yang merupakan Pencipta segala makhluk. Juga banyak kalangan yang berpendapat bahwa kloning terhadap manusia secara utuh tidak dapat dilakukan, sebab ini dapat dianggap sebagai intervensi terhadap karya ilahi. Namun demikian, ada beberapa ulama yang mendukung teknologi kloning ini, antara lain Sheikh Mohammad Hussein Fadhallah dan Abdulaziz Sachedina (dan Virginia). Sheikh M. Hussein mengatakan adalah seorang pemandu spritual muslim fundamentalis dari Lebanon, yang mengatakan bahwa suatu hal yang salah atau keliru, apabila kloning dikatakan intervensi karya ilahi. Akan tetapi, kloning itu haruslah diangap tidak menciptakan suatu yang baru. Hanya saja para ilmuwan itu dianggap sebagai menemukan sesuatu hukum yang baru bagi organisme, sama dengan seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro, dan transplantasi organ. 17 Sedangkan abdulaziz Sachedina berpendapat bahwa Allah adalah sang kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan intervensi dalam pekerjaan alami, termasuk pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau embrio splitting untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, namun yang tetap harus diingat adalah Allah lah sang Pemberi Hidup. . Dari dimensi etika, sebahagian masyarakat menolak dengan alasan moral, yaitu dengan adanya pembuangan embrio yang tidak dibutuhkan. Sehingga masyarakat secara moral beranggapan bahwa pembuangan itu telah mematikan hak hidup embrio, dengan demikian hal ini sama artinya dengan pembunuhan. Hubungan fundamental antar manusia, hubungan laki-laki dan perempuan serta kasih sayang juga dipertanyakan dalam hal ini. Hal ini diperburuk apabila sperma tidak dari pasangannya sendiri ataupun sebaliknya sperma dan sel telur dari masing-masing 17 Http://www.religioustolerance-org/-clo_reac.htm 9 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 pasangan akan tetapi embrio diimpantasikan pada rahim perempuan lain. Akibat yang ditimbulkan tidak lain adalah kekaburan nasib dari anak yang dikandung. Dan dimensi legalitas, teknologi ini juga masih dalam posisi pro dan kontra. Di negara Australia , telah berlaku UU anti kloning bagi manusia, tetapi tidak demikian halnya terhadap hewan maupun tumbuhan.18 Di Inggris, berlaku UU yang mengizinkan penelitian pada embrio manusia baru dapat dilakukan sampai umur 14 hari sesudah fertilisasi, dengan dasar pembuangan embrio berumur kurang dari 12 hari dipandang tidak mengurangi hak hidup calon bayi. Kloning diperbolehkan jika ada alasan yang kuat, seperti untuk kesehatan dan pengobatan serta untuk tujuan meningkatkan nilai genetik guna menjadikan manusia yang berkualitas. Dari dimensi sosial, yang menjadi permasalahan adalah posisi dari si anak yang dilahirkan akan menjadi simpang siur dalam tatanan kemasyarakatan, terutama apabila sperma yang digunakan berasal dari bank sperma atau sel telur yang digunakan berasal dari pendonor. Akibatnya, silsilah anak menjadi tidak jelas. Dan memungkinkan di kemudian hari akan terjadi perkawinan kekerabatan yang sangat dekat, sehingga memungkinkan terjadi lahirnya generasi cacat akibat inbreeding. . Selain keburaman silsilah anak, akibat lain yang dapat timbul adalah perebutan bayi. Seperti kasus yang menimpa pasangan suami-istri yang menitipkan embrio pada rahim perempuan lain. Setelah 36 minggu mengandung dan akhirnya melahirkan anak, perempuan yang meminjamkan rahim mengklaim bahwa anak yang dikandung adalah anak kandungnya. Sedemikian pelik hal-hal yang dapat timbul dari kloning dilihat dari segi negatif atau keburukan yang dapat ditimbulkannya. 