BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam Alfian 2013, hubungan
keagenan terjadi antara pemegang saham (pemilik) dan manajer serta
pemegang saham (melalui manajer) dan kreditur. Dalam hubungan keagenan
antara pemilik perusahaan dengan manajer perusahaan dan manajer
perusahaan dengan kreditur, kemungkinan besar perusahaan akan memilih
prosedur akuntansi yang meningkatkan laba atau prosedur yang tidak
menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Tidak diterapkannya prinsip
konservatisme akuntansi dikarenakan perhitungan bonus yang akan diperoleh
oleh manajer dan pihak dalam lainnya dihitung dari nilai laba yang diperoleh
perusahaan. Lalu alasan lainnya adalah untuk menunjukkan kinerja yang
baik, dengan begitu perusahaan akan dengan mudah meminjam dana kepada
kreditur. Karena pada situasi laba yang tinggi kreditur akan yakin bahwa
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya dan beranggapan perusahaan
dapat mengurangi tingkat risiko utang tidak dibayarnya.
Agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
principal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu suatu
kondisi adanya ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan
10
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
11
stakeholder sebagai pengguna informasi. Menurut Scott (2009:8) dalam
Alfian (2013), terdapat 2 macam asimetri informasi, yaitu:
1. Adverse selection
Yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya memiliki lebih
banyak
pengetahuan
tentang
keadaan
dan
prospek
perusahaan
dibandingkan dengan investor selaku pihak luar. Informasi mengenai fakta
yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer kepada pemegang
saham.
2. Moral hazard
Yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya
diketahui oleh pemegang saham maupun kreditur. Sehingga manajer dapat
melakukan tindakan yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma
tidak layak untuk dilakukan di luar sepengetahuan pemegang saham.
Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Alfian (2013) menyatakan
bahwa untuk menangani masalah-masalah keagenan seperti perbedaan tujuan
dan asimetri informasi tersebut, dapat dilakukan dengan cara pemantauan.
Pemegang saham sebagai prinsipal dari agen dapat membuat suatu sistem
pengendalian yang dapat memantau tindakan manajer yang mungkin akan
melanggar kontrak yang telah ditetapkan seperti mendahulukan kepentingan
manajer guna memaksimumkan kekayaan pribadi sebelum memberikan
manfaat kepada prinsipal.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
12
Atas uraian mengenai teori agensi di atas, maka dapat dilihat hubungan
antara teori agensi dengan penelitian ini adalah apakah akan digunakan atau
tidak prinsip konservatisme akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan oleh manajer perusahaan.
Dalam hubungan keagenan antara
pemilik perusahaan dengan manajer perusahaan dan manajer perusahaan
dengan kreditur, kemungkinan besar perusahaan akan memilih prosedur
akuntansi yang meningkatkan laba atau prosedur yang tidak menerapkan
prinsip konservatisme akuntansi.
Tidak diterapkannya prinsip konservatisme akuntansi dikarenakan
perhitungan bonus yang akan diperoleh oleh manajer dan pihak dalam lainnya
dihitung dari nilai laba yang diperoleh perusahaan.
Lalu alasan lainnya
adalah untuk menunjukkan kinerja yang baik, dengan begitu perusahaan akan
dengan mudah meminjam dana kepada kreditur. Karena pada situasi laba
yang tinggi kreditur akan yakin bahwa perusahaan mampu menutup hutanghutangnya dan beranggapan perusahaan dapat mengurangi tingkat risiko
utang tidak dibayarnya.
2.1.2
Teori Akuntansi Positif ( Positive Accounting Theory )
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Daljono (2013)
berpendapat bahwa terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif
(positive accounting theory) yang dapat memotivasi manajer melakukan
manajemen laba. Hipotesis-hipotesis tersebut adalah:
(1) Hipotesis program bonus (bonus plan hypotesis),
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
13
(2) Hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypotesis),
(3) Hipotesis biaya politik (political cost hypotesis).
