bab i pendahuluan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perusahan farmasi atau perusahaan obat-obatan adalah perusahaan bisnis
komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan mendistribusikan
obat, terutama dalam hal kesehatan. Menurut Sharabati et al. (2010) memandang
bahwa industri farmasi merupakan industri yang sangat bermanfaat modal
intelektual. Lebih lanjut Sharabati et al. (2010) memandang bahwa industri
farmasi merupakan industri yang insentif melakukan penelitian, industri yang
inovatif dan seimbang dalam penggunaan sumber daya manusia serta teknologi.
Pembaharuan produk dan inovasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup
perusahaan farmasi. Pembaharuan produk dan inovasi yang terpenting tersebut
sangat bergantung pada modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Sharabati et
al .2010).
Era globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat persaingan usaha
semakin
ketat.
Berbagai
perusahaan
untuk
meningkatkan
kinerja
dan
mengembangkan usaha agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Untuk
mengembangkan usahanya perusahaan membutuhkan modal. Namun sering kali
modal itu menjadi kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan. Oleh karea itu,
perusahaan harus menetukan seberapa banyak modal yang diperlukan tujuan
tersebut sumber dana bagi perusahaan menurut Riyanto (2011:209) dapat
2
diperoleh dari dalam maupun luar perusahaan. Dana dari dalam perusahaan, yaitu
melalui laba ditahan dan akumulasi penyusutan sedangkan dana dari luar
perusahaan dana berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambilan
bagian didalam perusahaan. Namun apabila dana berasal dari pinjaman kreditur
maupun pemilik dirasa masih kurang, maka perusahaan dapat menerbitkan saham
untuk mendapatkan dana tambahan. Perusahaan-perusahaan yang membutuhkan
dana menerbitkan saham yang kemudian diperjual belikan di pasar modal.
Perusahaan yang menerbitkan saham disebut emite sedangkan perusahaan yang
membeli saham disebut pemodal atau investor.
Pesatnya perkembangan Bursa Efek Indonesia saat ini tidak dapat
dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di Bursa Efek Indonesia.
Sebelum seorang investor akan memutuskan akan menginvestasikan dananya di
pasar modal (dengan membeli sekuritas yang diperdagangkan di bursa) ada
kegiatan terpenting yang perlu untuk dilakukan, yaitu penilaian dengan cermat
terhadap emiten, ia harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah
informasi yang benar. Sistem perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak
ada pihak lain yang memanipulasi informasi dalam perdagangan tersebut. Tanpa
keyakinan tersebut, pemodal tentunya tidak akan bersedia membeli sekuritas yang
ditawarkan perusahaan (atau diperjual-belikan di bursa). Indikator kepercayaan
pemodal akan pasar modal dan instrumen-instrumen keuangannya, dicerminkan
antara lain oleh dana masyarakat yang dihimpun di pasar modal. (Pinuji, 2009
dalam Mahendra 2011).
3
Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu
perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan
maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah
ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham, sedangkan
tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang
tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya
secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai
oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
(Ridwan dan Gunardi, 2013).
Nilai perusahaan sangat penting dengan nilai perusahaan yang tinggi akan
diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, semakin tinggi harga saham
semakintinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
keinginan pemilik perusahaan sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan
perusahaan di presentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan
cerminan dari keputusan investasi pendanaan (financing), dan manajemen asset.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi. Bagi perusahaan yang telah mempunyai saham (go public), nilai
perusahaan dapat dinilai dari sahamnya. Naik turunnya harga saham di pasar
modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan
dengan isu naik-turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang
terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang
4
tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40-60% dari posisi awal
tahun 2008, yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang
membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor
domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah
mempengaruhi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati
melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham
perusahaan di pasar modal. (sumber: Kompas, 25 November 2008).
Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari jumlah
ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu : keputusan pendanaan, kebijakan dividen,
keputusan investasi, struktur modal, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan.
Beberapa faktor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai
perusahaan yang tidak konsisten. Nilai perusahaan adalah nilai laba masa yang
akan datang di ekspektasi yang dihitung kembali dengan suku bunga yang tepat
(Winardi, 2001 dalam Kusumadilaga, 2010).
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku
perusahaan dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, utang, dan
ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis, sedangkan nilai pasar
merupakan presepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder
lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham
perusahaan. (Ridwan dan Gunardi, 2013).
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi
Price to Book Value (PBV). PBV merupakan salah satu rasio keuangan yang
5
cukup representatif untuk melihat penciptaan nilai oleh suatu perusahaan. Rasio
PBV menggunakan harga pasar saham perusahaan yang mencerminkan penilaian
investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki perusahaan. Menurut
Prayitno dalam Afzal (2012) Price to Book Value (PBV) menggambarkan
seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi
rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
Perusahaan dapat mengembangkan penjualan, hal ini dapat mengurangi
risiko didalam persaingan di pasar. Maka perusahaan yang akan berusaha
memaksimalkan nilai perusahaan harus secara terus-menerus mengusahakan
pertumbuhan dan penghasilannya. Berikut ini adalah grafik nilai perusahaan
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang di ukur
dengan Price Book Value (PBV).