18 Http://www.skeopeonet.com/newsfokus_detil.ctm 3ko5782 10 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 III. KLONING DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Munculnya rekayasa genetika melalui proses kloning dalam wacana ilmu pengetahuan saat ini, tidak lain merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Al Qur’an sendiri telah memberikan himbauan kepada umatnya untuk terus membaca (iqra’) guna memberi kemampuan bagi manusia untuk terus meneliti dan menemukan suatu hal yang terpendam dalam alam semesta yang memang diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan umatnya. Untuk itulah Al Qur’an telah menuntun para ulama untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam berbagai ilmu pengetahuan, baik agama, maupun bidang umum, karena : a. Al Qur’an telah menganjurkan supaya manusia memperdalam pengetahuannya dalam berbagai ilmu pengetahuan. b. Para ulama harus mampu untuk membuktikan kebenaran ayat dan menyelidikinya, karena ayat-ayat dalam Al Qur’an itu hanyalah sebatas penggambaran secara garis besar semata. c. Tanggung jawab ulama untuk tetap memelihara, mensiarkan A1 Qur’an dan mendorong mereka untuk berkreasi dan menyusun ilmu bahasa Arab dan bermacam-macam ilinu yang berhubungan dengannya.19 Prestasi i1mu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning pada dasarnya merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan penyikapan sebuah hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan. Hal ini dikarenakan proses pengkloningan telah menyikap suatu fakta bahwa pada sel tubuh manusia maupun hewan, terdapat suatu potensi untuk menghasilkan keturunan, jika kandungan nukleus sel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur 19 Al Qur’an dan terjemahan 11 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 perempuan yang telah dikeluarkan nukleusnya. Maka sifat kandungan nukleus sel tubuh itu tidak ubahnya seperti sel sperma laki-laki. Seperti yang telah dipahami selama ini, paham yang bersifat teologi, khususnya dalam hal ini menurut syariat Islam, maka penilaian terhadap suatu fakta baru yang muncul di masyarakat lebih dilihat dari segi tujuan atau akibat yang dituju dari perbuatan yang timbul dart fakta tersebut. Apabila tujuan atau akibat yang ditimbulkan itu merupakan suatu nilai kebaikan, maka perbuatan itu masih dapat dinilai sebagai suatu yang mubah atau kebolehan. Begitu pula apabila timbul keadaan yang sebaliknya, maka lebih baik untuk tidak melanjutkan perbuatan tersebut. Ada beberapa pandangan ulama Islam berkaitan dengan permasalahan kloning ini. Namun sebahagian besar dari para ulama tidak membenarkan dilakukan kloning bagi manusia, walaupun ada yang berpendapat (ulama-ulama moderat, seperti Sheikh Mohammad Fussein Fadhalalah dari Lebanon) bahwa sebahagian dari kloning untuk manusia itu bersifat mubah dengan alasan tertentu. Akan tetapi para ulama menyatakan kesatuan pendapatnya berkaitan dengan kloning yang dilakukan terhadap hewan maupun tumbuhan, adapun aspek yang menjadi titik pandang para ulama dalam menyikapi kloning adalah sebagai berikut : 1. Hukum yang berlaku bagi kloning terhadap tumbuhan dan hewan20 Sebahagian besar ulama berpendapat bahwa kloning terhadap tumbuhan dan hewan bersifat mubah. Hukum mubah ini ditetapkan karena melihat pada tujuan yang diharapkan dari pengkloningan tersebut, yaitu tidak lain untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas hewan dan tumbuhan, karena dengan pengkloningan ini terdapat suatu upaya untuk memanfaatkan obat, sehingga menjadikannya sebagai suatu sunnah, seperti yang telah diriwayatkan dalam HR. Imam Ahmad, yang artinya 20 Http://www.memberstripod.com//sat2000/klonotikel.html 12 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap menciptakan penyakit, maka Dia juga akan menciptakan obatnya. Maka berobatlah kamu.” . 2. Hukum yang berlaku terhadap kloning embrio atau manusia.21 Dalam hal pemberlakuan hukum tentang kloning manusia ini, beberapa ulama membedakannya dalam 2 (dua) hukum yaitu : a. Hukum Mubah Apabila kloning yang dilakukan terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri atas pertemuan sel sperma suami dengan sel telur istri. Sel embrio kemudian diperbanyak hingga berpotensi untuk membelah dan berkembang. Setelah dipisahkan sel embrio itu selanjutnya ditanamkan ke dalam rahim pemilik sel telur (istri). b.Hukum Haram Apabila sel-sel embrio yang telah dipisahkan itu ditanamkan di rahim perempuan lainnya, bukan istri. Berbeda dengan sebahagian besar ulama Islam lainnya, yang berpendapat