BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jasa Pengertian jasa menurut Kotler (2003), yaitu : “A service can be define as any activity or benefit that one party can offer another that is essential intangible and that does not result in the ownership anything. It’s production may or may not tied to a physical product”. Menurut Kotler tersebut jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud yang tindakkan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepihak lain dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Jadi jasa itu merupakan suatu tindakkan yang di tawarkan oleh pihak pemberi jasa kepada penerima jasa, dan jasa tersebut tidak terlihat tetapi bisa di rasakan manfaatnya. Selanjutnya menurut Stanton (2002 : 537), definisi jasa sebagai berikut : “Services are identifiable, intangible activities that are the main object of a transaction designed to provide want-satisfaction to customers. By this definition we exclude supplementary services that support the sale of goods or otherservices”. Menurut Stanton tersebut jasa merupakan suatu tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Jasa juga merupakan sesuatu yang 8 tidak berwujud, tetapi jasa dapat di produksi dan dapat di konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan jasa kesehatan yang sangat di butuhkan oleh para masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan jasa kesehatan. Jasa kesehatan yang ada di rumah sakit dapat memberikan manfaat tersendiri bagi konsumennya, yaitu manfaat kesehatan.Hal ini disebabkan rumah sakit merupakan organisasi sosial kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit berupa pelayanan pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan penyakit. Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Kegiatan-kegiatan yang di lakukan di dalam rumah sakit ini bertujuan untuk pelayanan kegiatan sosial kesehatan kemasyarakatan. Di dalam menjalankan bisnis rumah sakit, di perlukan kepercayaan yang penuh dari para konsumen rumah sakit, karena hal tersebut dapat membantu rumah sakit dalam memperoleh pencitraan yang positif di masyarakat sebagai rumah sakit yang berkualitas baik. Apabila sebuah rumah sakit sudah terkenal dengan pencitraan sebagai rumah sakit yang mempunyai kualitas yang baik, maka banyak konsumen atau pelanggan yang mau memilih rumah sakit tersebut sebagai pilihan apabila pelanggan tersebut sakit. 9 2.1.1 Karakteristik Jasa Menurut Kotler (2009 : 39) karakteristik jasa yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Karakteristik Jasa menurut Kotler (2009 : 39) No Karakteristik Jasa Pengertian Jasa tidak bisa dilihat, diraba, dicium, Tidak Berwujud 1. didengar, dan dirasakan hasilnya sebelum (Intangibility) dibeli. Jasa tidak bisa dipisahkan dari sumbernya, Tidak Terpisahkan 2. yaitu perusahaan jasa yang menghasilkan (Inseparability) jasa tersebut. Jasa yang diberikan sering kali berubahBervariasi ubah tergantung (Variability) menyajikannya, dari siapa yang 3. kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan. Jasa tidak dapat disimpan atau mudah Mudah Musnah 4. musnah sehingga tidak dapat dijual pada (Perishability) masa yang akan datang. 10 Dari karakteristik jasa menurut Kotler tersebut, dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud tetapi bisa di rasakan manfaatnya. Dengan menggunakan atau memakai jasa yang diperlukan, konsumen dapat memenuhi kebutuhannya. Dari karakteristik jasa yang tidak berwujud itu masyarakat mampu merasakan manfaat dari penggunaan jasa tersebut. 2.2 Pengertian Pemasaran Jasa Pemasaran jasa menurut Payne yang di kutip oleh Ratih Hurriyati (2010 : 42) yaitu merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pemasaran jasa merupakan proses menumbuhkan persepsi yang positif di benak pikiran konsumen, hal tersebut terlihat dari pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen. Konsumen yang mempunyai persepsi yang positif terhadap suatu produk jasa yang ditawarkan pemasar akan membeli produk jasa tersebu. Perusahaan jasa yang dalam hal ini rumah sakit di tuntut agar mampu bersaing dari para pesaingnya dalam merebut pasar konsumen, hal tersebut di lakukan melalui pemasaran jasa. Selain untuk merebut pasar konsumen, pemasaran jasa juga dapat membantu perusahaan dalam mengenalkan jasanya kepada masyarakat pengguna jasa. Pemasaran yang di lakukan rumah sakit tersebut juga dapat mempengaruhi konsumennya agar selalu memilih rumah sakit tersebut sebagai tempat pelayanan kesehatannya. 