Ketajaman pada Pendengaran Steaffie Eunike Cassandra

advertisement
Ketajaman pada Pendengaran
Steaffie Eunike Cassandra
10-2011-391
E1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Email: [email protected]
Pendahuluan
Telinga merupakan salah satu indera yang sangat penting bagi manusia.
Karena pendengaran membantu manusia untuk mempelajari hal-hal baru yang dapat
didengarkan. Dan juga mebantu manusia dalam bersosialisasi. Selain pendengaran
telinga juga memiliki fungsi untuk keseimbangan. Bisakah kita membayangkan
apabila kita tidak memiliki telinga? Maka tentu saja hidup tidak akan terasa sempurna,
karena kita tidak dapat mendengarkan apapun dan merasa hidup di dalam kekosongan.
Menurut survey, kebanyakan orang bunuh diri ialah orang yang tuli, apabila
dibandingkan dengan orang yang hilang penglihatannya. Akan tetapi bukan berarti
penglihatan tidaklah penting, karena semua indera kita memiliki peran masing-masing
yang memiliki keunggulan di tiap aspeknya.
Isi
Telinga adalah organ indera khusus yang memilki dua fungsi yang berbeda
yaitu pendengaran dan keseimbangan. Dibagi menjadi bagian luar, tengah, dan bagian
dalam, dan dengan elemen neurologis yang ditempatkan dan dilindungi oleh struktur
di telinga bagian dalam. Kompleks vestibular di telinga bagian dalam adalah sensor
utama/ sensorik primer untuk keseimbangan. Bagian telinga lainnya digunakan untuk
mendengar.
Telinga luar terdiri dari bagian luar telinga, atau pinna, dan kanal telinga
(Gambar. 1 ). Pinna adalah salah satu contoh dari struktur aksesori yang penting untuk
system sensoris, dan pinna memiliki entuk yang variasi dan letak dari satu spesies
dengan spesies lain, tergantung pada kebutuhan pada hewan tersebut untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kanal telinga disegel di ujung internalnya
1
oleh membrane dengan lembaran tipis jaringan yang disebut membran timpani, atau
gendang telinga.
Membran timpani memisahkan telinga bagian luar dengan telinga bagian
tengah, sebuah topi rongga berisi udara yang menghubungkan dengan faring melalui
tabung eustachius. Tabung eustachius biasanya runtuh, menutup telinga bagian tengah,
tapi akan membuka sementara untuk memungkinkan tekanan di telinga bagian tengah
untuk menjaga keseimbangan dengan tekanan atmosfer di saat kita mengunyah,
menelan, dan menguap. Flu atau infeksi lain yang menyebabkan pembengkakan dapat
memblokir tabung eustachius dan mengakibatkan terjadinya penumpukan cairan di
telinga bagian tengah. Jika bakteri terjebak dalam cairan di telinga bagian tengah,
maka infeksi telinga tersebut dikenal dengan nama otitis media results.
Tiga tulang kecil di tengah mengarahkan bunyi dari lingkungan luar ke dalam
telinga: tulang martil, tulang landasan, tulang sanggurdi. ketiga tulang ini terhubung
satu sama lain dengan sama rata oleh engsel. Salah satu ujung tulang martil melekat
pada membran timpani, dan bagian ujung dari tulang sanggurdi melekat pada selaput
tipis yang memisahkan telinga tengah dari telinga bagian dalam.
Telinga dalam terdiri dari dua struktur sensorik utama. Vestibular apparatus
dengan kanal semisirkular adalah tranducer sensorik untuk keseimbangan. Koklea
pada bagian telinga dalam terdapat reseptor sensoris untuk mendengar. Dari
pandangan secara eksternal, koklea adalah sebuah tabung membranosa yang terletak
melingkar seperti cangkang keong dalam sebuah rongga sempit yang disebut dengan
labirin. Dua membrane disk, jendela oval(dimana tulang sanggurdi melekat) dan
round window, memisahkan cairan yang terdapat di dalam koklea yang berisi udara di
teinga bagian tengah.Cabang dari saraf kranial VIII, saraf vestibulocochlear,
memimpin dari telinga bagian dalam ke otak.6
2
Gambar 1. Anatomi Telinga.6
1. Struktur Makroskopik Pendengaran
Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Sepertiga telinga luar tersusun atas kartilago, yaitu tulang rawan fibrosa yang
dilapisi oleh kulit dan dua pertiga proksimalnya tersusun atas osteon, yaitu Meatus
Akustikus Externus pada Os. Temporale pada Basis Cranii. Di sepertiga bagian luar
telinga terdapat rambut dan banyak kelenjar serumen yang berasal dari modifikasi
kelenjar keringat/kelenjar cerumenosa.2 Namun, kelenjar serumen hanya sedikit sekali
dijumpai pada duapertiga bagian dalam liang telinga.
Telinga tengah tersusun atas 4 dinding (dinding lateral, dinding medial,
dinding anterior, dinding posterior), atap, dan dasar:3
Dinding lateral

Membrana timpanika. Pada lapisan tengahnya tertanam manubrium
maleus. Struktur ini disilang oleh korda timpani yang di atasnya
terletak pars flaccida.

Resesus epitimpanicus (atticus), yaitu bagian rongga telinga tengah
pada superior membrana timpanika.

Ossicle (tulang-tulang kecil) yang terdiri atas maleus, inkus, stapes.
Stapes berhubungan dengan fenestra vestibuli. Tulang-tulang kecil ini
berfungsi menghantarkan getaran dari membrana ke telinga dalam.
Dinding medial

Promontorium, yaitu tonjolan yang dibentuk oleh lekukan pertama
koklea.

Fenestra vestibuli.
3

N. Fasialis berjalan menuju arah anterior pons, terletak persis pada sisi
lateral neuron VI. Mengandung ganglion genikulatum.
Dinding anterior

Terdapat tuba auditorius atau disebut juga saluran Eustachii yang
bermuara ke dinding anterior dan arahnya turun ke nasofaring.
Fungsinya adalah untuk menyamakan tekanan pada telinga tengah dan
faring.
Dinding posterior

Aditus mengarah ke antrum mastoideum, suatu rongga dalam Os.
Mastoid yang mengarah ke selulae mastoideae.
Atap

Terdapat tegmen timpani, yaitu suatu lempeng tulang tipis yang
memisahkan telinga tengah dengan fossa cranii media.
Dasar

Memisahkan telinga tengah dari A. Karotis interna dan V. Jugularis
interna.