Hipotesis-hipotesis tersebut memiliki masing-masing proksi yang
digunakan
sebagai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemilihan
konservatisme akuntansi. Proksi-proksinya yaitu rasio leverage yang menjadi
proksi dalam menjelaskan hipotesis perjanjian hutang, lalu ukuran perusahaan
yang menjadi proksi dalam menjelaskan hipotesis biaya politik, serta
kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik yang menjadi proksi dalam
menjelaskan hipotesis program bonus.
Hubungan antara teori akuntansi positif dengan penelitian ini adalah
hipotesis-hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dapat digunakan untuk
pemilihan keputusan manajemen untuk menggunakan prinsip konservatisme
akuntansi atau tidak (optimis).
masing-masing proksi
Hipotesis-hipotesis tersebut memiliki
yang digunakan sebagai faktor-faktor
yang
mempengaruhi pemilihan konservatisme akuntansi serta menjadi variabel
independen dalam penelitian ini.
2.1.3
Konservatisme Akuntansi
Konservatisme adalah reaksi yang cenderung mengarah pada sikap
kehati-hatian atau disebut prudent reaction dalam menghadapi ketidakpastian
yang melekat dalam perusahaan dan melingkupi aktivitas bisnis dan ekonomi
untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko inheren yang
menjadi ancaman dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
14
Implikasi dari penerapan konservatisme adalah sikap kehati-hatian dalam
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan aset yang pada umumnya terlihat
dari penggunaan metode akuntansi yaitu pelaporan laba dan aset yang lebih
rendah atau pelaporan hutang yang lebih tinggi (Dewi, 2003) dalam
Oktomegah (2012). Implikasi konsep konservatisme terhadap prinsip
akuntansi yaitu mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi,
tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar. Givoly dan Hayn (2000) dalam
Oktomegah (2012) menunjukkan perspektif jangka panjang terhadap
konservatisme. Konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi
serta menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan. Konservatisme
menyebabkan understatement terhadap laba pada periode kini yang dapat
mengarah pada overstatement terhadap laba pada periode-periode berikutnya,
sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode tersebut.
Kieso, Weygandt, dan Warfield, (2009:50) dalam Oktomegah (2012)
menyatakan bahwa tidak hanya konvensi akuntansi yang salah dipahami
seperti halnya konservatisme. Konservatisme berarti jika ragu, pilihlah solusi
yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang
terlalu tinggi bagi aset dan laba. Tidak ada ketentuan dalam konservatisme
akuntansi agar aset bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah tetapi
banyak orang yang mengintepretasikan seperti itu. Tujuan dari konvensi ini,
jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit. Tidak menyajikan angka pada laba bersih dan aset
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
15
bersih yang terlalu tinggi. Contoh konservatisme dalam akuntansi adalah
pemakaian metode yang terendah antara biaya dan harga pasar ketika nilai
persediaan dan aturan yang mengharuskan kerugian bersih akrual diakui atas
komitmen pembelian barang untuk persediaan oleh perusahaan. Jika muncul
keraguan, maka lebih baik menyajikan angka laba bersih dan aset bersih yang
terlau rendah daripada terlalu tinggi. Namun jika tidak ada keraguan, maka
tidak perlu melakukan metode ini.
Konservatisme muncul akibat adanya insentif yang berhubungan dengan
biaya kontrak atas perjanjian hutang, biaya politis seperti pajak dan
sebagainya, serta bonus atas kinerja manajemen. Seperti pendapat Lara, et
al., (2005) dalam Alfian (2013), konservatisme biasanya didefinisikan
sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan
untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholders)
dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi
standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews.
Konservatisme memiliki beberapa faktor-faktor yang dapat digunakan
oleh persahaan dalam menyusun laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut
bermanfaat untuk mengetahui metode mana yang baik digunakan untuk
penyusunan laporan keuangan.
