KEKUATAN KOMUNIKASI NONVERBAL SEBAGAI REALISASI PROFESIONALISME KARYAWAN (SUATU STUDI PADA BODY LANGUAGE KARYAWAN DALAM KEGIATAN FORMALDI BINUS CENTER SYAHDAN) Novia Jayanti Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Bina Nusantara University Jln. K.H Syahdan No.9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat 11480 ABSTRACT The purpose of this study was to determine the nonverbal communication of employees as the realization of the professionalism of employees in the formal activities and to find out the meaning of employee’s nonverbal communication in terms of body language in the context of professionalism formal activities. The research method that being used are qualitative research with descriptive research type and also supported by the data collection techniques with interview, observation and documentation. The results that achieved from this study are employees doing a nonverbal communication such as gestures, facial expressions, eye contact, and touch when they were in the formal activities such as meetings. The conclusions are nonverbal communication can realize the professionalism of an employee in the formal activities because nonverbal communication can help employees to explain and describe the verbal messages. Nonverbal communication that used also has a meaning which shows the professionalism of employees in the formal activities. Keywords: ccommunication, nonverbal, body language, formal activities ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi nonverbal karyawan sebagai realisasi profesionalisme karyawan dalam kegiatan formal dan untuk mengetahui makna komunikasi nonverbal karyawan ditinjau dari body language dalam konteks profesionalisme kegiatan formal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan didukung dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah karyawan melakukan komunikasi nonverbal seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan sentuhan dalam kegiatan formal seperti rapat. Simpulan yang didapat adalah komunikasi nonverbal merealisasikan profesionalisme seorang karyawan dalam kegiatan formal karena komunikasi nonverbal dapat membantu karyawan menjelaskan dan menggambarkan pesan verbal karyawan. Komunikasi nonverbal yang digunakan juga memiliki makna yang menunjukan profesionalisme karyawan dalam kegiatan formal. Kata Kunci : komunikasi, nonverbal, body language, kegiatan formal PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dewasa ini, komunikasi telah menjadi bagian dan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Seorang manusia akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan hidupnya jika tidak berkomunikasi karena kita ketahui manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan bergantung dengan orang lain. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun (sadar) digunakan untuk berkomunikasi (Roudhonah,2007:1). Oleh karena itu komunikasi adalah hal yang sangat penting dam menjadi salah satu cara manusia untuk bertahan hidup. Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungan dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkau laku tersebut (West & Turner, 2009:5). Sedangkan menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid, komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu sama lain (Mulyana,2005:62). Komunikasi menggunakan 2 sistem signal utama yaitu verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal dapat berupa kata-kata baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan komunikasi nonverbal dapat berupa symbol, lambang, gerak tubuh, kode, mimik dll (Devito, 2013:107). Dimana komunikasi nonverbal yang tanpa kita sadari sering digunakan, juga berperan penting dan mendukung komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal inilah yang menjadi hal yang penting untuk dianalisa dan diperhatikan. Karena komunikasi nonverbal setiap orang tentunya berbeda. Oleh karena itu, dalam organisasi atau perusahaan kegiatan formal perusahaan yang dilakukan oleh karyawan seperti rapat dan meeting, menggunakan komunikasi nonverbal untuk mendukung penyampaian mereka. Komunikasi nonverbal ini juga akan menunjukan bagaimana seorang karyawan bekerja secara professional atau tidak dalam kegiatan perusahaan. Komunikasi juga menjadi sangat penting dalam organisasi atau perusahaan