bahwa apapun dalil yang dikemukakan ulama moderat itu tidaklah berdasar. Menurut para ulama yaitu bahwa kloning manusia walaupun dengan alasan untuk memperbaiki keturunan adalah haram hukumnya. Adapun dalil yang dikemukakan, antara lain, adalah sebagai berikut : 1).Anak-anak yang di dapat dari hasil kloning, tidaklah sesuai dengan fitrah manusia, karena Allah SWT telah menetapkan proses untuk manusia menghasilkan keturunan melalui firmannya pada Surah An Najm : 45 - 46, yang artinya “ ..... dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangan lelaki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” 21 Http://www.angelfire.com/ti/ricoaries68/kloning.html 13 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 2). Pengkloningan manusia itu mampu menghilangkan nasab karena keturunan vang dilahirkan melalui proses ini tidak jelas. Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Seperti yang dikemukakan Rasulullah SAW “ Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh umat” (HR. Ibnu Majah). “ Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu nasab (seseorang) yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat suatupun dari Allah dan Allah tidak akan pernah mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat kemiripannya, maka Allah akan menunjukkan perbuatannya di hadapan orangorang terdahulu dan kemudian (pada hari kiamat).” (HR. Ad-Darimi) Menghasilkan anak melalui proses kloning akan mencegah banyak pelaksanaan hukum syara’ seperti hukum perkawinan, nasab, nafkah, kewajiban bapak kepada anak, pemeliharaan anak dan hubungan kemahraman. Pengkloningan mencampur adukan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah Allah tentang kelahiran anak. Bagi umat Islam, pengkloningan manusia merupakan suatu perbuatan keji yang akan dapat memporak-porandakan struktur kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kelahiran dan persenyawaannya melalui pengkloningan manusia bukanlah termasuk fitrah apalagi kalau prosesnya terjadi antara laki-laki dan perempuan yang tidak diikat dengan akad nikah yang sah. Oleh sebab itu, perlu kiranya suatu pertimbangan akan hukum mubah menurut pendapat beberapa ulama, apabila kita lebih banyak menemukan mudharatnya dibanding maslahahnya. Yang perlu menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah tinjauan kedudukan (posisi) anak yang dilahirkan kelak dalam kehidupannya di masyarakat. 14 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kemajuan ilmu pengetahuan yang sedemikian rupa pada masa sekarang ini adalah sebagai suatu manifestasi manusia yang menafikan peranan Tuhan dalam mengatur kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan harus tahu sejauh mana hukumnya dalam membuat penyelidikan agar tidak memudharatkan manusia itu sendiri dan agamalah yang mampu menerangkan seharusnya manusia bertindak sepatutnya agar segala tindakannya itu memberi manfaat dan tidak mendatangkan mudharat. Kita tidak mengetahui apakah kesan dari pengkloningan manusia dari segi jangka panjang, tetapi Islam telah memberikan jawaban bahwa pelaksanaan kloning manusia tidak seharusnya dilaksanakan. Pendapat umum juga telah menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak setuju dengan kloning manusia. Melalui penelitian di Malaysia, yang dilakukan pada tahun 1994.22, terangkum responden yang berpendapat bahwa kloning adalah perbuatan tak bermoral (sebanyak 97%) dan 99% menyatakan tidak berminat untuk melakukan kloning. Dengan demikian, bisa ditarik suatu keadaan yang belum menerima diberlakukannya kloning bagi manusia walaupun teknologi kloning ada memberikan manfaat akan tetapi lebih memberikan sisi keburukan. Berdasarkan uraian pembahasan tentang kloning, maka dapatlah ditarik saran. Saran yang dikemukakan ini tidak lain sebagai bahan pertimbangan dalam memandang halal atau haramnya tindakannya untuk melakukan pengkloningan. Dalam kepentingan ini, dapatlah diajukan beberapa firman Allah SWT dan juga hadist serta ijtihad ulama, untuk memberikan suatu jalan atau solusi bagi setiap individu, apakah berkeinginan untuk menerapkan kloning atau tidak dalam kehidupannya. 