BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Analisis
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2000:43) :
“Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman dalam arti
keseluruhan.”
Menurut Komaruddin (2001:53) :
“Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tandatanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masingmasing dalam satu keseluruhan yang terpadu.”
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa analisis yaitu penguraian dan
penelaahan pos-pos laporan keuangan dan mencari hubungan antara komponenkomponen tersebut agar dapat mengetahui kondisi keuangan, sehingga dapat
memberikan informasi yang tepat bagi manajemen.
2.2
Bank dan Pekreditan
2.2.1
Bank
Bank yang kita kenal sekarang berasal dari Italia, orang-orang
mengandalkan transaksi jual beli serta pertukaran uang yang dikelola oleh suatu
perusahaan. Perusahaan tersebut sekarang dikenal dengan “money changer.”
Setelah lama, perusahaan melakukan perluasan usaha disamping pertukaran uang,
juga menerima penyimpanan uang, dimana si penyimpan uang diberi surat bukti
simpanan. Setelah mengalami perkembangan dengan melakukan aktivitas tersebut
diatas, perusahaan tersebut dikenal dengan istilah “Bank.” Sekarang ini bank telah
berkembang pesat, bank dianggap sebagai motor utama penggerak perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara memerlukan pola pengolahan sumbersumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi
11
12
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahu
membahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berdaya guna
secara optimal. Lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan mempunyai
peranan yang amat strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara.
Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh kegiatan pokok usaha sebuah
bank sebagai penghimpun dana dari masyarakatdan menyalurkannya kembali
dalam berbagai alternative investasi. Sehubungan dengan sering disebut lembaga
kepercayaan. Bank dihadapkan kepada berbagai upaya untuk menjaga
kepercayaan, sehingga sehingga dapat memperoleh simpati dari nasabahnya.
Terdapat banyak definisi mengenai bank namun antara yang satu dan yang
lain pada dasarnya tidaklah berbeda. Ada yang mendefinisikan bank sebagai suatu
badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga dan juga ada
yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang tugasnya untuk menyalurkan
penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.
2.2.1.1
Pengertian Bank
Menurut James Van Horne dan John Wachiwicz (1997:24)
yang
dimaksud bank adalah: “Institusi keuangan yang menerima uang dari
penabung dan menggunakan uang tersebut untuk memberi pinjaman arau
melakukan investasi lainnya.”
Pernyataan ini mempunyai persamaan dengan salah satu landasan hukum
sistem perbankan di Indonesia adalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang memberikan definisi sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Sedangkan menurut Kasmir (2000:11) dijelaskan pengertian bank daaari
berbagai sudut pandang, bank secara sederhana dapat diartikan sebagai:
“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa lainnya, sedangkan pengertian
lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dalam
13
bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana
atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan
menyalurkan dana.”
Begitu juga menurut Sinungan (2000:3) :
“Bank adalah suatu lembaga keuangan yaitu suatu badan yang
berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan
dari dua pihak yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Juga sebagai institusi yang amat penting
peranannya dalam masyarakat, bank adalah suatu lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang.”
Kemudian menurut Hasibuan (2002:2):
“Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha
yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial
asset) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya
mencari keuntungan saja.” “Bank adalah pencipta uang
dimaksudkan bahwa bank menciptakan uang giral dan mengedarkan
uang kartal . bank adalah pengumpul dana dan penyalur kredit
berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dari SSU (Surplus
Spending Unit) dan menyalurkan kredit kepada DSU (Defisit
Spending Unit).
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan
dengan masalah bidang keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama yaitu,
menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya.
2.2.1.2
Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis
perbankan sebelum keluarnya Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998
dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang No.14 tahun 1967, maka terdapat
beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dan tidak
berbeda satu sama lainnya.
14
Perbedaan jenis perbankan dilihat dari segi fungsi bank serta kepemilikan
bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau
jumlah produk yang ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya.
Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada
serta akte pendirirannya, kemudian perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi
siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam
lokasi tertentu (kecamatan).
Menurut Kasmir (2002:32-38), jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau
dari berbagai segi antara lain :
a.. Dilihat dari Segi Fungsinya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998
jenis perbankan terdiri dari :
1) Bank Umum
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) BPR (Bank Perkreditan Rakyat)
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dlam
kegiatannya
tidak
memberikan
jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran.
b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya.
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja
yang memilii bank tersebut. Kepemilikan dapat dapat dilihat dari
akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut
adalah :
1) Bank Milik Pemerintah
Yaitu dimana baik akte pendirian maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula.
15
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank jenis ini seluruh maupun sebagian besar modalnya
dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan untuk
swasta pula.
3) Bank Milik Koperasi
Kepemilikan
saham-saham
bank
ini
dimiliki
oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
4) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
5) Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional.
c. Dilihat dari Segi Status
Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat
maka bank umum dapat dibagi menjadi dua macam. Pembagian
jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukanatau status
bank tersebut. Status bank yang dimaksud adalah :
1) Bank Devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata
uang asingsecara keseluruhan.
2) Bank Non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai
ijin untuk melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
d. Dilihat dari Segi Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi caranya dalam menentukan
harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua
kelompok :
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah.
16
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis
bank ada beberapa macam dilihat dari berbagai segi yaitu dari
fungsinya ada bank umum dan BPR, dari kepemilikannya ada bank
milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik koperasi,
bank milik asing dan milik campuran, dari statusnya ada bank
devisa dan bank non devisa, dan dari cara menentukan harga ada
bank konvensional dan bank syariah.
2.2.1.3
Fungsi Bank
Fungsi umum bank menurut Kasmir (2002 : 3-4) antara lain:
a. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk
simpanan. Maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat
penyimpanan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan
utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk
keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk
melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil
simpanannya.
Tujuan
lainnya
adalah
untuk
memudahkan
melakukan transaksi pembayaran.
b. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank
memberikan
pinjaman
mengajukan
permohonan
(kredit)
kredit.
kepada
Dengan
masyarakat
kata
lain
yang
bank
menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Tentu
saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah
kredit tersebut layak diberikan atau tidak.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat berharga yang berasal dari dalam kota
(kliring), penagihan surat berharga yang berasal dari luar kota dan
luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank
garansi, bank notes dan jasa lainnya.
17
2.2.1.4 Peranan Bank
Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem keuangan.
Peranan bank menurut Y. Sri Susilo, Sigit Triandanu dan A. Totok Budi Santoso
(2000: 8) antara lain:
a. Pengalihan Aset (Asset Transmutation)
Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana
pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang
jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana.
Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih asset dari unit
surplus kepada unit defisit.
b. Transaksi (Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan
oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham, dan sebagainya)
merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.
c. Likuiditas (Liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya.
Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas
yang berbeda-beda. Untuk keputusan likuiditas pemilik dan mereka
dapat
menempatkan
dananya
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
kepentingannya.
d. Efisiensi (Efficiency)
Bank dapat menurunkan biaya-biaya transaksi dengan jangkauan
pelayanannya. Peranan bank sebagai broker adalah mempertemukan
pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan
mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.
18
2.2.2
Perkreditan
Kegiatan bank yang kedua setelah penyimpanan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah penyaluran kembali
dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran
dana ini dikenal juga dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana dapat
diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit.
2.2.2.1
Pengertian Kredit
Dalam masyarakat umum istilah kredit sudah tidak asing lagi bahkan
dikatakan populer. Dalam bahasa sehari-hari kredit sering diartikan memperoleh
barang dengan membayar cicilan
atau angsuran dikemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari
dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian dari pengambil kredit yang
juga sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman
dan bunga yang harus dibayar. Dewasa ini pengertian pemberian kredit disebut
dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional disebut
juga dengan istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasarkan prinsip
syariah.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti
kepercayaan. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi
kredit, lazimnya bank) mempunyai kepercayaan pada debitur (nasabah, penerima
kredit) bahwa debitur dalam jangka waktu dan dengan syarat yang telah disetujui
bersama, dapat mengembalikan (pembayaran kembali) kredit yang bersangkutan.
Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, financial, dan
agunan. Kepercayaan dibedakan atas kepercayaan murni dan kepercayaan reserve.
a. Kepercayaan Murni adalah jika kreditur memberikan kredit kepada
debiturnya hanya atas kepercayaan saja, tanpa ada jaminan lainnya,
missal masyarakat menabung uang (deposito).
b. Kepercayaan Reserve diartikan kreditur menyalurkan kredit atau
pinjaman kepada debitur atas kepercayaan tetapi kurang yakin
19
sehingga bank selalu meminta agunan berupa materi (seperti BPKB,
sertifikat rumah dan sebagainya).
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998:
“Kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Pengertian kredit menurut Hasibuan (2002:87-88) :
“Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali
bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.” “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran
atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta
atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barangbarang sekarang.” (Bymont P.Kent, dikutip oleh Thomas Suyatno,
dkk, 1990:15)
Sedangkana pengertian kredit menurut Taguh Pudjo Mulyono dalam
bukunya “Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil” (2001:9) adalah:
“Kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjamandengan suatu janji pembayarannya akan
dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah
disepakati.”
Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bahwa nasabah benar-benar
dapat dipercaya maka bank terlebih dahulu melakukan analisis kredit. Analisis
kredit mencakup latar belakang perusahaan atau nasabah, prospek usahanya,
jaminan yang diberikan benar-benar aman. Pemberian kredit tanpa dianalisis
terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan
mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak
layak untuk diberikan.
Dari perumusan diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu adanya suatu
penyerahan uang atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan kepada pihak
lain dengan harapan pemberi pinjaman atau bank akan memperoleh suatu
tambahan nilai pokok pinjaman tersebut berapa bunga sebagai pendapatan bagi
20
bank yang bersangkutan dalam pemberian kredit, pelunasan utang dan bunga akan
diselesaikan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama.
2.2.2.2 Unsur Kredit
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan
syarat-syarat yang disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, unsur-unsur
kredit menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit Management Handbook”
(2006:5) adalah sebagai berikut.
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit
(nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerim kredit merupakan
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
b. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang
didasarkan atas credit rating penerima kredit.
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak
lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi
kredit. Janji tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau
berupa instrument (Credit Instrument).
d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit.
e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur
esensial kredit. Kredit terjadi karena adanya unsur waktu baik dari
pihak yang pemberi kredit maupun pihak yang penerima kredit.
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit
maupun dsi pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit
adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha
(pinjaman
komersial)
atau
ketidakmampuan
bayar
(pinjaman
21
konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak
nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa
pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit
untuk menguasai perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang
dijaminkan.
g. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi
kredit. Bagi pemberi kredit, terdiri dari berbagai komponen seperti
biaya modal (cost of capital), biaya umum (overheaed cost), risk
premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi,
risk premium dapat dikurangi dengan safety disount.
2.2.2.3 Tujuan Kredit
Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit Management Handbook”
(2006:6), pada dasarnya terdapat dua tujuan mendasar dari kredit yang saling
berkaitan yaitu sebagai berikut.
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah.
Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredir kepada usahausaha nsabah yang diyakini mampu dan mau mengembaklikan kredit
yang diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini
tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur
keuntungan (profitability) dari suatu kredit sehingga kedua unsur
tersebut saling berkaitan. Dengan demikian keuntungan merupakan
tujuan dari pemberi kredit yang menjelm dalam bentuk bunga yang
diterima.
b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi tau keyakinan yang diberikan
harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai
tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, keamanan ini
22
dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang
atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga
keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjaddi kenyataan.
Selain itu, terdapat dua pihak atau pelaku utama yang terlibat dalam setiap
pemberian kredit sehingga dalam pemberian kredit akan mencakup pula
pemenuhan tujuan kedua pelaku utama tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Bank (Kreditor)
a. Penyaluran atau pemberian kredit merupakan bisnis utama dan
terbesar hampir pada sebagian besar bank.
b. Penerimaan bunga dari pemberian kredit bagi sebagian bank
merupakan sumber pendapatan terbesar.
c. Kredit merupakan salah satu instrument atau produk bank dalam
memberikan pelayanan kepada nasabah.
d. Kredit merupakan salah satu media bagi bank dalam berkontribusi
dalam pembangunan.
e. Kredit merupakan salah satu komponen dari asset allocation
approach.
2. Nasabah (Pengusaha)
a. Kredit merupakan salah satu potensi untuk mengembangkan usaha.
b. Kredit dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
c. Kredit merupakan salah satu alternatif pembiayaan perusahan.
2.2.2.4 Fungsi Kredit
23
Kredit mempunyai pernan penting dalam perekonomian. Secara garis
besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat
dikemukakan sebagai berikut. Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya “Credit
Management Handbook” (2006:7-10) fungsi kredit adalah sebagai berikut.
a.
Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal atau uang.
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito
ataupun tabungan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan
kegunaannya oleh bank. Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk
memperluas atau memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan
produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitas ataupun
usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.
Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para
penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha
yang bermanfaat.
b.
Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.
Produsen dengan bantuan kredit dari bank dapat memproduksi bahan jadi
sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan
utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjdi minyak kelapa atau
minyak goreng, peningkatan padi menjadi beras, benang menjadi tekstil
dan sebagainya. Produsen dengan bantuan kredit dapat memindahkan
barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat lain yang
lebih bermanfaat. Pemindahan barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh
keuangan para distributor saja sehingga mereka memerlukan bantuan
permodalan dari bank barupa kredit.
c.
Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Kredit yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek,
giro bilyet, wesel, promes, dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang
24
giral dan kartal akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu
kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hal ini selaras dengan pengertian bank sebagai money creator. Penciptaan
uang itu selain dengan cara substitusi, yaitu penukaran uang kartal yang
tersimpan di giro dengan uang giral, ada cara exchange of claim yaitu bank
memberikan kredit dalam bentuk giral. Disamping itu, dengan cara
transformasi, yaitu bank giral.
d.
Kredit menimbulkan kegairahan usaha msyarakat
Ditinjau dari segi hukum permintaan dan penawaran, terhadap segala
macam dan ragam usaha, permintaan akan terus bertambah bila
masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbullah kemudian
efek komulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai
kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas dikalangan masyarakat
yang akan meningkatkan produktivitas. Secara otomatis kemudian timbul
pula kesan bahwa untuk setiap usaha peningkatan produktivitas,
masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan dana karena masalahnya
dapat diatasi bank dengan kreditnya.
e.
Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi
Dalam keadaan ekonimi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi
pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
1) Pengendalian inflasi;
2) Peningkatan ekspor;
3) Rehabilitasi sarana;
4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.
25
Untuk menekan laju infalsi dan lebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan
ekonomi, kredit bank memegang peranan yang penting. Arah kredit harus
berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif yaitu pengarahan ke
sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara
langsung berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak. Seperti di
Indonesia diarahkan pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, produksi yang menunjang sector pertanian, industry alat-alat
pertnian, industri-industri yang berpengaruh bagi kehidupan rakyat
(sandang dan pangan), produksi barang-barang ekspor dan sebagainya.
f.
Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Pengusaha yang memperoleh kredit tertentu saja berusaha meningkatkan
usahanya. Peningktan usaha berarti peningkatkan profit. Dengan earnings
(pendapatan) yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan
terus bertambah. Di lain pihak kredit yang disalurkan untuk merangsang
pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi
Negara. Di samping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan swasembada
kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti devisa keuangan Negara akan
terhemat sehingga akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan
atau ke sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila rata-rata pengusaha,
pemilik tanah, pemilik modal dan buruh atau karyawan mengalami
peningkatan pendapatan, pendapatan Negara via pajak akan bertambah dan
penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung
atau tidak, melalui kredit, pendapatan nasionl akan bertambah.
g.
Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Negara-negara kaya atau kuat ekonominya, demi persahabatan antara
negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang
berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut terermin
dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat-syarat ringan, yaitu bunga
yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Lalu
26
lintas pembayaran secara internasional pada dasarnya berjalan lancar bila
disertai kegiatan kredit yang sifatnya internasional.
2.2.2.5 Jenis-jenis Kredit
a.
Jenis Kredit menurut Jangka waktu
1).
Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk
kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
2)
Intermediate term credit (kredit jangka waktu menengah) ialah
suatu suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu tahun
sampai tiga tahun.
3)
Long temr credit (kredit jangka panjang) ialah brntuk kredit
yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
4)
Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang
setiap waktu dapat diminta kembali.
b.
Jenis Kredit menurut Tujuan Penggunaan
1)
Kredit Modal Kerja atau Kredit Eksploitasi
Kredit modal kerja adalah kredit untuk modal kerja perusahaan
dalam rangka pembiayaan aktiva lancer perusahaan, seperti
pembelian bahan baku dan sebagainya.
2)
Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit (berjangka menengah atau
panjang)
yang
diberikan
kepada
usaha-usaha
guna
merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian
proyek baru misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan
tanah untuk pabrik.
27
3)
Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada
pihak ketiga atau perorangan (termasuk karyawan bank itu
sendiri)untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa
dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.
c.
Jenis Kredit yang disalurkan menurut Bentuknya
1)
Cash Loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank
kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitascash
loan ini, bank telah menyediakan dana (fresh money)yang
dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada
dalam perjanjian kreditnya.
2)
Non cash loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada
nasabahnya,
tetapi
atas
fasilitas
tersebut
bank
belum
mengeluarkan uang tunai. Fasilitas yang diberikan bank ini
baru berupa kesanggupan bank untuk menjamin pembayaran
kewajiban nasabah kepada pihak ketiga atau pihak lain sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan yang
dikeluarkan oleh bank.
d.
Jenis Kredit menurut Sumber dana
1)
Kredit dengan dana bank sendiri
2)
Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (joint
financing)
3)
e.
Kredit dengan dana dari luar negeri.