dimana dalam organisasi berkumpul banyak manusia dari berbagai keanekaragaman budaya dan sifat yang mereka bawa. Organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batasbatas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan (Rernawan, 2011:15). Oleh Karena itu, komunikasi menjadi alat yang penting untuk menyatakan seluruh anggota dalam organisasi atau perusahaan tersebut. Komunikasi sendiri sudah mulai menjadi nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi atau perusahaan dimana diharapkan karyawan dapat berkomunikasi dengan baik antar karyawan. Seiring berjalannya waktu, komunikasi dalam organisasi ini bahkan tidak perlu menggunakan tatap muka karena adanya teknologi yang canggih yang memudahkan untuk berkomunikasi. Namun banyak perusahaan atau organisasi masih menerapkan komunikasi tatap muka dalam setiap kegiatan seperti rapat, pemberian tugas / penugasan, pemecahan masalah dll. Hal ini juga berkaitan dengan keinginan perusahaan untuk menilai bagaimana kinerja karyawan mereka dan komunikasi karyawan terhadap atasan maupun sesama rekannya baik perempuan maupun laki-laki. Dimana kita ketahui komunikasi yang ditunjukan oleh perempuan dan laki-laki dalam organisasi juga berbeda-beda baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam kegiatan formal seperti rapat kerja, seminar dan pelatihan pengembangan tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa menjelaskan dan menerangkan topik yang dibahas secara jelas dan tentunya mengajak peserta rapat untuk bisa berpartisipasi dalam rapat tersebut. Tidak hanya dengan komunikasi lisan saja untuk menjelaskan, tetapi komunikasi nonverbal juga membantu memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh pembicara. Dimana kegiatan formal yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan kegiatan formal seperti rapat. Rapat sendiri tentunya menjadi kegiatan penting yang dilakukan di dalam suatu perusahaan untuk membahas sesuatu dan nantinya akan melahirkan dan menghasilkan suatu keputusan dan kebijakan yang akan mempengaruhi seluruh kegiatan perusahaan dan juga karyawan. Oleh karena itu, komunikasi nonverbal menjadi sangat penting karena seorang pemimpin dalam suatu rapat harus mampu memberikan gambaran dan meyakinkan tentang keputusan atau kebijakan yang akan diputuskan dalam suatu rapat. Hal ini yang nantinya akan menunjukan bagaimana profesionalisme seorang karyawan ketika berbicara dalam sebuah rapat. Dimana profesionalisme oleh Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74) merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu. Sehingga kemampuan dan keterampilan komunikasi tentunya akan menjadi suatu yang dibutuhkan oleh seorang karyawan. Sehingga tidak dapat dipungkiri komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam suatu perusahaan akan menjadi suatu identitas bagi mereka dimana komunikasi nonverbal juga menjadi salah satu pendukung komunikasi sehari-hari yang tanpa kita sadari akan membantu membentuk identitas diri kita. Sehingga tidak jarang para karyawan yang ingin meningkatkan profesionalisme mereka, mengikuti berbagai pelatihan komunikasi yang bahkan saat ini menjadi salah satu kegiatan wajib di berbagai perusahaan untuk melatih para karyawannya. Melihat adanya kondisi ini, peneliti melihat bahwa perlu adanya suatu analisa terhadap komunikasi nonverbal karyawan dalam perusahaan. Sehingga peneliti melakukan penelitian dan analisis tersebut di Binus Center Syahdan. Alasan peneliti memilih Binus Center adalah karena Binus Center merupakan organisasi di bidang pendidikan dan profesional yang telah berdiri sejak tahun 1991, dimana Binus Center ini merupakan pusat pelatihan bersertifikasi yang berbasis kompetensi dan Teknologi Informasi & Komunikasi yang sudah banyak dikenal baik oleh mahasiswa Binus sendiri maupun di luar Binus sehingga tentunya komunikasi karyawan dalam Binus Center ini menjadi perhatian khusus untuk menunjukkan profesionalisme mereka (sumber: http//:www.Binuscenter.com). Berdasarkan data dari Human Resources Binus, sekitar 50 orang karyawan bekerja di Binus Center dan sebagian karyawan berasal dari luar Jakarta dimana populasi karyawan perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pria yang tentunya membawa bahasa dan cara yang berkomunikasi yang