Karakteristik Genotip (Lanjutan) Siti K. Chaerun Analisis DNA Komposisi Basa (G+C content) • Mol% G+C = (G+C)/(A+T+G+C) x 100% • Prokariot mempunyai mol% G+C berkisar: 2378% • Semakin besar perbedaan mol%G+C antara 2 organisma, maka semakin jauh hubungan kekerabatan dari 2 organisma tsb. • Secara teori, perbedaan mol%G+C pada 2 molekul DNA dari organisma sebesar: – 20-30% ----Æ Tidak ada kekerabatan – >10% -----Æ berbeda genus – > 5% -----Æ berbeda species • Kenyataannya: • Beberapa Genus Treponema (Phylum Spirochaetes) dan beberapa class Mollicutes (Phylum Fermicutes), berdasarkan analisis sikuen DNA nya menunjukkan kekerabatan yang dekat, tapi perbedaan mol% G+C sebesarnya ~20%. – Faktor yang menyebabkan perubahan dan laju perubahan kandungan G+C tidak dimengerti dan tidak diketahui. • Perubahan kandungan G+C mungkin karena: – Preparasi DNA yang berbeda-beda sehingga homogenitas molekul DNA tersebut akan berbeda – maka nilai mol%G+C merupakan nilai rata-rata (mean) – Contoh yang lain: dengan species yang sama tapi beda strain (Bacillus subtilis), perbedaan mol%G+C sebesar 5.7% (dari 4 analisis) • Kesimpulan: – Similaritas dalam komposisi basa (mol% G+C) tidak berarti menunjukkan hubungan kekerabatan yang dekat karena penentuan komposisi basa ini tidak berbanding lurus dengan sikuen linier basa molekul DNA tersebut. – Sehingga Mol%G+C tidak dapat digunakan sebaagai karakter taksonomi. – Namun demikian, perbedaan dalam mol%G+C sangat berguna secara taksonomi dalam memisahkan grup organisma dan dapat merupakan indikator dari homogenitas suatu grup (taxa), sehingga mol%G+C ini harus selalu ada dalam deskripsi suatu grup/taxa. ] Kekerabatan DNA (Homolog) • Semakin dekat hubungan kekerabatan 2 organisma berdasarkan karakter genotip nya, maka semakin sama sikuen basa nukleotidanya dan semakin besar tingkat pembentukan hibrida nya (hibridisasi) – Sifat renaturasi (The process by which complementary strands of nucleic acids re-form their native conformations) digunakan dalam mempelajari DNA relatedness (homology) – Heterologous (hibrida): ssDNA dari 1 organisma bergabung dengan ssDNA organisma lain – Jumlah “mismatch” pada molekul “heterologous duplex” ditentukan dengan membandingkan Tm (melting T) dari molekul heterologous duplex tsb dengan Tm dari molekul homologous duplex. Yaitu semakin kecil perbedaan Tm (ΔTm) nya, maka semakin sedikit jumlah “mismatch” pada hibrida nya, dan semakin dekat kekerabatan DNA nya. dsDNA dissociates (denatures) into ssDNA which will reassociate at a T 15-30oC below Tm (melting T) to give the original molecule. It is this property of renaturation that is used in DNA relatedness (or homology) studies. • Dalam mempelajari group prokariot, dimana karakterisasi fenotip yang telah dilakukan masih sulit membedakan antara 2 spesies, maka kekerabatan DNA ini sangat diperlukan. • Metode kekerabatan DNA (=DNA relatedness) akan memberikan data yang kuat dalam mendefinisikan spesies (=genomic species atau genetic species) yaitu: suatu group strain yang menunjukkan DNA relatedness lebih besar atau sama dengan 70% pada kondisi hibridisasi optimal (5oC atau kurang dari ΔTm). – Kekerabatan DNA > atau = 70%: spesies sama – Kekerabatan DNA < 70%: spesies berbeda