1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan seumur hidup, masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari sangat membutuhkan pendidikan karena dengan
pendidikan dapat merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan
adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok
orang
yang
pengajaran,
ditransfer
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pelatihan,
atau
penelitian.
(sumber
[online]
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan pada Senin, 8 Desember 2014 pukul
08.44).
Pendidikan mencakup beberapa mata pelajaran dimana salah satu dari
mata pelajaran itu adalah pendidikan jasmani, tanpa adanya pendidikan jasmani
maka pendidikan yang lainnya tidak akan berjalan dengan baik, begitupun
sebaliknya pendidikan jasmani tanpa adanya pendidikan yang lain juga tidak akan
berjalan dengan baik, maka antara pendidikan jasmani dan pendidikan lainnya
tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.
Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang diberikan di setiap jenjang
pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai alat agar kemampuannya meningkat.
Seperti yang dikemukakan oleh Mahendra (2012, hml. 3) “Pendidikan jasmani
pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional”.
Peranan pendidikan jasmani memberikan kesempatan siswa yang terlibat
langsung dalam pengalaman belajar melalui aktivitas yang dilakukan secara
sistematis. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani yaitu memberi
kesempatan siswa untuk bergerak aktif sekaligus mengembangkan potensi bukan
hanya dari aspek psikomotor melainkan meliputi aspek kognitif dan aspek afektif.
Jadi tidak salah para ahli percaya pendidikan jasmani wahana paling tepat untuk
membentuk manusia seutuhnya.
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani guru dapat menggunakan media
untuk menyampaikan suatu pembelajaran yang mudah untuk dimengerti dan
menjadikan tujuan dari pembelajaran tercapai. Media adalah alat bantu untuk
penyajian suatu informasi agar dapat tersalurkan. Kata media berasal dari bahasa
Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟.
Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepadapenerima pesan. Seperti halnya Gerlach & Ely (1971) dalam Arsyad (2002,
hlm. 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Sudjana & Rivai (1992) dalam Arsyad (2002, hlm.24) mengemukakan
salah satu manfaat dari media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu
siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan
uraian
guru,
tetapi
juga
aktivitas
lain
seperti mengamati,
melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Pendidikan
jasmani merupakan
mengajarkan siswa untuk
wadah
belajar gerak
membentuk
karateristik
melalui pembelajaran.
dan
Salah satu
pembelajaran yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu pembelajaran
permainan bulutangkis, permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang
olahraga permainan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Olahraga
permainan bulutangkis di Indonesia dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.
Subarjah & Hidayat (2010, hlm. 8) menjelaskan bahwa:
“Permainan bulutangkis bersifat individual yang dapat dimainkan dengan
cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang.
Menggunakan raket sebagai alat pemukul dan kok sebagai objek pemukul,
lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh garis dan net
untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan
lawan.”
Pada 5 Mei 1951 didirikan organisasi induk dengan nama Persatuan
Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Pada tahun 1953, PBSI secara resmi
melamar untuk menjadi anggota BWF, ini merupakan langkah awal menuju
Indonesia untuk berusaha mencapai prestasi tertinggi di tingkat internasional,
munculnya para pebulutangkis handal yang mengharumkan nama bangsa pada
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
zamannya seperti Rudi Hartono, Christian Hadinata, Verawati Fajrin, Ivana Lie,
Susi Susanti, Alan Budikusumah, Liem Swe King, Icuk Sugiarto, Ii Soemirat,
Rexy Mainaky, Ricky Subagja, Taufik Hidayat dan lainnya tak pernah hilang dan
tetap tercatat dalam sejarah bulutangkis Indonesia akibat keikutsertaan Indonesia
dalam badan dunia tersebut.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani pada materi permainan bola kecil
(bulutangkis) guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar
dan strategi pada pembelajarannya, pelaksanaannya bukan melalui pengajaran
konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun harus melibatkan
unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial, upaya agar siswa sekolah
menengah memahami manfaat pembelajaran bulutangkis secara utuh dan lebih
mudah,
maka
diperlukan
upaya
lain
dengan
pembelajaran
media/alat
pembelajaran yang menjadi alternatif pada bulutangkis yang disesuaikan dengan
karakteristik pembelajaran.
Guru pendidikan jasmani harus mampu melayani peserta didik dengan
usaha yang maksimal, guru penjas pada proses pembelajaran harus mampu
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa dapat menikmati
serta bisa mengeluarkan semua kemampuan yang dimilikinya, di sekolah-sekolah
siswa dalam pembelajaran penjas cenderung banyak yang kurang aktif melakukan
kegiatan, sehingga jumlah waktu aktif belajar (JWAB) kurang efektif dalam
pembelajaran, jumlah waktu aktif belajar (JWAB) merupakan indikator keaktifan
siswa pada saat mengukur proses belajar mengajar (PBM) penjas.