Prinsip Konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan merupakan
prinsip yang masih kontrovesial sampai saat ini. Ada beberapa pihak yang
mendukung diperlukannya prinsip konservatisme dalam akuntansi karena
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
16
bermanfaat, tetapi ada beberapa pihak juga yang tidak mendukung adanya
prinsip konservatisme karena tidak bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan
akuntansi konservatisme yang bermanfaat dan tidak bermanfaat:
1. Akuntansi konservatisme bermanfaat
Salah satu diperlukannya prinsip konservatisme dalam laporan
keuangan perusahaan adalah menetralisir optimisme para manajer
dalam melaporkan hasil usahanya.
Artinya laporan keuangan yang
dihasilkan akan bersifat pesimis.
Menurut Watts (2003) dalam
Aristiyani (2013), prinsip konservatisme ini dapat menghindari sikap
optimisme para manajer dalam kontrak-kontrak yang menggunakan
laporan keuangan sebagai media nya.
Dengan begitu prinsip
konservatisme dapat menghindari sifat moral hazard dan praktik
manajemen laba oleh manajer dalam perusahaan.
Watts (2003) dalam Aristiyani (2013), menyatakan selain untuk
membatasi perilaku optimisme manajer, prinsip ini dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena
akan membatasi opportunistic payment kepada manajer dalam bentuk
bonus dan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain itu
manfaat lainnya adalah mengurangi potensi tuntutan hukum (litigation)
akibat pencatatan laba yang overstatement.
Dan terakhir menaati
peraturan yang dibuat oleh standar akuntansi dalam metode yang dipilih
dalam penyusuna laporan keuangan.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
17
Prinsip ini sangat menolong para kreditur, pemegang saham
serta calon investor karena hasil laba yang dilaporkan perusahaan
merupakan nilai laba minimal. Menurut Almilia (2004) dalam Alfian
(2012), nilai laba dalam laporan keuangan yang disusun menggunakan
prinsip konservatisme merupakan laba yang berkualitas karena
menunjukan laba minimal atau laba yang nilainya tidak dibesar
besarkan.
2. Akuntansi konservatisme tidak bermanfaat
Salah satu kritik yang sering muncul dalam penggunaan
akuntansi konservatisme adalah prinsip ini mempengaruhi hasil dari
laporan keuangan.
Kiryanto dan Supriyanto (2006) dalam Alfian
(2013) menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar
metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan
keadaan keuangan perusahaan sebenarnya.
Ini dikarenakan prinsip
konservatisme yang lebih cepat mengakui kewajiban dan biaya serta
lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.
2.1.4 Rasio Laverage
Menurut Sutrisno (2003:248) dalam Astarini 2011, rasio leverage adalah
“rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan
dibelanjai dengan utang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau
leverage faktornya sama dengan nol artinya perusahaan dalam beroperasi
sepenuhnya menggunakan modal sendiri atu tanpa menggunakan utang”.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
18
Rasio leverage ini digunakan dalam pengukuran debt convenant, yaitu
suatu perjanjian utang jangka panjang. Rasio leverage adalah rasio tingkat
hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud
memperbesar perusahaan perusahaan tersebut dan menjadi pengukur
keamanaan para kreditur, seperti bank atau lembaga pemberi pinjaman, untuk
mengambil keputusan memberi pinjaman atau tidak.
Menurut Sari dan
Adhariani (2009) dalam Alfian (2013), pembatas dari debt covenant
hypothesis adalah debt/equity hypothesis yang dapat dijelaskan dengan
menggunakan rasio leverage. Hipotesis tersebut dapat memprediksi manajer
akan meningkatkan laba dan aset atau memilih prosedur akuntansi yang
optimis.
Hal itu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan
melanggar kontrak utangnya dan menghindari perusahaan dari biaya
renegoisasi kontrak utang.
Kontrak utang (debt covenant ) merupakan perjanjian untuk melindungi
pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan
kreditor, seperti pembagian dividen yang berlebihan, atau membiarkan
ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan.
