BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu: Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2000:43) : “Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman dalam arti keseluruhan.” Menurut Komaruddin (2001:53) : “Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tandatanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masingmasing dalam satu keseluruhan yang terpadu.” Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa analisis yaitu penguraian dan penelaahan pos-pos laporan keuangan dan mencari hubungan antara komponenkomponen tersebut agar dapat mengetahui kondisi keuangan, sehingga dapat memberikan informasi yang tepat bagi manajemen. 2.2 Bank dan Pekreditan 2.2.1 Bank Bank yang kita kenal sekarang berasal dari Italia, orang-orang mengandalkan transaksi jual beli serta pertukaran uang yang dikelola oleh suatu perusahaan. Perusahaan tersebut sekarang dikenal dengan “money changer.” Setelah lama, perusahaan melakukan perluasan usaha disamping pertukaran uang, juga menerima penyimpanan uang, dimana si penyimpan uang diberi surat bukti simpanan. Setelah mengalami perkembangan dengan melakukan aktivitas tersebut diatas, perusahaan tersebut dikenal dengan istilah “Bank.” Sekarang ini bank telah berkembang pesat, bank dianggap sebagai motor utama penggerak perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu negara memerlukan pola pengolahan sumbersumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi 11 12 peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahu membahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berdaya guna secara optimal. Lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan mempunyai peranan yang amat strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara. Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh kegiatan pokok usaha sebuah bank sebagai penghimpun dana dari masyarakatdan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternative investasi. Sehubungan dengan sering disebut lembaga kepercayaan. Bank dihadapkan kepada berbagai upaya untuk menjaga kepercayaan, sehingga sehingga dapat memperoleh simpati dari nasabahnya. Terdapat banyak definisi mengenai bank namun antara yang satu dan yang lain pada dasarnya tidaklah berbeda. Ada yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga dan juga ada yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang tugasnya untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. 2.2.1.1 Pengertian Bank Menurut James Van Horne dan John Wachiwicz (1997:24) yang dimaksud bank adalah: “Institusi keuangan yang menerima uang dari penabung dan menggunakan uang tersebut untuk memberi pinjaman arau melakukan investasi lainnya.” Pernyataan ini mempunyai persamaan dengan salah satu landasan hukum sistem perbankan di Indonesia adalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang memberikan definisi sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Sedangkan menurut Kasmir (2000:11) dijelaskan pengertian bank daaari berbagai sudut pandang, bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa lainnya, sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dalam 13 bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.” Begitu juga menurut Sinungan (2000:3) : “Bank adalah suatu lembaga keuangan yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Juga sebagai institusi yang amat penting peranannya dalam masyarakat, bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.” Kemudian menurut Hasibuan (2002:2): “Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.” “Bank adalah pencipta uang dimaksudkan bahwa bank menciptakan uang giral dan mengedarkan uang kartal . bank adalah pengumpul dana dan penyalur kredit berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dari SSU (Surplus Spending Unit) dan menyalurkan kredit kepada DSU (Defisit Spending Unit). Dari uraian diatas dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama yaitu, menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. 2.2.1.2 Jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluarnya Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang No.14 tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dan tidak berbeda satu sama lainnya. 14 Perbedaan jenis perbankan dilihat dari segi fungsi bank serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada serta akte pendirirannya, kemudian perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu (kecamatan). Menurut Kasmir (2002:32-38), jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain : a.. Dilihat dari Segi Fungsinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998 jenis perbankan terdiri dari : 1) Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2) BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dlam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya. Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memilii bank tersebut. Kepemilikan dapat dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah : 1) Bank Milik Pemerintah Yaitu dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. 15 2) Bank Milik Swasta Nasional Bank jenis ini seluruh maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan untuk swasta pula. 3) Bank Milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. 4) Bank Milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. 5) Bank Milik Campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. c. Dilihat dari Segi Status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka bank umum dapat dibagi menjadi dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukanatau status bank tersebut. Status bank yang dimaksud adalah : 1) Bank Devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asingsecara keseluruhan. 2) Bank Non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari Segi Menentukan Harga Jenis bank jika dilihat dari segi caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok : 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah. 16 Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis bank ada beberapa macam dilihat dari berbagai segi yaitu dari fungsinya ada bank umum dan BPR, dari kepemilikannya ada bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank milik asing dan milik campuran, dari statusnya ada bank devisa dan bank non devisa, dan dari cara menentukan harga ada bank konvensional dan bank syariah. 2.2.1.3 Fungsi Bank Fungsi umum bank menurut Kasmir (2002 : 3-4) antara lain: a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat penyimpanan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk memudahkan melakukan transaksi pembayaran. b. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman mengajukan permohonan (kredit) kredit. kepada Dengan masyarakat kata lain yang bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat berharga yang berasal dari dalam kota (kliring), penagihan surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes dan jasa lainnya. 17 2.2.1.4 Peranan Bank Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem keuangan. Peranan bank menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandanu dan A. Totok Budi Santoso (2000: 8) antara lain: a. Pengalihan Aset (Asset Transmutation) Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih asset dari unit surplus kepada unit defisit. b. Transaksi (Transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham, dan sebagainya) merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. c. Likuiditas (Liquidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk keputusan likuiditas pemilik dan mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. d. Efisiensi (Efficiency) Bank dapat menurunkan biaya-biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank sebagai broker adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. 18 2.2.2 Perkreditan Kegiatan bank yang kedua setelah penyimpanan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah penyaluran kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. 2.2.2.1 Pengertian Kredit Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi bahkan dikatakan populer. Dalam bahasa sehari-hari kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian dari pengambil kredit yang juga sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Dewasa ini pengertian pemberian kredit disebut dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional disebut juga dengan istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip syariah. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti kepercayaan. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya bank) mempunyai kepercayaan pada debitur (nasabah, penerima kredit) bahwa debitur dalam jangka waktu dan dengan syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (pembayaran kembali) kredit yang bersangkutan. Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, financial, dan agunan. Kepercayaan dibedakan atas kepercayaan murni dan kepercayaan reserve. a. Kepercayaan Murni adalah jika kreditur memberikan kredit kepada debiturnya hanya atas kepercayaan saja, tanpa ada jaminan lainnya, missal masyarakat menabung uang (deposito). b. Kepercayaan Reserve diartikan kreditur menyalurkan kredit atau pinjaman kepada debitur atas kepercayaan tetapi kurang yakin 19 sehingga bank selalu meminta agunan berupa materi (seperti BPKB, sertifikat rumah dan sebagainya). Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998: “Kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian kredit menurut Hasibuan (2002:87-88) : “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.” “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barangbarang sekarang.” (Bymont P.Kent, dikutip oleh Thomas Suyatno, dkk, 1990:15) Sedangkana pengertian kredit menurut Taguh Pudjo Mulyono dalam bukunya “Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil” (2001:9) adalah: “Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjamandengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati.” Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya maka bank terlebih dahulu melakukan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang perusahaan atau nasabah, prospek usahanya, jaminan yang diberikan benar-benar aman. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Dari perumusan diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu adanya suatu penyerahan uang atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan kepada pihak lain dengan harapan pemberi pinjaman atau bank akan memperoleh suatu tambahan nilai pokok pinjaman tersebut berapa bunga sebagai pendapatan bagi 20 bank yang bersangkutan dalam pemberian kredit, pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama. 2.2.2.2 Unsur Kredit Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, unsur-unsur kredit menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit Management Handbook” (2006:5) adalah sebagai berikut. a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerim kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. b. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit. c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument (Credit Instrument). d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit. e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur esensial kredit. Kredit terjadi karena adanya unsur waktu baik dari pihak yang pemberi kredit maupun pihak yang penerima kredit. f. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun dsi pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman 21 konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk menguasai perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. g. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overheaed cost), risk premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety disount. 2.2.2.3 Tujuan Kredit Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit Management Handbook” (2006:6), pada dasarnya terdapat dua tujuan mendasar dari kredit yang saling berkaitan yaitu sebagai berikut. a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredir kepada usahausaha nsabah yang diyakini mampu dan mau mengembaklikan kredit yang diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang menjelm dalam bentuk bunga yang diterima. b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi tau keyakinan yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, keamanan ini 22 dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjaddi kenyataan. Selain itu, terdapat dua pihak atau pelaku utama yang terlibat dalam setiap pemberian kredit sehingga dalam pemberian kredit akan mencakup pula pemenuhan tujuan kedua pelaku utama tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Bank (Kreditor) a. Penyaluran atau pemberian kredit merupakan bisnis utama dan terbesar hampir pada sebagian besar bank. b. Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank merupakan sumber pendapatan terbesar. c. Kredit merupakan salah satu instrument atau produk bank dalam memberikan pelayanan kepada nasabah. d. Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi dalam pembangunan. e. Kredit merupakan salah satu komponen dari asset allocation approach. 2. Nasabah (Pengusaha) a. Kredit merupakan salah satu potensi untuk mengembangkan usaha. b. Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan. c. Kredit merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahan. 2.2.2.4 Fungsi Kredit 23 Kredit mempunyai pernan penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut. Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit Management Handbook” (2006:7-10) fungsi kredit adalah sebagai berikut. a. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang. Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito ataupun tabungan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank. Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk memperluas atau memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitas ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat. b. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang. Produsen dengan bantuan kredit dari bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjdi minyak kelapa atau minyak goreng, peningkatan padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya. Produsen dengan bantuan kredit dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat lain yang lebih bermanfaat. Pemindahan barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor saja sehingga mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank barupa kredit. c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, giro bilyet, wesel, promes, dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang 24 giral dan kartal akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank sebagai money creator. Penciptaan uang itu selain dengan cara substitusi, yaitu penukaran uang kartal yang tersimpan di giro dengan uang giral, ada cara exchange of claim yaitu bank memberikan kredit dalam bentuk giral. Disamping itu, dengan cara transformasi, yaitu bank giral. d. Kredit menimbulkan kegairahan usaha msyarakat Ditinjau dari segi hukum permintaan dan penawaran, terhadap segala macam dan ragam usaha, permintaan akan terus bertambah bila masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbullah kemudian efek komulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas dikalangan masyarakat yang akan meningkatkan produktivitas. Secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa untuk setiap usaha peningkatan produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan dana karena masalahnya dapat diatasi bank dengan kreditnya. e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi Dalam keadaan ekonimi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain: 1) Pengendalian inflasi; 2) Peningkatan ekspor; 3) Rehabilitasi sarana; 4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat. 25 Untuk menekan laju infalsi dan lebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak. Seperti di Indonesia diarahkan pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, produksi yang menunjang sector pertanian, industry alat-alat pertnian, industri-industri yang berpengaruh bagi kehidupan rakyat (sandang dan pangan), produksi barang-barang ekspor dan sebagainya. f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Pengusaha yang memperoleh kredit tertentu saja berusaha meningkatkan usahanya. Peningktan usaha berarti peningkatkan profit. Dengan earnings (pendapatan) yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak kredit yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi Negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti devisa keuangan Negara akan terhemat sehingga akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan atau ke sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh atau karyawan mengalami peningkatan pendapatan, pendapatan Negara via pajak akan bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui kredit, pendapatan nasionl akan bertambah. g. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional Negara-negara kaya atau kuat ekonominya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut terermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat-syarat ringan, yaitu bunga yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Lalu 26 lintas pembayaran secara internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan kredit yang sifatnya internasional. 2.2.2.5 Jenis-jenis Kredit a. Jenis Kredit menurut Jangka waktu 1). Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun. 2) Intermediate term credit (kredit jangka waktu menengah) ialah suatu suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu tahun sampai tiga tahun. 3) Long temr credit (kredit jangka panjang) ialah brntuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. 4) Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali. b. Jenis Kredit menurut Tujuan Penggunaan 1) Kredit Modal Kerja atau Kredit Eksploitasi Kredit modal kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancer perusahaan, seperti pembelian bahan baku dan sebagainya. 2) Kredit Investasi Kredit investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik. 27 3) Kredit Konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga atau perorangan (termasuk karyawan bank itu sendiri)untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. c. Jenis Kredit yang disalurkan menurut Bentuknya 1) Cash Loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitascash loan ini, bank telah menyediakan dana (fresh money)yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya. 2) Non cash loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Fasilitas yang diberikan bank ini baru berupa kesanggupan bank untuk menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak ketiga atau pihak lain sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank. d. Jenis Kredit menurut Sumber dana 1) Kredit dengan dana bank sendiri 2) Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (joint financing) 3) e. Kredit dengan dana dari luar negeri. Jenis Kredit menurut Sifat Fasilitas 1) Committed Facility 28 Committed facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya. 2) Uncommitted Facility Uncommitted facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Untuk fasilitas ini bank dapat mengubah, membatalkan atau menarik kembali fasilitas tersebut setiap saat tanpa persetujuan nasabah, misalnya fasilitas penempatan, fasilitas cerukan dan fasilitas perdagangan valuta asing. 2.3 Analisis Kredit Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kredit dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible), marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu. Analisis kredit dilakukan oleh account officer dari suatu bank dan account officer tersebut dari sisi level jabatannya merupakan level seksi atau bagian, atau bahkan dapat pula berupa committe (tim) yang ditugaskan untuk menganalisis permohonan kredit. Analisis kredit ini dilakukan agar kredit yang diberikan mencapai sasaran, yaitu aman. Artinya kredit tersebut harus diterima kembali pengembaliannya secara tertib, teratur dan tepat waktu sesuai dengan perjanjian antar bank dengan nasabah sebagai penerima dan pemakai kredit. Selain itu dengan tujuan terarah, artinya kredit yang digunakan tersebut akan digunakan untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam permohonan kredit dan sesuai dengan 29 peraturan dan kesepakatan ketika disyaratkan dalam akad kredit. Untuk mewujudkan semua itu diperlukan persiapan kredit, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data untuk bahan analisis. 2.3.1 Tujuan Analisis Kredit Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada pihak bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Dalam pemberian kredit kepada nasabah bank menghadapi risiko, yaitu tidak kembalinya uang yang dipinjamkan kepada nasabah. Oleh karena itu, perkembangan dan keadaan nasabah harus diikuti secara terus-menerus mulai saat kredit diberikan sampai kredit lunas. Dalam menganalisis kredit, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah kemauan dan kemampuan nasabah itu untuk memenuhi kewajibannya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah perekonomian atau aktivitas usaha pada umumnya (ekonomi makro dan AMDAL). Mengingat risiko tidak kembalinya kredit selalu ada, maka setiap kredit harus selalu disertai jaminan yang cukup sesuai dengan yang ada. Dalam menilai kredit harus mencakup penilaian kuantitatif maupun kualitatif karena analisis kualitatif yang diikuti dengan kuantitatif akan memberikan kejelasan bagi pembuat keputusan. Walau misalnya karakter dinilai secara kualitatif saja, tetapi masalah-masalah keuangan, produksi, pemasaran dan jaminan harus dinilai secara kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan kondisi ekonomi sebenarnya harus juga dinilai secara kuantitatif, tetapi jika tidak mungkin cukup kualitatif saja. 30 2.3.2 Prinsip Analisis Kredit Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Credit Management Handbook (2004:372), prinsip analisis kredit terdiri dari : 1. Character Character adalah keadaan watak atau sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad atau kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pey) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Suatu pemberian kredit didasari atas dasar kerpercayaan yang berasal dari pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, peminjam mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakter ini merupakan faktor yang dominan sebab walaupun calon nasabah cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank dikemudian hari. Dalam dunia white collar crime, ciri-ciri seseorang yang mempunyai bakat kriminal justru diluar dugaan kita semua. Ciri-ciri tersebut antara lain : a. orang yang pandai bergaul; b. orang yang cerdas; c. orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka menghadapi tantangan; d. umur relative muda sampai dengan 45 tahun. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain: 31 a. meneliti riwayat hidup calon nasabah; b. meneliti reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usahanya; c. meminta bank to bank information; d. mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi dimana calon nasabah berada; e. mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi dan memilikihobi suka berfoya-foya. Dalam wawancara dengan calon nasabah, ketika menilai karakter seseorang perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdpat dalam dirinya. Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah: a. social value; b. theoritical value; c. esthetical value; d. economical value; e. religious value; f. political value. Seorang calon nasabah mempunyai value yang sangat dominan dibidang economical value dan political value akan cenderung mempunyai itikad atau karakter yang tidak baik. Idealnya karakter calon nasabah mempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri pribadinya. 2. Capital Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya 32 dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit.kemampuan modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah mendapat goncangan dari luar, misalnya pada saat terjadi kenaikan suku bunga, komposisi modal sendiri ini perlu ditingkatkan. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam menjalankan usahannya karena ikut menanggung risiko terhadap gagalnya usaha. Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan selffinancing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar dari kredit yang dimintakan kepada bank. Bentuk dari self-financing tidak selalu harus berupa uang tunai, namun juga dalam bentuk barang modal seperti tanah, bangunan, mesin-mesin.besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca perusahaan, yaitu komponen “owner equity”, laba yang ditahan dan lainlain. Untuk perorangan dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi dengan utang-utangnya. 3. Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki oleh nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana calon nasabah mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Pengukuran capacity ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan berikut ini. 33 a. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. b. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit, biro konsultan dan lain-lain. c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank. d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan. e. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola factor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada kemampuan merebut pasar. 4 Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban financial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan, dan status hukumnya. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi, dan avails. 34 Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi sebagai berikut. a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan diagunkan. b. Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memenuhi sysrat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai jaminan. Risiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan meminta collateral yang baik kepada nasabah. 5. Condition of Economy Condition of economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian padasuatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain: a. mengenai keadaan konjungtur; b. peraturan-peraturan pemerintah; c. situasi, politik dan perekonomian dunia; d. keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran. Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut: • Pemasaran seperti kebutuhan, daya beli, masyarakat, luas pasar, perubahan mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan lain-lain. • Teknis produksi seperti perkembangan teknologi, tersedianya bahan baku, cara penjuanlan dengan system tunai atau kredit. 35 • Peraturan pemerintah seperti kemungkinan pengaruhya terhadap produk yang dihasilkan, misalnya larangan terhadap jenis obat tertentu. 6. Constraint Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bara. Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapat perhatian dari account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi maka prinsip lainnya tidak brarti. Dengan kata lain permohonan kredit harus ditolak. 2.3.3 Aspek-aspek Analisis Kredit Aspek-aspek kredit yang dikemukakan oleh Vaithzal Rivai dalam bukunya Credit Management Handbook (2004:385) adalah sebagai berikut: 1. Aspek Yuridis Dalam aspek yuridis diberikan beberapa batasan untuk memudahkan pelaksanaan penganalisisannya, yaitu melalui penelitian yang meliputi legalitas pendirian perusahaan (badan usaha), legalitas usaha, legalitas pengajuan permohonan kredit, dan legalitas barang-barang jaminan. a. Legalitas Pendirian Perusahaan Dalam batasan ini perlu digambarkan apakah pendirian perusahaan sudah sah dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetepkan oleh peraturan pemerintah. Hal yang perlu diteliti dalam analisis legalitas pendirian badan usaha adalah: 36 1). Penelitian apakah nasabah telah memenuhi syarat sebagai subjek hukum; 2). Penelitian mengenai keabsahan pendirian perusahaan, sesuai dengan bentuk hukum perusahaan. 3). Penelitian apakah ada akta-akta perubahan dari perusahaan berbadan hukum seperti perubahan kepemilikan, perubahan pengurus, perubahan modal dan sebagainya. 4). Simpulkan apakah perusahaan telah berbadan hukum penuh atau masih in-opricting. b. Legalitas Usaha Semua ijin yang digunakan dalam kegiatan usaha nasabah perlu diperhatikan kebenaran dan masa berlakunya. Selain itu harus digambarkan pula apakah kegiatan yang dijalankan dan atau direncanakan nasabah secara yuridis sudah didukung oleh ijin-ijin yang sesuai dan sah menurut ketentuan yang berlaku. Penelitian ini meliputi: 1). Penelitian apakah nasabah telah mempunyai ijin usaha dari instansi yang berlaku; 2). Penelitian apakah ijin usaha nasabah sesuai dengan kegiatan usahanya yang tercantum dalam anggaran dasar perusahaan. 3). Penelitian apakah ijin usaha nasabah masih berlaku. c. Legalitas Pengajuan Permohonan Kredit Keterangan yang perlu digambarkan dalam legalitas ini adalah apakah orang yang mengajukan permohonan kredit adalah orang yang berhak bertindak atas nama perusahaan dilihat dari ketentuan-ketentuan anggaran dasar perusahaan. 37 d. Legalitas Barang Jaminan Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. 1). Meneliti bukti-bukti yang diajukan sebagi jaminan 2). Meneliti surat kuasa menjaminkan dari pemilik barang jaminan dalm hal barang tersebut bukan milik nasabah atau perusahaan sendiri. 3). Meneliti status kepemilikan atas jaminan, baik jaminan utama atau tambahan harus dijelaskan apakah secara yuridis dapat dilaksanakan pengikatan secara notaril. e. Kontrak Kerja sebagai Dasar Permohonan Kredit Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor atau leveransir mengajukan kontrak kerja sebagai dasar permohonan kreditnya. Karena pelunasan kredit tergantung atau dikaitkan dengan kontrak kerja tersebut, maka demi keamanan pengembalian kredit perlu pula dianalisis. Penelitian disini meliputi apakah kontrak tersebut telah memenuhi persyaratan yuridis. Dalam arti, kontrak tersebut telah ditandatangani secara sah dan mengikat kedua belah piihak, baik kontrak atau surat tersebut dibuat dibawah tangan ataupun dihadapan notaris. 2. Aspek Pemasaran Dalam penelitian aspek pemasaran ini hal yang perlu diketahui adalah kemampuan perusahaan memasarkan barang produksi atau jasa, hasil usahanya, baik yang sekarang maupun yang direncanakan. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam aspek pemasaran adalah sebagai berikut. a. Produk atau Jasa yang Akan Dipasarkan 38 Hal-hal yang perlu diteliti adalah: 1) Product life cycle dari barang atau jasa tersebut; 2) Adanya barang substitusi; 3) Adanya perusahaan yang memproduksi barang yang sama (perusahaan pesaing); 4) Apakah barang yang dihasilkan barang jadi atau barang setengah jadi; 5) Segmen pasar yang dituju untuk produk tersebut. b. Penentuan Volume atau Rencana Pemasaran Produk Masalah yang utama dalam aspek pemasaran ini adalah menentukan volume atau rencana pemasaran produk nasabah. Untuk menilai apakah volume atau rencana pemasaran nasabah cukup feasible atau tidak, dapat dilakukan dengan pengujian melalui pendekatan berikut ini. 1) Market Test Approach Market Test Approach yaitu melakukan uji coba pemasaran secara konkret ke suatu pasar tertentu atau kelompok konsumen tertentu untuk mengetahui apakah target pemasaran untuk kelompok konsumen tertentu dapat dicapai atau tidak. Sifat dari Market test approach adalah : a) untuk nasabah yang produknya baru masuk pasar; b) produk nasabah bukan merupakan produk sehari-hari; c) produk yang baru sama sekali. 2) Market Equilibrium Approach 39 Dengan pendekatan ini, penilaian volume pemasaran suatu barang atau jasa melalui pengukuran suatu keseimbangan antara volume penawaran dan permintaan. Dalam hal ini volume penawaran barang dan jasa yang akan diproduksi tidak boleh melampaui volume permintaan akan barang dan jasa tersebut. Sifat Market Equilibrium Approach adalah: a) untuk barang yang diproduksi dalam jumlah besar; b) mempunyai skala nasional atau regional; c) dikonsumsi oleh masyarakat luas. 3. Aspek Manajemen dan Organisasi Setiap unit usaha memerlukan pimpinan atau manajer untuk mengelola usaha. Organisasi pada dasarnya merupakan suatu tempat atau alat yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada proyek usaha yang akan dibiayai kredit bank sangat perlu dilakukan penilaian aspek manajemen dan organisasinya. Penilaian aspek ini harus dapat menentukan tentang kecukupan manajemen keterampilan teknis. Penyaluran kredit hendaknya lebih didasarkan pada prinsip saling menguntungkan. Pada keadaan ini pihak bank melakukan pemilihan secara selektif dari usaha atau proyek yang prospektif dan dikelola secara potensial. Tindakan ini sebagai cermin operasi bank yang hati-hati (prudent banking operation). 4. Aspek Teknis Lingkup aspek teknis dalam analisis kredit adalah mengenai apakah barang yang diproduksi nasabah dapat dibuat dengan kualitas yang baik dan dengan biaya produksi yang rendah sehingga laku dijual dan menguntungkan. Analisis dari aspek teknis harus menggambarkan apakah 40 rencana kerja yang diajukan nasabah secara teknis dapat terlaksana atau tidak. Secara umum penilaian aspek teknis mencakup hal-hal berikut. a. Lokasi usaha Penilaian lokasi usaha melihat apakah lokasi yang ada memenuhi syarat kebutuhan untuk mendukung keberhasilan usaha (dekat dengan bahan baku, daerah pemasaran atau sumber tenaga kerja) yang sesuai dengan sifat-sifat dari kegiatan usaha yang bersangkutan serta tidak bertentangan dengan agama, moral dan sosial budaya, dampak lingkungan dan sebagainya. b. Pengalaman Usaha Hal yang perlu diteliti disini adalah pengalaman usaha dimasa lalu didalam melaksanakan usaha-usaha yang sejenis dengan direncanakannya dan bagaimana reputasinya didalam dunia usaha untuk kegiatan usaha tersebut. c. Kapasitas Perusahaan Kapasitas disini dimaksudkan sebagai daya atau kemampuan teknis yang dimiliki oleh perusahaan didalam merealisasikan rencana kerjanya. Penelitian ini meliputi: 1) mesin-mesin yang dimiliki meliputi jenis, jumlah, dan kondisinya; 2) apakah produksi telah mencapai kapasitas maksimum atau dibawah kapasitas; 3) reputasi merek yang dipakai; 4) kemudahan pemeliharaan dan kemudahan mendapatkan suku cadang; 5) keseimbangan mesin; 6) kemudahan dalam proses produksi. 41 5. Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting didalam analisis permohonan kredit, meskipun aspek-aspek yang lainnya juga bias merupakan aspek yang menentukan. Penelitian terhadap aspek ini di dalam analisis minimal harus diarahkan kepada batasan-batasan posisi keuangan nasabah, kemampuan penyediaan dana sendiri oleh nasabah, dan kebutuhan pembiayaannya. Disamping itu, perhitungan kredit juga masuk di dalam aspek keuangan mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek keuangan. Khusus untuk permohonan kredit investasi, penilaian aspek keuangan dilakukan berdasarkan cash flow dan dapat pula dilakukan dengan cara proyeksi discounted cash flow, dimana kelayakan suatu proyek atau usaha digambarkan oleh: a. Internal Rate of Return (IRR) yang harus lebih besar dari pada suku bunga yang berlaku bagi jenis kredit yang bersangkutan; b. Net Present Value (NPV) yang harus positif; dan c. Benefit Cost Rasio (BCR) yang harus lebih dari 1. Dalam penelitian ini bagi bank sebagai pemberi kredit, titik berat analisisnya adalah kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pokok pinjaman sekaligus bunganya secara teratur, dan tepat pada waktunya. 