BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Kegiatan akuntansi pada dasarnya meningkatkan dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan, dimana aktivitasnya berkaitan dengan produktivitas pertumbuhan barang-barang dan jasa-jasa. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi serta kinerja perusahaan seperti ynag tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasilhasil operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Di dalam suatu pengambilan keputusan, laporan keuangan memberikan informasi penting tentang kondisi keuangan perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut SAK (2004:2) adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara:laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Berdasarkan pengertian tersebut, laporan keuangan memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 6 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut SAK (2004:4) adalah: 1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan yang disusun yaitu untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau mengganti manajemen. Dari pengertian di atas terlihat begitu pentingnya laporan keuangan bagi para pengambil keputusan untuk kepentingan yang berbeda. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan modal posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut SAK (2004:7) adalah: 1. Dapat difahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat difahami oleh para pengguna. 7 Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta memiliki kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi yang kompleks jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukkan informasi tersebut dalam laporan keuangan. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3. Materialitas Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakikat informasi sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. 4. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus handal (reliable). Informasi memiliki kualitas handal apabila informasi tersebut bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan. 5. Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 6. Substansi Mengungguli Bentuk 8 Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. 7. Netralitas Informasi harus diserahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan meragukan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. 8. Pertimbangan Sehat Dalam penyusunan laporan keuangan pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian. 9. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. Laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif tersebut di atas. Selain membantu memudahkan para pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, penyajian informasi yang berkualitas dalam laporan keuangan juga membantu dalam memberikan hasil analisis yang tepat. Untuk memenuhi karakteristik tersebut di atas, laporan keuangan disusun oleh orang yang kompeten dan memahami karakteristik kualitatif laporan keuangan. Dengan begitu, kesalahpahaman dan pengertian yang menyesatkan dapat terhindarkan sehingga para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonominya secara tepat. Tentunya dalam penyajian laporan keuangan tetap yang dijadikan pedoman adalah Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh IAI. 9 2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan Berdasarkan SAK (2004:2) para pengguna laporan keuangan adalah: 1. Investor Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar deviden. 2. Kreditur (pemberi pinjaman) Para kreditur tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan terhutangkan mereka dibayar untuk pada memutuskan apakah saat jatuh tempo. jumlah Kreditor yang usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditur. 4. Shareholders (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang diperoleh dan penambahan modal untuk business plan berikutnya. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergabung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga membutuhkan informasi 10 untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dengan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Para pengguna laporan keuangan tersebut menggunakan laporan keuangan untuk kepentingan yang berbeda. Pada umumnya, terdapat tiga pihak yang paling berkepentingan langsung dengan laporan keuangan. Pihak tersebut adalah investor, kreditor dan manajemen perusahaan. Investor, berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengetahui tingkat keuntungan perusahaan. Kreditor, berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Manajemen perusahaan dalam hal ini manajer keuangan berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. 