Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. M edia hiburan di Jepang selain beraneka ragam juga mampu menarik perhatian masyarakat negara lain dengan keunikan tersendiri. Seperti contohnya media hiburan berbentuk elektronik. M edia hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Jepang dinikmati hampir seluruh masyarakat Jepang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang untuk selanjutnya akan penulis singkat menjadi KBBI (2006:429) menjelaskan bahwa drama adalah komposisi syair atau prosa yg diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yg dipentaskan. Seperti yang telah diuraikan dalam KBBI bahwa drama dapat menggambarkan kehidupan atau watak seseorang, tidak menutup kemungkinan bahwa karakter atau tokoh yang dimainkan dapat menggambarkan situasi atau keadaan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh M oesono (2003:62) “Sebagaimana diketahui, tokoh-tokoh dalam film, khususnya yang realis, memang harus diasumsikan mewakili kenyataan. ” Oleh karena itu banyak serial televisi Jepang yang menceritakan kehidupan masyarakat dengan penciptaan tokoh yang mewakili sejumlah komunitas yang ada dalam masyarakat Jepang pada khususnya. Pada beberapa tahun belakangan ini semakin maraknya penayangan serial televisi Jepang yang mengangkat berbagai macam permasalahan sosial dan komunitas yang ada dalam masyarakat. Serial-serial televisi ini sejak penayangan perdana telah banyak 1 menyedot perhatian masyarakat, ditandai dengan tingginya reting penayangan dan maraknya penjualan souvenir yang dilakukan selama penayangan berlangsung. M enurut poling yang dilakukan oleh pihak penyiaran dan produksi dari Fuji TV, salah satu penyebab begitu populernya serial-serial televisi ini dikarenakan tema yang mengangkat masalah-masalah yang enggan untuk dibicarakan oleh masyarakat umum. Salah satu masalah dalam masyarakat yang menginspirasi serial televisi ini adalah masalah percintaan sesama jenis atau sering disebut dengan gay atau lesbian, kekerasan dalam dalam rumah tangga, serta masalah menyangkut identifikasi gender yang berujung pada transgender. Selain didukung dengan para aktor dan aktris yang sedang naik daun, masalahmasalah yang diangkat dalam serial televisi ini begitu manarik perhatian masyarakat Jepang. Negara Jepang yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya timur sudah mulai terbuka untuk masalah-masalah seperti percintaan sesama jenis, kekerasan rumah tangga, dan transgender. Pada tahun 1980, Teishiro M inami membentuk asosiasi gay di Jepang untuk pertama kalinya. Beberapa anggota dari JILGA ( Japan International Lesbian and Gay Association) kemudian keluar untuk membentuk sebuah asosiasi pemuda bernama OCCUR. Pada sebuah pamflet yang dipublikasikan pada tahun 1997 oleh OCCUR dijabarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi. Dengan adanya organisasi gay dan lesbian bertaraf internasional di Jepang, masyarakat dan pemerintah di Jepang sudah mulai terbuka akan hal-hal seperti yang telah disebutkan di atas. Ini kemudian dibuktikan dengan begitu antusiasnya masyarakat terhadap serial televisi Jepang yang mengangkat tema-tema tersebut. Salah satu serial televisi Jepang yang baru-baru ini mengangkat tema-tema tersebut adalah serial televisi berjudul Last Friends. Dalam serial ini terdapat lima tokoh yang 2 merepresentasikan setiap individu yang ada dalam masyarakat Jepang. Salah satu tokoh yang merepresentasikan komunitas lesbian dan transgender adalah Ruka Kishimoto. Di dalam film, Ruka Kishimoto mengalami masalah mengenai pengidentifikasian gender atau gender identification disorder (GID). M enurut buku Transgender 101 (2005:10) mengidentifikasikan bahwa identitas gender atau seksual adalah bagaimana seseorang melihat diri sendiri secara fisik. Jika seseorang terlahir sebagai wanita, tetapi mengharapkan untuk melihat tubuhnya sebagai seorang pria, maka identitasnya adalah pria. Individu tersebut disebut sebagai seorang transgender. Namun jika mereka telah melakukan berbagai macam operasi maka akan disebut sebagai transseksual. Seperti yang telah di sebutkan di atas, dilema mengenai pengidentifikasian gender dapat berujung pada transgender. Kata transgender sendiri menurut Oxford English Dictionary (2004:873) adalah tentang, berkaitan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa transgender sendiri adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir atau jenis kelamin secara biologis. Transgender sendiri tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual seseorang. Individu-individu transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, atau biseksual. Para pengidap GID yang kemudian berujung pada transgender ini datang dari berbagai kalangan usia. Ada pasien yang mengalami GID semenjak kecil dan ada juga yang baru merasakannya setelah dirinya tumbuh dewasa. 