PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penulis: Dr. Asep Supena, M. Psi Dra. Edwita, M. Pd Dra. Gusti Yarmi, M. Pd Dr. Yuliani Nuraini Sudjiono Dra. Suprayekti, M. Pd Dr. Rusilanti, M. Si Dr. Supriyadi, M. Pd Dr. Umasih Drs. Abrar, M. Hum Widya Parimita, SE,MPA Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |i KATA PENGANTAR Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, Undang-undang RI nomor 14 2005 dan Peraturan Pemerintah nomoe 19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik (kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru mencakup penguasaan kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang diberikan dengan sertifikat pendidikan yang diperoleh melalui sertifikasi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi prasyarat. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 74 tahun 2009 tentang guru, pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan dua cara yaitu uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru yang memenuhi persyaratan. Peserta sertifikasi melalui penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) untuk melengkapi portofolio, atau (b) mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Untuk menjamin standarisasi mutu proses dan hasil PLPG. Modul bahan ajar PLPG ini digunakan sebagai sumber acuan bagi instruktur dan peserta dalam proses belajar mengajar selama kegiatan PLPG. Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusun modul bahan ajar PLG yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi dalam menyempurnakan modul ini. Mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan PLPG yang akan berdampak pada peningkatan kompetensi guru sesuai amanat Undang-undang. Jakarta, Januari 2013 Universitas Negeri Jakarta Rektor Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M. Pd NIP. 1951031601987031001 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | ii DAFTAR ISI Halaman Judul ........................................................................................................................ Kata Pengantar ........................................................................................................................ Daftar Isi ................................................................................................................................ Peristilahan ............................................................................................................................. ii iii iii ivi Bab I Pendahuluan A. Deskripsi ....................................................................................................................... B. Prasayarat .................................................................................................................... C. Petunjuk Penggunaan Modul .......................................................................................... D. Tujuan Akhir ................................................................................................................. 1 2 2 2 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bab II Materi Pembelajaran 1: Model dan Perangkat Pembelajaran A. Model Pembelajaran 1. Konsep Model Pembelajaran ...................................................................................... 3 2. Model Pembelajaran Ekspositori ................................................................................. 6 3. Model Pembelajaran Inkuiri ....................................................................................... 7 4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................................................ 10 5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir ................................................ 11 6. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................................................. 14 7. Model Pembelajaran Kontekstual ................................................................................ 15 8. Model Pembelajaran PAKEM ....................................................................................... 19 9. Lesson Study ............................................................................................................ 56 B. Pengembangan Silabus dan RPP 1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP ............................................................. 70 2. Desain Materi Pembelajaran ....................................................................................... 100 3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran ........................................................ 111 4. Penyusunan Perangkat Penilaian ................................................................................ 120 Bab III Materi Pembelajaran 2: Penelitian Tindakan Kelas A. Materi Penelitian Tindakan Kelas .................................................................................... 124 B. Contoh Penelitian Tindakan Kelas ................................................................................... 134 Bab IV Materi Pembelajaran 3: Administrasi Perkantoran A. Proses Keterampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja .................................................. B. Prosedur Adminstrasi ..................................................................................................... C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar ..................................................................... D. Pembelajaran Sistem Kearsipan ...................................................................................... E. Memilih Peralatan Kantor ............................................................................................... F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .......................................................................... 155 168 176 190 210 229 Lembar Assesmen ................................................................................................................... Lembar Kunci Jawaban ............................................................................................................ Daftar Pustaka ......................................................................................................................... Lampiran ................................................................................................................................. 240 252 254 259 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | iii PERISTILAHAN/GLOSSARY PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Afektif Belajar : : Desain sistem : Indikator klasikal : : Kognitif : Kompetensi : Kompetensi dasar (KD) : Media : Paradigma Pembelajaran : : Perangkat : Psikomotorik RPP : : Silabus : Sistematik : Sistemik : Standar kom- : Taksonomi : Berkaitan dengan sikap, perasaan dan nilai Perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya. Proses rancangan sistem pembelajaran secara sistemik dan sistematis Pembelajaran Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar kompetensi Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta didik dalam suatu kelas, yang memungkinkan belajar bersama, berkelompok dan individual. Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman konseptual. Periksa taksonomi tujuan belajar kognitif. 1. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. 2. Keseluruhan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dinyatakan dengan ciri yang dapat diukur. Kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif. Segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan isi pelajaran, pembelajaran memberikan kemudahan proses belajar siswa. Cara pandang dan berpikir yang mendasar (1) Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas); (2) Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik. Dokumen yang dibuat guru untuk mengimplementasikan pencapaian tujuan pembelajaran pembelajaran, terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar, media pembelajaran, penilaian hasil belajar. Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan silabus, bersifat operasional, berfungsi sebagai pedoman pencapaian kompetensi dasar. Rancangan pembelajaran pada tingkat mata pelajaran sebagai pedoman pencapaian standar kompetensi. usaha yang dilakukan secara berurutan agar tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Holistik: cara memandang segala sesuatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian lain yang lebih luas. Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian petensi (SK) kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. (1) Meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan tujuan belajar evaluasi (Benjamin Bloom dkk, 1956) (2) Terdiri atas dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang terdiri dari atas faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi, dan dimensi proses kognisi yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Lorin W. Anderson dkk, 2001, sebagai revisi dari taksonomi Bloom dkk). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | iv BAB I PENDAHULUAN PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar A. Deskripsi Kehadiran modul ini sebagai salah satu sumber belajar bagi guru peserta Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sebagaimana amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan bersertifikat pendidik. PLPG merupakan salah satu pola yang diselenggarakan untuk memenuhi guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan regulasi tersebut. Sebagai salah satu sumber belajar diharapkan modul ini memberi pengayaan secara substansial maupun pedagogik kepada guru-guru peserta PLPG, sehingga selesai mengikuti program pelatihan kompetensi guru meningkat, sehingga memungkinkan guru dapat mengubah paradigmanya dalam pembelajaran di kelas yang dalam jangka tertentu dapat meingkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Modul ini pada bagian awal memuat tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru dari sudut pandang akademik. Bahan ajar secara lengkap terkait dengan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru pada tahun 2012 telah ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim. Pada bab-bab berikutnya dibahas tentang Model-model dan Perangkat Pembelajaran yang ditulis dalam Bab III (Kegiatan Pembelajaran I). Penguasaan dan pemilihan terhadap model-model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran di kelas tidak membosankan. Sudah saatnya siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga paradigma pembelajaran yang teacher oriented harus sudah mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Demikian pula dengan atau tanpa pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP, pengembangkan bahan ajar, pembuatan media, dan evaluasi) sudah melekat menjadi tanggung jawab dan kewajiban guru. Bab IV Kegiatan Belajar 2 tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan di kelas sebagai “pengobatan” atas masalah-masalah yang dapat diamati di kelas terkait dengan proses pembelajaran. Dengan melakukan penelitian di kelas bukan saja pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, tetapi kemampuan guru dalam menemukan solusi atas permasalahan pembelajaran dan pengembangan kreativitasnya dapat terwadahi. Secara administratif guru juga akan memperoleh nilai tambah untuk pengumpulan angka kreditnya yang dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/jabatan. Hal yang lebih jauh diharapkan tentunya mutu pembelajaran meningkat kearah yang lebih baik. Bab V Kegiatan Belajar 3 berisi tentang substansi materi dari masing-masing bidang studi. Penguasaan guru terhadap bidang studinya tentu menjadi sesuatu yang mutlak, karena bagaimana pun baiknya penguasaan kelas atau dalam interaksi dengan siswa tidak akan memberikan arti apa-apa tanpa penguasaan bidang studi (materi pembelajaran). Dalam bab V isi modul ini diharapkan memberikan wawasan dan pengayaan yang lebih kepada guru-guruserta melengkapi sumber belajar lain yang dipelajarinya. Prinsip belajar sepanjang hayat mengharuskan guru juga belajar sepanjang masa agar apa yang telah dikuasai terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Modul ini diakhiri dengan assessment, yang terdiri dari assessment untuk kegiatan 1, 2 dan kegiatan 3. Tujuan pembuatan Assesment adalah selain untuk memberi latihan dalam menyelesaikan soal-soal juga member masukan atas keberhasilan dalam mempelajari modul. Secara keseluruhan, substansi modul ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya tentang peningkatan profesi, kompetensi pembelajaran, penilaian, kompetensi penelitian tindakan kelas serta etika profesi guru. Substansi modul ini diharapkan dapat menginspirasi dan menambah wawasan peserta PLPG untuk memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |1 B. Prasyarat Dalam mempelajari modul ini tidak memerlukan persyaratan secara spesifik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika para peserta pelatihan memahami dengan baik terlebih dahulu dalam kaitannya dengan: 1. Regulasi penyelenggaraan PLPG 2. Teori-teori pembelajaran 3. Metodologi penelitian 4. Teknik penilaian. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar C. Petunjuk Penggunaan Modul Untuk memudahkan dalam mempelajari modul ini bacalah bagian-bagian substansi kajian pada bagian awal dalam bab-bab yang tersedia sesuai dengan materi yang diberikan instruktur. Kerjakan latihan-latihan yang disediakan pada bagian bagian berikutnya, dengan terlebih dahulu mempelajari contoh-contoh dan penjelasan pengerjaannya. Jika mengalami kesulitan, tanyalah pada instruktur yang memberikan materi sesuai dengan kajiannya atau mencari dari sumber belajar dan buku-buku lainnya yang relevan. Pada akhir kegiatan, anda diminta untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang telah tersedia. D. Tujuan Akhir Setelah mempelajari modul ini diharapkan para peserta PLPG dapat meningkatkan kinerjanya menjadi guru yang professional sesuai dengan tuntutan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang kualifikasi guru, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |2 BAB II MATERI PEMBELAJARAN 1 MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN A. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Model Pembelajaran 1. Konsep Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Modeldiartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalammelakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2000:152). Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembeiajaran. Dalam mengajar, guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih mengenal siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajar siswa. Salah satu batasan tentang model mengajar adalah : ‘’Model of teaching can be defined as an instructional design which describes theprocess of specifying and producing particular environmental situations which causethe students to interact in such a way that that specificchange occurs in their behavior”, (SS Chauhan, 1979:20). Dengan memperhatikan batasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa model mengajar adalah merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Dalam dunia pendidikan, model diartikan sebagai a plan, method, or series of activitiesdesigned to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Jadi dengandemikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, model pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasukpenggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti tujuan penyusunan suatu model baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, model disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan model adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilrtas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu model. Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran itu adalah adalah suatu set materi dan prosedur pembeiajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |3 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Upaya untuk mengimlernentasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal adalah dengan menggunakan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan model yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi dalam satu model pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan model ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, model berbeda dengan metode. Model menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan, model. Dengan kata lain, model adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a wayin achieving something. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan model adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan model maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.Oleh karenanya model dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan model pembeiajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan model pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif. Selain pendekatan, model, dan metode, terdapat juga istilah lain yang kadangkadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorangdalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu model pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkanbagaimana menjalankan model itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknikyang dianggapnya relevan dengan metode, dan dalam penggunaan teknik itu guru memiliki taktikyang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain. b. Klasifikasi Model Pembelajaran Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok, yaitu : 1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models), menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masayarakst. Oleh karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. 2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha mengalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |4 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3) Model Sosial (Social Family), menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perfaedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep“synergy” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogianya mengorganisasikan belajar melalui’ kerja kelompok dan mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung, jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelttian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan akademis. 4) Model sistem perilaku dalam pembelajaran ( Behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Sejalan dengan hal itu, teori konvergensinya William Stern implementasinya dalam hal belajar mengajar telah menyebabkan munculnya berbagai teori-teori belajar dan teori atau model mengajar, seperti: (1) model behavioral yang terdiri dari belajar tuntas, belajar kontrol diri sendiri, simu!asi, dan belajar asertif; (2) model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka dasar atau“advance organizer”, dan model pengembangan berpikir; dan (3) lain sebagainya yang dapat dijadikan pendekatan yang efektif dalam pengajaran. 5) Pertimbangan Pemilihan Model Pembeiajaran Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir model apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien, Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, sebelum menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan : a) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai i. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor? ii. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ? iii. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran i. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu? ii. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? iii. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? c) Pertimbangan dari sudut siswa i. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa? ii. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa? d) Pertimbangan-pertimbangan lainnya. i. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja? ii. Apakah model yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan? iii. Apakah model itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi? Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang dengan aspek kognitif, akan memiliki model yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor, Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |5 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2. Model Pembelajaran Ekspositori a. Konsep Model Pembelajaran Ekspositori Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyarnpaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan model ekspositori ini dengan istilah model pembeiajaran langsung (direct instruction). Mengapa demikian? Karena dalam model pembelajaran ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah adi. Oleh karena model ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah model “ chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model ekspositori. Pertama, model ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini. Oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsepkonsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah menguasai materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengsn benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembeiajaranyang berpusat pada guru (teacher-centered approaches). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan, guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model ini adalah kemampuan akademik siswa. Model pembelajaran ekspositori akan efektif manakala : 1) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa. 2) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu. 3) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru. 4) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu. 5) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. 6) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa. 7) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle, 1987) model ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anakyang memiliki kemampuan kurang. 8) Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan model yang berpusat pada siswa. b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembeiajaran Ekspositori Dalam penggunaan model pembeiajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. 1) Berorientasi pada Tujuan Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam model pembeiajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran; justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan model ini. Karena itu sebelum model pembelajaran ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. 2) Prinsip Komunikasi Proses pernbelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yangmenunjuk pada proses penyampaian pesan darr seseorang (sumber pesan)kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Pesan yang ingindisampaikan dalam hal ini Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |6 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar adalah materi pelajaran yang diorganisrr dan disusunsesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai.Dalam proses komunikasiguru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerimapesan. 3) Prinsip Kesiapan Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” rnerupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari dari hukum belajar ini adalah agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kitaharus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran, Jangan mulai kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. 4) Prinsip Berkelanjutan Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. c. Prosedur Pelaksanaan Model Ekspositori Sebelum diuraikan tahapan penggunaan model ekspositori terlebihdahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model ini 1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai 2) Kuasai materi palajaran dengan baik 3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampampaian Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada beberapa langkah dalam penerapan mode! ekspositori, yaitu : 1) Persiapan (Preparation) 2) Penyajian (Presentation) 3) Korelasi (Correlation) 4) Menyimpulkan (Generalization) 5) Mengaplikasikan (Aplication) 3. Model Pembelajaran Inkuiri a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasaYunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri. Pertama, model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalaui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat rnenumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |7 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam model pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student-centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : 1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model inkuiri, penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran. Akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar. 2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. 3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. 4) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Model inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. 5) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan olehguru. 6) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. b. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibrium. Atas dasar tersebut, maka dalam penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. 1) Berorientasi pada Pengembangan intelektual. Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.Dengan demikian, model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. 2) Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |8 3) 4) 5) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar c. Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan datam menggunakan model pembelajaraninkuiri adaiah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawabsetiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuirisangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiapguru, apakah itu bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkankemampuan, atau bertanya untuk menguji. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensti seluruh otak. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkernbangan kemampuan logika dan nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Secara umum proses pembetajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2) Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3) Mengajukan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Page |9 4) 5) 6) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengajuan hipotesis. 4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Konsep Dasar, Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama, Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi MPBM ada sejumlah kegiatanyang harus dilakukan siswa. MPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran. Akan tetapi melalui MPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. MPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapantahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Untuk mengimplementasikan MPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yangmemiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisadiambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yangterjadi dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwakemasyarakatan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan: 1) Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. 2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan berpikir dalam membuat judgement secara objektif. 3) Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan serta membuat tantangan intelektual siswa. 4) Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dengan belajarnya. 5) Jika guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dan kenyataan) b. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan MPBM. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah MPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu : a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 10 b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakaan hipotesis yang diajukan. f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 5. Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir a. Hakikat dan Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Telah dijelaskan bahwa salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan para guru kita adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun kita lebih banyak mendorong siswa agar menguasai sejumlah materi pelajaran. Metode pembelajaran yang dibahas pada bab ini adalah metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Metode pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk pembelajaran llmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja dengan berbagai penyesuaian topik, model pembelajaran yang akan dibahas ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya termasuk mata pelajaran sejarah. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini IPS dianggap sebagai pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan pelajaran lainnya, seperti IPA dan Matematika (Sanjaya, 2002). Hal itu merupakan pandangan yang keliru. Sebab, pelajaran apapun diharapkan dapat membekali siswa baik untuk terjun ke masyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka berpendapat bahwa IPS pada IPS pada hakikatnya adalah pelajaran hapalan yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran yang syarat dengan konsepkonsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan. Sekarang bagaimana mengubah paradigma berpikir tentang IPS dan sejarah sebagai mata pelajaran hafalan? bagaimana sejarah dapat dijadikan mata pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa? Di bawah ini akan dijelaskan satu model pembelajaran berpikir dalam pelajaran Sejarah dan IPS. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran hasil dari pengembangan yang telah diuji coba (Sanjaya,2002). Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (MPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas. Pertama, MPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh MPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran. Akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan atau ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan bicara secara verbal merupakan salah satu kemampuan berpikir. Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil-hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupansehari-hari. Ketiga, sasaran akhir MPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah soisal sesuai dengan taraf perkembangan anak. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 11 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Hakikat Kemampuan berpikir dalam MPPKB Model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau MPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reasin (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebihbersifat pasif daripada kegiatan berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan; sedang memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang kurang memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir. Berdasarkan penjelasan di atas, maka MPPKB bukan hanya sekadar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep. Akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan c. Karakteristik MPPKB Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk nengembangkan kemampuan berpikir, MPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran melalui MPPKB menekankan kepada proses mental siswasecara maksimal. MPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya, bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungan stimulus-respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental yang diatur otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses implementasi MPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya. b. Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari secara metoda apa yangakan digunakan. c. Siswa harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru harus membantu agar siswa belajar untuk melihat hubungan antar bagian yang dipelajari. d. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru harus dapat membantu siswa belajar dengan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 12 2) 3) memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. e. Siswa harus secara aktif merespon apa yang mereka pelajari. Merespon dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktivitas secara fisik. MPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. MPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran baru. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar d. Tahapan-tahapan Pembelajaran MPPKB MPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar hal ini sesuai dengan hakikat MPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman. Namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa (George W. Maxim, 1987). Ada 6 tahap dalam MPPKB. Setiap tahap dijelaskan sebagai berikut: 1) Tahap Orientasi Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materipelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa, kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasn tentang apa yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pata tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan MPPKB. Pemahaman yang baik akan membuat siswa tahu kemana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka.Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasi proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan minat belajar siswa. 2) Tahap Pelacakan Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang diangap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru rnenentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan Tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya. 3) Tahap Kontrontasi Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan. Mengapa demikian? Sebab, pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu, keberhasilan pembelajaran pada tahap selanjutnya akan ditentukan oleh tahapan ini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 13 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4) Tahap Inkuiri Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MPPKB. Pada tahap inilah siswa berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pada tahapan ini guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya 5) Tahap Akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melaluiproses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.Tahap akomodasi dapat juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali pembahasan yang diangap penting dalam proses pembelajaran 6) Tahap Transfer Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transper dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalahmasalah baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan. 6. Model Pembelajaran Kooperatif a. Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, Ada empat unsur penting dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar; (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, diantaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat danbakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya. Salah satu model dari model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil oenelitian membuktikan bahwa pemggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalambelajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 14 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Model pembelajaran ini bisa digunakan manakala : 1) Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar. 2) Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar 3) Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain. 4) Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum. 5) Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka. 6) Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. 7. Model Pembelajaran Kontekstual a. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk.dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya mener.ima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat rnemahami materi yang dipelajarinya,akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam kontek CTL, bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Sehubungan dengan itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. 1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yangsudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajarai secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 15 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lam tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional Apa perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran konvensional seperti yang banyak diterapkan sekolah sekarang ini? Di bawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut dilihatdari konteks tertentu. 1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktifdalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan 1 menggalisendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswaditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasisecara pasif 2) Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan member!. Sedanskan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual denga nmenerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran. 3) Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil,sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak. 4) Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan. 5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atauangka. 6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luardirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takit hukumanatau sekadar untuk memp.eroleh angka atau nilai dari guru. 7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi olehorang lain. 8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.Sejarah SMA PLPG Sertifikasi Guru 2012 Rayon 9 Universitas Negeri Jakarta 96 10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes. Beberapa perbedaan pokok si atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya. a. Asas-Asas CTL CTL memiliki 7 asas yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Seringkali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 16 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1) Konstruktivisme Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bias mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa demikian? Sebab, pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas konstruktivis mendalam pembelajaran CTL, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata 2) Inkuiri Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan peneluan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasildari rnengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja? Tentu tidak. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah,yaitu : a) Merumuskan masalah b) Mengajukan hipotesis c) Mengumpulkan data d) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan e) Membuat kesimpulan 3) Bertanya Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswadapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran b) Membangkitkan motivasi belajar siswa c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakatdan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka sating membelajarkan; yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. 5) Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan lain sebagainya. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 17 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 6) Refleksi Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yangdilakukan dengan cara menurutkan kembali kejadian-refleksi, pengalaman belajar itu aKan aimasukkan aaiam struKtur Kognitif siswa yang padaakhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisaterjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yangtelah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannyaDalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhirproses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmerenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkansecara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapatmenyimpulkan tentang pengaiaman belajarnya. 7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Penilaian nyata (Authentic Assesment) adalah proses yang dilakukan guruuntuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yangdilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakan siswabenar-benar belajar atau tidak; apakah pengaiaman belajar siswa memilikipengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan prosespembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatanpembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepadaproses belajar bukan kepada hasil belajar. b. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsidan jenis pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar: 1) Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar 2) Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar 3) Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar nontradisional 4) Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar 5) Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini: a) Pendahuluan i. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari prosespembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. ii. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL : (a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlahsiswa (b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dankelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan (c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yangditemukan di pasar-pasar tersebut iii. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa b) Inti Di lapangan i. Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok ii. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Di dalam kelas (a) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masingmasing (b) Siswa melaporkan hasil diskusi (c) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain Penutup Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 18 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar (d) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai (e) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar” Apa yang dapat Anda tangkap dari pembelajaran dengan menggunakanCTL? Ya, pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelasdigunakan untuk salin membelajarkan. Untuk itu ada beberapa Catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu model pembelajaran, yaitusebagai berikut: (a) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental, (b) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. (c) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. (d) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. 8. Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (Model PAKEM) a. Pengantar Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanahair adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Modul ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, danbagaimana PAKEM tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah yang dapat dilakukan instruktur. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses yang telah dirancang dalammodul ini, para peserta diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing. Proses Pembelajaran Calon Siswa Lulusan PAKEM (Depdiknas, 2005: 71) Gambar Model Pembelajaran PAKEM LANGKAH KEGIATAN Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai berikut: Pengantar Singkat oleh Instruktur Presentasi Penguatan Hasil Diskusi Pemodelan PAKEM (secara pleno) Diskusi Kelompok tentang hal-hal yang diamati dalam pemodelan Diskusi kelompok mengidentifikasi ciri-ciri PAKEM Sharing Hasil diskusi Kelompok dan Pelaporan Presentasi video/multimedia pelaksanaan Gambar Langkah Model Pembelajaran PAKEM Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 19 1) Kegiatan diawali dengan pengantar singkat oleh instruktur tentang rencana kegiatan dankompetensi yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan. Kemudian juga disampaikanpengaturan peserta dan aturan main pelaksanaan kegiatan. 2) Kegiatan berikutnya adalah permodelan PAKEM.Instruktur memodelkan pelaksanaan PAKEM dengan melibatkan peserta sebagai murid. Pemodelan selain dimaksudkanagar peserta dapat menghayati bagaimana mengikuti PAKEM, mereka juga diharapkandapat merasakan perbedaan antara pengalaman sebelumnya dengan PAKEM. 3) Diskusi kelompok. Diskusi kelompok (4-6 orang) tentang hal-hal baru yang ditemukandalam pembelajaran PAKEM ” ditinjau dari beberapa hal, antara lain: kegiatan anak danbentuk layanan yang diberikan guru, jenis pertanyaan atau penugasan yang dikerjakansiswa, interaksi antar siswa dan interaksi lainnya, sumber belajar yang digunakan,dan lain sebagainya. Selanjutnya proses dan hasil diskusi dituliskan pada format yangdisajikan pada tabel berikut PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tabel Format/Pencatat hasil Diskusi Komponen Pembelajaran Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Interaksi Antar Siswa Interaksi Siswa dengan Guru Jenis Pertanyaan atau Penugasan Yang Dikerjakan Siswa Sumber Belajar Yang Digunakan Lainnya: …. 4) 5) Hal baru yang Berbeda dengan Kebiasaan Pembelajaran selama Ini a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c a. b. c a. b. c. Berbagi Hasil Diskusi Hasil diskusi kelompok selanjutnya dipajang di tempat-tempat yang agak terpisah a) Salah seorang dari setiap kelompok menunggui hasil kerjanya dan siap menjelaskankepada kelompok lain yang mendatangi dan menanyakan segala sesuatu yang terkaitdengan hasil karyanya b) Kelompok lain mengunjungi dan belajar dari kelompok lain (berkeliling sehingga semuahasil kerja kelompok lain sempat dikunjungi dan dipelajari). Presentasi Video/multimedia tentang PAKEM a) Instruktur memberikan informasi kepada peserta pelatihan untuk memperhatikan rekaman ideo/multimedia secara cermat dan memberikan bentuk tagihannya, yakni, memperbaiki hasil diskusi kelompok sebelumnya. b) Instruktur menampilkan rekaman video/multimedia yang memperlihatkan pelaksanaan pembelajaran yang PAKEM. c) Setiap kelompok diminta melaporkan hal-hal yang dapat ditambahkan pada hasil kerja sebelumnya, dan kelompk lain menambahkan hala-hal lain yang tidak disebutkan oleh kelompok sebelumnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 20 6) 7) Diskusi kelompok Pada tahap ini kembali ke kelompok masing-masing dan mengidentifikasi ciri-ciri PAKEM secara lebih lengkap. Presentasi penguatan hasil diskusi PAKEM Instruktur menyajikan transparansi tentang PAKEM sebagai penguatan terhadap proses dan hasil kerja para peserta pelatihan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Apa, Mengapa PAKEM 1) Pengertian PAKEM PAKEM merupakan salah satu pilar dari program MBS (Menciptakan masyarakatyang peduli pendidikan anak) dan program ini merupakan program UNESCO dengan bekerja sama dengan Depdiknas. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar harus merupakan suatu proses aktif dari siswadalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari guru tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Vigotsky bahwa ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Dengan aktif berbicara (diskusi) anak lebih mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Katz dan Chard bahwa anak perluketerlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Siswa yang lebih banyak duduk diam akan menghambat perkembangan motorik, akademik, dan kreativitasnya. Anak usia TK dan SD lebih cepat lelah jika duduk diam dibandingkan kalau sedangberlari, melompat, atau bersepeda Akan tetapi,dengan belajar yang aktif, motorikhalus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengan baik. Melalui belajar aktifsegala potensi anak dapat berkembang secara optimal dan memberikan peluang siswa untuk aktif berbuat sesuatu sambil mempelajari berbagai pengetahuan. (Sowars, 2000: 3-10) Oleh karena itu, proses belajar harus melibatkan semua aspek kepribadian manusia,yaitu mulai dari aspek yang beruhubungan dengan pikiran, perasaan, bahasa tubuh,pengetahuan, sikap, dan keyakinan. Menurut Magnesen dalam Dryden bahwa dalambelajar siswa akan memperoleh 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar,30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. (Dryden,2000: 100) Unsur kedua dari PAKEM adalah kreatif. Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk berkreasi. (Silberman, 1996: 9). Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Semiawandaya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebut diperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya daya tersebut.(1999 : 66). Suasana kondusif yang dimaksud dalam PAKEM adalah suasana belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktifdan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat mengemukakan gagasan dan ide tanpa takut disalahkan oleh guru. Adapun pembelajaran yang efektif terwujud karena pembelajaran yang dilaksanakan dapat menumbuhkan daya kreatif bagi siswa sehingga dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kemampuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa pengetahuan yang bersifat verbalisme namun diharapkan berupa kemampuan yang lebih bermakna. Artinya siswan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa sehingga menghasilkan kemampuan yang beragam. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 21 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Belajar yang efektif dapat dicapai dengan tindakan nyata (learning by doing) dan untuksiswa kelas rendah SD dapat dikemas dengan bermain. Bermain dan bereksplorasidapat membantu perkembangan otak, berbahasa, bernalar, dan bersosialisasi.Menyenangkan adalah suasana pembelajaran yang menyenangkan sehinggasiswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian siswa terbuktidapat meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif yang tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa secara proses pembelajaran berlangsung, sebab siswa memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai,. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Kelas yang sunyi, anak sebagai pendengar pasif, tidak adaaktivitas konkrit membosankan dan belajar tidak efektif tidak kritis, tidak kreatif,komunikasi buruk, apatis. Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neocortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru galak akan menurunkan fungsi otak menuju batang otak dan anak tidak bisa berpikir efektif, reaktif atau agresif. (Pancamegawani, 2006) Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka melalui berbuat atau melakukan. Kemudian dalam PAKEM guru menggunakan berbagai alat bantu atau media dan berbagai metode. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam PAKEM guru menggunakan multi media dan multi metode, sehingga kegiatan pembelajaran yang tecipta dapat membangkitkan semangatsiswa dan dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam diri siswa. Yang tidak kalah pentingnya adalah PAKEM menggunakan lingkungan sebagai sumberbelajar untuk menjadikan siswan menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Untuk penataan kelas dalam PAKEM guru mengatur kelas dengan memajang bukubukudan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. Dengan demikian siswa dapat memanfaatkan sumber belajar yang ada dalam kelas sehingga kemampuan anak dapat bekembang lebih optimal. Dalam strategi pembelajaran guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatifdan interaktif termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untukmenemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1) 2) Landasan PAKEM a. Landasan Yuridis Landasan yuridis PAKEM adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yangcukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1) b. Asumsi Dasar tentang Belajar Asumsi dasar belajar adalah belajar merupakan proses individual, belajar merupakan proses social, belajar adalah proses yang menyenangkan, belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti, belajar adalah membangun makna (Constructivism) Perubahan Paradigma Mengajar – Pembelajaran (Teaching – Learning) Penilaian–Perbaikan terus menerus (Testing–Continuous improvement) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 22 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat; TeknologiInformasi/sumber belajar sangat beragam; Bekal memenuhi kebutuhan manusiamodern–mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah; Persainganinternasional (Globalisasi) Belajar lebih efektif/pendalaman; Anak lebih kritis; Anak menjadi lebih kreatif; Suasana dan pengalaman belajar bervariasi; Meningkatkankematangan emosional/sosial; Produktivitas siswa tinggi; Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan; c. Cara Anak Belajar Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahamanterhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisa kankarena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspeklain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair,panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: i. Konkrit Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. ii. Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dariberbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. iii. Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secarabertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutanlogis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. c. Pembelajaran yang Efektif Kegiatan belajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang menunjang kompetensi siswa. Kegiatan belajara yang efektif adalah kegiata belajar yang memahami makna belajaryang sesusngguhnya, pembelajaran yang berpusat, pembelajaran yang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 23 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar mengalami, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, pembelajaran yang merupakan perpaduan kemandirian dan kerja sama, belajar sepanjang hayat. Makna belajar merupakan proses membangun pemahaman/pemaknaan terhadap informasi dan atau pengalaman siswa. Siswa sebagai subjek belajar. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa.Belajar mengalami artinya siswa terlibat langsungdalam pembelajaran. Hal ini dapat dikembangkan melalui pengalaman inderawi: melihat,mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, mencium, Pengalaman simulasi , Audio-visual, Mendengarkan informasi. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi, hasil temuan, berinteraksi dengan lingkungan belajar kelompok, saling mempertajam, memperdalam, memantapkan, menyempurnakan gagasan. Keterampilan social dapat dilakukan dengan bersosialisasi dengan menghargai perbedaan pendapat, sikap, kemampuan, prestasi Bekerja sama dan mengembangkan empati. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah BerTuhan, yaitu dengan mengembangkan Rasa ingin tahu, peka, kritis, mandiri, dan kreatif Fitrah bertuhan,bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa Perpaduan Kemandirian dan Kerja Sama, berkompetisi , kerja mandiri, kerja sama, dan solidaritas. Adapun Belajar Sepanjang Hayat Untuk bertahan (survive) & berhasil (success) Mengenali diri Keterampilan belajar: percaya diri, keingintahuan, memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama Pengalaman Belajar yang Beragam,Pengalaman Mental, Pengalaman Fisik, dan Pengalaman Sosial. Pengalaman Mentaldapat diperoleh Melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, markan berita radio, televisi, melakukan perenungan, menonton film Pengalaman Fisik dapat diperoleh melalui pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata, dan pembuatan buku harian. Pengalaman sosial melalui berwawancaradengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazaar, melakukanpameran, mengamati, bertanya, mempertanyakan, menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis mengumpulkan data. Dengan situasi: nyata, buatan, audio-visual (misal: sajian film), visualisasi verbal: ilustrasi (cerita grafik,table) audioverbal. Contoh-contoh Pengalaman Belajar 1) menggubah syair dan bernyanyi 2) melakukan permainan 3) diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah) 4) menggambar dan mengarang 5) menulis prosa, puisi, pantun 6) membaca 7) menyimak 8) mengisi teka-teki 9) mengajukan pertanyaan penelitian 10) mengajukan pendapat dengan alasan yang logis 11) mengomentari 12) bercerita 13) mendengarkan cerita 14) mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda 15) mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting 16) membuat rangkuman/sinopsis 17) mendemonstrasikan hasil temuan 18) mencari pemecahan soal-soal (matematika) 19) membuat soal cerita 20) mengukur panjang, berat, suhu 21) merencanakan dan melakukan percobaan, penelitian 22) membuat buku harian 23) membuat kamus 24) melakukan simulasi (dengan komputer) 25) mengelompokkan, mengidentifikasi ciri benda 26) mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 24 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 27) membuat komik 28) membuat prediksi dan berekspolarsi 29) membuat grafik 30) membuat diagram 31) membuat carta 32) membuat jurnal 33) menyiapkan dan melaksanakan pameran 34) menggunakan alat (ukur, potong, tulis) 35) praktik ibadah 36) berceramah 37) membuat poster 38) membuat model (misal: kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran) 39) menata pajangan 40) menata buku perpustakaan 41) membuat daftar pertanyaan untuk wawancara 42) melakukan wawancara 43) membuat denah 44) membuat catatan hasil penjelasan/hasil pengamatan 45) membaca kamus 46) mencari informasi dari ensiklopedi 47) melakukan musyawarah 48) mengunjungi dan menemukan alamat situs website 49) berorganisasi 50) mendiskusikan wacana dari media cetak/media elektronik 51) membuat cergam 52) membuat resensi buku 53) mengkritisi suatu artikel 54) mengkaji pola tulisan suatu artikel 55) menulis artikel ilmiah populer 56) membuat ensiklopedi (tambahkan kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir danmengaplikasikan pengetuan yang sudah dimiliki siswa) Pengelolaan KBM 1) Pengelolaan Tempat Belajar 2) Pengelolaan Siswa 3) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran 4) Pengelolaan Isi Pembelajaran 5) Pengelolaan Sumber Belajar Pengelolaan Tempat Belajar 1) Bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 2) Memperhatikan intensitas interaksi antarsiswa 3) Yang dikelola: pajangan (hasil kerja siswa, gambar peta, diagram, model, benda asli, kumpulan puisi, karangan), meja kursi, perabot sekolah, sumber belajar Pengelolaan Siswa 1) Siswa dikelola secara individual, berpasangan, berkelompok, seluruh kelas 2) Hal yang perlu menjadi pertimbangan 3) jenis kegiatan 4) tujuan kegiatan 5) keterlibatan siswa 6) waktu belajar 7) ketersediaan sarana/prasarana 8) karakteristik siswa Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 25 Tabel Keberagaman Karakteristik Siswa Faktor Keberagaman PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pengelolaan Siswa 1) Siswa berpeluang mempelajari materi yg Isi(bycontent) berbeda dlm sasaran kompetensi yg sama ataupun berbeda 2) Siswa berpeluang berkreasi sesuai dg minat dan motivasi belajar baik dlm kompetensi yg sama Minat dan motivasi(by interest) maupun berbeda. Siswa termotivasi belajarsecaramandiri 3) Siswa berpeluang belajar (bekerja) sesuai dengan Kecepatan tahapan belajar (by speed) kecepatan yg dimilikinya. Keberagaman bias pada kompetensi, isi, maupun kegiatan 4) Siswa berpeluang untuk mencapai kompetensi Tingkat kemampuan (by level) secara maksimal sesuai dg tingkat kemampuan yg dimiliki 5) Siswa berpeluang menunjukkan respon melalui Reaksi yang diberikan siswa (by respond) presentasi/menyajikan hsl karyanya secara lisan,tertulis,benda kreasi,... 6) Siswa berpeluang menguasai kompetensi Siklus cara berpikir (by circularsequence) melalui cara-cara, dan seleksi berdasarkan perspektif yg mereka pilih 7) Siswa berkemungkinan untuk memiliki perbedaan Waktu (by time) durasi untuk menguasi kompetensi tertentu 8) Siswa diberi perlakuan secara individual sesuai Pendekatan pembelajaran (by teachingstyle) dengan keadaannya 1) Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran Pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi mengharap jawaban benarTujuan Bertanya adalah menharapkan jawaban yang benar dan meransang siswa berpikir danberbuat dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat produktif, terbuka, dan imajinatif. Tabel Kategori Pertanyaan Kategori Pertanyaan Terbuka Tertutup Produktif Tidak Produktif Arti Pertanyaanya memiliki lebih dari satu jawaban benar Pertanyaanya memiliki hanya satu jawaban benar Dpt dijwb melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan Dpt dijwb hanya dg melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan Contoh Mengapa ibukota Indonesia Jakarta? Apa Nama ibukota Indonesia? Berapa halaman kertas diperlukan untuk menghabiskan Apa nama benda ini? Imajinatif dan interpretative Jwb-nya diluar benda/gambar/kejadian yg diamati (Diperlihatkan gb gadis termenung dipinggir laut). Diajukan pertanyaan,“Apa yang sedang dipikirkan gadis itu?” Faktual Jwb-nya dpt dilihat pd benda/kejadian yg diamati Apa yang dipakai gadis itu? 2) Penyediaan umpan balik yang bermakna Umpan balik bukanlah pernyataan yang memotivasi siswa Penilaian yg mendorongsiswa melakukan unjuk kerja Penilaian dilakukan secara alami dalam konteks pembelajaran. Modus/medium untuk menilai tidak cukup satu jenis Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 26 Tabel Umpan Bailk Guru terhadap Perilaku Siswa Perilaku Siswa 1. Pak/Bu apakah di Mars ada kehidupan? 3. Di mars pasti ada kehidupan 5. Mengerjakan sesuatu berbeda dari biasanya 7. Berargumentasi Umpan balik dari guru 2. Menurutmu bagaimana? 4. Mengapa kamu berpendapat spti itu? 6. Meminta penjelasan,“Dptkah kamu jelaskan, mgp demikian? 8. Ini alas an yang saya tdk banyak tahu Kamu tlh meyakinkanku, bgm pendpt temanmu? PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3) Pengelolaan Isi Pembelajaran a) Menyiapkan Silabus Pembelajaran b) Kemungkinan pembelajaran tematik 4) Pengelolaan Sumber Belajar a) Pemanfaatan sumber daya sekolah b) Pemanfaatan sumber daya lingkungan 5) Strategi Pembelajaan a) Siswa belajar secara aktif b) Siswa membangun peta konsep c) Siswa menggali informasi dr berbagai media d) Siswa membandingkan dan mensintesiskan informasi e) Siswa mengamati secara aktif f) Siswa menganalisis peta sebab akibat g) Siswa melakukan kerja praktik 9. Mengapa Perlu PAKEM ? a. Perlunya Belajar Aktif Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan manifestasi dari belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Keterlibatan mereka secara aktif dalam pembelajaran memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengeksplorasi informasi, mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta membangun sendiri konsep-konsep yang ingin dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Pribadi yang mampu belajar terus menerus seperti inilah yang diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai pesatnya perkembangan jaman serta berkompetisi di era global. Alvin Toefler, salah seorang futurolog, menyatakan bahwa orang buta huruf pada saat ini bukanlah orang yang tidak bisa membaca melainkan orang yang tidak bisabelajar. Sebagai implikasinya, kemampuan belajar terus menerus atau menjadi manusia pembelajar seumur hidup merupakan keharusan jika kita ingin eksis di erainformasi. Hal inilah yang menjadi landasan mengapa pembelajaran yang aktif perludan penting bagi siswa. Aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih tepatnya pembelajaran kooperatif diharapkan juga menumbuhkan siswa menjadi pribadi dan warga negara yang lebih toleran dan damai. Jika siswa terbiasa mengemukakan gagasan, toleran dan menghargai pendapat orang lain, diharapkan sikap dan perilaku tersebut dapat terus berkembang ketika mereka terjun di masyarakat kelak. Dengan demikianpembelajaran yang aktif juga ikut menyiapkan siswa menjadi warna negara yanglebih baik dan lebih demokratis Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 27 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Perlunya Pembelajaran yang Kreatif Kendati saat ini banyak dibutuhkan, kreativitas dan orang-orang yang kreatif masih saja belum banyak jumlahnya. Konon hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau temuan. Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuan-temuan baru tentu saja menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain didunia. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk semenjak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. Guru PAKEM seyogyanya memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menghasilkan karya baik secara berkelompok maupun individual. Pengembangan kreativitas semenjak dini ini diharapkan juga membentuk karaktersiswa menjadi pribadi-pribadi kreatif. Kelak ketika mereka dewasa kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dan memecahkan berbagai masalah kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan. c. Perlunya Pembelajaran yang Efektif Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendidikandi negara kita masih jauh tertinggal dari negaranegarayang lain. Salah satu bukti rendahnyaprestasi belajar siswa Indonesia dapat dicermati dari hasil Trens in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dilaksanakan oleh IEA. Institusi ini membandingkan prestasi belajar matematikadan sains siswa Amerika Serikat dan siswa-siswa di negara yang lain. Hasil rerata untuk sekolah menengah, Indonesia berada pada urutan ke 36 dari45 negara yang diteliti. Skor rerata siswa Indonesia adalah 420, jauh di bawah rata-rata internasional 471 (National Center for Educational Statistics, Desember 2004). Dengan demikian isu peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas pembelajaran memang perlu ditindak lanjuti diantaranya dengan menyelenggarakan pembelajaranyang efektif. Guru harus yakin bahwa ketika pembelajaran berakhir semua siswa telah menguasai indikator kompetensi dasar yang diharapkan. Melalui penilaian berbasis kelas informasi tentang penguasaan topik pembelajaran akan segera diketahui oleh guru dan informasi ini menjadi bekal untuk merefleksi pembelajaran yang lebihefektif pada masa berikutnya. d. Perlunya Pembelajaran yang Menyenangkan Riset tentang learning society atau masyarakat belajar menunjukkan bahwa perilaku belajar anggota masyarakat dipengaruhi oleh pengalaman belajar mereka ketika masih kecil. Mereka yang mengalami pembelajaran yang menyenangkan cenderung akan mengulanginya dan tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup. Mereka yangmengalami suasana pembelajaran yang buruk dan guru-guru yang galak cenderung untuk tidak melanjutkan proses belajar. Berkaitan dengan hal ini pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga siswa belajar dengan asyik atau menyenangkan. Waktu yang diluangkan oleh siswa di bangku pelajaran juga terbilang panjang. Dalam kurun waktu tersebut diharapkan siswa tidak merasa terpenjara atau sekolah sebagai penjara yang penuh siksaan-siksaan psikologis. Karena dampaknya tentu tidak baik bagi perkembangan anak. Seyogyanya siswa bisa menghabiskan waktu sekolahnya dengan senang hati, enjoy dan menikmati berbagai pengalaman belajarnya. Untuk itulah guru perlu menciptakan suasana fisik dan psikologis sedemikian rupa sehingga siswa kerasan di sekolah. Pendek kata siswa juga berhak menikmati masa-masasekolahnya dengan senang hati. e. Belajar dan Pembelajaran Bermakna Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 28 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengananak, anak dengan sumber belajar dan anakdengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akanmenjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalamlingkungan yang nyaman dan memberikan rasa zaman bagi anak. Proses belajar bersifat individualdan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalamdiri individu sesuai dengan perkembangannya danlingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Hal yang Harus Diketahui dan Diperhatikan Guru dalam Melaksanakan PAKEM. Dalam dinyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami dan diperhatikan guru dalam melaksanakan PAKEM. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. 1) Memahami Sifat yang Dimiliki Anak Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin tahudan berimajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus dikembangkan ataudistimulasi melalui kegiatan belajar mengajar. Karena kedua hal tersebut adalah modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki olehsiswa. Seperti dikemukakan oleh Jhonson salah satu komponen dalam system pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kratif. Artinya siswa dapatmenggunakan tingkat berpiki yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif (2002:24). Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan kedua sifat yang dimiliki anak tersebut secara optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau prestasinya. Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa perlu dihargai oleh guru. Kemudian kebiasaan guru mengajukan pertanyaan yang menantang atau yang bersifat terbuka juga langkah tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tidak kalah pentingnya adalah guru yangmendorong anak untuk melakukan percobaan juga merupakan siswa yang subur untuk mengembangkan kemampuan yang dimaksud. 2) Mengenal Anak Secara Perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan individual perlu diperhatikandan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuaidengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitansehingga anak tersebut bwelajar secara optimal. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 29 3) Memanfaatkan Prilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar Sebagai makhluk sosial. Anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Prilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganiosasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahan sesuatu, anak dapat bekerja, berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4) Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan KemampuanMemecahkan Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganaklisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir teraebut kritis dan kreatif bersal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yangterbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata ”Apa yang terjadi jika....,lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata”Apa, berapa. Kapan” yangumumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar. 5) Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang diapajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswalain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,puisi, karangan dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6) Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat trulisan, dan membuat gambar atau diagram. 7) Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belaja. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu cara memberika umpan balik pun harus secara santun.Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya dirim dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikkan komentar dan cacatatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari hanya sekedar angka Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 30 8) Membedakan antara Aktif Fisik dan Aktif Mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatansibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yangsebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut baik takut ditertawakan, takut disepelekan,atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 10. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM a. Pengantar Setelah peserta memahami pengertian dan gambaran tentang PAKEM pada unit 3,peserta dituntut membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik mengajar terhadap teman (simulasi) maupun terhadap siswa (praktik mengajar). Hal ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman terutama tentang hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya. Contoh-contoh pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada lampiran tersendiri. Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan pembelajaran PAKEM. I. Tujuan Pembelajaran A. Standar kompetensi Setelah mempelajari materi ini diharapkan memahami tentang hakikat PAKEM, dan mampu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan PAKEM B. Kompetensi Dasar Mampu merancang dan melaksanakan PAKEM C. Tujuan 1. Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu : 2. Membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM 3. Melakukan Simulasi 4. Melakukan evaluasi dan produk mengajar II. Langkah Kegiatan Secara diagramatik, langkah pembelajaran dalam pertemuan ini digambarkan sebagai berikut : 30’ 30’ 60’ Modeling PAKEM oleh fasilitator per mata pelajaran Diskusi kelompok: mengidentifikasi ciri-ciri PAKEM Memilih scenario dan membuat persiapan mengajar (simulasi) PAKEM 1 2 3 120’ Simulasi PAKEM 4 45’ 45’ 180’ 120’ 30’ Umpan balik hasil karya siswa Diskusi refleksi mengajar Praktik mengajar di kelas yang nyata Menyempurnak an persiapan mengajar Diskusi kelompok: Penyempurnaan simulasi 9 8 7 6 5 Gambar Langkah Pembelajaran PAKEM Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 31 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. Modeling PAKEM ( 30 menit) Peserta dikelompokkan dalam kelompok mata pelajaran. Fasilitator melakukan pemodelan PAKEM d i depan kelompok tersebut. Setiap kelompok mengamati pemodelan sesuai dengan kelompoknya. Langkah-langkah: Memilih skenario yang sudah tersedia, menyiapkan alat-alat,kemudian mempraktikkan cara mengajar yang PAKEM sesuai dengan skenario yang sudah dipilihnya. Dalam modeling, fasilitatormenjadi guru sedangkan peserta menjadi siswa/ pengamat. Modeling sebaiknya disesuaikan dengan level peserta, hal ini untukmenghindari ketidakseriusan. 2. Diskusi Kelompok (30 menit) Peserta mendiskusikan hasil pengamatan mereka terhadap modeling. Langkah-langkah: peserta mendapatkan scenario mengajar yang dipilih oleh fasilitator pada saat modeling; Peserta mendiskusikan struktur skenario dan pelaksanaannya (langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, manajemen kelas, pajangan dan kompetensi ) Diskusi didampingi oleh fasilitator yang menjadimodel pada kelompok itu. Kerja Kelompok: 3. Membuat Persiapan Simulasi PAKEM ( 60 menit) Peserta diberi contoh RP yang dapat diambil dari buku ”bestpractice”atau contoh-contoh RP yang lain. Dalam kelompok yang terdiri dari anggota kelompok 3-5 orang, peserta mendiskusikan RP yang bernuansa PAKEM tersebut. Kemudian RP disimulasikan di depan peserta lain. Selanjutnya peserta memperbaiki RP berdasarkan masukan yang ada. RP ini akan dipraktikkan di depan siswa di pertemuan berikutnya. Langkah selanjutnya, peserta menyiapan alat bantu belajar/mengajar, lembar kerja, bahan ajar, bahan bacaan (jika diperlukan). Peserta dapat menyesuaikan contoh PAKEM dengan keadaan setempat dan membuat perbaikan kalau mereka mempunyai ideyang lebih baik. 4. Simulasi Mengajar ( 120 menit) Pelaksanaan simulasi dilakukan dengan cara salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain yang ada dalam kelompoknya. Simulasi dapat pula dilakukan dengan cara salah satu peserta dari satu kelompok melakukan simulasi di depan kelompok yang lain. Langkah-langkah: Pada jam yang sama setiap kelompok menampilkan salah satupeserta untuk melakukan simulasi. Setelah itu peserta lain jugamelakukan hal yang sama. Simulasi juga dapat dilaksanakan olehanggota dari kelompok tertentu di depan kelompok yang lain. (Simulasi tidak perlu sampai tamat: 30 – 45 menit mungkin cukup.Ingatkan peserta/pengamat agar mengamati proses simulasi terutama dari segi sejauh mana pembelajarannya sesuai dengan ciri-ciri PAKEM). Fasilitator mengamati pelaksanaan semua simulasi sesuai dengan mata pelajaran yang telah dimodelkannya. 5. Diskusi Kelompok: Hasil Simulasi (30 menit) Langkah-langkah: Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilandan hambatan yang dirasakannya selama simulasi (5 menit); Peserta lain memberikan komentar terutama dari segi sejauhmana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator. (Kelompok pelaku simulasi hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam menyempurnakan persiapan, lembarkerja, dan sebagainya). 6. Perbaikan Persiapan PAKEM (120 menit) Langkah-langkah: Masing-masing kelompok memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 32 akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk mempraktikkannya. (Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan persiapan, LK, dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan). 7. Diskusi Kelompok: Proses Mengajar (180 menit) Kelompok mengkaji pelaksanaan praktik, sejauh mana PEMBELAJARAN memenuhi karateristik PAKEM. Diskusi terfokus pada kualitas tugas, perintah yang diberikan oleh guru; kegiatanyang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan hasil yang diharapkandan hambatan yang dialami pada saat mengajar, serta alternative pemecahannya. Hasil diskusi dipajangkan dan menjadi bahan diskusikelompok lain. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar III. Uraian Materi Bagaimana Pelaksanaan PAKEM Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan PAKEM yang telah diuraikan di atas, maka kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus sesuai dengan kemampuan tersebut. Adapun contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tersebut akan diuraikan berikut ini. Gambaran penerapan PAKEM tersebut dapat ditinjau berdasarkan beberapa komponen pembelajaran Tabel Penerapan PAKEM Komponen Pembelajaran Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Hal Baru Yang Berbeda dengan Kebiasaan Pembelajaran Selama Ini Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung keluar kelas. Sesusai mata pelajaran, guru menggunakan misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan,atauwawancara Mengumpulkan data/jawaban danmengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan katakata sendiri Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebutt Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 33 Siswa menceritakan atau memanfaatkan Guru mengaitkan pembelajaran pengalamannya sendiri. dengan pengalaman siswa sehari Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan hari. sehari-hari Menilai pembelajaran dan kemajuan Guru memantau kerja siswa belajar siswa secara terus menerus. Guru memberikan umpan balik b. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Implikasi PAKEM Dalam implementasi pembelajaran PAKEM di sekolah mempunyai berbagaiimplikasi yang mencakup: a. Implikasi bagi guru Pembelajaran aktif, kretaif, efektif, dan menyenangkan memerlukan guruyang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak,juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh. Sebaliknya pembelajaran yang berpusat pada guru harus dihindari. Adapun ciriciri pembelajaran yang berpusat pada guru adalah menggunakan buku paket, jawaban harus sama dengan guru, guru mendiktekan apa yang harus dilakukan, guru memberi contoh, ceramah, hafalan. Dampak dari pembelajaran yangberpusat pada guru adalah siswa menjadi mahluk yang individualis, motivasi belajar siswa turun, siswa kurang dapat bekerjasama, siswa pasif, guru kurangkreatif. b. Implikasi bagi siswa Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecilataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, danpemecahan masalah. c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media 1) PAKEM pada hakikatnya menekankan pada siswa baik secara individualmaupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. 2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapatdimanfaatkan (by utilization). 3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaranyang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. 4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajarmenyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi: 1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. 2) Susunan bangkupeserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengankeperluan pembelajaran yang sedang berlangsung 3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet 4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelasmaupun di luar kelas 5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didikdan dimanfaatkan sebagai sumber belajar 6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 34 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Implikasi terhadap Pemilihan metode Sesuai dengan karakteristik pembelajaran PAKEM, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanyajawab, demonstrasi, bercakap-cakap. a. Penerapan PAKEM dalam Kegiatan Belajar Mengajar Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini adalah guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya percobaan, diskusi kelompok menulis laporan,berkunjung keluar kelas. Dengan menerapkan PAKEM guru diharapkan menggunakan metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode mengarah pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan berbahasa. b. Alat Bantu dan Sumber Belar Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuaimata pelajaran, guru menggunakan, misal alat yang tersedia atau yangdibuat sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber, dan lingkungan. c. Metode Pembelajaran Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa dapat dapat melakukan percobaan, pengamatan,atau wawancara. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri,menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mencari rumus sendiri, menulislaporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. d. Pengalaman Belajar Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak sendiri. e. Pemilihan Bahan Ajar Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuiai kemampuan (untuk kegiatan tertentu), bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut, tugas perbaikkan atau pengayaan diberikan. f. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna. (meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa memahami manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya dan siswa merasakan penting untuk belajar demikehidupannya di masa depan. (Kratf, 2000: 33). Impelementasi dalamkegiatan pebelajaran terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Guru dapat meminta siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari. g. Penilaian atau Evaluasi Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik. Penilaian harus dilakukan secara otentik dengan menggunakan instrumen penilain yangbervariasi. (Kratf, 2000:33) Tabel Lembar Observasi PAKEM Aspek Uraian/ temuan Bagaimana bentuk tugas yang diberikan? Apa yang dikerjakan siswa untuk melakukan tugas tersebut? Kemampuan apa yang dikembangkan melalui tugas tersebut? Bagaimana bentuk pertanyaan yang diberikan dalam tugas? Jenis pertanyaan apa saja yang diajukan guru kepada siswa dalam pembelajaran? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 35 Aspek Uraian/ temuan Sejauh mana guru memperhatikan perbedaan siswa? Apa yang dilakukan oleh siswa selama mengerjakan tugas? Sejauh mana siswa diberi kesempatan untuk menanggapi kegiatan belajar yang telah dilakukan? Apa yang dilakukan siswa pada saat belajar kelompok, individu, berpasangan, atau klasikal? Pada saat ada kerja kelompok, berapa jumlah anggota kelompok? Apakah semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok? Apa yang dilakukan guru selama anak mengerjakan tugas? PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Indikator Monev PAKEM Guru a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat dsb.); b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang; c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar,termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan; d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengankemampuan siswa; e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalampembelajaran. Siswa a) Siswa tidak takut bertanya; b) Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan masalah; c) Siswa aktif bekerja; d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri; e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri; f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulisbiograpi tokoh). Kelas a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa; b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar; c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa,siswa dan siswa; d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang dimanfaatkan siswa. 