Jurnal Des-2009 - Portal Kopertis Wilayah III

advertisement
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
DI PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
Iriana Wihardja Sumintapura dan Supriyadi
(Dosen dan Alumnus Sekolah Tinggi Manajemen LABORA)
ABSTRAK
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang perbankan. Salah satu cara untuk mengetahui nilai
usaha perusahaan adalah dengan analisa Metode Economic Value Added
(EVA) atau yang biasa dikenal sebagai nilai tambah ekonomis.
Data dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan
selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Di
dalam menganalisa data penelitian ini digunakan Metode EVA, di mana
untuk mendukung keberhasilan metode tersebut diperlukan hasil hitung
dari : a) cost of capital (biaya modal); b) cost of debt (biaya hutang); c)
cost of preferred stock (biaya saham preferen); d) cost of equty (biaya
modal sendiri); e) cost of common stock (biaya saham biasa); f) proporsi
sumber dana; g) net operating after tax; h) wigthed average cost of
capital (biaya rata-rata tertimbang).
Dari hasil pengukuran pencapaian EVA, maka PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk memperoleh nilai keuangan yang baik dimulai tahun
2004 sampai dengan tahun 2006, hal ini ditandai dengan didapatkan nilai
EVA yang selalu positif, yakni : a) Tahun 2004 sebesar Rp.
2.781.018.860.000; b) Tahun 2005 sebesar Rp. 1.931.496.330.000,-; c)
Tahun 2006 sebesar Rp. 1.038.457.260.000,Agar keberhasilan nilai usaha pada masa yang akan datang dapat
terpenuhi dan tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis,
maka pihak manajemen harus selalu meningkatkan kinerjanya,
mempertahankan bahkan meningkatkan nilai Economic Value Added
(EVA) sehingga selalu menghasilkan nilai positif, serta dapat mengelola
keuangan sebaik mungkin agar perusahaan tetap dipercaya oleh para
investor.
PENDAHULUAN
1
1.1. Masalah
Tujuan utama didirikan perusahaan selaku entitas bisnis adalah
mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk kelangsungan usaha.
Modal merupakan salah satu faktor yang dominan dalam kelangsungan
usaha perusahaan, dan modal disetor oleh investor dalam hal ini para
pemegang saham.
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal
yang disetor oleh para investor dalam rangka kemajuan perusahaan, perlu
adanya pengukuran terhadap kinerja perusahaan. Berbagai aspek perlu
dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja ini, terutama harapan dari
pihak-pihak yang menginvestasikan dananya. Hal ini untuk mengetahui
sejauh mana perusahaan mampu mengolah dana yang berasal dari
investor atau pemegang saham, dengan menilai dari seberapa besar
capital gain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan yang tercermin
dalam menilai saham di bursa efek. Kondisi ini biasanya terjadi pada
perusahaan yang go public atau Perusahaan Terbuka (Tbk), yang menjual
saham di pasar modal atau bursa efek.
Perusahaan yang akan diteliti oleh penulis adalah PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk. Alasannya karena PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa
perbankan dengan prospek yang bagus. Selama ini alat popular yang
biasanya digunakan dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan
adalah analisis resiko keuangan. Analisis resiko keuangan ini dapat
dibagi ke dalam lima jenis, yaitu: a) Resiko Likuiditas; b) Resiko
Leverage; c) Resiko Aktivitas; d) Resiko Profabilitas; e) Resiko
Pertumbuhan.
Kemudian, disadari bahwa resiko keuangan sebagai alat
pengukuran kinerja mempunyai beberapa kelemahan, yakni resiko
keuangan tersebut mengakibatkan dana biaya modal sehingga sulit untuk
mengetahui apakah perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.
Mengingat keterbatasan analisa rasio keuangan tersebut sebagai alat
pengukur kinerja keuangan perusahaan, maka ada pendekatan konsep
baru yang disebut dengan metode Ecomomic Value Added (EVA).
Dengan alasan di atas maka penulis menarik suatu permasalahan:
“Bagaimana kinerja keuangan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk.
2
Periode 2004 – 2006 dengan menggunakan analisa Economic Value
Added (EVA)?”
Dalam penulisan penelitian ini, diasumsikan bahwa kondisi makro
ekonomi khususnya di bidang perbankan dalam kurun waktu tahun 2004
sampai dengan tahun 2006 kondisinya stabil.
1.2. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah : Untuk mengetahui penerapan analis Economic Value Added
(EVA) sebagai alat pengukuran kinerja keuangan perusahaan di PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Economic Value Added ( EVA)
EVA Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen
keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan
mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya
modal (cost of capital). EVA dipopulerkan dan dikembangkan pertama
kali oleh perusahaan konsultasi dari Amerika Serikat yaitu Stern Steward
& CO.
Menurut Stewart (Weston,1999: p 118-119) manajemen dapat
melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada
prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari
tiga hal berikut:
a. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return
lebih besar dari biaya modal yang ada.
c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak
menguntungkan.
2.2. Biaya Modal (Cost of Capital)
Menurut Shim & Siegel (Riyanto,1997: p 268) :
Biaya Modal Cost of capital yang dimaksud adalah biaya modal yang
sifatnya explicit, yang artinya biaya penggunaan modal yang explicit dari
3
suatu sumber dana adalah sama dengan discount rate yang dapat
menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana neto yang diterima
perusahaan dari suatu sumber dana sama dengan nilai sekarang dari
semua dana yang harus dibayarkan karena penggunaan dana tersebut
beserta pelunasannya. Komponen cost of capital terdiri dari biaya hutang
(cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity).
Dalam melakukan perhitungan cost of capital maka yang perlu
diperhatikan adalah komponen-komponen modal yang terdapat dalam
sisi kanan neraca suatu perusahaan yang terdiri atas berbagai jenis
hutang, saham preferen dan saham biasa. Perkiraan-perkiraan tersebut
penting karena setiap terdapat kenaikan dalam aktiva pasti berakibat
kenaikan satu atau lebih komponen modal.
2.3. Biaya Hutang (Cost of Debt)
Menurut Brigham dan Gapenski biaya hutang (2000 : p148) adalah:
“The component cost of the debt is the after tax cost of new debt kd (1T), is used to calculated the wighted average cost of capital, and it is the
intrest rate on debt, kd, less the tax savings that result because interst is
deductible. This is the same as Kd multiplied by (1-T), where T is the
firm’s marginal tax rate.”
2.4. Biaya Saham Prefferen (Cost of Prefferred Stock)
Menurut Sartono (1999 : p 223) saham prefferen adalah:
“Sebesar tingkat keuntungan yang diisyaratkan (required rate return)
oleh investor saham prefferen (Pemegang Saham).”
Dapat dikatakan dari pernyataan di atas, bahwa biaya komponen saham
prefferen adalah deviden saham prefferen dibagi dengan harga bersih
saham prefferen pada saat emisi, yaitu harga saham dikurangi dengan
biaya emisi.
2.5. Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity)
Seperti yang dikemukakan oleh Brigham dan Gapenski (2000:p
345), yaitu :
“a firm can raise common equity capital into ways : 1. By retaining
earnings, and 2. Issuing new common stock.”
4
2.6. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
Besarnya pengggunaan dana yang berasal dari laba ditahan (cost of
retained earning) adalah sebesar tingkat pendapatan investasi (rate of
return) dalam saham yang diharapkan diterima oleh para investor, atau
dengan kata lain, biaya dianggap sama dengan biaya penggunaan dana
yang berasal dari saham biasa.
2.7. Biaya Saham Biasa (Cost of Common Stock)
Menurut Lawrence J.Gitman (2001 : p 495), bahwa biaya modal
sendiri adalah :
“Cost of common stock equity. Ks, is the rate a whitch investors
discount, the expected dividens of the firm to determine its share value.”
Maka menurut Brigham dan Gapenski (2000 : p 150) ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk dapat digunakan dalam
mengukur pengembalian yang diharapkan yaitu :
a. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Pendekatan CAPM untuk memperkirakan biaya modal sendiri
membantu pengembalian keputusan dalam memperkirakan tingkat
hasil pengembalian (rate of return) yang diperlukan dari surat-surat
berharga yang mengandung resiko dari proyek penanaman modal.
b. Bond Yield Plus Risk Premium Approach
Metode yang kedua ini juga melibatkan premi resiko. Akan tetapi,
dalam hal ini premi yang dihitung merupakan premi atas biaya hutang
jangka panjang perusahaan.
c. Wighted Average Cost of Capital (WACC)
Menurut dari Brigham dan Gapenski (2000 : p 166) bahwa :
“Weighted average cost of capital (WACC), is the target proportion of
debt, preferredstock, and common equity, along with the component
cost of capital.”
2.8. Skema kerangka pemikiran
Gambar 1
Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)
1
Keputusan Investasi
5
EBIT (1-T)
EVA=NOPAT
EVA = (+)
Tercipta Nilai
perusahaan
Wd. Kd +Wa. Ke
Long Term Debt + Equity
WACC
Capital
EVA = (-)
Tidak Tercipta Nilai
Perusahaan
EVA = (0)
Nilai Perusahaan Tetap
Sumber: Brigham and Gapenski, Financial Manajemen Theory
and Practice, Eight edition USA 2000
Penghitungan kinerja perusahaan keuangan dimulai dengan
menganalisa laporan keuangan untuk mendapatkan nilai EVA. EVA
diperoleh dari besarnya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)
dikalikan besarnya modal yang mengurangi laba bersih operasi setelah
pajak (NOPAT). Kemudian akan didapatkan kinerja perusahaan di mana
jika EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan
nilai, yang berarti pemenuhan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan
kesejahteraan para pemilik modal/investor. Sebaliknya jika EVA
perusahaan mengalami nilai negatif menandakan perusahaan tersebut
tidak menciptakan nilai bagi perusahaan. Apabila nilai EVA sama dengan
nol, maka menandakan secara ekonomis tingkat kinerja perusahaan
dalam keadaan impas atau nilai perusahaan tetap.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Manfaat EVA
EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilaian kinerja
perusahaan di mana fokus nilai kerja adalah pada pencipta nilai (value
creation), menurut Teuku Mirza dalam bukunya Alwi (1999 : p 15) :
1. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan
pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan
6
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal
sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
2. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modalnya.
Kegiatan atau proyek memberikan nilai sekarang dari total EVA yang
positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai
perusahaan, maka sebaliknya diambil dan sebaliknya,
3. EVA menjadikan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan
struktur modalnya.
b. Kelemahan EVA
EVA selain memiliki manfaat juga memiliki kelemahan sebagai
penilaian kinerja perusahaan, menurut Teuku Mirza dalam bukunya Alwi
(1999 p : 15) :
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu. Nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA
selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan
mempunyai EVA pada tahun yang lalu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena EVA pada masa depan negatif. Hal ini mungkin
terjadi untuk perusahaan yang mempunyai prospek masa depan yang
suram.
2. Perhitungan EVA memerlukan tranparansi internal yang mana pada
kenyataannya perusahaan kurang tranparan dalam mengemukakan
kondisi perusahaannya.
3. Konsep EVA terlalu bertumbuh pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pada pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor lain terkadang justru lebih dominan, yaitu pengaruh
eksternal yang mungkin datang dari pasar uang, seperti meningkatnya
suku bunga baik dalam maupun luar negeri, isu devaluasi sehingga
terjadi tekanan jual pada saham-saham menjadi turun dan juga faktor
internal lainnya, seperti loyalitas.
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
7
Dalam membahas suatu permasalahan diperlukan adanya suatu
penelitian guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas, dalam hal ini penulis tidak menggunakan data primer.
Adapun data-data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini
adalah data sekunder, yang berupa : laporan keuangan PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk yang diteliti, berupa laporan neraca keuangan
dan laporan laba rugi yang berakhir pada tahun 2004 sampai tahun 2006
Data tersebut diperoleh penulis dengan mengunjungi pusat Referensi
Pasar Modal Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.2. Teknik Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan untuk membahas lebih lanjut
penelitian ini adalah analisa data kuantitatif, yaitu metode EVA dengan
langkah sbb :
a. Pengukuran Cost of Debt (Biaya Hutang)
Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur berapa biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan akibat penggunaan modal yang berasal dari
pinjaman (hutang) jangka panjang.
Menurut Brigham & Eugene (2000 : p 301) biaya hutang dirumuskan
sebagai berikut :
Kd* = Kd (1-T)
Di mana :
Kd*
Kd
T
= Biaya hutang setelah pajak
= Biaya hutang sebelum pajak
= Tarif pajak efektif rata-rata
b. Pengukuran Cost of Equity (Ke)
Analisa Cost of Equity adalah analisa untuk menentukan besarnya biaya
modal sendiri akibat penggunaan sumber modal sendiri yang terdiri atas
laba ditahan dan penerbitan saham yang baru. Metode yang digunakan
adalah pendekatan model Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Menurut Brigman dan Gapenski (2000 : p 347) adalah dengan rumus:
Ke = Rf + (Rm-Rf) x βι
8
Di mana :
Ke = Hasil pengembalian yang diharapkan dari saham biasa
Rf = Tingkat penngembalian dari saham yang bebas resiko
Rm = Hasil yang diharapkan dari portofolio pasar
βι = Beta saham perusahaan
Keterangan :
1. Tingkat pengembalian babas resiko (Rf)
Tingkat pengembalian bebas resiko merupakan tingkat pengembalian
yang pasti diperoleh tanpa resiko apapun, antara lain tingkat obligasi
atau sertifikat Bank Indonesia.
2. Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
Penentuan tingkat pengembalian pasar untuk pasar modal di Indonesia
menggunakan Indek Harga Sahan Pasar (IHSG). Tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh portofolio pasar atau tingkat
keuntungan yang dihasilkan diisyaratkan rata-rata sekuritas dengan
beta sama dengan satu (βι = 1)
Menurut Stephen F.O’Byerne dan David Young (Brigham dan
Gapenski, 2000: p 146) adalah dengan rumus:
IHSGt – IHSGt - 1
Rm =
IHSGt - 1
Di mana :
Rm
IHSGt
IHSGt-1
= Tingkat pengembalian pasar
= Nilai IHSG pada periode
= Nilai IHSG pada periode t-1
3. Beta Saham (βι)
Beta saham diperoleh beda-beda tergantung pada jenis sahamnya yang
dinyatakan dengan beta (βι). Rumus untuk mendapatkan beta saham
adalah : Menurut Sartono (1999 : p 121) adalah dengan rumus:
Cov (Ri,Rm)
βι =
Om²
9
Di mana :
βι
Cov (Ri, Rm)
Om²
= Koefesien beta saham
= Covariansi Ri terhadap Rm
= Variance Rm
Beta saham dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu:
a) Saham agresif
Saham yang dimiliki beta lebih besar dari pada satu (βι > 1), karena
saham tersebut mengalami kenaikan lebih cepat dari pada kenaikan
rata-rata pasar begitu pula sebaliknya.
b) Saham defensif atau saham lemah
Saham yang dimiliki beta lebih kecil dari satu (βι < 1) yaitu saham
yang mempunyai fluktuasi return nya lebih kecil dari pada return
pasar secara keseluruhan.
c) Saham netral
Saham yang memiliki beta sama dengan satu (βι = 1) yaitu saham
yang memiliki fluktuasi return secara rata-rata sama dengan return
pasar.
c. Pengukuran Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Analisa WACC adalah analisa untuk menentukan berapa besarnya
biaya modal keseluruhan yang harus ditanggung oleh perusahaan
secara rata-rata tertimbang.
Menurut Brigham dan Gapenski (2000: p 166) adalah dengan rumus :
Di mana
:
WACC
= Wd. Kd (1-T) + Wp. Kp + We. (Ks or Ke)
Wd = Proporsi hutang; Kd = Biaya hutang; T = Pajak;
Wp = Proporsi saham preferen; Kp = Biaya saham preferen;
We = Proporsi ekuitas saham; Ke = Biaya saham biasa;
Ks = Biaya saham ditahan
d. Pengukuran Economic Value Added (EVA)
10
Pengukuran EVA adalah pengukuran kinerja perusahaan yang
dihasilkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka penciptaan nilai
perusahaan (creating a firm’s value).
Menurut S.David Young (Brigham dan Gapenski, 2000 : p 42) rumus :
EVA = EBIT (1-T) – (WACC x Capital)
Atau
EVA = NOPAT – (WACC x Capital)
Di mana :
EVA
= Economic Value Added
EBIT (1-T) = NOPAT = Laba operasi setelah pajak
WACC
= Biaya rata-rata tertimbang hutang
dan modal sendiri
Capital
= Modal (long term debt + equity)
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Penyajian Data
Dalam pengukuran Economic Value Added (EVA) penulis
menyajikan data yaitu neraca keuangan antara lain neraca konsolidasi,
laporan laba rugi PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Berikut ini laporan
neraca konsolidasi dan laporan laba rugi PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk tahun 2004, 2005, 2006.
AKTIVA
Tabel 1
Neraca Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk
2004, 2005, 2006
PT BANK DANAMON INDONESIA TbK
DAN ANAK PERUSAHAAN
NERACA
31 DESEMBER 2004,2005,2006
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah,Kecuali nilai nominal saham)
2004
2005
11
2006
Kas
Giro di
Bank Indonesia
Giro di Bank Lain
setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp
4.105 dan pada tahun 2006 (2005 : Rp 10.258 ; 2004
: Rp. 5.169)
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Penempatan pada bank lain dan bank Indonesia
setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar RP.
45.330 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 48.655 ; 2004 :
Rp. 7.264)
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Efek – efek
Setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp.
19.294 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 14.493 ; 2004 :
Rp. 17.317)
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali
dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp. Nihil
pada tahun 2006 (2005 : Rp. Nihil ; 2004 : Rp. 205)
Tagihan derifativ setelahdikurangi penyisihan
kerugian sebesar Rp. 1.112 pada tahun 2006 (2005 :
Rp. 1.360 ; 2004 : Rp. 233)
- Pihak yang mempunyai hubugan istimewa
- Pihak ketiga
Pinjaman yang diberikan setelah dikurangi
penyisihan kerugian sebesar Rp. 1.413.239 pada
tahun 2006 (2005 : Rp. 1.017.065 ; 2004 : Rp.
1.606.597) dan pendapatan tangguhan sebesar
Rp. 4.820 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 4.387 ; 2004 :
Rp. 76.421)
- Pihak yang mempunyai hubugan istimewa
- Pihak ketiga
Piutang pembiayaan kinsmen setelah dikurangi
penyisihan kerugiansebesar Rp 39.111 pada tahun
2006 (2005 : Rp. 20.864 ; 2004 : Rp. 23.808)
- Pihak yang mempunyai hubugan istimewa
- Pihak ketiga
753.256
640.044
832.583
2.662.100
3.563.314
3.943.723
6.440
639.113
31.227
1.25.895
123.047
447.000
183.289
837.516
499.950
4.903.774
1.155.661
3.830.589
3.228.543
499.950
4.903.774
6.012.055
20.245
-
2.263
19.723
34.414
100.308
176
109.871
8.283
27.724.292
130.217
34.843.645
59.200
39.687.444
854.852
740.446
14.099
1.768.303
12
Piutang premi
setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp.
569 pada tahun 2006
Tagihan akseptasi
setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp.
6.219 pada tahun 2006 (2005 : Rp. 5420 ; 2004 : Rp.
5.835)
Obligasi pemerintah
Penyertaan
setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai
investasi sebesar Rp. 122 pada tahun 2006 ( 2005 :
Rp. 122 ; 2004 : Rp. 414)
Godwill setelah dikurangi akumulasi
Amortisasi sebesar Rp. 250.453 pada tahun 2006
(2005 : Rp. 173.9407 ; 2004 : Rp. 86.974)
Aktiva tetap
Setelah dikurai akumulasi penyusutan sebesar Rp.
936.204 pada tahun 2006 ( 2005 : Rp. 753.347 ;
2004 : Rp. 631.458)
Aktiva pajak tangguhan
Beban dibayar dimuka dan aktiva lain-lain
Setelah dikurangi penyisihan kerugian sebesar Rp.
20.973 pada tahun 2006 ( 2005 : Rp. 2.939 ; 2004 :
Rp. 4.687)
Jumlah Aktiva
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiban segera
Simpanan nasabah :
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Simpanan dari bank lain
Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali
Pendapatan premi tangguhan
Premi yang belum merupakan pendapatan
Kewajiban akseptasi
Obligasi yang diterbitkan
Pinjaman yang diterima
Hutang pajak
Penyisihan kerugian atas komitmen dan kontijensi
Kewajiban derivatif
Kewajiban pajak tangguhan
Beban yang masih harus dibayar dan kewajiban lain-
-
-
26.913
517.049
516.572
613.057
17.324.189
76.623
14.102.005
11.958
18.702.292
12.052
608.815
521.841
417.419
1.297.171
178.626
1.480.028
153.734
1.574.536
40.253
1877.417
1928.518
2.696.414
58.820.805
67.803.454
82.072.687
112.317
158.154
169.151
646.604
39.636.111
1.040.445
1.000.000
522.884
493.422
1.294.445
252.123
346.432
6.237
76.846
426.373
43.924.109
3.925.961
2.875.000
521.992
495.438
1.114.839
153.892
83.259
76.485
112.334
265.748
53.928.508
4.769.254
4.000.000
223.580
138.699
619.276
1.193.890
1.028.329
167.039
26.287
184.361
139.267
13
lain :
704
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
1.836.966
1.392.860
- Pihak ketiga
3.469.587
3.628.474
Pinjaman subordinasi
155.000
155.000
Modal pinjaman
JUMLAH KEWAJIBAN
50.890.123
59.043.170
HAK MINORITAS
126.739
171.331
EKUITAS
Modal saham- nilai nominal Rp 50.000 (2005 dan
2004 : Rp 50.000) Rp 500 (2005 dan 2004: Rp 500)
per saham untuk seri B
Modal dasar – 22.400.000 (2005 dan 2004 :
22.400.000) saham per seri A dan 17.760.000.000
(2005 dan 2004 : 17.760.000.000) saham seri B
3.562.261
3.569.247
Modal ditempatkan dan disetor penuh 22.400.000
(2005 dan 2004 : 22.400.000) saham seri A dan
4.923.357.000 (2005 : 4898.494.000 dan 2004 :
4.884.522.000) saham seri B
62.738
198.770
Tambahan modal disetor
189
189
Modal disetor lainnya
2.718
3.295
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi dalam
kelompok tersedia untuk dijual
798.928
(183.074)
Cadangan umum dan wajib
24.684
48.765
Selisih transaksi perubahaan ekuitas anak perusahaan
Saldo laba (setelah defisit sebesar Rp 32.968.831
diemiminasi melalui kuasi- reorganisasi tanggal 1
januari 2001)
3.352.425
4.951.761
JUMLAH EKUITAS
7.803.943
8.588.953
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
58.820.805
67.803.454
Sumber: Data Laporan Keuangan Konsolidasian PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tabel 2
Laporan Laba Rugi PT Bank Danamon Indonesia Tbk
2004, 2005, 2006
PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk
DAN ANAK PERUSAHAAN
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2004,2005,2006
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, Kecuali laba bersih per saham)
Tahun
2004
2005
2006
14
2.003.480
3.373.940
155.000
72.385.809
244.951
3.581.679
374.247
189
2.950
223.456
68.797
(5.500)
5.196.109
9.441.927
82.072.687
PENDAPATAN DAN BEBAN
OPERASIONAL
Pendapatan bunga
Pendapatan provisi dan komisi
6.394.789
439.435
6.834.224
8.129.133
663.780
8.792.913
10.895.958
788.049
11.684.007
Beban provisi dan komisi
113.968
6.720.256
356.290
8.436.623
439.242
11.244.765
Pendapatan bunga bersih
Pendapatan premi
Beban underwriting
Pendapatan underwriting bersih
Pendapatan bunga dan
underwriting bersih
PENDAPATAN
OPERASIONAL LAINNYA
Keuntungan penjualan efek-efek
dan obligasi pemerintah-bersih
Imbalan jasa
Pendapatan deviden
4.343.853
-
4.910.545
-
5.993.729
324.339
(182.165)
141.724
4.343.853
4.910.545
6.13.453
430.072
565.502
508
996.082
445.366
584.628
3.020
1.033.014
307.275
797.174
3.152
1.107.961
36.121
(133.062)
129.111
63.200
939.086
1.129.288
(396.696)
75.485
1.846.484
(1.903)
1.232.156
1.690.584
(210.214)
91.495
2.669.056
1.276
1.498.221
1.887.971
1.025.942
181.930
4.694.451
3.493.451
3.274.503
2.548.963
219.484
(334.699)
223.594
(499.853)
151.220
(596.942)
(115.215)
(276.259)
(652.328)
BEBAN OPERASIONAL
LAINNYA
Kerugian/(keuntungan) transaksi
mata uang asing-bersih
Kerugian/(keuntungan) yang
belum direalisasi atas perubahan
nilai wajar efek-efek dan obligasi
pemerintah –bersih
Beban umum dan adminitrasi
Beban tenaga kerja dan tunjangan
Penyisihan kerugian atas aktiva
Lain-lain
PENDAPATAN
OPERASIONAL BERSIH
PENDAPATAN BUKAN
OPERASIONAL
Pendapatan bukan opersional
Beban bukan operasional
BEBAN BUKAN
OPERASIONAL- BERSIH
15
5.754.369
6.524.322
EBIT
Beban bunga
2.376.403
3.526.078
3.378.236
2.998.244
LABA SEBELUM PAJAK
(894.821)
(875.954)
PAJAK PENGHASILAN
2.483.415
2.122.290
LABA SETELAH PAJAK
HAK MINORITAS ATAS
LABA BERSIH ANAK
(75.336)
(119.092)
PERUSAHAAN
2.408.079
2.003.198
LABA BERSIH
LABA BERSIH PER SAHAM
490.75
407.71
DASAR
LABA BERSIH PER SAHAM
489.49
402.59
DILUSIAN
Sumber : Data laporan keuangan konsolidasian yang telah diolah 2008
7.354.277
5.251.036
2.103241
(652.328)
1.450.913
(125.581)
1.325.335
268.91
265.07
4.2. Analisa Data
a. Net Operating After Tax (NOPAT)
Rumus : NOPAT = EBIT (1 – Tax Rate)
Tabel 3
Tarif Pajak - Wajib Pajak Badan
Penghasilan
0 s/d Rp 50.000.000
Tarif
10%
Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000
15%
> 100.000.000
30%
Sumber : www.pajak.go.id
Di bawah ini adalah tabel daftar hasil perhitungan NOPAT PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 hingga 2006.
Tabel 4
Perhitungan NOPAT PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk.
(dalam jutaan)
Tahun
2004
2005
2006
Laba sebelum pajak
Rp. 3.378.236
Rp. 2.998.244
Rp. 2.103.241
penghasilan
Beban bunga
Rp. 2.376.403
Rp. 3.526.078
Rp. 5.251.036
EBIT
Rp 5.754.639
Rp. 6.524.322.
Rp. 7.354.277
Tax rate
0,30
0,30
0,30
EBIT (1 – Tax rate)
Rp. 4.028.247,3
Rp . 4.567.025,4
Rp . 5.147.993,9
Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
16
b. Cost of Debt (Biaya Hutang)
Perhitungan ini dilakukan untuk mengukur berapa besar biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan akibat penggunaan modal yang berasal dari
pinjaman (hutang).
Rumus
:
Kd* = Kd (1 – T)
Tahun
Tabel 5
Hutang jangka panjang PT Bank Danamon IndonesiaTbk
2004
2005
2006
Obligasi yang diterbitkan
Pinjaman yang diterima
Hutang pajak
Penyisihan kerugian atas komitmen dan
kontijensi
Kewajiban derivatif
Kewajiban pajak tangguhan
Beban yang masih harus dibayar dan kewajiban
lain-lain :
- Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
- Pihak ketiga
Pinjaman subordinasi
Modal pinjaman
493.422
1.294.445
252.123
495.438
1.114.839
153.892
1.193.890
1.028.329
167.039
346.432
6.237
76.846
83.259
76.485
112.334
26.287
184.361
139.267
704
1.836.966
3.469.587
155.000
1.392.860
3.628.474
155.000
2.003.480
3.373.940
155.000
Jumlah Hutang Jangka Panjang
7.931.762
7.211.581
8.271.593
Sumber : Data laporan keuangan neraca konsolidasi 2004, 2005, 2006 yang telah diolah 2008.
Tabel 6
Perhitungan Cost of Debt PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk (dalam jutaan)
Biaya Hutang PT. Bank Danamon Indonesia. Tbk
Tahun
2004
2005
2006
Beban Bunga
Rp. 2.376.403
Rp. 3.526.078 Rp. 5.251.036
Total Hutang jangka panjang
Rp. 7.931.762 Rp. 7.211.581 Rp. 8.271.593
Biaya hutang sebelum pajak (kd)/bunga 29,96%
48,89%
63,48%
Tarif pajak (T)
0,30
0,30
0,30
Faktor Koreksi (1–T)
0,70
0,70
0,70
Biaya hutang sesudah pajak (kd)
20,97%
34,22%
44,44%
Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
17
c. Biaya Saham Biasa (Cost of equity)
Secara teoritis Cost of Equity dapat didenefisikan sebagai rate of
return minimum yang diisyaaratkan oleh pengguna modal sendiri atas
investasi agar pasar saham tidak berubah.
