pengaruh disiplin dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada pt

advertisement
PENGARUH DISIPLIN DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PADA PT AMTEK
ENGINEERING BATAM
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh
ANDREA KELVINA
11002858
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
77
2
ABSTRAK
Pengaruh Disiplin dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
PT AMTEK ENGINEERING BATAM
Andrea Kelvina
Pembimbing: Rona Tanjung, S.Kom., M.Si
[email protected]
Kinerja karyawan yang tinggi dapat dicapai jika seluruh elemen-elemen
yang ada dalam perusahaan terintegrasi dengan baik dan mampu menjalankan
peranannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan karyawan. Oleh sebab itu
diperlukan dukungan disiplin dan motivasi guna meningkatkan kinerja karyawan
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh
disiplin dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT Amtek Engineering Batam.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan dilaksanakan
pada 40 karyawan PT Amtek Engineering Batam.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 17.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
validitas dengan analisis faktor, uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Uji
asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda, untuk menguji dan
membuktikan hipotesis penelitian.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel disiplin dan
motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Adjusted R Square sebesar 55,5%, sedangkan sisanya sebesar 44,5% persen
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui. Dalam penelitian ini juga
diketahui secara parsial variabel disiplin dan motivasi berpengaruh signifikan
terhadap variabel kinerja karyawan. Sedangkan secara simultan variabel disiplin
dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja karyawan.
Kata kunci : Disiplin, Motivasi, dan Kinerja Karyawan.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih
saat ini, peranan sumber daya manusia yaitu karyawan / pegawai sebagai sumber
tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan
produk yang berkualitas, baik berupa materi maupun produk berupa jasa.
Perusahaan membutuhkan adanya faktor sumber daya manusia yang potensial
baik pemimpin maupun karyawan pada pola tugas dan pengawasan yang
merupakan penentu tercapainya tujuan perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi maupun perusahaan. Agar aktivitas manajemen berjalan
dengan baik, perusahaan harus memiliki karyawan yang berpengetahuan dan
berketerampilan tinggi untuk mengelola perusahaan seoptimal mungkin sehingga
meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan merupakan hasil atau prestasi
kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan
standar kerja yang ditentukan oleh pihak perusahaan. Kinerja yang baik adalah
kinerja yang sesuai standar perusahaan dan mendukung tercapainya tujuan
perusahaan.
Perusahaan
yang
baik
adalah
perusahaan
yang
berusaha
meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut
merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan.
4
Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan
untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan lingkungan bisnis yang tidak stabil.
Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan merupakan
tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan untuk mencapai
tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja
sumber daya manusia yang ada didalamnya.
PT Amtek Engineering Batam merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang usaha Engineering. Penelitian ini memfokuskan pada karyawan PT
Amtek Engineering Batam yang berlokasi di Batam. Kinerja karyawan yang
tinggi sangatlah diharapkan oleh perusahaan tersebut. Semakin banyak karyawan
yang mempunyai kinerja tinggi, maka kinerja perusahaan secara keseluruhan akan
meningkat sehingga perusahaan akan dapat bertahan dalam persaingan global.
Karyawan yang dituntut untuk mampu memberikan pelayanan dan tanggung
jawabnya secara efektif dan efisiensi. Keberhasilan karyawan dapat diukur
melalui kepuasaan konsumen, berkurangnya jumlah keluhan dan tercapainya
target yang optimal.
Kinerja karyawan PT Amtek Engineering Batam juga dapat diukur melalui
penyelesaian tugasnya secara efektif dan efesien serta melakukan peran dan
fungsinya dan itu semua berhubungan linear dan berhubungan positif bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Terdapat faktor negatif yang dapat menurunkan
kinerja karyawan, diantaranya adalah menurunnya keinginan karyawan untuk
mencapai prestasi kerja, kurangnya ketepatan waktu dalam penyelesaian
pekerjaan sehingga kurang menaati peraturan, pengaruh yang berasal dari
5
lingkungannya, teman sekerja yang juga menurun semangatnya dan tidak adanya
contoh yang harus dijadikan acuan dalam bekerja. Faktor-faktor yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kinerja diantaranya adalah disiplin dan motivasi.
Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011:86), mengatakan disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati
norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin yang merosot akan
menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan. Disiplin
kerja masih sulit untuk diwujudkan karena masih banyak permasalahanpermasalahan yang ada dalam perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
adanya komunikasi antara atasan dengan bawahan yang harmonis. Kewajiban
untuk meningkatkan disiplin kerja bukan hanya menjadi tugas karyawan,
melainkan kewajiban para pemimpin perusahaan yang juga harus menyadari
bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk membina karyawan,
sehingga dengan adanya kedisiplinan pada karyawan yang dihadapkan dapat
meningkatkan kinerja kerja karyawan dan menghasilkan tenaga kerja yang lebih
berprestasi dan efisien.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2009:143) motivasi kerja adalah pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu invisible yang
memberikan kekuatan untuk mendorong individu untuk bertingkah laku dalam
mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi sebagai pendorong atau penggerak
dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan giat dan baik
6
sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya. Tugas
pemimpinlah untuk berusaha memahami jenis kebutuhan mana yang lebih
menonjol dan paling diinginkan oleh bawahan untuk mengarahkan perilakunya ke
arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Faktor yang sangat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah disiplin kerja.
Disiplin kerja karyawan sangat diharapkan oleh perusahaan dalam rangka
merealisasikan tujuan perusahaan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Disiplin kerja adalah prosedur yang menghukum atau mengoreksi
bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur.
Salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan kinerja karyawan
adalah disiplin kerja, karena dengan adanya disiplin kerja karyawan akan mampu
mencapai kinerja yang maksimal. Tingkat disiplin dapat diukur melalui ketaatan
pada peraturan yang telah ditentukan oleh perusahaan dan dari kesadaran pribadi.
