BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pendidikan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Negeri Sebelas Maret adalah mencetak tenaga kerja yang profesional.
Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah cukup jika mahasiswa hanya menerima
pendidikan di bangku kuliah saja, maka dalam upaya untuk memperluas
pengetahuan pada mahasiswa dan menambah pengalaman, diadakan suatu
program yaitu Kerja Praktek, khususnya melalui mata kuliah EPPA.
Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengenalkan mahasiswa pada
dunia kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan memberikan
gambaran nyata mengenai dunia kerja bidang Konstruksi kepada mahasiswa.
Dengan demikian mahasiswa mempunyai bekal dan wawasan untuk terjun ke
masyarakat. Namun tidak mudah untuk mencapai hal tersebut, karena tidak
terlepas dari kesungguhan dan kreatifitas mahasiswa.
Dalam melakukan Kerja Praktek mahasiswa dituntut aktif dalam
pengamatan pelaksanaan proyek di lapangan. Keaktifannya dalam pengumpulan
data-data lapangan selama pelaksanaan di lapangan sangat penting. Hal ini
diperlukan karena nantinya dipergunakan untuk penyusunan laporan Kerja
Praktek dan Presentasi, selain itu untuk memperluas wawasan mahasiswa
khususnya dalam hal gambar kerja sebuah proyek aktual.
Kerja Praktek ini juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan
komunikasi antara mahasiswa dengan masyarakat jasa konstruksi. Dengan
dilakukannya pengamatan di lapangan, mahasiswa akan mengenal situasi dan
kondisi yang mempengaruhi pelaksanaan proyek, dimana secara tidak langsung
akan memberikan informasi yang berharga seputar dunia kerja, berbagai tender
pemasok material yang unggul di bidangnya, serta memberikan informasi tentang
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
1
keberadaan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas
Maret sehingga nantinya dapat membuka peluang kerja baru khususunya bagi
lulusan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas
Maret.
Kerja praktek yang menjadi objek pilihan adalah bidang manajemen
konstruksi pada proyek Pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Pemilihan lokasi
kerja praktek di proyek pembangunan tersebut karena ingin mengetahui
bagaimana koordinasi antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan yang terlibat
dalam proyek pembangunan yang cukup besar, dengan luas lahan 1500m2 dan
luas lantai 19265m2 yang terdiri dari 15 lantai, yang tentunya melibatkan pelaku
pelaksanaan pembangunan yang tidak sedikit. Selain itu, pemilihan lokasi tersebut
juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh koordinasi antara unsurunsur pelaksanaan pembangunan tersebut selama tahap pelaksanaan proyek
terhadap desain yang sudah ada, apakah masih perlu beberapa perubahan baik
perubahan struktur maupun desain arsitektur.
Pada saat pemilihan obyek Etika dan Praktek Profesi Arsitektur Fave
Hotel Solo Baru ini tengah berlangsung pelaksanaan tahap pemsangan ME,
finishing interior, dan eksterior. Hal-hal itulah yang menjadikan faktor
pertimbangan penulis untuk mengambil proyek ini untuk dijadikan obyek yang
layak untuk praktek profesi arsitektur dengan penekanan pada pelaksanaan teknis
struktural dan arsitektural.
1.2. PEMBATASAN MASALAH
Kerja Praktek yang dilaksanakan yaitu selama 90 hari kerja. Karena
keterbatasan waktu, maka kerja praktek yang
dilaksanakan
tidak dapat
melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu
kami membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, terbatas pada bagian-bagian
pekerjaan yang berlangsung selama kurun waktu kerja praktek saja, antara lain :
•
Tinjauan Umum
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
2
Mengenai gambaran umum proyek konstruksi gedung 14 lantai
Fave Hotel Solobaru.
•
Tinjauan Khusus
Membahas mengenai pekerjaan yang dapat diamati selama masa
kerja praktek yaitu sebagian tahap pekerjaan struktural dan tahap
finishing arsitektural.
1.3. TUJUAN DAN SASARAN
A. Tujuan
•
Memenuhi syarat wajib dalam kurikulum yang harus dituntaskan oleh
mahasiswa Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
•
Untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, gambaran teknis dan
terapan teori dalam praktek di bidang manajemen konstruksi pada
proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru.
•
Untuk
mengetahui
koordinasi
manajemen
konstruksi
selama
pelaksanaan proyek serta pengaruh koordinasi
•
Untuk meningkatkan pemahaman dalam bidang ME, pengawasan
teknis, dan sistem manajemen di lapangan.
B. Sasaran
Berkaitan dengan tujuan di atas, sasaran dari pelaksanaan tugas
kerja praktek untuk mata kuliah EPPA di proyek pembanguanan Fave
Hotel Solo Baru adalah membahas pekerjaan yang diamati yakni:
1)
Koordinasi pelaksanaan proyek
2)
Sistem pengendalian proyek
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
3
3)
Perencanaan ME
4)
Finishing interior dan eksterior
1.4. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN
A. Batasan Pembahasan
Pembahasan yang ada dalam laporan ini terbatas pada tahap
pengawasan yang dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, mulai tanggal 23
Maret 2012 sampai dengan 23 Juni 2012, meliputi:
1)
Koordinasi pelaksanaan proyek
2)
Sistem pengendalian proyek
3)
Perencanaan ME
4)
Finishing interior dan eksterior
B. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dibatasi pada koordinasi dalam manajemen
konstruksi, perencanaan ME dan finishing interior-eksterior pada saat
tahap pelaksanaan proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru, dan
beberapa aspek lain yang berkaitan dengan pembahasan utama.
1.5. METODE PEMBAHASAN
Metode Pembahasan Kerja Praktek yang dilakukan meliputi cara,
prosedur/mekanisme yang digunakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan
dan laporan hasil kerja praktik:
1. Persiapan
2. Persiapan kerja praktik dimulai sejak pertengahan Bulan Maret
2012. Diawali tahapan observasi pada obyek untuk mencari
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
4
informasi mengenai kontraktor yang menangani pelaksanaan
proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Setelah tahap ini,
kemudian dilakukan persiapan penyerahan surat permohonan
kerja praktik yang diajukan kepada CV Sarana Bangun
Pratama (sebagai pihak kontraktor), serta formulir prosedural
lain yang diperlukan. Terhitungan mulai 3 bulan dari
penerimaan surat balasan, yaitu tanggal 23 Maret 2012
melaksanakan kerja praktik, hingga berakhir pada tanggal 23
Juni 2012.
3. Penyusun Rencana Pelaksanaan Kerja Praktik
4. Pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan dalam waktu tiga
bulan, terhitung mulai tanggal 23 Maret 2012 sampai 23 Juni
2012.
5. Penyusunan Data dan Informasi
6. Tahap penyusunan data dilakukan melalui dipersiapkannya
gambar rancangan teknis sebagai dokumen pelaksanaan dan
penyiapan jadwal pelaksanaan oleh pihak pelaksanaan proyek
serta pengenalan kepada pihak-pihak personal yang terlibat di
dalam mekanisme pekerjaan proyek sebagai sumber informasi.
Penyusunan data dan informasi tambahan dilakukan pada saat
pelaksanaan.
7. Dalam
pengumpulan
data
yang
diperlukan,
penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Dokumen Pelaksanaan
Gambar rancangan proyek sebagai dokumen pelaksanaan
didapatkan sebelum praktikan melakukan kerja praktik di
lapangan, bersama dengan data jadwal pelaksanaan dan
personalia yang terlibat dalam mekanisme pelaksanaan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
5
b. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada
pelaksanaan kerja. Pengamatan dilaksanakan pada area
proyek berlangsungnya kerja, yaitu: Fave Hotel Solo
Baru. Pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan
ikut langsung ke lapangan/proyek, melihat bagaimana
prosedur pelaksanaan dan cara kerja yang diterapkan oleh
perusahaan CV Sarana Bangun Pratama demi kelancaran
pelaksanaan kerja.
c. Wawancara
Pengumpulan informasi dari pihak yang berwenang dan
berkompeten dari proyek pembangunan Fave Hotel Solo
Baru.
d. Dokumentasi
Mengumpulkan arsip dan gambar-gambar yang dianggap
perlu
untuk
dianalisis,
serta
mendokumentasikan
pekerjaan-pekerjaan di lapangan yaitu gambar kerja dan
foto.
8. Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan dilakukan penulis pada
saat masih melakukan kerja praktik berlangsung, mulai dari
data dan informasi yang telah di dapatkan pada saat awal
dan pelaksanaan berlangsung.
Di dalam pembahasan, penulis mencoba melakukan
analisis untuk perbandingan antara data sesungguhnya di
lapangan dan informasi dengan pengetahuan (teori dan data
empiris) yang ada. Dengan demikian penulis berharap
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
6
mendaparkan suatu pengalaman empiris dan sedikit
memberikan kesimpulan dan saran pengetahuan penulis,
sehingga tujuan dari kerja praktik ini dapat optimal.
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I
: PENDAHULUAN
Berisi mengenai uraian latar belakang pelaksanaan Etika dan Praktik Profesi
Arsitektur, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran dari pelaksanaan Etika dan
Praktik
Profesi
Arsitektur,
batasan
dan
lingkup
pembahasan,
metode
pengumpulan data pengamatan, serta sistematika pembahasan.
BAB II
:TINJAUAN TEORI
Berisi tentang teori-teori, standar dan ketentuan teknis yang terkait dengan topik
kerja praktek yang diamati, untuk dijadikan acuan dalam membahas berbagai data
yang diperoleh di lapangan.
BAB III
: DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang informasi dan deskripsi proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru
dan membahas sejarah singkat perusahaan serta, struktur organisasi, pengalaman
pekerjaan perusahaan, dan proyek pembangnan Fave Hotel Solo Baru.
BAB IV
: PEMBAHASAN
PELAKSANAAN
KEGIATAN
KERJA
PRAKTEK
Membahas mengenai kegiatan mahasiswa sebagai praktikan, kerja praktikan
dalam proyek, serta permasalahan dan pemecahan masalah yang ada dalam
pengerjaan proyek.
BAB V
: PENUTUP
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
7
Berisi tentang kesimpulan kerja praktek dan gambaran umum mengenai realita
dunia kerja seta perbandingannya dengan masa perkuliahan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
8
Kerangka Rencana Pelaksanaan Dan Langkah Kerja Praktik
Disesuaikan dengan metode yang digunakan, untuk penyusunan laporan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja praktik, maka perlu dibuat
kerangka rencana pelaksanaan dan laporan, mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan akhir dan saran sebagai berikut.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar belakang Kerja
Praktik
Tujuan dan Sasaran
Kerja praktik
Permasalahan
Batasan dan lingkup
pembahasan
TEORI DAN
PERSYARATAN
DATA DAN
INFORMASI
UMUM
DATA DAN
INFORMASI KHUSUS
TEORI TEKNIS
PELAKSANAAN
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
PROYEK
PROYEK
MANAJEMEN
KONSTRUKSI
PEMBANGUNAN
FAVE HOTEL SOLO
BARU
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
MANAJEMEN
KONSTRUKSI,
ARSITEKTURAL
PROYEK
Latar belakang proyek
Lokasi proyek
Tata pelaksanaan proyek
Konsepsi perencanaan
dan pelaksanaan
Peralatan dan
perlengkapan
Lingkup pekerjaan:
Pekerjaan yang sudah
dilaksanakan
Pekerjaan yang belum,
dan akan
dilaksanakan
Lingkup pekerjaan
Proyek dan sasaran
Kerja Praktik
Manajemen
konstruksi
Non Pelaksanaan:
Tenaga kerja
Pengenadilan mutu
Keselamatan dan
kesehatan kerja
(K3)
Sumber daya
material dan
peralatan
Rencana kerja dan
syarat proyek
pembangunan Fave
Hotel Solo Baru
Literatur yang
berkaitan dengan
manajemen
konstruksi bahanbahan kuliah yang
berkaitan dengan
teknik pekerjaan
manajemen konstuksi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
9
LAPORAN
PELAKSANAAN
KERJA PRAKTEK
KESIMPULAN DAN
SARAN
LAPORAN
PELAKSANAAN
KERJA PRAKTEK
Permasalahan dan
pembahasan;
Perubahan gambar
kerja (soft
drawing)
Pelaksanaan teknis
Permasalahan non
teknis
pelaksanaan
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan akhir
Saran-saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
Manajemen ialah suatu metode memenuhi kebutuhan pemilik akan
suatu bangunan yang efektif. Manajemen juga bisa diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan atau
sasaran dengan efektif dan efisien.
Dalam penyelenggaraan sebuah proyek pembangunan diatur oleh
manajemen yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek
merupakan proses dimana pemilik proyek membuat ikatan kerja dengan
agen yang disebut manajer konstruksi dengan tugas mengkoordinasi seluruh
kegiatan penyelenggaraan proyek, termasuk studi kelayakan desain
engineering, perencanaan, persiapan kontrak, konstruksi dan kegiatan
proyek yang lain, dengan tujuan meminimalkan biaya dan jadwal serta
menjaga mutu nama proyek (JJ Adrian, 1985 dalam Pusposari).
Manajemen proyek membicarakan tahapan-tahapan perencanaan
proyek, rancangan, dan konstruksi sebagai tugas terpadu dalam sebuah tim
konstruksi yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi, dan arsitek. Secara
ideal para anggota tim konstruksi bekerja sama sejak permulaan proyek
sampai pada penyelesaiannya. Sasaran umum Manajemen Konstruksi
adalah melayani kepentingan-kepentingan seoptimal mungkin, meliputi
interaksi antara biaya konstruksi, kualitas, jadwal penyelesaian secara
seksama, ditelaah oleh team, sehingga suatu proyek bernilai maksimum bagi
pemilik. Nilai itu diwujudkan dalam rencana waktu yang efisien. (Vincent
G. Bush, Manajemen Konstruksi, 1985).
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
10
Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, selalu diusahakan
pengawasan mutu (quality control), pengawasan penggunaan biaya (cost
control) dan pengawasan waktu (time control). Ketiga kegiatan pengawasan
ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang
terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil
pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas,
karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan.
Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat
tahap
yaitu
peencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan
banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan
tindakan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik dalam
suatu manajemen proyek akan memberikan beberapa manfaat sebagai
berikut:
a. Mengurangi resiko ketidakpastian
b. Memusatkan perhatian pada sasaran
c. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain.
Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan bangunan yang
akan dibangun, termasuk pembuatan gambar-gambar perencanaan
lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
11
2. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun
organisasi yang akan melaksanakan pembangunan termasuk mengatur
hubungan kerja, di antara unsur-unsur organisasi. Pengorganisasian ini
juga merupakan upaya dalam pengaturan seluruh sumber daya dan
pelaksanaan di dalam proyek, sehingga dapat berjalan dan berfungsi
sebagaimana tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya secara benar.
Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur-unsur pelaksanaan
pembangunan yang terdiri dari: pemberi tugas (owner), perencana
(designer, supervisor) dan pelaksana (contractor), yang masing-masing
mempunyai tugas dan kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
dengan peraturan/ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan (actuating)
Konsep pendekatan dalam pelaksanaan proyek lebih dalam operasional
di lapangan. Dari perencanaan, organisasi yang telah dilakukan serta
didukung
dengan
langkah-langkah
pengendalian,
maka
tahap
pelaksanaan ini dapat mulai dilaksanakan secara terarah. Pada tahap
pelaksanaan kegiatan proyek, maka harus selalu mengacu dan
memperhatikan pada segala rencana dan penjadwalan yang telah
disusun. Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan
di lapangan untuk mewujudkan pembangunan. Dalam pelaksanaan ini
hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan perlu
diatur sehingga masing-masing unsur bekerja dengan bidangnya masingmasing dan memenuhi peraturan yang telah disepakati bersama.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan ini meliputi tindakan mengawasi, mengarahkan, dan
membandingkan pelaksanaan yang berlangsung dengan rencana yang
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
12
ada (evaluating), serta mengevaluasi penyimpangan yang mungkin
terjadi.
Kegiatan
pengawasan
dilaksanakan
dengan
tujuan
agar
hasil
pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas unsur pengawas sangat penting,
terutama dalam pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan.
Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan, pada umumnya ditentukan
oleh hasil kegiatan pengawasan.
5. Pengarahan (directing)
Pengarahan meliputi kegiatan pembinaan dan kepemimpinan oleh atasan
dan bawahan yang dilaksanakan terus menerus dengan pengertian
bahwa kedua pihak telah saling mengetahui tugas, kewajiban, tanggung
jawab, dan wewenang masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
6. Penyusunan pegawai (staffing)
Penetapan orang sesuai keahlian pada jabatan tertentu berdasarkan
strutur organisasi yang telah ditetapkan.
2.2. ORGANISASI PROYEK
A. Tinjauan Umum
Organisasi proyek berfungsi sebagai wadah yang dapat
mengkoordinasi terlaksananya suatu proyek sesuai program yang telah
direncanakan. Hal ini penting karena membangun suatu proyek
merupakan proses atau tahapan yang harus dikerjakan secara sistematis,
yang dimulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan
sampai pada pemakaian dan pemeliharaannya. Dengan demikian banyak
pihak yang terlibat dalam pembangunan suatu proyek, dimana pihakpihak ini tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi harus saling membantu
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
13
dalam setiap pekerjaan selain itu masing-masing pihak mempunyai
peranan, fungsi dan tanggung jawab.
Dalam organisasi suatu proyek, harus ada kejelasan tugas,
kewajiban, kedudukan serta hubungan kerja antar pihak yang satu
dengan yang lainnya. Dengan sistem pengorganisasian yang baik dalam
suatu proyek maka diharapkan terdapat pula suatu kerja sama yang bai
antar setiap unsur/ pihak sehingga akan diperoleh hasil proyek yang
optimal. Oleh karena itu, organisasi bukanlah sekedar sebagai kerangka
pemberi tugas saja, melainkan juga merupakan suatu kesatuan unsur/
pihak beserta fungsi-fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain
dan mempunyai satu tujuan yang telah disepakati bersama.
Secara umum terdapat dua sistem organisasi proyek yang dapat
digunakan untuk menerapkan sebuah sistem manajemen proyek, yakni
sistem manajemen proyek konvensional dan sistem manajemen proyek
terpadu. Keterangan mengenai dua sistem tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Manajemen Proyek Konvensional
Dalam manajemen proyek konvensional masing-masing
pihak yang terlibat di dalamnya diwadahi dalam suatu organisasi
tersendiri yang melakukan tahapan. Dengan kata lain tidak ada
hubungan organisasi antara pemberi tugas atau pemilik dengan timtim proyek tersebut sebelum adanya kontrak yang disepakati.
Antara satu tim proyek dengan tim lainnya tidak terdapat
hubungan tanggung jawab kerja. hubungan tanggung jawab kerja
terbatas antara pemilik dengan masing-masing tim proyek secara
terpisah.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
14
2.
Manajemen Proyek Terpadu (Swakelola)
Yang dimaksud dengan manajemen proyek terpadu di sini
adalah suatu proses dimana tahap perencanaan, desain dan
konstruksi dalam satu tugas terpadu yang dibebankan kepada sebuah
tim manajemen yang terdiri atas manajer konstruksi, desainer dan
kontraktor yang terlibat dari awal hingga akhir tercapainya tujuan
yang diinginkan pemilik.
Sistem manajemen proyek terpadu dapat digunakan pada
sebuah organisasi lama, misalnya perusahaan. Setiap bagian
organisasi sudah memiliki manajer sendiri. Kebutuhan akan sebuah
tim proyek muncul saat perusahaan berencana mengadakan
perbaikan, pengembangan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada.
Tim yang baru ini sebagian tenaganya direkrut bagian lain yang
relevan, misalnya dari bagian litbang yang dari awal sudah memiliki
tenaga perencana.
DIREKTUR
MANAJER
PROYEK
MANAJER
PERSONALIA
MANAJER
SUB KONTRAKTOR
TIM
PERENCANA
TIM
KONSTRUKSI
Skema II.1. Hubungan Kerja pada Manajemen Proyek Swakelola
Sumber : Soehendradjati, RJP, 1987
Keterangan
Hubungan tanggung jawab dan pelimpahan tugas
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
15
Hubungan kerja sama
B. Unsur Pengelola Proyek
Berdasarkan bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi di
jurusan
arsitektur
UNS
dijelaskan
bahwa
usaha-usaha
untuk
mewujudkan sebuah diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari fase perencanaan
sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak,
yaitu pihak pemilik proyek/ owner/ principal/ employer/ client/
bouwheer, pihak perencana/ designer dan pihak pelaksana/ kontraktor/
aannemer.
Orang/
badan
yang
membiayai,
merencanakan
dan
melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana
pembangunan. Masing-masing unsur tersebut mempunyai tugas,
kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai posisinya masingmasing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan, masingmasing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi satu dengan
yang lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan.
Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih
kesuksesan sesuai dengan tujuannya.
PEMILIK
PROYEK
PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA
PEMILIK
PROYEK
PEMILIK
PROYEK
Skema II.2 Unsur-Unsur Pelaksana Pembangunan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
16
Sumber : Bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi
1. Pemilik proyek/ Owner
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/
badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau
menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa bisa berupa
perseorangan, badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pemberi tugas adalah:
• Menunjukkan penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
• Meminta
laporan
secara
periodik
mengenai
pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
• Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
• Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
• Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
• Mengawasi jalannya pekerjaan yang direncanakan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
• Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produksinya telah sesuai
dengan apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut:
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
17
• Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masingmasing kontraktor.
• Mengambil
alih
pekerjaan
secara
pihak
dengan
cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah
terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.
2. Konsultan
Pihak/ badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas.
Konsultan perencana bisa dipisahkan menjadi beberapa jenis
berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang menangani bidang
arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal, dan lain
sebagainya. Berbagai jenis konsultan tersebut umumnya menjadi
satu kesatuan yang disebut konsultan perencana.
a. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat
perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur,
sipil,
mekanikal
berhubungan
dan
elektrikal
maupun
membentuk
sebuah
bidang
sistem
lain
yang
bangunan.
Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/ perseorangan
berbadan hukum/ badan hukum yang bergerak dalam bidang
perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah:
•
Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari
gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan
struktur, dan rencana anggaran biaya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
18
•
Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna
jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
•
Memberikan jawaban dan penjelaskan kepada kontraktor
tentang hal-hal yang kurang jelas pada gambar rencana,
rencana kerja dan syarat-syarat.
•
Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
•
Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
b. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/ badan yang ditunjuk
pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya
pekerjaan pembangunan.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
• Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
• Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik
dalam pelaksanaan pekerjaan.
• Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
• Mengkoordinasi dan mengandalikan kegiatan konstruksi serta
aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan
pekerjaan berjalan lancar.
• Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin
serta menghindari pembengkakan biaya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
19
• Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di
lapangan agar dicapai hasil akhir yang sesuai dengan harapan
dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
• Menerima/ menolak materil/peralatan yang didatangkan
kontraktor.
• Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan terhadap
peraturan yang berlaku.
• Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan,
bulanan)
• Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah
atau berkurangnya pekerjaan
3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan
syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah :
•
Melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana,
peraturan, dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan
(aanvullings)
dan
syarat-syarat
tambahan
yang
telah
ditetapkan oleh pengguna jasa.
•
Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
20
•
Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan
dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan
masyarakat.
•
Membuat laporan
hasil pekerjaan berupa laporan harian,
mingguan dan bulanan.
•
Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
Hubungan ketiga pihak terjadi antar pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor diatur sebagai berikut:
•
Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan
kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi di mana
produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana,
peraturan, dan syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh
konsultasi.
•
Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan
kontrak. Kontraktor memberikan jasa layanan profesionalnya
berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik
proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
•
Konsultan dan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan
pelaksanaan.
Konsultan
memberikan
gambar
rencana,
peraturan, dan syarat-syarat, kontraktor harus merealisasikan
menjadi sebuah bangunan.
C. Pola Dasar Hubungan Kerja Antar Pengelola Proyek
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
21
Secara garis besar, pola dasar hubungan kerja antar unsur-unsur
pengelola proyek adalah sebagai berikut:
1. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan perencana.
•
Ikatan berupa hubungan fungsional
•
Perencana menyerahkan desain gambar bangunan secara
lengkap dengan perhitungan konstruksi proyek kepada pemilik
proyek.
•
Pemilik proyek mengganti biaya proyek tersebut.
2. Hubungan antara proyek dan konsultan pengawas.
•
Ikatan berupa hubungan fungsional (ikatan berdasarkan pada
peraturan pelaksanaan pekerjaan).
•
Pengawas melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kepada
pemilik proyek.
•
Pemilik proyek memberikan wewenang kepada pengawas
untuk mengawasi secara langsung pelaksanaan pekerjaan di
lapangan.
3. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor.
•
Ikatan berupa kontrak.
•
Kontraktor pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari pemilik
proyek sesuai dengan gambar kerja (bestek) yang dibuat oleh
perencana dan menyerahkan kembali pekerjaannya kepada
pemilik proyek.
•
Pemilik proyek memberikan biaya pelaksanaan proyek
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
22
4. Hubungan kerja antara konsultasi perencana dan konsultasi
pengawas.
•
Ikatan berupa pelaksanaan .
•
Pengawas menyampaikan keluhan dari kontraktor kepada
perencana tentang pekerjaan konstruksi yang tidak bisa
diterapkan di lapangan.
•
Perencanaan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada
pengawas untuk disampaikan kepada kontraktor.
5. Hubungan kerja antara konsultan perencana dengan kontraktor.
•
Konsultan perencana memberikan persyaratan teknis yang
harus dilakukan oleh kontraktor.
•
Kontraktor mematuhi dan bersedia pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan
oleh konsultan perencana.
6. Hubungan kerja antara konsultan pengawas dan kontraktor.
•
Ikatan kerja berupa pelaksanaan.
•
Konsultan pengawas menuntut kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaannya yang telah disetujui oleh perencana.
•
Kontraktor menyampaikan perubahan rencana pekerjaan yang
tidak dapat dilaksanakan di lapangan.
D. Hubungan Kerja antar Pelaksana Proyek
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
23
Hubungan
kerja
adalah
hubungan
dalam
pelaksanaan
pembangunan. Hubungan kerja antar unsur pelaksana proyek harus tegas
dan jelas sehingga tidak terjadi ketumpang tindih wewenang antara
unsur-unsur yang berperan. Semua pihak dalam melaksanakan pekerjaan
harus mengikuti atau berpedoman pada ketentuan-ketentuan dan
persyaratan-persyaratan yang ada serta peraturan dari pemerintah agar
tujuan pembangunan tercapai.
2.3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK
Dalam suatu kegiatan proyek, mutlak diperlukan adanya suatu
pengawasan terhadap suatu kualitas dari semua pekerjaan yang
dilaksanakan atau pengendalian untuk menunjang tercapainya target yang
telah ditentukan. Dengan adanya kontrol pengendalian maka masalahmasalah yang timbul dapat diketahui sedini mungkin, untuk kemudian
dicari solusinya.
Pengawasan terhadap prestasi kerja melalui laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan serta laporan kemajuan proyek (progress
report). Sedangkan pengawasan teknis dikoordinasi melalui pengawasan
langsung maupun tidak langsung oleh manajemen pengawas. Pelaksanaan
setiap pekerjaan lapangan harus mendapat persetujuan dari pengawas
proyek. Pertemuan koordinasi tiap-tiap unsur maupun keseluruhan harus
dilaksanakan pada waktu tertentu guna membahas masalah-masalah yang
timbul di lapangan.
Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian proyek ini adalah
memperoleh kualitas bangunan yang sesuai dengan perencanaan
(pengendalian mutu, tenaga kerja dan logistik) meliputi: waktu
pelaksanaan proyek sesuai dengan time schedule sehingga pihak owner
maupun pelaksana tidak merasa dirugikan karena adanya keterlambatan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
24
(pengendalian waktu), peningkatan efisiens pekerjaan sehingga dapat
meminimalkan pengeluaran proyek (pengendalian biaya).
1. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam rencana kerja dan
syarat-syarat teknis. Kegiatan ini merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan proyek, karena untuk
mutu/kualitas bangunanlah suatu biaya dikeluarkan oleh pemilik
bangunan. Pengendalian mutu ini akan berpengaruh terhadap
jangka waktu dan biaya pelaksanaan. Untuk memperoleh mutu
yang baik maka diperlukan bahan/material, alat/sarana, dan teknik
yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengawasan dan
pengendalian
terhadap
mutu
meliputi
pengawasan
dan
pengendalian mutu bahan bangunan dan mutu pekerjaan. Kegiatan
pengendalian ini meliputi :
a. Rapat koordinasi
Rapat ini dilaksanakan agar apabila terdapat
permasalahan ataupun keterlambatan dalam pengerjaan
dapat segera diatasi, dan sekaligus untuk mengevaluasi
kegiatan
yang
sudah
berjalan
sebelumnya
beserta
pekerjaannya untuk minggu berikutnya. Rapat ini rutin
dilakukan seminggu sekali dan hasilnya berupa laporan
yang diajukan kontraktor dan disetujui oleh konsultan
pengawas, kemudian dilaporkan kepada pemilik proyek.
Rapat ini dihadiri oleh pemilik, konsultan, dan kontraktor.
b. Prestasi kemajuan pekerjaan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
25
Sejumlah prosentase bobot dari masing-masing
pekerjaan yang telah dikerjakan selama seminggu dari
seluruh bobot pekerjaan.
c. Laporan kemajuan proyek
1) Laporan harian
Laporan ini untuk mencatat kemajuan proyek
sehari-hari beserta masalah terkait.
2) Laporan mingguan
Laporan ini untuk mencatat pekerjaan proyek
selama
seminggu.
Meliputi
kegiatan
oleh
kontraktor, pengendalian proyek oleh konsultan
pengawas, pembiayaan oleh pemberi tugas, dan
perubahan kontraktual oleh semua pihak.
Manajemen pengendalian mutu meliputi kegiatan-kegiatan
proyek yang terdiri dari beberapa hal, yaitu:
a. Persetujuan gambar pelaksanaan
Gambar perencanaan dibuat dan diajukan oleh
konsultan perencana untuk kontraktor yang selanjutnya
dibuatkan gambar pelaksanaannya. Gambar arsitektur dan
struktur diajukan oleh kontraktor pelaksana untuk disetujui
oleh konsultan agar dapat memperoleh ijin pelaksanaan
pekerjaan. Tetapi apabila gambar tersebut belum sesuai,
maka konsultasi akan meminta pihak kontraktor untuk
merevisi gambar dengan menunjukkan gambar yang belum
sesuai atau
belum selesai.
Ketidaksesuaian
gambar
pelaksanaan dapat disebabkan karena adanya perubahan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
26
desain oleh pihak konsultan ataupun kontraktor yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
b. Persetujuan Material
Semua material yang digunakan harus sesuai
dengan yang tercantum dalam RKS. Apabila karena sesuatu
hal pihak kontraktor tidak bisa menggunakan material
sesuai dengan syarat RKS, maka kontraktor harus terlebih
dahulu mengajukan contoh material yang menjadi alernatif
yang nantinya akan dipakai kepada konsultan pengawas.
Apabila hasil dari material menjadi alternatif
ternyata di bawah standar yang telah ditetapkan dalam
RKS, maka material yang diajukan tidak akan diterima.
Dan bila yang tidak memenuhi syarat adalah kualitas
pengerjaannya (wormanship), konsultan pengawas berhak
mengeluarkan intstruksi agar dibongkar dan diulang lagi
sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya.
Untuk menghindari bongkar pasang, pengawas lapangan
mempunyai batas toleransi dalam melakukan pengontrolan
kualitas tersebut.
c. Inspeksi Site
Frekuensi kunjungan rutin dilakukan oleh para
inspektor. Sedangkan Site engineer akan melakukan
inspeksi secara berkala atau apabila terdapat permasalahan
di lapangan yang membutuhkan penanganan segera.
Inspeksi site juga dapat dilakukan oleh konsultan perencana
maupun pengawas dan bersifat incidental di mana
inspeksinya dilakukan secara periodik selama terdapat
permasalahan desain.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
27
d. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan
Tujuan ijin pelaksanaan pekerjaan adalah agar
pekerjaan pengawasan dapat dimonitor dengan baik
sebelum pelaksanaan pekerjaan. Saalh satu ijin pekerjaan
yang harus diserahkan adalah ijin pengecoran. Hal ini
dimaksudkan agar pekerjaan sebelum pengecoran diketahui
sehingga pembobokan dapat dihindari.
Berikut prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan:
Schedule dan ijin pelaksanaan pekerjaan diserahkan
oleh kontraktor kepada konsultan pengawas, yang akan
menyetujui atau merevisinya. Setelah schedul dan metode
pelaksanaan diterima, kontraktor aan mengajukan ijin
pelaksanaan pekerjaan. Ijin ini akan dikoordinasikan
kepada bidang-bidang yang terkait untuk mengetahui
apakah masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan
terlebih dahulu. Kemudian ijin tersebut akan diserahkan
kepada inspektor untuk mengadakan pengecekan di
lapangan. Setelah inspektor menetapkan bahwa pekerjaan
dapat dilaksanakan maka site engineer akan mengeluarkan
ijin pelaksanaan pekerjaan.
e. Pengendalian Mutu yang Menyimpang
Pengendalian mutu yang menyimpang bertujuan
mengevaluasi produk-produk yang tidak sesuai atau
diragukan, mengevaluasi penyebabnya, dan menciptakan
solusi agar permasalahan tidak terulang kembali.
Penyimpangan produk biasanya terjadi akibat
adanya
penyimpangan
pelaksanaan
atau
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
proses
28
pengembangan yang kurang terawasi karena tidak adanya
ijin kerja.
Apabila setelah dievaluasi oleh konsultan pengawas
dan dinyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk
yang menyimpang, maka konsultan pengawas akan
memanggil pihak-pihak yang terkait untuk menganalisis,
membuat keputusan mencegah, dan menentukan siapa
penanggung jawab keputusan dan pencegahan tersebut.
2. Pengendalian Material
Untuk mendapatkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan
kualitas rencana, maka material yang digunakan harus memenuhi
persyaratan
dan
peraturan
yang
telah
ditentukan.
Untuk
mendapatkan semua hal tersebut di atas, perlu adanya pengendalian
sumber daya material yaitu suatu cara penentuan, penetapan,
pengaturan dan penggunaan semua sumber daya material yang ada
secara optimal sehingga dalam pelaksanaan proyek dapat diperoleh
hasil yang efisien dan efektif. Yang lebih penting lagi untuk
diperhatikan adalah bagaimana pengendalian pemakaian material
pada pelaksanaan di lapangan, atau dengan kata lain bagaimana
kita mengatur efisiensi penggunaan material di lapangan. Maka
faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi materil adalah:
a. Kualitas dari material itu sendiri.
b. Sistem supply dari material.
c. Tenaga kerja/tukang yang menangani material.
d. Peralatan bantu yang digunakan.
e. Sistem kontrol yang diterapkan selama proses konstruksi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
29
Kurangnya
persediaan
material
meski
sedikit
dapat
mengakibatkan tertundanya suatu pelaksanaan proyek. Kelebihan
material juga bukanlah suatu hal yang baik bagi proyek. Di sini
kerjasama antara berbagai pihak merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan proyek, tertundanya stok material akan
berpengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu sasaran proyek.
Sistem terbaik yang digunakan dalam pengendalian material adalah
dilakukan pembelian barang dengan sistem bersaing, karena akan
membawa pengaruh besar terhadap keuntungan proyek.
Jadi, pengendalian material dapat mempengaruhi keuntungan
dari
proyek
yang
bersangkutan,
seandainya
semua
yang
berhubungan dengannya dikelola secara profesional dan dengan
sistem pembelian yang kompetitif (bersaing dalam penentuan
harga, kualitas material, bobot pekerjaan, sumber daya manusia
yang ada) berhasil dilakukan.
3. Pengendalian Waktu
Manajemen pengendalian waktu dapat dilakukan dengan
tujuan agar dapat menjaga proyek selesai pada waktu yang telah
direncanakan. Pengendalian waktu dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
•
Time Schedule
Time schedule merupakan grafik hubungan antara
waktu pelaksanaan dengan prosentase kumulatif pekerjaan
yang telah diselesaikan. Dari time schedule dapat diketahui
waktu pelaksanaan yang
sesungguhnya. Apabila kurva
pelaksanaan pekerja terletak di atas kurva rencana
pelaksana
berarti
pelaksanaan
pekerjaan
tersebut
mempunyai kemajuan lebih cepat dari yang direncanakan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
30
Dan sebaliknya bila berada di bawah kurva rencana
pelaksanaan
pekerjaan
berarti
terjadi
keterlambatan
pekerjaan.
Time schedule ini berupa:
1) Master Time Schedule
2) Delivery Schedule of Material (termasuk material
yang diapsok oleh pemilik)
3) Soft Drawing Schedule (gambar pelaksanaan)
4) Man Power Schedule
5) Equipment List
Dalam
pembuatan
time
schedule
yang
perlu
dipertimbangkan antara lain:
1) Bar Chart (Diagram Balok)
2) S-Curve Diagram
3) CPA (Critical Path Analysis)
4) PERT
(Programmed
Evaluation
and
Review
Technique)
•
Rencana Skala Waktu
Rencana Skala Waktu adalah rencana waktu yang
dibuat oleh kontraktor dalam penyelesaian proyek sesuai
dengan yang telah disepakati bersama antara pihak pemilik,
konsultan pengawas dan kontraktor. Rencana skala waktu
dibuat agar proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
31
sehingga pembengkalan biaya dapat ditekan seminimal
mungkin.
•
Laporan Kemajuan Proyek
Laporan kemajuan proyek akan diajukan oleh
kontraktor secara periodik. Yaitu berupa laporan mingguan
dan bulanan. Setelah laporan mingguan disetujui oleh
konsultan pengawas dan pemilik, selanjutnya laporan
mingguan digunakan sebagai data untuk laporan bulanan.
Secara garis besar, laporan kemajuan proyek dapat berupa:
1) Kemajuan pekerjaan persiapan
2) Evaluasi mengenai tenaga kerja, material, peralatan,
keadaan cuaca dan kualitas pekerjaan.
3) Permasalahan dan penyelesaiannya.
Apabila terjadi keterlambatan maka konsultan pengawas
akan segera melakukan penelitian terhadap keterlambatan
dan mengeluarkan instruksi untuk segera menanggulangi
penyebab keterlambatan tersebut.
•
Pekerjaan Kurang Tambah (Variation Order)
Variation Order adalah surat perintah dari pihak
pertama
(owner)
melaksanakan
suatu
kepada
pihak
tambahan
kontraktor
pekerjaan
baru
untuk
atau
pengurangan skop pekerjaan yang telah ada dalam kontrak.
Variation order biasanya muncul karena adanya
perubahan desain, baik diminta oleh owner maupun
perencana
arsitektur.
Perubahan-perubahan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
yang
32
merupakan pekerjaan tambahan atau pengurangan tersebut
diatur dalam variation order.
Perubahan desain yang terjadi adalah setelah
melihat hasil pekerjaan maupun keadaan di lapangan, lepas
dari perhatian pada saat proses perencanaan sehingga perlu
dilakukan penambahan-penambahan maupun pengurangan
pekerjaan.
Variation order dapat muncul karena 2 sebab, yaitu:
1) Pihak
owner
menginginkan
perubahan
atau
pengurangan (variation price request, VPR).
2) Pihak kontraktor menginginkan pekerjaan yang
menuntut kontraktor diadakan (request of variation
order, RVO)
4. Pengendalian Tenaga Kerja
Adalah pemenuhan kebutuhan yang meliputi jenis, macam
tenaga kerja dan jumlahnya untuk melaksanakan pekerjaan.
Penyediaan tenaga kerja meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja
terampil dan tenaga ahli.