Rumus : Ke = RF + (RM – RF) βι
Tabel 7
Perhitungan Cost of Equity PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tahun
Beta
Rm
Rf
Cost of Equity
2004
1,25046
0,024002
0,2405
(-) 3%
2005
0,98524
0,01791
0,14475
2%
2006
0,86249
0,02493
0,178
4,6%
Sumber : Data laporan keuangan yang diolah 2008
d. Struktur Pendanaan
Untuk mencari struktur proporsi sumber pendanaan dapat dilihat dari
neraca perusahaan. Di bawah ini adalah hasil perhitungan Proporsi
Sumber Dana PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 sampai
tahun 2006.
Tabel 11
Proporsi Sumber Dana
Proporsi Sumber Dana
a. Hutang Jangka Panjang
Modal Saham
Jumlah Modal
Komposisi hutang
Komposisi Modal Saham
Sumber : Data laporan keuangan
2006 yang telah diolah 2008
2004
2005
Rp 7.931.762
Rp 7.211.581
Rp 8.588.953
Rp 8.588.953
Rp 15.735.705 Rp 15.800.534
50,4%
45,6%
49,6%
54,4%
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
2006
Rp 8.271.593
Rp 9.441.927
Rp 17.713.520
46,7%
53,3%
tahun 2004, 2005,
e. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Untuk menghitung biaya rata-rata tertimbang ini tinggal mencari
proporsi masing-masing modal yang dikalikan dengan biaya modal
masing-masing.
Rumus : WACC = Wd . Kd (1-T) + Wp . Kp + We . (Ks or Ke)
Tabel 8
Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tahun 2004 (dalam jutaan rupiah)
Perhitungan WACC
Tahun 2004
Komponen Modal
Jumlah Modal
Proporsi
Cost
WACC
18
(1)
(2)
(1) x (2)
Hutang
Jangka Rp 7.931.762
50,4%
20,97%
10,57%
Panjang
Modal Saham
Rp 7.803.943
49,6%
-0,03022
-1,5%
Total
Rp 15.735.705
9,07%
Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
Tabel 9
Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tahun 2005 (dalam jutaan rupiah)
Perhitungan WACC
Tahun 2005
Komponen Modal
Jumlah Modal
Proporsi
Cost
WACC
(1)
(2)
(1) x (2)
Hutang Jangka Panjang
Rp 7.211.581
45,6%
32,44%
15,6%
Modal Saham
Rp 8.588.953
54,4%
0,01978
1,08%
Total
Rp 15.800.534
16,8%
Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
Tabel 10
Tabel Perhitungan WACC PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tahun 2006 (dalam jutaan rupiah)
Perhitungan WACC
Tahun 2006
Komponen Modal
Jumlah Modal
Proporsi
Cost
WACC
(1)
(2)
(1) x (2)
Hutang
Jangka
Rp 8.271.593
46,7%
44,44%
20,75%
Panjang
Modal Saham
Rp 9.441.927
53,3%
0,04598
2,45%
Total
Rp 17.713.520
23,2%
Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
Dengan demikian dari tabel perhitungan biaya modal rata-rata
tertimbang di atas, dapat diketahui bahwa PT. Bank danamon Indonesia
Tbk, memiliki biaya modal rata-rata tertimbang terbesar pada tahun 2006
yaitu sebesar 23,2% dan modal rata-rata terkecil terjadi pada tahun 2004
yaitu sebesar 9,07%
f. Pengukuran Economic Value Added (EVA)
Untuk perhitungan Economic Value Added dapat dijelaskan dengan
menggunakan Rumus :
EVA = NOPAT – (WACC x Capital)
19
Di bawah ini merupakan tabel dari hasil perhitungan Economic Value
Added (EVA) di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk tahun 2004, 2005,
2006.
Tabel 11
Tabel Perhitungan Economic Value Added PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
Tahun 2004, 2005, 2006 (Dalam jutaan rupiah)
Perhitungan EVA PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
2004
2005
2006
NOPAT
Rp. 4.028.247,3
Rp . 4.567.025,4
Rp . 5.147.993,9
WACC
9,07%
16,68%
23,2%
Capital
Rp 15.735.705
Rp 15.800.534
Rp 17.713.520
EVA (a-(b*c)
Rp 2.781.018,86
Rp 1.931.496,33
Rp 1.038.457,26
Sumber : Data laporan keuangan dan saham yang diolah 2008
f. Pembahasan
Untuk melihat atau menilai apakah PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk merupakan perusahaan yang mempunyai kenerja yang baik atau
tidak, maka penulis akan uraikan mengenai hasil perhitungan yang telah
penulis lakukan, yaitu dengan cara melihat atau membaca hasil
perhitungan Economic Value Added (EVA) yang telah penulis sajikan
dalam bentuk tabel.
Berdasarkan dari hasil perhitungan tabel 15 di atas maka dapat
dikatakan bahwa PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, merupakan
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik selama tahun 2004 – 2006,
apabila dilihat dari hasil perhitungan tahun 2004 – 2006 nilai EVA
mengalami penurunan, akan tetapi masih dapat dikatakan baik karena
EVA ditujukan kepada para investor atau penanam modal. Penanam
modal akan mendapatkan keuntungan dari pembagian hasil saham,
sedangkan pembagian hasil saham dilakukan setiap tahun. Jadi walaupun
nilainya menurun tidak akan membuat investor mengalami kerugian,
selama nilai EVA positif. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, memiliki
EVA positif, dikarenakan manajemen telah berhasil menciptakan nilai
tambah ekonomis terhadap perusahaan selama kegiatan operasionalnya.
Economic Value Added (EVA) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, yang
nilainya paling besar yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp
2.781.018.860.000,-.
Pada tahun 2004 dikatakan memiliki nilai Economic Value Added
(EVA) paling besar dibandingkan dengan tahun 2005 dan 2006, yaitu
pada tahun 2005 sebesar : Rp 1.931.496.330,-. Dan pada tahun 2006
sebesar Rp 1.038.457.260.000,-. Hal ini karena dipengaruhi nilai WACC
20
tahun 2004 yaitu sebesar 9,07%, sedangkan nilai WACC 2005 sebesar
16,68%, dan tahun 2006 sebesar 23,2%, sehingga nilai Economic Value
Added (EVA) 2004 akan lebih besar dibandingkan tahun 2005 dan 2006,
karena nilai EVA berbanding terbalik dengan nilai WACC.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan
sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Selama tahun 2004 sampai tahun 2006 PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk, memiliki biaya hutang terbesar adalah tahun 2006 yaitu sebesar
44,44% dan biaya hutang terkecil adalah pada tahun 2004 yaitu
sebesar 20,97%.
b. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk dari tahun 2004 sampai tahun
memiliki Net Operating After Tax (NOPAT) terbesar pada tahun 2006
yaitu sebesar Rp. 5.147.993.900.000 dan nilai terkecil pada tahun
2004 yaitu sebesar Rp. 4.028.247.300.000.
c. Nilai rata-rata tertimbang PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, yang
terbesar pada tahun 2006 yaitu sebesar 23,2%.
d. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh dari perhitungan Economic Value
Added (EVA) dari tahun 2004 sampai tahun 2006, PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk, memiliki kinerja keuangan yang baik karena berhasil
menciptakan nilai Economic Value Added (EVA) positif terbesar yaitu
pada tahun 2004. Hal ini disebabkan nilai WACC tahun 2004 paling
kecil dibandingkan tahun 2005 dan 2006, semakin kecil nilai WACC
maka nilai EVA akan semakin besar, karena WACC berbanding
terbalik dengan nilai EVA.
5.2 Saran
Berikut ini dikemukakan saran atas kemungkinan diterapkan
EconomicValue Added (EVA) untuk kepentingan perusahaan :
a. Diharapkan para investor, pemilik perusahaan sekuritas, dan lain
sebagainya dapat memasyarakatkan penggunaan Economic Value
Added (EVA) ini dalam menilai kinerja perusahaan. Khususnya untuk
penciptaan nilai perusahaan.
b. PT.Bank Danamon Indonesia Tbk, diharapkan dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) pada masa
mendatang, agar para investor selalu dapat menanamkan modalnya di
perusahaan.
21
c. Diharapkan agar manajemen PT. Bank danamon Indonesia Tbk selalu
berusaha meningkatkan kinerja perusahaan karena dilihat bahwa hasil
perhitungan EVA dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan.
d. Manajemen perlu selalu meningkatkan kualitas perusahaan, serta
dapat mengelola keuangan sebaik mungkin agar perusahaan tetap
dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 1999, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi 3, Yogyakarta,
BPFE, 346 halaman.
Bambang Riyanto, 1997, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta, BPFE, 400
halaman.
Brigham, F. Eugene and Gapenski C, Louis, 2000, Financial Management theory and
Practice, Eight edition, USA, The Dry Press, 855 halaman.
Gitman, J. Lawrence, 2001, Principles of Managerial Finance, Eight edition, New York,
Harper Collins Publisher, 313 halaman.
Siamat Dahlan,1999, Manajerial Lembaga Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta,
Intermedia, 466 halaman.
Sutrisno, 2000, Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta,
Ekonesia, 218 halaman.
Syafaruddin Alwi, 1999, Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Edisi revisi,
Yogyakarta, Andi Offset, 319 halaman.
Timothy J. Gallaher and Yoeseph D. Andrew Jr, 2000, Financial Management Principles
and Practice, USA, Prentise Hall, 725 halaman.
Weston, J. Freud, 1999, Manajemen Keuangan, Jakarta, Erlangga, 659 halaman.
http://www.bankdanamon.com
http://www.jsx.co.id
http://www.pajak.co.id
22
PENGARUH PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENGGUNA
PT INDONESIA AIRASIA
Ajoe Kartika Mastaka
(Dosen Sekolah Tinggi Manajemen LABORA)
Abstrak
Masalah pemasaran merupakan faktor penting bagi perusahaan, baik itu
perusahaan barang maupun jasa. Agar mendapatkan konsumen,
perusahaan harus mampu memasarkan produknya semaksimal mungkin
pada sasaran konsumen yang tepat serta dapat memanfaatkan setiap
peluang yang ada, karena sukses tidaknya tujuan perusahaan tergantung
pada keahlian mereka, baik dalam mengelola manajemen maupun
sumber daya yang ada, seperti dalam bidang pemasaran, persaingan
harga, kualitas dan kuantitas produk, efisiensi dalam menghasilkan
produk, kualitas pelayanan, dan saluran pendistribusiannya.
Berdasarkan analisa data dan pembahasan pengaruh promosi dalam
usaha meningkatkan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia, maka
dapat disimpulkan bahwa dengan menghadapi persaingan yang semakin
ketat, pelaksanaan kegiatan promosi yang telah ada perlu mendapatkan
perhatian yang lebih besar sehingga dapat lebih menarik perhatian
konsumen. Dari hasil tersebut maka penulis menyimpulkan jawaban atas
tujuan penelitian ini. Antara lain PT Indonesia AirAsia dalam mottonya
yaitu “Now Everyone Can Flay” sudah dapat memenuhinya dengan
konsep low cost carriernya dan dapat disebut berhasil .
PENDAHULUAN
1.1 Masalah
Saat ini perkembangan dan persaingan perusahaan sangat ketat,
suatu perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan suatu produk
saja, tetapi dituntut agar dapat memasarkan hasil produknya tersebut
kepada konsumen. Agar mendapatkan konsumen, perusahaan harus
mampu memasarkan produknya semaksimal mungkin pada sasaran
konsumen yang tepat serta dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada,
karena sukses tidaknya tujuan perusahaan tergantung pada keahlian
23
mereka, baik dalam mengelola manajemen maupun sumber daya yang
ada, seperti dalam bidang pemasaran, persaingan harga, kualitas dan
kuantitas produk, efisiensi dalam menghasilkan produk, kualitas
pelayanan, dan saluran pendistribusiannya.
Masalah pemasaran merupakan faktor penting bagi perusahaan,
baik itu perusahaan barang maupun jasa. Berbicara mengenai pemasaran
sudah pasti sangat erat kaitannya dengan variabel-variabel pemasaran
yang mencakup produk, harga, promosi, dan saluran distribusi. Di mana
setiap perusahaan dapat menyesuaikan dan mengkoordinasikan setiap
unsur-unsur tersebut dengan sebaik-baiknya, yang bertujuan agar dapat
meningkatkan laba dan dapat menghasilkan suatu kinerja yang optimal
bila dirangkai dalam suatu sistem yang disesuaikan dengan
perkembangan pasar saat ini.
Dengan adanya pengaruh yang diberikan melalui promosi
penjualan, maka memungkinkan konsumen untuk setia. Berdasarkan hal
tersebut jelaslah bahwa jika kegiatan promosi kurang diperhatikan, maka
akan berdampak kepada kesulitan konsumen untuk memperoleh
informasi mengenai produk dan tentang perusahaan itu sendiri. Apabila
hal ini dibiarkan maka akan berdampak kepada penjualan produk yang
semakin menurun dan juga akan menurunkan laba perusahaan.
PT Indonesia AirAsia yang sudah lama bergerak pada bidang
perjalanan pesawat udara (airlines), tidak ingin kehilangan pasar yang
disebabkan karena merosotnya daya beli konsumen. Dalam menjalankan
usahanya perusahaan memiliki suatu keinginan untuk memenuhi
kepuasan konsumen baik dalam hal kualitas produk, kualitas pelayanan
dan harga yang terjangkau. Untuk memenuhi hal tersebut biasanya
perusahaan membutuhkan media, dimana media ini berfungsi sebagai
media yang digunakan oleh perusahaan adalah media promosi.
Dengan berbagai uraian di atas tersebut penulis menarik suatu
permasalahan dengan judul “Apakah promosi berpengaruh terhadap
jumlah pengguna PT Indonesia AirAsia ?”
1.2 Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian di perusahaan ini, penulis mempunyai
tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk memberikan bukti empiris sampai sejauh mana pengaruh biaya
promosi terhadap jumlah pengguna PT Indonesia AirAsia.
24
2. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh biaya
promosi yang dilakukan oleh PT Indonesia AirAsia dalam usahanya
untuk mencapai mottonya yaitu “Now Everyone Can Fly”.
1.3 Kerangka Teoritis
1.3.1 Gambaran Umum Pemasaran dan Pengertian Pemasaran
Kemajuan zaman yang seiring dengan persaingan dunia bisnis dan
perkembangan teknologi, akan menimbulkan masalah dan menciptakan
kesempatan baru. Hal ini menyebabkan semakin menarik dan pentingnya
pengetahuan pemasaran bagi setiap perusahaan, karena pemasaran
merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh
perusahaan dalam usahanya untuk dapat bertahan di tengah siatuasi dan
kondisi perekonomian seperti sekarang ini, untuk berkembang dan untuk
mendapatkan laba.
Definisi pemasaran bukan hanya berarti penjualan atau periklanan
saja, tetapi pemasaran terdiri dari serangkaian prinsip untuk memilih
pasar sasaran, mengevaluasi keinginan dan kebutuhan konsumen,
menentukan serta mengembangkan barang atau jasa pemuas keinginan,
memberikan nilai kepada konsumen yang akhirnya akan mendatangkan
laba bagi perusahaan. Sehingga pemasaran lebih berurusan dengan
konsumen dibandingkan fungsi bisnis lainnya. Memahami, menciptakan,
mengkomunikasikan, memberi nilai dan kepuasan konsumen adalah inti
pemikiran dan praktek pemasaran modern.
Definisi singkat pemasaran adalah proses pemberian kepuasan
kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran yang
utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang
unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan
kepuasan.
Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen akan menimbulkan
respon posistif berupa terjadinya pembelian ulang dan menganjurkan
konsumen lain agar membeli produk yang sama. Keuntungan berlipat
ganda akan diperoleh perusahaan, melalui penyebaran informasi positif
dari konsumen satu kepada konsumen lainnya.
Pengertian tentang pemasaran dapat diketahui dari definisi yang
dikemukakan oleh Basu Swastha dan Irawan sebagai berikut :
“Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
25
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial”.
Philip Kotler, dalam bukunya manajemen pemasaran
mengemukakan “Pemasaran adalah proses sosial ynag didalamnya
indivdu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.”
Pada dasarnya teori dan praktek pemasaran mulai berkembang dari
penjualan fisik, tetapi kecenderungan besar bahwa pemasaran tidak
terlepas dari adanya jasa. Lovelock mengemukakan “Pemasaran jasa
adalah bagian dari sistem jasa keseluruhan dimana perusahaan tersebut
memiliki semua bentuk-bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai dari
pengiklanan hingga penagihan”.
Sedangkan pengertian manajemen pemasaran menurut William S.
Stanton; “Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
kepada pembeli yang potensial.”
Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dasar dari pemasaran adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan
individu serta kelompok, yang bertujuan untuk memahami dan
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen secara lebih baik,
sehingga produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan tersebut.
1.3.2 Strategi Pemasaran dan Strategi Bauran Pemasaran
Strategi merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi
perubahan dan perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi di masa
mendatang. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang
diambil akan bersifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka yang
akhirnya mengabaikan keputusan yang lain. Sehingga kemungkinan
besar perusahaan akan mengambil cara-cara yang ekstrim untuk
menghindari kerugian atau untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Oleh karena itu perusahaan perlu menetapkan strategi besar
atau Grand Strategy, dan strategi inti atau Core Strategy. Jika strategi
besar ini sudah benar diharapkan kegiatan pemasaran perusahaan dapat
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perusahaan
akan dapat menguasai market share yang luas ataupun market position
yang mantap.
26
Sofjan Assauri, dalam bukunya Manajemen Pemasaran
menerangkan definisi strategi pemasaran sebagai berikut : “Strategi
pemasaran adalah suatu himpunan asas yang tepat, konsisten dan layak
dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang dituju
(terget market) dalam jangka panjang dan tujuan perusahaan dalam
jangka panjang (objektives), dalam situasi persaingan tertentu.”
Sedangkan definisi strategi pemasaran menurut Fandy Tjiptono:
“Strategi pemasaran adalah alat fundamental yang direncanakan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggualan
bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program permasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran
tersebut”.
Setelah mendesain pasar sasaran dan strategi pemasaran untuk
bersaing secara keseluruhan yang telah ditentukan melalui riset
pemasaran, langkah selanjutnya adalah bagaimana caranya perusahaan
agar dapat mempengaruhi konsumennya merupakan hal yang
memerlukan perencanaan dan pengawasan yang matang serta perlu
dilakukan tindakan-tindakan kongkrit dan terprogram. Untuk keperluan
tersebut pengusaha dapat melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan produk, harga, promosi dan distribusi. Perpadauan keempat hal
itu merupakan senjata bagi perusahaan dalam memasarkan produknya
atau melayani konsumennya. Senjata tersebut biasanya disebut sebagai
“Bauran Pemasaran” atau “Marketing Mix.”
Pengertian Marketing Mix menurut Basu Swastha dalam bukunya
Azas-azas Marketing adalah sebagai berikut : “Marketing mix adalah
kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi dan
sistem distribusi”. Sedangkan Sofjan Assauri berpendapat sebagai
berikut : “Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan
yang merupakan inti dari sistem pemasaran; variabel mana dapat
dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli
atau konsumen.”
Marketing Mix terdiri dari himpunan variabel yang dapat
dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi
tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel tersebut
dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin
dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Dengamn demikian
perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang
terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasi berbagai variabel
27
marketing mix tersebut untuk melaksanakan program pemasaran secara
efektif.
Menurut Basu Swastha strategi pemasaran dibagi menjadi lima
macam yaitu:
1) Strategi Produk
Di dalam strategi produk, sangat berbahaya bagi perusahaan bila
hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk
mempertanhankan dan meningkatkan penjualan dan pangsa pasarnya.
Perusahaan perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan
produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat
memberikan daya guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih
besar.
Produk yang dimaksud adalah barang dan jasa yang dihasilkan untuk
digunakan oleh para pemakai guna memenuhi kebutuhan dan
memberikan kepuasannya serta menghemat waktu kerja. Faktor-faktor
yang terkandung dalam suatu produk antara lain: mutu (quality),
penampilan (features), pilihan yang ada (option), gaya (styles), merek
(brand names), pengemasan (packaging), ukuran (size), jenis (produk
lines), macam (product items), jaminan (warranties), negara asal (country
of origin) dan pelayanan (services).
Di dalam Marketing Mix, strategi produk merupakan unsur yang sangat
penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasarn lainnya.
Pemilihan jenis produk yang dihasilkan dan dipasarkan akan menentukan
kegiatan promosi yang dibutuhkan, penentuan harga, maupun cara
penyalurannya.
2) Strategi Harga
Penetapan harga barang dan jasa merupakan strategi kunci dalam
berbagai perusahaan. Harga mempengaruhi kinerja perusahaan dan juga
sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan penentuan posisi suatu
merek. Pengusaha perlu memikirkan tentang penetapan harga jual
produknya secara tepat. Karena tidak tepat akan berakibat tidak menarik
para pembeli untuk membeli barang tersebut. Oleh karena itu penentuan
harga jual haruslah dipikirkan baik-baik.
Peran harga dalam strategi pemasaran tergantung pada pasar sasaran,
produk dan distribusi yang dipilihnya. Mutu dan ciri produk, tipe saluran
distribusi, para pengguna akhir yang dilayani, dan fungsi-fungsi
perantara, semua membantu penetapan tarif harga. Keputusan penetapan
harga harus dikoordinasikan dengan keputusan-keputusan lain dalam
program pemasaran.
28
3) Strategi Promosi
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila
konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa pruduk
itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan membelinya.
Strategi pemasaran menghubungkan personal selling, advertising, sales
promotion, dan publication menjadi suatu program terpadu untuk
berkomunikasi dengan para pembeli dan orang lain dan mempengaruhi
keputusan pembeli. Fungsi promosi dalam Marketing Mix adalah untuk
mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap konsumen.
Tanggung jawab pemasaran yang penting adalah merencanakan dan
mengkoordinasikan strategi promosi terpadu dan memilih strategi untuk
komponen-komponen promosi.
4) Strategi Distribusi
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga
penggunaannya sesuai dengan jumlah, jenis, harga, tempat, dan saat
dibutuhkan.
5) Bauran Harga
Logika penetapan harga harus dimodifikasi jika produk tersebut
merupakan bagian dari bauran produk. Dalam hal ini, perusahaan
mencari satu set harga yang memaksimumkan laba keseluruhan bauran
produk.
Penetapan harga sangat sulit karena berbagai produk memiliki
permintaan dan biaya yang saling terkait dan dipengaruhi berbagai
tingkat persaingan. Kita dapat membedakan enam situasi yang
melibatkan penetapan harga bauran produk : penetapan harga line produk
(product line pricing), penetapan harga feature pilihan (optional feature
pricing), penetapan harga produk pelengkap (capture product pricing),
penetapan harga dua bagian (two part pricing), penetapan harga produk
sampingan (by product pricing), dan penetapan harga bundel-bundel
produk (product bundling pricing).
1.3.3 Pengertian Promosi
Promosi sebagai salah satu variebel dalam bauran pemasaran
(marketing mix) yang juga sangat penting dilakukan oleh perusahaan
dalam memasarkan produknya yang pada akhirnya menjadi faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran.
29
Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi
antara perusahaan dengan konsumennya, melainkan juga sebagai alat
untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian atau
penggunaan produknya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
Adapun kunci sukses promosi terletak pada kemampuan kreatif untuk
menciptakan strategi promosi yang tepat guna yaitu dengan
menggabungkan kemampuan analisis dengan kreatifitas, sehingga
diharapkan dapat menciptakan citra yang positif di mata konsumen baik
untuk barang atau jasanya, maupun bagi perusahaan itu sendiri.
Secara garis besar pengertian promosi adalah suatu kegitatan untuk
mempengaruhi minat seseorang. Tetapi pengertian ini masih bersifat
umum, pengertian yang lebih khusus seperti yang dikemukakan oleh
Basu Swastha dan Irawan adalah sebagai berikut : “Promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran serta untuk mendorong permintaan”.
Pada hakekatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran, adapun yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah
aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal
pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Komunikasi yang efektif dapat merubah tingkah laku, atau
memperkuat tingkah laku yang sudah diubah sebelumnya, proses adopsi
sangat berkaitan dengan masalah komunikasi yang efektif karena
menyangkut keputusan menerima atau adopsi atau menolak produk, ide
dari pihak konsumen. Proses adopsi yang dilakukan oleh individu
melalui bebrapa tahap, yaitu : kesadaran, minat, evaluasi, percoban,
keputusan dan konfirmasi.
Oleh karena itu promosi yang dilakukan perusahaan dapat
diarahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap pembeli
agar bersedia menggunakan produk yang ditawarkan. Dapat pula
perusahaan mengadakan promosi lanjutan untuk meningkatkan pembeli
tentang pengalamannya yang baik sehingga dapat membantu dalam
mengkonfirmasikan keputusan.
Unsur pokok proses komunikasi pemasaran atau promosi, yaitu :
pelalu komunikasi yang terdiri dari pengirim atau komunikator pesan dan
penerima pesan. Material komunikasi diantaranya gagasan, pesan, media,
reaksi penerima, umpan balik dan gangguan saat proses komunikasi.
30
Proses komunikasi meliputi penyampaian pesan maupun pengiriman
kembali respon melalui kegiatan mengirim dan menerima.
1.3.4 Tujuan Promosi
Tujuan utama dari promosi adalah memodifikasi tingkah laku,
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen sasaran
tentang perusahaan dan bauran pemasaran. Dan secara rinci tujuan
promosi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Modifikasi tingkah laku
Orang-orang yang melakukan komunikasi itu mempunyai beberapa
alasan, antara lain: mencari kesenangan, mencari bantuan, memberikan
pertolongan atau instruksi, memberikan informasi, mengemukakan ide
dan pendapat. Sedangkan promosi dari segi lain, berusaha menambah
tingkah laku dan pendapat, dan memperkuat tingkah laku yang ada.
Penjual sebagai sumber selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang
dirinya (promosi kelembagaan) atau mendorong pembelian barang dan
jasa perusahaan.
2. Menginformasikan
Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang
dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi
umumnya lebih sesuai dilakukan pada tahap-tahap awal didalam siklus
kehidupan produk. Kiranya hal ini merupakan masalah penting untuk
meningkatkan permintaan primer. Sebagian orang tidak akan membeli
barang atau jasa sebelum mereka mengetahui produk tersebut dan apa
kegunaannya. Promosi yang bersifat informatif ini juga penting bagi
konsumen karena dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk
membeli.
3. Membujuk
Promosi yang bersifat membujuk umunya kurang disenangi oleh
sebagian masyarakat, namun kenyataannya sekarang ini justru yang
banyak muncul adalah promosi yang bersifat persuasif. Promosi
demikian ini terutama diarahkan untuk mendorong pembelian. Sering
perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya tetapi lebih
mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan
agar dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku
pembeli. Promosi yang bersifat persuasif ini akan menjadi dominan jika
produk yang bersangkutan mulai memasuki tahap pertumbuhan di dalam
siklus kehidupannya.
4. Mengingatkan
31
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk
mempertahankan merek produk dihati masyarakat dan perlu dilakukan
selama siklus pendewasaan di dalam siklus kehidupan produk. Ini berarti
pula perusahaan berusaha untuk paling tidak mempertahankan pembeli
yang ada.
Dengan demikian promosi berkaitan dengan upaya untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk atau jasa
perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin,
kemudian akhirnya membeli dan selalu ingat akan produk atau jasa
tersebut.
1.3.5 Strategi Promosi
Pentingnya promosi saat ini makin disadari terutama dengan adanya
persaingan dalam dunia usaha dimana kekuatan pasar berada ditangan
konsumen. Ruang lingkup kegiatan promosi sangat dipengaruhi dari
tehnik yang dilakukan dalam mempromosikan produk atau jasanya.
Stratgei promosi adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa akan
datang, mencakup perencanaan, implementasi, dan pengendalian
komunikasi untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Strategi
promosi berkaitan dengan komunikasi kepuasan potensial konsumen
yang bersedia dengan sasaran sebagai hasil dari strategi produk, harga,
dan distribusi. Oleh karena itu, tanggung jawab pemasaran yang
terpenting adalah merencanakan dan mengkoordinasikan strategi
promosi terpadu dengan memilih variabel promosi yang tepat guna.