Sehingga dapat diartikan bahwa disiplin kerja merupakan tindakan manajemen
untuk mendorong para anggota organisasi memilih tuntutan berbagai ketentuan
tersebut.
Berdasarkan survei pendahuluan, peneliti menemukan adanya ketentuanketentuan perusahaan yang memberatkan karyawan, disamping displin dan
motivasi yang cukup tinggi. Kemudian timbul pemikiran bagaimana keseluruhan
faktor tersebut berkesinambungan sehingga mempengaruhi kinerja karyawan.
7
Berdasakan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Displin dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT Amtek
Engineering Batam”.
1.2
Rumusan Masalah
Manusia merupakan sumber daya yang paling menentukan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan perusahaan. Permasalahan dari perusahaan ini adalah
tinggi rendahnya kinerja karyawan untuk suatu upaya yang dapat meningkatkan
kinerja karyawan, dengan permasalahan tersebut diduga faktor disiplin dan
motivasi
mempunyai
pengaruh
terhadap
kinerja
karyawan.
Berdasakan
permasalahan tersebut maka dirumuskan suatu pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Apakah disiplin berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT
Amtek Engineering Batam ?
2. Apakah motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT
Amtek Engineering Batam ?
3. Apakah disiplin dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan di PT Amtek Engineering Batam ?
1.3
Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Variabel yang mempengaruhi kinerja karyawan diteliti adalah disiplin dan
motivasi.
8
2. Karena begitu banyaknya perusahaan yang sejenis maka objek penelitian
yang diambil adalah Karyawan PT Amtek Engineering Batam.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
mendalam dan bukti mengenai pengaruh displin dan motivasi terhadap kinerja
karyawan.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada maka penelitian
ini dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh disiplin terhadap kinerja
karyawan pada PT Amtek Engineering Batam.
2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh motivasi terhadap kinerja
karyawan pada PT Amtek Engineering Batam.
3. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh disiplin dan motivasi secara
bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada PT Amtek Engineering
Batam.
1.5
Manfaat Penelitian
Setiap mahasiswa khususnya penulis yang melakukan penelitian pada suatu
objek sangat mengharapkan agar hasil dari penelitian yang dilakukan ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan yang membutuhkan. Manfaatmanfaat tersebut antara lain:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi kepada pembaca
atau peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama dimasa
9
mendatang, sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca, menambah
wawasan
secara
ilmiah
dalam
bidang
ilmu
manajemen
dan
mengimplentasikan teori yang sudah diterima ke dalam dunia bisnis yang
nyata serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar diploma.
1.5.2 Manfaat Praktisi
Manfaat secara praktis dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan masukan-masukan pada perusahaan bahwa pentingnya
disiplin dan motivasi yang diberikan dari perusahaan kepada karyawannya
demi meningkatkan kinerja baik dalam bekerja.
2. Membantu perusahaan dalam menjalani tugas yang telah diberikan untuk
kemajuan perusahaan tersebut.
3. Mengetahui sampai sejauh mana kualitas ataupun kemampuan mahasiswa
dalam mengimplentasikan teori yang ditelitinya ke dalam dunia bisnis
yang sebenarnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori khusus
2.1.1 Pengertian Disiplin
Disiplin adalah fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja karyawan, semakin
baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi perusahaan
untuk mencapai hasil yang optimal. disiplin merupakan faktor yang utama yang
diperlukan sebagai alat peringatan terhadap karyawan yang tidak mau berubah
sifat dan perilakunya. Sehingga seorang karyawan dikatakan memiliki disiplin
yang baik jika karyawan tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan kepadanya.
Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011:86), mengatakan disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati
norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin yang merosot akan
menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Veithzal Rivai (2011:825) bahwa disiplin kerja adalah suatu alat yang
dipergunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesedian seorang dalam memenuhi segala peraturan
perusahaan.
77
11
Dari beberapa pengertian disiplin yang dikemukakan oleh beberapa ahli
dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap kesadaran, kerelaan dan kesedian
seseorang dalam mematuhi dan menaati peraturan dan norma-norma sosial yang
berlaku di lingkungan sekitar.
2.1.1.1 Faktor Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011:89) faktor-faktor yang
mempengaruhi disiplin karyawan adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang
telah dikontribusikannya bagi perusahaan.
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana
pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat
mengendalikan dirinya sendiri ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila
tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan
bersama.
12
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
pelanggaran yang dibuatnya.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara
yang satu dengan yang lain.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin
Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan,
sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperhambat
pencapaian tujuan perusahaan. Disiplin sangat diperlukan baik individu yang
bersangkutan maupun oleh organisasi.
Disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Siagian (2011) bentuk
disiplin yang baik akan tercermin pada suasana yaitu:
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan
perusahaan.
13
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam
melakukan pekerjaan.
3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan
karyawan.
5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan.
2.1.1.2 Bentuk Disiplin Kerja
Tindakan disiplin kepada karyawan haruslah sama pemberlakuaanya. Disini
tindakan disiplin berlaku bagi semua, tidak memilih, dan memihak kepada
siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi disiplin yang sama termasuk
bagi manajer atau pimpinan, karena pimpinan harus memberi contoh terhadap
para bawahannya.
Menurut Mangkunegara (2011:129) mengemukakan bahwa bentuk disiplin
kerja yaitu:
1. Disiplin preventif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan karyawan untuk mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh
perusahaan.
2. Disiplin korektif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan karyawan dalam suatu
peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan
pedoman yang berlaku pada perusahaan.
14
3. Disiplin progresif
Merupakan kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang.