berbeda-beda. Sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan melakukan wawancara dan observasi yang dilakukan kepada karyawan yang biasanya memimpin rapat internal untuk mengetahui bagaimana komunikasi nonverbal yang mereka gunakan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah penelitian deskriptifkualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data berupa open coding, axial coding dan selective coding serta triangulasi sumber dan confirmability. HASIL DAN PEMBAHASAN Realisasi Profesionalisme Kegiatan Formal Melalui Komunikasi Nonverbal Dalam Pengetahuan Tentang Pentingnya Komunikasi Nonverbal Penggunaan komunikasi nonverbal akan membantu karyawan dalam suatu kegiatan formal perusahaan yaitu rapat, karena dengan komunikasi nonverbal dapat membantu memperjelas komunikasi verbal dan mengekspresikan atau menggambarkan apa yang disampaikan oleh komunikasi verbal. Oleh karena itu komunikasi nonverbal tentunya akan membantu merealisasikan atau menjelaskan secara visualisasi komunikasi verbal yang ingin disampaikan oleh karyawan ketika sedang melakukan presentasi rapat. Dalam salah satu prinsip komunikasi nonverbal yaitu pesan nonverbal dapat mempengaruhi menjelaskan bahwa pesan nonverbal dapat mempengaruhi orang lain tidak hanya melalui apa yang dikatakan tetapi juga melalui sinyal nonverbal. Berdasarkan penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa suatu komunikasi nonverbal yang digunakan oleh seseorang atau dalam konteks penelitian ini adalah karyawan, dapat mempengaruhi fokus dan pendapat seseorang terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan dalam suatu rapat. Sehingga penggunaan akan komunikasi nonverbal ini tentunya menjadi sangat penting digunakan oleh karyawan dalam kegiatan rapat. Tentunya komunikasi nonverbal menjadi salah satu faktor yang dapat merepresentasikan profesionalisme seseorang dimana pengetahuan akan komunikasi nonverbal menunjukan bahwa seorang karyawan mampu menggunakan komunikasi nonverbal adalah karyawan yang mampu memiliki komunikasi verbal yang baik juga. Komunikasi nonverbal akan membantu menjelaskan makna yang ingin disampaikan karyawan melalui komunikasi verbal kepada audiens atau peserta rapat sehingga membantu mempermudah pendengarnya untuk memahami. Hal ini menjadi salah satu kompentensi profesionalisme karyawan dalam memimpin rapat. Profesionalisme Karyawan Dalam Kegiatan Formal Perusahaan Dalam penelitian, karyawan Binus Center menyadari dan mengakui bahwa komunikasi nonverbal sendiri dapat dijadikan faktor yang dapat merepresentasikan profesionalisme karyawan khususnya dalam kegiatan formal perusahaan seperti rapat. Komunikasi nonverbal yang dimaksud disini adalah penggunaan body languange karyawan yang digunakan saat rapat. Dengan adanya komunikasi nonverbal, selain untuk membantu karyawan menjelaskan suatu komunikasi verbal, tetapi juga menunjukan bahwa seorang karyawan memiliki pengalaman dan penguasaan yang baik dalam memimpin dan melakukan presentasi rapat. Karyawan yang memiliki profesionalisme tentunya mengetahui kapan menggunakan komunikasi nonverbal yang sesuai dengan waktu dan kondisinya atau mengetahui penggunaan komunikasi nonverbal yang baik untuk audiensnya yang berbeda. Selain itu karyawan yang profesional menurut karyawan Binus Center adalah karyawan yang mampu menyesuaikan dan menggunakan komunikasi nonverbal secara selaras dengan komunikasi verbalnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang karyawan yang memiliki profesionalisme tentunya mampu menyesuaikan dan menyelaraskan penggunaan komunikasi nonverbal dengan komunikasi verbal. Meskipun komunikasi nonverbal tidak dapat lepas dengan komunikasi verbal. Sebenarnya komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Namun komunikasi nonverbal akan lebih baik dan lebih efektif jika diiringi dengan komunikasi verbal sehingga tidak menyebabkan kesalahpahaman makna yang diterima oleh orang lain. Sehingga penggunaan komunikasi nonverbal yang disertai komunikasi verbal tentunya akan sangat digunakan oleh seorang pemimpin rapat atau presentasi rapat agar lebih efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan yang memiliki profesionalisme dapat mengetahui kapan harus menggunakan komunikasi nonverbal sesuai dengan kebutuhan, waktu, dan kondisi. Selain itu juga penggunaan komunikasi nonverbal harus selaras dengan komunikasi verbal. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si. bahwa profesionalisme itu berkaitan dengan pekerjaan. Dimana orang-orang yang bekerja dalam suatu profesi tertentu memiliki keahlian masing-masing. Sehingga dalam kegiatan atau pekerjaan apapun yang dilakukan dengan profesionalisme tentunya akan menghasilkan hasil yang baik. Selain itu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi akan memperlihatkan gesture, gaya atau gerak badan yang profesional. Artinya pengetahuan dan ilmu yang dimiliki oleh seseorang melekat dan akan menunjukan profesionalisme. Makna Komunikasi Nonverbal Karyawan Ditinjau dari Body Language Dalam Konteks profesionalisme Kegiatan Formal Body Gesture (Gerak Tubuh) Karyawan Dalam Rapat Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi, ditemukan bahwa karyawan yang sedang memimpin atau melakukan presentasi rapat melakukan beberapa gerakan yang dapat di kategorikan ke dalam lima bagian dari body gesture. 1. Emblems Emblem merupakan gerak tangan yang memiliki makna untuk mengantikan atau mensubsitusi suatu makna dari kata. Gerak tangan yang dilakukan oleh karyawan yang dikategorikan dalam emblems tersebut adalah untuk menunjuk seseorang sebagai pengganti komunikasi verbal untuk memanggil atau menunjuk karyawan dalam rapat. Dimana dalam kegiatan rapat tentunya gerakan tubuh yang digunakan oleh karyawan saat ingin menunjuk karyawan lain adalah dengan gerakan tangan Namun komunikasi nonverbal yang dilakukan ini diikuti dengan komunikasi verbal atau dengan memanggil nama karyawan lain karena hal ini akan lebih menunjukkan kesopanan dari pemimpin rapat. 2. Illustrator 3. 4. 5. Ilustrator biasanya berupa gerakan tangan dan lengan yang menyertai pembicaraan atau fungsi untuk aksen atau melengkapi apa yang dikatakan. Dimana gerakan yang dilakukan oleh karyawan dalam rapat menunjukan gerakan untuk mengilustrasikan sesuatu yang sedang dijelaskan oleh karyawan saat rapat dengan tujuan untuk memperjelas dan memberikan gambaran terhadap komunikasi nonverbal tersebut sehingga dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh karyawan yang mengikuti rapat. Affect Display Affect display berkaitan dengan ekspresi wajah yang ditunjukan oleh seseorang seperti ekspresi wajah marah, takut, dan bahagia yang tidak dapat disembunyikan dan memiliki makna. Karyawan melakukan affect display dengan menunjukan ekspresi yang senang dalam menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh karyawan lainnya. Ekspresi yang ditunjukan ini secara tidak disadari dilakukan oleh karyawan ketika sedang memimpin rapat. Dimana ekspresi wajah yang ditunjukan oleh karyawan ini menunjukan bahwa seorang karyawan yang professional tetap bisa menunjukan ekspresi wajah senangnya ketika rapat. Regulators Regulators berkaitan perilaku dan tindakan seseorang yang mengatur langsung atau mengelola percakapan. Dimana dalam regulator seseorang akan melakukan gerakan ketika berbicara atau ketika orang lain berbicara. Dalam hal ini, karyawan melakukan gerakan yang menunjukan regulators dalam rapat adalah dengan menggerakan badan dan menunjuk kearah whiteboard untuk membuat peserta rapat memperhatikan sehingga memperlihatkan bahwa karyawan tersebut sedang mengatur dan mengelola percakapannya dengan peserta rapat. Adaptors Adaptors membahas mengenai tindakan kinesik yang memenuhi kebutuhan fisiologis atau psikologis. Dimana adaptors dibagi menjadi tiga yaitu self - adaptors, alter - adaptors, dan object – adaptors. Dalam rapat, adaptors yang dilakukan oleh karyawan dalam memimpin dan melakukan presentasi rapat adalah dengan melakukan gerakan memegang spidol dan mengetuk-ngetukkan ketangannya. Gerakan tersebut masuk kedalam object – adaptors dimana gerakan yang dilakukan ini biasanya menunjukan perasaan yang cenderung negatif. Disini karyawan tidak menunjukan perasaan negatifnya dengan komunikasi verbal melainkan dengan komunikasi nonverbal. Namun menurut dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., menyatakan bahwa seorang karyawan yang memiliki profesionalisme tentunya tidak perlu melakukan hal tersebut. Karena hal ini menunjukan bahwa karyawan kurang profesional. Seharusnya jika peserta atau karyawan dalam rapat melakukan kesalahan atau karyawan kurang setuju dengan pendapat yang lain, karyawan