Untuk mengembangkan strategi promosi terpadu yang efektif maka
perusahaan harus melakukan suatu program dengan memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan Khalayak Sasaran
Menentukan khalayak sasaran yang mungkin adalah calon pembeli
potensial atau para pengguna yang ada sekarang, orang yang membuat
keputusan membeli atau orang yang mempengaruhi pembelian, khalayak
sasaran bisa merupakan individu, kelompok, publik khusus atau publik
umum.
b. Menentukan Tujuan Promosi
Perusahaan menentukan tanggapan apa yang dikehendaki, dengan
menetapkan tujuan promosinya apakah untuk menciptakan kesadaran,
pengetahuan, kesukaan, preferensi, keyakinan dan pembelian.
c. Merancang pesan
32
Mengembangkan pesan-pesan yang efektif. Idealnya pesan harus
memperoleh perhatian, mempertahankan minat, membangkitkan hasrat,
menghasilkan tindakan, dan menciptakan keputusan
d. Menyeleksi Saluran Komunikasi
Pemilihan saluran komunikasi yang efektif untuk menyampaikan
pesan. Dalam hal ini bisa berupa komunikasi personal atau komunikasi
non personal
e. Menetapkan Anggaran Promosi Total
Saluran komunikasi yang digunakan harus disesuaikan dengan budget
yang dimiliki perusahaan, ini dikarenakan dengan adanya promosi
diharapkan akan meningkatkan laba dan bukan sebaliknya perusahaan
akan mengalami kerugian karena biaya promosi yang terlalu tinggi.
f. Menentukan Bauran Promosi
Perusahaan menentukan alat promosi apa yang digunakan, tentunya
disesuaikan dengan produk atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan.
g. Mengukur Hasil Promosi
Membandingkan antara promosi yang telah diimplementasikan
dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya untuk mengukur efektifitas
dampaknya pada khalayak sasaran.
h. Mengelola dan Memodifikasikan Bauran Promosi
Mengkombinasikan alat-alat promosi secara seksama ke dalam sebuah
bauran promosi dan perusahaan mengarah pada penerapan konsep
promosi yang terkoordinasi.
1.3.6 Bauran Promosi (Promotion Mix)
Secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama,
tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas
khusunya atau sering disebut bauran promosi (promotion mix). Definisi
bauran promosi yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong sebagai
berikut; “Promotion Mix adalah total sebuah perusahaan terdiri dari
ramuan khusus pemasangan iklan, penjualan personal, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, dan alat-alat pemasaran langsung yang
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasangan
iklan dan pemasaran.
Dalam menentukan strategi bauran promosi yang tepat bagi
perusahaan. Pemasar harus memahami terlebih dulu kelima komponen
dalam bauran promosi, seperti yang dijelaskan oleh C.M. Lingga
Purnama :
33
a. Periklanan (Advertising)
Merupakan suatu bentuk presentasi non personal atau massal dan
promosi ide, barang, dan jasa dalam media massa yang dibayar oleh
suatu sponsor tertentu. Keuntungan dari periklanan adalah rendahnya
biaya dalam tiap pemunculan iklan, media yang bervariasi, (surat kabar,
majalah, televisi, radio dan sebagainya), adanya kemempuan
mengendalikan tiap pemunculan iklan, isi pesan yang konsisten.
Sedangkan kerugian periklanan adalah tidak terjadinya interaksi secara
langsung dengan pembeli dan mungkin saja tidak berhasil menarik
perhatian pemirsa.
b. Penjualan Personal (Personal Selling)
Penjualan personal atau penjualan pribadi ini merupakan suatu bentuk
interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk
melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan. Alat
ini dianggap yang paling edektif dalam biaya pada tahapan lebih lanjut
dalam proses pembelian, terutama dalam membangun preferensi,
keyakinan, dan tindakan pembeli. Selain itu alat ini mempunyai kekuatan
unik lainnya yaitu wiraniaga dapat mengumpulkan pengetahuan tentang
pasar dan mendapatkan umpan balik dari pasar.
c. Promosi Penjualan (Sales Promotioan)
Promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek dalam aktivitas
promosi dalam merangsang pembelian suatu produk dengan cara yang
bervariasi, seperti pameran dagang, insentif penjualan, kupon dan
sebagainya.
d. Publisitas dan Hubungan Masyarakat (Publicity and Public Relation)
Publisitas dan hubungan masyarakat merupakan stimulasi non
personal terhadap permintaan barang, jasa, dan sebagainya dengan berita
komersil yang berarti dalam media massa dan tidak dibayar untuk
mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau produk
individualnya.
e. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung merupakan bentuk promosi dengan
menggunakan surat, telepon, faximile, e-mail, dan penghubung non
personal lainnya untuk berkomunikasi langsung dengan atau
mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu atau calon
pelanggan. Pemasaran langsung dapat memberikan banyak manfaat bagi
para pelanggannya, serta konsumen dapat melakukan belanja secara
34
kompertif dengan membuka-buka katalog dan layanan belanja on-line,
dan dapat memesan barang untuk mereka sendiri atau orang lain.
1.3.7 Pengertian Jasa dan Karakteristik Jasa
a. Pengertian Jasa
Pada dasarnya tidak ada definisi luas tentang jasa yang digunakan oleh
para pemasar. Kenyataannya memang sulit diketahui tentang batas-batas
yang jelas antara organisasi dan unit usaha yang menjadi bagian bagi
penyelur barang dengan organisasi yang menawarkan barang dan jasa.
Tetapi definisi jasa menurut Philip Kotler; “Jasa adalah setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud atau tidak dikaitkan dengan suatu
produk fisik.
b. Karakteristik Jasa
Jasa memiliki empat karakteristik yang sangat mempengaruhi
rancangan program pemasaran:
1) Tidak berwujud (intangibility),
Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,
didengar atau dicium, sebelum jasa itu dibeli.
2) Tidak terpisahkan (Inseparability),
Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak
seperti produk fisik yang yang diproduksi, disimpan, didistribusikan
melewati berbagai penjual, lalu baru dikonsumsi.
3) Bervariasi (variability),
Jasa memiliki sifat yang sangat bervariasi, karena tergantung pada
siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa diberikan.
4) Mudah lenyap.
Sifat jasa itu mudah lenyap, tetapi tidak masalah sepanjang
permintaan tetap.
1.3.8 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dari pengertian
tersebut, kepuasan merupakan fungsi dari kesan kerja dan harapan. Jika
kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja
memenuhi harapan, pelanggan puas dan jika kinerja melebihi harapan
maka pelanggan amat puas.
35
Perusahaan yang sukses harus dapat memuaskan konsumen mereka.
Dengan kata lain, konsumen yang tidak puas akan mempengaruhi bisnis
secara negatif. Pemuasan konsumen harus disertai dengan pemantauan
terhadap kebutuhan dan keinginan mereka, untuk mengidentifikasikan
atribut produk dan dukungan pelayanan yang dianggap penting oleh para
pembeli pada saat mereka membeli dan menggunakan produk tersebut
merupakan tujuan manajemen. Diantaranya sistem pengiriman, performa
produk atau jasa, citra atau merek perusahaan, hubungan harga dengan
nilai, kinerja atau prestasi, dan persaingan.
1.3.9 Hubungan Promosi Terhadap Jumlah Pengguna Jasa
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa program promosi
dirancang untuk menghasilkan tindakan yang cepat dan tepat sasaran.
Promosi berkontribusi dalam membangun kesadaran, sikap yang
menguntungkan terhadap suatu produk dan penggunaannya terutama
untuk mencapai tingkat penjualan serta pengaruhnya terhadap jumlah
pengguna jasa yang dihasilkan atau didapatkan perusahaan.
Cukup jelas bahwa hubungan promosi dengan jumlah pengguna
jasa perusahaan sangat erat, komponen itu saling mempengaruhi dimana
kegiatan promosi bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengguna jasa
dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung maupun
tidak langsung. Salah satu usaha dalam bidang pemasaran untuk
meningkatkan jumlah pengguna jasa adalah dengan cara melaksanakan
promosi yang baik dan tepat sesuai dengan tujuan perusahaan.
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian adalah metode atau tehnik yang digunakan dalam
melakukan penarikan sampel (sampling tehnik), pengunpulan data
menentukan alat analisis dan cara membuktikan hipotesis.
Perhatian dan pengamatan terhadap fakta-fakta akan memunculkan
berbagai macam pernyataan, sehingga akan menghasilkan jawaban yang
memerlukan sebuah solusi. Pengamatan terhadap fakta, identifikasi
masalah, dan usaha untuk menjawab masalah dengan menggunakan
pengetahuan, merupakan esensi dari kegiatan penelitian.
Untuk memecahkan masalah pokok yang dihadapi, maka dalam
melakukan penelitian dikumpulkan data yang dapat mendukung
penelitian. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder, yaitu :
36
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh penulis yang meliputi situasi dan kondisi operasional dan
pemeliharaan serta sumber daya manusia yang berkaitan dengan objek
penelitian dan harus diolah lebih lanjut.
2) Data Sekunder
Data yang ada, yaitu merupakan hasil olahan dari operasional yang
harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan data sekunder berupa :
a) Biaya-biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia Air Asia
b) Data jumlah pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight).
c) Buku, literatur yang tersedia melalui studi kepustakaan dan
dokumentasi, dan juga penelitian secara langsung yaitu wawancara.
2.2 Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel adalah suatu cara yang digunakan
dalam mengambil suatu sampel. Pengambilan sampel adalah sebagai
suatu pertimbangan efisiensi dan mengarah kepada sentralisasi
permasalahan, dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya.
Pengambilan sampel yang baik yaitu yang tepat, merupakan langkah
awal keberhasilan suatu penelitian karena menghasilkan temuan-temuan
yang memenuhi sasaran.
Dalam penelitian ini digunakan tehnik pengambilan sample berupa
metode non-probalilitas dengan jenis Purposive Sampling yaitu tehnik
pemilihan sample dengan kemungkinan adanya tujuan tertentu, di mana
ukuran sampling tidak diperhitungkan.
Dalam penelitian ini ditentukan sample penelitian yaitu data dari
keseluruhan biaya promosi dan data jumlah pengguna jasa PT Indonesia
AirAsia yang dikelompokkan perbulan (Januari sampai Juli) tahun 2008,
untuk jumlah pengguna jasa hanya domestic flight
2.3 Tehnik Analisa Data
Tehnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dan kuantitatif deskriptif, adalah metode dengan
menganalisa data dan angka-angka sesuai dengan isinya. Tujuannya
adalah untuk mengklarifikasi sehingga di dapat interpretasi tentang arti
dari data tersebut.
Dalam penelitian ini tehnik analisa data yang digunakan adalah :
37
1) Analisa Koefisien Korelasi
Analisa koefisien korelasi adalah salah satu tehnik statistik yang
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang sifatnya
kuantitatif. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada
variabel yang satu akan diikuti oleh perubahan pada variabel yang lain
secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah yang
berlawanan.
Dari analisa tersebut dapat diperoleh suatu hasil yang berupa angka,
baik positif maupun negatif. Apabila hasil dari analisa tersebut positif,
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel X yaitu biayabiaya promosi dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008 yang
dikeluarkan PT Indonesia AirAsia, dan variabel Y yaitu jumlah
pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight), juga positif.
Analisa koefisien korelasi menurut J. Supranto, dapat dihitung dengan
metode least square, yaitu dengan Pearson Product Moment dengan
rumus sebagai berikut :
n (Σ Xi Yi ) – (Σ Xi ) (Yi )
r=
√n Σ Xi2 – (Σ Xi )2 - √ n (Σ Yi2 ) – (Σ Yi)2
Jika r = koefisien korelasi, nilai r dapat dinyatakan sebagai berikut :
1≤r≤1,
dimana :
r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan
sangat kuat dan positif).
r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negatif (mendekati –1,
gubungan sangat kuat dan negatif).
r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali/tidak ada hubungan sama sekali.
2) Analisa Koefisien Penentu
Untuk menentukan besarnya kontribusi variabel X terhadap naik
turunnya variabel Y maka digunakan analisis koefisien penentu
(coefisien of determinant). Untuk menghitung koefisien penentu (KP)
digunakan rumus dari J. Supranto sebagai berikut :
KP = r2 x 100%
38
Hasil perhitungan KP, dapat digunakan untuk mengukur besarnya
pengaruh biaya-biaya promosi yang dikeluarkan PT Indonesia AirAsia
terhadap jumlah pengguna jasa PT Indoensia AirAsia (domestic flight),
serta untuk mengetahui besarnya faktor-faktor lain yang ikut
mempengaruhi peningkatan pengguna jasa tersebut. Hasil perhitungan
KP biasanya dalam bentuk prosentase.
3) Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu perkiraan yang mungkin
dianggap benar dan sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan penelitian lebih lanjut. Perkiraan atau anggapan tersebut bisa
salah, bisa juga benar, oleh karena itu apabila akan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan harus diuji terlebih dulu.
Hal itu sejalan dengan pendapat J. Supranto yang mengatakan suatu
hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat
dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang
diuji.
Agar hipotesis dapat diuji secara statistik, maka pengujian hipotesis
tentang rho (ρ), yaitu :
Ho : ρ = 0 (tidak ada hubungan antar X dan Y)
Ha : ρ > 0 (ada hubungan yang positif)
Ha : ρ < 0 (ada hubungan negatif)
Ha : ρ ≠ 0 (ada hubungan antara X dan Y)
Dalam pengujian hipotesis, ditentukan terlebih dulu besarnya α
(kesalahan jenis 1), yang sering disebut level of significance (level
tingkat nyata). Dalam penelitian ini Ha : ρ ≠ 0 (ada hubungan antar X
dan Y), kebiasaan di dalam dunia penelitian nilai α masing-masing
sebesar 0.05 atau 5%, dan menggunakan distribusi t sebagai uji
statistikanya, untuk menyelesaikan uji hipotesis tersebut digunakan
rumus dari J. Supranto yaitu:
r√n-2
t0 =
√ (1 – r2)
Apabila dari hasil perhitungan di atas di dapat nilai :
a) to > t tabel , maka hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif
diterima.
b) to < t tabel, maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis alternatif
ditolak.
39
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Promosi yang Dilakukan PT Indonesia AirAsia
Dalam melaksanakan strategi promosi bermacam-macam cara telah
dilakukan untuk tetap menjadi airlines terbaik dengan konsep low cost
carrier yang telah dicapai oleh PT Indonesia AirAsia sehingga secara
keseluruhan tujuan promosi yang ingin dicapai adalah untuk
meningkatkan jumlah pengguna jasa sesuai dengan mottonya yaitu :
“Now Everyone Can Fly”. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh
PT Indonesia AirAsia dalam melakukan promosi adalah sebagai berikut :
a. Advertising atau periklanan
Diarahkan untuk memberikan informasi tentang keberadaan kegiatankegiatan pemasaran kepada masyarakat, dilakukan melalui media
elektronik maupun media cetak. Dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Media Elektronik
a) Televisi
Perusahaan menggunakan stasiun televisi untuk kegiatan
periklanannya dengan tujuan menarik konsumen potensial untuk pasar
nasional sasarannya adalah masyarakat yang ada dikota-kota besar
sampai ke perkampungan
b) Internet
AirAsia juga memiliki website di www.airasia.com, semua jelas di
dalamnya dari profil perusahaan sampai promo yang ada saat ini. Melalui
www.airasia.com AirAsia juga menawarkan cara baru yang nyaman
dalam membeli kursi AirAsia, sehingga memudahkan calon pengguna
jasa untuk membooking tiket perjalanan dimana saja.
2) Media Cetak
Dalam memberikan promo yang berlaku PT Indonesia AirAsia juga
mengiklankannya di dalam media cetak dalam hal ini surat kabar. Dan
juga menggunakan poster atau billboard yang merupakan pemasangan
iklan pada tempat-tempat tertentu dan dirancang semenarik mungkin.
b. Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan promosi jangka pendek dalam
merangsang perhatian pengguna jasa ataupun calon pengguna jasa
terhadap produk perusahaan. Promosi penjualan yang dilakukan PT
Indonesia AirAsia dalam menjalankan dan memasarkan produk jasa
usahanya yaitu melalui :
40
1) Harga Khusus
Promosi terhadap harga khusus ini diberikan agar menarik minat calon
pengguna jasa pada saat-saat istimewa seperti liburan sekolah, hari-hari
raya dan tahun baru. Karena pada saat tersebut banyak calon pengguna
jasa yang ingin bepergian.
2) X-Press Boarding
Adanya layanan X-Press Boarding untuk pengguna jasa yang
menggunakannya akan diprioritaskan lebih, pertama kali masuk ke
dalam pesawat.
3.2 Penyajian Data
Pengaruh promosi terhadap jumlah pengguna jasa pada PT
Indonesia AirAsia dapat diketahui dengan menggunakan analisa
koefisien korelasi, analisa koefisien penentu, dan uji hipotetesis.
Data yang akan dianalisa dengan menggunakan formulasi tersebut
merupakan data utama dalam makalah ini. Data utama tersebut berhasil
dihimpun melalui dokumen-dokumen yang berasal dari bagian GSA
(Guest Service Assistant) dan analisa statistik untuk mengetahui sampai
seberapa jauh peranan kegiatan atau strategi promosi yang dilakukan
oleh PT Indonesia AirAsia yang mempengaruhi jumlah pengguna jasa
PT Indonesia AirAsia..
Sebelum analisa statistik dilakukan, terlebih dulu perlu dilihat
perkembangan biaya promosi dan perkembangan jumlah pengguna jasa
PT Indonesia AirAsia dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008.
Untuk lebih jelas penyajian data-data akan penulis uraikan dalam bentuk
tabel-tabel agar lebih mempermudah dalam melakukan analisa
perhitungan statistikal seperti berikut ini :
Tabel 3.1
Biaya Promosi PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008
(dalam Jutaam rupiah)
No.
Bulan
Biaya Promosi
1.
Januari
5,3
2.
Ferbuari
5,5
3.
Maret
5,5
4.
April
5
5.
Mei
5
6.
Juni
6
7.
Juli
5,5
(sumber : PT Indonesia AirAsia)
41
Tabel 3.2 (Domestic Flight)
Jumlah Pengguna Jasa PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tahun
Januari
Ferbuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Pengguna Jasa
59.826
63.615
71.034
55.422
50.136
87.072
53.258
(sumber : PT Indonesia AirAsia)
3.3 Analisa Data dan Pembahasan
3.3.1 Biaya Promosi
Biaya Promosi yang dikeluarkan oleh PT Indonesia AirAsia yang
dimaksud adalah total biaya dari seluruh kegiatan promosi yang disajikan
dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2008, seperti tertera pada
tabel 3.1.
3.3.2 Pengguna Jasa PT Indonesia AirAsia
Pengguna jasa PT Indonesia AirAsia adalah total dari seluruh
jumlah pengguna jasa yang disajikan dari bulan Januari sampai dengan
bulan Juli 2008 seperti tertera dalam tabel 3.2.
Tehnik analisis yang digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian
terdiri dari analisa koefisien korelasi, analisa koefisien penentu, dan uji
hipotesis. Adapun data hasil penelitian tersebut diuraikan tabel berikut:
Tabel 3.3
Lembar Kerja Perhitungan Koefisien Korelasi
PT Indonesia AirAsia Bulan Januari-Juli 2008
No.
1
2
3
4
5
6
7
N=7
X
5,3
5,5
5,5
5
5
6
5,5
ΣX=
37,8
Y
59.826
63.615
71.034
55.422
50.136
87.072
53.258
ΣY=
440.363
X2
28,09
30,25
30,25
25
25
36
30,25
Σ X2 =
204,84
Y2
3.579.150.276
4.046.868.225
5.045.829.156
3.071.598.084
2.513.618.496
7.581.533.184
2.836.414.564
Σ Y2 =
28.675.011.985
XY
317.077,8
349.882,5
390.687
277.110
250.680
522.432
292.919
Σxy=
2.400.788,3
(sumber : diolah oleh penulis)
42
Keterangan :
X adalah variabel bebas untuk biaya promosi
Y adalah variabel terikat untuk pengguna jasa
Dan didapatkan hasil sebagai berikut :
N=7 Σ X2 =204,84
ΣX=37,8
Σ Y2 =28.675.011.985
ΣY=440.363
Σxy=2.400.788,3
3.3.3 Analisa Koefisien Korelasi
Kemudian dari hasil perhitungan pada tabel diatas, penulis
masukkan kedalam rumus koefisien korelasi ( r ). Untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel, yaitu X dan Y, rumusnya adalah sebagai
berikut:
n (Σ X Y ) – (Σ X ) (Y )
r=
= 0,86
Dari perhitungan analisa koefisien korelasi diperoleh nilai r = 0,86.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan biaya promosi yang dikeluarkan
PT Indonesia AirAsia adalah sangat kuat dan positif terhadap jumlah
pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia.
Sifat hubungan kedua variabel tersebut searah, artinya apabila
terjadi kenaikan atau penurunan biaya promosi yang dikeluarkan PT
Indonesia AirAsia akan diikuti pula oleh kenaikan atau
penurunan.jumlah pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia.
3.3.4 Analisa Koefisien Penentu
Analisa koefisien penentu digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi dari variabel X terhadap naik turunnya variabel Y dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
KP = r2 x 100%
KP = (0,86) 2 x 100%
KP = 0,74 x 100%
KP = 74%
Dari hasil perhitungan KP tersebut dapat diketahui bahwa
kontribusi biaya promosi yang dikeluarkan perusahaan terhadap jumlah
pengguna jasa penerbangan di PT Indonesia AirAsia adalah sebesar 74%,
sedangkan sisanya 26% adalah kontribusi dari faktor-faktor lain di luar
kegiatan promosi yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
43
3.3.5 Pengujian hipotesis
Adapun fungsi uji hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hipotesis mengenai adanya hubungan antara biaya promosi
terhadap jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia diterima atau
ditolak.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
α = 0,05
tα = (n – 2)
t0,05 (7 – 2)
t0,05 (5) = 2,015
Setelah diketahui nilai r sebesar 0,86 dan n = 7, maka langkah
selanjutnya adalah memasukkan ke dalam rumus to hitung dengan rumus
uji statistik sebagai berikut :
r√n-2
to hitung =
√ 1 – (r) 2
0,86 √ 7 - 2
=
= 3,77
√ 1 – ( 0,86) 2
Setelah dilakukan perhitungan ternyata didapatkan hasil to hitung
3,77 dan t tabel 2,015. Oleh karena to = 3,77 > t0,05 = 2,015, berarti Ho
ditolak dan Ha diterima pada tingkat nyata sebesar 0,05 yang berarti ada
hubungan antara variabel X (biaya promosi) terhadap variabel Y (jumlah
pengguna jasa). Dengan demikian hipotesis yang penulis kemukakan
bahwa “ada pengaruh antara biaya promosi terhadap jumlah pengguna
jasa pada PT Indonesia AirAsia” dapat diterima.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan pengaruh promosi dalam
usaha meningkatkan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia, maka
dapat disimpulkan bahwa dengan menghadapi persaingan yang semakin
ketat, pelaksanaan kegiatan promosi yang telah ada perlu mendapatkan
perhatian yang lebih besar sehingga dapat lebih menarik perhatian
44
konsumen. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat
disimpulkan antara lain :
4.1.1 Dari perhitungan analisa koefisien korelasi diperoleh nilai r = 0,86.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan biaya promosi yang
dikeluarkan PT Indonesia AirAsia adalah sangat kuat dan positif
terhadap jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia. Sifat
hubungan kedua variabel tersebut searah, artinya apabila terjadi
kenaikan atau penurunan biaya promosi akan diikuti oleh kenaikan
atau penurunan jumlah pengguna jasa PT Indonesia AirAsia.
4.1.2 Dari hasil perhitungan KP dapat diketahui bahwa kontribusi biaya
promosi yang dikeluarkan perusahaan terhadap jumlah pengguna
jasa PT Indonesia AirAsia adalah sebesar 74%, sedangkan sisanya
26% adalah kontribusi dari faktor-faktor lain di luar kegiatan
promosi yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
4.1.3 Setelah dilakukan perhitungan ternyata didapatkan hasil to hitung
3,77 dan
t tabel 2,015. Oleh karena to = 3,77 > t0,05 = 2,015,
berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat nyata sebesar 0,05
yang berarti ada hubungan antara variabel X (biaya promosi)
terhadap variabel Y (jumlah pengguna jasa). Dengan demikian
hipotesis yang penulis kemukakan bahwa “ada pengaruh antara
biaya promosi terhadap jumlah pengguna jasa pada PT Indonesia
AirAsia” dapat diterima.
4.1.4 Dari hasil pengolahan data tersebut maka penulis menyimpulkan
jawaban atas tujuan penelitian ini. Antara lain PT Indonesia
AirAsia dalam mottonya yaitu “Now Everyone Can Flay” sudah
dapat memenuhinya dengan konsep low cost carriernya dan dapat
disebut berhasil
4.2 Saran
Dengan membandingkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan
selama ini, disertai data-data dan pembahasan di bab sebelumnya, maka
penulis memberikan pemikiran berupa saran-saran yang mungkin
berguna bagi perusahaan. Adapun saran-saran yang dapat diberikan
antara lain :
4.2.1 Agar manajemen PT Indonesia AirAsia mengevaluasi hasil
penelitian ini dan meneruskan strategi promosi yang sudah tepat,
antara lain dengan melakukan promosi melalui media elektronik
ataupun media-media lainnya yang mendukung peningkatan jumlah
pengguna jasa .
45
4.2.2 Dalam hal mendekatkan diri kepada konsumen diharapkan
perusahaan lebih meningkatkan pelayanannya dan membina
hubungan baik dengan para pelanggan.
4.2.3 Pendekatan konsumen baik yang sudah menjadi pelanggan maupun
yang belum menjadi pelanggan hendaknya dijalankan perusahaan
PT Indonesia AirAsia secara lebih intensif.
Konsep low cost carrier sangat menguntungkan perusahaan tetapi
diharapkan kualitas jasa yang ditawarkan juga harus lebih baik lagi,
seperti dalam hal boarding yang harus on time serta perawatan dan
keamanan pesawat yang juga harus diutamakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S Nitisemito, 2003. Marketing. Cetakan Kedelapan. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Basu Swastha 1993, Manajemen Penjualan, Penerbit BPFE UGM,
Yogyakarta, 327 halaman
Basu Swastha, DH. 2006. Azas-azas Marketing. Edisi Ketiga. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Buchori Alma, 2002, Manjemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi
Keempat, Alfa Beta : Bandung.
Cecep Hidayat, 1998, Manajemen Pemasaran, Cetakan Pertama Ipwi :
Jakarta.
Fandi Tjiptono, 2002, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 373 halaman
Gaspersz, Vincent, 1997, Manajemen Kualitas, Penerapan Konsepkonsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 429 halaman
Handi Irawan D. 2002, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Penerbit PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta, 300 halaman
Husein Umar, 2003, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Cetakan
ketiga, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 510
halaman
J. Supranto, 2000, Statistika Teori dan Aplikasi, Jilid satu, Edisi keenam,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 370 halaman
Kotler, Philip dan AB Susanto, 2000, Manajemen Pemasaran di
Indonesia, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Moenir, AS, 2001, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Salemba
Empat : Jakarta.
46
ANALISIS EKUITAS MERK (BRAND EQUITY) PRODUK
POCARI SWEET
Ahmad Yani dan Saradila Ainur Kayisah
(Dosen dan Mahasiswa Program Strata Satu STM LABORA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis brand equity (ekuitas
merk) terhadap produk Pocari Sweet. Pengukuran brand equity terdiri
dari 4 (empat) tahap, yaitu brand awareness, brand association, brand
perceived quality dan brand royalty. Data diperoleh dari 100 responden
yang diolah dengan menggunakan analisis deskriptip. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Variabel Brand Awareness dalam analisanya didapat responden yang
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek Pocari Sweat
merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu pada Posisi Top of
mind pocari(56%), dan melakukan Brand Recall pocari (56%), Brand
recognition pocari (4%), serta Brand Unaware pocari (0%). Variabel
Brand Association dalam analisanya didapat responden dalam ingatan
segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek Pocari
Sweat yang mencerminkan Asosiasi pocari (83%) dengan atribut ratarata yang mencerminkan 42,27% artinya bahwa assocation merk Pocari
Sweat sesuai di benak konsumen.Variabel Brand Perceived gunanya
untuk mengetahui Tingkat kepentingan Konsumen dan mengenai
persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut, Dari hasil analisis di atas
mencerminkan bahwa pengetahuan kualitas konsumen hanya sebatas
bada kualitas rasa, kemasan, harga, dan manfaat dengan nilai respon rata
53,44% menyatakan Baik dan sangat baik, namun untuk pengetahuan
terhadap kualitas produksi yaitu mengenai kualitas pengemasan 67%
menyatakan tidak tahu. Untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau
keterkaitan pelanggan pada sebuah merek pocari dinilai cukup banyak
konsumen yang setia terhadap pocari.