2.1.1.3 Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut Veithzal Rivai (2011:827), Terdapat tiga konsep dalam
pelaksanaan disiplin diantaranya adalah aturan tungku panas, tindakan disiplin
progresif, dan tindakan disiplin positif. Pendekatan tungku panas dan tindakan
progresif terfokus pada perilaku masa lalu, sedangkan pendekatan disiplin positif
berorientasi ke masa yang akan datang dalam bekerja sama dengan karyawan
untuk memecahkan masalah sehingga masalah itu tidak timbul lagi.
1. Aturan tungku panas
Pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner haruslah memiliki
konsekuensi yang analog dengan menyentuh sebuah tungku panas :
a. Membakar dengan segera
Tindakan disiplin akan diambil, tindakan itu harus dilaksanakan segera
sehingga individu memahami alasan tindakan tersebut. Berlalunya waktu,
orang memiliki cenderung meyakinkan mereka sendiri bahwa dirinya tidak
salah yang cenderung sebagian menghapuskan efek-efek disipliner yang
terdahulu.
b. Harus dilaksanakan segera
Berlalunya waktu, orang memiliki tendensi meyakinkan mereka sendiri
bahwa dirinya tidak salah yang cenderung sebagian menghapuskan efek
disipliner yang terdahulu.
15
c. Memberi peringatan
Hal ini penting untuk memberikan peringatan sebelumnya bahwa
hukuman akan mengikuti perilaku yang tidak dapat diterima. Pada saat
seseorang bergerak semakin dekat dengan tungku panas, mereka
diperingatkan oleh panasnya tungku tersebut bahwa mereka akan terbakar
jika mereka menyentuhnya, oleh karena itu ada kesempatan menghindari
terbakar jika mereka memilih demikian.
d. Memberikan hukuman yang konsisten
Tindakan disiplin harus konsisten ketika setiap orang melakukan tindakan
yang sama akan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku. Seperti pada
tungku panas, setiap orang yang menyentuhnya dengan tingkat tekanan
yang sama, dan pada periode waktu yang sama akan terbakar pada tingkat
yang sama pula.
e. Membakar tanpa membeda-bedakan
Tindakan disipliner harusnya tidak membeda-bedakan. Tungku panas akan
membakar setiap orang yang menyentuhnya, tanpa memilih-milih.
2. Tindakan disiplin progresif
Tindakan disiplin progresif dimaksudkan untuk memastikan bahwa terdapat
hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. Tujuan tindakan ini
adalah membentuk program disiplin yang berkembang, mulai dari hukuman yang
ringan hingga yang sangat keras. Disiplin progresif dirancang untuk memotivasi
karyawan agar mengoreksi kekeliruannya secara sukarela. Penggunaan tindakan
ini meliputi serangkaian pertanyaan mengenai kerasnya pelanggaran. Pedoman
16
yang dianjurkan untuk tindakan disipliner bagi pelanggaran yang membutuhkan
yaitu pertama suatu peringatan lisan, kedua suatu peringatan tertulis dan ketiga
terminasi.
Pelanggaran yang membutuhkan peringatan lisan yaitu:
a. Kelalaian dalam pelaksanaan tugas-tugas.
b. Ketidakhadiran kerja tanpa izin.
c. Inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pelanggaran yang membutuhkan suatu peringatan tertulis:
a. Tidak berada ditempat kerja.
b. Kegagalan melapor kerja satu atau dua hari berturut-turut.
c. Kecerobohan dalam pemakaian properti perusahaan.
Pelanggaran yang langsung membutuhkan terminasi diantaranya:
a. Pencurian ditempat kerja.
b. Perkelahian ditempat kerja.
c. Pemalsuan kartu jam hadir kerja.
d. Kegagalan melapor kerja tiga hari berturut-turut tanpa pemberitahuan.
3. Tindakan disiplin positif
Tindakan disipliner positif dimaksudkan untuk menutupi kelemahan yang
sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu mendorong para karyawan memantau perilaku
mereka sendiri dan memikul tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan
mereka. Disiplin positif bertumpukan pada konsep bahwa karyawan harus
memikul tanggung jawab atas tingkah laku pribadi mereka, dan persyaratan
17
pekerjaan. Persyaratan yang perlu bagi disiplin positif adalah komunikasi,
persyaratan pekerjaan dan peraturan kepada para karyawan.
Menurut Veithzal Rivai (2011:831), Ada beberapa tingkatan dan jenis
sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu perusahaan yaitu:
a. Sanksi pelanggatan ringan dengan jenis seperti teguran lisan, teguran
tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Sanksi pelanggaran sedang dengan jenis seperti penundaan kenaikan gaji,
penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat.
c. Sanksi pelanggaran berat dengan jenis seperti penurunan pangkat,
pemecatan.
2.1.1.4 Indikator Displin
Menurut Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011:94) indikator disiplin
adalah sebagai berikut:
a. Taat terhadap aturan waktu
Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepat
waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.
b. Taat terhadap peraturan perusahaan
Peraturan dasar tentang cara berpakaian, dan bertingkah laku dalam
pekerjaan.
c. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
Ditunjukan dengan cara-cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai
dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara berhubungan dengan
unit kerja lain.
18
d. Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan
Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
para karyawan dalam perusahaan.
2.1.2 Pengertian Motivasi
Karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, jadi motivasi yang
dibutuhkan oleh karyawan juga berbeda-beda. Tetapi jika sudah berada pada satu
perusahaan, pasti ada satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada
karyawannya.
Pentingnya motivasi karena motivasi merupakan hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Supaya mau bekerja giat dan
rajin mencapai hasil yang memuaskan, motivasi semakin penting karena atasan
membagikan pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Dengan demikian motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk berperilaku dengan cara
tertentu untuk mencapai tujuannya
Menurut Geherman dalam Kadarisman (2012:274) motivasi merupakan
pendorong seseorang untuk berbuat, betindak dan berperilaku. Sedangkan Gibson
dalam Kadarisman (2012:275) menyatakan motivasi adalah teori yang
menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang
memulai serta mengarahkan perilaku.