11 2.3 Bauran Pemasaran Jasa Bauran pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 19), yaitu terdiri dari 7 variabel, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Bauran Pemasaran Jasa menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 19) No Variabel Bauran Pemasaran 1. Produk Jasa (The Service Product) 2. Tarif Jasa/ Harga (Price) 3. Tempat/ Lokasi Pelayanan (Place/ Service Location) 4. Promosi (Promotion) 5. Orang/ Patisipan (People) 6. Sarana Fisik (Physical Evidence) 7. Proses (Process) Diantara variabel-variabel dalam bauran pemasaran jasa seperti yang disebutkan diatas, semuanya saling berkaitan satu sama lainnya. Bauran pemasaran, khususnya bauran pemasaran jasa sangat di perlukan sebelum melakukan pemasaran, karena bauran pemasaran jasa merupakan komponen dari pemasaran jasa. Bauran pemasaran jasa juga merupakan suatu proses untuk memahami kebutuhan pasar terhadap kebutuhan akan jasa yang di perlukan. 12 Dalam mencapai tujuan pemasaran, perusahaan yang dalam hal ini rumah sakit harus dapat memahami kebutuhan konsumen lebih dari para pesaingnya, sehingga dapat menciptakan jasa yang memiliki nilai yang tinggi dimata konsumen. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran jasa yang diformulasikan melalui bauran pemasaran jasa (service marketing mix) yang dapat menciptakan keunggulan bersaing, karena apabila kebutuhan konsumen terpenuhi melalui bauran pemasaran jasa yang ditawarkan, maka akan mencapai keunggulan bersaing yang dapat bertahan lama dan akhirnya akan mencapai tujuan perusahaan. 2.3.1 Produk (Product) Produk pada jasa menurut Kotler (2000 : 428), merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk pada jasa ini menjadi salah satu faktor penentu bagi bauran pemasaran. Hal tersebut dikarenakan produk dapat di gunakan sebagai salah satu alat pemenuhan kebutuhan. Sedangkan menurut W.J. Stanton dalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma, “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, edisi revisi (2007 : 139), produk yaitu : “A product is a set of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price, manufacturer’s prestige, and manufacturer’s retailer, which the buyer may accept as offering want – satisfaction”.Yang artinya produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, 13 harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun kelebihan dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain atau perusahaan pesaing. Hal tersebut perlu di lakukan agar produk yang di produksi mempunyai ciri khas tersendiri yang dijadikan pembeda dari produk yang di hasilkan oleh pesaing. Produk yang berbeda dengan pesaing akan menjadi produk unggulan yang akan selalu diingat dan dipilih konsumen sebagai produk yang dapat memenuhi kebutuhannya. Di dalam organisasi kesehatan seperti halnya rumah sakit, produk jasa yang di keluarkan rumah sakit berupa pelayanan kesehatan seperti berobat, medical check up, konsultasi dan konseling, pelayanan yang di berikan dokter, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan tersebut diberikan oleh dokter dan perawat yang berada di rumah sakit tersebut. 2.3.2 Tarif Jasa/ Harga (Price) Tarif jasa/ harga merupakan salah satu variabel penting didalam bauran pemasaran. Menurut Chandra, 2002 dalam bukunya Fandy Tjiptono, (2004), harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Harga merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli, bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal 14 teknis pada pembelian jasa, seringkali harga menjadi satu-satunya faktor yang bisa mereka pahami, tidak jarang pula harga dijadikan semacam indikator kualitas jasa. Harga juga merupakan salah satu dari unsur bauran pemasaran yang harus dikendalikan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuan pemasaran. Ada beberapa definisi dari harga (Angipora, 2002 : 268) : 1. Menurut William J. Stanton, harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. 