Dr. Asep Supena, M. Psi Dra. Edwita, M. Pd Dra. Gusti

advertisement
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penulis:
Dr. Asep Supena, M. Psi
Dra. Edwita, M. Pd
Dra. Gusti Yarmi, M. Pd
Dr. Yuliani Nuraini Sudjiono
Dra. Suprayekti, M. Pd
Dr. Rusilanti, M. Si
Dr. Supriyadi, M. Pd
Dr. Umasih
Drs. Abrar, M. Hum
Widya Parimita, SE,MPA
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |i
KATA PENGANTAR
Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, Undang-undang RI nomor 14 2005 dan Peraturan
Pemerintah nomoe 19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik
(kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru mencakup penguasaan kompetensi
pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang diberikan dengan sertifikat pendidikan yang
diperoleh melalui sertifikasi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi prasyarat.
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 74 tahun 2009 tentang guru, pelaksanaan sertifikasi bagi
guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan
pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara
yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung
bagi guru yang memenuhi persyaratan.
Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan,
diharuskan (a) untuk melengkapi portofolio, atau (b) mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru
(PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Untuk menjamin standarisasi mutu proses dan hasil PLPG. Modul
bahan ajar PLPG ini digunakan sebagai sumber acuan bagi instruktur dan peserta dalam proses
belajar mengajar selama kegiatan PLPG.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun modul bahan ajar PLG
yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi dalam menyempurnakan modul ini. Mudah-mudahan
modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan PLPG yang akan
berdampak pada peningkatan kompetensi guru sesuai amanat Undang-undang.
Jakarta, Januari 2013
Universitas Negeri Jakarta
Rektor
Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M. Pd
NIP. 1951031601987031001
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................
Peristilahan .............................................................................................................................
ii
iii
iii
ivi
Bab I Pendahuluan
A. Deskripsi .......................................................................................................................
B. Prasayarat ....................................................................................................................
C. Petunjuk Penggunaan Modul ..........................................................................................
D. Tujuan Akhir .................................................................................................................
1
2
2
2
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bab II Materi Pembelajaran 1: Model dan Perangkat Pembelajaran
A. Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran ......................................................................................
3
2. Model Pembelajaran Ekspositori .................................................................................
6
3. Model Pembelajaran Inkuiri .......................................................................................
7
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................................................ 10
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir ................................................ 11
6. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................................. 14
7. Model Pembelajaran Kontekstual ................................................................................ 15
8. Model Pembelajaran PAKEM ....................................................................................... 19
9. Lesson Study ............................................................................................................ 56
B. Pengembangan Silabus dan RPP
1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP ............................................................. 70
2. Desain Materi Pembelajaran ....................................................................................... 100
3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran ........................................................ 111
4. Penyusunan Perangkat Penilaian ................................................................................ 120
Bab III Materi Pembelajaran 2: Penelitian Tindakan Kelas
A. Materi Penelitian Tindakan Kelas .................................................................................... 124
B. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ................................................................................... 134
Bab IV Materi Pembelajaran 3: Administrasi Perkantoran
A. Proses Keterampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja ..................................................
B. Prosedur Adminstrasi .....................................................................................................
C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar .....................................................................
D. Pembelajaran Sistem Kearsipan ......................................................................................
E. Memilih Peralatan Kantor ...............................................................................................
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..........................................................................
155
168
176
190
210
229
Lembar Assesmen ...................................................................................................................
Lembar Kunci Jawaban ............................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................................
Lampiran .................................................................................................................................
240
252
254
259
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | iii
PERISTILAHAN/GLOSSARY
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Afektif
Belajar
:
:
Desain sistem
:
Indikator
klasikal
:
:
Kognitif
:
Kompetensi
:
Kompetensi
dasar (KD)
:
Media
:
Paradigma
Pembelajaran
:
:
Perangkat
:
Psikomotorik
RPP
:
:
Silabus
:
Sistematik
:
Sistemik
:
Standar kom-
:
Taksonomi
:
Berkaitan dengan sikap, perasaan dan nilai
Perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai
akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang
dilakukannya.
Proses rancangan sistem pembelajaran secara sistemik dan sistematis
Pembelajaran
Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar kompetensi
Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta didik dalam suatu
kelas, yang memungkinkan belajar bersama, berkelompok dan individual.
Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk menguasai pengetahuan
dan pemahaman konseptual. Periksa taksonomi tujuan belajar kognitif.
1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan
dengan ciri yang dapat diukur.
Kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan efektif.
Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran, pembelajaran
memberikan kemudahan proses belajar siswa.
Cara pandang dan berpikir yang mendasar
(1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (UU Sisdiknas);
(2) Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok
orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain
(termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna.
Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta
didik.
Dokumen yang dibuat guru untuk mengimplementasikan pencapaian tujuan
pembelajaran pembelajaran, terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar, media
pembelajaran, penilaian hasil belajar.
Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus, bersifat
operasional, berfungsi sebagai pedoman pencapaian kompetensi dasar.
Rancangan pembelajaran pada tingkat mata pelajaran sebagai pedoman
pencapaian standar kompetensi.
usaha yang dilakukan secara berurutan agar tujuan dapat dicapai dengan
efektif dan efisien.
Holistik: cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas.
Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian petensi (SK)
kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif.
(1) Meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan tujuan
belajar evaluasi (Benjamin Bloom dkk, 1956)
(2) Terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang terdiri dari atas
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi, dan dimensi proses
kognisi yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dkk, 2001, sebagai revisi
dari taksonomi Bloom dkk).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | iv
BAB I
PENDAHULUAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Deskripsi
Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru
profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat
pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut.
Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan secara
substansial maupun pedagogik kepada guru-guru peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti
program pelatihan kompetensi guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah
paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru dari
sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru pada tahun 2012 telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat
Pengembangan Profesi Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada bab-bab
berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III
(Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model pembelajaran akan
sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di
kelas tidak membosankan. Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka
pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Demikian
pula dengan atau tanpa pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membuat
perangkat pembelajaran (silabus, RPP, pengembangkan bahan ajar, pembuatan media, dan
evaluasi) sudah melekat menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru.
Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang
dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat diamati di kelas terkait
dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan penelitian di kelas bukan saja pembelajaran
dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas
permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi. Secara
administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk pengumpulan angka kreditnya yang
dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu
pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik.
Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing bidang
studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu yang mutlak, karena
bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam interaksi dengan siswa tidak akan
memberikan arti apa-apa tanpa penguasaan bidang studi (materi pembelajaran). Dalam bab V isi
modul ini diharapkan memberikan wawasan dan pengayaan yang lebih kepada guru-guruserta
melengkapi sumber belajar lain yang dipelajarinya. Prinsip belajar sepanjang hayat mengharuskan
guru juga belajar sepanjang masa agar apa yang telah dikuasai terus berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
Modul ini diakhiri dengan assessment, yang terdiri dari assessment untuk kegiatan 1, 2
dan kegiatan 3. Tujuan pembuatan Assesment adalah selain untuk memberi latihan dalam
menyelesaikan soal-soal juga member masukan atas keberhasilan dalam mempelajari modul.
Secara keseluruhan, substansi modul ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan
pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya
tentang peningkatan profesi, kompetensi pembelajaran, penilaian, kompetensi penelitian tindakan
kelas serta etika profesi guru.
Substansi modul ini diharapkan dapat menginspirasi dan menambah wawasan peserta
PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal yang
berkaitan dengan peningkatan profesi guru.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |1
B. Prasyarat
Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara spesifik. Akan tetapi tidak ada
salahnya jika para peserta pelatihan memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya
dengan:
1. Regulasi penyelenggaraan PLPG
2. Teori-teori pembelajaran
3. Metodologi penelitian
4. Teknik penilaian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk memudahkan dalam mempelajari modul ini bacalah bagian-bagian substansi kajian pada
bagian awal dalam bab-bab yang tersedia sesuai dengan materi yang diberikan instruktur.
Kerjakan latihan-latihan yang disediakan pada bagian bagian berikutnya, dengan terlebih dahulu
mempelajari contoh-contoh dan penjelasan pengerjaannya. Jika mengalami kesulitan, tanyalah
pada instruktur yang memberikan materi sesuai dengan kajiannya atau mencari dari sumber
belajar dan buku-buku lainnya yang relevan. Pada akhir kegiatan, anda diminta untuk
menyelesaikan soal-soal latihan yang telah tersedia.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat meningkatkan kinerjanya
menjadi guru yang professional sesuai dengan tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi
guru,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |2
BAB II
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Model Pembelajaran
1. Konsep Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu
diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru
melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Modeldiartikan
sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalammelakukan kegiatan.
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi
yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang
dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain
yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6)
penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya
(Komaruddin, 2000:152).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu
sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka
model mengajar dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan
melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi
perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembeiajaran.
Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang
dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam perilakusiswa,
Pengembangan model-model mengajar tersebut dimaksudkan untuk membantu guru
meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan
yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Salah satu batasan tentang model
mengajar adalah :
‘’Model of teaching can be defined as an instructional design which describes
theprocess of specifying and producing particular environmental situations which causethe
students to interact in such a way that that specificchange occurs in their behavior”, (SS
Chauhan, 1979:20).
Dengan memperhatikan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa model
mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses
yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku
siswa seperti yang diharapkan.
Dalam dunia pendidikan, model diartikan sebagai a plan, method, or series of
activitiesdesigned to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Jadi
dengandemikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, model
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasukpenggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
tujuan penyusunan suatu model baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum
sampai pada tindakan. Kedua, model disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah
dari semua keputusan penyusunan model adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilrtas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu model.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga
menyebutkan bahwa model pembelajaran itu adalah adalah suatu set materi dan prosedur
pembeiajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |3
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Upaya untuk mengimlernentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah dengan menggunakan
metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan model yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa terjadi dalam satu model pembelajaran digunakan beberapa metode.
Misalnya untuk melaksanakan model ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus
metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, model berbeda dengan
metode. Model menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan, model. Dengan kata lain,
model adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a wayin
achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan model adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan model maupun
metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.Oleh karenanya model dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan model pembeiajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan
model pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif.
Selain pendekatan, model, dan metode, terdapat juga istilah lain yang kadangkadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan
penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorangdalam
rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih
individual. Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu model pembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan;
sedangkanbagaimana menjalankan model itu dapat ditetapkan berbagai metode
pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan
teknikyang dianggapnya relevan dengan metode, dan dalam penggunaan teknik itu guru
memiliki taktikyang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
b. Klasifikasi Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting
diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi
dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites
keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran
pada empat kelompok, yaitu :
1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models), menjelaskan
bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara
mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana
pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini
memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan
perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara umum dapat
diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan
masayarakst. Oleh karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai
tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi
intelektual.
2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang
menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan
memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk
memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul
tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model
ini memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha mengalakkan
kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan
bertanggungjawab atas tujuannya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Model Sosial (Social Family), menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan
siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha
membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perfaedaan dalam
realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep“synergy” yaitu energi atau tenaga
(kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan
masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya
melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan menerima
fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena
kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai
cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan
serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogianya mengorganisasikan belajar melalui’
kerja kelompok dan mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang
demokratis seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung, jadi pendidikan
harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelttian bersama (cooperative inquiry)
terhadap masalah-masalah sosial dan akademis.
4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran ( Behavioral Model of Teaching)
dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing
untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah
yang kecil dan berurutan. Sejalan dengan hal itu, teori konvergensinya William Stern
implementasinya dalam hal belajar mengajar telah menyebabkan munculnya berbagai
teori-teori belajar dan teori atau model mengajar, seperti: (1) model behavioral yang
terdiri dari belajar tuntas, belajar kontrol diri sendiri, simu!asi, dan belajar asertif; (2)
model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase
kerangka dasar atau“advance organizer”, dan model pengembangan berpikir; dan (3)
lain sebagainya yang dapat dijadikan pendekatan yang efektif dalam pengajaran.
5) Pertimbangan Pemilihan Model Pembeiajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan
baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa,
maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir model apa yang harus dilakukan agar
semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien, Ini sangat penting untuk dipahami,
sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh
karena itu, sebelum menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan :
a) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
i. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
kognitif, afektif, atau psikomotor?
ii. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat
tinggi atau rendah ?
iii. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
i. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
ii. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
tertentu atau tidak?
iii. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c) Pertimbangan dari sudut siswa
i. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
ii. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
d) Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
i. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
ii. Apakah model yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat
digunakan?
iii. Apakah model itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menerapkan
strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang dengan aspek
kognitif, akan memiliki model yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif
atau psikomotor, Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat
fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain
sebagainya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |5
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Model Pembelajaran Ekspositori
a. Konsep Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyarnpaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Roy Killen
(1998) menamakan model ekspositori ini dengan istilah model pembeiajaran langsung
(direct instruction). Mengapa demikian? Karena dalam model pembelajaran ini materi
pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah adi. Oleh karena model ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah model “ chalk
and talk”.
Terdapat beberapa karakteristik model ekspositori. Pertama, model ekspositori
dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur
secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini. Oleh karena itu sering
orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang
disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsepkonsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya
dengsn benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembeiajaranyang berpusat pada guru (teacher-centered approaches). Dikatakan
demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan, guru
menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model ini adalah
kemampuan akademik siswa.
Model pembelajaran ekspositori akan efektif manakala :
1) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan
harus dipelajari siswa.
2) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu.
3) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya
dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya
mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru.
4) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
5) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu
untuk kegiatan praktik.
6) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu
menjelaskan untuk seluruh siswa.
7) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle, 1987) model ini
sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anakyang
memiliki kemampuan kurang.
8) Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang berpusat pada
siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembeiajaran Ekspositori
Dalam penggunaan model pembeiajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru.
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam model
pembeiajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus
menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan model ini. Karena itu sebelum model
pembelajaran ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur.
2) Prinsip Komunikasi
Proses pernbelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yangmenunjuk
pada proses penyampaian pesan darr seseorang (sumber pesan)kepada seseorang
atau sekelompok orang (penerima pesan), Pesan yang ingindisampaikan dalam hal ini
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |6
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
adalah materi pelajaran yang diorganisrr dan disusunsesuai dengan tujuan tertentu
yang ingin dicapai.Dalam proses komunikasiguru berfungsi sebagai sumber pesan dan
siswa berfungsi sebagai penerimapesan.
3) Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” rnerupakan salah satu hukum belajar.
Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan
cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan;
sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul
manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan.
Yang dapat kita tarik dari dari hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima
informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kitaharus memposisikan
mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima
pelajaran, Jangan mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap
untuk menerimanya.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil
adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori terlebihdahulu diuraikan
beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model ini
1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai
2) Kuasai materi palajaran dengan baik
3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampampaian
Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru
untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada beberapa langkah dalam
penerapan mode! ekspositori, yaitu :
1) Persiapan (Preparation)
2) Penyajian (Presentation)
3) Korelasi (Correlation)
4) Menyimpulkan (Generalization)
5) Mengaplikasikan (Aplication)
3. Model Pembelajaran Inkuiri
a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari
bahasaYunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri. Pertama,
model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam
proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran
inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator
dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |7
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.
Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama
pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada siswa (student-centered approach). Dikatakan demikian,
sebab dalam model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran inkuiri akan efektif manakala :
1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model inkuiri,
penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran. Akan
tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang
sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan
dan kemampuan berpikir. Model inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada
siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
olehguru.
6) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang
berpusat pada siswa.
b.
Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada
pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut
Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social
experience, dan equilibrium. Atas dasar tersebut, maka dalam penggunaan Model
Pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap
guru.
1) Berorientasi pada Pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir.Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang
harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat
ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang
harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan
guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru
terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.
Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan
berbicara saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi
permasalahan yang dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan
peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |8
3)
4)
5)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan datam menggunakan model pembelajaraninkuiri
adaiah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawabsetiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.Oleh
sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuirisangat
diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiapguru,
apakah itu bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkankemampuan,
atau bertanya untuk menguji.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensti seluruh
otak.
Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba
sesuai
dengan
perkernbangan
kemampuan
logika
dan
nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai
kemungkinan
sebagai
hipotesis
yang
harus
dibuktikan
kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan hipotesis
dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembetajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu
persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.Dikatakan teka
teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Page |9
4)
5)
6)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa
atas jawaban atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengajuan hipotesis.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Konsep Dasar, Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama,
Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatanyang harus dilakukan siswa.
MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghafal materi pelajaran. Akan tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak
mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapantahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yangmemiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisadiambil
dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yangterjadi
dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwakemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:
1) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa,
yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan berpikir dalam membuat judgement secara objektif.
3) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan serta membuat
tantangan intelektual siswa.
4) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dengan belajarnya.
5) Jika guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataan)
b. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan MPBM. John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia
namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 10
b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakaan hipotesis yang diajukan.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan
rumusan kesimpulan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
a. Hakikat dan Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan
Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang
dilakukan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan
berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun kita lebih
banyak mendorong siswa agar menguasai sejumlah materi pelajaran. Metode
pembelajaran yang dibahas pada bab ini adalah metode pembelajaran yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Metode pembelajaran ini pada awalnya
dirancang untuk pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian,
tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik, model pembelajaran yang akan dibahas
ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya termasuk mata pelajaran sejarah.
Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para
orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting
dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan Matematika (Sanjaya, 2002). Hal
itu merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apapun diharapkan dapat
membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian besar para guru.
Mereka berpendapat bahwa IPS pada IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hapalan
yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang syarat dengan konsepkonsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu
dibuktikan.
Sekarang bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS dan sejarah
sebagai mata pelajaran hafalan? bagaimana sejarah dapat dijadikan mata pelajaran
yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Di bawah ini akan dijelaskan
satu model pembelajaran berpikir dalam pelajaran Sejarah dan IPS. Model pembelajaran
ini adalah model pembelajaran hasil dari pengembangan yang telah diuji coba
(Sanjaya,2002).
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MPPKB) adalah model
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah
yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama,
MPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan
berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh MPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran. Akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan atau ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan bicara secara verbal
merupakan salah satu kemampuan berpikir.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar
pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide
didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan/atau
berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil-hasil pengamatan mereka
terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupansehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir MPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah soisal sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 11
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Hakikat Kemampuan berpikir dalam MPPKB
Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau MPPKB merupakan
model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reasin (1981), berpikir (thinking) adalah
proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan
memahami (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebihbersifat
pasif daripada kegiatan berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan
usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali
atas permintaan; sedang memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan
dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang
lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar
informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan
solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh
sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki mengingat dan
memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir
seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti
yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya
memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang
tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama.
Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka
orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian,
berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan
mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan
proses mental yang disebut berpikir.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka MPPKB bukan hanya sekadar model
pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami
berbagai data, fakta atau konsep. Akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep
tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam
menghadapi dan memecahkan suatu persoalan
c. Karakteristik MPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan
kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses mental siswasecara
maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar
mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.
Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa
pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih
menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak
hanya peristiwa hubungan stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena
dorongan mental yang diatur otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut,
maka dalam proses implementasi MPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental,
maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama guru. Artinya, guru
harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya
apa yang dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya.
b. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa ketika
merencanakan topik yang harus dipelajari secara metoda apa yangakan
digunakan.
c. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru harus
membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang
dipelajari.
d. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa manakala siswa
dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
Dengan demikian guru harus dapat membantu siswa belajar dengan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 12
2)
3)
memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan
yang telah mereka miliki.
e. Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari. Merespon dalam
konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik.
MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus
menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan
yang mereka konstruksi sendiri.
MPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama
pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkonstruksi pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran baru.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Tahapan-tahapan Pembelajaran MPPKB
MPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar hal
ini sesuai dengan hakikat MPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar
yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan.
Cara demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh
pengalaman. Namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa
(George W. Maxim, 1987).
Ada 6 tahap dalam MPPKB. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut:
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan
pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang
harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materipelajaran
yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran
atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa, kedua, penjelasan proses
pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasn tentang apa yang harus
dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses
pembelajaran seperti yang dijelaskan pata tahap orientasi sangat menentukan
keberhasilan MPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu kemana
mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka.Oleh
sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasi
proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini
harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa.
2) Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan
kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan
dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab
untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap
relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah
selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan
Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3) Tahap Kontrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai
dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan
kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan
yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang
diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan
kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua.
Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar
memahami persoalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab,
pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh
sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh
tahapan ini.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 13
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap inilah siswa
berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan
ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya
pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat
menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta
sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan,
mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya
5) Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melaluiproses
penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci
sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru
membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka
pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.Tahap akomodasi dapat juga dikatakan
sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk
mampu mengungkap kembali pembahasan yang diangap penting dalam proses
pembelajaran
6) Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan
masalah yang disajikan. Tahap transper dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa
mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalahmasalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai
dengan topik pembahasan.
6. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif,
yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya
upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap
kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat danbakat siswa,
pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang
didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau
dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah
menjadi pertimbangan utama.
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak
yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok.
Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan lain sebagainya.
Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli
pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama,
beberapa hasil oenelitian membuktikan bahwa pemggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta
dapat meningkatkan harga diri.
Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalambelajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang
selama ini memiliki kelemahan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 14
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu,
mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu
akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan
kelompok.
Model pembelajaran ini bisa digunakan manakala :
1) Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam
belajar.
2) Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk
memperoleh keberhasilan dalam belajar
3) Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang lain.
4) Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
sebagai bagian dari isi kurikulum.
5) Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat
partisipasi mereka.
6) Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
7. Model Pembelajaran Kontekstual
a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima pelajaran, akan tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami materi yang
dipelajarinya,akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam kontek CTL, bukan untuk ditumpuk
diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Sehubungan dengan itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yangsudah
ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh
dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajarai secara
keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 15
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan
cara meminta tanggapan dari yang lam tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan
penyempurnaan strategi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional seperti
yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secara singkat
perbedaan kedua model tersebut dilihatdari konteks tertentu.
1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktifdalam
setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan 1 menggalisendiri materi
pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswaditempatkan sebagai
objek belajar yang berperan sebagai penerima informasisecara pasif
2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja
kelompok, berdiskusi, saling menerima dan member!. Sedanskan dalam pembelajaran
konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual denga nmenerima,
mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil,sedangkan
dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.
4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan
dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atauangka.
6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya
individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu
merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional,
tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luardirinya, misalnya
individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takit hukumanatau sekadar untuk
memp.eroleh angka atau nilai dari guru.
7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi
perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki
bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi olehorang lain.
8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam
pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan
setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran
konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.Sejarah SMA PLPG Sertifikasi
Guru 2012 Rayon 9 Universitas Negeri Jakarta 96
10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa,
maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya
dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi,
wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional
keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.
Beberapa perbedaan pokok si atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki
karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan
pengelolaannya.
a. Asas-Asas CTL
CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual. Seringkali asas ini disebut juga
komponen-komponen CTL.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 16
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Konstruktivisme
Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bias
mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.
Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun
oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan
yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas
konstruktivis mendalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu
mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata
2) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan peneluan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasildari rnengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang harus dipahaminya
Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja? Tentu tidak.
Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah,yaitu :
a) Merumuskan masalah
b) Mengajukan hipotesis
c) Mengumpulkan data
d) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e) Membuat kesimpulan
3) Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses
pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan
tetapi memancing agar siswadapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya
sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan
mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk:
a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran
b) Membangkitkan motivasi belajar siswa
c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan
kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakatdan minatnya. Biarkan dalam
kelompoknya mereka sating membelajarkan; yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada yang lain.
5) Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat,
atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan lain sebagainya.
Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan
asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa
dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis abstrak yang dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 17
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yangdilakukan dengan cara menurutkan kembali kejadian-refleksi, pengalaman
belajar itu aKan aimasukkan aaiam struKtur Kognitif siswa yang padaakhirnya akan
menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisaterjadi melalui proses refleksi
siswa akan memperbarui pengetahuan yangtelah dibentuknya, atau menambah
khazanah pengetahuannyaDalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL,
setiap berakhirproses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untukmerenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkansecara
bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapatmenyimpulkan
tentang pengaiaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata (Authentic Assesment) adalah proses yang dilakukan guruuntuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yangdilakukan siswa.
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakan siswabenar-benar belajar atau
tidak; apakah pengaiaman belajar siswa memilikipengaruh positif terhadap
perkembangan intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan prosespembelajaran.
Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatanpembelajaran
berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepadaproses belajar bukan
kepada hasil belajar.
b. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar.
Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsidan
jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil
belajar:
1) Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
2) Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
3) Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan
pasar nontradisional
4) Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
5) Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru melakukan
langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:
a) Pendahuluan
i. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
prosespembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
ii. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
(a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlahsiswa
(b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1
dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dankelompok 3 dan 4
melakukan observasi ke pasar swalayan
(c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal
yangditemukan di pasar-pasar tersebut
iii. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
b) Inti
Di lapangan
i. Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok
ii. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat
observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
(a) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masingmasing
(b) Siswa melaporkan hasil diskusi
(c) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
yang lain Penutup
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 18
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(d) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah
pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai
(e) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar
mereka dengan tema “pasar”
Apa yang dapat Anda tangkap dari pembelajaran dengan menggunakanCTL?
Ya, pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak
mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat
untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelasdigunakan
untuk salin membelajarkan. Untuk itu ada beberapa Catatan dalam penerapan CTL
sebagai suatu model pembelajaran, yaitusebagai berikut:
(a) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental,
(b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman dalam kehidupan nyata.
(c) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka
di lapangan.
(d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari
orang lain.
8. Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (Model PAKEM)
a. Pengantar
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok
tanahair adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat
dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan
anak,mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Modul
ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, danbagaimana
PAKEM tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah yang dapat dilakukan instruktur.
Dengan membaca dan mengikuti proses-proses yang telah dirancang dalammodul ini,
para peserta diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
Proses
Pembelajaran
Calon Siswa
Lulusan
PAKEM
(Depdiknas, 2005: 71)
Gambar Model Pembelajaran PAKEM
LANGKAH KEGIATAN
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai
berikut:
Pengantar Singkat
oleh Instruktur
Presentasi
Penguatan Hasil
Diskusi
Pemodelan PAKEM
(secara pleno)
Diskusi Kelompok
tentang hal-hal
yang diamati
dalam pemodelan
Diskusi kelompok
mengidentifikasi
ciri-ciri PAKEM
Sharing Hasil
diskusi Kelompok
dan Pelaporan
Presentasi
video/multimedia
pelaksanaan
Gambar Langkah Model Pembelajaran PAKEM
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 19
1) Kegiatan diawali dengan pengantar singkat oleh instruktur tentang rencana kegiatan
dankompetensi yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan. Kemudian juga
disampaikanpengaturan peserta dan aturan main pelaksanaan kegiatan.
2) Kegiatan berikutnya adalah permodelan PAKEM.Instruktur memodelkan pelaksanaan
PAKEM dengan melibatkan peserta sebagai murid. Pemodelan selain dimaksudkanagar
peserta dapat menghayati bagaimana mengikuti PAKEM, mereka juga
diharapkandapat merasakan perbedaan antara pengalaman sebelumnya dengan
PAKEM.
3) Diskusi kelompok. Diskusi kelompok (4-6 orang) tentang hal-hal baru yang
ditemukandalam pembelajaran PAKEM ” ditinjau dari beberapa hal, antara lain:
kegiatan anak danbentuk layanan yang diberikan guru, jenis pertanyaan atau
penugasan yang dikerjakansiswa, interaksi antar siswa dan interaksi lainnya, sumber
belajar yang digunakan,dan lain sebagainya. Selanjutnya proses dan hasil diskusi
dituliskan pada format yangdisajikan pada tabel berikut
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel Format/Pencatat hasil Diskusi
Komponen Pembelajaran
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi Antar Siswa
Interaksi Siswa dengan
Guru
Jenis Pertanyaan
atau Penugasan Yang
Dikerjakan Siswa
Sumber Belajar Yang
Digunakan
Lainnya: ….
4)
5)
Hal baru yang Berbeda dengan Kebiasaan
Pembelajaran selama Ini
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c
a.
b.
c
a.
b.
c.
Berbagi Hasil Diskusi
Hasil diskusi kelompok selanjutnya dipajang di tempat-tempat yang agak terpisah
a) Salah seorang dari setiap kelompok menunggui hasil kerjanya dan siap
menjelaskankepada kelompok lain yang mendatangi dan menanyakan segala
sesuatu yang terkaitdengan hasil karyanya
b) Kelompok lain mengunjungi dan belajar dari kelompok lain (berkeliling sehingga
semuahasil kerja kelompok lain sempat dikunjungi dan dipelajari).
Presentasi Video/multimedia tentang PAKEM
a) Instruktur memberikan informasi kepada peserta pelatihan untuk
memperhatikan rekaman ideo/multimedia secara cermat dan memberikan
bentuk tagihannya, yakni, memperbaiki hasil diskusi kelompok sebelumnya.
b) Instruktur menampilkan rekaman video/multimedia yang memperlihatkan
pelaksanaan pembelajaran yang PAKEM.
c) Setiap kelompok diminta melaporkan hal-hal yang dapat ditambahkan pada
hasil kerja sebelumnya, dan kelompk lain menambahkan hala-hal lain yang
tidak disebutkan oleh kelompok sebelumnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 20
6)
7)
Diskusi kelompok
Pada tahap ini kembali ke kelompok masing-masing dan mengidentifikasi ciri-ciri
PAKEM secara lebih lengkap.
Presentasi penguatan hasil diskusi PAKEM
Instruktur menyajikan transparansi tentang PAKEM sebagai penguatan terhadap
proses dan hasil kerja para peserta pelatihan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Apa, Mengapa PAKEM
1) Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan
masyarakatyang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan program
UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas. PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu
proses aktif dari siswadalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses
pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Vigotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan
pikiran. Dengan aktif berbicara (diskusi) anak lebih mengerti konsep atau materi
yang dipelajari. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Katz dan Chard
bahwa anak perluketerlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan
kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan
motorik, akademik, dan kreativitasnya.
Anak usia TK dan SD lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan kalau
sedangberlari, melompat, atau bersepeda Akan tetapi,dengan belajar yang aktif,
motorikhalus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan baik. Melalui
belajar aktifsegala potensi anak dapat berkembang secara optimal dan memberikan
peluang siswa untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai
pengetahuan. (Sowars, 2000: 3-10)
Oleh karena itu, proses belajar harus melibatkan semua aspek kepribadian
manusia,yaitu mulai dari aspek yang beruhubungan dengan pikiran, perasaan,
bahasa tubuh,pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Menurut Magnesen dalam Dryden
bahwa dalambelajar siswa akan memperoleh 10% dari apa yang dibaca, 20% dari
apa yang didengar,30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan
didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. (Dryden,2000: 100)
Unsur kedua dari PAKEM adalah kreatif. Kreatif artinya memiliki daya cipta,
memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran aktif siswa dalam
proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut
Semiawandaya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman
yang paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif
tersebut diperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan
tumbuhnya daya tersebut.(1999 : 66).
Suasana kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah suasana belajar yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktifdan memberi
kesempatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa takut
disalahkan oleh guru. Adapun pembelajaran yang efektif terwujud karena
pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa
sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan. Setelah proses
pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa
pengetahuan yang bersifat verbalisme namun diharapkan berupa kemampuan yang
lebih bermakna. Artinya siswan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada
dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 21
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing)
dan untuksiswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan
bereksplorasidapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan
bersosialisasi.Menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehinggasiswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga
waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian siswa
terbuktidapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa secara proses pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif
dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya
seperti bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak
adaaktivitas konkrit membosankan dan belajar tidak efektif tidak kritis, tidak
kreatif,komunikasi buruk, apatis.
Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian
neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan
kepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru galak akan
menurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berpikir efektif,
reaktif atau agresif. (Pancamegawani, 2006)
Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan
pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
melalui berbuat atau melakukan. Kemudian dalam PAKEM guru menggunakan
berbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multi media dan multi metode,
sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan semangatsiswa
dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa. Yang tidak
kalah pentingnya adalah PAKEM menggunakan lingkungan sebagai sumberbelajar
untuk menjadikan siswan menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Untuk
penataan kelas dalam PAKEM guru mengatur kelas dengan memajang bukubukudan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. Dengan
demikian siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dalam kelas sehingga
kemampuan anak dapat bekembang lebih optimal. Dalam strategi pembelajaran
guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatifdan interaktif termasuk cara
belajar kelompok. Guru mendorong siswa untukmenemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan
siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional
Pendidikan, ps 19, ayat 1)
2)
Landasan PAKEM
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005:
Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1)
b. Asumsi Dasar tentang Belajar
Asumsi dasar belajar adalah belajar merupakan proses individual, belajar
merupakan proses social, belajar adalah proses yang menyenangkan, belajar
adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti, belajar adalah membangun makna
(Constructivism) Perubahan Paradigma Mengajar – Pembelajaran (Teaching –
Learning) Penilaian–Perbaikan terus menerus (Testing–Continuous improvement)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 22
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat;
TeknologiInformasi/sumber belajar sangat beragam; Bekal memenuhi kebutuhan
manusiamodern–mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah;
Persainganinternasional (Globalisasi) Belajar lebih efektif/pendalaman; Anak lebih
kritis; Anak menjadi lebih kreatif; Suasana dan pengalaman belajar bervariasi;
Meningkatkankematangan emosional/sosial; Produktivitas siswa tinggi; Siap
menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan;
c. Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan
dan
beradaptasi
dengan
lingkungannya
(teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang
disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang
objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek
dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua
proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan
lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal
tersebut tidak mungkin dipisa kankarena memang proses belajar terjadi dalam
konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia
tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai
memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspeklain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir
secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat
cair,panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan
berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga
ciri, yaitu:
i. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
ii.
Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep
dariberbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif
yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
iii.
Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang
secarabertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutanlogis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta
kedalaman materi.
c. Pembelajaran yang Efektif
Kegiatan belajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang menunjang
kompetensi siswa. Kegiatan belajara yang efektif adalah kegiata belajar yang memahami
makna belajaryang sesusngguhnya, pembelajaran yang berpusat, pembelajaran yang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 23
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengalami, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional,
mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, pembelajaran yang
merupakan perpaduan kemandirian dan kerja sama, belajar sepanjang hayat.
Makna belajar merupakan proses membangun pemahaman/pemaknaan terhadap
informasi dan atau pengalaman siswa. Siswa sebagai subjek belajar. Kegiatan
pembelajaran harus memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar,
motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa.Belajar mengalami artinya siswa terlibat
langsungdalam pembelajaran. Hal ini dapat dikembangkan melalui pengalaman inderawi:
melihat,mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, mencium, Pengalaman simulasi ,
Audio-visual, Mendengarkan informasi.
Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional dapat dilakukan
dengan mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi, hasil temuan, berinteraksi dengan
lingkungan belajar kelompok, saling mempertajam, memperdalam, memantapkan,
menyempurnakan gagasan. Keterampilan social dapat dilakukan dengan bersosialisasi
dengan menghargai perbedaan pendapat, sikap, kemampuan, prestasi Bekerja sama dan
mengembangkan empati. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah BerTuhan, yaitu dengan mengembangkan Rasa ingin tahu, peka, kritis, mandiri, dan kreatif
Fitrah bertuhan,bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa Perpaduan Kemandirian dan
Kerja Sama, berkompetisi , kerja mandiri, kerja sama, dan solidaritas. Adapun Belajar
Sepanjang Hayat Untuk bertahan (survive) & berhasil (success)
Mengenali diri Keterampilan belajar: percaya diri, keingintahuan, memahami orang
lain, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama Pengalaman Belajar yang
Beragam,Pengalaman Mental, Pengalaman Fisik, dan Pengalaman Sosial. Pengalaman
Mentaldapat diperoleh Melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, markan berita
radio, televisi, melakukan perenungan, menonton film
Pengalaman Fisik dapat diperoleh melalui pengamatan, percobaan, penelitian,
kunjungan, karya wisata, dan pembuatan buku harian. Pengalaman sosial melalui
berwawancaradengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan
bazaar, melakukanpameran, mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan,
berkomentar, mengajukan hipotesis mengumpulkan data. Dengan situasi: nyata, buatan,
audio-visual (misal: sajian film), visualisasi verbal: ilustrasi (cerita grafik,table) audioverbal.
Contoh-contoh Pengalaman Belajar
1) menggubah syair dan bernyanyi
2) melakukan permainan
3) diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah)
4) menggambar dan mengarang
5) menulis prosa, puisi, pantun
6) membaca
7) menyimak
8) mengisi teka-teki
9) mengajukan pertanyaan penelitian
10) mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
11) mengomentari
12) bercerita
13) mendengarkan cerita
14) mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
15) mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
16) membuat rangkuman/sinopsis
17) mendemonstrasikan hasil temuan
18) mencari pemecahan soal-soal (matematika)
19) membuat soal cerita
20) mengukur panjang, berat, suhu
21) merencanakan dan melakukan percobaan, penelitian
22) membuat buku harian
23) membuat kamus
24) melakukan simulasi (dengan komputer)
25) mengelompokkan, mengidentifikasi ciri benda
26) mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 24
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
27) membuat komik
28) membuat prediksi dan berekspolarsi
29) membuat grafik
30) membuat diagram
31) membuat carta
32) membuat jurnal
33) menyiapkan dan melaksanakan pameran
34) menggunakan alat (ukur, potong, tulis)
35) praktik ibadah
36) berceramah
37) membuat poster
38) membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
39) menata pajangan
40) menata buku perpustakaan
41) membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
42) melakukan wawancara
43) membuat denah
44) membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan
45) membaca kamus
46) mencari informasi dari ensiklopedi
47) melakukan musyawarah
48) mengunjungi dan menemukan alamat situs website
49) berorganisasi
50) mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik
51) membuat cergam
52) membuat resensi buku
53) mengkritisi suatu artikel
54) mengkaji pola tulisan suatu artikel
55) menulis artikel ilmiah populer
56) membuat ensiklopedi
(tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir danmengaplikasikan
pengetuan yang sudah dimiliki siswa)
Pengelolaan KBM
1) Pengelolaan Tempat Belajar
2) Pengelolaan Siswa
3) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
4) Pengelolaan Isi Pembelajaran
5) Pengelolaan Sumber Belajar
Pengelolaan Tempat Belajar
1) Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2) Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa
3) Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram, model, benda asli,
kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot sekolah, sumber belajar
Pengelolaan Siswa
1) Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh kelas
2) Hal yang perlu menjadi pertimbangan
3) jenis kegiatan
4) tujuan kegiatan
5) keterlibatan siswa
6) waktu belajar
7) ketersediaan sarana/prasarana
8) karakteristik siswa
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 25
Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa
Faktor Keberagaman
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengelolaan Siswa
1) Siswa berpeluang mempelajari materi yg
Isi(bycontent)
berbeda dlm sasaran kompetensi yg sama
ataupun berbeda
2) Siswa berpeluang berkreasi sesuai dg minat dan
motivasi belajar baik dlm kompetensi yg sama
Minat dan motivasi(by interest)
maupun berbeda. Siswa termotivasi
belajarsecaramandiri
3) Siswa berpeluang belajar (bekerja) sesuai dengan
Kecepatan tahapan belajar (by speed)
kecepatan yg dimilikinya. Keberagaman bias pada
kompetensi, isi, maupun kegiatan
4) Siswa berpeluang untuk mencapai kompetensi
Tingkat kemampuan (by level)
secara maksimal sesuai dg tingkat kemampuan yg
dimiliki
5) Siswa berpeluang menunjukkan respon melalui
Reaksi yang diberikan siswa (by respond)
presentasi/menyajikan hsl karyanya secara
lisan,tertulis,benda kreasi,...
6) Siswa berpeluang menguasai kompetensi
Siklus cara berpikir (by circularsequence)
melalui cara-cara, dan seleksi berdasarkan
perspektif yg mereka pilih
7) Siswa berkemungkinan untuk memiliki perbedaan
Waktu (by time)
durasi untuk menguasi kompetensi tertentu
8) Siswa diberi perlakuan secara individual sesuai
Pendekatan pembelajaran (by teachingstyle)
dengan keadaannya
1) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi mengharap jawaban
benarTujuan Bertanya adalah menharapkan jawaban yang benar dan meransang
siswa berpikir danberbuat dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat produktif,
terbuka, dan imajinatif.
Tabel Kategori Pertanyaan
Kategori
Pertanyaan
Terbuka
Tertutup
Produktif
Tidak Produktif
Arti
Pertanyaanya memiliki lebih dari
satu jawaban benar
Pertanyaanya memiliki hanya satu
jawaban benar
Dpt dijwb melalui pengamatan,
percobaan, penyelidikan
Dpt dijwb hanya dg melihat, tanpa
melakukan pengamatan,
percobaan, atau penyelidikan
Contoh
Mengapa ibukota Indonesia Jakarta?
Apa Nama ibukota Indonesia?
Berapa halaman kertas diperlukan
untuk menghabiskan
Apa nama benda ini?
Imajinatif dan
interpretative
Jwb-nya diluar
benda/gambar/kejadian yg diamati
(Diperlihatkan gb gadis termenung
dipinggir laut). Diajukan
pertanyaan,“Apa yang sedang
dipikirkan gadis itu?”
Faktual
Jwb-nya dpt dilihat pd
benda/kejadian yg diamati
Apa yang dipakai gadis itu?
2) Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik bukanlah pernyataan yang memotivasi siswa
Penilaian yg mendorongsiswa melakukan unjuk kerja
Penilaian dilakukan secara alami dalam konteks pembelajaran. Modus/medium untuk
menilai tidak cukup satu jenis
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 26
Tabel Umpan Bailk Guru terhadap Perilaku Siswa
Perilaku Siswa
1. Pak/Bu apakah di Mars ada
kehidupan?
3. Di mars pasti ada kehidupan
5. Mengerjakan sesuatu berbeda
dari biasanya
7. Berargumentasi
Umpan balik dari guru
2. Menurutmu bagaimana?
4. Mengapa kamu berpendapat spti itu?
6. Meminta penjelasan,“Dptkah kamu
jelaskan, mgp demikian?
8. Ini alas an yang saya tdk banyak tahu Kamu
tlh meyakinkanku, bgm pendpt temanmu?
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Pengelolaan Isi Pembelajaran
a) Menyiapkan Silabus Pembelajaran
b) Kemungkinan pembelajaran tematik
4) Pengelolaan Sumber Belajar
a) Pemanfaatan sumber daya sekolah
b) Pemanfaatan sumber daya lingkungan
5) Strategi Pembelajaan
a) Siswa belajar secara aktif
b) Siswa membangun peta konsep
c) Siswa menggali informasi dr berbagai media
d) Siswa membandingkan dan mensintesiskan informasi
e) Siswa mengamati secara aktif
f) Siswa menganalisis peta sebab akibat
g) Siswa melakukan kerja praktik
9. Mengapa Perlu PAKEM ?
a. Perlunya Belajar Aktif
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan manifestasi dari belajar
bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan mereka secara aktif dalam
pembelajaran memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengeksplorasi
informasi, mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta membangun sendiri
konsep-konsep yang ingin dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan
memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat
menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Pribadi yang mampu belajar
terus menerus seperti inilah yang diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai
pesatnya perkembangan jaman serta berkompetisi di era global.
Alvin Toefler, salah seorang futurolog, menyatakan
bahwa orang buta huruf pada saat ini bukanlah orang
yang tidak bisa membaca melainkan orang yang tidak
bisabelajar. Sebagai implikasinya, kemampuan belajar
terus menerus atau menjadi manusia pembelajar
seumur hidup merupakan keharusan jika kita ingin
eksis di erainformasi. Hal inilah yang menjadi
landasan mengapa pembelajaran yang aktif perludan
penting bagi siswa.
Aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih
tepatnya pembelajaran kooperatif diharapkan juga menumbuhkan siswa menjadi
pribadi dan warga negara yang lebih toleran dan damai. Jika siswa terbiasa
mengemukakan gagasan, toleran dan menghargai pendapat orang lain, diharapkan
sikap dan perilaku tersebut dapat terus berkembang ketika mereka terjun di
masyarakat kelak. Dengan demikianpembelajaran yang aktif juga ikut menyiapkan
siswa menjadi warna negara yanglebih baik dan lebih demokratis
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 27
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Perlunya Pembelajaran yang Kreatif
Kendati saat ini banyak dibutuhkan, kreativitas dan orang-orang yang kreatif masih
saja belum banyak jumlahnya. Konon hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia
tidak banyak menghasilkan paten atau temuan.
Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan
temuan-temuan baru tentu saja menjadi kendala untuk
dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain
didunia. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk
semenjak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau belajar
mengkreasi sesuatu. Guru PAKEM seyogyanya
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk
menghasilkan karya baik secara berkelompok maupun individual.
Pengembangan kreativitas semenjak dini ini diharapkan juga membentuk
karaktersiswa menjadi pribadi-pribadi kreatif. Kelak ketika mereka dewasa kreativitas
ini diharapkan dapat menjadi terobosan dan memecahkan berbagai masalah
kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon
banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak
kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan
menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan.
c. Perlunya Pembelajaran yang Efektif
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendidikandi
negara kita masih jauh tertinggal dari negaranegarayang lain. Salah satu bukti rendahnyaprestasi
belajar siswa Indonesia dapat dicermati dari hasil
Trens in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) yang dilaksanakan oleh IEA. Institusi ini
membandingkan prestasi belajar matematikadan
sains siswa Amerika Serikat dan siswa-siswa di
negara yang lain. Hasil rerata untuk sekolah menengah, Indonesia berada pada
urutan ke 36 dari45 negara yang diteliti. Skor rerata siswa Indonesia adalah 420, jauh
di bawah rata-rata internasional 471 (National Center for Educational Statistics,
Desember 2004).
Dengan demikian isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas pembelajaran
memang
perlu
ditindak
lanjuti
diantaranya
dengan
menyelenggarakan
pembelajaranyang efektif. Guru harus yakin bahwa ketika pembelajaran berakhir
semua siswa telah menguasai indikator kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui
penilaian berbasis kelas informasi tentang penguasaan topik pembelajaran akan
segera diketahui oleh guru dan informasi ini menjadi bekal untuk merefleksi
pembelajaran yang lebihefektif pada masa berikutnya.
d. Perlunya Pembelajaran yang Menyenangkan
Riset tentang learning society atau masyarakat belajar menunjukkan bahwa perilaku
belajar anggota masyarakat dipengaruhi oleh pengalaman belajar mereka ketika
masih kecil. Mereka yang mengalami pembelajaran yang menyenangkan cenderung
akan mengulanginya dan tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup. Mereka
yangmengalami suasana pembelajaran yang buruk dan guru-guru yang galak
cenderung untuk tidak melanjutkan proses belajar. Berkaitan dengan hal ini
pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga siswa belajar dengan asyik
atau menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh siswa di bangku pelajaran juga
terbilang panjang. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan siswa tidak merasa
terpenjara atau sekolah sebagai penjara yang penuh siksaan-siksaan psikologis.
Karena dampaknya tentu tidak baik bagi perkembangan anak. Seyogyanya siswa bisa
menghabiskan waktu sekolahnya dengan senang hati, enjoy dan menikmati berbagai
pengalaman belajarnya. Untuk itulah guru perlu menciptakan suasana fisik dan
psikologis sedemikian rupa sehingga siswa kerasan di sekolah. Pendek kata siswa juga
berhak menikmati masa-masasekolahnya dengan senang hati.
e. Belajar dan Pembelajaran Bermakna
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 28
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses
interaksi antar anak dengananak, anak dengan
sumber belajar dan anakdengan pendidik. Kegiatan
pembelajaran ini akanmenjadi bermakna bagi anak
jika dilakukan dalamlingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa zaman bagi anak. Proses belajar
bersifat individualdan kontekstual, artinya proses
belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan
perkembangannya danlingkungannya.
Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh
terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru
dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses
belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi
merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik
dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka
guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah
dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep
tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa
yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya
mendengarkan orang/guru menjelaskan. Hal yang Harus Diketahui dan Diperhatikan
Guru dalam Melaksanakan PAKEM.
Dalam dinyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan
guru dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.
1) Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin tahudan
berimajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus dikembangkan ataudistimulasi
melalui kegiatan belajar mengajar. Karena kedua hal tersebut adalah modal dasar
bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif.
Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki olehsiswa.
Seperti dikemukakan oleh Jhonson salah satu komponen dalam system
pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kratif. Artinya siswa
dapatmenggunakan tingkat berpiki yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif
(2002:24).
Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang
sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan kedua sifat yang
dimiliki anak tersebut secara optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna. Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan
kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau prestasinya.
Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa perlu dihargai oleh guru.
Kemudian kebiasaan guru mengajukan pertanyaan yang menantang atau yang
bersifat terbuka juga langkah tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Tidak kalah pentingnya adalah guru yangmendorong anak untuk
melakukan percobaan juga merupakan siswa yang subur untuk mengembangkan
kemampuan yang dimaksud.
2) Mengenal Anak Secara Perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan individual perlu
diperhatikandan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam
kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda
sesuaidengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih
dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat
kesulitansehingga anak tersebut bwelajar secara optimal.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 29
3) Memanfaatkan Prilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial. Anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Prilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganiosasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahan sesuatu, anak
dapat bekerja, berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan
tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok.
Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk
berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian
anak perlu juga menyelesaikan tugas secara
perorangan agar bakat individunya berkembang.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Mengembangkan
Kemampuan
Berpikir
Kritis,
Kreatif,
dan
KemampuanMemecahkan Masalah
Pada
dasarnya
hidup
ini
adalah
memecahkan
masalah.
Hal
tersebut
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif. Kritis untuk menganaklisis masalah;
dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
teraebut kritis dan kreatif bersal dari rasa
ingin tahu dan imajinasi yang keduannya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena
itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan seringnya
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yangterbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata ”Apa yang terjadi jika....,lebih baik dari pada yang
dimulai dengan kata-kata”Apa, berapa. Kapan” yangumumnya tertutup hanya ada
satu jawaban yang benar.
5) Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti
itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang diapajangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswalain. Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,puisi, karangan
dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,
dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
6) Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati
(dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasikan, membuat trulisan, dan membuat gambar atau diagram.
7) Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan
Belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belaja. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada
kelemahan siswa. Selain itu cara memberika umpan balik pun harus secara
santun.Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya dirim dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan
siswa dan memberikkan komentar dan cacatatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari hanya sekedar
angka
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 30
8) Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatansibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta
siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yangsebenarnya
dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut baik takut ditertawakan, takut disepelekan,atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
10. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM
a. Pengantar
Setelah peserta memahami pengertian dan gambaran tentang PAKEM pada unit
3,peserta dituntut membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM
dan melaksanakannya baik mengajar terhadap teman (simulasi) maupun terhadap
siswa (praktik mengajar). Hal ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM
menjadi lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman terutama tentang
hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai
calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan
selanjutnya. Contoh-contoh pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata
pelajaran terdapat pada lampiran tersendiri. Contoh tersebut dapat digunakan dalam
perencanaan pembelajaran PAKEM.
I. Tujuan Pembelajaran
A. Standar kompetensi
Setelah mempelajari materi ini diharapkan memahami tentang hakikat
PAKEM, dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan
PAKEM
B. Kompetensi Dasar
Mampu merancang dan melaksanakan PAKEM
C. Tujuan
1. Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu :
2. Membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM
3. Melakukan Simulasi
4. Melakukan evaluasi dan produk mengajar
II. Langkah Kegiatan
Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini
digambarkan sebagai berikut :
30’
30’
60’
Modeling PAKEM
oleh fasilitator
per mata
pelajaran
Diskusi
kelompok:
mengidentifikasi
ciri-ciri PAKEM
Memilih scenario
dan membuat
persiapan
mengajar
(simulasi) PAKEM
1
2
3
120’
Simulasi PAKEM
4
45’
45’
180’
120’
30’
Umpan balik
hasil karya
siswa
Diskusi refleksi
mengajar
Praktik
mengajar di
kelas yang
nyata
Menyempurnak
an persiapan
mengajar
Diskusi
kelompok:
Penyempurnaan
simulasi
9
8
7
6
5
Gambar Langkah Pembelajaran PAKEM
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 31
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Modeling PAKEM ( 30 menit)
Peserta dikelompokkan dalam kelompok mata pelajaran. Fasilitator
melakukan pemodelan PAKEM d i depan kelompok tersebut. Setiap
kelompok mengamati pemodelan sesuai dengan kelompoknya.
Langkah-langkah:
Memilih skenario yang sudah tersedia, menyiapkan alat-alat,kemudian
mempraktikkan cara mengajar yang PAKEM sesuai dengan skenario yang
sudah dipilihnya. Dalam modeling, fasilitatormenjadi guru sedangkan
peserta menjadi siswa/ pengamat. Modeling sebaiknya disesuaikan
dengan level peserta, hal ini untukmenghindari ketidakseriusan.
2. Diskusi Kelompok (30 menit)
Peserta mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap modeling.
Langkah-langkah:
peserta mendapatkan scenario mengajar yang dipilih oleh fasilitator pada
saat modeling; Peserta mendiskusikan struktur skenario dan
pelaksanaannya (langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar,
manajemen kelas, pajangan dan kompetensi ) Diskusi didampingi oleh
fasilitator yang menjadimodel pada kelompok itu.
Kerja Kelompok:
3. Membuat Persiapan Simulasi PAKEM ( 60 menit)
Peserta diberi contoh RP yang dapat diambil dari buku ”bestpractice”atau
contoh-contoh RP yang lain. Dalam kelompok yang terdiri dari anggota
kelompok 3-5 orang, peserta mendiskusikan RP yang bernuansa PAKEM
tersebut. Kemudian RP disimulasikan di depan peserta lain. Selanjutnya
peserta memperbaiki RP berdasarkan masukan yang ada. RP ini akan
dipraktikkan di depan siswa di pertemuan berikutnya.
Langkah selanjutnya, peserta menyiapan alat bantu belajar/mengajar,
lembar kerja, bahan ajar, bahan bacaan (jika diperlukan). Peserta dapat
menyesuaikan contoh PAKEM dengan keadaan setempat dan membuat
perbaikan kalau mereka mempunyai ideyang lebih baik.
4. Simulasi Mengajar ( 120 menit)
Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara salah satu peserta menjadi
guru di depan peserta lain yang ada dalam kelompoknya. Simulasi dapat
pula dilakukan dengan cara salah satu peserta dari satu kelompok
melakukan simulasi di depan kelompok yang lain.
Langkah-langkah:
Pada jam yang sama setiap kelompok menampilkan salah satupeserta
untuk melakukan simulasi. Setelah itu peserta lain jugamelakukan hal
yang sama. Simulasi juga dapat dilaksanakan olehanggota dari kelompok
tertentu di depan kelompok yang lain. (Simulasi tidak perlu sampai
tamat: 30 – 45 menit mungkin cukup.Ingatkan peserta/pengamat agar
mengamati proses simulasi terutama dari segi sejauh mana
pembelajarannya sesuai dengan ciri-ciri PAKEM). Fasilitator mengamati
pelaksanaan semua simulasi sesuai dengan mata pelajaran yang telah
dimodelkannya.
5. Diskusi Kelompok: Hasil Simulasi (30 menit)
Langkah-langkah:
Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilandan
hambatan yang dirasakannya selama simulasi (5 menit); Peserta lain
memberikan komentar terutama dari segi sejauhmana PEMBELAJARAN
dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan alternatif mengatasi
hambatan yang dirasakan oleh simulator. (Kelompok pelaku simulasi
hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam
menyempurnakan persiapan, lembarkerja, dan sebagainya).
6. Perbaikan Persiapan PAKEM (120 menit)
Langkah-langkah:
Masing-masing kelompok memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan
bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan
komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 32
akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya.
Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk
mempraktikkannya.
(Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar
siap dengan persiapan, LK, dan sebagainya yang telah diperbaiki
sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan
praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan).
7. Diskusi Kelompok: Proses Mengajar (180 menit)
Kelompok mengkaji pelaksanaan praktik, sejauh mana PEMBELAJARAN
memenuhi karateristik PAKEM. Diskusi terfokus pada kualitas tugas,
perintah yang diberikan oleh guru; kegiatanyang dilakukan oleh siswa
berkaitan dengan hasil yang diharapkandan hambatan yang dialami pada
saat mengajar, serta alternative pemecahannya. Hasil diskusi
dipajangkan dan menjadi bahan diskusikelompok lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
III. Uraian Materi
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM
Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan
yang terjadi selama KBM. Berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki
guru dalam melaksanakan PAKEM yang telah diuraikan di atas, maka
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus sesuai dengan
kemampuan tersebut. Adapun contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan tersebut akan diuraikan berikut ini. Gambaran
penerapan PAKEM tersebut dapat ditinjau berdasarkan beberapa
komponen pembelajaran
Tabel Penerapan PAKEM
Komponen Pembelajaran
Guru merancang dan mengelola
KBM yang mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam


Guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan

keterampilan.


Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan

gagasannya sendiri secara lisan atau

tulisan.


Guru menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa.



Hal Baru Yang Berbeda dengan Kebiasaan
Pembelajaran Selama Ini
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam,
misalnya:
 Percobaan
 Diskusi kelompok
 Memecahkan masalah
 Mencari informasi
 Menulis laporan/cerita/puisi
 Berkunjung keluar kelas.
Sesusai mata pelajaran, guru menggunakan misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri

Gambar

Studi kasus

Nara sumber

Lingkungan
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan,atauwawancara
Mengumpulkan data/jawaban danmengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan katakata sendiri
Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebutt
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 33
 Siswa menceritakan atau memanfaatkan
Guru mengaitkan pembelajaran
pengalamannya sendiri.
dengan pengalaman siswa sehari Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan
hari.
sehari-hari
Menilai pembelajaran dan kemajuan Guru memantau kerja siswa
belajar siswa secara terus menerus. Guru memberikan umpan balik
b.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Implikasi PAKEM
Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai berbagaiimplikasi
yang mencakup:
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan guruyang
kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak,juga
dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
Sebaliknya pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun ciriciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah menggunakan buku paket,
jawaban harus sama dengan guru, guru mendiktekan apa yang harus dilakukan,
guru memberi contoh, ceramah, hafalan. Dampak dari pembelajaran
yangberpusat pada guru adalah siswa menjadi mahluk yang individualis, motivasi
belajar siswa turun, siswa kurang dapat bekerjasama, siswa pasif, guru
kurangkreatif.
b. Implikasi bagi siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok
kecilataupun klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana,
danpemecahan masalah.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
1) PAKEM pada hakikatnya menekankan pada siswa baik secara
individualmaupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang
sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
(by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang
dapatdimanfaatkan (by utilization).
3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaranyang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat menggunakan buku
ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan
dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat
bahan ajar yang terintegrasi
d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
aktif,
kreatif,
efektif,
danmenyenangkan perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana
belajarmenyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
2) Susunan
bangkupeserta
didik
dapat
berubah-ubah
disesuaikan
dengankeperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelasmaupun di luar kelas
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didikdan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan
peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 34
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Implikasi terhadap Pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAKEM, maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan
multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanyajawab, demonstrasi,
bercakap-cakap.
a. Penerapan PAKEM dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan
aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang berbeda dengan kebiasaan
pembelajaran selama ini adalah guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang
beragam, misalnya percobaan, diskusi kelompok menulis laporan,berkunjung
keluar kelas. Dengan menerapkan PAKEM guru diharapkan menggunakan
metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode mengarah pada
keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan berbahasa.
b. Alat Bantu dan Sumber Belar
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuaimata
pelajaran, guru menggunakan, misal alat yang tersedia atau yangdibuat
sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, dan lingkungan.
c. Metode Pembelajaran
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan. Siswa dapat dapat melakukan percobaan, pengamatan,atau
wawancara. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri,menarik
kesimpulan,
memecahkan
masalah,
mencari
rumus
sendiri,
menulislaporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
d. Pengalaman Belajar
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan
terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak sendiri.
e. Pemilihan Bahan Ajar
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
Siswa dikelompokkan sesuiai kemampuan (untuk kegiatan tertentu), bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut, tugas
perbaikkan atau pengayaan diberikan.
f. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual
Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna.
(meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran bermakna adalah
pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran dirasakan terkait dengan
kehidupan nyata dan siswa memahami manfaat dari pembelajaran yang
dilaksanakannya
dan
siswa
merasakan
penting
untuk
belajar
demikehidupannya di masa depan. (Kratf, 2000: 33). Impelementasi
dalamkegiatan pebelajaran terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari. Guru dapat meminta siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat menerapkan
hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
g. Penilaian atau Evaluasi
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru
memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik. Penilaian harus
dilakukan secara otentik dengan menggunakan instrumen penilain
yangbervariasi. (Kratf, 2000:33)
Tabel Lembar Observasi PAKEM
Aspek
Uraian/
temuan
Bagaimana bentuk tugas yang diberikan?
Apa yang dikerjakan siswa untuk melakukan tugas tersebut?
Kemampuan apa yang dikembangkan melalui tugas tersebut?
Bagaimana bentuk pertanyaan yang diberikan dalam tugas?
Jenis pertanyaan apa saja yang diajukan guru kepada siswa dalam
pembelajaran?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 35
Aspek
Uraian/
temuan
Sejauh mana guru memperhatikan perbedaan siswa?
Apa yang dilakukan oleh siswa selama mengerjakan tugas?
Sejauh mana siswa diberi kesempatan untuk menanggapi kegiatan
belajar yang telah dilakukan?
Apa yang dilakukan siswa pada saat belajar kelompok, individu,
berpasangan, atau klasikal?
Pada saat ada kerja kelompok, berapa jumlah anggota kelompok?
Apakah semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok?
Apa yang dilakukan guru selama anak mengerjakan tugas?
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Indikator Monev PAKEM
Guru
a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukan sendiri,
mengungkapkan pendapat dsb.);
b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang;
c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar,termasuk
sumber belajar dan bahan dari lingkungan;
d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengankemampuan
siswa;
e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas
yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalampembelajaran.
Siswa
a) Siswa tidak takut bertanya;
b) Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan masalah;
c) Siswa aktif bekerja;
d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulisbiograpi tokoh).
Kelas
a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa,siswa dan
siswa;
d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang
dimanfaatkan siswa.
11. Desain Pembelajaran PAKEM
a. Pengantar
Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja kelompok. Jika dalam
suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti
orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu
bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM.
Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, walau
mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak semua siswa bekerja, maka
dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM.
Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan
melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas
keterlibatan siswa dalam belajar.
Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM
dikelas, biasanya akan menemui masalah. Beberapa masalah yang masih sering
ditemukan baik dalam pelatihan maupun dalam penerapan PAKEM di kelas dapat
dilihat di bawah ini.
Beberapa isu-isu penerapan PAKEM di kelas adalah sebagai berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 36
1) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM
yangbaik;
2) Guru belum memiliki referensi (buku, video, dll) tentang pembelajaran PAKEM
yang baik;
3) Tugas yang diberikan guru kepada siswa masih bersifat tertutup dan
banyakpengisianlembar kerja (LK) yang kurang baik;
4) Pembelajaran belum memberikan tantangan sesuai kemampuan siswa
5) Pembelajaran hanya mengajarkan satu indikator dengan satu aktivitas;
6) Perbedaaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan,
pintar/kurang pintar, sosial ekonomi tinggi/rendah;
7) Pengelolaan siswa kurang sesuai dengan kegiatan;
8) Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9;
9) Pajangan cenderung menampilkan semua apa yang dikerjakan siswa denganhasil
yangseragam;
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berbagai kendala selalu ada, akan tetapi dukungan pun tak kurang banyak
dalammenerapkan PAKEM. Berbagai pelatihan telah diikuti dan para guru
telahmelakukannyadi kelas masing-masing.
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan mutu pelaksanaan PAKEM, pada modulini
dibahas dan dikaji secara berurutan: 1). telaah PAKEM, 2). teknik bertanya,
3).pengorganisasian kelas, 4). pembelajaran kooperatif, dan 5). pengembangan
idepembelajaran
I. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti modul ini, diharapkan peserta:
a. Mampu menidentifikasi sifat-sifat PAKEM tertentu dalam pembelajaranyang
dilaksanakan
b. Mampu mengidentifikasi jenis pertanyaan yang efektif
c. Mampu mengorganisasikan kelas sesuai dengan tugas pembelajaran
d. Mampu mengembangkan ide pembelajaran
II.
Langkah Kegiatan
III. Uraian Materi
A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru
1. Identifikasi Kesulitan Belajar
Pengantar
Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan,
melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan rencana
yang telah disusun,guru sering mengalami kendala dan permasalahan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 37
sehingga kompetensiyang telah ditetapkan di masing – masing mata
pelajaran tidak mencapaihasil yang maksimal.
Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang pengaruh
penting terhadap pencapaian kompetensi adalah peserta didik.
Keberadaanpeserta didik, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, dan
lainnya berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2.
Tujuan
Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat :
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
padasetiap mata pelajaran
b) Menemukan kemungkinan masalah dalam pembelajaran pada
setiapmata pelajaran
c) Menemukan
solusi/pemecahan
dalam
pembelajaran
pada
setiapmata pelajaran
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar seringkali diartikan sebagai gangguan yang terlihat
pada kesulitan dalam menguasai dan kemampuan memahami
kompetensi dasar yang diajarkan. Kesulitan belajar dapat berhubungan
dengan perkembangan peserta didik seperti gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar
dalam penyesuaian perilaku sosial atau berhubungan dengan
kemampuan akademik seperti kegagalan dalam penguasaan
ketrampilan membaca,menulis, berhitung, dan kompetensi lainnya.
Sementara ini yang sering terjadi, tinjauan terhadap kesulitan belajar
peserta didik lebih banyak dibebankan kepada peserta didik. Mereka
dianggap kurang serius dalam belajar, kemampuan intelegensinya
rendah, bimbingan orang tua kurang dan masih banyak alasan serupa
lainnya. Padahal dalam pembelajaran banyak unsur yang terkait dan
mempengaruhi kualitas hasil belajar. Dalam konteks korelasi antara
input-process-out put bisa kita lihat multi unsur yang memberikan
andilhasil belajar. Input berupa raw input (peserta didik), inviromental
input (lingkungan), dan instrumental input (kurikulum). Pada proses
kita
dapatmelihat
perencanaan
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran, maupun sistem penilaian yang dikembangkan. Input dan
proses tersebut akanmewarnai hasil belajar peserta didik berupa out
put dan out come. Oleh karena itu, tidaklah adil apabila hasil belajar
yang rendah hanya dibebankankepada peserta didik dikarenakan
pembelajaran bersifat kompleks.
Adi Gunawan dalam Born to Be a Genius (2003) menyatakan bahwa
factor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah
denganmengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik
dengan gayabelajar yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak ada gaya
belajar yanglebih unggul dari gaya belajar lainnya. Semua sama
uniknya dan semuasama berharganya. Kesulitan yang timbul selama ini
lebih disebabkanoleh gaya mengajar yang tidak sesuai dengan gaya
belajar. Dan yang lebih parah lagi adalah kalau anak sendiri tidak
mengenal gaya belajar mereka.
Kenyataan lapangan yang mendukung pendapat di atas adalah
guruyang cenderung menggunakan satu cara saja dalam mengajar
yaitu gaya visual. Guru mengajar dengan menggunakan media papan
tulis dan buku (visual). Murid belajar dengan buku dengan kegiatan
mencatat,mengerjakan tugas, dan mengerjakan tes juga secara tertulis
(visual).
Banyak pakar psikologi yang berpendapat bahwa panca indera
merupakan pintu gerbang masuknya ilmu pengetahuan ke otak kita.
Setiap peserta didik bersifat unik yang berbeda satu dengan lainnya,
ketajaman pancaindera mereka juga berbeda. Hal ini membentuk gaya
belajar yang berbedaantara peserta didik yang satu dengan lainnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 38
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Ada lima gaya belajar yangberbeda di ataranya visual (penglihatan),
auditori (pendengaran), tactile/kinestetik (perabaan/gerakan), olfactori
(penciuman), dan gustatori(pengecapan). Dari kelima gaya belajar itu,
ada tiga gaya belajar yangdominan dan paling sering digunakan yaitu
gaya belajar visual, auditori,dan kinestetik.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas belajar peserta
didikdipengaruhi oleh unsur internal dan eksternal. Unsur eksternal
berupamateri yang dipelajari, cara pembelajaran guru, media yang
digunakanlingkungan belajar, dan lainnya. Sedangkan faktor internal
berkaitandengan kemampuan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan
minat,ketajaman panca indera yang membentuk gaya belajarnya,
kemampuanmengolah informasi yang diterima, berimajinasi, dan
sebagainya. Secarapraktis kita dapat mempelajari kelemahan
pelaksanaan pembelajaranyang dilakukan dengan cara melakukan
analisis diri terhadap perencanaan,proses, maupun lingkungan belajar.
Berikut disajikan contoh tabel analisis diri terhadap proses
pembelajaranyang selama ini dilakukan.
Tabel contoh analisis diri terhadap proses pembelajaran
Aspek
Pengelolaan Kelas
Komunikasi dan
Interaksi
Indikator
Hasil Refleksi
Diri*)
Ya
Tidak
Pengelolaan peserta didik bervariasi, seperti
klasikal, kelompok,berpasangan, individu,
dsb) dan sesuai materi pelajaran.
Pengelolaan kegiatan belajar peserta didik
bervariasi, seperti wawancara, pengamatan,
penelitian, bermain peran, dalam kelas, luar
kelas, dan sesuai materi pelajaran.
Guru menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi dan sesuai dengan
karakteristik materi pembelajaran, situasi
kondisi, dan peserta didik.
Guru menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran dan alatnya cukup jelas untuk
dilihat oleh seluruh peserta didik.
Pada saat berdiskusi, peserta didik saling
mendengarkan ketika ada yang berbicara/
berpendapat.
Bantuan atau intervensi guru kepada peserta
didik selalu bersifat memancing peserta didik
untuk berfikir, misal dengan mengajukan
pertanyaan (dalam batas kemampuannya)
Berbagai hasil karya peserta didik yang
bervariasi dipajang di kelas.
Perilaku peserta didik yang tidak disiplin/
sesuai dengan kesepakatan kelas diberi
konsekuensi logis
Semua/hampir semua (di atas 90%)
pesertadidik menunjukkan disiplin dan
prilaku positif sesuai kesepakatan kelas
Guru mendorong peserta didik untuk
bertanya, berpendapat, dan/atau
mempertanyakangagasan guru/peserta didik
lain.
Banyak hasil karya para peserta didik
dipajangkan dan ditata dengan rapi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 39
Umpan Balik dan
Penilaian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kualitas Pertanyaan
dan Cara Guru
Bertanya
Refleksi
Keterlibatan
Peserta didik
Pemandirian
peserta didik
Sumber Belajar/Alat
Bantu
Hasil karya peserta didik yang berupa tulisan
merupakan kata-kata peserta didik sendiri
dan sudah berkembang.
Ada interaksi guru-peserta didik, peserta
didik-peserta didik (multiarah).
Peserta didik mengungkapkan gagasan
dengan kata-kata sendiri, runtut, dan
mengembangkannya.
Peserta didik tidak takut bertanya,
menjawab, atau menyatakan pendapat
dengan tertib.
Setiap proses pembelajaran bebas dari
ancaman dan intimidasi
Guru selalu memberikan umpan balik yang
menantang (sesuai kebutuhan peserta didik)
Guru memberikan umpan balik lisan dan
tulisan secara individual.
Guru menggunakan berbagai jenis penilaian
(proses dan hasil) dan memanfaatkan
hasilnya untuk kegiatan tindak lanjut.
Setiap proses pembelajaran disertai dengan
penghargaan dan pengakuan baik secara
verbal maupun non-verbal
Pertanyaan yang diajukan guru (selalu)
memancing peserta didik untuk membangun
gagasannya sendiri.
Guru mengajukan pertanyaan, menyediakan
waktu tunggu, dan menunjuk siapa yang
harus menjawab tanpa pilih kasih.
Guru selalu meminta peserta didik untuk
melakukan refleksi setelah mempelajarisuatu
konsep/keterampilan
Sebagian besar peserta didik (75 % atau
lebih) aktif bekerja
Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan
penuh konsentrasi.
Ada program pengembangan kegiatan
belajar mandiri peserta didik yang terencana
dan dilaksanakan dengan baik.
Peserta didik melakukan kegiatan membaca
atau menulis atas keinginan sendiri.
Peserta didik dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri dengan membaca,
bertanya, mencoba/ mengamati.
Guru menggunakan berbagai sumber belajar
(termasuk lingkungan sekitar) dan terbaik
dari yang ada serta penggunaannya sesuai
dengan kompetensi yang dikembangkan.
Guru membuat sendiri dan menggunakan
alat bantu belajar sesuai dengan kompetensi
yang dikembangkan.
Guru menggunakan alat bantu murah atau
mudah diperoleh di sekitar.
Tersedia sudut baca/perpustakaan dan
dimanfaatkan oleh guru dan seluruh peserta
didik.
Lembar kerja mendorong peserta didik untuk
menemukan konsep/ gagasan/cara/rumus
dan menerapkannya dalam konteks lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 40
Keterlibatan
Peserta didik
Pembelajaran
bebas dari
perlakuan
kekerasan
(emosional,
fisik,dan pelecehan
seksual dan
penelantaran)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Identifikasi layanan
khusus serta
individual
Sebagian besar peserta didik (atau lebih)
aktif bekerja
Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan
penuh konsentrasi.
Setiap proses pembelajaran bebas dari
perlakuan kekerasan (emosional, fisik, dan
pelecehan seksual dan penelantaran)
Semua/hampir semua peserta didik
mengalami peningkatan kompetensi
personal/sosial sesuai potensinya seperti bisa
bekerjasama, bertoleransi, menyelesaikan
konflik dengan sehat, bertanggungjawab,
kepemimpinan, dsb dalam kegiatan
di dalam/luar kelas
Semua peserta didik mengalami peningkatan
kepercayaan diri seperti terlihat dalam
keberanian mengajukan pertanyaan,
menjawab dan tampil ke depan, dll
Selalu melakukan identifikasi kebutuhan
khusus serta merancang dan melaksanakan
PPI (program pembelajaran individual)
sebagai respon adanya kebutuhan khusus
12. Merencanakan Program Pembelajaran
a. Pengantar
Dalam praktik sehari-hari,banyak guru yang telah dilatih PAKEM memahami teori
maupun contoh praktik, namun mereka sulit untuk kreatif menciptakan model-model
pembelajaran lainnya yang memiliki kemungkinan sama besar atau bahkanlebih baik
dari apa yang telah dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari proseduryang kurang
sistematis dalam skenario pembelajaran, kurang bervariasinya bentukhasil belajar
peserta didik, kegiatan pengelolaan peserta didik/kelas yang monoton,dsb.
Karakteristik anak yang unik, suka bermain, suka bergerak,punya rasa ingintahu, suka
berimajinasi, suka bertanya, dan mencoba; hal ini membuka peluangbagi kita
mengelola kegiatan belajar secara beragam tanpa meninggalkan tuntutanpencapaian
kompetensi. Anak akan selalu menantikan dan merindukan kegiatanpembelajaran
beikutnya karena setiap kegiatan yang dilakukan guru senantiasamenarik
menyenangkan,menantang dan tidak membosankan.
Melalui modul ini dicontohkan bagaimana menciptakan berbagai variasi
modelpembelajaran
yang
menarik,
menantang,
dan
berfokus
kepada
pencapaiankompetensi.
Tujuan
Tujuan membuat program Pembelajaran :
1) Membuat rancangan kegiatan yang menarik
2) Menyusun tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menentukan alat,sumber
dan langkah-langkah pembelajaran yang bervariasi dengan kompetensiyang
dikembangkan
b. Cara Melaksanakan Program
Pengembangan variasi pembelajaran identik dengan pengembangan kreativitas guru
dalam menyusun rencana, melaksanakan, dan melakukan penilaianpembelajaran.
Pada dasarnya kita terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu,kemampuan
berimajinasi, dan fitrah bertuhan. Rasa ingin tahu dan kemampuanberimajinasi
merupakan ‘modal dasar’ untuk berkembangnya kreativitas; fitrahbertuhan
memungkinkan manusia beriman kepada Tuhan. Potensi rasa ingintahu dan
kemampuan berimajinasi akan berkembang menjadi kreativitas apabila terus menerus
berani ‘mencoba tanpa rasa takut bersalah’ sampai menemukan beberapa pola yang
diyakini mampu menjadi langkah yang tepat dalam menyajikan pembelajaran.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 41
Sebagai gambaran sebelum melaksanakan program perlunya rancangan
mencarialternatif kegiatan pembelajaran. Berikut ini salah satu contoh sebelum
menyusunprogram pembelajaran:
No
1.
Kompetensi Dasar
Menyusun percakapan
tentang berbagai topik
dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
Alternatif
Pembelajaran
Kegiatan Inti

mendeskripsikan benda yang dipilih
untuk menentukan peran dalam
percakapan

menyusun percakapan dengan
memperhatikan ejaan
melakukan percakapan
bermain melanjutkan kalimat
percakapan yang belum selesai
diawali dari satu kalimat kemudian
dilanjutkan oleh teman yang
lainnya.
melengkapi percakapan rumpang
menyusun percakapan dengan
memperhatikan ejaan
bermain acak kalimat tanya-jawab
menyusun percakapan acak
menyusun contoh percakapan
lainnya.
melakukan percakapan
Membaca prosa/cerita pendek.
mengubah prosa ke dalam bentuk
percakapan (dialog).
melakukan percakapan/bermain
peran
Benda berbicara


PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Percakapan
Rumpang
Menyusun
Percakapan Acak








Alih Bentuk

Ilmu Pengetahuan Alam
Mengembangkan variasi pembelajaran dengan berfokus kepada pengembangan
keterampilan proses (mengamati, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi,
mengkomunikasi, menginferensi, membuat model, memprediksi, menyelidiki, menarik
kesimpulan, dan sebagainya). Kegiatan pembelajaran dirancang dalam bentuk:
a) Mengamati (diri sendiri, orang lain,model/ gambar, lingkungan, peristiwa dll)
b) Wawancara
c) Demonstrasi
d) Penelitian
e) Penyelidikan
f) Studi pustaka, dll
Matematika
Mengembangkan lembar kerja yang bersifat penyelidikan, penemuan, dan pemecahan
masalah; penggunaan alat bantu (kongkrit, semi kongkrit, semi abstrak, dan
abstrak), dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Sosial
Mengembangkan keterampilan sosial seperti menggali informasi (mengobservasi,
membaca, bertanya,dsb), mengolah informasi dan mengambil keputusan dengan
cerdas (dengan grafik, membandingkan, menemukan persamaan/perbedaan, dsb),
memecahkan masalah secara arif dan kreatif, dsb
Administrasi Perkantoran
Contoh Rencana Pembelajaran ( RPP )
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 42
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kelas / Semester
: XI (Sebelas) /1 (Satu)
Pertemuan ke
: Ke-12
Alokasi Waktu
: 3 x 45 menit (1 X Pertemuan)
Standar Kompetensi
: Mengelola sistem kearsipan
Kompetensi Dasar
: Mengimplementasikan sistem kearsipan
Indikator
:
 Siswa menjelaskan pengertian sistem abjad
 Siswa melakukan cara mengindeks arsip dalam sistem abjad dengan benar
 Siswa menyebutkan peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad
 Siswa menjelaskan prosedur/langkah penyimpanan arsip dalam sistem abjad
 Siswa menjelaskan prosedur/langkah penemuan kembali arsip dalam sistem
abjad
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan penyimpanan arsip dengan sistem abjad
2. Materi Pokok
Sistem pengelolaan arsip
Pertemuan ke-12
a. Pengertian sistem abjad
b. Peraturan mengindeks
c. Peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad
d. Prosedur/langkah penyimpanan arsip sistem abjad
e. Prosedur/langkah penemuan kembali arsip sistem abjad
3. Nilai Budaya dan Karakter
o Jujur
o Disiplin
o Kreatif
o Mandiri
o Rasa ingin tahu
o Komunikatif
o Peduli sosial
o Tanggungjawab
4. Metode Pembelajaran
Ceramah variatif, diskusi, dan simulasi
5. Strategi Pembelajaran
Pertemuan ke-12
KegiatanPembelajaran
A. KegiatanAwal:
1. Pembuka dengan salam
2. Absensi
3. Motivasi
4. Apersepsi
5. Pemberitahuan tujuan pembelajaran
6. Pemberitahuan langkah-langkah pembelajaranyang akan di lakukan
B. KegiatanInti
Eksplorasi:
1. Guru memastikanpersiapanbahanpembelajaran darisiswa.
2. Siswa mencari informasi prosedur penyimpanan arsip sistem abjad
3. Guru menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
Elaborasi:
1. Guru menjelaskan pengertian sistem abjad.
2. Siswamemperhatikanpenjelasan guru mengenai pengertian sistem abjad.
3. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama orang dalam sistem abjad
a. Nama orang Indonesia
b. Nama orang Eropa dan sejenisnya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
AlokasiWaktu
15 menit
105 menit
P a g e | 43
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Nama orang Arab, Persia dan sejenisnya
d. Nama orang Cina, Korea, Vietnam, dan sejenisnya
e. Nama keluarga
f. Nama orang Jepang, India, Thailand, dan sejenisnya
g. Nama orang suci
h. Nama dengan tanda hubung
i. Nama dengan menggunakan gelar dan pangkat
j. Nama yang menggunakan singkatan
4. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama orang dalam sistem abjad.
5. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama badan/organisasi/lembaga
dalam sistem abjad.
a. Nama badan yang menggunakan nama orang
b. Nama badan dengan bukan nama orang
c. Nama badan/instansi pemerintahan dan lembaga negara
d. Nama badan pemerintahan daerah dan perguruan
e. Nama bank dan nama sekolah
f. Kata sandang “The”
g. Kata majemuk
h. Nama tempat yang ganda
i. Kepunyaan
6. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama badan/organisasi/lembaga
dalam sistem abjad.
7. Guru menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk menyimpan arsip sistem
abjad.
8. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai peralatan yang dibutuhkan
untuk menyimpan arsip sistem abjad.
9. Guru menjelaskan prosedur/langkah-langkah dalam penyimpanan arsip sistem
abjad.
10. Siswa melakukanprosedur/langkah-langkah dalam penyimpanan arsip sistem
abjad pada contoh yang tersedia.
11. Guru menerangkan prosedur/langkah-langkah dalam penemuan kembali arsip
sistem abjad
12. Siswa mempelajari prosedur/langkah-langkah dalam penemuan kembali arsip
sistem abjad.
Konfirmasi:
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan atas pertanyaan seputar
penyimpanan dan penemuan kembali arsip dengan sistem abjad.
C. KegiatanAkhir
1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi dengan mengulas materi.
2. Latihan soal.
15 menit
6. Sumber Pembelajaran
a. R, Endang Sri dkk. 2009. Modul Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan:
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal: 39-46.
b. Amsyah, Zulkifli. 1995. Manajemen Kearsipan. Penerbit PT Gramedia Pusaka
Utama: Jakarta. Hal: 22-38.
c. Dra. Reny Ratnawati Basyariah Amin. Pengarsipan Surat dan Dokumen Kantor.
Yudistira: Jakarta. Hal: 22-29
d. www. Blog Archive » kearsipan sistem abjad.htm
e. www.Mengimplementasikan-Sistem-Kearsipan.htm
7. Media Pembelajaran
Laptop, LCDdanBahan ajar
8. Penilaian/ Evaluasi
a. Jenis Evaluasi
: tes tertulis
b. Bentuk instrumen : essay dan praktik
Jakarta, 21 November 2012
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Dra. Nastiti
NIP.
Dini Anissapati
NIP.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 44
Lampiran-lampiran
LEMBAR KERJA 1
( KELOMPOK )
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi Dasar : Mengimplementasikan Sistem Kearsipan
Kelas / Semester : XI / 1
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Disediakan bermacam-macam gambar alat kearsipan
1. Tentukan kegunaan masing-masing alat kearsipan !
2. Buatlah rangkuman mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing alat.
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Kelompok
: ______________________
Anggota
: 1. __________________
2. __________________
3. __________________
LEMBAR KERJA 2
( Individu )
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi Dasar : Mengimplementasikan Sistem Kearsipan
Kelas / Semester : XI / 1
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad
2. Indekslah nama-nama dibawah ini dengan benar!
Nama
Unit 1
Indeks
Unit 2
Unit 3
Kode
Urutan
Abjad
Adnan Buyung Nasution
Bill Clinton
Chun Dho Hwan
Yayasan Jend. Soedirman
BRI
Andrew the Baker
Nama
No Absen
: __________
: __________
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 45
LEMBAR PENILAIAN
DISKUSI KEGUNAAN ALAT KEARSIPAN
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
( 1-40 )
( 1-30 )
Menghargai
Pendapat
Nilai
( 1-30)
1
2
3
4
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5
6
7
8
9
10
LEMBAR PENILAIAN
MENGINDEKS DENGAN SISTEM ABJAD
Aspek yang di nilai
No
Nama
Kelengkapan
Kesesuaian
Ejaan
(4)
(4)
(2)
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kriteria Penilaian
a. Kelengkapan
Jika jawaban lengkap
Jika jawaban hampir lengkap
Jika jawaban setengah lengkap
Jika jawaban kurang lengkap
Jika peserta didik tidak menjawab
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4
3
2
1
0
P a g e | 46
b. Kesesuaian
Jika jawaban sesuai
Jika jawaban hampir sesuai
Jika jawaban setengah sesuai
Jika jawaban kurang sesuai
Jika peserta didik tidak menjawab
c. Ejaan
Jika ejaan seluruhnya benar
Jika ejaan hampir seluruhnya benar
Jika ejaan setengah benar
Jika ejaan hanya sedikit benar
Jika ejaan tidak ada yang benar
4
3
2
1
0
2
1,5
1
0,5
0
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a. Pengelolaan Kelas
Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis
dan“peserta didik” duduk berjajar. Dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatanPAKEM pengaturan tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan model
pembelajaranyang akan dilaksanakan oleh guru, misalnya pola tempat duduk
berpasangan, pola tempatduduk dalam bentuk ”U” akan memudahkan peserta didik
berinteraksi dan melakukan aksidalam proses pembelajaran. Sebaiknya guru selalu
mendesain pola tempat duduk yangdisesuaikan dengan skenario pembelajaran yang
dirancang dalam RPP
Contoh model tempat duduk
Gambar Contoh Model Tempat Duduk
b. Mengembangkan Keterampilan Bertanya
1) Pengantar
Umpan balik merupakan salah satu bagian penting suatu proses pembelajaran.
Respon guru terhadap sikap dan perilaku peserta didik di awal, proses, dan akhir
pembelajaran dapat menjadi pengembang pola pikir, sikap dan tindakan peserta
didik ke arah yanglebih baik. Kemampuan guru memberikan umpan balik yang
sesuai baik kuantitasmaupun kualitas dapat meningkatkan perolehan belajar peserta
didik.
Pemahaman guru terhadap perilaku peserta didik dalam mengekspresikan hasil
belajar menjadi pijakan kuat untuk memunculkan ”pertanyaan atau tugas” lanjutan
sebagai pengembangan kegiatan peserta didik. Pelaksanaan umpan balik dilakukan
sebagai respon guru setelah mencermati sikap peserta didik terhadap penilaian
dirinya maupun kepuasan terhadap hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlu diciptakan
kesesuaian antara penilaian diri peserta didik, persepsi guru, dan harapan agar hasil
belajar mencapai kompetensi secara optimal.
Modul ini memberikan gambaran bagaimana membantu peserta didik dalam proses
belajar melalui pemberian umpan balik yang mampu memotivasi dan mengarahkan
peserta didik untuk menghasilkan perolehan belajar yang optimal.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 47
2)
3)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan
Tujuan Umpan Balik/Ketrampilan Bertanya bagi guru dalam mengajar adalah
a) Menggali potensi peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan
b) Meningkatkan kualitas pengembangan daya pikir, sikap, dan hasil belajar
pesertadidik
c) Melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat
Cara Mengembangkan
Adi W. Gunawan (2003) dalam Genius Learning Strategy ,menyatakan cara
memberikan umpan balik yang benar sebagai berikut:
(1) Umpan balik harus bersifat korektif, guru dapat memberikan jawaban
penjelasan,tidak hanya jawaban yang salah tetapi apa jawaban yang benar dan
akurat serta bagaimana bisa mencapai jawaban yang benar tersebut. Yang
terpenting adalahproses berfikir dibalik hasil jawaban yang salah maupun
jawaban yang benar.
(2) Umpan balik harus diberikan pada waktu yang tepat, ajarkan materi yang
inginanda ujikan setelah itu murid langsung diminta mengerjakan tes tanpa
menunggujeda yang terlalu lama.
(3) Umpan balik harus spesifik dan mengacu pada satu kriteria tertentu, umpan
balikdidasarkan pada satu level pengetahuan atau keahlian yang spesifik
dengan cara membandingkan anak dengan dirinya sendiri bukan dengan rekan
atau murid lainnya.
(4) Murid memberikan umpan balik untuk diri mereka sendiri, murid membuat
catatan sendiri terhadap prestasi yang telah mereka capai dan melakukan
pembandinganantara prestasi terdahulu dengan prestasi mereka saat ini.
Gambar Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik
c. Alat/MediaSumber Belajar
1) Pengantar
Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau
mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik mampu memahami arti
sebenarnya dari konseptersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi
objek/alat peraga, peserta didikmemiliki pengalaman-pengalaman nyata dalam
kehidupan tentang arti suatu konsep
2) Tujuan
Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media pembelajaran, antara lain:
a) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran
b) Mempermudah pemahaman konsep
c) Memberikan pengalaman yang efektif bagi peserta didik dengan berbagai
kecerdasan yang berbeda.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 48
d) Memotivasi peserta didik untuk menyukai pelajaran yang diajarkan
e) Memberikan kesempatan bagi peserta didik yang lamban berpikir untuk
menyelesaikan tugas dan berhasil.
f) Memperkaya program pembelajaran bagi peserta didik yang lebih pandai.
g) Mempermudah abstraksi.
h) Efisiensi waktu.
3)
Contoh Alat Peraga/Media Pelajaran
a) Mengelola Sistem Kearsipan (Untuk materi alat kearsipan)
Lemari Arsip
Brankas
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar alat-alat kearsipan
K.
Lembar Kerja
1) Pengantar
Lembar Kerja merupakan alat bantu pembelajaran agar peerta didik melakukan
prosespembelajaran. Disamping itu juga Lembar Kerja merupakan alat atau
petunjuk kegiatanyang akan dilakukan peserta didik dalam proses belajar
mengajar. Lembar Kerja jugamerupakan petunjuk tertulis untuk membantu guru
dalam memberi tugas kepadapeserta didik agar peserta didik dapat menemukan
sendiri.
2) Tujuan LK
a) Membelajarkan peserta didik dan mendorong untuk berdiskusi
b) Untuk membantu guru dalam pembelajaran
c) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai kompetensi.
d) Membimbing peserta didik untuk menemukan konsep
e) Menyatukan tindakan dan tujuan dalam pembelajaran.
f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan proses
pembelajaran
g) Meningkatkan daya cipta peserta didik
L.
Pemajangan
1) Pengantar
Karya peserta didik sebagai perolehan belajar yang baik dipajang di dalam ruang
kelas. Pajangan ini dapat dilihat langsung oleh semua peserta didik. Bentuknya
bisa karya dua dimensi atau tiga dimensi. Pajangan mencerminkan upaya yang
dilakukan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran,
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan, dan hasil suatu
pembelajaran yang dilakukan. Dengandemikian,pajangan mempunyai dua sisi
penting dalam pembelajaran. Di satu sisipajangan merupakan salah satu hasil
yang hendak dicapai dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan. Di sisi lainnya, pajangan juga dapat menjadi alat pemantau
efektivitas proses pembelajaran.
Modul ini mengkaji tentang bagaimana pajangan yang baik dan berkualitas
sertaberbagai upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas hasil
belajar pesertadidik (pajangan) sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
2) Tujuan
a. Untuk penghargaan peserta didik yang berhasil membuat karya
b. Meningkatkan motivasi perserta didik yang telah berhasil
c. Untuk sumber belajar bagi peserta didik
d. Untuk memotivasi siwa agar senantiasa berkarya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 49
3) Contoh Pajangan
Gambar Hasil kerajinan anak & Hasil lukisan anak
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
M. Penilaian
1) Pengantar
Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.
Menurut Masnur Muslich (2007) penilaian dalam KBK dan KTSP menganut prinsip
penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan
peserta didik dalam belajar,bekerja sama, dan menilai dirinya sendiri. Oleh
karena itu, penilaian yang dilaksanakan harus penilaian berbasis kelas (PBK).
Penilaian kelas merupakan kegiatan guru yang terkait dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik. Oleh karena itu,diperlukan data sebagai informasi yang digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan
tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Alat ukur atau instrumen untuk penilaian kelas harus valid, reliabel,
terfokus pada pencapaian kompetensi, objektif, dan mendidik. Misalnya alat ukur
berupa tes. Alatukur itu harus valid. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut
dapat digunakan untukmengukur apa yang akan diukur. Agar alat ukur valid,
dalam menyusun soal sebagai alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi
yang diukur dan menggunakan bahasa yangtidak mengandung makna ganda.
Alat ukur yang reliabel berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Artinya,jika alat ukur itu digunakan untuk mengukur di dua tempat
yang memiliki kondisiyang sama, hasil yang diperoleh itu cenderung mendekati
sama. Selain itu, petunjukpelaksanaan dan penskorannya harus jelas.
Selain harus valid dan reliabel, penilaian harus terfokus pada pencapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi
(pengetahuan).
Penilaian harus menyeluruh/komprehensif dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai kompetensi peserta didik, sehingga
tergambar profil yang sesungguhnya tentang kompetensi peserta didik.
Penilaian harus objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana,
berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.
Penilaian yang dilakukan juga harus mendidik. Artinya, penilaian dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar
bagi peserta didik.
KTSP tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik, tetapi
lebih memperhatikan kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran.
2)
Tehnik Penilaian
Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian
terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian tersebut adalah cara
penilaian kemajuanbelajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikatorindikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih (kognitif,
afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan
cara penilaian yang sesuai, apakah penilaian itu dilakukan dengan tes (tertulis
atau lisan), observasi, praktek, dan penugasan secara individu atau kelompok.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 50
3)
4)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
5)
6)
7)
8)
9)
Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan secara konsisten,
sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas,proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Berikut
ini sedikit gambaran masing-masing teknik penilaian.
Penilaian melalui Tes
Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes tertulis). Ada dua
bentuksoal untuk penilaian tertulis ini, yaitu memilih jawaban dan mensuplai
jawaban. Memilih jawaban dibedakan menjadi (1) pilihan ganda; (2) dua pilihan
(benar-salah, ya-tidak); (3) menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes tertulis
yang berupa mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1) isian atau melengkapi;
(2) jawaban singkat atau pendek; dan (3) uraian. Penyekoran pada penilaian
tertulis harus jelas.
Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan
penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan pekerjaan) peserta didik. Penilaian ini
cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu, misalnya presentasi hasil pengamatan di desanya
tentang erosi.
Penilaian Sikap
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran Geografi di SMA
antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru/pengajar;
(3)sikap terhadap proses pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau
normayang berhubungan dengan suatu materi pelajaran, misalnya kasus atau
masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi IPA; dan (5) sikap
berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
mata pelajaran. Penilaian ini menggunakan skala sikap dari sangat setuju hingga
sangat tidak setuju.
Penilaian Penugasan (Proyek)
Penilaian penugasan atau proyek dilakukan untuk mendapatkan gambaran
kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual mengenai kemampuan
pesertadidik dalam konsep dan pemahaman mata pelajaran. Dalam mata
pelajaran IPS,teknik ini bermanfaat untuk menilai (1) ketrampilan peserta didik
melakukanpenyelidikan; (2) pemahaman dan pengetahuan dalam bidang IPS; (3)
kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu penyelidikan; dan (4)
kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Contoh tugas penilaian
penugasan: Lakukan penyelidikan mengenai proses pasar di daerah sekitarmu
melalui tinjauan IPS.
Penilaian Hasil Kerja atau Produk
Penilaian hasil kerja atau produk adalah penilaian kepada peserta didik
dalamproses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi 3
(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu tahap (1)
persiapan,meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, danmengembangkan gagasan serta mendesain produk; (2) pembuatan
produk(proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi
danmenggunakan bahan, alat, dan teknik; dan (3) penilaian produk (appraisal),
meliputipenilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
ditetapkan.
Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil kerja ini
disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio merupakan koleksi pribadi hasil
kerjapeserta didik yang mencerminkan tingkat pencapaian, kegiatan belajar,
kekuatan,dan pekerjaan terbaiknya. Penilaian portofolio ini didasarkan pada
kumpulan hasilkerja peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu
mata pelajaran.
Penilaian Diri (self assessment)
Pada prinsipnya, penilaian diri peseta didik menilai dirinya sendiri. Peserta
didikdiminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan
tingkatpencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 51
tertentu.Penilaiandiri melalui pengukuran terhadap kompetensi kognitif, afektif,
dan psikomotor
10) Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilaian
a) Pengolahan Hasil Penilaian
Data hasil penilaian harus diolah sebaik mungkin. Pengolahan ini disesuaikan
dengan jenis data hasil penilaiannya, yaitu penilaian kinerja atau unjuk
kerja, penugasan(proyek), hasil kerja (produk), tes tertulis, portofolio, sikap,
dan penilaian diri.
Data Penilaian Tertulis
Biasanya, tiap butir soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban
benar danskor 0 jika jawaban salah. Perhitungan skor yang diperoleh
peserta didik untuk suatuperangkat tes pilihan ganda sebagai berikut:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jumlah jawaban benar
--------------------------------- x 10
Jumlah seluruh butir soal
Data Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja
Data penilaian kinerja unjuk kerja diperoleh melalui pengamatan yang
ditujukan terhadap kinerja peserta didik untuk suatu kompetensi. Skor
diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang telah
ditentukan. Skor yang dicapai olehpeserta didik merupakan skor pencapaian
dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0 -10) atau dikali 100 (untuk
skala 0 -100). Misalnya, dalam suatu penilaian kinerja menggambar peta,
paling tidak ada 6 aspek yang dinilai, yaitu kelengkapan peta, ketepatan
skala, kerajian, kebersihan, keindahan, dan pewarnaan, Jika seorang peserta
didik mendapat skor 6 dan skor maksimumnya 8, maka nilai yang
akandiperoleh adalah = 6/8 x 10 = 7,5.
Data Penilaian Sikap
Skor hasil penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta didik
berdasarkan pengamatan/observasi guru mata pelajaran. Data hasil
pengamatan guru dapat dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan
pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
Hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian peserta didik adalah
kejadian kejadian yang menonjol, yang berkaitan dengan sikap, perilaku,
dan unjuk kerja peserta didik, baik positif maupun negatif. Yang dimaksud
dengan kejadian –kejadian yang menonjol adalah kejadian-kejadian yang
perlu mendapat perhatian, atau perlu diberi peringatan dan penghargaan
dalam rangka pembinaan peserta didik. Kejadian-kejadian yang menonjol
tersebut dapat berupa kejadian yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan.
Data Penilaian Penugasan (Proyek)
Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahaptahap:perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan
penyajian data/laporan. Dalammenilai setiap tahap, guru dapat
menggunakan skor yang terentang dari 1 sampai 5.Skor 1 merupakan skor
terendah dan skor 5 adalah skor tertinggi untuk setiap tahap.Jadi, total skor
terendah untuk keseluruhan tahap adalah 4 dan total skor tertinggiadalah
20.
Data Penilaian Hasil Kerja (Produk)
Data penilaian hasil kerja (produk) meliputi tiga tahap, yaitu tahap
persiapan,pembuatan (produk), dan penilaian (appraisal). Informasi tentang
data penilaianini diperoleh melalui cara holistik atau cara analitik. Cara
holistik guru menilai hasil kerja peserta didik berdasarkan kesan keseluruhan
dengan menggunakan criteria keindahan dan kegunaan produk tersebut
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 52
pada skala skor 0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai
hasil kerja melalui tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap
persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
Data penilaian Portofolio
Skor penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan
informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2)
hasil pekerjaan peserta didik, dan(3) profil perkembangan peserta didik.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Data Penilaian Diri
Skor hasil penilaian diri adalah skor yang diperoleh dari hasil penilaian
tentangkemampuan, kecakapan, atau penguasaan kompetensi tertentu yang
dilakukan olehpeserta didik sendiri. Pada awalnya, hasil penilaian diri yang
dilakukan oleh pesertadidik tidak dapat langsung dipercayai dan digunakan
oleh guru. Untuk itu, pada tarafawal, guru perlu melakukan langkah-langkah
telaahan terhadap hasil penilaian diripeserta didik.
b) Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah peserta didik telah
berhasilatau belum dalam menguasai suatu kompetensi. Kriteria ketuntasan
belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan
antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar
dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat
pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%.
Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat
kemampuanakademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung
guru sertaketersediaan sarana dan prasarana.
11) Pemanfatan Dan Pelaporan Hasil Penilaian Kelas.
Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik
yang dapatdigunakan antara lain: (1) peserta didik (remedial atau pengayaan);
(2) perbaikan programdan proses pembelajaran, (3) pelaporan, dan (4)
penentuan kenaikan kelas. Bagi pesertadidik, data hasil penilaian menjadi alat
penentu apakah dia harus menempuh remedial atau tidak. Bagi peserta didik
yang sudah mencapai ketuntasan perlu diberi pengayaan.
Bagi guru, hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan perbaikan
program dan kegiatan pembelajaran. Bagi kepala sekolah, dia mempunyai tugas
dan tanggungjawab menilai kinerja guru. Salah satu penilaian terhadap kinerja
guru dapat didasarkanpada tingkat keberhasilan peserta didik yang diperoleh
melalui penilaian.
a) Pelaporan Hasil Penilain Kelas
Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Pelaporan hasil penilaian hendaknya (1) merinci hasil belajar peserta didik
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian
yang bermanfaat bagipengembangan peserta didik; (2) memberikan
informasi yang jelas, komprehensif,dan akurat; dan (3) menjamin orangtua
mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam
belajar (Puskur).
Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai
berikut:(1) Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara
akademik, fisik, sosial,dan emosional?; (2) Sejauh mana anak berpartisipasi
dalam kegiatan di sekolah?; (3) Kemampuan/kompetensi apa yang sudah
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 53
dan belum dikuasai dengan baik?; dan (4)Apa yang harus orang tua lakukan
untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?
Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi
informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap
KD, dalam kurun waktu satu semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat
kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik,
sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial.
Bagian A: Pengantar
Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari instruktur membuka
dan menyampaikan informasi yang berkait dengan isu dalam kegiatan
PAKEM. Kemudian memberikan informasi tentang pengalaman belajar apa
yang akan dilaksanakan dalamsesi ini.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit)
Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk menimbulkan
gagasan dari peserta:
(1) Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa?
(2) Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru, mengapa?
Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta diminta untuk
mengidentifikasi pertanyaan–pertanyaan yang terdapat pada kegiatan
tersebut. Kemudian mendiskusikannya.
Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan berbagai
pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga jenis/sifat pertanyaan di
bawah ini:
(1) Mencari informasi
(2) Memanfaatkan pengetahuan
(3) Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan pendapat
Peserta (dalam kelompok kecil 3-4 orang ) menyusun 3 jenis pertanyaan di
kertasyang berbeda dengan menggunakan teks yang sama.
Kelompok saling menukar pertanyaan untuk mendiskusikan kualitas
pertanyaan dan memberi tanggapan/perbaikan. Peserta meninjau kembali
hasil perbaikan dan saran dari kelompok lain untuk kemudian
disempurnakan dan dikembangkan
Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
(1) Manakah pertanyaan yang dianggap mudah untuk ditulis dan dijawab?
Mengapa?
(2) Manakah pertanyaan yang dianggap sulit untuk ditulis dan dijawab?
mengapa?
(3) Apa yang bisa membantu proses penyusunan pertanyaan seperti
kategori b dan c.
Jenis Pertanyaan: Tingkat 1
Mencari Informasi
Bagian C : Pengorganisasian Kelas (60 menit)
Berdasarkan kegiatan modeling, fasilitator memberikan kegiatan – kegiatan
sebagai berikut:
(1) Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta tentang
organisasikelas(Klasikal, kelompok, dan individu).
(2) Apa yang anda ketahui tentang belajar klasikal, kelompok, dan
individu?
(3) Kapan siswa belajar klasikal, kelompok atau individual?
(4) Mengapa siswa bekerja/belajar secara klasikal, kelompok, dan
individual?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 54
Peserta dan fasilitator kemudian membahas bersama beberapa jenis
organisasi dengan mencoba memberikan contoh tugas/kegiatan yang sesuai
untuk jenis organisasi masing-masing.
Peserta mengidentifikasi kegiatan yang harus dikerjakan secara klasikal,
kelompok, danindividual dengan menggunakan lembar kerja berikut.:
Tabel Pengorganisasian kelas
Mengidentifikasi Kegiatan Klasikal, Kelompok, dan Individual
No
Kegiatan pembelajaran
Pengelolaan
kelas
Klas Klp indv
Alasan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mendengarkan instruksi guru
Menggunakan alat kearsipan
Mencari nama di dalam rak arsip
Melaporkan hasil tugas
Membuat kolom indeks
Curah pendapat tentang sistem abjad
Menceritakan pengalaman waktu PKL
Menulis cerita
Sesudah tugas selesai peserta saling menukar pilihan dengan memberikan
alasandan komentar. Selanjutnya fasilitator dapat memberikan tips
pengorganisasian kelas
Bagian D: Pembelajaran Kooperatif (60 menit)
Dalam sesi ini ada 2 kegiatan pokok. Pertama, fasilitator menyajikan bahan bahan/informasiyang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif. Kedua,
peserta melakukan aktivitas yangberhubungan dengan pembelajaran
kooperatif melalui bahan yang sudah disiapkan oleh fasilitator.
Bagian E: Pengembangan Gagasan Pembelajaran (60 menit)
Setelah peserta mengamati 2 model pembelajaran di atas, peserta
mendiskusikan hasil kegiatan termasuk membahas lembar pengamatan yang
diisi kelompok pengamat. Aktivitas berikutnya ialah peserta mengaitkan
berbagai
hasil
pengamatannya
dengan
keterampilan
bertanya,
pengorganisasian kelas, dan pembelajaran kooperatif. Setelah berdiskusi
tentang berbagai hal tersebut, peserta mencoba mengembangkan ide-ide
sederhana yangmungkin bisa diterapkan dalam pembelajaran PAKEM yang
akan dilakukan, termasuk: carabertanya, pengorganisasian kelas, kerja
kelompok, dan sebagainya.
(1) Peserta dalam kelompok 4-5 orang mengembangkan langkah-langkah
KBM untuk satu topik yang diberikan oleh fasilitator atau diseleksikan
oleh peserta sendiri. Langkah-langkah tersebut harus memperhatikan
ciri-ciri pembelajaran PAKEM di atas. Dalamproses pengerjaan, peserta
dapat menggunakan tabel di bawah ini.
(2) Setiap kelompok saling menukar hasil kerjanya dan memberikan
masukan perbaikan.
Tabel Pengembangan Ide Pembelajaran
Mata Pelajaran: Mengelola Sistem Kearsipan
Sumber
Belajar
Kegiatan
Belajar
Keterampilan
Bertanya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengorganisasian Kelas
Pembelajaran
Kooperatif
P a g e | 55
Indikator Monev: (Bahan referensi untuk fasilitator)
a) Guru
a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja
(menemukansendiri,mengungkapkan pendapat dsb.);
b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang;
c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar,
termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan;
d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengan
kemampuan siswa;
e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan)
sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.
b)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Siswa
a) Siswa tidak takut bertanya;
b) Ada interaksi antara siswa untuk mmebahas dan memecahkan masalah;
c) Siswa aktif bekerja;
d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri;
e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri;
f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis biograpi
tokoh).
c) Kelas
a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa;
b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar;
c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa, siswa
dan siswa;
d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang
dimanfaatkan siswa.
9. Lesson Study
a) Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study
1) Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah berarti mutu
pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian? Masyarakat beranganggapan
bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian
nasional (UN) baik maka dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau
kalau suatu sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB
maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua untuk
menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan nilai UN. Akibatnya
orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk menitipkan anaknya pada
bimbingan belajar yang melakukan latihan menjawab soal-soal UN atau SPMB,
karena orang tua menginginkan anaknya diterima di sekolah paforit atau perguruan
tinggi top. Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari
orang tua dan dari pemerintah, yang penting hasil UN (Ujian Nasional). Umumnya
pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah
dihadapan siswa sementara siswa mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya
hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target
tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada siswa.
Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak
melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang
siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu
sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai
supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa
kelengkapan administrasi guru berupa dokumen renpel (rencana pelajaran).
Pengawas sangat jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran
dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala
sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 56
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap
pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan
persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metoda mengajar yang bervariasi,
mempersiapkan bahan untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa
selama ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam
ruang kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses pembelajaran dan hasil
tes merupakan dampak dari proses pembelajaran. Secara internasional, mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah, sebagai contoh dalam bidang MIPA, the
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan
bahwa di antara 45 negara peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2 Indonesia
berada pada urutan ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk Matematika. Siswa-siswa
Indonesia hanya dapat menjawab soal-soal hafalan tetapi tidak dapat menjawab
soal-soal yang memerlukan nalar atau keterampilan proses. Proses pembelajaran
yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya
mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses
pembelajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran
yang benar. Seiring dengan perkembangan IPTEK, pengetahuan guru harus selalu
disegarkan. Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk
penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya,
tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk berpartisipasi dalam
kegiatan seminar atau forum diskusi dalam kegiatan MGMP. Seharusnya kepala
sekolah mendorong bahkan memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain
itu, sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information Communication
Technology) di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan padahal fasilitas itu sudah
masuk ke sekolah, seperti komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu
menyediakan dana untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata.
2) Undang-undang Guru dan Dosen
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan
DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan
pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Di satu pihak,
pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi
dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah
persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan
terhadap guru sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru telah
memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang
dipersyaratkan (Pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus „diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat“ (Pasal 9). Sertifikat pendidik
diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (Pasal 10 ayat (1)). Adapun
jenis-jenis kompetensi yang dimaksud pada Undang-undang tersebut meliputi
„kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional“ (Pasal 10 ayat (1)). Berdasarkan hasil pertemuan Asosiasi LPTK
Indonesia, penjabaran tentang jenis-jenis kompetensi tersebut sebagai berikut:
a) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci kompetensi
pedagogik meliputi :
(1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,
kultural, emosional, dan intelektual.
(2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didikdan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.
(3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
(4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
(5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik
(6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatanpeserta didik
dalam pembelajaran
(7) Merancang pembelajaran yang mendidik
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 57
b)
c)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d)
(8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
(9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. Kompetensi ini meliputi:
(1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
(2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
(3) Mengevaluasi kinerja sendiri
(4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi. Kompetensi ini mencakup:
(1) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.
(2) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi.
(3) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran.
(4) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
(5) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi ini, guru diharapkan dapat:
(1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat.
(2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
(3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional, dan global.
(4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan pengembangan diri.
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
b) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
c) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa sekarang pemerintah
menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Usaha baik dari pemerintah
ini harus ditindaklanjuti sehingga mutu pendidikan menjadi kenyataan yang akan
berdampak terhadap pembangunan Indonesia di masa mendatang. Tentunya, kerja
keras kita dalam menindaklanjuti usaha pemerintah ini baru dapat dirasakan paling
cepat dalam waktu 10 tahun mendatang. Tantangan bagi kita adalah bagaimana
mengimplementasikan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan?
Secara umum mutu pendidikan di negeri ini masih rendah tercermin dari pringkat
hasil TIMSS dan indek pembangunan manusia yang berada pada posisi di bawah
peringkat negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tantangan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 58
bagi kita adalah bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini.
Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik profesional. Namun
demikian, untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistemik dan
konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan pengambil kebijakan.
Melalui lesson study sangat dimungkinkan meningkatkan keprofesionalan pendidik di
Indonesia karena lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Pengertian Lesson Study
Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan tidak
sedikit dana yang dialokasikan untukpelatihan guru. Sayangnya usaha dari pemerintah ini
kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Minimal
ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan
mutu pendidikan. Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam
kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal
daerah asal. Padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah
di daerah lain. Kadang-kadang pelatih menggunakan sumber dari literatur asing tanpa
melakukan ujicoba terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia. Kedua, hasil pelatihan
hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau
kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali “seperti dulu lagi,
back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan, apalagi
kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan. Selain itu, kepala sekolah
tidak memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru. Untuk mengatasi
kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan maka
buku ini menawarkan model in-service training yang lebih berfokus pada upaya
pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi masing-masing.
Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar. Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau
strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai
metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan
yang dihadapi guru.
c) Tujuan Lesson Study
(1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar
(2) Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran
(3) Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
(4) Meningkatkan hubungan kolegalitas
(5) Menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan tujuan
jangka panjang yang harus dicapai
(6) Meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang
(7) Meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran
d) Sejarah Perkembangan Lesson Study
1) Asal Mula Lesson Study
Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Melalui
kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan
dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif
belajar mandiri. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang
jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau
pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan
demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap
pembelajaran. Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-guru di
suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang, semacam MGMP di
Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 59
lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah lesson study yang
diselenggarakan oleh suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang
berkembang sejak awal tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata
yaitu konai yang berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah
konaikenshu berarti school-based in-service training atau inservice education within
the school atau in-house workshop. Pada tahun 1970an pemerintah Jepang
merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong
sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu dengan menyediakan dukungan
biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan konaikenshu. Kebanyakan
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang melaksanakan konaikenshu.
Walaupun pemerintah Jepang telah menyediakan dukungan biaya bagi sekolahsekolah untuk melaksanakan konaikenshu tetapi kebanyakan sekolah melaksanakan
konaikenshu secara sukareka karena sekolah marasakan manfaatnya. Salah satu
situasi pembelajaran dalam rangka lesson study di Jepang diperlihatkan pada gambar
2.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Kegiatan Lesson Study di Jepang
Suasana pembelajaran matematika dalam rangka lesson study di SD Hamanogo, Jepang
tahun 2005. Kurang lebih 100 pengamat menghadiri kegiatan lesson study ini. Pengamat
berdatangan dari berbagai sekolah SD atau SMP dari berbagai provinsi di Jepang.
Alasan mengapa lesson study menjadi popular di Jepang karena lesson study sangat
membantu guru-guru. Walaupun lesson study menyita waktu tetapi guru-guru
memperoleh manfaat yang sangat besar berupa informasi berharga untuk meningkatkan
keterampilan mengajar mereka. Mutu kegiatan konaikenshu sangat bervariasi
bergantung pada kaliber leadership sekolah, mutu guru untuk membangun, mempererat
persabahatan diantara mereka, dan kemaunan mereka dalam melaksanakan
konaikenshu.
2) Perkembangan Lesson Study di dunia
The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi
untuk membandingkan pencapaian hasil belajar mathematika dan IPA kelas 8 (kelas
2 SMP). Penyebaran Lesson Study di dunia pada tahun 1995 dilatarbelangi oleh
TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, Dua puluh dari empat puluh
satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari
Amerika Serikat. Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi
dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Francis,
Australia, Hongaria, dan Ireland. Sementara hanya 7 negara yang memperoleh skor
matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania,
Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Africa selatan. Posisi pencapaian
belajar matematika siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara itu
melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Tim
Amerika Serikat melakukan perekaman video pembelajaran matematika di Jepang,
Jerman, dan Amerika Serikat untuk dilakukan analisis terhadap video pembelajaran
tersebut. Pada waktu itu, Tim Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat
tidak memiliki sistem untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sementara
Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 60
berkelanjutan. Amerika Serikat selalu melakukan reformasi tapi tidak selalu
melakukan peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika Serikat
belajar dari Jepang tentang Lesson Study. Sekarang Lesson Study telah berkembang
di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan diyakini Lesson Study sangat potensial
untuk pengembangan keprofesionalan pendidik yang akan berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, Lesson Study juga telah berkembang di
Australia.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3) Perkembangan Lesson Study di Indonesia
Lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia
Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan sejak
Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas
Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri
Yogyakarta UNY), dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang
UM) bekerjasama dengan JICA (Japan Internatonal Cooperation Agency). Tujuan
umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan
IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan matematika dan IPA ditiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta,
dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM
berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang.
Fase IMSTEP (1998 – 2003). Peningkatan mutu difokuskan pada
pendidikan pre- dan in-service di tiga Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FPMIPA) dari IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang.
Beberapa kegiatan dirancang untuk mencapai tujuan tersebut antara lain melakukan
revisi silabus program pre- dan in-service, pengembangan buku ajar bersama 3
universitas, pengembangan kegiatan praktikum, dan pengembangan teaching
materials. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah Jepang melalui
JICA memberikan dukungan berupa gedung beserta fisilitasnya untuk IKIP Bandung
sementara fasilitas laboratorium untuk IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu
JICA memberi dukungan dalam bentuk penyediaan tenaga ahli Jepang dan pelatihan
di Jepang bagi dosen UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen UPI, UNY, dan UM
mengikuti pelatihan di Jepang setiap tahunnya untuk mengenal sistem pendidikan di
Jepang dan belajar mengembangkan digital teaching materials. Tenaga ahli Jepang
Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa berturutturut bertindak sebagai chief adviser dan
project coordinator pada saat itu. Pada bulan Maret – April 2001, tim JICA dari
Jepang melakukan evaluasi tengah proyek ( mid-term) untuk mengetahui kemajuan
dari IMSTEP. Hasil evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai
dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan untuk dua setengah tahun berikutnya
dengan penyesuaian program melalui penambahan kegiatan. Kegiatan yang
ditambahkan pada IMSTEP adalah kegiatan “Piloting”. Kegiatan piloting bertujuan
untuk mengembangkan pembelajaran inovatif matematika dan IPA di sekolah secara
kolaboratif antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dari UPI, UNY,
dan UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk perioda 2001- 2003 adalah Prof.
Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu yang berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan
project coordinator melanjutkan tugas Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa. Untuk
kegiatan piloting dipilih 4 sekolah (2 SMP dan 2 SMA) di masing masing kota di
Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah yang
berdekatan dengan kampus UPI, UNY, dan UM yang mutunya pada tingkat sedang
berdasarkan NEM tetapi sekolah-sekolah tersebut memperlihatkan keingingan dan
komitmen untuk maju. Selanjutnya sekolah-sekolah tersebut menugaskan guru-guru
matematika, IPA Fisika, dan IPA Biologi untuk SMP sementara guru matematika,
fisika, biologi, dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi
melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan yang
dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran sebagai solusi
terhadap permasalahan yang ditemukan. Model pembelajaran yang dikembangkan
berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials. Setelah teaching materials
yang dibuat dari bahan lokal tersebut diujicoba di laboratorium maka model
pembelajaran diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru
beserta dosen telah mampu mengembangkan teachin gmaterials yang terbuat dari
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 61
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
bahan-bahan di sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on
activity dan daily life untuk menjelaskan konsep matematika dan IPA sehingga siswasiswa menjadi senang belajar matematika dan IPA. Guru-guru yang terlibat piloting
menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dan merasa dekat
dengan dosen untuk memperoleh informasi ketika menghadapi kesulitan dalam
melakukan inovasi pembelajaran. Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting
sangat terbatas pada satu guru per bidang studi per sekolah sehingga diseminasi
pengalaman berharga dalam mengembangkan inovasi pembelajaran kurang berjalan
baik walaupun dalam satu sekolah, apalagi kepala sekolah tidak terlibat langsung
dalam kegiatan piloting. Biaya untuk kegiatan piloting berasal dari dana pendamping
yang dikelola pihak universitas. Dosen dan guru memperoleh dana transportasi
walaupun jumlahnya sangat kecil. Pada bulan Juli 2003, tim dari JICA (Jepang)
melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan berkunjung ke sekolah menyaksikan
kegiatan pembelajaran di sekolah. Tim JICA menyimpulkan bahwa kegiatan piloting
berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sangat potensial untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selanjutnya tim JICA
merekomendasikan untuk melanjutkan Follow-up Program IMSTEP selama 2 tahun.
Fase Follow-up IMSTEP (2003–2005). FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM
mengimplementasikan program Follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober 2003 sampai
dengan September 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu in-service
teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan mutu pendidikan calon guru
(preservice teacher training) dalam bidang matematika dan IPA di UPI, UNY, dan
UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu KUBOKI berturut-turut sebagai chief adviser dan
coordinator membantu mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan
Follow-up IMSTEP. Melalui Program Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan model
in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan model pre-service
teacher training (pendidikan calon guru) dalam bidang MIPA.
Peningkatan mutu pendidikan MIPA akan dicapai manakala terjadi kerjasama
yang baik antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) penyelenggara
pendidikan pre-service, sekolah piloting, dan MGMP penyelenggara program
inservice. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat
masukan dari pengalaman nyata di sekolah dan LPTK memberikan masukan ke
sekolah piloting untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi
aktif belajar. MGMP merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi
pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan
guru. Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan
pada fase Follow-up Program IMSTEP melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman
pelatihan singkat ke Jepang bagi dosen-dosen UPI, UNY, dan UM pada fase Followup Program IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan diharapkan mereka
dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan di
Jepang. Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan
Lesson Study di Indonesia antara lain Riandi (UPI), Rahayu (UM), Sumar Hendayana
(UPI), Harun Imansyah (UPI), Sukirman (UNY), Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati
(UPI), Suratsih (UNY), dan Ridwan (UM). Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY,
dan UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin
dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting
pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson
Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase
Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer
di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih
konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan
refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa
dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Followup IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi
pembelajaran, sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri dan
kanan ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran. Ketika fase IMSTEP,
tahap refleksi kurang mendapat penekanan, kadang-kadang tahap ini dilakukan pada
hari lain sehingga sebagian informasi pengamatan kelas terlupakan oleh observer.
Ketika fase Follow-up, tahap refleksi dilakukan langsung setelah pebelajaran untuk
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 62
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mendiskusikan hasil pembelajaran dan bertukar pengalaman tentang lesson learnt
yang diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman berharga
dari kegiatan piloting kepada MGMP melalui workshop dan uji coba pembelajaran
berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials dalam rangka kegiatan
Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP di Bandung, Yogyakarta, dan
Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru
terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson
Study, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam
kegiatan ilmiah tingkat nasional. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Lesson Study
maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan fakultas di 3 universitas. Dalam kasus di
Bandung, pimpinan FPMIPA UPI bersilaturrahmi dengan kepala kepala sekolah
piloting yang kebetulan baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi
tentang keberlanjutan dari kegiatan kerjasama antara sekolah dan FPMIPA UPI.
Diskusi terfokus pada resource sharing artinya pimpinan FPMIPA UPI menyediakan
nara sumber termasuk kebutuhannya sementara sekolah piloting mendorong guruguru termasuk kebutuhannya untuk berkolaborasi. Selain itu pimpinan FPMIPA UPI
meminta kepala sekolah terlibat dan melibatkan guru-guru lain dalam observasi dan
refleksi pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk
keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolahsekolah piloting. Sebagai wujud keberlanjutan program kerjasama tersebut, kepala
sekolah memfasilitasi kegiatan Lesson Study dengan memberdayakan MGMP di
sekolah tersebut dan melaksanakan kegiatan Lesson Study secara bergilir dari mata
pelajaran ke mata pelajaran lain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan
observasi pembelajaran dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran.
Sekarang kegiatan Lesson Study bukan milik guru MIPA saja tetapi guru non-MIPA
pun melakukan kegiatan Lesson Study. Sebagai contoh, SMAN 9 Bandung telah
melaksanakan kegiatan Lesson Study Biology, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia
pada semester genap 2005/2006. Pembicaraan tentang keberlanjutan program
kerjasama dalam kegiatan Lesson Study juga dilakukan dengan pengurus MGMP
matematika dan IPA SMP kota Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa workshop
tentang Lesson Study telah dilaksanakan untuk MGMP wilayah tenggara, wilayah
timur, dan wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung
telah menindaklanjuti workshop Lesson Study tersebut dengan persiapan
perancangan dan pengembangan model pembelajaran berbasis handson activity,
daily life, dan local materials. Selanjutnya MGMP IPA SMP wilayah barat kota
Bandung pada semester genap 2005/2006 telah mengimplementasikan model
pembelajaran tersebut di SMP Miftahul Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI,
SMPN 29 Bandung, dan SMP YWKA. Lesson study berasal dari Jepang yang
dimanfaatkan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Keberhasilan Jepang dalam
pendidikan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan negaranegara Eropa
serta Australia belajar lesson study dari Jepang. Kalau negara-negara maju belajar
dari Jepang, mengapa kita tidak? Walau demikian, lesson study yang berkembang di
Indonesia tidak begitu saja mengadopsi konsep lesson study dari Jepang, akan tetapi
melalui pengkajian dan ujicoba di sekolah-sekolah piloting sejak tahun 2001 melalui
Program Kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM. Untuk memperoleh
model sosialisasi lesson study pada tingkat yang lebih luas, saat ini sedang dilakukan
piloting lesson study di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Bantul, dan Kabupaten Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika
dan IPA SMP dan MTs.
e) Desain Lesson Study
Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do
(melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson
Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir
(continous improvement). Skema kegiatan Lesson Study diperlihatkan pada Gambar 1.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 63
Gambar Skema kegiatan Lesson Study
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk
merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa,
bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan
yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat
berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya
ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan
suatu konsep. Permasalahan dapat juga berupa pedagogi tentang metoda pembelajaran
yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas,
bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya guru secara
bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan
dalam rancangan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media
pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metoda evaluasi. Teaching materials yang
telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kegiatan perencanaan
memerlukan beberapa kali pertemuan (2 – 3 kali) agar lebih mantap. Pertemuanpertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru dan dosen-dosen
dalam rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas antara
guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga dosen tidak
merasa lebih tinggi atau guru tidak merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman
dan saling belajar sehingga melalui kegiatankegiatan pertemuan dalam rangka Lesson
Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran
untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan.
Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan
pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk
mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari
sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat ( observer)
pembelajaran. Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan dalam
pembelajaran tersebut. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan
memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng
kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang
direncanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran
berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati
aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswasiswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan yang terkait dengan 4
kompetensi guru sesuai dengan UU No. 14 tentang guru dan dosen.
Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum
pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas
yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa. Biasanya para pengamat berdiri di
sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas siswa teramati dengan baik.
Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama
pengamat dan tidak menganggu aktifitas dan konsentrasi siswa. Para pengamat dapat
melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital
untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para pengamat
di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk
belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi
guru.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 64
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah
selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang
dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas
pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam
melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar
dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa.
Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan
pembelajran. Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk
perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat
dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat
dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lesson learnt dengan demikian kita
membangun komunitas belajar melalui Lesson Study.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
f) Karakteristik Lesson Study
Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya
datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Tipe lesson study yang berkembang ada dua
tipe yaitu:
1) Lesson Study berbasis sekolah
Jika lesson study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-orang yang
melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut
serta Kepala Sekolah. Lesson study dengan tipe seperti ini dilaksanakan dengan
tujuan utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa
menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara
aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study
tersebut, guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah
pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih
alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana
pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran
yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran,
mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas,
melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil
pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan
kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Walaupun lesson study tipe ini secara
umum hanya melibatkan warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau
undangan yang diperlukan karena kedudukannya.
2) Lesson study berbasis MGMP / Bidang Studi
Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang studi).
Sebagai contoh, sekelompok guru matematika di suatu wilayah bersepakat untuk
melakukan lesson study guna meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
matematika di wilayah tersebut. Karena kelompok guru matematika tersebut berasal
dari beberapa sekolah, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara bergiliran dari
satu sekolah ke sekolah lain. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson
study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan sebelumnya.
Perbedaannnya hanya pada anggota komunitas yang datang dari berbagai sekolah
dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota
komunitasnya bisa mencakup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu
kabupaten, atau lebih luas lagi. Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya
selain guru-guru sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula
datang dari fihak lain misalnya universitas. Sementara pada tahapan implementasi
pembelajaran dan refleksi, anggota komunitasnya dimungkinkan untuk sangat
beragam termasuk guru-guru dari bidang studi berbeda. Jika kita perhatikan secara
seksama, kedua tipe lesson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok
orang yang melakukan perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran
secara bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara
sinergis diharapkan mampu menciptakan terobosan-terobosan baru dalam
menciptakan pembelajaran inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota
komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 65
sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota
komunitas belajar lainnya
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g) Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study
1) Persiapan Lesson Study (Plan)
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada dasarnya
meliputi tiga bagian kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan refleksi. Untuk
mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama yang sangat penting adalah
melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan
identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials
(hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru.
Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta
program yang sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar dan
hands on yang dipilih perlu dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh
alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa secara optimal. Pada
tahapan analisis tersebut perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan
disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan
dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinankemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait. Dalam
kaitannya dengan materi ajar yang dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinankemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini
sangat penting dilakukan terutama untuk mengantisipasi respon siswa yang tidak
terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, maka
kemungkinan alternatif intervensi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Sebaliknya, jika ternyata
materi ajar yang dirancang terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi
yang bersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum
implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantap
sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan
mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang
diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini memperlihatkan sekelompok guru bersama
beberapa orang dosen sedang melakukan diskusi untuk mempersiapkan sebuah
lesson study. Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan
strategi pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir. Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan
mengungkapkan pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama.
Berdasarkan analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi
baru yang diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang optimal.
Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan
pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif;
aktivitas-aktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan
inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar,
interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru; bagaimana proses
pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan;
bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta
bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar
proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian aktivitas dari
awal sampai akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat termasuk
alokasi waktu yang tersedia. Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi
pembelajarannya, tidak kalah penting untuk mempersiapkan fihak-fihak yang perlu
diundang untuk menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang
dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam
pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk mengundang guru-guru
mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli pendidikan bidang studi atau ahli bidang
studi terkait, para pejabat yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati
pendidikan. Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting
karena informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas dan refleksi
pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi peningkatan kualitas
sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer yang hadir dalam kegiatan lesson
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 66
study sangat menguntungkan karena latar belakang pengetahuan yang berbeda-
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
beda dapat menghasilkan pandangan beragam sehingga bisa memperkaya
pengetahuan para guru.
2) Pelaksanaan Pembelajaran dalam Lesson Study (Do)
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat
(briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala
Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study yang akan dilakukan,
selanjutnya guru yang bertugas untuk melaksanakan pembelajaran hari itu diberi
kesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting
bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan
dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya Kepala
Sekolah mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya
proses pembelajaran. Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai
rencana pengamatannya masing-masing. Setelah acara briefing singkat dilakukan,
selanjutnya guru yang bertugas sebagai pengajar melakukan proses pembelajaran
sesuai dengan rencana. Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer,
guru hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin.
Berdasarkan pengalaman lesson study yang sudah dilakukan, proses pembelajaran
dapat berjalan secara alamiah. Hal ini dapat terjadi karena observer tidak melakukan
intervensi apapun terhadap siswa. Mereka biasanya hanya melakukan pengamatan
sesuai dengan fokus perhatiannya masing-masing. Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas berikut akan diuraikan contoh pelaksanaan pembelajaran dalam
suatu lesson study yang dilakukan di SMPN 1 Lembang. Sebelum pelaksanaan
pembelajaran, Kepala Sekolah memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat itu dijelaskan bahwa materi yang akan
dipelajari siswa adalah tentang luas lingkaran yang harus diturunkan rumusnya
melalui kegiatan eksplorasi.
Pertemuan Singkat Sebelum Pembelajaran Awal pembelajaran dimulai dengan
penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari hari itu serta rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk menarik perhatian siswa, guru memperlihatkan benda-benda yang ada
disekitar siswa yang bagiannya berbentuk lingkaran. Kemudian guru mengajukan
sebuah pertanyaan “Tahukah kamu cara menemukan atau menurunkan rumus luas
daerah lingkaran?” Setelah guru mengajukan pertanyaan tersebut, selanjutnya
dijelaskan bahwa secara berkelompok siswa diharapkan dapat menemukan rumus
luas daerah lingkaran dengan menggunakan pendekatan luas daerah bangun
geometri yang sudah diketahui.
Cara Melakukan Observasi dalam Lesson Study
Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan
dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh guru
maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses
pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa
yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran,
tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran
secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan
kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu
diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang
menggambarkan seting kelas yang digunakan. Akan lebih baik jika peta posisi tempat
duduk tersebut dilengkapi dengan nama-nama siswa secara lengkap. Dengan
memiliki gambaran yang lengkap tentang pembelajaran yang akan dilakukan, maka
seorang observer dapat menetapkan apa yang akan dilakukan di kelas pada saat
melakukan pengamatan. Sebagai contoh, seorang observer dapat memfokuskan
perhatiannya pada siswa tertentu yang penting untuk diamati misalnya karena alasan
tingkat kemampuannya dibandingkan siswa lain atau ada hal khusus yang penting
untuk diamati. Observer lain mungkin tertarik dengan cara siswa berinteraksi dengan
temannya dalam kelompok, cara mengkomunikasikan ide baik dalam kelompok atau
kelas, atau cara mengajukan argumentasi atas solusi dari masalah yang diberikan.
Ada juga observer yang mungkin tertarik dengan respon siswa pada saat mengalami
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 67
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
kesulitan dan memperoleh intervensi dari guru. Fokus observasi pada
pelaksanaannya akan sangat beragam tergantung pada minat serta tujuannya
masing-masing. Semakin beragam target yang menjadi fokus observasi, maka
semakin lengkaplah informasi yang bisa digali, dianalisis, dan diungkap pada saat
dilakukan refleksi. Jika akan dilakukan rekaman video, tentukan siapa yang akan
melakukannya, pilih tempat strategis untuk melakukan pengambilan gambar yang
meliputi aktivitas siswa dan guru, dan pastikan bahwa rekaman video yang dibuat
menggambarkan seluruh proses pembelajaran secara utuh. Rekaman video ini
sangat penting sebagai bagian dari dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan diskusi pengembangan lesson study
atau diskusi masalah-masalah pembelajaran secara umum. Untuk mengantisipasi
kemungkinan banyaknya observer yang datang, kelas sebaiknya ditata sedemikian
rupa sehingga mobilitas siswa, guru, dan observer dapat berlangsung secara nyaman
dan mudah. Pada saat melakukan observasi, disarankan untuk melakukan beberapa
hal berikut:
a) Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa serta
jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk siswa.
b) Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama atau
memilih untuk tidak melakukan kerjasama.
c) Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman
melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
d) Membuat catatan tentang variasi metoda penyelesaian masalah dari siswa
secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi penyelesaian yang
salah. Selain membuat catatan tentang beberapa hal penting mengenai
aktivitas belajar siswa, seorang observer selama melakukan pengamatan perlu
mempertimbangkan atau berpedoman pada sejumlah pertanyaan berikut:
e) Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas? Apakah aktivitas yang dikembangkan
berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan tersebut?
f) Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan berkaitan satu
dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut mendukung pemahaman siswa
tentang konsep yang dipelajari?
g) Apakah hands-on atau teaching material yang digunakan mendukung
pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan?
h) Apakah diskusi kelas yang dilakukan membantu pemahaman siswa tentang
konsep yang dipelajari?
i)
Apakah materi ajar yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa?
j) Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau pengetahuan
sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari?
k) Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong dan
memfasilitasi cara berpikir siswa?
l)
Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang sedang
dipelajari?
m) Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada pendapat siswa?
n) Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran?
o) Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung?
3) Kegiatan Refleksi (See)
Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat
mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan
masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas.
Dalam kegiatan ini paling tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu
Kepala Sekolah, Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya
datang dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak sebagai
fasilitator atau pemandu diskusi. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam
refleksi adalah sebagai berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 68
a)
b)
c)
d)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e)
f)
g)
h)
Fasilitator memperkenalkan peserta refleksi yang ada di ruangan sambil
menyebutkan masing-masing bidang keahliannya.
Fasilitator menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan dilakukan (sekitar
2 menit).
Fasilitator menjelaskan aturan main tentang cara memberikan komentar atau
mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi tiga hal berikut: (1) Selama
diskusi berlangsung, hanya satu orang yang berbicara (tidak ada yang
berbicara secara bersamaan), (2) Setiap peserta diskusi memiliki kesempatan
yang sama untuk berbicara, dan (3) Pada saat mengajukan pendapat, observer
harus mengajukan bukti-bukti hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat
yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini).
Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk berbicara paling
awal, yakni mengomentari tentang proses pembelajaran yang telah
dilakukannya. Pada kesempatan itu, guru tersebut harus mengemukakan apa
yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang sesuai harapan, kejadian
apa yang tidak sesuai harapan, dan apa yang berubah dari rencana semula. (15
sampai 20 menit).
Berikutnya perwakilan guru yang menjadi anggota kelompok pada saat
pengembangan rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk memberikan
komentar tambahan.
Fasilitator memberi kesempatan kepada setiap observer untuk mengajukan
pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama
untuk mengajukan pendapatnya.
Setelah masukan-masukan yang dikemukakan observer dianggap cukup,
selanjutnya fasilitator mempersilahkan tenaga ahli untuk merangkum atau
menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan.
Fasilitator berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan
kegiatan lesson study berikutnya.
h) Evaluasi Kegiatan Lesson Study
Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu
mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community) yang secara
konsisten melakukan continuous improvement baik pada level individu, kelompok,
maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study
dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing
masing fihak yang terlibat. Sebagai contoh, seorang guru yang terlibat dalam observasi
sebuah lesson study berhasil menemukan sejumlah hal penting berkenaan dengan model
pembelajaran yang dikembangkan. Menurut pendapatnya, bahan ajar eksploratif yang
digunakan ternyata telah mampu mendorong kreativitas siswa sehingga mereka mampu
menampilkan sebuah strategi baru yang bersifat orisinal. Berdasarkan pengalaman ini dia
akan berusaha mencoba menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran di
sekolahnya. Seorang observer dari salah satu negara Afrika, pada saat kegiatan refleksi
menyatakan kekagumannya pada cara guru mengembangkan pola interaksi antar siswa
dalam kelompok. Menurut pengamatannya pola kerjasama kelompok seperti yang dia
lihat dalam pembelajaran telah berhasil menciptakan peluang untuk terjadinya sharing
pengetahuan dan saling tolong-menolong, sehingga siswa yang memiliki kemampuan
kurang sekalipun menjadi sangat terbantu oleh teman-temannya. Berdasarkan proses
pembelajaran yang diamati di kelas, dia menyatakan memperoleh pelajaran berharga
yang bisa menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan di
negaranya. Seorang Kepala Sekolah, setelah mengikuti beberapa kali lesson study secara
intensif, mengajukan pendapatnya bahwa kegiatan tersebut sangat potensial mendorong
banyak fihak untuk melakukan hal yang terbaik. Siswa ternyata menunjukkan motivasi
yang sangat tinggi untuk menunjukkan potensinya masing-masing pada saat lesson
study dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut mampu menjadi
dorongan untuk tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri siswa. Guru-guru lain yang
baru melihat aktivitas lesson study banyak yang mulai tertarik untuk mencobanya.
Dengan mencoba melakukan lesson study, berarti dia terdorong untuk melakukan
persiapan yang lebih baik dibanding biasanya sehingga proses pembelajaran yang
dikembangkan kadang-kadang sangat diluar dugaan bahkan sangat inovatif. Seorang
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 69
dosen, setelah beberapa kali mengikuti kegiatan lesson study juga mengaku mulai
terpengaruh untuk mencoba memperkenalkan dan menerapkan hal-hal positif yang dia
dapatkan dari aktivitas tersebut pada kelas yang me njadi tanggungjawabnya. Seorang
Dekan juga tidak kalah dengan fihak-fihak lain untuk mencoba mengambil manfaat dari
lesson study bagi mahasiswa calon guru di fakultasnya. Berdasarkan pengalamannya
melakukan lesson study bersama guru-guru di sekolah, dia akhirnya menetapkan suatu
kebijakan bahwa setiap mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan diharuskan
terlibat secara aktif dalam kegiatan lesson study.
B.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengembangan Silabus dan RPP
Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP
Penyusunan Silabus dan RPP merupakan satu indikator dari standar proses pendidikan yang
ditetapkan dalam PerMenDikNas Nomor 41 Tahun 2007. Silabus dan RPP merupakan
dokumen guru dalam merencanakan pembelajaran. Kedua dokumen ini untuk setiap satuan
pendidikan dapat berbeda pada indikator, pengalaman belajar atau komponen lainnya. Oleh
karena itu ditetapkan standar minimal penyusunannya di dalam peraturan tersebut. Walau
demikian dasar teori keduanya perlu Anda pahami untuk membentuk pola pikir dan perilaku
berkarya.
a. Desain Sistem Pembelajaran
Dasar teori dalam pengembangan Silabus dan penyusunan RPP adalah Desain Sistem
Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran dalam kawasan Teknologi Pendidikan
merupakan salah satu solusi mengatasi masalah belajar bertujuan, dimana guru sengaja
menyediakan kondisi eksternal melalui perencanaan pembelajaran.
Desain sistem pembelajaran memberikan bantuan untuk mencapai tujuan belajar yang
harus diselesaikan oleh peserta didik, dengan jalan mengembangkan komponenkomponen pembelajaran untuk memudahkan belajar peserta didik. Untuk memahami
apa dan bagaimana desain sistem pembelajaran, maka Anda harus mengetahui terlebih
dahulu sistem pembelajaran.
Pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan sebutan sistem pembelajaran, yang
menggambarkan sebuah proses yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran
saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan.
Contoh: Sistem pembelajaran di kelas
Proses Pembelajaran
Input
Siswa