19
Motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu
(Veizthal Rivai, 2011:837). Sedangkan Malayu S.P Hasibuan (2009:143)
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa motivasi merupakan
suatu keadaan yang ada dalam diri setiap orang yang memiliki keinginan untuk
melakukan hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia agar mau bekerja giat untuk mencapai tujuan.
2.1.2.1 Prinsip Prinsip Dalam Motivasi
Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan menurut
A.Anwar Prabu Mangkunegara (2009:61) diantaranya yaitu:
1. Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, karyawan perlu diberikan kesempatan ikut
berpatisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2. Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, karyawan akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
20
3. Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bahawan (karyawan) mempunyai andil
didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, karyawan
akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan
bawahan untuk sewaktu waktu dapat mengambil keputusan terhadap
pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat karyawan yang bersangkutan
menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan karyawan
bawahan, akan memotivasi karyawan bekerja apa yang diharapkan oleh
pemimpin.
2.1.2.2 Teori Motivasi Menurut Para Ahli
Pimpinan perusahaan adalah sosok yang sangat berpengaruh pada
peningkatan motivasi karaywan. Teori motivasi harus dipahami oleh pimpinan,
sehingga mampu mengidentifikasi apa yang memotivasi karyawan bekerja,
hubungan perilaku kerja dengan motivasi dan mengapa karyawan berprestasi
tinggi.
Beberapa teori motivasi menurut para ahli yaitu:
1. Teori motivasi kebutuhan Abraham Maslow dalam Badeni (2013:79) ada
lima teori kebutuhan yaitu:
21
a. Kebutuhan Jasmani (Physiological Needs)
Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi
untuk dapat mempertahankan diri sebagai makhluk hidup atau
sebagai makhluk biologis. Seperti kebutuhan makanan, minuman,
perlindungan, seks dan kebutuhan jasmani lainnya. Dengan kata
lain bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan biologis. Dalam
pemenuhannya kebutuhan ini akan didahulukan pemenuhannya
sehingga apabila kebutuhan ini belum terpenuhi atau terpuaskan,
individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan lain yang
lebih tinggi.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan rasa aman terhadap
ancaman-ancaman dari luar mungkin terjadi, misalnya keamanan
dari ancaman orang lain, ancaman alam atau ancaman bahwa suatu
saat tidak dapat bekerja karena usia atau faktor lain. Kebutuhan ini
muncul setelah kebutuhan pertama dipenuhi. Contoh indikasi dari
kebutuhan ini adalah keinginan untuk memiliki pekerjaan dan
status yang tetap, mengasuransikan diri, menabung untuk hari tua.
Dalam dunia kerja seseorang menginginkan adanya jaminan sosial
tenaga kerja, pensiun, perlengkapan keselamatan kerja, kepastian
status kepegawaiannya.
22
c. Kebutuhan Sosial (Sosial Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan ingin menjadi bagian dari orang lain, ingin mencintai
dan dicintai orang lain, ingin menjadi anggota kelompok tertentu,
berhubungan/interaksi dengan orang lain, membantu orang lain,
menjalin hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini muncul
setelah kebutuhan tingkat pertama dan kedua terpenuhi.
d. Kebutuhan Pengakuan (Esteem Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan ingin diakui keberadaannya oleh orang lain, jadi bukan
hanya kebutuhan ingin menjadi bagian dari orang lain (masyarakat)
melainkan lebih jauh dari itu yaitu ingin diakui/dihormati/dihargai
orang lain karena kemampuan atau prestasinya.
e. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self-Actualization Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan ingin mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki semaksimal mungkin, atau dengan kata lain
merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan perwujudan
/penyaluran diri dalam arti kemapuan diri dalam bentuk nyata di
dalam kehidupan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi
menurut pandangan Maslow. Kebutuhan ini diindikasikan dengan
adanya hasrat individu menjadi orang yang sesuai dengan
keinginannya.
23
2. Teori motivasi three needs theory oleh David McClelland dalam Badeni
(2013:58) ada tiga kebutuhan manusia yaitu:
a. Kebutuhan berprestasi (Need for achievement)
Yaitu keinginan untuk melakukan sesuatu lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
b. Kebutuhan untuk berkuasa (Need for power)
Yaitu kebutuhan untuk lebih kuat, lebih berpengaruh terhadap
orang lain.
c. Kebutuhan afiliasi (Need for affiliation)
Yaitu kebutuhan untuk disukai dan mengembangkan atau
memelihara persahabatan dengan orang lain.
David McClelland dalam Anwar Prabu (2009:68), mengemukakan enam
karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi yaitu:
a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b. Berani mengambil dan memikul resiko.
c. Memiliki tujuan yang realistik.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan
yang dilakukan.
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
24
Edy Sutrisno (2011:129), menyatakan bahwa tingkah laku individu yang
didorong oleh kebutuhan pergaulan atau persahabatan akan tampak sebagai
berikut:
a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam
pekerjaannya dari pada tugas-tugas yang ada pada pekerjaan.
b. Melakukan pekerjaan lebih efektif apabila bekerja sama dengan
orang lain dalam suasana lebih kooperatif.
c. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
d. Lebih suka dengan orang lain.
Edy Sutrisno (2011:130), mengemukakan juga mengenai tingkah laku yang
didorong oleh kebutuhan berkuasa akan tampak sebagai berikut:
a. Berusaha menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak
diminta.
b. Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi tempat berada.
c. Mengumpulkan
barang-barang
atau
menjadi
anggota
suatu
perkumpulan yang dapat mencerminkan prestasi.
