BAB III SISTEM TATA UDARA, PRINSIP PERHITUNGAN DAN PENAKSIRAN BEBAN PANAS PADA NISSAN GRAND LIVINA 1. Dasar dari termodinamika Hukum Termodinamika I Energi dalam segala bentuk dapat saling dipertukarkan. Hukum termodinamika I mengacu pada kenyataan tersebut dalam kaitannya antara panas dan kerja Q= U+W Dimana : U= Perubahan energi dalam (J) W= Jumlah kerja (J) Q= Jumlah panas (J) Hukum Termodinamika II Kerja dapat diubah secara keseluruhan menjadi panas, namun untuk kebalikannya tidaklah selalu benar. Jika disimpan dalam hukum termodinamika I, perubahan yang dilakukan dengan cara apapun akan menghasilkan hasil yang sama, namun ternyata tidaklah demikian berdasarkan pengamatan ini hukum lain yang berkaitan dengan panas sangatlah diperlukan. Yaitu hukum termodinamika II. − Panas dari suatu benda pada temperature tertentu tidak dapat diubah secara keseluruhan menjadi kerja. − Panas tidak dapat dipindahkan dari suatu benda yang lebih rendah temperaturnya ke benda yang bertemperatur lebih tinggi tanpa menyebabkan perubahan menjadi benda lain yang lebih baik dari pada dua benda semula. 2. Sistem Tata Udara Pada Kendaraan Sistem tata udara pada mobil menggunakan sistem refrigerasi yang dikendalikan oleh mesin mobil untuk melengkapi pendinginan. Udara hangat dari pendingin lazimnya digunakan untuk menyalurkan panas keruang penumpang ketika dibutuhkan Pengudaraan pada mobil menyangkut pemanasan, pendinginan dan dehumidication. Udara panas untuk menghangatkan penumpang dibutuhkan untuk melengkapi dengan sirkulasi panas menembus heater core atau seperti radiator kecil terletak dibawah dashboard. Mesin memompa udara hangat menembus heater hoses yang terletak didalamnya. Untuk menggerakkan compressor digunakan belt yang berfungi untuk memompa refrigerant menembus sistem. Gambar 3.1 Sistem Operasi Normal Sumber : Website Google Seperti kita ketahui bahwa sistem pemanasan pada mobil adalah sistem pengkondisian udara yang bekerja secara bersama untuk memberi kenyamanan bagi penumpang. a. Pengkabutan dan penguapan Pada pengkondisian udara mobil, udara didinginkan dengan cara refrigerant yang bersuhu dan bertekanan tinggi disimpan didalam saringan. Selanjutnya cairan refrigeran dialirkan melalui sebuah lubang kecil yang disebut katup ekspansi. Saat itu suhu dan tekanan refrigeran berkurang dan sejumlah cairan refrigeran berubah menjadi gas. Refrigeran dengan suhu dan tekanan rendah tersebut selanjutnya mengalir kedalam evaporator. Didalam evaporator refrigerant menguap dan mengambil panas dari udara sekitarnya. Sistem tata udara tidak dapat mendinginkan udara jika cairan refrigerant tidak menguap. Untuk mengubah uap refrigerant menjadi cair, maka sebuah kompressor digunakan dalam sistem pengudaraan mobil. Ketika gas dikompresi didalam kompressor, suhu dan tekanannya menjadi bertambah. b. Pengembunan Pada sistem tata udara mobil, refrigeran dengan tekanan dan suhu tinggi berubah menjadi cairan akibat dari pendinginan di kondensor. Dengan mengalirnya gas refrigerant bertekanan tersebut ke kondensor, gas tersebut akan mengembun dan berubah menjadi cairan. Saat itu suhu refrigeran menjadi lebih rendah dari titik didihnya. Cairan refrigeran yang terbentuk akan mengalir kembali ke saringan. Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas atau uap menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga bila sebuah uap dikompresi yaitu, tekanan ditingkatkan menjadi cairan, atau megalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendinginan atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi dan banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas yang dingin dihari yang panas adalah bentuk kondensasi. c. Sirkulasi refrigeran Pada keluaran kompressor, refrigeran bersuhu dan bertekanan tinggi mengandung panas yang diserap dari evaporator dan panas yang dihasilkan oleh kompressor pada langkah tekan. Gas refrigeran ini mengalir ke condenser, dan didalam kondenser diembunkan menjadi cairan refrigerant. Cairan refrigeran ini mengalir ke receiver, dan di dalam receiver cairan disaring kemudian disimpan sampai evaporator membutuhkan refrigeran untuk diuapkan. Gambar 3.2 Sirkulasi Refrigeran Pada Kendaraan Sumber : Website Google Katup ekspansi mengubah cairan refrigeran menjadi bersuhu dan bertekanan rendah dalam bentuk kabut. Refrigeran bersuhu rendah dan berbentuk kabut tersebut kemudian mengalir ke dalam evaporator. Didalam evaporator refrigeran menguap dan mengambil panas dari udara hangat yang dilewatkan di evaporator. Seluruh cairan berubah menjadi gas refrigeran di dalam evaporator dan gas yang memiliki panas laten tersebut mengalir kedalam kompresor. Selanjutnya prose situ berulang kembali. 3. Tipe Pengudaraan Akibat adanya perbedaan lingkungan yang ada di tiap-tiap Negara, maka pengudaraan dibagi menurut fungsinya. a. Pengudaraan biasa Pada tipe ini terdiri dari penyaluran udara (ventilator) yang dipasangkan heater atau evaporator dan digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan udara. b. Tipe untuk segala cuaca Pada tipe ini terdiri dari ventilator (penyalur udara) dengan heater dan evaporator. Tipe ini dugunakan untuk segala musim, seperti musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Pada saat pengudaraan bekerja dan kondisi udara panas berkelembaban tinggi, maka pengudaraan akan menghasilkan kondisi udara yang nyaman dengan cara sebagai berikut. Udara panas dan berkelembaban tinggi dihisap oleh blower motor dan selanjutnya diteruskan ke evaporator. 1. Udara didinginkan dan dikurangi kadar airnya oleh evaporator. 2. Udara dipanaskan di heater sehingga dihasilkan udara yang nyaman. 3. Udara tersebut selanjutnya dialirkan ke ruangan melalui outlet grille. Cara kerja system pengudaraan pada tipe air mix adalah sebagai berikut. Suhu diatur dengan mengubah aliran udara yang masuk dan keluar cooling unit dengan cara menggerakkan tuas-tuas pengatur pada lever kontrol panel. 1. Air inlet door dioperasikan dengan cara menggerakkan “air inlet control lever” untuk mengalirkan udara yang masuk cooling unit, yaitu memilih udara segar atau udara dari luar kendaraan dan udara bersirkulasi. 2. Putaran blower diatur dengan menggerakkan “blower speed control lever”. 3. Air mix control door dioperasikan dengan cara menggerakkan “temperature control lever” dan membagi udara dari evaporator yang dilewatkan di heater dan yang tidak dilewatkan. Pencampuran udara panas dan dingin tersebut akan menghasilkan udara yang nyaman bagi penumpang. 4. Air flow mode control door dioperasikan dengan menggerakkan air flow mode control lever yang akan mengatur arah aliran udara keluar. 