pengaruh pendekatan reciprocal teaching terhadap

advertisement
PENGARUH PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA
SISWA KELAS V SD
Made Asri Andayani1, Made Sulastri2, Gede Sedanayasa3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang belajar menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching dan
kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SD desa Anturan
Kecamatan Buleleng yang berjumlah 118 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas V SD Negeri 2 Anturan yang berjumlah 41 orang sebagai kelas eksperimen
dan siswa kelas V SD Negeri 1 Anturan yang berjumlah 39 orang sebagai kelas control.
Penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Data siswa
dikumpulkan dengan menggunakan tes . Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh rata–rata pemahaman konsep IPA kelompok eksperimen adalah 22,85,
sedangkan dari rata–rata pemahaman konsep IPA kelompok kontrol yaitu 14,38. Dari
hasil analisis data, diperoleh thitung = 8,39 lebih besar daripada ttabel (pada taraf
signifikansi 5%) = 2,00. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan pendekatan Reciprocal
Teaching dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
konvensional. Dengan demikian pendekatan Reciprocal Teaching memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pemahaman konsep IPA siswa pada kelas V.
Kata–kata kunci: reciprocal teaching, pemahaman konsep IPA
Abstract
This study aims to determine the differences between the groups understanding of
science concepts that students learn to use Reciprocal Teaching approaches and groups
of students who are taught using conventional learning models . This research is a quasi
experimental study . The study population was all students in the class V semester of
academic year 2013/2014 in the village primary school Anturan Buleleng , amounting to
118 people . The samples in this study were fifth grade students of SD Negeri 2 Anturan
which amounted to 41 people as the experimental class and fifth grade students of SD
Negeri 1 Anturan , amounting to 39 people as a control class . Determination of the
sample using simple random sampling technique . Student data collected using test .
The data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential
statistics . Based on calculations, the average understanding of science concepts
experimental group was 22.85 , while the average understanding of science concepts
control group is 14.38 . From the analysis of the data , obtained t = 8.39 is greater than t
table ( at the significance level of 5 % ) = 2.00 . The results of this study showed
significant differences between the groups of students who are learning using Reciprocal
Teaching approach with a group of students who learn using conventional learning
models . Thus Reciprocal Teaching approach gives significant influence on students'
understanding of science concepts in class V.
Key words: reciprocal teaching, understanding of science concepts
PENDAHULUAN
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu
pendidikan. Pendidikan formal di Indonesia
dimulai sejak pendidikan anak usia dini
sampai perguruan tinggi. Pendidikan
merupakan suatu proses jangka panjang
yang memerlukan pembelajaran. Suastra
(2009) menyatakan “proses pembelajaran
adalah proses dimana guru berperan
mengatur, menyiapkan, mengorganisir,
sumber-sumber belajar, dan membantu
siswa sehingga tercipta kondisi belajar yang
kondusif” Berkaitan dengan tuntutan
pencapaian SDM yang berkualitas, dunia
pendidikan mendapat sorotan yang sangat
tajam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan
yang
mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep
hidup harmonis dengan alam, Tujuan
pembelajaran IPA tidak hanya sekedar
memahami konsep dan prinsip, siswa juga
perlu memiliki kemampuan untuk bermuat
sesuatu dengan menggunakan konsep dan
prinsip yang telah dipahami. Namun pada
kenyataannya
di
lapangan,Proses
pembelajaran IPA di SD masih berorientasi
produk dengan kegiatan yang berpusat
pada guru (teacher centered). Berdasarkan
observasi yang dilakukan di SD 1 Anturan
dan SD Negeri 2 Anturan kelas V terdapat
beberapa kendala pelaksanaan proses
pembelajaran IPA di dalam kelas. Kendalakendala yang dihadapi guru dalam
mengajar
IPA
yaitu:
(1)
model
pembelajaran yang digunakan oleh guru
saat proses pembelajaran kurang variatif,
(2) guru jarang mengaitkan materi
pembelajaran dengan lingkungan siswa, (3)
siswa cepat bosen dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
menjadi tidak konsentrasi selama mengikuti
proses belajar mengajar, bahkan ada juga
siswa yang mengantuk selama mengikuti
proses belajar mengajar, (4) siswa kesulitan
menjawab soal yang diberikan, karena
siswa belum menguasai materi yang
diajarkan dengan baik.