2.1.5
Ukuran Perusahaan
Perusahaan atas ukurannya dibagi menjadi perusahaan kecil dan besar,
dimana perusahaan yang besar memiliki sistem manajemen yang lebih
kompleks dan memiliki laba yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu
perusahaan yang besar memiliki masalah dan risiko yang lebih kompleks
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
19
daripada perusahaan perusahaan kecil, perusahaan yang berukuran besar akan
dikenakan biaya politis yang tinggi. Sehingga untuk mengurangi biaya politis
tersebut perusahaan menggunakan akuntansi konservatif. Ukuran perusahaan
akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga
akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif (Watts
dan Zimmerman dalam Wardhani, 2008).
Menurut Deviyanti (2012), pemerintah selaku penentu kebijakan akan
lebih mengawasi perusahaan yang besar, salah satu kebijakannya adalah
pajak.
Semakin besar tingkat pendapatan atau penjualan perusahaan
membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar.
Hal tersebut
membuat pemerintah akan mendorong perusahaan untuk membayar pajak
yang tinggi seiring dengan laba tinggi yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut.
Selain itu, pemerintah juga akan meminta perusahaan untuk
memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi
kepada masyarakat.
Lain hal nya dengan perusahaan yang termasuk dalam kategori
perusahaan kecil. Perusahaan yang masuk dalam kategori ini lebih memilih
meningkatkan nilai laba dalam melakukan pelaporan laba nya.
Hal ini
didasari dari jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan kecil tidak sebesar
perusahaan besar dan perusahaan kecil juga tidak terlalu menjadi sorotan
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah tidak mewajibkan perusahaan kecil
memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang tinggi kepada
masyarakat.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
20
2.1.6
Kepemilikan Manajerial
Penggunaan konsep konservatisme berkaitan pula dengan struktur
kepemilikan manajerial pada sebuah perusahaan. Struktur kepemilikan
manajerial merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak
eksternal. Besar kecilnya struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi
kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan.
Menurut Alfiana (2006), plan bonus hypothesis dalam possitive
accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan
bonus yang diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan
diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham
perusahaan. Dengan begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif
dikarenakan
manajemen
laba
yang mungkin
dilakukan
manajemen
perusahaan demi mendaptkan bonus.
Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor
lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena
rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer
lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan memperbesar perusahaan
daripada mementingkan bonus yang didapat jika memenuhi target laba.
Dengan metode konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang
cukup besar untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Hipotesis ini
didukung oleh hasil penelitian Yazidah (2011) dalam Alfian (2013) yang
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
21
menyatakan semakin rendah kepemilikan manajerial akan menyebabkan
laporan keuangan menjadi tidak konservatif.
Terdapat hubungan positif antara struktur kepemilikan manajerial dengan
konservatisme akuntansi. Wardhani (2008) dalam Alfian (2013) menyatakan
bahwa kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menurunkan
permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh
manajemen, maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam
meningkatkan nilai saham perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajemen
juga dapat mengurangi tindakan oportunistik manajemen dengan cara
memanipulasi laba.
2.1.7
Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan publik merupakan persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh publik dibandingkan dari seluruh saham yang beredar.
Pengendalian akan cenderung rendah apabila kepemilikan publik menyebar.
Hal ini dikarenakan pemilik saham dari suatu perusahaan menjadi banyak
dengan masing-masing pemilik hanya memiliki jumlah saham yang sedikit.