Pada pembelajaran bulutangkis umumnya siswa sekolah menengah sulit
terjadinya rallying yang panjang, berdasarkan dugaan sementara masalah yang
terjadi pada
proses pembelajaran bulutangkis,
itu diduga karena jalannya
shuttlecock terlalu cepat, masa pakainya juga terlalu pendek, serta raket yang
tersedia
disekolah
kurang,
sehingga
perlu
ketersediaan
media/alat
untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya. Usaha-usaha untuk melakukan pemecahan
masalah
melalui
modifikasi
media/alat
pembelajaran
sebagai upaya
untuk
meningkatkan jumlah waktu aktif belajar (JWAB). Media pembelajaran yang
digunakan sebagai salah satu alternatif agar materi dapat disajikan sesuai dengan
tahapan perkembangan siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
pengaruh
yang
ditimbulkan,
modifikasi media/alat
pembelajaran
bulutangkis
diusulkan berupa shuttlecock plastik, dengan perhitungan penggunaan shuttlecock
plastik di duga akan lebih awet dalam pemakaian, juga jalannya shuttlecock lebih
lambat
lajunya,
diharapkan
tingkat
keberhasilan
peserta
didik
dalam
mengeksekusi menjadi lebih baik, diharapkan kegiatan rallying akan semakin
panjang, sehingga waktu aktif belajar siswa semakin meningkat,membantu para
siswa mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran.
Di Indonesia shuttlecock lazim disebut kok/satelkok biasanya terbuat dari
bulu angsa buatan pabrik yang sudah memiliki standar yang ditentukan IBF. Kok
adalah bola yang digunakan dalam olahraga permainan bulutangkis, terbuat dari
rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka, dengan pangkal
berbentuk setengah bola. Berat kok berkisar 5,67 gram. Bulu angsa yang
menancap pada gabus yang dibungkus kulit berwarna putih berjumlah antara 1416 buah serta diikat dua tali agar tidak mudah lepas, jenis satelkok inilah yang
selalu dipakai untuk kejuaraan resmi. Di luar negeri, banyak pula kok yang terbuat
dari karet maupun bahan lain, baik untuk gabus maupun bulunya namun ukuran
dan besarnya harus sama dengan kok standar dan umumnya kok plastik ini hanya
dipakai untuk latihan saja, di Indonesia kok plastik ini pernah dipakai untuk
pertandingan antar sekolah dasar.
Dikenal 2 jenis satelkok bulu angsa untuk kegiatan pemula yaitu satelkok
tumpul biasanya dipakai untuk usia lebih dari 30 tahun, karena laju satelkok lebih
lambat sesuai dengan pergerakan kaki pemain berusia lanjut sudah mulai
melambat, hal ini juga dapat dipakai oleh siswa yang sedang belajar untuk
memudahkan mengendalikan satelkok, memukul dan mengantisipasi datangnya
satelkok.
Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) merupakan keseluruhan waktu siswa
melakukan pembelajaran pada satu game permainan bulutangkis, diharapkan
sebagai
gambaran
aktivitas
yang
dilakukan
siswa.
Namun
dalam
kenyataannyasiswa yang melakukan game pada permainan bulutangkis, masih
banyak yang melakukan pukulan yang sangat terbatas. Pada saat pembelajaran
berlangsung, diharapkan aktivitas siswa harus tinggi dan jangan sampai siswa
menunggu
giliran,
yang diakibatkan oleh keterbatasan media
atau sarana
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
prasarana yang tersedia. Seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2009, hlm.
114) bahwa :
“waktu aktif belajar siswa khususnya dalam penjas merupakan waktu yang
harus ditempuh selama kegiatan pendidikan jasmani itu berlangsung.
Dimana anak dalam kondisi aktif belajar atau melakukan aktivitas yang
sedang dilaksanakan sesuai apa yang diharuskan oleh guru.”
Pembelajaran bulutangkis di sekolah, yang menggunakan kurikulum 2013,
namunkenyataannya di lapangan masih ada beberapa sekolah yang belum
melaksanakan pembelajaran tersebut. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
tidak terlaksanakannya pembelajaran yang baik, yaitu:
1. Tidak tersedia lapangan yang memadai di sekolah.
2. Mahalnya harga peralatan yang akan dipakai.
3. Penggunaan satelkok standar juga menyebabkan pembelajaran kurang efektif
karenapukulan (rallying) yang dihasilkan siswa sangatterbatas.
