Dr Ernie Maduratna, Dosen FKG yang Tekun

advertisement
Dr Ernie Maduratna, Dosen FKG
yang Tekun Menorehkan Paten
UNAIR NEWS – Kepakaran Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg.,
M.Kes., Sp.Perio di bidang periodontal tak perlu diragukan
lagi. Bagaimana tidak, perempuan kelahiran Malang yang biasa
disapa Erni ini telah menghasilkan tujuh produk yang
dipatenkan. Produk yang telah dipatenkan itu adalah
Antimicrobial Topical: Tetracycline Gel (gel tetrasiklin dari
antimikroba lokal), Minocycline Mouth Wash (obat kumur untuk
mencegah periodontitis), dan Periobrush (sikat gigi untuk
mendeteksi dini radang gusi).
Ada pula Nigela Sativa Mouth Wash (obat kumur antibakteri,
antiinflamasi, dan antioksidan), Photosensitizer Ekstrak
Moringa (sensitizer untuk terapi fotodinamik pada kasus radang
gusi), Hyaluronic Acid Gel (terapi pascaoperasi pemasangan
implan dan pencegahan resesi gusi), dan Periodontal Tissue
Engineering (terapi gigi goyang dan dental implant).
Seluruh produk paten itu berawal dari penelitian yang
dilakukan Ernie sejak dia menggarap tesis dan disertasi.
Ketekunan itu berlanjut pasca perempuan kelahiran Malang ini
rampung menyelesaikan program doktor. Kini, ia memiliki tim
peneliti lintas fakultas untuk menyelesaikan riset-riset yang
akan datang.
Salah satu hal yang mendasarinya untuk terus melakukan riset
dan berproduksi adalah demi kemandirian bangsa. Ernie
mengatakan, selama ini produk yang digunakan untuk mengobati
penyakit radang gusi dan jaringan pembentuk gigi masih diimpor
dari luar negeri. Akibatnya, pasien harus merogoh kocek
terlalu dalam untuk membayar biaya kesehatan.
Produk-produk yang ia hasilkan, bila diproduksi massal dan
dijual, dihargai cukup terjangkau. Di klinik-klinik atau rumah
sakit, harga laser versi impor bisa mencapai Rp 15 juta.
Sedangkan, miliknya berada di kisaran Rp 5 juta. Untuk
klorofil daun kelor (moringa oleifera) yang digunakan sebagai
photosensitizer organik/alam pada fotodinamik dengan activator
dento laser biru 405 nm, harga per 10 mili sekadar Rp 50 ribu.
Sedangkan versi impor, dengan ukuran serupa dan bahan yang
berbeda meski berfungsi sama, dibanderol Rp 400 ribu. Padahal,
kualitas keduanya bisa diadu.
Artinya, produk dari peneliti UNAIR mampu bersaing di kancah
internasional. Mutu terjamin dengan harga yang kompetitif.
“Tujuan utama saya dan kawan-kawan bukanlah komersial semata.
Tapi lebih pada pengabdian ke masyarakat. Dengan harga yang
murah, kualitas yang bagus, puskesmas-puskesmas atau klinik di
semua daerah di Indonesia dapat menjangkaunya,” papar dosen
Fakultas Kedokteran Gigi yang melakukan riset Klorofil Daun
Kelor serta Aktivator Dento-Laser Biru 405 nm bersama Dr
Suryani Dyah Astuti, M.Si, tersebut. (*)
Dokter Anestesi FK UNAIR
Sukses Dapatkan 7 HAKI
UNAIR NEWS – Tingginya harga alat kedokteran, membuat sejumlah
dokter Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berkreasi
menciptakan sendiri alat kedokteran dengan spesifikasi harga
yang terjangkau. Namun meski demikian tak kalah bagus
kualitasnya dengan buatan pabrik.
Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK UNAIR-RSUD Dr.
Soetomo berhasil mendaftarkan sebanyak 7 Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI). Dengan rincian 2 Hak Paten dan 5 Hak Cipta
yang dilindungi Undang-Undang.
Ketujuh HKI tersebut meliputi Simulator alat Injeksi
Peripheral Nerve Block (PNB) dengan Panduan Ultrasonografi
untuk mengetahui anatomi syaraf, Modifikasi Lampu LED, dan
Alat Perekam Audiovisual pada Laringoskop yang dapat Terhubung
dengan Gadget, LCD, dan Laptop. Kemudian Alat Peraga Video
Laryngoscope dengan tiga spesifikasi ukuran yang berbeda,
Karya Sinematografi Tutorial Video Laryngoscope, serta Karya
Sinematografi Video Tutorial Basic Life Support.