Jenis Kredit menurut Sifat Fasilitas
1)
Committed Facility
28
Committed facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis,
bank berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang
diperjanjikan, kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan
hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan
fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.
2)
Uncommitted Facility
Uncommitted facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis,
bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai
dengan yang telah diperjanjikan. Untuk fasilitas ini bank dapat
mengubah, membatalkan atau menarik kembali fasilitas
tersebut setiap saat tanpa persetujuan nasabah, misalnya
fasilitas
penempatan,
fasilitas
cerukan
dan
fasilitas
perdagangan valuta asing.
2.3
Analisis Kredit
Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan
dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kredit dapat diketahui
apakah usaha nasabah layak (feasible), marketable (hasil usaha dapat dipasarkan),
profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu.
Analisis kredit dilakukan oleh account officer dari suatu bank dan account
officer tersebut dari sisi level jabatannya merupakan level seksi atau bagian, atau
bahkan dapat pula berupa committe (tim) yang ditugaskan untuk menganalisis
permohonan kredit. Analisis kredit ini dilakukan agar kredit yang diberikan
mencapai sasaran, yaitu aman. Artinya kredit tersebut harus diterima kembali
pengembaliannya secara tertib, teratur dan tepat waktu sesuai dengan perjanjian
antar bank dengan nasabah sebagai penerima dan pemakai kredit. Selain itu
dengan tujuan terarah, artinya kredit yang digunakan tersebut akan digunakan
untuk tujuan seperti yang dimaksud dalam permohonan kredit dan sesuai dengan
29
peraturan dan kesepakatan ketika disyaratkan dalam akad kredit. Untuk
mewujudkan semua itu diperlukan persiapan kredit, yaitu dengan mengumpulkan
informasi dan data untuk bahan analisis.
2.3.1
Tujuan Analisis Kredit
Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh
keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi
kewajibannya kepada pihak bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman
maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Dalam pemberian
kredit kepada nasabah bank menghadapi risiko, yaitu tidak kembalinya uang yang
dipinjamkan kepada nasabah. Oleh karena itu, perkembangan dan keadaan
nasabah harus diikuti secara terus-menerus mulai saat kredit diberikan sampai
kredit lunas. Dalam menganalisis kredit, pertama-tama yang harus diperhatikan
adalah kemauan dan kemampuan nasabah itu untuk memenuhi kewajibannya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah perekonomian atau aktivitas usaha
pada umumnya (ekonomi makro dan AMDAL). Mengingat risiko tidak
kembalinya kredit selalu ada, maka setiap kredit harus selalu disertai jaminan
yang cukup sesuai dengan yang ada.
Dalam menilai kredit harus mencakup penilaian kuantitatif maupun
kualitatif
karena analisis kualitatif yang diikuti dengan kuantitatif akan
memberikan kejelasan bagi pembuat keputusan. Walau misalnya karakter dinilai
secara kualitatif saja, tetapi masalah-masalah keuangan, produksi, pemasaran dan
jaminan harus dinilai secara kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan kondisi
ekonomi sebenarnya harus juga dinilai secara kuantitatif, tetapi jika tidak
mungkin cukup kualitatif saja.
30
2.3.2
Prinsip Analisis Kredit
Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Credit Management Handbook
(2004:372), prinsip analisis kredit terdiri dari :
1. Character
Character adalah keadaan watak atau sifat dari nasabah, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana itikad atau kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pey) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Suatu pemberian kredit didasari atas dasar kerpercayaan yang berasal
dari pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak maupun
sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Disamping itu, peminjam
mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi sebagai
manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Karakter ini merupakan faktor yang
dominan
sebab
walaupun
calon
nasabah
cukup
mampu
untuk
menyelesaikan utangnya, tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu
akan membawa berbagai kesulitan bagi bank dikemudian hari. Dalam
dunia white collar crime, ciri-ciri seseorang yang mempunyai bakat
kriminal justru diluar dugaan kita semua. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a.
orang yang pandai bergaul;
b.
orang yang cerdas;
c.
orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka menghadapi
tantangan;
d.
umur relative muda sampai dengan 45 tahun.
Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon
nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:
31
a.
meneliti riwayat hidup calon nasabah;
b.
meneliti reputasi calon nasabah tersebut dilingkungan usahanya;
c.
meminta bank to bank information;
d.
mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi dimana calon nasabah
berada;
e.
mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi dan
memilikihobi suka berfoya-foya.
Dalam wawancara dengan calon nasabah, ketika menilai karakter
seseorang perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdpat dalam dirinya.
Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah:
a.
social value;
b.
theoritical value;
c.
esthetical value;
d.
economical value;
e.
religious value;
f.
political value.
Seorang calon nasabah mempunyai value yang sangat dominan
dibidang economical value dan political value akan cenderung mempunyai
itikad atau karakter yang tidak baik. Idealnya karakter calon nasabah
mempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri pribadinya.
2. Capital
Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh
calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu
semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya
32
dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit.kemampuan
modal sendiri akan merupakan benteng yang kuat agar tidak mudah
mendapat goncangan dari luar, misalnya pada saat terjadi kenaikan suku
bunga, komposisi modal sendiri ini perlu ditingkatkan. Penilaian atas
besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit
bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai
seluruh modal yang diperlukan.
Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan
tanggung jawab nasabah dalam menjalankan usahannya karena ikut
menanggung risiko terhadap gagalnya usaha. Kemampuan capital ini
dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan selffinancing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar dari kredit yang
dimintakan kepada bank. Bentuk dari self-financing tidak selalu harus
berupa uang tunai, namun juga dalam bentuk barang modal seperti tanah,
bangunan, mesin-mesin.besar kecilnya capital ini dapat dilihat dari neraca
perusahaan, yaitu komponen “owner equity”, laba yang ditahan dan lainlain. Untuk perorangan dapat dilihat dari daftar kekayaan yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan utang-utangnya.
3. Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki oleh nasabah dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan
dari penilaian ini adalah untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana
calon nasabah mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya
(ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.
Pengukuran capacity ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan
berikut ini.
33
a.
Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah
menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu.
b.
Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan
yang menghendaki keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang
memerlukan profesionalisme tinggi seperti rumah sakit, biro
konsultan dan lain-lain.
c.
Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah
mempunyai
kapasitas
untuk
mewakili
badan
usaha
yang
diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank.
d.
Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
dalam memimpin perusahaan.
e.
Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan
calon nasabah mengelola factor-faktor produksi seperti tenaga
kerja, sumber bahan baku, mesin-mesin, administrasi dan
keuangan, industrial relation sampai pada kemampuan merebut
pasar.
4
Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai
agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai
oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban financial
nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan ini meliputi jenis, lokasi,
bukti pemilikan, dan status hukumnya.
Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk
kebendaan tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan
pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi,
dan avails.
34
Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi sebagai
berikut.
a.
Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan
diagunkan.
b.
Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memenuhi sysrat-syarat
yuridis untuk dipakai sebagai jaminan.
Risiko pemberian kredit dapat dikurangi sebagian atau seluruhnya dengan
meminta collateral yang baik kepada nasabah.
5. Condition of Economy
Condition of economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial,
ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian padasuatu
saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon
debitur. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut perlu diadakan
penelitian mengenai hal-hal antara lain:
a. mengenai keadaan konjungtur;
b. peraturan-peraturan pemerintah;
c. situasi, politik dan perekonomian dunia;
d. keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
Kondisi ekonomi yang perlu disoroti mencakup hal-hal sebagai berikut:
•
Pemasaran seperti kebutuhan, daya beli, masyarakat, luas pasar,
perubahan mode, bentuk persaingan, peranan barang substitusi, dan
lain-lain.
•
Teknis produksi seperti perkembangan teknologi, tersedianya bahan
baku, cara penjuanlan dengan system tunai atau kredit.
35
•
Peraturan pemerintah seperti kemungkinan pengaruhya terhadap
produk yang dihasilkan, misalnya larangan terhadap jenis obat tertentu.
6. Constraint
Constraint
adalah
batasan
dan
hambatan
yang
tidak
memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu,
misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak
bengkel las atau pembakaran batu bara.
Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapat perhatian
dari account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak
terpenuhi maka prinsip lainnya tidak brarti. Dengan kata lain permohonan
kredit harus ditolak.
2.3.3
Aspek-aspek Analisis Kredit
Aspek-aspek kredit yang dikemukakan oleh Vaithzal Rivai dalam bukunya
Credit Management Handbook (2004:385) adalah sebagai berikut:
1. Aspek Yuridis
Dalam aspek yuridis diberikan beberapa batasan untuk memudahkan
pelaksanaan penganalisisannya, yaitu melalui penelitian yang meliputi
legalitas pendirian perusahaan (badan usaha), legalitas usaha, legalitas
pengajuan permohonan kredit, dan legalitas barang-barang jaminan.
a. Legalitas Pendirian Perusahaan
Dalam batasan ini perlu digambarkan apakah pendirian perusahaan
sudah sah dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetepkan oleh
peraturan pemerintah.
