Faktor-Faktor Customer Experience Management

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pelanggan dan Pengalaman Pelanggan
Pelanggan adalah orang yang memiliki kebutuhan baik dalam bentuk
fisik, informasi, atau jasa (Leong and Han, 2000). Pengalaman pelanggan
merupakan hal-hal yang bersifat pribadi dan berlangsung di benak konsumen
secara individual dan bersifat tidak terlupakan (Kotler and Armstrong, 2001).
Menurut Meyer and Schwager (2007), pengalaman pelanggan adalah
tanggapan pelanggan secara internal dan subjektif sebagai akibat dari
interaksi secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Menurut Schmitt (1999), pengalaman merupakan suatu peristiwa yang terjadi
karena respon terhadap beberapa rangsangan. Pengalaman terjadi dari
observasi langsung atau partisipasi atas suatu kejadian dalam bentuk nyata
maupun virtual. Pengalaman pelanggan dibentuk oleh harapan pelanggan
yang merefleksikan pengalaman sebelumnya (Meyer and Schwager, 2007).
Sekarang ini, hampir semua perusahaan mulai bergerak ke tingkatan
baru penciptaan nilai bagi pelanggannya. Untuk mendiferensiasikan
tawarannya, perusahaan membangun dan memberikan pengalaman pelanggan
total. Perusahaan yang memasarkan pengalaman menyadari bahwa yang
benar-benar dibeli oleh pelanggan lebih dari sekedar produk dan jasa.
Pelanggan membeli apa yang akan dilakukan oleh tawaran tersebut
terhadapnya, yaitu pengalaman yang akan diperoleh karena membeli dan
mengkonsumsi produk dan jasa tersebut (Kotler and Armstrong, 2001)
2.2. CEM
CEM merupakan sebuah paradigma baru yang merepresentasikan
suatu perubahan radikal dari cara pemasaran dan pendekatan manajemen
yang terdahulu. CEM menawarkan pandangan analitis dan kreatif terhadap
dunia pelanggan, alat-alat strategik untuk membentuk dunia tersebut dan alatalat implementasinya yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
meningkatkan nilai tambah bagi konsumen.
8
CEM adalah proses mengatur keseluruhan pengalaman pelanggan
dengan produk atau perusahaan secara strategik (Schmitt, 2003). CEM adalah
proses manajemen yang benar-benar fokus kepada pelanggan dan berorientasi
kepada proses. CEM memiliki pandangan yang luas tentang bagaimana
perusahaan dan produknya dapat relevan dengan kehidupan pelanggan. CEM
berpengaruh dengan pelanggan pada setiap hal-hal kecil dan memberikan
unsur-unsur
yang
berbeda
pada
pengalaman
pelanggan.
CEM
memperhitungkan preferensi penjualan dan merek. Sebelum dan sesudah
penjualan, CEM menyediakan nilai kepada pelanggan dengan memberikan
informasi, pelayanan dan interaksi yang berujung kepada pengalaman yang
berkesan. Nilai yang didapatkan oleh pelanggan ini dapat menciptakan citra
positif bagi perusahaan dan produknya.
CEM juga mempengaruhi pendekatan integratif terhadap perusahaan
dari sisi internal maupun eksternal. Salah satu contohnya adalah pengalaman
pegawai,
karena
dapat
mempengaruhi
persepsi
pelanggan
terhadap
perusahaan. Demi menciptakan pengalaman pelanggan yang berkesan, para
pegawai harus termotivasi, kompeten dan inovatif. Untuk mendapatkan hal
ini tentunya pegawai perlu mendapatkan pengalaman yang baik di dalam
perusahaan tempatnya bekerja.
CEM merupakan upaya menjawab kebutuhan dengan melihat bisnis
dari perspektif pelanggan. Menurut Meyer and Schwager (2007), perusahaan
dapat menyelesaikan sebagian besar masalah pelanggan jika melihat
permasalahan tersebut dari perspektif pelanggan, bukan dari perspektif
perusahaan. Pemahaman dan pengelolaan pengalaman pelanggan pada setiap
titik kontak (touch points) merupakan bagian penting dalam memelihara dan
meningkatkan kepuasan pelanggan. CEM menggambarkan upaya untuk
mendefinisikan pengalaman pada setiap titik kontak dengan pelanggan dari
berbagai jenis tipe interaksi, yang kemudian menerjemahkannya menjadi
respon yang diharapkan.