2.1.5 Isi Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut SAK No.1 (2004:1.3) terdiri atas: 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Arus Kas 11 4. Laporan Perubahan Ekuitas 5. Catatan atas Laporan Keuangan Berdasarkan latar belakang penelitian yang diambil oleh penulis, titik berat permasalahan terdapat pada neraca dan laporan laba rugi. Berikut ini secara singkat uraian tersebut: 1. Neraca ( Balance Sheet) Neraca merupakan suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu yang memperlihatkan kondisi aktiva, hutang dan ekuitas. Menurut SAK (2004:1.9) mengemukakan pengertian neraca adalah : “Laporan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas) perusahaan pada suatu tanggal tertentu.” Informasi tentang kondisi keuangan tercermin dalam neraca, hasil usaha tercermin dalam laporan laba rugi, dan perubahan modal dalam laporan perubahan ekuitas. Adapun ketiga unsur neraca tersebut adalah sebagai berikut: a. Aktiva (Assets) Menurut SAK (2004:13) pengertian aktiva adalah sebagai berikut: “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari masa manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Penyajian pos-pos dalam neraca biasanya didasarkan atas likuiditasnya sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Aktiva lancar ( Current Assets) Aktiva lancar yaitu uang kas (tunai) yang ada pada perusahaan maupun berupa simpanan-simpanan yang yang ada di bank, serta aktiva lainnya yang dapat diharapkan dapat diuangkan menjadi uang tunai, atau dipakai pada periode berikutnya yang mempunyai masa perputaran tidak lebih dari satu tahun. 12 Pengertian aktiva lancar menurut Kusnadi (2003:33) adalah: “Harta yang berupa uang atau barang-barang lain yang dalam waktu pendek diharapkan menjadi kas yang akan digunakan atau dikonsumir untuk memenuhi kebutuhan operasi perusahaan dalam satu siklus akuntansi yang umumnya paling lama satu tahun.” Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut : a. Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan. b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu duabelas bulan dari tanggal neraca: atau c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaanya tidak dibatasi. Adapun yang termasuk dalam perkiraan aktiva lancar adalah : • Kas dan setara kas • Investasi jangka pendek • Wesel Tagih • Piutang Usaha • Piutang lain-lain • Persediaan • Pajak dibayar dimuka • Biaya dibayar dimuka • Aktiva lancar lain-lain Aktiva Tidak Lancar (Non Current Asset) Yaitu kekayaan yang mempunyai umur kegunaan lebih dari satu tahun dan dalam jangka waktu relatif panjang tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Adapun yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain sebagai berikut : • Piutang hubungan istimewa. • Aktiva pajak tangguhan. • Investasi jangka panjang, berupa saham atau obligasi perusahaan lain. 13 • Aktiva tetap berupa tanah, bangunan, mesin-mesin, inventaris kendaraan, perlengkapan dan alat-alat. • Beban ditangguhkan berupa biaya pendirian diskonto obligasi. • Aktiva tetap tidak berwujud berupa hak cipta, merk dagang, lisensi. • Aktiva lain-lain berupa bangunan dalam penyelesaian. b. Kewajiban (Liabilities) Menurut Harnanto (2002:33) pengertian kewajiban adalah: “Hutang perusahan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan terjadinya arus keluar pada arus sumberdaya perusahaan yang mempunyai manfaat ekonomi.” Kewajiban perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Kewajiban Lancar (Current Liabilities) Adalah semua hutang lancar atau semua kewajiban keuangan perusahaan dimana pelunasannya akan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau satu tahun yang biasanya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar jika: • Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan. • Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Yang termasuk kedalam kewajiban lancar antara lain: • Pinjaman jangka pendek • Wesel bayar • Hutang usaha • Hutang pajak • Beban yang masih harus dibayar • Bagian kewajiban jangka panjang yang masih harus dibayar • Kewajiban lancar lainnya. 14 Kewajiban Tidak Lancar (Non current Liabilities) Menurut Dwi prastowo, (2002:9) pengertian kewajiban tidak lancar adalah sebagai berikut: “Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun dan diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.” Yang termasuk kewajiban tidak lancar adalah: • Hutang hubungan istimewa • Kewajiban pajak tangguhan • Hutang sewa guna usaha • Hutang obligasi • Kewajiban tidak lancar lainnya c. Ekuitas (Equity) Mengenai hal ini SAK (2004:13 )adalah: “Ekuitas merupakan hak residual atas aktiva perusahaan yang dikurangkan dengan semua kewajiban.“ Hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban atau aktiva bersih, meskipun demikian dalam neraca, ekuitas dapat disubklasifikasikan. 2. Laporan Laba Rugi ( Income Statement) Laporan laba rugi adalah suatu laporan hasil usaha perusahaan dalam jangka waktu tertentu yang terdiri dari penghasilan dari penjualan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penghasilan. Menurut Henri (2000:22) laporan laba rugi adalah: “Laporan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.” Berikut ini penulis akan menguraikan singkat masing-masing komponen laba rugi: 15 1. Penjualan (Sales) Adalah pendapatan yang diterima atau dipertukarkan dengan barang atau jasa dan dicatat untuk periode akuntansi tertentu baik atas dasar kas atau dasar akrual. 2. Beban Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Adalah angka yang mewakili biaya untuk membeli bahan mentah dan memproduksi barang jadi. 3. Laba Kotor (gross profit) Adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. 4. Beban Usaha (operating expense) Pengeluaran atau penurunan aktiva yang ditimbulkan dari aktivitas yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan. Beban usaha diklasifikasikan menjadi beban penjualan dan beban administrasi dan umum. 5. Pendapatan dan Beban lain-lain Pendapatan dan beban lain-lain terjadi diluar aktivitas usaha pokok perusahaan. 6. Laba Bersih (Net Profit) Adalah jumlah yang tersisa setelah semua pengeluaran dikurangkan atau diselesaikan, sama dengan net earning, net profit. Para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dari neraca. Dalam hal ini, posisi keuangan perusahaan meliputi harta, hutang dan modal (ekuitas pemilik). Neraca mempunyai dua sisi yang seimbang, yaitu : sisi aktiva (assets) dan sisi pasiva (kewajiban dan ekuitas pemilik). Sedangkan, laporan laba rugi memberikan informasi mengenai pendapatan yang diperoleh perusahaan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan laba rugi menghasilkan suatu nilai laba (earnings). Perlu diingat bahwa nilai laba secara benar tidak pernah ada, sebab kompleksitas perubahan dalam lingkungan ekonomi, sehingga sulit untuk mencerminkan seluruh operasi suatu entitas ke dalam sebuah laba. 16 2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan bukan menjadi satu-satunya informasi yang dapat digunakan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Menurut SAK yang dikutip oleh Sofyan (2002:17) keterbatasan laporan keuangan adalah: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan akuntansi terhadap suau fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisir tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga pokok maka perbedaan ini dicatat sebagai rugi namun jika harga melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa / transaksi daripada bentuk hukumnya atau (formalitas). 17 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Oleh karena itu, para pengguna laporan keuangan harus memperhatikan dan mengetahui keterbatasan dari laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar para pengguna laporan keuangan berhati-hati dalam menggunakan informasi dalam laporan keuangan. Kehati-hatian diperlukan agar para pengguna laporan keuangan dapat melakukan pengambilan keputusan secara tepat dari informasi yang tersaji dalam laporan keuangan. Selain itu, untuk melakukan analisis secara tepat atas laporan keuangan, keterbatasan laporan keuangan harus diperhatikan. 2.2 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan. 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Sofyan (2002:190) pengertian analisis laporan keuangan adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna dengan teknik 18 tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan suatu teknik analisis yang dalam banyak hal mampu memberikan petunjuk atau indikator dan gejala-gejala yang timbul di sekitar kondisi yang melingkupinya. 