4. Sistem Kelistrikan Dibawah ini diperlihatkan salah satu kerja system kelistrikan pengudaraan. Cara kerja system kelistrikan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ignition switch “ON” 2. Blower switch di “ON” kan yang akan mengakibatkan heater relay bekerja mengalirkan arus listrik ke blower motor, sehingga blower motor bekerja. 3. Bila pengkondisian udara di “ON” kan, maka arus listrik akan mengalir masuk ke amplifier sehingga amplifier dapat bekerja. 4. Amplifier bekerja mengeluarkan arus magnetic clutch relay dan engine jika dual pressure switch bekerja (on), dimana tekanan refrigeran saat itu berkisar antara 2,0 kg/cm2. 5. Thermistor berfungsi sebagai alat yang akan menginformasikan suhu evaporator ke amplifier. Jika suhu evaporatot dibawah 30C, maka kontrol otomatik akan off sehingga compressor berhenti bekerja. 6. Water temperatur sensor akan bekerja mematikan control otomatik relay jika suhu mesin diatas 1800C. 7. Kunci sensor pada kompressor akan menginformasikan putaran kompressor ke amplifier. Jika putaran kompressor tidak sampai dengan putaran mesin,. maka control otomatik akan mati. 8. Saat kontrol otomatik bekerja, amplifier akan mengirim sinyal ke mesin agar bekerja sehingga putaran mesin naik. 9. Ketika kendaraan berakselerasi, mesin akan menginformasikan sinyal ke amplifier sehingga control otomatik relay akan mati yang menyebabkan compressor berhenti bekerja. 5. Radiasi Permukaan Panas a. Apabila di dalam suatu ruangan dinding-dinding sekitarnya panas, akan mempengaruhi kenyamanan seseorang di dalam ruangan tersebut, meskipun temperatur udara disekitarnya sesuai dengan tingkat kenyamanannya (misalnya di dekat oven atau dapur). b. Usahakan temperatur radiasi rata-rata sama dengan temperatur udara kering ruangan. c. Apabila temperatur radiasi rata-rata lebih tinggi dari temperatur udara kering ruangan, maka temperatur udara ruangan rancangan dibuat lebih rendah dari temperatur rancangan biasanya. 6. Mesin Refrigerasi 1. Kompresor Beberapa jenis kompresor dapat dibagi dalam dua jenis utama, yaitu kompresor positif, dimana gas isap masuk ke dalam silinder dan dikompresikan, dan jenis kompresor non positif dimana gas yang diisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeller yang kemudian mengubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan. Gambar 3.3 Kompresor Pendingin Assy Sumber : Electronic Service Manual Nissan Grand Livina Berikut akan diberikan penjelasan secara garis besar mengenai beberapa kompresor yang banyak digunakan pada waktu ini. a) Kompresor torak kecepatan tinggi bersilinder banyak Kecepatan putar yang tinggi dipergunakan apabila diperlukan kapasitas yang lebih besar namun, pada kompresor torak yang konvensional kecepatan putar tersebut ada batasnya. Hal itu disebabkan karena terbatasnya kekuatan material dan terjadinya getaran yang disebabkan oleh bagian mesin yang bergerak bolak balik, kecepatan putar kompresor berkisar antara 900-1800 rpm dan untuk memperoleh kapasitas yang lebih besar dipakai kompresor bersilinder banyak gambar menunjukkan jenis kompresor yang banyak dipergunakan pada waktu ini. Meskipun demikian, banyak juga dipergunakan kompresor berukuran kecil dan sedang. Perbedaan konstruksi antara kompresor kecepatan rendah dan kecepatan tinggi bersilinder banyak adalah pada beberapa hal tersebut di bawah ini. 1) Mekanisme Katup Dengan naiknya kecepatan putar, maka dipakai katup yang ringan, misalnya katup pelat. Hal ini disebabkan karena katup, seperti yang biasa dipergunakan pada motor bakar torak, adalah terlalu berat katup pelat dapat secara cepat mengikuti gerakan torak, sehingga prestasinya lebih baik dan dapat diandalkan. 