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok
atau organisasi.
Menurut Badeni (2013:86) ada 3 metode untuk memasukkan unsur-unsur
motivator terhadap suatu pekerjaan adalah:
a. Job Enrichment yaitu pemberian otonomi yang lebih besar terhadap
pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
25
b. Job Enlargement yaitu pemberian jenis pekerjaan yang lebih besar
kepada seseorang.
c. Job Rotation yaitu melakukan perpindahan seorang pekerja dri satu
jenis pekerjaan kepada suatu jenis pekerjaan berbeda.
2.1.3 Pengertian Kinerja
Kinerja bisa mempengaruhi berlangsungnya kegiatan suatu perusahaan,
semakin baik kinerja yang ditunjukan oleh para karyawan akan sangat membantu
dalam perkembangan perusahaan tersebut. Menurut Amstrong dan Baron dalam
Irham Fahmi (2013:127) mengemukakan kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh
suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit
oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstrong
dan Baron mengatakan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontribusi ekonomi.
Menurut Mangkunegara (2011:239) kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Hasibuan (2009:94) pengertian kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang
dalam melaksakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
26
Veithzal (2009:548) menyatakan kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh kemampuan dari individu atau
kelompok yang dilakukan berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan
waktu dengan maksimal.
2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Kemampuan dan motivasi adalah faktor yang mempengaruhi kinerja. Pendapat
yang diutarakan oleh Keith Davis dalam Mangkunegara (2011:67-68), faktor yang
mempengaruhi kinerja dirumuskan sebagai berikut:
Human Performance
= Ability vs Motivation
Motivation
= Attitude x Situation
Ability
= Knowledge x Skill
Mangkunegara (2011:67-68) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) yang
mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap seseorang karyawan dalam
menghadapi situasi kerja. Sikap mental yang mendorong diri karyawan untuk
berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal yang siap secara psikofik (siap
27
secara mental, fisik, tujuan, dan situasi). Setelah apa yang dirumuskan diatas, bisa
dapat diperjelas bahwa:
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Pimpinan dan karyawan
harus memiliki pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang yang dimiliki pemimpin dan
karyawan terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka akan
menunjukan nilai positif atau negatif terhadap situasi kerjanya dan semua
itu bisa memperlihatkan bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang
dimiliki pimpinan dan karyawan.
2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi, dalam penilaian
kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik tetapi pelaksanaan pekerjaan
secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan,
kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal–hal khusus sesuai dengan bidang dan
28
tugasnya semua layak untuk dinilai. Tujuan penilaian kinerja karyawan menurut
Veithzal Rivai (2011:552), Pada dasarnya meliputi:
1. Meningkatkan etos kerja.
2. Meningkatkan motivasi kerja.
3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini.
4. Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.
5. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji
berkala, gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan insentif uang.
6. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lainnya.
7. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam
penugasan kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi
perusahaan, kenaikan jabatan, pelatihan.
8. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil
inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.
9. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja
menjadi baik.
10. Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.
11. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier
selanjutnya.
12. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.
13. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi
tentang kemajuan kerja mereka.
29
14. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan.
2.1.3.3 Penilaian Kinerja
Merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja karyawannya.
Secara umum tujuan dari penelitian kinerja adalah memberikan timbal balik
kepada karyawan dalam upaya memperbaiki kerja karyawan, dan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Secara khusus tujuan penilaian kerja adalah
sebagai pertimbangan keputusan perusahaan terhadap karyawannya mengenai
promosi, mutasi, kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan ataupun kebijakan
manajerial lainnya.
Setiap karyawan dalam melaksanakan kewajiban atau tugas merasa bahwa
hasil kerja mereka tidak terlepas dari penilaian atasan baik secara langsung
maupun tidak langsung, penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja
seorang karyawan. Menurut Veitzhal Rivai (2011:563) manfaat penilaian kinerja
adalah:
1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain:
a. Meningkatkan motivasi.
b. Meningkatkan kepuasan kerja.
c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan.
d. Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas.
e. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.
2. Manfaat bagi penilai yaitu:
a. Meningkatkan kepuasan kerja.
30
b. Kesempatan
untuk
mengukur
dan
mengidentifikasikan
kecenderungan kinerja karyawan.
c. Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun
karyawan.
d. Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan.
e. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi karyawan.
3. Manfaat bagi perusahaan yaitu:
a. Perbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan.
b. Meningkatkan kualitas komunikasi.
c. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.
d. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang
dilakukan untuk masing masing karyawan.
2.1.3.4 Jenis-Jenis Penilaian Kinerja
Jenis-jenis penilaian kinerja menurut Veitzhal Rivai (2011:562) yaitu:
1. Penilaian hanya oleh atasan.
a. Cepat dan langsung.
b. Dapat mengarah ke distrorsi karena pertimbangan-pertimbangan
pribadi.
2. Penilaian oleh kelompok lini: atasan dan atasannya lagi bersama sama
membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai:
a. Objektivitasnya lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasan
sendiri.
b. Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.
31
3. Penilaian oleh kelompok staf: atasan meminta satu atau lebih individu
untuk bermusyawarah dengannya, atasan langsung yang membuat
keputusan akhir.
a. Penilaian gabungan yang masuk akal dan wajar.
4. Penilaian melalui keputusan komite: sama seperti pada pola sebelumnya
kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil
keputusan akhir, hasilnya didasarkan pada pilihan mayoritas.
a. Memperluas pertimbangan yang ekstrim.
b. Memperlemah integritas manajer yang bertanggung jawab.
5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan: sama seperti pada kelompok
staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan atau
departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang independen.
a. Membawa suatu pikiran yang tetap kedalam satu penilaian lintas
sektor yang besar.