harus memberitahukan kesalahan atau hal yang salah kepada yang bersangkutan. Selain itu body gesture yang dilakukan seperti posisi berdiri yang dilakukan oleh karyawan menunjukan bahwa karyawan ingin menjadi pusat perhatian sehingga semua karyawan yang mengikuti rapat dapat fokus terhadap presentasi yang dibawakan. Karyawan juga terlihat percaya diri namun santai dengan topik yang akan dipresentasikan. Sedangkan ketika karyawan merasa setuju dengan pendapat yang disampaikan oleh karyawan yang lain, maka mereka akan melakukan gerakan kepala mengangguk yang berarti menyatakan kesetujuan dan disertai dengan komunikasi verbal. Sedangkan untuk menyatakan ketidaksetujuan biasanya karyawan lebih banyak diam dan tidak melakukan gerakan apapun. Hal ini dilakukan karyawan untuk memikirkan pendapat yang disampaikan oleh karyawan yang lain sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan. Selain itu ketika peserta rapat sedang ribut dan tidak fokus pada rapat biasanya karyawan yang memimpin atau melakukan presentasi rapat akan melakukan gerakan dengan mengetuk whiteboard atau meja untuk membuat peserta rapat menjadi fokus kembali pada rapat seperti yang ditunjukan pada gambar 4.13. Ketika mengetuk whiteboard, karyawan juga menyertakan komunikasi verbal untuk menekankan komunikasi nonverbal yang dilakukannya. Menurut dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., mengetuk whiteboard atau meja tidak perlu dilakukan. Tapi jika ketukannya kecil hal ini tidak masalah, sedangkan jika ketukannya besar akan membuat peserta rapat terkejut dan ini kurang menunjukan profesionalisme meskipun tetap disertai dengan komunikasi verbal. Facial Communication (Ekspresi Wajah) Karyawan Dalam Rapat berdasarkan hasil wawancara ketika senang karyawan akan tersenyum dan tertawa, dan ketika kecewa karyawan akan menudukan kepala atau menaikan alis. Hal ini juga didukung dengan adanya hasil dari observasi yang menunjukan bahwa karyawan melakukan ekspresi wajah saat memimpin dan melakukan presentasi rapat. Dimana ekspresi wajah dalam buku Rahasia Bahasa Tubuh yang ditulis oleh Dianata Eka Putra senang ini ditunjukan untuk menyatakan bahwa karyawan adalah orang yang ramah sehingga dapat menunjukan perasaan senang akan pendapat dan ungkapan yang disampaikan oleh karyawan yang lain. Menurut dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., harus dapat menunjukan ekspresinya karena hal ini terkait dengan pencitraan. Karyawan juga dapat menunjukan ekspresi wajah marah namun ditunjukan dengan sewajarnya sebagai seorang karyawan yang memiliki profesionalisme. Sehingga karyawan Binus Center dianggap sudah memiliki profesionalisme. Eye Communication ( Komunikasi Mata) Karyawan Dalam Rapat Komunikasi mata yang ditunjukan oleh karyawan dalam komunikasi nonverbal menunjukan bahwa mereka melakukan kontak mata kepada seluruh peserta rapat saat mereka memimpin atau melakukan presentasi rapat. Karena karyawan menyatakan dalam wawancara bahwa kontak mata pasti terjadi dalam setiap kegiatan rapat yang dilakukan dan tidak ada waktu untuk tidak melakukan kontak mata. Namun karyawan akan melakukan kontak mata yang lebih fokus kepada peserta rapat yang bertanya atau membutuhkan penjelasan yang lebih detail. Hal ini dilakukan agar karyawan yang menjelaskan dapat secara rinci dan lebih detail menjelaskan kepada peserta yang bertanya tersebut. Kontak mata yang dilakukan oleh karyawan ini juga dilakukan untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh peserta rapat. Sehingga karyawan mengetahui situasi dan kondisi rapat saat itu. Seperti yang disampaikan dalam buku “Body Language Your Success Mantra” kontak mata yang dilakukan karyawan menunjukan bahwa karyawan berusaha untuk menarik dan mengontrol peserta rapat untuk fokus pada pembicaraan dan topic yang dibahas. Seperti yang disampaikan oleh karyawan bahwa seorang karyawan yang memiliki profesionalisme harus tahu kapan menggunakan komunikasi nonverbal dalam kondisi dan situasinya. Sehingga penggunaan kontak mata ini menunjukan bahwa karyawan mengetahui kapan menggunakan kontak mata kepada seluruh peserta rapat atau hanya pada peserta rapat tertentu. Hal ini juga diakui oleh dosen Universitas Bina Nusantara jurusan Marketing Communication Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., bahwa kontak mata