2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Menurut Bernstein, yang dikutip oleh Sofyan (2002:197) mengemukakan tujuan dari analisis laporan keuangan: a) Screening Analisa dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. b) Forcasting Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. c) Diagnosis Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan, atau masalah lain. d) Evaluation Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-lain. Analisis laporan keuangan sangat penting dan berguna bagi para pengambil keputusan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lainnya akan dapat menjadi indikator tentang posisi dan prestasi keuangan perusahaan. Dengan analisis laporan keuangan para pengguna laporan keuangan dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. Analisis laporan keuangan juga sangat berguna untuk memprediksi potensi apa yang akan dialami oleh perusahaan di masa yang akan datang. 19 2.2.3 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Akuntansi merupakan bagian dari sistem ilmu sosial yang banyak didasarkan pada konvensi dan tradisi. Akuntan secara terus menerus telah berusaha untuk memenuhi tuntutan para pengguna laporan keuangan seperti penilaian standar akuntansi secara terus menerus, perbaikan mutu laporan, penggunaan istilah yang seragam, dan lain-lain. Oleh karena itu, para pengguna laporan keuangan harus menyadari kelemahan dari analisis laporan keuangan. Menurut Sofyan (2002:203) kelemahan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: • Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis tidak salah. • Objek analisis laporan keuangan hanyalah laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Akan tetapi harus selalu melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya peusahaan dan budaya masyarakat. • Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan. • Jika akan melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan, misalnya: a) Prinsip Akuntansi b) Size Perusahaan c) Jenis Industri d) Periode Laporan e) Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi. f) Jenis Perusahaan Aspek Profit Motif dan Non Profit Motif • Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs atau konversi atau metode konsolidasi. 20 Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas peristiwa yang telah terjadi. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai kejadian saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. Selain itu, laporan keuangan tidak menjadi satu-satunya informasi yang dapat diandalkan untuk menilai kondisi perusahaan. Kondisi sehat atau tidaknya perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti industri dimana perusahaan beroperasi, apakah perusahaan beroperasi pada industri yang berisiko tinggi atau tidak., kemudian gaya manajemen, situasi perekonomian, budaya dan tradisi masyarakat. 2.2.4 Teknik Analisis Laporan Keuangan Terdapat beberapa teknik yang bisa digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan teknik analisis sesuai dengan kepentingannya. Teknik analisis laporan keuangan menurut Sofyan (2002:216) adalah sebagai berikut: 1. Metode Komparatif Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran maupun hubungannya. • Intra perusahaan • Inter perusahaan • Industrial Norm • Budget 2. Trend Analysis-horizontal • Indeks • Numbers 3. Membuat laporan keuangan dalam bentuk common size financial statement, atau bentuk sederhana (awam). Biasanya dibuat secara vertikal. 21 4. Metode index time series 5. Analisa Rasio • Likuiditas • Profitabilitas • Solvabilitas • Aktivitas • Market Based Ratio 6. Teknik Analisis lain, seperti: • Analisa sumber dan penggunaan dana • Analisa Break Even • Analisa Gross Profit • Dupont Analysis 7. Analytical Review/Transactional Analysis 8. Model Analisis: • Bond Rating • Bankruptcy model • Net cash flow prediction model • Take off prediction model • Take over model Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, teknik analisis laporan keuangan yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dengan menggunakan model analisis bankruptcy model. Model kebangkrutan ini memberikan rumus kapan suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Dengan menggunakan rumus yang diisi (interpelasi) dengan rasio keuangan, maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan suatu perusahaan akan bangkrut. Model analisis kebangkrutan yang sering digunakan adalah model analisis kebangkrutan yang dibuat oleh Altman. 22 2.3 ANALISIS RASIO KEUANGAN Dalam mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan, dapat dilakukan salah satunya dengan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian serta melakukan evaluasi. Analisis rasio keuangan dilakukan untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan keuangan (financial) perusahaan. 