Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia Bank

advertisement
MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MURNI YULIANTI
NIM: 106046101668
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Drs.H. Hamid Farihi, M.A
NIP. 195811191986031001
Pembimbing II
H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian
Syariah” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1
(S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.
NIP: 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
1. Ketua
: DR. Euis Amalia, M. Ag
NIP: 197107011998032002
(……………….)
2. Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H
NIP: 197407252001121001
(……………….)
3. Pembimbing I
: Drs.H. Hamid Farihi, MA
NIP. 1973050420031002
(……………….)
4. Pembimbing II
: M.Dawud A.Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA
(……………….)
5. Penguji I
: Dr.Ir. Iwan Pontjowinoto, SE., MM
(……………….)
6. Penguji II
: Hendra Pertaminawati, MA
(……………….)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Ramadhan 1431 H
September 2010 M
MURNI YULIANTI
iv
ABSTRAK
MURNI YULIANTI. NIM 106046101668. Manajemen Risiko dan Aplikasinya
pada Pegadaian Syariah. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.
Isi: xiii - 113halaman + 28 lampiran, 31 literatur (1993-2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko serta
aplikasinya pada Pegadaian Syariah, pada penelitian ini digunakan data primer yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang diajukan kepada jeneral manajer
manajemen risiko dan manajer usaha rahn PERUM Pegadaian Pusat Jakarta, dan data
sekunder yang mendukung penelitian ini. Sedangkan untuk metode analisis,
penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mekanisme manajemen risiko
pada Pegadaian Syariah diawali dengan proses identifikasi jenis risiko, kemudian
dipetakan menurut dampak yang ditimbulkan dari masing-masing risiko, dan
menentukan perlakuan terhadap risiko dengan menyusun strategi dalam pengendalian
risiko.
Kata Kunci: Manajemen risiko, Jenis risiko, Dampak risiko, Strategi penanganan
risiko.
Pembimbing I
:
Pembimbing II
:
Drs.H. Hamid Farihi, M.A
NIP. 195811191986031001
H.M. Dawud A. Khan,SE.,M.Si.,Ak.,CPA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,
Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Manajemen
Risiko dan Aplikasinya pada Pegadaian Syariah”, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Prof. DR. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH,
Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs.H. Hamid Farihi, M.A dan H.M. Dawud A. Khan,S.E.,M.Si.,Ak.,CPA,
Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan
kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
vi
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum khususnya
Farhan Musthofa, SEI, atas kemudahan yang penulis rasakan selama
pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa
universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
7. Ayahanda Syarif Abah dan ibunda Wartini yang telah mencurahkan kasih
sayangnya dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat merasakan
pendidikan di Perguruan Tinggi. Saudara-saudaraku tercinta: aa, teh syanti, teh
euis yang begitu banyak membantu, uyuy, dan audhi trimakasih atas doa dan
dukungannya.
8. Sahabat-sahabatku Iea, Wie dan Nay yang senantiasa mengubah kepenatan
menjadi kebahagiaan. Roni yang berkenan membantu dan meluangkan waktunya
untuk berbagi pengetahuan dan Appaz yang juga berkenan berbagi ilmu bahasa
arabnya.
9. Bapak Ir. Fauzan Ahmad, Direktur PT. Maestro Motivasi Indonesia dan sahabatsahabat Maestro: Danu, Abuy, Yudi dan lainnya yang senantiasa memberikan
motivasi dan inspirasi.
10. Untuk dosen yang sangat bersahabat bapak Mu’min Rauf, S.Ag., MA terimakasih
untuk do’a, arahan dan motivasinya. Bu Oke dan Pa Hadi yang memberi
kemudahan dalam menyelesaikan prosedur terkait kelulusan.
11. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006,
terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di
perkuliahan.
vii
12. Bapak Pamuji Gesang Raharjo, SE.,MM dan bapak Rudy Kurniawan,SE. Jeneral
Manajer Manajemen Risiko dan Jeneral Manajer Usaha Rahn Perum Pegadaian.
13. Dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi
ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Ramadhan 1431 H
September 2010 M
MURNI YULIANTI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................... iii
LEMBAR PENYATAAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
D. Kerangka Teori dan Konseptual ......................................................... 9
E. Review Studi Terdahulu ................................................................... 11
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .......................................... 12
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konstruksi Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai .......................................................................... 17
2. Landasan Syariah ......................................................................... 18
3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah .............................................. 20
ix 4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah .......................................... 21
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn................ 22
B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko ..................................................... 24
2. Konsep Risiko .............................................................................. 26
3. Klasifisikasi Manajemen Risiko .................................................. 31
C. Mekanisme Manajemen Risiko ........................................................ 40
1. Identifikasi Risiko ........................................................................ 41
2. Pengukuran Risiko ....................................................................... 43
3. Pemetaan Risiko........................................................................... 44
4. Model Pengelolaan Risiko ........................................................... 45
5. Monitor dan Pengendalian Risiko ................................................ 46
BAB III
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian........................................................... 47
1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian................................................ 48
2. Pegadaian Syariah di Indonesia ................................................... 50
B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah ..................................................... 52
C. Produk Pegadaian Syariah
1. Rahn ............................................................................................. 59
2. Ar-Rum ........................................................................................ 61
3. Mulia ............................................................................................ 62
D. Legalitas dan Struktur Organisasi Pegadaian Syariah ...................... 64
E. Gambaran Umum SDM Pegadaian Syariah ...................................... 67
x BAB IV
MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA
PEGADAIAN SYARIAH ....................................................................... 71
A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah ......................... 72
1. Identifikasi ................................................................................... 73
2. Pengukuran ................................................................................. 74
3.Pemantauan ................................................................................... 75
4. Pengendalian ................................................................................ 76
B. Jenis Risiko yang Dihadapi Perum Pegadaian ................................. 78
C. Analisis Risiko ................................................................................. 84
1. Dampak dari Masing-masing Risiko yang Dihadapi Perum
Pegadaian ..................................................................................... 90
2. Analisis Dampak Risiko Perum Pegadaian.................................. 94
D. Strategi yang Ditempuh Perum Pegadaian dalam Mengatasi
Permasalahan Risiko yang Dihadapi ............................................. 101
1. Upaya-upaya yang telah Dilakukan Perum Pegadaian dalam
Mengurangi Risiko .................................................................... 103
2. Upaya yang Dilakukan Perum Pegadaian untuk Mengelola
Risiko ......................................................................................... 105
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN ................................................................................ 106
2. SARAN ............................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 110
LAMPIRAN ............................................................................................................. 114
xi DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 3.1
Komposisi Karyawan menurut Tingkat Pendidikan ........................... 68
Tabel 4.1
Dampak Risiko Pegadaian .................................................................. 90
Gambar 1.1
Siklus Manajemen Risiko ..................................................................... 9
Gambar 1.2
Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko ............................ 10
Gambar 2.1
Skema Transaksi Gadai Syariah ......................................................... 17
Gambar 3.1
Struktur Divisi Syariah ....................................................................... 67
Gambar 4.1
Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perum Pegadaian ....................... 77
Gambar 4.2
Tampilan Peringkat Risiko secara Kualitatif ...................................... 88
xii BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan di berbagai
forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan
masalah ini karena salah satu tolak ukur kemajuan suatu Negara adalah dari
kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia
bisnis. Masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha apa pun tidak terlepas dari kebutuhan akan dana
(modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik
untuk modal investasi atau modal kerja.
Adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang memegang
peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan dana. Hal ini disebabkan
perusahaan keuangan memang bidang utama usahanya adalah menyediakan
fasilitas pembiayaan dana bagi perusahaan lainnya. 1
Dalam setiap perekonomian modern, keberadaan lembaga keuangan yang
menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan merupakan sesuatu yang
penting guna mendukung kegiatan perekonomian, terutama melalui pengerahan
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet.6 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002), hal.1.
1 sumber-sumber pembiayaan dan penyalurannya secara efektif dan efisien. Sejalan
dengan itu, sejak tahun 1988 pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan
untuk
lebih
memperkuat
sistem
lembaga
keuangan
nasional
melalui
pengembangan dan perluasan berbagai jenis lembaga keuangan, 2 di antaranya
lembaga keuangan non-bank seperti Pegadaian.
Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan
fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan
dan kemudian ditaksir oleh pihak Pegadaian untuk menilai besarnya nilai
jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman.
Sementara ini usaha Pegadaian secara resmi masih dilakukan Pemerintah.
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang, yang
mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang
berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu.
Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)
tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik seperti ini telah
ada sejak jaman Rasulullah saw dan Rasulullah sendiri pernah melakukannya.
Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara sukarela
atas dasar tolong-menolong. 3
2
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ed.II (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
1999), hal.229.
3
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta; Salemba Diniyah, 2003), h.2.
2 Hadirnya Pegadaian Syariah sebagai sebuah lembaga keuangan formal
yang berbentuk unit dari Perum Pegadaian di Indonesia, yang bertugas
menyalurkan pembiayaan dalam bentuk pemberian uang pinjaman kepada
masyarakat yang membutuhkan berdasarkan hukum gadai syariah merupakan
suatu hal yang perlu mendapatkan sambutan positif. Dalam gadai syariah, yang
terpenting adalah dapat memberikan kemaslahatan sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat dan menjauhkan diri dari praktik-praktik riba, qimar
(spekulasi), maupun gharar (ketidaktransfaranan) yang berakibat terjadinya
ketidakadilan dan kedzaliman pada masyarakat dan nasabah. 4
Semua organisasi tentunya mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang
merupakan motivasi dari pendiriannya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah
mekanisme
yang mengintegrasikan proses dari kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan, dan kegiatan tersebut kita kenal
sebagai kegiatan manajemen. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik
industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa keuangan didorong oleh motif
mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. 5
4
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: UI-Press, 2005), h.5.
5
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah , cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006), h.90.
3 Berbicara mengenai manajemen, Islam mendorong umatnya untuk
melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Dalam sebuah Hadits
dikemukakan,
{‫ن ﺷَﺮًّا ﻓَﺎﻧْ َﺘ ِﻪ }رواﻩ اﺑﻦ اﻟﻤﺒﺎرل‬
َ ‫ﺾ َوِإنْ آَﺎ‬
ِ ْ‫ﺧﻴْﺮًا ﻓَﺎ ﻣ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ﻞ أَﻣْﺮًا َﻓ َﺘ َﺪ ﱠﺑ َﺮ ﻋَﺎ ِﻗ َﺒ َﺘ ُﻪ َﻓِﺈنْ آَﺎ‬
َ ‫ت َأنْ َﺗﻔْ َﻌ‬
َ ْ‫إذَا َأ َرد‬
“Jika anda ingin melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan, maka
pikirkanlah akibatnya. Jika perbuatan itu baik, teruskan, dan jika perbuatan itu
jelek , maka berhentilah.” (HR Ibnul Mubarak)
Pesan untuk memikirkan akibat dari suatu perbuatan merupakan larangan
untuk melakukan sesuatu tanpa sasaran yang jelas, tanpa organisasi yang rapi, dan
tanpa tujuan yang jelas. Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata
wadah, melainkan lebih menekankan bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan
secara rapi. Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. 6
Dalam proses untuk mencapai tujuan, setiap organisasi perusahaan selalu
dihadapkan pada hambatan dan kendala, baik kendala teknis maupun operasional.
Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan
dihadapi sebuah organisasi ataupun perusahaan dalam mencapai tujuan. Semua
hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan kita kenal sebagai risiko.
Setiap usaha bisnis atau pendirian perusahaan, haruslah mengukur potensi
risikonya terlebih dahulu. Dalam menghadapi risiko tersebut, banyak cara
6
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2003), h.100.
4 dilakukan perusahaan. Apa pun upaya yang dilakukan perusahaan dalam
menghadapi risiko, suatu pemahaman tentang bagaimana risiko terjadi,
bagaimana mengukur, memantau dan mengendalikannya adalah suatu proses
manajemen yang perlu dilakukan perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses
manajemen risiko akan semakin sadar dan siap menghadapi kemungkinan
terjadinya risiko yang potensial terjadi.
Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis
yang tidak dapat dihindarkan. Banyak perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi
karena menderita kerugian yang sedemikian besar. Hal itu terjadi karena tidak
atau gagal memperhitungkan risiko yang ada. Namun demikian, bagi perusahaan
yang sudah berjalan dan mempunyai banyak bisnis usaha, keputusan untuk
memasukkan pengukuran risiko dalam pengambilan keputusan bisnisnya adalah
lebih baik daripada hanya memperhitungkan potensi return-nya saja.
Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko dan memasukkan
dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya diharapkan dapat lebih survive,
karena potensi risiko yang terjadi sudah diperhitungkan. Perusahaan yang
melakukan proses manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan
nilai tambah, karena potensi return yang diperoleh sudah diperhitungkan lebih
besar daripada potensi risiko kerugiannya. Dengan demikian, proses manajemen
risiko menjadi suatu kebutuhan bagi setiap perusahaan bukan menjadi kewajiban
5 yang dipersyaratkan oleh regulator 7 . Oleh karena itu manajemen risiko mutlak
diterapkan baik oleh individu maupun korporasi. Lebih spesifik dalam korporasi,
sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam
mengimplementasikan manajemen risiko. 8
Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi
ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang
penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang
mampu meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang
dihadapi dalam kegiatan usahanya. Tidak terkecuali Pegadaian Syariah yang
merupakan sebuah lembaga keuangan umat yang memiliki prospek yang baik,
juga harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala
tindakan preventif yang akan mampu mencegah bahkan menghilangkan risiko
kerugian financial dari kegiatan usaha perusahaannya.
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dan untuk
menganalisa penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah, maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penulisan skripsi yang
berjudul:
”MANAJEMEN
RISIKO
DAN
APLIKASINYA
PADA
PEGADAIAN SYARIAH”
7
Muhammad Muslich, Manajemen Risiko Operasional: Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), h.3.
8
Dida Nurhaida, “Islam juga Mengajarkan Manajemen Risiko”, Sharing: Inspirator Ekonomi
dan Bisnis Syariah, (Mei 2010): h.64.
6 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berbicara mengenai manajemen memang perlu pambahasan yang cukup
luas. Demi terselesaikannya penulisan ini, maka dalam penelitian ini penulis
hanya memfokuskan pada pembahasan manajemen risiko yang terdapat pada
institusi lembaga keuangan Pegadaian Syariah.
Berdasar pada pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut,
maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut:
1. Jenis risiko apa saja yang dihadapi Pegadaian Syariah?
2. Bagaimana
dampak
dari
masing-masing
risiko
tersebut
terhadap
kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah?
3. Bagaimana strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam
menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Mengetahui dan menjelaskan jenis risiko yang terjadi pada Pegadaian
Syariah.
7 b. Mengetahui dan menjelaskan dampak dari masing-masing risiko terhadap
kelangsungan bisnis Pegadaian Syariah.
c. Mengetahui strategi yang ditempuh oleh Pegadaian Syariah dalam
menanggulangi permasalahan risiko yang dihadapi.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
Menambah khasanah keilmuan demi meningkatkan kompetensi diri,
kecerdasan intelektual dan emosional dalam bidang lembaga keuangan
syariah khususnya mengenai manajemen risiko Pegadaian Syariah.
b. Bagi Institusi
Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada lembaga
keuangan maupun lembaga yang terkait dalam sistem manajemen
pengelolaan risiko, sehingga mampu menerapkan sistem manajemen
risiko yang dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kemungkinan
risiko yang dihadapai dalam kegiatan usahanya.
Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, dapat memperkaya
wawasan dan wacana dalam ekonomi Islam pada umumnya dan sebagai sumbang
saran dan masukan bagi para praktisi dalam manajemen pengelolaan risiko usaha
8 yang dihadapi oleh lembaga keuangan syariah, khususnya Pegadaian Syariah,
serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dalam melakukan
aktifitas ekonominya.
D. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Bramantyo Djohanaputro menjelaskannya dalam siklus manajemen
risiko yaitu 9 :
Gambar 1.1 Siklus Manajemen Risiko
Evaluasi pihak
berkepentingan
Identifikasi
risiko
Pengukuran
Risiko
Pengawasan dan
pengendalian risiko Model pengelolaan
risiko
Pemetaan
risiko
9
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Jakarta: PPM, 2006),
h. 27.
