bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak gunungapi.
Indonesia memiliki 147 gunungapi dengan 127 di antaranya merupakan
gunungapi aktif (volcanodiscovery.com, 2016). Gunung-gunung api tersebut
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia mengikuti batas-batas lempeng aktif.
Kemunculan gunungapi dimulai dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Flores kemudian Sulawesi dan Maluku (Gambar I.1).
Gambar I.1 Persebaran gunungapi di Indonesia (Simkin & Siebert, 1994)
Pengamatan gunungapi di Indonesia oleh Badan Geologi dibagi menjadi
dua, yaitu pengamatan gunungapi wilayah barat dan gunungapi wilayah timur.
Gunungapi wilayah barat didominasi oleh gunungapi di pulau Sumatra dan pulau
Jawa, sedangkan gunungapi timur didominasi oleh gunungapi di pulau Bali,
Flores, Sulawesi dan Maluku.
Pada skripsi kali ini, subyek yang dipelajari lebih lanjut adalah gunungapi
Lokon yang terletak di Sulawesi Utara. Gunungapi Lokon sendiri adalah salah
1
2
satu dari lima gunungapi aktif di Sulawesi Utara. Empat gunungaktif lainnya
adalah gunung Awu, gunung Karangetang, gunung Ruang, serta gunung Soputan.
Gunungapi ini terletak berdekatan dengan kota Tomohon dan merupakan salah
satu gunungapi yang sering mengalami erupsi. Berdasarkan bentuk morfologinya,
puncak gunung Lokon berdampingan dengan puncak gunung Empung dengan
jarak antara keduanya 2,3 kilometer sehingga gunung ini sering disebut dengan
gunungapi kembar (Kusumadinata, 1979).
Secara geografis, puncak gunungapi Lokon terletak pada 1° 21,5’ Lintang
Utara dan 124° 47’ Bujur Timur
dengan ketinggian 1580 mdpl. Sedangkan
gunung Empung terletak pada 1°22’ Lintang Utara dan 124° 47’ Bujur Timur
dengan ketinggian 1340 mdpl. Berdasarkan sejarah kegiatannya, letusan semula
berpusat di puncak Empung yang berlangsung pada tahun 1350 dan 1400. Sejak
tahun 1829 titik kegiatannya pindah ke pelana dua puncak yang dikenal dengan
kawah Tompaluan (van Padang, 1951 dalam Haerani, dkk., 2010) dan menjadi
kawah yang aktif sampai pada saat ini. Secara geografis, kawah Tompaluan
berada pada posisi 1°21’52,68’’ Lintang Utara dan 124°47’57,58” Bujur Timur
pada ketinggian 1210 mdpl (Kusumadinata, 1979) (Gambar I.2).
Gunung Lokon
Gunung Empung
Kawah Tompaluan
Gambar I.2
Lokasi gunung Lokon dan gunung Empung
(Photovolcanica.com)
Gunungapi Lokon sempat tidur atau pasif sampai pada tahun 2007.
Aktivitas vulkanik yang tinggi baru terjadi lagi pada bulan Desember 2007
3
dengan rata-rata terjadi lima events VT-A dan VT-B dalam satu hari. Sampai pada
tahun 2011 peningkatan erupsi terus terjadi. Dalam satu bulan dapat terjadi 100800 events. Kemudian pada tanggal 26 Juli 2011 status gunungapi Lokon dinaikan
menjadi siaga oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Puncak
aktivitas terjadi pada tanggal 4 Juli 2011 dimana gunungapi Lokon terus
mengalami eruspsi sampai tanggal 28 Agustus 2011. Erupsi terjadi secara
eksplosif dengan kolom erupsi setinggi 450-3500 m. Hingga saat ini, erupsi
gunungapi Lokon masih terjadi (Firmansyah, dkk., 2014).