Mengukur kepuasan pelanggan tidak menghasilkan cara-cara yang
dapat digunakan untuk meraihnya. Kepuasan merupakan hasil dari hal-hal
positif dikurangi dengan hal-hal negatif dan diketahui melalui gap antara
9
harapan pelanggan dengan pengalaman pelanggan. Untuk mengetahui
bagaimana memuaskan pelanggan, perusahaan harus memecah komponenkomponen pengalaman (Meyer and Schwager, 2007).
CEM bukan sekedar memberikan apapun yang diinginkan pelanggan
dengan tanpa mempertimbangkan biaya perusahaan atau mempertahankan
harga tinggi dengan biaya rendah untuk meningkatkan laba perusahaan,
melainkan memelihara keseimbangan yang sesuai untuk berbagai macam
pelanggan yang berbeda. Menurut Peppers and Rogers (2005), CEM
memberikan pemahaman dalam menghasilkan Return on Customer (ROC).
Hal itu membutuhkan pendekatan yang berbeda, yakni memasarkan produk
dengan memetakan pada gaya hidup (lifestyle) dan tahapan kehidupan
(lifestage) pelanggan.
CEM merefleksikan sebuah pergeseran dari pola taktis jangka
pendek, terkait dengan bagaimana pelanggan dikelola, menuju pada
pertimbangan nilai pelanggan dalam jangka panjang. Pergeseran itu tentu
berdampak luas pada aktivitas bagaimana sebuah bisnis dikelola. Sudut
pandang CEM dalam jangka panjang didasarkan pada pemahaman bagaimana
dan mengapa pelanggan bertindak. Informasi tersebut digunakan untuk
memastikan bahwa pelanggan menerima pengalaman pada tingkat dan jenis
yang paling tepat (Utoyo, 2005).
2.2.1. Framework
Framework CEM terdiri dari lima langkah dasar (Schmitt,
2003). Langkah ini dimulai dengan menganalisa strategi yang hendak
dijalankan hingga menerapkannya di dalam perusahaan. Langkahlangkah tersebut adalah :
1. Menganalisis dunia pengalaman pelanggan
2. Membangun platform pengalaman
3. Mendesain pengalaman merek
4. Menyusun customer interface
5. Inovasi berkelanjutan
10
2.2.1.1 Menganalisis Dunia Pengalaman pelanggan
Dalam menganalisis dunia pengalaman pelanggan,
perusahaan dapat memperhatikan beberapa langkah, yaitu
mengidentifikasi target pelanggan, mengikuti perkembangan
seluruh pengalaman pelanggan melalui touch points dengan
perusahaan dan melakukan survei untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh pengalaman pelanggan. Menurut Schmitt
(2003), terdapat metodologi untuk membagi tingkatantingkatan dari dunia pengalaman pelanggan.
Metodologi yang dimaksud di atas dapat menghasilkan
gambaran yang jelas terhadap dunia pengalaman pelanggan
dan kemudian diproses dari tingkatan umum menjadi
tingkatan lebih spesifik, yaitu :
a. Gaya Hidup/Tren
Analisa pada tahap ini memiliki tiga faktor penting
berikut :
1) Sifat alamiah dari setiap tren yang teridentifikasi
2) Orang-orang dibalik setiap tren (pelopor tren)
3) Pengaruh setiap tren dengan suatu situasi penggunaan
b. Situasi Penggunaan dan Konsumsi
Pada tahap penggunaan terdapat tiga unsur penting
yang terdiri dari :
1) Karakter dari situasi penggunaan yang menjelaskan
unsur-unsur
dari
situasi
penggunaan
yang
merefleksikan tren.
2) Para pengguna yang menjelaskan tipe pengguna dalam
situasi
penggunaan
dan
aspek-aspek
lain
yang
mempengaruhi situasi penggunaan dalam kehidupan
sehari-hari atau kehidupan profesional pengguna.
3) Penggunaan yang diaplikasikan pada merek yang
menjelaskan peran yang dimainkan merek dalam situasi
penggunaan.
11
c. Kategori Produk dan Pengalaman Merek
Pada tahap ini terdapat dua faktor :
1) Karakter dari kategori produk dan merek, personalitas
merek, asosiasi perusahaan, peleburan produk dan
merek dengan tren baru.
2) Para pengguna dari kategori produk dan merek yang
menggambarkan pengguna yang setia terhadap merek.