6. Aspek Jaminan Salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam rangka pemberian kredit perbankan adalah penyerahan jaminan oleh calon nasabah. Suatu jaminan yang diserahkan nasabah dalam rangka pemberian kredit oleh 42 bank harus diteliti dan dinilai secara baik untuk mendapatkan nilai prakiraan yang wajar. Nilai prakiraan yang wajar yang ditetapkan untuk suatu jaminan merupakan pedoman untuk menukur kewajaran terhadap pemberian kedit yang sedang dipertmbangkan apakah sudah cukup memadai atau belum memenuhi persyaratan nilai jaminan yang ditetapkan oleh bank. Pada umumnya suatu bank mempunyai patokan bahwa harga (nilai) suatu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang akan disetujuinya. Keadaan ini sangat berkaitan dengan sikap hati-hati pihak bank terhadap kemungkinan terjadinya kemacetan kredit dikemudian hari. Salah satu upaya untuk memperoleh pelunasan kredit adalah melalui penjualan, pelelangan, atau pencairan jaminan yang diserahkan oleh nasabah. Penilaian terhadap suatu jaminan terkait pada berbagai hal dan memperhatikan kondisi masing-masing jaminan. Perlu diketahui bahwa pemberian kredit merupakan salah satu usaha bank dalam menyalurkan dananya ke masyarakat dan merupakan suatu bentuk utang piutang. Sehubungan dengan terjadinya suatu utang piutang, terdapat beberapa ketentuan dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang mengatur tentang harta nasabah dan kedudukan nasabah terhadap harta nasabah tersebut. Ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata merupakan sebagian dari prinsip-prinsip hokum jaminan dalam rangka utang piutang di mayarakat. Ketentuan tersebut merupakan suatu prinsip yang umum untuk mengatur jaminan dari utang piutang. a. Jaminan Kredit Perbankan Dalam operasional perbankan, dapat diperhatikan bahwa pada umumnya bank mensyaratkan secara tegas tentang penyerahan suatu jaminan dalam rangka pemberian kredit. Jaminan dari nasabah bisa saja merupakan jaminan miliknya atau pihak lain. Jaminan dari pihak lain dapat berupa kebendaan atau bersifat perorangan. 43 b. Fungsi Jaminan Kredit Perbankan Pemberian kredit merupakan kegiatan yang utama dari suatu bank dalam menyalurkan dananya. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko yang dapat menghambat kegiatan bank umumnya terhadap pemberian kredit tersebutdilakukan berbagai upaya pengamanan. Upaya pengamanan dapat dilakukan dari segi hukum maupun teknis perkreditan. Penerimaan merupakan salah satu upaya hukum untuk mengamankan pemberian kredit tersebut. Walaupun pada prinsipnya upaya pelunasan kredit diharapkan dapat dilakukan dari usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut, tetap diharapkan cara pelunasan yang lain melalui penjualan jaminan sekiranya nasabah wan prestasi di kemudian hari. Dengan demikian penerimaan jaminan oleh bank merupakan suatu upaya lain untuk memperoleh pelunasan atas kredit yang diberikan kepada nasabah. Dalam hal ini fungsi jaminan kredit adalah untuk mengamankan pemberian kredit dari risiko yang mungkin terjadi. 2.3.4 Pendekatan dalam Analisis Kredit Dalam setiap penyaluran kredit, bank perlu meyakini kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang telah disepakati atau dijanjikan. Dalam penilaian atau analisis permohonan kredit nasabah, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang dipakai di dalam proses analisis kredit itu sendiri dapat ditempuh melalui enam pendekatan yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk kredit. Pendekatan-pendekatan kredit tersebut dikemukakan oleh Veithzal Rivai dan Andria Permana Veithzal dalam bukunya “Credit Management Handbook” (2006:406-413) meliputi: 1. Character Approach 44 Pemberian kredit dengan pendekatan karakter ini untuk orang-orang tertentu yang karakternya tidak diragukan lagi dan ini merupakan pendekatan perkreditan yang paling murni karena perkreditan sendiri merypakan suatu kepercayaan. Pada dasarnya dalam pendekatan ini pemberian kredit didasarkan pada kepercayaan atas reputasi karakter bisnis dari calon nasabah. Pendekatan ini tepat digunakan apabila: a. bank telah mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon nasabah; b. antara bank dan calon nasabah masih dalam suatu sector usaha sehingga bank telah mengetahui cirri-ciri system manajemen maupun karakter pelaksanaannnya. Namun dengan demikian, analisis dengan Character Approach ini umumnya jarang diterapkan di bank, mengingat sulitnya penilaian karakter seseorang nasabah walaupun dalam kenyataan hal ini terjadi. 2. Collateral Approach Pemberian kredit dengan pendekatan collateral ditujukan untuk nasabah yang jaminannya sangat kuat dan likuid dan merupakan bentuk pendekatan yang paling klasik dan paling sederhana. Dalam pendekatan ini kredit akan diberikan apabila calon nasabah mempunyai jaminan yang kuat atau memadai, baik ditinjau dari nilai ekonomis maupun yuridisnya sehingga kreditnya menjadi aman. Pendekatan ini tepat digunakan apabila: a. kredit dijamin oleh guarantee atau standby L/C bank lain; 45 b. kredit dijamin oleh surat-surat berharga (deposito atau sertifikat deposito) yang belum jatuh tempo dan surat-surat berharga lain yang mudah dipasarkan (marketable securities). 3. Repayment Approach Pemberian kredit dengan pendekatan pelunasan (Repayment Approach) yang bersifat self likuidating diman sumber pelunasannya sudah jelas dan dikuasai bank yang pada intinya adalah mendasarkan pada kemempuan pelunasan utang nasabah. Dalam pendekatan ini, penilaian kemampuan pelunasan tidak hanya dilihat dari sumber-sumber dana yang diciptakan oleh kegiatan usdaha nasabah, melainkan juga sumber dana lainnya, yaitu dari pihak ketiga atau dari likuidasi barang-barang jaminan yang diserahkan nasabah. Pendekatan ini tepat digunakan apabila: 1) kredit untuk bidang usaha kontraktor , dimana proses penagihan hasil penyelesaian kontraknya telah diikat secara cessie; 2) kredit untuk usaha kontraktor, supplier dengan bouwheer, BUMN/departemen/pemerintah yang pembayarannya langsung disalurkan melalui atau dikuasai bank. Apabila calon nasabah telah mempunyai administrasi keuangan yang cukup baik dan dapat dipercaya, maka untuk melihat kemampuan calon nasabah untuk melunasi kreditnya, dapat didasarkan pada estimasi “cash flow” dan dibandingkan dengan estimasi “source and uses of funds” (sumber dan penggunaan dana) calon nasabah yang bersangkutan. 4. Feasibility Approach 46 Pemberian kredit dengan pendekatan kelayakan proyek usaha calon nasabah (feasibility) ditujukan untuk proyek-proyek nasabah yang memerlukan penelaahan merupakan pemberian feasibility pada proyeknya secara teliti dan yang memerlukan sikap berhati-hati bagi bank.sering terjadi prouek usaha yang akan dibiayai masih merupakan suatu rencana, belum ada realisasinya secara konkret. Proyek yang akan dibiayai kredit bank masih berupa angan-angan nasabah atau masih berupa suatu usulan proyek (project proposal). Mengingat kondisi tersebut bank harus mampu menilai sejauh mana proyek usaha calon sumber nasabah tersebut dapat melunasi semua kewajibannya dengan sumber-sumber dana yang dapat dihimpun oleh usaha itu sendiri. Suatu proyek akan mampu menghasilkan laba dan menghasilkan dana untuk pelunasan kreditnya apabila proyek tersebut cukup feasible (dapat secara layak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan norma-norma bisnis yang berlaku). Pendekatan ini tepat digunakan untuk usaha-usaha baru maupun lama yang mempunyai preospek usaha yang cerah dibidang apapun. 5. Agent of Development Approach Pemberian kredit dengan pendekatan ini didasarkan pada fungsi bank sebagai agen pembangunan dari suatu system perekonomian. Dengan demikian bank akan melaksanakan fungsinya sebagi sarana moneter (monetary device) dari penguasa moneter. Pemberian kredit disini meliputi dua misi sekaligus, yaitu: a. sebagai badan usaha adalah untuk mencari laba; b. sebagai agen pembangunan lebih banyak bertindak dalan kegiatan pembinaan (promotor) atas nasabahnya agar potensi nasabahnya dapat 47 dikembangkan semaksimal mungkin melalui pemberian kredit dan pembinaan teknis, manajemen, pemasaran dan lain-lain. Pemberian kredit dengan pendekatan ini meliputi kegiatan: a. identifikasi dan pengembangan proyek yang bersifat potensial secara ekonomis; b. pengembangan kewiraswastaan (entrepreneurship) dari para pengelolanya; c. pengorganisasian proyek dari awal sampai dengan kredit dilunasi. 