2) Penyekat Poros Dengan naiknya kecepatan poros engkol, dipergunakan penyekat mekanikal dan bukan jenis penyekat paking. 3) Pelumasan Minyak pelumas dialirkan kebagian bagian mesin secara paksa dengan menggunakan pompa minyak pelumas. 4) Pelepasan Tekanan Pelepasan tekanan dipasang di dalam silinder untuk meringankan start dan mengatur kapasitas kompresor. Pelepasan tekanan itu dijalankan oleh pengatur kapasitas dengan menggunakan tekanan minyak pelumas. Ciri-ciri kompresor bersilinder banyak kecepatan tinggi adalah sebagai berikut: 1. Kecil dan ringan 2. Memerlukan fondasi yang sederhana karena getarannya lebih kecil 3. Kemungkinan penggunaan pelepasan tekanan dan tidak diperlukan momen putar start yang besar 4. Kapasitas refrigerasi dapat diatur secara otomatik 5. Memungkinkan pertukaran komponen yang dipergunakan pada setiap silinder kapasitas kompresor dapat dirancang dengan menggunakan silinder yang tersedia, sehingga dapat diperoleh kompresor dengan 4, 6, 8, 12, 16 silinder sesuai dengan keperluannya. 6. Keausan cincin torak, bantalan dan sebagainya terjadi karena kecepatan dan beban yang tinggi. 7. Kerusakan minyak pelumas terjadi karena temperatur kerja yang tinggi. 8. Apabila dipergunakan perbandingan kompresi yang tinggi maka kemampuan akan turun dan kerugian dayanya akan bertambah besar karena efesiensi volumetriknya turun. b) Kompresor Putar Kompresor putar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis daun berputar dan jenis daun diam. Pada jenis yang pertama, daun terletak pada rotor yang berputar tetapi dapat bergerak dalam arah radial. Dengan demikian puncak daun selalu merapat pada bagian dalam dari silinder. Jenis ini banyak dipergunakan sebagai kompresor untuk unit penyegaran udara berkapasitas rendah. Sedang pada jenis daun stasioner, daun terletak menempel pada permukaan rotor yang berputar. Proses kompresi gas refrigeran dilakukan oleh rotor. Dibandingkan dengan kompresor torak, konstruksi kompresor berputar lebih sederhana dan jumlah komponennya lebih sedikit. c) Kompresor Sekrup Kompresor sekrup yang semula dirancang untuk memperoleh kompresor udara tanpa minyak pelumas, memiliki dua buah rotor yang berpasangan, berturut-turut dengan gigi jantan dan gigi betina. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kompresor sekrup dibuat juga untuk dipergunakan pada mesin refrigerasi seperti yang terlihat pada gambar. Kompresor sekrup memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih sedikit jumlah bagian yang bergesekan perbandingan kompresi yang tinggi dalam satu tingkat relatif stabil terhadap pengaruh cairan atau kotoran yang terserap dalam refrigerant. d) Kompresor Semi Hermatik Pada kompresor semi hermatik listrik dibuat menjadi satu dengan kompresor. Jadi, rotor motor listrik tersebut berada dalam perpanjangan ruang engkol dari kompresor tersebut, dengan jalan demikian tidak diperlukan penyekat poros, sehingga dicegah terjadinya kebocoran gas refrigeran. Disamping itu, konstruksinya lebih kompak dan bunyi mesin menjadi lebih halus. e) Kompresor Hermatik Pada dasarnya kompresor hermatik hampir sama dengan kompresor semi hermatik perbedaannya hanya terletak pada cara penyambungan rumah kompresor dengan stator motor penggeraknya. Pada kompresor hermatik dipergunakan sambungan