sangat perlu digunakan untuk menunjukan bahwa karyawan memperhatikan pembicaraan. Sehingga hal ini tidak akan menyinggung perasaan orang lain. Touch Communication (Komunikasi Sentuhan) Karyawan Dalam Rapat Sentuhan sendiri dalam rapat dapat ditunjukan dengan berjabat tangan. Dimana berjabat tangan tidak terjadi di dalam rapat internal karena karyawan menyatakan bahwa karyawan sudah mengenal peserta yang mengikuti rapat tersebut dan semua peserta yang hadir juga sudah sering bertemu di kantor. Sehingga berjabat tangan dianggap tidak perlu, hanya saja ketika awal memulai rapat karyawan akan melakukan sapaan sebagai pembukaan rapat. Berjabat tangan sendiri hanya terjadi ketika rapat eksternal. Hal ini terjadi karena karyawan menyatakan bahwa belum mengenal dengan pihak yang mengikuti rapat. Berjabat tangan dengan pihak eksternal juga menunjukan kesopanan seorang karyawan. Oleh karena itu berjabat tangan pasti akan dilakukan jika rapat dilakukan dengan pihak eksternal. Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si. telah memastikan bahwa tidak masalah jika tidak terjadi jabat tangan di dalam rapat internal karena hal ini terkait dengan budaya disini dan juga karyawan satu sama lain sudah saling mengenal. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa sentuhan kepada peserta rapat juga jarang sekali terjadi. Namun tanpa disadari karyawan melakukan sentuhan yang hanya sekali dilakukan kepada peserta rapat ketika ingin memanggil salah seorang peserta di dalam rapat untuk melihat kearah whiteboard tersebut. Sedangkan sentuhan yang dilakukan kepada diri sendiri atau disebut self touch dimana karyawan sering kali melakukan sentuhan misalnya menggaruk wajah, memegang dagu, menggosok hidung, memegang rambut, menyetuh tangan sendiri dan memegang dagu. Dimana makna dari sentuhan pada diri sendiri ini menurut buku Rahasia Bahasa Tubuh yang ditulis oleh Dianata Eka Putra adalah proses pengambilan keputusan yang belum selesai atau sedang menunggu informasi pendukung untuk memutuskan pendapatnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Binus Center Syahdan dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Profesonalisme karyawan sangat penting dalam suatu rapat karena profesionalisme tidak hanya ditunjukan dengan adanya kemampuan atau keahlian seorang karyawan dalam melakukan profesinya. Tetapi hal ini berkaitan dengan komunikasi yang digunakan oleh karyawan. Dimana komunikasi nonverbal sering tanpa disadari oleh karyawan digunakan saat melakukan presentasi atau memimpin rapat karena karyawan sudah terlalu fokus dengan topik yang akan dibahas. Seorang karyawan yang memiliki profesionalisme dapat mengetahui kapan harus menggunakan komunikasi nonverbal sesuai dengan kondisi dan situasinya. Sehingga penggunaan komunikasi nonverbal tidak menggunakan dengan asal-asalan tetapi digunakan untuk maksud dan tujuan tertentu. Selain itu juga karyawan yang memiliki profesionalisme tentunya mampu menyeimbangkan atau menyelaraskan penggunaan komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal dalam setiap kegiatan formal perusahaan serta dengan adanya kemampuan penggunaan komunikasi nonverbal yang baik, menunjukan bahwa seorang karyawan memiliki pengalaman memimpin atau melakukan kegiatan formal perusahaan sehingga merealisasikan profesionalisme seorang karyawan. 2) Karyawan menggunakaan komunikasi nonverbal khususnya body language untuk membantu merealisasikan atau mempertegas komunikasi verbal yang dinyatakan oleh karyawan. Penggunaan body language ini pun juga disertai dengan penggunaan komunikasi verbal dimana hal ini menunjukan seorang karyawan mampu menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal secara selaras. Namun tidak semua body language yang dilakukan oleh karyawan ini menunjukan profesionalisme. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Dr. Muhammad Aras, S. Pd., M.Si., gerakan mengetuk whiteboard atau meja dan mengetuk tangan dengan spidol tidak menunjukan profesionalisme. 