2.3.1 Konsep Analisis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Analisis adalah penguraian suatu pokok atas bagiannya dan penelaahan bagiannya itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Sedangkan menurut Sofyan (2002:189), adalah sebagai berikut: “Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi bagian unit terkecil.” Berdasarkan pengertian tersebut, analisis merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen hubungannya satu sama lain secara fungsi masing-masing bagian secara keseluruhan. 2.3.2 Pengertian Rasio Keuangan Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, manajer keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan. Menurut Sofyan (2002:297), memberikan pengertian rasio keuangan sebagai berikut: “Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” 23 Sedangkan menurut Kamus Akuntansi (2000:693) pengertian rasio keuangan adalah : “Hubungan antara suatu jumlah terhadap jumlah yang lain. Rasio bisa membandingkan pos-pos dalam neraca, pos-pos dalam laporan laba rugi, atau pos-pos dalam neraca dengan laba rugi. Akibatnya, rasio-rasio tersebut menghubungkan komponen laporan keuangan satu dengan yang lain. Rasio-rasio digunakan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, hasil operasi dan prospek pertumbuhan. Misalnya perputaran piutang (accounts receivable turn over) akan menunjukkan persoalan penagihan dengan pelanggan.” Berdasarkan pengertian rasio keuangan dan konsep analisis yang dikemukakan, pengertian analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk menilai sehat atau tidaknya kondisi keuangan perusahaan. Hal tersebut berguna bagi manajer keuangan untuk membuat keputusan yang rasional dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan angka-angka didalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laporan laba rugi. 2.3.3 Metode Pembandingan Rasio Keuangan Perusahaan Menurut Lukman (2000:39), menjelaskan tentang metode pembandingan rasio keuangan perusahaan sebagai berikut: “Pada pokoknya ada dua cara yang dilakukan didalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu “Cross-sectional approach” dan “Times series analysis.” Penjelasan tentang kedua metode pembandingan tersebut adalah : 1. Cross Sectional Approach Yang dimaksud dengan cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. Jadi pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. 24 2. Times Series Analysis Dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Dengan menggunakan kedua metode pembandingan rasio keuangan di atas, para pengguna laporan keuangan dapat melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang dihitung hanya dari data dalam suatu periode tahun buku mungkin sangat terbatas dan kurang dapat diandalkan. Tetapi, perbandingan dan studi data rasio dalam beberapa tahun buku akan sangat bermanfaat. Oleh karena itu, kedua metode pembandingan rasio keuangan di atas sangat diperlukan untuk menghasilkan analisis yang tepat. 2.3.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam atau laporan rugi laba dan neraca. Menurut Mamduh (2003:75) pada dasarnya rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: a. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio aktivitas Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. c. Rasio Solvabilitas Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. d. Rasio Profitabilitas Rasio yang melihat kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. e. Rasio Pasar 25 Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa yang akan datang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang. 2.3.5 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat. Menurut Sofyan (2002:298) analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5. Menstandarisir size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series” 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Salah satu dari beberapa keunggulan analisis rasio yang dikemukakan oleh Sofyan adalah bahwa analisis rasio keuangan sangat bermanfaat dan memberikan kemudahan untuk melihat trend perusahaan dan prediksi di masa yang akan datang. Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan. 26 2.3.6 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan dapat juga digunakan secara salah. Penggunaan analisis rasio membutuhkan pertimbangan bagi manajer, khususnya jika rasio digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Tanpa mengetahui keterbatasan dari analisis rasio keuangan, akan dapat menyebabkan interpretasi dan keputusan yang salah. Menurut Sofyan (2002:298), Keterbatasan analisis rasio itu adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan yang menjadi keterbatasan teknik ini seperti: a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement dapat dinilai bias atau subyektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Oleh karena itu, untuk melakukan analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Karena itu, pertanyaan pertama yang perlu dijawab 27 adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Berkaitan dengan judul penelitian ini, rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio yang mencerminkan aspek tertentu. Aspek- aspek tertentu tersebut meliputi aspek likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas. 2.4 KEBANGKRUTAN Faktor situasi ekonomi, situasi politik, gaya manajemen, industri dengan risiko tinggi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan. Analisis rasio keuangan salah satunya digunakan sebagai bahan untuk mengisi model prediksi. 2.4.1 Pengertian Kebangkrutan Bangkrut yang dikenal dengan istilah pailit didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan berada dalam keadaan insolvensi; ia tidak mampu melunasi kewajibannya dengan sumberdaya yang dimilikinya, yang dinyatakan pailit dengan hukum yang berlaku. Definisi lain menyebutkan bahwa sebuah perusahaan berada dalam keadaan bangkrut apabila kewajibannya melampaui aktivanya dan suatu legal petition telah diisi dan diterima dibawah hukum kebangkrutan. Suatu perusahaan yang bangkrut biasanya-tetapi tidak selalu harus- berada dalam keadaan insolvent, yaitu suatu keadaan dimana ia tidak mampu memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004 memberikan pengertian kebangkrutan (kepailitan) sebagai berikut: “Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” Berdasarkan mengindikasikan pengertian tersebut, ketidakmampuan bangkrutnya perusahaan untuk suatu perusahaan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Di pihak investor, masalah kesulitan keuangan merupakan masalah yang lebih berat, karena risiko yang 28 dihadapi oleh investor lebih berat dari kreditor. Klaim investor terhadap perusahaan disebut sebagai residual claims, yang berarti jika terjadi kebangkrutan dan dilanjutkan dengan likuidasi, maka investor merupakan pihak yang terakhir menerima hasil sisa likuidasi. Selain itu, jika dilakukan restrukturisasi keuangan, bukan tidak mungkin investor harus menyetorkan tambahan modal ke dalam perusahaan. Sebagai salah satu bentuk kegagalan usaha, kebangkrutan pada dasarnya merupakan suatu keadaan yang tidak muncul secara tiba-tiba. Suatu perusahaan jarang menghentikan usahanya tanpa ada indikasi sebelumnya, baik itu ketidakmampuan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo maupun masalah lain yang menimbulkan pertanyaan mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Indikasi ini dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi dan keadaan tertentu 2.4.2 Indikator Kebangkrutan Analis harus dapat membaca tanda-tanda kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan dalam bisnisnya yang dapat berakibat pada kesulitan keuangan dan kemungkinan kebangkrutan. Mengingat cepatnya perubahanperubahan dalam persaingan bisnis saat ini. Menurut Rico (2003:184) tendensi bangkrutnya perusahaan dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai berikut: • Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan. • Harga pasar saham menurun secara signifikan. • Penurunan total aktiva. • Kemungkinan gagal yang besar dalam industri (nature dari industri), atau industri dengan risiko tinggi. • Young company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami kesulitan keuangan di tahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan. • Pemotongan yang signifikan dalam deviden 29 Penjelasan singkat tentang indikator kebangkrutan di atas adalah sebagai berikut: • Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan. Trend dari rasio penjualan terhadap total aktiva, rasio yang rendah menunjukkan ketidakseimbangan yang dapat menimbulkan kesulitan keuangan. • Penurunan laba dan atau arus kas dari operasi. Indikator yang dapat dilihat sebagai indikator adanya manajemen laba adalah dengan melihat hubungan antara penjualan dan laba bersih. Hubungan yang lemah antara penjualan dan laba bersih, dapat merupakan petunjuk bahwa manajemen melakukan pengaturan laba. • Harga pasar saham menurun secara signifikan. Analis harus memperhatikan kecenderungan rasio opsi saham terhadap jumlah saham yang beredar. Jika kecenderungan meningkat tetapi profitabilitasnya tidak meningkat, terjadi inkonsistensi. • Penurunan total aktiva. Penurunan total aktiva dipengaruhi oleh tingkat realisasi aktiva, keragaman fungsi atau kegunaan aktiva, inter-relasi aktiva dan stabilitas