22 Ibid 15 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 Adapun firman Allah SWT itu antara lain: 1. Al Qur’an surah Al Isra’ : 36 : “ Dan janganlah kamu ikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” Jika dipahami surah ini, maka apabila merasa tidak jelas dan tidak meyakini seperti apa prosedur maupun akibat yang ditimbulkan dalam kloning, maka akan merupakan suatu tindakan yang bijaksana untuk tidak melakukan kloning, yang memungkinkan timbul banyak kemudharatan. 2. A1 Qur’an surah At Tin: 4: “ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya”. 3.Hadist Rasulullah SAW : “ Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina isteri orang lain)” (Hadist riwayat Abu Daud, Al-Tarmidzi). 4.Kaidah Hukum Fiqh Islam : “ Menghindari bahaya (madarat) harus didahulukan atas mencari/menarik maslahat atau kebaikan.” 5.Kaidah Hukum Fiqh Islam “ Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang” namun kaidah fiqh ini, harus dilanjutkan dengan penerapan kaidah fiqh lainnya, yang berbunyi : “ Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali kalau ada dalil yang mengharamkannya.” 16 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 Dalam hal kloning ini, maka dengan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) (terlampir), yang secara nasional melarang melakukan segala jenis percobaan terhadap upaya pengkloningan terhadap manusia, maka dapatlah dikatakan bahwa kloning untuk manusia itu tidak dapat dilakukan atau dilarang, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah bagi umat Islam. Namun, kloning dikecualikan bagi hewan maupun tumbuhan guna meningkatkan produksi. Dan yang lebih penting imtuk dijadikan dasar pertimbangan, adalah seruan Rasulullah SAW dalam HR. Abu Ya’la, Al-Thabrani dan Al-Baihaqii dari Al-Aswad bin Sari : “ Semua anak dilahirkan atas kesucian/kebersihan (dari segala dosa dan noda) dan pembawaan beragama tauhid, sehingga ia jelas bicaranya. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anaknya menjadi Yahudi, atau Nasrani atau Majusi...„23 Oleh sebab itulah, seorang muslim haruslah mempunyai kemampuan untuk memilah dan memilih hal yang baik dan memberi masalah bagi dirinya dan menjauhkan hal yang memberi mudharat bagi dirinya, seperti yang tercermin dalam Al Maidah :105, yang berbunyi ;24 “ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu : tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila katnu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya. Maka Dia akan menerapkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 23 Masjfud Zuhdi, Masail Fiqhiyah, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1997. Hlm:39 24 Al Qur’an dan terjemahan 17 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006 DAFTAR PUSTAKA Rahman I. Doi, Syariah II : Hudud dan Kewarisan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996. Ali Akbar, Seksualitas ditinjau dari Hukum Islam, Ghalia, Jakarta, 1986. Cholil Uman, Agama Menjawab tentang Berbagai Masalah Abad Modern, Ampel Suci, Surabaya, 1994. Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996. Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1988. -------------, Pengaturan UU Perkawinan Umat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979 -------------, Pokok pokok Ilmu Agama Islam, Yayasan AI-Ghazali, Jakarta, 1987. Ibrahim M. Al-Jamal, Fiqih Wanita, alih bahasa : Anshori Umar, Asy-syifa, Semarang, 1981. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Gunung Agung, Jakarta, 1997. Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia Menurut Bible, Al Our'an, Sains, Mizan, Bandung, 1984. M. Al-Bani, Langkah Wanita Islam Masa Kini : Gejala-gejala dan Sejumlah Jawaban, Gema Insani Press, Jakarta, 1991. M. Daruddin, Reproduksi Bayi Tabung : Ditinjau dari Hukum Perdata, Hukum Kedokteran, Hukum Islam, Kalam Mulian, Jakarta, 1997. . Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2000. 18 Idha Aprilyana S : Kloning dalam Perspektif Hukum Islam, 2005 USU Repository © 2006