47
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Minuman kesehatan merupakan salah satu produk yang masih baru
dalam industri consumer goods di Indonesia. Produk ini mulai memasuki
pasar nasional pada tahun 1980-an.. Secara definisi, minuman kesehatan
terdiri dari tiga kelompok produk, yaitu minuman berenergi, minuman
isotonik, dan susu. Dilihat dari penetrasi produknya, minuman isotonik
masih memiliki penetrasi pasar yang paling sedikit dibandingkan dengan
jenis produk minuman dalam kemasan lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa masih sangat memungkinkan bagi produk minuman isotonik
untuk meningkatkan penetrasi pasarnya, dan masih memungkinkan pula
bagi para produsen-produsen baru untuk memasuki pasar minuman
isotonik.
Sampai saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar
minuman isotonik. Mulai dari Kino Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari
PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha Mitraharja, Vita Zone
dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat
dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin
pasar. Namun, seiring dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu
hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal beberapa merek saja yang
masih bertahan.
Berdasarkan hasil riset yang MARS Indonesia lakukan terhadap
beberapa merek di kategori ini, setidaknya ada dua merek yang bersaing
sangat ketat, yaitu sang pemimpin pasar Pocari Sweat dan merek yang
terus berusaha untuk menyalipnya yaitu Mizone. Selain inovasi produk
yang dilakukan Pocari Sweat sebagai pionir di industri minuman
isotonik, keunggulan yang tak kalah penting adalah kemampuan Pocari
Sweat dalam melakukan transfer knowledge mengenai manfaat minuman
isotonik sejak enam tahun lalu.
Jadi, sangat wajar bila konsumen masih banyak yang lebih percaya
terhadap merek Pocari Sweat. Lalu, bagaimana dengan Nu Green Tea?
Berdasarkan hasil riset pada tahun 2007, sebagian besar (51,9%) pasar
dikuasai Nu Green Tea dari ABC President. Kemudian posisi berikutnya
diraih Frestea Green (Coca-cola) dengan market share sebesar 22,5%,
Sosro Green Tea (16,8%), Zestea dari grup 2 Tang sebesar 8,6%, dan
Yeo’s sebesar 0,2%. Keunggulan yang dihadirkan Nu Green Tea mirip
dengan yang dimiliki oleh Pulpy Orange, yaitu cita rasa yang kuat
dengan lidah konsumen Indonesia yang memberikan kesan kesegaran
untuk produknya. Tanpa melupakan persepsi lifestyle yang ingin
48
diciptakan, Nu Green Tea terus melakukan transfer knowledge mengenai
berbagai manfaat dalam mengkonsumsi green tea dalam setiap iklaniklannya. Kembali ke Minute Maid Puply Orange dengan tag line-nya
Refreshingly Orange Suprisingly.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pocari Sweat di kenal dan menjadi kesadaran puncak pikiran ( Top of
mind ) di industri minuman isotonic.
b. Untuk mengetahui berbagai atribut yang berasosiasi dengan Pocari
Sweat.
c. Untuk mengetahui berbagai atribut dimensi kualitas yang telah
berkontribusi pada kepuasan kepada konsumen.
d. Untuk mengetahui komposisi persentase masyarakat yang
mengkonsumsi pocari sweat pada masing-masing tingkatan loyalitas
konsumen.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan manajemen khususnya manajemen pemasaran yaitu
mengenai ekuitas merek perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Merk
“Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari
produk pesaing.”
2.2. Konsep Ekuitas Merk
Aaker (1997) menyatakan ekuitas merek adalah “Seperangkat aset
dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek dan nama yang
menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa
kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan". Pendapat lainnya
Keller (1993) dalam Kim, dkk (2006) menyatakan bahwa ekuitas merek
dapat dipandang sebagai nilai tambah terhadap suatu produk.
49
Menurut Kotler, Sebuah merk memiliki ekuitas merk jika
konsumen lebih memilih suatu produck itu dari pada berbagai produk
lainnya, padahal produk itu mirip satu sama lain. Intinya konsumen
bersedia membayar lebih untuk suatu produk tersebut.
2.3. Kesadaran Merek
Menurut Aaker dalam Simamora (2001, hal: 74), kesadaran merek
untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu. mendefenisikan brand awareness
sebagai: “The ability of a potential buyer to recognize or recall that a
brand is number of a certain product category".
2.4. Asosiasi Merk ( Brand Association )
Menurut Durianto dkk (2001 hal: 69), asosiasi merek merupakan
segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di benak
seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.
2.5. Kesan Kualitas Merek (Brand Perceived Quality)
Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan atas atribut yang
dianggap penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007 hal: 147).
Simamora (2001 hal: 78) menyatakan bahwa persepsi kualitas adalah
persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau
jasa layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk2 lain.
2.6. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Pengertian loyalitas merek (Rangkuti, 2004) adalah ukuran dari
kesetiaan konsumen terhadap suatu merek, karena loyalitas adalah inti
dari brand equity dan selalu menjadi gagasan sentral dalam pemasaran.
Peningkatan loyalitas akan mengurangi kerentanan pelanggan dari
serangan kompetitor, sehingga dapat dipakai sebagai indikator tingkat
perolehan laba mendatang, karena loyalitas merek dapat diartikan
penjualan di mesa depan. Adapun tingkatan loyalitas merek tersebut
menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001 hal: 19), adalah sbb.:
a. Switcher (Berpindah-pindah)
b. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)
c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
d. Likes The Brand (Menyukai merek)
e. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten)
50
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui penelusuran data
kepada pihak perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan merk Pocari Sweet.
Selain itu data Primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada
responden atau dengan menggunakan kuesioner.
3.2. Analisis Ekuitas Merk
a. Yang pertama Variabel Profil Responden yang di bagi menjadi 2 yaitu
Demografis dan geografis, gunanya adalah untuk mengetahui Latar
belakang responden, mulai dari Nama, Umur, jenis kelamin, Latar
belakang Pendidikan dan pekerjaan, Serta geografis tempat tinggal
responden.
b. Yang kedua Variabel Brand Awareness yang gunanya mengetahui
apakah responden mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek
Pocari Sweat merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu
minuman Isotonik.
c. Variabel Brand Association gunanya untuk mengetahui segala hal
yang berkaitan tentang merek dalam ingatan segala kesan, Pencitraan,
dan Posisioning yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan
ingatannya mengenai suatu merek Pocari Sweat.
d. Variabel Brand Perceived gunanya untuk mengetahui Tingkat
kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu
merk tersebut. Persepsi kualitas dan importance yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas dan tingkat
kepentingan suatu merek produk.
Variabel ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Perceived Importance untuk mengetahui Tingkat kepentingan
Konsumen dengan memberikan beberapa pertanyaan terhadap 100
sample.
2. Perceived Quality untuk mengetahui mengenai persepsi kualitas
terhadap suatu merk Pocari Sweat.
51
e. Analisis Variabel Brand Loyality
Gunanya untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan
pelanggan pada sebuah merek. Adapun tingkatan loyalitas merek yang
akan di teliti adalah sebagai berikut :
1. Switcher (Berpindah-pindah)
Gunanya untuk mengetahui konsumen yang sensitif terhadap
perubahan harga, Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari
suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak
loyal, semua merek dianggap memadai.
2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)
Gunanya untuk mengetahui pembeli yang tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk.
3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Untuk melihat kategori pembeli yang puas dengan merek yang
dikonsumsi. Namun pembeli ini dapat saja berpindah merek dengan
menanggung biaya peralihan (switching cost), seperti waktu, biaya,
atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut.
4. Likes The Brand (Menyukai merek)
Untuk melihat kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai
merek tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan simbol,
rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau
persepsi kualitas yang tingggi. Dan mereka menganggap merek
sebagai sahabat.
5. Committed Buyer (Pembeli yang berkomiten)
Untuk menilai seberapa banyak pembeli yang setia. Pembeli ini
mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Ciri yang
tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk
merekomendasikan/mempromosikan merek yang digunakannya
kepada orang lain.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
1.4 Data yang terdaftar di BPOM
Berdasarkan data dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan/
BPOM, terdapat 83 produk minuman isotonik yang terdaftar di BPOM
dengan sekitar 31 merek. Kemudian dari merek-merek tersebut dapat
dipersempit kembali menjadi lima besar merek-merek top di pasar
minuman isotonik Indonesia.
52
Tabel 1.
TOP BRAND INDEX
(Kategori Minuman Isotonik)
Merek
TBI dari BPOM
TBI dari hasil
2008
penelitian 2010
Pocari Sweat
53.4 %
56 %
Mizone
38.7 %
40 %
Vita Zone
1%
4.8 %
Powerade
2%
0.6 %
Optima Sweat
0.5 %
Fatigon Hydro
1%
Sumber: Produk Komplemen BPOM 2008, http://www.pom.go.id/
Berdasarkan hasil survei Top Brand Index, maka dapat dilihat
bahwa saat ini di pasar minuman isotonik masih dipimpin oleh Pocari
Sweat (53.4%) dengan pertumbuhan penjualan selama dalam tiga tahun
terkahri (2006 hingga 2008) berhasil melampaui rata-rata industrinya
yaitu sekitar 30 – 40 %. Dengan kondisi tersebut, Pocari Sweat saat ini
berada di posisi market leader dengan market share sekitar 50%. Tetapi
bukan hanya di indonesia melainkan juga di jepang pangsa pasar
produknya di atas 90%.
Secara umum, minuman isotonik termasuk dalam industri makanan
dan minuman, dimana sejak tahun 2002 industri ini selalu tumbuh
dengan dua digit selain itu, di kala krisis global industri ini pun tetap
mengalami pertumbuhan (14,9%). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) pertumbuhan industri makanan dan minuman berturutturut: 13,5% (2004); 20,1% (2005); 31% (2006); 17,5% (2007); dan
14,9% (2008), dengan total nilai pasar sekitar Rp 500 T.
4.2. Analisa Data dan Pembahasan Elemen Ekuitas Merk
1. Profil Responden Ekuitas Merk
a. Variabel Demografis menurut jenis kelamin
Di lihat dari jenis kelamin didapat responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 56 orang atau 56% dari 100 orang responden,
sedangkan sisanya 44 orang atu 44% berjenis kelamin perempuan.
53
Grafik 1 :
Demografis menurut Jenis Kelamin
laki laki 56%
perempuan
44%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
b. Variabel Demografis menurut usia
Dari total 100 responden Berdasarkan Usianya responden dibagi
menjadi 8 kategori diantaranya tampak dalam grafik di bawah ini:
Grafik 2 :
Demografis Menurut Usia
usia 6-10th = 4 orang
usia 11-15 th = 7 orang
usia 16-20 th = 13 orang
usia 20-25 = 32 orang
usia 26-30 th = 21 orang
usia 30-35 th = 8 orang
usia 36-40 th = 10 orang
usianya di atas 40 th = 5 orang
Total Responden 100
(Sumber Data riset dari Koesioner)
c. Latar Belakang Pendidikan / Pekerjaan Responden
Pengelompokan responden dalam klasifikasi pendidikan
pekerjaan responden dapat dibagi menjadi 6 kelompok yaitu sbb.:
dan
54
Grafik 3 :
Latar belakang pendidikan / pekerjaan
Pelajar SD s/d SLTA = 14 orang
Mahasiswa/i = 26 orang
Pegawai PNS/TNI/POLRI = 10 orang
Pegawai Swasta dan Wiraswasta = 38 orang
Pensiunan = 4 orang
Guru dan Dosen = 8 orang
Total Responden 100
(Sumber Data riset dari Koesioner)
d. Variabel Geografis
Pembagian responden berdasarkan wilayah tempat tinggalnya se
jabodetabek di jelaskan sebagai berikut:
Grafik 4 :
Variabel Geografis
Jakarta Utara = 1%
Jakarta Pusat = 7%
Jakarta Timur = 12%
Jakarta barat = 9%
jakarta selatan = 14%
Bekasi = 40%
Depok = 14%
Tangerang = 3%
Bogor = 1%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
2. Analisa Brand Awareness
Pada bagian ini disajikan analisis dari elemen-elemen yang ada pada
brand awareness yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan
brand unaware.
a. Analisa Top of mind
Dari 100 orang responden, yang menyebutkan Pocari Sweat sebagai
merk pertama yang mereka ingat berjumlah 56 orang ( 56% ), yang
menyebutkan Mizone sebagai merk pertama yang mereka ingat
berjumlah 40 orang ( 40% ), yang menyebutkan Powerade sebagai merk
pertama yang mereka ingat berjumlah 2 orang ( 2% ), yang menyebutkan
Vitazone sebagai merk pertama yang mereka ingat berjumlah 1 orang (1
55
%), yang menyebutkan Fatigon Hydro sebagai merk pertama yang
mereka ingat berjumlah 1 orang ( 1% )
Grafik 5 :
Top Of Mind – Brand Awareness
Pocari Sweat ( 56% )
Mizone ( 40% )
Powerade ( 2% )
Vitazone ( 1% )
Fatigon Hydro ( 1% )
Total Responden 100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
b. Analisa Brand Recall
Dalam hal ini yang medominasi peringkat pertama paling disebut
oleh 56 orang menjawab Pocari Sweat, Peringkat ke 2 jawaban mizone
59 orang, Peringkat ke 3 Jawaban Powerade 65 orang, Peringkat ke 4
jawaban Vitazone 73 orang, Peringkat ke 5 Jawaban fatigon Hydro 76
Orang. Peringkat ini sama dengan peringkat yang di dapat dari hasil
analisis Top of mind sebelumnya.
Grafik 6 :
Brand Recall – Brand Awareness
100 Responden
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100 Responden
Pocari
Sweat
Mizone
56 orang
59 orang
Powerade Vitazone
65 orang
73 orang
Fatigon
Hydro
76 orang
(Sumber Data riset dari Koesioner)
c. Analisa Brand Recognition
Analisis dilakukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang
perlu diingatkan dengan keberadaan merk pocari sweat dengan
pertanyaan :
a. “Apakah anda mengenal minuman isotonic merek Pocari Sweat?”
56
Tabel 3 :
Brand Recognition – Brand Awareness
Pilihan Pertanyaan
Jumlah
a. Ya, Saya mengenal dan telah menuliskan 96
di kuesioner ini
b. Saya mengenalnya setelah mengisi 4
kuesioner ini
c. Tidak mengenal sama sekali
0
TOTAL
(Sumber Data riset dari Koesioner)
100
Presentase
96%
4%
0%
100%
d. Analisa Brand Unaware
Analisis Brand Unaware dapat dilakukan dengan melihat tabel brand
recognition–brand awareness pada tabel 3 dengan melihat berapa
banyak responden yang memilih jawaban “C” (Tidak mengenal sama
sekali). Karena jawaban itu mencerminkan ketidaksadaran responden
akan keberadaan merk pocari sweat.
Dari tabel 3 terlihat tidak ada responden yang memilih jawaban “C”
sehingga diambil kesimpulan bahwa tidak ada responden yang tidak
menyadari akan keberadaan merk Pocari sweat.
e. Media Pembangun Brand Awareness Pocari Sweat
Untuk melihat brand awereness banyak media yang dapat digunakan
dalam penelitian diantaranya adalah bisa melalui televisi, radio, surat
kabar, billboard, bahkan dari teman ke teman. Seperti dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :
Grafik 7 :
Media Pembangun Brand Awareness Pocari Sweat
dari 100 Responden
Radio
Surat kabar
Televisi
Billboard
Teman
60
50
40
30
20
10
0
8%
12%
58%
18%
4%
dari 100 Responden
(Sumber Data riset dari Koesioner)
57
3. Analisis Brand Association
Analisis Brand Association dilakukan untuk mengetahui kesan yang
ada dibenak seseorang yang berkaitan dengan ingatannya mengenai suatu
merek. Kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan
semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi.
Jawaban “sangat Sering” dan “Sangat Setuju adalah jawaban yang sangat
mencerminkan kesan brand association terhadap merk Pocari Sweat.
Dari pertanyaan : “Apakah anda pernah meminum Pocari Sweat?”
a. Sangat Sering (30%),b. Sering (53%), c. Pernah (12%), d. Tidak Pernah (5%)
Grafik 8 :
Analisis Brand Association
Sangat Sering (30%)
Sering (53%)
Pernah (12%)
Tidak Pernah (5%)
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Dari 100 responden mereka yang (sering 53%) meyatakan bahwa alasan
mereka “mengkonsumsi karena kebutuhan saat dihidrasi dan sakit”.
Beberapa Alasan tersebut nanti diulas kembali pada analisis loyalitas.
Dari pertanyaan brand association 4 point penilaian terhadap Atribut
yang terkait pada merk Pocari Sweat diantaranya :
Tabel 4 :
Atribut Brand Association
Asosiasi
Minuman Kesehatan
Yg mengutamakan manfaat
Kemasannya bagus&Higienis
Rasanya unik dan enak
Nilai Rata-rata
Sangat
Setuju
85%
62%
13%
18%
42,27%
Setuju
10%
33%
30%
44%
27,79%
Biasa
saja
0%
0%
52%
17%
16,39%
Tidak
setuju
0%
0%
0%
16%
3,8%
Sangat tdk
setuju
0%
0%
0%
0%
0%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Dapat dilihat dari tabel di atas dari keempat aspek tersebut
responden mendominasi dengan jawaban sangat setuju dengan nilai ratarata 0.42 hal ini membuktikan assosiasi terhadap merk pocari sweat pada
level yang diharapkan perusahaan.
58
Dari hasil riset dan analisis di atas menunjukkan bahwa assosiation Merk
Pocari Sweat 30% responden tersebut memberikan kesan mereka
menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi dengan tujuan karena alasan
“menjaga kesehatan dan kebutuhan untuk tubuh”. Sedangkan mereka
yang (sering 53%) meyatakan bahwa alasan mereka “mengkonsumsi
karena kebutuhan saat dihidrasi dan sakit”. Dan rata-rata 42%
menyatakan sangat setuju yang itu artinya bahwa assocation merk Pocari
Sweat sesuai di benak konsumen.
4. Analisa Perceived Konsumen
Persepsi Konsumen dibagi atas Tingkat kepentingan Konsumen dan
mengenai persepsi kualitas terhadap suatu merk tersebut.
Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk dengan persepsi
kualitas yang lebih baik.
a. Perceived Importance ( Tingkat Kepentingan )
Yang menjadi tingkat kepentingan konsumen apabila responden
mendominasi jawaban penting bahkan sangat penting karena itu sangat
mencerminkan tingkat kepentikan merk pocari sweat di benak
konsumen, Seperti halnya pada pertanyaan di bawah ini :
“Dalam kondisi lemah, lemas dan dihidrasi serta sering beraktifitas,
apakah dengan mengkonsumsi pocari sweat penting untuk anda?”
Jawaban Sangat Penting diisi oleh 33 orang, Penting 56 orang, biasa saja
6 orang, dan tidak ada yang menyatakan tidak penting.
Grafik 9 :
Perceived Importance ( Tingkat Kepentingan )
Sangat Penting 33 orang
Penting 56 orang
biasa saja 6 orang
Tidak Penting Tidak Ada
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Dalam hal ini 89 responden memiliki tingkat kepentingan terhadap
merk tersebut sebagai pengganti ion tubuh yang hilang bagi mereka saat
59
beraktifitas. Hal lain yang terkait dalam persepsi konsumen terhadap
tingkat kepentingan akan suatu merk dapat kita lihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 5 :
Persepsi Konsumen Terhadap Tingkat Kepentingan
Perceived
Importance
Kualitas Rasa
Bentuk
Kemasan
Harga
Manfaat
Nilai Rata-rata
Sangat
Penting
86%
Penting
Cukup
0%
Tidak
Penting
0%
Sangat tdk
Penting
0%
9%
9%
38%
37%
11%
0%
11%
95%
32%
0%
36%
0%
16%
0%
0%
0%
47,73%
18,76%
17,33%
6,41%
0
Kesimpulan
Sangat
Penting
Penting
Cukup
Sangat
penting
(Sumber Data riset dari Koesioner)
b. Analisa Perceived Quality
Perceived Quality Memiliki kaitan yang erat terhadap keterlibatan dan
kepentingan elanggan membeli suatu produk akan merk tersebut, seperti
pada beberapa pertanyaan di bawah ini:
“Minuman Pocari diproduksi oleh perusahaan yang memiliki kredibilitas
yang tinggi serta dikemas dalam kemasan yang sangat streril serta proses
produksi dan lingkungan pabrik yang higienis serta teknologi yang
canggih yang mampu membunuh bakteri hingga 95% sehingga
keberadaan bakteripun sangat kecil : a. Sangat Setuju 11%, b. Setuju
17% , c.Tidak Setuju 0%, d.Sangat tidak setuju 0%, e.Tidak Tahu 67%.
Grafik 10 :
Analisa Perceived Quality
Sangat Setuju 11%
Setuju 17%
Tidak Setuju 0%
Sangat tidak setuju 0%
Tidak Tahu 67%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
60
Dari pernyataan tersebut yang menyatakan ketidaktahuan yang
mendominasi mereka mencerminkan ketidaksadaran mereka terhadap
perusahaan atas merk yang mereka konsumsi, Namun aspek-aspek yang
umum mereka ketahui hanyalah sebatas wujud dan rasa suatu produk.
Seperti tabel berikut ini:
Tabel 6 :
Aspek Perceived Quality
Perceived
Quality
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Kesimpulan
9%
6%
Sangat
Kurang
Baik
0%
0%
Kualitas Rasa
Bentuk
Kemasan
Harga
Manfaat
Nilai Rata-rata
16%
18%
52%
37%
18%
34%
0%
91%
29,69%
12%
4%
23,75%
46%
0%
23,28%
37%
0%
13,53%
0%
0%
0
Cukup
Sangat baik
Baik/ Enak
Baik/ Bagus
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Dari tabel di atas dapat dilihat aspek quality merk Pocari, Pada
kualitas rasa responden medominasi rasa yang dimiliki pocari Baik/Enak
karena Pocari memiliki rasa yang khas yang tidak dimiliki oleh produk
lain. Namun masih ada yang menyatakan kurang karena selera dimana
mungkin dari mereka adalah yang memiliki perasa yang tajam terhadap
rasa asam, karena rasa pocari yang unik tidak manis dan juga tidak asam.
Nilai rata–rata 29,69% responden menyatakan terhadap kualitas produk
Pocari Sweat sangat baik, 23,75% baik, dan 23,28% cukup baik. hal ini
mencerminkan kualitas merk Pocari.
5. Analisis Brand Loyality
Analisis Brand loyality hanya dikhususkan bagi responden yang
“sangat sering” dan “sering” mengkonsumsi Pocari Sweat. Sedangkan
untuk responden yang mengkonsumsinya “jarang” dan “pernah” tidak
dimasukkan ke dalam analisis agar fokus di dalam penelitian ini tetap
pada yang sering dan sangat sering saja.
Berdasarkan koesioner yang telah disebarkan konsumsi terhadap merk
pocari sweat dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
61
Tabel 7 :
Konsumen yang saat ini mengkonsumsi Pocari Sweat
Konsumsi Pocari Sweat
Jumlah
Presentase
Sangat Sering
30
30%
Sering
34
34%
Jarang
22
22%
Pernah
9
9%
Tidak Pernah
5
5%
Total Responden
100
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa responden yang saat ini
sangat sering mengkonsumsi 30 orang dan yang sering 34 orang jadi
totalnya adalah 64 Responden (64%). Jumlah ini yang akan menjadi
acuan dalam menganalisis Brand Loyality merk Pocari Sweat.
a. Analisis Switcher
Analisis Switcher adalah untuk konsumen yang sensitif terhadap
perubahan harga, semakin sering pembelian konsumen berpindah dari
suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak
loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam penelitian ini diajukan
pertanyaan “Jika harga merk pocari Sweat naik sampai 25% apakah anda
akan beralih ke merk lain?” yang termasuk switcher adalah responden
yang menjawab “sering” dan “selalu” karena jawaban itu yang
mencerminkan bahwa konsumen tidak loyal. Berikut ini adalah data
perhitungan Switcher pada merk Pocari Sweat :
Tabel 8 :
Perhitungan Switcher – Brand Loyality
Pernyataan
Tidak pernah
Jarang
Kadang - kadang
Sering
Selalu
Total
f
14
27
17
5
1
64
X
1
2
3
4
5
f.X
14
54
51
20
5
144
Xᶽ
1
4
9
16
25
55
f.Xᶽ
14
108
153
80
25
380
%
21,8%
42,19%
26,56%
7,81%
1,56%
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
Nilai Rata – Rata = 144 = 2.25
64
Switcher
= 6 X 100% = 9.37%
64
62
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang
benar–benar sensitif terhadap harga berjumlah 6 orang ( 9.37%). Yang
cukup sensitif terhadap harga cukup banyak yaitu 44 orang (68.75%).
Yang konsisten benar–benar tidak terpengaruh oleh harga 14 orang (
21.8%). Dengan demikian nilai rata–rata responden yang Switcher
tersebut sebesar 2.250 berada dalam rentang jelek yang artinya adalah
sedikit.
Sangat
Jelek
1,00
Jelek
,80 2.25
Cukup
2,60
Baik
3.40
Sangat Baik
4,20
5,00
Dalam hal ini Jelek berarti sedikit konsumen yang akan switcher
karena faktor harga. Namun perlu diwaspadai juga 68.7% konsumen
dapat beralih terutama karena faktor harga.
b. Analisis Habitual Buyer
Analisis Habitual Buyer adalah Analisis yang dilakukan terhadap
konsumen yang mengkonsumsi merk Pocari Sweat karena kebiasaan.
Dalam kategori ini adalah para konsumen yang tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Pada Dalam
penelitian ini yang termasuk ke dalam habitual buyer adalah responden
yang menjawab “setuju” dan “sangat setuju” atas “pertanyaan Apakah
anda mengkonsumsi pocari karena faktor kebiasaan?”
Berikut ini adalah perhitungan Habitual Buyer terhadap merk Pocari
Sweat:
Tabel 9 :
Perhitungan Habitual Buyer – Brand Loyality
Pernyataan
F
X f.X Xᶽ f.Xᶽ %
Sangat Setuju
17
5 85
25
425
26,56%
Setuju
23
4 92
16
368
35,93%
Ragu – Ragu
12
3 36
9
108
18,75%
Tidak Setuju
7
2 14
4
28
10,94%
Sangat tidak Setuju
5
1 5
1
5
7,81%
Total
64
232 55
934
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
63
Nilai Rata-Rata = 232 = 3.625
64
Habitual Buyer = 40 X 100% = 62.5%
64
Dengan demikian responden yang merasa betul-betul membeli
Pocari Sweat karena kebiasaan berjumlah 40 orang ( 62.5%).
Nilai rata-rata yang masuk ke dalam klasifikasi habitual buyer tersebut
(3.625), yang masuk kedalam kategori :
Sangat Jelek
1,00
Jelek
1,80
Cukup
2,60
Baik
3.40
3.6
Sgt Baik
4,20
5,00
Dari kategori tersebut maka pocari sweat masuk ke dalam kategori
baik dengan rentang skala “baik” yaitu 3.40 s/d 4.20 dan Dengan adanya
informasi ini maka dapat memberikan harapan yang Baik karena
sebagian besar konsumennya 62,5% mengkonsumsi pocari karena faktor
kebiasaan.
c. Analisis Satisfield Buyer
Konsumen yang merasakan kepuasan ketika menggunakan merk
pocari sweat. Pada tingkatan brand loyality di tempatkan pada urutan
tengah. Yang mencerminkan satisfield buyer adalah responden yang
menjawab “puas” dan “sangat puas” atas pertanyaan “secara keseluruhan
apakah anda merasa puas dengan mengkonsumsi minuman isotonik merk
pocari sweat?” Berikut ini adalah perhitungan satisfield buyer untuk
produk pocari sweat:
Tabel 5 – 10 :
Satisfiels Buyer – Brand Loyality
Pernyataan
f X f.X Xᶽ f.Xᶽ
%
sangat tidak puas
1 1
1
1
1
1,56%
tidak puas
5 2 10
4
20
7,8%
biasa saja
19 3 57
9
171 29,69%
Puas
22 4 88
16
352 34,38%
sangat puas
17 5 85
25
425 26,56%
Total
64
241 55
969
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
64
Nilai Rata-Rata = 241 = 3.765
64
Satisfield Buyer = 39 X 100% = 60.93%
64
Dilihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden benar–
benar merasa puas pada merk Pocari Sweat ini terlihat dari rata–rata
jawaban responden yang merasa puas dengan merk Pocari Sweat
sebanyak 39 orang (60.9%).
Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Satisfield buyer tersebut
( 3.765) yang jatuh pada kategori baik pada rentang scala 3.40 s/d 4.20
seperti yang dapat dilihat pada scala di bawan ini :
Sangat
Jelek
Cukup
Baik Sangat
Jelek
Baik
1,00
1,80
2,60
3.40 3.765 4,20
5,00
Dengan memetakan responden yang berada pada tingkat satisfield
buyer dari merk pocari sweat dalam kategori Baik maka hal ini berarti
mecerminkan banyak respoden yang merasa puas kepada merk Pocari
Sweat.
d. Analisis Likes The Brand
Analisis Likes The Brand adalah kategori pembeli yang sungguhsungguh menyukai merek tersebut. Rasa asosiasi yang berkaitan dengan
simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau
persepsi kualitas yang tingggi. Dan merek dianggap sebagai sahabat.