Hal yang perlu diteliti dalam analisis legalitas pendirian badan usaha
adalah:
36
1). Penelitian apakah nasabah telah memenuhi syarat sebagai subjek
hukum;
2). Penelitian mengenai keabsahan pendirian perusahaan, sesuai
dengan bentuk hukum perusahaan.
3). Penelitian apakah ada akta-akta perubahan dari perusahaan
berbadan hukum seperti perubahan kepemilikan, perubahan
pengurus, perubahan modal dan sebagainya.
4). Simpulkan apakah perusahaan telah berbadan hukum penuh atau
masih in-opricting.
b. Legalitas Usaha
Semua ijin yang digunakan dalam kegiatan usaha nasabah perlu
diperhatikan kebenaran dan masa berlakunya. Selain itu harus
digambarkan pula apakah kegiatan yang dijalankan dan atau
direncanakan nasabah secara yuridis sudah didukung oleh ijin-ijin
yang sesuai dan sah menurut ketentuan yang berlaku. Penelitian ini
meliputi:
1). Penelitian apakah nasabah telah mempunyai ijin usaha dari instansi
yang berlaku;
2). Penelitian apakah ijin usaha nasabah sesuai dengan kegiatan
usahanya yang tercantum dalam anggaran dasar perusahaan.
3). Penelitian apakah ijin usaha nasabah masih berlaku.
c. Legalitas Pengajuan Permohonan Kredit
Keterangan yang perlu digambarkan dalam legalitas ini adalah apakah
orang yang mengajukan permohonan kredit adalah orang yang berhak
bertindak atas nama perusahaan dilihat dari ketentuan-ketentuan
anggaran dasar perusahaan.
37
d. Legalitas Barang Jaminan
Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1). Meneliti bukti-bukti yang diajukan sebagi jaminan
2). Meneliti surat kuasa menjaminkan dari pemilik barang jaminan
dalm hal barang tersebut bukan milik nasabah atau perusahaan
sendiri.
3). Meneliti status kepemilikan atas jaminan, baik jaminan utama atau
tambahan
harus
dijelaskan
apakah
secara
yuridis
dapat
dilaksanakan pengikatan secara notaril.
e. Kontrak Kerja sebagai Dasar Permohonan Kredit
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
bidang kontraktor atau leveransir mengajukan kontrak kerja sebagai
dasar permohonan kreditnya. Karena pelunasan kredit tergantung atau
dikaitkan dengan kontrak kerja tersebut, maka demi keamanan
pengembalian kredit perlu pula dianalisis.
Penelitian disini meliputi apakah kontrak tersebut telah memenuhi
persyaratan yuridis. Dalam arti, kontrak tersebut telah ditandatangani
secara sah dan mengikat kedua belah piihak, baik kontrak atau surat
tersebut dibuat dibawah tangan ataupun dihadapan notaris.
2. Aspek Pemasaran
Dalam penelitian aspek pemasaran ini hal yang perlu diketahui
adalah kemampuan perusahaan memasarkan barang produksi atau jasa,
hasil usahanya, baik yang sekarang maupun yang direncanakan. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam aspek pemasaran adalah sebagai
berikut.
a.
Produk atau Jasa yang Akan Dipasarkan
38
Hal-hal yang perlu diteliti adalah:
1)
Product life cycle dari barang atau jasa tersebut;
2)
Adanya barang substitusi;
3)
Adanya perusahaan yang memproduksi barang yang sama
(perusahaan pesaing);
4)
Apakah barang yang dihasilkan barang jadi atau barang setengah
jadi;
5)
Segmen pasar yang dituju untuk produk tersebut.
b.
Penentuan Volume atau Rencana Pemasaran Produk
Masalah yang utama dalam aspek pemasaran ini adalah
menentukan volume atau rencana pemasaran produk nasabah. Untuk
menilai apakah volume atau rencana pemasaran nasabah cukup feasible
atau tidak, dapat dilakukan dengan pengujian melalui pendekatan berikut
ini.
1)
Market Test Approach
Market Test Approach yaitu melakukan uji coba pemasaran secara
konkret ke suatu pasar tertentu atau kelompok konsumen tertentu untuk
mengetahui apakah target pemasaran untuk kelompok konsumen tertentu
dapat dicapai atau tidak.
Sifat dari Market test approach adalah :
a)
untuk nasabah yang produknya baru masuk pasar;
b)
produk nasabah bukan merupakan produk sehari-hari;
c)
produk yang baru sama sekali.
2)
Market Equilibrium Approach
39
Dengan pendekatan ini, penilaian volume pemasaran suatu barang
atau jasa melalui pengukuran suatu keseimbangan antara volume
penawaran dan permintaan. Dalam hal ini volume penawaran barang dan
jasa yang akan diproduksi tidak boleh melampaui volume permintaan akan
barang dan jasa tersebut.
Sifat Market Equilibrium Approach adalah:
a)
untuk barang yang diproduksi dalam jumlah besar;
b)
mempunyai skala nasional atau regional;
c)
dikonsumsi oleh masyarakat luas.
3. Aspek Manajemen dan Organisasi
Setiap unit usaha memerlukan pimpinan atau manajer untuk
mengelola usaha. Organisasi pada dasarnya merupakan suatu tempat atau
alat yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan perusahaan. Pada proyek usaha yang akan dibiayai kredit bank
sangat perlu dilakukan penilaian aspek manajemen dan organisasinya.
Penilaian aspek ini harus dapat menentukan tentang kecukupan
manajemen keterampilan teknis. Penyaluran kredit hendaknya lebih
didasarkan pada prinsip saling menguntungkan. Pada keadaan ini pihak
bank melakukan pemilihan secara selektif dari usaha atau proyek yang
prospektif dan dikelola secara potensial. Tindakan ini sebagai cermin
operasi bank yang hati-hati (prudent banking operation).
4. Aspek Teknis
Lingkup aspek teknis dalam analisis kredit adalah mengenai
apakah barang yang diproduksi nasabah dapat dibuat dengan kualitas yang
baik dan dengan biaya produksi yang rendah sehingga laku dijual dan
menguntungkan. Analisis dari aspek teknis harus menggambarkan apakah
40
rencana kerja yang diajukan nasabah secara teknis dapat terlaksana atau
tidak. Secara umum penilaian aspek teknis mencakup hal-hal berikut.
a. Lokasi usaha
Penilaian lokasi usaha melihat apakah lokasi yang ada memenuhi
syarat kebutuhan untuk mendukung keberhasilan usaha (dekat dengan
bahan baku, daerah pemasaran atau sumber tenaga kerja) yang sesuai
dengan sifat-sifat dari kegiatan usaha yang bersangkutan serta tidak
bertentangan dengan agama, moral dan sosial budaya, dampak lingkungan
dan sebagainya.
b. Pengalaman Usaha
Hal yang perlu diteliti disini adalah pengalaman usaha dimasa lalu
didalam melaksanakan usaha-usaha yang sejenis dengan direncanakannya
dan bagaimana reputasinya didalam dunia usaha untuk kegiatan usaha
tersebut.
c. Kapasitas Perusahaan
Kapasitas disini dimaksudkan sebagai daya atau kemampuan teknis
yang dimiliki oleh perusahaan didalam merealisasikan rencana kerjanya.
Penelitian ini meliputi:
1) mesin-mesin yang dimiliki meliputi jenis, jumlah, dan kondisinya;
2) apakah produksi telah mencapai kapasitas maksimum atau dibawah
kapasitas;
3) reputasi merek yang dipakai;
4) kemudahan pemeliharaan dan kemudahan mendapatkan suku cadang;
5) keseimbangan mesin;
6) kemudahan dalam proses produksi.
41
5. Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting didalam
analisis permohonan kredit, meskipun aspek-aspek yang lainnya juga bias
merupakan aspek yang menentukan. Penelitian terhadap aspek ini di dalam
analisis minimal harus diarahkan kepada batasan-batasan posisi keuangan
nasabah, kemampuan penyediaan dana sendiri oleh nasabah, dan
kebutuhan pembiayaannya. Disamping itu, perhitungan kredit juga masuk
di dalam aspek keuangan mengingat kaitannya sangat erat dengan aspek
keuangan.
Khusus untuk permohonan kredit investasi, penilaian aspek
keuangan dilakukan berdasarkan cash flow dan dapat pula dilakukan
dengan cara proyeksi discounted cash flow, dimana kelayakan suatu
proyek atau usaha digambarkan oleh:
a. Internal Rate of Return (IRR) yang harus lebih besar dari pada suku
bunga yang berlaku bagi jenis kredit yang bersangkutan;
b. Net Present Value (NPV) yang harus positif; dan
c. Benefit Cost Rasio (BCR) yang harus lebih dari 1.
Dalam penelitian ini bagi bank sebagai pemberi kredit, titik berat
analisisnya adalah kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pokok
pinjaman sekaligus bunganya secara teratur, dan tepat pada waktunya.