las, sehingga rapat udara, pada kompresor semi hermatik dengan rumah terbuat dari besi tuang bagian-bagian penutup dan penyambungannya masih dapat dibuka, sebaliknya dengan kompresor hermatik rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehingga baik kompresor maupun motor listrik tidak dapat diperiksa tanpa memotong rumah kompresor. Oleh karena itu, komponen dari kompresor hermatik haruslah terpercaya dan dapat diandalkan. f) Proses Kompresi Ada tiga proses kompresi yang kita kenal, yaitu kompresi isoternal, kompresi politropik, dan kompresi adiabatik. 1. Kompresi isoternal Temperatur gas tidak berubah sehingga pada akhir langkah kompresi sama dengan temperatur gas pada awal kompresi. 2. Kompresi politropik Temperatur gas setelah kompresi lebih tinggi dari pada temperatur gas pada awal langkah kompresi meskipun selama proses tersebut berlangsung terjadi perpindahan dari silinder ke sekitarnya. 3. Kompresi adiabatic Proses kompresi tanpa perpindahan panas dari gas ke sekitarnya, yaitu dengan jalan memberikan isolasi panas secara sempurna pada dinding silinder. g) Siklus Kerja Kompresor Apabila gas refrigerant diisap masuk dan dikompresikan di dalam silinder kompresor mesin refrigerasi, perubahan tekanan gas refrigeran terjadi sesuai dengan perubahan volume yang diakibatkan oleh gerak torak di dalam silinder tersebut, menunjukkan perubahan tekanan gas di dalam silinder selama langkah uap dan langkah kompresi. 1. Langkah isap a. Pada waktu torak berada di titik mati atas (titik A), katup buang dan katup isap ada dalam keadaan menutup. Kemudian, pada waktu torak mulai bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) katup isap akan membuka. b. Selama gerakan torak dari TMA ke titik TMB, gas yang ada di dalam silinder akan berexpansi, tetapi gas sebenarnya baru terisap masuk ke dalam silinder setelah tekanan di dalam silinder tersebut turun mencapai tekanan penguapan. Oleh karena itu, selama gerakan torak dari titik A ke titik B tidak terjadi pengisapan (langkah bebas). c. Maka baru setelah torak mencapai titik B dan meneruskan gerakannya menuju TMB (titik C), gas refrigeran mulai diisap masuk ke dalam silinder. Pada waktu torak berada di TMB katup isap menutup dan proses pengisapan gas refrigeran selesai. 2. Langkah Kompresi a. Pada waktu torak berada TMB (titik C), baik katup isap maupun katup buang ada dalam keadaan menutup. b. Selanjutnya selama gerakan dari TMB ke titik D, gas di dalam silinder mengalami proses kompresi sehingga tekanan gas akan naik secara berangsur-angsur. c. Apabila telah dicapai tekanan buang (pengeluaran), pada titik D katup buang mulai membuka sehingga gas akan keluar dari dalam silinder. d. Selama gerakan torak dari titik D ke TMA (titik A), pengeluaran gas refrigeran berlangsung pada tekanan konstan. Proses kompresi selesai pada waktu torak berada di TMB. 2. Pengontrolan Otomatik Pengontrolan sistem penyegaran udara ditujukan untuk mengatur kerja mesin supaya dapat mempertahankan kondisi ruangan pada tingkat keadaan yang diinginkan. Tingkat keadaan tersebut dinyatakan dengan temperatur dan kelembaban relatif dengan demikian pengontrolan tersebut mencakup menghentikan atau menjalankan mesin jika suatu tingkat keadaan ruangan sudah tercapai. Disamping itu, secara otomatik menghentikan kerja mesin dalam keadaan darurat. Gambar 3.4 Kontrol Otomatik Sumber : Website Google Rangkaian