2. Menurut Jerome Mc Carthy, harga (price) adalah apa yang dibebankan untuk sesuatu. Di dalam bauran pemasaran khususnya bauran pemasaran jasa, tarif jasa/ harga merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pemasaran, di karenakan harga merupakan identitas dari suatu produk jasa dan dengan harga persepsi konsumen akan suatu jasa yang ditawarkan akan terbentuk. Karena harga di sini bertujuan untuk memosisikan jasa perusahaan tersebut sebagai jasa yang eksklusif. Dan dengan harga jugalah yang menentukan calon konsumen untuk memilih atau memutuskan untuk memakai jasa yang ditawarkan. Pada komponen tarif jasa/ harga dalam sebuah rumah sakit, pada umumnya tarif jasa/ harga tersebut yaitu:Biaya Alat/ Obat, Biaya Alat/ Sistem, Jasa pelayanan medis di rumah sakit. Biaya-biaya tersebut dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen. Hal tersebut dikarenakan apabila biaya-biaya yang diberikan oleh pihak 15 rumah sakit tersebut sesuai dengan kualitas pelayanan yang di berikan, maka konsumen tersebut akan merasa puas. 2.3.3 Tempat/ Lokasi Pelayanan Jasa (Place/ Service Location) Tempat/ lokasi berhubungan dengan dimana perusahaan harus didirikan dan melakukan operasi atau kegiatannya. Tempat/ lokasi juga bisa merupakan saluran distribusi, yaitu jalur yang dipakai untuk perpindahan produk dari produsen ke konsumen. Tempat/ lokasi pelayanan jasa dapat membantu konsumen dalam memperoleh jasa yang diperlukan. Menurut Hurriyati (2005 : 55), menyatakan bahwa : “Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi, sedangkan untuk produk industri jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa tempat (place) itu mempunyai arti tersendiri. Dalam industri manufaktur, tempat (place) merupakan saluran distribusi dari produsen ke konsumen, sedangkan dalam industri jasa tempat (place) merupakan suatu tempat yang digunakan untuk proses pelayanan jasa. Menurut Basu Swastha (1997) mengemukakan bahwa, lokasi (place) menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produknya dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen. Tempat atau lokasi di dalam industri jasa itu mempunyai arti sebagai tempat pelayanan jasa yang diberikan kepada 16 konsumen. Tempat juga mempunyai arti sebagai lokasi yang strategis untuk tempat pelayanan itu berada. Tempat atau lokasi pelayanan yang berada di daerah yang strategis dapat memudahkan konsumen untuk menjangkaunya. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyaknya konsumen yang mau berkunjung ke tempat pelayanan jasa tersebut. Tempat atau lokasi pelayanan jasa yang strategis juga dapat membantu pemasar dalam memasarkan jasanya. 2.3.4 Promosi (Promotion) Menurut Buchari Alma dalam buku bauran pemasaran dan loyalitas konsumen (2008 : 57), promosi yaitu : suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/ atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa promosi itu penting dilakukan untuk mengenalkan produk atau jasa kepada para konsumen atau pelanggan. Dan promosi itu penting dilakukan untuk menarik pelanggan atau konsumen agar mau memilih dan kemudian membeli produk atau jasa yang di tawarkan pemasar. Di samping itu melalui proses promosi, pemasar dapat mempengaruhi pelanggan atau konsumen agar percaya dan kemudian menjadi loyal terhadap produk atau jasa yang di tawarkan pemasar. Promosi yang di lakukan juga dapat membentuk citra merek produk jasa di benak 17 pikiran konsumen pemakai jasa, apabila proses promosi yang di lakukan sesuai dengan yang di harapkan konsumen. 2.3.5 Orang/ Patisipan (People) Menurut Zeithaml dan Bitner dalam buku bauran pemasaran dan loyalitas pelanggan (2008 : 62), “People is all human actors who pay in service delivery and thus influence the buyer’s perceptions : namely, the firm’s personnel, the customer and other customers in the service environment”.Yang artinya orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Kemudian menurut Ratih hurriyati (2005 : 62) menyatakan : “Orang/ partisipan adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi pembeli”.Elemen-elemen dari “people” adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian karyawan dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Berikut adalah aspek-aspek didalam “people”, menurut Ratih (2005:63) elemen peopleini memiliki 2 aspek, yaitu: 1. Service People Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan kepuasan dan 18 kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan. 2. Customer Customer atau pelanggan merupakan hal terpenting yang ada di dalam bauran pemasaran. Tanpa