3) Makna-makna dari body language yang dilakukan oleh karyawan adalah sebagai berikut: Gerak tubuh yang dilakukan misalnya gerakan tangan menunjuk. Hal ini dilakukan untuk memberikan tugas yang disertai dengan penggunaan komunikasi verbal. Gerakan mengilustratorkan yang disertai dengan komunikasi verbal untuk menjelaskan dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang sedang dibahas oleh karyawan. Gerakan mengetuk whiteboard untuk membuat karyawan fokus pada rapat dan topik yang sedang dibahas. Postur tubuh berdiri ketika melakukan presentasi untuk membuat peserta lebih fokus dan karyawan bisa melihat kondisi dan situasi dalam kegiatan formal tersebut. Ekspresi wajah digunakan karyawan yaitu tersenyum dan tertawa yang menunjukan karyawan ramah dan dapat menunjukan ekspresinya. Kontak mata yang digunakan adalah kepada seluruh karyawan sehingga dapat melihat situasi dan kondisi kegiatan formal. Kontak mata juga dilakukan secara fokus kepada peserta yang bertanya dan membutuhkan penjelasan lebih detail. Kemudian sentuhan yang dilakukan hanya sekali terjadi saat karyawan ingin memanggil peserta. Penggunaan body language ini tentunya menunjukan bahwa karyawan memiliki profesionalisme dalam kegiatan formal perusahaan. Saran Dari analisis penelitian yang telah dilakukan di Binus Center, adapun beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu sebagai berikut: Saran Akademis Diharapkan pada penelitan selanjutnya yang terkait dengan komunikasi nonverbal karyawan khususnya body language dapat membantu memperjelas penggunaan komunikasi nonverbal serta keterkaitannya berbagi kegiatan formal perusahaan. Saran Praktis Diharapkan perusahaan mengadakan pelatihan terkait profesionalisme atau terkaitan cara memimpin rapat yang baik bagi para karyawan yang akan berguna nantinya bagi karyawan dan tentunya perusahaan. Saran Sosial Diharapkan nantinya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi karyawan yang bekerja di perusahaan sehingga dapat memimpin dan melakukan presentasi dalam kegiatan formal perusahaan dengan baik. REFERENSI Ali, M. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 4 : pendidikan disiplin ilmu. Bandung: Imperial Bhakti Utama. Anonim, 2014, Sejarah Binus Center, [online], (http://www.binuscenter.com/TENTANG.KAMI/Sejarah/Indonesia, diakses tanggal 26 Maret 2014) Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Auza, Ara. (2011). Efektivitas Komunikasi Nonverbal (studi kasus peranan komunikasi nonverbal dalam mewujudkan komunikasi yang efektif di kalangan agen dan konsumen PT. Axa Financial Indonesia Cabang Medan. Skripsi S1. Univeristas Sumatera Utara. Medan. Bryman, A. (2008). Social Research Methods. New York: Oxford University Press. Devito, J. A. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Karisma Publishing Group. Devito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book. USA: Pearson Education, Inc. Goodall, H., Goodall, S., & Schiefelbein, J. (2010). Business And Professional Communication In the Global Workplace (3rd Edition ed.). Wadsworth: Cengage Learning. Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Khotimah, Khusnul. (2013). Komunikasi Nonverbal Sales Promotion Girl produk Teh Botol Sostro Dalam Pemasaran Produk Di Hypermart Giant Mansion. Skripsi S1. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya. Kueh, Shirley. (2013). The Effects of Nonverbal Communication of Hotel Employees upon Emotional Responses of Hotel Guests. International Journal of Research in Management & Technology, Volume 3 (24). Kurniawan, A. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Neuliep, J. W. (2012). Intercultural Communication (5th Edition ed.). United States, America. Putra, D. E. (2013). Rahasia Bahasa Tubuh. Jakarta: Titik Media Publisher. Rernawan, E. (2011). Organization Culture, Budaya Organisasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Bisnis. Jakarta: Alfabeta. Roudhonah. (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Ruslan, R. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kuaitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu. Sendjaja, S. D. (2007). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Sondang P. Siagian. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta. PT Rineka Cipta Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Verma, S. (2005). Body Language Your Success Mantra. India: Rajendra Ravindra Printers. West, R., & Turner, L. H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Widayati, Wulansari. (2012). Teknik Komunikasi Nonverbal Guru Pada Penyandang Tuna Rungu. Skripsi S1. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten