BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Definisi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram (David & Derek, 2008). Dahulu neonatus dengan berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut BBLR. Menurut Pantiawati (2010) semua bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi BBLR. 2.1.2 Epidemiologi Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Bayi lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Menurut data WHO (2013), kejadian BBLR di dunia sebesar 15,5%. Kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,2% (Rikesdas, 2013). Angka kelahiran bayi di Bali pada tahun 2013 sebanyak 67.992 bayi, dan sejumlah 1.644 (24%) yang mengalami berat bayi lahir rendah (Dinkes Prov. Bali, 2013) dan kejadian BBLR di RS Wangaya dari setiap tahunnya berfluktuasi pada tahun 2013 terdapat 164 bayi lahir dengan BBLR. Menurut UNICEF & WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk menurunkan kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini. 2.1.3 Etiologi Menurut Sitohang (2010) terjadinya BBLR pada bayi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor Ibu. 1) Penyakit Penyakit pada ibu yang menyababkan terjadinya BBLR yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik, dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. 2) Usia ibu Usia ibu yang <20 tahun merupakan angka kejadian prematuritas tertinggi. Multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat juga akan menyebabkan terjadinya BBLR. Kelahiran dengan BBLR terendah terjadi pada ibu yang berusia 26-35 tahun. 3) Keadaan sosial ekonomi Kejadian BBLR yang disebabkan oleh faktor sosial ekonomi sebagian besar terjadi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Selain keadaan sosial ekonomi yang rendah, bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR bila dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari perkawinan yang sah. 4) Sebab lain Kebiasaan ibu sebelum ataupun selama kehamilan seperti ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik juga dapat menyebabkan terjadinya bayi lahir dengan BBLR. b. Faktor janin. Kondisi janin yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom. c. Faktor lingkungan Lingkungan tempat tinggal yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun. 2.1.4 Klasifikasi Klasifikasi bayi BBLR menurut Wong (2008) adalah sebagai berikut: a. Menurut Ukuran : 1) BBLR adalah bayi yang berat badan lahirnya kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. 2) Bayi berat badan lahir eksterm rendah (BBLER) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 1000 gram. 3) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram. 4) Bayi berat badan lahir moderet (BBLM) adalah bayi yang berat badannya 1501 gram sampai 2500 gram. 5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya adalah bayi yang berat badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterine. 6) Bayi berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya adalah bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterine. 7) Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) adalah bayi yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya). 8) Bayi besar untuk usia gestasinya adalah bayi yang berat badan lahirnya di atas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterine. b. Klasifikasi menurut usia gestasi: 1) Bayi prematur (preterm) adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir. 2) Bayi cukup bulan (full-term) adalah bayi yang lahir antara permulaan usia gestasi 38 minggu dan sampai akhir 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir. 3) Bayi postmatur (post-term) adalah bayi yang lahir setelah usia gestasi 42 minggu, tanpa memerhatikan berat badan lahir. b. Klasifikasi menurut mortalitas 1) Lahir hidup adalah kelahiran ketika neonates memperlihatkan tanda denyut jantung, bernapas, atau memperlihatkan gerakan volunter, tanpa memperhitungkan usia gestasi. 2) Kematian fetal adalah kematian fetus setelah usia gestasi 20 minggu dan sebelum persalinan, tanpa adanya tanda kehidupan setelah lahir. 3) Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi dalam 27 hari pertama kehidupan. Kehidupan neonatal awal terjadi dalam minggu pertama kehidupan, kematian neonatal lambat terjadi antara tujuh sampai 27 hari. 4) Kematian perinatal adalah menggambarkan jumlah total kematian fetus dan neonates awal per 1000 kelahiran hidup. 5) Kematian pascanatal adalah kematian yang terjadi antara 28 hari sampai satu minggu. 