Pembagian tenaga kerja yang tepat akan berpengaruh pada
kelancaran pekerjaan sehingga dalam hal ini dituntut keahlian
dalam mengatur serta menangani tenaga kerja yang dibutuhkan
agar tercapai hasil yang optimal. Penempatan tenaga kerja harus
disesuaikan antara tingkat keahlian dengan bidang dan tingkat
pekerjaan tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan menjadi
efektif dan efisien. Pengendalian tenaga kerja ini meliputi:
1. Jenis tenaga kerja
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
33
1) Tenaga kerja berdasar status karyawan
•
Tenaga kerja tetap
•
Tenaga kerja tidak tetap
2) Tenaga kerja menurut tingkat kemampuan
•
Tenaga kerja ahli
•
Tenaga kerja menengah
•
Tenaga kerja harian leaps (Pembantu)
2. Waktu kerja
3. Sistem Pengupahan
4. Pengawasan dan pengarahan langsung di lapangan
5. Pengendalian Biaya
Pengendalian
biaya
umumnya
bersangkutan
dengan
keuntungan yang dicapai dan untuk mencegah terjadinya
pembengkakan
biaya
tanpa
mengurangi
faktor
kualitas.
Pengendalian biaya di lapangan dititikberatkan pada pengendalian
sumber daya dan harus dilakukan dengan metode yang tepat
sehingga dapat dicapai efisiensi biaya.
Penerapan pengendalian biaya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Membuat Daftar Tugas
Sebelum memulai menaksir biaya, harus terlebih
dahulu memperinci tugas-tugas dilaksanakan dalam proyek
dan menyusunnya dalam suatu daftar. Tujuannya adalah
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
34
agar dapat memperinci bagian-bagian dalam proyek, dalam
urutannya yang logis, serta mencegah kemungkinan adanya
segi-segi yang terlupa.
b. Taksiran Bahan
Untuk material, diperlukan dua macam taksiran;
pertama jumlah biaya yang diperlukan untuk setiap tugas
dan kedua waktu penyerahan bahan yang paling lambat.
Kedua taksiran itu itu sangat penting bagi pengendalian
proyek. Biaya bahan biasanya mencapai separuh biaya
keseluruhan, sedang keterlambatan dalam mendapatkan
bahan dapat menyebabkan pergeseran program. Taksiran
didasarkan pada daftar kebutuhan bahan yang dibuat oleh
perancang.
c. Biaya Tak Terduga
Salah satu sumber kesalahan taksiran yang umum
ditemui
adalah
tidak
terpikirkannya
kemungkinan
tambahan biaya yang disebabkan oleh kesalahan desain,
kerusakan bahan material dan kemungkinan lain. Berapa
besarnya
tambahan
biaya
yang
diperlukan
untuk
menghadapi keadaan yang tidak terduga tergantung dari
berbagai faktor, termasuk diantaranya jenis proyek, standar
efisiensi umum perusahaan yang bersangkutan dan keadaan
konsep teknik proyek dan sebagainya.
d. Kenaikan Biaya (Eskalasi)
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
35
Efek eskalasi harus dipertimbangkan terutama untuk
proyek yang akan berjalan lebih dari satu tahun. Penawaran
kontrak biasanya disiapkan beberapa bulan sebelum proyek
dimulai dan akan menyebabkan adanya masalah eskalasi.
Perusahaan akan berusaha menjaga dirinya terhadap
kemungkinan
ini,
dengan
menetapkan
batas
waktu
berlakunya harga yang ditawarkan.
6. Pengendalian Logistic
Merupakan
pengendalian
persediaan
material
dan
pengendalian jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan
suatu proyek. Hal ini dapat diketahui dari faktor pekerjaan dan
volume pekerjaan yang ada.
Apabila jumlah material yang
dibutuhkan telah diketahui, maka pihak pengawas menyampaikan
kepada pimpinan proyek dan kemudian pimpinan proyek harus
merencanakan penjadwalan kedatangan material ke proyek.
Pengadaan material sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
pekerjaan, karena keterlambatan kedatangan material dapat
mengakibatkan keterlambatan proyek. Namun pengadaan material
yang terlalu cepat (pekerjaan belum waktunya tapi material sudah
didatangkan) juga dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan,
karena lokasi proyek yang terlalu penuh dengan material membuat
pekerja tidak leluasa untuk bekerja sehingga pekerjaan menjadi
tidak efisien.
2.4. PROGRAM KESELAMATAN KERJA (K3)
Faktor
tenaga
kerja
sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
produktivitas dan efisiensi waktu sehingga keselamatan dan kesehatan
kerja harus diperhatikan dan dijamin. Pekerja sebagai ujung tombak
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
36
dari pelaksanaan suatu proyek sangat rentan tekena kecelakaan yang
dapat berakibat fatal terhadap pelaksanaan pekerjaan di dalam proyek.
Selain pekerjaan yang bersifat konstruktif, pekerjaan beresiko tinggi
lainnya dalam sebuah proyek adalah berkaitan dengan proses
operasional sebuah fungsi instalasi atau bangunan.
Pekerjaan operasional beresiko besar terhadap pekerjaannya karena
berkaitan dengan alat produksi. Adapun klasifikasi kecelakaan kerja
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
A. Menurut jenis kecelakaan, misalnya jatuh tertimpa suatu benda,
luka karena tumbukan, terjepit, suhu tinggi, arus listrik, radiasi,
dan lain-lain.
B. Menurut penyebab, misalnya akibat mesin, alat angkut, alatalat lain.
C. Menurut sifat luka/kelainan, misalnya luka bakar.
D. Menurut letak kelainan.
Berdasarkan klasifikasi di atas, maka tindakan pencegahan
yang perlu dilakukan untuk dapat menekan angka kecelakaan
antara lain :
1. Menerapkan peraturan sesuai undang-undang keselamatan
kerja, baik di lingkup pekerjaan, kondisi kerja, pengawasan,
perawatan dan pemeliharaan.
2. Memberikan standarisasi mengenai syarat-syarat K3, praktek
K3 alat pelindung pekerjaan, dan lain-lain.
3. Pengawasan di lingkup pekerjaan, baik secara langsung
maupun melalui data lapangan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
37
4. Mengadakan penelitian teknik mengenai sifat, karakter dan
penanggulangan kecelakaan secara tepat.
5. Pembekalan pengetahuan yang cukup kepada pekerja
mengenai pengoperasian alat serta tingkat bahaya kecelakaan
dari alat tersebut.
6. Mengadakan penyuluhan bagi para pekerja serta memberikan
pelatihan-pelatihan.
Pencegahan
kecelakaan
merupakan
diperhatikan dalam manajemen proyek.
hal
yang
harus
Tidak hanya keselamatan
pekerjaannya tetapi juga kondisi lokasi kerja yang mempengaruhi
prestasi kerja dan biaya proyek.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di lingkungan proyek :
a. Perlu diwapadai kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi di
lokasi proyek seperti:
1)
Alat angkut yang roboh
2)
Jatuh saat bekerja
3)
Kejatuhan benda dari atas
4)
Tergelincir
5)
Terkena aliran listrik
6)
Kebakaran pada lokasi bangunan, lingkungan
sekitar, kantin pekerja, kantor proyek, gudang.
b. Perlu diperhatikan pada lingkungan sekitar mengenai :
7)
Kebersihan kantor direksi
8)
Fasilitas MCK
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
38
9)
Fasilitas makan dan minum
10)
Ketersediaan air bersih
c. Yang berhubungan dengan sifat-sifat proyek, seperti :
11)
Lahan dipinggir jalan
12)
Muka air (+6 meter)
13)
Di dalam kota
Adapun langkah-langkah pengendalian K3 yang ditempuh dalam
proyek meliputi :
1. Pengendalian awal
Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan
dengan
cara
meningkatkan
pengertian
dan
pemahaman secara luas terhadap resiko potensi bahaya yang
mungkin timbul/terjadi dari suatu pekerjaan proyek. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat laporan program K3 dan
prosedur kerjanya secara tertulis.
Pengendalian awal
merupakan langkah awal dari suatu pengendalian yang paling
dapat dikembangkan dibanding langkah-langkah lainnya
karena paling efektif dan efisien untuk menumbuhkan
pengendalian diri sendiri dari tiap-tiap pekerjaan.
Untuk proyek ini, langkah pengendalian awal yang diambil
adalah sebagai berikut :
a. Rencana pembuatan pedoman / prosedur / petunjuk kerja
pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan di
proyek yang mungkin terjadi, seperti :
1) Pertolongan pertama pada kecelakaan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
39
2) Penanganan korban kecelakaan yang meninggal
3) Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal
4) Petunjuk K3 untuk tiap-tiap pekerjaan
5) Penggunaan alat pelindung diri
b. Pembinaan dan pengarahan.
Dilakukan melalui rapat harian / mingguan K3, serta
merencanakan pembinaan, penyuluhan dan implementasi halhal yang berkaitan dengan K3 untuk mengembangkan
kerjasama dan partisipasi efektif dalam topik-topik semacam
ini :
1) Penggunaan tandu kecelakaan dan obat-obatan (P3K).
2) Penanganan dan proses pelaporan untuk korban
kecelakaan.
3) Penggunaan alat pelindung diri.
4) Sosialisasi pemasangan rambu K3.
5) Inspeksi harian dan rapat K3.
6) Rencana
K3
untuk
beberapa
jenis
pekerjaan,
diantaranya :
•
Fabrikasi dan pemasangan bekisting.
•
Pekerjaan beton.
•
Galian, timbunan, dan pembuangan tanah.
•
Febrikasi dan pemasangan beton.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
40
c. Penyuluhan dari intansi terkait.
d. Penyediaan sarana pendukung.
Adapun rambu-rambu K3 terdiri dari : Rambu perintah,
misalnya hati-hati, gunakan sabuk pengaman, gunakan
pelindung mata, gunakan sepatu, dll.
e. Papan nama untuk menempel peraturan terkait dengan K3.
2. Pengendalian saat terjadi kontak dengan pekerjaan
Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan bila tidak dapat dihindari lagi, kemungkinan
kontak / berhubungan dengan potensi bahaya dari suatu
pekerjaan.
Selain itu pengendalian ini dapat mencegah
terjadinya suatu kecelakaan tetapi hasilnya kurang maksimal
dan konsekuensinya besar.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan saat terjadi
kontak dengan pekerjaan, antara lain :
a. Penyediaan alat pelindung diri
-
safety shoes
-
sarung tangan - sabuk pengaman
-
kacamata las - sepatu bot
-
tangga
- kotak P3K
-
masker
- breathing apparatus
-
pakaian kerja - ear protector
b. Pemasangan
pelindung
- safety helmet
pada
setiap
mesin
yang
menggunakan roda gigi, seperti :
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
41
-
Bar cutter
- Bar bender
-
Genset
- Compressor
-
Vibro roller
- Lift barang / orang
-
Excavator
-
Crane mobile
- Concrete pump
c. Pemasangan barikade / penghalang pada lokasi pekerjaan
yang mengandung resiko bahaya jatuh, antara lain seperti :
-
Galian tanah
-
Lubang tangga
-
Lubang lift
3. Pengendalian sesudah terjadi kontak dengan pekerjaan
Ini merupakan langkah akhir yang dipersiapkan apabila
langkah-langkah sebelumnya
gagal atau tidak berhasil
dilakukan dan bertujuan untuk meminimalkan akibat /
kerugian yang ditanggung pekerja karena melakukan suatu
pekerjaan
tapi
tidak
mencegah
terjadinya
kecelakaan.
Tindakan yang dapat dilakukan setelah terjadi kontak dengan
pekerjaan adalah membawa korban secepatnya ke poliklinik
atau ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan
medis segera.
2.5. MANAJEMEN KONSTRUKSI
A. Pengertian managemen konstruksi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
42
Manajemen konstruksi merupakan suatu metode untuk
memenuhi kebutuhan pemilik suatu proyek pembangunan supaya
efektif.
Manajemen konstruksi digunakan dalam pelaksanaan
suatu proyek karena dengan menggunakan metode ini dapat
dilakukan optimasi terhadap waktu, biaya, dan kualitas proyek.
Metode disini berkaitan dengan tahap-tahap perencanaan,
perancangan dan konstruksi sebagai tugas terpadu dalam sebuah
tim konstruksi yang terdiri dari owner (pemilik), manajer
konstruksi, dan arsitek. Dengan kata lain, manajemen konstruksi
merupakan suatu sistem pengelolaan
Pekerjaan pelaksanaan pembangunan fisik yang ditangani
secara multi disiplin profesional, menyeluruh dan terpadu dengan
tujuan memperoleh hasil yang seoptimal mungkin.
Sasaran
umum manajemen konstruksi adalah melayani kepentingankepentingan
seoptimal
mungkin
meliputi
interaksi
biaya
konstruksi, kualitas, jadwal penyelesaian secara seksama ditelaah
oleh tim, sehingga suatu proyek bernilai optimal bagi owner.
B. Keuntungan dari penggunaan jasa manajemen konstruksi
(consultant management)
1. Menggunakan kaidah manajemen
a. Menggunakan
fungsi
manajemen,
yaitu
organizing,
actuating, dan controlling.
b. Menggunakan sarana manajemen yang berkaitan dengan
money, material, methode, machine, dan technology.
2. Melakukan manajemen berkesinambungan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
43
Pada tahap program dan perancangan konsultan manajemen
akan
memberi
masukan
kepada
konsultan
perencana,
demikian pula pada tahap konstruksi fisik konsultan
manajemen akan memberikan masukan kepada kontraktor
pelaksana.
3. Penghematan biaya proyek secara keseluruhan melalui :
a. Rekayasa nilai pada tahap perancangan
b. Rekayasa nilai pada tahap pelaksanaan fisik
c. Pengurangan penggandaan keuntungan dari overhead dari
jenjang sub pelaksanaan pembangunan fisik.
Barrie. 1993 menjelaskan bahwa rekayasa nilai dilakukan
melalui tiga tahap yaitu tahap konsepsi, tahap desain terperinci,
dan tahap pengadaan.
 Tahap konsepsi
Pada tahap ini dilakukan dengan menelusuri konsepsi-konsepsi
dasar dan kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahan
yang dimungkinkan.
 Tahap desain terperinci
Tahap ini dilakukan melalui peninjauan spesifikasi arsitektur
baku dan mendaftar banyak material dan metode alternatif
yang baru.
Manajer konstruksi profesional dapat meninjau
kembali barang-barang yang diusulkan dan bila alternatif
tersebut terlihat memberikan suatu harapan, maka perlu
diadakan perhitungan ulang dari biaya alternatif untuk proyek
tersebut.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
44
 Tahap pengadaan
Tahap ini dilakukan dengan membatasi kuotasi dari penawaran
harga yang sudah dibuat oleh kontraktor utama. Supaya dalam
pemilihan tidak terlalu banyak penawaran dengan harga yang
relatif lebih tinggi.
4. Terciptanya tertib administrasi karena dalam pelaksanaan
manajemen konstruksi menggunakan bentuk-bentuk standar.
C. Proses manajemen konstruksi
Mengacu pada rumusan tujuan manajemen konstruksi yaitu
untuk optimasi waktu, biaya dan mutu maka pelaksanaan
pekerjaan perlu direncanakan sebaik-baiknya, diorganisasikan
agar tetap, dilaksanakan secara cermat, serta dikontrol agar semua
rencana dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga tujuan dapat
dicapai.
Secara umum, proses manajemen konstruksi terdiri dari empat
tahapan, yaitu tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
danpengendalian(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/Jur._Pend._T
eknik_Arsitektur/197812312005012beta_Paramita/Bab_I_Manaje
men_Konstruksi.Pdf diakses tanggal 12 Agustus 2011).
1. Perencanaan (planning)
Setiap proyek konstruksi selalu dimulai dengan proses
perencanaan.
Agar proses ini dapat berjalan dengan baik,
maka harus ditentukan dahulu sarana utamanya. Perencanaan
sebaiknya
mencakup
penentuan
berbagai
cara
yang
memungkinkan. Setelah itu, baru menentukan salah satu cara
yang tepat dengan mempertimbangkan semua kendala yang
mungkin muncul.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
45
Perkiraan jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan
dalam suatu proyek sesuai dengan tujuannya.
Kontribusi
sumber daya dalam perencanaan memungkinkan perumusan
suatu rencana atau beberapa rencana yang akan memberi
gambaran secara menyeluruh tentang metode konstruksi yang
digunakan dalam mencapai tujuan.
Teknik-teknik
perencanaan
yang
tersedia,
yang
memungkinkan untuk membantu para perencana mengelola
kegiatannya, antara lain ialah perencanaan jalur kritis
(crithical path method). Sering kali penggunaan teknik-teknik
ini dapat membantu perencana untuk melakukan fungsi
berikutnya seperti fungsi pengendalian (control).
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa
yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan
peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat berupa
perencanaan
prosedur,
perencanaan
metode
kerja,
perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran
biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta
jadwal).
2. Pengorganisasian (organizing)
Kegiatan
ini
bertujuan
melakukan
pengaturan
dan
pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi
sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan pengaturan
dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung
terhadapl tujuan proyek.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
46
Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan cara
menyusun jenis kegiatan dari yang terbesar hingga yang
terkecil, yang disebut dengan Work Breakdown Structure
(WBS).
yang
Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pihak
nantinya
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
Proses ini disebut Organization
Breakdown Structure (OBS).
3. Pelaksanaan (actuating)
Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan,
orang-orang telah ditunjuk, maka tahap selanjutnya adalah
Pelaksanaan.
Pelaksanaan hakekatnya adalah kegiatan
menggerakkan, mengkoordinasikan dan memotifikasi orangorang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat melakukan
tugas menurut aturan, efisien, produktif serta terkendali
sehingga sasaran-sasaran dapat dicapai secara harmonis
sehingga
tujuan
dapat
dicapai
sebaik-baiknya.
Pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi maka kegiatan lingkup
pelaksanaan meliputi kegiatan memberi perintah, supervisi,
inspeksi, evaluasi, koordinasi, dan tindakan turun tangga.
a. Memberi perintah
Perintah adalah fungsi pimpinan disetiap eselon dalam
menggerakkan orang-orang bawahannya atau perintah
kepada rekanan untuk melakukan suatu pekerjaan/tugas.
Perintah dapat dilakukan secara lisan atau tulis. Untuk
intern organisasi, perintah dituangkan dalam surat memo
dinas / dalam buku harian. Perintah untuk pihak extern
organisasi misalnya perintah kepada sub kontraktor /
pemasok dituangkan dalam kontrak/ Surat Perintah Karja
(SPK).
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
47
b. Supervisi
Supervisi merupakan fungsi pimpinan dalam arahan,
bimbingan kepada bawahan untuk melakukan dengan baik
dan teliti.
Supervisi terutama diberikan pelaksana
pekerjaan yang berkaitan dengan teknik konstruksi,
teknologi dan metode kerja.
c. Inspeksi
Inspeksi merupakan fungsi pimpinan dalam rangka
pengecekan terhadap progres pekerjaan, mutu, waktu,
penggunaan sumber daya, keselamatan dan kesehatan
kerja. Inspeksi ada yang diprogramkan dan tidak.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai laporan dan hasil
temuan dalam Inspeksi.
e. Koordinasi
Koordinasi adalah kegiatan untuk menyinkronkan bagianbagian pelaksanaan pekerjaan, agar tidak terjadi sesuatu
bagian lambat dan bagian lain terlalu cepat. Ini dilakukan
dengan rapat antara pimpinan dan staf.
f. Tindakan turun tangga
Tindakan turun tangga adalah keputusan pimpinan untuk
memecahkan suatu masalah atau mengambil tindakan
terhadap suatu persoalan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
48
Pelaksanaan sangat erat dengan fungsi pimpinan, oleh
karena itu berhasil atau tidaknya pelaksanaan sangat
tergantung kemampuan pimpinan setiap eselon dalam
organisasi.
Pimpinan
dalam
melakukan
perintah,
supervisi, maupun evaluasi, koordinasi dan tindakan turun
tangga memerlukan kemampuan dalam menganalisa suatu
masalah, pengambilan keputusan, tindakan, komunikasi,
koordinasi serta hubungan dengan manusia (human
relation).