Salah satu yang tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran penjas dalam
prakteknya
dirasakan
belum optimal,
berdasarkan
hasil pengamatan yang
dilakukan oleh penulis di SMP Muhammadiyah 6 Bandung. Hal ini ditandai:
1. Peserta didik pada pembelajaran masih banyak yang kurang aktif
2. Permainan bulutangkis bagi siswa kurang menarik karena siswa kesulitan
untuk terjadi aktivitas rallyyang menantang pada permainan bulutangkis.
3. Siswa hanya terlibat satu atau dua pukulan saja dan aktivitas sering terhenti..
Penggunaan media pembelajaran dalam permainan bulutangkis diharapkan
dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa. Berdasarkan latar belakang
telah diuraikan, peneliti akan mencoba meneliti pengaruh media pembelajaran
terhadap waktu aktif belajar dengan judul ”Pengaruh Pendekatan Bermain
Dengan Media Pembelajaran Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Pada
Aktivitas Permainan Bulutangkis”.
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
Sejauhmana
modifikasi
pengaruh
penggunaan
terhadap
jumlah
waktu
pendekatan
aktif
bermain
belajarpada
dengan
media/alat
aktivitas
permainan
bulutangkis?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:
Untuk menguji lapangan penggunaan pendekatan bermain dengan media/alat
modifikasi terhadap
jumlah
waktu hasil belajar pada aktivitas permainan
bulutangkis.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dirasakan peneliti sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan praktis mengenai
pendekatan bermain dengan media/alat modifikasi khususnya pada saat
proses pembelajaran bulutangkis untuk meningkatkan jumlah waktu aktif
belajar di SMP
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi guru
terhadap
penerapan
terhadap
jumlah
pendekatan
waktu
aktif
bermain
belajar
dengan
bermain
media/alat
bulutangkis
modifikasi
di
SMP
diperlukan
untuk
Muhammadiyah 6 Bandung
E. Batasan Masalah Penelitian
Pembatasan
masalah
dalam
sebuah
penelitian
memudahkan dalam menyederhanakan masalah, disamping itu untuk menghindari
timbulnya penafsiran yang terlalu luas dengan tujuan memperoleh gambaran yang
jelas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
1. Fokus penelitian pengaruh pengggunaan pendekatan bermain dengan media
pembelajaran khususnya satelkok plastik dan satelkok tumpul terhadap jumlah
waktu aktif belajar (JWAB) pada aktivitas permainan bulutangkis.
2. Ruang lingkup dibatasi menggunakan kok bulu angsa tumpul, dan kok plastik
dalam permainan bulutangkis.
Nama Satelkok
Plastik
Tumpul
Keuntungan
Tidak cepat rusak sehingga lebih
hemat
Laju satelkok lambat sehingga
perkenaan dengan raket lebih mudah
Kerugian
Lebih cepat dari
satelkok lancip dan
satelkok tumpul
Lebih cepat habis
3. Variabel yang diteliti adalah penggunaan kok bulu angsa tumpul dan kok
plastik dalam permainan bulutangkis.
4. Materi pembelajaran yang digunakan game rally pada aktivitas pembelajaran
bulutangkis.
5. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah format
Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB).
6. Berlokasi di SMP Muhammadiyah 6 Bandung
F. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah, maka dibatasi sebagai berikut:
1. Mahendra (2012, hml. 3). Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
2. Gerlach & Ely 1971 (dalam Arsyad 2002, hlm.3) mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.
3. Subarjah &Hidayat (2010, hlm. 8). Permainan bulutangkis bersifat individual
yang dapat dimainkan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua
orang melawan dua orang. Menggunakan raket sebagai alat pemukul dan kok
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
sebagai objek pemukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi
oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan
daerah permainan lawan.
4. Suherman (2009, hlm. 114). Waktu aktif belajar siswa khususnya dalam penjas
merupakan waktu yang harus ditempuh selama kegiatan pendidikan jasmani itu
berlangsung. Dimana anak dalam kondisi aktif belajar atau melakukan aktivitas
yang sedang dilaksanakan sesuai apa yang diharuskan oleh guru.
Agitania Sesaria Widyakusuma, 2016
PENGARUH PEND EKATAN BERMAIN D ENGAN MED IA PEMBELAJARAN TERHAD AP WAKTU AKTIF
BELAJAR SISWA PAD A AKTIVITAS PERMAINAN BULUTANGKIS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Download