Keterkaitan faktor lingkungan perairan terhadap

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Karang
Hewan karang batu umumnya merupakan koloni yang terdiri atas banyak
individu berupa polip yang bentuk dasarnya seperti mangkok dengan tepian
benunbai (tentakel). Ukuran polip ini umumnya sangat kecil (beberapa mm) tetapi
ada pula yang beberapa cm seperti fungia (Sutarna dan Sumadhiharga, 1989).
Didalam jaringan polip karang, hidup berjuta juta tumbuhan mikroskopis
yang dikenal sebagai zooxanthellae yang keduanya mempunyai hubungan
simbiosis mutualistik atau saling menguntungkan. Zooxanthellae melalui proses
fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga
membantu proses pembentukan kerangka kapur. Sebaliknya polip karang
menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, phosfat dan nitrogen
yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan pertumbuhannya.
Selain simbiont berupa zooxanthellae, pada koloni karang dapat pula ditemukan
alga filamen Cfilamentousalgae) (Suharsono, 1996).
Karang termasuk salah satu dari keluarga besar biota laut yang mempunyai
sengat atau lebih dikenal sebagai Cnidaria (cnida adalah jelatang) dan keluarga
besar jelatang dalam sejarah evolusinya adalah biota-biota laut yang dapat
menghasilkan kerangka kapur didalam jaringan tubuhnya (Sukamo, 1995).
Cnidaria dibagi menjadi dua yaitu hydrozoa dan anthozoa yang merupakan
biota-biota yang mempunyai skeleton dalam tubuhnya, Hydrozoa terdiri dari
Millepora dan Stylasterina. Millepora (mille adalah seribu, pora adalah lubang)
atau yang lebih dikenal sebagai karang api. Stylasterina (Style adalah paku, aster
adalah binatang) yaitu binatang kecil dan yang hidup tersembunyi di dinding gua
dan bukan merupakan pembentuk terurnbu. Kelompok anthozoa dikenal antara
lain adalah Stolonifera, Ctenothecalia dan Scleractinia (Tomascik, 1991).
Stolonifera (Stolon adalah cabang, fera adalah bersambungan) yang
termasuk dalam kelompok ini adalah karacg suling yang berwarna merah
(Tubipora musica). Coenothecalia (Coeno adalah berbagi, theca adalah kotak)
yang terrnasuk kelompok ini merupakan karang pembentuk terurnbu yang terdiri
satu jenis yaitu karang biru (Heliopora coerulea). Sedangkan Scleractinia (Sclera
adalah keras, actinia adalah sinar) atau lebih dikenal dengan nama karang batu
meliputi jenis-jenis karang pembentuk terumbu karang yang utama (Sukarno,
1995).
Ordo Scleractinia yang ada di Indo Pasifik dibagi menjadi 16 farnili dan 72
genus (Wells, 1967) yaitu :
Famili Astrocoeniidae (genus: Stylocoeniella)
Famili Pocilloporidae (genus : Pocillopora, Madracis, Seriatopora,
Stylophora, Palauastrea)
Famili Acroporidae (genus :Acropora, Anacropora, Montipora, Astreopora)
Famili Fungiidae (genus : Sandalolitha, Fungia, Heliofungia, Diaseris,
Zoopilus, Ctenactis, Podabacea).
Famili Agariciidae (gsnus : Gardineroseris, Pavona, Leptoseris, Coeloseris,
Pachyseris)
Famili Siderastreidae (genus : Pseudosiderastrea, Coscinaraea, Psammocora)
Famili Poritidae (genus : Porites, Alveopora, Goniopora)
Famili Faviidae (genus : Caulastrea, Plesiastrea, Favia, Favites, Oulophylliu,
Goniastrea, Platygyra, Leptoria, Montastrea, Diploastrea, Leptastrea,
Cyphastrea, Oulastrea , Echinophora)
Famili Trachyphylliidae (genus : Trachyphyllia,Wellsophyllia)
Famili Oculinidae (genus : Archelia, Galaxea)
Famili Merulinidae (genus : Hydnophora,Merulina,ScapophylIia).
