KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I LANTAI 4, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3849605 FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN PERS Pengelolaan dan Penanganan Gangguan Sistem Layanan TIK Kemenkeu Jakarta, 17 Juni 2016 – Pada periode 2015 – 2016 terjadi beberapa gangguan sistem layanan Teknologi Informasi Keuangan (TIK) pada Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC) yang disebabkan antara lain oleh gangguan suplai listrik PLN, server, dan aplikasi. Gangguan juga terjadi pada Portal Indonesia National Single Window (INSW) berupa data tidak mengalir ke sistem CEISA (Customs-Excise Information System And Automation). Upaya perbaikan dan antisipasi gangguan layanan yang saat ini telah dilakukan adalah perbaikan infrastruktur pendukung DC Kementerian Keuangan (Kemenkeu), peningkatan level layanan PLN dari Reguler ke Premium Silver kemudian menjadi Premium Platinum, penyempurnaan SOP untuk Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP), assessment menyeluruh terhadap semua perangkat pendukung di DC dan DRC Kemenkeu, serta monitoring dan evaluasi secara reguler. Untuk mengambil langkah taktis dan strategis dalam merespon dan mengantisipasi gangguan layanan TIK, Menteri Keuangan telah membahas bersama Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi (Sahli OBTI), dan telah menetapkan keputusan/kebijakan dalam upaya penanganan dan antisipasi gangguan, yaitu : a. Menugaskan SAHLI OBTI selaku CIO Kemenkeu untuk menjadi Koordinator Pengawasan dan Penanganan atas operasional seluruh Layanan TIK Kemenkeu (di 11 Unit Eselon I), yang dibantu oleh para Pejabat Eselon II pada Unit TIK di 11 Unit Eselon I Kemenkeu; b. SAHLI OBTI ditugaskan untuk segera membuat langkah taktis dan sistematis terkait pengawasan layanan dan penanganan gangguan seluruh layanan TIK Kemenkeu; dan c. Dalam jangka menengah, segera menyiapkan tambahan DC Kemenkeu, untuk mewujudkan penyediaan 2 DC yang active-active guna memfasilitasi sistem layanan TIK Kemenkeu yang semakin banyak, dengan sifat real-time, zero-downtime, dan sangat kritikal. Kebijakan pengelolaan TIK Kemenkeu didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 129/KMK.01/2012 tentang Integrasi Perangkat Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Lingkungan Kementerian Keuangan dan Nomor 338/KMK.01/2012 tentang Arah Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Lingkungan Kementerian Keuangan. Hal-hal yang diatur dalam peraturan tersebut adalah (1) seluruh perangkat TIK pada 11 Unit Eselon I dilakukan konsolidasi dan integrasi kedalam DC dan DRC; (2) Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) bertanggungjawab terhadap pengelolaan perangkat/infrastruktur TIK, sedangkan tanggungjawab atas proses bisnis dan pembangunan, serta pengelolaan core-system berada di masing-masing Unit Eselon I; (3) konsolidasi TIK sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 - 2015, sehingga sejak 2015 semua layanan TIK sudah beroperasi pada DC dan DRC Kemenkeu (kecuali Direktorat Jenderal Pajak). Kemenkeu memiliki beberapa Sistem Layanan Utama dari Unit Eselon I yang beroperasi di DC dan DC, yaitu (1) CEISA (Impor, Ekspor, Manifest, Cukai) di Direktorat Jenderal bea dan Cukai (DJBC); (2) Sistem Perbendaharaan Dan Anggaran Negara (SPAN), Modul Penerimaan Negara Generasi 2 (MPN G2), Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), Online Monitoring SPAN (OMSPAN) di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB); (3) Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL), Sistem Informasi Monitoring PNBP Online (SIMPONI) di Direktorat Jenderal Anggaran (DJA); (4) Debt Management Financial Analysis System (DMFAS), Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (SI-BI-SSSS) di Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR); (5) e-Auction, Sistem Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN), Modul Kekayaan Negara di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; (6) Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; (7) e-Procurement (LPSE) di Sekretariat Jenderal; dan (8) Whistleblowing System (WISE) di Inspektorat Jenderal.