9 Dalam
perkembangannya,
risiko-risiko
yang
dibahas
dalam
manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori dan pada tiap
kategori tersebut memiliki risiko-risiko yang lebih spesifik lagi tergantung
pada jenis usaha yang di bidangi oleh masing-masing perusahaan, yaitu:
a.
Risiko Keuangan
b.
Risiko Operasional
c.
Risiko Strategis
d.
Risiko Eksternalitas
2. Kerangka Konsep
Dalam skripsi ini konsep pemikirannya adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 Konseptual Analisa Penerapan Manajemen Risiko
Identifikasi jenis risiko pada Pegadaian Syariah
Dampak dari masing-masing risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah
Menentukan strategi manajemen risiko dalam mengatasi risiko yang
dihadapi
Penerapan manajemen risiko pada Pegadaian Syariah
Langkah antisipasi dan preventif
10 E. Review Studi Terdahulu
1. Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah (Studi pada Unit Usaha Syariah
Bank Bukopin) oleh Harun Masykur mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2008. Secara umum
permasalahan yang dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai proses
identifikasi dan pengukuran risiko operasional, proses pengendalian dan
pelaporan risiko operasional, proses pengukuran dana cadangan risiko
operasional dengan metode the basic indicator approach (BIA) dan
hambatan-hambatan dalam manajemen risiko operasional pada UUS Bukopin.
Sedangkan pada skripsi ini, membahas manajemen risiko secara keseluruhan
pada Pegadaian Syariah dan tidak terbatas pada risiko operasionalnya saja
tetapi juga menganalisa seluruh risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah.
2. Manajemen Risiko dan Penerapannya di PT. Asuransi Takaful Keluarga oleh
Wahyu Gunawan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun skripsi 2004. Secara umum permasalahan yang
dibahas dalam penelitiannya adalah mengenai konsep manajemen risiko
Islami, strategi yang ditempuh oleh PT Asuransi Takaful keluarga dalam
menanggulangi permasalahan risiko perusahaan yang mungkin dihadapi dan
sejauh mana kesesuaian program-program manajemen risiko perusahaan yang
telah ditetapkan oleh PT Asuransi Takaful Keluarga dengan prinsip-prinsip
manajemen risiko Islami. Sedangkan pada skripsi ini membahas manajemen
11 risiko secara umum dan strateginya dalam menghadapi risiko-risiko usaha
pada Pegadaian Syariah, karena obyek penelitian pada skripsi ini adalah
Pegadaian Syariah.
F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan dan pengumpulan data skripsi ini, penulis memakai
metode penelitiaan kualitatif deskriptif yaitu tahap penyajian data yang
didasarkan kepada pendekatan phenomenologi yang terjadi dalam praktik
manajemen risiko di Pegadaian Syariah.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu ilmu ekonomi
dalam bidang manajemen dan lebih spesifikasinya mengenai pengelolaan
manajemen risiko.
3. Jenis data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi
penerapan manajemen risiko di Pegadaian Syariah.
b. Sumber data penelitian ini yaitu:
12 1) Data Primer yaitu : dokumen-dokumen yang terkait dengan
manajemen risiko Pegadaian Syariah berupa: wawancara dengan divisi
manajemen risiko dan divisi usaha syariah, anual report 2009 Perum
Pegadaian.
2) Data Sekunder yaitu kajian kepustakaan tentang manajemen risiko dan
gadai syariah baik berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua metode, yaitu:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini digunakan untuk memperoreh data tertulis dengan cara
membaca buku-buku, surat kabar dan sebagainya yang ada kaitannya
dengan masalah yang penulis teliti.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan
cara mendatangi langsung objek penelitian. Untuk memperoleh data dari
lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Observasi dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap mekanisme aplikasi manajemen risiko pada
Pegadaian Syariah dengan menggunakan seluruh alat indera.
13 2) Wawancara untuk tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari
pihak yang terkait dengan obyek penelitian.
5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara
bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu
mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan
jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikannya dan
menganalisa mekanisme penerapan manajemen risiko pada Pegadaian
Syariah.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku ”Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”.
G. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini, penulis membagi ke dalam lima bab. Pada
tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
14 BAB I,
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, kerangka teori dan konseptual, review studi
terdahulu, metodologi penelitian dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
BAB II,
LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan teori mengenai
konstruksi gadai syariah yang meliputi pengertian gadai, landasan
syariah, hakikat dan fungsi gadai syariah, rukun dan syarat sah gadai
syariah, persamaan dan perbedaan antara gadai dengan rahn. Dan
teori
mengenai
manajemen
risiko
yang
meliputi:
pengertian
manajemen risiko, konsep risiko, klasifikasi manajemen risiko serta
mekanisme manajemen risiko yang meliputi: identifikasi risiko,
pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, monitor
dan pengendalian risiko.
BAB III, GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
Dalam bab ini, penulis menguraikan gambaran umum dari Pegadaian
Syariah yang meliputi: sejarah singkat Perum Pegadaian dan
Pegadaian Syariah, visi dan misi Pegadaian Syariah, produk dan jasa
15 Pegadaian Syariah, legalitas dan struktur organisasi Pegadaian
Syariah, gambaran umum Sumber Daya Manusia Pegadaian Syariah.
BAB IV, MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN
SYARIAH
Dalam bab
ini,
penulis
menguraikan
bagaimana
manajemen
pengelolaan risiko dan aplikasinya pada Pegadaian Syariah, apa saja
jenis risiko yang dihadapi, bagaimana manganalisis risiko, bagaimana
dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap kelangsungan
bisnis Pegadaian Syariah, dan bagaimana strategi yang ditempuh oleh
Pegadaian Syariah dalam mengatasi permasalahan risiko yang
dihadapi.
BAB V,
PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang
dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
16 BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konstruksi Gadai Syariah
1. Pengertian Gadai
Secara umum, gadai merupakan suatu hak yang diperoleh kreditur atas
suatu barang bergerak yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan atas hutang.
Sedangkan Rahn atau Gadai Syariah adalah penyerahan hak penguasaan
secara phisik atas harta/barang berharga dari nasabah kepada penerima gadai
sebagai jaminan atas pembiayaan qardh yang diterima oleh nasabah. 1
Gambar 2.1 Skema Transaksi Gadai Syariah
1
Rudy Kurniawan, “Pelatihan Pegadaian Syariah.” Soft Skill sebagai Peningkatan Sumber
Daya Insani Pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), 14 April 2010. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2010.
17 Sesuai dengan skema tersebut, pada dasarnya operasionalisasi
Pegadaian Syariah berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu:
a. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Dengan akad ini, Pegadaian menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas utang nasabah/Rahin.
b.
Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini, dimungkinkan bagi
Pegadaian Syariah untuk menarik biaya Ijarah atas penyimpanan dan
pemeliharaan barang bergerak milik nasabah/Rahin yang telah melakukan
akad.
2. Landasan Syariah
Landasan konsep Pegadaian Syariah mengacu kepada syariat Islam
yang bersumber dari Al Quran dan Hadits Nabi saw. Adapun prinsip dasar
yang digunakan adalah 2 :
2
M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h.128.
18 a. Al-Quran Surat Al Baqarah (2): 283
⌧
⌦
⌧
☺
⌧
☺
☺
⌦
☺
☺
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
b. Hadits
‫ﻞ‬
ٍ‫ﺟ‬
َ ‫ي ِإﻟَﻰ َأ‬
‫ﻃﻌَﺎﻣًﺎ ِﻣﻦْ َﻳﻬُﻮ ِد ﱟ‬
َ ‫ﺳﱠﻠ َﻢ اﺷْﺘَﺮَى‬
َ ‫ﻋَﻠﻴْ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ‬
َ ‫ﻲ‬
‫ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ‬
‫ﻋﻨْﻬَﺎ َأ ﱠ‬
َ ‫ﺸ َﺔ رَﺿِﻲ اﻟﻠّ ُﻪ‬
َ ‫ﻋﻦْ ﻋَﺎ ِﺋ‬
َ}
{‫ﺣ ِﺪﻳْ ٍﺪ‬
َ ْ‫َو َر َه َﻨ ُﻪ ِدرْﻋًﺎ ِﻣﻦ‬
Dari Aisyah r.a., Nabi saw., bersabda:
19 “Sesungguhnya Rasulullah saw., pernah membeli makanan
dengan berutang dari seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah
baju besi kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Hakikat dan Fungsi Gadai Syariah
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 283 dan begitu juga dalam
hadits Rasulullah saw. dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah ra. yang diriwayatkan
Abu Hurairah, dijelaskan bahwa gadai pada hakikatnya merupakan salah satu
bentuk muamalah, dimana sikap menolong dan sikap amanah sangat
ditonjolkan.
Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam
adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan meminta/menyerahkan marhun sebagai jaminan dan
bukan untuk kepentingan komersil dengan mengambil keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.
Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan
kegiatan multiguna. Rahn sebagai bentuk pinjaman, berarti Pegadaian Syariah
hanya
memperoleh
imbalan
atas
biaya
administrasi,
penyimpanan,
pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka produk rahn ini biasanya hanya
digunakan untuk keperluan sosial-konsumtif seperti kebutuhan hidup,
20 pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan rahn sebagai produk pembiayaan,
berarti Pegadaian Syariah memperoleh bagi hasil dari usaha rahin yang
dibiayainya. 3
4. Rukun dan Syarat Sah Gadai Syariah
a. Orang yang berakad:
1) Yang berhutang (Rahin)
2) Yang berpiutang (Murtahin)
Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap bertindak
hukum (baligh dan berakal).
b. Sighat (ijab qabul)
c. Utang (Marhun bih)
d. Barang yang dijadikan agunan (Marhun)
Syarat marhun menurut pakar Fiqh adalah 4 :
1) Marhun itu dapat dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih.
2) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal).
3) Marhun itu jelas dan tertentu.
4) Marhun itu milik sah rahin.
5) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain.
3
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: UI-Press, 2005), h.41.
4
Nasrun Haroen, Fiqh muamalat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.254.
21 6) Marhun itu merupakan hak milik yang utuh, tidak berupa bagian
dalam kepemilikan bersama.
7) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai dengan Rahn
Persamaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut 5 :
a. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
b. Adanya agunan (barang jaminan) sebagai jaminan utang
c. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan
d. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai
e. Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan
boleh dijual atau dilelang.
Sedangkan perbedaan antara gadai dengan rahn adalah sebagai berikut:
a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolongmenolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum
perdata, disamping berprinsip tolong-menolong juga menarik keuntungan
dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan.
5
Rais, Pegadaian Syariah, h.46. 22 b. Dalam hukum perdata, hak gadai hanya berlaku pada benda yang
bergerak, sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh harta,
baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
c. Dalam rahn, menurut hukum Islam tidak ada istilah bunga uang.
d. Gadai menurut hukum perdata, dilaksanakan melalui suatu lembaga, yang
di Indonesia disebut Perum Pegadaian, sedangkan rahn menurut hukum
Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
Akad
rahn
telah
dipakai
sebagai
alternatif
dari
pegadaian
konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak
dikenakan bunga. Yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan,
pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran.
Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari
sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn
hanya sekali dan ditetapkan dimuka. 6
6
Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.130.
23 B. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan
efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi
yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh para
manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Manajemen juga diartikan dalam berbagai istilah atau sebutan,
sehingga dengan istilah tersebut masing-masing orang dapat memandang
manajemen sesuai dengan cara pandang mereka. Walaupun berbeda dalam
cara pandang, namun konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Manajemen adalah praktek yang secara sadar dan berkesinambungan
menata dan membentuk pada organisasi formal. Dalam melakukan hal ini,
seni pengambilan keputusan memainkan peran yang sangat penting.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi dan
pemilihan tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah spesifik (stoner etal,
1995). 7
7
Indo Yama Nasarudin dan Hemmy Fauzan, Pengantar Bisnis dan Manajemen (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 161.
24 Para
ahli
pengambil
keputusan
pernah
membedakan
antara
ketidakpastian dan risiko, tetapi kini lebih sering memandang ketidakpastian
sebagai alasan mengapa satu situasi itu berisiko.
Risiko merupakan bahaya; risiko adalah ancaman atau kemungkinan
suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan peluang; risiko
adalah sisi yang beralawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Kata
kuncinya adalah “tujuan” dan “dampak/ sisi yang berlawanan”. Guna
mempertahankan eksistensi kehidupan, maka diperlukan suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan diperlukan tindakan atau aktivitas. Aktivitas memiliki risiko
jika dampaknya berlawanan. Sebaliknya, aktivitas memberikan peluang untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan berupa visi dan misi yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut berpeluang untuk dicapai, tetapi terdapat juga risiko
untuk tidak tercapai. 8
Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan
munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan
8
Ferry n. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia ( Jakarta: Rajawali
Pers, 2008),h.4.
25 terjadinya hasil negatif tadi. Kejadian risiko merupakan kejadian yang
memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak
diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang
diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial. 9
Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Manajemen
risiko membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan halhal di luar dugaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Manajemen risiko juga memberikan pertimbangan mengenai tindakan yang
harus diambil guna menangani berbagai risiko tersebut. 10
Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui,
manganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. 11
2. Konsep Risiko
Untuk dapat memahami masalah-masalah pokok yang berkaitan
dengan risiko, maka perlu adanya pengetahuan mengenai konsep-konsep
9
Fachmi Basyaib, Manajemen Risiko (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h.1
10
Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk
Industri Nonperbankan (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.1
11
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Cet.V, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h.17.
26 dasar yang berhubungan dengan risiko. Pemahaman atas perbedaan antara
risiko dan ketidakpastian akan memberikan suatu pandangan tentang sifat
hakiki dari risiko.
Ketidakpastian
mengacu
pada
pengertian
risiko
yang
tidak
diperkirakan (unexpected risk). Sedangkan istilah risiko itu sendiri mengacu
kepada risiko yang diperkirakan (expected risk). Ketidakpastian atau
uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa
kemungkinan kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi tingkat
kemungkinan atau probabilitaas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara
kuantitatif.
Pengertian dasar risiko terkait dengan adanya ketidakpastian dan
tingkat
ketidakpastiannya
terukur
secara
kuantitatif
serta
tingkat
ketidakpastian tersebut dapat dihitung dengan memperoleh informasi. Jadi,
yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah informasi. Ada beberapa
pengertian yang sering digunakan dalam istilah risiko. Yang paling mendasar
adalah risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat
probabilitas kejadiannya. 12
Disamping
perlu
adanya
pemahaman
mengenai
risiko
dan
ketidakpastian, juga perlu adanya pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
12
Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. (Jakarta: PPM,
2006),h.14.
27 manajemen risiko, manajemen risiko suatu organisasi hanya dapat efektif bila
mampu menganut prinsip-prinsip sebagai berikut 13 :
a. Manajemen risiko haruslah memberi nilai tambah.
Manajemen
risiko
memberikan
kontribusi
melalui
peningkatan
kemungkinan pencapaian sasaran perusahaan secara nyata. Selain itu, juga
memberikan perbaikan dalam aspek keselamatan, kesehatan kerja,
kepatuhan terhadap peraturan perundangan, perlindungan lingkungan
hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, corporate governance,
efisiensi operasi, dan lain-lain.
b. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi.
Manajemen risiko merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari proses organisasi, proyek, dan
manajemen perubahan.
c. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan.
Manajemen risiko membantu para pengambil keputusan untuk mengambil
keputusan atas dasar pilihan-pilihan yang tersedia dengan informasi yang
selengkap mungkin. Manajemen risiko dapat membantu menunjukkan
semua risiko yang ada, mana risiko yang dapat diterima dan mana risiko
yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen risiko juga
memantau apakah perlakuan risiko yang telah diambil memadai dan cukup
13
Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.22. 28 efektif atau tidak. Informasi ini merupakan bagian dari proses
pengambilan keputusan.
d. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian.
Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidakpastian dalam
proses pengambilan keputusan. Ia memperkirakan bagaimana sifat
ketidakpastian dan bagaimanakah hal tersebut ditangani.
e. Manajemen risiko bersifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu.
Sifat sistematik, terstruktur, dan tepat waktu yang digunakan dalam
pendekatan manajemen risiko inilah yang memberikan kontribusi terhadap
efisiensi dan konsistensi manajemen risiko. Dengan demikian, hasilnya
dapat dibandingkan dan memberikan hasil serta perbaikan.
f. Manajemen risiko berdasarkan pada informasi terbaik yang tersedia.
Masukan dan informasi yang digunakan dalam proses manajemen risiko
didasarkan pada sumber informasi yang tersedia, seperti pengalaman,
observasi, perkiraan, penilaian ahli, dan data lain yang tersedia. Akan
tetapi, tetap harus disadari bahwa semua informasi ini mempunyai
keterbatasan yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan, baik dalam membuat model risiko maupun perbedaan pendapat
yang mungkin terjadi diantara para ahli.
29 g. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunaannya.
Manajemen risiko harus diselaraskan dengan konteks internal dan
eksternal organisasi, serta sasaran organisasi dan profil risiko yang
dihadapi organisasi tersebut.
h. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.
Penerapan manajemen risiko haruslah mengenali kapabilitas organisasi,
persepsi dan tujuan masing-masing individu di dalam serta di luar
organisasi, khususnya yang menunjang atau menghambat pencapaian
sasaran organisasi.
i. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif.
Untuk memastikan bahwa manajemen risiko tetap relevan dan terkini,
para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di setiap tingkatan
organisasi harus dilibatkan secara efektif. Keterlibatan ini juga harus
memungkinkan para pemangku kepentingan terwakili dengan baik dan
mendapatkan
kesempatan
untuk
menyampaikan
pendapat
serta
kepentingannya, terutama dalam merumuskan kriteria risiko.
j. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap
perubahan.
Ketika terjadi peristiwa baru, baik di dalam maupun di luar organisasi,
konteks manajemen risiko dan pemahaman yang ada juga mengalami
perubahan. Dalam situasi semacam inilah tahapan monitoring dan review
30 berperan memberikan kontribusi. Risiko baru pun muncul, ada yang
berubah, ada juga yang menghilang. Oleh karena itu, menjadi tugas
manajemen untuk memastikan bahwa manajemen risiko senantiasa
memperhatikan, merasakan, dan tanggap terhadap perubahan.
k. Manajemen
risiko
harus
memfasilitasi
terjadinya
perbaikan
dan
peningkatan organisasi secara berlanjut.
Manajemen organisasi harus senantiasa mengembangkan dan menerapkan
perbaikan strategi manajemen risiko serta meningkatkan kematangan
pelaksanaan manajemen risiko, sejalan dengan aspek lain dari organisasi.
3. Klasifikasi Manajemen Risiko
Manajemen risiko yang dianggap paling maju adalah pada industri
perbankan.
Namun,
kesulitan
masih
muncul
disana-sini
dalam
mengidentifikasikannya. Terdapat risiko-risiko yang berlaku hampir di semua
industri. Ragam dan klasifikasi yang disampaikan disini merupakan salah satu
model. Surat edaran Bank Indonesia perihal penerapan manajemen risiko bagi
bank umum hanya mencantumkan delapan jenis risiko yang diantaranya
adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
hukum, risiko reputasi, risiko strategik, dan risiko kepatuhan. 14
14
Robert Tampubolon, Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), h.24.
31 Berikut pemaparan dalam hal pengklasifikasian risiko pada industri
nonperbankan, dimana delapan jenis risiko bank umum menurut versi Bank
Indonesia menjadi bagian dari risiko yang ada dalam model ini. Risiko
perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko yaitu risiko
keuangan, risiko operasional, risiko strategis dan risiko ekternalitas. Masingmasing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko. 15
a. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan
dapat berupa arus kas (dan ini yang banyak digunakan), laba perusahaan,
economic value added (EVA), dan pertumbuhan penjualan.
Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko: risiko likuiditas, risiko
kredit, dan risiko permodalan.
1) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau
pengeluaran tak terduga. Ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja
perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan uang tunai
atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah
15
Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h. 34.
32 untuk membayar utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh
tempo, commercial paper (CP), dan kewajiban jangka pendek lainnya.
Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka waktu yang
pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem dapat menyebabkan
kebangkrutan.
2) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit
tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang
dalam kesepakatan. Ini mengandung pengertian, risiko kredit suatu
perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan
debitur. Oleh karena itu, mengukur risiko kredit selalu dikaitkan
dengan nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan
kebijakan perusahaan dalam memberi kredit.
3) Risiko Permodalan
Risiko permodalan disebut juga risiko solvensi, yaitu risiko yang
dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup
kerugian. Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan
merupakan akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya, antara
lain risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko
operasional.
33 Tidak ada ketentuan rasio permodalan di luar industri perbankan dan
asuransi.
Namun,
analis
keuangan
dapat
membantu
direksi
menetapkan rasio terbaik untuk mencapai nilai perusahaaan dan
kekayaan pemegang saham yang maksimum dengan tingkat risiko
yang bisa diterima.
4) Risiko Pasar
Risiko pasar berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan
karena pergerakkan variabel pasar selama periode likuidasi dan
perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap
pasar (mark to market). Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar
adalah transaksi dan instrumen keuangan.
Risiko pasar biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko
suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas.
a) Risiko Suku Bunga
Yaitu risiko yang berdampak pada potensi penyimpangan beban
biaya atau pendapatan karena fluktuasi suku bunga. Bagi
perbankan, risiko suku bunga merupakan salah satu risiko yang
secara rutin dihadapi dan selalu dimonitor. Risiko ini baik dari sisi
beban biaya maupun pendapatan bunga.
34 b) Risiko Nilai Tukar
Adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena
fluktuasi nilai tukar. Biasanya risiko nilai tukar dikaitkan dengan
potensi penyimpangan pada transaksi atau arus kas, laba akuntansi,
dan penyimpangan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang
saham.
c) Risiko Komoditas
Risiko komoditas merupakan potensi penyimpangan ekspektasi
penerimaan atau kewajiban pembayaran Rupiah karena perusahaan
melakukan transaksi komoditas secara forward, yang dimaksud
dengan transaksi forward adalah transaksi yang disepakati saat ini
mengenai jumlah atau volume komoditas yang ditransaksikan,
harga, dan jatuh temponya, dan eksekusi dilakukan saat jatuh
tempo.
d) Risiko Ekuitas
Yaitu potensi penyimpangan hasil oleh karena berfluktuasinya
harga atau indeks saham. Perusahaan pada umumnya tidak terlalu
memperdulikan risiko ekuitas karena investasi dalam bentuk ini
relatif kecil.
35 b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau
faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan, yaitu teknis
dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila
sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan
pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran
organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan
pelaporan,
sistem dan
prosedur,
serta
kebijakan
tidak
berjalan
sebagaimana seharusnya.
Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor manusia (SDM), teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, struktur
organisasi.
1) Risiko Produktivitas
Risiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau
tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan
dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di
dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM.
36 2) Risiko Teknologi
Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi
yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi.
3) Risiko Inovasi
Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya
pembaharuan, modernisasi, atau tranformasi dalam beberapa aspek
bisnis. Penyimpangan positif (perbaikan kinerja) terjadi apabila
inovasi tersebut membantu proses operasi. Sebaliknya, inovasi
beberapa aspek dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan negatif
apabila perusahaan tidak segera melakukan penyesuaian.
4) Risiko Sistem
Risiko ini merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi
penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem
dalam operasi perusahaan.
5) Risiko Proses
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil
yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan
dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan,
37 teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan
prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses.
c. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi eksposur korporat
dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat
keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan
internal usaha.
1) Risiko Usaha
Risiko usaha adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan
karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan
industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu.
2) Risiko Transaksi Strategis
Risiko transaksi strategis adalah potensi penyimpangan hasil korporat
maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi
strategis. Yang termasuk ke dalam transaksi strategis adalah merjer,
akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan
sejenisnya. Transaksi ini menyebabkan perubahan yang sangat
strategis pada perusahaan.
38 3) Risiko Hubungan Investor
Adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari
eksposur
korporat
dan
terutama
eksposur
keuangan
karena
ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik
pemegang saham maupun kreditur.
d. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur
korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha,
karena pengaruh dari faktor eksternal. Yang termasuk faktor eksternal,
antara lain reputasi, lingkungan, sosial, dan hukum.
1) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi
perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah,
bahkan bisa terjadi penolakan. Penyebab penolakan tersebut ada dua,
yaitu ketidakmampuan perusahaan mengambil tindakan terhadap isu
eksternal yang terkait dengan perusahaan dan ketidakmampuan
perusahaan mengelola komunikasi dengan pihak berkepentingan
eksternal yang dapat menimbulkan persepsi positif terhadap
perusahaan.
39 2) Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi
penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam
mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.
3) Risiko Sosial
Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak
akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada.
Termasuk di dalamnya adalah kalau perusahaan tidak peka terhadap
rekruitmen karyawan tanpa memberi kesempatan masyarakat setempat
dan peran sosial perusahaan dalam masyarakat.
4) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena
perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Di
lingkungan perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance
risk).
C. Mekanisme Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana sebuah
perusaahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya (yang mengancamnya)
40 adalah sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan
supaya terjadi.
1. Identifikasi Risiko
Sebelum memanajemeni risiko, maka harus dapat diketahui adanya
risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi
dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Pengidentifikasian risiko
sering pula disebut mendiagnosis risiko. Jika semua kerugian potensial yang
mungkin menimpa suatu perusahaan tidak diketahui, maka tidak mungkin
memanajeri risiko perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan tidak
diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan
menanggung risiko tersebut secara tak sadar. 16
Organisasi harus melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak
risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya. Sasaran dari
tahapan ini adalah membuat daftar risiko secara komprehensif dan luas yang
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran, baik meningkatkan, menghalangi,
memperlambat, atau bahkan menggagalkan pencapaian sasaran organisasi.
Perlu juga diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang ada tidak
kita ambil. Proses identifikasi risiko ini penting untuk dilakukan secara
meluas dan mendalam serta komprehensif, karena risiko yang tidak
16
Darmawi, Manajemen Risiko, h.34.
41 teridentifikasi pada tahapan ini tidak akan diikutsertakan pada proses-proses
berikutnya. Identifikasi risiko ini juga dilakukan terhadap sumber-sumber
risiko, baik yang di dalam kendali maupun yang di luar kendali organisasi.
Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai
dengan sasaran, kemampuan, dan jenis risiko yang dihadapi oleh organisasi.
Informasi yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi
risiko. Bila memungkinkan hendaknya juga digali latar belakang informasi
tersebut. Orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang risiko terkait
atau proses/kegiatan terkait hendaknya dilibatkan dalam proses identifikasi
risiko. Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, perlu
dipertimbangkan hal-hal yang dapat menyebabkan risiko itu terjadi.
Bagaimanakah skenario yang memungkinkan hal tersebut terjadi dan
bagaimana besar dampaknya. Semua hal yang secara signifikan dapat
menimbulkan risiko harus dipertimbangkan dan diperhatikan.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus
dikelola organisasi melalui proses yang sistematis dan terstruktur. Proses
tersebut dimulai dengan mengidentifikasi secara komprehensif, ekstensif, dan
intensif mengenai risiko apa saja yang dapat terjadi, dimana, dan bilamana.
Setelah diperoleh daftar risiko yang dapat terjadi maka mulai dianalisis
mengapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana terjadinya.
42 Sasaran identifikasi risiko adalah mengembangkan daftar sumber
risiko dan kejadian yang komprehensif serta memiliki dampak terhadap
pencapaian sasaran dan target (atau elemen kunci) yang teridentifikasi dari
konteks. Dokumen utama yang dihasilkan dalam proses ini adalah daftar
risiko (risk register). 17
2. Pengukuran Risiko
Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu
kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa
banyak nilai atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait
dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan
risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah
satu sumber identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya
risiko. Namun, analisis biasanya perlu melakukan penyesuaian, karena
kondisi masa depan tidak selalu sama dengan masa lalu. Hanya dalam kondisi
bahwa masa yang akan datang sama dengan masa lalu, kualitas dan kuantitas
risiko cukup berdasarkan hasil analisis masa lalu. Semakin tinggi gejolak atau
perubahan eksternal dan internal perusahaan, semakin perlu revisi
dilakukan. 18
17
Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000, h.110.
18
Bramantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, h.28.
43 3. Pemetaan Risiko
Perusahaan tidak perlu menakuti semua risiko. Ada risiko yang perlu
mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah
sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Tujuan pemetaan ini adalah
untuk menetapkan prioritas berasarkan kepentingannya bagi perusahaan.
Perlu adanya prioritas karena keterbatasan sumber daya untuk
menghadapi semua risiko. Jumlah uang dan SDM yang terbatas menyebabkan
perusahan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu, mana
yang dinomorduakan, dan mana yang diabaikan. Perlu prioritas juga karena
tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.
Pada intinya, tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai. Ukuran
nilai ada dua, nilai atau kekayaan bagi pemegang saham dan nilai perusahaan
secara keseluruhan. Pengertian maksimalisasi nilai ini banyak dibahas oleh
mereka yang berkecimpung dalam dunia keuangan. Yang pokok disini adalah
selama biaya total pengelolaan risiko lebih rendah dari manfaatnya, maka
pengelolaan risiko berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan. Pemetaan
bertujuan untuk memiliah-milah mana risiko yang mampu memberi kontribusi
positif, mana yang merupakan value destoyer bila dikelola. 19
19
Ibid, h.28.
44 4. Model Pengelolaan Risiko
Risiko yang diperkirakan (expected risk) merupakan risiko yang
diterima kehadirannya oleh setiap orang, komisaris, direksi, manajer, bahkan
karyawan bukan manajer. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana
menyikapi risiko seperti itu.
Pada intinya, perusahaan memperlakukan expected risk dengan tiga
cara. Cara pertama, menjadikan expected risk sebagai bagian dalam proses
penyusunan strategi dan rencana sampai ke anggaran perusahaan. Dalam
proses penyusunan strategi misalnya, perusahaan menggunakan metode
sensitivitas untuk melihat sejauh mana pengaruh perubahan suatu variabel
yang mengandung risiko pada expektasi kinerja perusahaan. Dengan
ditemukannya switching value, perusahaan dapat menyempurnakan strategi,
rencana, dan anggaran supaya dapat menampung berbagai kemungkinan
gejolak
yang
diperhitungkan
tersebut.
Cara
kedua,
perusahaan
mengalokasikan sejumlah modal sebagai bantalan (cushion) terhadap risiko.
Kalau risiko tersebut menjadi kenyataan, maka ada sejumlah modal yang telah
dimiliki perusahaan untuk mengatasi kerugian sehingga tidak berdampak pada
kesulitan likuiditas, solvensi, apalagi kebangkrutan. Industri selain bank dan
asuransi belum memiliki standar. Namun, ada metode perhitungannya supaya
perusahaan dapat tetap sehat dan berkelanjutan. Cara ketiga, adalah dengan
menerapkan manajemen risiko konvensional. Manajemen risiko klasik terdiri
45 dari empat jenis yaitu penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan
risiko, dan pemahaman risiko. Umumnya manajemen memperlakukan
expexted risk dengan cara yang pertama, yaitu memasukkan expected risk ke
dalam penyusunan strategi, rencana, dan anggaran. Cara kedua dan ketiga
lebih banyak berlaku untuk pengelolaan unexpected risk.