Telinga dalam berfungsi sebagai pendengaran dan keseimbangan.
Telinga bagian dalam terdiri atas dua komponen, yaitu3:
-
Labirin osseus yang terdiri atas vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea.
Labirin ini merupakan rongga-rongga pada Os. Temporale petrosa dan berisi
labirin membranosa.
-
Labirin membranosa terdiri atas utrikulus dan sakulus (dalam vestibulum),
ductus semisircularis (dalam canalis semisircularis), dan ductus koklea
(dalam koklea). Utrikulus dan sakulus berperan dalam sensasi posisi dan
ductus semisircularis berperan dalam sensasi gerak. Ductus koklearis adalah
organ pendengaran. Semuanya dipersarafi oleh N. Vestibulokoklearis
(auditorius).
2. Struktur Mikroskopik Pendengaran
Telinga Luar
Aurikula
Aurikula atau pinna tersusun atas tulang rawan fibrosa yang memiliki lipatanlipatan menonjol tidak terartur dengan tebal sekitar 0,5-1 mm. Aurikula berfungsi
4
untuk mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke Meatus Akustikus
Externus.4 Aurikula dibungkus oleh perikondrium yang mengandung banyak serat
elastis.1 Aurikula dilapisi oleh kulit yang mempunyai subkutan jelas hanya di bagian
posterior, serta dilengkapi oleh rambut-rambut pendek dan kelenjar sebasea.1
Meatus Akustikus Externus
Meatus Akustikus merupakan suatu saluran yang terbentang dari aurikula
sampai ke membrana timpani dengan panjang kurang lebih 2,5 cm. Sepertiga bagian
luarnya merupakan lanjutan dari tulang rawan elastin aurikula, sedangkan duapertiga
bagian dalamnya adalah saluran dalam Os.Temporale. Saluran ini dilapisi oleh suatu
kulit yang melekat kuat pada perikondrium dan periosteum di bawahnya. Sepertiga
bagian luar saluran ini ditumbuhi oleh rambut-rambut dan kelenjar sebasea pada
folikel rambutnya sangat besar. Kulit pada segmen ini juga mengandung kelenjar
seruminosa yang merupakan bentuk khusus kelenjar keringat apokrin yang tubular
bergelung, mensekresi serumen. Setiap tubul kelenjar dikelilingi jalinan tipis sel-sel
mioepitel.1 Pada keadaan istirahat, lumen kelenjar itu besar dan epitel pelapisnya
berupa epitel kubus. Namun, ketika aktif, lumennya mengkerut, sehingga sel-sel
pelapisnya terlihat seperti epitel selapis. Kelenjar seruminosa memiliki saluran keluar
pada permukaan bebas kulit atau pada leher folikel rambut. Serumen dan rambut pada
Meatus Akustikus Externus berfungsi sebagai filter agar partikel-partikel pada udara
tidak dapat mencapai telinga bagian dalam.
Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas cavum timpani yang berisikan membrana timpani,
tulang-tulang pendengaran, dan tuba Eustachii. Cavum timpani merupakan ruang
berisi udara berbentuk tak teratur dengan diameter sekitar 6-15 mm, di dalam tulang
temporal.1 Dinding lateral cavum timpani sebagian besar dibentuk oleh membrana
timpani dan dinding medialnya dibentuk oleh dinding tulang telinga dalam. Cavum
timpani berjalan ke arah posterior, menyatu dengan rongga berisi udara dari processus
mastoideus Os. Temporale. Kemudian, menuju ke anterior, dan berakhir ke dalam
tuba Eustachii yang menghubungkan cavum timpani dan nasofaring. Cavum timpani
dilapisi oleh epitel gepeng, namun dekat muara tuba Eustachii dan dekat tepian
membrana timpani, berubah menjadi epitel kuboid (mungkin bersilia).1 Pada telinga
tengah, tidak ditemukan kelenjar sama sekali.
5
Membrana Timpani
Membrana timpani membentang merintangi pintu masuk ke telinga tengah dan
akan bergetar ketika terkena gelombang suara.4 Kepekaan membrana timpani terhadap
gelombang suara disebabkan oleh kemampuannya untuk melekuk ke dalam dan ke
luar ketika ada frekuensi gelombang suara yang masuk melalui telinga luar.
Membrana timpani lonjong, semi-transparan, berbentuk kerucut sangat rendah dengan
apex mengarah ke medial.1 Membrana timpani dibentuk oleh dua lapis serat kolagen
dan fibroblas. Pada lapisan luar, serat kolagen terorientasi radial sedangkan lapisan
dalamnya tersusun melingkar. Pada membrana timpani juga ditemui jalinan tipis
serat-serat elastis. Permukaan luar membrana timpani dilapisi oleh selapis kulit sangat
tipis tanpa rambut dan kelenjar. Permukaan dalamnya, dilapisi oleh mukosa dari
rongga timpani serta terdiri atas epitel gepeng dan lamina propria tipis dengan sedikit
serat kolagen dan kapiler. Pusat membrana timpani dialiri oleh pembuluh darah dan
saraf yang berjalan melalui jaringan ikat subepitel di atas manubrium malleus.1
Tulang-Tulang Pendengaran
Terdiri atas tiga tulang bersendi kecil, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulangtulang ini terbujur melintangi cavum timpani dari perlekatan malleus pada membrana
timpani ke dinding medial tempat stapes melekat di atas fenestra vestibuli atau
foramen ovale, yaitu lubang pada labirin tulang dari telinga dalam.1 Ketiga tulang
pendengaran ini berfungsi untuk meneruskan getaran suara menuju jendela oval,
sehingga menimbulkan gerakan cairan pada telinga dalam yang mirip gelombang
pada frekuensi sama seperti gelombang suara asal.
Landasan stapes ditahan pada foramen ovale oleh ligamen anulare fibrosa.1
Ketiga tulang dihubungkan oleh sendi diartrosis khas dan disokong dalam cavum oleh
ligamen-ligamen halus.1 Pelapis cavum timpani ikut menutupi tulang pendengaran
dan melekat erat pada periosteumnya.1
Tuba Eustachii
Tuba Eustachii berjalan antero-medial dan inferior sejauh 4 cm dari dinding
anterior cavum timpani dan berahir pada dinding postero-dorsal nasofaring. Sepertiga
bagian pertama, dekat cavum timpani, tuba Eustachii disokong oleh tulang bagian
medialnya disokong oleh tulang rawan, dan bagian lateral disokong oleh jaringan ikat
6
fibrosa. Pada tuba Eustachii terdapat tulang rawan elastis hampir di seluruh
panjangnya, namun serat-serat elastis tersebut hilang dan menjadi tulang rawan hialin
di dekat ujung faringealnya.1 Lumen tuba agak gepeng pada bidang vertikal dan
dilapisi mukosa yang melipat-lipat menjadi rugae pada ujung faringeal maupun ujung
timpani.1 Pada bagian tulang tuba, ia relatif tipis dan terdiri atas epitel kolumnar
rendah bersilia, duduk di atas lamina propria tipis yang melekat erat pada
periosteum.1 Pada bagian tulang rawan tuba, epitel itu bertingkat dan terdiri atas selsel kolumnar tinggi yang banyak diantaranya adalah bersilia. Lamina propria di
bagian bawahnya, pada segmen ini, mengandung banyak kelenjar tubulo-aveolar
kompleks yang mensekresi mukus melalui saluran yang bermuara ke dalam lumen
saluran.1 Pada daerah ini, dekat faring, tersebar sel-sel goblet di antara sel-sel epitel
kolumnar.
Terdapat variasi individual besar dalam jumlah dan penyebaran sel-sel goblet
yang bersilia, serta dalam derajat perkembangan unsur-unsur kelenjar. Di seluruh
lamina propria pada kedua segmen tuba ditemukan sangat banyak limfosit yang
jumlahnya bervariasi menurut umur dan dari orangke orang.1 Dekat muara faringeal,
sering ditemukan kumpulan jaringan limfoid membentuk yang disebut tonsila tuba.1
Tuba Eustachii berfungsi sebagai pengatur tekanan dalam telinga. Tuba ini
biasanya tertutup. Namun, selama proses menelan atau menguap, ia terbuka sesaat
oleh berkerutnya otot palatina yang berada di dekatnya, sehingga memungkinkan
tekanan dalam cavum timpani sama dengan tekanan di luar telinga.1
Telinga Dalam
Berbagai komponen telinga dalam mengisi sederetan rongga penghubung
dalam bagian petrosus tulang temporal, bersama-sama membentul labirin oseosa.1 Di
dalam rongga ini, terdapat labirin membranosa yang terdiri atas dua saku, utrikulus
dan sakulus, tiga duktus semisirkularis (anterior, posterior, lateral) yang keluar dari
utrikulus, serta duktus koklearis yang menempati pilinan kanal tulang dari labirin
oseosa.1 Semua bagian dari labirin membranosa mengandung cairan endolimf,
sedangkan dindingnya dipisahkan dari dinding labirin oseosa oleh ruang perilimfatik
yang mengandung cairan perilimf.1 Bagian sentral dari labirin oseosa yang
mengandung utrikulus dan sakulus disebut sebagai vestibulum.1
7
Kanalis semisirkularis
Jumlah kanalis semisirkularis ialah tiga, yaitu semisirkularis superior (anterior),
posterior dan lateralis. Setiao terowongan itu mencakup dua pertiga bunderan; ukuran
panjangnya berbeda-beda, namun diameternya praktis sama yaitu 0.8 mm. ketiga
terowongan itu terletak posterosuperior terhadap vestibulum.
Setiap kanalis semisirkularis menunjukkan penggembungan pada salah satu
ujungnya. Itulah bagian terowongan yang dinamakan ampula. Ujung terowongan