6. Aspek Jaminan
Salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam rangka pemberian
kredit perbankan adalah penyerahan jaminan oleh calon nasabah. Suatu
jaminan yang diserahkan nasabah dalam rangka pemberian kredit oleh
42
bank harus diteliti dan dinilai secara baik untuk mendapatkan nilai
prakiraan yang wajar. Nilai prakiraan yang wajar yang ditetapkan untuk
suatu jaminan merupakan pedoman untuk menukur kewajaran terhadap
pemberian kedit yang sedang dipertmbangkan apakah sudah cukup
memadai atau belum memenuhi persyaratan nilai jaminan yang ditetapkan
oleh bank.
Pada umumnya suatu bank mempunyai patokan bahwa harga (nilai) suatu
jaminan harus melebihi jumlah kredit yang akan disetujuinya. Keadaan ini sangat
berkaitan dengan sikap hati-hati pihak bank terhadap kemungkinan terjadinya
kemacetan kredit dikemudian hari. Salah satu upaya untuk memperoleh pelunasan
kredit adalah melalui penjualan, pelelangan, atau pencairan jaminan yang
diserahkan oleh nasabah.
Penilaian terhadap suatu jaminan terkait pada berbagai hal dan
memperhatikan kondisi masing-masing jaminan. Perlu diketahui bahwa
pemberian kredit merupakan salah satu usaha bank dalam menyalurkan dananya
ke masyarakat dan merupakan suatu bentuk utang piutang. Sehubungan dengan
terjadinya suatu utang piutang, terdapat beberapa ketentuan dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang mengatur tentang harta nasabah dan
kedudukan nasabah terhadap harta nasabah tersebut.
Ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata merupakan sebagian dari
prinsip-prinsip hokum jaminan dalam rangka utang piutang di mayarakat.
Ketentuan tersebut merupakan suatu prinsip yang umum untuk mengatur jaminan
dari utang piutang.
a. Jaminan Kredit Perbankan
Dalam operasional perbankan, dapat diperhatikan bahwa pada umumnya
bank mensyaratkan secara tegas tentang penyerahan suatu jaminan dalam
rangka pemberian kredit. Jaminan dari nasabah bisa saja merupakan
jaminan miliknya atau pihak lain. Jaminan dari pihak lain dapat berupa
kebendaan atau bersifat perorangan.
43
b. Fungsi Jaminan Kredit Perbankan
Pemberian kredit merupakan kegiatan yang utama dari suatu bank dalam
menyalurkan dananya. Oleh karena itu, untuk menghindari risiko yang
dapat menghambat kegiatan bank umumnya terhadap pemberian kredit
tersebutdilakukan berbagai upaya pengamanan. Upaya pengamanan dapat
dilakukan dari segi hukum maupun teknis perkreditan. Penerimaan
merupakan salah satu upaya hukum untuk mengamankan pemberian kredit
tersebut. Walaupun pada prinsipnya upaya pelunasan kredit diharapkan
dapat dilakukan dari usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut, tetap
diharapkan cara pelunasan yang lain melalui penjualan jaminan sekiranya
nasabah wan prestasi di kemudian hari. Dengan demikian penerimaan
jaminan oleh bank merupakan suatu upaya lain untuk memperoleh
pelunasan atas kredit yang diberikan kepada nasabah. Dalam hal ini fungsi
jaminan kredit adalah untuk mengamankan pemberian kredit dari risiko
yang mungkin terjadi.
2.3.4
Pendekatan dalam Analisis Kredit
Dalam setiap penyaluran kredit, bank perlu meyakini kemampuan dan
kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang telah
disepakati atau dijanjikan. Dalam penilaian atau analisis permohonan kredit
nasabah, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang dipakai
di dalam proses analisis kredit itu sendiri dapat ditempuh melalui enam
pendekatan yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk kredit.
Pendekatan-pendekatan kredit tersebut dikemukakan oleh Veithzal Rivai
dan Andria Permana Veithzal dalam bukunya “Credit Management Handbook”
(2006:406-413) meliputi:
1. Character Approach
44
Pemberian kredit dengan pendekatan karakter ini untuk orang-orang
tertentu yang karakternya tidak diragukan lagi dan ini merupakan
pendekatan perkreditan yang paling murni karena perkreditan sendiri
merypakan suatu kepercayaan. Pada dasarnya dalam pendekatan ini
pemberian kredit didasarkan pada kepercayaan atas reputasi karakter
bisnis dari calon nasabah.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila:
a. bank telah mengenal dengan baik reputasi karakter dari calon nasabah;
b. antara bank dan calon nasabah masih dalam suatu sector usaha
sehingga bank telah mengetahui cirri-ciri system manajemen maupun
karakter pelaksanaannnya.
Namun dengan demikian, analisis dengan Character Approach ini
umumnya jarang diterapkan di bank, mengingat sulitnya penilaian karakter
seseorang nasabah walaupun dalam kenyataan hal ini terjadi.
2. Collateral Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan collateral ditujukan untuk
nasabah yang jaminannya sangat kuat dan likuid dan merupakan bentuk
pendekatan yang paling klasik dan paling sederhana. Dalam pendekatan
ini kredit akan diberikan apabila calon nasabah mempunyai jaminan yang
kuat atau memadai, baik ditinjau dari nilai ekonomis maupun yuridisnya
sehingga kreditnya menjadi aman.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila:
a.
kredit dijamin oleh guarantee atau standby L/C bank lain;
45
b.
kredit dijamin oleh surat-surat berharga (deposito atau sertifikat
deposito) yang belum jatuh tempo dan surat-surat berharga lain
yang mudah dipasarkan (marketable securities).
3. Repayment Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan pelunasan (Repayment
Approach) yang bersifat self
likuidating diman sumber pelunasannya
sudah jelas dan dikuasai bank yang pada intinya adalah mendasarkan pada
kemempuan pelunasan utang nasabah.
Dalam pendekatan ini, penilaian kemampuan pelunasan tidak
hanya dilihat dari sumber-sumber dana yang diciptakan oleh kegiatan
usdaha nasabah, melainkan juga sumber dana lainnya, yaitu dari pihak
ketiga atau dari likuidasi barang-barang jaminan yang diserahkan nasabah.
Pendekatan ini tepat digunakan apabila:
1)
kredit untuk bidang usaha kontraktor , dimana proses penagihan
hasil penyelesaian kontraknya telah diikat secara cessie;
2)
kredit untuk usaha kontraktor, supplier dengan bouwheer,
BUMN/departemen/pemerintah yang pembayarannya langsung
disalurkan melalui atau dikuasai bank.
Apabila calon nasabah telah mempunyai administrasi keuangan yang
cukup baik dan dapat dipercaya, maka untuk melihat kemampuan calon
nasabah untuk melunasi kreditnya, dapat didasarkan pada estimasi “cash
flow” dan dibandingkan dengan estimasi “source and uses of funds”
(sumber dan penggunaan dana) calon nasabah yang bersangkutan.
4. Feasibility Approach
46
Pemberian kredit dengan pendekatan kelayakan proyek usaha
calon nasabah (feasibility) ditujukan untuk proyek-proyek nasabah yang
memerlukan penelaahan
merupakan
pemberian
feasibility pada proyeknya secara teliti dan
yang
memerlukan
sikap
berhati-hati
bagi
bank.sering terjadi prouek usaha yang akan dibiayai masih merupakan
suatu rencana, belum ada realisasinya secara konkret. Proyek yang akan
dibiayai kredit bank masih berupa angan-angan nasabah atau masih berupa
suatu usulan proyek (project proposal).
Mengingat kondisi tersebut bank harus mampu menilai sejauh
mana proyek usaha calon sumber nasabah tersebut dapat melunasi semua
kewajibannya dengan sumber-sumber dana yang dapat dihimpun oleh
usaha itu sendiri. Suatu proyek akan mampu menghasilkan laba dan
menghasilkan dana untuk pelunasan kreditnya apabila proyek tersebut
cukup feasible (dapat secara layak dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan norma-norma bisnis yang berlaku). Pendekatan ini tepat digunakan
untuk usaha-usaha baru maupun lama yang mempunyai preospek usaha
yang cerah dibidang apapun.
5. Agent of Development Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan ini didasarkan pada fungsi
bank sebagai agen pembangunan dari suatu system perekonomian. Dengan
demikian bank akan melaksanakan fungsinya sebagi sarana moneter
(monetary device) dari penguasa moneter. Pemberian kredit disini meliputi
dua misi sekaligus, yaitu:
a. sebagai badan usaha adalah untuk mencari laba;
b. sebagai agen pembangunan lebih banyak bertindak dalan kegiatan
pembinaan (promotor) atas nasabahnya agar potensi nasabahnya dapat
47
dikembangkan semaksimal mungkin melalui pemberian kredit dan
pembinaan teknis, manajemen, pemasaran dan lain-lain.
Pemberian kredit dengan pendekatan ini meliputi kegiatan:
a. identifikasi dan pengembangan proyek yang bersifat potensial secara
ekonomis;
b. pengembangan
kewiraswastaan
(entrepreneurship)
dari
para
pengelolanya;
c. pengorganisasian proyek dari awal sampai dengan kredit dilunasi.