5. Monitor dan Pengendalian Risiko
Monitor dan pengendalian juga merupakan hal yang penting. Pertama,
karena manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian
prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model
pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai
dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu
sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau
perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil
risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis
pada perubahan prioritas risiko. 20
20
Ibid, h.29
46 BAB III
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Pegadaian
Nama
:
PERUM Pegadaian
Bidang Usaha Pokok
:
Jasa Kredit Gadai
Pemilik
:
100% Pemerintah RI
Modal
:
Rp.251.252.000.000,00
Dasar Hukum Pendirian :
PP No.103 tahun 2000
Efektif berdiri sejak 1 April 1901
Produk
:
Kredit Gadai, Kredit Berbasis Fidusia,
Dan Jasa Lainnya
Jaringan Pelayanan
:
1 Kantor Pusat 13 Kantor Wilayah
3.297 Outlet
Kantor Pusat
:
Jl. Kramat Raya No. 162, Jakarta – 10430
PO Box 1090
Telepon
:
(021) 315-5550
Faksimili
:
(021) 391-4221
Homepage
:
http\\www.Pegadaian.co.id
E-mail
:
[email protected]
47 1. Sejarah Singkat Perum Pegadaian
Sejarah Pegadaian dimulai pada abad XVIII ketika Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC) suatu maskapai perdagangan dari Belanda datang
ke Indonesia dengan tujuan berdagang. Dalam rangka memperlancar kegiatan
perekonomiannya VOC mendirikan Bank van Leening yaitu lembaga kredit
yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Bank van Leening didirikan
pertama di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746 berdasarkan keputusan
Gubernur Jenderal Van Imhoff.
Pada tahun 1800 setelah VOC dibubarkan, Indonesia berada di bawah
kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda melalui Gubernur
Jenderal Daendels mengeluarkan peraturan yang merinci jenis barang yang
dapat digadaikan seperti emas, perak, kain dan sebagian perabot rumah
tangga, yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif singkat.
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari tangan
Belanda (1811-1816), Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles (1811)
memutuskan untuk membubarkan Bank van Leening dan mengeluarkan
peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang boleh mendirikan usaha
Pegadaian dengan ijin (licentie) dari pemerintah daerah setempat. Dari
penjualan lisensi ini pemerintah memperoleh tambahan pendapatan.
Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia (1816), pemerintah
Belanda melihat bahwa Pegadaian yang didirikan pada masa kekuasaan
48 Inggris banyak merugikan masyarakat, pemegang hak banyak melakukan
penyelewengan, mengeruk keuntungan untuk diri sendiri dengan menetapkan
bunga pinjaman sewenang-wenang. Berdasarkan penelitian oleh lembaga
penelitian yang dipimpin oleh Wolf van Westerrode pada tahun 1900
disarankan agar sebaiknya kegiatan Pegadaian ditangani sendiri oleh
pemerintah sehingga dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih
besar bagi masyarakat peminjam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
pemerintah mengeluarkan Staatsblad No.131 tanggal 12 Maret 1901 yang
pada prinsipnya mengatur bahwa pendirian Pegadaian merupakan monopoli
dan karena itu hanya bisa dijalankan oleh pemerintah.
Berdasarkan undang-undang ini maka didirikanlah Pegadaian Negara
pertama di kota Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 1 April 1901.
Selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun
Pegadaian.
Sejak awal kemerdekaan, Perum Pegadaian dikelola oleh Pemerintah
Republik
Indonesia,
kantor
Jawatan
Pegadaian
sempat
pindah
ke
Karanganyar, Kebumen karena situasi perang yang kian memanas. Agresi
Militer Belanda II memaksa kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke
Magelang. Pasca perang kemerdekaan kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi
ke Jakarta dan Pegadaian dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dalam masa ini, Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai
49 Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), dan
selanjutnya
berdasarkan
diperbaharui
dengan
Peraturan Pemerintah
Peraturan
No.10/1990
(yang
Pemerintah No.103/2000) berubah lagi
menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang.
Kini usia Pegadaian telah lebih seratus tahun. Manfaatnya makin
dirasakan oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Meskipun
perusahaan membawa misi public service obligation, ternyata tetap mampu
memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagian
keuntungan kepada Pemerintah. 1
2. Pegadaian Syariah di Indonesia
Keberadaan Pegadaian Syariah, pada awalnya didorong oleh
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Di samping itu, masyarakat
Indonesia yang menjadi nasabah Pegadaian kebanyakan umat Islam, sehingga
dengan keberadaan Pegadaian Syariah ini, maka akan memperluas pangsa
pasar Pegadaian dan nasabah akan merasa aman, dikarenakan transaksinya
sesuai dengan syariat Islam. Berarti pinjaman yang diterapkan adalah
pinjaman tanpa bunga dan halal. 2
1
PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian (Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan
Tahunan 2009),h.17.
2
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional: Suatu Kajian Kontemporer
(Jakarta: UI-Press, 2005), h.150. 50 Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai
Islam.
Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar tolong-
menolong dan tidak untuk mencari keuntungan. Dalam transaksi rahn yang
tidak mengenal istilah “bunga uang” maka pemberi gadai tidak dikenakan
tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya, namun bagi penerima
gadai memperoleh imbalan berupa ijarah (pengganti pengelolaan agunan) dari
penyimpanan marhun (barang jaminan/agunan). Produk yang disalurkan
adalah Gadai Syariah (Ar-Rahn) yang mulai diluncurkan sejak Januari 2003.
Tujuan dan lapangan usaha rahn (gadai syariah) tercantum dalam
kesepakatan bersama Perum Pegadaian dan Bank Muamalat Pasal 1 ayat 2
dan Keputusan Direksi Perum Pegadaian nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003.
a. Tujuan usaha gadai syariah:
1) Mengimplementasikan dan mensosialisasikan produk gadai syariah
khususnya kepada masyarakat muslim Indonesia.
2) Menjawab
kebutuhan
nasabah
muslim
di
menginginkan transaksi pinjaman sesuai syariah.
51 Indonesia
yang
b. Lapangan usaha:
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam transaksi
ekonomi dan terjaminnya keselamatan kekayaan Negara, perusahaan
menyelenggarakan usaha gadai syariah sebagai berikut:
1) Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan
prinsip syariah Islam dalam transaksi ekonomi secara syariah.
2) Penyaluran usaha dalam bentuk skim lainnya yang dibenarkan
menurut hukum syariah Islam. 3
B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah
Visi dan Misi Divisi Usaha Syariah tidak dapat dipisahkan dari Visi dan
Misi Perum Pegadaian sebagai berikut:
Visi Pegadaian adalah: Pada tahun 2013 Pegadaian menjadi ”Champion” dalam
pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat
golongan menengah ke bawah.
3
Pegadaian Syariah, Divisi Usaha SyariahPerum Pegadaian: Laporan Keuangan, Kinerja
dan Realisasi Anggaran Triwulan I 2010 (Jakarta: Pegadaian Syariah,2010), h.2
52 Misi Pegadaian adalah:
1. Membantu
program
pemerintah
meningkatkan
kesejahteraan
rakyat
khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman kepada usaha mikro dan
kecil.
2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
Untuk mencapai visi dan misi perusahaan, maka Divisi Usaha Syariah
mengelola usahanya dengan menjalankan prinsip usaha “Memberikan solusi
keuangan berbasis syariah dengan prosedur mudah dan praktis, proses cepat
serta memberikan rasa tentram bagi penggunanya”.
Dan untuk mendukung terwujudnya Good Corporate Governance (GCG),
Perum Pegadaian mengacu kepada Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga
menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam pengelolaan perusahaannya, dan prinsipprinsip tersebut adalah 4 :
4
Perum Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian, h.70.
53 1. Transparansi
Kepercayaan
investor
dan
efisiensi
pasar
tergantung
dari
pengungkapan kinerja Perum Pegadaian secara akurat dan tepat waktu.
Dengan adanya transparansi seluruh pihak yang berkepentingan dengan
Perum Pegadaian dapat mengetahui potensi yang ada serta risiko yang
mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan Perum Pegadaian.
Implementasi dari prinsip transparansi di Perum Pegadaian bisa
diketahui antara lain dari :
a. Isi Laporan Tahunan disamping memuat pencapaian usaha dan kinerja
keuangan, juga memuat permasalahan non keuangan yang perlu diketahui
publik, seperti :
1) Tujuan, sasaran usaha, dan strategi Perum Pegadaian.
2) Penilaian terhadap Perum Pegadaian oleh pihak eksternal seperti
auditor eksternal, media surat kabar dan lembaga pemerintah lainnya.
3) Riwayat hidup anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta sistem
remunerasi (penggajian) yang berlaku.
4) Upaya penanganan risiko Perum Pegadaian yang dilakukan oleh
fungsi/organ tersendiri dalam perusahaan (Unit Manajemen Risiko).
5) Implementasi Good Corporate Governance.
b. Pengungkapan transaksi penting lainnya kepada stakeholder melalui
publikasi laporan keuangan dan Prospektus Perusahaan antara lain:
54 1) Penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi Perum Pegadaian
serta upaya untuk mengelola risiko tersebut.
2) Strategi dan tujuan usaha Perum Pegadaian.
3) Evaluasi manajemen terhadap iklim usaha dan risiko.
4) Tanggungjawab sosial Perusahaan dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL).
2. Kemandirian
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perum Pegadaian dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
Implementasi prinsip kemandirian dalam Perum Pegadaian antara lain:
a. Seluruh organ Perum Pegadaian yang terdiri dari Dewan Pengawas,
Direksi dan Pejabat lainnya dalam melakukan pengambilan keputusan
selalu berusaha menghindari terjadinya benturan kepentingan.
b. Diantara organ Perum Pegadaian saling menghormati hak, kewajiban,
tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing.
3. Akuntabilitas
Akuntabilitas
yaitu
pertanggungjawaban
organ
kejelasan
Perum
fungsi,
Pegadaian
pelaksanaan
sehingga
dan
pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas ini merupakan salah satu
55 solusi pokok untuk mengatasi agency problem yang timbul akibat perbedaan
kepentingan perusahaan dengan pemilik modal.
Implementasi prinsip akuntabilitas di Perum Pegadaian antara lain :
a. Pembagian tugas yang tegas antar organ Perum Pegadaian, meliputi antara
lain :
1) Direksi memiliki tugas pokok untuk memimpin dan mengurus Perum
Pegadaian sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan dan
senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perum
Pegadaian serta untuk menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan
Perum Pegadaian.
2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pengurusan Perum Pegadaian yang dilakukan oleh Direksi serta
memberi nasehat kepada Direksi termasuk mengenai rencana
pengembangan, rencana kerja dan anggaran tahunan Perusahaan, dan
pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar.
b. Pemberdayaan Satuan Pengawasan Intern dan Komite Audit secara
optimal sehingga dapat melaksanakan praktek audit yang benar-benar
independen, sehat dan terwujudnya sistem pengendalian yang baik dalam
rangka pencapaian tujuan Perum Pegadaian tanpa menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
56 4. Keadilan
Keadilan adalah kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders
yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Prinsip keadilan pada Perum Pegadaian diimplementasikan dalam
bentuk antara lain:
a. Perum Pegadaian memperlakukan setiap pegawai secara adil dan bebas
dari bias karena perbedaan suku, asal-usul, jenis kelamin, agama, atau halhal lain yang tidak ada kaitannya dengan kinerja.
b. Perum Pegadaian memberikan kondisi kerja yang baik dan aman bagi
setiap pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta peningkatan
kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan.
c. Perum Pegadaian selalu berupaya memperlakukan rekanan secara sama,
adil serta transparan dalam memberikan informasi.
5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban yaitu, kesesuaian di dalam pengelolaan Perum
Pegadaian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.
Implementasi prinsip pertanggungjawaban pada Perum Pegadaian,
tercermin dari beberapa kondisi antara lain:
57 a. Pemenuhan kewajiban kepada pihak ketiga dengan baik dan tepat waktu,
seperti pemenuhan kewajiban perpajakan, pembayaran hak pemilik berupa
Dana
Pembangunan
Semesta
(DPS),
kewajiban
pembayaran/
pengembalian modal kerja kepada kreditur dan sebagainya.
b. Pelaksanaan pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian,
kedudukan,
kepangkatan,
jabatan,
gaji/upah,
kesejahteraan
dan
penghargaan pada pegawai Perum Pegadaian diatur dan ditetapkan sesuai
dan mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dilakukan dengan cara
antara lain melalui pembinaan usaha kecil dan koperasi, bantuan kepada
masyarakat akibat bencana alam yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Bentuk pertanggungjawaban Perum Pegadaian yang lain
yaitu pertanggungjawaban kepada pegawai melalui penandatanganan
perjanjian kerja bersama (PKB) oleh Direksi pada tanggal 1 April 2004,
sehingga menimbulkan adanya iklim demokratisasi terhadap keberadaan
Perum Pegadaian yaitu antara manajemen dan pegawainya untuk
memahami
haknya
masing-masing
kewajibannya.
58 dan
melaksanakan
semua
C. Produk Pegadaian Syariah
Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka
dalam menjalankan usahanya Pegadaian Syariah memiliki beberapa produk dan
jasa yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
1. Rahn (Gadai syariah)
Pegadaian rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada
prinsip-prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern.
Rahn (Gadai Syariah) merupakan skim pinjaman yang mudah dan praktis
untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai sesuai
syariah dengan agunan berupa emas perhiasan, berlian, elektronik dan
kendaraan bermotor.
Cara memperoleh pinjaman Rahn (Gadai Syariah) cukup membawa
barang jaminan disertai copy identitas ke loket Penaksir dan barang jaminan
(marhun) akan ditaksir oleh Penaksir, selanjutnya nasabah akan memperoleh
uang pinjaman (marhun bih) sebesar 90% dari nilai taksiran.
Besar kredit yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA,
namun berbeda dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah
menerapkan biaya administrasi dibayar dimuka, yaitu pada saat akad
baru/akad perpanjangan serendah-rendahnya Rp 1.000 dan setinggi-tingginya
Rp 60.000 untuk jumlah pinjaman maksimum Rp 200.000.000.
59 Tarif Ijaroh dikenakan sebesar Rp 80 – Rp 90 persepuluh hari masa
penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp 10.000 dari taksiran barang jaminan
yang dititipkan/diagunkan.
Proses pelunasan pinjaman bisa dilakukan kapan saja sebelum jangka
waktu maksimal 120 hari (4 bulan), baik dengan cara sekaligus maupun
angsuran. Apabila sampai dengan 120 hari (4 bulan) belum bisa melunasi,
nasabah dapat memperpanjang masa pinjaman sampai dengan 120 hari (4
bulan) berikutnya dengan membayar ijaroh dan biaya administrasi sesuai tarif
yang berlaku.
Tarif Ijarah:
Meliputi biaya pemakaian tempat dan pemeliharaan marhun serta asuransi.
Ijarah = Taksiran x Tarif (Rp) x Jangka waktu
Rp 10.000
10 hari
Simulasi Perhitungan Ijarah:
Nasabah membawa barang jaminan 1 keping emas batangan (LM) seberat 25
gram dengan kadar 24 karat (asumsi bila standar nilai taksiran yang berlaku
untuk emas 24 karat = Rp. 350.000,-) maka:
Taksiran
= 25 gr x Rp. 350.000,= Rp. 8.750.000,-
Uang Pinjaman
= 91% x Rp. 8.750.000,= Rp. 7.962.000,60 Ijarah/10 hari
= Rp. 8.750.000 x 79 x 10
10.000
10
= Rp. 69.125,Biaya Administrasi
= Rp. 25.000,-
Jika nasabah menitipkan barangnya selama 26 hari, ijarah ditetapkan
dengan menghitung biaya per 10 hari x tarif, maka besar ijarah yang harus
dibayar adalah Rp. 207.375,- (Rp. 69.125 x 3)
Ijarah yang dibayar hanya selama masa penitipan, dan dibayarkan
pada saat nasabah melunasi atau memperpanjang dengan akad baru.
2. ARRUM (Fidusia berbasis syariah untuk usaha mikro/kecil)
Untuk memenuhi kebutuhan pasar akan kredit usaha berbasis syariah,
telah diluncurkan Kredit Ar Rahn untuk pengusaha Mikro (Arrum) yang skim
kreditnya hampir sama dengan Kreasi.
Arrum adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha
mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sistem
pengembalian secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor/mobil
(kendaraan yang dijaminkan tetap dapat digunakan oleh nasabah).
Simulasi Arrum:
Seorang nasabah memiliki 1 buah mobil kijang LGX tahun 2000 dengan
taksiran harga pasar Rp. 70.000.000, jadi pinjaman yang dapat diterima:
61 Rp. 70.000.000 x 70% = Rp. 49.000.000 Æ administrasi Rp. 200.000
Ijaroh : 70.000.000/100.000 x Rp 700 = Rp 490.000/bulan.
3. MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)
Mulia adalah penjualan emas oleh Pegadaian kepada masyarakat
secara tunai ataupun angsuran dalam jangka waktu tertentu. Mulia merupakan
produk syariah yang diluncurkan pada tahun 2008 dan pada tahun pertama
peluncurannya, produk ini cukup mendapat respon yang baik dari pelanggan.
Logam Mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh
kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga
merupakan jenis investasi yang nilainya sangat stabil, likuid, dan aman secara
riil.
Mulia memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan
logam mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan/atau dengan
pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang
fleksibel. Akad Mulia menggunakan akad murabahah dan Rahn.
Simulasi pembelian MULIA:
Nasabah membeli 1 keping logam mulia (LM) seberat 25 gr dengan kadar
99,99% (asumsi harga 25 gr = Rp. 7.813.500,-).
Maka pembelian angsuran 6 bulan: Harga + % margin + Biaya Administrasi
= Rp. 7.813.500 + (6% x 7.813.500)
62 = Rp. 7.813.500 + Rp. 468.810
= Rp. 8.282.310
Uang muka 25%
= Rp. 2.070.578
Administrasi
= Rp.
Pembayaran awal
= Rp. 2.120.578
50.000 +
Sisa Æ Rp. 8.282.310 - Rp. 2.070.578 = Rp. 6.211.732
Angsuran/bulan Æ Rp. 6.211.732 : 6 = Rp. 1.035.289/bulan.
4. Jasa Titipan
Jasa Titipan adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang
ingin menitipkan barang-barang atau surat berharga yang dimiliki terutama
bagi orang-orang yang akan pergi meninggalkan rumah dalam waktu lama,
misalnya menunaikan ibadah haji, pergi ke luar kota atau mahasiswa yang
sedang berlibur.
5. Jasa Taksiran
Jasa Taksiran adalah pemberian pelayanan kepada masyarakat yang
ingin mengetahui seberapa besar nilai sesungguhnya dari barang yang dimiliki
seperti emas, berlian, batu permata dan lain-lain.
63 Produk yang akan diluncurkan:
Pegadaian Amanah (Murabahah untuk kepemilikan kendaraan bermotor)
Pegadaian amanah merupakan pinjaman guna kepemilikan kendaraan
bermotor kepada para pegawai tetap pada suatu instansi atau perusahaan
tertentu atas dasar besarnya penghasilan (gaji) dengan pola perikatan jaminan
sistem fidusia atas obyek, surat kuasa pemotongan gaji. Skim pemberian
pinjaman ini menerapkan sistem syariah dengan akad murabahah.
D. Legalitas dan Struktur Organisasi Pegadaian Syariah
1. Legalitas Pegadaian Syariah
Tujuan
dibentuknya
Pegadaian
Syariah
yaitu
mencegah
dilaksanakannya praktek ijon, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Adapun mengenai pemenuhan prinsip rahn (gadai secara syariah)
Perum Pegadaian telah memiliki fatwa dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia yaitu fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn dan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas.
64 2. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah saat ini dipimpin dan dikelola Divisi Syariah,
dibantu
dengan
unit-unit
pendukung
lainnya.
Pengangkatan
dan
pemberhentian Jeneral Manajer dilakukan Direksi untuk masa jabatan
maksimal 5 tahun dan dapat diangkat kembali. Jeneral Manajer Usaha Divisi
Syariah ini akan bertanggung jawab kepada Direksi Perum Pegadaian.
Susunan Dewan Direksi PERUM Pegadaian, Dewan Pengawas Syariah
dan Jeneral Manajer Divisi Usaha Gadai Syariah Beserta Manajer
Berdasarkan keputusan Menteri Negara BUMN No.KEP-74/MBU/2008
tanggal 28 April 2008, susunan Direksi Perusahaan Induk (PERUM
Pegadaian) terdiri dari:
Direktur Utama
: Drs. Chandra Purnama, MBA.
Direktur Keuangan
: Budiyanto, S.E, MM.
Direktur Pengembangan Usaha
: Ir. Waris Djuhar, MM.
Direktur Operasi
: Moch. Edy Prayitno, S.E, MM, MH.
Direktur Umum dan SDM
: Sumanto Hadi, S.E, MM.
Berdasarkan Surat Direksi No.77/US.1.00/2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang
Pelaksanaan Tugas Dewan Pengawas Syariah PERUM Pegadaian, susunan
Dewan Pengawas Syariah terdiri dari:
65 Ketua
: Drs. H.M. Nahar Nahrawi,SH.
Anggota
: H. Rahmat Hidayat, SE, MT.
Berdasarkan
Keputusan
Direksi
PERUM
Pegadaian
No.
1496/SDM.200322/2008 Tanggal 16 Juni 2008, Jeneral Manajer Divisi
Syariah adalah:
Jeneral Manajer
: Suhardjo, SH, MM.
Manajer pada Divisi Usaha Syariah adalah sebagai berikut:
Manajer Rahn
: Rudy Kurniawan, SE.
Manajer Non Rahn
: Rully Yusuf, SE.
Manajer Tijarah Mulia
: Wartono, SE. Dalam rangka menjadikan perusahaan sebagai suatu organisasi badan
usaha yang dinamis, berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi
persaingan usaha yang semakin meningkat telah diberlakukan struktur
organisasi berbasis kompetensi ada dalam lampiran Peraturan Direksi No:
2105/SDM.200322/2010 yang berlaku mulai tanggal 9 April 2010 dengan
struktur organisasi berikut ini 5 :
5
Pegadaian Syariah, Laporan Keuangan, Kinerja dan Realisasi Anggaran Triwulan I 2010,
h.5.
66 Gambar 3.1 Struktur Divisi Usaha Syariah
DIREKTUR OPERASI
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH
JM
USAHA SYARIAH
JM
USAHA GADAI
JM
USAHA LAIN
MANAJER
USAHA
RAHN
MANAJER
USAHA
NON RAHN
ASMEN 1
ASMEN 1
ASMEN 2
MANAJER
TIJARAH
MULIA
ASMEN 1
ASMEN 2
ASMEN 2
KANWIL PERUM PEGADAIAN
CABANG PEGADAIAN
CABANG PEGADAIAN SYARIAH
MANAJER
OPERASIONAL
USAHA RAHN
MANAJER
OPERASIONAL USAHA
NON RAHN
E. Gambaran Umum Sumber Daya Manusia Pegadaian Syariah
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting perusahaan karena
perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam
rangka
mewujudkan
visi
dan
misi
perusahaan.
Untuk
meningkatkan
profesionalisme dan kinerja usaha secara berkelanjutan, telah dicanangkan
program pengembangan kualitas sumber daya manusia profesional secara
konsisten melalui sistem pengelolaan SDM terpadu.
67 1. Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan per 31 Maret 2010 sebanyak 477. Dibandingkan
dengan jumlah karyawan per 31 Maret 2009 yang mencapai 325 orang
mengalami kenaikan sebanyak 152 orang, seiring dengan penambahan Kantor
Cabang Pegadaian Syariah dengan tujuan mencukupi kebutuhan pegawai
cabang untuk penambahan outlet dalam rangka peningkatan pelayanan kepada
nasabah. 6
Tabel 3.1 Komposisi Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan
Uraian
Per 31-3-
Per 31-3-
2009
2010
S1 & S2/ University
129
236
SM & D3/ Academic
43
53
SLTA, D1 & D2/ High School
144
179
9
9
325
477
Dibawah SLTA/ Secondary School
Jumlah
6
Ibid, h.6
68 2. Pengembangan SDM
Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM serta untuk meningkatkan
motivasi dan profesionalisme, selama tahun 2009 dan Triwulan I 2010 telah
dilaksanakan berbagai program pendidikan intern maupun ekstern, baik
pendidikan karir, profesi maupun ketrampilan serta berbagai kursus, seminar
dan lokakarya seperti Diklat Syariah yang dilaksanakan baik di intern maupun
ekstern perusahaan.
3. Kesejahteraan Pegawai
Perum Pegadaian menyadari sepenuhnya bahwa karyawan merupakan
aset terpenting yang menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu, Perum
Pegadaian senantiasa memperhatikan kesejahteraan dan pembinaan karyawan.
Selain memberi gaji, perusahaan memberikan tunjangan kepada karyawan,
yaitu berupa tunjangan perusahaan, jabatan, fungsional, transportasi,
kesehatan dan jaminan sosial tenaga kerja. Dalam upaya meningkatkan
kualitas SDM yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai
reward atas prestasi kerja, perusahaan memberangkatkan para pegawai dan
pejabat yang beragama Islam untuk beribadah umroh melalui proses seleksi.
Disamping itu, Perum Pegadaian juga menyediakan fasilitas sosial dan
fasilitas umum di lingkungan perumahan dinas, seperti klinik kesehatan dan
69 masjid. Sebelum pensiun pegawai juga mendapat kesempatan mengikuti
diklat kewirausahaan.
4. Persamaan Kesempatan Karyawan
Karyawan adalah aset berharga sehingga mendapat perhatian yang
tinggi dari perusahaan. Perum Pegadaian menerapkan Sistem Manajemen
Sumber Daya Manusia berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, adil dan
bebas dari SARA (Suku Agama Ras Antar Golongan). Setiap karyawan
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh kompensasi,
pendidikan dan promosi sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
70 BAB IV
MANAJEMEN RISIKO DAN APLIKASINYA PADA PEGADAIAN SYARIAH
Perum Pegadaian dalam lima tahun terakhir telah mewarnai secara signifikan
bisnis micro finance di Indonesia. Kehadiran Perum Pegadaian bagi masyarakat
umum, pengusaha mikro dan kecil menjadi partner dalam menjalankan bisnisnya.
Sebagai BUMN, Perum Pegadaian dituntut untuk mampu menghasilkan
keuntungan yang optimal dengan tidak mengesampingkan misi utamanya dalam
membantu pengembangan usaha skala mikro, kecil, menengah dan masyarakat pada
umumnya. Kemampuan Perum Pegadaian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
atas dana murah dengan prosedur yang cepat, menunjukkan tingginya komitmen
Perum Pegadaian untuk memenuhi salah satu misinya dalam memberikan pelayanan
umum terhadap masyarakat yang membutuhkan, khususnya kelompok masyarakat
menengah ke bawah. Di samping itu, Perum Pegadaian juga diharapkan ikut berperan
dalam
upaya
pembangunan
masyarakat
(community
development)
melalui
pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social
Responsibility (CSR).
Dengan kecenderungan membaiknya perekonomian nasional pada tahun
2010, Dewan Pengawas optimis bahwa kinerja perusahaan dalam masa mendatang
akan semakin meningkat. Sementara itu, persaingan usaha yang semakin ketat di
masa mendatang menuntut perusahaan untuk senantiasa melakukan penyempurnaan
71 proses bisnis, manajemen risiko yang baik, dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
dasar pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), yang
didukung oleh sistem teknologi informasi yang sesuai kebutuhan, budaya berbasis
kinerja, serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Menyadari hal
tersebut, maka pengawasan yang semakin peka dan sikap hati-hati dalam merespon
setiap perkembangan, menjadi sangat penting. 1
A. Mekanisme Manajemen Risiko Pegadaian Syariah
Manajemen risiko memberi perlindungan kepada para pemangku jabatan
terhadap akibat buruk yang mungkin terjadi karena adanya risiko. Hal ini
dilakukan melalui perlakuan risiko sesuai prosedur manajemen risiko yang akan
memberikan dua hal berikut: Pertama, dampak negatif yang terjadi tidak akan
seburuk sebelumnya, karena telah dilakukan langkah-langkah antisipasi melalui
proses perlakuan risiko. Kedua, dengan adanya manajemen risiko, para pemangku
jabatan terkait dapat mengambil keputusan lebih baik (informed decision). Ini
terjadi karena adanya informasi yang tersedia dalam proses manajemen risiko.
Begitu juga bila risiko tersebut berdampak positif. Kesempatan untuk meraih
peluang dapat diketahui lebih dulu dari pesaing, sehingga peluang tersebut dapat
direbut. Pegadaian Syariah merupakan suatu divisi dari Perum Pegadaian, oleh
karena itu manajemen
risiko pada Pegadaian Syariah menginduk pada
1
PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian (Jakarta: PERUM Pegadaian, Laporan
Tahunan 2009), h.10. 72 manajemen risiko
Perum Pegadaian. Proses manajemen risiko adalah suatu
proses yang bersifat berkesinambungan, sistematis, logik dan terukur yang
digunakan untuk mengelola risiko-risiko di perusahaan. Mekanisme assessment
manajemen risiko Perum Pegadaian meliputi empat kegiatan, yaitu identifikasi,
pengukuran, penilaian, dan pengelolaan. Setelah melakukan assessment risiko
kemudian Perum Pegadaian melakukan pemantauan, dan pengendalian.
1. Identifikasi
Proses identifikasi risiko dimulai dengan proses penetapan kriteria dan
parameter risiko, pengidentifikasian peristiwa risiko yang mungkin terjadi,
permasalahan yang menjadi penyebab pemicu utama timbulnya risiko,
sumber/faktor penyebabnya (internal dan eksternal) dan perkiraan skor
(likelihood and impact). Hasil dari proses ini adalah tersusunnya register
risiko Perum Pegadaian.
Setiap organisasi adalah unik, mempunyai karakter, sifat, sasaran
bisnis, dan stakeholder yang tidak sama. Oleh karena itu, setiap organisasi
harus menyusun sendiri kriteria risiko yang paling sesuai. Proses identifikasi
risiko Perum Pegadaian dilakukan dengan cara mengidentifikasi risiko yang
melekat pada setiap produk, fungsi, aktivitas dan proses. Proses identifikasi
tersebut dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang mungkin dapat terjadi,
tingkat kemungkinan terjadinya, besaran dampaknya dan faktor penyebab
73 atau pemicu timbulnya risiko. Proses identifikasi yang dilakukan oleh
Manajemen Risiko Perum Pegadaian dilakukan pada awal periode, yaitu
ketika suatu produk atau aktivitas diinisiasi dan direview (dikaji ulang) secara
berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.
Proses ini sangat penting, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada
proses ini tidak akan ditangani pada proses-proses selanjutnya.
2. Pengukuran
Tujuan memahami risiko adalah untuk mengelola risiko. Sesuai
dengan prinsip ekonomi, setiap perusahaan dibatasi oleh sumber daya dalam
rangka mencapai nilai perusahaan setinggi-tingginya. Direksi perlu membuat
prioritas risiko. Proses pengukuran dan pemetaan risiko Pegadaian dilakukan
dengan menghitung besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko yang
diidentifikasi tersebut dikategorikan dan dipetakan ke dalam 3 (tiga) peringkat
yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk),
dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi terjadinya dan
dampak yang ditimbulkan.
Untuk risiko yang dikategorikan sebagai risiko ”tinggi (high)”,
penanganannya dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), termasuk
melakukan perubahan kebijakan internal dan penyesuaian strategi. Sedangkan
untuk risiko dengan kategori ”sedang (medium)” dan ”rendah (low)” cukup
74 dilakukan pemantauan oleh divisi terkait, pemimpin wilayah dan manajer
cabang.
3. Pemantauan
Secara umum pengawasan terhadap implementasi manajemen risiko
secara korporat dilakukan oleh Dewan Pengawas melalui komite pemantau
risiko. Proses pemantauan risiko, didasarkan kepada Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) oleh Satuan Pengawas Intern yang dilaporkan setiap
bulan kepada Dewan Pengawas, Direksi, dan Jeneral Manajer terkait.
Berdasarkan laporan temuan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap faktor
penyebab dan diambil langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan yang
perlu dilakukan.
Pengawasan proses atau implementasi dalam Perum Pegadaian
dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern yang secara priodik melakukan
pemeriksaan terhadap semua divisi atau unit kerja Pegadaian. Hasil dari
pemeriksaan tersebut, kemudian dibahas dalam forum manajemen risiko yang
menjadi bahan evaluasi dan bahan untuk menentukan kebijakan-kebijakan
tertentu terkait risiko yang terjadi, juga dapat mengidentifikasi risiko-risiko
baru yang diakibatkan oleh konteks risiko yang berbeda dari konteks risiko
sebelumnya.