Famili Mussidae (genus : Acanthastrea, Symphyllia, Lobophyllia, Scolymia,
Cynaria, Blastomusa)
Famili Pectiniidae (genus : Pectinia, Echinophyllia,Oxypora, Mycediurn)
Famili Caryophyllidae (genus : Eup,!zylIia, Catalaphyllia, Plerogyra,
Physogyra)
Famili Dendrophylliidue (genus : Turbinaria,Tubastrea, Dendrophyllia)
Pertumbuhan Karang
Kebutuhan utama untuk aktifnya pertumbuhan karang adalah cahaya.
Karang yang berada dalam tempat yang teduh atau terhindar dari cahaya maka
pertumbuhannya akan terhenti dan jika cahaya yang diberikan tidak cukup maka
7
ia akan mati. Kebutchan cahaya ini adalah untuk kepentingan fotosintesis
zooxanthellae yang berfungsi untuk meningkatkan laju proses mengeras menjadi
kapur (kalsifikasi) yang dilakukan oleh karang dan dalam laju pertumbuhan
koloni karang (Goreau et al., 1982).
Laju pertumbuhan koloni-koloni karang berbeda satu sama lainnya. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan jenis, umur koloni dan daerah suatu terurnbu.
Koloni yang muda dan kecil cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada kolonikoloni yang tua, koloni yang besar dan bercabang atau karang seperti daun
cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang otak (massive).
Terumbu karang hanya dapat tumbuh berkembang pada daerah tropik,
sehingga ada 2 kelompok karang yang berbeda (Endean, 1976) yaitu :
1. Hermatypic yaitu karang yang dapat menghasilkan terumbu (hanya terdapat
pada daerah tropic dan terdapat zooxanthellae)
2. Ahermatypic yaitu karang yang tidak dapat menghasilkan terumbu (tersebar
diseluruh dunia dan tidak terdapat zooxanthellae).
Bentuk pertumbuhan dari spesies karang juga bervariasi, bergantung pada
lokasi karang. Berbeda dengan spesies yang sama yang terdapat diperairan
dangkal spesies karang yang terdapat diperairan yang lebih dalam mempunyai
bentuk lebih tipis dan kurus dikarenakan kurangnya kalsifikasi. Gerakan
gelombang cenderung memaksa spesies bercabang mempunyai cabang yang
pendek datl tumpul sehingga msnyebabkan bentuk percabangan menyesuaikan
arah tertentu (Bengen dan Widnugraheni, 1995).
Menurut Hutomo (1995) ada dua kelompok predator yang mampu merusak
pertumbuhan koloni karang secara alamiah yaitu :
Acanthaster plancii, bintang laut bertangan banyak yang berukuran sangat
besar, yang memakan jaringan karang hidup.
Kelompok ikan yang secara aktif sebagai pemakan koloni-koloni karang yaitu
jenis ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kuli pasir (Monacanthidae), ikan
pakol (Balistidae), ikan kepe kepe (Chaetodontidae).
Kelompok multivora (Omnovora) yang memindahkan polip karang untuk
mendapatkan alga di dalam kerangka karang atau berbagai invertebrata yang
8
hidup dalam lubang
kerangka yaitu ikan gron (Acanthuriciae) dan ikan
kakatua (Scaridae ).
Polip dan koloni karang terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna
seperti karang otak yang tergulung, karang tanduk rusa Acropora yang tumbuh
cepat, karang kipas benvarna merah dan karzng lunak dengan tentakel mirip bulu
misalnya genus Dendronephthya dan Xenia (Morton, 1990).