Perusahaan akan dapat melakukan manajemen laba dengan menaikkan
labanya agar mendapat bonus karena kinerjanya dinilai bagus (asumsi bonus
plan). Qiang (2003) dalam Widya (2005) menjelaskan bahwa perusahaan
dengan kepemilikan publik lebih terkonsentrasi, maka free rider akan
berkurang dari investor kecil, dan kos yang dikeluarkan lebih rendah untuk
mendeteksi kecurangan.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
22
Menurut Deviyanti (2012) struktur kepemilikan publik merupakan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan
jumlah seluruh saham yang beredar. Semakin menyebarnya kepemilikan
publik maka semakin rendah pengendalian, hal ini disebabkan banyaknya
pemilik saham perusahaan namun masing-masing hanya memiliki jumlah
saham yang sedikit. Dengan kondisi seperti ini manajemen akan dapat dengan
mudah melakukan manajemen laba karena adanya fleksibelitas dalam
menyajikan informasi laporan keuangan.
2.1.8
Investment Opportunity Set (IOS)
Myers (1977) dalam Fury dan Dina (2011) mengemukakan suatu konsep
mengenai investment opportunity set/IOS (set kesempatan investasi). Dalam
konsep ini dikatakan bahwa pada dasarnya IOS merupakan kombinasi assets
in place (aktiva riil yang dimiliki) yang sifatnya tangible dengan investment
opportunity atau growth option yang sifatnya intangible. Keduanya akan
sangat menentukan keputusan pendanaan di masa depan. Perusahaan dengan
kesempatan investasi yang besar, memiliki alternatif-alternatif investasi
dengan net present value (NPV) positif.
Nilai perusahaan akan sangat
ditentukan oleh pemanfaatan peluang investasi tersebut.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa kesempatan investasi merupakan suatu pilihan bagi
manajer
(managerial
discreation)
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
perusahaan. Perusahaan akan memiliki peluang untuk bertumbuh apabila
dipilih pada saat ini dapat memberikan keuntungan di masa depan.. Hipotesis
ini didukung oleh penelitian Alfian (2013) yang menyatakan bahwa akuntansi
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
23
konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut
menunjukan pertumbuhan suatu perusahaan karena aktiva netto yang
dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar
2.2 Telaah Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya
yang digunakan sebagai
bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama
Peneliti
(Tahun)
Angga
Alfian
(2013)
Dyahayu
Artika
Deviyanti
(2012)
Judul Penelitian
Variabel
Independen
Hasil Penelitian
Analisis Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap Pemilihan
Konservatisme
Akuntansi
Rasio Laverage,
Ukuran
Perusahaan,
Intensitas Modal,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Publik,
Kesempatan
Tumbuh
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Penerapan
Konservatisme Dalam
Akuntansi (Studi Pada
Perusahaan
Struktur
Kepemilikan
Manajerial,
Struktur
Kepemilikan
Institusional,
1.Rasio
Laverage,
Intensitas Modal dan
Kesempatan Tumbuh
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2Ukuran Perusahaan
tidak
berpengaruh
negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
3.Kepemilikan
Manajerial
dan
Kepemilkan Publik
tidak
berpengaruh
positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Struktur
Kepemilikan
Manajeria, Ukuran
Perusahaan
dan
Laverage
berpengaruh positif
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
24
Manufaktur
Yang Struktur
Terdaftar Di Bursa Kepemilikan
Efek Indonesia)
Publik,
Ukuran
Perusahaan,
Laverage
3.
Dinny
Prastiwi
Brilianti
(2013)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Penerapan
Konservatisme
Akuntansi Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Laverage, Komite
Audit
4.
Desak
Gede
Utami
Aristiyani
(2013)
Pengaruh Debt To
Total Assets, Dividen
Payout Ratio dan
Ukuran
Prusahaan
Pada Konservatisme
Akuntansi Perusahaan
Manufaktur BEI
Debt To Total
Assets,
Dividen
Payout Ratio dan
Ukuran Prusahaan
5.