Berdasarkan hasil studi dokumen nilai
ulangan umum IPA kelas V semester I di
Sekolah Dasar di Desa Anturan Kecamatan
Buleleng, sangat jelas terlihat rendahnya
pemahaman konsep IPA siswa di desa
tersebut. Hasil tersebut tampak pada Tabel
1.
Tabel 1.1Nilai Ulangan Umum di SD Desa Antruran Kecamatan Buleleng
Nama Sekolah
SD Negeri 1 Anturan
SD Negeri 2 Anturan
SD Negeri 3 Anturan
Jumlah Siswa
39
41
38
Rata-Rata Nilai
61,05
63,46
62,58
KKM
70
62
68
(Arsip Nilai di SD Desa Anturan Kecamatan Buleleng)
Berdasarkan Tabel 1. di atas, tampak
bahwa rata-rata skor siswa masih di bawah
kriteria ketuntasan minimal yang harus
dicapai. Rendahnya rata-rata skor IPA
siswa
menunjukkan
bahwa
siswa
memperoleh skor rendah
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan beberapa guru SD di
Desa
Anturan,
terdapat
beberapa
permasalahan yang diidentifikasi rendahnya
pemahaman konsep IPA siswa. 1)
Rendahnya pemahaman konsep IPA siswa
terjadi karena guru selalu menggunakan
pembelajaran konvensional. 2) Kegiatan
kelompok jarang dilakukan, dan 3) Siswa
kadang merasa bosan di kelas dan
kurangnya aktivitas fisik siswa dalam
belajar. Pembelajaran inovatif yang baik
diterapkan oleh guru model pembelajaran
yang berbasis paham konstruktivis yaitu
salah satunya pendekatan Reciprocal
Teaching. Nur dan Wikandari (dalam
Trianto
2007)
menyatakan
bahwa
Reciprocal Teaching merupakan suatu
pendekatan terhadap pembelajaran siswa
akan strategi-strategi belajar. Dengan
Reciprocal Teaching ini juga dapat
membantu guru menggunakan dialogdialog belajar yang bersifat kerjasama
untuk mengajarkan pemahaman bacaanbacaan secara mandiri di kelas dengan
tujuan agar pembelajaran tercapai melalui
kegiatan belajar mandiri.maka dari itu,
dalam penelitian ini dikaji mengenai
Pengaruh Pendekatan Reciprocal Teaching
Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa
Kelas V Semester Ganjil di Desa Anturan
Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Mengingat tidak semua
variabel dan kondisi eksprimen dapat diatur
dan dikontrol secara ketat (full randomize),
maka penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian
eksprimen
semu
(quasi
eksprimental). Hal ini karena eksprimen
semu bisa digunakan minimal kalau dapat
mengontrol satu variabel saja meskipun
dalam
bentuk
matching,
atau
memasangkan karakteristik, kalau bisa
random
lebih
baik
(Sukmadinata,
2009).Tempat pelaksanaan penelitian ini
adalah di SD Negeri 1 Anturan dan SD
Negeri 2 Anturan pada rentang waktu
semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini menggunakan rancangan
Post Test Only Control Group Design.
Desain ini dipilih karena eksperimen tidak
memungkinkan mengubah kelas desain
yang ada.
Tabel 2 Post Test Only Control Group Design
Kelompok
E
K
Tabel di atas menunjukkan bahwa,
penelitian ini memberikan perlakuan berupa
penggunaaan
Pendekatan
Reciprocal
Teaching pada kelas eksperimen dan
model pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol. Hasil dari post test kedua
kelompok kemudian dibandingkan.
Populasi target dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas V SD semester
ganjil di Desa Anturan yang berjumlah 3
SD. Adapun jumlah semua populasi adalah
118 orang. Sedangkan, pemilihan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
simple random sampling, Sampel penelitian
ini diperoleh dengan terlebih dahulu
menentukan kesetaraan tiga kelompok
sampel di kelas V SD di Desa anturan.
tetapi yang dirandom adalah kelas. Namun,
sebelum melakukan teknik Penyetaraan
sampel yang digunakan berdasarkan nilai
ulangan umum kelas V semester I tahun
pelajaran 2012/2013. Untuk menghitung
Perlakuan
X
-
Post-Test
O1
O2
(dalam Sukmadinata, 2009)
kesetaraan kelompok sampel digunakan ujit
dengan
rumus
separated
varians,berdasarkan uji setara yang sudah
dilakukan menunjukkan semua anggota
populasi di SD Desa Anturan Kecamatan
Buleleng setara. Selanjutnya ketiga SD itu
dirandom kembali untuk menentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan
hasil random diperoleh bahwa kelompok
eksperimen adalah kelas V SD No. 2
Anturan yang berjumlah 41 orang siswa.