yang mempunyai ampula dinamakan krus ampularis dan ujung tanpa ampula dikenal
dengan krus simpleks. Ketiga kanales semisirkularis bermuara di vestibulum dan
lubang pada vestibulum untuk masuk ke kanalis semisirkularis itu dinamakan
orifisium kanalis semisirkularis. Bila setiap ujung dari dari kanalis semisirkularis
bermuara, maka jumlah lubang muara harus berjumlah enam. Pada kenyataannya
orifisium kanalis semisirkularis berjumlah lima, oleh karena krus simpleks kanalis
semisirkularis lateralis dan superior tergabung menjadi satu dan dikenal sebagai krus
komune (Gambar 2). 5
Gambar 2. Labirintus oseus kiri dari lateral (atas) dan bagian dalamnya (bawah). 5
Duktus Semisirkularis
Reseptor-reseptor sensoris dari duktus semisirkularis terdapat di dalam
pelebaran kecil pada masing-masing duktus, disebut ampula. Ampula terletak dekat
dengan batas duktus dan utrikulus.1 Pada dasar setiap ampula, terdapat tabung
melintang yang disebut krista ampularis. Epitel sensoris di puncak krista terdiri atas
8
sel rambut dan sel penyokong. Sel rambut tidak meluas ke bawah sampai lamina basal,
namun menempati lekuk-lekuk bulat di antara apex sel-sel penyokong sekitarnya.1
Pada permukaan bebas ampula, terdapat kinosilium dan sekelompok rambut khusus
yang terjulur ke atas ke dalam dasar dari struktur bergelatin yang disebut kupula, yang
menonjol ke dalam lumen ampula.1
Terdapat dua jenis sel rambut, yaitu sel rambut tipe I dan sel rambut tipe II.
Perbedaan kedua jenis sel rambut ini lebih banyak tergantung konfigurasi
persarafannya daripada perbedaan sitologiknya.1 Sel rambut tipe I adalah sel
berbentuk piala dengan dasar membulat dan daerah leher sempit. Intinya terdapat di
basal dan dikelilingi oleh mitokondria. Pada sel rambut ini terdapat komplek Golgi
supranuklear, RE kasar, dan banyak terdapat vesikel-vesikel kecil.1 Pada sel rambut
ini, saraf menerobos di antara sel-sel penyokong dan membentuk akhiran berbentuk
piala yang membungkus seluruh dasarnya yang bulat.1 Pada beberapa bagian di
sitoplasma pada dasar sel rambut yang bulat terdapat pita padat tegak lurus terhadap
plasmalema dan dikelilingi oleh vesikel kecil.1 Pita-pita ini diduga merupakan
kekhususan yang khas untuk sinaps kimiawi.
Sel rambut tipe II berbentuk lebih kolumnar dan kinosilium, stereosilia, dan
organel sitoplasmanya serupa dengan yang ada pada sel rambut tipe I, namun
kompleks golgi agak lebih besar dan vesikel-vesikel kecil dijumpai dalam jumlah
besar di dalam sitoplasmanya.1 Pita sinaptik juga dapat ditemukan pada sel rambut
jenis ini, yaitu di sitoplasma perifer dari sel rambut tipe II berhadapan dengan
plasmalema yang menebal. Sebagian ujungnya mengandung vesikel sinaptik bening
dan yang lain mengandung vesikel berpusat padat.1
Sel-sel penyokong dari epitel pada krista ampularis memiliki sedikit mikrovili
pada permukaan bebasnya dan saling terikat pada sel-sel rambut di dekatnya.1 Badan
selnya sering agak berkerut sehingga panjang seluruhnya jarang terlihat. Intinya di
basal dan sitoplasma mengandung mikrotubul yang berjalan vertikal dari sitoplasma
basal ke terminal padat, yang lebih tebal daripada di sel rambut. Kompleks Golginya
berkembang baik dan ada granula sekresi. Adanya granul sekresi ini, di dalam
sitoplasmanya diduga sebagai pemberi nutrisi kepada sel rambut atau terlibat produksi
dari endolimf.1
9
Bila kepala diputar dengan cepat, endolimf dalam duktus semisirkularis yang
sangat inert akan cenderung diam di tempat, sementara dinding duktus bergerak.1 Jadi,
terjadi sedikit gerak endolimf dalam duktus ke arah berlawanan dengan gerak kepala.
Kupula dari krista ampularis menonjol ke dalam cairan yang sedikit bergesar,
membengkokan stereosilia dari sel rambut.1 Sel-sel ini bekerja seagai pengukur
ketegangan kecil yang berespon terhadap pembengkokan stereosilianya ke arah
kinosilium dengan menaikkan frekuensi impuls saraf aferen.1 Otak berespon dengan
mengaktifkan otot-otot yang mempengaruhi posisi mata dan kelompok otot lain yang
cenderung mengatasi setiap gangguan keseimbangan.1
Duktus semisirkularis anterior atau superior dan posterior terorientasi vertikal,
saling membuat sudut, dan duktus lateral hampir horizontal. Ujung ketiga duktus
semisirkularis menyatu dengan dinding utrikulus. Ujung medial duktus anterior dan
ujung superior dari duktus posterior menyatu sehingga hanya ada lima muara dari
duktus semisirkularis ke dalam utrikulus.1
Utrikulus
Dari kedua kantong yang terkandung di dalam vestibulum, utrikulus adalah
yang paling besar. Ia menempati bagian posterosuperior dari vestibulum. Bentuknya
lonjong, tapi tidak rata. Bagian yang menempati resesus eliptikus vestibule
memperlihatkan pengembungan pada utrikulus itu lebih tebal dari again lainnya.
Kawasan yang agak tebal itu ialah macula utrikuli yang mendapat serabut-serabut
saraf dari sel-sel yang membentuk ganglion vestibulare. Ampula dari duktus
semisirkularis anterior dan lateralis bermuara di bagian lateral dari utrikulus,
sedangkan ampula dari duktus semisirkularis posterior, krus komune, dan krus
simpleks dari duktus semisirkularis lateralis bermuara di bagian medial utrikulus. Dari
bagian antromedial utrikulus terdapat suatu terusan yang bersambung dengan duktus
endolimfatikus. Terusan yang pendek itu dikenal dengan duktus utrikulosakularis
(Gambar 3). 5
10
Gambar 3. Labirintus mebranaseus diproyeksikan pada labirintus oseus. 5
Sakulus
Sakulus adalah kantong yang menduduko resesus sferikusvestibuli. Di
dekatnya terdapat orifisium skala vestibule. Di dinding anteriornya terdapat termpat
yang berbentuk lonjong dan lebih tebal dari sekitarnya. Itulah macula sakuli, tempat
yang disarafi oleh serabut-serabut ganglion vestibulare. Orientasi macula sakuli
terhadap macula utrikuli adalah tegak lurus satu dengan yang lain. Sakulus
berkomunikasi dengan utrikulus melalui terusan yang berbentuk Y, yakni bagian
duktus endolimfatikus degnan cabang yang menghubungi utrikulus dan dinamakan
duktus utrikulosakularis. Hubungan komunikatif antara sakulus dan duktus koklearis
dibentuk oleh duktus reuniens. 5
Koklea
Merupakan bagian labirin oseosa antero-medial dari vestibulum. Koklea
merupakan kanal tulang berpilin sepanjang kira-kira 35 mm yang membentuk dua dan
tiga-perempat putaran mengelilingi tiang konis dari tulang spons, yang disebut
modiolus. Pada dasar koklea terdapat lubang yang berhubungan dengan cavum
timpani. Lubang ini disebut fenestra vestibuli, yang ditutupi oleh landasan stapes,
berfungsi untuk meneruskan getaran suara dari membrana timpani ke organ Corti.1
Organ Corti sendiri merupakan suatu organ pendengaran yang terletak di dalam
duktus koklearis. Terdapat sebuah peninggian berpilin (rabung) disebut lamina
spiralis, yang terjulur dari modiolus ke dalam kanal koklear.1Pada tepiannya yang
tipis, terdapat selembar jaringan ikat, disebut membran basilaris, yang terbentang
melintangi saluran ke dinding berlawanan dan melekat pada ligamentum spiralis dari
koklea (penebalan dari periosteum).1
11
Sekat kedua, yaitu membran vestibular, muncul dari rabung jaringan lunak
pada permukaan atas lamina spiralis, keluar dari membran basilaris dan bergabung
dengan ligamen spiralis.1 Jadi, lumen dari kanal koklea tersebut terbagi menjadi tiga
bagian yang berpilin, yaitu skala vestibuli (atas), skala timpani (bawah), dan skala
media (di antara skala timpani dan skala vestibuli).1 Skala media atau duktus
koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang. Atapnya adalah membran
vestibular dan lainya dibentuk oleh lamina spiralis dan membran basilaris. Skala
media mengandung endolimf, sedangkan skala vestibuli dan skala timpani merupakan
ruang perilimf.1 Skala vestibuli dan skala timpani saling berhubungan pada apex
koklea melalui suatu lubang kecil yang disebut helikotrema. Pada permukaan luar
membran vestibular/membran Reissner, ke arah skala vestibuli, terdapat selapis sel
perilimfatik gepeng yang tipis, sehingga sukar dilihat oleh mikroskop cahaya.1
Permukaan ke arah skala media dilapisi oleh sel-sel gepeng yang pada permukaan
bebasnya dipenuhi oleh mikrovili pendek. Cabang-cabang lateral sel berinterdigitasi
luas dengan yang dari sel sebelah dan permukaan basalnya yang sempit sangat
berlipat, sehingga diduga bahwa epitel ini berperan dalam transpor air dan elektrolit.1
Pada koklea, dapat ditemukan1:

Stria Vaskularis
Stria vaskularis merupakan sebuah pita epitel berlapis yang menyatu pada
epitel sisi dalam membran vestibular pada dinding koklea. Stria vaskularis ini
mengandung sebuah pleksus kapiler intraepitel. Pada epitel ini dapat dibedakan dua
jenis sel, yaitu sel basal yang berwarna pucat dan sel marginal yang berwarna lebih
gelap. Permkaan sel marginal ditutupi oleh mikrovili dan sitoplasmanya mengandung
banyak vesikel kecil dan mitokondria. Bagian dasar sel marginal terdiri atas sistem
labirin dengan cabang-cabang sel yang sempit yang dipenuhi oleh mitokondria
panjang. Sel basal mengandung mitokondria yang relatif lebih sedikit, namun
memiliki cabang-cabang radial yang berhubungan dengan cabang-cabang sel basal
lain dan dengan cabang dari sel marginal.
Pada dinding lateral duktus koklearis, stria vaskularis terbentang dari
membran vestibular atas sampai prominentia spiralis di bagian bawah. Di bawah
prominentia spiralis, terdapat epitel yang melapisi sulkus spiralis ekternus dan
kemudian melipat di atas lamina basilaris. Sel-sel pada sulkus berbentuk kuboid dan
yang berlanjut di atas membran basilaris dikenal sebagai sel Claudius. Pada lengkung
12
basal dari koklea, terdapat kelompok kecil sel polihedral yang disebut sel Boettcher.
Sel Boettcher terletak di antara sel Claudius dan membran basilaris. Sel Boettcher
memiliki inti bulat dan besar, sitoplasmanya pun lebih padat daripada sel Claudius.