Setelah dilakukan pambahasan atau evaluasi oleh forum manajemen
risiko, hasil evaluasi tersebut kemudian dilaporkan kepada pimpinan
75 perusahaan untuk konsultasi tindakan atau perlakuan risiko yang harus
dilakukan terhadap risiko yang ditemukan pada pemeriksaan tersebut. Hasil
konsultasi tersebut, dilaporkan kepada tiap manajer divisi untuk kemudian
disosialisasikan pada tiap unit kerjanya.
Untuk proses manajemen risiko pada tiap wilayah dan cabang
merupakan tugas dari tiap kepala wilayah dan atau manajer cabang, yang juga
bertindak sebagai manajer risiko pada wilayah atau cabangnya tersebut, dan
pemantauan dilakukan melalui laporan dari tiap cabang tersebut. Proses
sosialisasi manajemen risiko pada Perum Pegadaian memang masih dilakukan
secara terpusat, oleh karena itu Sistem Pengawasan Internal harus dilakukan
secara komprehensif pada tiap wilayah dan cabang.
4. Pengendalian
Pengendalian risiko meliputi upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan
yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan
terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut dengan menentukan
prosedur dan kebijakan atau langkah-langkah yang dipandang perlu guna
mengendalikan tingkat risiko yang sudah diidentifikasi tersebut pada tingkat
risiko yang dapat diterima. Proses pengendalian risiko merupakan proses yang
berulang, mulai dari melakukan assessment terhadap sebuah perlakuan risiko
sampai memperkirakan apakah tingkat risiko yang tersisa dapat diterima atau
tidak, bila perlakuan ini diterapkan. Bila belum dapat diterima, maka harus
76 dicari alternatif perlakuan risiko lainya. Kemudian dilakukan proses yang
sama hingga perkiraan hasil dari perlakuan tersebut menghasilkan tingkat
risiko tersisa yang dapat diterima.
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Manajemen Risiko
Perum Pegadaian 2
ASMAN/staf MR MANAJER
RISIKO
JENERAL
DIRBANG
DIREKSI
MANAJER
TERKAIT
RISIKO
Mengumpulkan
dokumen-dokumen
yang diperlukan
Melakukan Analisa
dan
identifikasi risiko
Menyusun
rekomendasi
perbaikan
Dokumentasi
hasil analisa
dan identifikasi
risiko
Mengevalua
si/ meriview
- Analisa dan
identifikasi
risiko
- Rekomenda
si perbaikan
Menyetujui
Menyetujui
Menyetujui
- Analisa dan
identifikasi
risiko
- Analisa dan
identifikasi
risiko
- Analisa dan
identifikasi
risiko
- Rekomenda
si perbaikan
- Rekomenda
si perbaikan
- Rekomendasi
perbaikan
- Melakukan
perbaikan/
penyempurnaan
kebijakan yang
diperlukan
2
Wawancara pribadi dengan Pamuji Gesang Raharjo. Jakarta, 29 Juli 2010.
77 B. Jenis Risiko yang Dihadapi Pegadaian
Berdasarkan SK Direksi No. 10950/sdm.200322/ 2004 tanggal 28 April
2004 tentang Struktur Organisasi Perum Pegadaian telah dibentuk unit kerja
setingkat Divisi, yaitu Satuan Manajemen Risiko. Perum Pegadaian sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai melalui divisi tersebut telah melakukan identifikasi, pengukuran, penilaian,
dan pengelolaan risiko sebagai berikut 3 :
1. Risiko Pendanaan
Dalam memberikan pinjaman kepada nasabah, Perum Pegadaian menghadapi
risiko yang mungkin terjadi terkait dengan pendanaan tidak dapat memenuhi
permintaan pasar yang tinggi sedangkan investor menarik dananya (kewajiban
pembayaran jangka pendek) terkait dengan fluktuasi tingkat suku bunga dan
struktur permodalan. Dengan kondisi ini, kemampuan Perum Pegadaian untuk
kegiatan operasionalnya menjadi berkurang, sehingga akan mempengaruhi
perkembangan pendapatan dan akhirnya akan menurunkan pertumbuhan
tingkat keuntungan Perum Pegadaian.
Risiko Pendanaan terdiri dari :
3
Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian , h.92.
78 a. Risiko Likuiditas dan Solvabilitas
Risiko likuiditas dan solvabilitas yaitu risiko dimana adanya kemungkinan
Perum Pegadaian tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka
pendek dan jangka panjang kepada para krediturnya.
Risiko ini muncul apabila terjadi :
1) Kreditur secara bersama menarik/tidak memperpanjang pinjaman
jangka pendeknya.
2) Belum adanya kreditur pengganti.
3) Kinerja keuangan menurun, sehingga kepercayaan investor juga
menurun.
b. Risiko Suku Bunga
Risiko yang terjadi karena fluktuasi tingkat suku bunga di pasar, akan
berdampak pada kenaikan cost of fund maupun penurunan laba. Kenaikan
tingkat suku bunga atas pendanaan Perum Pegadaian, tidak dapat langsung
diterapkan kepada nasabah yang masih memiliki pinjaman, sehingga
mengurangi
kemampuan
Perum
Pegadaian
untuk
meningkatkan
pertumbuhan.
Risiko ini muncul apabila terjadi:
1) Terhadap hutang Perum Pegadaian yang menggunakan skim bunga
mengambang.
79 2) Kondisi makro ekonomi tidak kondusif sehingga tingkat suku bunga
meningkat.
3) Inflasi yang tinggi sehingga kenaikan lending rate tidak dapat segera
dilakukan dengan pertimbangan daya beli masyarakat menurun.
Mengingat perbedaan yang begitu signifikan antara gadai konvensional
dengan gadai syariah adalah terletak pada penetapan sewa modal, dimana
gadai konvensional menerapkan sistem bunga dan gadai syariah
menerapkan akad ijarah. Maka, dalam hal ini risiko yang dihadapi pada
Pegadaian Syariah bukanlah risiko suku bunga akan tetapi berupa risiko
ekspektasi margin.
c. Risiko Permodalan
Adalah risiko yang muncul terkait dengan struktur permodalan atau rasio
antara jumlah utang dengan jumlah ekuitas. Munculnya risiko ini
merupakan akumulasi dari risiko operasi dan risiko financial leverage.
Risiko ini muncul apabila terjadi:
1) Aktifitas operasional berfluktuasi sehingga pendapatan yang diterima
berfluktuasi.
2) Meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara
jumlah utang dengan jumlah equitas.
80 2. Risiko Pinjaman yang Diberikan
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk
menyelenggarakan kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar
hukum gadai, Perum Pegadaian menghadapi risiko kredit dalam hal terjadi
salah taksir terhadap barang jaminan milik nasabah, sehingga memberikan
pinjaman melebihi nilai barang jaminan atau turunnya nilai barang jaminan
yang dapat menimbulkan kerugian Perum Pegadaian, apabila nasabah tidak
dapat membayar atau melakukan pelunasan.
Risiko ini muncul apabila terjadi:
a. Kemampuan debitur/nasabah turun sehingga tidak dapat melunasi
pinjamannya.
b. Turunnya nilai/kualitas barang jaminan yang diagunkan, sehingga pada
saat dieksekusi tidak mencukupi untuk melunasi pinjaman.
3. Risiko Barang Jaminan
Perum Pegadaian dalam menyalurkan uang pinjaman kepada masyarakat
mewajibkan para nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai
agunan. Terhadap barang jaminan milik nasabah tersebut Perum Pegadaian
berkewajiban untuk menyimpan dan memelihara barang tersebut sampai
dengan dilakukan pelunasan oleh nasabah. Atas penyimpanan barang jaminan
tersebut, Perum Pegadaian menghadapi risiko barang jaminan rusak atau
hilang.
81 4. Risiko Persaingan
Persaingan bisnis kini semakin ketat, lembaga keuangan baik bank maupun
non-bank saling berlomba-lomba mengucurkan kredit ke masyarakat dengan
berbagai keunggulan dan kemudahan. Keunggulan tersebut menyangkut
keunggulan dalam produk jasa keuangan, tarif, saluran distribusi maupun
pelayanan. Jenis produk substitusi yang ditawarkan pun sangat bervariasi
dengan berbagai kemudahan yang diberikan kepada masyarakat dalam
memperoleh kreditnya, sehingga dapat mempengaruhi pangsa pasar Perum
Pegadaian. Selain itu, dengan diberlakukannya Undang-undang Republik
Indonesia No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
persaingan Tidak Sehat sejak tanggal 5 Maret 2000 akan membuka peluang
dalam persaingan.
5. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang dihadapi Perum Pegadaian
sehubungan dengan sistem operasional, prosedur dan kontrol yang tidak
menunjang perkembangan kebutuhan operasional Perum Pegadaian sehingga
dapat mengganggu kelancaran operasi dan kualitas pelayanan, termasuk yang
berdampak terhadap hilangnya peluang dalam penyaluran kredit. Termasuk
dalam risiko ini adalah kualitas sumber daya manusia yang dimiliki terutama
para penaksir barang jaminan sebagai ujung tombak dalam operasional
transaksi.
82 6. Risiko Peraturan Pemerintah
Mengingat kegiatan operasional Perum Pegadaian berhubungan dengan
kepentingan umum, maka biasanya pemerintah senantiasa melakukan
pengawasan secara ketat melalui berbagai peraturan. Munculnya peraturanperaturan baru yang ditetapkan Pemerintah dapat menimbulkan dampak yang
cukup berarti bagi Perum Pegadaian jika mengharuskan dilakukannya
perubahan atau penyesuaian dalam kegiatan operasional.
7. Risiko Teknologi
Merupakan
risiko
yang
dihadapi
Perum
Pegadaian
terkait
dengan
perkembangan teknologi yang mampu membuat barang jaminan emas palsu
dan sulit dideteksi, sehingga lolos dari pengamatan penaksir. Di sisi lain,
apabila Perum Pegadaian ingin terus mengikuti perkembangan teknologi
diperlukan biaya investasi yang sangat besar.
8. Risiko Keamanan
Risiko keamanan merupakan risiko yang dihadapi Perum Pegadaian
sehubungan dengan situasi keamanan yang kurang/tidak kondusif dan ditandai
dengan semakin meningkatnya tindak kriminalitas dengan berbagai modus
operandi, dimana Perum Pegadaian menjadi salah satu sasaran kejahatan/
perampokan.
83 9. Risiko Hukum
Risiko hukum/ legal merupakan risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan
terhadap perjanjian/ peraturan perundangan dan aturan yang berlaku. Pada
Pegadaian Syariah, selain ketentuan hukum tersebut juga terdapat ketentuan
hukum syariah, dimana dalam aktivitasnya Pegadaian Syariah akan diawasi
oleh Dewan Pengawas Syariah, sehingga baik dalam peluncuran produkproduknya maupun pelaksanaan seluruh kegiatan operasionalnya akan tetap
berada dalam bingkai syariah.
C. Analisis Risiko
Analisis risiko adalah upaya untuk memahami risiko lebih dalam. Hasil
analisis risiko ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan untuk proses
pengambilan keputusan mengenai perlakuan terhadap risiko tersebut. Termasuk
dalam pengertian ini adalah cara dan strategi yang tepat dalam memperlakukan
risiko tersebut. 4
Analisis risiko meliputi kegiatan-kegiatan yang menganalisis sumber
risiko dan pemicu terjadinya risiko, dampak positif dan negatifnya, serta
kemungkinan terjadinya. Organisasi harus mengidentifikasi dengan baik faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.
4
Leo J. Susilo dan Victor Riwu Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk
Industri Nonperbankan (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.134.
84 Risiko dianalisis dengan menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya, serta
atribut lain risiko. Suatu kejadian dapat mempunyai dampak yang beragam dan
dapat mempengaruhi berbagai macam sasaran organisasi.
Analisis risiko dapat dilaksanakan dengan tingkat kerincian yang
bervariasi, tergantung dari jenis risiko, sasaran analisis risiko, informasi, data, dan
sumber daya yang tersedia. Analisis dapat dilakukan secara kuantitatif, semi
kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi dari cara-cara ini, tergantung dari kondisi
yang ada.
Besaran dampak risiko dapat ditentukan dengan membuat model akibat
dari suatu peristiwa atau kumpulan peristiwa atau dengan menggunakan
ekstrapolasi dari hasil suatu kajian atau data yang tersedia. Dampak risiko dapat
dinyatakan dalam besaran yang terukur ataupun yang tidak terukur (intangible).
Dalam hal-hal tertentu, dampak risiko dapat juga dinyatakan dalam beberapa
macam ukuran atau sebutan untuk dapat lebih menggambarkan akibat risiko
tersebut sesuai dengan waktu dan tempat peristiwa, misalnya gabungan dampak
financial, kecelakaan fisik, rusaknya reputasi, dan sebagainya.
Teknik-teknik analisis risiko dapat menyatakan risiko dalam kombinasi
kedua elemennya yaitu kemungkinan dan dampak. Hubungan antara kedua
elemen ini bergantung pada banyak faktor lain yang kemudian menampilkan sifat
dasar risiko dan bagaimana risiko dimaknai. Secara teoritis, risiko adalah fungsi
85 dari kemungkinan dan dampak. Secara sederhana, bentuk risiko di
gambarkan sebagai berikut:
Risiko = Fungsi (dampak dan kemungkinan)
Apakah menggunakan analisis kualitatif atau kuantitatif, sifat dasar dari
fungsi ini dan logika yang mendasarinya perlu dipahami. Setiap formulasi
matematika yang diterapkan harus sesuai dengan logika tersebut dan khususnya
setiap penggunaan besaran tertentu harus cocok. Sebaliknya, pemeriksaan
terhadap besaran yang digunakan dapat menjadi pengecekan terhadap logika yang
mendasarinya.
Hasil dari formulasi kedua variabel (dampak dan kemungkinan) akan
menentukan tingkat risiko yang dihadapi, apakah risiko tersebut termasuk ke
dalam kategori risiko rendah, moderat, atau tinggi. Penentuan kategori tersebut
akan berpengaruh terhadap perlakuan risiko serta pengendalian risiko, karena
setiap kategori mempunyai tingkat perhatian dan prosedur penanganan yang
berbeda. Pada tingkat risiko sangat tinggi atau tinggi, perhatian dan dukungan
dari manajemen puncak diperlukan. Rencana, tindakan, dan akuntabilitas
perlakuan risiko harus jelas dan terukur, pelaksanaannya pun harus segera
dilakukan. Pada tingkat risiko moderat, penanganannya dilakukan melalui
pemantauan khusus dan spesifik atau melalui prosedur tanggap yang telah
86 ditetapkan. Akuntabilitas biasanya terletak pada manajemen operasional dan
harus ditetapkan secara jelas. Kemudian pada tingkat risiko rendah penanganan
cukup dengan prosedur rutin saja, tidak perlu menggunakan sumber daya yang
spesifik.
Pada Perum Pegadaian, analisis dilakukan secara kualitatif. Analisis
kualitatif didasarkan pada suatu pengalaman dan pengetahuan dari para subjek
dan pemangku risiko terkait (tacit knowledge) sehingga data yang dilakukan lebih
bersifat tidak dalam bentuk terukur, melainkan suatu pernyataan atau suatu
gambaran. Pemeringkatan risiko ditentukan melalui kebijakan manajemen setelah
melakukan kajian dibandingkan dengan selera risiko yang ditetapkan sebelumnya.
Tingkat risiko merupakan hasil kombinasi fungsi dari kemungkinan dan
dampaknya. Penentuan tingkat risiko tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
kuadran sebagai berikut:
87 Gambar 4.2 Tampilan Peringkat Risiko secara Kualitatif
KEMUNGKINAN
I
II
Risiko
Risiko
Menengah
Tinggi
III
IV
Risiko
Risiko
Rendah
Menengah
KECIL
BESAR
DAMPAK
Keterangan:
¾ Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang besar, sedangkan dampaknya
terhadap kelangsungan perusahaan kecil, maka risiko tersebut termasuk ke
dalam kuadran I, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori risiko
moderat.
¾ Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang besar, dan dampaknya
terhadap kelangsungan perusahaan juga besar, maka risiko tersebut termasuk
ke dalam kuadran II, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori
risiko tinggi.