Perlu diingat bahwa pekerjaan konstruksi,
adalah pekerjaan berat, keras dan dilakukan di alam
terbuka, yang menyulut emosi orang. Oleh karena itu
dalam memberikan
perintah, supervisi, Inspeksi, dan
kegiatan lain, perlu dilakukan secara bijaksana.
4. Pengendalian (controlling)
Pengendalian merupakan upaya agar pelaksanaan
sesuai dengan rencana.
Oleh karena itu hubungan
perencanaan dan pengendalian sangat erat. Perencanaan
merupakan input sedang pengendalian merupakan proses
untuk mencapai hasil dari umpan balik perencanaan.
Upaya
pengendalian
pengawasan
baik
tersebut
yang
dilakukan
dilakukan
oleh
melalui
pelaksana
konstruksi maupun pemilik proyek.
Pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan agar
semua proses kegiatan dapat dilaksanakan menurut
rencana sehingga tujuan dapat diwujudkan seperti yang
ditentukan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
pengawasan diarahkan agar waktu, biaya, dan mutu dapat
dicapai sebaik-baiknya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
49
a. Pengawasan terhadap waktu dikendalikan dengan bar
chart dan network diagram serta program control
chart.
b. Pengawasan terhadap mutu mengacu kepada standar
mutu yang ditentukan.
Hasil yang baik banyak
dipengaruhi oleh bahan, alat dan orang yang
mengerjakan, oleh karena itu kontrol perlu mendapat
perhatian.
c. Pengawasan terhadap biaya, khususnya pengawasan
d. Penggunaan keuangan proyek dilakukan dengan
mengendalikan buku kas dan sistem akuntansi yang
digunakan.
Kegiatan pengawasan sebaiknya dilakukan dengan
sistem laporan.
mengendalikan
Perlu ada pengawas khusus untuk
laporan-laporan
itu
untuk
membuat
evaluasi serta membuat alternatif pemecahan bila ada
masalah atau persoalan.
Pengawasan harus dilakukan
secara sistematik dan kontinue untuk itu perlu ada suatu
rencana.
Dari empat tahapan proses manajemen konstruksi
yang dijelaskan di atas dapat diperoleh suatu kesimpulan
bahwa untuk mencapai tujuan proyek yang direncanakan,
pelaksanaan proyek memerlukan suatu koordinasi yang
baik antara unsur-unsur pelaksana pembangunan yang
tergabung dalam organisasi proyek yang telah disusun
sebelumnya, yang tak lepas dari pengawasan yang
dilakukan oleh pihak MK sebagai wakil pemilik proyek
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
50
untuk mengendalikan pelaksanaan tersebut sesuai dengan
rencana.
Koordinasi antara unsur-unsur, Pengelola Proyek,
Konsultan Perencana, Konsultan Manajemen Proyek dan
kontraktor terwujud dalam bentuk pertemuan berkala (site
meeting) yang akan membicarakan dan mengatasi segala
permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan
untuk mendapatkan hasil yang optimal (Paulus Nugraha,
1986 dalam Sandyavitri).
Menurut Iman Soeharto (1996) kegagalan dan
keberhasilan suatu proyek konstruksi sangat tergantung
pada keterlibatan pemilik proyek/owner, karena pemilik
harus terlibat dalam perencanaan desain dan melaksanakan
proyek.
Dan juga owner harus memiliki komitmen
terhadap keputusan dalam kesepakatan awal. Sedangkan
proyek yang sukses berarti proyek yang dilaksanakan
sesuai dengan biaya, jadwal, dan keberhasilan mencapai
sasaran teknis, proyek yang berhasil juga berarti sukses
menerapkan strategi yang telah dirancang.
Sedangkan
kegagalan proyek berarti proyek yang tidak sesuai dengan
rencana pembiayaan, jadwal dan tidak mencapai sasaran
yang diinginkan (David I.
Cleland, 1995 dalam
Sandyavitri).
2.6. KAJI ULANG DESAIN (REVIEW DESIGN)
Salah satu hal yang selalu dilakukan pada saat pelaksanaan proyek
sudah berjalan adalah kaji ulang desain. Hal ini karena setiap desain awal
dari suatu proyek pada umumnya selalu mengalami revisi-revisi pada
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
51
saat pelaksanaannya, hal ini biasanya diakibatkan kondisi lapangan yang
sesungguhnya
telah
mengalami
perubahan-perubahan
kondisi
dibandingkan dengan kondisi pada saat survei untuk pembuatan desain,
atau dikarenakan kesalahan-kesalahan kecil baik pada saat survey
ataupun kesalahan desain itu sendiri.
Tujuan dari kaji ulang desain adalah untuk menghasilkan desain final
yang optimum untuk dilaksanakan. Kaji ulang desain ini harus
didasarkan pada data-data terbaik dan terkini yang dapat diperoleh. Ini
dimaksudkan
untuk
dapat
menjamin
seluruh
pekerjaan
dapat
dilaksanakan sesuai spesifikasi dan kondisi lapangan, serta masih dalam
batas nilai kontraknya.
Untuk itu, sebelum dilakukan kaji ulang desain, proyek dan
konsultan pengawas menetapkan terlebih dahulu tipe kaji ulang yang
akan dipilih sehingga segala akibat yang menyertainya dapat diestimasi
lebih dini. Prosedur kaji ulang harus mengikuti aturan yang berlaku dan
diterapkan pada proyek bersangkutan dengan menyusunnya dalam
justifikasi teknik dengan uraian antara lain sebagai berikut (www.knowmt.arsipan.org, 15 Agustus 2001):
1. Pemilik proyek bersama konsultan pengawas memonitor dan terlibat
secara aktif kegiatan survey tambahan/rekayasa lapangan yang
dilaksanakan kontraktor guna keperluan pemeriksaan kembali desain
rinci.
2. Konsultan pengawas mempelajari perubahan yang diperlukan
berdasarkan data-data yang diperoleh pada kegiatan no. 1 terhadap
desain asli dan memberikan masukan-masukan dan pemecahan
persoalan berupa rekomendasi sesuai kebutuhan nyata lapangan.
3. Konsultan pengawas melakukan perhitungan-perhitungan teknis,
analisis teknis, tinjauan metode kerja, tinjauan penggunaan material,
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
52
dan perhitungan biaya (estimasi) hasil kaji ulang desain
menyerahkannya
kepada
pemilik
proyek
untuk
dan
diperiksa
kelayakannya.
4. Konsultan pengawas juga memberikan kaji ulang secara teknis
maupun non teknis yang kaitannya dalam perubahan biaya proyek,
perubahan kuantitas dari pekerjaan utama (mayor item) akan secara
langsung berpengaruh terhadap lini proyek.
5. Pemilik proyek dan konsultan pengawas mengoreksi jadwal
pelaksanaan apabila diperlukan (re-scheduling), hal ini apabila
ternyata dari hasil kaji ulang desain akan mempengaruhi penyelesaian
pekerjaan secara keseluruhan. Sebagai contoh misalnya
dengan
melakukan crash program agar target waktu penyelesaian dapat
tercapai tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan.
2.7. REKAYASA LAPANGAN (FIELD ENGINEERING)
Setelah dilakukan kaji ulang desain, sering terjadi perubahan dari
rencana awal, baik karena penyesuaian dengan lapangan maupun karena
perubahan desain dari konsultan perencana. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu rekayasa lapangan yang merupakan suatu kegiatan untuk mencari
kesesuaian antara rancangan asli yang ditunjukkan dalam gambar dengan
kebutuhan aktual lapangan. Berdasarkan tujuannya, rekayasa lapangan
terdiri atas (www.know-mt.arsipan.org, 15 Agustus 2001):
1. Rekayasa lapangan yang bertujuan untuk mendetailkan rancangan
asli, dilakukan pada periode mobilisasi dan hanya diterapkan pada
rancangan bertahap (phasing design)
2. Rekayasa lapangan untuk menerapkan rancangan detail di lapangan,
umumnya dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan, dan dapat
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
53
diterapkan baik pada rancangan bertahap (phasing design) maupun
pada rancangan lengkap (full engineering design)
Setiap penyimpangan dari gambar sehubungan dengan kondisi lapangan
yang tidak terantisipasi akan ditentukan secara tertulis oleh direksi
pekerjaan. Kontraktor dan direksi pekerjaan harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap gambar
dalam kontrak.
Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK,
direksi teknis bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak
dan penyedia jasa
Melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap
rencana mata pembayaran guna menetapkan kuantitas awal.
Kontraktor bersama-sama direksi teknis melaksanakan survey
lapangan yang lengkap dan menyiapkan hasil laporan tersebut. Dengan
demikian
akan
memungkinkan
direksi
pekerjaan
melaksanakan
peninjauan kembali rancangan atau revisi desain dan menyelesaikan serta
menerbitkan detail pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai.
Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara.
Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi
kontrak maka harus dituangkan dalam bentuk amandemen kontrak.
Setelah itu baru dilaksanakan pematokan (steaking out) dan survey
seluruh lokasi pekerjaan. Investigasi dan pengujian dan rekayasa serta
penggambaran untuk selanjutnya disimpan sebagai rekaman proyek yang
kemudian dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan kontrak.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
54
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
55
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
3.1. LATAR BELAKANG PROYEK
Indonesia terus mengalami peningkatan ekonomi sejak lima tahun
terakhir. Krisis moneter yang melanda seluruh dunia tidak mempengaruhi laju
perkembangan ekonomi dalam sektor-sektor tertentu. Bahkan, pencapaian ini
membuat sektor pariwisata tetap eksis dan semakin membaik.
Untuk wilayah Indonesia sendiri, Statistical Report on Visitor arrival to
Indonesia 2004-2006 mengeluarkan data tentang kunjungan wisman untuk
meeting, incentive, convention, exhibiton mencapai 41,23%, wisman liburan
56,49% dan keperluan lain 2,28%. Berdasarkan perhitugan statistik yang telah
dilakukan, bisnis perhotelan di kota Solo, Dalam 5 tahun terakhir rata-rata Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang 3 keatas mencapai 45,72%, rata-rata
tingkat penghunian kamar hotel berbintang paling tinggi prosentasenya terdapat
pada hotel bintang empat dengan pencapaian 50,29% (BPS surakarta,2007).
Melihat perkembangan bisnis dan pariwisata yang kian membaik, tentunya
bidang perhotelan secara otomatis akan menjadi lahan bisnis yang menjanjikan,
dikarenakan sektor perhotelan banyak terpengaruh pada iklim bisnis dan
pariwisata. Hal ini menjadi sebuah peluang besar bagi para pebisnis yang
menggeluti bidang tersebut, maupun pebisnis yang lain untuk ikut berkecimpung
dalam bidang tersebut.
Munculnya properti–properti baru seperti apartemen, kondotel dan juga
hotel berskala internasional di kota Solo dalam lima tahun terakhir ini menjadi
salah satu indikator kesuksesan laju perekonomian di Kota Solo. Mengamati
perkembangan tingkat penghunian kamar hotel bintang tiga ke atas, jumlah
kunjungan wisata ke Solo, pengembangan kota Solo menjadi destinasi business
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
56
city dan iklim perekomomian yang kondusif untuk infestasi, rasanya adalah saat
yang tepat untuk dibangun sebuah city hotel di kota Solo.
Menyadari hal tersebut, dibangunlah Fave Hotel di kawasan Solo Baru,
yang merupakan kawasan yang sedang berkembang sangat pesat. Hotel ini
diharapkan dapat menjawab potensi pariwisata kota Solo sekaligus memberikan
nilai tambah bagi kawasan itu sendiri. Fave Hotel sendiri dibangun melalui
manajemen Aston Hotel yang telah lama berkecimpung dalam mengelola
perhotelan modern kelas dunia. Belum adanya hotel dengan konsep serupa di
areal terbangun menjadikan Fave Hotel cabang Solobaru ini menjadi “stand-out”
sebagai icon pioneer city hotel di areal tersebut.
3.2. DASAR PEMILIHAN PROYEK
Proyek pembangunan Fave Hotel ini dipilih sebagai tempat Kerja Praktek,
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a) Lokasi yang masih berada di kota Solo sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan kerja praktek sambil tetap melaksanakan perkuliahan.
b) Mengetahui bagaimana situasi ketika gambar kerja dihadapkan pada
realita lapangan yang ada, yang kerapkali menuntut cukup banyak
perubahan.
c) Memperkenalkan praktikan kepada situasi kerja yang ada di dalam sebuah
proyek pembangunan.
d) Dapat mengetahui struktur organisasi dan pihak-pihak yang terlibat dalam
sebuah proyek beserta perannya masing-masing.
e) Dapat memperoleh pengalaman membantu pembuatan asbuilt drawing,
yang merupakan gambar pasca-konstruksi yang menjadi tanggung jawab
kontraktor dalam pembuatannya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
57
f)
Pada saat kerja praktek akan dimulai, tahap pembangunan struktural Fave
Hotel telah selesai dan telah memasuki tahap pekerjaan arsitektural.
Sehingga tentunya hasil dari kerja praktek akan tepat sasaran, khususnya
bagi mahasiswa arsitektur.
3.3. DESKRIPSI PROYEK
A. Data Proyek
Proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru memiliki data sebagai
berikut.
•
Nama Proyek
: Pembangunan Fave Hotel Solo Baru
•
Lokasi
: Jl Solo Permai Baru - Solo
•
Pemilik
: PT Duta Merlin Dunia
•
Sumber Dana
: Swasta
•
Tahun Anggaran
: 2011
•
Perencana Arsitektur : Megatika Internasional
•
Perencana ME
: PT Rayosa Cipta Mandiri
•
Perencana Struktur
: PT Cipta Sukses
•
Pengawas
: Yohanes(wakil owner)
•
Kontraktor
: CV Sarana Bangun Pratama
•
Nilai Kontrak
: Rp50 000 000 000,00
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
58
B. Data Teknis Proyek
Data-data teknis:
1) Jumlah lantai
: 12 lantai 2 basement
2) Tinggi bangunan
: ± 46 meter
3) Kedalaman basement
: 5 meter
4) Luas tanah
: ± 1485 m2
: ± 1056 m2
5) Luas bangunan
Adapun elevasi tiap lantai adalah sebagai berikut:
1) Basement dua
: -5500
cm
2) Basement satu
: -2500
cm
3) Ground floor
: +1000
cm
4) Lantai dua
: +6000
cm
5) Lantai tiga
: +10000
cm
6) Lantai empat
: +15.000
cm
7) Lantai lima
: +18.000
cm
8) Lantai enam
: +21000
cm
9) Lantai tujuh
: +24000
cm
10) Lantai delapan
: +27000
cm
11) Lantai sembilan
: +30000
cm
12) Lantai sepuluh
: +33000
cm
13) Lantai sebelas
: +36000
cm
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
59
14) Lantai duabelas
: +39000
15) Rooftop
: +42500
cm
16) Top of roof
: +46000
cm
cm
C. Unsur-unsur Pengelola Proyek
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Fave Hotel Solo Baru
ini, terdapat empat pihak yang terlibat di dalamnya,
1. Pemilik proyek (owner)
2. Konsultan perencana (arsitektur, struktur, ME)
3. Pengawas
4. Kontraktor
Keempatnya merupakan suatu kesatuan. Dimana keempat pihak
tersebut saling mendukung kerja masing-masing. Keempat pihak tersebut
memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang demi terwujudnya proyek
Fave Hotel Solo Baru ini.
a. Pemilik Proyek
Pemilik
proyek/owner
adalah
suatu
instansi
atau
perorangan, swasta, dan pemerintah, yang memiliki proyek dan
sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan. Dalam
pembangunan Fave Hotel Solo Baru ini,owner proyek adalah PT
Delta Merlin Dunia Properti.
Tugas dan wewenang owner proyek, antara lain:
•
Menyediakan dana
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
60
•
Mengatur pelaksanaan tender
•
Mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK)
•
Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan.
•
Mengesahkan berita acara kemajuan pekerjaan.
•
Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan
dokumen tender.
•
Mengeluarkan instruksi kepada kontraktor melalui
konsultan pengawas atau langsung.
b. Konsultan
Konsultan terdiri dari pengawas dan perencana. Konsultan
pengawas adalah pihak yang membantu pemilik proyek untuk
mengolah keinginan pemilik proyek menjadi sebuah rencana
yang matang sehingga nantinya tidak terjadi banyak masalah
dan siap dilaksanakan.
Dalam proyek ini, konsultan perencana diserahkan kepada
Megatika Internasional sebagai konsultan arsitektur, PT Cipta
Sukses sebagai perencana struktur, PT Rayosa Cipta Mandiri
sebagai perencana ME. Atas dasar wawancara dengan
kontraktor, tugas konsultan perencana adalah antara lain:
•
Merencanakan
struktur,
bentuk,
dan
desain
bangunan maupun interiornya serta seluruh instalasi
yang mendukung bangunan tersebut.
•
Jika
terjadi
konsultan
perubahan
perencana
gambar
wajib
kerja,
melaksanakn
maka
dan
melaporkan perubahan gambar kerja kepada owner.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
61
•
Konsultan perencana wajib membuat estimasi biaya
rencana.
Pengawas dalam proyek ini adalah Bapak Yohanes yang
ditunjuk untuk mewakili owner. Pengawas secara aktif
mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan kontraktor.
Tugas konsultan pengawas antara lain,
•
Mengawasi jalannya proyek (spesifikasi material,
bahan, proses pelaksanaan, dan mutu pekerjaan)
•
Wajib mengikuti rapat dengan owner dan konsultan
perencana
•
Harus dapat memutuskan bila terjadi masalah
mengenai gambar dan pelaksanaan dilapangan
•
Jika terjadi keterlambatan, maka pengawas wajib
mempertanyakan dan meminta tanggung jawab
kontraktor.
•
Pengawas
juga
mengawasi
kinerja
konsultan
perencana jika terjadi perubahan gambar
Kontraktor, adalah badan hukum yang penawarannya telah
diterima oleh pemilik kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan
dibawah persyaratan dan harga kontrak yang sudah ditentukan.
Pada pembangunan Fave Hotel Solo Baru ini, kontraktor yang
ditunjuk adalah CV Sarana Bangun Pratama. Berdasarkan
wawancara dengan pihak kontraktor, tugasnya antara lainn:
•
Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan isi
kontrak dan gambar
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
62
•
Jika
ada
pekerjaan
tambahan,
harus
tetap
beberapa
item
dilampirkan didalam berita acara
•
Kontraktor
dapat
mensubkan
pekerjaan jika diperlukan. Dalam proyek ini, item
pekerjaan yanbg disubkan seperti CCTV, dan
networking
•
Kontraktor juga mencari penawaran yang paling
murah dengan spek yang harus tetap terpebuhi
untuk diajukan ke owner.
Dalam hal ini, CV. Sarana Bangun Pratama selaku pelaksana
proyek (kontraktor utama) menerapkan sistem organisasi
Pimpinan proyek
sebagai berikut:
(Arif Prastawa ST)
Site Manager
(Pak Bayu)
Supervisor
Arsitektural
Supervisor
ME
(Pak Aan)
(Pak Tris)
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
Drafting
Quality
Pergudangan
Control
(Hertya)
(Pak Jimat)
(Pak Pipit)
63
Bagan III – 1: Struktur Organisasi CV. Sarana Bangun Pratama
Sumber: Analisa pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
64
Skema tahapan perencanaan dan perancangan gedung Fave
Hotel Solobaru adalah sebagai berikut:
Owner
Penunjukkan
konsultan
perencana
Penunjukka
n kontraktor
utama
Penunjukka
n konsultan
struktur
Penunjukkan
konsultan
ME
Manajemen
Hotel
Pembuatan proposal
Pengajuan proposal
Dana pembangunan
Realisasi proyek
Bagan III – 2: Tahap Perancangan dan Perencanaan Fave Hotel Solo
Sumber: Analisa pribadi
Owner (PT Duta Merlin Dunia Properti) pertama menunjuk
kontraktor utama (CV. Sarana Bangun Pratama), konsultan
struktur (PT. Cipta Sukses), konsultan ME (PT. Rayosa Cipta
Mandiri), dan konsultan perencana (Megatika Internasional)
tanpa melalui proses lelang. Penunjukan ini didasarkan pada
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
65
kepuasan kinerja kontraktor tersebut pada proyek-proyek
sebelumnya.