Sedangkan kelompok kontrol adalah kelas
V SD No. 1 Anturan yang berjumlah 39
siswa. Kelompok eksperimen diberikan
perlakuan berupa pembelajaran IPA
dengan
menggunakan
pendekatan
Reciprocal Teaching, dan kelompok kontrol
diberikan perlakuan berupa pembelajaran
IPA
dengan
menggunakan
model
pembelajaran konvensional.
Ada dua jenis variabel yang terlibat
dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat
(dependent variabel). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pendekatan Reciprocal
Teaching yang dikenakan pada kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional
yang
dikenakan
pada
kelompok kontrol. Sedangkan, variabel
terikat dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep IPA siswa.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data tentang
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
V SD. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode tes. Menurut
Agung (2010), metode tes dalam kaitannya
dengan penelitian ialah cara memperoleh
data yang berbentuk suatu tugas yang
dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang
atau sekelompok orang yang dites (test),
dan dari tes tersebut dapat menghasilkan
suatu data berupa skor (data interval).
Sugiyono (2009), instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes. Tes
digunakan untuk mengukur pemahaman
konsep IPA siswa. Tes ini berupa pilihan
ganda dengan
pilihan yang diberikan
setelah diberikan perlakuan pembelajaran
(post-test).
Adapun
metode dan instrumen
yang digunakan tampak pada Tabel 3.
Tabel 3 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
No.
1.
Variabel
Pemahaman
Konsep IPA
Metode
Tes
Data
yang
diperoleh
dalam
penelitian ini adalah data tentang
pemahaman konsep IPA
siswa yang
merupakan data kuantitatif dan dianalisis
dengan
statistik
inferensial.
Statistik
deskriptif berguna untuk mengelompokkan
data, menyelesaikan, memaparkan serta
menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
mean (rata-rata), median (nilai tengah),
modus dan standar deviasi. Sedangkan
statistik
inferensial
digunakan
untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian yang
dilakukan pada sampel bagi populasi.
Statistik inferensial ini digunakan untuk
menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali
dengan analisis prasyarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas. Sebelum
hipotesis diuji dilakukan uji normalitas data
dan homogenitas data.
Deskripsi data (mean, median,
modus) tentang pemahaman konsep IPA
siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik
histogram. Tujuan penyajian data ini adalah
untuk
menafsirkan
sebaran
data
pemahaman konsep IPA pada kelompok
eksperimen dan kontrol. Hubungan antara
Instrumen
Tes
pemahaman
konsep IPA
Sumber
Siswa
Sifat data
Skor (interval)
modus (Mo), median (Md), dan mean (M)
dapat digunakan untuk menentukan
kemiringan grafik histogram distribusi
frekuensi.
Hipotesis yang akan diuji pada
penelitian ini adalah terdapat perbedaan
yang signifikan pemahaman konsep IPA
antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran Reciprocal
Teaching dan siswa yang mengikuti
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD No. 1 Anturan dan SD No. 2
Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jika n1 ≠ n2 dan varians homogen,
digunakan rumus Polled Varians dengan db
= n1 + n2 – 2 maka digunakan Uji-t untuk
Sampel independent (tidak berkorelasi).
Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka H0
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
perbedaan yang signifikan pemahaman
konsep IPA antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
pendekatan
Reciprocal Teaching dan siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas V SD No. 1 Anturan dan SD
No. 2 Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Sedangkan jika t hitung lebih kecil dari t
tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pemahaman konsep IPA antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Reciprocal Teaching
dan siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD No. 1
Anturan dan SD No. 2 Anturan Tahun
Pelajaran 2013/2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil post test terhadap 41 orang
siswa kelompok eksperimen menunjukkan
bahwa skor tertinggi adalah 29 dan skor
terendah adalah 13, Berdasarkan tabel di
atas, dapat dideskripsikan mean (M),
median (Md), modus (Mo), varians, dan
standar deviasi (s) dari data pemahaman
konsep kelompok eksperimen, yaitu: mean
(M) = 22,85, median (Md) = 23,57, modus
(Mo) = 25. Mean, median, dan modus skor
pemahaman konsep IPA siswa kelompok
eksperimen, selanjutnya disajikan ke dalam
kurve poligon berikut. Tujuan penyajian
data ini adalah untuk menafsirkan sebaran
data pemahaman konsep IPA siswa pada
kelompok eksperimen. Hubungan antara
mean (M), median (Md), dan modus (Mo)
dapat digunakan untuk menentukan
kemiringan kurva poligoni.