Calvin
Faktor-Faktor
Yang Debt
Covenant,
Oktomegah Mempengaruhi
Bonus
Plan,
(2012)
Penerapan
Political Cost
Konservatisme Pada
Perusahaan
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Kepemilikan
Institusional,
Kpemilikan Publik
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Kepemilikan
Manajerial
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Kepemilikan
Institusional
dan
Komite Audit tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
3.Laverage
tidak
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Debt To Total
Assets,
Ukuran
Prusahaan
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Dividen
Payout
Ratio
tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Debt
Covenant,
dan
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
25
Manufaktur Di BEI
6.
Willyza
Purnama
H, Daljono
(2013)
Pengaruh
Ukuran
Peusahaan,
Rasio
Laverage, Intensitas
Modal, Dan Likuiditas
Perusahaan Terhadap
Konservatisme
Perushaan ( Studi pada
Perusahaan
yang
Belum Menggunakan
IFRS)
Ukuran
Peusahaan, Rasio
Laverage,
Intensitas Modal,
Likuiditas
Perusahaan
7.
Dewi
Pengaruh
Struktur
Nadia Sari Kepemilikan
(2014)
Institusional, Struktur
Kepemilikan
Manajerial, Struktur
Kepemilikan Publik,
Debt covenant dan
Growth Opportunities
Terhadap
Konservatisme
Akuntansi
Struktur
Kepemilikan
Institusional,
Struktur
Kepemilikan
Manajerial,
Struktur
Kepemilikan
Publik,
Debt
covenant
dan
Growth
Opportunities
konservatisme
akuntansi.
2.Bonus Plan tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Ukuran Peusahaan,
Intensitas
Modal,
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
perusahaan.
2.Rasio
Laverage,
Likuiditas
perusahaan
tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
perusahaan.
1.Struktur
Kepemilikan
Manajerial
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Struktur
Kepemilikan Publik,
Growth
Opportunities
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
3. Debt Covenant
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
4.Struktur
Kepemilikan
Institusional
tidak
berpengaruh
terhadap
konservatisme
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
26
8.
Yuliani
Diah
Saputri
(2013)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Pilihan
Perusahaan Terhadap
Konservatisme
Akuntansi
Cash
Flow,
Company Growth,
Profitability,
Investment
Opportunity Set
9.
Tri
Novikasari
(2012)
Analsis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Penerapan
Konservatisme Dalam
Akuntansi
Struktur
Kepemilikan
Manajemen,
Struktur
Kepemilikan
Institusional,
Struktur
Kepemilikan
Publik, Laverage,
Kesempatan
Tumbuh (Growth
Opportunities)
10. Yogie
Ramadhoni
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Kesulitan Keuangan
Prusahaan,
Resiko
Litigasi,
Struktur
Kepemilikan
Manajerial dan Debt
Convenant Terhadap
Konservatisme
Akuntansi
Tingkat Kesulitan,
Risiko
Litigasi,
Struktur
Kepemilikan
Manajerial, Debt
Covenant
akuntansi.
1.Cash
Flow,
Company
Growth
tidak
berpengaruh
negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Profitability,
Investment
Opportunity
Set
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
1.Struktur
Kepemilikan
Manajemen,Struktur
Kepemilikan Publik
dan Laverage tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Struktur
Kepemilikan
Institusional
dan
Kesempatan Tumbuh
berpengaruh positif
terhdap
konservatisme
akuntansi.
1.Tingkat Kesulitan
dan Risiko Litigasi
berpengaruh positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Struktur
Kepemilikan
Manajerial
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
3.Debt
Covenant
tidak
berpengaruh
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
27
11. Reskino
(2014)
Pengaruh Konvergensi
IFRS, Bonus Plan,
Debt Convenant, dan
Political
Cost
Terhadap
Konservatisme
Akuntansi
terhadap
konservatisme
akuntansi.
Konvergensi
1.Konvergensi IFRS
IFRS, Bonus Plan, dan Political Cost
Debt Convenant, berpengaruh negatif
dan Political Cost terhadap
konservatisme
akuntansi.
2.Bonus Plan tidak
berpengaruh negatif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
3.Debt
Convenant
tidak
berpengaruh
positif
terhadap
konservatisme
akuntansi.