Karakteristik Ikan Karang
Perairaq karang merupakan perairan yang cukup subur sehingga banyak
jenis ikan karang yang berkorelasi dengan karang menunjukkan tingkah laku
teritorial, ,pola berbiak dan jarang berkeliaran jauh dari ekosistem karang sebagai
sumber persediaan makanan serta tempat berlindung dari predator (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
Ikan-ikan karang sebagian besar adalah ikan bertulang keras (Teleastei) dari
farnili Perciformes. Kelompok yang paling karakteristik dilihat dari aspek
kaitannya yang sangat erat dengan lingkungan terumbu karang (Djamali, 1995)
adalah :
Famili Labridei : ikan cina-cina (Labridae), ikan kakatua (Scaridae) dan ikan
betok (Pomacentridae).
Famili Acanthuroidae : ikan butana (Acanthuridae), ikan beronang (Siganidae)
dan ikan bendera/moorish idcl (Zanclidae)
Famili Chaetodontoidae : ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae) dan ikan
kambing-itambing (Pomacantidae).
Famili Blennidae dan Gobiidae (ikan gelodok) yang mencirikan sangat kuat
sifat ikan demersal dan menetap.
Famili Apogonidae (ikan beseng) yang aktif pada malam hari (nocturnal) dan
memangsa hewan invertebrata dan ikan-ikan kecil.
Famili Ostraciidae dan Tetraodontidae (ikan buntal) serta Balestidae (ikan
pokol) yang tidak banyak jumlahnya akan tetapi sangat menarik bentuk dan
wamanya.
Jenis ikan
penting
yang berada diperairan karang dibedakan atas 2 golongan
yaitu : ikan hias (ornamentaljshes) dan ikan konsumsi Vbodjshes).
9
hidup dalam bang
kerangka yaitu ikan gron (Acanthuridae) dan ikan
kakatua (Scaridae ).
Polip dan koloni karang terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna
seperti karang otak yang tergulung, karang tanduk rusa Acropora yang tumbuh
cepat, karang kipas berwarna merah dan karang lunak dengan tentakel mirip bulu
misalnya genus Dendronephthya dan Xenia (Morton, 1990).
Karakteristik Ikan Karang
Perairan karang merupakan perairan yang cukup subur sehingga banyak
jenis ikan karang yang berkorelasi dengan karang menunjukkan tingkah laku
teritorial, , pola berbiak dan jarang berkeliaran jauh dari ekosistem karang sebagai
sumber persediaan makanan serta tempat berlindung dari predator (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
Ikan-ikan karang sebagian besar adalah ikan bertulang keras (Teleastei) dari
famili Perciformes. Kelompok yang paling karakteristik dilihat dari aspek
kaitannya yang sangat erat dengan lingkungan terumbu karang (Djamali, 1995)
adalah :
Famili Labridei : ikan cina-cina (Labridae), ikan kakatua (Scaridae) dan ikan
betok (Pomacentridae).
Famili Acanthuroidae : ikan butana (Acanthuridae), ikan beronang (Siganidae)
dan ikan benderalmoorish idol (Zznclidae)
Famili Chaetodontoidae : ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae) dan ikan
kambing-kambing (Pomacantidae).
Famili Blennidae dan Gobiidae (ikan gelodok) yang mencirikan sangat kuat
sifat ikan deinersal dan menetap.
Famili Apogonidae (ikan beseng) yang aktif pada malam hari (nocturnal) dan
memangsa hewan invertebrata dan ikan-ikan kecil.
Famili Ostraciidae dan Tetraodontidae (ikan buntal) serta Balestidae (ikan
pokol) yang tidak banyak jumlahnya akan tetapi sangat menarik bentuk dan
warnanya.
Jenis ikan
penting
yang berada diperairan karang dibedakan atas 2 golongan
yaitu : ikan hias (ornamentalpshes) dan ikan konsumsi (foodJishes).
9
Jenis ikan yang penting karena nilai ekonominya yang sangat tinggi yaitu famili
Serranidae (kerapu), Lutjanidae (kakapltanda-tandalmenggeru), Lethrinidae
(lencam) dan Holocentridae (swanggi) (Hutomo, 1995).