Ruangan kelas
Media
Silabus, RPP
Guru
Bahan Ajar
Evaluasi
Input
Lulusan
Umpan Balik
Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas
Berdasarkan contoh tersebut, maka Silabus dan RPP merupakan subsistem pembelajaran.
Untuk mengembangkan Silabus dan menyusun RPP, maka keduanya harus di pandang
sebagai sistem. Oleh sebab itu perlu diketahui apa yang disebut pendekatan sistem. Menurut
Dick Carey (2005, p. 367) yang dikutip oleh Benny A. Pribadi (2009, p. 27-28), pendekatan
sistem adalah sebuah prosedur yang digunakan oleh perancang desain sistem pembelajaran
untuk menciptakan sebuah pembelajaran secara sistemik dan sistematik.
Secara sistemik yaitu cara pandang yang menganggap sebagai satu kesatuan yang utuh
dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Secara sistematik merujuk pada upaya
melakukan tindakan terarah langkah demi langkah.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 70
Pendekatan sistem ini dapat memberi keuntungan kepada perancang pembelajaran yaitu:
1) Perancang akan memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diasahkan pada upaya untuk
mencapai tujuan.
Contoh:
Jika guru sudah mengidentifikasi standar kompetensi, maka kompetensi dasar, materi,
strategi, evaluasi diarahkan untuk mencapai standar kompetensi.
2) Perancang pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antar sub sistem atau
komponen dalam sebuah sistem, melalui mekanisme umpan balik sehingga dapat
dilakukan revisi.
Contoh :
Standar Kompetensi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kompetensi Dasar
U
M
Indikator
Materi Pembelajaran
P
A
Langkah Pembelajaran / Strategi
N
Metode Pembelajaran
B
Media / Sumber
A
L
I
Evaluasi Hasil Belajar
Gambar RPP sebagai system
Pembelajaran sebagai sistem dan pendekatan sistem merupakan prinsip dalam memahami
K
Silabus dan RPP sebagai sebuah sistem. Perancangan Silabus dan RPP merupakan proses
yang dilakukan sebelum tindakan atau pelaksanaan pembelajaran. Proses ini dalam
Teknologi Pendidikan disebut Desain Sistem Pembelajaran. Pada dasarnya prosesnya sama
dengan melihat sub sistem sebagai bagian dari sistem, mengidentifikasi fungsi dan kaitan
antar sub sistem, mensintesis sub sistem menjadi satu kesatuan. Dengan demikian desain
sistem pembelajaran merupakan proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan
menyeluruh.
Desain sistem pembelajaran sebagai proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan
menyeluruh, biasanya digambarkan dalam bentuk model yang dipersentasikan dalam bentuk
grafis atau flowchart. Dengan demikian desain sistem pembelajaran menggambarkan
langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh untuk menciptakan pembelajaran.
Terdapat beberapa model desain sistem pembelajaran, yaitu berorientasi kelas, berorientasi
produk dan berorientasi sistem.
Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, didasarkan pada model desain sistem
pembelajaran berorientasi kelas. Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para guru
dan siswa, dan dapat diaplikasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai pendidikan
tinggi. Asumsi model ini adalah adanya sejumlah aktivitas yang akan diselenggarakan di
dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru, murid,
kurikulum dan fasilitas tertentu telah tersedia sebelumnya. Di sini guru bukan merancang
pembelajaran yang sama sekali baru, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar
telah dirumuskan dalam standar isi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 71
Model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas antara lain model Gerlach dan Ely
(1980) seperti dikutip oleh Toeti Sokemato (1993, h. 18-21) langkah-langkah model desain
sistem pembelajaran Gerlach dan Ely adalah sebagai berikut:
3) Langkah pertama, penyusunan tujuan belajar dan penentuan materi.
4) Langkah kedua, penilaian perilaku awal siswa berdasarkan tujuan belajar dan materi yang
telah ditetapkan. Langkah ini dikenal dengan sebutan pre tes.
5) Langkah ketiga, menentukan strategi (metode), mengatur pengelompokkan siswa,
mengalokasikan waktu, menentukan tempat atau ruangan dan memilih sumber belajar.
Dilaksanakan secara simultan berdasarkan langkah-langkah pertama dan kedua.
6) Langkah keempat, evaluasi hasil belajar berdasarkan tujuan belajar yang telah ditentukan.
7) Langkah keenam, umpan balik setelah rancangan pembelajaran diimplikasikan di kelas.
Secara visual model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely digambarkan seperti di
bawah ini.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penentuan
Strategi
Pengaturan
Kelompok
Penentuan
Materi
Penilaian
Perilaku Awal
Penyusunan
Tujuan Belajar
Alokasi
Waktu
Alokasi
Tempat
Evaluasi Hasil
Belajar
Pemilihan Sumber
Belajar
Analisis
Umpan Balik
Gambar Model DSP Gerlach dan Ely
Model pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, tidak digambarkan dalam bentuk visual
melainkan dalam bentuk langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh. Prosedur
pengembangan Silabus dan penyusunan RPP didasarkan minimal harus ada 4 komponen
yaitu tujuan pembelajaran, materi, strategi dan evaluasi.
Desain sistem pembelajaran Silabus dan RPP oleh teori ilmiah dengan harapan produk yang
dibuat guru realistik. Beberapa teori ilmiah itu adalah sebagai berikut.
1) Sistem
Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan sistem, di mana
setiap komponen berinteraksi dengan komponen lainnya dan saling ketergantungan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Teori ini berimplikasi kepada setiap komponen
pembelajaran harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan pembelajaran.
Apabila satu komponen tidak dikembangkan dengan baik (konsisten dan memadai) akan
mengakibatkan kualitas akan menjadi rendah dan pengimplementasian di lapangan
terganggu.
Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap komponen dapat
segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap saat. Hal ini tampak dalam model
sistem dari Filbeck yang menjelaskan bahwa sub sistem (komponen sistem) saling
berhubungan atau berintegrasi dalam menjalankan fungsinya.
Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem dalam perencanaan pembelajaran, tampak
dalam model berikut ini.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 72
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Sistem Perencanaan Pembelajaran
2) Analisis Peserta Didik
Paradigma pembelajaran pada saat ini telah bergeser dari guru kepada siswa ( learned
oriented). Konsekuensi paradigma ini, perencanaan harus disusun atas dasar kebutuhan
siswa. Sebagai contoh adalah: (a) siswa dengan karakteristik gaya belajarnya
berimplikasi kepada pemilihan media, (b) siswa dengan karakteristik perkembangan
kognitif berimplikasi kepada penentuan metode pembelajaran, dan (c) siswa memiliki
karakteristik kemampuan awal berimplikasi pada penguasaan kompetensi dasar satu,
sehingga materi pelajaran akan dimulai dengan pencapaian kompetensi dasar kedua.
Konsep ini sejalan dengan Mollenda, yang mengontrol kondisi internal siswa adalah
variabel di dalam diri siswa.
Dalam konsep belajar yang menjadi perhatian adalah proses belajar di dalam internal
siswa. Oleh karena itu, perubahan perilaku siswa tergantung bagaimana siswa
memproses perolehan pengalaman belajarnya di dalam dirinya.
Implikasi dari teori ini, perancang pembelajaran harus dapat memanfaatkan hal itu di
dalam mengelola aktivitas belajar siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Sebagai contoh dikatakan oleh B.F. Skinner tentang prinsip belajar: "perilaku dapat
dibentuk melalui proses penguatan". Atas dasar teori ini perencanaan pembelajaran yang
disusun guru, dapat dituliskan pada komponen evaluasi pembelajaran dengan
merencanakan aktivitas belajar atau respon yang benar. Contoh lain adalah tentang
motivasi belajar dari Keller: "seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia akan melihat
hasil yang memiliki nilai atau manfaat". Implikasi teori ini adalah guru merencanakan
pembelajaran pada bagian prosedur (urutan) pembelajaran yaitu pendahuluan
direncanakan dengan menjelaskan relevansi isi materi pelajaran dengan dunia kerja,
kegiatan pendidikan selanjutnya dan kegiatan yang menunjang praktik.
3) Pembelajaran
Mengusahakan siswa belajar adalah tugas utama guru sebagai fasilitator pembelajaran.
Hal ini merupakan implikasi dari sifat teori pembelajaran yaitu preskriptif (menyarankan
bagaimana sebaiknya proses belajar diselenggarakan).
Contoh: teori pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam perencanaan pembelajaran
adalah model pembelajaran berpikir induktif dari Hilda Taba yang membantu siswa dalam
pengembangan keterampilan berpikir. Berdasarkan model tersebut guru dapat
merencanakan strategi pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut.
a) Pembentukan konsep
Pada tahap ini siswa mempelajari konsep berdasarkan masalah dan ditunjang oleh
data atau fakta-fakta yang relevan dengan cara berikut.
(1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan.
(2) Mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik.
(3) Membuat kategori serta label pada kelompok-kelompok data yang memiliki
kesamaan karakteristik.
b) Interpretasi data
Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 73
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
(1) verifikasi (pengujian), data yang telah dikategorikan sesuai dengan konsep yang
diperoleh, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan verifikasi data.
c) Penerapan prinsip
Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang dirumuskan siswa
dengan cara:
(1) mengajukan permasalahan baru.
(2) menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan
(3) menjelaskan dasar teori untuk memperkuat argumen hipotesisnya.
Apabila model ini dikuasai guru langkah pembelajaran lebih bervariasi dan paradigma
belajar berorientasi siswa terjawab.
4) Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep komunikasi dari Berlo
yang disebut S - M - C- R, Source- Message- Channel - Receiver menggambarkan betapa
penting saluran penyampaian pesan yaitu media. Implikasi dari teori ini, dalam
perencanaan pembelajaran komponen media menjadi sub sistem pembelajaran yang
berfungsi untuk mengurangi verbalisme dan dapat membantu pemahaman siswa dengan
persepsi yang sama.
Contoh:
(1) Guru menggunakan media realia untuk membelajarkan siswa jurusan
akuntansi yaitu bukti-bukti transaksi, dan
(2) Guru menjelaskan cara pembuatan burger dengan media realia sayuran,
mayones, roti burger dan beef burger.
Desain sistem pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru minimal 4 komponen,
yang akan diuraikan berikut ini:
1. Tujuan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran sebagai suatu sistem dimulai dengan komponen pertama
dan utama yaitu tujuan pembelajaran/kompetensi. Tujuan pembelajaran adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran (Bloom, dkk.).
Sedangkan kompetensi merupakan kecakapan peserta didik yang memadai untuk
melakukan suatu tugas dengan standar tertentu. Bullard, dkk. Menyebut istilah ini
adalah performance objective/tujuan penampilan. Dick dan Carey menyebutkan
dengan istilah tujuan performansi.
Berdasarkan kedua istilah tersebut, tujuan pembelajaran tampak belum mengarah
pada perbuatan sedangkan kompetensi menunjukkan perilaku secara totalitas untuk
mendemonstrasikan unjuk kerja/perbuatan.
Dengan mengacu kepada kedua istilah diatas yang terpenting adalah makna
keduanya menggambarkan pernyataan penampilan peserta didik setelah mengikuti
proses belajar.
Tujuan pembelajaran/kompetensi merupakan hasil akhir yang dicapai oleh siswa,
bermanfaat dalam membantu arah pembelajaran secara umum, seperti berikut.
a. Memberikan petunjuk materi pelajaran yang harus dipelajari siswa.
b. Memberikan pengarahan pemilihan metode yang sebaiknya diterapkan.
c. Memberikan pengarahan penentuan media yang digunakan.
d. Memberikan pengarahan dalam merencanakan langkah pembelajaran.
e. Memberikan pengarahan dalam menilai hasil belajar siswa.
Dengan kata lain tujuan pembelajaran/kompetensi dapat membantu usaha belajar
siswa.
Hierarki tujuan pembelajaran (Perceival dan Ellington) atau tujuan penampilan
(Bullard) diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum (terminal objective/goal)
dan tujuan khusus (enabling objective). Dalam konteks kurikulum tingkat satuan
pendidikan istilah ini setara dengan standar kompetensi (kompetensi ) dan
kompetensi dasar (sub kompetensi). Untuk mencapai tujuan khusus dirumuskan
indikator (kriteria unjuk kerja).
Ruang lingkup tujuan umum adalah luas dan merupakan pernyataan tentang
penampilan/perilaku akhir yang dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu
mata pelajaran atau satu tema pelajaran (pendekatan tematik). Jadi luas
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 74
jangkauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang sedang dilakukan.
Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku yang
lebih spesifik dan dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan satu materi pokok
(pokok bahasan). Jadi tujuan khusus dijabarkan dari tujuan umum. Untuk
mengetahui keberhasilan mencapai tujuan khusus diperlukan indikator yaitu
pernyataan yang merupakan kumpulan dari perilaku yang menunjang tercapainya
tujuan khusus.
Berdasarkan paparan di atas, maka hierarki tujuan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
Tujuan Umum
Tujuan Pembelajaran
Umum/Standar
Kompetensi/
Kompetensi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Khusus
Tujuan Pembelajaran
Khusus/Kompetensi
Dasar/Sub Kompetensi
Indikator
Kriteria Untuk Kerja
Tujuan Kurikuler
Standar Kompetensi
Atau
Tujuan Pembelajaran
Umum
Kompetensi Dasar
Indikator
Kriteria Unjuk Kerja
Gambar Hierarki Tujuan Pembelajaran
Istilah-istilah tersebut dapat disesuaikan dengan memperhatikan jangkauan dan
ruang lingkup kegiatan yang dilakukan.
Pernyataan yang merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa oleh Bloom, dkk.
digambarkan dalam jenjang bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana
bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah
psikomotorik). Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut.
a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan Krathwohl
Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari pengetahuan tentang
fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi, yaitu pengetahuan,'
pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis, mensistesis, dan menilai. Tingkatan
taksonomi ini kemudian direvisi mulai dari mengingat, mengerti, memakai,
menganalisis, menilai, dan mencipta.
Deskripsi dari masing-masing jenjang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Mengingat (remember): Meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan
dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. Contoh: siswa akan dapat
menyebutkan langkah-langkah mengukur berat bahan untuk mengolah
makanan.
2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis. Contoh: siswa akan dapat
membuat ringkasan sejarah timbulnya akuntansi.
3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun
memecahkan masalah. Contoh: siswa akan dapat menggunakan prosedur
cara membuat laporan keuangan.
4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur
pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan
satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur. Contoh: siswa akan dapat
menjabarkan pengaruh inflasi terhadap berbagai nilai uang.
5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar
tertentu. Contoh: siswa mampu membuat kritik tentang laporan rugi laba.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 75
6)
Mencipta (create): membuat suatu produk yang baru dengan mengatur
kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur
yang belum pernah ada sebelumnya. Contoh: siswa mampu menciptakan
masakan nusantara yang mengandung unsur-unsur kekayaan alam daerah
Nusantara
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Ranah Kognitif
b. Ranah Psikomotor
Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow, disusun
secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai tingkat
yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai tingkat yang paling kompleks.S
Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-maxular yaitu
keterampilan dengan gerakan otot.
1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu perilaku
yang dilihatnya. Contoh: siswa dapat mengulang gerak menyapukan kuas
dengan benar di atas nastar yang sudah dibentuk.
2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa bantuan
visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Pada dasarnya tujuan tingkat ini
sama dengan meniru, bedanya adalah siswa tidak lagi melihat contoh tapi
hanya diberi instruksi secara tertulis atau verbal. Contoh: siswa dapat
menghidupkan komputer dengan membaca manual dan penjelasan secara
verbal.
3) Memantapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakukan suatu perilaku
tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan
melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Contoh: siswa
dapat mengetik kata ke dalam format data base tanpa membuat kesalahan.
4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian
gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
Contoh: siswa dapat menggunakan kalkulator untuk mengerjakan 10 soal
matematika dalam waktu 10 menit.
5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu
secara spontan dan otomatis. Siswa melakukan gerakan tersebut tanpa
berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh: siswa dapat
mengoperasikan program data base dengan lancar.
Meniru
 Mengamati
 Mencontoh gerak
Menerapkan
 Mengikuti
petunjuk
 Menampilkan
gerak
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Memantapkan
 Mencermati
penampilan
 Mengoreksi
kesalahan
Merangkai
 Mengkoordi
nasikan gerak
 Konsistensi
internal
Naturalisasi
 Penampilan
alamiah
 Efisiensi &
efektivitas
gerak
Gambar Ranah Psikomotor
P a g e | 76
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c. Ranah Afektif
Krathwohl, Bloom & Maisa mengembangkan taksonomi tujuan yang
berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan
proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap
tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl
mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok.
1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia
menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa masih
bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh:
siswa bersedia mendengarkan ceramah tentang etika profesi juru masak.
2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap
suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan saja.
Dalam hal ini siswa diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta.
Contoh: siswa bersedia berlatih membuat laporan keuangan.
3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan
perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara
berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa secara konsisten
berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang
meminta atau mengharuskannya. Contoh: siswa dengan sukarela
berpartisipasi dalam aksi penghematan energi.
4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan antara
nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana,
yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang. Dalam hal ini siswa
menjadi commited terhadap suatu sistem nilai. Contoh: siswa akan mampu
memilih dari berbagai alternatif cara meningkatkan gizi masyarakat yang
sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya.
5) Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan pengorganisasian dan
pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini
diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut.
Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat
hidup yang lengkap dan meyakinkan, dan perilakunya akan selalu konsisten
dengan filsafat hidup tersebut. Contoh: siswa akan menghindari sikap-sikap
yang otoriter selama praktik kerja secara kelompok.
Menanggapi
 Mengikuti
 Melibatkan
 Memuaskan
Menerima
 Menyadari
 Menampung
 Memperhatikan
Menghargai
 Menerima
nilai
 Memihak
pada nilai
 Komitmen
pada nilai
Mengornisasi kan
 Mengkonsept
ualisasi
 Merangkai
sistem
Mengamalkan
 Menggeneraalis
asi sistem nilai
 Menginter
nalisasi nilai
dalam hidup
Gambar Ranah Afektif
Menuliskan tujuan pembelajaran/kompetensi yang baik dan benar adalah penting.
Perancang pembelajaran dituntut untuk mampu menggambarkan sejelas dan
setepat mungkin tentang apa yang perlu dicapai oleh peserta didik setelah
menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Untuk memenuhi harapan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran
umum/kompetensi umum, menurut Dick Carey sebaiknya dilakukan melalui
identifikasi kebutuhan pembelajaran melalui sumber-sumber guru, pengguna lulusan
dan masyarakat (sosial budaya). Sumber-sumber ini akan membantu perumusan
tujuan/kompetensi umum memiliki nilai yang lebih berarti.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 77
Sedangkan tujuan pembelajaran khusus/ kompetensi dasar dijabarkan melalui
pendekatan analisis pembelajaran dengan menjabarkan sub-sub kompetensi lebih
terinci dan memiliki kaitan yang satu dengan lainnya. Rincian sub-sub kompetensi
agar proses belajar mudah dilaksanakan oleh siswa.
Pendekatan analisis pembelajaran/kompetensi sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan
ke empat pola sebagai berikut.
1. Struktur Hierarkial
Merupakan susunan beberapa tujuan/kompetensi khusus di mana satu/beberapa
tujuan/kompetensi khusus menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya.
Tujuan Pembelajaran Umum/Kompetensi
Umum
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus 2
Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi
Khusus 1
Gambar Struktur Hierarkial
2. Struktur Prosedural
Dalam struktur ini kedudukan beberapa tujuan/kompetensi khusus menunjukkan
satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar tujuan/kompetensi
tersebut tidak menjadi prasyarat untuk kompetensi lainnya.
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Gambar Struktur Prosedural
3. Struktur Pengelompokkan
Pada struktur ini beberapa tujuan/kemampuan khusus yang satu dengan yang
lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk
menunjang kemampuan berikutnya.
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Pengelompokkan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 78
4. Struktur Kombinasi
Analisis pembelajaran dengan struktur kombinasi digunakan apabila beberapa
tujuan/kompetensi khusus susunannya terdiri dari struktur hierarkial, prosedural,
maupun pengelompokkan.
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Umum/
Kompetensi Umum
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 3
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 2
Tujuan Pembelajaran
Khusus/
Kompetensi Khusus 1
Gambar Struktur Kombinasi
Empat struktur kompetensi di atas hanya dapat dilakukan oleh pembelajar melalui
analisis pembelajaran. Dengan demikian, analisis pembelajaran bermanfaat bagi
perencana pembelajaran dalam melakukan identifikasi kompetensi, menentukan
urutan pelaksanaan pembelajaran dan menghubungkan/mengaitkan kompetensi
satu dengan lainnya serta dapat menentukan penjabaran kegiatan belajar/tugas
yang harus dilakukan oleh siswa serta waktu yang dibutuhkan.
Untuk membantu pembelajar trampil melakukan analisis pembelajaran dapat melalui
langkah-langkah berikut:
1. Menulis semua tujuan pembelajaran khusus/kompetensi khusus yang relevan
dengan Tujuan Pembelajaran Umum/kompetensi umum dalam potongan kertas
ukuran kartu pos.
2. Memberi nomor setiap Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus,
dimulai dari Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus yang paling awal
(dari nomor 1 dan seterusnya).
3. Menggambarkan dan menentukan hubungan antar Tujuan pembelajaran
Khusus/Kompetensi Khusus tersebut dalam bentuk bagan yang dengan struktur
kompetensi.
4. Memberikan tanda panah pada setiap hubungan antar Tujuan Pembelajaran
Khusus/Kompetensi Khusus,
Perumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dapat berlandaskan pada teori dari
Mager yang mempersyaratkan kriteria rumusan tujuan dengan komponen
"Audience, Behavior, Condition, dan Degree/Standard”, Sedangkan menurut Bullard
kriteria rumusan kompetensi minimal mengandung tiga komponen yaitu
“Performance, Condition dan Standard”.
Kriteria perumusan dari ahli tidak berbeda, karena relevansinya pada pelaksanaan
proses pembelajaran lebih nyata/memadai. Contoh: siswa kelas XII SMK Negeri
XYZ" semester ganjil mampu menghitung rincian biaya perjalanan dinas secara
akurat bila disediakan bukti transaksi selama perjalanan dinas.
Bila dianalisis rumusan tujuan ini memiliki kriteria lengkap yaitu sebagai berikut.
1) Audience adalah siswa yang belajar. Siapa?
Siswa kelas XII SMK Negeri 'XYZ" semester ganjil.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 79
2) Behavior (performance) adalah perilaku yang akan dilakukan siswa setelah
mengikuti pelajaran, dengan menuliskan perilaku dalam bentuk kata kerja dan
dilengkapi objeknya. Perilaku? Menghitung mean, median dan modus dalam
bentuk kuantitatif.
3) Condition adalah prasyarat atau syarat yang diberikan kepada siswa pada saat
siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran/tugas evaluasi. Kondisi? Nilai hasil
penjualan selama satu bulan.
4) Degree/standard adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku
yang diharapkan. Standar? Secara akurat.
Perumusan tujuan pembelajaran yang mengandung dua kriteria yaitu audience dan
behaviour sudah memadai tetapi akan memberikan kesulitan dalam proses
pengukuran karena ketidakjelasan kondisi dan standar keberhasilan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Materi Pembelajaran
Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran merupakan salah
satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan kajian yang disebut mata
pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20 PP RI No 15 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, "setiap perencanaan pembelajaran akan memuat antara lain materi
ajar yang dikelola secara sistematis setelah perumusan tujuan”. Tyler dalam model
pengembangan kurikulum menyebut dengan istilah
merinci konten dan
mengorganisasikan konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah
pengorganisasian isi mata pelajaran.
Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang diorganisasikan sesuai dengan
tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng dicapai peserta didik. Isi pelajaran dalam
perencanaan pembelajaran dirinci menjadi bagian-bagian kecil agar memudahkan siswa
untuk menyampaikan, mengolah, dan menggunakannya kembali. Bagian-bagian kecil isi
pelajaran disusun mulai dari materi pokok (pokok bahasan/topik), kemudian sub materi
pokok (sub pokok bahasan/sub topik) dan terakhir adalah bahan ajar. Dengan demikian,
isi pelajaran menjadi konsisten dan memadai serta dapat dipertanggungjawabkan dari
segi ontologi, epistimologis, dan aksiologi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merinci dan mengorganisasikan isi pelajaran
menurut Tyler adalah dengan melakukan berikut.
1) Pengaturan Horizontal
Penataan isi secara horizontal berhubungan dengan keluasan dan kedalaman isi
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pengulangan materi pelajaran.
2) Pengaturan Vertikal
Penataan isi pelajaran vertikal berhubungan dengan muatan dan kesinambungan
yaitu penyajian menggambarkan kontinuitas sesuai kebutuhan siswa dan tuntutan
keilmuan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan isi pelajaran dari konkrit
menuju abstrak, dari sederhana menuju rumit, dari khusus menjadi umum, dari
umum menjadi khusus, dan lain-lain. Dengan demikian isi pelajaran ditata secara
bertahap sesuai dengan perkembangan dan kesiapan peserta didik serta
berkelanjutan.
Contoh:
a) Tujuan pembelajaran khusus/kompetensi dasar
Siswa kelas X terampil memotret dengan tiga teknik pencahayaan tanpa salah
bila tersedia lampu photo studio dan kamera photo tipe FM 10.
b) Materi pembelajaran
Memotret dengan teknik pencahayaan.
c) Isi pelajaran diatur dalam format peta konsep.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 80
Memotret dengan teknik
pencahayaan
Sinar depan
Definisi
Sinar samping
Prasya
Prosed
rat
ur
Sinar belakang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Materi Pelajaran
Reigeluth dan Merill mengemukakan pengorganisasian isi pelajaran melalui tipe isi
pelajaran menjadi empat yaitu sebagai berikut.
1) Fakta yaitu isi pelajaran berbentuk objek, peristiwa, simbol yang ada didalam
lingkungan nyata/imajinasi dan dapat merupakan asosiasi antara objek dan lainnya.
Contoh: Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan nasional di Indonesia, beliau
mendirikan organisasi Taman Siswa di Yogyakarta.
2) Konsep yaitu isi pelajaran yang merupakan sekelompok objek, peristiwa atau simbol
yang memiliki karakteristik dan diidentifikasi dengan nama sama. Contoh: konsep
ekonomi memiliki karakteristik dan sebutan nama yang sama seperti definisi
ekonomi, jenis kategori ekonomi, kegiatan ekonomi.
3) Prinsip, yaitu isi pelajaran yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara
konsep-konsep. Contoh: prinsip gizi masyarakat "empat sehat lima sempurna"
bermakna pada konsep kategori makanan dan pelengkap makanan serta dampak
dari implementasi prinsip tersebut.
4) Prosedur yaitu isi pelajaran yang menjelaskan urutan langkah untuk mencapai suatu
tujuan, memecahkan masalah atau sesuatu. Contoh: penyusunan neraca saldo
keuangan rugi laba.
a) Mencatat transaksi
b) Mengelompokkan transaksi debet dan kredit
c) Menghitung sisa uang dari sisa transaksi
d) Dan seterusnya.
Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di dalam materi
pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya.
Contoh:
Materi pokok : Kebutuhan pokok dalam ekonomi
Fakta
: manusia mempunyai kebutuhan akan makan, pendidikan, rumah, dll.
Konsep
: definisi kebutuhan teori kebutuhan
Prinsip
: kebutuhan yang bersifat utama, penting dan segera harus menjadi prioritas.
Prosedur
:usaha perdagangan wiraswasta, bekerja dalam pemerintahan
Tabel Tipe Isi Pelajaran




Fakta
Obyek
Peristiwa
Simbol
Asosiasi
ketiganya
Konsep
 Definisi
 Klasifikasi
 Ciri
 Fungsi
Prinsip
 Aturan
 Hukum
 Syarat
Prosedur
 Urutan
 Cara kerja
 Langkah/tahapan
Ahli pembelajaran Tony Buzan mengemukakan pengembangan isi pelajaran dengan nama
mind map (peta pikiran), dimana cara kerjanya disesuaikan teori belahan otak Sperry
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 81
yaitu belahan otak kiri berpikir secara logika dan belahan otak kanan bekerja secara emosi.
Oleh karena itu, diperlukan tidak hanya teks, tetapi perlunya dengan gambar dan warna
serta setiap rincian isi pelajaran dihubungkan dengan garis seolah-olah adalah simbol
neuron atau sel saraf, prinsip cabang-cabang pohon dan memudahkan penggambaran
poin-poin utama.
Berdasarkan peta pikiran dapat dikembangkan ke dalam bentuk bahan ajar cetak dan atau
non cetak disesuaikan dengan tipe isi pelajaran dan gaya belajar siswa serta
perkembangan kognitif siswa. Guru atau pembelajar dapat mengembangkan bahan ajar
dengan format seperti: bahan ajar mandiri (modul), buku teks, diktat, hand out, CD
pembelajaran, VCD pembelajaran, slide power point dan lain-lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengembangkan bahan ajar dapat dilakukan pembelajar dengan cara berikut.
1) Menulis Sendiri Isi pelajaran
Isi pelajaran ditulis oleh pembelajar sendiri karena keahliannya kemampuan menulis
yang dimilikinya.
2) Mengemas Kembali Isi pelajaran.
Isi pelajaran yang sudah ada dikumpulkan dan disusun kembali dengan gaya bahasa
dan strategi yang sesuai. Ketersediaan sumber referensi yang relevan sangat
diutamakan.
3) Menata Isi pelajaran dengan Kompilasi
Isi pelajaran ditata berdasarkan sumber belajar tersedia dan kemudian sumber tersebut
di foto copy ulang atau cetak utang dan dikompilasi secara lengkap. Ketersediaan
berbagai sumber belajar harus dipilih secara akurat.
Penyajian bahan ajar dapat dikemas sesuai kebutuhan, tetapi perlu dipelihara keterbacaan
dan kemudahan untuk dipelajari oleh siswa.
c. Strategi Pembelajaran
Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran/kompetensi. Mengapa? Karena keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran/kompetensi tergantung kepada banyak faktor antara lain tipe isi pelajaran,
tempat proses pembelajaran berlangsung atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, unit ini sebaiknya Anda cermati dengan seksama.
Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan memfasilitasi peserta didik
berinteraksi dengan lingkungan sehingga diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan
kegiatan ini direncanakan oleh guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga
proses pembelajaran dapat dilaksanakan.
Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan metode
pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode pembelajaran oleh
Reigeluth didefinisikan adalah cara-cara yang berbeda dalam mencapai hasil belajar.
Cara-cara tersebut dapat meliputi bagaimana materi pembelajaran disampaikan kepada
peserta didik, dan atau bagaimana peserta didik dapat menerima materi pembelajaran
serta bagaimana peserta didik merespon masukan dari peserta didik lainnya.
Berdasarkan definisi ini, strategi pembelajaran meliputi langkah pembelajaran, media dan
interaksi belajar mengajar.
Ahli Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai
pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran berupa pedoman umum dan kerangka
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah
dan atau teori belajar tertentu. Berdasarkan definisi ini maka pembelajar dapat
merencanakan pencapaian tujuan pembelajaran atas dasar teori belajar behavioristik,
humanistik, konstruktivistik atau teori dari ahli pembelajaran lainnya disesuaikan dengan
perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya siswa.
Dengan demikian, strategi pembelajaran akan dapat bersifat spesifik. Sebagai contoh
guru menganut pada falsafah pilar belajar dari UNESCO maka pembelajar dapat
merencanakan kegiatan pembelajaran dengan tahapan berikut.
1) Learning to know siswa mempelajari konsep
2) Learning to do. siswa membuktikan konsep dengan eksperimen, observasi dan lainlain.
3) Learning to live together. siswa diminta memecahkan masalah secara berkelompok
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 82
4) Learning to be siswa memantapkan konsep yang telah diketahui secara berkelompok
dengan refleksi.
Contoh lain apabila guru merencanakan strategi dengan pandangan teori belajar John
Dewey "learning by doing” maka ia dapat merencanakan tahapan pembelajaran seperti
berikut:
1) Siswa dikenalkan dengan konsep pengukuran gizi bagi pasien DBD.
2) Siswa ditugaskan ke rumah sakit untuk mengukur gizi seimbang bagi pasien DBD.
3) Siswa menganalisis hasil pengukuran dengan berbagai alternatif bahan makanan.
Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat, juga melakukan
sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas.
Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi pembelajaran yang
dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan
proses belajar atau kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi
Pembelajaran
Strategi
Pembelajaran
Materi Pembelajaran
METODE
Langkah Pembelajaran/ Urutan
Kegiatan Pembelajaran
Interaksi
Belajar Mengajar
Media
Interaksi
Belajar Mengajar
Gambar Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pada sub kegiatan belajar ini akan diuraikan beberapa jenis strategi pembelajaran yang
sangat berkaitan erat dengan bagaimana proses belajar direncanakan, sehingga tujuan
pembelajaran/kompetensi dapat dicapai secara optimal. Strategi pembelajaran dilihat dari
subjek yang belajar (siswa) dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival dan
Ellington menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.:
1) Strategi pembelajaran Berpusat kepada Guru. Strategi ini hampir seluruh kegiatan
belajar mengajar dikendalikan penuh oleh guru. Guru mengkomunikasikan isi
pelajaran kepada para siswa baik untuk tingkat pokok bahasan/materi pokok
maupun tingkat silabus/mata pelajaran/tema. Sangat terikat kepada waktu terjadwal
dan banyak menggunakan metode ceramah. Siswa dituntut menyesuaikan cara
belajarnya dengan keputusan proses pelaksanaan pembelajaran yang diambil oleh
guru. Akibatnya kebutuhan/potensi siswa secara individual yang berbeda kurang
diperhatikan atau tidak terlayani.
2) Strategi pembelajaran Berpusat pada Siswa. Strategi ini kegiatan pembelajaran lebih
ditekankan pada aktivitas belajar siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator pembelajaran. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap keseluruhan
aspek belajarnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 83
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sebagai fasilitator pembelajaran, guru perlu mempersiapkan bahan ajar dalam berbagai
bentuk cetak dan atau noncetak yang didalamnya dapat dilengkapi pedoman belajar.
Selain itu guru perlu memfasilitasi dengan sumber-sumber belajar sehingga pengalaman
belajar siswa lebih luas dan kemampuan siswa belajar secara mandiri akan terbentuk.
Ahli lain Gerlach dan Ely mengklasifikasikan strategi pembelajaran sebagai suatu
kontinum yang silih berganti dalam pemanfaatannya, yaitu strategi pembelajaran
ekspositori dan strategi pembelajaran diskoveri.
1) Strategi Pembelajaran Ekpositori
Strategi pembelajaran ekspositori dapat dikatakan identik dengan strategi
berorientasi pada guru atau metode deduktif (dari umum menuju khusus), namun
potensi belajar siswa tetap harus dikembangkan.
Tahapan pembelajarannya ada lah sebagai berikut.
a) Penyajian informasi berupa fakta, prinsip-prinsip umum, aksioma, dalil, konsep,
proses kerja dan sebagainya kepada siswa melalui penjelasan guru atau
peragaan/ demonstrasi/atau contoh oleh guru.
b) Pengujian pemahaman siswa atas informasi yang sudah diberikan melalui tanya
jawab atau membahas informasi yang belum dipahami.
c) Pemberian praktik atau aplikasi/latihan dari informasi yang telah dipelajari oleh
siswa dengan pengawasan guru.
d) Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugas-tugas lain kedalam
situasi yang sebenarnya sebagai tindak lanjut dari pengalaman belajar.
2) Strategi Pembelajaran Diskoveri
Identik dengan strategi pembelajaran berorientasi siswa atau metode induktif (dari
khusus menuju umum), dan peran guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran.
Adapun tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a) Siswa diberikan kasus, masalah, contoh-contoh, fakta-fakta atau fenomena
khusus (pertanyaan yang harus dijawab tentang apa yang dikaji).
b) Siswa diminta untuk meneliti hubungan sebab akibat dari kasus/masalah
melalui pengumpulan data, analisa data dan perumusan hipotesis atau
membuat asumsi atau prediksi. (pertanyaan yang harus dijawab mengapa
terjadi demikian).
c) Siswa diminta untuk membuktikan asumsi/prediksi/hipotesis melalui teori-teori,
pengumpulan data dan analisa data (pertanyaan yang harus dijawab
bagaimana membuktikan tentang alasan kemengapaannya).
d) Siswa diminta membuat suatu kesimpulan atau generalisasi, dan guru
memperteguh dengan nilai paparan (pertanyaan yang dijawab apa yang telah
dihasilkan/ditemukan).
e) Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan membuktikan
melalui proses yang pernah dilakukannya sebagai penguatan sehingga
pengalaman belajar dapat disimpan lebih lama.
Strategi pembelajaran yang dikemukakan masing-masing ahli berbeda tetapi tujuannya
sama yaitu agar tujuan pembelajaran dicapai dan materi pembelajaran dapat diterima
oleh siswa. De porter sebagai pakar Quantum Learning menjelaskan strategi
pembelajaran dengan teknik orkestrasi konteks (Iatar) dan orkestrasi isi (materi). Kedua
teknik ini tidak dipisahkan tetapi harus dilaksanakan secara bersamaan.
1) Orkestrasi Konteks
Strategi pembelajaran ini digunakan untuk terlaksananya proses pembelajaran,
meliputi:
a) Penciptaan suasana kelas secara kondusif melalui pendekatan kepada peserta
didik seperti menjalin rasa simpati, rasa keterkaitan, rasa saling membutuhkan
dan siswa belajar secara rileks (tidak tegang)/menyenangkan;
b) Penataan ruang kelas disesuaikan dengan gaya belajar siswa (auditif, visual dan
kinestitik) sehingga penggunaan media, musik, dan afirmasi dipilih secara hatihati; dan
c) Membangun komunitas belajar dengan, berlandaskan pada tujuan,
prosedur/aturan dan agenda kegiatan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 84
2) Orkestrasi Isi
Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran yang dapat
direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan pembelajaran berhasil. Kegiatan
yang harus direncanakan adalah:
a) Penyajian prima
Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan keterampilan
mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Selain itu
kemampuan berkomunikasi baik verbal (volume, kejelasan, kecepatan, jeda,
tulisan) maupun nonverbal (ekspresi, kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi
berdiri, cara bersolek) sangat menentukan penyajian materi pembelajaran
menjadi prima.
b) Interaksi belajar mengajar secara elegan
Motivasi belajar, keterampilan belajar bagaimana belajar dan keterampilan hidup
dan kecakapan sosial harus dibangun pada saat penyajian materi pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa mencapai tingkat penguasaan 90%.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kedua format strategi pembelajaran ini dapat dimanfaatkan di dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena aspek-aspek didalamnya sangat detail. Demikian
pula jenis strategi pembelajaran yang telah dipaparkan di atas atau teori strategi
pembelajaran dari ahli lain.
Di bawah ini adalah perbandingan dari tiga ahli yang mengemukakan jenis strategi
pembelajaran di atas.
Tabel Jenis Strategi Pembelajaran
Perceival & Ellington
 Aktivitas belajar  Aktivitas belajar
belum optimal
optimal
 Tanggung jawab  Tanggung jawab
kurang dilatih
dilatih
 Kebutuhan/
 Kebutuhan/
potensi individu
potensi individu
kurang dihargai
 Kasus,
diskusi
 Ceramah tanya
kerja kelompok
jawab
 Tersedia bahan
 Nara
sumber
ajar/sumber
belajar
belajar
 Tatap
muka
komunikasi
Gerlach & Ely
 Deduktif
 Induktif
 Ceramah
 Pemecahan
 Guru
adalah
masalah
nara sumber
 Guru fasilitator
 Siswa pasif
pembelajaran
 Sumber belajar  Siswa aktif
terbatas
 Sumber belajar
tak terbatas
De Porter
 Suasana
 Keterampilan
belajar
mengajar
 Ruang kelas
 Komunikasi
 Komunitas
 Interaksi
belajar
belajar
mengajar
Joyce dan Weil mengemukakan model pembelajaran menjadi rumpun sosial, rumpun
proses informasi, rumpun personal dan rumpun sistem perilaku. Dalam menerapkan
rumpun pembelajaran tersebut, terdapat lima unsur sebagai struktur yaitu:
1) Sintaks, adalah urutan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rumpun
pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai;
2) Sistem sosial, menggambarkan peran pembelajar dengan peserta didik serta pola
hubungan antara keduanya. Pembelajar dapat sebagai sumber utama, fasilitator, tutor
atau konselor. Siswa dapat berperan aktif, atau dapat memperoleh kebebasan;
selama proses pembelajaran berlangsung.
3) Prinsip reaksi merupakan cara bagaimana pebelajar melihat peserta didik dalam
bentuk perilaku sesuai dengan rumpun pembelajaran yang dipergunakan;
4) Sistem bantuan, yaitu hal-hal yang akan membantu tercapainya tujuan dengan
menerapkan rumpun pembelajaran tertentu; dan
5) Pengaruh pembelajaran dan pengaruh ikutan. Dikenal dengan istilah instructional
effect dan nurturant effect. Pengaruh pembelajaran adalah pengaruh yang
berlangsung dari kegiatan pembelajaran, sedangkan pengaruh kegiatan adalah hasil
simpangan dari kegiatan pembelajaran.
Sebagai contoh dikemukakan struktur tersebut dengan metode inkuiri sebagai bagian
dari rumpun proses informasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 85
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Sintaks
a) Menghadapkan siswa pada masalah yang bersifat menantang, dan menjelaskan
langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar dan cara penelitian.
b) Siswa memeriksa hal-hal atau kejadian-kejadian yang masalah berdasarkan
sumber belajar yang dimilikinya, hipotesis sesuai dengan variabel yang akan
diteliti.
c) Mengumpulkan data dan melakukan percobaan/pembuktian hipotesis/ penelitian.
d) Siswa menyusun analisis dari data yang telah dikumpulkan dan menarik
kesimpulan/membuat generalisasi.
e) Siswa menuliskan laporan dan melaporkannya di kelas.
2) Sistem sosial
a) Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah.
b) Menunjukkan perlunya penelitian untuk mengatasi masalah.
c) Memberikan reaksi pada perilaku siswa dengan informasi yang tepat.
d) Membantu siswa merumuskan inti masalah penelitian.
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan melaksanakan
penelitian.
3) Prinsip reaksi
a) Membantu siswa untuk bersedia menyelesaikan penelitian.
b) Memelihara emosi siswa untuk dapat bersifat terbuka terhadap informasi baru
dari siswa lainnya.
c) Mengendalikan proses penelitian sesuai dengan prosedur yang sebenarnya.
4) Sistem bantuan
a) Menyediakan bahan, dan sumber-sumber belajar.
b) Informasi-informasi yang mendorong pentingnya penelitian berfungsi sebagai
penguatan seperti poster-poster, kata-kata yang bersifat membangun chart
proses penelitian.
c) Dorongan guru sebagai fasilitator.
5) Pengaruh/dampak pembelajaran dan pengaruh/dampak ikutan (pengiring)
a) Terampil melaksanakan penelitian.
b) Belajar aktif
c) Terampil berkomunikasi secara tertulis dan lisan.
d) Berpikir logis dan sistematis.
e) Bersikap terbuka.
Ellington dan Perceival mengklasifikasikan teknik pembelajaran untuk menyampaikan isi
pelajaran menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Teknik pembelajaran massal
Merupakan cara-cara menyampaikan isi pelajaran yang dapat diterima oleh banyak
peserta didik dengan kondisi dan mutu pelajaran sebagai teknik pembelajaran
individual dan kelompok. Metode yang dapat digunakan adalah metode kuliah dan
ceramah, metode kerja praktek metode penyajian film dan video, serta metode
siaran pendidikan. Media yang digunakan adalah media audio, media visual dan
media audio visual.
2) Teknik pembelajaran berkelompok
Merupakan cara-cara penyampaian isi pelajaran dengan mengoptimalkan interaksi
kelompok atau dinamika kelompok dan bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik (menganalisis, menilai, mencipta).
Metode yang digunakan yaitu diskusi di bawah kontrol guru, diskusi singkat, tutorial,
seminar, proyek, permainan, stimulus dan studi kasus. Media yang dapat digunakan
adalah bahan ajar berbentuk tugas/proyek atau alat-alat permainan/ simulasi.
3) Teknik pembelajaran individual
Merupakan cara penyampaian isi pelajaran yang bersifat fleksibel di mana metode
pembelajarannya dititikberatkan kepada berkurangnya hambatan-hambatan
institusional yang dialami peserta didik namun kontrol belajar dapat setiap saat
dapat dimonitor di tempat-tempat belajarnya. Misalnya mahasiswa yang mengikuti
program pendidikan universitas, siswa yang mengikuti SMP/SMA Terbuka.
Kemudahan metode pembelajarannya dapat ditinjau dari sistem yang digunakan
yaitu berinduk pada lembaga, lokal dan belajar jarak jauh, sedangkan peserta didik
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 86
menggunakan metode belajar mandiri dan ditunjang dengan bahan belajar mandiri
yaitu bahan cetak, bahan audiovisual, bahan yang berhubungan dengan komputer.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bahan belajar didesain sebagai media pembelajaran individual, yaitu model, atau modul
yang dilengkapi dengan media audio visual atau media siaran, media berbantuan
komputer (CAI) untuk tutorial dan atau laboratorium.
Sebagai contoh adalah teknik pembelajaran kelompok yang dikemukakan oleh Slavin
dengan sebutan pembelajaran kooperatif. Di sini prosedur pembelajaran dikategorikan
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini guru merencanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang
dipersiapkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup
komponen materi pelajaran, teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan,
latar pembelajaran mekanisme kontrol terhadap kegiatan pembelajaran yang akan
digunakan, dan alokasi waktu. Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
tingkat satuan pendidikan.
2) Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan
gambaran ringkas tentang keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan dipelajari,
tujuan pembelajaran yang akan dicapai(kompetensi dasar dan indikator) dan
mekanisme pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus dikerjakan secara kelompok.
Kemudian guru menyajikan pokok-pokok materi dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan secara kelompok.
Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok dan
mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas yang diberikan.
Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan tugas khusus dari kelompok
untuk diselesaikan dan kemudian disampaikan dalam forum yang lebih luas. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa berkesempatan untuk
memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di sekolah (misalnya mencari
rujukan atau materi yang perlu diperpustakaan, bertanya kepada guru, berdiskusi
dengan teman kelompok, dan sebagainya). Guru selama proses ini berlangsung
bertindak sebagai fasilitator dan memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa
untuk bekerja.
Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian diadakan
panel hasil kelompok. Wakil dari setiap kelompok mempresentasikan hasil
kelompoknya (turnament) kepada seluruh kelas dan kelompok lain diberi
kesempatan untuk mengajukan koreksi, sanggahan, kritik atau masukan-masukan
yang perlu demi perbaikan. Pemilihan wakil kelompok tidak ditentukan oleh
kelompok tetapi oleh guru yang dilakukan secara acak atau melalui undian. Ini
dimaksudkan agar semua siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan tidak
menggantungkan harapannya pada siswa tertentu. Selama panel ini berlangsung,
guru membuat penilaian terhadap kinerja kelompok berdasarkan kinerja yang
diperlihatkan anggota-anggota kelompok selama panel.
Kegiatan penutup berisi rangkuman dan tindak lanjut untuk kegiatan berikutnya.
Kuis dapat berbentuk individual, teka teki silang, atau kerja kelompok.
3) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan. Pada
tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap proses maupun hasil
yang dicapai. Bobot evaluasi hendaknya diberikan lebih besar kepada aktivitas
kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan berdasarkan kinerja kelompok
secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja siswa secara individual. Meskipun
pada akhirnya tes akan diberikan secara individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai
siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk kelompok. Ini dimaksudkan
untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat dalam proses kelompoknya
dan berkompetisi dengan kelompok lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 87
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh lainnya adalah seorang guru yang merencanakan strategi pembelajaran
dengan metode studi lapangan. Langkah pembelajaran yang harus dilakukannya
adalah sebagai berikut.
1) Persiapan
a) Merumuskan tujuan studi lapangan.
b) Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing.
c) Mengkondisikan pengetahuan/keterampilan siswa di lapangan.
d) Menyiapkan instrumen dan bahan lainnya.
2) Pelaksanaan
a) Menginformasikan tujuan studi lapangan.
b) Membagikan bahan tugas dan instrumen.
c) Mengobseruasi ke lapangan.
d) Memonitoring kesulitan yang dialami siswa.
e) Menyusun laporan.
f) Mempresentasikan laporan.
3) Penutup
a) Memberi umpan balik.
Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli
Tujuan dari ahli
 Gagne
 Dick Carey
 Joyce & Weil
 Slavin
Ide
 Peristiwa
pembelajaran
 Strategi
pembelajaran
 Model pembelajaran
 Pembelajaran
kooperatif
Sintesis Kreasi
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
Rencana pengembangan strategi pembelajaran dapat pula menggunakan satu teori dari
ahli yang bersifat operasional yang dikemukakan Atwi Suparman, dan dapat digunakan
untuk tingkat perencanaan pembelajaran mikro (RPP). Sedangkan untuk komponen
metode, media dan waktu dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran
makro (silabus). Rencana pengembangan pembelajaran dibuat dalam bentuk bagan
beserta contohnya sebagai berikut:
Tabel Bagan Strategi Instruksional
Urutan Kegiatan Instruksional
Deskripsi Singkat:
Pendahuluan
Relevensi:
TIK:
Uraian:
Penyajian
Contoh:
Latihan:
Tes Formatif:
Penutup
Umpan Balik
Tindak Lanjut.
Metode
Media
Waktu
Sedangkan komponen metode dan media dijelaskan seperti tabel di bawah ini.
Tabel Bagan Hubungan antara Metode dan Kemampuan yang akan Dicapai
No
1
2
Metode
Ceramah
Dokumentasi
3
4
Penampilan
Diskusi
Kemampuan dalam TIK
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan
prosedur tertentu.
Melakukan suatu keterampilan
Menganalisis/memecahkan masalah
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
standar
P a g e | 88
No
5
Metode
Studi Mandiri
6
8
Kegiatan
Instruksional
terprogram
Latihan dengan
teman
Simulasi
9
Sumbang saran
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Studi kasus
Computer
Assisted
Learning
Insiden
Praktikum
Proyek
Bermain peran
Seminar
Simposium
Tutorial
19
Deduktif
20
Induktif
7
Kemampuan dalam TIK
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi/menge
valuasi/ melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif,
psikomotorik.
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
Melakukan suatu keterampilan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu konsep
dan prinsip
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip,
dan prosedur tertentu
Menganalisis/memecahkan masalah
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/
mengevaluasi/melakukan
Menganalisis/memecahkan masalah
Melakukan suatu keterampilan
Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan
Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur
Menganalisis/memecahkan masalah
Menganalisis masalah
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep atau
prinsip
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis
suatu
konsep.
Prinsip, prosedur
Mensistesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku
Berdasarkan teori tersebut maka guru sebagai perencana pembelajaran dapat
mengkreasikan semua komponen strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
situasi belajar yang ada.
d. Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu proses kegiatan
mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah diberikan perlakuan
dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut meliputi:
1) Kemampuan berpikir (cognitive) terdiri dari mengingat (C-1), mengerti(C-2),
memahami (C-3), menganalisis (C-4), menilai (C-5) dan mencipta (C-6);
2) Kemampuan mengadopsi suatu nilai dan sikap (Affective) terdiri dari menerima
(A-1), menanggapi (A-2), menghargai (A-3), mengorganisasikan/mengatur diri (A4), dan mengamalkan/menjadikan pola hidup (A-5); dan
3) Kemampuan
gerakan
otot
(psychomotor) terdiri dari meniru
(p-1),
menerapkan/menggunakan/manipulasi (p-2), memantapkan/ ketepatan (p-3),
merangkai/artikulasi (p-4) dan naturalisasi (P-5).
Berdasarkan paparan di atas maka evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan
mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kemampuan peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh
perceivat dan Ellington: penilaian pembelajaran siswa adalah kegiatan yang dirancang
untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui
penerapan program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (singkat).
Definisi ini sejalan dengan pasal 20 dan pasal 22 ayat 1 pada Peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang mengatur tentang penilaian pembelajaran
oleh pendidik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 89
Implikasi dari definisi ini adalah evaluasi/penilaian pembelajaran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, sehingga harus relevan dengan tujuan yang
akan dicapai.
Pada perkembangan kurikulum yang berjalan sekarang (KTSP) maka rencana penilaian
pembelajaran harus berdasarkan kemampuan minimal yang dapat dilakukan atau
ditampilkan siswa. Dengan demikian, pendekatan penilaian yang tepat adalah penilaian
Acuan Kriteria/Patokan (PAP).
Konsekuensi PAP adalah siswa dinyatakan berhasil apabila telah mencapai batas
kelulusan dari perilaku (indikator/kriteria unjuk kerja) yang telah ditetapkan.
TPK/Sub
Kompetensi/
Kompetensi
Khusus/
Kompetensi
Dasar
Penilaian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Batas lulus
minimal
60% - 100%
Indikator/
Kriteria Unjuk
Kerja
Pengukuran Tes/
Non Tes
Gambar Proses Penilaian Pembelajaran
Jenis tagihan dapat ditinjau dari aspek tugas individu atau tugas kelompok, aspek proses
atau produk aspek lingkup penilaian formatif, sub sumatif atau sumatif, aspek ulangan
harian; serta ulangan umum bersama semester atau ujian akhir.
Tagihan adalah apa yang harus dilakukan/dikerjakan siswa atau perilaku siswa yang akan
diukur, dengan menggunakan berbagai alat penilaian. Dalam hal ini Suharsimi menyebut
dengan istilah obyek evaluasi.
Berbagai alat penilaian di bawah ini dapat digunakan dalam membantu realisasi
pengukuran tagihan seperti yang dikemukakan Depdiknas dalam Sistem Penilaian Kelas.
1) Penilaian Tertulis
a) Menggunakan tes tertulis dengan ragam soal kemampuan kognitif dan
pengetahuan keterampilan berbentuk pilihan ganda, benar-salah, uraian atau
lainnya.
b) Butir soal adalah
pertanyaan, pernyataan atau tugas-tugas yang harus
dilakukan.
2) Penilaian Penampilan/Kinerja
a) Menggunakan tes praktik dengan ragam soal kemampuan aplikasi/keterampilan
berbentuk rating scale atau checklist.
b) Butir soal adalah kinerja/perbuatan yang didemonstrasikan oleh siswa.
Misal:
i. Siswa diminta untuk berpidato dengan kemampuan ekpresifisik, suara dan
verbal.
ii. Siswa diminta untuk berpidato dengan sistematika membuka, menyajikan dan
menutup.
3) Penilaian Portofolio
a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan hasil kerja dalam waktu
tertentu melalui penilaian diri dan kuesioner.
b) Butir soaladalah dokumen/hasil kerja siswa/koleksi pekerjaan yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. penilaiannya dapat dibedakan dari portofolio kerja,
portofolio dokumentasi, dan portofolio pertunjukkan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 90
4)
Penilaian Sikap
a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam menilai
terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan, ini, terdiri dari
afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan) dan konasi (kecenderungan
berbuat). Alat penilaiannya adalah skala sikap dari Likert, observasi (daftar cek).
b) Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat berdiri sendiri atau
gabungan).
Misal:
Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa mampu
menerima peraturan kesehatan lingkungan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penilaian proses dan hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam indikator. Menurut Depdiknas untuk
merencanakan penilaiannya harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini.
a) Mengacu kepada kompetensi.
b) Menggunakan acuan kriteria (standar kelulusan belajar mengajar/SKBM).
c) Bersifat holistik mencakup aspek kognitif, afektif dan psimotorik.
d) Kegiatan penilaian merupakan proses yang berkelanjutan.
e) Membangun rasa keingintahuan siswa terhadap kemampuan dirinya.
f) Menggali informasi melalui berbagai tagihan (alat) ukur yang harus ditempuh oleh
siswa
g) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa untuk digunakan sebagai bahan
umpan balik.
Rowntree mengemukakan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar harus memenuhi
ketentuan:
a) Validitas (Kesahihan)
Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya) dengan tujuan
penilaian dan perilaku yang akan dicapai.
b) Reliabilitas (Keterandalan)
Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna dari kondisi
yang berbeda (setara untuk diperbandingkan).
c) Dapat Diterapkan (praktis)
Penilaian memungkinkan untuk dilaksanakan, sehingga alat ukur/tagihan yang
diminta kepada siswa realistis.
d) Manfaat dan Kewajaran
Penilaian harus mencerminkan tingkat ketepatan perilaku (wajar) dan memberikan
masukan tentang keadaan dirinya dan mendorong siswa untuk terus memacu
dirinya berprestasi di kelas.
Sedangkan langkah-langkah untuk merancang penilaian hasil belajar sebagai komponen
perencanaan pembelajaran, yang diadopsi dari Dick dan Carey adalah sebagai berikut.
1) Menentukan maksud penilaian hasil belajar.
2) Membuat tabel spesifikasi untuk menjabarkan proporsi alat ukur.
Misal:
Jenis Tagihan
Kompetensi
Indikator
Jumlah
Dasar
Tes
Portofolio
3) Menulis butir-butir alat ukur dilengkapi dengan petunjuk sesuai dengan jenis tagihan
yang telah direncanakan
4) Menuliskan kunci jawaban atau rambu-rambu kunci jawaban untuk alat ukur nontes.
5) Merencanakan skor dan nilai masing-masing alat ukur yang digunakan sebagai
informasi kemajuan hasil belajar siswa baik dalam bentuk kuantitatif maupun
kualitatif.
Langkah-langkah di atas dapat dilakukan guru pada perencanaan pembelajaran tingkat
mikro (RPP/rencana pelaksanaan pembelajaran). Sedangkan untuk tingkat mata
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 91
pelajaran/tema yaitu di dalam silabus cukup menuliskan jenis tagihannya dan alat
penilaiannya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Prosedur Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi dan penilaian.
Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok
2) Bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran beserta
alokasi waktu dan alat/sumber belajar yang diperlukan; dan
3) Bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan
indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang dinilai.
Penyusunan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spiritual peserta didik
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini:
1) Identifikasi
Berisi identifikasi satuan pendidikan, kelas, semester dan mata pelajaran yang akan
dikembangkan silabusnya
2) Standar Kompetensi
Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi siswa yang akan dicapai.
3) Kompetensi Dasar
Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi dasar siswa yang akan
dicapai dari beberapa unit pembelajaran.
4) Materi Pokok
Berisi materi pokok (konsep, fakta, prinsip, prosedur) yang akan dipelajari untuk
mencapai kompetensi dasar.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 92
5)
6)
7)
8)
9)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Indikator
Rumusan penanda ketercakapan tujuan pembelajaran berupa kompetensi yang lebih
khusus.
Kegiatan Pembelajaran
Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk mencapai
indikator keberhasilan belajar.
Penilaian
Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran baik tes maupun non tes.
Alokasi Waktu
Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan indikator
yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran.
Sumber/Bahan/Alat
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan disini disertai
bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks, alat, nara sumber.
Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan dokumen bagi guru
dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang tercantum dalam Pemendiknas
Nomor 20 tahun 2006. Pengembangan silabus dapat mengikuti format sesuai dengan
keperluan dengan tidak mengurangi komponen-komponen penting dari silabus yang telah
dibahas dalam modul. Format silabus memiliki dua komponen identitas dan komponen
pengembangan (pokok). Ada tiga bentuk format silabus yang dapat dipilih, yaitu:
1) Contoh Format Matrik 1
SILABUS
Nama Sekolah
: ………………………………………….
Mata Pelajaran
: ………………………………………….
Kelas/Semester
: ………………………………………….
Standar Kompetensi
: ………………………………………….
Kompetensi
Dasar
……
Materi
Pokok
……
Indikator
……
Kegiatan
Pembelajaran
……
Komponen identitas
Penilaian
……
Alokasi
Waktu
……
Sumber
Bahan/Alat
……
Komponen pengembangan/pokok
2) Format Matrik 2
SILABUS
Nama Sekolah : ………………………………………….
Mata Pelajaran : ………………………………………….
Kelas/Semester : ………………………………………….
Standar
Kompetensi
……
Kompete
nsi Dasar
Materi
Pokok
Indikator
……
……
Komponen identitas
Kegiatan
Pembelajara
n
……
Penilaian
……
Alokasi
Waktu
……
Sumber
Bahan/
Alat
……
Komponen pengembangan/pokok
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 93
3) Farmat Naratif
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
………………………………………….
………………………………………….
………………………………………….
Standar Kompetensi : ….
Kompetensi Dasar : ….
Materi Pokok
: ….
Indikator
: ….
Kegiatan Pembelajaran:….
Penilaian
: ….
Alokasi Waktu
:….
Sumber/Bahan/Alat :….
Komponen identitas
Komponen pengembangan/pokok
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komponen pengembangan/pokok pengembangan silabus dengan pendekatan mata
pelajaran disusun melalui tahapan berikut:
1) Mengisi Kolom Identitas
Identifikasi adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus, seperti nama
sekolah, maka pelajaran, kelas/semester. Penyusun silabus mengisi sesuai dengan
identifikasi pada format yang diberikan, Contoh:
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Standar Kompetensi:
2)
SMK
Membuat Dokumen
XI/1
…..
Kompetensi identitas
Menulis dan mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sebelum menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) terlebih
dahulu mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar
isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di S1
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
SILABUS
Contoh:
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
:
: Mengelola Sistem Kearsipan
: V/1
: Mengelola Sistem Kearsipan
Materi
Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/
Alat
1. Merencanakan
kebutuhan bahan
dan alat kearsipan
3) Mengidentifikasi Materi Pokok
Dalam mengidentifikasi materi pokok harus dipertimbangkan:
a) Potensi peserta didik
b) relevansi dengan karakteristik daerah,
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik;
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 94
d)
e)
f)
g)
h)
kebermanfaatan bagi peserta didik;
struktur keilmuan;
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
alokasi waktu yang tersedia
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Selain itu juga harus memperhatikan:
a) Tingkat keahlian (valid): materinya teruji kebenaran dan kesahihannya.
b) Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar
diperlukan oleh siswa.
c) Kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan
dan keterampilan pada jenjang berikutnya.
d) Layak dipelajari (leam ability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat
kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.
e) Menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut.
Contoh:
Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kelas/Semester
: XI/1
Standar Kompetensi
: Mengelola Sistem Kearsipan
Kompetensi
Dasar
1. Merencanakan
kebutuhan
bahan
dan
alat
kearsipan
Materi Pokok
Kegiatan
Pembe
lajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/A
lat
 Pengertian
arsip dan
kearsipan
 Ruang
lingkup arsip
 Analisis
kebutuhan
bahan dan
alat
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup : sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, maka pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.
Kriteria indikator:
a) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa
b) Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
c) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills)
d) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
e) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan
f) Dapat diukur/dapat dikuantifikasi
g) Memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional
h) Menggunakan kata kerja operasional (terlampir)
i) Tidak mengandung pengertian ganda (ambigu).
5)
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 95
melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
peserta didik" Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus diajukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua
unsur pendiri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.
e) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar
secara utuh.
6)
Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada PP
Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Penilaian
dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik). Adapun penilaian dengan
non tes dapat dilakukan dengan pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk" Dalam rangka mendukung
pelaksanaan penilaian yang bermakna dapat dilengkapi portofolio untuk masingmasing anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai
berikut:
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan peserta didik,
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta
didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal,
dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diperoleh
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan
pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
f) Penilaian dapat dilakukan secara: Tes tertulis, lisan, unjuk kerja, penugasan,
produk, kinerja, dan pengamatan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 96
Bentuk instrumen penilaian dipilih sesuai dengan teknik/jenis penilaiannya. Beberapa
contoh bentuk instrumen penilaian yang dapat dipilih sebagai berikut:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
7)
8)
No
1
Teknik/jenis
Tes Tertulis
2
3
Tes Lisan
Tes Perbuatan (Unjuk Kerja)
4
Penugasan
5
6
7
Observasi
Wawancara
Portofolio

