2.2.1.2 Membangun Platform Pengalaman
Perusahaan menggunakan platform pengalaman untuk
menjelaskan positioning perusahaan, merek atau produk.
Platform pengalaman adalah titik kunci yang menghubungkan
strategi dan implementasi. Platform ini berakhir pada tema
implementasi keseluruhan untuk mengkoordinasi pemasaran
lebih lanjut, usaha komunikasi dan inovasi masa depan.
Menurut Schmitt (2003), platform pengalaman secara efektif
mengkomunikasikan mengenai organisasi, merek, tujuan
produk dan nilai yang ditawarkan perusahaan kepada
pelanggan secara internal dan eksternal.
Komponen strategi dari sebuah platform pengalaman
adalah experiential positioning, experiential value promise
(EVP) dan overall implementation theme (Gambar 1).
Experiential
positioning
dapat
digunakan
untuk
menggambarkan posisi merek. Experential positioning adalah
proses untuk menggambarkan kriteria sebuah merek dan kesan
sebuah merek. Experential positioning harus merupakan
sesuatu yang mudah terukur dan menarik, sehingga dapat
memunculkan implementasi yang inovatif. EVP digunakan
untuk menspesifikasi hal-hal yang akan diperoleh konsumen.
EVP mengidentifikasi komponen pengalaman dan nilai yang
konsumen
harapkan
dari
suatu
merek.
Pada
overall
implementation theme, dilakukan penggabungan positioning
dan value promise pada proses implementasi. Overall
12
Implementation Theme adalah manifestasi konkret dari sebuah
platform. Penambahan nilai dapat diimplementasikan melalui
style dan content dari suatu merek.
Experential
Experential Value
Positioning
Promise
Overall
Implementation
Theme
Experential Platform
Gambar 1. CEM experential platform (Schmitt, 2003)
2.2.1.3 Mendesain Pengalaman Merek
Pengalaman merek terdiri dari semua unsur statis yang
dijumpai pelanggan, seperti produk itu sendiri, logo, simbol,
kemasan, brosur dan iklan. Pengalaman merek tidak dinamis
karena tidak diciptakan pada saat pelanggan berinteraksi
dengan perusahaan. Terdapat tiga aspek kunci dalam
pengalaman merek, yaitu the product experience, the look and
the feel dan experential communications (Gambar 2).
Product
pengalaman
experience
pelanggan.
adalah
poin
Pengalaman
penting
meliputi
dari
atribut
fungsional dari produk, yaitu seberapa baik produk tersebut
bekerja. Namun, menurut Schmitt, produk dengan mutu tinggi
telah banyak beredar di masyarakat, sehingga fitur-fitur
fungsional sulit untuk dijadikan pertimbangan. Terdapat
bermacam-macam pengalaman yang dapat disediakan sebuah
produk selain sisi fungsionalnya.
13
The look and the feel atau dapat disebut juga identitas
merek dan berada di sekitar produk inti. Pelanggan tidak hanya
mendapatkan fitur produk, tetapi produk yang lengkap dengan
nama, logo, simbol pada kemasan dan pelanggan dapat
membeli produk tersebut melalui internet atau outlet di mana
produk tersebut ditampilkan. The look and the feel meliputi
identitas visual, kemasan, desain outlet atau tempat pelayanan,
merchandising dan unsur-unsur desain grafis pada website.
Product
Experience
The Look and
The Feel
Experential
Communications
The Brand
Experience
Gambar 2. Tiga aspek kunci pengalaman merek (Schmitt, 2003)
Pada experiential communication, salah satu konsep
dari periklanan dan komunikasi tradisional adalah sistem
penjualan yang fokus kepada produk dan manfaat, karena fitur
dan keuntungan adalah tujuan dari pemasar tradisional
tersebut.
Sebuah
iklan
dapat
digunakan
untuk
mengimplementasikan pengalaman merek. Oleh karena itu,
iklan harus memberikan nilai, penuh informasi dan menghibur.
2.2.1.4 Menyusun Customer Interface
Customer interface
mengacu pada perubahan
dinamis dari pelayanan dan informasi yang terjadi antara
pelanggan dengan perusahaan secara perorangan melalui
telepon
maupun
online.
Customer
interface
dapat
14
meningkatkan atau menurunkan pengalaman pelanggan yang
telah dibangun melalui pengalaman merek.