Keberadaan jenis ikan karang dipengaruhi dengan kondisi karang, apabila
kondisi karang sudah mengalami kerusakan maka semakin sedikit jenis ikan
karang yang terdapat karena habitatnya sudah tidak memenuhi untuk mencari
makan dan berkembang biak (Sale, 1991).
Habitat atau ladang ikan (fishing ground) yang berupa terumbu karang
apabila mengalami kerusakan maka timbul kerugian-kerugian yang tak ternilai
besarnya dinilai dari segi biologi, ekonomi dan sosiologi (Tomascik, 1991).
Berdasarkan habitat terumbu karang, keberadaan jenis ikan karang dapat
dibedakan menjadi tiga tipe (Adrim, 1995) yaitu :
1. Target sp : merupakan jenis ikan yang mempunyai fiilai jual atau konsumsi
yang cukup tinggi dipasaran internasional dan lokal, biasanya terdiri dari
famili Lethrinidae, Lutjanidae, Haemulidae, Serranidae, Kypohosidae,
Scolosidae, Achanturidae, Mullidae dan Siganidae.
2. Indicator sp : merupakan jenis ikan indikator kesehatan terumbu karang,
biasanya dari famili Chaetodontidae.
3. Major family: merupakan jenis-jenis ikan karang yang hidupnya berkelompok
pada habitatnya, biasanya terdiri dari famili Pomacentridae, Labridae,
Scaridae, Apogonidae, Caesionidae dan Pomacanthidae.
Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisma laut, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisma maupun
perkembangbiakan dari organisma-organisma tersebut, contohnya binatang karang
dalam penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat
didaerah tropis dan subtropis (Sheppard, 1990).
Pada perairan tropis pertumbuhan dan perkembangan karang paling optimal
berada pada kedalaman perairan antara 0-50m dengan suhu rata-rata tahunan
23OC-25OC akan tetapi masih dapat beradaptasi pada perubahan suhu sampai
berkisar 36°C-400C (Ilahude, 2002).
Perturnbuhan dan perkembangan zooxanthellae yang terdapat di p o l i p
polip karang akan optimal untuk melakukan proses fotosintesis pada daerah
perairan yang berada pada batas penetrasi cahaya matahari (Nontji, 1993).
Suhu merupakan salah satu faktor fisik air yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme dari karang baik secara langsung maupun tak
langsung, suhu secara langsung akan mempengaruhi proses fisiologis berupa
metabolisme, respirasi dan reproduksi
karang sedangkan tak langsung
mempengaruhi kondisi lingkungan dari media pertumbuhan/substrat dasar
(Sheppard, 1990).
Salinitas
Salinitas nlerupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan
hewan karang dan secara fisiologis mempengaruhi penyesuaian tekanan osmotik
antara sitoplasma dari sel-sel tubuh (Yonge, 1963).
Kisaran salinitas yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
hewan karang berkisar 32°/,-350/,
dan mempunyai batas toleransi perubahan
salinitas berkisar 27°/,-400/oo serta adanya aliran air tawar akan menyebabkan
kematian (Sukarno, 1995).
Daya tahan hewan karang terhadap perubahan salinitas berbeda-beda seperti
yang diungkapkan oleh Kinsman (1964) bahwa Acropora sp dapat bertahan pada
salinitas 40°/,, hanya bebcraps jam di West Indies akan tetapi Porites sp dapat
bertahan dengan salinitas sampai mencapai 48°/00.
Pengaruh salinitas terhadap kehidupan hewan karang sangat bervariasi
tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam seperti run-off
badai dan hujan (Levinton, 1982).