Bentuk Instrumen
Tes isian
Tes uraian
Tes Pilihan Ganda
Menjodohkan
Jawaban singkat
Benar-Salah
Dan lain-lain
Daftar pertanyaan
Tes identifikasi
Tes Simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Tugas rumah
Tugas proyek
Lembar observasi
Pedoman wawancara
Dokumen pekerjaan, karya, prestasi
siswa
Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan
jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingan kompetensi dasar" Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu termasuk alokasi
penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran.
Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 97
Contoh :
Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Nama
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Mendeskripsikan
pengertian bekerja
dalam suatu tim
:
:
:
:
Materi Pokok
Pengertian
bekerja dalam
satu tim
SMK “X”
Keadilan Administrasi Perkantoran
XI/1
Siswa SMK “X” Kelas XI Semester 1 Mampu Bekerja Dalam Satu Tim
Indikator
1. Menjelaskan arti bekerja
dalam satu tim
2. Menjelaskan tujuan
bekerja dalam satu tim
3. Menyimpulkan manfaat
bekerja dalam satu tim
Mengetahui
Kepala SMK “X”
____________________
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kegiatan
Pembelajaran
1. Mengamati
manajemen
koperasi sekolah
2. Mendeskripsikan
hasil pengamatan
Penilaian
1. Portofolio
laporan
pengamatan
2. Unjuk kerja
diskusi
kelompok
Alokasi
Waktu
2 jam
pelajaran
Sumber/
Bahan/Alat
1. Modul
Bekerja
Sama
dengan
Pelanggan
2. Latar
Koperasi
Jakarta, ………………………….
Guru Yang Bersangkutan
______________________
P a g e | 98
f.
Prosedur Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komponen RPP terdiri dari:
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator pencapaian adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
8) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik
kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9) Kegiatan pembelajaran
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan konfirmasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 99
c) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam penyusunan RPP prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah:
1) Perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
2. Desain Materi Pembelajaran
Objek formal dalam teknologi pembelajaran adalah masalah belajar. Salah satu alternatif
pemecahannya dalam definisi teknologi pendidikan menurut AECT (1977) menggunakan
sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran yang lengkap. Artinya sumber belajar
yang dipilih, dirancang dan atau dimanfaatkan tidak dapat terlepas dari silabus dan RPP yang
telah Anda rancang. Guru perlu mempersiapkan sumber pustaka untuk mengembangkan
materi pembelajarannya baik melalui perpustakaan maupun internet.
Perangkat bahan ajar modul dan LKS ini disusun, sejalan dengan kondisi satuan pendidikan
dari berbagai aspek yang berbeda, sehingga modul dan LKS harus disusun oleh guru.
Pengembangan bahan ajar diarahkan untuk meningkatkan kualitas pemahaman diri siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa diarahkan kepada kemampuan
belajar mandiri siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Di bawah ini akan dijelaskan
pengembangan bahan ajar modul dan LKS. Untuk mempermudah Anda dalam mengikuti
kegiatan belajar ini pelajari kembali komponen-komponen desain sistem pembelajaran.
Sumber belajar bahan (perangkat lunak) modul dan LKS merupakan satu kesatuan dengan
desain pembelajaran yang Anda kembangkan. Sebagai sistem pembelajaran, bahan ajar yang
akan dikembangkan saling terkait dengan komponen lain dalam berproses mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Ketiadaan komponen sumber belajar bahan akan
mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengembangan sumber belajar bahan yang dirancang oleh guru terkait dengan pengolahan isi
pelajaran dan aktivitas belajar siswa. Pengolahan isi pelajaran atau pengetahuan yang akan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 100
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dipelajari siswa dapat dirancang dalam bentuk bahan ajar modul dan lembar kerja siswa
(LKS).
Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan dikemas dalam
bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan LKS yang sengaja dirancang
sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, dilakukan melalui tahap
perancangan dan tahap pengembangan materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh
pihak lain (tenaga khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun garis besar isi modul
dari jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap pengembangan, guru harus
mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS sesuai sistematika penulisan dan prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan keakuratan disiplin ilmu pengetahuan, bahasa dan ilustrasi.
a) Pengembangan Bahan Ajar Modul
Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber belajar teknologi
cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya interaksi peseta didik dengan modul
sehingga dapat terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian siswa berinteraksi secara
tidak langsung dengan guru melalui bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat
membuat siswa belajar.
Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik dan gaya bahasa.
Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolah-olah guru hadir di kelas dan siswa
memperhatikannya. Modul merupakan kelengkapan dari buku teks, karena digunakan
untuk keperluan belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan belajarnya. Sebelum
modul dikembangkan, guru perlu merancang terlebih dahulu garis besar isi modul. Garis
besar isi modul dan jabaran isi modul merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi
modul.
1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM)
Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak boleh terlepas dari
bagaimana Anda melakukan pengembangan tujuan pembelajaran, mengembangkan
materi pembelajaran dan menentukan pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda
lakukan pada kegiatan belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan JIM.
Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan dijabarkan dan disusun
dalam bentuk matriks. Komponen-komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode, media, waktu, tes
dan pustaka. Komponen-komponen ini dikembangkan tidak berbeda dengan silabus.
Yang berbeda hanya pada bagian tes karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana
penguasaan siswa terhadap isi modul. Keterkaitan antara komponen harus
diperhatikan.
Langkah-langkah penyusunannya GBIM adalah sebagai berikut:
a) Menuliskan identitas mata pelajaran sama seperti dalam silabus
b) Mengidentifikasi standar kompetensi, dan kompetensi dasar dari standar isi
c) Menuliskan indikator berdasarkan analisis pembelajaran yang telah Anda lakukan,
mulai dari indikator yang paling.
d) Menuliskan materi pokok dan sub materi pokok.
e) Menentukan metode dan media yang diperlukan untuk pengembangan isi
pelajaran.
f) Menentukan alokasi waktu yang harus digunakan siswa dalam mempelajarinya.
Selain itu harus diperhatikan tingkat kesulitan materi dan pengalaman belajar yang
harus dilakukan siswa.
g) Menentukan evaluasi yang akan dikembangkan (latihan dan tes formatif)
h) Menuliskan sumber pustaka untuk mengembangkan materi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 101
Tujuh langkah GBIM tersebut dituliskan dalam bentuk matriks.
Contoh:
GARIS BESAR ISI MODUL (GBIM)
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
1.
Indikator
1.1
1.2
:
:
:
Materi
Pokok dan
Sub Materi
Pokok
1
1.1
1.2
Metode
Media
Waktu
1.
2.
2 jam
pelaja
ran
Tes
Evaluasi
Latihan
Tes format
Sumber
Pustaka
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan GBIM, selanjutnya guru perlu membuat jabaran isi modul (JIM) dalam
bentuk matriks. Pada JIM harus dituliskan uraian materi esensial dari tiap sub materi
pokok dan butir-butir evaluasinya baik untuk latihan atau tes formatif. Selain itu
nomor kegiatan belajar dan judul modul juga dilengkapi.
Contoh:
JABARAN ISI MODUL
Mata Pelajaran
:
Kelas / Semester
:
Standar Kompetensi :
Nomor
Kegiatan
Belajar
1
Judul Modul
Bekerjasama
dengan
pelanggan
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
Kompetensi
Dasar
Mampu bekerja
sama
dengan
pelanggan
Materi Pokok
dan Sub Materi
Pokok
1.
1.1
1.2
Uraian
(Materi Esensial)
Evaluasi
(Butir-butir)
1.1
Latihan :
1.2
Tes formatif 1:
2) Pengembangan Isi Modul
Tahap pengembangan isi modul yang harus diperhatikan oleh guru adalah sistematika
modul dan prinsip mengembangkan bagian-bagian modul (Sitepu, 2006, h. 110-116).
Modul belajar mandiri terdiri atas tiga bagian utama. Bagian awal modul berisi
pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran, dan bagian akhir modul berisi tes
sumatif.
a) Bagian Awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran, kegunaan,
tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan antar judul modul bahan
pendukung lainnya, dan petunjuk untuk mempelajari bahan pelajaran.
b) Bagian Inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit
terdiri atas
pendahuluan, kegiatan belajar, dan daftar pustaka.
(1) Pendahuluan berisi cakupan materi (deskripsi singkat), tujuan pembelajaran
khusus, perilaku/kemampuan awal, manfaat, dan urutan pokok bahasan secara
logis, dan petunjuk belajar/cara mempelajari modul.
(2) Kegiatan belajar mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-contoh, latihan,
rangkuman, tes formarif dan kunci jawaban.
(3) Daftar pustaka berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat dipergunakan
pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 102
c)
Bagian Akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan lampiran-lampiran
yang terkait dengan isi modul.
Bahan belajar mandiri dikembangkan dengan prinsip bahwa i bahan pelajaran itu:
(1) memberikan tuntunan,
(2) membangkitkan motivasi belajar,
(3) menimbulkan rasa ingin tahu,
(4) memacu,
(5) mengingatkan,
(6) menanyakan,
(7) memberikan umpan balik,
(8) mengevaluasi hasil dan kemajuan belajar,
(9) memberikan bantuan remedial, dan
(10) memberikan pengayaan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a.
Bagian Awal
Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan langkah-langkah
berikut.
(1) Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara keseluruhan
sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal yang akan dipelajari serta
kedalaman dan keluasan bahasannya.
(2) Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal yang perlu dimiliki
pemelajar sebelum mempelajari bahan pelajaran itu.
(3) Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar. Manfaat yang
dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut dan/atau dalam melakukan tugas
profesional atau dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara jelas yang menggambarkan
kompetensi yang akan diperoleh.
(5) Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap sehingga terlihat
hubungan antar konsep.
(6) Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional bagaimana cara
menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran itu sehingga membantu dan
memudahkan pemelajar mempelajari dan menguasai bahan pelajaran itu. Dalam
petunjuk ini hendaknya pula diberitahu bagaimana cara mengerjakan tugas,
latihan, dan tes serta cara menggunakan kunci jawaban yang disediakan.
Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar, maka dalam
menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut.
(a) Disusun secara sistematis dan mudah dipahami.
(b) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pemelajar.
(c) Enak dibaca dan menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin membacanya lebih
lanjut.
b. Bagian Inti
Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masing-masing berdiri
sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri atas pendahuluan, kegiatan belajar
dan daftar pustaka.
(1) Pendahuluan
Pendahuluan disusun dengan cara berikut.
(a) Menyebutkan cakupan bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan.
Cakupan itu meliputi materi pokok, teori, dan konsep yang akan dipelajari.
(b) Menjelaskan hubungan antara bahan pelajaran yang bersangkutan dengan
bahan pelajaran pada unit sebelumnya
(c) Menyebutkan manfaat mempelajari dan menguasai bahan pelajaran dalam
unit yang bersangkutan.
(d) Menyebutkan secara operasional dan terukur kompetensi yang akan diperoleh
dengan mempelajari bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan.
Kompetensi yang dimaksud dinyatakan dalam rumusan Tujuan Pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 103
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Khusus (TPK/TIK) yang memuat unsur sasaran (audience), perilaku
(behavior), kondisi (condition), dan tingkatan (degree)
(e) Bila perlu, menyebutkan kemampuan/perilaku awal yang perlu dimiliki
pembelajar sebelum mempelajari unit tertentu.
(f) Menjelaskan cara mempelajari bahan pelajaran termasuk cara menggunakan
media yang melengkapi (kalau ada) dan sumber-sumber belajar lain yang
dapat dipergunakan untuk meningkatkan penguasaan pemelajar atas bahan
pelajaran.
(2) Kegiatan belajar.
Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan pelajaran untuk unit
yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini disajikan dalam bentuk uraian, contoh,
latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban.
Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut.
(a) Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran khusus (TPK).
(b) Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara sistematis, mudah
dipahami, serta sesuai dengan teori belajar dan membelajarkan.
(c) Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh dan/atau
ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel.
Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut.
i.
Strategi, metode, dan teknik pembelajaran memperhatikan karakteristik
pemelajar serta karakteristik bahan pelajaran.
ii. Teknik penyajian informasi dalam bentuk naratif, deskriptif, eksposisi, dedukatif,
induktif, ekplanasi, atau argumentasi bergantung pada tujuan pembelajaran dan
karakteristik isi bahan pelajaran.
iii. Organisasi bahan pelajaran dibuat dengan ukuran dan susunan yang sistematis
dan logis sehingga memudahkan pemelajar melihat kaitan antar bab dengan
sub-bab, dan paragraf secara jelas.
iv. Uraian menumbuhkan atau meningkatkan motivasi pemelajar untuk berpikir dan
berbuat.
v. Susunan dan penempatan naskah dan ilustrasi dibuat sedemikian rupa sehingga
informasi mudah dipahami dan menarik dipelajari. Ilustrasi ditempatkan sedekat
mungkin dengan konsep yang dijelaskan.
vi. Isi uraian, contoh, dan ilustrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut
pemelajar atau lingkungan tempat belajar serta dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.
vii. Untuk memantapkan pemahaman dan penguasaan pemelajar atas konsep yang
sedang dipelajari, perlu diberikan latihan yang sesuai dalam bentuk soal, tugas,
eksperimen, dan lain-lain. Latihan yang diberikan relevan dengan bahan
pelajaran yang sedang dipelajari serta sesuai dengan kemampuan pemelajar dan
menantang pemelajar berpikir dan berbuat kritis. Latihan dapat diberikan di
tengah atau pada akhir uraian suatu pokok bahasan.
viii. Untuk memudahkan siswa mengingat, setiap unit bahan pelajaran diakhiri
dengan rangkuman yang berisikan inti bahan pelajaran itu serta terkait dengan
TPK yang disebutkan pada awal unit. Rangkuman berfungsi untuk menyimpulkan
dan memantapkan pengalaman dan perolehan hasil belajar. Rangkuman disusun
secara ringkas, berurutan, mudah dipahami, dan bersifat menyimpulkan.
Rangkuman diletakkan sebelum tes formatif.
ix. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan menarik.
(3) Tes formatif
Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan dengan tujuan
untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran pada unit atau
pokok bahasan tertentu dengan mengacu pada TPK yang telah ditetapkan. Hasil
tes formatif i dijadikan sebagai dasar untuk langkah belajar lebih lanjut, apakah
dapat diteruskan ke unit atau pokok bahasan berikutnya atau memerlukan
remedial.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 104
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tes formatif biasanya menggunakan tes objektif yang jawabannya adalah
tunggal dan tidak mungkin bervariasi. Penggunaan jenis tes ini akan
memudahkan pemelajar untuk memeriksa kebenaran jawabannya dengan
menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Dalam menyusun butir soal tes
objektif, secara umum perlu diperhatikan berikut.
i. Butir tes mengukur TPK yang sudah ditetapkan.
i. Butir tes hendaknya disusun secara jelas, tepat, dan menggunakan kaidahkaidah bahasa yang baik dan benar.
ii. Butir soal dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kemampuan pemahaman Pemelajar. Hendaknya dihindari penggunaan
struktur bahasa yang terlalu mudah atau terlalu sulit.
iii. Semua informasi yang diperlukan untuk memilih jawaban yang benar
seharusnya tersedia dalam butir soal dan menghilangkan kata-kata dan
frase yang tidak berfungsi.
iv. Budi soal yang diangkat langsung dari bahan pelajaran hanya akan
mengukur kemampuan menghafal dan bukan pemahaman.
v. Butir soal yang membantu atau mempersulit menjawab soal berikutnya
hendaknya dihindari. Yang dimaksud dengan membantu ialah butir soal
yang memberikan arah untuk jawaban butir soal yang berikutnya. yang
dimaksud dengan mempersulit ialah butir soal yang tidak dapat dijawab
tanpa dapat menjawab soal yang sebelumnya dengan benar.
Tes objektif dapat disusun dalam 4 bentuk tes, yaitu (1) jawaban singkat, (2)
padanan/penjodohan, (3) pilihan benar-salah, dan (4) pilihan ganda.
1. Jawaban Singkat
Tes dalam bentuk ini meminta pemelajar mengisi ruang yang dikosongkan
dalam suatu Pernyataan, dengan kata atau frase yang benar atau
memberikan jawaban yang singkat terhadap suatu pertanyaan.
Dalam menysusun butir soal ini perlu diperhatikan:
a. Butir soal hendaknya untuk melengkapi pernyataan.
b. Hindari membuat lebih dari dua tempat kosong untuk dilengkapi dalam
satu pernyataan sehingga maknanya secara keseluruhan tidak jelas.
c. Jika menggunakan pernyataan yang tidak lengkap, hendaknya tempat
yang dikosongkan berada pada akhir pernyataan.
2. Padanan/Penjodohan
Padanan/penjodohan adalah bentuk tes yang meminta pemelajar memilih
padanan/atau jodoh yang sesuai dengan soal/stimulus yang diberikan.
Bentuk tes seperti ini dapat mencakup bahan pelajaran lebih efisien
dibandingkan dengan pilihan ganda.
Dalam menyusul butir soal dalam bentuk tes ini perlu diperhatikan ha-hal
berikut.
1. Soal/stimulus dan padanannya/jodohnya disusun dalam kolom terpisah.
Soal/stimulus
disusun
dalam
kolom
sebelah
kiri
dan
padanannya/jodohnya pada kolom sebelah kanan.
2. Butir soal/stimulus diberi nomor secara berurut dengan menggunakan
angka, sedangkan butir padanan/jodoh diberi nomor secara berurut
dengan menggunakan huruf.
3. Benar-salah
Benar-salah adalah bentuk tes yang meminta pemelajar menentukan benar
atau salah atas suatu pernyataan yang diberikan. Di samping banyak dikritik
karena dianggap hanya mengukur kemampuan hafalan dan jawabannya
dapat diberikan dengan cara menebak, bentuk soal ini dipertahankan oleh
banyak ahli. Bentuk tes ini tetap dianggap efektif dan efisien untuk
mengukur berbagai jenis kemampuan apabila disusun secara cermat dan
tepat.
Dalam menyusun butir soal benar-salah perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a. Setiap pernyataan mengandung konsep atau masalah-masalah yang
penting.
b. Pernyataan disusun relatif singkat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 105
c.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pernyataan dalam bentuk kalimat negatif khususnya negatif ganda
perlu dihindarkan.
d. Pernyataan yang membingungkan dan mengecohkan dihindarkan.
e. Kata-kata penjurus yang mengarahkan jawaban pada salah satu pilihan
tidak digunakan.
f.
untuk pernyataan yang bersifat pendapat seseorang, hendaknya dikutip
sesuai dengan aslinya atau yang resmi.
g. Panjang pernyataan dibuat relatif sama antara pernyataan yang
menghendaki jawaban benar dan salah.
h. Jumlah pernyataan dibuat sama antara pernyataan yang menghendaki
jawaban benar dan salah.
4. Pilihan Ganda
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir soal pilihan ganda
antara lain ialah sebagai berikut.
a. Butir soal dapat dibuat dalam bentuk penanyaan atau kalimat penggalan
(pernyataan yang tidak lengkap).
b. Bila yang dipergunakan adalah kalimat penggalan, maka pilihan ganda
diletakkan pada akhir penggalan.
c. Soal dibuat secara singkat dan jelas dengan memperhatikan tingkat
kemampuan membaca pembelajar.
d. Dihindari membuat soal dengan mengutip langsung dari teks bahan
pelajaran.
e. Soal dirumuskan dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang benar.
f. Jumlah pilihan untuk setiap butir soal adalah empat atau lima, tetapi untuk
pemelajar pemula sebaiknya hanya tiga pilihan.
g. Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir sama.
h. Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang mendahuluinya
i. Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif.
Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat ditempatkan pada
halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit hendaknya sudah diberitahukan kepada
pemelajar cara mengerjakan tes formatif, cara menggunakan kunci jawabannya,
serta cara menghitung skor hasilnya.
5. Daftar Pustaka
Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih lanjut untuk
memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam membuat daftar pustaka
tersebut hendaknya diperhatikan kemungkinan pemelajar dapat memperoleh
bahan bacaan tersebut. Hendaknya diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin
dapat diperoleh pemelajar di perpustakaan, toko buku, atau tempat lain.
3.
Bagian Akhir
Bagian akhir modul terdiri atas
1) Penutup
2) Tes sumatif
3) Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif
4) Glosarium
5) Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul
Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom bekerjasama
dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas:
1) Petunjuk guru, yang terdiri dari:
a) Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi,
dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
b) Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi pembelajaran, berisi
strategi pembelajaran, bantuan khusus, petunjuk untuk pemanfaatan media
yang lain, dan pengayaan untuk siswa.
c) Evaluasi, berisi tugas guru dalam mengevaluasi dan strategi evaluasi.
d) Refernesi
e) Kunci jawaban tes akhir modul
f) Tes akhir modul
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 106
2)
Kegiatan siswa, yang terdiri dari:
a) Pendahuluan, yang berisi gambaran singkat tentang materi yang akan
dipelajari, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, petunjuk
atau cara mempelajari modul bagi siswa, kegunaannya, serta waktu untuk
mempelajari modul.
b) Kegiatan belajar, yang berisi tujuan pembelajaran khusus, uraian materi, dan
tugas.
c) Penutup, yang berisi rangkuman, tidak lanjut, kunci jawaban tugas, daftar
istilah, dan daftar pustaka.
Contoh:
Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani untuk SMK tampak
pada daftar isi berikut.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
PETA KEDUDUKAN MODUL ....................................................................................
GLOSARIUM .........................................................................................................
I.
v
vi
viii
ix
PENDAHULUAN ...........................................................................................
A. Deskripsi Umum .........................................................................................
B. Prasyarat ...................................................................................................
C. Petunjuk Penggunaan Modul .......................................................................
D. tujuan Akhir Pemelajaran ...........................................................................
E. Standar Kompetensi dan Cek Kemampuan ...................................................
1
2
2
2
3
4
II. PEMELAJARAN .............................................................................................
Kegiatan Belajar 3: Memelihara Standar Presentasi Pribadi ........................
A. Pentingnya Grooming dalam Penampilan Prima ............................................
B. Kekuatan Kepribadian ................................................................................
C. Etika, Moral, dan Etiket (Tata Krama) ...........................................................
D. Bahasa Tubuh ............................................................................................
E. Komunikasi Nonverbal ................................................................................
F. Jamuan Bisnis dan Tabel Manner .................................................................
Tes Formatif ..................................................................................................
Aktivitas .........................................................................................................
Skala Sikap ....................................................................................................
7
8
8
17
26
30
32
37
52
57
65
Kegiatan Belajar 4: Bekerja dalam Satu Tim ..................................................
A. Pengertian Bekerja dalam Satu Tim .............................................................
B. Prinsip-prinsip Bekerja dalam Satu Tim ........................................................
C. Tujuan Bekerja dalam Satu Tim ..................................................................
D. Manfaat Bekerja dalam Satu Tim .................................................................
E. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Tim .......................................................
F. Tahapan Perkembangan Tim ......................................................................
G. Karakter Budaya Kerja dalam Tim ...............................................................
H. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Masing-masing Tim ...................................
I. Hubungan Internal Vertikal-Horizontal .........................................................
J. Arti dan Manfaat Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Relationship) ...........
K. Pengembangan Profesional Kerja ................................................................
Tes Formatif ..................................................................................................
Aktivitas .........................................................................................................
Skala Sikap ....................................................................................................
66
66
67
69
70
71
73
75
78
80
82
83
88
93
96
III.EVALUASI
A. Uji Kompetensi Teori ..................................................................................
B. Uji Kompetensi Keterampilan ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
INDEKS .................................................................................................................
104
105
105
106
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 107
b)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS telah banyak dibuat oleh guru dan dimanfaatkan di sekolah. Guru telah mampu
membuat sesuai dengan kebutuhan. Komponen dalam LKS berbeda yang dikembangkan
oleh guru baik yang digunakan di sekolah atau yang tersedia di pasaran.
Penyusunan LKS harus melalui tahap perancangan dan pengembangan isi. Di dalam
kedua tahapan tersebut yang harus diperhatikan guru, pengalaman belajar dan tagihan
yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian guru harus memperhatikan
komponen tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran (kegiatan belajar serta
evaluasi dari desain silabus dan RPP yang telah dibuat. Perangkat RPP lebih bersifat
operasional karena LKS dapat digunakan untuk mengimplementasikan kegiatan
pembelajaran (inti: elaborasi) dan tagihan (evaluasi hasil belajar) dalam bentuk unjuk
kerja.
LKS sebagai sumber belajar dapat dirancang dengan berdiri sendiri dan atau terintegrasi
dengan modul (bahan ajar lainnya). LKS disajikan dalam bentuk cetak dan fungsinya
sebagai sarana siswa dalam menyelesaikan tugas seperti praktikum latihan soal dan lainlain.
LKS adalah sejenis bahan ajar cetak yang sengaja dirancang untuk membimbing para
siswa belajar sehingga dapat menunjang proses pembelajarannya. LKS disusun secara
sistematis dan disajikan dapat berbentuk lembaran atau buku. LKS dapat memuat isi
pelajaran dengan ragam pengetahuan dan berfungsi sebagai panduan kegiatan belajar
teori dan praktek sehingga hasil belajarnya meningkat.
Prinsip-prinsip penulisan LKS yang baik menurut Gray yang dikutip oleh Tarigan (1989, h.
43-44) adalah:
a. Membuat setiap materi dan latihan sesuai dengan program instruksional setiap kelas
atau tingkatan.
b. Menyediakan tipe-tipe latihan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan
minat para siswa.
c. Jangan membiarkan menjadi tujuan akhir, akan tetapi menjadikan praktek atau
latihan-latihan menjadi suatu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Berupaya agar para siswa pemakai LKS mudah memahami dan menguasai apa,
bagaimana, dan mengapa mereka harus melakukan setiap hal yang mereka
kerjakan.
LKS seperti halnya modul harus dirancang dengan terlebih dahulu menyusun garis besar
isi LKS. Garis besar isi LKS berisi komponen identitas mata pelajaran dan komponen
pengembangan dan komponen pengembangan yaitu standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, materi, pengalaman belajar, metode, media, waktu dan evaluasi. Forma
GBI LKS berbentuk matriks, begitu juga jabaran isinya. Selanjutnya dalam tahap
pengembangan isi LKS disesuaikan dengan pengalaman belajar siswa. Prinsip
keakuratan ilmu pengetahuan, bahasa damn ilustrasi harus diperhatikan oleh guru.
Demikian pula desain sistem pembelajaran yang telah disusunnya. Untuk tahap produksi
dan evaluasi dapat dilakukan pihak lain (tenaga khusus).
1)
Garis Besar Isi LKS (GBI LKS) dan Jabatan Isi LKS (JI LKS)
Langkah penyusunannya sama seperti modul, hanya terdapat langkah menentukan
pengalaman belajar sesuai dengan analisis tugas yang harus dilakukan siswa pada
kegiatan inti dan bentuk evaluasinya. Tugas dan tagihan siswa dapat menentukan isi
LKS.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 108
Contoh : GBI LKS
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi
Dasar
1.
: ..........................................................................................................
: ..........................................................................................................
: .........................................................................................................
.........................................................................................................
Indikator
Materi Pokok
dan Sub Materi
1.
1.1
1.1
1.2
1.2
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciri-ciri
mesin kantor di
lingkungan sekolah
Metode
Penugasan
Media
LKS
Waktu
30 menit
Evaluasi
Sumber
Pustaka
Laporan
pengamatan
Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman belajar dan evaluasi. Format JI LKS disusun
dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar (uraian) dan evaluasi (uraian). Anda dapat memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat.
Contoh : JI LKS
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Standar Kompetens i
No.
LKS
1.
:
:
:
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
Judul LKS
Kompetensi
Dasar
Observasi ciri-ciri
mesin kantor
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Materi Pokok dan
Sub Materi Pokok
Pengalaman
Belajar
Mengamati ciri-ciri
mesin kantor di
lingkungan sekolah
Uraian
- Bahan, Alat
- Prosedur
kerja
Evaluasi
Laporan
Pengamatan
Uraian
- Judul
- Proses
Pengamatan
- Hasil
Pengamatan
- Kesimpulan
P a g e | 109
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Pengembangan Isi LKS
Isi LKS dapat berbentuk tugas pengamatan, tugas memeriksa mesin, atau job sheet,
tugas praktikum, tugas melakukan percobaan, tugas pendalaman pemahaman prinsip
dan lain-lain.
Sistematika penyajiannya sama seperti modul terdiri dari tiga bagian yaitu awal, inti
dan akhir. Karena tujuan pengembangan isi modul berbeda, maka tiap bagian dapat
dikembangkan oleh guru sesuai dengan GBI LKS dan JBI LKS. Dengan demikian LKS
disusun dalam bentuk unit-unit kecil yang berdiri sendiri agar mudah dipelajari.
Tahap pengembangan isi LKS dengan mengadopsi teori Sitepu, tentang sistematika
modul, maka sistematik LKS adalah:
a) Bagian awal identitas LKS, berisi judul LKS, standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
b) Bagian inti LKS terdiri dari :
(1) Pendahuluan berisi rangkuman materi, petunjuk belajar menyelesaikan tugas
atau latihan.
(2) Kegiatan belajar berisi tugas/latihan yang harus dikerjakan siswa.
(3) Daftar pustaka berisi sumber dan bacaan yang dipergunakan.
c) Bagian akhir berisi penutup LKS
LKS seperti tagihan yang terkait dengan isi tugas, lampiran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi LKS (Suryadi, 2000, h.
21-22) yaitu:
a) Penyajian menekankan kebermaknaan dan manfaat bagi siswa. Kebermaknaan
dan manfaat konsep pada suatu mata pelajaran akan senantiasa mengingatkan
siswa kepada konsep yang telah ia pelajari sebelumnya saat siswa diperhadapkan
pada suatu masalah. Hal ini dapat dimunculkan melalui penyajian dengan
menggunakan konteks yang dekat dengan lingkungan siswa.
b. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri. Pada bagian evaluasi diri siswa
dapat mengukur sendiri kemampuannya sehingga siswa dapat mengetahui
kemajuan yang telah ia lakukan. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya soal-soal
latihan yang menguji pemahaman siswa secara menyeluruh sesuai dengan
materi yang dibahas.
c. Penyajian dapat dipahami siswa. Penyajian secara psikologi dapat dipahami oleh
siswa berdasarkan pada penggunaan ilustrasi atau gambar, grafik atau diagram
yang jelas.
d. Penyajian mencerminkan alur berpikir logis. Hal ini dapat dilihat dari penyajian
secara runtut. Misalnya penyajian materi dimulai dari yang mudah menuju ke
yang sulit.
e. Penyajian menarik perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat melalui penyajian soalsoal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dan dengan masalah
kontekstual atau pengalaman sehari-hari siswa.
Contoh : Rancangan LKS Observasi
Bagian Awal
Judul LKS
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bagian Inti
Pendahuluan
: Rangkuman Materi
Petunjuk belajar
Kegiatan belajar
: Alat dan bahan
Cara kerja
Pengamatan
1. …………………..
2. ……………………
Penutup
: Daftar Pustaka
Bagian Akhir : Laporan
1. Proses Pengamatan
2. Hasil Pengamatan
3. Kesimpulan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 110
Contoh :
Petunjuk Belajar dalam LKS
Tulislah sebuah rencana perjalanan dinas. Kamu dapat menuliskan sesuai dengan gaya bahasa
kamu masing-masing. Tulislah apa yang kamu pikirkan.
Contoh :
Kegiatan belajar dalam LKS
Tulislah perjalanan dinas yang akan kamu kembangkan pada halaman ini,
Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu tulis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan buku pelajaran dan
disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian inti berisi tugas-tugas dan bagian
akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1. Kreativitas pengembangan isi LKS oleh guru harus
ditingkatkan dengan tetap memperhatikan kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP).
Contoh:
Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi dengan ragam
pengalaman prinsip perkantoran (sumber skripsi mahasiswa Teknologi Pendidikan). Sebagian
prototipe bagian awal dan bagian inti dari LKS. Bahasa untuk bahan ajar LKS lebih formal.
3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber belajar yang
digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran komunikasi
untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran. Dalam hal ini dapat
dicontohkan guru sebagai sumber pesan menyampaikan materi pembelajaran (peran) dengan
media power point kepada penerima pesan (siswa). Kedudukan media dari contoh tersebut
diilustrasikan sebagai berikut:
Guru
Materi
Media
Seni
Nada
Piano
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Siswa
P a g e | 111
Guru
Matematika
Materi
Bangun Ruang
Media
Model
Siswa
Bangun Ruang
Guru
Materi
Media
Siswa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Biologi
Sistem Imun
Gambar
Pasien Lupus
Pasien Aids
Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi pembelajaran. Media
pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h. 458=460) didefinisikan segala sesuatu
yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
yang di sengaja, bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran
(Yisifhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah:
a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi optimal.
b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.
c. Melampaui batas ruang kelas.
d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya.
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Membangkitkan keinginan dan minat baru
g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar
h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit maupun
abstrak.
i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan
waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru.
k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar)
l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa.
Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di dalam
perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga dilengkapi dengan media
pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang sendiri oleh guru atau memanfaatkan
dari media yang telah tersedia.
Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem
pembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan maka akan
terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti perbedaan persepsi
terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar siswa tidak optimal.
Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat
dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan belajar yang akan dilakukan
siswa.
a. Pemilihan Media Pembelajaran
Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada media
penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media yang mampu
menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan sebagai alat peraga),
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 112
transparansi, radio, telepon, film, video, televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu
media yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media
interaktif yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti
pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau komputer.
Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru perlu
mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan media seperti tabel
berikut.
Tabel Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan Belajar
Media
Visual diam
Film
Televisi
Objek 3-D
Rekaman Audio
Pelajaran
Terprogram
Demonstrasi
Buku teks cetak
Sajikan lisan
Info
Faktual
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Pengenalan
Visual
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Prinsip
Konsep
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Keteram
pilan
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Prosedur
Sikap
Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis media yang
terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu masing-masing media
memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu media dengan media lainnya saling
melengkapi.
Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, kriteria dalam
memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut adalah:
1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Tepat untuk mendukung materi pembelajaran
3) Praktis, luwes dan tahan lama
4) Guru terampil menggunakannya
5) Jumlah peserta didik
6) Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya di dalam
ruangan.
Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. D I samping
itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih
yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat,
media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar.
Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang
memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik.
Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara lain akses,
biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan,
pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai
akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana peserta didik memiliki akses
terhadap media yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya?
Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun peserta didik, yaitu seberapa
mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai
paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya
beli untuk peserta didik). Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang
berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan
disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan
penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat
memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media
tersebut mempermudah peserta didik dalam belajar? Pertimbangan mengenai organisasi
merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses
pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 113
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan
antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media.
Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu
media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling
berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik, sehingga dapat
membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media
yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana.
Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi:
1) Media cetak
a) Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku
pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri.
b) Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi
buku pelajaran.
c) Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun
sendiri.
d) Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamphlet,
yang diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan
dalam bahan ajar.
e) Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu peserta didik
melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan digunakan untuk melengkapi
buku pelajaran.
2) Media audio/visual
a) Kaset audio/CD audio
b) Siaran radio (radio broadcasts)
c) Slide (film bingkai)
d) Film
e) Kaset video/CD video
f) Tayangan TV (TV broadcasts)
g) Video interaktif
h) Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted Instruction)
3) Media Praktek/Demonstrasi
a) Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita
b) Laboratorium dan peralatannya
c) Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari material atau
barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah
d) Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll)
e) Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang
ternak, dll).
f) Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium
buatan peserta didik.
g) Pasar
h) Museum
4) Media lainnya
a) Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk
mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi, flashcard,
permainan memori, monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan
lain-lain
b) Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh instruktur dan atau
peserta didik.
c) Kit sains, kit seni, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media dilakukan setelah langkah
perumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan model perencanaan penggunaan
media pembelajaran (ASSURE) artinya media dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat
memanfaatkan yang tersendiri atau modifikasi keduanya.
Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media jadi (yang tersedia)
dan atau media yang dirancang. Jika memanfaatkan media yang dirancang maka
komponen dari media tersebut harus mengandung tujuan pembelajaran, materi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 114
pembelajaran, dan evaluasi. Misal merancang lembar balik Presiden Republik
Indonesia dengan urutan:
Gambar Presiden:
No. 1
No. 2
No. 3
Judul
Tujuan
Lembar Balik
Pembelajaran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
No. 4
No. 5
Presiden Soekarno
No. 6
Gambar
Gambar
Presiden:
Presiden
Dan seterusnya
dan
Soeharto
sampai
Evaluasi
Jasanya
Presiden SBY
Gambar Urutan Lembar Balik Presiden Republik Indonesia
Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan jumlah
peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lain-lain.
Untuk menghemat biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang sudah tidak
dimanfaatkan (ukuran 60 x 40 cm).
b. Pemanfaatan Media Pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran.
Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu komponen dari model sistem
pembelajarannya yang disebut utilisasi. Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas
pembelajaran (guru) dalam membantu mempermudah siswa belajar.
Seels dan Richey (2002, h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran mendefinisikan
pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan
serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala
sesuatu yang mendukung terjadinya belajar (seperti: sistem pelayanan, bahan
pembelajaran dan lingkungan).
AECT (Association for Educational Communication and Technology) mengungkapkan
pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah mengusahakan agar pembelajar
dapat berinteraksi dengan sumber belajar atau komponen pembelajaran. Fungsi ini
penting karena memperjelas hubungan pemelajar dengan bahan dan sistem
pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 1986, h. 194).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 115
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena memperjelas
hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan menggunakan suatu
sumber belajar jika ia mengetahui bahwa dengan menggunakan sumber belajar tersebut
ia akan memperoleh keuntungan dalam proses pembelajarannya.
Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan media
yaitu:
1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan
dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi dua
kelompok utama.
a) Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masingmasing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara
bebas, kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhannya.
b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu
rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah dalam
menggunakannya, yaitu:
1) Persiapan sebelum menggunakan media
Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa mempelajari
petunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta menetapkan tujuan yang
akan dicapai.
2) Kegiatan selama menggunakan media
Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan.
3) Kegiatan tindak lanjut
Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk
memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui
media bersangkutan.
Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan pola
pemanfaatan.
Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini.
1) Tahap persiapan
a) Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran, misal untuk
menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan sasaran guru di sekolah.
b) Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang telah disusun
(misal power point terlampir).
c) Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan pelatihan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia
b) Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan prosedur
pembelajaran.
3) Tindak lanjut
a) Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan.
b) Kepala sekolah memberikan umpan balik.
Contoh:
1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak boleh
membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan pada layar.
2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga kontak mata
antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 116
PEMBELAJARAN KUANTUM
(QUANTUM TEACHING)
Tujuan Pembelajaran Umum
‘
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Peserta pelatihan akan dapat menunjukkan contoh
penerapan pembelajaran kuantum.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta pelatihan akan dapat mendeskripsikan hakikat
pembelajaran kuantum
2. Peserta pelatihan akan dapat membedakan unsur-unsur
model pembelajaran kuantum.
Prosedur Pembelajaran
1. Peserta mengamati penjelasan nara sumber tentang
relevansi materi pelatihan,
2. Peserta aktif berpikir, bertanya tentang materi pelatihan
yang sedang di pelajarinya,
3. Peserta aktif memberikan contoh peragaan sebagai
instruktur yang memanfaatkan pembelajaran kuantum,
4. Peserta menindak lanjuti dengan membaca buku
Quantum Teaching
‘
Sejarah Pembelajaran Kuantum
1. Belajar Kuantum = pemercepatan belajar dari Dr. Georgi
Lozanov,
2. Memanfaatkan otak mengatur informasi,
3. Implikasi dalam pembelajaran kuantum (Bobbi Deporter,
Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 117
‘
Definisi
Mengupayakan siswa belajar melalui orkestrasi bermacammacam yang ada di dalam dan
di sekitar momen belajar.
Asas
‘
Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke
dunia mereka.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Segalanya bicara,
2. Segalanya bertujuan,
3. Pengalaman sebelum pemberian nama,
4. Akui setiap usaha,
5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
‘
Tujuan
1. Memudahkan proses belajar,
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Unsur Model Pembelajaran Kuantum
‘
1. Konteks
Kegiatan mengubah latar pembelajaran: lingkungan,
suasana, landasan dan rancangan.
2. Isi
Kegiatan menyajikan isi dan fasilitas untuk mempermudah
proses: penyajian, fasilitas, keterampilan belajar, dan
keterampilan hidup.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 118
AKU TAHU
‘
KUNCI KEUNGGULAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kejujuran, tulus dan santun
Kegagalan awal kesuksesan
Bicaralah dengan niat baik (positif dan bertanggung
jawab)
Hidup di saat ini : kerjakan setiap tugas dan manfaatkan
waktu,
Komitmen : penuhi kewajiban, janji
Tanggung jawab atas tindakan
Bersikap terbuka dan luwes
Selaraskan pikiran, tubuh dan jiwa.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
‘
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
Latihan
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
Instruktur
Siswa
Instruktur
:
:
:
:
:
:
:
Siswa
Instruktur
:
:
Siswa
Instruktur
:
:
Siswa
:
‘
Selamat pagi, dll
Selamat pagi, dll
Apakah saudara / anda cerdas ?
Kami cerdas
Seberapa cerdas ?
Sangat cerdas ?
Bagaimana saudara/anda memperlakukan diri
sendiri
Hormat, santun, dll.
Bagaimana saudara/anda memperlakukan
instruktur?
Hormat
Apa yang hendak saudara/anda berikan dengan
mengikuti diklat ini?
100 persen Menerapkan
‘
DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter, Mark Readon, dan Sarah Singer Nourie
(2002). Quantum teaching (Terjemahan).
Bandung: Kaifa
Made Wena (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sutanto Windura (2008). Panduan Praktis Learn How to Learn
Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta : PT. Gramedia.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 119
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Contoh lain agar pemanfaatan siaran langsung pendidikan di sekolah mengikuti langkahlangkah sebagai berikut, yaitu. persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut
a. Persiapan sebelum menggunakan media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat persiapan yang
baik pula. Terlebih dahulu guru dan siswa mempelajari buku petunjuk yang telah
disediakan. Bila pada petunjuk disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar
lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sebaiknya hal tersebut dilakukan
karena akan memudahkan para pengguna dalam belajar menggunakan media.
Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media itu juga perlu disiapkan
sebelumnya, sehingga pada saat menggunakannya nanti, tidak akan terganggu pada
hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu.
b. Pelaksanaan selama menggunakan media
Dalam penggunaan media hal yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan.
Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi harus
dihindarkan. Bila kita menulis atau membuat gambar atau membuat catatan singkat,
usahakan hal tersebut tidak mengganggu konsentrasi. Jangan sampai perhatian
banyak tercurah pada apa yang tertulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian
media yang sedang berjalan.
c. Kegiatan tindak lanjut
Maksud kegiatan tindak lanjut adalah untuk melihat apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai untuk memantapkan pemahaman terhadap materi
pelajaran yang disampaikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan soal
tes yang akan dikerjakan dengan segera sebelum siswa lupa isi materi itu.
Contoh:
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memanfaatkan media pembelajaran
adalah kebutuhan siswa. Jika siswa berkebutuhan khusus (misal tuna netra) maka
guru mempersiapkan media pembelajaran audio karena gaya belajar cenderung
auditif. Siswa diberitahukan untuk terlibat atau berpartisipasi aktif dengan media
pembelajaran. Guru perlu memberikan umpan balik dan penguatan agar
pembelajaran bermakna.
4. Penyusunan Perangkat Penilaian
Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari sistem
pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan RPP. Pada unit kegiatan belajar 1
telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil belajar di dalam sistem
pembelajaran. Artinya perangkat penilaian yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Perangkat penilaian dalam satu kesatuan desain sistem
pembelajaran akan menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk
pelaksanaan, sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan oleh guru.
Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk mengukur
tingkat pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) peserta didik. Penilaian ini dilakukan
secara konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan
secara sistematik yaitu menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam
perencanaannya.
Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik melalui berbagai teknik, dan
pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar tertentu.
Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal ini
dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan
di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik penilaian dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan dalam silabus dan RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru
merupakan satu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 120
Tujuan pembelajaran/ SK-KD
dan Indikator
Komponen penilaian dalam
silabus:
SK dan KD
Metode dan
Teknik
Komponen Penilaian dalam
RPP: KD dan Indikator
Butir-butir tes, non tes, tugas
dan lain-lain (Perangkat)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian
hasil belajar dan merancang perangkat penilaian berbasis kelas.
a. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip
evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan
belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti
yang telah diuraikan pada komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak
perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya
dipahami dengan baik.
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund (1985) dalam Zaenal Arifin (1009,
h. 91-102) dari beberapa langkah:
1) Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu.
Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak
awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi,
jenis/model, dan karakter alat penilaian.
Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau
proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik
(sumatif), untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai
dengan kemampuannya (penempatan).
Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan
dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi.
2) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten
apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk
melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata
lain, pada tahap ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur
dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada
taksonomi tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang
dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan dalam tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
3) Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk
berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisikisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan
menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes/non tes dan bagian-bagiannya,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 121
sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam
menyusun butir-butir tes / non tes.
Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan
dan penyusunan tes / non tes, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai
acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus
memenuhi persyaratan tertentu, antara lain:
a) Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel
perilaku yang akan dinilai.
b) Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami.
c) Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa,
dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata
pelajaran atau RPP. Jadi guru/evaluator harus melakukan analisis silabus/RPP terlebih
dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok,
yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Komponen
Identitas
Komponen
Pokok
Contoh :
KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Sekolah
:
Kelas/Semester
:
Standar Kompetensi
:
Jenis Soal/Kinerja
:
Jumlah butir
:
No
Kompetensi
Dasar
Materi
Indikator
No. Soal/
Kinerja
Gambar Contoh Format Kisi-kisi
Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur,
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif,
dan psikomotor.
4) Mengembangkan Draf Instrumen (Menulis butir-butir instrumen)
Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tes/non tes dengan
menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang
karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek
kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif.
Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran,
kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai dengan siswa.
Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa
verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan
bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam
teknik penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan
butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masingmasing jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga
objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
5) Uji-coba dan Analisis
Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilah butir
instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tes/non tes. Secara garis
besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk
dipergunakan selanjutnya.
Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil
belajar yang akan diukur (apakah butir instrumen telah mengukur apa yang akan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 122
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
diukur/valid). Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa,
sehingga dapat dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor
bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang
panjang mulai dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan
sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan pula perangkat
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
6) Revisi dan Merakit (Instrumen Baru)
Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang valid dengan
kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan
diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah perangkat tes/non tes. Sedangkan yang
belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan
perbaikan.
Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara
total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta
aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes/non tes
yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tes/non tes hasil revisi. Selanjutnya terkait
urutan/penomoran, dalam suatu tes/non tes pada umumnya urutan dilakukan
menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang
sederhana menuju kompleks.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 123
BAB III
MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.
Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal
yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post
facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
1) Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
2) Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.
3) Data diambil dari berbagai sumber.
4) Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
5) Partisipatif, dilakukan sendiri.
6) Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK:
1) Dilakukan sendiri oleh guru
2) Memperbaiki pembelajaran secara langsung
3) Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
4) Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
5) Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
6) Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal:
1) Dilakukan oleh orang lain
2) Mengembangkan teori, melalui generalisasi
3) Biasanya mempersyaratkan hipotesis
4) Menuntut penggunaan analisis statistik
5) Instrumen harus valid dan reliabel
6) Sampel harus representatif
Cara Memulai PTK
Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda tentang
prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang
asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara
sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda
akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah
menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk
matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan
proposal sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK.
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan kegiatan
Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan Tabel
berikut ini.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 124
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No
Dokter
1 Menanyakan gejala penyakit
2 Mendiagnosis penyakit
3 Menulis resep
Menentukan tema pengobatan, misalnya
4
“Mengobati sakit perut”
Guru Peneliti PTK
Mendeskripsikan masalah
Menemukan akar masalah
Menyusun hipotesis tindakan
Menuliskan judul penelitian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia akan
bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?" Maksudnya adalah untuk meminta Anda
mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak
mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja
terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?" Belum
cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan. Kemudian ia
menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan mengetuk-ngetuk
perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan
sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih
menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda.
Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah
untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit
Anda akan makin mudah ia mendiagnosis penyakit Anda itu.
Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus
dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar
masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah
Anda menemukan akar masalah.
Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan PTK.
Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan
tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa
pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburuburu sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah
minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis
ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat,
lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun
hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah
penelitian Anda secara rinci:
1) Mulailah dengan satu kalimat masalah.
2) Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
a)
b)
c)
d)
Dari mana tahunya?
Bagaimana datanya?
Upaya apa yang telah dilakukan?
Bagaimana hasilnya?
3) Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu
biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.
Contoh:
(Kalimat masalah) ”Nilai mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta pada
umumnya rendah.” (Dari mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan dan
contoh soal yang diberikan guru; tetapi ketika soal diganti sedikit saja, mereka menjadi
bingung dan tidak mampu mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang
hal yang sudah dijelaskan; hal-hal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan
kebingungan, tidak mampu diatasi. Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor
rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana
datanya?) Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir
seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang sudah dilakukan)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 125
Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering menggunakan alat-alat untuk
demonstrasi di kelas. Guru juga sudah menggunakan media Power Point dalam
menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi dengan praktik langsung oleh siswa.
Siswa-siswa yang bernilai rendah sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam
pelajaran tatap muka. (Bagaimana hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum itu
tampaknya belum berhasil menanamkan konsep-konsep fisika secara mantap kepada
siswa. Program remedial juga tidak banyak menolong karena siswa yang nilainya rendah
pada umumnya berusaha untuk menghindar.
Menemukan Akar Masalah
Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah dapat
mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi masalah di atas jelas
sekali bahwa akar masalahnya adalah ”pemahaman siswa yang kurang mantap”.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menyususun Hipotesis Tindakan
Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/eksperimen dan media pembelajaran yang
interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar masalah ”kurang mantapnya
pemahaman siswa”. Guru sudah melakukan hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program
remedial juga bukan merupakan obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak
berhasil. Guru harus menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain.
Marilah sejenak kita berfikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas konsep "kursi".
Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan kursi model apapun--berkaki
empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek, sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan,
berbentuk bulat, berbentuk segi empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan
logam, ditambahi busa agar empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan,
dsb.--kita tidak akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan
kursi. Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa dalam kasus di
atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia penanaman konsep yang
mantap tentang kursi itu?
Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan membuat
siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu sempit. Sebaliknya
lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa mengalami over-generalization atau
generalisasi yang terlalu luas. Baik under-generalization maupun over-generalization duaduanya akan mengganggu pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh
yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan
pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal dengan metode
concept attainment atau metode pencapaian konsep.
Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan
meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta."
Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1) Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept
attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai
dengan noncontoh.
2) Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan
jawaban.
3) Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan
PR yang terlalu banyak”.
Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap dilakukan karena
merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program remedial bagi siswa-siswa yang
lambat juga terus dilakukan karena merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku.
Jadi tindakan dalam PTK tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” metode dan prinsip
sudah baku, melainkan “menambahkan” metode-metode baru.
Menuliskan Judul Penelitian
Akhirnya Anda tinggal menuliskan judul penelitian, secara singkat tetapi jelas. Isi judul
sama dengan isi hipotesis tindakan, tetapi redaksinya diubah dari kalimat menjadi frasa.
Hipotesis tindakan, kalimat: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar
mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta."
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 126
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Judul penelitian, frasa: “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa
Kelas XI SMK X melalui Metode Concept Attainment”
Penulisan frasa untuk judul penelitian menggunakan huruf besar pada tiap kata, dan
tidak diakhiri dengan titik; sedangkan penulisan kalimat untuk hipotesis tindakan hanya
menggunakan huruf besar di awal kalimat, dan diakhiri dengan titik.
Dari uraian di atas jelas bahwa judul penelitian datang "paling akhir", setelah deskripsi
masalah, penemuan akar masalah, dan penyusunan hipotesis tindakan. Sangat aneh
kalau ada peneliti PTK yang langsung ingin menemukan judul. Analoginya adalah dokter
yang begitu bersemangat dengan obat barunya, baru kemudian mencari orang yang
sakit. Penelitian harus dimulai dari masalah, karena pada dasarnya penelitian adalah
pemecahan masalah.
Catatan: Analogi guru-dokter dalam penelitian PTK tidak seluruhnya benar. Minimal ada
dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam dunia kedokteran setelah pasien
sembuh pemberian obat dihentikan; dalam PTK setelah perlakuan berhasil akan
dilanjutkan terus sebagai metode baru yang lebih efektif. Kedua, dalam dunia kedokteran
pengobatan pada umumnya hanya berfungsi untuk mengembalikan pasien ke kondisi
awal/normal, yaitu sehat; dalam PTK dapat dicobakan hal-hal baru yang melebihi
keadaan awal/normal.
Proposal Sederhana
Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam bentuk
matriks seperti pada tabel berikut ini:
Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA
No
Aspek-aspek
Penelitian
1
Kalimat Masalah
2
3
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
Uraian
Nilai fisika siswa Kelas XI SMK X Jakarta pada umumnya
rendah.
Pemahaman siswa kurang mantap ketika diterangkan.
"Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar
mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta."
Tindakan Operasional:
a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan
menggunakan metode concept attainment, dengan
pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai
dengan noncontoh.
b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan
barvariasi, disertai dengan jawaban.
c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi
”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”.
“Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa
Kelas XI SMK X melalui Metode Concept Attainment”
Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan PTK di kelas
Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena bersifat operasional. Ukuran
operasional adalah dapat dilakukan oleh orang lain yang membaca hipotesis itu.
Analoginya dengan dunia kedokteran, hipotesis tindakan "Metode concept attainment
akan meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X
Jakarta" adalah sebagai obat, sedangkan ”tindakan operasional” yang terdiri dari tiga
butir itu adalah cara meminum atau dosisnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 127
Contoh Proposal Sederhana Lainnya
Tabel Proposal Sederhana Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan
No
Aspek-aspek
Penelitian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1
Kalimat Masalah
2
3
Akar Masalah
Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
Uraian
Para siswa cepat lupa dalam pelajaran Mengelola Pertemuan
Kelas XI SMK Y Bekasi.
Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa pembelajaran.
"Cerita-cerita yang menarik akan meningkatkan daya ingat
siswa dalam pelajaran Mengelola Pertemuan Kelas XI SMK Y
Bekasi."
Tindakan Operasional:
a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan
beberapa cerita menarik yang relevan, dapat diambil dari
surat kabar atau artikel internet.
b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu
dibacakan. Satu pertemuan tatap muka cukup 1—2 cerita
aneh.
c. Siswa diminta menanggapi cerita aneh itu secara
kelompok; .yang baik diberi pujian.
“Peningkatan Daya Ingat Siswa melalui Pembacaan Ceritacerita Menarik dalam Pelajaran Mengelola Pertemuan Kelas XI
SMK Y Bekasi”
Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran Membuat Dokumen
No
Aspek-aspek
Penelitian
1
Kalimat Masalah
2
Akar Masalah
3
Hipotesis Tindakan
4
Judul Penelitian
Uraian
Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai rendah dalam
mata pelajaran membuat dokumen di Kelas XI SMK Z Depok.
Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya sebagai siswa
yang bodoh.
"Pemberian Pengalaman Sukses akan Meningkatkan
Kepedulian Siswa terhadap Nilai Membuat Dokumen Kelas XI
SMK Z Depok."
Tindakan Operasional:
a. Dalam pembelajaran, guru memberi perhatian lebih
besar kepada siswa-siswa yang lemah.
b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang siswa yang
lemah diberi tugas yang mudah. Setelah yakin dapat
mengerjakan, mereka diminta maju ke papan tulis,
diikuti dengan pujian.
c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti biasanya.
“Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Matematika
melalui Pemberian Pengalaman Sukses dalam Pelajaran
Membuat Dokumen Kelas XI SMK Z Depok”
Masalah yang Layak Diteliti dan Profesionalisme Guru
Masalah yang Layak Diteliti
Tidak semua masalah dapat dipecahkan melalui PTK, hanya masalah yang berada dalam
kendali guru. Rendahnya "input siswa" yang masuk sekolah Anda, suara berisik karena
"sekolah Anda berada di pinggir jalan", dan "status ekonomi sosial orang tua siswa"
adalah contoh-contoh masalah yang berada di luar kendali guru, tidak layak untuk diteliti.
Sebaliknya masalah yang sudah terlalu jelas juga tidak layak diteliti karena tidak perlu.
Misalnya selama ini Anda mengajar secara monoton, menggunakan metode ceramah
sepanjang hari, dan siswa merasa jenuh. Kemudian Anda akan menerapkan metode
bermain peran agar siswa lebih aktif. Hal itu sudah terlalu jelas, siswanya pasti akan
menjadi aktif. Anda tinggal melaksanakan secara langsung. Analoginya adalah upaya
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 128
Anda menyiram tanaman di pot yang layu karena tidak disiram. Anda tinggal langsung
meyiram, tidak perlu meneliti dulu; hasilnya sudah jelas, tanaman pasti akan menjadi
segar. Penelitian diawali dengan masalah, yang masih meragukan.
Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian ”Mendeskripsikan Masalah”
di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru
profesional, yang telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum
berhasil. Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan
tanaman di pot tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu,
barulah itu merupakan masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan tindakan secara
sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan
pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan Anda
akan mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b. Metode Penelitian
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK, disertai
model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan Model Kemmis & Taggart
seperti gambar di bawah ini.
Gambar PTK Model Kemmis & Taggart
Siklus Penelitian
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan McTaggart siklus
terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan,
dan (4) Refleksi. Analoginya dengan pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah
rangkaian empat kegiatan: (1) Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh
pasien, (3) Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan
(4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu satuan
penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap dari perencanaan
sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan lima siklus, sebenarnya Anda
melakukan lima penelitian secara berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga
siklus; kalau baru satu siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana.
Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan perlakuan yang sama,
agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan
pertama Anda menggunakan metode concept attainment pada konsep-konsep penting
yang diajarkan, diikuti dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang
bervariasi juga. Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama
secara konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga hari ia
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 129
meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang. Hal itu dilakukan
agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap. Kalau perlakukan hanya
dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi
kalau perlakuan sudah dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang telah Anda
tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas penelitian Anda. Perencanaan
pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya belum dapat ditentukan karena harus dibuat
berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu
harus dapat dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti,
dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis tindakan itu Anda
cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa terlihat dengan jelas. Seperti telah
disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda
diperbaiki melalui PTK. Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu
yang diobati oleh dokter.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih berbicara
tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik
sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi satu kalimat, yaitu: "Seluruh
perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik." Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering
terjadi adalah sebaliknya: "Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya
dengan dokter, pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin
saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga obat belum
bisa masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa. Baru pada peminuman
keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita yang ingin didengar dokter dalam
Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum berbicara tentang peningkatan kesehatan
pasien.
Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam satu siklus,
tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian menjadi sistematis dan
tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda perlu membuat unsur-unsur
variabel bebas itu, kemudian diuraikan keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal
penggunaan metode concept attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkahlangkah metode itu sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua
kolom berisi daftar alat kearsipan, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN,
sebagian besar siswa memperhatikan sambil berfikir. Perhatian siswa meningkat ketika
mereka diminta menambahkan nama alat baru di kolom YA. Mereka mulai berdiskusi
dengan teman kelompoknya dan berusaha menemukan istilah-istilah baru. Masih ada
beberapa siswa di barisan belakang yang belum terfokus perhatiannya. Ketika diminta
memberi nama konsep yang mewakili semua istilah yang berada di kolom YA, mereka
lebih tertantang lagi. Beberapa siswa tunjuk tangan dan menyebutkan konsep; guru
menuliskan di papan tulis. Tetapi ketika diminta menyebutkan atribut kritikal dari konsep
yang diajukan mereka mendapat kesulitan. Dst., dst...."
Pengamatan
Pada bagian inilah Anda mulai memaparkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
variabel terikat, yaitu variabel yang Anda tingkatkan melalui PTK ini. Seluruh hasil
pengukuran menggunakan instrumen, disajikan datanya di bagian Pengamatan ini.
Dalam PTK instrumennya bermacam-macam, tidak hanya tes; semua datanya disajikan di
sini. Tampilan yang khas di bagian Pengamatan ini adalah tabel, diagram, dan grafik;
tetapi uraian naratif juga ada, yaitu untuk menyajikan hasil wawancara atau catatan
lapangan.
Refleksi
Dalam refleksi, Anda akan membahas data yang telah tersaji dalam Pengamatan di atas.
Baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya dibahas. Keberhasilan perlu dibahas
untuk mengetahui apakah benar penyebabnya adalah tindakan yang Anda berikan. Jika
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 130
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
benar berarti hipotesis-tindakan Anda benar. Tetapi Anda harus jeli, belum tentu
keberhasilan itu akibat dari hipotesis-tindakan. Sebagai contoh dalam metode concept
attainment, setelah berlangsung satu siklus ternyata pemahaman siswa tidak meningkat.
Kemudian pada siklus berikutnya Anda sebagai peneliti memberikan tambahan drill
sebanyak-banyaknya sehingga siswa hafal akan tipe-tipe soal yang keluar dalam tes.
Pada akhir siklus-kedua pemahaman siswa meningkat. Apakah peningkatan itu akibat
dari hipotesis penelitian? Boleh jadi bukan; peningkatan itu lebih banyak disebabkan oleh
metode drill and practice daripada metode concept attainment.
Terutama kegagalan, harus dibahas secara sungguh-sungguh, sebaiknya bersama
kolaborator Anda. Langkah-langkahnya sama dengan pada awal siklus pertama:
mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah, bertanya mengapa dan
mengapa, dan mencari alternatif tindakan. Ingat bahwa siklus pertama sebenarnya
adalah satu penelitian. Pada siklus kedua Anda melakukan satu penelitian lagi. Tujuan
utama refleksi adalah mencari alternatif tindakan untuk diterapkan pada siklus
berikutnya. Sebaiknya Anda bukan mengganti tindakan melainkan melengkapi atau
memodifikasi tindakan; tindakan utamanya concept attainment masih tetap.
Pergantian Siklus
Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya dapat dilakukan berdasarkan jumlah
pertemuan, seperti telah disinggung di atas. Tetapi Anda dapat menggunakan dasar lain,
misalnya jumlah minggu, kompetensi dasar, atau pokok bahasan. Tindakan pada siklus
berikutnya ditentukan berdasarkan refleksi terhadap hasil siklus sebelumnya. Analoginya
dengan dokter, resep-baru dibuat berdasarkan hasil penilaian terhadap resep
sebelumnya. Tindakan pada siklus baru harus berbeda secara signifikan dengan siklus
sebelumnya. Kalau hanya pengulangan berarti masih bagian dari siklus sebelumnya.
Insrumen Penelitian
Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang perlu
dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen penelitian, yang berbeda
dengan instrumen yang biasa Anda pakai sehari-hari. Tes hasil belajar yang biasanya
cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6 misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi
dirinci menjadi tujuh komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3)
mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan (7)
menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan secara spontan,
sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus; demikian juga kegiatan observasi,
Anda buat lembar observasinya. Catatan lapangan perlu Anda siapkan dulu penulisannya;
ini paling mudah karena tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan lapangan tidak lain
adalah catatan harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang sangat berkesan.
Kalau penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan menemukan hal-hal
yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam catatan lapangan.
Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan instrumen dalam
PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan pada variabel yang ingin Anda
tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat
harus dibuat kisi-kisinya dulu; dan kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di
bagian Kajian Pustaka. Oleh karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya
sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang
baik teori yang diuraikan secara panjang lebar tetapi tidak memberikan petunjuk apapun
untuk pembuatan instrumen.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Yang sudah Anda kenal dengan baik tentu saja instrumen untuk mengukur hasil belajar,
yang biasa disebut tes. Tes yang baik harus valid, yaitu mengukur apa yang harus
diukur. Validitas tes biasanya didekati dengan kisi-kisi, yang akan menjamin keterwakilan
kompetensi dan tingkat kognisi yang akan diukur. Validitas seperti itu disebut validitas isi,
karena penekanannya pada keterwakilan isi. Syarat lainnya, tes yang baik harus reliabel
atau ajeg, yaitu jika digunakan dengan cara yang sama hasilnya akan sama. Reliabilitas
tes diketahui setelah tes diuji coba; koefisiennya dihitung dengan rumus-rumus statistik,
seperti rumus split half test, KR-20, atau Alfa Chronbach. Dalam PTK uji reliabilitas tes
seperti itu tidak dilakukan karena jarang guru yang mengujicobakan tes sebelum
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 131
menggunakan. Tetapi penggunaan kisi-kisi untuk menjamin validitas tes seperti
dijelaskan di atas sebaiknya dilakukan oleh peneliti PTK.
Di samping tes, dalam PTK digunakan berbagai jenis instrumen, di antaranya: (1) Lembar
observasi, (2) Pedoman wawancara, (3) Pedoman telaah dokumen, (4) Kuesioner, (5)
Rating scale, (6) Portofolio, (7) Skala sikap, dan (8) Catatan lapangan. Seperti halnya tes,
instrumen-instrumen itu harus dibuat berdasarkan kisi-kisi agar validitas-isi nya terjamin.
Di samping itu masih ada validitas lain yang harus dipenuhi oleh instrumen-instrumen itu,
yaitu validitas konstruk. Untuk memperoleh validitas konstruk, kisi-kisi instrumen harus
dibuat berdasarkan teori yang telah dibahas di Kajian Pustaka. Singkatnya, "Instrumen
harus dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan kisi-kisi harus dibuat berdasarkan teori."
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Triangulasi
Sebagai ganti penghitungan menggunakan rumus-rumus, reliabilitas instrumen dalam
PTK didekati dengan teknik triangulasi. Artinya, satu variabel terikat (yang akan
ditingkatkan) diukur dengan beberapa instrumen. Motivasi siswa misalnya, tidak cukup
diukur dengan kuesioner, tetapi ditambah dengan wawancara dan observasi. Jika ketiga
instrumen itu menghasilkan data yang sama atau mirip, barulah dapat ditafsirkan bahwa
data itu benar. Reliabilitas instrumen dalam PTK juga dapat didekati dengan pengamatan
yang cukup lama sehingga datanya mencapai tingkat jenuh atau mencukupi. Lamanya
pengamatan harus dibarengi dengan tingkat ketelitian dan keseksamaan.
Pelanggaran Validitas Instrumen
Seringkali peneliti PTK secara tidak sadar telah melanggar validitas instrumen, yaitu
membuat instrumen tanpa didasari kisi-kisi dan teori. Serinkali instrumen bahkan tidak
mengukur yang harus diukur. Mengukur motivasi misalnya, menggunakan tes hasil
belajar.
Instrumen Spontan
Peneliti sering membuat instrumen secara spontan yang diperkirakan dapat mengukur
keberhasilan penelitiannya. Dasarnya lebih banyak perasaan daripada penalaran yang
sistematis. Setelah instrumen jadi dan ditanyakan kisi-kisinya, peneliti itu tidak dapat
menjawab. Hampir dapat dipastikan bahwa instrumen seperti itu tidak ada dasar
teorinya. Spontanitas itu seringkali menghasilkan bermacam-macam instrumen, untuk
mengukur berbagai variabel. Maksud hati mungkin ingin menerapkan triangulasi, tetapi
kurang tepat arahnya. Kalau triangulasi adalah mengukur satu variabel dengan beberapa
macam instrumen, dalam instrumen spontan itu mengukur banyak variabel dengan
banyak instrumen yang tidak jelas dasar teorinya.
Instrumen ”Teh Botol”
"Apapun makanannya, minumannya Teh Botol"; begitulah bunyi iklan di televisi. Hal
serupa sering terjadi dalam PTK. "Apapun masalahnya, instrumennya tes hasil belajar."
Masalah rendahnya motivasi misalnya, instrumennya tes hasil belajar, seperti telah
disinggung sebelumnya. Dasar pemikirannya, kalau motivasi meningkat siswa akan
belajar lebih aktif sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal itu bisa benar, tetapi bisa
juga tidak. Peningkatan hasil belajar itu bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti minat,
media, dan tingkat kesulitan soal. Yang jelas teori tentang motivasi berbeda dengan teori
tentang hasil belajar. Kalau teorinya berbeda kisi-kisinya harus berbeda, dan
instrumennya dengan sendirinya akan berbeda. Jadi mengukur motivasi dengan hasil
belajar dapat dikatakan mengukur variabel lain.
Kisi-kisi Instrumen
Yang paling mudah adalah membuat kisi-kisi tentang hasil belajar; Anda sudah terbiasa
melakukannya. Berikut ini diberikan beberapa contoh instrumen untuk mengukur hasil
belajar atau pemahaman siswa.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 132
Tabel Contoh Kisi-kisi Tes Pemahaman Siswa
Menjelaskan
Membandingkan
Menginferensi
Merangkum
Mengklasifikasi
Memberi Contoh
Kompetensi dan
Indikator
Menginterpretasi
Proses Kognitif dan Jumlah Butir Soal
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 1
Indikator 2
Keterangan: KD = kompetensi dasar
Tabel Contoh Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pemahaman Siswa
Kompetensi
dan Indikator
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 3
Sangat
Kurang
Kriteria
Kurang
Sangat
Baik
Baik
Interpretasi tentang
Indikator 1
Kemampuan klasifikasi
tentang indikator 2
Inferensi tentang
indikator 3
Kemampuan
membandingkan
tentang indikator 4
Kemampuan
menjelaskan tentang
indikator 5
Indikator 4
Indikator 5
Tabel Contoh Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Siswa
No
1
2
3
4
5
6
7
Indikator
Pemahaman
Menginterpretasi
Memberi contoh
Mengklasifikasi
Merangkum
Menginferensi
Membandingkan
Menjelaskan
Sangat
Kurang
Kurang
Baik
Sangat
Baik
Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang sama, yaitu
pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang sama diamati dari berbagai
sudut pandang.
Instrumen untuk Variabel Bebas?
Perlukah variabel bebas (metode yang digunakan) diukur-ukur menggunakan instrumen
seperti halnya variabel terikat (variabel yang ditingkatkan)? Marilah kita bandingkan
dengan pekerjaan dokter. Apakah yang biasanya diukur oleh seorang dokter, kegiatan
minum obat pasien sesuai resep (variabel bebas) atau peningkatan kesehatan pasien
(variabel terikat)? Tentu saja yang terakhir. Ketepatan pemakaian metode memang perlu
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 133
diperhatikan dalam PTK, tetapi tidak perlu diukur-ukur menggunakan instrumen. Jika
dilakukan, pekerjaan peneliti akan bertambah banyak, yang akan membuatnya stress dan
lelah. Setelah selesai penelitian ia akan mengatakan dalam hati: "Sekali ini saja saya
melakuan penelitian." Hal ikhwal variabel bebas cukup disampaikan secara naratif di
bagian "Pelaksanaan" dari siklus penelitan (yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan,
Observasi, dan Refleksi). Ada kerugian lain jika variabel bebas diukur-ukur dengan
instrumen dan disajikan datanya dalam bentuk tabel-tabel. Benang merah laporan
penelitian menjadi kabur dan hasil penelitian sukar dipahami oleh pembaca.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kolaborasi
Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan waktu
pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru semata pelajaran.
Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan proposal dan pembuatan instrumen.
Pada saat implementasi, pertemuan dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk
membicarakan masalah-masalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana
untuk minggu berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran
menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus. Kolaborator ekternal
adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada penulisan proposal.
c. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan sangat
mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal yang esensial telah
tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan masalah,
dan hipotesis tindakan.
Sistematika Proposal Penelitian
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Judul
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Keberhasilan
E. Instrumen Penelitian
F.
Anallisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
Daftar Pustaka
Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat tetapi jelas.
Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan yang berbeda. Judul
harus mengandung variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variable terikat
(variabel yang akan ditingkatkan). Contohnya adalah sebagai berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 134
“Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa
Kelas XI SMK X Jakarta Melalui Metode Concept Attainment”
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil belajar
sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok bahasan kurang
perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan “Mengelola Sistem Kearsipan
Siswa Kelas XI SMK “ sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan, misalnya
“Kemagnetan”, seolah-olah metode concept attainment itu hanya berlaku pada topik
Kemagnetan. Masalah yang dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok
bahasan, seperti: hasil belajar, motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan
siklus akan lebih leluasa, tanpa dibatasi oleh topik.
Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca; pertama kali
orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya. PTK pada dasarnya adalah
sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran. Sejak munculnya PTK orang menganggap
bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran inovatif. Hampir semua peneliti
PTK memilih judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya cooperative learning
sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa. Sayangnya PTK yang
mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka kembali ke pembelajaran
biasa.
Pendahuluan (Bab 1)
Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian
Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah dapat
mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halaman-halaman berikutnya
masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya
dihindarkan
uraian
kesana-kemari sampai berhalaman-halaman, dan
baru
mengemukakan masalah penelitian di bagian akhir.
Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda terlihat lebih
menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain adalah deskripsi masalah
yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A; sifatnya mikro, yaitu tentang
pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat penting, masalah mikro itu harus dibingkai
dengan masalah makro yang berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa
Anda sebagai peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari
kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian Anda hanya
berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal dua alinea, dan segera
disambung dengan masalah mikro yang berupa deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah
contohnya.
Bab 1 Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Standar kompetensi luluan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) melalui Permendiknas Nomor 22 Tahun 2002 tentang Standar
Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut kompetensi yang tinggi dari
para lulusan sekolah menengah. Bersamaan dengan itu dikeluarkan juga Standar
Proses yang menuntut proses pembelajaran yang berkualitas, menuju lulusan
yang “cerdas dan komprehensif”, sesuai dengan moto Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Implikasinya guru harus senantiasa meningkatkan kompetensi
agar kualitas pembelajarannya terus meningkat.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga
profesional yang dilatih secara khusus melalui pendidikan profesi, untuk
mendapatkan sertifikat sebagai pendidik profesional. Salah satu ciri guru
profesional adalah bersifat reflektif. Setiap kali melaksanakan pembelajaran ia
selalu melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahannya, dan
selanjutnya berusaha untuk memperbaiki.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara yang sistematis untuk
melakukan refleksi secara intensif dan melakukan perbaikan pembelajaran secara
sistematis. Di SMK Negeri X Jakarta nilai mengelola sistem kearsipan Kelas XI
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 135
pada umumnya rendah. Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal
yang diberikan guru, tetapi ketika soal diganti sedikit saja mereka menjadi
bingung dan tidak dapat mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti
tentang hal yang dijelaskan; hal-hal baru sekecil apapun akan menimbulkan
kebingungan, tidak mampu diatasi. Pemahamannya barulah sampai di
permukaan, belum mendalam. Pada ulangan akhir yang mencakup satu standar
kompetensi nilai rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir semester rata-rata juga 5.
Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi di hampir seluruh SK,
dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi masalah itu. Guru telah
menggunakan alat-alat peraga untuk demonstrasi di kelas. Guru juga sudah
menggunakan media Power Point untuk menjelaskan; sekali-sekali penjelasan
guru diselingi dengan praktik langung oleh siswa. Tetapi hasilnya belum seperti
yang diharapkan. Siswa-siswa yang hasil belajarnya rendah sudah disediakan
program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. Tetapi hasilnya
juga belum seperti yang diharapkan; siswa yang nilainya rendah cenderung ingin
menghindar dari kegiatan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
pemahaman konsep siswa kurang mantap ketika diterangkan. Kemungkinan
contoh-contoh yang diberikan guru kurang banyak sehingga siswa mengalami
under-generalization; noncontoh juga tidak disertakan sehingga siswa mengalami
over-generalization. Kedua-duanya membuat pemahaman siswa tidak mantap.
Perlu dicarikan metode alternatif yang membuat siswa belajar secara mantap.
Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada dalam
proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal memindahkan ke
sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi tidak harus.
Inilah contohnya.
B.
Rumusan Masalah
Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil belajar mengelola
sistem kearsipan kelas XI SMK Negeri X Jakarta?
Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan PTK tidak
sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang akan ditingkatkan), tetapi
lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu. Ingin “mengetahui peningkatan”
mempunyai konotasi “setelah tahu akan selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang
kembali ke metode semula setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan”
mempunyai arti ingin menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya.
Manfaat penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian menjadi
labih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah contohnya.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
mengelola sistem kearsipan siswa.
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahamannya. Bagi
guru penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
membiasakan diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat
untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif, yang membimbing siswa
menjadi insan yang cerdas dan komprehensif.
Kajian Pustaka (Bab 2)
Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang Anda teliti. Baik
variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variabel terikat (yang ditingkatkan) duaduanya harus didukung dengan teori. Ini sejalan dengan ciri seorang profesional, yang
setiap tindakannya didukung dengan teori yang sudah mantap. Analoginya dengan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 136
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dokter, setiap obat yang diresepkan harus didukung dengan teori atau hasil penelitian
yang sudah mantap. Jika tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun.
Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya dalam penelitian formal.
Asumsinya, peneliti PTK adalah guru profesional yang sudah berusaha menerapkan teoriteori yang sudah mantap itu dalam pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana
kita ketahui banyak sekali teori-teori yang mantap itu berasal dari negara Barat, yang
berbeda budaya dengan kita. Dalam PTK Anda dapat saja menemukan teori yang sama
sekali baru—disebut grounded theory—yang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Jadi
teori yang dirujuk dalam PTK sifatnya hanya sebagai bahan pertimbangan.
Kata “pustaka” digunakan untuk membedakan dengan “teori’ yang bersifat akademis.
Pustaka lebih bersifat umum; Undang-Undang dan Peraturan Menteri dapat dimasukkan
ke dalamnya. Dokumen-dokumen itu merupakan kebijakan sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori teori.
Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang berkenaan
dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda. Gunanya agar temuantemuan
yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang dari karakteristik mata pelajaran yang Anda
ampu. Sebaiknya penyajian hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung
dapat mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini adalah
contoh deskripsi teori untuk judul “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan
Siswa Kelas XI SMK X Jakarta melalui Metode Concept Attainment”.
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
1. Concept Attainment
Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi dengan model
concept attainment menurut Uno (2008) dikembangkan
berdasarkan karya Jerome Brunner, dkk. yang yakin bahwa
lingkungan sekitar manusia beragam dan sebagai manusia kita
harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan
semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan,
mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang
menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Concept attainment adalah suatu metode pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep
tertentu.
Metode ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak
sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya,
pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep
yang sederhana. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika
penekanan pembelajaran lebih pada pengenalan konsep baru,
melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis.
Prosedur pembelajarannya melalui tiga tahap yaitu: kategorisasi,
penemuan konsep, penyimpulan. Kategorisasi adalah upaya
mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan
konsep yang diperoleh. Setelah kategori yang tidak sesuai
disingkirkan, kategori yang sesuai digabungkan sehingga
membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu konsep tertentu baru
dapat disimpulkan. Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan
concept attainment.
2. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang
tumbuh dari dalam diri sesorang (individu). Belajar berhubungan
dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 137
dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan sesaat seseorang seperti kelelahan dan
pengaruh obat (Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku adalah
hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik). Hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari
tidak tahu menjadi tahu, pada aspek keterampilan dari tidak
mampu menjadi mampu.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan
dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk
perilaku yang dapat diamati. Proses belajar dipandang sebagai
proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu:
perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding),
dan mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar
merupakan upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan
menemukan hubungan) antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada.
3. Pembelajaran Mengelola Sistem Kearsipan
Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005) bahwa selama
proses pembelajaran terjadi interaksi yang khas antara siswa dan
guru, siswa berupaya menyerap informasi dan guru bertugas
mendampingi siswa dalam belajar. Dalam filsafat pendidikan
modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam
pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak dipandang
sebagai orang yang tidak tahu, tapi dipandang sebagai orang yang
tahu meskipun belum sempurna.
Mengelola sistem kearsipan merupakan cabang dari ilmu
administrasi perkantoran yang mempelajari tentang ruang lingkup,
tujuan dan sistem kearsipan. Dalam standar isi mata pelajaran
mengelola sistem kearsipan dijelaskan bahwa pembelajaran
dengan mempelajari sistem kearsipan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan
berbagai pengalaman dan penyelesaian masalah baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan
perhitungan
serta
dapat
mengembangkan
pengetahuan,
ketereampilan, dan sikap percaya diri.
Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari
tentang manusia pada masa lampau yang mencakup konsep
ruang dan waktu serta perubahan. Dalam standar isi mata
pelajaran sejarah dijelaskan bahwa pembelajaran.
Kearsipan merupakan pengaturan dan penyampaian warkat/record
atas dasar sistem tertentu yang sistematis sehingga apabila
diperlukan dapat dengan mudah ditemukan. Di samping itu siswa
dapat menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar yang
aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menimbulkan suasana
yang menyenangkan. Melihat pemaparan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan rangkaian
pengembangan, pengetahuan dan keterampilan yang menekankan
proses berpikir dengan menggunakan ilmu administrasi.
Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau perkembangan
terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu dapat diperoleh dari jurnal