Sumber: Artikel Terkait
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
28
2.3 Kerangka Pemikiran
Model penelitian ini merupakan penelitian yang menguji pengaruh
variabel independen yaitu Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas
Modal, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik dan Kesempatan
Tumbuh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Kerangka pemikiran
teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut
Rasio Laverage
Ukuran Persahaan
Kepemilikan
Manajerial
Konservatisme
Akuntansi
Kepemilikan
Publik
Investment
Opportunity Set
(IOS)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Diantara variabel-varibel independen yang telah disebutkan, diperkirakan
yang memiliki pengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi adalah
rasio leverage dan kepemilikan publik, sedangkan yang memiliki pengaruh
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
29
positif terhadap konservatisme akuntansi adalah ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial dan Investment Opportunity Set (IOS).
2.4 Hipotesis
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian. Terdapat enam hipotesis yang akan diuji. Pertama, rasio leverage
yangmemproksikan debt convenant hypothesis.
Selanjutnya Ukuran
perusahaan yang merupakan indicator dari political cost hypothesis. Lalu
kepemilikan manajerial dan publik yang dapat di hubungkan dengan bonus
plan hypothesis. Dan yang terakhir adalah investment opportunity set (ios).
Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada bagian di bawah ini:
2.4.1 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Konservatisme
Dalam kaitannya dengan kontrak utang, menurut Watts dan
Zimmerman (1990) dalam Alfian (2013) debt covenant merupakan salah
satu hipotesis dalam teori akuntansi positif. Untuk mengidentifikasi debt
covenant tersebut dapat menggunakan proksi dari tingkat rasio leverage.
Rasio leverage digunakan untuk menunjukan seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh utang dan perbandingannya dengan total asset yang dimiliki
perusahaan. Rasio laverage juga dapat menjadi suatu indikasi bagi pemberi
pinjaman untuk tingkat keamanan pengembalian dana yang telah diberikan
kepada perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013), Daljono (2013)
dan Oktomegah (2012) menyatakan bahwa rasio laverage berpengaruh
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
30
negatif terhadap konservatisme akuntansi.
Karena semakin besar rasio
leverage, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan
prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan periode sekarang, atau
laporan keuangan disajikan cenderung tidak konservatif (optimis) (Sari dan
Adhariani, 2009 dalam Daljono 2013). Karena semakin besar rasio leverage
maka artinya kondisi keuangan perusahaan tidak begitu baik, dan biasanya
manager
yang
ingin
mendapatkan
pinjaman
dari
kreditor
akan
mempertimbangkan juga rasio ini, sehingga kecenderungan untuk
meningkatkan laba yang dilaporkan agar kondisi keuangan terlihat baik oleh
kreditor, dan ini mengakibatkan perusahaan tidak konservatif. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:
H1 : Rasio leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat konservatisme
akuntansi.
2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme
Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator untuk mengamati
besar biaya politis yang harus ditanggung. Watss dan Zimmerman (1990)
dalam Alfian (2013) berpendapat bahwa political cost hypothesis dapat
memprediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif terkait dengan biaya
politis. Hal ini terkait atas dorongan pemerintah, yang menjadi pembuat
kebijakan di negara yang bersangkutan, untuk pemabayaran biaya politis.
Maka untuk mengurangi pembayaran biaya politis tersebut perusahaan
melakukan pelaporan keuangan secara konservatif.
Pelaporan secara
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
31
konservatisme pada laporan keuangan dilakukan karena pemerintah
menggunakan informasi akuntansi dalam pengalihan kekayaan perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013), Daljono (2013)
dan Astriyani (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap konservatisme akuntansi. Karena untuk menghindari biaya
politis maka akan dilakukan pelaporan laba yang konservatif. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 : Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
konservatisme akuntansi.