6. Relationship Approach
Pemberian kredit dengan pendekatan relationship ini ditujukan
untuk pricing nasabah, dan pemberian fasilitas kepada nasabah misalnya
immediate credit, pemberian kurs khusus dan lebih didasarkan pada besar
kecilnya volume relationship antara pihak bank dan nasabah misalnya
dalm negosiasi pemberian fasilitas lain kepada nasabah lama, seperti
pricing product dan jasa yang diberikan bank. Dasar pemberian kredit ini
berorientasi pada Cuctomer Profitability Analysis (CPA) dimana
prosfective customer tersebut minimal harus mempunyai return on risk
assets diatas standar yang belaku dibank.
Pendekatan ini selain bertujuan untuk memudahkan pemilihan jenis
analisis kredit, juga bermanfaat untuk:
1) mempercepat proses analisis kredit;
2) menetapkan teknik analisis kredit yang secepat-cepatnya;
3) memudahkan dalam proses administrasi dan pengawasan kredit.
48
2.4
Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuanya dan memenuhi
kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer
perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
2.4.1
Pengertian Kinerja
Terdapat beberapa definisi mengenai kinerja, yaitu:
Menurut Richard L. Daft (2002:15) yang dialih bahasakan oleh Emil
Salim, kinerja adalah:
“Kemampuan organisasi untuk meraih tujuan-tujuan melalui
pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:503), kinerja adalah:
“Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau
kemampuan kerja”.
Kemudian menurut Prawiro Suntoro (dalam buku Merry Dandian Panji)
mengemukakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dalam rangka mrncapai
tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.”
Sedangkan menurut Mulyadi (1997:419) dalam bukunya “Sistem
Akuntansi Perbankan Indonesia” sebagai barikut: “Penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasi suatu organisaasi, karyawan
berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang ditetapkan sebelumnya.”
Dari definisi-definisi diatas, dapat diketahui bahwa kinerja mempunyai
unsur-unsur yang terdiri dari:
1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan.
49
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan seperti
motivasi, kecakapan, persepsi peranan dan sebagainya.
3. Pencapaian tujuan organisasi.
4. Periode waktu tertentu.
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis mendefinisikan kinerja sebagai hasilhasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu.
Tingkat kesehatan keuangan merupakan alat ukur yang digunakan oleh
para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja perusahan. Kinerja
keuangan dapat diartikan sebagai prestasi organisasi atau perusahaan dinilai
secara kuantitatif dalam bentuk uang yang dapat dilihat dari segi pengelolaannya,
pergerakannya, maupun tujuannya.
Kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja atau sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Dalam bahasa inggris sering diartikan
dengan performance yang mempunyai arti pelaksanaan. Jika kedua pengertian ini
digabungkan maka pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001:415)
adalah sebagai berikut:
“Penilaian Kinerja adalah penentuan secara periodic efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar, dan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.”
Menurut Kasmir dalam bukunya “Manajemen Bank” (2004:29):
“Terdapat tiga alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja
sebuah bank, yaitu dengn menggunakan rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio rentabilitas.”
50
2.4.2
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupakebijakan manajer atau rencana formal yang
diuangkan dalam anggaran.
Adapun manfaat penilaian kinerja adalah untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efisien dan efektif melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan.
3. Mengidentifikasikan
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kreiteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka dalam menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.4.3
Pengukuran Kinerja
Menurut Moh. Pabundu Tika dalam bukunya “Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan”, menyebutkan bahwa ada beberapa cara untuk
mengukur kinerja perusahaan.
1.
Metode UCLA
Dalam metode UCLA dijelaskan bahwa penilaian kinerja dilakukan
dengan melakukan evaluasi-evaluasi yang terbagi kedalam lima macam
evaluasi, yaitu:
51
a. Sistem assessment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi
mengenai keadaan atau posisi suatu system. Evaluasi dengan
menggunakan model ini dapat menghasilkan antara lain informasi
mengenai posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang
tengah diselesaikan.
b. Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitasaktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhannya. Model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi
misalnya apakah promosi yang dilaksanakan telah sesuai dengan
segmentasi, target, dan posisinya dipasar.
c. Program implementation, yaitu evaluasi yang menyimpan evaluasi
yang menyiapkan apakah evaluasi telah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan. Model ini
dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah promosi yang dilaksanakan
telah sesuai dengan segmentasi, target, dan posisinya dipasar.
d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi
tentang bagaiman program barfungsi, bagaimana program bekerja,
bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat
mengganggu pelaksanaan kegiatan. Model ini digunakan untuk menilai
proses pelaksanaan promosi, apakah berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana, bagaimana penanggulangan masalah jika timbul
dalam implementasinya.
e. Program sertification, yaituevaluasi yang memeberikan informasi
mengenai nilai-nilai atau manfaat program. Model ini digunakan untuk
mengevaluasi apakah program berdampak pada konsumen potensial
yaitu mekin tertarik untuk menggunakan produk yang dibuat
perusahaan.
2.
Metode Balanced-Scorecard
52
Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah
kaartu yang dipakai untuk mencatat skor hasil inerja seseorang atau
sekelompok. Jadi balanced scorecard adalah metode untuk mengukur
kinerja seseorang atau sekelompok atau organisasi dengan nemggunakan
kartu untuk mengukur hasil kinerja. Balanced scorecard merupakan ide
untuk menyeimbangkan aspek keuangan dan non keuangan serta aspek
internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced scorecard lalu
dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan
mempertimbangkan empat aspek perspektif, yaitu pespektif keuangan,
proses bisnis internal, konsumen, dan proses belajar dan berkembang.
a. Perspektif Keuangan
Pengukuran
kinerja
keuangan
mengarah
kepada
perbaikan,
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan strategis. Adapun
perbaikan tercermin dari sasaran-sasaran yang terkait dengan laba.
Sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap siklus kehidupan bisnis.
Tahapan yang dimaksud terdiri dari tahap pertumbuhan, tahap
bertahan, tahap panen.
Tahap Pertama adalah Tahap Pertumbuhan (Growth)
Pada tahap ini perusahaan memiliki produk dan jasa dengan potensi
pertumbuhan yang baik. Pada tahap ini perusahaan beroperasi dengan
cash flow yang negative dan tingkat pengembalian modal yang rendah,
investasi yang ditanam memakan biaya yang lebih besar dibanding
dengan jumlah dana yang bias dihasilkan karena konsumen masih
terbatas.
Sasaran keuangan pada tahap pertumbuhan ini adalah menekankan
pengukuran tingkat pertumbuhan revenue atau penjualan dalam pasar
yang telah ditargetkan.
53
Tahap Kedua adalah Bertahan (Sustan)
Pada tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi
dengan
persyaratan
tingkat
pengembalian
yang
terbaik,
mempertahankan pangsa pasar atau mengembangkan. Sasaran
keuangan mengarah kepada pengembalian atas investasi yang telah
ditanam.
Tahap Ketiga adalah Panen (Harvest)
Pada tahap ini perusahaan melakukan panen atas investasinya.
Perusahaan tidak lagi melakukan investasi kecuali hanya bersifat
pemeliharaan atau perbaikan sarana dan prasarana yang ada. Sasaran
keuangan mengarah kepada memaksimalkan arus kas yang masuk ke
perusahaan.
b. Perspektif Pelanggan
Untuk memeuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan dan
menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen.
Adapun nilai lebih terjadi apabila manfaat yang diterima konsumen
dari produk dan jasa lebih tinggi dari biaya perolehannya.
Untuk pengukuran perspektif konsumen atau pelanggan digunakan
dua cara yaitu:
1. Kelompok pengukuran inti yakni mengukur kepuasan, loyalitas,
keterikatan, akuisisi konsumen dari pasar yang ditargetkan dan
profitabilitas pelanggan atau tungkat keuntungan yang diperoleh
dari target pasar yang dilayani.
54
2. Preposisi nilai pelanggan yakni merupakan kinerja pemicu yang
menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai
tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi komsumen yang
tinggi.
Preposisi nilai merupakan bambaran atribut yang disajikan
perusahaan dari produl dan jasa yang dijual untuk menciptakan
loyalitas dan kepuasan pelanggan.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan
purna jual.
1. Inovasi, merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk.
2. Operasi, merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan
dan transaksi jual beli dengan pelanggan.
3. Layanan purna jual, merupakan layanan transaksi jual beli produk
atau jasa.
d. Perspektif Proses Belajar dan Berkembang
Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan
organisasi. Proses pembelajaran dan berkembang dapat diukur melalui
kriteria sebagai berikut.
1. Kemampuan pegawai mencakup tingkat kepuasan pegawai, tingkat
perputaran pegawai, besarnya pendapatan perusahaan per pegawai,
nilai tambah pegawai, dan tingkat pengembalian balas jasa.
2. Kemampuan system informasi meliputi, ketersediaan informasi
yang dibutuhkan, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan
jangka waktu perolehan informasi.
55
3. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan.
Tolok ukurnya, jumlah saran pegawai, jumlah saran yang
direalisasikan, jumlah saran yang berhasil guna, dan jumlah
pegawai yang tahu visi, misi, dan tujuan perusahaan.