ilmiah. Berbeda dengan buku, jurnal ilmiah menyajikan informasi yang relatif lebih baru.
Berikut ini adalah contohnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 138
B.
Penelitian yang Relevan
Concept attainment didesain untuk memberi latihan pada siswa
menganalisis data dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis
tanpa menggunakan alat-alat lab. yang merepotkan. Struktur
pelajaran induktif membimbing siswa untuk memahami materi
pelajaran tahap demi tahap menuju pemahaman yang mendalam atas
ide-ide baru dan memberi kerangka berfikir sistematis seiring dengan
proses menggabung-gabungkan atribut-atribut esensial dari konsep
yan dituju. (Reid, 2010).
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan model concept
attainment berbantuan CD Interaktif yaitu X1= 75,83 jauh lebih besar
dari kelas yang diajar menggunakan model konvensional yaitu X2 =
67,93. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh bahwa kelas
yang diajar menggunakan model concept attainment berbantuan CD
Interaktif lebih baik dari pada kelas yang diajar menggunakan model
konvensional (Winasmadi, 2011).
Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment berdasarkan buku
teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda perlu mengemukakan
kerangka berfikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar 2—3 paragraf, untuk meyakinkan
pembaca bahwa metode concept attainment memang efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Kerangka berfikir merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang
merupakan sintesis dari berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berfikir
yang baik dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum
Anda menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya:
C.
Kerangka Berfikir
Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika dilibatkan
secara aktif dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep
yang dipelajari. Contoh-contoh yang cukup banyak akan
menghindarkan siswa dari under-generalization atau penyimpulan
terlalu sempit. Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan
siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu luas. Baik
under-generalizatin maupun over-generalization dua-duanya akan
membuat pemahaman konsep siswa menjadi lemah.
Metode concept attainment memberi contoh yang cukup banyak
kepada siswa, disertai dengan noncontohnya. Siswa diberi
kesempatan yang luas untuk berfikir secara aktif dalam
mengelompokkan contoh-contoh itu ke dalam konsep-konsep yang
dipelajari. Karena masing-masing siswa mempunyai pendapat sendiri
yang dipercayai kebenarannya, proses pengelompokkan itu akan
menimbulkan perbedaan pendapat yang mendorong terjadinya diskusi
yang seru dan menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa metode
meningkatkan pemahaman siswa.
concept
attainment
akan
Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya sama dengan
kalimat terakhir kerangka berfikir, yang merupakan kesimpulan. Dalam proposal
sederhana yang sudah Anda buat di pasal sebelumnya, sudah terdapat hipotesis
tendakan. Anda tinggal memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis
tindakan sebaiknya disertai dengan tindakan operasional, yang merupakan
operasionalisasi dari hipotesis itu. Analoginya dengan kedokteran, hipotesis tindakan
adalah resepnya; tindakan operasional adalah dosis atau aturan minumnya. Inilah
contohnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 139
D.
Hipotesis Tindakan
Metode concept attainment akan meningkatkan hasil
mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta.
belajar
Tindakan Operasional:
1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan metode
concept attainment. Sejumlah contoh yang berupa nama-nama
alat-alat kearsipan diletakkan dalam kolom-kolom yang diberi kata
“Ya” dan “Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga
nama alat kearsipan lain di masing-masing kolom. Di antara
contoh-contoh itu disertai noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak dan
bervariasi.
3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi pemberian
PR yang terlalu banyak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Metodologi Penelitian (Bab 3)
Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana sudah
disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca
tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut
dengan: metode penelitian, siklus penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian,
analisis data, kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya.
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting
Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran mengelola system
kearsipan pada semester ke ... tahun ... di SMK X Jakarta. Subyek
penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 32 orang siswa. Sekolah
ini merupakan Sekolah Standar Nasional yang berukuran besar,
mempunyai 27 kelas. Gurunya 80% berkualifikasi S1 dengan program
studi yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Yang sudah
memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional sekitar 50%.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
model Kemmis dan McTaggart yang prosesnya disajikan seperti pada
Gambar berikut.
Gambar PTK Model Kemmis & McTaggart
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 140
Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga siklus, yang
masing-masing terdiri dari: perencanaan (plan), pelaksanaan (act),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Tiap siklus minimal akan
terdiri dari tiga pertemuan tatap muka sehingga keseluruhan penelitian
akan terdiri dari sekitar sembilan pertemuan tatap muka.
C.
Siklus Penelitian
Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara
berulang-ulang dalam siklus I, sebanyak beberapa kali pertemuan tatap
muka. Pelaksanaan tindakan akan diamati dan dicatat dengan seksama.
Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I;
demikian juga plan untuk siklus III sepenuhnya tergantung pada hasil
refleksi siklus II.
D.
Kriteria Keberhasilan
Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai criteria
keberhasilannya tercapai, yaitu skor rata-rata kelas mencapai 75, yang
disebut kriteria ketuntasan minimal (KKM). Walaupun penelitian telah
berlangsung sebanyak tiga siklus, akan terus dilanjutkan selama KKM
belum tercapai.
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa (variable
yang ditingkatkan) akan dilakukan dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya
adalah sebagai berikut:
Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Kreasi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Kompetensi dan
Indikator
Pemahaman
Proses Kognitif
Ingatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat dilakukan dengan
tes. Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui
keberhasilan dan kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan
tindakan alternatif atau revised plan, yang akan diterapkan pada siklus
II.
KD 1
Indikator 1.1
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur juga dengan
menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara atau tes lisan.
Kedua instrumen itu akan dibuat berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas.
Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi, yaitu melihat satu
variabel dari berbagai instrumen yang berbeda. Pengukuran akan
dilakukan secara sampling, yaitu terhadap beberapa orang siswa yang
dipilih secara acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap
seluruh siswa akan memakan waktu yang lama; peneliti praktis akan
sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk membimbing siswa secara
intensif.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 141
Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel bebas atau
tindakan yang diberikan, tidak akan diukur secara kuantitatif, tetapi
cukup secara kualitatif menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih
global dan fleksibel dengan memperhatikan hal-hal yang penting, yaitu:
1. Kemampuan siswa menambahkan nama alat kearsipan baru pada
kolom “ya” dan “Tidak”
2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada pada kolom “Ya”
dan “Tidak”
3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi kelompok atau
diskusi kelas.
Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil belajar, tetapi cukup
dituliskan secara naratif berupa catatan lapangan, seperti telah
disinggung di atas, sebanyak ½--1 halaman tiap akhir pertemuan tatap
muka.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
F.
Analisis Data
Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik deskriptif, seperti
rata-rata dan persentase. Peningkatan hasil belajar akan dilihat dari
kecenderungan kenaikan skor rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari
lembar observasi dan pedoman wawancara akan dianalisis secara
kualitatif, kemudian dilihat juga kecenderungannya dari siklus ke siklus.
G.
Kolaborasi
Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran, di SMK X
Jakarta. Proses kolaborasi dilakukan pada saat penulisan proposal
penelitian dan pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran. Pada
saat-saat tertentu, kolaborator ikut masuk kelas untuk membantu
mengamati pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variable
bebas atau tindakan dalam PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan
diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi kembali
dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan penelitian
dalam satu minggu, dan merencanakan tindakan untuk minggu
berikutnya.
H.
Jadual Penelitian
Tabel Jadual Penelitian
No
Kegiatan
1
Persiapan
a. Menyusun RPP
b. Membuat Perangkat
Pembelajaran
c. Membuat Media
d. Menyusun Jadual
e. Menyusun Instrumen
Pelaksanaan
a) Menyiapkan Siklus 1
b) Membuat Laporan Siklus 1
c) Melaksanakan Siklus 2
d) Membuat Laporan Siklus 2
e) Melaksanakan Siklus 3
f) Membuat Laporan Siklus 3
Pelaporan
a. Membuat Laporan Gabungan
Siklus 1, 2, dan 3
b. Membuat Makalah Seminar
c. Seminar hasil penelitian
d. Merevisi Laporan
2
3
1
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2
3
4
Minggu Ke
5
6
7
8
9
10
11
P a g e | 142
Berdasarkan Hasil Seminar
e. Menulis Artikel Jurnal
f. Mengirimkan Artikel Jurnal Ke
Pengelola Jurnal
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Berbeda dengan penelitian formal, pada penelitian tindakan kelas laporannya sebaiknya
dibuat secara bertahap, per siklus. Maksudnya agar hal-hal yang bersifat kualitatif tidak
terlupakan; dengan demikian laporan akan bersifat lebih holistik, melihat berbagai aspek
pembelajaran. pembuatan laporan secara bertahap juga akan membuat pekerjaan terasa
lebih ringan. Laporan akhirnya lebih berupa kompilasi dari laporan per siklus.
Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada dalam
proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka hendaknya bersifat asli
dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara langsung; baru artinya tahun
penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir. Satu atau dua yang usianya lebih dari 10
tahun masih dapat diterima. Anda bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan
konsisten. Berikut ini adalah contoh dari daftar pustaka:
Daftar Pustaka
Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih Bahasa:
Soeparno. Bandung: CV Remadja Karya
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta
Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya)
Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science
Teacher, Vol. 078 Issue 1
Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: Grasindo
Uno,
Hamzah
B.
(2008).
Model
Pembelajaran.
diakses
dari
http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/22/concept-attainmentmodel- model-pembelajaran-perolehan-konsep/ tanggal 22 Maret 2012
Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi
Segitiga Kelas VII. Jurnal PP, No. 1 Vol. 2 Desember 2011.
d. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru melalui pengembangan
profesi.
1) Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut:
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA)
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 143
BAB
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
BAB
A.
B.
BAB
A.
B.
3 METODE PENELITIAN
Settin Penelitian
Metodologi Penelitian
Siklus Penelitian
Kriteria Penelitian
Instrumen Penelitian
Analisis Data
Kolaborasi
Jadual Penelitian
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Contoh perangkat pembelajaran
2. Instrumen
3. Personalia
4. Data
5. Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara seminar hasil
penelitian)
1) Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut:
SAMPUL LAPORAN
Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian
Pendidikan Nasional
HALAMAN PENGESAHAN
Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian
Pendidikan Nasional
ABSTRAK
Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya, tujuan,
prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 200
kata (ada juga yang menetapkan 250 kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5
kata
KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan
dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai
pencantuman nomor halamannya.
DAFTAR TABEL
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan
disertai pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah
gambar. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses
penelitian berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 144
kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya
siswa, grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian.
BAB 1 – 3
Isi sama dengan proposal Penelitian Tindakan Kelas pada pembahasan
sebelumnya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian
masing-masing siklus dengan desertai data lengkap beserta aspek-aspek yang
direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan
akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan
pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi ke dalam
bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi
pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan
hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil
keseluruhan siklus kedalam suatu ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik
rangkuman itu akan dapat memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai
pembahasan secara rinci dan jelas.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan tujuan
penelitian yang disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut
berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif
maupun segi negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar dirujuk
dalam naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka
dapat bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan internet.
LAMPIRAN
Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum, silabus,
instrumen yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan penelitian dan bukti
lain pelaksanaan termasuk berita acara seminar hasil penelitian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 145
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI MELALUI METODELATIHAN
SECARA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENGETIK MANUALSISWA TINGKAT
I ADMINISTRASI PERKANTORANSMK BHAKTI KARYA 1 MAGELANGTAHUN PELAJARAN
2008/2009
Suatu Penelitian Tindakan Kelas
Peneliti :WIWIEK MAFTUHAH JAZIROH, S.Pd.
SMK BHAKTI KARYA 1 MAGELANG
TAHUN 2 0 0 9
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 146
BAB I
PENDAHULUAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
tujuanPendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjutsesuai dengan kejuruannya,agar dapat bekerja secara efektif
dan efisien serta mengembangkankeahlian dan ketrampilan maka harus: memiliki stamina
yang tinggi, menguasai bidang keahliandan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan tehnolgi,
memiliki etos kerja yang tinggi,dan mampu berkomunikasi sesuai tuntutan pekerjaan serta
memiliki kemampuan mengembangkan diri. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan
tercapainya tujuan tersebut, dikembangkan suatu sistem pendidikan berbasis kompetensi,
yaitu sistem pendidikan yang memadukan semua aspek yang saling berkaitan untuk mencapai
standar kompetensi skill, knowledge dan ability. Ketrampilan mengetik 10 jari merupakan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa program keahlian Administrasi
Perkantoran. Ketrampilan mengetik 10 jari ini mampu menjadi ketrampilan plus bagi siswa
dalam memenuhi tuntutan dunia kerja saat ini. Di mana ketrampilan mengetik ini hampir
diaplikasikan dalam semua aspek kegiatan di kantor. G.R. Terry dalam penelitiannya terhadap
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa waktu kerja dalam
perusahaan tersebut dipergunakan untuk 7 macam kegiatan yang pokok dengan
perbandingan jatahnya dalam prosentase sebagai berikut:
1) Typing (Mengetik) 24,6 %2)
2) Calculating (Menghitung) 19,5 %3)
3) Checking (Memeriksa) 12,3 %4)
4) Filing (Menyimpan warkat) 10,2 %5)
5) Telephoning (Menelepon) 8,8 %6)
6) Duplicating (Menggandakan) 6,4 %7)
7) Mailing ( Mengirim surat) 5,5 %8)
8) Other (Lain-lain) 12,7 % +100 %
Dari hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa mengetik memegang prosentase yang paling
besar yaitu 24,6 %. Hal ini berarti bahwa dalam setiap kegiatan yang dilakukan dikantor,
selalu berhubungan dengan kegiatan mengetik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
adanya salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengetik sepuluh jari
dalam pembelajaran di sekolah. Masalah yang sering dihadapi guru selama ini yaitu, kurang
disiplinnya siswa dalam latihan menggunakan 10 jari. Sehingga hanya sebagian siswa saja
yang mampu untuk menerapkannya. Padahal ketrampilan mengetik 10 jari ini sebagai
ketrampilan dasar bagi siswa program keahlian Administrasi Perkantoran dalam mengikuti
kompetensi-kompetensi selanjutnya. Dimana 75%kompetensi yang ada mensyaratkan untuk
menyelesaikan semua tugas yang ada dengan mengetik. Apabila siswa telah terampil
mengetik 10 jari, secara otomotis siswa mudah dalam menyelesaiakan tugas-tugas di setiap
kompetensi tersebut. Ketrampilan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar
yang beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang. Ketrampilan
mengetik 10 jari dapat diselenggarakan melalui latihan-latihan secara intensif pada setiap
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran mengetik 10 jari, siswa harus selalu
diberi latihan-latihan secara intensif, sehingga siswa betul-betul mampu mempraktekkannya
dengan baik. Latihan-latihan harus dikelola guru sedemikian rupa sehingga siswa tidak
mengalami kebosanan. Dan salah satu cara agar siswa tidak bosan perlu di buat kelompokkelompok dalam latihan. Kelompok yang terbentuk diharapkan mampu untuk mengontrol
masing-masing siswa sehingga disiplin saat latihan dapat terjaga dengan baik. Karena siswa
harus bertanggung jawab pada kelompoknya. Disini guru hanya mengawasi dan memberikan
bimbingan saat siswa mengalami kesulitan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
upaya meningkatkan ketrampilan mengetik 10 jarimelalui metode latihan secara kelompok
dalam pembelajaran mengetik manual pada siswa tingkat 1 Administrasi Perkantoran.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 147
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Apakah dengan metode latihan secara kelompok dapat meningkatkan keterampilan mengetik
10 jari siswa dalam pembelajaran mengetik manual?
C. Tujuan Penelitian
Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan ketrampilan
mengetik 10 jari dengan metode latihan secara kelompok.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Meningkatkan keterampilan mengetik 10 jari dalam pembelajaran Mengetik Manual.
2. Bagi Guru
Dapat dipakai sebagai pedoman bagi para guru khususnya yang mengajar ketrampilan
mengetik 10 jari baik dengan mesin ketik manual maupun komputer dalam memilih
strategi alternatif yang cocok sebagai metode pembelajaran dalam merancang program
pembelajaran
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bahan penelitian tindakan yang lebih besar lagi lingkupnya di masa
mendatang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI
1. Pengertian Ketrampilan Mengetik
Ketrampilan atau keahlian (skill) adalah merupakan kecakapan yang berhubungan dengan
tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam menghadapi tugas-tugas yang bersifat teknis
atau non-teknis. Rais dan Saembodo (1996:18) mengatakan kecakapan, ketrampilan (skill)
menunjukkansuatu kecakapan atau ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan jasmani dan
rohani, kecakapanatau ketrampilan ini diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Begitu juga
pernyataan dariTovey, M (dalam Irianto, 2001:76) mengartikan skill tidak hanya berkaitan
dengan keahlianseseorang untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat tangible. Selain physical,
makna skill jugamengacu pada persoalan mental, manual, motorik, perceptual dan bahkan
social abilitiesseseorang.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahawa ketrampilan (skill) adalah kecakapan
yangdimiliki seseorang baik teknis maupun non teknis melalui tugas, latihan, dan
pengalaman. Mengetik adalah suatu keterampilan yang sangat didambakan oleh setiap orang
dalam alammodern, terlebih dalam masa-masa pembangunan. Keterampilan mengetik pada
dasarnya dapat dipelajari oleh setiap orang yang telah memiliki dasar pendidikan umum.
Kenyataan menunjukkan bahwa telah banyak orang yang dapat mengetik dalam praktek
sehari-hari, namun belum semua menguasai atau mempergunakan cara mengetik modern
(touch system), sehingga hasil pekerjaan yang diperoleh kurang memuaskan (Djanewar,
1994:11)
2. Keuntungan Mengetik menggunakan Mesin Ketik Manual
Dunia usaha dan industri sangat mengharapkan tenaga kerja yang unggul dan
berkualitas,dimana setiap tenaga kerja dituntut bekerja secara ulet dan gigih dalam
berkompetisi, beradaptasi pada lingkungan kerja, mengembangkan sikap profesional
dalam bidang keahliannya. Denganmenggunakan mesin ketik dalam penyelesaian
pekerjaan kantor, akan diperoleh keuntungan:
a. Semua pekerjaan kantor dapat diselesaikan dengan cepat, jelas, dan rapi. Sebuah
kantor yang belum mempunyai perangkat berteknologi, misalnya komputer, maka
untuk menghasilkan berbagai macam dokumen diperlukan mesin ketik manual
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 148
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
sebagai mesin produksi.Berbagai macam kegiatan surat menyurat harus diproduksi
melalui mesin ketik manual. Hasildari produk mesin ketik manual dibandingkan
dengan tulisan tangan akan jauh lebih cepat, jelasdan rapi.
b. Dengan menggunakan kertas karbon, dapat diketik beberapa lembar pekerjaan
yang isi dan bentuknya sama.Berkaitan dengan point 1, kalau setiap dokumen
diproduksi melalui tangan, maka kuantitashasilnya terbatas. Setiap produksi hanya
dihasilkan satu dokumen saja. Berbeda denganmenggunakan mesin ketik manual,
maka dengan menggunkan kertas karbon, kuantitas produksi jauh lebih
banyak, minimal akan dihasilkan dokumen sejumlah 5 lembar.
c. Dengan menggunakan sheet stencil dapat digandakan dalam jumlah yang
besar.Dalam suatu kondisi, suatu kantor membutuhkan dokumen dengan kuantitas
yang banyak,misalnya 500 lembar, maka dengan menggunakan kertas sheet
stencil yang kita produksi melaluimesin ketik manual, maka dokumen dapat
digandakan sebanyak yang kita inginkan, selamakertas sheet stensil belum rusak.
d. Ada beberapa pekerjaan yang lebih cepat atau hanya bisa dikerjakan dengan
mesin ketik manual.Sebuah kantor yang dokumen-dokumennya sudah tersedia,
misalnya formulir, faktur dansebagainya, dimana dalam dokumen tersebut
terdapat tabel-tabel, garis-garis dan isian-isian,maka akan sulit apabila dikerjakan
dengan komputer, karena untuk mengisi kolom-kolomtersebut harus mengukur
dengan cermat. Oleh karena itu bila dikerjakan oleh komputer akanmembutuhkan
waktu yang banyak. Dengan demikian agar pekerjaan lebih cepat, jelas dan rapi,
maka mesin ketik manual sebagai andalannya.
e. Sumber daya manusia merupakan sumber energi yang lebih murahTeknologi
komputer digerakkan oleh sumber tenaga listrik. Tentunya sumber tenaga ini
akanmemberikan tambahan pengeluaran bagi suatu kantor. Berbeda dengan
mesin ketik manual,sumber tenaga yang menggerakkan adalah manusia, sehingga
kantor atau instansi tidak perlumengeluarkan biaya tambahan itu. Selain itu,
apabila suatu saat tenaga listrik padam, makakomputer tidak bisa dioperasikan
seperti halnya mesin ketik manual.
f. Sebagai dasar dalam mengetik menggunakan Komputer Seorang pegawai kantor
yang terampil dalam mengetik 10 jari dengan menggunakan mesin ketik manual
akan sangat bermanfaat ketika mereka mengerjakan tugas-tugas dengan
komputer.Ketrampilan yang dimiliki akan sangat mendukung kinerja, kualitas dan
kerja mereka.
3. Teknik atau metode mengetik.
Teknik atau metode mengetik ada tiga, yaitu:
a. Mengetik 10 Jari
Mengetik 10 jari merupakan teknik mengetik dengan memanfaatkan semua jari
tangan. Setiap jari mempunyai tugassendiri yang harus dilatih satu demi satu
dan berkelanjutan, sehingga jari tersebut secaramaksimal dan optimal dapat
bekerja dengan baik.
b. Mengetik Sistem ButaYaitu mengetik tanpa melihat papan huruf atau hasil ketikan
pada mesin ketik. Pandangan mataterarah pada naskah yang terletak di sebelah
kanan mesin ketik.
c. Mengetik BeriramaYaitu jarak setiap entakan berikut spasi harus sama, sehingga
semua entakan menimbulkan bunyiyang berirama. Untuk dapat mengetik berirama
harus sering menggunakan alat musik.Dari ketiga teknik mengetik di atas yang
baik dan sesuai dengan kecepatan dalam menghasilkandokumen adalah dengan
mengetik 10 jari
4. Sikap Duduk Pada Saat Mengetik
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik pada
saatmengetik, antara lain:
a. Duduklah tegak dengan punggung bersandar pada kursi, kepala lurus, dan selalu
memandangkepada bahan/naskah, dan sekali-kali pada hasil pekerjaan.
b. Kaki tidak boleh menggantung, tetapi harus menapak di lantai berdampingan tidak
merapat.Sekali-kali jangan disandarkan sandaran kaki di bawah meja. Kaki dapat
disandarkan padasandaran kaki bila posisi kaki dpat membentuk siku-siku.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 149
c.
Lengan dari bahu sampai siku-siku harus rapat dengan badan dan dari siku mjendatar
sampai pergelangan tangan. Sikap ini harus wajar dan santai, atau duduknya dan
menggantungnyatangan itu terasa enak.
d. Jari-jari harus melengkung dengan lemas dan terletak pada tuts basis.
e. Kedua ibu jari punggungnya saling berdampingan dan siap untuk melakukan entakan
pada bilah spasi.
f. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke naskah yang akan diketik.
g. Mata selalu harus melihat pada naskah yang sedang diketik.
5. Penempatan Jari-jari Pada Papan Tuts
Tangan Kiri
Jari Kelingking : Baris Pertama : 1
Baris Kedua : Q
Baris Ketiga : A
Baris Keempat: Z dan Shift Key
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jari Manis : Baris Pertama : 2
Baris Kedua : w
Baris Ketiga : S
Baris Keempat: X
Jari Tengah : Baris Pertama : 3
Baris Kedua : E
Baris Ketiga : DBaris Keempat: C
Jari Telunjuk : Baris Pertama : 4 dan 5
Baris Kedua : R dan T
Baris Ketiga : F dan G
Baris Keempat: V dan B
Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi
Tangan Kanan
Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi
Jari Telunjuk : Baris Pertama : 6 dan 7
Baris Kedua : Y dan U
Baris Ketiga : H dan J
Baris Keempat: N dan M
Jari Tengah : Baris Pertama : 8
Baris Kedua : I
Baris Ketiga : K
Baris Keempat: ,
Jari Manis : Baris Pertama : 9
Baris Kedua : O
Baris Ketiga : L
Baris Keempat: .
Jari Kelingking : Baris Pertama : 0
Baris Kedua : P
Baris Ketiga : ;
Baris Keempat: / dan Shift Key
B. METODE DRILL (LATIHAN) SECARA KELOMPOK
1. Metode Drill (latihan)
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa
yang telahdipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan
mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun
juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 150
berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya
sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada
yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan
begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian
dasar. Drill wajar digunakan untuk:
a. Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari,
pertukangandan sebagainya).
b. Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan
sebagainya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode latihan (drill), antara lain:
a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan
dapatmengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa
yang harus dikerjakan.
c. Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d. Selingilah latihan agar tidak membosankan.
e. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara
klasikalsedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.
Kelebihan dan kelemahan Metode latihan (drill) antara lain:
Kelebihan :
a. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
b. Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan.
c. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat danmenggunakan alat-alat.
d. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
e. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
f. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf,
membuat dan menggunakan alat-alat
Kelemahan :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal
yangmonoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti)
2. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok sangatlah tepat digunakan apabila guru bermaksud memupuk
kerja sama dan kegotongroyongan di antara siswa dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Sebagai metode, kerja kelompok dapat dibentuk dengan dasar, sebagai
berikut:
a. Pengelompokan berdasarkan atas perbedaan individual dalam kemampuan belajar,
misalnyadalam satu kelompok terdiri dari anak pandai, sedang dan kurang pandai.
b. Pengelompokan atas dasar perbedaan individual dalam minat belajar, misalnya satu
kelompok terdiri dari siswa-siswa yang senang olahraga, kelompok lain terdiri dari
yang senang kesenian.
c. Pengelompokan atas dasar fasilitas yang tersedia.
d. Pengelompokan atas dasar peningkatan partisipasi. Cara ini dimaksudkan
untuk merangsang setiap siswa agar ikut serta dalam memecahkan masalah dalam
hubungan kelompok dan kegotongroyongan.
e. Pengelompokan atas dasar pembagian pekerjaan.
Penyampaian bahan pelajaran dengan mempergunakan metode kerja kelompok dapat
dilakukan sebagai berikut:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 151
a. Langkah pendahuluan
Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut:
1) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan jenis
kegiatan.
2) Membagi kelas dalam beberapa kelompok.
3) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang harus
dikerjakan dancara-cara mengerjakannya.
4) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok.
b. Langkah Pelaksanaan
Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada
kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling memberikan
bimbingan dan pengawasan.
c. Langkah Penutup
Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya. Kelompok lainnya
menanggapi.(Drs. H. Mansyur, 1995:136-137)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pembelajaran secara kelompok kecil mempunyai keuntungan dan kerugian, antara lain:
Keuntungan :
1) Mempermudah komunikasi
2) Meningkatkan interaksi
3) Mendorong keterlibatan
4) Mendorong untuk membantu orang lain dan menerima tanggung jawab
5) Melatih kemampuan bernegosiasi
6) Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
7) Mengembangkan rasa perlu berbagi pendapat
8) Meningkatkan kerjasama
9) Memungkinkan variasi pembelajaran
10) Guru berkesempatan untuk mengamati, mendengarkan dan mendiagnosis siswa.
Kerugian
1) Membuat siswa tidak bergairah
2) Membuang waktu jika kemampuan bekerja kelompok kurang
3) Membuang waktu jika mengenalkan konsep baru
4) Mengesampingkan kebutuhan anak pandai dan kurang dari kebutuhan kelompok
5) Mengesampingkan penguasaan materi dari ketrampilan kerja kelompok
6) Anak pandai mendominasi anak kurang
Seperti yang sudah kita semua ketahui, saat banyak orang melakukan kegiatan baik
bersama,akan dihasilkan suatu pencapaian positif yang besar. Satu orang tidak dapat
berbuat banyak sebagai individu, tapi kelompok dapat melakukan banyak hal. Kegiatan
belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar yang beragam agar
kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang.
Belajar kelompok mempunyai tujuan agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama,
terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama. Melatih anak
belajar kelompok, berarti juga menyiapkan anak untuk menjadi dewasa yang bisa
bekerjasama dengan orang lain. Dalam kenyataan sehari-hari, yang membuat manusia
sukses adalah kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan
orang lain dalam mencapai tujuan bersama.
Dari pembahasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pencapaian
keterampilan mengetik 10 jari siswa perlu diberikan latihan-latihan yang efektif agar
siswa mampu untuk menggunakan metode 10 jari dalam mengetik. Latihan-latihan
dibuat bervariasi agar tidak menimbulkan kebosanan bagi setiap siswa. Karena latihanlatihan yang monoton akan membuat siswa kurang tertantang dan pada akhirnya siswa
akan mengalami minimnya kreativitas dalam menyelesaikan setiap tugas dari guru.
Oleh karena itu pada pembelajaran mengetik manual khususnya, latihan-latihan
mengetik 10 jari perlu dibuat kelompok kerja. Dimana siswa dikelompokkan menurut
tingkat kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap siswa sehingga setiap siswa akan
timbul persaingan dalam latihan. Masing-masing kelompok kerjadiberi tugas untuk
menyelesaikan soal latihan untuk menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan batas
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 152
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
waktu yang telah ditentukan. Sebelum siswa memulai latihan, guru terlebih dahulu
memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dilatihkan. Setelah siswa jelas
dengan materi yang disampaikan guru, guru kemudian memberikan soal latihan untuk
diselesaikan. Guru mengawasi siswa saat latihan, dan memberikan bimbingan bagi siswa
yang mengalami kesulitan. Setelah latihan selesai masing-masing kelompok
mengevaluasi kerja setiap anggotanya. Evaluasi ini meliputi, sejauh mana siswa mampu
menyelesaikan tugas latihannya dengan standar waktu yang ditentukan,
seberapa banyak kesalahan ketik yang dilakukan setiap siswa dalam kelompok tersebut.
Hasil latihan ini digunakan sebagai tolok ukur pada saat latihan berikutnya. Sehingga
latihan berikutnya targetnya harus lebih baik dari sebelumnya, yaitu hasil ketikan rapi,
benar (tingkat kesalahan ketik kecil)dan cepat. Dengan latihan secara kelompok seperti
ini, siswa mampu mengontrol sendiri sampai sejauh mana tingkat kemampuan mengetik
10 jarinya dibandingkan dengan kemampuan yang diperoleh teman dalam satu timnya.
Jika terdapat siswa yang masih belum mampu menyesuaikan dengan kelompoknya,
siswa tersebut kemudian dipindah ke kelompok lain. Sehingga dengan demikian siswa
benar-benar tertantang untuk bisa menyesuaikan diri dengan kelompoknya yang baru.
C. HIPOTESIS TINDAKAN
Apabila kepada siswa diberikan pembelajaran dengan metode latihan secara kelompok
sesering mungkin saat mengetik, maka siswa akan mampu mengetik 10 jari dengan terampil.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Penelitian Tindakan Kelas yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Toggart, dimana pelaksanaan penelitian tindakan
mencakup empat langkah yaitu:
a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan
b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/pemantauan/monitoring
c. Refleksi hasil pengamatan
d. Perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya
2. Latar Belakang Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMK Bhakti Karya 1 Magelang, Jawa Tengah yang
mempunyai jumlah siswa siswa dengan jumlah kelas I ada 5 kelas, kelas II ada 5 kelas,
dan kelasIII ada 5 kelas. Sedangkan jumlah guru seluruhnya sebanyak 33 guru.
3. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan dilakukan pada siswa kelas 1, Program Keahlian Administrasi
Perkantoran dengan jumlah siswa 32 siswa. Selain itu dilakukan juga pada guru Mengetik
di kelas tersebut. Obyek Penelitian adalah Keterampilan dan Pembelajaran.
4. Faktor yang Diteliti
Ada beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Faktor-faktor
tersebutadalah:
a. Faktor siswa
Mengamati ketrampilan siswa dalam latihan mengetik 10 jari.
b. Faktor Guru
Mengamati cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana
pelaksanaannya di dalam kelas. Apakah sudah mencakup cara belajar dengan metode
latihan secara kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Cara Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data untuk Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu Siswa di Kelas 1 Administrasi
Perkantoran, SMK Bhakti Karya 1 Magelang, dan Guru Mata Pelajaran Mengetik di
Kelas tersebut.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 153
b. Jenis Data
Hasil belajar dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.
c. Cara Pengumpulan Data
1) Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan soal latihan praktek harian
(Job sheet). Hasil dari latihan tersebut kemudian dianalisa.
2) Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya penelitian
tindakan diambildengan menggunakan lembar observasi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
B. PROSEDUR PENELITIAN
1. Langkah pendahuluan
Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut:
a) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan jenis
kegiatan.
b) Membagi kelas dalam beberapa kelompok.
c) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang harus
dikerjakan dancara-cara mengerjakannya.
d) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok.
2. Langkah Pelaksanaan
Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada
kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling memberikan bimbingan
dan pengawasan.
3. Langkah Penutup
Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya dan mengevaluasi hasil kerja
kelompoknya tersebut. Dari hasil latihan siswa tersebut, kemudian guru menganalisa
tingkat kecepatan dan ketelitian dalam mengetik setiap siswa sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan guru.
Sebagai contoh:
Latihan Mengetik Kecepatan hingga 80 hentakan per menit dengan tingkat ketelitian
95%. Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan yang telah diperoleh
dalam latihan tersebut. Untuk siswa-siswa yang belum memenuhi strandar kecepatan dan
ketelitian, diberi latihan yang sama, dan dijadikan satu dalam satu kelompok. Siswa
yang telah memenuhi standar kecepatan dan ketelitian diberi latihan yang berbeda
sehingga ketrampilan mengetik 10 jarinya terus meningkat.
Sumber : Wiwiek Maftuhah Jaziroh. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas.
http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas. Date 1 February 2011.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
From
P a g e | 154
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN 3
ADMINISTRASI PERKANTORAN
A. Proses Ketrampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Uraian Materi
a. Mengapa Kita berkomunikasi?
Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fungsi komunikasi bagi manusia?
Pertanyaan itu begitu luas, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga tidak mudah
kita jawab. Akan lebih baik jika pertanyaan tersebut kita ubah menjadi “Apa yang
mendorong kita berkomunikasi?” “Manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari
komunikasi?”
Everett M.Rogers menyatakan komunikasi adalah suatu proses di mana dua
orang atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran informasi terhadap satu sama
lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian. Dalam makna yang
sederhana, komunikasi adalah proses bertukar pengertian.
Gordon I Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan
komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, kita berkomunikasi untuk
menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi
yang di perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan
pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.
Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk
menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang
sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku
seperti yang kita inginkan. Namun tujuan utama kita berkomunikasi adalah untuk
mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.
Melihat pada fungsi komunikasi diatas menunjukkan betapa pentingnya
komunikasi untuk membina hubungan yang baik. Para psikolog berpendapat bahwa
kebutuhan utama kita sebagai manusia adalah menjalin hubungan sosial untuk
memperoleh rasa aman melalui rasa memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima
persahabatan.
b. Elemen-elemen Dalam Model Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor utama dalam perekonomian berbasis pengetahuan
yang kini sedang berkembang dan merupakan pertimbangan pokok bagi siapa pun. Apa itu
komunikasi? Dalam konteks kita, komunikasi adalah pengiriman informasi dan makna dari
satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lainnya.
Elemen penting dalam komunikasi adalah makna. Proses komunikasi dikatakan
berhasil jika penerima memahami suatu ide sebagaimana maksud pengirim.
noise
noise
noise
encoding
noise
Medium
noise
decoding
message
noise
feedback
Gambar Simple Communication Models
Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 155
Memprediksi pengaruh dari sebuah pesan dan menyesuaikan pesan untuk seorang
penerima merupakan faktor kunci bagi keberhasilan komunikasi.
1) Pengirim Mempunyai Ide. Proses komunikasi dimulai ketika pengirim mempunyai
sebuah ide atau pesan. Bentuk dari ide atau pesan akan dipengarui oleh
beberapa faktor kompleks pada diri si pengirim: suasana hati, bingkai referensi
latar belakang budaya dan keadaan fisik.
2) Pengirim Mengodekan Ide Dalam Pesan (encoding). Tahap berikutnya dalam
proses komunikasi adalah mengodekan (encode). Pada tahap ini, mengubah ide
ke dalam kalimat atau isyarat yang akan menyampaikan makna. Masalah utama
dalam mengkomunikasikan pesan secara lisan adalah kata-kata (pesan)
mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Mengkomunikasikan Pesan Secara Lisan
Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
3) Pesan Berpindah Melalui Saluran (Channel). Media yang digunakan untuk
mengirim pesan disebut ”saluran atau channel”. Pesan dapat disampaikan melalui
komputer, telepon, ponsel, surat, memo, situs web dan lain-lain. Saluran dapat
mengirimkan pesan secara verbal dan non verbal, maka pengirim harus memilih
saluran dan membentuk pesan dengan teliti. Semua yang menganggu
pengiriman pesan dalam proses komunikasi disebut ”hambatan” atau ”gangguan”
(noise). Gangguan bisa datang dari luar dan dalam diri pelaku komunikasi,
sehingga menyebabkan pesan tidak sampai atau bahkan terjadi kesalahpahaman.
4) Penerima Menguraikan Pesan (decoding). Individu kepada siapa pesan
diperuntukkan disebut penerima (receiver). Menerjemahkan pesan dari bentuk
simbol menjadi bermakna melibatkan proses penguraian (decoding). Komunikasi
terjadi jika penerima pesan memahami pesan yang dikirim oleh pengirim yaitu
berhasil menguraikan pesan
5) Umpan Balik Diberikan ke Pengirim (feedback). Umpan balik penerima pesan
berupa respon verbal dan nonverbal merupakan bagian penting dalam proses
komunikasi. Umpan balik membantu pengirim mengetahui pesan telah diterima
dan dipahami oleh penerima.
c. Karakteristik Komunikasi yang Efektif
Untuk menjadikan pesan menjadi efektif, buatlah pesan tersebut praktis, faktual, padat,
jelas mengenai apa yang diharapkan dan persuasif:
1) Sediakan informasi yang praktis. Berilah para penerima tersbut informasi yang
bermanfaat, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu
mereka dalam melaksanakan sebuah kegiatan atau memahami kebijakan baru
organisasi.
2) Berikan fakta bukan kesan. Gunakan kalimat konkret detail yang spesifik dan
informasi yang jelas, akurat dan etis.
3) Perjelas dan padatkan informasi. Berikan pokok-pokok informasi yang penting
daripada memberikan semua informasi pada penerima pesan.
4) Nyatakan tanggung jawab dengan tepat. Tulislah pesan-pesan yang
menghasilkan respon spesifik dari penerima tertentu.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 156
5) Bujuk orang lain dan tawarkan rekomendasi. Tunjukkan pada para penerima
pesan secara tepat bagaimana mereka akan mendapat manfaat dengan
memberikan respon atau pesan Anda sesuai
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. Tipe Komunikasi
Tipe komunikasi dikategorikan menjadi 5 tipe berdasarkan sudut pandang dan
pengalaman dari masing-masing pakar yaitu :
1) Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) adalah proses
komunikasi yang terjadi di dalam diri sendiri atau komunikasi dengan diri sendiri.
2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah proses komunikasi
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi antara dua orang dalam
situasi tatap muka disebut komunikasi diadik. Fungsi komunikasi antarpribadi
untuk meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi pertentangan
(konflik) pribadi dan pengalaman dengan orang lain.
3) Komunikasi kelompok Kecil (small group communication) adalah komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara bertatap muka atau
menggunakan sebuah saluran (alat) untuk membantu interaksi satu dengan yang
lain.
4) Komunikasi massa (mass communication) adalah proses komunikasi dimana
pesan dikirim dari sumber lembaga kepada khalayak yang bersifat massal melalui
alat-alat mekanis seperti televisi, radio dan surat kabar. Komunikasi massa
berfungsi menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan dan menciptakan
kegembiraan.
5) Komunikasi publik (public communication) adalah proses komunikasi pidato,
kolektif, retorika. Komunikasi berfungsi menumbuhkan semangat kebersamaan,
mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur.
e. Bentuk Dasar Komunikasi
Komunikasi bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya percakapan melalui telepon,
mendengarkan radio dan sebagainya. Bentuk dasar komunikasi ada dua yaitu :
1) Komunikasi Verbal
a) Berbicara dan menulis
b) Mendengar dan membaca
2) Komunikasi Nonverbal
a) Emblems adalah sebuah isyarat yang memberikan makna langsung pada
157ymbol yang dibuat oleh gerakan tubuh (mengangkat jempol berarti
terbaik untuk orang Indonesia tetapi terjelek untuk orang India).
b) Illustrators adalah gerakan tubuh ketika ingin memperjelas sesuatu (besarkecilnya obyek).
c) Kinesics adalah gerakan tubuh.
d) Affect display adalah isyarat yang terjadi dikarenakan adanya dorongan
emosional (ekspresi muka seperti menangis dan tertawa).
e) Regulators adalah gerakan tubuh yang terjadi di daerah kepala
(menggeleng atau mengangguk).
f) Adaptory adalah gerakan tubuh sebagai tanda kekesalan (menggerutu dan
menarik napas).
g) Gerakan mata mencerminkan isi hati seseorang.
h) Sentuhan adalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan.
i) Paranguage adalah isyarat yang diakibatkan oleh intonasi atau volume
seseorang saat berbicara.
j) Diam merupakan suatu komunikasi nonverbal yang memiliki arti yang luas.
k) Postur tubuh menggambarkan karakter atau kepribadian seseorang secara
berbeda.
l) Warna dapat memberikan arti terhadap suatu objek.
m) Bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai benda seperti lonceng dan tepuk
tangan.
n) Bau dapat digunakan untuk melambangkan status seperti bau kosmetik.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 157
Gambar Komunikasi Nonverbal
Sumber: Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
f. Menyimak (Listening)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Pada umumnya, ketika berkomunikasi (proses komunikasi) orang akan lebih menekankan
perhatian pada keterampilan berbicara. Namun, sebaiknya orang juga memiliki
keterampilan menyimak. Dalam proses komunikasi, menyimak merupakan aspek yang
sangat penting. Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas yang bersifat fisik dimana
seseorang menerima, memperhatikan serta memahami suara. Menyimak secara efektif
merupakan aktivitas aktif dari pikiran seseorang, bukan hanya sekedar mendengarkan
suara (aktivitas pasif). Jadi, perbedaan yang mendasar antara menyimak dengan
mendengarkan yaitu menyimak memerlukan konsentrasi penuh agar dapat
menginterpretasikan pesan yang didengar dengan baik kemudian memberikan umpan
balik. Sedangkan mendengar, hanya mendengarkan secara sekilas dan tidak memberikan
umpan balik.
g. Proses Menyimak
Terdapat 6 (enam) tahap dalam proses menyimak, yaitu:
1) Mendengarkan (hearing) merupakan aktivitas fisik dimana seseorang menerima
pesan (suara) melalui indra pendengaran.
2) Memperhatikan (attention) merupakan perasaan seseorang secara terus menerus
dipengaruhi oleh berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal dari luar.
Suatu rangsangan yang kuat biasanya mendapat perhatian dengan segera.
3) Memahami (understanding). Kedua tahap diatas belum memberikan makna atau
arti terhadap pesan. Pada tahap memahami pesan yang dikirim (dilihat maupun
didengar) orang mulai akan memberi makna.
4) Mengingat (remembering) merupakan tahap menerima pesan yang dikirimkan
dan diinterpretasikan kemudian disimpan dalam ingatan. Jika diperlukan pesan
akan dikeluarkan lagi dari ingatan.
5) Mengevaluasi (evaluating) merupakan tahap mempertimbangkan pesan yang
diterima antara fakta dan opini. Pada tahap ini penerima pesan (pendengar) akan
melakukan pertimbangan berkaitan dengan pesan yang diterima.
6) Menanggapi (responding). Tahap terakhir adalah merespon atau menanggapi
pesan dengan cara memberikan umpan balik dapat berupa komunikasi verbal
atau nonverbal.
h. Kemampuan Menyimak Di Tempat Kerja
1) Mengontrol gangguan eksternal dan internal. Secara eksternal, carilah tempat
dimana Anda bisa menyimak tanpa kebisingan yang dapat menyebabkan
percakapan terganggu. Secara internal cobalah untuk fokus sepenuhnya pada
pembicara.
2) Terlibat secara aktif. Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan baik (agak
mencondongkan badan dan menjaga kontak mata).
3) Pisahkan fakta dari opini. Fakta adalah kebenaran yang diketahui ada, sedangkan
opini adalah pernyataan dari penilaian preferensi pribadi.
4) Identifikasi fakta-fakta penting. Pada saat mendengarkan, Anda harus dapat
memilih informasi yang penting atau tidak penting.
5) Jangan menyela. Bila seseorang sedang berbicara jangan menyela dengan
jawaban atau opini dengan cepat. Jika Anda menyela dapat menghalangi Anda
mendengarkan pesan secara lengkap.
6) Mengajukan pertanyaan penjelas. Pendengar yang baik menunggu saat yang
tepat dan kemudian mengajukan pertanyaan tidak menyerang pembicara.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 158
i. Jenis Mendengarkan Di Tempat Kerja
1) Mendengarkan pimpinan meliputi mendengarkan intruksi, penugasan dan
penjelasan prosedur kerja
2) Mendengarkan karyawan meliputi ide karyawan, mendorong kreativitas,
membangun loyalitas dan komitmen
3) Mendengarkan pelanggan dan stake holder berorientasi pada pelayanan sehingga
dapat meningkatkan produktifitas, keuntungan dan penjualan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
j. Kendala Komunikasi Antar Pribadi
Agar dapat saling memahami maka pengirim dan penerima pesan harus memiliki
pengertian yang sama. Kendala komunikasi antar pribadi yaitu:
1) Perbedaan persepsi dan bahasa. Terjadi ketika kesalahan atau perbedaan
mengartikan pesan dalam proses komunikasi.
2) Bingkai referensi yang berbeda. Bingkai referensi dibentuk oleh manusia
berdasarkan kombinasi pengalaman, pendidikan, budaya, harapan, agama dan
unsur lainnya. Hal ini akan mengakibatkan munculnya dugaan (prasangka) dan
harapan yang kita ciptakan sendiri ke dalam suatu komunikasi.
3) Pendengaran yang buruk. Kendala yang terjadi dari kondisi seseorang seperti
melamun, mengantuk, tidak tertarik atau lelah.
4) Gangguan. Kendala lain meliputi keterlibatan emosional dan gangguan fisik
(bermasalah dengan pendengaran)
k. Cara Mengatasi Kendala Komunikasi
Beberapa cara untuk mengatasi kendala dan memperbaiki komunikasi agar menjadi
efektif adalah :
1) Menjaga dan memelihara iklim komunikasi terbuka. Iklim komunikasi merupakan
campuran dari nilai, tradisi dan kebiasaan.
2) Memegang teguh etika berkomunikasi.
3) Memahami kesulitan komunikasi lintasbudaya.
4) Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima pesan.
5) Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk
mendapat dan membagi informasi.
6) Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara :
a) memahami penerima pesan
b) menyesuaikan pesan dengan penerima
c) mengembangkan dan menghubungkan gagasan
d) mengurangi jumlah pesan
l.
Pola / Prosedur Komunikasi
Pada kenyataannya semua organisasi pasti berkomunikasi dengan berbagai pihak
(khalayak) untuk mencapai saran dan tujuannya, oleh karena itu sebaiknya organisasi
menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya. Bagi organisasi berskala kecil, yang hanya memiliki sedikit pegawai,
maka proses penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para
pegawai tersebut. Beda halnya dengan organisasi berskala besar yang memiliki ratusan
bahkan ribuan pegawai, maka proses penyampaian pesan atau informasi kepada
mereka menjadi cukup rumit.
Secara umum, pola komunikasi dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi saluran
komunikasi formal dan non-formal.
1) Saluran Komunikasi Formal
Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, terlihat berbagai
jenis posisi atau kedudukan yang masing-masing memiliki kejelasan batas
tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses
penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan, ataupun dari manajer ke
pegawai, pola pengiriman pesan atau informasi dapat berbentuk komunikasi dari
atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas
(upward communication), komunikasi horisontal (horizontal communication) dan
komunikasi diagonal (diagonal communication ).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 159
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara sederhana, pengiriman pesan atau informasi dari pimpinan ke
bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah (topdown/downward communication). Alur komunikasi dari atasan ke
bawahan tersebut biasanya terkait dengan tanggung jawab dan
wewenang seseorang dalam organisasi. Contohnya ketika seorang
pimpinan, menggunakan jalur komunikasi ke bawah dengan maksud
untuk memberikan pengarahan, pengkoordinasian atau pengendalian
beberapa pekerjaan pada tingkat atau level bawah.
Pada dasarnya komunikasi dari atas ke bawah dapat dikategorikan
sebagai perintah, intruksi, dan prosedur yang harus dilaksanakan oleh
para bawahan, oleh karena itu diperlukan satu bahasa yang sama,
sederhana, dan mudah dimengerti dan dipahami.
Komunikasi ke bawah dapat menggunakan bentuk komunikasi tulisan
dan lisan. Contoh komunikasi ke bawah yang berbentuk tulisan adalah
notes, news letter, madding, kotak informasi dan pengumuman.
Sedangkan contoh komunikasi lisan adalah pertemuan tim kerja,
percakapan formal dan informal, dan wawancara formal antara pimpinan
dengan pegawai.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan
pokok, yaitu:
i. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.
ii. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
iii. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional.
iv. Memberi umpan-balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
v. Menyajikan informasi mengenal aspek ideologi yang dapat
membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan
yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi ke bawah ini adalah dapat
terjadi penyaringan pesan atau informasi penting sebelum disampaikan
kepada para pegawai (bawahan). Dengan kata lain, pesan atau informasi
yang diterima para bawahan menjadi tidak lengkap atau tidak jelas.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi ke Bawah
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 160
b)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Komunikasi dari Bawah ke Atas
Dalam struktur organisasi, komunikasi ke atas (bottom-up/upward
communication) berarti alur pesan atau informasi berasal dari bawah
menuju ke atas. Pesan atau informasi berasal dari para pegawai
selanjutnya disampaikan ke divisi pemasaran, ke manajer penjualan, dan
akhirnya ke manajer umum.
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam
organisasi dan dalam hal pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.
Sebaiknya, seorang pimpinan selalu mendengar dan memperhatikan
aspirasi atau masukan yang berasal dari bawah (pegawai). Dengan kata
lain, partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan
sangat membantu pencapaian tujuan organisasi.
Para pimpinan harus mempunyai kepercayaan kepada para pegawainya
sehingga akan tercapai keberhasilan komunikasi ke atas. Jika pimpinan
tidak percaya maka pesan atau informasi yang disampaikan pegawai
menjadi tidak berguna, yang terjadi munculnya perasaan curiga atau
ketidakpercayaan terhadap setiap pesan atau informasi tersebut.
Salah satu kelemahan komunikasi ke atas adalah ada kemungkinan
bawahan (pegawai) hanya menyampaikan pesan atau informasi (laporan)
yang bagus-bagus saja, tidak sesuai dengan faktanya. Seringkali terjadi
dimana pegawai berusaha untuk menyembunyikan informasi yang dapat
memberikan kesan buruk atau tidak disenangi oleh pimpinan. Mengapa
demikian? Hal ini terjadi dikarenakan para pegawai berasumsi bahwa
dengan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik saja, ia dapat
menjaga atau menyelamatkan posisinya, namun tidak menyelesaikan
permasalahan.
Jika seorang bawahan (pegawai) menyampaikan pesan atau informasi
yang tidak baik seperti munculnya kemunduran target penjualan, mogok
kerja beberapa buruh, kegagalan pelayanan pelanggan, tingginya
keluhan pelanggan, menumpuknya hutang, dan sejenisnya dalam suatu
organisasi, maka berarti kinerja atau prestasi kerja pegawai yang ada di
divisi atau bidang tersebut tidak baik. Seorang bawahan (pegawai)
biasanya tidak ingin kinerja atau produktivitas dinilai tidak berhasil,
sehingga mereka memilih tidak melaporkan kegagalan tersebut sama
sekali.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian Promosi
Manajer Produksi
Bagian
Penelitian
Bagian Pabrik
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi ke Atas
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 161
c) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (komunikasi lateral) merupakan proses komunikasi
yang terjadi antara divisi-divisi yang memiliki tingkatan sejajar/sederajat
dalam suatu organisasi. Salah satu maksud dan tujuan komunikasi
horizontal adalah melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberi
informasi kepada bagian atau departemen/divisi/bagian yang memiliki
kedudukan sejajar.
Pada dasarnya pimpinan harus saling bertukar pesan atau informasi
dengan rekan kerja dari
departemen/divisi/bagian yang berbeda,
terutama apabila sedang menghadapi permasalahan dalam organisasi.
Komunikasi horizontal berfungsi untuk koordinasi di antara pimpinan
yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di
antara beberapa departemen.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi Horizontal / Lateral
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
d) Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi diagonal sedikit berbeda dengan bentuk-bentuk
komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal communication)
melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang
berbeda.
Contohnya komunikasi formal antara pimpinan produksi dengan divisi
penjualan, antara bagian sumber daya manusia dengan divisi diklat, dan
antara pimpinan keuangan dengan bagian promosi.
Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang dari bentuk-bentuk
komunikasi tradisional yang ada, seperti komunikasi dari bawah ke atas
dan komunikasi dari atas ke bawah. Suatu studi penelitian yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa baik komunikasi lateral maupun
komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi
yang berskala besar dimana terdapat saling ketergantungan yang cukup
besar (interdependence) antara bagian-bagian atau departemendepartemen dalam organisasi tersebut.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
adalah:
i. Penyebaran pesan atau informasi bisa menjadi lebih cepat
ketimbang bentuk komunikasi tradisional.
ii. Memungkinkan individu dari berbagai divisi atau departemen ikut
membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 162
Selain memiliki kekuatan, komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan.
Salah satunya adalah komunikasi diagonal dapat menghambar alur
komunikasi rutin dan telah berjalan normal dalam suatu organisasi.
Serta, komunikasi diagonal dalam organisasi yang berskala besar sulit
dikendalikan secara efektif.
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
Gambar Bagan Komunikasi Diagonal
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
e) Keterbatasan Komunikasi Formal
Walaupun saluran komunikasi formal memegang peranan yang sangat
penting dalam suatu organisasi berskala besar, namun komunikasi formal
memiliki dampak yang merugikan, baik dari sudut pandang perseorangan
maupun organisasi.
Dilihat dari sudut pandang perseorangan, komunikasi formal sering
menyebabkan rasa kecewa atau tidak puas bagi pihak tertentu,
dikarenakan keterbatasannya untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan organisasi. Dalam struktur organisasi berskala besar, untuk
melakukan komunikasi dengan pimpinan puncak harus terlebih dahulu
melalui beberapa lapisan manajer yang ada di bawahnya. Artinya banyak
jalur yang harus dilewati sebelum akhirnya dapat berkomunikasi secara
langsung dengan pimpinan puncak.
Oleh karena itu, jika seseorang mempunya ide atau gagasan yang yang
baik untuk kemajuan organisasi, maka terlebih dahulu ia harus
menyampaikannya pada pimpinan tingkat bawah (seperti supervisor),
sebelum akhirnya dapat disampaikan ke pimpinan puncak. Namun,
karena supervisor atau pimpinan tingkat bawah berhak untuk tidak
setuju dan menolak ide tersebut, maka para bawahan seringkali
berusaha untuk menyampaikannya langsung ke pimpinan puncak,
dengan risiko karirnya dalam organisasi akan terancam.
Kemudian bagaimana jika dipandang dari sundut pandang organisasi?
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh organisasi dengan saluran
komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau
gangguan dalam proses penyampaian pesan atau informasi ke tingkat
yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi
dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
Setiap informasi atau pesan yang mengalir baik dari atas maupun bawah
kemungkinan terjadi perubahan atau perbedaan dari pesan aslinya.
Sebagai akibatnya, pimpinan puncak kemungkinan menerima informasi
yang tidak lengkap atau kurang jelas tentang apa yang sebenarnya
terjadi di tingkat bawah. Begitu pula dengan para bawahan (pegawai)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 163
kemungkinan juga menerima suatu informasi yang tidak jelas dari
pimpinan.
Salah satu cara mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi dalam proses
komunikasi adalah mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur
organisasi. Semakin sedikit tingkat dalam jalur komunikasi, semakin
mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang flat
dengan tingkat organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak rentang
kendalinya (span of control) akan membantu mengurangi terjadinya
distorsi. Struktur organisasi yang flat dapat digambarkan dalam bagan
berikut ini.
Manajer Umum
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Supervisor
A
Supervisor
B
C
Supervisor
D
E
F
Gambar Struktur Organisasi Flat
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
2) Saluran Komunikasi Informal
Struktur organisasi formal dapat menjelaskan proses penyampaian informasi dari
satu bagian ke bagian yang lain sesuai dengan jalur hirarki yang ada. Namun,
pada kenyataannya nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar
dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu
organisasi untuk saling bertukar informasi. Hal ini menyebabkan diperlukannya
keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi. Pada umumnya
jaringan ini sering digunakan oleh para pimpinan untuk mengawasi pegawainya
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pada jaringan komunikasi informal, semua pihak yang berada dalam organisasi
dapat saling bertukar informasi dan pesan dengan bebas tanpa memperhatikan
jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan. Walaupun terkadang mereka
hanya memperbincangkan sesuatu yang bersifat umum, seperti mengobrol
tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik,
acara film, dan sinetron TV, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang
berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya. Lebih lanjut, terdapat
beberapa orang yang lebih percaya terhadap isu atau informasi yang didapat dari
komunikasi informal daripada informasi yang berasal dari para pimpinan
organisasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 164
Manajer Umum
Manajer Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Pendanaan
Karyawan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Jaringan Komunikasi Informal
Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis.
m. Manajemen Rapat
1) Pengertian Rapat
Rapat merupakan bagian dari sarana komunikasi langsung yang rutin
dilaksanakan oleh pemimpin dan para staf di dalam sebuah organisasi. Rapat
sering diselenggarakan oleh banyak organisaasi. Jadi, dengan kata lain rapat
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menjalin kerjasama antar
karyawan, menentukan arah dan mencapai visi organisasi.
Seluruh departemen dalam organisasi di tuntut untuk melaksanakan rapat secara
efektif. Namun, pada kenyataannnya organisasi masih belum dapat mengelola
rapat dengan baik, sehingga terkadang tujuan dari rapat tidak dapat tercapai.
Rapat formal maupun informal yaitu kegiatan rutin dalam sebuah organisasi. Hal
terpenting adalah pertimbangan penyelenggaraan rapat. Tidak perlu diadakan
rapat kecuali bila topiknya penting, tidak dapat ditunda dan memerlukan suatu
pertukaran ide-ide. Jika aliran informasi hanya bersifat satu arah dan tidak
memerlukan umpan balik maka tidak perlu menjadwalkan sebuah rapat.
Terdapat beberapa alasan diadakannya rapat, yaitu:
a) Sarana distribusi dan pertukaran informasi,
b) Menjalankan peran dan fungsi organisasi,
c) Informasi yang di dapat semua orang sama,
d) Memerlukan prespektif yang berbeda, brainstorming,
e) Untuk pemecahan masalah, kerjasama, koordinasi antar personal, tim
atau bidang serta
f) Mencari komitmen bersama terhadap suatu keputusan atau kebijakan.
Untuk itu, pengelolaan rapat yang efektif menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan sebuah organisasi. Selain itu, keefektifan dalam memimpin rapat
sangat penting karena merupakan langkah pertama pimpinan dalam memberi
informasi kepada bawahan dan mengkoordinasi langkah-langkahnya. Pengarahan
dan pengawasan pun merupakan produk penting dari sebuah rapat.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang cara mengelola rapat yang baik dalam
sebuah organisasi. Sebaiknya mempelajari pengertian dari rapat. Rapat ialah
pertemuan antara sejumlah orang atau kelompok untuk membicarakan suatu
masalah atau topik tertentu. Pendapat lain menyatakan rapat ( conference atau
meeting) adalah alat/media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka dan
sangat penting, diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun
pemerintah untuk mendapatkan mufakat melalui musyawarah untuk
pengambilan keputusan. Menurut Nunung dan Ratu Evi “rapat merupakan suatu
alat komunikasi antara pimpinan kantor dengan stafnya”. Kemudian Wursanto
memberikan beberapa pandangan pengertianyang kemudian bisa disimpulkan
oleh penulis:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 165
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
a) Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang
bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi,
baik swasta maupun pemerintah.
b) Rapat merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui musyawarah
kelompok
c) Rapat juga merupakan media pengambilan keputusan secara
musyawarah untuk mufakat.
d) Juga dapat dikatakan rapat adalah komunikasi kelompok secara resmi.
e) Rapat adalah pertemuan antara para anggota dilingkungan
kantor/organisasi sendiri untuk membicarakan, merundingkan, suatu
masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
f) Secara singkat dapat dikatakan rapat adalah pertemuan para anggota
organisasi/para pegawai untuk membahas hal-hal yang berhubungan
dengan kepentingan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan rapat adalah bentuk komunikasi langsung yang dihadiri
oleh beberapa orang untuk membicarakan dan memecahkan permasalahan
tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat dipecahkan dan
berbagai kebijaksanaan organisasi yang dapat dirumuskan. Suatu pertemuan
dapat disebut sebagai sebuah rapat apabila memenuhi kriteria berikut,
diantanya:
a) Membicarakan suatu masalah yang berkaitan dengan tujuan organisasi,
perusahaan, instansi, pemerintah dan lain-lain yang harus dirundingkan
atau didiskusikan secara bersama.
b) Pada saat rapat seluruh peserta harus berperan aktif.
c) Setiap pembicaraan ketika rapat berlangsung harus bersifat terbuka
(tidak ada yang disembunyikan serta prasangka).
d) Adanya unsur-unsur rapat seperti pimpinan, notulen, moderator, peserta
rapat, masalah yang dibahas.
Rapat atau meeting merupakan kegiatan yang paling penting bagi sebuah
organisasi atau perusahaan untuk membicarakan berbagai macam masalah baik
secara berkala maupun tidak, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tingkat
permasalahan yang dialami organisasi. Permasalahan utama rapat ialah
terkadang tidak bisa memecahkan masalah. Justru yang terjadi hanya
membicarakan dan menampung masalah, terkadang justru menambah masalah
baru. Seringkali terjadi hanya perdebatan tidak menentu demi mempertahankan
kepentingan kelompok sehingga akhirnya tujuan rapat tidak tercapai.
2) Menentukan Tujuan Rapat
Rapat dapat diadakan untuk berbagai tujuan. Tujuan harus dijelaskan terlebih
dahulu kepada pimpinan dan peserta rapat. Hal ini bisa membantu setiap orang
mensukseskan rapat. Tujuan rapat umumnya dapat dimasukan dalam salah satu
kategori berikut. Tentukan dahulu termasuk kategori apa suatu rapat dan
pastikan semua peserta tahu akan hal ini, yaitu:
a) Memilah informasi atau saran
b) Mengeluarkan instruksi
c) Memecahkan keluhan atau pertentangan
d) Membuat atau menerapkan keputusan
e) Mencari ide kreatif
f) Mengajukan proposal untuk dibahas dan, biasanya, untuk diputuskan.
Beberapa tujuan diadakan rapat diantaranya:
a) Untuk memecahkan atau mencari jalan keluar suatu masalah.
b) Untuk menyampaikan informasi, perintah, pernyataan.
c) Sebagai alat koordinasi antara internal atau antar eksternal.
d) Agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi kepada masalah-masalah
yang sedang terjadi.
e) Mempersiapkan suatu acara atau kegiatan.
f) Manampung semua permasalahan dari arus bawah (para peserta rapat).
g) Dan lain-lain.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 166
3)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jenis-jenis Rapat
a) Rapat Berdasarkan Tujuan, diantaranya;
i.
Rapat Penjelasan (Teaching Conference) yaitu rapat yang bertujuan
untuk memberikan penjelasan kepada anggota tentang kebijakan
yang diambil oleh pimpinan organisasi.
ii.
Rapat Pemecahan Masalah (Problem Sulfing Conference) yaitu rapat
yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu
masalah yang sedang di hadapi.
iii.
Rapat Perundingan (Negotiation Conference) yaitu rapat untuk
menghindari suatu perselisihan. Mencari jalan tengah agar tidak selalu
merugikan kedua belah pihak.
b) Rapat Berdasarkan Sifatnya, diantaranya;
i. Rapat formal yaitu rapat yang diadakan dengan suatu perencanaan
terlebih dahulu. Menurut ketetentuan yang berlaku dengan
persetujuan secara resmi mendapat undangan.
ii. Rapat informal yaitu rapat yang diadakan tidak berdasarkan suatu
perencanaan formal. Rapat terjadi setiap saat, kapan saja, di mana
saja dan dengan siapa saja.
iii. Rapat terbuka yaitu rapat yang dapat di hadiri oleh setiap karyawan
yang dibahas bukan masalah yang bersifat rahasia.
iv. Rapat tertutup yaitu rapat yang di hadiri oleh karyawan atau peserta
khusus atat tertentu, yang dibahas menyangkut masalah-masalah
yang bersifat rahasia.
c) Rapat Berdasarkan Jangka Waktunya, diantaranya;
i. Rapat mingguan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam seminggu,
yang membahas masalah-masalah rutin yang di hadapi oleh masingmasing peserta.
ii. Rapat bulanan yaitu rapat yang diadakan sebulan sekali, tiap akhir
bulan. Untuk membahas hal-hal/peristiwa pada bulan lalu.
iii. Rapat semester yaitu rapat yang diadakan tiap semester, yang
bertujuan untuk mengadakan evaluasi hasil kerja selama 6 bulan yang
lalu dan mengambil langkah selanjutnya dalam jangka waktu 6 bulan
berikutnya.
iv. Rapat tahunan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam setahun
(maksudnya rapat pemegang saham)
d) Rapat Berdasarkan Frekuensinya, diantaranya;
i. Rapat rutin adalah rapat yang telah ditentukan waktunya (mingguan,
bulanan, tahunan)
ii. Rapat incidental adalah rapat yang tidak berdasarkan jadwal,
tergantung pada masalah yang dihadapi.
e) Rapat Berdasarkan Namanya, diantaranya;
i. Rapat kerja yaitu rapat yang membicarakan keseluruhan unit kerja
dan rapat ini biasanya di adakan satu tahun sekali.
ii. Rapat dinas yaitu rapat yang diadakan untuk kepentingan
pembicaraan urusan kantor sehari-hari yang menyangkut kedinasan.
iii. Musyawarah kerja.
2. Studi Kasus
Menerapkan Keterampilan Anda Di Canadian Tire (www.canadiantire.ca) Rahasia
keberhasilan ritel Canadian Tire terletak pada orang-orangnya. Para perwakilan dealer Canadian Tire
terlibat dalam proses perencanaan dan evaluasi serta dalam kehidupan sehari-hari organisasi. ”Kami
mempunyai keunggulan unik dalam bisnis ritel di Kanada, para perwakilan dealer kami. Mereka
adalah pria dan wanita yang ingin berhasil, dan mereka bekerja tanpa lelah bersama kami untuk
melaksanakan semua rencana dalam Rencana Strategis untuk mempercepat pertumbuhan dan
meningkatkan kinerja,” menurut laporan tahunan organisasi tahun 2002.
Organisasi ini mengetahui pentingyaa berkomunikasi dengan para perwakilan dealer-nya. Di
tengah-tengah perubahan ”Generasi Baru”, pendapatan dan laba juga meningkat cukup tajam di tokotoko yang termasuk dalam ritel Generasi Baru.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 167
Rencana ritel Canadian selanjutnya adalah strategi kosnep 20/20, yang akan memasukkan
perubahan rancangan yang signifikan terhadap desain dalam dan luar toko, dilengkapi dengan kantin,
bagian onderdil kendaraan, bagian pakaian, bagian mainan dan alat rumah tangga. Konsep 20/20
yang baru pada musim gugur 2003, perusahan akana menentukan bagaimana meneruskan visi
tersebut. Tujuan strategisnya adalah menerapkan rencana Konsep 20/20 pada toko-toko format baru
dan membentuk toko-toko pilihan yang sudah ada dalam rencana tahun 2004-2005.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Latihan
Atasan Anda meminta Anda menentukan cara terbaik untuk mengkomunikasikan prinsipprinsip strategi Konsep 20/20 kepada para perwakilan dealer. Perwakilan dealer biasanya bertemu
setiap tahun, tetapi rapat berikutnya belum ada sembilan bulan dari raapat sebelumnya. Karena itu,
muncul saran bahwa telekonferensi formal akan menjadi pilihan terbaik. Anda menyelidiki
kemungkinan penggunaan internet untuk mengadakan sesi tanya jawab informal yang disusul
kemudian rapat sebenarnya. Apa kelebihan dan kelemahan sesi online? Akankah sesi telekonferensi
memungkinkan ide-ide mengalir lancar atau justru memperumit masalah? Seberapa penting untuk
melibatkan manajer senior organisasi dalam setiap sesi komunikasi?
Dalam sebuah memo yang ditujukan kepada atasan Anda, buatlah garis besar kelebihan
rapat online, dan berikan serbuah argumen kuat untuk mengadakan telekonferensi berdasarkan
kebutuhan untuk menghindari kemacetan dalam komunikasi serta mengatasi setiap kendala yang
mungkin menimbulkan salah paham.
B. Prosedur Administrasi
1. Uraian Materi
a. Pengertian Surat
Dibawah ini diuraikan beberapa pengertian surat menurut beberapa ahli:
1) W.J.S Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menjelaskan surat
adalah kertas yang bertuliskan atau alat untuk menyampaikan suatu maksud
secara tertulis.
2) Engelbertus Martono menyatakan surat hanyalah secarik kertas yang bertuliskan
berita, namun berperan sebagai piranti (sarana) komunikasi individu atau
kelompok.
3) Suhanda Panji menyatakan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang membuat
suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain baik
atas nama pribadi maupun kedudukan dalam organisasi atau kantor.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan surat adalah
penyampaian informasi secara tertulis dari satu pihak ke pihak lain dapat berupa
pemikiran, undangan, penawaran, pemberitahuan, pernyataan, permintaan, pertanyaan,
laporan pemikiran, sanggahan, dan kritikan.
Surat-menyurat atau korespondensi yaitu suatu kegiatan untuk menjalin hubungan
komunikasi antara beberapa pihak dengan cara saling berkirim surat. Kegiatan surat
menyurat mempunyai kaitan dengan berbagai bidang kegiatan perkantoran lainnya yang
saling berhubungan, yaitu :
1) Merancang konsep surat yang baik dan juga memperbaiki konsep surat.
2) Mengetik konsep surat yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang
berlaku sehingga menjadi surat yang siap untuk dikirimkan atau disampaikan.
3) Pengurusan surat atau mail handling yang efektif dan efisien, adalah menangani
surat-surat yang masuk dan keluar sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur, dan
4) Kearsipan atau filling, adalah menyimpan dan menemukan kembali surat atau
warkat dengan cepat dan tepat saat diperlukan menurut sistem tertentu.
Dalam rangka mencapai tujuan, maka setiap pekerjaan selalu membutuhkan kerjasama
dengan pihak lain. Oleh karena itu kegiatan surat-menyurat sangat memperlukan
persiapan yang meliputi :
1) Pendiktean
2) Pengetikan
3) Kertas-kertas dan alat-alat tulis
4) Pengiriman
5) Pengarsipan
6) Pemakaian tenaga manusia seperti juru tik, konseptor, dan ahli membuat surat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 168
b. Strategi Untuk Surat Rutin
Surat yang dikirim kepada penerima merupakan saluran komunikasi utama untuk
menyampaikan pesan keluar organisasi atau organisasi. Pada kenyataanya banyak pesan
penting yang sebaiknya harus menggunakan surat tertulis, walaupun saat ini e-mail
memang sering digunakan dalam komunikasi internal maupun eksternal. Surat bisnis
berperan penting ketika organisasi atau organisasi memerlukan catatan permanen,
formalitas dan ketika sebuah pesan bersifat sensitif dan membutuhkan penyajian yang
disusun dan dipkirkan dengan baik.
Oleh karena itu surat dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1) pesan niat baik yang meliputi surat rutin untuk mengomunikasikan, permintaan
dan balasan yang langsung ke sasaran;
2) pesan persuasif yang meliputi transaksi penjualan;
3) pesan negatif yang menyampaikan penolakan dan berita buruk.
c.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Karekteristik Surat Yang Baik
Walaupun surat rutin menyampaikan pesan berdasarkan fakta, namun sebaiknya surat
tidak harus terdengar dan terlihat membosankan atau mekanis. Terdapat tiga
karakteristik surat bisnis yang baik yaitu;
1) Isi yang jelas. Surat ditulis dengan jelas dimana memisahkan ide atau gagasan
ke dalam paragraf dengan menggunakan kalimat dan paragraf pendek.
Sehingga penerima surat (pembaca) dapat mengerti dan memahami pesan
(main idea) dengan kalimat transisi. Selain itu, isi surat yang jelas dengan
menggunakan kata-kata yang umum dan kata kerja aktif. Namun pada
kenyataannya, masih terdapat bisnis yang tidak memiliki isi yang jelas.
Sebanyak sepertiga surat bisnis tidak menghasilkan apa pun selain
mengklarifikasi korespondensi sebelumnya.
2) Nada Niat Baik. Surat yang baik tidak hanya menyampaikan pesan dengan
jelas, tetapi surat juga harus menjalin (membangun) niat baik. Niat baik
merupakan perasaan positif yang dimiliki oleh penerima surat (pembaca)
terhadap seseorang atau sebuah organisasi. Surat bisa menghasilkan nada niat
baik secara keseluruhan dengan cara menganalisis audiens dan mengadaptasi
pesan kepada pembaca,. Untuk mencapai hal itu, sebaiknya menyampaikan
pesan dari sudut pandang penerima surat (pembaca).
3) Format Yang Tepat. Surat bisnis menyampaikan pesan atau makna tersirat
yang melampaui kata-kata yang tertulis. Tampilan dan format surat
mencerminkan ketelitian dan pengalaman penulis. Sebuah surat pendek yang
penuh di bagian atas kertas, misalnya seolah-olah ditulis dengan tergesa-gesa
atau oleh seorang amatir. Agar surat dapat menimbulkan kesan baik, perlu
memilih format yang tepat. Gaya blok merupakan format yang sering
digunakan.
d. Menggunakan Pola Langsung untuk Surat Rutin
Kegiatan bisnis sehari-hari terutama terdiri atas permintaan dan respons rutin. Karena
berharap respons pembaca akan positif atau netral, penulis tidak membutuhkan teknik
khusus untuk menyakinkan. Jadi, dalam menyusun surat rutin, penulis dapat mengelola
pesan, yang terbagi ke dalam tiga bagian:
1) Pembukaan. Pernyataan yang menyampaikan tujuan dengan segera. Sebaiknya
menulis pesan sehari-hari dalam cara langsung dengan pemuatan ide utama di
depan pesan. Nyatakan dengan segera mengapa menulis surat sehingga
pembaca dapat mengantisipasi dan memahami pesan selanjutnya.
2) Isi. Rincian yang menjelaskan tujuan. Setelah sebuah pembukaan langsung
memberi tahu pembaca alasan penulisan surat, sampaikan rincian-rincian yang
menjelaskan permintaan atau respons penulis. Di sinilah pentingnya
perencanaan, yang mengharuskan penulis membuat struktur informasi agar
tulisan menjadi jelas dan mudah di baca. Di sini harus mempertimbangkan
penggunaan beberapa alat grafis untuk menyoroti rincian-rincian tersebut;
daftar nomor atau bullet, judul bagian (heading), kolom dan cetak tebal atau
cetak miring.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 169
3) Penutupan. Permintaan untuk tindakan atau kesimpulan yang sopan. Pada
paragraf terakhir surat langsung, pembaca mencari informasi tindakan: jadwal,
tenggat waktu, aktivitas yang harus dilakukan. Jadi, pada titik ini, penulis harus
menunjukkan secara spesifik apa yang penulis ingin pembaca lakukan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Korespondensi Niaga
Korespondensi adalah sarana komunikasi tertulis sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ingin dicapai. Ada yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan pelumas dalam suatu
organisasi. Apabila komunikasi terhambat maka dapat menimbulkan banyak masalah pada
banyak pihak dalam organisasi tersebut. Jadi, bila proses korespondensi sebagai salah satu
sarana komunikasi tertulis kurang jelas dan tepat, akan menghambat perkembangan
organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi.
Korespondensi dinyatakan dalam bentuk surat yang secara umum dapat dikatakan bahwa
surat merupakan alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis. Batasan tersebut
mengandung pengertian yang sangat luas karena banyak sekali maksud yang dapat
dituangkan secara tertulis secara tertulis, misalnya karangan berupa artikel, makalah,
skripsi, dan buku. Oleh karenanya, perlu diperjelas lagi dengan penekanan bahwa maksud
yang disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan, pertanyaan, pertimbangan,
lamaran, penolakan, dan sebagainya.
Namun demikian, batasan tersebut pun masih belum mencakup makna tentang misi atau
pesan yang diemban oleh surat secara keseluruhan. Dalam pengertian sehari-hari, surat
umumnya hanya dikenal sebagai alat untuk menyampaikan berita secara tertulis.
Pengertian tersebut merupakan pengertian sempit akibat dari anggapan bahwa surat
hanya merupakan alat untuk mengirim kabar atau berita, padahal surat mengandung
aspek yang jauh lebih luas mencakup informasi tertulis berupa rekaman berita yang dibuat
dengan persyaratan tertentu.
Informasi tertulis adalah informasi berupa kabar atau berita seperti surat berita yang
sudah umum dikenal, misalnya penawaran, pesanan, panggilan, dan permohonan,
sedangkan informasi berupa rekaman berita secara tertulis misalnya surat tanda bukti,
kartu identitas, akta, dan kontrak. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan surat
adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang
dibuat dengan persyratan tertentu yang khusus berlaku untuk surat-menyurat.
Penyampaian maksud dan pesan melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain dapat atas
nama perseorangan (pribadi) dan dapat atas nama jabatan dalam suatu organisasi.
Kegiatan saling berkirim surat oleh individu atau oleh organisasi disebut surat-menyurat
atau korespondensi, dan para pelakunya disebut koresponden.
f. Guna Surat
Pengetahuan surat-menyurat merupakan termasuk bidang komunikasi tulis. Komunikasi
tulis mutlak diperlukan dalam masyarakat modern. Sulit membayangkan akibatnya bila
dalam kehidupan modern tidak ada komunikasi tulis. Kegiatan berkomunikasi akan terasa
lengkap jika di samping komunikasi lisan juga ada komunikasi tulis. Surat adalah salah
satu komunikasi tulis yang terpenting adalah
Walaupun memerlukan proses yang cukup lambat, surat masih tetap diperlukan sebagai
alat komunikasi di tengah alat komunikasi modern yang sangat canggih dewasa ini. Surat
memiliki bukti otentik berupa tulisan dan tanda tangan yang tidak dimiliki oleh alat
komunikasi lisan. Itulah sebabnya kedudukan surat dalam bidang komunikasi tak
tergoyahkan.
Secara terinci guna surat bagi perseorangan dan oganisasi dapat dirumuskan sebagai :
1) alat komunikasi tulis
2) bukti tertulis yang otentik
3) alat pengingat jika sewaktu-waktu diperlukan (arsip)
4) alat untuk mewakili perseorangan dan mewakili organisasi (duta organisasi)
5) pedoman atau dasar untuk bertindak
6) keterangan yang dapat memberi rasa aman dalam aktivitas tertentu
7) bukti historis dari suatu kegiatan sehingga surat dapat dipergunakan sebagai
bahan riset bagi yang memerlukannya.
Di samping kegunaan tersebut di atas, surat pun masih memiliki keunggulan lain. Surat
lebih hemat dari segi biaya jika dibandingkan dengan pembicaraan telepon jarak jauh.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 170
Surat juga lebih menjamin kerahasiaan dan ketepatan isi dan maknanya karena sebagian
besar surat memakai amplop tertutup.
Penyampaian maksud dan pesan melalui surat akan lebih formal dibandingkan dengan
penyampaian secara lisan. Hal-hal yang sukar dibicarakan dalam komunikasi lisan dapat
disampaiakn dengan lebih leluasa di dalam surat karena antara pengirim dan penerima
surat tidak saling bertatap pandang. Sikap dan perilaku seseorang seperti pemalu,
gugup, atau cara berbicara yang gagap, tidak akan tampak di dalam sebuah surat.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g. Syarat Surat Yang Baik
Prinsip penulisan surat sama dengan prinsip komunikasi. Dalam berkomunikasi paling
tidak harus terdapat tiga unsur :
1) Pengirim berita
2) Pesan yang akan disampaikan
3) Penerima berita.
Komunikasi disebut efektif bila pengirim berita dapat merumuskan pesan yang akan
disampaikannya secara tepat. Dengan bantuan alat atau media tertentu pesan tersebut
dikirim atau disampaikan kepada penerima, dan diharapkan penerima akan menanggapi
dan membalas pesan itu sama dengan maksud pengirimnya.
Demikian juga dengan surat-menyurat. Pengirim harus berusaha merumuskan maksud
dan tujuannya dengan tepat dan jelas agar setelah penerima selesai membaca surat itu,
maksud pengirim dapat diketahui oleh penerima dengan tepat dan jelas pula. Oleh sebab
itu, pembuat surat harus menyatakan dan menyampaikan pikirannya dengan cermat. Ia
harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas di dalam suratnya agar surat itu
dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik.
Sebuah surat resmi yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu :
1) Menggunakan kertas surat yang tepat dalam hal ukuran, jenis, dan warna,
serta harus disesuaikan dengan jenis surat yang akan ditulis
2) Menggunakan bentuk surat yang standar
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku
4) Menggunakan gaya bahasa yang lugas (concise)
5) Menggunakan bahasa yang jelas (clear)
6) Menggunakan bahasa yang sopan dan hormat (cortious)
7) Menyajikan fakta yang benar dan lengkap (correct and complete)
8) Tidak menggunakan singkatan yang belum lazim, bahkan isi surat sedapat
mungkin bebas dari singkatan
9) Tidak menggunakan kata-kata sulit dan istilah yang belum umum
h. Bagian-bagian Surat
Secara umum, surat mencakup bagian berikut:
1) Kepala surat atau kop surat
Kepala surat atau kop surat adalah ciri-ciri suatu organisasi yang berisi nama
organisasi, alamt lengkap, nomor telepon, nomor faksimili, alamat e-mail,
nomor kotak pos, alamat kawat, logo, atau lambing, dan lain-lain.
Contoh:
Guna kepala surat:
a) Untuk mengetahui nama dan alamat organisasi pengirim surat
b) Digunakan untuk identitas organisasi
c) Untuk lambang atau simbol organisasi
d) Sebagai alat promosi
2) Tanggal pembuatan surat
Tanggal pembuatan surat untuk memudahkan penunjukan waktu membalas
surat dan memudahkan dalam pengagendaan surat oleh penerima.
3) Nomor, lampiran, dan hal atau perihal
Nomor surat umumnya dipakai dalam surat-surat dinas (resmi)
Guna nomor surat:
a) Memudahkan pencarian surat bila sewaktu-waktu diperlukan
b) Mempermudah penunjukan surat menyurat
c) Mempermudah penyimpanan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 171
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Mengetahui jumlah surat yang dibuat
Lampiran surat diisi dengan hal-hal yang dicantumkan sebagai lampiran surat.
Dalam surat niaga/bisnis, lampiran-lampiran harus disebutkan satu per satu.
Sedangkan dalam surat dinas cukup dicantumkan lampiran satu lembar/berkas.
Hal/perihal yaitu petunjuk mengenai pokok isi surat untuk memudahkan
penerima dalam menjelaskan isi surat dan memberikan tanggapan atau
balasan.
5) Nama dan alamat yang dituju
Penulisan nama harus memakai Sdr., Bp., Tuan., Ny., atau Nn.. Jika disebutkan
jabatannya, maka sebutan tersebut tidak perlu digunakan.
Contoh:
a) Alamat yang ditujukan kepada perorangan:
Yth. Sdr. Mahendra
Jl. Kepundung 19
Denpasar
b) Alamat yang ditujukan kepada jabatan:
Yth. Direktur PT. Adicipta Carakajaya
Jl. Tukad Yeh Penet No. 2
Denpasar
c) Alamat yang ditujukan kepada pejabat pemerintah:
Yth. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Jl. Senayan
Jakarta
d) Alamat yang ditujukan kepada perusahaan:
PT. Indomobil
Jl. Gajah Mada 1001
Jakarta
e) Alamat yang ditujukan kepada PO Box:
Yth. Pemilik PO Box 121
Denpasar
atau
PO Box 121
Denpasar
f) Alamat dengan menggunakan u.p. (untuk perusahaan):
Yth. Dekan Fakultas Ekonomi Unud
Jl. PB Sudirman
Denpasar
u.p. : Pembantu Dekan II
6) Salam pembuka dan paragraph pembuka
Salam pembuka surat atau sering disebut salutation berfungsi sebagai pembuka
kalimat agar dirasa tidak janggal (contohnya, dengan hormat, salam hormat,
salam bahagia, dan lain-lain).
7) Isi surat
Isi surat adalah uraian dari maksud pembuatan surat dan hal-hal yang ingin
disampaikan.
8) Salam penutup dan paragraf penutup
Salam penutup berisi ucapan terima kasih, harapan, penegasan, atau
pengarahan. Paragraf penutup biasa digunakan sebagai tanda bahwa surat
tersebut telah berakhir. Contohnya, hormat kami.
9) Tanda tangan, nama jelas, dan jabatan
Tanda tangan digunakan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas
surat tersebut. Nama jelas digunakan untuk mengetahui siapa yang
menandatangani surat tersebut. Sedangkan untuk jabatan digunakan untuk
menunjukkan pihak yang mengirim surat dan berhak atas surat tersebut.
10) Tembusan/tindakan atau c.c (carbon copy)
Tembusan diperlukan jika surat tersebut dikirimkan kepada pihak lain yang ada
hubungannya secara teknis dengan isi surat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 172
11) Inisial
Singkatan atau inisial hanya dipakai dalam surat resmi saja. Sedangkan dalam
surat dinas cukup mencantumkan paraf orang yang membuat konsep surat.
Inisial digunakan untuk mengetahui siapa yang membuat konsep surat dan
siapa yang mengetik sehingga apabila ada kekeliruan akan mudah dihubungi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
i. Bentuk Surat
Bentuk surat adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Pada tiap bagian surat
memiliki peranan yang penting sebagai identifikasi atau petunjuk pengelolaan surat.
Berdasarkan pola umum surat menyurat, ada beberapa macam bentuk surat,
diantaranya:
1) Bentuk lurus penuh (full block style)
2) Bentuk lurus (block style)
3) Bentuk setengah lurus (semi block style)
4) Bentuk bertekuk (indented style)
5) Bentuk paragraf menggantung (hanging paragraph style)
j. Jenis – jenis Surat
1) Berdasarkan Sifatnya yaitu :
a) Surat pribadi yaitu surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut
kepentingan pribadi.
Perbedaan antara surat pribadi dan surat dinas lainnya yaitu sebagai berikut:
i. Surat pribadi menggunakan kata ganti orang pertama ”saya” karena
penulisan tidak mewakili organisasi atau organisasi.
ii. Surat pribadi tidak memakai kepala surat, nomor surat, jabatan, atau
simbol-simbol organisasi.
iii. Bentuk surat pribadi tidak mempunyai aturan khusus, jadi bentuknya bebas.
b)
c)
d)
e)
Surat pribadi biasanya bersifat kekeluargaan, surat dibuat oleh seseorang dan
ditunjukkan untuk orang lain. Contoh surat pribadi yang bersifat kekeluargaan
adalah sebagai berikut:
i. Surat dari sahabat ke sahabat
ii. Surat undangan pernikahan dan ulang tahun
iii. Surat dari anak kepada orang tuanya
iv. Surat ucapan selamat hari raya atau kenaikan pangkat.
Surat Dinas Pribadi sering juga disebut surat setengah resmi, adalah surat-surat
yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada suatu instansi atau organisasi.
Contoh surat dinas pribadi :
i. Surat Lamaran Pekerjaan yaitu surat yang dibuat oleh seseorang dan
ditujukan untuk suatu organisasi yang berisi permohonan untuk
memperoleh pekerjaan sesuai dengan jabatan yang ditawarkan serta
kemampuan yang dimiliki oleh pelamar atau pengirim surat.
ii. Daftar Riwayat Hidup yaitu daftar yang memuat keterangan tentang diri
pelamar. Bagian yang perlu dimasukkan ke dalam Daftar Riwayat Hidup
yaitu data pribadi, pendidikan, pengalaman kerja, dan informasi lain.
iii. Surat Izin yaitu surat pribadi yang bersifat kedinasan karena menyangkut
urusan perserorangan dalam kaitannya dengan suatu instansi atau
lembaga.
Surat Dinas Swasta yaitu surat yang dibuat oleh organisasi swasta yang dikirim
untuk para karyawannya ataupun untuk relasi atau langganannya ataupun
organisasi lain yang terkait. Contohnya adalah surat undangan rapat, surat
undangan pertemuan, surat rapat tahunan.
Surat Niaga yaitu surat mengenai masalah perdagangan yang dibuat oleh organisasi
untuk dikirim kepada para langganannya. Contohnya surat perkenalan barang, surat
penawara barang, surat pesanan barang.
Surat Dinas Pemerintah yaitu surat-surat yang berisi masalah-masalah administrasi
pemerintahan yang dibuat oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah surat
keputusan dan surat instansi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 173
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Berdasarkan Wujud Surat terbagi atas :
a) Surat Bersampul yaitu surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas
lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan ke dalam amplop atau sampul.
Surat-surat yang memakai amplop/sampul :
i. Untuk surat-surat yang isinya panjang sebab itu dapat ditulis dalam
beberapa lembar/beberapa halaman
ii. Untuk surat-surat yang isinya dirahasiakan/tidak boleh dibaca oleh orang
lain.
iii. Untuk surat-surat resmi, surat dinas, ataupun surat biasa
iv. Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan
v. Untuk menjaga sopan santun
b) Surat Terbuka dan Surat Tertutup merupakan surat-surat yang isinya dapat dibaca
oleh umum, contohnya surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang
dikirim oleh pembaca untuk pemerintah/instansi melalui redaksi surat kabar,
majalah, tabloid, dsb.
c) Memorandum dan Nota yaitu suatu alat komunikasi yang berupa surat dinas yang
penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara internal (dalam lingkungan
sendiri). Nota adalah alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari suatu unit
organisasi yang digunakan secara internal tetapi bersifat resmi.
d) Surat Biasa yaitu surat yang isinya atau beritanya tidak mengandung rahasia
walaupun terbaca oleh orang lain seperti surat undangan pernikahan, surat
pertemuan para siswa untuk rekreasi, dsb.
3) Berdasarkan Keamanan Isinya yaitu :
a) Surat Sangat Rahasia yaitu surat yang digunakan berhubungan dengan suratsurat keamanan negara atau dokumen negara sehingga bila surat ini jatuh ke
tangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau bangsa
dan negara.
b) Surat Rahasia yaitu surat-surat yang isinya atau pesannya harus dirahasiakan
atau tidak boleh dibaca oleh orang lain karena bila jatuh ke tangan orang yang
tidak bertanggung jawab akan merugikan organisasi/instansi.
c) Surat Konfidensial yaitu surat-surat yang termasuk surat rahasia juga namun
karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat
yang bersangkutan, karena kalau surat ini jatuh ke pihak yang tidak berhak akan
mencemarkan nama baik orang tersebut.
4) Berdasarkan Proses Penyelesaiannya:
a) Surat Sangat Segera/Surat Kilat yaitu surat yang harus ditangani secepat
mungkin pada kesempatan pertama karena penerima harus cepat menanggapi
dan menyelesaikannya.
b) Surat Segera yaitu surat yang secepatnya perlu diselesaikan tetapi tidak perlu
pada kesempatan pertama tetapi juga harus segera dikirim agar mendapat
tanggapan dan penyelesaiannya dari pihak penerima.
c) Surat Biasa yaitu surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk diselesaikan
karena tidak perlu mendapat tanggapan secepatnya dari penerima.
k. Jenis-jenis Dokumen
1) Pengertian Dokumen dan Dokumentasi
Dokumen adalah hal yang sangat penting karena merupakan sumber informasi yang
diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, atau negara. Sedangkan dokumentasi yaitu
kegiatan mengumpulkan dokumen-dokumen.
2) Jenis-Jenis Dokumen
a) Menurut Jenisnya yaitu :
i. Dokumen fisik yaitu dokumen yang menyangkut materi ukuran, berat, tata
letak, sarana dan prasarana, dsb.
ii. Dokumen intelektual yaitu dokumen yang mengacu pada tujuan, isi subjek,
sumber, metode penyebaran, cara memperoleh, keaslian dokumen, dsb.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 174
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b) Menurut Sifatnya yaitu :
i. Dokumen tekstual yaitu dokumen yang menyediakan informasi dalam bentuk
tertulis misalnya, majalah, buku, katalog, surat kabar, dsb.
ii. Dokumen nontekstual yaitu dokumen yang berisi beberapa teks, misalnya,
peta, grafik, gambar, rekaman, monumen, dan sejenisnya.
c) Menurut Literatur yaitu :
i. Dokumen Korporil yaitu dokumen yang mencakup materi tercetak, tidak
tercetak, prasasti, dan benda seni yang disimpan dimuseum dan
perpustakaan.
ii. Dokumen Literer yaitu setiap bahan cetak dan mencetak yang mengandung
informasi/keterangan tertentu yang berguna.
d) Menurut Kepentingan dan Kekhususnya yaitu :
i. Dokumen Pribadi yaitu dokumen yang dikumpulkan oleh perorangan dan
merupakan koleksi dokumen pribadi, misalnya, koleksi keramik atau barang
antik.
ii. Dokumen Ekonomi yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai
perkembangan perekonomian suatu bangsa dan negara. Misalnya, produk
baru, devaluasi, inflasi, deregulasi, dan ekspor-impor, neraca perdagangan.
iii. Dokumen Sejarah yaitu dokumen yang berisi informasi sejarah peradaban dan
kebudayaan bangsa, contohnya, fosil-fosil manusia purba, naskah-naskah
kuno, piagam Jakarta, dan piagam proklamasi.
iv. Dokumen Kedokteran yaitu dokumen yang berisi informasi tentang
perkembangan ilmu kedokteran atau ilmiah, misalnya, dokumen ilmu bedah,
dokumen obat-obatan, dokumen macam-macam penyakit dan cara
penyembuhannyan.
v. Dokumen Pemerintahan yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai
ketatanegaraan suatu pemerintahan, misalnya, peraturan-peraturan,
perundang-undangan, Keppres, dan ketetapan-ketetapan.
e) Menurut Dokumentasi yaitu :
i. Dokumen Primer yaitu dokumen yang berisi informasi tentang hasil penelitian
asli atau langsung dari sumbernya, contohnya, paten penelitian, laporan,
disertasi, dan kertas kerja.
ii. Dokumen Sekunder yaitu dokumen yang berisi informasi tentang literatur
primer. Pada umumnya dokumen sekunder juga disebut bibliografi.
iii. Dokumen Tersier yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai literatur
sekunder, misalnya buku, teks panduan literatur, dan bibliografi.
2.
Studi Kasus
Teknisi di perusahaan tempat Saudara bekerja baru saja menjatuhkan komputer notebook
yang akan dikirim hari ini kepada pembeli. Akibatnya, layar pada komputer retak dan tidak dapat
berfungsi dengan baik. Kerusakan akibat kelalaian tentu saja tidak akan digaransi oleh vendor untuk
melakukan pemesanan arang pengganti memerlukan waktu hingga 7 (tujuh) hari lagi. Buatlah surat
untuk menyampaikan hal tersebut secara tertulis kepada pembeli!
Sumber: Dewi, Sutrisna. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta. ANDI
3.
Latihan
1. Tulis dan jelaskan macam-macam surat berdasarkan sifatnya.
2. Apa bedanya surat rahasia dengan surat konfidensial? Jelaskan berikut contoh!
3. Tulis dan jelaskan bagian-bagian surat!
4. Jelaskan arti dokumen dan dokumentasi.
5. Tuliskan dan jelaskan 6 macam bentuk surat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 175
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar
1. Uraian Materi
a. Pengelolaan Surat Masuk
Kecermatan dan ketepatan waktu merupakan keharusan yang paling utama dalam
pengelolaan surat dan dokumen kantor. Sekretaris harus cekatan dalam memproses
surat-surat masuk yang ditujukan kepada pimpinan. Setiap ada surat masuk harus
segera diteliti dengan cermat dan secepatnya disampaikan kepada pihak yang berhak
menerimanya.
b. Prosedur Pengurusan Surat Masuk
Prosedur Pengurusan Surat Masuk Sederhana/Pola Lama
1) Penerimaan surat oleh petugas dari pengirim atau pengantar surat
2) Petugas memeriksa kebenaran alamat dan sifat surat yang mungkin tercantum
pada amplop. Apabila alamat yang tertera di amplop keliru harus diserahkan
kembali pada pengirim. Surat pribadi langsung diberikan kepada yang
bersangkutan. Surat dinas dibuka dan dibubuhi cap tanggal terima atau stempel
agenda, ditentukan pokok masalahnya dan diberi kode.
3) Surat dicatat pada kartu arsip atau pada buku agenda surat masuk
4) Pembubuhan nomor urut simpan pada surat
5) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha
6) Surat diserahkan kepada pengolah untuk diproses paling lama dua hari
7) Penyimpanan. Setelah selesai diproses, surat disimpan oleh Petugas Tata Warkat
Prosedur Pengurusan Surat Masuk Pola Baru
Pengurusan surat masuk terjadi di Unit Kearsipan dan Tata Usaha Pengolah.
1) Penerimaan Surat
Didalam organisasi, surat dan naskah masuk diterima oleh staf penerima atau tata
usaha yang ditugaskan untuk mengurusi penerimaan surat dan naskah. Penerima
mempunyai tugas :
a) Menerima surat yang disampaikan baik oleh pengantar, petugas pos,
telekom maupun oleh perorangan
b) Meneliti kebenaran alamat surat yang tertera di amplop
c) Mebubuhkan paraf pada bukti penerimaan
d) Mensortir surat
e) Membuka sampul dan mengeluarkan surat dari amplop. Jika alamat
pengirim tidak tercantum di dalam surat, maka amplop diikutsertakan
bersama suratnya. Surat distempel tanda terima
f)Meneliti kelengkapan yang ada pada lampiran surat
g) Menyampaikan surat kepada Pengarah
h) Menyampaikan surat rahasia (tertutup) kepada Pencatat
2) Pengarahan Surat
Pengarahan surat adalah kegiatan untuk menentukan unit pengolah yang akan
menindaklanjuti atau memproses surat sesuai isinya. Pengarahan surat dilakukan
oleh pengarah. Pengarah mempunyai tugas:
a) Membaca isi surat dan menentukan surat itu tergolong penting atau
biasa
b) Menuliskan isi disposisi atau pengarahan pada lembar disposisi : tindakan
apa yang harus dilakukan terhadap surat yang bersangkutan oleh
pengolah
c) Menentukan kode klarifikasi dan indeks pada naskah surat penting
d) Menyampaikan naskah surat penting dan biasa kepada Pencatat
3) Pencatatan Surat
Pencatatan surat ialah penulisan keterangan bagian-bagian yang tercantum dalam
naskah surat dan naskah lain yang disertakan di dalam Kartu Kendali atau Lembar
Pengantar. Pencatat mempunyai tugas :
a) Mencantumkan nomor urut pada naskah surat
b) Mencatat naskah surat di dalam kartu kendali rangkap tiga atau lembar
pengantar rangkap dua
c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali atau lembar pengantar
kepada Pengendali Surat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 176
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Pengendalian Surat
Tugas pengendali surat diantaranya adalah:
a) Menerima surat beserta kartu kendali/lembar pengantar dari pencatat
b) Meneliti keberanan nomor kode surat dan kelengkapan lampiran
c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali II dan III kepada Tata
Usaha Unit Pengolah
d) Menyampaikan naskah surat rahasia (tertutup) dan biasa beserta lembar
pengantar rangkap dua kepada Tata Usaha Pengolah
e) Menyusun (menyimpan) kartu Kendali I dalam almari katalog
berdasarkan urutan nomor kode
5) Penyimpanan
Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali II dan lembar pengantar
yang diterima kembali dari Tata Usaha Pengolah sebagai pengganti arsip selama
surat dan naskahnya beserta kartu kendali III masih disimpan di Unit Pengolah.
Pengurusan surat dan naskah pada Tata Usaha Pengolah yakni sebagai berikut :
a) Menerima surat dari Pengendali. Apabila pencatatan surat penting
dilakukan pada kartu kendali, maka yang diterima adalah surat beserta
kartu kendali lembar II dan III
b) Membubuhkan paraf pada kartu kendali lembar II sebagai tanda bukti
naskah sudah diterima
c) Mengembalikan kartu kendali lembar II kepada Pengendali
d) Kartu kendali lembar III disimpan berdasarkan urutan nomor kode
e) Mengisi lembar disposisi rangkap dua
f) Menerima dan menyampaikan naskah yang diterima dari Unit Kearsipan
kepada pengolah untuk diselesaikan disertai lembar disposisi
g) Menyimpan satu lembar disposisi sebagai pengganti arsip yang ada pada
pengolah
h) Menyimpan surat dan naskah lampirannya sebagai arsip aktif setelah
selesai diolah
i)
Meneriman naskah surat biasa beserta dua lembar pengantar dari
Pengendali
j) Membubuhkan paraf pada lembar pengantar sebagai tanda bukti bahwa
naskah sudah diterima
k) Mengembalikan satu lembar pengantar kepada Pengendali
Penerimaan
Penyortiran
Agenda Masuk
Kepala Bagian
Pimpinan
Disposisi
Disposisi
Kepala Bagian
Disposisi
Sekretaris/Kepala Tata Usaha
Diproses
Gambar Prosedur Pengurusan Surat Masuk
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 177
Tabel Contoh Format Lembar Disposisi 1
Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
Dari
: …………….……
Tanggal terima : …………………
No. Surat
: …………………
Perihal
: ……………………
Tanggal Surat : ……………………