2.1.5 Permasalahan Bayi yang lahir dengan BBLR dapat mengalami berbagai macam masalah, menurut Kusumaningrum (2012) masalah-masalah tersebut adalah sebagi berikut: a. Afiksia Afiksia lahir terjadi pada bayi BBLR yang dipengaruhi oleh proses adaptasi pernafasan waktu lahir. Pada bayi BBLR tidak semua mengalami kurang bulan, tetapi ada juga yang sudah cukup bulan ataupun lebih bulan namun semua dapat mempengaruhi proses adaptasi pernafasan. b. Gangguan nafas Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi. c. Hipotermi Terjadinya hipotermi pada bayi BBLR disebabkan oleh sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap hangat. d. Hipoglikemi Hipoglikemi terjadinya karena sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap dua jam) pada minggu pertama. e. Masalah pemberian ASI Masalah pemberian ASI pada bayi BBLR disebabkan oleh ukuran tubuh bayi kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil, dan refleks hisap bayi yang masih lemah. f. Infeksi Sistem kekebalan tubuh bayi yang belum matang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada bayi BBLR. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan cara mencuci tangan dengan baik. g. Ikterus Terjadinya ikterus pada bayi BBLR disebabkan oleh fungsi hati bayi yang belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya. h. Perdarahan Pada bayi BBLR dapat terjadi perdarahan yang berhubungan dengan belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis 1mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam enam jam pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan pada paha kiri. 2.1.6 Karakteristik Karakteristik bayi yang ditemui pada bayi BBLR menurut Rahayu (2010) adalah sebagai berikut : a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu. b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram. c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm. d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari. e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas. f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm. g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. h. Rambut lanugo masih banyak. i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang. j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga. k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus. l. Alat kelamin bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora. m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah. n. Jaringan kelenjar mamae kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang. o. 2.1.7 Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi yaitu yang berhubungan dengan prematuritas yang diberikan intervensi klinik adalah Anemia of prematurity, kernicterus, Respiratory Distress Syndrome (RDS), Intraventricular Hemoraghe (IVH), Retinopaty Of Prematurity (ROP), Patent Ductus Arteiosus (PDA), Necrotizing Enterocilitis (NEC), dan apnea. Masalah jangka panjang meliputi Bronchopulmonary Dysplasia (BPD), Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE), dan posthemorrhagic hidrocephalus, defek bicara, defek neurologi, dan defek auditori (Sari, 2013). 2.1.8 Diagnosis Menegakkan diagnosis BBLR menurut Pantiawati (2010) adalah dengan mengukur bayi dalam jangka waktu satu jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. a. Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR: 1) Umur Ibu 2) Riwayat hari pertama haid terakhir 3) Riwayat persalinan sebelumnnya 4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya 5) Kenaikan berat badan selama hamil 6) Aktivitas 7) Penyakit yang diderita selama hamil 8) Obat-obatan yang diminum selama hamil. b. Pemeriksaan fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: 1) Berat badan 2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) 3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 1) Pemeriksaan skor ballard 2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi yang kurang bulan 3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah 4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi kurang bulan dimulai pada umur delapan jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas 5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang bulan. 2.1.9 Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan menurut Pantiawati (2010) sebagai berikut : a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b. Hendaknya Ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). c. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi selama hamil. d. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. 2.1.10 Penatalaksanaan Penanganan bayi berat lahir rendah menurut Destiana (2013) meliputi hal-hal berikut. a. Farmakologis 1) Pengaturan suhu Pengaturan suhu pada bayi BBLR dilakukan agar bayi tetap dapat mempertahankan suhunya dalam batas normal. Penggunaan inkubator merupakan salah satu cara untuk mempertahankan suhu tubuh bayi, karena pada bayi BBLR pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik. Suhu inkubator untuk bayi kurang dari 2000 gram adalah 35˚C dan untuk berat 2000-2500 gram maka suhunya 34˚C agar bayi dapat mempertahankan suhunya sampai 37˚C. 2) Pencegahan infeksi Perawatan umum yang biasa dilakukan untuk pencegehan infeksi pada bayi BBLR adalah tindakan aseptik, mempertahankan suhu tubuh, membersihkan jalan nafas perawatan tali pusat dan memberikan cairan melalui infus. Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidial neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah, fungsi imun belum dapat mengidentifikasi infeksi secara aktual. Bayi akan mudah menghadapi infeksi terutama infeksi nosokomial. 3) Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi Bayi BBLR Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi harus dilakukan dengan baik pada bayi BBLR. Karena pada bayi BBLR reflek hisap belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim masih kurang terutama enzim lipase, namun kebutuhan protein (3-5 gram/hari) dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) pada bayi BBLR sangatlah tinggi bahkan lebih tinggi dari bayi normal yang bertujuan untuk meningkatkan berat badan bayi. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi bayi BBLR diantaranya menentukan pemilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan pada bayi prematur. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet atau melalui enteral. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah. Permulaan cairan diberikan sekitar 50–60 ml/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 ml/kg BB/hari. 4) Berat badan Pemantauan dan monitoring berat badan pada bayi harus dilakukan secara ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi yang berhubungan dengan daya tahan tubuh. Setiap bayi yang lahir akan ditimbang berat badannya, karena berat badan merupakan salah satu ukuran yang menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala, leher, dada, perut, tangan, dan kaki. Berat badan yang rendah saat lahir menunjukkan kondisi bayi yang kurang sehat. 5) Membantu beradaptasi Beberapa rumah sakit yang menggunakan patokan berat badan untuk pemulangan bayi. Selain itu, setelah suhunya stabil dan memenuhi kriteria pemulangan biasanya bayi baru akan diperbolehkan dibawa pulang. Perawatan selama di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami komplikasi bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. 6) Pemberian Oksigen Pemberian oksigen pada bayi harus memperhatikan ketepatannya, karena jika pemberiannya kurang akan memperburuk ekspansi paru yang merupakan masalah serius bagi bayi prematur yang dikarenakan tidak adanya surfaktan, dan jika pemberian oksigen berlebih akan menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. 7) Bantuan pernapasan Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan hisapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus-menerustekanan oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda oksigen melalui kulit. b. Non Farmakologis 1) Terapi musik Terapi musik adalah suatu tindakan pemberian terapi non farmakologis yang menggunakan musik sebagai media terapinya. Manfaat pemberian terapi musik ini pada bayi BBLR adalah dapat membantu meningkatkan reflek hisap pada bayi BBLR sehingga nutrisi pada bayi BBLR akan terpenuhi dan berat badan bayi BBLR juga akan mengalami peningkatan. Salah satu jenis terapi musik yang sering diberikan untuk bayi BBLR adalah terapi musik Klasik Mozart. Terapi musik Klasik Mozart ini dapat membuat keadaan bayi menjadi lebih rileks. Menurut Wahyuningsri & Eka (2014) rangsangan ritmis terapi musik mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang. Musik yang diterima melalui pendengaran mempengaruhi sistem limbik (hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi. 2) Terapi sentuhan Terapi sentuhan atau stimulasi taktil pada bayi merupakan suatu sentuhan yang lembut dan lambat (Hikmah, Rustina, & Pujasari, 2011). Menurut Hikmah, (2010) manfaat terapi sentuhan ini yaitu dapat menguatkan dan manfaat sentuhan pada fungsi fisiologis. Manfaat terapi sentuhan menguatkan yaitu dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan suhu tubuh, memperbaiki pola tidur, dan penggunaan energi. Manfaat terapi sentuhan pada fungsi fisiologis adalah sebagai berikut : a) Dampak biokimia positif, yaitu adanya penurunan terhadap kadar hormon stress dan adanya peningkatan kekebalan teruatama IgG, IgA, dan IgM. b) Dampak klinis yang positif, yaitu adanya peningkatan daya sel dan daya toksin dari sistem imunitas, mengubah gelombang otak, memperbaiki sirkulasi pernafasan dan sirkulasi darah, merangsang fungsi pencernaan, meningkatkan berat badan, dan dapat meningkatkan hubungan orang tua dengan bayi. 2.2 Konsep Berat Badan Bayi 2.2.1 Definisi Berat Badan Bayi Berat badan bayi merupakan sebagai salah satu indikator terpenting. Berat badan dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi dan tumbuh kembang bayi. Maka dari itu semua bayi yang baru lahir harus segera ditimbang. Bayi yang memiliki berat badan kurang saat lahir karena mengalami gangguan pertumbuhan intauterin atau pemendekan usia gestasi (Hariati, 2010). 2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan bayi terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Destiana, 2013). a. Faktor Internal 1) Faktor genetik/keturunan Berat badan bayi dipengaruhi oleh faktor genetik, yaitu dilihat dari kakek neneknya atau orang tuangnya. Bayi yang mempunyai keturuan pertumbuhan berat badan yang pesat bayi mempunyai potensi untuk lahir gemuk. Sebaliknya, bayi yang memiliki pertumbuhan berat badan yang kurang bayi akan berpotensi lahir kurus. 2) Asupan gizi Bayi prematur yang mendapat asupan gizi yang cukup berpotensi mengalami kecepatan pertumbuhan berat badan yang cukup dari pada bayi yang kurang mendapatkan asupan gizi dalam kualitas dan kuantitas yang memadai. 3) Jenis kelamin Kecepatan pertumbuhan pada bayi laki-laki lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pada bayi perempuan. 4) Berat badan ketika lahir Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah akan mengalami keterlambatan pertumbuhan berat badan dari pada bayi yang dilahirkan secara normal. 5) Usia Usia bayi ikut menentukan berat badan bayi, karena lamanya bayi lahir akan segera beradaptasi dengan lingkungan selain dalam kandungan ibunya. Awal dilahirkan bayi akan mengalami penurunan berat badan dan seiring bertambahnya usia bayi maka pertumbuhan akan terjadi. b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan prenatal Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio. 2) Faktor lingkungan postnatal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. 2.2.3 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan Kenaikan berat badan hingga tiga bulan pertama pada bayi BBLR Menurut Destiana (2013) dapat di perkirakan sebagai berikut: a. 150-200 gram seminggu untuk bayi berat lahir <1500 gram (20-30 gram per hari). b. 200-250 gram seminggu untuk bayi berat lahir 1.500-2.500 (30-35 gram per hari). 2.2.4 Cara Mengukur Berat Badan Bayi Yang Benar (Hanifah, 2009) a. Letakkan timbangan bayi pada permukaan yang datar. b. Sebelum penimbangan, pastikan timbangan berfungsi dengan baik, yaitu jarum pada timbangan bayi menunjukkan angka nol. c. Bayi ditimbang tanpa menggunakan pakaian apapun. d. Pembacaan skala hanya dilakukan jika bayi diam. e. Catat hasil pengukuran berat badan. 2.3 Konsep Terapi Musik 2.3.1 Definisi Terapi Musik Terapi musik adalah proses interpersonal yang menggunakan musik untuk terapi aspek-fisik, emosional, mental, sosial, estetika, dan spiritual untuk membantu pasien dalam meningkatkan atau mempertahankan kesehatan mereka (Suryana, 2012). Djohan (2009) mendefinisikan terapi musik merupakan kekuatan musik yang bersifat humanistik untuk membantu klien menata dirinya sehingga mereka mampu mencari jalan keluar, mengalami perubahan, dan akhirnya sembuh dari gangguan yang diderita. Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental yang menggunakan musik sebagai media terapinya. Terapi musik ini dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia. Musik memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran (Mahanani, 2013). 2.3.2 Jenis-jenis Terapi Musik Jenis-jenis musik yang dapat digunakan dalam pemberian terapi musik diantaranya musik klasik, instrumental, slow music, orchestra, serta dapat juga disesuaikan dengan kesukaan klien. Namun, beberapa ahli disarankan untuk tidak memberikan terapi musik yang berjenis seperti pop, disco, rock and roll, dan musik berirama keras karena jenis-jenis musik ini berlawanan dengan irama jantung terutama musik berirama keras. Musik yang sering digunakan pada bayi adalah Bethoven, Vivaldi, Scuhbert, Lullabies, dan Mozart effect (Hariati, 2010). 2.3.3 Musik Klasik Mozart Musik klasik Mozart adalah musik klasik yang memberikan ketenangan, memperbaiki persepsi spasial dan memungkinkan pasien untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki komposer lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan yang membebaskan, mengobati dan menyembuhkan (Mahanani, 2013). Nama musik klasik merupakan jenis musik yang namanya diambil dari salah satu periode musik di Eropa Barat yaitu Zaman Klasik pada Abad 18. Pada zaman ini, musik klasik lebih ringan, mudah dan tidak membingungkan. Ciri-ciri musik klasik adalah mudah dimengerti, ringan, tidak membingungkan, homofonik (harmoni tiga nada atau lebih) dengan bentuk komposisi sonata dan simfoni. Wolfgang