Pada tingkatan brand loyality di tempatkan pada urutan ke empat. Yang
mencerminkan likes the brand adalah responden yang menjawab “suka”
dan “sangat suka” atas pertanyaan “ apakah anda menyukai minuman
isotonik merk pocari Sweat?”
Tabel 5 - 11 :
Perhitungan Likes The Brand – Brand Loyality
Pernyataan
F
X
f.X
Xᶽ
f.Xᶽ
%
sangat tidak suka
0
1
0
1
0
0
tidak suka
0
2
0
4
0
0
biasa saja
11
3
33
9
99
17,19%
Suka
28
4
112
16
448
43,75%
sangat suka
25
5
125
25
625
39,06%
Total
64
270
55
1172
100%
(Sumber Data riset dari Koesioner)
65
Nilai Rata-Rata = 270 = 4.22
64
Likes the Brand = 53 X 100% = 82.81%
64
Di lihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden
menyukai merk Pocari Sweat dilihat dari rata –rata jawaban responden,
sedangkan yang benar-benar suka dengan merk pocari Sweat berjumlah
53 orang menyukainya (82.81%) ini terlihat dari rata–rata jawaban
responden yang merasa suka dan sangat suka dengan merk Pocari.
Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Likes The Brand
tersebut ( 4.22) yang jatuh pada kategori sangat baik pada rentang scala
4.20 s/d 5.00 seperti yang dapat dilihat pada scala di bawah ini :
Sangat
Jelek
1,00
Jelek
1,80
Cukup
2,60
Baik
3.40
Sangat
Baik
4,20 4.22
5,00
Dengan memetakan responden yang berada pada tingkat likes the
brand dari merk pocari sweat dalam kategori sangat baik maka hal ini
berarti mecerminkan sangat banyak respoden yang merasa suka kepada
merk Pocari Sweat.
e. Analisis Comitment Buyer
Analisis Comitment Buyer analisis yang dilakukan untuk mengetahui
Pembeli yang berkomitmen dimana merupakan kategori pembeli yang
setia. Pembeli ini mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu
merek. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli
untuk merekomendasikan/mempromosikan merek yang digunakannya
kepada orang lain.
Pada tingkatan brand loyality ditempatkan pada urutan
terpenting/puncak.
Dari hasil penelitian ini yang mencerminkan Comitment Buyer adalah
responden yang menjawab “sering” dan “selalu” atas pertanyaan
“Apakah anda menyarankan dan mempromosikan ke orang lain
(keluarga, teman, kerabat, rekan kerja,dll) untuk meminum merk pocari
sweat saat mereka dihidrasi atau pada saat terlihat pucat/letih atau saat
belanja?” Berikut ini adalah perhitungan Comitment Buyer Merk Pocari:
66
Tabel 5 – 12 :
Comitment Buyer – Brand Loyality
Pernyataan
F
X
f.X Xᶽ
Tidak pernah
2
1
2
1
Jarang
11
2
22
4
Kadang – kadang
22
3
66
9
Sering
21
4
84
16
Selalu
8
5
40
25
Total
64
214 55
(Sumber Data riset dari Koesioner)
f.Xᶽ
2
44
198
336
200
780
%
3,13%
17,19%
34,38%
32,81%
12,5%
100%
Nilai Rata-Rata = 214 = 3.34
64
Comitment Buyer = 29 X 100% = 45.31%
64
Dilihat dari tabel dan analisis di atas kebanyakan responden kurang
berkomitmen terhadap merk Pocari Sweat dilihat dari rata–rata jawaban
responden, sedangkan yang benar-benar berkomitmen dengan merk
pocari Sweat berjumlah 29 orang yang berkomitmen (45.31%) ini terlihat
dari rata–rata jawaban responden yang mencerminkan comitment Buyer
terhadap merk Pocari.
Nilai rata–rata responden yang masuk klasifikasi Comitment Buyer
tersebut ( 3.34) yang jatuh pada kategori Cukup mendekati baik Jadi
cukup baik pada rentang scala 2.60 s/d 3.40 seperti yang dapat dilihat
pada scala di bawan ini :
Sangat
Jelek
Baik Sangat
Cukup
Jelek
Baik
1,00
1,80
2,60 3.34 3.40
4,20
5,00
KESIMPULAN
Dari Penelitian yang lakukan dapat mengambil kesimpulan bahwa
merk Pocari Sweat di pasar bisa dikategorikan sebagai pemimpin pasar
minuman Isotonik atau disebut juga sebagai market leader, dengan
mencapai Top Brand yang sangat baik dimana konsumen Aware
terhadap produk pocari sweat serta memiliki Loyalitas yang baik.
67
Elemen – elemen yang digunakan dalam Riset ekuitas merk dalam
penelitian ini diantaranya:
1. Variabel Brand Awareness dalam analisanya didapat responden yang
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek Pocari Sweat
merupakan bagian dari kategori produk tertentu yaitu pada Posisi Top of
mind pocari (56%), dan melakukan Brand Recall pocari (56%), Brand
recognition pocari (4%), serta Brand Unaware pocari (0%), Semakin
tinggi kesadaran konsumen terhadap merek, maka semakin tinggi, bahwa
merk Pocari Sweat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi bahkan telah
mencapai Top of Mind dimana Pocari saat ini bisa menjadi Market
Leader kategori minuman Isotonik, hal ini dapat menjadi peluang bagi
management untuk perumusan strategi untuk menjadi Market Leader.
2. Variabel Brand Association dalam analisanya di dapat responden
dalam ingatan segala kesan, Pencitraan, dan Posisioning yang muncul di
benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek
Pocari Sweat yang mencerminkan Asosiasi pocari (83%) dengan atribut
rata-rata yang mencerminkan 42,27% artinya bahwa assocation merk
Pocari Sweat sesuai di benak konsumen., jadi Semakin sesuai asosiasi
suatu merek di benak konsumen, maka hal tersebut menjadi kekuatan
dan peluang bagi management untuk pencitraan, dari hasil riset dan
analisis diatas menunjukan bahwa assosiation Merk Pocari Sweat 30%
responden tersebut memberikan Kesan mereka menyatakan bahwa
mereka mengkonsumsi dengan tujuan karena alasan “menjaga kesehatan
dan kebutuhan untuk tubuh”. Sedangkan mereka yang (sering 53%)
meyatakan bahwa mereka “mengkonsumsi karena kebutuhan saat
dihidrasi dan sakit”.
3. Variabel Brand Perceived gunanya untuk mengetahui Tingkat
kepentingan Konsumen dan mengenai persepsi kualitas terhadap suatu
merk tersebut, Dari hasil analisis di atas mencerminkan bahwa
pengetahuan kualitas konsumen hanya sebatas bada kualitas rasa,
kemasan, harga, dan manfaat dengan nilai respon rata 53,44%
menyatakan Baik dan sangat baik, namun untuk pengetahuan terhadap
kualitas produksi yaitu mengenai kualitas pengemasan 67% menyatakan
tidak tahu. Berdasarkan tingkat kepentingannya Persepsi merk pocari
sangat penting dan sudah mencerminkan perceived importance.
4. untuk ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada
sebuah merek pocari dinilai cukup banyak konsumen yang setia terhadap
pocari. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin
tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, semakin
68
tinggi loyalitas konsumen terhadap suatu merek maka semakin mudah
manajemen mengendalikan pasar dan mejadi market leader.
SARAN-SARAN
Berdasarkan hasil pembahasandi atas, maka diajukan saran-saran
yang dapat diterapkan bagi pengembangan kebijakan Pocari Sweat antara
lain sebagai berikut:
1. Perusahaan Sebaiknya berupaya untuk menjalin hubungan jangka
panjang dengan konsumen yang diperkuat dengan bukti- bukti bahwa
faktor loyalitas merek menjadi faktor yang terpenting bagi Perusahaan.
2. Berdasarkan jawaban responden, maka diketahui upaya yang
sebaiknya dilakukan oleh perusahaan untuk lebih meningkatkan loyalitas
konsumen terhadap merek agar tetap menjadi market Leader di tengah
competitor yang sangat ketat dengan cara meningkatkan kepuasan yang
diterima konsumen.
3. Selain itu upaya edukasi terhadap konsumen mengenai merek (brand
education) dalam program open factory merupakan langkah yang sangat
baik di lakukan oleh seorang market leader terlebih sang pioner mizone
kini mengklaim bahwa saat ini produknya lah yang menjadi market
leader.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A, (1997), Manajemen Ekuitas Merek, Mitra Utama,
Jakarta.
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan toni Sitinjak, (2001), Strategi
Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler dan Amstrong, (2001), Dasar-Dasar Pemasaran, PT Indeks,
Jakarta.
Kotler, Philip, Alih Bahasa : Benyamin Molan, (2005), Manajemen
Pemasaran, Edisi
Kesebelas, Jilid 2, PT. Intan Sejati Klaten, Jakarta.
Umar, H, (2003), Riset Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Umar, H, (2005), Strategic Management in Action, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
69
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
KARYAWAN PADA PT. SPT BEKASI
I Gusti Ngurah Made Djaja
(Dosen STIE Gotong Royong)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan dan motivasi
berafiliasi terhadap produktivitas kerja karyawan dan memperoleh
gambaran pengaruh yang lebih dominan diantara ketiga motivasi
tersebut terhadap produktivitas kerja karyawan. Dengan menggunakan
sampel 71 orang, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa regresi liner berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan.
Analisis dari hasil uji F dan uji t ternyata secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama variabel motivasi berprestasi (X1), motivasi
kekuasaan (X2), motivasi berafiliasi (X3) berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi. Hipotesa pertama yang
menyatakan secara bersama-sama dan parsial variabel independen X1
(motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi
berafiliasi) , mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT
Bekasi. Dan hipotesa yang menyatakan tidak ada pengaruh yang paling
dominan dari ketiga variabel tersebut tidak dapat diterima, karena dari
hasil perhitungan koefisien determinasi parsial didapat hasil bahwa
variabel motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kegiatan manajemen sumber daya merupakan bagian dari proses
manajemen sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan
kunci rantai dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk meningkatkan
kontribusi karyawan terhadap organisasi dalam rangka mencapai
produktivitas, dapat dipahami karena semua kegiatan organisasi dalam
mencapai tujuan tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi
70
itu. Kebutuhan atau permintaan dalam sumber daya manusia oleh suatu
organisasi tidak hanya memperhatikan kuantitas atau jumlahnya saja
tetapi juga menyangkut masalah kualitas, artinya pengakuan terhadap
peran serta sumber daya manusia menjadi bersifat strategis yang lebih
menghargai manusia sebagai manusia seutuhnya dan bukan hanya salah
satu bagian produksi kerja saja.
Sumber daya manusia merupakan asset utama suatu organisasi yang
menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi,
mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar
belakang pendidikan, usia, jenis kelamin tidak seperti mesin, uang dan
material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya
dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Sumber daya manusia
yang cakap, mampu dan terampil belum menjamin produktivitas kerja
yang baik, apabila moral (motivasi) kerja dan disiplinnya rendah, mereka
baru bermanfaat dan dapat mendukung terwujudnya tujuan organisasi,
jika mereka mempunyai keinginan yang tinggi untuk berprestasi.
Sumber daya manusia yang kurang mampu, kurang cakap dan tidak
terampil, salah satunya mengakibatkan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.
Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan
supaya efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan.
Penempatan karyawan atau pegawai harus disesuaikan dengan keinginan
dan ketrampilannya, sehingga gairah kerja dan kedisiplinannya akan
lebih baik serta efektif dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi,
dengan demikian haruslah diberikan perhatian khusus kepada pegawai
atau karyawan atau pelaksana-pelaksana yang berarti memberikan
aspirasi dan menghidupkan motivasi yang benar untuk mencapai tujuan
organisasi.
Dalam melaksanakan pekerjaan atau unjuk kerja (job performance)
yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan
tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat
menghasilkan keluaran atau out put yang tinggi atau maksimum,
sehingga motivasi disini dapat diartikan sebagai suatu daya pendorong
(driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang
diperbuat karena takut akan sesuatu, misalnya seseorang ingin
berprestasi, atau ingin berkuasa, maka perbuatannya akan menunjang
pencapaian keinginan tersebut.
71
Perbuatan atau tindakan dimaksud dapat diartikan kerja keras guna
lebih berprestasi, menambah keahlian, sumbang saran dan lain-lain, yang
menjadi pendorong dalam hal ini adalah bermacam-macam faktor,
diantaranya adalah faktor ingin lebih terpandang diantara rekan sekerja
atau lingkungan dan kebutuhannya untuk berprestasi, sehingga motivasi
dapat diartikan atau didefinisikan sebagai “kondisi mental yang
mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan” (Bernard Bercndoom dan Etary A. Stainer dalam
Sedarmayanti, 2001; 66). Sehingga dari pengertian motivasi tersebut
dapat diartikan bahwa tidak ada motivasi, jika tidak dirasakan adanya
kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap
hal dimaksud akan menimbulkan motivasi, dan motivasi yang telah
tumbuh akan merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Jadi salah satu upaya untuk
menciptakan sikap mental yang baik tidak terlepas dari motivasi karena
pengertian motivasi adalah menggairahkan para pekerja sedemikian rupa
sehingga mereka dengan penuh semangat mengerjakan tugas demi
meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan (Abdurrahim, 1990;
38)
Uraian di atas menunjukkan adanya pengaruh antara motivasi
dengan produktivitas kerja yang merupakan upaya untuk mendorong dan
menpengaruhi sikap mental, semangat kerja dan perilaku para karyawan,
agar dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja mereka pada
perusahaan, organisasi, lembaga dan instansi yang bersangkutan. Untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam memberikan
kontribusi terhadap tujuan perusahaan, maka antara lain diperlukan
motivasi. Dalam penelitian ini mengikuti teori motivasi atau teori
kebutuhan menurut Mc. Clelland yang menurut teori ini dikatakan bahwa
kebutuhan akan kekuasaan (need for power), kebutuhan akan afiliasi
(need for affiliation) dan kebutuhan akan prestasi (need for achievement)
adalah motivasi yang kuat pada setiap individu (Wahjosumidjo, 1994;
190) sejumlah teori motivasi yang ada, khususnya teori kebutuhan,
Abraham Maslow, Frederick Herzberg, David Mc Clelland dan Victor
Vroom. Maslow dan Herzberg berusaha membuat teori-teori motivasi
secara keseluruhan. Sedangkan Mc. Clelland menurut Wahjosumidjo
(1994; 183) memberikan sumbangan paling banyak pada identifikasi
kebutuhan tertentu, hasil kerja dan kebutuhan yang sangat panting bagi
perkembangan perusahaan dan industri.
72
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan mengacu pada
teori motivasi Mc. Clelland (Wahjosumidjo, 1994; 190), tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan
dan motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap produktivitas kerja karyawan.
2. Untuk mengetahui apakah motivasi berprestasi, motivasi kekuasaan
dan motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh secara parsial terhadap
produktivitas kerja karyawan.
3. Untuk memperoleh gambaran pengaruh yang lebih dominan diantara
ketiga motivasi tersebut terhadap produktivitas kerja karyawan.
II. TINJAUAN TEORI
Motivasi
Menurut Hasibuan (1990; 159) motivasi adalah pemberian gaya
penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang bekerjasama agar
mereka mau bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan
upaya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan menurut Gie the Liang et. al
dalam Martoyo Susilo (1991; 154), motivasi adalah merupakan
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang manager dalam memberikan
inspirasi, semangat, dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan
untuk mengambil tindakan-tindakan; pemberian dorongan ini bertujuan
untuk mengingatkan orang-orang atau karyawan agar mereka
bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari
orang-orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di
atas bahwa motivasi adalah suatu upaya memberikan rangsangan dan
dorongan agar dapat melahirkan keinginan, semangat dan gairah kerja
karyawan sehingga dapat merubah dan meningkatkan sikap dan perilaku
serta tindakan karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja sesuai
yang dikehendaki dalam meningkatkan produktivitas kerja seseuai yang
dikehendaki organisasi atau perusahaan.
Wahjosumidjo (1994; 183-192), mengatakan bahwa teori motivasi
yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini
beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu, apabila pimpinan ingin
memotivasi bawahannya, haruslah mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan
bawahannya. Orang-orang yang berjasa besar dalam merumuskan
73
kebutuhan-kebutuhan manusia antara lain adalah Abraham Maslow,
Frederick Herzberg, David Mc. Clelland dan Victor Vroom.
Maslow dan Herzberg berusaha membuat teori-teori motivasi
secara keseluruhan. Sedangkan Mc. Clelland memberikan sumbangan
paling banyak pada identifikasi kebutuhan tertentu, hasil kerja dan
kebutuhan yang sangat penting bagi pengembangan perusahaan dan
industri.
Teori kebutuhan Clelland memfokuskan pada tiga kebutuhan
prestasi (n/Ach – need for achievement), kekuasaan (n/pwr – need for
power) dan afiliasi (n/Aft – need for affiliation), kebutuhan ini
didefinisikan sebagai berikut:
a. Kebutuhan akan prestasi : dorongan untuk mengungguli, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
b. Kebutuhan akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa paksa) tidak
akan berperilaku demikian.
c. Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antara pribadi yang
ramah dan karib (Robbin, 1996; 205)
Produktivitas Kerja
Sedarmayanti (2001; 56), Filosofi dan Spirit tentang produktivitas
sudah ada sejak peradapan manusia karena makna produktivitas adalah
keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu
meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang.
Menurut Encyclopedia Britanica (1982; 27) dalam Sedarmayanti (2001;
56) disebutkan bahwa produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari
hasil yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Siagian (1996; 154)
memberi batasan produktivitas dengan mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan produktivitas adalah kemampuan untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia
dengan menghasilkan keluaran (output) yang optimal, bahkan kalau
mungkin yang maksimal. Suit dan Almasdi (2000; 91), mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan produktivitas adalah semua unsur yang
berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas dan jumlah hasil produksi
yang harus dipelihara, sehingga semua unsur yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas dan peningkatan jumlah hasil produksi berjalan
lancar. Bila terjadi gangguan, walaupun satu unsur saja yang berada
dalam kedaan terganggu, akan menyebabkan tertundanya produksi yang
akan mengakibatkan menurunnya jumlah produksi. Dari pengertian di
74
atas produktivitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari semua faktor produksi
yang tersedia dengan meminimasi input dan memaksimais output.
Menurut Sinungan (2000; 59) bahwa, sebuah perusahaan atau
sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan, rencana
sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan
khususnya. Kombinasi kebijakan-kebijakan ini dituangkan melalui dan
dengan bantuan faktor-faktor produktivitas internal dan eksternal. Pada
tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir seluruhnya
direfleksikan dalam sumber pokok, yakni manusia dan bahan-bahan
melalui tenaga kerja, manajemen dan organisasi, dan modal pokok/bahan
mentah.
Selanjutnya Sinungan (2000; 56) secara umum produktivitas ada
delapan faktor yang mempengaruhinya ; yaitu : 1) manusia, 2) modal, 3)
metode dan proses, 4) lingkungan organisasi (internal), 5) produksi, 6)
lingkungan negara (eksternal), 7) lingkungan internasional maupun
regional, 8) umpan balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai
sub-sistem untuk menunjukkan dimana potensi produktivitas dan
cadangannya disimpan.
Menurut Siagian (1996; 154), faktor-faktor penentu produktivitas
adalah :
a. Cara penggunaan waktu yang telah tersedia baginya untuk
menghasilkan
barang dan jasa tertentu, yaitu adanya jadwal
pekerjaan, kapan seseorang mulai berkerja dan berhenti bekerja setiap
hari, kapan seseorang istirahat, kapan suatu tugas dikerjakan dan
kapan pula tugas tersebut berakhir.
b. Produktivitas manusia adalah menggalakkan produktivitas tidak hanya
melibatkan nilai-nilai teknis dan administrasi, tetapi juga nilai-nilai
etis dan moral.
c. Faktor sarana dan prasarana yaitu mengusahakan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi terobosan dalam bentuk apapun memelihara
sarana dan prasarana yang tersedia sedemikian rupa sehingga
mempunyai nilai dan masa pakai setinggi dan selama mungkin.
Menurut Terry yang dikutip Winardi (1992; 83), menyatakan
bahwa untuk meningkatkan produktivitas walaupun teknologi, perbaikan
metode, dan pemanfaatan bahan adalah sangat penting, tetapi yang lebih
penting adalah pemanfaatan sumber daya manusia terutama pada tingkat
manajerial. Peningkatan produktivitas ternyata tidak hanya bisa dilihat
dari sisi teknis atau administratif seperti jumlah produksi yang
75
meningkat, efisiensi, dan mutu, akan tetapi nilai-nilai etis dan moral dari
karyawan adalah sangat penting. Perilaku yang jujur, disiplin, dan setia
langsung atau tidak langsung akan berpengaruh dan harus dilihat sebagai
bagian yang tak terpisahkan.
Kerangka Konseptual
Alur kerangka pemikiran konseptual yang menggambarkan
pengaruh unsur-unsur motivasi menurut teori motivasi David Mc.
Clelland terhadap produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Motivasi Berprestasi
Motivasi Kekuasaan
Produktivitas Kerja
Karyawan
Motivasi Berafiliasi
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
1. Diduga ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel-variabel
motivasi berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi
terhadap produktivitas kerja karyawan.
2. Diduga ada pengaruh secara parsial antara variabel motivasi
berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap
produktivitas kerja karyawan.
3. Diduga tidak ada yang lebih dominan berpengaruh diantara motivasi
berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap
produktivitas kerja karyawan.
III. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan tetap (bulanan) PT. SPT Bekasi. Jumlah seluruh karyawan
76
tetap sebesar 242 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik proporsional random sampling dengan cara undian,
dimana semua karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
responden, sehingga data yang diperoleh akan reprentatif (Singarimbun
dan Effendi, 1995; 155-156).
Menurut Notoatmojo (1993; 87) untuk menghitung ukuran sampel
dapat menggunakan formula sebagai berikut :
N
N =
1 + N (d²)
dimana :
n = Jumlah seluruh sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan.
Berdasarkan ketentuan tersebut untuk menghitung sampel
karyawan tetap dengan tingkat presisi sebesar 10% (<0,1) dengan tingkat
kepercayaan 90% adalah sebagai berikut :
242
n =
1 + 242 (0,1)²
= 70,76 (dibulatkan menjadi 71)
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional masing-masing variabel dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Motivasi (X)
Motivasi dapat dikatakan sebagai upaya memberikan rangsangan
dan dorongan agar melahirkan keinginan, semangat dan gairah kerja
karyawan sehingga dapat mengubah dan meningkatkan sikap, perilaku
serta tindakan karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja sesuai
tujuan yang dikehendaki oleh organisasi atau instansi yang bersangkutan.
Selanjutnya motivasi sebagai variabel bebas/independent varibel (X)
dijabarkan dalam tiga variabel bebas, yaitu :
77
Motivasi Berprestasi (X1)
Motivasi berprestasi adalah dorongan mengungguli, berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar, berbuat untuk sukses.
Identifikasi tingkah laku yang didorong oleh motivasi berprestasi sebagai
variabel bebas (X1), meliputi berusaha melakukan sesuatu dengan caracara baru dan kreatif, mencari umpan balik tentang perbuatannya,
memiliki resiko yang moderat dalam perbuatannya untuk meningkatkan
prestasi serta bertanggung jawab atas perbuatannya (As’ad, 1995; 53-54).
Motivasi akan Kekuasaan (X2)
Motivasi akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang
lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa)
tidak akan berperilaku demikian. Identifikasi tingkah laku yang
didorong oleh motivasi akan kekuasaan sebagai variabel (X2), meliputi,
keinginan mempengaruhi atau mendorong orang lain aktif menggerakkan
kelompok/organisasi, mementingkan prestise dan peka terhadap
pengaruh (As’ad, 1995; 53-54).
Motivasi Berafiliasi (X3)
Motivasi berafiliasi adalah hasrat untuk hubungan pribadi yang
ramah dan karib. Identifikasi tingkah laku yang didorong oleh motivasi
berafiliasi sebagai variabel (X3) meliputi, keterlibatan emosional dan
lebih mementingkan hubungan pribadi daripada tugas kerja dalam
tim/kelompok yang kooperatif lebih efektif daripada individual,
mengutamakan kesepakatan dan menghindari konflik serta suka
memperoleh perhatian dan beradaptasi (As’ad, 1995; 53-54).
Produktivitas Kerja (Y)
Pengukuran produktivitas adalah dengan memperhatikan derajat
pencapaian sasaran yang diadapatkan dari aktivitas tersebut. Derajatderajat pencapaian sasaran adalah tingkat kepuasan fisik dan mental serta
mutu kehidupan dan mutu kerja. Untuk meningkatkan produktivitas,
walaupun teknologi, perbaikan metode dan pemanfaatan bahan adalah
sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah pemanfaatan sumber
daya manusia, terutama pada tingkat managerial.
Peningkatan
produktivitas ternyata tidak hanya bisa dilihat dari sisi teknis atau
administratif seperti jumlah produksi yang meningkat, efisiensi dan
mutu.
78
Akan tetapi nilai-nilai etos dan moral dari karyawan adalah sangat
penting. Perilaku yang jujur, disiplin dan setia, langsung atau tidak
langsung akan berpengaruh dan harus dilihat sebagai bagian yang tidak
terpisahkan.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer diambil dari responden dan sudah ditentukan
karekteristiknya dengan menggunakan metode: kuesioner, wawancara,
dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari: dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya (Arikunto, 1989; 37) termasuk ketentuan peraturan dan
kebijakan yang mendukung penelitian.
Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Analisis regresi linear berganda termasuk analisis verifikatif yaitu
untuk menguji hipotesis dari penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Untuk menganalisis hipotesis pangaruh masing-masing faktor, motivasi
(motivasi berprestasi, kekuasaan dan berafiliasi) terhadap produktivitas
kerja, baik secara serentak maupun secara parsial menurut Gujarati
(1997; 28) model regresi untuk menganalisis atas dasar Sample Regresio
Function (SRF) sebagai berikut :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei
Dimana :
Y = Produktivitas kerja
X1 = Motivasi berprestasi
X2 = Motivasi kekuasaan
X3 = Motivasi berafiliasi
βo..3 =
Intersep.
ei = Variabel penggangu.
Uji hipotesisi yang digunakan adalah :
1. Uji – F (pengujian serentak)
79
Untuk mengetahui apakah secara simultan (bersama-sama) koefisien
regresi variabel bebas mempunyai pangaruh nyata atau tidak terhadap
variabel terikat.
2. Uji – T (pengujian parsial)
Untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat.
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat adanya pengaruh
motivasi secara bersama-sama yang terdiri dari motivasi berprestasi,
motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap produktivitas
kerja karyawan di PT. SPT Bekasi, serta melihat ada atau tidak adanya
variabel yang paling dominan pengaruhnya. Untuk menganalisis dipakai
model regresi linier berganda, dilakukan pula uji F/uji serentak untuk
membuktikan kebenaran hipotesis kedua yang ditarik kedalam ilmu
ekonomi dengan menggunakan Paket Program SPSS dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hasil Pengolahan SPSS
Variabel
Motivasi Berprestasi(X1)
Motivasi Kekuasaan (X2)
Motivasi Berafiliasi (X3)
(Constant)
Model
Regression
Residual
Multiple R
R Square
Adjusted R Square
Standart Error
Correlation, 1 tailed Sig:
Motivasi Berprestasi(X1)
Motivasi Kekuasaan (X2)
Motivasi Berafiliasi (X3)
B
0.856
0.819
0.885
17.018
Sum of
Square
11840.888
7105.421
0.791
0.625
0.608
10.30
SE B
0.332
0.329
0.278
4.913
Df
3
67
Beta
0.275
0.311
0.324
Mean
Square
3946.963
106.051
t
3.464
2.576
2.488
3.184
F
Sig t
0.012
0.015
0.002
0.001
Sig
37.218
-
0.000
-
0.3002 (ϒ2 = 0.0901)
0.2908 (ϒ2 = 0.0846)
0.3625 (ϒ2 = 0.1314)
Sumber: Data diolah
80
Pembahasan
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh angkaangka seperti pada tabel 1, maka dapat dianalisis sebagai berikut:
Persamaan Regresi :
Y = 17.018 + 0.856 X1 + 0.819 X2 + 0.885 X3
SE = (0.332) (0.329) (0.278)
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien regresi dari ketiga
variabel bebas yaitu: b1, b2, dan b3, bertanda positif. Hal tersebut berarti
jika masing-masing varibel bebas (X1, X2, dan X3 ) ditingkatkan akan
berdampak pada meningkatnya variabel Y. Adapun pengertian dari
fungsi regresi di atas secara rinci sebagai berikut:
1. Setiap kenaikan variabel bebas X1 (motivasi berprestasi) persatu
satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y
(produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.856 (pola hubungan positif)
dengan anggapan bahwa X2, dan X3, adalah tetap.