Mendesain
dan
mengatur
customer
interface
merupakan tugas yang kompleks, dimulai dari pengertian
interface yang terbagi menjadi tiga interaksi, yaitu :
a. Face to Face
Tahap ini meliputi perubahan dan interaksi yang
terjadi di sebuah outlet bagi konsumen akhir atau melalui
kekuatan penjual lapangan yang dimiliki perusahaan bagi
pelanggan dari bisnis ke bisnis. Beberapa penawaran
layanan lainnya juga diberikan kepada pelanggan secara
langsung atau bertatap muka.
b. Personal but Distance
Perubahan dan interaksi dalam tahap ini terjadi
melalui telepon, fax, surat dan e-mail atau via internet.
Dalam tahap ini, interface yang diberikan sama dengan
tahap sebelumnya, yaitu kepada pelanggan secara individu,
perbedaannya adalah pelanggan dan perwakilan perusahaan
tidak berada pada suatu ruang fisik yang sama.
c. Electronic
Tahap
ini
meliputi
perubahan-perubahan
dan
interaksi-interaksi di sebuah situs e-commerce, via e-mail,
atau sebuah short message system (SMS). Interaksi yang
dinamis sangat penting untuk memberikan informasi yang
diinginkan konsumen dengan pelayanan yang sopan.
Terdapat tiga hal penting dalam customer interface,
yaitu essence and flexibility, style and substance dan time
(Gambar 3). Interface yang benar adalah penggabungan yang
tepat antara essence dan flexibility. Untuk membentuk suatu
pengaruh ini perlu diketahui intisarinya, seperti standar
operasional, interaksi dan perubahan-perubahan, contohnya
tentang bagaimana konsumen disambut dan apa yang
15
seharusnya terjadi pada saat interaksi dengan konsumen. Di
sisi lain, fleksibilitas juga memegang peranan penting, karena
dapat memberikan interaksi yang baik terhadap konsumen.
Style and substance juga membutuhkan penggabungan
yang baik, di mana style dalam konteks ini adalah perilaku
yang mengekspresikan intisari dan fleksibilitas dari suatu
pengaruh. Substance adalah hal yang bersifat dapat diukur
seperti penjualan. Sebuah pengalaman pelanggan yang
menyenangkan membutuhkan keseimbangan penggabungan
antara style dan substance.
Time perlu diperhatikan untuk mengetahui jangka
waktu yang tepat dan efektif dalam memberikan setiap bentuk
pelayanan mulai dari tahap awal hingga tahap akhir kepada
seorang pelanggan. Hal ini dapat memberikan customer
experience yang baik.
Essence and
Flexibility
Style and
Substance
Time
Customer
Interface
Gambar 3. Tiga hal penting pada desain interface (Schmitt, 2003)
2.2.1.5 Inovasi Berkelanjutan
Inovasi berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan
pengalaman pelanggan dan menjaga posisi perusahaan dalam
persaingan. Dari sudut pandang CEM, terdapat beberapa
macam inovasi. Produk breakthrough mengacu pada produk
baru dalam pasar yang dapat mengubah pengalaman pelanggan
16
secara keseluruhan. Sedikit inovasi pada produk yang telah
beredar di pasaran juga dapat meningkatkan pengalaman
pelanggan. Inovasi merupakan hal-hal seperti peluncuran rasa
baru,
pengembangan
bentuk
produk
yang baru,
atau
penggunaan nama merek yang telah eksis pada kategori produk
yang baru. Hal ini memperkaya pengalaman pelanggan.
Inovasi pemasaran merefleksikan kreativitas sebuah
perusahaan melalui peluncuran produk baru, acara khusus,
periklanan dan promosi, serta aktivitas lain yang dapat
dirasakan pelanggan. Inovasi memberikan kontribusi pada
pengalaman pelanggan dengan meningkatkan nilai untuk
berbisnis dengan sebuah perusahaan. Inovasi dalam CEM
merupakan
inovasi
berkelanjutan
dengan
memberikan
tambahan yang dapat meningkatkan fungsi produk atau dengan
menawarkan model baru dengan fitur dasar yang sama dengan
produk sebelumnya.
Inovasi juga dapat meningkatkan kehidupan konsumen
dan pelanggan bisnis dengan menyediakan solusi baru yang
merupakan pengalaman baru. Seiring berjalannya waktu solusi
baru ini harus digantikan dengan solusi yang lebih baru.
