Perhatian Antropologi Terhadap Religi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Antropologi
Sistem Religi
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
MK61005
Holy Greata Singadimedja, M.Si
Abstract
Kompetensi
Dalam Modul ini akan dibahas
mengenai pengertian religi atau agama
dan unsure-unsur nya
Mahasiswa diharapkan dapat
memahami serta menghormati nilai-nilai
kepercayaan masyarakat
Perhatian Antropologi Terhadap Religi
Sejak lama, ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan suatu himpunan
tulisan mengenai adat-istiadat yang aneh-aneh dari suku-suku bangsa di luar Eropa, religi
telah menjadi suatu pokok penting dalam buku-buku para pengarang tulisan etnograpfi
mengenai suku-suku bangsa itu.
Ketika bahan etnografi digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap bahan
mengani upacara keagamaan itu sangat besar. Sebenarnya ada dua hal yang
menyebabkan perhatian yang sangat besar, yaitu: (a)Upacara keagamaan dalam
kebudayaan suatu bangsa biasanya merupakan unsure kebudayaan yang tampak secara
lahir; (b) bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teoriteori tentang asal mula religi.
Para pengarang etnografi yang datang dalam masyarakat suatu suku bangsa tertentu, akan
segera tertarik pada upacara-upacara keagamaan suku bangsa itu, karena upacara-upacara
itu pada lahirnya berbeda sekali dengan upacara keagamaan dalam agama bangsa-bangsa
Eropa itu sendiri, yaitu Nasrani. Hal-hal yang berbeda itu sejak dahulu selalu dianggap aneh,
dan justru karena keanehannya itu menarik perhatian. Masalah asal mula suatu unsure
universal seperti religi, artinya masalah penyebab manusia percaya pada adaya suatu
kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya, dan penyebab manusia itu
melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beragam untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan dengan kekuatan tadi, telah lama menjadi pusat perhatian banyak orang di Eropa,
dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya. Dalam usaha untuk memecahkan masalah asal
mula religi, para ahli biasanya menganggap religi suku-suku bangsa di luar Eropa sebagai
sisa-sisa dari bentuk-bentuk religi kuno, yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu, juga oleh orang Eropa ketika kebudayaan mereka masih berada pada tingkat
yang primitive.
Dalam memecahkan masalah asal mula dari suatu gejala, sudah jelas orang akan melihat
pada sesuatu yang dianggapnya sisa-sisa bentuk-bentuk tua dari gejala itu. Dengan
demikian bahan etnografi mengenai upacara keagamaan dari berbagai suku bangsa di
dunia sangat banyak diperhatikan dalam usaha menyusun teori-teori tentang asal mula
agama.
2014
2
Antropologi
Holy Greata Singadimedja, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sistem Religi vs Sistem Ilmu Gaib
Semua aktivitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran
jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan (religious emotion). Emosi keagamaan ini
biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin hanya
berlangsung selama beberaapa detik saja, untuk kemudia hilang lagi. Emosi keagamaan
itulah yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Pada
intinya, emosi keagamaan menyebabkan suatu benda, suatu tindakan, atau gagasan
mendapat suatu nilai keramat (sacred value) dan dianggap keramat. Demikian juga pada
benda-benda, tindakan-tindakan dan gagasan-gagasan yang biasanya tidak keramat
(profane), bila dihadapi oleh manusia yang dihinggapi oleh emosi keagamaan sehingga ia
seolah-olah terpesona, maka benda-benda, tindakan-tindakan serta gagasan-gagasan tadi
menjadi keramat.
Sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin
memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian, emosi
keagamaan merupakan unsure penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsure yang
lain, yaitu:
a. Sistem Keyakinan
b. Sistem Upacaya Keagamaan
c. Umat yang menganut religi itu.
Sistem keyakinan secara khusus mengandung banyak sub-unsur. Mengenai ini para ahli
antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap konsepsi tentang dewa-dewa yang baik
maupun yang jahat; sifat dan tanda dewa-dewa; konsepsi tentang mahluk-mahluk halus
lainnya seperti roh-roh leluhur, roh-roh lain yang baik maupun yang jahat, hantu dan lainlain; konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya dunia dan
alam, masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam; konsepsi tentang hidup dan
maut; konsepsi tentang dunia roh, dunia akhirat dan lain-lain.
Sistem kepercayaan dan gagasan, pelajaran, aturan agama, dongeng suci tentang riwayat
dewa-dewa (mitologi), biasanya tercantm dalam suatu himpunan buku-buku yang biasanya
juga dianggap sebagai kesusastraan suci.
Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung 4 aspek yang menjadi perhatian
khusus dari para ahli antropologi,yaitu:
2014
3
Antropologi
Holy Greata Singadimedja, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Tempat upacara keagamaan dilaksanakan – berkaitan dengan tempat-tempat
keramat upacara dilakukan, seperti makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau,
mesjid dan lain sebagainya.
b. Saat-saat upacara dijalankan – berkaitan dengan saat-saat beribadah, hari-hari
keramat dan sebagainya.
c. Benda-benda dan alat upacara – berkaitan dengan benda-benda yang dipakai dalam
upacara, termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat bunyibunyian seperti lonceng suci, seruling suci, gendering suci, dan sebagainya
d. Orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara – berkaitan dengan pelaku
upacara keagamaan, yaitu para pendeta, biksu, syaman, dukun dan lainnya.
Upacara-upacara itu sendiri juga terdiri dari banyak unsur, yaitu:
a. Bersaji
b. Berkorban
c. Berdoa
d. Makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa
e. Menari tarian suci
f.
Menyanyi nyanyian suci
g. Berprosesi dan atau berpawai
h. Memainkan seni drama suci
i.
Berpuasa
j.
Intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan obat bius sampai kerasukan, mabuk
k. Bertapa
l.
Bersemedi
Diantara unsur-unsur upacar keagamaan tersebut ada yang dianggap penting sekali
dalam satu agama, tetapi tidak dikenal di agama yang lain, dan demikian juga sebaliknya.
Suatu upacar biasanya mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari sejumlah unsur.
Sub-unsur ketiga dalam religi adalah umat yang menganut agama atau religi yang
bersangkutan. Secara khusus sub-unsur ini meliputi masalah pengikut suatu agama,
hubungan satu dengan yang lain, hubungannya dengan para pemimpin agama, baik saat
upacara keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari; dan akhirnya sub-unsur ini juga
meliputi masalah seperti organisasi para umat, kewajiban serta hak-hak para penganutnya.
Pokok-pokok khusus dalam sistem ilmu gaib pada lahirnya memang sering kali tampak
sama dengan dalam sistem religi. Dalam ilmu gaib sering terdapat konsepsi-konsepsi dan
ajaran-ajarannya. Ilmu gaib juga mempunyai sekelompok manusia yang yakin dan
2014
4
Antropologi
Holy Greata Singadimedja, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjalankan ilmu gaib itu untuk mencapai suatu maksud. Selain itu, upacar gaib juga
mempunyai aspek-aspek yang sama artinya; ada pemimpin atau pelaku, yaitu dukun; ada
saat-saat tertentu untuk mengadakan upacara (biasanya pada hari-hari keramat); ada
peralatan untuk melakukan upacara dan ada tempat tertentu untuk pelaksanaan upacara.
Akhirnya, suatu upacara ilmu gaib sering kali juga mengandung unsure-unsur upacara yang
sama dengan upacara religi pada umumnya.
Walaupun pada akhirnya religi dan ilmu gaib sering terlihat sama, walaupun sukar untuk
menentukan batas dari upacara yang bersifat religi dan upacara yang bersifat ilmu gaib,
pada sadarnya terdapat perbedaan yang sangat besar antara religi dan ilmu gaib.
Perbedaan mendasar antara religi dan ilmu gaib terletak pada sikap manusia saat ia sedang
menjalankan ritual keagamaannya. Manusia yang menjalankan ritual agama bersikap
menyerahkan diri pada Tuhan, kepada dewa-dewa, kepada roh nenek moyang, yang pada
intinya menyerahkan diri sepenuhnya pada kekuatan tinggi yang disembahnya. Dalam hal
ini, b iasanya manusia sedang terhinggapi suatu emosi keagamaan.
Hal yang berbeda terjadi pada saat menjalankan ilmu gaib. Manusia berusaha
memperlakukan kekuatan-kekuatan tinggi dan gaib agar menjalankan kehendaknya dan
berbuat apa yang ingin dicapainya.
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi jilid 1. JAKARTA: Rineka Cipta.
Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta:
Universitas Trisakti
Saifuddin, Fedyani achmad. 2005. Antropologi kontemporer: suatu pengantar kritis
mengenai paradigma. Jakarta: Prenada Media.
Wiranata, I Gede A.B, 2002. Antropologi Budaya. Lampung: Citra Adtya Bakti.
2014
5
Antropologi
Holy Greata Singadimedja, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download