BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pendidikan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah cukup jika mahasiswa hanya menerima pendidikan di bangku kuliah saja, maka dalam upaya untuk memperluas pengetahuan pada mahasiswa dan menambah pengalaman, diadakan suatu program yaitu Kerja Praktek, khususnya melalui mata kuliah EPPA. Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengenalkan mahasiswa pada dunia kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan memberikan gambaran nyata mengenai dunia kerja bidang Konstruksi kepada mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa mempunyai bekal dan wawasan untuk terjun ke masyarakat. Namun tidak mudah untuk mencapai hal tersebut, karena tidak terlepas dari kesungguhan dan kreatifitas mahasiswa. Dalam melakukan Kerja Praktek mahasiswa dituntut aktif dalam pengamatan pelaksanaan proyek di lapangan. Keaktifannya dalam pengumpulan data-data lapangan selama pelaksanaan di lapangan sangat penting. Hal ini diperlukan karena nantinya dipergunakan untuk penyusunan laporan Kerja Praktek dan Presentasi, selain itu untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya dalam hal gambar kerja sebuah proyek aktual. Kerja Praktek ini juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan komunikasi antara mahasiswa dengan masyarakat jasa konstruksi. Dengan dilakukannya pengamatan di lapangan, mahasiswa akan mengenal situasi dan kondisi yang mempengaruhi pelaksanaan proyek, dimana secara tidak langsung akan memberikan informasi yang berharga seputar dunia kerja, berbagai tender pemasok material yang unggul di bidangnya, serta memberikan informasi tentang DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 1 keberadaan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret sehingga nantinya dapat membuka peluang kerja baru khususunya bagi lulusan Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret. Kerja praktek yang menjadi objek pilihan adalah bidang manajemen konstruksi pada proyek Pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Pemilihan lokasi kerja praktek di proyek pembangunan tersebut karena ingin mengetahui bagaimana koordinasi antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan yang terlibat dalam proyek pembangunan yang cukup besar, dengan luas lahan 1500m2 dan luas lantai 19265m2 yang terdiri dari 15 lantai, yang tentunya melibatkan pelaku pelaksanaan pembangunan yang tidak sedikit. Selain itu, pemilihan lokasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh koordinasi antara unsurunsur pelaksanaan pembangunan tersebut selama tahap pelaksanaan proyek terhadap desain yang sudah ada, apakah masih perlu beberapa perubahan baik perubahan struktur maupun desain arsitektur. Pada saat pemilihan obyek Etika dan Praktek Profesi Arsitektur Fave Hotel Solo Baru ini tengah berlangsung pelaksanaan tahap pemsangan ME, finishing interior, dan eksterior. Hal-hal itulah yang menjadikan faktor pertimbangan penulis untuk mengambil proyek ini untuk dijadikan obyek yang layak untuk praktek profesi arsitektur dengan penekanan pada pelaksanaan teknis struktural dan arsitektural. 1.2. PEMBATASAN MASALAH Kerja Praktek yang dilaksanakan yaitu selama 90 hari kerja. Karena keterbatasan waktu, maka kerja praktek yang dilaksanakan tidak dapat melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu kami membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, terbatas pada bagian-bagian pekerjaan yang berlangsung selama kurun waktu kerja praktek saja, antara lain : • Tinjauan Umum DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 2 Mengenai gambaran umum proyek konstruksi gedung 14 lantai Fave Hotel Solobaru. • Tinjauan Khusus Membahas mengenai pekerjaan yang dapat diamati selama masa kerja praktek yaitu sebagian tahap pekerjaan struktural dan tahap finishing arsitektural. 1.3. TUJUAN DAN SASARAN A. Tujuan • Memenuhi syarat wajib dalam kurikulum yang harus dituntaskan oleh mahasiswa Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. • Untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, gambaran teknis dan terapan teori dalam praktek di bidang manajemen konstruksi pada proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. • Untuk mengetahui koordinasi manajemen konstruksi selama pelaksanaan proyek serta pengaruh koordinasi • Untuk meningkatkan pemahaman dalam bidang ME, pengawasan teknis, dan sistem manajemen di lapangan. B. Sasaran Berkaitan dengan tujuan di atas, sasaran dari pelaksanaan tugas kerja praktek untuk mata kuliah EPPA di proyek pembanguanan Fave Hotel Solo Baru adalah membahas pekerjaan yang diamati yakni: 1) Koordinasi pelaksanaan proyek 2) Sistem pengendalian proyek DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 3 3) Perencanaan ME 4) Finishing interior dan eksterior 1.4. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN A. Batasan Pembahasan Pembahasan yang ada dalam laporan ini terbatas pada tahap pengawasan yang dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan, mulai tanggal 23 Maret 2012 sampai dengan 23 Juni 2012, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan proyek 2) Sistem pengendalian proyek 3) Perencanaan ME 4) Finishing interior dan eksterior B. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dibatasi pada koordinasi dalam manajemen konstruksi, perencanaan ME dan finishing interior-eksterior pada saat tahap pelaksanaan proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru, dan beberapa aspek lain yang berkaitan dengan pembahasan utama. 1.5. METODE PEMBAHASAN Metode Pembahasan Kerja Praktek yang dilakukan meliputi cara, prosedur/mekanisme yang digunakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan laporan hasil kerja praktik: 1. Persiapan 2. Persiapan kerja praktik dimulai sejak pertengahan Bulan Maret 2012. Diawali tahapan observasi pada obyek untuk mencari DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 4 informasi mengenai kontraktor yang menangani pelaksanaan proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. Setelah tahap ini, kemudian dilakukan persiapan penyerahan surat permohonan kerja praktik yang diajukan kepada CV Sarana Bangun Pratama (sebagai pihak kontraktor), serta formulir prosedural lain yang diperlukan. Terhitungan mulai 3 bulan dari penerimaan surat balasan, yaitu tanggal 23 Maret 2012 melaksanakan kerja praktik, hingga berakhir pada tanggal 23 Juni 2012. 3. Penyusun Rencana Pelaksanaan Kerja Praktik 4. Pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai tanggal 23 Maret 2012 sampai 23 Juni 2012. 5. Penyusunan Data dan Informasi 6. Tahap penyusunan data dilakukan melalui dipersiapkannya gambar rancangan teknis sebagai dokumen pelaksanaan dan penyiapan jadwal pelaksanaan oleh pihak pelaksanaan proyek serta pengenalan kepada pihak-pihak personal yang terlibat di dalam mekanisme pekerjaan proyek sebagai sumber informasi. Penyusunan data dan informasi tambahan dilakukan pada saat pelaksanaan. 7. Dalam pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Dokumen Pelaksanaan Gambar rancangan proyek sebagai dokumen pelaksanaan didapatkan sebelum praktikan melakukan kerja praktik di lapangan, bersama dengan data jadwal pelaksanaan dan personalia yang terlibat dalam mekanisme pelaksanaan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 5 b. Observasi Pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada pelaksanaan kerja. Pengamatan dilaksanakan pada area proyek berlangsungnya kerja, yaitu: Fave Hotel Solo Baru. Pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan ikut langsung ke lapangan/proyek, melihat bagaimana prosedur pelaksanaan dan cara kerja yang diterapkan oleh perusahaan CV Sarana Bangun Pratama demi kelancaran pelaksanaan kerja. c. Wawancara Pengumpulan informasi dari pihak yang berwenang dan berkompeten dari proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru. d. Dokumentasi Mengumpulkan arsip dan gambar-gambar yang dianggap perlu untuk dianalisis, serta mendokumentasikan pekerjaan-pekerjaan di lapangan yaitu gambar kerja dan foto. 8. Penyusunan Laporan Tahap penyusunan laporan dilakukan penulis pada saat masih melakukan kerja praktik berlangsung, mulai dari data dan informasi yang telah di dapatkan pada saat awal dan pelaksanaan berlangsung. Di dalam pembahasan, penulis mencoba melakukan analisis untuk perbandingan antara data sesungguhnya di lapangan dan informasi dengan pengetahuan (teori dan data empiris) yang ada. Dengan demikian penulis berharap DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 6 mendaparkan suatu pengalaman empiris dan sedikit memberikan kesimpulan dan saran pengetahuan penulis, sehingga tujuan dari kerja praktik ini dapat optimal. 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai uraian latar belakang pelaksanaan Etika dan Praktik Profesi Arsitektur, rumusan permasalahan, tujuan, sasaran dari pelaksanaan Etika dan Praktik Profesi Arsitektur, batasan dan lingkup pembahasan, metode pengumpulan data pengamatan, serta sistematika pembahasan. BAB II :TINJAUAN TEORI Berisi tentang teori-teori, standar dan ketentuan teknis yang terkait dengan topik kerja praktek yang diamati, untuk dijadikan acuan dalam membahas berbagai data yang diperoleh di lapangan. BAB III : DESKRIPSI PROYEK Berisi tentang informasi dan deskripsi proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru dan membahas sejarah singkat perusahaan serta, struktur organisasi, pengalaman pekerjaan perusahaan, dan proyek pembangnan Fave Hotel Solo Baru. BAB IV : PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK Membahas mengenai kegiatan mahasiswa sebagai praktikan, kerja praktikan dalam proyek, serta permasalahan dan pemecahan masalah yang ada dalam pengerjaan proyek. BAB V : PENUTUP DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 7 Berisi tentang kesimpulan kerja praktek dan gambaran umum mengenai realita dunia kerja seta perbandingannya dengan masa perkuliahan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 8 Kerangka Rencana Pelaksanaan Dan Langkah Kerja Praktik Disesuaikan dengan metode yang digunakan, untuk penyusunan laporan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja praktik, maka perlu dibuat kerangka rencana pelaksanaan dan laporan, mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan akhir dan saran sebagai berikut. PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar belakang Kerja Praktik Tujuan dan Sasaran Kerja praktik Permasalahan Batasan dan lingkup pembahasan TEORI DAN PERSYARATAN DATA DAN INFORMASI UMUM DATA DAN INFORMASI KHUSUS TEORI TEKNIS PELAKSANAAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PROYEK PROYEK MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN FAVE HOTEL SOLO BARU PELAKSANAAN PEKERJAAN MANAJEMEN KONSTRUKSI, ARSITEKTURAL PROYEK Latar belakang proyek Lokasi proyek Tata pelaksanaan proyek Konsepsi perencanaan dan pelaksanaan Peralatan dan perlengkapan Lingkup pekerjaan: Pekerjaan yang sudah dilaksanakan Pekerjaan yang belum, dan akan dilaksanakan Lingkup pekerjaan Proyek dan sasaran Kerja Praktik Manajemen konstruksi Non Pelaksanaan: Tenaga kerja Pengenadilan mutu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Sumber daya material dan peralatan Rencana kerja dan syarat proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru Literatur yang berkaitan dengan manajemen konstruksi bahanbahan kuliah yang berkaitan dengan teknik pekerjaan manajemen konstuksi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 9 LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK KESIMPULAN DAN SARAN LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Permasalahan dan pembahasan; Perubahan gambar kerja (soft drawing) Pelaksanaan teknis Permasalahan non teknis pelaksanaan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan akhir Saran-saran BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Manajemen ialah suatu metode memenuhi kebutuhan pemilik akan suatu bangunan yang efektif. Manajemen juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan atau sasaran dengan efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan sebuah proyek pembangunan diatur oleh manajemen yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek merupakan proses dimana pemilik proyek membuat ikatan kerja dengan agen yang disebut manajer konstruksi dengan tugas mengkoordinasi seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek, termasuk studi kelayakan desain engineering, perencanaan, persiapan kontrak, konstruksi dan kegiatan proyek yang lain, dengan tujuan meminimalkan biaya dan jadwal serta menjaga mutu nama proyek (JJ Adrian, 1985 dalam Pusposari). Manajemen proyek membicarakan tahapan-tahapan perencanaan proyek, rancangan, dan konstruksi sebagai tugas terpadu dalam sebuah tim konstruksi yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi, dan arsitek. Secara ideal para anggota tim konstruksi bekerja sama sejak permulaan proyek sampai pada penyelesaiannya. Sasaran umum Manajemen Konstruksi adalah melayani kepentingan-kepentingan seoptimal mungkin, meliputi interaksi antara biaya konstruksi, kualitas, jadwal penyelesaian secara seksama, ditelaah oleh team, sehingga suatu proyek bernilai maksimum bagi pemilik. Nilai itu diwujudkan dalam rencana waktu yang efisien. (Vincent G. Bush, Manajemen Konstruksi, 1985). DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 10 Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, selalu diusahakan pengawasan mutu (quality control), pengawasan penggunaan biaya (cost control) dan pengawasan waktu (time control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahap yaitu peencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah kegiatan yang bersifat konseptual dan memerlukan banyak pemikiran. Fungsi ini melibatkan pemilihan dan pengembangan tindakan untuk waktu yang akan datang. Perencanaan yang baik dalam suatu manajemen proyek akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: a. Mengurangi resiko ketidakpastian b. Memusatkan perhatian pada sasaran c. Menjadi dasar bagi fungsi-fungsi manajemen yang lain. Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan bangunan yang akan dibangun, termasuk pembuatan gambar-gambar perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 11 2. Pengorganisasian (organizing) Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun organisasi yang akan melaksanakan pembangunan termasuk mengatur hubungan kerja, di antara unsur-unsur organisasi. Pengorganisasian ini juga merupakan upaya dalam pengaturan seluruh sumber daya dan pelaksanaan di dalam proyek, sehingga dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya secara benar. Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur-unsur pelaksanaan pembangunan yang terdiri dari: pemberi tugas (owner), perencana (designer, supervisor) dan pelaksana (contractor), yang masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang telah ditetapkan. 3. Pelaksanaan (actuating) Konsep pendekatan dalam pelaksanaan proyek lebih dalam operasional di lapangan. Dari perencanaan, organisasi yang telah dilakukan serta didukung dengan langkah-langkah pengendalian, maka tahap pelaksanaan ini dapat mulai dilaksanakan secara terarah. Pada tahap pelaksanaan kegiatan proyek, maka harus selalu mengacu dan memperhatikan pada segala rencana dan penjadwalan yang telah disusun. Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk mewujudkan pembangunan. Dalam pelaksanaan ini hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksanaan pembangunan perlu diatur sehingga masing-masing unsur bekerja dengan bidangnya masingmasing dan memenuhi peraturan yang telah disepakati bersama. 4. Pengawasan (controlling) Pengawasan ini meliputi tindakan mengawasi, mengarahkan, dan membandingkan pelaksanaan yang berlangsung dengan rencana yang DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 12 ada (evaluating), serta mengevaluasi penyimpangan yang mungkin terjadi. Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan bangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan ini tugas unsur pengawas sangat penting, terutama dalam pembimbingan dan pengarahan pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pelaksanaan pembangunan, pada umumnya ditentukan oleh hasil kegiatan pengawasan. 5. Pengarahan (directing) Pengarahan meliputi kegiatan pembinaan dan kepemimpinan oleh atasan dan bawahan yang dilaksanakan terus menerus dengan pengertian bahwa kedua pihak telah saling mengetahui tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 6. Penyusunan pegawai (staffing) Penetapan orang sesuai keahlian pada jabatan tertentu berdasarkan strutur organisasi yang telah ditetapkan. 2.2. ORGANISASI PROYEK A. Tinjauan Umum Organisasi proyek berfungsi sebagai wadah yang dapat mengkoordinasi terlaksananya suatu proyek sesuai program yang telah direncanakan. Hal ini penting karena membangun suatu proyek merupakan proses atau tahapan yang harus dikerjakan secara sistematis, yang dimulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan sampai pada pemakaian dan pemeliharaannya. Dengan demikian banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan suatu proyek, dimana pihakpihak ini tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi harus saling membantu DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 13 dalam setiap pekerjaan selain itu masing-masing pihak mempunyai peranan, fungsi dan tanggung jawab. Dalam organisasi suatu proyek, harus ada kejelasan tugas, kewajiban, kedudukan serta hubungan kerja antar pihak yang satu dengan yang lainnya. Dengan sistem pengorganisasian yang baik dalam suatu proyek maka diharapkan terdapat pula suatu kerja sama yang bai antar setiap unsur/ pihak sehingga akan diperoleh hasil proyek yang optimal. Oleh karena itu, organisasi bukanlah sekedar sebagai kerangka pemberi tugas saja, melainkan juga merupakan suatu kesatuan unsur/ pihak beserta fungsi-fungsinya yang saling berhubungan satu sama lain dan mempunyai satu tujuan yang telah disepakati bersama. Secara umum terdapat dua sistem organisasi proyek yang dapat digunakan untuk menerapkan sebuah sistem manajemen proyek, yakni sistem manajemen proyek konvensional dan sistem manajemen proyek terpadu. Keterangan mengenai dua sistem tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manajemen Proyek Konvensional Dalam manajemen proyek konvensional masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya diwadahi dalam suatu organisasi tersendiri yang melakukan tahapan. Dengan kata lain tidak ada hubungan organisasi antara pemberi tugas atau pemilik dengan timtim proyek tersebut sebelum adanya kontrak yang disepakati. Antara satu tim proyek dengan tim lainnya tidak terdapat hubungan tanggung jawab kerja. hubungan tanggung jawab kerja terbatas antara pemilik dengan masing-masing tim proyek secara terpisah. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 14 2. Manajemen Proyek Terpadu (Swakelola) Yang dimaksud dengan manajemen proyek terpadu di sini adalah suatu proses dimana tahap perencanaan, desain dan konstruksi dalam satu tugas terpadu yang dibebankan kepada sebuah tim manajemen yang terdiri atas manajer konstruksi, desainer dan kontraktor yang terlibat dari awal hingga akhir tercapainya tujuan yang diinginkan pemilik. Sistem manajemen proyek terpadu dapat digunakan pada sebuah organisasi lama, misalnya perusahaan. Setiap bagian organisasi sudah memiliki manajer sendiri. Kebutuhan akan sebuah tim proyek muncul saat perusahaan berencana mengadakan perbaikan, pengembangan dan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Tim yang baru ini sebagian tenaganya direkrut bagian lain yang relevan, misalnya dari bagian litbang yang dari awal sudah memiliki tenaga perencana. DIREKTUR MANAJER PROYEK MANAJER PERSONALIA MANAJER SUB KONTRAKTOR TIM PERENCANA TIM KONSTRUKSI Skema II.1. Hubungan Kerja pada Manajemen Proyek Swakelola Sumber : Soehendradjati, RJP, 1987 Keterangan Hubungan tanggung jawab dan pelimpahan tugas DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 15 Hubungan kerja sama B. Unsur Pengelola Proyek Berdasarkan bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi di jurusan arsitektur UNS dijelaskan bahwa usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek/ owner/ principal/ employer/ client/ bouwheer, pihak perencana/ designer dan pihak pelaksana/ kontraktor/ aannemer. Orang/ badan yang membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai posisinya masingmasing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan, masingmasing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi satu dengan yang lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan. Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan tujuannya. PEMILIK PROYEK PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA PEMILIK PROYEK PEMILIK PROYEK Skema II.2 Unsur-Unsur Pelaksana Pembangunan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 16 Sumber : Bahan ajar mata kuliah manajemen konstruksi 1. Pemilik proyek/ Owner Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/ badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa bisa berupa perseorangan, badan/ lembaga/ instansi pemerintah maupun swasta. Hak dan kewajiban pemberi tugas adalah: • Menunjukkan penyedia jasa (konsultan dan kontraktor). • Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa. • Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan. • Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan. • Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan. • Mengawasi jalannya pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik. • Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produksinya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki. Wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut: DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 17 • Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masingmasing kontraktor. • Mengambil alih pekerjaan secara pihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan. 2. Konsultan Pihak/ badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana bisa dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal, dan lain sebagainya. Berbagai jenis konsultan tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut konsultan perencana. a. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, mekanikal berhubungan dan elektrikal maupun membentuk sebuah bidang sistem lain yang bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan/ perseorangan berbadan hukum/ badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan. Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah: • Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 18 • Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan. • Memberikan jawaban dan penjelaskan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas pada gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat. • Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. • Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek. b. Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah orang/ badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan. Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah: • Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan. • Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan. • Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan. • Mengkoordinasi dan mengandalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar. • Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 19 • Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir yang sesuai dengan harapan dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. • Menerima/ menolak materil/peralatan yang didatangkan kontraktor. • Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan terhadap peraturan yang berlaku. • Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan) • Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau berkurangnya pekerjaan 3. Kontraktor Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Hak dan kewajiban kontraktor adalah : • Melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa. • Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 20 • Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat. • Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan. • Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Hubungan ketiga pihak terjadi antar pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor diatur sebagai berikut: • Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultasi. • Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor memberikan jasa layanan profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor. • Konsultan dan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan. C. Pola Dasar Hubungan Kerja Antar Pengelola Proyek DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 21 Secara garis besar, pola dasar hubungan kerja antar unsur-unsur pengelola proyek adalah sebagai berikut: 1. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan perencana. • Ikatan berupa hubungan fungsional • Perencana menyerahkan desain gambar bangunan secara lengkap dengan perhitungan konstruksi proyek kepada pemilik proyek. • Pemilik proyek mengganti biaya proyek tersebut. 2. Hubungan antara proyek dan konsultan pengawas. • Ikatan berupa hubungan fungsional (ikatan berdasarkan pada peraturan pelaksanaan pekerjaan). • Pengawas melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan kepada pemilik proyek. • Pemilik proyek memberikan wewenang kepada pengawas untuk mengawasi secara langsung pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 3. Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor. • Ikatan berupa kontrak. • Kontraktor pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari pemilik proyek sesuai dengan gambar kerja (bestek) yang dibuat oleh perencana dan menyerahkan kembali pekerjaannya kepada pemilik proyek. • Pemilik proyek memberikan biaya pelaksanaan proyek DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 22 4. Hubungan kerja antara konsultasi perencana dan konsultasi pengawas. • Ikatan berupa pelaksanaan . • Pengawas menyampaikan keluhan dari kontraktor kepada perencana tentang pekerjaan konstruksi yang tidak bisa diterapkan di lapangan. • Perencanaan memberikan penjelasan lebih lanjut kepada pengawas untuk disampaikan kepada kontraktor. 5. Hubungan kerja antara konsultan perencana dengan kontraktor. • Konsultan perencana memberikan persyaratan teknis yang harus dilakukan oleh kontraktor. • Kontraktor mematuhi dan bersedia pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh konsultan perencana. 6. Hubungan kerja antara konsultan pengawas dan kontraktor. • Ikatan kerja berupa pelaksanaan. • Konsultan pengawas menuntut kontraktor untuk melaksanakan pekerjaannya yang telah disetujui oleh perencana. • Kontraktor menyampaikan perubahan rencana pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan di lapangan. D. Hubungan Kerja antar Pelaksana Proyek DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 23 Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pembangunan. Hubungan kerja antar unsur pelaksana proyek harus tegas dan jelas sehingga tidak terjadi ketumpang tindih wewenang antara unsur-unsur yang berperan. Semua pihak dalam melaksanakan pekerjaan harus mengikuti atau berpedoman pada ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan yang ada serta peraturan dari pemerintah agar tujuan pembangunan tercapai. 2.3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK Dalam suatu kegiatan proyek, mutlak diperlukan adanya suatu pengawasan terhadap suatu kualitas dari semua pekerjaan yang dilaksanakan atau pengendalian untuk menunjang tercapainya target yang telah ditentukan. Dengan adanya kontrol pengendalian maka masalahmasalah yang timbul dapat diketahui sedini mungkin, untuk kemudian dicari solusinya. Pengawasan terhadap prestasi kerja melalui laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan serta laporan kemajuan proyek (progress report). Sedangkan pengawasan teknis dikoordinasi melalui pengawasan langsung maupun tidak langsung oleh manajemen pengawas. Pelaksanaan setiap pekerjaan lapangan harus mendapat persetujuan dari pengawas proyek. Pertemuan koordinasi tiap-tiap unsur maupun keseluruhan harus dilaksanakan pada waktu tertentu guna membahas masalah-masalah yang timbul di lapangan. Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian proyek ini adalah memperoleh kualitas bangunan yang sesuai dengan perencanaan (pengendalian mutu, tenaga kerja dan logistik) meliputi: waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan time schedule sehingga pihak owner maupun pelaksana tidak merasa dirugikan karena adanya keterlambatan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 24 (pengendalian waktu), peningkatan efisiens pekerjaan sehingga dapat meminimalkan pengeluaran proyek (pengendalian biaya). 1. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis. Kegiatan ini merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan proyek, karena untuk mutu/kualitas bangunanlah suatu biaya dikeluarkan oleh pemilik bangunan. Pengendalian mutu ini akan berpengaruh terhadap jangka waktu dan biaya pelaksanaan. Untuk memperoleh mutu yang baik maka diperlukan bahan/material, alat/sarana, dan teknik yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pengawasan dan pengendalian terhadap mutu meliputi pengawasan dan pengendalian mutu bahan bangunan dan mutu pekerjaan. Kegiatan pengendalian ini meliputi : a. Rapat koordinasi Rapat ini dilaksanakan agar apabila terdapat permasalahan ataupun keterlambatan dalam pengerjaan dapat segera diatasi, dan sekaligus untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya beserta pekerjaannya untuk minggu berikutnya. Rapat ini rutin dilakukan seminggu sekali dan hasilnya berupa laporan yang diajukan kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas, kemudian dilaporkan kepada pemilik proyek. Rapat ini dihadiri oleh pemilik, konsultan, dan kontraktor. b. Prestasi kemajuan pekerjaan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 25 Sejumlah prosentase bobot dari masing-masing pekerjaan yang telah dikerjakan selama seminggu dari seluruh bobot pekerjaan. c. Laporan kemajuan proyek 1) Laporan harian Laporan ini untuk mencatat kemajuan proyek sehari-hari beserta masalah terkait. 2) Laporan mingguan Laporan ini untuk mencatat pekerjaan proyek selama seminggu. Meliputi kegiatan oleh kontraktor, pengendalian proyek oleh konsultan pengawas, pembiayaan oleh pemberi tugas, dan perubahan kontraktual oleh semua pihak. Manajemen pengendalian mutu meliputi kegiatan-kegiatan proyek yang terdiri dari beberapa hal, yaitu: a. Persetujuan gambar pelaksanaan Gambar perencanaan dibuat dan diajukan oleh konsultan perencana untuk kontraktor yang selanjutnya dibuatkan gambar pelaksanaannya. Gambar arsitektur dan struktur diajukan oleh kontraktor pelaksana untuk disetujui oleh konsultan agar dapat memperoleh ijin pelaksanaan pekerjaan. Tetapi apabila gambar tersebut belum sesuai, maka konsultasi akan meminta pihak kontraktor untuk merevisi gambar dengan menunjukkan gambar yang belum sesuai atau belum selesai. Ketidaksesuaian gambar pelaksanaan dapat disebabkan karena adanya perubahan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 26 desain oleh pihak konsultan ataupun kontraktor yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. b. Persetujuan Material Semua material yang digunakan harus sesuai dengan yang tercantum dalam RKS. Apabila karena sesuatu hal pihak kontraktor tidak bisa menggunakan material sesuai dengan syarat RKS, maka kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan contoh material yang menjadi alernatif yang nantinya akan dipakai kepada konsultan pengawas. Apabila hasil dari material menjadi alternatif ternyata di bawah standar yang telah ditetapkan dalam RKS, maka material yang diajukan tidak akan diterima. Dan bila yang tidak memenuhi syarat adalah kualitas pengerjaannya (wormanship), konsultan pengawas berhak mengeluarkan intstruksi agar dibongkar dan diulang lagi sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya. Untuk menghindari bongkar pasang, pengawas lapangan mempunyai batas toleransi dalam melakukan pengontrolan kualitas tersebut. c. Inspeksi Site Frekuensi kunjungan rutin dilakukan oleh para inspektor. Sedangkan Site engineer akan melakukan inspeksi secara berkala atau apabila terdapat permasalahan di lapangan yang membutuhkan penanganan segera. Inspeksi site juga dapat dilakukan oleh konsultan perencana maupun pengawas dan bersifat incidental di mana inspeksinya dilakukan secara periodik selama terdapat permasalahan desain. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 27 d. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan Tujuan ijin pelaksanaan pekerjaan adalah agar pekerjaan pengawasan dapat dimonitor dengan baik sebelum pelaksanaan pekerjaan. Saalh satu ijin pekerjaan yang harus diserahkan adalah ijin pengecoran. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan sebelum pengecoran diketahui sehingga pembobokan dapat dihindari. Berikut prosedur pelaksanaan pekerjaan di lapangan: Schedule dan ijin pelaksanaan pekerjaan diserahkan oleh kontraktor kepada konsultan pengawas, yang akan menyetujui atau merevisinya. Setelah schedul dan metode pelaksanaan diterima, kontraktor aan mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan. Ijin ini akan dikoordinasikan kepada bidang-bidang yang terkait untuk mengetahui apakah masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Kemudian ijin tersebut akan diserahkan kepada inspektor untuk mengadakan pengecekan di lapangan. Setelah inspektor menetapkan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan maka site engineer akan mengeluarkan ijin pelaksanaan pekerjaan. e. Pengendalian Mutu yang Menyimpang Pengendalian mutu yang menyimpang bertujuan mengevaluasi produk-produk yang tidak sesuai atau diragukan, mengevaluasi penyebabnya, dan menciptakan solusi agar permasalahan tidak terulang kembali. Penyimpangan produk biasanya terjadi akibat adanya penyimpangan pelaksanaan atau DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU proses 28 pengembangan yang kurang terawasi karena tidak adanya ijin kerja. Apabila setelah dievaluasi oleh konsultan pengawas dan dinyatakan bahwa produk tersebut merupakan produk yang menyimpang, maka konsultan pengawas akan memanggil pihak-pihak yang terkait untuk menganalisis, membuat keputusan mencegah, dan menentukan siapa penanggung jawab keputusan dan pencegahan tersebut. 2. Pengendalian Material Untuk mendapatkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan kualitas rencana, maka material yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan peraturan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan semua hal tersebut di atas, perlu adanya pengendalian sumber daya material yaitu suatu cara penentuan, penetapan, pengaturan dan penggunaan semua sumber daya material yang ada secara optimal sehingga dalam pelaksanaan proyek dapat diperoleh hasil yang efisien dan efektif. Yang lebih penting lagi untuk diperhatikan adalah bagaimana pengendalian pemakaian material pada pelaksanaan di lapangan, atau dengan kata lain bagaimana kita mengatur efisiensi penggunaan material di lapangan. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi materil adalah: a. Kualitas dari material itu sendiri. b. Sistem supply dari material. c. Tenaga kerja/tukang yang menangani material. d. Peralatan bantu yang digunakan. e. Sistem kontrol yang diterapkan selama proses konstruksi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 29 Kurangnya persediaan material meski sedikit dapat mengakibatkan tertundanya suatu pelaksanaan proyek. Kelebihan material juga bukanlah suatu hal yang baik bagi proyek. Di sini kerjasama antara berbagai pihak merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek, tertundanya stok material akan berpengaruh sangat besar dalam pencapaian suatu sasaran proyek. Sistem terbaik yang digunakan dalam pengendalian material adalah dilakukan pembelian barang dengan sistem bersaing, karena akan membawa pengaruh besar terhadap keuntungan proyek. Jadi, pengendalian material dapat mempengaruhi keuntungan dari proyek yang bersangkutan, seandainya semua yang berhubungan dengannya dikelola secara profesional dan dengan sistem pembelian yang kompetitif (bersaing dalam penentuan harga, kualitas material, bobot pekerjaan, sumber daya manusia yang ada) berhasil dilakukan. 3. Pengendalian Waktu Manajemen pengendalian waktu dapat dilakukan dengan tujuan agar dapat menjaga proyek selesai pada waktu yang telah direncanakan. Pengendalian waktu dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Time Schedule Time schedule merupakan grafik hubungan antara waktu pelaksanaan dengan prosentase kumulatif pekerjaan yang telah diselesaikan. Dari time schedule dapat diketahui waktu pelaksanaan yang sesungguhnya. Apabila kurva pelaksanaan pekerja terletak di atas kurva rencana pelaksana berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut mempunyai kemajuan lebih cepat dari yang direncanakan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 30 Dan sebaliknya bila berada di bawah kurva rencana pelaksanaan pekerjaan berarti terjadi keterlambatan pekerjaan. Time schedule ini berupa: 1) Master Time Schedule 2) Delivery Schedule of Material (termasuk material yang diapsok oleh pemilik) 3) Soft Drawing Schedule (gambar pelaksanaan) 4) Man Power Schedule 5) Equipment List Dalam pembuatan time schedule yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) Bar Chart (Diagram Balok) 2) S-Curve Diagram 3) CPA (Critical Path Analysis) 4) PERT (Programmed Evaluation and Review Technique) • Rencana Skala Waktu Rencana Skala Waktu adalah rencana waktu yang dibuat oleh kontraktor dalam penyelesaian proyek sesuai dengan yang telah disepakati bersama antara pihak pemilik, konsultan pengawas dan kontraktor. Rencana skala waktu dibuat agar proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 31 sehingga pembengkalan biaya dapat ditekan seminimal mungkin. • Laporan Kemajuan Proyek Laporan kemajuan proyek akan diajukan oleh kontraktor secara periodik. Yaitu berupa laporan mingguan dan bulanan. Setelah laporan mingguan disetujui oleh konsultan pengawas dan pemilik, selanjutnya laporan mingguan digunakan sebagai data untuk laporan bulanan. Secara garis besar, laporan kemajuan proyek dapat berupa: 1) Kemajuan pekerjaan persiapan 2) Evaluasi mengenai tenaga kerja, material, peralatan, keadaan cuaca dan kualitas pekerjaan. 