Inovasi
dapat
Perusahaan
yang
memproyeksikan
tidak
lagi
gambaran
relevan
akan
relevansi.
kehilangan
pelanggan-pelanggannya.
2.2.2. Faktor Komponen
Menurut Diller, Shedroff and Rhea (2006), sebuah pengalaman
yang utuh dapat diperoleh pelanggan melalui lima komponen utama
yang menggabungkan dimensi jarak antara produk, pelayanan, merek,
saluran dan promosi (Gambar 4). Pengalaman dibentuk oleh
komponen-komponen tersebut yang membantu pihak perusahaan
untuk menghindari kesalahan dan mengetahui cara untuk memperluas
dan
memperkaya
pengalaman
pelanggan.
Dalam
mengatur
pengalaman pelanggan, perusahaan perlu memahami pelanggan
17
melalui riset-riset yang dapat memberikan inspirasi dalam mendesain
setiap komponen.
a. Produk
Menurut Kotler and Armstrong (2001), produk adalah
semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan pemakainya. Sedangkan konsep produk
itu sendiri adalah gagasan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang mempunyai mutu terbaik, kinerja terbaik dan sifat paling
inovatif, sehingga perusahaan harus mencurahkan energi untuk
terus-menerus melakukan perbaikan produk.
Perbedaan antar produk dan jasa sebagai sesuatu yang dicari
oleh pelanggan semakin sulit untuk dibedakan. Kedua komponen
tersebut saling melengkapi satu sama lain sebagai kesatuan yang
diharapkan pelanggan pada saat hendak mengkonsumsi suatu
produk. Produk diciptakan untuk memberikan pengalaman
pelanggan pada saat mengkonsumsinya. Jika pelanggan puas
dengan apa yang didapatkan dari fungsi produk tersebut, maka
secara otomatis pelanggan akan kembali mengkonsumsi produk
tersebut. Dalam positioning suatu produk hal yang utama adalah
apa citra yang ingin diciptakan pemasar di dalam benak konsumen
(Engel, Blackwell dan Miniard, 1995).
Pemilihan produk dapat dilihat dari beberapa karakteristik
yang digunakan pasar, yaitu :
1) Fungsi yang didapatkan saat menggunakan produk
Fungsi dan keuntungan yang didapatkan saat menggunakan
produk adalah keuntungan yang didapatkan oleh konsumen saat
mengkonsumsi produk. Fungsi dan keuntungan produk tersebut
dinilai oleh konsumen dengan berdasar pada kemampuan
produk tersebut untuk mencapai fungsinya.
18
2) Desain dan kemasan yang menarik dari produk tersebut
Desain dan kemasan produk adalah aktivitas perancangan
dan produksi kemasan sebuah produk yang didalamnya terdiri
dari penampilan fisik kemasan, informasi dalam kemasan dan
ketahanan kemasan.
3) Perbandingan dengan produk lain yang memiliki fungsi sama
Bagaimana kinerja produk yang menerapkan CEM dengan
produk lain yang tidak menerapkan CEM.
4) Garansi yang didapatkan dari pembelian produk tersebut
Garansi produk adalah jaminan yang diberikan perusahaan
terhadap mutu produk yang diberikan kepada pelanggan.
Pelayanan
Merek
Produk
Customer
Experience
Management
Saluran
Promosi
Gambar 4. Lima faktor utama dalam CEM (Diller et al, 2006)
19
b. Pelayanan
Pelayanan adalah berbagai kegiatan atau manfaat yang
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan perpindahan
kepemilikan (Kotler and Armstrong, 2001). Pelayanan juga dapat
diartikan sebagai sebuah proses yang terdiri dari berbagai aktivitas di
mana pelanggan berinteraksi dengan layanan perusahaan dan tujuan
dari interaksi tersebut adalah untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan
pelanggan
dengan
cara
mempertemukan
harapan
pelanggan dengan nilai yang diberikan kepada pelanggan (Leong
and Han, 2000). Menurut Cook (2004), pelayanan yang baik dapat
memenuhi harapan pelanggan sedangkan pelayanan prima dapat
melampaui harapan pelanggan.