6. Penilaian oleh bawahan dan sejawat.
a. Mungkin terlau subjektif
b. Mungkin digunakan sebagai tambahan pada metode penilaian yang
lain.
2.1.3.5 Metode Penilaian Kinerja
Metode penilaian kinerja karyawan bisa dibedakan menjadi metode
penilaian yang berorientasi masa lalu dan masa depan. Mengevaluasi kinerja
dimasa lalu, karyawan dapat memperoleh umpan balik dari usaha-usaha mereka.
32
Umpan balik ini selanjutnya akan mengarah kepada perbaikan prestasi. Menurut
Veithzal Rivai (2011:563), Teknik-teknik penilaian kinerja meliputi:
1.
Skala peringkat (Rating Scale).
2.
Daftar pertanyaan.
3.
Metode catatan prestasi.
4.
Metode dengan pilihan terarah (Forced Choice Methode).
5.
Metode peristiwa kritis (Critical Incident Methode).
6.
Skala peringkat yang dikaitkan dengan tingkah laku (Behaviorally Anchored
Ratting Scale).
7.
Metode peninjauan lapangan (Field Review Methode).
8.
Tes dan observasi prestasi kerja (Performance Test and Observation).
9.
Pendekatan evaluasi komparatif (Comparative Evaluation Approach).
Metode penilaian berorientasi masa depan, menggunakan asumsi bahwa
karyawan tidak lagi sebagai objek penelitian yang tunduk dan tergantung kepada
penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian. Menurut Veithzal
Rivai (2011:573), Adapun teknik-teknik yang digunakan yaitu:
1. Penilaian diri sendiri (Self Appraisal).
2. Manajemen berdasarkan sasaran (Management By Objective).
3. Penilaian secara psikologis.
4. Pusat penilaian (Assesment Center).
2.1.3.6 Langkah-langkah Peningkatan Kinerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:22), dalam rangka peningkatan
kinerja paling tidak terdapat dua langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:
33
1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja, dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang dikumpulkan
terus menerus mengenai fungsi bisnis.
b. Mengidentifikasi masalah melalui karyawan.
c. Memperhatikan masalah yang ada.
2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan, untuk memperbaiki keadaan ini
diperlukan berbagai informasi antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah setepat mungkin.
b.
Menentukan tingkat keseriusan dengan mempertimbangkan harga yang
harus dibayar apabila tidak ada kegiatan dan harga yang harus dibayar
bila ada campur tangan dan penghematan yang diperoleh apabila ada
penutupan kekurangan kerja.
c.
Mengidentifkasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan,
baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan
karyawan itu sendiri.
d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi kekurangan
tersebut.
e. Melakukan rencana tindakan tersebut.
f. Melakukan evakuasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum.
g. Mulai dari awal bila perlu.
2.1.3.7 Indikator kinerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67), kinerja karyawan dapat
dinilai dari:
34
a. Kualitas kerja
Menunjukan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan. Adanya kualitas kerja yang
baik dapat menghindari tingkat kesalahan dalam penyelesaian suatu
pekerjaan yang dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.
b. Kuantitas kerja
Menunjukan banyaknya
jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam satu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana
sesuai dengan tujuan perusahaan.
c. Tanggung jawab
Menunjukkan seberapa besar karyawan dalam menerima dan
melaksanakan pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil kerja
serta sarana dan prasarana yang digunakan dan perilaku kerjanya
setiap hari.
d. Kerja sama
Kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dengan karyawan yang lain
secara vertikal dan horizontal baik didalam maupun diluar pekerjaan
sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
e. Inisiatif
Adanya inisiatif dari dalam diri anggota organisasi untuk melakukan
pekerjaan serta mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu
perintah dari atasan atau menunjukan tanggung jawab dalam
pekerjaan yang sudah kewajiban seorang karyawan.
35
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
yang ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini antara
lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Aries Susanty dan Sigit Wahyu
Baskoro
(2012)
yang
berjudul
“Pengaruh
Motivasi
Kerja
dan
Gaya
Kepemimpinan terhadap Disiplin Kerja serta dampaknya pada Kinerja Karyawan
pada PT. PLN APD Semarang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi
dan gaya kepemimpinan memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
disiplin kerja dan kinerja karyawan. Namun, penelitian ini tidak dapat
membuktikan bahwa motivasi memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kinerja karyawan. Berdasarkan kondisi yang terjadi dilapangan penelitian ini
menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan pekerjaan di masa depan yang
berkaitan dengan motivasi, gaya kepemimpinan, disiplin kerja dan kinerja
karyawan
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyanto dan Sutapa Hardaya (2009) yang
berjudul “Pengaruh Motivasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Daerah Istimewa Yogjakarta”. Dengan
menggunakan variabel penelitian
motivasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi sebagai variabel bebas dan
kinerja pegawai sebagai variabel terikat, menyimpulkan bahwa motivasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta, hipotesis terbukti sebesar
78,7% sedangkan sisanya 21,3% dijelaskan oleh variabel lainnya.
36
Penelitian yang dilakukan oleh Asti Fauziawati (2013) yang berjudul
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Karyawan Direktorat
Surat dan Paket PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung. Dalam penelitian ini
terdapat gambaran bahwa 1) disiplin kerja pada karyawan Direktorak Surat dan
Paket PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung berada pada kategori kuat, 2) kinerja
karyawan Direktorak Surat dan Paket PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung
berada pada kategori tinggi, 3) disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan Direktorak Surat dan Paket PT. Pos Indonesia (Persero) Bandung
dengan tingkat korelasi tinggi dan besarnya pengaruh disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan sebesar 56% dan sisanya 44% dipengaruhi oleh faktor lain.
Bedasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan sebagai dasar unutk
dilakukannya penelitian lain mengenai disiplin kerja tetapi dengan indikator serta
objek yang berbeda.