3) Permasalahan dan penyelesaiannya. Apabila terjadi keterlambatan maka konsultan pengawas akan segera melakukan penelitian terhadap keterlambatan dan mengeluarkan instruksi untuk segera menanggulangi penyebab keterlambatan tersebut. • Pekerjaan Kurang Tambah (Variation Order) Variation Order adalah surat perintah dari pihak pertama (owner) melaksanakan suatu kepada pihak tambahan kontraktor pekerjaan baru untuk atau pengurangan skop pekerjaan yang telah ada dalam kontrak. Variation order biasanya muncul karena adanya perubahan desain, baik diminta oleh owner maupun perencana arsitektur. Perubahan-perubahan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU yang 32 merupakan pekerjaan tambahan atau pengurangan tersebut diatur dalam variation order. Perubahan desain yang terjadi adalah setelah melihat hasil pekerjaan maupun keadaan di lapangan, lepas dari perhatian pada saat proses perencanaan sehingga perlu dilakukan penambahan-penambahan maupun pengurangan pekerjaan. Variation order dapat muncul karena 2 sebab, yaitu: 1) Pihak owner menginginkan perubahan atau pengurangan (variation price request, VPR). 2) Pihak kontraktor menginginkan pekerjaan yang menuntut kontraktor diadakan (request of variation order, RVO) 4. Pengendalian Tenaga Kerja Adalah pemenuhan kebutuhan yang meliputi jenis, macam tenaga kerja dan jumlahnya untuk melaksanakan pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja terampil dan tenaga ahli. Pembagian tenaga kerja yang tepat akan berpengaruh pada kelancaran pekerjaan sehingga dalam hal ini dituntut keahlian dalam mengatur serta menangani tenaga kerja yang dibutuhkan agar tercapai hasil yang optimal. Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara tingkat keahlian dengan bidang dan tingkat pekerjaan tertentu sehingga pekerjaan yang dihasilkan menjadi efektif dan efisien. Pengendalian tenaga kerja ini meliputi: 1. Jenis tenaga kerja DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 33 1) Tenaga kerja berdasar status karyawan • Tenaga kerja tetap • Tenaga kerja tidak tetap 2) Tenaga kerja menurut tingkat kemampuan • Tenaga kerja ahli • Tenaga kerja menengah • Tenaga kerja harian leaps (Pembantu) 2. Waktu kerja 3. Sistem Pengupahan 4. Pengawasan dan pengarahan langsung di lapangan 5. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya umumnya bersangkutan dengan keuntungan yang dicapai dan untuk mencegah terjadinya pembengkakan biaya tanpa mengurangi faktor kualitas. Pengendalian biaya di lapangan dititikberatkan pada pengendalian sumber daya dan harus dilakukan dengan metode yang tepat sehingga dapat dicapai efisiensi biaya. Penerapan pengendalian biaya antara lain adalah sebagai berikut: a. Membuat Daftar Tugas Sebelum memulai menaksir biaya, harus terlebih dahulu memperinci tugas-tugas dilaksanakan dalam proyek dan menyusunnya dalam suatu daftar. Tujuannya adalah DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 34 agar dapat memperinci bagian-bagian dalam proyek, dalam urutannya yang logis, serta mencegah kemungkinan adanya segi-segi yang terlupa. b. Taksiran Bahan Untuk material, diperlukan dua macam taksiran; pertama jumlah biaya yang diperlukan untuk setiap tugas dan kedua waktu penyerahan bahan yang paling lambat. Kedua taksiran itu itu sangat penting bagi pengendalian proyek. Biaya bahan biasanya mencapai separuh biaya keseluruhan, sedang keterlambatan dalam mendapatkan bahan dapat menyebabkan pergeseran program. Taksiran didasarkan pada daftar kebutuhan bahan yang dibuat oleh perancang. c. Biaya Tak Terduga Salah satu sumber kesalahan taksiran yang umum ditemui adalah tidak terpikirkannya kemungkinan tambahan biaya yang disebabkan oleh kesalahan desain, kerusakan bahan material dan kemungkinan lain. Berapa besarnya tambahan biaya yang diperlukan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga tergantung dari berbagai faktor, termasuk diantaranya jenis proyek, standar efisiensi umum perusahaan yang bersangkutan dan keadaan konsep teknik proyek dan sebagainya. d. Kenaikan Biaya (Eskalasi) DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 35 Efek eskalasi harus dipertimbangkan terutama untuk proyek yang akan berjalan lebih dari satu tahun. Penawaran kontrak biasanya disiapkan beberapa bulan sebelum proyek dimulai dan akan menyebabkan adanya masalah eskalasi. Perusahaan akan berusaha menjaga dirinya terhadap kemungkinan ini, dengan menetapkan batas waktu berlakunya harga yang ditawarkan. 6. Pengendalian Logistic Merupakan pengendalian persediaan material dan pengendalian jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan suatu proyek. Hal ini dapat diketahui dari faktor pekerjaan dan volume pekerjaan yang ada. Apabila jumlah material yang dibutuhkan telah diketahui, maka pihak pengawas menyampaikan kepada pimpinan proyek dan kemudian pimpinan proyek harus merencanakan penjadwalan kedatangan material ke proyek. Pengadaan material sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan, karena keterlambatan kedatangan material dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Namun pengadaan material yang terlalu cepat (pekerjaan belum waktunya tapi material sudah didatangkan) juga dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan, karena lokasi proyek yang terlalu penuh dengan material membuat pekerja tidak leluasa untuk bekerja sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien. 2.4. PROGRAM KESELAMATAN KERJA (K3) Faktor tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas dan efisiensi waktu sehingga keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan dan dijamin. Pekerja sebagai ujung tombak DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 36 dari pelaksanaan suatu proyek sangat rentan tekena kecelakaan yang dapat berakibat fatal terhadap pelaksanaan pekerjaan di dalam proyek. Selain pekerjaan yang bersifat konstruktif, pekerjaan beresiko tinggi lainnya dalam sebuah proyek adalah berkaitan dengan proses operasional sebuah fungsi instalasi atau bangunan. Pekerjaan operasional beresiko besar terhadap pekerjaannya karena berkaitan dengan alat produksi. Adapun klasifikasi kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : A. Menurut jenis kecelakaan, misalnya jatuh tertimpa suatu benda, luka karena tumbukan, terjepit, suhu tinggi, arus listrik, radiasi, dan lain-lain. B. Menurut penyebab, misalnya akibat mesin, alat angkut, alatalat lain. C. Menurut sifat luka/kelainan, misalnya luka bakar. D. Menurut letak kelainan. Berdasarkan klasifikasi di atas, maka tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk dapat menekan angka kecelakaan antara lain : 1. Menerapkan peraturan sesuai undang-undang keselamatan kerja, baik di lingkup pekerjaan, kondisi kerja, pengawasan, perawatan dan pemeliharaan. 2. Memberikan standarisasi mengenai syarat-syarat K3, praktek K3 alat pelindung pekerjaan, dan lain-lain. 3. Pengawasan di lingkup pekerjaan, baik secara langsung maupun melalui data lapangan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 37 4. Mengadakan penelitian teknik mengenai sifat, karakter dan penanggulangan kecelakaan secara tepat. 5. Pembekalan pengetahuan yang cukup kepada pekerja mengenai pengoperasian alat serta tingkat bahaya kecelakaan dari alat tersebut. 6. Mengadakan penyuluhan bagi para pekerja serta memberikan pelatihan-pelatihan. Pencegahan kecelakaan merupakan diperhatikan dalam manajemen proyek. hal yang harus Tidak hanya keselamatan pekerjaannya tetapi juga kondisi lokasi kerja yang mempengaruhi prestasi kerja dan biaya proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan di lingkungan proyek : a. Perlu diwapadai kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi di lokasi proyek seperti: 1) Alat angkut yang roboh 2) Jatuh saat bekerja 3) Kejatuhan benda dari atas 4) Tergelincir 5) Terkena aliran listrik 6) Kebakaran pada lokasi bangunan, lingkungan sekitar, kantin pekerja, kantor proyek, gudang. b. Perlu diperhatikan pada lingkungan sekitar mengenai : 7) Kebersihan kantor direksi 8) Fasilitas MCK DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 38 9) Fasilitas makan dan minum 10) Ketersediaan air bersih c. Yang berhubungan dengan sifat-sifat proyek, seperti : 11) Lahan dipinggir jalan 12) Muka air (+6 meter) 13) Di dalam kota Adapun langkah-langkah pengendalian K3 yang ditempuh dalam proyek meliputi : 1. Pengendalian awal Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara meningkatkan pengertian dan pemahaman secara luas terhadap resiko potensi bahaya yang mungkin timbul/terjadi dari suatu pekerjaan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat laporan program K3 dan prosedur kerjanya secara tertulis. Pengendalian awal merupakan langkah awal dari suatu pengendalian yang paling dapat dikembangkan dibanding langkah-langkah lainnya karena paling efektif dan efisien untuk menumbuhkan pengendalian diri sendiri dari tiap-tiap pekerjaan. Untuk proyek ini, langkah pengendalian awal yang diambil adalah sebagai berikut : a. Rencana pembuatan pedoman / prosedur / petunjuk kerja pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan di proyek yang mungkin terjadi, seperti : 1) Pertolongan pertama pada kecelakaan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 39 2) Penanganan korban kecelakaan yang meninggal 3) Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal 4) Petunjuk K3 untuk tiap-tiap pekerjaan 5) Penggunaan alat pelindung diri b. Pembinaan dan pengarahan. Dilakukan melalui rapat harian / mingguan K3, serta merencanakan pembinaan, penyuluhan dan implementasi halhal yang berkaitan dengan K3 untuk mengembangkan kerjasama dan partisipasi efektif dalam topik-topik semacam ini : 1) Penggunaan tandu kecelakaan dan obat-obatan (P3K). 2) Penanganan dan proses pelaporan untuk korban kecelakaan. 3) Penggunaan alat pelindung diri. 4) Sosialisasi pemasangan rambu K3. 5) Inspeksi harian dan rapat K3. 6) Rencana K3 untuk beberapa jenis pekerjaan, diantaranya : • Fabrikasi dan pemasangan bekisting. • Pekerjaan beton. • Galian, timbunan, dan pembuangan tanah. • Febrikasi dan pemasangan beton. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 40 c. Penyuluhan dari intansi terkait. d. Penyediaan sarana pendukung. Adapun rambu-rambu K3 terdiri dari : Rambu perintah, misalnya hati-hati, gunakan sabuk pengaman, gunakan pelindung mata, gunakan sepatu, dll. e. Papan nama untuk menempel peraturan terkait dengan K3. 2. Pengendalian saat terjadi kontak dengan pekerjaan Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan bila tidak dapat dihindari lagi, kemungkinan kontak / berhubungan dengan potensi bahaya dari suatu pekerjaan. Selain itu pengendalian ini dapat mencegah terjadinya suatu kecelakaan tetapi hasilnya kurang maksimal dan konsekuensinya besar. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan saat terjadi kontak dengan pekerjaan, antara lain : a. Penyediaan alat pelindung diri - safety shoes - sarung tangan - sabuk pengaman - kacamata las - sepatu bot - tangga - kotak P3K - masker - breathing apparatus - pakaian kerja - ear protector b. Pemasangan pelindung - safety helmet pada setiap mesin yang menggunakan roda gigi, seperti : DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 41 - Bar cutter - Bar bender - Genset - Compressor - Vibro roller - Lift barang / orang - Excavator - Crane mobile - Concrete pump c. Pemasangan barikade / penghalang pada lokasi pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, antara lain seperti : - Galian tanah - Lubang tangga - Lubang lift 3. Pengendalian sesudah terjadi kontak dengan pekerjaan Ini merupakan langkah akhir yang dipersiapkan apabila langkah-langkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil dilakukan dan bertujuan untuk meminimalkan akibat / kerugian yang ditanggung pekerja karena melakukan suatu pekerjaan tapi tidak mencegah terjadinya kecelakaan. Tindakan yang dapat dilakukan setelah terjadi kontak dengan pekerjaan adalah membawa korban secepatnya ke poliklinik atau ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis segera. 2.5. MANAJEMEN KONSTRUKSI A. Pengertian managemen konstruksi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 42 Manajemen konstruksi merupakan suatu metode untuk memenuhi kebutuhan pemilik suatu proyek pembangunan supaya efektif. Manajemen konstruksi digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek karena dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan optimasi terhadap waktu, biaya, dan kualitas proyek. Metode disini berkaitan dengan tahap-tahap perencanaan, perancangan dan konstruksi sebagai tugas terpadu dalam sebuah tim konstruksi yang terdiri dari owner (pemilik), manajer konstruksi, dan arsitek. Dengan kata lain, manajemen konstruksi merupakan suatu sistem pengelolaan Pekerjaan pelaksanaan pembangunan fisik yang ditangani secara multi disiplin profesional, menyeluruh dan terpadu dengan tujuan memperoleh hasil yang seoptimal mungkin. Sasaran umum manajemen konstruksi adalah melayani kepentingankepentingan seoptimal mungkin meliputi interaksi biaya konstruksi, kualitas, jadwal penyelesaian secara seksama ditelaah oleh tim, sehingga suatu proyek bernilai optimal bagi owner. B. Keuntungan dari penggunaan jasa manajemen konstruksi (consultant management) 1. Menggunakan kaidah manajemen a. Menggunakan fungsi manajemen, yaitu organizing, actuating, dan controlling. b. Menggunakan sarana manajemen yang berkaitan dengan money, material, methode, machine, dan technology. 2. Melakukan manajemen berkesinambungan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 43 Pada tahap program dan perancangan konsultan manajemen akan memberi masukan kepada konsultan perencana, demikian pula pada tahap konstruksi fisik konsultan manajemen akan memberikan masukan kepada kontraktor pelaksana. 3. Penghematan biaya proyek secara keseluruhan melalui : a. Rekayasa nilai pada tahap perancangan b. Rekayasa nilai pada tahap pelaksanaan fisik c. Pengurangan penggandaan keuntungan dari overhead dari jenjang sub pelaksanaan pembangunan fisik. Barrie. 1993 menjelaskan bahwa rekayasa nilai dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap konsepsi, tahap desain terperinci, dan tahap pengadaan.  Tahap konsepsi Pada tahap ini dilakukan dengan menelusuri konsepsi-konsepsi dasar dan kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahan yang dimungkinkan.  Tahap desain terperinci Tahap ini dilakukan melalui peninjauan spesifikasi arsitektur baku dan mendaftar banyak material dan metode alternatif yang baru. Manajer konstruksi profesional dapat meninjau kembali barang-barang yang diusulkan dan bila alternatif tersebut terlihat memberikan suatu harapan, maka perlu diadakan perhitungan ulang dari biaya alternatif untuk proyek tersebut. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 44  Tahap pengadaan Tahap ini dilakukan dengan membatasi kuotasi dari penawaran harga yang sudah dibuat oleh kontraktor utama. Supaya dalam pemilihan tidak terlalu banyak penawaran dengan harga yang relatif lebih tinggi. 4. Terciptanya tertib administrasi karena dalam pelaksanaan manajemen konstruksi menggunakan bentuk-bentuk standar. C. Proses manajemen konstruksi Mengacu pada rumusan tujuan manajemen konstruksi yaitu untuk optimasi waktu, biaya dan mutu maka pelaksanaan pekerjaan perlu direncanakan sebaik-baiknya, diorganisasikan agar tetap, dilaksanakan secara cermat, serta dikontrol agar semua rencana dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga tujuan dapat dicapai. Secara umum, proses manajemen konstruksi terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan danpengendalian(http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/Jur._Pend._T eknik_Arsitektur/197812312005012beta_Paramita/Bab_I_Manaje men_Konstruksi.Pdf diakses tanggal 12 Agustus 2011). 1. Perencanaan (planning) Setiap proyek konstruksi selalu dimulai dengan proses perencanaan. Agar proses ini dapat berjalan dengan baik, maka harus ditentukan dahulu sarana utamanya. Perencanaan sebaiknya mencakup penentuan berbagai cara yang memungkinkan. Setelah itu, baru menentukan salah satu cara yang tepat dengan mempertimbangkan semua kendala yang mungkin muncul. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 45 Perkiraan jenis dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek sesuai dengan tujuannya. Kontribusi sumber daya dalam perencanaan memungkinkan perumusan suatu rencana atau beberapa rencana yang akan memberi gambaran secara menyeluruh tentang metode konstruksi yang digunakan dalam mencapai tujuan. Teknik-teknik perencanaan yang tersedia, yang memungkinkan untuk membantu para perencana mengelola kegiatannya, antara lain ialah perencanaan jalur kritis (crithical path method). Sering kali penggunaan teknik-teknik ini dapat membantu perencana untuk melakukan fungsi berikutnya seperti fungsi pengendalian (control). Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat berupa perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal). 2. Pengorganisasian (organizing) Kegiatan ini bertujuan melakukan pengaturan dan pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung terhadapl tujuan proyek. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 46 Pengelompokan kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyusun jenis kegiatan dari yang terbesar hingga yang terkecil, yang disebut dengan Work Breakdown Structure (WBS). yang Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pihak nantinya bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Proses ini disebut Organization Breakdown Structure (OBS). 3. Pelaksanaan (actuating) Setelah semua rencana disusun, organisasi telah ditetapkan, orang-orang telah ditunjuk, maka tahap selanjutnya adalah Pelaksanaan. Pelaksanaan hakekatnya adalah kegiatan menggerakkan, mengkoordinasikan dan memotifikasi orangorang atau unit kerja dalam organisasi agar dapat melakukan tugas menurut aturan, efisien, produktif serta terkendali sehingga sasaran-sasaran dapat dicapai secara harmonis sehingga tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi maka kegiatan lingkup pelaksanaan meliputi kegiatan memberi perintah, supervisi, inspeksi, evaluasi, koordinasi, dan tindakan turun tangga. a. Memberi perintah Perintah adalah fungsi pimpinan disetiap eselon dalam menggerakkan orang-orang bawahannya atau perintah kepada rekanan untuk melakukan suatu pekerjaan/tugas. Perintah dapat dilakukan secara lisan atau tulis. Untuk intern organisasi, perintah dituangkan dalam surat memo dinas / dalam buku harian. Perintah untuk pihak extern organisasi misalnya perintah kepada sub kontraktor / pemasok dituangkan dalam kontrak/ Surat Perintah Karja (SPK). DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 47 b. Supervisi Supervisi merupakan fungsi pimpinan dalam arahan, bimbingan kepada bawahan untuk melakukan dengan baik dan teliti. Supervisi terutama diberikan pelaksana pekerjaan yang berkaitan dengan teknik konstruksi, teknologi dan metode kerja. c. Inspeksi Inspeksi merupakan fungsi pimpinan dalam rangka pengecekan terhadap progres pekerjaan, mutu, waktu, penggunaan sumber daya, keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi ada yang diprogramkan dan tidak. d. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai laporan dan hasil temuan dalam Inspeksi. e. Koordinasi Koordinasi adalah kegiatan untuk menyinkronkan bagianbagian pelaksanaan pekerjaan, agar tidak terjadi sesuatu bagian lambat dan bagian lain terlalu cepat. Ini dilakukan dengan rapat antara pimpinan dan staf. f. Tindakan turun tangga Tindakan turun tangga adalah keputusan pimpinan untuk memecahkan suatu masalah atau mengambil tindakan terhadap suatu persoalan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 48 Pelaksanaan sangat erat dengan fungsi pimpinan, oleh karena itu berhasil atau tidaknya pelaksanaan sangat tergantung kemampuan pimpinan setiap eselon dalam organisasi. Pimpinan dalam melakukan perintah, supervisi, maupun evaluasi, koordinasi dan tindakan turun tangga memerlukan kemampuan dalam menganalisa suatu masalah, pengambilan keputusan, tindakan, komunikasi, koordinasi serta hubungan dengan manusia (human relation). Perlu diingat bahwa pekerjaan konstruksi, adalah pekerjaan berat, keras dan dilakukan di alam terbuka, yang menyulut emosi orang. Oleh karena itu dalam memberikan perintah, supervisi, Inspeksi, dan kegiatan lain, perlu dilakukan secara bijaksana. 4. Pengendalian (controlling) Pengendalian merupakan upaya agar pelaksanaan sesuai dengan rencana. Oleh karena itu hubungan perencanaan dan pengendalian sangat erat. Perencanaan merupakan input sedang pengendalian merupakan proses untuk mencapai hasil dari umpan balik perencanaan. Upaya pengendalian pengawasan baik tersebut yang dilakukan dilakukan oleh melalui pelaksana konstruksi maupun pemilik proyek. Pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan agar semua proses kegiatan dapat dilaksanakan menurut rencana sehingga tujuan dapat diwujudkan seperti yang ditentukan. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pengawasan diarahkan agar waktu, biaya, dan mutu dapat dicapai sebaik-baiknya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 49 a. Pengawasan terhadap waktu dikendalikan dengan bar chart dan network diagram serta program control chart. b. Pengawasan terhadap mutu mengacu kepada standar mutu yang ditentukan. Hasil yang baik banyak dipengaruhi oleh bahan, alat dan orang yang mengerjakan, oleh karena itu kontrol perlu mendapat perhatian. c. Pengawasan terhadap biaya, khususnya pengawasan d. Penggunaan keuangan proyek dilakukan dengan mengendalikan buku kas dan sistem akuntansi yang digunakan. Kegiatan pengawasan sebaiknya dilakukan dengan sistem laporan. mengendalikan Perlu ada pengawas khusus untuk laporan-laporan itu untuk membuat evaluasi serta membuat alternatif pemecahan bila ada masalah atau persoalan. Pengawasan harus dilakukan secara sistematik dan kontinue untuk itu perlu ada suatu rencana. Dari empat tahapan proses manajemen konstruksi yang dijelaskan di atas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa untuk mencapai tujuan proyek yang direncanakan, pelaksanaan proyek memerlukan suatu koordinasi yang baik antara unsur-unsur pelaksana pembangunan yang tergabung dalam organisasi proyek yang telah disusun sebelumnya, yang tak lepas dari pengawasan yang dilakukan oleh pihak MK sebagai wakil pemilik proyek DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 50 untuk mengendalikan pelaksanaan tersebut sesuai dengan rencana. Koordinasi antara unsur-unsur, Pengelola Proyek, Konsultan Perencana, Konsultan Manajemen Proyek dan kontraktor terwujud dalam bentuk pertemuan berkala (site meeting) yang akan membicarakan dan mengatasi segala permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan untuk mendapatkan hasil yang optimal (Paulus Nugraha, 1986 dalam Sandyavitri). Menurut Iman Soeharto (1996) kegagalan dan keberhasilan suatu proyek konstruksi sangat tergantung pada keterlibatan pemilik proyek/owner, karena pemilik harus terlibat dalam perencanaan desain dan melaksanakan proyek. Dan juga owner harus memiliki komitmen terhadap keputusan dalam kesepakatan awal. Sedangkan proyek yang sukses berarti proyek yang dilaksanakan sesuai dengan biaya, jadwal, dan keberhasilan mencapai sasaran teknis, proyek yang berhasil juga berarti sukses menerapkan strategi yang telah dirancang. Sedangkan kegagalan proyek berarti proyek yang tidak sesuai dengan rencana pembiayaan, jadwal dan tidak mencapai sasaran yang diinginkan (David I. Cleland, 1995 dalam Sandyavitri). 2.6. KAJI ULANG DESAIN (REVIEW DESIGN) Salah satu hal yang selalu dilakukan pada saat pelaksanaan proyek sudah berjalan adalah kaji ulang desain. Hal ini karena setiap desain awal dari suatu proyek pada umumnya selalu mengalami revisi-revisi pada DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 51 saat pelaksanaannya, hal ini biasanya diakibatkan kondisi lapangan yang sesungguhnya telah mengalami perubahan-perubahan kondisi dibandingkan dengan kondisi pada saat survei untuk pembuatan desain, atau dikarenakan kesalahan-kesalahan kecil baik pada saat survey ataupun kesalahan desain itu sendiri. Tujuan dari kaji ulang desain adalah untuk menghasilkan desain final yang optimum untuk dilaksanakan. Kaji ulang desain ini harus didasarkan pada data-data terbaik dan terkini yang dapat diperoleh. Ini dimaksudkan untuk dapat menjamin seluruh pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai spesifikasi dan kondisi lapangan, serta masih dalam batas nilai kontraknya. Untuk itu, sebelum dilakukan kaji ulang desain, proyek dan konsultan pengawas menetapkan terlebih dahulu tipe kaji ulang yang akan dipilih sehingga segala akibat yang menyertainya dapat diestimasi lebih dini. Prosedur kaji ulang harus mengikuti aturan yang berlaku dan diterapkan pada proyek bersangkutan dengan menyusunnya dalam justifikasi teknik dengan uraian antara lain sebagai berikut (www.knowmt.arsipan.org, 15 Agustus 2001): 1. Pemilik proyek bersama konsultan pengawas memonitor dan terlibat secara aktif kegiatan survey tambahan/rekayasa lapangan yang dilaksanakan kontraktor guna keperluan pemeriksaan kembali desain rinci. 2. Konsultan pengawas mempelajari perubahan yang diperlukan berdasarkan data-data yang diperoleh pada kegiatan no. 1 terhadap desain asli dan memberikan masukan-masukan dan pemecahan persoalan berupa rekomendasi sesuai kebutuhan nyata lapangan. 3. Konsultan pengawas melakukan perhitungan-perhitungan teknis, analisis teknis, tinjauan metode kerja, tinjauan penggunaan material, DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 52 dan perhitungan biaya (estimasi) hasil kaji ulang desain menyerahkannya kepada pemilik proyek untuk dan diperiksa kelayakannya. 4. Konsultan pengawas juga memberikan kaji ulang secara teknis maupun non teknis yang kaitannya dalam perubahan biaya proyek, perubahan kuantitas dari pekerjaan utama (mayor item) akan secara langsung berpengaruh terhadap lini proyek. 5. Pemilik proyek dan konsultan pengawas mengoreksi jadwal pelaksanaan apabila diperlukan (re-scheduling), hal ini apabila ternyata dari hasil kaji ulang desain akan mempengaruhi penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Sebagai contoh misalnya dengan melakukan crash program agar target waktu penyelesaian dapat tercapai tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan. 2.7. REKAYASA LAPANGAN (FIELD ENGINEERING) Setelah dilakukan kaji ulang desain, sering terjadi perubahan dari rencana awal, baik karena penyesuaian dengan lapangan maupun karena perubahan desain dari konsultan perencana. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu rekayasa lapangan yang merupakan suatu kegiatan untuk mencari kesesuaian antara rancangan asli yang ditunjukkan dalam gambar dengan kebutuhan aktual lapangan. Berdasarkan tujuannya, rekayasa lapangan terdiri atas (www.know-mt.arsipan.org, 15 Agustus 2001): 1. Rekayasa lapangan yang bertujuan untuk mendetailkan rancangan asli, dilakukan pada periode mobilisasi dan hanya diterapkan pada rancangan bertahap (phasing design) 2. Rekayasa lapangan untuk menerapkan rancangan detail di lapangan, umumnya dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan, dan dapat DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 53 diterapkan baik pada rancangan bertahap (phasing design) maupun pada rancangan lengkap (full engineering design) Setiap penyimpangan dari gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi akan ditentukan secara tertulis oleh direksi pekerjaan. Kontraktor dan direksi pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang diambil terhadap gambar dalam kontrak. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, direksi teknis bersama-sama dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan penyedia jasa Melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana mata pembayaran guna menetapkan kuantitas awal. Kontraktor bersama-sama direksi teknis melaksanakan survey lapangan yang lengkap dan menyiapkan hasil laporan tersebut. Dengan demikian akan memungkinkan direksi pekerjaan melaksanakan peninjauan kembali rancangan atau revisi desain dan menyelesaikan serta menerbitkan detail pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak maka harus dituangkan dalam bentuk amandemen kontrak. Setelah itu baru dilaksanakan pematokan (steaking out) dan survey seluruh lokasi pekerjaan. Investigasi dan pengujian dan rekayasa serta penggambaran untuk selanjutnya disimpan sebagai rekaman proyek yang kemudian dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan kontrak. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 54 DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 55 BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. LATAR BELAKANG PROYEK Indonesia terus mengalami peningkatan ekonomi sejak lima tahun terakhir. Krisis moneter yang melanda seluruh dunia tidak mempengaruhi laju perkembangan ekonomi dalam sektor-sektor tertentu. Bahkan, pencapaian ini membuat sektor pariwisata tetap eksis dan semakin membaik. Untuk wilayah Indonesia sendiri, Statistical Report on Visitor arrival to Indonesia 2004-2006 mengeluarkan data tentang kunjungan wisman untuk meeting, incentive, convention, exhibiton mencapai 41,23%, wisman liburan 56,49% dan keperluan lain 2,28%. Berdasarkan perhitugan statistik yang telah dilakukan, bisnis perhotelan di kota Solo, Dalam 5 tahun terakhir rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang 3 keatas mencapai 45,72%, rata-rata tingkat penghunian kamar hotel berbintang paling tinggi prosentasenya terdapat pada hotel bintang empat dengan pencapaian 50,29% (BPS surakarta,2007). Melihat perkembangan bisnis dan pariwisata yang kian membaik, tentunya bidang perhotelan secara otomatis akan menjadi lahan bisnis yang menjanjikan, dikarenakan sektor perhotelan banyak terpengaruh pada iklim bisnis dan pariwisata. Hal ini menjadi sebuah peluang besar bagi para pebisnis yang menggeluti bidang tersebut, maupun pebisnis yang lain untuk ikut berkecimpung dalam bidang tersebut. Munculnya properti–properti baru seperti apartemen, kondotel dan juga hotel berskala internasional di kota Solo dalam lima tahun terakhir ini menjadi salah satu indikator kesuksesan laju perekonomian di Kota Solo. Mengamati perkembangan tingkat penghunian kamar hotel bintang tiga ke atas, jumlah kunjungan wisata ke Solo, pengembangan kota Solo menjadi destinasi business DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 56 city dan iklim perekomomian yang kondusif untuk infestasi, rasanya adalah saat yang tepat untuk dibangun sebuah city hotel di kota Solo. Menyadari hal tersebut, dibangunlah Fave Hotel di kawasan Solo Baru, yang merupakan kawasan yang sedang berkembang sangat pesat. Hotel ini diharapkan dapat menjawab potensi pariwisata kota Solo sekaligus memberikan nilai tambah bagi kawasan itu sendiri. Fave Hotel sendiri dibangun melalui manajemen Aston Hotel yang telah lama berkecimpung dalam mengelola perhotelan modern kelas dunia. Belum adanya hotel dengan konsep serupa di areal terbangun menjadikan Fave Hotel cabang Solobaru ini menjadi “stand-out” sebagai icon pioneer city hotel di areal tersebut. 3.2. DASAR PEMILIHAN PROYEK Proyek pembangunan Fave Hotel ini dipilih sebagai tempat Kerja Praktek, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a) Lokasi yang masih berada di kota Solo sehingga memungkinkan untuk melaksanakan kerja praktek sambil tetap melaksanakan perkuliahan. b) Mengetahui bagaimana situasi ketika gambar kerja dihadapkan pada realita lapangan yang ada, yang kerapkali menuntut cukup banyak perubahan. c) Memperkenalkan praktikan kepada situasi kerja yang ada di dalam sebuah proyek pembangunan. d) Dapat mengetahui struktur organisasi dan pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah proyek beserta perannya masing-masing. e) Dapat memperoleh pengalaman membantu pembuatan asbuilt drawing, yang merupakan gambar pasca-konstruksi yang menjadi tanggung jawab kontraktor dalam pembuatannya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 57 f) Pada saat kerja praktek akan dimulai, tahap pembangunan struktural Fave Hotel telah selesai dan telah memasuki tahap pekerjaan arsitektural. Sehingga tentunya hasil dari kerja praktek akan tepat sasaran, khususnya bagi mahasiswa arsitektur. 3.3. DESKRIPSI PROYEK A. Data Proyek Proyek pembangunan Fave Hotel Solo Baru memiliki data sebagai berikut. • Nama Proyek : Pembangunan Fave Hotel Solo Baru • Lokasi : Jl Solo Permai Baru - Solo • Pemilik : PT Duta Merlin Dunia • Sumber Dana : Swasta • Tahun Anggaran : 2011 • Perencana Arsitektur : Megatika Internasional • Perencana ME : PT Rayosa Cipta Mandiri • Perencana Struktur : PT Cipta Sukses • Pengawas : Yohanes(wakil owner) • Kontraktor : CV Sarana Bangun Pratama • Nilai Kontrak : Rp50 000 000 000,00 DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 58 B. Data Teknis Proyek Data-data teknis: 1) Jumlah lantai : 12 lantai 2 basement 2) Tinggi bangunan : ± 46 meter 3) Kedalaman basement : 5 meter 4) Luas tanah : ± 1485 m2 : ± 1056 m2 5) Luas bangunan Adapun elevasi tiap lantai adalah sebagai berikut: 1) Basement dua : -5500 cm 2) Basement satu : -2500 cm 3) Ground floor : +1000 cm 4) Lantai dua : +6000 cm 5) Lantai tiga : +10000 cm 6) Lantai empat : +15.000 cm 7) Lantai lima : +18.000 cm 8) Lantai enam : +21000 cm 9) Lantai tujuh : +24000 cm 10) Lantai delapan : +27000 cm 11) Lantai sembilan : +30000 cm 12) Lantai sepuluh : +33000 cm 13) Lantai sebelas : +36000 cm DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 59 14) Lantai duabelas : +39000 15) Rooftop : +42500 cm 16) Top of roof : +46000 cm cm C. Unsur-unsur Pengelola Proyek Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Fave Hotel Solo Baru ini, terdapat empat pihak yang terlibat di dalamnya, 1. Pemilik proyek (owner) 2. Konsultan perencana (arsitektur, struktur, ME) 3. Pengawas 4. Kontraktor Keempatnya merupakan suatu kesatuan. Dimana keempat pihak tersebut saling mendukung kerja masing-masing. Keempat pihak tersebut memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang demi terwujudnya proyek Fave Hotel Solo Baru ini. a. Pemilik Proyek Pemilik proyek/owner adalah suatu instansi atau perorangan, swasta, dan pemerintah, yang memiliki proyek dan sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan. Dalam pembangunan Fave Hotel Solo Baru ini,owner proyek adalah PT Delta Merlin Dunia Properti. Tugas dan wewenang owner proyek, antara lain: • Menyediakan dana DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 60 • Mengatur pelaksanaan tender • Mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja(SPMK) • Menyetujui dan menolak perubahan pekerjaan. • Mengesahkan berita acara kemajuan pekerjaan. • Berhak menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen tender. • Mengeluarkan instruksi kepada kontraktor melalui konsultan pengawas atau langsung. b. Konsultan Konsultan terdiri dari pengawas dan perencana. Konsultan pengawas adalah pihak yang membantu pemilik proyek untuk mengolah keinginan pemilik proyek menjadi sebuah rencana yang matang sehingga nantinya tidak terjadi banyak masalah dan siap dilaksanakan. Dalam proyek ini, konsultan perencana diserahkan kepada Megatika Internasional sebagai konsultan arsitektur, PT Cipta Sukses sebagai perencana struktur, PT Rayosa Cipta Mandiri sebagai perencana ME. Atas dasar wawancara dengan kontraktor, tugas konsultan perencana adalah antara lain: • Merencanakan struktur, bentuk, dan desain bangunan maupun interiornya serta seluruh instalasi yang mendukung bangunan tersebut. • Jika terjadi konsultan perubahan perencana gambar wajib kerja, melaksanakn maka dan melaporkan perubahan gambar kerja kepada owner. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 61 • Konsultan perencana wajib membuat estimasi biaya rencana. Pengawas dalam proyek ini adalah Bapak Yohanes yang ditunjuk untuk mewakili owner. Pengawas secara aktif mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Tugas konsultan pengawas antara lain, • Mengawasi jalannya proyek (spesifikasi material, bahan, proses pelaksanaan, dan mutu pekerjaan) • Wajib mengikuti rapat dengan owner dan konsultan perencana • Harus dapat memutuskan bila terjadi masalah mengenai gambar dan pelaksanaan dilapangan • Jika terjadi keterlambatan, maka pengawas wajib mempertanyakan dan meminta tanggung jawab kontraktor. • Pengawas juga mengawasi kinerja konsultan perencana jika terjadi perubahan gambar Kontraktor, adalah badan hukum yang penawarannya telah diterima oleh pemilik kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan dibawah persyaratan dan harga kontrak yang sudah ditentukan. Pada pembangunan Fave Hotel Solo Baru ini, kontraktor yang ditunjuk adalah CV Sarana Bangun Pratama. Berdasarkan wawancara dengan pihak kontraktor, tugasnya antara lainn: • Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan isi kontrak dan gambar DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 62 • Jika ada pekerjaan tambahan, harus tetap beberapa item dilampirkan didalam berita acara • Kontraktor dapat mensubkan pekerjaan jika diperlukan. Dalam proyek ini, item pekerjaan yanbg disubkan seperti CCTV, dan networking • Kontraktor juga mencari penawaran yang paling murah dengan spek yang harus tetap terpebuhi untuk diajukan ke owner. Dalam hal ini, CV. Sarana Bangun Pratama selaku pelaksana proyek (kontraktor utama) menerapkan sistem organisasi Pimpinan proyek sebagai berikut: (Arif Prastawa ST) Site Manager (Pak Bayu) Supervisor Arsitektural Supervisor ME (Pak Aan) (Pak Tris) DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU Drafting Quality Pergudangan Control (Hertya) (Pak Jimat) (Pak Pipit) 63 Bagan III – 1: Struktur Organisasi CV. Sarana Bangun Pratama Sumber: Analisa pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 64 Skema tahapan perencanaan dan perancangan gedung Fave Hotel Solobaru adalah sebagai berikut: Owner Penunjukkan konsultan perencana Penunjukka n kontraktor utama Penunjukka n konsultan struktur Penunjukkan konsultan ME Manajemen Hotel Pembuatan proposal Pengajuan proposal Dana pembangunan Realisasi proyek Bagan III – 2: Tahap Perancangan dan Perencanaan Fave Hotel Solo Sumber: Analisa pribadi Owner (PT Duta Merlin Dunia Properti) pertama menunjuk kontraktor utama (CV. Sarana Bangun Pratama), konsultan struktur (PT. Cipta Sukses), konsultan ME (PT. Rayosa Cipta Mandiri), dan konsultan perencana (Megatika Internasional) tanpa melalui proses lelang. Penunjukan ini didasarkan pada DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 65 kepuasan kinerja kontraktor tersebut pada proyek-proyek sebelumnya. Di saat yang bersamaan, owner juga menunjuk manajemen yang akan mengelola bangunan hotel miliknya. Dalam hal ini, PT Duta Merlin Properti menunjuk Aston Hotel International, yang kemudian menawarkan manajemen Fave Hotel. Setelah seluruh elemen proyek terkumpul, diadakan rapat pertemuan untuk membicarakan kesepakatan bersama mengenai arah tujuan proyek dan keinginan masing-masing pihak. Selanjutnya, panitia mulai menyusun proposal, gambaran perencanaan awal termasuk penyusunan RAB. Setelah persetujuan didapat dan dana dapat direalisasikan, pihak konsultan akan membuat gambar kerja (bestek) sebagai acuan realisasi pembangunan proyek. Pada saat praktikan melaksanakan kerja praktek, tahapan pelaksanaan proyek telah sampai kepada tahapan realisasi proyek di lapangan, khususnya tahapan finishing arsitektural yang akan dijelaskan secara mendetail pada sub-bab berikutnya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 66 BAB IV PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 4.1. BIDANG KERJA PRAKTIKAN Di dalam proyek Fave Hotel tersebut, praktikan tidak menduduki memegang tugas/ posisi secara spesifik, namun ikut membantu pekerjaan berbagai pihak. Yakni: A. Mapping Mapping/checklist checking adalah pengecekan kelengkapan suatu objek proyek melalui suatu daftar checklist yang runtut, di mana tanda cek (√) akan ditambahkan pada checklist tersebut bila objek tersebut telah dikerjakan. Melalui metode ini, akan mengurangi kekeliruan pengerjaan yang terlewat atau kurang sempurna. Spidol atau tinta warna sangat dibutuhkan untuk memudahkan e Checklist mapping ini menjadi tanggung jawab pemegang jabatan quality control, yang berkewajiban mengecek dan memperbaharui checklist mapping tersebut setiap hari. Bila ada pekerjaan yang kurang sempurna atau terlewat, quality control memiliki wewenang untuk mengkontak atau secara langsung menegur dan mendesak agar penanggung jawab objek yang kurang sempurna tersebut dapat segera mengkordinasi pekerjanya untuk segera memperbaiki objek tersebut, atau secara langsung menegur pekerjanya. Walau sekilas pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang sederhana, namun memiliki pengaruh yang penting di dalam proyek. Seorang quality control yang baik harus selalu aktif melakukan monitoring, rajin memperbaharui dan mendokumentasi checklist, dan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 67 membina hubungan yang baik dengan pekerja proyek maupun rekan stafnya. Di dalam masa kerja praktek, praktikan memegang checklist dan mengeceknya mulai dari lantai basement hingga rooftop. Setelah checklist diselesaikan, kemudian dikembalikan kepada quality control untuk diproses lebih lanjut oleh supervisor untuk mengetahui progres kerja proyek setiap harinya. Untuk mengantisipasi bila pada hari itu progres kerja belum memenuhi target, maka keesokan harinya pekerjaan tersebut harus dikejar. Berbagai bentuk dokumen checklist yang digunakan sebagai panduan akan dilampirkan pada bab lampiran. Yang menjadi objek mapping dalam proyek ini adalah: a. Kelengkapan pemasangan lantai. b. Kelengakapan pemasangan plafon. c. Kelengkapan pengerjaan kusen dan pintu. d. Kelengkapan instalasi mekanikal elektrikal (ME), yang terdiri atas: • Instalasi listrik • Instalasi AC • Plumbing • Antena TV • Telephone sistem e. Kelengkapan interior kamar, yang terdiri atas: • Furniture • Digital printing (wallpaper) DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 68 Gambar 1 : Dokumentasi kegiatan mapping checklist Sumber: dok.pribadi B. Drafting Praktikan turut membantu pekerjaan drafting dalam hal pembuatan gambar asbuilt drawing, baik berupa gambar kerja arsitektural maupun gambar kerja mekanikal elektrikal, maupun gambar kerja struktural. Pembuatan asbuilt drawing ini sifatnya mengedit gambar kerja yang telah diberikan oleh konsultan perencana. Pembuatan gambar ini menggunakan software AutoCAD 2007. Gambar yang harus dibuat sifatnya insidental, yaitu sewaktu-waktu apabila terjadi perubahan di lapangan. Sehingga, seorang drafter harus siap di kantor (base) bila sewaktu-waktu menerima order editing gambar. Seorang drafter dalam proyek ini tidak hanya berkecimpung dalam AutoCAD atau asbuilt drawing saja, tetapi juga membuat dokumendokumen seperti dokumen cheklist yang digunakan sebagai panduan mapping (menggunakan Microsoft Excel), bahkan penyusunan RAB (menggunakan Microsoft Excel), hingga surat menyurat. Dengan kata lain, seorang drafter mengurusi bagian administrasi transfering file dari bentuk tertulis ke dalam bentuk soft file digital. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 69 Praktikan sendiri juga tidak hanya mengerjakan asbuilt drawing, tetapi juga membantu pembuatan pedoman checklist. Berbagai bentuk dokumen checklist yang telah dibuat akan dilampirkan pada bab lampiran. Gambar 2 : Dokumentasi kegiatan dan sarana drafting Sumber: dok.pribadi C. Quality control Praktikan sebagai quality controller membantu melaporkan kepada pemegang jabatan quality control apabila terjadi permasalahan seperti kesalahan di titik-titik tertentu, pekerjaan tukang yang rapi, ketidaksesuaian dengan gambar atau segala permasalahan lain yang berkaitan dengan hasil realisasi pembangunan yang tidak sesuai standar kualitas yang digunakan. Sarana yang digunakan oleh praktikan untuk melakukan kegiatan quality control adalah checklist mapping, meteran dan kamera. Melalui checklist mapping, material yang harus dilakukan pengecekan kualitasnya dimasukkan ke dalam list yang runtut, sehingga meningkatkan tingkat ketelitian pengecekan dan mencegah terlewatnya bagian bangunan yang belum dicek. Untuk mengecek kualitas handling pintu, praktikan diminta untuk mencoba membuka dan menutup handling pintu tiap kamar tanpa DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 70 terkecuali tepat setelah seluruh handling pintu dalam satu lantai selesai dipasang. Untuk mengecek kualitas digital printing wallpaper, praktikan harus mengamati pemasangannya, memastikan tiap kamar dipasang dengan rapi dan tidak kentara sambungannya. Bila ada digital printing yang sobek ataupun kurang rapi, praktikan melapor kepada pemegang jabatan quality control sehingga dapat segera mengabarkan kepada tender yang bertanggungjawab dalam pemasangan wallpaper tersebut untuk segera memperbaikinya. Bila terjadi kesalahan dalam satu hari, biasanya kesalahan tersebut akan diperbaiki pada hari berikutnya. Kualitas pemasangan digital printing ini menjadi penting karena mempengaruhi estetika kamar, mengingat perannya sebagai point of interest kamar. Oleh karena itu, quality control meminta praktikan untuk benar-benar memperhatikan kerapiannya dengan melakukan mapping checklist setiap harinya untuk tiap kamar. Praktikan juga diminta untuk memastikan pemasangan keramik, rapi tidaknya, sampai pada pengecekan spek keramik yang digunakan. Praktikan harus memastikan keramik yang dipasang adalah sama dengan spesifikasi yang tertulis jelas dalam kontrak. Tidak hanya keramik, praktikan juga diminta untuk mencocokkan spesifikasi yang ada di dalam daftar spesifikasi barang yang diberikan oleh kontraktor dengan apa yang terbangun di lapangan. Barang yang dicek antara lain berupa material rangka plafon, karpet, tipe keramik, tipe kusen, tipe pintu jendela alumunium, dll. Untuk mencocokannya praktikan membuat checklist dengan format sendiri. Selain dari segi finishing arsitektural, praktikan melakukan quality control untuk kelengkapan elemen mekanikal elektrikal setiap kamar seperti: DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 71 • Pemasangan lampu downlight • Pemasangan instalasi AC (grill supply dan double frame main hole) • Pemasangan speaker • Pemasangan fire fighting system (spinkler dan smoke detector) • Pemasangan plumbing (floor drain, wastafel, shower, mixing shower, jet washer, kloset Gambar 3 : Kegiatan quality control pemasangan wallpaper (kiri), kelengkapan finishing (kanan) Sumber: dok.pribadi Gambar 3 : Kegiatan quality control pemasangan pipa bak penampungan air DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 72 Sumber: dok.pribadi 4.2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN Pengadaan, pemilihan, dan penggunaan peralatan kerja sangat penting untuk mencapai keberhasilan proyek karena membantu pelaksanaan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia dan dapat mempersingkat waktu pekerjaan. Peralatan yang digunakan pada pengembangan proyek Fave Hotel adalah: A. Schaffolding Schaffolding adalah perancah yang terbuat dari besi yang digunakan untuk menyangga bekisting plat lantai dan balok agar kokoh dan kuat dalam menahan beban beton ataupun beban luar yang bekerja padanya. Tiap schaffolding dilengkapi dengan u-head sebagai penyangga atas, jack base sebagai penyangga bawah, joint pen sebagai penyambung antar schaffolding dan cross base untuk menghubungkan rangkaian frame schaffolding. Terdapat beberapa macam ukuran frame schaffolding antara lain: 1. Main frame (MF) adalah frame schaffolding yang terletak paling bawah; 2. Ladder frame (LF) adalah frame schaffolding yang terletak di atas main frame. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 73 Gambar 4 : Schaffolding Sumber: dok.pribadi Gambar 5 : U-head (kiri), dan Joint pen (kanan) Sumber: dok.pribadi B. Waterpass tukang Leveling atau Waterpass Tukang adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ukuran yang umum dapat dijumpai adalah waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m. Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Untuk waterpass yang digunakan tukang dalam proyek Fave Hotel ini, adalah yang berukuran panjang 0,5 m. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 74 Gambar 6 : Waterpass tukang Sumber: khedanta.wordpress.com Kedua sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan yang akan diperiksa kedatran atau ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebgai alat pemeriksaan kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan vertikal. Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana , yaitu menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang di chek. Untuk mengechek kedatran maka dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat water pas. Sedangkan untuk menchek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpas. Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar benar berada ditengah alat yang ada. C. Bor Listrik Bor listrik digunakan untuk pekerjaan melubangi dinding, membantu pekerjaan pemasangan cladder dan tray, pemasangan engsel pintu, dsb. Bor listrik menjadi salah satu komponen yang sangat penting dan digunakan hampir di seluruh aktivitas konstruksi, khususnya pada tahapan pemasangan instalasi mekanikal elektrikal. Proyek Fave Hotel DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 75 sendiri memiliki lebih dari satu bor listrik, dan beberapa bahkan dibeli khusus sebagai tambahan pada saat berlangsungnya proyek. Gambar 7 : Bor listrik Sumber: dok.pribadi D. Selep atau Gerinda Tangan Ada dua macam gerinda tangan yang digunakan dalam proyek Fave Hotel, yakni yang digunakan untuk memotong keramik dan mengasah material. Gambar 8: Gerinda tangan untuk memotong keramik Sumber: dok.pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 76 Gambar 9 : Gerinda tangan untuk mengasah material Sumber: dok.pribadi E. Cutting Well Digunakan untuk memotong alumunium. Gambar 10 : Mesin cutting (kiri), material yang dipotong (kanan) Sumber: dok.pribadi F. Bar Cutter dan Bar Bender Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk pemotong baja tulangan dengan berbagai ukuran sesuai dengan perencanaan. Bar cutter yang digunakan di dalam proyek ini adalah bar cutter listrik. Keuntungan dari bar cutter listrik adalah kemampuannya memotong baja tulangan dengan dimensi yang cukup besar dan mutu/kualitas yang tinggi, selain itu dapat mempersingkat pengerjaan. Bar cutter yang digunakan di dalam proyek ini memiliki diameter maksimal 32 mm untuk pemotongan Cara kerja bar cutter yaitu dengan memasukkan baja yang akan dipotong ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, maka dalam hitungan detik baja akan terpotong. Untuk memotong baja dengan diameter besar dapat dilakukan satu per satu, namun untuk baja dengan diameter kecil dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa baja DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 77 sekaligus. Dalam penggunaannya, tentu saja membutuhkan ketelitian khusus untuk menghindari kecelakaan kerja. Gambar 11 : Bar Cutter (kiri), Bar Bender (kanan) Sumber: dok.pribadi Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan sesuai dengan sudut yang diinginkan. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut pembengkokan yang diinginkan. Pada penggunaannya harus memperhatikan keadaan sekitar karena area pembengkokan harus bebas dari orang yang melintas untuk menghindari kecelakaan kerja. G. Compressor Compressor digunakan untuk membersihkan debu dan butiran air. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 78 Gambar 12 : Compressor Sumber: dok.pribadi H. Bor air Digunakan untuk pengeboran guna mencari sumber air yang digunakan untuk proyek. Gambar 13 : Bor air Sumber: dok.pribadi I. Gondola Digunakan untuk membantu pekerjaan pertukangan secara vertikal dan dibiarkan tetap ada untuk keperluan maintenance hotel selanjutnya, misalnya untuk membersihkan kaca. Mesin utama gondola berada di rooftop, dengan alat lifting yang dapat menjulur ke bawah hingga ke ketinggian tertentu. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 79 Gambar 14 : Aplikasi gondola (kiri), mesin gondola di rooftop (kanan) Sumber: dok.pribadi Disamping alat-alat di atas pada proyek ini juga digunakan alat-alat bantu seperti gerobak dorong, meteran, cangkul, martil, dan lain sebagainya. Pengadaan peralatan yang digunakan tersebut dilakukan dengan berbagai cara antara lain dari milik kontraktor pelaksana sendiri, disewa dan lain-lain. 4.3. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN Kekuatan dari suatu bangunan tidak hanya ditentukan oleh perhitungan pada saat perencanaan tetapi juga ditentukan oleh kualitas material yang akan digunakan. Material yang akan digunakan diharapkan sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya agar diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan yaitu menurut peraturan PBI 1971. Pengadaan bahan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan bahan bangunan yang ada di lapangan sehingga dapat dihindari penyimpanan yang terlalu lama dari bahan bangunan tersebut agar kualitas mutu dari bahan bangunan yang akan digunakan dalam suatu proyek dapat terjaga dengan baik. Selain itu diperhatikan pula tentang penyimpanan bahan bangunan yang baik. Bahan bangunan yang digunakan dalam proyek Fave Hotel, antara lain: A. Semen DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 80 Dalam adukan beton, semen berfungsi sebagai bahan pengikat untuk merekatkan butir-butir agregat agar terbentuk suatu massa yang kompak dan padat dalam konstruksi beton bertulang. Selain itu semen juga berfungsi untuk mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat. Cara penyimpanan semen yang baik adalah sebagai berikut: 1. Semen disimpan dalam ruang tertutup dan diberi ventilasi udara secukupnya agar tidak lembab serta terlindung dari air; 2. Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 15 lapis. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaanpenerimaan sebelumnya. Pemakaian semen harus diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus dikeluarkan dari lapangan; 3. Semen diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai; 4. Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan dengan maksud agar pemakaian semen di lapangan menggunakan semen yang terlebih dahulu didatangkan. Hal ini dimaksudkan agar semen tidak terlalu lama ditimbun karena akan menyebabkan semen mengeras. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 81 Gambar 15 : Semen Sumber: dok.pribadi B. Air Air yang digunakan dalam proyek pembangunan Fave Hotel adalah air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Air yang digunakan dalam proyek berasal dari hasil pengeboran sendiri. C. Agregat halus Definisi agregat halus (pasir) menurut PBI 1971 yaitu agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintregasi alami dari batu-batuan atau serupa pasir yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat agregat halus yang digunakan menurut PBI 1971 NI-2 Bab III Pasal 3.3 yaitu: 1. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butirbutir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci. 3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 82 Abrams Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama. 4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan sebagai berikut: • sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat. • sisa di atas ayakan 1 mm harus minimum 10% berat. • sisa di atas ayakan 0,25mm harus berkisar antara 80% dan 95% berat. 5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Gambar 16 : Agregat halus Sumber: dok.pribadi D. Agregat Kasar DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 83 Agregat kasar berupa batu pecah buatan yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai-bagai mutu beton menurut PBI 1971, NI-2 Bab III Pasal 3-4, maka agregat kasar harus memenuhi satu, beberapa atau semua pasal berikut ini: 1. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci. 3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. 4. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus dipenuhi syarat-syarat berikut: a. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat. b. tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat atau dengan mesin Pengaus Los Angeles, dengan mana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 84 5. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak semua susunan ayakan yang ditentukan, dengan memenuhi syarat-syarat berikut: a. sisa di atas ayakan 31,5 mm ± 0% berat. b. sisa di atas syakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat. c. selisih antara sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat. 6. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, seperlima dari tebal plat atau tiga-perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini diijinkan, apabila menurut penilaian Pengawas Ahli, cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa hingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil. Gambar 17 : Agregat kasar Sumber: dok.pribadi E. Baja Tulangan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 85 Baja yang digunakan dalam proyek Fave Hotel ada 2 jenis baja yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan ulir dengan diameter Ø10, D19, D22, D25. Mutu baja tulangan U-24 untuk tulangan polos dan U-39 untuk tulangan ulir. Syarat-syarat yang digunakan menurut SKSNI -15-1991-03 sebagai berikut: 1. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SKSNI -15-1991-03 dengan: a. U-24 untuk tulangan polos, b. U-39 untuk tulangan ulir. 2. Penimbunan batang-batang tulangan di udara terbuka untuk jangka waktu yang panjang harus dicegah karena dapat menyebabkan korosi. 3. Batang-batang tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah. 4. Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari kotoran – kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak. 5. Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai gambar rencana. 6. Pembengkokan dan meluruskan tulangan dilakukan dalam keadaan dingin dan dengan cara yang tidak merusak. 7. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selama dan sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya. 8. Untuk mendapatkan selimut beton dengan ketebalan tertentu dan sama harus dipasang beton decking (tahu beton). Tahu beton DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 86 berbentuk silinder terbuat dari campuran 1 pc : 3 ps dipasang 4 buah/m2 dan harus tersebar merata. Gambar 18 : Baja tulangan Sumber: dok.pribadi F. Beton Ready Mix Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat di pabrik dengan ketentuan mutu sesuai pesanan dan persyaratan yang ditetapkan. Beton ready mix didatangkan langsung ke proyek pembangunan Fave Hotel dengan menggunakan mixer truck dengan adukan beton yang siap tuang. Mutu beton ready mix yang digunakan pada proyek pembangunan Fave Hotel adalah K-300 untuk pekerjaan pondasi, poer, kolom, dan plat. Gambar 19: Mixer truck DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 87 Sumber: dok.pribadi G. Kayu dan multiplek Kayu dan multiplek digunakan sebagai rangka bekisting. Kayu yang digunakan pada proyek ini adalah kayu lokal, ukuran kayu tergantung dari perencanaan struktur. Multiplek yang digunakan untuk bekisting mempunyai ketebalan 12 mm untuk papan bekisting balok, dan plat. Gambar 20 : Kayu dan multiplek Sumber: dok.pribadi H. Kawat baja Kawat baja di lapangan biasanya disebut bendrat yang terbuat dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm. Gambar 21 : Kawat baja Sumber: dok.pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 88 I. Batu bata Batu bata digunakan untuk pembuatan cetakan/ bekisting dan digunakan untuk dinding bangunan. Adapun syarat – syarat batu bata yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Batu bata memiliki sudut yang siku dan runcing 2. Batu bata dibakar sempurna dan merata dengan ciri – ciri berwarna merah tua 3. Batu bata tidak cacat, retak atau pecah 4. Memiliki permukaan yang kasar 5. Memiliki ukuran yang seragam yaitu 5 × 11 × 23 cm Pemasangan batu bata harus memperhatikan syarat – syarat sebagai berikut: 1. Sebelum dipasang, batu bata harus direndam atau disiram dengan air hingga jenuh. 2. Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof hingga ketinggian 20 cm di atas permukaan lantai dalam ruangan digunakan adukan 1 PC : 3 pasir. Adukan untuk pasangan lain 1 PC : 5 pasir. 3. Dalam sehari ketinggian pasangan bata tidak boleh melebihi 1m dan pengakhiran pasangan bata harus dibuat bergerigi. 4. Pasangan benang tidak boleh melebihi 30 cm di atas pasangan bawahnya. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 89 5. Pada semua pasangan dinding setengah bata harus digunakan bata yang utuh kecuali untuk bagian las – lasan di bawah sudut / tepi dan ikatannya harus sempurna. 6. Untuk pasangan dinding bata yang luasnya lebih dari 12 m2 maka harus diberi tulangan praktis. 7. Semua pasangan bata yang baru tidak boleh terkena matahari langsung dan harus dijaga dalam keadaan basah selama 7 hari. Gambar 22 : Batu bata Sumber: dok.pribadi 4.4. PELAKSANAAN PROYEK A. Finishing Arsitektural 1. Pekerjaan dinding Dalam pekerjaan pembuatan dinding, secara garis besar proses yang dilakukan adalah pemasangan batu-bata, pemlesteran dan pengecatan. a. Pekerjaan pasangan batu-bata Batu bata merupakan salah satu unsur pembuatan dinding dalam suatu bangunan. Dalam DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU Proyek 90 Pembangunan Fave Hotel Solo ini batu bata yang digunakan berukuran standar 5 x 11 x 23 cm, mempunyai sudut siku yang tajam, mempunyai bentuk persegi panjang, dan tidak mengalami keretakan. Berikut langkah-langkah pengerjaannya: 1) Hal yang pertama dilakukan adalah mengecek posisi penempatan dinding yang akan dikerjakan dan chek kondisi pondasi penempatan dinding apakah sudah kondisi baik. 2) Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian dilakukan pembuatan garis benang pada bagian dinding yang akan dipasangkan. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan pembuatan benang pada salah satu sisi bagian pinggir bata yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan benang dari ujung ke ujung dinding. Untuk ketegakan dibuat garis tegak lurus secara vertical terhadap benang horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis vertical dapat dibuat pada kolom yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang akan dipasangkan. 3) Jika benang horizontal pada pemasangan awal sudah terpasang. kemudain mulai memasang bata pada kedua ujung bagian dinding yang akan dipasangkan, kemudian dilanjutkan mulai satu demi satu hingga tercapai sambungan dari ujung keujung. Lakukan pengecekan leveling diatas batu bata yang sudah terpasang dan pastikan semua pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 91 sudah rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingkat berikutnya. Harus dipasikan ketebal mortar harus tetap sama dan demikian juga pengisian mortar antar bata harus sama. 4) Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering maka mortar harus diambil dan diganti dengan adukan/mortar baru. 5) Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih atau sampai meleleh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata. Tidak boleh dibiarkan sempat mengering karena hal ini sangat mempengaruhi kerapian dan kerataan dinding saat pelaksanaan plesteran. 6) Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan bata yang sudah dipasangkan dan yang telah terhubung dari ujung keujung bagian dinding yang dipasangkan, kemudian harus menarik garis horizontal dari ujung keujung pada garis vertical yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan dinding. Pemasangan benang horizontal dapat dilakukan setiap 50 cm . Pemasangan dilakukan dalam 1 garis DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 92 lurus sesuai dengan benang yang dipasangkan sehingga didapatkan ketegakan dinding yang baik dan kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas. Gambar 23 : Dokumentasi Fave Hotel saat progres sampai pada pekerjaan pasangan batu-bata Sumber: dok.pribadi Gambar 24 : Dokumentasi tampak samping Fave Hotel saat pekerjaan pasangan batu-bata DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 93 Sumber: dok.pribadi b. Pekerjaan acian Dinding pasangan bata tidak boleh langsung diplester, tetapi harus berselang 4 sampai 5 hari. Pada Proyek Pembangunan Fave Hotel ini, plesteran untuk dinding biasa 1 ppc : 5 ps, untuk pasangan trassram 1 ppc : 3 ps. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, tembok bata harus disiram dulu dengan air dan harus dibuat dulu kelabangan (alur plesteran) sesuai dengan tebal plesteran yang diinginkan supaya mempermudah pekerjaan pleteran. Plesteran diratakan dengan jidar yang terbuat dari kayu supaya plesteran yang dihasilkan tidak bergelombang. Setelah plesteran kering dinding tersebut harus diaci terlebih dahulu sebelum diplamur dan kemudain dicat. Langkah-langkah pengerjaan plesteran: 1) Sebelum melakukan plesteran terlebih dahulu dibuat caplakan dan kelabangan. Caplakan adalah titik-titik acuan yang sudah di plot dengan benang sehingga posisinya sudah tegak lurus dengan lantai. Kelabangan adalah plesteran vertikal yang dibuat dari satu caplakan ke caplakan dibawahnya. Kelabangan bisa dibuat setelah caplakan mengeras; 2) Pelepohan dilakukan dengan cara mengambil mortar menggunakan cetok kemudian dilemparkan dengan cepat pada pasangan bata yang sebelumnya sudah dibasahi. Setelah pelepohan selesai dilakukan perataan menggunakan kasau dan ruskam; 3) Pekerjaan acian dilakukan setelah plesteran selesai. Acian adalah lapisan tipis dari pasta semen yang DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 94 bertujuan memadatkan permukaan dinding yang benar-benar halus. Gambar 25 : Tembok yang sudah diberi acian Sumber: dok.pribadi Selama proyek berjalan, sebagian besar tembok dibiarkan pada proses pengacian dan tidak dicat. Pengecatan dilakukan apabila pemasangan lantai dan kegiatan instalasi mekanikal elektrikal telah mencapai progres 80%. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perlunya pengecatan ulang akibat noda-noda proyek yang mengotori dinding. c. Pekerjaan pengecatan Pekerjaan pengecatan dilakukan apabila progres pekerjaan mekanikal elektrikal sudah mencapai 80%, dan sebagian besar plafon telah ditutup. Dalam artian, sebagian besar pekerjaan mekanikal elektrikal yang membutuhkan banyak pembongkaran dan sekiranya berpotensi mengotori dinding, sudah hampir selesai. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 95 Terbukti pada proyek Fave Hotel ini, pada saat pekerjaan pengecatan berlangsung, masih ada beberapa titik plafon yang belum tertutup sempurna yang menandakan bahwa beberapa pekerjaan mekanikal elektrikal masih belum selesai di titik tersebut. Pekerjaan pengecatan yang berlangsung di Fave Hotel ada tiga macam: 1) Pengecatan dinding Finishing dinding setelah tahap acian. Gambar 26 : Tembok yang sudah di-finishing cat) Sumber: dok.pribadi 2) Pengecatan kusen pintu jendela. Setelah melalui proses pendempulan, selanjutnya adalah memberikan finishing cat dengan menggunakan cat spray. Warna yang digunakan ada dua yaitu broken white untuk dasaran dan warna fuchsia sebagai warna signature Fave Hotel. Tidak hanya pintu, namun juga kusen jendela, dicat pula dengan warna broken white dengan metode yang sama. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 96 Untuk dapat mewarnai dengan rata, para tukang menggunakan kertas koran sebagai bantuan membuat garis lurus dengan cat spray. Gambar 27 : Pekerjaan cat pada pintu (kiri), Pintu yang telah selesai dicat (kanan) Sumber: dok.pribadi 3) Pengecatan pipa Untuk memudahkan maintenance dengan memberikan warna yang berbeda untuk tiap pipa dengan fungsinya masing-masing. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan cat spray. Gambar 28 : Pekerjaan pengecatan pipa Sumber: dok.pribadi Berbagai produk cat yang digunakan dalam proyek Fave Hotel adalah sebagai berikut: • Dinding Cat Minyak V-Gloss Type : Papyrus Iced 46626 DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 97 • Finishing Cat Pentalite Type : Orchid White A911-44523 • Finishing Cat Pentalite Type : Kitten White 30 YY 78 / 035 • Finishing Cat Weathershield Type : Icon Grey 00NN 31 / 000 • Finishing Cat Pentalite Type : Quiet Solitude 03YY 86/021 • Finishing Cat Weathershield Type : Fossil Grey 30 YY 56 / 060 • Finishing Cat Pentalite Light & Space Artistik Type : Floral Paradise LS 0850 • Finishing Cat Pentalite Artistik Type : Fuchsia Berry 40RR 11/430 • Finishing Cat Pentalite Artistik Type : Angel's Gaze 70 RB 83/017 • Finishing Cat Pentalite Type : Foggy Promenade 10 RB 53/115 • Finishing Cat Pentalite Type : Casa Royale 90 RB 12/225 • Finishing Cat V-Gloss Type : White 9000 • Finishing Cat Pentalite Type : Brilliant White 2290 • Dinding Cat Minyak V-Gloss Type : Pewter Grey 40698 • Finishing Cat Pentalite / setara Type : Seashell 44806 DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 98 Mengenai detil cat pada tiap bagian interior, akan dilampirkan pada bagian lampiran. 2. Pekerjaan Lantai Di dalam proyek Fave Hotel terdapat dua jenis pekerjaan lantai yakni lantai yang ditutup keramik, dan lantai yang diratakan dengan semen untuk selanjutnya ditutup dengan karpet. a. Pekerjaan lantai keramik. Langkah-langkah pemasangan keramik lantai: 1) Merendam keramik di dalam air. Hal ini akan membuat keramik menjadi lebih elastis dan lebih mudah menempel pada saat pemasangan. 2) Memerhatikan kualitas keramik. Keramik kualitas rendah akan susah memasang secara presisi. Untuk itu, nat keramik harus dipasang longgar karena masing-masing keramik memiliki selisih 0.2–0.5 mm sehingga tidak saling bertubrukan. 3) Mengoleskan air semen. Membilaskan semen yang sudah dicampur air sedikit ke bawah keramik. Hal ini akan membuat daya rekat keramik ke adukan benar-benar lengket. 4) Membersihkan dari kerikil. Adukan dan dasar lantai yang akan dipasang harus bersih dari kerikil, batu, DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 99 atau ganjalan lain yang akan membuat rongga di bawah keramik. 5) Memadatkan secara rata. Mengetuk keramik yang baru dipasang dan memastikan tidak ada yang kopong atau bagian dasar berongga karena itu akan membuat keramik lepas di kemudian hari. Memeriksa ketinggiannya apakah sudah sama rata dengan benang yang ditarik untuk menentukan ketinggian lantai. 6) Nat keramik dipasang belakangan. Tidak pasang semen oker atau nat pada sisi keramik saat itu juga melainkan membiarkannya selama dua atau tiga hari. Hal ini akan membuat sisa udara yang mengendap akan keluar melalui nat yang belum ditutup. Setelah itu baru diberi semen nat dan tidak lupa membersihkan nat yang masih kosong dari kotoran yang mengendap. 7) Jangan diinjak-injak. Perlu mengamankan areal keramik yang baru dipasang dari lalu lalang orang selama 2–3 hari. Keramik akan ambles karena adukan di bawahnya masih belum kuat untuk dibebani. 8) Memeriksa kembali. Dalam sebuah areal pemasangan 3×3 m biasanya terdapat 3–5 keramik yang kopong. Untuk itu segera bongkar dan ulangi pemasangannya. Dalam proyek Fave Hotel keramik yang digunakan adalah: • Keramik 40 cm x 40 cm DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 100 Type : Chrysant Bone G 447311 • Skirting Keramik 40 cm x 40 cm Type : Chrysant Bone G 447311 • Keramik 20 cm x 20 cm Type : Minima Origine G227196 • Skirting Keramik 20 cm x 20 cm Type : Minima Origine G227196 • Keramik 20 cm x 25 cm Type : Spektrum Bright W25706 • Homogeneous Tile 60 cm x 60 cm (Polish) Type : Modena Rock • Homogeneous Tile 10 cm x 30 cm (Polish) Type : Prada • Skirting Homogeneous Tile 10 cm x 30 cm (Polish) Type : Prada • Homogeneus Tile 10 cm x 40 cm Type : Prada • Homogeneus Tile 80 cm x 80 cm Type : Firenze • Skirting Homogeneus Tile 10 cm x 80 cm DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 101 Type : Firenze • Keramik 20 cm x 20 cm Type : Venere Charcoal G227062 • Skirting Keramik 20 cm x 20 cm Type : Venere Charcoal G227062 • Keramik 25 cm x 25 cm Type : 26206 Rhapsody White • Fin Keramik 20 cm x 20 cm Type : Lucido Avorio W20114 • Keramik 25 cm x 45 cm Type : W 45206 Rhapsody White • Keramik 25 cm x 45 cm Type : W 45341 Festival Lavender • Keramik 16.2 cm x 65.6 cm Type : G165600R madera Brown • Skirting Keramik 10 cm x 65,6 cm Type : G165600R madera Brown • Keramik 20 cm x 20 cm Type : Minima Bianco G227106 • Step Nosing 10 cm x 30 cm DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 102 • Homogeneous Tile 60 cm x 60 cm (Matt) Type : Classic White • Skirting Homogeneous Tile 10 cm x 60 cm (Matt) Type : Classic White b. Lantai beralas karpet Langkah-langkah pemasangan karpet adalah pertama-tama pada bahagian yang akan diberi karpet dilakukan peninggian ketinggian lantai terlebih dahulu. Gambar 29 : Aplikasi semen untuk menaikkan ketinggian lantai Sumber: dok.pribadi Setelah dilakukan peninggian ketinggian lantai, selanjutnya dilakukan perataan permukaan agar karpet dapat dipasang tanpa melembung karena permukaan yang tidak rata. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 103 Gambar 30 : Lantai yang sudah rata sebagian Sumber: dok.pribadi Aplikasi karpet pada proyek Fave Hotel adalah pada titik tertentu yaitu: 1) Koridor antar kamar Gambar 31 : Karpet koridor antar kamar Sumber: dok.pribadi 2) Multi function room Gambar 32 : Karpet multi function room DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 104 Sumber: dok.pribadi 3) Koridor antar meeting room Gambar 33 : Karpet koridor meeting room Sumber: dok.pribadi Jenis karpet yang digunakan untuk ketiga lokasi tersebut pun memiliki motif yang sama. Karpet tersebut menggunakan bahan dasar nilon. Karpet dengan bahan ini cukup baik jika ruang itu sering terkena kotoran. Umumnya, kotoran tidak dapat melekat pada bahan nilon sehingga, ketika dibersihkan dengan vacuum cleaner, kotoran akan mudah terisap atau terangkat. Kelebihan lain dari karpet ini, bulu-bulunya yang berdiri juga tidak mudah jatuh. Karpet pun selalu terasa empuk. Dengan bahan nilon, warna karpet akan terlihat cerah maka digunakan pada area publik DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 105 Gambar 34 : (kanan) bagian atas, (kiri) bagian bawah/alas Sumber: dok.pribadi 3. Pekerjaan Plafon Pekerjaan plafon diselesaikan dalam tiga tahapan: a. Pemasangan rangka Rangka yang digunakan adalah jenis rangka metal furing. Untuk ruangan dengan rencana plafon sederhana, pemasangan rangka metal furing dapat dilakukan secara langsung. Namun untuk ruangan dengan desain rencana plafon yang rumit / unik dengan motif desain tertentu yang cenderung rumit, maka terlebih dahulu tukang merangkai rangka metal furing tersebut mengikuti bentuk motif desain. Rangka dengan motif desain yang spesifik ini dipasang di belakang, yaitu setelah bagian yang sederhana telah selesai dipasang. Dengan cara ini, kesulitan pemasangan karena rumitnya bentuk desain dapat direduksi karena pengerjaannya dilakukan di bawah. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 106 Gambar 35 : Rangkaian rangka metal furing (kiri), Proses merangkai rangka metal furing sesuai rencana plafon (kanan) Sumber: dok.pribadi Gambar 36: proses pemasangan rangka plafon Coffee Shop Sumber: dok.pribadi b. Pemasangan gypsum board Setelah rangka metal furing terpasang, selanjutnya adalah memasang gypsum board. Pada proyek Fave Hotel ini, jenis gypsum board yang digunakan adalah Gypsum Board T.9 mm List Profile type : Z profile for shadow line dengan merek Jayaboard. Langkah-langkah pemasangan gypsum board adalah sebagai berikut: 1) Setelah rangka metal furing selesai dipasang, selanjutnya gypsum board dipasang dengan mengait pada baut. Gambar di bawah ini menunjukkan pemasangan gypsum board pada koridor antar kamar yang belum sepenuhnya tertutup, hal ini dikarenakan penutupan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 107 plafon harus memastikan instalasi perpipaan di atasnya telah 100% selesai, padahal pada titik yang tergambar di bawah ini, ada beberapa perpipaan yang belum terselesaikan. Bila plafon terlanjur ditutup sementara masih ada yang belum terselesaikan, kontraktor akan terkena charge biaya tambahan. Gypsum board ini akan dilubangi apabila hendak memasang lubang double frame main hole, instalasi speaker, lampu downlight, sprinkler maupun exhaust. Gambar 37: Pemasangan gypsum board Sumber: dok.pribadi 2) Setelah gypsum board selesai dipasang, selanjutnya adalah aplikasi material “dempul” untuk menutup kaitan baut dan menghaluskan permukaan yang kurang sempurna sebelum dicat. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 108 Gambar 38 : Aplikasi dempul pada gypsum board Sumber: dok.pribadi c. Cat/finishing Setelah gypsum board terpasang dan didempul, selanjutnya diberi finishing cat. Pada proyek Fave Hotel ini menggunakan finishing cat pentalite type : Brilliant White 2290. Beberapa bagian plafon diberi aksen lampu pendar untuk memperindah suasana. Gambar 39 : Aksen lampu pada plafon Sumber: dok.pribadi B. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal 1. Instalasi Tata Udara Pada proyek Fave Hotel Solo Baru ini unit kamar hotel menggunakan model AC split duck, dimana tiga buah unit AC split duck indoor mampu di handle oleh sebuah unit AC outdoor, begitu juga dengan koridor. Untuk AC model ini pengontrolan suhu menggunakan thermostat yang dipasang di sebelah kamar tidur. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 109 Gambar IV – 39 : (ki-ka)AC Split Duck, thermostat Sumber: dok.pribadi Gambar 41 : unit outdoor Sumber: dok.pribadi Gambar 42 : skema tata udara Sumber: gambar kerja ME DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 110 2. Instalasi listrik a. Pekerjaan pemasangan panel daya Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1.7 mm. Kabinet untuk panel daya/kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak perlu sesak. Frame/rangka panel harus ditanahkan atau dipasangi ground, hal ini dimaksudkan agar panel kabinet yang terbuat dari plat baja tadi mampu mengalirkan kebocoran listrik dari alat-alat listrik yang telah terinstal didalam kabinet. Gambar 43 : (kiri) kabinet panel, (kanan) main panel Sumber: gambar kerja ME Hal tersebut juga termasuk salah satu syarat kemanan dari pihak Depnaker, dimana nantinya pihak yang bertugas memaintenance panel listrik tidak tersengat listrik akibat kebocoran alat-alat listrik didalam kabinet panel daya. Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel panel daya serta penutupnya. Kabinet dengan kawat – kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi, dan benar sesuai dengan gambnar kerja yang telah direncanakan oleh pihak konsultan ME. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 111 a) Finishing Semua rangka, penutup, cover plat dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat tahan karat dengan diberi cat dasar atau primecoating dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan persetujuannya ke Direksi/Pengawas. Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium plating atau dengan zinc chromate primer dan dicat dengan cat akhir sistem bakar (oven). b) Kunci Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci “cath and flat key lock”. Jenis kunci untuk setiap kabinet harus dari tipe “common key”, sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada masingmasing kabinet harus disediakan dua anak kunci. c) Tinggi pemasangan kabel Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel dengan mudah masih dapat tipe/macam dijangkau. panel, Tergantung bila alas/pondasi/penumpu/penggantung. pada dibutuhkan Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera pada gambar. d) Label DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 112 Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group, pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan mengindikasikan / fungsinya untuk mengidentifikasikan penggunaan / nama alat tersebut. Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf / huruf hitam. Gambar 44 : Label Sumber: gambar kerja ME b. Pemasangan cabel tray dan ladder Cable ladder dipasang di menggunakan 3 buah dynabolt dinding shaft dengan sedangkan cable tray digantung pada dak beton menggunakan bunder berulir anti karat. Ukuran dan type cable ladder dan cable tray disesuaikan dengan yang tercantum dalam gambar rencana dan harus dihubungkan dengan Grounding. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 113 Gambar 45 : kable tray, dinabolt, kabel ladder Sumber: gambar kerja ME c. Pemasangan kabel listrik Dalam pemasangan instalasi kabel listrik terdapat 3 macam jenis yang dibagikan menurut fungsinya yaitu: A. Pemasangan instalasi kabel listrik B. Pemasangan instalasi lampu/armature C. Pemasangan instalasi stop contact Berikut detail tiap-tiap langkah pemasangan instalasi tersebut A. Pemasangan instalasi kabel listrik a) Dibuat marking pada plat lantai untuk jalur pipa konduit yang akan digunakan untuk jalur pipa instalasi kabel listrik DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL 114 Pemasangan klam SOLOBARU Pemasangan pipa Cable tray Marking pada plat lantai b) Pasang Pipa konduit sesuai dengan jalur marking yang telah dibuat dengan menggunakan klam yang berwarna sesuai dengan jenis pekerjaannya. c) Memasang kawat pemancing untuk menarik kabel Memasukan kawat pemancing d) Sambung ujung kabel dengan ujung kawat pancing, kemudian tarik kawat pancing untuk menarik kabel instalasi tersebut DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU Memasukan kawat pemancing dengan kabel 115 e) Potong kabel listrik sesuai dengan kebutuhan Memotong kabel f) Hubungkan jalur instalasi titk peracabangan didalam tee-dos, lalu tutup sambungan dengan menggunakan lasdop. Pemasangan tee dos DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 116 g) Pengukuran resistansi kabel instalasi yang telah terpasang, termasuk kualitas sambungan pada tiap tee-dos. Pengukuran resistansi h) Setelah semua jalur instalsi selesai dipasang dan hasil pengukuran resistansi diperoleh hasil yang baik, rapikan semua jalur instalasi dan tutup semua teedos yang ada. Penutupan jalur instalasi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 117 Gambar 46 : Instalasi listrik yang sudah terpasang Sumber: gambar kerja ME 3. Instalasi Fire Alarm a. Bahan dan peralatan 1) Unit alarm bell 2) Kabel listrik 3) Klam 4) Pipa PVC b. Rencana instalasi Heat detector Addressable panel Smoke detector Cable tray Alarm bell, indicating lamp, manual break glass DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 118 Bagan IV – 1 : Skema instalasi fire figting system Sumber: Analisa pribadi Kabel bell alarm disambungkan ke terminal box fire alarm yang ada tiap lantai. Dari terminal fire box alarm, kabelkabel disambungkan di addressable panel yang berada diruang kontrol. c. Teknis pemasangan 1) Listrik dari panel utama disalurkan melalui tray diruang panel tiap lantai. 2) Kemudian disalurkan ke pipa-pipa PVC yang dikaitkan ke plat lantai dengan klam untuk menunjukan bahwa pipa tersebut merupakan kabel alarm kebakaran. 3) Ketika kabel-kabel utilitas sudah dipasang dan masuk ke dalam pipa, plafon mulai dipasang. 4) Memasang dan menyambungkan unit alarm kebakaran dengan kabel kemudian di pasang pada plafon yang telah ditentukan. 5) Menutup unit alarm tersebut dengan pentutup. 6) Semua aktifitas speaker dikendalikan di ruang server room and file yang terletak di lantai semi basement. 4. Instalasi Tata Suara a. Bahan dan peralatan: 1) Speaker system type ceilling DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 119 2) Kabel listrik 3) Pipa conduit b. Rencana instalasi Bagan IV – 2 : Skema instalasi tata suara Sumber: Analisa pribadi Tata suara pada Fave Hotel Solo Baru ini menggunakan ceilling speaker dan horn speaker. Tata suara ini difungsikan untuk fasilitas music/radio, paging/pemanggilan, dan emergency sirine. Fasilitasfasilitas tersebut disambungkan ke mixer pre amp kemudian selectorswitch lalu ke power amp. Dari power amp, sambungan diteruskan ke speaker selector dan MDF TS. MDF TS lalu mendistribusikan suara ke speaker-speaker lantai yang dituju. Selain itu MDF TS juga menerima input dari meja informasi. Semua sistem tata suara dikontrol melalui ruang server room and files. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 120 Gambar 47 : Posisi server room Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama Server room and files pada Fave Hotel sendiri terletak di area kantor dan hanya bisa diakses oleh orangorang internal kantor. Sehingga keberadaan dan aktivitas tidak menganggu kenyamanan hotel serta memiliki kemudahan akses bagi operatornya. Di dalam server room ini nantinya tidak hanya mengatur tata suara, tetapi juga server pengaturan TV, telepon dan ruang arsip utama untuk menyimpan keperluan arsip kantor. c. Teknis pelaksanaan 1) Kabel tata suara disalurkan melalui tray dari ruang server and file ke ruang panel. 2) Kemudian disalurkan ke pipa-pipa konduit pada plat lantai. 3) Setelah itu ceiling speaker dipasang pada plafond koridor dan foyer kamar hotel. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 121 Gambar 48 : Rencana perletakan ceiling speaker Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama 5. Instalasi Telepon dan Internet Bagan IV – 3 : Diagram instalasi telepon Sumber: gambar kerja CV. Sarana Bangun Pratama Pada proyek Fave Hotel Solo Baru ini, pihak management hotel meminta 20 line telepon agar mampu menghandle telepon DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 122 masuk yang relatif banyak. Dari Telkom sebanyak 20 line masuk ke MDF TP lalu diteruskan ke PABX/private automtic branch exchanger. Sumber energi PABX didapat dari PLN melalui unitunit panel. Dari PABX kemudian kembali ke MDF TP/main distribution frame untuk disalurkan ke terminal box tiap-tiap lantai hingga akhirnya sampai ke unit-unit telepon per kamar. Semua aktifitas telepon dipantau dan dikontrol melalui ruang server dan files. Kabel yang menjulur ini nantinya akan tersambung dengan pesawat telepon tiap kamar. Gambar 49: Kabel telepon Sumber: dok. Pribadi 6. Instalasi CCTV dan MATV a. CCTV Pada proyek kali ini Fave Hotel menggunakan cctv tipe fix sebanyak 27 buah dan tipe rotate 3 buah. Dari unit CCTV tiap lanti lalu citra yang ditangkap oleh sensor cahaya lalu diproses menjadi data oleh CCTV dan diteruskanke digital multiplexer recorder sebanyak 2 buah. Melaui digital multiplexer inilah kemudian tiaptiap channel unit CCTV ditampilkan ke dalam monitor secara multiscreen, artinya dalam satu layar mampu menampilkan beberapa sumber CCTV. Selanjutnya data yang diterima monitor multi screen diteruskan ke video matrix switch proccessor untuk kemudian dibagi ke still/spot monitor, sequence monitor, dan pc DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 123 untuk kemudian data-data yang direkam tersebut dapat diolah apabila diperlukan. Bagan IV – 4 : Diagram instalasi CCTV Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama b. MATV MATV atau Master Antenna Television adalah sistem untuk pelayanan televisi yang menggambil sinyal dari beberapa anntena atau parabola. Pada Proyek Fave Hotel Solo Baru ini, penangkap sinyal tv menggunakan 2 buah antenna UHF, antenna VHF, satelit cakrawala untuk Indovision, dan parabola 6ft untuk menangkap jalur asiasat III. Gambar 50 : Proses pemasangan server antena TV DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 124 Sumber: dok. Pribadi Bagan Gambar IV – 5 : Diagram instalasi MATV Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama Gambar 51 : Plug in untuk antena TV Sumber: dok. pribadi 7. Instalasi Plumbing DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 125 Pengertian plumbing (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Plumbing) secara umum adalah sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Secara khusus, pengertian plumbing merupakan sistem pempipaan dalam bangunan yang meliputi sistem pemipaan untuk: • Penyediaan air minum • Penyaluran air buangan dan ven • Penyediaan air panas • Penyaluran air hujan • Pencegahan kebakaran • Penyediaan gas • AC (air conditioner) Fungsi plumbing antara lain adalah penyediaan air bersih, yaitu menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup agar ketika keluar dari kran, maka air masih mempunyai tenaga yang cukup kuat. Selain itu adalah penyaluran air buangan yaitu membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Dengan sistem plumbing yang baik maka diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula. Sistem plumbing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan suatu gedung. Oleh sebab itu, perencanaan dan perancangan sistem plumbing harus dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 126 peralatan lainnya yang ada di dalam gedung tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain). Hal-hal yang perlu diketahui dalam perencanaan suatu sistem plumbing adalah jenis dan penggunaan bangunan, denah bangunan, dan jumlah penghuni. Tahapan dari pekerjaan perencanaan plumbing adalah sbb : 1) Mengetahui fungsi bangunan 2) Penetapan jenis peralatan plumbing 3) Penetapan jumlah peralatan plumbing 4) Rencana jaringan pipa plumbing 5) Penetapan dimensi pipa plumbing (dimensioning ) 6) Rencana perletakan peralatan plumbing 7) Penggambaran rancangan teknik terinci plumbing Pemasangan peralatan plumbing ada 2 cara yang dapat ditempuh, yaitu : • Pemasangan kasar, yaitu peralatan plumbing dipasang bersamaan dengan berkembangnya konstruksi bangunan • Pemasangan halus, yaitu pemasangan peralatan plumbing dilakukan setelah konstruksi bangunan selesai, sehingga menghindari terjadinya kerusakan peralatan plumbing akibat pembangunan konstruksi. Dalam perencanaan bangunan diperlukan pipes gallery. Yang dimaksud pipes gallery adalah suatu ruangan yang khusus disediakan untuk pempipaan plumbing. Pemasangan pipa plumbing pada dinding tidak diperbolehkan terlalu banyak, karena akan menambah beban pada dinding, sehingga bila bebannya besar DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 127 dinding dapat bergeser. Karena itu, jalur pipa sebaiknya dibuat melalui pipes gallery dan menghindari dinding. Ada 2 jenis pipes gallery, yaitu : 1) Vertical pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang tegak (sejajar dengan ruangan lain) 2) Horizontal pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang terletak di bawah lantai, di atas plafon. Ukuran pipes gallery harus memungkinkan orang masuk untuk melakukan reparasi pipa Dalam merencanakan sistem ini tidak terlepas dari masalahmasalah yang akan dihadapi, baik perencanaan maupun dalam perhitungan dimensi. Masalah-masalah tersebut diantaranya: 1. Penentuan jalur Dalam menentukan jalur sistem plumbing air bersih, air buangan, dan ven tidaklah mudah. Jalur yang akan dibuat hendaklah seefisien mungkin baik panjang maupun fitting yang akan digunakan pada sistem plumbing tersebut. 2. Perhitungan Sistem Plumbing Perhitungan yang dilakukan pada sistem plumbing ini meliputi perhitungan jumlah alat plumbing yang digunakan, perhitungan kapasitas reservoir, dan perhitungan dimensi pipa. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 128 Masalah yang dihadangi dalam perhitungan ini biasanya kekurangtelitian dalam melakukan perhitungan tersebut, hal ini dikarenakan banyaknya data yang dihitung dan tabel yang digunakan. Selain itu kurang menguasai rumus-rumus yang digunakan, sehingga sering terjadi kesalahan dan lama dalam melakukan perhitungan. 3. Penggambaran Sistem Plumbing Gambar-gambar yang harus dibuat dalam sistem ini, meliputi denah, isometri, dan detail-detail. Masalah yang timbul dalam penggambaran ini adalah penentuan skala yang baik, sehingga akan mempengaruhi gambar yang dibuat. Jika skala yang dibuat terlalu kecil maka susah dalam menggambarkan sistem itu dan tidak akan bisa menggambar semua sistem plumbing dalam satu denah. Selain itu sering pula dalam penggambaran kurang memperhatikan ukuran yang mengakibatkan gambar kurang enak dipandang. Berikut adalah proses pengerjaan sistem plumbing pada Fave Hotel Solo Baru yang dikerjakan oleh kontraktor utama yaitu CV Sarana Bangun Pratama. a) Marking Yakni penggambaran marking jalur pipa sesuai soft drawing sesuai gambar dari konsultan ME dalam hal ini adalah PT Rayosa Cipta Mandiri dan kemudian dikoordinasikan dengan jalur pekerjaan lain seperti jalur Tray Cable. Hal ini sering terjadi perbedaan antara perhitungan perencana dan pengerjaan dilapangan karena begitu banyaknya item, table, dan volume pipa yang harus diperhitungkan. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 129 Pembuatan marking plumbing b) Pengeboran plat lantai Bor plat lantai untuk memasang gantungan pipa air bersih. Yang mana nantinya pipa akan digantungkan pada plat lantai agar ketika air gaya yang terdapat pada air akan tersalurkan dengan bebas sehingga mengurangi beban pada plat lantai. Pengeboran plat lantai Gantungan untuk pipa c) Pemasangan pipa Pasang pipa yang telah dicat sesai fungsinya dan sesuai ukuran pada soft drawing, pemasangan menggunakan gantungan untuk pipa dalam posisi horizontal dan menampel pada dinding shaft dengan diklem untuk pipa pada posisi vertikal. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU Penggantungan pipa 130 d) Penyambungan pipa Karena jalur yang digunakan relatif sangat panjang, maka diperlukan sambungan untuk pipa yang telah terpasang pada gantungan. Dalam proyek kali ini penyambungan pipa diameter kurang dari 2,5 ichi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las. Sambungan pipa plumbing e) Pengecekan Selanjutnya adalah mengecek kemiringan pipa plumbing tersebut dengan menggunakan benang ataupun water pass agar kemiringan pipa sesuai dengan rencana yang telah DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 131 dibuat oleh pihak konsultan. Lalu dilanjutkan dengan pengecatan ulang pada sambungan tadi. Pengukuran kemiringan pipaTes dengan waterpass f) tekanan Pengecatan sambungan Lakukan test tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi yang berlaku. Tes tekan ini berfungsi untuk mengetahui agar nantinya air dapat terdistribusikan secara lancar dan merata pada seluruh bangunan hotel. Pada proyek Fave Hotel Solo Baru ini, menggunakan tekanan lebih besar atau sama dengan 12bar. Gambar 52 : Supervisor dan pengawas mengetes tekanan Sumber: dok. pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 132 Gambar 53: Tekanan menunjukkan angka 12 pada pressure gauge Sumber: dok. pribadi Pada prosedur testing pekerjaan plumbing dilakukan secara partial dan sistem (pipa, valve dan pompa). Prosedur testing dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan dalam instalasi dan kebocoran pada pipa serta membersihkan pipa dari sisa-sisa kotoran. Prosedur testing dilakukan untuk menjaga pompa dan valve berfungsi dengan baik. Prosedur testing: • Tes pada pipa : - Tes Tekan Pipa dengan air untuk mengetahui ketahanan pipa terhadap tekanan. a. Partial Test : Test dilakukan pada sebagian sistem, misal pada satu toilet b. System Test : Test dilakukan pada seluruh sistem DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 133 • Tes pada Valve : - Tes Tekan Pipa dengan air untuk mengetahui ketahanan pipa terhadap tekanan. • Tes pada Pompa : - Running tes pompa untuk mengetahui fungsi pompa. 