Pelayanan sangat berkaitan erat dengan produk, karena
pelayanan akan berinteraksi secara langsung dengan pelanggan,
sehingga
memberikan
kesan
tersendiri
saat
pelanggan
mempertimbangkan pemilihan suatu produk. Jika produk adalah
obyeknya maka pelayanan adalah energinya. Keduanya merupakan
dimensi dari CEM, tetapi secara operasional berbeda, karena
pengalaman pelayanan turut melibatkan proses interaksi antara pihak
perusahaan
dengan
pelanggan.
Organisasi
yang
melakukan
pemberdayaan karyawan dan memiliki mutu pelayanan akan
memberikan pelayanan prima kepada pelanggannya (Cook, 2004).
c. Saluran
Saluran merupakan bagian terpenting dalam penyaluran
produk dan jasa, termasuk tempat pendistribusian produk, penjualan
langsung dan penjualan melalui media komputer. Semua media yang
ditempuh oleh perusahaan dalam mendistribusikan produk dan jasa
memberikan
pengalaman
pada
pelanggan
saat
hendak
mengkonsumsinya.
Pemilihan saluran dalam proses distribusi juga harus
didasarkan pada keinginan dalam pengalaman pembelian. Setiap
20
saluran dapat berbeda-beda dilihat dari seberapa besar pelayanan,
bantuan dan pemberian saran yang diberikan, fasilitas dan tampilan
yang menarik, rentang harga, pelayanan purna jual, kemudahan
dalam mendapatkan bantuan dan aspek lainnya yang mempengaruhi
proses pembelian pelanggan. Dalam hal ini, tim inovasi perusahaan
perlu mempelajari proses pembelian pelanggan, sehingga dapat
mendukung pengalaman yang dibangun dan menentukan saluran
terbaik yang dapat memenuhi proses tersebut.
Dalam saluran terdapat dua unsur penting (Kotler and
Armstrong, 2001) yang terdiri dari :
1) Saluran Langsung
Saluran langsung adalah jaringan distribusi langsung dan
tanpa perantara yang digunakan perusahaan untuk menjual
produknya pada pelanggan.
2) Saluran Tidak Langsung
Saluran tidak langsung adalah jaringan distribusi tidak
langsung dan mencakup satu atau lebih tingkatan perantara yang
digunakan perusahaan untuk menjual produknya.
d. Promosi
Promosi membuat proses komunikasi informasi tentang
pengalaman dan komponen-komponen lain yang berkaitan menjadi
penting, seperti iklan, publikasi, promosi penjualan, merchandising
dan penjualan langsung. Promosi merupakan aspek CEM yang
paling tidak tetap karena begitu sering berubah dan merupakan aspek
yang paling sulit dikontrol.
Promosi dalam CEM mempelajari bagaimana sebuah
perusahaan dapat membantu pelanggan potensial untuk memahami
dan mempelajari penawaran baru dan bagaimana pengalaman yang
dibangun perusahaan dapat memperkuat komunikasi kepada
pelanggan. Menurut Diller et al (2006), promosi dapat terdiri dari
advertising, personal selling, sales promotion dan merchandising.
21
e. Merek
Menurut Diller et al (2006), merek merupakan suatu
ekspresi perusahaan yang ditawarkan secara personal pada
pelanggan. Dengan adanya merek suatu produk, pelanggan dapat
dengan mudah mengenali suatu produk dan fungsinya. Terkadang
merek datang dalam pikiran pelanggan sebelum mengkonsumsinya.
Secara otomatis merek merupakan bagian dari pengalaman yang
akan dirasakan pelanggan. Menjaga nama baik dari suatu produk
sangat
diperlukan
dalam
mencapai
pengalaman
pelanggan.
Sedangkan menurut Kotler and Armstrong (2001), merek adalah
suatu nama, kata, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari
semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau penjual produk atau
jasa tertentu. Konsumen melihat merek sebagai bagian produk yang
penting dan merek dapat menambah nilai produk.
Aaker dalam Durianto, Sugiarto dan Budiman (2004),
menyatakan bahwa merek memberikan nilai, sehingga nilai total
produk yang bermerek baik menjadi lebih tinggi dibandingkan
produk yang dinilai semata-mata secara obyektif. Merek sebenarnya
merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah
merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh
tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat (Durianto dkk, 2004).
Merek akan menggiring harapan pelanggan, tetapi merek
tidak memiliki kekuatan dan dampak operasional, sehingga
tergantung pada perusahaan untuk menetapkan harapan pelanggan
sebelum, selama dan sesudah interaksi. Perusahaan-perusahaan yang
maju menetapkan harapan sedemikian rupa, sehingga mampu
menggiring harapan pelanggan. Hal itu disebut juga sebagai
pengalaman pelanggan yang disengaja (intentional customer
experience).