Plankton (phyto dan zoo)
Phytoplankton termasuk dalam kelompok tanaman tingkat rendah (mikro
algae) yang terdapat pada daerah yang terkena sinzr matahari dan mempunyai
ukuran antara 0,4-0,8 mikron (yang dapat terlihat oleh mata manusia) serta
berperan aktif dalam rantai dasar makanan sebagai produser pertama yang akan
11
dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai produser kedua atau sebagai konsumer ke
dua (Davis, 1995).
Kelimpahan phytoplankton atau klorofil phytoplankton merupakan salah
satu faktor biologi oseanografi yang sering dihubungkan dengan tingkat
kesuburan atau tingkat produktivitas primer suatu perairan karang terhadap
zooxanthelae yang terdapat di polippolip karang yang melakukan proses
fotosintesis (Supriharyono, 2000).
Kelimpahan plankton pada perairan karang dapat juga dipergunakan untuk
mendeteksi adanya bahan pencemaran dan kondisi arus serta berpengaruh secara
langsung maupun tak langsung akan kelimpahan ikan karang (Ilahude, 2002).
Tham (1953) mengemukakan melimpahnya phyto dan zooplankton pada
perairan karang akan menunjukkan melimpahnya hewan pencari makan yang
berkorelasi positif terhadap banyaknya bahan makanan tersebut.
Faktor-faktor
penting didaerah tropis yang mempengaruhi produksi
plankton adalah curah hujan yang membawa zat hara dari darat ke laut melalui
sungai dan adanya pengadukan perairan yang disebabkan oleh arus yang kuat
sehingga zat hara didasar laut akan terbawa ke lapisan atas (Motoda, 1957).
Keberadaan phytoplankton terdapat pada daerah batas antara zona euphotic
dan disphotic karena pada daerah ini masih memungkinkan terjadinya proses
fotosintesis dan batas akhir zona disphotic merupakan garis kompensasi
(compensation line) (Levinton, 1982).
Nutrien (Phosfat dan Nitrat)
Nontji (1993) mengemukakan bahwa senyawa phosfat dan nitrat merupakan
salah zat hara yang dibutuhkan oleh phytoplankton dan mempunyai pengaruh
langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangannya serta variasi kelimpahan
menurut ruang maupun waktu.
King dan Demond dalam Subani (1 98 1) menyatakan bahwa banyaknya
plankton laut ada hubungannya dengan ketersediaannya unsur-unsur organik dan
anorganik, temperatur, penyebaran oksigen, kedalaman termocline dimana
keadaan ini terjadi karena peristiwa pengadukan massa air (upwelling).
Proses upwelling akan menyebabkan massa air yang berada didasar laut
akan naik keperrnukaan dengan membawa larutan nutrien seperti phosfat dan
nitrat yang cenderung mengandung banyak plankton sehingga merupakan suatu
perairan yang subur bagi populasi ikan (Ross, 1988).
Kandungan phosfat dan nitrat disuatu perairan selain berasal dari perairan
tersebut juga tergantung kepada keadaan sekelilingnya antara lain sumbangan dari
daratan melalui sungai yang berrnuara keperairan tersebut, hutan mangrove yang
serasahnya membusuk karena adanya bakteri pengurai (Wattayakorn, 19 88).
Terumbu karang sering dijunlpai di ekosistem perairan yang sangat miskin
unsur hara dan mempunyai produktivitas primer yang rendah akan tetapi
produktivitas di ekosistem terurnbu karang itu sendiri didapatkan sangat tinggi
(Stoddart, 1969).
Ekosistem terumbu karang marnpu menciptakan keproduktivitasan sendiri
tanpa tergantung dari lingkungan sekitarnya karena itu sering diibaratkan
dengan " Oasis " di perairan laut dangkal (Salm, 1984).
Substrat
Substrat merupakan salah satu media yang menentukan kondisi suatu
perairan karena dapat menyebabkan proses pengkeruhan disekitar terumbu karang
apabila terjadi gelombang dan arus yang kuat (Tomascik, 1991).