2.4.4
Pengukuran Kinerja Perkreditan
2.4.4.1 Berdasarkan Standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia
Mengawali tahun anggaran atau ketika rencana dan anggaran bank disusun
perlu diawali dengan melakukan performance analysis kondisi bank serta
perkreditan bank tersebut. Tujuan performance analysis dengan maksud agar
mengetahui kondisi bank serta kondisi perkreditan, juga sebagai tolok ukur dalam
penyaluran kredit pada tahun yang akan datang. Performance analysis ini perlu
dilakukan sebagai pedoman operasional bank berikutnya karena keberhasilan
bank dalam perkreditan juga akan sangat tergantung salah satunya pada
tersedianya dana.
Penilaian kesehatan bank sebagai salah satu kegiatan yang harus dilakukan
oleh setiap bank untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu bank, yang
selanjutnya akan menjadi pedoman dalam menata bisnis ke depannya. Metode
CAMEL merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengukur tingkat
kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Metode ini digunakan oleh
Bank Indonesia untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi
kinerja suatu bank. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Permodalan (capital adequacy)
Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus
sebagai berikut:
CAR =
Modal
× 100%
ATMR
56
Keterangan:
•
Modal adalah harta yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
•
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrasi
sebagimana
yang
tercermin
dalam
kewajiban
yang
bersifat
kesinambungan dan atau komitmen yang disediakan bank bagi pihak
ketiga.
Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan
bobot risiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah, pinjaman
serta sifat agunan. Dapat ditambahkan untuk yang kira-kira penarikannya
dilakukan secara bertahap, bobot risiko dihitung bersadarkan besarnya
penarikan kredit tahap yang bersangkutan.
b. Asset Quality (kualitas aktiva produktif)
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut:
AssetQuality =
PenyisihanPenghapusanAktiva Pr oduktif
× 100%
Aktiva Pr oduktif
Keterangan:
• Aktiva produktif adalah penanaman dana daik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang
dibeli dengan janji dijual kembali (reserverepo), tagihan derivative,
tagihan aksepasi penempatan dana pada bank lain, penyertaan dan
lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
57
c. Management (manajemen)
Management didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen
aktiva, manajemen rentabilitas, menejemen likuiditas, dan menejemen
umum. Manajemen bank dinilai atas 250 pertanyaan yang diajukan oleh
BI dan hanya dapat dijawab oleh pejabat bank yang bersangkutan.
Pertanyaan dan jawaban tersebut tidak dapat dipublikasikan oleh bank
tersebut.
d. Earning Ability (Rentabilitas)
Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan
bank dalam menciptakan laba. Penilaian pada faktor ini didasarkan pada
dua macam, yaitu:
1) Rasio laba terhadap total aset atau yang biasa disebut Retuen On Assets
(ROA), yang dapat dicari dengan rumes sebagai berikut:
ROA =
Laba ( EBT )
× 100%
TotalAsset
2) Rasio laba terhadap Equity Capital atau yang biasa disebut dengan
Return On Equity (ROE), yang dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
ROE =
Laba ( EAT )
× 100%
Modal
3) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
BOPO =
BiayaOperasional
× 100%
Pendapa tan Opersional
58
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian ini dilakukan untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas
bank didasarkan pada dua macam rasio yaitu:
1) Rasio jumlah kewajiban bersih call momey terhadap aktiva lancar.
Yang termasuk aktiva lancar adalah kas, giro pada Bank Indonesia,
sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat Berharga Pasar Uang
(SPBU).
2) Rasio antara kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh
bank, biasanya disebut dengan Loan to Deposits Ratio (LDR). Besar
rasio ini tidak diperbolehkan lebih dari 110%. Rasio ini dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut:
LDR =
TotalPinjamanYangDiberikan(kredit )
× 100%
TotalDanaMasyarakat ÷ Modal int i
Selain beberapa hal diatas terdapat beberapa batasan-batasan lain yang
harus dipatuhi setiap bank nasional seperti:
1).
Batasan Maksimal Pemberian Kredit
Batas maksimal penyediaan dana yang diperkenankan untuk
dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.
Yang dimaksud peminjam adalah nasabah perorangan atau badan yang
memperoleh satu atau lebih fasilitas penyediaan dana, sedangkan yang
dimaksud kelompok peminjam adalah kumpulan peminjam yang satu
sama lain mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan
atau hubungan keuangan.
2).
Giro wajib minimum.
59
Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para
pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja suatu perusahaan.
Performance suatu perusahaan adalah melalui laporan keuangan
perusahaan tersebut. Dalam laporan keuangan tersebut dapat diketahui
keadaan financial dan hasi-hasil yang dicapai perusahaan dalam periode
tertentu.
Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melakukan analisis
atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari laporan keuangan
tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki bank
sehingga manjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan.
2.4.4.2 Penilaian Melalui Analysis Rasio
Selain rasio-rasio diatas rasio berikut ini lazim juga untuk mengetahui atau
mengukur performance bank dan perkreditan bank, antara lain sebagai berikut.
a. Cash Ratio
CashRatio =
AssetLiquid
× 100%
PinjamanyangHarusSegeraDibayar
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali
simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan aset likuid yang
dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi pula
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, akan tetapi dalam
praktiknya dapat mempengaruhi profitabilitasnya.
b. Reserve Requirement
Re serve Re quirement =
JumlahAssetLikuid
× 100%
JumlahDanaMasyarakat ( DanaPihakke − 3)
60
Rasio ini bisa juga disebut dengan likuiditas wajib minimum (GWM =
Giro Wajib Minimum), yaitu simpanan minimum yang wajib dipelihara
atau disimpan pada rekening giro Bank Indonesia bagi semua bank.
c. Loan to Asset Ratio
LoantoAssetRatio =
JumlahKredityangDiberikan
× 100%
JumlahAsset
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
menunjukan kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank.
Semakin tinggi rasio ini, artinya tingkat likuiditasnya semakin kecil karena
jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar.
d. Rasio Kewajiban Bersih (call money)
RasioKewajibanBersihCallMoney =
KewajibanBersih
× 100%
AktivaLancar
Rasio ini menunjukan besarnya kewajiban bersih call money terhadap
aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank. Jika rasio ini
semakin kecil nilainya, suatu bank yang dikatakan likuid jika bank dapat
segera menutup kewajiban dalam kegiatan pasar uang antar bank dengan
alat likuidnya yang dimilikinya.
61
e. Net Profit Margin (NPM) Ratio
NPM =
LabaBersih
× 100%
Pendapa tan Operasional
Perhitungan rasio ini mengacu pada pendapatan operasional bank yang
terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang pada praktiknya
memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (non-performing loan),
bunga (negative spread), kurs valas (jika diberikan dalam valuta asing),
dan lain-lain.
f. Debt to Equity Ratio(DER)
DER =
JumlahU tan g
× 100%
JumlahModalSendiri
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup
sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka
pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Atau dikatakan
pula rasio ini mengukur seberapa besar pasiva yang terdiri atas persentase
modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya utang.
Disadari bahwa sebagian besar sumber dana bank berasal dari masyarakat
(dana masyarakat), yang berupa giro, deposito berjangka, dan tabungan,
sehingga hanya sebagian kecil yang bersumber dari dana sendiri. Selain
itu, bank juga memperoleh pinjaman dari bank (Bank Indonesia dan bankbank lain) ataupun lembaga keuanga, baik dalam maupun luar negeri.
g. Long Term Debt to Asset Ratio
LongTermDebtToAssetRatio =
U tan gJangkaPanjang
× 100%
TotalAktiva
62
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva
dibiayai dananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang.
Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang biasanya diperoleh dari
simpanan jangka panjang deposito berjangka diatas satu tahun, dana
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain (dalam dan luar negeri),
pinjaman dari pemegang pemilik (pemegang saham).
h.
Interest Margin
InterestMrgin =
i.
InterestIncome − InterestExpense
× 100%
EarningAsset / Aktiva Pr oduktif
Interest Margin
InterestM arg in =
j.
InterestIncome − InterestExpense
× 100%
TotalLoan
Credit Risk Ratio
CreditRiskRatio =
k.
TotalLoan
× 100%
TotalDanaMasyarakat
Yield on Credit
YieldOnCredit =
R( ALO ) ÷ EA
× 100%
ALO − (1 − RR)( FCD)
Catatan:
Y
= Yield on credit
R
= Nominal interest rate
ALO = Average loan outstanding
63
RR
= Reserve requirement and overage idle funds
FCD
= Free collected deposits
EA
= Effective addition to nominal rate of interest
CFU
= Commotment fee charges on in used commitment
U
= Utilization ALO:Commitment
Perhitungan ini dimaksudkan adalah untuk membandingkan antara
pendapatan yang diterima oleh bank dalam setiap pemberian kredit, yaitu
pendapatan bunga (interest income) dan pendapatan provisi kredit atau
commitment fee. Semakin tinggi Yield
yang diperoleh artinya akan
semakin sehat perkreditan suatu bank.