11. Desain Pembelajaran PAKEM a. Pengantar Beberapa orang memandang bahwa PAKEM sama dengan kerja kelompok. Jika dalam suatu kelas sedang berlangsung pembelajaran dan di sana siswa tetap duduk seperti orang menonton bioskop, semua menghadap ke depan, duduk berdua dengan satu bangku, maka dengan mudah dan cepat dikatakan kelas itu tidak PAKEM. Akan tetapi sebaliknya, jika di suatu kelas siswa sedang duduk berkelompok, walau mereka hanya duduk dalam kelompok, tetapi tidak semua siswa bekerja, maka dengan mudah kita mengatakan kelas itu PAKEM. Seharusnya menilai PAKEM tidaknya suatu pembelajaran tidak cukup hanya dengan melihat pengaturan tempat duduk siswa, tetapi harus diperhatikan pula intensitas keterlibatan siswa dalam belajar. Usaha-usaha yang menawarkan sebuah pembaharuan, termasuk penerapan PAKEM dikelas, biasanya akan menemui masalah. Beberapa masalah yang masih sering ditemukan baik dalam pelatihan maupun dalam penerapan PAKEM di kelas dapat dilihat di bawah ini. Beberapa isu-isu penerapan PAKEM di kelas adalah sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 36 1) Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAKEM yangbaik; 2) Guru belum memiliki referensi (buku, video, dll) tentang pembelajaran PAKEM yang baik; 3) Tugas yang diberikan guru kepada siswa masih bersifat tertutup dan banyakpengisianlembar kerja (LK) yang kurang baik; 4) Pembelajaran belum memberikan tantangan sesuai kemampuan siswa 5) Pembelajaran hanya mengajarkan satu indikator dengan satu aktivitas; 6) Perbedaaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/kurang pintar, sosial ekonomi tinggi/rendah; 7) Pengelolaan siswa kurang sesuai dengan kegiatan; 8) Guru merasa khawatir untuk melaksanakan PAKEM di kelas 6 dan 9; 9) Pajangan cenderung menampilkan semua apa yang dikerjakan siswa denganhasil yangseragam; PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Berbagai kendala selalu ada, akan tetapi dukungan pun tak kurang banyak dalammenerapkan PAKEM. Berbagai pelatihan telah diikuti dan para guru telahmelakukannyadi kelas masing-masing. Sebagai upaya untuk terus meningkatkan mutu pelaksanaan PAKEM, pada modulini dibahas dan dikaji secara berurutan: 1). telaah PAKEM, 2). teknik bertanya, 3).pengorganisasian kelas, 4). pembelajaran kooperatif, dan 5). pengembangan idepembelajaran I. Tujuan pembelajaran Setelah mengikuti modul ini, diharapkan peserta: a. Mampu menidentifikasi sifat-sifat PAKEM tertentu dalam pembelajaranyang dilaksanakan b. Mampu mengidentifikasi jenis pertanyaan yang efektif c. Mampu mengorganisasikan kelas sesuai dengan tugas pembelajaran d. Mampu mengembangkan ide pembelajaran II. Langkah Kegiatan III. Uraian Materi A. Pelaksanaan PAKEM Bagi Guru 1. Identifikasi Kesulitan Belajar Pengantar Tugas utama seorang guru adalah membuat perencanaan, melaksanakan dan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun,guru sering mengalami kendala dan permasalahan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 37 sehingga kompetensiyang telah ditetapkan di masing – masing mata pelajaran tidak mencapaihasil yang maksimal. Faktor yang berasal dari luar diri guru dan memegang pengaruh penting terhadap pencapaian kompetensi adalah peserta didik. Keberadaanpeserta didik, tingkat kecerdasan, motivasi belajar, dan lainnya berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah pembelajaran. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2. Tujuan Tujuan identifikasi Belajar diharapkan guru dapat : a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran padasetiap mata pelajaran b) Menemukan kemungkinan masalah dalam pembelajaran pada setiapmata pelajaran c) Menemukan solusi/pemecahan dalam pembelajaran pada setiapmata pelajaran Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Kesulitan belajar seringkali diartikan sebagai gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan kemampuan memahami kompetensi dasar yang diajarkan. Kesulitan belajar dapat berhubungan dengan perkembangan peserta didik seperti gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial atau berhubungan dengan kemampuan akademik seperti kegagalan dalam penguasaan ketrampilan membaca,menulis, berhitung, dan kompetensi lainnya. Sementara ini yang sering terjadi, tinjauan terhadap kesulitan belajar peserta didik lebih banyak dibebankan kepada peserta didik. Mereka dianggap kurang serius dalam belajar, kemampuan intelegensinya rendah, bimbingan orang tua kurang dan masih banyak alasan serupa lainnya. Padahal dalam pembelajaran banyak unsur yang terkait dan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Dalam konteks korelasi antara input-process-out put bisa kita lihat multi unsur yang memberikan andilhasil belajar. Input berupa raw input (peserta didik), inviromental input (lingkungan), dan instrumental input (kurikulum). Pada proses kita dapatmelihat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun sistem penilaian yang dikembangkan. Input dan proses tersebut akanmewarnai hasil belajar peserta didik berupa out put dan out come. Oleh karena itu, tidaklah adil apabila hasil belajar yang rendah hanya dibebankankepada peserta didik dikarenakan pembelajaran bersifat kompleks. Adi Gunawan dalam Born to Be a Genius (2003) menyatakan bahwa factor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah denganmengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gayabelajar yang berbeda satu dengan lainnya. Tidak ada gaya belajar yanglebih unggul dari gaya belajar lainnya. Semua sama uniknya dan semuasama berharganya. Kesulitan yang timbul selama ini lebih disebabkanoleh gaya mengajar yang tidak sesuai dengan gaya belajar. Dan yang lebih parah lagi adalah kalau anak sendiri tidak mengenal gaya belajar mereka. Kenyataan lapangan yang mendukung pendapat di atas adalah guruyang cenderung menggunakan satu cara saja dalam mengajar yaitu gaya visual. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis dan buku (visual). Murid belajar dengan buku dengan kegiatan mencatat,mengerjakan tugas, dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Banyak pakar psikologi yang berpendapat bahwa panca indera merupakan pintu gerbang masuknya ilmu pengetahuan ke otak kita. Setiap peserta didik bersifat unik yang berbeda satu dengan lainnya, ketajaman pancaindera mereka juga berbeda. Hal ini membentuk gaya belajar yang berbedaantara peserta didik yang satu dengan lainnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 38 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Ada lima gaya belajar yangberbeda di ataranya visual (penglihatan), auditori (pendengaran), tactile/kinestetik (perabaan/gerakan), olfactori (penciuman), dan gustatori(pengecapan). Dari kelima gaya belajar itu, ada tiga gaya belajar yangdominan dan paling sering digunakan yaitu gaya belajar visual, auditori,dan kinestetik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kualitas belajar peserta didikdipengaruhi oleh unsur internal dan eksternal. Unsur eksternal berupamateri yang dipelajari, cara pembelajaran guru, media yang digunakanlingkungan belajar, dan lainnya. Sedangkan faktor internal berkaitandengan kemampuan diri seperti tingkat kecerdasan, bakat dan minat,ketajaman panca indera yang membentuk gaya belajarnya, kemampuanmengolah informasi yang diterima, berimajinasi, dan sebagainya. Secarapraktis kita dapat mempelajari kelemahan pelaksanaan pembelajaranyang dilakukan dengan cara melakukan analisis diri terhadap perencanaan,proses, maupun lingkungan belajar. Berikut disajikan contoh tabel analisis diri terhadap proses pembelajaranyang selama ini dilakukan. Tabel contoh analisis diri terhadap proses pembelajaran Aspek Pengelolaan Kelas Komunikasi dan Interaksi Indikator Hasil Refleksi Diri*) Ya Tidak Pengelolaan peserta didik bervariasi, seperti klasikal, kelompok,berpasangan, individu, dsb) dan sesuai materi pelajaran. Pengelolaan kegiatan belajar peserta didik bervariasi, seperti wawancara, pengamatan, penelitian, bermain peran, dalam kelas, luar kelas, dan sesuai materi pelajaran. Guru menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran, situasi kondisi, dan peserta didik. Guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran dan alatnya cukup jelas untuk dilihat oleh seluruh peserta didik. Pada saat berdiskusi, peserta didik saling mendengarkan ketika ada yang berbicara/ berpendapat. Bantuan atau intervensi guru kepada peserta didik selalu bersifat memancing peserta didik untuk berfikir, misal dengan mengajukan pertanyaan (dalam batas kemampuannya) Berbagai hasil karya peserta didik yang bervariasi dipajang di kelas. Perilaku peserta didik yang tidak disiplin/ sesuai dengan kesepakatan kelas diberi konsekuensi logis Semua/hampir semua (di atas 90%) pesertadidik menunjukkan disiplin dan prilaku positif sesuai kesepakatan kelas Guru mendorong peserta didik untuk bertanya, berpendapat, dan/atau mempertanyakangagasan guru/peserta didik lain. Banyak hasil karya para peserta didik dipajangkan dan ditata dengan rapi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 39 Umpan Balik dan Penilaian PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kualitas Pertanyaan dan Cara Guru Bertanya Refleksi Keterlibatan Peserta didik Pemandirian peserta didik Sumber Belajar/Alat Bantu Hasil karya peserta didik yang berupa tulisan merupakan kata-kata peserta didik sendiri dan sudah berkembang. Ada interaksi guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik (multiarah). Peserta didik mengungkapkan gagasan dengan kata-kata sendiri, runtut, dan mengembangkannya. Peserta didik tidak takut bertanya, menjawab, atau menyatakan pendapat dengan tertib. Setiap proses pembelajaran bebas dari ancaman dan intimidasi Guru selalu memberikan umpan balik yang menantang (sesuai kebutuhan peserta didik) Guru memberikan umpan balik lisan dan tulisan secara individual. Guru menggunakan berbagai jenis penilaian (proses dan hasil) dan memanfaatkan hasilnya untuk kegiatan tindak lanjut. Setiap proses pembelajaran disertai dengan penghargaan dan pengakuan baik secara verbal maupun non-verbal Pertanyaan yang diajukan guru (selalu) memancing peserta didik untuk membangun gagasannya sendiri. Guru mengajukan pertanyaan, menyediakan waktu tunggu, dan menunjuk siapa yang harus menjawab tanpa pilih kasih. Guru selalu meminta peserta didik untuk melakukan refleksi setelah mempelajarisuatu konsep/keterampilan Sebagian besar peserta didik (75 % atau lebih) aktif bekerja Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan penuh konsentrasi. Ada program pengembangan kegiatan belajar mandiri peserta didik yang terencana dan dilaksanakan dengan baik. Peserta didik melakukan kegiatan membaca atau menulis atas keinginan sendiri. Peserta didik dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan membaca, bertanya, mencoba/ mengamati. Guru menggunakan berbagai sumber belajar (termasuk lingkungan sekitar) dan terbaik dari yang ada serta penggunaannya sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru membuat sendiri dan menggunakan alat bantu belajar sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru menggunakan alat bantu murah atau mudah diperoleh di sekitar. Tersedia sudut baca/perpustakaan dan dimanfaatkan oleh guru dan seluruh peserta didik. Lembar kerja mendorong peserta didik untuk menemukan konsep/ gagasan/cara/rumus dan menerapkannya dalam konteks lain. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 40 Keterlibatan Peserta didik Pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik,dan pelecehan seksual dan penelantaran) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Identifikasi layanan khusus serta individual Sebagian besar peserta didik (atau lebih) aktif bekerja Peserta didik asyik berbuat/bekerja dengan penuh konsentrasi. Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik, dan pelecehan seksual dan penelantaran) Semua/hampir semua peserta didik mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai potensinya seperti bisa bekerjasama, bertoleransi, menyelesaikan konflik dengan sehat, bertanggungjawab, kepemimpinan, dsb dalam kegiatan di dalam/luar kelas Semua peserta didik mengalami peningkatan kepercayaan diri seperti terlihat dalam keberanian mengajukan pertanyaan, menjawab dan tampil ke depan, dll Selalu melakukan identifikasi kebutuhan khusus serta merancang dan melaksanakan PPI (program pembelajaran individual) sebagai respon adanya kebutuhan khusus 12. Merencanakan Program Pembelajaran a. Pengantar Dalam praktik sehari-hari,banyak guru yang telah dilatih PAKEM memahami teori maupun contoh praktik, namun mereka sulit untuk kreatif menciptakan model-model pembelajaran lainnya yang memiliki kemungkinan sama besar atau bahkanlebih baik dari apa yang telah dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari proseduryang kurang sistematis dalam skenario pembelajaran, kurang bervariasinya bentukhasil belajar peserta didik, kegiatan pengelolaan peserta didik/kelas yang monoton,dsb. Karakteristik anak yang unik, suka bermain, suka bergerak,punya rasa ingintahu, suka berimajinasi, suka bertanya, dan mencoba; hal ini membuka peluangbagi kita mengelola kegiatan belajar secara beragam tanpa meninggalkan tuntutanpencapaian kompetensi. Anak akan selalu menantikan dan merindukan kegiatanpembelajaran beikutnya karena setiap kegiatan yang dilakukan guru senantiasamenarik menyenangkan,menantang dan tidak membosankan. Melalui modul ini dicontohkan bagaimana menciptakan berbagai variasi modelpembelajaran yang menarik, menantang, dan berfokus kepada pencapaiankompetensi. Tujuan Tujuan membuat program Pembelajaran : 1) Membuat rancangan kegiatan yang menarik 2) Menyusun tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, menentukan alat,sumber dan langkah-langkah pembelajaran yang bervariasi dengan kompetensiyang dikembangkan b. Cara Melaksanakan Program Pengembangan variasi pembelajaran identik dengan pengembangan kreativitas guru dalam menyusun rencana, melaksanakan, dan melakukan penilaianpembelajaran. Pada dasarnya kita terlahir dengan memiliki potensi rasa ingin tahu,kemampuan berimajinasi, dan fitrah bertuhan. Rasa ingin tahu dan kemampuanberimajinasi merupakan ‘modal dasar’ untuk berkembangnya kreativitas; fitrahbertuhan memungkinkan manusia beriman kepada Tuhan. Potensi rasa ingintahu dan kemampuan berimajinasi akan berkembang menjadi kreativitas apabila terus menerus berani ‘mencoba tanpa rasa takut bersalah’ sampai menemukan beberapa pola yang diyakini mampu menjadi langkah yang tepat dalam menyajikan pembelajaran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 41 Sebagai gambaran sebelum melaksanakan program perlunya rancangan mencarialternatif kegiatan pembelajaran. Berikut ini salah satu contoh sebelum menyusunprogram pembelajaran: No 1. Kompetensi Dasar Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Alternatif Pembelajaran Kegiatan Inti mendeskripsikan benda yang dipilih untuk menentukan peran dalam percakapan menyusun percakapan dengan memperhatikan ejaan melakukan percakapan bermain melanjutkan kalimat percakapan yang belum selesai diawali dari satu kalimat kemudian dilanjutkan oleh teman yang lainnya. melengkapi percakapan rumpang menyusun percakapan dengan memperhatikan ejaan bermain acak kalimat tanya-jawab menyusun percakapan acak menyusun contoh percakapan lainnya. melakukan percakapan Membaca prosa/cerita pendek. mengubah prosa ke dalam bentuk percakapan (dialog). melakukan percakapan/bermain peran Benda berbicara PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Percakapan Rumpang Menyusun Percakapan Acak Alih Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam Mengembangkan variasi pembelajaran dengan berfokus kepada pengembangan keterampilan proses (mengamati, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi, mengkomunikasi, menginferensi, membuat model, memprediksi, menyelidiki, menarik kesimpulan, dan sebagainya). Kegiatan pembelajaran dirancang dalam bentuk: a) Mengamati (diri sendiri, orang lain,model/ gambar, lingkungan, peristiwa dll) b) Wawancara c) Demonstrasi d) Penelitian e) Penyelidikan f) Studi pustaka, dll Matematika Mengembangkan lembar kerja yang bersifat penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah; penggunaan alat bantu (kongkrit, semi kongkrit, semi abstrak, dan abstrak), dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Sosial Mengembangkan keterampilan sosial seperti menggali informasi (mengobservasi, membaca, bertanya,dsb), mengolah informasi dan mengambil keputusan dengan cerdas (dengan grafik, membandingkan, menemukan persamaan/perbedaan, dsb), memecahkan masalah secara arif dan kreatif, dsb Administrasi Perkantoran Contoh Rencana Pembelajaran ( RPP ) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 42 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Mengelola Sistem Kearsipan Kelas / Semester : XI (Sebelas) /1 (Satu) Pertemuan ke : Ke-12 Alokasi Waktu : 3 x 45 menit (1 X Pertemuan) Standar Kompetensi : Mengelola sistem kearsipan Kompetensi Dasar : Mengimplementasikan sistem kearsipan Indikator : Siswa menjelaskan pengertian sistem abjad Siswa melakukan cara mengindeks arsip dalam sistem abjad dengan benar Siswa menyebutkan peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad Siswa menjelaskan prosedur/langkah penyimpanan arsip dalam sistem abjad Siswa menjelaskan prosedur/langkah penemuan kembali arsip dalam sistem abjad PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan penyimpanan arsip dengan sistem abjad 2. Materi Pokok Sistem pengelolaan arsip Pertemuan ke-12 a. Pengertian sistem abjad b. Peraturan mengindeks c. Peralatan yang dibutuhkan dalam sistem abjad d. Prosedur/langkah penyimpanan arsip sistem abjad e. Prosedur/langkah penemuan kembali arsip sistem abjad 3. Nilai Budaya dan Karakter o Jujur o Disiplin o Kreatif o Mandiri o Rasa ingin tahu o Komunikatif o Peduli sosial o Tanggungjawab 4. Metode Pembelajaran Ceramah variatif, diskusi, dan simulasi 5. Strategi Pembelajaran Pertemuan ke-12 KegiatanPembelajaran A. KegiatanAwal: 1. Pembuka dengan salam 2. Absensi 3. Motivasi 4. Apersepsi 5. Pemberitahuan tujuan pembelajaran 6. Pemberitahuan langkah-langkah pembelajaranyang akan di lakukan B. KegiatanInti Eksplorasi: 1. Guru memastikanpersiapanbahanpembelajaran darisiswa. 2. Siswa mencari informasi prosedur penyimpanan arsip sistem abjad 3. Guru menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan. Elaborasi: 1. Guru menjelaskan pengertian sistem abjad. 2. Siswamemperhatikanpenjelasan guru mengenai pengertian sistem abjad. 3. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama orang dalam sistem abjad a. Nama orang Indonesia b. Nama orang Eropa dan sejenisnya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar AlokasiWaktu 15 menit 105 menit P a g e | 43 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar c. Nama orang Arab, Persia dan sejenisnya d. Nama orang Cina, Korea, Vietnam, dan sejenisnya e. Nama keluarga f. Nama orang Jepang, India, Thailand, dan sejenisnya g. Nama orang suci h. Nama dengan tanda hubung i. Nama dengan menggunakan gelar dan pangkat j. Nama yang menggunakan singkatan 4. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama orang dalam sistem abjad. 5. Guru menjelaskan peraturan mengindeks nama badan/organisasi/lembaga dalam sistem abjad. a. Nama badan yang menggunakan nama orang b. Nama badan dengan bukan nama orang c. Nama badan/instansi pemerintahan dan lembaga negara d. Nama badan pemerintahan daerah dan perguruan e. Nama bank dan nama sekolah f. Kata sandang “The” g. Kata majemuk h. Nama tempat yang ganda i. Kepunyaan 6. Siswa mempelajari peraturan mengindeks nama badan/organisasi/lembaga dalam sistem abjad. 7. Guru menyebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk menyimpan arsip sistem abjad. 8. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai peralatan yang dibutuhkan untuk menyimpan arsip sistem abjad. 9. Guru menjelaskan prosedur/langkah-langkah dalam penyimpanan arsip sistem abjad. 10. Siswa melakukanprosedur/langkah-langkah dalam penyimpanan arsip sistem abjad pada contoh yang tersedia. 11. Guru menerangkan prosedur/langkah-langkah dalam penemuan kembali arsip sistem abjad 12. Siswa mempelajari prosedur/langkah-langkah dalam penemuan kembali arsip sistem abjad. Konfirmasi: 1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan atas pertanyaan seputar penyimpanan dan penemuan kembali arsip dengan sistem abjad. C. KegiatanAkhir 1. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi dengan mengulas materi. 2. Latihan soal. 15 menit 6. Sumber Pembelajaran a. R, Endang Sri dkk. 2009. Modul Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan: Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal: 39-46. b. Amsyah, Zulkifli. 1995. Manajemen Kearsipan. Penerbit PT Gramedia Pusaka Utama: Jakarta. Hal: 22-38. c. Dra. Reny Ratnawati Basyariah Amin. Pengarsipan Surat dan Dokumen Kantor. Yudistira: Jakarta. Hal: 22-29 d. www. Blog Archive » kearsipan sistem abjad.htm e. www.Mengimplementasikan-Sistem-Kearsipan.htm 7. Media Pembelajaran Laptop, LCDdanBahan ajar 8. Penilaian/ Evaluasi a. Jenis Evaluasi : tes tertulis b. Bentuk instrumen : essay dan praktik Jakarta, 21 November 2012 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Dra. Nastiti NIP. Dini Anissapati NIP. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 44 Lampiran-lampiran LEMBAR KERJA 1 ( KELOMPOK ) Mata Pelajaran : Mengelola Sistem Kearsipan Kompetensi Dasar : Mengimplementasikan Sistem Kearsipan Kelas / Semester : XI / 1 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Disediakan bermacam-macam gambar alat kearsipan 1. Tentukan kegunaan masing-masing alat kearsipan ! 2. Buatlah rangkuman mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing alat. __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ Kelompok : ______________________ Anggota : 1. __________________ 2. __________________ 3. __________________ LEMBAR KERJA 2 ( Individu ) Mata Pelajaran : Mengelola Sistem Kearsipan Kompetensi Dasar : Mengimplementasikan Sistem Kearsipan Kelas / Semester : XI / 1 1. Apa yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad 2. Indekslah nama-nama dibawah ini dengan benar! Nama Unit 1 Indeks Unit 2 Unit 3 Kode Urutan Abjad Adnan Buyung Nasution Bill Clinton Chun Dho Hwan Yayasan Jend. Soedirman BRI Andrew the Baker Nama No Absen : __________ : __________ Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 45 LEMBAR PENILAIAN DISKUSI KEGUNAAN ALAT KEARSIPAN Aspek yang di nilai No Nama Kerja sama Aktifitas ( 1-40 ) ( 1-30 ) Menghargai Pendapat Nilai ( 1-30) 1 2 3 4 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 5 6 7 8 9 10 LEMBAR PENILAIAN MENGINDEKS DENGAN SISTEM ABJAD Aspek yang di nilai No Nama Kelengkapan Kesesuaian Ejaan (4) (4) (2) Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kriteria Penilaian a. Kelengkapan Jika jawaban lengkap Jika jawaban hampir lengkap Jika jawaban setengah lengkap Jika jawaban kurang lengkap Jika peserta didik tidak menjawab Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4 3 2 1 0 P a g e | 46 b. Kesesuaian Jika jawaban sesuai Jika jawaban hampir sesuai Jika jawaban setengah sesuai Jika jawaban kurang sesuai Jika peserta didik tidak menjawab c. Ejaan Jika ejaan seluruhnya benar Jika ejaan hampir seluruhnya benar Jika ejaan setengah benar Jika ejaan hanya sedikit benar Jika ejaan tidak ada yang benar 4 3 2 1 0 2 1,5 1 0,5 0 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar a. Pengelolaan Kelas Selama pembelajaran konvensional, meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis dan“peserta didik” duduk berjajar. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatanPAKEM pengaturan tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan model pembelajaranyang akan dilaksanakan oleh guru, misalnya pola tempat duduk berpasangan, pola tempatduduk dalam bentuk ”U” akan memudahkan peserta didik berinteraksi dan melakukan aksidalam proses pembelajaran. Sebaiknya guru selalu mendesain pola tempat duduk yangdisesuaikan dengan skenario pembelajaran yang dirancang dalam RPP Contoh model tempat duduk Gambar Contoh Model Tempat Duduk b. Mengembangkan Keterampilan Bertanya 1) Pengantar Umpan balik merupakan salah satu bagian penting suatu proses pembelajaran. Respon guru terhadap sikap dan perilaku peserta didik di awal, proses, dan akhir pembelajaran dapat menjadi pengembang pola pikir, sikap dan tindakan peserta didik ke arah yanglebih baik. Kemampuan guru memberikan umpan balik yang sesuai baik kuantitasmaupun kualitas dapat meningkatkan perolehan belajar peserta didik. Pemahaman guru terhadap perilaku peserta didik dalam mengekspresikan hasil belajar menjadi pijakan kuat untuk memunculkan ”pertanyaan atau tugas” lanjutan sebagai pengembangan kegiatan peserta didik. Pelaksanaan umpan balik dilakukan sebagai respon guru setelah mencermati sikap peserta didik terhadap penilaian dirinya maupun kepuasan terhadap hasil kerjanya. Oleh karena itu, perlu diciptakan kesesuaian antara penilaian diri peserta didik, persepsi guru, dan harapan agar hasil belajar mencapai kompetensi secara optimal. Modul ini memberikan gambaran bagaimana membantu peserta didik dalam proses belajar melalui pemberian umpan balik yang mampu memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan perolehan belajar yang optimal. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 47 2) 3) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan Tujuan Umpan Balik/Ketrampilan Bertanya bagi guru dalam mengajar adalah a) Menggali potensi peserta didik sebelum pembelajaran dilaksanakan b) Meningkatkan kualitas pengembangan daya pikir, sikap, dan hasil belajar pesertadidik c) Melatih peserta didik berani mengemukakan pendapat Cara Mengembangkan Adi W. Gunawan (2003) dalam Genius Learning Strategy ,menyatakan cara memberikan umpan balik yang benar sebagai berikut: (1) Umpan balik harus bersifat korektif, guru dapat memberikan jawaban penjelasan,tidak hanya jawaban yang salah tetapi apa jawaban yang benar dan akurat serta bagaimana bisa mencapai jawaban yang benar tersebut. Yang terpenting adalahproses berfikir dibalik hasil jawaban yang salah maupun jawaban yang benar. (2) Umpan balik harus diberikan pada waktu yang tepat, ajarkan materi yang inginanda ujikan setelah itu murid langsung diminta mengerjakan tes tanpa menunggujeda yang terlalu lama. (3) Umpan balik harus spesifik dan mengacu pada satu kriteria tertentu, umpan balikdidasarkan pada satu level pengetahuan atau keahlian yang spesifik dengan cara membandingkan anak dengan dirinya sendiri bukan dengan rekan atau murid lainnya. (4) Murid memberikan umpan balik untuk diri mereka sendiri, murid membuat catatan sendiri terhadap prestasi yang telah mereka capai dan melakukan pembandinganantara prestasi terdahulu dengan prestasi mereka saat ini. Gambar Contoh Pemberian Bantuan dan Umpan Balik c. Alat/MediaSumber Belajar 1) Pengantar Fungsi utama alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkankonsep yang abstrak, agar peserta didik mampu memahami arti sebenarnya dari konseptersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi objek/alat peraga, peserta didikmemiliki pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti suatu konsep 2) Tujuan Ada beberapa tujuan penggunaan alat peraga/media pembelajaran, antara lain: a) Untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran b) Mempermudah pemahaman konsep c) Memberikan pengalaman yang efektif bagi peserta didik dengan berbagai kecerdasan yang berbeda. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 48 d) Memotivasi peserta didik untuk menyukai pelajaran yang diajarkan e) Memberikan kesempatan bagi peserta didik yang lamban berpikir untuk menyelesaikan tugas dan berhasil. f) Memperkaya program pembelajaran bagi peserta didik yang lebih pandai. g) Mempermudah abstraksi. h) Efisiensi waktu. 3) Contoh Alat Peraga/Media Pelajaran a) Mengelola Sistem Kearsipan (Untuk materi alat kearsipan) Lemari Arsip Brankas PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar alat-alat kearsipan K. Lembar Kerja 1) Pengantar Lembar Kerja merupakan alat bantu pembelajaran agar peerta didik melakukan prosespembelajaran. Disamping itu juga Lembar Kerja merupakan alat atau petunjuk kegiatanyang akan dilakukan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Lembar Kerja jugamerupakan petunjuk tertulis untuk membantu guru dalam memberi tugas kepadapeserta didik agar peserta didik dapat menemukan sendiri. 2) Tujuan LK a) Membelajarkan peserta didik dan mendorong untuk berdiskusi b) Untuk membantu guru dalam pembelajaran c) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai kompetensi. d) Membimbing peserta didik untuk menemukan konsep e) Menyatukan tindakan dan tujuan dalam pembelajaran. f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran g) Meningkatkan daya cipta peserta didik L. Pemajangan 1) Pengantar Karya peserta didik sebagai perolehan belajar yang baik dipajang di dalam ruang kelas. Pajangan ini dapat dilihat langsung oleh semua peserta didik. Bentuknya bisa karya dua dimensi atau tiga dimensi. Pajangan mencerminkan upaya yang dilakukan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan, dan hasil suatu pembelajaran yang dilakukan. Dengandemikian,pajangan mempunyai dua sisi penting dalam pembelajaran. Di satu sisipajangan merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Di sisi lainnya, pajangan juga dapat menjadi alat pemantau efektivitas proses pembelajaran. Modul ini mengkaji tentang bagaimana pajangan yang baik dan berkualitas sertaberbagai upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas hasil belajar pesertadidik (pajangan) sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. 2) Tujuan a. Untuk penghargaan peserta didik yang berhasil membuat karya b. Meningkatkan motivasi perserta didik yang telah berhasil c. Untuk sumber belajar bagi peserta didik d. Untuk memotivasi siwa agar senantiasa berkarya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 49 3) Contoh Pajangan Gambar Hasil kerajinan anak & Hasil lukisan anak PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar M. Penilaian 1) Pengantar Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Menurut Masnur Muslich (2007) penilaian dalam KBK dan KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan peserta didik dalam belajar,bekerja sama, dan menilai dirinya sendiri. Oleh karena itu, penilaian yang dilaksanakan harus penilaian berbasis kelas (PBK). Penilaian kelas merupakan kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu,diperlukan data sebagai informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Alat ukur atau instrumen untuk penilaian kelas harus valid, reliabel, terfokus pada pencapaian kompetensi, objektif, dan mendidik. Misalnya alat ukur berupa tes. Alatukur itu harus valid. Sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat digunakan untukmengukur apa yang akan diukur. Agar alat ukur valid, dalam menyusun soal sebagai alat penilaian perlu memperhatikan kompetensi yang diukur dan menggunakan bahasa yangtidak mengandung makna ganda. Alat ukur yang reliabel berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Artinya,jika alat ukur itu digunakan untuk mengukur di dua tempat yang memiliki kondisiyang sama, hasil yang diperoleh itu cenderung mendekati sama. Selain itu, petunjukpelaksanaan dan penskorannya harus jelas. Selain harus valid dan reliabel, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan hanya pada penguasaan materi (pengetahuan). Penilaian harus menyeluruh/komprehensif dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai kompetensi peserta didik, sehingga tergambar profil yang sesungguhnya tentang kompetensi peserta didik. Penilaian harus objektif. Untuk itu, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor. Penilaian yang dilakukan juga harus mendidik. Artinya, penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik. KTSP tidak semata-mata meningkatkan pengetahuan peserta didik, tetapi lebih memperhatikan kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. 2) Tehnik Penilaian Banyak cara atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik. Pada dasarnya, teknik penilaian tersebut adalah cara penilaian kemajuanbelajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harusdicapai. Penilaian ini didasarkan pada indikatorindikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih (kognitif, afektif, dan psikomotor). Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah penilaian itu dilakukan dengan tes (tertulis atau lisan), observasi, praktek, dan penugasan secara individu atau kelompok. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 50 3) 4) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 5) 6) 7) 8) 9) Di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,proyek dan atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Berikut ini sedikit gambaran masing-masing teknik penilaian. Penilaian melalui Tes Penilaian melalui tes dilakukan secara tertulis atau lisan (tes tertulis). Ada dua bentuksoal untuk penilaian tertulis ini, yaitu memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban dibedakan menjadi (1) pilihan ganda; (2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak); (3) menjodohkan; dan (4) sebab-akibat. Tes tertulis yang berupa mensuplai jawaban, dibedakan menjadi (1) isian atau melengkapi; (2) jawaban singkat atau pendek; dan (3) uraian. Penyekoran pada penilaian tertulis harus jelas. Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Penilaian kinerja/unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaiterhadap aktivitas (dalam melakukan pekerjaan) peserta didik. Penilaian ini cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu, misalnya presentasi hasil pengamatan di desanya tentang erosi. Penilaian Sikap Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran Geografi di SMA antaralain (1) sikap terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru/pengajar; (3)sikap terhadap proses pembelajaran; (4) sikap berkaitan dengan nilai atau normayang berhubungan dengan suatu materi pelajaran, misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup, berkaitan dengan materi IPA; dan (5) sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Penilaian ini menggunakan skala sikap dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Penilaian Penugasan (Proyek) Penilaian penugasan atau proyek dilakukan untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual mengenai kemampuan pesertadidik dalam konsep dan pemahaman mata pelajaran. Dalam mata pelajaran IPS,teknik ini bermanfaat untuk menilai (1) ketrampilan peserta didik melakukanpenyelidikan; (2) pemahaman dan pengetahuan dalam bidang IPS; (3) kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu penyelidikan; dan (4) kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Contoh tugas penilaian penugasan: Lakukan penyelidikan mengenai proses pasar di daerah sekitarmu melalui tinjauan IPS. Penilaian Hasil Kerja atau Produk Penilaian hasil kerja atau produk adalah penilaian kepada peserta didik dalamproses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu tahap (1) persiapan,meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, danmengembangkan gagasan serta mendesain produk; (2) pembuatan produk(proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi danmenggunakan bahan, alat, dan teknik; dan (3) penilaian produk (appraisal), meliputipenilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik. Hasil kerja ini disusunmenjadi sebuah portofolio. Jadi, potofolio merupakan koleksi pribadi hasil kerjapeserta didik yang mencerminkan tingkat pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan,dan pekerjaan terbaiknya. Penilaian portofolio ini didasarkan pada kumpulan hasilkerja peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Penilaian Diri (self assessment) Pada prinsipnya, penilaian diri peseta didik menilai dirinya sendiri. Peserta didikdiminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkatpencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 51 tertentu.Penilaiandiri melalui pengukuran terhadap kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor 10) Pemanfaatan dan Pelaporan hasil Penilaian a) Pengolahan Hasil Penilaian Data hasil penilaian harus diolah sebaik mungkin. Pengolahan ini disesuaikan dengan jenis data hasil penilaiannya, yaitu penilaian kinerja atau unjuk kerja, penugasan(proyek), hasil kerja (produk), tes tertulis, portofolio, sikap, dan penilaian diri. Data Penilaian Tertulis Biasanya, tiap butir soal bentuk pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar danskor 0 jika jawaban salah. Perhitungan skor yang diperoleh peserta didik untuk suatuperangkat tes pilihan ganda sebagai berikut: PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Jumlah jawaban benar --------------------------------- x 10 Jumlah seluruh butir soal Data Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja Data penilaian kinerja unjuk kerja diperoleh melalui pengamatan yang ditujukan terhadap kinerja peserta didik untuk suatu kompetensi. Skor diperoleh dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang telah ditentukan. Skor yang dicapai olehpeserta didik merupakan skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0 -10) atau dikali 100 (untuk skala 0 -100). Misalnya, dalam suatu penilaian kinerja menggambar peta, paling tidak ada 6 aspek yang dinilai, yaitu kelengkapan peta, ketepatan skala, kerajian, kebersihan, keindahan, dan pewarnaan, Jika seorang peserta didik mendapat skor 6 dan skor maksimumnya 8, maka nilai yang akandiperoleh adalah = 6/8 x 10 = 7,5. Data Penilaian Sikap Skor hasil penilaian sikap bersumber dari catatan harian peserta didik berdasarkan pengamatan/observasi guru mata pelajaran. Data hasil pengamatan guru dapat dilengkapi dengan hasil penilaian berdasarkan pertanyaan langsung dan laporan pribadi. Hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian peserta didik adalah kejadian kejadian yang menonjol, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan unjuk kerja peserta didik, baik positif maupun negatif. Yang dimaksud dengan kejadian –kejadian yang menonjol adalah kejadian-kejadian yang perlu mendapat perhatian, atau perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam rangka pembinaan peserta didik. Kejadian-kejadian yang menonjol tersebut dapat berupa kejadian yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Data Penilaian Penugasan (Proyek) Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahaptahap:perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data/laporan. Dalammenilai setiap tahap, guru dapat menggunakan skor yang terentang dari 1 sampai 5.Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 5 adalah skor tertinggi untuk setiap tahap.Jadi, total skor terendah untuk keseluruhan tahap adalah 4 dan total skor tertinggiadalah 20. Data Penilaian Hasil Kerja (Produk) Data penilaian hasil kerja (produk) meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan,pembuatan (produk), dan penilaian (appraisal). Informasi tentang data penilaianini diperoleh melalui cara holistik atau cara analitik. Cara holistik guru menilai hasil kerja peserta didik berdasarkan kesan keseluruhan dengan menggunakan criteria keindahan dan kegunaan produk tersebut Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 52 pada skala skor 0 – 10 atau 1 – 100. Cara penilaian analitik, guru menilai hasil kerja melalui tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian. Data penilaian Portofolio Skor penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan peserta didik, dan(3) profil perkembangan peserta didik. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Data Penilaian Diri Skor hasil penilaian diri adalah skor yang diperoleh dari hasil penilaian tentangkemampuan, kecakapan, atau penguasaan kompetensi tertentu yang dilakukan olehpeserta didik sendiri. Pada awalnya, hasil penilaian diri yang dilakukan oleh pesertadidik tidak dapat langsung dipercayai dan digunakan oleh guru. Untuk itu, pada tarafawal, guru perlu melakukan langkah-langkah telaahan terhadap hasil penilaian diripeserta didik. b) Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasilatau belum dalam menguasai suatu kompetensi. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuanakademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru sertaketersediaan sarana dan prasarana. 11) Pemanfatan Dan Pelaporan Hasil Penilaian Kelas. Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang dapatdigunakan antara lain: (1) peserta didik (remedial atau pengayaan); (2) perbaikan programdan proses pembelajaran, (3) pelaporan, dan (4) penentuan kenaikan kelas. Bagi pesertadidik, data hasil penilaian menjadi alat penentu apakah dia harus menempuh remedial atau tidak. Bagi peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan perlu diberi pengayaan. Bagi guru, hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Bagi kepala sekolah, dia mempunyai tugas dan tanggungjawab menilai kinerja guru. Salah satu penilaian terhadap kinerja guru dapat didasarkanpada tingkat keberhasilan peserta didik yang diperoleh melalui penilaian. a) Pelaporan Hasil Penilain Kelas Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik Pelaporan hasil penilaian hendaknya (1) merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagipengembangan peserta didik; (2) memberikan informasi yang jelas, komprehensif,dan akurat; dan (3) menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar (Puskur). Bentuk Laporan Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif. Isi Laporan Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut:(1) Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial,dan emosional?; (2) Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?; (3) Kemampuan/kompetensi apa yang sudah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 53 dan belum dikuasai dengan baik?; dan (4)Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak lebih lanjut? Rekap Nilai Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu satu semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial. Bagian A: Pengantar Kegiatan pada sesi ini diawali dengan pembukaan dari instruktur membuka dan menyampaikan informasi yang berkait dengan isu dalam kegiatan PAKEM. Kemudian memberikan informasi tentang pengalaman belajar apa yang akan dilaksanakan dalamsesi ini. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bagian B: Keterampilan Bertanya (60 menit) Instruktur membuka sesi dengan pertanyaan berikut untuk menimbulkan gagasan dari peserta: (1) Mengapa kita mengajukan pertanyaan kepada siswa? (2) Pertanyaan apa yang sering disampaikan oleh guru, mengapa? Mengacu kepada kegiatan modeling sebelumnya, peserta diminta untuk mengidentifikasi pertanyaan–pertanyaan yang terdapat pada kegiatan tersebut. Kemudian mendiskusikannya. Fasilitator memberi contoh bacaan (lihat Lampiran 10) dan berbagai pertanyaanyang memuat/mengacu pada ketiga jenis/sifat pertanyaan di bawah ini: (1) Mencari informasi (2) Memanfaatkan pengetahuan (3) Menciptakan sesuatu yang baru dan memberikan pendapat Peserta (dalam kelompok kecil 3-4 orang ) menyusun 3 jenis pertanyaan di kertasyang berbeda dengan menggunakan teks yang sama. Kelompok saling menukar pertanyaan untuk mendiskusikan kualitas pertanyaan dan memberi tanggapan/perbaikan. Peserta meninjau kembali hasil perbaikan dan saran dari kelompok lain untuk kemudian disempurnakan dan dikembangkan Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: (1) Manakah pertanyaan yang dianggap mudah untuk ditulis dan dijawab? Mengapa? (2) Manakah pertanyaan yang dianggap sulit untuk ditulis dan dijawab? mengapa? (3) Apa yang bisa membantu proses penyusunan pertanyaan seperti kategori b dan c. Jenis Pertanyaan: Tingkat 1 Mencari Informasi Bagian C : Pengorganisasian Kelas (60 menit) Berdasarkan kegiatan modeling, fasilitator memberikan kegiatan – kegiatan sebagai berikut: (1) Fasilitator mengajukan pertanyaan berikut kepada peserta tentang organisasikelas(Klasikal, kelompok, dan individu). (2) Apa yang anda ketahui tentang belajar klasikal, kelompok, dan individu? (3) Kapan siswa belajar klasikal, kelompok atau individual? (4) Mengapa siswa bekerja/belajar secara klasikal, kelompok, dan individual? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 54 Peserta dan fasilitator kemudian membahas bersama beberapa jenis organisasi dengan mencoba memberikan contoh tugas/kegiatan yang sesuai untuk jenis organisasi masing-masing. Peserta mengidentifikasi kegiatan yang harus dikerjakan secara klasikal, kelompok, danindividual dengan menggunakan lembar kerja berikut.: Tabel Pengorganisasian kelas Mengidentifikasi Kegiatan Klasikal, Kelompok, dan Individual No Kegiatan pembelajaran Pengelolaan kelas Klas Klp indv Alasan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mendengarkan instruksi guru Menggunakan alat kearsipan Mencari nama di dalam rak arsip Melaporkan hasil tugas Membuat kolom indeks Curah pendapat tentang sistem abjad Menceritakan pengalaman waktu PKL Menulis cerita Sesudah tugas selesai peserta saling menukar pilihan dengan memberikan alasandan komentar. Selanjutnya fasilitator dapat memberikan tips pengorganisasian kelas Bagian D: Pembelajaran Kooperatif (60 menit) Dalam sesi ini ada 2 kegiatan pokok. Pertama, fasilitator menyajikan bahan bahan/informasiyang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif. Kedua, peserta melakukan aktivitas yangberhubungan dengan pembelajaran kooperatif melalui bahan yang sudah disiapkan oleh fasilitator. Bagian E: Pengembangan Gagasan Pembelajaran (60 menit) Setelah peserta mengamati 2 model pembelajaran di atas, peserta mendiskusikan hasil kegiatan termasuk membahas lembar pengamatan yang diisi kelompok pengamat. Aktivitas berikutnya ialah peserta mengaitkan berbagai hasil pengamatannya dengan keterampilan bertanya, pengorganisasian kelas, dan pembelajaran kooperatif. Setelah berdiskusi tentang berbagai hal tersebut, peserta mencoba mengembangkan ide-ide sederhana yangmungkin bisa diterapkan dalam pembelajaran PAKEM yang akan dilakukan, termasuk: carabertanya, pengorganisasian kelas, kerja kelompok, dan sebagainya. (1) Peserta dalam kelompok 4-5 orang mengembangkan langkah-langkah KBM untuk satu topik yang diberikan oleh fasilitator atau diseleksikan oleh peserta sendiri. Langkah-langkah tersebut harus memperhatikan ciri-ciri pembelajaran PAKEM di atas. Dalamproses pengerjaan, peserta dapat menggunakan tabel di bawah ini. (2) Setiap kelompok saling menukar hasil kerjanya dan memberikan masukan perbaikan. Tabel Pengembangan Ide Pembelajaran Mata Pelajaran: Mengelola Sistem Kearsipan Sumber Belajar Kegiatan Belajar Keterampilan Bertanya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pengorganisasian Kelas Pembelajaran Kooperatif P a g e | 55 Indikator Monev: (Bahan referensi untuk fasilitator) a) Guru a) Guru lebih banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja (menemukansendiri,mengungkapkan pendapat dsb.); b) Guru menciptakan pembelajaran yang menantang; c) Guru mempergunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar, termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan; d) Guru memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa; e) Guru mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. b) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Siswa a) Siswa tidak takut bertanya; b) Ada interaksi antara siswa untuk mmebahas dan memecahkan masalah; c) Siswa aktif bekerja; d) Siswa dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri; e) Siswa melakukan kegiatan baca mandiri; f) Siswa melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis biograpi tokoh). c) Kelas a) Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa; b) Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar; c) Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa, siswa dan siswa; d) Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang dimanfaatkan siswa. 9. Lesson Study a) Landasan Yuridis, teoritis dan empiris perlunya Lesson Study 1) Mutu Pendidikan Mutu pendidikan tercermin dari mutu SDM. SDM kita masih rendah berarti mutu pendidikan pun masih rendah. Mengapa demikian? Masyarakat beranganggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur oleh hasil tes. Apabila hasil nilai ujian nasional (UN) baik maka dianggap sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Atau kalau suatu sekolah banyak meluluskan siswa ke perguruan tinggi melalui SPMB maka dianggap sekolah itu pavorit dan banyak diserbu orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Rangking sekolah diurut berdasarkan nilai UN. Akibatnya orang tua harus mengeluarkan uang ekstra untuk menitipkan anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan menjawab soal-soal UN atau SPMB, karena orang tua menginginkan anaknya diterima di sekolah paforit atau perguruan tinggi top. Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan dari pemerintah, yang penting hasil UN (Ujian Nasional). Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara siswa mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 56 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk percobaan IPA di laboratorium. Ini berarti bahwa selama ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran di dalam ruang kelas. Semestinya, kita lebih memperhatikan proses pembelajaran dan hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran. Secara internasional, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, sebagai contoh dalam bidang MIPA, the Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2003) melaporkan bahwa di antara 45 negara peserta TIMSS, peserta didik SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-36 untuk IPA dan ke-34 untuk Matematika. Siswa-siswa Indonesia hanya dapat menjawab soal-soal hafalan tetapi tidak dapat menjawab soal-soal yang memerlukan nalar atau keterampilan proses. Proses pembelajaran yang baik seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses pembelajaran, sementara hasil tes merupakan dampak dari proses pembelajaran yang benar. Seiring dengan perkembangan IPTEK, pengetahuan guru harus selalu disegarkan. Kegiatan seminar atau forum diskusi ilmiah merupakan media untuk penyegaran pengetahuan guru baik materi subyek maupun pedagogi. Sayangnya, tidak sedikit kepala sekolah yang tidak mengijinkan guru untuk berpartisipasi dalam kegiatan seminar atau forum diskusi dalam kegiatan MGMP. Seharusnya kepala sekolah mendorong bahkan memfasilitasi guru agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar untuk menambah wawasan guru. Selain itu, sedikit guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ICT (Information Communication Technology) di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan padahal fasilitas itu sudah masuk ke sekolah, seperti komputer dan telpon. Sementara, sekolah mampu menyediakan dana untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata. 2) Undang-undang Guru dan Dosen Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mensahkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru agar guru menjadi profesional. Di satu pihak, pekerjaan sebagai guru akan memperoleh penghargaan yang lebih tinggi, tetapi dipihak lain pengakuan tersebut mengharuskan guru memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional. Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru telah memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan (Pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus „diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat“ (Pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (Pasal 10 ayat (1)). Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksud pada Undang-undang tersebut meliputi „kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional“ (Pasal 10 ayat (1)). Berdasarkan hasil pertemuan Asosiasi LPTK Indonesia, penjabaran tentang jenis-jenis kompetensi tersebut sebagai berikut: a) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci kompetensi pedagogik meliputi : (1) Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual. (2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didikdan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya. (3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik (4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik (5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik (6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatanpeserta didik dalam pembelajaran (7) Merancang pembelajaran yang mendidik Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 57 b) c) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar d) (8) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik (9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran Kompetensi kepribadian yaitu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini meliputi: (1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (3) Mengevaluasi kinerja sendiri (4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi ini mencakup: (1) Menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya. (2) Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi. (3) Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. (4) Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi. (5) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi ini, guru diharapkan dapat: (1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat. (2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat. (3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan global. (4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan pengembangan diri. 3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pasal 19 dari peraturan pemerintah ini berbunyi sebagai berikut: a) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. b) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. c) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Peraturan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa sekarang pemerintah menaruh perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Usaha baik dari pemerintah ini harus ditindaklanjuti sehingga mutu pendidikan menjadi kenyataan yang akan berdampak terhadap pembangunan Indonesia di masa mendatang. Tentunya, kerja keras kita dalam menindaklanjuti usaha pemerintah ini baru dapat dirasakan paling cepat dalam waktu 10 tahun mendatang. Tantangan bagi kita adalah bagaimana mengimplementasikan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan? Secara umum mutu pendidikan di negeri ini masih rendah tercermin dari pringkat hasil TIMSS dan indek pembangunan manusia yang berada pada posisi di bawah peringkat negara-negara tetangga kita di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tantangan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 58 bagi kita adalah bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidiknya. Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik profesional. Namun demikian, untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan pengambil kebijakan. Melalui lesson study sangat dimungkinkan meningkatkan keprofesionalan pendidik di Indonesia karena lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b) Pengertian Lesson Study Pemerintah selalu melakukan usaha peningkatan mutu guru melalui pelatihan dan tidak sedikit dana yang dialokasikan untukpelatihan guru. Sayangnya usaha dari pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Minimal ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kadang-kadang pelatih menggunakan sumber dari literatur asing tanpa melakukan ujicoba terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia. Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali “seperti dulu lagi, back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada kegiatan monitoring pasca pelatihan, apalagi kalau kepala sekolah tidak pernah menanyakan hasil pelatihan. Selain itu, kepala sekolah tidak memfasilitasi forum sharing pengalaman diantara guru-guru. Untuk mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada pasca pelatihan maka buku ini menawarkan model in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi masing-masing. Model tersebut adalah Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. c) Tujuan Lesson Study (1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar (2) Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran (3) Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar (4) Meningkatkan hubungan kolegalitas (5) Menguatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai (6) Meningkatkan motivasi untuk selalu berkembang (7) Meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran d) Sejarah Perkembangan Lesson Study 1) Asal Mula Lesson Study Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran. Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang, semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 59 lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang berkembang sejak awal tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah konaikenshu berarti school-based in-service training atau inservice education within the school atau in-house workshop. Pada tahun 1970an pemerintah Jepang merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu dengan menyediakan dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan konaikenshu. Kebanyakan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang melaksanakan konaikenshu. Walaupun pemerintah Jepang telah menyediakan dukungan biaya bagi sekolahsekolah untuk melaksanakan konaikenshu tetapi kebanyakan sekolah melaksanakan konaikenshu secara sukareka karena sekolah marasakan manfaatnya. Salah satu situasi pembelajaran dalam rangka lesson study di Jepang diperlihatkan pada gambar 2. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Kegiatan Lesson Study di Jepang Suasana pembelajaran matematika dalam rangka lesson study di SD Hamanogo, Jepang tahun 2005. Kurang lebih 100 pengamat menghadiri kegiatan lesson study ini. Pengamat berdatangan dari berbagai sekolah SD atau SMP dari berbagai provinsi di Jepang. Alasan mengapa lesson study menjadi popular di Jepang karena lesson study sangat membantu guru-guru. Walaupun lesson study menyita waktu tetapi guru-guru memperoleh manfaat yang sangat besar berupa informasi berharga untuk meningkatkan keterampilan mengajar mereka. Mutu kegiatan konaikenshu sangat bervariasi bergantung pada kaliber leadership sekolah, mutu guru untuk membangun, mempererat persabahatan diantara mereka, dan kemaunan mereka dalam melaksanakan konaikenshu. 2) Perkembangan Lesson Study di dunia The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi untuk membandingkan pencapaian hasil belajar mathematika dan IPA kelas 8 (kelas 2 SMP). Penyebaran Lesson Study di dunia pada tahun 1995 dilatarbelangi oleh TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, Dua puluh dari empat puluh satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari Amerika Serikat. Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Francis, Australia, Hongaria, dan Ireland. Sementara hanya 7 negara yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania, Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Africa selatan. Posisi pencapaian belajar matematika siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara itu melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Tim Amerika Serikat melakukan perekaman video pembelajaran matematika di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat untuk dilakukan analisis terhadap video pembelajaran tersebut. Pada waktu itu, Tim Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sistem untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sementara Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 60 berkelanjutan. Amerika Serikat selalu melakukan reformasi tapi tidak selalu melakukan peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika Serikat belajar dari Jepang tentang Lesson Study. Sekarang Lesson Study telah berkembang di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan diyakini Lesson Study sangat potensial untuk pengembangan keprofesionalan pendidik yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, Lesson Study juga telah berkembang di Australia. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3) Perkembangan Lesson Study di Indonesia Lesson study berkembang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta UNY), dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitas Negeri Malang UM) bekerjasama dengan JICA (Japan Internatonal Cooperation Agency). Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA ditiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Fase IMSTEP (1998 – 2003). Peningkatan mutu difokuskan pada pendidikan pre- dan in-service di tiga Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) dari IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Beberapa kegiatan dirancang untuk mencapai tujuan tersebut antara lain melakukan revisi silabus program pre- dan in-service, pengembangan buku ajar bersama 3 universitas, pengembangan kegiatan praktikum, dan pengembangan teaching materials. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah Jepang melalui JICA memberikan dukungan berupa gedung beserta fisilitasnya untuk IKIP Bandung sementara fasilitas laboratorium untuk IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu JICA memberi dukungan dalam bentuk penyediaan tenaga ahli Jepang dan pelatihan di Jepang bagi dosen UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen UPI, UNY, dan UM mengikuti pelatihan di Jepang setiap tahunnya untuk mengenal sistem pendidikan di Jepang dan belajar mengembangkan digital teaching materials. Tenaga ahli Jepang Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa berturutturut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator pada saat itu. Pada bulan Maret – April 2001, tim JICA dari Jepang melakukan evaluasi tengah proyek ( mid-term) untuk mengetahui kemajuan dari IMSTEP. Hasil evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan untuk dua setengah tahun berikutnya dengan penyesuaian program melalui penambahan kegiatan. Kegiatan yang ditambahkan pada IMSTEP adalah kegiatan “Piloting”. Kegiatan piloting bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran inovatif matematika dan IPA di sekolah secara kolaboratif antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dari UPI, UNY, dan UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk perioda 2001- 2003 adalah Prof. Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu yang berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator melanjutkan tugas Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa. Untuk kegiatan piloting dipilih 4 sekolah (2 SMP dan 2 SMA) di masing masing kota di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah yang berdekatan dengan kampus UPI, UNY, dan UM yang mutunya pada tingkat sedang berdasarkan NEM tetapi sekolah-sekolah tersebut memperlihatkan keingingan dan komitmen untuk maju. Selanjutnya sekolah-sekolah tersebut menugaskan guru-guru matematika, IPA Fisika, dan IPA Biologi untuk SMP sementara guru matematika, fisika, biologi, dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran sebagai solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. Model pembelajaran yang dikembangkan berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials. Setelah teaching materials yang dibuat dari bahan lokal tersebut diujicoba di laboratorium maka model pembelajaran diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru beserta dosen telah mampu mengembangkan teachin gmaterials yang terbuat dari Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 61 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar bahan-bahan di sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on activity dan daily life untuk menjelaskan konsep matematika dan IPA sehingga siswasiswa menjadi senang belajar matematika dan IPA. Guru-guru yang terlibat piloting menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dan merasa dekat dengan dosen untuk memperoleh informasi ketika menghadapi kesulitan dalam melakukan inovasi pembelajaran. Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting sangat terbatas pada satu guru per bidang studi per sekolah sehingga diseminasi pengalaman berharga dalam mengembangkan inovasi pembelajaran kurang berjalan baik walaupun dalam satu sekolah, apalagi kepala sekolah tidak terlibat langsung dalam kegiatan piloting. Biaya untuk kegiatan piloting berasal dari dana pendamping yang dikelola pihak universitas. Dosen dan guru memperoleh dana transportasi walaupun jumlahnya sangat kecil. Pada bulan Juli 2003, tim dari JICA (Jepang) melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan berkunjung ke sekolah menyaksikan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tim JICA menyimpulkan bahwa kegiatan piloting berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sangat potensial untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selanjutnya tim JICA merekomendasikan untuk melanjutkan Follow-up Program IMSTEP selama 2 tahun. Fase Follow-up IMSTEP (2003–2005). FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM mengimplementasikan program Follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan September 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan mutu pendidikan calon guru (preservice teacher training) dalam bidang matematika dan IPA di UPI, UNY, dan UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu KUBOKI berturut-turut sebagai chief adviser dan coordinator membantu mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan Follow-up IMSTEP. Melalui Program Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan model in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan model pre-service teacher training (pendidikan calon guru) dalam bidang MIPA. Peningkatan mutu pendidikan MIPA akan dicapai manakala terjadi kerjasama yang baik antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) penyelenggara pendidikan pre-service, sekolah piloting, dan MGMP penyelenggara program inservice. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan dari pengalaman nyata di sekolah dan LPTK memberikan masukan ke sekolah piloting untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. MGMP merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase Follow-up Program IMSTEP melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman pelatihan singkat ke Jepang bagi dosen-dosen UPI, UNY, dan UM pada fase Followup Program IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan diharapkan mereka dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan di Jepang. Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan Lesson Study di Indonesia antara lain Riandi (UPI), Rahayu (UM), Sumar Hendayana (UPI), Harun Imansyah (UPI), Sukirman (UNY), Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati (UPI), Suratsih (UNY), dan Ridwan (UM). Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Followup IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran, sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri dan kanan ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran. Ketika fase IMSTEP, tahap refleksi kurang mendapat penekanan, kadang-kadang tahap ini dilakukan pada hari lain sehingga sebagian informasi pengamatan kelas terlupakan oleh observer. Ketika fase Follow-up, tahap refleksi dilakukan langsung setelah pebelajaran untuk Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 62 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar mendiskusikan hasil pembelajaran dan bertukar pengalaman tentang lesson learnt yang diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman berharga dari kegiatan piloting kepada MGMP melalui workshop dan uji coba pembelajaran berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials dalam rangka kegiatan Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Lesson Study maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan fakultas di 3 universitas. Dalam kasus di Bandung, pimpinan FPMIPA UPI bersilaturrahmi dengan kepala kepala sekolah piloting yang kebetulan baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi tentang keberlanjutan dari kegiatan kerjasama antara sekolah dan FPMIPA UPI. Diskusi terfokus pada resource sharing artinya pimpinan FPMIPA UPI menyediakan nara sumber termasuk kebutuhannya sementara sekolah piloting mendorong guruguru termasuk kebutuhannya untuk berkolaborasi. Selain itu pimpinan FPMIPA UPI meminta kepala sekolah terlibat dan melibatkan guru-guru lain dalam observasi dan refleksi pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolahsekolah piloting. Sebagai wujud keberlanjutan program kerjasama tersebut, kepala sekolah memfasilitasi kegiatan Lesson Study dengan memberdayakan MGMP di sekolah tersebut dan melaksanakan kegiatan Lesson Study secara bergilir dari mata pelajaran ke mata pelajaran lain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan observasi pembelajaran dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran. Sekarang kegiatan Lesson Study bukan milik guru MIPA saja tetapi guru non-MIPA pun melakukan kegiatan Lesson Study. Sebagai contoh, SMAN 9 Bandung telah melaksanakan kegiatan Lesson Study Biology, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia pada semester genap 2005/2006. Pembicaraan tentang keberlanjutan program kerjasama dalam kegiatan Lesson Study juga dilakukan dengan pengurus MGMP matematika dan IPA SMP kota Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa workshop tentang Lesson Study telah dilaksanakan untuk MGMP wilayah tenggara, wilayah timur, dan wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung telah menindaklanjuti workshop Lesson Study tersebut dengan persiapan perancangan dan pengembangan model pembelajaran berbasis handson activity, daily life, dan local materials. Selanjutnya MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung pada semester genap 2005/2006 telah mengimplementasikan model pembelajaran tersebut di SMP Miftahul Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMPN 29 Bandung, dan SMP YWKA. Lesson study berasal dari Jepang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Keberhasilan Jepang dalam pendidikan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan negaranegara Eropa serta Australia belajar lesson study dari Jepang. Kalau negara-negara maju belajar dari Jepang, mengapa kita tidak? Walau demikian, lesson study yang berkembang di Indonesia tidak begitu saja mengadopsi konsep lesson study dari Jepang, akan tetapi melalui pengkajian dan ujicoba di sekolah-sekolah piloting sejak tahun 2001 melalui Program Kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM. Untuk memperoleh model sosialisasi lesson study pada tingkat yang lebih luas, saat ini sedang dilakukan piloting lesson study di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika dan IPA SMP dan MTs. e) Desain Lesson Study Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Skema kegiatan Lesson Study diperlihatkan pada Gambar 1. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 63 Gambar Skema kegiatan Lesson Study PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan (Plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga berupa pedagogi tentang metoda pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas, bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metoda evaluasi. Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam kelas. Kegiatan perencanaan memerlukan beberapa kali pertemuan (2 – 3 kali) agar lebih mantap. Pertemuanpertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru dan dosen-dosen dalam rangka perencanaan pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas antara guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga dosen tidak merasa lebih tinggi atau guru tidak merasa lebih rendah. Mereka berbagi pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatankegiatan pertemuan dalam rangka Lesson Study ini terbentuk mutual learning (saling belajar). Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do) pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat ( observer) pembelajaran. Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefieng kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswasiswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, dan siswa-lingkungan yang terkait dengan 4 kompetensi guru sesuai dengan UU No. 14 tentang guru dan dosen. Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas siswa teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak menganggu aktifitas dan konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 64 Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See). Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajran. Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lesson learnt dengan demikian kita membangun komunitas belajar melalui Lesson Study. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar f) Karakteristik Lesson Study Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Tipe lesson study yang berkembang ada dua tipe yaitu: 1) Lesson Study berbasis sekolah Jika lesson study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-orang yang melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah tersebut serta Kepala Sekolah. Lesson study dengan tipe seperti ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Dalam setiap langkah dari kegiatan lesson study tersebut, guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. Walaupun lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang diperlukan karena kedudukannya. 2) Lesson study berbasis MGMP / Bidang Studi Lesson study juga bisa dilaksanakan dengan berbasiskan MGMP (bidang studi). Sebagai contoh, sekelompok guru matematika di suatu wilayah bersepakat untuk melakukan lesson study guna meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar matematika di wilayah tersebut. Karena kelompok guru matematika tersebut berasal dari beberapa sekolah, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara bergiliran dari satu sekolah ke sekolah lain. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan sebelumnya. Perbedaannnya hanya pada anggota komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten, atau lebih luas lagi. Pada tahapan perencanaan, anggota komunitasnya selain guru-guru sebidang dari sekolah yang berbeda-beda, dimungkinkan pula datang dari fihak lain misalnya universitas. Sementara pada tahapan implementasi pembelajaran dan refleksi, anggota komunitasnya dimungkinkan untuk sangat beragam termasuk guru-guru dari bidang studi berbeda. Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe lesson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu menciptakan terobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-development Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 65 sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar lainnya PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar g) Tahap-tahap Pelaksanaan Lesson Study 1) Persiapan Lesson Study (Plan) Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa lesson study pada dasarnya meliputi tiga bagian kegiatan yakni perencanaan, implementasi, dan refleksi. Untuk mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama yang sangat penting adalah melakukan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulai dengan melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan berperan menjadi guru. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang materi ajar dan hands on yang dipilih perlu dilakukan secara bersama-sama untuk memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa secara optimal. Pada tahapan analisis tersebut perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum, latar belakang pengetahuan dan kemampuan siswa, kompetensi yang akan dikembangkan, serta kemungkinankemungkinan pengembangan dalam kaitannya dengan materi terkait. Dalam kaitannya dengan materi ajar yang dikembangkan, juga perlu dikaji kemungkinankemungkinan respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat penting dilakukan terutama untuk mengantisipasi respon siswa yang tidak terduga. Jika materi ajar yang dirancang ternyata terlalu sulit bagi siswa, maka kemungkinan alternatif intervensi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa perlu dipersiapkan secara matang. Sebaliknya, jika ternyata materi ajar yang dirancang terlalu mudah bagi siswa maka kemungkinan intervensi yang bersifat pengembangan perlu juga dipersiapkan. Dengan demikian, sebelum implementasi pembelajaran berlangsung guru telah memiliki kesiapan yang mantap sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada saat lesson study dilaksanakan mampu mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 4.1 di bawah ini memperlihatkan sekelompok guru bersama beberapa orang dosen sedang melakukan diskusi untuk mempersiapkan sebuah lesson study. Selain aspek materi ajar, guru secara berkelompok perlu mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan digunakan yakni meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Analisis kegiatan tersebut dapat dimulai dengan mengungkapkan pengalaman masing-masing dalam mengajarkan materi yang sama. Berdasarkan analisis pengalaman tersebut selanjutnya dapat dikembangkan strategi baru yang diperkirakan dapat menghasilkan proses belajar siswa yang optimal. Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif; aktivitas-aktivitas belajar bagaimana yang diharapkan dilakukan siswa pada kegiatan inti pembelajaran; bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar, interaksi antar siswa, serta interaksi antara siswa dengan guru; bagaimana proses pertukaran hasil belajar (sharing) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan; bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok, dan individu; serta bagaimana aktivitas yang dilakukan siswa pada bagian akhir pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berjalan secara mulus, maka rangkaian aktivitas dari awal sampai akhir pembelajaran perlu diperhitungkan secara cermat termasuk alokasi waktu yang tersedia. Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, tidak kalah penting untuk mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang untuk menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan. Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting karena informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas dan refleksi pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi peningkatan kualitas sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer yang hadir dalam kegiatan lesson Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 66 study sangat menguntungkan karena latar belakang pengetahuan yang berbeda- PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar beda dapat menghasilkan pandangan beragam sehingga bisa memperkaya pengetahuan para guru. 2) Pelaksanaan Pembelajaran dalam Lesson Study (Do) Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, perlu dilakukan pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada pertemuan ini, setelah Kepala Sekolah menjelaskan secara umum kegiatan lesson study yang akan dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas untuk melaksanakan pembelajaran hari itu diberi kesempatan mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana observasi yang akan dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan penjelasan, selanjutnya Kepala Sekolah mengingatkan kepada para observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatannya masing-masing. Setelah acara briefing singkat dilakukan, selanjutnya guru yang bertugas sebagai pengajar melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana. Walaupun pada saat pembelajaran hadir sejumlah observer, guru hendaknya dapat melaksanakan proses pembelajaran sealamiah mungkin. Berdasarkan pengalaman lesson study yang sudah dilakukan, proses pembelajaran dapat berjalan secara alamiah. Hal ini dapat terjadi karena observer tidak melakukan intervensi apapun terhadap siswa. Mereka biasanya hanya melakukan pengamatan sesuai dengan fokus perhatiannya masing-masing. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas berikut akan diuraikan contoh pelaksanaan pembelajaran dalam suatu lesson study yang dilakukan di SMPN 1 Lembang. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, Kepala Sekolah memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada saat itu dijelaskan bahwa materi yang akan dipelajari siswa adalah tentang luas lingkaran yang harus diturunkan rumusnya melalui kegiatan eksplorasi. Pertemuan Singkat Sebelum Pembelajaran Awal pembelajaran dimulai dengan penjelasan singkat tentang materi yang akan dipelajari hari itu serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk menarik perhatian siswa, guru memperlihatkan benda-benda yang ada disekitar siswa yang bagiannya berbentuk lingkaran. Kemudian guru mengajukan sebuah pertanyaan “Tahukah kamu cara menemukan atau menurunkan rumus luas daerah lingkaran?” Setelah guru mengajukan pertanyaan tersebut, selanjutnya dijelaskan bahwa secara berkelompok siswa diharapkan dapat menemukan rumus luas daerah lingkaran dengan menggunakan pendekatan luas daerah bangun geometri yang sudah diketahui. Cara Melakukan Observasi dalam Lesson Study Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku, dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang digunakan. Akan lebih baik jika peta posisi tempat duduk tersebut dilengkapi dengan nama-nama siswa secara lengkap. Dengan memiliki gambaran yang lengkap tentang pembelajaran yang akan dilakukan, maka seorang observer dapat menetapkan apa yang akan dilakukan di kelas pada saat melakukan pengamatan. Sebagai contoh, seorang observer dapat memfokuskan perhatiannya pada siswa tertentu yang penting untuk diamati misalnya karena alasan tingkat kemampuannya dibandingkan siswa lain atau ada hal khusus yang penting untuk diamati. Observer lain mungkin tertarik dengan cara siswa berinteraksi dengan temannya dalam kelompok, cara mengkomunikasikan ide baik dalam kelompok atau kelas, atau cara mengajukan argumentasi atas solusi dari masalah yang diberikan. Ada juga observer yang mungkin tertarik dengan respon siswa pada saat mengalami Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 67 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar kesulitan dan memperoleh intervensi dari guru. Fokus observasi pada pelaksanaannya akan sangat beragam tergantung pada minat serta tujuannya masing-masing. Semakin beragam target yang menjadi fokus observasi, maka semakin lengkaplah informasi yang bisa digali, dianalisis, dan diungkap pada saat dilakukan refleksi. Jika akan dilakukan rekaman video, tentukan siapa yang akan melakukannya, pilih tempat strategis untuk melakukan pengambilan gambar yang meliputi aktivitas siswa dan guru, dan pastikan bahwa rekaman video yang dibuat menggambarkan seluruh proses pembelajaran secara utuh. Rekaman video ini sangat penting sebagai bagian dari dokumentasi yang sewaktu-waktu dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan diskusi pengembangan lesson study atau diskusi masalah-masalah pembelajaran secara umum. Untuk mengantisipasi kemungkinan banyaknya observer yang datang, kelas sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga mobilitas siswa, guru, dan observer dapat berlangsung secara nyaman dan mudah. Pada saat melakukan observasi, disarankan untuk melakukan beberapa hal berikut: a) Membuat catatan tentang komentar atau diskusi yang dilakukan siswa serta jangan lupa menuliskan nama atau posisi tempat duduk siswa. b) Membuat catatan tentang situasi dimana siswa melakukan kerjasama atau memilih untuk tidak melakukan kerjasama. c) Mencari contoh-contoh bagaimana terjadinya proses konstruksi pemahaman melalui diskusi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. d) Membuat catatan tentang variasi metoda penyelesaian masalah dari siswa secara individual atau kelompok siswa, termasuk strategi penyelesaian yang salah. Selain membuat catatan tentang beberapa hal penting mengenai aktivitas belajar siswa, seorang observer selama melakukan pengamatan perlu mempertimbangkan atau berpedoman pada sejumlah pertanyaan berikut: e) Apakah tujuan pembelajaran sudah jelas? Apakah aktivitas yang dikembangkan berkontribusi secara efektif pada pencapaian tujuan tersebut? f) Apakah langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan berkaitan satu dengan lainnya? Dan apakah hal tersebut mendukung pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? g) Apakah hands-on atau teaching material yang digunakan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan? h) Apakah diskusi kelas yang dilakukan membantu pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari? i) Apakah materi ajar yang dikembangkan guru sesuai dengan tingkat kemampuan siswa? j) Apakah siswa menggunakan pengetahuan awalnya atau pengetahuan sebelumnya untuk memahami konsep baru yang dipelajari? k) Apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa? l) Apakah gagasan siswa dihargai dan dikaitkan dengan materi yang sedang dipelajari? m) Apakah kesimpulan akhir yang diajukan didasarkan pada pendapat siswa? n) Apakah kesimpulan yang diajukan sesuai dengan tujuan pembelajaran? o) Bagaimana guru memberi penguatan capaian hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung? 3) Kegiatan Refleksi (See) Kegiatan refleksi harus dilaksanakan segera setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya karena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas. Dalam kegiatan ini paling tidak ada tiga orang yang harus duduk di depan yaitu Kepala Sekolah, Guru yang melakukan pembelajaran, dan tenaga ahli yang biasanya datang dari Perguruan Tinggi. Dalam acara ini, Kepala Sekolah bertindak sebagai fasilitator atau pemandu diskusi. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 68 a) b) c) d) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e) f) g) h) Fasilitator memperkenalkan peserta refleksi yang ada di ruangan sambil menyebutkan masing-masing bidang keahliannya. Fasilitator menyampaikan agenda kegiatan refleksi yang akan dilakukan (sekitar 2 menit). Fasilitator menjelaskan aturan main tentang cara memberikan komentar atau mengajukan umpan balik. Aturan tersebut meliputi tiga hal berikut: (1) Selama diskusi berlangsung, hanya satu orang yang berbicara (tidak ada yang berbicara secara bersamaan), (2) Setiap peserta diskusi memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara, dan (3) Pada saat mengajukan pendapat, observer harus mengajukan bukti-bukti hasil pengamatan sebagai dasar dari pendapat yang diajukannya (tidak berbicara berdasarkan opini). Guru yang melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk berbicara paling awal, yakni mengomentari tentang proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Pada kesempatan itu, guru tersebut harus mengemukakan apa yang telah terjadi di kelas yakni kejadian apa yang sesuai harapan, kejadian apa yang tidak sesuai harapan, dan apa yang berubah dari rencana semula. (15 sampai 20 menit). Berikutnya perwakilan guru yang menjadi anggota kelompok pada saat pengembangan rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk memberikan komentar tambahan. Fasilitator memberi kesempatan kepada setiap observer untuk mengajukan pendapatnya. Pada kesempatan ini tiap observer memiliki peluang yang sama untuk mengajukan pendapatnya. Setelah masukan-masukan yang dikemukakan observer dianggap cukup, selanjutnya fasilitator mempersilahkan tenaga ahli untuk merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Fasilitator berterimakasih kepada seluruh partisipan dan mengumumkan kegiatan lesson study berikutnya. h) Evaluasi Kegiatan Lesson Study Kegiatan lesson study pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning community) yang secara konsisten melakukan continuous improvement baik pada level individu, kelompok, maupun pada sistem yang lebih umum. Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study dapat menjadi modal sangat berharga untuk meningkatkan kualitas kinerja masing masing fihak yang terlibat. Sebagai contoh, seorang guru yang terlibat dalam observasi sebuah lesson study berhasil menemukan sejumlah hal penting berkenaan dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Menurut pendapatnya, bahan ajar eksploratif yang digunakan ternyata telah mampu mendorong kreativitas siswa sehingga mereka mampu menampilkan sebuah strategi baru yang bersifat orisinal. Berdasarkan pengalaman ini dia akan berusaha mencoba menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran di sekolahnya. Seorang observer dari salah satu negara Afrika, pada saat kegiatan refleksi menyatakan kekagumannya pada cara guru mengembangkan pola interaksi antar siswa dalam kelompok. Menurut pengamatannya pola kerjasama kelompok seperti yang dia lihat dalam pembelajaran telah berhasil menciptakan peluang untuk terjadinya sharing pengetahuan dan saling tolong-menolong, sehingga siswa yang memiliki kemampuan kurang sekalipun menjadi sangat terbantu oleh teman-temannya. Berdasarkan proses pembelajaran yang diamati di kelas, dia menyatakan memperoleh pelajaran berharga yang bisa menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan di negaranya. Seorang Kepala Sekolah, setelah mengikuti beberapa kali lesson study secara intensif, mengajukan pendapatnya bahwa kegiatan tersebut sangat potensial mendorong banyak fihak untuk melakukan hal yang terbaik. Siswa ternyata menunjukkan motivasi yang sangat tinggi untuk menunjukkan potensinya masing-masing pada saat lesson study dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut mampu menjadi dorongan untuk tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri siswa. Guru-guru lain yang baru melihat aktivitas lesson study banyak yang mulai tertarik untuk mencobanya. Dengan mencoba melakukan lesson study, berarti dia terdorong untuk melakukan persiapan yang lebih baik dibanding biasanya sehingga proses pembelajaran yang dikembangkan kadang-kadang sangat diluar dugaan bahkan sangat inovatif. Seorang Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 69 dosen, setelah beberapa kali mengikuti kegiatan lesson study juga mengaku mulai terpengaruh untuk mencoba memperkenalkan dan menerapkan hal-hal positif yang dia dapatkan dari aktivitas tersebut pada kelas yang me njadi tanggungjawabnya. Seorang Dekan juga tidak kalah dengan fihak-fihak lain untuk mencoba mengambil manfaat dari lesson study bagi mahasiswa calon guru di fakultasnya. Berdasarkan pengalamannya melakukan lesson study bersama guru-guru di sekolah, dia akhirnya menetapkan suatu kebijakan bahwa setiap mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan diharuskan terlibat secara aktif dalam kegiatan lesson study. B. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pengembangan Silabus dan RPP Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran 1. Pengembangan Silabus dan Penyusunan RPP Penyusunan Silabus dan RPP merupakan satu indikator dari standar proses pendidikan yang ditetapkan dalam PerMenDikNas Nomor 41 Tahun 2007. Silabus dan RPP merupakan dokumen guru dalam merencanakan pembelajaran. Kedua dokumen ini untuk setiap satuan pendidikan dapat berbeda pada indikator, pengalaman belajar atau komponen lainnya. Oleh karena itu ditetapkan standar minimal penyusunannya di dalam peraturan tersebut. Walau demikian dasar teori keduanya perlu Anda pahami untuk membentuk pola pikir dan perilaku berkarya. a. Desain Sistem Pembelajaran Dasar teori dalam pengembangan Silabus dan penyusunan RPP adalah Desain Sistem Pembelajaran. Desain Sistem Pembelajaran dalam kawasan Teknologi Pendidikan merupakan salah satu solusi mengatasi masalah belajar bertujuan, dimana guru sengaja menyediakan kondisi eksternal melalui perencanaan pembelajaran. Desain sistem pembelajaran memberikan bantuan untuk mencapai tujuan belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik, dengan jalan mengembangkan komponenkomponen pembelajaran untuk memudahkan belajar peserta didik. Untuk memahami apa dan bagaimana desain sistem pembelajaran, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sistem pembelajaran. Pembelajaran sebagai sebuah sistem dikenal dengan sebutan sistem pembelajaran, yang menggambarkan sebuah proses yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran saling berinteraksi satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan. Contoh: Sistem pembelajaran di kelas Proses Pembelajaran Input Siswa Ruangan kelas Media Silabus, RPP Guru Bahan Ajar Evaluasi Input Lulusan Umpan Balik Gambar Interaksi Sistem Pembelajaran di Kelas Berdasarkan contoh tersebut, maka Silabus dan RPP merupakan subsistem pembelajaran. Untuk mengembangkan Silabus dan menyusun RPP, maka keduanya harus di pandang sebagai sistem. Oleh sebab itu perlu diketahui apa yang disebut pendekatan sistem. Menurut Dick Carey (2005, p. 367) yang dikutip oleh Benny A. Pribadi (2009, p. 27-28), pendekatan sistem adalah sebuah prosedur yang digunakan oleh perancang desain sistem pembelajaran untuk menciptakan sebuah pembelajaran secara sistemik dan sistematik. Secara sistemik yaitu cara pandang yang menganggap sebagai satu kesatuan yang utuh dengan komponen-komponen yang berinterfungsi. Secara sistematik merujuk pada upaya melakukan tindakan terarah langkah demi langkah. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 70 Pendekatan sistem ini dapat memberi keuntungan kepada perancang pembelajaran yaitu: 1) Perancang akan memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap langkah yang dilakukan dalam sebuah sistem akan diasahkan pada upaya untuk mencapai tujuan. Contoh: Jika guru sudah mengidentifikasi standar kompetensi, maka kompetensi dasar, materi, strategi, evaluasi diarahkan untuk mencapai standar kompetensi. 2) Perancang pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antar sub sistem atau komponen dalam sebuah sistem, melalui mekanisme umpan balik sehingga dapat dilakukan revisi. Contoh : Standar Kompetensi PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kompetensi Dasar U M Indikator Materi Pembelajaran P A Langkah Pembelajaran / Strategi N Metode Pembelajaran B Media / Sumber A L I Evaluasi Hasil Belajar Gambar RPP sebagai system Pembelajaran sebagai sistem dan pendekatan sistem merupakan prinsip dalam memahami K Silabus dan RPP sebagai sebuah sistem. Perancangan Silabus dan RPP merupakan proses yang dilakukan sebelum tindakan atau pelaksanaan pembelajaran. Proses ini dalam Teknologi Pendidikan disebut Desain Sistem Pembelajaran. Pada dasarnya prosesnya sama dengan melihat sub sistem sebagai bagian dari sistem, mengidentifikasi fungsi dan kaitan antar sub sistem, mensintesis sub sistem menjadi satu kesatuan. Dengan demikian desain sistem pembelajaran merupakan proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan menyeluruh. Desain sistem pembelajaran sebagai proses rancangan pembelajaran secara sistematik dan menyeluruh, biasanya digambarkan dalam bentuk model yang dipersentasikan dalam bentuk grafis atau flowchart. Dengan demikian desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh untuk menciptakan pembelajaran. Terdapat beberapa model desain sistem pembelajaran, yaitu berorientasi kelas, berorientasi produk dan berorientasi sistem. Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, didasarkan pada model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas. Model ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para guru dan siswa, dan dapat diaplikasikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Asumsi model ini adalah adanya sejumlah aktivitas yang akan diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru, murid, kurikulum dan fasilitas tertentu telah tersedia sebelumnya. Di sini guru bukan merancang pembelajaran yang sama sekali baru, karena standar kompetensi dan kompetensi dasar telah dirumuskan dalam standar isi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 71 Model desain sistem pembelajaran berorientasi kelas antara lain model Gerlach dan Ely (1980) seperti dikutip oleh Toeti Sokemato (1993, h. 18-21) langkah-langkah model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely adalah sebagai berikut: 3) Langkah pertama, penyusunan tujuan belajar dan penentuan materi. 4) Langkah kedua, penilaian perilaku awal siswa berdasarkan tujuan belajar dan materi yang telah ditetapkan. Langkah ini dikenal dengan sebutan pre tes. 5) Langkah ketiga, menentukan strategi (metode), mengatur pengelompokkan siswa, mengalokasikan waktu, menentukan tempat atau ruangan dan memilih sumber belajar. Dilaksanakan secara simultan berdasarkan langkah-langkah pertama dan kedua. 6) Langkah keempat, evaluasi hasil belajar berdasarkan tujuan belajar yang telah ditentukan. 7) Langkah keenam, umpan balik setelah rancangan pembelajaran diimplikasikan di kelas. Secara visual model desain sistem pembelajaran Gerlach dan Ely digambarkan seperti di bawah ini. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penentuan Strategi Pengaturan Kelompok Penentuan Materi Penilaian Perilaku Awal Penyusunan Tujuan Belajar Alokasi Waktu Alokasi Tempat Evaluasi Hasil Belajar Pemilihan Sumber Belajar Analisis Umpan Balik Gambar Model DSP Gerlach dan Ely Model pengembangan Silabus dan penyusunan RPP, tidak digambarkan dalam bentuk visual melainkan dalam bentuk langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh. Prosedur pengembangan Silabus dan penyusunan RPP didasarkan minimal harus ada 4 komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi, strategi dan evaluasi. Desain sistem pembelajaran Silabus dan RPP oleh teori ilmiah dengan harapan produk yang dibuat guru realistik. Beberapa teori ilmiah itu adalah sebagai berikut. 1) Sistem Desain sistem pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan sistem, di mana setiap komponen berinteraksi dengan komponen lainnya dan saling ketergantungan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Teori ini berimplikasi kepada setiap komponen pembelajaran harus dikembangkan untuk mencapai komponen tujuan pembelajaran. Apabila satu komponen tidak dikembangkan dengan baik (konsisten dan memadai) akan mengakibatkan kualitas akan menjadi rendah dan pengimplementasian di lapangan terganggu. Implikasi lain adalah melalui pendekatan sistem ini adalah setiap komponen dapat segera diperoleh umpan balik dapat direvisi setiap saat. Hal ini tampak dalam model sistem dari Filbeck yang menjelaskan bahwa sub sistem (komponen sistem) saling berhubungan atau berintegrasi dalam menjalankan fungsinya. Sebagai contoh dikemukakan adanya sistem dalam perencanaan pembelajaran, tampak dalam model berikut ini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 72 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Sistem Perencanaan Pembelajaran 2) Analisis Peserta Didik Paradigma pembelajaran pada saat ini telah bergeser dari guru kepada siswa ( learned oriented). Konsekuensi paradigma ini, perencanaan harus disusun atas dasar kebutuhan siswa. Sebagai contoh adalah: (a) siswa dengan karakteristik gaya belajarnya berimplikasi kepada pemilihan media, (b) siswa dengan karakteristik perkembangan kognitif berimplikasi kepada penentuan metode pembelajaran, dan (c) siswa memiliki karakteristik kemampuan awal berimplikasi pada penguasaan kompetensi dasar satu, sehingga materi pelajaran akan dimulai dengan pencapaian kompetensi dasar kedua. Konsep ini sejalan dengan Mollenda, yang mengontrol kondisi internal siswa adalah variabel di dalam diri siswa. Dalam konsep belajar yang menjadi perhatian adalah proses belajar di dalam internal siswa. Oleh karena itu, perubahan perilaku siswa tergantung bagaimana siswa memproses perolehan pengalaman belajarnya di dalam dirinya. Implikasi dari teori ini, perancang pembelajaran harus dapat memanfaatkan hal itu di dalam mengelola aktivitas belajar siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Sebagai contoh dikatakan oleh B.F. Skinner tentang prinsip belajar: "perilaku dapat dibentuk melalui proses penguatan". Atas dasar teori ini perencanaan pembelajaran yang disusun guru, dapat dituliskan pada komponen evaluasi pembelajaran dengan merencanakan aktivitas belajar atau respon yang benar. Contoh lain adalah tentang motivasi belajar dari Keller: "seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia akan melihat hasil yang memiliki nilai atau manfaat". Implikasi teori ini adalah guru merencanakan pembelajaran pada bagian prosedur (urutan) pembelajaran yaitu pendahuluan direncanakan dengan menjelaskan relevansi isi materi pelajaran dengan dunia kerja, kegiatan pendidikan selanjutnya dan kegiatan yang menunjang praktik. 3) Pembelajaran Mengusahakan siswa belajar adalah tugas utama guru sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini merupakan implikasi dari sifat teori pembelajaran yaitu preskriptif (menyarankan bagaimana sebaiknya proses belajar diselenggarakan). Contoh: teori pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam perencanaan pembelajaran adalah model pembelajaran berpikir induktif dari Hilda Taba yang membantu siswa dalam pengembangan keterampilan berpikir. Berdasarkan model tersebut guru dapat merencanakan strategi pembelajaran dengan tahapan sebagai berikut. a) Pembentukan konsep Pada tahap ini siswa mempelajari konsep berdasarkan masalah dan ditunjang oleh data atau fakta-fakta yang relevan dengan cara berikut. (1) Mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan. (2) Mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik. (3) Membuat kategori serta label pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik. b) Interpretasi data Kegiatan tahap ini siswa diminta untuk melakukan: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 73 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar (1) verifikasi (pengujian), data yang telah dikategorikan sesuai dengan konsep yang diperoleh, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan verifikasi data. c) Penerapan prinsip Tahap ini merupakan aplikasi prinsip dan kesimpulan data yang dirumuskan siswa dengan cara: (1) mengajukan permasalahan baru. (2) menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan (3) menjelaskan dasar teori untuk memperkuat argumen hipotesisnya. Apabila model ini dikuasai guru langkah pembelajaran lebih bervariasi dan paradigma belajar berorientasi siswa terjawab. 4) Komunikasi Merupakan pengiriman pesan dari sender kepada receiver. Konsep komunikasi dari Berlo yang disebut S - M - C- R, Source- Message- Channel - Receiver menggambarkan betapa penting saluran penyampaian pesan yaitu media. Implikasi dari teori ini, dalam perencanaan pembelajaran komponen media menjadi sub sistem pembelajaran yang berfungsi untuk mengurangi verbalisme dan dapat membantu pemahaman siswa dengan persepsi yang sama. Contoh: (1) Guru menggunakan media realia untuk membelajarkan siswa jurusan akuntansi yaitu bukti-bukti transaksi, dan (2) Guru menjelaskan cara pembuatan burger dengan media realia sayuran, mayones, roti burger dan beef burger. Desain sistem pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru minimal 4 komponen, yang akan diuraikan berikut ini: 1. Tujuan Pembelajaran Rancangan pembelajaran sebagai suatu sistem dimulai dengan komponen pertama dan utama yaitu tujuan pembelajaran/kompetensi. Tujuan pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Bloom, dkk.). Sedangkan kompetensi merupakan kecakapan peserta didik yang memadai untuk melakukan suatu tugas dengan standar tertentu. Bullard, dkk. Menyebut istilah ini adalah performance objective/tujuan penampilan. Dick dan Carey menyebutkan dengan istilah tujuan performansi. Berdasarkan kedua istilah tersebut, tujuan pembelajaran tampak belum mengarah pada perbuatan sedangkan kompetensi menunjukkan perilaku secara totalitas untuk mendemonstrasikan unjuk kerja/perbuatan. Dengan mengacu kepada kedua istilah diatas yang terpenting adalah makna keduanya menggambarkan pernyataan penampilan peserta didik setelah mengikuti proses belajar. Tujuan pembelajaran/kompetensi merupakan hasil akhir yang dicapai oleh siswa, bermanfaat dalam membantu arah pembelajaran secara umum, seperti berikut. a. Memberikan petunjuk materi pelajaran yang harus dipelajari siswa. b. Memberikan pengarahan pemilihan metode yang sebaiknya diterapkan. c. Memberikan pengarahan penentuan media yang digunakan. d. Memberikan pengarahan dalam merencanakan langkah pembelajaran. e. Memberikan pengarahan dalam menilai hasil belajar siswa. Dengan kata lain tujuan pembelajaran/kompetensi dapat membantu usaha belajar siswa. Hierarki tujuan pembelajaran (Perceival dan Ellington) atau tujuan penampilan (Bullard) diklasifikasikan menjadi dua yaitu tujuan umum (terminal objective/goal) dan tujuan khusus (enabling objective). Dalam konteks kurikulum tingkat satuan pendidikan istilah ini setara dengan standar kompetensi (kompetensi ) dan kompetensi dasar (sub kompetensi). Untuk mencapai tujuan khusus dirumuskan indikator (kriteria unjuk kerja). Ruang lingkup tujuan umum adalah luas dan merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku akhir yang dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu mata pelajaran atau satu tema pelajaran (pendekatan tematik). Jadi luas Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 74 jangkauannya tergantung pada ruang lingkup kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan tujuan khusus merupakan pernyataan tentang penampilan/perilaku yang lebih spesifik dan dapat dicapai siswa setelah menyelesaikan satu materi pokok (pokok bahasan). Jadi tujuan khusus dijabarkan dari tujuan umum. Untuk mengetahui keberhasilan mencapai tujuan khusus diperlukan indikator yaitu pernyataan yang merupakan kumpulan dari perilaku yang menunjang tercapainya tujuan khusus. Berdasarkan paparan di atas, maka hierarki tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut. Tujuan Umum Tujuan Pembelajaran Umum/Standar Kompetensi/ Kompetensi PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan Khusus Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Dasar/Sub Kompetensi Indikator Kriteria Untuk Kerja Tujuan Kurikuler Standar Kompetensi Atau Tujuan Pembelajaran Umum Kompetensi Dasar Indikator Kriteria Unjuk Kerja Gambar Hierarki Tujuan Pembelajaran Istilah-istilah tersebut dapat disesuaikan dengan memperhatikan jangkauan dan ruang lingkup kegiatan yang dilakukan. Pernyataan yang merupakan perilaku yang ditunjukkan siswa oleh Bloom, dkk. digambarkan dalam jenjang bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut. a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan Krathwohl Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses intelektual yang tinggi, yaitu pengetahuan,' pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis, mensistesis, dan menilai. Tingkatan taksonomi ini kemudian direvisi mulai dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Deskripsi dari masing-masing jenjang tersebut adalah sebagai berikut. 1) Mengingat (remember): Meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan. Contoh: siswa akan dapat menyebutkan langkah-langkah mengukur berat bahan untuk mengolah makanan. 2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis. Contoh: siswa akan dapat membuat ringkasan sejarah timbulnya akuntansi. 3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun memecahkan masalah. Contoh: siswa akan dapat menggunakan prosedur cara membuat laporan keuangan. 4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur. Contoh: siswa akan dapat menjabarkan pengaruh inflasi terhadap berbagai nilai uang. 5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Contoh: siswa mampu membuat kritik tentang laporan rugi laba. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 75 6) Mencipta (create): membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya. Contoh: siswa mampu menciptakan masakan nusantara yang mengandung unsur-unsur kekayaan alam daerah Nusantara PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Ranah Kognitif b. Ranah Psikomotor Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai tingkat yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai tingkat yang paling kompleks.S Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-maxular yaitu keterampilan dengan gerakan otot. 1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Contoh: siswa dapat mengulang gerak menyapukan kuas dengan benar di atas nastar yang sudah dibentuk. 2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Pada dasarnya tujuan tingkat ini sama dengan meniru, bedanya adalah siswa tidak lagi melihat contoh tapi hanya diberi instruksi secara tertulis atau verbal. Contoh: siswa dapat menghidupkan komputer dengan membaca manual dan penjelasan secara verbal. 3) Memantapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Contoh: siswa dapat mengetik kata ke dalam format data base tanpa membuat kesalahan. 4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh: siswa dapat menggunakan kalkulator untuk mengerjakan 10 soal matematika dalam waktu 10 menit. 5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara spontan dan otomatis. Siswa melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh: siswa dapat mengoperasikan program data base dengan lancar. Meniru Mengamati Mencontoh gerak Menerapkan Mengikuti petunjuk Menampilkan gerak Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Memantapkan Mencermati penampilan Mengoreksi kesalahan Merangkai Mengkoordi nasikan gerak Konsistensi internal Naturalisasi Penampilan alamiah Efisiensi & efektivitas gerak Gambar Ranah Psikomotor P a g e | 76 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar c. Ranah Afektif Krathwohl, Bloom & Maisa mengembangkan taksonomi tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok. 1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh: siswa bersedia mendengarkan ceramah tentang etika profesi juru masak. 2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini siswa diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta. Contoh: siswa bersedia berlatih membuat laporan keuangan. 3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskannya. Contoh: siswa dengan sukarela berpartisipasi dalam aksi penghematan energi. 4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana, yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang. Dalam hal ini siswa menjadi commited terhadap suatu sistem nilai. Contoh: siswa akan mampu memilih dari berbagai alternatif cara meningkatkan gizi masyarakat yang sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. 5) Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, dan perilakunya akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Contoh: siswa akan menghindari sikap-sikap yang otoriter selama praktik kerja secara kelompok. Menanggapi Mengikuti Melibatkan Memuaskan Menerima Menyadari Menampung Memperhatikan Menghargai Menerima nilai Memihak pada nilai Komitmen pada nilai Mengornisasi kan Mengkonsept ualisasi Merangkai sistem Mengamalkan Menggeneraalis asi sistem nilai Menginter nalisasi nilai dalam hidup Gambar Ranah Afektif Menuliskan tujuan pembelajaran/kompetensi yang baik dan benar adalah penting. Perancang pembelajaran dituntut untuk mampu menggambarkan sejelas dan setepat mungkin tentang apa yang perlu dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Untuk memenuhi harapan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran umum/kompetensi umum, menurut Dick Carey sebaiknya dilakukan melalui identifikasi kebutuhan pembelajaran melalui sumber-sumber guru, pengguna lulusan dan masyarakat (sosial budaya). Sumber-sumber ini akan membantu perumusan tujuan/kompetensi umum memiliki nilai yang lebih berarti. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 77 Sedangkan tujuan pembelajaran khusus/ kompetensi dasar dijabarkan melalui pendekatan analisis pembelajaran dengan menjabarkan sub-sub kompetensi lebih terinci dan memiliki kaitan yang satu dengan lainnya. Rincian sub-sub kompetensi agar proses belajar mudah dilaksanakan oleh siswa. Pendekatan analisis pembelajaran/kompetensi sebagai ilustrasi di bawah ini disajikan ke empat pola sebagai berikut. 1. Struktur Hierarkial Merupakan susunan beberapa tujuan/kompetensi khusus di mana satu/beberapa tujuan/kompetensi khusus menjadi prasyarat bagi kompetensi berikutnya. Tujuan Pembelajaran Umum/Kompetensi Umum PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus 2 Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus 1 Gambar Struktur Hierarkial 2. Struktur Prosedural Dalam struktur ini kedudukan beberapa tujuan/kompetensi khusus menunjukkan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar tujuan/kompetensi tersebut tidak menjadi prasyarat untuk kompetensi lainnya. Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2 Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum Gambar Struktur Prosedural 3. Struktur Pengelompokkan Pada struktur ini beberapa tujuan/kemampuan khusus yang satu dengan yang lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk menunjang kemampuan berikutnya. Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Gambar Struktur Pengelompokkan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 78 4. Struktur Kombinasi Analisis pembelajaran dengan struktur kombinasi digunakan apabila beberapa tujuan/kompetensi khusus susunannya terdiri dari struktur hierarkial, prosedural, maupun pengelompokkan. Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2 Tujuan Pembelajaran Umum/ Kompetensi Umum PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 3 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 2 Tujuan Pembelajaran Khusus/ Kompetensi Khusus 1 Gambar Struktur Kombinasi Empat struktur kompetensi di atas hanya dapat dilakukan oleh pembelajar melalui analisis pembelajaran. Dengan demikian, analisis pembelajaran bermanfaat bagi perencana pembelajaran dalam melakukan identifikasi kompetensi, menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran dan menghubungkan/mengaitkan kompetensi satu dengan lainnya serta dapat menentukan penjabaran kegiatan belajar/tugas yang harus dilakukan oleh siswa serta waktu yang dibutuhkan. Untuk membantu pembelajar trampil melakukan analisis pembelajaran dapat melalui langkah-langkah berikut: 1. Menulis semua tujuan pembelajaran khusus/kompetensi khusus yang relevan dengan Tujuan Pembelajaran Umum/kompetensi umum dalam potongan kertas ukuran kartu pos. 2. Memberi nomor setiap Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus, dimulai dari Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus yang paling awal (dari nomor 1 dan seterusnya). 3. Menggambarkan dan menentukan hubungan antar Tujuan pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus tersebut dalam bentuk bagan yang dengan struktur kompetensi. 4. Memberikan tanda panah pada setiap hubungan antar Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi Khusus, Perumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dapat berlandaskan pada teori dari Mager yang mempersyaratkan kriteria rumusan tujuan dengan komponen "Audience, Behavior, Condition, dan Degree/Standard”, Sedangkan menurut Bullard kriteria rumusan kompetensi minimal mengandung tiga komponen yaitu “Performance, Condition dan Standard”. Kriteria perumusan dari ahli tidak berbeda, karena relevansinya pada pelaksanaan proses pembelajaran lebih nyata/memadai. Contoh: siswa kelas XII SMK Negeri XYZ" semester ganjil mampu menghitung rincian biaya perjalanan dinas secara akurat bila disediakan bukti transaksi selama perjalanan dinas. Bila dianalisis rumusan tujuan ini memiliki kriteria lengkap yaitu sebagai berikut. 1) Audience adalah siswa yang belajar. Siapa? Siswa kelas XII SMK Negeri 'XYZ" semester ganjil. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 79 2) Behavior (performance) adalah perilaku yang akan dilakukan siswa setelah mengikuti pelajaran, dengan menuliskan perilaku dalam bentuk kata kerja dan dilengkapi objeknya. Perilaku? Menghitung mean, median dan modus dalam bentuk kuantitatif. 3) Condition adalah prasyarat atau syarat yang diberikan kepada siswa pada saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran/tugas evaluasi. Kondisi? Nilai hasil penjualan selama satu bulan. 4) Degree/standard adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Standar? Secara akurat. Perumusan tujuan pembelajaran yang mengandung dua kriteria yaitu audience dan behaviour sudah memadai tetapi akan memberikan kesulitan dalam proses pengukuran karena ketidakjelasan kondisi dan standar keberhasilan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Materi Pembelajaran Komponen materi pembelajaran pada sistem rancangan pembelajaran merupakan salah satu isi pengalaman belajar, dirancang sebagai bahan kajian yang disebut mata pelajaran. Hal ini dikemukakan dalam pasal 20 PP RI No 15 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, "setiap perencanaan pembelajaran akan memuat antara lain materi ajar yang dikelola secara sistematis setelah perumusan tujuan”. Tyler dalam model pengembangan kurikulum menyebut dengan istilah merinci konten dan mengorganisasikan konten. Sedangkan Reigeluth menyebut dengan istilah pengorganisasian isi mata pelajaran. Materi pelajaran adalah konten atau isi pelajaran yang diorganisasikan sesuai dengan tujuan pembelajaran/kompetensi ya ng dicapai peserta didik. Isi pelajaran dalam perencanaan pembelajaran dirinci menjadi bagian-bagian kecil agar memudahkan siswa untuk menyampaikan, mengolah, dan menggunakannya kembali. Bagian-bagian kecil isi pelajaran disusun mulai dari materi pokok (pokok bahasan/topik), kemudian sub materi pokok (sub pokok bahasan/sub topik) dan terakhir adalah bahan ajar. Dengan demikian, isi pelajaran menjadi konsisten dan memadai serta dapat dipertanggungjawabkan dari segi ontologi, epistimologis, dan aksiologi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merinci dan mengorganisasikan isi pelajaran menurut Tyler adalah dengan melakukan berikut. 1) Pengaturan Horizontal Penataan isi secara horizontal berhubungan dengan keluasan dan kedalaman isi pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan materi pelajaran. 2) Pengaturan Vertikal Penataan isi pelajaran vertikal berhubungan dengan muatan dan kesinambungan yaitu penyajian menggambarkan kontinuitas sesuai kebutuhan siswa dan tuntutan keilmuan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan isi pelajaran dari konkrit menuju abstrak, dari sederhana menuju rumit, dari khusus menjadi umum, dari umum menjadi khusus, dan lain-lain. Dengan demikian isi pelajaran ditata secara bertahap sesuai dengan perkembangan dan kesiapan peserta didik serta berkelanjutan. Contoh: a) Tujuan pembelajaran khusus/kompetensi dasar Siswa kelas X terampil memotret dengan tiga teknik pencahayaan tanpa salah bila tersedia lampu photo studio dan kamera photo tipe FM 10. b) Materi pembelajaran Memotret dengan teknik pencahayaan. c) Isi pelajaran diatur dalam format peta konsep. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 80 Memotret dengan teknik pencahayaan Sinar depan Definisi Sinar samping Prasya Prosed rat ur Sinar belakang PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Materi Pelajaran Reigeluth dan Merill mengemukakan pengorganisasian isi pelajaran melalui tipe isi pelajaran menjadi empat yaitu sebagai berikut. 1) Fakta yaitu isi pelajaran berbentuk objek, peristiwa, simbol yang ada didalam lingkungan nyata/imajinasi dan dapat merupakan asosiasi antara objek dan lainnya. Contoh: Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan nasional di Indonesia, beliau mendirikan organisasi Taman Siswa di Yogyakarta. 2) Konsep yaitu isi pelajaran yang merupakan sekelompok objek, peristiwa atau simbol yang memiliki karakteristik dan diidentifikasi dengan nama sama. Contoh: konsep ekonomi memiliki karakteristik dan sebutan nama yang sama seperti definisi ekonomi, jenis kategori ekonomi, kegiatan ekonomi. 3) Prinsip, yaitu isi pelajaran yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara konsep-konsep. Contoh: prinsip gizi masyarakat "empat sehat lima sempurna" bermakna pada konsep kategori makanan dan pelengkap makanan serta dampak dari implementasi prinsip tersebut. 4) Prosedur yaitu isi pelajaran yang menjelaskan urutan langkah untuk mencapai suatu tujuan, memecahkan masalah atau sesuatu. Contoh: penyusunan neraca saldo keuangan rugi laba. a) Mencatat transaksi b) Mengelompokkan transaksi debet dan kredit c) Menghitung sisa uang dari sisa transaksi d) Dan seterusnya. Empat tipe isi pelajaran seluruhnya atau sebagian dapat terkandung di dalam materi pokok, dan biasanya terkait satu dengan lainnya. Contoh: Materi pokok : Kebutuhan pokok dalam ekonomi Fakta : manusia mempunyai kebutuhan akan makan, pendidikan, rumah, dll. Konsep : definisi kebutuhan teori kebutuhan Prinsip : kebutuhan yang bersifat utama, penting dan segera harus menjadi prioritas. Prosedur :usaha perdagangan wiraswasta, bekerja dalam pemerintahan Tabel Tipe Isi Pelajaran Fakta Obyek Peristiwa Simbol Asosiasi ketiganya Konsep Definisi Klasifikasi Ciri Fungsi Prinsip Aturan Hukum Syarat Prosedur Urutan Cara kerja Langkah/tahapan Ahli pembelajaran Tony Buzan mengemukakan pengembangan isi pelajaran dengan nama mind map (peta pikiran), dimana cara kerjanya disesuaikan teori belahan otak Sperry Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 81 yaitu belahan otak kiri berpikir secara logika dan belahan otak kanan bekerja secara emosi. Oleh karena itu, diperlukan tidak hanya teks, tetapi perlunya dengan gambar dan warna serta setiap rincian isi pelajaran dihubungkan dengan garis seolah-olah adalah simbol neuron atau sel saraf, prinsip cabang-cabang pohon dan memudahkan penggambaran poin-poin utama. Berdasarkan peta pikiran dapat dikembangkan ke dalam bentuk bahan ajar cetak dan atau non cetak disesuaikan dengan tipe isi pelajaran dan gaya belajar siswa serta perkembangan kognitif siswa. Guru atau pembelajar dapat mengembangkan bahan ajar dengan format seperti: bahan ajar mandiri (modul), buku teks, diktat, hand out, CD pembelajaran, VCD pembelajaran, slide power point dan lain-lain. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mengembangkan bahan ajar dapat dilakukan pembelajar dengan cara berikut. 1) Menulis Sendiri Isi pelajaran Isi pelajaran ditulis oleh pembelajar sendiri karena keahliannya kemampuan menulis yang dimilikinya. 2) Mengemas Kembali Isi pelajaran. Isi pelajaran yang sudah ada dikumpulkan dan disusun kembali dengan gaya bahasa dan strategi yang sesuai. Ketersediaan sumber referensi yang relevan sangat diutamakan. 3) Menata Isi pelajaran dengan Kompilasi Isi pelajaran ditata berdasarkan sumber belajar tersedia dan kemudian sumber tersebut di foto copy ulang atau cetak utang dan dikompilasi secara lengkap. Ketersediaan berbagai sumber belajar harus dipilih secara akurat. Penyajian bahan ajar dapat dikemas sesuai kebutuhan, tetapi perlu dipelihara keterbacaan dan kemudahan untuk dipelajari oleh siswa. c. Strategi Pembelajaran Tidak ada satupun strategi pembelajaran yang jitu untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran/kompetensi. Mengapa? Karena keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran/kompetensi tergantung kepada banyak faktor antara lain tipe isi pelajaran, tempat proses pembelajaran berlangsung atau dari pelaksana pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, unit ini sebaiknya Anda cermati dengan seksama. Pembelajaran merupakan proses mengupayakan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah ditetapkan atau kegiatan memfasilitasi peserta didik berinteraksi dengan lingkungan sehingga diperoleh pengalaman belajar. Upaya dan kegiatan ini direncanakan oleh guru di dalam komponen strategi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan. Strategi pembelajaran oleh sebagian ahli diidentikkan dengan sebutan metode pembelajaran atau pendekatan dalam membelajarkan. Metode pembelajaran oleh Reigeluth didefinisikan adalah cara-cara yang berbeda dalam mencapai hasil belajar. Cara-cara tersebut dapat meliputi bagaimana materi pembelajaran disampaikan kepada peserta didik, dan atau bagaimana peserta didik dapat menerima materi pembelajaran serta bagaimana peserta didik merespon masukan dari peserta didik lainnya. Berdasarkan definisi ini, strategi pembelajaran meliputi langkah pembelajaran, media dan interaksi belajar mengajar. Ahli Teknologi Pendidikan Yusufhadi Miarso mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Berdasarkan definisi ini maka pembelajar dapat merencanakan pencapaian tujuan pembelajaran atas dasar teori belajar behavioristik, humanistik, konstruktivistik atau teori dari ahli pembelajaran lainnya disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran akan dapat bersifat spesifik. Sebagai contoh guru menganut pada falsafah pilar belajar dari UNESCO maka pembelajar dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan tahapan berikut. 1) Learning to know siswa mempelajari konsep 2) Learning to do. siswa membuktikan konsep dengan eksperimen, observasi dan lainlain. 3) Learning to live together. siswa diminta memecahkan masalah secara berkelompok Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 82 4) Learning to be siswa memantapkan konsep yang telah diketahui secara berkelompok dengan refleksi. Contoh lain apabila guru merencanakan strategi dengan pandangan teori belajar John Dewey "learning by doing” maka ia dapat merencanakan tahapan pembelajaran seperti berikut: 1) Siswa dikenalkan dengan konsep pengukuran gizi bagi pasien DBD. 2) Siswa ditugaskan ke rumah sakit untuk mengukur gizi seimbang bagi pasien DBD. 3) Siswa menganalisis hasil pengukuran dengan berbagai alternatif bahan makanan. Dengan teori belajar ini siswa bukan hanya mendengar atau melihat, juga melakukan sehingga pengalaman belajarnya menjadi berkualitas. Kedua contoh pandangan tersebut sejalan dengan definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Seels dan Richey yaitu spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan proses belajar atau kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mengorganisasi Pengalaman Belajar Tujuan Pembelajaran Strategi Pembelajaran Strategi Pembelajaran Materi Pembelajaran METODE Langkah Pembelajaran/ Urutan Kegiatan Pembelajaran Interaksi Belajar Mengajar Media Interaksi Belajar Mengajar Gambar Mengorganisasi Pengalaman Belajar Pada sub kegiatan belajar ini akan diuraikan beberapa jenis strategi pembelajaran yang sangat berkaitan erat dengan bagaimana proses belajar direncanakan, sehingga tujuan pembelajaran/kompetensi dapat dicapai secara optimal. Strategi pembelajaran dilihat dari subjek yang belajar (siswa) dan yang membelajarkan (guru). Dalam hal ini Percival dan Ellington menjelaskan kedua hal tersebut sebagai berikut.: 1) Strategi pembelajaran Berpusat kepada Guru. Strategi ini hampir seluruh kegiatan belajar mengajar dikendalikan penuh oleh guru. Guru mengkomunikasikan isi pelajaran kepada para siswa baik untuk tingkat pokok bahasan/materi pokok maupun tingkat silabus/mata pelajaran/tema. Sangat terikat kepada waktu terjadwal dan banyak menggunakan metode ceramah. Siswa dituntut menyesuaikan cara belajarnya dengan keputusan proses pelaksanaan pembelajaran yang diambil oleh guru. Akibatnya kebutuhan/potensi siswa secara individual yang berbeda kurang diperhatikan atau tidak terlayani. 2) Strategi pembelajaran Berpusat pada Siswa. Strategi ini kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas belajar siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran. Siswa mempunyai tanggung jawab terhadap keseluruhan aspek belajarnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 83 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Sebagai fasilitator pembelajaran, guru perlu mempersiapkan bahan ajar dalam berbagai bentuk cetak dan atau noncetak yang didalamnya dapat dilengkapi pedoman belajar. Selain itu guru perlu memfasilitasi dengan sumber-sumber belajar sehingga pengalaman belajar siswa lebih luas dan kemampuan siswa belajar secara mandiri akan terbentuk. Ahli lain Gerlach dan Ely mengklasifikasikan strategi pembelajaran sebagai suatu kontinum yang silih berganti dalam pemanfaatannya, yaitu strategi pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran diskoveri. 1) Strategi Pembelajaran Ekpositori Strategi pembelajaran ekspositori dapat dikatakan identik dengan strategi berorientasi pada guru atau metode deduktif (dari umum menuju khusus), namun potensi belajar siswa tetap harus dikembangkan. Tahapan pembelajarannya ada lah sebagai berikut. a) Penyajian informasi berupa fakta, prinsip-prinsip umum, aksioma, dalil, konsep, proses kerja dan sebagainya kepada siswa melalui penjelasan guru atau peragaan/ demonstrasi/atau contoh oleh guru. b) Pengujian pemahaman siswa atas informasi yang sudah diberikan melalui tanya jawab atau membahas informasi yang belum dipahami. c) Pemberian praktik atau aplikasi/latihan dari informasi yang telah dipelajari oleh siswa dengan pengawasan guru. d) Penugasan kepada siswa dalam bentuk aplikasi atau tugas-tugas lain kedalam situasi yang sebenarnya sebagai tindak lanjut dari pengalaman belajar. 2) Strategi Pembelajaran Diskoveri Identik dengan strategi pembelajaran berorientasi siswa atau metode induktif (dari khusus menuju umum), dan peran guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran. Adapun tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut. a) Siswa diberikan kasus, masalah, contoh-contoh, fakta-fakta atau fenomena khusus (pertanyaan yang harus dijawab tentang apa yang dikaji). b) Siswa diminta untuk meneliti hubungan sebab akibat dari kasus/masalah melalui pengumpulan data, analisa data dan perumusan hipotesis atau membuat asumsi atau prediksi. (pertanyaan yang harus dijawab mengapa terjadi demikian). c) Siswa diminta untuk membuktikan asumsi/prediksi/hipotesis melalui teori-teori, pengumpulan data dan analisa data (pertanyaan yang harus dijawab bagaimana membuktikan tentang alasan kemengapaannya). d) Siswa diminta membuat suatu kesimpulan atau generalisasi, dan guru memperteguh dengan nilai paparan (pertanyaan yang dijawab apa yang telah dihasilkan/ditemukan). e) Siswa ditugaskan oleh guru untuk mencari kasus yang baru dan membuktikan melalui proses yang pernah dilakukannya sebagai penguatan sehingga pengalaman belajar dapat disimpan lebih lama. Strategi pembelajaran yang dikemukakan masing-masing ahli berbeda tetapi tujuannya sama yaitu agar tujuan pembelajaran dicapai dan materi pembelajaran dapat diterima oleh siswa. De porter sebagai pakar Quantum Learning menjelaskan strategi pembelajaran dengan teknik orkestrasi konteks (Iatar) dan orkestrasi isi (materi). Kedua teknik ini tidak dipisahkan tetapi harus dilaksanakan secara bersamaan. 1) Orkestrasi Konteks Strategi pembelajaran ini digunakan untuk terlaksananya proses pembelajaran, meliputi: a) Penciptaan suasana kelas secara kondusif melalui pendekatan kepada peserta didik seperti menjalin rasa simpati, rasa keterkaitan, rasa saling membutuhkan dan siswa belajar secara rileks (tidak tegang)/menyenangkan; b) Penataan ruang kelas disesuaikan dengan gaya belajar siswa (auditif, visual dan kinestitik) sehingga penggunaan media, musik, dan afirmasi dipilih secara hatihati; dan c) Membangun komunitas belajar dengan, berlandaskan pada tujuan, prosedur/aturan dan agenda kegiatan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 84 2) Orkestrasi Isi Strategi ini merupakan langkah menyajikan materi pembelajaran yang dapat direncanakan oleh guru sehingga proses pelaksanaan pembelajaran berhasil. Kegiatan yang harus direncanakan adalah: a) Penyajian prima Artinya guru menyampaikan isi pelajaran dengan menggunakan keterampilan mengajar mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Selain itu kemampuan berkomunikasi baik verbal (volume, kejelasan, kecepatan, jeda, tulisan) maupun nonverbal (ekspresi, kontak mata, gerakan tubuh pakaian, posisi berdiri, cara bersolek) sangat menentukan penyajian materi pembelajaran menjadi prima. b) Interaksi belajar mengajar secara elegan Motivasi belajar, keterampilan belajar bagaimana belajar dan keterampilan hidup dan kecakapan sosial harus dibangun pada saat penyajian materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa mencapai tingkat penguasaan 90%. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kedua format strategi pembelajaran ini dapat dimanfaatkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena aspek-aspek didalamnya sangat detail. Demikian pula jenis strategi pembelajaran yang telah dipaparkan di atas atau teori strategi pembelajaran dari ahli lain. Di bawah ini adalah perbandingan dari tiga ahli yang mengemukakan jenis strategi pembelajaran di atas. Tabel Jenis Strategi Pembelajaran Perceival & Ellington Aktivitas belajar Aktivitas belajar belum optimal optimal Tanggung jawab Tanggung jawab kurang dilatih dilatih Kebutuhan/ Kebutuhan/ potensi individu potensi individu kurang dihargai Kasus, diskusi Ceramah tanya kerja kelompok jawab Tersedia bahan Nara sumber ajar/sumber belajar belajar Tatap muka komunikasi Gerlach & Ely Deduktif Induktif Ceramah Pemecahan Guru adalah masalah nara sumber Guru fasilitator Siswa pasif pembelajaran Sumber belajar Siswa aktif terbatas Sumber belajar tak terbatas De Porter Suasana Keterampilan belajar mengajar Ruang kelas Komunikasi Komunitas Interaksi belajar belajar mengajar Joyce dan Weil mengemukakan model pembelajaran menjadi rumpun sosial, rumpun proses informasi, rumpun personal dan rumpun sistem perilaku. Dalam menerapkan rumpun pembelajaran tersebut, terdapat lima unsur sebagai struktur yaitu: 1) Sintaks, adalah urutan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rumpun pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai; 2) Sistem sosial, menggambarkan peran pembelajar dengan peserta didik serta pola hubungan antara keduanya. Pembelajar dapat sebagai sumber utama, fasilitator, tutor atau konselor. Siswa dapat berperan aktif, atau dapat memperoleh kebebasan; selama proses pembelajaran berlangsung. 3) Prinsip reaksi merupakan cara bagaimana pebelajar melihat peserta didik dalam bentuk perilaku sesuai dengan rumpun pembelajaran yang dipergunakan; 4) Sistem bantuan, yaitu hal-hal yang akan membantu tercapainya tujuan dengan menerapkan rumpun pembelajaran tertentu; dan 5) Pengaruh pembelajaran dan pengaruh ikutan. Dikenal dengan istilah instructional effect dan nurturant effect. Pengaruh pembelajaran adalah pengaruh yang berlangsung dari kegiatan pembelajaran, sedangkan pengaruh kegiatan adalah hasil simpangan dari kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh dikemukakan struktur tersebut dengan metode inkuiri sebagai bagian dari rumpun proses informasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 85 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1) Sintaks a) Menghadapkan siswa pada masalah yang bersifat menantang, dan menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar dan cara penelitian. b) Siswa memeriksa hal-hal atau kejadian-kejadian yang masalah berdasarkan sumber belajar yang dimilikinya, hipotesis sesuai dengan variabel yang akan diteliti. c) Mengumpulkan data dan melakukan percobaan/pembuktian hipotesis/ penelitian. d) Siswa menyusun analisis dari data yang telah dikumpulkan dan menarik kesimpulan/membuat generalisasi. e) Siswa menuliskan laporan dan melaporkannya di kelas. 2) Sistem sosial a) Mengkondisikan belajar dengan situasi masalah. b) Menunjukkan perlunya penelitian untuk mengatasi masalah. c) Memberikan reaksi pada perilaku siswa dengan informasi yang tepat. d) Membantu siswa merumuskan inti masalah penelitian. e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan melaksanakan penelitian. 3) Prinsip reaksi a) Membantu siswa untuk bersedia menyelesaikan penelitian. b) Memelihara emosi siswa untuk dapat bersifat terbuka terhadap informasi baru dari siswa lainnya. c) Mengendalikan proses penelitian sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. 4) Sistem bantuan a) Menyediakan bahan, dan sumber-sumber belajar. b) Informasi-informasi yang mendorong pentingnya penelitian berfungsi sebagai penguatan seperti poster-poster, kata-kata yang bersifat membangun chart proses penelitian. c) Dorongan guru sebagai fasilitator. 5) Pengaruh/dampak pembelajaran dan pengaruh/dampak ikutan (pengiring) a) Terampil melaksanakan penelitian. b) Belajar aktif c) Terampil berkomunikasi secara tertulis dan lisan. d) Berpikir logis dan sistematis. e) Bersikap terbuka. Ellington dan Perceival mengklasifikasikan teknik pembelajaran untuk menyampaikan isi pelajaran menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1) Teknik pembelajaran massal Merupakan cara-cara menyampaikan isi pelajaran yang dapat diterima oleh banyak peserta didik dengan kondisi dan mutu pelajaran sebagai teknik pembelajaran individual dan kelompok. Metode yang dapat digunakan adalah metode kuliah dan ceramah, metode kerja praktek metode penyajian film dan video, serta metode siaran pendidikan. Media yang digunakan adalah media audio, media visual dan media audio visual. 2) Teknik pembelajaran berkelompok Merupakan cara-cara penyampaian isi pelajaran dengan mengoptimalkan interaksi kelompok atau dinamika kelompok dan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik (menganalisis, menilai, mencipta). Metode yang digunakan yaitu diskusi di bawah kontrol guru, diskusi singkat, tutorial, seminar, proyek, permainan, stimulus dan studi kasus. Media yang dapat digunakan adalah bahan ajar berbentuk tugas/proyek atau alat-alat permainan/ simulasi. 3) Teknik pembelajaran individual Merupakan cara penyampaian isi pelajaran yang bersifat fleksibel di mana metode pembelajarannya dititikberatkan kepada berkurangnya hambatan-hambatan institusional yang dialami peserta didik namun kontrol belajar dapat setiap saat dapat dimonitor di tempat-tempat belajarnya. Misalnya mahasiswa yang mengikuti program pendidikan universitas, siswa yang mengikuti SMP/SMA Terbuka. Kemudahan metode pembelajarannya dapat ditinjau dari sistem yang digunakan yaitu berinduk pada lembaga, lokal dan belajar jarak jauh, sedangkan peserta didik Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 86 menggunakan metode belajar mandiri dan ditunjang dengan bahan belajar mandiri yaitu bahan cetak, bahan audiovisual, bahan yang berhubungan dengan komputer. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bahan belajar didesain sebagai media pembelajaran individual, yaitu model, atau modul yang dilengkapi dengan media audio visual atau media siaran, media berbantuan komputer (CAI) untuk tutorial dan atau laboratorium. Sebagai contoh adalah teknik pembelajaran kelompok yang dikemukakan oleh Slavin dengan sebutan pembelajaran kooperatif. Di sini prosedur pembelajaran dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut. 1) Tahap persiapan Pada tahap ini guru merencanakan keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dipersiapkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup komponen materi pelajaran, teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan, latar pembelajaran mekanisme kontrol terhadap kegiatan pembelajaran yang akan digunakan, dan alokasi waktu. Rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan tingkat satuan pendidikan. 2) Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan gambaran ringkas tentang keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran yang akan dicapai(kompetensi dasar dan indikator) dan mekanisme pelaksanaan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru mulai mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil dan memberikan penugasan yang harus dikerjakan secara kelompok. Kemudian guru menyajikan pokok-pokok materi dan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara kelompok. Setelah mendapatkan penugasan, para siswa duduk berkelompok dan mendengarkan penjelasan guru serta mulai mengerjakan tugas yang diberikan. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan tugas khusus dari kelompok untuk diselesaikan dan kemudian disampaikan dalam forum yang lebih luas. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, para siswa berkesempatan untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di sekolah (misalnya mencari rujukan atau materi yang perlu diperpustakaan, bertanya kepada guru, berdiskusi dengan teman kelompok, dan sebagainya). Guru selama proses ini berlangsung bertindak sebagai fasilitator dan memberikan bantuan dan kemudahan kepada siswa untuk bekerja. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan, kemudian diadakan panel hasil kelompok. Wakil dari setiap kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya (turnament) kepada seluruh kelas dan kelompok lain diberi kesempatan untuk mengajukan koreksi, sanggahan, kritik atau masukan-masukan yang perlu demi perbaikan. Pemilihan wakil kelompok tidak ditentukan oleh kelompok tetapi oleh guru yang dilakukan secara acak atau melalui undian. Ini dimaksudkan agar semua siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan tidak menggantungkan harapannya pada siswa tertentu. Selama panel ini berlangsung, guru membuat penilaian terhadap kinerja kelompok berdasarkan kinerja yang diperlihatkan anggota-anggota kelompok selama panel. Kegiatan penutup berisi rangkuman dan tindak lanjut untuk kegiatan berikutnya. Kuis dapat berbentuk individual, teka teki silang, atau kerja kelompok. 3) Tahap evaluasi Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan. Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap proses maupun hasil yang dicapai. Bobot evaluasi hendaknya diberikan lebih besar kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan berdasarkan kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja siswa secara individual. Meskipun pada akhirnya tes akan diberikan secara individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk kelompok. Ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat dalam proses kelompoknya dan berkompetisi dengan kelompok lain. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 87 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Contoh lainnya adalah seorang guru yang merencanakan strategi pembelajaran dengan metode studi lapangan. Langkah pembelajaran yang harus dilakukannya adalah sebagai berikut. 1) Persiapan a) Merumuskan tujuan studi lapangan. b) Menentukan lokasi, waktu dan pembimbing. c) Mengkondisikan pengetahuan/keterampilan siswa di lapangan. d) Menyiapkan instrumen dan bahan lainnya. 2) Pelaksanaan a) Menginformasikan tujuan studi lapangan. b) Membagikan bahan tugas dan instrumen. c) Mengobseruasi ke lapangan. d) Memonitoring kesulitan yang dialami siswa. e) Menyusun laporan. f) Mempresentasikan laporan. 3) Penutup a) Memberi umpan balik. Tabel Strategi Pembelajaran Beberapa Ahli Tujuan dari ahli Gagne Dick Carey Joyce & Weil Slavin Ide Peristiwa pembelajaran Strategi pembelajaran Model pembelajaran Pembelajaran kooperatif Sintesis Kreasi 1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi Rencana pengembangan strategi pembelajaran dapat pula menggunakan satu teori dari ahli yang bersifat operasional yang dikemukakan Atwi Suparman, dan dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran mikro (RPP). Sedangkan untuk komponen metode, media dan waktu dapat digunakan untuk tingkat perencanaan pembelajaran makro (silabus). Rencana pengembangan pembelajaran dibuat dalam bentuk bagan beserta contohnya sebagai berikut: Tabel Bagan Strategi Instruksional Urutan Kegiatan Instruksional Deskripsi Singkat: Pendahuluan Relevensi: TIK: Uraian: Penyajian Contoh: Latihan: Tes Formatif: Penutup Umpan Balik Tindak Lanjut. Metode Media Waktu Sedangkan komponen metode dan media dijelaskan seperti tabel di bawah ini. Tabel Bagan Hubungan antara Metode dan Kemampuan yang akan Dicapai No 1 2 Metode Ceramah Dokumentasi 3 4 Penampilan Diskusi Kemampuan dalam TIK Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur Melakukan suatu keterampilan berdasarkan prosedur tertentu. Melakukan suatu keterampilan Menganalisis/memecahkan masalah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar standar P a g e | 88 No 5 Metode Studi Mandiri 6 8 Kegiatan Instruksional terprogram Latihan dengan teman Simulasi 9 Sumbang saran 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Studi kasus Computer Assisted Learning Insiden Praktikum Proyek Bermain peran Seminar Simposium Tutorial 19 Deduktif 20 Induktif 7 Kemampuan dalam TIK Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistensi/menge valuasi/ melakukan sesuatu baik yang bersifat kognitif, psikomotorik. Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur Melakukan suatu keterampilan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu konsep dan prinsip Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentu Menganalisis/memecahkan masalah Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensistesis/ mengevaluasi/melakukan Menganalisis/memecahkan masalah Melakukan suatu keterampilan Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur Menganalisis/memecahkan masalah Menganalisis masalah Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep atau prinsip Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep. Prinsip, prosedur Mensistesis suatu konsep, prinsip, atau perilaku Berdasarkan teori tersebut maka guru sebagai perencana pembelajaran dapat mengkreasikan semua komponen strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan situasi belajar yang ada. d. Evaluasi Pembelajaran Kata evaluasi pada tulisan ini diidentikkan dengan kata penilaian yaitu proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian tujuan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai peserta didik setelah diberikan perlakuan dengan alat ukur tertentu. Kemampuan tersebut meliputi: 1) Kemampuan berpikir (cognitive) terdiri dari mengingat (C-1), mengerti(C-2), memahami (C-3), menganalisis (C-4), menilai (C-5) dan mencipta (C-6); 2) Kemampuan mengadopsi suatu nilai dan sikap (Affective) terdiri dari menerima (A-1), menanggapi (A-2), menghargai (A-3), mengorganisasikan/mengatur diri (A4), dan mengamalkan/menjadikan pola hidup (A-5); dan 3) Kemampuan gerakan otot (psychomotor) terdiri dari meniru (p-1), menerapkan/menggunakan/manipulasi (p-2), memantapkan/ ketepatan (p-3), merangkai/artikulasi (p-4) dan naturalisasi (P-5). Berdasarkan paparan di atas maka evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh perceivat dan Ellington: penilaian pembelajaran siswa adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (singkat). Definisi ini sejalan dengan pasal 20 dan pasal 22 ayat 1 pada Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 yang mengatur tentang penilaian pembelajaran oleh pendidik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 89 Implikasi dari definisi ini adalah evaluasi/penilaian pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, sehingga harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada perkembangan kurikulum yang berjalan sekarang (KTSP) maka rencana penilaian pembelajaran harus berdasarkan kemampuan minimal yang dapat dilakukan atau ditampilkan siswa. Dengan demikian, pendekatan penilaian yang tepat adalah penilaian Acuan Kriteria/Patokan (PAP). Konsekuensi PAP adalah siswa dinyatakan berhasil apabila telah mencapai batas kelulusan dari perilaku (indikator/kriteria unjuk kerja) yang telah ditetapkan. TPK/Sub Kompetensi/ Kompetensi Khusus/ Kompetensi Dasar Penilaian PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Batas lulus minimal 60% - 100% Indikator/ Kriteria Unjuk Kerja Pengukuran Tes/ Non Tes Gambar Proses Penilaian Pembelajaran Jenis tagihan dapat ditinjau dari aspek tugas individu atau tugas kelompok, aspek proses atau produk aspek lingkup penilaian formatif, sub sumatif atau sumatif, aspek ulangan harian; serta ulangan umum bersama semester atau ujian akhir. Tagihan adalah apa yang harus dilakukan/dikerjakan siswa atau perilaku siswa yang akan diukur, dengan menggunakan berbagai alat penilaian. Dalam hal ini Suharsimi menyebut dengan istilah obyek evaluasi. Berbagai alat penilaian di bawah ini dapat digunakan dalam membantu realisasi pengukuran tagihan seperti yang dikemukakan Depdiknas dalam Sistem Penilaian Kelas. 1) Penilaian Tertulis a) Menggunakan tes tertulis dengan ragam soal kemampuan kognitif dan pengetahuan keterampilan berbentuk pilihan ganda, benar-salah, uraian atau lainnya. b) Butir soal adalah pertanyaan, pernyataan atau tugas-tugas yang harus dilakukan. 2) Penilaian Penampilan/Kinerja a) Menggunakan tes praktik dengan ragam soal kemampuan aplikasi/keterampilan berbentuk rating scale atau checklist. b) Butir soal adalah kinerja/perbuatan yang didemonstrasikan oleh siswa. Misal: i. Siswa diminta untuk berpidato dengan kemampuan ekpresifisik, suara dan verbal. ii. Siswa diminta untuk berpidato dengan sistematika membuka, menyajikan dan menutup. 3) Penilaian Portofolio a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan hasil kerja dalam waktu tertentu melalui penilaian diri dan kuesioner. b) Butir soaladalah dokumen/hasil kerja siswa/koleksi pekerjaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. penilaiannya dapat dibedakan dari portofolio kerja, portofolio dokumentasi, dan portofolio pertunjukkan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 90 4) Penilaian Sikap a) Menggunakan nontes dengan ragam soal kemampuan siswa dalam menilai terhadap objek, orang atau masalah tertentu. Kemampuan, ini, terdiri dari afeksi.(perasaan), kognisi (kepercayaan/keyakinan) dan konasi (kecenderungan berbuat). Alat penilaiannya adalah skala sikap dari Likert, observasi (daftar cek). b) Butir soal adalah perilaku afeksi, kognisis, atau konasi (dapat berdiri sendiri atau gabungan). Misal: Kebijakan tentang pembuangan sampah dengan kompetensi siswa mampu menerima peraturan kesehatan lingkungan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penilaian proses dan hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam indikator. Menurut Depdiknas untuk merencanakan penilaiannya harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini. a) Mengacu kepada kompetensi. b) Menggunakan acuan kriteria (standar kelulusan belajar mengajar/SKBM). c) Bersifat holistik mencakup aspek kognitif, afektif dan psimotorik. d) Kegiatan penilaian merupakan proses yang berkelanjutan. e) Membangun rasa keingintahuan siswa terhadap kemampuan dirinya. f) Menggali informasi melalui berbagai tagihan (alat) ukur yang harus ditempuh oleh siswa g) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa untuk digunakan sebagai bahan umpan balik. Rowntree mengemukakan prinsip-prinsip penilaian hasil belajar harus memenuhi ketentuan: a) Validitas (Kesahihan) Kesesuaian pengukuran (pertanyaan, tes, atau alat ukur lainnya) dengan tujuan penilaian dan perilaku yang akan dicapai. b) Reliabilitas (Keterandalan) Suatu ukuran konsistensi dari alat ukur menunjukkan hasil yang sarna dari kondisi yang berbeda (setara untuk diperbandingkan). c) Dapat Diterapkan (praktis) Penilaian memungkinkan untuk dilaksanakan, sehingga alat ukur/tagihan yang diminta kepada siswa realistis. d) Manfaat dan Kewajaran Penilaian harus mencerminkan tingkat ketepatan perilaku (wajar) dan memberikan masukan tentang keadaan dirinya dan mendorong siswa untuk terus memacu dirinya berprestasi di kelas. Sedangkan langkah-langkah untuk merancang penilaian hasil belajar sebagai komponen perencanaan pembelajaran, yang diadopsi dari Dick dan Carey adalah sebagai berikut. 1) Menentukan maksud penilaian hasil belajar. 2) Membuat tabel spesifikasi untuk menjabarkan proporsi alat ukur. Misal: Jenis Tagihan Kompetensi Indikator Jumlah Dasar Tes Portofolio 3) Menulis butir-butir alat ukur dilengkapi dengan petunjuk sesuai dengan jenis tagihan yang telah direncanakan 4) Menuliskan kunci jawaban atau rambu-rambu kunci jawaban untuk alat ukur nontes. 5) Merencanakan skor dan nilai masing-masing alat ukur yang digunakan sebagai informasi kemajuan hasil belajar siswa baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Langkah-langkah di atas dapat dilakukan guru pada perencanaan pembelajaran tingkat mikro (RPP/rencana pelaksanaan pembelajaran). Sedangkan untuk tingkat mata Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 91 pelajaran/tema yaitu di dalam silabus cukup menuliskan jenis tagihannya dan alat penilaiannya. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Prosedur Pengembangan Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi dan penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok 2) Bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran beserta alokasi waktu dan alat/sumber belajar yang diperlukan; dan 3) Bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang dinilai. Penyusunan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. 2) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik 3) Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4) Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5) Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7) Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8) Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini: 1) Identifikasi Berisi identifikasi satuan pendidikan, kelas, semester dan mata pelajaran yang akan dikembangkan silabusnya 2) Standar Kompetensi Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi siswa yang akan dicapai. 3) Kompetensi Dasar Merupakan cuplikan dari standar isi tentang kompetensi dasar siswa yang akan dicapai dari beberapa unit pembelajaran. 4) Materi Pokok Berisi materi pokok (konsep, fakta, prinsip, prosedur) yang akan dipelajari untuk mencapai kompetensi dasar. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 92 5) 6) 7) 8) 9) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Indikator Rumusan penanda ketercakapan tujuan pembelajaran berupa kompetensi yang lebih khusus. Kegiatan Pembelajaran Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran untuk mencapai indikator keberhasilan belajar. Penilaian Jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran baik tes maupun non tes. Alokasi Waktu Durasi pembelajaran selama pertemuan berlangsung untuk materi dan indikator yang telah ditentukan, termasuk alokasi waktu penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran. Sumber/Bahan/Alat Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dicantumkan disini disertai bahan dan yang digunakan, misal antara lain: buku teks, alat, nara sumber. Silabus merupakan bagian terintegrasi dari KTSP dan merupakan dokumen bagi guru dalam merencanakan berdasarkan Standar Isi yang tercantum dalam Pemendiknas Nomor 20 tahun 2006. Pengembangan silabus dapat mengikuti format sesuai dengan keperluan dengan tidak mengurangi komponen-komponen penting dari silabus yang telah dibahas dalam modul. Format silabus memiliki dua komponen identitas dan komponen pengembangan (pokok). Ada tiga bentuk format silabus yang dapat dipilih, yaitu: 1) Contoh Format Matrik 1 SILABUS Nama Sekolah : …………………………………………. Mata Pelajaran : …………………………………………. Kelas/Semester : …………………………………………. Standar Kompetensi : …………………………………………. Kompetensi Dasar …… Materi Pokok …… Indikator …… Kegiatan Pembelajaran …… Komponen identitas Penilaian …… Alokasi Waktu …… Sumber Bahan/Alat …… Komponen pengembangan/pokok 2) Format Matrik 2 SILABUS Nama Sekolah : …………………………………………. Mata Pelajaran : …………………………………………. Kelas/Semester : …………………………………………. Standar Kompetensi …… Kompete nsi Dasar Materi Pokok Indikator …… …… Komponen identitas Kegiatan Pembelajara n …… Penilaian …… Alokasi Waktu …… Sumber Bahan/ Alat …… Komponen pengembangan/pokok Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 93 3) Farmat Naratif SILABUS Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. …………………………………………. …………………………………………. …………………………………………. Standar Kompetensi : …. Kompetensi Dasar : …. Materi Pokok : …. Indikator : …. Kegiatan Pembelajaran:…. Penilaian : …. Alokasi Waktu :…. Sumber/Bahan/Alat :…. Komponen identitas Komponen pengembangan/pokok PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Komponen pengembangan/pokok pengembangan silabus dengan pendekatan mata pelajaran disusun melalui tahapan berikut: 1) Mengisi Kolom Identitas Identifikasi adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus, seperti nama sekolah, maka pelajaran, kelas/semester. Penyusun silabus mengisi sesuai dengan identifikasi pada format yang diberikan, Contoh: SILABUS Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : Standar Kompetensi: 2) SMK Membuat Dokumen XI/1 ….. Kompetensi identitas Menulis dan mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sebelum menuliskan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) terlebih dahulu mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut: a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di S1 b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. SILABUS Contoh: Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : : Mengelola Sistem Kearsipan : V/1 : Mengelola Sistem Kearsipan Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat 1. Merencanakan kebutuhan bahan dan alat kearsipan 3) Mengidentifikasi Materi Pokok Dalam mengidentifikasi materi pokok harus dipertimbangkan: a) Potensi peserta didik b) relevansi dengan karakteristik daerah, c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 94 d) e) f) g) h) kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur keilmuan; aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu yang tersedia PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Selain itu juga harus memperhatikan: a) Tingkat keahlian (valid): materinya teruji kebenaran dan kesahihannya. b) Tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa. c) Kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya. d) Layak dipelajari (leam ability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat. e) Menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. Contoh: Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Mengelola Sistem Kearsipan Kelas/Semester : XI/1 Standar Kompetensi : Mengelola Sistem Kearsipan Kompetensi Dasar 1. Merencanakan kebutuhan bahan dan alat kearsipan Materi Pokok Kegiatan Pembe lajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/A lat Pengertian arsip dan kearsipan Ruang lingkup arsip Analisis kebutuhan bahan dan alat 4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup : sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, maka pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Kriteria indikator: a) Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa b) Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar c) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills) d) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor). e) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan f) Dapat diukur/dapat dikuantifikasi g) Memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional h) Menggunakan kata kerja operasional (terlampir) i) Tidak mengandung pengertian ganda (ambigu). 5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 95 melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik" Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus diajukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur pendiri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. e) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh. 6) Penilaian Penilaian merupakan serangkaian untuk memperoleh menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan prosentase pemenuhan indikator. Berdasarkan pada PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Penilaian dengan tes bentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik). Adapun penilaian dengan non tes dapat dilakukan dengan pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk" Dalam rangka mendukung pelaksanaan penilaian yang bermakna dapat dilengkapi portofolio untuk masingmasing anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut: a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik, d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. f) Penilaian dapat dilakukan secara: Tes tertulis, lisan, unjuk kerja, penugasan, produk, kinerja, dan pengamatan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 96 Bentuk instrumen penilaian dipilih sesuai dengan teknik/jenis penilaiannya. Beberapa contoh bentuk instrumen penilaian yang dapat dipilih sebagai berikut: PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 7) 8) No 1 Teknik/jenis Tes Tertulis 2 3 Tes Lisan Tes Perbuatan (Unjuk Kerja) 4 Penugasan 5 6 7 Observasi Wawancara Portofolio Bentuk Instrumen Tes isian Tes uraian Tes Pilihan Ganda Menjodohkan Jawaban singkat Benar-Salah Dan lain-lain Daftar pertanyaan Tes identifikasi Tes Simulasi Uji petik kerja produk Uji petik kerja prosedur Tugas rumah Tugas proyek Lembar observasi Pedoman wawancara Dokumen pekerjaan, karya, prestasi siswa Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar" Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi waktu termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 97 Contoh : Silabus untuk SMK Keahlian Administrasi Perkantoran PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Nama Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pengertian bekerja dalam suatu tim : : : : Materi Pokok Pengertian bekerja dalam satu tim SMK “X” Keadilan Administrasi Perkantoran XI/1 Siswa SMK “X” Kelas XI Semester 1 Mampu Bekerja Dalam Satu Tim Indikator 1. Menjelaskan arti bekerja dalam satu tim 2. Menjelaskan tujuan bekerja dalam satu tim 3. Menyimpulkan manfaat bekerja dalam satu tim Mengetahui Kepala SMK “X” ____________________ Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kegiatan Pembelajaran 1. Mengamati manajemen koperasi sekolah 2. Mendeskripsikan hasil pengamatan Penilaian 1. Portofolio laporan pengamatan 2. Unjuk kerja diskusi kelompok Alokasi Waktu 2 jam pelajaran Sumber/ Bahan/Alat 1. Modul Bekerja Sama dengan Pelanggan 2. Latar Koperasi Jakarta, …………………………. Guru Yang Bersangkutan ______________________ P a g e | 98 f. Prosedur Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Komponen RPP terdiri dari: 1) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2) Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3) Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4) Indikator pencapaian kompetensi Indikator pencapaian adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6) Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7) Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI. 9) Kegiatan pembelajaran a) Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b) Inti Kegiatan inti merupakan pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elobarasi, dan konfirmasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 99 c) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 10) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11) Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Dalam penyusunan RPP prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah: 1) Perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan 3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai tulisan. 4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 5) Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 2. Desain Materi Pembelajaran Objek formal dalam teknologi pembelajaran adalah masalah belajar. Salah satu alternatif pemecahannya dalam definisi teknologi pendidikan menurut AECT (1977) menggunakan sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran yang lengkap. Artinya sumber belajar yang dipilih, dirancang dan atau dimanfaatkan tidak dapat terlepas dari silabus dan RPP yang telah Anda rancang. Guru perlu mempersiapkan sumber pustaka untuk mengembangkan materi pembelajarannya baik melalui perpustakaan maupun internet. Perangkat bahan ajar modul dan LKS ini disusun, sejalan dengan kondisi satuan pendidikan dari berbagai aspek yang berbeda, sehingga modul dan LKS harus disusun oleh guru. Pengembangan bahan ajar diarahkan untuk meningkatkan kualitas pemahaman diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa diarahkan kepada kemampuan belajar mandiri siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Di bawah ini akan dijelaskan pengembangan bahan ajar modul dan LKS. Untuk mempermudah Anda dalam mengikuti kegiatan belajar ini pelajari kembali komponen-komponen desain sistem pembelajaran. Sumber belajar bahan (perangkat lunak) modul dan LKS merupakan satu kesatuan dengan desain pembelajaran yang Anda kembangkan. Sebagai sistem pembelajaran, bahan ajar yang akan dikembangkan saling terkait dengan komponen lain dalam berproses mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Ketiadaan komponen sumber belajar bahan akan mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pengembangan sumber belajar bahan yang dirancang oleh guru terkait dengan pengolahan isi pelajaran dan aktivitas belajar siswa. Pengolahan isi pelajaran atau pengetahuan yang akan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 100 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar dipelajari siswa dapat dirancang dalam bentuk bahan ajar modul dan lembar kerja siswa (LKS). Bahan ajar adalah isi pelajaran dari suatu bidang ilmu yang disajikan dan dikemas dalam bentuk cetak atau non cetak. Bahan ajar seperti modul dan LKS yang sengaja dirancang sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, dilakukan melalui tahap perancangan dan tahap pengembangan materi. Tahap produksi evaluasi dapat dilakukan oleh pihak lain (tenaga khusus). Tahap perancangan, guru harus menyusun garis besar isi modul dari jabaran isi modul/LKS. Sedangkan tahap pengembangan, guru harus mengimplementasikan jabaran isi modul/LKS sesuai sistematika penulisan dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan keakuratan disiplin ilmu pengetahuan, bahasa dan ilustrasi. a) Pengembangan Bahan Ajar Modul Modul dalam kawasan teknologi pembelajaran merupakan sumber belajar teknologi cetak. Sumber belajar ini berfungsi sebagai upaya interaksi peseta didik dengan modul sehingga dapat terjadi perubahan perilaku. Dengan demikian siswa berinteraksi secara tidak langsung dengan guru melalui bahan ajar yang dikembangkan sehingga dapat membuat siswa belajar. Pengembangan modul berbeda dengan LKS dari aspek komponen, fisik dan gaya bahasa. Bahasa yang digunakan lebih komunikatif, seolah-olah guru hadir di kelas dan siswa memperhatikannya. Modul merupakan kelengkapan dari buku teks, karena digunakan untuk keperluan belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan belajarnya. Sebelum modul dikembangkan, guru perlu merancang terlebih dahulu garis besar isi modul. Garis besar isi modul dan jabaran isi modul merupakan acuan guru dalam mengembangkan isi modul. 1) Garis Besar Isi Modul dan Jabaran Isi Modul (GBIM dan JIM) Langkah pertama dari pengembangan modul, pola pikir Anda tidak boleh terlepas dari bagaimana Anda melakukan pengembangan tujuan pembelajaran, mengembangkan materi pembelajaran dan menentukan pengalaman belajar. Hal-hal yang sudah Anda lakukan pada kegiatan belajar 1 akan mempermudah penyusunan GBIM dan JIM. Garis Besar Isi Modul merupakan acuan isi materi yang akan dijabarkan dan disusun dalam bentuk matriks. Komponen-komponennya terdiri dari identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode, media, waktu, tes dan pustaka. Komponen-komponen ini dikembangkan tidak berbeda dengan silabus. Yang berbeda hanya pada bagian tes karena fungsi tes untuk menilai sejauh mana penguasaan siswa terhadap isi modul. Keterkaitan antara komponen harus diperhatikan. Langkah-langkah penyusunannya GBIM adalah sebagai berikut: a) Menuliskan identitas mata pelajaran sama seperti dalam silabus b) Mengidentifikasi standar kompetensi, dan kompetensi dasar dari standar isi c) Menuliskan indikator berdasarkan analisis pembelajaran yang telah Anda lakukan, mulai dari indikator yang paling. d) Menuliskan materi pokok dan sub materi pokok. e) Menentukan metode dan media yang diperlukan untuk pengembangan isi pelajaran. f) Menentukan alokasi waktu yang harus digunakan siswa dalam mempelajarinya. Selain itu harus diperhatikan tingkat kesulitan materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa. g) Menentukan evaluasi yang akan dikembangkan (latihan dan tes formatif) h) Menuliskan sumber pustaka untuk mengembangkan materi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 101 Tujuh langkah GBIM tersebut dituliskan dalam bentuk matriks. Contoh: GARIS BESAR ISI MODUL (GBIM) Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Indikator 1.1 1.2 : : : Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1 1.1 1.2 Metode Media Waktu 1. 2. 2 jam pelaja ran Tes Evaluasi Latihan Tes format Sumber Pustaka PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. 2. 3. 4. 5. Berdasarkan GBIM, selanjutnya guru perlu membuat jabaran isi modul (JIM) dalam bentuk matriks. Pada JIM harus dituliskan uraian materi esensial dari tiap sub materi pokok dan butir-butir evaluasinya baik untuk latihan atau tes formatif. Selain itu nomor kegiatan belajar dan judul modul juga dilengkapi. Contoh: JABARAN ISI MODUL Mata Pelajaran : Kelas / Semester : Standar Kompetensi : Nomor Kegiatan Belajar 1 Judul Modul Bekerjasama dengan pelanggan ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... Kompetensi Dasar Mampu bekerja sama dengan pelanggan Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. 