PBV
1000%
800%
600%
400%
200%
0%
DVLA
2008
KAEF
2009
KLBF
2010
2011
MERK
2012
TSPC
2013
2014
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah)
Gambar 1.1
Nilai Perusahaan Farmasi yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2008-2014
6
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa nilai perusahaan dari setiap
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tujuh
periode yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2014, pada tahun 2008-2014 pada
perusahaan farmasi, sempat memiliki trend meningkat namun setelahnya sempat
menurun dan meningkat kembali. Hal ini menunjukkan rata-rata harga pasar per
lembar saham perusahaan farmasi mencapai nilai berbanding dengan buku
perlembar sahamnya.
Pada tahun berikutnya rata-rata nilai perusahaan farmasi mengalami
penurunan sebelum kembali meningkat pada tahun berikutnya. Hal ini
mengidentifikasikan rendahnya kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan
yang berakibat pada turunnya permintaan saham berimbas pula dengan
menurunnya harga saham dari perusahaan-perusahaan tersebut.
Profitabilitas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang dihitung oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi perusahaan. Perhitungan rugi laba membantu pemakai laporan keuangan
meramalkan arus kas masa depan. Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat
dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan
selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
terhadap penyandang dana juga merupakan elemen penciptaan nilai perusahaan
yang menunjukkan prospek perusahaan pada masa yang akan datang.
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan (Kasmir, 2011:196).
7
Profitabilitas penting dalam perusahaan karena dapat menginformasikan
jumlah keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan juga menunjukan
apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
datang, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kelangsungan hidup
perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas perusahaan dapat diukur
menggunakan rasio : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Assets
atau Return On Investment dan Return On Equity (Suteja 2013:10).
Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio Return On Assets
(ROA) dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total aset. Return
On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola asset
baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat
seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola assets. Semakin tinggi tingkat
Return On Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan
saham, artinya tinggi rendahnya Return On Assets (ROA) akan mempengaruhi
minat investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume
penjualan saham perusahaan. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan aset. Sebaliknya, bila ROA kecil maka tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan
kurang baik.
8
ROA
6000%
5000%
4000%
3000%
2000%
1000%
0%
DVLA
-1000%
2008
KAEF
2009
KLBF
2010
2011
MERK
2012
TSPC
2013
2014
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah)
Gambar 1.2
Rasio Profitabilitas Perusahaan Farmasi yang Terdaftar Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2008-2014
Dari data yang telah di olah oleh peneliti, perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuatif setiap tahunnya,
profitabilitas diduga berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan total aset yang dimiliki perusahaan. Dengan laba yang tinggi maka
tingkat kepercayaan investor akan meningkat, hal tersebut berdampak pada nilai
perusahaan yang meningkat.
Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Dalam pengambilan keputusan pendanaan bagi perusahaan yang
berkaitan dengan penentuan struktur modal, manajer harus berhati-hati karena
keputusan ini dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan itu sendiri yang pada
9
akhirnya berpengaruh terhadap pencapaian tujuan untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Keputusan pendanaan ini berkaitan dengan
kebijakan manajer dalam menentukan proporsi yang tepat antara jumlah hutang
dan jumlah modal sendiri di dalam perusahaan sehingga dapat memaksimalkan
nilai perusahaan (Rustendi dan Jimmi, 2008).
Masalah struktur modal merupakan msalah penting bagi setiap
perusahaan, karena baik buruknya struktur modal perusahaan mempunya efek
yang langsung terhadap posisi finansialnya. Suatu perusahaan yang mempunyai
struktur modal tidak baik.
Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan
karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap
posisi finansial perusahaan. Kesalahan dalam penentuan struktur modal akan
mempunyai dampak yang luas. Terutama dengan adanya hutang yang sangat
besar, akan memberikan beban tetap yang semakin besar. Yuliana, et al. (2013)
struktur modal diperlukan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena penetapan
struktur modal dalam kebijakan pendanaan perusahaan menentukan profitbiitas
perusahaan. Pemilik struktur modal yang baik pada perusahaan adalah penting.
Perbandingan modal pinjaman dengan modaal sendiri haruslah tepat karena
perbandingan tersebut akan berakibat langsung terhadap posisi keuangan
perusahaan. Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya
persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan
dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan usahanya. Sebagai
upaya untuk mengembangkan tersebut, maka perusahaan memerlukan adanya
10
suatu kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi kegiatan operasional
perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan keputusan yang penting
mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan
nanti. Secara umum terdapat dua bentuk sumber pendanaan pada perusahaan yaitu
sumber pendanaan internal dan eksternal.
