Definisi Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit yang umum dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat di obati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik. Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik Etiologi Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab: 1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas 2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis 4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. Manifestasi Klinis Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Karakteristik Gambaran Tinja : Demam Nyeri Perut Dehidrasi Tenesmus Komplikasi Non Inflamatory Watery Volume >> Leukosit (-) (-) (-) (+++) (-) Hipovolemik Inflamatory Bloody, mukus Volume sedang Leukosit PMN (+) (+) (+) (+) Toksik Penetrating Mukus Volume sedikit Leukosit MN (+) (+)/(-) (+)/(-) (-) Sepsis Diagnosis Anamnesa Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan perhatian khusus pada karakter tinja (misalnya, berair, berdarah, lendir-diisi, purulen, empedu). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda dehidrasi, termasuk menurunnya output urin, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih condong disebabkan oleh virus atau toksin bakteri. Gejala demam, tenesmus, dan tinja berdarah lebih mengarah ke diare infamatoris. Riwayat makanan dan perjalanan sangat membantu untuk mengevaluasi potensi paparan. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti jompo, pengolah makanan, dan pasien yang baru dirawat di rumah sakit beresiko tinggi terkena penyakit diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko listeriosis, yang terutama disebabkan oleh konsumsi daging dingin, keju lunak, dan susu mentah. Kontak dengan orang yang sakit baru-baru ini dan penggunaan antibiotik dan obat lain harus dicatat pada pasien dengan diare akut. Aktivitas seksual yang yang mencakup reseptif anal dan kontak oral-anal meningkatkan kemungkinan inokulasi dubur langsung dan transmisi fecal-oral. Riwayat juga harus mencakup penyakit atau operasi gastroenterologis; penyakit endokrin; radiasi pada panggul; dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko imunosupresi, termasuk infeksi human immunodeficiency virus, penggunaan steroid jangka panjang, kemoterapi, dan defisiensi imunoglobulin A. Pemeriksaan fisik Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi pasien. Umumnya kesan sakit, membran mukosa kering, tertundanya waktu pengisian kapiler, peningkatan denyut jantung, dan tanda-tanda vital ortostatik yang abnormal dapat membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi berat. Demam lebih sugestif terhadap diare inflamasi. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai darah, nyeri dubur, dan konsistensi tinja. Pemeriksaan penunjang Karena diare bersifat self-limited, pemeriksaan lanjutan biasanya tidak diindikasikan. Secara umum, pemeriksaan diagnostik tertentu dapat dilakukan untuk pasien dengan dehidrasi berat, penyakit yang lebih parah, demam persisten, tinja berdarah, atau imunosupresi, dan untuk kasus dugaan infeksi nosokomial atau wabah. Terapi Rehidrasi Langkah pertama untuk mengobati diare akut adalah rehidrasi, rehidrasi sebaiknya oral. Akumulasi defisit cairan (dihitung secara kasar sebagai perbedaan antara berat badan normal pasien dan berat badannya pada presentasi dengan penyakit diare) pertama harus diatasi. Berikutnya, fokus harus beralih ke penggantian kehilangan cairan yang berkelanjutan dan maintenance. Solusi rehidrasi oral (oralit) harus mengandung campuran garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air untuk memaksimalkan mekanisme transportasi selular usus oleh natrium-glukosa. Pada tahun 2002, WHO menyetujui oralit dengan osmolaritas rendah(250 mOsm per L atau kurang dibandingkan dengan standar sebelumnya yaitu 311 mOsm per L). Oralit osmolaritas rendah ini menurunkan output tinja, episode emesis, dan kebutuhan untuk rehidrasi intravena, tanpa meningkatkan hiponatremia, dibandingkan dengan oralit standar. Oralit osmolaritas rendah dapat dibuat dengan mencampur 1/2 sendok teh garam, 6 sendok teh gula, dan 1 liter air. Jika rehidrasi oral tidak layak, rehidrasi intravena mungkin diperlukan. Nutrisi Asupan nutrisi awal menurunkan permeabilitas usus yang disebabkan oleh infeksi, mengurangi durasi penyakit, dan meningkatkan outcome gizi. Hal ini sangat penting di negara-negara berkembang di mana malnutrisi yang mendasari yang sudah ada sebelumnya. Menginstruksikan pasien untuk menahan diri dari makan makanan padat selama 24 jam juga tidak nampak berguna. Anti diare Agen antimotilitas loperamide dapat mengurangi durasi diare sebanyak satu hari dan meningkatkan kemungkinan kesembuhan klinis dalam 24 dan 48 jam jika diberikan dengan antibiotik untuk traveler’s diarrhea. Kombinasi loperamide / simetikon telah menunjukkan kesembuhan yang lebih cepat dan lebih lengkap pada diare nonspesifik akut dan ketidaknyamanan dikarenakan gas dibandingkan dengan satu jenis obat saja. Loperamide dapat memperpanjang durasi penyakit pada pasien dengan diare berdarah ataupun diare inflamasi dan, karena itu, harus dibatasi untuk pasien dengan tinja tidak berdarah. Obat antisekresi bismuth subsalisilat adalah alternatif yang aman pada pasien dengan demam dan diare inflamasi. Terdapat bukti tidak memadai untuk merekomendasikan penggunaan absorben kaolin / pektin, arang aktif, atau atapulgit. Antibiotik Karena diare akut yang paling sering bersifat self-limited dan disebabkan oleh virus, penggunaan antibiotik rutin tidak dianjurkan untuk kebanyakan orang dewasa dengan diare yang ringan. Selain itu, terlalu sering menggunakan antibiotik dapat menyebabkan resistensi (misalnya, Campylobacter), pemberantasan flora normal, perpanjangan durasi penyakit (misalnya, superinfeksi dengan C. difficile), perpanjangan durasi carrier (misalnya, tertundanya ekskresi Salmonella), induksi toksin Shiga (misalnya, dari E. coli yang memproduksi Shiga toksin), dan peningkatan biaya. Namun, bila digunakan dengan tepat, antibiotik yang efektif untuk shigellosis, kampilobakteriosis, C. difficile, traveler’s diarrhea, dan infeksi protozoa. Pengobatan antibiotik pada traveler’s diarrhea berhubungan dengan penurunan tingkat keparahan penyakit dan dua hingga tiga hari pengurangan durasi penyakit. Jika presentasi klinis pasien menunjukkan kemungkinan E. coli yang memproduksi toksin Shiga, penggunaan antibiotik harus dihindari karena dapat meningkatkan risiko sindrom uremik hemolitik. Manajemen konservatif tanpa pengobatan antibiotik kurang berhasil untuk diare yang berlangsung lebih dari 10 sampai 14 hari, dan pengujian dan pengobatan untuk infeksi protozoa harus dipertimbangkan. Antibiotik dapat dipertimbangkan pada pasien yang lebih tua dari 65 tahun, immunocompromised, sakit parah, atau sepsis. Pencegahan Menjaga kebersihan, kebiasaan mencuci tangan, persiapan makanan yang aman, dan akses ke air bersih merupakan faktor kunci dalam mencegah penyakit diare. Intervensi kesehatan masyarakat dalam mempromosikan cuci tangan saja dapat mengurangi kejadian diare sekitar sepertiga. Pengembangan vaksin tetap menjadi prioritas tinggi untuk pencegahan penyakit, terutama bagi mereka di negara berkembang.