1.1 1.2 Uraian (Materi Esensial) Evaluasi (Butir-butir) 1.1 Latihan : 1.2 Tes formatif 1: 2) Pengembangan Isi Modul Tahap pengembangan isi modul yang harus diperhatikan oleh guru adalah sistematika modul dan prinsip mengembangkan bagian-bagian modul (Sitepu, 2006, h. 110-116). Modul belajar mandiri terdiri atas tiga bagian utama. Bagian awal modul berisi pendahuluan, bagian inti berisi bahan pelajaran, dan bagian akhir modul berisi tes sumatif. a) Bagian Awal memberikan informasi umum tentang bahan pelajaran, kegunaan, tujuan pembelajaran umum, susunan dan keterkaitan antar judul modul bahan pendukung lainnya, dan petunjuk untuk mempelajari bahan pelajaran. b) Bagian Inti terdiri atas unit-unit pelajaran. Masing-masing unit terdiri atas pendahuluan, kegiatan belajar, dan daftar pustaka. (1) Pendahuluan berisi cakupan materi (deskripsi singkat), tujuan pembelajaran khusus, perilaku/kemampuan awal, manfaat, dan urutan pokok bahasan secara logis, dan petunjuk belajar/cara mempelajari modul. (2) Kegiatan belajar mencakup uraian bahan pelajaran, contoh-contoh, latihan, rangkuman, tes formarif dan kunci jawaban. (3) Daftar pustaka berisi daftar sumber dan bacaan yang dapat dipergunakan pemelajar untuk memperkaya isi pokok bahasan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 102 c) Bagian Akhir berisi penutup modul, tes sumatif, glosarium, dan lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul. Bahan belajar mandiri dikembangkan dengan prinsip bahwa i bahan pelajaran itu: (1) memberikan tuntunan, (2) membangkitkan motivasi belajar, (3) menimbulkan rasa ingin tahu, (4) memacu, (5) mengingatkan, (6) menanyakan, (7) memberikan umpan balik, (8) mengevaluasi hasil dan kemajuan belajar, (9) memberikan bantuan remedial, dan (10) memberikan pengayaan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar a. Bagian Awal Penyusunan dan pengembangan bagian awal dilakukan dengan langkah-langkah berikut. (1) Memberikan penjelasan umum tentang isi bahan pelajaran secara keseluruhan sehingga memberikan gambaran tentang hal-hal yang akan dipelajari serta kedalaman dan keluasan bahasannya. (2) Apabila diperlukan, disebutkan perilaku/pengetahuan awal yang perlu dimiliki pemelajar sebelum mempelajari bahan pelajaran itu. (3) Menyebutkan manfaat bahan pelajaran itu bagi pemelajar. Manfaat yang dimaksud termasuk untuk belajar lebih lanjut dan/atau dalam melakukan tugas profesional atau dalam kehidupan sehari-hari. (4) Menguraikan tujuan umum bahan pelajaran secara jelas yang menggambarkan kompetensi yang akan diperoleh. (5) Menggambarkan peta konsep bahan pelajaran secara lengkap sehingga terlihat hubungan antar konsep. (6) Memberikan petunjuk dan langkah-langkah yang operasional bagaimana cara menggunakan dan mempelajari bahan pelajaran itu sehingga membantu dan memudahkan pemelajar mempelajari dan menguasai bahan pelajaran itu. Dalam petunjuk ini hendaknya pula diberitahu bagaimana cara mengerjakan tugas, latihan, dan tes serta cara menggunakan kunci jawaban yang disediakan. Oleh karena bagian awal ini merupakan pembukaan kegiatan belajar, maka dalam menyusun dan mengembangkan isi bahan awal ini hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. (a) Disusun secara sistematis dan mudah dipahami. (b) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pemelajar. (c) Enak dibaca dan menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin membacanya lebih lanjut. b. Bagian Inti Bagian inti disusun dalam bentuk unit-unit pelajaran yang masing-masing berdiri sendiri. Masing-masing unit diberi judul dan terdiri atas pendahuluan, kegiatan belajar dan daftar pustaka. (1) Pendahuluan Pendahuluan disusun dengan cara berikut. (a) Menyebutkan cakupan bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. Cakupan itu meliputi materi pokok, teori, dan konsep yang akan dipelajari. (b) Menjelaskan hubungan antara bahan pelajaran yang bersangkutan dengan bahan pelajaran pada unit sebelumnya (c) Menyebutkan manfaat mempelajari dan menguasai bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. (d) Menyebutkan secara operasional dan terukur kompetensi yang akan diperoleh dengan mempelajari bahan pelajaran dalam unit yang bersangkutan. Kompetensi yang dimaksud dinyatakan dalam rumusan Tujuan Pembelajaran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 103 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Khusus (TPK/TIK) yang memuat unsur sasaran (audience), perilaku (behavior), kondisi (condition), dan tingkatan (degree) (e) Bila perlu, menyebutkan kemampuan/perilaku awal yang perlu dimiliki pembelajar sebelum mempelajari unit tertentu. (f) Menjelaskan cara mempelajari bahan pelajaran termasuk cara menggunakan media yang melengkapi (kalau ada) dan sumber-sumber belajar lain yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran. (2) Kegiatan belajar. Kegiatan belajar memuat uraian yang merupakan bahan pelajaran untuk unit yang bersangkutan. Kegiatan belajar ini disajikan dalam bentuk uraian, contoh, latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban. Uraian bahan pelajaran dilakukan dengan cara berikut. (a) Menguraikan konsep-konsep dan teori-teori yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus (TPK). (b) Menyusun urutan konsep-konsep dan teori-teori secara sistematis, mudah dipahami, serta sesuai dengan teori belajar dan membelajarkan. (c) Memperjelas konsep-konsep dengan teori-teori, contoh-contoh dan/atau ilustrasi seperti gambar, grafik, atau tabel. Dalam menyusun dan mengembangkan bahan kegiatan belajar hendaknya memperhatikan hal-hal berikut. i. Strategi, metode, dan teknik pembelajaran memperhatikan karakteristik pemelajar serta karakteristik bahan pelajaran. ii. Teknik penyajian informasi dalam bentuk naratif, deskriptif, eksposisi, dedukatif, induktif, ekplanasi, atau argumentasi bergantung pada tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bahan pelajaran. iii. Organisasi bahan pelajaran dibuat dengan ukuran dan susunan yang sistematis dan logis sehingga memudahkan pemelajar melihat kaitan antar bab dengan sub-bab, dan paragraf secara jelas. iv. Uraian menumbuhkan atau meningkatkan motivasi pemelajar untuk berpikir dan berbuat. v. Susunan dan penempatan naskah dan ilustrasi dibuat sedemikian rupa sehingga informasi mudah dipahami dan menarik dipelajari. Ilustrasi ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang dijelaskan. vi. Isi uraian, contoh, dan ilustrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut pemelajar atau lingkungan tempat belajar serta dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. vii. Untuk memantapkan pemahaman dan penguasaan pemelajar atas konsep yang sedang dipelajari, perlu diberikan latihan yang sesuai dalam bentuk soal, tugas, eksperimen, dan lain-lain. Latihan yang diberikan relevan dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajari serta sesuai dengan kemampuan pemelajar dan menantang pemelajar berpikir dan berbuat kritis. Latihan dapat diberikan di tengah atau pada akhir uraian suatu pokok bahasan. viii. Untuk memudahkan siswa mengingat, setiap unit bahan pelajaran diakhiri dengan rangkuman yang berisikan inti bahan pelajaran itu serta terkait dengan TPK yang disebutkan pada awal unit. Rangkuman berfungsi untuk menyimpulkan dan memantapkan pengalaman dan perolehan hasil belajar. Rangkuman disusun secara ringkas, berurutan, mudah dipahami, dan bersifat menyimpulkan. Rangkuman diletakkan sebelum tes formatif. ix. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan menarik. (3) Tes formatif Tes formatif diberikan pada akhir setiap unit atau pokok bahasan dengan tujuan untuk mengukur Penguasaan pemelajar atas bahan pelajaran pada unit atau pokok bahasan tertentu dengan mengacu pada TPK yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif i dijadikan sebagai dasar untuk langkah belajar lebih lanjut, apakah dapat diteruskan ke unit atau pokok bahasan berikutnya atau memerlukan remedial. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 104 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tes formatif biasanya menggunakan tes objektif yang jawabannya adalah tunggal dan tidak mungkin bervariasi. Penggunaan jenis tes ini akan memudahkan pemelajar untuk memeriksa kebenaran jawabannya dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Dalam menyusun butir soal tes objektif, secara umum perlu diperhatikan berikut. i. Butir tes mengukur TPK yang sudah ditetapkan. i. Butir tes hendaknya disusun secara jelas, tepat, dan menggunakan kaidahkaidah bahasa yang baik dan benar. ii. Butir soal dirumuskan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan pemahaman Pemelajar. Hendaknya dihindari penggunaan struktur bahasa yang terlalu mudah atau terlalu sulit. iii. Semua informasi yang diperlukan untuk memilih jawaban yang benar seharusnya tersedia dalam butir soal dan menghilangkan kata-kata dan frase yang tidak berfungsi. iv. Budi soal yang diangkat langsung dari bahan pelajaran hanya akan mengukur kemampuan menghafal dan bukan pemahaman. v. Butir soal yang membantu atau mempersulit menjawab soal berikutnya hendaknya dihindari. Yang dimaksud dengan membantu ialah butir soal yang memberikan arah untuk jawaban butir soal yang berikutnya. yang dimaksud dengan mempersulit ialah butir soal yang tidak dapat dijawab tanpa dapat menjawab soal yang sebelumnya dengan benar. Tes objektif dapat disusun dalam 4 bentuk tes, yaitu (1) jawaban singkat, (2) padanan/penjodohan, (3) pilihan benar-salah, dan (4) pilihan ganda. 1. Jawaban Singkat Tes dalam bentuk ini meminta pemelajar mengisi ruang yang dikosongkan dalam suatu Pernyataan, dengan kata atau frase yang benar atau memberikan jawaban yang singkat terhadap suatu pertanyaan. Dalam menysusun butir soal ini perlu diperhatikan: a. Butir soal hendaknya untuk melengkapi pernyataan. b. Hindari membuat lebih dari dua tempat kosong untuk dilengkapi dalam satu pernyataan sehingga maknanya secara keseluruhan tidak jelas. c. Jika menggunakan pernyataan yang tidak lengkap, hendaknya tempat yang dikosongkan berada pada akhir pernyataan. 2. Padanan/Penjodohan Padanan/penjodohan adalah bentuk tes yang meminta pemelajar memilih padanan/atau jodoh yang sesuai dengan soal/stimulus yang diberikan. Bentuk tes seperti ini dapat mencakup bahan pelajaran lebih efisien dibandingkan dengan pilihan ganda. Dalam menyusul butir soal dalam bentuk tes ini perlu diperhatikan ha-hal berikut. 1. Soal/stimulus dan padanannya/jodohnya disusun dalam kolom terpisah. Soal/stimulus disusun dalam kolom sebelah kiri dan padanannya/jodohnya pada kolom sebelah kanan. 2. Butir soal/stimulus diberi nomor secara berurut dengan menggunakan angka, sedangkan butir padanan/jodoh diberi nomor secara berurut dengan menggunakan huruf. 3. Benar-salah Benar-salah adalah bentuk tes yang meminta pemelajar menentukan benar atau salah atas suatu pernyataan yang diberikan. Di samping banyak dikritik karena dianggap hanya mengukur kemampuan hafalan dan jawabannya dapat diberikan dengan cara menebak, bentuk soal ini dipertahankan oleh banyak ahli. Bentuk tes ini tetap dianggap efektif dan efisien untuk mengukur berbagai jenis kemampuan apabila disusun secara cermat dan tepat. Dalam menyusun butir soal benar-salah perlu diperhatikan hal-hal berikut. a. Setiap pernyataan mengandung konsep atau masalah-masalah yang penting. b. Pernyataan disusun relatif singkat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 105 c. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pernyataan dalam bentuk kalimat negatif khususnya negatif ganda perlu dihindarkan. d. Pernyataan yang membingungkan dan mengecohkan dihindarkan. e. Kata-kata penjurus yang mengarahkan jawaban pada salah satu pilihan tidak digunakan. f. untuk pernyataan yang bersifat pendapat seseorang, hendaknya dikutip sesuai dengan aslinya atau yang resmi. g. Panjang pernyataan dibuat relatif sama antara pernyataan yang menghendaki jawaban benar dan salah. h. Jumlah pernyataan dibuat sama antara pernyataan yang menghendaki jawaban benar dan salah. 4. Pilihan Ganda Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir soal pilihan ganda antara lain ialah sebagai berikut. a. Butir soal dapat dibuat dalam bentuk penanyaan atau kalimat penggalan (pernyataan yang tidak lengkap). b. Bila yang dipergunakan adalah kalimat penggalan, maka pilihan ganda diletakkan pada akhir penggalan. c. Soal dibuat secara singkat dan jelas dengan memperhatikan tingkat kemampuan membaca pembelajar. d. Dihindari membuat soal dengan mengutip langsung dari teks bahan pelajaran. e. Soal dirumuskan dengan menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang benar. f. Jumlah pilihan untuk setiap butir soal adalah empat atau lima, tetapi untuk pemelajar pemula sebaiknya hanya tiga pilihan. g. Jumlah kata atau panjang pilihan dibuat sama atau hampir sama. h. Semua pilihan terkait dengan isi kalimat penggalan yang mendahuluinya i. Sedapat mungkin dihindari kalimat dalam bentuk negatif. Tes formatif dilengkapi dengan kunci jawaban yang dapat ditempatkan pada halaman khusus/tersendiri. Pada awal unit hendaknya sudah diberitahukan kepada pemelajar cara mengerjakan tes formatif, cara menggunakan kunci jawabannya, serta cara menghitung skor hasilnya. 5. Daftar Pustaka Pada akhir unit diberikan daftar pustaka sebagai bacaan lebih lanjut untuk memperkaya pengalaman belajar pemelajar. Dalam membuat daftar pustaka tersebut hendaknya diperhatikan kemungkinan pemelajar dapat memperoleh bahan bacaan tersebut. Hendaknya diperioritaskan bahan bacaan yang mungkin dapat diperoleh pemelajar di perpustakaan, toko buku, atau tempat lain. 3. Bagian Akhir Bagian akhir modul terdiri atas 1) Penutup 2) Tes sumatif 3) Kunci jawaban tes formatif dan tes sumatif 4) Glosarium 5) Lampiran-lampiran yang terkait dengan isi modul Pada bahan belajar mandiri untuk SMU yang dikembangkan Pustekom bekerjasama dengan Depdiknas (2002) bahwa modul terbagi atas: 1) Petunjuk guru, yang terdiri dari: a) Gambaran umum modul, yang berisi tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi, dan tugas yang harus dikerjakan siswa. b) Peran guru dalam membantu siswa menguasai materi pembelajaran, berisi strategi pembelajaran, bantuan khusus, petunjuk untuk pemanfaatan media yang lain, dan pengayaan untuk siswa. c) Evaluasi, berisi tugas guru dalam mengevaluasi dan strategi evaluasi. d) Refernesi e) Kunci jawaban tes akhir modul f) Tes akhir modul Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 106 2) Kegiatan siswa, yang terdiri dari: a) Pendahuluan, yang berisi gambaran singkat tentang materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, petunjuk atau cara mempelajari modul bagi siswa, kegunaannya, serta waktu untuk mempelajari modul. b) Kegiatan belajar, yang berisi tujuan pembelajaran khusus, uraian materi, dan tugas. c) Penutup, yang berisi rangkuman, tidak lanjut, kunci jawaban tugas, daftar istilah, dan daftar pustaka. Contoh: Pengembangan isi modul dari penulis Sri Endang R. dan Sri Mulyani untuk SMK tampak pada daftar isi berikut. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KATA PENGANTAR ................................................................................................ DAFTAR ISI .......................................................................................................... PETA KEDUDUKAN MODUL .................................................................................... GLOSARIUM ......................................................................................................... I. v vi viii ix PENDAHULUAN ........................................................................................... A. Deskripsi Umum ......................................................................................... B. Prasyarat ................................................................................................... C. Petunjuk Penggunaan Modul ....................................................................... D. tujuan Akhir Pemelajaran ........................................................................... E. Standar Kompetensi dan Cek Kemampuan ................................................... 1 2 2 2 3 4 II. PEMELAJARAN ............................................................................................. Kegiatan Belajar 3: Memelihara Standar Presentasi Pribadi ........................ A. Pentingnya Grooming dalam Penampilan Prima ............................................ B. Kekuatan Kepribadian ................................................................................ C. Etika, Moral, dan Etiket (Tata Krama) ........................................................... D. Bahasa Tubuh ............................................................................................ E. Komunikasi Nonverbal ................................................................................ F. Jamuan Bisnis dan Tabel Manner ................................................................. Tes Formatif .................................................................................................. Aktivitas ......................................................................................................... Skala Sikap .................................................................................................... 7 8 8 17 26 30 32 37 52 57 65 Kegiatan Belajar 4: Bekerja dalam Satu Tim .................................................. A. Pengertian Bekerja dalam Satu Tim ............................................................. B. Prinsip-prinsip Bekerja dalam Satu Tim ........................................................ C. Tujuan Bekerja dalam Satu Tim .................................................................. D. Manfaat Bekerja dalam Satu Tim ................................................................. E. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Tim ....................................................... F. Tahapan Perkembangan Tim ...................................................................... G. Karakter Budaya Kerja dalam Tim ............................................................... H. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Masing-masing Tim ................................... I. Hubungan Internal Vertikal-Horizontal ......................................................... J. Arti dan Manfaat Hubungan Antarpribadi (Interpersonal Relationship) ........... K. Pengembangan Profesional Kerja ................................................................ Tes Formatif .................................................................................................. Aktivitas ......................................................................................................... Skala Sikap .................................................................................................... 66 66 67 69 70 71 73 75 78 80 82 83 88 93 96 III.EVALUASI A. Uji Kompetensi Teori .................................................................................. B. Uji Kompetensi Keterampilan ...................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ INDEKS ................................................................................................................. 104 105 105 106 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 107 b) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS telah banyak dibuat oleh guru dan dimanfaatkan di sekolah. Guru telah mampu membuat sesuai dengan kebutuhan. Komponen dalam LKS berbeda yang dikembangkan oleh guru baik yang digunakan di sekolah atau yang tersedia di pasaran. Penyusunan LKS harus melalui tahap perancangan dan pengembangan isi. Di dalam kedua tahapan tersebut yang harus diperhatikan guru, pengalaman belajar dan tagihan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian guru harus memperhatikan komponen tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran (kegiatan belajar serta evaluasi dari desain silabus dan RPP yang telah dibuat. Perangkat RPP lebih bersifat operasional karena LKS dapat digunakan untuk mengimplementasikan kegiatan pembelajaran (inti: elaborasi) dan tagihan (evaluasi hasil belajar) dalam bentuk unjuk kerja. LKS sebagai sumber belajar dapat dirancang dengan berdiri sendiri dan atau terintegrasi dengan modul (bahan ajar lainnya). LKS disajikan dalam bentuk cetak dan fungsinya sebagai sarana siswa dalam menyelesaikan tugas seperti praktikum latihan soal dan lainlain. LKS adalah sejenis bahan ajar cetak yang sengaja dirancang untuk membimbing para siswa belajar sehingga dapat menunjang proses pembelajarannya. LKS disusun secara sistematis dan disajikan dapat berbentuk lembaran atau buku. LKS dapat memuat isi pelajaran dengan ragam pengetahuan dan berfungsi sebagai panduan kegiatan belajar teori dan praktek sehingga hasil belajarnya meningkat. Prinsip-prinsip penulisan LKS yang baik menurut Gray yang dikutip oleh Tarigan (1989, h. 43-44) adalah: a. Membuat setiap materi dan latihan sesuai dengan program instruksional setiap kelas atau tingkatan. b. Menyediakan tipe-tipe latihan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan minat para siswa. c. Jangan membiarkan menjadi tujuan akhir, akan tetapi menjadikan praktek atau latihan-latihan menjadi suatu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Berupaya agar para siswa pemakai LKS mudah memahami dan menguasai apa, bagaimana, dan mengapa mereka harus melakukan setiap hal yang mereka kerjakan. LKS seperti halnya modul harus dirancang dengan terlebih dahulu menyusun garis besar isi LKS. Garis besar isi LKS berisi komponen identitas mata pelajaran dan komponen pengembangan dan komponen pengembangan yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, pengalaman belajar, metode, media, waktu dan evaluasi. Forma GBI LKS berbentuk matriks, begitu juga jabaran isinya. Selanjutnya dalam tahap pengembangan isi LKS disesuaikan dengan pengalaman belajar siswa. Prinsip keakuratan ilmu pengetahuan, bahasa damn ilustrasi harus diperhatikan oleh guru. Demikian pula desain sistem pembelajaran yang telah disusunnya. Untuk tahap produksi dan evaluasi dapat dilakukan pihak lain (tenaga khusus). 1) Garis Besar Isi LKS (GBI LKS) dan Jabatan Isi LKS (JI LKS) Langkah penyusunannya sama seperti modul, hanya terdapat langkah menentukan pengalaman belajar sesuai dengan analisis tugas yang harus dilakukan siswa pada kegiatan inti dan bentuk evaluasinya. Tugas dan tagihan siswa dapat menentukan isi LKS. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 108 Contoh : GBI LKS PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. : .......................................................................................................... : .......................................................................................................... : ......................................................................................................... ......................................................................................................... Indikator Materi Pokok dan Sub Materi 1. 1.1 1.1 1.2 1.2 Pengalaman Belajar Mengamati ciri-ciri mesin kantor di lingkungan sekolah Metode Penugasan Media LKS Waktu 30 menit Evaluasi Sumber Pustaka Laporan pengamatan Berdasarkan GBI LKS kemudian disusun jabaran isi LKS dengan menguraikan isi dari komponen pengalaman belajar dan evaluasi. Format JI LKS disusun dalam bentuk matriks. Komponen yang dikembangkan identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar (uraian) dan evaluasi (uraian). Anda dapat memeriksa kembali perangkat pembelajaran RPP yang telah Anda buat. Contoh : JI LKS Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetens i No. LKS 1. : : : ........................................................................................................... ........................................................................................................... ........................................................................................................... ........................................................................................................... Judul LKS Kompetensi Dasar Observasi ciri-ciri mesin kantor Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Materi Pokok dan Sub Materi Pokok Pengalaman Belajar Mengamati ciri-ciri mesin kantor di lingkungan sekolah Uraian - Bahan, Alat - Prosedur kerja Evaluasi Laporan Pengamatan Uraian - Judul - Proses Pengamatan - Hasil Pengamatan - Kesimpulan P a g e | 109 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2) Pengembangan Isi LKS Isi LKS dapat berbentuk tugas pengamatan, tugas memeriksa mesin, atau job sheet, tugas praktikum, tugas melakukan percobaan, tugas pendalaman pemahaman prinsip dan lain-lain. Sistematika penyajiannya sama seperti modul terdiri dari tiga bagian yaitu awal, inti dan akhir. Karena tujuan pengembangan isi modul berbeda, maka tiap bagian dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan GBI LKS dan JBI LKS. Dengan demikian LKS disusun dalam bentuk unit-unit kecil yang berdiri sendiri agar mudah dipelajari. Tahap pengembangan isi LKS dengan mengadopsi teori Sitepu, tentang sistematika modul, maka sistematik LKS adalah: a) Bagian awal identitas LKS, berisi judul LKS, standar kompetensi dan kompetensi dasar. b) Bagian inti LKS terdiri dari : (1) Pendahuluan berisi rangkuman materi, petunjuk belajar menyelesaikan tugas atau latihan. (2) Kegiatan belajar berisi tugas/latihan yang harus dikerjakan siswa. (3) Daftar pustaka berisi sumber dan bacaan yang dipergunakan. c) Bagian akhir berisi penutup LKS LKS seperti tagihan yang terkait dengan isi tugas, lampiran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi LKS (Suryadi, 2000, h. 21-22) yaitu: a) Penyajian menekankan kebermaknaan dan manfaat bagi siswa. Kebermaknaan dan manfaat konsep pada suatu mata pelajaran akan senantiasa mengingatkan siswa kepada konsep yang telah ia pelajari sebelumnya saat siswa diperhadapkan pada suatu masalah. Hal ini dapat dimunculkan melalui penyajian dengan menggunakan konteks yang dekat dengan lingkungan siswa. b. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri. Pada bagian evaluasi diri siswa dapat mengukur sendiri kemampuannya sehingga siswa dapat mengetahui kemajuan yang telah ia lakukan. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya soal-soal latihan yang menguji pemahaman siswa secara menyeluruh sesuai dengan materi yang dibahas. c. Penyajian dapat dipahami siswa. Penyajian secara psikologi dapat dipahami oleh siswa berdasarkan pada penggunaan ilustrasi atau gambar, grafik atau diagram yang jelas. d. Penyajian mencerminkan alur berpikir logis. Hal ini dapat dilihat dari penyajian secara runtut. Misalnya penyajian materi dimulai dari yang mudah menuju ke yang sulit. e. Penyajian menarik perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat melalui penyajian soalsoal berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dan dengan masalah kontekstual atau pengalaman sehari-hari siswa. Contoh : Rancangan LKS Observasi Bagian Awal Judul LKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bagian Inti Pendahuluan : Rangkuman Materi Petunjuk belajar Kegiatan belajar : Alat dan bahan Cara kerja Pengamatan 1. ………………….. 2. …………………… Penutup : Daftar Pustaka Bagian Akhir : Laporan 1. Proses Pengamatan 2. Hasil Pengamatan 3. Kesimpulan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 110 Contoh : Petunjuk Belajar dalam LKS Tulislah sebuah rencana perjalanan dinas. Kamu dapat menuliskan sesuai dengan gaya bahasa kamu masing-masing. Tulislah apa yang kamu pikirkan. Contoh : Kegiatan belajar dalam LKS Tulislah perjalanan dinas yang akan kamu kembangkan pada halaman ini, Menulislah dengan gaya bahasamu. Ingat! Gaya bahasamu adalah apa yang kamu tulis. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... Jika LKS dikembangkan dalam bentuk buku biasanya terintegrasi dengan buku pelajaran dan disebut buku kerja. Di lapangan, buku kerja pada bagian inti berisi tugas-tugas dan bagian akhir berisi evaluasi seperti tes formatif 1. Kreativitas pengembangan isi LKS oleh guru harus ditingkatkan dengan tetap memperhatikan kesesuaian dengan kurikulum (Silabus dan RPP). Contoh: Lembar kerja siswa untuk menunjang tugas latihan akan pemahaman materi dengan ragam pengalaman prinsip perkantoran (sumber skripsi mahasiswa Teknologi Pendidikan). Sebagian prototipe bagian awal dan bagian inti dari LKS. Bahasa untuk bahan ajar LKS lebih formal. 3. Pemanfaatan dan Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber belajar yang digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran. Dalam hal ini dapat dicontohkan guru sebagai sumber pesan menyampaikan materi pembelajaran (peran) dengan media power point kepada penerima pesan (siswa). Kedudukan media dari contoh tersebut diilustrasikan sebagai berikut: Guru Materi Media Seni Nada Piano Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Siswa P a g e | 111 Guru Matematika Materi Bangun Ruang Media Model Siswa Bangun Ruang Guru Materi Media Siswa PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Biologi Sistem Imun Gambar Pasien Lupus Pasien Aids Berdasarkan ilustrasi tersebut, media merupakan saluran komunikasi pembelajaran. Media pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004, h. 458=460) didefinisikan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang di sengaja, bertujuan dan terkendali. Sedangkan kegunaan dari media pembelajaran (Yisifhadi Miarso, 2004, h. 458-460) adalah: a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi optimal. b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. c. Melampaui batas ruang kelas. d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya. e. Menghasilkan keseragaman pengamatan f. Membangkitkan keinginan dan minat baru g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar h. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkrit maupun abstrak. i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri. j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru. k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar) l. Meningkatkan kemampuan ekspresi dan siswa. Berdasarkan definisi dan kegunaan media pembelajaran di atas, maka guru di dalam perangkat pembelajarannya selain silabus, RPP, bahan ajar juga dilengkapi dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dirancang sendiri oleh guru atau memanfaatkan dari media yang telah tersedia. Perangkat pembelajaran media pembelajaran merupakan sub sistem dari sistem pembelajaran di kelas yang Anda bina. Jika sub sistem media tidak disediakan maka akan terdapat kesenjangan dalam mencapai tujuan pembelajaran seperti perbedaan persepsi terhadap materi pembelajaran. Dampaknya hasil belajar siswa tidak optimal. Media pembelajaran dapat dipilih oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat dimanfaatkan di dalam kelas atau di luar kelas sesuai kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. a. Pemilihan Media Pembelajaran Media pembelajaran pada perkembangan sekarang ini sangat beragam. Ada media penyaji, media objek dan media interaktif. Media penyaji yaitu media yang mampu menyajikan informasi. Misal gambar, poster, foto (yang digunakan sebagai alat peraga), Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 112 transparansi, radio, telepon, film, video, televisi, multimedia (kit). Media objek yaitu media yang mengandung informasi seperti realia, replika, modul, benda tiruan. Media interaktif yaitu media yang memungkinkan untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Misal scrabble, puzzle, simulator, laboratorium, atau komputer. Jika guru dihadapkan pada pilihan media yang banyak sekali, maka guru perlu mempelajari klasifikasi media yang memberikan ciri kemampuan media seperti tabel berikut. Tabel Pemilihan media menurut tujuan belajar, menurut Allen PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan Belajar Media Visual diam Film Televisi Objek 3-D Rekaman Audio Pelajaran Terprogram Demonstrasi Buku teks cetak Sajikan lisan Info Faktual Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Pengenalan Visual Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang Prinsip Konsep Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Keteram pilan Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Prosedur Sikap Klasifikasi media ini penting dipertimbangkan karena tidak ada satu jenis media yang terbaik untuk mencapai satu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu masing-masing media memiliki kelebihan dan kekurangan. Antara satu media dengan media lainnya saling melengkapi. Selain taksonomi media pembelajaran yang harus diperhatikan oleh guru, kriteria dalam memilih media juga harus diperhatikan. Kriteria tersebut adalah: 1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Tepat untuk mendukung materi pembelajaran 3) Praktis, luwes dan tahan lama 4) Guru terampil menggunakannya 5) Jumlah peserta didik 6) Mutu teknis media pembelajaran seperti ketersediaan energi listrik, cahaya di dalam ruangan. Guru diharapkan tidak memilih media karena suka dengan media tersebut. D I samping itu, diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh ketersediaan beragam media canggih yang sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta didik kita dalam proses belajar. Jadi, pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata pelajaran, yang memudahkan peserta didik belajar, serta yang menarik dan disukai peserta didik. Menurut Bates (1995), pemilihan media berbasis teknologi komputer antara lain akses, biaya, pertimbangan pedagogis, interaktivitas dan kemudahan penggunaan, pertimbangan organisasi, kebaruan (novelty), dan kecepatan. Pertimbangan mengenai akses pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana peserta didik memiliki akses terhadap media yang akan digunakan dalam mempelajari paket bahan ajarnya? Pertimbangan biaya berlaku bagi sekolah maupun peserta didik, yaitu seberapa mahal/murah media yang dipilih untuk digunakan oleh sekolah dan peserta didik sebagai paket bahan ajar (biaya produksi atau pengadaan oleh sekolah, biaya akses dan daya beli untuk peserta didik). Pertimbangan pedagogis merupakan pertimbangan yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran serta karakteristik materi keilmuan yang akan disampaikan dan dipelajari peserta didik. Pertimbangan interaktivitas dan kemudahan penggunaan pada dasarnya mempertanyakan sejauh mana media yang dipilih dapat memfasilitasi interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan sejauh mana media tersebut mempermudah peserta didik dalam belajar? Pertimbangan mengenai organisasi merupakan pertimbangan manajerial meliputi pengelolaan media dalam proses pembelajaran, dan pasca proses pembelajaran (penyimpanan, dll). Pertimbangan novelty Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 113 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar berkenaan dengan tingkat kebaruan suatu media sehingga seringkali menimbulkan antusiasme berlebihan dan atau kesukaran beradaptasi serta siklus hidup suatu media. Pertimbangan tentang kecepatan suatu media berkenaan dengan kemampuan suatu media menyampaikan informasi secara cepat dan tepat (timeliness) kepada didik. Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan media yang terbaik, sehingga dapat membantu proses belajar peserta didik secara optimal. Oleh karena itu, ragam media yang digunakan harus dipilih berdasarkan pertimbangan yang bijaksana. Ragam media (Cecep Kustandi, 2010) dapat dipilih meliputi: 1) Media cetak a) Buku-buku atau buku pelajaran yang sudah beredar di toko buku, atau buku pelajaran yang khusus ditulis dan kembangkan sendiri. b) Panduan belajar bagi peserta didik khusus di kembangkan untuk mendampingi buku pelajaran. c) Kliping koran/majalah/artikel/tulisan lepas tentang mata pelajaran yang di susun sendiri. d) Poster, peta, label, gambar-gambar cetak, foto, grafik, formulir, brosur, pamphlet, yang diperlukan untuk memperjelas konsep/teori/prinsip/prosedur yang disajikan dalam bahan ajar. e) Lembar kegiatan peseta didik khusus dikembangkan untuk memandu peserta didik melakukan latihan, tugas, praktek, praktikum, dan digunakan untuk melengkapi buku pelajaran. 2) Media audio/visual a) Kaset audio/CD audio b) Siaran radio (radio broadcasts) c) Slide (film bingkai) d) Film e) Kaset video/CD video f) Tayangan TV (TV broadcasts) g) Video interaktif h) Pembelajaran berbantuan komputer (simulasi, Computer Assisted Instruction) 3) Media Praktek/Demonstrasi a) Flora atau fauna asli yang ada di sekitar sekolah Model atau realita b) Laboratorium dan peralatannya c) Alat atau model yang dibuat instruktur bersama peserta didik dari material atau barang bekas yang tersedia di sekitar sekolah d) Alat atau model yang tersedia di toko (alat-alat musik, dll) e) Laboratorium alam (hutan atau kebun buatan, kebun raya, sawah, kolam, kandang ternak, dll). f) Laboratorium yang ada di sentra industri pabrik, atau perusahaan Herbarium buatan peserta didik. g) Pasar h) Museum 4) Media lainnya a) Game atau perangkat permainan yang dijual di toko, seperti scrabbles untuk mengajarkan vocabulary bahasa Inggris, kartu tambah-kurang kali-bagi, flashcard, permainan memori, monopoli, atau game dalam bentuk program komputer, dan lain-lain b) Game atau perangkat permainan yang dibuat sendiri oleh instruktur dan atau peserta didik. c) Kit sains, kit seni, dan lain-lain. Sedangkan menurut Heinich, dkk (1982) pemilihan media dilakukan setelah langkah perumusan tujuan pembelajaran, sesuai dengan model perencanaan penggunaan media pembelajaran (ASSURE) artinya media dapat dirancang sendiri oleh guru, dapat memanfaatkan yang tersendiri atau modifikasi keduanya. Guru dalam memanfaatkan pembelajaran dapat memilih media jadi (yang tersedia) dan atau media yang dirancang. Jika memanfaatkan media yang dirancang maka komponen dari media tersebut harus mengandung tujuan pembelajaran, materi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 114 pembelajaran, dan evaluasi. Misal merancang lembar balik Presiden Republik Indonesia dengan urutan: Gambar Presiden: No. 1 No. 2 No. 3 Judul Tujuan Lembar Balik Pembelajaran PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar No. 4 No. 5 Presiden Soekarno No. 6 Gambar Gambar Presiden: Presiden Dan seterusnya dan Soeharto sampai Evaluasi Jasanya Presiden SBY Gambar Urutan Lembar Balik Presiden Republik Indonesia Guru dalam merancang media pembelajaran flipchart, harus memperhatikan jumlah peserta didik, biaya, ukuran tulisan, ukuran gambar, warna dan lain-lain. Untuk menghemat biaya dapat digunakan bagian belakang kalender yang sudah tidak dimanfaatkan (ukuran 60 x 40 cm). b. Pemanfaatan Media Pembelajaran Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran. Menurut Heinich (1983), pemanfaatan merupakan satu komponen dari model sistem pembelajarannya yang disebut utilisasi. Utilisasi (pemanfaatan) merupakan satu tugas pembelajaran (guru) dalam membantu mempermudah siswa belajar. Seels dan Richey (2002, h. 50) dalam buku Teknologi Pembelajaran mendefinisikan pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Berdasarkan definisi tersebut, maka pemanfaatan merupakan aktivitas menggunakan serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil belajar dan segala sesuatu yang mendukung terjadinya belajar (seperti: sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan). AECT (Association for Educational Communication and Technology) mengungkapkan pendapat serupa dimana fungsi pemanfaatan adalah mengusahakan agar pembelajar dapat berinteraksi dengan sumber belajar atau komponen pembelajaran. Fungsi ini penting karena memperjelas hubungan pemelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran (Yusufhadi Miarso, 1986, h. 194). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 115 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Fungsi pemanfaatan merupakan fungsi yang cukup penting karena memperjelas hubungan pemelajar dan sistem pembelajaran. Pemelajar akan menggunakan suatu sumber belajar jika ia mengetahui bahwa dengan menggunakan sumber belajar tersebut ia akan memperoleh keuntungan dalam proses pembelajarannya. Menurut Sadiman dkk (1993, h. 189-190) ada dua pola dalam memanfaatkan media yaitu: 1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 2) Pemanfaatan media di luar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini dibagi menjadi dua kelompok utama. a) Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masingmasing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara bebas, kontrol atau kendali berada pada individual, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya. b) Pemanfaatan secara terkontrol, ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supaya media dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, ada tiga langkah dalam menggunakannya, yaitu: 1) Persiapan sebelum menggunakan media Sebelum menggunakan media, persiapan yang dilakukan dapat berupa mempelajari petunjuk penggunaan, mempersiapkan peralatan, serta menetapkan tujuan yang akan dicapai. 2) Kegiatan selama menggunakan media Kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis media yang digunakan. 3) Kegiatan tindak lanjut Tindak lanjut dilakukan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media bersangkutan. Prosedur pemanfaatan tersebut dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan pola pemanfaatan. Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut ini. 1) Tahap persiapan a) Kepala sekolah menentukan tujuan penggunaan media pembelajaran, misal untuk menjelaskan konsep pembelajaran kuantum, dengan sasaran guru di sekolah. b) Kepala sekolah menyiapkan penggandaan media power point yang telah disusun (misal power point terlampir). c) Kepala sekolah memeriksa, ruangan, alat, listrik sebelum pelaksanaan pelatihan. 2) Tahap pelaksanaan a) Kepala sekolah menyajikan sesuai dengan metode dan waktu tersedia b) Kepala sekolah meminta peran serta peserta pelatihan sesuai dengan prosedur pembelajaran. 3) Tindak lanjut a) Guru sebagai peserta pelatihan diminta mempraktekkan. b) Kepala sekolah memberikan umpan balik. Contoh: 1. Penyajian media power point. Pada saat penjelasan materi, kepala sekolah tidak boleh membaca pada laptop tetapi menggunakan pen pointer yang ditunjukkan pada layar. 2. Materi tidak dibaca tetapi dijelaskan dengan ilustrasi . Tetap menjaga kontak mata antara kepala sekolah dengan guru pada saat penyajian. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 116 PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING) Tujuan Pembelajaran Umum ‘ PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Peserta pelatihan akan dapat menunjukkan contoh penerapan pembelajaran kuantum. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta pelatihan akan dapat mendeskripsikan hakikat pembelajaran kuantum 2. Peserta pelatihan akan dapat membedakan unsur-unsur model pembelajaran kuantum. Prosedur Pembelajaran 1. Peserta mengamati penjelasan nara sumber tentang relevansi materi pelatihan, 2. Peserta aktif berpikir, bertanya tentang materi pelatihan yang sedang di pelajarinya, 3. Peserta aktif memberikan contoh peragaan sebagai instruktur yang memanfaatkan pembelajaran kuantum, 4. Peserta menindak lanjuti dengan membaca buku Quantum Teaching ‘ Sejarah Pembelajaran Kuantum 1. Belajar Kuantum = pemercepatan belajar dari Dr. Georgi Lozanov, 2. Memanfaatkan otak mengatur informasi, 3. Implikasi dalam pembelajaran kuantum (Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 117 ‘ Definisi Mengupayakan siswa belajar melalui orkestrasi bermacammacam yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Asas ‘ Bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. Segalanya bicara, 2. Segalanya bertujuan, 3. Pengalaman sebelum pemberian nama, 4. Akui setiap usaha, 5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. ‘ Tujuan 1. Memudahkan proses belajar, 2. Meningkatkan kualitas pembelajaran. Unsur Model Pembelajaran Kuantum ‘ 1. Konteks Kegiatan mengubah latar pembelajaran: lingkungan, suasana, landasan dan rancangan. 2. Isi Kegiatan menyajikan isi dan fasilitas untuk mempermudah proses: penyajian, fasilitas, keterampilan belajar, dan keterampilan hidup. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 118 AKU TAHU ‘ KUNCI KEUNGGULAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kejujuran, tulus dan santun Kegagalan awal kesuksesan Bicaralah dengan niat baik (positif dan bertanggung jawab) Hidup di saat ini : kerjakan setiap tugas dan manfaatkan waktu, Komitmen : penuhi kewajiban, janji Tanggung jawab atas tindakan Bersikap terbuka dan luwes Selaraskan pikiran, tubuh dan jiwa. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar ‘ Terima Kasih Semoga Bermanfaat Latihan Instruktur Siswa Instruktur Siswa Instruktur Siswa Instruktur : : : : : : : Siswa Instruktur : : Siswa Instruktur : : Siswa : ‘ Selamat pagi, dll Selamat pagi, dll Apakah saudara / anda cerdas ? Kami cerdas Seberapa cerdas ? Sangat cerdas ? Bagaimana saudara/anda memperlakukan diri sendiri Hormat, santun, dll. Bagaimana saudara/anda memperlakukan instruktur? Hormat Apa yang hendak saudara/anda berikan dengan mengikuti diklat ini? 100 persen Menerapkan ‘ DAFTAR PUSTAKA Bobbi DePorter, Mark Readon, dan Sarah Singer Nourie (2002). Quantum teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa Made Wena (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sutanto Windura (2008). Panduan Praktis Learn How to Learn Sesuai Cara Kerja Otak. Jakarta : PT. Gramedia. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 119 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Contoh lain agar pemanfaatan siaran langsung pendidikan di sekolah mengikuti langkahlangkah sebagai berikut, yaitu. persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut a. Persiapan sebelum menggunakan media Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat persiapan yang baik pula. Terlebih dahulu guru dan siswa mempelajari buku petunjuk yang telah disediakan. Bila pada petunjuk disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sebaiknya hal tersebut dilakukan karena akan memudahkan para pengguna dalam belajar menggunakan media. Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media itu juga perlu disiapkan sebelumnya, sehingga pada saat menggunakannya nanti, tidak akan terganggu pada hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu. b. Pelaksanaan selama menggunakan media Dalam penggunaan media hal yang perlu diperhatikan adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat mengganggu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Bila kita menulis atau membuat gambar atau membuat catatan singkat, usahakan hal tersebut tidak mengganggu konsentrasi. Jangan sampai perhatian banyak tercurah pada apa yang tertulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian media yang sedang berjalan. c. Kegiatan tindak lanjut Maksud kegiatan tindak lanjut adalah untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai untuk memantapkan pemahaman terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan soal tes yang akan dikerjakan dengan segera sebelum siswa lupa isi materi itu. Contoh: Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam memanfaatkan media pembelajaran adalah kebutuhan siswa. Jika siswa berkebutuhan khusus (misal tuna netra) maka guru mempersiapkan media pembelajaran audio karena gaya belajar cenderung auditif. Siswa diberitahukan untuk terlibat atau berpartisipasi aktif dengan media pembelajaran. Guru perlu memberikan umpan balik dan penguatan agar pembelajaran bermakna. 4. Penyusunan Perangkat Penilaian Penyusunan perangkat penilaian yang dibuat oleh guru tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dirancang dalam format silabus dan RPP. Pada unit kegiatan belajar 1 telah diuraikan bagaimana mengembangkan evaluasi hasil belajar di dalam sistem pembelajaran. Artinya perangkat penilaian yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perangkat penilaian dalam satu kesatuan desain sistem pembelajaran akan menghasilkan alat penilaian tes dan non tes yang dilengkapi petunjuk pelaksanaan, sehingga akan memudahkan proses pengukuran yang dilakukan oleh guru. Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) peserta didik. Penilaian ini dilakukan secara konsisten dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu penilaian dilakukan secara sistematik yaitu menggunakan langkah-langkah yang berurutan dalam perencanaannya. Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik melalui berbagai teknik, dan pemberian nilai terhadap hasil belajar berdasarkan standar tertentu. Kegiatan menilai hasil belajar siswa tersebut harus terarah dan terprogram. Hal ini dimaksudkan bahwa menilai hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang telah dirumuskan di dalam silabus dan RPP. Selain itu metode dan teknik penilaian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dalam silabus dan RPP. Dengan demikian penilaian yang dilakukan guru merupakan satu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan seperti ilustrasi berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 120 Tujuan pembelajaran/ SK-KD dan Indikator Komponen penilaian dalam silabus: SK dan KD Metode dan Teknik Komponen Penilaian dalam RPP: KD dan Indikator Butir-butir tes, non tes, tugas dan lain-lain (Perangkat) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian berbasis kelas. a. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan baik. Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund (1985) dalam Zaenal Arifin (1009, h. 91-102) dari beberapa langkah: 1) Menentukan Tujuan Penilaian Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan). Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi. 2) Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. 3) Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisikisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan tes/non tes dan bagian-bagiannya, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 121 sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam menyusun butir-butir tes / non tes. Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan penyusunan tes / non tes, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: a) Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai. b) Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami. c) Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guru/evaluator harus melakukan analisis silabus/RPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal. Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok. Komponen Identitas Komponen Pokok Contoh : KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR Sekolah : Kelas/Semester : Standar Kompetensi : Jenis Soal/Kinerja : Jumlah butir : No Kompetensi Dasar Materi Indikator No. Soal/ Kinerja Gambar Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 4) Mengembangkan Draf Instrumen (Menulis butir-butir instrumen) Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tes/non tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif. Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai dengan siswa. Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masingmasing jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya. 5) Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tes/non tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur (apakah butir instrumen telah mengukur apa yang akan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 122 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar diukur/valid). Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. 6) Revisi dan Merakit (Instrumen Baru) Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah perangkat tes/non tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan. Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tes/non tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tes/non tes hasil revisi. Selanjutnya terkait urutan/penomoran, dalam suatu tes/non tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana menuju kompleks. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 123 BAB III MATERI PEMBELAJARAN 2 PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Materi Penelitian Tindakan Kelas 1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Beberapa karakteristik PTK antara lain: 1) Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual. 2) Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah. 3) Data diambil dari berbagai sumber. 4) Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst. 5) Partisipatif, dilakukan sendiri. 6) Kolaboratif, dibantu rekan sejawat. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut: PTK: 1) Dilakukan sendiri oleh guru 2) Memperbaiki pembelajaran secara langsung 3) Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan 4) Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit 5) Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen 6) Sampel tidak perlu representatif Penelitian Formal: 1) Dilakukan oleh orang lain 2) Mengembangkan teori, melalui generalisasi 3) Biasanya mempersyaratkan hipotesis 4) Menuntut penggunaan analisis statistik 5) Instrumen harus valid dan reliabel 6) Sampel harus representatif Cara Memulai PTK Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan proposal sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK. Analogi Guru-Dokter Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan Tabel berikut ini. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 124 Tabel Analogi Guru dengan Dokter No Dokter 1 Menanyakan gejala penyakit 2 Mendiagnosis penyakit 3 Menulis resep Menentukan tema pengobatan, misalnya 4 “Mengobati sakit perut” Guru Peneliti PTK Mendeskripsikan masalah Menemukan akar masalah Menyusun hipotesis tindakan Menuliskan judul penelitian PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Mendeskripsikan Masalah Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?" Maksudnya adalah untuk meminta Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali sebanyak mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?" Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan. Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda dengan senter, dan sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu ia masih menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda. Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit Anda akan makin mudah ia mendiagnosis penyakit Anda itu. Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah Anda menemukan akar masalah. Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburuburu sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat, lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun hilang. Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah penelitian Anda secara rinci: 1) Mulailah dengan satu kalimat masalah. 2) Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: a) b) c) d) Dari mana tahunya? Bagaimana datanya? Upaya apa yang telah dilakukan? Bagaimana hasilnya? 3) Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya. Contoh: (Kalimat masalah) ”Nilai mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru; tetapi ketika soal diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan; hal-hal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi pada hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. (Upaya yang sudah dilakukan) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 125 Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering menggunakan alat-alat untuk demonstrasi di kelas. Guru juga sudah menggunakan media Power Point dalam menerangkan; sekali dua kali penjelasan diselingi dengan praktik langsung oleh siswa. Siswa-siswa yang bernilai rendah sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. (Bagaimana hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum itu tampaknya belum berhasil menanamkan konsep-konsep fisika secara mantap kepada siswa. Program remedial juga tidak banyak menolong karena siswa yang nilainya rendah pada umumnya berusaha untuk menghindar. Menemukan Akar Masalah Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah dapat mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi masalah di atas jelas sekali bahwa akar masalahnya adalah ”pemahaman siswa yang kurang mantap”. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Menyususun Hipotesis Tindakan Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/eksperimen dan media pembelajaran yang interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar masalah ”kurang mantapnya pemahaman siswa”. Guru sudah melakukan hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program remedial juga bukan merupakan obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak berhasil. Guru harus menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain. Marilah sejenak kita berfikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas konsep "kursi". Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan kursi model apapun--berkaki empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek, sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan, berbentuk bulat, berbentuk segi empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan logam, ditambahi busa agar empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan, dsb.--kita tidak akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan kursi. Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa dalam kasus di atas, diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia penanaman konsep yang mantap tentang kursi itu? Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan membuat siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu sempit. Sebaliknya lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa mengalami over-generalization atau generalisasi yang terlalu luas. Baik under-generalization maupun over-generalization duaduanya akan mengganggu pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal dengan metode concept attainment atau metode pencapaian konsep. Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta." Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1) Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh. 2) Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan jawaban. 3) Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”. Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap dilakukan karena merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program remedial bagi siswa-siswa yang lambat juga terus dilakukan karena merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku. Jadi tindakan dalam PTK tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” metode dan prinsip sudah baku, melainkan “menambahkan” metode-metode baru. Menuliskan Judul Penelitian Akhirnya Anda tinggal menuliskan judul penelitian, secara singkat tetapi jelas. Isi judul sama dengan isi hipotesis tindakan, tetapi redaksinya diubah dari kalimat menjadi frasa. Hipotesis tindakan, kalimat: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta." Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 126 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Judul penelitian, frasa: “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X melalui Metode Concept Attainment” Penulisan frasa untuk judul penelitian menggunakan huruf besar pada tiap kata, dan tidak diakhiri dengan titik; sedangkan penulisan kalimat untuk hipotesis tindakan hanya menggunakan huruf besar di awal kalimat, dan diakhiri dengan titik. Dari uraian di atas jelas bahwa judul penelitian datang "paling akhir", setelah deskripsi masalah, penemuan akar masalah, dan penyusunan hipotesis tindakan. Sangat aneh kalau ada peneliti PTK yang langsung ingin menemukan judul. Analoginya adalah dokter yang begitu bersemangat dengan obat barunya, baru kemudian mencari orang yang sakit. Penelitian harus dimulai dari masalah, karena pada dasarnya penelitian adalah pemecahan masalah. Catatan: Analogi guru-dokter dalam penelitian PTK tidak seluruhnya benar. Minimal ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam dunia kedokteran setelah pasien sembuh pemberian obat dihentikan; dalam PTK setelah perlakuan berhasil akan dilanjutkan terus sebagai metode baru yang lebih efektif. Kedua, dalam dunia kedokteran pengobatan pada umumnya hanya berfungsi untuk mengembalikan pasien ke kondisi awal/normal, yaitu sehat; dalam PTK dapat dicobakan hal-hal baru yang melebihi keadaan awal/normal. Proposal Sederhana Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam bentuk matriks seperti pada tabel berikut ini: Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA No Aspek-aspek Penelitian 1 Kalimat Masalah 2 3 Akar Masalah Hipotesis Tindakan 4 Judul Penelitian Uraian Nilai fisika siswa Kelas XI SMK X Jakarta pada umumnya rendah. Pemahaman siswa kurang mantap ketika diterangkan. "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta." Tindakan Operasional: a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh. b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan jawaban. c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”. “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X melalui Metode Concept Attainment” Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan PTK di kelas Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena bersifat operasional. Ukuran operasional adalah dapat dilakukan oleh orang lain yang membaca hipotesis itu. Analoginya dengan dunia kedokteran, hipotesis tindakan "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta" adalah sebagai obat, sedangkan ”tindakan operasional” yang terdiri dari tiga butir itu adalah cara meminum atau dosisnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 127 Contoh Proposal Sederhana Lainnya Tabel Proposal Sederhana Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan No Aspek-aspek Penelitian PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1 Kalimat Masalah 2 3 Akar Masalah Hipotesis Tindakan 4 Judul Penelitian Uraian Para siswa cepat lupa dalam pelajaran Mengelola Pertemuan Kelas XI SMK Y Bekasi. Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa pembelajaran. "Cerita-cerita yang menarik akan meningkatkan daya ingat siswa dalam pelajaran Mengelola Pertemuan Kelas XI SMK Y Bekasi." Tindakan Operasional: a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan beberapa cerita menarik yang relevan, dapat diambil dari surat kabar atau artikel internet. b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu dibacakan. Satu pertemuan tatap muka cukup 1—2 cerita aneh. c. Siswa diminta menanggapi cerita aneh itu secara kelompok; .yang baik diberi pujian. “Peningkatan Daya Ingat Siswa melalui Pembacaan Ceritacerita Menarik dalam Pelajaran Mengelola Pertemuan Kelas XI SMK Y Bekasi” Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran Membuat Dokumen No Aspek-aspek Penelitian 1 Kalimat Masalah 2 Akar Masalah 3 Hipotesis Tindakan 4 Judul Penelitian Uraian Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai rendah dalam mata pelajaran membuat dokumen di Kelas XI SMK Z Depok. Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya sebagai siswa yang bodoh. "Pemberian Pengalaman Sukses akan Meningkatkan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Membuat Dokumen Kelas XI SMK Z Depok." Tindakan Operasional: a. Dalam pembelajaran, guru memberi perhatian lebih besar kepada siswa-siswa yang lemah. b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang siswa yang lemah diberi tugas yang mudah. Setelah yakin dapat mengerjakan, mereka diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan pujian. c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti biasanya. “Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Matematika melalui Pemberian Pengalaman Sukses dalam Pelajaran Membuat Dokumen Kelas XI SMK Z Depok” Masalah yang Layak Diteliti dan Profesionalisme Guru Masalah yang Layak Diteliti Tidak semua masalah dapat dipecahkan melalui PTK, hanya masalah yang berada dalam kendali guru. Rendahnya "input siswa" yang masuk sekolah Anda, suara berisik karena "sekolah Anda berada di pinggir jalan", dan "status ekonomi sosial orang tua siswa" adalah contoh-contoh masalah yang berada di luar kendali guru, tidak layak untuk diteliti. Sebaliknya masalah yang sudah terlalu jelas juga tidak layak diteliti karena tidak perlu. Misalnya selama ini Anda mengajar secara monoton, menggunakan metode ceramah sepanjang hari, dan siswa merasa jenuh. Kemudian Anda akan menerapkan metode bermain peran agar siswa lebih aktif. Hal itu sudah terlalu jelas, siswanya pasti akan menjadi aktif. Anda tinggal melaksanakan secara langsung. Analoginya adalah upaya Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 128 Anda menyiram tanaman di pot yang layu karena tidak disiram. Anda tinggal langsung meyiram, tidak perlu meneliti dulu; hasilnya sudah jelas, tanaman pasti akan menjadi segar. Penelitian diawali dengan masalah, yang masih meragukan. Profesionalisme Guru Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian ”Mendeskripsikan Masalah” di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru profesional, yang telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil. Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman di pot tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah itu merupakan masalah penelitian yang sangat menarik. Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan tindakan secara sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan Anda akan mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b. Metode Penelitian Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK, disertai model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan Model Kemmis & Taggart seperti gambar di bawah ini. Gambar PTK Model Kemmis & Taggart Siklus Penelitian Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan McTaggart siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Analoginya dengan pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah rangkaian empat kegiatan: (1) Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh pasien, (3) Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan (4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu satuan penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap dari perencanaan sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan lima siklus, sebenarnya Anda melakukan lima penelitian secara berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga siklus; kalau baru satu siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana. Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan perlakuan yang sama, agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama Anda menggunakan metode concept attainment pada konsep-konsep penting yang diajarkan, diikuti dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang bervariasi juga. Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama secara konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga hari ia Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 129 meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang. Hal itu dilakukan agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap. Kalau perlakukan hanya dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi kalau perlakuan sudah dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Perencanaan Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang telah Anda tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas penelitian Anda. Perencanaan pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya belum dapat ditentukan karena harus dibuat berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu harus dapat dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti, dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis tindakan itu Anda cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa terlihat dengan jelas. Seperti telah disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda diperbaiki melalui PTK. Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu yang diobati oleh dokter. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih berbicara tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi satu kalimat, yaitu: "Seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik." Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering terjadi adalah sebaliknya: "Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya dengan dokter, pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga obat belum bisa masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa. Baru pada peminuman keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita yang ingin didengar dokter dalam Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum berbicara tentang peningkatan kesehatan pasien. Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam satu siklus, tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian menjadi sistematis dan tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda perlu membuat unsur-unsur variabel bebas itu, kemudian diuraikan keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal penggunaan metode concept attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkahlangkah metode itu sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua kolom berisi daftar alat kearsipan, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN, sebagian besar siswa memperhatikan sambil berfikir. Perhatian siswa meningkat ketika mereka diminta menambahkan nama alat baru di kolom YA. Mereka mulai berdiskusi dengan teman kelompoknya dan berusaha menemukan istilah-istilah baru. Masih ada beberapa siswa di barisan belakang yang belum terfokus perhatiannya. Ketika diminta memberi nama konsep yang mewakili semua istilah yang berada di kolom YA, mereka lebih tertantang lagi. Beberapa siswa tunjuk tangan dan menyebutkan konsep; guru menuliskan di papan tulis. Tetapi ketika diminta menyebutkan atribut kritikal dari konsep yang diajukan mereka mendapat kesulitan. Dst., dst...." Pengamatan Pada bagian inilah Anda mulai memaparkan perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel terikat, yaitu variabel yang Anda tingkatkan melalui PTK ini. Seluruh hasil pengukuran menggunakan instrumen, disajikan datanya di bagian Pengamatan ini. Dalam PTK instrumennya bermacam-macam, tidak hanya tes; semua datanya disajikan di sini. Tampilan yang khas di bagian Pengamatan ini adalah tabel, diagram, dan grafik; tetapi uraian naratif juga ada, yaitu untuk menyajikan hasil wawancara atau catatan lapangan. Refleksi Dalam refleksi, Anda akan membahas data yang telah tersaji dalam Pengamatan di atas. Baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya dibahas. Keberhasilan perlu dibahas untuk mengetahui apakah benar penyebabnya adalah tindakan yang Anda berikan. Jika Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 130 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar benar berarti hipotesis-tindakan Anda benar. Tetapi Anda harus jeli, belum tentu keberhasilan itu akibat dari hipotesis-tindakan. Sebagai contoh dalam metode concept attainment, setelah berlangsung satu siklus ternyata pemahaman siswa tidak meningkat. Kemudian pada siklus berikutnya Anda sebagai peneliti memberikan tambahan drill sebanyak-banyaknya sehingga siswa hafal akan tipe-tipe soal yang keluar dalam tes. Pada akhir siklus-kedua pemahaman siswa meningkat. Apakah peningkatan itu akibat dari hipotesis penelitian? Boleh jadi bukan; peningkatan itu lebih banyak disebabkan oleh metode drill and practice daripada metode concept attainment. Terutama kegagalan, harus dibahas secara sungguh-sungguh, sebaiknya bersama kolaborator Anda. Langkah-langkahnya sama dengan pada awal siklus pertama: mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah, bertanya mengapa dan mengapa, dan mencari alternatif tindakan. Ingat bahwa siklus pertama sebenarnya adalah satu penelitian. Pada siklus kedua Anda melakukan satu penelitian lagi. Tujuan utama refleksi adalah mencari alternatif tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya. Sebaiknya Anda bukan mengganti tindakan melainkan melengkapi atau memodifikasi tindakan; tindakan utamanya concept attainment masih tetap. Pergantian Siklus Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya dapat dilakukan berdasarkan jumlah pertemuan, seperti telah disinggung di atas. Tetapi Anda dapat menggunakan dasar lain, misalnya jumlah minggu, kompetensi dasar, atau pokok bahasan. Tindakan pada siklus berikutnya ditentukan berdasarkan refleksi terhadap hasil siklus sebelumnya. Analoginya dengan dokter, resep-baru dibuat berdasarkan hasil penilaian terhadap resep sebelumnya. Tindakan pada siklus baru harus berbeda secara signifikan dengan siklus sebelumnya. Kalau hanya pengulangan berarti masih bagian dari siklus sebelumnya. Insrumen Penelitian Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang perlu dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen penelitian, yang berbeda dengan instrumen yang biasa Anda pakai sehari-hari. Tes hasil belajar yang biasanya cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6 misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi dirinci menjadi tujuh komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3) mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan (7) menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan secara spontan, sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus; demikian juga kegiatan observasi, Anda buat lembar observasinya. Catatan lapangan perlu Anda siapkan dulu penulisannya; ini paling mudah karena tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang sangat berkesan. Kalau penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan menemukan hal-hal yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam catatan lapangan. Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan instrumen dalam PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan pada variabel yang ingin Anda tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat harus dibuat kisi-kisinya dulu; dan kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di bagian Kajian Pustaka. Oleh karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang baik teori yang diuraikan secara panjang lebar tetapi tidak memberikan petunjuk apapun untuk pembuatan instrumen. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Yang sudah Anda kenal dengan baik tentu saja instrumen untuk mengukur hasil belajar, yang biasa disebut tes. Tes yang baik harus valid, yaitu mengukur apa yang harus diukur. Validitas tes biasanya didekati dengan kisi-kisi, yang akan menjamin keterwakilan kompetensi dan tingkat kognisi yang akan diukur. Validitas seperti itu disebut validitas isi, karena penekanannya pada keterwakilan isi. Syarat lainnya, tes yang baik harus reliabel atau ajeg, yaitu jika digunakan dengan cara yang sama hasilnya akan sama. Reliabilitas tes diketahui setelah tes diuji coba; koefisiennya dihitung dengan rumus-rumus statistik, seperti rumus split half test, KR-20, atau Alfa Chronbach. Dalam PTK uji reliabilitas tes seperti itu tidak dilakukan karena jarang guru yang mengujicobakan tes sebelum Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 131 menggunakan. Tetapi penggunaan kisi-kisi untuk menjamin validitas tes seperti dijelaskan di atas sebaiknya dilakukan oleh peneliti PTK. Di samping tes, dalam PTK digunakan berbagai jenis instrumen, di antaranya: (1) Lembar observasi, (2) Pedoman wawancara, (3) Pedoman telaah dokumen, (4) Kuesioner, (5) Rating scale, (6) Portofolio, (7) Skala sikap, dan (8) Catatan lapangan. Seperti halnya tes, instrumen-instrumen itu harus dibuat berdasarkan kisi-kisi agar validitas-isi nya terjamin. Di samping itu masih ada validitas lain yang harus dipenuhi oleh instrumen-instrumen itu, yaitu validitas konstruk. Untuk memperoleh validitas konstruk, kisi-kisi instrumen harus dibuat berdasarkan teori yang telah dibahas di Kajian Pustaka. Singkatnya, "Instrumen harus dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan kisi-kisi harus dibuat berdasarkan teori." PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Triangulasi Sebagai ganti penghitungan menggunakan rumus-rumus, reliabilitas instrumen dalam PTK didekati dengan teknik triangulasi. Artinya, satu variabel terikat (yang akan ditingkatkan) diukur dengan beberapa instrumen. Motivasi siswa misalnya, tidak cukup diukur dengan kuesioner, tetapi ditambah dengan wawancara dan observasi. Jika ketiga instrumen itu menghasilkan data yang sama atau mirip, barulah dapat ditafsirkan bahwa data itu benar. Reliabilitas instrumen dalam PTK juga dapat didekati dengan pengamatan yang cukup lama sehingga datanya mencapai tingkat jenuh atau mencukupi. Lamanya pengamatan harus dibarengi dengan tingkat ketelitian dan keseksamaan. Pelanggaran Validitas Instrumen Seringkali peneliti PTK secara tidak sadar telah melanggar validitas instrumen, yaitu membuat instrumen tanpa didasari kisi-kisi dan teori. Serinkali instrumen bahkan tidak mengukur yang harus diukur. Mengukur motivasi misalnya, menggunakan tes hasil belajar. Instrumen Spontan Peneliti sering membuat instrumen secara spontan yang diperkirakan dapat mengukur keberhasilan penelitiannya. Dasarnya lebih banyak perasaan daripada penalaran yang sistematis. Setelah instrumen jadi dan ditanyakan kisi-kisinya, peneliti itu tidak dapat menjawab. Hampir dapat dipastikan bahwa instrumen seperti itu tidak ada dasar teorinya. Spontanitas itu seringkali menghasilkan bermacam-macam instrumen, untuk mengukur berbagai variabel. Maksud hati mungkin ingin menerapkan triangulasi, tetapi kurang tepat arahnya. Kalau triangulasi adalah mengukur satu variabel dengan beberapa macam instrumen, dalam instrumen spontan itu mengukur banyak variabel dengan banyak instrumen yang tidak jelas dasar teorinya. Instrumen ”Teh Botol” "Apapun makanannya, minumannya Teh Botol"; begitulah bunyi iklan di televisi. Hal serupa sering terjadi dalam PTK. "Apapun masalahnya, instrumennya tes hasil belajar." Masalah rendahnya motivasi misalnya, instrumennya tes hasil belajar, seperti telah disinggung sebelumnya. Dasar pemikirannya, kalau motivasi meningkat siswa akan belajar lebih aktif sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal itu bisa benar, tetapi bisa juga tidak. Peningkatan hasil belajar itu bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti minat, media, dan tingkat kesulitan soal. Yang jelas teori tentang motivasi berbeda dengan teori tentang hasil belajar. Kalau teorinya berbeda kisi-kisinya harus berbeda, dan instrumennya dengan sendirinya akan berbeda. Jadi mengukur motivasi dengan hasil belajar dapat dikatakan mengukur variabel lain. Kisi-kisi Instrumen Yang paling mudah adalah membuat kisi-kisi tentang hasil belajar; Anda sudah terbiasa melakukannya. Berikut ini diberikan beberapa contoh instrumen untuk mengukur hasil belajar atau pemahaman siswa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 132 Tabel Contoh Kisi-kisi Tes Pemahaman Siswa Menjelaskan Membandingkan Menginferensi Merangkum Mengklasifikasi Memberi Contoh Kompetensi dan Indikator Menginterpretasi Proses Kognitif dan Jumlah Butir Soal PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KD 1 Indikator 1 Indikator 2 KD 2 Indikator 1 Indikator 2 Keterangan: KD = kompetensi dasar Tabel Contoh Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pemahaman Siswa Kompetensi dan Indikator KD 1 Indikator 1 Indikator 2 KD 2 Indikator 3 Sangat Kurang Kriteria Kurang Sangat Baik Baik Interpretasi tentang Indikator 1 Kemampuan klasifikasi tentang indikator 2 Inferensi tentang indikator 3 Kemampuan membandingkan tentang indikator 4 Kemampuan menjelaskan tentang indikator 5 Indikator 4 Indikator 5 Tabel Contoh Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 Indikator Pemahaman Menginterpretasi Memberi contoh Mengklasifikasi Merangkum Menginferensi Membandingkan Menjelaskan Sangat Kurang Kurang Baik Sangat Baik Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang sama, yaitu pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang sama diamati dari berbagai sudut pandang. Instrumen untuk Variabel Bebas? Perlukah variabel bebas (metode yang digunakan) diukur-ukur menggunakan instrumen seperti halnya variabel terikat (variabel yang ditingkatkan)? Marilah kita bandingkan dengan pekerjaan dokter. Apakah yang biasanya diukur oleh seorang dokter, kegiatan minum obat pasien sesuai resep (variabel bebas) atau peningkatan kesehatan pasien (variabel terikat)? Tentu saja yang terakhir. Ketepatan pemakaian metode memang perlu Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 133 diperhatikan dalam PTK, tetapi tidak perlu diukur-ukur menggunakan instrumen. Jika dilakukan, pekerjaan peneliti akan bertambah banyak, yang akan membuatnya stress dan lelah. Setelah selesai penelitian ia akan mengatakan dalam hati: "Sekali ini saja saya melakuan penelitian." Hal ikhwal variabel bebas cukup disampaikan secara naratif di bagian "Pelaksanaan" dari siklus penelitan (yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi). Ada kerugian lain jika variabel bebas diukur-ukur dengan instrumen dan disajikan datanya dalam bentuk tabel-tabel. Benang merah laporan penelitian menjadi kabur dan hasil penelitian sukar dipahami oleh pembaca. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kolaborasi Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan waktu pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru semata pelajaran. Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan proposal dan pembuatan instrumen. Pada saat implementasi, pertemuan dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk membicarakan masalah-masalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana untuk minggu berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus. Kolaborator ekternal adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada penulisan proposal. c. Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan sangat mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal yang esensial telah tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan masalah, dan hipotesis tindakan. Sistematika Proposal Penelitian Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Judul Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian Bab 2 Kajian Pustaka A. Deskripsi Teori B. Hasil Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir D. Hipotesis Tindakan Bab 3 Metodologi Penelitian A. Setting Penelitian B. Metodologi Penelitian C. Siklus Penelitian D. Kriteria Keberhasilan E. Instrumen Penelitian F. Anallisis Data G. Kolaborasi H. Jadual Penelitian Daftar Pustaka Judul PTK Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat tetapi jelas. Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan yang berbeda. Judul harus mengandung variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variable terikat (variabel yang akan ditingkatkan). Contohnya adalah sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 134 “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X Jakarta Melalui Metode Concept Attainment” PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil belajar sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok bahasan kurang perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan “Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK “ sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan, misalnya “Kemagnetan”, seolah-olah metode concept attainment itu hanya berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan, seperti: hasil belajar, motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan siklus akan lebih leluasa, tanpa dibatasi oleh topik. Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca; pertama kali orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya. PTK pada dasarnya adalah sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran. Sejak munculnya PTK orang menganggap bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran inovatif. Hampir semua peneliti PTK memilih judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya cooperative learning sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa. Sayangnya PTK yang mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka kembali ke pembelajaran biasa. Pendahuluan (Bab 1) Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah dapat mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halaman-halaman berikutnya masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya dihindarkan uraian kesana-kemari sampai berhalaman-halaman, dan baru mengemukakan masalah penelitian di bagian akhir. Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda terlihat lebih menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain adalah deskripsi masalah yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A; sifatnya mikro, yaitu tentang pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat penting, masalah mikro itu harus dibingkai dengan masalah makro yang berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa Anda sebagai peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian Anda hanya berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal dua alinea, dan segera disambung dengan masalah mikro yang berupa deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah contohnya. Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi luluan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) melalui Permendiknas Nomor 22 Tahun 2002 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut kompetensi yang tinggi dari para lulusan sekolah menengah. Bersamaan dengan itu dikeluarkan juga Standar Proses yang menuntut proses pembelajaran yang berkualitas, menuju lulusan yang “cerdas dan komprehensif”, sesuai dengan moto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Implikasinya guru harus senantiasa meningkatkan kompetensi agar kualitas pembelajarannya terus meningkat. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga profesional yang dilatih secara khusus melalui pendidikan profesi, untuk mendapatkan sertifikat sebagai pendidik profesional. Salah satu ciri guru profesional adalah bersifat reflektif. Setiap kali melaksanakan pembelajaran ia selalu melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahannya, dan selanjutnya berusaha untuk memperbaiki. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara yang sistematis untuk melakukan refleksi secara intensif dan melakukan perbaikan pembelajaran secara sistematis. Di SMK Negeri X Jakarta nilai mengelola sistem kearsipan Kelas XI Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 135 pada umumnya rendah. Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru, tetapi ketika soal diganti sedikit saja mereka menjadi bingung dan tidak dapat mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang dijelaskan; hal-hal baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi. Pemahamannya barulah sampai di permukaan, belum mendalam. Pada ulangan akhir yang mencakup satu standar kompetensi nilai rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir semester rata-rata juga 5. Hal itu dialami oleh sekitar 60% siswa dalam kelas, terjadi di hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi masalah itu. Guru telah menggunakan alat-alat peraga untuk demonstrasi di kelas. Guru juga sudah menggunakan media Power Point untuk menjelaskan; sekali-sekali penjelasan guru diselingi dengan praktik langung oleh siswa. Tetapi hasilnya belum seperti yang diharapkan. Siswa-siswa yang hasil belajarnya rendah sudah disediakan program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. Tetapi hasilnya juga belum seperti yang diharapkan; siswa yang nilainya rendah cenderung ingin menghindar dari kegiatan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa kurang mantap ketika diterangkan. Kemungkinan contoh-contoh yang diberikan guru kurang banyak sehingga siswa mengalami under-generalization; noncontoh juga tidak disertakan sehingga siswa mengalami over-generalization. Kedua-duanya membuat pemahaman siswa tidak mantap. Perlu dicarikan metode alternatif yang membuat siswa belajar secara mantap. Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada dalam proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal memindahkan ke sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi tidak harus. Inilah contohnya. B. Rumusan Masalah Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan kelas XI SMK Negeri X Jakarta? Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan PTK tidak sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang akan ditingkatkan), tetapi lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu. Ingin “mengetahui peningkatan” mempunyai konotasi “setelah tahu akan selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang kembali ke metode semula setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan” mempunyai arti ingin menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya. Manfaat penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian menjadi labih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah contohnya. C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mengelola sistem kearsipan siswa. D. Manfaat Penelitian Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahamannya. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif, yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan komprehensif. Kajian Pustaka (Bab 2) Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang Anda teliti. Baik variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variabel terikat (yang ditingkatkan) duaduanya harus didukung dengan teori. Ini sejalan dengan ciri seorang profesional, yang setiap tindakannya didukung dengan teori yang sudah mantap. Analoginya dengan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 136 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar dokter, setiap obat yang diresepkan harus didukung dengan teori atau hasil penelitian yang sudah mantap. Jika tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun. Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya dalam penelitian formal. Asumsinya, peneliti PTK adalah guru profesional yang sudah berusaha menerapkan teoriteori yang sudah mantap itu dalam pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana kita ketahui banyak sekali teori-teori yang mantap itu berasal dari negara Barat, yang berbeda budaya dengan kita. Dalam PTK Anda dapat saja menemukan teori yang sama sekali baru—disebut grounded theory—yang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Jadi teori yang dirujuk dalam PTK sifatnya hanya sebagai bahan pertimbangan. Kata “pustaka” digunakan untuk membedakan dengan “teori’ yang bersifat akademis. Pustaka lebih bersifat umum; Undang-Undang dan Peraturan Menteri dapat dimasukkan ke dalamnya. Dokumen-dokumen itu merupakan kebijakan sehingga tidak dapat dimasukkan dalam kategori teori. Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang berkenaan dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda. Gunanya agar temuantemuan yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang dari karakteristik mata pelajaran yang Anda ampu. Sebaiknya penyajian hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung dapat mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini adalah contoh deskripsi teori untuk judul “Peningkatan Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK X Jakarta melalui Metode Concept Attainment”. Bab 2 Kajian Pustaka A. Deskripsi Teori 1. Concept Attainment Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi dengan model concept attainment menurut Uno (2008) dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, dkk. yang yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep. Concept attainment adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep yang sederhana. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih pada pengenalan konsep baru, melatih kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis. Prosedur pembelajarannya melalui tiga tahap yaitu: kategorisasi, penemuan konsep, penyimpulan. Kategorisasi adalah upaya mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Setelah kategori yang tidak sesuai disingkirkan, kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan. Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan concept attainment. 2. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari dalam diri sesorang (individu). Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 137 dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang seperti kelelahan dan pengaruh obat (Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu, pada aspek keterampilan dari tidak mampu menjadi mampu. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Proses belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu: perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), dan mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan menemukan hubungan) antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. 3. Pembelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005) bahwa selama proses pembelajaran terjadi interaksi yang khas antara siswa dan guru, siswa berupaya menyerap informasi dan guru bertugas mendampingi siswa dalam belajar. Dalam filsafat pendidikan modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak dipandang sebagai orang yang tidak tahu, tapi dipandang sebagai orang yang tahu meskipun belum sempurna. Mengelola sistem kearsipan merupakan cabang dari ilmu administrasi perkantoran yang mempelajari tentang ruang lingkup, tujuan dan sistem kearsipan. Dalam standar isi mata pelajaran mengelola sistem kearsipan dijelaskan bahwa pembelajaran dengan mempelajari sistem kearsipan dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai pengalaman dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketereampilan, dan sikap percaya diri. Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia pada masa lampau yang mencakup konsep ruang dan waktu serta perubahan. Dalam standar isi mata pelajaran sejarah dijelaskan bahwa pembelajaran. Kearsipan merupakan pengaturan dan penyampaian warkat/record atas dasar sistem tertentu yang sistematis sehingga apabila diperlukan dapat dengan mudah ditemukan. Di samping itu siswa dapat menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar yang aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menimbulkan suasana yang menyenangkan. Melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan rangkaian pengembangan, pengetahuan dan keterampilan yang menekankan proses berpikir dengan menggunakan ilmu administrasi. Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau perkembangan terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu dapat diperoleh dari jurnal ilmiah. Berbeda dengan buku, jurnal ilmiah menyajikan informasi yang relatif lebih baru. Berikut ini adalah contohnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 138 B. Penelitian yang Relevan Concept attainment didesain untuk memberi latihan pada siswa menganalisis data dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis tanpa menggunakan alat-alat lab. yang merepotkan. Struktur pelajaran induktif membimbing siswa untuk memahami materi pelajaran tahap demi tahap menuju pemahaman yang mendalam atas ide-ide baru dan memberi kerangka berfikir sistematis seiring dengan proses menggabung-gabungkan atribut-atribut esensial dari konsep yan dituju. (Reid, 2010). PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan model concept attainment berbantuan CD Interaktif yaitu X1= 75,83 jauh lebih besar dari kelas yang diajar menggunakan model konvensional yaitu X2 = 67,93. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diperoleh bahwa kelas yang diajar menggunakan model concept attainment berbantuan CD Interaktif lebih baik dari pada kelas yang diajar menggunakan model konvensional (Winasmadi, 2011). Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment berdasarkan buku teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda perlu mengemukakan kerangka berfikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar 2—3 paragraf, untuk meyakinkan pembaca bahwa metode concept attainment memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kerangka berfikir merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang merupakan sintesis dari berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berfikir yang baik dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum Anda menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya: C. Kerangka Berfikir Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari under-generalization atau penyimpulan terlalu sempit. Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu luas. Baik under-generalizatin maupun over-generalization dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa menjadi lemah. Metode concept attainment memberi contoh yang cukup banyak kepada siswa, disertai dengan noncontohnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berfikir secara aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke dalam konsep-konsep yang dipelajari. Karena masing-masing siswa mempunyai pendapat sendiri yang dipercayai kebenarannya, proses pengelompokkan itu akan menimbulkan perbedaan pendapat yang mendorong terjadinya diskusi yang seru dan menyenangkan. Dapat disimpulkan bahwa metode meningkatkan pemahaman siswa. concept attainment akan Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya sama dengan kalimat terakhir kerangka berfikir, yang merupakan kesimpulan. Dalam proposal sederhana yang sudah Anda buat di pasal sebelumnya, sudah terdapat hipotesis tendakan. Anda tinggal memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis tindakan sebaiknya disertai dengan tindakan operasional, yang merupakan operasionalisasi dari hipotesis itu. Analoginya dengan kedokteran, hipotesis tindakan adalah resepnya; tindakan operasional adalah dosis atau aturan minumnya. Inilah contohnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 139 D. Hipotesis Tindakan Metode concept attainment akan meningkatkan hasil mengelola sistem kearsipan siswa kelas XI SMK X Jakarta. belajar Tindakan Operasional: 1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan metode concept attainment. Sejumlah contoh yang berupa nama-nama alat-alat kearsipan diletakkan dalam kolom-kolom yang diberi kata “Ya” dan “Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga nama alat kearsipan lain di masing-masing kolom. Di antara contoh-contoh itu disertai noncontoh. 2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak dan bervariasi. 3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi pemberian PR yang terlalu banyak. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Metodologi Penelitian (Bab 3) Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana sudah disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut dengan: metode penelitian, siklus penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian, analisis data, kolaborasi, dan jadual penelitian. Berikut ini adalah contohnya. Bab 3 Metodologi Penelitian A. Setting Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran mengelola system kearsipan pada semester ke ... tahun ... di SMK X Jakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 32 orang siswa. Sekolah ini merupakan Sekolah Standar Nasional yang berukuran besar, mempunyai 27 kelas. Gurunya 80% berkualifikasi S1 dengan program studi yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Yang sudah memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional sekitar 50%. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan McTaggart yang prosesnya disajikan seperti pada Gambar berikut. Gambar PTK Model Kemmis & McTaggart Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 140 Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga siklus, yang masing-masing terdiri dari: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Tiap siklus minimal akan terdiri dari tiga pertemuan tatap muka sehingga keseluruhan penelitian akan terdiri dari sekitar sembilan pertemuan tatap muka. C. Siklus Penelitian Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara berulang-ulang dalam siklus I, sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka. Pelaksanaan tindakan akan diamati dan dicatat dengan seksama. Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I; demikian juga plan untuk siklus III sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II. D. Kriteria Keberhasilan Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai criteria keberhasilannya tercapai, yaitu skor rata-rata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria ketuntasan minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung sebanyak tiga siklus, akan terus dilanjutkan selama KKM belum tercapai. E. Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa (variable yang ditingkatkan) akan dilakukan dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut: Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kreasi Evaluasi Analisis Aplikasi Kompetensi dan Indikator Pemahaman Proses Kognitif Ingatan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat dilakukan dengan tes. Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan tindakan alternatif atau revised plan, yang akan diterapkan pada siklus II. KD 1 Indikator 1.1 Indikator 1.2 KD 2 Indikator 2.1 Indikator 2.2 Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur juga dengan menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu akan dibuat berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas. Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi, yaitu melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang berbeda. Pengukuran akan dilakukan secara sampling, yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap seluruh siswa akan memakan waktu yang lama; peneliti praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk membimbing siswa secara intensif. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 141 Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel bebas atau tindakan yang diberikan, tidak akan diukur secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global dan fleksibel dengan memperhatikan hal-hal yang penting, yaitu: 1. Kemampuan siswa menambahkan nama alat kearsipan baru pada kolom “ya” dan “Tidak” 2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada pada kolom “Ya” dan “Tidak” 3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas. Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil belajar, tetapi cukup dituliskan secara naratif berupa catatan lapangan, seperti telah disinggung di atas, sebanyak ½--1 halaman tiap akhir pertemuan tatap muka. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar F. Analisis Data Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik deskriptif, seperti rata-rata dan persentase. Peningkatan hasil belajar akan dilihat dari kecenderungan kenaikan skor rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari lembar observasi dan pedoman wawancara akan dianalisis secara kualitatif, kemudian dilihat juga kecenderungannya dari siklus ke siklus. G. Kolaborasi Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran, di SMK X Jakarta. Proses kolaborasi dilakukan pada saat penulisan proposal penelitian dan pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu, kolaborator ikut masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variable bebas atau tindakan dalam PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan penelitian dalam satu minggu, dan merencanakan tindakan untuk minggu berikutnya. H. Jadual Penelitian Tabel Jadual Penelitian No Kegiatan 1 Persiapan a. Menyusun RPP b. Membuat Perangkat Pembelajaran c. Membuat Media d. Menyusun Jadual e. Menyusun Instrumen Pelaksanaan a) Menyiapkan Siklus 1 b) Membuat Laporan Siklus 1 c) Melaksanakan Siklus 2 d) Membuat Laporan Siklus 2 e) Melaksanakan Siklus 3 f) Membuat Laporan Siklus 3 Pelaporan a. Membuat Laporan Gabungan Siklus 1, 2, dan 3 b. Membuat Makalah Seminar c. Seminar hasil penelitian d. Merevisi Laporan 2 3 1 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2 3 4 Minggu Ke 5 6 7 8 9 10 11 P a g e | 142 Berdasarkan Hasil Seminar e. Menulis Artikel Jurnal f. Mengirimkan Artikel Jurnal Ke Pengelola Jurnal PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Berbeda dengan penelitian formal, pada penelitian tindakan kelas laporannya sebaiknya dibuat secara bertahap, per siklus. Maksudnya agar hal-hal yang bersifat kualitatif tidak terlupakan; dengan demikian laporan akan bersifat lebih holistik, melihat berbagai aspek pembelajaran. pembuatan laporan secara bertahap juga akan membuat pekerjaan terasa lebih ringan. Laporan akhirnya lebih berupa kompilasi dari laporan per siklus. Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada dalam proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka hendaknya bersifat asli dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara langsung; baru artinya tahun penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir. Satu atau dua yang usianya lebih dari 10 tahun masih dapat diterima. Anda bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan konsisten. Berikut ini adalah contoh dari daftar pustaka: Daftar Pustaka Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih Bahasa: Soeparno. Bandung: CV Remadja Karya Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science Teacher, Vol. 078 Issue 1 Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo Uno, Hamzah B. (2008). Model Pembelajaran. diakses dari http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/22/concept-attainmentmodel- model-pembelajaran-perolehan-konsep/ tanggal 22 Maret 2012 Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga Kelas VII. Jurnal PP, No. 1 Vol. 2 Desember 2011. d. Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru melalui pengembangan profesi. 1) Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut: SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (KALAU ADA) DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA) DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB 2 KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori B. Hasil Penelitian Yang Relevan C. Kerangka Pikir D. Hipotesis Tindakan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 143 BAB A. B. C. D. E. F. G. H. BAB A. B. BAB A. B. 3 METODE PENELITIAN Settin Penelitian Metodologi Penelitian Siklus Penelitian Kriteria Penelitian Instrumen Penelitian Analisis Data Kolaborasi Jadual Penelitian 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Contoh perangkat pembelajaran 2. Instrumen 3. Personalia 4. Data 5. Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara seminar hasil penelitian) 1) Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut: SAMPUL LAPORAN Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan Nasional HALAMAN PENGESAHAN Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan Nasional ABSTRAK Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya, tujuan, prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 200 kata (ada juga yang menetapkan 250 kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5 kata KATA PENGANTAR Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian. DAFTAR ISI Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai pencantuman nomor halamannya. DAFTAR TABEL Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel. DAFTAR GAMBAR Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan disertai pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah gambar. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses penelitian berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 144 kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya siswa, grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian. BAB 1 – 3 Isi sama dengan proposal Penelitian Tindakan Kelas pada pembahasan sebelumnya. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masing-masing siklus dengan desertai data lengkap beserta aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi ke dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan siklus kedalam suatu ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian yang disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun segi negatifnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar dirujuk dalam naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka dapat bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan internet. LAMPIRAN Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum, silabus, instrumen yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan penelitian dan bukti lain pelaksanaan termasuk berita acara seminar hasil penelitian. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 145 Proposal Penelitian Tindakan Kelas PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI MELALUI METODELATIHAN SECARA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENGETIK MANUALSISWA TINGKAT I ADMINISTRASI PERKANTORANSMK BHAKTI KARYA 1 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 2008/2009 Suatu Penelitian Tindakan Kelas Peneliti :WIWIEK MAFTUHAH JAZIROH, S.Pd. SMK BHAKTI KARYA 1 MAGELANG TAHUN 2 0 0 9 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 146 BAB I PENDAHULUAN PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar A. Latar Belakang Masalah Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuanPendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjutsesuai dengan kejuruannya,agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkankeahlian dan ketrampilan maka harus: memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliandan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan tehnolgi, memiliki etos kerja yang tinggi,dan mampu berkomunikasi sesuai tuntutan pekerjaan serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan tercapainya tujuan tersebut, dikembangkan suatu sistem pendidikan berbasis kompetensi, yaitu sistem pendidikan yang memadukan semua aspek yang saling berkaitan untuk mencapai standar kompetensi skill, knowledge dan ability. Ketrampilan mengetik 10 jari merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa program keahlian Administrasi Perkantoran. Ketrampilan mengetik 10 jari ini mampu menjadi ketrampilan plus bagi siswa dalam memenuhi tuntutan dunia kerja saat ini. Di mana ketrampilan mengetik ini hampir diaplikasikan dalam semua aspek kegiatan di kantor. G.R. Terry dalam penelitiannya terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa waktu kerja dalam perusahaan tersebut dipergunakan untuk 7 macam kegiatan yang pokok dengan perbandingan jatahnya dalam prosentase sebagai berikut: 1) Typing (Mengetik) 24,6 %2) 2) Calculating (Menghitung) 19,5 %3) 3) Checking (Memeriksa) 12,3 %4) 4) Filing (Menyimpan warkat) 10,2 %5) 5) Telephoning (Menelepon) 8,8 %6) 6) Duplicating (Menggandakan) 6,4 %7) 7) Mailing ( Mengirim surat) 5,5 %8) 8) Other (Lain-lain) 12,7 % +100 % Dari hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa mengetik memegang prosentase yang paling besar yaitu 24,6 %. Hal ini berarti bahwa dalam setiap kegiatan yang dilakukan dikantor, selalu berhubungan dengan kegiatan mengetik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengetik sepuluh jari dalam pembelajaran di sekolah. Masalah yang sering dihadapi guru selama ini yaitu, kurang disiplinnya siswa dalam latihan menggunakan 10 jari. Sehingga hanya sebagian siswa saja yang mampu untuk menerapkannya. Padahal ketrampilan mengetik 10 jari ini sebagai ketrampilan dasar bagi siswa program keahlian Administrasi Perkantoran dalam mengikuti kompetensi-kompetensi selanjutnya. Dimana 75%kompetensi yang ada mensyaratkan untuk menyelesaikan semua tugas yang ada dengan mengetik. Apabila siswa telah terampil mengetik 10 jari, secara otomotis siswa mudah dalam menyelesaiakan tugas-tugas di setiap kompetensi tersebut. Ketrampilan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar yang beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang. Ketrampilan mengetik 10 jari dapat diselenggarakan melalui latihan-latihan secara intensif pada setiap pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran mengetik 10 jari, siswa harus selalu diberi latihan-latihan secara intensif, sehingga siswa betul-betul mampu mempraktekkannya dengan baik. Latihan-latihan harus dikelola guru sedemikian rupa sehingga siswa tidak mengalami kebosanan. Dan salah satu cara agar siswa tidak bosan perlu di buat kelompokkelompok dalam latihan. Kelompok yang terbentuk diharapkan mampu untuk mengontrol masing-masing siswa sehingga disiplin saat latihan dapat terjaga dengan baik. Karena siswa harus bertanggung jawab pada kelompoknya. Disini guru hanya mengawasi dan memberikan bimbingan saat siswa mengalami kesulitan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya meningkatkan ketrampilan mengetik 10 jarimelalui metode latihan secara kelompok dalam pembelajaran mengetik manual pada siswa tingkat 1 Administrasi Perkantoran. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 147 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan metode latihan secara kelompok dapat meningkatkan keterampilan mengetik 10 jari siswa dalam pembelajaran mengetik manual? C. Tujuan Penelitian Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan ketrampilan mengetik 10 jari dengan metode latihan secara kelompok. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Meningkatkan keterampilan mengetik 10 jari dalam pembelajaran Mengetik Manual. 2. Bagi Guru Dapat dipakai sebagai pedoman bagi para guru khususnya yang mengajar ketrampilan mengetik 10 jari baik dengan mesin ketik manual maupun komputer dalam memilih strategi alternatif yang cocok sebagai metode pembelajaran dalam merancang program pembelajaran 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian dapat digunakan sebagai khasanah ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian tindakan yang lebih besar lagi lingkupnya di masa mendatang. BAB II LANDASAN TEORI A. KETRAMPILAN MENGETIK 10 JARI 1. Pengertian Ketrampilan Mengetik Ketrampilan atau keahlian (skill) adalah merupakan kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam menghadapi tugas-tugas yang bersifat teknis atau non-teknis. Rais dan Saembodo (1996:18) mengatakan kecakapan, ketrampilan (skill) menunjukkansuatu kecakapan atau ketrampilan dalam melaksanakan kegiatan jasmani dan rohani, kecakapanatau ketrampilan ini diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Begitu juga pernyataan dariTovey, M (dalam Irianto, 2001:76) mengartikan skill tidak hanya berkaitan dengan keahlianseseorang untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat tangible. Selain physical, makna skill jugamengacu pada persoalan mental, manual, motorik, perceptual dan bahkan social abilitiesseseorang. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahawa ketrampilan (skill) adalah kecakapan yangdimiliki seseorang baik teknis maupun non teknis melalui tugas, latihan, dan pengalaman. Mengetik adalah suatu keterampilan yang sangat didambakan oleh setiap orang dalam alammodern, terlebih dalam masa-masa pembangunan. Keterampilan mengetik pada dasarnya dapat dipelajari oleh setiap orang yang telah memiliki dasar pendidikan umum. Kenyataan menunjukkan bahwa telah banyak orang yang dapat mengetik dalam praktek sehari-hari, namun belum semua menguasai atau mempergunakan cara mengetik modern (touch system), sehingga hasil pekerjaan yang diperoleh kurang memuaskan (Djanewar, 1994:11) 2. Keuntungan Mengetik menggunakan Mesin Ketik Manual Dunia usaha dan industri sangat mengharapkan tenaga kerja yang unggul dan berkualitas,dimana setiap tenaga kerja dituntut bekerja secara ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi pada lingkungan kerja, mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahliannya. Denganmenggunakan mesin ketik dalam penyelesaian pekerjaan kantor, akan diperoleh keuntungan: a. Semua pekerjaan kantor dapat diselesaikan dengan cepat, jelas, dan rapi. Sebuah kantor yang belum mempunyai perangkat berteknologi, misalnya komputer, maka untuk menghasilkan berbagai macam dokumen diperlukan mesin ketik manual Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 148 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar sebagai mesin produksi.Berbagai macam kegiatan surat menyurat harus diproduksi melalui mesin ketik manual. Hasildari produk mesin ketik manual dibandingkan dengan tulisan tangan akan jauh lebih cepat, jelasdan rapi. b. Dengan menggunakan kertas karbon, dapat diketik beberapa lembar pekerjaan yang isi dan bentuknya sama.Berkaitan dengan point 1, kalau setiap dokumen diproduksi melalui tangan, maka kuantitashasilnya terbatas. Setiap produksi hanya dihasilkan satu dokumen saja. Berbeda denganmenggunakan mesin ketik manual, maka dengan menggunkan kertas karbon, kuantitas produksi jauh lebih banyak, minimal akan dihasilkan dokumen sejumlah 5 lembar. c. Dengan menggunakan sheet stencil dapat digandakan dalam jumlah yang besar.Dalam suatu kondisi, suatu kantor membutuhkan dokumen dengan kuantitas yang banyak,misalnya 500 lembar, maka dengan menggunakan kertas sheet stencil yang kita produksi melaluimesin ketik manual, maka dokumen dapat digandakan sebanyak yang kita inginkan, selamakertas sheet stensil belum rusak. d. Ada beberapa pekerjaan yang lebih cepat atau hanya bisa dikerjakan dengan mesin ketik manual.Sebuah kantor yang dokumen-dokumennya sudah tersedia, misalnya formulir, faktur dansebagainya, dimana dalam dokumen tersebut terdapat tabel-tabel, garis-garis dan isian-isian,maka akan sulit apabila dikerjakan dengan komputer, karena untuk mengisi kolom-kolomtersebut harus mengukur dengan cermat. Oleh karena itu bila dikerjakan oleh komputer akanmembutuhkan waktu yang banyak. Dengan demikian agar pekerjaan lebih cepat, jelas dan rapi, maka mesin ketik manual sebagai andalannya. e. Sumber daya manusia merupakan sumber energi yang lebih murahTeknologi komputer digerakkan oleh sumber tenaga listrik. Tentunya sumber tenaga ini akanmemberikan tambahan pengeluaran bagi suatu kantor. Berbeda dengan mesin ketik manual,sumber tenaga yang menggerakkan adalah manusia, sehingga kantor atau instansi tidak perlumengeluarkan biaya tambahan itu. Selain itu, apabila suatu saat tenaga listrik padam, makakomputer tidak bisa dioperasikan seperti halnya mesin ketik manual. f. Sebagai dasar dalam mengetik menggunakan Komputer Seorang pegawai kantor yang terampil dalam mengetik 10 jari dengan menggunakan mesin ketik manual akan sangat bermanfaat ketika mereka mengerjakan tugas-tugas dengan komputer.Ketrampilan yang dimiliki akan sangat mendukung kinerja, kualitas dan kerja mereka. 3. Teknik atau metode mengetik. Teknik atau metode mengetik ada tiga, yaitu: a. Mengetik 10 Jari Mengetik 10 jari merupakan teknik mengetik dengan memanfaatkan semua jari tangan. Setiap jari mempunyai tugassendiri yang harus dilatih satu demi satu dan berkelanjutan, sehingga jari tersebut secaramaksimal dan optimal dapat bekerja dengan baik. b. Mengetik Sistem ButaYaitu mengetik tanpa melihat papan huruf atau hasil ketikan pada mesin ketik. Pandangan mataterarah pada naskah yang terletak di sebelah kanan mesin ketik. c. Mengetik BeriramaYaitu jarak setiap entakan berikut spasi harus sama, sehingga semua entakan menimbulkan bunyiyang berirama. Untuk dapat mengetik berirama harus sering menggunakan alat musik.Dari ketiga teknik mengetik di atas yang baik dan sesuai dengan kecepatan dalam menghasilkandokumen adalah dengan mengetik 10 jari 4. Sikap Duduk Pada Saat Mengetik Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik pada saatmengetik, antara lain: a. Duduklah tegak dengan punggung bersandar pada kursi, kepala lurus, dan selalu memandangkepada bahan/naskah, dan sekali-kali pada hasil pekerjaan. b. Kaki tidak boleh menggantung, tetapi harus menapak di lantai berdampingan tidak merapat.Sekali-kali jangan disandarkan sandaran kaki di bawah meja. Kaki dapat disandarkan padasandaran kaki bila posisi kaki dpat membentuk siku-siku. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 149 c. Lengan dari bahu sampai siku-siku harus rapat dengan badan dan dari siku mjendatar sampai pergelangan tangan. Sikap ini harus wajar dan santai, atau duduknya dan menggantungnyatangan itu terasa enak. d. Jari-jari harus melengkung dengan lemas dan terletak pada tuts basis. e. Kedua ibu jari punggungnya saling berdampingan dan siap untuk melakukan entakan pada bilah spasi. f. Kepala dalam sikap bebas untuk melihat ke naskah yang akan diketik. g. Mata selalu harus melihat pada naskah yang sedang diketik. 5. Penempatan Jari-jari Pada Papan Tuts Tangan Kiri Jari Kelingking : Baris Pertama : 1 Baris Kedua : Q Baris Ketiga : A Baris Keempat: Z dan Shift Key PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Jari Manis : Baris Pertama : 2 Baris Kedua : w Baris Ketiga : S Baris Keempat: X Jari Tengah : Baris Pertama : 3 Baris Kedua : E Baris Ketiga : DBaris Keempat: C Jari Telunjuk : Baris Pertama : 4 dan 5 Baris Kedua : R dan T Baris Ketiga : F dan G Baris Keempat: V dan B Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi Tangan Kanan Ibu Jari : Baris Kelima : Spasi Jari Telunjuk : Baris Pertama : 6 dan 7 Baris Kedua : Y dan U Baris Ketiga : H dan J Baris Keempat: N dan M Jari Tengah : Baris Pertama : 8 Baris Kedua : I Baris Ketiga : K Baris Keempat: , Jari Manis : Baris Pertama : 9 Baris Kedua : O Baris Ketiga : L Baris Keempat: . Jari Kelingking : Baris Pertama : 0 Baris Kedua : P Baris Ketiga : ; Baris Keempat: / dan Shift Key B. METODE DRILL (LATIHAN) SECARA KELOMPOK 1. Metode Drill (latihan) Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telahdipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 150 berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan. Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar. Drill wajar digunakan untuk: a. Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangandan sebagainya). b. Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode latihan (drill), antara lain: a. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapatmengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan. b. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan. c. Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. d. Selingilah latihan agar tidak membosankan. e. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara klasikalsedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula. Kelebihan dan kelemahan Metode latihan (drill) antara lain: Kelebihan : a. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang. b. Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah dibiasakan. c. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat danmenggunakan alat-alat. d. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. e. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. f. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat Kelemahan : a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yangmonoton dan mudah membosankan. d. Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti) 2. Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok sangatlah tepat digunakan apabila guru bermaksud memupuk kerja sama dan kegotongroyongan di antara siswa dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai metode, kerja kelompok dapat dibentuk dengan dasar, sebagai berikut: a. Pengelompokan berdasarkan atas perbedaan individual dalam kemampuan belajar, misalnyadalam satu kelompok terdiri dari anak pandai, sedang dan kurang pandai. b. Pengelompokan atas dasar perbedaan individual dalam minat belajar, misalnya satu kelompok terdiri dari siswa-siswa yang senang olahraga, kelompok lain terdiri dari yang senang kesenian. c. Pengelompokan atas dasar fasilitas yang tersedia. d. Pengelompokan atas dasar peningkatan partisipasi. Cara ini dimaksudkan untuk merangsang setiap siswa agar ikut serta dalam memecahkan masalah dalam hubungan kelompok dan kegotongroyongan. e. Pengelompokan atas dasar pembagian pekerjaan. Penyampaian bahan pelajaran dengan mempergunakan metode kerja kelompok dapat dilakukan sebagai berikut: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 151 a. Langkah pendahuluan Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut: 1) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan jenis kegiatan. 2) Membagi kelas dalam beberapa kelompok. 3) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang harus dikerjakan dancara-cara mengerjakannya. 4) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok. b. Langkah Pelaksanaan Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling memberikan bimbingan dan pengawasan. c. Langkah Penutup Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya. Kelompok lainnya menanggapi.(Drs. H. Mansyur, 1995:136-137) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pembelajaran secara kelompok kecil mempunyai keuntungan dan kerugian, antara lain: Keuntungan : 1) Mempermudah komunikasi 2) Meningkatkan interaksi 3) Mendorong keterlibatan 4) Mendorong untuk membantu orang lain dan menerima tanggung jawab 5) Melatih kemampuan bernegosiasi 6) Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan 7) Mengembangkan rasa perlu berbagi pendapat 8) Meningkatkan kerjasama 9) Memungkinkan variasi pembelajaran 10) Guru berkesempatan untuk mengamati, mendengarkan dan mendiagnosis siswa. Kerugian 1) Membuat siswa tidak bergairah 2) Membuang waktu jika kemampuan bekerja kelompok kurang 3) Membuang waktu jika mengenalkan konsep baru 4) Mengesampingkan kebutuhan anak pandai dan kurang dari kebutuhan kelompok 5) Mengesampingkan penguasaan materi dari ketrampilan kerja kelompok 6) Anak pandai mendominasi anak kurang Seperti yang sudah kita semua ketahui, saat banyak orang melakukan kegiatan baik bersama,akan dihasilkan suatu pencapaian positif yang besar. Satu orang tidak dapat berbuat banyak sebagai individu, tapi kelompok dapat melakukan banyak hal. Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar yang beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang. Belajar kelompok mempunyai tujuan agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama, terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama. Melatih anak belajar kelompok, berarti juga menyiapkan anak untuk menjadi dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Dalam kenyataan sehari-hari, yang membuat manusia sukses adalah kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Dari pembahasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pencapaian keterampilan mengetik 10 jari siswa perlu diberikan latihan-latihan yang efektif agar siswa mampu untuk menggunakan metode 10 jari dalam mengetik. Latihan-latihan dibuat bervariasi agar tidak menimbulkan kebosanan bagi setiap siswa. Karena latihanlatihan yang monoton akan membuat siswa kurang tertantang dan pada akhirnya siswa akan mengalami minimnya kreativitas dalam menyelesaikan setiap tugas dari guru. Oleh karena itu pada pembelajaran mengetik manual khususnya, latihan-latihan mengetik 10 jari perlu dibuat kelompok kerja. Dimana siswa dikelompokkan menurut tingkat kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap siswa sehingga setiap siswa akan timbul persaingan dalam latihan. Masing-masing kelompok kerjadiberi tugas untuk menyelesaikan soal latihan untuk menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan batas Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 152 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar waktu yang telah ditentukan. Sebelum siswa memulai latihan, guru terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dilatihkan. Setelah siswa jelas dengan materi yang disampaikan guru, guru kemudian memberikan soal latihan untuk diselesaikan. Guru mengawasi siswa saat latihan, dan memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Setelah latihan selesai masing-masing kelompok mengevaluasi kerja setiap anggotanya. Evaluasi ini meliputi, sejauh mana siswa mampu menyelesaikan tugas latihannya dengan standar waktu yang ditentukan, seberapa banyak kesalahan ketik yang dilakukan setiap siswa dalam kelompok tersebut. Hasil latihan ini digunakan sebagai tolok ukur pada saat latihan berikutnya. Sehingga latihan berikutnya targetnya harus lebih baik dari sebelumnya, yaitu hasil ketikan rapi, benar (tingkat kesalahan ketik kecil)dan cepat. Dengan latihan secara kelompok seperti ini, siswa mampu mengontrol sendiri sampai sejauh mana tingkat kemampuan mengetik 10 jarinya dibandingkan dengan kemampuan yang diperoleh teman dalam satu timnya. Jika terdapat siswa yang masih belum mampu menyesuaikan dengan kelompoknya, siswa tersebut kemudian dipindah ke kelompok lain. Sehingga dengan demikian siswa benar-benar tertantang untuk bisa menyesuaikan diri dengan kelompoknya yang baru. C. HIPOTESIS TINDAKAN Apabila kepada siswa diberikan pembelajaran dengan metode latihan secara kelompok sesering mungkin saat mengetik, maka siswa akan mampu mengetik 10 jari dengan terampil. BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Toggart, dimana pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat langkah yaitu: a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan b. Melaksanakan tindakan dan pengamatan/pemantauan/monitoring c. Refleksi hasil pengamatan d. Perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya 2. Latar Belakang Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SMK Bhakti Karya 1 Magelang, Jawa Tengah yang mempunyai jumlah siswa siswa dengan jumlah kelas I ada 5 kelas, kelas II ada 5 kelas, dan kelasIII ada 5 kelas. Sedangkan jumlah guru seluruhnya sebanyak 33 guru. 3. Subyek Penelitian Penelitian tindakan dilakukan pada siswa kelas 1, Program Keahlian Administrasi Perkantoran dengan jumlah siswa 32 siswa. Selain itu dilakukan juga pada guru Mengetik di kelas tersebut. Obyek Penelitian adalah Keterampilan dan Pembelajaran. 4. Faktor yang Diteliti Ada beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Faktor-faktor tersebutadalah: a. Faktor siswa Mengamati ketrampilan siswa dalam latihan mengetik 10 jari. b. Faktor Guru Mengamati cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaannya di dalam kelas. Apakah sudah mencakup cara belajar dengan metode latihan secara kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 5. Cara Pengumpulan Data a. Sumber Data Sumber data untuk Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu Siswa di Kelas 1 Administrasi Perkantoran, SMK Bhakti Karya 1 Magelang, dan Guru Mata Pelajaran Mengetik di Kelas tersebut. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 153 b. Jenis Data Hasil belajar dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. c. Cara Pengumpulan Data 1) Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan soal latihan praktek harian (Job sheet). Hasil dari latihan tersebut kemudian dianalisa. 2) Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya penelitian tindakan diambildengan menggunakan lembar observasi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar B. PROSEDUR PENELITIAN 1. Langkah pendahuluan Pada langkah pendahuluan ini perlu mempersiapkan hal-hal berikut: a) Identifikasi pokok dan sub pokok bahasan serta menentukan bentuk dan jenis kegiatan. b) Membagi kelas dalam beberapa kelompok. c) Memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang tujuan, hal-hal yang harus dikerjakan dancara-cara mengerjakannya. d) Mengadakan pembagian kerja bagi masing-masing kelompok. 2. Langkah Pelaksanaan Masing-masing kelompok melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada kelompok. Pada saat kelompok sedang bekerja guru berkeliling memberikan bimbingan dan pengawasan. 3. Langkah Penutup Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya dan mengevaluasi hasil kerja kelompoknya tersebut. Dari hasil latihan siswa tersebut, kemudian guru menganalisa tingkat kecepatan dan ketelitian dalam mengetik setiap siswa sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan guru. Sebagai contoh: Latihan Mengetik Kecepatan hingga 80 hentakan per menit dengan tingkat ketelitian 95%. Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan yang telah diperoleh dalam latihan tersebut. Untuk siswa-siswa yang belum memenuhi strandar kecepatan dan ketelitian, diberi latihan yang sama, dan dijadikan satu dalam satu kelompok. Siswa yang telah memenuhi standar kecepatan dan ketelitian diberi latihan yang berbeda sehingga ketrampilan mengetik 10 jarinya terus meningkat. Sumber : Wiwiek Maftuhah Jaziroh. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas. http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas. Date 1 February 2011. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar From P a g e | 154 BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 3 ADMINISTRASI PERKANTORAN A. Proses Ketrampilan Dasar Komunikasi Di Tempat Kerja PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. Uraian Materi a. Mengapa Kita berkomunikasi? Mengapa kita berkomunikasi? Apakah fungsi komunikasi bagi manusia? Pertanyaan itu begitu luas, bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga tidak mudah kita jawab. Akan lebih baik jika pertanyaan tersebut kita ubah menjadi “Apa yang mendorong kita berkomunikasi?” “Manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari komunikasi?” Everett M.Rogers menyatakan komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian. Dalam makna yang sederhana, komunikasi adalah proses bertukar pengertian. Gordon I Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang di perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Thomas M Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan utama kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita. Melihat pada fungsi komunikasi diatas menunjukkan betapa pentingnya komunikasi untuk membina hubungan yang baik. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama kita sebagai manusia adalah menjalin hubungan sosial untuk memperoleh rasa aman melalui rasa memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima persahabatan. b. Elemen-elemen Dalam Model Komunikasi Komunikasi merupakan faktor utama dalam perekonomian berbasis pengetahuan yang kini sedang berkembang dan merupakan pertimbangan pokok bagi siapa pun. Apa itu komunikasi? Dalam konteks kita, komunikasi adalah pengiriman informasi dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lainnya. Elemen penting dalam komunikasi adalah makna. Proses komunikasi dikatakan berhasil jika penerima memahami suatu ide sebagaimana maksud pengirim. noise noise noise encoding noise Medium noise decoding message noise feedback Gambar Simple Communication Models Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 155 Memprediksi pengaruh dari sebuah pesan dan menyesuaikan pesan untuk seorang penerima merupakan faktor kunci bagi keberhasilan komunikasi. 1) Pengirim Mempunyai Ide. Proses komunikasi dimulai ketika pengirim mempunyai sebuah ide atau pesan. Bentuk dari ide atau pesan akan dipengarui oleh beberapa faktor kompleks pada diri si pengirim: suasana hati, bingkai referensi latar belakang budaya dan keadaan fisik. 2) Pengirim Mengodekan Ide Dalam Pesan (encoding). Tahap berikutnya dalam proses komunikasi adalah mengodekan (encode). Pada tahap ini, mengubah ide ke dalam kalimat atau isyarat yang akan menyampaikan makna. Masalah utama dalam mengkomunikasikan pesan secara lisan adalah kata-kata (pesan) mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Mengkomunikasikan Pesan Secara Lisan Sumber : DjokoPurwanto. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. 3) Pesan Berpindah Melalui Saluran (Channel). Media yang digunakan untuk mengirim pesan disebut ”saluran atau channel”. Pesan dapat disampaikan melalui komputer, telepon, ponsel, surat, memo, situs web dan lain-lain. Saluran dapat mengirimkan pesan secara verbal dan non verbal, maka pengirim harus memilih saluran dan membentuk pesan dengan teliti. Semua yang menganggu pengiriman pesan dalam proses komunikasi disebut ”hambatan” atau ”gangguan” (noise). Gangguan bisa datang dari luar dan dalam diri pelaku komunikasi, sehingga menyebabkan pesan tidak sampai atau bahkan terjadi kesalahpahaman. 4) Penerima Menguraikan Pesan (decoding). Individu kepada siapa pesan diperuntukkan disebut penerima (receiver). Menerjemahkan pesan dari bentuk simbol menjadi bermakna melibatkan proses penguraian (decoding). Komunikasi terjadi jika penerima pesan memahami pesan yang dikirim oleh pengirim yaitu berhasil menguraikan pesan 5) Umpan Balik Diberikan ke Pengirim (feedback). Umpan balik penerima pesan berupa respon verbal dan nonverbal merupakan bagian penting dalam proses komunikasi. Umpan balik membantu pengirim mengetahui pesan telah diterima dan dipahami oleh penerima. c. Karakteristik Komunikasi yang Efektif Untuk menjadikan pesan menjadi efektif, buatlah pesan tersebut praktis, faktual, padat, jelas mengenai apa yang diharapkan dan persuasif: 1) Sediakan informasi yang praktis. Berilah para penerima tersbut informasi yang bermanfaat, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu mereka dalam melaksanakan sebuah kegiatan atau memahami kebijakan baru organisasi. 2) Berikan fakta bukan kesan. Gunakan kalimat konkret detail yang spesifik dan informasi yang jelas, akurat dan etis. 3) Perjelas dan padatkan informasi. Berikan pokok-pokok informasi yang penting daripada memberikan semua informasi pada penerima pesan. 4) Nyatakan tanggung jawab dengan tepat. Tulislah pesan-pesan yang menghasilkan respon spesifik dari penerima tertentu. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 156 5) Bujuk orang lain dan tawarkan rekomendasi. Tunjukkan pada para penerima pesan secara tepat bagaimana mereka akan mendapat manfaat dengan memberikan respon atau pesan Anda sesuai PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar d. Tipe Komunikasi Tipe komunikasi dikategorikan menjadi 5 tipe berdasarkan sudut pandang dan pengalaman dari masing-masing pakar yaitu : 1) Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri sendiri atau komunikasi dengan diri sendiri. 2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka disebut komunikasi diadik. Fungsi komunikasi antarpribadi untuk meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi pertentangan (konflik) pribadi dan pengalaman dengan orang lain. 3) Komunikasi kelompok Kecil (small group communication) adalah komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara bertatap muka atau menggunakan sebuah saluran (alat) untuk membantu interaksi satu dengan yang lain. 4) Komunikasi massa (mass communication) adalah proses komunikasi dimana pesan dikirim dari sumber lembaga kepada khalayak yang bersifat massal melalui alat-alat mekanis seperti televisi, radio dan surat kabar. Komunikasi massa berfungsi menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan dan menciptakan kegembiraan. 5) Komunikasi publik (public communication) adalah proses komunikasi pidato, kolektif, retorika. Komunikasi berfungsi menumbuhkan semangat kebersamaan, mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur. e. Bentuk Dasar Komunikasi Komunikasi bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya percakapan melalui telepon, mendengarkan radio dan sebagainya. Bentuk dasar komunikasi ada dua yaitu : 1) Komunikasi Verbal a) Berbicara dan menulis b) Mendengar dan membaca 2) Komunikasi Nonverbal a) Emblems adalah sebuah isyarat yang memberikan makna langsung pada 157ymbol yang dibuat oleh gerakan tubuh (mengangkat jempol berarti terbaik untuk orang Indonesia tetapi terjelek untuk orang India). b) Illustrators adalah gerakan tubuh ketika ingin memperjelas sesuatu (besarkecilnya obyek). c) Kinesics adalah gerakan tubuh. d) Affect display adalah isyarat yang terjadi dikarenakan adanya dorongan emosional (ekspresi muka seperti menangis dan tertawa). e) Regulators adalah gerakan tubuh yang terjadi di daerah kepala (menggeleng atau mengangguk). f) Adaptory adalah gerakan tubuh sebagai tanda kekesalan (menggerutu dan menarik napas). g) Gerakan mata mencerminkan isi hati seseorang. h) Sentuhan adalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. i) Paranguage adalah isyarat yang diakibatkan oleh intonasi atau volume seseorang saat berbicara. j) Diam merupakan suatu komunikasi nonverbal yang memiliki arti yang luas. k) Postur tubuh menggambarkan karakter atau kepribadian seseorang secara berbeda. l) Warna dapat memberikan arti terhadap suatu objek. m) Bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai benda seperti lonceng dan tepuk tangan. n) Bau dapat digunakan untuk melambangkan status seperti bau kosmetik. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 157 Gambar Komunikasi Nonverbal Sumber: Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. f. Menyimak (Listening) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Pada umumnya, ketika berkomunikasi (proses komunikasi) orang akan lebih menekankan perhatian pada keterampilan berbicara. Namun, sebaiknya orang juga memiliki keterampilan menyimak. Dalam proses komunikasi, menyimak merupakan aspek yang sangat penting. Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas yang bersifat fisik dimana seseorang menerima, memperhatikan serta memahami suara. Menyimak secara efektif merupakan aktivitas aktif dari pikiran seseorang, bukan hanya sekedar mendengarkan suara (aktivitas pasif). Jadi, perbedaan yang mendasar antara menyimak dengan mendengarkan yaitu menyimak memerlukan konsentrasi penuh agar dapat menginterpretasikan pesan yang didengar dengan baik kemudian memberikan umpan balik. Sedangkan mendengar, hanya mendengarkan secara sekilas dan tidak memberikan umpan balik. g. Proses Menyimak Terdapat 6 (enam) tahap dalam proses menyimak, yaitu: 1) Mendengarkan (hearing) merupakan aktivitas fisik dimana seseorang menerima pesan (suara) melalui indra pendengaran. 2) Memperhatikan (attention) merupakan perasaan seseorang secara terus menerus dipengaruhi oleh berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal dari luar. Suatu rangsangan yang kuat biasanya mendapat perhatian dengan segera. 3) Memahami (understanding). Kedua tahap diatas belum memberikan makna atau arti terhadap pesan. Pada tahap memahami pesan yang dikirim (dilihat maupun didengar) orang mulai akan memberi makna. 4) Mengingat (remembering) merupakan tahap menerima pesan yang dikirimkan dan diinterpretasikan kemudian disimpan dalam ingatan. Jika diperlukan pesan akan dikeluarkan lagi dari ingatan. 5) Mengevaluasi (evaluating) merupakan tahap mempertimbangkan pesan yang diterima antara fakta dan opini. Pada tahap ini penerima pesan (pendengar) akan melakukan pertimbangan berkaitan dengan pesan yang diterima. 6) Menanggapi (responding). Tahap terakhir adalah merespon atau menanggapi pesan dengan cara memberikan umpan balik dapat berupa komunikasi verbal atau nonverbal. h. Kemampuan Menyimak Di Tempat Kerja 1) Mengontrol gangguan eksternal dan internal. Secara eksternal, carilah tempat dimana Anda bisa menyimak tanpa kebisingan yang dapat menyebabkan percakapan terganggu. Secara internal cobalah untuk fokus sepenuhnya pada pembicara. 2) Terlibat secara aktif. Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dengan baik (agak mencondongkan badan dan menjaga kontak mata). 3) Pisahkan fakta dari opini. Fakta adalah kebenaran yang diketahui ada, sedangkan opini adalah pernyataan dari penilaian preferensi pribadi. 4) Identifikasi fakta-fakta penting. Pada saat mendengarkan, Anda harus dapat memilih informasi yang penting atau tidak penting. 5) Jangan menyela. Bila seseorang sedang berbicara jangan menyela dengan jawaban atau opini dengan cepat. Jika Anda menyela dapat menghalangi Anda mendengarkan pesan secara lengkap. 6) Mengajukan pertanyaan penjelas. Pendengar yang baik menunggu saat yang tepat dan kemudian mengajukan pertanyaan tidak menyerang pembicara. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 158 i. Jenis Mendengarkan Di Tempat Kerja 1) Mendengarkan pimpinan meliputi mendengarkan intruksi, penugasan dan penjelasan prosedur kerja 2) Mendengarkan karyawan meliputi ide karyawan, mendorong kreativitas, membangun loyalitas dan komitmen 3) Mendengarkan pelanggan dan stake holder berorientasi pada pelayanan sehingga dapat meningkatkan produktifitas, keuntungan dan penjualan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar j. Kendala Komunikasi Antar Pribadi Agar dapat saling memahami maka pengirim dan penerima pesan harus memiliki pengertian yang sama. Kendala komunikasi antar pribadi yaitu: 1) Perbedaan persepsi dan bahasa. Terjadi ketika kesalahan atau perbedaan mengartikan pesan dalam proses komunikasi. 2) Bingkai referensi yang berbeda. Bingkai referensi dibentuk oleh manusia berdasarkan kombinasi pengalaman, pendidikan, budaya, harapan, agama dan unsur lainnya. Hal ini akan mengakibatkan munculnya dugaan (prasangka) dan harapan yang kita ciptakan sendiri ke dalam suatu komunikasi. 3) Pendengaran yang buruk. Kendala yang terjadi dari kondisi seseorang seperti melamun, mengantuk, tidak tertarik atau lelah. 4) Gangguan. Kendala lain meliputi keterlibatan emosional dan gangguan fisik (bermasalah dengan pendengaran) k. Cara Mengatasi Kendala Komunikasi Beberapa cara untuk mengatasi kendala dan memperbaiki komunikasi agar menjadi efektif adalah : 1) Menjaga dan memelihara iklim komunikasi terbuka. Iklim komunikasi merupakan campuran dari nilai, tradisi dan kebiasaan. 2) Memegang teguh etika berkomunikasi. 3) Memahami kesulitan komunikasi lintasbudaya. 4) Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima pesan. 5) Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk mendapat dan membagi informasi. 6) Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : a) memahami penerima pesan b) menyesuaikan pesan dengan penerima c) mengembangkan dan menghubungkan gagasan d) mengurangi jumlah pesan l. Pola / Prosedur Komunikasi Pada kenyataannya semua organisasi pasti berkomunikasi dengan berbagai pihak (khalayak) untuk mencapai saran dan tujuannya, oleh karena itu sebaiknya organisasi menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Bagi organisasi berskala kecil, yang hanya memiliki sedikit pegawai, maka proses penyampaian informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para pegawai tersebut. Beda halnya dengan organisasi berskala besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan pegawai, maka proses penyampaian pesan atau informasi kepada mereka menjadi cukup rumit. Secara umum, pola komunikasi dalam organisasi dapat dikelompokkan menjadi saluran komunikasi formal dan non-formal. 1) Saluran Komunikasi Formal Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, terlihat berbagai jenis posisi atau kedudukan yang masing-masing memiliki kejelasan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan, ataupun dari manajer ke pegawai, pola pengiriman pesan atau informasi dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), komunikasi dari bawah ke atas (upward communication), komunikasi horisontal (horizontal communication) dan komunikasi diagonal (diagonal communication ). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 159 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar a) Komunikasi dari Atas ke Bawah Secara sederhana, pengiriman pesan atau informasi dari pimpinan ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah (topdown/downward communication). Alur komunikasi dari atasan ke bawahan tersebut biasanya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam organisasi. Contohnya ketika seorang pimpinan, menggunakan jalur komunikasi ke bawah dengan maksud untuk memberikan pengarahan, pengkoordinasian atau pengendalian beberapa pekerjaan pada tingkat atau level bawah. Pada dasarnya komunikasi dari atas ke bawah dapat dikategorikan sebagai perintah, intruksi, dan prosedur yang harus dilaksanakan oleh para bawahan, oleh karena itu diperlukan satu bahasa yang sama, sederhana, dan mudah dimengerti dan dipahami. Komunikasi ke bawah dapat menggunakan bentuk komunikasi tulisan dan lisan. Contoh komunikasi ke bawah yang berbentuk tulisan adalah notes, news letter, madding, kotak informasi dan pengumuman. Sedangkan contoh komunikasi lisan adalah pertemuan tim kerja, percakapan formal dan informal, dan wawancara formal antara pimpinan dengan pegawai. Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu: i. Memberi pengarahan atau instruksi kerja. ii. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. iii. Memberi informasi tentang prosedur dan praktek organisasional. iv. Memberi umpan-balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan. v. Menyajikan informasi mengenal aspek ideologi yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. Salah satu kelemahan dari saluran komunikasi ke bawah ini adalah dapat terjadi penyaringan pesan atau informasi penting sebelum disampaikan kepada para pegawai (bawahan). Dengan kata lain, pesan atau informasi yang diterima para bawahan menjadi tidak lengkap atau tidak jelas. Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Manajer Produksi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Manajer Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pendanaan Karyawan Gambar Bagan Komunikasi ke Bawah Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 160 b) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Komunikasi dari Bawah ke Atas Dalam struktur organisasi, komunikasi ke atas (bottom-up/upward communication) berarti alur pesan atau informasi berasal dari bawah menuju ke atas. Pesan atau informasi berasal dari para pegawai selanjutnya disampaikan ke divisi pemasaran, ke manajer penjualan, dan akhirnya ke manajer umum. Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam organisasi dan dalam hal pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Sebaiknya, seorang pimpinan selalu mendengar dan memperhatikan aspirasi atau masukan yang berasal dari bawah (pegawai). Dengan kata lain, partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi. Para pimpinan harus mempunyai kepercayaan kepada para pegawainya sehingga akan tercapai keberhasilan komunikasi ke atas. Jika pimpinan tidak percaya maka pesan atau informasi yang disampaikan pegawai menjadi tidak berguna, yang terjadi munculnya perasaan curiga atau ketidakpercayaan terhadap setiap pesan atau informasi tersebut. Salah satu kelemahan komunikasi ke atas adalah ada kemungkinan bawahan (pegawai) hanya menyampaikan pesan atau informasi (laporan) yang bagus-bagus saja, tidak sesuai dengan faktanya. Seringkali terjadi dimana pegawai berusaha untuk menyembunyikan informasi yang dapat memberikan kesan buruk atau tidak disenangi oleh pimpinan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi dikarenakan para pegawai berasumsi bahwa dengan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik saja, ia dapat menjaga atau menyelamatkan posisinya, namun tidak menyelesaikan permasalahan. Jika seorang bawahan (pegawai) menyampaikan pesan atau informasi yang tidak baik seperti munculnya kemunduran target penjualan, mogok kerja beberapa buruh, kegagalan pelayanan pelanggan, tingginya keluhan pelanggan, menumpuknya hutang, dan sejenisnya dalam suatu organisasi, maka berarti kinerja atau prestasi kerja pegawai yang ada di divisi atau bidang tersebut tidak baik. Seorang bawahan (pegawai) biasanya tidak ingin kinerja atau produktivitas dinilai tidak berhasil, sehingga mereka memilih tidak melaporkan kegagalan tersebut sama sekali. Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Manajer Produksi Bagian Penelitian Bagian Pabrik Manajer Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pendanaan Karyawan Gambar Bagan Komunikasi ke Atas Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 161 c) Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal (komunikasi lateral) merupakan proses komunikasi yang terjadi antara divisi-divisi yang memiliki tingkatan sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Salah satu maksud dan tujuan komunikasi horizontal adalah melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberi informasi kepada bagian atau departemen/divisi/bagian yang memiliki kedudukan sejajar. Pada dasarnya pimpinan harus saling bertukar pesan atau informasi dengan rekan kerja dari departemen/divisi/bagian yang berbeda, terutama apabila sedang menghadapi permasalahan dalam organisasi. Komunikasi horizontal berfungsi untuk koordinasi di antara pimpinan yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di antara beberapa departemen. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Manajer Produksi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Manajer Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pendanaan Karyawan Gambar Bagan Komunikasi Horizontal / Lateral Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. d) Komunikasi Diagonal Bentuk komunikasi diagonal sedikit berbeda dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal (diagonal communication) melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda. Contohnya komunikasi formal antara pimpinan produksi dengan divisi penjualan, antara bagian sumber daya manusia dengan divisi diklat, dan antara pimpinan keuangan dengan bagian promosi. Bentuk komunikasi diagonal memang menyimpang dari bentuk-bentuk komunikasi tradisional yang ada, seperti komunikasi dari bawah ke atas dan komunikasi dari atas ke bawah. Suatu studi penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa baik komunikasi lateral maupun komunikasi diagonal lebih banyak diterapkan dalam suatu organisasi yang berskala besar dimana terdapat saling ketergantungan yang cukup besar (interdependence) antara bagian-bagian atau departemendepartemen dalam organisasi tersebut. Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah: i. Penyebaran pesan atau informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional. ii. Memungkinkan individu dari berbagai divisi atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 162 Selain memiliki kekuatan, komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satunya adalah komunikasi diagonal dapat menghambar alur komunikasi rutin dan telah berjalan normal dalam suatu organisasi. Serta, komunikasi diagonal dalam organisasi yang berskala besar sulit dikendalikan secara efektif. Manajer Umum Manajer Pemasaran PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bagian Penjualan Bagian Promosi Manajer Produksi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Manajer Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pendanaan Karyawan Gambar Bagan Komunikasi Diagonal Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. e) Keterbatasan Komunikasi Formal Walaupun saluran komunikasi formal memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi berskala besar, namun komunikasi formal memiliki dampak yang merugikan, baik dari sudut pandang perseorangan maupun organisasi. Dilihat dari sudut pandang perseorangan, komunikasi formal sering menyebabkan rasa kecewa atau tidak puas bagi pihak tertentu, dikarenakan keterbatasannya untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan organisasi. Dalam struktur organisasi berskala besar, untuk melakukan komunikasi dengan pimpinan puncak harus terlebih dahulu melalui beberapa lapisan manajer yang ada di bawahnya. Artinya banyak jalur yang harus dilewati sebelum akhirnya dapat berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan puncak. Oleh karena itu, jika seseorang mempunya ide atau gagasan yang yang baik untuk kemajuan organisasi, maka terlebih dahulu ia harus menyampaikannya pada pimpinan tingkat bawah (seperti supervisor), sebelum akhirnya dapat disampaikan ke pimpinan puncak. Namun, karena supervisor atau pimpinan tingkat bawah berhak untuk tidak setuju dan menolak ide tersebut, maka para bawahan seringkali berusaha untuk menyampaikannya langsung ke pimpinan puncak, dengan risiko karirnya dalam organisasi akan terancam. Kemudian bagaimana jika dipandang dari sundut pandang organisasi? Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh organisasi dengan saluran komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan dalam proses penyampaian pesan atau informasi ke tingkat yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Setiap informasi atau pesan yang mengalir baik dari atas maupun bawah kemungkinan terjadi perubahan atau perbedaan dari pesan aslinya. Sebagai akibatnya, pimpinan puncak kemungkinan menerima informasi yang tidak lengkap atau kurang jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi di tingkat bawah. Begitu pula dengan para bawahan (pegawai) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 163 kemungkinan juga menerima suatu informasi yang tidak jelas dari pimpinan. Salah satu cara mengatasi kemungkinan terjadinya distorsi dalam proses komunikasi adalah mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit tingkat dalam jalur komunikasi, semakin mengurangi terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang flat dengan tingkat organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak rentang kendalinya (span of control) akan membantu mengurangi terjadinya distorsi. Struktur organisasi yang flat dapat digambarkan dalam bagan berikut ini. Manajer Umum PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Supervisor A Supervisor B C Supervisor D E F Gambar Struktur Organisasi Flat Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. 2) Saluran Komunikasi Informal Struktur organisasi formal dapat menjelaskan proses penyampaian informasi dari satu bagian ke bagian yang lain sesuai dengan jalur hirarki yang ada. Namun, pada kenyataannya nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi. Hal ini menyebabkan diperlukannya keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi. Pada umumnya jaringan ini sering digunakan oleh para pimpinan untuk mengawasi pegawainya dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada jaringan komunikasi informal, semua pihak yang berada dalam organisasi dapat saling bertukar informasi dan pesan dengan bebas tanpa memperhatikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan. Walaupun terkadang mereka hanya memperbincangkan sesuatu yang bersifat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik, acara film, dan sinetron TV, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya. Lebih lanjut, terdapat beberapa orang yang lebih percaya terhadap isu atau informasi yang didapat dari komunikasi informal daripada informasi yang berasal dari para pimpinan organisasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 164 Manajer Umum Manajer Pemasaran Bagian Penjualan Bagian Promosi Manajer Produksi Bagian Pabrik Bagian Penelitian Manajer Keuangan Bagian Akuntansi Bagian Pendanaan Karyawan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Jaringan Komunikasi Informal Sumber: Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. m. Manajemen Rapat 1) Pengertian Rapat Rapat merupakan bagian dari sarana komunikasi langsung yang rutin dilaksanakan oleh pemimpin dan para staf di dalam sebuah organisasi. Rapat sering diselenggarakan oleh banyak organisaasi. Jadi, dengan kata lain rapat memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menjalin kerjasama antar karyawan, menentukan arah dan mencapai visi organisasi. Seluruh departemen dalam organisasi di tuntut untuk melaksanakan rapat secara efektif. Namun, pada kenyataannnya organisasi masih belum dapat mengelola rapat dengan baik, sehingga terkadang tujuan dari rapat tidak dapat tercapai. Rapat formal maupun informal yaitu kegiatan rutin dalam sebuah organisasi. Hal terpenting adalah pertimbangan penyelenggaraan rapat. Tidak perlu diadakan rapat kecuali bila topiknya penting, tidak dapat ditunda dan memerlukan suatu pertukaran ide-ide. Jika aliran informasi hanya bersifat satu arah dan tidak memerlukan umpan balik maka tidak perlu menjadwalkan sebuah rapat. Terdapat beberapa alasan diadakannya rapat, yaitu: a) Sarana distribusi dan pertukaran informasi, b) Menjalankan peran dan fungsi organisasi, c) Informasi yang di dapat semua orang sama, d) Memerlukan prespektif yang berbeda, brainstorming, e) Untuk pemecahan masalah, kerjasama, koordinasi antar personal, tim atau bidang serta f) Mencari komitmen bersama terhadap suatu keputusan atau kebijakan. Untuk itu, pengelolaan rapat yang efektif menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan sebuah organisasi. Selain itu, keefektifan dalam memimpin rapat sangat penting karena merupakan langkah pertama pimpinan dalam memberi informasi kepada bawahan dan mengkoordinasi langkah-langkahnya. Pengarahan dan pengawasan pun merupakan produk penting dari sebuah rapat. Sebelum mempelajari lebih jauh tentang cara mengelola rapat yang baik dalam sebuah organisasi. Sebaiknya mempelajari pengertian dari rapat. Rapat ialah pertemuan antara sejumlah orang atau kelompok untuk membicarakan suatu masalah atau topik tertentu. Pendapat lain menyatakan rapat ( conference atau meeting) adalah alat/media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka dan sangat penting, diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah untuk mendapatkan mufakat melalui musyawarah untuk pengambilan keputusan. Menurut Nunung dan Ratu Evi “rapat merupakan suatu alat komunikasi antara pimpinan kantor dengan stafnya”. Kemudian Wursanto memberikan beberapa pandangan pengertianyang kemudian bisa disimpulkan oleh penulis: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 165 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar a) Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah. b) Rapat merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui musyawarah kelompok c) Rapat juga merupakan media pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat. d) Juga dapat dikatakan rapat adalah komunikasi kelompok secara resmi. e) Rapat adalah pertemuan antara para anggota dilingkungan kantor/organisasi sendiri untuk membicarakan, merundingkan, suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama. f) Secara singkat dapat dikatakan rapat adalah pertemuan para anggota organisasi/para pegawai untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan organisasi. Jadi dapat disimpulkan rapat adalah bentuk komunikasi langsung yang dihadiri oleh beberapa orang untuk membicarakan dan memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi yang dapat dirumuskan. Suatu pertemuan dapat disebut sebagai sebuah rapat apabila memenuhi kriteria berikut, diantanya: a) Membicarakan suatu masalah yang berkaitan dengan tujuan organisasi, perusahaan, instansi, pemerintah dan lain-lain yang harus dirundingkan atau didiskusikan secara bersama. b) Pada saat rapat seluruh peserta harus berperan aktif. c) Setiap pembicaraan ketika rapat berlangsung harus bersifat terbuka (tidak ada yang disembunyikan serta prasangka). d) Adanya unsur-unsur rapat seperti pimpinan, notulen, moderator, peserta rapat, masalah yang dibahas. Rapat atau meeting merupakan kegiatan yang paling penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk membicarakan berbagai macam masalah baik secara berkala maupun tidak, sesuai dengan tingkat kebutuhan dan tingkat permasalahan yang dialami organisasi. Permasalahan utama rapat ialah terkadang tidak bisa memecahkan masalah. Justru yang terjadi hanya membicarakan dan menampung masalah, terkadang justru menambah masalah baru. Seringkali terjadi hanya perdebatan tidak menentu demi mempertahankan kepentingan kelompok sehingga akhirnya tujuan rapat tidak tercapai. 2) Menentukan Tujuan Rapat Rapat dapat diadakan untuk berbagai tujuan. Tujuan harus dijelaskan terlebih dahulu kepada pimpinan dan peserta rapat. Hal ini bisa membantu setiap orang mensukseskan rapat. Tujuan rapat umumnya dapat dimasukan dalam salah satu kategori berikut. Tentukan dahulu termasuk kategori apa suatu rapat dan pastikan semua peserta tahu akan hal ini, yaitu: a) Memilah informasi atau saran b) Mengeluarkan instruksi c) Memecahkan keluhan atau pertentangan d) Membuat atau menerapkan keputusan e) Mencari ide kreatif f) Mengajukan proposal untuk dibahas dan, biasanya, untuk diputuskan. Beberapa tujuan diadakan rapat diantaranya: a) Untuk memecahkan atau mencari jalan keluar suatu masalah. b) Untuk menyampaikan informasi, perintah, pernyataan. c) Sebagai alat koordinasi antara internal atau antar eksternal. d) Agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi kepada masalah-masalah yang sedang terjadi. e) Mempersiapkan suatu acara atau kegiatan. f) Manampung semua permasalahan dari arus bawah (para peserta rapat). g) Dan lain-lain. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 166 3) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Jenis-jenis Rapat a) Rapat Berdasarkan Tujuan, diantaranya; i. Rapat Penjelasan (Teaching Conference) yaitu rapat yang bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada anggota tentang kebijakan yang diambil oleh pimpinan organisasi. ii. Rapat Pemecahan Masalah (Problem Sulfing Conference) yaitu rapat yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu masalah yang sedang di hadapi. iii. Rapat Perundingan (Negotiation Conference) yaitu rapat untuk menghindari suatu perselisihan. Mencari jalan tengah agar tidak selalu merugikan kedua belah pihak. b) Rapat Berdasarkan Sifatnya, diantaranya; i. Rapat formal yaitu rapat yang diadakan dengan suatu perencanaan terlebih dahulu. Menurut ketetentuan yang berlaku dengan persetujuan secara resmi mendapat undangan. ii. Rapat informal yaitu rapat yang diadakan tidak berdasarkan suatu perencanaan formal. Rapat terjadi setiap saat, kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. iii. Rapat terbuka yaitu rapat yang dapat di hadiri oleh setiap karyawan yang dibahas bukan masalah yang bersifat rahasia. iv. Rapat tertutup yaitu rapat yang di hadiri oleh karyawan atau peserta khusus atat tertentu, yang dibahas menyangkut masalah-masalah yang bersifat rahasia. c) Rapat Berdasarkan Jangka Waktunya, diantaranya; i. Rapat mingguan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam seminggu, yang membahas masalah-masalah rutin yang di hadapi oleh masingmasing peserta. ii. Rapat bulanan yaitu rapat yang diadakan sebulan sekali, tiap akhir bulan. Untuk membahas hal-hal/peristiwa pada bulan lalu. iii. Rapat semester yaitu rapat yang diadakan tiap semester, yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi hasil kerja selama 6 bulan yang lalu dan mengambil langkah selanjutnya dalam jangka waktu 6 bulan berikutnya. iv. Rapat tahunan yaitu rapat yang diadakan sekali dalam setahun (maksudnya rapat pemegang saham) d) Rapat Berdasarkan Frekuensinya, diantaranya; i. Rapat rutin adalah rapat yang telah ditentukan waktunya (mingguan, bulanan, tahunan) ii. Rapat incidental adalah rapat yang tidak berdasarkan jadwal, tergantung pada masalah yang dihadapi. e) Rapat Berdasarkan Namanya, diantaranya; i. Rapat kerja yaitu rapat yang membicarakan keseluruhan unit kerja dan rapat ini biasanya di adakan satu tahun sekali. ii. Rapat dinas yaitu rapat yang diadakan untuk kepentingan pembicaraan urusan kantor sehari-hari yang menyangkut kedinasan. iii. Musyawarah kerja. 2. Studi Kasus Menerapkan Keterampilan Anda Di Canadian Tire (www.canadiantire.ca) Rahasia keberhasilan ritel Canadian Tire terletak pada orang-orangnya. Para perwakilan dealer Canadian Tire terlibat dalam proses perencanaan dan evaluasi serta dalam kehidupan sehari-hari organisasi. ”Kami mempunyai keunggulan unik dalam bisnis ritel di Kanada, para perwakilan dealer kami. Mereka adalah pria dan wanita yang ingin berhasil, dan mereka bekerja tanpa lelah bersama kami untuk melaksanakan semua rencana dalam Rencana Strategis untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan kinerja,” menurut laporan tahunan organisasi tahun 2002. Organisasi ini mengetahui pentingyaa berkomunikasi dengan para perwakilan dealer-nya. Di tengah-tengah perubahan ”Generasi Baru”, pendapatan dan laba juga meningkat cukup tajam di tokotoko yang termasuk dalam ritel Generasi Baru. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 167 Rencana ritel Canadian selanjutnya adalah strategi kosnep 20/20, yang akan memasukkan perubahan rancangan yang signifikan terhadap desain dalam dan luar toko, dilengkapi dengan kantin, bagian onderdil kendaraan, bagian pakaian, bagian mainan dan alat rumah tangga. Konsep 20/20 yang baru pada musim gugur 2003, perusahan akana menentukan bagaimana meneruskan visi tersebut. Tujuan strategisnya adalah menerapkan rencana Konsep 20/20 pada toko-toko format baru dan membentuk toko-toko pilihan yang sudah ada dalam rencana tahun 2004-2005. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3. Latihan Atasan Anda meminta Anda menentukan cara terbaik untuk mengkomunikasikan prinsipprinsip strategi Konsep 20/20 kepada para perwakilan dealer. Perwakilan dealer biasanya bertemu setiap tahun, tetapi rapat berikutnya belum ada sembilan bulan dari raapat sebelumnya. Karena itu, muncul saran bahwa telekonferensi formal akan menjadi pilihan terbaik. Anda menyelidiki kemungkinan penggunaan internet untuk mengadakan sesi tanya jawab informal yang disusul kemudian rapat sebenarnya. Apa kelebihan dan kelemahan sesi online? Akankah sesi telekonferensi memungkinkan ide-ide mengalir lancar atau justru memperumit masalah? Seberapa penting untuk melibatkan manajer senior organisasi dalam setiap sesi komunikasi? Dalam sebuah memo yang ditujukan kepada atasan Anda, buatlah garis besar kelebihan rapat online, dan berikan serbuah argumen kuat untuk mengadakan telekonferensi berdasarkan kebutuhan untuk menghindari kemacetan dalam komunikasi serta mengatasi setiap kendala yang mungkin menimbulkan salah paham. B. Prosedur Administrasi 1. Uraian Materi a. Pengertian Surat Dibawah ini diuraikan beberapa pengertian surat menurut beberapa ahli: 1) W.J.S Poerwadarminta, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, menjelaskan surat adalah kertas yang bertuliskan atau alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis. 2) Engelbertus Martono menyatakan surat hanyalah secarik kertas yang bertuliskan berita, namun berperan sebagai piranti (sarana) komunikasi individu atau kelompok. 3) Suhanda Panji menyatakan surat adalah sehelai kertas atau lebih yang membuat suatu bahan komunikasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain baik atas nama pribadi maupun kedudukan dalam organisasi atau kantor. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan surat adalah penyampaian informasi secara tertulis dari satu pihak ke pihak lain dapat berupa pemikiran, undangan, penawaran, pemberitahuan, pernyataan, permintaan, pertanyaan, laporan pemikiran, sanggahan, dan kritikan. Surat-menyurat atau korespondensi yaitu suatu kegiatan untuk menjalin hubungan komunikasi antara beberapa pihak dengan cara saling berkirim surat. Kegiatan surat menyurat mempunyai kaitan dengan berbagai bidang kegiatan perkantoran lainnya yang saling berhubungan, yaitu : 1) Merancang konsep surat yang baik dan juga memperbaiki konsep surat. 2) Mengetik konsep surat yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga menjadi surat yang siap untuk dikirimkan atau disampaikan. 3) Pengurusan surat atau mail handling yang efektif dan efisien, adalah menangani surat-surat yang masuk dan keluar sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur, dan 4) Kearsipan atau filling, adalah menyimpan dan menemukan kembali surat atau warkat dengan cepat dan tepat saat diperlukan menurut sistem tertentu. Dalam rangka mencapai tujuan, maka setiap pekerjaan selalu membutuhkan kerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu kegiatan surat-menyurat sangat memperlukan persiapan yang meliputi : 1) Pendiktean 2) Pengetikan 3) Kertas-kertas dan alat-alat tulis 4) Pengiriman 5) Pengarsipan 6) Pemakaian tenaga manusia seperti juru tik, konseptor, dan ahli membuat surat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 168 b. Strategi Untuk Surat Rutin Surat yang dikirim kepada penerima merupakan saluran komunikasi utama untuk menyampaikan pesan keluar organisasi atau organisasi. Pada kenyataanya banyak pesan penting yang sebaiknya harus menggunakan surat tertulis, walaupun saat ini e-mail memang sering digunakan dalam komunikasi internal maupun eksternal. Surat bisnis berperan penting ketika organisasi atau organisasi memerlukan catatan permanen, formalitas dan ketika sebuah pesan bersifat sensitif dan membutuhkan penyajian yang disusun dan dipkirkan dengan baik. Oleh karena itu surat dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) pesan niat baik yang meliputi surat rutin untuk mengomunikasikan, permintaan dan balasan yang langsung ke sasaran; 2) pesan persuasif yang meliputi transaksi penjualan; 3) pesan negatif yang menyampaikan penolakan dan berita buruk. c. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Karekteristik Surat Yang Baik Walaupun surat rutin menyampaikan pesan berdasarkan fakta, namun sebaiknya surat tidak harus terdengar dan terlihat membosankan atau mekanis. Terdapat tiga karakteristik surat bisnis yang baik yaitu; 1) Isi yang jelas. Surat ditulis dengan jelas dimana memisahkan ide atau gagasan ke dalam paragraf dengan menggunakan kalimat dan paragraf pendek. Sehingga penerima surat (pembaca) dapat mengerti dan memahami pesan (main idea) dengan kalimat transisi. Selain itu, isi surat yang jelas dengan menggunakan kata-kata yang umum dan kata kerja aktif. Namun pada kenyataannya, masih terdapat bisnis yang tidak memiliki isi yang jelas. Sebanyak sepertiga surat bisnis tidak menghasilkan apa pun selain mengklarifikasi korespondensi sebelumnya. 2) Nada Niat Baik. Surat yang baik tidak hanya menyampaikan pesan dengan jelas, tetapi surat juga harus menjalin (membangun) niat baik. Niat baik merupakan perasaan positif yang dimiliki oleh penerima surat (pembaca) terhadap seseorang atau sebuah organisasi. Surat bisa menghasilkan nada niat baik secara keseluruhan dengan cara menganalisis audiens dan mengadaptasi pesan kepada pembaca,. Untuk mencapai hal itu, sebaiknya menyampaikan pesan dari sudut pandang penerima surat (pembaca). 3) Format Yang Tepat. Surat bisnis menyampaikan pesan atau makna tersirat yang melampaui kata-kata yang tertulis. Tampilan dan format surat mencerminkan ketelitian dan pengalaman penulis. Sebuah surat pendek yang penuh di bagian atas kertas, misalnya seolah-olah ditulis dengan tergesa-gesa atau oleh seorang amatir. Agar surat dapat menimbulkan kesan baik, perlu memilih format yang tepat. Gaya blok merupakan format yang sering digunakan. d. Menggunakan Pola Langsung untuk Surat Rutin Kegiatan bisnis sehari-hari terutama terdiri atas permintaan dan respons rutin. Karena berharap respons pembaca akan positif atau netral, penulis tidak membutuhkan teknik khusus untuk menyakinkan. Jadi, dalam menyusun surat rutin, penulis dapat mengelola pesan, yang terbagi ke dalam tiga bagian: 1) Pembukaan. Pernyataan yang menyampaikan tujuan dengan segera. Sebaiknya menulis pesan sehari-hari dalam cara langsung dengan pemuatan ide utama di depan pesan. Nyatakan dengan segera mengapa menulis surat sehingga pembaca dapat mengantisipasi dan memahami pesan selanjutnya. 2) Isi. Rincian yang menjelaskan tujuan. Setelah sebuah pembukaan langsung memberi tahu pembaca alasan penulisan surat, sampaikan rincian-rincian yang menjelaskan permintaan atau respons penulis. Di sinilah pentingnya perencanaan, yang mengharuskan penulis membuat struktur informasi agar tulisan menjadi jelas dan mudah di baca. Di sini harus mempertimbangkan penggunaan beberapa alat grafis untuk menyoroti rincian-rincian tersebut; daftar nomor atau bullet, judul bagian (heading), kolom dan cetak tebal atau cetak miring. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 169 3) Penutupan. Permintaan untuk tindakan atau kesimpulan yang sopan. Pada paragraf terakhir surat langsung, pembaca mencari informasi tindakan: jadwal, tenggat waktu, aktivitas yang harus dilakukan. Jadi, pada titik ini, penulis harus menunjukkan secara spesifik apa yang penulis ingin pembaca lakukan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Korespondensi Niaga Korespondensi adalah sarana komunikasi tertulis sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai. Ada yang berpendapat bahwa komunikasi merupakan pelumas dalam suatu organisasi. Apabila komunikasi terhambat maka dapat menimbulkan banyak masalah pada banyak pihak dalam organisasi tersebut. Jadi, bila proses korespondensi sebagai salah satu sarana komunikasi tertulis kurang jelas dan tepat, akan menghambat perkembangan organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi. Korespondensi dinyatakan dalam bentuk surat yang secara umum dapat dikatakan bahwa surat merupakan alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis. Batasan tersebut mengandung pengertian yang sangat luas karena banyak sekali maksud yang dapat dituangkan secara tertulis secara tertulis, misalnya karangan berupa artikel, makalah, skripsi, dan buku. Oleh karenanya, perlu diperjelas lagi dengan penekanan bahwa maksud yang disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan, pertanyaan, pertimbangan, lamaran, penolakan, dan sebagainya. Namun demikian, batasan tersebut pun masih belum mencakup makna tentang misi atau pesan yang diemban oleh surat secara keseluruhan. Dalam pengertian sehari-hari, surat umumnya hanya dikenal sebagai alat untuk menyampaikan berita secara tertulis. Pengertian tersebut merupakan pengertian sempit akibat dari anggapan bahwa surat hanya merupakan alat untuk mengirim kabar atau berita, padahal surat mengandung aspek yang jauh lebih luas mencakup informasi tertulis berupa rekaman berita yang dibuat dengan persyaratan tertentu. Informasi tertulis adalah informasi berupa kabar atau berita seperti surat berita yang sudah umum dikenal, misalnya penawaran, pesanan, panggilan, dan permohonan, sedangkan informasi berupa rekaman berita secara tertulis misalnya surat tanda bukti, kartu identitas, akta, dan kontrak. Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan surat adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyratan tertentu yang khusus berlaku untuk surat-menyurat. Penyampaian maksud dan pesan melalui surat dari satu pihak kepada pihak lain dapat atas nama perseorangan (pribadi) dan dapat atas nama jabatan dalam suatu organisasi. Kegiatan saling berkirim surat oleh individu atau oleh organisasi disebut surat-menyurat atau korespondensi, dan para pelakunya disebut koresponden. f. Guna Surat Pengetahuan surat-menyurat merupakan termasuk bidang komunikasi tulis. Komunikasi tulis mutlak diperlukan dalam masyarakat modern. Sulit membayangkan akibatnya bila dalam kehidupan modern tidak ada komunikasi tulis. Kegiatan berkomunikasi akan terasa lengkap jika di samping komunikasi lisan juga ada komunikasi tulis. Surat adalah salah satu komunikasi tulis yang terpenting adalah Walaupun memerlukan proses yang cukup lambat, surat masih tetap diperlukan sebagai alat komunikasi di tengah alat komunikasi modern yang sangat canggih dewasa ini. Surat memiliki bukti otentik berupa tulisan dan tanda tangan yang tidak dimiliki oleh alat komunikasi lisan. Itulah sebabnya kedudukan surat dalam bidang komunikasi tak tergoyahkan. Secara terinci guna surat bagi perseorangan dan oganisasi dapat dirumuskan sebagai : 1) alat komunikasi tulis 2) bukti tertulis yang otentik 3) alat pengingat jika sewaktu-waktu diperlukan (arsip) 4) alat untuk mewakili perseorangan dan mewakili organisasi (duta organisasi) 5) pedoman atau dasar untuk bertindak 6) keterangan yang dapat memberi rasa aman dalam aktivitas tertentu 7) bukti historis dari suatu kegiatan sehingga surat dapat dipergunakan sebagai bahan riset bagi yang memerlukannya. Di samping kegunaan tersebut di atas, surat pun masih memiliki keunggulan lain. Surat lebih hemat dari segi biaya jika dibandingkan dengan pembicaraan telepon jarak jauh. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 170 Surat juga lebih menjamin kerahasiaan dan ketepatan isi dan maknanya karena sebagian besar surat memakai amplop tertutup. Penyampaian maksud dan pesan melalui surat akan lebih formal dibandingkan dengan penyampaian secara lisan. Hal-hal yang sukar dibicarakan dalam komunikasi lisan dapat disampaiakn dengan lebih leluasa di dalam surat karena antara pengirim dan penerima surat tidak saling bertatap pandang. Sikap dan perilaku seseorang seperti pemalu, gugup, atau cara berbicara yang gagap, tidak akan tampak di dalam sebuah surat. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar g. Syarat Surat Yang Baik Prinsip penulisan surat sama dengan prinsip komunikasi. Dalam berkomunikasi paling tidak harus terdapat tiga unsur : 1) Pengirim berita 2) Pesan yang akan disampaikan 3) Penerima berita. Komunikasi disebut efektif bila pengirim berita dapat merumuskan pesan yang akan disampaikannya secara tepat. Dengan bantuan alat atau media tertentu pesan tersebut dikirim atau disampaikan kepada penerima, dan diharapkan penerima akan menanggapi dan membalas pesan itu sama dengan maksud pengirimnya. Demikian juga dengan surat-menyurat. Pengirim harus berusaha merumuskan maksud dan tujuannya dengan tepat dan jelas agar setelah penerima selesai membaca surat itu, maksud pengirim dapat diketahui oleh penerima dengan tepat dan jelas pula. Oleh sebab itu, pembuat surat harus menyatakan dan menyampaikan pikirannya dengan cermat. Ia harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas di dalam suratnya agar surat itu dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik. Sebuah surat resmi yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, yaitu : 1) Menggunakan kertas surat yang tepat dalam hal ukuran, jenis, dan warna, serta harus disesuaikan dengan jenis surat yang akan ditulis 2) Menggunakan bentuk surat yang standar 3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku 4) Menggunakan gaya bahasa yang lugas (concise) 5) Menggunakan bahasa yang jelas (clear) 6) Menggunakan bahasa yang sopan dan hormat (cortious) 7) Menyajikan fakta yang benar dan lengkap (correct and complete) 8) Tidak menggunakan singkatan yang belum lazim, bahkan isi surat sedapat mungkin bebas dari singkatan 9) Tidak menggunakan kata-kata sulit dan istilah yang belum umum h. Bagian-bagian Surat Secara umum, surat mencakup bagian berikut: 1) Kepala surat atau kop surat Kepala surat atau kop surat adalah ciri-ciri suatu organisasi yang berisi nama organisasi, alamt lengkap, nomor telepon, nomor faksimili, alamat e-mail, nomor kotak pos, alamat kawat, logo, atau lambing, dan lain-lain. Contoh: Guna kepala surat: a) Untuk mengetahui nama dan alamat organisasi pengirim surat b) Digunakan untuk identitas organisasi c) Untuk lambang atau simbol organisasi d) Sebagai alat promosi 2) Tanggal pembuatan surat Tanggal pembuatan surat untuk memudahkan penunjukan waktu membalas surat dan memudahkan dalam pengagendaan surat oleh penerima. 3) Nomor, lampiran, dan hal atau perihal Nomor surat umumnya dipakai dalam surat-surat dinas (resmi) Guna nomor surat: a) Memudahkan pencarian surat bila sewaktu-waktu diperlukan b) Mempermudah penunjukan surat menyurat c) Mempermudah penyimpanan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 171 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4) Mengetahui jumlah surat yang dibuat Lampiran surat diisi dengan hal-hal yang dicantumkan sebagai lampiran surat. Dalam surat niaga/bisnis, lampiran-lampiran harus disebutkan satu per satu. Sedangkan dalam surat dinas cukup dicantumkan lampiran satu lembar/berkas. Hal/perihal yaitu petunjuk mengenai pokok isi surat untuk memudahkan penerima dalam menjelaskan isi surat dan memberikan tanggapan atau balasan. 5) Nama dan alamat yang dituju Penulisan nama harus memakai Sdr., Bp., Tuan., Ny., atau Nn.. Jika disebutkan jabatannya, maka sebutan tersebut tidak perlu digunakan. Contoh: a) Alamat yang ditujukan kepada perorangan: Yth. Sdr. Mahendra Jl. Kepundung 19 Denpasar b) Alamat yang ditujukan kepada jabatan: Yth. Direktur PT. Adicipta Carakajaya Jl. Tukad Yeh Penet No. 2 Denpasar c) Alamat yang ditujukan kepada pejabat pemerintah: Yth. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jl. Senayan Jakarta d) Alamat yang ditujukan kepada perusahaan: PT. Indomobil Jl. Gajah Mada 1001 Jakarta e) Alamat yang ditujukan kepada PO Box: Yth. Pemilik PO Box 121 Denpasar atau PO Box 121 Denpasar f) Alamat dengan menggunakan u.p. (untuk perusahaan): Yth. Dekan Fakultas Ekonomi Unud Jl. PB Sudirman Denpasar u.p. : Pembantu Dekan II 6) Salam pembuka dan paragraph pembuka Salam pembuka surat atau sering disebut salutation berfungsi sebagai pembuka kalimat agar dirasa tidak janggal (contohnya, dengan hormat, salam hormat, salam bahagia, dan lain-lain). 7) Isi surat Isi surat adalah uraian dari maksud pembuatan surat dan hal-hal yang ingin disampaikan. 8) Salam penutup dan paragraf penutup Salam penutup berisi ucapan terima kasih, harapan, penegasan, atau pengarahan. Paragraf penutup biasa digunakan sebagai tanda bahwa surat tersebut telah berakhir. Contohnya, hormat kami. 9) Tanda tangan, nama jelas, dan jabatan Tanda tangan digunakan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas surat tersebut. Nama jelas digunakan untuk mengetahui siapa yang menandatangani surat tersebut. Sedangkan untuk jabatan digunakan untuk menunjukkan pihak yang mengirim surat dan berhak atas surat tersebut. 10) Tembusan/tindakan atau c.c (carbon copy) Tembusan diperlukan jika surat tersebut dikirimkan kepada pihak lain yang ada hubungannya secara teknis dengan isi surat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 172 11) Inisial Singkatan atau inisial hanya dipakai dalam surat resmi saja. Sedangkan dalam surat dinas cukup mencantumkan paraf orang yang membuat konsep surat. Inisial digunakan untuk mengetahui siapa yang membuat konsep surat dan siapa yang mengetik sehingga apabila ada kekeliruan akan mudah dihubungi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar i. Bentuk Surat Bentuk surat adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Pada tiap bagian surat memiliki peranan yang penting sebagai identifikasi atau petunjuk pengelolaan surat. Berdasarkan pola umum surat menyurat, ada beberapa macam bentuk surat, diantaranya: 1) Bentuk lurus penuh (full block style) 2) Bentuk lurus (block style) 3) Bentuk setengah lurus (semi block style) 4) Bentuk bertekuk (indented style) 5) Bentuk paragraf menggantung (hanging paragraph style) j. Jenis – jenis Surat 1) Berdasarkan Sifatnya yaitu : a) Surat pribadi yaitu surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya menyangkut kepentingan pribadi. Perbedaan antara surat pribadi dan surat dinas lainnya yaitu sebagai berikut: i. Surat pribadi menggunakan kata ganti orang pertama ”saya” karena penulisan tidak mewakili organisasi atau organisasi. ii. Surat pribadi tidak memakai kepala surat, nomor surat, jabatan, atau simbol-simbol organisasi. iii. Bentuk surat pribadi tidak mempunyai aturan khusus, jadi bentuknya bebas. b) c) d) e) Surat pribadi biasanya bersifat kekeluargaan, surat dibuat oleh seseorang dan ditunjukkan untuk orang lain. Contoh surat pribadi yang bersifat kekeluargaan adalah sebagai berikut: i. Surat dari sahabat ke sahabat ii. Surat undangan pernikahan dan ulang tahun iii. Surat dari anak kepada orang tuanya iv. Surat ucapan selamat hari raya atau kenaikan pangkat. Surat Dinas Pribadi sering juga disebut surat setengah resmi, adalah surat-surat yang dikirimkan dari seseorang atau pribadi kepada suatu instansi atau organisasi. Contoh surat dinas pribadi : i. Surat Lamaran Pekerjaan yaitu surat yang dibuat oleh seseorang dan ditujukan untuk suatu organisasi yang berisi permohonan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan jabatan yang ditawarkan serta kemampuan yang dimiliki oleh pelamar atau pengirim surat. ii. Daftar Riwayat Hidup yaitu daftar yang memuat keterangan tentang diri pelamar. Bagian yang perlu dimasukkan ke dalam Daftar Riwayat Hidup yaitu data pribadi, pendidikan, pengalaman kerja, dan informasi lain. iii. Surat Izin yaitu surat pribadi yang bersifat kedinasan karena menyangkut urusan perserorangan dalam kaitannya dengan suatu instansi atau lembaga. Surat Dinas Swasta yaitu surat yang dibuat oleh organisasi swasta yang dikirim untuk para karyawannya ataupun untuk relasi atau langganannya ataupun organisasi lain yang terkait. Contohnya adalah surat undangan rapat, surat undangan pertemuan, surat rapat tahunan. Surat Niaga yaitu surat mengenai masalah perdagangan yang dibuat oleh organisasi untuk dikirim kepada para langganannya. Contohnya surat perkenalan barang, surat penawara barang, surat pesanan barang. Surat Dinas Pemerintah yaitu surat-surat yang berisi masalah-masalah administrasi pemerintahan yang dibuat oleh instansi pemerintah. Contohnya adalah surat keputusan dan surat instansi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 173 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2) Berdasarkan Wujud Surat terbagi atas : a) Surat Bersampul yaitu surat-surat yang isinya atau beritanya ditulis pada kertas lain, kemudian kertas surat tersebut dimasukkan ke dalam amplop atau sampul. Surat-surat yang memakai amplop/sampul : i. Untuk surat-surat yang isinya panjang sebab itu dapat ditulis dalam beberapa lembar/beberapa halaman ii. Untuk surat-surat yang isinya dirahasiakan/tidak boleh dibaca oleh orang lain. iii. Untuk surat-surat resmi, surat dinas, ataupun surat biasa iv. Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan v. Untuk menjaga sopan santun b) Surat Terbuka dan Surat Tertutup merupakan surat-surat yang isinya dapat dibaca oleh umum, contohnya surat dari pembaca kepada pembaca atau surat yang dikirim oleh pembaca untuk pemerintah/instansi melalui redaksi surat kabar, majalah, tabloid, dsb. c) Memorandum dan Nota yaitu suatu alat komunikasi yang berupa surat dinas yang penyampaiannya tidak resmi dan digunakan secara internal (dalam lingkungan sendiri). Nota adalah alat komunikasi kedinasan antara pejabat dari suatu unit organisasi yang digunakan secara internal tetapi bersifat resmi. d) Surat Biasa yaitu surat yang isinya atau beritanya tidak mengandung rahasia walaupun terbaca oleh orang lain seperti surat undangan pernikahan, surat pertemuan para siswa untuk rekreasi, dsb. 3) Berdasarkan Keamanan Isinya yaitu : a) Surat Sangat Rahasia yaitu surat yang digunakan berhubungan dengan suratsurat keamanan negara atau dokumen negara sehingga bila surat ini jatuh ke tangan yang tidak berhak maka akan membahayakan masyarakat atau bangsa dan negara. b) Surat Rahasia yaitu surat-surat yang isinya atau pesannya harus dirahasiakan atau tidak boleh dibaca oleh orang lain karena bila jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab akan merugikan organisasi/instansi. c) Surat Konfidensial yaitu surat-surat yang termasuk surat rahasia juga namun karena isinya tidak boleh diketahui orang lain cukup hanya diketahui oleh pejabat yang bersangkutan, karena kalau surat ini jatuh ke pihak yang tidak berhak akan mencemarkan nama baik orang tersebut. 4) Berdasarkan Proses Penyelesaiannya: a) Surat Sangat Segera/Surat Kilat yaitu surat yang harus ditangani secepat mungkin pada kesempatan pertama karena penerima harus cepat menanggapi dan menyelesaikannya. b) Surat Segera yaitu surat yang secepatnya perlu diselesaikan tetapi tidak perlu pada kesempatan pertama tetapi juga harus segera dikirim agar mendapat tanggapan dan penyelesaiannya dari pihak penerima. c) Surat Biasa yaitu surat-surat yang tidak perlu tergesa-gesa untuk diselesaikan karena tidak perlu mendapat tanggapan secepatnya dari penerima. k. Jenis-jenis Dokumen 1) Pengertian Dokumen dan Dokumentasi Dokumen adalah hal yang sangat penting karena merupakan sumber informasi yang diperlukan oleh suatu instansi, organisasi, atau negara. Sedangkan dokumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan dokumen-dokumen. 2) Jenis-Jenis Dokumen a) Menurut Jenisnya yaitu : i. Dokumen fisik yaitu dokumen yang menyangkut materi ukuran, berat, tata letak, sarana dan prasarana, dsb. ii. Dokumen intelektual yaitu dokumen yang mengacu pada tujuan, isi subjek, sumber, metode penyebaran, cara memperoleh, keaslian dokumen, dsb. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 174 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b) Menurut Sifatnya yaitu : i. Dokumen tekstual yaitu dokumen yang menyediakan informasi dalam bentuk tertulis misalnya, majalah, buku, katalog, surat kabar, dsb. ii. Dokumen nontekstual yaitu dokumen yang berisi beberapa teks, misalnya, peta, grafik, gambar, rekaman, monumen, dan sejenisnya. c) Menurut Literatur yaitu : i. Dokumen Korporil yaitu dokumen yang mencakup materi tercetak, tidak tercetak, prasasti, dan benda seni yang disimpan dimuseum dan perpustakaan. ii. Dokumen Literer yaitu setiap bahan cetak dan mencetak yang mengandung informasi/keterangan tertentu yang berguna. d) Menurut Kepentingan dan Kekhususnya yaitu : i. Dokumen Pribadi yaitu dokumen yang dikumpulkan oleh perorangan dan merupakan koleksi dokumen pribadi, misalnya, koleksi keramik atau barang antik. ii. Dokumen Ekonomi yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai perkembangan perekonomian suatu bangsa dan negara. Misalnya, produk baru, devaluasi, inflasi, deregulasi, dan ekspor-impor, neraca perdagangan. iii. Dokumen Sejarah yaitu dokumen yang berisi informasi sejarah peradaban dan kebudayaan bangsa, contohnya, fosil-fosil manusia purba, naskah-naskah kuno, piagam Jakarta, dan piagam proklamasi. iv. Dokumen Kedokteran yaitu dokumen yang berisi informasi tentang perkembangan ilmu kedokteran atau ilmiah, misalnya, dokumen ilmu bedah, dokumen obat-obatan, dokumen macam-macam penyakit dan cara penyembuhannyan. v. Dokumen Pemerintahan yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai ketatanegaraan suatu pemerintahan, misalnya, peraturan-peraturan, perundang-undangan, Keppres, dan ketetapan-ketetapan. e) Menurut Dokumentasi yaitu : i. Dokumen Primer yaitu dokumen yang berisi informasi tentang hasil penelitian asli atau langsung dari sumbernya, contohnya, paten penelitian, laporan, disertasi, dan kertas kerja. ii. Dokumen Sekunder yaitu dokumen yang berisi informasi tentang literatur primer. Pada umumnya dokumen sekunder juga disebut bibliografi. iii. Dokumen Tersier yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai literatur sekunder, misalnya buku, teks panduan literatur, dan bibliografi. 2. Studi Kasus Teknisi di perusahaan tempat Saudara bekerja baru saja menjatuhkan komputer notebook yang akan dikirim hari ini kepada pembeli. Akibatnya, layar pada komputer retak dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Kerusakan akibat kelalaian tentu saja tidak akan digaransi oleh vendor untuk melakukan pemesanan arang pengganti memerlukan waktu hingga 7 (tujuh) hari lagi. Buatlah surat untuk menyampaikan hal tersebut secara tertulis kepada pembeli! Sumber: Dewi, Sutrisna. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta. ANDI 3. Latihan 1. Tulis dan jelaskan macam-macam surat berdasarkan sifatnya. 2. Apa bedanya surat rahasia dengan surat konfidensial? Jelaskan berikut contoh! 3. Tulis dan jelaskan bagian-bagian surat! 4. Jelaskan arti dokumen dan dokumentasi. 5. Tuliskan dan jelaskan 6 macam bentuk surat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 175 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar C. Penanganan Surat Masuk dan Surat Keluar 1. Uraian Materi a. Pengelolaan Surat Masuk Kecermatan dan ketepatan waktu merupakan keharusan yang paling utama dalam pengelolaan surat dan dokumen kantor. Sekretaris harus cekatan dalam memproses surat-surat masuk yang ditujukan kepada pimpinan. Setiap ada surat masuk harus segera diteliti dengan cermat dan secepatnya disampaikan kepada pihak yang berhak menerimanya. b. Prosedur Pengurusan Surat Masuk Prosedur Pengurusan Surat Masuk Sederhana/Pola Lama 1) Penerimaan surat oleh petugas dari pengirim atau pengantar surat 2) Petugas memeriksa kebenaran alamat dan sifat surat yang mungkin tercantum pada amplop. Apabila alamat yang tertera di amplop keliru harus diserahkan kembali pada pengirim. Surat pribadi langsung diberikan kepada yang bersangkutan. Surat dinas dibuka dan dibubuhi cap tanggal terima atau stempel agenda, ditentukan pokok masalahnya dan diberi kode. 3) Surat dicatat pada kartu arsip atau pada buku agenda surat masuk 4) Pembubuhan nomor urut simpan pada surat 5) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha 6) Surat diserahkan kepada pengolah untuk diproses paling lama dua hari 7) Penyimpanan. Setelah selesai diproses, surat disimpan oleh Petugas Tata Warkat Prosedur Pengurusan Surat Masuk Pola Baru Pengurusan surat masuk terjadi di Unit Kearsipan dan Tata Usaha Pengolah. 1) Penerimaan Surat Didalam organisasi, surat dan naskah masuk diterima oleh staf penerima atau tata usaha yang ditugaskan untuk mengurusi penerimaan surat dan naskah. Penerima mempunyai tugas : a) Menerima surat yang disampaikan baik oleh pengantar, petugas pos, telekom maupun oleh perorangan b) Meneliti kebenaran alamat surat yang tertera di amplop c) Mebubuhkan paraf pada bukti penerimaan d) Mensortir surat e) Membuka sampul dan mengeluarkan surat dari amplop. Jika alamat pengirim tidak tercantum di dalam surat, maka amplop diikutsertakan bersama suratnya. Surat distempel tanda terima f)Meneliti kelengkapan yang ada pada lampiran surat g) Menyampaikan surat kepada Pengarah h) Menyampaikan surat rahasia (tertutup) kepada Pencatat 2) Pengarahan Surat Pengarahan surat adalah kegiatan untuk menentukan unit pengolah yang akan menindaklanjuti atau memproses surat sesuai isinya. Pengarahan surat dilakukan oleh pengarah. Pengarah mempunyai tugas: a) Membaca isi surat dan menentukan surat itu tergolong penting atau biasa b) Menuliskan isi disposisi atau pengarahan pada lembar disposisi : tindakan apa yang harus dilakukan terhadap surat yang bersangkutan oleh pengolah c) Menentukan kode klarifikasi dan indeks pada naskah surat penting d) Menyampaikan naskah surat penting dan biasa kepada Pencatat 3) Pencatatan Surat Pencatatan surat ialah penulisan keterangan bagian-bagian yang tercantum dalam naskah surat dan naskah lain yang disertakan di dalam Kartu Kendali atau Lembar Pengantar. Pencatat mempunyai tugas : a) Mencantumkan nomor urut pada naskah surat b) Mencatat naskah surat di dalam kartu kendali rangkap tiga atau lembar pengantar rangkap dua c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali atau lembar pengantar kepada Pengendali Surat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 176 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4) Pengendalian Surat Tugas pengendali surat diantaranya adalah: a) Menerima surat beserta kartu kendali/lembar pengantar dari pencatat b) Meneliti keberanan nomor kode surat dan kelengkapan lampiran c) Menyampaikan naskah surat beserta kartu kendali II dan III kepada Tata Usaha Unit Pengolah d) Menyampaikan naskah surat rahasia (tertutup) dan biasa beserta lembar pengantar rangkap dua kepada Tata Usaha Pengolah e) Menyusun (menyimpan) kartu Kendali I dalam almari katalog berdasarkan urutan nomor kode 5) Penyimpanan Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali II dan lembar pengantar yang diterima kembali dari Tata Usaha Pengolah sebagai pengganti arsip selama surat dan naskahnya beserta kartu kendali III masih disimpan di Unit Pengolah. Pengurusan surat dan naskah pada Tata Usaha Pengolah yakni sebagai berikut : a) Menerima surat dari Pengendali. Apabila pencatatan surat penting dilakukan pada kartu kendali, maka yang diterima adalah surat beserta kartu kendali lembar II dan III b) Membubuhkan paraf pada kartu kendali lembar II sebagai tanda bukti naskah sudah diterima c) Mengembalikan kartu kendali lembar II kepada Pengendali d) Kartu kendali lembar III disimpan berdasarkan urutan nomor kode e) Mengisi lembar disposisi rangkap dua f) Menerima dan menyampaikan naskah yang diterima dari Unit Kearsipan kepada pengolah untuk diselesaikan disertai lembar disposisi g) Menyimpan satu lembar disposisi sebagai pengganti arsip yang ada pada pengolah h) Menyimpan surat dan naskah lampirannya sebagai arsip aktif setelah selesai diolah i) Meneriman naskah surat biasa beserta dua lembar pengantar dari Pengendali j) Membubuhkan paraf pada lembar pengantar sebagai tanda bukti bahwa naskah sudah diterima k) Mengembalikan satu lembar pengantar kepada Pengendali Penerimaan Penyortiran Agenda Masuk Kepala Bagian Pimpinan Disposisi Disposisi Kepala Bagian Disposisi Sekretaris/Kepala Tata Usaha Diproses Gambar Prosedur Pengurusan Surat Masuk Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 177 Tabel Contoh Format Lembar Disposisi 1 Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius. Dari : …………….…… Tanggal terima : ………………… No. Surat : ………………… Perihal : …………………… Tanggal Surat : …………………… LEMBAR DISPOSISI PENGOLAH PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar ISI DISPOSISI (Lingkari) a. Dicatat b. Disimpan c. Dikonsultasikan d. Dijawab e. Diberi komentar f. Dibuatkan konsep g. Dikerjakan h. Dihadiri i. Diselesaikan j. Diperiksa Contoh Format Lembar Disposisi 2 PPMB JL. RAWAMANGUN MUKA GDG L LEMBAR DISPOSISI Dari Tanggal terima No. Surat Perihal Tanggal surat No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 : ………………………………………………….. : …………………………………………………. : …………………………………………………. : …………………………………………………. : …………………………………………………. PENGOLAH Direktur Utama Direktur Produksi Direktur Pemasaran Direktur Sistem Inf. Unit Litbang Bagian Humas Bagian Perbekalan Bagian Personalia Bagian Keuangan Bagian Umum Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar V ISI DISPOSISI V Mohon ditanggapi P a g e | 178 Bagan Pengurusan Surat Masuk Biasa ( Rutin ) Penerima Pencatat 1 Pengarah 1 2 Penata Arsip Tata Usaha Pengolah 1 2 Pimpinan Pengolah Pelaksana Pengolah 1,2 2 Lembar Disposisi 1,2 Lembar Pengantar Simpan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Surat Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk (Penting) Proses Pengurusan Surat Masuk Penting Unit Kearsipan Penerima Surat Pencatat Surat Surat Penting Unit Pengolah Pengarah Surat I I II Penata Arsip Surat Penting II II III III III I II II Gambar Proses Pengurusan Surat Masuk Biasa (Rutin) Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Masuk Sumber: Ida Nuraida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius Tanggal Terima No Urut (Agenda) Pengirim Tanggal Surat Nomor Surat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Perihal Bertalian Agenda No. Dengan Perbal No. Halaman: Keterangan P a g e | 179 PPMB GDG.L, JL. RAWAMANGUN MUKA JAKARTA 12330 Tgl. 1-2-04 5-3-04 c. Dari Kantor Kopertis Dirjendekti KARTU ARSIP No./Ket. 1. 2. - Tgl. 4-2-04 Kepada Kantor Kopertis No./Ket 1. - PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Prosedur Pengurusan Surat Keluar Prosedur Pengurusan Surat Keluar Sederhana/Pola Lama 1) Konsep surat dibuat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas tata usaha 2) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris baik segi kebenaran isi maupun bentuknya 3) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha 4) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat, pengesahan dan penandatanganan oleh ketua atau sekretaris, pembubuhan cap tanggal kirim, pelipatan surat dan pemasukaannya ke dalam amplop, pembubuhan perangko, pemberian perekat pada amplop oleh petugas tata usaha 5) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar 6) Pencatatan pada kartu ekspedisi dan diberikan kepada petugas pengantar (ekspeditur) untuk dikirimkan 7) Penyimpanan arsip Bagan Pengurusan Surat Keluar Pengirim Pencatat Pengarah Penata Arsip Tata Usaha Pengolah Diketik Dikirim G a m b a r Pelaksana Pengolah Disposisi Hasil Pengolahan Surat Konsep Diteliti Pengonsepan Surat Surat Ditandatangani Diisi Kode Ket.Lembar Disposisi Pertinggal Asli & Tembusan Pimpinan Pengolah Surat Kartu Kendali 1 2 3 Bagan Pengurusan Surat Keluar Pengurusan Surat Keluar Pola Baru Pengurusan surat beserta naskah surat keluar adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tata Usaha Pengolah dan atau Unit Kearsipan dalam pelaksanaanya. 1) Tata Usaha Pengolah mempunyai tugas sebagai berikut : a) Naskah keluar dicatat pada kartu kendali rangkap tiga Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 180 b) 2) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Menyampaikan konsep surat atau naskah beserta kartu kendali rangkap tiga kepada Pengendali di Unit Kearsipan c) Kartu kendali lembar ke-III disimpan menurut urutan nomor kode d) Mengendalikan surat atau naskah yang belum selesai pengolahannya kemudian menyampaikan surat atau naskah yang sudah selesai pengolahannya kepada Penyimpan Unit Kearsipan melaksanakan kegiatan pengendalian penyimpanan, dan pengiriman pengendali mempunyai tugas : a) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali b) Menyimpan kartu kendali lembar I menurut urutan nomor kode c) Menyampaikan kartu kendali lembar II kepada Penyimpan d) Mengembalikan kartu kendali lembar III kepada Tata Usaha Pengolah e) Mengembalikan konsep yang diterima dari Pengirim kepada Tata Usaha Pengolah Penyimpan bertugas untuk menyimpan kartu kendali lembar II menurut urutan nomor kode sebagai pengganti arsip selama naskah atau surat masih berada di Unit Pengolah. Sedangkan Pengirim mempunyai tugas: a) Mengirim surat sesuai alamat yang dituju dalam surat b) Menyampaikan konsep kepada Pengendali Unit Kearsipan Unit Pengolah Pencatat Surat Surat Asli Surat Asli I Ekspedisi I II III T Penata Arsip T I II Pengarah Surat II II III II DITELITI DISIMPAN DISIMPAN Gambar Bagan Pengurusan Surat Keluar Pola Baru Sumber: The Liang Gie.2007.Administrasi Perkantoran Modern Tabel Format Buku Ekspedisi NO. TANGGAL Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEPADA PARAF/ CAP POS P a g e | 181 Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Surat Keluar No. Urut (Perbal) Tanggal Kirim/surat Kepada Nomor Surat Perihal Bertalian dengan Agenda No. Keterangan Perbal No. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tabel Format Kartu atau Buku Agenda Tunggal Surat Masuk dan Keluar agenda no Tanggal/ terima kirim M/K Pengirim Kpd No.surat Tgl surat Perihal Keterangan Tabel Surat Penunjuk SURAT PENUNJUK Hal : Pelatihan calon tenaga pengajar Dari : Bagian Proyek Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Indonesia Tanggal : 20 Juni 2010 No : 125/BPPK-SDM/III/2010 DISIMPAN PADA BERKAS : PELATIHAN CALON TENAGA PENGAJAR Sumber: The Liang Gie. 2007. Administrasi Perkantoran Modern d. Mesin dan Perlengkapannya Berikut merupakan mesin dan perlengkapan yang penting dalam proses mengurus surat masuk: 1) Mesin/alat untuk membuka surat 2) Cap untuk membubuhi tanggal 3) Perlengkapan untuk menyortir 4) Mesin fotokopi Mesin fotokopi dipergunakan untuk membuat beberapa salinan dari surat yang masuk; bagikan aslinya kepada orang yang akan mengerjakannya dan lembar kopi kepada orang lain yang berhubungan (tidak boleh ditangguhkan dan orang-orang lain yang berhubungan menerima keterangan pada hari yang sama). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 182 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Pengelolaan Surat Keluar Proses yang harus dilakukan dalam mengelola surat keluar adalah bahwa surat yang akan dikirim adalah surat yang sudah di tanda tangani oleh pihak yang berwenang untuk menanda tangani. Adapun proses berikut adalah yang lazim ditempuh: 1) Tentukan dimana amplop harus diketik; pada waktu mengetik surat atau dipusatkan. 2) Berikan instruksi bahwa surat yang memerlukan perhatian khusus harus diberi tanda khusus pada sudut kanan bagian atas. 3) Pastikan bahwa pegawai pos berhubungan secara teratur dengan surat dan menyortirnya unatuk surat ”dalam negeri” dan ”surat luar negeri” Pergunakan mesin lipat dan mesin materai apabila harus dimasukkan ke pos dalam jumlah yang banyak. 4) Hindarkan menaruh surat pada amplop yang salah. 5) Tulis rincian yang singkat dari semua surat dalam buku pos. 6) Tentukan metode yang dipakai dalam pembubuhan cap. 7) Semua surat yang dikirim harus dicatat terlebih dahulu dalam Buku Agenda surat Keluar. f. Pesan Email dan Memo Rutin Dalam perkembangan organisasi saat ini, telah terjadi perubahan dalam komunikasi internal. Di masa lalu, pesan tertulis dari dalam organisasi berbentuk memo yang menggunakan kertas. Tetapi saat ini e-mail telah menjadi pilihan media komunikasi. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Emailthatpays dan Ipsos-Reid, hasilnya menunjukkan email telah mengubah secara mendasar cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dan telah menjadi sebuah sarana penting untuk berkomunikasi di kantor. Sebanyak 85 persen orang kanada yang online percaya bahwa e-mail telah membuat mereka lebih efisien, dan hampir dua pertiga (62 persen) lebih suka berkomunikasi lewat e-mail daripada metode lainnya. Fungsi utama e-mail adalah untuk bertukar pesan atau informasi didalam organisasi. Komunikasi internal semacam itu semakin penting sekarang ini. Organisasi mengalami perampingan, rantai komando yang semakin mendatar, pembentukan tim kerja, dan pemberdayaan pangkat-dan-arsip karyawan. Dengan diberi lebih banyak wewenang untuk mengambil keputusan, karyawan menemukan bahwa mereka butuh lebih banyak informasi. Mereka harus mengumpulkan, melakukan pertukaran, dan mengevaluasi informasi yang berkaitan dengan produk dan layanan yang mereka tawarkan. Manajemen juga memerlukan input dari karyawan agar dapat cepat tanggap terhadap perubahan pasar lokal dan global. Permintaan akan informasi yang semakin meningkat ini juga berarti meningkatkan penggunaan e-mail, meskipun memo dengan kertas masih digunakan. Mengembangkan keterampilan dalam menulis pesan e-mail dan memo memberikan dua manfaat penting. Pertama, dokumen yang ditulis dengan baik cenderung mencapai tujuannya. Dokumen tersebut menciptakan kesan baik karena ditulis dengan hati–hati, perhatian, dan jelas. Kedua, pesan internal yang ditulis dengan baik meningkatkan citra seorang karyawan/pimpinan di dalam organisasi. Individu yang dianggap sebagai penulis yang kompeten dan profesional dihargai dan diperhatikan; paling sering, mereka adalah orang–orang yang dipromosikan ke dalam posisi manajemen. Pesan yang terus terang ini yaitu e-mail rutin dan memo dibuka dengan ide utama karena topiknya tidak sensitif dan hanya membutuhkan sedikit persuasi. Didalam modul ini akan mempelajari dan membahas tentang karakteristik, proses penulisan, dan organisasi untuk pesan e-mail dan memo. Karena e-mail merupakan saluran komunikasi yang baru dan sangat berguna, perhatian khusus akan diberikan pada cara penggunaan yang aman dan efektif. Terakhir, modul ini akan memberikan pelajaran untuk menulis memo prosedur, informasi, permintaan, jawaban, dan konfirmasi. Karakteristik Pesan E-Mail dan Memo yang Berhasil Pada organisasi saat ini pesan e-mail dan memo merupakan bentuk komunikasi standar dan akan menjadi media komunikasi bisnis yang paling umum digunakan. Pesan yang sangat diperlukan ini digunakan untuk memberi informasi pada karyawan, meminta data, memberi respons, mengimformasi keputusan, dan memberi arahan. Pesan e-mail dan memo yang baik umumnya mempunyai karakteristik tertentu. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 183 To (Kepada), From (Dari), Date (Tanggal), Subject (Judul Subjek) E-mail dan memo mengandung judul kata penunjuk. Judul ini membantu pembaca segera mengidentifikasi tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah pesan. Sebagai catatan bahwa pesan e-mail yang dikirim keluar tidak perlu disertai waktu kirim karena hal itu diselipkan secara otomatis oleh komputer. Posisi waktu penerimaan pada pesan e-mail yang masuk bervariasi tergantung pada program komputer yang digunakan. Posisi waktu kirim dalam memo kertas juga fleksibel. Satu Topik Pesan e-mail dan memo yang baik umumnya hanya membahas satu topik. Membatasi topik membantu penerima bertindak terhadap subjek dan mengarsipnya dengan tepat. Seorang penulis memo yang, misalnya, menjelaskan sebuah masalah printer komputer dan juga meminta izin untuk menghadiri sebuah konferensi mempunyai risiko kegagalan 50 persen. Pembaca mungkin merespons masalah printer tetapi melupakan tentang permintaan izin konferensi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bersifat Percakapan Nada pesan e-mail dan memo diharapkan bersifat percakapan karena pihak – pihak yang berkomunikasi biasanya sudah saling kenal. Hal ini berarti kadang – kadang dalam bahasa Inggris menggunakan singkatan (I’am, you’ll), kata sehari–hari, dan kata ganti orang pertama (saya/kami). Meskipun demikian, nadanya juga harus tetap profesional. E-mail begitu cepat dan begitu mudah digunakan sehingga ada saja penulis yang tergoda ke dalam suatu sikap “kurang profesional yang mengherankan”. Meskipun hangat dan bersahabat, pesan e-mail seharusnya tidak emosional. Jangan pernah menyertakan kata– kata yang tidak seharusnya diucapkan di hadapan seseorang. Keringkasan Sebagai bentuk fungsional komunikasi, e-mail dan memo hanya mengandung apa yang perlu disampaikan dengan sopan. Sering kali, e-mail dan memo hanya membutuhkan sedikit penjelasan latar belakang dan perhatian sebagai upaya untuk memberi kesan baik kepada pihak luar dibandingkan surat. Hal yang harus diperhatikan ialah menghindari kata–kata yang terlalu panjang lebar. Selain itu hindari kalimat pembuka yang panjang (saya menulis memo ini untuk memberitahukan kepada Anda bahwa), dan frase yang berlebihan (karena fakta bahwa). Penyorotan Grafis Untuk menonjolkan ide–ide yang penting dan meningkatkan keterbacaan, penulis e-mail dan memo menggunakan teknik penyorotan grafis secara bebas. Isi memo cetakan ditingkatkan dengan daftar nomor atau bullet, heading, tabel, dan teknik lain. Beberapa program e-mail mungkin tidak mentransmisikan cetak miring, cetak tebal, atau dua set kolom. Namun, keterbacaan dengan paragraf yang baik dapat ditingkatkan dengan menggunakan poin bullet atau tanda bintang (asterisk), dan heading sisi, terutama untuk pesan yang lebih panjang. Pembaca enggan menelisik layar komputer untuk melihat tulisan yang penuh. Sebagai contoh perusahaan di Eropa telah banyak menggunakan email, namun para penggunanya kurang toleran pada penulis yang tidak mengikuti kaidah menulis. Mereka tidak akan menoleransi tulisan yang tidak menarik, tidak terpahami, dan “sampah data yang tak dapat dicerna”. Proses Penulisan “Salah satu ciri revolusi informasi yang paling mengagumkan,“ kata wakil direktur sebuah organisasi teknologi, adalah bahwa “momentum telah berbalik pada kata tertulis.” Pebisnis menulis lebih banyak pesan daripada sebelumnya, dan banyak dari tulisan itu adalah email dan memo. Agar efektif, pesan internal yang baik memerlukan persiapan yang teliti. Meskipun hal itu sering terlihat rutin, e-mail dan memo mungkin menjangkau lebih jauh dari yang diperkirakan. Pertimbangkan peneliti pasar di Vancouver, yang baru bekerja dan ingin menyenangkan atasannya, yang meminta laporan kemajuan proyeknya. Tanpa pikir panjang, ia segera mengirim sebuah ringkasan singkat mengenai pekerjaannya dalam sebuah e-mail kepada atasannya. Kemudian dalam minggu itu juga seorang wakil direktur meminta atasannya itu melaporkan kemajuan proyek tersebut, dan atasannya pun Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 184 meneruskan memo dari peneliti pasar yang tergesa–gesa itu. Kesan buruk yang muncul pun sulit diatasi oleh karyawan baru itu. Penulisan yang teliti memerlukan waktu--terutama pada awalnya. Namun, dengan mengikuti rencana yang sistematis dan melatih keterampilan, tentu akan meningkatkan hasil yang dicapai. Selain itu, ingatlah bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keahlian komunikasi akan membawa hasil yang besar. Sering kali, kemampuan berbicara dan menulis menentukan seberapa besar pengaruh seseorang dalam organisasi. Seperti juga tugas penulisan lainnya, menulis e-mail dan memo mengikuti tiga tahap proses penulisan yang sama. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Analisis, Antisipasi dan Adaptasi Dalam tahap 1 (prapenulisan) perlu menghabiskan beberapa waktu untuk menganalisis tugas. Banyak orang yang bekerja dengan pena atau komputer tanpa terlebih dahulu memfokuskan pikiran untuk bekerja. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya ajukan tiga pertanyaan penting kepada diri sendiri sebelum memulai membuat memo: 1) Apakah saya sudah benar – benar perlu menulis e-mail dan memo ini? Menelpon atau kunjungan singkat kepada seorang rekan yang dekat mungkin dapat menyelesaikan masalah serta menghemat waktu dan biaya pesan tertulis. Di sisi lain, sejumlah pesan tertulis membutuhkan catatan permanen. Keputusan lain adalah apakah menulis memo kertas atau mengirim secara elektronik. Banyak kantor yang sedang menuju sebuah tempat kerja tanpa kertas. 2) Mengapa saya menulis? Ketahui terlebih dahulu apa alasan untuk menulis dan harapan apa yang ingin dicapai. Hal ini akan membantu mengenali poin–poin penting dan di mana menempatkannya. 3) Bagaimana pembaca akan bereaksi? Visualisasikan pembaca dan pengaruh pesan yang disampaikan terhadapnya. Pertimbangkan cara–cara untuk menyampaikan pesan agar bermanfaat bagi pembaca. Riset, Organisasi, dan Komposisi Dalam tahap 2 (penulisan) yang dilakukan pertama ialah memeriksa arsip, memperoleh dokumentasi, dan mempersiapkan pesan. Buat sebuah bagan yang berisi poin–poin yang ingin ditulis. Untuk pesan singkat, sebaiknya catat pada dokumen yang akan dijawab. Pastikan untuk melakukan revisi, sebab pesan yang baik jarang diperoleh pada usaha pertama. Revisi, Koreksi dan Evaluasi Penulis yang teliti dan penuh perhatian merevisi pesan mereka, mengoreksi draf akhir, dan mengevaluasi keberhasilan komunikasi mereka. 1) Merevisi untuk kejelasan. Dipandang dari perspektif penerima, apakah ide pesan sudah jelas? Apakah ide itu membutuhkan lebih banyak penjelasan? Bila memo tersebut diteruskan kepada orang lain, apakah mereka memerlukan penjelasan lebih lanjut? Pertimbangkan untuk meminta seorang rekan mengkritik pesan jika pesan tersebut penting. 2) Mengoreksi ketepatan. Apakah kalimat–kalimat lengkap dan diberi tanda baca dengan tepat? Apakah ditemukan kesalahan cetak atau kata yang salah eja? Gunakan pemeriksaan ejaan dan tata bahasa Anda untuk mengoreksi pesan sebelum mengirimkannya. 3) Merencanakan umpan balik. Bagaimana cara mengetahui pesan yang dikirim berhasil? Pergunakan umpan balik dengan mengajukan pertanyaan (seperti Apakah Saudara setuju dengan saran ini?) dan membuatnya mudah bagi penerima untuk merespons. g. Organisasi Pesan E-mail dan Memo Baik elektronik atau dengan kertas, memo rutin biasanya mengandung empat bagian : 1) baris subjek yang meringkas pesan, 2) pembukaan yang mengemukakan ide utama dengan segera, 3) isi yang menjelaskan dan menjustifikasi ide utama, dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 185 4) penutup berupa tindakan yang diharapkan. Perlu diingat bahwa pesan rutin menyampaikan berita baik atau informasi standar. Baris Subjek Dalam e-mail dan memo, baris subjek merupakan keharusan. Baris ini meringkas ide pokok, yang memberi identifikasi cepat untuk membaca dan mengisi. Sebuah baris subjek biasanya ditulis dalam gaya yang disingkat, sering tanpa kata sandang (sebuah, suatu). Hal itu tidak perlu berupa kalimat lengkap, dan tidak harus diakhiri dengan titik. Baris subjek e-mail sangat penting. Baris subjek e-mail sangat penting. Baris subjek yang tak bermakna (seperti halo atau penting) bisa membuat pembaca menghapus pesan tanpa pernah membukanya. Baris subjek yang baik sering mengandung bentuk kata kerja atau permintaan tindakan: PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar SUBJEK: Memerlukan Anda untuk Mendemonstrasikan Dua Produk pada Pameran Perdagangan kami Selanjutnya (bukan hanya Pameran Perdagangan) SUBJEK: Menambah Kemampuan Peranti Lunak Pesan Kita (bukan hanya Peranti Lunak Baru) SUBJEK: Rapat Staf untuk Membahas Jadwal Liburan Musim Panas (bukan hanya rapat) Pembukaan Kebanyakan memo dan e-mail meliputi informasi yang tidak sensitif yang dapat disampaikan secara terus terang. Menurut eksekutif organisasi Doris Margonine “memo yang mengena pada saya menyampaikan secara langsung apa yang ada di benak penulis.” Mulailah dengan muatan utama, yaitu mengungkapkan ide utama dengan segera. Meskipun tujuan memo atau e-mail telah diringkas dalam baris subjek, tujuan tersebut harus dinyatakan kembali--dan diperjelas--dalam kalimat pertama. Beberapa pembaca melewatkan baris subjek dan langsung loncat ke kalimat pertama. Perhatikan bagaimana pembukaan tidak langsung berikut ini dapat diperbaiki dengan muatan depan (frontloading). Pembukaan Tidak Langsung I Selama enam bulan terakhir, Departemen s Produksi telah mempertimbangkan untuk i menambah mesin-mesin baru. Pembukaan Langsung Silahkan melihat proposal berikut ini berkaitan dengan program penambahan mesin-mesin baru, dan mohon beritahu kami selambatnya tanggal 20 Mei jika Anda menyetujui perubahan ini. Bila Anda setuju, saya akan memesan mesin potong model terbaru seharga $189 per mesin untuk digunakan di Pusat Produksi I s Sebagaimana Saudara ketahui, karyawan dii Bagian Produksi telah mengeluh tentang jumlah produksi yang tidask m meningkat tiap waktunya. e n cakup lebih banyak informasi mengenai alasan menulis. Hal itu menjelaskan dan mambahas subjek secara logis. Rancang data dengan baik agar mudah dipahami dengan menggunakan daftar nomor, heading, tabel, dan teknik penyorotan grafis lainnya. Bandingkan dua versi dari pesan yang sama berikut ini. Amati bagaimana sarana grafis dengan kolom, heading, dan ruang kosong membuat poin – poin utama mudah dipahami. 1) Versi Paragraf yang Sulit Dibaca Panduan perjalanan udara berikut ini berlaku efektif. Antara sekarang dan tanggal 31 Desember, hanya para account executive yang boleh melakukan perjalanan udara dengan biaya organisasi. Orang – orang ini diperbolehkan mengambil maksimum dua kali perjalanan, dan mereka hanya boleh menggunakan kelas ekonomi atau bisnis. 2) Versi yang Lebih Baik dengan Penyorotan Grafis Panduan perjalanan udara berikut ini segera berlaku efektif: Yang boleh melakukan perjalanan udara : Hanya para account executive Berapa kali perjalanan dinas : Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 186 Maksimum dua kali Sampai kapan : Antara sekarang dan tanggal 31 desember Kelas pesawat : Hanya kelas ekonomi atau bisnis PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penutupan Pada umumnya pesan diakhiri dengan (1) informasi tindakan, tanggal, atau tenggat waktu, (2) ringkasan pesan, atau (3) pikiran penutup. Di sini sekali lagi berpikir terlebih dahulu sebelum mulai menulis adalah penting. Penutup adalah bagian di mana pembaca dapat melihat tenggat dan tindakan yang diharapkan. Penutup memo atau e-mail yang efktif misalnya, Mohon serahkan laporan Anda sebelum tanggal 15 Juni sehingga kami mempunyai data Anda sebelum sesi perencanaan Juli kami. Dalam pesan yang lebih rumit sebuah ringkasan poin utama mungkin lebih tepat sebagai penutup. Bila tak ada permintaan tindakan dan tidak diperlukan ringkasan penutup, pesan dapat diakhiri dengan sebuah pikiran kesimpulan sederhana (saya senang menjawab pertanyaan Anda atau kelihatannya ini merupakan proyek yang berguna). Menutup pesan untuk memberikan kesan baik kepada rekan kerja memang jarang ditemukan dibanding dengan surat untuk pelanggan atau klien, beberapa pikiran penutup sering diperlukan untuk menunjukkan kesopanan. Penutup bisa menunjukkkan terima kasih atau mendorong umpan balik dengan uangkapan seperti saya sungguh menghargai kerjasama Anda atau apa ide Anda untuk proposal ini? Penutup lainnya melihat pada tindakan selanjutnya, seperti bagimana Anda ingin meneruskannya? Hindari penutupan dengan mohon beritahu saya bila Anda membutuhkan bantuan lebih lanjut. Penutup yang berlebihan ini terdengar mekanis dan tidak lulus. Menggunakan Email Dengan Aman dan Efektif Penggunaan pemula e-mail disarankan untuk “mengabaikan pertimbangan gaya dan tata bahasa.” Mereka berpikir bahwa “kata yang terbang” demikian julukan pesan e-mail, memerlukan sedikit pengeditan dan pengoreksian. Koresponden menggunakan emoticon (seperti wajah gembira di samping) untuk mengekspresikan emosi mereka. Dan banyak email saat ini masih terkesan dibuat seadanya dan kotor. Tetapi seiring dengan kematangan saluran komunikasi ini, pesan pun menjadi semakin pantas dan profesional. Saat ini, pesan e-mail rata – rata bisa tetap berada dalam sistem komputer organisasi sampai lima tahun. Dan dalam sejumlah situasi satu – satunya kesan seseorang tentang penulis e-mail adalah dari pesan yang dikirimkan. Komunikator bisnis yang bijaksana yang menggunakan e-mail menyadari bahaya ini. Mereka tahu bahwa pesan mereka dapat tersebar (dengan sengaja atau tidak) ke mana – mana. Sebuah catatan yang dikonsep dengan tergesa – gesa mungkin berakhir di kotak suratatasan atau diteruskan ke kotak surat musuh. Yang membuat segalanya lebih buruk, komputer—seperti juga gajah dan kekasih yang ditolak—tidak pernah melupakan. Bahkan pesan yang sudah dihapus bisa tetap berada dalam disk drive. “Hal itu seakan – akan orang memegang otak mereka ketika mereka menulis e-mail,” kata seorang pakar. Mereka berpikir bahwa e-mail “merupakan pengganti percakapan telepon, itulah bahayanya.” Email mengandung sejumlah bahaya, baik bagi karyawan maupun atasan, sebagimana dibahas dalam kotak Bimbingan Karier. Penggunaan E-Mail yang Cerdas Namun, di samping berbahaya dan keterbatasannya, e-mail semakin menjadi saluran pilihan untuk mengirim banyak pesan bisnis. Karena e-mail telah menjadi saluran komunikasi utama, maka penting untuk meluangkan waktu, menyusunnya dengan teliti, memerhatikan ketepatan tata bahasa dan tanda baca. Mulai menulis Petunjuk berikut ini akan membantu melakukan permulaaan yang baik dalam menggunakan e-mail secara aman dan efektif. 1) Menyusun secara offline. Daripada menulis pesan dengan terburu – buru, gunakan program pengolah kata untuk menulis secara offline. Kemudian masukkan pesan ke jaringan e-mail. Hal ini Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 187 2) 3) untuk menghindari “merusak diri” (kehilangan semua tulisan karena kekeliruan atau menekan tombol yang salah) ketika bekerja online. Tulis alamat dengan benar. Alamat e-mail kadang kala rumit, dan sering tidak logis. Kurang satu karakter atau salah menggunakan huruf I untuk angka 1, maka pesan tidak akan terkirim. Solusi: Gunakan buku alamat elektronik untuk orang–orang yang sering berkomunikasi dengan e-mail. Dan periksa ulang setiap alamat yang diketik secara manual. Pastikan juga untuk tidak menjawab kepada sekelompok penerima ketika yang dimaksud hanya menjawab satu orang. Hindari baris subjek yang menyesatkan. Dengan membanjirnya spam (e-mail sampah) yang memenuhi kotak masuk (inbox), pastikan baris subjek relevan dan membantu. Kata generik seperti hai dan persetujuan yang bagus bisa membuat pesan dihapus sebelum dibuka. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Isi, Nada dan Ketepatan Meskipun e-mail tampaknya sesederhana telepon, sebenarnya tidak. Sebab e-mail menghasilkan catatan permanen, pikirkan kembali apa yang akan dikatakan dan cara untuk mengatakannya. 1) Buat ringkas. Jangan membebani pembaca dengan informasi yang tidak perlu. Ingat bahwa ukuran monitor kecil dan ketikan sering sulit untuk dibaca. Susun ide–ide dengan ringkas. 2) Jangan kirim apapun yang tidak ingin dipublikasikan. Karena e-mail kelihatan seperti percakapan telepon atau orang ke orang, penulis terkadang mengirim pesan yang sensitif, rahasia dan bersifat menghasut atau berpotensi memalukan. Berhati–hatilah! E-mail menghasilkan catatan permanen yang sering tidak hilang bahkan dihapus. Dan setiap pesan merupakan komunikasi yang bisa mengakibatkan perkara hukum. Jangan menulis apapun yang tidak ingin diketahui oleh orang yang tidak ada hubungannya dengan pesan yang akan dikirim. 3) Jangan menggunakan e-mail untuk menghindari kontak. E-mail tidak tepat digunakan untuk mengumumkan berita buruk atau menetapkan argumen. Sebagai contoh, tidak tepat memecat seseorang melalui e-mail. Hal itu juga bukan saluran yang bagus untuk mengatasi konflik dengan penyelia, bawahan atau lainnya. Bila ada kemungkinan menyakitkan perasaan, gunakan telepon atau kunjungi orang tersebut. 4) Jangan pernah merespon ketika sedang marah. Selalu ambil beberapa saat untuk menenangkan emosi sebelum menulis respon pada pesan yang mengecewakaan. Alternatif yang berbeda sering muncul, maka pikirkan dengan baik apa yang akan dikatakan. Jika mungkin, atasi perbedaan dalam diri setiap orang. 5) Memerhatikan ketepatan. Orang masih tetap dinilai berdasarkan tulisannya, entah ditulis secara elektronik atau dengan kertas. Pesan e-mail yang tidak rapi (kurang tanda petik, ejaan yang salah, tulisan yang tidak didasari) membuat para pembaca bekerja terlalu keras. Mereka marah bukan hanya pada informasi tetapi juga penulisnya. 6) Tahan humor dan komentar yang menjilat. Tanpa isyarat nonverbal yang disampaikan oleh wajah dan suara, humor tetap dengan mudah dipahami. Etika Meskipun e-mail merupakan saluran komunikasi baru, ada sejumlah aturan kesopanan berinteraksi secara online yang perlu diperhatikan. 1) Batasi kecenderungan untuk mengirim dokumen ke semua pihak. Kirim kopi dokumen hanya kepada orang yang benar–benar perlu melihat sebuah pesan. Tidak perlu mendokumentasi setiap keputusan dan tindakan bisnis secara elektronik. 2) Jangan pernah mengirim “spam”. Empat puluh tiga persen pemakai internet mengatakan bahwa hal yang paling mengesalkan mereka dalam penggunaan email adalah spam (pesan e-mail yang tidak diminta). 3) Pertimbangkan menggunakan label pengidentifikasi. Jika diperlukan tambahkan salah satu dari label berikut ini pada baris subjek: ACTION (Tindakan yang diperlukan, mohon respons), FYI (For Your Information, tidak perlu respons), RE Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 188 (Ini adalah balasan untuk pesan lain), URGENT (Tolong jawab segera). Beberapa program e-mail memungkinkan Anda mengetahui pesan yang mendesak. 4) Gunakan huruf kapital hanya untuk penekanan atau untuk judul. Hindari menulis seluruh pesan dalam huruf kapital, yang seperti BERTERIAK. 5) Beritahu kalau ada lampiran. Jika mengirim sebuah lampiran yang panjang, beritahukan kepada penerima pesan. Apabila diperlukan, pastikan terlebih dahulu penggunaan format yang tepat sebelum pesan dikirim. 6) Jangan meneruskan pesan tanpa izin. Cari persetujuan sebelum meneruskan sebuah pesan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Membalas E-mail Tips berikut ini dapat menghemat waktu dan mengurangi frustasi ketika membalas pesan. 1) Baca dulu semua pesan dalam kotak masuk sebelum menjawabnya satu persatu. Karena pesan berikutnya sering mempengaruhi cara merespons, baca dulu semuanya (terutama semua pesan dari orang yang sama). 2) Jangan secara otomatis membalas pesan pengirim. Ketika membalas, cut and paste (potong dan tempel) bagian yang relevan. Hindari menyusahkan penerima pesan dengan mengembalikan seluruh “berkas” (urutan pesan) tentang suatu topik. Banyak pengguna yang mahir dapat mengatur pilihan program mereka sehingga hanya respons mereka saja yang terkirim. 3) Revisi baris subjek jika topik berganti. Ketika membalas atau meneruskan pertukaran e-mail, revisilah baris subjek jika topik berganti. Penggunaan Pribadi Ingat bahwa komputer kantor dimaksudkan untuk komunikasi yang berkaitan dengan pekerjaan. 1) Jangan gunakan komputer organisasi untuk masalah pribadi. Kecuali kalau organisasi secara khusus mengizinkan, jangan pernah menggunakan komputer organisasi untuk pesan pribadi, belanja pribadi, atau hiburan. 2) Anggap bahwa semua e-mail diawasi. Pemilik organisasi berhak secara legal mengawasi e-mail, dan banyak yang melakukannya. Pengunaan E-mail yang Cerdas Lainnya Tergantung pada pesan dan audiensi, tips berikut ini mendorong komunikasi elektronik yang efektif. 1) Gunakan desain untuk meningkatkan keterbacaan pesan panjang. Jika Sebuah pesan memerlukan beberapa layar, bantu pembaca dengan heading, daftar bullet, heading pinggir dan mungkin ringkasan pendahuluan yang menjelaskan isi. Meskipun teknik ini memperpanjang sebuah pesan, mereka mempersingkat waktu membaca. 2) Pertimbangkan perbedaan budaya. Ketika menggunakan sarana yang tanpa batas ini, bahasa harus jelas dan akurat. Ingat bahwa kiasan yang klise (menaikkan taruhan, memainkan biola kedua), istilah–istilah olahraga (melakukan home run, bermain sportif) dan ucapan populer (keren, nyalakan) dapat membingungkan di negara lain. 3) Periksa kembali sebelum menekan tombol send (kirim). Apakah pesan sudah lengkap? Hindari keperluan mengirim pesan yang kedua, yang membuat kesan ceroboh. Gunakan pemeriksa ejaan dan baca kembali untuk menilai kelancarannya sebelum mengirim. 2. Studi Kasus Penggunaan Internet Anda Dapat Membuat Anda Dipecat Penyalahgunaan Internet oleh karyawan telah merugikan pemilik bisnis hingga jutaan dolar dalam perkara hukum dan hilangnya produktivitas. Banyak organisasi telah memecat atau mendisiplin karyawannya karena belanja online, judi, gosip dan melakukan berbagai aktivitas nonbisnis. Aktivitas yang disengaja ini, sama seperti yang tidak sengaja tetapi karena kecerobohan, dapat melahap Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 189 sumber daya jaringan dan membuang waktu kerja yang berharga. Tidak mengherankan jika organisasi semakin memantau dan membatasi penggunaan internet karyawan. Asumsikan diri Saudara sebagai seorang pimpinan. Apakah sebaiknya suatu prosedur diubah untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan internet dalam bekerja? Kemukakan ide Saudara untuk membuat prosedur yang ideal dalam memakai internet di kantor. 3. Latihan 1. Jelaskan pengertian dari surat masuk ! 2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk pola baru! 3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi? 4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang oleh? 5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat keluar pola baru! PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar D. Pembelajaran Sistem Kearsipan 1. Uraian Materi a. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1971, pengertian arsip adalah : 1) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga dan Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan; 2) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta atau perorangan, dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Pada Undang-undang tersebut arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua golongan, yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara. Arsip statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi Negara. Jadi arsip dinamis adalah semua arsip yang masih berada di berbagai kantor, baik kantor pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan, karena masih dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan administrasi lainnya. Arsip dinamis dalam bahasa Inggris disebut record. Sedangkan arsip statis adalah arsip-arsip yang disimpan di Arsip Nasional (ARNAS) yang berasal dari arsip (dinamis) dari berbagai kantor. Arsip statis ini dalam bahasa Inggris disebut archieve. Dua istilah record dan archieve di atasa sering disebut dengan istilah arsip (bahasa Belanda archief). Sehingga Record Management diterjemahkan dengan Tata Kearsipan atau Manajemen Kearsipan. Gambar Istilah Arsip dan Statusnya Apa pun sebutan dan istilahnya , yang dimaksud dengan arsip disini adalah setiap catatan (record/warkat) yang tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam bentuk huruf, angka atau gambar, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 190 yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu, formulir), kertas film (slide, film-strip, mikro-film), media computer (pita tape, piringan, rekaman, disket), kertas photocopy, dan lain-lain. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Lingkaran Hidup Kearsipan Sumber: Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan dan Perawatan Arsip. Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi yang sudah sampai kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat terekam pada kertas, kertas film (celluloid), dan media computer (disket, pita magnetik, flash disk dan sebagainya). Karena itu sekarang terdapat 2 (dua) jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundangundangan, yaitu : 1) Arsip otentik 2) Arsip tidak otentik. Arsip otentik adalah arsip yang di atasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta (bukan fotokopi atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip bersangkutan. Arsip otentik dapat dipergunakan sebagai bukti hukum yang sah. Arsip tidak otentik adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopi, film, microfilm, keluaran (output/print-out) computer, dan media komputer seperti flash disk dan sebagainya. Berikut merupakan beberapa contoh arsip: surat, surat perjanjian, teleks, telegram, faktur, memo, laporan, kartu, formulir, daftar, gambar, foto, peta, kuitansi, cheque, cetak-biru, table, grafik, film, microfilm, microfische, slide, data-data, akte, hasil facsimile, media computer (disket, flash disk, magnetic tape, piringan), dan lain-lain. Aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan arsip disebut Manajemen Kearsipan. Dengan lengkap dapat dikatakan bahwa Manajemen Kearsipan adalah kegiatan pengurusan arsip yang meliputi pencatatan, pengendalian dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan. Jadi kegiatan tersebut meliputi suatu siklus “kehidupan” warkat sejak lahir sampai mati. Khusus untuk arsip yang tidak pernah mati karena mempunyai nilai sangat penting bagi perkantoran akan disimpan selama-lamanya di perkantoran bersangkutan sebagai arsip abadi. Sedangkan sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 1971 arsip dinamis yang sudah tidak diperlukan di perkantoran tetapi mempunyai nilai nasional yang perlu dilestarikan selama-lamanya, kemudian harus dikirim ke Arsip Nasional (ARNAS) untuk disimpan abadi sebagai arsip statis. ARNAS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk menyimpan, menyelamatkan, mengolah, dan menyediakan arsip statis sebagai bahan bukti seluruh pertanggungjawaban pemerintah maupun bangsa. Arsip Nasional yang berada di Ibu Kota Republik Indonesia merupakan inti organisasi dari lembaga kearsipan nasional sehingga Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 191 disebut sebagai Arsip Nasional Pusat. Arsip Nasional di tiap-tiap Ibu Kota Daerah Tingkat I, termasuk daerah-daerah setingkat dengan Daerah Tingkat I, disebut Arsip Nasional Daerah. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Sistem Arsip Manual b. Ruang Lingkup Dapat dikatakan bahwa di mana ada kegiatan manusia, niscaya di situ akan terdapat arsip. Manusia selalu memerlukan catatan atau rekaman dari setiap kegiatan yang dilakukan, sehingga memerlukan arsip sebagai alat bantu untuk mengingat baik untuk keperluan administrasi, hukum, dan kepentingan-kepentingan pembuktian-pembuktian yang otentik dan sebagainya. Dengan adanya arsip akan timbul kegiatan yang berhubungan dengan kearsipan, baik dengan peralatan yang paling sederhana maupun dengan peralatan yang paling canggih atau teknologi tinggi seperti misalnya komputer. Sejak manusia mulai merekam berbagai kegiatan dengan mempergunakan daun papyrus, tablet tanah liat, ataupun daun lontar semenjak itu pulalah sejarah kearsipan mulai berlangsung. Pada awalnya transaksi dan kegiatan manusia dengan manusia lainnya cukup didasari atas saling percaya dan daya ingat. Jual beli dapat berlangsung dengan tukar-menukar atau barter, misalnya antara orang pantai dan petani. Oleh orang pantai hasil lautnya ditumpuk di suatu tempat, kemudian datang petani mengambil hasil laut tersebut dan meninggalkan hasil pertaniannya. Barter tersebut terjadi tanpa komunikasi sama sekali. Cara transaksi dan kegiatan seperti contoh diatas, tentu saja tidak dapat berjalan terus. Aktivitas dan keperluan manusia makin bertambah banyak dan rumit disebabkan oleh pertambahan jumlah manusia dan perkembangan peradabannya. Dewasa ini, transaksi keuangan misalnya, niscaya disertai dengan tanda bukti berupa kuitansi. Transaksi barang akan disertai dengan tanda bukti berupa faktur. Bahkan sebagai tanda bukti persetujuan diperlukan lagi adanya surat perjanjian. Kuitansi, faktur, dan surat perjanjian tersebut adalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh catatan atau rekaman yang terjadi dari adanya kegiatan kita sehari-hari. Catatan dan rekaman tersebut kita sebut arsip.Pemakaian bukti tertulis memang sudah melembaga pada setiap kegiatan. Bahkan terdapat kecenderungan bahwa semakin canggih peralatan teknologi yang dipergunakan untuk suatu kegiatan, semakin bertambah banyak rekaman atau arsip (output/keluaran) yang dihasilkan, dan penggunaan arsip dalam bentuk formulir disebut sebagai masukan (input), misalnya saja pada pemakaian peralatan computer. Bukti atau rekaman yang diperlukan dan dihasilkan dari setiap kegiatan itulah yang perlu kita tata secara sistematis agar dapat dengan mudah dan cepat ditemukan bilamana sewaktuwaktu diperlukan.Setiap kantor, baik kantor pemerintah, swasta, pabrik, maupun organisasi, bahkan rumah tangga dan perorangan, niscaya akan terlibat dengan arsip. Setiap unit kerja di perkantoran mempunyai arsip. Demikian pula pejabat-pejabat secara perorangan seringkali mempunyai arsip. Jumlah masing-masing arsip yang dikelola mungkin sedikit, mungkin pula banyak. Mungkin saja mempergunakan ruangan–ruangan yang banyak, dapat pula mempergunakan satu almari arsip (filing cabinet), atau bahkan hanya ditempatkan pada mapmap yang tersusun di meja. Kesemuanya menunjukan bahwa setiap orang cenderung hidup bersama arsip , baik di tempat pekerjaan maupun di rumah. Itu merupakan ciri kehidupan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 192 manusia modern, yaitu manusia yang kegiatannya dibantu dengan informasi. Informasi terdapat pada berbagai macam media, dan salah satunya adalah arsip. Sesungguhnya penanganan atau pengelolaan arsip sudah dimulai dari rumah. Arsip-arsip yang penting bagi administrasi rumah tangga misalnya kuitansi dan bon perbelanjaan, rekening (listrik, gas, televisi dan telepon), cicilan rumah, cicilan alat-alat rumah tangga, surat undangan, surat-surat asuransi, ijazah, sertifikat, dan sebagainya. Banyak macam lagi yang masih bisa disebutkan, yang sesungguhnya memerlukan penataan yang sistematis agar tersimpan dengan aman dan mudah ditemukan dengan cepat bilamana diperlukan. Di took alat tilis atau supermarket sudah banyak dijual buku berkantong untuk tempat menyimpan surat-surat atau arsip di rumah. Pada setiap kantong dapat diberi label mengenai subjek surat yang diisikan pada kantong bersangkutan, misalnya: Asuransi, Dokter, Listrik, dan sebagainya. Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penciptaan Penyimpanan Penemuan Penyelamatan Penyusutan Pemusnahan Gambar Ruang Lingkup Kegiatan Kearsipan Sumber : Humas Arsip Nasional Republik Indonesia. 2006. Pemeliharaan dan Perawatan Arsip. Kantor-kantor pemerintah, swasta, dan lain-lainnya niscaya banyak mempergunakan arsip. Arsip tersebut dapat terjadi karena adanya transaksi kegiatan ataupun hasil dari suatu proses administrasi dan komunikasi internal dan eksternal.Para pejabat dari berbagai tingkat manajemen sering kali menyimpan arsip-arsip (penting)-nya sendiri, di samping arsip-arsip yang disimpankan oleh sekretarisnya. Para sekretaris niscaya akan disibukkan oleh pekerjaan filing. Ada banyak macam sekretaris dan bidang kegiatan yang dipegangnya. Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh atasannya banyak tergantung kepada tersedianya data dan informasi yang ada pada almari-arsipnya, serta kecepatan penemuan kembali arsip-asip bersangkutan. Para karyawan yang bertugas pada unit-unit kerja pembukuan, pemasaran, tata usaha, pengawasan, personalia, penggajian, perlengkapan, gudang, kendaraan, humas, resepsionis, computer, pelaporan, penelitian, dan pengembangan, niscaya banyak bekerja dengan file. Bahkan seperti sudah dikatakan diatas, setiap unit kerja yang bekerja dengan “kertas bertulisan”, niscaya akan terlibat dengan pekerjaan filing. Kantor-kantor yang kegiatannya banyak berhubungan dengan pelayanan masyarakat diharapkan mempunyai file yang dapat berjalan efisien dan efektif. Kantor pemerintah yang umumnya berfungsi melayani kepentingan umum seperti misalnya kantor pajak, kantor kelurahan sampai kantor gubernur, perbankan, asuransi, rumah sakit, universitas, departemen-departemen pemerintah, lembaga-lembaga tinggi seperti MPR, DPR, DPA, dan Mahkamah Agung, kepolisian, pengadilan dan lain-lain merupakan tempat-tempat yang memerlukan penataan arsip dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak, pelayanan masyarakat yang diberikan niscaya akan lamban dan tidak memuaskan. Banyak ditemui situasi pelayanan administratif yang masih dalam taraf terbelakang berada di tengah – tengah perkantoran modern yang menjulang tinggi ke angkasa. Pejabat-pejabat kantor bersangkutan turun-naik mobil mengkilap super-modern, dan bekerja lengkap dengan jas dan dasi di bawah naungan sejuknya AC, tetapi administrasi yang dikelola di bawah tanggung jawabnya masih berada di alam terbelakang. Para langganan menunggu berjamjam untuk dapat dilayani. Padahal para langganan itu akan membayar pajak, menabung, menguangkan cek, membayar iuran televisi, atau membayar kredit rumah murah. Siapakah Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 193 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar yang bersalah kalau kemudian lama-lama para langganan segan melakukan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik? System administrasi hendaklah menimbulkan kemudahan masyarakat untuk membayar, bukan sebaliknya, mendorong masyarakat enggan melakukan pembayaran. Banyak kantor pemerintah yang menyimpan berbagai jenis arsip seperti surat kelakuan baik, sidik jari, akte kelahiran, surat tanah, dan lain-lain, yang kalau sewaktu-waktu diperlukan tidak dapat dicari dengan cepat. Padahal setiap hari bertumpuk-tumpuk formulir yang diisi di berbagai kantor. Di mana-mana mengisi formulir. Tetapi besok lusa bila diperlukan tidak dapat dicari lagi. Masalah kelambatan pelayanan masyarakat pada berbagai kantor seperti disebutkan di atas, dapat dialami pula pada kantor seperti pada bank misalnya. Sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu factor penyebabnya adalah masalah penemuan kembali file yang relatif lama. Formulir-formulir isian yang data dan informasinya sudah dimasukkan ke computer, untuk keperluan pembuktian hukum dan lain-lain masih tetap harus disimpan sebagai arsip otentik sampai batas waktu tertentu. Karena itu, semakin canggih peralatan makin diperlukan penyimpanan arsipnya. Penataan arsip dapat dikerjakan secara manual (tangan) dan komputer. Penataan arsip yang benar niscaya mempercepat penemuan kembali, kendatipun ini masih dilakukan secara manual. Kalau sistemnya sudah benar, maka perubahan dari pengelolaan dengan tangan ke pengelolaan dengan computer sangat mudah dilakukan. Sebab yang disusun oleh tangan ataupun komputer pada hakikatnya sama, yaitu huruf-huruf, angka-angka, dan tanda-tanda baca. Ruang lingkup pekerjaan kearsipan memang luas. Pengaruhnya sangat besar terhadap kelancaran administrasi suatu program (kegiatan), yang meliputi administrasi perencanaan, administrasi pelaksanaan, dan administrasi pengawasan. c. Tujuan Kearsipan Pengelolan arsip ditujukan untuk pemanfaatan dan pelestarian arsip bagi kegiatan administrasi dan memori kolektif bangsa. Sedangkan nilai guna yang terkandung pada rekod yang menjadi arsip disebut dengan nilai guna ALFRED, yaitu : 1) Administrative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan kelancaran kegiatan/ administrasi yaitu tanggung jawab kedinasan 2) Legal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan alat bukti/ hukum / yaitu tanggung jawab kewenangan. 3) Fiscal value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung jawab dalam hal keuangan. 4) Research value adalah nilai guna yang berhubungan dengan penelitian yaitu tanggung jawab pengembangan. 5) Education value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggung jawab intelektual/prestasi budaya 6) Documentative value adalah nilai guna yang berhubungan dengan tanggungjawab pendokumentasian. d. Peralatan Kearsipan Peralatan yang dipergunakan dalam kearsipan pada dasarnya sama dengan alat-alat dalam bidang ketatausahaan pada umumnya. Peralatan untuk penyimpanan arsip, minimal terdiri dari : 1) Map yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan untuk menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering disebut stopmap folio, Stopmap bertali (portapel), map jepitan (snelhechter), map tebal (ordner atau brieforner). 2) Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu kelompok arsip di dalam filing cabinet. 3) Guide adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan sebagai penunjuk atau sekat/pemisah penyimpanan arsip. Guide terdiri dari dua bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan kode- kode, tanda-tanda atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan guide itu sendiri. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 194 4) Filing Cabinet (file cabinet) adalah peralatan kantor berbentuk persegi empat panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. 5) Almari Arsip adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan arsip. Bentuk dan jenisnya bervariasi, namun berkas atau arsip yang disimpan dalam almari arsip sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral (vertikal berderet kesamping), sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip yang disusun ditata di dalam rak arsip. Lemari Arsip Brankas PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Lemari Arsip dan Brankas 6) Berkas Kotak (Box file) adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya dipergunakan untuk menyimpan arsip yang sejenis, atau yang berisi hal-hal yang sama. 7) Rak Arsip adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun secara vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas menuju kekanan, dan seterusnya kebawah. Filing Cabinet Rak Arsip Gambar Filing Cabinet dan Rak Arsip 8) Rotary Filling adalah tempat arsip yang dapat menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu). Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar berputar, digunakan untuk P a g e | 195 Rotary Filing System PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Rotary Filing System 9) Cardex (Card Index) adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip berupa kartu dengan memgunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar memanjang. Kartukartu yang akan disimpan diberi kode terlebih dahulu dibagian atas kartu agar lebih mudah terlihat. 10) File yang dapat dilihat (Visible reference record file) adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip-arsip yang bentuknya berupa leflet, brosur, dan sebagainya. e. Azas Pengorganisasian Arsip Dalam pengorganisasian arsip dikenal beberapa azas atau prinsip pengorganisasian yaitu: 1) Azas sentralisasi Azas ini merupakan jenis pengelolaan arsip dinamis baik aktif maupun inaktif yang dikendalikan dan disimpan secara terpusat pada salah satu unit kerja didalam organisasi. Keuntungan: a) pelaksana lebih konsentrasi pada kegiatan pengolaan arsip b) sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam c) lebih efisien dalam sarana peralatan dan ruangan d) memperkecilnya terjadinya duplikasi arsip e) pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir Kerugian: a) Apabila lokasi/tempat antara unit kerja satu dengan yang lainnya letaknya berjauhan atau tidak satu atap, dalam penemuannya akan memakan waktu lama. b) Terkadang pelaksana kurang menguasai fungsi dan kegiatan antara unit kerja yang satu dengan yang lainnya Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi 1 2 a b 3 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4 c d 5 6 P a g e | 196 Keterangan : 1 2 3 4 5 6 = Pimpinan = Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi : a. Sekretaris/Kepala TU b. Bagian Humas c. Bagian Kearsipan d. Bagian Perbekalan = Unit Produksi = Unit Pemasaran = Unit Keuangan = Unit Personalia PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Sentralisasi 2) Azas desentralisasi Pada azas ini masing-masing unit kerja menyimpan, mengendalikan dan mengelolah sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif maupun arsip dinamis inaktif Keuntungan : a) pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhkan unit kerja masing-masing b) pengguna akan lebih mudah mengenali arsipnya c) memperkecil adanya kebocoran informasi arsip Kerugian : a) membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar b) sistem penataan berkas yang diterapkan mungkin tidak seragam antara unit yang ada c) memerlukan banyak pelaksana yang mempunyai pengetahuan pengelolaan arsip d) menimbulkan banyak duplikasi arsip, karena penyimpanannya menyebar e) kesulitan dalam melaksanakan penyusutan Bagan Organisasi dengan Asas Desentralisasi 1 A 2 a A b A 3 A 4 c A 5 d A A 6 A Keterangan : 1 2 3 4 5 6 A = Pimpinan = Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi : a. Sekretaris/Kepala TU b. Bagian Administrasi Personalia c. Bagian Administrasi Perbekalan d. Bagian Humas = Unit Produksi = Unit Pemasaran = Unit Keuangan = Unit Penelitian dan Pengembangan = Bagian Tata Usaha/Arsip setiap unit organisasi Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Desentralisasi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 197 3) Azas Kombinasi Gabungan antara azas desentralisasi dan azas sentralisasi. Penerapan azas gabungan ini cocok untuk organisasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas, mempunyai cabang-cabang. Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan 1 A 2 a A PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar b A 3 A 4 c A d A 5 A 6 A Keterangan : 1 2 3 4 5 6 A = Pimpinan = Sekretariat (Unit Tata Usaha) yang meliputi : a. Sekretaris/Kepala TU b. Bagian Humas c. Bagian Kearsipan (Pusat Arsip) d. Bagian Perbekalan = Unit Produksi = Unit Pemasaran = Unit Keuangan = Unit Personalia = Bagian Tata Usaha/Arsip setiap unit organisasi Gambar Bagan Organisasi dengan Asas Gabungan Sumber: The Liang Gie.2007. Administrasi Perkantoran Modern f. Prosedur Penyimpanan Arsip 1) Inspecting adalah kegiatan memeriksa tanda lepas (realese mark) dari setiap warkat yang akan disimpan. 2) Indexing adalah kegiatan menentukan kata tangkap (caption) dari setiap warkat yang akan disimpan menjadi arsip. 3) Coding adalah kegiatan memberi kode pada setiap warkat yang selesai di indeks. 4) Sorting adalah kegiatan mengelompokkan/memilah warkat yang sudah diberi kode sesuai dengan kelompoknya. 5) Placing adalah kegiatan meletakkan arsip pada tempat penyimpanan sesuai dengan kode dan kelompoknya g. Sistem Penyimpanan Arsip 1) Sistem Abjad adalah sistem penyimpanan berdasarkan Indeks nama koresponden Gambar Kearsipan Sistem Abjad Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 198 2) Sistem Geografi adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks indeks alamat koresponden Gambar Kearsipan Sistem Geografi 3) Sistem Kronologis adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks tanggal warkat ataupun pencatatan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Kearsipan Sistem Kronologis 4) Sistem Nomor adalah sistem berdasarkan indeks nomor warkat penyimpanan Gambar Kearsipan Sistem Nomor 5) Sistem Pokok Masalah adalah sistem penyimpanan berdasarkan indeks perihal atau masalah pokok pada surat Gambar Kearsipan Sistem Pokok Masalah Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan h. Mengindeks Indeks adalah tanda pengenal dari suatu arsip atau kata tangkap/cat chword/caption yang dipilih tergantung kepada sistem penyimpanan yang dipergunakan. Contoh: 1) Sistem Abjad indeksnya nama orang atau lembaga 2) Sistem subyek indeksnya nama masalah atau perihal 3) Sistem kronologis indeksnya nama tanggal 4) Sistem geografi indeksnya nama tempat atau kota 5) Sistem nomor indeksnya nomor warkat Mengindeks adalah suatu cara membentuk ciri atau tanda dari suatu dokumen yang akan dijadikan petunjuk dan tanda pengenal untuk memudahkan mengetahui dalam susunan nama dokumen tersebut dimasukan ke dalam file. Peraturan Mengindeks 1) Sistem Abjad Didalam mengindeks nama orang atau lembaga, ada beberapa peraturan yang harus dipahami berkaitan dengan penyimpanan arsip berdasarkan sistem abjad. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 199 a) Mengindeks Nama Orang Indonesia i. Nama tunggal atau nama yang terdiri dari satu kata di indeks sebagaimana nama itu ditulis (satu unit) Contoh: Caption/Nama Indeks Unit 1 Mulyadi Mulyadi Komarudin Komarudin Unit 2 Kode Abjad Urutan Abjad Mu Ko 2 1 Unit 3 ii. Nama orang yang tidak memakai nama keluarga/marga (nama lengkap) diindeks nama belakang terlebih dahulu Contoh: Caption/Nama PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Indeks Unit 1 Nugroho Amelia Dimas Nugroho Siti Amelia Unit 2 Dimas Siti Kode Abjad Urutan Abjad Nu Am 2 1 Unit 3 iii. Nama orang yang diikuti nama keluarga/marga/suku diindeks berdasarkan nama keluarganya Contoh: Caption/Nama Indeks Unit 1 Ani Yudhoyono Yudhoyono NadyaHutagalung Hutagalung Unit 2 Ani Nadya Kode Abjad Urutan Abjad Yu Hu 2 1 Unit 3 iv. Nama yang memakai singkatan didepan atau belakang, diutamakan nama jelasnya Contoh: Caption/Nama B.J. Habibie T.D. Joko Indeks Unit 1 Habibie Jokko Unit 2 B T Unit 3 J D Kode Abjad Urutan Abjad Ha Ja 1 2 v. Nama yang memakai gelar, maka gelar diletakkan pada urutan terakhir Contoh: Caption/Nama Prof. Dr. Amien Rais Kartini, SE Unit 1 Rais Kartini Indeks Unit 2 Unit 3 Amien (Prof, Dr) SH Kode Abjad Urutan Abjad Ra Ka 2 1 vi. Nama yang didahului nama baptis, maka nama baptis diindeks setelah semua nama Indonesianya Contoh: Caption/Nama F.X Sutopo Theresia Amel Indeks Unit 1 Sutopo Amel Kode Abjad Urutan Abjad Unit 2 Unit 3 Fransiskus Xaverius Su Theresia Am 2 1 b) Mengindeks Nama Orang Asing i. Nama orang asing diindeks berdasarkan nama keluarga dan biasanya terdapat setelah nama aslinya, kecuali nama orang Cina dan Korea (nama keluarganya terletak didepan). Contoh: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 200 Caption/Nama Indeks Unit 1 David Beckham Beckham Yasuhiro Naka- Nakasone sone Kim Kim Dong Mun Liem Liem Swie King Unit 2 David Yasuhiro Unit 3 Dong Swie Mun King Kode Abjad Urutan Abjad Be Na 1 4 Ki Li 2 3 ii. Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung dianggap sebagai satu unit, nama tersebut diindeks telebih dahulu kemudian nama aslinya. Contoh: Caption/Nama PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Indeks Kode Abjad Urutan Abjad Unit 1 Unit 2 Unit 3 Sylvia Loper-Tiana L ope r- Ti- Sylvia Lo 2 John Lee-Barry ana Lee-Barry John Le 1 iii. Nama yang memakai awalan nama kelauarga (De, Da, de, Du, Del, Des, Di, Fitz, La, Le, M’, Al, Bin, Binti, Mc, Mac, O’, St, Van, der, Von, dll)dalam mengindeks tidak tepisah dari nama keluarga sebagi unit pertama. Contoh: Caption/Nama Indeks Unit 1 Al Rasyid O’ Donnel Harun Al Rasyid Chris O’ Donnel Unit 2 Harun Chris Kode Abjad Urutan Abjad Ra Do 2 1 Unit 3 iv. Nama yang memakai seniority (Sr, Jr, I, II, III) dalam indeks diletakkan pada unit terakhir. Contoh: Caption/Nama George Bush, Sr King Edward, I Indeks Unit 1 Bush Edward Unit 2 George King Unit 3 Sr I Kode Abjad Urutan Abjad Bu Ed 1 2 c) Mengindeks Nama Perusahaan Atau Lembaga i. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga adalah kata yang penting dahulu kemudian jenis badan hukum atau kegiatannya. Contoh: Caption/Nama CV Bahagia PT Mekarsari Indeks Unit 1 Bahagia Mekarsari Kode Abjad Unit 2 Commanditaire Perseroan Urutan Abjad Unit 3 Vennontsch Ba ap 1 Terbatas 2 Me ii. Cara mengindeks nama perusahaan/lembaga yang menggunakan singkatan adalah memanjangkan dahulu singkatan kemudian baru diindeks. Contoh: Caption/Nama GIA BRI Indeks Kode Abjad Unit 1 Unit 2 Unit 3 Garuda Bank Indonesia Rakyat Airways Ga Indonesia Ba Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Urutan Abjad 2 1 P a g e | 201 iii. Nama perusahaan yang terdiri dari angka sebagai bagian dari nama perusahaan tersebut , diindeks angka itu sebagai satu unit Contoh: Caption/Nama Toko 234 Club 77 Indeks Unit 1 Dua tiga empat Tujuh tujuh Unit 2 Toko Club Kode Abjad Urutan Abjad Du Tu 1 2 Unit 3 iv. Nama lembaga/instansi negara asing diindeks unit politik negara yang bersangkutan. Contoh: Caption/Nama PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Republik Pakistan Indeks Unit 1 Pakistan Kode Abjad Unit 2 Republik Urutan Abjad Unit 3 Pa v. Nama organisasi/perhimpunan, diindeks kata pengenal terpenting dari nama itu dan sifat organisasi seperti persatuan, perhimpunan, partai dan lain-lain ditempatkan pada unit terakhir. Contoh: Caption/Nama PPP Indeks Unit 1 Persatuan IDI Dokter Unit 2 Pembangunan Indonesia Kode Abjad Unit 3 Partai Pe Urutan Abjad Ikatan Do 1 2 Keuntungan sistem abjad, diantaranya: a) Pemahaman serta kegiatannya mudah dan sederhana b) Dokumen yang berasal dari satu nama (individu dan nama badan) yang sama akan berkelompok menjadi satu. c) Surat masuk dan pertinggal dari surat keluar disimpan bersebelahan dalam satu map. d) Pencarian dokumen dapat dilakukan secara langsung melalui nama pengirim yang dikirimi surat tanpa mempergunakan indeks. Karena itu disebut sistem langsung. e) Susunan guide dan folder sederhana. f) Mudah dikerjakan dan cepat di dalam penemuan. g) Dapat juga mempunyai file campuran Kelemahan sistem abjad, yaitu: a) Pencarian dokumen untuk nama orang tidak dapat dilakukan melalui bagian nama yang lain seperti nama depan atau penggilan, tetapi harus melalui nama belakang. b) Surat-surat atau dokumen yang ada hubungan satu sama lain tetapi berbeda nama pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpnan. c) Ejaan huruf sering berubah seperti oe-u, dj-j, ch-kh, tj-c, sedangkan nama orang ditulis berdasarkan kemauan ejaan masing-masing. d) Harus mempergunakan peraturan mengindeks, sehingga diperlukan pemahaman tentang peraturan mengindeks. 2) Sistem Subyek Apabila suatu kantor ingin mempergunakan sistem lain selain sistem abjad, disebabkan karena kantor itu mengerjakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan perusahaan, maka kantor itu dapat memilih sistem subyek untuk melaksanakan tugas-tugas kearsipannya. Untuk dapat melaksanakan sistem subyek ini, maka seorang juru arsip harus Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 202 menentukan lebih dahulu masalah-masalah apa yang pada umumnya dipermasalahkan dalam surat-surat setiap harinya. Masalah-masalah di bawah “Kepegawaian”, masalah yang berkenaan dengan keuangan dikelompokkan menjadi satu masalah pokok (subyek) dibawah “Keuangan”, dan seterusnya. Selanjutnya masalah-masalah itu dijadikan sub subyek dari pokok masalah (subyek), misalnya: Subyek : Kepegawaian Sub Subyek : -Cuti -Kenaikan Pangkat -Lamaran Subyek : Keuangan Sub Subyek : -Gaji -THR PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Demikian seterusnya semua pokok masalah dijadikan subyek, dan semua masalahmasalah yang berkenaan dengan satu pokok masalah dijadikan sub subyek. Apabila di belakang hari diperkirakan bahwa masalah-masalah yang ada terus berkembang, maka juru arsip dapat juga mengembangkan masalah-masalah yang dijadikan sub subyek itu menjadi sub-sub subyek, misalnya untuk sub subyek “Kenaikan Pangkat” dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sub-sub subyek “Kenaikan Pangkat golongan I”, sub-sub subyek “Kenaikan pangkat golongan II”, dan seterusnya. Keuntungan dalam sistem subyek, antara lain: a) Penghematan waktu pencarian dokumen, karena semua hal yang menyangkut sebuah permasalahan terdapat dalam satu tempat penyimpanan. b) Dokumen subyek dapat diperluas secara mudah dengan cara menyisipkan subyek baru atau menambahkan sub-sub subyek pada subyek utama. Kelemahan dalam sistem subyek, antara lain: a) Terdapat kecenderungan daftar subyek atau daftar klasifikasi tumbuh tak terkendali. b) Penyimpanan berdasarkan subyek tidak akan efektif bila istilah yang digunakan tidak dibatasi c) Pengembangan atau perluasan daftar klasifikasi, membutuhkan bantuan analis arsip yang berpengalaman. d) Dibutuhkan penunjuk silang yang emmadai, untuk menyatukan berbagai subyek dan informasi terkait. e) Sering kali terjadi penggunaan nama seseorang untuk daftar subyek, sehingga hal tersebut dapat mempersulit penemuan arsip. 3) Sistem Nomor Cara mengindeks Sistem Nomor Terminal Setelah mencatat setiap warkat yang akan disimpan di dalam buku arsip, terlebih dahulu surat/warkat diberi nomor urut mulai dengan nomor 0 untuk surat yang pertama, dan seterusnya. Kemudian nomor tersebut diindeks untuk menetapkan kode-kode dimana warkat itu harus disimpan, atau kalau diperlukan dimana harus dicari, sebagai contoh cara mengindeks ialah sebagai berikut: Nomor kode 767561 456895471 495690 25 126 5 Unit 3 767 456895 495 0 0 0 Unit 2 5 4 6 0 1 0 Unit 1 61 71 90 25 26 5 Unit-unit dalam terminal digit merupakan kode dimana harus disimpan atau harus dicari warkat tersebut. Dengan demikian maka setiap unit mengandung pengertian khusus dan ciri tertentu, diantaranya: Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 203 Unit I Unit II Unit III = Diambil dua angka dari urutan paling akhir = Satu angka sesudah unit ke satu = Semua angka sesudah unit satu dan dua Setelah menetapkan unti-unit dari deretan angka, kemudian dari tiap unit mengandung pengertian: Unit I = Menyatakan nomor laci dan juga nomor guide Unit II = Menyatakan urutan folder yang tersimpan dalam laci Unit III = Menyatakan urutan warkat yang ada dalam folder Untuk lebih jelas kita ambil contoh warkat seperti tercantum dalam contoh mengindeks: 767561. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Angka tersebut dibaca dari urutan belakang artinya dari kanan ke kiri. Jadi urutannya menjadi; 61 sebagai unit ke-1 5 sebagai unit kedua, dan 767 sebagai unit ketiga. 61 5 767 Unit Pertama menunjukkan nomor laci/guide Unit Kedua menunjukkan nomor folder Unit Ketiga emnunjukkan urutan penataan surat dalam folder Memperhatikan indeks tersebut maka warkat dengan kode 767561 disimpan dalam laci nomor 60-69, dibelakang guide 61 dan folder urutan ke lima dan dengan demikian jelas dimana warkat itu diletakkan. Nomor urut warkat yang lain tentu dapat dengan mudah diindeks dengan cara tersebut diatas, satu persatu hingga selesai dan kemudian baru disimpan dalam laci dan folder yang tepat. Penyediaan laci, Guide, dan Folder Sistem Terminla Digit Filing sistem terminla digit apabila dilaksanakan sudah tentu memerlukan peralatan seperti layakanya sistem yang lain. Filing cabinet pertama-tama disiapkan, diberi nomor seperti: 0-9 10-19 20-29 30-39 Filing cabinet pertama-tama disiapkan dan diberi nomor kode seperti contoh. Nomor 40-49berarti nomor laci dan juga nomor guide. Oleh yang tertempel di tiap laci filing cabinet karena itu tiap laci ada 10 guide dan diberi nomor kode mulai 0 sampai 99. Di belakang tiap guide diletakkan 10 folder sehingga setiap laci terdapat 100 folder. Sebagai contoh nomor, laci dengan kode 0 – 9 berarti terdapat 10 guide dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, dan dibelakang guide kode 0 tedapat folder sejumlah 10 folder dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, dan dibelakang guide kode folder nomor 1 terdapat folder 10 buah dengan kode 0 – 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7 - 8 – 9, demikian seterusnya. Dengan keterangan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam filing sistem terminal digit dibutuhkan: a) Sekurang-kurangnya 10 laci, atau 2 filing cabinet dengan masing-masing 5 laci. b) 100 buah guide. c) 1000 buah folder Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 204 Laci-laci, guide seharusnya dipersiapkan dahulu dalam melaksanakanfiling system terminla digit. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya yaitu penulisan kartu kendali sebagai salah satu yang penting untuk mencari kembali warkat yang sudah disimpan, sebagai pendamping buku file (buku arsip) dan daftar indeks. Kartu indeks ssitem terminal digit juga sama dengan kartu indeks yang lain, isi dan cara pengisiannya tidak jauh berbeda. Kartu indeks disimpan dalam kotak-kotak arsip. Disimpan sesuai dengan penyimpanan menurut sistem abjad. Oleh karena itu kode pada warkat tidsak boleh melupakan kode abjadnya. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Prosedur Penataan Berkas Sitem Terminal Digit Agar penyimpanan warkat dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka prosedur penyimpanan dalam sistem Terminal Digit dilakukan sebagai berikut, yaitu: a) Memperhatikan warkat yang akan disimpan dengan teliti apakah warkat tersebut sudah benar-benar ada tanda pelepas artinya siap untuk disimpan b) Mencatat semua warkat dalam buku arsip (buku filing). c) Mencatat semua warkat yang akan disimpan di kartu indekssetelah memberi kartu warkat sesuai dengan nomor urut buku arsip, dan aturan mengindeks nomor terminal digit. d) Mensortir sesuai dengan laci yang akan dipergunakan menyimpan warkat. e) Menggolongkan warkat sesuai dengan laci. f) Meletakkan dalam folder sesuai dengan indeks yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. g) Menyimpan kartu indeks yang nanti akan dipergunakan untuk mencari kembali. Apabila diperhatikan prosedur penyimpanan warkat sistem terminla digit dengan sistem Dewey kiranya tidak jauh bwerbeda. Sistem Dewey menekankan pada daftar indeks sebagai pegangan pokok dibantu kartu indeks, kalau Terminal Digit pada buku dan kartu indeks juga. Keuntungan sistem nomor, antara lain: a) Teliti, karena penggunaan nomor tidak mungkin adanya nomor ganda. b) Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja. c) Perluasan nomor tidak terbatas. d) Penunjuk silang disusun bersama-sama dengan indeks. e) Indeks memuat seluruh nama koresponden. Kerugian sistem nomor, antar lain: a) Kearsipan tidak langsung, karena untuk dapat menemukan dokumen diperlukan alat bantu berupa kartu indeks nomor. b) Untuk map campuran dperlukan file sendiri. c) Indeks yang disusun alfabetis harus mengikuti ketentuan peraturan mengindeks. d) Biayan agak tinggi, karena harus menyediakan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan dalam sistem ini. 4) Sistem Geografis Apabila dikehendaki untuk menyimpan surat atau bahan-bahan menurut daerah wilayah, maka dapat dipergunakan sistem geografis ini. Sistem geografis digunakan dalam kegiatan organisasi yang meliputi daerah wilayah lebih dari satu tempat. Organisasi-organisasi yang mempunyai beberapa kantor cabang dapat juga mempergunakan sistem geografis ini. Untuk melaksanakan sistem filing sistem geografis ini seorang juru arsip dapat mempergunakan nama daerah wilayah untuk pokok permasalahan, dimana pokok ini adalah kota-kota yang berada didalam wilayah itu, dan selanjutnya baru dapat dikembangkan lebih lanjut dengan nama-nama dari para pelanggan atau nasabah ada di setiap kota di daerah wilayah itu, misalnya: Contoh klasifikasi geografis Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 205 JAWA BARAT JAWA TENGAH CIREBON BEKASI BOGOR BATANG KUDUS JEPARA SALATIGA PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar JAWA TIMUR BANGSRI KELING MLONGGO PECANGAAN ARGOMULYO SIDOMUKTI SIDOREJO TINGKIR DEMAK GRESIK SURABAYA PASURUAN Keuntungan sistem geografis, yaitu: a) Mudah dan cepat dalam penemuan bila nanati tempat telah diketahui. b) Merupakan suatu tindakan penyimpanan secara langsung, tanpa adanya rujukan atau banutan indeks. Kerugian sistem geografis, yaitu: a) Kemungkinan terdapat kesalahn bila tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pembagian wilayah. b) Diperlukan indeks yang tepat dan teliti. Diperlukan kerja tambahan karena pemakaian harus menyusun dua berkas, yaitu berkas berdasarkan geografis dan berkas abjad untuk indeks. c) Bila terjadi alamat ganda diperlukan petunjuk silang. d) Untuk mendapatkan hasil terbaik, sistem geografis dapat digabungkan dengan sistem alfabetis atau numerik. 5) Sistem Kronologis Sistem penyimpanan arsip kronologis adalah sistem penyimpanan yang didasarkan pada urutan waktu. Wkatu disini dapat dijabarkan sebagai tanggal, bulan, tahun, dekade, atuapun abad. Sistem penyimpanan kronologis ini cukup banyak digunakan, akan tetapi dalam perkembangannya sistem kurang efektif apabila digunakan dlam kantor kecil yang menggunakan pencatatan dokumen masuk dengan buku agenda. Dalam sistem ini semuan dokumen diurutkan pada urutan tanggal, bulan dan tahun dokumen itu disimpan. Dari segi peletakan dan penyimpanan, sistem ini mudah dilakukan karena hanya didasarkan pada urutan tanggal,bulan, serta tahun. Tetapi dalam hal penemuan kembali dokumen yang telah disimpan, sistem ini kurang begitu efektif karena biasanya permintaan dokumen jarang dilakukan berdasarkan kata panggil (caption) tanggal. Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 206 Keuntungan sistem kronologis, yaitu: a) Mudah dilaksanakan. b) Susunan dan urutan guide sederhana. c) Cocok untuk klasifikasi menyeluruh dan berkelanjutan. Kerugian sistem kronologis, yaitu: a) Hanya bermanfaat untuk organisasi yang relative kecil dengan jumlah dokumen yang tidak banyak. b) Tidak berguna, apabila tanggal, bulan. Tahun sebuah dokumen tidak diketahui. c) Surat masuk dan surat keluar akan terpisah penyimpanannya. i. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Penemuan Kembali Arsip Penemuan kembali arsip merupakan kegiatan yang tidak hanya sekedar menemukan kembali arsip dalam bentuk fisiknya, akan tetapi juga menemukan informasi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penemuan kembali ini sangat berhubungan dengan keakuratan sistem pemberkasan atau penyimpanannya. Siklus penemuan kembali arsip yang dibetuhkan (retrieval/finding cyclus), dan siklus penempatan kembali (filingcyclus) merupakan prosedur yang memerlukan penanganan tersendiri. Salah satu hal penting yang sering diabaikan dalam penemuan arsip ialah, tidak melakukan pencatatan dalam transaksi peminjaman. Oleh karena itu maka perlu dibuat lembar/kartu pinjam. Gambar Kartu Bukti Pinjam Arsip/Berkas Sumber: Hasugian, Jonner, Drs. M.Si.2003. Pengantar Kearsipan Adapun cara mencari kembali warkat ang disimpan dalam folder dapat ditempuh dengan memperhatikan buku arsip atau melalui kartau indeks. Setelah nomor dari warkat yang akan dicari ditemukan, maka dengan mengerti teknik mengindeks sistem terminal digit dengan mudah dicari dimana tempat warkat yang akan dikehendaki. Contoh: Setelah mengetahui masalah surat dari buku arsip atau kartu indeks terdapat nomor kode 452378, dengan demikian maka harus dicari pada nomor laci 71 – 79, dibelakang guide nomor 78 dan pada folder ke-3. Demikianlah cara menemukan kembali warkat. i. Pemeliharaan dan Perawatan Arsip Pemeliharaan arsip mencakup upaya yang dilakukan untuk menjaga arsip-arsip dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan arsip bisa datang dari arsip itu sendiri, maupun disebahkan oleh serangan-serangan dari luar arsip. Usaha pemeliharaan arsip tersebut berupa melindungi, mengatasi, mencegah, dan menentukan angkah-langkah yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta informasinya (isinya). Pengamanan arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi dan laminasi. Restorasi arsip adalah kegiatan memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, atau yang sulit digunakan, agar dapat dipergunakan dan dapat disimpan kembali. Sedangkan, laminasi adalah menutup kertas arsip diantara 2 (dua) lemari plastik, sehingga arsip terlindung dan aman dari bahaya kena air, udara lembab dan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 207 serangan serangga. Dengan cara itu, arsip akan tahan lebih lama untuk disimpan. Sedangkan pengamanan merupakan upaya menyelamatkan informasi yang terkandung dalam arsip (isi) dapat dilakukan dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk media lain, seperti pada micro film, fich, dan ke media digital. j. Ruang Penyimpanan Arsip Menyimpan arsip-arsip tidak dapat dilakukan disembarang tempat, akan tetapi ruangan yang digunakan untuk menyimpan arsip harus terhindar dari kemungkinan-kemungkinan serangan api, air, serangga dan lain-lain. Tempat penyimpanan arsip harus kering, kuat, terang dan berfentilasi yang baik. Perbaikan Bagi Arsip Yang Mengalami Kerusakan 1) Halaman yang sobek Untuk memperbaiki arsip-arsip yang sobek gunakanlah perekat kanji, jangan sekali- kali menggunakan cellotape. 2) Membuat perekat Perekat untuk memperbaiki halaman arsip yang sobek dapat dibuat dari tepung kanji dan air, tetapi pada umumnya lebih mudah untuk membeli perekat di setiap toko buku yang terpercaya. 3) Memperbaiki arsip-arsip yang terbakar. Apabila kertas-kertas arsip terserang oleh api, atau oleh beberapa sebab menjadi hangus atau sedikit terbakar, serahkanlah arsip-arsip tersebut kepada yang lebih ahli. Dalam hal ini serahkanlah kepada Arsip Nasional RI. Akan tetapi untuk pertolongan pertama yang dapat dilakukan ialah dengan memasukkan arsip-arsip tersebut ke dalam peti, dan bungkuslah dengan kertas tissue secara lepas. 4) Menanggulangi arsip-arsip basah/terendam air. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam usaha menyelamatkan arsiparsip ataupun buku-buku daripada ancaman kemusnahan akibat menderita serangan air ialah sebagai berikut : a) Jangan membuka ikatan bundel arsip sebelum lumpur/kotoran yang berada dipermukaan dibersihkan. b) Mengeluarkan air yang terkandung dalam bundle arsip /buku-buku cukup dianginkan di tempat yang bebas teriknya matahari. c) Tidak diperkenankan untuk mengeringkan arsip/buku-buku dengan jalan menjemur diterik matahari, karena setelah kering kertas akan berkeriputkeriput dan saling melekat satu sama lain sehingga sukar untuk memisahkannya. d) Kertas-kertas arsip yang dibundel ataupun buku-buku hendaknya jangan dibuka terlalu lebar, bukalah selebar jari. e) Hendaknya kulit buku ataupun arsip jangan dipisahkan ketika masih dalam keadaan basah f) Lakukanlah semua ini dengan kesabaran dan kecermatan 5) Mengeringkan buku-buku yang akan dijemur, hendaknya diletakkan diatas tiga buah tali halus serta kuat, agar buku dapat bergantung di ketiga bagiannya. 6) Mengatasi cendawan. Apabila setelah kering di kertas-kertas tumbuh cendawan, sapulah segera dengan campuran thymol dan spiritus, dapat juga dengan acetone. 7) Pembuatan kertas racun cendawan “fungicidial tissue”. Kertas lembut racun cendawan ini dapat dibuat sendiri. Caranya dengan mencampur “sodium orthophenylpenate” sebanyak 2 ons dengan air. Kemudian rendamlah beberapa helai tissue di dalam campuran tersebut, kemudian biarkanlah sesaat hingga kering. Simpanlah hasilnya di dalam kotak tertutup dan gunakanlah bila perlu. 8) Membersihkan rak. Akibat terlanda oleh banjir, seperti halnya kertas-kertas arsip, rak arsip pun akan mengalami kerusakan-kerusakan. Oleh karena itu selamatkanlah rak-rak yang kemungkinan masih dapat diselamatkan. l. Penyusutan Arsip Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 (Lembaran Negara tahun 1979. Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara 3151), telah ditetapkan ketentuan –ketentuan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar k. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 208 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar mengenai penyusutan arsip. Untuk mengatur lebih lanjut tentang pelaksanaan Ketentuan– ketentuan Peralihan mengenai penyusutan arsip sebagaimana tercantum dalam pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979, maka dipandang perlu mengeluarkan petunjuk teknis guna pengaturan pelaksanaannya. 1) Dasar Hukum Penyusutan Arsip a) UU No. 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan (Lembaga Negara Tahun 1971 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2964). b) PP No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip (Lembaran Negara tahun 1979 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3151). c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1974 tentang Arsip Nasional Republik Indonesia. 2) Tujuan Penyusutan Arsip Surat Edaran ini dikeluarkan sebagai pedoman bagi pejabat yang bersangkutan dalam melaksanakan penanganan arsip inaktif menurut ketentuan pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979. 3) Sasaran Penyusutan Arsip a) Penyelamatan dan pemanfaatan informasi untuk meningkatkan dayaguna dan tepat guna administrasi aparatur Negara. b) Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional. 4) Ruang Lingkup Penyusutan Arsip Arsip-arsip inaktif sebelum diberlakukannya Jadwal Retensi Arsip yang berada di Lembaga-lembaga Negara dan/atau Badan-badan Pemerintahan. 5) Pengertian yang berkaitan dengan Penyusutan Arsip a) Arsip inaktif adalah arsip Lembaga Negara/Badan-badan Pemerintahan yang frekuensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah menurun. b) Daftar keterangan Arsip adalah daftar yang diperlukan dalam melaksanakan penyusutan arsip, berisi data yang mengidentifikasikan arsip c) Arsip duplikasi adalah arsip yang bentuk maupun isinya sama dengan arsip aslinya. d) Seri adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan jenis e) Rubrik adalah berkas arsip yang disusun berdasarkan kesamaan masalah. f) Dosir adalah berkas arsip yang disusun atas dasar kesamaan urusan atau kegiatan g) Jalan masuk adalah petunjuk atau alat yang menjadi sarana penemuan kembali arsip. m. Tahap – Tahap Pelaksanaan Penyusutan Arsip 1) Pendaftaran Arsip Inaktif a) Kegiatan pendaftaran berupa pengumpulan data melalui suatu survey terhadap arsip- arsipinaktifyangada dalam tanggung jawab Lembaga Negara/Badan Pemerintahanyang bersangkutan. b) Survei arsip inaktif ini dilaksanakan oleh petugas berdasarkan keputusan Pimpinan Lembaga Negara/Badan Pemerintahan yang bersangkutan. c) Dibuat Daftar Ikhtisar Arsip yang merupakan ikhtisar dari seluruh data yang terkumpul sebagai hasil survey. d) Daftar Ikhtisar Arsip diperlukan/digunakan untuk menyusun rencana penanganan dan penataan kembali arsip inaktif bersangkutan. 2) Pendaftaran Kembali Arsip Inaktif Hal-hal yang perlu diperhatikan : a) Mendaftar arsip tidak berarti mendaftar setiap lembar arsip, melainkan setiap kelompok/berkas arsip. b) Dalam menangani arsip tidak dibenarkan memberi tanda atau tulisan dengan alat apapun c) Berhati-hati dalam menangani arsip yang kertasnya rapuh. 3) Arsip Kacau Penanganan arsip kacau yaitu dengan cara sbb: a) Dikelompokkan dan diatur kembali dengan menerapkan asas asal-usul, Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 209 b) c) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar d) e) sehingga arsip-arsip itu merupakan suatu kesatuan/kelompok yang diatur tanpa melepaskan ikatan dari sumber asalnya, yakni instansi/unit yang menciptakannya. Memilih arsip dari non arsip dan duplikasi yang berlebihan. Yang termasuk non arsip, antara lain amplop, map, blanko-blanko formulir, dan sebagainya . Bahan-bahan non arsip dan duplikasi yang berlebihan dapat dimusnahkan, sedangkan arsipnya : 1) Dikelompokkan menurut Unit Pengolah/Unit Kerja 2) Berkas arsip dibungkus map dicatat pada kartu 3) Kartu-kartu catatan tersebut disusun dan diberi nomor urut. 4) Berkas-berkas arsip dimasukkan ke dalam boks asip 5) yang diberi label/etiket yang memuat keterangan tentang berkasberkas yang ada di dalamnya . 6) Dibuat Daftar Pertelaan Arsip Sementara. Daftar Petelaan Arsip Sementara baru dapat digunakan sebagai pengendalian fisik dan belum dapat berfungsi untuk pengendalian informasi arsip. Atas dasar daftar pertelaan tersebut, Lembaga-lembaga Negara/Badanbadan Pemerintahan: 1) belum dapat melaksanakan pemusnahan arsip menurut ketentuan yang berlaku 2) dapat menyerahkan arsipnya kepada Arsip Nasional 3) dapat sementara menyimpan arsip-arsipnya dalam keadaan lebih teratur 2. Studi Kasus Pimpinan dari sebuah perusahaan nasional (PT. Makmur Jaya) yang bergerak dalam bidang furniture menginginkan agar sistem kearsipan didalam perusahaannya menjadi semakin efektif dan efisien. Perusahaan tersebut tidak hanya memiliki 1 (satu) cabang perusahaan saja, melainkan memiliki cabang di hampir tiap kota di Indonesia. Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki banyak suplier sebagai penunjang aktivitas jual belinya. Menurut Saudara sistem kearsipan apakah yang paling baik digunakan oleh perusahaan tersebut? Tuliskan juga alasannya! 3. Latihan 1. Jelaskan pengertian dari surat masuk! 2. Sebutkan tugas dari penerima surat dalam prosedur penanganan surat masuk pola baru! 3. Apa yang dimaksud dengan lembar disposisi? 4. Pada proses pengurusan surat masuk penting, kartu kendali 2 (dua) dipegang oleh? 5. Sebutkan tugas dari tata usaha pengolah dalam prosedur pengurusan surat keluar pola baru! E. Memilih Peralatan Kantor 1. Uraian Materi a. Pengertian Lingkungan kantor dapat dideskripsikan dari faktor fisik dan mental. Selain furniture dan peralatan, lingkungan fisik kantor terdiri dari ukuran atau dimensi, jenis permukaan (warna dinding, jenis lantai, penutup jendela), sifat pencahayaan, pengendalian suara dan materi akustik, pendingin udara, dan musik latar. Faktor-faktor tersebut memiliki karakteristik fisik yang mempengaruhi kondisi mental pekerja, moral dan sikap mereka terhadap pekerjaan dan terhadap sesama. Pertimbangan manajer dalam seleksi, pengadaan, pemeliharaan, dan pengendalian furniture dan peralatan kantor merupakan tanggung jawab manajer kantor yang paling penting. Ini merupakan pokok bahasan bab ini. 1) Seleksi Tidak ada yang tahu tentang lingkungan fisik kantor tempatnya bekerja. Manajer kantor sebagai pusat informasi organisasi, diharapkan memiliki banyak informasi mengenai furnitur dan peralatan kantor yang dibutuhkan organisasi. Manajer kantor Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 210 juga harus mengetahui sarana yang tersedia bagi organisasi. Maka, manajer kantor harus mempunyai banyak informasi tentang hal berikut: a) Jenis furnitur dan peralatan utama dan pemasok yang handal. b) Statistik untuk membandingkan berbagai merek furnitur dan peralatan yang efektif. c) Harga semua barang dan katalog pemasok barang. d) Kriteria kebutuhan dan memilih peralatan. e) Pengetahuan mengenai dampak peralatan sistem informasi, seperti kebutuhan pelatihan, pemasok baru dan biaya operasional. f) Peluang standardisasi peralatan di organisasi. g) Alternatif pengadaan (seperti sewa atau beli) dan jumlah barang yang dibeli. h) Pemeliharaan, perbaikan dan penggantian. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2) Di era teknologi yang canggih, manajer kantor harus yakin bahwa mereka telah menyediakan peralatan untuk lingkungan kantor yang terbaik. Mereka harus memahami penggunaan berbagai furnitur dan peralatan dan dapat membantu semua staf baik di semua bagian dalam memilih sarana kantor yang tepat. Furniture Kantor Gambar Furniture Kantor Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/ Pabrik furnitur kantor modern selalu membuat berbagai produk baru. Umumnya pabrik furnitur memproduksi lemari arsip, meja kerja, meja dan kursi serta sarana lain sesuai dengan struktur eksekutif, manajerial dan staf. Biaya furnitur merupakan biaya ruangan yang penting dalam pekerjaan kantor. Pada dasarnya, furnitur dibeli bukan disewa, karena digunakan dalam waktu lama. Manajer kantor harus cermat dan memperhatikan pemilihan dan penggunaan furnitur kantor. Jika pemilihannya tepat, furnitur kantor dapat meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi biaya produksi, dan mempertahankan pegawai yang efisien. Meja Kerja. Meja kerja adalah simbol kantor. Meja kerja terkait dengan berkas, dan untuk mencapai berbagai tujuan kantor. Umumnya digunakan sebagai tempat aktivitas dalam memproses informasi tertulis. Meja kerja merupakan bagian terpenting dalam ruang kerja, sebagai tempat memproses data atau meletakkan alat proses data. Meja kerja juga digunakan untuk menyimpan barang atau data kantor. Faktor biaya sangat penting dalam memilih meja kerja. Meski organisasi memiliki gedung sendiri, perkiraan biaya sewa harus dirancang untuk masing-masing bagian. Setiap ruang kantor, departemen atau bagian dihitung biaya sewa ruangnya. Biaya tahunan ruang meja kantor bermacam-macam. Jenis Meja Kerja ada dua jenis: (1) berdasarkan bentuk, ukuran dan model, (2) berdasarkan fungsi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 211 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Furnitur Modular. Tata letak furnitur modular menggabungkan beberapa unit furnitur sesuai dengan prinsip konstruksi modular atau gabungan. Prinsip ini berdasarkan komponen ruang kerja (yang terdiri dari unit penyimpanan, permukaan, dan penyekat) dengan fungsinya masing-masing. Banyak pabrik atau organisasi merancang furnitur kantor modular disesuaikan dengan alat atau sentra kerja pegawai. Dengan mengurangi ruang lantai sebanyak 20%, membuat ruangan lebih nyaman, dan memanfaatkan ruang kerja dengan membuat meja kerja lengkap dengan lemari buku, arsip dan penyekat. Manfaat terpenting tata letak furnitur modular yaitu menghemat ruang kerja dan membuat ruang kerja menjadi lebih produktif. Unit modular yang sering digunakan yaitu bentuk L, permukaan datar, tanpa ruang penyimpanan dibawah, yang menempel pada sudut kanan meja. Susunan furnitur modular tidak hanya menghemat ruangan tetapi juga membuat kerja lebih efisien. Meja kerja konvensional membutuhkan ruang yang lebih luas daripada susunan furnitur modular. Studi diagram menunjukkan keutamaan manfaat ruang dengan menggunakan furnitur modular dibandingkan dengan model konvensional. Susunan berbagai furnitur menjadi lebih fleksibel. Susunan lain juga memungkinkan, sesuai imajinasi manajer kantor dan keterbatasan ruang. Meja. Meja merupakan pengganti meja kantor, sebagai tempat pemberkasan, sarana rapat, dan tempat penyimpanan. Untuk banyak kantor, penggunaan meja lebih dipilih daripada meja kantor karena lebih ekonomis. Meja yang memiliki satu atau dua laci kecil dapat bermanfaat bagi pegawai. Di organisasi-organisasi, dalam eksekutif bekerja di kelompok, tersedia meja rapat yang besar. Sedangkan meja rapat di ruang rapat organisasi besar disesuaikan dengan dekorasi atau tata letak kantor, dengan berbagai gaya (dari tradisional sampai modern) yang tersedia di distributor furnitur kantor di semua kantor besar. Jenis meja lain juga tersedia. Misalnya tempat mesin tik, kalkulator dan mesin lainnya, meja resepsionis, meja rapat, atau meja pelengkap meja kerja. Kursi. Ruang kerja pegawai kantor menggunakan meja kerja dan kursi, untuk kenyamanan fisik pegawai. Kenyamanan fisik terkait dengan kondisi mental untuk pencapaian kinerja. Pegawai kantor harus nyaman duduk dalam bekerja selama berjam-jam. Manajer kantor dapat memahami kelelahan dari postur pekerja. Terdapat banyak pegawai duduk dengan kaki disilangkan di kaki kursi atau sesak dengan pekerjaannya karena kursi atau meja tidak sesuai tingginya. Posisi duduk yang salah bukan karena postur, tetapi salah penempatan kursi dan meja. Semua kursi kantor harus disesuaikan ketinggiannya dan dapat berputar. Jika bagian sandaran ada pernya, maka dapat disesuaikan ke depan dan ke belakang. Jika pegawai harus menunduk, maka harus ada sandaran tangan di kursi. Jika pegawai menggunakan tangannya untuk bekerja, tidak perlu sandaran tangan. Studi membuktikan bahwa posisi badan saat kerja yang tepat akan mengurangi lelah dan meningkatkan kesehatan pegawai agar tidak pilek atau sakit kepala. Sehingga memberikan keuntungan bagi organisasi karena berkurangnya absen, sedikit kesalahan dan volume produksi yang lebih besar. Kebanyakan kursi kantor dirancang sesuai bentuk tubuh. Kursi sadel yaitu contoh rancangan untuk konstruksi kursi kayu. Kursi yang terbuat dari busa latex agar memberi kenyamanan bagi pegawai. Banyak pegawai juga menyukai kursi kayu yang ada busanya. Jenis kursi kantor utama adalah sebagai berikut: a) Kursi eksekutif, disesuaikan dengan karakter fisik eksekutif, atau dapat diputar, berwarna hitam dan ramping. b) Kursi postur stenografer, dengan atau tanpa putaran. c) Kursi prostur juru tulis, dengan atau tanpa putaran, dengan atau tanpa sandaran tangan. d) Kursi tamu, ada sandaran dan empat kaki, dirancang untuk pengunjung dan tidak digunakan untuk duduk seharian. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 212 Furnitur dan Aksesori Lain. Meja dan kursi merupakan furnitur utama dalam kantor. Namun, manajer kantor terus mengubah lingkungan kerja (terutama tata letak), sumber finansial, dan selera manajemen. Pada waktu tertentu sering dilakukan penambahan sofa, meja hias dengan lampu meja, meja kopi, benda seni, credenza, ruang kebugaran, lemari buku, pot bunga, tirai, gantungan jaket, dan rak majalah di kantor. Aksesori ini membuat ruang kerja lebih kondusif untuk rileks, konsentrasi, dan menikmati jam kerja. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3) Prinsip Seleksi Furnitur. Furnitur kantor harus dapat membantu kinerja kantor, sehingga diperlukan kriteria khusus dalam pemilihannya. Prinsip berikut harus dipertimbangkan dalam seleksi furnitur kantor: a) Furnitur harus atraktif dan modern sesuai dekorasi kantor yang mempengaruhi volume, akurasi dan moral pegawai. b) Furnitur harus berkualitas baik, konstruksi kokoh, dan sesuai dengan fasilitas kerja yang disediakan. Furnitur berkualitas baik biasanya lebih atraktif dan ekonomis. c) Furnitur harus sesuai dengan pekerjaan. Setiap kantor memiliki kebutuhannya sendiri, kantor yang sejenis tidak harus menggunakan furnitur yang sama. d) Furnitur harus dapat digunakan untuk berbagai tujuan. e) Jumlah furnitur harus sesuai dengan jumlah pegawai dan tugas yang dilakukan. f) Furnitur khusus, seperti rak pemisahan berkas dan furnitur ringan, harus dipasang jika ada penghematan biaya pegawai dan kenyamanan. g) Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai. Pegawai harus ditanya keinginannya sebelum membeli furnitur baru, jika keinginan mereka tidak dapat dipenuhi, maka harus dijelaskan alasannya. h) Pilihan lain antara furnitur logam, plastik atau kayu harus benar-benar dipertimbangkan. Untuk daya tahan, perlu mempertimbangkan furnitur logam, karena lebih fleksibel, komponennya dapat diganti, dan banyak digunakan. Sebaliknya, furnitur kayu juga tahan lama dan memiliki nilai kehangatan, kelihatan mewah, dan prestise yang dapat meningkatkan sikap kerja pegawai. Furnitur kayu sering dijumpai di kantor eksekutif. i) Furnitur harus membuat kondisi kerja menjadi nyaman. Prinsip ini terkait dengan sifat pekerjaan yang dilakukan dan usaha fisik ekonomi serta kecepatan operasional. Peralatan Kantor Selain furnitur, kantor juga membutuhkan peralatan. Berupa mesin dan alat kantor yang ada di kantor. Mesin kantor adalah sebuah mesin informasi, seperti mesin tik, kalkulator, mesin fotocopy, atau komputer. Peralatan kantor adalah penghubung antara pegawai dan pekerjaannya. Pegawai dapat bekerja lebih lama dengan sedikit waktu dan lebih akurat serta berkualitas. Beberapa peralatan seperti mesin tik jarak jauh dapat membantu pegawai mengirim hasil kerjanya ke pegawai di tempat lain dan menerima masukan dengan cepat. Selain jenis dan merek peralatan, jumlah manfaat peralatan juga semakin meningkat. Seleksi peralatan modern diawali dengan studi kelayakan, yaitu semua sistem proses informasi dijelaskan dan peran peralatan diklarifikasi. Studi tersebut memerlukan konsentrasi dan pemikiran matang dengan jawaban yang lengkap dan tepat terhadap pertanyaan yang diajukan. Dalam membantu manajer kantor administratif membuat keputusan seleksi peralatan, kriteria berikut dapat membantu: a) Peralatan harus dipilih untuk melaksanakan tugas yang lebih efisien oleh pegawai. Untuk pekerjaan monoton, mesin merupakan sarana untuk meningkatkan produksi. b) Aplikasi volume tinggi menyebabkan kebutuhan penggunaan mesin, sehingga pelayanan lebih baik, lebih cepat dan hasil positif lainnya. c) Peralatan digunakan untuk menghasilkan kualitas output yang lebih baik, misalnya bandingkan antara hasil mesin tik dengan tulisan tangan. d) Mesin diperlukan untuk ketepatan pekerjaan, karena mesin dapat memeriksa dan mengendalikan akurasi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 213 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e) Peralatan digunakan untuk mengurangi biaya pekerjaan. Biaya layanan, operasional, dan tata letak harus dihitung dalam total pemasangan peralatan. f) Peralatan dibutuhkan untuk pekerjaan penting yang perlu waktu cepat atau beban jadwal kerja tinggi. g) Kekuatan dan kelemahan peralatan harus diperhitungkan. Misalnya kapasitas digital jumlah yang ditangani, ukuran dan arsip, kecepatan berputar, jumlah copy yang dibutuhkan, kompleksitas proses matematis, jumlah daftar penyimpanan, daya tahan dan nilai jual. h) Pegawai operasional dan supervisor harus ditanya mengenai mesin yang akan dipilih. Perlunya pelatihan dalam mengoperasikan juga harus dipertimbangkan. i) Adanya layanan pemeliharaan perlu dilihat dalam melakukan seleksi peralatan. Jika peralatan rusak, akan menambah biaya operasional. j) Harus dilakukan pengadaan yang memiliki ciri: sederhana (untuk kemudahan operasional, pembelajaran, dan pemeliharaan); fleksibel (untuk digunakan di berbagai situasi); ringan (dapat digunakan di berbagai tempat); dan adaptasi (untuk diintegrasikan dalam sistem kantor terbaru). k) Sebelum membeli atau menyewa, peralatan harus diuji coba di kantor. Uji coba untuk mesin kecil adalah 1-2 minggu. Semakin besar atau mahal mesinnya, masa uji coba akan lebih lama. l) Perlu dilakukan standardisasi peralatan kantor. Dengan melakukan standardisasi ukuran, gaya dan merek, maka dapat: i. Memperoleh harga lebih murah dengan membeli dalam jumlah banyak. ii. Mengurangi biaya pemeliharaan karena menggunakan beberapa merek yang sama. iii. Mengembangkan departemen layanan milik organisasi sendiri yang lebih mudah dan ekonomis. iv. Menggunakan sekelompok pegawai yang dapat mengoperasikan semua mesin secara ekonomis. v. Melatif operator lebih mudah dan sederhana. vi. Membeli dan menggunakan kertas kantor yang sesuai dengan merek mesin. vii. Menyederhanakan ketinggalan jaman dan nilai jual peralatan, yang penting untuk pajak pendapatan dan sifat nilai jual peralatan. b. Pengadaan Penyeleksian furnitur dan peralatan kantor merupakan tugas penting manajer kantor. Furnitur kantor yang akan digunakan dalam waktu lama, lebih sering dibeli daripada disewa. Tetapi berbeda dengan peralatan kantor, yang mudah rusak dan terus mengalami perkembangan teknologi. Selanjutnya akan dibahas pertimbangan manajer dalam prosedur pengadaan, pemeliharaan, penggantian dan pengembangan untuk menjamin pengendalian dan penggunaan peralatan yang tepat. Meskipun banyak peralatan kantor yang dibeli, tetapi untuk organisasi kecil pengadaan peralatan dilakukan dengan cara sewa. Dalam beberapa tahun terakhir, sewa banyak diminati organisasi. Sewa peralatan yaitu kontrak dimana pengguna peralatan dapat menggunakan aset dengan membayar kepada pemilik secara berkala dalam waktu yang ditentukan. Dalam sewa (leasing), waktu yang diberikan lebih lama dari rental, dan pihak pengguna tidak berniat untuk membeli peralatan tersebut. Selama masa sewa, peralatan tetap menjadi hak pemilik aset, dan dapat mengambil kembali peralatan setelah masa sewa berakhir. Semua jenis mesin dan peralatan kantor, seperti peralatan kantor, data elektronik dan alat reprografis, dapat disewa. Banyak organisasi menyewa peralatan seperti komputer, mesin absensi, dan pemindaian optik. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman di bidang proses data, manajer lebih sering membeli komputer murah daripada menyewa. Mayoritas organisasi membeli komputer daripada menyewa. Banyak keuntungan menyewa yang dibahas sebelumnya, dilihat oleh para pengguna komputer bahwa harga sewa telah melebihi harga komputer yang sebenarnya. Di banyak organisasi ternyata biaya sewa menjadi faktor biaya yang lebih besar daripada perkiraan. Peralatan kantor dapat disewa dari berbagai sumber: langsung dari pabrik atau distributor pabrik, dari penyedia peralatan kantor lokal, dari organisasi penyewa berbagai merek peralatan, dari organisasi perbankan, organisasi asuransi, dana pensiun, organisasi finansial, dan lembaga keuangan ain yang berikan layanan sewa. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 214 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1) Jenis Perjanjian Sewa Sewa dapat memenuhi kebutuhan pihak yang terlibat, sehingga terdapat banyak jenis kontrak sewa. Ada 4 kategori perjanjian sewa: (1) jangka pendek, (2) jangka panjang yang dapat diperbaharui, (3) jangka panjang yang dapat dibeli, (4) dapat disewakan kembali. Kategori ini akan dijelaskan sebagai berikut. Sewa Jangka Pendek. Sewa ini digunakan untuk memperoleh peralatan tambahan, seperti mesin tik dan kalkulator, saat beban kerja tinggi, seperti inventarisasi akhir tahun. Keuntungan sewa ini yaitu peralatan yang dibutuhkan tersedia dengan cepat dengan sedikit dana. Sewa Jangka Panjang yang dapat diperbaharui. Sewa ini dapat menggunakan 75 – 80 % masa guna peralatan. Rata-rata masa sewa adalah 3 – 5 tahun. Pada akhir masa sewa, biaya sewa dapat diperbaharui dengan harga yang lebih rendah. Selama masa guna, harga sewa ditambah dengan biaya lainnya. Sewa jangka panjang yang dapat dibeli. Sama dengan di atas, kecuali bahwa pengguna dapat membeli peralatan pada akhir masa sewa. Pengguna dapat menambah peralatan yang dibutuhkan, tanpa tambahan biaya, selama masa sewa. Karena peralatan memiliki nilai jual untuk tukar tambah dengan peralatan baru pada saat kontrak baru, maka ketinggalan jaman dapat dihindari. Berdasarkan peraturan pajak pendapatan, sewa ini dianggap penjualan bersayarat atau cicilan, sehingga organisasi dapat menolak penghitungan pajak untuk pembayaran sewa. Karena tidak ada petunjuk kapan sewa dapat mengurangi pajak, pihak perjanjian sewa harus bertanya pada Dinas Pajak apakah sewa tersebut dapat dikenakan pengurangan pajak. Dapat disewakan kembali. Sewa ini memungkinkan organisasi membeli peralatan, menjualnya pada penyewa, dan kemudian disewakan kembali. Sehingga, organisasi dapat menerima 100% nilai aset dalam bentuk tunai. Sewa ini menguntungkan saat membutuhkan modal kerja dengan cepat. 2) Keuntungan Sewa Keuntungan sewa adalah: a) Modal kerja mengalir setiap hari. Di banyak sewa, tidak diperlukan uang muka. Di tempat sewa lain, uang muka senilai sewa tahun pertama dibutuhkan untuk memperoleh peralatan. Ketentuan ini membebaskan modal organisasi untuk melakukan investasi atau ekspansi. b) Pengendalian anggaran karena harga sewa dapat diperkirakan. Perubahan akibat inflasi juga diperkirakan karena harga sewa ditentukan untuk beberapa tahun. Saat inflasi, jumlah sewa untuk lima tahun dibayar dengan menghitung inflasi, dengan daya beli yang lebih rendah daripada sekarang. c) Beberapa sewa menawarkan daya peluang untuk kontrak layanan seperti pemeliharaan dan penyimpanan arsip, yang dikaitkan dengan peralatan tertentu. Misalnya, sewa yang menawarkan asuransi peralatan. Sewa juga membantu membuang barang yang sudah tidak diperlukan. d) Fleksibelitas bagi penyewa yang tidak memiliki metode finansial atau keuangan lain. Organisasi baru membutuhkan peralatan tetapi tidak mempunyai dana. Pada sewa jangka panjang, jadwal pembayaran dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan organisasi. Misalnya, sewa memberikan metode pembayaran yang fleksibel, sehingga organisasi dapat memperoleh pendapatan sebelum jatuh tempo. e) Sewa menawarkan sumber finansial tambahan. Sewa memberikan finansial bagi organisasi yang tidak memiliki sumber finnansial. Misalnya, sewa memberikan jalan bagi organisasi kecil untuk memperoleh peralatan baru, terutama pada saat tingkat bunga tinggi. Bentuk sewa finansial misalnya sewa leveraged, yang memberikan peralatan mahal untuk mencapai penghematan. Dalam sewa leveraged, pihak penyewa menaikkan harga sewa peralatan dan meminjam uang dari organisasi asuransi, dana pensiun atau investor lain dengan menjual hutang sewa peralatan. Penghematan didapat dari keuntungan pajak seluruh biaya peralatan. Sehingga harga sewa bisa dikurangi. Sewa leveraged banyak diminati karena tingkat bunga yang lebih rendah. Dimana organisasi dapat membiayai peralatan modal keuangan selama 15 tahun dengan bunga 4 %. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 215 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar f) Untuk organisasi yang menggunakan peralatan khusus, perlindungan dilakukan untuk mengurangi resiko ketinggalan jaman. Dalam banyak kasus, peralatan dapat diganti selama masa sewa, dan selama periode sewa, organisasi dapat mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi. g) Keuntungan pajak dapat diperoleh karena harga sewa dapat mengurangi perhitungan pajak pendapatan. Dalam beberapa kontrak sewa, upaya membeli peralatan pada masa sewa, dapat dianggap oleh Dinas Pajak sebagai kontrak penjualan cicilan, sehingga tidak bisa dihitung pajaknya. Umumnya, jika penyewa terkena pajak pendapatan tertentu, meminjam untuk membeli peralatan dapat memberikan keuntungan pajak yang besar, terutama dimasa depresiasi. Namun, pembayaran sewa jangka pendek atau sewa dengan berbagai jadwal pembayaran lebih menarik bagi penyewa. Organisasi kecil dapat mengambil keuntungan dari kredit pajak investasi. Kredit pajak dapat diberikan kepada organisasi sewa, sebagai pemilik peralatan, dan harga sewa organisasi dapat dikurangi. Kesepakatan di atas dapat membantu organisasi kecil mengambil keuntungan dari kredit pajak yang tidak tersedia pada bentuk perjanjian keuangan lainnya. h) Organisasi yang cepat berkembang dan cabang kantor baru dibiayai oleh beberapa penyewa, dimana peralatan dapat ditambah sesuai kebutuhan organisasi. 3) Keputusan untuk Menyewa atau Membeli Peralatan Jika setelah studi kelayakan diperlukan peralatan, maka faktor berikut perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli atau menyewa, yaitu: a) Biaya bersih relatif antara membeli dan menyewa. Jika peralatan yang digunakan lebih dari satu hari, maka bagi organisasi lebih ekonomis untuk membeli peralatan. Organisasi harus melakukan studi anggaran dengan menggunakan metode keuntungan investasi, periode keuntungan, BEP sewabeli, arus masuk diskonto, dan present value. b) Ketinggalan jaman. Organisasi yang melihat bahwa peralatan akan ketinggalan jaman akibat perkembangan teknologi, memutuskan untuk menyewa. c) Masa pakai peralatan. Perlu dinilai berapa lama peralatan dapat memenuhi kebutuhan organisasi. Karena perubahan di masa depan dapat mempengaruhi peralatan proses data yang digunakan sekarang. Untuk mengetahui keadaan masa depan, staf proses data harus mampu menganalisa rencana dan kebiasaan penjualan, produksi dan pembelian organisasi untuk menentukan proses baru. d) Biaya pokok. Organisasi harus membayar biaya pokok untuk menggunakan peralatan, seperti komputer. Penggunaan dalam waktu cukup lama perlu membayar sewa tambahan untuk memasang alat pengukur waktu. Semua ketentuan sewa harus dinyatakan sebelumnya. Misalnya, jika peralatan rusak selama beberapa jam, apakah organisasi tetap harus membayar sewa atau ditanggung oleh pabrik? e) Layanan pemeliharaan. Kontrak untuk membeli atau menyewa harus menyebutkan berbagai jenis layanan pemeliharaan, pencegahan dan perbaikan, yang disediakan penyewa atau penjual. Adanya bantuan tenaga terlatih jika diperlukan, harus ditentukan. f) Penyusutan. Dalam membandingkan antara menyewa dan membeli, penyusutan nilai peralatan harus diperhatikan. Adanya pasar barang bekas, organisasi dapat melihat nilai jual peralatan yang masa pakainya lebih singkat dari masa produktifnya. g) Biaya bunga. Organisasi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat bunga uang pinjaman atau tingkat bunga yang diharapkan dari investasi dana. Untuk membuat keputusan membeli atau menyewa dapat ditanya pada spesialis atau auditor keuangan organisasi, konsultan independen, dan berbagai penyewa, seperti pabrik, yang akan memberikan analisa beli dan sewa. c. Pemeliharaaan Pemeliharaan merupakan faktor penting dalam membeli atau menyewa peralatan. Banyak peralatan yang harus digunakan setiap hari. Sehingga dalam memelihara peralatan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 216 tersebut harus diperhatikan. Jika peralatan rusak, pegawai tidak dapat bekerja sampai peralatan diperbaiki, kecuali ada peralatan cadangan. Tergantung pada kompleksitas dan jumlah peralatan yang digunakan, layanan pemeliharaan peralatan kantor harus mengikuti metode berikut: 1) Kontrak layanan dengan pabrik atau organisasi layanan. 2) Layanan oleh departemen layanan internal organisasi. 3) Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kontrak Layanan Kontrak layanan atau dapat disebut perjanjian pemeliharaan, memberikan layanan berkala seperti pemeriksaan, penggantian, pembersihan komponen peralatan dan sebagainya. Dengan kontrak layanan, organisasi dapat menghindari biaya tak terduga. Jika menggunakan layanan setiap panggilan akan menghabiskan biaya. Sedangkan dengan kontrak, hanya membayar iuran tahunan. Biaya lainnya terkait dengan waktu yang terbuang jika mesin rusak. Sehingga pemeliharaan yang menjadi bagian kontrak layanan dapat mengurangi sejumlah kerugian. Berdasarkan perjanjian layanan dengan satu pabrik peralatan dan mesin kantor, mesin tik diperiksa setahun sekali, dan layanan dapat dipanggil sewaktu-waktu. Biaya dan jenis layanan yang diberikan untuk pemeliharaan peralatan bermacam-macam. Dalam memelihara mesin tik, beberapa organisasi kecil membuat perjanjian dengan organisasi layanan mesin tik. Dengan biaya tetap, organisasi layanan memeriksa, membersihkan dan memperbaiki mesin tik secara berkala. Layanan oleh Departemen Layanan Internal Dalam memelihara pegawai layanan internal, harus organisasi besar. Karena harus memberikan gaji yang tinggi, banyaknya biaya tak terduga, biaya pelatihan pegawai, dan biaya untuk menyediakan ruang kerja. Dikarenakan mesin tik penting dari segi jumlah dan investasi, maka pemeliharaannya sangat penting. Banyak kantor sering mengeluarkan informasi bagi juru ketik bagaimana merawat mesin tik sehingga efisien dan mengurangi biaya perbaikan. Jika ada banyak mesin tik, maka diperlukan petugas khusus untuk membersihkan dan merawat mesin tik. Layanan Per-Panggilan Banyak organisasi lebih suka menggunakan jasa layanan per-panggilan sesuai kebutuhan, karena dianggap lebih ekonomis. Dalam kasus seringnya terjadi kerusakan, panggilan rutin diperlukan. Jika digunakan kontrak layanan pabrik, maka panggilan tersebut menjadi masalah pabrik d. Penggantian Peralatan kantor dapat saja ketinggalan jaman karena adanya model baru di pasaran. Manajer kantor harus membeli peralatan terbaik dan dapat digunakan sampai berkurang efisiensinya, dan dapat diganti dengan model baru tanpa banyak kerugian. Kerugian dapat dikurangi organisasi jika kebijakan tukar tambah ditetapkan pada waktu pembelian. Furnitur dan peralatan kantor dapat menyusut atau berkurang manfaatnya setelah 10 tahun dan dapat dihitung dengan berbagai metode seperti garis-lurus, unit produksi, keseimbangan-menurun, dan jumlah tahun. Karena faktor ketinggalan jaman, beberapa peralatan khusus seperti proses data dapat menyusut lebih cepat. Meski penyusutan dihitung dengan metode di atas, aset tidak boleh dihitung dibawah nilai penyusutan. Menyusutnya peralatan secara cepat mengurangi pajak pendapatan masa pakai aset tahun sebelumnya. Jumlah dana yang tersedia untuk membayar aset atau produk investasi lainnya meningkat. Jika biaya perbaikan meningkat sesuai dengan umur aset, jumlah penyusutan seimbang karena biaya pemeliharaan meningkat. Jika masa penyusutan dipercepat selama periode lima tahun, maka dapat dilakukan tukar tambah setiap lima tahun dan organisasi dapat mengikuti perkembangan teknologi. Program penggantian peralatan dapat membantu organisasi memprediksi kebutuhan peralatan setiap tahun dengan tepat. Pengurangan biaya operasional dapat dilakukan untuk setiap peralatan, jumlah peralatan baru dapat dibeli, dan jumlah pemeliharaan dapat dianggarkan. Program penggantian juga membantu organisasi dalam mengendalikan biaya pemeliharaan, terutama untuk peralatan lama. Dengan mengendalikan jadwal penggantian Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 217 peralatan kantor, organisasi dapat menghindari biaya tambahan untuk peralatan tua dan membutuhkan suku cadang baru. Keuntungan lain yaitu moral organisasi yang memiliki program penggantian. Karena organisasi dapat menunjukkan kepada pelanggan, tamu, dan pegawai tentang citra organisasi yang modern dan memiliki sarana lengkap. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Pengendalian Terpusat Pengadaan, pemeliharaan dan penggantian peralatan harus dikendalikan secara terpusat dan tepat, terutama di kantor besar yang memiliki banyak peralatan. Ini adalah tanggung jawab manajer layanan administratif. Program pengendalian antara lain : 1) Memelihara arsip dan informasi peralatan kantor terbaru. 2) Menyusun sistem pengendalian arsip terpusat untuk aset organisasi yang memberikan informasi tentang: a) Peralatan yang dimiliki/disewa oleh organisasi. b) Tempat peralatan digunakan. c) Tujuan peralatan digunakan. d) Nomor seri organisasi dan pabrik. e) Deskripsi lengkap jenis peralatan. f)Tanggal pembelian. g) Biaya. h) Data layanan. i) Biaya pemeliharaan. j) Biaya penyusutan sekarang dan akumulasi. k) Nilai pembukuan (harga pembelian dikurangi penyusutan akumulasi). 3) Menyusun tingkat standar mesin dan peralatan. 4) Mengendalikan penyeleksian dan pembelian mesin sesuai kegunaan. 5) Mengembangkan prosedur efektif untuk pemeliharaan dan penggantian mesin. 6) Melakukan evaluasi semua mesin dan peralatan secara berkala. f. Peralatan / Mesin-mesin Komunikasi Setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta, tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa menyediakan komunikasi antara sesamanya ataupun dengan pihak lain. Demikian pula, komunikasi yang membutuhkan peralatan merupakan faktor yang sangat penting, sebagai bukti untuk menunjukan terjadinya hubungan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan pekerjaaan kantor secara efesien dan efektif. Sebab tanpa komunikasi berarti kantor tidak ada aktivitasnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi lebih banyak mempergunakan peralatan atau mesin komunikasi. Dengan memanfaatkan kecanggihan peralatan atau mesin komunikasi tersebut diharapkan hubungan atau komunikasi lebih cepat, efesien, dan efektif Peralatan atau mesin-mesin kantor, lazim disebut juga pesawat kantor yaitu semua mesin komunikasi yang berfungsi sebagai alat untuk mengadakan komunikasi, baik dilingkungan sendiri (interen) maupun dengan lingkungan luar (eksteren) kantor. Dengan adanyan mesin-mesin komunikasi dalam kantor, dapat diperoleh keuntungan ,di antaranya : 1) penyampaian komunikasi dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan efesien 2) menghemat tenaga dalam pelaksanaan tata hubungan dilingkungan kantor 3) meningkatkan produktivitas kerja 4) mempercepat proses pekerjaan Adapun jenis-jenis mesin komunikasi diantaranya intercom/aiphone, telepon, hand phone switct board, dan telephone answering machine. Penggunaan Interkom/Aiphone Intercom berasal dari bahasa Inggris adalah intercommunication yang berarti hubungan didalam. Intercom sering disebut juga dengan istilah interphone atau intertelepon. Saat ini intercom tidak hanya digunakan dikantor-kantor tetapi sudah menyebarluas pada masyarakat sampai kepelosok desa. Oleh karena itu tidak heran apabila banyak rumah pada desa yang terdapat kabel kecil membentang dari atap keatap. Kabel ini disebut Beudrat yang berfungsi untuk menyalurkan suara dari pesawat intercom yang satu kepesawat intercom yang lainnya. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 218 1) Menurut pandangan masyarakat Intercom adalah alat komunikasi interen yang menghubungkan rumah yang satu dengan rumah yang lain, antara desa yang satu dengan desa yang lain, atau antara satu kota dengan kota lain . 2) Menurut pengertian di kantor Intercom, yang lebih dikenal dengan sebutan aiphone adalah alat komunikasi yang dipergunakan untuk menyampaikan warta atau keterangan dalam lingkungan organisasi sendiri dari suatu bagian lain atau dari satu ruangan keruangan lain. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Fungsi Intercom 1) Alat atau sarana komunikasi berfungsi sebagai berikut. a) Fungsi intercom di kantor Di kantor-kantor penggunaan intercom sebagai alat penghubung interen Intercom, melahirkan suatu system yang mengatur hubungan interen, melahirkan suatu system tata hubungan kantor yang berguna untuk menghindari adanya para pegawai berjalan kesana kemari, mondarmandir dalam kantor, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu dalam pelaksanaan kerja. Jadi, fungsi intercom dilingkungan kantor, yaitu : i. Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi secara efektif dari suatu pihak kepihak lainnya. ii. Memperluas dan menambah saluran komunikasi dalam suatu instensi atau kantor. Menghindar mondar mandirnya para pegawai. iii. Menghemat waktu dan tenaga dalam pelaksanaan tata hubungan di lingkungan kantor sendiri, sehingga meningkatkan produktivitas kerja para pegawai. b) Fungsi intercom pada masyarakat umum (luas) Dalam masyarakat umum, intercom berfungsi sebagai berikut : i. Sebagai media informasi ii. Intercom berguna untuk membina kerukunan sosial. Misalnya jika ada warga yang meninggal dunia, ada pencurian, ada kegiatan PKK dan sebagainya, maka dengan segara dapat diinformasikan melalui intercom. 2) Sebagai media pengetahuan Intercom berguna untuk mendapatkan pengetahuan yang disiarkan oleh organisasi intercom. Misalnya, pada hari-hari tertentu diisi dengan mendengarkan ceramah yang diberikan oleh tokoh masyarakat, para intelektual atau orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan tertentu. Pada acara tersebut, setiap anggota harus patuh akan peraturan yang ada, tidak boleh ada yang menyela untuk bicara. 3) Sebagai media hiburan Intercom hanya bersifat menghibur melalui acara yang disusun oleh organisasi intercom yang ada di desa yang bersangkutan. Misalnya pada hari tertentu diadakan acara kesenian. Cara Mengoperasikannya. Untuk mengoperasikan intercom, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Intercom yang digunakan di kantor-kantor a) Pertama angkat handset (gagang telepon) b) Tekan tombol seleksi saluran yang yang dimaksud atau diinginkan c) Tekan tombol pemanggil yaitu tombol C (Call) sehingga terdengar nada panggil d) Kemudian lakukan pembicaraan 2) Intercom yang digunakan pada masyarakat umum (luas) a) Nyalakan tombol ON untuk menghidupkan pesawat b) Pilih atau cari saluran yang dituju c) Langsung dapat berhubungan dengan orang atau saluran yang dituju. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 219 Penggunaan Telepon Telepon sebagai sarana komunikasi dapat menyampaikan informasi dari suatu pihak kepihak lainnya semakin efektif dan efesien. Telepon berasal dari kata tele yang berarti jauh dan phone yang artinya suara berhubungan. Telepon adalah penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya dari jarak jauh, baik dalam lingkungan sendiri maupun keluar kantor. Alat yang digunakan dalam penyampaian dan sekaligus berfungsi untuk mendengarkan suara atau pembicaraan disebut pesawat telepon. Sedangkan penyampaian informasi dari jarak jauh dengan mempergunkan pesawat telepon sering disebut dengan istilah telephoning atau peneleponan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Pesawat Telepon Sumber : http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/ Saat ini, penggunaan telepon sabagai sarana komunikasi sangat penting terutama bagi para pengusaha. Sebab pembicaraan atau komunikasi lewat telepon dapat diartikan pula sebagai pembicaraan langsung tatap muka dan dapat mewakili diri pribadi atau yang lainya. Sejarah perkembangan telepon Secara kronologi, sejarah perkembangan telepon adalah sebagai berikut: 1) Tahun 1874, pertama kali telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell. 2) Tahun 1892,pertama kali telepon digunakan sebagai alat komunikasi jarak jauh yaitu antara New York dan Chicago. 3) Pada tahun 1915 terpasang trans Pacifik sebagai jalur baru untuk komunikasi jarak jauh. 4) Tahun 1906, dipergunkannya telepon sistem tabung vacuum. 5) Tahun 1948, mulai dipergunkan telepon dengan sietem transistor 6) Tahun 1956, mulai dikembangkan telepon mobil. Macam-macam pesawat telepon 1) Pesawat tunggal, yaitu pesawat yang biasanya digunakan dirumah-rumah 2) PMBX (Pripate Manual Brand Xchange), merupakan pesawat telepon yang pengoperasianya secara langsung atau tanpa melalui operator atau perantara. Cara penggunaan telepon Cara penggunaan telepon dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut : 1) Penggunaan telepon untuk pencakapan lokal 2) Penggunaan telepon untuk pencakapan interlokal dan international 3) Pelayanan telepon dengan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) Langkah-langkah menggunakan telepon Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menggunakan telepon, yaitu sebagai berikut : 1) Tata cara menangani telepon keluar a) Pertama sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya. b) Lalu siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan mengangkat telepon sebelum nomor telepon diketahui. c) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih barulah memutar nomor telepon yang dikehendaki. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 220 d) Jika saat dipanggil kedengaran mengangkat telepon, katakanlah nama kantor/instansi dan nomor telepon yang kita kehendaki. e) Bicaralah secara singkat, sopan dan jangan bicara diluar kepentingan. f) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan telepon, jangan mengetuk-ngetuk pintu kait telepon. g) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan dengan posisi yang benar. 2) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tata cara menangani telepon masuk a) Begitu telepon berdering, sekretaris atau operator harus segera mengangkat dan jangan membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali. b) Angkat gagang telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang alat tulis. c) Menjawab telepon hendaknya singkat dan jelas. d) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh perhatian. e) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan terlebih dahulu. Penggunaan Handphone Handphone merupakan alat komunikasi, baik jarak jauh dekat maupun jarak jauh. Alat ini merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Macam-macam merek handphone Ada beberapa macam merek dan tipe handphone diantaranya : 1) Sony Ericsson 2) Nokia 3) Motorola 4) Samsung 5) LG Penggunaan Mesin Microfilm, Transparancy, Maker Warkat atau surat yang masih deperlukan harus disimpan pada suatu tempat yang betul-betul aman dan praktis (tidak diperlukan banyak tempat). Salah satu tempat penyimpanan warkat-warkat, adalah dengan menggunakan microfilm. Demikian pula dengan penggunaan mesin transparacy maker, dipergunakan untuk menggandakan atau menyalin langsung dari buku-buku kemudian dipindahkan kedalam lembaran transparansi untuk diproyeksikan kedalam OHP. Dengan demikian, tidak perlu lagi menulis kedalam lembar transparan, tetapi cukup dengan menggandakan lembaran asli, lalu dirangkap dengan lembaran transparan infared, kemudian dimasukan dalam mesin transparansi maker. Penggunaan OHP juga sangat membantu dalam penyimpanan informasi, atau mempresetasikan suatu, misalnya pada waktu seminar, rapat dan lain-lain. Penggunaan Mesin Mikrofilm Dalam memahami pengertian mengenai mesin microfilm dapat disimak penjelasan sebagi berikut ini. 1) Menurut ensiklopedi administratif Mikrofilm merupakan film berukuran 8 atau 16 milimeter yang dipergunakan untuk mengawetkan warkat atau surat yang ada dan akhirnya akan rusak apabila disimpan terlalu lama jika berada dibawah udara yang berubah-ubah. Dengan pengambilan ambar suatu warkat yang perlu diawetkan, dipindah menjadi lembaran film kecil, sehingga menghemat ruang penyimpanan. 2) Menurut PT Modern Photo Film Co.Ltd Mikrofilm yaitu cara untuk menanggulangi masalah dokumentasi melalui kegiatan kerja teknis maupun administrative dalam bentuk film yang kecil. 3) Menurut arsip nasional Republik Indonesia Mikrofilm merupakan salah satu cara memperkecil bentuk fisik arsip. Tujuan diadakan pembuatan mikrofilm atau arsip pada umumnya ada dua hal yaitu, untuk menghemat ruangan dan untuk mengawetkan asip atau warkat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 221 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Bentuk-bentuk Microfilm 1) Microfilm roll Mikrofilm ini berbentuk roll film yang panjangnya 100 feet (1248 cm) Mikrofilm terdari dari : a) Roll film ukuran 16 mm x 100 feet. Digunakan untuk memikrofilmkan arsip-arsip pada umumnya (A-A3) satu roll dapat memuat 2400 lembar arsip ukuran A atau 1200 lembar arsip ukuran A3 b) Roll fil ukuran 35mm X 100 feet. Digunakan untuk memikrofilmkan gambargambar teknik, peta surat dan lain-lain. Berukuran lebih besar (A2 hingga A0) 2) Micro Jacket Yaitu strip film yang berisi 12 frame yang dimasukan kedalam kantong plastik (jacket) ukuran 4 x 6 inci yang dapat memuat 5 jalur atau 12 x 5 =60 arsip. Bentuk film ini digunakan untuk memikrofilmkan arsip dinamis, aktif dan inaktif. 3) Microfiche Mikrofilm bentuk ini berupa lembaran 4 x 6 inci, dibuat dengan dua cara yaitu sebagi berikut : a) Microfiche yang dibuat langsung dengan microfiche camera processor. Biasanya digunakan untuk memikrofilmkan dokumen-dokumen dinamis aktif pada dokumen-dokumen tersebut tidak perlu ditambah atau mengurangi dokumen baru. b) Microfiche yang dibuat secara tidak langsung adalah dengan menduplikasikan microfilm jacket menjadi microfiche memakai peralatan microfilm duplicator. 4) Microfilmaperture Card Mikrofilm ini berbentuk lembaran film yang berukuran 35 mm. Tiap lembar film berukuran 3 x 4 cm yang ditempelkan pada lembaran kartu seperti kartu komputer dengan 80 karakter. Bentuk mikrofilm ini digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen teknik, misalnya gambar bangunan, gambar mesin, peta seismograph, peta kota, dan lainnya. 5) Microfilm Cartridge Seperti roll film, tetepi berada dalam cartridge (kotak) dengan film berukuran 16 mm x 100 feet. Pada bagian atas atau bawah, tiap gambar menggunakan blip untuk mempermudah pencairan kembali dokumen. Macam-macam peralatan Microfilm Dalam proses pembuatan microfilm (microfilming = microphotography) diperlukan beberapa alat atau mesin yang mempunyai fungsinya masing masing. Alat tersebut yaitu sebagai berikut : 1) Camera, memiliki fungsi untuk memotret atau mengambil gambar arsip pada suatu film. 2) Processor, berfungsi untuk memproses atau menghasilkan film-film yang sudah berisi arsip sebagai hasil kerja camera. Alat pencuci flm ini sudah berisi bahan kimia devoloper, fixe dan air. Pada alat ini juga terdapat pengirim film yang sudah diproses. 3) Duplicator, berfungsi untuk menggandakan atau membuat copy film. 4) Orisinal film akan disimpan agar tidak rusak, sedangkan untuk suatu keperluan menggunakan duplikat atau gandaannya 5) Reader, berfungsi untuk membaca microfilm melalui layar monitor seperti layar televisi 6) Reader Printer, tidak saja dapat dipakai sebagai alat baca tetapi juga untuk mencetak kembali microfilm yang dibaca kedalam bentuk kertas dengan berbagai ukuran. Penggunaan Transparancy Maker Transparancy maker biasanya digunakan untuk transparansi yang akan dipakai kedalam presentasi pada pertemuan, seminar, atau rapat yang diletakan diatas OHP. Transparansi ada dua jenis yaitu sebagai berikut : 1) Intra Red, dengan ciri-ciri : a) Salah sudutnya terpotong b) Warna transparansi tidak bening c) Tulisan atau gambar tidak dapat dihapus Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 222 2) Write On, dengan ciri-ciri : a) Harus menggunakan transparacy maker menggambar b) Transparansi warnanya bersih atau bening c) Lembar transparansi bisa langsung ditulis d) Dapat dihapus. waktu menulisan atau PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar g. Teknologi Perkantoran Modern Pekerjaan kantor merupakan suatu kegiatan kesekretariatan dan administratif. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan catat‐mencatat, melakukan perjanjian, memfasilitasi pertemuan, memberikan laporan, menyusun dokumen, menyimpan dokumen, mengirimkan surat dan sebagainya. Untuk keperluan tersebut, terbentuklah suatu jalinan komunikasi formal maupun informal. Dengan berkembangnya teknologi informasi, penggunaan perangkat komputer untuk perkantoran membuka era otomatisasi perkantoran (Office Automation / OA). Dengan semakin majunya teknologi komputer, mengecilnya ukuran fisik komputer dan ketersediaan sarana komunikasi bergerak (mobile) serta pesatnya perkembangan teknologi internet konsep OA berkembang menjadi Virtual Office atau Kantor Maya. Konsep Kantor Maya merupakan pekerjaan kantor dapat dilakukan di manapun di belahan bumi ini. Otomatisasi Kantor Dimulai tahun 1960‐an IBM menciptakan istilah Word Processing untuk menjelaskan aktivitas bagian mesin tik listriknya. Maksudnya agar menarik perhatian yang sama seperti pada produk‐produk perkantoran yang dijalankan pada komputer dan pengolah data. Produk IBM yang disebut MT/ST singkatan dari Magnetic Tape/Selectric Typewriter mampu menyimpan hasil pengetikan pada pita magnetik, untuk membuat surat juru ketik hanya mengetikkan nama dan alamat penerima surat, hasilnya berupa ketikkan surat yang sama dalam jumlah yang banyak untuk berbagai penerima surat. Kemampuan mesin tik elektrik ini menandai otomatisasi dalam perkantoran. OA (Office Automation) mencakup semua sistem elektronik formal dan informal yang terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke orang lain dan dari orang‐orang di dalam maupun di luar organisasi. Sistem Elektronik Formal dimaksudkan sebagai aktivitas perkantoran yang didokumentasikan dengan suatu prosedur tertulis. Semua organisasi menerapkan sistem formal untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Misalnya untuk pengelolaan informasi yang didistribusikan ke manajer yang berupa laporan‐laporan periodik maupun laporan khusus. Sistem Elektronik Informal berarti sistem perkantoran yang tidak direncanakan atau diuraikan secara tertulis dan terperinci. Sistem‐sistem OA informal ini diterapkan saat diperlukan oleh perorangan untuk memenuhi keperluannya sendiri. Misalnya melakukan konsultasi atau diskusi dengan pengambil keputusan lain. Komunikasi Informasi dalam OA menjadikan ciri khas dalam penggunaan komputer di organisasi, karena OA dimaksudkan untuk memudahkan segala jenis komunikasi, baik lisan maupun tertulis. OA tidak hanya melayani orang‐orang di dalam organisasi, akan tetapi juga dengan orang lain di dalam lingkungan organisasi. Gambar Sistem OA Sumber : http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automation-system-sistemotomasi.html Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 223 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Dalam gambar model OA tersebut tidak terjadi aliran data tetapi hanya ada aliran komunikasi dan informasi. Pengertian data yaitu penggambaran dari segala sesuatu dari sebuah kenyataan maupun kejadian. Melalui proses pengolahan data, sebuah data menjadi lebih bermanfaat bagi penggunanya dan disebut sebagai informasi. Pengertian komunikasi yaitu adanya saling tukar menukar informasi antara dua obyek atau lebih. Untuk lebih menekankan pemahaman tentang model OA, akan dibagi dalam dua komponen utama yaitu komponen database dalam OA dan komponen Aplikasi dalam OA. Komponen database dalam OA, dalam gambar model di atas database merupakan kumpulan data yang terintegrasi dari seluruh sumber daya dalam organisasi, baik sumber daya masukan, proses maupun output. Data yang sudah terproses menjadi informasi dalam database juga didapatkan dari lingkungan sistem organisasi serta data‐data hasil olahan dari para manager sebagai pemecahan masalah. Untuk dapat mengumpulkan data dalam database harus melalui proses pengolahan data menggunakan komputer. Pengolahan data meliputi : 1) Mendapatkan data, yaitu dengan : a) Mendokumentasikan setiap transaksi b) Apa kejadiannya c) Kapan terjadi kejadian tersebut d) Berapa banyak dan berapa nilainya e) Keterangan tentang transaksi 2) Memanipulasi data, yaitu dengan : a) Mengklasifikasikan (dengan diberi kode) b) Diurutkan c) Dihitung d) Ditotal 3) Menyimpan Data a) Menggambarkan setiap transaksi b) Dalam bentuk database 4) Menyiapkan dokumen a) Terbentuk dalam kategori : I. Berdasarkan jenis kejadiannya II. Berdasarkan waktu kejadiannya Untuk melihat sebuah database dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pemakai database dan dari sudut pandang perancang database. 1) Dari sudut pandang pemakai database dapat dilihat dalam bentuk file dengan struktur data dan record yang siap dipakai untuk diisi, dikoreksi, dikurangi atau mengolahnya menjadi laporan. 2) Dari sudut perancang dibedakan lagi pada tingkat fisik dan logik. Pada tingkat fisik seorang perancang database harus menentukan jenis dan kapasitas penyimpan serta media cadangan (backup) yang digunakan. Pada tingkat logik seorang perancang database harus menentukan entitas data apa saja yang terlibat dalam sistem, relasi antar entitas dan ketergantungannya, atribut dari setiap entitas serta atribut dari relasi yang terbentuk. Pada sudut pandang logik ini akan terbentuk file‐file atau tabel‐tabel yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan. Komponen Aplikasi dalam OA Aplikasi dalam OA (Office Automation) dibedakan menjadi dua macam yaitu aplikasi perkantoran menggunakan peralatan elektronik non komputer dan aplikasi perkantoran menggunakan komputer. Dalam banyak hal, fungsi dari kedua jenis aplikasi di atas adalah sama hanya peralatannya saja yang berbeda. Aplikasi‐aplikasi dalam OA adalah : 1) Word processing 2) Electronic and voice mail 3) Computer calendaring 4) Audio conferencing 5) Video conferencing 6) Computer conferencing 7) FAX Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 224 8) Videotex 9) Imaging 10) Desktop publishing Word Processing Merupakan penggunaan perangkat komputer yang menghasilkan berbagai tugas pengetikan dan pencetakan dokumen secara otomatis. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar Word Processing System Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Sekretaris atau manajer melakukan pengetikan melalui terminal, dari sini sebuah dokumen yang disiapkan atau diketik dapat dilakukan pengeditan terlebih dahulu, sebelum disimpan ke dalam komputer. Dokumen juga dapat diambil atau disimpan dalam media penyimpanan luar. Jika dibutuhkan dapat dibuat hard copy dalam cetakan printer. Hasil cetakan ini dapat diberikan kepada manajer sebagai bahan persiapan agar komunikasi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dalam perkantoran modern dokumen tidak mesti harus dicetak, namun dapat di attach atau dikirim dari komputer lain yang terhubung dalam satu jaringan komputer. Electronic and Voice Mail. Voice mail, merupakan sarana yang disediakan oleh penyedia layanan telepon kepada pelanggan untuk dapat meninggalkan pesan dalam sebuah mail‐box apabila telpon yang dituju tidak dapat dihubungi. Mail‐box yang berisi pesan‐pesan ini dapat dihubungi dan dipanggil oleh pemilik telpon untuk mendengarkan pesan‐pesan yang diterima dan telah tersimpan di dalamnya. Electronic mail atau sering disingkat e‐mail, konsepnya sama dengan voice mail, hanya saja terjadi antar pengguna komputer yang terhubung dalam satu jaringan komputer saja. Seorang pengguna e‐mail mempunyai mail‐box atau folder disebuah mail‐server yang terhubung 24 jam dalam jaringan komputer. Pengguna lain dapat mengirimkan pesan ke dalam mail‐box dengan menyebutkan alamat e‐mail yang dituju walaupun si pemilik mail‐box tidak sedang terhubung dalam jaringan komputer. Untuk membaca pesan‐pesan yang diterima, seorang pengguna harus membuka mail‐box-nya dengan bantuan jaringan internet. Gambar An Audio Conferencing System Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 225 Gambar An Voice Mail System PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Gambar An Voice Mail System Computer Calendaring Computer calendaring punya analogi untuk menandai suatu agenda kegiatan seperti menandai kalendar di rumah. Jadwal kegiatan maupun perjanjian dengan kolega dapat disimpan dalam komputer, pada saat atau sebelum kegiatan, komputer akan mengingatkan manajer tentang perjanjian maupun kegiatan tersebut melalui penanda (alarm) Sebuah perjanjian dapat dikirimkan atau diakses oleh pihak lain yang terhubung dalam jaringan komputer, penandaan kegiatan akan diberikan ke semua komputer yang mencatat dan menyimpan kegiatan tersebut. Audio Conferencing Anggota ORARI atau organisasi sejenis, secara tidak sadar pernah melakukan audio conferencing. Audio Conferencing merupakan pemanfaatan peralatan komunikasi suara untuk menghubungkan orang‐orang pada tempat yang terpisah untuk dapat melakukan pembicaraan pada suatu topik tertentu. Gambar An Video conferencing Sumber: Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Peralatan audio pada akhir dekade ini, perannya dapat digantikan dengan menggunakan komputer yang mempunyai kemampuan audio secara langsung. Audio Channel digantikan oleh komputer yang dilengkapi dengan Chat Server. Peralatan telepon saat ini juga mempunyai kemampuan untuk melakukan konferensi atau digunakan secara “tri partit”. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 226 Kemampuan telpon semacam ini dalam komunitas lokal menggunakan PABX, atau layanan yang diberikan penyedia jasa telepon (TELKOM). Video Conferencing merupakan penggunaan televisi serta peralatan audio visual untuk menghubung partisipan konferensi yang lokasiny saling terpisah. Pelaksanaannya dapat dengan cara: 1) One‐way video dan two‐way audio 2) One‐way video dan audio 3) Two‐way video dan audio Kegiatan seperti ini juga sudah dapat digantikan menggunakan peralatan komputer yang mempunyai kemampuan audio visual. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Computer Conferencing Seperti telah diterangkan sebelumnya, merupakan komputer yang terhubung dalam satu jaringan yang dapat saling berkomunikasi, baik text, audio maupun audio‐visual. Pemanfaatan jaringan internet semakin memudahkan pengguna komputer untuk melakukan hal ini. Tersedia banyak ruang diskusi berupa board services maupun chat channel yang disediakan oleh portal dalam internet. Board Sevice merupakan layanan untuk saling berkirim pesan atau pendapat pada satu topik tertentu yang tidak interaktif. Chat channel merupakan sarana bertukar pesan secara interaktif. Fax merupakan alat yang mempunyai kemampuan dalam membaca dokumen pada satu sisi lain dari saluran komunikasi dan membuat salinannya pada satu sisi lainnya. Kemampuan ini juga sudah diadaptasi oleh komputer. Untuk keperluan tersebut, komputer harus diberi kemampuan membaca dokumen, yaitu dengan ditambahkan peralatan Scanner, selain harus terhubung ke jaringan telpon yang menggunakan Modem. Hasil penerimaan fax pada komputer dapat dilakukan dengan hanya menampilkannya di layar monitor atau dicetak menggunakan printer. Videotex, Imaging dan Desktop Publishing Ketiga hal ini sudah bukan merupakan hal baru dalam pemanfaatan teknologi komputer saat ini, yaitu: 1) Videotex meurpakan kemampuan memindahkan dan menyimpan narasi teks dan gambar grafik ke dalam layar monitor. 2) Imaging meurpakan kemampuan memindahkan, menyimpan dan menampilkan kembali image atau citra kedalam format digital dalam komputer. 3) Dekstop Publishing merupakan kemampuan komputer untuk menghasilkan keluaran yang sangat halus mendekati kemampuan typesetter (dalam layout cetakan). Kantor Maya Seperti telah diuraikan di atas, Kantor maya tercipta karena perkembangan teknologi komputer yang semakin pesat dan ukurannya semakin kecil. Kecenderungan orang untuk berpindah‐pindah sehingga memanfaatkan sarana telekomunikasi khususnya telepon selular yang semakin diperlukan. Pemanfaatan sarana komunikasi dan jaringan internet untuk melakukan hal‐hal yang sifatnya teleprocessing (ATM, e‐commerce) tumbuh pesat. Hal‐hal tadi didukung mahalnya sewa lahan di kota‐kota besar mendorong tumbuhnya Kantor Maya, sehingga orang tidak lagi harus datang dan bekerja dalam kantor secara fisik, sehingga kegiatan kantor dapat dilakukan di manapun. Syaratnya hanya harus terhubung dalam komunikasi elektronik. Untuk keperluan ini banyak organisasi maupun portal di internet menyediakan jasa kantor maya. Keuntungan yang dapat diambil jika menggunakan kantor maya, yaitu : 1) Mengurangi biaya penyediaan fasilitas, yaitu fasilitas kantor seperti ruang, furniture, AC dan lain‐lain. Ruang kantor dapat hanya sebuah ruang tamu kecil, untuk sekali‐sekali orang bertatap muka. 2) Mengurangi biaya penyediaan peralatan, peralatan kantor dapat dikurangi jumlahnya seiring dengan sedikitnya kebutuhan tenaga kerja administratif. 3) Mempunyai saluran komunikasi formal. Dengan terhubungnya saluran komunikasi formal maka seluruh relasi usaha, rekan bisnis maupun konsumen, dapat berhubungan dengan organisasi setiap saat tanpa terputus. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 227 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 4) Mengurangi pekerjaan‐pekerjaan yang tertunda. Kantor maya tidak mengenal jam kerja maupun lembur, seluruh waktu yang ada adalah jam kerja, sehingga sebuah pekerjaan tidak harus dihentikan karena jam kerja telah selesai. 5) Mendukung kegiatan sosial, orang‐orang yang tidak dapat meninggalkan rumah dapat bekerja dengan tidak harus pergi ke kantor. Namun ada juga kerugian‐kerugian yang dapat muncul, terutama dari sisi para pekerja yaitu: kurang mempunyai rasa memiliki terhadap organisasi, hal ini dapat muncul karena kegiatan sosial seperti tatap muka dan sambung rasa antara pimpinan dan bawahan jarang dilakukan. 1) Ketakutan kehilangan pekerjaan, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh komputer maupun organisasi penyedia layanan kantor maya, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi berkurang. 2) Moral pekerja yang rendah, ini terkait dengan adanya kecenderungan sementara orang untuk berbuat tidak baik apabila tidak langsung bertatap muka (lempar batu sembunyi tangan). Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengawasan yang ketat pada pengamanan sistem komputer. 3) Tekanan keluarga, hal ini muncul bila pekerjaan kantor dilakukan di rumah. Kegiatan‐kegiatan dalam keluarga kadang menyita lebih banyak perhatian daripada beban kerja kantor. Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan kantor maya yaitu : 1) Menyediakan sumber daya komputer 2) Menyediakan sarana akses ke sumber daya informasi 3) Menyediakan perlengkapan non komputer 4) Menyiapkan sarana telepon yang dapat di forward (dialihkan) 5) Menyediakan kelengkapan untuk panggilan konferensi 6) Membuat jadwal pertemuan reguler 7) Melaksanakan jadwal pekerjaan secara teratur Selain hal‐hal di atas, ada tiga hal penting yang menjadi wacana ekonomis dalam kantor maya yaitu : 1) Informasi, menjadi bahan pokok yang sangat vital terutama untuk membantu para manajer mengambil keputusan. Dalam kantor maya, informasi tersimpan dan terdistribusi dengan baik dalam database organisasi. 2) Ide, dapat disebarluaskan secara segera ke seluruh kelompok pengambil keputusan dalam organisasi untuk segera didiskusikan tanpa harus menunggu berkumpul terlebih dahulu. Ide juga dapat muncul dari ruang‐ruang diskusi (board service). 