Di saat yang bersamaan, owner juga menunjuk manajemen
yang akan mengelola bangunan hotel miliknya. Dalam hal ini,
PT Duta Merlin Properti menunjuk Aston Hotel International,
yang kemudian menawarkan manajemen Fave Hotel.
Setelah seluruh elemen proyek terkumpul, diadakan rapat
pertemuan untuk membicarakan kesepakatan bersama mengenai
arah tujuan proyek dan keinginan masing-masing pihak.
Selanjutnya, panitia mulai menyusun proposal, gambaran
perencanaan
awal
termasuk
penyusunan
RAB.
Setelah
persetujuan didapat dan dana dapat direalisasikan, pihak
konsultan akan membuat gambar kerja (bestek) sebagai acuan
realisasi pembangunan proyek.
Pada saat praktikan melaksanakan kerja praktek, tahapan
pelaksanaan proyek telah sampai kepada tahapan realisasi
proyek di lapangan, khususnya tahapan finishing arsitektural
yang akan dijelaskan secara mendetail pada sub-bab berikutnya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
66
BAB IV
PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1. BIDANG KERJA PRAKTIKAN
Di dalam proyek Fave Hotel tersebut, praktikan tidak menduduki
memegang tugas/ posisi secara spesifik, namun ikut membantu pekerjaan berbagai
pihak. Yakni:
A. Mapping
Mapping/checklist checking adalah pengecekan kelengkapan suatu
objek proyek melalui suatu daftar checklist yang runtut, di mana tanda cek
(√) akan ditambahkan pada checklist tersebut bila objek tersebut telah
dikerjakan. Melalui metode ini, akan mengurangi kekeliruan pengerjaan
yang terlewat atau kurang sempurna. Spidol atau tinta warna sangat
dibutuhkan untuk memudahkan e
Checklist mapping ini menjadi tanggung jawab pemegang jabatan
quality control, yang berkewajiban mengecek dan memperbaharui
checklist mapping tersebut setiap hari. Bila ada pekerjaan yang kurang
sempurna atau terlewat, quality control memiliki wewenang untuk
mengkontak atau secara langsung menegur dan mendesak agar
penanggung jawab objek yang kurang sempurna tersebut dapat segera
mengkordinasi pekerjanya untuk segera memperbaiki objek tersebut, atau
secara langsung menegur pekerjanya.
Walau sekilas pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang
sederhana, namun memiliki pengaruh yang penting di dalam proyek.
Seorang quality control yang baik harus selalu aktif melakukan
monitoring, rajin memperbaharui dan mendokumentasi checklist, dan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
67
membina hubungan yang baik dengan pekerja proyek maupun rekan
stafnya.
Di dalam masa kerja praktek, praktikan memegang checklist dan
mengeceknya mulai dari lantai basement hingga rooftop. Setelah checklist
diselesaikan, kemudian dikembalikan kepada quality control untuk
diproses lebih lanjut oleh supervisor untuk mengetahui progres kerja
proyek setiap harinya. Untuk mengantisipasi bila pada hari itu progres
kerja belum memenuhi target, maka keesokan harinya pekerjaan tersebut
harus dikejar. Berbagai bentuk dokumen checklist yang digunakan sebagai
panduan akan dilampirkan pada bab lampiran. Yang menjadi objek
mapping dalam proyek ini adalah:
a. Kelengkapan pemasangan lantai.
b. Kelengakapan pemasangan plafon.
c. Kelengkapan pengerjaan kusen dan pintu.
d. Kelengkapan instalasi mekanikal elektrikal (ME), yang terdiri atas:
•
Instalasi listrik
•
Instalasi AC
•
Plumbing
•
Antena TV
•
Telephone sistem
e. Kelengkapan interior kamar, yang terdiri atas:
•
Furniture
•
Digital printing (wallpaper)
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
68
Gambar 1 : Dokumentasi kegiatan mapping checklist
Sumber: dok.pribadi
B. Drafting
Praktikan turut membantu pekerjaan drafting dalam hal pembuatan
gambar asbuilt drawing, baik berupa gambar kerja arsitektural maupun
gambar kerja mekanikal elektrikal, maupun gambar kerja struktural.
Pembuatan asbuilt drawing ini sifatnya mengedit gambar kerja yang telah
diberikan oleh konsultan perencana. Pembuatan gambar ini menggunakan
software AutoCAD 2007. Gambar yang harus dibuat sifatnya insidental,
yaitu sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan di lapangan. Sehingga,
seorang drafter harus siap di kantor (base) bila sewaktu-waktu menerima
order editing gambar.
Seorang drafter dalam proyek ini tidak hanya berkecimpung dalam
AutoCAD atau asbuilt drawing saja, tetapi juga membuat dokumendokumen seperti dokumen cheklist yang digunakan sebagai panduan
mapping (menggunakan Microsoft Excel), bahkan penyusunan RAB
(menggunakan Microsoft Excel), hingga surat menyurat. Dengan kata lain,
seorang drafter mengurusi bagian administrasi transfering file dari bentuk
tertulis ke dalam bentuk soft file digital.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
69
Praktikan sendiri juga tidak hanya mengerjakan asbuilt drawing,
tetapi juga membantu pembuatan pedoman checklist. Berbagai bentuk
dokumen checklist yang telah dibuat akan dilampirkan pada bab lampiran.
Gambar 2 : Dokumentasi kegiatan dan sarana drafting
Sumber: dok.pribadi
C. Quality control
Praktikan sebagai quality controller membantu melaporkan kepada
pemegang jabatan quality control apabila terjadi permasalahan seperti
kesalahan
di
titik-titik
tertentu,
pekerjaan
tukang
yang
rapi,
ketidaksesuaian dengan gambar atau segala permasalahan lain yang
berkaitan dengan hasil realisasi pembangunan yang tidak sesuai standar
kualitas yang digunakan.
Sarana yang digunakan oleh praktikan untuk melakukan kegiatan
quality control adalah checklist mapping, meteran dan kamera. Melalui
checklist mapping, material yang harus dilakukan pengecekan kualitasnya
dimasukkan ke dalam list yang runtut, sehingga meningkatkan tingkat
ketelitian pengecekan dan mencegah terlewatnya bagian bangunan yang
belum dicek.
Untuk mengecek kualitas handling pintu, praktikan diminta untuk
mencoba membuka dan menutup handling pintu tiap kamar tanpa
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
70
terkecuali tepat setelah seluruh handling pintu dalam satu lantai selesai
dipasang.
Untuk mengecek kualitas digital printing wallpaper, praktikan
harus mengamati pemasangannya, memastikan tiap kamar dipasang
dengan rapi dan tidak kentara sambungannya. Bila ada digital printing
yang sobek ataupun kurang rapi, praktikan melapor kepada pemegang
jabatan quality control sehingga dapat segera mengabarkan kepada tender
yang bertanggungjawab dalam pemasangan wallpaper tersebut untuk
segera memperbaikinya. Bila terjadi kesalahan dalam satu hari, biasanya
kesalahan tersebut akan diperbaiki pada hari berikutnya. Kualitas
pemasangan digital printing ini menjadi penting karena mempengaruhi
estetika kamar, mengingat perannya sebagai point of interest kamar. Oleh
karena itu, quality control meminta praktikan untuk benar-benar
memperhatikan kerapiannya dengan melakukan mapping checklist setiap
harinya untuk tiap kamar.
Praktikan juga diminta untuk memastikan pemasangan keramik,
rapi tidaknya, sampai pada pengecekan spek keramik yang digunakan.
Praktikan harus memastikan keramik yang dipasang adalah sama dengan
spesifikasi yang tertulis jelas dalam kontrak.
Tidak hanya keramik, praktikan juga diminta untuk mencocokkan
spesifikasi yang ada di dalam daftar spesifikasi barang yang diberikan oleh
kontraktor dengan apa yang terbangun di lapangan. Barang yang dicek
antara lain berupa material rangka plafon, karpet, tipe keramik, tipe kusen,
tipe pintu jendela alumunium, dll. Untuk mencocokannya praktikan
membuat checklist dengan format sendiri.
Selain dari segi finishing arsitektural, praktikan melakukan quality
control untuk kelengkapan elemen mekanikal elektrikal setiap kamar
seperti:
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
71
•
Pemasangan lampu downlight
•
Pemasangan instalasi AC (grill supply dan double frame
main hole)
•
Pemasangan speaker
•
Pemasangan fire fighting system (spinkler dan smoke
detector)
•
Pemasangan plumbing (floor drain, wastafel, shower,
mixing shower, jet washer, kloset
Gambar 3 : Kegiatan quality control pemasangan wallpaper (kiri), kelengkapan
finishing (kanan)
Sumber: dok.pribadi
Gambar 3 : Kegiatan quality control pemasangan pipa bak penampungan air
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
72
Sumber: dok.pribadi
4.2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Pengadaan, pemilihan, dan penggunaan peralatan kerja sangat penting
untuk mencapai keberhasilan proyek karena membantu pelaksanaan yang tidak
mungkin dilakukan oleh manusia dan dapat mempersingkat waktu pekerjaan.
Peralatan yang digunakan pada pengembangan proyek Fave Hotel adalah:
A. Schaffolding
Schaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang
digunakan untuk menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kokoh
dan kuat dalam menahan beban beton ataupun beban luar yang bekerja
padanya.
Tiap schaffolding dilengkapi dengan u-head sebagai penyangga
atas, jack base sebagai penyangga bawah, joint pen sebagai penyambung
antar schaffolding dan cross base untuk menghubungkan rangkaian frame
schaffolding.
Terdapat beberapa macam ukuran frame schaffolding antara lain:
1. Main frame (MF) adalah frame schaffolding yang terletak
paling bawah;
2. Ladder frame (LF) adalah frame schaffolding yang terletak
di atas main frame.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
73
Gambar 4 : Schaffolding
Sumber: dok.pribadi
Gambar 5 : U-head (kiri), dan Joint pen (kanan)
Sumber: dok.pribadi
B. Waterpass tukang
Leveling atau Waterpass Tukang adalah alat yang digunakan untuk
mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata
baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ukuran yang umum
dapat dijumpai adalah waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m.
Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm.
Untuk waterpass yang digunakan tukang dalam proyek Fave Hotel ini,
adalah yang berukuran panjang 0,5 m.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
74
Gambar 6 : Waterpass tukang
Sumber: khedanta.wordpress.com
Kedua sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang
ditempatkan
ke
permukaan
yang
akan
diperiksa
kedatran
atau
ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat berbentuk lobang dan
ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebgai alat pemeriksaan
kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya
sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan
vertikal.
Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana , yaitu
menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang di chek. Untuk
mengechek kedatran maka dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat
pengukur yang ada bagian tengah alat water pas. Sedangkan untuk
menchek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung
waterpas. Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung
harus benar benar berada ditengah alat yang ada.
C. Bor Listrik
Bor listrik digunakan untuk pekerjaan melubangi dinding,
membantu pekerjaan pemasangan cladder dan tray, pemasangan engsel
pintu, dsb. Bor listrik menjadi salah satu komponen yang sangat penting
dan digunakan hampir di seluruh aktivitas konstruksi, khususnya pada
tahapan pemasangan instalasi mekanikal elektrikal. Proyek Fave Hotel
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
75
sendiri memiliki lebih dari satu bor listrik, dan beberapa bahkan dibeli
khusus sebagai tambahan pada saat berlangsungnya proyek.
Gambar 7 : Bor listrik
Sumber: dok.pribadi
D. Selep atau Gerinda Tangan
Ada dua macam gerinda tangan yang digunakan dalam proyek Fave Hotel,
yakni yang digunakan untuk memotong keramik dan mengasah material.
Gambar 8: Gerinda tangan untuk memotong keramik
Sumber: dok.pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
76
Gambar 9 : Gerinda tangan untuk mengasah material
Sumber: dok.pribadi
E. Cutting Well
Digunakan untuk memotong alumunium.
Gambar 10 : Mesin cutting (kiri), material yang dipotong (kanan)
Sumber: dok.pribadi
F. Bar Cutter dan Bar Bender
Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk pemotong baja
tulangan dengan berbagai ukuran sesuai dengan perencanaan. Bar cutter
yang digunakan di dalam proyek ini adalah bar cutter listrik. Keuntungan
dari bar cutter listrik adalah kemampuannya memotong baja tulangan
dengan dimensi yang cukup besar dan mutu/kualitas yang tinggi, selain itu
dapat mempersingkat pengerjaan. Bar cutter yang digunakan di dalam
proyek ini memiliki diameter maksimal 32 mm untuk pemotongan
Cara kerja bar cutter yaitu dengan memasukkan baja yang akan
dipotong ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak,
maka dalam hitungan detik baja akan terpotong. Untuk memotong baja
dengan diameter besar dapat dilakukan satu per satu, namun untuk baja
dengan diameter kecil dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa baja
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
77
sekaligus. Dalam penggunaannya, tentu saja membutuhkan ketelitian
khusus untuk menghindari kecelakaan kerja.
Gambar 11 : Bar Cutter (kiri), Bar Bender (kanan)
Sumber: dok.pribadi
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan
baja tulangan sesuai dengan sudut yang diinginkan. Cara kerja alat ini
adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan
dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut
bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Ujung tulangan
pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian
pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan
sudut pembengkokan yang diinginkan.
Pada penggunaannya harus memperhatikan keadaan sekitar karena
area pembengkokan harus bebas dari orang yang melintas untuk
menghindari kecelakaan kerja.
G. Compressor
Compressor digunakan untuk membersihkan debu dan butiran air.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
78
Gambar 12 : Compressor
Sumber: dok.pribadi
H. Bor air
Digunakan untuk pengeboran guna mencari sumber air yang digunakan
untuk proyek.
Gambar 13 : Bor air
Sumber: dok.pribadi
I. Gondola
Digunakan untuk membantu pekerjaan pertukangan secara vertikal dan
dibiarkan tetap ada untuk keperluan maintenance hotel selanjutnya,
misalnya untuk membersihkan kaca. Mesin utama gondola berada di
rooftop, dengan alat lifting yang dapat menjulur ke bawah hingga ke
ketinggian tertentu.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
79
Gambar 14 : Aplikasi gondola (kiri), mesin gondola di rooftop (kanan)
Sumber: dok.pribadi
Disamping alat-alat di atas pada proyek ini juga digunakan alat-alat bantu
seperti gerobak dorong, meteran, cangkul, martil, dan lain sebagainya. Pengadaan
peralatan yang digunakan tersebut dilakukan dengan berbagai cara antara lain dari
milik kontraktor pelaksana sendiri, disewa dan lain-lain.
4.3. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
Kekuatan dari suatu bangunan tidak hanya ditentukan oleh perhitungan
pada saat perencanaan tetapi juga ditentukan oleh kualitas material yang akan
digunakan. Material yang akan digunakan diharapkan sesuai dengan standar dan
spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya agar diperoleh hasil sesuai dengan
yang direncanakan yaitu menurut peraturan PBI 1971.
Pengadaan bahan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan bahan
bangunan yang ada di lapangan sehingga dapat dihindari penyimpanan yang
terlalu lama dari bahan bangunan tersebut agar kualitas mutu dari bahan bangunan
yang akan digunakan dalam suatu proyek dapat terjaga dengan baik. Selain itu
diperhatikan pula tentang penyimpanan bahan bangunan yang baik.
Bahan bangunan yang digunakan dalam proyek Fave Hotel, antara lain:
A. Semen
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
80
Dalam adukan beton, semen berfungsi sebagai bahan pengikat
untuk merekatkan butir-butir agregat agar terbentuk suatu massa yang
kompak dan padat dalam konstruksi beton bertulang. Selain itu semen juga
berfungsi untuk mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat.
Cara penyimpanan semen yang baik adalah sebagai berikut:
1. Semen disimpan dalam ruang tertutup dan diberi ventilasi udara
secukupnya agar tidak lembab serta terlindung dari air;
2. Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih
dari 15 lapis. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan
sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaanpenerimaan sebelumnya. Pemakaian semen harus diatur secara
kronologi sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen
yang kosong harus dikeluarkan dari lapangan;
3. Semen diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30
cm dari lantai;
4. Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan
maksud agar pemakaian semen di lapangan menggunakan semen
yang terlebih dahulu didatangkan. Hal ini dimaksudkan agar semen
tidak terlalu lama ditimbun karena akan menyebabkan semen
mengeras.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
81
Gambar 15 : Semen
Sumber: dok.pribadi
B. Air
Air yang digunakan dalam proyek pembangunan Fave Hotel adalah
air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, dan
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan. Air yang digunakan dalam proyek berasal dari hasil pengeboran
sendiri.
C. Agregat halus
Definisi agregat halus (pasir) menurut PBI 1971 yaitu agregat
halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintregasi alami
dari batu-batuan atau serupa pasir yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu.
Adapun syarat-syarat agregat halus yang digunakan menurut PBI
1971 NI-2 Bab III Pasal 3.3 yaitu:
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butirbutir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm.
Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus
dicuci.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis
terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
82
Abrams Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak
memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan
tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak
kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi
dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga
bersih dengan air, pada umur yang sama.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan
sebagai berikut:
• sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat.
• sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat.
• sisa di atas ayakan 0,25mm harus berkisar antara 80% dan
95% berat.
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Gambar 16 : Agregat halus
Sumber: dok.pribadi
D. Agregat Kasar
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
83
Agregat kasar berupa batu pecah buatan yang dihasilkan oleh
mesin pemecah batu.
Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat untuk berbagai-bagai mutu beton menurut PBI 1971, NI-2 Bab III
Pasal 3-4, maka agregat kasar harus memenuhi satu, beberapa atau semua
pasal berikut ini:
1.
Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui
20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm.
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus
dicuci.
3.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton.
4.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana
penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dengan mana
harus dipenuhi syarat-syarat berikut:
a.
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari
24% berat.
b.
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari
22% berat atau dengan mesin Pengaus Los Angeles, dengan
mana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
84
5.
Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak semua susunan ayakan yang ditentukan, dengan
memenuhi syarat-syarat berikut:
a.
sisa di atas ayakan 31,5 mm ± 0% berat.
b.
sisa di atas syakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98%
berat.
c.
selisih antara sisa kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
6.
Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada
seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari
cetakan, seperlima dari tebal plat atau tiga-perempat dari jarak
bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan. Penyimpangan dari batasan ini diijinkan, apabila menurut
penilaian Pengawas Ahli, cara-cara pengecoran beton adalah
sedemikian rupa hingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang
kerikil.
Gambar 17 : Agregat kasar
Sumber: dok.pribadi
E. Baja Tulangan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
85
Baja yang digunakan dalam proyek Fave Hotel ada 2 jenis baja
yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan ulir dengan diameter Ø10,
D19, D22, D25. Mutu baja tulangan U-24 untuk tulangan polos dan U-39
untuk tulangan ulir.
Syarat-syarat yang digunakan menurut SKSNI -15-1991-03 sebagai
berikut:
1.
Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SKSNI -15-1991-03
dengan:
a. U-24 untuk tulangan polos,
b. U-39 untuk tulangan ulir.
2.
Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka untuk jangka
waktu yang panjang harus dicegah karena dapat menyebabkan
korosi.
3.
Batang-batang tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh
tanah.
4.
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas
dari kotoran – kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat
seperti retak.
5.
Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai gambar rencana.
6.
Pembengkokan dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan
dingin dan dengan cara yang tidak merusak.
7.
Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selama dan
sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya.
8.
Untuk mendapatkan selimut beton dengan ketebalan tertentu dan
sama harus dipasang beton decking (tahu beton). Tahu beton
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
86
berbentuk silinder terbuat dari campuran 1 pc : 3 ps dipasang 4
buah/m2 dan harus tersebar merata.
Gambar 18 : Baja tulangan
Sumber: dok.pribadi
F. Beton Ready Mix
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat di
pabrik dengan ketentuan mutu sesuai pesanan dan persyaratan yang
ditetapkan.