adanya customer atau pelanggan produk atau jasa yang di hasilkan tidak akan memiliki nila guna. Dalam hal ini pelanggan dapat memberikan persepsi kepada calon pelanggan, tentang kualitas jasa yang pernah didapatkan dari perusahaan. Dari elemen-elemen “people” seperti yang di sebutkan diatas, dapat di simpulkan bahwa elemen “people” tersebut sangat mempengaruhi kualitas pelayanan jasa yang di berikan perusahaan jasa (rumah sakit) kepada pelanggan atau konsumen pemakai jasa. Apabila kualitas pelayanan yang di berikan oleh “service people” sesuai dengan pelayanan yang di harapkan oleh pelanggan, maka secara tidak langsung pelanggan tersebut akan merasa puas terhadap layanan yang di berikan, dan kemudian pelanggan tersebut akan merasa percaya terhadap jasa yang ia pilih (jasa rumah sakit). 2.3.6 Sarana Fisik (Physical Evidence) Menurut Zeithaml dan Bitner dalam buku bauran pemasaran dan loyalitas konsumen (2008 : 63 -64), adalah “The environment in which the service is delivered and where firm and customer interact and any tangible component that facilitate 19 performance or communication of the service”. Yang artinya sarana fisik yaitu lingkungan di manalayanan pelangganberinteraksidan inidisampaikandan setiapkomponenyang di manaperusahaandan nyatayang memfasilitasikinerja ataukomunikasilayanan. Kemudian Menurut Nirwana (2004 : 47), “fasilitas pendukung merupakan bagian dari pemasaran jasa yang memiliki peranan cukup penting. Karena jasa yang disampaikan kepada pelanggan tidak jarang memerlukan fasilitas pendukung di dalam penyampaian”. Sarana fisik tersebut merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Sarana fisik ini juga dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi pemasar agar jasa yang di tawarkan menjadi pilihan bagi pelanggan. Sarana fisik ini juga dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap jasa yang di berikan, contohnya seperti tampilan fisik tempat pelayanan jasa di berikan (rumah sakit), seperti gedung rumah sakit yang nyaman dan bersih serta peralatan medis rumah sakit yang memenuhi standar mutu yang baik. 2.3.7 Proses (Process) Menurut Zeithaml dan Bitner dalam buku bauran pemasaran dan loyalitas konsumen (2008 : 64), adalah “The actual procedures, mechanism, and flow of activities by which the service is delivered the service delivery and operating system”. Yang artinya proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran 20 aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Proses menurut Zeithaml tersebut merupakan proses dalam penyampaian jasa dari produsen ke konsumen. Menurut Hurriyati (2005 : 65), yaitu : ”Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur, tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanismemekanisme, aktivitas-aktivitas dan rutinitas-rutinitas dengan apa produk atau jasa disalurkan ke pelanggan”. Proses tersebut merupakan keseluruhan aktivitas kerja yang di lakukan dalam penyampaian jasa dairi produsen ke konsumen. Proses tersebut dapat berupa proses penjadwalan penyaluran jasa ke pelanggan, aktivitasaktivitas yang di lakukan dalam proses tersebut, dan lain sebagainya. Proses dalam jasa ini merupakan faktor terpenting dalam bauran pemasaran jasa, karena pada proses ini pelanggan pengguna jasa akan merasakan sistem, mekanisme dan prosedur penyerahan jasa sampai ke tangan pelanggan, dan hal tersebut merupakan bagian dari jasa itu sendiri.Identifikasi manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyaratan utama bagi perbaikan jasa. Pentingnya elemen proses ini khususnya dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan. 2.4 Citra Merek (Brand Image) 2.4.1 Pengertian Merek Merek menurut Kotler dan Keller (2009 : 65) yaitu : “Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal – hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari 21 seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaingnya”. Menurut Kotler dan Keller tersebut merek merupakan nama, istilah, tanda, dan simbol yang menjadi identitas dari produk atau jasa yang diproduksi perusahaan. Merek juga merupakan pembeda dari produk atau jasa yang diproduksi perusahaan dengan produk atau jasa dari pesaing. Sebuah merek yang baik dapat secara konsisten memberikan manfaat dan mempunyai kualitas produk yang baik pula. Merek yang baik dan mampu memberikan manfaat yang baik bagi penggunanya, hal tersebut dapat menarik konsumen untuk selalu menggunakan merek tersebut. Merek juga dapat membedakan antara produk dari perusahaan sendiri dengan perusahaan pesaing. Menurut Kotler (2003 :418) merek yang baik mempunyai enam tingkatan pengertian, yaitu : 1. Atribut, ada sesuatu atribut yang melekat pada produk mereka. Misalnya : barang mahal, mutu bagus, tahan lama, tidak luntur, dan sebagainya. 