Limbus Spiralis
Limbus spiralis yang sebenarnya berasal dari lamina spiralis merupakan suatu
jaringan ikat periosteal di atas lamina spiralis oseosa yang menonjol ke dalam skala
media. Tepi atasnya meruncing dan menjulur ke lateral di atas sulkus spiralis internus,
yang dibatasi oleh bibir vestibular pada bagian atas, bibir timpani dari limbus pada
bagian bawah, dan menyatu pada membran basilaris.
Dalam badan limbus, terdapat berkas serat kolagen yang terorientasi vertikal,
disebut gigi auditorius. Di antara berkas-berkasi ini terdapat fibroblas stellata. Di
antara gigi auditorius, pada sepanjang permukaan atas limbus, terdapat sel-sel
interdental yang tersebar secara teratur. Sel-sel interdental mensekresi membran
tektoria yang terjulur ke lateral di atas sel rambut organ Corti.

Membran Tektoria
Membran tektoria merupakan hasil sekresi sel-sel interdental yang membentuk
suatu lapisan kutikular dan terjulur ke lateral melampaui bibir vestibular dari limbus
untuk menutupi organ Corti. Ujung sel rambut yang lebih panjang dari organ Corti
terbenam di dalam atau terikat pada sisi bawah membran tektoria. Membran tektoria
terdiri atas filamen-filamen halus yang terbenam dalam matriks gel kaya
mukopolisakarida. Serat-seratnya terdiri atas sebuah protein yang diduga sama
dengan keratin epidermis.