LEMBAR DISPOSISI
PENGOLAH
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
ISI DISPOSISI (Lingkari)
a. Dicatat
b. Disimpan
c. Dikonsultasikan
d. Dijawab
e. Diberi komentar
f. Dibuatkan konsep
g. Dikerjakan
h. Dihadiri
i. Diselesaikan
j. Diperiksa
Contoh Format Lembar Disposisi 2
PPMB
JL. RAWAMANGUN MUKA GDG L
LEMBAR DISPOSISI
Dari
Tanggal terima
No. Surat
Perihal
Tanggal surat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
: …………………………………………………..
: ………………………………………………….
: ………………………………………………….
: ………………………………………………….
: ………………………………………………….
PENGOLAH
Direktur Utama
Direktur Produksi
Direktur Pemasaran
Direktur Sistem Inf.
Unit Litbang
Bagian Humas
Bagian Perbekalan
Bagian Personalia
Bagian Keuangan
Bagian Umum
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
V
ISI DISPOSISI
V
Mohon ditanggapi
P a g e | 178
Bagan Pengurusan Surat Masuk Biasa ( Rutin )
Penerima
Pencatat
1
Pengarah
1
2
Penata
Arsip
Tata Usaha
Pengolah
1
2
Pimpinan
Pengolah
Pelaksana
Pengolah
1,2
2
Lembar
Disposisi
1,2
Lembar
Pengantar
Simpan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Surat
Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk (Penting)
Proses Pengurusan Surat Masuk Penting
Unit Kearsipan
Penerima
Surat
Pencatat Surat
Surat
Penting
Unit Pengolah
Pengarah Surat
I
I
II
Penata
Arsip
Surat
Penting
II
II
III
III
III
I
II
II
Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk Biasa (Rutin)
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Masuk
Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius
Tanggal
Terima
No
Urut
(Agenda)
Pengirim
Tanggal
Surat
Nomor
Surat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Perihal
Bertalian
Agenda
No.
Dengan
Perbal
No.
Halaman:
Keterangan
P a g e | 179
PPMB
GDG.L, JL. RAWAMANGUN MUKA
JAKARTA 12330
Tgl.
1-2-04
5-3-04
c.
Dari
Kantor Kopertis
Dirjendekti
KARTU ARSIP
No./Ket.
1. 2. -
Tgl.
4-2-04
Kepada
Kantor Kopertis
No./Ket
1. -
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Prosedur Pengurusan Surat Keluar
Prosedur Pengurusan Surat Keluar Sederhana/Pola Lama
1) Konsep surat dibuat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas tata
usaha
2) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris baik segi kebenaran isi maupun
bentuknya
3) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha
4) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat, pengesahan dan
penandatanganan oleh ketua atau sekretaris, pembubuhan cap tanggal kirim,
pelipatan surat dan pemasukaannya ke dalam amplop, pembubuhan perangko,
pemberian perekat pada amplop oleh petugas tata usaha
5) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar
6) Pencatatan pada kartu ekspedisi dan diberikan kepada petugas pengantar
(ekspeditur) untuk dikirimkan
7) Penyimpanan arsip
Bagan Pengurusan Surat Keluar
Pengirim
Pencatat
Pengarah
Penata
Arsip
Tata Usaha
Pengolah
Diketik
Dikirim
G
a
m
b
a
r
Pelaksana
Pengolah
Disposisi
Hasil Pengolahan
Surat
Konsep Diteliti
Pengonsepan Surat
Surat Ditandatangani
Diisi Kode
Ket.Lembar
Disposisi
Pertinggal
Asli &
Tembusan
Pimpinan
Pengolah
Surat
Kartu Kendali
1
2
3
Bagan Pengurusan Surat Keluar
Pengurusan Surat Keluar Pola Baru
Pengurusan surat beserta naskah surat keluar adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tata
Usaha Pengolah dan atau Unit Kearsipan dalam pelaksanaanya.
1) Tata Usaha Pengolah mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Naskah keluar dicatat pada kartu kendali rangkap tiga
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 180
b)
2)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Menyampaikan konsep surat atau naskah beserta kartu kendali
rangkap tiga kepada Pengendali di Unit Kearsipan
c) Kartu kendali lembar ke-III disimpan menurut urutan nomor kode
d) Mengendalikan surat atau naskah yang belum selesai pengolahannya
kemudian menyampaikan surat atau naskah yang sudah selesai
pengolahannya kepada Penyimpan
Unit Kearsipan melaksanakan kegiatan pengendalian penyimpanan, dan
pengiriman pengendali mempunyai tugas :
a) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali
b) Menyimpan kartu kendali lembar I menurut urutan nomor kode
c) Menyampaikan kartu kendali lembar II kepada Penyimpan
d) Mengembalikan kartu kendali lembar III kepada Tata Usaha Pengolah
e) Mengembalikan konsep yang diterima dari Pengirim kepada Tata
Usaha Pengolah
Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali lembar II menurut urutan
nomor kode sebagai pengganti arsip selama naskah atau surat masih berada di
Unit Pengolah.
Sedangkan Pengirim mempunyai tugas:
a)
Mengirim surat sesuai alamat yang dituju dalam surat
b)
Menyampaikan konsep kepada Pengendali
Unit Kearsipan
Unit Pengolah
Pencatat Surat
Surat
Asli
Surat
Asli
I
Ekspedisi
I
II
III
T
Penata Arsip
T
I
II
Pengarah
Surat
II
II
III
II
DITELITI
DISIMPAN
DISIMPAN
Gambar Bagan Pengurusan Surat Keluar Pola Baru
Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern
Tabel Format Buku Ekspedisi
NO.
TANGGAL
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEPADA
PARAF/
CAP POS
P a g e | 181
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Keluar
No.
Urut
(Perbal)
Tanggal
Kirim/surat
Kepada
Nomor
Surat
Perihal
Bertalian dengan
Agenda
No.
Keterangan
Perbal
No.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Tunggal Surat Masuk dan Keluar
agenda
no
Tanggal/
terima kirim
M/K
Pengirim
Kpd
No.surat
Tgl surat
Perihal
Keterangan
Tabel Surat Penunjuk
SURAT PENUNJUK
Hal
: Pelatihan calon tenaga pengajar
Dari
: Bagian Proyek Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Indonesia
Tanggal
: 20 Juni 2010
No
: 125/BPPK-SDM/III/2010
DISIMPAN PADA BERKAS :
PELATIHAN CALON TENAGA PENGAJAR
Sumber: The Liang Gie. 2007. Administrasi Perkantoran Modern
d.
Mesin dan Perlengkapannya
Berikut merupakan mesin dan perlengkapan yang penting dalam proses mengurus surat
masuk:
1) Mesin/alat untuk membuka surat
2) Cap untuk membubuhi tanggal
3) Perlengkapan untuk menyortir
4) Mesin fotokopi
Mesin fotokopi dipergunakan untuk membuat beberapa salinan dari surat
yang masuk; bagikan aslinya kepada orang yang akan mengerjakannya dan
lembar kopi kepada orang lain yang berhubungan (tidak boleh ditangguhkan
dan orang-orang lain yang berhubungan menerima keterangan pada hari
yang sama).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 182
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Pengelolaan Surat Keluar
Proses yang harus dilakukan dalam mengelola surat keluar adalah bahwa surat yang
akan dikirim adalah surat yang sudah di tanda tangani oleh pihak yang berwenang untuk
menanda tangani. Adapun proses berikut adalah yang lazim ditempuh:
1) Tentukan dimana amplop harus diketik; pada waktu mengetik surat atau dipusatkan.
2) Berikan instruksi bahwa surat yang memerlukan perhatian khusus harus diberi tanda
khusus pada sudut kanan bagian atas.
3) Pastikan bahwa pegawai pos berhubungan secara teratur dengan surat dan
menyortirnya unatuk surat ”dalam negeri” dan ”surat luar negeri” Pergunakan mesin
lipat dan mesin materai apabila harus dimasukkan ke pos dalam jumlah yang
banyak.
4) Hindarkan menaruh surat pada amplop yang salah.
5) Tulis rincian yang singkat dari semua surat dalam buku pos.
6) Tentukan metode yang dipakai dalam pembubuhan cap.
7) Semua surat yang dikirim harus dicatat terlebih dahulu dalam Buku Agenda surat
Keluar.
f. Pesan Email dan Memo Rutin
Dalam perkembangan organisasi saat ini, telah terjadi perubahan dalam komunikasi
internal. Di masa lalu, pesan tertulis dari dalam organisasi berbentuk memo yang
menggunakan kertas. Tetapi saat ini e-mail telah menjadi pilihan media komunikasi. Dalam
sebuah survei yang dilakukan oleh Emailthatpays dan Ipsos-Reid, hasilnya menunjukkan email telah mengubah secara mendasar cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain
dan telah menjadi sebuah sarana penting untuk berkomunikasi di kantor. Sebanyak 85
persen orang kanada yang online percaya bahwa e-mail telah membuat mereka lebih
efisien, dan hampir dua pertiga (62 persen) lebih suka berkomunikasi lewat e-mail
daripada metode lainnya.
Fungsi utama e-mail adalah untuk bertukar pesan atau informasi didalam organisasi.
Komunikasi internal semacam itu semakin penting sekarang ini. Organisasi mengalami
perampingan, rantai komando yang semakin mendatar, pembentukan tim kerja, dan
pemberdayaan pangkat-dan-arsip karyawan. Dengan diberi lebih banyak wewenang untuk
mengambil keputusan, karyawan menemukan bahwa mereka butuh lebih banyak
informasi. Mereka harus mengumpulkan, melakukan pertukaran, dan mengevaluasi
informasi yang berkaitan dengan produk dan layanan yang mereka tawarkan. Manajemen
juga memerlukan input dari karyawan agar dapat cepat tanggap terhadap perubahan
pasar lokal dan global. Permintaan akan informasi yang semakin meningkat ini juga berarti
meningkatkan penggunaan e-mail, meskipun memo dengan kertas masih digunakan.
Mengembangkan keterampilan dalam menulis pesan e-mail dan memo memberikan dua
manfaat penting. Pertama, dokumen yang ditulis dengan baik cenderung mencapai
tujuannya. Dokumen tersebut menciptakan kesan baik karena ditulis dengan hati–hati,
perhatian, dan jelas. Kedua, pesan internal yang ditulis dengan baik meningkatkan citra
seorang karyawan/pimpinan di dalam organisasi. Individu yang dianggap sebagai penulis
yang kompeten dan profesional dihargai dan diperhatikan; paling sering, mereka adalah
orang–orang yang dipromosikan ke dalam posisi manajemen. Pesan yang terus terang ini
yaitu e-mail rutin dan memo dibuka dengan ide utama karena topiknya tidak sensitif dan
hanya membutuhkan sedikit persuasi. Didalam modul ini akan mempelajari dan membahas
tentang karakteristik, proses penulisan, dan organisasi untuk pesan e-mail dan memo.
Karena e-mail merupakan saluran komunikasi yang baru dan sangat berguna, perhatian
khusus akan diberikan pada cara penggunaan yang aman dan efektif. Terakhir, modul ini
akan memberikan pelajaran untuk menulis memo prosedur, informasi, permintaan,
jawaban, dan konfirmasi.
Karakteristik Pesan E-Mail dan Memo yang Berhasil
Pada organisasi saat ini pesan e-mail dan memo merupakan bentuk komunikasi standar
dan akan menjadi media komunikasi bisnis yang paling umum digunakan. Pesan yang
sangat diperlukan ini digunakan untuk memberi informasi pada karyawan, meminta data,
memberi respons, mengimformasi keputusan, dan memberi arahan. Pesan e-mail dan
memo yang baik umumnya mempunyai karakteristik tertentu.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 183
To (Kepada), From (Dari), Date (Tanggal), Subject (Judul Subjek)
E-mail dan memo mengandung judul kata penunjuk. Judul ini membantu pembaca segera
mengidentifikasi tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah pesan. Sebagai catatan bahwa
pesan e-mail yang dikirim keluar tidak perlu disertai waktu kirim karena hal itu diselipkan
secara otomatis oleh komputer. Posisi waktu penerimaan pada pesan e-mail yang masuk
bervariasi tergantung pada program komputer yang digunakan. Posisi waktu kirim dalam
memo kertas juga fleksibel.
Satu Topik
Pesan e-mail dan memo yang baik umumnya hanya membahas satu topik. Membatasi
topik membantu penerima bertindak terhadap subjek dan mengarsipnya dengan tepat.
Seorang penulis memo yang, misalnya, menjelaskan sebuah masalah printer komputer dan
juga meminta izin untuk menghadiri sebuah konferensi mempunyai risiko kegagalan 50
persen. Pembaca mungkin merespons masalah printer tetapi melupakan tentang
permintaan izin konferensi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bersifat Percakapan
Nada pesan e-mail dan memo diharapkan bersifat percakapan karena pihak – pihak yang
berkomunikasi biasanya sudah saling kenal. Hal ini berarti kadang – kadang dalam bahasa
Inggris menggunakan singkatan (I’am, you’ll), kata sehari–hari, dan kata ganti orang
pertama (saya/kami). Meskipun demikian, nadanya juga harus tetap profesional. E-mail
begitu cepat dan begitu mudah digunakan sehingga ada saja penulis yang tergoda ke
dalam suatu sikap “kurang profesional yang mengherankan”. Meskipun hangat dan
bersahabat, pesan e-mail seharusnya tidak emosional. Jangan pernah menyertakan kata–
kata yang tidak seharusnya diucapkan di hadapan seseorang.
Keringkasan
Sebagai bentuk fungsional komunikasi, e-mail dan memo hanya mengandung apa yang
perlu disampaikan dengan sopan. Sering kali, e-mail dan memo hanya membutuhkan
sedikit penjelasan latar belakang dan perhatian sebagai upaya untuk memberi kesan baik
kepada pihak luar dibandingkan surat. Hal yang harus diperhatikan ialah menghindari
kata–kata yang terlalu panjang lebar. Selain itu hindari kalimat pembuka yang panjang
(saya menulis memo ini untuk memberitahukan kepada Anda bahwa), dan frase yang
berlebihan (karena fakta bahwa).
Penyorotan Grafis
Untuk menonjolkan ide–ide yang penting dan meningkatkan keterbacaan, penulis e-mail
dan memo menggunakan teknik penyorotan grafis secara bebas. Isi memo cetakan
ditingkatkan dengan daftar nomor atau bullet, heading, tabel, dan teknik lain. Beberapa
program e-mail mungkin tidak mentransmisikan cetak miring, cetak tebal, atau dua set
kolom. Namun, keterbacaan dengan paragraf yang baik dapat ditingkatkan dengan
menggunakan poin bullet atau tanda bintang (asterisk), dan heading sisi, terutama untuk
pesan yang lebih panjang. Pembaca enggan menelisik layar komputer untuk melihat
tulisan yang penuh. Sebagai contoh perusahaan di Eropa telah banyak menggunakan email, namun para penggunanya kurang toleran pada penulis yang tidak mengikuti kaidah
menulis. Mereka tidak akan menoleransi tulisan yang tidak menarik, tidak terpahami, dan
“sampah data yang tak dapat dicerna”.
Proses Penulisan
“Salah satu ciri revolusi informasi yang paling mengagumkan,“ kata wakil direktur sebuah
organisasi teknologi, adalah bahwa “momentum telah berbalik pada kata tertulis.” Pebisnis
menulis lebih banyak pesan daripada sebelumnya, dan banyak dari tulisan itu adalah email dan memo. Agar efektif, pesan internal yang baik memerlukan persiapan yang teliti.
Meskipun hal itu sering terlihat rutin, e-mail dan memo mungkin menjangkau lebih jauh
dari yang diperkirakan. Pertimbangkan peneliti pasar di Vancouver, yang baru bekerja dan
ingin menyenangkan atasannya, yang meminta laporan kemajuan proyeknya. Tanpa pikir
panjang, ia segera mengirim sebuah ringkasan singkat mengenai pekerjaannya dalam
sebuah e-mail kepada atasannya. Kemudian dalam minggu itu juga seorang wakil direktur
meminta atasannya itu melaporkan kemajuan proyek tersebut, dan atasannya pun
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 184
meneruskan memo dari peneliti pasar yang tergesa–gesa itu. Kesan buruk yang muncul
pun sulit diatasi oleh karyawan baru itu.
Penulisan yang teliti memerlukan waktu--terutama pada awalnya. Namun, dengan
mengikuti rencana yang sistematis dan melatih keterampilan, tentu akan meningkatkan
hasil yang dicapai. Selain itu, ingatlah bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
keahlian komunikasi akan membawa hasil yang besar. Sering kali, kemampuan berbicara
dan menulis menentukan seberapa besar pengaruh seseorang dalam organisasi. Seperti
juga tugas penulisan lainnya, menulis e-mail dan memo mengikuti tiga tahap proses
penulisan yang sama.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Analisis, Antisipasi dan Adaptasi
Dalam tahap 1 (prapenulisan) perlu menghabiskan beberapa waktu untuk menganalisis
tugas. Banyak orang yang bekerja dengan pena atau komputer tanpa terlebih dahulu
memfokuskan pikiran untuk bekerja. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,
sebaiknya ajukan tiga pertanyaan penting kepada diri sendiri sebelum memulai membuat
memo:
1) Apakah saya sudah benar – benar perlu menulis e-mail dan memo ini?
Menelpon atau kunjungan singkat kepada seorang rekan yang dekat mungkin dapat
menyelesaikan masalah serta menghemat waktu dan biaya pesan tertulis. Di sisi lain,
sejumlah pesan tertulis membutuhkan catatan permanen. Keputusan lain adalah
apakah menulis memo kertas atau mengirim secara elektronik. Banyak kantor yang
sedang menuju sebuah tempat kerja tanpa kertas.
2) Mengapa saya menulis?
Ketahui terlebih dahulu apa alasan untuk menulis dan harapan apa yang ingin dicapai.
Hal ini akan membantu mengenali poin–poin penting dan di mana menempatkannya.
3) Bagaimana pembaca akan bereaksi?
Visualisasikan pembaca dan pengaruh pesan yang disampaikan terhadapnya.
Pertimbangkan cara–cara untuk menyampaikan pesan agar bermanfaat bagi
pembaca.
Riset, Organisasi, dan Komposisi
Dalam tahap 2 (penulisan) yang dilakukan pertama ialah memeriksa arsip, memperoleh
dokumentasi, dan mempersiapkan pesan. Buat sebuah bagan yang berisi poin–poin yang
ingin ditulis. Untuk pesan singkat, sebaiknya catat pada dokumen yang akan dijawab.
Pastikan untuk melakukan revisi, sebab pesan yang baik jarang diperoleh pada usaha
pertama.
Revisi, Koreksi dan Evaluasi
Penulis yang teliti dan penuh perhatian merevisi pesan mereka, mengoreksi draf akhir, dan
mengevaluasi keberhasilan komunikasi mereka.
1) Merevisi untuk kejelasan.
Dipandang dari perspektif penerima, apakah ide pesan sudah jelas? Apakah ide itu
membutuhkan lebih banyak penjelasan? Bila memo tersebut diteruskan kepada orang
lain, apakah mereka memerlukan penjelasan lebih lanjut? Pertimbangkan untuk
meminta seorang rekan mengkritik pesan jika pesan tersebut penting.
2) Mengoreksi ketepatan.
Apakah kalimat–kalimat lengkap dan diberi tanda baca dengan tepat? Apakah
ditemukan kesalahan cetak atau kata yang salah eja? Gunakan pemeriksaan ejaan
dan tata bahasa Anda untuk mengoreksi pesan sebelum mengirimkannya.
3) Merencanakan umpan balik.
Bagaimana cara mengetahui pesan yang dikirim berhasil? Pergunakan umpan balik
dengan mengajukan pertanyaan (seperti Apakah Saudara setuju dengan saran ini?)
dan membuatnya mudah bagi penerima untuk merespons.
g. Organisasi Pesan E-mail dan Memo
Baik elektronik atau dengan kertas, memo rutin biasanya mengandung empat bagian :
1) baris subjek yang meringkas pesan,
2) pembukaan yang mengemukakan ide utama dengan segera,
3) isi yang menjelaskan dan menjustifikasi ide utama, dan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 185
4) penutup berupa tindakan yang diharapkan. Perlu diingat bahwa pesan rutin
menyampaikan berita baik atau informasi standar.
Baris Subjek
Dalam e-mail dan memo, baris subjek merupakan keharusan. Baris ini meringkas ide
pokok, yang memberi identifikasi cepat untuk membaca dan mengisi. Sebuah baris subjek
biasanya ditulis dalam gaya yang disingkat, sering tanpa kata sandang (sebuah, suatu).
Hal itu tidak perlu berupa kalimat lengkap, dan tidak harus diakhiri dengan titik. Baris
subjek e-mail sangat penting. Baris subjek e-mail sangat penting. Baris subjek yang tak
bermakna (seperti halo atau penting) bisa membuat pembaca menghapus pesan tanpa
pernah membukanya. Baris subjek yang baik sering mengandung bentuk kata kerja atau
permintaan tindakan:
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
SUBJEK: Memerlukan Anda untuk Mendemonstrasikan Dua Produk pada Pameran
Perdagangan kami Selanjutnya (bukan hanya Pameran Perdagangan)
SUBJEK: Menambah Kemampuan Peranti Lunak Pesan Kita (bukan hanya Peranti
Lunak Baru)
SUBJEK: Rapat Staf untuk Membahas Jadwal Liburan Musim Panas (bukan hanya
rapat)
Pembukaan
Kebanyakan memo dan e-mail meliputi informasi yang tidak sensitif yang dapat
disampaikan secara terus terang. Menurut eksekutif organisasi Doris Margonine “memo
yang mengena pada saya menyampaikan secara langsung apa yang ada di benak penulis.”
Mulailah dengan muatan utama, yaitu mengungkapkan ide utama dengan segera.
Meskipun tujuan memo atau e-mail telah diringkas dalam baris subjek, tujuan tersebut
harus dinyatakan kembali--dan diperjelas--dalam kalimat pertama. Beberapa pembaca
melewatkan baris subjek dan langsung loncat ke kalimat pertama. Perhatikan bagaimana
pembukaan tidak langsung berikut ini dapat diperbaiki dengan muatan depan
(frontloading).
Pembukaan Tidak Langsung
I
Selama
enam bulan terakhir, Departemen
s
Produksi
telah mempertimbangkan untuk
i
menambah
mesin-mesin baru.
Pembukaan Langsung
Silahkan melihat proposal berikut ini
berkaitan dengan program penambahan
mesin-mesin baru, dan mohon beritahu kami
selambatnya tanggal 20 Mei jika Anda
menyetujui perubahan ini.
Bila Anda setuju, saya akan memesan mesin
potong model terbaru seharga $189 per
mesin untuk digunakan di Pusat Produksi
I
s
Sebagaimana
Saudara ketahui, karyawan
dii Bagian Produksi telah mengeluh
tentang jumlah produksi yang tidask
m
meningkat
tiap waktunya.
e
n
cakup lebih banyak informasi mengenai alasan menulis. Hal itu menjelaskan dan
mambahas subjek secara logis. Rancang data dengan baik agar mudah dipahami dengan
menggunakan daftar nomor, heading, tabel, dan teknik penyorotan grafis lainnya.
Bandingkan dua versi dari pesan yang sama berikut ini. Amati bagaimana sarana grafis
dengan kolom, heading, dan ruang kosong membuat poin – poin utama mudah dipahami.
1) Versi Paragraf yang Sulit Dibaca
Panduan perjalanan udara berikut ini berlaku efektif. Antara sekarang dan tanggal
31 Desember, hanya para account executive yang boleh melakukan perjalanan
udara dengan biaya organisasi. Orang – orang ini diperbolehkan mengambil
maksimum dua kali perjalanan, dan mereka hanya boleh menggunakan kelas
ekonomi atau bisnis.
2) Versi yang Lebih Baik dengan Penyorotan Grafis
Panduan perjalanan udara berikut ini segera berlaku efektif:
Yang boleh melakukan perjalanan udara :
Hanya para account executive
Berapa kali perjalanan dinas :
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 186
Maksimum dua kali
Sampai kapan :
Antara sekarang dan tanggal 31 desember
Kelas pesawat :
Hanya kelas ekonomi atau bisnis
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penutupan
Pada umumnya pesan diakhiri dengan (1) informasi tindakan, tanggal, atau tenggat waktu,
(2) ringkasan pesan, atau (3) pikiran penutup. Di sini sekali lagi berpikir terlebih dahulu
sebelum mulai menulis adalah penting. Penutup adalah bagian di mana pembaca dapat
melihat tenggat dan tindakan yang diharapkan. Penutup memo atau e-mail yang efktif
misalnya, Mohon serahkan laporan Anda sebelum tanggal 15 Juni sehingga kami
mempunyai data Anda sebelum sesi perencanaan Juli kami.
Dalam pesan yang lebih rumit sebuah ringkasan poin utama mungkin lebih tepat sebagai
penutup. Bila tak ada permintaan tindakan dan tidak diperlukan ringkasan penutup, pesan
dapat diakhiri dengan sebuah pikiran kesimpulan sederhana (saya senang menjawab
pertanyaan Anda atau kelihatannya ini merupakan proyek yang berguna). Menutup pesan
untuk memberikan kesan baik kepada rekan kerja memang jarang ditemukan dibanding
dengan surat untuk pelanggan atau klien, beberapa pikiran penutup sering diperlukan
untuk menunjukkan kesopanan. Penutup bisa menunjukkkan terima kasih atau mendorong
umpan balik dengan uangkapan seperti saya sungguh menghargai kerjasama Anda atau
apa ide Anda untuk proposal ini? Penutup lainnya melihat pada tindakan selanjutnya,
seperti bagimana Anda ingin meneruskannya? Hindari penutupan dengan mohon beritahu
saya bila Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut. Penutup yang berlebihan ini terdengar
mekanis dan tidak lulus.
Menggunakan Email Dengan Aman dan Efektif
Penggunaan pemula e-mail disarankan untuk “mengabaikan pertimbangan gaya dan tata
bahasa.” Mereka berpikir bahwa “kata yang terbang” demikian julukan pesan e-mail,
memerlukan sedikit pengeditan dan pengoreksian. Koresponden menggunakan emoticon
(seperti wajah gembira di samping) untuk mengekspresikan emosi mereka. Dan banyak email saat ini masih terkesan dibuat seadanya dan kotor. Tetapi seiring dengan kematangan
saluran komunikasi ini, pesan pun menjadi semakin pantas dan profesional.
Saat ini, pesan e-mail rata – rata bisa tetap berada dalam sistem komputer organisasi
sampai lima tahun. Dan dalam sejumlah situasi satu – satunya kesan seseorang tentang
penulis e-mail adalah dari pesan yang dikirimkan.
Komunikator bisnis yang bijaksana yang menggunakan e-mail menyadari bahaya ini.
Mereka tahu bahwa pesan mereka dapat tersebar (dengan sengaja atau tidak) ke mana –
mana. Sebuah catatan yang dikonsep dengan tergesa – gesa mungkin berakhir di kotak
suratatasan atau diteruskan ke kotak surat musuh. Yang membuat segalanya lebih buruk,
komputer—seperti juga gajah dan kekasih yang ditolak—tidak pernah melupakan. Bahkan
pesan yang sudah dihapus bisa tetap berada dalam disk drive. “Hal itu seakan – akan
orang memegang otak mereka ketika mereka menulis e-mail,” kata seorang pakar. Mereka
berpikir bahwa e-mail “merupakan pengganti percakapan telepon, itulah bahayanya.” Email mengandung sejumlah bahaya, baik bagi karyawan maupun atasan, sebagimana
dibahas dalam kotak Bimbingan Karier.
Penggunaan E-Mail yang Cerdas
Namun, di samping berbahaya dan keterbatasannya, e-mail semakin menjadi saluran
pilihan untuk mengirim banyak pesan bisnis. Karena e-mail telah menjadi saluran
komunikasi utama, maka penting untuk meluangkan waktu, menyusunnya dengan teliti,
memerhatikan ketepatan tata bahasa dan tanda baca.
Mulai menulis
Petunjuk berikut ini akan membantu melakukan permulaaan yang baik dalam
menggunakan e-mail secara aman dan efektif.
1) Menyusun secara offline.
Daripada menulis pesan dengan terburu – buru, gunakan program pengolah kata
untuk menulis secara offline. Kemudian masukkan pesan ke jaringan e-mail. Hal ini
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 187
2)
3)
untuk menghindari “merusak diri” (kehilangan semua tulisan karena kekeliruan
atau menekan tombol yang salah) ketika bekerja online.
Tulis alamat dengan benar.
Alamat e-mail kadang kala rumit, dan sering tidak logis. Kurang satu karakter atau
salah menggunakan huruf I untuk angka 1, maka pesan tidak akan terkirim.
Solusi: Gunakan buku alamat elektronik untuk orang–orang yang sering
berkomunikasi dengan e-mail. Dan periksa ulang setiap alamat yang diketik secara
manual. Pastikan juga untuk tidak menjawab kepada sekelompok penerima ketika
yang dimaksud hanya menjawab satu orang.
Hindari baris subjek yang menyesatkan.
Dengan membanjirnya spam (e-mail sampah) yang memenuhi kotak masuk
(inbox), pastikan baris subjek relevan dan membantu. Kata generik seperti hai dan
persetujuan yang bagus bisa membuat pesan dihapus sebelum dibuka.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Isi, Nada dan Ketepatan
Meskipun e-mail tampaknya sesederhana telepon, sebenarnya tidak. Sebab e-mail
menghasilkan catatan permanen, pikirkan kembali apa yang akan dikatakan dan cara
untuk mengatakannya.
1) Buat ringkas. Jangan membebani pembaca dengan informasi yang tidak perlu.
Ingat bahwa ukuran monitor kecil dan ketikan sering sulit untuk dibaca. Susun
ide–ide dengan ringkas.
2) Jangan kirim apapun yang tidak ingin dipublikasikan. Karena e-mail kelihatan
seperti percakapan telepon atau orang ke orang, penulis terkadang mengirim
pesan yang sensitif, rahasia dan bersifat menghasut atau berpotensi memalukan.
Berhati–hatilah! E-mail menghasilkan catatan permanen yang sering tidak hilang
bahkan dihapus. Dan setiap pesan merupakan komunikasi yang bisa
mengakibatkan perkara hukum. Jangan menulis apapun yang tidak ingin diketahui
oleh orang yang tidak ada hubungannya dengan pesan yang akan dikirim.
3) Jangan menggunakan e-mail untuk menghindari kontak. E-mail tidak tepat
digunakan untuk mengumumkan berita buruk atau menetapkan argumen. Sebagai
contoh, tidak tepat memecat seseorang melalui e-mail. Hal itu juga bukan saluran
yang bagus untuk mengatasi konflik dengan penyelia, bawahan atau lainnya. Bila
ada kemungkinan menyakitkan perasaan, gunakan telepon atau kunjungi orang
tersebut.
4) Jangan pernah merespon ketika sedang marah. Selalu ambil beberapa saat untuk
menenangkan emosi sebelum menulis respon pada pesan yang mengecewakaan.
Alternatif yang berbeda sering muncul, maka pikirkan dengan baik apa yang akan
dikatakan. Jika mungkin, atasi perbedaan dalam diri setiap orang.
5) Memerhatikan ketepatan. Orang masih tetap dinilai berdasarkan tulisannya, entah
ditulis secara elektronik atau dengan kertas. Pesan e-mail yang tidak rapi (kurang
tanda petik, ejaan yang salah, tulisan yang tidak didasari) membuat para pembaca
bekerja terlalu keras. Mereka marah bukan hanya pada informasi tetapi juga
penulisnya.
6) Tahan humor dan komentar yang menjilat. Tanpa isyarat nonverbal yang
disampaikan oleh wajah dan suara, humor tetap dengan mudah dipahami.
Etika
Meskipun e-mail merupakan saluran komunikasi baru, ada sejumlah aturan kesopanan
berinteraksi secara online yang perlu diperhatikan.
1) Batasi kecenderungan untuk mengirim dokumen ke semua pihak. Kirim kopi
dokumen hanya kepada orang yang benar–benar perlu melihat sebuah pesan.
Tidak perlu mendokumentasi setiap keputusan dan tindakan bisnis secara
elektronik.
2) Jangan pernah mengirim “spam”. Empat puluh tiga persen pemakai internet
mengatakan bahwa hal yang paling mengesalkan mereka dalam penggunaan email adalah spam (pesan e-mail yang tidak diminta).
3) Pertimbangkan menggunakan label pengidentifikasi. Jika diperlukan tambahkan
salah satu dari label berikut ini pada baris subjek: ACTION (Tindakan yang
diperlukan, mohon respons), FYI (For Your Information, tidak perlu respons), RE
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 188
(Ini adalah balasan untuk pesan lain), URGENT (Tolong jawab segera). Beberapa
program e-mail memungkinkan Anda mengetahui pesan yang mendesak.
4) Gunakan huruf kapital hanya untuk penekanan atau untuk judul. Hindari menulis
seluruh pesan dalam huruf kapital, yang seperti BERTERIAK.
5) Beritahu kalau ada lampiran. Jika mengirim sebuah lampiran yang panjang,
beritahukan kepada penerima pesan. Apabila diperlukan, pastikan terlebih dahulu
penggunaan format yang tepat sebelum pesan dikirim.
6) Jangan meneruskan pesan tanpa izin. Cari persetujuan sebelum meneruskan
sebuah pesan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Membalas E-mail
Tips berikut ini dapat menghemat waktu dan mengurangi frustasi ketika membalas
pesan.
1) Baca dulu semua pesan dalam kotak masuk sebelum menjawabnya satu persatu.
Karena pesan berikutnya sering mempengaruhi cara merespons, baca dulu
semuanya (terutama semua pesan dari orang yang sama).
2) Jangan secara otomatis membalas pesan pengirim. Ketika membalas, cut and
paste (potong dan tempel) bagian yang relevan. Hindari menyusahkan penerima
pesan dengan mengembalikan seluruh “berkas” (urutan pesan) tentang suatu
topik. Banyak pengguna yang mahir dapat mengatur pilihan program mereka
sehingga hanya respons mereka saja yang terkirim.
3) Revisi baris subjek jika topik berganti. Ketika membalas atau meneruskan
pertukaran e-mail, revisilah baris subjek jika topik berganti.
Penggunaan Pribadi
Ingat bahwa komputer kantor dimaksudkan untuk komunikasi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1) Jangan gunakan komputer organisasi untuk masalah pribadi. Kecuali kalau
organisasi secara khusus mengizinkan, jangan pernah menggunakan komputer
organisasi untuk pesan pribadi, belanja pribadi, atau hiburan.
2) Anggap bahwa semua e-mail diawasi. Pemilik organisasi berhak secara legal
mengawasi e-mail, dan banyak yang melakukannya.
Pengunaan E-mail yang Cerdas Lainnya
Tergantung pada pesan dan audiensi, tips berikut ini mendorong komunikasi elektronik
yang efektif.
1) Gunakan desain untuk meningkatkan keterbacaan pesan panjang. Jika Sebuah
pesan memerlukan beberapa layar, bantu pembaca dengan heading, daftar bullet,
heading pinggir dan mungkin ringkasan pendahuluan yang menjelaskan isi.
Meskipun teknik ini memperpanjang sebuah pesan, mereka mempersingkat waktu
membaca.
2) Pertimbangkan perbedaan budaya. Ketika menggunakan sarana yang tanpa batas
ini, bahasa harus jelas dan akurat. Ingat bahwa kiasan yang klise (menaikkan
taruhan, memainkan biola kedua), istilah–istilah olahraga (melakukan home run,
bermain sportif) dan ucapan populer (keren, nyalakan) dapat membingungkan di
negara lain.
3) Periksa kembali sebelum menekan tombol send (kirim). Apakah pesan sudah
lengkap? Hindari keperluan mengirim pesan yang kedua, yang membuat kesan
ceroboh. Gunakan pemeriksa ejaan dan baca kembali untuk menilai kelancarannya
sebelum mengirim.
2. Studi Kasus
Penggunaan Internet Anda Dapat Membuat Anda Dipecat
Penyalahgunaan Internet oleh karyawan telah merugikan pemilik bisnis hingga jutaan dolar dalam
perkara hukum dan hilangnya produktivitas. Banyak organisasi telah memecat atau mendisiplin
karyawannya karena belanja online, judi, gosip dan melakukan berbagai aktivitas nonbisnis. Aktivitas
yang disengaja ini, sama seperti yang tidak sengaja tetapi karena kecerobohan, dapat melahap
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 189
sumber daya jaringan dan membuang waktu kerja yang berharga. Tidak mengherankan jika
organisasi semakin memantau dan membatasi penggunaan internet karyawan.
Asumsikan diri Saudara sebagai seorang pimpinan. Apakah sebaiknya suatu prosedur diubah untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan internet dalam bekerja? Kemukakan ide Saudara untuk
membuat prosedur yang ideal dalam memakai internet di kantor.
3. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari surat masuk !
2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk pola baru!
3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi?
4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang oleh?
5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat keluar pola baru!
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
D. Pembelajaran Sistem Kearsipan
1. Uraian Materi
a. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1971, pengertian arsip adalah :
1) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga dan Badan-badan
Pemerintahan dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;
2) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta atau perorangan,
dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok,
dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.
Pada Undang-undang tersebut arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua golongan,
yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara
langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada
umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara.
Arsip statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan,
penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan
sehari-hari administrasi Negara.
Jadi arsip dinamis adalah semua arsip yang masih berada di berbagai kantor, baik kantor
pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan, karena masih dipergunakan secara
langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan administrasi lainnya. Arsip dinamis
dalam bahasa Inggris disebut record.
Sedangkan arsip statis adalah arsip-arsip yang disimpan di Arsip Nasional (ARNAS) yang
berasal dari arsip (dinamis) dari berbagai kantor. Arsip statis ini dalam bahasa Inggris disebut
archieve. Dua istilah record dan archieve di atasa sering disebut dengan istilah arsip (bahasa
Belanda archief). Sehingga Record Management diterjemahkan dengan Tata Kearsipan atau
Manajemen Kearsipan.
Gambar Istilah Arsip dan Statusnya
Apa pun sebutan dan istilahnya , yang dimaksud dengan arsip disini adalah setiap catatan
(record/warkat) yang tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam bentuk huruf, angka atau gambar,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 190
yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang
terekam pada kertas (kartu, formulir), kertas film (slide, film-strip, mikro-film), media
computer (pita tape, piringan, rekaman, disket), kertas photocopy, dan lain-lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Lingkaran Hidup Kearsipan
Sumber: Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan dan Perawatan Arsip.
Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi yang sudah sampai
kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat terekam pada kertas, kertas film
(celluloid), dan media computer (disket, pita magnetik, flash disk dan sebagainya). Karena
itu sekarang terdapat 2 (dua) jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundangundangan, yaitu :
1) Arsip otentik
2) Arsip tidak otentik.
Arsip otentik adalah arsip yang di atasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta (bukan
fotokopi atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip bersangkutan. Arsip otentik dapat
dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah.
Arsip tidak otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan
tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopi, film, microfilm, keluaran (output/print-out) computer,
dan media komputer seperti flash disk dan sebagainya.
Berikut merupakan beberapa contoh arsip: surat, surat perjanjian, teleks, telegram, faktur,
memo, laporan, kartu, formulir, daftar, gambar, foto, peta, kuitansi, cheque, cetak-biru,
table, grafik, film, microfilm, microfische, slide, data-data, akte, hasil facsimile, media
computer (disket, flash disk, magnetic tape, piringan), dan lain-lain.
Aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan arsip disebut Manajemen
Kearsipan. Dengan lengkap dapat dikatakan bahwa Manajemen Kearsipan adalah kegiatan
pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian dan pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan. Jadi kegiatan
tersebut meliputi suatu siklus “kehidupan” warkat sejak lahir sampai mati. Khusus untuk
arsip yang tidak pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting bagi perkantoran akan
disimpan selama-lamanya di perkantoran bersangkutan sebagai arsip abadi. Sedangkan
sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 1971 arsip dinamis yang sudah tidak diperlukan
di perkantoran tetapi mempunyai nilai nasional yang perlu dilestarikan selama-lamanya,
kemudian harus dikirim ke Arsip Nasional (ARNAS) untuk disimpan abadi sebagai arsip statis.
ARNAS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk menyimpan,
menyelamatkan, mengolah, dan menyediakan arsip statis sebagai bahan bukti seluruh
pertanggungjawaban pemerintah maupun bangsa. Arsip Nasional yang berada di Ibu Kota
Republik Indonesia merupakan inti organisasi dari lembaga kearsipan nasional sehingga
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 191
disebut sebagai Arsip Nasional Pusat. Arsip Nasional di tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I,
termasuk daerah-daerah setingkat dengan Daerah Tingkat I, disebut Arsip Nasional Daerah.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Sistem Arsip Manual
b. Ruang Lingkup
Dapat dikatakan bahwa di mana ada kegiatan manusia, niscaya di situ akan terdapat arsip.
Manusia selalu memerlukan catatan atau rekaman dari setiap kegiatan yang dilakukan,
sehingga memerlukan arsip sebagai alat bantu untuk mengingat baik untuk keperluan
administrasi, hukum, dan kepentingan-kepentingan pembuktian-pembuktian yang otentik dan
sebagainya.
Dengan adanya arsip akan timbul kegiatan yang berhubungan dengan kearsipan, baik dengan
peralatan yang paling sederhana maupun dengan peralatan yang paling canggih atau
teknologi tinggi seperti misalnya komputer. Sejak manusia mulai merekam berbagai kegiatan
dengan mempergunakan daun papyrus, tablet tanah liat, ataupun daun lontar semenjak itu
pulalah sejarah kearsipan mulai berlangsung.
Pada awalnya transaksi dan kegiatan manusia dengan manusia lainnya cukup didasari atas
saling percaya dan daya ingat. Jual beli dapat berlangsung dengan tukar-menukar atau
barter, misalnya antara orang pantai dan petani. Oleh orang pantai hasil lautnya ditumpuk di
suatu tempat, kemudian datang petani mengambil hasil laut tersebut dan meninggalkan hasil
pertaniannya. Barter tersebut terjadi tanpa komunikasi sama sekali.
Cara transaksi dan kegiatan seperti contoh diatas, tentu saja tidak dapat berjalan terus.
Aktivitas dan keperluan manusia makin bertambah banyak dan rumit disebabkan oleh
pertambahan jumlah manusia dan perkembangan peradabannya. Dewasa ini, transaksi
keuangan misalnya, niscaya disertai dengan tanda bukti berupa kuitansi. Transaksi barang
akan disertai dengan tanda bukti berupa faktur. Bahkan sebagai tanda bukti persetujuan
diperlukan lagi adanya surat perjanjian.
Kuitansi, faktur, dan surat perjanjian tersebut adalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh
catatan atau rekaman yang terjadi dari adanya kegiatan kita sehari-hari. Catatan dan rekaman
tersebut kita sebut arsip.Pemakaian bukti tertulis memang sudah melembaga pada setiap
kegiatan. Bahkan terdapat kecenderungan bahwa semakin canggih peralatan teknologi yang
dipergunakan untuk suatu kegiatan, semakin bertambah banyak rekaman atau arsip
(output/keluaran) yang dihasilkan, dan penggunaan arsip dalam bentuk formulir disebut
sebagai masukan (input), misalnya saja pada pemakaian peralatan computer.
Bukti atau rekaman yang diperlukan dan dihasilkan dari setiap kegiatan itulah yang perlu kita
tata secara sistematis agar dapat dengan mudah dan cepat ditemukan bilamana sewaktuwaktu diperlukan.Setiap kantor, baik kantor pemerintah, swasta, pabrik, maupun organisasi,
bahkan rumah tangga dan perorangan, niscaya akan terlibat dengan arsip. Setiap unit kerja di
perkantoran mempunyai arsip. Demikian pula pejabat-pejabat secara perorangan seringkali
mempunyai arsip. Jumlah masing-masing arsip yang dikelola mungkin sedikit, mungkin pula
banyak. Mungkin saja mempergunakan ruangan–ruangan yang banyak, dapat pula
mempergunakan satu almari arsip (filing cabinet), atau bahkan hanya ditempatkan pada mapmap yang tersusun di meja. Kesemuanya menunjukan bahwa setiap orang cenderung hidup
bersama arsip , baik di tempat pekerjaan maupun di rumah. Itu merupakan ciri kehidupan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 192
manusia modern, yaitu manusia yang kegiatannya dibantu dengan informasi. Informasi
terdapat pada berbagai macam media, dan salah satunya adalah arsip.
Sesungguhnya penanganan atau pengelolaan arsip sudah dimulai dari rumah. Arsip-arsip yang
penting bagi administrasi rumah tangga misalnya kuitansi dan bon perbelanjaan, rekening
(listrik, gas, televisi dan telepon), cicilan rumah, cicilan alat-alat rumah tangga, surat
undangan, surat-surat asuransi, ijazah, sertifikat, dan sebagainya. Banyak macam lagi yang
masih bisa disebutkan, yang sesungguhnya memerlukan penataan yang sistematis agar
tersimpan dengan aman dan mudah ditemukan dengan cepat bilamana diperlukan. Di took
alat tilis atau supermarket sudah banyak dijual buku berkantong untuk tempat menyimpan
surat-surat atau arsip di rumah. Pada setiap kantong dapat diberi label mengenai subjek surat
yang diisikan pada kantong bersangkutan, misalnya: Asuransi, Dokter, Listrik, dan sebagainya.
Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penciptaan
Penyimpanan
Penemuan
Penyelamatan
Penyusutan
Pemusnahan
Gambar Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan
Sumber : Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan dan Perawatan Arsip.
Kantor-kantor pemerintah, swasta, dan lain-lainnya niscaya banyak mempergunakan arsip.
Arsip tersebut dapat terjadi karena adanya transaksi kegiatan ataupun hasil dari suatu proses
administrasi dan komunikasi internal dan eksternal.Para pejabat dari berbagai tingkat
manajemen sering kali menyimpan arsip-arsip (penting)-nya sendiri, di samping arsip-arsip
yang disimpankan oleh sekretarisnya.
Para sekretaris niscaya akan disibukkan oleh pekerjaan filing. Ada banyak macam sekretaris
dan bidang kegiatan yang dipegangnya. Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh atasannya banyak tergantung kepada tersedianya data dan informasi
yang ada pada almari-arsipnya, serta kecepatan penemuan kembali arsip-asip bersangkutan.
Para karyawan yang bertugas pada unit-unit kerja pembukuan, pemasaran, tata usaha,
pengawasan, personalia, penggajian, perlengkapan, gudang, kendaraan, humas, resepsionis,
computer, pelaporan, penelitian, dan pengembangan, niscaya banyak bekerja dengan file.
Bahkan seperti sudah dikatakan diatas, setiap unit kerja yang bekerja dengan “kertas
bertulisan”, niscaya akan terlibat dengan pekerjaan filing.
Kantor-kantor yang kegiatannya banyak berhubungan dengan pelayanan masyarakat
diharapkan mempunyai file yang dapat berjalan efisien dan efektif. Kantor pemerintah yang
umumnya berfungsi melayani kepentingan umum seperti misalnya kantor pajak, kantor
kelurahan sampai kantor gubernur, perbankan, asuransi, rumah sakit, universitas,
departemen-departemen pemerintah, lembaga-lembaga tinggi seperti MPR, DPR, DPA, dan
Mahkamah Agung, kepolisian, pengadilan dan lain-lain merupakan tempat-tempat yang
memerlukan penataan arsip dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, pelayanan masyarakat yang
diberikan niscaya akan lamban dan tidak memuaskan.
Banyak ditemui situasi pelayanan administratif yang masih dalam taraf terbelakang berada di
tengah – tengah perkantoran modern yang menjulang tinggi ke angkasa. Pejabat-pejabat
kantor bersangkutan turun-naik mobil mengkilap super-modern, dan bekerja lengkap dengan
jas dan dasi di bawah naungan sejuknya AC, tetapi administrasi yang dikelola di bawah
tanggung jawabnya masih berada di alam terbelakang. Para langganan menunggu berjamjam untuk dapat dilayani. Padahal para langganan itu akan membayar pajak, menabung,
menguangkan cek, membayar iuran televisi, atau membayar kredit rumah murah. Siapakah
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 193
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
yang bersalah kalau kemudian lama-lama para langganan segan melakukan kewajibannya
sebagai warga Negara yang baik? System administrasi hendaklah menimbulkan kemudahan
masyarakat untuk membayar, bukan sebaliknya, mendorong masyarakat enggan melakukan
pembayaran.
Banyak kantor pemerintah yang menyimpan berbagai jenis arsip seperti surat kelakuan baik,
sidik jari, akte kelahiran, surat tanah, dan lain-lain, yang kalau sewaktu-waktu diperlukan
tidak dapat dicari dengan cepat. Padahal setiap hari bertumpuk-tumpuk formulir yang diisi di
berbagai kantor. Di mana-mana mengisi formulir. Tetapi besok lusa bila diperlukan tidak
dapat dicari lagi.
Masalah kelambatan pelayanan masyarakat pada berbagai kantor seperti disebutkan di atas,
dapat dialami pula pada kantor seperti pada bank misalnya. Sungguh sangat memprihatinkan.
Salah satu factor penyebabnya adalah masalah penemuan kembali file yang relatif lama.
Formulir-formulir isian yang data dan informasinya sudah dimasukkan ke computer, untuk
keperluan pembuktian hukum dan lain-lain masih tetap harus disimpan sebagai arsip otentik
sampai batas waktu tertentu. Karena itu, semakin canggih peralatan makin diperlukan
penyimpanan arsipnya.
Penataan arsip dapat dikerjakan secara manual (tangan) dan komputer. Penataan arsip yang
benar niscaya mempercepat penemuan kembali, kendatipun ini masih dilakukan secara
manual. Kalau sistemnya sudah benar, maka perubahan dari pengelolaan dengan tangan ke
pengelolaan dengan computer sangat mudah dilakukan. Sebab yang disusun oleh tangan
ataupun komputer pada hakikatnya sama, yaitu huruf-huruf, angka-angka, dan tanda-tanda
baca.
Ruang lingkup pekerjaan kearsipan memang luas. Pengaruhnya sangat besar terhadap
kelancaran administrasi suatu program (kegiatan), yang meliputi administrasi perencanaan,
administrasi pelaksanaan, dan administrasi pengawasan.
c. Tujuan Kearsipan
Pengelolan
arsip
ditujukan untuk pemanfaatan
dan pelestarian arsip bagi kegiatan
administrasi dan memori kolektif bangsa. Sedangkan nilai guna yang terkandung pada rekod
yang menjadi arsip disebut dengan nilai guna ALFRED, yaitu :
1) Administrative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan kelancaran
kegiatan/ administrasi yaitu tanggung jawab kedinasan
2) Legal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan alat bukti/ hukum / yaitu
tanggung jawab kewenangan.
3) Fiscal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung jawab dalam hal
keuangan.
4) Research value adalah nilai guna yang berhubungan dengan penelitian yaitu
tanggung jawab pengembangan.
5) Education value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung jawab
intelektual/prestasi budaya
6) Documentative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggungjawab
pendokumentasian.
d. Peralatan Kearsipan
Peralatan yang dipergunakan dalam kearsipan pada dasarnya sama dengan alat-alat dalam
bidang ketatausahaan pada umumnya. Peralatan untuk penyimpanan arsip, minimal terdiri
dari :
1) Map yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan untuk
menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering disebut stopmap folio,
Stopmap bertali (portapel), map jepitan (snelhechter), map tebal (ordner atau
brieforner).
2) Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat
panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu
kelompok arsip di dalam filing cabinet.
3) Guide adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan
sebagai penunjuk atau sekat/pemisah penyimpanan arsip. Guide terdiri dari dua
bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan kode- kode, tanda-tanda
atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan guide itu sendiri.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 194
4) Filing Cabinet (file cabinet) adalah peralatan kantor berbentuk persegi empat
panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan
berkas-berkas atau arsip.
5) Almari Arsip adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan arsip.
Bentuk dan jenisnya bervariasi, namun berkas atau arsip yang disimpan dalam
almari arsip sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral (vertikal berderet
kesamping), sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip
yang disusun ditata di dalam rak arsip.
Lemari Arsip
Brankas
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Lemari Arsip dan Brankas
6) Berkas Kotak (Box file) adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai
arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya dipergunakan untuk menyimpan arsip
yang sejenis, atau yang berisi hal-hal yang sama.
7) Rak Arsip adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat untuk
menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun secara
vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas menuju kekanan, dan
seterusnya kebawah.
Filing Cabinet
Rak Arsip
Gambar Filing Cabinet dan Rak Arsip
8) Rotary Filling adalah
tempat arsip yang
dapat
menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
berputar,
digunakan untuk
P a g e | 195
Rotary Filing System
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Rotary Filing System
9) Cardex (Card Index) adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip berupa
kartu dengan memgunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar memanjang. Kartukartu yang akan disimpan diberi kode terlebih dahulu dibagian atas kartu agar
lebih mudah terlihat.
10) File yang dapat dilihat (Visible reference record file) adalah alat yang dipergunakan
untuk menyimpan arsip-arsip yang bentuknya berupa leflet, brosur, dan sebagainya.
e. Azas Pengorganisasian Arsip
Dalam pengorganisasian arsip dikenal beberapa azas atau prinsip pengorganisasian yaitu:
1) Azas sentralisasi
Azas ini merupakan jenis pengelolaan arsip dinamis baik aktif maupun inaktif yang
dikendalikan dan disimpan secara terpusat pada salah satu unit kerja didalam
organisasi.
Keuntungan:
a) pelaksana lebih konsentrasi pada kegiatan pengolaan arsip
b) sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam
c) lebih efisien dalam sarana peralatan dan ruangan
d) memperkecilnya terjadinya duplikasi arsip
e) pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir
Kerugian:
a) Apabila lokasi/tempat antara unit kerja satu dengan yang lainnya letaknya
berjauhan atau tidak satu atap, dalam penemuannya akan memakan waktu
lama.
b) Terkadang pelaksana kurang menguasai fungsi dan kegiatan antara unit kerja
yang satu dengan yang lainnya
Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi
1
2
a
b
3
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4
c
d
5
6
P a g e | 196
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
= Pimpinan
= Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi :
a. Sekretaris/Kepala TU
b. Bagian Humas
c. Bagian Kearsipan
d. Bagian Perbekalan
= Unit Produksi
= Unit Pemasaran
= Unit Keuangan
= Unit Personalia
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi
2) Azas desentralisasi
Pada azas ini masing-masing unit kerja menyimpan, mengendalikan dan mengelolah
sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif maupun arsip dinamis
inaktif
Keuntungan :
a) pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhkan unit kerja
masing-masing
b) pengguna akan lebih mudah mengenali arsipnya
c) memperkecil adanya kebocoran informasi arsip
Kerugian :
a) membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar
b) sistem penataan berkas yang diterapkan mungkin tidak seragam antara unit
yang ada
c) memerlukan banyak pelaksana yang mempunyai pengetahuan pengelolaan
arsip
d) menimbulkan banyak duplikasi arsip, karena penyimpanannya menyebar
e) kesulitan dalam melaksanakan penyusutan
Bagan Organisasi dengan Asas Desentralisasi
1
A
2
a A
b A
3
A
4
c A
5
d A
A
6
A
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
A
= Pimpinan
= Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi :
a. Sekretaris/Kepala TU
b. Bagian Administrasi Personalia
c. Bagian Administrasi Perbekalan
d. Bagian Humas
= Unit Produksi
= Unit Pemasaran
= Unit Keuangan
= Unit Penelitian dan Pengembangan
= Bagian Tata Usaha/Arsip setiap unit organisasi
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Desentralisasi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 197
3) Azas Kombinasi
Gabungan antara azas desentralisasi dan azas sentralisasi. Penerapan azas gabungan
ini cocok untuk organisasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas,
mempunyai cabang-cabang.
Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan
1
A
2
a A
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
b A
3
A
4
c
A
d A
5
A
6
A
Keterangan :
1
2
3
4
5
6
A
= Pimpinan
= Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi :
a. Sekretaris/Kepala TU
b. Bagian Humas
c. Bagian Kearsipan (Pusat Arsip)
d. Bagian Perbekalan
= Unit Produksi
= Unit Pemasaran
= Unit Keuangan
= Unit Personalia
= Bagian Tata Usaha/Arsip setiap unit organisasi
Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan
Sumber: The Liang Gie.2007. Administrasi Perkantoran Modern
f. Prosedur Penyimpanan Arsip
1) Inspecting adalah kegiatan memeriksa tanda lepas (realese mark) dari setiap warkat
yang akan disimpan.
2) Indexing adalah kegiatan menentukan kata tangkap (caption) dari setiap warkat yang
akan disimpan menjadi arsip.
3) Coding adalah kegiatan memberi kode pada setiap warkat yang selesai di indeks.
4) Sorting adalah kegiatan mengelompokkan/memilah warkat yang sudah diberi kode
sesuai dengan kelompoknya.
5) Placing adalah kegiatan meletakkan arsip pada tempat penyimpanan sesuai dengan
kode dan kelompoknya
g. Sistem Penyimpanan Arsip
1) Sistem
Abjad
adalah
sistem
penyimpanan
berdasarkan Indeks nama koresponden
Gambar Kearsipan Sistem Abjad
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 198
2) Sistem Geografi adalah sistem penyimpanan
berdasarkan indeks indeks alamat koresponden
Gambar Kearsipan Sistem Geografi
3) Sistem Kronologis adalah sistem penyimpanan
berdasarkan indeks tanggal warkat ataupun
pencatatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Kearsipan Sistem Kronologis
4) Sistem Nomor adalah sistem
berdasarkan indeks nomor warkat
penyimpanan
Gambar Kearsipan Sistem Nomor
5) Sistem Pokok Masalah adalah sistem penyimpanan
berdasarkan indeks perihal atau masalah pokok
pada surat
Gambar Kearsipan Sistem Pokok Masalah
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
h. Mengindeks
Indeks adalah tanda pengenal dari suatu arsip atau kata tangkap/cat chword/caption yang
dipilih tergantung kepada sistem penyimpanan yang dipergunakan.
Contoh:
1) Sistem Abjad
indeksnya
nama orang atau lembaga
2) Sistem subyek
indeksnya
nama masalah atau perihal
3) Sistem kronologis
indeksnya
nama tanggal
4) Sistem geografi
indeksnya
nama tempat atau kota
5) Sistem nomor
indeksnya
nomor warkat
Mengindeks adalah suatu cara membentuk ciri atau tanda dari suatu dokumen yang akan
dijadikan petunjuk dan tanda pengenal untuk memudahkan mengetahui dalam susunan
nama dokumen tersebut dimasukan ke dalam file.
Peraturan Mengindeks
1) Sistem Abjad
Didalam mengindeks nama orang atau lembaga, ada beberapa peraturan yang harus
dipahami berkaitan dengan penyimpanan arsip berdasarkan sistem abjad.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 199
a) Mengindeks Nama Orang Indonesia
i. Nama tunggal atau nama yang terdiri dari satu kata di indeks sebagaimana
nama itu ditulis (satu unit)
Contoh:
Caption/Nama Indeks
Unit 1
Mulyadi
Mulyadi
Komarudin
Komarudin
Unit 2
Kode Abjad
Urutan Abjad
Mu
Ko
2
1
Unit 3
ii. Nama orang yang tidak memakai nama keluarga/marga (nama lengkap)
diindeks nama belakang terlebih dahulu
Contoh:
Caption/Nama
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Indeks
Unit 1
Nugroho
Amelia
Dimas Nugroho
Siti Amelia
Unit 2
Dimas
Siti
Kode Abjad
Urutan Abjad
Nu
Am
2
1
Unit 3
iii. Nama orang yang diikuti nama keluarga/marga/suku diindeks berdasarkan
nama keluarganya
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Unit 1
Ani Yudhoyono
Yudhoyono
NadyaHutagalung Hutagalung
Unit 2
Ani
Nadya
Kode Abjad
Urutan Abjad
Yu
Hu
2
1
Unit 3
iv. Nama yang memakai singkatan didepan atau belakang, diutamakan nama
jelasnya
Contoh:
Caption/Nama
B.J. Habibie
T.D. Joko
Indeks
Unit 1
Habibie
Jokko
Unit 2
B
T
Unit 3
J
D
Kode Abjad
Urutan Abjad
Ha
Ja
1
2
v. Nama yang memakai gelar, maka gelar diletakkan pada urutan terakhir
Contoh:
Caption/Nama
Prof. Dr. Amien Rais
Kartini, SE
Unit 1
Rais
Kartini
Indeks
Unit 2
Unit 3
Amien
(Prof, Dr)
SH
Kode Abjad
Urutan Abjad
Ra
Ka
2
1
vi. Nama yang didahului nama baptis, maka nama baptis diindeks setelah semua
nama Indonesianya
Contoh:
Caption/Nama
F.X Sutopo
Theresia Amel
Indeks
Unit 1
Sutopo
Amel
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 2
Unit 3
Fransiskus Xaverius Su
Theresia
Am
2
1
b) Mengindeks Nama Orang Asing
i. Nama orang asing diindeks berdasarkan nama keluarga dan biasanya terdapat
setelah nama aslinya, kecuali nama orang Cina dan Korea (nama keluarganya
terletak didepan).
Contoh:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 200
Caption/Nama
Indeks
Unit 1
David Beckham
Beckham
Yasuhiro
Naka- Nakasone
sone
Kim
Kim Dong Mun
Liem
Liem Swie King
Unit 2
David
Yasuhiro
Unit 3
Dong
Swie
Mun
King
Kode Abjad
Urutan Abjad
Be
Na
1
4
Ki
Li
2
3
ii. Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung dianggap sebagai satu
unit, nama tersebut diindeks telebih dahulu kemudian nama aslinya.
Contoh:
Caption/Nama
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Indeks
Kode Abjad Urutan Abjad
Unit 1
Unit 2 Unit 3
Sylvia Loper-Tiana L ope r- Ti- Sylvia
Lo
2
John Lee-Barry
ana
Lee-Barry
John
Le
1
iii. Nama yang memakai awalan nama kelauarga (De, Da, de, Du, Del, Des, Di,
Fitz, La, Le, M’, Al, Bin, Binti, Mc, Mac, O’, St, Van, der, Von, dll)dalam
mengindeks tidak tepisah dari nama keluarga sebagi unit pertama.
Contoh:
Caption/Nama
Indeks
Unit 1
Al Rasyid
O’ Donnel
Harun Al Rasyid
Chris O’ Donnel
Unit 2
Harun
Chris
Kode Abjad
Urutan Abjad
Ra
Do
2
1
Unit 3
iv. Nama yang memakai seniority (Sr, Jr, I, II, III) dalam indeks diletakkan pada
unit terakhir.
Contoh:
Caption/Nama
George Bush, Sr
King Edward, I
Indeks
Unit 1
Bush
Edward
Unit 2
George
King
Unit 3
Sr
I
Kode Abjad
Urutan Abjad
Bu
Ed
1
2
c) Mengindeks Nama Perusahaan Atau Lembaga
i. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga adalah kata yang penting
dahulu kemudian jenis badan hukum atau kegiatannya.
Contoh:
Caption/Nama
CV Bahagia
PT Mekarsari
Indeks
Unit 1
Bahagia
Mekarsari
Kode Abjad
Unit 2
Commanditaire
Perseroan
Urutan Abjad
Unit 3
Vennontsch Ba
ap
1
Terbatas
2
Me
ii. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga yang menggunakan singkatan
adalah memanjangkan dahulu singkatan kemudian baru diindeks.
Contoh:
Caption/Nama
GIA
BRI
Indeks
Kode Abjad
Unit 1
Unit 2
Unit 3
Garuda
Bank
Indonesia
Rakyat
Airways
Ga
Indonesia Ba
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Urutan Abjad
2
1
P a g e | 201
iii. Nama perusahaan yang terdiri dari angka sebagai bagian dari nama perusahaan
tersebut , diindeks angka itu sebagai satu unit
Contoh:
Caption/Nama
Toko 234
Club 77
Indeks
Unit 1
Dua tiga empat
Tujuh tujuh
Unit 2
Toko
Club
Kode Abjad
Urutan Abjad
Du
Tu
1
2
Unit 3
iv. Nama lembaga/instansi negara asing diindeks unit politik negara yang
bersangkutan.
Contoh:
Caption/Nama
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Republik Pakistan
Indeks
Unit 1
Pakistan
Kode Abjad
Unit 2
Republik
Urutan Abjad
Unit 3
Pa
v. Nama organisasi/perhimpunan, diindeks kata pengenal terpenting dari nama
itu dan sifat organisasi seperti persatuan, perhimpunan, partai dan lain-lain
ditempatkan pada unit terakhir.
Contoh:
Caption/Nama
PPP
Indeks
Unit 1
Persatuan
IDI
Dokter
Unit 2
Pembangunan
Indonesia
Kode Abjad
Unit 3
Partai Pe
Urutan Abjad
Ikatan Do
1
2
Keuntungan sistem abjad, diantaranya:
a) Pemahaman serta kegiatannya mudah dan sederhana
b) Dokumen yang berasal dari satu nama (individu dan nama badan) yang sama
akan berkelompok menjadi satu.
c) Surat masuk dan pertinggal dari surat keluar disimpan bersebelahan dalam satu
map.
d) Pencarian dokumen dapat dilakukan secara langsung melalui nama pengirim
yang dikirimi surat tanpa mempergunakan indeks. Karena itu disebut sistem
langsung.
e) Susunan guide dan folder sederhana.
f) Mudah dikerjakan dan cepat di dalam penemuan.
g) Dapat juga mempunyai file campuran
Kelemahan sistem abjad, yaitu:
a) Pencarian dokumen untuk nama orang tidak dapat dilakukan melalui bagian
nama yang lain seperti nama depan atau penggilan, tetapi harus melalui nama
belakang.
b) Surat-surat atau dokumen yang ada hubungan satu sama lain tetapi berbeda
nama pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpnan.
c) Ejaan huruf sering berubah seperti oe-u, dj-j, ch-kh, tj-c, sedangkan nama orang
ditulis berdasarkan kemauan ejaan masing-masing.
d) Harus mempergunakan peraturan mengindeks, sehingga diperlukan pemahaman
tentang peraturan mengindeks.
2) Sistem Subyek
Apabila suatu kantor ingin mempergunakan sistem lain selain sistem abjad,
disebabkan karena kantor itu mengerjakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
masalah-masalah yang berhubungan dengan perusahaan, maka kantor itu dapat
memilih sistem subyek untuk melaksanakan tugas-tugas kearsipannya.
Untuk dapat melaksanakan sistem subyek ini, maka seorang juru arsip harus
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 202
menentukan lebih dahulu masalah-masalah apa yang pada umumnya
dipermasalahkan dalam surat-surat setiap harinya. Masalah-masalah di bawah
“Kepegawaian”, masalah yang berkenaan dengan keuangan dikelompokkan menjadi
satu masalah pokok (subyek) dibawah “Keuangan”, dan seterusnya. Selanjutnya
masalah-masalah itu dijadikan sub subyek dari pokok masalah (subyek), misalnya:
Subyek : Kepegawaian
Sub Subyek
: -Cuti
-Kenaikan Pangkat
-Lamaran
Subyek : Keuangan
Sub Subyek
: -Gaji
-THR
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Demikian seterusnya semua pokok masalah dijadikan subyek, dan semua masalahmasalah yang berkenaan dengan satu pokok masalah dijadikan sub subyek. Apabila di
belakang hari diperkirakan bahwa masalah-masalah yang ada terus berkembang,
maka juru arsip dapat juga mengembangkan masalah-masalah yang dijadikan sub
subyek itu menjadi sub-sub subyek, misalnya untuk sub subyek “Kenaikan Pangkat”
dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sub-sub subyek “Kenaikan Pangkat
golongan I”, sub-sub subyek “Kenaikan pangkat golongan II”, dan seterusnya.
Keuntungan dalam sistem subyek, antara lain:
a) Penghematan waktu pencarian dokumen, karena semua hal yang menyangkut
sebuah permasalahan terdapat dalam satu tempat penyimpanan.
b) Dokumen subyek dapat diperluas secara mudah dengan cara menyisipkan subyek
baru atau menambahkan sub-sub subyek pada subyek utama.
Kelemahan dalam sistem subyek, antara lain:
a) Terdapat kecenderungan daftar subyek atau daftar klasifikasi tumbuh tak
terkendali.
b) Penyimpanan berdasarkan subyek tidak akan efektif bila istilah yang digunakan
tidak dibatasi
c) Pengembangan atau perluasan daftar klasifikasi, membutuhkan bantuan analis
arsip yang berpengalaman.
d) Dibutuhkan penunjuk silang yang emmadai, untuk menyatukan berbagai subyek
dan informasi terkait.
e) Sering kali terjadi penggunaan nama seseorang untuk daftar subyek, sehingga
hal tersebut dapat mempersulit penemuan arsip.
3) Sistem Nomor
Cara mengindeks Sistem Nomor Terminal
Setelah mencatat setiap warkat yang akan disimpan di dalam buku arsip, terlebih
dahulu surat/warkat diberi nomor urut mulai dengan nomor 0 untuk surat yang
pertama, dan seterusnya. Kemudian nomor tersebut diindeks untuk menetapkan
kode-kode dimana warkat itu harus disimpan, atau kalau diperlukan dimana harus
dicari, sebagai contoh cara mengindeks ialah sebagai berikut:
Nomor kode
767561
456895471
495690
25
126
5
Unit 3
767
456895
495
0
0
0
Unit 2
5
4
6
0
1
0
Unit 1
61
71
90
25
26
5
Unit-unit dalam terminal digit merupakan kode dimana harus disimpan atau harus
dicari warkat tersebut. Dengan demikian maka setiap unit mengandung pengertian
khusus dan ciri tertentu, diantaranya:
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 203
Unit I
Unit II
Unit III
= Diambil dua angka dari urutan paling akhir
= Satu angka sesudah unit ke satu
= Semua angka sesudah unit satu dan dua
Setelah menetapkan unti-unit dari deretan angka, kemudian dari tiap unit
mengandung pengertian:
Unit I
= Menyatakan nomor laci dan juga nomor guide
Unit II
= Menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci
Unit III
= Menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder
Untuk lebih jelas kita ambil contoh warkat seperti tercantum dalam contoh
mengindeks:
767561.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Angka tersebut dibaca dari urutan belakang artinya dari kanan ke kiri. Jadi urutannya
menjadi;
61 sebagai unit ke-1
5 sebagai unit kedua, dan
767 sebagai unit ketiga.
61
5
767
Unit Pertama menunjukkan nomor laci/guide
Unit Kedua menunjukkan nomor folder
Unit Ketiga emnunjukkan urutan penataan surat dalam folder
Memperhatikan indeks tersebut maka warkat dengan kode 767561 disimpan dalam
laci nomor 60-69, dibelakang guide 61 dan folder urutan ke lima dan dengan demikian
jelas dimana warkat itu diletakkan.
Nomor urut warkat yang lain tentu dapat dengan mudah diindeks dengan cara
tersebut diatas, satu persatu hingga selesai dan kemudian baru disimpan dalam laci
dan folder yang tepat.
Penyediaan laci, Guide, dan Folder Sistem Terminla Digit
Filing sistem terminla digit apabila dilaksanakan sudah tentu memerlukan peralatan
seperti layakanya sistem yang lain. Filing cabinet pertama-tama disiapkan, diberi
nomor seperti:
0-9
10-19
20-29
30-39
Filing cabinet pertama-tama disiapkan dan diberi nomor kode seperti contoh. Nomor
40-49berarti nomor laci dan juga nomor guide. Oleh
yang tertempel di tiap laci filing cabinet
karena itu tiap laci ada 10 guide dan diberi nomor kode mulai 0 sampai 99. Di
belakang tiap guide diletakkan 10 folder sehingga setiap laci terdapat 100 folder.
Sebagai contoh nomor, laci dengan kode 0 – 9 berarti terdapat 10 guide dengan kode
0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, dan dibelakang guide kode 0 tedapat folder
sejumlah 10 folder dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, dan dibelakang
guide kode folder nomor 1 terdapat folder 10 buah dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5
– 6 – 7 - 8 – 9, demikian seterusnya. Dengan keterangan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam filing sistem terminal digit dibutuhkan:
a) Sekurang-kurangnya 10 laci, atau 2 filing cabinet dengan masing-masing 5 laci.
b) 100 buah guide.
c) 1000 buah folder
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 204
Laci-laci, guide seharusnya dipersiapkan dahulu dalam melaksanakanfiling system
terminla digit.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya yaitu penulisan kartu kendali sebagai salah
satu yang penting untuk mencari kembali warkat yang sudah disimpan, sebagai
pendamping buku file (buku arsip) dan daftar indeks.
Kartu indeks ssitem terminal digit juga sama dengan kartu indeks yang lain, isi dan
cara pengisiannya tidak jauh berbeda. Kartu indeks disimpan dalam kotak-kotak
arsip. Disimpan sesuai dengan penyimpanan menurut sistem abjad. Oleh karena itu
kode pada warkat tidsak boleh melupakan kode abjadnya.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Prosedur Penataan Berkas Sitem Terminal Digit
Agar penyimpanan warkat dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka prosedur
penyimpanan dalam sistem Terminal Digit dilakukan sebagai berikut, yaitu:
a) Memperhatikan warkat yang akan disimpan dengan teliti apakah warkat tersebut
sudah benar-benar ada tanda pelepas artinya siap untuk disimpan
b) Mencatat semua warkat dalam buku arsip (buku filing).
c) Mencatat semua warkat yang akan disimpan di kartu indekssetelah memberi
kartu warkat sesuai dengan nomor urut buku arsip, dan aturan mengindeks
nomor terminal digit.
d) Mensortir sesuai dengan laci yang akan dipergunakan menyimpan warkat.
e) Menggolongkan warkat sesuai dengan laci.
f) Meletakkan dalam folder sesuai dengan indeks yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu.
g) Menyimpan kartu indeks yang nanti akan dipergunakan untuk mencari kembali.
Apabila diperhatikan prosedur penyimpanan warkat sistem terminla digit dengan
sistem Dewey kiranya tidak jauh bwerbeda. Sistem Dewey menekankan pada daftar
indeks sebagai pegangan pokok dibantu kartu indeks, kalau Terminal Digit pada buku
dan kartu indeks juga.
Keuntungan sistem nomor, antara lain:
a) Teliti, karena penggunaan nomor tidak mungkin adanya nomor ganda.
b) Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja.
c) Perluasan nomor tidak terbatas.
d) Penunjuk silang disusun bersama-sama dengan indeks.
e) Indeks memuat seluruh nama koresponden.
Kerugian sistem nomor, antar lain:
a) Kearsipan tidak langsung, karena untuk dapat menemukan dokumen diperlukan
alat bantu berupa kartu indeks nomor.
b) Untuk map campuran dperlukan file sendiri.
c) Indeks yang disusun alfabetis harus mengikuti ketentuan peraturan mengindeks.
d) Biayan agak tinggi, karena harus menyediakan beberapa perlengkapan yang
dibutuhkan dalam sistem ini.
4) Sistem Geografis
Apabila dikehendaki untuk menyimpan surat atau bahan-bahan menurut daerah
wilayah, maka dapat dipergunakan sistem geografis ini. Sistem geografis digunakan
dalam kegiatan organisasi yang meliputi daerah wilayah lebih dari satu tempat.
Organisasi-organisasi yang mempunyai beberapa kantor cabang dapat juga
mempergunakan sistem geografis ini.
Untuk melaksanakan sistem filing sistem geografis ini seorang juru arsip dapat
mempergunakan nama daerah wilayah untuk pokok permasalahan, dimana pokok ini
adalah kota-kota yang berada didalam wilayah itu, dan selanjutnya baru dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan nama-nama dari para pelanggan atau nasabah ada
di setiap kota di daerah wilayah itu, misalnya:
Contoh klasifikasi geografis
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 205
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
CIREBON
BEKASI
BOGOR
BATANG
KUDUS
JEPARA
SALATIGA
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
JAWA TIMUR
BANGSRI
KELING
MLONGGO
PECANGAAN
ARGOMULYO
SIDOMUKTI
SIDOREJO
TINGKIR
DEMAK
GRESIK
SURABAYA
PASURUAN
Keuntungan sistem geografis, yaitu:
a) Mudah dan cepat dalam penemuan bila nanati tempat telah diketahui.
b) Merupakan suatu tindakan penyimpanan secara langsung, tanpa adanya rujukan
atau banutan indeks.
Kerugian sistem geografis, yaitu:
a) Kemungkinan terdapat kesalahn bila tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang pembagian wilayah.
b) Diperlukan indeks yang tepat dan teliti. Diperlukan kerja tambahan karena
pemakaian harus menyusun dua berkas, yaitu berkas berdasarkan geografis dan
berkas abjad untuk indeks.
c) Bila terjadi alamat ganda diperlukan petunjuk silang.
d) Untuk mendapatkan hasil terbaik, sistem geografis dapat digabungkan dengan
sistem alfabetis atau numerik.
5) Sistem Kronologis
Sistem penyimpanan arsip kronologis adalah sistem penyimpanan yang didasarkan
pada urutan waktu. Wkatu disini dapat dijabarkan sebagai tanggal, bulan, tahun,
dekade, atuapun abad.
Sistem penyimpanan kronologis ini cukup banyak digunakan, akan tetapi dalam
perkembangannya sistem kurang efektif apabila digunakan dlam kantor kecil yang
menggunakan pencatatan dokumen masuk dengan buku agenda.
Dalam sistem ini semuan dokumen diurutkan pada urutan tanggal, bulan dan tahun
dokumen itu disimpan. Dari segi peletakan dan penyimpanan, sistem ini mudah
dilakukan karena hanya didasarkan pada urutan tanggal,bulan, serta tahun. Tetapi
dalam hal penemuan kembali dokumen yang telah disimpan, sistem ini kurang begitu
efektif karena biasanya permintaan dokumen jarang dilakukan berdasarkan kata
panggil (caption) tanggal.
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 206
Keuntungan sistem kronologis, yaitu:
a) Mudah dilaksanakan.
b) Susunan dan urutan guide sederhana.
c) Cocok untuk klasifikasi menyeluruh dan berkelanjutan.
Kerugian sistem kronologis, yaitu:
a) Hanya bermanfaat untuk organisasi yang relative kecil dengan jumlah dokumen
yang tidak banyak.
b) Tidak berguna, apabila tanggal, bulan. Tahun sebuah dokumen tidak diketahui.
c) Surat masuk dan surat keluar akan terpisah penyimpanannya.
i.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Penemuan Kembali Arsip
Penemuan kembali arsip merupakan kegiatan yang tidak hanya sekedar menemukan
kembali arsip dalam bentuk fisiknya, akan tetapi juga menemukan informasi yang
terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penemuan kembali ini sangat berhubungan
dengan keakuratan sistem pemberkasan atau penyimpanannya.
Siklus penemuan kembali arsip yang dibetuhkan (retrieval/finding cyclus), dan siklus
penempatan kembali (filingcyclus) merupakan prosedur yang memerlukan penanganan
tersendiri.
Salah satu hal penting yang sering diabaikan dalam penemuan arsip ialah,
tidak
melakukan pencatatan dalam transaksi peminjaman. Oleh karena itu maka perlu
dibuat lembar/kartu pinjam.
Gambar Kartu Bukti Pinjam Arsip/Berkas
Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan
Adapun cara mencari kembali warkat ang disimpan dalam folder dapat ditempuh dengan
memperhatikan buku arsip atau melalui kartau indeks.
Setelah nomor dari warkat yang akan dicari ditemukan, maka dengan mengerti teknik
mengindeks sistem terminal digit dengan mudah dicari dimana tempat warkat yang akan
dikehendaki.
Contoh: Setelah mengetahui masalah surat dari buku arsip atau kartu indeks terdapat nomor
kode 452378, dengan demikian maka harus dicari pada nomor laci 71 – 79, dibelakang
guide nomor 78 dan pada folder ke-3. Demikianlah cara menemukan kembali warkat.
i.
Pemeliharaan dan Perawatan Arsip
Pemeliharaan arsip mencakup upaya yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari
segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari
arsip itu sendiri, maupun disebahkan oleh serangan-serangan dari luar arsip. Usaha
pemeliharaan arsip tersebut berupa melindungi, mengatasi, mencegah, dan menentukan
angkah-langkah yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta informasinya
(isinya).
Pengamanan arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi dan
laminasi. Restorasi arsip adalah kegiatan memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, atau
yang sulit digunakan, agar dapat dipergunakan dan dapat disimpan kembali.
Sedangkan, laminasi adalah menutup kertas arsip diantara 2 (dua) lemari plastik,
sehingga arsip terlindung dan aman dari bahaya kena air, udara lembab dan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 207
serangan serangga. Dengan cara itu, arsip akan tahan lebih lama untuk disimpan.
Sedangkan pengamanan merupakan upaya menyelamatkan informasi yang terkandung
dalam arsip (isi) dapat dilakukan dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk media lain,
seperti pada micro film, fich, dan ke media digital.
j.
Ruang Penyimpanan Arsip
Menyimpan arsip-arsip tidak dapat dilakukan disembarang tempat, akan tetapi ruangan yang
digunakan untuk menyimpan arsip harus terhindar dari kemungkinan-kemungkinan
serangan api, air, serangga dan lain-lain. Tempat penyimpanan arsip harus kering, kuat,
terang dan berfentilasi yang baik.
Perbaikan Bagi Arsip Yang Mengalami Kerusakan
1) Halaman yang sobek
Untuk memperbaiki arsip-arsip yang sobek gunakanlah perekat kanji, jangan
sekali- kali menggunakan cellotape.
2) Membuat perekat
Perekat untuk memperbaiki halaman arsip yang sobek dapat dibuat dari tepung kanji dan
air, tetapi pada umumnya lebih mudah untuk membeli perekat di setiap toko buku yang
terpercaya.
3) Memperbaiki arsip-arsip yang terbakar.
Apabila kertas-kertas arsip terserang oleh api, atau oleh beberapa sebab menjadi hangus
atau sedikit terbakar, serahkanlah arsip-arsip tersebut kepada yang lebih ahli. Dalam hal
ini serahkanlah kepada Arsip Nasional RI. Akan tetapi untuk pertolongan pertama yang
dapat dilakukan ialah dengan memasukkan arsip-arsip tersebut ke dalam peti, dan
bungkuslah dengan kertas tissue secara lepas.
4) Menanggulangi arsip-arsip basah/terendam air.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam usaha menyelamatkan arsiparsip ataupun buku-buku daripada ancaman kemusnahan akibat menderita serangan air
ialah sebagai berikut :
a) Jangan membuka ikatan bundel arsip sebelum lumpur/kotoran yang berada
dipermukaan dibersihkan.
b) Mengeluarkan air yang terkandung dalam bundle arsip /buku-buku cukup
dianginkan di tempat yang bebas teriknya matahari.
c) Tidak diperkenankan untuk mengeringkan arsip/buku-buku dengan jalan
menjemur diterik matahari, karena setelah kering kertas akan berkeriputkeriput dan saling melekat satu
sama lain sehingga sukar untuk
memisahkannya.
d) Kertas-kertas arsip yang dibundel ataupun buku-buku hendaknya jangan
dibuka terlalu lebar, bukalah selebar jari.
e) Hendaknya kulit buku ataupun arsip jangan dipisahkan ketika masih dalam
keadaan basah
f) Lakukanlah semua ini dengan kesabaran dan kecermatan
5) Mengeringkan buku-buku yang akan dijemur, hendaknya diletakkan diatas tiga
buah tali halus serta kuat, agar buku dapat bergantung di ketiga bagiannya.
6) Mengatasi cendawan. Apabila setelah kering di kertas-kertas tumbuh cendawan,
sapulah segera dengan campuran thymol dan spiritus, dapat juga dengan
acetone.
7) Pembuatan kertas racun cendawan “fungicidial tissue”.
Kertas lembut racun cendawan ini dapat dibuat sendiri. Caranya dengan mencampur
“sodium orthophenylpenate” sebanyak 2 ons dengan air. Kemudian rendamlah beberapa
helai tissue di dalam campuran tersebut, kemudian biarkanlah sesaat hingga kering.
Simpanlah hasilnya di dalam kotak tertutup dan gunakanlah bila perlu.
8) Membersihkan rak. Akibat terlanda oleh banjir, seperti halnya kertas-kertas arsip, rak
arsip pun akan mengalami kerusakan-kerusakan. Oleh karena itu selamatkanlah rak-rak
yang kemungkinan masih dapat diselamatkan.
l.
Penyusutan Arsip
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 (Lembaran Negara tahun 1979.
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara 3151), telah ditetapkan ketentuan –ketentuan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
k.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 208
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
mengenai penyusutan arsip. Untuk mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan Ketentuan–
ketentuan Peralihan mengenai penyusutan arsip sebagaimana tercantum dalam pasal 17
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979, maka dipandang perlu mengeluarkan petunjuk
teknis guna pengaturan pelaksanaannya.
1) Dasar Hukum Penyusutan Arsip
a) UU No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kearsipan
(Lembaga Negara Tahun 1971 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2964).
b) PP No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip (Lembaran Negara
tahun 1979 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3151).
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1974 tentang
Arsip Nasional Republik Indonesia.
2) Tujuan Penyusutan Arsip
Surat Edaran ini dikeluarkan sebagai pedoman bagi pejabat yang bersangkutan
dalam melaksanakan penanganan arsip inaktif menurut ketentuan pasal 17
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979.
3) Sasaran Penyusutan Arsip
a) Penyelamatan
dan
pemanfaatan
informasi
untuk
meningkatkan
dayaguna dan tepat guna administrasi aparatur Negara.
b) Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional.
4) Ruang Lingkup Penyusutan Arsip
Arsip-arsip inaktif sebelum diberlakukannya Jadwal Retensi Arsip yang berada di
Lembaga-lembaga Negara dan/atau Badan-badan Pemerintahan.
5) Pengertian yang berkaitan dengan Penyusutan Arsip
a) Arsip inaktif adalah arsip Lembaga Negara/Badan-badan Pemerintahan
yang frekuensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah
menurun.
b) Daftar keterangan Arsip adalah daftar yang diperlukan dalam melaksanakan
penyusutan arsip, berisi data yang mengidentifikasikan arsip
c) Arsip duplikasi adalah arsip yang bentuk maupun isinya sama dengan arsip
aslinya.
d) Seri adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis
e) Rubrik adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan masalah.
f) Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau
kegiatan
g) Jalan masuk adalah petunjuk atau alat yang menjadi sarana penemuan kembali
arsip.
m. Tahap – Tahap Pelaksanaan Penyusutan Arsip
1) Pendaftaran Arsip Inaktif
a) Kegiatan pendaftaran berupa pengumpulan data melalui suatu survey terhadap
arsip- arsipinaktifyangada dalam tanggung jawab Lembaga Negara/Badan
Pemerintahanyang bersangkutan.
b) Survei arsip inaktif ini dilaksanakan oleh petugas berdasarkan keputusan
Pimpinan Lembaga Negara/Badan Pemerintahan yang bersangkutan.
c) Dibuat Daftar Ikhtisar Arsip yang merupakan ikhtisar dari seluruh data
yang terkumpul sebagai hasil survey.
d) Daftar Ikhtisar Arsip diperlukan/digunakan untuk menyusun rencana
penanganan dan penataan kembali arsip inaktif bersangkutan.
2) Pendaftaran Kembali Arsip Inaktif
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Mendaftar arsip tidak berarti mendaftar setiap lembar arsip, melainkan
setiap kelompok/berkas arsip.
b) Dalam menangani arsip tidak dibenarkan memberi tanda atau tulisan dengan
alat apapun
c) Berhati-hati dalam menangani arsip yang kertasnya rapuh.
3) Arsip Kacau
Penanganan arsip kacau yaitu dengan cara sbb:
a) Dikelompokkan dan diatur kembali dengan menerapkan asas asal-usul,
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 209
b)
c)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d)
e)
sehingga arsip-arsip itu merupakan suatu kesatuan/kelompok yang diatur
tanpa melepaskan ikatan dari sumber asalnya, yakni instansi/unit
yang menciptakannya.
Memilih arsip dari non arsip dan duplikasi yang berlebihan. Yang
termasuk non arsip, antara lain amplop, map, blanko-blanko formulir, dan
sebagainya .
Bahan-bahan non arsip dan duplikasi yang berlebihan dapat dimusnahkan,
sedangkan arsipnya :
1) Dikelompokkan menurut Unit Pengolah/Unit Kerja
2) Berkas arsip dibungkus map dicatat pada kartu
3) Kartu-kartu catatan tersebut disusun dan diberi nomor urut.
4) Berkas-berkas arsip dimasukkan ke dalam boks asip
5) yang diberi label/etiket yang memuat keterangan tentang berkasberkas yang ada di dalamnya .
6) Dibuat Daftar Pertelaan Arsip Sementara.
Daftar Petelaan Arsip Sementara baru dapat digunakan sebagai
pengendalian fisik dan belum dapat berfungsi untuk pengendalian informasi
arsip.
Atas dasar daftar pertelaan tersebut, Lembaga-lembaga Negara/Badanbadan Pemerintahan:
1) belum dapat melaksanakan pemusnahan arsip menurut ketentuan
yang berlaku
2) dapat menyerahkan arsipnya kepada Arsip Nasional
3) dapat sementara menyimpan arsip-arsipnya dalam keadaan lebih
teratur
2. Studi Kasus
Pimpinan dari sebuah perusahaan nasional (PT. Makmur Jaya) yang bergerak dalam bidang
furniture menginginkan agar sistem kearsipan didalam perusahaannya menjadi semakin efektif dan
efisien. Perusahaan tersebut tidak hanya memiliki 1 (satu) cabang perusahaan saja, melainkan
memiliki cabang di hampir tiap kota di Indonesia. Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki
banyak suplier sebagai penunjang aktivitas jual belinya. Menurut Saudara sistem kearsipan apakah
yang paling baik digunakan oleh perusahaan tersebut? Tuliskan juga alasannya!
3. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari surat masuk!
2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk pola baru!
3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi?
4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang oleh?
5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat keluar pola baru!
E. Memilih Peralatan Kantor
1. Uraian Materi
a. Pengertian
Lingkungan kantor dapat dideskripsikan dari faktor fisik dan mental. Selain furniture dan
peralatan, lingkungan fisik kantor terdiri dari ukuran atau dimensi, jenis permukaan (warna
dinding, jenis lantai, penutup jendela), sifat pencahayaan, pengendalian suara dan materi
akustik, pendingin udara, dan musik latar. Faktor-faktor tersebut memiliki karakteristik fisik
yang mempengaruhi kondisi mental pekerja, moral dan sikap mereka terhadap pekerjaan
dan terhadap sesama.
Pertimbangan manajer dalam seleksi, pengadaan, pemeliharaan, dan pengendalian furniture
dan peralatan kantor merupakan tanggung jawab manajer kantor yang paling penting. Ini
merupakan pokok bahasan bab ini.
1) Seleksi
Tidak ada yang tahu tentang lingkungan fisik kantor tempatnya bekerja. Manajer
kantor sebagai pusat informasi organisasi, diharapkan memiliki banyak informasi
mengenai furnitur dan peralatan kantor yang dibutuhkan organisasi. Manajer kantor
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 210
juga harus mengetahui sarana yang tersedia bagi organisasi. Maka, manajer kantor
harus mempunyai banyak informasi tentang hal berikut:
a) Jenis furnitur dan peralatan utama dan pemasok yang handal.
b) Statistik untuk membandingkan berbagai merek furnitur dan peralatan yang
efektif.
c) Harga semua barang dan katalog pemasok barang.
d) Kriteria kebutuhan dan memilih peralatan.
e) Pengetahuan mengenai dampak peralatan sistem informasi, seperti kebutuhan
pelatihan, pemasok baru dan biaya operasional.
f) Peluang standardisasi peralatan di organisasi.
g) Alternatif pengadaan (seperti sewa atau beli) dan jumlah barang yang dibeli.
h) Pemeliharaan, perbaikan dan penggantian.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2)
Di era teknologi yang canggih, manajer kantor harus yakin bahwa mereka telah
menyediakan peralatan untuk lingkungan kantor yang terbaik. Mereka harus
memahami penggunaan berbagai furnitur dan peralatan dan dapat membantu semua
staf baik di semua bagian dalam memilih sarana kantor yang tepat.
Furniture Kantor
Gambar Furniture Kantor
Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/
Pabrik furnitur kantor modern selalu membuat berbagai produk baru.
Umumnya pabrik furnitur memproduksi lemari arsip, meja kerja, meja dan kursi serta
sarana lain sesuai dengan struktur eksekutif, manajerial dan staf.
Biaya furnitur merupakan biaya ruangan yang penting dalam pekerjaan
kantor. Pada dasarnya, furnitur dibeli bukan disewa, karena digunakan dalam waktu
lama. Manajer kantor harus cermat dan memperhatikan pemilihan dan penggunaan
furnitur kantor. Jika pemilihannya tepat, furnitur kantor dapat meningkatkan
produktivitas pegawai, mengurangi biaya produksi, dan mempertahankan pegawai
yang efisien.
Meja Kerja. Meja kerja adalah simbol kantor. Meja kerja terkait dengan
berkas, dan untuk mencapai berbagai tujuan kantor. Umumnya digunakan sebagai
tempat aktivitas dalam memproses informasi tertulis. Meja kerja merupakan bagian
terpenting dalam ruang kerja, sebagai tempat memproses data atau meletakkan alat
proses data. Meja kerja juga digunakan untuk menyimpan barang atau data kantor.
Faktor biaya sangat penting dalam memilih meja kerja. Meski organisasi
memiliki gedung sendiri, perkiraan biaya sewa harus dirancang untuk masing-masing
bagian. Setiap ruang kantor, departemen atau bagian dihitung biaya sewa ruangnya.
Biaya tahunan ruang meja kantor bermacam-macam. Jenis Meja Kerja ada dua jenis:
(1) berdasarkan bentuk, ukuran dan model, (2) berdasarkan fungsi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 211
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Furnitur Modular. Tata letak furnitur modular menggabungkan beberapa unit
furnitur sesuai dengan prinsip konstruksi modular atau gabungan. Prinsip ini
berdasarkan komponen ruang kerja (yang terdiri dari unit penyimpanan, permukaan,
dan penyekat) dengan fungsinya masing-masing. Banyak pabrik atau organisasi
merancang furnitur kantor modular disesuaikan dengan alat atau sentra kerja
pegawai. Dengan mengurangi ruang lantai sebanyak 20%, membuat ruangan lebih
nyaman, dan memanfaatkan ruang kerja dengan membuat meja kerja lengkap
dengan lemari buku, arsip dan penyekat.
Manfaat terpenting tata letak furnitur modular yaitu menghemat ruang kerja
dan membuat ruang kerja menjadi lebih produktif. Unit modular yang sering
digunakan yaitu bentuk L, permukaan datar, tanpa ruang penyimpanan dibawah,
yang menempel pada sudut kanan meja. Susunan furnitur modular tidak hanya
menghemat ruangan tetapi juga membuat kerja lebih efisien. Meja kerja
konvensional membutuhkan ruang yang lebih luas daripada susunan furnitur modular.
Studi diagram menunjukkan keutamaan manfaat ruang dengan
menggunakan furnitur modular dibandingkan dengan model konvensional. Susunan
berbagai furnitur menjadi lebih fleksibel. Susunan lain juga memungkinkan, sesuai
imajinasi manajer kantor dan keterbatasan ruang.
Meja. Meja merupakan pengganti meja kantor, sebagai tempat
pemberkasan, sarana rapat, dan tempat penyimpanan. Untuk banyak kantor,
penggunaan meja lebih dipilih daripada meja kantor karena lebih ekonomis. Meja
yang memiliki satu atau dua laci kecil dapat bermanfaat bagi pegawai.
Di organisasi-organisasi, dalam eksekutif bekerja di kelompok, tersedia meja
rapat yang besar. Sedangkan meja rapat di ruang rapat organisasi besar disesuaikan
dengan dekorasi atau tata letak kantor, dengan berbagai gaya (dari tradisional sampai
modern) yang tersedia di distributor furnitur kantor di semua kantor besar.
Jenis meja lain juga tersedia. Misalnya tempat mesin tik, kalkulator dan
mesin lainnya, meja resepsionis, meja rapat, atau meja pelengkap meja kerja. Kursi.
Ruang kerja pegawai kantor menggunakan meja kerja dan kursi, untuk kenyamanan
fisik pegawai. Kenyamanan fisik terkait dengan kondisi mental untuk pencapaian
kinerja.
Pegawai kantor harus nyaman duduk dalam bekerja selama berjam-jam.
Manajer kantor dapat memahami kelelahan dari postur pekerja. Terdapat banyak
pegawai duduk dengan kaki disilangkan di kaki kursi atau sesak dengan pekerjaannya
karena kursi atau meja tidak sesuai tingginya. Posisi duduk yang salah bukan karena
postur, tetapi salah penempatan kursi dan meja.
Semua kursi kantor harus disesuaikan ketinggiannya dan dapat berputar.
Jika bagian sandaran ada pernya, maka dapat disesuaikan ke depan dan ke belakang.
Jika pegawai harus menunduk, maka harus ada sandaran tangan di kursi. Jika
pegawai menggunakan tangannya untuk bekerja, tidak perlu sandaran tangan. Studi
membuktikan bahwa posisi badan saat kerja yang tepat akan mengurangi lelah dan
meningkatkan kesehatan pegawai agar tidak pilek atau sakit kepala. Sehingga
memberikan keuntungan bagi organisasi karena berkurangnya absen, sedikit
kesalahan dan volume produksi yang lebih besar.
Kebanyakan kursi kantor dirancang sesuai bentuk tubuh. Kursi sadel yaitu
contoh rancangan untuk konstruksi kursi kayu. Kursi yang terbuat dari busa latex agar
memberi kenyamanan bagi pegawai. Banyak pegawai juga menyukai kursi kayu yang
ada busanya.
Jenis kursi kantor utama adalah sebagai berikut:
a) Kursi eksekutif, disesuaikan dengan karakter fisik eksekutif, atau dapat diputar,
berwarna hitam dan ramping.
b) Kursi postur stenografer, dengan atau tanpa putaran.
c) Kursi prostur juru tulis, dengan atau tanpa putaran, dengan atau tanpa sandaran
tangan.
d) Kursi tamu, ada sandaran dan empat kaki, dirancang untuk pengunjung dan
tidak digunakan untuk duduk seharian.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 212
Furnitur dan Aksesori Lain. Meja dan kursi merupakan furnitur utama dalam kantor.
Namun, manajer kantor terus mengubah lingkungan kerja (terutama tata letak),
sumber finansial, dan selera manajemen. Pada waktu tertentu sering dilakukan
penambahan sofa, meja hias dengan lampu meja, meja kopi, benda seni, credenza,
ruang kebugaran, lemari buku, pot bunga, tirai, gantungan jaket, dan rak majalah di
kantor. Aksesori ini membuat ruang kerja lebih kondusif untuk rileks, konsentrasi, dan
menikmati jam kerja.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3)
Prinsip Seleksi Furnitur. Furnitur kantor harus dapat membantu kinerja kantor,
sehingga diperlukan kriteria khusus dalam pemilihannya. Prinsip berikut harus
dipertimbangkan dalam seleksi furnitur kantor:
a) Furnitur harus atraktif dan modern sesuai dekorasi kantor yang mempengaruhi
volume, akurasi dan moral pegawai.
b) Furnitur harus berkualitas baik, konstruksi kokoh, dan sesuai dengan fasilitas
kerja yang disediakan. Furnitur berkualitas baik biasanya lebih atraktif dan
ekonomis.
c) Furnitur harus sesuai dengan pekerjaan. Setiap kantor memiliki kebutuhannya
sendiri, kantor yang sejenis tidak harus menggunakan furnitur yang sama.
d) Furnitur harus dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
e) Jumlah furnitur harus sesuai dengan jumlah pegawai dan tugas yang dilakukan.
f) Furnitur khusus, seperti rak pemisahan berkas dan furnitur ringan, harus
dipasang jika ada penghematan biaya pegawai dan kenyamanan.
g) Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai. Pegawai harus
ditanya keinginannya sebelum membeli furnitur baru, jika keinginan mereka
tidak dapat dipenuhi, maka harus dijelaskan alasannya.
h) Pilihan lain antara furnitur logam, plastik atau kayu harus benar-benar
dipertimbangkan. Untuk daya tahan, perlu mempertimbangkan furnitur logam,
karena lebih fleksibel, komponennya dapat diganti, dan banyak digunakan.
Sebaliknya, furnitur kayu juga tahan lama dan memiliki nilai kehangatan,
kelihatan mewah, dan prestise yang dapat meningkatkan sikap kerja pegawai.
Furnitur kayu sering dijumpai di kantor eksekutif.
i) Furnitur harus membuat kondisi kerja menjadi nyaman. Prinsip ini terkait
dengan sifat pekerjaan yang dilakukan dan usaha fisik ekonomi serta kecepatan
operasional.
Peralatan Kantor
Selain furnitur, kantor juga membutuhkan peralatan. Berupa mesin dan alat kantor
yang ada di kantor.
Mesin kantor adalah sebuah mesin informasi, seperti mesin tik, kalkulator, mesin
fotocopy, atau komputer. Peralatan kantor adalah penghubung antara pegawai dan
pekerjaannya. Pegawai dapat bekerja lebih lama dengan sedikit waktu dan lebih
akurat serta berkualitas. Beberapa peralatan seperti mesin tik jarak jauh dapat
membantu pegawai mengirim hasil kerjanya ke pegawai di tempat lain dan
menerima masukan dengan cepat. Selain jenis dan merek peralatan, jumlah
manfaat peralatan juga semakin meningkat.
Seleksi peralatan modern diawali dengan studi kelayakan, yaitu semua sistem proses
informasi dijelaskan dan peran peralatan diklarifikasi. Studi tersebut memerlukan
konsentrasi dan pemikiran matang dengan jawaban yang lengkap dan tepat
terhadap pertanyaan yang diajukan.
Dalam membantu manajer kantor administratif membuat keputusan seleksi
peralatan, kriteria berikut dapat membantu:
a) Peralatan harus dipilih untuk melaksanakan tugas yang lebih efisien oleh
pegawai. Untuk pekerjaan monoton, mesin merupakan sarana untuk
meningkatkan produksi.
b) Aplikasi volume tinggi menyebabkan kebutuhan penggunaan mesin, sehingga
pelayanan lebih baik, lebih cepat dan hasil positif lainnya.
c) Peralatan digunakan untuk menghasilkan kualitas output yang lebih baik,
misalnya bandingkan antara hasil mesin tik dengan tulisan tangan.
d) Mesin diperlukan untuk ketepatan pekerjaan, karena mesin dapat memeriksa
dan mengendalikan akurasi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 213
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e) Peralatan digunakan untuk mengurangi biaya pekerjaan. Biaya layanan,
operasional, dan tata letak harus dihitung dalam total pemasangan peralatan.
f) Peralatan dibutuhkan untuk pekerjaan penting yang perlu waktu cepat atau
beban jadwal kerja tinggi.
g) Kekuatan dan kelemahan peralatan harus diperhitungkan. Misalnya kapasitas
digital jumlah yang ditangani, ukuran dan arsip, kecepatan berputar, jumlah
copy yang dibutuhkan, kompleksitas proses matematis, jumlah daftar
penyimpanan, daya tahan dan nilai jual.
h) Pegawai operasional dan supervisor harus ditanya mengenai mesin yang akan
dipilih. Perlunya pelatihan dalam mengoperasikan juga harus dipertimbangkan.
i) Adanya layanan pemeliharaan perlu dilihat dalam melakukan seleksi peralatan.
Jika peralatan rusak, akan menambah biaya operasional.
j) Harus dilakukan pengadaan yang memiliki ciri: sederhana (untuk kemudahan
operasional, pembelajaran, dan pemeliharaan); fleksibel (untuk digunakan di
berbagai situasi); ringan (dapat digunakan di berbagai tempat); dan adaptasi
(untuk diintegrasikan dalam sistem kantor terbaru).
k) Sebelum membeli atau menyewa, peralatan harus diuji coba di kantor. Uji coba
untuk mesin kecil adalah 1-2 minggu. Semakin besar atau mahal mesinnya,
masa uji coba akan lebih lama.
l) Perlu dilakukan standardisasi peralatan kantor. Dengan melakukan
standardisasi ukuran, gaya dan merek, maka dapat:
i. Memperoleh harga lebih murah dengan membeli dalam jumlah banyak.
ii. Mengurangi biaya pemeliharaan karena menggunakan beberapa merek
yang sama.
iii. Mengembangkan departemen layanan milik organisasi sendiri yang lebih
mudah dan ekonomis.
iv. Menggunakan sekelompok pegawai yang dapat mengoperasikan semua
mesin secara ekonomis.
v. Melatif operator lebih mudah dan sederhana.
vi. Membeli dan menggunakan kertas kantor yang sesuai dengan merek
mesin.
vii. Menyederhanakan ketinggalan jaman dan nilai jual peralatan, yang
penting untuk pajak pendapatan dan sifat nilai jual peralatan.
b. Pengadaan
Penyeleksian furnitur dan peralatan kantor merupakan tugas penting manajer kantor.
Furnitur kantor yang akan digunakan dalam waktu lama, lebih sering dibeli daripada
disewa. Tetapi berbeda dengan peralatan kantor, yang mudah rusak dan terus mengalami
perkembangan teknologi. Selanjutnya akan dibahas pertimbangan manajer dalam prosedur
pengadaan, pemeliharaan, penggantian dan pengembangan untuk menjamin pengendalian
dan penggunaan peralatan yang tepat. Meskipun banyak peralatan kantor yang dibeli,
tetapi untuk organisasi kecil pengadaan peralatan dilakukan dengan cara sewa. Dalam
beberapa tahun terakhir, sewa banyak diminati organisasi.
Sewa peralatan yaitu kontrak dimana pengguna peralatan dapat menggunakan aset
dengan membayar kepada pemilik secara berkala dalam waktu yang ditentukan. Dalam
sewa (leasing), waktu yang diberikan lebih lama dari rental, dan pihak pengguna tidak
berniat untuk membeli peralatan tersebut. Selama masa sewa, peralatan tetap menjadi
hak pemilik aset, dan dapat mengambil kembali peralatan setelah masa sewa berakhir.
Semua jenis mesin dan peralatan kantor, seperti peralatan kantor, data elektronik dan alat
reprografis, dapat disewa. Banyak organisasi menyewa peralatan seperti komputer, mesin
absensi, dan pemindaian optik. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman di
bidang proses data, manajer lebih sering membeli komputer murah daripada menyewa.
Mayoritas organisasi membeli komputer daripada menyewa.
Banyak keuntungan menyewa yang dibahas sebelumnya, dilihat oleh para pengguna
komputer bahwa harga sewa telah melebihi harga komputer yang sebenarnya. Di banyak
organisasi ternyata biaya sewa menjadi faktor biaya yang lebih besar daripada perkiraan.
Peralatan kantor dapat disewa dari berbagai sumber: langsung dari pabrik atau distributor
pabrik, dari penyedia peralatan kantor lokal, dari organisasi penyewa berbagai merek
peralatan, dari organisasi perbankan, organisasi asuransi, dana pensiun, organisasi
finansial, dan lembaga keuangan ain yang berikan layanan sewa.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 214
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1) Jenis Perjanjian Sewa
Sewa dapat memenuhi kebutuhan pihak yang terlibat, sehingga terdapat banyak jenis
kontrak sewa. Ada 4 kategori perjanjian sewa: (1) jangka pendek, (2) jangka panjang
yang dapat diperbaharui, (3) jangka panjang yang dapat dibeli, (4) dapat disewakan
kembali. Kategori ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Sewa Jangka Pendek. Sewa ini digunakan untuk memperoleh peralatan tambahan,
seperti mesin tik dan kalkulator, saat beban kerja tinggi, seperti inventarisasi akhir
tahun. Keuntungan sewa ini yaitu peralatan yang dibutuhkan tersedia dengan cepat
dengan sedikit dana.
Sewa Jangka Panjang yang dapat diperbaharui. Sewa ini dapat menggunakan 75 – 80
% masa guna peralatan. Rata-rata masa sewa adalah 3 – 5 tahun. Pada akhir masa
sewa, biaya sewa dapat diperbaharui dengan harga yang lebih rendah. Selama masa
guna, harga sewa ditambah dengan biaya lainnya.
Sewa jangka panjang yang dapat dibeli. Sama dengan di atas, kecuali bahwa
pengguna dapat membeli peralatan pada akhir masa sewa. Pengguna dapat
menambah peralatan yang dibutuhkan, tanpa tambahan biaya, selama masa sewa.
Karena peralatan memiliki nilai jual untuk tukar tambah dengan peralatan baru pada
saat kontrak baru, maka ketinggalan jaman dapat dihindari.
Berdasarkan peraturan pajak pendapatan, sewa ini dianggap penjualan bersayarat
atau cicilan, sehingga organisasi dapat menolak penghitungan pajak untuk
pembayaran sewa. Karena tidak ada petunjuk kapan sewa dapat mengurangi pajak,
pihak perjanjian sewa harus bertanya pada Dinas Pajak apakah sewa tersebut dapat
dikenakan pengurangan pajak.
Dapat disewakan kembali. Sewa ini memungkinkan organisasi membeli peralatan,
menjualnya pada penyewa, dan kemudian disewakan kembali. Sehingga, organisasi
dapat menerima 100% nilai aset dalam bentuk tunai. Sewa ini menguntungkan saat
membutuhkan modal kerja dengan cepat.
2) Keuntungan Sewa
Keuntungan sewa adalah:
a) Modal kerja mengalir setiap hari. Di banyak sewa, tidak diperlukan uang muka.
Di tempat sewa lain, uang muka senilai sewa tahun pertama dibutuhkan untuk
memperoleh peralatan. Ketentuan ini membebaskan modal organisasi untuk
melakukan investasi atau ekspansi.
b) Pengendalian anggaran karena harga sewa dapat diperkirakan. Perubahan
akibat inflasi juga diperkirakan karena harga sewa ditentukan untuk beberapa
tahun. Saat inflasi, jumlah sewa untuk lima tahun dibayar dengan menghitung
inflasi, dengan daya beli yang lebih rendah daripada sekarang.
c) Beberapa sewa menawarkan daya peluang untuk kontrak layanan seperti
pemeliharaan dan penyimpanan arsip, yang dikaitkan dengan peralatan
tertentu. Misalnya, sewa yang menawarkan asuransi peralatan. Sewa juga
membantu membuang barang yang sudah tidak diperlukan.
d) Fleksibelitas bagi penyewa yang tidak memiliki metode finansial atau keuangan
lain. Organisasi baru membutuhkan peralatan tetapi tidak mempunyai dana.
Pada sewa jangka panjang, jadwal pembayaran dapat disesuaikan dengan
kondisi keuangan organisasi. Misalnya, sewa memberikan metode pembayaran
yang fleksibel, sehingga organisasi dapat memperoleh pendapatan sebelum
jatuh tempo.
e) Sewa menawarkan sumber finansial tambahan. Sewa memberikan finansial bagi
organisasi yang tidak memiliki sumber finnansial. Misalnya, sewa memberikan
jalan bagi organisasi kecil untuk memperoleh peralatan baru, terutama pada
saat tingkat bunga tinggi. Bentuk sewa finansial misalnya sewa leveraged, yang
memberikan peralatan mahal untuk mencapai penghematan. Dalam sewa
leveraged, pihak penyewa menaikkan harga sewa peralatan dan meminjam
uang dari organisasi asuransi, dana pensiun atau investor lain dengan menjual
hutang sewa peralatan. Penghematan didapat dari keuntungan pajak seluruh
biaya peralatan. Sehingga harga sewa bisa dikurangi. Sewa leveraged banyak
diminati karena tingkat bunga yang lebih rendah. Dimana organisasi dapat
membiayai peralatan modal keuangan selama 15 tahun dengan bunga 4 %.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 215
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
f) Untuk organisasi yang menggunakan peralatan khusus, perlindungan dilakukan
untuk mengurangi resiko ketinggalan jaman. Dalam banyak kasus, peralatan
dapat diganti selama masa sewa, dan selama periode sewa, organisasi dapat
mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi.
g) Keuntungan pajak dapat diperoleh karena harga sewa dapat mengurangi
perhitungan pajak pendapatan. Dalam beberapa kontrak sewa, upaya membeli
peralatan pada masa sewa, dapat dianggap oleh Dinas Pajak sebagai kontrak
penjualan cicilan, sehingga tidak bisa dihitung pajaknya. Umumnya, jika
penyewa terkena pajak pendapatan tertentu, meminjam untuk membeli
peralatan dapat memberikan keuntungan pajak yang besar, terutama dimasa
depresiasi. Namun, pembayaran sewa jangka pendek atau sewa dengan
berbagai jadwal pembayaran lebih menarik bagi penyewa. Organisasi kecil
dapat mengambil keuntungan dari kredit pajak investasi. Kredit pajak dapat
diberikan kepada organisasi sewa, sebagai pemilik peralatan, dan harga sewa
organisasi dapat dikurangi. Kesepakatan di atas dapat membantu organisasi
kecil mengambil keuntungan dari kredit pajak yang tidak tersedia pada bentuk
perjanjian keuangan lainnya.
h) Organisasi yang cepat berkembang dan cabang kantor baru dibiayai oleh
beberapa penyewa, dimana peralatan dapat ditambah sesuai kebutuhan
organisasi.
3) Keputusan untuk Menyewa atau Membeli Peralatan
Jika setelah studi kelayakan diperlukan peralatan, maka faktor berikut perlu
dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli atau menyewa, yaitu:
a) Biaya bersih relatif antara membeli dan menyewa. Jika peralatan yang
digunakan lebih dari satu hari, maka bagi organisasi lebih ekonomis untuk
membeli peralatan. Organisasi harus melakukan studi anggaran dengan
menggunakan metode keuntungan investasi, periode keuntungan, BEP sewabeli, arus masuk diskonto, dan present value.
b) Ketinggalan jaman. Organisasi yang melihat bahwa peralatan akan ketinggalan
jaman akibat perkembangan teknologi, memutuskan untuk menyewa.
c) Masa pakai peralatan. Perlu dinilai berapa lama peralatan dapat memenuhi
kebutuhan organisasi. Karena perubahan di masa depan dapat mempengaruhi
peralatan proses data yang digunakan sekarang. Untuk mengetahui keadaan
masa depan, staf proses data harus mampu menganalisa rencana dan
kebiasaan penjualan, produksi dan pembelian organisasi untuk menentukan
proses baru.
d) Biaya pokok. Organisasi harus membayar biaya pokok untuk menggunakan
peralatan, seperti komputer. Penggunaan dalam waktu cukup lama perlu
membayar sewa tambahan untuk memasang alat pengukur waktu. Semua
ketentuan sewa harus dinyatakan sebelumnya. Misalnya, jika peralatan rusak
selama beberapa jam, apakah organisasi tetap harus membayar sewa atau
ditanggung oleh pabrik?
e) Layanan pemeliharaan. Kontrak untuk membeli atau menyewa harus
menyebutkan berbagai jenis layanan pemeliharaan, pencegahan dan perbaikan,
yang disediakan penyewa atau penjual. Adanya bantuan tenaga terlatih jika
diperlukan, harus ditentukan.
f) Penyusutan. Dalam membandingkan antara menyewa dan membeli,
penyusutan nilai peralatan harus diperhatikan. Adanya pasar barang bekas,
organisasi dapat melihat nilai jual peralatan yang masa pakainya lebih singkat
dari masa produktifnya.
g) Biaya bunga. Organisasi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat
bunga uang pinjaman atau tingkat bunga yang diharapkan dari investasi dana.