listrik yang digunakan terdiri dari dua rangkaian. Rangkaian utama melayani kebutuhan daya listrik untuk menjalankan motor listrik dan pemanas, rangkaian kedua adalah rangkaian operasi digunakan untuk menyetar dan menghentikan kerja mesin atau peralatan mesin. a. Kontrol Otomatik Untuk mengatur kerja sistem penyegaran udara diperlukan beberapa komponen utama yaitu: - Bagian deteksi (sensor) berfungsi menyatakan temperatur dan kelembaban ruang yang hendak dikontrol. - Bagian kontrol berfungsi menerima sinyal dari sensor, membandingkan dengan tingkat keadaan yang diinginkan dan mengirimkan sinyal pengoreksi ke bagian operasi yang bersangkutan. - Bagian operasi berfungsi menerima sinyal pengkoreksi dari bagian kontrol dan selanjutnya menjalankan bagian mesin yang bersangkutan. Boleh dikatakan bahwa dasar dari pengontrolan penyegaran udara adalah mengontrol temperatur udara ruangan. Susunan komponen dan kerja sistem kontrol dari sistem penyegaran udara dapat dilihat pada gambar. Gambar 3.5 Susunan Kerja Sistem Kontrol Otomatik Sumber : Karya pribadi Dalam sistem kontrol tersebut di atas, temperatur udara ruangan dideteksi, kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke bagian kontrol yang akan menghasilkan sinyal pengkoreksi ke bagian operasional. Jadi, dalam rangkaian sistem control akan terjadi aliran sinyal dimana sinyal yang keluar dari satu komponen akan menjadi masuk ke komponen berikutnya. Sehingga secara keseluruhan akan merupakan rangkaian tertutup kontrol yang meliputi proses balikan. 3. Kondensor Laju perpindahan perpindahan panas dalam kondensor di dalam pipa kondensor terjadi perpindahan kalor dari uap refrigeran ke air pendingin. Jumlah kalor yang dipindahkan melalui dinding pipa pendingin tergantung pada perbedaan temperatur, material pipa, laju aliran massa fluida kerja, kerja, dan sebagainya. Sedangkan kotoran dan kerak yang menempel pada pipa menghalangi proses perpindahan panas. Gambar 3.6 Kondensor Type Assy Sumber : Website Google Kondensor merupakan komponen penting untuk mencairkan uap refrigeran gas yang bertekanan dan dan bertemperatur tinggi dengan cara mendinginkan uap refrigeran tersebut. Sehingga akan dilepaskan kalor sebanyak kalor laten pengembun. Yang berada pada bagian yang mempunyai tekanan tinggi pada siklus refrigerasi. Alat ini berfungsi untuk memindahkan kalor dari uap refrigeran panas yang keluar dari kompresor uap panas refrigeran terdiri dari kalor yang diserap oleh evaporator dan kalor kompresi dari kompresor. Kalor dari uap refrigeran panas dikondensor ditransfer pertama-tama oleh dinding pipa ke media pendingin yang dapat berupa udara, air atau kombinasi keduanya kondensor dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Air Cooled Condensor (kondensor berpendingin udara) merupakan kondensor yang membawa kalor dengan menggunakan udara sebagai medium. 2. Water Cooled Condensor (kondensor berpendingin air) merupakan kondensor yang membawa kalor dengan menggunakan air sebagai medium. Gambar 3.7 Condensor Sumber : Website Google 4. Saringan Kotoran dan serbuk logam yang ada di dalam refrigeran yang bersirkulasi dapat mengendap atau menempel pada orifis katup expansi, pada katup isap atau pada katup buang kompresor, sehingga akan mengganggu kerja kompresor selain itu, juga dapat merusak bantalan dan penyekat poros. Oleh karena itu, kotoran tersebut harus dibuang dengan mengalirkan