8. Elevator Salah satu sarana yang harus ada pada bangunan tinggi adalah transportasi vertikal. Dimana transportasi vertikal diperlukan untuk menunjang pergerakan manusia dari lantai ke lantai yang sangat tidak efektif jika bangunan berlantai banyak hanya menggunakan tangga. Pada proyek fave hotel ini menggunakan 3 buah elevator dengan merk Hyundai, dimana 1 buah untuk barang dan 2 buah untuk penumpang. Letak elevator relatif mudah dijangkau, yakni berseberangan dengan receptionist. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 134 Gambar 54 : Lokasi lift pada lobby Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama Elevator yang digunakan pada Fave Hotel ini memiliki kecepatan 5m/s dengan estimasi waktu tunggu antara 40-70 detik. Pengerjaan elevator pada proyek ini disubkontrak kan oleh kontraktor utama yaitu CV Sarana Bangun Pratama. Berikut proses pengerjaan elevator: a. Hosting lift equipment. Persiapan alat-alat penarik seperti chain block dan wire rope sesuai dengan kapasitas yang direncanakan oleh konsultan. Setelah persiapan alat-alat tersebut baru kemudian menaikkan traction machine berikut beam machine ke rooftop. Lalu kemudian menaikkan controller dan governor machine lagi-lagi ke rooftop. Setelah itu menaikkan landing sill, header, jamb, door ke setiap lantai. Gambar 55 : Lubang lift Sumber: dok. Pribadi b. Pemasangan Template Mengadakan koordinasi antara pihak kontraktor dan pihak teknisi lift untuk pengukuran pit lift yang aktual dan penentuan as gedung dan level lantai yang dipakai sebagai dasar DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 135 penentuan template. Selanjutnya memasang balok dan papan template di bawah ruang mesin dan di dasar pit lift. Kemudian menyeting plumb lines untuk : Landing sill dan Guide Rail : car & Counterweight. Selanjutnya adalah membuat data pengukuran dan dikordinasikan antara kedua pihak tersebut. Gambar 56 : Guide rail Sumber: dok. pribadi c. Pemasangan peralatan di ruang mesin. Pemasangan beam mesin, traction machine dan governor machine yang berpatokan pada template (plumb lines). Kemudian setting controller, pemasangan cable duct, dan wiring. d. Assembling counterweight Proses selanjutnya ialah assembling counterweight. Guna dari counterweight ini ialah melakukan gaya perlawanan terhadap kotak lift agar seimbang baik ketika lift melakukan perjalanan naik atuapun perjalanan turun. Selain itu, counterweight berguna untuk meringankan kinerja motor yang ada, maka digunakan counterweight, dimana beratnya biasanya sama dengan berat kotak lift yang kosong plus 40-50% kapasitas lift tersebut. Counterweight diletakan didalamlift pit dengan rel terpisah dari rel untuk lift. Dimana apabila lift nya turun, maka counterwightnya akan naik, begitu juga sebaliknya . Selanjutnya DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 136 adalah pemasangan balok penyangga counterweight lalul pemasangan dan adjusment guide shoes dan pengisian weight. Gambar 57 : Counterweight Sumber: dok. pribadi e. Assembling car Selanjutnya adalah assembling car. Pertama-tama mempersiapan dudukan balok untuk bottom channel diikuti dengan setting bottom chanel dan safety device. Berikutnya adalah pemasangan dan setting up-right dan top channel. Kemudian disusul dengan pemasangan dan adjusment car guide shoes dan kick plate. Kemudian pemasangan car wall, return panel dan entrance column. Untuk bagian atas kotak lift dipasang top and suspended ceiling agar kotak lift menjadi aman. Untuk control kotak lift selanjutnya dipasang car operating panel pada tiap tiap lantai, pemasangan car header, car door landing device. Dan yang terakhir adalah roping dan compesating roping. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 137 Dinding kotak lift dibungkus oleh plastik. Setelah selesai instalasi, maka plastik akan dibuka Gambar 58 : Pintu Lift Sumber: dok. pribadi Seperti yang kita ketahui bahwa dalam desain elevator counterweight dirancang dengan berat car beserta 1/2 dari kapasitasnya. Sehingga dengan jumlah 1/2 dari kapasitasnya maka berat kedua sisi akan seimbang. Masalahnya berat dari kedua sisi akan berubah dengan bergeraknya car keatas dan kebawah. Hal ini disebabkan perpindahan berat dari roping kesisi yang lainnya. Secara desain diatas kertas berat dari rope sendiri tidak diperhitungkan, tetapi pada keadaan aktual, berat dari roping akan cukup significant. Bisa dibayangkan berapa variasi berat yang terjadi diantara kedua sisi apabila jumlah lantai yang dilayani sampai 12 lantai. Karena itu perlu ditambahkan berat yang dapat menyesuaikan perpindahan berat roping diantara kedua sisi car dan counterweight yaitu Compesating rope /chain. Compesating rope /chain diletakan dibawah car & counterweight. Untuk lift dengan kecepatan rendah biasanya digunakan compesating chain, karena harganya yang relatif lebih murah. Ada kalanya rantai yang digunakan menghasilkan suara yang sedikit “menggangu” sehingga perlu ditambahkan peredam seperti tali / karet. Sedangkan untuk lift dengan kecepatan tinggi, digunakan compesating rope. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 138 Ada beberapa manfaat dari compesating rope, yaitu : 1) Menyeimbangkan beban yang bervariasi dikarenakan perpindahan sisi traction rope. 2) Membuat start & stop dari car lebih mulus. 3) Menambah daya traksi pada lift yang tinggi. 4) Ada beberapa kendala yang ditimbulkan dari compesating rope: 5) Pada gedung yang tinggi, disaat car pada posisi teratas / terbawah dimana bentangan-nya paling panjang, maka rope akan berayun ayun karena tegangannya yang rendah. Sehingga kemungkinan dapat terlilit. 6) Beban compesating rope akan menambah beban lift. 7) Compesating chain yang tidak dilapisi akan menimbulkan suara berisik f. Testing dan commisioning Langkah terakhir adalah proses pengetesan dan serah terima.pada tahap ini, setelah semua komponen dan mesin elevator selesai pembongkaran dipasang, dan maka pembersihan pit, dilanjutkan ruang dengan mesinyang didalamnya terdapat controller, traction machine dan governor. Selanjutnya dilakukan pengecekan ulang wiring, merger test, DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 139 inspection operation (Manual operation), adjustment mechanical equipment dan persiapan high speed (automatic). Gambar 59 : Bagian dalam lift Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama Untuk melihat keseimbangan elevator ketika beroparasi maka diperlukan pengecekan balancing, testing dan adjustment brake, door. Karena management hotel nantinya memperkerjakan karyawan untuk me-maintenance hotel, maka Depnaker perlu terlibat dalam pengecekan fisik hotel apakah sudah sesuai peraturan pemerintah. Setelah pemeriksaan Depnaker selesai, maka selanjutnya adalah serah terima dari subkontraktor ke kontraktor utama dalam hal ini adalah CV Sarana Bangun Pratama. C. Pekerjaan Eksterior DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 140 Gambar 60 : Visualisasi perspektif eksterior Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama Gambar 61 : Visualisasi penataan eksterior Sumber: dok. CV Sarana Bangun Pratama DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 141 Melalui visualisasi rencana eksterior di atas dapat diketahui beberapa elemen yang menjadi tambahan pekerjaan proyek. Yakni vegetasi, pedestrian, kanopi, pedestrian jalan, dan elemen eksterior lainnya seperti batu alam dan lampu bertuliskan nama hotel. 1. Waterproofing Pekerjaan waterproofing biasa dilakukan pada struktur area atap bangunan atau dibawah lantai toilet dengan maksud untuk mencegah terjadinya kebocoran air ke lantai dibawahnya. pekerjaan waterproofing memerlukan pengerjaan dan pengawawan yang baik dan benar agar tidak terjadi kebocoran yang tentunya akan sangat merepotkan dikemudian hari , untuk mengatasi hal ini kita dapat mencoba berbagai metode waterproofing membrane yang paling baik untuk menghasilkan pekerjaan waterproofing terbaik tentunya Pada proyek Fave Hotel ini mengunakan waterproofing membrane pada bagian atas lantai basement, tepatnya pada jalan masuk mobil ke area basement. Salah satu kesalahan yang terjadi pada proyek Fave Hotel ini adalah keterlambatan pemasangan waterproofing coating. Pemasangan waterproofing ini baru dilakukan ketika terjadi kebocoran pada area basement pada saat hujan turun cukup deras sehari sebelumnya. Gambar 62 : Aplikasi lapisan waterproofing DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 142 Sumber: dok.pribadi Untuk melaksanakan pekerjaan waterproofing diperlukan bebarapa alat bantu sederhana seperti sapu, sikat dan sekop untuk meratakan permukaan waterproofing. Sedangkan bahan-bahan yang disiapkan dalam pemasangan waterproofing coating ini antara lain: a. bahan primer coating b. waterproofing membrane c. screed beton d. acian halus e. kawat ayam f. dan alat-alat bantu pekerjaan waterproofing lainya menyesuaikan kebutuhan kerja dan kondisi lapangan Langkah-langkah pemasangan waterproofing membrane yaitu: a. Membersihkan lokasi struktur beton yang akan dilapisi waterproofing membrane dengan alat- alat kerja yang sudah disiapkan sebelumnya, memastikan setiap bidang dan permukaan sudah benar-benar bersih. b. Melabur permukaan atau bidang yang akan dipasang dengan primer coating secara merata serta pada bidang dinding naik sekitar 20 cm dari lantai rencana. c. Mengecek kembali laburan primer coating apakah sudah benar-benar rapi dan menutup semua permukaan. d. Memasang waterproofing membrane secara merata keseluruh permukaan beton dengan sambungan overlap kurang lebih 10 centi meter. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 143 e. Memeriksa dan mengecek kembali waterproofing membrane yang sudang dipasang sebelumnya. f. Melakukas tes penggenangan dengan air selama satu hari atau 24 jam. Gambar 63 : Tes penggenangan air pada waterproofing Sumber: dok.pribadi Jika setelah 24 jam ketinggian air pada bagian yang dilakukan pengetesan ternyata tidak berkurang, maka bisa dipastikan tidak terjadi kebocoran, tetapi jika belum maka perlu diperbaiki bagian yang bocor. Gambar 64 : Proses pemasangan lapisan waterproofing Sumber: dok.pribadi 2. Penataan vegetasi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 144 Pada proyek Fave Hotel ini, vegetasi digunakan untuk memperindah suasana eksterior. Vegetasi yang digunakan adalah semak hias dan tanaman palem yang dibeli dari luar kemudian ditanam pada tempat yang sengaja didesain sebagai media tanam. Semak hias akan ditata di sepanjang media tanam yang telah dibangun di samping pagar, sementara tanaman palem akan diletakkan di media tanam yang ditanam di media tanam yang telah disiapkan pada pedestrian. Media tanam yang bersandingan dengan pagar, yang nantinya akan ditanami semak hias. Gambar 65 : Media tanam Sumber: dok.pribadi Gambar 66: Jenis semak hias yang digunakan Sumber: dok.pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 145 Semak hias yang dipasang adalah seperti gambar di atas, yang terdiri atas dua macam semak hias, ditanam di atas media tanam yang diletakkan menempel pada pagar, dihiasi dengan batu alam dengan motif seperti gambar di bawah: Gambar 67 : Motif batu alam pada media tanam Sumber: dok.pribadi Sementara untuk tanaman palem, tanaman tersebut ditanam di tengah-tengah pedestrian jalan yang dibangun oleh pihak kontraktor, khusus untuk pengunjung hotel. Pedestrian dibiarkan terbuka dulu, yakni berupa tanah dan belum ditutup dengan paving block. Setelah seluruh tanaman palem ditanam, baru kemudian pedestrian jalan tersebut ditutup dengan paving block. Gambar 68 : Tanaman palem pada pedestrian DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 146 Sumber: dok.pribadi 3. Instalasi atap dan kanopi Terdapat dua buah kanopi yang dikerjakan, yakni yang berada pada entrance dan yang menghadap ke jalan (di depan arcade shop). Pada saat praktikan melakukan kerja praktek, yang baru dikerjakan adalah kanopi yang berada di depan arcade shop. Rangka kanopi ini menggunakan material alumunium coated. Gambar 69 : Kanopi dengan rangka alumunium coated Sumber: dok.pribadi Dalam pemasangannya, para tukang membutuhkan bantuan schaffolding untuk melakukan perakitan langsung pada tempatnya, yakni untuk menyambung pada perpanjangan balok yang menurut keterangan pekerja, akan disatukan dan menjadi suatu bentuk yang tampak menyatu dari luar, dengan dilengkapi lampu yang ada di antara balok-balok tersebut. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 147 Gambar 70 : Proses pemasangan kanopi Sumber: dok.pribadi Di bawah ini adalah bentuk kanopi tersebut saat sudah setengah jadi, yaitu ketika proses pemasangan sudah berlangsung kira-kira dua minggu. Gambar 71 : Kanopi setengah jadi Sumber: dok.pribadi 4. Elemen Eksterior Tambahan Pada saat praktikan melakukan kerja praktek, batu alam yang rencananya akan menghiasi fasad bangunan ternyata belum selesai dibangun, padahal pihak manajemen hotel sudah mendesak untuk segera melakukan Soft Opening. Untuk itu diajukan desain sementara, yaitu dengan mengecat saja tembok yang seharusnya dipasangi batu alam dengan cat weathershield berwarna abu-abu. Kemudian diberi lambang nama hotel. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 148 Gambar 72 : Fasad pengganti batu alam Sumber: dok.pribadi Elemen yang tak kalah penting adalah lampu raksasa bertuliskan nama hotel yang diletakkan di salah satu sisi bangunan. Untuk memasang huruf raksasa ini, pertama-tama tiap huruf dirangkai dan diikat pada penampang baja dengan rapi kemudian pemasangan pada tempatnya dilakukan dengan bantuan gondola. Penampang baja tersebut dikaitkan pada gondola, di mana pada gondola tersebut telah siap dua orang pekerja yang akan melakukan pemasangan pada dinding fasad. Gambar 73 : Proses persiapan pemasangan huruf Sumber: dok.pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 149 Gambar 74 : Proses pemasangan huruf pada dinding fasad Sumber: dok.pribadi Elemen yang selanjutnya tak kalah penting adalah pemasangan penanda hotel yang terbuat dari material MMT yang di dalamnya terdapat lampu penerang, sehingga tulisan akan tetap jelas terbaca walaupun pada malam hari. Gambar 75 : Penanda hotel Sumber: dok.pribadi DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 150 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan praktikan selama melaksanakan kerja praktek di Proyek Pembangunan Fave Hotel Solobaru. Selama 90 hari kerja ini, praktikan melihat bahwa pekerjaan yang dilaksanakan secara keseluruhan cukup baik, baik secara technical skill, manage skill, dan keterpaduan antara pengalaman dan penalaran yang baik. Hubungan kekeluargaan pun terbangun baik antar karyawan pengelola maupun beberapa atasan tukang, sehingga suasana kerja menjadi lebih nyaman. Koordinasi perkembangan lapangan pun menjadi jauh lebih mudah.Namun di balik kelebihan tersebut tentu saja masih ada kekurangan. Selain itu banyak masukan, pengalaman dan pengetahuan baru terutama dalam hal praktek dilapangan maupun manajemen didalam proyek yang dapat kami serap. Kesimpulan yang dapat ditarik setelah apa yang diuraikan dari bab-bab diatas adalah sebagai berikut : 1. Pihak pengawas kurang baik di dalam memperhatikan keselamatan kerja pada pekerjanya, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya keharusan pekerja untuk selalu menggunakan alat keselamatan kerja, diantaranya pemakaian helm proyek dan sepatu boot. 2. Lokasi proyek yang berada di kota mengakibatkan kesulitan dalam mobilisasi material dan mengakibatkan gangguan seperti, getaran dan gangguan suara pada saat pemancangan, polusi udara dan kemacetan pada saat mobilisasi material. 3. Alat listrik yang sudah dimakan usia sehingga kurang menjamin keselamatan pekerja, beberapa di antaranya bahkan sering mengalami DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 151 kerusakan di saat pekerjaan sedang dilakukan sehingga dapat menghambat kerja tukang. 4. Penumpukan material misalnya baja tulangan yang terletak di lapangan kurang mendapat perlindungan dari panas matahari dan hujan sehingga menyebabkan karat. 5. Kesadaran pekerja akan keselamatan pribadi kurang, ini terlihat dengan banyaknya pekerja yang tidak mau menggunakan helm proyek, ditambah dengan kurang tegasnya pihak pengawas. 6. Pemeriksaan sebelum pekerjaan pengecoran dapat menghindarkan kesalahan yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan. 7. Mengenai Time Schedule perencanaan dan pelaksanaan mengalami kemajuan setiap minggunya. 8. Perlunya membangun suasana kekeluargaan dan kedekatan antar karyawan maupun dengan beberapa penanggungjawab tukang, sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak terduga, koordinasi dapat dilakukan dengan cepat. 9. Perlunya bagi karyawan pengelola maupun pengawas untuk lebih sering naik hingga ke lantai atas untuk menertibkan pekerja yang kurang aktif sehingga seluruh tenaga kerja dapat lebih efisien dalam menggunakan waktunya. 5.2 SARAN Setelah menempuh kerja praktek selama 3 bulan, penulis dapat menyampaikan beberapa saran dari sudut pandang praktikan, antara lain : A. Bagi mahasiswa praktikan 1. Kerja praktek merupakan sarana bagi mahasiswa arsitektur untuk menyelaraskan ilmu yang didapat di kampus dan realitas DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 152 pada dunia kerja, maka dari itu, hendaknya kesempatan ini digunakan dengan baik oleh mahasiswa praktikan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari kerja pratek tersebut. 2. Kerja praktek mengajarkan kepada mahasiswa praktikan untuk melatih kemampuan berorganisasi, bekerja dalam team, terutama di dalam sebuah proyek konstruksi. Sebaiknya mahasiswa praktikan bersifat proaktif, sehingga dapat benarbenar berlatih berorganisasi dalam proyek konstruksi. B. Bagi Program Studi Arsitektur 1. Perlunya dibuat sebuah program list yang jelas, untuk kemudian diberikan kepada pihak tempat praktek agar pembimbing/penanggungjawab yang berada di sana tidak kebingungan dalam menentukan apa saja yang harus diajarkan kepada praktikan. Selain itu, dengan pemetaan program list yang jelas, praktikan sendiri jadi lebih mengerti tentang pokokpokok hal yang harus diperhatikan dalam proyek tersebut. 2. Menambah kurikulum khusus untuk mengasah kemampuan mahasiswa untuk mengolah gambar 3D, di mana hal tersebut adalah salah satu indikator yang menjadi pertimbangan dalam penerimaan tenaga kerja baik di konsultan arsitektur maupun pada firma khusus di bidang konstruksi. 3. Menambah kurikulum perkuliahan mengenai struktur bangunan tinggi secara lebih mendetail, sehingga ketika menjalani kerja praktek, praktikan memiliki gambaran yang lebih banyak mengenai sebuah proyek konstruksi, khususnya gedung tinggi. 4. Menambah pembahasan lebih lanjut di dalam mata kuliah Manajemen Konstruksi terutama mengenai keorganisasian dan DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 153 bagaimana sebaiknya menempatkan diri, berdasarkan realita proyek. DELLA RATAMANJARI I0209024 | LAPORAN KP – FAVE HOTEL SOLOBARU 154