PENGARUH PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD Made Asri Andayani1, Made Sulastri2, Gede Sedanayasa3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD desa Anturan Kecamatan Buleleng yang berjumlah 118 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Anturan yang berjumlah 41 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 1 Anturan yang berjumlah 39 orang sebagai kelas control. Penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Data siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes . Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata–rata pemahaman konsep IPA kelompok eksperimen adalah 22,85, sedangkan dari rata–rata pemahaman konsep IPA kelompok kontrol yaitu 14,38. Dari hasil analisis data, diperoleh thitung = 8,39 lebih besar daripada ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2,00. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian pendekatan Reciprocal Teaching memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA siswa pada kelas V. Kata–kata kunci: reciprocal teaching, pemahaman konsep IPA Abstract This study aims to determine the differences between the groups understanding of science concepts that students learn to use Reciprocal Teaching approaches and groups of students who are taught using conventional learning models . This research is a quasi experimental study . The study population was all students in the class V semester of academic year 2013/2014 in the village primary school Anturan Buleleng , amounting to 118 people . The samples in this study were fifth grade students of SD Negeri 2 Anturan which amounted to 41 people as the experimental class and fifth grade students of SD Negeri 1 Anturan , amounting to 39 people as a control class . Determination of the sample using simple random sampling technique . Student data collected using test . The data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics . Based on calculations, the average understanding of science concepts experimental group was 22.85 , while the average understanding of science concepts control group is 14.38 . From the analysis of the data , obtained t = 8.39 is greater than t table ( at the significance level of 5 % ) = 2.00 . The results of this study showed significant differences between the groups of students who are learning using Reciprocal Teaching approach with a group of students who learn using conventional learning models . Thus Reciprocal Teaching approach gives significant influence on students' understanding of science concepts in class V. Key words: reciprocal teaching, understanding of science concepts PENDAHULUAN Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikan. Pendidikan formal di Indonesia dimulai sejak pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang memerlukan pembelajaran. Suastra (2009) menyatakan “proses pembelajaran adalah proses dimana guru berperan mengatur, menyiapkan, mengorganisir, sumber-sumber belajar, dan membantu siswa sehingga tercipta kondisi belajar yang kondusif” Berkaitan dengan tuntutan pencapaian SDM yang berkualitas, dunia pendidikan mendapat sorotan yang sangat tajam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya sekedar memahami konsep dan prinsip, siswa juga perlu memiliki kemampuan untuk bermuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip yang telah dipahami. Namun pada kenyataannya di lapangan,Proses pembelajaran IPA di SD masih berorientasi produk dengan kegiatan yang berpusat pada guru (teacher centered). Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD 1 Anturan dan SD Negeri 2 Anturan kelas V terdapat beberapa kendala pelaksanaan proses pembelajaran IPA di dalam kelas. Kendalakendala yang dihadapi guru dalam mengajar IPA yaitu: (1) model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran kurang variatif, (2) guru jarang mengaitkan materi pembelajaran dengan lingkungan siswa, (3) siswa cepat bosen dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi tidak konsentrasi selama mengikuti proses belajar mengajar, bahkan ada juga siswa yang mengantuk selama mengikuti proses belajar mengajar, (4) siswa kesulitan menjawab soal yang diberikan, karena siswa belum menguasai materi yang diajarkan dengan baik. Berdasarkan hasil studi dokumen nilai ulangan umum IPA kelas V semester I di Sekolah Dasar di Desa Anturan Kecamatan Buleleng, sangat jelas terlihat rendahnya pemahaman konsep IPA siswa di desa tersebut. Hasil tersebut tampak pada Tabel 1. Tabel 1.1Nilai Ulangan Umum di SD Desa Antruran Kecamatan Buleleng Nama Sekolah SD Negeri 1 Anturan SD Negeri 2 Anturan SD Negeri 3 Anturan Jumlah Siswa 39 41 38 Rata-Rata Nilai 61,05 63,46 62,58 KKM 70 62 68 (Arsip Nilai di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng) Berdasarkan Tabel 1. di atas, tampak bahwa rata-rata skor siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai. Rendahnya rata-rata skor IPA siswa menunjukkan bahwa siswa memperoleh skor rendah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru SD di Desa Anturan, terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi rendahnya pemahaman konsep IPA siswa. 1) Rendahnya pemahaman konsep IPA siswa terjadi karena guru selalu menggunakan pembelajaran konvensional. 