3 Dalam kasus Ruka Kishimoto yang masih remaja, masalah mengenai pengidentifikasian gender telah terlihat sejak alur awal cerita. Ia merasakan masalah tersebut telah ada semenjak ia kecil. Dikarenakan ia merasa bahwa dirinya adalah pria yang terjebak dalam tubuh wanita membuat ia tertarik dengan lawan jenis yaitu wanita. Kemungkinan ini dapat terjadi dikarenakan ia merasa dirinya normal karena identitas gendernya adalah pria. Ruka Kishimoto yang selama alur cerita belum melakukan operasi perubahan jenis kelamin, membuatnya sekilas tampak seperti seoran lesbian. Dengan mulai terbukanya masyarakat Jepang terhadap hal-hal yang dahulu enggan untuk dibicarakan masyarakat, dan adanya bukti-bukti serta teori-teori yang mendukung penelitian membuat penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh masalah-masalah yang mengyangkut transgender dan menggunakan karakter Ruka Kishimoto sebagai korpus data dimana selama alur film menunjukkan adanya tanda-tanda kesulitan pengidentifikasian gender yang akan berunjuk pada transgender. 1.2 Rumusan Permasalahan Dalam serial televisi Jepang Last Friends terdapat lima karakter utama yang diceritakan saling berkaitan. Namun dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada tokoh Ruka Kishimoto. Walaupun selama alur film tokoh Ruka Kishimoto berkaitan dengan beberapa tokoh lain, penulis tetap membatasi penelitian terhadap tokoh Ruka Kishimoto dan menempatkan beberapa tokoh lain tersebut sebagai pendukung penelitian. 4 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti karakter tokoh remaja Ruka Kishimoto secara mendalam dari mulai latar belakang tokoh, penyebab,dan tingkah laku yang terlihat dari awal film sampai akhir film yang kemudian penulis akan kaitkan dengan teori-teori transgender. Penulis juga akan mengangkat masalah-masalah psikologis yang dialami tokoh selama alur film. Adanya masalah pengidentifikasian gender yang ada pada diri seseorang cenderung berujung pada transgender. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dan mengetahui lebih jauh tentang sisi psikologis seorang transgender dimana hal tersebut diawali dengan adanya masalah pengidentifikasian gender. Dalam hal ini direpresentasikan oleh tokoh Ruka Kishimoto sebagai objek penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan mahasiswa khususnya sastra Jepang yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai sisi psikologis seorang trans gender yang direpresentasikan dalam serial televisi Jepang Last Friends oleh tokoh Ruka Kishimoto. 1.5 Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis akan mengumpulkan data primer yaitu data-data berisi penjelasan perilaku, cara berbicara, sikap tubuh, ekspresi, aksi, dan dialog yang tampak pada tokoh Ruka Kishimoto dalam serial televisi Jepang Last Friends. Selain itu penulis juga akan mengumpulkan data sekunder yaitu data-data berupa teori-teori yang terkait 5 dengan permasalahan penelitian dan menganalisisnya dengan metode deskriptif analisis, yaitu menjelaskan fakta-fakta yang ada kemudian dilanjutkan dengan analisis. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Dalam setiap bab menjelaskan mengenai pembahasan yang berbeda. Bab 1, dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian dan alasan pengambilan tema penelitian yang juga akan dibagi dalam beberapa sub bab yaitu latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2, dalam bab ini akan membahas mengenai landasan-landasan teori yang digunakan selama penelitian. Teori-teori yang akan digunakan berasal dari berbagai macam sumber, baik sumber tertulis maupun sumber elektronik. Bab 3, dalam bab ini akan diuraikan mengenai analisis-analisis penulis dari data-data serta teori-teori yang telah terkumpul selama proses penelitian. Bab 4, dalam bab ini akan membahas mengenai simpulan dan saran hasil analisis data dari teori-teori yang terkumpul. Diharapkan kesimpulan dan saran ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau mahasiswa yang akan meneliti permasalahan ini lebih lanjut. Bab 5, dalam bab ini ini akan meliputi isi skripsi yang ditulis kembali secara ringkas. Ringkasan ini meliputi latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban permasalahan diungkapkan kembali secara singkat dan padat. 6