tingkat harga aktiva. • Kemungkinan gagal yang besar dalam industri (nature dari industri), atau industri dengan risiko tinggi. Risiko yang ada dalam operasi perusahaan berkaitan erat dengan risiko industri di mana perusahaan tersebut berada. Perusahaan dengan atau dalam industri berisiko usaha tinggi diyakini mempunyai kualitas laba yang rendah. • Young company, perusahaan berusia muda pada umumnya mengalami kesulitan keuangan di tahun-tahun awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan. Salah satu ukuran yang dapat dipergunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan bertumbuh 30 secara internal adalah dengan mempergunakan rasio laba bersih dibandingkan dengan total aktiva. Rasio yang rendah menunjukkan perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan dana sendiri. Selain itu, perusahaan harus bergantung pada sumber-sumber dari luar perusahaan untuk berkembang. • Pemotongan yang signifikan dalam deviden. Perusahaan yang membagi deviden dengan jumlah konstan, mudah diidentifikasi jika mengalami kesulitan keuangan. Selain indikator kebangkrutan di atas, terdapat indikator lain yang digunakan untuk mengetahui perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan. Menurut Rico (2003:184) indikator tersebut adalah : • Ketidakstabilan laba. • Tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau kesulitan dalam memperoleh sumber pendanaan. • Sistem administrasi dan pelaporan yang tidak efektif dan efisien. • Kualitas manajemen yang meragukan, tidak ada atau kurangnya perencanaan, dan manajemen yang miskin pengalaman. • Kegagalan manajemen dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan pasar. • Ketidakmampuan dalam mengendalikan biaya. • Entry barrier yang rendah, sehingga relatif mudah memasuki industri bagi perusahaan-perusahaan baru. Penjelasan singkat mengenai indikator di atas adalah : • Ketidakstabilan laba. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan laba, diantaranya adalah glamour dalam pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba meningkat drastis dan risiko untuk mengalami penurunan juga besar. • Tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau kesulitan dalam memperoleh sumber pendanaan. 31 Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan bertumbuh internal perusahaan adalah dengan mempergunakan rasio laba ditahan dibandingkan dengan total aktiva. Rasio yang rendah mengindikasikan perusahaan mengalami kesulitan untuk memproleh sumber dana. • Sistem administrasi dan pelaporan yang tidak efektif dan efisien. Evaluasi terhadap integritas manajemen perlu dilakukan, sebab integritas manajemen merupakan penentu dasar dalam menentukan kualitas laba. Integritas manajemen dapat merupakan hal yang paling menentukan dalam kualitas laporan keuangan perusahaan. • Kualitas manajemen yang meragukan, tidak ada atau kurangnya perencanaan, dan manajemen yang miskin pengalaman. Perencanaan strategis harus ada agar perusahaan dapat beradaptasi dengan cepat, seiring dengan adanya perubahan-perubahan. Manajemen yang tidak mempunyai visi ke depan dan tidak mampu melakukan perencanaan strategis, akan menempatkan perusahaan dalam situasi sulit dan menghadapi kemungkinan bangkrut. • Kegagalan manajemen dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan pasar. Jika manajemen tidak mampu dalam menyesuaikan perusahaan dengan perubahan-perubahan dalam bisnisnya seiring dengan perubahan dalam kondisi sosial, politik dan ekonomi, potensi perusahaan dalam memperoleh laba akan berkurang. • Ketidakmampuan dalam mengendalikan biaya. Inefisiensi biaya dapat mengakibatkan kebangkrutan. • Entry barrier yang rendah, sehingga relatif mudah memasuki industri bagi perusahaan-perusahaan baru. Industri sepatu merupakan salah satu industri dimana perusahaanperusahaan memiliki entry barrier yang rendah, sehingga berisiko tinggi. Bangkrutnya perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh aspek keuangan tetapi juga aspek lainnya. Aspek-aspek lainnya tersebut diantaranya adalah 32 budaya manajemen perusahaan, karakteristik industri dimana perusahaan beroperasi dan keahlian manajemen serta lama atau tidaknya perusahaan beroperasi dan miskinnya pengalaman menjadi faktor-faktor yang dapat mengakibatkan perusahaan gagal dalam menjalankan operasi bisnisnya. 2.4.3 Alat Prediksi Kebangkrutan Analisis rasio keuangan digunakan salah satunya untuk mengisi model- model pengambilan keputusan atau prediksi. Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan. Alat bantu prediksi kebangkrutan yang sering digunakan adalah Altman bankruptcy prediction model. Terdapat beberapa cara untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan suatu perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan zscore. Z-score merupakan model prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Edward I. Altman. Formula z-score dikemukakan oleh Rico (2002:353) sebagai berikut: Zi = 1,2 X1+1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4+ 1,0 X5 X1=Net Working Capital to Total Asset X2=Retained Earning to Total Asset X3=Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Asset X4=Market Value to Total Liabilities X5=Sales to Total Asset Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: >2,99 Non Bankrupt 2,675 Cut Off <1,81 Bankrupt Berikut ini penjelasan singkat kelima rasio tersebut: 1. Rasio modal kerja dengan total aset Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan terhadap total kapitalisasinya. Memiliki likuiditas yang cukup besar berarti memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dan mendapatkan diskonto dalam perdagangan, menarik manfaat dari 33 peringkat kredit yang lebih baik dan dapat memanfaatkan peluang-peluang pasar. 2. Rasio retained earning to total asset Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Laba yang ditahan adalah laba bersih yang disimpan untuk diakumulasikan dalam suatu bisnis setelah deviden dibayarkan. Juga disebut sebagai laba yang tidak dibagikan. Profitabilitas perusahaan kumulatif artinya penambahan ekuiti pemilik yang terjadi karena keberhasilan dalam operasi bisnis. Atau kemampuan bisnis suatu badan usaha untuk menghsilkan pendapatan bersih. Para investor potensial melakukan analisis profitabilitas suatu perusahaan dalam tahun berjalan dan prospeknya, karena profitabilitas mempengaruhi deviden dan harga pasar saham. 3. Rasio earning before interes and taxes (EBIT) dengan total asset Digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva perusahaan. 4. Rasio market value dengan total liabilities Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit (insolvent). Market value of equity merupakan nilai gabungan dari seluruh saham biasa suatu perusahaan pada harga pasar yang berlaku. 5. Rasio sales to total asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan. Tidak adanya ketentuan dalam ramalan kebangkrutan mengenai rasio keuangan yang digunakan menjadikan pemilihan rasio didasarkan pada kepopuleran rasio yang digunakan dalam literatur dan hasil dari penelitian yang dilakukan. Tidak ada suatu evaluasi yang menyatakan keefektifan pemilihan rasio-rasio yang biasanya digunakan dalam analisis ini. Model prediksi yang dibuat oleh Altman ini memiliki kemampuan prediksi yang cukup baik (95% benar atau 63 benar dari 66 total sampel). 34 2.5 Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan adalah kegunaannya untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) di masa yang akan datang. Meramalkan kelangsungan hidup perusahaan merupakan aspek yang sangat penting. Pentingnya meramalkan kelangsungan hidup perusahaan juga karena menurut faktanya, tidak satu pun pihak dalam perusahaan yang menginginkan kebangkrutan atau keharusan untuk menutup usahanya pada suatu saat. Oleh karena itu, manajemen yang efektif tentu tidak akan membiarkan dan berbuat sesuatu baru pada saat perusahaan mengalami kesulitan likuiditas atau bahkan pada saat perusahaan terancam solvabilitasnya. Karena dalam tahap demikian, tindakan-tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman kebangkrutan semakin terbatas. Ada berbagai alat untuk mendeteksi dan meramalkan akan kemungkinan kesulitan keuangan, kegagalan dan kebangkrutan dan menentukan berbagai penyebabnya. Analisis rasio keuangan salah satunya digunakan untuk model prediksi. Salah satu prediksi perusahaan di masa yang akan datang adalah kebangkrutan. Salah satu alat prediksi kebangkrutan yang dapat digunakan adalah Altman bankruptcy prediction model. Menurut Sofyan (2002:350) menyebutan bahwa: “Altman bankruptcy prediction model merupakan model analisis untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang dibuat oleh Altman.” Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan perusahaan. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Edward I.Altman. Dalam penelitiannya Altman menggunakan lima jenis rasio, yaitu: working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes to total asset, market value to total liabilities dan total sales to total asset. Dengan menggunakan model analisis tersebut, dapat diketahui kapan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. 35