2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme
Menurut Alfina (2006), plan bonus hypothesis dalam possitive
accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan
bonus yang diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan
diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham
perusahaan. Dengan begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif
dikarenakan
manajemen
laba
yang mungkin
dilakukan
manajemen
perusahaan demi mendaptkan bonus.
Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor
lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena
rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer
lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan memperbesar perusahaan
daripada mementingkan bonus yang didapat jika memenuhi target laba.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
32
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Alfian (2013), Sari (2014),
dan Brilianti (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap konservatisme akuntansi. Jika kepemilkan manajerial lebih
banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan
laba lebih konservatif. Karena rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu
cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan
memperbesar perusahaan daripada mementingkan bonus yang didapat jika
memenuhi target laba. Dengan metode konservatif, maka akan terdapat
cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah
investasi.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan hipotesis keempat
adalah:
H3 : Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
konservatisme akuntansi.
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme
Kepemilikan saham oleh publik juga dapat mempengaruhi keputusan
manajemen dalam menerapkan konservatisme akuntansi. Jika kepemilikan
saham yang dimiliki publik lebih banyak maka manajer lebih memilih
melaporkan laba dengan nilai yang tinggi atau secara optimis. Karena pihak
pemegang saham menginginkan pengembalian atas investasi, baik dividen
maupun capital gain mereka lebih tinggi.
Keputusan manajemen untuk melaporkan laba dengan nilai yang tinggi
atau secara optimis didukung karena rendahnya pengendalian terhadap
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
33
manajemen
karena
menyebarnya
kepemilikan.
Hal
tersebut
akan
menimbulkan fleksibilitas yang dimiliki manajemen dalam menyajikan
informasi laporan keuangan. Manajemen dapat saja menaikan nilai laba atau
melakukan income maximation untuk mencapai target laba yang diinginkan
pemilik atau pemegang saham.
Dengan begitu manajemen akan
mendapatkan bonus atas kinerjanya yang terlihat baik (bonus plan
hypothesis).
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Alfian (2013), Sari (2014),
dan Deviyanti (2012) menyatakan bahwa kepemilikan publik berpengaruh
negatif terhadap penerapan konsevatisme akuntansi. Bila kepemilikan publik
menyebar, maka kontrol terhadap manajemen akan berkurang. Manajemen
sebagai pihak pengelola dapat melaporkan laba secara overstatement agar
kinerja manajemen perusahaan terlihat bagus dan manajemen akan
mendapatkan bonus. Hal tersebut dapat menjawab bahwa kepemilikan publik
dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan plan bonus
hypothesis.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan hipotesis kelima
adalah:
H4 : Kepemilikan
publik
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
konservatisme akuntansi.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
34
2.4.5
Pengaruh
Investment
Opportunity
Set
(IOS)
terhadap
Konservatisme
Kesempatan
Investasi
atau
Investment
Opportunity
Set
(IOS)
menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi
suatu perusahaan, (Hartono, 2003 : 58 dalam Pramudita, 2012). Berdasarkan
defenisi diatas bahwa pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk
berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan
semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak
dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang
hilang. Hipotesis ini didukung oleh penelitian Saputri (2013) menyatakan
investment opportunity set (ios) berpengaruh positif terhadap konservatisme
akuntansi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar investment
opportunity set maka akan semakin besar market to book ratio sebagai proksi
konservatisme akuntansi. Sebaliknya semakin kecil investment opportunity
set maka akan semakin kecil pula market to book ratio sebagai proksi
konservatisme akuntansi. Hal ini terjadi karena pasar bereaksi positif terhadap
pertumbuhan perusahaan, sehingga harga saham meningkat. Harga saham ini
akan meningkatkan nilai IOS yang berarti akan semakin besar pula nilai
market to book ratio
perusahaan.
Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan hipotesis keenam adalah:
H5 : Kesempatan
tumbuh
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
konservatisme akuntansi.
Faktor-Faktor Yang…, Selly Amaliska Putri, Fakultas Ekonomi UMP, 2016
Download