Amadeus Mozart bernama asli Johanes Chrysostomus Wolfganggus Gottlieb Mozart adalah seorang komponis musik di Eropa ketika zaman klasik. Musik klasik gubahannya yang dikenal sebagai musik Mozart dalam sejarah. Musik klasik Mozart merupakan musik klasik karya Mozart, seorang komponis musik klasik, dimana musiknya memperdengarkan simfoni lembut dengan 60 ketukan tiap menit, dapat memberi pengaruh pada amplitudo dan frekuensi pada gelombang otak. 2.3.4 Manfaat Terapi Musik Klasik Mozart Manfaat terapi musik Klasik Mozart untuk bayi BBLR menurut Sari (2013) adalah sebagai berikut : a. Menstimulasi otak kanan, meningkatkan kreatifitas berpikir b. Mengurangi aktivitas akibat stress dan tekanan c. Memelihara pikiran, tubuh dan jiwa d. Menstabilkan detak jantung, tekanan darah dan temperatur tubuh e. Efektif meningkatkan berat badan bayi premature f. Mengurangi lama rawat inap hingga 11 hari g. Meningkatkan kadar saturasi oksigen untuk jangka waktu yang singkat. 2.3.5 Teknik Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart Pemberian terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari hanya mendengarkan dengan memilih lagu sampai memainkan sebuah alat musik. Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan teknik spesifik yaitu; tipe musik dan pilihan individu, terlibat aktif ataupun pasif, lama waktu pemberian musik, dan hasil yang diinginkan. Terapi musik yang dilakukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan belum memiliki pedoman waktu dan pelaksanaan yang jelas. Pemberian terapi musik dengan jenis musik yang tepat dan diberikan pada pasien yang tepat tidak akan memberikan efek yang membahayakan walaupun diberikan dalan jangka waktu yang lama. Terapi musik yang diberikan secara singkat juga akan memberikan efek yang positif pada beberapa pasien. Musik yang sering digunakan pada bayi salah satunya adalah Mozart effect. Penelitian tentang effect of music by Mozart on energy expenditure in growing preterm infants. Pada penelitian ini menggunakan musik Mozart bayi dengan alat mini-CD dengan volume antara 65-70 db. Sebelum penelitian CD dikalibrasi sesuai dengan rekomendasi American Academy of Pediatric yaitu tidak lebih dari 75 db dan mengurangi kebisingingan didekat bayi sekitar <45 db. Speaker CD diletakkan dalam inkubator dengan jarak 30 cm jauhnya dari bayi. Kebisingan lingkungan dikendalikan dengan meminimalkan kebisingan yang tidak diinginkan, alarm diatur diam, dan pintu ditutup. Musik ini diberikan selama 30 menit perhari (Hariati, 2010). 2.4 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Bayi BBLR Terapi musik klasik Mozart memiliki beberapa manfaat salah satunya dapat meningkatkan berat badan pada bayi BBLR. Peningkatan berat badan dapat terjadi melalui mekanisme keseimbangan energi positif yaitu pemasukan energi lebih besar dari pada pengeluaran energi. Pemasukan energi yang besar melalui pengaruh terapi musik klasik Mozart terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan reflek hisap bayi sehingga pemasukan kalori akan meningkat. Pengeluaran energi yang kecil terjadi karena terapi musik dapat meningkatkan tidur tenang bayi sehingga terjadi penurunan pemakain energi, terapi musik dapat menstabilkan respon fisiologis bayi prematur sehingga akan menghemat energi bayi BBLR. Berdasarkan proses pemasukan dan pengeluaran energi tersebut maka berat badan bayi prematur dapat meningkat akibat terapi musik (Nani, Utami & Purwanti, 2012). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyuningsri & Eka (2014) pemberian terapi musik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan berat badan bayi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan reflek hisap bayi. Reflek bayi menggambarkan fungsi sistem persarafan, musik dapat meningkatkan intelegensi karena rangsangan ritmis mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia, membuat saraf otak bekerja, menciptakan rasa nyaman dan tenang. Musik yang diterima pendengaran mempengaruhi sistem limbik (hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku, maka pemberian terapi musik dapat mempengaruhi metabolisme dan kemampuan fisiologis otak pada reflek termasuk reflek hisap bayi. Dengan demikian hasil penelitian yang dilakukan di RS Ngudi Waluyo Wlingi mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Pemberian terapi musik klasik terbukti dapat meningkatkan berat badan pada bayi prematur. Bila hal ini diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka dapat mencegah terjadi penurunan berat badan pada bayi terutama pada minggu pertama kelahiran, dan mencegah permasalahan yang dapat timbul akibat penurunan berat badan. Adanya berat badan yang sesuai dengan usia bayi akan dapat mendukung perkembangan bayi untuk masa selanjutnya.