Berdasarkan tipe substrat dasar perairan, bahwa kombinasi dasar perairan
yang terdiri dari pasir, kerikil dan dan pecahan karang merupakan habitat yang
cocok bagi kehidupan jenis-jenis karang (Sukarno, 1995).
Kondisi substrat pada perairan terumbu karang juga mempengaruhi
keberadaan ikan-ikan karang pada masa muda (juvenile) dan dewasa (adult) yang
hidup diperairan yang dangkal dekat dengan substrat yang padat dan yang
biasanya dekat dengan daratan.
Tekstur substrat terdiri atas carnpuran lumpur, pasir dan tanah liat oleh
karenanya tidak ada substrat yang terdiri dari satu fraksi saja seperti pada Tabel 1
(Brower and Zar, 1977).
Tabel 1. Klasifikasi Fraksi Substrat Berdasarkan Ukuran Partikel
(Brower and Zar, 1977)
Arus
Arus merupakan gerakan air yang dapat menyebabkan upwelling yang
membawa air dengan suhu yang lebih dingin, salinitas yang yang tinggi dan zatzat hara yang kaya seperti phosfat dan nitrat sehingga terjadi mekanisme
pemupukan perairan secara alami (Nontji, 1993).
Proses upwelling adalah suatu proses dimana massa air didorong kearah
permukaan laut dari kedalanan sekitar 100-20Cm yafig terjadi pada daerzh pantai
sehingga pola aliran arus menentukan karakteristik penyebaran nutrien, transport
sedimen dan penyebaran plankton (Ross, 1988).
Arus
sangat
diperlukan
bagi
pertumbuhan
karang
karena
untuk
mendatangkan makanan berupa plankton, membersihkan diri dari endapanendapan dan untuk mensuplai oksigen dari laut lepas (Ilahude, 2002).
Adanya pergerakan air seperti arus akan mempengaruhi organisme dan
faktor-faktor lingkungan lainnya, ketersediaan oksigen dan nutrien sehingga
mempengaruhi juga keberadaan jenis ikan-ikan, distribusi pemindahan telur, larva
dan ikan kecil serta sebagai faktor pembatas bagi beberapa jenis-jenis ikan
(Laevastu and Hayes, 1981).
Jenis-jenis ikan yang dapat melakukan migrasi mempunyai kemampuan
secara langsung merespon perubahan lingkungan yang disebabkan oleh adanya
pengaruh arus yang bekerja pada lingkungan perairan tersebut dan ada jenis ikan
tertentu akan bergerak mengikuti arus pada waktu pasang naik kearah pantai
(Dwiponggo, 1972).
Permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem tenunbu karang di
perairan Kepulauan Seribu dan perairan karang Indonesia telah banyak
diungkapkan oleh para peneliti maupun para akademisi diantaranya (Tabel 2)
Tabel 2. Inventarisisasi Masalah Pengelolaaan Ekosistem Terumbu Karang
Masalah Yang Telah di Bahas
Kondisi terumbu karang di sebelah barat
Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta
Utara.
Kondisi terumbu karang pada tahun 1985
sampai dengan 1995 di beberapa pulau di
Kepulauan Seribu.
Perubahan kondisi terumbu karang di
Gugusan Pulau Kelapa Kepulaun Seribu
Jakarta
Pertumbuhan karang Acropora nobilis dan
Acropora nosuta pada kawasan wisata bahari
Gili Meno dan Teluk Nara
Monitoring kondisi ikan karang (Spesies
Indikator dan Target - Predator) di Teluk
Buyat dan Ratatotok Sulawesi Utara
Asosiasi ikan Chaetodontidae dengan bentuk
pertumbuhan karang di Pulau Lemon
Manokwari Irian Jaya
Pengamatan kandungan zat hara phosfat,
nitrat dan sumberdaya perikanan di perairan
Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur
, Faktor - faktor penyubur perairan Indonesia
Tahun
1995
Penutis
A.S. Panggabean dan
Miranda P (Biologi Unas)
1995
M.I.Yosephine, Suharsono
dan I. Amir (P30 LIPI)
1999
M.E. Lazuardi dan N. S.
Wijoyo (Faperikan IPB)
1998
Muchlis (Forum Kaj ian
Kelautan UNRAM)
1999
L. Th. X. Lalamentik dan
U.N. Rembet (Faperikan
Univ Sam Ratulangi)
R. Bawole dan P. Boli
(Faperta
Universitas
Manokwari)
M. D. Marasabessy dan
Edward (LIPI)
1999
2002
2002
A. G. Ilahude (P20 LIPI)
Pemanfaatan ekosistem karang berupa penambangan karang sebagai bahan
bangunan, penangkapan ikan yang berlebihan dengan mempergunakan bahan
peledak dan bahan kimia beracun ataupun bahan pencemar lainnya. Rusaknya
karang beserta biota lainnya sehingga karang tersebut tidak dapat memenuhi
fungsinya sebagai pelindung pantai, pemusatan makanan, tempat berkembang
biak dan tempat berlindung bagi biota tersebut (National Research Council, 1988).
Terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan.
Struktur fisiknya yang rumit, bercabang-cabang, bergua-gua dan berlorong-lorong
membuat ekosistem ini habitat yang menarik bagi banyak jenis biota laut. Oleh
sebab itu penghuni terumbu karang sangat beranekaragam, baik yang berupa
tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Produktivitas primer dari terumbu karang sama atau melebihi semua
ekosistem alam lainnya. Satu terumbu karang dapat menunjang 3000 jenis biota.
Namun demikian perairan tropik diatas terumbu karang hampir langka akan zat
hara penunjang kehidupan seperti phosfat dan nitrat. Jika terumbu karang dapat
menunjang kekayaan biota laut dalarn kondisi yang demikian (langka zat hara)
maka itu suatu keistimewaan.
Beberapa aktivitas yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu
karang (KLH, 2004) diantaranya :
Sedimentasi: konstruksi didaratan dan sepanjang pantai, penambangan atau
pertanian didaerah aliran sungai ataupun penebangan hutan tropis
menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai kelaut
dan terumbu karang.
Penangkapan dengan bahan peledak: penggunaan bahan peledak untuk
penengkapan ikan oleh nelayan akan mengakibatkan penengka~anikan secara
berlebihan, penggunaan kalium nitrat sebagai bahan peledak
akan
mengakibatkan ledakan yang besar sehingga membunuh ikan dan merusak
karang disekitarnya.
Aliran drainase: alira~lyang mengandung p p u k dan kotoran yang terbuang ke
perairan pantai mendorong pertumbuhan algae yang akan menghambat
pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan cahaya dan oksigen.
Penangkapan ikan dengan sianida: penggunaan sianida (potassium cyanida)
dan racun-racun lain dipergunakan untuk menangkap ikan-ikan karang yang
berharga.
Pengumpulan dan pengerukan: pengambilan karang digunakan sebagai bahan
baku konstruksi atau untuk cindera mata.
Pencemaran air: produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang
dekat perairan pantai akan meracuni polip karang serta biota laut.
Pengelolaan
tempat
rekreasi:
para
wisatawan
yang
mengarnbil,
mengurnpulkan dan berjalan di karang ikut menyumbang terjadinya kerusakan
terumbu karang.
Pemanasan global: ketika terjadi peningkatan suhu laut (> 40°C) maka polip
karang kehilangan algae simbiotik didalarnnya sehingga mengubah warna
menjadi putihlbleaching d m akhirnya mati. Bleaching dapat terjadi karena
berbagai macam faktor seperti tinggi d m rendahnya suhu, tingginya radiasi
ultra violet, ekspose terhadap cahaya matahari langsung, pemasukan air tawar,
tingginya sedimentasi, polusi dan pengurangan nutrien (Glynn, 1990).
Download