2. Manfaat, kata atribut dapat diartikan sebagai manfaat fungsional dan emosional. Istilah tahan lama dapat dikatakan sebagai manfaat fungsional, sedangkan barang mahal dapat diartikan sebagai manfaat emosional. Biar mahal tapi produk itu menguntungkan. 3. Nilai, barang mahal mempunyai nilai tinggi bagi pengguna, karena dapat menaikkan gengsi atau prestise, kenyamanan, dan keselamatan. 4. Kebudayaan, masalah budaya yang terkesan, terkenal, efisien, selalu membeli barang berkualitas. 22 5. Kepribadian, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu. Misalnya : membeli mobil Mercedez, atau membeli arloji Rolex menimbulkan kesan tersendiri bagi pemakai. 6. Pengguna atau pemakai, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah orang dari kelas sosial tertentu. 2.4.2 Manfaat Merek Menurut Kotler dan Amstrong (2004 : 285), kegunaan pemberian merek pada produk atau jasa yaitu : 1. Bagi konsumen a) Mengidentifikasi asal produk b) Mengurangi tingkat resiko c) Memberikan janji dari pembuat produk d) Memberikan jaminan kualitas e) Meningkatkan efisiensi 2. Bagi produsen a) Alat identifikasi untuk memudahkan penanganan atau penelusuran produk. b) Sebagai identitas hokum untuk melindungi fitur unik yang dimilikinya. c) Alat untuk memberi asosiasi atau keunikan tertentu. d) Sinyal tingkat kualitas untuk memuaskan konsumen 23 e) Menunjukkan keunggulan kompetitif. f) Membantu keunggulan citra perusahaan. g) Mambantu menentukan sasaran pasar. Dari beberapa manfaat merek tersebut, dapat disimpulkan bahwa merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan bagi produsen seperti yang disebutkan diatas. Manfaat-manfaat dari merek tersebut dapat berguna bagi produsen, karena merek tersebut dapat membantu perusahaan dalam memperoleh pencitraan yang baik di masyarakat. Sedangkan bagi konsumen merek dapat membantu konsumen dalam memilih produk atau jasa yang memiliki kualitas dan citra merek yang baik. 2.4.3 Pengertian Citra Merek Citra merek menurut Kotler(2007 : 346) yaitu persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Citra merek tersebut dapat mempengaruhi konsumenn untuk tetap memilih merek yang ditawarkan pemasar. Hal tersebut dikarenakan menurut Kotler citra merek merupakan persepsi dan keyakinan yang terjadi dalam memori konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2001 : 225) Citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Dalam memilih suatu produk atau jasa, konsumen pasti mempertimbangkan merek yang melekat pada produk jasa tersebut. Oleh karena itu pemasar diharuskan menumbuhkan keyakinan di benak 24 konsumen mengenai merek yang ditawarkan, dengan cara memberikan pencitraan yang baik bagi produk atau jasa yang ditawarkan. Citra merek dapat mempengaruhi konsumen atau pelanggan agar mau memilih produk atau jasa yang di tawarkan. Konsumen atau pelanggan akan membeli produk jasa yang di tawarkan apabila konsumen atau pelanggan tersebut memiliki citra yang positif terhadap merek barang atau jasa yang ditawarkan pemasar. Citra merek yang positif yang sudah ada di benak konsumen dapat membantu perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya, karena apabila citra merek tersebut sudah dikenal baik oleh para konsumennya berarti produk atau jasa yang ditawarkan mampu bersaing di pasar. Citra merek berhubungan dengan persepsi konsumen tentang merek yang di tawarkan pemasar. Persepsi konsumen itu sendiri bisa positif bahkan negatif, hal tersebut tergantung dari persepsi yang di tanamkan pada awal pemasaran. Oleh karena itu dalam memasarkan produk jasanya, pemasar dituntut untuk menggunakan strategi pemasaran yang efektif, strategi pemasaran tersebut berupa bauran pemasaran (7P), yang terdiri dari : “produk, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process”, hal tersebut dilakukan untuk membantu menumbuhkan citra yang positif di benak pikiran konsumen. 