Pengembangan merek harus selalu terjadi secara simultan
sejalan dengan pengembangan produk dan jasa dan harus melekat
pada keseluruhan pandangan pengalaman. Tujuan yang paling dasar
22
dari proses branding adalah untuk melindungi desain pengalaman
dengan mendeklarasikan keunikan dan kepemilikan dari suatu
produk. Hal ini akan menimbulkan pengalaman tersendiri yang
didapatkan oleh pelanggan saat menggunakan produk. Dalam hal ini,
pelanggan akan merasakan kepuasan tersendiri jika merek yang
diharapkan memberikan mutu dalam produk dan pelayanannya. Hal
ini akan meningkatkan loyalitas merek itu sendiri.
2.2.3. Pola Monitoring
Meyer and Schwager (2007), menggambarkan bahwa CEM
merupakan proses yang melibatkan tiga macam monitoring, yaitu :
a. Monitoring Pola yang Lalu
Jika perusahaan memonitor transaksi yang terjadi dalam
jumlah besar dan kompleks oleh pelanggan individual, maka
perusahaan akan melihat pola yang lalu. Monitoring pola yang lalu
adalah menangkap pengalaman sekarang yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pengalaman transaksi, mengikuti tren dan tujuan
pengalaman,
menilai
dampak
dari
inisiatif
baru
dan
mengindentifikasi isu yang sedang berkembang. Metode yang
digunakan berupa web-based, in person atau survei melalui telepon,
forum dan blog. Monitoring juga dapat dilakukan saat melakukan
pelayanan setelah instalasi atau penggunaan produk, tindak lanjut
pelayanan pelanggan atau tindak lanjut pembelian produk baru oleh
pelanggan.
b. Monitoring Pola Sekarang
Monitoring pola sekarang mengikuti isu pengalaman saat
ini dengan pandangan yang tertuju pada identifikasi peluang yang
akan datang. Monitoring pola sekarang dilakukan dengan melakukan
pengamatan mendalam secara konsisten, melihat ke masa depan,
melihat masa lalu dan menggunakan pelanggan yang kritis. Metode
yang digunakan adalah survei melalui web, kontak langsung secara
personal atau melalui telepon serta forum dan kelompok yang
23
terfokus. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara mempelajari
bagaimana pelanggan menggunakan produk di rumah.
c. Monitoring Pola Potensial
Monitoring pola potensial adalah monitoring target yang
diperlukan untuk memperkenalkan dan menguji peluang masa
depan. Metodenya tergantung pada pelanggan yang khusus atau
masalah yang bersifat unik, sangat terfokus dan melibatkan
pengetahuan tentang pengaruh pelanggan yang telah ada. Misalnya
studi pasar bagi pengguna khusus dan kelompok khusus.
2.3. Pengertian Citra
Menurut Kotler and Keller (2006), citra adalah cara masyarakat
mempersepsi
(memikirkan)
perusahaan
atau
produknya.
Citra
juga
merupakan seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu obyek. Sikap dan tindakan orang terhadap obyek
sangat ditentukan oleh citra obyek tersebut. Pendapat tersebut menunjukkan
bahwa, sikap dan perilaku pelanggan terhadap produk dapat dipengaruhi oleh
citra produk tersebut di mata pelanggan. semakin baik citra produk, maka
pelanggan akan bersikap dan berperilaku positif terhadap produk.
Definisi citra juga dikemukakan oleh Nguyen and Leblanc (2002)
yang mendefinisikan bahwa citra adalah seluruh kesan yang terbuat dari
pikiran masyarakat mengenai organisasi. Hal ini berhubungan dengan nama,
arsitektur, jenis produk atau jasa, dan kesan dari mutu komunikasi oleh tiap
pekerja organisasi yang berinteraksi dengan klien. Citra merupakan hasil dari
interaksi perusahaan dengan pelanggan baik melalui pengalaman maupun
informasi, yang membangun kepercayaan pelanggan. Pelanggan akan
cenderung menggunakan produk yang menurutnya memiliki citra yang baik
atau konsisten dengan harapannya. Bosnan and Marten (2009) menyatakan
bahwa konsumen cenderung menggunakan produk yang memiliki citra mirip
dengan citra dirinya (self image).