Gunungapi Lokon terletak tidak jauh dari pusat kota Tomohon. Puncak
gunungapi Lokon berjarak sekitar 5300 meter di sebelah barat laut kota Tomohon
dan berjarak sekitar 20 km barat daya kota Manado, ibukota Sulawesi Utara
(wikipedia.org, 2016). Kota Tomohon pada tahun 2013 tercatat memiliki
penduduk sebanyak 156.627 jiwa (BPS kota Tomohon, 2016). Dengan adanya
peningkatan aktivitas gunungapi ini, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui karakteristik sifat dan letusannya. Mengingat pentingnya publikasi
mengenai status aktivitas gunungapi Lokon kepada masyarakat sekitar untuk
mengantisipasi bahaya yang akan muncul jika gunungapi ini mengalami erupsi.
Gambar I.3 Erupsi gunungapi Lokon pada tanggal 8 Desember 2012
(Photovolcanica.com)
Gambar I.3 menunjukkan erupsi gunungapi Lokon yang pernah terjadi
pada tanggal 8 Desember 2012, berupa erupsi lava pijar yang cukup
4
membahayakan bagi masyarakat sekitar gunungapi Lokon. Sehingga penelitian
mengenai gunungapi Lokon ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi bahaya
erupsi seiring dengan meningkatnya aktivitas gunungapi.
I.2
Rumusan Masalah
1. Sebagian besar gunungapi di Indonesia terletak tidak jauh dari
pemukiman warga. Sehingga untuk mewaspadai aktivitas gunungapi
yang meningkat secara cepat diperlukan monitoring aktivitas vulkanik
gunung api. Termasuk salah satunya adalah gunungapi Lokon yang
menjadi obyek skripsi kali ini.
2. Diketahui bahwa gunungapi Lokon mengalami erupsi terus menerus
sejak tahun 2011 dan masih berlanjut sampai pada saat ini. Bagaimana
pola persebaran hiposenter gunungapi Lokon pada masa erupsi?
3. Proses penentuan lokasi hiposenter gunungapi pada saat ini masih
memiliki beberapa kekurangan. Beberapa peneliti melaporkan banyak
kesalahan yang muncul karena kurangnya informasi mengenai model
kecepatan lokal pada masing-masing gunungapi. Oleh karena itu
diperlukan suatu metode relokasi hiposenter untuk mendapatkan hasil
persebaran hiposenter yang lebih akurat dengan meminimalisir efek
model kecepatan yang kurang tepat.
I.3
Batasan Masalah
1. Monitoring aktivitas gunungapi dapat dilakukan dengan bermacam
cara, seperti pemantauan aktivitas seismik, analisis geomagnetik,
analisis deformasi, analisis leveling dan analisis geokimia. Salah satu
pemantauan yang paling sensitif terhadap aktivitas vulkanik adalah
monitoring aktivitas seismik.
5
2. Distribusi persebaran hiposenter gempa vulkanik gunungapi Lokon
yang dihitung selama masa erupsi diambil pada periode SeptemberDesember 2012.
3. Dilakukan koreksi model kecepatan 1-D untuk meminimalisir
kesalahan perhitungan hiposenter karena tidak ada informasi mengenai
model kecepatan lokal gunungapi Lokon.
I.4
Tujuan Penelitian
1. Menentukan persebaran hiposenter gempa vulkanik gunungapi Lokon
periode September-Desember 2012.
2. Menentukan model kecepatan seismik lokal gunungapi Lokon.
3. Melakukan analisis hubungan antara aktivitas vulkanik gunungapi
Lokon dengan gempa vulkanik yang terekam pada seismogram.
I.5
Manfaat Penelitian
1. Hasil relokasi persebaran hiposenter dapat digunakan untuk melakukan
studi lebih lanjut mengenai karakteristik gunungapi Lokon.
2. Persebaran relokasi hiposenter pada gunungapi Lokon dapat digunakan
untuk menganalisis kehadiran kantong magma.
3. Koreksi model kecepatan lokal dapat digunakan untuk melakukan
penelitian seismik lainnya.
Download