88 ¾ Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang kecil, dan dampaknya
terhadap kelangsungan perusahaan juga kecil, maka risiko tersebut termasuk
ke dalam kuadran III, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori
risiko rendah.
¾ Jika sebuah risiko memiliki kemungkinan yang kecil, sedangkan dampaknya
terhadap kelangsungan perusahaan juga besar, maka risiko tersebut termasuk
ke dalam kuadran IV, sehingga tingkat risikonya termasuk ke dalam kategori
risiko moderat.
89 90 91 92 93 2. Analisis Dampak Risiko Perum Pegadaian
a. Dampak dari Risiko Likuiditas dan Solvabilitas memiliki efek yang
signifikan terhadap kelancaran operasional perusahaan, karena risiko ini
berdampak langsung kepada financial perusahaan. Melihat struktur
permodalan Pegadaian Syariah yang cukup kuat, dampak dari risiko ini
dapat dikurangi, tetapi masih memiliki pengaruh yang signifikan jika
risiko ini terjadi. Penetapan besaran kategori dampak dari risiko ini
ditentukan oleh sasaran dari perusahaan dan ditentukan setelah dilakukan
komunikasi dan konsultasi dengan pemangku manajemen risiko yang ada
di perusahaan.
Probabilitas risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan :
1) Penyaluran kredit jangka pendek didanai pinjaman jangka panjang.
2) Current Ratio Pegadaian 1,9 x, di mana 2,56% dari total aset
merupakan kas dan setara kas dan 92% merupakan outstanding
pinjaman dengan jangka waktu kredit
(cash collection) 4 bulan,
sedangkan sebagian besar utang berjangka waktu lebih dari 1 tahun.
3) Kinerja keuangan Perum Pegadaian dari tahun ke tahun menunjukan
pertumbuhan, sekalipun dalam kondisi krisis pada tahun 1998-1999.
4) Terkait dengan kinerja keuangan yang baik, kepercayaan investor
semakin meningkat. Hal ini terlihat dari penilaian Pefindo untuk
94 Obligasi dan PN (Promisory Notes) Perum Pegadaian mendapat rating
AA (klasifikasi investment grade).
5) Telah dilakukannya portofolio sumber pendanaan jangka pendek, yaitu
terdiri dari delapan kreditur perbankan, fasilitas sindikasi bank
(Revolving Underwriting Facility/RUF) dan instrumen money market
(PN).
Jika
dampak
dari
risiko
likuiditas
dan
solvabilitas
ini
diakumulasikan dengan probabilitas dari risiko tersebut yang relatif kecil,
tetapi dampak dari risiko tersebut cukup signifikan, maka risiko ini
termasuk ke dalam risiko moderat, sehingga penanganannya cukup
dengan dilakukannya pemantauan dari divisi terkait, pemimpin wilayah
atau manajer cabang.
b. Dampak dari Risiko Ekspektasi Marjin / Suku Bunga
Mengingat pengelolaan manajemen risiko Pegadaian Syariah masih
terintegrasi dengan Perum Pegadaian, maka pengelolaan risiko ekspektasi
marjin ini masih mengacu pada pengelolaan risiko suku bunga pada
Perum Pegadaian. Dampak dari risiko ini dapat menimbulkan peningkatan
pada cost of fund yang berimbas pada berkurangnya penghasilan
perusahaan
dan
berimbas
juga
pertumbuhan perusahaan.
95 pada
berkurangnya
kemampuan
Kemungkinan risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan:
1) Struktur pendanaan Pegadaian Syariah dan kinerja keuangan yang
mengalami pertumbuhan.
2) Keputusan
untuk
menaikkan
atau
menurunkan
lending
rate
sepenuhnya berada di bawah kontrol manajemen.
3) Penundaan kenaikan lending rate dapat dilakukan dengan tetap
memperhatikan kinerja keuangan.
Jika diakumulasikan antara dampak dan kemungkinannya, maka
risiko ini termasuk dalam risiko rendah, sehingga penanganannya cukup
dilakukan pemantauan dari divisi terkait.
c. Dampak dari Risiko Permodalan
Risiko permodalan ini dapat berdampak pada financial perusahaan yang
diakibatkan oleh struktur permodalan dan fluktuatif operasional
perusahaan. Dampak dari risiko ini relatif kecil, mengingat struktur modal
kerja Pegadaian Syariah masih didominasi modal sendiri (87,57%) dan
sisanya merupakan kerjasama dengan Bank Mandiri Syariah (12,43%).
Pertumbuhan usaha Pegadaian Syariah pun meningkat sangat pesat,
tercatat per 31 Maret 2010, laba bersih meningkat 106,4% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian, kemungkinan
terjadinya risiko permodalan ini relatif kecil. Jadi, risiko ini termasuk ke
dalam kategori risiko rendah.
96 d. Dampak dari Risiko Pinjaman yang Diberikan
Risiko ini timbul karena adanya salah taksir terhadap barang jaminan
sehingga memberikan pinjaman melebihi nilai barang jaminan yang dapat
menimbulkan kerugian bagi Perum Pegadaian dan risiko ini juga terjadi
apabila nasabah tidak dapat melakukan pelunasan atau membayar
pembiayaan yang diberikan.
Kemungkinan risiko ini muncul relatif kecil, hal ini dikarenakan:
1) Kredit gadai dijamin dengan agunan berupa “barang bergerak” yang
dikuasai oleh Pegadaian.
2) Komposisi barang yang dijaminkan sebesar 90% berupa emas, berlian,
sedangkan sisanya berupa jaminan non-emas (elektronik, kendaraan
bermotor, kain, gerabah dan lain-lain.
3) Perum Pegadaian mempunyai hak eksekusi atas barang jaminan
tersebut untuk melunasi pinjamannya.
4) Besarnya barang jaminan yang tidak dapat dieksekusi (bad debt)
relatif sangat kecil, sebesar 0,26% dari total asset, yang mana recovery
ratenya masih mencapai 95-99%.
Dengan ukuran probabilitas risiko yang relatif kecil, namun
berdampak pada penurunan laba, maka risiko ini termasuk ke dalam
kategori risiko moderat yang perlu pemantauan dari divisi terkait.
97 e. Dampak dari Risiko Barang Jaminan
Barang jaminan milik nasabah wajib untuk disimpan dan dipelihara oleh
Perum Pegadaian sampai dengan dilakukannya pelunasan oleh nasabah.
Risiko ini muncul apabila barang jaminan tersebut rusak atau bahkan
hilang. Risiko ini berdampak kepada kepercayaan nasabah dan juga pada
pendapatan Perum Pegadaian, karena selain harus mengganti barang
jaminan tersebut, Perum Pegadaian juga akan dihadapkan pada penurunan
jumlah nasabah jika kepercayaan nasabah menurun, sehingga dampak
terhadap perusahaan cukup signifikan. Kemungkinan risiko ini relatif
kecil, karena Perum Pegadaian khususnya Pegadaian Syariah telah
melakukan mitigasi berupa sharing risk dengan pihak asuransi Jasindo
Takaful serta dengan melakukan penyimpanan secara rapi. Dampak risiko
barang jaminan ini termasuk ke dalam kategori risiko moderat.
f. Dampak dari Risiko Persaingan
Risiko persaingan ini timbul dari persaingan dengan lembaga keuangan
lain baik perbankan maupun non-perbankan. Hal ini akan mempersempit
market share Pegadaian Syariah dalam ekspansi pasar keuangannya.
Namun, Pegadaian Syariah masih menjadi pemain utama dalam bisnis
keuangan dengan sistem gadai syariah. Pegadaian Syariah juga telah
melakukan beberapa terobosan dalam inovasi produk gadai seperti produk
Ar-Rahn, Ar-Rumm dan MULIA yang telah berjalan, dan juga produk
98 yang siap diluncurkan, yaitu produk AMANAH. Dampak dari risiko ini
cukup signifikan tetapi mengingat Pegadaian merupakan pemimpin pasar
dalam bisnis gadai maka risiko ini dapat dikategorikan risiko moderat.
Tetapi perlu perhatian khusus dari pimpinan perusahaan dalam hal inovasi
produk serta pemantauan pangsa pasar keuangan nasional.
g. Dampak dari Risiko Operasional
Risiko operasional berdampak pada peluang dalam penyaluran kredit yang
diakibatkan oleh penurunan kualitas pelayanan seperti salah membukukan
transaksi, tidak berfungsinya sistem aplikasi dan kelalaian internal, serta
tidak berjalannya sistem pengawasan. Risiko ini termasuk ke dalam
kategori risiko tinggi, karena dampak yang diakibatkan dari risiko ini akan
berdampak pada semua lini perusahaan, penurunan performance
perusahaan yang mengakibatkan penurunan kinerja keuangan dan pada
akhirnya bisa menurunkan kepercayaan investor maupun nasabah.
h. Dampak dari Risiko Peraturan Pemerintah
Risiko Peraturan Pemerintah dapat berdampak pada terhambatnya
kelancaran operasional perusahaan yang diakibatkan oleh berubahnya
Peraturan Pemerintah. Risiko ini termasuk ke dalam kategori rendah,
karena selain jarang terjadi, sosialisasi dari perubahan peraturan
pemerintah biasanya memerlukan waktu yang lama sehingga Pegadaian
memiliki cukup waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
99 i. Dampak dari Risiko Teknologi
Dampak risiko ini yang paling penting untuk diperhatikan adalah
kemungkinan adanya barang jaminan palsu yang lolos dari pengamatan
juru taksir yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dalam
pembuatan barang palsu, atau dari sisi intern perusahaan yang
menggunakan alat uji yang kurang akurat. Kemungkinan terjadinya risiko
ini jarang terjadi, namun dampak yang ditimbulkan cukup besar, karena
dalam pegadaian fokus utamamanya adalah pada nilai barang jaminan.
Sehingga, risiko ini termasuk ke dalam risiko tinggi dan pihak perusahaan
harus tetap waspada dan selalu menggunakan alat uji yang mutakhir
dengan tingkat akurasi tinggi.
j. Dampak dari Risiko Keamanan
Risiko ini muncul dari kondisi keamanan yang kurang kondusif akibat
tingginya angka kriminalitas. Selain itu, risiko keamanan juga bisa timbul
dari kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan kecelakaan seperti
kebakaran. Dampak dari risiko ini cukup besar jika memang terjadi, tetapi
kemungkinannya
kecil
mengingat
Perusahaan
telah
melakukan
serangkaian prosedur keamanan, seperti menempatkan personil keamanan
pada tiap-tiap cabang atau counter Pegadaian, serta menempatkan alat-alat
keselamatan seperti alarm, cctv, folding gate dan alat-alat keamanan
lainya. Sehingga, risiko ini dikategorikan pada risiko moderat.
100 k. Dampak dari Risiko Hukum
Risiko ini berdampak pada terhambatnya operasional perusahaan akibat
dari kelemahan dalam penyusunan perikatan perjanjian yang berdampak
pada timbulnya tuntutan dari nasabah. Risiko ini termasuk pada risiko
yang rendah karena Pegadaian Syariah sudah sangat aware pada persoalan
teknis dan mengenai kepatuhan akan hukum syariah pada transaksi
bisnisnya, Pegadaian Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah yang
akan selalu memberikan peringatan apabila ada penyimpangan dalam
operasionalnya.
D. Strategi yang Ditempuh Perum Pegadaian dalam Mengatasi Permasalahan
Risiko yang Dihadapi
Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut
menjadi urutan prioritas perlakuan risiko, sekaligus menyaring risiko-risiko
tertentu untuk tidak ditindaklanjuti atau diperlakukan khusus. Keputusan tindak
lanjut tersebut mencakup 5 :
1. Apakah suatu risiko butuh penanganan;
2. Apakah suatu tindakan penanganan perlu dilakukan;
3. Bagaimanakah prioritas perlakuan risiko disusun.
5
Ibid, h.167.
101 Sifat dari keputusan yang perlu diambil dan kriteria yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan telah ditetapkan pada tahap penyusunan konteks,
tetapi perlu ditinjau kembali secara lebih rinci pada tahap ini. Kriteria untuk
pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks eksternal, internal, dan
manajemen risiko yang telah didefinisikan. Selain itu, dalam mengambil
keputusan juga harus selalu memperhatikan sasaran perusahaan, sasaran
pengelolaan risiko dan pendapat para pemangku kepentingan. Keputusan dalam
mengevaluasi, biasanya didasarkan pada peringkat risiko yang telah diperoleh
dari hasil analisis risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai ambang yang
ditetapkan sesuai dengan:
1. Tingkat dampak yang telah ditentukan;
2. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu;
3. Efek kumulatif dari beberapa kejadian;
4. Tentang ketidakpastian terhadap tingkat-tingkat risiko pada satu level
kepercayaan.
Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko
yang memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan
kajian dan menentukan jenis serta bentuk perlakuan risiko yang diperlukan.
Perlakuan risiko ini tidak harus bersifat khusus untuk satu situasi tertentu, juga
tidak harus berlaku umum. Ini berarti, setiap risiko memerlukan bentuk perlakuan
yang khas untuk tiap risiko itu sendiri.
102 Untuk setiap risiko yang memerlukan perlakuan risiko, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap informasi dan data hasil
analisis risiko. Hal ini diperlukan untuk memahami sumber atau penyebab risiko,
apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar kemungkinan terjadinya, serta
seberapa besar dampaknya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi lingkungan
(hukum, sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain) serta siapa saja yang terlibat
dalam kegiatan yang berisiko tersebut.
Pengkajian awal yang cukup mendalam seringkali membuahkan satu
pilihan perlakuan risiko yang tidak hanya bermanfaat untuk satu risiko, tetapi juga
untuk risiko-risiko lainya. Artinya, satu perlakuan risiko untuk beberapa risiko. Di
lain pihak, mungkin untuk satu macam risiko diperlukan beberapa macam
perlakuan risiko. Pengambilan keputusan atas pilihan perlakuan risiko tersebut
akan menentukan langkah strategi Perusahaan dalam melakukan upaya-upaya
untuk mengatasi atau mengurangi risiko yang dihadapi, serta menetukan langkahlangkah dalam pengendalian risiko.
1. Upaya-Upaya
yang
Telah
Dilakukan
Perum
Pegadaian
dalam
Mengurangi Risiko
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam
mengurangi risiko adalah sebagai berikut:
103 a. Melakukan perbaikan terhadap penerimaan kualitas barang jaminan yang
diterima sebagai agunan.
b. Mencari alternatif-alternatif pendanaan yang mempunyai cost of fund yang
lebih rendah.
c. Pelatihan dan pengembangan SDM yang intensif dan berkesinambungan,
sehingga tercipta tenaga kerja yang lebih profesional, yang dapat
menunjang operasi Perum Pegadaian secara optimal.
d. Memperluas jangkauan pelayanan dengan pembukaan cabang di daerah
potensial.
e. Melakukan restrukturisasi cabang-cabang yang mengalami defisit.
f. Membangun corporate culture dan corporate image dengan pencanangan
Kerabat Menggapai Cita.
g. Mengasuransikan barang jaminan milik nasabah.
h. Mengasuransikan pinjaman yang disalurkan kepada nasabah uuntuk
Kredit Angsuran Fidusia (Kreasi).
i. Menempatkan aparat keamanan (TNI dan Kepolisian) di cabang-cabang
Perum Pegadaian.
104 2. Upaya yang Dilakukan Perum Pegadaian Untuk Mengelola Risiko
Risiko dalam bisnis adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari,
termasuk dalam bisnis gadai. Oleh karena itu, untuk menghindari potensi
kerugian di kemudian hari yang lebih besar, risiko harus dikelola. Perum
Pegadaian mengelola risiko yang ada dengan cara :
1. Meminimalkan faktor-faktor pemicu risiko, melalui : pemenuhan kualitas
dan kuantitas SDM, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan sistem
operasional dan perbaikan sistem IT.
2. Membangun budaya sadar risiko, melalui sosialisasi manajemen risiko di
seluruh unit kerja.
3. Mentransfer risiko, melalui pengasuransian gedung, barang jaminan yang
diagunkan nasabah kepada Pegadaian, kredit yang disalurkan dan uang
kas kepada pihak ketiga melalui proses tender.