refrigeran melalui saringan cairan atau saringan isap. Saringan cairan dipasang sebelum katup expansi dari pipa refrigeran cair. Saringan cairan terdiri dari jaringan yang diletakkan di dalam silinder. Saluran di dalam jaringan berbentuk huruf L, seperti pada pengering. Jaringan filter dapat diperiksa dan dibersihkan tanpa membuka pipa-pipa. Gambar 3.8 Saringan Sumber : Website Google 5. Katup Expansi Dipergunakan untuk mengexpansi secara adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Jadi, melaksanakan proses atau proses expansi entalpi konstan selain itu, katup expansi mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban pendingin yang harus dilayani oleh evaporator. Gambar 3.9 Katup Expansi Sumber : Website Google Jadi, katup expansi mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja sehingga diperoleh efisiensi siklus refrigerasi yang maksimal diperlihatkan keadaan pada waktu katup ekspansi membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang diperlukan oleh evaporator sedemikian rupa sehingga refrigeran menguap sempurna pada waktu keluar dari evaporator. Apabila katup expansi membuka lebih lebar, maka refrigeran di dalam evaporator tidak membuat sempurna, sehingga refrigeran yang terisap masuk ke dalam kompresor mengandung cairan dalam hal tersebut terakhir kompresor akan bekerja pada temperatur yang sangat tingggi, sehingga cepat rusak. 6. Evaporator Evaporator adalah penukar panas yang memegang peranan yang paling penting di dalam sirkulasi refrigerasi, yaitu mendinginkan media sekitarnya. Ada beberapa macam evaporator, sesuai dengan tekanan penggunaannya bentuknyapun dapat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena media yang hendak didinginkan dapat berupa gas, carian atau zat padat. Maka evaporator dapat dibagi dalam beberapa golongan, sesuai dengan keadaan refrigeran yang ada di dalamnya, yaitu: jenis expansi kering, jenis setengah basah, jenis basah, dan sistem pompa cair. Gambar 3.10 Evaporator Sumber : Website Google 7. Tujuan Perhitungan Beban Panas Tujuan perhitungan beban panas yaitu untuk menetapkan besarnya instalasi dan mengetahui biaya operasi jangka pendek dan jangka panjang, serta untuk mengetahui karakteristik dinamik dari instalasi yang bersangkutan. Dalam perhitungan beban kalor puncak dipakai anggapan bahwa kondisi extrim sering tejadi, dimana panas yang masuk ke dalam ruangan. Kebanyakan dari perhitungan beban panas adalah panas yang masuk ke dalam ruangan mobil namun seringkali dipakai beban panas yang dikoreksi terhadap panas yang masuk ke dalam ruangan. Hal tersebut akan diterangkan sebagai berikut. a. Radiasi panas yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela akan memanasi lantai dan benda lain tersebut kepada udara ruangan hal ini berarti bahwa panas yang masuk ke dalam ruangan dari radiasi panas matahari lambat laun akan menjadi beban panas, sehingga beban utamanya akan menjadi lebih kecil dari pada yang diperkirakan semula. b. Perhitungan panas yang masuk ke dalam ruangan standar adalah perhitungan yang dilaksanakan dengan anggapan bahwa udara ruangan harus dapat dipertahankan konstan pada temperatur dan kelembaban tertentu. Tetapi, kenyataan kalor akan tersimpan dalam ruangan selama kendaraan tidak digunakan. 