BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu interaksi, suatu hubungan timbal balik, suatu two-way process, proses dua arah, antara pendidik dan anak didik (Dimyati, 1989). Pedidikan tidak akan terjadi apabila hanya ada pendidik dan pendidikan juga tidak akan terjadi apabila hanya ada anak didik. Pendidik dan anak didik merupakan satu kesatuan yang menjadi faktor utama terjadinya proses pendidikan. Dalam pendidikan guru mempunyai aktivitas utama yaitu mengajar atau menyampaikan ilmu kepada siswa (Asmani, 2011). Penyampaian ilmu kepada siswa merupakan bagian dari belajar. Sudjana (2008) mengemukakan bahwa belajar adalah proses aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Sejalan dengan hal tersebut Hilgard dan Bower dalam Baharuddin (2007)mengemukakan bahwa belajar juga memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Rosyada (2004) menegaskan bahwa bersekolah bukanlah sebuah formalitas sebagai warga Negara yang baik dan guru seharusnya mengubah filosofi bekerja sebagai guru, karena tugas guru bukan selesai saat telah memenuhi tugas dan jam wajib untuk masuk kelas, tapi mengubah siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dan tidak memiliki kompetensi menjadi memiliki kompetensi, dari tidak aktif belajar menjadi aktif belajar, dari tidak terlibat menjadi dalam diskusi dan penyelesaian tugas sekolah menjadi terlibat dengan aktif dalam penyelesaian tugas-tugas tersebut. Selain guru, siswa juga memiliki kewajiban untuk mencapai kompetensi kompetensi yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran yang diajarkan. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah dasar. Saidihardjo (1997) mengemukakanIPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. 1 Sedangkan menurut Widiarto dan Arianti (2009) mengemukakan bahwa IPS adalah program pendidikan yang meruapkan suatu keseluruhan, pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosilanya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, geografi sejarah, ekonomi, antropologi, sosialogi, politik dan psikologi sosial. Pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk membekali siswa dalam mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas hafalan. Materi IPS yang luas menjadikan guru dalam menyampikan materi pada siswa cenderung menggunakan metode ceramah karena guru berpikiran apabila melibatkan siswa akan membutuhkan waktu yang lama. Guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran karena materi IPS yang luas dan memerlukan waktu yang lama. Sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru, sehingga siswa lebih cepat lupa terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Confocius dalam Silberman (2001) menyatakan bahwa apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya kerjakan saya pahami. Pembelajaran yang menggunakan metode ceramah juga terjadi di SD Negeri Kopeng 01 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Berdasarkan observasi yang dilakukan. Pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional. Guru lebih mendomisnasi proses belajar mengajar sehingga partisipasi yang berupa keaktifan siswa dalam proses belajar hanya terfokus saat mencatat materi yang disampaikan guru, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian tingkat keaktifan siswa masih rendah serta prestasi yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan. Hal tersebut dapat diperoleh dari informasi guru kelas IV SD Negeri Kopeng 01 diantaranya guru mengajar dengan monoton (tidak ada variasai), guru menyampaikan pelajaran dengan cara ceramah sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar, setiap kegiatan pembelajaran siswa jarang berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa lainnya saat pembelajaran. Selain keaktifan siswa, prestasi belajar juga belum optimal, dapat 2 dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPS yang menunjukan ratarata kelas 65 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 46, sehingga prosesntase ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 53.85%. Hal tersebut menunjukan bahwa separuh lebih sedikit dari jumlah siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dan hamper separuh dari jumlah siswa belum tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memikirkan dan melakukan usaha yang kreatif agar materi IPS yang luas dapat mudah ditangkap serta dipahami siswa. Menurut Joel Wein dalam Asmani(2011), active learning adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para siswa agar berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan itu menurut Silberman dalam Asmani(2011), belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Berdasarkan pendapat tersebut maka active learning dapat menjadi solusi dalam pembelajaran IPS agar dapat membuat susana belajar menjadi aktif dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ada beberapa metode pembelajaran active learning salah satunya index card match yaitu metode pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan cara membagi siswa menjadi dua kelompok besar. Kelompok satu memegang kartu soal dan kelompok dua memegang kartu jawaban. Dari dua kelompok tersebut dapat saling mencari pasangan soal dan jawabannya. Pendapat tersebut oleh Silberman (2006) bahwa index card match merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran dan cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis kepada temannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Binti (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode index card match siswa lebih memahami pelajaran yang disampaikan guru karena teknik dan strategi yang dipakai dalam metode index card match berfariasi salah satunya karena seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenangkan. Menurut Silberman dalam Sri (2009) metode Index Card Match merupakan sebuah strategi pembelajaran yang membantu siswa untuk mendapat pengetahuan, 3 keterampilan, dan sikap secara aktif serta menjadikan belajar tidak terlupakan. Model index card match dengan alasan selain siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran siswa juga akan belajar menyampaikan suatu pemahaman pada teman serta dapat menjadi pendengar yang baik saat teman lain menyampaikan suatu pemahaman. Selain itu dengan menggunakan metode index card match siswa memiliki antusias dalam proses pembelajaran untuk berlomba-lomba mencari pasangan dari setiap kartu yang dia miliki baik kartu yang berisi pertanyaan maupun kartu yang berisi jawaban. Berdasarkan latar belakang dan alasan tersebut peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian tindakan kelas di SD Negeri Kopeng 01 pada mata pelajaran IPS menggunakan metode index card match yang bertujuan untuk mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui metode pembelajaran index card match pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Kopeng 01. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, muncul masalah yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut : 1. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPS karena materi pelajarannya dirasa kurang menarik perhatian siswa 2. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS karena siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik 3. Dalam mengikuti pembelajaran IPS siswa merasa bosan karena dalam pembelajaran IPS guru hanya menyampaikan pembelajarannya dengan berceramah. 4. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa karena guru malas untuk melakukan perubahan atau monoton . Apabila masalah-masalah tersebut terus dibiarkan dan tidak segera diatasi maka minat belajar dan keaktifan siswa terutama terhadap pelajaran IPS akan semakin 4 menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa yang tidak akan meningkat ke taraf yang lebih baik. 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini terfokus pada penerapan metode index card match untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Kopeng 01. Agar masalah dalam penelitian ini tidak meluas maka masalah hanya dibatasi pada penerapan metode index card match untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Kopeng 01 pada mata pelajaran IPS semester II tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan teknologi dan permasalahan sosial. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa apakah melalui metode index card match dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Kopeng 01 Tahun Pelajaran 2011/2012 dan apakah melalui metode index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Kopeng 01 Tahun Pelajaran 2011/2012. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk meningkatan keaktifan siswa dan prestasi belajar pada pelajaran IPS kelas IV SD Negeri Kopeng 01 Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat apabila terjadi peningkatan pada setiap siklusnya dan peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat melalui indikator keberhasilannya yaitu 75% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar dengan memperoleh nilai ≥ 65 (KKM) 5 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat praktis 1) Bagi guru Memberikan masukan atau pengalaman bagi guru dalam pemilihan dan penerapan metode index card match pada mata pelajaran IPS 2) Bagi siswa Melalui penerapan metode index card matchdapat menambah pengalaman baru serta dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa 3) Bagi sekolah Dapat menambah referensi yang dapat digunakan guru dan kepala sekolah dalam perbaikan pembelajaran terkait penerapan metode index card match. 6