25 2.4.4 Indikator Citra Merek Dalam penelitian ini, citra merek diartikan sebagai gambaran yangberhasil dibangun oleh rumah sakit berkaitan dengan merek rumah sakit tersebutyang dinilai oleh para pelanggannya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Selnes (1993). Selanjutnya beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel citra merek adalah: 1. Nama baik Nama baik adalah persepsi para pelanggan tentang sejauh mana nama baik yang berhasil dibangun oleh rumah sakit. 2. Citra dibanding pesaing. Citra dibanding pesaing adalah persepsi para pelanggan mengenai seberapa baik citra rumah sakit tersebut dibandingkan dengan rumah sakit- rumah sakit lain. 3. Dikenal luas. Dikenal luas menunjukkan persepsi para pelanggan, baik tentang sejauh mana nama rumah sakit tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas. 4. Kemudahan dikenal. Kemudahan dikenal adalah persepsi para pelanggan rumah sakit akan kemudahan pelanggan untuk mengenal rumah sakit tersebut. 26 2.5 Kepercayaan Konsumen 2.5.1 Pengertian Kepercayaan Konsumen Menurut Ganesan dan Shankardalam Farida Jasfar (2009: 165) menjelaskan bahwa kepercayaan merupakanrefleksi dari dua komponen, yaitu Credibility dan Benevolence. Credibilitydidasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan dengan organisasi lain danmembutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektifitas dan kehandalan pekerjaan.Sedangkan Benevolence, didasarkan pada besarnya kepercayaan kemitraan yangmemiliki tujuan dan motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain padasaat kondisi yang baru muncul, yaitu kondisi dimana komitmen tidak terbentuk. Deutsch (1973) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan suatu pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa yang ditakutkan dari pihak lain. Mayer, Davis dan Schoorman (1995) setuju bahwa kepercayaan adalah kemauan dari salah satu pihak untuk menjadi tidak berdaya (vulnerable) atas tindakan pihak lainnya. Sementara Barney dan Hansen (1994) berpendapat bahwa kepercayaan merupakan keyakinan mutual dari kedua pihak bahwa diantara keduanya tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain. Costabile (1998) kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan keterhandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Brand trust akan mempengaruhi kepuasan konsumen (Hess, 1995; Selnes 1993) dan loyalitas (Morgan dan Hunt, 1994). 27 Secara umum baik bagi industri jasa maupun manufaktur, dasar dari hubungan jangkapanjang dengan konsumen ada pada kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Kepercayaanmerupakan sari dari kompleksitas hubungan antar manusia. Konsep ini mewakili komponenhubungan kualitas yang berpusat pada masa depan. Kepercayaan dapat dikatakan eksis ketikaada kerelaan konsumen untuk bersandar sepenuhnya pada perilaku perusahaan dimasa depan(Bruhn, 2003 : 65). Kepercayaan terbentuk dari pengalaman masa lalu dan interaksisebelumnya. Kepercayaan terjadi ketika suatu kelompok percaya bahwa tindakankelompok lain akan memberikan hasil yang positif baginya. Dengan demikiankepercayaan konsumen merupakan rasa aman dalam interaksinya terhadap suatuyang diinginkan dan diharapkan sehingga akan memberikan hasil yang positif dan menguntungkan bagi konsumen itu sendiri. 2.5.2 Jenis-jenis Kepercayaan Menurut Jhon C Mowen/ Micheal Minor (2002 : 312) terdapat 3 jenis kepercayaan (three types of belief), yaitu : 1. Kepercayaan atribut objek Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek, kepercayaan atribut objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek seperti seseorang, barang atau jasa. Melalui kepercayaan atribut objek, pelanggan menyatakan apa yang mereka ketahui dalam hal variasi atributnya. 28 2. Kepercayaan atribut manfaat Seseorang yang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah mereka dan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, dengan kata lain memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara atribut dan manfaat ini merupakan persepsi pelanggan tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat tertentu. 