Beton ready mix didatangkan langsung ke proyek pembangunan
Fave Hotel dengan menggunakan mixer truck dengan adukan beton yang
siap tuang. Mutu beton ready mix yang digunakan pada proyek
pembangunan Fave Hotel adalah K-300 untuk pekerjaan pondasi, poer,
kolom, dan plat.
Gambar 19: Mixer truck
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
87
Sumber: dok.pribadi
G. Kayu dan multiplek
Kayu dan multiplek digunakan sebagai rangka bekisting. Kayu
yang digunakan pada proyek ini adalah kayu lokal, ukuran kayu
tergantung dari perencanaan struktur. Multiplek yang digunakan untuk
bekisting mempunyai ketebalan 12 mm untuk papan bekisting balok, dan
plat.
Gambar 20 : Kayu dan multiplek
Sumber: dok.pribadi
H. Kawat baja
Kawat baja di lapangan biasanya disebut bendrat yang terbuat dari
baja lunak dengan diameter minimal 1 mm.
Gambar 21 : Kawat baja
Sumber: dok.pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
88
I. Batu bata
Batu bata digunakan untuk pembuatan cetakan/ bekisting dan digunakan
untuk dinding bangunan. Adapun syarat – syarat batu bata yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Batu bata memiliki sudut yang siku dan runcing
2. Batu bata dibakar sempurna dan merata dengan ciri – ciri
berwarna merah tua
3. Batu bata tidak cacat, retak atau pecah
4. Memiliki permukaan yang kasar
5. Memiliki ukuran yang seragam yaitu 5 × 11 × 23 cm
Pemasangan batu bata harus memperhatikan syarat – syarat sebagai
berikut:
1. Sebelum dipasang, batu bata harus direndam atau disiram
dengan air hingga jenuh.
2. Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof hingga
ketinggian 20 cm di atas permukaan lantai dalam ruangan
digunakan adukan 1 PC : 3 pasir. Adukan untuk pasangan
lain 1 PC : 5 pasir.
3. Dalam sehari ketinggian pasangan bata tidak boleh
melebihi 1m dan pengakhiran pasangan bata harus dibuat
bergerigi.
4. Pasangan benang tidak boleh melebihi 30 cm di atas
pasangan bawahnya.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
89
5. Pada semua pasangan dinding setengah bata harus
digunakan bata yang utuh kecuali untuk bagian las – lasan
di bawah sudut / tepi dan ikatannya harus sempurna.
6. Untuk pasangan dinding bata yang luasnya lebih dari 12 m2
maka harus diberi tulangan praktis.
7. Semua pasangan bata yang baru tidak boleh terkena
matahari langsung dan harus dijaga dalam keadaan basah
selama 7 hari.
Gambar 22 : Batu bata
Sumber: dok.pribadi
4.4. PELAKSANAAN PROYEK
A. Finishing Arsitektural
1. Pekerjaan dinding
Dalam pekerjaan pembuatan dinding, secara garis besar
proses yang dilakukan adalah pemasangan batu-bata, pemlesteran
dan pengecatan.
a. Pekerjaan pasangan batu-bata
Batu bata merupakan salah satu unsur pembuatan
dinding
dalam
suatu
bangunan.
Dalam
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
Proyek
90
Pembangunan Fave Hotel Solo ini batu bata yang
digunakan berukuran standar 5 x 11 x 23 cm, mempunyai
sudut siku yang tajam, mempunyai bentuk persegi panjang,
dan tidak mengalami keretakan.
Berikut langkah-langkah pengerjaannya:
1) Hal yang pertama dilakukan adalah mengecek posisi
penempatan dinding yang akan dikerjakan dan chek
kondisi pondasi penempatan dinding apakah sudah
kondisi baik.
2) Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian
dilakukan pembuatan garis benang pada bagian
dinding yang akan dipasangkan. Untuk garis lurus
secara horizontal dilakukan pembuatan benang pada
salah satu sisi bagian pinggir bata yang akan
dipasang, dilakukan dengan penarikan benang dari
ujung ke ujung dinding. Untuk ketegakan dibuat
garis tegak lurus secara vertical terhadap benang
horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis
vertical dapat dibuat pada kolom yang ada ataupun
pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang
akan dipasangkan.
3) Jika benang horizontal pada pemasangan awal
sudah terpasang. kemudain mulai memasang bata
pada kedua ujung bagian dinding yang akan
dipasangkan, kemudian dilanjutkan
mulai satu
demi satu hingga tercapai sambungan dari ujung
keujung. Lakukan pengecekan leveling diatas batu
bata yang sudah terpasang dan pastikan semua
pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
91
sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk
memasang ketingkat berikutnya. Harus dipasikan
ketebal mortar harus tetap sama dan demikian juga
pengisian mortar antar bata harus sama.
4) Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian
bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat
dilakukan dengan memukul ujung bata dengan
pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat
dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam
keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering
maka mortar harus diambil dan diganti dengan
adukan/mortar baru.
5) Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa
rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih
atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir
pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus
segera di ratakan dengan menggunakan sendok
semen supaya permukaan tetap rata. Tidak boleh
dibiarkan sempat mengering karena hal ini sangat
mempengaruhi kerapian dan kerataan dinding saat
pelaksanaan plesteran.
6) Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan
bata yang sudah dipasangkan dan yang telah
terhubung dari ujung keujung bagian dinding yang
dipasangkan,
kemudian
harus
menarik
garis
horizontal dari ujung keujung pada garis vertical
yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding.
Pemasangan benang horizontal dapat dilakukan
setiap 50 cm . Pemasangan dilakukan dalam 1 garis
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
92
lurus sesuai dengan benang yang dipasangkan
sehingga didapatkan ketegakan dinding yang baik
dan kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas.
Gambar 23 : Dokumentasi Fave Hotel saat progres sampai pada pekerjaan
pasangan batu-bata
Sumber: dok.pribadi
Gambar 24 : Dokumentasi tampak samping Fave Hotel saat pekerjaan
pasangan batu-bata
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
93
Sumber: dok.pribadi
b. Pekerjaan acian
Dinding pasangan bata tidak boleh langsung
diplester, tetapi harus berselang 4 sampai 5 hari. Pada
Proyek Pembangunan Fave Hotel ini, plesteran untuk
dinding biasa 1 ppc : 5 ps, untuk pasangan trassram 1 ppc :
3 ps. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, tembok bata
harus disiram dulu dengan air dan harus dibuat dulu
kelabangan (alur plesteran) sesuai dengan tebal plesteran
yang diinginkan supaya mempermudah pekerjaan pleteran.
Plesteran diratakan dengan jidar yang terbuat dari kayu
supaya plesteran yang dihasilkan tidak bergelombang.
Setelah plesteran kering dinding tersebut harus diaci
terlebih dahulu sebelum diplamur dan kemudain dicat.
Langkah-langkah pengerjaan plesteran:
1) Sebelum melakukan plesteran terlebih dahulu dibuat
caplakan dan kelabangan. Caplakan adalah titik-titik
acuan yang sudah di plot dengan benang sehingga
posisinya
sudah
tegak
lurus
dengan
lantai.
Kelabangan adalah plesteran vertikal yang dibuat
dari satu caplakan ke caplakan dibawahnya.
Kelabangan bisa dibuat setelah caplakan mengeras;
2) Pelepohan dilakukan dengan cara mengambil mortar
menggunakan cetok kemudian dilemparkan dengan
cepat pada pasangan bata yang sebelumnya sudah
dibasahi. Setelah pelepohan selesai dilakukan
perataan menggunakan kasau dan ruskam;
3) Pekerjaan acian dilakukan setelah plesteran selesai.
Acian adalah lapisan tipis dari pasta semen yang
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
94
bertujuan memadatkan permukaan dinding yang
benar-benar halus.
Gambar 25 : Tembok yang sudah diberi acian
Sumber: dok.pribadi
Selama proyek berjalan, sebagian besar tembok dibiarkan
pada proses pengacian dan tidak dicat. Pengecatan
dilakukan apabila pemasangan lantai dan kegiatan instalasi
mekanikal elektrikal telah mencapai progres 80%. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari perlunya pengecatan ulang
akibat noda-noda proyek yang mengotori dinding.
c. Pekerjaan pengecatan
Pekerjaan pengecatan dilakukan apabila progres
pekerjaan mekanikal elektrikal sudah mencapai 80%, dan
sebagian besar plafon telah ditutup. Dalam artian, sebagian
besar pekerjaan mekanikal elektrikal yang membutuhkan
banyak pembongkaran dan sekiranya berpotensi mengotori
dinding, sudah hampir selesai.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
95
Terbukti pada proyek Fave Hotel ini, pada saat
pekerjaan pengecatan berlangsung, masih ada beberapa titik
plafon yang belum tertutup sempurna yang menandakan
bahwa beberapa pekerjaan mekanikal elektrikal masih
belum selesai di titik tersebut.
Pekerjaan pengecatan yang berlangsung di Fave
Hotel ada tiga macam:
1) Pengecatan dinding
Finishing dinding setelah tahap acian.
Gambar 26 : Tembok yang sudah di-finishing cat)
Sumber: dok.pribadi
2) Pengecatan kusen pintu jendela.
Setelah melalui proses pendempulan, selanjutnya
adalah
memberikan
finishing
cat
dengan
menggunakan cat spray. Warna yang digunakan ada
dua yaitu broken white untuk dasaran dan warna
fuchsia sebagai warna signature Fave Hotel.
Tidak hanya pintu, namun juga kusen jendela, dicat
pula dengan warna broken white dengan metode
yang sama.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
96
Untuk dapat mewarnai dengan rata, para tukang
menggunakan
kertas
koran
sebagai
bantuan
membuat garis lurus dengan cat spray.
Gambar 27 : Pekerjaan cat pada pintu (kiri), Pintu yang
telah selesai dicat (kanan)
Sumber: dok.pribadi
3) Pengecatan pipa
Untuk
memudahkan
maintenance
dengan
memberikan warna yang berbeda untuk tiap pipa
dengan
fungsinya
masing-masing.
Pengecatan
dilakukan dengan menggunakan cat spray.
Gambar 28 : Pekerjaan pengecatan pipa
Sumber: dok.pribadi
Berbagai produk cat yang digunakan dalam proyek Fave
Hotel adalah sebagai berikut:
•
Dinding Cat Minyak V-Gloss
Type : Papyrus Iced 46626
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
97
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Orchid White A911-44523
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Kitten White 30 YY 78 / 035
•
Finishing Cat Weathershield
Type : Icon Grey 00NN 31 / 000
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Quiet Solitude 03YY 86/021
•
Finishing Cat Weathershield
Type : Fossil Grey 30 YY 56 / 060
•
Finishing Cat Pentalite Light & Space Artistik
Type : Floral Paradise LS 0850
•
Finishing Cat Pentalite Artistik
Type : Fuchsia Berry 40RR 11/430
•
Finishing Cat Pentalite Artistik
Type : Angel's Gaze 70 RB 83/017
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Foggy Promenade 10 RB 53/115
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Casa Royale 90 RB 12/225
•
Finishing Cat V-Gloss
Type : White 9000
•
Finishing Cat Pentalite
Type : Brilliant White 2290
•
Dinding Cat Minyak V-Gloss
Type : Pewter Grey 40698
•
Finishing Cat Pentalite / setara
Type : Seashell 44806
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
98
Mengenai detil cat pada tiap bagian interior, akan
dilampirkan pada bagian lampiran.
2. Pekerjaan Lantai
Di dalam proyek Fave Hotel terdapat dua jenis pekerjaan lantai
yakni lantai yang ditutup keramik, dan lantai yang diratakan
dengan semen untuk selanjutnya ditutup dengan karpet.
a. Pekerjaan lantai keramik.
Langkah-langkah pemasangan keramik lantai:
1) Merendam keramik di dalam air. Hal ini akan
membuat keramik menjadi lebih elastis dan lebih
mudah menempel pada saat pemasangan.
2) Memerhatikan kualitas keramik. Keramik kualitas
rendah akan susah memasang secara presisi. Untuk
itu, nat keramik harus dipasang longgar karena
masing-masing keramik memiliki selisih 0.2–0.5
mm sehingga tidak saling bertubrukan.
3) Mengoleskan air semen. Membilaskan semen yang
sudah dicampur air sedikit ke bawah keramik. Hal
ini akan membuat daya rekat keramik ke adukan
benar-benar lengket.
4) Membersihkan dari kerikil. Adukan dan dasar lantai
yang akan dipasang harus bersih dari kerikil, batu,
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
99
atau ganjalan lain yang akan membuat rongga di
bawah keramik.
5) Memadatkan secara rata. Mengetuk keramik yang
baru dipasang dan memastikan tidak ada yang
kopong atau bagian dasar berongga karena itu akan
membuat
keramik
lepas
di
kemudian
hari.
Memeriksa ketinggiannya apakah sudah sama rata
dengan benang yang ditarik untuk menentukan
ketinggian lantai.
6) Nat keramik dipasang belakangan. Tidak pasang
semen oker atau nat pada sisi keramik saat itu juga
melainkan membiarkannya selama dua atau tiga
hari. Hal ini akan membuat sisa udara yang
mengendap akan keluar melalui nat yang belum
ditutup. Setelah itu baru diberi semen nat dan tidak
lupa membersihkan nat yang masih kosong dari
kotoran yang mengendap.
7) Jangan diinjak-injak. Perlu mengamankan areal
keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang
selama 2–3 hari. Keramik akan ambles karena
adukan di bawahnya masih belum kuat untuk
dibebani.
8) Memeriksa
kembali.
Dalam
sebuah
areal
pemasangan 3×3 m biasanya terdapat 3–5 keramik
yang kopong. Untuk itu segera bongkar dan ulangi
pemasangannya.
Dalam proyek Fave Hotel keramik yang digunakan adalah:
•
Keramik 40 cm x 40 cm
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
100
Type : Chrysant Bone G 447311
•
Skirting Keramik 40 cm x 40 cm
Type : Chrysant Bone G 447311
•
Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Minima Origine G227196
•
Skirting Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Minima Origine G227196
•
Keramik 20 cm x 25 cm
Type : Spektrum Bright W25706
•
Homogeneous Tile 60 cm x 60 cm (Polish)
Type : Modena Rock
•
Homogeneous Tile 10 cm x 30 cm (Polish)
Type : Prada
•
Skirting Homogeneous Tile 10 cm x 30 cm (Polish)
Type : Prada
•
Homogeneus Tile 10 cm x 40 cm
Type : Prada
•
Homogeneus Tile 80 cm x 80 cm
Type : Firenze
•
Skirting Homogeneus Tile 10 cm x 80 cm
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
101
Type : Firenze
•
Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Venere Charcoal G227062
•
Skirting Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Venere Charcoal G227062
•
Keramik 25 cm x 25 cm
Type : 26206 Rhapsody White
•
Fin Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Lucido Avorio W20114
•
Keramik 25 cm x 45 cm
Type : W 45206 Rhapsody White
•
Keramik 25 cm x 45 cm
Type : W 45341 Festival Lavender
•
Keramik 16.2 cm x 65.6 cm
Type : G165600R madera Brown
•
Skirting Keramik 10 cm x 65,6 cm
Type : G165600R madera Brown
•
Keramik 20 cm x 20 cm
Type : Minima Bianco G227106
•
Step Nosing 10 cm x 30 cm
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
102
•
Homogeneous Tile 60 cm x 60 cm (Matt)
Type : Classic White
•
Skirting Homogeneous Tile 10 cm x 60 cm (Matt)
Type : Classic White
b. Lantai beralas karpet
Langkah-langkah pemasangan karpet adalah pertama-tama
pada bahagian yang
akan diberi karpet dilakukan
peninggian ketinggian lantai terlebih dahulu.
Gambar 29 : Aplikasi semen untuk menaikkan ketinggian
lantai
Sumber: dok.pribadi
Setelah dilakukan peninggian ketinggian lantai, selanjutnya
dilakukan perataan permukaan agar karpet dapat dipasang
tanpa melembung karena permukaan yang tidak rata.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
103
Gambar 30 : Lantai yang sudah rata sebagian
Sumber: dok.pribadi
Aplikasi karpet pada proyek Fave Hotel adalah pada titik
tertentu yaitu:
1) Koridor antar kamar
Gambar 31 : Karpet koridor antar kamar
Sumber: dok.pribadi
2) Multi function room
Gambar 32 : Karpet multi function room
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
104
Sumber: dok.pribadi
3) Koridor antar meeting room
Gambar 33 : Karpet koridor meeting room
Sumber: dok.pribadi
Jenis karpet yang digunakan untuk ketiga lokasi tersebut
pun
memiliki
motif
yang
sama.
Karpet
tersebut
menggunakan bahan dasar nilon. Karpet dengan bahan ini
cukup baik jika ruang itu sering terkena kotoran. Umumnya,
kotoran tidak dapat melekat pada bahan nilon sehingga,
ketika dibersihkan dengan vacuum cleaner, kotoran akan
mudah terisap atau terangkat. Kelebihan lain dari karpet ini,
bulu-bulunya yang berdiri juga tidak mudah jatuh. Karpet
pun selalu terasa empuk. Dengan bahan nilon, warna karpet
akan terlihat cerah maka digunakan pada area publik
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
105
Gambar 34 : (kanan) bagian atas, (kiri) bagian
bawah/alas
Sumber: dok.pribadi
3. Pekerjaan Plafon
Pekerjaan plafon diselesaikan dalam tiga tahapan:
a. Pemasangan rangka
Rangka yang digunakan adalah jenis rangka metal
furing. Untuk ruangan dengan rencana plafon sederhana,
pemasangan rangka metal furing dapat dilakukan secara
langsung.
Namun untuk ruangan dengan desain rencana plafon
yang rumit / unik dengan motif desain tertentu yang
cenderung rumit, maka terlebih dahulu tukang merangkai
rangka metal furing tersebut mengikuti bentuk motif desain.
Rangka dengan motif desain yang spesifik ini dipasang di
belakang, yaitu setelah bagian yang sederhana telah selesai
dipasang. Dengan cara ini, kesulitan pemasangan karena
rumitnya
bentuk
desain
dapat
direduksi
karena
pengerjaannya dilakukan di bawah.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
106
Gambar 35 : Rangkaian rangka metal furing (kiri),
Proses merangkai rangka metal furing sesuai rencana
plafon (kanan)
Sumber: dok.pribadi
Gambar 36: proses pemasangan rangka plafon Coffee
Shop
Sumber: dok.pribadi
b. Pemasangan gypsum board
Setelah rangka metal furing terpasang, selanjutnya adalah
memasang gypsum board. Pada proyek Fave Hotel ini, jenis
gypsum board yang digunakan adalah Gypsum Board T.9
mm List Profile type : Z profile for shadow line dengan
merek Jayaboard.
Langkah-langkah
pemasangan
gypsum
board
adalah
sebagai berikut:
1) Setelah rangka metal furing selesai dipasang,
selanjutnya gypsum board dipasang dengan mengait
pada baut.
Gambar di bawah ini menunjukkan pemasangan
gypsum board pada koridor antar kamar yang belum
sepenuhnya tertutup, hal ini dikarenakan penutupan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
107
plafon harus memastikan instalasi perpipaan di
atasnya telah 100% selesai, padahal pada titik yang
tergambar di bawah ini, ada beberapa perpipaan
yang belum terselesaikan. Bila plafon terlanjur
ditutup
sementara
masih
ada
yang
belum
terselesaikan, kontraktor akan terkena charge biaya
tambahan.
Gypsum board ini akan dilubangi apabila
hendak memasang lubang double frame main hole,
instalasi
speaker,
lampu
downlight,
sprinkler
maupun exhaust.
Gambar 37: Pemasangan gypsum board
Sumber: dok.pribadi
2) Setelah gypsum board selesai dipasang, selanjutnya
adalah aplikasi material “dempul” untuk menutup
kaitan baut dan menghaluskan permukaan yang
kurang sempurna sebelum dicat.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
108
Gambar 38 : Aplikasi dempul pada gypsum board
Sumber: dok.pribadi
c. Cat/finishing
Setelah gypsum board terpasang dan didempul, selanjutnya
diberi finishing cat. Pada proyek Fave Hotel ini
menggunakan finishing cat pentalite type : Brilliant White
2290. Beberapa bagian plafon diberi aksen lampu pendar
untuk memperindah suasana.