3) Intelijen, kegiatan mengumpulkan informasi dari stakeholder dapat dilakukan lebih mudah karena banyak informasi yang bersifat terbuka. Contoh Aplikasi Komputer untuk Kantor Program aplikasi komputer yang mampu mendukung otomatisasi perkantoran adalah Microsoft Office, Lotus Suite, Corel WordPerfect Office. Yang sangat mendukung operasi kantor maya yaitu penelusur situs web di internet. Program‐program itu misalnya Internet Explorer, FireFox, Opera dan Netscape Navigator. 2. Studi Kasus Banyak kantor yang mempunyai ruangan cukup luas, namun sering terjadi tata letak perabot kantor atau penyusunan perabot kantor tidak beraturan. Hal ini akan menimbulkan gangguan bagi para pegawai untuk melakukan aktivitasnya. Masalah tersebut disebabkan penataan tata ruang kantor tidak mengindahkan penataan tata ruang yang benar. Selain itu banyak kantor yang yang tidak memiliki ruang arsip tersendiri sehingga membuat kesulitan untuk menemukan kembali arsip. Buatlah gambar lay out ruang kantor yang ideal agar aktivitas kantor menjadi lebih efektif dan efisien. 3. Latihan 1) Jelaskan pengertian dari interkom, dan sebutkan fungsinya! 2) Apakah yang dimaksud dengan kantor maya? 3) Jelaskan keuntungan dan kerugian dari kantor maya? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 228 4) Jelaskan maksud dari pengendalian terpusat peralatan kantor? 5) Mengapa suatu organisasi atau perusahaan menggunakan memperlancar pelaksanaan pekerjaanya? Sebutkan alasannya! peralatan kantor dalam PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Uraian Materi a. Pengertian Terdapat beberapa pengertian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) : 1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. b. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam rangka mencapai tujuan masyarakat makmur dan sejahtera maka Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Pada saat ini telah terjadi peningkatan yang luar biasa dalam pekerjaan industri dan organisasi yang berdampak pada meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Ketika kecelakaan terjadi di lingkungan kerja dapat menyebabkan semakin tinggi tuntutan dari pekerja agar organisasi memiliki program keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, maka pemerintah membuat UU No.14 tahun 1969 tentang pokokpokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pada pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. 1) Unsur-unsur pendukung kesehatan kerja, yaitu: a) Tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi b) Sarana olah raga c) Tersedia kotak P3K dan buku panduannya d) Tenaga medis e) Asuransi kesehatan f)Klinik dan, g) Kantin sehat. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang diantara nya: a) Usia b) Jenis kelamin c) Ukuran tubuh d) Kegiatan rutin yang dilakukan e) Kondisi tubuh tertentu f) Kondisi lingkungan. 3) Penyusunan menu yang baik sebaiknya memperhatikan: a) Kebutuhan kalori dan gizi karyawan b) Kebutuhan bahan dasar menu c) Pendekatan penyusunan menu bagi pekerja sesuai dengan lingkungan kerja. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 229 4) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tujuan K3 yaitu: a) Menaikkan penjualan b) Meningkatkan produktivitas c) Meingkatkan kinerja d) Mengurangi biaya kerugian akibat produksi e) Meningkatkan keselamatan jiwa dan f) Mempertahankan kenyamanan kerja. 5) Prinsip K3: a) Kesederhanaan alur prosedur kerja b) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan, dan c) Pengawasan yang konsekwen. 6) Supervisi K3: Penilaian supervisi meliputi: a) Pelaksanaan prosedur kerja dengan sebaik-baiknya b) Tertib dan bertanggung jawab dalam bekerja c) Disiplin tinggi d) Etos kerja yang positif dijunjung tinggi. 7) Evaluasi K3 terdiri dari: a) Pekerja i. Perekrutan ii. Pelatihan iii. Penempatan b) Manajemen i. Prosedur Kerja ii. Kebijakan Manajemen iii. Organisasi Manajemen iv. Buku Manual K3 c) Lokasi Kerja i. Lingkungan Kerja ii. Bangunan Peralatan iii. Bahan-bahan 8) Program K3 a) Inspeksi b) Pelatihan c) Pengenalan bahaya dalam produksi d) Kantin sehat e) P3K f) Pembentukan organisasi P3K g) Penyediaan alat pelindung kerja. c. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Risiko yang terkadang harus di hadapi oleh tenaga kerja ketika sedang bekerja adalah kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja. Untuk mengatasi hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan karena terjadinya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat akibat dari kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya program jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pemilik (manajemen) sehingga organisasi berkewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan sejak berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat pekerjaannya. Organisasi seharusnya membayar iuran untuk program JKK, dimana perincian jumlah iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum padaperaturan perundang-undangan Nomor 76 tahun 2007,berikut merupakan isi dari pasal 22 UU No.76 tahun 2007: 1) Biaya Transport (Maksimum) a) Darat Rp 400.000,b) Laut Rp 750.000,c) Udara Rp 1.500.000,- Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 230 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2) Sementara tidak mampu bekerja a) Empat (4) bulan pertama, 100% upah b) Empat (4) bulan kedua, 75% upah c) Selanjutnya 50% upah d) Biaya Pengobatan/Perawatan Rp 12.000.000,- (maksimum)* 3) Santunan Cacat a) Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah b) Total-tetap c) Sekaligus: 70 % x 80 bulan upah d) Berkala (2 tahun) Rp 200.000,- per bulan* e) Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah 4) Santunan Kematian a) Sekaligus 60 % x 80 bulan upah b) Berkala (2 tahun) Rp. 200.000,- per bulan* c) Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-* 5) Biaya Rehabilitasi: Patokan harga RS DR. Suharso, Surakarta ,ditambah 40 % a) Prothese anggota badan b) Alat bantu (kursi roda) 6) Penyakit akibat kerja, tiga puluh satu jenis penyakit selama hubungan kerja dan 3 tahun setelah putus hubungan kerja. Iuran 1) Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan; 2) Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan; 3) Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan; 4) Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan; 5) Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan; *) sesuai dengan PP Nomor 76 tahun 2007 Tata Cara Pengajuan Jaminan 1) Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form jamsostek 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada PT Jamsostek (Persero) tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan 2) Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada PT Jamsostek (persero) tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya PT Jamsostek (Persero) akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris. 3) Form Jamsostek 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan disertai bukti-bukti: a) Fotokopi kartu peserta (KPJ) b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form Jamsostek 3b atau 3c c) Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan d. Pengertian Keadaan Darurat (Emergency) Kondisi yang tidak dikehendaki, mendadak, dan berkembang secara cepat, sehingga akan langsung mengakibatkan bahaya yang mengancam keselamatan manusia, kerugian aset organisasi dan kerusakan lingkungan. Kondisi seperti ini harus segera diatasi agar terhindar dari dampak lebih buruk. Tindakan yang harus dikerjakan : 1) Wajib lapor ke : Satpam, petugas atau instansi terkait. 2) Siap dengan sarana komunikasi seperti telepon genggam, telepon atau sarana lain yang memungkinkan. 3) Memberikan perlakuan pada kategori: SEGERA. 4) Setiap laboratorium harus mencantumkan nomor telpon penting yang harus dihubungi. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 231 Terdapat beberapa tipe keadaan darurat (emergency) diantara nya : 1) Beberapa keadaan darurat dari laboratorium. 2) Tipe kecelakaan atau tumpahan (spills). 3) Kombinasi Spills dengan bahan kimia/radioaktif. 4) Medical emergencies Beberapa peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan darurat antara lain : 1) Bencana alam seperti banjir, gempa bumi dll. 2) Kebakaran dan ledakan. 3) Bahan kimia. 4) Bahan biologis : cakaran, gigitan, skrining terhadap penyakit tertentu. 5) Bahan Radioaktif PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Dari banyaknya faktor dan peristiwa yang dapat menimbulkan keadaan darurat, harus dibuat secara tertulis yaitu prosedur darurat untuk Laboratorium. Prosedur ini memuat secara rinci tentang cara mengatasi beberapa hal dibawah ini : 1) Luka goresan, injeksi, dll. 2) Pemaparan aerosol (diluar BSC) 3) Tumpahan atau pecahan wadah biakan. 4) Kecelakaan sentrifus. 5) Bencana alam, kebakaran dan banjir. 6) Luka gigitan dan cakaran hewan. Bahkan seharusnya diberikan materi penjelasan ataupun semacam pelatihan agar pemakai laboratorium dapat mengetahui dan memahami sumber dan penyebab kecelakaan, cara memberikan pertolongan serta evakuasinya. Adapun rincian materi prosedur keadaan darurat (emergency) dan P3K bisa berisi : 1) Pertolongan pertama 2) Pembersihan bahan 3) Kimia/biologi/radiologi 4) Evakuasi darurat Sedangkan perlengkapan dan peralatan darurat (emergency) yang seharusnya tersedia di laboratorium antara lain : 1) Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan) 2) Tandu 3) Spill Kits 4) Pakaian pelindung and Respirators 5) Peralatan dekontaminasi 6) Disinfektan and peralatan pembersih 7) Peralatan lain (palu, obeng, tali., dll) 8) Pita demarkasi, tanda peringatan 1) Titik Kumpul (Assembly Point) Sebelum memulai pekerjaan di laboratorium, sangat penting bagi para pekerja, peneliti, staf, laboran dan pemakai laboratorium harus mempelajari dan memahami terlebih titik kumpul (mengikuti tanda panah atau garis merah. Selain itu harus mengetahui lokasi pintu darurat (tanda exit). Perlu diingat bahwa pintu darurat sudah merupakan suatu pintu perlindungan. 2) Kecelakaan Biologis Berikut ini beberapa tahapan tindakan yang harus dilakukan kecelakaan yang bersifat biologis : a) Tahan nafas b) Cepat keluar dari daerah kontaminan c) Tanggalkan semua pakaian laboratorium d) Gunakan pakaian pelindung (PPE) e) Beritahu teman lainnya f) Masuk ke kontaminan area dengan PPE Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar jika terjadi P a g e | 232 g) Bersihkan spill h) Segera ke klinik terdekat i) Catat semua kejadian Dari rincian prosedur keadaan darurat (emergency) diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: a) Keselamatan nyawa adalah yang utama. b) Latihan mengatasi keadaan darurat harus secara rutin dilaksanakan. c) Sebelum mengerjakan penelitian di laboratorium, peniliti harus dan memahami cara-cara menangani kecelakaan/keadaan emergensi. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar e. Macam-macam Penyakit dan Cara Menanggulanginya Infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan kuman atau bibit penyakit yang masuk dan berkembang biak ke dalam tubuh manusia , di antaranya protozoa, jamur, dan parasit kuman dari penyakit tersenut bisa masuk di antaranya melalui luka-luka(luka terbuka , luka tertutup, pendarahan dan syok) Macam-macam penyakit infeksi 1) Luka terbuka a) luka lecet b) luka sayatan c) luka tusuk d) luka amputasi 2) Luka tertutup a) Memar b) Luka himpitan kuat c) Luka remuk 3) Pendarahan dan syok a) Pendarahan terjadi akibat-akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh trauma atau penyakit, jenis-jenis pendarahan: b) Pendarahan luar c) Pendarahan dalam Sumber-sumber penarahan adalah sebagai berikut: 1) Pendarahan nadi 2) Pendarahan balik 3) Pendarahan rambut Syok terjadi sejak peredaran darah gagal mengirimkan darahnya yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital Penanggulangan luka terbuka, tertutup, pendarahan dan syok 1) Penaggulangan luka terbuka a) Pastikan daerah luka terlihaat b) Bersihkan daerah luka c) Kontrol pendarahan bika ada d) Cegah kontaminasi lanjut e) Beri penutup luka f) Tenangkan penderita g) Atasi syok bila ada h) Rujuk ke fasilitas kesehatan i) Baringkan penderita jika lukanya cukup parah 2) Penaggulangan luka tertutup a) Istirahatkan anggota gerak b) Berikan kompres dingin c) Balut dan tekan d) Tinggikan anggota gerak yang luka f. Memahami Kesehatan Jasmani dan Rohani 1) Kesehatan jasmani di tinjau dari sudut ilmu faal ialah normalnya fungsi alat-alat tubuh 2) Makanan yang sehat terdiri atas zat-zat yang terdiri dari makanan makro dan makanan mikro 3) Istirahat yang cukup ialah berkurangnya kegiatan organ-organ tubuh kita 4) Perlunya tidur yang cukup minimal 8 jam sehari Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 233 g. Penampilan Diri 1) Penampilan serasi 2) Serasi sesuai situasi kondisi 3) Serasi sesuai profesi 4) Serasi sesuai postur tubuh 5) Serasi sesuai warna kulit 6) Serasi sesuai usia 7) Serasi sesuai perkembangan model 8) Serasi menyeluruh h. Cara – cara bekerja dengan Aman 1) Mengkondisikan pekerjaan 2) Mengikuti Prosedur kerja 3) Pemeliharaan kesehatan PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar i. Menyadari Pentingnya Kebersihan Perorangan (hygiene) Hygiene menurut bahasa yunani berarti ilmu untuk menjaga dan membentuk kesehatan. Usaha menjaga kebersihan adalah usaha preventif bersifat lebih luas. Tujuan kebersihan perorangan adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan lainnya yang diakibatkan dari adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia. Faktor-faktor untuk hidup bersih dan sehat 1) Faktor perorangan (individual) faktor perorangan adalah motivasi yang ada pada diri seseorang untuk hidup bersih dan sehat serta kesadaran untuk melaksanakannya 2) Faktor lingkungan (enviromental) yaitu faktor lingkungan yang memotivasi seseorang untuk selalu hidup bersih dan sehat, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat kerja. j. Lingkungan Kerja 1) Lingkungan kantor Lingkungan kantor merupakan suatu lokasi perkantoran yang didalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dengan dilengkapi oleh seperangkat alat dan aturan kerja. 2) Lingkungan industri/pabrikan a) Lingkungan kerja bising Kebisingan merupakan bunyi atas suara yang tidak dikehendaki dan bersifat mengganggu pendengaran bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang. Pengaruh Kebisingan: i. Kebisingan Intensitas Tinggi - Masyarakat sekitar dapat sewaktu-waktu menuntut jika merasa benarbenar terganggu sebagai akibat dari kebisingan hasil dari proses produksi - Kebisingan dengan instensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi seseorang, jika dilihat dari sudut fisiologis, - Dapat mengakibatkan kerusakan dan penurunan daya dengar (telinga), baik bersifat temporary ataupun permanent. ii. Kebisingan Intensitas Rendah - Menyebabkan stres - Menyebabkan kelelahan - Merusak pendengaran - Gangguan reaksi psikomotor - Kehilangan konsentrasi - Penurunan prestasi kerja atau produktivitas b) Lingkungan kerja yang mengalami gangguan akibat pengaruh polusi dan dampak buruk lainnya dikategorikan sebagai lingkungan kerja terkontaminasi yaitu, i. Lingkungan kerja yang berhubungan dengan zat-zat kimia dalam kesehariannya (lingkungan kerja kimiawi) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 234 ii. iii. iv. Lingkungan kerja yang sering terkait dengan persoalan kejiwaan (lingkungan kerja psikologis) Lingkungan kerja yang berkaitan dengan alam biologi (lingkungan kerja biologis) Lingkungan kerja yang berkaitan dengan peralatan mesin-mesin, sumbersumber, produksi dan bangunan fisik baik interior maupun eksterior (lingkungan kerja fisik) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar k. Perbedaan Lingkungan 1) Perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan lingkungan masyarakat adalah : a) Lingkungan kantor merupakan sekumpulan tatanan kerja yang berada di sebuah kantor dan terdiri dari personil serta aset lainnya. Dimana secara bersama-sama melaksanakan pekerjaan dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi. b) Lingkungan industri merupakan sekumpulan tatanan kerja yang tediri dari personil maupun sumber daya alam lainnya dalam sebuah unit industri. Dimana secara terintegrasi menghasilkan sebuah karya nyata untuk mencapai tujuan bersama. c) Lingkungan masyarakat merupakan sekumpulan personil maupun alam sekitarnya yang saling mempengaruhi satu dengan lain dan saling membutuhkan demi kelangsungan hidup bersama. 2) Sifat lingkungan kerja a) Sifat di mana tampak terlihat dalam beberapa perangkat aturan yang tetap distandarkan dan baku disebut sebagai sifat konstan. Misalnya: i. Standard Operating Procedure pembuatan laporan keuangan ii. Prosedur pengiriman surat keluar harus ditandatangani pejabat yang berwenang. iii. Ada karyawan pasti ada produk/jasa yang akan diperniagakan iv. Ada atasan, pasti ada bawahan v. Ada tenaga, ada upah/gaji b) Sifat dimana beberapa hal dapat berubah sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan situasi disebut sebagai sifat fleksibel c) Sifat dimana semua perangkat alam dan personil yang ada di sebuah lingkungan memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda-beda disebut sebagai sifat universal d) Sifat yang aktif mengadaan penyesuaian kebutuhan disebut sebagai sifat dinamis. e) Sifat yang menuju kemajuan demi kelangsungan dunia kerja disebut sebagai sifat progressif. l. Ciri – ciri Lingkungan Kerja 1) Ada manusia sebagai sumber daya manusia 2) Ada sumber daya alam yang dapat diolah dan dikembangkan hewan, tumbuhan, tambang alam, pesona alam, dan lain-lain. 3) Ada sumber daya mesin sebagai sumber daya transformasi perubahan bentuk m. Faktor Pengaruh Lingkungan Hidup 1) Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan, diantaranya: a) keracunan kronis dengan penurunan berat badan sebagai salah satu gejalanya. b) gangguan saluran pencernaan c) menurunkan selera makan d) metabolisme tubuh e) tidak berfungsinya saluran pencernaan 2) Faktor psikologis Dalam kehidupan sehari-hari kita dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis termasuk dalam lingkungan kerja. Seseorang dapat mengalami stres jika terjadi ketidakserasian antara kondisi lingkungan kerja dengan emosinya. Kondisi stres Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 235 3) 4) pada seseorang dapat berdampak pada penurunan atau kenaikan berat badan yang drastis, penyakit, dan tidak bisa bekerja dengan optimal. Tekanan dingin Pekerja sering membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaannya dikarenakan mereka mengenakan baju yang tebal atau jaket ketika berada dalam lingkungan kerja yang dingin. Tekanan panas Untuke kerja berat sebaiknya organisasi menyediakan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk penguapan sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi seseorang yang bekerja di lingkungan kerja panas. Sedangkan dianjurkan sekurangnya 1,9 liter untuk kerja ringan. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar n. Syarat Lingkungan Kerja 1) Kondusif (aman) Beberapa hal yang harus ada di dalam lingkungan kerja yang kondusif adalah: a) Psikologi, mental, dan moral yang baik dari tiap personil b) Kelengkapan alat, sarana dan prasarana kerja c) Kelengkapan perangkat aturan dan prosedur kerja yang baik, dan d) Waktu dan tempat lokasi yang sesuai dengan kebutuhan kerja. 2) Tertata/terorganisir Masih banyak tempat kerja yang tidak tertata sesuai dengan standar internasional. Salah satu penyebabnya adalah karena belum terorganisasinya berbagai atribut (tata laksana) kerja yang ada. Oleh sebab itu perlu melakukan pembenahan mulai dari penempatan pekerja sesuai dengan pendidikannya, struktur organisasi yang tepat serta merancang perangkat aturan. Sehingga menguntungkan bagi manajemen dan staf. 3) Bebas polusi Seharusnya organisasi (industri maupun jasa) dapat beroperasi dengan aman, artinya tidak menyebabkan dampak polusi bagi komunitas dan masyarakat pada umumnya. Karena polusi industri sangat merugikan bukan hanya pada manusia namun juga pada lingkungannya. LAMPIRAN : PENDIDIKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja Berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja Mengenai peraturan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja Factor penyebab berbahaya yang sering ditemui Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. 1. Mengantisipasi keberadaan factor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan sebelumnya. 2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja 3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja 4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Yang terutama adalah UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan Kesehatan Tenaga kerja. 1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan non-mental, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun. 2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dan dingin, lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibriasi dan tekanan udara yang tidak normal. 3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan. 1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara. 2. Pengendalian administasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahanbahan yang aman, melakukan pelatihan system penangganan darurat. 3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 236 Mengapa diperlukan adanya pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja? Tujuan pelatihan Peraturan yang perlu ditaati Obyek pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Jadwal dan isi program pelatihan Prinsip analisa keselamatan dan kesehatan kerja Pencegahan kecelakaan Menurut H. W. Heinrich, penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Oleh karena itu, pelaksanaan diklat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dapat mencegah perilaku yang tidak aman dan memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak aman. Agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja, mengembangkan konsep dan kebiasaan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, memahami ancaman bahayayang ada di tempat kerja dan menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja. UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengatur agar tenaga kerja, petugas keselamatan dan kesehatan kerja dan manajer wajib mengikuti pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja 1. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja 2. Manajer bagian operasional keselamatan dan kesehatan kerja 3. Petugas operator mesin dan perlengkapan yang berbahaya 4. Petugas operator khusus 5. Petugas operator umum 6. Petugas penguji kondisi lingkungan kerja 7. Petugas estimasi keselamatan pembangunan 8. Petugas estimasi keselamatan proses produksi 9. Petugas penyelamat 10. Tenaga kerja baru atau sebelum tenaga kerja mendapat rotasi pekerjaan. Berbagai obyek pelatihan disesuaikan dengan peraturan mengenai jadwal dan isi program pelatihan Mencari penyebab dari seluruh tingkat lapisan, dari lapisan dalam sampai dengan akar penyebabnya, dicari secara tuntas, hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan melakukan perbaikan. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, LAMPIRAN JENIS KECELAKAAN PADA BEBERAPA BIDANG INDUSTRI Manufaktur (termaksud elektronik, produksi metal dan lain-lain) Elektronik (manufaktur) Produksi metal (manufaktur) Petrokimia (minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi plastic) Konstruksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Terjepit, terlindas Teriris, terpotong Jatuh terpeleset Tindakan yang tidak benar Tertabrak Berkontak dengan bahan yang berbahaya Terjatuh, terguling Kejatuhan barang dari atas Terkena benturan kelas Terkena barang yang runtuh, roboh Teriris, terpotong Terlindas, tertabrak Berkontak dengan bahan kimia Kebocoran gas Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan Terjepit, tertindas Tertusuk, terpotong, tergores Jatuh terpeleset Terjepit, terlindas Teriris, terpotong, tergores Jatuh terpeleset Tindakan yang tidak benar Tertabrak Terkena benturan keras Jatuh terpeleset Kejatuhan barang dari atas Teinjak Terkena barang yang mudah runtuh, roboh Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin Terjatuh, terguling Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 237 Produksi alat transportasi bidang reparasi 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. Terjepit, tertindas Tertabrak Tindakan yang tidak benar Terkena benturan keras Terjepit, tertindas Terusuk terpotong, tergores Terkena ledakan CONTOH PERANGKAT KEAMANAN KERJA PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar GAMBAR KECELAKAAN KERJA 2. Studi Kasus "Kasus Kecelakaan Kerja" Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 238 Ilustrasi (foto:SINDO) sumber: http://news.okezone.com/read/2011/02/04/338/421388/ledakan-puslabfor-polri-murnikecelakaan-kerja PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan pun terjadi akibat tangki untuk tabung pemanas rusak. "Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata Kapuslabfor Mabes Polri, Brigjen Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011). Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki untuk tabung pemanas. Dia (Syarifuddin-red) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan kaca pintu rusak dan tangannya melukainya," kata Budiono Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam. "Ini human error, semua sudah dilaksanakan sesuai protap, "katanya. Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian, sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet," kata Budiono. Apakah kasus tersebut diatas merupakan salah satu kecelakaan kerja? Berikan tanggapan! 3. Latihan 1. Apa yang dimaksud dengan K3? 2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang! 3. Sebutkan tujuan k3! 4. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)? 5. Jelaskan perbedaan lingkungan kerja kantor, lingkungan industri, dan lingkungan masyarakat! Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 239 ASSESMENT PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar A. Assesment Pembelajaran 1 1. Kompetensi Guru Evaluasi : 1. Jelaskan pengertian guru ? 2. Jelaskan pengertian pendidik ? 3. Deskripsikan profil pendidik guru yang ideal menurut anda. 4. Jelaskan makna tanggungjawab 5. Jelaskan hubungan tanggungjawab, kesadaran, pengabdian dan pengorbanan 6. Jelaskanlah kewajiban yang harus dilaksanakan guru professional 7. Jelaskanlah empat kompetensi guru professional dan berikan contoh-contoh pelaksanaan dalam pembelajaran 8. Bagaimana jika salah satu kompetensi tidak dikuasai guru dan apa dampaknya pada pembelajaran 9. Deskripsikan citra diri positif 10. Jelaskan manfaat citra diri positif 11. Jelaskan langkah-langkah pengembangan citra diri positif 12. Jelaskan pengertian etika ? 13. Jelaskan perbedaan antara etika ,moral, dan akhlak ? 14. Untuk apa guru memahami etika ? 15. Jelaskan makna komitmen 16. Jelaskan mengapa komitmen terhadap tugas penting bagi guru 17. Jelaskan makna empati 18. Jelaskan mengapa guru perlu memiki rasa empati yang tinggi terhadap siswanya 19. Jelaskan dampak empati guru terhadap siswanya dalam pembelajaran? B. Assesment Pembelajaran 2 1. Teori dan Desain Pengembangan Pembelajaran Tes Formatif 1: 1. Teori ilmiah yang melandasi desain silabus dan RPP yang berkaitan dengan proses belajar. a. Teori analisis peserta didik b. Teori pembelajaran c. Teori belajar d. Teori komunikasi 2. Jenjang terakhir tujuan pembelajaran dan ranah yang telah direvisi. a. menilai b. mencipta c. mensintesis d. menganalisis 3. Komponen pertama Pengembangan Silabus dan RPP a. Tujuan b. Materi c. Strategi d. Evaluasi 4. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus menggunakan kata kerja yang bersifat operasional, kecuali: a. Membaca b. Menyanyi c. Menguasai d. Menjawab 5. Langkah-langkah pembelajaran dikembangkan berdasarkan: a. Strategi pembelajaran b. Pendekatan pembelajaran c. Metode pembelajaran d. Teknik pembelajaran Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 240 6. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Manakah yang tergolong materi fakta ? a. Peristiwa gempa bumi b. Hukum Archimedes c. Prosedur menabung d. Ciri-ciri makhluk hidup 7. Pengembangan Silabus dan penyusunan RPP merupakan dokumen pengembangan KTSP sesuai PerMenDikNas. a. Nomor 14 Tahun 2007 b. Nomor 41 Tahun 2005 c. Nomor 14 Tahun 2005 d. Nomor 41 Tahun 2007 8. Perumusan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dapat memiliki keterkaitan dan kesesuaian bila dikembangkan melalui: a. Identifikasi kebutuhan b. Analisis pembelajaran c. Analisis kurikulum d. Identifikasi masalah pembelajaran 9. Kegiatan inti pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP kecuali: a. Eksplorasi b. Elaborasi c. Konfirmasi d. Refleksi 10. Komponen silabus dan RPP yang bukan komponen pengembangan: a. Identitas mata pelajaran b. Indikator c. Sumber referensi d. Alokasi waktu Tes Formatif 2 1. Fungsi bahan ajar modul/LKS a. untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa b. untuk meningkatkan hasil belajar siswa c. untuk mengisi waktu luang siswa d. untuk menambah waktu belajar siswa 2. Manakah bahan ajar yang lengkap dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran ? a. Buku b. Video c. Modul d. Surat kabar 3. Komponen latihan pada modul diletakkan setelah komponen: a. tes formatif b. rangkuman c. uraian materi d. kunci jawaban 4. Bagian penting dalam LKS yang membedakan antara LKS satu dan lainnya adalah: a. bagian inti b. bagian penutup c. bagian awal d. bagian akhir 5. Fungsi rangkuman materi pada bagian pendahuluan LKS a. memperbanyak halaman LKS b. merupakan alat motivasi belajar c. mengulangi isi buku pelajaran d. mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan kegiatan belajar siswa 6. Prinsip mengembangkan isi modul/LKS kecuali: a. bahasa b. ilustrasi c. keakuratan ilmu pengetahuan Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 241 d. fisik modul/LKS Syarat-syarat penulisan LKS , kecuali: a. sesuai dengan silabus dan RPP b. tersedia tipe tugas atau latihan c. mudah dipahami siswa d. alur penyajian tidak sistematis 8. Variasi kegiatan belajar yang merupakan ciri isi LKS kecuali: a. meringkas buku b. menjawab soal-soal c. melakukan percobaan d. memasangkan gambar dengan kata 9. Penulisan modul/LKS diawali dengan tahap: a. perancangan b. pengembangan c. produksi d. evaluasi 10. Tahap yang memerlukan tenaga khusus dalam masalah pencetakan: a. perancangan b. pengembangan c. produksi d. evaluasi 7. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tes Formatif 3 1. Media pembelajaran dalam sistem komunikasi merupakan komponen: a. Sumber b. Pesan c. Saluran d. Penerima 2. Kriteria utama dalam memilih media: a. Kemampuan media b. Tujuan pembelajaran c. Jumlah siswa d. Kemudahan penggunaan 3 Media yang merupakan objek pengganti, kecuali: a. Mock up b. Simulator c. Model d. Realia 4) Media yang dapat dengan mudah membangkitkan efek emosi: a. Audio b. Film c. Video d. Radio 5) Kriteria pertama pemilihan media yang berbasis teknologi komputer a. Akses b. Biaya c. Kemudahan penggunaan d. Kecepatan 6) Komponen media yang dibuat sendiri oleh guru, kecuali: a. Tujuan b. Materi c. Strategi d. Evaluasi 7) Prosedur memanfaatkan media kecuali: a. Pengumpulan bahan b. Persiapan c. Pelaksanaan d. Tindak lanjut Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 242 8) PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Scrabble, puzzle tergolong media pembelajaran: a. Penyaji b. Objek c. Permainan d. Interaktif 9) Jika tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mendeskripsikan komponen mesin kendaraan, dengan situasi laboratorium otomotif maka media yang dipilih: a. Realia b. Model c. Foto d. Gambar 10) Manfaat media pembelajaran kecuali: a. Meningkatkan perhatian siswa b. Memberikan kesamaan persepsi materi pembelajaran c. Memberikan hiburan kepada siswa d. Memberikan rangsangan pada indera siswa. Tes Formatif 4 1. Tes objektif seperti pilihan ganda dikategorikan metode penilaian: a. kognitif b. afektif c. psikomotorik d. tertulis 2. Langkah pertama merencanakan penilaian hasil belajar a. mengidentifikasi hasil belajar b. menentukan tujuan penilaian c. membuat kisi-kisi d. menuliskan draft butir instrumen 3. Sarana untuk mendeskripsikan proporsi soal a. kisi-kisi b. cetak baru c. blue print d. kalibrasi 4. Perangkat penilaian yang diberikan kepada siswa pada saat pelaksanaan tes tertulis, kecuali: a. lembar soal b. lembar jawaban c. lembar soal dan lembar jawaban d. kisi-kisi instrumen penilaian 5. Teknik penilaian hasil belajar untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa secara alamiah, kecuali: a. skala penilaian diri sendiri b. lembar observasi c. skala sikap d. daftar pertanyaan 6. Bentuk kinerja siswa yang dapat dinilai, kecuali: a. portofolio b. hasil karya c. proyek d. kognisi 7. Aspek penilaian siswa yang berhubungan dengan kinerja praktek di laboratorium dengan kinerja praktek: a. persiapan alat dan bahan b. pelaksanaan praktek c. penulisan laporan praktek d. memelihara kebersihan ruang laboratorium Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 243 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar C. 8. Bukan deskripsi lembar soal tes uraian yang akan dikerjakan siswa: a. berisi petunjuk pengerjaan soal b. berisi pertanyaan terbuka c. berisi kolom untuk menjawab soal d. berisi alokasi waktu pengerjaan soal 9. Penulisan butir instrumen pada tahap keempat setelah kegiatan: a. menguji coba butir instrumen b. membuat kisi-kisi c. mengidentifikasi tujuan pembelajaran d. merumuskan tujuan penilaian 10. Kriteria penilaian hasil belajar A, B, C, D atau E diperoleh dari standar skor berbentuk: a. interval skor b. angka c. skala ordinal d. skala nominal Assesment Pembelajaran 3 Penelitian Tindakan Kelas Evaluasi A: 1. Apa arti guru reflektif? 2. Apa hubungan antara PTK dengan guru profesional? 3. Mengapa hasil PTK tidak dapat digeneralisasi? 4. Mengapa pendekatan statistik jarang digunakan dalam PTK? 5. Apa hal penting yang Anda lakukan ketika sedang berusaha melakukan perbaikan pembelajaran? 6. Apa tujuan dokter mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang keluhan Anda sebagai pasien? Apa padanannya dengan peneliti PTK? 7. Kalau dokter menggunakan berbagai alat ukur dalam mengungkapkan keluhan pasien, alat ukur apa saja yang Anda gunakan dalam mendeskripsikan masalah pembelajaran? 8. Kalu dokter "melakukan diagnosis" dan "memberikan resep", apa yang dilakukan oleh peneliti PTK? 9. Apa hal penting yang dilakukan oleh guru peneliti PTK tetapi tidak dilakukan oleh guru biasa? 10. Apa perbedaan antara "masalah" dengan "akar-masalah"? 11. Apa kira-kira akar-masalah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta yang tidak kunjung dapat dipecahkan? 12. Apa yang akan terjadi dengan "tindakan" yang tidak didasarkan pada "akar masalah"? Apa analoginya dengan pekerjaan dokter? 13. Berikan contoh akar-masalah yang berada di luar kendali guru, dan karenanya tidak dapat dipecahkan melalui PTK. 14. Apa tujuan pertanyaan "Upaya apa yang telah dilakukan?" dalam menemukan akarmasalah? 15. Apakah pengalaman-sukses seorang guru dalam pembelajaran dapat dituliskan sebagai laporan PTK? Evaluasi B: 1. Apa analogi siklus PTK dengan proses pengobatan dokter? 2. Mengapa peneliti PTK perlu menjelaskan tentang setting penelitian? 3. Apa isi Perencanaan dalam Siklus I, II, dan selanjutnya? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 4. Apa hubungan antara perencanaan dengan RPP? 5. Apa isi Pelaksanaan? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 6. Apa Isi Pengamatan? Apa analoginay dengan pengobatan dokter? 7. Apa isi refleksi? Apa analoginya dengan pengobatan dokter? 8. Apa syarat sebuah siklus baru? 9. Apa yang sebaiknya diukur menggunakan berbagai instrumen? 10. Mengapa instrumen harus berdasarkan kisi-kisi? 11. Apa kelemahan pengukuran terhadap variabel perlakuan? 12. Apa yang dimaksud dengan triangulasi? 13. Apa yang dimaksud dengan kolaborasi? Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 244 D. Assesment Pembelajaran 4 1. Materi Administrasi Perkantoran SOAL LATIHAN DAN SOAL EVALUASI PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 1. Pegiriman infarmasi dan makna dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lainnya, merupakan pengertian dari ... a. Interaksi b. Komunikasi c. Komunikan d. Komunikator 2. Komponen-komponen komunikasi dibawah ini yang benar adalah ... a. Encoding, decoding, receiver, sender b. Encoding, receiver, sender, feedback c. Receiver, sender, feedback, medium message d. Encoding, decoding, feedback, noise 3. Pemberian respon pada pesan yang diterima pleh penerima pesan, hal ini dikatakan sebagai ... a. Feedback b. Encode c. Decoding d. Receiver 4. Tahap menyimak komunikasi: 1) Memahami 2) Mengingat 3) Mendengar 4) Mengevaluasi 5) Memperhatikan 6) Mananggapi Urutkanlah tahap menyimak dengan benar ... a. 3-5-1-2-4-6 b. 3-1-6-5-2-4 c. 3-6-1-2-5-4 d. 3-5-2-4-1-6 5. Dokumen yang harus disipakan oleh perusahaan untuk melakukan perjalanan dinas, salah satunya adalah ... a. Visa b. Paspor c. Surat tugas d. Yellow Card 6. Berikut ini yang termasuk dalam itinerary adalah ... a. Waktu keberangkatan, banyaknya undangan, dan tujuan pertemuan b. Waktu keberangkatan, tempat perjanjian, dan tujuan pertemuan c. Tempat perjanjian, banyaknya undangan, dan keadaan akomodasi d. Tempat perjanjian, tujuan pertemuan, dan keadaan akomodasi 7. Langkah-langkah menyusun laporan biaya perjalanan 1) Mengelompokkan tanda bukti pada pos-pos tertentu 2) Membuat laporan biaya perjalanan secara keseluruhan 3) Menginventaris/mengumpulkan tanda bukti pengeluaran berupa kas bon, kuitansi, nota Langkah penyusunan laporan biaya perjalanan yang benar adalah ... a. 1-2-3 b. 1-3-2 c. 3-2-1 d. 3-1-2 8. Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk menyelenggarakan rapat yaitu ... a. Kesimpulan rapat, ketua rapat, akomodasi, dan tujuan rapat b. Akomodasi, tujuan rapat, acara rapat, dan penentuan tempat c. Acara rapat, penentuan tempat, kesimpulan rapat, adanya notulen d. Hindarkan debat kusir, acara rapat, ketua rapat, dan tujuan rapat. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 245 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 9. Rapat yang bertujuan untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi suatu organisasi, termasuk dalam jenis rapat ... a. Rapat formal b. Rapat informal c. Rapat pemecahan masalah d. Rapat kerja 10. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam mempersiapkan tata ruang (layout) rapat ... a. Jumlah partisipan dan jenis rapat b. Menentukan acara dan tujuan rapat c. Mempersiapkan akomodasi dan konsumsi d. Mempersiapkan notula dan konsumsi 11. Ketelitian penulisan surat dengan format yang baik mencirikan karakteristik surat dari ... a. Isi yang jelas b. Nada niat baik c. Langkah yang sistematis d. Format yang tepat 12. Isi surat bisnis memisahkan ide ke dalam paragraf menggunakan kalimat dan paragraf pendek, dan memadu pembaca memahami ide dengan kalimat transisi. Ciri tersebut merupakan karakteristik surat yang baik, yaitu ... a. Nada niat yang baik b. Format yang tepat c. Langkah yang sistematis d. Isi yang jelas 13. Berikut ini merupakan salah satu jenis surat dinas pribadi, yaitu ... a. Surat lamaran pekerjaan b. Surat Pribadi c. Surat konfidensial d. Surat tertutup 14. Surat-surat yang memamkai amplop/sampul: Untuk surat yang isinya dirahasiakan Untuk surat-surat resmi, surat dinas, atau pun surat biasa Untuk menjaga sopan santun Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan Ciri-ciri diatas merupakan bentuk surat ... a. Surat terbuka b. Surat tertutup c. Surat bersampul d. Memorandum 15. Fosil-fosil manusia purba, naskah-naskah kuno, piagam Jakarta, piagam proklamasi merupakan jenis ... a. Dokumen fisik b. Dokumen tekstual c. Dokumen nontekstual d. Dokumen sejarah 16. Surat pribadi yang bersifat kedinasan karena menyangkut urusan perseorangan dalam kaitannya dengan suatu instansi atau lembaga adalah jenis ... a. Surat izin b. Surat lamaran pekerjaan c. Surat niaga d. Surat dinas pemerintah 17. Ciri surat Alat komunikasi yang berupa surat dinas Penyampaiannya tidak resmi Digunakan secar internal (dalam lingkungan sendiri) Merupakan bentuk dari ... a. Surat bersampul b. Surat terbuka dan surat tertutup c. Memorandum d. Nota Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 246 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 18. Dokumen yang mengacu pada tujuan, isi subjek, sumber, metode penyebaran, cara memperoleh, keaslian dokumen, dsb merupakan jenis ... a. Dokumen fisik b. Dokumen intelektual c. Dokumen tekstual d. Dokumen korporil 19. Bagian-bagian surat “Bersama dengan surat ini, kami menawarkan kepada Saudara kayu berkualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan furniture perusahaan Saudara.” Bagian surat diatas termasuk dalam bagian ... a. Salam pembuka b. Pembuka surat c. Isi surat d. Penutup surat 20. Bagian-bagian surat “Kabar pengiriman barang, kami tunggu secepatnya” Bagian surat diatas adalah bagian surat ... a. Salam pembuka b. Pembuka surat c. Isi surat d. Penutup surat 21. Prosedur pengurusan surat masuk sederhana/pola lama: 1) Pencatatan pada kartu arsip atau buku aganda surat 2) Pembubuhan nomor urut simpan 3) Penyederhana surat kepada pengolah 4) Penerimaan oleh petugas dari pengirim 5) Penyimpanan 6) Pemeriksaan kebenaran alamat dan sifat surat 7) Penentuan disposisi oleh sekretaris atau Kepala Tata Usaha Prosedur pengurusan surat masuk yang benar ialah ... a. 4-6-1-2-7-5-3 b. 4-6-1-2-7-3-5 c. 4-1-6-2-7-3-5 d. 4-1-6-7-3-2-5 22. Prosedur pengurusan surat keluar sederhana/pola lama: 1) Penyimpanan arsip 2) Pembacaan hasil pengetikan, pemeriksaan kelengkapan surat, pengesahan dan penandatanganan oleh ketua atau sekretaris, pembubuhan cap tanggal kirim, pelipatan surat dan pemasukannya dalam amplop, pembubuhan perangko, pemberian perekat pada amplop oleh petugas tata usaha. 3) Pembuatan konsep surat oleh ketua, sekretaris, kepala seksi atau petugas tata usaha 4) Pencatatan pada kartu ekspedisi dasn diberikan kepada ekspeditur untuk dikirim 5) Persetujuan konsep surat dan pengetikan oleh petugas tata usaha 6) Pencatatan pada kartu arsip atau buku agenda surat keluar 7) Pemeriksaan konsep surat oleh sekretaris Prosedur pengurusan surat keluar yang benar ialah ... a. 3-7-2-5-4-6-1 b. 7-3-2-5-6-4-1 c. 3-7-5-2-6-4-1 d. 7-3-5-2-6-4-1 23. Prosedur pengurusan surat keluar pola baru: 1) Mencatat naskah keluar pada kartu kendali rangkap tiga 2) Memberikan nomor urut sesuai pada kartu kendali 3) Menyimpan kartu kendali lembar III menurut urutan nomor kode 4) Mengirim surat kepada sasaran sesuai alamat Yang termasuk dalam tugas Tata Usaha Pengolah, yaitu nomor ... a. 1 & 2 b. 2 & 3 c. 1 & 3 Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 247 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar d. 2 & 4 24. Dalam prosedur pengurusan surat keluar, kartu kendali tiga surat keluar disimpan oleh ... a. Pengirim surat b. Pencatat surat c. Pengarah surat d. Tata Usaha Pengolah 25. Dibawah ini yang bukan merupakan tugas dari penerima surat pada prosedur surat masuk penting ialah ... a. Memeriksa kebenaran alamat surat b. Mensortir surat c. Melampirkan kartu kendali 1, 2, dan 3 d. Membubuhkan paraf pada bukti penerimaan 26. Pembatasan topik pada pesan e-mail dan memo membantu penerima bertindak terhadap subjek dan mengarsipnya dengan tepat. Hal ini merupakan karakteristik pesan e-mail dan memo, yaitu a. Satu topik b. Bersifat percakapan c. Keringkasan d. Penyorotan grafis 27. Ciri-ciri Berisi ringkasan ide pokok Ditulis dalam gaya yang singkat Sering tanpa kata sandang Memberikan identifikasi cepat untuk membaca dan mengisi Ciri-ciri diatas adalah bagian dari memo, yaitu ... a. Pembukaan b. Isi c. Penutup d. Baris subjek 28. Judul kata petunjuk pada pesan e-mail dan memo membantu pembaca segera mengidentikiasi tanggal, asal, maksud, dan tujuan sebuah pesan. Hal ini merupakan karakteristik pesan e-mail dan memo, yaitu ... a. To, from, date b. Satu topik c. Bersifat percakapan d. Kerikasan 29. Aturan kesopanan berinteraksi secara online dalam e-mail, yaitu ... a. Selalu mengirim dokumen ke semua pihak b. Pertimbangan menggunakan tabel pengidentifikasi c. Tulisan mengunakan huruf kapital d. Meneruskan pesan tanpa izin 30. Yang tidak termasuk pemulaan yang baik dalam menggunakan e-mail secara aman dasn efektif ialah ... a. Menyusun secara offline b. Tidak melakukan revisi c. Tulis alamat dengan benar d. Hindari baris subjek yang menyesatkan 31. Azas pengelolaan arsip dimana setiap unit kerja menyimpan, mengendalikan dan mengelola sepenuhnya seluruh kearsipannya, baik arsip dinamis aktif maupun arsip dinamis inaktif, yaitu azas ... a. Desentralisasi b. Sentralisasi c. Gabungan d. Kombinasi 32. Azas pengelolaan arsip 1) Sistem penyimpanan arsip yang diterapkan seragam 2) Efisiensi dalam sarana peralatan dan ruangan 3) Memperkecil adanya duplikasi 4) Pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih terkoordinir Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 248 33. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. Karakteristik di atas adalah keruntungan dari azas pengelolaan arsip ... a. Desentralisasi b. Sentralisasi c. Gabungan d. Kombinasi Dibawah ini yang termasuk kerugian menggunakan azas desentralisasi ialah ... 1) Pelaksanaan kurang menguasai fungsi dan kegiatan antar unit kerja 2) Membutuhkan peralatan dan ruangan yang besar 3) Menimbulkan banyak duplikasi arsip 4) Memakan waktu dalam penemuan kembali arsip karena letak antar unit kerja berjauhan 5) Kesulitan dalam melaksanakan penyusutan a. 1,2 dan 3 b. 1,2 dan 4 c. 2,3 dan 5 d. 2,3 dan 4 Perusahaan yang memiliki lingkup kerja yang besar atau luas dan memiliki banyak cabang, lebih cocok menggunakan azas pengelolaan arsip ... a. Desentralisasi b. Sentralisasi c. Gabungan d. Terpusat Kotak yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai arsip atau warkat disebut ... a. Cardex (card index) b. Berkas kotak (box file) c. Filing cabinet (file cabinet) d. Rak arsip Lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu kelompok arsip di dalam filling cabinet disebut ... a. Guide b. Folder c. Map d. Berkas kotak (box file) e. Cardex (card indexa0 Penyimpanan arsip berdasarkan indeks wilayah pada surat koresponden disebut sistem ... a. Geografi b. Nomor c. Abjad d. Kronologi Yang dimaksud dengan penyimpanan arsip sistem abjad ialah ... a. Penyimpanan berdasarkan indeks tanggal warkat atau pencatatan b. Penyimpanan berdasarkan indeks nama koresponden c. Penyimpanan berdasarkan indeks nomor warkat d. Penyimpanan berdasarkan indeks alamat koresponden Penyelamatan bahan bukti pertanggungjawaban nasional ialah pengertian dari ... a. Sasaran penyusutan arsip b. Tujuan penyusutan arsip c. Runga lingkup penyusutan arsip d. Dasar hukum penyusutan arsip Dalam penyusutan arsip, penyusunan berkas arsip berdasarkan kesamaan jenis disebut ... a. Daftar keterangan arsip b. Seri c. Dosir d. Rubrik Yang tidak termasuk unit modular yang sering digunakan dalam furnitur kantor ialah a. Bentuk permukaan datar b. Bentuk L c. Bentuk yang menempel pada sudut d. Bentuk U Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 249 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 42. Yang bukan termasuk jenis kursi kantor ialah ... a. Kursi eksekutif b. Kursi stenografi c. Kursi tamu d. Kursi rapat 43. Dibawah ini yang bukan termasuk dari prinsip seleksi furnitur ialah ... a. Furnitur harus atraktif danmodern sesuai dekorasi kantor b. Furnitur harus berkualitas baik, kokoh, dan sesuai dengan aktivitas kerja c. Furnitur harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pegawai d. Furnitur harus sesuai anggaran perusahaan atau kantor 44. Langkah-langkah menangani telepon keluar 1) Sediakan pensil dan kertas untuk catatan seperlunya 2) Bicara secara singkat, sopan danjangan bicara yang bukan-bukan 3) Kalau dipanggil terdengar mengangkat telepon, katakanlah nama kantor atau instansi dan nomor telepon yang kita kehendaki 4) Siapkan nomor telepon yang dikehendaki, jangan mengangkat telepon sebelum nomor telepon diketahui 5) Jika pembicaraan kurang memuaskan karena ada gangguan telepon, jangan mengetukngetuk pintu kait telepon 6) Setelah diangkat, dengarkan nada pilih nada baru lah memutar nomor telepon yang dikehendaki 7) Jika pembicaraan sudah habis, letakkan telepon secara perlahan dan jangna sampai dalam keadaan miring Penyusunan langkah-langkah menangani telepon keluar yang benar ialah ... a. 1,2,3,4,5,6 dan 7 b. 1,3,5,4,2,6 dan 7 c. 1,4,3,6,2,5 dan 7 d. 1,4,6,3,2,5 dan 7 45. Langkah-langkah menangani telepon masuk: 1) Mencatat segala pesan atau permintaan penelepon dengan penuh perhatian 2) Begitu telepon berdering, sekretarsi harus segera mengangkat dan jangan membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali 3) Angkat telepon dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang alat tulis 4) Menutup telepon setelah penelepon memutuskan hubungan terlebih dahulu 5) Menjawab telepon hendaknya singkat Penyusunan langkah-langkah penanganan telepon masuk yang benar ialah ... a. 2,4,5,3 dan 1 b. 2,3,5,1 dan 4 c. 2,1,5,3 dan 4 d. 2,4,1,5 dan 3 46. Alat yang berfungsi untuk memproses atau mencuci film-film yang sudah berisi arsip sebagai hasil kerja camera ... a. Reader printer b. Micro fithe c. Processor d. Camera 47. Dibawah in yang bukan merupakan ciri-ciri dari transparency maker jenis write on ialah ... a. Harus menggunakan transparency maker waktu menulis atau menggambar b. Transparansi warnanya bersih atau bening c. Lembar transparansi bisa langsung ditulis d. Tidak dapat dihapus 48. Dalam otomatisasi kantor, aplikasi yang pelaksanaannya dapat dengan cara one-way video dan two-way audio adalah ciri dari aplikasi ... a. Computer conferencing b. Video conferencing c. Audio conferencing d. Electronic and voice mail Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 250 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 49. Salah satu peralatan microfilm yang berfungsi untuk menggandakan atau membuat copy film adalah ... a. Camera b. Processor c. Duplicator d. Reader 50. Dibawah ini yang bukan merupakan metode pemeliharaan peralatan kantor ialah ... a. Kontrak layanan dengan pabrik atau perusahaan layanan b. Layanan oleh departemen layanan internal perusahaan c. Layanan oleh pegawai perusahaan d. Menggunakan perwakilan layanan pabrik per-panggilan tanpa kontrak 51. Segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien danproduktif adalah pengertian ... a. Keselamatan kerja b. Kesehatan kerja c. Keselamatan dan kesehatan kerja d. Ketertiban kerja 52. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yang diadakan perusahaan yaitu ... a. Mempertahankan kenyamanan kerja b. Pengawasan yang konsekuen c. Kesederhanaan alur prosedur kerja d. Memperbanyak karyawan 53. Unsur-unsur 1) Kesederhanaan alur prosedur kerja 2) Ketertiban pelaksanaan yang berkesinambungan dan 3) Pengawasan yang konsekuen Pernyataan diatas termasuk kedalam unsur ... a. Tujuan K3 b. Supervisi K3 c. Program K3 d. Prinsip K3 54. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan emergency antara lain ... a. Bencana alam, kebakaran, dan evakuasi darurat b. Kebakaran, evakuasi darurat, dan gigitan hewan c. Kebakaran, bahan radioaktif, dan ledakan d. Ledakan, evakuasi darurat, dan pertolongan pertama 55. Yang bukan merupakan unsur-unsur pendukung kesehatan kerja ialah ... a. Usia b. Asuransi c. Tenaga kesehatan d. Peralatan medis 56. Salah satu cara memilih jenis pakaian kerja yang aman ialah ... a. Memilih bahan dengan teliti, cari bahan yang nyaman dipakai b. Memakai celana yang terlalu panjang c. Memakai aksesoris saat bekerja di dalam bengkel atau ruang produksi d. Memilih model pakaian yang longgar 57. Meliputi keselamatan psikologis berupa tekanan emosi, kelelahan atau konflik jiwa yang tak selesai merupakan definisi dari ... a. Tafsiran operasional b. Tafsiran fungsional c. Tafsiran lingkungan d. Tafsiran psikologis 58. Cara menangani luka 1) Pastikan luka telihat 2) Bersihkan daerah luka 3) Balut dan tekan 4) Cegah kontaminasi lanjut Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 251 Hal diatas yang temasuk cara manangani luka terbuka ialah ... a. 1,2 dan 4 b. 2,3 dan 4 c. 1,2 dan 3 d. 2,3 dan 4 59. Berikut ini yang bukan cara penanggulangan luka tertutup yang benar ialah ... a. Cegah kontaminasi lanjutan b. Istirahatkan anggota gerak c. Barikan kompres dingin d. Balut dan tekan 60. Dalam pengaruh lingkungan hidup, yang bukan akibat dari bahan kimia ialah ... a. Terkena demam dan flu b. Gangguan metabolisme tubuh c. Gangguan saluran pencernaan d. Keracunan kronis PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Kunci Jawaban E. Assesment 1 F. Assesment 2 Evaluasi Formatif 1 1. c 2. b 3. a 4. c 5. a 6. a 7. d 8. a 9. d 10. a Evaluasi Formatif 2 1. b 2. c 3. c 4. a 5. d 6. d 7. d 8. a 9. a 10. c Evaluasi Formatif 3 1. c 2. b 3. c 4. d 5. b 6. a 7. c 8. d 9. a 10. c Evaluasi Formatif 4 1. a 2. b 3. a 4. c 5. d 6. d 7. d 8. c 9. b 10. a G. Assesment 3 PTK Evaluasi A: 1. Guru yang selalu berusaha menemukan kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilakukan, dan berusaha untuk memperbaiki. 2. Guru profesional senantiasa melakukan PTK, walaupun tidak secara formal. 3. Karena PTK bersifat kontekstual; hal yang ditemukan do satu kelas belum tentu berlaku di tempat lain. 4. Peneliti tidak akan punya waktu untuk melakukan karena PTK dilakukan sambil mengajar. 5. Mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi, kemudian mencari alternatif metode. 6. UUntuk "mendiagnosis penyakit" secara tepat. Padanannya dengan peneliti PTK adalah "mendeskripsikan masalah secara rinci". 7. Tes hasil belajar, lembar observasi, dan kuesioner 8. “Menemukan akar-masalah" dan "menyusun hipotesis-tindakan" 9. Mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah secara seksama, memilih akar masalah yang akan diperbaiki, dan berkolaborasi dalam menemukan akar masalah maupun merencanakan tindakan untuk memecahkannya. 10. Masalah mempunyai beberapa kemungkinan penyebab; akar-masalah adalah salah satu penyebabnya. 11. Jumlah kendaraan bermotor terlalu banyak, tidak sebanding dengan luas jalan yang tersedia 12. Hasilnya akan mengecewakan. Resep yang tidak berdasarkan diagnosis yang cermat. 13. Input siswa, sistem UN, dan gaji guru; ketiga-tiganya tidak dapat dipecahkan melalui PTK. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 252 14. Untuk melokalisir akar-masalah; dalam kasus di atas jelas bahwa penyebabnya bukan pada metode pembelajaran yang monoton atau media yang konvensional, karena guru sudah cukup profesional. Jadi akar-masalah berada di luar itu. 15. Sebaiknya jangan; pengalaman mengajar biasanya kurang sistematis, terutama dalam menerapkan siklus-siklusnya. Pengalaman sukses berarti masalah sudah berhasil dipecahkan, tidak perlu dilakukan PTK lagi. Guru yang sukses memperbaiki pembelajaran biasanya banyak menemukan masalah-masalah baru, sesuai dengan prinsip "pemecahan masalah akan menimbulkan masalah baru yang lebih banyak". Harusnya ia dengan mudah menemukan masalah baru untuk melakukan PTK, bukan terpaku pada satu masalah lama. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar PTK Evaluasi B : 1. Siklus PTK dapat dianalogikan dengan resep dokter; satu resep adalah satu siklus penelitian. Jika penyakit belum sembuh akan diberikan resep berikutnya, sampai pasien sembuh. 2. Agar pembaca yang ingin menduplikasi hasil penelitian merasa yakin bahwa kondisi kelasmya sama (atau tidak sama) dengan kondisi kelas penelitian. Jika sama ia akan melanjutkan duplikasi; jika tidak mungkin ia akan membatalkan. 3. Perencanaan dalam Siklus I tidak lain adalah hipotesis tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan dalam siklus II dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus I; perencanaan dalam siklus III dibuat berdasarkan refleksi pada akhir siklus II; dst. Analoginya dengan pengobatan, Perencanaan adalah resep dokter. 4. Perencanaan PTK harus tercermin dalam RPP; tindakan yang diberikan hendaknya dicetak bold agar jelas posisinya dalam pembelajaran. 5. Pelaksanaan berisi uraian tentang penerapan tindakan, sebagai variabel bebas. Analoginya dengan pengobatan, Pelaksanaan mendeskripsikan tentang kelancaran atau hambatan proses meminum obat. 6. Pengamatan berisi data tentang hasil peningkatan variabel yang ingin ditingkatkan, sebagai variabel terikat, baik data kuantitatif berupa angka-angka maupun kualitatif berupa katakata. Analoginya dengan pengobatan, Pengamatan mendeskripsikan tentang peningkatan kesehatan pasien. 7. Refleksi berisi analisis terhadap data Pengamatan, tentang keberhasilan dan kegagalan tindakan. Terutama kegagalan, dianalisis penyebabnya untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Analoginya dengan pengobatan dokter, Refleksi adalah analisis dokter ketika pasien datang lagi kepadanya. 8. Tindakan dalam siklus baru harus berbeda secara signifikan dari siklus sebelumnya. 9. Variabel yang ingin ditingkatlkan, atau variabel terikat. 10. Agar valid, yaitu mengukur yang seharusnya diukur. 11. Disamping akan melelahkan peneliti, instrumen untuk variabel perlakuan biasanya tidak dibuat berdasarkan kisi-kisi. 12. Pengukuran variabel tertentu menggunakan berbagai jenis instrumen atau berbagai responden. Biasanya yang diukur adalah variabel yang ingin ditingkatkan, atau variabel terikat. 13. Kolaborasi adalah kerjasama antara peneliti PTK dengan teman sejawat atau treman yang lebih senior dalam melakukan penelitian. H. Asesment 3 Materi Evaluasi A 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. B C A A C B D B C A D D 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. A C D A C C B D B C C D 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar C A B A B B A B A A B B 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. A B A B D D D D B C D B 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. C C C A D C A A D D A A P a g e | 253 DAFTAR PUSTAKA PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar AECT (1986). Definisi Teknologi Pendidikan (Terjemahan Yusufhadi Miarso). Jakarta: Rajawali Pers. Agoes, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). Es. Taxonomy for Learning, teaching assessing: A revision of bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Longman. Anhari, Endang Saifudin. 1992. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu Anhari., & Saifudin. E. (1992). Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu. Anjali, M. P. K. (2008). Pintar Presentasi. Yogyakarta: Diva Press. Arif S. Sadiman, dkk (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta: Rajawali. Ariunto, S., Suharjono., & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara. Ashari, H. (2007). Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yogyakarta: Pinus. Ashari, Hasyim. 2007. Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah. Yoyakarta: Pinus Baba, T., & Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.). Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Baba,T. and Kojima, M. (2003). Lesson Study, In Japan International Cooperation Agency (Ed.) Japanese Eductional Experiences. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Bamukrah, Jihan Faruq. (2010). Office Automation Syatem (Sistem Otomasi Perkantoran). From http://jihanfaruqbamukrah.blogspot.com/2010/05/office-automation-system-sistemotomasi.html date of 22 May 2010. Bates, A.W. (1995). Technnology, Open Learning anda Distance Education. London: Routledge. Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Benny A. Pribadi. (2009). Modul Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Boeree, C.George. 2004. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Terjemahan. Jogyakarta: Prismasophia Boeree. C. G. (2004). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikologi Dunia. Yogyakarta: Prismashopia. Boone, L. E., & Kurtz, D. L. (2007). Pengantar Bisnis Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Bovee, C. L., & Thill, J. V. (2007). Komunikasi Bisnis. Jakarta: PT Indeks. Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational Technology Publications. Bullard, R. et.al. (1994). The Occasional Trainer’s Handbook. New Jersey: Educational Technology Publications. Cecep Kustandi (2010). Menggunakan Media Pembelajaran di dalam Pelatihan. (Makalah ToT) Chauhan, S.S. (1979). Innovation in Teaching and Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT. LTD. Coghlan, D and Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London: SAGE Publications Coghlan, D., & Brannick, T. (2005). Doing Action Research in Your Own Organization. London: SAGE Publications. Dahar, R. W. (1989). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dasuki, H. A. H. (1994). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van House. Dasuki, H.A. Hafizh. (pemred).1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Dewi, S. (2007). Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. Diaz, C., Pelletier, C. M., & Provendo, C. (2006). Touch The Future Teach. Boston: Pearson. Diaz, Carlos. Pelletier, Carol Marra. Provendo, Carol. 2006. Touch the Future Teach. Boston: Pearson Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York: Pearson Allyn and Bacon. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 254 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Dick, W., Carey, L & Carey, J.O. (2005). The Systematic Design of instruction. New York: Pearson Allyn and Bacon. DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen . Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. DPR RI. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Druxes, H. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Bandung: CV Remadja Karya. Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas. Ekojatmiko & Winarno. (2003). Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas. Era Sentanu.QUANTUM IKHLAS (Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati) “The power of positive feeling “ Fernandez, C., & Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Eribaurn Associates Publishers. Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press. Fullan, Michael. 2007. The New Meaning of Educational Change. New York: Teacher College Press Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emotional. Jakarta: Gramedia. Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Goleman, Daniel.2000. Kecerdasan Emotional. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Hermawan. (1983). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru Indonesia. Jakarta: Margi Rahayu. Hermawan. 1983.Etika Keguruan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Guru Indonesia . Jakarta: Margi Rahayu Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Isyoni dan Suarman, 2003. Falsafah dan Sistem Pendidikan. Pekanbaru: Unri Press Jaziroh, Wiwiek Maftuhah. (2011). Proposal Penelitian Tindakan Kelas. From http://id.scribd.com/doc/46149489/Proposal-Penelitian-Tindakan-Kelas. Date 1 February 2011. Joni, T. R. (1980). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P3G. Khalifah, Mahmud, Usamah Khutub, 2009. Menjadi Guru yang Dirindu: Bagaimana Menjadi Guru Yang Memikat dan Profesional. Terjemahan Muhadi Kadi. Surakarta :Ziyad Visi Media Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategies: Lesson from Research and Practise. Australia: Social Science Press. Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing. Koshy, K. (2005). Action Research for Improving Practice. London: Paul Chapman Publishing Kusumah. W., & Dwitagama, D. (2009). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. Lesikar, R. V., & Petitit, J. D. Jr. (1998). Report Writting for Business. New York: McGraw-Hill. Lewis, C., Perry, R., & Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership. Lewis, C., Perry, R., and Hurd, J. (2004). A Deeper Look at Lesson Study. Educational Leadership. Locker, K. O., & Kaczmarek, S. K. (2009). Business Communication: Building Critical Skills. New York: McGraw-Hill. Lutfi, Mukhtar. (2012). Peralatan Kantor. From http://mukhtar17luthfy.wordpress.com/2012/08/13/peralatan-kantor/ Date of August 13th 2012. Made Putrawan, 2000. Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Jakarta. Madura, J. (2007). Pengantar Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 255 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Masnur Muslich (2008). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9(1): 47-59. Mathematics and Science Teacher Education Project. Improving School. 9 (1): 47-59. McCarty, A. (2006). How to Positive Thinking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif) . Jakarta: Prestasi Pustakarya. McCarty, Andrew. 2006. How to Positive Thingking (Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif) Terjemahan oleh R. Hikmah. Jakarta : Prestasi Pustakaraya McLeod, R. Jr., & Schell, G. P. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. McNiff, J and Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles ang Practice. London: Routledge Falmer Mcniff, J., & Whitehead, J. (2002). Action Research: Principles and Practice. London: Routledge Falmer. Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak diterbitkan). Momon Sulaeman. Bahan Seminar Mata Kuliah Seminar Teknologi Pendidikan (tidak diterbitkan). Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Muhibbin, S. (2003). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda. Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Mulyana, E. (2010). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda. Mulyana, E. 2010. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Mulyasa,E.2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Nonaka (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia. Nonaka. (2005). Knowledge Creation. Makalah Presentasi pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Indonesia. Nuraida, Ida. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah tengtang Standar Pendidikan Nasional Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Perceival, F. & Ellington, H. (1998). Teknologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa. Porter, B.D. & Hernachi, M. (1999). Quantum Learning (terjemahan). Bandung: Kaifa. Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Prawiradilaga, D.S. (2007). Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Pugach, M. C. (2008) Because Teaching Matters. Wilwaukee: University of Wiconsin John Wiley & Son, Inc. Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin John Wiley & Son, Inc Pugach, Marleen C. 2008.Because Teaching Matters. Wilwaukee: Unversity of Wiconsin John Wiley & Son, Inc Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Purwanto, N. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya . Putrawan, M. (2000). Bahan Ajar Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Negeri Jakarta. Reid, B. (2010). “The Concept Attainment Strategy,”. The Science Teacher, vol. 078 Issue 1. Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbauno Associaties Publ. Reigeluth, C.M. (1983). Instructional Design: Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbauno Associaties Publ. Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri. Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005: Standar Pendidikan Nasional. Jakarta: ASA Mandiri. Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007. Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 256 Republik Indonesia. (2007). Permendiknas Nomor 41 tahun 2007: Standar Proses Satuan Pendidikan, Jakarta: Depdiknas, 2007. Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sagor, R. (200). Action Research. Virginia: Asscociation for Supervision ang Curriculum Development Sagor, R. (2006). Action Research. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. Saito, E., Harun, I., Kuboki, I. and Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study of Indonesian Mathematics and Science Saito, E., Harun, I., Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Indonesian Lesson Study in Practice: Case Study of Indonesian Mathematics and Science. Saito, E., Sumar, H., harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., & Tachibana, H. (2006). Development of SchoolBased In-Service Training Under an Indonesian. Saito, E., Sumar, H., Harun, I., Ibrohim, Kuboki, I., and Tachibana, H. (2006). Development of SchoolBased In-Service Training Under an Indonesian Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode. Klinis bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD. PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana, Prenada Media Group. Seels, B. Barbara dan Rickey, Rita C. (2002). Teknologi Pembelajaran (Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the field. Washington DC: AECT. Seels, B.B & Richey, R>C. (1994). Instructional Technology: The definition and domain of the field. Washington DC: AECT. Shadily, H. (1980). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar baru Van House. Shadily, Hassan (pemred). 1980. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran , Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Siregar, E. (2007). Perencanaan Pembelajaran , Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Stevenson, H.W., & Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone. Stevenson., H.W., and Stigler, J.W. (1999). The Learning Gap. New York: Touchstone. Stigler, J.W., & hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press. Stigler, J.W., and Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s Teachers for Improving Education in the Classroom. New York: The Free Press. Stringer, ET. (2007). Action Research. Third Edition. London: Sage Publication Inc. Strintger, ET. (2007). Action Research. London: Sage Publication Inc. Sugiarto, A., & Wahyono, T. (2005). Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gaya Media. Suharsimi Arikunto, suharjono dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara, Jakarta. Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi, A. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukadi. (2009). Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu. Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung : Kolbu Sukadi. 2009. Guru Powerful Guru masa depan. Bandung: Kolbu Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI. Suparman. A. (1997). Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo. Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Suprayekti. (2002). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Suprayekti. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: FIP UNJ (tidak diterbitkan). Suraja, Y. (2006). Manajemen Kearsipan. Malang: Dioma. Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Surajiyo. 2007. filsafat ilmu: Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Suseno. Franz Magnis. 1997. Etika Dasar: Masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius Suseno., & Magnis, F. (1997). Etika Dasar: Maslaah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius. Teacher Education Project. Journal of In-service Educaion. 32 (2): 171-184. Teacher Education Project. Journal of In-service Education. 32 (2): 171-184. Tim Akhlaq. (2003). Etika Islam. Jakarta: Al-Huda. Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 257 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tim Akhlaq. 2003. Etika Islam. Terjemahan Ilyas Abu Haidar. Jakarta: Al-Huda Tim Pengembangan dan kualitas pembelajaran, 2008. Materi Workshop Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP). Direktorat Ketenagaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan. Tim TOT Block Grant, 2007. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Jakarta Tim TOT Block Grant. (2007). Modul Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik. Ubaedi, UN. 2009. Quantum Sabar. Jakarta: Kinza Books Undang-Undang Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Uno, H. B. (2008). Model Pembelajaran. From http://asepawaludinfajari.wordpress.com/2011/11/12/concept-attainment-model-modelpembelajaran-perolehan-konsep/ date of 22 March 2012. Wahyono, T. (2006). Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset. Wahyono, Teguh. 2006. Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset Widagdho, Djoko.2001. Ilmu Budaya dasar.Jakarta: Bumi Aksara Widagdho, J. (2001). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Winasmadi, P.A. (2011). “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Model Concept Attainment Berbantuan Cd Interkatif pada Materi Segitiga kelas VII,”. Jurnal PP, No. 1 vol.2 Desember 2011. Ya`qub, Hamzah. 2001.Etos Kerja Islam. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya Yulaewati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya. Yusufhadi Miarso (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Zuber-Skerrit, O. (Ed). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press. Zuber-Skerritt, O (Ed.). (1996). New Directions in Action Research. London: Falmer Press Zuchdi, D. (2008). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara LAMPIRAN-LAMPIRAN Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 258 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH : ........................ MATA PELAJARAN : Kompetensi Kejuruan KELAS/SEMESTER : STANDAR KOMPETENSI : Melatih Keterampilan dasar Komunikasi KODE KOMPETENSI : DURASI PEMELAJARAN : KOMPETENSI DASAR 1. Melatih Proses komunikasi di tempat kerja MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Komunikasi Elemen dalam model komunikasi Efek komunikasi Persyaratan kemampuan berkomunikasi Identifikasi elemen dalam komunikasi Umpan balik berhubungan komunikasi Umpan balik berhubungan komunikasi Mendapatkan umpan balik Komunikasi Pola atau komunikasi prosedur Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar Tipe dan fungsi komunikasi Bentuk dasar komunikasi Proses menyimak Jenis-mendengarkan di tempat kerja Kendala komunikasi Pola dan prosedur komunikasi INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Menyebutkan tujuan komunikasi Menjelaskan tahapan dalam komunikasi Memakai umpan balik yang membangun Tes Tertulis Tes perbuatan Siswa mampu menyebutkan tipe komunikasi Menyebutkan tahapan dalam proses komunikasi Menjelaskan pola komunikasi Tes Tertulis Tes perbuatan PS PI SUMBER BELAJAR Modul Buku referens i Modul Buku referens i P a g e | 259 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS/SEMESTER STANDAR KOMPETENSI KODE KOMPETENSI DURASI PEMELAJARAN KOMPETENSI DASAR : ........................ : Kompetensi Kejuruan : : Melakukan prosedur administrasi : : MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Proses dokumendokumen kantor Dokumen dan dokumentasi Mengetahui jenis-jenis dokumen/ naskah Mengetahui jenis-jenis dokumen/naskah 2. Dasar suratmenyurat Konsep surat Korespondensi niaga Menyebutkan pengertian surat Mengetahui karakteristik surat Mengetahui syarat-syarat surat yang baik Menjelaskan pengertian surat niaga 3. Mengurus /menjaga sistem dokumen Macam-macam dokumen kantor Menjelaskan macammacam dokumen kantor Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM PS PI SUMBER BELJAR Siswa mampu menyebutkan pengertian surat dengan baik Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis surat Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis dokumen Siswa mampu menyebutkan unsurunsur dalam surat Siswa mampu membedakan surat niaga dengan surat dinas Tes tertulis Studi kasus Tes perbuatan Modul Buku referensi Tes tertulis Tes perbuatan Modul Buku referensi Siswa mampu menjelaskan macammacam dokumen kantor Tes tertulis Tes perbuatan Modul Buku referensi P a g e | 260 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH : ......................... MATA PELAJARAN : Kompetensi Kejuruan KELAS/SEMESTER : STANDAR KOMPETENSI : Penanganan surat masuk dan surat keluar (mail handling) KODE KOMPETENSI : DURASI PEMELAJARAN : KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN 1. Melatih prosedur penerimaan dan pendistribusian surat masuk Pengelolaan surat masuk 2. Melatih prosedur pendistribusian surat keluar Pengelolaan surat keluar Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN Mengelola prosedur surat masuk secara sederhana atau pola lama Mengelola prosedur surat masuk dengan pola baru Memproses surat keluar dengan pola lama Memproses surat keluar dengan pola baru Mengidentifikasii mesin dan perlengkapan terkait surat menyurat ALOKASI WAKTU INDIKATOR PENILAIAN TM Siswa mampu menjelaskan prosedur pengurusan surat masuk dengan pola lama Siswa mampu menjelaskan prosedur pengurusan surat masuk dengan pola baru Siswa mampu menguraikan prosedur pengurusan surat keluar dengan pola lama Siswa mampu menjelaskan prosedur pengurusan surat keluar dengan pola baru Tes tertulis Tes perbuatan Tes tertulis Tes perbuatan PS PI SUMBER BELAJAR Modul Buku referens i Modul Buku referens i P a g e | 261 KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3. Melatih prosedur penanganan surat penting yang harus diterima pada hari yang sama Pengelolaan surat keluar 4. Melatih prosedur pengiriman e-mail Pesan e-mail dan memo Penggunaan e-mail dengan aman dan efektif Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN Memproses surat keluar Menjelaskan e-mail dan memo Menjelaskan karakteristik e-mail dan memo Mengidentifikasikan tahap proses penulisan e-mail dan memo Menguraikan bagianbagian e-mail dan memo Menjelaskan penggunaan e-mail ALOKASI WAKTU INDIKATOR PENILAIAN TM Siswa mampu menjelaskan langkah pengelolaan surat keluar yang penting Tes tertulis Siswa mampu menjelaskan email dan memo Siswa mampu menjelaskan karakteristik e-mail dan memo Siswa mampu menguraikan bagian-bagian email dan memo Siswa mampu menyebutkan tahapan penggunaan e-mail Siswa mampu menjelaskan etika penggunaan e-mail Tes tertulis Tes perbuatan Tes perbuatan PS PI SUMBER BELAJAR Modul Buku referens i Modul Buku referens i P a g e | 262 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH : ........................ MATA PELAJARAN : Kompetensi Kejuruan KELAS/SEMESTER : STANDAR KOMPETENSI : Sistem Kearsipan KODE KOMPETENSI : DURASI PEMELAJARAN : KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM PS PI SUMBER BELAJAR 1. Merencanakan kebutuhan bahan dan alat kearsipan Pengertian arsip dan kearsipan Ruang lingkup arsip Analisis kebutuhan bahan dan alat Jenis bahan dan alat kearsipan Analisis kebutuhan bahan dan alat Mengidentifikasi alat sesuai fungsi/kegunaan Menetapkan jenis bahan dan alat kearsipan dengan cermat Menjelaskan pengertian arsip dan kearsipan Menjelaskan ruang lingkup dan tujuan arsip Menyebutkan alat-alat arsip Membedakan alat-alat dalam kearsipan Tes tertulis Tes perbuatan Modul Buku referensi 2. Merancang sistem kearsipan yang sesuai Sistem pengorganisasian Sistem penyimpanan Kebaikan dan kelemahan setiap sistem Mempraktikan sistem kearsipan sentralisasi, desentralisasi,dan gabungan diikuti dengan cermat Menerangkan sistem abjad, tanggal, nomor, subyek, dan wilayah Memilih sistem pengelolaan kearsipan yang sesuai Memilih sistem penyimanan arsip yang sesuai Menjelaskan azas-azas pengorganisasian arsip Menyebutkan sistem penyimpanan arsip Menyebutkan kebaikan dan kelemahan sistem kearsipan Tes tertulis Tes perbuatan Portofolio Modul Buku referensi Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar P a g e | 263 KOMPETENSI DASAR PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3. Merencanakan prosedur kearsipan MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN Prosedur penyimpanan Penemuan kembali arsip Pemeliharaan isi dan fisik Penyusutan dokumen Penyortiran surat/ dokumen masuk Penciptaan dokumen/surat keluar Pencatatan dokumen masuk dan keluar Prosedur distribusi internal dan eksternal Alat distribusi Langkah penyimpanan dan temu kembali Jadwal retensi Prosedur pemusnahan Menyortir surat masuk Mencatat surat masuk dan keluar Mendistribusikan surat masuk dan keluar Menyimpan dan menemukan kembali dokumen Memelihara isi dan fisik dokumen Menyusutkan dokumen Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Menyebutkan langkahlangkah prosedur penyimpanan arsip Menyebutkan tahapan penemuan arsip Menjelaskan proses pemeliharaan dan perawatan arsip Menjelaskan proses penyusutan arsip Tes tertulis Tes perbuatan PS PI SUMBER BELAJAR Modul Buku referensi P a g e | 264 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : STANDAR KOMPETENSI : KODE KOMPETENSI : DURASI PEMELAJARAN : KOMPETENSI DASAR ......................... Kompetensi Kejuruan 10 / 2 Melatih penggunaan peralatan kantor IBSADMGIT05 114 X 45 menit MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN TM 1. Memilih peralatan kantor Furniture Perabot/peralatan kantor Pengadaan peralatan kantor Menyebutkan furniture kantor Menjelaskan peralatan kantor Menyebutkan mesin-mesin kantor Menjelaskan pengadaan peralatan kantor Menjelaskan jenis perjanjian sewa 2. Melatih penerapan penggunaan peralatan kantor Mesin-mesin komunikasi Teknologi perkantoran modern Menjelaskan penggunaan mesinmesin komunikasi yang terdapat di kantor Melatih penerapan otomatisasi kantor Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar INDIKATOR ALOKASI WAKTU Siswa mampu menyebutkan furniture kantor Siswa mampu menyebutkan mesin-mesin kantor Siswa mampu menjelaskan pengadaan peralatan kantor Siswa mempu menjelaskan jenis perjanjian sewa Siswa mampu menjelaskan penggunaan mesin komunikasi Siswa mampu menjelaskan aplikasi otomasi kantor PS PI SUMBER BELAJAR Tes tertulis Modul Tes tertulis Modul P a g e | 265 KOMPETENSI DASAR PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3. Merancang pemeliharaan peralatan kantor MATERI PEMBELAJARAN Pemeliharaan Penggantian Pengendalian terpusat Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Menjelaskan pemeliharaan peralatan kantor Menjelaskan penggantian peralatan kantor Memahami program pengendalian peralatan kantor Siswa mampu menjelaskan Siswa mampu menjelaskan penggantian peralatan kentor Siswa mampu menjelaskan program pengendalian peralatan kantor Tes praktek PS PI SUMBER BELAJAR Modul P a g e | 266 PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar NAMA SEKOLAH : ......................... MATA PELAJARAN : Kompetensi Kejuruan KELAS/SEMESTER : STANDAR KOMPETENSI : Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja KODE KOMPETENSI : DURASI PEMELAJARAN : KOMPETENSI DASAR MATERI PEMBELAJARAN 1. Menganalisis kegiatankegiatan yang dapat mencegah terjadinya gangguan K3 Identifikasi kesehatan di lingkungan kerja Unsur-unsur pendukung kesehatan kerja Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Menjelaskan pengertian kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja Mengidentifikasi tujuan kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja Mengetahui Undang-undang ketenaga kerjaan Memahami prosedur bekerja dengan aman dan tertib Memahami prosedur pencegahan agar tujuan K3 dapat tercapai Memahami hal-hal yang berkaitan dengan keamanan Siswa mampu menjelaskan pengertian K3 Mengidentifikasi K3 dengan baik Mampu menjelaskan unsur-unsur pendukung K3 dengan tepat Tes tertulis PS PI SUMBER BELAJAR Modul Tes Praktek P a g e | 267 KOMPETENSI DASAR PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 2. Menetapkan kegiatan pencegahan dan penanggulangan ancaman atau gangguan keamanan MATERI PEMBELAJARAN Program jaminan kecelakaan kerja Kondisi bahaya di tempat kerja Perlengkapan yang digunakan dalam situasi darurat. Langkah-langkah situasi darurat (evakuasi) Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Cepat dan tanggap dalam situasi darurat Bersikap tenang dalam menghadapi situasi darurat Mengetahui jenis-jenis bahaya di tempat kerja Memahami tanda-tanda peringatan bahaya di tempat kerja dan ditempat umum Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan bahaya Mengetahui prosedur keadaan darurat diperusahaan/ tempat umum disesuaikan dengan kondisi perusa-haan/ tempat umum ter-sebut Menerapkan penanganan situasi darurat sesuai dengan SOP Mengikuti tanda-tanda peringatan bahaya di tempat kerja Menentukan langkah dalam situasi darurat Menyebutkan pengertian program jaminan kerja Menjelaskan tahapan pengajuan jaminan Mengindentifikasikan kondisi bahaya ditempat kerja Menjelaskan langkah-langkah evakuasi (keadaan darurat) Tes tertulis PS PI SUMBER BELAJAR Modul Tes Praktek P a g e | 268 KOMPETENSI DASAR PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar 3. Menganalisis masalah untuk menghadapi situasi darurat ditempat kerja MATERI PEMBELAJARAN Upaya menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi Sikap terhadap keselamatan Kesehatan jasmani dan rohani Hygene perorangan Lingkungan kerja dan lingkungan hidup Modul Pendidikan & Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR ALOKASI WAKTU PENILAIAN TM Menjaga standar keamanan penampilan pribadi Mengetahui macam-macam penyakit dan cara menanggulanginya Memahami kesehatan jasmani dan rohani Memiliki kesadaran terhadap hygiene personal Memahami cara bekerja dengan aman Menunjukkan penampilan pribadi sesuai standar industri perhotelan Menerapkan prinsip- prinsip kesehatan dan keselamatan kerja Mengaplikasikan cara bekerja dengan aman Siswa mampu mengidentifikasi cara berpenampilan pribadi Siswa mampu menyebutkan berbagai macam penyakit Siswa mampu menjelaskan cara penanggulangan berbagai macam penyakit Siswa mampu membedakan lingkungan kerja dan lingkungan hidup Tes tertulis PS PI SUMBER BELAJAR Modul Tes Praktek P a g e | 269