3. Kepercayaan objek manfaat Jenis kepercayaan ini dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan objek manfaat merupakan persepsi pelanggan tentang seberapa jauh produk/jasa atau orang tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu. Dari beberapa jenis kepercayaan seperti yang disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa membangun kepercayaan pelanggan itu sangat penting dan sangat diperlukan, karena hal tersebut dapat membantu pemasar dalam memasarkan produknya. Pemasar yang menyadari bahwa kepercayaan terhadap objek atribut, dan manfaat sangat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, maka pemasar tersebut akan selalu berusaha menumbuhkan kepercayaan di benak para pelanggannya. Hal tersebut juga dapat membuat pelanggan untuk mempengaruhi calon pelanggan lain agar mau memakai jasa yang ditawarkan. 29 Dalam menumbuhkan kepercayaan dibenak pikiran pelanggan, maka diperlukan proses untuk menumbuhkan kepercayaan tersebut. Proses yang diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan menurut (Doney &Canon,1997 dalam Bruhn, 2003:65), yaitu : 1. Proses yang terkalkulasi Menurut proses ini pihak tertentu yakin pada perilaku positif pihak lain ketika manfaat dari perilaku negatif pihak yang sama memiliki konsekuensi biaya yang lebih rendah. 2. Proses prediktif Kepercayaan menurut proses ini sangat bergantung pada kemampuan pihak tertentu untuk mengantisipasi perilaku pihak lainnya. 3. Proses kemampuan Proses ini berkaitan erat dengan perkiraan kemampuan pihak lain dalam memenuhi kewajibannya. 4. Proses intensi Menurut proses ini kepercayaan didasarkan pada tujuan dan intensi pihak lain. 5. Proses transfer Kepercayaan menurut proses ini mengacu pada penilaian pihak lain diluar pihak-pihak yang terlibat dalam proses transfer. 30 2.6 Pengaruh Citra Merek Terhadap Kepercayaan Konsumen Morgan dan Hunt (1994), dalam Licen Indahwati Darsono (2010), berpendapat bahwa ketika satu pihak mempunyai keyakinan (confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust. Kepercayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan personal dan kepercayaan organisasi. Kepercayaan terhadap suatu merek (produk) merupakan kepercayaan personal. Kepercayaan pada merek merupakan hal yang dapat mempengaruhi sikap konsumen selanjutnya kepada merek tersebut dan pada perusahaaan yang menghasilkannya. Kepercayaan tumbuh dari keyakinan akan adanya penilaian positif seseorang terhadap suatu merek, produk, perusahaan, maupun yang lainnya. Nilai-nilai yang ada tersebut yang akan mempengaruhi konsumen dalam mengambil sikap berikutnya. Ketika merek produk tidak sesuai dengan nilai positif, konsumen akan cenderung memiliki penilaian negatif. Konsumen pun tidak akan mempercayai merek atau perusahaan tersebut serta lebih memilih mengurungkan niatnya untuk membeli atau menggunakan produk/jasa yan dihasilkan apabila dia mendapatkan penilaian yang negatif. Sebaliknya, apabila konsumen meyakini akan adanya nilai positif dari suatu merek ataupun perusahaan, maka dia akan cenderung menggunakan atau memutuskan membeli produk/jasa tersebut. 31 2.7 Model Penelitian PRODUK (product) HARGA H1 (price) TEMPAT H2 (place) CITRA MEREK H3 PROMOSI H4 (promotion) H5 H8 ORANG KEPERCAYAAN H6 (people) PELANGGAN SARANA FISIK (physical evidence) H7 PROSES (process) Gambar 2.1 Model Penelitian Bauran Pemasaran Jasa dalam Mempengaruhi Citra merek dan Kepercayaan Pelanggan. 32 2.8 Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang diteliti dan kebenarannya perlu diuji secara empiris. Empiris adalah menggunakan fakta atau fenomena sebagai sumber kebenaran untuk menyusun pengetahuan. Berdasarkan pokok masalah yang akan dibahas, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah : H1 Terdapat pengaruh pelayanan pada jasa (produk) rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H2 Terdapat pengaruh harga pada jasa yang ditawarkan rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H3 Terdapat pengaruh tempat pada jasa rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H4 Terdapat pengaruh promosi pada jasa rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri mandiri Kedoya. H5 Terdapat pengaruh orang (people) pada jasa rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H6 Terdapat pengaruh sarana fisik pada jasa rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H7 Terdapat pengaruh proses pada jasa rumah sakit terhadap citra merek rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. H8 Terdapat pengaruh citra merek terhadap kepercayaan konsumen/ pasien rumah sakit Puri Mandiri Kedoya. 33