Citra di mata publik dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir pada
saat mempersepsikan realitas yang terjadi. Realitas bisa didapatkan dari
media massa atau media-media lain yang berpengaruh langsung dengan
24
publik. Dengan begitu, hal yang perlu dipahami sehubungan dengan
terbentuknya citra adalah adanya persepsi (Wasesa, 2006).
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Maria dan Sasmito (2007) melakukan penelitian dengan judul
“Analisa Evaluasi Implementasi CEM di Gelare Café Singapura”. Evaluasi
penerapan CEM di Café Gelare Singapura ditinjau dari faktor-faktor produk,
pelayanan, merek, saluran dan promosi. Melalui penelitian tersebut diketahui
bahwa pada faktor produk, Gelare meningkatkan mutu desain dan kemasan
produk dengan merancang ulang desain serta kemasan produk.
Ditinjau dari faktor pelayanan, Gelare mengadakan training bagi
karyawan, terutama petugas yang berhadapan langsung dengan pelanggan.
Dengan penerapan pelatihan ini diharapkan terjadi peningkatan mutu
pelayanan dalam memberikan informasi kepada pelanggan baik melalui
media maupun secara langsung. Penyediaan informasi langsung dari staf
dapat membantu terciptanya hubungan baik dengan pelanggan, seperti
garansi, penanganan keluhan dan pemberian saran. Kebijakan mengubah situs
perusahaan untuk membuat situs lebih menarik dan lebih mudah digunakan
juga dianggap sebagai suatu kemajuan positif dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan. Bentuk layanan dalam situs Gelare berupa transaksi jual
beli, penanganan keluhan dan media informasi bagi pelanggan Gelare.
Kebijakan dari faktor merek yang adalah menambah beberapa
produk Gelare untuk mengubah personalitas merek Gelare yang dikenal
sebagai café yang hanya menyediakan hidangan penutup. Kebijakan ini
ditanggapi secara positif oleh para staf yang meyakini bahwa kebijakan ini
akan dapat meningkatkan citra merek Gelare.
Gelare hingga kini telah menerapkan teori CEM dengan baik,
ditinjau dari faktor saluran dengan dibukanya jalur penjualan tidak langsung,
yaitu jasa katering bagi acara khusus perusahaan lain. Gelare juga mulai
menjual produk-produk pada café, restoran dan hotel-hotel untuk dijual
kembali dengan merek berbeda.
Kebijakan dalam segi promosi dapat terlihat dari beberapa tambahan
media periklanan seperti badan bus umum, serta majalah Singapore Airlines.
25
Hal
ini
menunjukkan
keseriusan
manajemen
Gelare
untuk
lebih
memperkenalkan Gelare kepada masyarakat mancanegara. Gelare juga terus
berinovasi dalam beriklan dan konsisten dalam memberikan promosi kepada
pelanggan, di samping itu menciptakan citra positif dalam masyarakat yang
menjadi bukti penerapan CEM dalam manajemen Gelare.
Sugiantara (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Pengalaman dan Keakraban Pelanggan Terhadap Pembentukan
Harapan Melalui Mediator Pemahaman Peran. Studi Kasus : Pengguna Jasa
Operator Selular di Jakarta.” Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh pengalaman pelanggan dan keakraban pelanggan terhadap proses
pembentukan pemahaman peran dan pengaruh pemahaman peran terhadap
pembentukan harapan. Atribut pengalaman pelanggan yang digunakan pada
tesis ini adalah past experience, price dan personal needs. Penelitian
dilakukan dengan memberi kuesioner kepada 275 responden dengan metode
convenience sampling dengan analisis regresi linear berganda menggunakan
software SPSS versi 11. Berdasarkan uji F, didapatkan bahwa peubah
pengalaman pelanggan dan keakraban pelanggan berpengaruh secara
keseluruhan dengan nilai nyata 0,000. Hasil yang diperoleh pada uji t adalah
pengalaman pelanggan tidak memiliki pengaruh dengan pembentukkan
pemahaman peran pelanggan karena nilai nyatanya 0,071. Sedangkan
keakraban pelanggan berpengaruh nyata terhadap pemahaman peran
pelanggan dengan nilai nyata 0,000. Kemudian, peubah pemahaman peran
didapatkan berpengaruh nyata dengan pembentukan harapan pelanggan pada
nilai nyata 0,000.
Download