Gambar 1. kurva polygon
konsep
IPA
eksperimen
pemahaman
Kelompok
Berdasarkan kurva poligon di atas,
diketahui modus lebih besar dari median
dan median lebih besar dari mean
(Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di
atas adalah kurva juling negatif, yang
berarti sebagian besar skor cenderung
tinggi. Kecenderungan skor ini dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif
pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi
relatif skor yang berada di atas rata–rata
lebih besar dibandingkan frekuensi relatif
skor yang berada di bawah rata–rata.
Untuk mengetahui kualitas variabel
pemahaman konsep IPA siswa, skor rata–
rata
pemahaman
konsep
siswa
dikonversikan menggunakan kriteria rata–
rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal
(SDi) pada Tabel 4.
Tabel 4 Skala Penilaian Siswa Kelompok Eksperimen
Rentang Skor
Kategori
22,5  M  30
17,5  M ˂ 22,5
12,5  M ˂ 17,5
7,5  M ˂ 12,5
0  M ˂ 7,5
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan
analisis
data,
diketahui rata-rata (mean) pemahaman
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
dengan
menggunakan
pendekatan
Reciprocal Teaching adalah 22,85. Jika
dikonversi ke dalam Penilaian Acuan
Patokan (PAP) Skala Lima berada pada
kategori sangat tinggi.
Hasil post test terhadap 39 orang
siswa kelompok kontrol menunjukkan
bahwa skor tertinggi adalah 24 dan skor
terendah adalah 7. Skor post test
pemahaman konsep IPA siswa kelompok
kontrol Berdasarkan tabel di atas, dapat
dideskripsikan mean (M), median (Md),
modus (Mo), varians, dan standar deviasi
(s) dari data hasi belajar kelompok kontrol,
yaitu: mean (M) = 14,38, median (Md) =
13,82, modus (Mo) = 11,51. selanjutnya
disajikan ke dalam kurve poligon berikut.
Tujuan penyajian data ini adalah untuk
menafsirkan sebaran data pemahaman
konsep IPA siswa pada kelompok kontrol.
Hubungan antara mean (M), median (Md),
dan modus (Mo) dapat digunakan untuk
menentukan kemiringan kurva polygon.
Berdasarkan kurva poligon di atas,
diketahui modus lebih kecil dari median dan
median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M).
Dengan demikian, kurva di atas adalah
kurva juling positif, yang berarti sebagian
besar
skor
cenderung
rendah.
Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan
dengan melihat frekuensi relatif pada tabel
distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor
yang berada di bawah rata–rata lebih besar
dibandingkan frekuensi relatif skor yang
berada di atas rata–rata.
Untuk mengetahui kualitas variabel
pemahaman konsep IPA, skor rata–rata
pemahaman
konsep
IPA
siswa
dikonversikan terhadap kriteria rata–rata
ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi)
berikut. Skala Penilaian Siswa Kelompok
Kontrol disajikan Tabel 5.
Gambar 2. Kurva poligon data pemahaman
konsep kelompok kontrol
Tabel 5 Skala Penilaian Siswa Kelompok Kontrol
Rentang Skor
Kategori
22,5  M  30
17,5  M ˂ 22,5
12,5  M ˂ 17,5
7,5  M ˂ 12,5
0  M ˂ 7,5
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan
analisis
data,
diketahui rata-rata (mean) pemahaman
konsep IPA siswa kelompok kontrol dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Konvensional adalah 14,38. Jika dikonversi
ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Skala Lima berada pada kategori sedang.
