BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas IV SD N Gebugan 01 semester II tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 24 siswa. Peneliti melakukan observasi terhadap dua variabel yaitu keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas untuk keaktifan siswa tidak diberikan nilai layaknya hasil belajar sehingga memang tidak ada nilai keaktifan siswa. Namun, berdasarkan observasi keaktifan yang dilakukan peneliti sebelum tindakan perbaikan pembelajaran menunjukkan bahwa keaktifan siswa di kelas IV SD N Gebugan 01 memang masih rendah. Hal tersebut terbukti dengan pembelajaran matematika berlangsung monoton dan kurang menyenangkan bagi siswa. Siswa duduk di bangku masing-masing sehingga tidak terjadi pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. Siswa juga tidak menggunakan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya jika ada kesulitan tentang materi yang sedang diajarkan. Selain dari pihak siswa, guru juga mempengaruhi keaktifan siswa. Guru kurang kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Guru tidak membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Guru hanya menjelaskan materi, memberikan tugas kepada siswa, selanjutnya sebagai tindak lanjut memberikan PR. Kegiatan di dalam kelas hanya seperti itu sehingga pembelajaran tidak memberikan kesan bagi siswa akibatnya siswa sering lupa terhadap materi yang diajarkan dan hasil belajarnya kurang memuaskan. Berdasarkan hasil observasi prasiklus yang dilakukan oleh peneliti mengenai hasil belajar matematika, terlihat sebagian besar siswa kelas IV SD N Gebugan 01 memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Berikut hasil observasi peneliti terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N Gebugan 01 yang disajikan dalam tabel dan grafik di bawah ini : 33 34 Tabel 4.1 Sebaran Hasil Belajar Matematika PraSiklus No Interval Nilai Frekuensi Prosentase 9 6 8 1 24 9 15 37,5% 25% 33,3% 4,2% 100% 37,5% 62,5% 5 70 1 2 3 4 5 6 7 90-100 75-89 60-74 45-59 30-44 15-29 5-14 Jumlah Tuntas ≥ KKM (60) Tidak Tuntas < KKM (60) Nilai Minimum Nilai Maksimum Keterangan (KKM=60) Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar matematika kelas IV SD N Gebugan 01 PraSiklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) hanya 9 siswa yang lebih dari KKM dengan prosentase 37,5%, sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 15 siswa dengan prosentase 62,5%. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa pada tabel 4.1, maka dapat disimpulkan dengan tabel dan diagram lingkaran sebagai berikut: Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika PraSiklus No Nilai 1 2 KKM = 60 Frekuensi Persentase Tuntas ≥ KKM (60) 9 siswa 37,5% Tidak Tuntas < KKM (60) 15 siswa 62,5% 24 siswa 100% Jumlah Sumber : Ulangan harian 35 Diagram Ketuntasan Belajar Matematika PraSiklus 62,5% 37,5% Tuntas Tidak Tuntas Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Matematika Prasiklus Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Gebugan 01 dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari pihak siswa atau pun dari pihak guru. Faktor dari guru dikarenakan, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi tanpa menggunakan alat bantu sebagai jembatan pemahaman siswa, guru tidak membagi siswa dalam kelompok, dan guru juga tidak melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran. Faktor dari siswa, jika diberikan kesempatan bertanya tidak digunakan sebaikbaiknya sehingga kemampuan siswa dalam penguasaan materi “Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat” masih kurang bahkan ada beberapa siswa yang belum bisa. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika juga masih kurang dan belum mendapatkan tindak lanjut dari guru. Kedua faktor tersebut menjadi hambatan dalam mentransfer ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif. Faktor tersebut menyebabkan siswa dalam memahami materi menjadi kurang maksimal dan hasil belajar siswa rendah. Selain itu, guru juga kurang menekankan kerjasama antarsiswa dalam kelompok, terbukti ketika kegiatan pembelajaran dalam kelompok yang mengerjakan tugas kelompok didomonasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi sedangkan siswa yang berkemampuan rendah cenderung tidak berperan dalam menyelesaikan tugas kelompok. 36 4.2 Pelaksanaan Siklus I 4.2.1 Rencana Tindakan Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan I, dan pertemuan II. Sebelum mengajar pada pertemuan I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja kelompok, lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dengan pokok bahasan “Menjumlahkan Bilangan Bulat”. Pada pertemuan I ini yang akan dibahas yaitu penjumlahan bilangan positif dan negatif. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu penjumlahan dua bilangan negatif. Pada akhir siklus I siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus I. 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan I Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilakukan pada hari selasa tanggal 18 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan sesuai dengan materi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menyampaikan langkahlangkah pembelajaran menggunakan model RME. Kegiatan inti pada penelitian ini yaitu guru menjelaskan materi tentang “Penjumlahan Bilangan Positif dan Negatif”. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diminta ke depan kelas memperagakan operasi hitung menggunakan penggaris. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok 4 orang sesuai kelompok belajar. Guru memberikan tugas mengenai “Penjumlahan Bilangan Positif dan Negatif”. Siswa secara aktif dalam kelompok dengan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Selanjutnya guru memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat 37 dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang kurang jelas. Dalam kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. b. Pertemuan II Pertemuan II dilakukan pada hari rabu tanggal 19 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dilanjutkan mengoreksi PR. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yaitu guru menjelaskan materi tentang “Penjumlahan Dua Bilangan Negatif”. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diminta ke depan kelas memperagakan operasi hitung menggunakan penggaris. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok 4 orang sesuai kelompok belajar. Guru memberikan Lembar Kerja Kelompok mengenai “Penjumlahan Bilangan Bulat”. Siswa secara aktif dalam kelompok dengan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Selanjutnya guru memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang kurang jelas. Dalam kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi sebagai evaluasi siklus I. 38 4.2.3 Observasi a. Pertemuan I Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi terbagi menjadi dua yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Hasil pengamatan aktivitas guru antara lain: saat kegiatan pembelajaran guru tidak menegur siswa yang asyik bermain ketika dijelaskan materi, guru belum menggunakan bahasa lisan secara baik dan benar, dan guru belum membimbing siswa pada saat diskusi kelompok. Namun, guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan materi yang sudah dipelajarai bersama di akhir pembelajaran. Hasil pengamatan siswa yaitu ketika guru menjelaskan materi tentang “Penjumlahan Bilangan Positif dan Negatif” sebagian siswa asyik bermain dengan teman sebangku. Saat guru menunjuk salah satu perwakilan dari kelompok untuk menjawab pertanyaan, siswa cenderung malu dan takut. Ketika mengerjakan tugas dalam kelompok terlihat masih belum aktif dengan anggota lain (egois), tetapi siswa sudah terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan menunujukkan bahwa, guru masih kesulitan dalam penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan penggaris dalam kegiatan pembelajaran dan siswa juga belum terbiasa dengan model pembelajaran RME berbantuan penggaris yang diterapkan guru. b. Pertemuan II Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai berjalan dengan baik terbukti saat kegiatan pembelajaran guru sudah menegur siswa yang asyik bermain ketika dijelaskan materi, guru sudah mulai menggunakan bahasa lisan secara baik dan benar, dan guru membimbing siswa pada saat diskusi kelompok. Saat guru menunjuk 39 salah satu perwakilan dari kelompok untuk menjawab pertanyaan, sebagian besar siswa sudah berani menjawab walaupun ada siswa yang masih malu. Guru sudah membimbing siswa dalam diskusi kelompok walaupun belum semuanya, guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika dalam kelompok siswa sudah mulai aktif dalam mencari jawaban atas Lembar Kerja kelompok yang diberikan guru, siswa sudah bekerjasama dengan anggota yang lain. Siswa telibat dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 4.2.4 Hasil Tindakan Siklus I 4.2.4.1 Hasil Observasi Keaktifan Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi keaktifan pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Keberhasilan penerapan model RME berbantuan penggaris untuk meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif. Aspek yang diukur meliputi delapan aspek yaitu: ikut aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, aktif dalam kelompok menjawab tugas yang diberikan guru, ikut aktif secara kelompok dalam memecahkan masalah, ikut aktif dalam mencari solusi yang tepat atas masalah yang diberikan oleh guru, aktif bertanya kepada siswa dalam satu kelompok atau kepada guru jika tidak memahami masalah yang diberikan, ikut aktif dalam mencari informasi atas permasalahan yang dihadapi dalam kelompok, aktif dalam memberikan pendapat di dalam kelompok, ikut aktif bekerjasama (tidak egois) dalam kelompok. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan model RME berbantuan penggaris diperoleh hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap keaktifan dalam diskusi kelompok. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 40 Tabel 4.3 Sebaran Skor Keaktifan Siswa Siklus I No Interval Nilai Frekuensi Prosentase – 13 4 6 – – – – 23 13 10 – 56,5% 17,4% 26,1% – – – – 100% 56,5% 43,5% 28 – 32 24 – 27 20 - 23 16 – 19 12 – 15 8 – 11 4–7 0–3 Jumlah Aktif ≥ 24 Tidak Aktif < 24 Skor Minimum Skor Maksimum 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan (Indikator Keaktifan=24) – Aktif Tidak Aktif Tidak Aktif – – – – 18 25 Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 10 siswa yang skor keaktifannya < 24 dengan persentase 43,5% sedangkan 13 siswa yang lain ≥ 24 dengan persentase 56,5%. Pada siklus I penggunaan model RME berbantuan penggaris rata-rata kelas masih kurang dari indikator keberhasilan 75% dari seluruh siswa. Berikut kesimpulan dari tabel 4.3 yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran: Diagram Keaktifan Siswa Siklus I 43,5% 56,5% Aktif Tidak Aktif Gambar 4.2 Diagram Keaktifan Siswa Siklus I 41 Dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 menunjukkan bahwa keaktifan siswa sudah mulai meningkat. Hal itu terbukti ketika perbaikan pembelajaran berlangsung guru sudah mulai membentuk siswa dalam kelompokkelompok dan siswa juga sudah mulai berusaha aktif dalam kelompok. Namun, rata-rata keaktifan siswa belum mencapai indikator keberhasilan (75%) hanya 56,5%, untuk itu diharapkan ketika siklus II keaktifan siswa dapat meningkat dibanding siklus I. 4.2.4.2 Hasil Belajar Matematika Setelah dilaksanakan tindakan menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan penggaris, guru memberikan evaluasi berupa tes kepada siswa di akhir siklus I yaitu pada pertemuan II. Dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I siswa mengalami peningkatan. Hasil belajar yang diperoleh siswa ketika pra siklus dari 24 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=60) hanya 9 siswa, sedangkan 15 siswa masih dibawah ketuntasan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I terdapat 12 siswa yang tuntas, sedangkan 11 siswa masih dibawah ketuntasan. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Sebaran Hasil Belajar Matematika Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Interval Nilai 90-100 75-89 60-74 45-59 30-44 15-29 5-14 Jumlah Tuntas ≥ KKM (60) Tidak Tuntas < KKM (60) Nilai Minimum Nilai Maksimum Frekuensi Prosentase 5 7 5 4 1 1 23 12 11 21,7% 30,4% 21,7% 17,4% 4,3% 4,3% 100% 52% 48% 10 85 Keterangan (KKM=60) Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas 42 Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I lebih baik dari sebelum dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran. Pada siklus I siswa yang nilainya mencapai KKM=60 menjadi 12 siswa dengan persentase 52% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 11 siswa dengan persentase 48%. Berikut kesimpulan dari tabel 4.3 yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran: Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siklus I Siswa Kelas IV SD N Gebugan 01 Semester II tahun Pelajaran 2013-2014 Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%) Tuntas ≥ 60 12 52 Tidak Tuntas < 60 11 48 Diagram Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I 48% 52% Tuntas Tidak Tuntas Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Matematika siklus I Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dengan penerapan model RME berbantuan penggaris dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Agar lebih meningkat hasil belajar siswa di atas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan model RME berbantuan penggaris dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 43 4.2.4.3 Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan I, dan II maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari model RME berbantuan penggaris. Selain itu digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas dan peneliti. Dari diskusi ini disimpulkan bahwa guru kelas mendapatkan pengalaman dan wawasan dengan menerapkan model pembelajaran RME, guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa mendapat pengalaman pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram. 2. Siswa lebih tertarik dalam belajar menggunakan model RME berbantuan penggaris. 3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, keaktifan siswa lebih meningkat. 4. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kelompok. 5. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai. b. Hambatan 1. Siswa belum terbiasa dengan penerapan model RME terbukti keaktifan siswa belum tampak, siswa masih sibuk bermain dengan teman sebangku saat pembelajaran berlangsung, guru belum menggunakan media secara maksimal. 44 2. Penerapan model pembelajaran RME berbantuan penggaris belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa masih sedikit peningkatan yaitu hanya 12 siswa yang tuntas dari 23 siswa. c. Penyelesaian 1. Guru lebih memanfaatkan media agar siswa dapat memahami materi yang sedang diajarkan sehingga hasil belajar siswa maksimal. 2. Guru lebih membimbing siswa untuk berdiskusi sehingga keaktifan siswa dalam kelompok lebih meningkat. 3. Guru harus menegur siswa jika terdapat siswa yang tidak memperhatikan penjelasan. 4.3 Pelaksanaan Siklus II 4.3.1 Rencanaan Tindakan Rencana pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan I, dan pertemuan II. Sebelum mengajar pada pertemuan I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja kelompok, lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dengan pokok bahasan “Mengurangkan Bilangan Bulat”. Pada pertemuan I ini yang akan dibahas yaitu pengurangan dua bilangan positif dan pengurangan bilangan positif dan negatif. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu pengurangan dua bilangan negatif. Pada akhir siklus II siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus II. 4.3.2 Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan I Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilakukan pada hari selasa tanggal 25 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan sesuai dengan materi. Guru menyampaikan 45 tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menyampaikan pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Kegiatan inti pada penelitian ini yaitu guru menjelaskan materi tentang “Pengurangan Dua Bilangan Positif dan Pengurangan Bilangan Positif dan Negatif”. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diminta ke depan kelas memperagakan operasi hitung menggunakan penggaris. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok 4 orang sesuai kelompok belajar. Guru memberikan tugas mengenai “Pengurangan Dua Bilangan Positif dan Pengurangan Bilangan Positif dan Negatif”. Siswa secara aktif dalam kelompok dengan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Selanjutnya guru memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang kurang jelas. Dalam kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. b. Pertemuan II Pertemuan II dilakukan pada hari rabu tanggal 26 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dilanjutkan mengoreksi PR. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti yaitu guru menjelaskan materi tentang “Pengurangan Dua Bilangan Negatif”. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diminta ke depan kelas memperagakan operasi hitung menggunakan penggaris. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok 4 orang sesuai kelompok belajar. Guru memberikan Lembar Kerja Kelompok mengenai “Pengurangan Bilangan Bulat”. Siswa secara 46 aktif dalam kelompok dengan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Selanjutnya guru memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya di papan tulis. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok lain. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang kurang jelas. Dalam kegiatan akhir siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi sebagai evaluasi siklus II. 4.3.3 Observasi a. Pertemuan I Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi terbagi menjadi dua yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru dan siswa pada siklus II pertemuan I sudah jauh lebih baik daripada siklus I. Hai ini terbukti bahawa ketika pembelajaran berlangsung guru tidak kesulitan dalam menjelaskan materi menggunakan model RME, guru sudah membimbing siswa dalam kelompok, guru juga sudah melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran baik dalam penggunaan penggaris sebagai alat peraga ataupun aktif secara kelompok sehingga pembelajaran sudah mulai kondusif dan efektif. Siswa juga merespon positif dengan mendengarkan penjelasan guru secara serius, ikut partisipasi aktif dalam setiap kegiatan belajar termasuk kerja kelompok, dan ikut aktif bersama guru dalam menyimpulkan materi di akhir pembelajaran. 47 b. Pertemuan II Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran juga berjalan dengan baik karena guru sudah terbiasa dengan model RME dan siswa menikmati pembelajaran dengan aktif mengikuti dari awal sampai akhir pelajaran. 4.3.4 Hasil Tindakan Siklus II 4.3.4.1 Hasil Observasi Keaktifan Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi keaktifan pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Keberhasilan penerapan model RME berbantuan penggaris untuk meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif seperti pada siklus I. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan model RME berbantuan penggaris diperoleh hasil observasi/ pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada diagram sebagai berikut: Tabel 4.6 Sebaran Skor Keaktifan Siswa Siklus II No Interval Nilai 28 – 32 24 – 27 20 - 23 16 – 19 12 – 15 8 – 11 4–7 0–3 Jumlah Aktif ≥ 24 Tidak Aktif < 24 Skor Minimum Skor Maksimum 1 2 3 4 5 6 7 8 Frekuensi Prosentase 2 17 5 – – – – – 24 19 5 8,4% 70,8% 20,8% – – – – – 100% 79,2% 20,8% 20 28 Keterangan (Indikator Keaktifan=24) Aktif Aktif Tidak Aktif – – – – – 48 Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa, perolehan skor keaktifan minimum 20 dan skor maksimum 28. Siswa yang aktif berjumlah 19 siswa dengn prosentase 79,2% sedangkan siswa yang tidak aktif berjumlah 5 siswa dengan prosentase 20,8%. Berikut kesimpulan tabel 4.6 yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran: Diagram Keaktifan Siswa Siklus II 20,8% Aktif 79,2% Tidak Aktif Gambar 4.4 Diagram Keaktifan Siswa Siklus II Dari tabel 4.6 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa penerapan model RME berbantuan penggaris pada siklus II terhadap keaktifan siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Penerapan model RME berbantuan penggaris berhasil dilakukan pada siklus II. 4.3.4.2 Hasil Belajar Matematika Setelah dilaksanakan tindakan menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan penggaris, guru memberikan evaluasi berupa tes kepada siswa di akhir siklus II yaitu pada pertemuan II. Dari hasil belajar siswa pada siklus I dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, hasil belajar matematika siklus II mengalami peningkatan. Hasil belajar matematika yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 12 dari 23 siswa mencapai KKM=60 dan sisanya 11 siswa belum mencapai KKM. Setelah dilakukan evaluasi siklus II mengalami peningkatan yaitu 20 dari 24 siswa mencapai KKM=60 49 sedangkan 4 siswa belum mencapai KKM. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Sebaran Hasil Belajar Matematika Siklus II No Interval Nilai Frekuensi 1 90-100 2 75-89 3 60-74 D 4 45-59 5a 30-44 6 15-29 r 7 5-14 Jumlah i Tuntas ≥ KKM (60) Tidak Tuntas < KKM (60) t Nilai Minimum Nilai Maksimum Prosentase 9 4 7 2 1 1 24 20 4 37,5% 16,7% 29,1% 8,3% 4,1% 4,1% 100% 83% 17% 10 100 Keterangan (KKM=60) Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa yang memiliki nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 20 siswa dengan prosentase 83% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal sebanyak 4 siswa dengan prosentase 17%. Berikut kesimpulan dari tabel 4.7 yang disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran: Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siklus II Siswa Kelas IV SD N Gebugan 01 Semester II Tahun pelajaran 2013-2014 Kategori Keterangan Frekuensi Prosentase (%) Tuntas ≥ 60 20 83 Tidak Tuntas < 60 4 17 50 Diagram Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II 17% Tuntas 83% Tidak Tuntas Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dengan penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) berbantuan penggaris dibandingkan hasil belajar siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model RME berbantuan penggaris dapat meningkatakan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Gebugan 01. 4.3.4.3 Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I dan II maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas IV dan peneliti. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana model RME berbantuan penggaris bagi guru kelas, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas sudah menerapkan model RME dengan baik, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta dengan kerjasama kelompok siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan model RME berbantuan penggaris. Setelah 51 selesai pembelajaran pada siklus II pertemuan II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil observasi keaktifan siswa dengan rata-rata dalam siklus II yaitu 80,77. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian rata-rata keaktifan siswa peneliti memberikan patokan 65. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan KKM=60 maka diperoleh sebanyak 20 siswa dengan prosentase 83% dan 4 siswa dengan prosentase 17% yang belum tuntas. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian (KKM=60) pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 75% dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan mencapai nilai ≥60. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ternyata ketuntasan siswa mencapai 83%, artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan penulis. Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram. 2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan model RME. 3. Keaktifan dan hasil belajar siswa lebih meningkat, terbukti hanya 4 siswa yang tidak tuntas dikarenakan dua siswa sedang sakit dan dua yang lainnya perlu penanganan khusus. 4. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai. 5. Kerjasama dalam kelompok sudah jauh lebih baik dan keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat sudah tumbuh. 52 4.4 Analisis Data Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Analisis data kualitatif yang berasal dari keaktifan siswa saat siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel dan grafik. Perbandingan keaktifan siswa siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Keaktifan Siswa Kelas IV SD N Gebugan 01 Siklus I dan Siklus II Keterangan Siklus I Prosentase Siklus II Prosentase Aktif (Skor ≥ 24) 13 siswa 56,5% 19 siswa 79,2% Tidak Aktif (Skor < 24) 10 siswa 43,5% 5 siswa 20,8% Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui siswa yang skor keaktifannya di bawah patokan=24 pada siklus I berjumlah 10 siswa sedangkan pada siklus II berjumlah 5 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada siklus II menjadi lebih baik dibandingkan siklus I. Pada prasiklus memang tidak terdapat nilai keaktifan sehingga yang dibandingkan hanya siklus I dan siklus II. Berikut kesimpulan tabel 4.9 yang disajikan dalam diagram batang: Peningkatan Keaktifan Siswa 20 15 10 5 0 Siklus I Siklus II Tidak Aktif 10 5 Aktif 13 19 Gambar 4.6 Peningkatan Keaktifan Siswa 53 Analisis data kuantitatif yang berasal dari hasil belajar siswa saat prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 akan disajikan dalam sebuah tabel dan grafik. Perbandingan ketuntasan siswa kelas IV saat prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.10 Rekap Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD N Gebugan 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 Prasiklus Kriteria Tuntas ≥ 60 Tidak tuntas ˂ 60 Siklus I Siklus II Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen siswa % siswa % siswa % 9 37,5 12 52 20 83 15 62,5 11 48 4 17 Dari tabel 4.10 rekapitulasi pengelompokkan nilai diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9 orang setelah Siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 12 siswa dan Siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 15 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran matematika, setelah Siklus I terdapat 11 siswa tidak tuntas dan Siklus II terdapat 4 siswa yang tidak tuntas. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model RME berbantuan penggaris dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Gebugan 01. Hasil belajar siswa meningkat dalam setiap siklusnya. Berdasarkan tabel 4.10 tentang ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD N Gebugan 01 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: 54 Peningkatan Ketuntasan Belajar Matematika 25 20 15 10 5 0 PraSiklus Siklus I Siklus II Tidak Tuntas 15 11 4 Tuntas 9 12 20 Gambar 4.7 Grafik Pengelompokkan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pada tabel 4.10 dan gambar 4.7 menunjukkan bahwa, penerapan model RME berbantuan penggaris dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar matematika pada materi “Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat” dan menurunya jumlah siswa yang tidak tuntas. 4.5 Pembahasan Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD N Gebugan 01 Kabupaten Semarang ditemukan bahwa tingkat keaktifan siswa masih rendah, hal ini disebabkan guru belum melibatkan siswa secara aktif baik dalam kelompok atau pun individu. Hal ini terbukti ketika proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa hanya duduk diam mendengarkan ceramah dari guru, siswa tidak dibagi dalam kelompok, jika diberikan kesempatan bertanya tidak ada yang bertanya. Ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran yang menyebabkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika masih rendah. Hal itu terbukti dengan hasil belajar siswa banyak yang kurang dari KKM. Rata-rata hasil belajar siswa adalah 48,54. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=60) hanya 9 siswa atau 37,5% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa atau 62,5%. 55 Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang mencapai KKM=60 sudah dapat memahami materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja. Kesembilan siswa ini memang mempunyai kemampuan dalam belajar yang lebih baik dibandingkan teman-temannya. Siswa-siswa lain yang berjumlah 15 belum bisa memahami materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena kemampuan belajar mereka rendah jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan yang sesuai yaitu bagaimana menekankan aspek keaktifan dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas agar lebih baik dalam memahami materi pelajaran. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut: a. Siklus I Pada Siklus I dengan penerapan model RME berbantuan penggaris rata-rata keaktifan siswa sebesar 56,5%. Rata-rata keaktifan ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. Pada hasil belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 12 siswa atau 52% dan terdapat 11 siswa atau 48% yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 57,4 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi adalah 85. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pembelajaran Siklus I yaitu : 1. Siswa belum terbiasa menggunakan model RME dalam pembelajaran. Hal tersebut terbukti dengan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa masih rendah. 2. Guru masih bingung dengan penerapan model RME. 3. Terdapat 11 dari 23 siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM. Jumlah siswa seharusnya 24 tetapi 1 siswa tidak berangkat. Ketidaktuntasan 11 siswa dalam siklus I dikarenakan beberapa hal antara lain: tidak mendengarkan ketika guru sedang menjelaskan, takut untuk bertanya jika diberikan kesempatan, kurang aktif dalam 56 mengikuti pembelajaran baik aktif bertanya dengan guru ataupun teman dan aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Solusi untuk memperbaiki pembelajaran : 1. Siswa dan guru harus lebih mempelajari langkah-langkah model RME agar paham bagaimana dan apa saja tugas yang harus dilakukan. 2. Guru harus memberikan banyak latihan soal agar siswa lebih paham dan dapat menguasai materi “Operasi Hitung Bilangan Bulat”. 3. Pemberian reward bagi siswa yang aktif diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa siswa dalam mengikuti pembelajaran. b. Siklus II Pada Siklus II dengan penerapan model RME berbantuan penggaris rata-rata keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu 79,2%. Rata-rata keaktifan pada siklus II ini sudah melebihi patokan yang ditentukan sebesar 75%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan karena dari 24 siswa hanya 4 siswa yang tidak tuntas (KKM=60) dengan prosentase 17% dan 20 siswa yang lain tuntas KKM dengan prosentase 83%. Nilai rata-ratanya adalah 74,8 dengan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 100. Ketidaktuntasan 4 siswa pada siklus II ini dikarenakan kondisi fisik tiga dari empat siswa memang sedang menurun atau sedang sakit. Hal itu juga terbukti dalam skor keaktifan 3 siswa tersebut menurun dari siklus I. Satu siswa lain memang perlu pengajaran dan bimbingan yang lebih mendalam karena daya tangkap terhadap materi lemah. Komunikasi dengan teman juga tidak ada karena selama pembelajaran berlangsung hanya duduk, diam, tidak aktif seperti yang lain. Hambatan dan solusi pembelajaran siklus II : Terdapat 1 siswa yang perlu pengajaran dan bimbingan lebih mendalam karena daya tangkap terhadap materi lemah. Terbukti hasil belajarnya yang paling rendah dari yang lain. Skor keaktifan juga yang paling rendah. Siswa yang mengalami gangguan seperti itu alangkah baiknya dibimbing oleh orang terdekat yang jauh lebih mengerti karakternya dengan 57 komunikasi yang ringan agar mudah dimengerti. Guru juga harus memberikan bimbingan di luar jam pelajaran setelah pulang sekolah agar siswa merasa lebih nyaman, tidak merasa takut, dan tidak merasa tertekan. Dari uraian diatas terbukti bahwa model RME berbantuan penggaris baik digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatkan begitu juga dengan hasil belajar siswa yang ,engalami peningkatan disetiap siklus. Proses pembelajaran RME merupakan suatu pembelajaran dimana setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas bersama. Hal ini menjadikan siswa lebih aktif dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas dalam kelompoknya. Tanggungjawab individu yang terjadi lebih tinggi sehingga pengetahuan yang diterima lebih maksimal karena pertukaran pendapat antar siswa. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah. Adanya penggaris sebagai alat bantu dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam perbaikan pembelajaran ini. Pelaksanaan pembelajaran RME berbantuan penggaris membutuhkan partisipasi dan keaktifan siswa. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, keaktifan siswa, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai tujuan utama dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209). Berdasarkan perolehan skor keaktifan dan hasil belajar yang didapatkan pada siklus I dan II menunjukkan bahwa penggunaan model RME berbantuan penggaris dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa siswa kelas IV SD N Gebugan 01 Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013-2014.