Gambar 39 : Aksen lampu pada plafon
Sumber: dok.pribadi
B. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
1. Instalasi Tata Udara
Pada proyek Fave Hotel Solo Baru ini unit kamar hotel
menggunakan model AC split duck, dimana tiga buah unit AC split
duck indoor mampu di handle oleh sebuah unit AC outdoor, begitu
juga dengan koridor. Untuk AC model ini pengontrolan suhu
menggunakan thermostat yang dipasang di sebelah kamar tidur.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
109
Gambar IV – 39 : (ki-ka)AC Split Duck, thermostat
Sumber: dok.pribadi
Gambar 41 : unit outdoor
Sumber: dok.pribadi
Gambar 42 : skema tata udara
Sumber: gambar kerja ME
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
110
2. Instalasi listrik
a. Pekerjaan pemasangan panel daya
Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan
minimum 1.7 mm. Kabinet untuk panel daya/kontrol harus
mempunyai
ukuran
yang
proporsional
seperti
dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut
kebutuhan, sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang
dipakai tidak perlu sesak. Frame/rangka panel harus
ditanahkan atau dipasangi ground, hal ini dimaksudkan agar
panel kabinet yang terbuat dari plat baja tadi mampu
mengalirkan kebocoran listrik dari alat-alat listrik yang
telah terinstal didalam kabinet.
Gambar 43 : (kiri) kabinet panel, (kanan) main panel
Sumber: gambar kerja ME
Hal tersebut juga termasuk salah satu syarat kemanan dari
pihak Depnaker, dimana nantinya pihak yang bertugas memaintenance panel listrik tidak tersengat listrik akibat
kebocoran alat-alat listrik didalam kabinet panel daya. Pada
kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang,
mendukung dan menyetel panel daya serta penutupnya.
Kabinet dengan kawat – kawat through feeder harus diatur
dengan baik, rapi, dan benar sesuai dengan gambnar kerja
yang telah direncanakan oleh pihak konsultan ME.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
111
a) Finishing
Semua rangka, penutup, cover plat dan pintu panel
listrik seluruhnya harus dibuat tahan karat dengan
diberi cat dasar atau primecoating dan diberi
pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan warna
dan merek cat sebelumnya harus dimintakan
persetujuannya ke Direksi/Pengawas. Pengecatan
harus
tahan
karat,
dikerjakan
dengan
cara
galvanized cadmium plating atau dengan zinc
chromate primer dan dicat dengan cat akhir sistem
bakar (oven).
b) Kunci
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci “cath
and flat key lock”. Jenis kunci untuk setiap kabinet
harus dari tipe “common key”, sehingga kunci
untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada masingmasing kabinet harus disediakan dua anak kunci.
c) Tinggi pemasangan kabel
Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga
setiap peralatan di dalam panel dengan mudah
masih
dapat
tipe/macam
dijangkau.
panel,
Tergantung
bila
alas/pondasi/penumpu/penggantung.
pada
dibutuhkan
Kontraktor
harus menyediakan dan memasang, sekalipun tidak
tertera pada gambar.
d) Label
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
112
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch,
fuse unit, isolator switch group, pemutus daya
(CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi
label
sesuai
dengan
mengindikasikan
/
fungsinya
untuk
mengidentifikasikan
penggunaan / nama alat tersebut. Label ini terbuat
dari bahan logam anti karat dengan huruf / huruf
hitam.
Gambar 44 : Label
Sumber: gambar kerja ME
b. Pemasangan cabel tray dan ladder
Cable
ladder
dipasang
di
menggunakan 3 buah dynabolt
dinding
shaft
dengan
sedangkan cable tray
digantung pada dak beton menggunakan bunder berulir
anti karat. Ukuran dan type cable ladder dan cable tray
disesuaikan dengan yang tercantum dalam gambar rencana
dan harus dihubungkan dengan Grounding.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
113
Gambar 45 : kable tray, dinabolt, kabel ladder
Sumber: gambar kerja ME
c. Pemasangan kabel listrik
Dalam pemasangan instalasi kabel listrik terdapat 3 macam
jenis yang dibagikan menurut fungsinya yaitu:
A. Pemasangan instalasi kabel listrik
B. Pemasangan instalasi lampu/armature
C. Pemasangan instalasi stop contact
Berikut detail tiap-tiap langkah pemasangan instalasi
tersebut
A. Pemasangan instalasi kabel listrik
a) Dibuat marking pada plat lantai untuk jalur pipa
konduit yang akan digunakan untuk jalur pipa
instalasi kabel listrik
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL 114
Pemasangan klam SOLOBARU
Pemasangan pipa
Cable tray
Marking pada plat
lantai
b) Pasang Pipa konduit sesuai dengan jalur
marking yang telah dibuat dengan menggunakan
klam yang berwarna sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
c) Memasang kawat pemancing untuk menarik
kabel
Memasukan kawat
pemancing
d) Sambung ujung kabel dengan ujung kawat
pancing, kemudian tarik kawat pancing untuk
menarik kabel instalasi tersebut
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
Memasukan kawat pemancing
dengan kabel
115
e) Potong kabel listrik sesuai dengan kebutuhan
Memotong kabel
f) Hubungkan jalur instalasi titk peracabangan
didalam tee-dos, lalu tutup sambungan dengan
menggunakan lasdop.
Pemasangan tee dos
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
116
g) Pengukuran resistansi kabel instalasi yang telah
terpasang, termasuk kualitas sambungan pada
tiap tee-dos.
Pengukuran resistansi
h) Setelah semua jalur instalsi selesai dipasang dan
hasil pengukuran resistansi diperoleh hasil yang
baik, rapikan semua jalur instalasi dan tutup
semua teedos yang ada.
Penutupan jalur instalasi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
117
Gambar 46 : Instalasi listrik yang sudah terpasang
Sumber: gambar kerja ME
3. Instalasi Fire Alarm
a. Bahan dan peralatan
1) Unit alarm bell
2) Kabel listrik
3) Klam
4) Pipa PVC
b. Rencana instalasi
Heat detector
Addressable
panel
Smoke detector
Cable tray
Alarm bell, indicating lamp,
manual break glass
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
118
Bagan IV – 1 : Skema instalasi fire figting system
Sumber: Analisa pribadi
Kabel bell alarm disambungkan ke terminal box fire alarm
yang ada tiap lantai. Dari terminal fire box alarm, kabelkabel disambungkan di addressable panel yang berada
diruang kontrol.
c. Teknis pemasangan
1) Listrik dari panel utama disalurkan melalui tray diruang
panel tiap lantai.
2) Kemudian disalurkan ke pipa-pipa PVC yang dikaitkan
ke plat lantai dengan klam untuk menunjukan bahwa
pipa tersebut merupakan kabel alarm kebakaran.
3) Ketika kabel-kabel utilitas sudah dipasang dan masuk
ke dalam pipa, plafon mulai dipasang.
4) Memasang dan menyambungkan unit alarm kebakaran
dengan kabel kemudian di pasang pada plafon yang
telah ditentukan.
5) Menutup unit alarm tersebut dengan pentutup.
6) Semua aktifitas speaker dikendalikan di ruang server
room and file yang terletak di lantai semi basement.
4. Instalasi Tata Suara
a. Bahan dan peralatan:
1) Speaker system type ceilling
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
119
2) Kabel listrik
3) Pipa conduit
b. Rencana instalasi
Bagan IV – 2 : Skema instalasi tata suara
Sumber: Analisa pribadi
Tata suara pada Fave Hotel Solo Baru ini
menggunakan ceilling speaker dan horn speaker. Tata suara
ini
difungsikan
untuk
fasilitas
music/radio,
paging/pemanggilan, dan emergency sirine. Fasilitasfasilitas tersebut disambungkan ke mixer pre amp
kemudian selectorswitch lalu ke power amp.
Dari power amp, sambungan diteruskan ke speaker
selector dan MDF TS. MDF TS lalu mendistribusikan suara
ke speaker-speaker lantai yang dituju. Selain itu MDF TS
juga menerima input dari meja informasi. Semua sistem
tata suara dikontrol melalui ruang server room and files.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
120
Gambar 47 : Posisi server room
Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama
Server room and files pada Fave Hotel sendiri
terletak di area kantor dan hanya bisa diakses oleh orangorang internal kantor. Sehingga keberadaan dan aktivitas
tidak menganggu kenyamanan hotel serta memiliki
kemudahan akses bagi operatornya.
Di dalam server room ini nantinya tidak hanya
mengatur tata suara, tetapi juga server pengaturan TV,
telepon dan ruang arsip utama untuk menyimpan keperluan
arsip kantor.
c. Teknis pelaksanaan
1) Kabel tata suara disalurkan melalui tray dari ruang server
and file ke ruang panel.
2) Kemudian disalurkan ke pipa-pipa konduit pada plat lantai.
3) Setelah itu ceiling speaker dipasang pada plafond koridor
dan foyer kamar hotel.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
121
Gambar 48 : Rencana perletakan ceiling speaker
Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama
5. Instalasi Telepon dan Internet
Bagan IV – 3 : Diagram instalasi telepon
Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama
Pada proyek Fave Hotel Solo Baru ini, pihak management
hotel meminta 20 line telepon agar mampu menghandle telepon
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
122
masuk yang relatif banyak. Dari Telkom sebanyak 20 line masuk
ke MDF TP lalu diteruskan ke PABX/private automtic branch
exchanger. Sumber energi PABX didapat dari PLN melalui unitunit panel. Dari PABX kemudian kembali ke MDF TP/main
distribution frame untuk disalurkan ke terminal box tiap-tiap lantai
hingga akhirnya sampai ke unit-unit telepon per kamar. Semua
aktifitas telepon dipantau dan dikontrol melalui ruang server dan
files.
Kabel yang menjulur ini
nantinya akan tersambung
dengan pesawat telepon tiap
kamar.
Gambar 49: Kabel telepon
Sumber: dok. Pribadi
6. Instalasi CCTV dan MATV
a. CCTV
Pada proyek kali ini Fave Hotel menggunakan cctv tipe fix
sebanyak 27 buah dan tipe rotate 3 buah. Dari unit CCTV tiap lanti
lalu citra yang ditangkap oleh sensor cahaya lalu diproses menjadi
data oleh CCTV dan diteruskanke digital multiplexer recorder
sebanyak 2 buah. Melaui digital multiplexer inilah kemudian tiaptiap channel unit CCTV ditampilkan ke dalam monitor secara
multiscreen, artinya dalam satu layar mampu menampilkan
beberapa sumber CCTV. Selanjutnya data yang diterima monitor
multi screen diteruskan ke video matrix switch proccessor untuk
kemudian dibagi ke still/spot monitor, sequence monitor, dan pc
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
123
untuk kemudian data-data yang direkam tersebut dapat diolah
apabila diperlukan.
Bagan IV – 4 : Diagram instalasi CCTV
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
b. MATV
MATV atau Master Antenna Television adalah sistem untuk
pelayanan televisi yang menggambil sinyal dari beberapa
anntena atau parabola. Pada Proyek Fave Hotel Solo Baru ini,
penangkap sinyal tv menggunakan 2 buah antenna UHF,
antenna VHF, satelit cakrawala untuk Indovision, dan parabola
6ft untuk menangkap jalur asiasat III.
Gambar 50 : Proses pemasangan server antena TV
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
124
Sumber: dok. Pribadi
Bagan Gambar IV – 5 : Diagram instalasi MATV
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
Gambar 51 : Plug in untuk antena TV
Sumber: dok. pribadi
7. Instalasi Plumbing
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
125
Pengertian plumbing (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
sebagai Plumbing) secara umum adalah sistem penyediaan air
bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Secara
khusus, pengertian plumbing merupakan sistem pempipaan dalam
bangunan yang meliputi sistem pemipaan untuk:
• Penyediaan air minum
• Penyaluran air buangan dan ven
• Penyediaan air panas
• Penyaluran air hujan
• Pencegahan kebakaran
• Penyediaan gas
• AC (air conditioner)
Fungsi plumbing antara lain adalah penyediaan air bersih, yaitu
menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki dengan
tekanan yang cukup agar ketika keluar dari kran, maka air masih
mempunyai tenaga yang cukup kuat. Selain itu adalah penyaluran
air buangan yaitu membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa
mencemarkan bagian penting lainnya. Dengan sistem plumbing
yang baik maka diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang
sehat pula.
Sistem plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam pembangunan suatu gedung. Oleh sebab itu, perencanaan
dan perancangan sistem plumbing harus dilakukan bersamaan dan
sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan
gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama
hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
126
peralatan lainnya yang ada di dalam gedung tersebut (seperti
pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain). Hal-hal yang perlu
diketahui dalam perencanaan suatu sistem plumbing adalah jenis
dan penggunaan bangunan, denah bangunan, dan jumlah penghuni.
Tahapan dari pekerjaan perencanaan plumbing adalah sbb :
1) Mengetahui fungsi bangunan
2) Penetapan jenis peralatan plumbing
3) Penetapan jumlah peralatan plumbing
4) Rencana jaringan pipa plumbing
5) Penetapan dimensi pipa plumbing (dimensioning )
6) Rencana perletakan peralatan plumbing
7) Penggambaran rancangan teknik terinci plumbing
Pemasangan peralatan plumbing ada 2 cara yang dapat ditempuh,
yaitu :
• Pemasangan kasar, yaitu peralatan plumbing dipasang
bersamaan dengan berkembangnya konstruksi bangunan
• Pemasangan halus, yaitu pemasangan peralatan plumbing
dilakukan setelah konstruksi bangunan selesai, sehingga
menghindari terjadinya kerusakan peralatan plumbing
akibat pembangunan konstruksi.
Dalam perencanaan bangunan diperlukan pipes gallery. Yang
dimaksud pipes gallery adalah suatu ruangan yang khusus
disediakan untuk pempipaan plumbing. Pemasangan pipa plumbing
pada dinding tidak diperbolehkan terlalu banyak, karena akan
menambah beban pada dinding, sehingga bila bebannya besar
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
127
dinding dapat bergeser. Karena itu, jalur pipa sebaiknya dibuat
melalui pipes gallery dan menghindari dinding.
Ada 2 jenis pipes gallery, yaitu :
1) Vertical pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang tegak
(sejajar dengan ruangan lain)
2) Horizontal pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang terletak
di bawah lantai, di atas plafon.
Ukuran pipes gallery harus memungkinkan orang masuk untuk
melakukan reparasi pipa
Dalam merencanakan sistem ini tidak terlepas dari masalahmasalah yang akan dihadapi, baik perencanaan maupun dalam
perhitungan dimensi. Masalah-masalah tersebut diantaranya:
1. Penentuan jalur
Dalam menentukan jalur sistem plumbing air bersih, air
buangan, dan ven tidaklah mudah. Jalur yang akan dibuat
hendaklah seefisien mungkin baik panjang maupun
fitting yang akan digunakan pada sistem plumbing
tersebut.
2. Perhitungan Sistem Plumbing
Perhitungan yang dilakukan pada sistem plumbing ini
meliputi perhitungan jumlah alat plumbing yang
digunakan,
perhitungan
kapasitas
reservoir,
dan
perhitungan dimensi pipa.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
128
Masalah yang dihadangi dalam perhitungan ini biasanya
kekurangtelitian dalam melakukan perhitungan tersebut,
hal ini dikarenakan banyaknya data yang dihitung dan
tabel yang digunakan. Selain itu kurang menguasai
rumus-rumus yang digunakan, sehingga sering terjadi
kesalahan dan lama dalam melakukan perhitungan.
3. Penggambaran Sistem Plumbing
Gambar-gambar yang harus dibuat dalam sistem ini,
meliputi denah, isometri, dan detail-detail. Masalah yang
timbul dalam penggambaran ini adalah penentuan skala
yang baik, sehingga akan mempengaruhi gambar yang
dibuat. Jika skala yang dibuat terlalu kecil maka susah
dalam menggambarkan sistem itu dan tidak akan bisa
menggambar semua sistem plumbing dalam satu denah.
Selain itu sering pula dalam penggambaran kurang
memperhatikan ukuran yang mengakibatkan gambar
kurang enak dipandang.
Berikut adalah proses pengerjaan sistem plumbing pada
Fave Hotel Solo Baru yang dikerjakan oleh kontraktor
utama yaitu CV Sarana Bangun Pratama.
a) Marking
Yakni penggambaran marking jalur pipa sesuai soft drawing
sesuai gambar dari konsultan ME dalam hal ini adalah PT
Rayosa Cipta Mandiri dan kemudian dikoordinasikan
dengan jalur pekerjaan lain seperti jalur Tray Cable. Hal ini
sering terjadi perbedaan antara perhitungan perencana dan
pengerjaan dilapangan karena begitu banyaknya item, table,
dan volume pipa yang harus diperhitungkan.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
129
Pembuatan marking
plumbing
b) Pengeboran plat lantai
Bor plat lantai untuk memasang gantungan pipa air bersih.
Yang mana nantinya pipa akan digantungkan pada plat
lantai agar ketika air gaya yang terdapat pada air akan
tersalurkan dengan bebas sehingga mengurangi beban pada
plat lantai.
Pengeboran plat lantai
Gantungan untuk pipa
c) Pemasangan pipa
Pasang pipa yang telah dicat sesai fungsinya dan sesuai
ukuran pada soft drawing, pemasangan menggunakan
gantungan untuk pipa dalam posisi horizontal dan
menampel pada dinding shaft dengan diklem untuk pipa
pada posisi vertikal.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
Penggantungan pipa
130
d) Penyambungan pipa
Karena jalur yang digunakan relatif sangat panjang, maka
diperlukan sambungan untuk pipa yang telah terpasang pada
gantungan. Dalam proyek kali ini penyambungan pipa
diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan diameter 2,5
inchi ke atas dengan las.
Sambungan pipa plumbing
e) Pengecekan
Selanjutnya adalah mengecek kemiringan pipa plumbing
tersebut dengan menggunakan benang ataupun water pass
agar kemiringan pipa sesuai dengan rencana yang telah
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
131
dibuat oleh pihak konsultan. Lalu dilanjutkan dengan
pengecatan ulang pada sambungan tadi.
Pengukuran kemiringan
pipaTes
dengan
waterpass
f)
tekanan
Pengecatan sambungan
Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi
yang berlaku. Tes tekan ini berfungsi untuk mengetahui
agar nantinya air dapat terdistribusikan secara lancar dan
merata pada seluruh bangunan hotel. Pada proyek Fave
Hotel Solo Baru ini, menggunakan tekanan lebih besar atau
sama dengan 12bar.
Gambar 52 : Supervisor dan pengawas mengetes tekanan
Sumber: dok. pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
132
Gambar 53: Tekanan menunjukkan angka 12 pada pressure
gauge
Sumber: dok. pribadi
Pada prosedur testing pekerjaan plumbing dilakukan secara
partial dan sistem (pipa, valve dan pompa). Prosedur testing
dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam
instalasi dan kebocoran pada pipa serta membersihkan pipa
dari sisa-sisa kotoran. Prosedur testing dilakukan untuk
menjaga pompa dan valve berfungsi dengan baik.
Prosedur testing:
• Tes pada pipa :
- Tes Tekan Pipa dengan air untuk mengetahui
ketahanan pipa terhadap tekanan.
a. Partial Test :
Test dilakukan pada sebagian sistem, misal pada
satu toilet
b. System Test :
Test dilakukan pada seluruh sistem
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
133
• Tes pada Valve :
- Tes Tekan Pipa dengan air untuk mengetahui
ketahanan pipa terhadap tekanan.
• Tes pada Pompa :
- Running tes pompa untuk mengetahui fungsi
pompa.
8. Elevator
Salah satu sarana yang harus ada pada bangunan tinggi
adalah
transportasi
vertikal.