2.4.5
Efektivitas Kinerja
Kata efektif berasal dari bahasa inggris effective artinya berhasil. Sesuatu
yang dilakukan berhasil dengna baik. Robbins (1994) mendefinisikan efektivitas
sebagai tingkat pencapaian organisasi jangka pendek dan jangka panjang.
Menurut Moh. Pabundu Tika dalam bukunya “Budaya Organisasi dan
Peningkatan Kinerja Perusahaan” (2006:129) menyebutkan bahwa karakteristik
umum dari perusahaan-perusahaan efektif terdiri dari:
1. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan.
2. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengeti secara penuh
kebutuhan pelanggan.
3. Memberi para pegawai tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk
semangat kewirausahaan.
4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi dengan para
pegawainya.
64
5. Para pegawai mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan para
manajernya terlibat aktif pada masalah di semua tingkatan.
6. Selalu dejat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami.
7. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan
jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung.
8. Menggabungkan kontrol yang ketat dan desentralisasi untuk
mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar
di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan risiko serta
inovasi.
2.5
Hubungan Analisis Kredit dengan Kinerja Bank
Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan
dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kredit dapat diketahui
apakah usaha nasabah layak (feasible), marketable (hasil usaha dapat dipasarkan),
profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu. Sebelum membuat
keputusan memberikan kredit terhadap nasabahnya, pihak bank melakukan
analisis dengan memperhatikan prinsip 5C dari keadaan nasabah. Dengan prinsip
5C yang telah dijelaskan sebelumnya, pihak bank dapat menilai mengenai kondisi
nasabah baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam usahanya. Selain prinsip
5C, dalam analisis kredit juga terdapat aspek-aspek yang perlu di analisis yaitu
meliputi aspek yuridis, aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek
teknik, aspek keuangan, dan aspek jaminan. Serta terdapat beberapa pendekatanpendekatan yang perlu di perhatikan untuk mengetahui usaha calon nasabah yaitu
character approach, collateral approach, repayment approach, feasibility
approach, agent of development approach, relationship approach. Dari analisis
yang dilakukan bank dapat mengambil suatu keputusan dalam pemberian kredit
pada calon nasabahnya.
65
Bank dapat memutuskan kelayakan pemberian kredit pada nasabah karena
bank dapat menilai kemampuan nasabah dari hasil analisis kredit. Keputusan
pemberian kredit pada nasabah merupakan suatu upaya bank dalam menyalurkan
dana pada masyarakat untuk memperoleh keuntungan juga dari usaha yang
dijalankan oleh nasabah secara tidak langsung yaitu dari bunga yang ditetapkan
pihak bank.
Dengan adanya analisis kredit akan menghasilkan suatu keputusan kredit
yang merupakan bagian dari strategi bank untuk meningkatkan kinerjanya. Proses
pengambilan keputusan kredit merupakan salah satu unsur atau kegiatan yang
dilakukan untuk mewujudkan suatu kinerja. Adapun fungsi kegiatan lain yang
terkait dengan kinerja bank menurut M. Pabundu Tika (122-124) yaitu strategi,
pemasaran, operasional, sumber daya manusia dan keuangan.
a. Strategi
Strategi terkait dengan misi, strategi bisnis yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan lingkungan bisnis. Strategi bisnis mencakup
perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Komponen-komponen yang
dipakai untuk menganalisis strategi perusahaan terdiri dari dimensi
kekuatan bisnis dan dimensi daya tarik perusahaan. Dimensi kekuatan
bisnis perbankan terdiri dari target tiap bulan, potensi penyaluran kredit
per bulan, tingkat kepercayaan masyarakat menyimpan dana di bank baik
dalam bentuk tabungan maupun deposito, jumlah transaksi pemasukan dan
pengeluaran per bulan. Sedangkan dimensi yang meenjadi daya tarik
perusahaan dalam perbankan adalah dalihat dari tingkat kepercayaan
nasabah terhadap bank.
b. Pemasaran
Peran utama dalam manajemen pemasaran adalah membuat keputusan
mengenai aspek kredit. Evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan
target atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya:
66
1) Segmentasi, target, dan posisi produk.
2) Strategi bersaing yang diterapkan
3) Tingkat kepercayaan nasabah.
4) Market share yang dikuasai bank.
c. Operasional
Hal-hal yang menyangkut operasional perusahaan antara lain sebagai
berikut:
1) Kualitas pelayanan, yakni seberapa jauh bank memberikan
pelayanan yang baik kepada nasabahnya sehingga dapat bersaing
dari segi pelayanan.
2) Teknologi yang digunakan, yakni apakah teknologi yang
digunakan perusahaan mengikuti perkembangan dunia pada saat
ini atau atau sudah ketinggalan zaman. Kondisi ini perlu
diperhitungkan sesuai dengan keinginan pelanggan.
3) Kapasitas, yakni seberapa besar kapasitas dari sumber daya yang
ada.
d. Sumber Daya Manusia
Beberapa hal penting dari sumber daya manusia yang perlu
dievaluasi antara lainmengenai produktivitas kerja, pelatihan dan
pengembangan, serta kepemimpinan. Program pelatihan ditujukan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan
bertujuan untuk menyiapkan pegawainya memangku jabatan tertentu di
masa yang akan datang. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan
antara lain untuk menutupi gap antara kecakapan karyawan dan
67
permintaan jabatan selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
e. Keuangan
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau
kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya
peningkatan atau memaksimalisasi nilai pasar atas harga saham
perusahaan yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena
dalam praktiknya tujuan ini selalu dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
dibidang keuangan. Tujuan mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan
adalah untuk mengetahui apakah realisasi investasi telah sesuai dengan
yang
diharapkan.
Analisisnya
dilakukan
dengan
membandingkan
pengeluaran dan pemasukan, ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan
membayar utang, dan menilai perkembangan usaha.
Dengan dilakukannya analisis kredit dapat diketahui bila telah terjadi
penyimpangan-penyimpangan
kebijakan
maupun
dalam
anggaran
bank.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak boleh dibiarkan berkelanjutan tanpa
adanya tidak lanjut karena akan menurunkan kinerja bank yang tentunya akan
berdampak pada kemampuan bank dalam menciptakan laba.
Selanjutnya dikatakan oleh Harrington (1991:1) bahwa:
“The financial performance of corporation vital interest of many groups
and individual”. Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan bank yang tergambar dalam laporan keuangan menjadi perhatian utama
pemakai laporan tersebut. Oleh karena itu, manajemen bank harus selalu berusaha
untukmeningkatkan kinerjanya dari periode ke periode.
Hubungan antara kesehatan bank dengan analisis kinerja bank adalah
seperti yang dikatakan oleh Martin (1991:421) yaitu: “Financial analysis
involve the assessment of a firm past, anticipated future financial condition.
The objective is to identify and weeknessin the firm’s to determine any strenght
68
the firm’s ight capitalize upon” dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Kinerja laporan keuangan dapat dapat dilihat dari laporan keuangan
selanjutnya dari kinerja tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan
bank, yaitu dengan cara menganalisis atau menginterpretasi terhadap
laporan keuangan.
2.
Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank untuk membantu
mereka dalam proses pengambilan keputusan.
3.
Dari hasil analisis terhadap kinerja perusahaan dapat mmbantu
manajemen dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kondisi
keuangan di masa yang akan datang.
Dalam menerbitkan laporan keuangan bank, ada beberapa karakteristik
kualitatif laporan keuangan bank yang merupakan ciri informasi laporan keuangan
bank dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang harus
dipenuhi. Karakteristik laporan keuangan bank menurut Indra Bastian
Suhardjono dalam bukunya “Akuntansi Perbankan”, (2006:84-85) antara lain:
1.
Dapat dipahami
Informasi laporan keuangan ban harus mudah dipahami oleh
pengguna. Untuk memenuhi maksud ini pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis serta akintansi.
2.
Relevan
Informasi dalam laporan keuangan bank harus relevan untuk
memenuhi
kebutuhan
pengguna
dalam
proses
pengambilan
keputusan. Informasi akan mempunyai kualitas apabila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna.
69
3.
Objektivitas
Laporan keuangan bank akan bermanfaat jika disajikan secara
objektif dan dapat diverifikasi. Oleh karena itu, pencatatan transaksi
keuangan seharusnya didasarkan pada faktur atau bukti asli,
perhitungan fisik, dan sedapat mungkin bukti didasarkan pada fakta
yang objektif. Jadi informasi harus disajikan terlepas dari
kepentingan pribadi atau golongan, sehinggga tercapai sasaran
penyampaian informasi yang dimaksudkan.
4.
Keandalan
Laporan
keuangan
agar
bermanfaat
bagi
pengguna
harus
memberikan informasi yang andal (reliable). Informasi mempunyai
kualitas yang andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai
pnyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.
5.
Tepat waktu
Laporan keuangan agar bermanfaat bagi pengguna apabila disajikan
tepat waktu, laporan keuangan yang telambat disajikan tidak akan
bermanfaat bagi penggunanya.
Download