2. Setiap kenaikan variabel bebas X2 (motivasi kekuasaan) persatu
satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y
(produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.819 (pola hubungan positif)
dengan anggapan bahwa X1, dan X3, adalah tetap.
3. Setiap kenaikan variabel bebas X3 (motivasi berafiliasi) persatu
satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan pada variabel terikat Y
(produktivitas kerja karyawan) sebesar 0.885 (pola hubungan positif)
dengan anggapan bahwa X1, dan X2, adalah tetap.
4. Constant (a) sebesar 17.018, yang artinya jumlah nilai pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik minimal sebanyak 17.018 tanpa dipengaruhi
variabel bebas X1,X2, dan X3.
Multiple R
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara serentak
terhadap variabel terikat dapat dilihat dari Multiple R. Dari tabel 10
menunjukkan besarnya multiple R = 62.5%. Artinya perubahan variabel
terikat Y (produktivitas kerja karyawan) di PT. SPT Bekasi dipengaruhi
oleh variabel bebas X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan),
dan X3 (motivasi berafiliasi) sebesar 62.5%, sedangkan sisanya 37.5%
dipengaruhi variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
81
Koefisien Korelasi Partial (ϒ
ϒ)
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
partial terhadap variabel terikat dapat diketahui dari koefisien korelasi
parsial (ϒ), yang mana besarnya koefisien korelasi parsial dari masingmasing variabel bebas adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi berprestasi
ϒ(2,3) = 0,3002. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan
variabel X1 (motivasi berprestasi) terhadap Y (produktivitas kerja)
adalah sebesar 30,02% dimana nilai sumbangan X2, X3 dianggap
konstan.
2. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi kekuasaan
ϒ(1,3) = 0,2908. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan
variabel X2 (motivasi kekuasaan) terhadap Y (produktivitas kerja)
adalah sebesar 29,08% dimana nilai sumbangan X1, X3 dianggap
konstan.
3. Nilai koefisien korelasi parsial untuk variabel motivasi berafiliasi ϒ(1,2)
= 0,3625. Hal ini menerangkan bahwa besarnya nilai sumbangan
variabel X1 (motivasi berafiliasi) terhadap Y (produktivitas kerja)
adalah sebesar 36,25% dimana nilai sumbangan X1, X2 dianggap
konstan.
Uji t
Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui signifikan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Uji t ini dilakukan dengan membandingkan antara variabel t-tabel
dengan t-hitung, pada taraf nyata α = 0,05.
Ditinjau dari tingkat signifikansi untuk X1 (motivasi berprestasi)
dapat dijelaskan bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2.576
dengan tingkat probabilitas kesalahan sebesar 0.012, sedangkan t tabel
dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung
lebih besar dari t tabel (t hitung 2.576 > t tabel 1.668). Hal ini berarti
secara partial variabel motivasi berprestasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).
Untuk tingkat signifikansi X2 (motivasi kekuasaan) dapat dijelaskan
bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 2.488 dengan tingkat
probabilitas kesalahan sebesar 0.015, sedangkan t tabel dengan taraf
nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung lebih besar
dari t tabel (t hitung 2.488 > t tabel 1.668). Hal ini berarti secara partial
82
variabel motivasi kekuasaan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).
Untuk tingkat signifikansi X3 (motivasi berafiliasi) dapat dijelaskan
bahwa dari perhitungan diperoleh t hitung sebesar 3.184 dengan tingkat
probabilitas kesalahan sebesar 0.002, sedangkan t tabel dengan taraf
nyata 5% adalah sebesar 1.668. Dengan demikian t hitung lebih besar
dari t tabel (t hitung 3.184 > t tabel 1.668). Hal ini berarti secara partial
variabel motivasi berafiliasi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap produktivitas kerja karyawan (Y).
Uji F (Uji Serentak)
Analisis uji F/uji serentak dimaksudkan untuk membuktikan
hipotesis dalam penelitian ini, yaitu apakah secara serentak variabelvariabel motivasi berprestasi (X1), motivasi kekuasaan (X2) dan motivasi
berafiliasi (X3) berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan (Y)
pada PT. SPT Bekasi.
Dari tabel 10 terlihat bahwa nilai F ratio hitung sebesar 37.218
dengan probabilitas 0.000 kurang dari 1% sedangkan F tabel
menunjukkan derajat keyakinan 95% adalah 3.13. Dengan demikian dari
perhitungan ini dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari nilai F
tabel (F hitung 37.218 > F tabel 3.13). Hal ini berarti bahwa variabel
motivasi berprestasi (X1), motivasi kekuasaan (X2), dan motivasi
berafiliasi (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja karyawan (Y).
Koefisien Determinasi Parsial (ϒ
ϒ2)
Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa koefisien
determinasi parsial (ϒ2) untuk variabel motivasi berprestasi, motivasi
kekuasaan, motivasi berafiliasi masing-masing; 0,0901: 0,0846: 0,1314
(tabel 10). Ini berarti bahwa:
1. Variabel motivasi berprestasi (X1) dapat menjelaskan setiap variasi
perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,0901 dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
2. Variabel motivasi kekuasaan (X2) dapat menjelaskan setiap variasi
perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,0846 dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
3. Variabel motivasi berafiliasi (X3) dapat menjelaskan setiap variasi
perubahan produktivitas kerja karyawan sebesar 0,1314 dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
83
Sehingga dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa:
1. Hipotesa yang menyatakan secara bersama-sama variabel independen
X1 (motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi
berafiliasi), mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT
Bekasi dapat diterima.
2. Hipotesa yang menyatakan secara parsial variabel independen X1
(motivasi berprestasi), X2 (motivasi kekuasaan), dan X3 (motivasi
berafiliasi), mempengaruhi produktivitas kerja karyawan PT. SPT
Bekasi dapat diterima.
3. Hipotesa yang menyatakan tidak ada pengaruh yang paling dominan
dari ketiga varibel tersebut tidak dapat diterima, karena dari hasil
perhitungan koefisien determinasi partial didapat hasil bahwa variabel
motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel-variabel motivasi
berprestasi, motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
2. Ada pengaruh secara parsial antara variabel motivasi berprestasi,
motivasi akan kekuasaan dan motivasi berafiliasi terhadap
produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
3. Variabel motivasi berafiliasi (X3) mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap produktivitas kerja karyawan PT. SPT Bekasi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapatlah
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. PT. SPT Bekasi hendaknya lebih memberi perhatian terhadap motivasi
berafiliasi sebagai variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan, sehingga karyawan dapat lebih terpacu
lagi untuk bekerja. Penerapan hubungan yang baik, ramah dan karib,
serta dapat bekerja sama dengan baik antara pimpinan dengan
karyawan dan karyawan dengan karyawan akan sangat membantu
84
bagi semua pihak untuk mewujudkan tujuan perusahaan secara
bersama-sama.
2. Memacu setiap karyawan untuk meningkatkan prestasinya dengan
cara memberikan imbalan yang pantas atas prestasinya akan sangat
membantu karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, M.I. 1990. Tahuid dan Motivasi Kerja. Jurnal Ulumul Qur’an, No.
6 Vol. II/1990. Lembaga Studi Al Qur’an dan Filsafat. Jakarta.
As’ad, Moh. 1995. Sari Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Edisi
Keempat. Loberty. Yogyakarta.
Gudjarati, D. Suwarno Zaim. Ekonomotik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hasibuan, M. SP. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Gunung Agung.
Jakarta.
Martoyo, S. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. BPFE.
Yogyakarta.
Notoadmodjo, Soekidjo. DR. 1993. Metodologi Peneltian Kesehatan. Edisi
Pertama. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Robbin, S. P. 1996. Organizational Behavior. Terjemahan, Perilaku Organisasi,
Alih Bahasa : DR. Hadyana Pojoatmoko. Penyunting : Triyana
Iskandarsyah, SE. Prentice Hall Inc. New Jersey. USA.
Sedarmayati, DR. MPd. 1996. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Edisi Pertama. CV. Mandar Maju. Bandung.
. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas
Kerja. Edisi Kedua. CV. Mandar Maju. Bandung.
Siagian, SP. Prof. DR. MPA. 1998. Teori Motivasi dan Aplikasi. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.
Singarimbun, M. Effendi, S. 1995. Metodologi Penelitian Survey. LP3ES.
Jakarta.
Sinungan, M. Drs. 2000. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Edisi Keempat. PT.
Bumi Aksara. Jakarta.
Suit, J. Almasdi. 2000. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya
Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Edisi Keempat. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Winardi, J. Prof. Dr. SE. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.
Edisi Pertama. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Winardi. 1992. Manajemen Perilaku Organisasi. Citra Aditya Bakti. Bandung.
85
PERANAN ANGGARAN PENJUALAN SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN
AKTIVITAS PERUSAHAAN
Sumarsid
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen LABORA
Anggaran sebagai alat manajemen di bidang perencanaan dan
pengawasan, ternyata tidak begitu saja dapat diperoleh manfaatnya
secara penuh dan berimbang oleh perusahaan yang telah
menggunakannya tanpa ada usaha khusus dengan persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi, Anggaran penjualan dalam perusahaan pastilah
berbeda-beda dalam melaksanakan kegiatan secara berbeda dengan
perusahaan lain yang sejenis, ditambah lagi dengan adanya perbedaan
jenis usaha satu dengan yang lainnya, serta cara pengelompokannya ke
dalam berbagai tempat biaya. Karena itu di dalam proses anggaran
penjualan terlebih dahulu diperlukan adanya pengindetifikasian tempattempat biaya yang ada serta jenis-jenis biaya yang menjadi tanggung
jawab masing-masing tempat biaya.
Kata kunci : Anggaran Penjualan, Alat Pengendalian,Aktivitas
Perusahaan
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin
meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Pertumbuhan
perkembangaan suatu perusahaan menuntut kemampuan dan kecakapan
para pengelola dalam menjalankan perusahaannya, termasuk didalamnya
kemampuan dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang
dihadapi oleh perusahaan. Keputusan – keputusan yang tepat oleh
manajer berdasarkan hasil pengukuran dan pengevaluasian terhadap
pelaksanaan aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba atau
keuntungan yang optimal sebagai sumber pembiayaan bagi kelangsungan
hidup perusahaan. Kegiatan perusahaan yang menghasilkan pendapatan
pada umumnya adalah dalam bidang penjualan, baik dalam hal penjualan
86
jasa maupun barang, sesuai dengan bidang perusahaannya masingmasing.
Upaya yang tepat agar seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan
dengan baik adalah menyusun sistem perencanaan, koordinasi, dan
pengendalian yang memadai bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya
sistem perencanaan, koordinasi, dan pengendalian, perusahaan
diharapkan dapat menyusun perencanaan yang lebih baik, sehingga
perusahaan dapat mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan serta dapat mengendalikan dan dapat mengendalikan
pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan tersebut. Untuk menjabarkan
rencana tersebut diperlukan suatu alat manajemen yaitu anggaran.
Anggaran ini diperlukan untuk semua jenis usaha,tanpa anggaran
suatu perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan
operasinya. Kesulitan ini antara lain dalam hal pengelolaan. Dalam
perusahaan keberadaan anggaran sangat diperlukan sebab perusahaan
bertujuan mencari laba yang optimum, sehingga perusahaan harus
membuat perencanaan bertujuan mencari laba yang optimum, dan
perusahaan harus membuat perencanaan dan penyusunan program
secermat mungkin, apalagi jika perusahaan tersebut berada dalam
persaingan yang ketat dengan perusahaan lain yang sejenis.
Penulis memilih anggaran penjualan sebagai alat pengendalian
karena anggaran penjualan selain berguna sebagai dasar penyusunan
semua anggaran yang ada dalam perusahaan, juga merupakan salah satu
alat pengendalian terhadap kegiatan penjualan yang sedang berjalan.
Bagi perusahaan yang menghadapi persaingan pasar, anggaran penjualan
harus disusun paling awal dari semua anggaran yang lain, yang ada
dalam perusahaan.
Identifikasi Masalah
Dalam anggaran penjualan ini banyak hal-hal yang harus diketahui
agar dalam pencatatan anggaran dapat sesuai dengan aturan-aturannya.
Maka dari itu kami mencoba mengidentifikasikan dan menjawab hal-hal
yang penting dari pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul dalam
pembahasan tentang anggaran penjualan sebagai berikut: definisi
anggaran, definisi anggaran penjualan, tujuan anggaran penjualan,cara
pembuatan anggaran, dan apa saja macam-macam anggaran.
87
Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam membahas masalah-masalah yang
muncul dalam identifikasi masalah yang tidak dapat dijawab semua oleh
karya ilmiah ini, maka kami membatasi pada permasalahan anggaran
penjualan.
Rumusan Masalah
Dalam karya ilmiah ini saya mencoba mengevaluasi pertanyaanpertanyaan apa saja yang jawabannya dianggap sesuai dengan tema
makalah, dan pertanyaan-pertanyaan yang akan kami jawab yaitu:
Anggaran penjualan,Cara penyusunan anggaran penjualan,Manfaat
penggunaan anggaran penjualan, dan Metode penyusunan anggaran
penjualan
II. LANDASAN TEORI
Landasan Teori
Anggaran penjualan merupakan anggaran yang sangat penting
dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan
pendukung utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip
perusahaan. Sebab jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis seperti
"over convidance" atau terlalu percaya diri maka sebagian besar bagian
dari rencana laba keseluruhan. Adapun defenisi dari anggaran penjualan
itu sendiri adalah "Anggaran yang menerangkan secara terperinci tentang
penjualan perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana
tentang jenis barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan
barang.
Anggaran penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar
anggaran-anggaran operasi dan anggaran finansial saling isi mengisi dan
saling memantau dalam menyusun rencana anggaran komprehensip.
Agar anggaran penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka diperlukan
"Tim Peramal Penjualan" yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang
distribusi dan didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan
dari bidang lainnya. Peramalan penjualan akan menilai target penjualan
yang akan dicapai sebagai dasar penjualan.Sebaliknya, rencana anggaran
penjualan dapat dipergunakan untuk menyusun pembuatan bagian-bagian
dari anggaran-anggaran lainnya.
88
Pengertian Anggaran
Perencanaan merupakan satu diantara fungsi-fungsi manajemen,
begitu juga dengan pengendalian. Perencanaan dan pengendalian adalah
dua hal yang erat kaitannya dengan anggaran. Perencanaan yang telah
disiapkan dengan baik, tidak akan ada manfaatnya tanpa ada
pengendalian, demikian pula sebaliknya.
Anggaran merupakan suatu perencanaan yang terinci dalam bentuk
kuantitatif yang menunjukan bagaimana sumber daya diperoleh dan
digunakan dalam suatu periode tertentu.Budget atau anggaran ini tidak
hanya digunakan secara luas sebagai alat untuk perencanaan manajemen,
tetapi juga sebagai model akuntansi yang mendasar untuk keperluan
pengendalian manajemen. Douglas Garbutt (Management Accounting)
menyatakan bahwa anggaran semata-mata merupakan perpaduan antara
rencana dan ramalan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Dia
menekankan bahwa anggaran harus merupakan perangkat manajemen,
tidak sekedar perhitungan akuntansi belaka. Dengan kata lain, kehadiran
anggaran tersebut harus dapat dimanfaatkan.
Dengan adanya anggaran dapat dibandingkan antara realisasi
dengan yang dianggarkan. Selisih atau penyimpangan yang terjadi
diidentifikasi dan dicari penyebabnya atau alasan terjadi penyimpangan
atau alasan terjadi penyimpangan. Anggaran penjualan merupakan
anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan
penghasilan yang realistis dan pendukung utama dalam menyusun
rencana anggaran komprehensip perusahaan. Sebab jika anggaran
penjualan bersifat tidak realistis seperti “over convidance” atau terlalu
percaya diri maka sebagian besar bagian dari rencana laba keseluruhan.
Adapun defenisi dari anggaran penjualan itu sendiri adalah “Anggaran
yang menerangkan secara terperinci dan teliti tentang penjualan
perusahaan dimasa datang dimana didalamnya ada rencana tentang jenis
barang, jumlah, harga, waktu serta tempat penjualan barang. Anggaran
penjualan perlu dikembangkan dengan teliti agar anggaran-anggaran
operasi dan anggaran finansial saling isi mengisi dan saling memantau
dalam menyusun rencana anggaran komprehensip. Agar anggaran
penjualan lebih teliti dan meyakinkan maka diperlukan “Tim Peramal
Penjualan” yang terdiri dari beberapa ahli dari bidang distribusi dan
didukung oleh ahli-ahli bidang keuangan, produksi dan dari bidang
lainnya. Peramalan penjualan akan menilai target penjualan yang akan
dicapai sebagai dasar penjualan.
89
Tujuan Anggaran Penjualan
Sebaliknya, rencana anggaran penjualan dapat dipergunakan untuk
menyusun pembuatan bagian-bagian dari anggaran-anggaran lainnya.
Tujuan utama dari anggaran penjualan adalah: Mengurangi
ketidakpastian dimasa depan, memasukkan pertimbangan/keputusan
manajemen dalam proses perencanaan, memberikan informasi dalam
profit planing control, untuk mempermudah pengendalian penjualan.
Suatu anggaran penjualan yang lengkap sebaiknya menunjukkan
gambaran sebagai berikut : Penjualan dirinci menurut bulan, kwartalan,
semester dan tahunan. Penjualan dirinci menurut jenis-jenis produk,
penjualan dilakukan menurut daerah pemasaran
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan
anggaran penjualan antara lain: Penelitian dan peramalan penjualan,
Fungsi anggaran penjualan,Tahap-tahap peramalan penjualan, Metode
peramalan penjualan.
Fungsi Anggaran Penjualan
Fungsi dari anggaran penjualan dalam suatu perusahaan dapat
disimpulkan sebagai berikut. Anggaran penjualan adalah dasar
perencanaan atas kegiatan perusahaan pada umumnya.Anggaran
penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap pelaksanaan
divisi Pemasaran.Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian.
Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
Penelitian dan Peramalan Penjualan. Pada umurnnya apa yang
direncanakan pada anggaran penjualan merupakan dasar perencanaan
dari seluruh komponen anggaran lainnya, artinya perencanaan penjualan
merupakan “kunci keberhasilan dari rencana anggaran komprehensip.
Taksiran proyeksi volume penjualan yang realistis akan
menggambarkan suatu rencana penjualan yang cukup tepat dan hampir
mendekati penjualan yang sebenarnya, paling tidak memenuhi target dan
tidak mengalami penyimpangan yang terlalu jauh. Proyeksi volume
penjualan yang teliti adalah hasil dari ramalan penjualan yang teliti.
Peramalan penjualan yang teliti akan tergantung dari beberapa segi yang
harus diperhatikan yaitu dari segi intern dan ekstern perusahaan. Adapun
contoh-contoh dari fakta intern/control label faktor ialah Modal yang
dimiliki, Kapasitas produksi, Kemungkinan investasi, Sumber daya
manusia dll. Sedang contoh-contoh dari faktor ekstrirn /uncontrollabel
faktor ialah Keadaan pasar, Posisi perusahaan dalam pasar tersebut,
90
Persaingan, Tingkat pertumbuhan penduduk, Kebiasaaan di masyarakat
dll.
III . PEMBAHASAN
Anggaran induk (master budget) adalah rencana keuangan
komprehensif untuk keseluruhan organisasi yang terdiri dari berbagai
anggaran individual. Anggaran induk dapat dibagi menjadi anggaran
operasi dan anggaran keuangan.
Anggaran operasi menjelaskan aktifitas yang menghasilkan
pendapatan untuk perusahaan, yaitu penjualan, produksi dan barang jadi.
Hasil utama dari anggaran operasi adalah laporan laba rugi proforma.
Anggaran keuangan memuat rincian dari arus kas masuk dan keluar serta
posisi keuangan dan keseluruhan. Arus kas masuk dan keluar yang
direncanakan terdapat dalam anggaran kas. Posisi keuangan yang
diharapkan ditunjukkan dalam Neraca yang dianggarankan. Anggaran
operasi yang terdiri dari laporan laba rugi yang dianggarkan serta
beberapa anggaran pendukung seperti : Anggaran Penjualan, Produksi,
Pembelian Bahan Langsung, Tenaga Kerja Langsung, Overhead, Beban
Penjualan dan Administrasi, Persediaan Barang Jadi Anggaran Harga
Pokok Penjualan.
UNSUR YANG MELEKAT PADA ANGGARAN
a. Rencana
Recana merupakan penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau
kegiatan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang dengan
spesifikasi khusus, misalnya disusun secara sistematis mencakup seluruh
kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter.
Beberapa alasan diperlukannya “rencana” bagi perusahaan:,adanya
ketidakpastian di masa yang akan datang,banyaknya alternatif di masa
yang
akan
datang.,rencana
merupakan
pedoman
kerja
perusahaan,rencana sebagai alat koordinasi kegiatan dari seluruh bagian
yang ada di perusahaan,rencana sebagai alat pengawasan (control)
terhadap pelaksanaan.
b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
Unsur ini bermakna bahwa budget mencakup semua kegiatan yang
akan dilakukan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan,
(pemasaran, produksi, pembelanjaan, administrasi dan kegiatan yang
berkaitan dengan sumberdaya manusia).
91
c. Dinyatakan dalan unit (satuan) moneter
Budget dinyatakan dalam satuan moneter yang dapat diterapkan pada
berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam, yakni satuan
”rupiah”, mengingat satuan dari berbagai kegiatan pada dasarnya
berbeda misalnya: untuk bahan mentah kilogram, tenaga kerja jam kerja
per minggu dst.
d. Jangka waktu tertentu yang akan datang.
Unsur ini menyatakan bahwa budget berlaku untuk masa datang, hal
ini berarti bahwa apa yang dimuat dalam budget adalah taksiran –taksitan
(forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan di
waktu yang akan datang.
Faktor yang mempengaruhi penyusunan budget:
a. Faktor interen
Yang dimaksud dengan faktor intern adalah data, informasi dan
pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan sendiri. Yang dapat
berupa: Penjualan tahun –tahun lalu, kebijakan perusahaan yang
berhubungan dengan masalah harga jual, kapasitas produksi dll).
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern meliputi, data, informasi dan pengalaman yang terdapat
di luar perusahaan, tetapi memiliki pengaruh terhadap kehidupan
perusahaan.Yang dapat berupa keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan
penduduk, tingkat penghasilan masyarakat, pendidikan masyarakat,
perekonomian nasional, berbagai kebijakan pemerintah dll.
Hubungan Penganggaran dengan Manajemen
Fungsi Manajemen adalah menyusun perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), koordinator
(coordinating), dan pengawasan (controling) terhadap orang dan barang,
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. .
Berdasarkan pengertian sebelumnya (budget maupun manajemen), dapat
disimpulkan bahwa budget sebagai alat bagi manajemen untuk
membantu menjalankan fungsi-fungsinya. Namun demikian budget
sebagai alat bagi manajemen memiliki kelemahan: yakni:
a. Budget disusun berdasarkan taksiran-taksira.
b. Budget disusun dari berbagai data baik yang controlabel dan non
controlabel.
c. Efeftivitas dan efisiensi budget tergantung dari manusia sebagai
pelaksana.
92
Hubungan antara budget dengan Akuntansi
Akuntansi menyajikan data historis yang sangat bermanfaat untuk
menghitung (menyiapkan) taksiran-taksiran yang akan dituangkan dalam
budget, yang nantikan akan dijadikan sebagai pedoman kerja di waktu
yang akan datang. Selanjutnya akutansi akan melakukan pencatatan
secara sistematis dan teratur tentang pelaksanaaan budget itu nantinya,
dari hari ke hari, dengan demikian akuntansi dapat menyajikan data
realisasi pelaksanaan budget secara lengkap.
Sehingga dengan membandingkan antara budget dan catatan
akuntansi dapat diketahui apakah perusahaan telah melaksanaakan proses
kerja secara efisien atau in-efisisen, efektif atau inefektif, dst, Oleh
karena itu semua teknik pencatatan dan semua sistematika yang dipakai
dalam akuntansi harus sama dan sejalan dengan teknik serta sistematika
yang dipakai dalam budget.
Hubungan antara budget dengan statistika dan matematika
Berhubungan untuk pengolahan data (sebagai penunjang) baik saat
penyusunan maupun realisasi dan penganalisaan realisasi budget.
Sehingga dapat diketahui penyimpangan positif maupun negatif, sebagai
bahan pertimbangan keputusan efisiensi budget.
Isi dan Prosedur Penyusunan Anggaran dan Faktor Budget adalah
hasil kerja (out-put) yang terutama berupa taksiran-taksiran yang akan
dilaksanakan di waktu yang akan datang, yang dituangkan dalam suatu
naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis.
Proses Kegiatan yang tercakup dalam Budgeting:
• Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun
budget.
• Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun budget,
• Menyusun budget dan menyajikan secara teratur dan sistematis.
• Pengkoordinasian pelaksanaan budget
• Pengolahan dan penganalsisaan data tersebut untuk mengadakan
interpretasi dan memperoleh kesimpulan, dalam rangka mengadakan
penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan serta
menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari
kesimpulan-kesimpulan tersebut.
93
Tugas Penyusunan Anggaran
Tugas penyusunan budget merupakan tanggung jawab dari pimpinan
tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas penyusunan budget
selanjutnya dapat didelegasikan kepada bagian yang terkait pada
perusahaan (tergantung struktur perusahaan). Berikut ini beberapa bagian
yang dapat memperoleh pendelagasia penyusunan budget:
a. bagian administrasi (bagi perusahaan kecil) , karena seluruh data
aktivitas perusahaan baik produksi, pemasaran maupun yang lainnya
terkumpul pada bagian ini.
b. panitia budget (bagi perusahaan besar), terdiri dari pimpinan dan
wakil masingmasing bagian terkaitan.
Budget yang selesai disusun baik oleh bagian administrasi maupun
panitia budget (tergantung organisasi perusahaan), disebut sebagai draft
budget (rancangan budget), sedangkan apabila rancangan tersebut telah
diserahkan,disetujui dan disahkan oleh pimpinan teritnggi perusahaan
disebut sebagai Budget yang definitif. Budget sudah sehusnya mencakup
seluruh kegiatan perusahaan, sehingga fungsi budget benar-benar dapaaat
berjalan. Budget yang menyeluruh tersebut di namakan budget
Komprehensif (Comphrehensive Budget).
Isi dari Comphrehensive Budget, secara garis besar terdiri dari:
a. forecasting budget
b. variabel budget (berisis tentang tingkat perubahan biaya atau tingkat
variabilitas)
c. analsisa statistika dan matematika pembantu
d. laporan budget (/budget report): merupakan laporan realisasi
pelaksanaan budget yang dilengkapi dengan berbagai analisa
perbandingan antara budget dengan relaisasinya, sehingga dapat
diketahui penyimpangan-penyimpangan maupun efisiensi-efisiensi
yang terjadi, sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan.
Anggaran Komprehensip dan Parsial
Anggaran komprehensip merupakan anggaran dengan ruang lingkup
yang meyeluruh. Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensip
mencakup seluruh aktivitas perusahaan baik dalam bidang pemasaran,
produksi, keuangan dan administrasi.
Anggaran Parsial. Anggran parsial merupakan anggaran yang disusun
dengan ruang lingkup yang terbatas atau dalam ruang lingkup yang
sempit. Misalnya perusahaan hanya menyususn anggaran produksi saja,
penjulan atau keuangan saja. Dalam anggaran parsial masing-masing
94
bagian menyusun anggaran secara sendiri-sendiri, sehingga rencana
tersebut disusun tidak terpadu, dibandingkan dengan anggaran
komprehensip anggaran parsial lebih mudah disusun karena belum begitu
kompleks.
DASAR-DASAR PENYUSUANAN ANGGARAN.
Sebelum menyusun anggaran penjualan biasanya di buat peramalan
penjualan dan faktor-faktor yang diperhatikan dalam penyusunan
anggaran karena berpengaruh terhadap penjualan. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
a. Faktor pemasaran
Dalam pemasaran hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah:
- Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, dan nasional.
- Keadaan persaingan, apakah bersifat monopoli, oligopoly, dan
bebas.
- Keadaan Konsumen, bagaimana selera konsumen, tingkat daya beli
konsumen, apakah konsumen akhir atau konsumen industri.
b. Faktor Keuangan
Apakah modal kerja perusahaan mampu mendukung pencapaian target
penjualan yang dianggarkan, seperti membeli bahan baku, membayar
upah, biaya promo produk dan lain-lain.
c. Faktor ekonomis
Apakah dengan meningkatnya penjualan akan meningkatkan
laba/sebaliknya.
d. Faktor teknis
Apakah kapasitas terpasang, seperti mesin dan alat mampu memenuhi
target penjualan yang dianggarkan. Apakah bahan baku dan tenaga
kerja mudah dan murah.
e. Faktor lainnya
Apakah pada musim tertentu anggaran penjualan ditambah. Apakah
kebijaksanaan pemerintah tidak berubah. Sampai berapa lama
anggaran disusun masih dipertahankan.