8. Kondisi Perencanaan Data kondisi tempat pelaksanaan dilakukan untuk perhitungan digunakan kota Jakarta diperoleh dari tabel pada lampiran 1 sebagai berikut: Kota/tempat : Jakarta Garis Lintang : 60 LS Garis Bujur : 1070 BT Waktu Perencanaan : Bulan September Suhu udara dalam : 25,5 0 C Suhu udara luar : 32 0 C Udara luar : 77% Suhu bolah basah : 27 0 C Daily Range : 7,8 0 C Kondisi ruangan yang dikondisikan disesuaikan dengan kondisi nyaman yang didefinisikan dengan bantuan grafik yang dapat dilihat pada lampiran 5 dipilih Temperatur ruangan : 24 0 C Kelembaban ruangan : 50% Jumlah orang : 7 orang Luas ruangan : 4,26 m2 Jumlah udara segar : 15 CFM/orang 9. Perhitungan beban pendingin Untuk menentukan berapa daya dibutuhkan dalam perhitungan beban pendingin ini, digunakan data dan dimensi ruang penumpang pada NISSAN Grand Livina. 1. Perhitungan Beban Pendingin Melalui Kaca Beban Pendingin Secara Konduksi: qk = Uk x Ak x CLTDkoreksi Uk = 5,28 W/m2.0C Ak = 3,71 m2 (diukur) [w](1) (lit 1, hal 26-33) (lampiran 2) CLTDkoreksi = ((CLTD) + LM + (25,5 – tr) + (to – 29,4)) f CLTD =8 (lampiran 3) LM =0 (lampiran 4) k =1,0 (Gelap) =0,5 (Terang) =1 (Bila tanpa attic/duct) f =0,75 (dengan Ventilasi attic) CLTDkoreksi =((8 + 0) x 1) + (25,5 – 24) + (32 – 29,4)) x 1 =8 + 1,5 + 2,6 =12,1 0C qk =5,28 x 3,71 x 12,1 =237 W Beban Pendingin Secara Radiasi qr = Ak x SC x SHGF x CLF (W) (2) (lit. 1, hal. 26-33) Ak = 3,71 m2 (diukur) SC = 0,55 (lampiran 6) SHGF = 924 W/m2 (lampiran 7) CLF = 0,81 (lampiran 8) qr = 3,71 x 0,55 x 924 x 0,81 = 1527 W Beban Pendingin Melalui Kaca = qk + qr = 237 + 1527 = 1764 W 2. Beban Pendingin Penumpang Beban Pendingin Sensibel qs = N x SHG x CLF (W) (3) N = 7 orang SHG = 70 W (Lampiran 9) CLF = 0,72 (Lampiran 10) qs = 7 x 70 x 0,72 = 352,8 W (lit. 1, hal. 26-33) Beban Pendingi Laten : q1 =N x LHG N =7 orang LHG =45 q1 =7 x 45 [W](4) (lit.1 hal.26-33) (lampiran 9) =315 W Beban pendingin Penumpang : =qs + q1 =352,8 + 315 =668 W 3. Beban Pendingin Melalui Dinding Bahan dinding dan koefisien perpindahan kalor ditentukan berdasarkan perkiraan bahan pada dinding dan dengan bantuan tabel. Bahan Resistensi thermal (m2.0C/W) 1. Lapisan 0,059 2. Steel 0,827 3. Rongga 0,121 4. Steel 0,827 5. Isolasi 0,119 6. Lapisan Udara dalam 0,121 Rτ = 2,074 Koefisien perpindahan panas : Ud = 1 = 0,482 W/m2.0C RΤ Ad =6,30 m2 CLTDkoreksi =((CLTD + LM) x k (25,5 – tr) + (to.29,4)) x f CLTD =37 LM =0 k =1,0 f =1 CLTDkoreksi =((37 + 0) x 1 + (25,5 – 24) + (32 – 29,4)) x 1 (diukur) (lampiran 12) (gelap) =37 +1.5 + 2,6 =41,1 0C qdinding =Ud x Ad x CLTDkoreksi [W](5) (lit.1 hal.26-33) =0,482 x 6,30 x 41,1 =125 W 4. Beban Pendingin Melalui Atap Bahan atap dan koefisien perpindahan panas : Bahan Resistensi thermal (m2.0C/W) 1. Lapisan 0,059 2. Steel 0,827 3. Rongga 0,121 4. Steel 0,827 5. Isolasi 0,119 6. Lapisan Udara dalam Koefisien perpindahan panas : Ua 0,121 Rτ = 2,074 = 1 = 0,482 W/m2.0C RΤ Aa =2,50 m2 CLTDkoreksi =((CLTD + LM) x k (25,5 – tr) + (to - 29,4)) x f CLTD =43 LM =0 K =1 f =1 CLTDkoreksi =((43 + 0) x 1 + (25,5 – 24) + (32 – 29,4)) x 1 (diukur) =43 + 1.5 + 2,6 =47,1 0C qatap =Ua x Aa x CLTDkoreksi [W](6) (lit.1 hal.26-33) =0,482 x 2,50 x 47,1 =57 W 5. Beban Pendingin Melalui Lantai qlantai =Ul x Al x Τ Al =3,86 m2 Ul =0,761 W/m2.0C [W] (7) (diukur) (lampiran 11) Τ (beda temperatur rancangan) = 180 – 24 = 1560C qlantai =0,761 x 3,86 x 156 =458 W Beban pendingin total, qtot = qkaca + qp + qd + qa + ql qtotal =1764 + 668 + 125 + 57 + 458 =3072 W (lit.1, hal 26-33)