Membran Basilaris
Membran ini terbentang melintangi kanal koklearis dari lamina spiralis pada
modiolus sampai ke ligamen spiralis pada dinding lateralnya. Ia memisahkan skala
media dari skala timpani dan menunjang organ Corti. Membran basilaris memiliki
dua zona, yaitu zona arkuata tipis di antara perlekatan di medial dan dasar sel-sel
paling luar dari organ Corti; dan bagian luar yang lebih tebal, yaitu zona pektinata.
13
Zona arkuata yang menunjang organ Corti terdiri atas serabut-serabut mirip
kolagen yang terorientasi radial. Sedangkan zona pektinata adalah struktur trilaminar.
Lebar membran basilaris berangsur bertambah pada lengkung basal koklea
sampai pada apex, sedangkan diameter serat komponennya berangsur mengurang.
Sebagai akibat dari perbedaan dimensi dan struktur halus sepanjang membran
basilaris ini, maka diduga membran basilaris akan bergetar dengan frekuensi lebih
tinggi pada bagian dasar membran dan frekuensi lebih rendah pada daerah dekat
helikotrema.

Organ Corti
Pada epitel yang menutupi membran basilaris, sel-sel berubah menjadi sel
kolumnar tinggi pada batas lateral dari sulkus spiralis internus dan membentuk organ
Corti, yaitu reseptor untuk rangsang auditorius. Organ Corti terdiri atas sel penyokong,
antara lain sel tiang dalam dan luar, sel falangs dalam dan luar, sel batas, serta sel
Hensen.
Sel tiang dalam memiliki basis lebar yang duduk di atas membran basilaris.
Ciri-ciri yang paling mencolok dari sel tiang dalam adalah jika dilihat dengan
mikroskop cahaya, terlihat berkas besar filamen terpulas-gelap yang berjalan dari
basis sel ke atas melalui badan sel langsing untuk berakhir di apex. Tempat sel itu
melebar menjadi lempeng horizontal tipis yang bersentuhan dengan sel-sel tiang
berdekatan dan dengan sel rambut dalam.
Sel tiang luar lebih panjang dan letaknya miring ke arah sel tiang dalam.
Basisnya lebar tipis dan bersebelahan dengan sel tiang dalam. Badan sel tiang luar
menyentuh sisi bawah kepala pipih dari sel tiang dalam. Badan sel bagian bawahnya,
terjulur sebuah cabang falangeal dengan kepala pipih yang membentuk tautan dalam
lamina retikularis dengan sel-sel rambut dan kepala melebar dari cabang-cabang
falangeal dari sel falangs luar.
Sel falangs luar atau disebut juga sel Deiters adalah sel penyokong bagi tiga
atau empat baris sel rambut luar. Basisnya kolumnar dengan ujung atas berbentuk
mangkok, diisi oleh sepertiga bagian bawah sel rambut. Sel Deiters mengelilingi basis
14
sel rambut dan juga berkas saraf aferen dan eferen yang menuju sel rambut. Dua
pertiga bagian atas sel rambut terpapar dalam ruang Nuel berisikan cairan yang
berhubungan dengan terowongan dalam melalui celah-celah di antara sel-sel tiang.
Sel falangs dalam disusun dalam satu baris pada sisi dalam sel tiang dalam.
Berbeda dengan sel falangs luar, pada sel falangs dalam tidak terdapat ruang-ruang
intersel besar di antara sel-sel penyokong dan sel rambut dalam. Sel falangs dalam
menyatu dengan barisan sel batas yang berupa sel-sel berbentuk langsing, yang
menandai batas dalam dari organ Corti. Terdapat peralihan pada sel-sel tinggi menjadi
sel-sel kuboid rendah ataupun gepeng yang melapisi sulkus spiralis interna. Batas luar
organ Corti ditetapkan sel Hensen yang tinggi-tinggi, bersebelahan dengan baris
terakhir sel falangs luar. Sel Hensen tersusun dalam beberapa baris yang dengan cepat
memendek dan pada daerah lateral akan menyatu dengan sel-sel Claudius.
3. Nervus vestibulokoklearis
Nervus vestibulokoklearis atau nervus oktavus (sarafotak ke-8) terdiri dari 2
komponen yakni nervus vestibularis dan nervus koklearis. Ia dibentuk oleh juluranjuluran sentral dari sel bipolar ganglion spiraled an ganglion vestibulare. Sebagai satu
berkas, serabut-serabut itu masuk ke bagian rostral medulla oblongata melalui sisi
luar korpus restiforme (gambar 4). Juluran perifer sel bipolar ganglion spiraled yang
vestibulare menghubungi labirintus membranaseus.5
Gambar 4. Potongan melintang medulla oblongata tingkat rostral. 5
Impuls yang dihantarkan oleh saraf otak ke-8 ialah impuls keseimbangan dan
pendengaran. Orang awam mengenal telinga sebagai alat pendengaran. Namun alat
15
pendengaran harus dirinci dalam telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam
(gambar 5). Labirintus merupakan telinga dalam. Tulang-tulang pendengaran yang
ebrada di kavum timpani membentuk telinga tengah. Liang telinga berikut daun
telinga dengan konkanya menyusun telinga luar yang merupakan pintu gerbang dan
lintasan udara yang membawakan gelombang suara/bunyi. Rangsang keseimbangan
adalah gerakan kepala ke seluruh arah tridimensional, yang mengakibatkan
bangkitnya arus cairan di sakulus, utrikulus dan kanalis semisirkularis. 6
Gambar 5. Telinga luar, tengah dan dalam. 5
4. Mendengar adalah persepsi kita akan bunyi
Mendengar adalah persepsi kita tentang energi yang dibawa oleh gelombang
suara, yang dengan adanya tekanan dengan puncak dari menekan udara dan lembah
dimana molekul udara terpisah-pisah (Gambar 6a).
Bunyi adalah interpretasi kita akan frekuensi, amplitude, dan durasi
gelombang bunyi yang mencapai telinga kita. Otak kita menerjemahkan frekuensi dari
gelombang bunyi (jumlah puncak gelombang yang melewati titik tertentu setiap
detik) ke puncak bunyi. Gelombang dengan frekuensi rendah dianggap sebagai suara
bernada rendah, seperti petir di kejauhan. Sedangkan gelombang dengan frekuensi
tinggi membuat suara bernada tinggi, seperti menggesekan kuku di papan tulis.
Frekuensi gelombang bunyi (Gambar 6b) dengan mengukur gelombang buni
per detik. Rata-rata manusia dapat mendengar bunyi di atas rentang frekuensi 20-2000
hz, dengan batas maksimal 1000-3000 Hz. Pendengaran kita tidak setajam hewan lain,
sama juga dengan indra penciuman kita yang kurang tajam . Kelelawar mendengar
frekuensi ultrasonic, frekuensi gelombang bunyi di dalam kilohertz dimana bunyi
16
akan memantulkan kepada benda di saat gelap. Gajah dan beberapa jenis burung
dapat mendengar suara infrasonik (frekuensi bunyi yang sangat rendah).6
Kenyaringan atau kelantangan merupakan interpretasi dari intensitas suara dan
dipengaruhi oleh sensitivitas telinga seseorang. Intensitas kenyaringan suatu
gelombang bunyi adalah fungsi dari gelombang amplitude (Gambar 6b). Intensitas
diukur dengna skala logaritmik pada decibels (dB). Tiap kali meningkat 10-dB,
berarti mewakili 10 lipatan kenaikan pada intensitas. Pada pembicaraan normal,
memiiki tingkat kebisingan 60 dB. Bunyi dari 80 dB arau lebih akan menyebabkan
kerusakan sensitivitas pada reseptor pendengaran pada telinga, yang menyebabkan
hilangnya pendengaran. Tipe seperti konser heavy metal rock memililiki tingkat
kebisingan 120 dB, intensitas yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan secara
cepat pada pendengarannya. Jumlah kerusakan tergantung dari durasi dan frekuensi
kebisingan serta intensitasnya. 6
Gambar 6. Gelombang Bunyi.6
5. Mekanisme Pendengaran
Seseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau
tulang langsung ke koklea.2 Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan
dengan aliran suara melalui tulang.2 Mulanya, getaran suara ditangkap dan
dikumpulkan oleh aurikula. Getaran suara akan masuk ke telinga bagian tengah
melalui liang telinga (meatus akustikus externus) dan menggetarkan membrana
timpani. Getaran yang dihasilkan oleh membrana timpani kemudian diteruskan ke
17
tulang-tulang pendengaran. Ketika getaran suara mencapai tulang pendengaran
terakhir (stapes), stapes yang bergetar akan menggerakkan foramen oval yang juga
akan menggerakan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran yang terjadi pada perilimf
ini sama kuatnya dengan getaran suara yang berasal dari luar. Selanjutnya, getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimf dan membran basal
ke arah bawah, menyebabkan perilimf dalam skala timpani bergerak, sehingga
foramen rotundum terdorong ke arah luar.2
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong
membran basal ke arah bawah, sehingga menggerakkan perilimf pada skala timpani.
Akibatnya, ujung sel rambut yang dalam keadaan istirahat berkelok-kelok, akan
menjadi lurus dengan berubahnya tegangan pada membran basal. Rangsangan fisik
tadi (getaran suara) kemudian diubah menjadi aliran listrik oleh adanya perbedaan ion
kalium dan ion natrium.2 Impuls kemudian diteruskan ke cabang-cabang Nervus
Vestibulocochlearis (saraf ke VIII) yang kemudian akan diteruskan ke pusat sensorik
pendengaran di otak (area Brodmann 39-40) melalui saraf pusat yang ada pada lobus
temporalis.
6. Tranduksi Bunyi adalah proses multistep
Mendengar adalah indera yang kompleks, dimana melibatkan empat
transduksi. Energy dari gelombang bunyi pertama di udara mejadi getaran mekanik,
cairan gelombang, sinyal kimia dan terakhir potensial aksi. Keempat langkah
transduksi dan transmisi bunyi melalui telinga dapat dilihat digambar 7. Gelombang
suara menarik perhatan telinga luar untuk mengarahkan pada kanal telinga sampai
mereka memukul membrane timpani dan diubah menjadi getaran di membrane
(tranduksi pertama).
Getaran-getaran tersebut akan ditransfer ke tulang amrtil, tulang landasan, dan
tulang sanggurdi. Susunan ketiga tulang tersebut menghubungkan telinga bagian
tengah, dengan membentuk “lever”, dimana mengalikan kekuatan getaran
(amplifikasi), sehingga energi bunyi yang sangat sedikit akan hilang akibat gesekan.
Bilatingkat kebisingan sangat tinggi, maka akan bahaya karena dapat menyebabkan
kerusakan pada telinga bagian dalam, otot kecil di telinga bagian dalam bisa tertarik
18
ke tulang untuk penurunan gerakan dan dengan demikian mengurangi transmisi suara
untuk beberapa derajat..
Tulang sanggurdi bergetar, itu bisa menarik dan mendorong pada jaringan
tipis di jendela oval, dimana terpasangnya tulang sanggurdi. Getaran di jendela oval
menciptakan gelombang di saluran yang berisi cairan di koklea (tranduksi kedua).
Tetapi karena air tidak kompresibel, gelombang energy akan terhambur, kembali ke
udara di telinga bagian tengah di round window.
Ketika gelombang bergerak ke koklea, mereka mendorong membrane yang
fleksibel duktus koklear dan memmembengkokan sel-sel rambur di dalam duktus.
Pergerakan disebabkan sel-sel rambut melepaskan neurotransmitter ke neuron
sensoris primer (sinyal kimia, transduksi ketiga). Neurotransmitter mengikat ke
neuron sensoris menginisiasi potensial aksi (transduksi keempat) setelah itu
mengirimkan kode informasi tentang bunyi melalui saraf koklear ke saraf kranial VIII
dan otak.
Gambar 7. Lokalisasi Suara.6
7. Bunyi yang diproses pertama dalam koklea
Sistem pendengaran memproses gelombang bunyi, sehingga dibedakan dari
lokasi, puncak, dan tingkat kenyaringan. Lokalisasi bunyi merupakan proses yang
kompleks yang membutuhkan input sensoris dari kedua telinga dengan perhitungan
yang tepat oleh otak (Gambar 7). Perbedaanya, awal proses untuk puncak dan
kenyaringan mengambil tempat di koklea tiap telinga.
19
Tinggi frekuensi gelombang memasuki sebuah duktus vestibular untuk
menciptakan perpindahan porsi membaran basilar yang dekat ke jendela oval dan
akibatnya tidak dikirim sampai jauh dengan koklea. Gelomabang dengan frekuensi
rendah berjalan sepanjang membrane basilar dan membuat pemindahan maksimal
dekat dengan akhir fleksibel distal.Perbedaan ini merespon pada transformasi
frekuensi yang merupakan asek temporal dari frekuensi(jumlah gelombang bunyi per
detik) menjadi spasial dengan lokasi sepanjang basilar pengkodean membran
(Gambar. 8b) kode spatial. Pengkodean tata ruang dipelihara dalam pendengaran
cortex sebagai syaraf proyek dari rambut membran sel sepanjang basilar sesuai daerah
di otak. Kenyaringan adalah dikodekan oleh telinga dalam cara yang sama seperti
sinyal kekuatan adalah kode oleh telinga di dalam tindakan yang sama dimana sinyal
ialah resepsi kode somatic, semakin cepat potensial aksinya dalam somatik resepsi.
Suara bising, semakin nyaing bunyinya, maka akan semakin cepat tindakan potensial
di neuron sensoris.
Gambar 8. Sensory coding for pitch.6
20
8. Jalur pendengaran ke korteks
Pertama kali koklea mengubah gelombang bunyi menjadi sinya listrik, saraf
sensorik primer akan mentransfer informasi ke otak. Saraf pada koklea merupakan
bagian dari saraf kranial VIII dan projek neuron ke inti medulla oblongata. Pada
keadaan tersebut, bunyi dari tiap telinga diproyeksikan ke kedua ipsilateral (sisi yang
sama) dan kontralateral (sisi yang berlawanan). Hasilnya, tiap sisi otak mendapatkan
informasi dari kedua telinga. Ascending tracts dari medula terbagi dan pergi ke tiga
arah. Arah sinaps pendengaran utama di inti otak tengah dan talamus sebelum
diproyeksikan ke korteks pendengaran
(Gambar 7). Arah kolateral mengambil
informasi ke rretikular formasio dan serebelum.
Lokalisasi sumber bunyi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan masukan
simultan integrative dari kedua telinga. Kecuali suara datang tepat di depan seseorang,
hal tersebut tidak akan mencapai ke kedua telinga pada saat yang bersamaan (Gambar
7). Otak merekam waktu diferensial untuk mengetahui saat suara sampai di telinga
dan menggunakan kompleks komputasi untuk menciptakan gambar tiga dimensi
sebagai representasi dari sumber bunyi. 6
9. Proyek jalur kesetimbangan terutama untuk serebelum
Sel-sel rambut aparatus vestibular menstimulasi saraf sensorik primer di saraf
vestibular. Neuron tersebut baik melakukan sinaps di inti vestibular pada medulla atau
berjalan tanpa adanya sinaps di serebelum (Gambar 9). Arah kolateral berjalan dari
medulla ke serebelum atau menuju ke atas melalui formasio reticular dan thalamus.
Ada beberapa keburukan arah atau jalan ke korteks serebral, tetapi sebagian
besar untuk keseimbangan yang datang dari serebelum. Jalur desendens dari inti
vestibular menuju ke neuron motoric tertentu yang terlibat dengan pergerakan mata.
Jalur tersebut membantu mata tetap focus pada objek tertentu saat kepala bergerak.6
21
Gambar 9. Central nervous system pathways for equilibrium.6
10. Pemeriksaan Pendengaran
Uji pendengaran dapat dilakukan dengan memakai garputala,yaitu tes penala
dan dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli
konduktif atau tuli sensorineural (perseptif).2 Garputala yang digunakan untuk
pemeriksaan adalah garputala 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz.2 Pemeriksaan dengan
menggunakan garputala menghasilkan hasil pemeriksaan kualitatif. Terdapat berbagai
macam tes penala, antara lain2:

Tes Rinne
Merupakan tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Pada pemeriksaan ini, penala digetarkan
dan tangkainya diletakkan di prossesus mastoideus. Setelah getaran tidak terdengar
lagi, penala segera dipindahkan ke depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih
terdengar getaran melalui udara, maka menunjukkan hasil Rinne positif (+),
sedangkan bila tidak terdengar suara apapun, maka menghasilkan Rinne negative.

Tes Weber
Ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan tulang telinga kanan. Pada pemeriksaan ini, penala digetarkan dan tangkai
penala diletakkan pada garis tengah kepala (di dahi, pangkal hidung, tengah-tengah
gigi seri, atau dagu).
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga, maka
disebut Weber lateralisasi ke arah telinga tersebut. Namun bila tidak dapat dibedakan
ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras, disebut Weber tanpa lateralisasi.
22

Tes Bing (Tes Oklusi)
Merupakan pemeriksaan lanjutan dari Tes Weber jika pasien dinyatakan tidak
mengalami lateralisasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien
benar-benar normal atau menentukan jenis tuli yang dialami pasien. Pada Tes Bing,
dibuat lateralisasi buatan yaitu dengan melakukan penyumbatan pada salah satu liang
telinga. Kemudian penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti
pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi pada telinga yang disumbat, maka telinga
tersebut normal atau tuli konduktif. Namun, bila lateralisasi terjadi pada telinga yang
tidak disumbat, maka telinga tersebut mengalami tuli sensorineural.