TAHAP-TAHAP PENGANGGARAN
Perkembangan anggaran dipandang dari segi manfaat yang ingin
diperoleh pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga tahapan.
Anggaran sebagai alat penaksir: dari segi manfaat yang dapat
diperoleh ini merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran
sebagai alat perencanaan. Aspek anggaran sebagai alat pengendali sedikit
95
sekali dapat diperoleh dari tahap ini. Sekali anggaran di susun dan
disahkan pada awal tahun umumnya tidak lagi dilakukan pengubahanpengubahan. Bilamana terjadi pengubahan dalam kondisi, maka realisasi
seakan-akan berjalan terpisah dari anggarannya. Dengan demikian
anggaran disusun hanya sebagai formalitas.
Anggaran dengan manfaat yang minimal itu ternyata cukup banyak
dijumpai dalam dalam praktek karena alasan-alesan berikut:
1. Keadaan yang minimal dan kurang akurat menyebabkan sulitnya
dilakukan proyeksi secara tepat.
2. Tingginya kadar ketidakpastian yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian anggaran hanya berfungsi sebagai alat penentu arah.
(alat perencanaan).
TAHAP-TAHAP PERAMALAN ANGGARAN
Tahap-tahap peramalan penjualan dapat dibagi atas beberapa
analisa sebagai berikut:
a. Analisa penjualan : Analisa penjualan pada masa yang lalu,
merupakan analisa bulanan, kuartal tahunan ataupun triwulan dan
panca tahunan, yang berhubungan dengan analisa produk, daerah
pemasaran, langganan maupun pesanan atas barang-barang. Analisa
penjualan adalah suatu analisa tentang penjualan yang berhubungan
erat dengan daerah pemasaran, produk, langganan, pesanan dan lainlain.
b. Analisa fungsi produksi :Analisa fungsi produksi merupakan
kemampuan manajemen dalam pengalihan faktor-faktor produksi
yang tersedia menjadi produksi sehingga tersedianya kuantitas
penjualan tergantung kepada kuantitas produksi yang akan dihasilkan
sesuai dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.
Metode Peramalan Penjualan
Hasil penjualan tahun sebelumnya digunakan sebagai titik awal
dalam menyusun ramalan penjualan. Alat statistik yang dapat digunakan
untuk menyusun ramalan penjualan diantaranya analisa regresi, trend dan
proyeksi siklus serta analisis korelasi. Penggunaan model-model statistik
dan ekonometrika tersebut dapat meningkatkan kualitas data anggaran.
Untuk memprediksi penjualan di masa yang akan datang, model yang
sering dipergunakan adalah metode kuadrat terkecil atau lebih lazim
dikenal dengan nama trend. Dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil ini perusahaan akan dapat melaksanakan perhitungan ramalan
96
penjualan produk perusahaan melalui dua macam bentuk yaitu bentuk
linier dan bentuk kuadrat. Bentuk yang akan dipergunakan di perusahaan
sebagai dasar perencanaan penjualan tergantung pada bentuk yang paling
sesuai dengan kondisi perusahaan. Bentuk umum dari trend linier (garis
lurus) dan trend kuadrat (garis lengkung) adalah sebagai berikut.
Dimana :
Y: variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah peramalan
penjualan produk perusahaan.
a: konstanta yang akan menunjukan besarnya harga Y apabila X sama
dengan 0 (nol)
b: variabel per x” yaitu menunjukkan besamya perubahan nilai Y dan
setiap perubahan satu unit x.
x: unit waktu, yang dapat dinyatakan dengan minggu, bulan, semester,
tahun dan lainnya tergantung kepada kesesuaian dari perusahaan itu
sendiri.
ANGGARAN PENJUALAN
Fondasi dari anggaran penjualan dan semua bagian anggaran master
adalah prakiraan (forecast) penjualan. Jika prakiraan telah disiapkan
secara hati-hati dan akurat, langkah-langkah yang telah diambil dalam
proses anggaran akan lebih andal (reliable). Hal ini dijelaskan bahwa
prakiraan penjualan menyediakan data untuk mengembamgkan anggaran
poduksi, pembelian, komersial, dan admisinstrasi dan keuangan. Jika
prakiraan penjualan salah, anggaran yang berkaitan akan mengurangi
keandalan (less reliable).
Masalah penjualan produk perusahaan adalah masalah yang sering
di hadapi setiap perusahaan. Baik produk perusahaan tersebut berupa
barang ataupun jasa penjualan produk memerlukan perhatian khusus agar
mencapi target yang telah ditetapkan. Oleh karenha itu penyusunan
anggaran penjulan adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan
karena kegiatan yang ada di dalamnya akan disusun perencanaaan.
Sebagaimana perencanaan pada umunya anggaran penjualan akan
disusun dalam jangka panjang dan jangka pendek. Anggaran penjulan
jangka panjang merupakan anggaran yang disusun secara garis besar saja
yang akan memperlihatkan gambaran penjulan jangka panjang dalam
perusahaan tersebut. Sedangkan anggaran penjualan jangka pendek
merupakan terjemahan anggaran penjulan jangka panjang untuk suatu
periode tertentu yang disusun secara terinci. Anggaran jangka pendek
97
merupakan pedoman pelaksanaan penjulan produk perusahaan yang akan
dipergunakan dalam perusahaan yang bersangkutan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran
penjualan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Rincian jumlah dan jenis produk perusahaan.
Anggaran penjualan harus menginformasikan jenis produk yang akan
di jual serta jumlah unit dari masing-masing tersebut. Hal ini
diperlukan untuk pengawasan masing-masing jenis Produk yang akan
di jual dengan mengetahui kuantitasnya.
B. Rincian daerah pemasaran
Anggaran
penjualan
bagi
perusahaan
diperlukan
untuk
memperlihatkan ke mana saja perusahaan tersebut di jual. Hal ini
berguna bagi para pelaksana penjualan serta memudahkan
pengawasan penjualan. Pemasaran akan di bagi dengan dasar-dasar
tertentu yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Dasar yang paling
umum adalah letak geografis dan tidak jarang pula yang
mempergunakan pembagian atas dasar kota tujuan atau kelompok kota
tujuan pemasaran.
C. Diskriminasi harga
Terdapat beberapa perusahaan yang menetapkan harga yang sama
bagi penjualan produknya untuk seluruh daerah pemasaran. Namun
hal ini harus dihapuskan untuk perusahaan semacam ini harga yang
ditentukan masing-masing daerah pemasaran harus jelas sehingga
dapat diketahui dan diawasi pelaksanaannya dengan mudah. Jika hal
tersebut tidak dilaksanakan oleh perusahaan maka penjualan produk
perusahaan tersebut akan mengalami beberapa kesulitan di dalam
pengawasannya karena terdapat beberapa harga yang berbeda antara
satu daerah dengan daerah pemasaran yang lain.
D. Potongan harga
Bagi pembeli atau distributor yang membeli produk atau pembayaran
dengan jangka waktu tertentu sering mendapatkan perlakuan harga
yang berbeda dengan adanya akan memudahkan pengawasan
penjualan produk perusahaan tersebut. Seharusnya disebutkan
potongan yang akan diberikan oleh distributor atau pembeli dengan
ketentuan-ketentuan tertentu. Oleh karena itu dalam penyusunan
anggaran penjualan harus di lengkapi anggaran potongan pembelian.
98
E. Rincian penjulan bulanan
Untuk keperluan perencanaan, kordinasi, dan pengawasan dalam
perusahaan, anggaran penjualan yang disusun dilengkapi dengan
rincian penjualan bulanan. Bagi perusahaan yang menyusun
peramalan
penjualan tahunan, pada umumnya pemecahan
perencanaan penjualan bulanan ini akan dilaksanakan berdasarkan
pola penjualan bulanan pada periode yang lalu.
Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut, maka anggaran
penjulaan produk perusahaan dapat disusun. Semakin jelas anggaran
dalam perusahaan tersebut disajikan, semakin mudah pula manajemen
perusahaan melaksanakan kordinasi dan pengawasan kegiatan penjualan
perusahaan.
PENYUSUNAN ANGGARAN PENJUALAN
Dasar utama anggaran
penjualan adalah
hasil peramalan
penjualan yang telah dilaksanakan dengan mempergunakan model yang
sesuai dengan keaadaan perusahaan tersebut. Namun manajemen perlu
mempertimbangkan kemampuan perusahaan yang ada. Bersamaan
kebijakan khusus yng perlu di ambil sehubungan dengan keadaaan
tertentu. Kemampuan financial, kemampuan ekonomis dan kemampuan
teknis harus bersama-sama dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah
penjualan yang akan dianggarkan dalam periode yang akan datang.
Kemampuan financial adalah kemampuan perusahaan dalam
menggunakan dana yang ada untuk mendukung target sesuai dengan
hasil peramalan penjualan yang ada. Dalam hal ini manajeman harus
mempertimbangkan kebutuhan modal kerja untuk mendukung
perencanaan penjulan tersebut. Kemampuan ekonomis adalah target
penjulan yang ada pada perusahaan masih bergerak dalam skala
ekonomis. Perlu diketahui bahwa penambahan volume penjulan tidaklah
selamanya akan menambah keuntungan perusahaan. Pada awal
penambahan tersebut menambahkan keuntungan, namun apabila
penambahan ini dilakukan terus menerus, suatu saat penambahan
keuntungan ini akan terhenti dan akhirnya justru berkurang, sedangkan
kemampuan teknis adalah kemampuan perusahaan yang ditinjau dari
aspek teknis atau yang di sebut sebagai kepastian yang tersedia
(kapasitas terpasang). Hal ini perlu diperhatikan karena berguna untuk
mendukung target penjualan perusahaan.
99
Untuk menentukan suatu perusahaan perlu diperluas atau tidak
maka disusun dalam perencanaan jangka panjang. Dalam hal ini
anggaran penjualan jangka panjang sangat berperan karena akan
memperlihatkan gambaran penjualan produk perusahaan dalam jangka
panjang. Selain kemampuan perusahaan yang harus dipertimbangkan,
manajemen perusahaan juga dapat menentukan beberapa kebijakan
khusus atau hasil peramalalan penjualan yang telah disusun. Kebijakan
khusus ini misalnya pembulatan angka hasil peramalan, penambahan
jumlah unit yang di jual atas dasar pertimbangan khusus (mislanya
menjelang beberapa hari raya) dan sebagainya. Dengan demikian
perencanaan penjualan ditetapkan akan sedikit
berbeda dengan
peramalan penjualan produk perusahaan tersebut.
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan.
Keuntungan dapat diperoleh apabila perusahaan menjual barang dan jasa
dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya. Masalah-masalah
utama yang dihadapi pada saat akan menjual suatu barang / jasa pada
umunnya adalah:
1) Barang / jasa apa yang akan dijual.
2) Biaya-biaya yang perlu dikeluarkan agar barang/jasa tersaebut dapat
terjual.
3) Berapa harga/jasa tersebut agar mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan tetapi terjangkau oleh pembeli.
POLITIK HARGA DALAM ANGGARAN PENJUALAN
Masalah penetapan harga jual per unit produk adalah masalah yang
utama dalam penyusunan anggaran penjualan terdapat saling
ketergantungan antara kuantitas (volume) penjualan yang diharapkan
dengan tingkat harga yang direncanakan. Oleh karena itu manajemen
harus memperhatikan masalah kebijakan penetapan harga.
Ada dua dasar yang berhubungan dengan masalah penentuan harga
ini dalam hubungannya dengan volume penjualan yakni:
1. Estimasi terhadap kurva permintaan, yakni bahwa perubahan tingkat
harga akan mengakibatkan perubahan tingkat permintaan.
2. Kurva biaya per unit, yakni makin tinggi volume produksi maka
makin besar biaya yang ditanggung.
Terkadang terjadi kesulitan bagi manager untuk mengambil
keputusan seandainya ia diharuskan memilih salah satu dari 2
kebijaksanaan:
100
a. Menaikkan tingkat harga per unit produksi tetapi volume penjualan
dalam unit menurun.
b. Atau menurunkan tingkat harga per unit produk tetapi volume
penjualan akan meningkat.
PENGARUH UPAYA MARKETING TERHADAP VOLUME
PENJULAN
Di dalam kenyataan yang lebih umum terjadi, besarnya penjualan
yang dapat dicapai tidak hanya tergantung pada tingkat harga yang kita
pilih. Di dalam struktur persiangan yang sempurna, justru perusahaan
tidak mungkin mempengaruhi tingkat harga. Harga ekuilibriumlah yang
akan mampu bertahan lama, karena pada harga ini jumlah yang
ditawarkan akan sama dengan jumlah yang diminta. Pada tingkat harga
yang lebih tinggi dari harga ekuilibrium jumlah penawaran akan
melebihi permintaan. Sebaliknya pada harga yang lebih rendah dari
harga ekuilibrium, jumlah yang diminta akan melebihi penawarannya.
Sebaliknya di dalam stuktur persaingan yang kurang sempurna atau
persaingan monopolistis, dan hal ini yang lebih sering terjadi, para
konsumen kurang menguasai informasi pasar yang diperlukan untuk
membuat pilihan yang tepat. Dalam keadaan yang demikian para
produsen dan penjual mencoba mempengaruhi pasaran hasil produksinya
melalui variabel bukan harga, seperti mutu dan kelengkapan produk
mereka, syarat pembayaran, jasa pelayanan yang lain, distibusi yang
merata sehingga mempermudahkan calon pembeli mencari produk
mereka, program promosi yang intensif dan sebagainya.
Semua usaha ini membutuhkan biaya. Oleh karena itu tinggi
rendahnya anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
ini pada akhirnya yang mementukkan tinggi rendahnya penjualan yang
dapat diharapkan.
LANGKAH DALAM MENYUSUN RENCANA PENJUALAN
Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu
dilakukan meliputi:
1. Penentuan dasar-dasar anggaran :Penentuan relevant variable yang
mempengaruhi penjualan,Penentuan tujuan umum dan khusus yang
diinginkan.,Penentuan strategi pemasaran yang dipakai.
2. Penyusunan rencana penjualan :Analisa ekonomi, dengan mengadakan
proyeksi
terhadap
aspek-aspek
makro
seperti:
Monete,
101
Kependudukan, Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang
ekonomi, Teknologi.
a) Melakukan analisa industry,Analisa ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan masyarakat menyerap produk sejenis yang
dihasilkan oleh industry.
b) Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu,Analisa ini
dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu.
Dengan kata lain untuk mengetahui market share yang dimiliki
perusahaan di masa lampau.
c) Analisa penetuan prestasi penjualan yang akan dating,Analisa ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai
target penjualn di masa depan, dengan memperhatikan factor-faktor
produksi
seperti:Bahan
mentah.,Tenaga
kerja.,Kapasitas
produksi,Keadaan permodalan.
PERAMALAN PENJUALAN
Ramalan penjualan merupakan proses kegiatan memperkirakan
produk yang akan dijual pada waktu yang akan datang dalam keadaan
tertentu dan di buat berdasarkan data yang pernah tejadi dan atau
mungkin terjadi. Teknik membuat ramalan penjualan dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif atau gabungan keduannya. Ramalan
kualitatif seperti dengan menggunakan metode penilaian atau pendapatan
(judgment method). Sumber penilaian yang dipakai sebagai dasar
melakukan ramalan penjualan antara lain penilaian dari pramuniaga,
penilaian manager pemasaran, penilaian para ahli atau survei konsumen.
Sedangkan ramalan kualitatif umumnya menggunakan metode statistik,
tetapi dapat juga dengan metode pendapat atau dengan metode khusus.
Metode khusus seperti metode analisis industri, analisis lini produksi,
analisis penggunaan akhir. Namun keduanya tidak menjamin ketetapan
ramalan penjualan dengan realistis penjualan, apabila ramalan penjualan
tersebut dapat disusun berdasarkan kontrak jual beli (sales contract).
Anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran lainnya
dan umumnya di susun terlebih dahulu sebelum menyusun anggaran
lainnya. Oleh karena itu anggaran penjualan sering disebut juga dengan
ANGGARAN KUNCI berhasil tidaknya suatu perusahaan bergantung
pada keberhasilan pemasaran dalam meningkatkan penjualan. Penjualan
merupakan ujung tombak dalam mencapai tujuan perusahaan mencari
laba yang maksimal. Oleh karena itu anggaran penjualan disusun terlebih
dahulu dan merupakan dasar dalam penyusunan anggaran lainnya.
102
Kesalahan dalam penyusunan anggaran penjualan akan mengakibatkan
kesalahan pada anggaran lainnya.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Pada umumnya dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya suatu
perusahaan akan menghadapi dua permasalahan utama yang mempunyai
hubungan timbal balik sangat erat, yaitu permasalahan yang
berhubungan dengan penjualan dan permasalahan yang berhubungan
dengan produksi. Dari permasalahan ini terdapat dua alternatif hubungan
timbal balik antara anggaran penjualan dan anggaran produksi. Alternatif
pertama adalah besar kecilnya perusahaan dipengaruhi oleh besar
kecilnya penjualan. Sedangkan alternatif kedua adalah besar kecilnya
penjualan dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Dan lebih baik
menggunakan trend garis lengkung untuk semua produk agar dapat
melihat metode mana yang lebih baik bagi produk tertentu dengan
melihat standar kesalahan prediksi masing-masing produk dengan kedua
metode.
Saran
Bagi perusahaan yang ingin penjualannya tetap stabil maka
perusahaan tersebut harus membuat perencanaan penganggarannya
terlebih dahulu agar mendapatkan keuntungan yang direncanakan pada
sebelumnya dan perusahaan tersebut juga bisa mengatasi seandainya
perusahaan itu mengalami rugi dalam penjualannya oleh karena itu
penganggaran penjualan bermanfaat bagi setiap perusahaan baik
perusahaan jasa dan dagang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar, Agus. 1998. Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif. Buku
1. Yogyakarta. BPFE – Yogyakarta.
Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 2003.Anggaran Perusahaan.
Buku I. Yogyakarta. BPFE- Yogyakarta.
Nafarin, M. 2004.Penganggaran Perusahaan . Jakarta. Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2000.SPPS Mengolah Data Statitstik Anggaran Secara
Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta
103
MENURUNKAN WAKTU SET UP
DENGAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES
(SMED) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
DI PT GARUDA METALINDO
MAMIK SUENDARTI
DOSEN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS SATYAGAMA
ABSTRAKSI
Proses set up yang dilakukan di PT Garuda metalindo, sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur baut, mur dan
komponen otomotif, membutuhkan waktu set up yang lama. Hal ini
menyebabkan perusahaan kesulitan menerima order dalam jumlah yang
kecil. Apabila perusahaan tetap memaksakan untuk menerima order
yang sedikit jumlahnya, maka sebagian besar biaya produksi dipakai
untuk aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk.
Kondisi ini menyebabkan perusahaan kurang mampu bersaing dengan
perusahaan lainnya dari segi minimum order dan biaya produksi.
Single Minute Exhange of Dies (SMED) adalah salah satu teknik
dalam Lean Manufacturing yang ditujukan untuk mengurangi waktu set
up. Dengan mengurangi waktu set up, proporsi waktu produktif akan
meningkat. Hal ini merupakan solusi terhadap keinginan perusahaan
yang menghendaki proses produksi berjalan kontinyu.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Suatu industri biasanya menerima order produk yang beraneka
ragam. Untuk memenuhi order tersebut, perusahaan harus dapat
memproduksi dalam jumlah yang kecil. Namun order yang minimal ini
kadangkala tidak bisa terlalu sedikit karena waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan set up cukup lama. Oleh karena itu perlu
memperpendek waktu set up-nya. Pengurangan waktu set up, selain bisa
mengurangi order minimal, juga akan meningkatkan waktu produktifnya.
PT Garuda Metalindo yang bergerak dalam bidang manufaktur baut, mur
dan komponen otomotif dalam proses produksinya, terutama proses
104
forming membutuhkan waktu set up yang lama, bahkan seringkali waktu
set up-nya lebih lama daripada waktu untuk produksi.
Seiring dengan pesatnya persaingan di dunia bisnis baut, mur dan
komponen otomotif, maka manajemen PT Garuda Metalindo perlu
mengoptimalkan sumber daya yang ada guna meningkatkan
produktivitas serta menurunkan biaya produksi, salah satu diantaranya
adalah dengan cara menurunkan waktu set up.
1.2. Perumusan Masalah
Set up di mesin JBF13B4SXL-1 masih berkisar 6 ~ 7%, masih di
atas target, yang diinginkan oleh perusahaan yaitu kurang dari 5% dari
total jam kerja per bulan. Hal tersebut perlu dilakukan penanganan,
sehingga set up bisa diturunkan menjadi kurang dari 5%.
1.3. Batasan Masalah
Agar lebih terfokus pada tema, maka pembahasannya dibatasi
sebagai berikut :
1. Pengamatan pada waktu set up untuk proses forming dimesin
JBF13B4SXL-1.
2. Set up yang dimaksud adalah set up kategori set up awal, yaitu set up
ganti ukuran dengan produk yang sama atau berbeda.
3. Bahasan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas terutama di
mesin JBF13B4SXL-1.
1.4. Tujuan Penulisan
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan adalah :
1. Menurunkan waktu set up
Waktu set up perlu diturunkan, disesuaikan dengan tuntutan
perusahaan yang harus bersaing dengan kompetitor dalam
menyediakan pemenuhan kebutuhan produk bagi konsumen di
pasaran.
2. Meningkatkan produktivitas.
Waktu set up yang singkat, dapat meningkatkan produktivitas, akibat
waktu produktifnya bertambah, sehingga perusahaan mampu
eningkatkan kapasitas produksi dan mendatangkan profit yang lebih
besar.
105
LANDASAN TEORI
2.1. Proses Produksi
Proses produksi didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari
tenaga kerja, metode, material, mesin atau peralatan dalam suatu
lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan.
Proses produksi dapat digambarkan sebagai suatu keadaan input - output
(masukan – keluaran) bahan baku yang digunakan untuk membuat
barang/produk, sedangkan operasi meliputi pengubahan bahan baku
(dengan mengunakan peralatan, waktu, keahlian, uang, manajemen dan
sebagainya) menjadi barang jadi yang merupakan output.
2.2. Proses Forming
Sesuai dengan Prosedur Mutu Proses Produksi PT Garuda
Metalindo, bahwa yang dimaksud dengan proses forming adalah proses
pembuatan bentuk baut/mur/komponen otomotif lain yang dilakukan
dengan menggunakan mesin Bolt Former dan serangkaian dies serta
punch untuk mendapatkan dimensi/bentuk yang diinginkan dengan
bahan baku berupa wire rod dan produk setengah jadi sebagai outputnya.
Setelah proses forming, maka produk setengah jadi ini perlu dilakukan
proses lanjutan sesuai dengan keperluan.
2.3. Produktivitas
Produktivitas dapat diartikan secara umum sebagai jumlah satuan
barang atau jasa yang dapat dibuat oleh seorang pekerja dalam satuan
kurun waktu tertentu dengan menggunakan berbagai jenis mesin dan
peralatan yang tersedia di tempat kerjanya. Dengan menghitung daya
hasil ini, perusahaan akan dapat menentukan daya kerja seluruh sarana
pengolahan yang dimilikinya.
Produktvitas dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang
pekerja sudah bekerja dengan baik atau belum. Untuk keperluan ini,
haruslah ditetapkan suatu tolak ukur atau acuan (standar) terhadap
produktivitas yang sebenarnya dimiliki seorang pekerja yang akan
dibandingkan.
Produktivitas yang lebih rendah dari standar tersebut merupakan
kerugian didalam pendayagunaan sumberdaya manusia oleh perusahaan.
Semakin dekat tingkat produktivitas yang sebenarnya (actual
produkivity) dengan produktivitas yang seharusnya (standard
produkivity) maka semakin baik pula kegiatan operasi dan produksi
perusahaan.
106
Penjelasan tentang produktivitas dapat diuraikan sebagai berikut :
A
B
C
D
E
F
H
G
I
Gambar 3.1. Diagram Jam Kerja
Keterangan :
A = Available Time (hours)
B = Gross Produstion Time (hours)
C = Non Production Downtime (hours)
D = Net Production Time (hours)
E = Production Downtime (hours)
F = Gross Allowed Time (hours)
G = Speed Gap Downtime/Minor Stop (hours)
H = Net Allowed Time (hours)
I = Non Quality Downtime (hours)
A. Available TimeAdalah waktu yang tersedia atau waktu yang
dialokasikan selama proses produksi.
B. Gross Production Time
Adalah waktu produksi yang tersedia diluar waktu non produksi yang
telah direncanakan atau disebut juga waktu produksi kotor.
C. Non Production Downtime
Adalah waktu non produksi yang telah direncanakan/diprediksikan
untuk berhenti operasi. Contoh : pengisian cek sheet sebelum operasi
mesin, bersih – bersih, preventive maintenance, trial, briefing.
D. Net Production Time
Adalah waktu produksi yang tersedia diluar waktu non produksi yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan atau disebut juga
waktu produksi bersih.
107
E. Production Downtime
Adalah waktu non produksi yang tidak direncanakan dan menjadi
beban (tanggungjawab) dalam kegiatan proses produksi. Contoh :
trouble process, set up, corrective maintenance.
F. Gross Allowed Time
Adalah waktu produksi bersih diluar waktu yang hilang akibat
perubahan kecepatan proses.
G. Speed Gap Downtime/Minor Stop
Adalah waktu yang hilang akibat perubahan kecepatan proses (cycle
time, run rate) selama proses produksi atau waktu yang hilang akibat
proses berhenti dalam durasi yang tidak lama. Contoh : Operator ke
toilet, Operator mengambil air minum (untuk proses manual).
H. Net Allowed Time
Adalah waktu efektif yang terpakai selama produksi untuk
menghasilkan produk sesuai kualitas yang diinginkan.
I. Non Quality Downtime
Adalah waktu yang hilang akibat proses menghasilkan produk yang
tidak berkualitas.
Dalam perhitungan dikenal 2 macam produktivitas, yaitu :
1. Overall Equipment Efficiency (OEE)
OEE = Net Allowed Time x 100%
Available Time
OEE adalah efisiensi yang menggambarkan prestasi suatu proses secara
keseluruhan dan tidak berpengaruh pada downtime yang terjadi selama
proses tersebut.
2. Running Equipment Efficiency (REE)
mmNet Allowed Timemm
REE = Gross Production Time x 100%
108
REE adalah efisiensi yang menggambarkan prestasi suatu proses yang
dipengaruhi oleh waktu non produksi yang telah direncanakan/
diprediksikan.
2.5. Set Up
Set up adalah aktifitas dalam industri yang dilakukan dengan
mengganti sebagian atau seluruh parameter yang mempengaruhi suatu
produk saat diproses dengan tujuan untuk mendapatkan suatu produk
yang sesuai dengan harapan.
Set up dalam dunia industri umumnya dikelompokkan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
1. Persiapan
Melakukan persiapan, pengecekan material, pengecekan peralatan
sebelum proses set up berlangsung dan membersihkan tempat kerja,
mengecek dan mengembalikan peralatan, material dan lain – lain
setelah proses set up selesai.
2. Penataan
Memindahkan peralatan, parts dan lain – lain setelah penyelesaian lot
terakhir, kemudian menata parts, peralatan dan lain – lain sebelum lot
selanjutnya.
3. Penyetingan
Mengukur, mensetting dan mengkalibrasi mesin, peralatan, fixtures
dan part pada saat proses berlangsung.
4. Adjusment
Memproduksi suatu produk contoh setelah setting awal selesai dan
mengecek produk contoh tersebut apakah sesuai standar produk.
Kemudian menyetel produk mesin dan memproduksi produk kembali
dan seterusnya sampai menghasilkan produk yang sesuai standar.
Dalam industri, waktu set up perlu dipertimbangkan bila diingkan
produktivitas yang tingi. Sebagai contoh, bila diinginkan efisiensi 90%,
maka hubungan antara waktu set up dan quantity minimum produk yang
akan diproses bila diasumsikan tidak ada downtime lain dalam proses
produksi adalah sebagai berikut :
Q = 9 R.S
Dimana :
Q = Quantity minimum (pcs)
R = Run rate (pcs/menit)
S = Waktu set up (menit)
109
Persamaan diatas perlu dipertimbangkan untuk menentukan quantity
minimum order yang boleh diterima dengan melihat waktu set up untuk
memproduksi produk tersebut. Hal lain juga dapat dijelaskan bahwa
salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan menurunkan
waktu set up.
2.6. Metode Set Up Single Minute Exchange of Dies (SMED)
SMED adalah sebuah metodologi untuk menganalisa dan
mengurangi waktu penggantian die saat set up yang dapat digunakan
secara universal pada seluruh kegiatan penggantian dan set up seperti
wood working, metal forming, plastics & electronics, pharmaceuticals,
food processing, chemicals dan bahkan untuk service.