6. Relationship Approach Pemberian kredit dengan pendekatan relationship ini ditujukan untuk pricing nasabah, dan pemberian fasilitas kepada nasabah misalnya immediate credit, pemberian kurs khusus dan lebih didasarkan pada besar kecilnya volume relationship antara pihak bank dan nasabah misalnya dalm negosiasi pemberian fasilitas lain kepada nasabah lama, seperti pricing product dan jasa yang diberikan bank. Dasar pemberian kredit ini berorientasi pada Cuctomer Profitability Analysis (CPA) dimana prosfective customer tersebut minimal harus mempunyai return on risk assets diatas standar yang belaku dibank. Pendekatan ini selain bertujuan untuk memudahkan pemilihan jenis analisis kredit, juga bermanfaat untuk: 1) mempercepat proses analisis kredit; 2) menetapkan teknik analisis kredit yang secepat-cepatnya; 3) memudahkan dalam proses administrasi dan pengawasan kredit. 48 2.4 Kinerja Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuanya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. 2.4.1 Pengertian Kinerja Terdapat beberapa definisi mengenai kinerja, yaitu: Menurut Richard L. Daft (2002:15) yang dialih bahasakan oleh Emil Salim, kinerja adalah: “Kemampuan organisasi untuk meraih tujuan-tujuan melalui pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:503), kinerja adalah: “Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja”. Kemudian menurut Prawiro Suntoro (dalam buku Merry Dandian Panji) mengemukakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dalam rangka mrncapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.” Sedangkan menurut Mulyadi (1997:419) dalam bukunya “Sistem Akuntansi Perbankan Indonesia” sebagai barikut: “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasi suatu organisaasi, karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang ditetapkan sebelumnya.” Dari definisi-definisi diatas, dapat diketahui bahwa kinerja mempunyai unsur-unsur yang terdiri dari: 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan. 49 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya. 3. Pencapaian tujuan organisasi. 4. Periode waktu tertentu. Berdasarkan hal-hal diatas, penulis mendefinisikan kinerja sebagai hasilhasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Tingkat kesehatan keuangan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja perusahan. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dapat dilihat dari segi pengelolaannya, pergerakannya, maupun tujuannya. Kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja atau sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Dalam bahasa inggris sering diartikan dengan performance yang mempunyai arti pelaksanaan. Jika kedua pengertian ini digabungkan maka pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001:415) adalah sebagai berikut: “Penilaian Kinerja adalah penentuan secara periodic efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Menurut Kasmir dalam bukunya “Manajemen Bank” (2004:29): “Terdapat tiga alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja sebuah bank, yaitu dengn menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.” 50 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupakebijakan manajer atau rencana formal yang diuangkan dalam anggaran. Adapun manfaat penilaian kinerja adalah untuk: 1. Mengelola operasi organisasi secara efisien dan efektif melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kreiteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka dalam menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.4.3 Pengukuran Kinerja Menurut Moh. Pabundu Tika dalam bukunya “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan”, menyebutkan bahwa ada beberapa cara untuk mengukur kinerja perusahaan. 1. Metode UCLA Dalam metode UCLA dijelaskan bahwa penilaian kinerja dilakukan dengan melakukan evaluasi-evaluasi yang terbagi kedalam lima macam evaluasi, yaitu: 51 a. Sistem assessment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai keadaan atau posisi suatu system. Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan antara lain informasi mengenai posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang tengah diselesaikan. b. Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitasaktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya. Model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi misalnya apakah promosi yang dilaksanakan telah sesuai dengan segmentasi, target, dan posisinya dipasar. c. Program implementation, yaitu evaluasi yang menyimpan evaluasi yang menyiapkan apakah evaluasi telah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan. Model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah promosi yang dilaksanakan telah sesuai dengan segmentasi, target, dan posisinya dipasar. d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaiman program barfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. Model ini digunakan untuk menilai proses pelaksanaan promosi, apakah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, bagaimana penanggulangan masalah jika timbul dalam implementasinya. e. Program sertification, yaituevaluasi yang memeberikan informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat program. Model ini digunakan untuk mengevaluasi apakah program berdampak pada konsumen potensial yaitu mekin tertarik untuk menggunakan produk yang dibuat perusahaan. 2. Metode Balanced-Scorecard 52 Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kaartu yang dipakai untuk mencatat skor hasil inerja seseorang atau sekelompok. Jadi balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau sekelompok atau organisasi dengan nemggunakan kartu untuk mengukur hasil kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan dan non keuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced scorecard lalu dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat aspek perspektif, yaitu pespektif keuangan, proses bisnis internal, konsumen, dan proses belajar dan berkembang. a. Perspektif Keuangan Pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi dan pelaksanaan strategis. Adapun perbaikan tercermin dari sasaran-sasaran yang terkait dengan laba. Sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap siklus kehidupan bisnis. Tahapan yang dimaksud terdiri dari tahap pertumbuhan, tahap bertahan, tahap panen. Tahap Pertama adalah Tahap Pertumbuhan (Growth) Pada tahap ini perusahaan memiliki produk dan jasa dengan potensi pertumbuhan yang baik. Pada tahap ini perusahaan beroperasi dengan cash flow yang negative dan tingkat pengembalian modal yang rendah, investasi yang ditanam memakan biaya yang lebih besar dibanding dengan jumlah dana yang bias dihasilkan karena konsumen masih terbatas. Sasaran keuangan pada tahap pertumbuhan ini adalah menekankan pengukuran tingkat pertumbuhan revenue atau penjualan dalam pasar yang telah ditargetkan. 53 Tahap Kedua adalah Bertahan (Sustan) Pada tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan persyaratan tingkat pengembalian yang terbaik, mempertahankan pangsa pasar atau mengembangkan. Sasaran keuangan mengarah kepada pengembalian atas investasi yang telah ditanam. Tahap Ketiga adalah Panen (Harvest) Pada tahap ini perusahaan melakukan panen atas investasinya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi kecuali hanya bersifat pemeliharaan atau perbaikan sarana dan prasarana yang ada. Sasaran keuangan mengarah kepada memaksimalkan arus kas yang masuk ke perusahaan. b. Perspektif Pelanggan Untuk memeuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan dan menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen. Adapun nilai lebih terjadi apabila manfaat yang diterima konsumen dari produk dan jasa lebih tinggi dari biaya perolehannya. Untuk pengukuran perspektif konsumen atau pelanggan digunakan dua cara yaitu: 1. Kelompok pengukuran inti yakni mengukur kepuasan, loyalitas, keterikatan, akuisisi konsumen dari pasar yang ditargetkan dan profitabilitas pelanggan atau tungkat keuntungan yang diperoleh dari target pasar yang dilayani. 54 2. Preposisi nilai pelanggan yakni merupakan kinerja pemicu yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi komsumen yang tinggi. Preposisi nilai merupakan bambaran atribut yang disajikan perusahaan dari produl dan jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. c. Perspektif Proses Bisnis Internal Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purna jual. 1. Inovasi, merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk. 2. Operasi, merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan transaksi jual beli dengan pelanggan. 3. Layanan purna jual, merupakan layanan transaksi jual beli produk atau jasa. d. Perspektif Proses Belajar dan Berkembang Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Proses pembelajaran dan berkembang dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut. 1. Kemampuan pegawai mencakup tingkat kepuasan pegawai, tingkat perputaran pegawai, besarnya pendapatan perusahaan per pegawai, nilai tambah pegawai, dan tingkat pengembalian balas jasa. 2. Kemampuan system informasi meliputi, ketersediaan informasi yang dibutuhkan, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan jangka waktu perolehan informasi. 55 3. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan. Tolok ukurnya, jumlah saran pegawai, jumlah saran yang direalisasikan, jumlah saran yang berhasil guna, dan jumlah pegawai yang tahu visi, misi, dan tujuan perusahaan. 2.4.4 Pengukuran Kinerja Perkreditan 2.4.4.1 Berdasarkan Standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia Mengawali tahun anggaran atau ketika rencana dan anggaran bank disusun perlu diawali dengan melakukan performance analysis kondisi bank serta perkreditan bank tersebut. Tujuan performance analysis dengan maksud agar mengetahui kondisi bank serta kondisi perkreditan, juga sebagai tolok ukur dalam penyaluran kredit pada tahun yang akan datang. Performance analysis ini perlu dilakukan sebagai pedoman operasional bank berikutnya karena keberhasilan bank dalam perkreditan juga akan sangat tergantung salah satunya pada tersedianya dana. Penilaian kesehatan bank sebagai salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap bank untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu bank, yang selanjutnya akan menjadi pedoman dalam menata bisnis ke depannya. Metode CAMEL merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengukur tingkat kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Metode ini digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja suatu bank. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Permodalan (capital adequacy) Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus sebagai berikut: CAR = Modal × 100% ATMR 56 Keterangan: • Modal adalah harta yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. • ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrasi sebagimana yang tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau komitmen yang disediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah, pinjaman serta sifat agunan. Dapat ditambahkan untuk yang kira-kira penarikannya dilakukan secara bertahap, bobot risiko dihitung bersadarkan besarnya penarikan kredit tahap yang bersangkutan. b. Asset Quality (kualitas aktiva produktif) Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: AssetQuality = PenyisihanPenghapusanAktiva Pr oduktif × 100% Aktiva Pr oduktif Keterangan: • Aktiva produktif adalah penanaman dana daik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserverepo), tagihan derivative, tagihan aksepasi penempatan dana pada bank lain, penyertaan dan lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. 57 c. Management (manajemen) Management didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, menejemen likuiditas, dan menejemen umum. Manajemen bank dinilai atas 250 pertanyaan yang diajukan oleh BI dan hanya dapat dijawab oleh pejabat bank yang bersangkutan. Pertanyaan dan jawaban tersebut tidak dapat dipublikasikan oleh bank tersebut. d. Earning Ability (Rentabilitas) Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan bank dalam menciptakan laba. Penilaian pada faktor ini didasarkan pada dua macam, yaitu: 1) Rasio laba terhadap total aset atau yang biasa disebut Retuen On Assets (ROA), yang dapat dicari dengan rumes sebagai berikut: ROA = Laba ( EBT ) × 100% TotalAsset 2) Rasio laba terhadap Equity Capital atau yang biasa disebut dengan Return On Equity (ROE), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: ROE = Laba ( EAT ) × 100% Modal 3) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: BOPO = BiayaOperasional × 100% Pendapa tan Opersional 58 e. Likuiditas (Liquidity) Penilaian ini dilakukan untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan pada dua macam rasio yaitu: 1) Rasio jumlah kewajiban bersih call momey terhadap aktiva lancar. Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro pada Bank Indonesia, sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat Berharga Pasar Uang (SPBU). 2) Rasio antara kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank, biasanya disebut dengan Loan to Deposits Ratio (LDR). Besar rasio ini tidak diperbolehkan lebih dari 110%. Rasio ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: LDR = TotalPinjamanYangDiberikan(kredit ) × 100% TotalDanaMasyarakat ÷ Modal int i Selain beberapa hal diatas terdapat beberapa batasan-batasan lain yang harus dipatuhi setiap bank nasional seperti: 1). Batasan Maksimal Pemberian Kredit Batas maksimal penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu. Yang dimaksud peminjam adalah nasabah perorangan atau badan yang memperoleh satu atau lebih fasilitas penyediaan dana, sedangkan yang dimaksud kelompok peminjam adalah kumpulan peminjam yang satu sama lain mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan atau hubungan keuangan. 2). Giro wajib minimum. 59 Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Performance suatu perusahaan adalah melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dalam laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan financial dan hasi-hasil yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki bank sehingga manjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan. 2.4.4.2 Penilaian Melalui Analysis Rasio Selain rasio-rasio diatas rasio berikut ini lazim juga untuk mengetahui atau mengukur performance bank dan perkreditan bank, antara lain sebagai berikut. a. Cash Ratio CashRatio = AssetLiquid × 100% PinjamanyangHarusSegeraDibayar Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan aset likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, akan tetapi dalam praktiknya dapat mempengaruhi profitabilitasnya. b. Reserve Requirement Re serve Re quirement = JumlahAssetLikuid × 100% JumlahDanaMasyarakat ( DanaPihakke − 3) 60 Rasio ini bisa juga disebut dengan likuiditas wajib minimum (GWM = Giro Wajib Minimum), yaitu simpanan minimum yang wajib dipelihara atau disimpan pada rekening giro Bank Indonesia bagi semua bank. c. Loan to Asset Ratio LoantoAssetRatio = JumlahKredityangDiberikan × 100% JumlahAsset Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, artinya tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. d. Rasio Kewajiban Bersih (call money) RasioKewajibanBersihCallMoney = KewajibanBersih × 100% AktivaLancar Rasio ini menunjukan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Jika rasio ini semakin kecil nilainya, suatu bank yang dikatakan likuid jika bank dapat segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan alat likuidnya yang dimilikinya. 61 e. Net Profit Margin (NPM) Ratio NPM = LabaBersih × 100% Pendapa tan Operasional Perhitungan rasio ini mengacu pada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang pada praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (non-performing loan), bunga (negative spread), kurs valas (jika diberikan dalam valuta asing), dan lain-lain. f. Debt to Equity Ratio(DER) DER = JumlahU tan g × 100% JumlahModalSendiri Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Atau dikatakan pula rasio ini mengukur seberapa besar pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang. Disadari bahwa sebagian besar sumber dana bank berasal dari masyarakat (dana masyarakat), yang berupa giro, deposito berjangka, dan tabungan, sehingga hanya sebagian kecil yang bersumber dari dana sendiri. Selain itu, bank juga memperoleh pinjaman dari bank (Bank Indonesia dan bankbank lain) ataupun lembaga keuanga, baik dalam maupun luar negeri. g. Long Term Debt to Asset Ratio LongTermDebtToAssetRatio = U tan gJangkaPanjang × 100% TotalAktiva 62 Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva dibiayai dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang biasanya diperoleh dari simpanan jangka panjang deposito berjangka diatas satu tahun, dana pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain (dalam dan luar negeri), pinjaman dari pemegang pemilik (pemegang saham). h. Interest Margin InterestMrgin = i. InterestIncome − InterestExpense × 100% EarningAsset / Aktiva Pr oduktif Interest Margin InterestM arg in = j. InterestIncome − InterestExpense × 100% TotalLoan Credit Risk Ratio CreditRiskRatio = k. TotalLoan × 100% TotalDanaMasyarakat Yield on Credit YieldOnCredit = R( ALO ) ÷ EA × 100% ALO − (1 − RR)( FCD) Catatan: Y = Yield on credit R = Nominal interest rate ALO = Average loan outstanding 63 RR = Reserve requirement and overage idle funds FCD = Free collected deposits EA = Effective addition to nominal rate of interest CFU = Commotment fee charges on in used commitment U = Utilization ALO:Commitment Perhitungan ini dimaksudkan adalah untuk membandingkan antara pendapatan yang diterima oleh bank dalam setiap pemberian kredit, yaitu pendapatan bunga (interest income) dan pendapatan provisi kredit atau commitment fee. Semakin tinggi Yield yang diperoleh artinya akan semakin sehat perkreditan suatu bank. 2.4.5 Efektivitas Kinerja Kata efektif berasal dari bahasa inggris effective artinya berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengna baik. Robbins (1994) mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Moh. Pabundu Tika dalam bukunya “Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” (2006:129) menyebutkan bahwa karakteristik umum dari perusahaan-perusahaan efektif terdiri dari: 1. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan. 2. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengeti secara penuh kebutuhan pelanggan. 3. Memberi para pegawai tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk semangat kewirausahaan. 4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi dengan para pegawainya. 64 5. Para pegawai mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan para manajernya terlibat aktif pada masalah di semua tingkatan. 6. Selalu dejat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami. 7. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung. 8. Menggabungkan kontrol yang ketat dan desentralisasi untuk mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan risiko serta inovasi. 2.5 Hubungan Analisis Kredit dengan Kinerja Bank Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kredit dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible), marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu. Sebelum membuat keputusan memberikan kredit terhadap nasabahnya, pihak bank melakukan analisis dengan memperhatikan prinsip 5C dari keadaan nasabah. Dengan prinsip 5C yang telah dijelaskan sebelumnya, pihak bank dapat menilai mengenai kondisi nasabah baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam usahanya. Selain prinsip 5C, dalam analisis kredit juga terdapat aspek-aspek yang perlu di analisis yaitu meliputi aspek yuridis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek teknik, aspek keuangan, dan aspek jaminan. Serta terdapat beberapa pendekatanpendekatan yang perlu di perhatikan untuk mengetahui usaha calon nasabah yaitu character approach, collateral approach, repayment approach, feasibility approach, agent of development approach, relationship approach. Dari analisis yang dilakukan bank dapat mengambil suatu keputusan dalam pemberian kredit pada calon nasabahnya. 65 Bank dapat memutuskan kelayakan pemberian kredit pada nasabah karena bank dapat menilai kemampuan nasabah dari hasil analisis kredit. Keputusan pemberian kredit pada nasabah merupakan suatu upaya bank dalam menyalurkan dana pada masyarakat untuk memperoleh keuntungan juga dari usaha yang dijalankan oleh nasabah secara tidak langsung yaitu dari bunga yang ditetapkan pihak bank. Dengan adanya analisis kredit akan menghasilkan suatu keputusan kredit yang merupakan bagian dari strategi bank untuk meningkatkan kinerjanya. Proses pengambilan keputusan kredit merupakan salah satu unsur atau kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan suatu kinerja. Adapun fungsi kegiatan lain yang terkait dengan kinerja bank menurut M. Pabundu Tika (122-124) yaitu strategi, pemasaran, operasional, sumber daya manusia dan keuangan. a. Strategi Strategi terkait dengan misi, strategi bisnis yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan lingkungan bisnis. Strategi bisnis mencakup perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Komponen-komponen yang dipakai untuk menganalisis strategi perusahaan terdiri dari dimensi kekuatan bisnis dan dimensi daya tarik perusahaan. Dimensi kekuatan bisnis perbankan terdiri dari target tiap bulan, potensi penyaluran kredit per bulan, tingkat kepercayaan masyarakat menyimpan dana di bank baik dalam bentuk tabungan maupun deposito, jumlah transaksi pemasukan dan pengeluaran per bulan. Sedangkan dimensi yang meenjadi daya tarik perusahaan dalam perbankan adalah dalihat dari tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank. b. Pemasaran Peran utama dalam manajemen pemasaran adalah membuat keputusan mengenai aspek kredit. Evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan target atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya: 66 1) Segmentasi, target, dan posisi produk. 2) Strategi bersaing yang diterapkan 3) Tingkat kepercayaan nasabah. 4) Market share yang dikuasai bank. c. Operasional Hal-hal yang menyangkut operasional perusahaan antara lain sebagai berikut: 1) Kualitas pelayanan, yakni seberapa jauh bank memberikan pelayanan yang baik kepada nasabahnya sehingga dapat bersaing dari segi pelayanan. 2) Teknologi yang digunakan, yakni apakah teknologi yang digunakan perusahaan mengikuti perkembangan dunia pada saat ini atau atau sudah ketinggalan zaman. Kondisi ini perlu diperhitungkan sesuai dengan keinginan pelanggan. 3) Kapasitas, yakni seberapa besar kapasitas dari sumber daya yang ada. d. Sumber Daya Manusia Beberapa hal penting dari sumber daya manusia yang perlu dievaluasi antara lainmengenai produktivitas kerja, pelatihan dan pengembangan, serta kepemimpinan. Program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara kecakapan karyawan dan 67 permintaan jabatan selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja. e. Keuangan Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalisasi nilai pasar atas harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena dalam praktiknya tujuan ini selalu dipengaruhi oleh keputusan-keputusan dibidang keuangan. Tujuan mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah untuk mengetahui apakah realisasi investasi telah sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dilakukan dengan membandingkan pengeluaran dan pemasukan, ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan membayar utang, dan menilai perkembangan usaha. Dengan dilakukannya analisis kredit dapat diketahui bila telah terjadi penyimpangan-penyimpangan kebijakan maupun dalam anggaran bank. Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak boleh dibiarkan berkelanjutan tanpa adanya tidak lanjut karena akan menurunkan kinerja bank yang tentunya akan berdampak pada kemampuan bank dalam menciptakan laba. Selanjutnya dikatakan oleh Harrington (1991:1) bahwa: “The financial performance of corporation vital interest of many groups and individual”. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bank yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama pemakai laporan tersebut. Oleh karena itu, manajemen bank harus selalu berusaha untukmeningkatkan kinerjanya dari periode ke periode. Hubungan antara kesehatan bank dengan analisis kinerja bank adalah seperti yang dikatakan oleh Martin (1991:421) yaitu: “Financial analysis involve the assessment of a firm past, anticipated future financial condition. The objective is to identify and weeknessin the firm’s to determine any strenght 68 the firm’s ight capitalize upon” dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Kinerja laporan keuangan dapat dapat dilihat dari laporan keuangan selanjutnya dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan bank, yaitu dengan cara menganalisis atau menginterpretasi terhadap laporan keuangan. 2. Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan. 3. Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan dapat mmbantu manajemen dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kondisi keuangan di masa yang akan datang. Dalam menerbitkan laporan keuangan bank, ada beberapa karakteristik kualitatif laporan keuangan bank yang merupakan ciri informasi laporan keuangan bank dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang harus dipenuhi. Karakteristik laporan keuangan bank menurut Indra Bastian Suhardjono dalam bukunya “Akuntansi Perbankan”, (2006:84-85) antara lain: 1. Dapat dipahami Informasi laporan keuangan ban harus mudah dipahami oleh pengguna. Untuk memenuhi maksud ini pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis serta akintansi. 2. Relevan Informasi dalam laporan keuangan bank harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi akan mempunyai kualitas apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. 69 3. Objektivitas Laporan keuangan bank akan bermanfaat jika disajikan secara objektif dan dapat diverifikasi. Oleh karena itu, pencatatan transaksi keuangan seharusnya didasarkan pada faktur atau bukti asli, perhitungan fisik, dan sedapat mungkin bukti didasarkan pada fakta yang objektif. Jadi informasi harus disajikan terlepas dari kepentingan pribadi atau golongan, sehinggga tercapai sasaran penyampaian informasi yang dimaksudkan. 4. Keandalan Laporan keuangan agar bermanfaat bagi pengguna harus memberikan informasi yang andal (reliable). Informasi mempunyai kualitas yang andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai pnyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan. 5. Tepat waktu Laporan keuangan agar bermanfaat bagi pengguna apabila disajikan tepat waktu, laporan keuangan yang telambat disajikan tidak akan bermanfaat bagi penggunanya.