Untuk membuat keputusan membeli atau menyewa dapat ditanya pada spesialis atau
auditor keuangan organisasi, konsultan independen, dan berbagai penyewa, seperti
pabrik, yang akan memberikan analisa beli dan sewa.
c. Pemeliharaaan
Pemeliharaan merupakan faktor penting dalam membeli atau menyewa peralatan. Banyak
peralatan yang harus digunakan setiap hari. Sehingga dalam memelihara peralatan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 216
tersebut harus diperhatikan. Jika peralatan rusak, pegawai tidak dapat bekerja sampai
peralatan diperbaiki, kecuali ada peralatan cadangan.
Tergantung pada kompleksitas dan jumlah peralatan yang digunakan, layanan
pemeliharaan peralatan kantor harus mengikuti metode berikut:
1) Kontrak layanan dengan pabrik atau organisasi layanan.
2) Layanan oleh departemen layanan internal organisasi.
3) Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kontrak Layanan
Kontrak layanan atau dapat disebut perjanjian pemeliharaan, memberikan layanan berkala
seperti pemeriksaan, penggantian, pembersihan komponen peralatan dan sebagainya.
Dengan kontrak layanan, organisasi dapat menghindari biaya tak terduga. Jika
menggunakan layanan setiap panggilan akan menghabiskan biaya. Sedangkan dengan
kontrak, hanya membayar iuran tahunan. Biaya lainnya terkait dengan waktu yang
terbuang jika mesin rusak. Sehingga pemeliharaan yang menjadi bagian kontrak layanan
dapat mengurangi sejumlah kerugian.
Berdasarkan perjanjian layanan dengan satu pabrik peralatan dan mesin kantor, mesin tik
diperiksa setahun sekali, dan layanan dapat dipanggil sewaktu-waktu. Biaya dan jenis
layanan yang diberikan untuk pemeliharaan peralatan bermacam-macam.
Dalam memelihara mesin tik, beberapa organisasi kecil membuat perjanjian dengan
organisasi layanan mesin tik. Dengan biaya tetap, organisasi layanan memeriksa,
membersihkan dan memperbaiki mesin tik secara berkala.
Layanan oleh Departemen Layanan Internal
Dalam memelihara pegawai layanan internal, harus organisasi besar. Karena harus
memberikan gaji yang tinggi, banyaknya biaya tak terduga, biaya pelatihan pegawai, dan
biaya untuk menyediakan ruang kerja.
Dikarenakan mesin tik penting dari segi jumlah dan investasi, maka pemeliharaannya
sangat penting. Banyak kantor sering mengeluarkan informasi bagi juru ketik bagaimana
merawat mesin tik sehingga efisien dan mengurangi biaya perbaikan. Jika ada banyak
mesin tik, maka diperlukan petugas khusus untuk membersihkan dan merawat mesin tik.
Layanan Per-Panggilan
Banyak organisasi lebih suka menggunakan jasa layanan per-panggilan sesuai kebutuhan,
karena dianggap lebih ekonomis. Dalam kasus seringnya terjadi kerusakan, panggilan rutin
diperlukan. Jika digunakan kontrak layanan pabrik, maka panggilan tersebut menjadi
masalah pabrik
d. Penggantian
Peralatan kantor dapat saja ketinggalan jaman karena adanya model baru di pasaran.
Manajer kantor harus membeli peralatan terbaik dan dapat digunakan sampai berkurang
efisiensinya, dan dapat diganti dengan model baru tanpa banyak kerugian. Kerugian dapat
dikurangi organisasi jika kebijakan tukar tambah ditetapkan pada waktu pembelian.
Furnitur dan peralatan kantor dapat menyusut atau berkurang manfaatnya setelah 10
tahun dan dapat dihitung dengan berbagai metode seperti garis-lurus, unit produksi,
keseimbangan-menurun, dan jumlah tahun. Karena faktor ketinggalan jaman, beberapa
peralatan khusus seperti proses data dapat menyusut lebih cepat.
Meski penyusutan dihitung dengan metode di atas, aset tidak boleh dihitung dibawah nilai
penyusutan. Menyusutnya peralatan secara cepat mengurangi pajak pendapatan masa
pakai aset tahun sebelumnya. Jumlah dana yang tersedia untuk membayar aset atau
produk investasi lainnya meningkat. Jika biaya perbaikan meningkat sesuai dengan umur
aset, jumlah penyusutan seimbang karena biaya pemeliharaan meningkat.
Jika masa penyusutan dipercepat selama periode lima tahun, maka dapat dilakukan tukar
tambah setiap lima tahun dan organisasi dapat mengikuti perkembangan teknologi.
Program penggantian peralatan dapat membantu organisasi memprediksi kebutuhan
peralatan setiap tahun dengan tepat. Pengurangan biaya operasional dapat dilakukan
untuk setiap peralatan, jumlah peralatan baru dapat dibeli, dan jumlah pemeliharaan dapat
dianggarkan. Program penggantian juga membantu organisasi dalam mengendalikan biaya
pemeliharaan, terutama untuk peralatan lama. Dengan mengendalikan jadwal penggantian
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 217
peralatan kantor, organisasi dapat menghindari biaya tambahan untuk peralatan tua dan
membutuhkan suku cadang baru. Keuntungan lain yaitu moral organisasi yang memiliki
program penggantian. Karena organisasi dapat menunjukkan kepada pelanggan, tamu,
dan pegawai tentang citra organisasi yang modern dan memiliki sarana lengkap.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Pengendalian Terpusat
Pengadaan, pemeliharaan dan penggantian peralatan harus dikendalikan secara terpusat
dan tepat, terutama di kantor besar yang memiliki banyak peralatan. Ini adalah tanggung
jawab manajer layanan administratif. Program pengendalian antara lain :
1) Memelihara arsip dan informasi peralatan kantor terbaru.
2) Menyusun sistem pengendalian arsip terpusat untuk aset organisasi yang
memberikan informasi tentang:
a) Peralatan yang dimiliki/disewa oleh organisasi.
b) Tempat peralatan digunakan.
c) Tujuan peralatan digunakan.
d) Nomor seri organisasi dan pabrik.
e) Deskripsi lengkap jenis peralatan.
f)Tanggal pembelian.
g) Biaya.
h) Data layanan.
i) Biaya pemeliharaan.
j) Biaya penyusutan sekarang dan akumulasi.
k) Nilai pembukuan (harga pembelian dikurangi penyusutan akumulasi).
3) Menyusun tingkat standar mesin dan peralatan.
4) Mengendalikan penyeleksian dan pembelian mesin sesuai kegunaan.
5) Mengembangkan prosedur efektif untuk pemeliharaan dan penggantian mesin.
6) Melakukan evaluasi semua mesin dan peralatan secara berkala.
f. Peralatan / Mesin-mesin Komunikasi
Setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta, tidak dapat berjalan dan berkembang
dengan baik tanpa menyediakan komunikasi antara sesamanya ataupun dengan pihak
lain. Demikian pula, komunikasi yang membutuhkan peralatan merupakan faktor
yang sangat penting, sebagai bukti untuk menunjukan terjadinya hubungan kerja sama
yang baik dalam menyelesaikan pekerjaaan kantor secara efesien dan efektif. Sebab tanpa
komunikasi berarti kantor tidak ada aktivitasnya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi lebih banyak mempergunakan
peralatan atau mesin komunikasi. Dengan memanfaatkan kecanggihan peralatan atau
mesin komunikasi tersebut diharapkan hubungan atau komunikasi lebih cepat, efesien,
dan efektif
Peralatan atau mesin-mesin kantor, lazim disebut juga pesawat kantor yaitu
semua
mesin komunikasi yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan komunikasi,
baik dilingkungan sendiri (interen) maupun dengan lingkungan luar (eksteren) kantor.
Dengan
adanyan mesin-mesin komunikasi dalam
kantor,
dapat diperoleh
keuntungan ,di antaranya :
1) penyampaian komunikasi dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan efesien
2) menghemat tenaga dalam pelaksanaan tata hubungan dilingkungan kantor
3) meningkatkan produktivitas kerja
4) mempercepat proses pekerjaan
Adapun jenis-jenis mesin komunikasi diantaranya intercom/aiphone, telepon, hand
phone switct board, dan telephone answering machine.
Penggunaan Interkom/Aiphone
Intercom berasal dari bahasa Inggris adalah intercommunication yang berarti hubungan
didalam. Intercom sering disebut juga dengan istilah interphone atau intertelepon.
Saat ini
intercom tidak hanya digunakan dikantor-kantor tetapi sudah menyebarluas
pada masyarakat sampai kepelosok desa. Oleh karena itu tidak heran apabila banyak
rumah pada desa yang terdapat kabel kecil membentang dari atap keatap. Kabel ini
disebut Beudrat yang berfungsi untuk menyalurkan suara dari pesawat intercom yang
satu kepesawat intercom yang lainnya.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 218
1) Menurut pandangan masyarakat
Intercom adalah alat komunikasi interen yang menghubungkan rumah yang
satu dengan rumah yang lain, antara desa yang satu dengan desa yang lain, atau
antara satu kota dengan kota lain .
2) Menurut pengertian di kantor
Intercom, yang lebih dikenal dengan sebutan aiphone adalah alat komunikasi yang
dipergunakan untuk menyampaikan warta atau keterangan dalam lingkungan
organisasi sendiri dari suatu bagian lain atau dari satu ruangan keruangan
lain.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Fungsi Intercom
1) Alat atau sarana komunikasi berfungsi sebagai berikut.
a) Fungsi intercom di kantor
Di kantor-kantor penggunaan intercom sebagai alat penghubung interen
Intercom, melahirkan suatu system yang mengatur hubungan interen,
melahirkan suatu system tata hubungan kantor yang berguna untuk
menghindari adanya para pegawai berjalan kesana kemari, mondarmandir dalam kantor, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu
dalam pelaksanaan kerja. Jadi, fungsi intercom dilingkungan kantor, yaitu :
i. Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi secara
efektif dari suatu pihak kepihak lainnya.
ii. Memperluas dan menambah saluran komunikasi dalam suatu instensi
atau kantor. Menghindar mondar mandirnya para pegawai.
iii. Menghemat waktu dan tenaga dalam pelaksanaan tata hubungan di
lingkungan kantor sendiri, sehingga meningkatkan produktivitas
kerja para pegawai.
b) Fungsi intercom pada masyarakat umum (luas)
Dalam masyarakat umum, intercom berfungsi sebagai berikut :
i. Sebagai media informasi
ii. Intercom berguna untuk membina kerukunan sosial. Misalnya jika
ada warga yang meninggal dunia, ada pencurian, ada kegiatan PKK dan
sebagainya, maka dengan segara dapat diinformasikan melalui
intercom.
2) Sebagai media pengetahuan
Intercom berguna untuk mendapatkan pengetahuan yang disiarkan oleh
organisasi intercom. Misalnya, pada hari-hari tertentu diisi dengan mendengarkan
ceramah yang diberikan oleh tokoh masyarakat, para intelektual atau orang yang
mempunyai keahlian dan pengetahuan tertentu. Pada acara tersebut, setiap
anggota harus patuh akan peraturan yang ada, tidak boleh ada yang menyela
untuk bicara.
3) Sebagai media hiburan
Intercom hanya bersifat menghibur melalui acara yang disusun oleh organisasi
intercom yang ada di desa yang bersangkutan. Misalnya pada hari tertentu
diadakan acara kesenian.
Cara Mengoperasikannya.
Untuk mengoperasikan intercom, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Intercom yang digunakan di kantor-kantor
a) Pertama angkat handset (gagang telepon)
b) Tekan tombol seleksi saluran yang yang dimaksud atau diinginkan
c) Tekan tombol pemanggil yaitu tombol C (Call) sehingga terdengar nada
panggil
d) Kemudian lakukan pembicaraan
2) Intercom yang digunakan pada masyarakat umum (luas)
a) Nyalakan tombol ON untuk menghidupkan pesawat
b) Pilih atau cari saluran yang dituju
c) Langsung dapat berhubungan dengan orang atau saluran yang dituju.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 219
Penggunaan Telepon
Telepon sebagai sarana komunikasi dapat menyampaikan informasi dari suatu pihak
kepihak lainnya semakin efektif dan efesien. Telepon berasal dari kata tele yang berarti
jauh dan phone yang artinya suara berhubungan. Telepon adalah penyampaian informasi
dari suatu pihak kepihak lainnya dari jarak jauh, baik dalam lingkungan sendiri maupun
keluar kantor.
Alat yang digunakan dalam
penyampaian dan
sekaligus berfungsi untuk
mendengarkan suara atau pembicaraan disebut pesawat telepon. Sedangkan
penyampaian informasi dari jarak jauh dengan mempergunkan pesawat telepon sering
disebut dengan istilah telephoning atau peneleponan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Pesawat Telepon
Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/
Saat ini, penggunaan telepon sabagai sarana komunikasi sangat penting terutama
bagi para pengusaha. Sebab pembicaraan atau komunikasi lewat telepon dapat diartikan
pula sebagai pembicaraan langsung tatap muka dan dapat mewakili diri pribadi atau yang
lainya.
Sejarah perkembangan telepon
Secara kronologi, sejarah perkembangan telepon adalah sebagai berikut:
1) Tahun 1874, pertama kali telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell.
2) Tahun 1892,pertama kali telepon digunakan sebagai alat komunikasi jarak jauh
yaitu antara New York dan Chicago.
3) Pada tahun 1915 terpasang trans Pacifik sebagai jalur baru untuk
komunikasi jarak jauh.
4) Tahun 1906, dipergunkannya telepon sistem tabung vacuum.
5) Tahun 1948, mulai dipergunkan telepon dengan sietem transistor
6) Tahun 1956, mulai dikembangkan telepon mobil.
Macam-macam pesawat telepon
1) Pesawat tunggal, yaitu pesawat yang biasanya digunakan dirumah-rumah
2) PMBX (Pripate Manual Brand Xchange), merupakan pesawat telepon yang
pengoperasianya secara langsung atau tanpa melalui operator atau perantara.
Cara penggunaan telepon
Cara penggunaan telepon dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1) Penggunaan telepon untuk pencakapan lokal
2) Penggunaan telepon untuk pencakapan interlokal dan international
3) Pelayanan telepon dengan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh)
Langkah-langkah menggunakan telepon
Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan telepon, yaitu
sebagai berikut :
1) Tata cara menangani telepon keluar
a) Pertama sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya.
b) Lalu siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan mengangkat
telepon sebelum nomor telepon diketahui.
c) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih barulah memutar nomor telepon
yang dikehendaki.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 220
d) Jika saat dipanggil kedengaran mengangkat telepon, katakanlah nama
kantor/instansi dan nomor telepon yang kita kehendaki.
e) Bicaralah secara singkat, sopan dan jangan bicara diluar kepentingan.
f) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan telepon,
jangan mengetuk-ngetuk pintu kait telepon.
g) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan dengan
posisi yang benar.
2)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tata cara menangani telepon masuk
a) Begitu telepon berdering, sekretaris atau operator harus segera mengangkat
dan jangan membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali.
b) Angkat gagang telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
memegang alat tulis.
c) Menjawab telepon hendaknya singkat dan jelas.
d) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh perhatian.
e) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan terlebih dahulu.
Penggunaan Handphone
Handphone merupakan alat komunikasi, baik jarak jauh dekat maupun jarak jauh. Alat ini
merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan
sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana
saja.
Macam-macam merek handphone
Ada beberapa macam merek dan tipe handphone diantaranya :
1) Sony Ericsson
2) Nokia
3) Motorola
4) Samsung
5) LG
Penggunaan Mesin Microfilm, Transparancy, Maker
Warkat atau surat yang masih deperlukan harus disimpan pada suatu tempat yang
betul-betul aman dan praktis (tidak diperlukan banyak tempat). Salah satu tempat
penyimpanan warkat-warkat, adalah dengan menggunakan microfilm.
Demikian pula dengan penggunaan mesin transparacy maker, dipergunakan
untuk menggandakan atau menyalin langsung dari buku-buku kemudian dipindahkan
kedalam lembaran transparansi untuk diproyeksikan kedalam OHP. Dengan demikian, tidak
perlu lagi menulis kedalam lembar transparan, tetapi cukup dengan menggandakan
lembaran asli, lalu dirangkap dengan lembaran transparan infared,
kemudian
dimasukan dalam mesin transparansi maker.
Penggunaan OHP juga sangat membantu dalam penyimpanan informasi, atau
mempresetasikan suatu, misalnya pada waktu seminar, rapat dan lain-lain.
Penggunaan Mesin Mikrofilm
Dalam memahami pengertian mengenai mesin microfilm dapat disimak penjelasan sebagi
berikut ini.
1) Menurut ensiklopedi administratif
Mikrofilm merupakan film berukuran 8 atau 16 milimeter yang dipergunakan untuk
mengawetkan warkat atau surat yang ada dan akhirnya akan rusak apabila
disimpan terlalu lama jika berada dibawah udara yang berubah-ubah. Dengan
pengambilan ambar suatu warkat yang perlu diawetkan, dipindah menjadi
lembaran film kecil, sehingga menghemat ruang penyimpanan.
2) Menurut PT Modern Photo Film Co.Ltd
Mikrofilm yaitu cara untuk menanggulangi masalah dokumentasi melalui
kegiatan kerja teknis maupun administrative dalam bentuk film yang kecil.
3) Menurut arsip nasional Republik Indonesia
Mikrofilm merupakan salah satu cara memperkecil bentuk fisik arsip. Tujuan
diadakan pembuatan mikrofilm atau arsip pada umumnya ada dua hal yaitu, untuk
menghemat ruangan dan untuk mengawetkan asip atau warkat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 221
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Bentuk-bentuk Microfilm
1) Microfilm roll
Mikrofilm ini berbentuk roll film yang panjangnya 100 feet (1248 cm) Mikrofilm
terdari dari :
a) Roll film ukuran 16 mm x 100 feet. Digunakan untuk memikrofilmkan
arsip-arsip pada umumnya (A-A3) satu roll dapat memuat 2400 lembar arsip
ukuran A atau 1200 lembar arsip ukuran A3
b) Roll fil ukuran 35mm X 100 feet. Digunakan untuk memikrofilmkan gambargambar teknik, peta surat dan lain-lain. Berukuran lebih besar (A2 hingga A0)
2) Micro Jacket
Yaitu strip film yang berisi 12 frame yang dimasukan kedalam kantong plastik
(jacket) ukuran 4 x 6 inci yang dapat memuat 5 jalur atau 12 x 5 =60 arsip.
Bentuk film ini digunakan untuk memikrofilmkan arsip dinamis, aktif dan inaktif.
3) Microfiche
Mikrofilm bentuk ini berupa lembaran 4 x 6 inci, dibuat dengan dua cara yaitu
sebagi berikut :
a) Microfiche yang dibuat langsung dengan microfiche camera processor.
Biasanya digunakan untuk memikrofilmkan dokumen-dokumen dinamis aktif
pada dokumen-dokumen tersebut tidak perlu ditambah atau mengurangi
dokumen baru.
b) Microfiche
yang
dibuat
secara
tidak
langsung
adalah
dengan
menduplikasikan microfilm jacket menjadi
microfiche memakai peralatan
microfilm duplicator.
4) Microfilmaperture Card
Mikrofilm ini berbentuk lembaran film yang berukuran 35 mm. Tiap lembar film
berukuran 3 x 4 cm yang ditempelkan pada lembaran kartu seperti kartu
komputer dengan 80 karakter. Bentuk mikrofilm ini digunakan untuk menyimpan
dokumen-dokumen teknik, misalnya gambar bangunan, gambar mesin, peta
seismograph, peta kota, dan lainnya.
5) Microfilm Cartridge
Seperti roll film, tetepi berada dalam cartridge (kotak) dengan film berukuran
16 mm x 100 feet. Pada bagian atas atau bawah, tiap gambar menggunakan
blip untuk mempermudah pencairan kembali dokumen.
Macam-macam peralatan Microfilm
Dalam proses pembuatan microfilm (microfilming = microphotography) diperlukan
beberapa alat atau mesin yang mempunyai fungsinya masing masing. Alat tersebut
yaitu sebagai berikut :
1) Camera, memiliki fungsi untuk memotret atau mengambil gambar arsip pada
suatu film.
2) Processor, berfungsi untuk memproses atau menghasilkan film-film yang sudah berisi
arsip sebagai hasil kerja camera. Alat pencuci flm ini sudah berisi bahan kimia
devoloper, fixe dan air. Pada alat ini juga terdapat pengirim film yang sudah diproses.
3) Duplicator, berfungsi untuk menggandakan atau membuat copy film.
4) Orisinal film akan disimpan agar tidak rusak, sedangkan untuk suatu keperluan
menggunakan duplikat atau gandaannya
5) Reader, berfungsi untuk membaca microfilm melalui layar monitor seperti layar
televisi
6) Reader Printer, tidak saja dapat dipakai sebagai alat baca tetapi juga untuk mencetak
kembali microfilm yang dibaca kedalam bentuk kertas dengan berbagai ukuran.
Penggunaan Transparancy Maker
Transparancy maker biasanya digunakan untuk transparansi yang akan dipakai kedalam
presentasi pada pertemuan, seminar, atau rapat yang diletakan diatas OHP. Transparansi
ada dua jenis yaitu sebagai berikut :
1) Intra Red, dengan ciri-ciri :
a) Salah sudutnya terpotong
b) Warna transparansi tidak bening
c) Tulisan atau gambar tidak dapat dihapus
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 222
2)
Write On, dengan ciri-ciri :
a) Harus
menggunakan
transparacy
maker
menggambar
b) Transparansi warnanya bersih atau bening
c) Lembar transparansi bisa langsung ditulis
d) Dapat dihapus.
waktu
menulisan
atau
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
g. Teknologi Perkantoran Modern
Pekerjaan kantor merupakan suatu kegiatan kesekretariatan dan administratif. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan catat‐mencatat, melakukan perjanjian,
memfasilitasi pertemuan, memberikan laporan, menyusun dokumen, menyimpan dokumen,
mengirimkan surat dan sebagainya.
Untuk keperluan tersebut, terbentuklah suatu jalinan komunikasi formal maupun informal.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, penggunaan perangkat komputer untuk
perkantoran membuka era otomatisasi perkantoran (Office Automation / OA).
Dengan semakin majunya teknologi komputer, mengecilnya ukuran fisik komputer dan
ketersediaan sarana komunikasi bergerak (mobile) serta pesatnya perkembangan teknologi
internet konsep OA berkembang menjadi Virtual Office atau Kantor Maya. Konsep Kantor
Maya merupakan pekerjaan kantor dapat dilakukan di manapun di belahan bumi ini.
Otomatisasi Kantor
Dimulai tahun 1960‐an IBM menciptakan istilah Word Processing untuk menjelaskan
aktivitas bagian mesin tik listriknya. Maksudnya agar menarik perhatian yang sama seperti
pada produk‐produk perkantoran yang dijalankan pada komputer dan pengolah data. Produk
IBM yang disebut MT/ST singkatan dari Magnetic Tape/Selectric Typewriter mampu
menyimpan hasil pengetikan pada pita magnetik, untuk membuat surat juru ketik hanya
mengetikkan nama dan alamat penerima surat, hasilnya berupa ketikkan surat yang sama
dalam jumlah yang banyak untuk berbagai penerima surat. Kemampuan mesin tik elektrik ini
menandai otomatisasi dalam perkantoran.
OA (Office Automation) mencakup semua sistem elektronik formal dan informal yang
terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke orang lain dan dari orang‐orang di
dalam maupun di luar organisasi. Sistem Elektronik Formal dimaksudkan sebagai aktivitas
perkantoran yang didokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis. Semua organisasi
menerapkan sistem formal untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Misalnya untuk
pengelolaan informasi yang didistribusikan ke manajer yang berupa laporan‐laporan periodik
maupun laporan khusus.
Sistem Elektronik Informal berarti sistem perkantoran yang tidak direncanakan atau
diuraikan secara tertulis dan terperinci. Sistem‐sistem OA informal ini diterapkan saat
diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluannya sendiri. Misalnya melakukan
konsultasi atau diskusi dengan pengambil keputusan lain.
Komunikasi Informasi dalam OA menjadikan ciri khas dalam penggunaan komputer di
organisasi, karena OA dimaksudkan untuk memudahkan segala jenis komunikasi, baik lisan
maupun tertulis. OA tidak hanya melayani orang‐orang di dalam organisasi, akan tetapi juga
dengan orang lain di dalam lingkungan organisasi.
Gambar Sistem OA
Sumber : http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automation-system-sistemotomasi.html
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 223
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dalam gambar model OA tersebut tidak terjadi aliran data tetapi hanya ada
aliran komunikasi dan informasi. Pengertian data yaitu penggambaran dari segala sesuatu
dari sebuah kenyataan maupun kejadian. Melalui proses pengolahan data, sebuah data
menjadi lebih bermanfaat bagi penggunanya dan disebut sebagai informasi. Pengertian
komunikasi yaitu adanya saling tukar menukar informasi antara dua obyek atau lebih.
Untuk lebih menekankan pemahaman tentang model OA, akan dibagi dalam dua komponen
utama yaitu komponen database dalam OA dan komponen Aplikasi dalam OA. Komponen
database dalam OA, dalam gambar model di atas database merupakan kumpulan data yang
terintegrasi dari seluruh sumber daya dalam organisasi, baik sumber daya masukan, proses
maupun output. Data yang sudah terproses menjadi informasi dalam database juga
didapatkan dari lingkungan sistem organisasi serta data‐data hasil olahan dari para manager
sebagai pemecahan masalah.
Untuk dapat mengumpulkan data dalam database harus melalui proses pengolahan data
menggunakan komputer. Pengolahan data meliputi :
1) Mendapatkan data, yaitu dengan :
a) Mendokumentasikan setiap transaksi
b) Apa kejadiannya
c) Kapan terjadi kejadian tersebut
d) Berapa banyak dan berapa nilainya
e) Keterangan tentang transaksi
2) Memanipulasi data, yaitu dengan :
a) Mengklasifikasikan (dengan diberi kode)
b) Diurutkan
c) Dihitung
d) Ditotal
3) Menyimpan Data
a) Menggambarkan setiap transaksi
b) Dalam bentuk database
4) Menyiapkan dokumen
a) Terbentuk dalam kategori :
I. Berdasarkan jenis kejadiannya
II. Berdasarkan waktu kejadiannya
Untuk melihat sebuah database dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut
pandang pemakai database dan dari sudut pandang perancang database.
1) Dari sudut pandang pemakai database dapat dilihat dalam bentuk file dengan struktur
data dan record yang siap dipakai untuk diisi, dikoreksi, dikurangi atau mengolahnya
menjadi laporan.
2) Dari sudut perancang dibedakan lagi pada tingkat fisik dan logik. Pada tingkat fisik
seorang perancang database harus menentukan jenis dan kapasitas penyimpan serta
media cadangan (backup) yang digunakan. Pada tingkat logik seorang perancang
database harus menentukan entitas data apa saja yang terlibat dalam sistem, relasi
antar entitas dan ketergantungannya, atribut dari setiap entitas serta atribut dari
relasi yang terbentuk. Pada sudut pandang logik ini akan terbentuk file‐file atau
tabel‐tabel yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan.
Komponen Aplikasi dalam OA
Aplikasi dalam OA (Office Automation) dibedakan menjadi dua macam yaitu aplikasi
perkantoran menggunakan peralatan elektronik non komputer dan aplikasi perkantoran
menggunakan komputer. Dalam banyak hal, fungsi dari kedua jenis aplikasi di atas adalah
sama hanya peralatannya saja yang berbeda.
Aplikasi‐aplikasi dalam OA adalah :
1) Word processing
2) Electronic and voice mail
3) Computer calendaring
4) Audio conferencing
5) Video conferencing
6) Computer conferencing
7) FAX
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 224
8) Videotex
9) Imaging
10) Desktop publishing
Word Processing
Merupakan penggunaan perangkat komputer yang menghasilkan berbagai tugas pengetikan
dan pencetakan dokumen secara otomatis.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar Word Processing System
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Sekretaris atau manajer melakukan pengetikan melalui terminal, dari sini sebuah dokumen
yang disiapkan atau diketik dapat dilakukan pengeditan terlebih dahulu, sebelum disimpan
ke dalam komputer. Dokumen juga dapat diambil atau disimpan dalam media penyimpanan
luar. Jika dibutuhkan dapat dibuat hard copy dalam cetakan printer. Hasil cetakan ini dapat
diberikan kepada manajer sebagai bahan persiapan agar komunikasi dapat berjalan lebih
efektif dan efisien. Dalam perkantoran modern dokumen tidak mesti harus dicetak, namun
dapat di attach atau dikirim dari komputer lain yang terhubung dalam satu jaringan
komputer.
Electronic and Voice Mail. Voice mail, merupakan sarana yang disediakan oleh penyedia
layanan telepon kepada pelanggan untuk dapat meninggalkan pesan dalam sebuah mail‐box
apabila telpon yang dituju tidak dapat dihubungi. Mail‐box yang berisi pesan‐pesan ini dapat
dihubungi dan dipanggil oleh pemilik telpon untuk mendengarkan pesan‐pesan yang
diterima dan telah tersimpan di dalamnya.
Electronic mail atau sering disingkat e‐mail, konsepnya sama dengan voice mail, hanya saja
terjadi antar pengguna komputer yang terhubung dalam satu jaringan komputer saja.
Seorang pengguna e‐mail mempunyai mail‐box atau folder disebuah mail‐server yang
terhubung 24 jam dalam jaringan komputer. Pengguna lain dapat mengirimkan pesan ke
dalam mail‐box dengan menyebutkan alamat e‐mail yang dituju walaupun si pemilik
mail‐box tidak sedang terhubung dalam jaringan komputer. Untuk membaca pesan‐pesan
yang diterima, seorang pengguna harus membuka mail‐box-nya dengan bantuan jaringan
internet.
Gambar An Audio Conferencing System
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 225
Gambar An Voice Mail System
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar An Voice Mail System
Computer Calendaring
Computer calendaring punya analogi untuk menandai suatu agenda kegiatan seperti
menandai kalendar di rumah. Jadwal kegiatan maupun perjanjian dengan kolega dapat
disimpan dalam komputer, pada saat atau sebelum kegiatan, komputer akan mengingatkan
manajer tentang perjanjian maupun kegiatan tersebut melalui penanda (alarm)
Sebuah perjanjian dapat dikirimkan atau diakses oleh pihak lain yang terhubung dalam
jaringan komputer, penandaan kegiatan akan diberikan ke semua komputer yang mencatat
dan menyimpan kegiatan tersebut.
Audio Conferencing Anggota ORARI atau organisasi sejenis, secara tidak sadar pernah
melakukan audio conferencing. Audio Conferencing merupakan pemanfaatan peralatan
komunikasi suara untuk menghubungkan orang‐orang pada tempat yang terpisah untuk
dapat melakukan pembicaraan pada suatu topik tertentu.
Gambar An Video conferencing
Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Peralatan audio pada akhir dekade ini, perannya dapat digantikan dengan menggunakan
komputer yang mempunyai kemampuan audio secara langsung. Audio Channel digantikan
oleh komputer yang dilengkapi dengan Chat Server. Peralatan telepon saat ini juga
mempunyai kemampuan untuk melakukan konferensi atau digunakan secara “tri partit”.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 226
Kemampuan telpon semacam ini dalam komunitas lokal menggunakan PABX, atau layanan
yang diberikan penyedia jasa telepon (TELKOM).
Video Conferencing merupakan penggunaan televisi serta peralatan audio visual untuk
menghubung partisipan konferensi yang lokasiny saling terpisah.
Pelaksanaannya dapat dengan cara:
1) One‐way video dan two‐way audio
2) One‐way video dan audio
3) Two‐way video dan audio
Kegiatan seperti ini juga sudah dapat digantikan menggunakan peralatan komputer yang
mempunyai kemampuan audio visual.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Computer Conferencing Seperti telah diterangkan sebelumnya, merupakan komputer yang
terhubung dalam satu jaringan yang dapat saling berkomunikasi, baik text, audio maupun
audio‐visual. Pemanfaatan jaringan internet semakin memudahkan pengguna komputer
untuk melakukan hal ini. Tersedia banyak ruang diskusi berupa board services maupun chat
channel yang disediakan oleh portal dalam internet. Board Sevice merupakan layanan untuk
saling berkirim pesan atau pendapat pada satu topik tertentu yang tidak interaktif. Chat
channel merupakan sarana bertukar pesan secara interaktif.
Fax merupakan alat yang mempunyai kemampuan dalam membaca dokumen pada satu sisi
lain dari saluran komunikasi dan membuat salinannya pada satu sisi lainnya. Kemampuan ini
juga sudah diadaptasi oleh komputer. Untuk keperluan tersebut, komputer harus diberi
kemampuan membaca dokumen, yaitu dengan ditambahkan peralatan Scanner, selain harus
terhubung ke jaringan telpon yang menggunakan Modem. Hasil penerimaan fax pada
komputer dapat dilakukan dengan hanya menampilkannya di layar monitor atau dicetak
menggunakan printer.
Videotex, Imaging dan Desktop Publishing
Ketiga hal ini sudah bukan merupakan hal baru dalam pemanfaatan teknologi komputer saat
ini, yaitu:
1) Videotex meurpakan kemampuan memindahkan dan menyimpan narasi teks dan
gambar grafik ke dalam layar monitor.
2) Imaging meurpakan kemampuan memindahkan, menyimpan dan menampilkan
kembali image atau citra kedalam format digital dalam komputer.
3) Dekstop Publishing merupakan kemampuan komputer untuk menghasilkan keluaran
yang sangat halus mendekati kemampuan typesetter (dalam layout cetakan).
Kantor Maya
Seperti telah diuraikan di atas, Kantor maya tercipta karena perkembangan teknologi
komputer yang semakin pesat dan ukurannya semakin kecil. Kecenderungan orang untuk
berpindah‐pindah sehingga memanfaatkan sarana telekomunikasi khususnya telepon selular
yang semakin diperlukan. Pemanfaatan sarana komunikasi dan jaringan internet untuk
melakukan hal‐hal yang sifatnya teleprocessing (ATM, e‐commerce) tumbuh pesat. Hal‐hal
tadi didukung mahalnya sewa lahan di kota‐kota besar mendorong tumbuhnya Kantor Maya,
sehingga orang tidak lagi harus datang dan bekerja dalam kantor secara fisik, sehingga
kegiatan kantor dapat dilakukan di manapun.
Syaratnya hanya harus terhubung dalam komunikasi elektronik. Untuk keperluan ini banyak
organisasi maupun portal di internet menyediakan jasa kantor maya.
Keuntungan yang dapat diambil jika menggunakan kantor maya, yaitu :
1) Mengurangi biaya penyediaan fasilitas, yaitu fasilitas kantor seperti ruang, furniture,
AC dan lain‐lain. Ruang kantor dapat hanya sebuah ruang tamu kecil, untuk
sekali‐sekali orang bertatap muka.
2) Mengurangi biaya penyediaan peralatan, peralatan kantor dapat dikurangi jumlahnya
seiring dengan sedikitnya kebutuhan tenaga kerja administratif.
3) Mempunyai saluran komunikasi formal. Dengan terhubungnya saluran komunikasi
formal maka seluruh relasi usaha, rekan bisnis maupun konsumen, dapat
berhubungan dengan organisasi setiap saat tanpa terputus.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 227
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4) Mengurangi pekerjaan‐pekerjaan yang tertunda. Kantor maya tidak mengenal jam
kerja maupun lembur, seluruh waktu yang ada adalah jam kerja, sehingga sebuah
pekerjaan tidak harus dihentikan karena jam kerja telah selesai.
5) Mendukung kegiatan sosial, orang‐orang yang tidak dapat meninggalkan rumah dapat
bekerja dengan tidak harus pergi ke kantor.
Namun ada juga kerugian‐kerugian yang dapat muncul, terutama dari sisi para pekerja
yaitu: kurang mempunyai rasa memiliki terhadap organisasi, hal ini dapat muncul karena
kegiatan sosial seperti tatap muka dan sambung rasa antara pimpinan dan bawahan jarang
dilakukan.
1) Ketakutan kehilangan pekerjaan, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh komputer
maupun organisasi penyedia layanan kantor maya, sehingga tenaga kerja yang
dibutuhkan menjadi berkurang.
2) Moral pekerja yang rendah, ini terkait dengan adanya kecenderungan sementara
orang untuk berbuat tidak baik apabila tidak langsung bertatap muka (lempar batu
sembunyi tangan). Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengawasan
yang ketat pada pengamanan sistem komputer.
3) Tekanan keluarga, hal ini muncul bila pekerjaan kantor dilakukan di rumah.
Kegiatan‐kegiatan dalam keluarga kadang menyita lebih banyak perhatian daripada
beban kerja kantor.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan kantor maya yaitu :
1) Menyediakan sumber daya komputer
2) Menyediakan sarana akses ke sumber daya informasi
3) Menyediakan perlengkapan non komputer
4) Menyiapkan sarana telepon yang dapat di forward (dialihkan)
5) Menyediakan kelengkapan untuk panggilan konferensi
6) Membuat jadwal pertemuan reguler
7) Melaksanakan jadwal pekerjaan secara teratur
Selain hal‐hal di atas, ada tiga hal penting yang menjadi wacana ekonomis dalam kantor
maya yaitu :
1) Informasi, menjadi bahan pokok yang sangat vital terutama untuk membantu para
manajer mengambil keputusan. Dalam kantor maya, informasi tersimpan dan
terdistribusi dengan baik dalam database organisasi.
2) Ide, dapat disebarluaskan secara segera ke seluruh kelompok pengambil keputusan
dalam organisasi untuk segera didiskusikan tanpa harus menunggu berkumpul
terlebih dahulu. Ide juga dapat muncul dari ruang‐ruang diskusi (board service).
3) Intelijen, kegiatan mengumpulkan informasi dari stakeholder dapat dilakukan lebih
mudah karena banyak informasi yang bersifat terbuka.
Contoh Aplikasi Komputer untuk Kantor
Program aplikasi komputer yang mampu mendukung otomatisasi perkantoran adalah
Microsoft Office, Lotus Suite, Corel WordPerfect Office.
Yang sangat mendukung operasi kantor maya yaitu penelusur situs web di internet.
Program‐program itu misalnya Internet Explorer, FireFox, Opera dan Netscape Navigator.
2. Studi Kasus
Banyak kantor yang mempunyai ruangan cukup luas, namun sering terjadi tata letak perabot
kantor atau penyusunan perabot kantor tidak beraturan. Hal ini akan menimbulkan gangguan
bagi para pegawai untuk melakukan aktivitasnya. Masalah tersebut disebabkan penataan tata
ruang kantor tidak mengindahkan penataan tata ruang yang benar. Selain itu banyak kantor
yang yang tidak memiliki ruang arsip tersendiri sehingga membuat kesulitan untuk menemukan
kembali arsip. Buatlah gambar lay out ruang kantor yang ideal agar aktivitas kantor menjadi lebih
efektif dan efisien.
3. Latihan
1) Jelaskan pengertian dari interkom, dan sebutkan fungsinya!
2) Apakah yang dimaksud dengan kantor maya?
3) Jelaskan keuntungan dan kerugian dari kantor maya?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 228
4) Jelaskan maksud dari pengendalian terpusat peralatan kantor?
5) Mengapa suatu organisasi atau perusahaan menggunakan
memperlancar pelaksanaan pekerjaanya? Sebutkan alasannya!
peralatan
kantor dalam
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1. Uraian Materi
a. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) :
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan segala upaya untuk
mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
b. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam rangka mencapai tujuan masyarakat makmur dan sejahtera maka
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya.Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri. Pada saat ini telah terjadi peningkatan yang luar biasa dalam
pekerjaan industri dan organisasi yang berdampak pada meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.
Ketika kecelakaan terjadi di lingkungan kerja dapat menyebabkan semakin tinggi
tuntutan dari pekerja agar organisasi memiliki program keselamatan dan kesehatan
kerja.
Oleh karena itu, maka pemerintah membuat UU No.14 tahun 1969 tentang pokokpokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pada pasal 86 UU No.13 tahun 2003,
dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun
1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan
yang ada.
1) Unsur-unsur pendukung kesehatan kerja, yaitu:
a) Tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi
b) Sarana olah raga
c) Tersedia kotak P3K dan buku panduannya
d) Tenaga medis
e) Asuransi kesehatan
f)Klinik dan,
g) Kantin sehat.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang diantara nya:
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Ukuran tubuh
d) Kegiatan rutin yang dilakukan
e) Kondisi tubuh tertentu
f) Kondisi lingkungan.
3) Penyusunan menu yang baik sebaiknya memperhatikan:
a) Kebutuhan kalori dan gizi karyawan
b) Kebutuhan bahan dasar menu
c) Pendekatan penyusunan menu bagi pekerja sesuai dengan lingkungan
kerja.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 229
4)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tujuan K3 yaitu:
a) Menaikkan penjualan
b) Meningkatkan produktivitas
c) Meingkatkan kinerja
d) Mengurangi biaya kerugian akibat produksi
e) Meningkatkan keselamatan jiwa dan
f) Mempertahankan kenyamanan kerja.
5) Prinsip K3:
a) Kesederhanaan alur prosedur kerja
b) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan, dan
c) Pengawasan yang konsekwen.
6) Supervisi K3:
Penilaian supervisi meliputi:
a) Pelaksanaan prosedur kerja dengan sebaik-baiknya
b) Tertib dan bertanggung jawab dalam bekerja
c) Disiplin tinggi
d) Etos kerja yang positif dijunjung tinggi.
7) Evaluasi K3 terdiri dari:
a) Pekerja
i. Perekrutan
ii. Pelatihan
iii. Penempatan
b) Manajemen
i. Prosedur Kerja
ii. Kebijakan Manajemen
iii. Organisasi Manajemen
iv. Buku Manual K3
c) Lokasi Kerja
i. Lingkungan Kerja
ii. Bangunan Peralatan
iii. Bahan-bahan
8) Program K3
a) Inspeksi
b) Pelatihan
c) Pengenalan bahaya dalam produksi
d) Kantin sehat
e) P3K
f) Pembentukan organisasi P3K
g) Penyediaan alat pelindung kerja.
c.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Risiko yang terkadang harus di hadapi oleh tenaga kerja ketika sedang bekerja adalah
kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja. Untuk mengatasi hilangnya sebagian
atau seluruh pendapatan karena terjadinya risiko-risiko sosial seperti kematian atau
cacat akibat dari kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya
program jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
merupakan tanggung jawab pemilik (manajemen) sehingga organisasi berkewajiban
untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74%
sesuai kelompok jenis usaha.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan sejak berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah
atau menderita penyakit akibat pekerjaannya. Organisasi seharusnya membayar iuran
untuk program JKK, dimana perincian jumlah iuran berdasarkan kelompok jenis usaha
sebagaimana tercantum padaperaturan perundang-undangan Nomor 76 tahun
2007,berikut merupakan isi dari pasal 22 UU No.76 tahun 2007:
1) Biaya Transport (Maksimum)
a) Darat Rp 400.000,b) Laut Rp 750.000,c) Udara Rp 1.500.000,-
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 230
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2) Sementara tidak mampu bekerja
a) Empat (4) bulan pertama, 100% upah
b) Empat (4) bulan kedua, 75% upah
c) Selanjutnya 50% upah
d) Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 12.000.000,- (maksimum)*
3) Santunan Cacat
a) Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah
b) Total-tetap
c) Sekaligus: 70 % x 80 bulan upah
d) Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan*
e) Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah
4) Santunan Kematian
a) Sekaligus 60 % x 80 bulan upah
b) Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan*
c) Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*
5) Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta ,ditambah 40 %
a) Prothese anggota badan
b) Alat bantu (kursi roda)
6) Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja
dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja.
Iuran
1)
Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;
2)
Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;
3)
Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;
4)
Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;
5)
Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;
*) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007
Tata Cara Pengajuan Jaminan
1) Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3
(laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero)
tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan
2) Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang
merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan
dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga
kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan
menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang
menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3) Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan
disertai bukti-bukti:
a) Fotokopi kartu peserta (KPJ)
b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau
3c
c) Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan
d. Pengertian Keadaan Darurat (Emergency)
Kondisi yang tidak dikehendaki, mendadak, dan berkembang secara cepat, sehingga
akan langsung mengakibatkan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, kerugian
aset organisasi dan kerusakan lingkungan. Kondisi seperti ini harus segera diatasi agar
terhindar dari dampak lebih buruk.
Tindakan yang harus dikerjakan :
1) Wajib lapor ke : Satpam, petugas atau instansi terkait.
2) Siap dengan sarana komunikasi seperti telepon genggam, telepon atau sarana lain
yang memungkinkan.
3) Memberikan perlakuan pada kategori: SEGERA.
4) Setiap laboratorium harus mencantumkan nomor telpon penting yang harus
dihubungi.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 231
Terdapat beberapa tipe keadaan darurat (emergency) diantara nya :
1) Beberapa keadaan darurat dari laboratorium.
2) Tipe kecelakaan atau tumpahan (spills).
3) Kombinasi Spills dengan bahan kimia/radioaktif.
4)
Medical emergencies
Beberapa peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan darurat antara lain :
1) Bencana alam seperti banjir, gempa bumi dll.
2) Kebakaran dan ledakan.
3) Bahan kimia.
4) Bahan biologis : cakaran, gigitan, skrining terhadap penyakit tertentu.
5) Bahan Radioaktif
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dari banyaknya faktor dan peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan darurat, harus
dibuat secara tertulis yaitu prosedur darurat untuk Laboratorium. Prosedur ini memuat
secara rinci tentang cara mengatasi beberapa hal dibawah ini :
1) Luka goresan, injeksi, dll.
2) Pemaparan aerosol (diluar BSC)
3) Tumpahan atau pecahan wadah biakan.
4) Kecelakaan sentrifus.
5) Bencana alam, kebakaran dan banjir.
6) Luka gigitan dan cakaran hewan.
Bahkan seharusnya diberikan materi penjelasan ataupun semacam pelatihan agar
pemakai laboratorium dapat mengetahui dan memahami sumber dan penyebab
kecelakaan, cara memberikan pertolongan serta evakuasinya. Adapun rincian materi
prosedur keadaan darurat (emergency) dan P3K bisa berisi :
1) Pertolongan pertama
2) Pembersihan bahan
3) Kimia/biologi/radiologi
4) Evakuasi darurat
Sedangkan perlengkapan dan peralatan darurat (emergency) yang seharusnya tersedia di
laboratorium antara lain :
1) Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan)
2) Tandu
3) Spill Kits
4) Pakaian pelindung and Respirators
5) Peralatan dekontaminasi
6) Disinfektan and peralatan pembersih
7) Peralatan lain (palu, obeng, tali., dll)
8) Pita demarkasi, tanda peringatan
1) Titik Kumpul (Assembly Point)
Sebelum memulai pekerjaan di laboratorium, sangat penting bagi para pekerja,
peneliti, staf, laboran dan pemakai laboratorium harus mempelajari dan memahami
terlebih titik kumpul (mengikuti tanda panah atau garis merah. Selain itu harus
mengetahui lokasi pintu darurat (tanda exit). Perlu diingat bahwa pintu darurat
sudah merupakan suatu pintu perlindungan.
2) Kecelakaan Biologis
Berikut ini beberapa tahapan tindakan yang harus dilakukan
kecelakaan yang bersifat biologis :
a) Tahan nafas
b) Cepat keluar dari daerah kontaminan
c) Tanggalkan semua pakaian laboratorium
d) Gunakan pakaian pelindung (PPE)
e) Beritahu teman lainnya
f) Masuk ke kontaminan area dengan PPE
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
jika terjadi
P a g e | 232
g) Bersihkan spill
h) Segera ke klinik terdekat
i) Catat semua kejadian
Dari rincian prosedur keadaan darurat (emergency) diatas maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
a) Keselamatan nyawa adalah yang utama.
b) Latihan mengatasi keadaan darurat harus secara rutin dilaksanakan.
c) Sebelum mengerjakan penelitian di laboratorium, peniliti harus dan memahami
cara-cara menangani kecelakaan/keadaan emergensi.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
e. Macam-macam Penyakit dan Cara Menanggulanginya
Infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kuman atau bibit penyakit yang
masuk dan berkembang biak ke dalam tubuh manusia , di antaranya protozoa, jamur,
dan parasit kuman dari penyakit tersenut bisa masuk di antaranya melalui luka-luka(luka
terbuka , luka tertutup, pendarahan dan syok)
Macam-macam penyakit infeksi
1) Luka terbuka
a) luka lecet
b) luka sayatan
c) luka tusuk
d) luka amputasi
2) Luka tertutup
a) Memar
b) Luka himpitan kuat
c) Luka remuk
3) Pendarahan dan syok
a) Pendarahan terjadi akibat-akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang
dapat disebabkan oleh trauma atau penyakit, jenis-jenis pendarahan:
b) Pendarahan luar
c) Pendarahan dalam
Sumber-sumber penarahan adalah sebagai berikut:
1)
Pendarahan nadi
2)
Pendarahan balik
3)
Pendarahan rambut
Syok terjadi sejak peredaran darah gagal mengirimkan darahnya yang mengandung
oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital
Penanggulangan luka terbuka, tertutup, pendarahan dan syok
1) Penaggulangan luka terbuka
a) Pastikan daerah luka terlihaat
b) Bersihkan daerah luka
c) Kontrol pendarahan bika ada
d) Cegah kontaminasi lanjut
e) Beri penutup luka
f) Tenangkan penderita
g) Atasi syok bila ada
h) Rujuk ke fasilitas kesehatan
i) Baringkan penderita jika lukanya cukup parah
2) Penaggulangan luka tertutup
a) Istirahatkan anggota gerak
b) Berikan kompres dingin
c) Balut dan tekan
d) Tinggikan anggota gerak yang luka
f. Memahami Kesehatan Jasmani dan Rohani
1) Kesehatan jasmani di tinjau dari sudut ilmu faal ialah normalnya fungsi alat-alat tubuh
2) Makanan yang sehat terdiri atas zat-zat yang terdiri dari makanan makro dan
makanan mikro
3) Istirahat yang cukup ialah berkurangnya kegiatan organ-organ tubuh kita
4) Perlunya tidur yang cukup minimal 8 jam sehari
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 233
g. Penampilan Diri
1) Penampilan serasi
2) Serasi sesuai situasi kondisi
3) Serasi sesuai profesi
4) Serasi sesuai postur tubuh
5) Serasi sesuai warna kulit
6) Serasi sesuai usia
7) Serasi sesuai perkembangan model
8) Serasi menyeluruh
h. Cara – cara bekerja dengan Aman
1) Mengkondisikan pekerjaan
2) Mengikuti Prosedur kerja
3) Pemeliharaan kesehatan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
i. Menyadari Pentingnya Kebersihan Perorangan (hygiene)
Hygiene menurut bahasa yunani berarti ilmu untuk menjaga dan membentuk kesehatan.
Usaha menjaga kebersihan adalah usaha preventif bersifat lebih luas.
Tujuan kebersihan perorangan adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan
keracunan serta gangguan kesehatan lainnya yang diakibatkan dari adanya interaksi
faktor-faktor lingkungan hidup manusia.
Faktor-faktor untuk hidup bersih dan sehat
1) Faktor perorangan (individual)
faktor perorangan adalah motivasi yang ada pada diri seseorang untuk hidup
bersih dan sehat serta kesadaran untuk melaksanakannya
2) Faktor lingkungan (enviromental)
yaitu faktor lingkungan yang memotivasi seseorang untuk selalu hidup bersih dan
sehat, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat kerja.
j. Lingkungan Kerja
1) Lingkungan kantor
Lingkungan kantor merupakan suatu lokasi perkantoran yang didalamnya terdapat
sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dengan dilengkapi
oleh seperangkat alat dan aturan kerja.
2) Lingkungan industri/pabrikan
a) Lingkungan kerja bising
Kebisingan merupakan bunyi atas suara yang tidak dikehendaki dan bersifat
mengganggu pendengaran bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang.
Pengaruh Kebisingan:
i. Kebisingan Intensitas Tinggi
- Masyarakat sekitar dapat sewaktu-waktu menuntut jika merasa benarbenar terganggu sebagai akibat dari kebisingan hasil dari proses
produksi
- Kebisingan dengan instensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan bagi seseorang, jika dilihat dari sudut fisiologis,
- Dapat mengakibatkan kerusakan dan penurunan daya dengar
(telinga), baik bersifat temporary ataupun permanent.
ii. Kebisingan Intensitas Rendah
- Menyebabkan stres
- Menyebabkan kelelahan
- Merusak pendengaran
- Gangguan reaksi psikomotor
- Kehilangan konsentrasi
- Penurunan prestasi kerja atau produktivitas
b) Lingkungan kerja yang mengalami gangguan akibat pengaruh polusi dan
dampak buruk lainnya dikategorikan sebagai lingkungan kerja terkontaminasi
yaitu,
i. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan zat-zat kimia dalam
kesehariannya (lingkungan kerja kimiawi)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 234
ii.
iii.
iv.
Lingkungan kerja yang sering terkait dengan persoalan kejiwaan
(lingkungan kerja psikologis)
Lingkungan kerja yang berkaitan dengan alam biologi (lingkungan kerja
biologis)
Lingkungan kerja yang berkaitan dengan peralatan mesin-mesin, sumbersumber, produksi dan bangunan fisik baik interior maupun eksterior
(lingkungan kerja fisik)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
k. Perbedaan Lingkungan
1) Perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan lingkungan masyarakat
adalah :
a) Lingkungan kantor merupakan sekumpulan tatanan kerja yang berada di
sebuah kantor dan terdiri dari personil serta aset lainnya. Dimana secara
bersama-sama melaksanakan pekerjaan dan saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan organisasi.
b) Lingkungan industri merupakan sekumpulan tatanan kerja yang tediri dari
personil maupun sumber daya alam lainnya dalam sebuah unit industri. Dimana
secara terintegrasi menghasilkan sebuah karya nyata untuk mencapai tujuan
bersama.
c) Lingkungan masyarakat merupakan sekumpulan personil maupun alam
sekitarnya yang saling mempengaruhi satu dengan lain dan saling
membutuhkan demi kelangsungan hidup bersama.
2) Sifat lingkungan kerja
a)
Sifat di mana tampak terlihat dalam beberapa perangkat aturan yang tetap
distandarkan dan baku disebut sebagai sifat konstan. Misalnya:
i. Standard Operating Procedure pembuatan laporan keuangan
ii. Prosedur pengiriman surat keluar harus ditandatangani pejabat yang
berwenang.
iii. Ada karyawan pasti ada produk/jasa yang akan diperniagakan
iv. Ada atasan, pasti ada bawahan
v. Ada tenaga, ada upah/gaji
b)
Sifat dimana beberapa hal dapat berubah sesuai dengan kebutuhan, kondisi
dan situasi disebut sebagai sifat fleksibel
c)
Sifat dimana semua perangkat alam dan personil yang ada di sebuah
lingkungan memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda-beda disebut
sebagai sifat universal
d)
Sifat yang aktif mengadaan penyesuaian kebutuhan disebut sebagai sifat
dinamis.
e)
Sifat yang menuju kemajuan demi kelangsungan dunia kerja disebut sebagai
sifat progressif.
l. Ciri – ciri Lingkungan Kerja
1) Ada manusia sebagai sumber daya manusia
2) Ada sumber daya alam yang dapat diolah dan dikembangkan hewan, tumbuhan,
tambang alam, pesona alam, dan lain-lain.
3) Ada sumber daya mesin sebagai sumber daya transformasi perubahan bentuk
m. Faktor Pengaruh Lingkungan Hidup
1) Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan, diantaranya:
a) keracunan kronis dengan penurunan berat badan sebagai salah satu
gejalanya.
b) gangguan saluran pencernaan
c) menurunkan selera makan
d) metabolisme tubuh
e) tidak berfungsinya saluran pencernaan
2) Faktor psikologis
Dalam kehidupan sehari-hari kita dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis
termasuk dalam lingkungan kerja. Seseorang dapat mengalami stres jika terjadi
ketidakserasian antara kondisi lingkungan kerja dengan emosinya. Kondisi stres
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 235
3)
4)
pada seseorang dapat berdampak pada penurunan atau kenaikan berat badan
yang drastis, penyakit, dan tidak bisa bekerja dengan optimal.
Tekanan dingin
Pekerja sering membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan
pekerjaannya dikarenakan mereka mengenakan baju yang tebal atau jaket ketika
berada dalam lingkungan kerja yang dingin.
Tekanan panas
Untuke kerja berat sebaiknya organisasi menyediakan air dan garam sebagai
pengganti cairan untuk penguapan sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi
seseorang yang bekerja di lingkungan kerja panas. Sedangkan dianjurkan
sekurangnya 1,9 liter untuk kerja ringan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
n. Syarat Lingkungan Kerja
1) Kondusif (aman)
Beberapa hal yang harus ada di dalam lingkungan kerja yang kondusif adalah:
a) Psikologi, mental, dan moral yang baik dari tiap personil
b) Kelengkapan alat, sarana dan prasarana kerja
c) Kelengkapan perangkat aturan dan prosedur kerja yang baik, dan
d) Waktu dan tempat lokasi yang sesuai dengan kebutuhan kerja.
2) Tertata/terorganisir
Masih banyak tempat kerja yang tidak tertata sesuai dengan standar internasional.
Salah satu penyebabnya adalah karena belum terorganisasinya berbagai atribut
(tata laksana) kerja yang ada. Oleh sebab itu perlu melakukan pembenahan mulai
dari penempatan pekerja sesuai dengan pendidikannya, struktur organisasi yang
tepat serta merancang perangkat aturan. Sehingga menguntungkan
bagi
manajemen dan staf.
3) Bebas polusi
Seharusnya organisasi (industri maupun jasa) dapat beroperasi dengan aman,
artinya tidak menyebabkan dampak polusi bagi komunitas dan masyarakat pada
umumnya. Karena polusi industri sangat merugikan bukan hanya pada manusia
namun juga pada lingkungannya.
LAMPIRAN : PENDIDIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja
Berbagai arah keselamatan dan
kesehatan kerja
Mengenai peraturan keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja
Factor penyebab berbahaya yang
sering ditemui
Cara pengendalian ancaman bahaya
kesehatan kerja
Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja,
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit.
1. Mengantisipasi keberadaan factor penyebab bahaya dan melakukan
pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja dan
Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga kerja.
1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit
dengan cairan metal, cairan non-mental, hidrokarbon dan abu, gas,
uap steam, asap dan embun yang beracun.
2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dan
dingin, lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising,
vibriasi dan tekanan udara yang tidak normal.
3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek:
pencahayaan dan penerangan yang kurang, bahaya dari
pengangkutan, dan bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup
mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan,
menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun
peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung,
memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahanbahan yang aman, melakukan pelatihan system penangganan
darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 236
Mengapa diperlukan adanya
pendidikan keselamatan dan
kesehatan kerja?
Tujuan pelatihan
Peraturan yang perlu ditaati
Obyek pendidikan dan pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Jadwal dan isi program pelatihan
Prinsip analisa keselamatan dan
kesehatan kerja
Pencegahan kecelakaan
Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui
adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang
tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara
bersamaan. Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dapat mencegah perilaku yang tidak aman dan
memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak aman.
Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah
kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahayayang ada
di tempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan
kerja.
UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengatur agar tenaga kerja,
petugas keselamatan dan kesehatan kerja dan manajer wajib mengikuti
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
1. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer bagian operasional keselamatan dan kesehatan kerja
3. Petugas operator mesin dan perlengkapan yang berbahaya
4. Petugas operator khusus
5. Petugas operator umum
6. Petugas penguji kondisi lingkungan kerja
7. Petugas estimasi keselamatan pembangunan
8. Petugas estimasi keselamatan proses produksi
9. Petugas penyelamat
10. Tenaga kerja baru atau sebelum tenaga kerja mendapat rotasi
pekerjaan.
Berbagai obyek pelatihan disesuaikan dengan peraturan mengenai
jadwal dan isi program pelatihan
Mencari penyebab dari seluruh tingkat lapisan, dari lapisan dalam sampai
dengan akar penyebabnya, dicari secara tuntas, hingga dapat diketahui
penyebab utamanya dan melakukan perbaikan.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
LAMPIRAN JENIS KECELAKAAN PADA BEBERAPA BIDANG INDUSTRI
Manufaktur
(termaksud elektronik, produksi metal dan
lain-lain)
Elektronik (manufaktur)
Produksi metal (manufaktur)
Petrokimia (minyak dan produksi batu bara,
produksi karet, produksi plastic)
Konstruksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terjepit, terlindas
Teriris, terpotong
Jatuh terpeleset
Tindakan yang tidak benar
Tertabrak
Berkontak dengan bahan yang berbahaya
Terjatuh, terguling
Kejatuhan barang dari atas
Terkena benturan kelas
Terkena barang yang runtuh, roboh
Teriris, terpotong
Terlindas, tertabrak
Berkontak dengan bahan kimia
Kebocoran gas
Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan
Terjepit, tertindas
Tertusuk, terpotong, tergores
Jatuh terpeleset
Terjepit, terlindas
Teriris, terpotong, tergores
Jatuh terpeleset
Tindakan yang tidak benar
Tertabrak
Terkena benturan keras
Jatuh terpeleset
Kejatuhan barang dari atas
Teinjak
Terkena barang yang mudah runtuh, roboh
Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin
Terjatuh, terguling
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 237
Produksi alat transportasi bidang reparasi
7.
8.
9.
10.
1.
2.
3.
Terjepit, tertindas
Tertabrak
Tindakan yang tidak benar
Terkena benturan keras
Terjepit, tertindas
Terusuk terpotong, tergores
Terkena ledakan
CONTOH PERANGKAT KEAMANAN KERJA
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
GAMBAR KECELAKAAN KERJA
2. Studi Kasus
"Kasus Kecelakaan Kerja"
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 238
Ilustrasi (foto:SINDO)
sumber: http://news.okezone.com/read/2011/02/04/338/421388/ledakan-puslabfor-polri-murnikecelakaan-kerja
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia dan
menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan pun terjadi akibat tangki
untuk tabung pemanas rusak.
"Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia kecelakaannnya
karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata Kapuslabfor Mabes Polri, Brigjen
Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011).
Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki untuk tabung
pemanas. Dia (Syarifuddin-red) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan kaca pintu rusak dan
tangannya melukainya," kata Budiono
Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam. "Ini human
error, semua sudah dilaksanakan sesuai protap, "katanya.
Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian, sementara
kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet," kata Budiono.
Apakah kasus tersebut diatas merupakan salah satu kecelakaan kerja? Berikan tanggapan!
3. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan K3?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang!
3. Sebutkan tujuan k3!
4. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)?
5. Jelaskan perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan lingkungan masyarakat!
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 239
ASSESMENT
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
A.
Assesment Pembelajaran 1
1. Kompetensi Guru
Evaluasi :
1. Jelaskan pengertian guru ?
2. Jelaskan pengertian pendidik ?
3. Deskripsikan profil pendidik guru yang ideal menurut anda.
4. Jelaskan makna tanggungjawab
5. Jelaskan hubungan tanggungjawab, kesadaran, pengabdian dan pengorbanan
6. Jelaskanlah kewajiban yang harus dilaksanakan guru professional
7. Jelaskanlah empat kompetensi guru professional dan berikan contoh-contoh
pelaksanaan dalam pembelajaran
8. Bagaimana jika salah satu kompetensi tidak dikuasai guru dan apa dampaknya pada
pembelajaran
9. Deskripsikan citra diri positif
10. Jelaskan manfaat citra diri positif
11. Jelaskan langkah-langkah pengembangan citra diri positif
12. Jelaskan pengertian etika ?
13. Jelaskan perbedaan antara etika ,moral, dan akhlak ?
14. Untuk apa guru memahami etika ?
15. Jelaskan makna komitmen
16. Jelaskan mengapa komitmen terhadap tugas penting bagi guru
17. Jelaskan makna empati
18. Jelaskan mengapa guru perlu memiki rasa empati yang tinggi terhadap siswanya
19. Jelaskan dampak empati guru terhadap siswanya dalam pembelajaran?
B.
Assesment Pembelajaran 2
1. Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran
Tes Formatif 1:
1. Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan dengan proses
belajar.
a. Teori analisis peserta didik
b. Teori pembelajaran
c. Teori belajar
d. Teori komunikasi
2. Jenjang terakhir tujuan pembelajaran dan ranah yang telah direvisi.
a. menilai
b. mencipta
c. mensintesis
d. menganalisis
3. Komponen pertama Pengembangan Silabus dan RPP
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
4. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus menggunakan
kata kerja yang bersifat operasional, kecuali:
a. Membaca
b. Menyanyi
c. Menguasai
d. Menjawab
5. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan berdasarkan:
a. Strategi pembelajaran
b. Pendekatan pembelajaran
c. Metode pembelajaran
d. Teknik pembelajaran
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 240
6.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Manakah yang tergolong materi fakta ?
a. Peristiwa gempa bumi
b. Hukum Archimedes
c. Prosedur menabung
d. Ciri-ciri makhluk hidup
7. Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP merupakan dokumen pengembangan
KTSP sesuai PerMenDikNas.
a. Nomor 14 Tahun 2007
b. Nomor 41 Tahun 2005
c. Nomor 14 Tahun 2005
d. Nomor 41 Tahun 2007
8. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dapat memiliki keterkaitan
dan kesesuaian bila dikembangkan melalui:
a. Identifikasi kebutuhan
b. Analisis pembelajaran
c. Analisis kurikulum
d. Identifikasi masalah pembelajaran
9. Kegiatan inti pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP kecuali:
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
d. Refleksi
10. Komponen silabus dan RPP yang bukan komponen pengembangan:
a. Identitas mata pelajaran
b. Indikator
c. Sumber referensi
d. Alokasi waktu
Tes Formatif 2
1. Fungsi bahan ajar modul/LKS
a. untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
b. untuk meningkatkan hasil belajar siswa
c. untuk mengisi waktu luang siswa
d. untuk menambah waktu belajar siswa
2. Manakah bahan ajar yang lengkap dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran ?
a. Buku
b. Video
c. Modul
d. Surat kabar
3. Komponen latihan pada modul diletakkan setelah komponen:
a. tes formatif
b. rangkuman
c. uraian materi
d. kunci jawaban
4. Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan lainnya adalah:
a. bagian inti
b. bagian penutup
c. bagian awal
d. bagian akhir
5. Fungsi rangkuman materi pada bagian pendahuluan LKS
a. memperbanyak halaman LKS
b. merupakan alat motivasi belajar
c. mengulangi isi buku pelajaran
d. mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kegiatan belajar siswa
6. Prinsip mengembangkan isi modul/LKS kecuali:
a. bahasa
b. ilustrasi
c. keakuratan ilmu pengetahuan
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 241
d. fisik modul/LKS
Syarat-syarat penulisan LKS , kecuali:
a. sesuai dengan silabus dan RPP
b. tersedia tipe tugas atau latihan
c. mudah dipahami siswa
d. alur penyajian tidak sistematis
8. Variasi kegiatan belajar yang merupakan ciri isi LKS kecuali:
a. meringkas buku
b. menjawab soal-soal
c. melakukan percobaan
d. memasangkan gambar dengan kata
9. Penulisan modul/LKS diawali dengan tahap:
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
10. Tahap yang memerlukan tenaga khusus dalam masalah pencetakan:
a. perancangan
b. pengembangan
c. produksi
d. evaluasi
7.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tes Formatif 3
1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen:
a. Sumber
b. Pesan
c. Saluran
d. Penerima
2. Kriteria utama dalam memilih media:
a. Kemampuan media
b. Tujuan pembelajaran
c. Jumlah siswa
d. Kemudahan penggunaan
3
Media yang merupakan objek pengganti, kecuali:
a. Mock up
b. Simulator
c. Model
d. Realia
4) Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi:
a. Audio
b. Film
c. Video
d. Radio
5) Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer
a. Akses
b. Biaya
c. Kemudahan penggunaan
d. Kecepatan
6) Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali:
a. Tujuan
b. Materi
c. Strategi
d. Evaluasi
7) Prosedur memanfaatkan media kecuali:
a. Pengumpulan bahan
b. Persiapan
c. Pelaksanaan
d. Tindak lanjut
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 242
8)
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran:
a. Penyaji
b. Objek
c. Permainan
d. Interaktif
9) Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan komponen mesin
kendaraan, dengan situasi laboratorium otomotif maka media yang dipilih:
a. Realia
b. Model
c. Foto
d. Gambar
10) Manfaat media pembelajaran kecuali:
a. Meningkatkan perhatian siswa
b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran
c. Memberikan hiburan kepada siswa
d. Memberikan rangsangan pada indera siswa.
Tes Formatif 4
1. Tes objektif seperti pilihan ganda dikategorikan metode penilaian:
a. kognitif
b. afektif
c. psikomotorik
d. tertulis
2. Langkah pertama merencanakan penilaian hasil belajar
a. mengidentifikasi hasil belajar
b. menentukan tujuan penilaian
c. membuat kisi-kisi
d. menuliskan draft butir instrumen
3. Sarana untuk mendeskripsikan proporsi soal
a. kisi-kisi
b. cetak baru
c. blue print
d. kalibrasi
4. Perangkat penilaian yang diberikan kepada siswa pada saat pelaksanaan tes tertulis,
kecuali:
a. lembar soal
b. lembar jawaban
c. lembar soal dan lembar jawaban
d. kisi-kisi instrumen penilaian
5. Teknik penilaian hasil belajar untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa secara
alamiah, kecuali:
a. skala penilaian diri sendiri
b. lembar observasi
c. skala sikap
d. daftar pertanyaan
6. Bentuk kinerja siswa yang dapat dinilai, kecuali:
a. portofolio
b. hasil karya
c. proyek
d. kognisi
7. Aspek penilaian siswa yang berhubungan dengan kinerja praktek di laboratorium
dengan kinerja praktek:
a. persiapan alat dan bahan
b. pelaksanaan praktek
c. penulisan laporan praktek
d. memelihara kebersihan ruang laboratorium
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 243
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C.
8. Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa:
a. berisi petunjuk pengerjaan soal
b. berisi pertanyaan terbuka
c. berisi kolom untuk menjawab soal
d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal
9. Penulisan butir instrumen pada tahap keempat setelah kegiatan:
a. menguji coba butir instrumen
b. membuat kisi-kisi
c. mengidentifikasi tujuan pembelajaran
d. merumuskan tujuan penilaian
10. Kriteria penilaian hasil belajar A, B, C, D atau E diperoleh dari standar skor berbentuk:
a. interval skor
b. angka
c. skala ordinal
d. skala nominal
Assesment Pembelajaran 3
Penelitian Tindakan Kelas
Evaluasi A:
1. Apa arti guru reflektif?
2. Apa hubungan antara PTK dengan guru profesional?
3. Mengapa hasil PTK tidak dapat digeneralisasi?
4. Mengapa pendekatan statistik jarang digunakan dalam PTK?
5. Apa hal penting yang Anda lakukan ketika sedang berusaha melakukan perbaikan
pembelajaran?
6. Apa tujuan dokter mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang keluhan Anda
sebagai pasien? Apa padanannya dengan peneliti PTK?
7. Kalau dokter menggunakan berbagai alat ukur dalam mengungkapkan keluhan pasien, alat
ukur apa saja yang Anda gunakan dalam mendeskripsikan masalah pembelajaran?
8. Kalu dokter "melakukan diagnosis" dan "memberikan resep", apa yang dilakukan oleh
peneliti PTK?
9. Apa hal penting yang dilakukan oleh guru peneliti PTK tetapi tidak dilakukan oleh guru
biasa?
10. Apa perbedaan antara "masalah" dengan "akar-masalah"?
11. Apa kira-kira akar-masalah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta yang tidak kunjung dapat
dipecahkan?
12. Apa yang akan terjadi dengan "tindakan" yang tidak didasarkan pada "akar masalah"? Apa
analoginya dengan pekerjaan dokter?
13. Berikan contoh akar-masalah yang berada di luar kendali guru, dan karenanya tidak dapat
dipecahkan melalui PTK.
14. Apa tujuan pertanyaan "Upaya apa yang telah dilakukan?" dalam menemukan akarmasalah?
15. Apakah pengalaman-sukses seorang guru dalam pembelajaran dapat dituliskan sebagai
laporan PTK?
Evaluasi B:
1. Apa analogi siklus PTK dengan proses pengobatan dokter?
2. Mengapa peneliti PTK perlu menjelaskan tentang setting penelitian?
3. Apa isi Perencanaan dalam Siklus I, II, dan selanjutnya? Apa analoginya dengan pengobatan
dokter?
4. Apa hubungan antara perencanaan dengan RPP?
5. Apa isi Pelaksanaan? Apa analoginya dengan pengobatan dokter?
6. Apa Isi Pengamatan? Apa analoginay dengan pengobatan dokter?
7. Apa isi refleksi? Apa analoginya dengan pengobatan dokter?
8. Apa syarat sebuah siklus baru?
9. Apa yang sebaiknya diukur menggunakan berbagai instrumen?
10. Mengapa instrumen harus berdasarkan kisi-kisi?
11. Apa kelemahan pengukuran terhadap variabel perlakuan?
12. Apa yang dimaksud dengan triangulasi?
13. Apa yang dimaksud dengan kolaborasi?
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 244
D. Assesment Pembelajaran 4
1. Materi Administrasi Perkantoran
SOAL LATIHAN DAN SOAL EVALUASI
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
1. Pegiriman infarmasi dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok
lainnya, merupakan pengertian dari ...
a. Interaksi
b. Komunikasi
c. Komunikan
d. Komunikator
2. Komponen-komponen komunikasi dibawah ini yang benar adalah ...
a. Encoding, decoding, receiver, sender
b. Encoding, receiver, sender, feedback
c. Receiver, sender, feedback, medium message
d. Encoding, decoding, feedback, noise
3. Pemberian respon pada pesan yang diterima pleh penerima pesan, hal ini dikatakan sebagai ...
a. Feedback
b. Encode
c. Decoding
d. Receiver
4. Tahap menyimak komunikasi:
1) Memahami
2) Mengingat
3) Mendengar
4) Mengevaluasi
5) Memperhatikan
6) Mananggapi
Urutkanlah tahap menyimak dengan benar ...
a. 3-5-1-2-4-6
b. 3-1-6-5-2-4
c. 3-6-1-2-5-4
d. 3-5-2-4-1-6
5. Dokumen yang harus disipakan oleh perusahaan untuk melakukan perjalanan dinas, salah
satunya adalah ...
a. Visa
b. Paspor
c. Surat tugas
d. Yellow Card
6. Berikut ini yang termasuk dalam itinerary adalah ...
a. Waktu keberangkatan, banyaknya undangan, dan tujuan pertemuan
b. Waktu keberangkatan, tempat perjanjian, dan tujuan pertemuan
c. Tempat perjanjian, banyaknya undangan, dan keadaan akomodasi
d. Tempat perjanjian, tujuan pertemuan, dan keadaan akomodasi
7. Langkah-langkah menyusun laporan biaya perjalanan
1) Mengelompokkan tanda bukti pada pos-pos tertentu
2) Membuat laporan biaya perjalanan secara keseluruhan
3) Menginventaris/mengumpulkan tanda bukti pengeluaran berupa kas bon, kuitansi, nota
Langkah penyusunan laporan biaya perjalanan yang benar adalah ...
a. 1-2-3
b. 1-3-2
c. 3-2-1
d. 3-1-2
8. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan rapat yaitu ...
a. Kesimpulan rapat, ketua rapat, akomodasi, dan tujuan rapat
b. Akomodasi, tujuan rapat, acara rapat, dan penentuan tempat
c. Acara rapat, penentuan tempat, kesimpulan rapat, adanya notulen
d. Hindarkan debat kusir, acara rapat, ketua rapat, dan tujuan rapat.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 245
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
9. Rapat yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi suatu
organisasi, termasuk dalam jenis rapat ...
a. Rapat formal
b. Rapat informal
c. Rapat pemecahan masalah
d. Rapat kerja
10. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam mempersiapkan tata ruang (layout) rapat ...
a. Jumlah partisipan dan jenis rapat
b. Menentukan acara dan tujuan rapat
c. Mempersiapkan akomodasi dan konsumsi
d. Mempersiapkan notula dan konsumsi
11. Ketelitian penulisan surat dengan format yang baik mencirikan karakteristik surat dari ...
a. Isi yang jelas
b. Nada niat baik
c. Langkah yang sistematis
d. Format yang tepat
12. Isi surat bisnis memisahkan ide ke dalam paragraf menggunakan kalimat dan paragraf pendek,
dan memadu pembaca memahami ide dengan kalimat transisi. Ciri tersebut merupakan
karakteristik surat yang baik, yaitu ...
a. Nada niat yang baik
b. Format yang tepat
c. Langkah yang sistematis
d. Isi yang jelas
13. Berikut ini merupakan salah satu jenis surat dinas pribadi, yaitu ...
a. Surat lamaran pekerjaan
b. Surat Pribadi
c. Surat konfidensial
d. Surat tertutup
14. Surat-surat yang memamkai amplop/sampul:
 Untuk surat yang isinya dirahasiakan
 Untuk surat-surat resmi, surat dinas, atau pun surat biasa
 Untuk menjaga sopan santun
 Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan
Ciri-ciri diatas merupakan bentuk surat ...
a. Surat terbuka
b. Surat tertutup
c. Surat bersampul
d. Memorandum
15. Fosil-fosil manusia purba, naskah-naskah kuno, piagam Jakarta, piagam proklamasi merupakan
jenis ...
a. Dokumen fisik
b. Dokumen tekstual
c. Dokumen nontekstual
d. Dokumen sejarah
16. Surat pribadi yang bersifat kedinasan karena menyangkut urusan perseorangan dalam kaitannya
dengan suatu instansi atau lembaga adalah jenis ...
a. Surat izin
b. Surat lamaran pekerjaan
c. Surat niaga
d. Surat dinas pemerintah
17. Ciri surat
 Alat komunikasi yang berupa surat dinas
 Penyampaiannya tidak resmi
 Digunakan secar internal (dalam lingkungan sendiri)
Merupakan bentuk dari ...
a. Surat bersampul
b. Surat terbuka dan surat tertutup
c. Memorandum
d. Nota
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 246
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
18. Dokumen yang mengacu pada tujuan, isi subjek, sumber, metode penyebaran, cara memperoleh,
keaslian dokumen, dsb merupakan jenis ...
a. Dokumen fisik
b. Dokumen intelektual
c. Dokumen tekstual
d. Dokumen korporil
19. Bagian-bagian surat
“Bersama dengan surat ini, kami menawarkan kepada Saudara kayu berkualitas tinggi sebagai
bahan baku pembuatan furniture perusahaan Saudara.”
Bagian surat diatas termasuk dalam bagian ...
a. Salam pembuka
b. Pembuka surat
c. Isi surat
d. Penutup surat
20. Bagian-bagian surat
“Kabar pengiriman barang, kami tunggu secepatnya”
Bagian surat diatas adalah bagian surat ...
a. Salam pembuka
b. Pembuka surat
c. Isi surat
d. Penutup surat
21. Prosedur pengurusan surat masuk sederhana/pola lama:
1) Pencatatan pada kartu arsip atau buku aganda surat
2) Pembubuhan nomor urut simpan
3) Penyederhana surat kepada pengolah
4) Penerimaan oleh petugas dari pengirim
5) Penyimpanan
6) Pemeriksaan kebenaran alamat dan sifat surat
7) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha
Prosedur pengurusan surat masuk yang benar ialah ...
a. 4-6-1-2-7-5-3
b. 4-6-1-2-7-3-5
c. 4-1-6-2-7-3-5
d. 4-1-6-7-3-2-5
22. Prosedur pengurusan surat keluar sederhana/pola lama:
1) Penyimpanan arsip
2) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat, pengesahan dan
penandatanganan oleh ketua atau sekretaris, pembubuhan cap tanggal kirim, pelipatan
surat dan pemasukannya dalam amplop, pembubuhan perangko, pemberian perekat
pada amplop oleh petugas tata usaha.
3) Pembuatan konsep surat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas tata usaha
4) Pencatatan pada kartu ekspedisi dasn diberikan kepada ekspeditur untuk dikirim
5) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha
6) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar
7) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris
Prosedur pengurusan surat keluar yang benar ialah ...
a. 3-7-2-5-4-6-1
b. 7-3-2-5-6-4-1
c. 3-7-5-2-6-4-1
d. 7-3-5-2-6-4-1
23. Prosedur pengurusan surat keluar pola baru:
1) Mencatat naskah keluar pada kartu kendali rangkap tiga
2) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali
3) Menyimpan kartu kendali lembar III menurut urutan nomor kode
4) Mengirim surat kepada sasaran sesuai alamat
Yang termasuk dalam tugas Tata Usaha Pengolah, yaitu nomor ...
a. 1 & 2
b. 2 & 3
c. 1 & 3
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 247
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
d. 2 & 4
24. Dalam prosedur pengurusan surat keluar, kartu kendali tiga surat keluar disimpan oleh ...
a. Pengirim surat
b. Pencatat surat
c. Pengarah surat
d. Tata Usaha Pengolah
25. Dibawah ini yang bukan merupakan tugas dari penerima surat pada prosedur surat masuk
penting ialah ...
a. Memeriksa kebenaran alamat surat
b. Mensortir surat
c. Melampirkan kartu kendali 1, 2, dan 3
d. Membubuhkan paraf pada bukti penerimaan
26. Pembatasan topik pada pesan e-mail dan memo membantu penerima bertindak terhadap subjek
dan mengarsipnya dengan tepat. Hal ini merupakan karakteristik pesan e-mail dan memo, yaitu
a. Satu topik
b. Bersifat percakapan
c. Keringkasan
d. Penyorotan grafis
27. Ciri-ciri
 Berisi ringkasan ide pokok
 Ditulis dalam gaya yang singkat
 Sering tanpa kata sandang
 Memberikan identifikasi cepat untuk membaca dan mengisi
Ciri-ciri diatas adalah bagian dari memo, yaitu ...
a. Pembukaan
b. Isi
c. Penutup
d. Baris subjek
28. Judul kata petunjuk pada pesan e-mail dan memo membantu pembaca segera mengidentikiasi
tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah pesan. Hal ini merupakan karakteristik pesan e-mail
dan memo, yaitu ...
a. To, from, date
b. Satu topik
c. Bersifat percakapan
d. Kerikasan
29. Aturan kesopanan berinteraksi secara online dalam e-mail, yaitu ...
a. Selalu mengirim dokumen ke semua pihak
b. Pertimbangan menggunakan tabel pengidentifikasi
c. Tulisan mengunakan huruf kapital
d. Meneruskan pesan tanpa izin
30. Yang tidak termasuk pemulaan yang baik dalam menggunakan e-mail secara aman dasn efektif
ialah ...
a. Menyusun secara offline
b. Tidak melakukan revisi
c. Tulis alamat dengan benar
d. Hindari baris subjek yang menyesatkan
31. Azas pengelolaan arsip dimana setiap unit kerja menyimpan, mengendalikan dan mengelola
sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif maupun arsip dinamis inaktif, yaitu
azas ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Kombinasi
32. Azas pengelolaan arsip
1) Sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam
2) Efisiensi dalam sarana peralatan dan ruangan
3) Memperkecil adanya duplikasi
4) Pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 248
33.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Karakteristik di atas adalah keruntungan dari azas pengelolaan arsip ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Kombinasi
Dibawah ini yang termasuk kerugian menggunakan azas desentralisasi ialah ...
1) Pelaksanaan kurang menguasai fungsi dan kegiatan antar unit kerja
2) Membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar
3) Menimbulkan banyak duplikasi arsip
4) Memakan waktu dalam penemuan kembali arsip karena letak antar unit kerja berjauhan
5) Kesulitan dalam melaksanakan penyusutan
a. 1,2 dan 3
b. 1,2 dan 4
c. 2,3 dan 5
d. 2,3 dan 4
Perusahaan yang memiliki lingkup kerja yang besar atau luas dan memiliki banyak cabang, lebih
cocok menggunakan azas pengelolaan arsip ...
a. Desentralisasi
b. Sentralisasi
c. Gabungan
d. Terpusat
Kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai arsip atau warkat disebut ...
a. Cardex (card index)
b. Berkas kotak (box file)
c. Filing cabinet (file cabinet)
d. Rak arsip
Lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang yang gunanya untuk
menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu kelompok arsip di dalam filling cabinet disebut ...
a. Guide
b. Folder
c. Map
d. Berkas kotak (box file)
e. Cardex (card indexa0
Penyimpanan arsip berdasarkan indeks wilayah pada surat koresponden disebut sistem ...
a. Geografi
b. Nomor
c. Abjad
d. Kronologi
Yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad ialah ...
a. Penyimpanan berdasarkan indeks tanggal warkat atau pencatatan
b. Penyimpanan berdasarkan indeks nama koresponden
c. Penyimpanan berdasarkan indeks nomor warkat
d. Penyimpanan berdasarkan indeks alamat koresponden
Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional ialah pengertian dari ...
a. Sasaran penyusutan arsip
b. Tujuan penyusutan arsip
c. Runga lingkup penyusutan arsip
d. Dasar hukum penyusutan arsip
Dalam penyusutan arsip, penyusunan berkas arsip berdasarkan kesamaan jenis disebut ...
a. Daftar keterangan arsip
b. Seri
c. Dosir
d. Rubrik
Yang tidak termasuk unit modular yang sering digunakan dalam furnitur kantor ialah
a. Bentuk permukaan datar
b. Bentuk L
c. Bentuk yang menempel pada sudut
d. Bentuk U
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 249
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
42. Yang bukan termasuk jenis kursi kantor ialah ...
a. Kursi eksekutif
b. Kursi stenografi
c. Kursi tamu
d. Kursi rapat
43. Dibawah ini yang bukan termasuk dari prinsip seleksi furnitur ialah ...
a. Furnitur harus atraktif danmodern sesuai dekorasi kantor
b. Furnitur harus berkualitas baik, kokoh, dan sesuai dengan aktivitas kerja
c. Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai
d. Furnitur harus sesuai anggaran perusahaan atau kantor
44. Langkah-langkah menangani telepon keluar
1) Sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya
2) Bicara secara singkat, sopan danjangan bicara yang bukan-bukan
3) Kalau dipanggil terdengar mengangkat telepon, katakanlah nama kantor atau instansi
dan nomor telepon yang kita kehendaki
4) Siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan mengangkat telepon sebelum nomor
telepon diketahui
5) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan telepon, jangan mengetukngetuk pintu kait telepon
6) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih nada baru lah memutar nomor telepon yang
dikehendaki
7) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan jangna sampai
dalam keadaan miring
Penyusunan langkah-langkah menangani telepon keluar yang benar ialah ...
a. 1,2,3,4,5,6 dan 7
b. 1,3,5,4,2,6 dan 7
c. 1,4,3,6,2,5 dan 7
d. 1,4,6,3,2,5 dan 7
45. Langkah-langkah menangani telepon masuk:
1) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh perhatian
2) Begitu telepon berdering, sekretarsi harus segera mengangkat dan jangan membiarkan
telepon berdering lebih dari 3 kali
3) Angkat telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang alat tulis
4) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan terlebih dahulu
5) Menjawab telepon hendaknya singkat
Penyusunan langkah-langkah penanganan telepon masuk yang benar ialah ...
a. 2,4,5,3 dan 1
b. 2,3,5,1 dan 4
c. 2,1,5,3 dan 4
d. 2,4,1,5 dan 3
46. Alat yang berfungsi untuk memproses atau mencuci film-film yang sudah berisi arsip sebagai
hasil kerja camera ...
a. Reader printer
b. Micro fithe
c. Processor
d. Camera
47. Dibawah in yang bukan merupakan ciri-ciri dari transparency maker jenis write on ialah ...
a. Harus menggunakan transparency maker waktu menulis atau menggambar
b. Transparansi warnanya bersih atau bening
c. Lembar transparansi bisa langsung ditulis
d. Tidak dapat dihapus
48. Dalam otomatisasi kantor, aplikasi yang pelaksanaannya dapat dengan cara one-way video dan
two-way audio adalah ciri dari aplikasi ...
a. Computer conferencing
b. Video conferencing
c. Audio conferencing
d. Electronic and voice mail
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 250
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
49. Salah satu peralatan microfilm yang berfungsi untuk menggandakan atau membuat copy film
adalah ...
a. Camera
b. Processor
c. Duplicator
d. Reader
50. Dibawah ini yang bukan merupakan metode pemeliharaan peralatan kantor ialah ...
a. Kontrak layanan dengan pabrik atau perusahaan layanan
b. Layanan oleh departemen layanan internal perusahaan
c. Layanan oleh pegawai perusahaan
d. Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak
51. Segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien danproduktif adalah pengertian ...
a. Keselamatan kerja
b. Kesehatan kerja
c. Keselamatan dan kesehatan kerja
d. Ketertiban kerja
52. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yang diadakan perusahaan yaitu ...
a. Mempertahankan kenyamanan kerja
b. Pengawasan yang konsekuen
c. Kesederhanaan alur prosedur kerja
d. Memperbanyak karyawan
53. Unsur-unsur
1) Kesederhanaan alur prosedur kerja
2) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan dan
3) Pengawasan yang konsekuen
Pernyataan diatas termasuk kedalam unsur ...
a. Tujuan K3
b. Supervisi K3
c. Program K3
d. Prinsip K3
54. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan emergency antara lain ...
a. Bencana alam, kebakaran, dan evakuasi darurat
b. Kebakaran, evakuasi darurat, dan gigitan hewan
c. Kebakaran, bahan radioaktif, dan ledakan
d. Ledakan, evakuasi darurat, dan pertolongan pertama
55. Yang bukan merupakan unsur-unsur pendukung kesehatan kerja ialah ...
a. Usia
b. Asuransi
c. Tenaga kesehatan
d. Peralatan medis
56. Salah satu cara memilih jenis pakaian kerja yang aman ialah ...
a. Memilih bahan dengan teliti, cari bahan yang nyaman dipakai
b. Memakai celana yang terlalu panjang
c. Memakai aksesoris saat bekerja di dalam bengkel atau ruang produksi
d. Memilih model pakaian yang longgar
57. Meliputi keselamatan psikologis berupa tekanan emosi, kelelahan atau konflik jiwa yang tak
selesai merupakan definisi dari ...
a. Tafsiran operasional
b. Tafsiran fungsional
c. Tafsiran lingkungan
d. Tafsiran psikologis
58. Cara menangani luka
1) Pastikan luka telihat
2) Bersihkan daerah luka
3) Balut dan tekan
4) Cegah kontaminasi lanjut
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 251
Hal diatas yang temasuk cara manangani luka terbuka ialah ...
a. 1,2 dan 4
b. 2,3 dan 4
c. 1,2 dan 3
d. 2,3 dan 4
59. Berikut ini yang bukan cara penanggulangan luka tertutup yang benar ialah ...
a. Cegah kontaminasi lanjutan
b. Istirahatkan anggota gerak
c. Barikan kompres dingin
d. Balut dan tekan
60. Dalam pengaruh lingkungan hidup, yang bukan akibat dari bahan kimia ialah ...
a. Terkena demam dan flu
b. Gangguan metabolisme tubuh
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Keracunan kronis
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Kunci Jawaban
E. Assesment 1
F. Assesment 2
Evaluasi Formatif 1
1. c
2. b
3. a
4. c
5. a
6. a
7. d
8. a
9. d
10. a
Evaluasi Formatif 2
1. b
2. c
3. c
4. a
5. d
6. d
7. d
8. a
9. a
10. c
Evaluasi Formatif 3
1. c
2. b
3. c
4. d
5. b
6. a
7. c
8. d
9. a
10. c
Evaluasi Formatif 4
1. a
2. b
3. a
4. c
5. d
6. d
7. d
8. c
9. b
10. a
G. Assesment 3
PTK Evaluasi A:
1. Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran yang telah
dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki.
2. Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara formal.
3. Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas belum tentu berlaku di
tempat lain.
4. Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK dilakukan sambil mengajar.
5. Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian mencari alternatif
metode.
6. UUntuk "mendiagnosis penyakit" secara tepat. Padanannya dengan peneliti PTK adalah
"mendeskripsikan masalah secara rinci".
7. Tes hasil belajar, lembar observasi, dan kuesioner
8. “Menemukan akar-masalah" dan "menyusun hipotesis-tindakan"
9. Mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah secara seksama, memilih
akar masalah yang akan diperbaiki, dan berkolaborasi dalam menemukan akar masalah
maupun merencanakan tindakan untuk memecahkannya.
10. Masalah mempunyai beberapa kemungkinan penyebab; akar-masalah adalah salah satu
penyebabnya.
11. Jumlah kendaraan bermotor terlalu banyak, tidak sebanding dengan luas jalan yang tersedia
12. Hasilnya akan mengecewakan. Resep yang tidak berdasarkan diagnosis yang cermat.
13. Input siswa, sistem UN, dan gaji guru; ketiga-tiganya tidak dapat dipecahkan melalui PTK.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 252
14. Untuk melokalisir akar-masalah; dalam kasus di atas jelas bahwa penyebabnya bukan pada
metode pembelajaran yang monoton atau media yang konvensional, karena guru sudah
cukup profesional. Jadi akar-masalah berada di luar itu.
15. Sebaiknya jangan; pengalaman mengajar biasanya kurang sistematis, terutama dalam
menerapkan siklus-siklusnya. Pengalaman sukses berarti masalah sudah berhasil
dipecahkan, tidak perlu dilakukan PTK lagi. Guru yang sukses memperbaiki pembelajaran
biasanya banyak menemukan masalah-masalah baru, sesuai dengan prinsip "pemecahan
masalah akan menimbulkan masalah baru yang lebih banyak". Harusnya ia dengan mudah
menemukan masalah baru untuk melakukan PTK, bukan terpaku pada satu masalah lama.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
PTK Evaluasi B :
1. Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah satu siklus penelitian.
Jika penyakit belum sembuh akan diberikan resep berikutnya, sampai pasien sembuh.
2. Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin bahwa kondisi
kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas penelitian. Jika sama ia akan
melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin ia akan membatalkan.
3. Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus I;
perencanaan dalam siklus III dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus II; dst.
Analoginya dengan pengobatan, Perencanaan adalah resep dokter.
4. Perencanaan PTK harus tercermin dalam RPP; tindakan yang diberikan hendaknya dicetak
bold agar jelas posisinya dalam pembelajaran.
5. Pelaksanaan berisi uraian tentang penerapan tindakan, sebagai variabel bebas. Analoginya
dengan pengobatan, Pelaksanaan mendeskripsikan tentang kelancaran atau hambatan
proses meminum obat.
6. Pengamatan berisi data tentang hasil peningkatan variabel yang ingin ditingkatkan, sebagai
variabel terikat, baik data kuantitatif berupa angka-angka maupun kualitatif berupa katakata. Analoginya dengan pengobatan, Pengamatan mendeskripsikan tentang peningkatan
kesehatan pasien.
7. Refleksi berisi analisis terhadap data Pengamatan, tentang keberhasilan dan kegagalan
tindakan. Terutama kegagalan, dianalisis penyebabnya untuk diperbaiki pada siklus
berikutnya. Analoginya dengan pengobatan dokter, Refleksi adalah analisis dokter ketika
pasien datang lagi kepadanya.
8. Tindakan dalam siklus baru harus berbeda secara signifikan dari siklus sebelumnya.
9. Variabel yang ingin ditingkatlkan, atau variabel terikat.
10. Agar valid, yaitu mengukur yang seharusnya diukur.
11. Disamping akan melelahkan peneliti, instrumen untuk variabel perlakuan biasanya tidak
dibuat berdasarkan kisi-kisi.
12. Pengukuran variabel tertentu menggunakan berbagai jenis instrumen atau berbagai
responden. Biasanya yang diukur adalah variabel yang ingin ditingkatkan, atau variabel
terikat.
13. Kolaborasi adalah kerjasama antara peneliti PTK dengan teman sejawat atau treman yang
lebih senior dalam melakukan penelitian.
H. Asesment 3
Materi Evaluasi A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
B
C
A
A
C
B
D
B
C
A
D
D
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
A
C
D
A
C
C
B
D
B
C
C
D
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
C
A
B
A
B
B
A
B
A
A
B
B
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
A
B
A
B
D
D
D
D
B
C
D
B
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
C
C
C
A
D
C
A
A
D
D
A
A
P a g e | 253
DAFTAR PUSTAKA
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers.
Agoes, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing:
A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing:
A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman.
Anhari, Endang Saifudin. 1992. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu
Anhari., & Saifudin. E. (1992). Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Anjali, M. P. K. (2008). Pintar Presentasi. Yogyakarta: Diva Press.
Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya.
Jakarta: Rajawali.
Ariunto, S., Suharjono., & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Ashari, H. (2007). Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yogyakarta: Pinus.
Ashari, Hasyim. 2007. Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yoyakarta: Pinus
Baba, T., & Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.).
Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency.
Baba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.)
Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency.
Bamukrah, Jihan Faruq. (2010). Office Automation Syatem (Sistem Otomasi Perkantoran). From
http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automation-system-sistemotomasi.html date of 22 May 2010.
Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance Education. London:
Routledge.
Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Boeree, C.George. 2004. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia.
Terjemahan. Jogyakarta: Prismasophia
Boeree. C. G. (2004). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia.
Yogyakarta: Prismashopia.
Boone, L. E., & Kurtz, D. L. (2007). Pengantar Bisnis Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational Technology
Publications.
Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational Technology
Publications.
Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah ToT)
Chauhan, S.S. (1979). Innovation in Teaching and Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing
House PVT. LTD.
Coghlan, D and Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London: SAGE
Publications
Coghlan, D., & Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London: SAGE
Publications.
Dahar, R. W. (1989). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dasuki, H. A. H. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van House.
Dasuki, H.A. Hafizh. (pemred).1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen
Dewi, S. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Diaz, C., Pelletier, C. M., & Provendo, C. (2006). Touch The Future Teach. Boston: Pearson.
Diaz, Carlos. Pelletier, Carol Marra. Provendo, Carol. 2006. Touch the Future Teach. Boston: Pearson
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York: Pearson
Allyn and Bacon.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 254
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York: Pearson
Allyn and Bacon.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen .
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Druxes, H. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Bandung: CV Remadja Karya.
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas.
Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) “The power of positive feeling “
Fernandez, C., & Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics
Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Eribaurn Associates Publishers.
Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving
Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press.
Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press
Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emotional. Jakarta: Gramedia.
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia
Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia
Hermawan. (1983). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru
Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu.
Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru Indonesia .
Jakarta: Margi Rahayu
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 Tentang Standar
Pendidikan Nasional.
Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Pendidikan Nasional.
Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri Press
Jaziroh, Wiwiek Maftuhah. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas. From
http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas. Date 1 February 2011.
Joni, T. R. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G.
Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu: Bagaimana Menjadi Guru Yang
Memikat dan Profesional. Terjemahan Muhadi Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media
Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and Practise. Australia: Social
Science Press.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing.
Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing
Kusumah. W., & Dwitagama, D. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Lesikar, R. V., & Petitit, J. D. Jr. (1998). Report Writting for Business. New York: McGraw-Hill.
Lewis, C., Perry, R., & Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.
Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership.
Locker, K. O., & Kaczmarek, S. K. (2009). Business Communication: Building Critical Skills. New York:
McGraw-Hill.
Lutfi, Mukhtar. (2012). Peralatan Kantor. From
http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/ Date of August 13th
2012.
Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Jakarta.
Madura, J. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 255
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9(1): 47-59.
Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 47-59.
McCarty, A. (2006). How to Positive Thinking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif) .
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir
Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
McLeod, R. Jr., & Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice. London: Routledge
Falmer
Mcniff, J., & Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles and Practice. London: Routledge
Falmer.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak diterbitkan).
Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak diterbitkan).
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Muhibbin, S. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.
Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Mulyana, E. (2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: Rosda.
Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: Rosda
Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang
diselenggarakan Universitas Indonesia.
Nonaka. (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang
diselenggarakan Universitas Indonesia.
Nuraida, Ida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius
Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Pugach, M. C. (2008) Because Teaching Matters. Wilwaukee: University of Wiconsin John Wiley & Son,
Inc.
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin John Wiley &
Son, Inc
Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin John Wiley &
Son, Inc
Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Purwanto, N. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya .
Putrawan, M. (2000). Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Jakarta.
Reid, B. (2010). “The Concept Attainment Strategy,”. The Science Teacher, vol. 078 Issue 1.
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbauno
Associaties Publ.
Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbauno
Associaties Publ.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional.
Jakarta: ASA Mandiri.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional.
Jakarta: ASA Mandiri.
Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan,
Jakarta: Depdiknas, 2007.
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 256
Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan,
Jakarta: Depdiknas, 2007.
Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sagor, R. (200). Action Research. Virginia: Asscociation for Supervision ang Curriculum Development
Sagor, R. (2006). Action Research. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice: Case
Study of Indonesian Mathematics and Science
Saito, E., Harun, I., Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice: Case
Study of Indonesian Mathematics and Science.
Saito, E., Sumar, H., harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Development of SchoolBased In-Service Training Under an Indonesian.
Saito, E., Sumar, H., Harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., and Tachibana, H. (2006). Development of SchoolBased In-Service Training Under an Indonesian
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode. Klinis bagi Peningkatan
Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group.
Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S.
Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the field.
Washington DC: AECT.
Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the field.
Washington DC: AECT.
Shadily, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar baru Van House.
Shadily, Hassan (pemred). 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve
Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran , Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran , Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Stevenson, H.W., & Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone.
Stigler, J.W., & hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for
Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for
Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press.
Stringer, ET. (2007). Action Research. Third Edition. London: Sage Publication Inc.
Strintger, ET. (2007). Action Research. London: Sage Publication Inc.
Sugiarto, A., & Wahyono, T. (2005). Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gaya Media.
Suharsimi Arikunto, suharjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara, Jakarta.
Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukadi. (2009). Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu
Sukadi. 2009. Guru Powerful Guru masa depan. Bandung: Kolbu
Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.
Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan).
Suraja, Y. (2006). Manajemen Kearsipan. Malang: Dioma.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo. 2007. filsafat ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Suseno. Franz Magnis. 1997. Etika Dasar: Masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius
Suseno., & Magnis, F. (1997). Etika Dasar: Maslaah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius.
Teacher Education Project. Journal of In-service Educaion. 32 (2): 171-184.
Teacher Education Project. Journal of In-service Education. 32 (2): 171-184.
Tim Akhlaq. (2003). Etika Islam. Jakarta: Al-Huda.
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 257
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda
Tim Pengembangan dan kualitas pembelajaran, 2008. Materi Workshop Pengembangan dan
Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP). Direktorat Ketenagaan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan.
Tim TOT Block Grant, 2007. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi
Pendidik. Jakarta
Tim TOT Block Grant. (2007). Modul Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat
Profesi Pendidik.
Ubaedi, UN. 2009. Quantum Sabar. Jakarta: Kinza Books
Undang-Undang Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran. From
http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/12/concept-attainment-model-modelpembelajaran-perolehan-konsep/ date of 22 March 2012.
Wahyono, T. (2006). Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Wahyono, Teguh. 2006. Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di
Bidang Teknologi
Informasi. Yogyakarta: Andi Offset
Widagdho, Djoko.2001. Ilmu Budaya dasar.Jakarta: Bumi Aksara
Widagdho, J. (2001). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Winasmadi, P.A. (2011). “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Concept
Attainment Berbantuan Cd Interkatif pada Materi Segitiga kelas VII,”. Jurnal PP, No. 1 vol.2
Desember 2011.
Ya`qub, Hamzah. 2001.Etos Kerja Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya
Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya
Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya.
Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Zuber-Skerrit, O. (Ed). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press.
Zuber-Skerritt, O (Ed.). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press
Zuchdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 258
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
: ........................
MATA PELAJARAN
: Kompetensi Kejuruan
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI : Melatih Keterampilan dasar Komunikasi
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
1. Melatih Proses
komunikasi di
tempat kerja
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
 Komunikasi
 Elemen dalam model
komunikasi
 Efek komunikasi
 Persyaratan kemampuan
berkomunikasi
 Identifikasi elemen
dalam komunikasi
 Umpan balik
berhubungan
komunikasi
 Umpan balik
berhubungan
komunikasi
 Mendapatkan umpan
balik
 Komunikasi
 Pola atau
komunikasi