Uji normalitas dilakukan untuk menguji
suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri
distribusi normal atau untuk menyelidiki fo
(frekuensi observasi) dari gejala yang
diselidiki
tidak
menyimpang
secara
signifikan dari fe (frekuensi harapan) dalam
distribusi normal. Uji normalitas data
dilakukan terhadap data pemahaman
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
dan kontrol.
Berdasarkan analisis data yang
dilakukan, dapat disajikan hasil uji
normalitas sebaran data pemahaman
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
dan kontrol pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data IPA
No
1
2
Kelompok Data
Pemahaman Konsep
Eksperimen
Kontrol
χ2
4,604
2,970
Nilai Kritis dengan Taraf
Signifikansi 5%
7,815
7,815
Status
Normal
Normal
Kriteria
pengujian,
jika
2
 hit   tab dengan taraf signifikasi 5%
(dk = jumlah kelas dikurangi parameter,
dikurangi 1), maka data berdistribusi
normal. Sedangkan, jika  2 hit   2 tab ,
maka data tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil penghitungan
dengan menggunakan rumus chi-kuadrat
(  2 ) (Hasil perhitungan uji normalitas
kelompok eksperimen disajikan pada
lampiran 28 dan perhitungan uji normalitas
kelompok kontrol disajikan pada lampiran
29), diperoleh  2 hit pemahaman konsep
IPA siswa kelompok eksperimen adalah
2
4,604 dan  tab dengan taraf signifikansi
5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti,
 2 hit hasil post-test pemahaman konsep
IPA siswa kelompok eksperimen lebih kecil
2
dari  tab (  2 hit   2 tab ), sehingga data
2
pemahaman konsep IPA siswa kelompok
eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan,  2 hit pemahaman
konsep IPA siswa kelompok kontrol adalah
2,970 dan  2 tab dengan taraf signifikansi
5% dan dk = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti,
 2 hit hasil post-test pemahaman konsep
IPA siswa kelompok kontrol lebih kecil dari
 2 tab (  2 hit   2 tab ) sehingga data
pemahaman konsep IPA siswa kelompok
kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan terhadap
varians
pasangan
antar
kelompok
eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan
adalah uji-F dengan kriteria data homogen
jika Fhit < Ftab. Rangkuman hasil uji
homogenitas varians antar kelompok
eksperimen dan kontrol disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Data
F-tabel dengan Taraf
Status
F-hitung
Pemahaman Konsep
Signifikansi 5%
Eksperimen
1,13
1,21
Homogen
Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas,
dan kontrol adalah normal dan homogen.
diketahui Fhit pemahaman konsep IPA
Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat
siswa kelompok eksperimen dan kontrol
analisis data, dilanjutkan dengan pengujian
adalah 1,13 Sedangkan Ftab dengan
hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol
dbpembilang : 39 - 1 = 38, dbpenyebut : 41 - 1 =
(H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan
40, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,21.
dengan
menggunakan
uji-t
sampel
Hal ini berarti, varians data pemahaman
independent (tidak berkorelasi) dengan
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
rumus polled varians dengan kriteria H0
dan kontrol adalah homogen.
ditolak jika thit > ttab dan H0 terima jika thit <
Berdasarkan uji prasyarat analisis
ttab (hasil perhitungan uji-t disajikan pada
data, diperoleh bahwa data pemahaman
lampiran 31). Rangkuman uji hipotesis
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
disajikan pada Tabel
Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Kelompok Data Hasil
Belajar
Kelompok Eksperimen
Kelompok kontrol
Varians
(s2)
19,41
21,84
n
db
(n1+n2-2)
thitung
ttabel
Kesimpulan
41
39
78
8,39
2,00
thitung > ttabel H0
ditolak
Berdasarkan hasil penghitungan
uji-t, diperoleh thit sebesar 9,88. Sedangkan,
ttab dengan db = dan taraf signifikansi 5%
adalah 2,00. Hal ini berarti, thit lebih besar
dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan H1
diterima.
Dengan
demikian,
dapat
diinterpretasikan
bahwa
terdapat
perbedaan pemahaman konsep IPA yang
signifikan antara siswa yang mengikuti
pendekatan Reciprocal Teaching dengan
siswa yang mengikuti model pembelajaran
Konvensional pada siswa kelas V SD
Semester Ganjil di Desa Anturan Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Pendekatan Reciprocal Teaching
yang
diterapkan
pada
kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional
yang
diterapkan
pada
kelompok kontrol, dalam penelitian ini
menunjukan pengaruh yang berbeda pada
pemahaman konsep IPA siswa dalam
proses belajar sehari-hari. Hal ini dapat
dilihat dari analisis data pemahaman
konsep IPA siswa pada kelompok
eksprimen dan kelompok kontrol. Analisis
yang dimaksud adalah analisis deskriptif
dan inferensial (uji-t).