Sumber pendanaan internal yaitu suatu dana yang berasal dari dalam
perusahaan yaitu modal sendiri, laba ditahan. Modal sendiri berasal dari modal
saham, laba ditahan berasal dari sumber dana yang diperoleh dari usaha
perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan, akan tetapi seiring dengan
perkembangan ekonomi serta adanya tuntutan perkembangan usaha, dana yang
berasal dari dari dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha
mencari lagi tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan eksternal.
Pemenuhan kebutuhan dana secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu
pembiayaan hutang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity
financing). Pembiayaan hutang diperoleh melalui pinjaman, sedangkan pendanaan
modal sendiri berasal dari emisi atau penerbitan saham. Berikut ini adalah tabel
nilai struktur modal perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang diukur dengan Debt to Aktiva Ratio (DAR).
11
DAR
50%
40%
30%
20%
10%
0%
DVLA
2008
KAEF
2009
KLBF
2010
2011
MERK
2012
TSPC
2013
2014
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah)
Gambar 1.3
Struktur Modal Farmasi yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2008-2014
Dari gambar diatas dapat dilihat nilai struktur modal dari setiap
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tujuh
periode yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2014, dari gambar diatas menunjukkan
bahwa struktur modal perusahaan farmasi dengan menggunakan DAR di Bursa
Efek Indonesia (BEI) diduga mengalami fluktuasi. Semakin besar suatu
perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal atau hutang juga
akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki
kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternative pemenuhan dana tersedia
menggunakan pendanaan eksternal. Ukuran perusahaan menunjukkan nilai asset
perusahaan dalam peningkatan aktivitas operasional perusahaan. Besarnya utang
yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu kebijakan yang berhubungan dalam
12
struktur modal. Kebijakan hutang merupakan penentuan berapa besarnya hutang
akan digunakan perusahaan dalam menandai aktiva yang ditunjukkan oleh rasio
antara total hutang dengan total aktiva. Kebijakan hutang pendanaan perusahaan
yang bersumber dari eksternal (Ni Wayan dan Luh Gede, 2014).
Kesalahan menentukan struktur modal mempunyai dampak luas,
terutama bila perusahaan menggunakan hutang yang besar. Dan meningkat risiko
financial, yaitu perusahaan tidak bias membayarkan beban bunga dan angsuran
hutang (Ni Wayan dan Luh Gede, 2014). Faktor yang mempengaruhi
struktur,modal, pengendalian, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, sikap
pemberi pinjaman, profitabilitas pajak, pengendalian, sikap manajemen, kondisi
internal perusahaan, struktur aktiva, leverage operasi, kondisi pasar, kondisi
internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Houston dan Brigham, 2009:39)
dalam Ni Wayan dan Luh Gede (2014).
Tujuan keuangan perusahaan adalah pengambilan keputusan yang
optimal untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang tercermin dalam
harga saham. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba
yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi
sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan, 2010:381).
Jadi, setiap perubahan dalam kebijakan pembagian akan mempunyai pengaruh
yang saling bertentangan. Dengan demikian, kebijakan dividen yang optimal akan
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang yang memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001:66)
dalam Subaraman dan Agung (2014).
13
Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi dimasa yang akan datang (Harjito dan Martono, 2011).
Faktor penentu yang paling penting dari kebijakan dividen perusahaan adalah
stabilitas arus kas, ketersediaan peluang investasi yang menguntungkan, dan
stabilitas profitabilitas. Berikut ini adalah tabel kebijakan dividen modal
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diukur
dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
DPR
20000%
15000%
10000%
5000%
0%
DVLA
KAEF
KLBF
MERK
TSPC
-5000%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : www.idx.co.id (data yang telah diolah)
Gambar 1.4
Kebijakan Dividen Farmasi yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2008-2014
Dari data yang telah di olah oleh peneliti, perusahaan farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya,
14
berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa kebijakan dividen
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana tinggi rendahnya dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham, tidak berkaitan dengan tinggi
rendahnya nilai perusahaan. Kebijakan deviden merupakan hak pemegang saham
untuk mendapatkan sebagian dari keuntungan perusahaan. Pembayaran dividen
juga akan dapat mengurangi peluang investasi, dan kenyataannya investor lebih
menyukai capital gain daripada dividen karena pajak capital gain lebih kecil
daripada pajak dividen (Sabaraman dan Agung, 2014).
Kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan pada saat
hutang rendah dan kebijakan dividen tidak dapat menurunkan nilai perusahaan
pada saat hutang tinggi. Kebijakan dividen adalah masalah perusahaan yang
penting dan mungkin terkait erat dengan, dan berinteraksi dengan, sebagian besar
keputusan keuangan dan investasi perusahaan membuat. Sebuah pemahaman yang
tepat tentang kebijakan dividen sangat penting seperti harga aset, struktur modal,
merger dan akuisisi, dan penganggaran modal (Allen dan Michaely, 1995).
Keputusan dividen juga bisa dipengaruhi oleh tingkat keuntungan, risiko, dan
ukuran prusahaan mereka. Meskipun kebijakan dividen telah diidentifikasi
sebagai keputusan perusahaan utama yang dihadapi oleh manajemen, itu tetap
menjadi salah satu teka-teki di perusahaan keuangan (Ooi, 2001).
Kebijakan dividen menarik digunakan sebagai variabel moderasi antara
profitabilitas, struktur modal dan nilai perusahaan dalam penelitian ini, karena
kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan
perusahaan atau kebijakan hutang perusahaan yang menyangkut pembelanjaan
15
internal perusahaan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan atau harga saham perusahaan. Kebijakan dividen ini juga menjadi
pusat perhatian banyak pihak sebagai pemegang saham, kreditor, maupun pihak
eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Dividen memiliki informasi sebagai syarat prospek perusahaan.
Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja
perusahaan akan dianggap baik, dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan
yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik pula. Hasil penelitian
mengenai kebijakan dividen sebagai pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai
perusahaan sebelumnya yang dilakukan oleh Erlangga (2009) pada perusahaan
manufakur yang menemukan kebijakan dividen mampu memoderasi kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Berbeda dengan Mahendra (2011) dan Meythi
(2012) yang menemukan kebijakan dividen tidak mampu memoderasi pengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dan fenomena-fenomena yang terjadi serta hasil
penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
kebijakan dividen masih menunjukan hasil yang berbeda, bahkan bertentangan
dengan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya. Maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan melalui sektor farmasi, maka penelitian ini
mengambil judul “Analisis Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Pemoderasi Studi Kasus Pada Perusahaan Farmasi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2014”.
16
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Dalam sub bab ini penulis akan memaparkan tentang masalah yang
terdapat pada penelitian ini. Masalah tersebut akan diidentifikasi dan dirumuskan
untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya, maka diperlukan identifikasi masalah sehingga hasil analisis
selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dari latar belakang
yang
sebelumnya
telah
dipaparkan,
dapat
diidentifikasi
permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Mengidentifikasi
rendahnya
kepercayaan
pasar
terhadap
prospek
perusahaan yang berakibat pada turunnya permintaan saham berimbas pula
dengan menurunnya harga saham dari perusahaan.
2.
Perkembangan kuantitas maupun kualitas kebijakan dividen di Indonesia
mengidentifikasi bertambah aktifnya perusahaan farmasi mengungkapkan
kebijakan dividen maka nilai perusahaan diharapkan cenderung baik.
3.
Mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan antara kebijakan
dividen dan nilai perusahaan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas guna
17
mempermudah dalam pembahasannya, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana perkembangan profitabilitas, struktur modal, kebijakan dividen
dan nilai perusahaan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2.
Seberapa besar pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai
perusahaan secara simultan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.
Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.
Seberapa besar pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5.
Apakah kebijakan dividen memoderasi pengaruh profitabilitas dan struktur
modal terhadap nilai perusahaan.
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan profitabilitas, struktur
modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan pada perusahaan farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas dan struktur
modal terhadap nilai perusahaan secara parsial pada perusahaan farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
18
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
5.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
apakah
kebijakan
dividen
memoderasi pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai
perusahaan.
1.4
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan serta
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan, antara lain:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan berdampak
pada pengembangan ilmu manajemen keuangan. Penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi informasi, baik teoritis maupun empiris kepada pihak-pihak yang
akan melakukan penelitian mengenai Nilai Perusahaan dengan Kebijkan Dividen
sebagai variabel moderasi.
19
1.4.2 Kegunaan Praktis
1.
Bagi Peneliti dan Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan sumber referensi
penelitian tentang nilai perusahaan. Selain itu, diharapkan dapat berkontribusi
dalam pengembangan teori mengenai hubungan nilai perusahaan dengan
kebijakan dividen sebagai variabel moderasi.
2.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan perusahaan
terhadap variabel-variabel yang diteliti sebagai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
3.
Bagi Investor
Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat membantu investor ketika
akan melakukan investasi di perusahaan.
4.
Bagi Pemerintah atau Instansi Terkait
Penelitian ini diharapkan dappat membantu pemerintah atau instansi
terkait dalam membuat standar dan peraturan-peraturan serta dapat memberikan
informasi untuk perbaikan kualitas standar dan peraturan.
5.
Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Serta perbandingan untuk
menambah wawasan bagi pihak lain yang membacanya.
Download