4. Menerima risiko
Setiap tahunnya perusahaan mencadangkan penyisihan dana kerugian, hal
ini merupakan sikap penerimaan perusahaan terhadap risiko yang
dihadapi.
105 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tata kelola manajemen risiko pada Pegadaian Syariah masih terintegrasi
dengan Perum Pegadaian, yang merupakan induk perusahaan. Mekanisme
proses pengelolaan risiko pada Pegadaian Syariah dilakukan dengan
mengikuti standar umum pengelolaan risiko pada lembaga keuangan dan
berkembang sesuai perkembangan perusahaan.
2. Manajemen risiko Pegadaian Syariah sebagaimana manajemen risiko pada
Perum Pegadaian melaksanakan penerapan manajemen risikonya melalui 4
(empat) tahap pelaksanaan manajemen risiko, yaitu:
a. Identifikasi, yaitu proses yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi
risiko yang melekat pada setiap produk, fungsi, aktivitas dan proses.
Proses identifikasi ini dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang
mungkin dapat terjadi, tingkat kemungkinan terjadinya, besaran
dampaknya dan faktor penyebab atau pemicu timbulnya risiko.
b. Pengukuran, yaitu proses yang dilakukan dengan cara menghitung
besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko yang telah
diidentifikasi dipetakan dan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) peringkat
yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk)
106 dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi terjadinya dan
dampak yang ditimbulkan.
c. Pemantauan, proses pemantauan risiko didasarkan kepada Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) oleh Satuan Pengawas Intern yang dilaporkan setiap
bulan kepada Dewan Pengawas, Direksi, dan Jeneral Manajer terkait.
d. Pengendalian, pengendalian risiko meliputi upaya untuk menyeleksi
pilihan-pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadinya risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut
dengan menentukan prosedur dan kebijakan atau langkah-langkah yang
dipandang perlu guna mengendalikan tingkat risiko yang sudah
diidentifikasi tersebut pada tingkat risiko yang dapat diterima.
3. Pegadaian Syariah mengelola risiko yang ada dengan cara:
a. Meminimalkan faktor-faktor pemicu risiko.
b. Membangun budaya sadar risiko.
c. Sharing risk.
d. Menerima risiko
107 B. Saran
1. Pegadaian Syariah perlu memiliki satuan manajemen risiko tersendiri dengan
konteks dan karakteristik risiko usaha tersendiri, sehingga mampu
meningkatkan kinerja manajemen risiko pada Pegadaian Syariah.
2. Dalam proses manajemen risiko pada Pegadaian Syariah, hendaknya terdapat
suatu standar risk management khusus yang sesuai dengan konteks lembaga
keuangan Pegadaian Syariah, dan terdapat suatu manual penerapan proses
manajemen risiko yang dapat dipahami oleh setiap unit kerja sehingga dapat
mempermudah dan meningkatkan kinerja manajemen risiko Pegadaian
Syariah.
3. Perlu adanya dokumentasi proses manajemen risiko pada Pegadaian Syariah,
hal ini bertujuan untuk:
a. Rekaman proses pelaksanaan kegiatan yang sekaligus menjadi sumber
informasi atas proses yang terjadi dan dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan untuk masalah yang sama di masa depan.
b. Menjadi landasan untuk melakukan perbaikan metode, teknik, alat,
sekaligus keseluruhan proses.
c. Menjadi bukti hukum atas apa yang telah diputuskan dan dilaksanakan,
khususnya bila terjadi sengketa hukum.
108 d. Sarana untuk preservasi pengetahuan sebagai bagian dari proses
pengembangan knowledge management dalam suatu organisasi.
4. Perlu adanya sistem informasi manajemen secara online yang mampu
memberikan informasi secepat mungkin terkait dengan risiko-risiko yang
dihadapi kantor cabang maupun kantor wilayah, sehingga jika terdeteksi suatu
risiko tertentu pada outlet-outlet Pegadaian Syariah dapat sesegera mungkin
diambil langkah penanganannya.
109 DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Amirullah dan Haris Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.4. Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1993.
Basyaib, Fachmi. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Grasindo, 2007.
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko, cet.10. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM,
2006.
Hadi, Muhammad Sholikul. Pegadaian Syariah. Jakarta: Salemba Diniyah, 2003.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press, 2003.
http://organisasi.org/pengertian_definisi_dari_manajemen Artikel diakses pada 17
mei 2010
110
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko Diakses pada 29 april 2010.
Idroes, Ferry n. Manajemen Risiko Perbankan : Pemahaman Pendekatan 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
J. Susilo, Leo dan Riwu Kaho, Victor. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk
Industri Nonperbankan. Jakarta: PPM Manajemen, 2010.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2002.
Kurniawan, Rudy. “Pelatihan Pegadaian Syariah.” Soft Skill sebagai Peningkatan
Sumber Daya Insani Pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS), 14 April 2010.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
-------“Lelang
Syariah”.
Artikel
diakses
pada
14
Mei
2010
dari
http://ulgs.tripod.com/favorite.htm
Muslich, Muhammad. Manajemen Risiko Operasional: Terori & Praktik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007.
Nasarudin, Indo Yama dan Hemmy Fauzan. Pengantar Bisnis dan Manajemen.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Nurhaida, Dida. “Islam juga Mengajarkan Manajemen Risiko”, Sharing: Inspirator
Ekonomi dan Bisnis Syariah, (Mei 2010): h.64.
111
Pegadaian Syariah. Divisi Usaha SyariahPerum Pegadaian: Laporan Keuangan,
Kinerja dan realisasi anggaran Triwulan I 2010. Jakarta: Pegadaian
Syariah,2010.
PERUM Pegadaian, Profil PERUM Pegadaian. Jakarta: PERUM Pegadaian, 2009.
Rais, Sasli. Pegadaian Syariah: Konsep dan sistem Operasional: Suatu Kajian
Kontemporer. Jakarta: UI Press, 2005.
Siahaan, Hinsa. Manajemen Risiko: Konsep, Kasus, Dan Implementasi. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2007.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, edisi kedua. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI, 1999.
Subkhan, Moh. Zainus. ” Pegadaian Syariah dan Kewenangan Peradilan Agama”.
Artikel diakses pada pada 14 Mei 2010 dari
http://serrum.org/buntetpesantren/2009/03/06/pegadaian-syariah-dankewenangan-peradilan-agama/
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, cet.
4. Yogyakarta: EKONISIA, 2007.
Syamsuddin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep aplikasi dalam:
Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007.
112
Tampubolon, Robert. Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006.
Wawancara pribadi dengan Pamuji Gesang Raharjo. Jakarta. 29 Juli 2010 dan 2
Agustus 2010
Wawancara pribadi dengan Rudy Kurniawan. Jakarta. 2 Agustus 2010.
113
Daftar Wawancara kepada PERUM Pegadaian
(Divisi Manajemen Risiko)
Nama
: Pamuji Gesang Raharjo, SE MM
Jabatan
: Jeneral Manajer Manajemen Risiko
Tempat
: PERUM Pegadaian Divisi Manajemen Risiko
Tanggal
: 29 Juli 2010
1. Prinsip-prinsip apa saja yang dipegang teguh pihak manajemen PERUM
Pegadaian dalam operasional sehari-hari perusahaan?
Prinsip yang kami pegang termasuk ke dalam budaya perusahaan yaitu
“INTAN” (Inovatif, Nilai moral tinggi, Terampil, Adi layanan, Nuansa Citra).
2. Siapa saja pemangku kepentingan utama dalam memegang peranan
manajemen risiko di PERUM Pegadaian?
Dewan Pengawas, Direksi, Divisi Manajemen Risiko, Satuan/ Divisi Kerja
Operasional (risk taking unit) dan Unit Kerja Pendukung (sporting unit).
3. Standar apa yang digunakan dalam penerapan manajemen risiko PERUM
Pegadaian?
Masih menggunakan standar umum yang disesuaikan dengan karakteristik
usaha gadai dengan mengikuti praktek sehat yang sudah dijalankan
perusahaan jasa keuangan lainnya.
4. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh pihak manajemen PERUM
Pergadaian dalam proses manajemen risiko?
Proses manajemen risiko di PERUM Pegadaian dilakukan melalui 4 (empat)
tahap, yaitu identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian.
5. Bagaimanakah proses identifikasi risiko PERUM Pegadaian?
Proses identifikasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi risiko yang
melekat pada setiap produk, fungsi, aktifitas dan proses. Proses identifikasi
tersebut dilakukan terhadap seluruh jenis risiko yang mungkin dapat terjadi,
tingkat kemungkinan terjadinya, besaran dampaknya dan faktor penyebab
atau pemicu timbulnya risiko.
¾ Kapan dilakukan proses identifikasi risiko ketika awal periode/
pertengahan periode/ akhir periode?
Awal periode yaitu ketika suatu produk atau aktifitas diinisiasi dan
direview (dikaji ulang) secara berkala sekurang-kurangnya 1 kali
dalam setahun.
¾ Jenis-jenis risiko apa saja yang dihadapi PERUM Pegadaian?
(pengertian, penyebab, langkah antisipasi, contoh kasus).
Secara garis besar terdapat dalam annual report PERUM Pegadaian
2009.
¾ Bagaimana cara memperlakukan risiko-risiko tersebut?
Risiko ditransfer ke pihak asuransi guna meminimalisir dampak
kerugian finansial yang ditimbulkan, contohnya risiko bahaya
kebakaran, maka seluruh gedung dan aset perusahaan diasuransikan
ke pihak asuransi. Dan dengan cara merubah kebijakan internal serta
penyesuaian strategi guna mengantisipasi timbulnya risiko. Sebagai
contoh, guna mengantisipasi risiko perampokan maka melalui surat
edaran Direksi, seluruh kantor/outlet Pegadaian harus dilengkapi
dengan alat-alat pengaman, seperti alarm, folding gate, kamera
pengaman (cctv) dan alat-alat pengaman lainnya.
¾ Bagaimana dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap
kelangsungan bisnis Pegadaian?
Masing-masing risiko memiliki dampak risiko yang terbagi ke dalam 3
(tiga) kategori, dampak yang tinggi (high risk), sedang (medium risk),
dan rendah (low risk).
6. Bagaimanakah proses pengukuran dan pemetaan risiko pada PERUM
Pegadaian? Mohon disertai contoh!
Dengan menghitung besarnya probabilitas terjadinya suatu risiko. Risiko
yang diidentifikasi tersebut dikategorikan dan dipetakan ke dalam 3 (tiga)
peringkat yaitu, risiko dengan dampak yang tinggi (high risk), sedang
(medium risk), dan rendah (low risk) yang didasarkan kepada frekuensi
terjadinya dan dampak yang ditimbulkan.
Untuk
risiko
yang
dikategorikan
sebagai
risiko
”tinggi
(high)”,
penanganannya dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), termasuk
melakukan perubahan kebijakan internal dan penyesuaian strategi.
Sedangkan untuk risiko dengan kategori ”sedang (medium)” dan ”rendah
(low)” cukup dilakukan pemantauan oleh Divisi terkait, pemimpin wilayah
dan manajer cabang.
7. Bagaimanakah proses pemantauan dan pengendalian risiko PERUM
Pegadaian?
Secara
umum
proses
pemantauan
risiko
didasarkan
kepada
hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) dan
dilaporkan setiap bulannya kepada Direksi dan Jeneral-Jeneral Manajer
terkait. Berdasarkan laporan temuan tersebut, maka dilakukan evaluasi
terhadap faktor penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan,
prosedur, dan kebijakan yang dipandang perlu guna mengendalikan tingkat
risiko yang telah diidentifikasi tersebut pada tingkat risiko yang dapat
diterima.
8. Bagaimanakah proses pengawasan dan pelaporan risiko PERUM Pegadaian?
Siapa yang mengawasi dan melaporkan dari cabang? Kapan proses pelaporan
dan pengawasan hasil mitigasi risiko dilakukan?
Secara umum pengawasan terhadap implementasi manajemen risiko secara
korporat dilakukan oleh Dewan Pengawas melalui Komite Pemantau Risiko
baik melaui forum rapat Dewan Pengawas maupun Direksi. Terkait
pelaporannya merupakan tanggung jawab manajer cabang yang wajib
melaporkan setiap terjadinya risiko termasuk langkah-langkah mitigasi yang
telah dan akan dilakukan.
Sistem Pelaporan Risiko Pegadaian Syariah:
manajer UPCS
manajer kantor Cabang Syariah
Divisi Syariah
Divisi
Manajemen Risiko
¾ Bagaimana kerangka kerja manajemen risiko Pegadaian? Berikut
contoh profil risiko triwulan!
ASMAN/staf MR
Mengumpulkan
dokumen-Dokumen
yang diperlukan
MANAJER
JENERAL
RISIKO
MANAJER
RISIKO
DIRBANG
DIREKSI
TERKAIT
Melakukan Analisa
dan
identifikasi risiko
Menyusun
rekomendasi
perbaikan
Mengevaluasi/
mereview:
- analisa dan
identifikasi
- rekomendasi
Menyetujui:
- analisa dan
identifikasi
- rekomendasi
perbaikan
Menyetujui:
- analisa dan
identifikasi
- rekomendasi
perbaikan
Menyetujui:
- analisa dan
identifikasi
- rekomendasi
perbaikan
- melakukan
Dokumentasi hasil
perbaikan/
Analisa dan
identifikasi risiko
perbaikan
penyempurnaan
kebijakan yang
diperlukan
9. Strategi apa yang ditempuh oleh PERUM Pegadaian dalam menanggulangi
permasalahan risiko yang dihadapi perusahaan?
Dapat dilihat dalam annual report PERUM Pegadaian 2009
10. Bagaimanakah pembinaan budaya sadar risiko diselenggarakan?
Dengan memasukkan modul-modul manajemen risiko ke dalam programprogram pelatihan yang diselenggarakan oleh Divisi diklat.
Nara Sumber,
Divisi Manajemen Risiko
PERUM Pegadaian
Pamuji Gesang Raharjo, SE MM
Jeneral Manajer Manajemen Risiko
Wawancara lanjutan kepada Divisi Manajemen Risiko PERUM Pegadaian
Tanggal : 2 Agustus 2010
1. Faktor apa yang menghambat proses identifikasi, pengukuran, pemantauan
dan pengendalian?
Sistem informasi manajemen yang belum terintegrasi (online) antara UPC,
Kantor Cabang, Kantor Wilayah, dan Kantor Pusat, sehingga proses
manajemen risiko (identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian)
belum dilakukan secara terintegrasi dan tepat waktu.
2. Risiko apa yang pernah terjadi di PERUM Pegadaian, bagaimana dampaknya,
dan strategi apa yang digunakan dalam mengatasi risiko tersebut?
Risiko yang pernah terjadi adalah risiko barang jaminan emas palsu, risiko
tersebut berdampak pada kerugian PERUM Pegadaian. Dan mitigasi yang
dilakukan adalah dengan:
a. Melengkapi ahli taksir dengan alat uji emas.
b. Mengembangkan database mengenai jenis dan model barang jaminan
emas yang dipalsukan.
c. Meningkatkan
kompetensi
penaksir
dengan
cara
melakukan
penyegaran (refreshment) program pelatihan untuk tenaga penaksir.
3. Bagaimana strategi PERUM Pegadaian dalam mengatasi beberapa risiko
berikut ini:
¾ risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi)?
Pengikatan barang/ agunan sesuai dengan jumlah pinjaman yang
diberikan. Dan melakukan pelelangan dengan ketentuan dan prosedur
tertentu.
¾ risiko kesalahan dalam melakukan taksasi jaminan emas akibat
keteledoran juru taksir?
Meningkatkan kompetensi ahli taksir.
¾ risiko turunnya nilai jaminan (marhun)?
Nilai agunan harus dievaluasi/ dinilai secara berkala.
¾ risiko barang jaminan emas palsu?
Meningkatkan kompetensi ahli taksir dan melengkapi peralatan ahli
taksir dengan alat uji emas yang akurat.
¾ risiko jaminan rusak atau hilang?
PERUM Pegadaian bekerjasama dengan pihak asuransi, dalam hal
melindungi barang jaminan nasabah.
Nara Sumber,
Divisi Manajemen Risiko
PERUM Pegadaian
Pamuji Gesang Raharjo, SE MM
Jeneral Manajer Manajemen Risiko
Download