Secara
deskriptif,
pemahaman
konsep IPA siswa kelompok eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan
pada rata-rata skor pemahaman konsep
IPA dan kemiringan kurve histogram.
Berdasarkan analisis data, diketahui ratarata (mean) pemahaman konsep IPA siswa
kelompok
eksperimen
dengan
menggunakan
pendekatan
Reciprocal
Teaching adalah 22,85. Jika dikonversi ke
dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Skala Lima berada pada kategori sangat
tinggi. Sedangkan berdasarkan analisis
data,
diketahui
rata-rata
(mean)
pemahaman konsep IPA siswa kelompok
kontrol dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional adalah 14,38.
Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan
Patokan (PAP) Skala Lima berada pada
kategori rendah. Skor pemahaman konsep
IPA siswa kelompok eksperimen yang
digambarkan dalam grafik histogram
tampak bahwa kurve sebaran data
merupakan kurve juling negatif karena nilai
Mo > Md > M (25,70 > 23,57 > 22,85) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar skor
cenderung tinggi. Hal ini berarti lebih
banyak siswa mendapat skor tinggi
dibandingkan
dengan
skor
rendah,
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
pendekatan
Reciprocal
Teaching
berpengaruh terhadap pemahaman konsep
IPA siswa. Sedangkan skor pemahaman
konsep IPA siswa kelompok kontrol yang
digambarkan dalam grafik histogram
tampak bahwa kurve sebaran data
merupakan kurve juling positif karena nilai
Mo < Md < M (11,51< 13,82 < 14,38) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar skor
cenderung rendah. Hal ini berarti lebih
banyak siswa mendapat skor rendah
dibandingkan dengan skor tinggi, sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
model
pembelajaran
konvensional
tidak
berpengaruh terhadap pemahaman konsep
IPA siswa.
Dari
analisis
inferensial
menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada
Tabel 4.7 diketahui thit = 8,39 dan ttab (db =
78 dan taraf signifikansi 5%) = 2,00. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga
hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini
berarti terdapat perbedaan pemahaman
konsep IPA yang signifikan antara
kelompok siswa yang menggunakan
pendekatan Reciprocal Teaching dengan
kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran
konvensional.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan
pendekatan
Reciprocal Teaching berpengaruh positif
terhadap pemahaman konsep IPA siswa
kelas V SD No. 2 Anturan dibandingkan
dengan pembelajaran dengan model
konvensional pada siswa kelas V SD No. 1
Anturan tahun ajaran 2013/2014.
Perbedaan pemahaman konsep
yang signifikan antara pembelajaran
Reciprocal Teaching dan pembelajaran
konvensional dapat disebabkan adanya
perbedaan
perlakuan
pada
saat
pembelajaran. Selain itu sintaks/langkahlangkah pembelajaran Reciprocal Teaching
yang menekankan aktifitas siswa melalui
langkah-langkah: 1) Guru memperkenalkan
pendekatan
Reciprocal
Teaching
,
menjelaskan
tujuan,
manfaat,
dan
prosedurnya. 2) Mengawali pemodelan
guru menugaskan siswa membaca satu
paragraph suatu bacaan dalam kelompokkelompok kecil kemudian guru menjelaskan
dan mengajarkan bahwa pada saat atau
selesai membaca terdapat kegiatankegiatan yang harus dilakukan yaitu: a)
memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting
yang dapat diajukan dari apa yang telah
dibaca dan berkaitan dengan wacana dan
memastikan
bisa
menjawabnya;
b)
membuat ikthisar atau rangkuman tentang
informasi terpenting dari wacana; c)
memprediksi atau meramalkan apa yang
mungkin akan dibahas selanjutnya; d)
mencatat apabila ada hal-hal yang kurang
jelas atau tidak masuk akal dari suatu
bagian, selanjutnya memeriksa apakah kita
berhasil membuat hal-hal itu masuk akal
dan kemudian guru memodelkan empat
keterampilan tersebut. Menurut Nur dan
Wikandari (dalam Trianto 2007) 3) Guru
menunjuk
seorang
siswa
untuk
menggantikan peranannya sebagai guru
dan bertindak sebagai pemimpin diskusi
dalam kelompok tersebut. 4) Guru beralih
peran dalam kelompok tersebut sebagai
motivator, mediator, pelatih, memberi
dukungan, umpan balik, serta semangat
bagi siswa. 5) Secara bertahap dan
berangsur-angsur
guru
mengalihkan
tanggung jawab pengajaran yang lebih
banyak kepada siswa dalam kelompok
serta membantu memonitor berfikir dan
strategi yang digunakan.