Tes Schwabach
Bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Penala digetarkan dan penala
diletakkan pada prossesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian
tangkai penala segera dipindahkan ke prossesus mastoideus pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi tersebut, maka
disebut Schwabach memendek. Namun, bila pemeriksa juga tidak dapat mendengar
suara, maka pemeriksaan diulang kembali seperti semula, namun penala pertama kali
diletakkan pada pemeriksa. Jika pemeriksa sudah tidak dapat mendengar suara, penala
segera dipindahkan ke pasien. Bila pasien masih dapat mendengar suara, maka
disebut Schwabach memanjang. Namun, bila pasien tidak mendengarnya, maka
disebut Schwabach sama dengan pemeriksa (normal).
Tes
Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
Sama
Positif
Tidak ada lateralisasi
dengan
pemeriksa
Lateralisasi ke telinga yang
Negatif
bermasalah
sehat
Normal
Tuli
Memanjang
Lateralisasi ke telinga yang
Positif
Kesimpulan
Konduktif
Tuli
Memendek
sensorineural
Catatan: Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif
23
11. Gangguan Fisiologis Telinga
Hilangnya pendengaran atau tuli, terbagi atas tuli konduktif, tuli saraf
(sensorineural deafness) , serta tuli campur (mixed deafness).2,4 Pada tuli konduktif
terdapat gangguan pada hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit
di telinga luar atau di telinga tengah.2 Tuli konduktif atau tuli hantaran terjadi jika
gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui bagian luar dan tengah
telinga untuk menggetarkan cairan di telinga dalam.4 Tuli konduktif bisa disebabkan
oleh penyumbatan liang telinga oleh serumen, pecahnya membran timpani, infeksi
telinga tengah disertai penimbunan cairan, restriksi gerakan osikulus akibat perlekatan
stapes dan fenestra ovalis (jendela oval), atau adanya sumbatan pada tuba Eustachii.2,4
Tuli sensorineural, gelombang suara ditransmisikan ke telinga dalam, tetapi
tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diinterprestasikan oleh otak
sebagai sensasi suara.4 Defeknya dapat terletak pada organ Corti atau nervus
auditorius atau yang lebih jarang pada jalur auditorius asendens atau korteks
auditorius.2,4
Tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli saraf atau
bisa juga merupakan satu penyakit atau dua penyakit yang berlainan.2 Ada juga
gangguan pendengaran parsial, disebut juga presbikusis saraf, yang merupakan suatu
proses degeneratif sel rambut terkait usia lanjut. Sel rambut dapat “aus” sebagai
akibat pemakaian. Seiring dengan waktu, pajanan bahkan suara-suara biasa akhirnya
merusak sel rambut, sehingga orang usia lanjut pada usia rata-rata 65 tahun akan
kehilangan lebih dari 40% sel rambut koklea mereka.4 Selain adanya proses
degenerasi sel-sel rambut koklea pada manula, gangguan pendengaran parsial juga
dapat terjadi akibat pajanan suara keras yang berlebihan. Sel-sel rambut yang
memproses suara frekuensi tinggi adalah yang paling rentan mengalami kerusakan.4
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan pada telinga, di
antaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang
mempengaruhi mekanisme pendengaran adalah usia. Pada usia lanjut, biasanya terjadi
penurunan fungsi pendengaran. Seperti yang telah dijelaskan di atas, faktor pemicu
penurunan fungsi ini adalah adanya degenerasi pada sel-sel rambut koklea; di mana
24
semakin tua usia, pajanan suara yang diterima dan digetarkan oleh oleh sel-sel rambut
ini semakin sering terjadi, sehingga akhirnya sel rambut tersebut akan „aus‟ dan
akhirnya mekanisme pendengaran pun akan terganggu karena minimnya jumlah sel
rambut yang akan menggetarkan gelombang suara. Faktor internal lainnya yang
mempengaruhi adalah faktor genetik. Seseorang yang terlahir dengan kelainan
genetik pada susunan gen pendengarannya, dapat mengalami gangguan mekanisme
pendengarannya baik dalam kondisi homozigot maupun heterozigot.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi contohnya adalah faktor
lingkungan dan faktor obat-obatan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan dengan pajanan suara keras yang besar. Suara yang memiliki intensitas
suara lebih besar dari 100 Db dapat merusak membrana timpani dan perangkat
sensorik sensitif di koklea secara permanen.4 Selain itu, intensitas suara yang besar
dapat menimbulkan getaran suara yang sedemikian kuat di membran basilaris,
sehingga sel rambut yang tidak dapat beregenerasi akan rusak secara permanen,
menimbulkan gangguan pendengaran parsial. Penggunaan obat-obatan dalam dosis
yang terlampau besar atau dalam jangka waktu yang panjang juga dapat merusak
saraf auditorius, sehingga saraf kehilangan kemampuannya untuk menterjemahkan
rangsangan suara, yang akhirnya dapat menimbulkan tuli sensorineural.
12. Gangguan pendengaran mungkin hasil dari dari kerusakan saraf mekanis
Ada tiga bentuk gangguan pendengaran: konduktif, sentral, dan sensorineural.
Dalam gangguan pendengaran konduktif, suara tidak dapat ditransmisi melalui salah
satu telinga bagian luar atau telinga tengah. Penyebab gangguan pendengaran
konduktif berkisar dari suatu saluran telinga dipasang dengan lilin telinga ( cerumen ),
untuk cairan dalam telinga tengah dari infeksi, untuk penyakit atau trauma yang
menghambat getaran dari martil, landasan, atau sanggurdi. Koreksi dari gangguan
pendengaran konduktif mencakup teknik microsurgical di mana tulang telinga tengah
dapat direkonstruksi.
Gangguan pendengaran pusat atau sentral dikarenakan dari kerusakan untuk
aliran syaraf antara telinga dan korteks serebral atau dari kerusakan untuk korteks itu
sendiri. Hal seperi ini dapat memungkinkan stroke. Gangguan pendengaran seperti ini
relatif jarang ditemukan.
25
Gangguan pendengaran sensorineural terjadi kerusakan pada struktur telinga
bagian dalam, termasuk kematian sel rambut sebagai akibat dari suara yang terlalu
keras. Hilangnya sel rambut pada mamalia bersifat ireversibel. Burung dan vertebrata
tingkat rendah mampu untuk meregenerasi sel rambut yang telah mati. Dikarenaka
penumuan ini para peneliti mencoba untuk mencari tahu bagaimana hal tersebut dapat
terjadi, dan salah satunya meeka mencoba untuk melakukan transplantasi neural stem
cell dan terapi gen untuk mendorong sel yang bukan sensorik untuk terdiferensiasi
menjadi sel rambut.
Sebuah terapi yang menggantikan sel rambut akan sangat penting karena
kejadian hilangnya pendengaran pada orang yang berumur masih muda meningkat
karena mendengar music rock dan kebisingan di lingkungan. Sembilan puluh persen
hilangnya pendengaran pada orang lanjut usia isebut dengan presbycusis ialah
sensorineural. Saat ini pengobatan untuk hilangnya pendengaran sensorineural
menggunakan alat bantu dengar, tetapi hasil yang luar biasa didapatkan dari
mengimplan koklea yang melekat pada computer. Pendengaran merupakan salah satu
indera terpenting bagi tubuh dan berguna untuk kehidupan sosial pada manusia.
Menurut survey kebanyakan penderita tuli banyak yang memilih untuk bunuh diri
dibandingkan dengan mereka yang kehilangan penglihatannya. Karena mendengar
menghubungkan kita dengan orang lain dan pada lingkungan sekitar kita.6
13. Faktor pada Suara yang Mempengaruhi Mekanisme Pendengaran
Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi
getaran, maka akan menghasilkan nada yang semakin tinggi. Frekuensi suara yang
masih bisa ditangkap oleh manusia adalah 20-20.000 siklus per detik tetapi paling
peka pada frekuensi 1000-4000 siklus per detik. Kemampuan membedakan berbagai
frekuensi pada gelombang suara tergantung pada bentuk dan sifat membran basilaris.
Berbagai bagian membran basilaris dapat bergetar pada frekuensi yang berbeda-beda.
Setiap frekuensi memperlihatkan vibrasi puncak di berbagai posisi sepanjang
membran basilaris. Ujung sempit yang dekat dengan jendela oval akan bergetar
maksimal pada frekuensi tinggi. Sementara frekuensi rendah digetarkan oleh ujung
lebar dekat helikotrema. Nada-nada frekuensi rendah dan tinggi awalnya disortir di
sepanjang membran basilaris. Energi gelombang tekanan terserap oleh getaran
membran basilaris yang kuat, sehingga gelombang lenyap di daerah dengan getaran
26
terbesar. Sel-sel rambut di daerah membran basilaris dengan getaran maksimal
mengalami deformasi mekanis paling kuat dan oleh karena itu paling tereksitasi. 4
Intensitas suara tergantung pada amplitudo gelombang suara atau perbedaan
tekanan antara daerah pemadatan bertekanan tinggi dan daerah peregangan
bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo, maka suara yang ditimbulkan akan
semakin keras. Telinga manusia dapat mendengar intensitas suara dengan kisaran
yang lebar. Kemampuan untuk membedakan inensitas suaru tergantung pada
amplitudo getaran yang masuk ke dalam telinga. Ketika gelombang suara dari suatu
sumber yang amat keras mengenai aurikularis, aurikularis akan bergetar lebih kuat,
tetapi dengan frekuensi yang sama. Defleksi membran timpani yang lebih besar ini
diubah menjadi peningkatan amplitudo gerakan membran basilaris di daerah dengan
responsivitas tertinggi.4
Warna suara tergantung pada frekuensi tambahan yang mengenai nada dasar.
Warna suara memungkinkan pendengar membedakan sumber gelombang suara
karena setiap sumber suara menghasilkan pola nada tambahan yang berbeda. Setiap
bagian membran basilaris berhubungan dengan regio spesifik korteks pendengaran
primer di lobus temporalis yang tertata secara tonotopis. Karenanya, neuron-neuron
korteks tertentu hanya diaktifkan oleh nada tertentu, yaitu setiap regio di korteks
auditorius tereksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu yang terdeteksi oleh
bagian tertentu membran basilaris.4
Kesimpulan
Ketajaman pendengaran dapat dketahui melalui pemeriksaan pendengaran. Hasil
pemeriksaan menunjukkan Tes Rinne: positif, Tes Weber: lateralisasi pada telinga
kanan, dan Tes Schwabach: memanjang. Dari hasil tes-tes pendengaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pria tersebut mengalami tuli perseptif, yaitu gangguan
pendengaran yang terjadi akibat adanya gangguan pada telinga dalam atau saraf, serta
akibat penggunaan obat.
27
Daftar Pustaka
1. Fawcett DW. Buku ajar histologi. ed 12. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2002.
2. Soepardi EA, Iskandar HN, editor. Buku ajar ilmu kesehatan: telinga hidung
tenggorok.ed 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2003.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2012.
5. Sidharta, Dewanto. Anatomi susunan saraf pusat manusia. Jakarta: PT. Dian
Rakyat; 1998.p.337-348.
6. Silverthorn DU. Human physiology. San Fransisco: Bejamin Cummings;
2007.p.347-358.
28
Download