Dari ketujuh HKI tersebut, salah satu yang menarik adalah Alat
Peraga Video Laryngoscope dengan inventor Soni Sunarso
Sulistiawan, dr., SpAn.FIPM., Dr. Christrijogo Sumartono,
dr.,SpAn.,KAR., dan Bambang Pujo Semedi, dr, SpAn. KIC.
Kepada UNAIR NEWS, Soni mengklaim Video Laryngoscope ini
adalah salah satu alat kedokteran yang lebih murah dengan
kecanggihan yang tidak kalah dengan alat buatan pabrik. Alat
ini bermanfaat
pendidikan.
untuk
menunjang
kegiatan
pelayanan
dan
Kehadiran video Laryngoscope ini dapat membantu proses
Intubasi pada kondisi yang sulit. Dalam kamus kedokteran,
intubasi berarti memasukkan alat berbentuk mirip selang ke
dalam organ berongga. Dalam hal ini, sering dikaitkan dengan
memasukkan alat endotracheal tube atau selang nafas yang
dimasukkan melalui mulut atau hidung hingga mencapai organ
berongga (trakea), sehingga menjamin jalan nafas dapat bebas
dan fungsi pernafasan dapat berjalan dengan baik.
“Video Laryngoscope ini juga dapat dimanfaatkan ketika sedang
dilakukan laringoskopi atau tindakan medis yang memungkinkan
ahli anestesi melihat kondisi pita glotis dan vokal untuk
melindungi organ berongga dari kemungkinan cedera oleh
intubasi,” ungkapnya.
Alat ini juga dapat merekam audiovisual yang terjadi selama
proses laringoskopi. Gambar audiovisualnya dapat terlihat dari
layar komputer maupun smartphone, sehingga dapat sekaligus
dimanfaatkan untuk live streaming dan dokumentasi pendidikan.
Dengan begitu, otomatis hasilnya dapat disimpan dalam bentuk
softcopy dan dapat disimpan di dalam komputer atau smartphone.
“Alat Video laryngoskop yang sekarang kami punya sangat
terbatas kegunaannya dan mahal sekali. Kami membutuhkan alat
kedokteran yang bukan saja berfungsi sebagai pendukung
pelayanan, tapi juga sebagai sarana belajar. Dan alat ini
adalah jawabannya, karena dapat difungsikan juga untuk
mengatasi kasus sulit sekaligus merekam audiovisual untuk
pembelajaran,” ungkapnya.
Adapun ukuran Blade yang tersedia mulai blade panjang no.4
untuk pasien dewasa dengan overweight
hingga ukuran no.00
yang digunakan pada intubasi bayi neonatus prematur dengan
berat lebih 1000 gram. Menurutnya, Videolaryngoskop ukuran
tersebut sangat jarang di pasaran.
Rekaman tersebut dapat membantu departemen anestesi untuk
melakukan evaluasi kemampuan intubasi setiap mahasiswa dalam
proses belajar mengajar. “Kami telah melakukan studi bahwa
alat ini berfungsi sangat baik dan bisa menggantikan fungsi
Videolaryngoscope buatan pabrik yang harganya jauh lebih
mahal,” ungkapnya.
Selain Videolaryngoscope, ada juga simulator alat Injeksi
Peripheral Nerve Block (PNB) dengan Panduan Ultrasonografi
untuk mengetahui anatomi syaraf. Alat ini berguna untuk proses
pendidikan keterampilan intervensi dengan menggunakan USG
guiding.
Yang lebih menarik lagi, Soni dan tim Anestesiologi dan
Reanimasi FK UNAIR juga mematenkan Karya Sinematografi untuk
promosi kesehatan Basic Life Support penanganan henti jantung
pada Awam. Sinematografi ini berisikan Film pendek yang
berkisah tentang pentingnya pertolongan pertama pada suatu
kegawatan henti jantung.
“Kita tidak tahu sampai dimana umur seseorang dan musibah yang
dapat terjadi sewaktu-waktu. Untuk itu peran serta masyarakat
sangat diperlukan. Mengingat keselamatan korban sangat
ditentukan oleh respon awal dan pijat jantung,” jelasnya.
Melalui film pendek ini, Soni mengajak kepada semua elemen
masyarakat untuk turut berperan memberikan pertolongan BLS
(Basic Life Support) berupa pijat jantung dan call for help
agar keberhasilan penanganan henti jantung menjadi lebih
tinggi. Karena keberhasilan terapi dokter juga sangat
bergantung dari respon awal masyarakat, seawal
mungkin
setelah jantung berhenti. (*)
Penulis: Sefya Hayu
Editor: Nuri Hermawan
Download