2) Kegiatan kelompok jarang dilakukan, dan 3) Siswa kadang merasa bosan di kelas dan kurangnya aktivitas fisik siswa dalam belajar. Pembelajaran inovatif yang baik diterapkan oleh guru model pembelajaran yang berbasis paham konstruktivis yaitu salah satunya pendekatan Reciprocal Teaching. Nur dan Wikandari (dalam Trianto 2007) menyatakan bahwa Reciprocal Teaching merupakan suatu pendekatan terhadap pembelajaran siswa akan strategi-strategi belajar. Dengan Reciprocal Teaching ini juga dapat membantu guru menggunakan dialogdialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman bacaanbacaan secara mandiri di kelas dengan tujuan agar pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri.maka dari itu, dalam penelitian ini dikaji mengenai Pengaruh Pendekatan Reciprocal Teaching Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V Semester Ganjil di Desa Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel dan kondisi eksprimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat (full randomize), maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksprimen semu (quasi eksprimental). Hal ini karena eksprimen semu bisa digunakan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching, atau memasangkan karakteristik, kalau bisa random lebih baik (Sukmadinata, 2009).Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 1 Anturan dan SD Negeri 2 Anturan pada rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design. Desain ini dipilih karena eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas desain yang ada. Tabel 2 Post Test Only Control Group Design Kelompok E K Tabel di atas menunjukkan bahwa, penelitian ini memberikan perlakuan berupa penggunaaan Pendekatan Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Hasil dari post test kedua kelompok kemudian dibandingkan. Populasi target dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD semester ganjil di Desa Anturan yang berjumlah 3 SD. Adapun jumlah semua populasi adalah 118 orang. Sedangkan, pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling, Sampel penelitian ini diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan kesetaraan tiga kelompok sampel di kelas V SD di Desa anturan. tetapi yang dirandom adalah kelas. Namun, sebelum melakukan teknik Penyetaraan sampel yang digunakan berdasarkan nilai ulangan umum kelas V semester I tahun pelajaran 2012/2013. Untuk menghitung Perlakuan X - Post-Test O1 O2 (dalam Sukmadinata, 2009) kesetaraan kelompok sampel digunakan ujit dengan rumus separated varians,berdasarkan uji setara yang sudah dilakukan menunjukkan semua anggota populasi di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng setara. Selanjutnya ketiga SD itu dirandom kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil random diperoleh bahwa kelompok eksperimen adalah kelas V SD No. 2 Anturan yang berjumlah 41 orang siswa. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelas V SD No. 1 Anturan yang berjumlah 39 siswa. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching, dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Ada dua jenis variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Reciprocal Teaching yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V SD. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Agung (2010), metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (test), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval). Sugiyono (2009), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep IPA siswa. Tes ini berupa pilihan ganda dengan pilihan yang diberikan setelah diberikan perlakuan pembelajaran (post-test). Adapun metode dan instrumen yang digunakan tampak pada Tabel 3. Tabel 3 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian No. 1. Variabel Pemahaman Konsep IPA Metode Tes Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang pemahaman konsep IPA siswa yang merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan statistik inferensial. Statistik deskriptif berguna untuk mengelompokkan data, menyelesaikan, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus dan standar deviasi. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Sebelum hipotesis diuji dilakukan uji normalitas data dan homogenitas data. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang pemahaman konsep IPA siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik histogram. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data pemahaman konsep IPA pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara Instrumen Tes pemahaman konsep IPA Sumber Siswa Sifat data Skor (interval) modus (Mo), median (Md), dan mean (M) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik histogram distribusi frekuensi. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD No. 1 Anturan dan SD No. 2 Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jika n1 ≠ n2 dan varians homogen, digunakan rumus Polled Varians dengan db = n1 + n2 – 2 maka digunakan Uji-t untuk Sampel independent (tidak berkorelasi). Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD No. 1 Anturan dan SD No. 2 Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD No. 1 Anturan dan SD No. 2 Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil post test terhadap 41 orang siswa kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 13, Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data pemahaman konsep kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 22,85, median (Md) = 23,57, modus (Mo) = 25. Mean, median, dan modus skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen, selanjutnya disajikan ke dalam kurve poligon berikut. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data pemahaman konsep IPA siswa pada kelompok eksperimen. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligoni. Gambar 1. kurva polygon konsep IPA eksperimen pemahaman Kelompok Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif, yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata. Untuk mengetahui kualitas variabel pemahaman konsep IPA siswa, skor rata– rata pemahaman konsep siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata– rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) pada Tabel 4. Tabel 4 Skala Penilaian Siswa Kelompok Eksperimen Rentang Skor Kategori 22,5 M 30 17,5 M ˂ 22,5 12,5 M ˂ 17,5 7,5 M ˂ 12,5 0 M ˂ 7,5 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching adalah 22,85. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi. Hasil post test terhadap 39 orang siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 7. Skor post test pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasi belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 14,38, median (Md) = 13,82, modus (Mo) = 11,51. selanjutnya disajikan ke dalam kurve poligon berikut. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data pemahaman konsep IPA siswa pada kelompok kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva polygon. Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif, yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata. Untuk mengetahui kualitas variabel pemahaman konsep IPA, skor rata–rata pemahaman konsep IPA siswa dikonversikan terhadap kriteria rata–rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) berikut. Skala Penilaian Siswa Kelompok Kontrol disajikan Tabel 5. Gambar 2. Kurva poligon data pemahaman konsep kelompok kontrol Tabel 5 Skala Penilaian Siswa Kelompok Kontrol Rentang Skor Kategori 22,5 M 30 17,5 M ˂ 22,5 12,5 M ˂ 17,5 7,5 M ˂ 12,5 0 M ˂ 7,5 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional adalah 14,38. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sedang. Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fe (frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat disajikan hasil uji normalitas sebaran data pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data IPA No 1 2 Kelompok Data Pemahaman Konsep Eksperimen Kontrol χ2 4,604 2,970 Nilai Kritis dengan Taraf Signifikansi 5% 7,815 7,815 Status Normal Normal Kriteria pengujian, jika 2 hit tab dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika 2 hit 2 tab , maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat ( 2 ) (Hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen disajikan pada lampiran 28 dan perhitungan uji normalitas kelompok kontrol disajikan pada lampiran 29), diperoleh 2 hit pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen adalah 2 4,604 dan tab dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, 2 hit hasil post-test pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen lebih kecil 2 dari tab ( 2 hit 2 tab ), sehingga data 2 pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, 2 hit pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol adalah 2,970 dan 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, 2 hit hasil post-test pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol lebih kecil dari 2 tab ( 2 hit 2 tab ) sehingga data pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Rangkuman hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok Data F-tabel dengan Taraf Status F-hitung Pemahaman Konsep Signifikansi 5% Eksperimen 1,13 1,21 Homogen Kontrol Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dan kontrol adalah normal dan homogen. diketahui Fhit pemahaman konsep IPA Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat siswa kelompok eksperimen dan kontrol analisis data, dilanjutkan dengan pengujian adalah 1,13 Sedangkan Ftab dengan hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol dbpembilang : 39 - 1 = 38, dbpenyebut : 41 - 1 = (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan 40, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,21. dengan menggunakan uji-t sampel Hal ini berarti, varians data pemahaman independent (tidak berkorelasi) dengan konsep IPA siswa kelompok eksperimen rumus polled varians dengan kriteria H0 dan kontrol adalah homogen. ditolak jika thit > ttab dan H0 terima jika thit < Berdasarkan uji prasyarat analisis ttab (hasil perhitungan uji-t disajikan pada data, diperoleh bahwa data pemahaman lampiran 31). Rangkuman uji hipotesis konsep IPA siswa kelompok eksperimen disajikan pada Tabel Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Kelompok Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Kelompok kontrol Varians (s2) 19,41 21,84 n db (n1+n2-2) thitung ttabel Kesimpulan 41 39 78 8,39 2,00 thitung > ttabel H0 ditolak Berdasarkan hasil penghitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 9,88. Sedangkan, ttab dengan db = dan taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pendekatan Reciprocal Teaching dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Semester Ganjil di Desa Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. Pendekatan Reciprocal Teaching yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol, dalam penelitian ini menunjukan pengaruh yang berbeda pada pemahaman konsep IPA siswa dalam proses belajar sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari analisis data pemahaman konsep IPA siswa pada kelompok eksprimen dan kelompok kontrol. Analisis yang dimaksud adalah analisis deskriptif dan inferensial (uji-t). Secara deskriptif, pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor pemahaman konsep IPA dan kemiringan kurve histogram. Berdasarkan analisis data, diketahui ratarata (mean) pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching adalah 22,85. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 14,38. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori rendah. Skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif karena nilai Mo > Md > M (25,70 > 23,57 > 22,85) yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Hal ini berarti lebih banyak siswa mendapat skor tinggi dibandingkan dengan skor rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan Reciprocal Teaching berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Sedangkan skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling positif karena nilai Mo < Md < M (11,51< 13,82 < 14,38) yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah. Hal ini berarti lebih banyak siswa mendapat skor rendah dibandingkan dengan skor tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa. Dari analisis inferensial menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 diketahui thit = 8,39 dan ttab (db = 78 dan taraf signifikansi 5%) = 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Reciprocal Teaching berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD No. 2 Anturan dibandingkan dengan pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V SD No. 1 Anturan tahun ajaran 2013/2014. Perbedaan pemahaman konsep yang signifikan antara pembelajaran Reciprocal Teaching dan pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada saat pembelajaran. Selain itu sintaks/langkahlangkah pembelajaran Reciprocal Teaching yang menekankan aktifitas siswa melalui langkah-langkah: 1) Guru memperkenalkan pendekatan Reciprocal Teaching , menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedurnya. 2) Mengawali pemodelan guru menugaskan siswa membaca satu paragraph suatu bacaan dalam kelompokkelompok kecil kemudian guru menjelaskan dan mengajarkan bahwa pada saat atau selesai membaca terdapat kegiatankegiatan yang harus dilakukan yaitu: a) memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat diajukan dari apa yang telah dibaca dan berkaitan dengan wacana dan memastikan bisa menjawabnya; b) membuat ikthisar atau rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana; c) memprediksi atau meramalkan apa yang mungkin akan dibahas selanjutnya; d) mencatat apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak masuk akal dari suatu bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita berhasil membuat hal-hal itu masuk akal dan kemudian guru memodelkan empat keterampilan tersebut. Menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto 2007) 3) Guru menunjuk seorang siswa untuk menggantikan peranannya sebagai guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi dalam kelompok tersebut. 4) Guru beralih peran dalam kelompok tersebut sebagai motivator, mediator, pelatih, memberi dukungan, umpan balik, serta semangat bagi siswa. 5) Secara bertahap dan berangsur-angsur guru mengalihkan tanggung jawab pengajaran yang lebih banyak kepada siswa dalam kelompok serta membantu memonitor berfikir dan strategi yang digunakan. Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Di dalam pembelajaran konvensional siswa cenderung lebih pasif karena hanya mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsep-konsep yang diberikan. Dimana siswa dalam belajar terpisah dengan dunia nyata (tidak kontekstual) sehingga proses belajar menjadi kurang bermakna. Melalui model pembelajaran konvensional siswa cenderung menjadi objek belajar, sedangkan yang menjadi subjek belajar adalah guru. Kemudian guru berusaha memindahkan pengetahuan yang ia miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa dalam pemahaman materi atau penguasaan materi menjadi kurang. Selain itu, pada pembelajaran konvensional masih menggunakan penilaian yang bersifat konvensional juga. Penilaian ini hanya menilai hasil akhir dari tes atau ulangan saja tanpa memperhatikan proses belajarnya. Sehingga siswa menjadi tidak memiliki kesempatan untuk berbuat yang terbaik, karena siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pekerjaannya. Hal ini tentunya tidak akan mampu membangkitkan semua potensi yang dimilikinya secara optimal. Ternyata hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa kedua model di atas memberikan hasil yang berbeda dalam hal pemahaman konsep IPA. Pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang mengikuti pendekatan Reciprocal Teaching lebih baik dari pada pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. PENUTUP Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemahaman konsep IPA pada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih tinggi dibandingkan dengan peemahaman konsep IPA pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari skor kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching lebih banyak yang mendapatkan skor di atas rata-rata (Mo > Md > M = 25,70> 23,57 > 22,85). Sedangkan pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih banyak yang mendapatkan skor di bawah rata-rata (Mo < Md < M = 11,51 < 13,82 < 14,38). Hasil analisis uji-t sampel tidak berkorelasi diperoleh thitung = 8,39 dan dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 78 diperoleh ttabel = 2,00 yang berarti thitung = 8,29 > ttabel = 2,00. Ini berarti terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pendekatan Reciprocal Teaching dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Semester ganjil di Desa Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pendekatan Reciprocal Teaching berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep IPA siswa dibandingkan dengan model konvensional. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya:Prestasi Pustaka.