Berbeda dengan metode set up konvensional yang umumnya belum
terstruktur, menurut metode SMED dikemukakan bahwa aktivitas set up
dapat dikelompokkan menjadi aktivitas internal dan aktivitas external.
Aktivitas internal set up adalah aktivitas yang dilakukan saat kegiatan set
up itu dilakukan, aktivitas ini tidak dapat dihilangkan atau harus
dilakukan saat set up. Sedangkan aktivitas external set up adalah
aktivitas yang dilakukan diluar kegiatan set up. Ativitas ini dapat
dihilangkan dan tidak mempengaruhi hasil set up yang dilakukan.
Untuk menurunkan waktu set up tersebut perlu dilakukan
pengambilan data dengan merekam aktivitas set up menggunakan
kamera video (handycam), kemudian menguraikan aktivitas set up
tersebut kedalam suatu lembar aktivitas set up lengkap dengan durasi
waktunya. Selanjutnya dari lembar aktivitas set up tersebut, dilakukan
langkah – langkah sebagi berikut :
1. Langkah Pertama
Memisahkan aktivitas set up yang harus diselesaikan saat mesin
berhenti (internal set up) terhadap aktivitas yang dapat dikerjakan saat
mesin beroperasi (external set up), baik sebelum set up dimulai
maupun setelah selesai.
2. Langkah Kedua
Merubah aktivitas internal set up sebanyak mungkin menjadi external
set up.
3. Langkah Ketiga
Mengurangi aktivitas internal set up dengan mengurangi aktivitas
kegiatan penyesuaian (adjusment), menyederhanakan alat bantu dan
kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu, merubah
110
urutan aktivitas set up yang dilakukan berurutan dengan aktivitas set
up yang dapat dilakukan secara paralel.
4. Langkah Keempat
Mengurangi total waktu untuk seluruh aktivitas set up, baik internal
maupun external.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi
Untuk menurunkan waktu set up, maka dibuatkan kerangka pemikiran
Flow Chart seperti berikut ini :
Start
Studi Literatur
Pengumpulan
Data Hasil
Anali
saDa
Tid
ak
Ya
Kesimpul
End
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran
3.2. Metode Pengumpulan Data
111
Dalam pengambilan data dalam penulisan Tugas Akhir ini,
dilakukan beberapa metode dalam pengumpulan data, diantaranya :
1. Pustaka
Pustaka dilakukan dengan mempelajari data lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan set up, baik data internal yang dimiliki
perusahaan maupun data dari pustaka.
2. Interview
Interview dilakukan dengan cara mewawancarai Pelaku Set Up atau
operator dan personil terkait yang berhubungan dengan pelaksanaan
set up.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati sistem kerja lain yang
men-support pelaksanan set up.
4. View Recording
View recording dilakukan dengan cara merekam aktivitas set up yang
dilakukan oleh Pelaku Set Up dengan menggunakan Handycam.
3.3. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam melakukan analisa
masalah adalah dengan menggunakan :
1. Diagram Pareto
Difungsikan untuk menentukan urutan pentingnya masalah atau
penyebab dari masalah yang ada.
2. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram)
Difungsikan untuk :
• Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
• Membantu membangkitkan ide – ide untuk solusi suatu masalah.
• Membantu dalam menyelidiki pencarian fakta lebih lanjut.
DATA HASIL DAN ANALISA
4.1. Penyajian Data
4.1.1.Overall Equipment Efficiency (OEE)
Dari hasil pengumpulan data, didapat bahwa jam kerja yang
tersedia dan downtime untuk mesin JBF13B4SXL-1 dari bulan Januari
hingga September 2008 adalah sebagai berikut :
112
Tabel 1 : Available Time & Downtime Mesin JBF13B4SXL-1
Januari s/d September 2008
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Available Time
619.00 595.00 567.50 634.00 621.50 619.00 643.00 621.50 543.00
Production Downtime
138.35 119.18 109.87 103.34 100.81 116.68 106.29 114.05
Non Production Downtime
satuan : jam
65.75
65.00
61.00
81.46
68.75
78.81
80.73
80.12
92.15
78.00
Untuk downtime speed reduce minor stop dan non quality tidak
dapat diperoleh data, karena nilainya tidak dinyatakan tapi hanya bisa
dihitung, untuk itu perhitungan OEE dilakukan dengan data di atas
dengan asumsi kedua downtime tersebut tidak ada diperhitungkan,
sehingga didapat :
Net allowed time ≈ Net production time
Karena : Net production time = Available time – (Production downtime
+ Non production downtime)
Maka :
OEE = Net allowed time x 100%
Available time
OEE =
Net production time
x 100%
Available time
downtime + Non production downtime)
OEE =Available time – (Production
x100%
Available time
Untuk bulan Januari 2008, sesuai dengan data, maka :
OEE = 619 – (138,35 + 66,75) x 100%
619
OEE = 67,03 %
Setelah dihitung dengan cara yang sama sesuai data di atas, maka didapat
OEE teoritis sebagai berikut :
113
Tabel 2 : OEE Teoritis Mesin JBF13B4SXL-1
Januari s/d September 2008
OEE teoritis (%)
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul Agust Sep
67.03 69.05 69.89 70.85 72.72 68.42 70.91 68.76 68.67
OEE aktual untuk mesin JBF13B4SXL-1 bulan Januari s/d September di
dapat data sebagai berikut :
Tabel 3 : OEE Aktual Mesin JBF13B4SXL-1
Januari s/d September 2008
OEE aktual (%)
Jan
Peb
65
67
Mar
68
Apr
68
Mei
71
Jun
66
Jul Agust
69
67
Sep
66
Terdapat selisih antara OEE aktual dan teoritis. Selisih yang terjadi
disebut loss time. Besarnya loss time tiap bulan adalah sebagai berikut :
Tabel 4 : Loss Time Mesin JBF13B4SXL-1
Januari s/d September 2008
OEE teoritis (%)
OEE aktual (%)
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul Agust Sep
67.03 69.05 69.89 70.85 72.72 68.42 70.91 68.76 68.67
65
67
68
68
71
66
69
67
66
Loss time (%)
Loss time (jam)
2.03 2.05 1.89 2.85 1.72 2.42 1.91 1.76 2.67
12.55 12.17 10.73 18.08 10.68 14.97 12.31 10.93 14.47
Perbedaan antara OEE aktual dan teoritis disebabkan oleh perbedaan
cara hitung, dimana OEE aktual dihitung berdasarkan persamaan :
OEE =
OEE =
Hasil produksi OK (pcs)
x 100%
Standar run rate (pcs/menit) x Available time (jam) x 60 (menit/jam)
A
x 100%
Dari persamaan di atas, dapat diperkirakan penyebab perbedaan tersebut,
yaitu :
1. Aktual run rate lebih kecil dari standar run rate, disebut reduce speed
(untuk beberapa kasus).
2. Downtime yang sebentar/sesaat tidak didata, disebut minor stop.
3. Downtime non quality tidak didata (bila terjadi non quality product).
4.1.2.Downtime
114
Pencapaian OEE tersebut dipengaruhi oleh downtime yang ada dan
terdiri dari production downtime serta non production downtime. Grafik
downtime tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
30
25
%
20
15
10
5
0
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
22.3
20.0
19.3
16.3
16.2
18.8
16.5
18.3
16.9
Non production 10.6
10.9
10.7
12.8
11.0
12.7
12.5
12.8
14.3
Production
Gambar 3 : Grafik Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008
4.1.3. Production Downtime
10
8
%
6
4
2
0
Set Up Trouble m/c
Trouble Tool
Spare Part
m/c mechanic Tool
Material &
Cek QC
Handling Material Utility (supporting)
Support
Jan
7.96
4.07
2.3
2.26
2.12
1.72
1.22
0.35
0.33
Feb
6.85
3.23
2.58
2.3
2.18
1.25
0.94
0.26
0.44
0
Mar
7.03
2.67
1.96
1.76
1.68
1.56
1.14
0.86
0.67
0.03
0.02
Apr
6.27
2.58
1.83
1.89
1.06
0.69
0.84
0.64
0.46
0.04
Mei
5.72
3.01
1.83
1.78
1.22
0.61
0.68
0.77
0.58
0.02
Jun
6.24
3.69
2.25
1.94
1.45
0.87
0.72
1.13
0.56
0
Jul
6.17
2.79
1.98
1.64
0.89
0.67
0.76
0.89
0.74
0
Agst
6.09
3.51
2.39
1.85
1.49
0.96
0.93
0.49
0.59
0.05
Sept
5.73
2.83
2.33
2.54
1.25
0.78
0.52
0.57
0.35
0.07
Gambar 4 : Grafik Production Downtime Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008
4.1.4. Non Production Downtime
115
15
12
%
9
6
3
0
Istirahat
Briefing & 5S
Preventive Check
Trial
Jan
8.00
2.23
2.13
0.00
Feb
8.28
2.13
2.24
0.00
Mar
8.11
2.47
2.35
0.00
Apr
7.89
2.91
2.64
1.67
Mei
8.41
2.49
2.43
0.00
Jun
8.00
2.59
2.35
1.43
Jul
7.93
2.48
2.46
1.34
Agst
8.41
2.68
2.49
1.51
Sept
11.69
2.14
2.46
0.00
Gambar 5 : Grafik Non Production Downtime Mesin JBF13B4SXL-1
Tahun 2008
4.2. Analisa Downtime Set up
Dari data grafik production downtime di atas, diketahui downtime
terbesar adalah masalah set up. Data waktu set up tersebut kemudian
masih dipecah lagi menjadi komponen setup awal dan set up lanjut atau
set up yang disebabkan oleh adanya trouble. Berikut ini grafik prosentase
dari kedua komponen set up tersebut :
116
10
8 7,96
%
6,85
7,03
6,27
6
5,72
6,24
6,17
6,09
5,73
4
2
0
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Set up lanjut
2.07
1.64
2.18
1.44
1.26
1.87
1.67
1.89
0.86
Set up awal
5.89
5.21
4.85
4.83
4.46
4.37
4.50
4.20
4.87
Gambar 6 : Grafik Prosentase Set Up Mesin JBF13B4SXL-1 Tahun 2008
Dari grafik di atas terlihat bahwa downtime set up awal lebih banyak
daripada downtime set up lanjut. Adapun besarnya jam kerja mesin
JBF13B4SXL-1 setiap bulan dari Januari hingga September 2008 dapat
diketahui sebagai berikut :
Tabel 5 : Available Time Mesin JBF13B4SXL-1
Januari s/d September 2008
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep
Jam kerja tersedia (jam) 619 595 568 634 622 619 643
622 543
(lihat lampiran 1)
Dari data jam kerja tersebut diketahui jumlah downtime set up awal
mesin JBF13B4SXL-1 setiap bulan dari Januari hingga September 2008
sebagai berikut :
Tabel 6 : Downtime Set Up Awal Mesin JBF14B4SXL-1
Januari s/d September 2008
Jan
Downtime set up awal (jam)
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
36.46 30.98 27.53 30.61 27.73 27.04 28.96
Agust
Sep
26.12 26.45
Analisa penyebab tingginya set up di mesin JBF13B4SXL-1 dapat
dijabarkan lewat grafik sebab akibat (fish bone diagram) sebagai berikut:
117
118
Dari Fish Bone Diagram tersebut, dapat diuraikan faktor yang
mempengaruhi tingginya downtime set up :
A. Faktor Manusia
• Skill kurang
Waktu set up sangat dipengaruhi oleh kompetensi pelaku set up,
semakin tinggi kompetensi pelaku set up maka dimungkinkan set
up-nya akan semakin cepat, demikian juga sebaliknya. Untuk itu,
manajemen perlu melakukan upgrading skill terhadap karyawan,
terutama yang diserahi tanggungjawab sebagai pelaku set up.
• Supporting departemen lain kurang.
Waktu set up juga dipengaruhi oleh supporting dari departemen lain
yang terkait dengan kegiatan set up. Untuk itu perlu adanya team
cross function dari department kompeten untuk mem-back up
aktivitas set up, sehinga waktu set up tidak terlalu lama.
B. Faktor Mesin
• Sering trouble set up.
Mesin yang sering trouble, akan berpengaruh terhadap kecepatan
set up. Seringkali mesin yang kurang perawatan atau yang usia
teknisnya sudah terlampau, maka akan semakin sering terjadi
trouble, hal ini akan berpengaruh terhadap kecepatan set up.
• Tool/dies belum siap
Persiapan tool/dies sangat berpengaruh pada kecepatan set up,
tool/dies yang telah tersedia namun tidak atau belum sesuai dengan
proses pembentukan akan memperlama proses set up.
C. Faktor Material
• Material out spec
Material yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta juga
akan memperlama waktu set up. Kekerasan material akan
berpengaruh pada proses pembentukan, hal ini akan memperlama
proses set up.
D. Faktor Lingkungan
• Kondisi tempat kerja yang tidak nyaman.
Tempat kerja yang tidak nyaman seperti intensitas cahaya (terutama
dimalam hari), suhu ruangan serta faktor fisik lingkungan lain
tentunya akan mempengaruhi waktu set up,
E. Faktor Metode
• Faktor metode merupakan faktor yang paling berpengaruh diantara
faktor – faktor lainnya seperti di atas. Meskipun semua faktor
tersebut telah sesuai dengan yang diminta, namun bila metode yang
119
digunakan masih konvensional, tidak sistematis, maka set up akan
memakan waktu yang lama juga.
• Metode set up belum baku.
Metode set up berpengaruh terhadap kecepatan set up. Metode set
up yang sistematis akan mempermudah dalam pelaksanaannya,
sehingga set up tidak terlalu tergantung pada tingkat kompetensi
pelakunya.
• Budaya 5S belum optimal
5S merupakan landasan dari semua aktivitas improvement.
Penempatan perkakas set up (kunci – kunci) pada tempat yang telah
ditentukan dan mempermudah dalam pengambilan, akan
mempengaruhi kecepatan set up.
• Frekwensi set up yang tinggi
Frekwensi set up yang semakin sering karena jadwal produksi yang
tidak tepat, akan memperbesar akumulasi total waktu set up.
Namun hal tersebut tidak dapat dihindari, mengingat setiap
perusahaan dituntut untuk memenuhi pengiriman pelanggan sesuai
jadwalnya. Disamping itu pula, pengaturan loading mesin,
pengelompokkan produk dalam satu mesin, juga dapat berpengaruh
pada kecepatan set up.
4.4. Analisa Aktivitas Set up
Dari aktivitas set up tersebut terlihat bahwa total waktu set up
(internal & external) adalah 385,78 menit. Waktu set up tersebut
tergolong cukup lama, karena memakan waktu hingga 6,4 jam. Padahal
standar yang diinginkan oleh perusahaan untuk set up dengan kategori
bongkar total seluruh komponen set up, maksimal 4 jam.
Lamanya waktu set up tersebut tentunya dipengaruhi oleh faktor – faktor
sebagai berikut :
• Kegiatan set up tidak memiliki acuan atau standar yang baku.
• Tidak ada personil yang membantu dalam melakukan pekerjaan yang
mestinya tidak perlu dilakukan oleh pelaku set up.
• Belum ada persiapan yang cukup sebelum melakukan set up.
4.5. Rencana Tindakan
Setelah dilakukan analisa, selanjutnya dibuatkan rencana aktivitas
yang akan dilakukan untuk menurunkan waktu set up.
120
1. Persiapan Pra Set up
Persiapan pra set up dilakukan dengan mempersiapkan sedini
mungkin semua yang berhubungan dengan set up.
2. Memperbantukan personil (operator) untuk membantu set up
Ditentukan personil in chart (PIC) untuk membantu pelaku set up
dalam melakukan set up.
3. Membuat Standar Set Up
Rencana pembuatan standar set up dimulai dengan mengaplikasikan
metode SMED dalam melakukan set up.
4.6. Persiapan Pra Set Up
Persiapan pra set up dilakukan untuk mempercepat waktu set up.
Selama ini, persiapan pra set up belum optimal terutama dalam hal
mempersiapkan tool & dies dari gudang tooling.
4.6.1.Kondisi Sebelum Perbaikan
Kondisi sekarang (masih digunakan) dalam hal melakukan
persiapan pra set up adalah sebagai berikut :
1. SPK dan jadwal produksi diserahkan ke Departemen Produksi.
2. Pelaku set up menerima perintah kerja (SPK) dari administrasi
produksi untuk di set up sesuai jadwal.
3. Pelaku set up datang ke gudang tooling untuk mengambil tool & dies
sambil membawa SPK.
4. Staf/administrasi gudang menyiapkan tool & dies.
5. Pelaku set up menerima tool & dies yang diminta (kondisi tool & dies
yang diterima belum di assy)
6. Pelaku set up membawa tool & dies, kemudian melakukan setting.
Aktivitas tersebut dilakukan saat mesin sudah berhenti untuk
dilakukan set up.
4.6.2.Kondisi Setelah Perbaikan (masih dalam project)
1. SPK dan jadwal produksi diserahkan ke gudang tooling, Departemen
Produksi menerima jadwal produksi tersebut.
2. Staf gudang tooling menyusun urutan SPK berdasarkan jadwal
produksi dan menyiapkan tool & dies yang digunakan sesuai SPK
yang akan diproduksi 2 hari sebelumnya. Tool & dies tersebut telah di
assy dan ditempatkan di box.
3. Administrasi produksi mengkonfirmasi bahwa SPK yang dimaksud
akan diproses produksi ke gudang tooling.
121
4. Administrasi produksi menginformasikan ke pelaku set up untuk
melakukan set up produk berdasarkan jadwal produksi.
5. Pelaku set up datang ke gudang tooling untuk mengambil SPK dan
tooling yang dimaksud.
6. Staf/administrasi gudang tooling menyerahkan SPK dan tool & dies
yang dimaksud ke pelaku set up.
7. Pelaku set membawa tool & dies ke mesin.
8. Pelaku set up menyiapkan peralatan set up.
Aktivitas tersebut dilakukan sebelum mesin berhenti untuk di set up.
4.7. Memperbantukan Operator
Operator diperbantukan saat set up, terutama untuk aktivitas set up
yang dapat dikerjakan paralel, seperti :
a. Menaikkan bahan.
b. Memasukkan bahan ke dalam cutting dies.
c. Membersihkan punch, dies dari produk yang sebelumya.
d. Membersihkan dan memeriksa punch, dies dari produk yang akan di
set up
Semula aktivitas tersebut dilakukan oleh pelaku set up, sehingga waktu
set up nya lama.
4.8. Tahapan Pembuatan Standar Set Up
Berdasarkan data aktivitas set up di atas, selanjutnya dilakukan
aplikasi set up dengan menggunakan metode SMED, yaitu dengan
langkah :
1. Konversi aktivitas set up internal menjadi external set up.
2. Mengurutkan aktivitas set up sesuai dengan keterbatasan fisik pelaku
set up.
3. Mereduksi waktu set up internal yang memungkinkan bisa dikurangi.
4.8.1. Konversi Aktivitas Set Up
Konversi aktivitas set up, dari aktivitas set up internal dikonversikan
menjadi aktivitas external dilakukan dengan tujuan agar waktu efektif set
up lebih pendek namun tidak mempengaruhi dari proses set up tersebut.
122
Penjelasan dari dihilangkannya beberapa aktivitas set up tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas 1, dihilangkan, karena bukan merupakan bagian dari set up.
2. Aktivitas 2, 3 dan 4, dihilangkan, karena bisa dilakukan oleh operator.
3. Aktivitas 6, dihilangkan, karena bisa dilakukan saat aktivitas 5
berlangsung.
4. Aktivitas 9 dan 12, dihilangkan, digabung dengan aktivitas 19,
“Menyeting panjang langkah mekanisme kick out” dengan nama
aktivitas dirubah menjadi “Melepas, memasang dan menyeting
mekanisme kick out”.
5. Aktivitas 10 dan 13, dihilangkan, karena dilakukan external, disiapkan
oleh personil tool & dies.
6. Aktivitas 15, dihilangkan, karena dilakukan bersamaan dengan
aktivitas 14, “Pasang punch assy”.
7. Aktivitas 16, dihilangkan, karena dilakukan pada aktivitas 18,
“Penggantian & pemasangan stopper bahan”.
8. Aktivitas 17, dihilangkan, karena disiapkan (dilakukan external).
9. Aktivitas 22 dan 23, dihilangkan, karena dilakukan pada saat
melakukan aktivitas 20, “Ganti gripper”.
4.8.2.Mengurutkan Aktivitas Set Up
Setelah dilakukan konversi aktivitas set up, selanjutnya dilakukan
pengurutan aktivitas set up berdasarkan urutan prosesnya. Di dalam
pengurutan aktivitas ini, seringkali beberapa aktivitas set up mengalami
perubahan nama, menyesuaikan dengan aktivitas yang telah
digabungkan. Contoh :
1. Aktivitas no. 7 dan 14 dijadikan satu menjadi “Melepas dan
memasang punch”.
2. Aktivitas no. 8 dan 11, dijadikan satu menjadi “Melepas dan
memasang dies”.
3. Aktivitas no. 20, berubah nama menjadi “Mengganti dan setting
gripper”.
4. Aktivitas no. 28, dirubah nama menjadi “Finishing set up”.
Lamanya waktu setiap aktivitas set up yang telah diurutkan tidak
dimunculkan lagi, karena akan dilakukan pengambilan data setelah
urutan set up ini dilakukan. Berikut ini hasil dari pengurutan aktivitas set
up.
123
Tabel 10 : Aktivitas Set Up Setelah Diurutkan
No.
18
21
5
20
7
8
19
24
25
26
27
28
29
Aktivitas
Penggantian & pemasangan stopper bahan
Setting panjang potongan bahan
Mengangkat gripper & membersihkan dies, punch block
Mengganti dan setting gripper
Melepas dan memasang punch
Melepas dan memasang dies
Melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out
Setting pembentukan 1
Setting pembentukan 2
Setting pembentukan 3
Setting pembentukan 4
Finishing set up
Cek QC
4.8.3.Mereduksi Waktu Set Up Internal
Untuk mereduksi waktu set up internal, maka dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut :
1. Aktivitas : Setting panjang potongan bahan
Direduksi dengan cara :
a. Dibuatkan regulator ditambah dengan angka indikator yang
menunjukkan panjang potongan bahan.
b. Angka tersebut kemudian dibakukan dan dicatat dalam form data
set up.
2. Aktivitas melepas dan memasang punch
Direduksi dengan cara menyiapkan box tempat punch yang telah
selesai digunakan dan box tempat punch yang akan dipasang,
didekatkan di lokasi set up.
3. Aktivitas melepas dan memasang dies
Direduksi dengan cara yang sama seperti aktivitas melepas dan
memasang punch.
4. Aktivitas melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out
Direduksi dengan cara :
a. Dibuatkan regulator ditambah dengan angka indikator yang
menunjukkan ukuran panjang langkah kick out.
b. Angka tersebut kemudian dibakukan dan dicatat dalam form data
set up.
5. Aktivitas setting pembentukan 1, 2, 3 dan 4
124
Direduksi dengan cara dibuatkan limit sample pembentukan produk,
dengan critical point pembentukan untuk dijadikan acuan.
6. Aktivitas cek QC
Direduksi dengan menginformasikan ke personil QCL agar
dipersiapkan terlebih dulu semua aktivitas external pengecekannya
(menyiapkan form, alat ukur, persyaratan administrasi dan
sebagainya), sehingga hanya aktivitas internal pengecekannya saja
yang dihitung.
4.9. Pengujian Tahapan Pembuatan Standar Set Up
Setelah melakukan tahapan pembuatan standar set up, maka
dilakukan pengujian dengan cara mengambil gambar video kembali
(setelah dilakukan tahapan pembuatan standar set up). Sebelum
dilakukan pengambilan gambar video, terlebih dahulu pelaku set up di
tunjukkan langkah –langkah set up, sehingga pengambilan set up
difokuskan pada aktivitas set up internal. Hasil yang dicapai adalah
sebagai berikut :
Nama mesin
: JBF13B4SXL-1
Pelaku set up
: Sukra
Nama produk sebelumnya
: Bolt Through M6x100mm
Nama produk yang disetting
: Flange Bolt SH M6x90mm
Tabel 11 : Aktivitas Set Up Setelah Diperbaiki
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Aktivitas
Penggantian & pemasangan stopper bahan
Setting panjang potongan bahan
Mengangkat gripper & membersihkan dies, punch block
Mengganti dan setting gripper
Melepas dan memasang punch
Melepas dan memasang dies
Melepas, memasang dan menyeting mekanisme kick out
Setting pembentukan 1
Setting pembentukan 2
Setting pembentukan 3
Setting pembentukan 4
Finishing set up
Cek QC
Produksi massal
Total
Dari
Sampai
0:00:00
0:02:43
0:05:13
0:07:16
0:23:56
0:37:34
0:53:17
1:07:23
1:11:06
1:14:47
1:18:21
1:22:14
1:27:35
1:41:29
0:02:43
0:05:13
0:07:16
0:23:56
0:37:34
0:53:17
1:07:23
1:11:06
1:14:47
1:18:21
1:22:14
1:27:35
1:41:29
Waktu
(menit)
2.72
2.50
2.05
16.67
13.63
15.72
14.10
3.72
3.68
3.57
3.88
5.35
13.90
101.48
11. Estimasi Perhitungan Manfaat Metode SMED
125
Setelah dilakukan pengujian terhadap perbaikan aktivitas set up
yang dilakuan, maka dari hasil pengujian tersebut, dapat dilihat bahwa
terjadi penurunan waktu set up yang begitu besar, dari sebelumnya yaitu
385,78 menit menjadi 101,48 atau turun 73,4%.
Apabila setiap kali set up di mesin JBF13B4SXL-1 diasumsikan
mampu menurunkan waktu set up sebesar 73,4%, maka dapat dihitung
estimasi besarnya peningkatan efisiensi sebagai berikut :
Tabel 13 : Estimasi Peningkatan Efisiensi (OEE)
Mesin JBF13B4SXL-1
Item
Rata - rata downtime set up awal metode konvensional
Estimasi rata - rata downtime set up dengan metode SMED
Waktu yang dapat dihemat sebulan
Rata - rata available time
Rata - rata estimasi peningkatan efisiensi
Run rate produk
Estimasi rata - rata peningkatan output sebulan
Nilai
29,1 jam
7,7 jam
21 jam
607 jam
3.5%
100 pcs/menit
126.000 pcs
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1. Waktu set up yang lama akan mempengaruhi produktivitas (hasil
produksi & efisiensi).
2. Aktivitas set up dapat dikelompokkan kedalam aktivitas internal set up
dan aktivitas external set up.
3. Inti Set up dengan metode SMED adalah meminimalisir waktu
internal set up sebanyak – banyaknya dengan cara :
1. Konversi aktivitas set up internal menjadi external set up.
2. Mengurutkan aktivitas set up sesuai dengan keterbatasan fisik
pelaku set up.
126
3. Mereduksi waktu set up internal yang memungkinkan bisa
dikurangi.
4. Estimasi manfaat yang didapat dengan penggunaan metode SMED
pada aktivitas set up di mesin JBF13B4SXL-1 adalah :
1. Penurunan waktu set up dari semula rata – rata 29,1 jam menjadi
7,7 jam selama sebulan.
2. Peningkatan efisiensi (OEE) rata – rata 3,5% setiap bulan.
3. Peningkatan output rata – rata 126.000 pcs setiap sebulan.
5.2. Saran
Untuk lebih mengoptimalkan metode SMED yang sedang dijadikan
project di PT Garuda metalindo, maka disarankan sebagai berikut :
a. Perlu melibatkan personil lain selain dari Departemen Produksi dan
Tool & Dies, seperti Technical Expert Bolt Forming, Maintenance,
Industrial & Process Engineering agar lebih banyak kontribusi
pemikiran sehingga semangat continuos improvement dalam
pengaplikasian metode SMED ini tidak mati.
b. Penggunaan metode error proofing atau pokayoke perlu dimasukkan
dalam aktivitas set up,untuk memperkecil kemungkinan kesalahan
pemasangan tool/dies yang dapat berakibat fatal.
c. Manajemen tooling dalam men-support set up terutama set up awal
perlu diperhatikan agar penyediaan tooling serta ketersediaannya tidak
mengganggu jadwal produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Kiyoshi Suzaki, 1987, Tantangan Industri Manufaktur : Penerapan
Perbaikan Berkesinambungan, Productivity and Quality
Management Consultans, Jakarta.
Karl T. Ulrich, Stefen D. Eppinger, 1990, Perancangan dan
Pengembangan Produk, Salemba Teknika, Jakarta.
Pontas M. Pardede, 2005, Manajemen Operasi dan Produksi : Teori,
Model, dan Kebijakan, Andi, Yogyakarta.
James M. Aplle, 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,
edisi ketiga, ITB, Bandung.
127
Download