prosedur





Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Tipe dan fungsi
komunikasi
Bentuk dasar
komunikasi
Proses menyimak
Jenis-mendengarkan di
tempat kerja
Kendala komunikasi
Pola dan prosedur
komunikasi
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Menyebutkan tujuan
komunikasi
 Menjelaskan tahapan
dalam komunikasi
 Memakai umpan balik
yang membangun
 Tes Tertulis
 Tes
perbuatan
 Siswa mampu
menyebutkan tipe
komunikasi
 Menyebutkan tahapan
dalam proses
komunikasi
 Menjelaskan pola
komunikasi
 Tes Tertulis
 Tes
perbuatan
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Buku
referens
i
 Modul
 Buku
referens
i
P a g e | 259
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
MATA PELAJARAN
KELAS/SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
KODE KOMPETENSI
DURASI PEMELAJARAN
KOMPETENSI
DASAR
: ........................
: Kompetensi Kejuruan
:
: Melakukan prosedur administrasi
:
:
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
1. Proses dokumendokumen kantor
 Dokumen dan
dokumentasi
 Mengetahui jenis-jenis
dokumen/ naskah
 Mengetahui jenis-jenis
dokumen/naskah
2. Dasar suratmenyurat
 Konsep surat
 Korespondensi niaga
 Menyebutkan pengertian
surat
 Mengetahui karakteristik
surat
 Mengetahui syarat-syarat
surat yang baik
 Menjelaskan pengertian
surat niaga
3. Mengurus
/menjaga sistem
dokumen
 Macam-macam
dokumen kantor
 Menjelaskan macammacam dokumen kantor
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
PS
PI
SUMBER
BELJAR
 Siswa mampu
menyebutkan pengertian
surat dengan baik
 Siswa mampu
menjelaskan jenis-jenis
surat
 Siswa mampu
menjelaskan jenis-jenis
dokumen
 Siswa mampu
menyebutkan unsurunsur dalam surat
 Siswa mampu
membedakan surat
niaga dengan surat
dinas
 Tes tertulis
 Studi kasus
 Tes
perbuatan
 Modul
 Buku
referensi
 Tes tertulis
 Tes
perbuatan
 Modul
 Buku
referensi
 Siswa mampu
menjelaskan macammacam dokumen kantor
 Tes tertulis
 Tes
perbuatan
 Modul
 Buku
referensi
P a g e | 260
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
: .........................
MATA PELAJARAN
: Kompetensi Kejuruan
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI : Penanganan surat masuk dan surat keluar (mail handling)
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
1. Melatih prosedur
penerimaan dan
pendistribusian
surat masuk
 Pengelolaan surat
masuk
2. Melatih prosedur
pendistribusian
surat keluar
 Pengelolaan surat
keluar
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
 Mengelola prosedur surat
masuk secara sederhana
atau pola lama
 Mengelola prosedur surat
masuk dengan pola baru
 Memproses surat keluar
dengan pola lama
 Memproses surat keluar
dengan pola baru
 Mengidentifikasii mesin
dan perlengkapan terkait
surat menyurat
ALOKASI WAKTU
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
 Siswa mampu
menjelaskan
prosedur
pengurusan surat
masuk dengan
pola lama
 Siswa mampu
menjelaskan
prosedur
pengurusan surat
masuk dengan
pola baru
 Siswa mampu
menguraikan
prosedur
pengurusan surat
keluar dengan pola
lama
 Siswa mampu
menjelaskan
prosedur
pengurusan surat
keluar dengan pola
baru
 Tes
tertulis
 Tes
perbuatan
 Tes
tertulis
 Tes
perbuatan
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Buku
referens
i
 Modul
 Buku
referens
i
P a g e | 261
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Melatih prosedur
penanganan surat
penting yang harus
diterima pada hari
yang sama
 Pengelolaan surat
keluar
4. Melatih prosedur
pengiriman e-mail
 Pesan e-mail dan memo
 Penggunaan e-mail
dengan aman dan
efektif
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
 Memproses surat keluar
 Menjelaskan e-mail dan
memo
 Menjelaskan karakteristik
e-mail dan memo
 Mengidentifikasikan tahap
proses penulisan e-mail
dan memo
 Menguraikan bagianbagian e-mail dan memo
 Menjelaskan penggunaan
e-mail
ALOKASI WAKTU
INDIKATOR
PENILAIAN
TM
 Siswa mampu
menjelaskan
langkah
pengelolaan surat
keluar yang
penting
 Tes
tertulis
 Siswa mampu
menjelaskan email dan memo
 Siswa mampu
menjelaskan
karakteristik e-mail
dan memo
 Siswa mampu
menguraikan
bagian-bagian email dan memo
 Siswa mampu
menyebutkan
tahapan
penggunaan e-mail
 Siswa mampu
menjelaskan etika
penggunaan e-mail
 Tes
tertulis
 Tes
perbuatan
 Tes
perbuatan
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Buku
referens
i
 Modul
 Buku
referens
i
P a g e | 262
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
: ........................
MATA PELAJARAN
: Kompetensi Kejuruan
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI : Sistem Kearsipan
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
1. Merencanakan
kebutuhan bahan
dan alat kearsipan
 Pengertian arsip dan
kearsipan
 Ruang lingkup arsip
 Analisis kebutuhan
bahan dan alat
 Jenis bahan dan alat
kearsipan
 Analisis kebutuhan
bahan dan alat
 Mengidentifikasi alat
sesuai fungsi/kegunaan
 Menetapkan jenis
bahan dan alat
kearsipan dengan
cermat
 Menjelaskan pengertian
arsip dan kearsipan
 Menjelaskan ruang
lingkup dan tujuan
arsip
 Menyebutkan alat-alat
arsip
 Membedakan alat-alat
dalam kearsipan
 Tes tertulis
 Tes perbuatan
 Modul
 Buku
referensi
2. Merancang sistem
kearsipan yang
sesuai
 Sistem
pengorganisasian
 Sistem penyimpanan
 Kebaikan dan
kelemahan setiap
sistem
 Mempraktikan sistem
kearsipan sentralisasi,
desentralisasi,dan
gabungan diikuti
dengan cermat
 Menerangkan sistem
abjad, tanggal, nomor,
subyek, dan wilayah
 Memilih sistem
pengelolaan kearsipan
yang sesuai
 Memilih sistem
penyimanan arsip yang
sesuai
 Menjelaskan azas-azas
pengorganisasian arsip
 Menyebutkan sistem
penyimpanan arsip
 Menyebutkan kebaikan
dan kelemahan sistem
kearsipan
 Tes tertulis
 Tes perbuatan
 Portofolio
 Modul
 Buku
referensi
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 263
KOMPETENSI
DASAR
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Merencanakan
prosedur
kearsipan
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
 Prosedur penyimpanan
 Penemuan kembali
arsip
 Pemeliharaan isi dan
fisik
 Penyusutan dokumen
 Penyortiran surat/
dokumen masuk
 Penciptaan
dokumen/surat keluar
 Pencatatan dokumen
masuk dan keluar
 Prosedur distribusi
internal dan eksternal
 Alat distribusi
 Langkah
penyimpanan dan
temu kembali
 Jadwal retensi
 Prosedur pemusnahan
 Menyortir surat masuk
 Mencatat surat masuk
dan keluar
 Mendistribusikan surat
masuk dan keluar
 Menyimpan dan
menemukan kembali
dokumen
 Memelihara isi dan fisik
dokumen
 Menyusutkan dokumen
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Menyebutkan langkahlangkah prosedur
penyimpanan arsip
 Menyebutkan tahapan
penemuan arsip
 Menjelaskan proses
pemeliharaan dan
perawatan arsip
 Menjelaskan proses
penyusutan arsip
 Tes tertulis
 Tes perbuatan
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Buku
referensi
P a g e | 264
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
:
MATA PELAJARAN
:
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI :
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
.........................
Kompetensi Kejuruan
10 / 2
Melatih penggunaan peralatan kantor
IBSADMGIT05
114 X 45 menit
MATERI
PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
TM
1. Memilih peralatan
kantor
 Furniture
 Perabot/peralatan
kantor
 Pengadaan peralatan
kantor
 Menyebutkan furniture kantor
 Menjelaskan peralatan kantor
 Menyebutkan mesin-mesin
kantor
 Menjelaskan pengadaan
peralatan kantor
 Menjelaskan jenis perjanjian
sewa
2. Melatih penerapan
penggunaan
peralatan kantor
 Mesin-mesin
komunikasi
 Teknologi
perkantoran modern
 Menjelaskan penggunaan mesinmesin komunikasi yang terdapat
di kantor
 Melatih penerapan otomatisasi
kantor
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
 Siswa mampu
menyebutkan
furniture kantor
 Siswa mampu
menyebutkan
mesin-mesin
kantor
 Siswa mampu
menjelaskan
pengadaan
peralatan kantor
 Siswa mempu
menjelaskan
jenis perjanjian
sewa
 Siswa mampu
menjelaskan
penggunaan
mesin
komunikasi
 Siswa mampu
menjelaskan
aplikasi otomasi
kantor
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Tes tertulis
 Modul
 Tes tertulis
Modul
P a g e | 265
KOMPETENSI
DASAR
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Merancang
pemeliharaan
peralatan kantor
MATERI
PEMBELAJARAN
 Pemeliharaan
 Penggantian
 Pengendalian
terpusat
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Menjelaskan pemeliharaan
peralatan kantor
 Menjelaskan penggantian
peralatan kantor
 Memahami program
pengendalian peralatan kantor
 Siswa mampu
menjelaskan
 Siswa mampu
menjelaskan
penggantian
peralatan kentor
 Siswa mampu
menjelaskan
program
pengendalian
peralatan kantor
 Tes praktek
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
Modul
P a g e | 266
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
NAMA SEKOLAH
: .........................
MATA PELAJARAN
: Kompetensi Kejuruan
KELAS/SEMESTER
:
STANDAR KOMPETENSI : Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja
KODE KOMPETENSI
:
DURASI PEMELAJARAN :
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARAN
1. Menganalisis
kegiatankegiatan yang
dapat mencegah
terjadinya
gangguan K3
 Identifikasi kesehatan
di lingkungan kerja
 Unsur-unsur
pendukung kesehatan
kerja
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Menjelaskan pengertian
kesehatan, keselamatan dan
keamanan kerja
 Mengidentifikasi tujuan
kesehatan, keselamatan dan
keamanan kerja
 Mengetahui Undang-undang
ketenaga kerjaan
 Memahami prosedur bekerja
dengan aman dan tertib
 Memahami prosedur pencegahan
agar tujuan K3 dapat tercapai
 Memahami hal-hal yang berkaitan
dengan keamanan
 Siswa mampu
menjelaskan
pengertian K3
 Mengidentifikasi K3
dengan baik
 Mampu menjelaskan
unsur-unsur
pendukung K3
dengan tepat
 Tes
tertulis
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Tes
Praktek
P a g e | 267
KOMPETENSI
DASAR
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
2. Menetapkan
kegiatan
pencegahan dan
penanggulangan
ancaman atau
gangguan
keamanan
MATERI
PEMBELAJARAN
 Program jaminan
kecelakaan kerja
 Kondisi bahaya di
tempat kerja
 Perlengkapan yang
digunakan dalam
situasi darurat.
 Langkah-langkah
situasi darurat
(evakuasi)
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Cepat dan tanggap dalam situasi
darurat
 Bersikap tenang dalam
menghadapi situasi darurat
 Mengetahui jenis-jenis bahaya di
tempat kerja
 Memahami tanda-tanda
peringatan bahaya di tempat
kerja dan ditempat umum
 Mengidentifikasi situasi yang
dapat menimbulkan bahaya
 Mengetahui prosedur keadaan
darurat diperusahaan/ tempat
umum disesuaikan dengan
kondisi perusa-haan/ tempat
umum ter-sebut
 Menerapkan penanganan situasi
darurat sesuai dengan SOP
 Mengikuti tanda-tanda peringatan
bahaya di tempat kerja
 Menentukan langkah dalam
situasi darurat
 Menyebutkan
pengertian program
jaminan kerja
 Menjelaskan
tahapan pengajuan
jaminan
 Mengindentifikasikan
kondisi bahaya
ditempat kerja
 Menjelaskan
langkah-langkah
evakuasi (keadaan
darurat)
 Tes
tertulis
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Tes
Praktek
P a g e | 268
KOMPETENSI
DASAR
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
3. Menganalisis
masalah untuk
menghadapi
situasi darurat
ditempat kerja
MATERI
PEMBELAJARAN
 Upaya menjaga
kebersihan dan
kesehatan pribadi
 Sikap terhadap
keselamatan
 Kesehatan jasmani
dan rohani
 Hygene perorangan
 Lingkungan kerja dan
lingkungan hidup
Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
ALOKASI
WAKTU
PENILAIAN
TM
 Menjaga standar keamanan
penampilan pribadi
 Mengetahui macam-macam
penyakit dan cara
menanggulanginya
 Memahami kesehatan jasmani
dan rohani
 Memiliki kesadaran terhadap
hygiene personal
 Memahami cara bekerja dengan
aman
 Menunjukkan penampilan pribadi
sesuai standar industri perhotelan
 Menerapkan prinsip- prinsip
kesehatan dan keselamatan kerja
 Mengaplikasikan cara bekerja
dengan aman
 Siswa mampu
mengidentifikasi
cara berpenampilan
pribadi
 Siswa mampu
menyebutkan
berbagai macam
penyakit
 Siswa mampu
menjelaskan cara
penanggulangan
berbagai macam
penyakit
 Siswa mampu
membedakan
lingkungan kerja dan
lingkungan hidup
 Tes
tertulis
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
 Modul
 Tes
Praktek
P a g e | 269
Download