Berbeda
halnya
dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional yang bercirikan pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centered). Di
dalam pembelajaran konvensional siswa
cenderung lebih pasif karena hanya
mendengarkan ceramah yang diberikan
oleh guru. Siswa menunggu sampai guru
selesai menjelaskan kemudian mencatat
apa yang diberikan oleh guru tanpa
memaknai konsep-konsep yang diberikan.
Dimana siswa dalam belajar terpisah
dengan dunia nyata (tidak kontekstual)
sehingga proses belajar menjadi kurang
bermakna. Melalui model pembelajaran
konvensional siswa cenderung menjadi
objek belajar, sedangkan yang menjadi
subjek belajar adalah guru. Kemudian guru
berusaha memindahkan pengetahuan yang
ia miliki kepada siswa. Keadaan ini
cenderung
membuat
siswa
dalam
pemahaman materi atau penguasaan
materi menjadi kurang. Selain itu, pada
pembelajaran
konvensional
masih
menggunakan penilaian yang bersifat
konvensional juga. Penilaian ini hanya
menilai hasil akhir dari tes atau ulangan
saja
tanpa
memperhatikan
proses
belajarnya. Sehingga siswa menjadi tidak
memiliki kesempatan untuk berbuat yang
terbaik, karena siswa tidak memiliki
kesempatan untuk melakukan refleksi
terhadap pekerjaannya. Hal ini tentunya
tidak akan mampu membangkitkan semua
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Ternyata
hasil
penelitian
ini
menunjukkan, bahwa kedua model di atas
memberikan hasil yang berbeda dalam hal
pemahaman konsep IPA. Pemahaman
konsep
IPA kelompok siswa yang
mengikuti pendekatan Reciprocal Teaching
lebih baik dari pada pemahaman konsep
IPA kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian di atas,
dapat disimpulkan bahwa Pemahaman
konsep IPA pada kelompok siswa yang
menggunakan
pendekatan
Reciprocal
Teaching lebih tinggi dibandingkan dengan
peemahaman konsep IPA pada kelompok
siswa
yang
menggunakan
model
pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat
dari skor kelompok siswa yang belajar
dengan
menggunakan
pendekatan
Reciprocal Teaching lebih banyak yang
mendapatkan skor di atas rata-rata (Mo >
Md > M = 25,70> 23,57 > 22,85).
Sedangkan pada kelompok siswa yang
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional lebih banyak
yang mendapatkan skor di bawah rata-rata
(Mo < Md < M = 11,51 < 13,82 < 14,38).
Hasil analisis uji-t sampel tidak
berkorelasi diperoleh thitung = 8,39 dan
dengan taraf signifikansi 5%, derajat
kebebasan 78 diperoleh ttabel = 2,00 yang
berarti thitung = 8,29 > ttabel = 2,00. Ini berarti
terdapat perbedaan pemahaman konsep
IPA yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pendekatan Reciprocal Teaching
dengan siswa yang mengikuti model
pembelajaran Konvensional pada siswa
kelas V SD Semester ganjil di Desa
Anturan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Adanya
perbedaan
yang
signifikan
menunjukkan
bahwa
pendekatan
Reciprocal Teaching berpengaruh positif
terhadap pemahaman konsep IPA siswa
dibandingkan dengan model konvensional.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi
Penelitian
Pendidikan.
Singaraja:Fakultas
Ilmu
Pendidikan Universitas Ganesha.
Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran
Sains
Terkini.
Singaraja:Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sugiyono.
2009.
Metode
Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif
dan
R&D).
Bandung:Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode
Penelitian
Pendidikan.
Bandung:Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik.
Surabaya:Prestasi Pustaka.
Download