Dimana
transportasi
vertikal
diperlukan untuk menunjang pergerakan manusia dari lantai ke
lantai yang sangat tidak efektif jika bangunan berlantai banyak
hanya menggunakan tangga. Pada proyek fave hotel ini
menggunakan 3 buah elevator dengan merk Hyundai, dimana 1
buah untuk barang dan 2 buah untuk penumpang. Letak elevator
relatif mudah dijangkau, yakni berseberangan dengan receptionist.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
134
Gambar 54 : Lokasi lift pada lobby
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
Elevator yang digunakan pada Fave Hotel ini memiliki
kecepatan 5m/s dengan estimasi waktu tunggu antara 40-70 detik.
Pengerjaan elevator pada proyek ini disubkontrak kan oleh
kontraktor utama yaitu CV Sarana Bangun Pratama. Berikut proses
pengerjaan elevator:
a. Hosting lift equipment.
Persiapan alat-alat penarik seperti chain block dan wire rope
sesuai dengan kapasitas yang direncanakan oleh konsultan.
Setelah persiapan alat-alat tersebut baru kemudian menaikkan
traction machine berikut beam machine ke rooftop. Lalu
kemudian menaikkan controller dan governor machine lagi-lagi
ke rooftop. Setelah itu menaikkan landing sill, header, jamb,
door ke setiap lantai.
Gambar 55 : Lubang lift
Sumber: dok. Pribadi
b. Pemasangan Template
Mengadakan koordinasi antara pihak kontraktor dan pihak
teknisi lift untuk pengukuran pit lift yang aktual dan penentuan
as gedung dan level lantai yang dipakai sebagai dasar
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
135
penentuan template. Selanjutnya memasang balok dan papan
template di bawah ruang mesin dan di dasar pit lift. Kemudian
menyeting plumb lines untuk : Landing sill dan Guide Rail :
car & Counterweight. Selanjutnya adalah membuat data
pengukuran dan dikordinasikan antara kedua pihak tersebut.
Gambar 56 : Guide rail
Sumber: dok. pribadi
c. Pemasangan peralatan di ruang mesin.
Pemasangan beam mesin, traction machine dan governor
machine yang berpatokan pada template (plumb lines).
Kemudian setting controller, pemasangan cable duct, dan
wiring.
d. Assembling counterweight
Proses selanjutnya ialah assembling counterweight. Guna dari
counterweight ini ialah melakukan gaya perlawanan terhadap
kotak lift agar seimbang baik ketika lift melakukan perjalanan
naik atuapun perjalanan turun. Selain itu, counterweight
berguna untuk meringankan kinerja motor yang ada, maka
digunakan counterweight, dimana beratnya biasanya sama
dengan berat kotak lift yang kosong plus 40-50% kapasitas lift
tersebut. Counterweight diletakan didalamlift pit dengan rel
terpisah dari rel untuk lift. Dimana apabila lift nya turun, maka
counterwightnya akan naik, begitu juga sebaliknya . Selanjutnya
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
136
adalah pemasangan balok penyangga counterweight lalul
pemasangan dan adjusment guide shoes dan pengisian weight.
Gambar 57 : Counterweight
Sumber: dok. pribadi
e. Assembling car
Selanjutnya
adalah
assembling
car.
Pertama-tama
mempersiapan dudukan balok untuk bottom channel diikuti
dengan setting bottom chanel dan safety device. Berikutnya
adalah pemasangan dan setting up-right dan top channel.
Kemudian disusul dengan pemasangan dan adjusment car
guide shoes dan kick plate. Kemudian pemasangan car wall,
return panel dan entrance column. Untuk bagian atas kotak lift
dipasang top and suspended ceiling agar kotak lift menjadi
aman. Untuk control kotak lift selanjutnya dipasang car
operating panel pada tiap tiap lantai, pemasangan car header,
car door landing device. Dan yang terakhir adalah roping dan
compesating roping.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
137
Dinding kotak lift
dibungkus oleh plastik.
Setelah selesai instalasi,
maka plastik akan dibuka
Gambar 58 : Pintu Lift
Sumber: dok. pribadi
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam desain elevator
counterweight dirancang dengan berat car beserta 1/2 dari
kapasitasnya. Sehingga dengan jumlah 1/2 dari kapasitasnya
maka berat kedua sisi akan seimbang. Masalahnya berat dari
kedua sisi akan berubah dengan bergeraknya car keatas dan
kebawah. Hal ini disebabkan perpindahan berat dari roping kesisi yang lainnya. Secara desain diatas kertas berat dari rope
sendiri tidak diperhitungkan, tetapi pada keadaan aktual, berat
dari roping akan cukup significant.
Bisa dibayangkan berapa variasi berat yang terjadi diantara
kedua sisi apabila jumlah lantai yang dilayani sampai 12 lantai.
Karena itu perlu ditambahkan berat yang dapat menyesuaikan
perpindahan berat roping diantara kedua sisi car dan
counterweight yaitu Compesating rope /chain. Compesating
rope /chain diletakan dibawah car & counterweight. Untuk lift
dengan kecepatan rendah biasanya digunakan compesating
chain, karena harganya yang relatif lebih murah. Ada kalanya
rantai yang digunakan menghasilkan suara yang sedikit
“menggangu” sehingga perlu ditambahkan peredam seperti tali
/ karet. Sedangkan untuk lift dengan kecepatan tinggi,
digunakan compesating rope.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
138
Ada beberapa manfaat dari compesating rope, yaitu :
1) Menyeimbangkan beban yang bervariasi dikarenakan
perpindahan sisi traction rope.
2) Membuat start & stop dari car lebih mulus.
3) Menambah daya traksi pada lift yang tinggi.
4) Ada
beberapa
kendala
yang
ditimbulkan
dari
compesating rope:
5) Pada gedung yang tinggi, disaat car pada posisi teratas /
terbawah dimana bentangan-nya paling panjang, maka
rope akan berayun ayun karena tegangannya yang
rendah. Sehingga kemungkinan dapat terlilit.
6) Beban compesating rope akan menambah beban lift.
7) Compesating
chain
yang
tidak
dilapisi
akan
menimbulkan suara berisik
f. Testing dan commisioning
Langkah terakhir adalah proses pengetesan dan serah
terima.pada tahap ini, setelah semua komponen dan mesin
elevator
selesai
pembongkaran
dipasang,
dan
maka
pembersihan
pit,
dilanjutkan
ruang
dengan
mesinyang
didalamnya terdapat controller, traction machine dan governor.
Selanjutnya dilakukan pengecekan ulang wiring, merger test,
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
139
inspection
operation
(Manual
operation),
adjustment
mechanical equipment dan persiapan high speed (automatic).
Gambar 59 : Bagian dalam lift
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
Untuk melihat keseimbangan elevator ketika beroparasi
maka diperlukan pengecekan balancing, testing dan adjustment
brake,
door.
Karena
management
hotel
nantinya
memperkerjakan karyawan untuk me-maintenance hotel, maka
Depnaker perlu terlibat dalam pengecekan fisik hotel apakah
sudah sesuai peraturan pemerintah. Setelah pemeriksaan
Depnaker selesai, maka selanjutnya adalah serah terima dari
subkontraktor ke kontraktor utama dalam hal ini adalah CV
Sarana Bangun Pratama.
C. Pekerjaan Eksterior
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
140
Gambar 60 : Visualisasi perspektif eksterior
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
Gambar 61 : Visualisasi penataan eksterior
Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
141
Melalui visualisasi rencana eksterior di atas dapat diketahui beberapa
elemen yang menjadi tambahan pekerjaan proyek. Yakni vegetasi,
pedestrian, kanopi, pedestrian jalan, dan elemen eksterior lainnya seperti
batu alam dan lampu bertuliskan nama hotel.
1. Waterproofing
Pekerjaan waterproofing biasa dilakukan pada struktur area
atap bangunan atau dibawah lantai toilet dengan maksud untuk
mencegah terjadinya kebocoran air ke lantai dibawahnya.
pekerjaan waterproofing memerlukan pengerjaan dan pengawawan
yang baik dan benar agar tidak terjadi kebocoran yang tentunya
akan sangat merepotkan dikemudian hari , untuk mengatasi hal ini
kita dapat mencoba berbagai metode waterproofing membrane
yang paling baik untuk menghasilkan pekerjaan waterproofing
terbaik tentunya
Pada proyek Fave Hotel ini mengunakan waterproofing
membrane pada bagian atas lantai basement, tepatnya pada jalan
masuk mobil ke area basement. Salah satu kesalahan yang terjadi
pada proyek Fave Hotel ini adalah keterlambatan pemasangan
waterproofing coating. Pemasangan waterproofing ini baru
dilakukan ketika terjadi kebocoran pada area basement pada saat
hujan turun cukup deras sehari sebelumnya.
Gambar 62 : Aplikasi lapisan waterproofing
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
142
Sumber: dok.pribadi
Untuk melaksanakan pekerjaan waterproofing diperlukan bebarapa
alat bantu sederhana seperti sapu, sikat dan sekop untuk meratakan
permukaan waterproofing. Sedangkan bahan-bahan yang disiapkan
dalam pemasangan waterproofing coating ini antara lain:
a. bahan primer coating
b. waterproofing membrane
c. screed beton
d. acian halus
e. kawat ayam
f. dan
alat-alat
bantu
pekerjaan
waterproofing
lainya
menyesuaikan kebutuhan kerja dan kondisi lapangan
Langkah-langkah pemasangan waterproofing membrane yaitu:
a. Membersihkan lokasi struktur beton yang akan dilapisi
waterproofing membrane dengan alat- alat kerja yang sudah
disiapkan sebelumnya, memastikan setiap bidang dan
permukaan sudah benar-benar bersih.
b. Melabur permukaan atau bidang yang akan dipasang
dengan primer coating secara merata serta pada bidang
dinding naik sekitar 20 cm dari lantai rencana.
c. Mengecek kembali laburan primer coating apakah sudah
benar-benar rapi dan menutup semua permukaan.
d. Memasang
waterproofing
membrane
secara
merata
keseluruh permukaan beton dengan sambungan overlap
kurang lebih 10 centi meter.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
143
e. Memeriksa
dan
mengecek
kembali
waterproofing
membrane yang sudang dipasang sebelumnya.
f. Melakukas tes penggenangan dengan air selama satu hari
atau 24 jam.
Gambar 63 : Tes penggenangan air pada waterproofing
Sumber: dok.pribadi
Jika setelah 24 jam ketinggian air pada bagian yang dilakukan
pengetesan ternyata tidak berkurang, maka bisa dipastikan tidak
terjadi kebocoran, tetapi jika belum maka perlu diperbaiki bagian
yang bocor.
Gambar 64 : Proses pemasangan lapisan waterproofing
Sumber: dok.pribadi
2. Penataan vegetasi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
144
Pada proyek Fave Hotel ini, vegetasi digunakan untuk
memperindah suasana eksterior. Vegetasi yang digunakan adalah
semak hias dan tanaman palem yang dibeli dari luar kemudian
ditanam pada tempat yang sengaja didesain sebagai media tanam.
Semak hias akan ditata di sepanjang media tanam yang
telah dibangun di samping pagar, sementara tanaman palem akan
diletakkan di media tanam yang ditanam di media tanam yang telah
disiapkan pada pedestrian.
Media tanam yang
bersandingan dengan
pagar, yang nantinya
akan ditanami semak
hias.
Gambar 65 : Media tanam
Sumber: dok.pribadi
Gambar 66: Jenis semak hias yang digunakan
Sumber: dok.pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
145
Semak hias yang dipasang adalah seperti gambar di atas, yang
terdiri atas dua macam semak hias, ditanam di atas media tanam
yang diletakkan menempel pada pagar, dihiasi dengan batu alam
dengan motif seperti gambar di bawah:
Gambar 67 : Motif batu alam pada media tanam
Sumber: dok.pribadi
Sementara untuk tanaman palem, tanaman tersebut ditanam di
tengah-tengah pedestrian jalan yang dibangun oleh pihak
kontraktor, khusus untuk pengunjung hotel. Pedestrian dibiarkan
terbuka dulu, yakni berupa tanah dan belum ditutup dengan paving
block. Setelah seluruh tanaman palem ditanam, baru kemudian
pedestrian jalan tersebut ditutup dengan paving block.
Gambar 68 : Tanaman palem pada pedestrian
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
146
Sumber: dok.pribadi
3. Instalasi atap dan kanopi
Terdapat dua buah kanopi yang dikerjakan, yakni yang
berada pada entrance dan yang menghadap ke jalan (di depan
arcade shop). Pada saat praktikan melakukan kerja praktek, yang
baru dikerjakan adalah kanopi yang berada di depan arcade shop.
Rangka kanopi ini menggunakan material alumunium coated.
Gambar 69 : Kanopi dengan rangka alumunium coated
Sumber: dok.pribadi
Dalam pemasangannya, para tukang membutuhkan bantuan
schaffolding untuk melakukan perakitan langsung pada tempatnya,
yakni untuk menyambung pada perpanjangan balok yang menurut
keterangan pekerja, akan disatukan dan menjadi suatu bentuk yang
tampak menyatu dari luar, dengan dilengkapi lampu yang ada di
antara balok-balok tersebut.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
147
Gambar 70 : Proses pemasangan kanopi
Sumber: dok.pribadi
Di bawah ini adalah bentuk kanopi tersebut saat sudah setengah
jadi, yaitu ketika proses pemasangan sudah berlangsung kira-kira
dua minggu.
Gambar 71 : Kanopi setengah jadi
Sumber: dok.pribadi
4. Elemen Eksterior Tambahan
Pada saat praktikan melakukan kerja praktek, batu alam
yang rencananya akan menghiasi fasad bangunan ternyata belum
selesai dibangun, padahal pihak manajemen hotel sudah mendesak
untuk segera melakukan Soft Opening. Untuk itu diajukan desain
sementara, yaitu dengan mengecat saja tembok yang seharusnya
dipasangi batu alam dengan cat weathershield berwarna abu-abu.
Kemudian diberi lambang nama hotel.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
148
Gambar 72 : Fasad pengganti batu alam
Sumber: dok.pribadi
Elemen yang tak kalah penting adalah lampu raksasa
bertuliskan nama hotel yang diletakkan di salah satu sisi bangunan.
Untuk memasang huruf raksasa ini, pertama-tama tiap huruf
dirangkai dan diikat pada penampang baja dengan rapi kemudian
pemasangan pada tempatnya dilakukan dengan bantuan gondola.
Penampang baja tersebut dikaitkan pada gondola, di mana pada
gondola tersebut telah siap dua orang pekerja yang akan melakukan
pemasangan pada dinding fasad.
Gambar 73 : Proses persiapan pemasangan huruf
Sumber: dok.pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
149
Gambar 74 : Proses pemasangan huruf pada dinding fasad
Sumber: dok.pribadi
Elemen yang selanjutnya tak kalah penting adalah pemasangan
penanda hotel yang terbuat dari material MMT yang di dalamnya
terdapat lampu penerang, sehingga tulisan akan tetap jelas terbaca
walaupun pada malam hari.
Gambar 75 : Penanda hotel
Sumber: dok.pribadi
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
150
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
praktikan selama
melaksanakan kerja praktek di Proyek Pembangunan Fave Hotel Solobaru.
Selama 90 hari kerja ini, praktikan melihat bahwa pekerjaan yang dilaksanakan
secara keseluruhan cukup baik, baik secara technical skill, manage skill, dan
keterpaduan antara pengalaman dan penalaran yang baik. Hubungan kekeluargaan
pun terbangun baik antar karyawan pengelola maupun beberapa atasan tukang,
sehingga suasana kerja menjadi lebih nyaman. Koordinasi perkembangan
lapangan pun menjadi jauh lebih mudah.Namun di balik kelebihan tersebut tentu
saja masih ada kekurangan. Selain itu banyak masukan, pengalaman dan
pengetahuan baru terutama dalam hal praktek dilapangan maupun manajemen
didalam proyek yang dapat kami serap.
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah apa yang diuraikan dari bab-bab diatas
adalah sebagai berikut :
1. Pihak pengawas kurang baik di dalam memperhatikan keselamatan kerja
pada pekerjanya, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya keharusan
pekerja untuk selalu menggunakan alat keselamatan kerja, diantaranya
pemakaian helm proyek dan sepatu boot.
2. Lokasi proyek yang berada di kota mengakibatkan kesulitan dalam
mobilisasi material dan mengakibatkan gangguan seperti, getaran dan
gangguan suara pada saat pemancangan, polusi udara dan kemacetan
pada saat mobilisasi material.
3. Alat listrik yang sudah dimakan usia sehingga kurang menjamin
keselamatan pekerja, beberapa di antaranya bahkan sering mengalami
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
151
kerusakan di saat pekerjaan sedang dilakukan sehingga dapat
menghambat kerja tukang.
4. Penumpukan material misalnya baja tulangan yang terletak di lapangan
kurang mendapat perlindungan dari panas matahari dan hujan sehingga
menyebabkan karat.
5. Kesadaran pekerja akan keselamatan pribadi kurang, ini terlihat dengan
banyaknya pekerja yang tidak mau menggunakan helm proyek, ditambah
dengan kurang tegasnya pihak pengawas.
6. Pemeriksaan sebelum pekerjaan pengecoran dapat menghindarkan
kesalahan yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan.
7. Mengenai Time Schedule perencanaan dan pelaksanaan mengalami
kemajuan setiap minggunya.
8. Perlunya membangun suasana kekeluargaan dan kedekatan antar
karyawan maupun dengan beberapa penanggungjawab tukang, sehingga
bila terjadi hal-hal yang tidak terduga, koordinasi dapat dilakukan
dengan cepat.
9. Perlunya bagi karyawan pengelola maupun pengawas untuk lebih sering
naik hingga ke lantai atas untuk menertibkan pekerja yang kurang aktif
sehingga seluruh tenaga kerja dapat lebih efisien dalam menggunakan
waktunya.
5.2 SARAN
Setelah menempuh kerja praktek selama 3 bulan, penulis dapat
menyampaikan beberapa saran dari sudut pandang praktikan, antara lain :
A. Bagi mahasiswa praktikan
1. Kerja praktek merupakan sarana bagi mahasiswa arsitektur
untuk menyelaraskan ilmu yang didapat di kampus dan realitas
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
152
pada dunia kerja, maka dari itu, hendaknya kesempatan ini
digunakan dengan baik oleh mahasiswa praktikan untuk
menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari kerja pratek tersebut.
2. Kerja praktek mengajarkan kepada mahasiswa praktikan untuk
melatih kemampuan berorganisasi, bekerja dalam team,
terutama di dalam sebuah proyek konstruksi. Sebaiknya
mahasiswa praktikan bersifat proaktif, sehingga dapat benarbenar berlatih berorganisasi dalam proyek konstruksi.
B. Bagi Program Studi Arsitektur
1. Perlunya dibuat sebuah program list yang jelas, untuk
kemudian diberikan kepada pihak tempat praktek agar
pembimbing/penanggungjawab yang berada di sana tidak
kebingungan dalam menentukan apa saja yang harus diajarkan
kepada praktikan. Selain itu, dengan pemetaan program list
yang jelas, praktikan sendiri jadi lebih mengerti tentang pokokpokok hal yang harus diperhatikan dalam proyek tersebut.
2. Menambah kurikulum khusus untuk mengasah kemampuan
mahasiswa untuk mengolah gambar 3D, di mana hal tersebut
adalah salah satu indikator yang menjadi pertimbangan dalam
penerimaan tenaga kerja baik di konsultan arsitektur maupun
pada firma khusus di bidang konstruksi.
3. Menambah kurikulum perkuliahan mengenai struktur bangunan
tinggi secara lebih mendetail, sehingga ketika menjalani kerja
praktek, praktikan memiliki gambaran yang lebih banyak
mengenai sebuah proyek konstruksi, khususnya gedung tinggi.
4. Menambah pembahasan lebih lanjut di dalam mata kuliah
Manajemen Konstruksi terutama mengenai keorganisasian dan
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
153
bagaimana sebaiknya menempatkan diri, berdasarkan realita
proyek.
DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL
SOLOBARU
154
Download