2.3
Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang , uraian dan rumusan permasalahan di atas dan
untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini.
DISIPLIN (X1)
KINERJA
KARYAWAN
(Y)
MOTIVASI (X2)
Gambar 2.1Kerangka Berpikir
37
2.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
kalimat pertanyaan. Sugiyono (2010:93) Hipotesis dapat diterima apabila fakta
telah membenarkannya, apabila fakta tidak membenarkannya maka hipotesis
ditolak. Penerimaan atau penolakan hipotesis sangat tergantung dari hasil-hasil
penelitian terhadap fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Maka penulis
mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis rumuskan pada sebelumnya,
maka dapat penulis memberikan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1.
Disiplin berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Amtek
Engineering Batam.
H2.
Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT
Amtek Engineering Batam.
H3.
Disiplin dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap
kinerja karyawan pada PT Amtek Engineering Batam.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh
disiplin dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT Amtek Engineering
Batam yang beralamat di JL. Letjen Suprapto, Cammo Industrial Park Blok E No
1 Batam. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor disiplin dan motivasi terhadap kinerja karyawan. Waktu
penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Juli
2016.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2010:115), populasi adalah sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Kesimpulannya, populasi bukan hanya orang tetapi bendabenda alam yang lain. Tujuan diadakan populasi juga bukan jumlah yang ada pada
objek yang dipelajari tetapi juga populasi yaitu agar dapat menentukan besarnya
anggota sampel yang diambil dari anggota sampel dan membatasi berlakunya
daerah generalisasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
karyawan di PT Amtek Engineering Batam sejumlah 40 orang.
77
39
3.2.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:116) menjelaskan bahwa
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang
mempunyai karakteristik dan sifat yang mewakili seluruh populasi yang ada.
Dikarenakan jumlah karyawan yang bekerja di PT Amtek Engineering kurang dari
seratus orang yaitu berjumlah 40 karyawan, maka penelitian ini merupakan
penelitian populasi.
Dengan demikian teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010:124) mengatakan
bahwa ”Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel anggota populasi
digunakan sebagai sampel”.
3.3
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa
variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk obyek atau orang
yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen.
1. Variabel bebas (independent variable) yaitu menurut Sugiyono (2010:33)
variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
40
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Adapun yang merupakan variabel independen (bebas) adalah: disiplin
(X1) dan Motivasi (X2).
2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu menurut Sugiyono (2010:39)
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Adapaun variabel terikat dalam
penelitian ini adalah: kinerja karyawan (Y).
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan cara
menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu.
Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris
yang meliputi :
1. Disiplin
Disiplin merupakan keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas
sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja. Menurut
Singodimedjo dalam Edy Sutrisno (2011:94) adalah sebagai berikut:
a. Taat terhadap aturan waktu
Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang
tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.
b. Taat terhadap peraturan perusahaan
Peraturan dasar tentang cara berpakaian dan bertingkah laku dalam
pekerjaan.
41
c. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
Ditunjukan dengan cara-cara
melakukan pekerjaan-pekerjaan
sesuai dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara
berhubungan dengan unit kerja lain.
d. Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan
Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan
oleh para pegawai dalam perusahaan.
2. Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi semangat dan kegairahan
kerja karyawan untuk berperan serta secara aktif dalam proses kerja. Teori
motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang diungkapkan
Abraham Maslow. Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam diri semua
manusia terdapat lima jenjang kebutuhan Maslow dalam Badeni (2013:79)
yang menjadi indikator yaitu:
a. Kebutuhan Jasmani (Physiological Needs)
Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi
untuk dapat mempertahankan diri sebagai makhluk hidup atau
sebagai makhluk biologis. Seperti kebutuhan makanan, minuman,
perlindungan, seks dan kebutuhan jasmani lainnya. Dengan kata
lain bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan biologis. Dalam
pemenuhannya kebutuhan ini akan didahulukan pemenuhannya
sehingga apabila kebutuhan ini belum terpenuhi atau terpuaskan,
42
individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan lain yang
lebih tinggi.
b. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan rasa aman terhadap
ancaman-ancaman dari luar mungkin terjadi, misalnya keamanan
dari ancaman orang lain, ancaman alam, atau ancaman bahwa suatu
saat tidak dapat bekerja karena usia atau faktor lain. Kebutuhan ini
muncul setelah kebutuhan pertama dipenuhi. Contoh indikasi dari
kebutuhan ini adalah keinginan untuk memiliki pekerjaan dan
status yang tetap, mengasuransikan diri, menabung untuk hari tua.
Dalam dunia kerja seseorang menginginkan adanya jaminan sosial
tenaga kerja, pensiun, perlengkapan keselamatan kerja, kepastian
status kepegawaiannya.
c. Kebutuhan Sosial (Sosial Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan ingin menjadi bagian dari orang lain, ingin mencintai
dan dicintai orang lain, ingin menjadi anggota kelompok tertentu,
berhubungan/interaksi dengan orang lain, membantu orang lain,
menjalin hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini muncul
setelah kebutuhan tingkat pertama dan kedua terpenuhi.
d. Kebutuhan Pengakuan (Esteem Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan ingin diakui keberadaannya oleh orang lain, jadi bukan
43
hanya kebutuhan ingin menjadi bagian dari orang lain (masyarakat)
melainkan lebih jauh dari itu, yaitu ingin diakui/dihormati/dihargai
orang lain karena kemampuan atau prestasinya.
e. Kebutuhan Perwujudan Diri (Self-Actualization Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan ingin mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki semaksimal mungkin, atau dengan kata lain
merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan perwujudan
/penyaluran diri dalam arti kemapuan diri dalam bentuk nyata di
dalam kehidupan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi
menurut pandangan Maslow. Kebutuhan ini diindikasikan dengan
adanya hasrat individu menjadi orang yang sesuai dengan
keinginannya.
3. Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan adalah perbandingan hasil kerja nyata karyawan dengan
standar kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Beberapa indikator
untuk mengukur sejauh mana karyawan mencapai suatu kinerja secara
individual menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67), Kinerja
karyawan dapat dinilai dari:
a. Kualitas kerja
Menunjukkan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan. Adanya kualitas kerja yang
baik dapat menghindari tingkat kesalahan dalam penyelesaian
suatu pekerjaan yang dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.
44
b. Kuantitas kerja
Menunjukkan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan
dalam satu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat
terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan.
c. Tanggung jawab
Menunjukkan seberapa besar karyawan dalam menerima dan
melaksanakan pekerjaannya, mempertanggung jawabkan hasil
kerja serta sarana dan prasarana yang digunakan dan perilaku
kerjanya setiap hari.
d. Kerja sama
Kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dengan karyawan yang
lain secara vertikal dan horizontal baik didalam maupun diluar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaa akan semakin baik.
e. Inisiatif
Adanya inisiatif dari dalam diri anggota organisasi untuk
melakukan pekerjaan serta mengatasi masalah dalam pekerjaan
tanpa menunggu perintah dari atasan atau menunjukkan tanggung
jawab dalam pekerjaan yang sudah kewajiban seorang karyawan.
3.4
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder, baik yang berasal dari perusahaan tempat penulis melakukan
penelitian maupun dari sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan judul
tugas akhir ini.
45
3.4.1 Data Primer
Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh
perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk
kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview dan observasi.
Dalam penelitian ini data primer diambil dari hasil kuesioner yang disebarkan
kepada sebagian karyawan PT Amtek Engineering Batam.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
3.5
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan
kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan
terbuka dan tertutup.
b. Observasi
Observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi yang
46
berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang sedang dilakukan.
3.6
Metode Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, maka perlu dilakukan tahap-tahap teknik
pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing
Editing merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang
diperoleh terhadap data penelitian unutk memudahkan proses
pemberian kode dan pemrosesan data dengan teknik statistik.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian tanda berupa angka pada
jawaban dari kuesioner untuk kemudian dikelompokkan ke dalam
kategori yang sama.
Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jawaban.
3. Scoring
Scoring yaitu mengubah data yang bersifat kualitatif kedalam bentuk
kuantitatif. Dalam penentuan skor ini digunakan skala likert dengan
lima kategori penilaian, yaitu:
a. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju
b. Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju
c. Skor 3 diberikan untuk jawaban netral
d. Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju
e. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju
47
4. Tabulating
Tabulating yaitu menyajikan data-data yang diperoleh dalam tabel,
sehingga diharapkan pembaca dapat melihat hasil penelitian dengan
jelas. Setelah proses tabulating selesai dilakukan, kemudian diolah
dengan program komputer SPSS 17. Adapun tahap-tahap analisis
data yang digunakan sebagai berikut .
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2005:87). Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok
variabel tertentu. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df) = n2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan
tersebut dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel pernyataan tersebut
dinyatakan tidak valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara
one shot atau pengukuran sekali saja dengan alat bantu SPSS uji statisitk
48
Cronbach alpha. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005:88).
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah
linier dan dapat dipergunakan (valid) untuk mencari peramalan, maka akan
dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
3.6.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel bebas dan variabel terikat, keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak (Ghozali, 2005:111). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histrogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
•
Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histrogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
•
Jika data (titik) menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
49
3.6.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas artinya variabel bebas yang satu dengan yang lain tidak
saling berhubungan dengan sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel
bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Multikolonieritas dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/
tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang
umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10
(Ghozali, 2005:91).
3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
melihat
apakah
variabel
pengganggu mempunyai varians yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas
mempunyai suatu keadaan bahwa varians dari suatu residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel
independen tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan
variabel bebasnya, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel
penelitian tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).
Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan
50
residualnya SREDID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisisnya adalah:
•
Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
•
Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3.6.4 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan unutk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas yaitu: disiplin (X1) dan motivasi (X2) terhadap variabel terikatnya yaitu
kinerja karyawan (Y). persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2005):
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Dimana :
Y
= Variabel dependen (kinerja karyawan)
a
= Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi dari variabel independen
x1, x2 = Variabel independen (disiplin dan motivasi)
51
e
= error / faktor kesalahan
3.6.5 Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu
uji T, uji F, dan uji Koefisien Determinan (R2).
3.6.5.1 Uji T (Uji Secara Parsial)
Uji T (uji parsial) dilakukan untuk menguji signifikansi hubungan antara
variabel X dan Y, apakah variabel X1 (disiplin) dan X2 (motivasi) benar-benar
berpengaruh terhadap variabel Y (kinerja karyawan) secara terpisah atau parsial
(Ghozali, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah
Ho: variabel-variabel bebas (disiplin dan motivasi) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).
Ha: variabel-variabel bebas (disiplin dan motivasi) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan
angka probabilitas signifikansi, yaitu
a. Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
3.6.5.2 Uji F (Uji Secara Simultan)
52
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi
pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat
(Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah
Ho :Variabel-variabel bebas yaitu disiplin dan motivasi tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
terikatnya yaitu kinerja karyawan.
Ha :Variabel-variabel bebas yaitu disiplin dan motivasi mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
terikatnya yaitu kinerja karyawan.
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005) adalah dengan menggunakan
angka probabilitas signifikansi, yaitu
a. Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
3.6.5.3 Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel bebas (disiplin dan motivasi) dalam menjelaskan variasi
variabel terikat (kinerja karyawan) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
53
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat (Ghozali,
2005:169).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap
tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel bebas ditambahkan
kedalam model.
Download